Tampung Penyang Volume VIII No. 2 Agustus 2010 ISSN: 1907

advertisement
ISSN: 1907-0144
GURU PAMONG DAN DOSEN PEMBIMBING
MAHASISWA PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)
Oleh: I Wayan Karya
Abstrak
Bimbingan Program Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) bagi mahasiswa yang
dilakukan oleh dosen pembimbing maupun guru pamong selama ini ternyata masih belum
maksimal sesuai dengan
harapan
yang diinginkan.
Karena itu,
perlu dicari model
kepembimbingan yang tepat untuk mengoptimalkan potensi yang ada dari setiap komponen
yang terkait, khususnya yang ada di lapangan. Salah satu proses yang dapat dikembangkan
dalam kaitannya dengan pelaksanaan PPL di lapangan adalah model kepembimbingan
terpadu dengan pendekatan supervise klinis yang berbasis pada tindakan kelas.
Melalui kegiatan tindakan kelas ini menunjukan bahwa kepembimbingan dengan model
terpadu dapat meningkatkan partisipasi aktif baik bagi mahasiswa, guru pamong, maupun
dosen pembimbing. Dengan berperan aktifnya semua pihak tersebut, dapat diperoleh hasil
yang mendekati harapan yang diinginkan
Kata Kunci : Bimbingan Mahasiswa, Praktek Pengalaman Lapangan.

Penulis adalah diosen pada Jurusan Pendidikan Agama Hindu STAHN-TP P. Raya
Tampung Penyang Volume VIII No. 2 Agustus 2010
1
I
Pendahuluan
Pelaksanaan Program Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan pelatihan
menerapkan berbagai pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam rangka pembentukan
tenaga profesional. Proses pembimbingan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) yang
dilakukan oleh guru pamong maupun dosen pembimbing terasa masih kurang efektif. Hal ini
dikarenakan terkesan proses pembimbingan PPL oleh guru pamong maupun oleh dosen
pembimbing hanya sekedar melaksanakan perintah yang diberikan kepadanya melalui
penunjukan.
Belum efektifnya proses pembimbingan oleh guru pamong dan dosen pembimbing
kiranya perlu mendapat petatian yang serius. Oleh karena itu, perlu dicari model atau pola
pembimbingan yang dapat mengoptimalkan potensi yang ada baik pada mahasiswa peserta
PPL, guru pamong, maupun dosen pembimbing yang terlibat dalam kegiatan pelalcsanaan
PPL.
Model pendekatan bimbingan bagi mahasiswa dapat ditempuh dengan cara yang
beragam, mulai dari yang bersifat tradisional sampai pada yang bersifat supervise klinis. La
Sulo (1998) mengajukan prosedur pendekatan supervise klinis yang merupakan suatu siklus
dalam bentuk tiga tahap yakni tahap pertemuan awal, tahap observasi mengajar dan tahap
pertemuan akhir. Kegiatan-kegiatan yang penting pada tahap awal mencakup (a) menciptakan
suasana pertemuan yang intim dan terbuka (b) mengkaji rencana pelajaran antara lain: tujuan,
metode dan evaluasi hasil belajar, (c) mengkaji keterampilan — keterampilan mengajar yang
akan dilatihkan (d) mengembangkan instnimen observasi berupa observasi mahasiswa calon
guru mengajar yang dilakukan oleh dosen pembimbing; sedangkan tahap pertemuan akhir
meliputi kegiatan-kegiatan (a) memberi penguatan dan menanyakan kepada calon guru
tentang latihannya, (b) mangkaji ulang tujuan pembelajaran, (c) menganalisis data hasil
observasi dan (d) merencanakan tindak lanjut semua rencana latihan berikutnya.
Tujuan yang ingin dicapai dalam tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui tingkat
keefektifan proses kepembimbingan PPL oleh guru pamong dan dosen pembimbing secara
kolaboratif terpadu melalui pendekatan supervise klinis. Hasil yang diharapkan dari kaji
tindak ini adalah ditemukan model atau pola kepembimbingan PPL bagi mahasiswa oleh guru
pamong clan dosen pembimbing, sehingga memberikan hasil optimal dalam pelaksanaan
PPL.
