TESIS PENGARUH TINGKAT BUNGA PASAR, TINGKAT BUNGA KUPON DAN WAKTU JATUH TEMPO OBLIGASI TERHADAP HARGA OBLIGASI DI BURSA EFEK INDONESIA I GUSTI NGURAH SATRIA WIJAYA NIM : 1090662011 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 1 PENGARUH TINGKAT BUNGA PASAR, TINGKAT BUNGA KUPON DAN WAKTU JATUH TEMPO OBLIGASI TERHADAP HARGA OBLIGASI DI BURSA EFEK INDONESIA Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Manajemen Program Pascasarjana Universitas Udayana I GUSTI NGURAH SATRIA WIJAYA NIM : 1090662011 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 2 Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 03 OKTOBER 2014 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Luh Gede Sri Artini, SE.,M.Si 19720804 199702 2 001 Dr. I.B. Panji Sedana, SE.,M.Si NIP. 19590603 198601 1 001 Mengetahui Direktur Manajemen Program Pascasarjana Universitas Udayana, Ketua Program Studi Magister Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) Dr. Desak Ketut Sintaasih, SE., M.Si.. NIP. 19590215 198510 2 001 NIP. 19590801 198601 2 001 3 TesisIniTelahDiujiPada Tanggal 30 September 2014 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No :3381/H14.4/HK/2014 Tanggal : 25 Agustus 2014 Ketua :Dr. I.B. PanjiSedana SE., MSi. Anggota : 1. Dr. LuhGede Sri Artini, SE.,MSi. 2. Prof. Dr. I.G.B. Wiksuana, SE., MS. 3. Prof. Dr. L.P. Wiagustini, SE.,MSi. 4 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT NAMA NIM PROGRAM STUDI JUDUL TESIS : I GUSTI NGURAH SATRIA WIJAYA, ST : 1090662011 : MAGISTER MANAJEMEN : PENGARUH TINGKAT BUNGA PASAR, TINGKAT BUNGA KUPON, DAN WAKTU JATUH TEMPO OBLIGASI TERHADAP HARGA OBLIGASI DI BURSA EFEK INDONESIA Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini Maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku Denpasar, 10 Oktober 2014 (I.G.N. Satria Wijaya, ST.) 5 UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena hanya atas asung wara nugraha-Nya, tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankalah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ida Bagus Panji Sedana, SE., M.Si. sebagai pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, dan saran selama penulis mengikuti program Magister Manajemen, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. Luh Gede Sri Artini, SE., M.Si. sebagai pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terimakasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE., M.S. sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti Program Magister. Pada kesempatan ini, penulis 6 juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. Desak Ketut Sintaasih, SE., M.Si. sebagai Ketua Program MM Unud. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Ayah dan Ibu yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis sekeluarga. 7 ABSTRAK PENGARUH TINGKAT BUNGA PASAR, TINGKAT BUNGA KUPON DAN WAKTU JATUH TEMPO OBLIGASI TERHADAP HARGA OBLIGASI DI BURSA EFEK INDONESIA Penelitian tentang obligasi dirasakan masih terbatas dibandingkan penelitian mengenai saham di Indonesia. Obligasi bisa menjadi salah satu jenis aset yang cukup menarik, karena obligasi mampu memberikan pendapatan tetap bagi investor yang kurang menyukai risiko dan bisa dijadikan alternatif investasi selain saham. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat bunga pasar, tingkat bunga kupon dan waktu jatuh tempo obligasi terhadap harga obligasi di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah semua obligasi korporasi yang listed diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah dengan metode purposive sampling yaitu metode pemilihan sampel dengan kriteria tertentu maka jumlah sampel adalah sebanyak 115 obligasi. Data penelitian merupakan data sekunder diperoleh dari Indonesia Bond Pricing Agency tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Pengujian hipotesis penelitian digunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan alat bantu aplikasi SPSS versi 13.0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Tingkat bunga pasar secara signifikan berpengaruh negatif terhadap perubahan harga obligasi. (2) Tingkat bunga kupon secara signifikan berpengaruh positif terhadap perubahan harga obligasi. (3) Jangka waktu jatuh tempo secara signifikan berpengaruh negatif terhadap perubahan harga obligasi. Kata Kunci : Tingkat Bunga Pasar, Tingkat Bunga Kupon, Jangka Waktu Jatuh Tempo, Harga Obligasi, 8 ABSTRACT THE EFFECT OF MARKET INTEREST RATE, COUPON, MATURITY BOND FOR BOND PRICE IN INDONESIA STOCK EXCHANGE Research on perceived bond is still limited compared to research on stocks in Indonesia. bonds could be one type of asset is quite interesting, because it is able to provide fixed-income bonds for investors who do not like the risk and can be used as an alternative investment than shares. This study aims to determine the effect of market interest rates, the interest rate coupon and maturing bonds against bond prices in Indonesia Stock Exchange. The population in this study are all listed corporate bonds traded on the Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2009 until 2011. Method used to determine the sample is purposive sampling method is the method of selecting a sample with a certain criteria then the sample size is as much as 115 bonds. The research data is secondary data obtained from the Indonesia Bond Pricing Agency in 2009 until 2011. Testing hipothesis study used multiple linear regression analysis technique with an application tool SPSS version 13.0. The results showed that: (1) Market interest rate is significantly negative effect on bond price changes. (2) Coupon is significantly positive effect on bond price changes. (3) Maturity significantly negative effect on bond price changes. Keywords: Market Interest Rate, Coupon Rate, Maturity, Bond Prices, 9 DAFTAR ISI SAMPUL DALAM……………………………………………………………... i PRASYARAT GELAR…………………………………………………………. ii LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………...... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI…………………………………………..… iv PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………………………...… v UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………….… vi ABSTRAK……………………………………………………………………… viii DAFTAR ISI……………………………………………………………………. x DAFTAR TABEL……………………………………………………………..... xii DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….… xiii DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. xiv BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….… 1.1 Latar Belakang………………………………………………………………. 1 1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….... 9 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………………………………. 10 1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………………... 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………... 2.1 Kajian Pustaka………………………………………………………………. 12 2.2 Tinjauan Penelitian Sebelumnya……………………………………………. 30 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL, & HIPOTESIS PENELITIAN………………………………………………………..... 3.1 Kerangka Berpikir………………………………………………………….... 34 3.2 Kerangka Konseptual……………………………………………………….. 35 3.3 Hipotesis Penelitian…………………………………………………………. 36 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN……………………………………….. 4.1 Rancangan Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian……………………..... 41 4.2 Variabel Penelitian…………………………………………………………... 41 10 4.3 Pengumpulan Data…………………………………………………………... 43 4.4 Metode Analisis Data………………………………………………………... 44 BAB V HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN.………………………….… 5.1 Hasil Penelitian…………….……….....…………………….....………….… 5.1.1 Deskripsi Variabel……………………………………………………..…... 49 5.1.2 Uji Asumsi Klasik……………………………………………………..…... 51 5.1.3 Analisis Regresi Linier Berganda……………………………………..…... 55 5.2 Pembahasan.....…………….……….....…………………….....…….……… 5.2.1 Pengaruh Suku Bunga Pasar (BI Rate) terhadap Harga Obligasi….……... 58 5.2.2 Pengaruh Tingkat Bunga Kupon Obligasi terhadap Harga Obligasi… 59 5.2.3 Pengaruh Waktu Jatuh Tempo Obligasi terhadap Harga Obligasi.. ……... 60 5.3 Implikasi Penelitian…………………………….…………………………... 61 BAB VI SIMPULAN & SARAN……………………………………………… 6.1 Simpulan…………….……….....……………..……….....………………… 64 6.2 Saran………………………………………………………………………... 65 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 67 LAMPIRAN…………………………………………………………………….. 70 11 DAFTAR TABEL No Tabel Halaman 1.1 Perkembangan Pasar Obligasi di Indonesia dari tahun 2008-2011………… 2 1.2 Perkembangan BI Rate dari tahun 2008-2011……………………………... 5 5.1 Statistik Deskriptif Variabel Tingkat Bunga Kupon, Waktu Jatuh Tempo, Tingkat Bunga Pasar, dan Harga Obligasi………………...………………...………. 49 5.2 Hasil Uji Normalitas………………...………..……………..……..……..… 52 5.3 Hasil Uji Multikolinieritas………………...………………...………..……... 53 5.4 Hasil Uji Autokorelasi………………...………………...………..……... 54 5.5 Hasil Uji Regresi Linier Berganda………………...………...………..……... 55 5.6 Pengujian Goodness of Fit Model (Uji F) ………………...………..……..... 56 5.7 Koefisien Determinansi………………...………..……………..……..…….. 57 12 DAFTAR GAMBAR No Gambar Halaman 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian……………………………………..………… 34 3.2 Kerangka Konseptual Penelitian……………..……………………………... 35 5.1 Hasil Uji Heterokedatisitas…………..…..…………………………….......... 53 13 DAFTAR LAMPIRAN No Lampiran Halaman 1 Rangkuman Beberapa Penelitian Sebelumnya……...……..…..………… 70 2 Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda..........…………..…..………… 74 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Pasar modal berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediaries), fungsi ini menunjukkan peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal. Dengan demikian, dana yang berasal dari investor dapat digunakan secara produktif oleh perusahaanperusahaan di pasar modal (Tandelilin, 2010). Ada berbagai macam sekuritas di pasar modal Indonesia dan investor diberi kesempatan untuk memilih di antara berbagai sekuritas tersebut. Salah satu jenis sekuritas yang bisa dijadikan alternatif investasi selain saham adalah obligasi. Bagi investor yang kurang menyukai risiko, obligasi bisa menjadi salah satu jenis aset yang cukup menarik, karena obligasi mampu memberikan pendapatan tetap bagi investor, walaupun dalam kenyataannya di Indonesia perkembangan obligasi masih relatif lamban dibanding perkembangan saham, investor kiranya tetap dapat 15 menjadikan obligasi sebagai alternatif investasi selain saham, dalam membentuk portofolio (Tandelilin, 2010). Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang menjanjikan kepada pemegangnya pembayaran sejumlah uang tetap pada suatu tanggal jatuh tempo di masa mendatang disertai dengan pembayaran bunga secara periodik. Jumlah tetap yang dibayarkan pada waktu jatuh tempo (maturity) merupakan pokok pinjaman (principal) obligasi, yang juga disebut nilai nominal atau nilai par ( par value atau face value). Pembayaran bunga secara periodik disebut kupon (coupon) (Tandelilin, 2010). Tabel 1.1 Perkembangan Pasar Obligasi di Indonesia dari tahun 2008-2011 Tahun Emiten Jumlah Penawaran Nilai Penawaran Obligasi Obligasi (Milyaran) 2008 20 34 14.100 2009 28 36 31.090 2010 24 29 36.597 2011 36 40 45.836 Sumber : Annual Report Badan Pengawas Pasar Modal & Lembaga Keuangan 2008-2011 Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa perkembangan pasar obligasi di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Terutama terjadi peningkatan yang cukup tajam di Tahun 2011 dibandingkan tahun sebelumnya yaitu terdapat 40 jumlah penawaran dari emiten dengan nilai penawaran sebesar 16 Rp. 45.836.000.000.000 dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp. 36.597.000.000.000. Return bagi pembeli (pemegang obligasi) secara umum berbeda dengan return saham. Bagi pemegang obligasi, pemegang obligasi pasti akan memperoleh kupon sebagai pembayaran bunga atas obligasi yang dibelinya, sedangkan bagi pemegang saham akan memperoleh dividen apabila perusahaan memutuskan untuk membagikan dividen. Return yang berupa capital gain juga mungkin diperoleh oleh pemegang obligasi, apabila obligasi dibeli pada harga par dan dijual pada harga premium maka akan memberikan return bagi pemegangnya. Investasi obligasi tidak hanya cukup untuk menghitung return obligasi tersebut, risiko dari suatu investasi juga perlu diperhitungkan. Obligasi mempunyai risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan saham, tetapi obligasi tetap merupakan aktiva berisiko. Risiko obligasi adalah kemungkinan obligasi tidak terbayar ( default ) sehingga peringkat obligasi dapat digunakan sebagai proksi dari risiko obligasi. Return dan risiko merupakan dua hal yang tidak dapat terpisah, karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini. Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar return yang harus dikompensasikan, begitupun berlaku sebaliknya (Hartono, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi harga obligasi relatif berbeda dengan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Hal ini dapat terjadi karena obligasi memiliki karakteristik tertentu yang berbeda dengan saham. Faktor khusus yang pasti hanya dapat mempengaruhi harga obligasi adalah tingkat suku 17 bunga pasar, likuiditas obligasi, callability, kupon, jangka waktu jatuh tempo (maturity), dan kualitas / rating / peringkat obligasi (Tandelilin, 2010). Faktorfaktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat bunga pasar, kupon, dan maturity. Hal ini dikarenakan untuk faktor kupon dan maturity merupakan karakteristik utama dari obligasi, faktor tingkat bunga pasar merupakan faktor ekonomi makro yang mempengaruhi secara langsung terhadap bunga dan harga obligasi. Harga obligasi sangat dipengaruhi oleh faktor tingkat bunga pasar yang berlaku. Tingkat bunga dapat berhubungan dengan harga aset dengan menggunakan konsep nilai sekarang (present value). Misalkan aset yang dimiliki kemudian dijual, maka harga pasarnya pada aliran pendapatan di masa depan dan suku bunga. Keduanya dapat disatukan sehingga menghasilkan nilai sekarang dari aset. Umumnya, ketika suku bunga naik maka nilai saham, surat obligasi, perumahan, dan banyak aset jangka panjang lainnya menurun (Samuelson dan Nordhaus, 2001). Jika tingkat bunga pasar yang berlaku mengalami penurunan, maka harga obligasi akan meningkat. Penyebabnya adalah karena adanya risiko tingkat suku bunga (interest rate risk) yaitu risiko penurunan harga obligasi akibat kenaikan tingkat suku bunga (Brigham, 2006). Jika risiko obligasi perusahaan meningkat, permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun, sebaliknya penurunan risiko obligasi perusahaan meningkatkan permintaan obligasi perusahaan sehingga harga obligasi perusahaan meningkat (Mishkin, 2007). 18 Tabel 1.2 Perkembangan BI Rate dari tahun 2008-2011 Tahun Triwulan BI Rate (%) Rata-rata Triwulan 2008 2009 2010 2011 I 8.00 II 8.25 III 9.00 IV 9.42 I 8.25 II 7.25 III 6.58 IV 6.50 I 6.50 II 6.50 III 6.50 IV 6.50 I 6.67 II 6.75 III 6.75 IV 6.17 Rata-rata Tahunan 8.67 7.15 6.5 6.58 Sumber : www.bi.go.id Berdasarkan Tabel 1.2, secara keseluruhan suku bunga BI mengalami kecenderungan penurunan dari Tahun 2008 sampai Tahun 2011, sehingga secara teoritis akan mengakibatkan kenaikan harga obligasinya. Pencapaian kondisi dan indikator makroekonomi yang baik itulah yang akhirnya membawa Indonesia merebut kembali peringkat layak investasi (investment grade) dari lembaga pemeringkat Fitch Rating di akhir tahun 2011 setelah selama lebih dari 14 tahun 19 Indonesia kehilangan level tersebut. Fitch rating menaikkan sovereign rating Indonesia sebanyak satu notch dari level BB+ ke level BBB-. Peningkatan level tersebut jelas memiliki dampak yang massif dan signifikan bagi masuknya aliran dana asing ke pasar domestik. Investor global kembali melirik Indonesia sebagai tempat penempatan dana di tengah kondisi perekonomian Amerika Serikat yang melemah dan krisis utang di Eropa yang semakin memburuk. Akibatnya, kondisi likuiditas pasar menjadi berlimpah. Tingginya likuiditas tersebut dijawab oleh pemerintah maupun swasta dengan melakukan penerbitan / emisi obligasi baru. Sepanjang tahun 2011, emisi obligasi korporasi mencapai Rp45,80 triliun naik +14,90%. Jumlah seri obligasi yang diterbitkanpun mengalami kenaikan. Menariknya, tingginya permintaan dan likuiditas pasar telah mendorong setiap penerbitan obligasi korporasi baru selalu oversubscribed. Sumber : IBPA Annual Report 2011 Kupon merupakan pendapatan suku bunga yang akan diterima oleh pemegang obligasi sesuai perjanjian dengan penerbit obligasi tersebut. Biasanya pembayaran kupon tersebut dilakukan secara periode tertentu, bisa berjangka waktu kuartal, semesteran, atau tahunan (Rahardjo, 2003). Pembayaran kupon ini ditentukan sebelumnya sampai masa jatuh tempo obligasi tersebut. Obligasi yang mempunyai kupon tinggi di atas rata–rata suku bunga deposito dan rata–rata kupon obligasi lainnya bisa sangat diminati oleh banyak investor, oleh karena itu bila kupon obligasi tersebut cukup tinggi maka harga obligasi cenderung semakin meningkat, sebaliknya apabila tingkat kupon obligasi yang diberikan relatif kecil, harga 20 obligasi tersebut cenderung turun karena daya tarik untuk investor atau bagi calon pembeli obligasi tersebut sangat sedikit (Krisnilasari, 2007). Jika ekspektasi keuntungan obligasi perusahaan meningkat, permintaan pada obligasi perusahaan tersebut meningkat sehingga harga obligasi perusahaan meningkat. Sebaliknya apabila ekspektasi keuntungan obligasi perusahaan menurun, permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun (Mishkin, 2007). Hal yang harus diingat dalam membahas faktor waktu jatuh tempo (maturity) suatu obligasi adalah bahwa semakin lama masa jatuh tempo obligasi, akan semakin tinggi tingkat risiko investasi. Hal ini disebabkan karena dalam masa atau periode yang begitu lama, risiko kejadian buruk atau peristiwa yang menyebabkan kinerja perusahaan menurun bisa saja terjadi (Rahardjo, 2003). Jika risiko obligasi perusahaan meningkat, permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun. Dan sebaliknya, penurunan risiko obligasi perusahaan meningkatkan permintaan obligasi perusahaan sehingga harga obligasi perusahaan meningkat (Mishkin, 2007). Berikut adalah hasil-hasil penelitian terdahulu dari masing-masing faktor yang diteliti. Faktor pertama adalah tingkat bunga pasar. Menurut Chopin (1998) menyatakan bahwa Tresury Security (obligasi yang mempunyai jangka waktu lebih pendek) memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dibandingkan municipal bond (obligasi yang mempunyai jangka waktu lebih panjang) dan memiliki biaya bunga lebih rendah untuk mendanai kebutuhan dana pemerintah sehingga meningkatkan harga obligasi. Widajati (2009) menyatakan bahwa tingkat bunga 21 SBI mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap harga obligasi. Sukanto (2009) juga menyatakan bahwa bunga deposito berpengaruh signifikan negatif terhadap harga obligasi. Hasil berbeda didapatkan oleh Nurfauziah dan Setyarini (2004), yang menyatakan bahwa variabel tingkat suku bunga memiliki korelasi yang negatif terhadap yield obligasi. Siahaan (2007) menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan harga obligasi. Faktor berikutnya yang dapat mempengaruhi harga obligasi adalah tingkat bunga kupon. Kempf dan Homburg (2000) menyatakan bahwa selain likuiditas harga obligasi juga tergantung pada tingkat diskonto. Nilai kupon yang tinggi akan menyebabkan obligasi menarik bagi investor sehingga berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Livingston (1987) yang menyatakan jika obligasi tersebut memiliki kupon yang rendah, akan memiliki cheapness in delivery (pelepasan harga yang murah) dalam jatuh tempo yang tetap. Krisnilasari (2007) dan Siahaan (2007) juga menyatakan bahwa kupon berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Waktu jatuh tempo obligasi merupakan faktor ketiga yang diteliti dalam penelitian ini. Menurut Elton dan Green (1998) menyatakan bahwa perubahan harga obligasi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap obligasi yang mempunyai jatuh tempo lama. Bhojraj dan Sengupta (2003) menyatakan bahwa years to maturity berpengaruh terhadap yield obligasi. Chopin (1998) dan Krisnilasari (2007) juga menyatakan bahwa waktu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return obligasi. Hasil yang berbeda didapatkan oleh Rodriguez (1988) yang menyatakan yield spread mungkin meningkat atau menurun secara 22 monoton dengan jatuh temponya atau yield spread tersebut meningkat di beberapa interval jatuh tempo dan kemudian menurun di interval maturity lainnya. Menurut Chakravarty and Sarkar (1999), faktor risiko merupakan faktor yang penting pada pasar obligasi perusahaan dan municipal yaitu kenaikan penyebaran harga bidask terjadi di sisa waktu jatuh tempo atau maturity suatu obligasi. Penyebaran harga bid-ask obligasi korporasi juga meningkatkan risiko kredit dan umur obligasi. Beberapa temuan empiris tersebut mengindikasikan masih terjadi perbedaan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga obligasi sehingga menghasilkan gap hasil penelitian dan merupakan isu yang masih kontroversial. Berdasarkan dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang berbeda dengan kajian teori yang sudah ada dari hubungan tiga variabel tersebut dengan harga obligasi maka merupakan hal yang sangat menarik dilakukan pengujian empirik kembali untuk menegaskan hubungan antara faktor-faktor ( suku bunga, bunga kupon, dan maturity ) yang mempengaruhi harga obligasi serta adanya kecenderungan peningkatan dalam berinvestasi obligasi di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian pada tahun 2009 sampai dengan 2011. 1.2 Rumusan Masalah Adapun pertanyaan penelitian (research question) yang dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah suku bunga pasar (BI Rate) berpengaruh signifikan terhadap harga obligasi di Bursa Efek Indonesia? 23 2) Apakah tingkat bunga kupon (coupon) berpengaruh signifikan terhadap harga obligasi di Bursa Efek Indonesia? 3) Apakah waktu jatuh tempo (maturity) berpengaruh signifikan terhadap harga obligasi di Bursa Efek Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh suku bunga pasar (BI Rate) terhadap harga obligasi di Bursa Efek Indonesia. 2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh tingkat bunga kupon (coupon rate) terhadap harga obligasi di Bursa Efek Indonesia. 3) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh jangka waktu jatuh tempo (maturity) terhadap harga obligasi di Bursa Efek Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. Manfaat - manfaat tersebut antara lain: 1) Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan bukti empirik tentang faktorfaktor yang mempengaruhi harga obligasi dan memberikan referensi untuk penelitian di masa mendatang tentang faktor-faktor yang mempengaruhi obligasi. 2) Manfaat praktis 24 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi perusahaan penerbit obligasi yaitu dalam memberikan masukan mengenai faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi obligasi dan bagi investor yang tertarik untuk berinvestasi pada obligasi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bahkan panduan untuk berinvestasi di instrumen obligasi sehingga dapat memilih suatu obligasi yang tepat dan memberikan keuntungan yang maksimum. 25 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konsep Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga (interest rate) merupakan salah satu variabel ekonomi yang sering dipantau oleh para pelaku ekonomi. Tingkat suku bunga dipandang memiliki dampak langsung terhadap kondisi perekonomian. Berbagai keputusan yang berkenaan dengan konsumsi, tabungan, dan investasi terkait erat dengan kondisi tingkat suku bunga. Konsep mengenai tingkat suku bunga terdiri dari berbagai macam pendekatan. Pertama adalah konsep tentang real interest rate, yaitu tingkat suku bunga yang merupakan tingkat suku bunga nominal dikurangi dengan tingkat inflasi. Kedua adalah konsep atau pendekatan yang dikenal sebagai yield to maturity. Yield to maturity dipandang sebagai konsep yang dapat menjelaskan tingkat suku bunga dengan lebih akurat dan diartikan sebagai tingkat suku bunga yang diperoleh dari present value (PV) atas penerimaan cash flow instrumen hutang yang dinilai dengan nilai saat ini. 1) Konsep Present Value Konsep present value didasarkan atas imbas hasil simpanan dana yang diberikan oleh perbankan. Simpanan dana di perbankan di masa mendatang tidak akan tetap sebesar nilai nominal awal simpanan, tetapi nilai simpanan ditambah dengan tingkat suku bunga yang diberikan sebagai imbas hasil. Dengan kata lain 26 sejumlah uang saat ini lebih bernilai jika dibandingkan dengan jumlah uang yang sama namun dibayarkan pada masa mendatang. Proses menghitung nilai saat ini atas sejumlah uang yang akan diterima di masa mendatang disebut sebagai discounting the future value. Konsep present value diformulasikan sebagai berikut : ........................................................................................(1) Keterangan : PV CF i n : Present value : Cash flow : Annual interest rate : Jangka Waktu Tingkat bunga dapat berhubungan dengan harga aset dengan menggunakan konsep nilai sekarang (present value). Misalkan aset yang dimiliki kemudian dijual, maka harga pasarnya pada aliran pendapatan di masa depan dan suku bunga. Dengan menyatukan keduanya akan dapat menghasilkan nilai sekarang dari aset. Umumnya, ketika suku bunga naik maka nilai saham, surat obligasi, perumahan, dan banyak aset jangka panjang lainnya menurun (Samuelson dan Nordhaus, 2001). 2) Tingkat Suku Bunga Nominal dan Tingkat Suku Bunga Riil Tingkat suku bunga nominal adalah tingkat suku bunga yang tidak memperhitungkan nilai inflasi. Tingkat suku bunga riil adalah tingkat suku bunga yang memperhitungkan inflasi, sehingga perhitungan tingkat suku bunga tersebut lebih mencerminkan cost of borrowing yang sebenarnya (Mishkin, 2007) 27 Tingkat suku bunga riil yang memperhitungkan ekspetasi perubahan tingkat harga disebut sebagai ex ante real interest rate. Sedangkan tingkat suku bunga riil yang memperhitungkan tingkat harga aktual disebut sebagai ex post real interest rate. Tingkat suku bunga riil. tingkat suku bunga, dan inflasi dihubungkan oleh persamaan fisher (fisher equation) sebagai berikut : ………………………………………………………(2) .………………………………………………………(3) Pada saat tingkat suku bunga riil rendah maka borrowing cost juga menjadi rendah, sehingga insentif untuk meminjam lebih besar jika dibandingkan dengan insentif memberi pinjaman. 2.1.2 Pengertian Obligasi Obligasi dapat didefinisikan sebagai utang jangka panjang yang akan dibayar kembali pada saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap (memiliki bunga). Berdasarkan definisi ini dapat dimengerti bahwa obligasi adalah adalah suatu utang atau kewajiban jangka panjang (bond), sedang utang jangka pendek disebut dengan bill. Nilai utang dari obligasi akan dibayarkan pada saat setiap jatuh temponya dan dinyatakan didalam surat hutangnya. Obligasi mempunyai jatuh tempo, berarti mempunyai lama waktu pelunasannya yang sudah ditentukan. Bunga obligasi adalah tetap (apabila memiliki bunga). Obligasi yang membayar bunga besarnya tetap, maka obligasi dikenal juga sebagai sekuritas pendapatan tetap, walaupun kebanyakan obligasi memberikan bunga tetap, ada juga obligasi yang tidak membayar bunga (Hartono 2010). 28 Pengertian lain tentang obligasi adalah efek pendapatan tetap yang diperdagangkan di masyarakat dimana penerbitnya setuju untuk membayar sejumlah bunga tetap untuk jangka waktu tertentu dan akan membayar kembali jumlah pokoknya pada jatuh tempo (Ang, 1997). Menurut Arifin (2005) obligasi adalah instrumen hutang jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan atau negara untuk mendapatkan sejumlah dana dari berbagai kelompok pemberi pinjaman. Kebanyakan obligasi membayar bunga setiap semester pada tingkat coupon tertentu dan memiliki jatuh tempo antara 5 sampai dengan 30 tahun dimana saat itu pemegang obligasi akan menerima pelunasan sesuai dengan nilai par. Menurut Priambodo (2006) obligasi merupakan instrumen utang yang berisi janji dari pihak yang mengeluarkan obligasi untuk membayar pemilik obligasi sejumlah nilai pinjaman beserta bunga. 2.1.3 Karakteristik Obligasi Secara umum, obligasi baik obligasi perusahaan maupun obligasi negara memiliki tiga karakteristik yaitu nilai nominal, kupon, dan jatuh tempo (Tandelilin, 2010). 1) Nilai nominal (nominal value / face value / par value) Nilai nominal menunjukkan besarnya nilai rupiah obligasi yang diterbitkan. Tidak seperti saham yang mempunyai nilai nominal kecil dalam ratusan rupiah nominal obligasi adalah besar, namun obligasi umumnya diterbitkan dalam berbagai pecahan nilai nominal kecil yang disebut denominasi. 29 2) Kupon (coupon) Kupon merupakan bunga yang dibayar secara regular oleh penerbit obligasi kepada pemegangnya. Kupon obligasi ditetapkan dalam persentase tahunan dari nominal dan dibayarkan pada interval waktu tertentu. Di pasar modal Indonesia, pembayaran kupon ditetapkan tiga bulanan atau setengah tahunan, sedangkan obligasi negara umumnya membayar kupon setengah tahunan. Kupon obligasi boleh juga ditetapkan nol atau tidak membayar kupon (zero coupon bonds) 3) Jatuh tempo (maturity) Jatuh tempo merupakan tanggal ketika pemegangnya akan menerima uang pokok pinjaman yang jumlahnya sebesar nilai nominalnya. Tanggal jatuh tempo bervariasi dari 1 tahun sampai lebih dari 10 tahun. 2.1.4 Harga Obligasi Harga dari obligasi merupakan hasil jumlah present value dari arus kas yang diharapkan selama periode dari obligasi tersebut, oleh karenanya dalam menentukan harga obligasi maka perlu ditentukan atau diestimasikan nilai dari arus kas selama periode dan estimasi dari yield yang diharapkan. Arus kas dari obligasi investor yaitu kupon dan nilai dari obligasi pada saat jatuh tempo (Manurung, 2010). Secara matematik harga obligasi sebagai berikut : ∑ ……………………………………………(4) 30 Keterangan : = harga obligasi = kupon obligasi pada periode t = nilai obligasi pada periode t r = tingkat yield yang diharapkan t = 1, 2, ....., n Persamaan 3.4 dapat diinterpretasikan bahwa harga obligasi bahwa harga obligasi merupakan hasil jumlah present value dari kupon yang terdapat pada suku pertama pada sebelah kanan dari persamaan 3.4 dan present value nilai pada jatuh tempo yang terdapat pada suku kedua pada sebelah kanan dari persamaan 3.4 2.1.5 Pendapatan Obligasi Obligasi mempunyai 2 istilah yang terkait dengan karakteristik pendapatan suatu obligasi, yaitu yield obligasi (bond yield) dan bunga obligasi (bond interest rate). Kedua istilah tersebut pada dasarnya memiliki konsep yang sama, karena kedua istilah tersebut sama-sama menggambarkan pendapatan yang akan diperoleh jika investor menginvestasikan dananya pada sekuritas obligasi. Bunga obligasi bisa diartikan sebagai harga atau imbalan yang dibayarkan oleh pihak yang meminjam dana, dalam hal ini emiten (penerbit) obligasi, kepada pihak yang memberikan pinjaman dana atau investor obligasi, sebagai kompensasi atas kesediaan investor obligasi meminjamkan dananya bagi perusahaan emiten obligasi. Yield obligasi merupakan ukuran pendapatan obligasi yang akan diterima investor yang cenderung bersifat tidak tetap. Yield obligasi tidak bersifat tetap, 31 karena yield obligasi akan sangat terkait dengan tingkat return yang diisyaratkan investor. Tingkat bunga obligasi dipengaruhi oleh besarnya permintaan dan penawaran atas dana yang akan diinvestasikan dalam obligasi. Tingkat bunga obligasi tergantung pada dua faktor yaitu waktu jatuhnya obligasi dan premi risiko obligasi Ada beberapa ukuran yield obligasi yang dapat digunakan investor yaitu : 1) Nominal yield Adalah tingkat kupon yang diberikan oleh obligasi. Nominal Yield adalah cara mudah untuk menunjukkan karakteristik kupon dari suatu obligasi 2) Current yield Adalah rasio tingkat bunga obligasi terhadap harga pasar dari obligasi tersebut. Current Yield dapat dihitung dengan rumus : CY = Ci/Pm………………………………………………………….(5) Keterangan : CY = current yield obligasi Ci = pembayaran kupon per tahun untuk obligasi Pm = harga pasar obligasi 3) Yield to maturity (YTM) Tingkat return majemuk yang akan diterima investor jika membeli obligasi pada harga pasar saat ini dan menahan obligasi tersebut hingga jatuh tempo. 32 Asumsi pertama adalah bahwa investor akan mempertahankan obligasi tersebut sampai dengan waktu jatuh tempo. Nilai yang didapat jika asumsi ini dipenuhi sering disebut Yield to Maturity (YTM). Asumsi kedua adalah investor menginvestasikan kembali pendapatan yang diperolah dari obligasi pada tingkat YTM yang dihasilkan. Untuk menghitung YTM digunakan persamaan berikut ∑) ( / !"/ # $% !"/ &' …………………………………(6) Keterangan : P = harga obligasi pada saat ini (t=0) n = jumlah tahun sampai dengan jatuh tempo obligasi Ci = pembayaran kupon untuk obligasi I setiap tahunnya YTM = yield to maturity Pr = nilai par dari obligasi Pada persamaan di atas, YTM adalah nilai yang dicari, dengan menggunakan data harga obligasi saat ini, waktu jatuh tempo, kupon dan nilai par obligasi yang diketahui. YTM dapat dicari dengan cara mencoba-coba memasukkan nilai yang paling mendekati atau yang lebih dikenal sebagai Internal Rate of Return (IRR). Nilai YTM yang mendekati dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut: *+ Keterangan : ,-., ,-/, & ……………………………………………………..(7) YTM = nilai YTM yang mendekati Mi P = harga obligai pada saat ini (t=0) n = jumlah tahun sampai dengan jatuh tempo obligasi Ci = pembayaran kupon untuk obligasi i setiap tahunnya Pp = nilai par dari obligasi 33 4) Yield to call (YTC) Adalah yield yang diperoleh pada obligasi yang bisa dibeli kembali (callable) yang berarti bahwa emiten bisa melunasi atau membeli kembali obligasi yang telah diterbitkannya dari tangan investor yang memegang obligasi tersebut sebelum jatuh tempo. YTC dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : ∑ Keterangan : 2 01 & 340 5 & 67 2 340 &8 5 & …………………………………….(8) P = harga pasar obligasi saat ini YTC = Yield To Call Ci = pendapatan kupon per tahun c = periode sampai dengan saat obligasi dilunasi (first call date) Pc = Call price obligasi Nilai YTC yang mendekati, dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : *+ Keterangan : ,8., ,8/, & ……………………………………………………(9) YTC = nilai YTC yang mendekati P = harga obligasi pada saat ini (t=0) n = jumlah tahun sampai dengan yield to call yang terdekat Pc = call price obligasi 5) Realized (horizon) yield Yield yang Terealisasi (horizon) adalah tingkat return yang diharapkan investor dari sebuah obligasi, jika obligasi tersebut dijual kembali oleh investor sebelum waktu jatuh temponya. Yield yang terealisasi (horizon) dapat juga 34 digunakan untuk mengestimasi tingkat return yang dapat diperoleh investor dengan menggunakan strategi perdagangan tertentu. Untuk menghitung Yield yang terealisasi (RY) dapat digunakan ∑ < Keterangan : 01 & 9/:3 2 5 & 6 9/:3 &; 2 5 & ………………………………………(10) P = harga pasar obligasi saat ini RY = yield yang terealisasi (horizon) Ci = pendapatan kupon per tahun h = periode investasi obligasi (dalam tahun) Pf = harga jual obligasi di masa yang akan datang Untuk menghitung nilai RY yang mendekati dapat juga digunakan perhitungan berikut : =* ,>., ; ,>/, & ………………………………………………………(11) Keterangan : RY = nilai yield yang terealisasi (horizon) yang mendekat P = harga obligasi pada saat ini (t=0) h = periode investasi obligasi (dalam tahun) Ci = pendapatan kupon obligasi per tahun Pf = harga jual obligasi di masa yang akan datang Berdasarkan uraian yield dan harga obligasi tersebut maka dapat dikatakan bahwa yield yang semakin tinggi akan membuat harga obligasi semakin rendah. 2.1.6 Teori Permintaan dan Penawaran Obligasi Harga obligasi perusahaan di pasar sekunder terbentuk dari tekanan permintaan dan penawaran yang dilakukan oleh investor. Teori permintaan 35 obligasi perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada Theory of Asset Demand, sedangkan teori penawaran obligasi perusahaan didasarkan pada hipotesis yang dikemukakan oleh Mishkin (2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi harga obligasi perusahaan melalui sisi permintaan ialah: 1) Kekayaan Kekayaan ialah segala yang dimiliki oleh individu, termasuk aset (Mishkin, 2007). Apabila kekayaan investor meningkat, investor berusaha mengalihkan peningkatan aset tersebut pada aset lainnya seperti uang, saham, komoditas, obligasi pemerintah maupun obligasi perusahaan, sehingga peningkatan kekayaan investor meningkatkan permintaan obligasi perusahaan, peningkatan permintaan meningkatkan harga obligasi perusahaan. Apabila kekayaan investor menurun, permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan turun. 2) Ekspektasi keuntungan Ekspektasi keuntungan ialah prediksi tingkat keuntungan suatu aset pada periode selanjutnya (Mishkin, 2007). Jika ekspektasi keuntungan obligasi perusahaan meningkat, permintaan pada obligasi perusahaan tersebut meningkat sehingga harga obligasi perusahaan meningkat. Sebaliknya apabila ekspektasi keuntungan obligasi perusahaan menurun, permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun. Ekspektasi keuntungan pada instrumen investasi lain (subtitusi obligasi perusahaan-seperti obligasi pemerintah, saham, komoditas dan derivatif) turut berpengaruh terhadap permintaan obligasi perusahaan. Pada saat ekspektasi 36 keuntungan subtitusi obligasi perusahaan meningkat sedangkan ekspektasi keuntungan obligasi perusahaan tetap, permintaan pada obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun, sebaliknya saat ekspektasi keuntungan substitusi obligasi perusahaan menurun sedangkan ekspektasi keuntungan obligasi perusahan tetap, permintaan obligasi perusahaan meningkat sehingga harga obligasi perusahaan meningkat. 3) Ekspektasi inflasi Ekpetasi inflasi merupakan prediksi perubahan tingkat harga yang terjadi pada periode mendatang. Ekspektasi inflasi memiliki pengaruh terhadap permintaan investor akan obligasi perusahaan karena inflasi mengancam penurunan nilai riil obligasi perusahaan. Pada saat ekspektasi inflasi meningkat, permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun, sebaliknya saat ekspektasi inflasi menurun, permintaan obligasi perusahaan meningkat sehingga harga obligasi perusahaan meningkat. 4) Risiko Risiko merupakan besaran ketidakpastian terhadap tingkat keuntungan suatu aset (Mishkin, 2007). Jika risiko obligasi perusahaan meningkat, permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun, sebaliknya penurunan risiko obligasi perusahaan meningkatkan permintaan obligasi perusahaan sehingga harga obligasi perusahaan meningkat. Perubahan risiko pada instrumen investasi lain (subtitusi obligasi perusahaanseperti obligasi pemerintah, saham, komoditas dan derivatif) mempengaruhi terhadap permintaan obligasi perusahaan. Jika risiko subtitusi obligasi perusahaan 37 meningkat sedangkan risiko obligasi perusahaan tetap maka permintaan obligasi perusahaan meningkat sehingga harga obligasi perusahaan meningkat, sebaliknya pada saat risiko subtitusi obligasi perusahaan menurun sedangkan risiko obligasi perusahaan tetap, permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun. 5) Likuiditas Likuiditas mengacu pada kecepatan dan kemudahan suatu aset dikonversikan menjadi alat tukar/uang (Mishkin, 2007). Jika likuiditas obligasi perusahaan meningkat, permintaan obligasi perusahaan meningkat sehingga harga obligasi perusahaan meningkat, sebaliknya penurunan likuiditas obligasi perusahaan menurunkan permintaan obligasi perusahaan sehingga harga obligasi perusahaan menurun. Perubahan likuiditas pada instrumen investasi lain (subtitusi obligasi perusahaan-seperti obligasi pemerintah, saham, komoditas dan derivatif) dapat mempengaruhi permintaan obligasi perusahaan. Pada saat likuiditas subtitusi obligasi perusahaan meningkat sedangkan likuiditas obligasi perusahaan tetap maka permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun, sebaliknya saat likuiditas subtitusi obligasi perusahaan menurun sedangkan likuiditas obligasi perusahaan tetap maka permintaan obligasi perusahaan meningkat sehingga harga obligasi perusahaan meningkat. Menurut Mishkin (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi harga obligasi perusahaan melalui sisi penawaran, yaitu : 38 1) Ekspektasi keuntungan Ekspektasi keuntungan ialah prediksi tingkat keuntungan suatu aset pada periode selanjutnya (Mishkin, 2007). Jika ekspektasi keuntungan obligasi perusahaan meningkat, penawaran obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan meningkat, sebaliknya apabila ekspektasi keuntungan obligasi perusahaan menurun, penawaran obligasi perusahaan meningkat sehingga harga obligasi perusahaan menurun. Ekspektasi keuntungan pada instrumen investasi lain (subtitusi obligasi perusahaan-seperti obligasi pemerintah, saham, komoditas dan derivatif) turut berpengaruh terhadap penawaran obligasi perusahaan. Pada saat ekspektasi keuntungan subtitusi obligasi perusahaan meningkat sedangkan ekspektasi keuntungan obligasi perusahaan tetap, penawaran pada obligasi perusahaan meningkat sehingga harga obligasi perusahaan menurun, sebaliknya pada saat ekspektasi keuntungan substitusi obligasi perusahaan menurun sedangkan ekspektasi keuntungan obligasi perusahan tetap, penawaran obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan meningkat. 2) Ekspektasi inflasi Ekspektasi inflasi merupakan prediksi perubahan tingkat harga yang terjadi pada periode mendatang. Ekspektasi inflasi memiliki pengaruh terhadap penawaran obligasi perusahaan karena inflasi mengancam penurunan nilai riil obligasi perusahaan. Pada saat ekspektasi inflasi meningkat, penawaran obligasi perusahaan meningkat sehingga harga obligasi perusahaan menurun, sebaliknya 39 pada saat ekspektasi inflasi menurun, penawaran obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan meningkat. 3) Hutang pemerintah Pada saat pemerintah mengalami defisit anggaran, pemerintah berusaha menutupi defisit tersebut dengan berhutang. Salah satunya dengan menerbitkan obligasi pemerintah. Peningkatan hutang pemerintah (obligasi pemerintah) meningkatkan penawaran obligasi perusahaan sehingga harga obligasi perusahaan menurun, sebaliknya penurunan hutang pemerintah (obligasi pemerintah) menurunkan penawaran obligasi perusahaan sehingga harga obligasi perusahaan meningkat. 2.1.7 Risiko Obligasi Aang (1997) mengidentifikasi berbagai kemungkinan risiko yang terkandung dalam suatu obligasi, yaitu : 1) Risiko tingkat bunga pasar (market interest rate risk) Risiko ini merupakan risiko utama bagi investor efek pendapatan tetap. Hal ini disebabkan oleh adanya kemungkinan fluktuasi tingkat bunga pasar yang mengakibatkan ketidakstabilan harga obligasi di pasar. Tingkat bunga pasar dan harga obligasi selalu berlawanan arah (berkorelasi negatif). Jika tingkat bunga pasar naik maka harga obligasi turun. Hal inilah yang dikhawatirkan oleh pemilik obligasi karena dapat menurunkan nilai obligasinya, namun jika tingkat bunga turun, maka harga obligasi akan naik. Pada kondisi ini, investor senang karena peningkatan harga obligasi meneybabkan kenaikan nilai asetnya. 40 2) Risiko inflasi (inflation risk) Risiko ini muncul karena adanya inflasi yang terjadi dalam perekonomian suatu negara. Pemilik obligasi senang apabila tingkat inflasi rendah karena tingkat pengembalian riil (real return) obligasi hanya berkurang dengan jumlah yang sedikit. Selain itu, inflasi tidak disenangi oleh pembeli obligasi karena pengaruhnya terhadap penurunan daya beli suatu aset dari waktu ke waktu. Apabila inflasi terlalu tinggi bahkan melebihi kupon atau yield pasar obligasi, maka invetasi dalam bentuk obligasi tidak menguntungkan karena nilai riil obligasi jatuh, lebih rendah dari nilai yang dibayarkan pembeli obligasi pada pasar primer (IPO). 3) Risiko gagal bayar (default risk) Risiko ini muncul karena adanya kemungkinan penerbit obligasi tidak mampu membayarkan kembali hutang beserta bunganya atau keterlambatan pembayaran, serta kelalaian lainnya yang tidak sesuai dengan prospektus. Risiko ini dapat dianalisis dari kinerja keuangan perseroan, likuiditas keuangan, jaminan dari pihak tertentu atau aset tertentu sehubungan dengan adanya kemungkinan terjadinya wanprestasi (gagal bayar). Perusahaan berstruktur modal yang kuat tentunya akan berusaha mengurangi risiko wanprestasi ini. Risiko ini disebut juga financial risk. Berdasarkan peringkat atau risiko gagal bayar (default risk), Obligasi perusahaan dibagi menjadi 2, yaitu investment bond dan junk bond. Baik peminjam dan pemberi pinjamaan akan memperhatikan rating. 41 4) Risiko likuiditas (liquidity risk) Menakar risiko likuiditas suatu obligasi sangat penting, sebab jika suatu obligasi tidak likuid maka proses pencairan obligasi menjadi uang tunai akan sulit, yang kemudian akan mempengaruhi struktur keuangan pemilik obligasi. Obligasi yang diterbitkan di Indonesia dicatat pada Bursa Efek Indonesia. Pada umumnya, transaksi masih dilakukan secara OTC (Over The Counter) dan juga belum adanya penggerak pasar obligasi sehingga menjadi penyebab belum likuidnya pasar obligasi. 5) Risiko masa jatuh tempo (maturity risk) Makin panjang suatu jangka waktu jatuh tempo obligasi, maka makin labil harga pasar obligasi yang bersangkutan. Karena dengan maturity yang semakin panjang, proyeksi terhadap suatu komponen tertentu akan semakin panjang yang pada gilirannya memberikan tingkat kesalahan proyeksi yang besar, sehingga harga pasar menjadi tidak pasti. 6) Risiko mata uang (currency risk) Risiko ini dihadapi oleh investor yang membeli obligasi dalam denominasi mata uang asing. Risiko yang dihadapi adalah kerugian atas perbedaan kurs pada saat membeli obligasi dan setelah menjual obligasi atau pada saat masa jatuh tempo obligasi berakhir. 7) Risiko call (call risk) Risiko yang dihadapi oleh investor obligasi karena penerbit obligasi dapat melaksakan haknya untuk menebus obligasi tersebut sesuai dengan aturan yang disyaratkan dalam kontrak. Risiko call ini terdapat dalam obligasi yang bersifat 42 callable. Umumnya fasilitas call ini digunakan oleh issuer saat suku bunga pasar lebih kecil dari tingkat bunga obligasi. Tentunya bagi investor, pelunasan lebih awal dari waktu jatuh tempo ini akan mengganggu cash flow investor serta mengurangi potensial return yang akan diterima investor. Uang hasil pelunasan yang diterima oleh investor ini perlu dipikirkan untuk diinvestasikan kembali dengan tingkat return yang diharapkan setara. Adanya kemungkinan investor menginvestasikan kembali pada tingkat suku bunga yang lebih rendah merupakan reinvestment risk. 8) Risiko Politik (political risk) Situasi politik suatu negara ditempat issuer berdomisili merupakan faktor yang sangat menentukan kelancaran usaha issuer yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja kerja perusahaan. Kinerja perusahaan yang tidak baik bisa menjurus kepada default risk. 9) Risiko sektor industri (industry sector risk) Secara makro, pertumbuhan sektor industri perusahaan penerbit akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai proyeksi pertumbuhan perusahaan penerbit dimasa mendatang. Jika pertumbuhan sektor industri mengalami kelesuan, maka secara langsung juga akan mempengaruhi kinerja perusahaan serta berdampak harga obligasinya. 43 2.2 Kajian Penelitian Sebelumnya Berbagai penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan pengaruh tingkat bunga pasar, kupon, jatuh tempo dan peringkat obligasi terhadap harga obligasi telah dilaksanakan baik di dalam maupun di luar negeri. 2.2.1 Pengaruh Suku Bunga Pasar terhadap Harga Obligasi Bila tingkat bunga pasar yang berlaku mengalami penurunan, maka harga obligasi akan meningkat. Penyebabnya adalah karena adanya risiko tingkat suku bunga (interest rate risk) yaitu risiko penurunan harga obligasi akibat kenaikan tingkat suku bunga (Brigham, 2006). Jika risiko obligasi perusahaan meningkat, permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun, sebaliknya penurunan risiko obligasi perusahaan meningkatkan permintaan obligasi perusahaan sehingga harga obligasi perusahaan meningkat (Mishkin, 2007). Berdasarkan hal tersebut, berbagai penelitian empiris telah dilakukan mengenai pengaruh tingkat bunga pasar terhadap harga obligasi. Widajati (2009) mengadakan penelitian dengan mengambil populasi dalam penelitian ini yaitu semua obligasi korporasi yang listed diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari Agustus 2006 sampai dengan Desember 2007, yaitu obligasi ritel yang diterbitkan oleh pemerintah. Pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dilakukan dengan metode jalur (Path Analysis). Hasil penelitiannya adalah tingkat bunga SBI mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap harga obligasi. Chopin (1998) menyatakan bahwa Treasury Security (obligasi yang mempunyai jangka waktu lebih pendek) memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi 44 dibandingkan municipal bond (obligasi yang mempunyai jangka waktu lebih panjang) dan memiliki biaya bunga lebih rendah untuk mendanai kebutuhan dana pemerintah sehingga meningkatkan harga obligasi. Sukanto (2009) juga menyatakan bahwa bunga deposito berpengaruh signifikan negatif terhadap harga obligasi. Hasil penelitian yang berbeda ditunjukkan oleh Nurfauziah dan Setyarini (2004), yang menyatakan bahwa variabel tingkat suku bunga memiliki korelasi yang negatif terhadap yield obligasi dan Siahaan (2007) menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan harga obligasi. 2.2.2 Pengaruh Tingkat Bunga Kupon Obligasi terhadap Harga Obligasi Obligasi yang mempunyai kupon tinggi di atas rata–rata suku bunga deposito dan rata–rata kupon obligasi lainnya bisa sangat diminati oleh banyak investor, oleh karena itu bila kupon obligasi tersebut cukup tinggi maka harga obligasi cenderung semakin meningkat, berlaku untuk hubungan sebaliknya (Krisnilasari, 2007). Minat untuk membeli obligasi dari investor merupakan ekspektasi keuntungan dari obligasi perusahaan. Jika ekspektasi keuntungan obligasi perusahaan meningkat, permintaan pada obligasi perusahaan tersebut meningkat sehingga harga obligasi perusahaan meningkat. Sebaliknya apabila ekspektasi keuntungan obligasi perusahaan menurun, permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun (Mishkin, 2007). Berdasarkan hal tersebut, berbagai penelitian empiris telah dilakukan mengenai pengaruh tingkat bunga pasar terhadap harga obligasi. Kempf dan Homburg (2000) menyatakan bahwa selain likuiditas harga obligasi juga 45 tergantung pada tingkat diskonto. Nilai kupon yang tinggi akan menyebabkan obligasi menarik bagi investor sehingga berpengaruh terhadap perubahan harga oblgasi. Variabel yang digunakan adalah jangka waktu dan kupon serta likuiditas. Model ini diuji dengan menggunakan data dari obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Jerman periode 1992 - 1994. Temuan empiris menunjukkan harga obligasi tergantung pada dinamika suku bunga. Dalam penelitian Siahaan (2007), Analisis Regresi diaplikasikan untuk memperkirakan pengaruh tingkat kupon, sebagai variabel independen pada harga pasar sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan simultenuous (F-test) variabel independen terhadap variabel dependen. Krisnilasari (2007) juga menyatakan bahwa kupon berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Livingston (1987) menyatakan jika obligasi tersebut memiliki kupon yang rendah, akan memiliki cheapness in delivery (pelepasan harga yang murah) dalam jatuh tempo yang tetap 2.2.3 Pengaruh Waktu Jatuh Tempo Obligasi terhadap Harga Obligasi Hubungan waktu jatuh tempo obligasi dengan harga obligasi memiliki hubungan yang terbalik. Semakin lama masa jatuh tempo obligasi, akan semakin tinggi tingkat risiko investasi. Hal ini disebabkan karena dalam masa atau periode yang begitu lama, risiko kejadian buruk atau peristiwa yang menyebabkan kinerja perusahaan menurun bisa saja terjadi (Rahardjo, 2003). Jika risiko obligasi perusahaan meningkat, permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun, sebaliknya penurunan risiko obligasi perusahaan 46 meningkatkan permintaan obligasi perusahaan sehingga harga obligasi perusahaan meningkat (Mishkin, 2007). Berdasarkan hal tersebut, berbagai penelitian empiris telah dilakukan mengenai pengaruh waktu jatuh tempo terhadap harga obligasi. Elton dan Green (1998) menyatakan bahwa perubahan harga saham berpengaruh negatif lemah terhadap obligasi berjangka waktu lama. Krisnilasari (2007) juga menyatakan bahwa waktu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return obligasi. Chopin (1998) mengadakan penelitian dengan menggunakan data berupa federal treasury bond dan Moody’s grade AA Municipal Bond. Metode yang digunakan adalah Multiple Regression. Hasil penelitian adalah Tresury Security ( yang mempunyai jangka waktu lebih pendek ) memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dibandingkan municipal bond ( jangka waktu lebih panjang) dan memiliki biaya bunga lebih rendah untuk mendanai kebutuhan dana pemerintah sehingga meningkatkan harga obligasi. Hasil penelitian berbeda ditunjukkan oleh Rodriguez (1988) menyatakan yield spread mungkin meningkat atau menurun secara monoton dengan jatuh temponya atau yield spread tersebut meningkat di beberapa interval jatuh tempo dan kemudian menurun di interval maturity lainnya. Menurut Chakravarty and Sarkar (1999), faktor risiko merupakan faktor yang penting pada pasar obligasi perusahaan dan municipal yaitu kenaikan penyebaran harga bid-ask terjadi di sisa waktu jatuh tempo atau maturity suatu obligasi. Penyebaran harga bid-ask obligasi korporasi juga meningkatkan risiko kredit dan umur obligasi. 47 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL, & HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir STUDI TEORITIK • Teori Tingkat Suku Bunga • Harga Obligasi • Teori Permintaan Faktor Tingkat Bunga Pasar • Does the Maturity Mix of Government Borrowing Impact Municipal Bond Rates -Chopin (1998), Inflasi Dan Tingkat Bunga Terhadap Harga Obligasi Negara Ritel Yang Diterbitkan Pemerintah-Widajati (2009), Pengaruh Suku Bunga Deposito, Kurs Rupiah-USD, Tingkat Inflasi, IHSG, Volume Transaksi Terhadap Obligasi Pemerintah RI (SUN)Sukanto (2009) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Yield Obligasi Perusahaan (Studi Kasus Pada Industri Perbankan dan Industri Finansial)-Nurfauziah dan Setyarini (2004), Analisis Faktor Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perubahan Harga Obligasi- Siahaan (2007) Faktor Tingkat Bunga Kupon • Liquidity And Its Impact on Bond Prices, Schmalenbach Business- Kempf dan Uhrig Homburg (2000), Analisis Pengaruh Likuiditas Obligasi Coupon, dan Jangka Waktu Jatuh Tempo Obligasi Terhadap Perubahan Harga Obligasi di Bursa Efek Surabaya Monica Risnilasari (2007) & Analisis Faktor Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perubahan Harga Obligasi- Siahaan (2007)The Effect of Coupon Level on Treasury Bond Futures Delivery- Livingston (1987) Faktor Waktu Jatuh Tempo dan Penawaran Obligasi • STUDI EMPIRIK • Risiko Obligasi Default Risk, Yield Spread, and Time to Maturity - Rodriguez (1988), Does the Maturity Mix of Government Borrowing Impact Municipal Bond Rates - Chopin (1998), Tax and Liquidity Effects in Pricing Government Bonds - Elton dan Green (1998), Analisis Pengaruh Likuiditas Obligasi Coupon, dan Jangka Waktu Jatuh Tempo Obligasi Terhadap Perubahan Harga Obligasi di Bursa Efek Surabaya - Monica Risnilasari (2007), Liquidity in US Fixed Income Markets : A Comparison of the Bid-Ask Spread in Corporate, Government And Municipal Bond Markets Chakravarty and Sarkar (1999) HIPOTESIS UJI STATISTIK TESIS Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian 48 Penelitian ini menggunakan pendekatan proses berpikir deduktif dalam penalaran penelitian secara keseluruhan. Proses berpikir tersebut digunakan untuk menemukan variabel (variabel independen : tingkat bunga pasar, tingkat bunga kupon, waktu jatuh tempo, dan variabel dependen : harga obligasi dan keterkaitan antar variabel berdasarkan studi teoritis dan studi empirik dari penelitian sebelumnya, yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis. Tahapan berikutnya merupakan proses pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik. Berdasarkan hasil uji statistik dapat diketahui apakah hipotesis penelitian sesuai atau tidak dengan dasar teori, dan dijelaskan mengenai alasan penerimaan dan penolakan hipotesis. Berdasarkan proses itu dapat dihasilkan sebuah kajian ilmiah dalam bentuk thesis, yang diharapkan mampu memberikan kontribusi teoritis untuk pengembangan teori dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan harga obligasi, serta kontribusi empirik sebagai pertimbangan dalam melakukan investasi obligasi pada pasar modal khususnya BEI 3.2 Kerangka Konseptual Tingkat Bunga Pasar (C@ ) Tingkat Bunga Kupon (CA ) Waktu Jatuh Tempo (CB ) ?@ Harga Obligasi (y) ?A ( Type equation here ?B 49 Gambar 3.2 Kerangka Konseptual Penelitian Hubungan faktor pertama yaitu tingkat bunga pasar dengan harga obligasi menunjukkan bahwa faktor tingkat bunga pasar mempunyai pengaruh hubungan yang negatif terhadap harga obligasi. Pengaruh tersebut ditunjukkan oleh signifikansi antara faktor tingkat bunga pasar dan perubahan harga saham, semakin tinggi tingkat tingkat bunga pasar suatu obligasi maka akan menurunkan harga obligasi tersebut. Hubungan faktor-faktor ini hampir sama terjadi pada pengaruh maturity terhadap harga obligasi namun untuk hubungan faktor kupon dengan harga obligasi menunjukkan hubungan yang positif. Pengaruh tersebut ditunjukkan signifikansi antara faktor bunga kupon obligasi dan harga obligasi, semakin meningkat tingkat bunga kupon akan meningkatkan harga obligasi. 3.3 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data (Sugiyono, 2012). 3.3.1 Pengaruh Suku Bunga Pasar (BI Rate) terhadapa Harga Obligasi Tingkat bunga pasar memiliki hubungan terbalik dengan harga obligasi. Penyebabnya adalah karena adanya risiko tingkat suku bunga (interest rate risk) yaitu risiko penurunan harga obligasi akibat kenaikan tingkat suku bunga 50 (Brigham, 2006). Jika risiko obligasi perusahaan meningkat, permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun, sebaliknya penurunan risiko obligasi perusahaan meningkatkan permintaan obligasi perusahaan sehingga harga obligasi perusahaan meningkat (Mishkin, 2007). Penelitian empiris telah dilakukan mengenai pengaruh tingkat bunga pasar terhadap harga obligasi. Menurut Chopin (1998) menyatakan bahwa Tresury Security (obligasi yang mempunyai jangka waktu lebih pendek) memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dibandingkan municipal bond (obligasi yang mempunyai jangka waktu lebih panjang) dan memiliki biaya bunga lebih rendah untuk mendanai kebutuhan dana pemerintah sehingga meningkatkan harga obligasi. Widajati (2009) menyatakan bahwa tingkat bunga SBI mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap harga obligasi. Sukanto (2009) juga menyatakan bahwa bunga deposito berpengaruh signifikan negatif terhadap harga obligasi. Hasil berbeda didapatkan oleh Nurfauziah dan Setyarini (2004), yang menyatakan bahwa variabel tingkat suku bunga memiliki korelasi yang negatif terhadap yield obligasi. Siahaan (2007) menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan harga obligasi. Berdasarkan teori dan kajian hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : H1 : Tingkat bunga pasar berpengaruh negatif signifikan terhadap perubahan harga obligasi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 51 3.3.2 Pengaruh Tingkat Bunga Kupon terhadap Harga Obligasi Obligasi yang mempunyai kupon tinggi di atas rata–rata suku bunga deposito dan rata–rata kupon obligasi lainnya bisa sangat diminati oleh banyak investor, oleh karena itu bila kupon obligasi tersebut cukup tinggi maka harga obligasi cenderung semakin meningkat, berlaku untuk hubungan sebaliknya (Krisnilasari, 2007). Minat untuk membeli obligasi dari investor merupakan ekspektasi keuntungan dari obligasi perusahaan. Jika ekspektasi keuntungan obligasi perusahaan meningkat, permintaan pada obligasi perusahaan tersebut meningkat sehingga harga obligasi perusahaan meningkat, sebaliknya apabila ekspektasi keuntungan obligasi perusahaan menurun, permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun (Mishkin, 2007). Penelitian empiris telah dilakukan mengenai pengaruh tingkat bunga kupon terhadap harga obligasi. Kempf dan Homburg (2000) menyatakan bahwa selain likuiditas harga obligasi juga tergantung pada tingkat diskonto. Nilai kupon yang tinggi akan menyebabkan obligasi menarik bagi investor sehingga berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Livingston (1987) yang menyatakan jika obligasi tersebut memiliki kupon yang rendah, akan memiliki cheapness in delivery (pelepasan harga yang murah) dalam jatuh tempo yang tetap. Krisnilasari (2007) dan Siahaan (2007) juga menyatakan bahwa kupon berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan teori dan kajian hasil penelitian yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 52 H2 : Tingkat Bunga Kupon obligasi berpengaruh positif signifikan terhadap perubahan harga obligasi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 3.3.3 Pengaruh Jangka Waktu Jatuh Tempo terhadap Harga Obligasi Hubungan waktu jatuh tempo obligasi dengan harga obligasi memiliki hubungan yang terbalik. Hal ini disebabkan karena dalam masa atau periode yang begitu lama, risiko kejadian buruk atau peristiwa yang menyebabkan kinerja perusahaan menurun bisa saja terjadi (Rahardjo, 2003). Jika risiko obligasi perusahaan meningkat, permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun, sebaliknya penurunan risiko obligasi perusahaan meningkatkan permintaan obligasi perusahaan sehingga harga obligasi perusahaan meningkat (Mishkin, 2007). Menurut Elton dan Green (1998) menyatakan bahwa perubahan harga obligasi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap obligasi yang mempunyai jatuh tempo lama. Bhojraj dan Sengupta (2003) menyatakan bahwa years to maturity berpengaruh terhadap yield obligasi. Chopin (1998) dan Krisnilasari (2007) juga menyatakan bahwa waktu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return obligasi. Hasil yang berbeda didapatkan oleh Rodriguez (1988) yang menyatakan yield spread mungkin meningkat atau menurun secara monoton dengan jatuh temponya atau yield spread tersebut meningkat di beberapa interval jatuh tempo dan kemudian menurun di interval maturity lainnya. Menurut Chakravarty and Sarkar (1999), faktor risiko merupakan faktor yang penting pada pasar obligasi 53 perusahaan dan municipal yaitu kenaikan penyebaran harga bid-ask terjadi di sisa waktu jatuh tempo atau maturity suatu obligasi. Penyebaran harga bid-ask obligasi korporasi juga meningkatkan risiko kredit dan umur obligasi. Berdasarkan teori dan kajian hasil penelitian yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : H3 : