Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (42-48) ISSN : 2460-7274 UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI STRATEGI SELF MANAGEMENT PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PALANGKARAYA Oleh : Mimi Suriatie ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya minat siswa pada pelajaran matematika, sehingga menyebabkan rendahnya motivasi belajar matematika di SMPN 1 Palangkaraya. Salah satu alternatif yang dapat meningkatkan motivasi belajar matematika adalah melalui strategi Self Management. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil efektifitas strategi Self Manajemen dalam meningkatkan motivasi melajar matematika siswa. Metodologi penelitian yang digunakan adalah PTK-BK. Subjek tindakan adalah 10 orang siswa kelas VIII-4 di SMPN 1 Palangkaraya Tahun Ajaran 2014/2015. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu leger khususnya pada mata pelajaran matematika dan skala motivasi siswa. Teknik analisis data menggunakan sistem persentase sesuai rumus pada buku Sugiyono, 2013: 337. Hasil yang diperoleh semua siswa yang menjadi subjek tindakan mengalami peningkatan pada tiap indikator motivasi belajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa motivasi belajar matematika siswa mengalami peningkatan yang signifikan setelah pemberian strategi Self Management. Kesimpulan pada penelitian ini, untuk pelaksanaan tindakan siklus I belum berhasil meningkatkan motivasi belajar matematika siswa. Motivasi belajar matematika siswa dapat ditingkatkan melalui strategi Self Management. Self Management lebih efektif meningkatkan motivasi belajar matematika siswa. Kata Kunci : Motivasi Belajar, Matematika dan Self Management PENDAHULUAN Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan intuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Seorang guru BK dalam melaksanakan tugas profesionalnya, selalu dihadapkan pada banyak masalah yang harus diselesaikan. Masalah yang dimaksud adalah suatu keadaan dimana guru bimbingan dan konseling sebagai profesional harus Mimi Suriatie, Dosen BK Universitas Palangkaraya menentukan keputusan atau pilihan tindakan dalam layanan, materi apa yang akan diberikan oleh guru, metode apa yang tepat digunakan untuk menyampaikan materi, serta media yang bagaimana yang dapat membuat siswa berminat mengikuti layanan secara aktif dan terfokus. Untuk itu, seorang guru bimbingan dan konseling perlu menggunakan etika profesional dan pertimbangan akademik dalam mengambil keputusan yang tepat. 42 Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (42-48) ISSN : 2460-7274 Guru BK adalah tenaga pengajar yang sangat diperlukan untuk membantu perkembangan siswa, baik dalam mengelola kepribadian siswa, sehingga meningkatkan motivasi belajar siswa. Dalam proses belajar mengajar diperlukan adanya motivasi untuk mencapai hasil yang maksimal. Motivasi secara umum adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik,2008: 159). Dalam hal ini motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan individu pada pemenuhan harapan atau pencapaian sebuah tujuan. Dalam membicarakan soal macam-macam motivasi, hanya akan dibahas dari dua sudut pandang, yakni motivasi yan g berasal dari dalam diri pribadi yang disebut “motivasi intrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut “ motivasi ekstrinsik”. Namun motivasi yang yang diutamakan dalam penelitian ini adalah motivasi internal yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Rendahnya motivasi belajar yang dimiliki siswa merupakan faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah. Motivasi belajar bukan hanya berperan penting dalam mengupayakan siswa terlibat dalam proses belajar mengajar, akan tetapi motivasi juga berperan penting dalam menentuikan seberapa banyak pemahaman yang diperoleh siswa dari pelajaran. Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi siswa dalam Mimi Suriatie, Dosen BK Universitas Palangkaraya belajar dan dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Tanpa adanya motivasi, proses belajar tidak akan berhasil secara maksimal. Teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow, terfokus pada lima tingkatan hirarki kebutuhan yang harus dipenuhi, yaitu: (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan rasa aman, (3) kebutuhan akan kasih sayang, (4) kebutuhan akan harga diri, (5) aktualisasi diri, dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga terwujud kemampuan nyata. Implikasi teori Maslow dalam dunia pendidikan berkaitan dengan kebutuhan siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal dan mencapai sebuah prestasi. Motivasi belajar adalah sebagai dasar penggerak yang mendorong individu \untuk belajar. Bila siswa sudah termotivasi untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam waktu tertentu. Motivasi belajar dapat memunculkan perubahan mental pada diri siswa, dengan motivasi belajar dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri siswa maupun orang lain. Berkaitan dengan motivasi belajar, sebagai contoh atas dasar observasi peneliti ada beberapa permasalahan yang muncul di sekolah khususnya dalam mengikuti pelajaran matematika, yaitu ketidaktertarikan siswa untuk belajar. Hal ini dibuktukan dengan ada beberapa siswa yang sangat senang ketika guru mata pelajaran matematika berhalangan hadir 43 Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (42-48) ISSN : 2460-7274 untuk mengajar. Dari permasalahan yang dipaparkan dapat diartikan bahwa motivasi belajar matematika siswa masih rendah. Untuk nilai matematika siswa sendiri, sangat bervariasi dimana ada beberapa siswa yang memang memiliki kemampuan dan ketertarikan yang tinggi pada pelajaran matematika sehingga mendapatkan nilai yang maksimal namun ada pula beberapa siswa mendapatkan nilai sibawah standar yang titentukan oleh kurikulum sekolah. Hal tersebut dapat terlihat dari legger siswa yang didapatka dari guru mata pelajaran matematika. Dari hasil hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK diperoleh gambaran bahwa rendahnya motivasi belajar siswa karena adanya ketidaktertarikan dan kurangnya minat siswa saat mengikuti mata pelajaran matematika, hal tersebut tampak ada tingkah laku siswa yang malas mengerjakan tugas , sering membuat keributan saat proses belajar mengajar dan sering terlambat masuk kelas saat jam pelajaran dimulai. Adapun penanganan yang dilakukan untuk menangani rendahnya motivasi belajar matematika siswa dilakukan dengan cara memberikan nasehat kepada siswa. Berdasarkan hasil penelitian Setyowati menyebutkan teknik kelola diri dapat meningkatkan keberhasilan peserta didik dalam mengendalikan apa yang dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya, teknik ini diterapkan untuk membekali peserta didik keterampilan mengelola diri dalam belajar sehingga dapat meningkatkan Mimi Suriatie, Dosen BK Universitas Palangkaraya kebiasaan dan kemampuan untuk belajar mandiri (Ary dkk, 2014: 6). Bertolak ukur dari kenyataan-kenyataan yang telah diungkapkan, maka peneliti memfokuskan perhatian pada meningkatkan motivasi belajar dalam diri siswa melalui layanan BK, yaitu melalui Strategi Self Management. Cormier dan Cormier (Nursalim 2013: 150) Self Management merupakan suatu proses terapi dimana konseli mengarahkan perubahan perilaku mereka sendiri dengan suatu atau lebih strategi-strategi terapi secara kombinasi. Ada tiga macam strategi Self Management yaitu: SelfMonitoring, Stimulus-Control, dan Self Reward. Strategi Self Management dalam penelitian ini merujuk pada Strategi Self Management Schloos and Smith tampak dalam diri untuk memantau diri, a) memantau diri sendiri (Self –Monitoring), Stimulus-Control dan b) memberi reword pada diri sendiri (Self-Reword). Untuk melakukan pengujian terhadap Strategi Self Management dalam meningkatkan motivasi belajar matematika siswa, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Strategi Self Management pada Siswa Sekolah Menengah Pertama di Kota Palangkaraya”. METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Alasan peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas 44 Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (42-48) ISSN : 2460-7274 adalah untuk mengatasi permasalahan siswa yaitu tentang motivasi belajar pada mata pelajaran matematika. Oleh karena itu melalui pendekatan penelitian tindakan kelas ini peneliti ingin mengupayakan adanya peningkatan motivasi belajar matematika siswa melalui Strategi Self Management. Adapun tahapan penelitian tindakan kelas bimbingan konseling, ada beberapa yang mengembangkan metode penelitian tindakan kelas dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang akan dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi (Arikunto, 2006:16). Dan keempat tahapan tersebut dilaksanakan dalam tiap siklus atau putaran. Adapun definisi operasional variabel pada penelitian ini terbagi menjadi dua variabel yaitu 1) Strategi Self Management yang terdapat tiga strategi atau prosedur didalamnya yaitu self monitoring, stimulus-control dan self reword karena dalam tiap prosedur tersebut konseli mengarahkan diri dan menghasilkan prilaku yang diharapkan. 