Surviving Spouses: Support for Widows in Malang, East Java

advertisement
UvA-DARE (Digital Academic Repository)
Surviving Spouses: Support for Widows in Malang, East Java
Marianti, R.
Link to publication
Citation for published version (APA):
Marianti, R. (2002). Surviving Spouses: Support for Widows in Malang, East Java
General rights
It is not permitted to download or to forward/distribute the text or part of it without the consent of the author(s) and/or copyright holder(s),
other than for strictly personal, individual use, unless the work is under an open content license (like Creative Commons).
Disclaimer/Complaints regulations
If you believe that digital publication of certain material infringes any of your rights or (privacy) interests, please let the Library know, stating
your reasons. In case of a legitimate complaint, the Library will make the material inaccessible and/or remove it from the website. Please Ask
the Library: http://uba.uva.nl/en/contact, or a letter to: Library of the University of Amsterdam, Secretariat, Singel 425, 1012 WP Amsterdam,
The Netherlands. You will be contacted as soon as possible.
UvA-DARE is a service provided by the library of the University of Amsterdam (http://dare.uva.nl)
Download date: 25 Oct 2017
RINGKASAN N
Jaminann sosial di negara-negara berkembang seperti Indonesia telah dikaji oleh berbagai studi
secaraa mendalam. Studi-studi ini sering menyebutkan bahwa, di kebanyakan negara
berkembang,, orang harus menghadapi berbagai masalah dan resiko seperti kematian, sakit,
cacatt atau kehilangan penghasilan, tanpa perlindungan yang memadai dari sistem jaminan
sosiall yang diselenggarakan oleh negara. Di Indonesia, perlindungan dari sejumlah program
asuransii sosial yang ada hanya dapat dinikmati oleh sekelompok kecil masyarakat (pegawai
negeri,, anggota angkatan bersenjata atau kepolisian dan pekerja di sektor formal). Sementara
itu,, premi dari program-program asuransi yang dapat diikuti secara pribadi, kebanyakan tidak
terjangkauu oleh day a beli sebagian besar masyarakat.
Tetapii tampaknya terlalu mudah untuk mengasumsikan bahwa mereka yang tidak
memilikii akses terhadap asuransi sosial atau asuransi pribadi juga tidak memiliki akses
terhadapp alternatif pemecahan masalah. Dalam upayanya mengatasi berbagai persoalan, orang
bisaa mendapatkan beragam jenis dan bentuk bantuan dari berbagai sumber. Hubungan bantumembantuu ini bisa didasari oleh ikatan kekeluargaan, ketetanggaan, pertemanan atau berbagai
bentukk solidaritas komunal lainnya.
Dii Indonesia, keberadaan berbagai sumber bantuan, seperti keluarga, tetangga atau
negara,, merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Sekalipun demikian, akses
terhadapp berbagai bantuan ini tidaklah setara bagi setiap orang. Jika berbagai jenis dan bentuk
bantuann yang diterima oleh seseorang dari berbagai sumber dapat dikiaskan sebagai suatu
'paket',, maka dapat dikatakan bahwa sejumlah orang mempunyai paket yang lebih besar dari
yangg lain. Selain itu, isi 'paket' setiap orang selalu berubah-ubah baik dari segi kuantitas,
kualitass maupun ragamnya. Perubahan-perubahan ini umumnya sejalan dengan berbagai
tahapann hidup, terkait dengan mobilitas sosial, ekonomis dan geografis atau dapat juga terjadi
karenaa konflik maupun aliansi. Berdasarkan hal ini, penerima dan pemberi bantuan adalah
pihak-pihakk yang terkait satu dengan yang lain dalam suatu hubungan yang dinamis dan
kompleks.. Dinamika dan kompleksitas inilah yang menjadi inti dari studi ini. Selanjutnya,
studii ini memusatkan perhatiannya pada janda yang tinggal didaerah perkotaan Jawa sebagai
penerimaa bantuan dan mengidentifikasi keluarga, tetangga dan negara (melalui berbagai
programm asuransi sosial atau program-program pengentasan kemiskinan) sebagai kategorikategorii pemberi bantuan.
