BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Diabetes mellitus

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Diabetes mellitus gestasional (GDM) didefinisikan sebagai derajat apapun
intoleransi glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama kehamilan.
(WHO-World Health Organisation 2011). Hal ni berlaku baik insulin atau
modifikasi diet hanya digunakan untuk pengobatan dan apakah atau tidak kondisi
tersebut terus berlangsung setelah kehamilan. Ini tidak mengesampingkan
kemungkinan bahwa intoleransi glukosa yang belum diakui mungkin telah
dimulai bersamaan dengan kehamilan.
2.2. Etiologi
Selama kehamilan, peningkatan kadar hormon tertentu dibuat dalam plasenta
(organ yang menghubungkan bayi dengan tali pusat ke rahim) nutrisi membantu
pergeseran dari ibu ke janin. Hormon lain yang diproduksi oleh plasenta untuk
membantu mencegah ibu dari mengembangkan gula darah rendah.
Selama kehamilan, hormon ini menyebabkan terganggunya intoleransi glukosa
progresif (kadar gula darah yang lebih tinggi). Untuk mencoba menurunkan kadar
gula darah, tubuh membuat insulin lebih banyak supaya sel mendapat glukosa
bagi memproduksi sumber energi.
Biasanya pankreas ibu mampu memproduksi insulin lebih (sekitar tiga kali jumlah
normal) untuk mengatasi efek hormon kehamilan pada tingkat gula darah. Namun,
jika pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk mengatasi efek
dari peningkatan hormon selama kehamilan, kadar gula darah akan naik,
mengakibatkan GDM.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Faktor Risiko
Faktor-faktor berikut meningkatkan risiko terkena GDM selama kehamilan:

Kelebihan berat badan sebelum hamil (lebih 20% dari berat badan ideal).

Merupakan anggota kelompok etnis risiko tinggi (Hispanik, Black,
penduduk asli Amerika, atau Asia).

Gangguan toleransi glukosa atau glukosa puasa terganggu (kadar gula
darah yang tinggi, tetapi tidak cukup tinggi untuk menjadi diabetes).

Riwayat keluarga diabetes (jika orang tua atau saudara kandung memiliki
diabetes).

Sebelumnya melahirkan bayi lebih dari 4 kg.

Sebelumnya melahirkan bayi lahir mati.

Mendapat diabetes kehamilan dengan kehamilan sebelumnya.

Memiliki terlalu banyak cairan ketuban (suatu kondisi yang disebut
polihidramnion).
Banyak wanita yang mengalami GDM tidak memiliki faktor risiko yang
diketahui.
2.4. Patogenesis
Kehamilan adalah suatu kondisi diabetogenic ditandai dengan resistensi insulin
dengan peningkatan kompensasi sebagai respon β-sel dan hyperinsulinemia.
Resistensi insulin biasanya dimulai pada trimester kedua dan memaju ke seluruh
sisa dari kehamilan. Plasenta sekresi hormon seperti progesteron, kortisol
laktogen, plasenta, prolaktin, dan hormon pertumbuhan, merupakan penyumbang
utama kepada resistensi insulin yang terlihat dalam kehamilan. Resistensi pada
insulin mungkin berperan dalam memastikan bahwa janin memiliki tenaga yang
cukup dari glukosa dengan mengubah metabolisme energi ibu dari karbohidrat ke
lemak.
Wanita dengan GDM memiliki keparahan yang lebih besar dari resistensi insulin
dibandingkan dengan resistensi insulin terlihat pada kehamilan normal. Mereka
juga memiliki penurunan dari peningkatan kompensasi dalam sekresi insulin,
Universitas Sumatera Utara
khususnya pada fase pertama sekresi insulin. Penurunan pada insulin fase pertama
mungkin menandakan kerusakan fungsi sel β. Xiang et al menemukan bahwa
wanita dengan GDM Latino meningkat resistensi terhadap pengaruh insulin pada
clearance glukosa dan produksi dibandingkan dengan wanita hamil normal.
Selain itu, mereka menemukan bahwa wanita dengan GDM mengalami penurunan
67% sebagai kompensasi β-sel mereka dibandingkan dengan normal peserta
kontrol hamil.
Ada juga kebanyakan wanita dengan GDM yang memiliki bukti autoimun sel
islet. Prevalensi dilaporkan antibodi sel islet pada wanita dengan GDM berkisar
1,6-38%. Prevalensi autoantibodi lain, termasuk autoantibodi insulin dan antibodi
asam glutamat dekarboksilase, juga telah variabel. Wanita-wanita ini mungkin
menghadapi risiko untuk mengembangkan bentuk autoimun diabetes di kemudian
hari. Akhirnya, dalam 5% dari semua kasus GDM, β-sel ketidakmampuan untuk
mengkompensasi resistensi insulin adalah hasil dari cacat di β -sel, seperti mutasi
pada glukokinase. (Sumber : Journal Clinical Diabetes January 2005 Vol 23)
2.5 Gejala Klinis
Diabetes mellitus gestasional adalah bentuk sementara (dalam banyak kasus)
diabetes dimana tubuh tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup
untuk menangani gula selama kehamilan. Hal ini juga bisa disebut intoleransi
glukosa atau intoleransi karbohidrat. Tanda dan gejala dapat termasuk:

Gula dalam urin

Sentiasa rasa haus

Sering buang air kecil

Kelelahan

Mual

Sering infeksi kandung kemih, vagina dan kulit

Penglihatan kabur
Universitas Sumatera Utara
2.6 Pemeriksaan
Tes Tolenrasi Glukosa Oral (TTGO) adalah rutin untuk semua wanita hamil. Tes
ini juga dapat diindikasikan untuk diabetes pada kehamilan (diabetes gestasional).
Banyak di antara ibu-ibu yang sebelum hamil tidak menunjukkan gejala, tetapi
menderita gangguan metabolisme glukosa pada waktu hamil.
 Prosedur pemeriksaan bagi Tes Tolenrasi Glukosa Oral (TTGO)
Selama 3 hari sebelum tes dilakukan penderita harus mengkonsumsi sekitar
150 gram karbohidrat setiap hari. Terapi obat yang dapat mempengaruhi hasil
laboratorium harus dihentikan hingga tes dilaksanakan. Beberapa jenis obat
yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium adalah insulin, kortikosteroid
(kortison), kontrasepsi oral, estrogen, anticonvulsant, diuretik, tiazid, salisilat,
asam askorbat. Selain itu penderita juga tidak boleh minum alkohol.
Protokol urutan pengambilan darah berbeda-beda; kebanyakan pengambilan
darah setelah puasa, dan setelah 1 dan 2 jam. Ada beberapa yang mengambil
darah jam ke-3, sedangkan yang lainnya lagi mengambil darah pada ½ jam
dan 1½ jam setelah pemberian glukosa. Yang akan diuraikan di sini adalah
pengambilan darah pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam.
Sebelum dilakukan tes, penderita harus berpuasa selama 12 jam. Pengambilan
sampel darah dilakukan sebagai berikut :

Pagi hari setelah puasa, penderita diambil darah vena 3-5 ml untuk uji
glukosa darah puasa. Penderita mengosongkan kandung kemihnya dan
mengumpulkan sampel urinenya.

Penderita diberikan minum glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam
segelas air (250ml). Lebih baik jika dibumbui dengan perasa, misalnya
dengan limun.
Universitas Sumatera Utara

Pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam, penderita diambil darah
untuk pemeriksaan glukosa. Pada waktu 1 jam dan 2 jam penderita
mengosongkan kandung kemihnya dan mengumpulkan sampel urinenya
secara terpisah.
Selama TTGO dilakukan, penderita tidak boleh minum kopi, teh, makan
permen, merokok, berjalan-jalan, atau melakukan aktifitas fisik yang berat.
Minum air putih yang tidak mengandung gula masih diperkenankan.
 Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil laboratorium

Penggunaan obat-obatan tertentu

Stress (fisik, emosional), demam, infeksi, trauma, tirah baring, obesitas
dapat meningkatkan kadar glukosa darah.

Aktifitas berlebihan dan muntah dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Obat hipoglikemik dapat menurunkan kadar glukosa darah.

Usia. Orang lansia memiliki kadar glukosa darah yang lebih tinggi. Sekresi
insulin menurun karena proses penuaan.
 Intepretasi hasil Lab TTGO bagi GDM

Puasa: 95 mg / dL atau lebih tinggi

Jam Pertma: 180 mg / dL atau lebih tinggi

Jam Kedua: 155 mg / dL atau lebih tinggi

Jam Ketiga: 140 mg / dL atau lebih tinggi
(Sumber : PERKENI, 2002)
Universitas Sumatera Utara
2.7 Diagnosa
Tes Toleransi glukosa oral (TTGO) yang paling umum digunakan untuk
mendiagnosis GDM di Amerika Serikat adalah TTGO, 3-jam-g 100. Menurut
kriteria diagnostik yang direkomendasikan oleh American Diabetes Association
(ADA), GDM didiagnosa jika kadar plasma dua atau lebih glukosa memenuhi
atau melebihi ambang batas berikut: konsentrasi glukosa puasa 95 mg / dl, kadar
glukosa 1-jam 180 mg / dl , 2-jam glukosa konsentrasi 155 mg / dl, atau 3 jam
konsentrasi glukosa 140 mg / dl. Tetapi nilai-nilai ini lebih rendah daripada batas
yang direkomendasikan oleh National Diabetes Data Group dan didasarkan pada
Carpenter dan modifikasi Coustan. Rekomendasi ADA juga mencakup
penggunaan-g OGTT-jam 75 2 dengan batas glukosa yang sama terdaftar untuk
berpuasa, 1-jam, dan jam nilai 2.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kriteria diagnostik, yang digunakan hanya di
negara di luar Amerika Utara, didasarkan pada TTGO 75-g 2-jam. GDM
didiagnosa oleh WHO kriteria jika baik glukosa puasa> 126 mg / dl atau glukosa
2 jam adalah> 140 mg / dl.
Penilaian risiko untuk GDM harus dilakukan pada kunjungan prenatal pertama.
Wanita dengan karakteristik klinis yang konsisten dengan risiko tinggi GDM
(obesitas ditandai, sejarah pribadi GDM, glikosuria, atau riwayat keluarga yang
kuat diabetes) harus menjalani pengujian secepat mungkin. Jika mereka ternyata
tidak memiliki GDM pada skrining awal, mereka harus diuji ulang antara minggu
kehamilan ke 24 hingga ke 28. Perempuan risiko sedang harus memiliki pengujian
dilakukan pada minggu kehamilan ke 24 hingga ke 28.
Universitas Sumatera Utara
Status pasien yang mempunyai risiko rendah tidak memerlukan pengujian
glukosa, tapi kategori ini terbatas pada wanita-wanita yang memenuhi seluruh
karakteristik berikut:

Usia <25 tahun.

Berat badan normal sebelum hamil.

Anggota kelompok etnis dengan prevalensi rendah GDM.

Tidak ada riwayat keluarga yang mempunyai diabetes.

Tidak ada riwayat toleransi glukosa abnormal.

Tidak ada riwayat hasil obstetri buruk.
Jika tingkat glukosa plasma puasa > 126 mg / dl (7,0 mmol / l) atau glukosa
plasma santai> 200 mg / dl (11,1 mmol / l) memenuhi ambang batas normal untuk
diagnosis diabetes, dan dapat dikonfirmasi pada hari seterusnya, maka tidak perlu
untuk lakukan test menentukan kadar glukosa yang lain. Maka bagi pasien tidak
menunjukan sebarang tanda hiperglikemia, evaluasi untuk GDM pada wanita
dengan karakteristik risiko sedang atau risiko tinggi harus mengikuti salah satu
dari dua pendekatan:

Lakukan tes diagnostik toleransi glukosa oral (TTGO) tanpa plasma
sebelumnya atau skrining serum glukosa. Pendekatan langkah pertama ini
adalah paling efektif pada pasien berisiko tinggi atau populasi (misalnya,
beberapa kelompok asli-Amerika).