2) Motivasi belajar matematika, dalam penelitian ini motivasi belajar yang ingin diteliti ada enam yaitu a) adanya hasrat dan keinginan berhasil, b) adanya harapan dan cita-cita masa depan, c) adanya penghargaan dalam belajar, d) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, e) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa belajar dengan baik. Mimi Suriatie, Dosen BK Universitas Palangkaraya Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu teknik Self Management sebagai variabel bebas (X) sedangkan motivasi belajar matematika siswa sebagai variabel terikat (Y). sedangkan tempat pelaksanaan penelitian tindakan bimbingan konseling yaitu di SMPN 1 Palangka Raya dan waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada semester kedua tahun ajaran 2014/2015. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-4 yang berjumlah 10 orang siswa yang bermasalah dalam motivasi belajar dan cenderung memiliki nilai matematika yang rendah. Sedangkan untuk metode dan alat pengumpul data, peneliti menggunakan metode dokumentasi, legger, observasi dan wawancara serta lembar pre tes dan post tes. Adapun untuk metode analisis data, dalam pelasaan penelitian tindakan ini, dengan mencari mean atau nilai tengah dengan cara menjumlahkan skor nilai siswa kemudian dicari rata-rata skor. Sedangkan untuk menganalis datanya peneliti menggunakan rumus persentase dimana skor yang diperoleh dibagi dengan skor total kemudian dikalikan dengan 100%. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMPN 1 Palangkaraya yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar matematika siswa melalui pemberian layanan informasi dengan menggunakan strategi Self Management, sudah berjalan dengan baik. Terdapat 12 kali pertemuan pada 45 Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (42-48) ISSN : 2460-7274 penelitian. Pada pertemuan pertama, peneliti melakukan tes awal pada siswa dengan memberikan skala motivasi belajar matematika dan pre test untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa. Tes dilakukan melalui lembar skala matematika dan lembar soal matematika yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Setelah melakukan pre test, peneliti kemudian memberikan siklus I dalam 6 kali pertemuan. Pada siklus I ini, terlihat masih ada siswa yang tidak fokus pada saat peneliti menjelaskan materi, siswa juga masih kurang antusias dan ada yang tidak mencatat materi dengan alasan hanya ingin meminjam catatan teman saja. Setelah siklus I selesai, peneliti bersama guru mengevaluasi beberapa tahapan yang terjadi dan menyimpulkan perbaikan-perbaikan yang akan dilaksanakan di siklus II. Pada siklus II, proses perbaikan dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan. Kekurangan-kekurangan yang telah dievaluasi pada siklus I menjadi bahan perbaikan pada siklus II. Proses perbaikan memperhatikan tingkat fokus siswa terhadap penjelasan guru sudah baik, sudah tidak ada siswa yang ribut, melamun, siswa juga aktif dan antusias terhadap kegiatan pembelajaran, mengerjakan tugas dengan baik, dan mencatat materi yang diberikan oleh guru dengan rapi. Peneliti sebagai guru juga memperbaiki kekurangan yang terjadi di siklus I, peneliti memberikan materi dengan ringkas, tepat sasaran dan menggunakan bahasa-bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Saat siswa bertanya, peneliti sudah bisa menjelaskan dengan baik dan pemilihan materi-materi yang diberikan sudah baik sehingga siswa dapat mencatat serta mengingat dengan mudah. Siswa dilatih untuk fokus dan memusatkan pikirannya, mengesampingkan hal-hal yang dapat mengganggu proses belajarnya seperti saat ada teman yang ribut, siswa tidak terganggu. Dari penelitian ini terlihat peningkatan dari awal penelitian yaitu tes awal, siklus I dan II yang secara lengkap dijabarkan sebagai berikut. Tabel 1 Data motivasi belajar matematika siswa per kategori Kriteria kemandirian belajar Tes awal Siklus I Siklus II siswa Siswa % Siswa % Siswa % Tinggi 0 0 0 0 2 20 Sedang 6 60 7 70 8 80 Rendah 4 40 3 30 0 0 Jumlah 10 100 10 100 10 100 Dari tes awal diketahui bahwa ada empat orang siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, tetapi setelah diberikan tindakan pada siklus I, hanya empat orang siswa yang memiliki Mimi Suriatie, Dosen BK Universitas Palangkaraya kemandirian belajar rendah, jadi ada satu orang siswa yang meningkat motivasi belajarnya ke motivasi belajar sedang. Setelah siklus II dilakukan, tidak ada lagi siswa yang kemandirian belajar rendah. 