BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Umum II

advertisement
BAB II
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1.
Tinjauan Umum
II.1.1. Pengertian Sekolah Tinggi Musik
Seni Berasal dari kata latin “ars” yang artinya keahlian, merupakan
keahlian mengekspresikan ide-ide dan pemikiran estetika, termasuk, mewujudkan
kemampuan serta imajinasi pendiptaan benda, suasana atau karya yang mampu
menimbulkan rasa indah.1
Seni
: Kecakapan membuat/menciptakan sesuatu yang indah.2
Musik : Berasal dari kata yunani “mousike” yang diambil dari nama dewa
mitologi yunani kuno mousa, yang memimpin seni dan ilmu, dapat didefinisikan
sebagai sebuah cetusan ekspresi perasaan atau pikiran yang dikeluarkan secara
teratur dalam bentuk bunyi.3
Musik ialah ungkapan rasa indah manusia dalam bentuk suatu konsep
pemikiran yang bulat, dalam wujud nada-nada atau bunyi lainnya yang
mengandung ritme dan harmoni, serta mempunyai suatu bentuk dalam ruang
waktu yang dikenal oleh diri sendiri dan manusia lain dalam lingkungan
hidupnya, sehingga dapat dimengerti dan dinikmatinya.4
Seni musik merupakan ketrampilan yang jarang dipelajari di pendidikan
formal;pada umumnya orang suka mempelajari jenis seni ini melalui jalur
informal maupun nonformal di luar sekolah.seni merupakan penggambaran
hubungan gaib antara lahir dengan batin dan antara sesuatu yang fana dengan
yang kekal. Seni itu sendiri terbagi cabang atau berbagai aliran sekaligus dan
diantara berbagai cabang atau aliran tersebut ,maka seni music merupakan salah
satu cabang atau salah satu aliran yang ada didalamnya. Rata-rata setiap tradisi di
dunia ini mengenal aturan demikian pula halnya dengan musik.5
1
2
3
4
5
Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta : PT. Cipta Adi Pustaka 1990. Hal 525
W.J.S Poewadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta; P.N Balai Pustaka, 1976 . Hal 889
Opcit. Hal 413
Supri, yoko (2000) Pengaruh penalaran abstraktif terhadap prestasi pendidikan seni music (PPSM) Siswa Sekolah Menengah Musik Yogyakarta.
Prof.R.M.Soedarsono, Ph.D. (1992) Pengantar Apresiasi Seni, Jakarta : Balai Pustaka
Sekolah TInggi Musik Jakarta
9
Bina Nusantara University 2011 - 2012
II.1.2. Pengertian Sekolah Tinggi
Sekolah tinggi merupakan salah satu bentuk perguruan tinggi selain akademi,
politeknik, institut, dan universitas. Penjelasan pasal 20 ayat 1 UU Nomor 20 Tahun
2003 menyebutkan, "Sekolah tinggi menyelenggarakan pendidikan akademik
dan/atau vokasi dalam lingkup satu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau
seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi".6
II.1.3. Pengertian Kota Jakarta
DKI (Daerah Khusus Ibukota) Jakarta adalah ibukota Negara republik
Indonesia, Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status
setingkat provinsi, Jakarta terletak di barat laut pulau jawa.
II.1.4. Pengertian Sekolah Tinggi Musik Jakarta
Sekolah Tinggi Musik Jakarta merupakan suatu lembaga formal dalam
bidang musik dari tahapan dasar hingga tingkat profesional yang menggeluti musik
sebagai bidang pekerjaannya dan memang berniat untuk bekerja dibidang musik,
lembaga ini setaraf dengan universitas atau perguruan tinggi yang berlokasi di
Jakarta.
II.!.5. Pengertian Asrama
Asrama adalah suatu tempat penginapan yang di tunjukan untuk anggota
suatu kelompok, umumnya murid-murdi sekolah.Asrama biasanya merupakan sebuah
bangunan dengan kamar-kamar yang dapat di tempati oleh beberapa penghuni di
setiap kamarnya. Para penghuninya menginap di asrama untuk jangka waktu yang
lebih lama dari pada hotel atau losmen. Alasan untuk memilih menghuni sebuah
asrama bisa berupa tempat tinggal asal sang penghuni yang terlalu jauh, maupun
untuk biayanya yang terbilang lebih murah dibandingkan bentuk penginapan lain,
misalnya apartemen.Selain untuk menampung murid-murid asrama juga sering
ditempati peserta suatu pesta olahraga.7
II.1.6. Klasifikasi Jenis Musik
Seni musik dibagi menjadi tiga jenis musik yaitu :
•
Musik Pentatonic
memiliki lima nada pada tangga nadanya, contohnya musik tradisional
•
Musik Diatonis
memiliki tujuh nada dasar dan lima nada antara, akarnya adalah musik klasik
barat, contohnya rock, pop jazz, country, klasik, dll.
6
7
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 pasal 16 ayat 2 dan UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 20 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
http://www. Wikipedia.Org
Sekolah TInggi Musik Jakarta
10
Bina Nusantara University 2011 - 2012
•
Musik Kontemporer.
Merupakan perpaduan dari berbagai macam bunyi – bunyian, baik bunyi alam
maupun bunyi mekanik, bahkan bunyi suara yang dihasilkan manusia.
II.1.7. Klasifikasi Jenis Alat Musik
Mahillon – sacsh – vonhombostel mengatur kalsifikasi alat berdasarkan
pada bahan yang menyebabkan suara, terbatas pada factor-faktor akostik saja.
Oleh karena itu alat-alat musik dapat dibagi menjadi lima golongan, yaitu :
a. Idiophone
Bahan alat musik itu sendiri yang menghasilkan bunyi. Contohnya : peitche,
castagnet, cymbal, gong, guiro
b. Aerophone
Udara atau satuan udara yang berada dalam alat musik itu sebagai penyebab
bunyi. Contohnya : trumpet, trombone, saxophone, clarinet.
c. Membranophone
Kulit atau selaput tipis yang ditegakan sebagai penyebab bunyi. Contohnya :
drum, perkusi, timpani
d. Chordophone
Senar (dawai) yang ditegakan sebagai penyebab bunyi. Contohnya : gitar,
harpa, biola.
e. Electrophone
Alat musik yang ragam bunyi atau penguat bunyinya dibantu atau disebabkan
adanya daya listrik. Contohnya : organ, syntesizer, gitar listrik.
