102 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu peneliti berusaha untuk menerapkan suatu tindakan sebagai upaya perbaikan untuk mengatasi masalah yang ditemukan. Menurut Dave edbutt dalam Pargito (2010: 18) PTK adalah suatu kajian sistematik terhadap usaha-usaha perbaikan praktek pendidikan oleh para partisipan (guru-murid) melalui langkah-langkah dalam praktek mereka dengan cara merefleksikannya dengan praktek mereka sendiri. PTK merupakan suatu studi sistematik terhadap praktik pembelajaran di kelas yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar dengan melakukan tindakan tertentu. Dalam penelitian ini para siswa dikenal tindakan, yaitu berupa pembelajaran dengan menggunakan Model Snowball Throwing. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Tempat penelitian ini berlokasi di SD Negeri 1 Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilaksanakan di kelas 1 SD Negeri 1 Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran 2014/2015. Sekolah ini berada di lingkungan Kecamatan Gedong Tataan dengan jumlah siswa 197 orang yang terdiri dari 35 siswa kelas I, 35 siswa kelas II, 28 103 siswa kelas III, 30 siswa kelas IV, 37 siswa kelas V, 32 siswa kelas VI. Staf pengajar terdiri dari 7 guru, 1 guru wiyata bhakti, 1 penjaga, 1 kepala sekolah. Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan: kemampuan membaca permulaan siswa kelas I SD Negeri 1 Sukabanjar masih rendah, merupakan tempat peneliti mengajar, belum pernah menjadi tempat penelitian tindakan kelas. 3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 selama 5 bulan mulai bulan Juli sampai dengan bulan November 2014. Adapun waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat di bawah ini: Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian: Bulan Kegiatan Juli-Agustus : Penyusunan dan Penyeminaran Proposal September : Pengurusan Ijin Penelitian Oktober : Pelaksanaan Tindakan November : Penyusunan Laporan 3.3 Bentuk dan Strategi Penelitian 3.3.1 Bentuk Penelitian Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini lebih menekankan pada masalah proses, maka jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan menggunakan jenis penelitian ini diharapkan akan mendapat informasi yang sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan praktik pembelajaran di dalam kelas secara profesional. 104 3.3.2 Strategi Penelitian Penelitian ini menggunakan strategi tindakan kelas model siklus karena objek penelitian hanya satu sekolah (SD). Rancangan yang di pakai adalah model dasar penelitian yang dikembangkan Suhandini (2000: 34) meliputi perencanaan, pelaksaan tindakan, observasi dan refleksi. Berikut penjabaran masing-masing: a. Perencanaan Kegiatan ini meliputi: 1). Membuat perencanaan pengajaran 2). Mempersiapkan alat peraga 3). Membuat lembar observasi 4). Mendesain alat evaluasi b. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahapan ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan. c. Observasi Pada tahap ini dilaksanakan observasi langsung terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. d. Refleksi Pada tahap ini, data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis guna mengetahui seberapa jauh tindakan telah membawa perubahan, dan bagaimana perubahan terjadi. 3.4 Sumber Data Sumber data penelitian ini adalah siswa, guru, teman sejawat dan perangkat pembelajaran. Lebih jelasnya, sebagai berikut: 105 3.4.1 Siswa Untuk mendapatkan data tentang sikap sosial dan hasil belajar siswa Kelas III SD Negeri 1 Sukabanjar dalam pembelajaran IPS dengan mengguanakan model Snowball Throwing. 3.4.2 Guru Untuk melihat keberhasilan tingkat implementasi pembelajaran IPS dengan menggunakan model Snowball Throwing untuk meningkatkan sikap siswa dan hasil belajar siswa Kelas III SD Negeri 1 Sukabanjar. 3.4.3 Teman Sejawat dan Kolabolator Teman sejawat dan kolabolator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara komprehensif, baik dari sisi siswa maupun guru. 3.4.4 Perangkat Pembelajaran Data/alat/media sebagai perencanaan untuk mengimplementasikan pembelajaran yang akan digunakan. 3.5 Subjek Penelitian Yang menjadi subjek penelitian adalah guru dan siswa Kelas III SD Negeri 1 Sukabanjar, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Tahun Pelajaran 2014/2015, yang berjumlah 31 orang di Semester Ganjil tahun 2014. 