46 Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (42-48) ISSN : 2460-7274 Data tes awal skala motivasi belajar matematika siswa terdapat bahwa sebanyak 0 orang siswa (0%) masuk dalam kriteria motivasi belajar tinggi, 6 orang siswa (60%) masuk dalam kriteria motivasi belajar sedang, dan 4 orang siswa (40%) masuk dalam kriteria motivasi belajar rendah. Sedangkan dari data siklus I motivasi belajar matematika siswa terdapat bahwa sebanyak 0 orang siiwa (0%) masuk dalam kriteria motivasi belajar tinggi, 7 orang siswa (70%) masuk dalam kriteria motivasi belajar sedang, dan 3 orang siswa (30%) masuk dalam motivasi belajar rendah. Sedangkan dari data pada siklus II motivasi belajar matematika siswa terdapat bahwa sebanyak 2 orang siswa (20%) masuk No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 dalam kriteria motivasi belajar tinggi, dan 8 orang siswa (80%) masuk dalam kriteria motivasi belajar sedang, dan tidak ada siswa yang masuk dalam kriteria motivasi belajar rendah. Jadi secara keseluruhan terdapat peningkatan kemampuan siswa dalam motivasi belajarnya. Terlihat keseluruhan hasil tes awal yaitu meningkatnya motivasi belajar siswa pada pelaksanaan siklus I dan pelaksanaan siklus II. Hal tersebut disebabkan karena terjadi peningkatan pada kemampuan siswa untuk fokus, mengelola diri, dan melakukan proses pembelajaran aktif selama proses kegiatan belajar mengajar. Adapun hasil Pre Test dan Pos Test matematika siswa dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2 Hasil Pre Test Dan Pos Test Matematika Siswa Nama Siswa Pre-Test Pos-Test Nilai Persentase Nilai Persentase CAN 4 40% 7,5 75% DF 5 50% 8 80% DFO 6,5 65% 8 80% DY 5 50% 7 70% KPA 2 20% 7,5 75% NA 5 50% 8 80% RDL 3 30% 8 80% YL 5 50% 8 80% YF 3 30% 7 70% ZPA 5 50% 8 80% KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diuraikan dengan singkat bahwa: 1. Penelitian ini terbagi menjadi motivasi belajar pada 3 kriteria yaitu motivasi belajar tinggi, Mimi Suriatie, Dosen BK Universitas Palangkaraya sedang dan rendah. Dari hasil tes awal, siklus I dan siklus II terdapat peningkatan dari motivasi belajar siswa. 2. Pelaksanaan strategi Self Management memberikan suatu cara kepada guru dan siswa dalam 47 Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (42-48) ISSN : 2460-7274 upaya peningkatkan kemampuan memotivasi diri. 3. Secara keseluruhan terdapat peningkatan motivasi siswa dalam belajar matematika. Terlihat dari hasil pelaksanaan penelitian yaitu Pada siklus I 30% siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, dan 70% siswa memiliki motivasi belajarnya termasuk kategori sedang, sementara itu pada kategori motivasi belajar tinggi 0%. Selanjutnya setelah pelaksanaan siklus II, hasil yang diperoleh adalah 0% siswa dengan motivasi belajar rendah, 80% siswa yang termasuk kategori memiliki motivasi belajar sedang, dan kenaikan yang paling signifikan yaitu terdapat siswa yang sudah mulai memiliki motivasi belajar tinggi, yaitu 20% dari jumlah siswa. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Suatu Penelitian Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Ratna Lilis, 2013. Teknik-Teknik Konseling. Yogyakarta: Deepublish. Nursalim, Muchamad, 2013. Strategi dan Intervansi. Akademia Permata: Malang. Mimi Suriatie, Dosen BK Universitas Palangkaraya Endyah Murniati, 2008. Mengajar Matematika dengan Fun. Jakarta: PT Mentari Pustaka. Hamalik Oemar, 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Bumi Aksara. Hamzah,2008. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembalajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamzah, 2006. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: CV. Sinar Baru. Muhammad Nur, 2003. Pengembangan Kemampuan Belajar Pada Anakanak. Jakarta: Bulan Bintang. Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung Alfabeta, CV. Sugiyono, 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, CV. Sutrisno Hadi, 2002. Metodologi Research Jilid 1, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. Madya, 2002. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung: CV. Alfabeta. Makani A, dan Singgih. F, 2014. Jurnal. Penerapan Self Management Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Program Mata Kuliah Pengelolaan Program PLS di Universitas Palangkaraya: Palangkaraya. Mulyasa, 2003. Kurikulum B erbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi/RSD. Jakarta: Remaja Rosda Karya. 48