II.1.8. Pendidikan Musik
Pendidikan musik adalah suatu cabang pendidikan yang berkonsentrasi di
pengajaran dan pembelajaran musik. Selain mengajarkan teori-teori musik,
pendidikan musik diharapkan untuk dapat mengembangkan seseorang secara
keseluruhan. Hal itu mencakup pada mengapresiasi musik dan kepekaan terhadap
musik. Pendidikan musik mengembangkan kemampuan saraf motorik bagi siswa
yang memainkan alat musik. dan pendidikan ini menegembangkan kemampuan
seseorang melalui pengenalan dan intrepretasi pada simbol dan notasi musik.
Pada pendidikan dasar, musik juga termasuk dari salah satu bagian kurikulumnya.
(www.wikipedia.com)
Sekolah TInggi Musik Jakarta
11
Bina Nusantara University 2011 - 2012
Sekolah tinggi di bidang musik juga biasa disebut dengan Conservatory.
Conservatory berasal dari bahasa Perancis yakni Conservatoire adalah lembaga
perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan musik formal di bidang
performance, teori musik, sejarah musik, memainkan alat musik dan penulisan
lagu. Berbagai macam gelar pendidikan musik yang umum di luar negeri adalah
Bachelor of Art in Music, Bachelor of Art in Music Education, Master of Art in
Music, Doctor of Music.
Pendidikan musik di Indonesia dapat digolongkan menjadi pendidikan
musik formal yang berupa perguruan tinggi musik, akademi musik , institut
musik, dan lembaga pendidikan formal lainnya. Sedangkan untuk pendidikan
musik non formal berupa lembaga pendidikan kursus musik yang banyak terdapat
di berbagai kota di Indonesia.
II.1.9. Bentuk Pendidikan Musik
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan musik terdapat beberapa
bentuk pendidikan musik yaitu; pendidikan secara individual/autodidak,
pendidikan pada sekolah umum, pendidikan formal dan pendidikan non formal.
a) Pendidikan secara individual/autodidak
Sistem pendidikan semacam ini belajar sendiri baik dari buku ataupun
medaia-media lainnya. Namun seringkali autodidiak diartikan secara kasar
sebagai pendidikan tanpa sekolah musik yang biasanya terjadi adalah
seseorang belajar musik dari seseorang yang bisa bermain musik tapi
pengetahuannya juga tidak banya, sehingga musisi-musisi autodidak tidak
sedikit yang tingkat musikalitasnya pas-pasan.
b) Pendidikan pada sekolah-sekolah umum
Pendididkan musik ini adalah pendidikan musik yang diberikan
sebagai pelajaran tambahan pada sekolah seperti SD,SLTP dan SLTA
terdapat dalam mata pelajaran kesenian. Pada tingkat ini pembelajaran musik
seringkali inti maksud dan tujuan pembelajaran kesenian itu sendiri tidak
tersampaikan secara sempurna.
Sekolah TInggi Musik Jakarta
12
Bina Nusantara University 2011 - 2012
c) Pendidikan Formal
Pendidikan musik formal adalah pendidikan formal setingkat umum
seperti SD, SMP dan SMA tetapi perbedaannya adalah pelajaraannya sesuai
dengan kejuruannya.
d) Pendidikan Non formal
Pendidikan musik non formal adalah pendidikan secara praktis yang
hanya menyangkut musik itu sendiri atau biasa disebut dengan kursus.
II.1.10.Tujuan Pendidikan Musik
Pada
Hakekatnya
pendidikan
musik
mempunyai
tujuan
untuk
menumbuhkan atau meningkatkan musikalitas (perasaan musik), akan tetapi juga
berfungsi sebagai sarana untuk mendidik murid secara menyeluruh, musikalitas
ini dapat menjadi dasar untuk memudahkan jenjang ke tingkat yang lebih tinggi.
Kepekaan yang menjadi dasar musikalitas terdiri dari unsure-unsur pengertian
ritme, melodi, harmoni, tempo,dinamika dan warna nada.
Secara umum tujuan pendidikan music adalah untuk menumbuhkan:
1. Kemampuan apresiasi, yaitu kemampuan untuk dapat mendengarkan musik
dengan baik, memelihara perasaan agar mencintai musik serta menikmati
keindahan musik.
2. Kemampuan dasar, yaitu memelihara musikalitas, kemampuan menulis dan
membaca not balok.
3. Kemampuan mengekspresikan, yaitu memupuk teknik yang diperlukan untuk
mengekspresikan musik seperti bernyanyi dan memainkan alat instrument
baik kresasi orang lain ataupun kreasi sendiri.
4. Penikmat music dalam kehidupan sehari-hari, yaitu memupuk sikap/pendirian
serta kebiasaan yang baik melalui music, sehinga dapat menimbulkan
kebahagiaan dan kegembiraan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Penghargaan terhadap kesenian, dari hal tersebut.
Sekolah TInggi Musik Jakarta
13
Bina Nusantara University 2011 - 2012
II.1.11.Struktur Organisasi
Dari hasil studi banding literatur dan survey yang diperoleh, struktur
organisasi dari Sekolah Tinggi Seni Musik yang akan dibangun nantinya adalah
sebagai berikut :
Gambar II.1. Diagram Struktur Organisasi Sekolah Tinggi Seni Musik
Sekolah TInggi Musik Jakarta
14
Bina Nusantara University 2011 - 2012
II.1.12.Kurikulum Pendidikan Musik
Program S-1 Music Performance
Institut Musik Indonesia
Music Performance Degree
SEMESTERS
Course
Number
Course Title
1
2
3
4
Performance Courses
4
4
4
4
Major 1-8*
2
2
2
2
Sight Reading 1-4
2
2
2
2
Studio Class 1-7
Literature Performance
Workshop 1
2
(Popular Music 1)
Literature Performance
Workshop 2
2
(Popular Music 2)
Literature Performance
Workshop 3
2
(Rock 1: Blues And Early Rock)
Literature Performance
Workshop 4
2
(Rock 2: Contemporary Rock)
Literature Performance
Workshop 5
(Jazz 1: Fusion)
Literature Performance
Workshop 6
(Jazz 2: Jazz Standards And
Beyond)
Improvisation 1
Improvisation 2
Composition & Arranging Courses
Arranging
Song Writing
Recitals
Junior Recital
Senior Recital
Core Courses
Theory of Music 1-2
2
2
Traditional Harmony
2
Harmony 1-2
2
2
2
2
2
Ear Training & Solfeggio 1-4
2
2
Music History 1-2
Basic
2
Keyboard**/Drumming*** 1-2
2
