Wishlist Liputan Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa Diberikan : Kamis, 3 Oktober 2013 DL : Tanggal pelaksanaan Liputan : Vietnam dan atau Kamboja Latar belakang Tahun ini Dompet Dhuafa bekerjasama dengan ANTV berencana menyalurkan dan menyelenggarakan ibadah Qurban ke Kamboja dan atau Vietnam. Sebagai TV partner kita akan meliput acara penyaluran dan penyembelihan Qurban ke komunitas muslim di Vietnam dan Kamboja. Untuk acara ceremonial itu kita tentu akan meliput sesuai standar liputan di antv, untuk berita-berita hardnews. Namun, tim liputan ANTV juga akan meliput beberapa tema menarik yang bisa digali dari lokasi. Liputan ini bisa ditayangkan di Topik-topik regular, ataupun di tematis. Di bawah nanti ada tiga tema yang saya buatkan wishlistnya… Silakan tim peliput, Syahrul dan Dendy melengkapinya, atau mungkin ada tema lain yang juga bisa di garap sesuai perkembangan di lapangan. ==== Suku Cham adalah sebuah kelompok etnis yang tersebar di beberapa Negara di Asia Tenggara. Mereka menghuni daerah antara Provinsi Kampong Cham di Kamboja dan daerah Phan RangThap Cham, Phan Thiết, Ho Chi Minh City dan An Giang di Vietnam tengah. Diperkirakan sekitar 4,000 suku Cham juga tinggal di Thailand; banyak dari mereka telah pindah ke selatan ke provinsi Pattani, Narathiwat, Yala, dan Songkhla untuk bekerja. Cham membentuk pusat komunitas Muslim di Kamboja dan Vietnam. Bahasa Champ juga masih termasuk rumpun bahasa Austronesia. Suku Cham adalah keturunan dari orang-orang yang dulu pernah berkuasa di Kerajaan Champa. Sebuah Kerajaan muslim di Indochina pada abad ke-7 sampai 15 Masehi. Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit di masa lampau juga berhubungan baik dengan Kerajaan Champa. Bahkan hubungan mereka sering diperkuat dengan perkawinan antar Keluarga Kerajaan itu. Dalam sejarah Islam, isteri Maulana Malik Ibrahim, salah satu dari Wali Songo, adalah Putri Raja Champa. Begitu pula ibunda Sultan Demak pertama, Raden Fatah, yang diperistri oleh Brawijaya IV. Kamboja seringkali diidentikkan dengan Kerajaan Champa. Namun, sesungguhnya wilayah Kerajaan Champa di masa lampau meliputi wilayah Vietnam dan Kamboja. Pada abad ke 17, kerajaan Champa mengalami kemunduran akibat serangan kerajaan Vietnam dari dinasti Nguyen. Saat itu banyak muslim Champa mengungsi ke Kamboja. Champa kemudian menjadi wilayah otonom bawahan Vietnam. Muslim Champa diterima dengan baik di Kamboja, hingga saat ini. Jika di masa lampau diakomodasi sebagai menteri dan punggawa kerajaan Kamboja, pada masa pemerintahan Pangeran Norodom Sihanouk, maupun Norodom Ranarindh beberapa tokoh muslim suku Champ juga diangkat sebagai menteri. Ada adik kelas saya di IPB dulu, yang ternyata anak Menteri Pertanian Kamboja, dan punya hubungan dekat Keluarga Kerajaan Kamboja. Warga suku Champa tersebar di seluruh wilayah Kamboja, terutama di sepanjang sungai Mekong. Muslim Kamboja rata-rata bekerja di bidang perdagangan, pertanian, dan perikanan. Sebelum tragedi pembantaian oleh Khmer Merah pada tahun 1975 diperkirakan ada 150 ribu hingga 200 ribu muslim di Kamboja. Beberapa sumber lain bahkan menyebut angka hingga 700 ribu jiwa. Di tahun 1962 terdapat sekitar 100 masjid di Kamboja dan meningkat di tahun 1975 menjadi 120 masjid, 200 musholla dan 300 madrasah serta satu sekolah penhafal Al’qur’an serta ratusan guru agama dan 300 khatib. Banyak di antara guru-guru tersebut yang belajar di Malaysia dan universitas-universitas