ISSN: 1907-0144 GURU PAMONG DAN DOSEN PEMBIMBING MAHASISWA PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) Oleh: I Wayan Karya Abstrak Bimbingan Program Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) bagi mahasiswa yang dilakukan oleh dosen pembimbing maupun guru pamong selama ini ternyata masih belum maksimal sesuai dengan harapan yang diinginkan. Karena itu, perlu dicari model kepembimbingan yang tepat untuk mengoptimalkan potensi yang ada dari setiap komponen yang terkait, khususnya yang ada di lapangan. Salah satu proses yang dapat dikembangkan dalam kaitannya dengan pelaksanaan PPL di lapangan adalah model kepembimbingan terpadu dengan pendekatan supervise klinis yang berbasis pada tindakan kelas. Melalui kegiatan tindakan kelas ini menunjukan bahwa kepembimbingan dengan model terpadu dapat meningkatkan partisipasi aktif baik bagi mahasiswa, guru pamong, maupun dosen pembimbing. Dengan berperan aktifnya semua pihak tersebut, dapat diperoleh hasil yang mendekati harapan yang diinginkan Kata Kunci : Bimbingan Mahasiswa, Praktek Pengalaman Lapangan. Penulis adalah diosen pada Jurusan Pendidikan Agama Hindu STAHN-TP P. Raya Tampung Penyang Volume VIII No. 2 Agustus 2010 1 I Pendahuluan Pelaksanaan Program Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan pelatihan menerapkan berbagai pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam rangka pembentukan tenaga profesional. Proses pembimbingan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) yang dilakukan oleh guru pamong maupun dosen pembimbing terasa masih kurang efektif. Hal ini dikarenakan terkesan proses pembimbingan PPL oleh guru pamong maupun oleh dosen pembimbing hanya sekedar melaksanakan perintah yang diberikan kepadanya melalui penunjukan. Belum efektifnya proses pembimbingan oleh guru pamong dan dosen pembimbing kiranya perlu mendapat petatian yang serius. Oleh karena itu, perlu dicari model atau pola pembimbingan yang dapat mengoptimalkan potensi yang ada baik pada mahasiswa peserta PPL, guru pamong, maupun dosen pembimbing yang terlibat dalam kegiatan pelalcsanaan PPL. Model pendekatan bimbingan bagi mahasiswa dapat ditempuh dengan cara yang beragam, mulai dari yang bersifat tradisional sampai pada yang bersifat supervise klinis. La Sulo (1998) mengajukan prosedur pendekatan supervise klinis yang merupakan suatu siklus dalam bentuk tiga tahap yakni tahap pertemuan awal, tahap observasi mengajar dan tahap pertemuan akhir. Kegiatan-kegiatan yang penting pada tahap awal mencakup (a) menciptakan suasana pertemuan yang intim dan terbuka (b) mengkaji rencana pelajaran antara lain: tujuan, metode dan evaluasi hasil belajar, (c) mengkaji keterampilan — keterampilan mengajar yang akan dilatihkan (d) mengembangkan instnimen observasi berupa observasi mahasiswa calon guru mengajar yang dilakukan oleh dosen pembimbing; sedangkan tahap pertemuan akhir meliputi kegiatan-kegiatan (a) memberi penguatan dan menanyakan kepada calon guru tentang latihannya, (b) mangkaji ulang tujuan pembelajaran, (c) menganalisis data hasil observasi dan (d) merencanakan tindak lanjut semua rencana latihan berikutnya. Tujuan yang ingin dicapai dalam tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui tingkat keefektifan proses kepembimbingan PPL oleh guru pamong dan dosen pembimbing secara kolaboratif terpadu melalui pendekatan supervise klinis. Hasil yang diharapkan dari kaji tindak ini adalah ditemukan model atau pola kepembimbingan PPL bagi mahasiswa oleh guru pamong clan dosen pembimbing, sehingga memberikan hasil optimal dalam pelaksanaan PPL. Ada beberapa hal yang perlu dibahas dalam pelaksanaan program PPL antara lain mencakup (a) membuka dan menutup