Artistry
2
Sekolah TInggi Musik Jakarta
15
5
6
7
8
4
4
4
4
2
2
2
Required
70
2
2
2
2
4
2
2
10
4
6
36
2
Bina Nusantara University 2011 - 2012
Introduction To Music
Technology
2
Music Industry
Career Development
Indonesian Ethnic Music
Ensemble Courses
Ensembles
Elective Courses
Style Electives****
2
Technique Electives*****
Open Electives******
MKU
Citizenship
2
Bahasa Indonesia
Religious Study
2
English For Musician 1-2
2
2
Character Development For
Musician
2
Musician Leadership
2
Semester Credit Totals
24 22 22
2
2
2
6
2
2
2
6
x
2
x
2
x
x
x
14
2
18
16 14 16
14
TOTAL CREDITS REQUIRED
146
Program S-1 Music Composition
Institut Musik Indonesia
Music Composition Degree
SEMESTERS
Course
Number
Course Title
1
2
3
Composition Courses
Song Writing
2
Choral Composition
Indonesia Traditional
Composition
Electronic Music
2
Basic Notation Software
2
Indonesian Music Ethnic
2
Conducting
Orchestration 1-4
2
2
Commercial Scoring
Film Scoring
Composition Workshop
Composition Workshop 1
(Contemporary)
4
Composition Workshop 2
(Baroque Counterpoint)
4
Sekolah TInggi Musik Jakarta
16
4
5
6
7
8
Required
30
2
2
2
2
2
4
4
32
Bina Nusantara University 2011 - 2012
Composition Workshop 3
(Classical)
4
Composition Workshop 4
(Romantic)
Composition Workshop 5 (20th
Century-Music)
Composition Workshop 6
(Experimental Music)
Composition Workshop 7
(Jazz)
Composition Workshop 8
(Orchestra)
Recitals
Direct Study 1
Junior Recital
Direct Study 2
Lecture Recital
Direct Study 3
Senior Recital
Core Courses
Major Instrument 1-5 (30')
3
3
3
Theory of Music 1-2
2
2
Traditional Harmony
2
Harmony 1-2
Ear Training & Solfeggio 1-4
2
2
2
Music History & Literature 1-4
2
2
2
Artistry
Introduction To Music
Technology
2
Music Industry
Career Development
Elective Courses
Elective Courses (16 credits)
2
x
MKU
Citizenship
2
Bahasa Indonesia
Religious Study
2
English For Musician 1-2
2
2
Character Development For
Musician
2
Musician Leadership
2
Semester Credit Totals
23 25 21
4
4
4
4
4
17
2
3
2
2
2
6
51
3
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
x
x
14
2
19
21 13 12
12
TOTAL CREDITS REQUIRED
146
Tabel II.1. Tabel kurrikulum
Klasifikasi Sekolah Musik
Sekolah TInggi Musik Jakarta
17
Bina Nusantara University 2011 - 2012
Dalam TIME-SAVER Standard for Building Types (Braundy, 1995; 115)
sebuah sekolah musik memiliki beberapa ruang yang dapat digolongkan menjadi
dua macam berdasarkan fungsinya:
a. Area yang bersifat pengajaran
Practice Room: suatu ruang yang digunakan untuk pembelajaran alat musik,
jumlah ruang disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan luasan ruang
disesuaikan dengan jumlah siswa.
Regular Classroom: sebuah ruang kelas yang digunakan untuk mengajar
tentang teori, sejarah musik, komposisi dan sebagainya.
Listening Room: sebuah ruang yang digunakan untuk melatih kepekaan
pendengaran terhadap musik.
Studios: ruang yang digunakan secara privat atau grup untuk berlatih musik.
Retical Hall : suatu ruang yang digunakan untuk pertunjukkan.
Combination Room: suatu ruang yang terbentuk dari penggabungan beberapa
fungsi ruang.
b. Area yang bersifat tambahan
Storage areas: sebagai tempat untuk menyimpan peralatan pelajar.
Music library: dapat terdiri dari beberapa kursi dengan satu cabinet
(perpustakaan kecil) atau suatu perpustakaan lengkap dengan ruang baca.
Work room: ruang yang digunakan untuk mereparasi alat music yang rusak.
Additional facilities: seperti toilet, lobby, elevator, lounge area, cafeteria dll.
Persyaratan Ruang Kelas Musik
a.
Pencahayaan yang sinarnya merata di semua sudut ruangan, dengan kekuatan
sinar 75-150 Lux, dengan sinar warna putih netral atau putih hangat.
b. Penataan lampu tidak berada tepat di atas maupun di belakang pengguna yang
akan berakibat silau pada mata dan akan terganggu dengan bayangannya
sendiri.
c.
Suara yang ditimbulkan dari dalam ruang kelas sebaiknya tidak keluar ruang,
karena dapat mengganggu aktivitas di luar ruang dan sebaliknya
d. Dilengkapi dengan alat bantu multimedia dengan tujuan pemberian materi.
e.
Ruang praktek musik memerlukan akustik tambahan untuk dapat mencegah
bunyi menerobos keluar, menghasilkan suara yang baik. (Banoe, 2003 ; 197)
II.2.
Tinjauan Khusus
Sekolah TInggi Musik Jakarta
18
Bina Nusantara University 2011 - 2012
Topik perancangan ini adalah "Sustainable Design" dan tema yang digunakan
adalah mengenai Akustik (Peredam Suara) pada Perancangan Sekolah Tinggi Musik.
II.2.3. Akustik (Peredam Suara)
II.2.3.1.
Sifat Akustik
Kata akustik berasal dari bahasa Yunani “akoustikos”, artinya
segala sesuatu yang bersangkutan dengan pendengaran pada suatu
kondisi ruang yang dapat mempengaruhi mutu bunyi dan suara
(Suptandar 2004). Akustik kayu berhubungan langsung dengan segala
aspek yang berkaitan dengan suara dari dinding suara yang diproduksi
oleh pohon dan hutan, penggunaan kayu sebagai panel akustik,
karakteristik emisi akustik dari jenis kayu yang berbeda, pengaruh
pertumbuhan, kelembaban, modulus elastik pada kayu, dan kandungan
bahan kimia pada kayu yang mempengaruhi sifat akustik (Bucur
2006).
Sifat akustik kayu berhubungan dengan produksi suara yang
diakibatkan oleh benturan langsung, dan bunyi yang dihasilkan oleh
sumber lain yang dipancarkan melalui udara dan mempengaruhi kayu
dalam bentuk gelombang suara (Tsoumis 1991). Medium gelombang
bunyi dapat berupa zat padat, cair, ataupun gas. Frekuensi gelombang
bunyi dapat diterima manusia berkisar antara 20 Hz sampai 20 kHz,
atau dinamakan sebagai jangkauan yang dapat didengar (Young &
Freedman 2003).