106 3.6 Definisi Konseptual dan Operasional Variable 3.6.1 Sikap Sosial a. Definsi Konseptual Sikap sosial adalah kesadaran dari dalam diri individu yang timbul lewat pengalaman berpengaruh pada perilaku individu, berperilaku pada dirinya dan lingkungan sosial. b. Definisi Operasional Sikap sosial dalam penelitian ini diukur berdasarkan skor total sikap sosial yang diperoleh dengan indikator: sikap spiritual, kejujuran, kedisiplinan, partisipasi dalam kelompok, tanggung jawab dalam tugas dan toleransi dalam kelompok. Masing-masing indikator sikap sosial diukur dengan observasi pada setiap item pemberian skor dinilai dengan lima pilihan jawaban, yaitu Amat Baik (diberi skor lima), Baik (diberi skor empat), Cukup (diberi skor tiga), Kurang (diberi skor dua) dan Sangat Kurang (diberi skor satu). 3.6.2 Hasil belajar a. Definisi Konseptual Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan berupa perolehan nilai yang dinyatakan dalam bentuk skor. b. Definisi Operasional Hasil belajar dalam penelitian ini diukur berdasarkan skor nilai pilihan ganda yang terdiri dari dua puluh soal, masing-masing soal jika benar mendapat nilai lima. 107 3.7 Teknik Pengumpulan Data Arikunto mengemukakan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan (2009: 99-100). Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode sebagai berikut: 3.7.1 Observasi/Pengamatan Observasi adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data (informasi) melalui panca indera yang dilakukan secara sistematis (Adlan, 2003: 31). Sementara Arikunto (2009: 234) mengemukakan bahwa dalam menggunakan metode observasi, cara yang paling efektif adalah melengkapi dengan format atau blanko pengamatan sebagai instrumen. Penelitian ini menggunakan pengamatan langsung pada proses pembelajaran IPS dan mengisi format observasi yang disediakan. Teknik penilaian observasi dapat digunakan untuk menilai ketercapaian sikap spiritual dan sikap sosial. Pengembangan teknik penilaian observasi untuk menilai sikap spiritual dan sikap sosial berdasarkan pada kompetensi inti kedua ranah ini. Sikap spiritual ditunjukkan dengan perilaku beriman, bertaqwa dan bersyukur. Sedangkan sikap sosial sesuai kompetensi inti tingkat SD/MI mengembangkan sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun dan percaya diri dalam berinterkasi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Sikap spiritual dan sikap sosial dalam kompetensi ini dijabarkan secara spesifik dalam kompetensi dasar. 108 Oleh karena itu, sikap yang diobservasi juga memperhatikan sikap yang dikembangkan dalam kompetensi dasar. Bentuk instrumen yang digunakan untuk observasi adalah pedoman observasi yang berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. Daftar cek digunakan untuk mengamati ada tidaknya suatu sikap atau perilaku. Sedangkan skala penilaian menentukan posisi sikap atau perilaku siswa dalam suatu rentangan sikap. Pedoman observasi secara umum memuat pertanyaan sikap atau perilaku yang diamati dan hasil pengamatan sikap atau perilaku sesuai kenyataan. Pernyataan memuat sikap atau perilaku yang positif atau negatif sesuai indikator penjabaran sikap dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar. Rentangan skala hasil pengamatan antara lain, sebagai berikut: a) Selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah b) Baik sekali, baik, cukup baik, kurang baik Pedoman observasi dilengkapi juga dengan rubrik dan petunjuk pensekoran. Rubrik memuat petunjuk/uraian dalam penilaian skala atau daftar cek. Sedangkan petunjuk penskoran memuat cara memberikan skor dan mengolah skor menjadi nilai akhir. Agar observasi lebih efektif dan terarah hendaknya: a) Dilakukan dengan tujuan jelas dan direncanakan sebelumnya, perencanaan mencakup indikator atau aspek apa yang akan diamati dari suatu proses. b) Menggunakan pedoman observasi berupa daftar cek atau skala, model lainnya. c) Pencatatan dilakukan selekas mungkin tanpa diketahui oleh peserta didik. 109 d) Kesimpulan dibuat setelah program observasi selesai dilakukan. Format observasi/pengamatan sikap sosial siswa adalah sebagai berikut: Format 3.1 Lembar Observasi Sikap Sosial Siswa NO NAMA SISWA A HASIL OBSERVASI B C D E F SKOR 1. 2. 3. . . 