Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Seksual pada Remaja PSK di

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut
masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era
globalisasi. Hal tersebut membuat banyak nilai-nilai dan norma
dalam
masyarakat
Indonesia
khususnya
dikalangan
remaja
mengalami perubahan yang semakin besar, baik dalam cara
bergaul,
berpakaian
maupun
berbicara.
Salah
satu
contoh
perubahan dapat dilihat dari berbagai macam teknologi yang
digunakan di kalangan remaja, seperti telepon seluler, internet,
televisi, dan media cetak. Hal ini mempengaruhi pengetahuan,
sikap, dan perilaku remaja. Semakin banyak pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang, semakin banyak pula tindakan perilaku
yang
berubah
sebagai
dampak
dari
pengetahuan
untuk
mengaktualkan diri (Sofyan, 2012).
Dampak negatif dari globalisasi dan perkembangan Ilmu
pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang mempengaruhi kaum
remaja salah satunya adalah masalah seks pranikah. Hal ini terjadi
dari sifat keingintahuan yang sangat besar pada remaja sehingga
1
mereka akan berusaha untuk melakukan banyak hal yang hanya
dapat dipuaskan dan diwujudkan, tanpa ada pertimbangan yang
dilakukan (Sarwono, 2011).
Menurut Hurlock (2002), remaja dalam ilmu psikologis
diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence,
dan youth. Remaja dalam bahasa Indonesia sering dikaitkan pada
beberapa fase, salah satunya adalah fase remaja awal (usia 12-15
tahun), didalamnya terdapat fase pubertas yang merupakan fase
singkat dan terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja
dalam menghadapinya. Fase pubertas berkisar dari usia 11 atau 12
tahun sampai dengan 16 tahun dan setiap individu memiliki variasi
tersendiri. Masa pubertas sendiri berada tumpang tindih antara
masa anak dan masa remaja, sehingga remaja mengalami
kesulitan dalam mengalami fase-fase perkembangan selanjutnya.
Pada
fase
pubertas,
remaja
bersikap
selalu
ingin
menonjolkan diri dan merasa ingin dihargai di dalam komunitasnya
agar mendapat pengakuan oleh teman sebayanya. Selain itu,
remaja juga mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon
dalam tubuhnya. Suatu rangsangan hormonal itu menyebabkan
rasa tidak tenang pada anak, perubahan fisik tersebut ditandai
dengan adanya menstruasi pertama (menarche) pada wanita dan
ejakulasi pada pria (Santrock, 2003).
2
Hurlock (2002) menegaskan bahwa adanya perubahan fisik
ini menimbulkan peningkatan dorongan untuk melakukan seks
meningkat. Remaja mulai tertarik pada lawan jenis dan mulai
merasakan suatu emosional yang dinamakan cinta, kemudian
berlanjut dengan perilaku fisik sebagai bukti kasih sayang terhadap
pasangan seperti berpegangan tangan, berpelukan, berciuman dan
bersentuhan
yang
pada
dasarnya
adalah
keinginan
untuk
menikmati dan memuaskan dorongan seksualnya.
Banyak remaja yang telah aktif terlibat dalam
kehidupan
free sex (seks bebas). Hasil Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia oleh Badan Kesehatan dan Keluarga Berencana
Nasional BKKBN tahun 2007 menunjukan kondisi yang sangat
memperihatinkan, yaitu 24% remaja wanita dan 34% remaja pria
mengaku telah melakukan hubungan seks di luar nikah, dan dari
total tersebut 6,3% remaja wanita dan pria
merupakan pekerja
seks komersial .
Perilaku seks bebas oleh remaja menimbulkan dampak
pada peningkatan kejadian penyakit menular seksual (PMS) dan
aborsi karena kehamilan tidak diinginkan (KTD). Survei Pusat
Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia menyatakan setiap
tahun jumlah aborsi di Indonesia meningkat 15% yakni mencapai
2,4 juta jiwa. Selain itu, United Nations Children’s Fund (UNICEF) ,
3
melaporkan 18% kasus HIV di Indonesia pada tahun 2011 dialami
oleh remaja dengan kelompok usia 15-24 tahun (Davis, 2013).
Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010 di Provinsi
Kalimantan Tengah menunjukkan bahwa persentase umur ≥ 15
tahun dengan pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS dan
persentase penduduk umur ≥ 15 tahun dengan yang pernah
mendengar HIV/ADIS masih di bawah 57,5%.
Data di atas menunjukkan bahwa perilaku seks bebas
sangat berpengaruh pada kesehatan dan produktivitas remaja
sebagai penerus bangsa. Perilaku seks bebas juga terjadi di Kota
Palangkaraya
yang
merupakan
ibukota
Provinsi
Kalimantan
Tengah. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh
peneliti pada tanggal 27 Februari 2015 melalui wawancara dengan
salah satu guru di salah satu SMP di Kota Palangkaraya, diperoleh
informasi bahwa pada awal tahun 2015 ditemukan 10 siswi di
sekolah tersebut menjadi Pekerja Seks Komersial. Salah satu dari
remaja PSK mengatakan pada pihak sekolah bahwa mereka
melakukan ini didasarkan atas kemauan sendiri tanpa ada paksaan
dari pihak manapun. Hal ini didukung dengan pengalaman peneliti
sewaktu masih menjalani pendidikan SMP dan SMA tahun 20082011 di Kota Palangkaraya, yaitu para siswa terlibat sebagai pelaku
dalam video porno. Bagi remaja di Kota Palangkaraya, aksi ini
4
merupakan
trend
dan
menjadi
ajang
gengsi
untuk
dapat
menonjolkan diri dan mendapat pengakuan dari lingkungannya.
Mudahnya mengakses informasi di dunia maya menjadikan
pergaulan remaja di Kota Palangkaraya cepat berkembang dan
sudah dalam fase perkembangan yang tidak wajar seperti seks
bebas. Keadaan ini yang membuat peneliti sebagai calon perawat
tertarik melakukan penelitian mengenai keadaan yang telah terjadi
yang berkaitan dengan perilaku remaja di Indonesia khususnya di
Kota Palangkaraya. Dengan kata lain, peneliti ingin mengetahui
gambaran pengetahuan seks dan perilaku seksual pada remaja
pekerja seks komersial di Kota Palangkaraya.
1.2
Fokus Penelitian
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut.
1. Bagaimana pengetahuan seksual pada remaja pekerja seks
komersial?
2. Bagaimana perilaku seksual pada remaja pekerja seks
komersial di Kota Palangkaraya?
5
1.3
Signifikansi dan Keunikan Penelitian
Penelitian yang akan peneliti lakukan penting, karena
berkembangnya perilaku seks bebas dan profesi sebagai PSK yang
dilakoni oleh remaja di Kota Palangkaraya. Remaja akan terus
menjadi PSK hingga dewasa dan tidak menyadari bahwa hal itu
dapat berdampak buruk bagi kehidupannya. Berdasarkan hasil
studi pendahuluan melalui wawancara dengan salah satu guru di
salah satu Sekolah Menengah Pertama di Kota Palangkaraya, pada
awal tahun 2015 ditemukan siswi yang bekerja sebagai pekerja
seks komersial. Di sekolah tersebut juga tidak rutin diberikan
pendidikan seks.
1.4
Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui gambaran pengetahuan seksual pada
remaja PSK di Kota Palangkaraya.
2.
Mengetahui
gambaran
perilaku
seksual
pada
remaja PSK di Kota Palangkaraya.
6
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi
tentang remaja, dalam lingkup pengetahuan seksual dan
perilaku seksual remaja Pekerja Seks Komersial.
1.5.2 Manfaat Praktis
1.Bagi peneliti
Penelitian
tambahan
ini
diharapkan
pengetahuan
dapat
khususnya
memberikan
keperawatan
komunitas dan ilmu promosi kesehatan dalam lingkup
pendidikan seksual serta dapat menjadi referensi untuk
peneliti selanjutnya .
2. Partisipan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan seks bagi remaja, terkhususnya bagi
remaja yang bekerja sebagai pekerja seks komersial.
7
3. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan informasi dan menambah referensi
mengenai pengetahuan seksual dan perilaku seksual
pada remaja dan diharapkan dapat bermanfaat bagi
sekolah yang ada di Kota Palangkaraya agar dapat
memperhatikan program pendidikan seks dini setiap
tahunnya.
8
Download