Islam di Kairo, India atau Madinah. Mereka membentuk komunitas muslim Kamboja dibawah kendali empat jabatan tokoh masyarakat muslim yang terdiri dari mupti, tuk kalih, raja kalik, dan tvan pake. Sementara tokoh di tiap kampung muslim di kepalai oleh hakim dan beberapa khatib, bilal, dan labi. Ke empat jabatan tokoh masyarakat tersebut termasuk Hakim turut menjadi bagian kerajaan Kamboja dan senantiasa turut serta sebagai undangan Negara dalam setiap perhelatan resmi kerajaan. Ketika Kamboja Merdeka dari Prancis di tahun 1953, komunitas muslim berada dibawah kendali lima anggota majelis yang berisikan perwakilan dari masing masing komunitas muslim dengan fungsi yang resmi serta keterikatan dengan komunitas muslim yang lain. Masing masing komunitas muslim memiliki seorang Hakim yang memimpin Masjid masing masing komunitas, beliau juga bertindak sebagai Imam di masjid komunitasnya masing masing. Kegiatan ke-Islam muslim Kamboja berpusat di semenanjung Chrouy Changvar di dekat kota Phnom Penh yang sekaligus menjadi tempat tinggal beberapa petinggi muslim Kamboja. Setiap tahun beberapa muslim Champa ini berangkat ke Kelantan di Malaysia untuk melanjutkan pendidikan Al-Qur’an. beberapa diantara mereka setiap tahun juga melaksanakan ibadah haji ke tanah suci Mekah. Hingga penghujung tahun 1950-an diperkirakan 7 persen dari Muslim Champa di Kamboja ini telah menunaikan ibadah Haji. Dan dalam kehidupan kesehariannya mereka biasa menggunakan sorban ataupun semacam kopiah berwarna putih sebagai penanda bahwa mereka telah ber-haji. Beberapa tema yang bisa diliput 1. Komunitas Muslim Kamboja Cerita tentang keunikan Suku Champa. Bagaimana asal muasalnya? Bagaimana sejarahnya? Bagaimana perkembangannya? Bagaimana perikehidupan mereka saat ini? Bagaimana kehidupan keagamaannya? Berapa banyak mereka? Apa masih ada peninggalan-peninggalan sejarah di masa Dinasti Champa yang masih tersisa? Bagaimana kini mereka berinteraksi dengan komunitas lain? Benarkah banyak di antara mereka yang kemudian diangkat menjadi pejabat? Baca latar belakang di atas. Kembangkan!!! Angle: Bagaimana Kehidupan Sehari-hari Suku Campa 2. Masjid bersejarah di Kamboja Cerita tentang salah satu masjid bersejarah, atau masjid terbesar di Kamboja. Dari tahun berapa berdiri? Siapa pendirinya? Berapa luasnya? Siapa yang mengelola? Swadaya atau pemerintah? Bisa menampung berapa banyak jamaah? Apa ada semacam madrasah? Siapa yang mengelola? Kembangkan!!! Angle: Apa sih menariknya Masjid Bersejarah di Kamboja? 3. Pesta Idul Adha di Kampung Champa Cerita tentang kuliner di Kampung Champa. Apa menariknya? Apa kekhasannya? Apa ada semacam sate atau gule kambing seperti di Indonesia? Namanya apa? Coba ajak ngobrol ibu-ibu atau bapak-bapak yang memasak makanan khas selama lebaran haji ini. Angle: Bagaimana Warga Suku Champa Merayakan Idul Adha? Wawancara: 1. Sesepuh warga dan pejabat local muslim Bisa ditanya berbagai soal tentang sejarah, tentang komunitas champa, tentang keunikan-keunikan suku champa, tentang kesejarahan kerajaan champa, tentang bahasa Champ, dan lan-lain. 2. Imam masjid Bisa ditanya tentang komunitas muslim… Berapa jumlahnya? Bagaimana perilaku keagamaan warga champa? Apakah semakin rajin beribadah? Kabarnya komunitas champa semakin banyak bertambah? Apakah ada semacam pengajian-pengajian untuk warga? Apa tugas-tugas imam? Kembankan!! 