Ilmu akustik adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu
yang berhubungan dengan bunyi atau suara. Setiap fungsi ruang
seharusnya mempersyaratkan kondisi akustik yang baik sehingga
setiap pengguna ruang dapat memperoleh kenyamanan audial serta
cukup terlindungi terhadap bising dan getaran yang menggangu.
Akustik merupakan faktor utama pada music center, apa yang
dihasilkan oleh alat-alat musik yaitu bunyi. Bunyi yang dihasilkan
instrument dapat berubah-ubah karena pengaruh sekitarnya. Disini
akustik
Sekolah TInggi Musik Jakarta
memegang
peranan
19
pada
tempat
dimana
bunyi
ini
Bina Nusantara University 2011 - 2012
berlangsung, sehingga memperoleh kemurnian bunyi yang sangat
diperlukan untuk suatu tempat pendidikan musik. Jadi apa yang
diharapkan akustik musik adalah:
-
Menjamin suara yang didengar dengan baik secara merat.
-
Menghindarkan pendengaran-pendengaran suara-suara yag tidak
diinginkan dari luar
Secara garis besar penanganan masalah ini adalah:
-
Menggunakan permukaan-permukaan dari ruangan
-
Pemilihan bentuk ruangan
-
Pemilihan bentuk dan material dengan penempatan yang tepat
Berdasarkan kerapatannya, papan partikel dapat dibagi
kedalam tiga golongan yaitu :
a. Low density particleboard, yaitu papan partikel yang mempunyai
kerapatan kurang dari 0,59 g/cm3.
b. Medium
density particleboard,
yaitu
papan
partikel
yang
mempunyai kerapatan antara 0,59 – 0,8 g/cm3.
c. High density particleboard, yaitu papan partikel yang mempunyai
kerapatan lebih dari 0,8 g/cm3.
Sedangkan berdasarkan ukuran partikel dalam pembentukkan
lembarannya, Maloney (1993) membedakannya menjadi tiga macam,
yaitu :
a. Single-Layer Particleboard. Papan jenis ini tidak memiliki
perbedaan ukuran partikel pada bagian tengah dan permukaan.
b. Three-Layer Particleboard. Ukuran partikel pada bagian permukaan
lebih halus dibandingkan ukuran partikel bagian tengahnya.
c. Graduated Three-Layer Particleboard. Papan jenis ini mempunyai
ukuran partikel dan kerapatan yang berbeda antara bagian
permukaan dengan bagian tengahnya.
Dibandingkan dengan kayu asalnya papan partikel mempunyai
Sekolah TInggi Musik Jakarta
20
Bina Nusantara University 2011 - 2012
beberapa kelebihan seperti papan partikel bebas mata kayu, pecah dan
retak, ukuran dan kerapatan papan partikel dapat disesuaikan dengan
kebutuhan, tebal dan kerapatannya seragam serta mudah dikerjakan,
memiliki sifat isotropis dan kualitasnya mudah diatur (Maloney 1993).
II.2.3.2.
Gelombang Suara
Gelombang suara adalah gangguan yang dirambatkan pada
medium elastik, yang berupa gas, cair, atau padat. Seseorang
menerima suara berupa getaran pada gendang telinga dalam daerah
frekuensi pendengaran manusia. Getaran tersebut 4 dihasilkan dari
sejumlah variasi tekanan udara yang dihasilkan oleh sumber bunyi dan
dirambatkan ke medium sekitarnya, yang dikenal sebagai medan
akustik. Ketika suara menumbuk suatu batas dari medium yang
dilewatinya, maka energi dalam gelombang bunyi dapat diteruskan,
diserap atau dipantulkan oleh batas tersebut. Pada umumnya ketiganya
terjadi pada derajat tingkat yang berbeda, tergantung pada jenis batas
yang dilewatinya (Lord 1980 dalam Himawanto 2007).
Fenomena gelombang suara yang terjadi berupa suara yang
diserap (absorb), dipantulkan (reflected) dan diteruskan (transmitted)
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar II.2 Fenomena gelombang suara oleh suatu bahan. (Sumber : FTI ITB 2009)
Penyerapan Suara
Sekolah TInggi Musik Jakarta
21
Bina Nusantara University 2011 - 2012
Sound
Absorbtion
atau
penyerapan
suara
merupakan
perubahan energi dari energi suara menjadi energi panas. Pada
umumnya, kayu menyerap suara yang diarahkan kepadanya.
Kecepatan suara di kayu lebih lambat dibandingkan dengan kecepatan
suara di besi ataupun kaca, hal ini dikarenakan kayu memiliki poripori (Jailani et al. 2004). Menurut Tsoumis (1991), bagian dari energi
akustik yang masuk kedalam kayu diserap oleh massanya. Massa
mengubah energi akustik menjadi energi termal atau lebih tepat
disebut absorp sound. Kemampuan dari kayu untuk menyerap suara
biasa diukur dengan coefficient of sound absorbtion.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sound absorption adalah
kerapatan kayu, modulus of elasticity, kadar air, temperatur, intensitas
dan frekuensi dari suara, serta kondisi pada permukaan kayu. Kayu
dengan kerapatan dan modulus of elasticity yang rendah, serta kadar
air dan temperatur yang tinggi lebih banyak menyerap suara.
Material akustik dapat dibagi ke dalam tiga kategori dasar,
yaitu material penyerap (absorbing material), material penghalang
(barrier material), material peredam (damping material) (Lewis &
Douglas 1993 dalam Himawanto 2007). Pada umumnya material
penyerap secara alami bersifat resitif, berserat (fibrous), berpori
(porous) atau dalam kasus khusus bersifat resonator aktif.
Besarnya energi suara yang dipantulkan, diserap, atau
diteruskan bergantung pada jenis dan sifat dari bahan atau material
tersebut. Pada umumnya bahan yang berpori (porous material) akan
menyerap energi suara yang lebih besar dibandingkan dengan jenis
bahan lainnya, karena dengan adanya pori-pori tersebut maka
gelombang suara dapat masuk kedalam material tersebut. Energi suara
yang diserap oleh bahan akan dikonversikan menjadi bentuk energi
lainnya, pada umumnya diubah ke energi kalor (Wirajaya 2007).
Perbandingan antara energi suara yang diserap oleh suatu
Sekolah TInggi Musik Jakarta
22
Bina Nusantara University 2011 - 2012
bahan dengan energi suara yang datang pada permukaan bahan
tersebut didefinisikan sebagai koefisien absorbsi (α).
Bila permukaan bahan tersebut tidak seragam, maka koefisien
absorbsi lokal (α) pada suatu tempat dipermukaan bahan tersebut
dengan luas permukaan (Si) akan memiliki nilai tertentu pada setiap
tempat dipermukaan bahan tersebut. Maka koefisien absorbsi rata-rata
dari bahan tersebut didefinisikan sebagai berikut:
Berdasarkan arah datangnya gelombang suara, koefisien
absorbsi suara ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu koefisien
absorbsi suara normal (αn) dan koefisien absorbsi suara sabine/acak
(α). Koefisien absorbsi suara normal untuk gelombang suara yang
datang tegak lurus terhadap permukaan bahan, sedangkan koefisien
absorbsi suara sabine untuk gelombang suara yang datang dari
berbagai
arah.
Diantara
kedua
jenis
tersebut,
yang
lebih
menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari kemampuan bahan
dalam menyerap suara adalah yang jenis
Echo & Reverbrasi (Reverb)
Echo (sering disebut gema) dan Reverb (sering disebut gaung)
pada prinsipnya adalahpantulan suara yang diakibatkan benda-benda di
sekitarnya. Suara yang keluar dari sumber suaraakan dipantulkan
kembali apabila mengenai sebuah benda keras. Karakteristik echo
adalah bunyiyang sama akan dipantulkan lagi dengan delay beberapa
milisecond, sedangkan delay pada reverb jauhlebih kecil sehingga
seolah-olah hanya bagian akhir dari bunyi yang terdengar sebagai
pantulan.
Jika energi suara mengenai permukaan keras dan datar, suara
akan dipantulkan kembali dengan sudutpantul sama dengan sudut
Sekolah TInggi Musik Jakarta
23
Bina Nusantara University 2011 - 2012
datangnya energi suara tersebut. Apabila suara mengenai bidang
cembung maka suara akan dipantulkan menyebar, sedangkan jika
mengenai bidang lengkung, suarakan dipantulkan terfokus ke arah satu
titik.
Dalam konteks produksi film & televisi, rekaman dialog
umumnya menghindari terjadinya reverb dan echo untuk mendapatkan
kejelasan
suara
yang
murni.
Sebagai
bagian
dari
disain
suara,penambahan efek gaung atau gema biasanya dilakukan pada tahap
post-production. Pada produksidengan setting ruangan kecil dan
berdinding keras, biasanya sound designer akan menempatkanbahanbahan penyerap suara untuk menghindari terjadinya reverberasi.
Pembiasan (Refraksi)
Pantulan suara pada konsep echo dan reverb sesungguhnya tidak
berlaku mutlak. Artinyapantulan suara yang terjadi tidak 100%,
beberapa diantaranya akan tetap masuk ke dalam materialreflektor.
Suara yang tidak terpantulkan dan terserap ke dalam material akan
berubah menjadi energy panas.
Material Penyerap Suara
Benda-benda yang permukaannya keras dan licin biasanya lebih
banyak memantulkan suara,seperti misalnya tembok, beton, keramik,
besi. Sedangkan benda yang permukaannya berserat atau berbutir-butir,
seperti softboard dan glasswoll biasanya lebih banyak menyerap suara
dan biasanya tidak dipantulkan kembali. Disain akustik selalu
memperhatikan material yang digunakan dan desain yang membuat
pantulan suara minimum bahkan tidak ada sama sekali. Studio rekaman
suara,auditorium, concert hall dan sebagainya adalah contoh bangunan
dengan treatment akustik khusus.
Material yang akan digunakan sebagai panel akustik adalah
tanaman bambu betung (Dendrocalamus Asper Backer), penggunaan
material bambu dikarenakan merupakan salah satu material hemat
energi.
II.2.3.3
Akustik dan arsitektur
Sekolah TInggi Musik Jakarta
24
Bina Nusantara University 2011 - 2012
Akustik suara merupakan aspek penting dalam proses desain
arsitektur, namun dalam praktek hal ini masih kurang memperoleh
perhatian yang proporsional terutama oleh praktisi arsitektur, serta
masih langkanya ahli dalam bidang akustik dalam arsitektur. Tujuan
dari penataan akustik adalah untuk menciptakan kondisi mendengar
secara ideal (kenyamanan audial) pada suatu lingkungan, baik pada
ruang tertutup maupun diudara terbuka, sehingga penghuni akan
ruang–ruang arsitektural akan cukup terlindungi terhadap bising dan
getaran yang berlebihan.
Garis besar persyaratan akustik ruang adalah :
- kekerasan suara cukup dalam setiap bagian ruang
- energy bunyi terdistribusi merata
- waktu dengung optimum sesuai fungsi
- bebas cacat akustik
- bebas bising dan getaran
pesatnya perkembangan arsitektur dan banyaknya problem
akustik sangat disadari, karena perancang sering menghadapi masalah
akustik yang belum pernah terjadi sebelumnya karena berbagai sebab,
antara lain :
- bentuk ruang
dalam membuat desain perancangan hamper selalu membuat karya
desainnya dengan bentuk yang tidak selalu sama baik dalam denah,
lantai, dinding, plafond, yang tentunya akan berpengaruh terhadap
prilaku suara.
-
prilaku suara
dari teori perambatan suara terhadap bidang, dari asal sumber suara
menuju ke bidang akan berlaku rumus sudut datang sama dengan
sudut pantul, akan berpengaruh terhadap bidang-bidang yang
terbentuk didalam suatu ruang.
Sekolah TInggi Musik Jakarta
25
Bina Nusantara University 2011 - 2012
Perambatan suara dari satu sumber suara dalam suatu ruang saja
merupakan hal yang rumit dan dibutuhkan pengalaman untuk
membayangkannya. Ditambah lagi dengan bentuk prmukaan benda
pada dinding, plafond, dengan bentuk bidang yang lurus, cembung,
cekung tentu akan sangat berpengaruh terhadap prilaku suara.
-
bahan material
sangat banyaknya jenis material yang dipergunakan didalam ruang
yang pada dasarnya memiliki koefisien serapan serta pantulan yang
berbeda, serta banyaknay material baru yang belum diketahui
spesifikasinya
tentu
menjadi
kendala
dalam
memperoleh
perhitungan akustik yang ideal.
-
volume ruang
pada bangunan gedung dengan volume ruangan yang relative kecil,
kualitas suara tidak terlalu menjadi kendala berarti, namun dalam
skala bangunan dengan volume yang besar tentu hal ini menjadi
pertimbangan yang sangat penting yang dapat menjadi indikasi
keberhasilan desain dari sebuah gedung.
-
jumlah penonton / pengunjung
banyak sedikitnya penghuni dalam gedung akan mempunyai
pengaruh terhadap kondisi akustik, semakin banyak penonton tentu
akan menambah daya serap suara, sedangkan semakin sedikit akan
mempengaruhi pantulan suara.
II.2.3.4. Pengendalian bising dan getaran
Dalam perancangan arsitektur ada beberapa cara pengendalian bising :
-
penataan bentuk massa bangunan, sisi-sisi bangunan yang pendek
dihadapkan kearah bising sehingga dapat meminimalkan pengaruh
bising.
-
Pada daerah yang dekat dengan sumber bising sebaiknya
dipergunakan untuk ruang-ruang penunjang atau daerah service
sehingga dapat menghambat pengaruh bising pada ruang-ruang
utama yang mempersyaratkan kondisi tenang.
Sekolah TInggi Musik Jakarta
26
Bina Nusantara University 2011 - 2012
-
Desain kulit bangunan (building envelope) memiliki peran penting
dalam pengendalian bising baik dari aspek bentuk dan bahan yang
dapa memantulkan bising atau menghambat perambatan suara. Hal
ini menjadi kriteria solusi pengendalian bising melalui kulit
bangunan yang sekaligus memacu kreativitas perancangan yang
dapat menambah estetika gedung.
-
Desain arsitektur landscape, pengendalian bising dapat juga dihalau
melalui penataan landscape, yakni dengan mempergunakan
material keras dan material lunak seperti : pohon berdaun lebat
yang dapat menyerap bising cukup efektif.
-
Pemilihan lokasi untuk zona daerah bising dalam penataan ruang
pada bangunan berskala besar yang jumlah ruangnya cukup
banyak, maka untuk memperoleh desain yang optimal perlu
dikelompokan ruang yang memproduksi bising dan getaran, seperti
; ruang genset, ruang AHU, agar tidak saling menggangu dengan
ruangan lainnya.
II.2.3.5. Komponen utama ruang studio yang mempengaruhi pantulan suara
DIFFUSER
Lapisan dinding ruang auditorium. Apabila suatu suara datang
mengenai diffuser, maka pantulannya akan dibaurkan sekaligus diserap
bahan kayu. Dengan dibaurkan seluas mungkin maka energi akustik
jadi terpecah kecil-kecil. Sedemikian rupa sehingga suara yang datang
itu menghasilkan gema yang minimal.
Gambar II.3. Diffuser dan Refflector
Sumber . web google
Sekolah TInggi Musik Jakarta
27
Bina Nusantara University 2011 - 2012
REFFLECTOR
papan yang terdapat di langit-langit yang berfungsi sebagai
pemantul suara musisi di atas panggung. Dengan adanya papan tersebut
bangunan suara yang dihasilkan menjadi optimal . Untuk memanipulasi
refleksi tentu saja harus lewat bidang pantul. Oleh karena itu, papan
khusus ditambahkan di ruang yang tadinya kosong.
Gambar II.4. refflector
Sumber . DK Ching, Francis. 1996. Ilustrasi Desain Interior. Jakarta : Erlangga
II.2.3.6. Jenis Pantulan Suara
Ada dua jenis pantulan suara yang umum terjadi di ruangan.
Pantulan tersebut biasanya berupa:
a. Gema adalah pantulan suara yang dipantulkan sempurna, namun
terdengar tak bersamaan dengan sumber suara.
b. Gaung adalah pantulan suara yang tidak utuh, dan terdengar hampir
bersamaan dengan suara yang dihasilkan oleh sumber suara.
Kedua jenis
pantulan
ini
bisa menjadi
gangguan
saat
mengganggu kualitas suara asal. Ada juga pantulan yang dibutuhkan
untuk memperkuat sumber suara asli.
Gambar II.5. Skema Akustik Home Theate & Jenis-jenis pemantulan suara pada dinding
Sumber . Web Google
Sekolah TInggi Musik Jakarta
28
Bina Nusantara University 2011 - 2012
Ada dua cara mengendalikan gaung dan gema. Cara yang pertama
adalah dengan menyerap pantulan yang mengganggu, yakni dengan
menempatkan material yang menyerap suara (biasanya berbahan
fabric). Cara lain adalah menyebar suara dengan diffuser. Difusser ini
bisa berupa bidang-bidang masif (yang bisa memantulkan suara) namun
dibentuk sedemikian rupa agar arah pantul suara sesuai dengan yang
diinginkan.
Gambar II.6. material yang menyerap suara
Sumber . Web Google
II.2.1. Sifat-Sifat Pada Bangunan Green Architecture
Arsitektur hijau (Green architecture) mulai tumbuh sejalan dengan
kesadaran dari para arsitek akan keterbatasan alam dalam menyuplai material
yang mulai menipis. Alasan lain digunakannya arsitektur hijau adalah untuk
memaksimalkan potensi site. Penggunaan material-material yang bisa didaurulang juga mendukung konsep arsitektur hijau, sehingga penggunaan material
dapat dihemat.
Green
(berkelanjutan),
earthfriendly
dapat diinterpretasikan sebagai
(ramah lingkungan), dan
high
sustainable
performance
building (bangunan dengan performa sangat baik).
a. Sustainable (Berkelanjutan)
Yang berarti bangunan green architecture tetap bertahan dan berfungsi
seiring zaman, konsisten terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam
tanpa adanya perubahan-perubahan yang signifikan tanpa merusak alam
sekitar. Dalam artikel Newsweek Renzo Piano menegaskan bahwa
“Sustainablility is about the practical system of bulding, not the beauty of
great design”. Jadi ditegaskan bahwa kaidah-kaidah arsitektur yang utama
tentang keindahan dan fungsional suatu lingkungan binaan dapat tercapai
sekaligus memenuhi standar berkelanjutan sehingga bisa dikatakan hijau.
Sekolah TInggi Musik Jakarta
29
Bina Nusantara University 2011 - 2012
b. Earthfriendly (Ramah lingkungan)
Suatu bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep
green architecture apabila bangunan tersebut tidak bersifat ramah
lingkungan. Maksud tidak bersifat ramah terhadap lingkungan disini tidak
hanya dalam perusakkan terhadap lingkungan, tetapi juga menyangkut
masalah pemakaian energi. Oleh karena itu bangunan berkonsep green
architecture mempunyai sifat ramah terhadap lingkungan sekitar, energi dan
aspek-aspek pendukung lainnya.
c. High performance building (bangunan dengan performa yang sangat baik)
Bangunan berkonsep green architecture mempunyai satu sifat yang
tidak kalah pentingnya dengan sifat-sifat lainnya. Sifat ini adalah “High
performance building”. Alasan mengapa green architecture mempunyai sifat
ini sebagai salah satu fungsinya ialah untuk meminimaliskan penggunaan
energi dengan memanfaatkan energi yang berasal dari alam (Energy of
nature)
dan
dipadukan
dengan
teknologi
tinggi
(High
technology
performance).
II.2.2. Pengertian Sustainable Design
Deskripsi sustainable development (menurut World Commission on
Environment and Development) menyebutkan : pembangunan yang memenuhi
kebutuhan
–
kebutuhan
dari
generasi
sekarang,
tanpa
membahayakan
kesanggupan generasi-generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka
sendiri. Sustainable design (yang juga disebut environmental design) adalah
sebuah filosofi dalam merancang obyek fisik, lingkungan yang dibangun serta
pelayanan yang selaras dengan prinsip ekonomi, sosial dan ekologis yang
berkelanjutan. Tujuan dari sustainable design tidak mencakup sumber daya alam
yang tidak dapat diperbaharui, berdampak minimal terhadap lingkungan, dan
menghubungkan manusia dengan lingkungan natural.
Pengertian Arsitektur yang berkelanjutan yang di kutip dari buku James
Steele
adalah
“Arsitektur
yang memenuhi
kebutuhan
saat
ini,
tanpa
membahayakan kemampuan generasi mendatang, dalam memenuhi kebutuhan
mereka sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain,
dari satu karyawan ke kawasan lain dan paling baik bila di tentukan oleh
masyarakat terkait.” Sustainable architecture terdiri dari tigas aspek:
Sekolah TInggi Musik Jakarta
30
Bina Nusantara University 2011 - 2012
1. Environmental Sustainability
a. Ecosystem integrity
c. Biodiversit
b. Carrying capacity
Yaitu pembangunan yang mempertahankan sumber daya alam agar
bertahan
lebih
lama
karena
memungkinkan
terjadinya
keterpaduan
antarekosistem, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan
lingkungan ekologis manusia, seperti iklim planet, keberagaman hayati, dan
perindustrian. Kerusakan alam akibat eksploitasi sumber daya alam telah
mencapai taraf pengrusakan secara global, sehingga lambat tetapi pasti, bumi
akan semakin kehilangan potensinya untuk mendukung kehidupan manusia,
akibat pengeksploitasi terhadap alam tersebut.
2. Social Sustainable
a) Cultural Identity
d) Stability
b) Empowerment
e) Equality
c) Accesibility
Yaitu pembangunan yang minimal mampu mempertahankan karakter dari
keadaan sosial setempat. Namun, akan lebih baik lagi apabila pembangunan
tersebut justru meningkatkan kualitas sosial yang telah ada. Setiap orang yang
terlibat dalam pembangunan tersebut, baik sebagai subjek maupun objek, haruslah
mendapatkan perlakuan yang adil. Hal ini diperlukan agar tercipta suatu stabilitas
sosial sehingga terbentuk budaya yang kondusif.
3. Economical Sustainability
a) Growth
c) Productivity
b) Development
d) Tricle-down
Yaitu pembangunan yang relatif rendah biaya inisisi dan operasinya.
Selain itu, dari segi ekonomi bisa mendatangkan profit juga, selain menghadirkan
benefit seperti yang telah dilakukan pada aspek-aspek yang telah disebutkan
sebelumnya. Pembangunan ini memilki ciri produktif secara kuantitas dan
kualitasnya, serta memberikan peluang kerja dan keuntungan lainnya untuk
individu kelas menengah dan bawah.
Prinsip perancangan arsitektur hemat energi dilihat dari parameter disain
arsitektural adalah sebagai berikut:
Sekolah TInggi Musik Jakarta
31
Bina Nusantara University 2011 - 2012
1. Konfigurasi bangunan dipengaruhi oleh iklim
2. Orientasi bangunan merupakan hal yang krusial
3. Fasade bangunan yang responsif terhadap iklim
4. Sumber energy berasal dari pembangkit yang terbarukan
5. Penggunaan system operasional aktif dan kombinasi
6. Konsumsi energi yang rendah
7. Tingkat kenyamanan yang konsisten
8. Pertimbangan terhadap ekologi tapak. (Jimmy Priatman, 2002)
Bahan baku yang digunakan berupa tiga ukuran partikel bambu betung
(Gambar 3). Untuk ukuran partikel halus dan sedang, bagian bambu yang
digunakan adalah batangnya yang kemudian dipotong – potong hingga didapatkan
ukuran bambu yang dapat digiling dengan alat disk flaker. Kemudian flake bambu
betung yang dihasilkan diproses kembali dengan alat disk mill untuk
mendapatkan partikel dengan lebar 1-2 mm, tebal 0,5 - 1 mm dan panjang ± 1 cm.
Sebagian dari partikel tersebut digunakan sebagai bahan baku papan partikel
dengan partikel sedang, sebagian dari partikel tersebut kemudian di hancurkan
kembali dengan alat hammer mill untuk mendapatkan partikel yang lolos saringan
10 mesh (partikel halus).
Partikel berukuran besar didapatkan dengan cara memotong batang bambu
betung sepanjang 40 cm dan kemudian dibelah menjadi dua bagian. Masing –
masing belahan tersebut dijadikan short excelsior/wol dengan menggunakan
mesin pembuat wol (Takekawa Iron Works). Ukuran untuk partikel wol yaitu
panjang ±5 cm, tebal ±0,2 – 0,5 mm dan lebar 3 – 4 mm.
II.2.3. Aplikasi Green Arsitektur Dalam Desain
Konsep Arsitektur hijau dalam hal meningkatkan efisiensi pemakaian
energi dapat diaplikasikan dengan Memanfaatkan sumber yang dapat diperbaharui
seperti menggunakan sinar matahari melalui passive solar dan active solar, serta
teknik photovoltaic dengan menggunakan tanaman dan pohon-pohon melalui atap
hijau dan taman hujan. Arsitektur hijau dalam penerapannya pada desain
bangunan antara lain :
Sekolah TInggi Musik Jakarta
32
Bina Nusantara University 2011 - 2012
a. Penggunaan
material-material
yang
dapat
di
daur
ulang
(recycle),digunakan kembali (reuse), dan dapat diperbarui (renewable) serta
penggunaan konstruksi-konstruksi maupun bentuk fisik dan fasad bangunan
tersebut yang dapat mendukung konsep green architecture.
b. Penggunaan atap bangunan sebagai roof garden untuk penghijauan dan
menyumbang 02 pada lingkungan sekitar.
c. Penggunaan material lokal dan pemilihan material bangunan dan konstruksi
yang efisien waktu sehingga dapat menghemat energi.
II.2.3. Aplikasi Green Arsitektur Dalam Penggunaan Material Akustik
Bambu Betung (Dendrocalamus Asper Backer)
Bambu termasuk ke dalam famili Poaceae dan sub famili Bambusoidae.