31 Keterangan: A. Sikap Spiritual B. Kejujuran C. Kedisiplinan D. Partisipasi dalam kegiatan kelompok E. Tanggung jawab dalam tugas kelompok F. Toleransi terhadap kelompok Sumber: Syamsudin dan Mar‟at Variabel sikap dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala Likert dengan lima pilihan, yaitu selalu (SL), sering (S), kadang-kadang (K), jarang (J) dan tidak pernah (T). Masing-masing pilihan diberi nilai dengan pembobotan seperti tertera pada tabel berikut: 110 Tabel 3.2 Daftar Pembobotan Penilaian Sikap No Pilihan Jawaban 1 Selalu (SL) 2 Sering (S) 3 Kadang-kadang (K) 4 Jarang (J) 5 Tidak Pernah (T) Sumber: Sugiyono (2009:135) Bobot Nilai 5 4 3 2 1 3.7.2 Tes Hasil belajar merupakan titik sentral dari kegiatan pembelajaran di sekolah. Dari melihat hasil, siswa dapat mengetahui seberapa jauh mereka bisa menguasai atau memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Dalam hal ini, sebaiknya guru memberikan umpan balik (feedback) dalam upaya perbaikan strategi pembelajaran selanjutnya. Pada akhir penelitian ini, peneliti memberikan tes untuk melengkapi kewajiban guru dalam memberikan penilaian kepada siswa serta melihat sejauh mana penggunaan model snowball throwing dapat meningkatkan sikap sosial dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS yang tercermin dalam penguasaan siswa atas materi yang telah disampaikan. 3.7.3 Foto dan Dokumentasi Foto dan dokumentasi dalam penelitian ini digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data penelitian. Alat ini digunakan peneliti adalah untuk menyakinkan bahwa data yang diperoleh dalam penelitian ini lebih jelas dan data yang diperoleh benar adanya. Data yang akan diperoleh berupa data hasil wawancara dan observasi dari hasil pengamatan siswa dalam pembelajaran. Data kuantitatif berupa hasil tes kompetensi. 111 3.8 Teknik Analisis Data Teknik analisis data bersifat deskriptif analitik, yaitu suatu penelitian yang bertujuan memberikan gambaran realitas pada objek yang diteliti secara obyektif. Penelitian ini menekankan pada variable sikap sosial dan hasil belajar IPS. Sikap sosial siswa dalam penelitian ini meliputi sikap spiritual, kejujuran, kedisiplinan, partisipasi dalam kelompok, tanggung jawab dalam tugas dan toleransi dalam kelompok. Penelitian diskriptif analitik adalah data yang diperoleh berupa kata-kata, gambar, prilaku, tidak dapat dituangkan dalam dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan dari atau tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekedar angka atau frekuensi. Penelitian kualitatif merupakan pendekatan berdasarkan pada kenyataan lapangan dengan kondisi realita dilapangan atas apa yang dialami. Dirasakan, digambarkan responden yang akhirnya dicari rujukan teorinya (Sudjarwo, 2010: 81). Peneliti melakukan analisis data dengan memberikan pemaparan, gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk naratif. Hakikat pemaparan adalah seperti orang merajut, setiap orang merajut, setiap bagian ditelaah satu demi satu, dengan menjawab pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana suatu fenomena itu terjadi. Obyektivitas pemaparan harus dijaga sedemikian rupa agar subyektifitas peneliti dalam membuat interpretasi dapat dihindari (Margono, 2000: 39). Fungsi penelitian deskriptif analitik yakni memberikan penjelasan tentang data yang telah diperoleh. 112 Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik analisa data agar data yang diperoleh valid dan dapat dipertanggungjawabkan, sebagai berikut: 1. Pengklasifikasian data, yaitu menggolongkan angka ragam jawaban kedalam kategori yang jumlahnya lebih terbatas. 2. Koding, yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban responden dengan jalan menandai masing-masing kode tertentu. 3. Tabulasi, yaitu usaha penyajian data, terutama pengolahan data yang akan menjurus ke analisis kualitatif, biasanya menggunakan tabel, baik tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang (Margono, 2000: 191). Pada penelitian ini data yang diperoleh diklasifikasikan dengan memberikan tanda check list dan skor, kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang berkaitan dengan sikap sosial siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Setelah itu diberikan interpretasi berdasarkan data yang diperoleh secara naratif. Pembelajaran akan berlangsung baik apabila terdapat interaksi edukatif antara guru dan siswa. Guru sebagai unsur utama dalam proses pembelajaran berusaha menciptakan kondisi siswa yang kondusif. Dalam pembelajaran guru harus memiliki metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Keberhasilan pembelajaran dapat diketahui dari tujuan yang akan dicapai dan hasil belajar siswa Untuk menganalisa data hasil kegiatan guru dan sikap sosial siswa, peneliti mengambil langkah-langkah sebagai berikut: 113 1. Menganalisa dokumen pembelajaran (RPP) dengan menggunakan rubrik IPKG. 1 Tabel. 