UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASALAH PERKOTAAN: LATIHAN BATUK EFEKTIF DALAM MENGATASI MASALAH BERSIHAN JALAN NAPAS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU KARYA ILMIAH AKHIR NERS TIUR DAME ULI SILALAHI NPM: 1106130236 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS DEPOK 2014 Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASALAH PERKOTAAN: LATIHAN BATUK EFEKTIF DALAM MENGATASI MASALAH BERSIHAN JALAN NAPAS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ners keperawatan TIUR DAME ULI SILALAHI NPM: 1106130236 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS DEPOK 2014 Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 , - - -- -- - -- - -- - - - - - - - - -- - - - - - - - - -- -- _._----- HALAMAN PE RNYATAAN ORISINALITAS Karya i1miah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : TIUR DAME ULI SILALAHI NPM ::~~~:~~ Tanda Tangan Tanggal . : 11 Juli 2014 ii Universitas Indon esi a Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 --"" p - HALA~ PENGESAHAN Karya ilmiah akhir (KlAN) ini diajukan oleh: Nama NPM Program Studi Judul ~IAN Tiur Dame .Uli 1106130236 Profesi Ners Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan: Analisis Batuk Efektif dalam Mengatasi Bersihan Jalan Napas pada Pasien Tuberculosis Paru Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Pengnji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlnkan untuk memperoleh gelar Sarjana Profesi Ners pada Program Stndi Ilmu Keperawatan, Faknltas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia DEWAN PENGUJI Penguji I : Hanny Handiyani S.Kp. , M.Kep . ( Penguji II : Ns. Ester Hutapea, S. Kep. ( f Ditetapk an di : Depok Tan ggal : 11 Juli 20]4 ii Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 - - Q KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Masa Esa, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini tepat pada waktunya. KIAN berjudul Analisis Praktik Keperawatan Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (PKKMP): Analisis Batuk Efektif dalam Mengatasi Bersihan Jalan Napas pada Pasien Tuberculosis Paru ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ners di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIKUI). Terselesaikannya karya tulis ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis perlu menyampaikan rasa terima kasih kepada 1. Ibu Hanny Handiyani, SKp., M.Kepselaku pembimbing yang rela meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dengan sabar serta memberikan saran yang bermanfaat sehingga KIAN ini dapat terselesaikan dengan baik. 2. Ibu Ns. Esther Hutapea, S.Kep selaku CI yang telah membimbing penulis selama praktik di Lantai 7 Zona A RSCM. 3. Pihak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, khususnya tim medis (PPDS) dan Kakak kakak senior perawat ruangan di Zona A lantai 7 yang ramah dan selalu siap diminta berdiskusi dan menjawab pertanyaan saya dengan sabar sehingga saya betah praktik selama hampir 2 bulan di RSCM. 4. Pasien-pasien kelolaan selama praktik dan pelaksanaan KIAN di Lantai 7 Zona A RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. 5. Ns. Mamay Kusumawati, S.Kep selaku kepala ruangan Intensive Care Unit (ICU) RS Kanker Dharmais. Terima kasih atas dukungan yang diberikan demi kelancaran pekerjaaan dan studi penulis. 6. Ns. Sauth Sihombing, S.Kep, S.Psi (Suami Penulis) dan anak-anak tercinta (Cladia, Theo, dan Naftha) yang telah sabar, dan terus memberikan dukungan dan semangat sehingga penulis berhasil menyelesaikan pendidikan di FIK UI dengan lancar. 7. Orang tua penulis yang selalu mendo’akan demi kelancaran studi penulis. 8. Teman-teman sekelompok praktik manajemen dan peminatan Keperawatan iv Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 Universitas Indonesia Medikal Bedah (KMB) di Lantai 7 Zona A. Terima kasih Fiska, Melda, Elida, Arif, Eta, Nufa dan Sri Mulyati yang selalu semangat dan meramaikan ruangan. Penulis menyadari bahwa penulisan KIAN ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk agar KIAN ini membawa manfaat bagi berbagai pihak, terutama pengembangan Ilmu Depok , Juli 2014 Penulis v Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 Universitas Indonesia If L ·\ 'I \ ". PERNYATAA . " PF:RSETFJUAN PUBLIKA SI TU GA S AKHIR UNT UK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, sa ya yan g bertanda tangan di bawah ini: Nama : Tiur Dame uu Silalahi NPM : 1106130236 Program Studi : Profesi Ners Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners (KlAN) Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: A nalisis Praktik Keperawatan Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (PKKM P): Latihan Batuk Efektif dalam Mengatasi Bersihan Jalan Napas pada I \ Pasien TUberkulosi~Paru beserta perang ka t yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Ro yalty Nonekslusif im Unive rsitas Indonesia dapat menyimpan, mengalihmedialformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nam a saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta. Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok 'Pada Tanggal : 11 Juli 2014 Yang Menyatakan (Tiur Dam~~i) vi Un ivers itas In d o nes ia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 ABSTRAK Nama Penulis Program Studi Judul : Tiur Dame Uli Silalahi, S.Kep : Profesi Ners : Analisis Praktik Keperawatan Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (PKKMP): Latihan Batuk Efektif dalam Mengatasi Bersihan Jalan Napas pada Pasien Tuberkulosis Paru Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai akibat urbanisasi pada masyarakat perkotaan. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi oportunistik yang menyerang saluran pernapasan. Salah satu masalah keperawatan yang ditimbulkan akibat penyakit ini adalah bersihan jalan napas tidak efektif. Pada pasien TB terjadi peningkatan produksi sputum sehingga menghambat jalan napas dan apbila tidak ditangani dapat menimbulkan kegawatan pernapasan. Teknik batuk efektif telah lama direkomendasikan sebagai intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas. Karya tulis ini bertujuan menganalisis pengaruh batuk efektif terhadap pasien TB paru di ruang rawat penyakit dalam RSCM. Hasil studi menunjukkan latihan batuk efektif yang rutin terbukti meningkatkan bersihan jalan napas sehingga memperbaiki oksigenasi. Kata Kunci: batuk efektif, bersihan jalan napas, infeksi paru, TBC vii Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 Universitas Indonesia ABSTRACT Author : Tiur Dame Uli Silalahi, S.Kep Program : Clinical Stage (Ners Program) Tittle : The Analysis of Clinical Practice on Urban Health Nursing: Analysis of Effective Coughing to Treat Airway Clearance Ineffectiveness in Patient with Tuberculosis Tuberculosis a health problemthat isoften encounteredas a result ofurbanizationonurban communities. Pulmonary tuberculosis anopportunistic diseasethat attacks therespiratorytract. One of thenursing problemscaused bythisdiseaseis ineffective airway clearance. TB patientsincreasedsputum productionthus inhibitingairwayand if left untreated it canlead torespiratory distress. Coughtechniqueshave beenrecommendedas effective nursing interventionstoaddress theproblemof airway clearance. This paper aims to analyzethe impact of effective cough in a patient with TBininternal medicinewards ofRSCM. The study showsthatregularexercise of effective cough is proveneffective to improveairway clearanceand improve oxygenation. Keywords: airway clearance, effectivecough, lunginfections, tuberculosis viii Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 Universitas Indonesia DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...................................................................................... i LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. ii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ..................................... vi ABSTRAK ..................................................................................................... vii ABSTRACT ................................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................. ix DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 4 1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................... 5 1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................. 6 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6 2.1 Konsep Kesehatan Masyarakat Perkotaan ........................................ 6 2.2 Konsep Tuberkulosis Paru ................................................................ 7 2.3 Konsep Latihan Batuk Efektif........................................................... 17 3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ......................................... 18 3.1 Pengkajian Kasus Kelolaan Utama ................................................... 18 3.2 Analisis Data .................................................................................... 23 3.3 Implementasi: Latihan Batuk Efektif ................................................ 25 3.4 Hasil Intervensi Keperawatan ........................................................... 26 4. ANALISIS SITUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Masalah Keperawatan pada Kasus Kelolaan dan Kaitannya dengan Konsep PKKMP.................................................. 27 ix Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 Universitas Indonesia 4.2 Analisis Kasus ................................................................................... 28 4.3 Analisis Intervensi dengan Konsep Penelitian Terkait ..................... 31 4.4 Alternatif Pemecahan Masalah yang Dapat Dilakukan .................... 47 5. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 35 5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 35 5.2 Saran ................................................................................................. 36 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 37 LAMPIRAN x Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 Universitas Indonesia DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel Pemeriksaan Darah .............................................................. 21 Tabel 3.2 Tabel Daftar Terapi Medikasi ........................................................ 22 Tabel 3.3 Tabel Analisis Data ........................................................................ 23 Tabel 3.8 Tabel Hasil Analisis Intervensi ...................................................... 25 xi Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di dunia. Setiap tahun terdapat 9 juta kasus baru dan kasus kematian hampir mencapai 2 juta manusia. Tuberkulosis telah menyebar di hampir semua negara. Prevalensi TBC di Afrika sebesar 30%, Asia sebesar 55%, dan untuk China dan India sebesar 35% dari semua kasus tuberkulosis. WHO dalam Global Reports 2010 menyatakan bahwa pada tahun 2009 angka kejadian TB di seluruh Indonesia adalah sebesar 9,4) dan meningkat terus secara perlahan setiap tahunnya dan menurun lambat seiring adanya peningkatan per kapita. Prevalensi kasus TB di seluruh dunia sebesar 14 juta (berkisar 12 juta sampai 16 juta) (Blanc L, Falzon D, Fitzpatrick C et al, 2010). Masalah tuberkulosis paru di negara berkembang sudah sampai pada tahap yang mengkhawatirkan, karena sebanyak 95% kasus tuberkulosis paru berada di negara tersebut, dan sebanyak 98% kematian yang ada di negara itu disebabkan oleh tuberkulosis paru. Departemen kesehatan pada tahun 2010 memperkirakan besarnya jumlah kematian setiap tahunnya sebanyak 101.000 orang dengan kasus baru sebanyak 539.000 kasus dan insiden tuberkulosis paru (basil tahan asam) BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk. WHO memperkirakan jumlah kematian akibat penyakit ini setiap tahunnya di Indonesia sebanyak 175.000 dengan jumlah kasus pertahun sebanyak 550.000 kasus (Utariani, 2011) TB merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia. Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah pasien TB dunia. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000 1 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 2 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif (Depkes RI, 2010). Laporan WHO tentang angka kejadian TBC evaluasi selama 3 tahun dari 2008,2009,2010 menunjukkan bahwa kejadian TBC Indonesia mencapai 189 per 100.000 penduduk. Secara global, angka kejadian kasus kejadian TBC 128 per 100.000 penduduk. Survey kesehatan rumah tangga (SKRT) yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan, sekitar 30-40% penyakit dan penyebab kematian di Indonesia adalah penyakit paru. TBC merupakan pembunuh nomor satu diantara penyakit menular lainnya dan nomor tiga dalam daftar seperti penyebab kematian utama di Indonesia setelah penyakit jantung dan pembuluh darah dan penyakit saluran pernafasan akut (Utariani, 2011). Tuberkulosis saat ini menjadi salah satu dampak dari urbanisasi dan masalah yang terjadi di masyarakat perkotaan. Semakin meningkatnya urbanisasi akan berdampak pada kesehatan masyarakat lingkungan kota, baik dari segi tata kota, masyarakat maupun keadaan sekitarnya. Dampak urbanisasi terhadap kesehatan dan lingkungan kota salah satunya adalah TB (Pranowo, 2010). Lingkungan tempat tinggal yang kumuh, gelap dan lembab serta rendahnya asupan nutrisi membuat turunnya daya tahan tubuh masyarakat kota terutama masyarakat dengan ekonomi renda, hal tersebut menjadikan TB semakin mudah menular dan menjadi aktif. Kepala subdirektorat tuberkulosis Kementrian kesehatan mengatakan bahwa kuman tuberkulosis dalam tubuh masyarakat dengan ekonomi lebih baik jarang menjadi aktif karena daya tahan tubuh mereka lebih baik (Yana, 2008). Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, dan nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006). Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut; hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 3 pemulihan atau reaktif) pada paru.Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya (Tamsuri, 2008) Kuman tuberkulosis yang masuk kesaluran pernapasan akan menginfeksi saluran nafas bawah dan dapat menimbulkan terjadinya batuk produktif dan darah. Hal ini akan menurunkan fungsi kerja silia dan mengakibatkan penumpukan sekret pada saluran pernafasan. Sekret yang menumpuk pada jalan napas dapat dikeluarkan dengan latihan batuk efektif. Batuk efektif merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan sekresi dari saluran nafas. Tujuan dari batuk efektif adalah untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi dan mencegah efek samping dari retensi skresi seperti pneumonia, atelektasis dan demam. Smeltzer (2001) menyebutkan bahwa batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar dimana dapat energi dapat dihemat sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal. Penelitian yang dilakukan oleh Pranowo (2010) menunjukkan adanya efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang rawat inap RS Mardi Rahayu Kudus. Dengan batuk efektif penderita tuberkulosis paru tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan sekret (Depkes, 2007). Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada pasien berperan penting dalam usaha preventif dan promotif bagi penderita TB. Tindakan utama yang dilakukan yaitu megurangi gejala yang timbul akibat TB misalnya batuk berdahak dan penumpukan sekret sering dirasakan sangat mengganggu penderita TB karena cenderung menimbulkan sesak nafas dan cepat lelah saat beraktivitas. Karya ilmiah ini akan menganalisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan mengenai latihan batuk efektif dalam mengatasi masalah bersihan jalan napas pada pasien tuberkulosis paru. 1.2 Rumusan Masalah Pasien-pasien yang menderita TB paru akan mengalami berbagai masalah Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 4 keperawatan baik secara biologis, psikologis dan sosial antara lain bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas, dan nutrisi kurang dari kebutuhan. Produksi mukus yang berlebihan baik karena gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi yang terjadi pada membrane mukosa menyebabkan proses pembersihan tidak adekuat, sehingga mucus banyak tertimbun dan bersihan jalan nafas menjadi tidak efektif. Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut diantaranya dengan inhalasi untuk mengencerkan dahak atau batuk efektif untuk mendorong lendir keluar dari saluran napas sehingga jalan napas kembali normal. Tetapi upaya-upaya tersebut belum optimal. Perawat berperan penting dalam penatalaksanaan pasien dengan TB paru sehingga dapat mempercepat proses kesembuhan pasien. Berdasarkan data tersebut, penulis tertarik untuk membahas bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan pasien TB paru dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSCM. Pada penelitian ini akan dibahas pengaruh latihan batuk efektif terhadap bersihan jalan napas pasien. 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Mengidentifikasi praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan mengenai latihan batuk efektif dalam mengatasi masalah bersihan jalan napas pada pasien tuberkulosis paru di Lantai 7 Zona A dan B RSCM. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Teridentifikasinya masalah keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan. 2. Teridentifikasinya asuhan keperawatan pada pasien dengan tuberkulosis paru. 3. Teridentifikasinya masalah keperawatan terkait dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien tuberkulosis paru. 4. Teridentifikasinya tindakan keperawatan latihan batuk efektif dalam mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien tuberkulosis paru. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 5 1.4 Manfaat Penulisan Penulisan yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, sebagai berikut: 1. Pelayanan Keperawatan Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien tuberculosis terutama penanganan ketidakefektifan bersihan jalan napas dengan latihan batuk efektif. 2. Pendidikan Hasil karya ilmiah ini diharapkan mampu meningkatkan kulitas pembelajaran dan pengembangan ilmu dalam mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien tuberkulosis paru. 3. Penulis selanjutnya Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk melakukan evidence based practice tindakan latihan batuk efektif dalam mengatasi masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif dengan kasus medis yang berbeda. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep kesehatan masyarakat perkotaan Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dan khususnya keperawatan.Konsep ini mencakup gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial.(Corwin, 2009).Sasaran pelayanannya adalah individu, kelompok dan masyarakat yang sehat maupun yang sakit dilakukan dengan upaya promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitatif. Masyarakat memiliki kemampuan hidup yang sehat sehinggatercapailah peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan (Murda, 2013). Secara umum, kegiatan praktik keperawatan komunitas yaitu sebagai berikut; (1) Memberikan asuhan keperawatan secara langsung baik kepada individu, keluarga, kelompok khusus baik di rumah (homenursing), di sekolah (school health nursing), di perusahaan, di posyandu, di daerah binaan kesehatan masyarakat; (2) penyuluhan atau pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan; (3) Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi; (4) Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang diadapi; (5)Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan penanganan lebih lanjut; (6) Penemuan kasus; (7) Penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan; (8) Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas; (9)Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait dan terakhir yaitu memberikan contoh atau role model yang baik bagi masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan (Stenhope & Lancaster, 2004). Proses urbanisasi pada masyarakat kota menimbulkan dampak-dampak terhadap kesehatan baik dari lingkungan kota, tata kota, maupun keadaan sekitar masyarakat diantaranya yaitu masih tingginya penyakit menular seperti malaria, diare, demam berdarah, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), dermatitis, dan 1 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 7 tuberkulosis. Kemudian diikuti dengan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, hipertensi, stroke dan diabetes.Serta munculnya New Emerging Infectious Disease(EID)seperti flu burung termasuk juga masalah sanitasi lingkungan (Hidayati, 2009). 2.2 Konsep Tuberkulosis 2.2.1 Definisi Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan (Smeltzer & Bare, 2002). Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Myobacterium tuberkulosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2007). Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain dari tubuh manusia, sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang sering terjadi di Indonesia adalah kasus tuberkulosis paru/TB Paru (Soemantri, 2008).Penyakit tuberkulosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mycobacterium Tubercolosis yang dilepaskan pada saat penderita batuk.Selain manusia, satwa juga dapat terinfeksi dan menularkan penyakit tuberkulosis kepada manusia melalui kotorannya (Tamsuri, 2008). 2.2.2 Klasifikasi Tuberkulosis Menurut Depkes (2006) klasifikasi penyakit TB dan tipe pasien digolongkan sebagai berikut: Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena yaitu tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah kuman tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus dan tuberkulosis ekstra paru yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 8 Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopi bahwa tuberkulosis paru BTA positif syaratnya jika sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif, atau satu spesimen dahak hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis, atau satu spesimen dahak hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif, satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. Tuberkulosis paru BTA negative dengan kriteria; paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative, foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberculosis, tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT, ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan. Ketiga klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit yaitu; TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan.Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu; TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal. TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin. Keempat klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.Ada beberapa tipe pasien yaitu; kasus baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). Kasus kambuh (Relaps) adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur). Kasus setelah putus berobat (Default ) adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 9 Kasus setelah gagal (failure) adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan. Kasus Pindahan (Transfer In) adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya. Kasus lain adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan (Tamsuri, 2008). 2.2.3 Etiologi Tuberkulosis Tuberkulosis disebabkan oleh infeksi Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Tergolong dalam kumanMyobacterium tuberculosae complex adalah; M. Tuberculosae, Varian Asian, Varian African I, Varian African II, M. bovis.Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat bangkit kembali menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid (Asril Bahar,2001). 2.2.4 Patofisiologi Tuberkulosis Sumber penularan Tuberkulosis adalah pasien TB dengan BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei).Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 10 penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Depkes, 2006). . Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat). Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakankompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 11 gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Hal ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh. 2.2.5 Tanda dan Gejala Tuberkulosis Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, dan nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut; hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya (Depkes RI, 2005). 2.2.6 Pemeriksaan Penunjang pada Tuberkulosis Pemeriksaan diagnosis TB paru menurut Depkes (2006) diantaranya adalah; Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu pagi - sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA).Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 12 Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadioverdiagnosis.Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit. Pemeriksaan diagnosis TB ekstra paru, diantaranya adalah; Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lain - lainnya. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain (Depkes, 2006). 2.2.7 Penatalaksanaan Tuberkulosis Ruang lingkup penatalaksanaan pasien dengan TB paru yaitu tujuan pengobatan dan prinsip pengobatan. Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut; OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan dan jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi).Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (Directly Observed Treatment= DOT) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO) (Depkes, 2006). Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 13 Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama.Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan (Depkes, 2006). Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia; Kategori 1. 2(HRZE)/4(HR)3. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 (Mansjoer, 2007). Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE). Kategori Anak: 2HRZ/4HR. Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak.Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien.Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien (Depkes, 2006). Paket Kombipak yaitu terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol (Santosa, 2007).Paduan OAT ini disediakan program untuk mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai(Depkes, 2006). KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB yaitu; Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 14 penulisan resep. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien (Depkes, 2006). 2.2.8 Asuhan Keperawatan pada Tuberkulosis 2.2.8.1 Pengkajian Keperawatan a. Identitas klien Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain. b. Riwayat penyakit sekarang Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat ini.Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan. c. Riwayat penyakit dahulu Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif. d. Riwayat penyakit keluarga Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya. e. Riwayat psikososial Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain f. Pola fungsi kesehatan 1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak – desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang sumpek . Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 15 2) Pola nutrisi dan metabolik Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsumakan menurun. 3) Pola eliminasi Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun defekasi 4) Pola aktivitas dan latihan Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas 5) Pola tidur dan istirahat Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat. 6) Pola hubungan dan peran Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit menular. 7) Pola sensori dan kognitif Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak ada gangguan. 8) Pola persepsi dan konsep diri Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya. 9) Pola reproduksi dan seksual Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena kelemahan dan nyeri dada. 10) Pola penanggulangan stress Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan. 11) Pola tata nilai dan kepercayaan Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas ibadah klien. g. Pemeriksaan fisik 1) Sistem integumen Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 16 2) Sistem pernapasan Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai • Inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah. • Palpasi : Fremitus suara meningkat. • Perkusi : Suara ketok redup. • Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang nyaring. 3) Sistem pengindraan Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan 4) Sistem kordiovaskuler Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P 2 syang mengeras. 5) Sistem gastrointestinal Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun. 6) Sistem muskuloskeletal Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari- hari yang kurang meyenangkan. 7) Sistem neurologis Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456 8) Sistem genetalia Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia 2.2.8.2. Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret kental atau sekret darah 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolerkapiler 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia 4. Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritis 5. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 17 2.3 Latihan Batuk Efektif Kuman tuberculosis yang masuk kesaluran pernapasan akan menginfeksi saluran nafas bawah dan dapat menimbulkan terjadinya batuk produktif dan darah. Hal ini akan menurunkan fungsi kerja silia dan mengakibatkan penumpukan sekret pada saluran pernafasan. Penumpukan sekret yang terjadi dapat menimbulkan masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif. Menurut Wilkinson (2011) mengatakan ketidakefektifan bersihan jalan napas yaitu ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi saluran napas guna mempertahankan jalan napas yang bersih. Sekret yang menumpuk pada jalan napas dapat dikeluarkan dengan latihan batuk efektif. Smeltzer (2001) menyebutkan bahwa batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar dimana dapat energi dapat dihemat sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal. Penelitian yang dilakukan oleh Pranowo (2010) menunjukkan adanya efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang rawat inap RS Mardi Rahayu Kudus. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yana (2008) disimpulkan bahwa ada hubungan antara tehnik batuk efektif dengan pengeluaran sputum pada penderita tuberkulosis paru akut di wilayah kerja Puskesmas Jungkat Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak. Batuk efektif merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan sekresi dari saluran nafas. Tujuan dari batuk efektif adalah untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi dan mencegah efek samping dari retensi skresi seperti pneumonia, atelektasis dan demam. Dengan batuk efektif penderita tuberkulosis paru tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan secret (Depkes, 2007). Caranya adalah sebelum dilakukan batuk, klien dianjurkan untuk minum air hangat dengan rasionalisasi untuk mengencerkan dahak. Setelah itu dianjurkan untuk inspirasi dalam. Hal ini dilakukan selama dua kali. Kemudian setelah insipirasi yang ketiga, anjurkan klien untuk membatukkan dengan kuat (Subrata, 2006). Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 18 Prosedur batuk efektif menurut (Wilkinson & Van Leuven, 2007) 1. Bantu pasien dalam posisi fowler/ semi fowler. 2. Instruksikan pasien meletakan tangan pada dada. 3. Ambil napas dalam-dalam secara perlahan melalui hidung, rasakan dada berkembang. 4. Tahan napas selama 2 sampai 5 detik, lalu buang napas perlahan-lahan melalui mulut 5. Ulangi 2 atau 3 siklus dari pernapasan diafragma. 6. Pada napas berikutnya, posisi condong ke depan dan batuk beberapa kali melalui mulut terbuka. 7. Jika pasien terlalu lemah batuk, lakukan napas dalam dan lakukan tiga atau empat huffs untuk membuka glotis. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 3. 1 Pengkajian 3. 1. 1 Identitas pasien Pasien dengan nama Tn B (32 tahun) datang ke RSCM karena penurunan kesadaran. Pasien adalah karyawan swasta di bagian perpajakan pada salah satu perusahaan di Jakarta. Pasien tinggal di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pasien datang ke rumah sakit diantar oleh keluarga. Klien dirawat di ruang isolasi Zona A lantai 7 RSCM dengan diagnosa medis HIV, TB Millier dan ensephalitis. 3. 1. 2 Anamnesis a. Keluhan utama pada saat dirawat Pasien mengeluh sesak sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak semakin berat dirasakan apabila dalam posisi berbaring. Selain sesak, pasien juga mengeluhkan ada batuk berdahak dengan dahak yang sulit dikeluarkan. Produksi dahak banyak. Dahak berwarna putih dan kental. Batuk mulai dirasakan sebelum masuk ke rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan adanya mual dan tidak nafsu makan. Porsi makan yang biasa dihabiskan adalah seperempat sampai setengah porsi makan. Berat badan pasien pun menurun sebanyak 18 kilogram selama 3 bulan. Selain itu adanya edema pada ekstremitas juga membuat pasien sulit dalam beraktifitas. Saat ini pasien mengatakan tidak ada masalah dalam BAK. b. Riwayat kesehatan yang lalu Klien pernah dirawat dengan diagnosa TBC setahun lalu, dan riwayat minum OAT selama 4 bulan dan berrhenti, 19 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 20 c. Riwayat kesehatan keluarga Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien. Tidak ada riwayat asma, hipertensi, DM, penyakit paru, penyakit jantung atau penyakit lainnya dalam keluarga. d. Aktifitas/ istirahat Sebelum dirawat pasien karyawan perusahaan swasta. Selama diarawat di RSCM aktivitas terbatas di tempat tidur. Aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat. Saat ini klien ada hemiparase kiri. Klien tirah baring total care semua aktivitas dibantu oleh perawat dan keluarga. e. Sirkulasi Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat sakit hipertensi dan masalah jantung sebelumnya. Saat dilakukan pengkajian, tekanan darah pasien yaitu 110/70 mmHg. Nadi94 kali/menit, teraba kuat dan regular. Suhu tubuh 36,5oC, capillary refill time (CRT) ≤ 3 detik. Tidak ada murmur maupun gallop, tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening. JVP 5+ 2 cmH2O. f. Integritas ego Klien merasa senang selama dirawat ditemani oleh Ibunya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu klien, klien menerima kondisinya saat ini. Beliau mengaku bahwa penyakit yang dideritanya saat ini adalah konsekuensi dari gaya hidupnya sejak muda. g. Eliminasi Klien sudah dua hari belum BAB. Tidak mendapatkan obat- pencahar. BAB terakhir konsistensilunak, tidak ada lendir dan darah. BAK saat ini menggunakan folley catheter , warna kuning kemerahan, volume urin 15002000cc/ 25 jam. Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 21 h. Makanan/ cairan Saat ini pasien mendapat asupan dari NGT. Dietnya makanan cair 6 x 250 cc. Tidak ada mual muntah, bisung usus positif 3-5 x/menit. BB saat ini 45 kg, TB 165, saat ini underweight, berat badan ideal 56.5 kg. Kebutuhan kalori 1900kkal. Konjugtiva anemis, hb 9.4 g/dl, tidak ada edema perifer, asistes tidak ada. Lidah tampak kotor, turgor kulit kering dan tidak elatis. Saat ini mendapat Cairan IVFD Nacl 0.9 % 500cc/ 8jam. i. Kebersihan/ hygiene Kebutuhan sehari-hari pasien dibantu oleh keluarga. Mobilisasi pasien hanya di tempat tidur dan turun dari tempat tidur. Mandi dan berpakaian pasien dibantu oleh keluarga. Makan dapat dilakukan secara mandiri. Pasien mandi 1 kali/ hari yaitu pada pagi dan sore hari. Pasien juga berpakaian rapi dan sesuai serta selalu berganti pakaian setiap harinya. Saat pengkajian dilakukan kulit kepala pasien terlihat berketombe dan kering. Pasien mengaku belum keramas sejak dirawat. j. Neurosensori Kesadaran CM apatis, GCS E4M6V5. Pupil isokor diameter 2mm. Klien 2222 4444 hemiparese sinistra , kekuatan otot 2222 4444 . k. Nyeri/ ketidaknyamanan Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri. l. Pernapasan Pasien mengatakan sesak dan batuk masih dirasakan. Pasien menggunakan alat bantu pernapasan yaitu oksigen nasal kanul dengan kecepatan 3 lpm. Frekuensi napas 22 kali/menit, simetris, dan ada penggunaan otot bantu pernapasan. Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 22 Bunyi napas terdengar ronkhi pada apeks kiri paru. Produksi sputum yang dikeluarkan pada saat batuk adalah banyak, kental, dan berwarna kuning. m. Keamanan Tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat. n. Interaksi sosial Pasien sudah menikah dan memiliki dua orang anak. Pemeriksaan laboratorium Tabel 3. 1. Pemeriksaan Darah Tanggal 7 mei 2014 Jenis Pemeriksaan Analisa Gas Darah - pH - pCO 2 - pO 2 - HCO 3 - Total CO 2 - Bace Excess - Standard HCO 3 - Saturasi O 2 Ureum Darah Protein - Protein Total - Albumin - Globulin - AlbuminGlobulin SGPT SGOT Mg Darah Fosfat Inorganik Elektrolit - Natrium - Kalium - Clorida Kreatinin Nilai 7, 32 58 89 22 15, 2 -4,6 20, 6 96 18 Satuan mmHg mmHg mmol/L mmol/L mmol/L mmol/L % mg/dL Nilai normal 7, 35-7, 45 35-45 75-100 21-25 21-27 -2,5-+2,5 22-24 95-98 <50 4,4 3.2 2,85 0,5 g/dL g/dL g/dL 6,4-8,7 3,5-5,2 1,8-3,9 ≥1 20 12 1,6 6 U/L U/L mg/dL mg/dL < 33 < 27 1,7-2,55 2,7-4,5 130 4, 22 96 0.4 mEq/L mEq/L mEq/L mg/dL 132-147 3,3-5,4 94-111 0,6-1,2 Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 23 Tanggal Jenis Pemeriksaan Nilai 20/05/201 Darah Perifer 4 Lengkap Hb Ht Eritrosit MCV/VER MCH/HER MCHC/KHER Trombosit Leukosit - Basofil - Eosinofil - Neutrofil - Limfosit - Monosit Sel T (CD3+) Sel T (CD3+) abosulut Sel T (CD 4) Sel T (CD 4) 9.9 29.7 4.404 84,9 28,5 33,6 124 4.08 0,1 0 88,6 7 4,3 Satuan Nilai normal g/dL % 106/µL fL pg g/dL 103/µL 103/µL % % % % % 12-15 36-46 3,8-4,8 80-95 27-31 32-36 150-400 5-10 0,5-1 1-4 55-70 20-40 2-8 70 % 70 % L 13 % 112 sel/UL 31-60 3. 1. 3 Pemeriksaan diagnostik Tabel 3.2 Pemeriksaan diagnostik Tanggal 02/05/2014 Jenis Pemeriksaan Radiologi 02/05/2014 CT Scan kepala axial Kesan Noduler millier yang tersebar di kedua lapang paru. TB millier Tampak lesi hipodens di lobus frontal kanan. Suspect ensephalitis 3. 1. 4 Daftar terapi medikasi Tabel 3.3 Daftar terapi medikasi Nama Obat Streptomicin Dexametason Dosis 1 gr 5mg Waktu 1x 3x Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 Rute IM IV 24 Nama Obat Ondansentron Omeprazole Ripamfisin Etambuthol INH HpPro Sistenol 3. 2 No 1 2 3 Dosis 4mg 40 mg 600 mg 1000 mg 300 mg 1g Waktu 3x 1x 1x 1x 1x 3x 3x Rute IV IV PO PO PO PO PO Analisis Data Data Masalah D S: Bersihan jalan napas - Pasien mengatakan batuk; batuk berdahak tidak efektif dan sulit dikeluarkan berhubungan dengan - Sputum berwarna kuning dan kental peningkatan - Pasien merasa sesak produksi sputum - Sesak berkurang ketika menggunakan oksigen - Sesak sedikit mengganggu aktifitas DO: - KU lemah, batuk (+), sputum kental warna kuning - Klien tampak sulit mengeluarkan sputum - Napas cepat dan dangkal RR: 22 kali/menit. - Ada penggunaan otot bantu pernapasan - Dada simetris - Terdengar ronkhi pada apeks kiri paru - Menggunakan O2 nasal kanul 3L/menit DS: Ketidakseimbangan Tn.B mengeluh badannya lemas nutrisi: kurang dari DO: kebutuhan tubuh - Konjugtuva anemis, Sklera tidak ikterik - Penurunan BB 10 kg dalam 4 bulan. BB saat ini 45 kg, TB 165, IMT: 14, 28, underweight, LLA 14 cm - Hb : 9.4 g.dl, albumin 3.2 g/dl DS: Gangguan integritas Tidak ada kulit Do: - Ku tampak lemah Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 25 No 3 Data Masalah - Terdapat luka dekubitus grade II di daerah sakrum kanan - Hemiparese kanan - Mobilisasi terbatas mika/miki DSRisiko perluasan DO: infeksi - Klien riwayat menderita TB sejak 1 tahun lalu dan minum obat selama 4 bulan kemudian berhenti - Leukosit 4000 - Klien dengan diagnosa imuno compromised (HIV), CD4 Low 3.3 Implementasi Tindakan Keperawatan: Latihan Batuk Efektif Pada Tn.B dilakukan intervensi keperawatan berupa tindakan mandiri edukasi mengenai latihan batuk efektif dan tindakan kolaborasi pemberian terapi inhalasi Nacl 3 %. Intervensi dilakukan setiap hari dan dievaluasi setelah 4 hari. Prosedur tindakan terlampir. Latihan batuk efektif pertama kali didemonstrasikan oleh perawat, kemudian untuk selanjutnya perawat memotivasi klien dan keluarga untuk program latihan batuk efektif sebanyak minimal 3x sehari. Terapi inhalasi dengan Nacl 3 % diberikan sebanyak 3 x sehari ( setiap 8 jam sekali). 3.4 Hasil Intervensi Keperawatan Hasil intervensi keperawatan dinilai melalui pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan saturasi oksigen perifier. Tabel 3.8 Hasil Analisis Intervesi Tanggal Hari ke-1 Hari ke-2 Frekuensi napas 24x/menit 22x/ menit Keluhan Sesak Mengeluh sesak hilang timbul Sesak Suara Napas Vesikuler, ronchi (+) di lobus apikal kedua lapang paru Vesikuler, Produksi sputum Kental, banyak, warna kuning Warna Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 Saturasi Oksigen 94.5 % 95, 2 % 26 sedikit ronchi (+) berkurang di lous apikal kedua lapang paru Hari ke-3 18x/menit Keluhan sesak sudah jarang dirasakan Vesikuler, ronchi berkurang kuning, sputum lebih mudah dikeluarkan, kekentalan sedikit berkurang Sputum mudah dikeluarkan, produksi sudah berkurang, warna agak kekuningan Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 97, 1 % BAB 4 ANALISIS SITUASI 4. 1 Analisis Kasus terkait Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan merupakan bagian dari bidang keperawatan yang secara khusus mengatasi masalah kesehatan di lingkungan masyarakat kota. Konsep keperawatan ini tidak hanya dapat dilakukan di komunitas masyarakat kota, tetapi juga pada lahan prakktik klinik dengan mengambil kasuskasus yang sering terjadi di lingkungan perkotaan. Asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien mengacu pada faktor risiko yang memungkinkan terjadinya peningkatan angka kejadian kasus di lingkungan masyarakat kota. Oleh karena itu, pengkajian yang komprehensif mengenai gaya hidup dan lingkungan pasien yang berdampak pada kesehatan perlu dilakukan. Masalah pada sistem pernapasan merupakan masalah kesehatan yang mudah terjadi di lingkungan perkotaan. Udara yang tidak bersih lagi yang ada di lingkungan kota dapat menjadi sarana penyebaran penyakit. Salah satu penyakit yang banyak terjadi pada daerah perkotaan adalah TBC. TBC tidak hanya dapat menyerang masyarakat dewasa, tetapi juga anak-anak. Lingkungan kumuh dan tidak terjaga kebersihannya pun dapat menjadi tempat hidup bakteri, virus, maupun jamur yang dapat mengakibatkan TBC. Bahkan, asap yang dihasilkan oleh dapur penduduk pun dapat menjadi penghantar penyebaran penyakit ini. Apabila agen penyebab TBC ini terhirup oleh individu dengan penurunan sistem imunitas tubuh, maka agen penyebab TBC tersebut dapat dengan mudah menginfeksi individu. Gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol pun menjadi faktor risiko TBC. Kedua hal tersebut, rokok dan alkohol, merupakan barang yang tidak sulit ditemukan di daerah perkotaan. Budaya makan makanan yang tidak seimbang pun merupakan ciri khas masyarakat kota. Makanan yang tidak seimbang membuat tubuh kekurangan nutrisi yang seharusnya didapatkan. Hal ini 27 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 28 juga dapat mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Oleh sebab banyaknya faktor risiko yang dapat mengakibatkan TBC, kerentanan masyarakat kota terhadap penyakit tersebut menjadi sangat tinggi. Data dari Riskesdas pada tahun 2013 menunjukkan peningkatan terjadinya prevalensi penyakit tuberkulosis yaitu dari 2,3% di tahun 2007 menjadi 4,5% pada tahun 2013. Selain itu, angka insidensi yang besar pun terjadi pada rumah sakit pusat rujukan nasional, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Dalam bulan Januari-Juni 2014 sudah tercatat 103 kasus TBC yang dirawat di ruang perawatan penyakit dalam. Oleh karena tingginya angka kejadian TBC ini, peran perawat menjadi sangat penting dalam mengadakan promosi dan pemeliharaan kesehatan terkait TBC. Promosi dan pemeliharaan kesehatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya mengenai TBC supaya dapat mencegah terjadinya TBC dan mengatasi tanda dan gejala yang timbul akibat penyakit TBC. 4. 2 Analisis Kasus TBC dengan mudah menyerang masyarakat perkotaan. Faktor risiko terjadinya TBC dapat berasal dari berbagai macam sumber. Faktor risiko dapat berasal dari dalam diri individu maupun dari luar. Usia pasien yang masih dalam tahap dewasa awal tidak memungkiri dapat terjangkit TBC. Hal ini dikarenakan TBC dapat terjadi karena adanya faktor risiko dari penderita yang memungkinkan agen penyebab TBC menginfeksi. Penurunan sistem imunitas tubuh pada pasien menjadi faktor predisposisi yang menyebabkan infeksi TBC cepat menyerang. Infeksi yang dilakukan oleh bakteri tidak dapat dilawan oleh tubuh karena lemahnya sistem pertahanan tubuh. Oleh karena itu bakteri dapat dengan bebas hidup dalam tubuh individu. Individu yang mengalami penurunan sistem pertahanan tubuh harus mendapat pengawasan agar infeksi yang diderita tidak menyebar. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 oleh Schnell dkk di Paris mengenai TBC pada pasien dengan immunocompromised Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 29 didapatkan data bahwa dari 100 responden dengan immunocompromised, lebih dari 50% mengalami TBC dan sisanya mengalami infeksi saluran napas atas. Seiring berjalannya penyakit, 10 responden yang mengalami TBC meninggal dunia. Penyebab terjadinya TBC pada orang dewasa dapat diakibatkan oleh beberapa faktor. Selain dipengaruhi oleh kebiasaan merokok dan minum alkohol, TBC juga dapat menyerang individu yang mengalami malnutrisi (Badash, 2011). Berdasarkan kategori IMT, pasien tergolong kurus. Pasien juga termasuk orang yang sering melewatkan waktu makan. Kebiasaan seperti ini dapat membuat tubuh kekurangan asupan nutrisi yang seharusnya didapatkan dalam satu hari. Jika hal ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama, fungsi pertahanan tubuh pun akan terganggu. WHO pada tahun 1968 mnerbitkan WHO Monograph on Nutrition-infection Interactions yang merupakan hasil kerjasama Nevin S. Scrimshaw, Carl Taylor, dan John Gordon mengemukakan bahwa kaitan antara malnutrisidan infeksi adalah sinergistis. Artinya, malnutrisi memperparah penyakit infeksi, demikian juga halnya infeksi memperburuk malagizi (Scrimshaw et al., 1968 dalam Siagian, 2006). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rakhmawati pada tahun 2008 menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dengan kejadian tuberkulosa pada anak (p value = 0,005). Dari penelitian tersebut menyatakan bahwa 82,4% anak yang mengalami status gizi kurang tuberkulosa, sedangkan 60,4% kelompok kontrolnya (yang tidak menderita tuberkulosa) memiliki status gizi baik. Penurunan imunitas tubuh pada pasien juga dapat dipengaruhi oleh kebiasaan pasien yang tidak suka makan sayur. Sayur mengandung mikronutrien yang dibutuhkan tubuh untuk proses pembentukuan sistem imun. Vitamin dan mineral merupakan contoh mikronutrien yang berperan dalam proses pembentukan imunitas tubuh. Sebagai contohnya adalah vitamin A, E, dan C memiliki peran dalam pembentukan imunitas tubuh. Vitamin A sangat penting untuk memelihara integritas epitel, termasuk epitel usus. Hal ini berkaitan dengan hambatan fisik terhadap patogen dan imunitas mukosal. Vitamin E dapat menurunkan produksi faktor penekan imunitas Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 30 (immunosuppressive factors) seperti prostaglandin E2 dan hidrogen peroksida dengan mengaktifkan makrofag. Vitamin C berakumulasi (dengan konsentrasi milimol/l) dalam neutrofil, limposit, dan monosit yang mengindikasikan bahwa vitamin C berperan penting pada fungsi imunitas (Siagian, 2006). Sebuah penelitian yang sejalan dengan hal tersebut adalah penelitian efek suplementasi vitamin E pada orang dewasa Amerika, pada tahun 1990, memperoleh efek perangsangan pada variabel yang berkaitan dengan kepekaan imunitas T-cell-dependent 4,5 minggu setelah pemberian vitamin E sebanyak 800 mg (Meydani, 1990 dalam Siagian, 2006). Penyebab terjadinya TBC tidak hanya disebabkan oleh kondisi kesehatan seseorang, namun juga kondisi lingkungan sekitar orang tersebut. Pasien sehari-hari