pelajaran, (b) teknik bertanya (c) waktu tunggu dan (d) klasifikasi pertanyaan. Menurut Rakajoni (1985:a) komponen-komponen dalam membuka Tampung Penyang Volume VIII No. 2 Agustus 2010 2 dan menutup pelajaran meliputi (1) menarik minat siswa, (2) menimbulkan motivasi, (3) memberikan acuan dan batas-batas tugas, (4) membuat kaitan bahan ajar dengan materi sebelumnya dan (4) meninjau serta mengevaluasi kembali tingkat penguasaan bahan ajar oleh siswa. Dalam proses pembelajaran berlangsung, sekurang-kurangnya mahasiswa menerapkan dua bentuk teknik bertanya yaitu teknik pengarahan ulang (redirecting) dan teknik membimbing (probling). teknik pengarahan ulang berarti mengajukan satu pertanyaan untuk beberapa siswa dengan tujuan lebih banyak siswa terlibat dalam proses pembelajaran; sedang teknik membimbing dalam prakteknya mahasiswa mengajukan seri pertanyaan kepada seorang siswa untuk meningkatkan respon pertama siswa menuju jawaban yang lebih luas (Dahar, 1992). Penelitian yang dilakukan oleh Rothkopt dalam White (1992) menyimpulkan bahwa penempatan pertanyaan dalam bacaan berpengaruh positif dalam proses pembelajaran; sedangkan keterampilan guru dalam mengajukan pertanyaan terbukti berpengaruh terhadap perubahan sikap dan kemampuan berpikir siswa. Carin (1978) mendefinisikan waktu tunggu sebagai waktu yang dihitung sejak guru selesai mengajukan pertanyaan sampai menunjuk atau memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut. Selanjutnya dikemukakan bahwa "there are two types of wait times. Wait-time-1 is the initial wait-time when an instructor waits for the first response; wait-time-2 is the total time teacher waits for a class to respond to the same questions". Pemberian waktu tunggu yang lebih panjang dan tepat menurut MCGlatthery (1979) ternyata memberikan keuntungan dalam hal: mengurangi jawaban yang salah, respon siswa lebih panjang, kepercayaan siswa bertambah, dominasi waktu oleh guru berlcurang, jumlah pertanyaan yang dijawab siswa bertambah, jenis respon siswa lebih bervariasi dan kemampuan berpikir kreatif siswa meningkat. Hasil penelitian Rowe (1970) maupun Dahar (1990) menemukan bahwa jika guru memberikan waktu cukup kepada siswa untuk menjawab pertanyaan, maka hasil yang diperoleh lebih memuaskan. Pengelompokan pertanyaan guru menurut Carin dan Sund (1978) antara lain (a) pertanyaan tertutup atau konvergen, (b) pertanyaan terbuka atau divergen, (c) pertanyaan berdasarkan taksonomi Bloom dan (d) pertanyaan yang mengarah pada pengembangan keterampilan proses IPA. Pertanyaan tertutup hanya memungkinkan jawaban yang sangat terbatas, sedangkan pertanyaan divergen memungkinkan banyak jawaban. Pertanyaan berdasarkan taksonomi Bloom menekankan pada ranah kognitif, sedangkan pertanyaan keterampilan proses IPA meliputi keterampilan-keterampilan mengamati, menafsirkan pengamatan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, Tampung Penyang Volume VIII No. 2 Agustus 2010 3 berkomunikasi dan mengajukan pertanyaan. Selain itu, Gerhard (1971) mengelompokkan pertanyaan guru ke dalam tiga belas proses berpikir yang disarankan yakni: proses asosiasi, membandingkan, berpikir konvergen, berpikir divergen, sistesis, analisis, berfikir induktif, berpikir deduktif, klasifikasi, kategorisasi, berpikir kritis, berpikir kreatif dari membentuk konsep. Metode Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini melibatkan seorang guru pamong, seorang dosen pembimbing dan seorang mahasiswa. Dalam kegiatan ini dilalcsanakan sebanyak 5 kali siklus putaran. Penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Carr dalam Suyanto et al (1997), merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh guru dalam kelas dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran atau penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas (Kasbolah, 1998). Model kepembimbingan yang diterapkan dalam kegiatan ini mengacu pada kepembimbingan secara terpadu antara guru pamong dan dosen pembimbing dengan menerapkan pendekatan supervisi Idinis pada masing- masing siklus kegiatan. Untuk memudahkan pengamatan serta tolak ukur dalam kegiatan ini perlu adanya acuan. Dalam hal ini digunakan alat observasi yang dikembangkan oleh Rakajoni (1985b); sedangkan kegiatannya sendiri dalam latihan mengajar difokuskan pada keterampilan mengajar guru yang meliputi: keterampilan membuka dan menutup pelajaran untuk putaran 1, keterampilan bertanya dasar dan lanjut untuk putaran- 2 sampai putaran 5. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam kegiatan ini masingmasing sebagai berikut: Kegiatan putaran 1, terdiri dari tiga langkah yakni (1) guru pamong, dosen pembimbing dan mahasiswa PPL bekerja sama untuk mengindentifikasi masalah, mengumpulkan data, merumuskan masalah, menganalisis, serta memformulasikan hipotesis berdasarkan diagnostik-1 khususnya menyangkut membuka dan menutup pelajaran (2) guru pamong dosen pembimbing dan mahasiswa PPL merancang upaya perbaikan, melaksanakannya serta memonitornya; dan (3) guru, pamong, dosen pembimbing dan mahasiswa PPL bekerja sama mengevaluasi hasil perbaikan dan memverifikasi hipotesis tindakan-1. Kegiatan putaran -2 mencakup empat langkah masing-masing (1) guru pamong, dosen pembimbing dan mahasiswa PPL bersama-sama mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, merumuskan masalah, menganalisis, serta memformulasikan hipotesis berdasarkan diagnostik-2 dengan fokus keterampilan teknik bertanya, (2) guru pamong, dosen pembimbing dan mahasiswa PPL merancang upaya perbaikan, melaksanakannya serta Tampung Penyang Volume VIII No. 2 Agustus 2010 4 memonitomya; (3) guru pamong, dosen pembimbing dan mahasiswa PPL beketja sama mengevaluasi hasil mengindentifilcasi perbaikan, masalah yang memverifilcasi hipotesk masih dapat belum tindakan diselesaikan - 2 dengan dan (4) mengkaji penyebabnya, serta merumuskan kembali hipotesis ulang berdasarkan diagnostik ulang-3. Kegiatan ini akan berulang sampai proses penelitian putaran-5. II Pembahasan Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada kegiatan putaran-1, yang kegiatannya difokuskan pada membuka dan menutup pelajaran, menunjukkan bahwa mahasiswa peserta PPL dalam membuka dan menutup pelajaran untuk menarik perhatian siswa selalu berusaha mengubah gaya mengajar yang diikuti pula dengan interaksi antara guru dan, siswa pada lima menit pertama. Selain itu, juga menggunakan skema (chart) pada lima menit kedua serta interaksi antara guru dan siswa berlangsung hingga lima menit ketiga. Interaicsi antara siswa-guru maupun siswa-siswa tidak muncul sama sekali. Selain menarik perhatian siswa, mahasiswa peserta PPL, dalam kegiatan ini juga memberikan acuan pada siswa dengan cara mengingatkan masalah-masalah pokok yang akan dibahas (lima menit pertama dan lima menit ketiga) serta mengajukan pertanyaan — pertanyaan yang mengarah pada pokok persoalan yang akan dibahas pada lima menit kedua. Di samping itu, dalam kegiatan putaran 1 ini mahasiswa peserta PPL juga berusaha membuat apersepsi dengan cara menjelaskan keterkaitan konsep terhadap bahan yang akan dibahas pada pertemuan tatap muka saat itu. Akan tetapi calon guru dalam membuat apersepsi tersebut sedikit mengalamai kesulitan; yang ditunjukan oleh kekurangmampuan mahasiswa peserta PPL menyusun atau memperlihatkan hubungan antara aspek yang relevan sehingga terkesan membingungkan siswa. Berdasarkan hasil observasi