3.3 Instrumen Penilaian Kemampuan Pembelajaran (IPKG. 1) Guru Perencanaan Petunjuk! Bacalah dengan cermat RPP yang akan digunakan oleh guru ketika mengajar kemudian nilailah semua aspek yang terdapat dalam RPP tersebut dengan menggunakan butir dibawah ini. No. Aspek yang Di Nilai 1. Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran (tidak menimbulkan penafsiran ganda dan mengandung prilaku hasil belajar) Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan karakteristik peserta didik) Pengorganisasian materi ajar (keruntutan, sistematika materi dan kesesuaian dengan alokasi waktu) Pemilihan sumber/media pembelajaran (sesuai dengan tujuan, materi dan karakteristik peserta didik) Kejelasan skenario pembelajaran (langkahlangkah kegiatan pembelajaran: awal, inti dan penutup) Kerincian skenario pembelajaran (setiap langkah tercermin startegi atau metode dan alokasi waktu pada setiap tahap) Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran Kelengkapan instrumen evaluasi (soal, kunci, pedoman penskoran) SKOR TOTAL 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Skor 1 2 3 4 2. Menganalisa dokumen penilaian pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan rubrik IPKG. 2 114 Tabel 3.4 Lembar Pengamatan Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Mengunakan Model Snowball Throwing (IPKG. 2) ASPEK PENGAMATAN SKOR KELAS III 1 2 3 A. Pendahuluan 1. Menkondisikan Siswa 2. Menyampaikan SK, KD dan Tujuan Pembelajaran 3. Menggali Pengetahuan Awal Siswa 4. Memotivasi Siswa Jumlah A Rerata B. Mengorientasi Siswa Pada Masalah 5. Mengajukan Masalah yang Aktual 6. Membimbing Siswa Untuk Mengemukakan Teori dan Ide Mereka Sendiri 7. Memotivasi Siswa Pada Permasalahan Jumlah B Rerata C. Mengorganisir Siswa-Siswa Untuk Belajar 8. Membentuk Kelompok Belajar Siswa 9. Meminta Siswa Untuk Menuliskan Pertanyaan yang Menyangkut materi di satu lembar kertas 10. Meminta Siswa Untuk Membuat Kertas yang Berisi Pertanyaan Itu Menjadi Bola Jumlah C Rerata D. Tahap 3: Membimbing Penyelidikan Individual dan Kelompok 11. Meminta Siswa untuk Melemparkan Kertas Tersebut Kepada Teman yang Lain 12. Memberikan Waktu Kepada Siswa Untuk Menjawab Pertanyaan yang Tertulis Dalam Kertas Berbentuk Bola Secara Bergantian Jumlah D Rerata E. Tahap 4: Mengembangkan dan Menyajikan Pemecahan Masalah 13. Membantu siswa dalam pemecahan masalah 14. Memberikan kesimpulan materi pembelajaran dengan menggunakan model snowball throwing Jumlah E Rerata 3. Menentukan tingkat kemampuan guru dalam memimpin diskusi 4. Menentukan bagian mana komponen sikap siswa yang perlu diperbaiki 115 5. Mengadakan evaluasi untuk menentukan apakah perubahan tindakan yang dilakukan berpengaruh terhadap hasil belajar Tabel 3.5 Ratio Tingkat Kemampuan Guru dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran No. 1. 2. 3. 4. 5. Jumlah Skor 86-100 71-85 56-70 40-55 < 40 Tingkat Kemampuan Guru Amat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang Menurut Hopkins (2011:232) teknik pengolahan data dan analisis meliputi empat tahapan, sebagai berikut: Tabel 3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data Sumber Informasi Analisis Survei Kuesioner Observasi Wawancara Dokumen 1. Pengumpulan data dan penciptaan kategorikategori atau hipotesishipotesis 2. Validasi kategori-kategori atau hipotesis-hipotesis 3. Interpretasi dengan merujuk pada teori, kriteria, praktik, dan pertimbangan guru 4. Merencanakan tindakan untuk pengembangan 3.8.1 Teknik Pengumpulan Data Hopkins (2011: 181) mengemukakan bahwa ada beberapa metode/teknik pengumpulan data yaitu: membuat catatan lapangan (field notes), rekaman audiotape, diary siswa, wawancara, videotape recorder dan kamera digital, 116 kuesioner, sosiometri, bukti dokumenter, studi kasus dan gambar siswa. Setelah mengumpulkan data, ada satu tahap yang secara langsung berkaitan dengan pengumpulan data yaitu membuat hipotesis-hipotesis. Pada tahap ini, lebih banyak gagasan akan lebih baik. Menurut Hopkins (2011: 227), menyatakan bahwa “semakin kaya dan semakin kreatif gagasan kita, semakin besar kemungkinan penelitian kita akan menghasilkan interpertasi yang koheren dan utuh atas suatu masalah”. Kemudian pada tahap berikutnya adalah mengevaluasi (atau menvalidasi) hipotesis-hipotesis, oleh karena itu mengapa pada tahap awal kita perlu berusaha sekreatif dan sesugestif mungkin untuk menggegas hipotesishipotesis. 