bekerja di kawasan kota Jakarta dan selalu terpapar oleh udara kota Jakarta. Sarana transportasi umum yang setiap hari digunakan oleh pasien untuk pergi ke tempat kerja juga memungkinkan pasien untuk terpapar oleh polusi dari kendaraan bermotor setiap hari. Hasil studi yang dilakukan oleh Ditjen PPM & PL, tahun 1999 pada pusat keramaian di 3 kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta dan Semarang menunjukkan gambaran sebagai berikut: kadar debu (SPM) 280 ug/m3, kadar SO2 sebesar 0,76 ppm, dan kadar NOx sebesar 0,50 ppm, dimana angka tersebut telah melebihi nilai ambang batas/standar kualitas udara. Sumber pencemaran udara dapat pula berasal dari aktifitas rumah tangga dari dapur yang berupa asap. Menurut beberapa penelitian pencemaran udara yang bersumber dari dapur telah memberikan kontribusi yang besar terhadap penyakit ISPA. TBC dapat terjadi akibat udara dan lingkungan yang tidak sehat. Hal ini dikarenakan udara yang tidak sehat mengangdung bakteri, virus, jamur atau parasit sebagai pemicu timbulnya TBC. Masalah keperawatan utama yang dialami oleh pasien adalah bersihan jalan napas tidak efektif. Produksi sekret cenderung berlebih sehingga dapat menutup jalan napas. Oleh sebab itu, fungsi pernapasan pun tidak berjalan dengan baik. Adanya penumpukan sekret membuat jalan napas cenderung menyempit sehingga udara yang masuk ke dalam tubuh pun sedikit. Pasien yang mengalami masalah bersihan jalan Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 31 napas tidak efektif akan juga mengalami batuk sebagai usaha membersihkan jalan napas dari produksi sekret yang berlebih. Batuk merupakan suatu mekanisme normal pada manusia untuk membersihkan jalan napas dari benda-benda asing yang seharusnya tidak berada pada jalan napas sehingga jalan napas dapat kembali paten. Proses penyakit yang diakibatkan oleh infeksi TBC tidak hanya menyebabkan masalah bersihan jalan napas, namun juga dapat mengganggu status nutrisi seseorang. Proses penyakit yang ditimbulkan oleh agen penyebab TBC membuat penderita TBC kehilangan napsu makan dan merasa mual sehingga intake nutrisi pun berkurang. Pasien juga mengalami hal serupa. Setiap kali makan hanya menghabiskan setengah dari porsi makan seharusnya. Pasien mengatakan dirinya merasa mual dan tidak nafsu makan. Intoleransi aktifitas juga dialami oleh pasien. Sesak yang bertambah apabila melakukan aktifitas yang cenderung berat mengakibatkan pasien harus bed rest untuk memulihkan kondisinya. Pengawasan terhadap tanda-tanda vital secara teliti dilakukan untuk memonitor pasien terhadap peningkatan toleransi pasien terhadap aktifitas. 4. 3 Analisis Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait Masalah keperawatan utama yang dialami pasien adalah bersihan jalan napas tidak efektif. Masalah ini telah terjadi pada pasien dari hari pertama pasien dirawat di rumah sakit. Akibat penumpukan sekret yang ada di jalan napas pasien, pasien menjadi sering batuk dan hal ini mengganggu proses pernapasan pasien. Pasien pun mengatakan dahak sulit dikeluarkan. Apabila dapat dikeluarkan, dahak cenderung sedikit dan kental berwarna putih. Hal ini membuat tenggorokannya menjadi terasa gatal. Proses infeksi yang menimbulkan reaksi peradangan ini menghasilkan cairan edema yang mengandung eritrosit dan fibrin serta relatif sedikit leukosit membuat paru Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 32 menjadi tidak lagi berisi udara namun cairan yang kental dan cenderung berwarna merah. Akibat hal ini adalah suara paru ronkhi dapat terdengar pada lapang paru yang terinfeksi. Penumpukkan cairan kental yang berlebihan ini harus dikeluarkan supaya tidak mengganggu proses pertukaran oksigen yang diperlukan tubuh dalam proses metabolisme. Pasien yang mengalami kesulitan untuk mengeluarkan dahak dapat dibantu untuk mengeluarkan dahak. Salah satu caranya adalah dengan mengajarkan teknik batuk efektif yang dapat membantu pengeluaran dahak. Sebuah penelitian pernah dilakukan di Jepang untuk membuktikan keefektifan batuk efektif dalam pengeluaran sekret yang menempel pada jalan napas. Penelitian tersebut dilakukan oleh Hajime et. al pada tahun 2005 menyatakan bahwa batuk efektif signifikan dalam meningkatkan bersihan jalan napas. Dalam penelitian tersebut menganjurkan untuk pasien yang memiliki masalah bersihan jalan napas untuk melakukan latihan otot-otot pernapasan secara rutin yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot-otot pernapasan. Kekuatan otot pernapasan yang meningkat ini mempengaruhi tekanan ekspirasi pernapaan sehingga dapat meningkatkan usaha batuk. Penelitian lain yang dilakukan oleh Strickland et. al tahun 2013 menyatakan bahwa usaha peningkatan bersihan jalan napas akan meningkatkan oksigenasi, menurunkan lama waktu perawatan, mengatasi atelektasis/konsolidasi paru, dan meningkatkan pernapasan mekanik. Penelitian ini juga merekomendasikan bagi pasien dengan gangguan bersih jalan napas yang memiliki kelemahan untuk batuk untuk batuk secara manual ataupun dibantu secara mekanik. Pembersihan jalan napas ini sangat penting bagi pasien TBC karena retensi sekret yang tidak dikeluarkan dalam waktu yang lama dapat menghambat pernapasan yang dapat berujung kepada kematian. Di samping kedua penelitian tersebut, terdapat pula penelitian yang tidak sejalan dengan hasil dari kedua penelitian tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Elkins et. al pada tahun 2005 menyatakan bahwa batuk efektif tidak signifikan dalam mengatasi Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 33 bersihan jalan napas. Sedikitnya produksi sekret setelah dibatukkan dan tidak berkurangnya gejala yang ditimbulkan oleh produksi sekret berlebih menunjukkan bahwa teknik ini tidak signifikan digunakan pada pasien dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif. Pasien mengalami gangguan bersihan jalan napas dari hari pertama perawatan. Kesulitan mengeluarkan dahak yang dialami oleh pasien membuat pasien terganggu dan tidak nyaman karena harus berkali-kali batuk. Tindakan batuk efektif diajarkan kepada pasien dan dievaluasi selama tiga hari perawatan. Setelah batuk efektif diajarkan, pasien mengatakan pernapasan jauh lebih lega dan dahak yang dapat dikeluarkan banyak. Sebelum batuk efektif dilakukan, pasien minum air hangat untuk membantu mengencerkan dahak. Setelah tiga hari perawatan, pasien mengatakan sudah tidak batuk lagi dan suara ronkhi pada paru mulai menghilang. 4. 4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan Masalah keperawatan utama yang dialami oleh pasien adalah bersihan jalan napas tidak efektif. Batuk efektif telah diajarkan kepada pasien dan telah pasien lakukan selama tiga hari perawatan. Keefektifan intervensi ini telah dibuktikkan dengan berkurangnya batuk pada pasien selama tiga hari perawatan. Namun, penulis menyadari bahwa evaluasi dari intervensi ini belum dapat dilakukan secara objektif. Evaluasi produksi sputum dan subjektif dari pasien sendiri dirasa kurang untuk menyatakan intervensi ini benar efektif untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas. Intervensi batuk efektif ini pun tidak berjalan sendiri. Sebagai tenaga kesehatan, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain pun dilakukan. Pemberian obat untuk mengatasi batuk pun diberikan pada pasien ini sehingga dapat meningkatkan kesembuhan pasien dari masalah bersihan jalan napas tidak efektif tersebut. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 34 Batuk efektif bukanlah satu-satunya cara dalam mengatasi bersihan jalan napas. Batuk efektif dapat dikombinasikan dengan intervensi lain yang dapat juga meningkatkan pengeluaran sekret dari jalan napas. Intervensi lain yang dapat dilakukan adalah fisioterapi dada dengan postural drainase. Postural drainase bertujuan untuk memindahkan sekret yang berada di jalan napas yang sempit ke jalan napas yang lebih lebar sehingga dapat lebih mudah untuk dikeluarkan Masalah bersihan jalan napas ini merupakan masalah yang sering dialami pada pasien yang mengalami infeksi paru. Namun, pelaksanaan intervensi unuk mengatasi masalah bersihan jalan napas sering diabaikan oleh perawat ruangan. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran untuk meningkatkan intervensi mandiri yang dapat dilakukan oleh perawat untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas yang dialami oleh pasien. Diharapkan setelah adanya contoh sederhana ini perawat ruangan bersedia untuk melanjutkan intervensi batuk efektif maupun postural drainase pada pasien dengan tuberkulosis dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hasil studi kasus dan pembahasan pada karya ilmiah ini maka simpulan yang di dapat adalah: 1. Penyebab tuberkulosis (TB) pada masyarakat perkotaan adalah padatnya pemukiman, rendahnya pengetahuan mengenai proses penularan, lingkungan yang tidak sehat, malnutrisi, penyakit-penyakit yang menyebabkan rendahnya imunitas seperti HIV/AIDS serta tingginya polusi udara. 2. Tuberculosis (TB) yang terjadi pada pasien kelolaan dipicu oleh penyakit HIV yang dideritanya. HIV/AIDS menyebabkan depresi sistem imun sehingga pasien rentan tertular penyakit infeksi oportunistik seperti TBC 3. Masalah keperawatan utama yang terjadi pada pasien TB adalah bersihan jalan napas tidak efektif akibat peningkatan produksi sputum. Selain itu, pada pasien TB juga sering ditemukan masalah kekurangan nutrisi karena salah satu gejala TB adalah penurunan berat badan tiba-tiba. 4. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada studi kasus ini adalah latihan batuk efektif untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas pada pasien TB 5. Hasil intervensi pada pasien TB dalam studi kasus ini menunjukkan bahwa batuk efektif dikolaborasikan dengan terapi inhalasi dengan Nacl 3 % efektif untuk membantu pengeluaran sekret sehingga oksigenasi pasien membaik. 6. Evaluasi hasil intervensi dilihat melalui pemeriksaan fisik seperti frekeunsi pernapasan, keluhan sesak, suara napas, dan hasil saturasi oksigen . 7. Intervensi keperawatan lainnya untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas pada pasien TB adalah dengan postural drainage. Postural Drainage memanfaatkan gravitasi untuk membantu sputum keluar melalui jalan napas utama sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan. Postural drainase juga bermanfaat mencegah sputum bertumpuk pada tempat yang sama pada waktu yang lama sehingga menimbulkan infeksi lebih lanjut. 35 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 36 5.1 Saran 5.1.1 Pelayanan 1. Perawat ruangan terutama perawat primer diharapkan mampu menjadikan latihan batuk efektif sebagai intervensi mandiri yang utama untuk menangani pasien dengan masalah bersihan jalan napas. 2. Batuk efektif dapat dikolaborasikan dengan pemberian terapi inhalasi untuk melancarkan pengeluaran sputum terutama pada pasien-pasien tirah baring lama yang beresiko tinggi terjadinya retensi sputum yang menghambat jalan napas 5.1.2 Penelitian Selanjutnya 1. Karya tulis ini dapat dijadikan data awal untuk melakukan penelitian terkait intervensi keperawatan untuk menangani kasus serupa seperti gangguan bersihan jalan napas pada pasien TB lainnya 2. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu mengaplikasikan intervensi keperawatan latihan batuk efektif kepada sampel pasien yang lebih banyak dan jangka waktu yang lebih lama sehingga dapat dibandingkan efektivitasnya dalam menangani masalah bersihan jalan napas dengan sampel yang tidak diberikan latihan teknik batuk efektif. Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 DAFTAR PUSTAKA Blanc L, Falzon D, Fitzpatrick C et al. In: Global Tuberculosis Control 2010. Geneva: WHO Press; 2010: 1, 5-7 Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC Corwin, EJ. 2009. BukuSakuPatofisiologi, 3 EdisiRevisi. Jakarta: EGC Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta. Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius Mc Closkey, C.J., et all. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey:Upper Saddle River Pranowo, Wahyu C. (2010). Efektifitas Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Sputum Untuk Penemuan BTA Pada Pasien TB Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Skripsi: Universitas Diponegoro Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta. Santosa, Budi. 2007. PanduanDiagnosaKeperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika Smeltzer, S. & Bare, B. (2002). Buku Ajar keperawtanmedikalbedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC Somantri, Irman. (2008). Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika. Subrata, S. (2006). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Diam Rakyat Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 Stiller,K et all. (2008). Efficacy of Breathing and Coughing Exercise in the Prevention of Pulmonary Complications After Coronary Artery Surgery. Diakses pada tanggal 7 Juli 2014 pada Downloaded From: http://publications.chestnet.org/ on 06/28/2014 Tambayong, J. 2003. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta. Tamsuri, Anas. (2008). Klien Gangguan Pernapasan : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. Utarini A, Wuryaningtyas B, Basri C. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2011 Wilkinson & Van Leuven. (2007). Procedure Checklists for Fundamentals of Nursing. F. A. Davis Company. Yana, Agustus. (2008). Hubungan Teknik Batuk Efektif dengan Pengeluaran Sputum Pada Pasien Tuberkulosis Paru Akut di Wilayah Kerja Puskesmas Jungkat Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak. Skripsi: Universitas Diponegoro WHO. (2013). Global Tuberculosis Report. Diakses pada tanggal 7 Juli 2014 pada http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/ Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 Lampiran 1 Catatan Perkembangan KeperawatanTn.Bdengan HIV, TB paru di RuangRawatPenyakitdalam RSCM Zona A Lantai 7 Tanggal 08/05/2014 08/05/2014 Diagnosa Gangguan Bersihan Jalan Napas Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh Catatan Perkembangan Implementasi - - Pantau jalan napas, kaji adanya wheezing, gargling, atau snorring - kaji pengembangan dada, kedalaman bernapas, dan auskultasi bunyiparu - Monitor tekanan darah, frekuensi napas, dan denyut nadi - kaji refleks batuk, adanya sekret, catat jumlah, warna, dan bau - anjurkan minum air hangat jika klien tidak puasa dan tidak ada restriksi cairan - berikan posisi nyaman (semi fowler-fowler) - Lakukan fisioterapi dada dan postural drainase sesuai indikasi - Ajarkan klien cara batuk efektif - Kolaborasi dengan Inhalasi Implementasi - Kaji status nutrisi, meliputi : o Perubahan berat badan dan tinggi badan o Pengukuran antropometrik (IMT, dan LLA) o Nilai laboratorium (elektrolit, serum, BUN, kreatinin, Protein). - Kaji pola diet nutrisi klien : riwayat diet, makanan kesukaan, dan hitung kalori. - Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi : anoreksi, mual dan muntah, diet yang tidak menyenangkan bagi klien, kurang memahami pembatasan diet. - Menyediakan makanan kesukaan klien dalam batas-batas diet yang telah ditetapkan - Berikan makan sedikit tapi sering. - Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 Evaluasi S:O : KU : Lemah, Kes : Apatis, GCS = 12 Batu Efektif ( - ), Slim ( + ), agak kental Ronchi +/+ A : Masalah Belum Teratasi P : - Kaji Fungsi Pernapasan - Pertahanakan posisi semifowler - Monitor Kebutuhan Cairan - Kolaborasi pemberian Inhalasi S :O : - KU : tampak lemah, Kes : apatis - Terpasang NGT, Residu minimal - BU ( + ) 6x/mnt - NGT : 6 x 200 cc - Toleransi lambung ( + ) A : Masalah Belum Teratasi P : Lakukan Intervensi Universitas Indonesia Lampiran 1 - 08/05/2014 Kerusakan Integritas kulit - 09/05/2014 09/05/2014 Ajarkan keluarga mengenai makanan yang dianjurkan, dibatasi,, dan dilarang sesuai dengan kondisi pasien Berikan informasi yang tepat mengenai kebutuhan nutrisi dan bagaimana cara memenuhinya Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit yang sesuai Implementasi Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhannya Rawat luka dengan baik dan benarsecara aseptik dengan Na Cl 0.9% Gangguan bersihan jalan napas Implementasi - Kaji fungsi pernapasan, auskultasi..... - Berikan posisi semifowler - Catat kemampuan mengeluarkan sekret - Mulai untuk batuk efektif - Kolaborasi pemberian therapy inhalasi Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Implementasi : - Kaji status nutrisi klien, kemampuan menelan - Pantau masukan keluaran nutrisi - Beri diit melaui NGT - Perhatikan kebutuhan kalori Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 S:O:- Luka tampak basah tertutup kassa Luka decubitus Grade II Luas luka 5 x 4 cm Granulasi luka ada S:O : - KU : Lemah, Kes : Apatis/CM -Klien batuk ( + ), belum dapat mengeluarkan sekret - Slym ( + ), Ronchi +/+ - Inhalasi dengan Nacl 0,9% dan bisolvon A : Masalah teratasi sebagian P : Lakukan intervensi S:O : - Ku : lemah, Kes : CM/apatis - Klien terpasang NGT dengan residu minimal - Bu : 6x/mnt, absorbsi lambung baik - Diit cair 6 x 200 cc A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi Universitas Indonesia Lampiran 1 09/05/2014 Gangguan integritas kulit Implementasi - Kaji keadaan umum dan luas luka - Berikan perawatan luka dengan baik dan benar - Kaji pertumbuhan granulasi - Kolaborasi pemberian therapy topical S:O : - Luka tampak bersih, Bau (-), luas luka 5 x 4 cm Pertumbuhan granulasi baik A : Masalah teratasi sebahagian P : Lanjutkan intervensi 10/05/2014 Gangguan bersihan jalan napas Implementasi - Kaji fungsi pernapasan, auskultasi..... - Berikan posisi semifowler - Catat kemampuan mengeluarkan sekret - Mulai untuk batuk efektif - Kolaborasi pemberian therapy inhalasi S : Klien mengatakan slim lengket O : - KU : lemah, Kes : CM - Batuk (+), slym (+) kental - Klien sulit mengeluarkan sekret - RR 20 x/mnt A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi 10/05/2014 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Implementasi : - Kaji status nutrisi klien, kemampuan menelan - Pantau masukan keluaran nutrisi - Berikan diit melaui NGT - Perhatikan kebutuhan kalori S : Klien mengatakan lapar O : - Ku : lemah, Kes : CM - Diit cair 6 x 200cc dengan melalui NGT - BU (+), toleransi usus ( + ) - Turgor kering A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 Universitas Indonesia Lampiran 2 Rencana Asuhan Keperawatan Tn.B dengan HIV, TB paru di Ruang Rawat Penyakit dalam RSCM Zona A Lantai 7 No 1 Diagnosa kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke kulit, penipisan lapisan lemak sub kutan, dan defisit nutrisi Tujuan Tujuan: Integritas kulit terjaga. Kriteria evaluasi Setelah dilakukan internesi keperawatan dalam waktu 1x24 jam, integritas kulit klien utuh dengan kriteria evaluasi: - Tidak terjadi luka tekan - Kulit bersih Intervensi Rasional Mandiri -kaji risiko kerusakan integritas kulit, misalnya Pengakajian risiko penting untuk dengan skala norton menentukan tindakan yang tepat untuk - posisikan klien senyaman mungkin untuk pasien menghindari friksi yang berlebihan Luka tekan sering terjadi karena posisi tidur misalnya dengan menempatkan bantal pada yang tidak diubah-ubah dan terdapat banyak daerah daerah persendian dan ada tulang friksi dari linen, dan tempat tidur. yang menonjol - jaga kebersihan diri pasien dengan mandi 2 Kulit yang tidak bersih meningkatkan risiko kali sehari, jaga kebersihan lingkungan infeksi sehingga mudah terjadi luka dengan mengganti baju dan linen bila basah atau kotor - anjurkan pasien minum yang banyak apabila Kekurangan cairan mengakibatkan turgor tidak ada pembatasan cairan, minumlah kulit buruk 2500cc/ hari - Jika ada edema anjurkan klien mengelevasi Edema dipengaruhi gravitasi ekstremitas yang edema - tingkatkan asupan nutrisi terutama albumin. Kekurangan nutrisi seperti albumin - jika ada luka, rawat luka dengan prinsip steril memperlambat proses penyembuhan luka - lakukan masase pada kulit dengan minyak Pemberian lotion, vaslein, dan minyak ziutun, lotion, vaselin, atau minyak kelapa kelapa terbukti efektif mengurangi risiko setiap sehabis mandi luka tekan bagi pasien tirah baring Pendidikan kesehatan - Informasikan kepada keluarga cara mencegah luka tekan - Demonstrasikan cara memandikan pasien dan masase. Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 Keluarga perlu diinformasikan mengenai cara perawatan untuk mencegah luka tekan Universitas Indonesia Lampiran 2 Kolaborasi - Kolaborasi pembatasan cairan apabila ada edema akibat overload - Kolaborasi transfusi albumin pada kasus edema akibat hipoalbumin - Kolaborasi pemerian salep topikal atau antibiotik yangs esuai apabila ada luka 2 Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses infeksi Tujuan : Klien dapat memperlihatkan status nutrisi yang adekuat Kriteria Hasil : Setelah dilakukan intervensi 6x24 jam nutrisi klien adekuat dengan kriteria evaluasi - Klien tidak merasa mual/muntah - BB naik 0.51kg/minggu - nilai lab normal: albumin 3.5-5 g/dl hb > 12 g/dl Mandiri - Kaji status nutrisi, meliputi : o Perubahan berat badan dan tinggi badan o Pengukuran antropometrik (IMT, dan LLA) o Nilai laboratorium (elektrolit, serum, BUN, kreatinin, Protein). - Kaji pola diet nutrisi klien : riwayat diet, makanan kesukaan, dan hitung kalori. - Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi : anoreksi, mual dan muntah, diet yang tidak menyenangkan bagi klien, kurang memahami pembatasan diet. - Menyediakan makanan kesukaan klien dalam batas-batas diet yang telah ditetapkan - Berikan makan sedikit tapi sering. - Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi Edema memperburuk ingeritas kulit sehingga harus dikontrol. Antibiotik peerlu diberikan pada kasus luka yang terinfeksi Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi hasilnya. Pada diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu. Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet. Mendorong meningkatkan masukan diet. Penyerapan makanan terganggu akibat adanya stenosis di bagian distal pasien hal ini trjadi akibat akalasia, oleh karena itu makanan yang mampu diserap hanyalah makanan dalam bentuk sangat halus, memakan makanan dalam jumlah terlalu banyak harus dihindari agar tidak terjadi refluks esfagus dan aspirasi Pendidikan kesehatan - Ajarkan keluarga mengenai makanan yang dianjurkan, dibatasi,, dan dilarang sesuai dengan kondisi pasien - Berikan informasi yang tepat mengenai Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 Universitas Indonesia Lampiran 2 kebutuhan nutrisi dan bagaimana cara memenuhinya Kolaborasi - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit yang sesuai 3 Bersihan jalan napas tidak efektif Tujuan: Jalan napas paten, pertukaran gas adekuat. Kriteria Evaluasi: Setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam 3x 24 jam klien menunjukkan respon: - Suara nafas vesikuler, wheexing (-), Ronchi (-) - RR dalam batas normal (12-20x/menit) - tidak ada dispnea dan sianosis - Nilai AGD dalam batas normal - Sekret encer dan mudah dikeluarkan melalui batuk 1. - Mandiri Pantau jalan napas, kaji adanya wheezing, gargling, atau snorring kaji pengembangan dada, kedalaman bernapas, dan auskultasi bunyiparu Monitor tekanan darah, frekuensi napas, dan denyut nadi kaji refleks batuk, adanya sekret, catat jumlah, warna, dan bau anjurkan minum air hangat jika klien tidak puasa dan tidak ada restriksi cairan berikan posisi nyaman (semi fowlerfowler) Lakukan fisioterapi dada dan postural drainase sesuai indikasi Pendidikan Kesehatan Ajarkan klien cara batuk efektif . kolaborasi : - pemeriksaan AGD, Saturasi, Terapi O2 dan inhalasi jika perlu - Lakukan penghisapan lendir apabila refleks batuk tidak adekuat Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 Jalan napas bisa terganggu karena adanya berbagai sumbatan, dan bunyi napas khas pada setiap jenis sumbatan, Wheezing: penyempitan bronkus/ khas pada spasme bronkus misal penderita asma. snoring adalah suara seperti mendengur jalan napas tertutup oleh lidah, dan gargling adalah suara napas yang tertutup sekret cairan/darah Usaha napas dapat dilihat daripengembangan dada, kedalaman bernapas hemodinamik dapat terganggu apabila napas tidak edekuat, peningkatan TD dan RR dapat terjadi sebagai mekanisme kompensasi Pada pasien-pasien dengan refleks batuk yang tidak