Ada beberapa hal yang perlu dibahas dalam pelaksanaan program PPL antara lain
mencakup (a) membuka dan menutup pelajaran, (b) teknik bertanya (c) waktu tunggu dan (d)
klasifikasi pertanyaan. Menurut Rakajoni (1985:a) komponen-komponen dalam membuka
Tampung Penyang Volume VIII No. 2 Agustus 2010
2
dan menutup pelajaran meliputi (1) menarik minat siswa, (2) menimbulkan motivasi, (3)
memberikan acuan dan batas-batas tugas, (4) membuat kaitan bahan ajar dengan materi
sebelumnya dan (4) meninjau serta mengevaluasi kembali tingkat penguasaan bahan ajar oleh
siswa.
Dalam proses pembelajaran berlangsung, sekurang-kurangnya mahasiswa menerapkan
dua bentuk
teknik
bertanya yaitu teknik pengarahan ulang (redirecting) dan teknik
membimbing (probling). teknik pengarahan ulang berarti mengajukan satu pertanyaan untuk
beberapa siswa dengan tujuan lebih banyak siswa terlibat dalam proses pembelajaran; sedang
teknik membimbing dalam prakteknya mahasiswa mengajukan seri pertanyaan kepada
seorang siswa untuk meningkatkan respon pertama siswa menuju jawaban yang lebih luas
(Dahar, 1992). Penelitian yang dilakukan oleh Rothkopt dalam White (1992) menyimpulkan
bahwa penempatan pertanyaan dalam bacaan berpengaruh positif dalam proses pembelajaran;
sedangkan keterampilan guru dalam mengajukan pertanyaan terbukti berpengaruh terhadap
perubahan sikap dan kemampuan berpikir siswa.
Carin (1978) mendefinisikan waktu tunggu sebagai waktu yang dihitung sejak guru
selesai mengajukan pertanyaan sampai menunjuk atau memberi kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan tersebut. Selanjutnya dikemukakan bahwa "there are two types
of wait times. Wait-time-1 is the initial wait-time when an instructor waits for the first
response; wait-time-2 is the total time teacher waits for a class to respond to the same
questions". Pemberian waktu tunggu yang lebih panjang dan tepat menurut MCGlatthery
(1979) ternyata memberikan keuntungan dalam hal: mengurangi jawaban yang salah, respon
siswa lebih panjang, kepercayaan siswa bertambah, dominasi waktu oleh guru berlcurang,
jumlah pertanyaan yang dijawab siswa bertambah, jenis respon siswa lebih bervariasi dan
kemampuan berpikir kreatif siswa meningkat. Hasil penelitian Rowe (1970) maupun Dahar
(1990) menemukan bahwa jika guru memberikan waktu cukup kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan, maka hasil yang diperoleh lebih memuaskan.
Pengelompokan pertanyaan guru menurut Carin dan Sund (1978) antara lain (a)
pertanyaan tertutup atau konvergen, (b) pertanyaan terbuka atau divergen, (c) pertanyaan
berdasarkan taksonomi Bloom dan (d) pertanyaan yang mengarah pada pengembangan
keterampilan proses IPA. Pertanyaan tertutup hanya memungkinkan jawaban yang sangat
terbatas,
sedangkan pertanyaan divergen memungkinkan banyak
jawaban.
Pertanyaan
berdasarkan taksonomi Bloom menekankan pada ranah kognitif, sedangkan pertanyaan
keterampilan
proses
IPA
meliputi
keterampilan-keterampilan
mengamati,
menafsirkan
pengamatan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian,
Tampung Penyang Volume VIII No. 2 Agustus 2010
3
berkomunikasi dan mengajukan pertanyaan. Selain itu, Gerhard (1971) mengelompokkan
pertanyaan guru ke dalam tiga belas proses berpikir yang disarankan yakni: proses asosiasi,
membandingkan, berpikir konvergen, berpikir divergen, sistesis, analisis, berfikir induktif,
berpikir deduktif, klasifikasi, kategorisasi, berpikir kritis, berpikir kreatif dari membentuk
konsep.
Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini melibatkan seorang guru pamong, seorang
dosen pembimbing dan seorang mahasiswa. Dalam kegiatan ini dilalcsanakan sebanyak 5 kali
siklus putaran. Penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Carr dalam Suyanto et al
(1997), merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh guru dalam
kelas dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran atau penelitian praktis yang
dimaksudkan
untuk
memperbaiki
pembelajaran
di kelas
(Kasbolah,
1998).
