Ini kalau jadinya berangkat ke Vietnam… Temanya bisa

advertisement
Wishlist Liputan Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa
Diberikan
: Kamis, 3 Oktober 2013
DL
: Tanggal pelaksanaan
Liputan
: Vietnam dan atau Kamboja
Latar belakang
Tahun ini Dompet Dhuafa bekerjasama dengan ANTV berencana menyalurkan dan
menyelenggarakan ibadah Qurban ke Kamboja dan atau Vietnam. Sebagai TV partner kita akan
meliput acara penyaluran dan penyembelihan Qurban ke komunitas muslim di Vietnam dan
Kamboja. Untuk acara ceremonial itu kita tentu akan meliput sesuai standar liputan di antv,
untuk berita-berita hardnews. Namun, tim liputan ANTV juga akan meliput beberapa tema
menarik yang bisa digali dari lokasi. Liputan ini bisa ditayangkan di Topik-topik regular,
ataupun di tematis. Di bawah nanti ada tiga tema yang saya buatkan wishlistnya… Silakan tim
peliput, Syahrul dan Dendy melengkapinya, atau mungkin ada tema lain yang juga bisa di garap
sesuai perkembangan di lapangan.
====
Suku Cham adalah sebuah kelompok etnis yang tersebar di beberapa Negara di Asia Tenggara.
Mereka menghuni daerah antara Provinsi Kampong Cham di Kamboja dan daerah Phan RangThap Cham, Phan Thiết, Ho Chi Minh City dan An Giang di Vietnam tengah. Diperkirakan
sekitar 4,000 suku Cham juga tinggal di Thailand; banyak dari mereka telah pindah ke selatan ke
provinsi Pattani, Narathiwat, Yala, dan Songkhla untuk bekerja. Cham membentuk pusat
komunitas Muslim di Kamboja dan Vietnam. Bahasa Champ juga masih termasuk rumpun
bahasa Austronesia.
Suku Cham adalah keturunan dari orang-orang yang dulu pernah berkuasa di Kerajaan Champa.
Sebuah Kerajaan muslim di Indochina pada abad ke-7 sampai 15 Masehi. Kerajaan Sriwijaya
dan Majapahit di masa lampau juga berhubungan baik dengan Kerajaan Champa. Bahkan
hubungan mereka sering diperkuat dengan perkawinan antar Keluarga Kerajaan itu. Dalam
sejarah Islam, isteri Maulana Malik Ibrahim, salah satu dari Wali Songo, adalah Putri Raja
Champa. Begitu pula ibunda Sultan Demak pertama, Raden Fatah, yang diperistri oleh
Brawijaya IV.
Kamboja seringkali diidentikkan dengan Kerajaan Champa. Namun, sesungguhnya wilayah
Kerajaan Champa di masa lampau meliputi wilayah Vietnam dan Kamboja. Pada abad ke 17,
kerajaan Champa mengalami kemunduran akibat serangan kerajaan Vietnam dari dinasti
Nguyen. Saat itu banyak muslim Champa mengungsi ke Kamboja. Champa kemudian menjadi
wilayah otonom bawahan Vietnam.
Muslim Champa diterima dengan baik di Kamboja, hingga saat ini. Jika di masa lampau
diakomodasi sebagai menteri dan punggawa kerajaan Kamboja, pada masa pemerintahan
Pangeran Norodom Sihanouk, maupun Norodom Ranarindh beberapa tokoh muslim suku Champ
juga diangkat sebagai menteri. Ada adik kelas saya di IPB dulu, yang ternyata anak Menteri
Pertanian Kamboja, dan punya hubungan dekat Keluarga Kerajaan Kamboja. Warga suku
Champa tersebar di seluruh wilayah Kamboja, terutama di sepanjang sungai Mekong. Muslim
Kamboja rata-rata bekerja di bidang perdagangan, pertanian, dan perikanan.
Sebelum tragedi pembantaian oleh Khmer Merah pada tahun 1975 diperkirakan ada 150 ribu
hingga 200 ribu muslim di Kamboja. Beberapa sumber lain bahkan menyebut angka hingga 700
ribu jiwa. Di tahun 1962 terdapat sekitar 100 masjid di Kamboja dan meningkat di tahun 1975
menjadi 120 masjid, 200 musholla dan 300 madrasah serta satu sekolah penhafal Al’qur’an serta
ratusan guru agama dan 300 khatib. Banyak di antara guru-guru tersebut yang belajar di
Malaysia dan universitas-universitas Islam di Kairo, India atau Madinah.