244 4
Penelitian-penelitiann tentang kehidupan para janda seringkali menunjukkan gambar
suramm tentang berbagai masalah (ekonomis, emosional dan praktis) yang terkait dengan
kejandaann mereka. Di berbagai konteks sosial, perempuan memang jatuh dalam posisi yang
terpinggirr secara ekonomis, sosial dan kultural setelah suaminya meninggal. Janda mendapat
tekanann sosial atau bahkan diwajibkan menjalani masa berkabung yang bisa berlangsung
bertahun-tahun,, didorong untuk menarik diri dari dari ranah publik dan menjalani kehidupan
yangg terkucil untuk membuktikan kesetiaan mereka terhadap sang almarhum suami. Di Jawa,
jandaa umumnya tidak dibebani kewajiban atau larangan kultural-keagamaan yang membuat
merekaa terpuruk dalam posisi terpinggirkan. Bagaimana kejandaan akan mempengaruhi
kehidupann seorang perempuan juga tergantung pada berbagai aspek seperti usia, kondisi
kesehatan,, penghasilan dan lain-lain. Akibatnya, janda di Jawa bukanlah merupakan suatu
kategorii sosial yang serbasama. Ini berarti bahwa: tidak saja persoalan-persoalan hidup yang
haruss mereka hadapi berbeda-beda, tetapi kemampuan dan cara mereka untuk mengatasi
persoalan-persoalann tersebut juga beragam.
Umumnya,, masalah-masalah yang harus dihadapi oleh janda di Jawa, baik persoalan
sehari-harii ataupun yang disebabkan oleh situasi khusus, erat terkait dengan masalah-masalah
sociall yang lebih luas seperti masalah keadaan hidup dihari tua, kemiskinan, diskriminasi
gender,, ekslusivitas program-program jaminan sosial yang ada dll. Kajian tentang kehidupan
paraa janda dan berbagai masalah yang terkait dengan kejandaan mereka, tidak dapat
dilepaskann dari kajian tentang kategori-kategori sosial yang lain. Studi ini menunjukkan
bagaimanaa berbagai kategori sosial - termasuk para janda - saling terkait dan bagaimana
bermacamm aspek hidup mereka berjalinan baik dalam situasi hidup sehari-hari maupun dalam
situasii khusus.
Bantuann dari keluarga dan tetangga dapat dibedakan dalam tiga jenis yaitu, bantuan
ekonomis,, emosional dan praktis. Tiga jenis bantuan ini umumnya diberikan dalam berbagai
bentuk.. Bantuan ekonomis (baik tunai maupun natura) misalnya, dapat berbentuk
pembayaran,, pinjaman dan pemberian. Sedangkan bantuan praktis dapat diberikan dalam
bentukk pertolongan untuk mengasuh anak, untuk mengerjakan tugas kerumahtangaan,
perawatann pada saat sakit dll. Tetapi, sekalipun jenis dan bentuk bantuan itu beragam, bentukbentukk bantuan tertentu cenderung diberikan oleh pemberi bantuan tertentu pula. Dalam hal
ini,, aspek-aspek sepeti gender, kelas sosial, umur dan lain-lain menentukan siapa mendapat
bantuann apa, dari siapa.
Sebagiann besar janda menyebutkan anggota keluarga, khususnya anak-anak, sebagai
pemberii bantuan utama. Sekalipun berbagai kasus menunjukkkan bahwa ikatan keluarga,
245 5
termasukk hubungan orangtua - anak, tidak selalu menjamin diperolehnya bantuan (yang
memadai).. Dari tetangga, janda dapat menerima bantuan baik berdasar hubungan antar
perorangann maupun berdasar keikutsertaannya dalam berbagai organisasi ketetanggaan.
Karenaa keterdekatan tempat tinggalnya, tetangga sering menjadi orang-orang yang
pertamakalii dihubungi dan dimintai bantuan jika keadaan gawat terjadi secara tiba-tiba.