3. Anak-anak Bisa disuruh cerita sambil ngobrol saat ngaji, bermain, dan membantu orang tua bekerja atau nonton acara penyembelihan qurban. Tanya soal ngajinya sudah sampai di surat apa? Apa mereka faham artinya? Kalau sudah besar kepingin jadi apa? Kembangkan!!! 4. Ibu-ibu atau warga umum Ibu-ibu bisa ditanya banyak hal, misalnya saat menyiapkan hidangan khas idul adha, saat memasak, saat mengasuh anak, saat kegiatan sehari-hari. 5. Jangan lupa reporter harus sering standup, wawancara verite, pokoknya liputan partisipatif SHOTLIST 1. SUSS a. b. c. d. Semua nara sumber sebelum wawancara Anak-anak sedang mengaji di masjid atau madrasah Warga sedang bekerja di sawah Ibu-ibu sedang mempersiapkan acara menjelang Idul Adha 2. Est Shoots a. b. c. d. e. Keramaian pasar / kampung / jalan Detail shot warga bekerja Suasana pasar, orang tawar menawar Suasana di tepi sawah dan sungai. Establish shot perkampungan Suku Champa Establish shot masjid-masjid di komunitas suku champa 3. Cutaways a. b. c. d. Land mark kampung suku Champa Plang dan sign board komunitas muslim Champa. various Detail shots time laps Tambahan Background Islam dan Masjid di Kamboja (bagian 1) Kamboja diantara negara negara tetangganya di Indocina Kamboja atau Cambodia merupakan negara monarki konstitusional di Asia Tenggara, penerus Kekaisaran Khmer yang pernah menguasai seluruh semenanjung Indochina antara abad ke-11 dan 14. Kamboja memperoleh kemerdekannya dari Prancis pada tanggal 9 November 1953. Prancis berkuasa di Kamboja sejak tahun 1863 dan memasukkannya ke dalam bagian dari koloni Prancis di Indochina (French Indochina) bersama dengan Laos dan Vietnam, sejak itu Kamboja menjadi sebuah kerajaan konstitusional dibawah kepemimpinan Raja pertamanya, Norodom Sihanouk. Kamboja ber-ibukota di Phnom Penh, kepala negaranya saat ini dipegang oleh Norodom Sihamoni yang merupakan putra dari Raja Norodom Sihanouk, sedangkan jabatan perdana menteri dipegang oleh Hun Sen. Sejak tanggal 16 Desember 1998 Kamboja bergabung menjadi anggota Asean ke sepuluh. Secara geografis, Kamboja berbatasan langsung dengan Thailand di sebelah barat, Laos di utara, Vietnam di timur, dan wilayah sisi selatannya menghadap ke Teluk Siam. Sungai Mekong dan Danau Tonle Sap melintasi negara ini. Tahun 2011 yang lalu Kamboja sempat terlibat pertikaian bersenjata dengan Thailand di sekitar Kuil Preah Vihar. Perselisihan kedua negara bertetangga ini memang sudah berlangsung sejak lama meski di tahun 1962 Mahkamah Internasional telah menetapkan Kuil Preah Vihar adalah milik Kamboja, namun perselisihan tak berhenti disitu. Di tahun 2011 lalu baku tembak antara militer dua negara tak terhindarkan, mengundang keprihatinan banyak pihak. Pertempuran ahirnya berhenti namun Kamboja seringkali menutup akses dari Thailand menuju kuil yang memang hanya terpaut beberapa puluh meter dari garis perbatasan dua negara bertetangga tersebut. Masjid An-Nikmah, Potiin, di Kampong Cham Thailand dan Kamboja memiliki akar yang sama, kedua negara ini sama sama mengklaim diri sebagai pewaris kerajaan Khmer yang pada awal mulanya didirkan di Laos Utara tahun 657 oleh Jayavarman I sampai kemudian wilayahnya mencakup hampir keseluruhan kawasan Indochina hingga sebagian kecil wilayah utara Malaysia. Kuil Preah Vihar yang disebutkan tadi merupakan salah satu peninggalan masa kejayaan kerajaan Khmer. Sekitar 95% penduduk Kamboja merupakan etnis Khmer dan secara tradisi turun temurun menganut Agama Budha Theravada, sama seperti mayoritas penduduk Thailand, Laos dan