Melakukan pemeriksaan awal dengan mengukur plasma atau serum
glukosa 1 jam setelah beban glukosa 50-g oral (glucose challenge test
[GCT]) dan melakukan TTGO diagnostik pada subset dari perempuan
yang mempunyai nilai ambang glukosa yang lebih tinggi dari di GCT
tersebut. Ketika dua langkah pendekatan yang digunakan, nilai ambang
glukosa> 140 mg / dl (7,8 mmol / l) mengidentifikasi sekitar 80% wanita
dengan GDM, dan hasil yang meningkat menjadi 90% dengan
menggunakan cutoff dari> 130 mg / dl (7,2 mmol / l).
Universitas Sumatera Utara
Dengan pendekatan baik, diagnosis GDM didasarkan pada sebuah TTGO. Kriteria
Diagnostik untuk-g TTGO 100 berasal dari karya asli O'Sullivan dan Mahan,
dimodifikasi oleh Carpenter dan Coustan, dan ditampilkan dalam Jadual 2.1.
Atau, diagnosis dapat dibuat dengan menggunakan beban glukosa g-75 dan daftar
nilai ambang glukosa puasa, jam 1, dan jam 2, namun tes ini tidak serta divalidasi
untuk deteksi-risiko bayi di atau ibu sebagai TTGO100-g.
Tabel 2.1: Kriteria Diabetes Mellitus Gestasional (GDM)
Kriteria
1964
O’Sullivan & Mahan
1979
1999
NDDG
WHO
2000 ADA
2001 ADA
Medium
Darah
Plasma
Plasma
Plasma
Plasma
Plasma
dan Waktu
lengkap
100g-3j
100g-3j
75g-2j
100g-3j
72g-2j
100g-3j
(mmol/L
(mmol/L
(mmol/L
(mmol/L
(mmol/L
(mmol/l,
(mg/dL))†
(mg/dL))†
(mg/dL))‡
(mg/dL))†
(mg/dL))†
≥5.8 (105)
<7.0 (126)
≥5.3 (95)
≥5.3 (95)
(mg.dL))†
 Puasa
≥5.0 (90)
≥5.8 (105)
 Jam
≥9.2 (165)
≥10.6 (190) ≥10.6 (190)
≥8.1 (145)
≥9.2 (165)
≥10.0 (180) ≥10.0 (180)
Pertama
 Jam
≥9.2 (165)
≥8.6 (155)
≤11.1 (200)
Kedua
 Jam
>7.8 (140), ≥8.6 (155)
≥6.9 (125)
≥8.1 (145)
≥8.1 (145)
≥7.8 (140)
Ketiga
ADA, American Diabetic Association; WHO, World Health Organization;
NDDG, National Diabetes Data Group
†
: Perlukan dua nilai elevasi untuk diagnosis
‡
: Perlukan satu nilai elevasi untuk diagnosis
(Sumber : David R. McCance, Micheal Maresh, David A. Sacks, 2010.
A Practical Manual of Diabetes in Pregnancy)
Universitas Sumatera Utara
2.8 Komplikasi
Komplikasi akibat GDM bisa berlaku pada janin dan juga pada ibu.
Komplikasi janin termasuk makrosomia, hipoglikemia neonatal, kematian
perinatal, kelainan bawaan, hiperbilirubinemia, polisitemia, hypocalcemia, dan
sindrom gangguan pernapasan. Makrosomia, yang didefinisikan sebagai berat
lahir> 4.000 g, terjadi pada 20-30% bayi yang ibunya menderita GDM. Faktorfaktor lain yang dapat diperlihat pada ibu yang memicukan peningkatan insiden
kelahiran janin makrosomia termasuk hiperglikemia, Body Mass Index (BMI)
tinggi, usia yang lebih tua, multiparitas. Dengan ini, kasus makrosomia dapat
menyebabkan untuk morbiditas janin meningkat sewaktu dilahirkan, seperti
distosia bahu, dan meningkatkan risiko kelahiran secara sactio caesaria.
Hipoglikemia neonatal dapat terjadi dalam beberapa jam setelah dilahirkan . Hal
ini
adalah
karena
ibu
yang
hiperglikemia
dapat
menyebabkan
janin
hiperinsulinemia Komplikasi jangka panjang pada janin dengan ibu GDM
termasuk peningkatan risiko intoleransi glukosa, diabetes, dan obesitas.
Komplikasi pada ibu GDM meliputi hipertensi, preeklampsia, dan peningkatan
risiko kelahiran secara sactio caesaria. Hipertensi ini mungkin terkait dengan
resistensi insulin. Oleh karena itu, intervensi yang menunjukkan peningkatkan
sensitivitas insulin dapat membantu mencegah komplikasi ini. Selain itu, wanita
dengan riwayat GDM memiliki peningkatan risiko diabetes setelah kehamilan
dibandingkan dengan populasi umum, dengan tingkat konversi hingga 3% per
tahun.
Universitas Sumatera Utara
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1. Manajemen Farmakalogi

Insulin adalah terapi farmakologis yang paling konsisten yang telah
ditunjukkan untuk mengurangi morbiditas janin ketika ditambahkan
dengan evaluasi Terapi Nutrisi Medis (MNT). Pemilihan kehamilan untuk
terapi insulin dapat didasarkan pada ukuran glikemia ibu dengan atau
tanpa penilaian karakteristik pertumbuhan janin. Ketika kadar glukosa ibu
digunakan,
terapi
insulin
dianjurkan
ketika
MNT
gagal
untuk
mempertahankan glukosa dipantau berdasarkan kadar glukosa berikut:
 Glukosa darah puasa seluruh : ≤ 95 mg / dl (5,3 mmol / l)
 Glukosa plasma puasa : ≤ 105 mg / dl (5,8 mmol / l)
atau
 Glukosa darah postprandial 1-jam keseluruhan : ≤ 140 mg / dl
(7,8 mmol / l)
 Glukosa 1-jam postprandial plasma : ≤ 155 mg / dl (8,6 mmol / l)
atau
 Glukosa darah postprandial 2-jam keseluruhan: ≤ 120 mg / dl
(6,7 mmol / l)
 Glukosa postprandial plasma 2-jam : ≤ 130 mg / dl (7,2 mmol / l)

Insulin harus digunakan bila insulin yang diresepkan, dan Pemantauan
Glukosa Darah Mandiri Harian (SMBG) harus dibimbing dan waktu dosis
regimen insulin. Penggunaan insulin analog belum cukup teruji di GDM.

Pengukuran lingkar perut janin awal pada trimester ketiga dapat
mengidentifikasi sebagian besar bayi tanpa risiko kelebihan makrosomia
dengan tidak adanya terapi insulin ibu. Pendekatan ini telah diuji terutama
pada kehamilan dengan ibu kadar glukosa serum puasa <105 mg / dl (5,8
mmol / l).

Agen penurun glukosa oral secara umum tidak dianjurkan selama
kehamilan. Namun, dalam satu percobaan klinis yang membandingkan
penggunaan insulin dan glyburide pada wanita dengan GDM menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
ia tidak mampu memenuhi tujuan glikemik pada MNT . Semua pasien
berada di luar trimester pertama kehamilan di inisiasi terapi. Glyburide
tidak disetujui FDA untuk pengobatan GDM dan studi lebih lanjut
diperlukan dalam populasi pasien yang lebih besar untuk membukti
keamanannya.
2.9.2. Manajemen Non-Farmakalogi

Semua wanita dengan GDM harus mendapat konseling gizi, oleh seorang
ahli diet terdaftar bila mungkin, sesuai dengan rekomendasi oleh American
Diabetes Association. Individualisasi terapi nutrisi medis (MNT)
tergantung pada berat badan ibu dan tinggi dianjurkan. MNT harus
mencakup penyediaan kalori dan nutrisi yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan kehamilan dan harus konsisten dengan tujuan glukosa darah ibu
yang telah ditetapkan. Diet kurang kalori dapat digunakan bagi tahap
sedang.

Untuk wanita gemuk (BMI> 30 kg / m 2). Pembatasan kalori 30-33% (25
kkal / kg berat aktual per hari) telah terbuktikan dapat mengurangi
hiperglikemia
dan
kadar
plasma
trigliserida
tanpa
menunjukkan
peningkatan pada ketonuria. Pembatasan karbohidrat untuk 35-40% dari
kalori telah terbukti menurunkan kadar glukosa ibu dan membaikan
kondisi ibu dan janin

Program latihan fisik yang sedang telah terbukti dapat menurunkan
konsentrasi glukosa ibu pada wanita dengan GDM. Meskipun dampak
latihan komplikasi neonatal menunggu uji klinis yang ketat, efek penurun
glukosa menguntungkan menjamin rekomendasi bahwa perempuan tanpa
kontraindikasi medis atau obstetri didorong untuk memulai atau
melanjutkan program latihan sederhana sebagai bagian dari pengobatan
untuk GDM.

GDM tidak dengan sendirinya merupakan indikasi untuk kelahiran certio
cesearan atau untuk partus sebelum 38 minggu kehamilan. Perpanjangan
masa kehamilan 38 minggu meningkatkan risiko makrosomia janin tanpa
Universitas Sumatera Utara
mengurangi tingkat bedah caesar, sehingga melahirkan janin pada minggu
38 dianjurkan tetapi kondisi obstetric harus pertimbangan.