3.8.2 Validitas Tahap kedua dalam proses penelitian kelas berhubungan dengan validitas hipotesis-hipotesis. Jejak audit (audit trail) merupakan teknik yang digunakan untuk meningkatkan validitas data. Schwandt dan Halpern dalam Hopkins (2011: 233) mendeskripsikan kegunaan audit trail, atau tentang bagaimana membangun mata rantai petunjuk (chain of evidence), sebagai berikut: Mempersiapkan audit trail sangat penting karena dua alasan. Pertama, ia mendokumentasikan penyelidikan dalam bentuk yang mempermudah penyelidikan pihak-ketiga. Audit trail berisi informasi tentang metode-metode yang digunakan untuk mengawasi kesalahan dan mencapai kesimpulankesimpulan yang dapat dijustifikasi. Kedua, audit trail membantu (para peneliti kelas) mengatur proses pencatatan/perekaman data. Mereka menemukan jalan terorganisir yang sangat penting ini ketika mereka harus memperoleh informasinya kembali dan mempersiapkan laporan akhirnya, (audit trail juga membantu mereka) menjadi lebih cermat, kritis, dan reflektif. 117 Strategi lain yang sering digunakan untuk memastikan validitas adalah dengan meminta responden-responden kunci untuk mereview draf-draf laporan penelitian yang telah dibuat oleh guru-peneliti. Strategi ini juga melibatkan pihak-pihak tertentu yang memang turut serta dalam penelitian (kolega-kolega atau para siswa), atau orang-orang yang berpengalaman dengan situasi yang tengah diamati. Jika orang-orang yang terlibat dalam penelitian ini tidak mengenali deskripsi dan analisis dalam laporan akhir, maka validitasnya perlu dicurigai. Melibatkan orang lain dalam penelitian juga merupakan aktivitas yang bermanfaat bagi mereka sendiri. Menurut Hopkins (2011: 234), bahwa dengan menerapkan teknik-teknik analisis seperti triangulasi dan metode-metode lain yang dideskripsikan sebelumnya, para guru-peneliti dapat menghasilkan hipotesis-hipotesis dan konsep-konsep yang sehat secara metodologis dan dapat digeneralisasi. Dengan terlibat dalam proses pengembangan hipotesis, guru-peneliti berarti tengah melaksanakan apa yang oleh Glaser dan Strauss disebut sebagai Grounded Theory, karena teori ini didasarkan pada data yang dikumpulkan dari dan aplikatif pada situasi sosial tertentu. Dengan menggunakan metodologi ini, kita dapat melangkah menuju tindakan-tindakan selanjutnya, sebagaimana yang dinyatakan oleh Dunn dan Swierczek dalam Hopkins (2011: 234) Penerapan grounded theory dapat memberikan kontribusi pengembangan sejauh penemuan-penemuan yang dihasilkan dapat: bagi 1. merefleksikan kondisi-kondisi aktual masa kini dalam usaha-usaha perubahan tertentu (validitas internal); 2. melambangkan kondisi-kondisi aktual masa kini dalam usaha-usaha perubahan yang lain (validitas eksternal); 118 3. berkontribusi pada usaha penciptaan konsep-konsep baru dengan terusmenerus membandingkan informasi yang diperoleh dengan metodemetode yang berbeda (refleksivitas); dan 4. mendorong pemahaman antar kelompok dengan memperbandingkan kerangka-kerangka rujukan yang ada. Penelitian ini agar data diperoleh valid dan dapat dipertanggungjawabkan, dilakukan analisa data yang diperlukan dengan melakukan member check berdasarkan data yang terkumpul dalam penelitian ini telah diperiksa kembali keakuratannya dan dikonsultasikan kepada teman sejawat untuk dimintai bantuan dalam memperbaiki hasil penelitian ini. Sehingga data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat digunakan dan dapat dijadikan pertimbangan oleh peneliti selajutnya yang relevan dengan penelitian ini. Tahap selanjutnya dilakukan triangulasi untuk memeriksa kebenaran hipotesis, kontruk atau analisis dari peneliti dengan membandingkan hasil dari teman sejawat peneliti. Pada penelitian ini triangulasi digunakan peneliti yaitu dengan memadukan informasi dari peneliti, guru teman sejawat dan siswa tentang keberlangsungan proses pembelajaran disetiap siklusnya. Dari data yang diperoleh melalui wawancara dengan guru teman sejawat dan siswa, proses pembelajaran pada siklus pertama dirasa masih kurang baik, karena proses pembelajaran belum