Vietnam. Agama Budha Theravada telah menjadi agama resmi Kamboja sejak abad ke 13 Masehi kecuali semasa kekuasaan Khmer Merah. Agama Budha sudah di anut oleh sebagian besar rakyat Kamboja sejak abad ke 5 Masehi bahkan beberapa sumber lain menyebut jauh lebih tua dari itu. Namun diantara penduduk mayoritas Budha tersebut terdapat komunitas muslim dengan jumlah mencapai setengah juta jiwa, beberapa sumber bahkan menyebut angka yang jauh lebih besar dari itu. Islam di Kamboja Merujuk kepada situs CIA World Fact Book, tahun 1999 penduduk muslim di Kamboja mencapai 2.1% dari total penduduk Negara tersebut. Dan di tahun 2008, diperkirakan Muslim di Kamboja mencapai 321.000 jiwa. Mayoritas Muslim di Kamboja adalah muslim Sunni bermadzhab Syafi’i yang kebanyakan tinggal di provinsi Kampong Cham, provinsi seluas 9.799 km2 dan didiami 1.680.694 jiwa (data tahun 2008). Menurut data Pew Research Center tahun 2009, jumlah Muslim di Cambodia mencapai 236 ribu atau 1,6% dari populasi Negara itu. Namun, menurut Ketua Senat Mahasiswa Muslim Kamboja, Sles Alfin (Saleh Arifin), populasi Muslim di negaranya diperkirakan mencapai 5%. Kebanyakan dari mereka ber-etnis Champa dan Melayu yang merupakan etnis minoritas di Kamboja. Sedangkan situs internet voa-islam menyebut angka yang jauh lebih tinggi, menurut mereka muslim Kamboja mencapai 6% dari total 11,4 juta jiwa penduduk Kamboja atau setara dengan 680.000 jiwa. Ini kalau jadinya berangkat ke Vietnam… Temanya bisa dikembangkan dari wishlist di atas. Islam Kian Mekar di Vietnam REPUBLIKA.CO.ID, Hidup sebagai Muslim di negara komunis seperti Vietnam ternyata bukanlah hal sulit. Islam mampu berkembang pesat di negara ini. Populasi umat Islam di Vietnam kini mencapai 70.700 ribu jiwa dan terdapat 100 masjid di beberapa bagian negeri tersebut. Konon, Islam masuk ke Vietnam sejak kekhalifahan Utsman bin Affan. Dikisahkan, kekhalifahan ini mengirim utusan resminya pertama kali ke Vietnam dan Cina pada 650. Ada pula yang mengisahkan bahwa Islam sampai ke negara yang beribu kota di Hanoi itu karena dibawa oleh pedagang Muslim dari Arab, India, Persia, ataupun Asia Tenggara, terutama Malaysia pada sekitar abad ke-10. Para pedagang tersebut akan berhenti untuk beristirahat dan berdagang di Vietnam yang saat itu masih dikuasai Kerajaan Champa sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke Cina. Sisa-sisa kerajaan itu masih ada di bagian tengah dan selatan Vietnam. Masyarakat dari kerajaan itu sering disebut sebagai orang-orang Cham. Dahulu, masyarakat Cham adalah penganut agama Hindu dan telah menguasai bagian tengah dan selatan Vietnam selama ratusan tahun. Seiring waktu, mereka memeluk agama Islam. Pada akhir abad ke-15, Kerajaan Champa tergusur ke arah selatan dan lama-lama pengaruhnya semakin hilang. Saat ini, sekitar 80 persen masyarakat Cham sudah menjadi Muslim. Jumlah penganut Islam meningkat ketika sultan Malaka memperluas kekuasannya pada 1471 setelah Kerajaan Champa hancur. Namun, Islam tidak menyebar luas di antara penduduk Vietnam sampai pertengahan abad ke-17. Sementara itu, pada pertengahan abad ke-19, banyak Muslim Champa di Vietnam yang ber imigrasi ke Kamboja dan menetap di wilayah delta Sungai Mekong. Kemudian, pada abad ke-20, Malaysia memberikan pengaruh yang besar kepada Muslim Vietnam. Literatur keagamaan semakin banyak yang diimpor dari Malaysia. Bahkan, sejumlah ulama didatangkan dari Malaysia. Mereka memberikan khotbah di masjid-masjid dengan bahasa Melayu. Pada saat yang sama, semakin banyak pula warga Muslim Vietnam yang pergi ke Malaysia untuk belajar Islam. Setelah berdirinya Republik Sosialis Vietnam pada 1976, 55 ribu Muslim Vietnam berimigrasi ke Malaysia. Sebanyak 1.750 Muslim juga diterima sebagai imigran oleh Pemerintah Yaman dan tinggal di Ta’izz. Namun, masih ada sejumlah Muslim yang tetap tinggal di Vietnam meski mereka berada dalam tekanan. Seperti dilaporkan para penulis pada masa itu, sejumlah masjid ditutup oleh pemerintah sosialis. Pada 1985, komunitas Muslim Vietnam, khususnya di Ho Chi Minh City, mulai terdiversifikasi. Mereka tidak hanya orang asli Vietnam, tapi juga berasal dari sejumlah negara, seperti Indonesia, Malaysia, Pakistan, Yaman, Oman, dan Afrika Utara. Jumlah mereka sekitar 10 ribu orang saat ini. Menurut kantor berita AFP, pada 2010, jumlah penduduk Muslim di daerah tersebut sekitar 1.300 jiwa. Namun, menurut laman religiouspopulation. com, jumlah umat Islam di Kota Ho Chi Minh mencapai 5.000 orang. Secara umum, total populasi Muslim, terutama dari komunitas Cham, di negara yang berpenduduk 86 juta orang itu sekitar 100 ribu orang. Namun, menurut hasil survei yang dilakukan The Pew Research Center pada Oktober 2009, jumlah umat Islam di Vietnam mencapai 71.200 jiwa. Angka itu naik dibandingkan data hasil sensus pada 1999 yang hanya 63.146 jiwa. Sekitar 77 persen umat Islam di Vietnam menetap di wilayah tenggara, yakni 34 persen di Provinsi Ninh Thuan, 24 persen di Provinsi Binh Thuan, dan sebanyak 9,0 persen di Kota Ho Chi Minh. Sekitar 22 persen menetap di wilayah Delta Sungai Mekong, khususnya di Provinsi An Giang Province. Sisanya, sekitar 1,0 persen Muslim tersebar di wilayah-wilayah lainnya di negeri itu. Terdapat dua mazhab besar umat Islam di Vietnam, yaitu Mazhab Sunni dan Mazhab Bani. Mazhab Sunni tersebar hampir di seluruh penjuru negara. Sedangkan, Mazhab Bani banyak berkembang di daerah Ninh Thuan dan Binh Thuan. Mazhab ini tidak banyak dikenal oleh umat Islam di dunia, salah satunya karena dinilai banyak bertentangan dengan ajaran Islam yang benar. Belajar Islam dan Makanan Halal Sebagai kelompok minoritas di Vietnam, kaum Muslim memilih untuk tidak terlalu menonjol. “Kami hanya mengamalkan dan menjalankan ajaran agama Islam. Kami tak peduli dengan urusan berbau politik,” ujar Haji Mousa (52), pengelola sebuah madrasah, seperti dikutip laman muslimvillage.com. Mousa fasih berbahasa Melayu dan mengenal bahasa Arab. Menurut Mousa, imam-imam yang tampil sebagai pemimpin umat Islam lebih banyak belajar di Vietnam. Beberapa imam dari luar negeri, terutama dari Malaysia, juga sering datang ke negaranya. Kini, di negara itu juga sudah ada Alquran dengan terjemahan bahasa Vietnam. Sementara, jumlah masjid di seluruh penjuru Vietnam mencapai sekitar 100 buah. Sekitar 16 masjid di antaranya terdapat di Kota Ho Chi Minh. Kebanyakan dari masjid tersebut didanai oleh negaranegara Muslim. Salah satunya, yaitu Masjid Jamiul Anwar, yang dibangun pada 2006. Masjid itu didanai oleh Uni Emirat Arab dan Palang Merah. Meski mendapatkan dukungan dari Timur Tengah, hubungan erat umat Islam di Vietnam justru lebih terjalin dengan Malaysia dan Indonesia. Hal ini karena mereka merasa lebih dekat secara kultural. Hubungan erat itu dimulai sekitar 20 tahun lalu saat Vietnam secara bertahap membuka diri secara ekonomi. Seorang Muslim bernama Hachot mengaku dirinya tak merasa menjadi bagian dari masyarakat Vietnam yang lebih luas meskipun pemerintah telah membantu membangun kembali rumahnya beberapa tahun lalu. Menurut dia, sikap kelompok mayoritas, yakni etnis Kinh terhadap umat Islam yang beretnis Champ, amat beragam. “Beberapa Kinh mengatakan Champ kotor karena keberatan dengan sikap Muslim yang mengharamkan daging babi,” katanya. Pada masa-masa awal kemunculan Islam, makanan halal memang sulit ditemukan di Vietnam. Namun, kini seiring meningkatnya jumlah penduduk dan turis Muslim yang kebanyakan dari Singapura, Indonesia, dan Malaysia, banyak restoran halal yang dibuka di Hanoi dan Ho Chi Minh City. Bahkan, ada website khusus yang dibuat untuk menyediakan informasi tentang semua restoran halal yang ada di Vietnam, yaitu gohalalplanet-vietnam. com. Mereka juga menawarkan produk halal ke seluruh negara tersebut. Website ini bisa membantu mempromosikan tur halal di wilayah tersebut. Selain itu, sekarang ser tifikasi halal diberlakukan ketat di negeri ini. Negeri yang perekonomiannya mulai menggeliat ini mulai menyasar ekspor ke negara-negara mayoritas Muslim. Mohammed Omar, auditor utama Badan Sertifikasi Halal Vietnam (Viet Nam HCA), mengatakan pasar halal global memiliki nilai sebesar 2,77 triliun dolar AS. “Sertifikasi halal adalah skema global untuk produk atau jasa. Ini adalah proses independen untuk memverifikasi bahan halal dan haram, serta kondisi kemurnian diperlukan un tuk memenuhi standar Alquran dan syariah,” ujar Omar. Pada abad ke-20, Malaysia memberikan pengaruh yang besar kepada Muslim Vietnam. Literatur keagamaan semakin banyak yang diimpor dari Malaysia. Bahkan, sejumlah ulama didatangkan dari Malaysia. Mereka memberikan khotbah di masjid-masjid dengan bahasa Melayu. Pada saat yang sama, semakin banyak pula warga Muslim Vietnam yang pergi ke Malaysia untuk belajar Islam. Setelah berdirinya Republik Sosialis Vietnam pada 1976, 55 ribu Muslim Vietnam berimigrasi ke Malaysia. Sebanyak 1.750 Muslim juga diterima sebagai imigran oleh Pemerintah Yaman dan tinggal di Ta’izz. Namun, masih ada sejumlah Muslim yang tetap tinggal di Vietnam meski mereka berada dalam tekanan. Seperti dilaporkan para penulis pada masa itu, sejumlah masjid ditutup oleh pemerintah sosialis. Pada 1985, komunitas Muslim Vietnam, khususnya di Ho Chi Minh City, mulai terdiversifikasi. Mereka tidak hanya orang asli Vietnam, tapi juga berasal dari sejumlah negara, seperti Indonesia, Malaysia, Pakistan, Yaman, Oman, dan Afrika Utara. Jumlah mereka sekitar 10 ribu orang saat ini. Menurut kantor berita AFP, pada 2010, jumlah penduduk Muslim di daerah tersebut sekitar 1.300 jiwa. Namun, menurut laman religiouspopulation. com, jumlah umat Islam di Kota Ho Chi Minh mencapai 5.000 orang. Secara umum, total populasi Muslim, terutama dari komunitas Cham, di negara yang berpenduduk 86 juta orang itu sekitar 100 ribu orang. Namun, menurut hasil survei yang dilakukan The Pew Research Center pada Oktober 2009, jumlah umat Islam di Vietnam mencapai 71.200 jiwa. Angka itu naik dibandingkan data hasil sensus pada 1999 yang hanya 63.146 jiwa. Sekitar 77 persen umat Islam di Vietnam menetap di wilayah tenggara, yakni 34 persen di Provinsi Ninh Thuan, 24 persen di Provinsi Binh Thuan, dan sebanyak 9,0 persen di Kota Ho Chi Minh. Sekitar 22 persen menetap di wilayah Delta Sungai Mekong, khususnya di Provinsi An Giang Province. Sisanya, sekitar 1,0 persen Muslim tersebar di wilayah-wilayah lainnya di negeri itu.