adekuat sekret dapat menumpuk sehingga mengganggu oksigenasi. sputum de warna kuning-hijau menandakan infeksi paru berat Posisi fowler dapat meningkatkan ekspansi paru postural drainase memfasilitasi pengeluaran sekret Apabila masalah jalan napas tidak teratasi maka akan mengganggu keseimbangan asam Universitas Indonesia Lampiran 2 basa, oksigenasi tidak adekuat sehingga perlu terapi kolaborasi 4 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi Tujuan: Suhu tubuh dalam batas normal, peningkatan suhu tubuh teratasi Kriteria hasil - Suhu tubuh nornal - TTV normal 5 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, dan akumulasi cairan di pleura Tujuan Klien dapat mendemosntrasikan pola napas yang efektif Kriteria hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah pola napas tidak efektif dapat teratasi dengan kriteria evaluasi: - Pola napas efektif Monitor - Monitor suhu tubuh: aksila - Monitor TTV tiap shift - Monitor hidrasi Mandiri - Berikan kompres hangat - Berikan baju dan selimut tipis - Jaga temperatur udara jangan terlalu dingin Pendidikan kesehatan - Ajarkan keluarga kompres hangat Kolaborasi: - Berikan cairan intravena sesuai indikasi - Berikan antipiretik sesuai program Mandiri - Monitor status respirasi: Hitung Frekuensi napas, inspeksi pergerakan dinding dada, dan dispnea - Anjurkan teknik bernapas yang efektif, misalnya pernapasan dalam dan perlahan, atau purse lips breathing - Monitor saturasi oksigen secara berkala Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 - TTV meningkat sesuai peningkatan sushu Kebuuhan hidrasi meningkat 12,5 % setiap kenaikan suhu 1 derajat Selimut tipis memudahkan panas keluar dari tubuh Cairan intravena diperlukan untuk menjamin hidrasi yang adekuat Peningkatan frekuensi peranapsan, perubahan kedalaman pernapasan menunjukkan gangguan pada sistem pernapasan Pernapasan yang perlahan, dan dalam memungkinkan lebih banyak 2O2 yang masuk ke paru Saturasi oksigen normal adalah >95-100 %,saturasi oksigen menurun menunjukkan kekurangan kadar oksigen dalam darah Universitas Indonesia Lampiran 2 - ditandai dengan frekuensi napas dalam batas normal (12-20 x/menit), rasio inspirasi : ekspirasi = 1:2, dan tidak ada penggunaan otot-otot bantu pernapasan Sesak hilang/ tidak ada keluhan dispnea Tidak ada sianosis - Berikan posisi yang nyaman bagi pasien: misalnya fowler, semi fowler, atau lateral Pendidikan Kesehatan - Informasikan kepada keluarga teknik relaksasi untuk memperbaiki pola pernapasan - Informasikan kepada keluarga tanda-dan gejala gawat pernapasan seperti peningkatan frekuensi pernapasan, sianosis, dan penurunan kesadaran, anjurkan keluarga untuk segera mencari bantuan medis apabila tanda tersebut ditemukan Kolaborasi - Berikan terapi oksigen tambahan sesuai indikasi - Berikan terapi bronkodilator jika ada indikasi - 6 Gangguan pertukaran gas: berhubungan dengan penurunan oskigen ke paru-paru akibat proses infeksi dan ventilasi yang tidak adekuat Tujuan: Klien akan menunjukkan pertuakaran gas yang adekuat Kriteria Evaluasi: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, masalah gangguan pertukaran gas teratasi dengan kriteria: - Pola nafas klien kembali normal 20 kali per menit - Nilai lab hasil AGD Berikan terapi analgetik untuk emngurangi nyeri saat pernapasan sesuai indikasi Mandiri - Kaji adanya tanda-dan gejala gangguan pertukaran gas seperti pernurunan kesadaran, dispnea, takipnea, penurunan saturasi oksigen yang drastis, penurunan PaO2 dan Peningkatan PCO2 - Pertahankan bedrest apabila terjadi tandatanda distress pernapasan , tingkatkan aktivitas secara bertahap - Pertahankan jalan napas yang paten, kaji jika ada sputum yang menghambat jalan Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 Posisi yang sesuai dapat meningkatkan ekspansi paru, mengurangi sesak, dan memperbaikin perfusi Keluarga merupakan support system yang paling dekat dengan pasien sehingga pemberdayaan keluarga sangat penting agar proses perawatan pasien berjalan dengan optimal. Keluarga sering kurang pengetahuan sehingga informasi mengenai kondisi penyakit anggota keluarga dan cara penanganannya sangat penting diinformasikan pada keluarga. Oksigen tambahan perlu diberikan apabila saturasi oksigen terus menurun. Bronkodilator berguna melebarkan jalan napas terutama pada kasus-kasus gangguan pola napas yang disebabkan spasme bronkus Nyeri biasa muncul pada berbagai kasus gangguan pernapasan sehingga menyebabkan ketidakefektivan ventilasi, Penrurunan kadar oksigen dalam darah akan langsung berdampak pada penurunan kesadaran, dan perubahan nilai AGD Bedrest akan menurunkan kebutuhan oksigen Retensi sputum di jalan napas akan mengakibatkan penurunan suplai Universitas Indonesia Lampiran 2 - - kembali dalam batas normal Terdengar bunyi vesikuler di kedua thoraks Klien tidak mengalami hambatan saat bernafas - napas Posisikan pasien sesuai indikasi Pendidikan Kesehatan - Informasikan kepada keluarga mengenai tanda-tanda disress pernapasan, anjurkan keluarga segera mencari bantuan tenanga medis apabila ditemukan tanda-tanda tersebut - Informasikan kepada keluarga mengenai tindakan medis untuk meningkatkan oksigenasi seperti pengambilan darah AGD, terapi oksigen tambahan, atau tindakan invasif lainnnya Kolaborasi - Lakukan pemeriksaan Analisa gas darah - Beriksn terapi oksigen sesuai kebutuhan dan indikasi - Lakukan intubasi apabila terjadi gagal napas , bila keluarga setuju oksigen ke paru-paru Posisi yang tepat dapat secara langsung meningkatkan ventilasi sehingga memasilitasi pertukaran gas yang adekuat Keluarga sebagai orang-orang yang selalu berada di dekat pasien harus dapat mengenali masalah dan mengambil tindakan yang tepat untuk menjamin kesehatan pasien Pertukaran gas yang adekuat akan tercermin dari nilai kadar oksigen di dalam darah Pada kasus-kasus berat intubasi dibutuhkan untuk menyelamatkan jiwa NANDA International. (2012). Nursing diagnoses: Definitions & Classifications 2012-2014. USA: Wiley-Blackwell Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 Universitas Indonesia Lampiran 3 Pathway Tuberkulosis Paru Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 1 ANALISIS BATUK EFEKTIF DALAM MENGATASI MASALAH BERSIHAN JALAN NAPAS PADA PASIEN TUBERCULOSIS PARU Tiur Dame Uli Silalahi1, Hanny Handiyani2 1 Mahasiswa Profesi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia 2 Dosen Kelompok Keilmuan Dasar Keperawatan Keperawatan Dasar , Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia Abstrak Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai akibat urbanisasi pada masyarakat perkotaan. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi oportunistik yang menyerang saluran pernapasan. Salah satu masalah keperawatan yang ditimbulkan akibat penyakit ini adalah bersihan jalan napas tidak efektif. Pada pasien TB terjadi peningkatan produksi sputum sehingga menghambat jalan napas dan apbila tidak ditangani dapat menimbulkan kegawatan pernapasan. Teknik batuk efektif telah lama direkomendasikan sebagai intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas. Karya tulis ini bertujuan menganalisis pengaruh batuk efektif terhadap pasien TB paru di ruang rawat penyakit dalam RSCM. Hasil studi menunjukkan latihan batuk efektif yang rutin terbukti meningkatkan bersihan jalan napas sehingga memperbaiki oksigenasi. Kata Kunci: bersihan jalan napas, batuk efektif, infeksi paru, TBC Abstact Tuberculosisis a health problem that isoften encountered as a result of urbanization on urban communities. Pulmonary tuberculosisis an opportunistic disease that attacks therespiratorytract. One of thenursing problems caused by this diseaseis ineffective airway clearance. TB patients increased sputum production thus inhibiting airway and if left untreated it canlead torespiratory distress. Cough techniques have been recommended as effective nursing interventions to address the problem of airway clearance. This paper aims to analyzethe impact of effective cough in a patient with TB in internal medicine wards of RSCM. The study shows that regular exercise of effective cough is proven effective to improve airway clearance and improve oxygenation. Keywords: airway clearance, effective cough, lung infections, tuberculosis Pendahuluan manusia. Tuberkulosis telah menyebar di Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu hampir semua negara. Prevalensi TBC di masalah kesehatan yang utama di dunia. Afrika sebesar 30%, Asia sebesar 55%, Setiap tahun terdapat 9 juta kasus baru dan dan untuk China dan India sebesar 35% kasus kematian hampir mencapai 2 juta dari semua kasus tuberkulosis. WHO dalam Global Reports 2010 menyatakan Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 2 bahwa pada tahun 2009 angka kejadian TB pasien TB dunia. Survey kesehatan rumah di seluruh Indonesia adalah sebesar 9,4) tangga (SKRT) yang diselenggarakan oleh dan meningkat terus secara perlahan setiap Departemen Kesehatan, sekitar 30-40% tahunnya dan menurun lambat seiring penyakit adanya peningkatan per kapita. Prevalensi Indonesia adalah penyakit paru. TBC kasus TB di seluruh dunia sebesar 14 juta merupakan pembunuh nomor satu diantara (berkisar 12 juta sampai 16 juta) (Blanc L, penyakit menular lainnya dan nomor tiga Falzon D, Fitzpatrick C et al, 2010). dalam daftar seperti penyebab kematian Masalah tuberkulosis paru di negara berkembang sudah sampai pada tahap yang mengkhawatirkan, karena sebanyak dan utama di penyebab Indonesia kematian setelah di penyakit jantung dan pembuluh darah dan penyakit saluran pernafasan akut (Utariani, 2011). 95% kasus tuberkulosis paru berada di Tuberkulosis saat ini menjadi salah satu negara 98% dampak dari urbanisasi dan masalah yang itu terjadi di masyarakat perkotaan. Semakin paru. meningkatnya urbanisasi akan berdampak Departemen kesehatan pada tahun 2010 pada kesehatan masyarakat lingkungan memperkirakan besarnya jumlah kematian kota, baik dari segi tata kota, masyarakat setiap tahunnya sebanyak 101.000 orang maupun dengan kasus baru sebanyak 539.000 urbanisasi kasus dan insiden tuberkulosis paru (basil lingkungan kota salah satunya adalah TB tahan asam) BTA positif sekitar 110 per (Pranowo, 100.000 penduduk. WHO memperkirakan tinggal yang kumuh, gelap dan lembab jumlah kematian akibat penyakit ini setiap serta rendahnya asupan nutrisi membuat tahunnya di Indonesia sebanyak 175.000 turunnya daya tahan tubuh masyarakat dengan jumlah kasus pertahun sebanyak kota terutama masyarakat dengan ekonomi 550.000 kasus (Utariani, 2011) renda, tersebut, kematian disebabkan TB yang oleh merupakan dan sebanyak ada di negara tuberkulosis salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia. Selain itu, Indonesia menduduki negara dengan sekitarnya. terhadap 2010). hal Dampak kesehatan Lingkungan tersebut dan tempat menjadikan TB semakin mudah menular dan menjadi aktif (Yana, 2008). ke-3 Gejala utama pasien TB paru adalah batuk penderita TB berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. peringkat jumlah keadaan terbanyak di dunia setelah India dan Batuk dapat diikuti China. Jumlah pasien TB di Indonesia tambahan yaitu dahak bercampur darah, adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah batuk darah, sesak nafas, badan lemas, dan Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 dengan gejala 3 nafsu makan menurun, berat badan Pranowo (2010) menunjukkan adanya menurun, malaise, berkeringat malam hari efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang sputum untuk penemuan BTA pasien TB lebih dari satu bulan (Depkes, 2006). paru di ruang rawat inap RS Mardi Rahayu Komplikasi pada penderita tuberkulosis Kudus. Dengan batuk efektif penderita stadium tuberkulosis paru tidak harus (perdarahan dari saluran nafas bawah) mengeluarkan banyak tenaga untuk yang mengeluarkan sekret (Depkes, 2007). lanjut; dapat karena hemoptosis mengakibatkan syok tersumbatnya berat kematian hipovolemik jalan nafas atau (Depkes RI, 2005). Perawat sebagai keperawatan pemberi langsung asuhan kepada pasien berperan penting dalam usaha preventif Kuman tuberkulosis yang masuk kesaluran dan promotif bagi penderita TB. Tindakan pernapasan saluran utama