Apalagii jika anggota keluarga belum atau tidak hadir. Macam-macam bantuan dari keluarga
dann tetangga sering saling terkait. Sejauhmana seorang janda dibantu oleh para tetangganya,
misalnyaa pada saat ia sakit dan membutuhkan perawatan, akan dipengaruhi oleh ada atau
tidaknyaa anggota keluarga yang bisa memberi bantuan. Jika anggota keluarga telah hadir,
makaa kewajiban memberi bantuan akan diambil-alih oleh anggota keluarga, dan selanjutnya
tetanggaa akan berperan lebih kecil. Secara umum, anggota keluarga dianggap lebih
berkewajibann untuk memberi bantuan secara lebih intensif dan dalam jangka waktu yang
lebihh panjang dari pada tetangga.
Dalamm studi ini bantuan dari negara akan difokuskan pada beberapa bentuk asuransi
sosiall yang paling relevan bagi populasi penelitian. Asuransi-asuransi sosial itu adalah
pensiunn dan asuransi kesehatan. Sebagian besar janda yang diwawancarai tidak menerima
pensiunn ataupun memiliki asuransi kesehatan. Mereka yang memiliki akses terhadap kedua
bentukk asuransi sosial tersebut kebanyakan adalah janda dari pegawai negeri, anggota polisi
atauu militer. Sekalipun secara umum dapat disebutkan bahwa para janda pensiunan berada
dalamm kondisi sosial-ekonomis yang lebih baik dari pada janda non-pensiunan, keadaan
ekonomiss para janda pensiunan berbeda satu dengan yang lain. Ini dapat dilihat pada tingkat
ketergantungann mereka terhadap pensiun yang mereka terima. Walaupun pensiun tersebut
menjaminn pendapatan bulanan yang stabil, tidak semua janda pensiunan secara finasial
tergantungg pada pensiun mereka. Jika akses terhadap pensiun dikaitkan dengan hubungan
bantu-membantu,, tampak bahwa janda pensiunan tidak menerima bantuan ekonomis lebih
sedikitt daripada janda non-pensiunan. Dengan kata lain, jaminan sosial yang diterima
seseorangg tidak secara otomatis menyebabkan keluarga atau tetangga mengurangi bantuan
ekonomiss kepada orang tersebut.
Padaa saat studi lapangan dilaksanakan di kota Malang, Jawa Timur, Indonesia tengah
dilandaa gelombang awal krisis ekonomi. Dalam krisis ekonomi ini, masyarakat Indonesia
terutamaa terpukul oleh kenaikan harga berbagai barang dan jasa serta pemutusan hubungan
kerjaa secara masal. Ini pada gilirannya, melahirkan berbagai kerusuhan sosial dan politik.
Jandaa di perkotaan Jawa juga tak luput dari hantaman krismon. Tetapi, kejandaan mereka
tidakk membuat mereka secara spesifik lebih rentan terhadap dampak krisis. Bagaimana para
246 6
jandaa terpukul oleh krisis dan sejauhmana mereka bisa mengatasinya tergantung pada situasi
sosial-ekonomiss para janda tersebut sebelum krisis terjadi. Hal ini juga terjadi pada kategori
sosiall yang lain. Studi ini menunjukkan bahwa beberapa beban keuangan yang dianggap sulit
untukk diatasi dimasa pre-krisis menjadi semakin berat dimasa krisis. Dengan demikian,
krismonkrismon tidak dengan sendirinya menimbulkan berbagai persoalan baru. Yang sering terjadi
adalahh kian parahnya berbagai beban (khususnya beban keuangan) yang memang sudah ada
sejakk sebelum krisis.
Secaraa umum, ada empat cara mengatasi krisis yang dapat diidentifïkasi: (1)
melakukann akumulasi (karena krimon justru memberi keuntungan ekonomis. Ini khususnya
dialamii oleh mereka yang punya akses terhadap produk ekspor dan valuta asing) (2)
mempertahankann pola konsumsi lama (sekalipun dengan margin keuangan yang sedikit
menyempit)) (3) menyesuaikan pola konsumsi dengan pendapatan dimasa krisis (karena
pendapatann menurun secara substansial) (4) bertahan hidup seadanya (karena sebelum
krisispunn keadaan keuangan sudah sangat minim). Tidak ada satupun dari keempat cara ini
yangg dapat dikaitkan secara spesifik dengan situasi para janda di masa krismon. Sama dengan
mayoritass masyarakat Indonesia, umumnya mereka mengatasi krisis dengan mengubah cara
hidupp dan pola konsumsi sesuai dengan keadaan ekonomis yang baru.