Menyusui, seperti biasa, harus didorong pada wanita dengan GDM.
2.9.3. Monitor / Surveilans (Antenatal Care)

Surveilans metabolik ibu harus diarahkan dalam mendeteksi hiperglikemia
parah cukup untuk menentukan kadar risiko efek pada janin. Pemantauan
diri glukosa darah harian (SMBG) tampaknya lebih unggul mengetahui
kadar gula darah yang benar. Bagi wanita yang diobati dengan insulin,
bukti-bukti terbatas menunjukkan bahwa pemantauan postprandial lebih
unggul dari pemantaun preprandial.

Pemantauan keton urin mungkin berguna dalam mendeteksi kalori yang
tidak memadai atau asupan karbohidrat pada wanita diperlakukan dengan
pembatasan kalori.

Surveilans ibu harus mencakup tekanan darah dan protein urin
pemantauan untuk mendeteksi gangguan hipertensi.

Surveilans harus dipertingkatkan bagi kehamilan berisiko tinggi kerana
dapat menyebabakan kematian pada janin , terutama ketika kadar glukosa
puasa melebihi 105 mg / dl (5,8 mmol / l) atau jangka masa kehamilan
berlanjut. Inisiasi, frekuensi, dan teknik khusus yang digunakan untuk
menilai kesejahteraan janin akan tergantung pada risiko kumulatif janin
bergantung dari GDM dan kondisi medis lain / kondisi obstetri yang hadir.

Penilaian pertumbuhan janin asimetris dengan ultrasonografi, terutama di
awal trimester ketiga, dapat membantu dalam mengidentifikasi janin yang
dapat manfaat dari terapi insulin ibu.
Universitas Sumatera Utara

ADA merekomendasikan semua wanita dengan GDM harus diskrining
untuk intoleransi glukosa dari pada minggu ke enam sampai ke dua belas
setelah melahirkan. Pada wanita yang mendapat kelainan pada kadar
glukosa darah selama kehamilan memiliki risiko terbesar untuk mendapat
intoleransi glukosa postpartum. Semua wanita dengan riwayat gestational
diabetes harus dididik tentang modifikasi gaya hidup dan risiko akibat
resistensi insulin.

Jika hasil pada minggu ke enam setelah melahirkan janin menunjukkan
gangguan glukosa puasa atau toleransi, pasien harus diuji ulang setiap
tahun. Semua wanita dengan GDM harus menerima intensif terapi dan
latihan program individu ditentukan karena mereka mempunyai risiko
tinggi terkena diabetes. Mereka perlu dirujukan pada para medis dengan
keahlian dalam pendidikan dan perawatan diabetes dewasa untuk wanita
dengan kelainan kadar glukosa pada postpartum.
(Sumber : Journal Clinical Diabetes January 2005 Vol 23)
Universitas Sumatera Utara
2.10. Prognosis
Kehamilan kedua dalam waktu 1 tahun dari kehamilan sebelumnya yang
mempunyai GDM memiliki tingkat kekambuhan tinggi. Wanita didiagnosa
dengan GDM memiliki peningkatan risiko terkena diabetes melitus di masa
depan.
Wanita yang membutuhkan insulin pengobatan sewaktu kehamilan kerana
didiagnosa dengan GDM mempunyai risiko tinggi untuk mendapat diabetes
kerana telah mempunyai antibodi yang terkait dengan diabetes (seperti antibodi
terhadap dekarboksilase glutamat, islet sel antibodi dan / atau antigen insulinoma2), berbanding wanita dengan dua kehamilan sebelumnya dan pada wanita yang
gemuk.
Wanita membutuhkan insulin untuk mengelola gestational diabetes
memiliki resiko 50% terkena diabetes dalam lima tahun ke depan. Tergantung
pada populasi yang diteliti, kriteria diagnostik dan panjang tindak lanjut, risiko
dapat bervariasi sangat besar. Risiko tampaknya tertinggi dalam 5 tahun pertama,
mencapai dataran tinggi setelahnya. Penelitian lain menemukan risiko diabetes
setelah GDM lebih dari 25% setelah 15 tahun.
Ada data statistik terhadap risiko kondisi lain pada wanita dengan GDM,
dalam studi Perinatal Yerusalem, 410 dari 37.962 pasien dilaporkan telah GDM,
dan ada kecenderungan lebih mendapat kanker payudara dan kanker pankreas ,
tetapi lebih banyak penelitian diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan ini.
(Sumber : Journal Clinical Diabetes January 2005 Vol 23)
Universitas Sumatera Utara
Download