yang dilakukan yaitu megurangi nafas bawah dan dapat menimbulkan gejala yang timbul akibat TB misalnya terjadinya batuk produktif dan darah. Hal batuk berdahak dan penumpukan sekret ini akan menurunkan fungsi kerja silia dan sering mengakibatkan penumpukan sekret pada penderita saluran yang menimbulkan sesak nafas dan cepat lelah dapat saat beraktivitas. Karya ilmiah ini akan dikeluarkan dengan latihan batuk efektif. menganalisis praktik klinik keperawatan Batuk efektif merupakan tindakan yang kesehatan masyarakat perkotaan mengenai dilakukan untuk membersihkan sekresi latihan batuk efektif dalam mengatasi dari saluran nafas. Tujuan dari batuk masalah bersihan jalan napas pada pasien efektif tuberkulosis paru. akan menginfeksi pernafasan. menumpuk pada adalah Sekret jalan untuk napas meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi dan dirasakan TB sangat mengganggu karena cenderung mencegah efek samping dari retensi skresi Metode Penelitian ini menggunaka metode studi seperti pneumonia, atelektasis dan demam. kasus pada salah satu pasien kelolaan yang Smeltzer bahwa dirawat di ruang penyakit dalam RSCM. batuk efektif merupakan suatu metode Data diperoleh dari medical record pasien, batuk dengan benar dimana dapat energi wawancara langsung, observasi langsung, dapat dihemat sehingga tidak mudah lelah pemeriksaan fisik, dan dapat mengeluarkan dahak secara penunjang. (2001) menyebutkan maksimal. Penelitian yang dilakukan oleh Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 dan pemeriksaan 4 Diagnosa medis TBC didapatkan dari data pada oksigenasi yang lebih baik. Hasil medikal oleh evaluasi menunjukkan perbaikan dilihat pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan dari nlai frekuensi pernapsan pasien turun fisik dilakukan untuk mengkaji keluhan dari 24 kali per menit hingga 18 kali per gangguan sesak, menit. Selain itu keluhan sesak berkurang frekuensi pernapasan, suara napas, dan dari yang awalnya sesak berat hilang adanya sianosis dan tanda-tanda distress timbul dan berkurang hari ke 3. record dan ditunjang pernapasan seperti pernapasan sebagai salah satu komplikasi Perbaikan status pernapasan juga diamati gangguan bersihan jalan napas. Setelah dilakukan pengkajian ditegakkan beberapa diagnosa keperawatan yang sesuai dengan keluhan pasien. Pada pasien ini diagnosa utamanya adalah bersihan jalan napas tidak efektif. Pada pasien dilakukan intervensi latihan batuk efektif secara terjadwal. Intervensi keperawatan melibatkan keluarga pasien sebagai pengawas pasien dalam melakukan latihan, Lalu, evaluasi terhadap pernapasan melalui produksi sputum. Sputum dari awal kental dan susah keluar, semakin hari semakin mudah dikeluarkan dan menjadi encer. Suara napas juga mengalami perubahan dengan hasil askultasi paru menunjukkan ronchi berkurang dari hari ke hari. Hasil intervensi uga dilihat dari perolehan saturasi oksigen pasien yang membaik dari hari ke hari yaitu dari 94.5 menjadi 97.1 %. dilakukan setiap hari dengan melihat hasil analisa frekuensi pernapasan, keluhan sesak, suara pernapasan (adanya ronchi) dan saturasi oksigen. Intervensi mandiri keperawatan batuk efektif juga dikolaborasikan dengan terapi inhalasi Nacl 3 % untuk mengencerkan sputum. Hasil Hasil Pembahasan Masalah merupakan pada sistem masalah pernapasan kesehatan yang mudah terjadi di lingkungan perkotaan. Udara yang tidak bersih lagi yang ada di lingkungan kota dapat menjadi sarana penyebaran penyakit. Salah satu penyakit yang banyak terjadi pada daerah perkotaan intervensi dinilai adalah TBC. TBC tidak hanya dapat hasil menyerang masyarakat dewasa, tetapi juga pemeriksaan saturasi oksigen perfier. Hasil anak-anak. Lingkungan kumuh dan tidak intervensi batuk terjaga kebersihannya pun dapat menjadi napas, tempat hidup bakteri, virus, maupun jamur melegakan pernapasan dan berdampak yang dapat mengakibatkan TBC. Bahkan, melalui efektif keperawatan pemeriksaan fisik menunjukkan memperbaiki dan latihan jalan Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 5 asap yang dihasilkan oleh dapur penduduk penumpukan sekret membuat jalan napas pun dapat menjadi penghantar penyebaran cenderung menyempit sehingga udara penyakit ini. Apabila agen penyebab TBC yang masuk ke dalam tubuh pun sedikit. ini dengan Pasien yang mengalami masalah bersihan penurunan sistem imunitas tubuh, maka jalan napas tidak efektif akan juga agen penyebab TBC tersebut dapat dengan mengalami mudah menginfeksi individu. membersihkan jalan napas dari produksi Penurunan sistem imunitas tubuh pada sekret yang berlebih. Batuk merupakan pasien menjadi faktor predisposisi yang suatu mekanisme normal pada manusia menyebabkan cepat untuk membersihkan jalan napas dari menyerang. Infeksi yang dilakukan oleh benda-benda asing yang seharusnya tidak bakteri tidak dapat dilawan oleh tubuh berada pada jalan napas sehingga jalan karena lemahnya sistem pertahanan tubuh. napas dapat kembali paten. terhirup oleh individu infeksi TBC batuk sebagai usaha Oleh karena itu bakteri dapat dengan bebas hidup dalam tubuh individu. Individu yang Proses penyakit yang diakibatkan oleh mengalami penurunan sistem pertahanan infeksi TBC tidak hanya menyebabkan tubuh harus mendapat pengawasan agar masalah bersihan jalan napas, namun juga infeksi yang diderita tidak menyebar. dapat Penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 seseorang. oleh Schnell dkk di Paris mengenai TBC ditimbulkan oleh agen penyebab TBC pada pasien dengan immunocompromised membuat penderita TBC kehilangan napsu didapatkan data bahwa dari 100 responden makan dan merasa mual sehingga intake dengan nutrisi immunocompromised, lebih mengganggu status Proses pun penyakit berkurang. Pasien nutrisi yang juga dari50% mengalami TBC dan sisanya mengalami hal serupa. Setiap kali makan mengalami infeksi saluran napas atas. hanya menghabiskan setengah dari porsi Seiring 10 makan seharusnya. Pasien mengatakan TBC dirinya merasa mual dan tidak nafsu responden berjalannya yang penyakit, mengalami makan. meninggal dunia. Masalah keperawatan utama yang dialami oleh pasien adalah bersihan jalan napas Penelitian lain tidak efektif. Produksi sekret cenderung Strickland et. al tahun 2013 menyatakan berlebih sehingga dapat menutup jalan bahwa usaha peningkatan bersihan jalan napas. Oleh sebab itu, fungsi pernapasan napas pun tidak berjalan dengan baik. Adanya menurunkan akan yang dilakukan oleh meningkatkan oksigenasi, lama perawatan, Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 waktu 6 mengatasi atelektasis/konsolidasi paru, dan dapat dikeluarkan banyak. Sebelum batuk meningkatkan mekanik. efektif dilakukan, pasien minum air hangat Penelitian ini juga merekomendasikan bagi untuk membantu mengencerkan dahak. pasien dengan gangguan bersih jalan napas Setelah yang memiliki kelemahan untuk batuk mengatakan sudah tidak batuk lagi dan untuk suara ronkhi pada paru mulai menghilang. batuk pernapasan secara manual ataupun tiga hari perawatan, pasien dibantu secara mekanik. Pembersihan jalan napas ini sangat penting bagi pasien TBC Masalah keperawatan utama yang dialami karena tidak oleh pasien adalah bersihan jalan napas dikeluarkan dalam waktu yang lama dapat tidak efektif. Batuk efektif telah diajarkan menghambat kepada pasien dan telah pasien lakukan retensi sekret yang pernapasan yang dapat selama tiga hari perawatan. Keefektifan berujung kepada kematian. intervensi ini telah dibuktikkan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Elkins et. berkurangnya batuk pada pasien selama al pada tahun 2005 menyatakan bahwa tiga hari perawatan. Namun, penulis batuk dalam menyadari bahwa evaluasi dari intervensi mengatasi bersihan jalan napas. Sedikitnya ini belum dapat dilakukan secara objektif. produksi sekret setelah dibatukkan dan Evaluasi produksi sputum dan subjektif tidak yang dari pasien sendiri dirasa kurang untuk ditimbulkan oleh produksi sekret berlebih menyatakan intervensi ini benar efektif menunjukkan bahwa teknik ini tidak untuk mengatasi masalah bersihan jalan signifikan digunakan pada pasien dengan napas. efektif tidak signifikan berkurangnya gejala masalah bersihan jalan napas tidak efektif. Intervensi batuk efektif ini pun tidak Pasien mengalami gangguan bersihan jalan berjalan sendiri. Sebagai tenaga kesehatan, napas kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dari hari pertama perawatan. yang pun dilakukan. Pemberian obat untuk dialami oleh pasien membuat pasien mengatasi batuk pun diberikan pada pasien terganggu dan tidak nyaman karena harus ini berkali-kali batuk. Tindakan batuk efektif kesembuhan pasien dari masalah bersihan diajarkan kepada pasien dan dievaluasi jalan napas tidak efektif tersebut. Kesulitan mengeluarkan dahak sehingga selama tiga hari perawatan. Setelah batuk efektif diajarkan, pasien mengatakan pernapasan jauh lebih lega dan dahak yang Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 dapat meningkatkan 7 oksigenasi pasien membaik. Evaluasi hasil Kesimpulan pada intervensi dilihat melalui pemeriksaan masyarakat perkotaan adalah padatnya fisik seperti frekeunsi pernapasan, keluhan pemukiman, sesak, suara napas, dan hasil saturasi Penyebab tuberculosis rendahnya (TB) pengetahuan mengenai proses penularan, lingkungan yang tidak sehat, maluntrisi, penyakitpenyakit yang menyebabkan rendahnya imunitas seperti HIV/AIDS serta tingginya polusi udara. oksigen . Intervensi alternatif untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas pada pasien TB adalah dengan postural drainage. Postural Drainage memanfaatkan gravitasi Tuberculosis (TB) yang terjadi pada pasien untuk membantu sputum keluar melalui kelolaan dipicu oleh penyakit HIV yang jalan napas utama sehingga lebih mudah dideritanya. menyebabkan untuk dikeluarkan. Postural drainase juga depresi sistem imun sehingga pasien bermanfaat mencegah sputum bertumpuk rentan pada tempat yang sama pada waktu yang HIV/AIDS tertular penyakit infeksi lama sehingga menimbulkan infeksi lebih oportunistik seperti TBC Masalah keperawatan utama yang terjadi pada pasien TB adalah bersihan jalan napas tidak efektif akibat peningkatan produksi sputum. Selain itu, pada pasien TB juga sering ditemukan masalah kekurangan nutrisi karena salah satu gejala TB adalah penurunan berat badan tibatiba. Daftar Referensi Blanc L, Falzon D, Fitzpatrick C et al. In: Global Tuberculosis Control 2010. Geneva: WHO Press; 2010: 1, 5-7 Carpenito, L.J. Keperawatan, Intervensi keperawatan yang dilakukan pada studi kasus ini adalah latihan batuk efektif untuk mengatasi masalah bersihan Hasil intervensi pada pasien TB dalam studi kasus ini menunjukkan bahwa batuk dikolaborasikan Praktik 2000. Diagnosa Aplikasi Klinis, pada edisi 6. Jakarta: EGC Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC jalan napas pada pasien TB efektif lanjut. dengan terapi inhalasi dengan Nacl 3 % efektif untuk Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.Depkes RI : Jakarta. membantu pengeluaran sekret sehingga Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014 8 Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Yana, Agustus. (2008). Hubungan Teknik Batuk Efektif dengan Pengeluaran Sputum Pada Pasien Tuberkulosis Paru Akut di Wilayah Kerja Puskesmas Jersey: Upper Saddle River Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey:Upper Jungkat Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak. Skripsi: Universitas Diponegoro WHO. (2013). Global Tuberculosis Report. Diakses pada tanggal 7 Juli 2014 pada http://www.who.int/tb/publications/glob al_report/en/ Saddle River Pranowo, Wahyu C. (2010). Efektifitas Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Sputum Untuk Penemuan BTA Pada Pasien TB Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Skripsi: Universitas Diponegoro Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika Tambayong, J. 2003. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta. Tamsuri, Anas. (2008). Klien Gangguan Pernapasan : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. Utarini A, Wuryaningtyas B, Basri C. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2011. Analisis praktik ..., Tiur Dame Uli S., FIK UI, 2014