Model
kepembimbingan yang diterapkan dalam kegiatan ini mengacu pada kepembimbingan secara
terpadu antara guru pamong dan dosen pembimbing dengan menerapkan pendekatan
supervisi Idinis pada masing- masing siklus kegiatan.
Untuk memudahkan pengamatan serta tolak ukur dalam kegiatan ini perlu adanya
acuan. Dalam hal ini digunakan alat observasi yang dikembangkan oleh Rakajoni (1985b);
sedangkan kegiatannya sendiri dalam latihan mengajar difokuskan pada keterampilan
mengajar guru yang meliputi: keterampilan membuka dan menutup pelajaran untuk putaran 1, keterampilan bertanya dasar dan lanjut untuk putaran- 2 sampai putaran 5. Adapun
langkah-langkah yang ditempuh dalam kegiatan ini masingmasing sebagai berikut:
Kegiatan putaran 1, terdiri dari tiga langkah yakni (1) guru pamong, dosen pembimbing
dan mahasiswa PPL bekerja sama untuk mengindentifikasi masalah, mengumpulkan data,
merumuskan
masalah,
menganalisis,
serta
memformulasikan
hipotesis
berdasarkan
diagnostik-1 khususnya menyangkut membuka dan menutup pelajaran (2) guru pamong
dosen pembimbing dan mahasiswa PPL merancang upaya perbaikan, melaksanakannya serta
memonitornya; dan (3) guru, pamong, dosen pembimbing dan mahasiswa PPL bekerja sama
mengevaluasi hasil perbaikan dan memverifikasi hipotesis tindakan-1.
Kegiatan putaran -2 mencakup empat langkah masing-masing (1) guru pamong, dosen
pembimbing dan mahasiswa PPL bersama-sama mengidentifikasi masalah, mengumpulkan
data, merumuskan masalah, menganalisis, serta memformulasikan hipotesis berdasarkan
diagnostik-2
dengan
fokus
keterampilan
teknik
bertanya,
(2) guru pamong,
dosen
pembimbing dan mahasiswa PPL merancang upaya perbaikan, melaksanakannya serta
Tampung Penyang Volume VIII No. 2 Agustus 2010
4
memonitomya; (3) guru pamong, dosen pembimbing dan mahasiswa PPL beketja sama
mengevaluasi
hasil
mengindentifilcasi
perbaikan,
masalah
yang
memverifilcasi
hipotesk
masih
dapat
belum
tindakan
diselesaikan
-
2
dengan
dan
(4)
mengkaji
penyebabnya, serta merumuskan kembali hipotesis ulang berdasarkan diagnostik ulang-3.
Kegiatan ini akan berulang sampai proses penelitian putaran-5.
II Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada kegiatan putaran-1, yang
kegiatannya difokuskan pada membuka dan menutup pelajaran, menunjukkan bahwa
mahasiswa peserta PPL dalam membuka dan menutup pelajaran untuk menarik perhatian
siswa selalu berusaha mengubah gaya mengajar yang diikuti pula dengan interaksi antara
guru dan, siswa pada lima menit pertama. Selain itu, juga menggunakan skema (chart) pada
lima menit kedua serta interaksi antara guru dan siswa berlangsung hingga lima menit ketiga.
Interaicsi antara siswa-guru maupun siswa-siswa tidak muncul sama sekali. Selain menarik
perhatian siswa, mahasiswa peserta PPL, dalam kegiatan ini juga memberikan acuan pada
siswa dengan cara mengingatkan masalah-masalah pokok yang akan dibahas (lima menit
pertama dan lima menit ketiga) serta mengajukan pertanyaan — pertanyaan yang mengarah
pada pokok persoalan yang akan dibahas pada lima menit kedua. Di samping itu, dalam
kegiatan putaran 1 ini mahasiswa peserta PPL juga berusaha membuat apersepsi dengan cara
menjelaskan keterkaitan konsep terhadap bahan yang akan dibahas pada pertemuan tatap
muka saat itu. Akan tetapi calon guru dalam membuat apersepsi tersebut sedikit mengalamai
kesulitan; yang ditunjukan oleh kekurangmampuan mahasiswa peserta PPL menyusun atau
memperlihatkan hubungan antara aspek yang relevan sehingga terkesan membingungkan
siswa.