maksimal, siswa belum aktif dalam kegiatan pembelajaran, demikian juga kemampuan guru dalam mengelola kelas, hal itu juga diakui oleh peneliti, guru teman sejawat dan siswa sendiri. Dari hasil penelitian siklus pertama maka dilakukan perbaikan pada siklus kedua dalam proses pembelajaran selajutnya. Pada siklus kedua, proses pembelajaran yang dilakukan sudah ada peningkatan proses pembelajaran dilihat dari peningkatan kemampuan guru mengelola kelas 119 dan sikap sosial siswa. Hal ini juga dikemukakan oleh guru teman sejawat, siswa dan peneliti sendiri, namun belum dapat memenuhi indikator keberhasilan yang diinginkan. Oleh karena itu, dilakukan perbaikan lagi pada siklus ketiga. Pada siklus ketiga kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan sikap sosial siswa telah memenuhi indikator yang ditentukan. Hal ini juga diakui oleh guru teman sejawat, siswa dan peneliti. Pembelajaran menumbuhkan sikap sosial siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa melakukan semua indikator-indikator sikap sosial telah memenuhi tingkat persentase 75 %. Audit Trail dilakukan oleh teman sejawat yang dirasakan memiliki kemampuan lebih tentang penelitian yang dilakukan untuk memeriksa penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti kemudian diberikan saran dan perbaikan apabila diperlukan. Pemeriksaan kesalahan-kesalahan prosedur dan metode penelitian dilakukan bersama teman sejawat yang mengamati jalannya penelitian untuk dilakukan perbaikan selanjutnya. Tahap berikutnya dilakukan expert opinion, peneliti minta kepada pembimbing penulisan laporan. Peneliti melakukan konsultasi kepada pembimbing II Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd dan pembimbing I Bapak Dr. H. Pargito, M.Pd untuk mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama penelitian. Perbaikan kesalahan-kesalahan baik proses, prosedur dan metode penelitian 3.8.3 Interpretasi Tahap ketiga dalam proses penelitian adalah interpretasi. Hal ini berarti menggunakan hipotesis-hipotesis yang valid dan menyesuaikannya dengan 120 kerangka-kerangka rujukan yang mendasarinya. Menurut Hopkins (2011: 234) menyatakan bahwa interpretasi berarti guru-peneliti menggunakan sebuah hipotesis dan menghubungkannya dengan teori, norma-norma praktik, atau intuisi guru tentang pengajaran yang baik. Hal ini melibatkan mereka untuk memaknai observasi tertentu atau serangkaian observasi yang dapat menuntun pada tindakan. Dengan interpretasi, guru berarti tengah memaknai observasi-observasi dan konstruk-konstruknya. 3.8.4 Tindakan Langkah terakhir dalam proses penelitian adalah tindakan. Setelah memaknai data penelitian, kini saatnya guru-peneliti membuat perencanaan untuk tindakan selanjutnya. Hopkins (2011: 335) mengemukakan bahwa tahap interpretasi memberikannya informasi tentang bagaimana ia mengubah teknik questioningnya, dan setelah beberapa kali perencanaan, dia pun berusaha memonitor dan megevaluasi kembali praktik questioning-nya. 3.8.4.1 Proses Analisis Data yang Berkelanjutan Analisis data merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam penelitian kelas. Pada tahap ini, guru-peneliti harus memastikan bahwa hasil-hasil yang diperoleh sudah valid. Ketika mereka gagal menganalisis datanya secara tepat mereka akan kesulitan dalam menyusun rencana untuk tindakan (action) selanjutnya. Empat tahap penelitian kelas diringkas dalam kotak 3.7 121 Kotak 3.7 Empat tahap penelitian kelas 1. 2. Pengumpulan data dan penciptaan kategori-kategori dan hipotesis-hipotesis. Validasi kategori-kategori dan hipotesis-hipotesis dengan menggunakan teknikteknik yang handal, seperti triangulasi. 3. Interpretasi dengan merujuk pada teori, kriketria, praktik, atau pertimbangan guru. 4. Tindakan untuk pengembangan yang juga dimonitor oleh teknik-teknik penelitian kelas. Pada gambar 3.7. matriks mengilustrasikan berbagai sumber data yang tersedia dalam setiap tahap analisis. Empat tahap penelitian kelas, meskipun didasarkan pada metode-metode penelitian sosiologis, pada hakikatnya hanyalah commonsense yang terorganisir. Tahap-tahap ini juga jauh lebih interaktif daripada deskripsi linear. Sebenarnya, keseluruhan proses tersebut dalam kenyataannya merupakan proses yang sangat dinamis. Ada dua aspek dari “dinamisme” yang akan dijelaskan. Pada tahap awal, guru-peneliti menganalisis kuesioner atau jadwal wawancara, kemudian menggunakan data yang telah dianalisis dari sejumlah sumber berbeda untuk membuat kategori-kategori atau hipotesis-hipotesis. Setelah itu, gurupeneliti dapat menvalidasikannya pada tahap kedua, lalu kembali pada tahap pertama untuk mengumpulkan lebih banyak data. Miles dan Huberman dalam Hopkins (2011: 237) mendeskripsikan model interaktif analisis data sebagai berikut: Reduksi data: Reduksi data merujuk pada proses menyeleksi, memfokuskan, mensimplifikasi, mengabstraksikan, dan menstransformasikan data „mentah‟ yang muncul dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Ketika dilaksanakan pengumpulan data, ada episode-episode lanjutan untuk mereduksi data (meringkas, mencoding, menelusuri tema, membuat kluster, membuat partisi, menulis memo). Dan proses reduksi/ transformasi data ini terus berlangsung hingga laporan akhir selesai ditulis. 122 Tampilan Data: Tahap kedua dari aktifitas analisis adalah tampilan data. Kami mendefinisikan „tampilan‟ sebagai penghimpunan informasi secara terorganisir yang memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan dan melaksanakan tindakan. Melihat tampilan-tampilan data menganalisis atau tindakan lebih jauh yang didasarkan pada pemahaman tersebut. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi: Tahap ketiga dalam analisis data adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Dari tahap awal pengumpulan data, (gurupeneliti) mulai menelusuri makna-makna dari data yang diperoleh, mencatat rutinitas-rutinitas, pola-pola, penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi, aliran-aliran kausatif, dan proposi-proposi. Peneliti yang kompeten akan terus menjaga kesimpulan-kesimpulan itu tetap terbuka, menjaga keterbukaan dan skeptisisme, tetapi kesimpulan-kesimpulan tersebut masih di sana, yang masih baru dan tidak jelas pada awalnya, kemudian semakin eksplisit dan terorganisir. Dalam hal ini, analisis data kualitatif merupakan usaha yang berkelanjutan seperti yang terlihat dalam Gambar 3.1. tentang reduksi tampilan data. Reduksi data Atisipatori Selama Sesudah Tampilan data ANALISIS Selama Sesudah Menarik kesimpulan/verifikasi Selama Sesudah Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data: Model Interaktif Miles dan Huberman dalam Hopkins (2011: 238) 123 3.8.4.2 Meningkatkan Validitas Konsep validitas merupakan konsep yang sangat penting bagi para peneliti kuantitatif dan kualitatif. Validitas dipandang sebagai derajat pengukuran sesuatu, sejauh mana peneliti mengukur apa yang memang ingin mereka ukur. Ada banyak definisi dan juga makna validitas, salah satu definisi yang paling penting dan sering dikutip adalah definisi Hammaersley. Hammaersley dalam Hopkins (2011: 239) menyatakan bahwa ada inkonsistensi dalam penggunaan istilah validitas. Menurut Hammaersley “sebuah pertimbangan/perhitungan/pendapat dapat dikatakan valid atau benar jika ia merepresentasikan secara akurat fitur-fitur fenomena yang hendak dideskripsikan, dijelaskan atau diteoretisasi”. McCormick dan James dalam Hopkins (2011: 239) mengidentifikasi berbagai jenis validitas, sebagai berikut: 1. Validitas Tampilan: mengharuskan bahwa suatu ukuran harus tampak seolah-olah ia memang mengukur apa yang ingin diukur. 2. Validitas Konten: mengharuskan bahwa data yang dihasilkan dapat mengcover seluruh materi pelajaran yang relevan. 3. Validitas Kriteria: merujuk pada keseimbangan antara, misalnya, skor-skor ujian siswa dan kriteria-kriteria lain, seperti perkiraan guru terhadap kemampuan siswa. 4. Validitas Konstruk: ukuran harus merefleksikan konstruk yang menarik bagi peneliti. 5. Validitas Internal: penjelasan yang baik, apa pun yang diinterpretasi sebagai penyebab yang melahirkan pengaruh/efek. 6. Validitas Eksternal: generalisabilitas hasil-hasil penelitian pada keseluruhan populasi. Menurut Yin (Hopkins 2011: 244) mendeskirpsikan berbagai teknik analisis dan menghubungkannya dengan tes-tes validitas dan reliabilitas pada tabel 3.8, sebagai berikut: 124 Meningkatkan validitas dalam penelitian kualitatif Tes Validitas konstruk (yakni, penelitian harus fokus pada isi-isu operasional yang ingin direfleksikan Teknik Analitis Validitas internal (yakni, integrasi evaluasi, yang diinterpretasikan sebagai penyebab yang melahirkan akibat/efek) Validitas eksternal (yakni, generalisabilitas penemuan dari satu kasus ke kasus yang lain) Reliabilitas (yaitu, meminimalisir