Statuss mereka sebagai janda juga tidak membuat mereka 'lebih' atau 'kurang' berhak
untukk mendapat bantuan pemerintah dari program-program penanggulangan kemiskinan
sepertii Jaringan Pengaman Sosial (JPS). Aspek-aspek lain seperti gender, usia atau tingkat
pendapatann lebih menentukan apakah seorang janda dianggap berhak atau tidak menerima
bantuan.. Sekalipun masa krisis dengan mudahnya dihubungkan dengan melemahnya
hubungann bantu-membantu akibat menurunnya kemampuan untuk memberi bantuan, masalah
inii tidak re Ie van bagi sebagian besar janda.
Darii kajian rinci mengenai berbagai upaya (para janda) untuk mengatasi kesulitankesulitann dan ketidakpastian, dapat dilihat bahwa keserba-ragaman (diversity) dan keterkaitan
(interrelation)(interrelation) merupakan fenomena yang muncul berulang-ulang. Beranjak dari sini, studi ini
meyimpulkann bahwa bantuan dan hubungan bantu-membantu antara berbagai kategori dan
institusii sosial adalah kompleks dan beijenjang (hierarchical). Kompleksitas tersebut berakar
darii kenyataan bahwa penerima bantuan bukanlah suatu kelompok yang serbasama,
pemberi/sumberr bantuan umumnya terdiri dari beberapa kategori, bantuan yang diberikan dan
diterimaa dapat mengalir dengan cara berbeda-beda dan hubungan bantu-membantu umumnya
jamak,, saling terjalin satu dengan yang lain dan berubah-ubah. Jenjang-jenjang dalam
hubungann bantu-membantu dicerminkan oleh kenyataan bahwa sejumlah pemberi bantuan
247 7
(dianggapp dan merasa) memiliki kewajiban yang lebih besar untuk membantu dibanding
dengann yang lainnya. Jenjang-jenjang ini terkait dengan kualitas hubungan antar pemberi dan
penerimaa bantuan serta pada hutang budi atau keterlibatan seseorang dalam suatu hubungan
timbal-balik.. Penemuan-penemuan studi ini menantang penggambaran secara umum tentang
keberadaann janda sebagai kategori sosial yang terpinggir (marginal) dan terkucil. Pemahaman
terhadapp kehidupan dan keberadaan janda - baik dalam situasi sehari-hari maupun dalam
suatuu situasi khusus - dapat membawa juga pada pemahaman tentang kategori-kategori sosial
lainn dan masalah-masalah kemasyarakatan yang lebih luas. Oleh karena itu, dalam analisa
terhadapp bantuan untuk para janda didaerah perkotaan Jawa dapat ditemukan juga pola-pola
umumm hubungan bantu-membantu antara berbagai kelompok masyarakat di Jawa.
Studii ini membuktikan bahwa bagi populasi penelitian (yang mewakili kelompok
masyarakatt yang umumnya bekerja di sektor informal dan tergolong kurang/tidak mampu)
jaminann sosial dari negara dan asuransi pribadi tidaklah terjangkau. Oleh karenanya, macammacamm bantuan yang didasari ikatan kekeluargaan, ketetanggan atau solidaritas komunal lain
merupakann pilihan yang lebih nyata. Tetapi, ini tidak berarti bahwa bantuan keluarga dan
tetanggaa boleh dianggap sebagai pengganti perlindungan yang seharusnya diberikan oleh
negara.. Sekalipun orang dapat mengupayakan bantuan dengan berbagai cara, negara tidak
bolehh dengan mudahnya melepaskan tanggungjawab untuk memberi perlindungan sosial..
248 8
Download