Bambu biasanya memiliki batang, akar yang komplek, daun berbentuk pedang,
pelepah yang menonjol. Diperkirakan terdapat 1000 jenis bambu dari 80 genera di
Dunia, dari jumlah tersebut 200 jenis dari 20 genera dijumpai di Asia Tenggara
(Dransfield & Widjaja 1995).
Bambu merupakan salah satu sumberdaya alam tropis dan penyebarannya
luas dengan pertumbuhan cepat, mudah dibentuk dan telah luas penggunaannya
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Asia. Kekuatan batang, kelurusan,
kelicinan, kekeringan yang dipadukan dengan kekerasan, keteraturan sehingga
mudah dibelah, ukuran yang berbeda, variasi panjang dan ketebalan membuat
bambu dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan (Kurz 1876 dalam
Dransfield & Widjaja 1995).
Bambu merupakan bahan komposit yang kuat dan memiliki serat yang
kaku, tersusun utama atas selulosa dan lignin, tegangan tekan mengalami
peningkatan dari pangkal ke ujung karena meningkatnya prosentase slerenkima
(Janssen 1981).
Dimensi serat dari batang Dendrocalamus asper diperkirakan yaitu
panjang 3,78 mm, diameter 19 µm, lebar lumen 7 µm dan tebal dinding 6 µm.
rata-rata kadar air dari batang bambu segar 55% dan kadar air kering udara 15%
dengan berat jenis sekitar 0,7 (Dransfield & Widjaja 1995).
Sekolah TInggi Musik Jakarta
33
Bina Nusantara University 2011 - 2012
Batang dari Dendrocalamus asper mempunyai dinding yang tebal, sangat
kuat dan tahan lama. Digunakan sebagai bahan bangunan untuk rumah dan
jembatan (Dransfield & Widjaja 1995). Berdasarkan hasil penelitian Syafi’i
(1984), bambu jenis betung dan sembilang mempunyai sifat fisis dan
mekanis yang lebih baik dari jenis bambu lain. Tabel 2. Sifat fisis mekanis dan
kimia bambu betung.
II.3.
Tinjauan Terhadap Kondisi Tapak
II.3.1. Lokasi Tapak
Gambar II.7. Lokasi tapak (sumber : tata kota jakarta)
Sekolah TInggi Musik Jakarta
34
Bina Nusantara University 2011 - 2012
Pemilihan tapak yang sesuai sangat penting sekali, karena untuk
mendukung dan memperlancar sarana serta aktivitas didalam bangunan. Adapun
latar belakang pemilihan tapak, adalah sebagai berikut :
•
Terletak pada lahan dengan tata guna sebagai sarana pendidikan dan fasilitas
umum.
•
Lokasi tidak terlalu ramai dan juga tidak terlalu sepi, karena sebuah sekolah
musik tidak hanya mementingkan nilai pendidikannya saja, tetapi juga nilai
komersil dan pertunjukan.
•
Terdapat Sarana Transportasi
•
Mudah dijangkau
•
Menjadikan daerah sekitar tapak menjadi semakin berkembang.
Lokasi tapak yang dipilih untuk obyek, terletak di jalan Jalan Kembangan
Utama, Jakarta Barat – Jakarta. Lokasi ini terletak dekat dengan pemukiman/
perumahan dan area penghijauan serta sungai.
Batas Lahan :
Utara : Area penghijauan dan sungai
Timur : Perumahan atau pemukiman
Barat : Lahan kosong
Selatan: Perumahan atau pemukiman
Lahan tapak memiliki karakteristik fisik seperti trapezium sisi yang
berbatasan langsung dengan jalan Kembangan Utama menghadap ke arah Timur
dan utara. Keadaan lalu lintas sekitar tapak relative lancar karena lokasi tapak
berada disekitar perumahan. Kondisi topografi lahan di tapak ini rata dan tidak
ada kontur, dengan begitu pada bagian lansekapnya bisa diolah sedemikian rupa
agar menarik.
Sekolah TInggi Musik Jakarta
35
Bina Nusantara University 2011 - 2012
II.2.3.2.
Luas, Ukuran, dan Peraturan Tapak
Gambar II.8. Luas, Ukuran dan Peraturan Tapak
II.2.3.3.
Luas Lahan
: 15.610 meter²
KDB
: 55 %
Luas yang boleh dibangun
: 55 x 15.610, m² = 8.585,5 meter²
KLB
:3
Total yang boleh dibangun
: 3 x 15.610 m² = 46.830 meter²
Ketinggian Max
: 8 Lapis
Peruntukan Lahan
: Wsn (wisma susun)
Data Klimatologi
berdasarkan sumber dari (artikel arsitektur dan rumah
tinggal dari astudio architect) dan data-data klimatologi wilayah
cengkareng yang bersumber dari www.bmkg.go.id :
Gambar II.9. Data klimatologi
Rata-rata suhu udara bulanan
Rata-rata tekanan udara bulanan
Sekolah TInggi Musik Jakarta
36
Rata-rata kecepatan angin bulanan
rata-rata kelembaban udara bulanan
Bina Nusantara University 2011 - 2012
Tabel II.8. Kecepatan Angin dan pengaruh atas kenyamanan
II.2.3.4.
Pencapaian ke Tapak
Tapak dapat dicapai dengan kendaraan pribadi, bersepeda, atau
dengan berjalan kaki.. Akses ke dalam tapak dapat diakses dari mana saja
karena tapak ini dikelilingi oleh jalan, pada bagian barat, utara, timur
merupakan jalan besar yang memiliki lebar 30 meter, sehingga untuk
akses ke dalam tapak dapat dibuka pada 3 jalan tersebut.
II.2.3.5.
Status Kepemilikan Tapak
Tapak dan bangunan ini dimiliki oleh Yayasan Sekolah Tinggi
Swasta. Yayasan ini ingin mendirikan Proyek Sekolah Tinggi Musik
sebagai sarana pendidikan dan menyalurkan bakat yang dimiliki anak –
anak, khususnya bakat dalam bermain alat music dan juga dapat menjadi
sarana untuk go internasional serta bekerja sama dengan sekolah music
yang berada dinegara lain.
II.2.3.6.
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat berdasarkan hasil survey diatas adalah
tapak dari Sekolah Tinggi Musik ini berada di area yang cukup baik dan
memiliki potensi yang baik juga. View ke arah Utara kawasan penghijaun
dan sungai yang baik untuk dinikmati dengan mata. bagian barat dan timur
laut dari tapak ini adalah Lahan kosong untuk pertokoan. Sedangkan untuk
bagian selatan menghadap ke arah perumahan atau pemukiman sehingga
view yang didapat kurang baik.
Sekolah TInggi Musik Jakarta
37
Bina Nusantara University 2011 - 2012
Download