tersebut, masih terlihat beberapa komponen yang berlcaitan dengan teknik membuka pelajaran masih banyak yang belum muncul. Komponenkothponen tersebut di antaranya adalah pola interaksi yang bervariasi, minimnya media yang digunakan, belum terlihatnya upaya menimbulkan motivasi, sulitnya membuat kaitan antara aspek yang relevan, maupun penyampaian tujuan dan batas-batas tugas yang dilalcsanakan. Selain itu, dalam kegiatan putaran 1 ini calon guru juga mengaku dan merasakan adanya kesulitan terutama untuk menimbulkan motivasi dan menunjukkan kaitan antara aspek yang relevan. Hasil observasi pada putaran 1 yang berkaitan dengan menutup pelajaran menunjukkan bahwa cara-cara yang dilakukan adalah meninjau kembali dengan membuat rangkuman pelajaran yang diberikan. Selain itu juga melakukan evaluasi dengan cara Tampung Penyang Volume VIII No. 2 Agustus 2010 5 mengajukan pertanyaan — pertanyaan yang ditulis di papan tulis. Bentuk-bentuk lainnya yang berkaitan dengan menutup pelajaran ini masih belum muncul; seperti pada saat seperti mengaplikasikan gagasan baru pada situasi lain, memberikan tindak lanjut seperti memberikan tugas rumah maupun merencanakan untuk memberikan pengajaran perbaikan. Mengingat setiap komponen kegiatan terdiri dari beberapa aspek yang saling terkait, maka bagi guru maupun mahasiswa dituntut untuk menguasai dengan baik masing-masing komponen dimaksud. Oleh karena itu, untuk merencanakan kegiatan selanjutnya perlu segera dilakukan pembicaraan bersama dalam masalah membuka dan menutup pelajaran antara guru pamong, dosen pembimbing dan mahasiswa. Tujuaanya agar dapat dirumuskan kembali permasalahan-permasalahan yang dialami oleh calon guru serta kemungkinan-kemungkinan tindakan yang dapat ditempuh. Pengaruh positif tersebut antara lain (a) timbulnya perhatian dan motivasi siswa dalam menghadapi tugas-tugas yang akan dikerjakan, (b) siswa akan mengetahui batas – batas tugas yang akan dilaksanakan, (c) siswa mengetahui hubungan antara pengalaman – pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari, menggabungkan fakta – fakta, keterampilan – keterampilan (d) siswa dapat atau konsep-konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa, (e) siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mempelajari pelajaran tersebut; sedangkan bagi guru (f) dapat mengetahui tingkat keberhasilan dalam mengajar. Hasil pada putaran 2 memberikan gambaran bahwa masih minimnya tingkat keterampilan bertanya calon guru yang sedang melaksanakan PPL pada putaran mi. Hal ini terlihat masih sering memunculkan hal-hal yang semestinya dapat dihindari dalam kaitannya dengan keterampilan bertanya terutama pada keterampilan bertanya dasar. Pada putaran ini selain masih memunculkan hal-hal yang seharusnya dihindari, juga masih banyak komponen bertanya yang belum bisa dimunculkan. Sebagai contoh, pemusatan perhatian, pemberian acuan, penyebaran respon siswa, memberikan waktu untuk berpikir siswa belum tampak dalam putaran mi. Selanjutnya bila diperhatikanpada bagian pertanyaan lanjut yang tampak paling dominan adalah pertanyaan kognitif pada tingkatan yang paling rendah (ingatan) serta sedikit pertanyaan pemahaman. Pertanyaan yang lebih tinggi tingkatannya seperti penerapan, analisa, sintesa dan evaluasi masih belum tampak. Hal ini juga diakui oleh praktikan bahwa ia merasa kesulitan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang menuju pada tingkat kognitif yang lebih tinggi. Melihat kenyataan ini, maka perlu dipikirkan bersama terutama oleh guru pamong maupun dosen pembimbing untuk melakukan pembimbing yang lebih maksimal lagi. Oleh karena itu setelah kegiatan belajar mengajar selesai dilaksanakan pertemuan antara Tampung Penyang