kesalahankesalahan dan bias-bias dalam penelitian sehingga peneliti lain dapat melaksanakan penelitian evaluasi yang sama dan sampai pada kesimpulan yang sama pula) Menggunakan berbagai sumber bukti Meyebut sesuatu dengan istilah yang tepat Membangun mata rantai bukti Memahami apa yang anda cari Memiliki informan-informan kunci yang mereview draf-draf Menggunakan taktik-taktik dalam memverifikasi kesimpulan Mengumpulkan data diwaktu yang bebeda (desain rangkaian waktu Mencari penjelasan alternatif atau penjelasan rival Jelas dan rigorus di semua tahap analisis Triangulasi Menggunakan taktik-taktik dalam memaknai peristiwa Mencoba dan mengumpulkan data dari satu sumber yang lebih dari satu Mereplikasi fokus evaluasi selama periode evaluasi Protokol Mengkonstruksi audit trail Model interaktif analisis datanya Huberman dan Miles (1994) Sumber: Hopkins (2011: 244) 3.9 Indikator Keberhasilan Adapun indikator kinerjanya adalah sebagai berikut: a. Terjadi perubahan sikap dan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS yang ditandai dengan aktivitas siswa minimal baik dengan nilai 75 dalam lembar observasi. b. Siswa yang tuntas belajar > 66 sebanyak 85% tuntas klasikal dalam pembelajaran IPS. 3.10 Prosedur Penelitian Alur penelitian dalam setiap siklusnya, terdapat empat tahapan, antara lain: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. 125 Perencanaan Refleksi Siklus I Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi Siklus II Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi Siklus III Pelaksanaan Pengamatan dst Gambar 3.2. Spiral penelitian tindakan kelas Arikunto (2008: 16) Tahapan pada Siklus I adalah sebagai berikut: 1. Tahap Perencanaan Tindakan (planning) Pada tahap ini guru: a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPS dengan KD: Menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah. Membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah. b. Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan. 126 c. Membuat lembar observasi. d. Menyiapkan soal tes dan lembar penilaian. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pada tahap ini guru: a. Guru menerapkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan model pembelajaran Snowball throwing di kelas III SD. b. Siswa secara kelompok membuat suatu pertanyaan dengan tema yang telah di jelaskan Guru kepada ketua kelompok. 3. Tahap Observasi (Observing) Pada tahap ini guru: a. Memonitor kegiatan siswa secara individu maupun kelompok. b. Membantu siswa jika menemui kesulitan. c. Memberikan penilaian proses terhadap kegiatan siswa. 4. Tahap Refleksi (Reflecting) Pada tahap ini guru: Reflect Plan Act Observe a. Membahas dan mengevaluasi hasil pembelajaran dari kegiatan 1,2,3. b. Sebagai dasar perlu atau tidak melaksanakan siklus kedua. Jika pada siklus I belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan membaca pada siswa kelas I maka perlu dilanjutkan dengan siklus II. Adapun tahapan pada Siklus II adalah sebagai berikut: 127 1. Tahap Perencanaan Tindakan (planning) Pada tahap ini guru: a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPS dengan KD: Menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah. Membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah. b. Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan. c. Membuat lembar observasi. d. Menyiapkan soal tes dan lembar penilaian. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pada tahap ini guru: a. Guru menerapkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing. b. Siswa secara kelompok/perindividu membuat pertanyaan dan di berikan kepada kelompok lain dan berusaha menjawab pertanyaan yang di berikan kelompok lain. 3. Tahap Observasi (Observing) Pada tahap ini guru: a. Memonitor dan membantu siswa secara kelompok maupun individu. b. Membantu siswa jika menemui kesulitan. c. Memberikan penilaian proses terhadap kegiatan siswa. 4. Tahap Refleksi (Reflecting) Pada tahap ini guru: a. Membahas dan mengevaluasi hasil pembelajaran dari kegiatan 1,2,3. b. Membuat kesimpulan perlu atau tidak melaksanakan siklus ketiga. 128 Jika pada siklus II belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan sikap sosial pada siswa kelas III maka perlu dilanjutkan dengan siklus III. Setiap siklus pada penelitian ini terdiri dari 3 kali pertemuan, 2 kali pertemuan untuk pembelajaran dan 1 pertemuan untuk evaluasi.