Berdasarkan
hasil observasi tersebut,
masih terlihat beberapa komponen yang
berlcaitan dengan teknik membuka pelajaran masih banyak yang belum muncul. Komponenkothponen tersebut di antaranya adalah pola interaksi yang bervariasi, minimnya media yang
digunakan, belum terlihatnya upaya menimbulkan motivasi, sulitnya membuat kaitan antara
aspek yang relevan, maupun penyampaian tujuan dan batas-batas tugas yang dilalcsanakan.
Selain itu, dalam kegiatan putaran 1 ini calon guru juga mengaku dan merasakan adanya
kesulitan terutama untuk menimbulkan motivasi dan menunjukkan kaitan antara aspek yang
relevan.
Hasil observasi pada putaran 1 yang berkaitan dengan menutup pelajaran
menunjukkan bahwa cara-cara yang dilakukan adalah meninjau kembali dengan membuat
rangkuman pelajaran yang diberikan. Selain itu juga melakukan evaluasi dengan cara
Tampung Penyang Volume VIII No. 2 Agustus 2010
5
mengajukan pertanyaan — pertanyaan yang ditulis di papan tulis. Bentuk-bentuk lainnya
yang berkaitan dengan menutup pelajaran ini masih belum muncul; seperti pada saat seperti
mengaplikasikan
gagasan
baru
pada
situasi lain,
memberikan
tindak
lanjut
seperti
memberikan tugas rumah maupun merencanakan untuk memberikan pengajaran perbaikan.
Mengingat setiap komponen kegiatan terdiri dari beberapa aspek yang saling terkait,
maka bagi guru maupun mahasiswa dituntut untuk menguasai dengan baik masing-masing
komponen dimaksud. Oleh karena itu, untuk merencanakan kegiatan selanjutnya perlu segera
dilakukan pembicaraan bersama dalam masalah membuka dan menutup pelajaran antara guru
pamong, dosen pembimbing dan mahasiswa. Tujuaanya agar dapat dirumuskan kembali
permasalahan-permasalahan yang dialami oleh calon guru serta kemungkinan-kemungkinan
tindakan yang dapat ditempuh.
Pengaruh positif tersebut antara lain (a) timbulnya perhatian dan motivasi siswa dalam
menghadapi tugas-tugas yang akan dikerjakan, (b) siswa akan mengetahui batas – batas tugas
yang akan dilaksanakan, (c) siswa mengetahui hubungan antara pengalaman – pengalaman
yang
telah
dikuasai dengan
hal-hal baru
yang
akan
dipelajari,
menggabungkan fakta – fakta, keterampilan – keterampilan
(d)
siswa dapat
atau konsep-konsep yang
tercakup dalam suatu peristiwa, (e) siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam
mempelajari pelajaran
tersebut;
sedangkan
bagi guru
(f)
dapat
mengetahui tingkat
keberhasilan dalam mengajar.
Hasil pada
putaran
2
memberikan gambaran bahwa masih minimnya tingkat
keterampilan bertanya calon guru yang sedang melaksanakan PPL pada putaran mi. Hal ini
terlihat masih sering memunculkan hal-hal yang semestinya dapat dihindari dalam kaitannya
dengan keterampilan bertanya terutama pada keterampilan bertanya dasar. Pada putaran ini
selain masih memunculkan hal-hal yang seharusnya dihindari, juga masih banyak komponen
bertanya yang belum bisa dimunculkan. Sebagai contoh, pemusatan perhatian, pemberian
acuan, penyebaran respon siswa, memberikan waktu untuk berpikir siswa belum tampak
dalam putaran mi. Selanjutnya bila diperhatikanpada bagian pertanyaan lanjut yang tampak
paling dominan adalah pertanyaan kognitif pada tingkatan yang paling rendah (ingatan) serta
sedikit pertanyaan pemahaman. Pertanyaan yang lebih tinggi tingkatannya seperti penerapan,
analisa, sintesa dan evaluasi masih belum tampak. Hal ini juga diakui oleh praktikan bahwa ia
merasa kesulitan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang menuju pada tingkat kognitif
yang lebih tinggi. Melihat kenyataan ini, maka perlu dipikirkan bersama terutama oleh guru
pamong maupun dosen pembimbing untuk melakukan pembimbing yang lebih maksimal
lagi. Oleh karena itu setelah kegiatan belajar mengajar selesai dilaksanakan pertemuan antara
Tampung Penyang Volume VIII No. 2 Agustus 2010
6
guru
pamong,
mengedentifilcasi
dosen
pembimbing,
masalah-masalah
yang
dan
mahasiswa
ditemukan
serta
untuk
melakulcan
menyusun
kembali
evaluasi,
rencana
kegiatan untuk kegiatan PPL pada putaran berikutnya.
Pada putaran 3 setelah melalui pembimbingan yang lebih terpadu terlihat adanya sedikit
peningkatan keterampilan, khususnya keterampilan dalam mengajukan pertanyaan.
Dari
komponen-komponen keterampilan bertanya dasar, telah terjadi peningkatan selama dalam
putaran 3 antara lain (a) calon guru sudah memunculkan sedikitnya 3 kali mengungkapkan
perranyaan secara jelas dan singkat, (b) pemberian acuan, serta (c) pemberian waktu kepada
siswa untuk berpilcir sebelum menjawab. Hal ini tentunya lebih memudahkan bagi siswa
untuk menangkap serta menanggapi pertanyaan dari guru tersebut. Selain itu, dalam putaran
ini calon guru masih tampak kesulitan untuk menghindar dari kebiasaan menunjuk siswa
tertentu supaya menjawab pertanyaan dari calon guru. Apabila kebiasaan ini terus menerus
dimunculkan dikhawatirkan dapat mengakibatkan terhadap siswa lain menjadi apatis dan
malas mengikuti jalannya proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, pembimbingan untuk
aspek ini hendaknya lebih mendapat perhatiaan lagi yang lebih serius. Melalui analisis dan
evaluasi terhadap hasil kegiatan selama putaran 3, kemudian dilakukan identifikasi masalah
yang masih memerlukan pemecahan melalui pembimbingan terhadap calon guru, pada
kegiatan putaran berikutnya proses pembimbingan lebih difokuskan pada upaya-upaya
mengajukan pertanyaan yang relevan dengan tingkat kognitif yang lebih tinggi. Setelah
kegiatan putaran 4 dilaksanakan terlihat adanya peningkatan kemajuan keterampilan yang
dimiliki oleh calon guru khususnya keterampilan bertanya. Hasil observasi yang diperoleh
menunjuldcan terjadinya perubahan — perubahan mendasar pada calon guru dalam
menyampaikan pertanyaan kepada siswa. Perubahan-perubahan tersebut antara lain (a)
menutimnya
frekuensi calon
guru
menjawab
pertanyaannya
sendiri atau mengajukan
pertannyaan yang memancing jawaban pertanyaannya sendiri atau mengajukan pertanyaan
yang memancing jawaban siswa secara serentak atau menunjuk siswa tertentu untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan, (b) meningkatnya frekuensi dan jumlah pertannyaan
dasar selama kegiatan berlangsung.
Untuk komponen-komponen keterampilan bertanya dasar juga terjadi perubahan.
Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat dari makin meningkatnya jumlah komponen dan
frekuensi pertanyaan dasar yang muncul selama observasi putaran 4 berlangsung. Di samping
itu, pada komponen keterampilan bertanya lanjut juga terlihat adanya perubahan ke arah yang
lebih baik yang ditunjukkan oleh makin bervariasinya pertanyaan yang diajukan oleh calon
guru. Jika pada putaran sebelumnya mahasiswa peserta PPL mampu memperlihatkan
Tampung Penyang Volume VIII No. 2 Agustus 2010
7
kemampuan mengajukan pertanyaan yang bersifat ingatan saja, maka dalam putaran ini calon
guru tersebut telah mampu mengajukan pertanyaan yang menuntut pemahaman, analisis,
bahkan evaluasi meskipun masih rendah. Dengan memperhatikan hasil yang dicapai selama
putaran 4, permasalahanpermasalahan yang masih perlu diperhatikan secara ldiusus adalah
antara lain (a) menghindarai kebiasaan menunjuk siswa tertentu untuk menjawab atau
mengulangi pertanyaan sendiri, serta (b) menjawab pertanyaan sendiri. Disamping itu, untuk
keterampilan bertanya lanjut juga masih perlu penanganan dan bimbingan yang mengarah ke
perrnasalahan dimaksud.
Selama kegiatan putaran 5, data yang diperoleh dari hasil observasi di kelas
memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan kemampuan dalam hal keterampilan
bertanya dalam mengajar. Pengingkatan ini terjadi baik pada keterampilan bertanya dasar
maupun pada keterampilan bertanya lanjutan. Pada keterampilan bertanya dasar telah
memperlihatkan peningkatan kemampuan dalam hal: memberikan pertanyaan kepada siswa
dari sudut jumlah pertanyaan, frekuensi dan variasi pertanyaan dasar. Terjadinya perubahan
ke arah peningkatan kualitas dan lcuantitas pertanyaan ini terjadi sebagai akibat adanya
perhatian dan bimbingan yang dilakukan oleh guru pamong dan dosen pembimbing tanpa
mengensampingkan kemampuan dalam kaitannya dengan keterampilan mengajar lanjut juga
terjadi perubahan ke arah peningkatan kualitas maupun kuantitas pertanyaan. Bila pada
putaran sebelumnya hanya mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan kognitif yang bersifat
ingatan dan sedikit pemahaman, maka dalam putaran ini telah mampu dengan baik
memunculkan pertanyaan lanjutan yang bervariasi. Terjadi perubahan ke arah peningkatan
kualitas dan kuntitas dalam mengembangkan keterampilan bertanya ini terjadi setelah melalui
kepembimbingan PPL yang terpadu antar guru pamong dan dosen pembimbing selama
kegiatan pelaksanaan berlangsung. Pcrlu ditambahkan pula teknik pendekatan yang dilakukan
guru pamong dan dosen pembimbing dalam proses kepembimbingan PPL berlangsung
menggunakan pendekatan supervisi klinis.
Pendekatan
peningkatan
supervisi
keterampilan
klinis
mengajar
selama
berlangsung
secara
umum.
ternyata
dapat
Dalam penelitian
memberikan
ini kemampuan
mengajar tertuju khusus pada keterampilan bertanya, baik keterampilan bertanya dasar
maupun keterampilan bertanya lanjut. Hal ini lcarena dalam supervisi klinis supervisor.
(guru pamong dan dosen pembimbing) bersifat lebih akrab, lebih hangat, terbuka,
demokratis, menganggap calon guru sebagai teman sejawat dan menghargai kemampuan
calon gum untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan mengaktualisasikan diri
di lingkungan sistem belajar yang tepat dengan bantuan supervisor (guru pamong dan dosen
Tampung Penyang Volume VIII No. 2 Agustus 2010
8
pembimbing).
III Kesimpulan
Melalui proses pembimbingan terpadu yang intensif antara guru pamong dan dosen
pembimbing, ternyata kemampuan mengajar khususnya dalam mengajukan pertanyaan bagi
mahasiswa peserta PPL dapat ditingkatkan secara signifikan.
Memperhatikan temuan-temuan yang telah diketengahkan di atas, sejumlah rekommendasi
dapat diajukan antara lain (a) kepembimbingan PPL secara terpadu dengan pendekatan
supervisi klinis sangat cocok dan raudah penerapannya untuk mengoptimalkan potensi kerja
semua komponen yang ada di lapangan, (b) model kepembimbingan secara terpadu antara
guru pamong dan dosen pembimbing dengan pendekatan supervisi klinis dapat dilaksanakan
untuk seluruh bidang studi yang ada di sekolah.
Daftar Pustaka
Carin,A.A.andSund, R.B.,(1978). Creative Question and Sensitive Listening Techniques.
Carin, A.A., (1997). Teaching Modern Science.
Dahar, R. W. dkk., (1992). Dampak Pertanyaan dan Teknik Bertanya Guru Selama Proses
BelajarMengajar IPA pada Berpikir Siswa.
Gerhard,M., (1971). Effective Teaching Strategis With the Behavior Outcomes Approach
Kasbolah, Kasihani E.S. (1998). Penelitian Tindakan Kelas.
La Sulo S. L. dkk. (1998). Supervisi Klinis: Pendekatan pembimbingan Dalam
Penyelenggaraan PPL.
McGlatthery, G., (1979). "Analizing the Questioning behaviors of science teacher" dalam
Rowe, M. B. (Ed).
Rakajoni, Tj. 0985a). Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut: Panduan Pengajaran.
(198b). Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran: Panduan Pengajaran.
Tampung Penyang Volume VIII No. 2 Agustus 2010
9
Download