Mereka membentuk komunitas muslim Kamboja dibawah kendali empat jabatan tokoh
masyarakat muslim yang terdiri dari mupti, tuk kalih, raja kalik, dan tvan pake. Sementara tokoh
di tiap kampung muslim di kepalai oleh hakim dan beberapa khatib, bilal, dan labi. Ke empat
jabatan tokoh masyarakat tersebut termasuk Hakim turut menjadi bagian kerajaan Kamboja dan
senantiasa turut serta sebagai undangan Negara dalam setiap perhelatan resmi kerajaan.
Ketika Kamboja Merdeka dari Prancis di tahun 1953, komunitas muslim berada dibawah kendali
lima anggota majelis yang berisikan perwakilan dari masing masing komunitas muslim dengan
fungsi yang resmi serta keterikatan dengan komunitas muslim yang lain. Masing masing
komunitas muslim memiliki seorang Hakim yang memimpin Masjid masing masing komunitas,
beliau juga bertindak sebagai Imam di masjid komunitasnya masing masing. Kegiatan ke-Islam
muslim Kamboja berpusat di semenanjung Chrouy Changvar di dekat kota Phnom Penh yang
sekaligus menjadi tempat tinggal beberapa petinggi muslim Kamboja.
Setiap tahun beberapa muslim Champa ini berangkat ke Kelantan di Malaysia untuk melanjutkan
pendidikan Al-Qur’an. beberapa diantara mereka setiap tahun juga melaksanakan ibadah haji ke
tanah suci Mekah. Hingga penghujung tahun 1950-an diperkirakan 7 persen dari Muslim
Champa di Kamboja ini telah menunaikan ibadah Haji. Dan dalam kehidupan kesehariannya
mereka biasa menggunakan sorban ataupun semacam kopiah berwarna putih sebagai penanda
bahwa mereka telah ber-haji.
Beberapa tema yang bisa diliput
1. Komunitas Muslim Kamboja
Cerita tentang keunikan Suku Champa. Bagaimana asal muasalnya? Bagaimana sejarahnya?
Bagaimana perkembangannya? Bagaimana perikehidupan mereka saat ini? Bagaimana
kehidupan keagamaannya? Berapa banyak mereka? Apa masih ada peninggalan-peninggalan
sejarah di masa Dinasti Champa yang masih tersisa? Bagaimana kini mereka berinteraksi dengan
komunitas lain? Benarkah banyak di antara mereka yang kemudian diangkat menjadi pejabat?
Baca latar belakang di atas. Kembangkan!!!
Angle: Bagaimana Kehidupan Sehari-hari Suku Campa
2. Masjid bersejarah di Kamboja
Cerita tentang salah satu masjid bersejarah, atau masjid terbesar di Kamboja. Dari tahun berapa
berdiri? Siapa pendirinya? Berapa luasnya? Siapa yang mengelola? Swadaya atau pemerintah?
Bisa menampung berapa banyak jamaah? Apa ada semacam madrasah? Siapa yang mengelola?
Kembangkan!!!
Angle: Apa sih menariknya Masjid Bersejarah di Kamboja?
3. Pesta Idul Adha di Kampung Champa
Cerita tentang kuliner di Kampung Champa. Apa menariknya? Apa kekhasannya? Apa ada
semacam sate atau gule kambing seperti di Indonesia? Namanya apa? Coba ajak ngobrol ibu-ibu
atau bapak-bapak yang memasak makanan khas selama lebaran haji ini.
Angle: Bagaimana Warga Suku Champa Merayakan Idul Adha?
Wawancara:
1. Sesepuh warga dan pejabat local muslim
 Bisa ditanya berbagai soal tentang sejarah, tentang komunitas champa, tentang
keunikan-keunikan suku champa, tentang kesejarahan kerajaan champa, tentang
bahasa Champ, dan lan-lain.
2. Imam masjid
 Bisa ditanya tentang komunitas muslim… Berapa jumlahnya? Bagaimana perilaku
keagamaan warga champa? Apakah semakin rajin beribadah? Kabarnya komunitas
champa semakin banyak bertambah? Apakah ada semacam pengajian-pengajian
untuk warga? Apa tugas-tugas imam? Kembankan!!