Volume VIII No. 2 Agustus 2010 6 guru pamong, mengedentifilcasi dosen pembimbing, masalah-masalah yang dan mahasiswa ditemukan serta untuk melakulcan menyusun kembali evaluasi, rencana kegiatan untuk kegiatan PPL pada putaran berikutnya. Pada putaran 3 setelah melalui pembimbingan yang lebih terpadu terlihat adanya sedikit peningkatan keterampilan, khususnya keterampilan dalam mengajukan pertanyaan. Dari komponen-komponen keterampilan bertanya dasar, telah terjadi peningkatan selama dalam putaran 3 antara lain (a) calon guru sudah memunculkan sedikitnya 3 kali mengungkapkan perranyaan secara jelas dan singkat, (b) pemberian acuan, serta (c) pemberian waktu kepada siswa untuk berpilcir sebelum menjawab. Hal ini tentunya lebih memudahkan bagi siswa untuk menangkap serta menanggapi pertanyaan dari guru tersebut. Selain itu, dalam putaran ini calon guru masih tampak kesulitan untuk menghindar dari kebiasaan menunjuk siswa tertentu supaya menjawab pertanyaan dari calon guru. Apabila kebiasaan ini terus menerus dimunculkan dikhawatirkan dapat mengakibatkan terhadap siswa lain menjadi apatis dan malas mengikuti jalannya proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, pembimbingan untuk aspek ini hendaknya lebih mendapat perhatiaan lagi yang lebih serius. Melalui analisis dan evaluasi terhadap hasil kegiatan selama putaran 3, kemudian dilakukan identifikasi masalah yang masih memerlukan pemecahan melalui pembimbingan terhadap calon guru, pada kegiatan putaran berikutnya proses pembimbingan lebih difokuskan pada upaya-upaya mengajukan pertanyaan yang relevan dengan tingkat kognitif yang lebih tinggi. Setelah kegiatan putaran 4 dilaksanakan terlihat adanya peningkatan kemajuan keterampilan yang dimiliki oleh calon guru khususnya keterampilan bertanya. Hasil observasi yang diperoleh menunjuldcan terjadinya perubahan — perubahan mendasar pada calon guru dalam menyampaikan pertanyaan kepada siswa. Perubahan-perubahan tersebut antara lain (a) menutimnya frekuensi calon guru menjawab pertanyaannya sendiri atau mengajukan pertannyaan yang memancing jawaban pertanyaannya sendiri atau mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban siswa secara serentak atau menunjuk siswa tertentu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, (b) meningkatnya frekuensi dan jumlah pertannyaan dasar selama kegiatan berlangsung. Untuk komponen-komponen keterampilan bertanya dasar juga terjadi perubahan. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat dari makin meningkatnya jumlah komponen dan frekuensi pertanyaan dasar yang muncul selama observasi putaran 4 berlangsung. Di samping itu, pada komponen keterampilan bertanya lanjut juga terlihat adanya perubahan ke arah yang lebih baik yang ditunjukkan oleh makin bervariasinya pertanyaan yang diajukan oleh calon guru. Jika pada putaran sebelumnya mahasiswa peserta PPL mampu memperlihatkan Tampung Penyang Volume VIII No. 2 Agustus 2010 7 kemampuan mengajukan pertanyaan yang bersifat ingatan saja, maka dalam putaran ini calon guru tersebut telah mampu mengajukan pertanyaan yang menuntut pemahaman, analisis, bahkan evaluasi meskipun masih rendah. Dengan memperhatikan hasil yang dicapai selama putaran 4, permasalahanpermasalahan yang masih perlu diperhatikan secara ldiusus adalah antara lain (a) menghindarai kebiasaan menunjuk siswa tertentu untuk menjawab atau mengulangi pertanyaan sendiri, serta (b) menjawab pertanyaan sendiri. Disamping itu, untuk keterampilan bertanya lanjut juga masih perlu penanganan dan bimbingan yang mengarah ke perrnasalahan dimaksud. Selama kegiatan putaran 5, data yang diperoleh dari hasil observasi di kelas memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan kemampuan dalam hal keterampilan bertanya dalam mengajar. Pengingkatan ini terjadi baik pada keterampilan bertanya dasar maupun pada keterampilan bertanya lanjutan. Pada keterampilan bertanya dasar telah memperlihatkan peningkatan kemampuan dalam hal: memberikan pertanyaan kepada siswa dari sudut jumlah pertanyaan, frekuensi dan variasi pertanyaan dasar. Terjadinya perubahan ke arah peningkatan kualitas dan lcuantitas pertanyaan ini terjadi sebagai akibat adanya perhatian dan bimbingan yang dilakukan oleh guru pamong dan dosen pembimbing tanpa mengensampingkan kemampuan dalam kaitannya dengan keterampilan mengajar lanjut juga terjadi perubahan ke arah peningkatan kualitas maupun kuantitas pertanyaan. Bila pada putaran sebelumnya hanya mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan kognitif yang bersifat ingatan dan sedikit pemahaman, maka dalam putaran ini telah mampu dengan baik memunculkan pertanyaan lanjutan yang bervariasi. Terjadi perubahan ke arah peningkatan kualitas dan kuntitas dalam mengembangkan keterampilan bertanya ini terjadi setelah melalui kepembimbingan PPL yang terpadu antar guru pamong dan dosen pembimbing selama kegiatan pelaksanaan berlangsung. Pcrlu ditambahkan pula teknik pendekatan yang dilakukan guru pamong dan dosen pembimbing dalam proses kepembimbingan PPL berlangsung menggunakan pendekatan supervisi klinis. Pendekatan peningkatan supervisi keterampilan klinis mengajar selama berlangsung secara umum. ternyata dapat Dalam penelitian memberikan ini kemampuan mengajar tertuju khusus pada keterampilan bertanya, baik keterampilan bertanya dasar maupun keterampilan bertanya lanjut. Hal ini lcarena dalam supervisi klinis supervisor. (guru pamong dan dosen pembimbing) bersifat lebih akrab, lebih hangat, terbuka, demokratis, menganggap calon guru sebagai teman sejawat dan menghargai kemampuan calon gum untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan mengaktualisasikan diri di lingkungan sistem belajar yang tepat dengan bantuan supervisor (guru pamong dan dosen Tampung Penyang Volume VIII No. 2 Agustus 2010 8 pembimbing). III Kesimpulan Melalui proses pembimbingan terpadu yang intensif antara guru pamong dan dosen pembimbing, ternyata kemampuan mengajar khususnya dalam mengajukan pertanyaan bagi mahasiswa peserta PPL dapat ditingkatkan secara signifikan. Memperhatikan temuan-temuan yang telah diketengahkan di atas, sejumlah rekommendasi dapat diajukan antara lain (a) kepembimbingan PPL secara terpadu dengan pendekatan supervisi klinis sangat cocok dan raudah penerapannya untuk mengoptimalkan potensi kerja semua komponen yang ada di lapangan, (b) model kepembimbingan secara terpadu antara guru pamong dan dosen pembimbing dengan pendekatan supervisi klinis dapat dilaksanakan untuk seluruh bidang studi yang ada di sekolah. Daftar Pustaka Carin,A.A.andSund, R.B.,(1978). Creative Question and Sensitive Listening Techniques. Carin, A.A., (1997). Teaching Modern Science. Dahar, R. W. dkk., (1992). Dampak Pertanyaan dan Teknik Bertanya Guru Selama Proses BelajarMengajar IPA pada Berpikir Siswa. Gerhard,M., (1971). Effective Teaching Strategis With the Behavior Outcomes Approach Kasbolah, Kasihani E.S. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. La Sulo S. L. dkk. (1998). Supervisi Klinis: Pendekatan pembimbingan Dalam Penyelenggaraan PPL. McGlatthery, G., (1979). "Analizing the Questioning behaviors of science teacher" dalam Rowe, M. B. (Ed). Rakajoni, Tj. 0985a). Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut: Panduan Pengajaran. (198b). Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran: Panduan Pengajaran. Tampung Penyang Volume VIII No. 2 Agustus 2010 9