3. Anak-anak
 Bisa disuruh cerita sambil ngobrol saat ngaji, bermain, dan membantu orang tua
bekerja atau nonton acara penyembelihan qurban. Tanya soal ngajinya sudah sampai
di surat apa? Apa mereka faham artinya? Kalau sudah besar kepingin jadi apa?
Kembangkan!!!
4. Ibu-ibu atau warga umum
 Ibu-ibu bisa ditanya banyak hal, misalnya saat menyiapkan hidangan khas idul adha,
saat memasak, saat mengasuh anak, saat kegiatan sehari-hari.
5. Jangan lupa reporter harus sering standup, wawancara verite, pokoknya liputan
partisipatif
SHOTLIST
1. SUSS
a.
b.
c.
d.
Semua nara sumber sebelum wawancara
Anak-anak sedang mengaji di masjid atau madrasah
Warga sedang bekerja di sawah
Ibu-ibu sedang mempersiapkan acara menjelang Idul Adha
2. Est Shoots
a.
b.
c.
d.
e.
Keramaian pasar / kampung / jalan
Detail shot warga bekerja
Suasana pasar, orang tawar menawar
Suasana di tepi sawah dan sungai. Establish shot perkampungan Suku Champa
Establish shot masjid-masjid di komunitas suku champa
3. Cutaways
a.
b.
c.
d.
Land mark kampung suku Champa
Plang dan sign board komunitas muslim Champa.
various Detail shots
time laps
Tambahan Background
Islam dan Masjid di Kamboja (bagian 1)
Kamboja diantara negara negara tetangganya di Indocina
Kamboja atau Cambodia merupakan negara monarki konstitusional di Asia Tenggara, penerus
Kekaisaran Khmer yang pernah menguasai seluruh semenanjung Indochina antara abad ke-11
dan 14. Kamboja memperoleh kemerdekannya dari Prancis pada tanggal 9 November 1953.
Prancis berkuasa di Kamboja sejak tahun 1863 dan memasukkannya ke dalam bagian dari koloni
Prancis di Indochina (French Indochina) bersama dengan Laos dan Vietnam, sejak itu Kamboja
menjadi sebuah kerajaan konstitusional dibawah kepemimpinan Raja pertamanya, Norodom
Sihanouk.
Kamboja ber-ibukota di Phnom Penh, kepala negaranya saat ini dipegang oleh Norodom
Sihamoni yang merupakan putra dari Raja Norodom Sihanouk, sedangkan jabatan perdana
menteri dipegang oleh Hun Sen. Sejak tanggal 16 Desember 1998 Kamboja bergabung menjadi
anggota Asean ke sepuluh. Secara geografis, Kamboja berbatasan langsung dengan Thailand di
sebelah barat, Laos di utara, Vietnam di timur, dan wilayah sisi selatannya menghadap ke Teluk
Siam. Sungai Mekong dan Danau Tonle Sap melintasi negara ini.
Tahun 2011 yang lalu Kamboja sempat terlibat pertikaian bersenjata dengan Thailand di sekitar
Kuil Preah Vihar. Perselisihan kedua negara bertetangga ini memang sudah berlangsung sejak
lama meski di tahun 1962 Mahkamah Internasional telah menetapkan Kuil Preah Vihar adalah
milik Kamboja, namun perselisihan tak berhenti disitu. Di tahun 2011 lalu baku tembak antara
militer dua negara tak terhindarkan, mengundang keprihatinan banyak pihak. Pertempuran
ahirnya berhenti namun Kamboja seringkali menutup akses dari Thailand menuju kuil yang
memang hanya terpaut beberapa puluh meter dari garis perbatasan dua negara bertetangga
tersebut.
Masjid An-Nikmah, Potiin, di Kampong Cham
Thailand dan Kamboja memiliki akar yang sama, kedua negara ini sama sama mengklaim diri
sebagai pewaris kerajaan Khmer yang pada awal mulanya didirkan di Laos Utara tahun 657 oleh
Jayavarman I sampai kemudian wilayahnya mencakup hampir keseluruhan kawasan Indochina
hingga sebagian kecil wilayah utara Malaysia. Kuil Preah Vihar yang disebutkan tadi merupakan
salah satu peninggalan masa kejayaan kerajaan Khmer. Sekitar 95% penduduk Kamboja
merupakan etnis Khmer dan secara tradisi turun temurun menganut Agama Budha Theravada,
sama seperti mayoritas penduduk Thailand, Laos dan Vietnam.
Agama Budha Theravada telah menjadi agama resmi Kamboja sejak abad ke 13 Masehi kecuali
semasa kekuasaan Khmer Merah. Agama Budha sudah di anut oleh sebagian besar rakyat
Kamboja sejak abad ke 5 Masehi bahkan beberapa sumber lain menyebut jauh lebih tua dari itu.
Namun diantara penduduk mayoritas Budha tersebut terdapat komunitas muslim dengan jumlah
mencapai setengah juta jiwa, beberapa sumber bahkan menyebut angka yang jauh lebih besar
dari itu.
Islam di Kamboja
Merujuk kepada situs CIA World Fact Book, tahun 1999 penduduk muslim di Kamboja
mencapai 2.1% dari total penduduk Negara tersebut. Dan di tahun 2008, diperkirakan Muslim di
Kamboja mencapai 321.000 jiwa. Mayoritas Muslim di Kamboja adalah muslim Sunni
bermadzhab Syafi’i yang kebanyakan tinggal di provinsi Kampong Cham, provinsi seluas 9.799
km2 dan didiami 1.680.694 jiwa (data tahun 2008).
Menurut data Pew Research Center tahun 2009, jumlah Muslim di Cambodia mencapai 236 ribu
atau 1,6% dari populasi Negara itu. Namun, menurut Ketua Senat Mahasiswa Muslim Kamboja,
Sles Alfin (Saleh Arifin), populasi Muslim di negaranya diperkirakan mencapai 5%. Kebanyakan
dari mereka ber-etnis Champa dan Melayu yang merupakan etnis minoritas di Kamboja.
Sedangkan situs internet voa-islam menyebut angka yang jauh lebih tinggi, menurut mereka
muslim Kamboja mencapai 6% dari total 11,4 juta jiwa penduduk Kamboja atau setara dengan
680.000 jiwa.
Ini kalau jadinya berangkat ke Vietnam… Temanya bisa dikembangkan dari wishlist di
atas.
Islam Kian Mekar di
Vietnam
REPUBLIKA.CO.ID,
Hidup sebagai Muslim
di negara komunis
seperti Vietnam
ternyata bukanlah hal
sulit. Islam mampu
berkembang pesat di
negara ini. Populasi
umat Islam di Vietnam
kini mencapai 70.700
ribu jiwa dan terdapat
100 masjid di beberapa
bagian negeri tersebut.
Konon, Islam masuk ke Vietnam sejak kekhalifahan Utsman bin Affan. Dikisahkan,
kekhalifahan ini mengirim utusan resminya pertama kali ke Vietnam dan Cina pada 650. Ada
pula yang mengisahkan bahwa Islam sampai ke negara yang beribu kota di Hanoi itu karena
dibawa oleh pedagang Muslim dari Arab, India, Persia, ataupun Asia Tenggara, terutama
Malaysia pada sekitar abad ke-10.
Para pedagang tersebut akan berhenti untuk beristirahat dan berdagang di Vietnam yang saat itu
masih dikuasai Kerajaan Champa sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke Cina. Sisa-sisa
kerajaan itu masih ada di bagian tengah dan selatan Vietnam. Masyarakat dari kerajaan itu sering
disebut sebagai orang-orang Cham.
Dahulu, masyarakat Cham adalah penganut agama Hindu dan telah menguasai bagian tengah dan
selatan Vietnam selama ratusan tahun. Seiring waktu, mereka memeluk agama Islam. Pada akhir
abad ke-15, Kerajaan Champa tergusur ke arah selatan dan lama-lama pengaruhnya semakin
hilang. Saat ini, sekitar 80 persen masyarakat Cham sudah menjadi Muslim.
Jumlah penganut Islam meningkat ketika sultan Malaka memperluas kekuasannya pada 1471
setelah Kerajaan Champa hancur. Namun, Islam tidak menyebar luas di antara penduduk
Vietnam sampai pertengahan abad ke-17. Sementara itu, pada pertengahan abad ke-19, banyak
Muslim Champa di Vietnam yang ber imigrasi ke Kamboja dan menetap di wilayah delta Sungai
Mekong.
Kemudian, pada abad ke-20, Malaysia memberikan pengaruh yang besar kepada Muslim
Vietnam. Literatur keagamaan semakin banyak yang diimpor dari Malaysia. Bahkan, sejumlah
ulama didatangkan dari Malaysia. Mereka memberikan khotbah di masjid-masjid dengan bahasa
Melayu. Pada saat yang sama, semakin banyak pula warga Muslim Vietnam yang pergi ke
Malaysia untuk belajar Islam.
Setelah berdirinya Republik Sosialis Vietnam pada 1976, 55 ribu Muslim Vietnam berimigrasi
ke Malaysia. Sebanyak 1.750 Muslim juga diterima sebagai imigran oleh Pemerintah Yaman dan
tinggal di Ta’izz. Namun, masih ada sejumlah Muslim yang tetap tinggal di Vietnam meski
mereka berada dalam tekanan. Seperti dilaporkan para penulis pada masa itu, sejumlah masjid
ditutup oleh pemerintah sosialis.
Pada 1985, komunitas Muslim Vietnam, khususnya di Ho Chi Minh City, mulai terdiversifikasi.
Mereka tidak hanya orang asli Vietnam, tapi juga berasal dari sejumlah negara, seperti Indonesia,
Malaysia, Pakistan, Yaman, Oman, dan Afrika Utara. Jumlah mereka sekitar 10 ribu orang saat
ini. Menurut kantor berita AFP, pada 2010, jumlah penduduk Muslim di daerah tersebut sekitar
1.300 jiwa. Namun, menurut laman religiouspopulation. com, jumlah umat Islam di Kota Ho Chi
Minh mencapai 5.000 orang.
Secara umum, total populasi Muslim, terutama dari komunitas Cham, di negara yang
berpenduduk 86 juta orang itu sekitar 100 ribu orang. Namun, menurut hasil survei yang
dilakukan The Pew Research Center pada Oktober 2009, jumlah umat Islam di Vietnam
mencapai 71.200 jiwa. Angka itu naik dibandingkan data hasil sensus pada 1999 yang hanya
63.146 jiwa.
Sekitar 77 persen umat Islam di Vietnam menetap di wilayah tenggara, yakni 34 persen di
Provinsi Ninh Thuan, 24 persen di Provinsi Binh Thuan, dan sebanyak 9,0 persen di Kota Ho
Chi Minh. Sekitar 22 persen menetap di wilayah Delta Sungai Mekong, khususnya di Provinsi
An Giang Province. Sisanya, sekitar 1,0 persen Muslim tersebar di wilayah-wilayah lainnya di
negeri itu.
Terdapat dua mazhab besar umat Islam di Vietnam, yaitu Mazhab Sunni dan Mazhab Bani.
Mazhab Sunni tersebar hampir di seluruh penjuru negara. Sedangkan, Mazhab Bani banyak
berkembang di daerah Ninh Thuan dan Binh Thuan. Mazhab ini tidak banyak dikenal oleh umat
Islam di dunia, salah satunya karena dinilai banyak bertentangan dengan ajaran Islam yang
benar.
Belajar Islam dan Makanan Halal
Sebagai kelompok minoritas di Vietnam, kaum Muslim memilih untuk tidak terlalu menonjol.
“Kami hanya mengamalkan dan menjalankan ajaran agama Islam. Kami tak peduli dengan
urusan berbau politik,” ujar Haji Mousa (52), pengelola sebuah madrasah, seperti dikutip laman
muslimvillage.com.
Mousa fasih berbahasa Melayu dan mengenal bahasa Arab. Menurut Mousa, imam-imam yang
tampil sebagai pemimpin umat Islam lebih banyak belajar di Vietnam. Beberapa imam dari luar
negeri, terutama dari Malaysia, juga sering datang ke negaranya.
Kini, di negara itu juga sudah ada Alquran dengan terjemahan bahasa Vietnam. Sementara,
jumlah masjid di seluruh penjuru Vietnam mencapai sekitar 100 buah. Sekitar 16 masjid di
antaranya terdapat di Kota Ho Chi Minh. Kebanyakan dari masjid tersebut didanai oleh negaranegara Muslim. Salah satunya, yaitu Masjid Jamiul Anwar, yang dibangun pada 2006. Masjid itu
didanai oleh Uni Emirat Arab dan Palang Merah.
Meski mendapatkan dukungan dari Timur Tengah, hubungan erat umat Islam di Vietnam justru
lebih terjalin dengan Malaysia dan Indonesia. Hal ini karena mereka merasa lebih dekat secara
kultural. Hubungan erat itu dimulai sekitar 20 tahun lalu saat Vietnam secara bertahap membuka
diri secara ekonomi.
Seorang Muslim bernama Hachot mengaku dirinya tak merasa menjadi bagian dari masyarakat
Vietnam yang lebih luas meskipun pemerintah telah membantu membangun kembali rumahnya
beberapa tahun lalu. Menurut dia, sikap kelompok mayoritas, yakni etnis Kinh terhadap umat
Islam yang beretnis Champ, amat beragam. “Beberapa Kinh mengatakan Champ kotor karena
keberatan dengan sikap Muslim yang mengharamkan daging babi,” katanya.
Pada masa-masa awal kemunculan Islam, makanan halal memang sulit ditemukan di Vietnam.
Namun, kini seiring meningkatnya jumlah penduduk dan turis Muslim yang kebanyakan dari
Singapura, Indonesia, dan Malaysia, banyak restoran halal yang dibuka di Hanoi dan Ho Chi
Minh City.
Bahkan, ada website khusus yang dibuat untuk menyediakan informasi tentang semua restoran
halal yang ada di Vietnam, yaitu gohalalplanet-vietnam. com. Mereka juga menawarkan produk
halal ke seluruh negara tersebut.
Website ini bisa membantu mempromosikan tur halal di wilayah tersebut. Selain itu, sekarang
ser tifikasi halal diberlakukan ketat di negeri ini. Negeri yang perekonomiannya mulai
menggeliat ini mulai menyasar ekspor ke negara-negara mayoritas Muslim.
Mohammed Omar, auditor utama Badan Sertifikasi Halal Vietnam (Viet Nam HCA),
mengatakan pasar halal global memiliki nilai sebesar 2,77 triliun dolar AS. “Sertifikasi halal
adalah skema global untuk produk atau jasa. Ini adalah proses independen untuk memverifikasi
bahan halal dan haram, serta kondisi kemurnian diperlukan un tuk memenuhi standar Alquran
dan syariah,” ujar Omar.
Pada abad ke-20, Malaysia memberikan pengaruh yang besar kepada Muslim Vietnam. Literatur
keagamaan semakin banyak yang diimpor dari Malaysia. Bahkan, sejumlah ulama didatangkan
dari Malaysia. Mereka memberikan khotbah di masjid-masjid dengan bahasa Melayu. Pada saat
yang sama, semakin banyak pula warga Muslim Vietnam yang pergi ke Malaysia untuk belajar
Islam.
Setelah berdirinya Republik Sosialis Vietnam pada 1976, 55 ribu Muslim Vietnam berimigrasi
ke Malaysia. Sebanyak 1.750 Muslim juga diterima sebagai imigran oleh Pemerintah Yaman dan
tinggal di Ta’izz. Namun, masih ada sejumlah Muslim yang tetap tinggal di Vietnam meski
mereka berada dalam tekanan. Seperti dilaporkan para penulis pada masa itu, sejumlah masjid
ditutup oleh pemerintah sosialis.
Pada 1985, komunitas Muslim Vietnam, khususnya di Ho Chi Minh City, mulai terdiversifikasi.
Mereka tidak hanya orang asli Vietnam, tapi juga berasal dari sejumlah negara, seperti Indonesia,
Malaysia, Pakistan, Yaman, Oman, dan Afrika Utara. Jumlah mereka sekitar 10 ribu orang saat
ini. Menurut kantor berita AFP, pada 2010, jumlah penduduk Muslim di daerah tersebut sekitar
1.300 jiwa. Namun, menurut laman religiouspopulation. com, jumlah umat Islam di Kota Ho Chi
Minh mencapai 5.000 orang.
Secara umum, total populasi Muslim, terutama dari komunitas Cham, di negara yang
berpenduduk 86 juta orang itu sekitar 100 ribu orang. Namun, menurut hasil survei yang
dilakukan The Pew Research Center pada Oktober 2009, jumlah umat Islam di Vietnam
mencapai 71.200 jiwa. Angka itu naik dibandingkan data hasil sensus pada 1999 yang hanya
63.146 jiwa.
Sekitar 77 persen umat Islam di Vietnam menetap di wilayah tenggara, yakni 34 persen di
Provinsi Ninh Thuan, 24 persen di Provinsi Binh Thuan, dan sebanyak 9,0 persen di Kota Ho
Chi Minh. Sekitar 22 persen menetap di wilayah Delta Sungai Mekong, khususnya di Provinsi
An Giang Province. Sisanya, sekitar 1,0 persen Muslim tersebar di wilayah-wilayah lainnya di
negeri itu.
Download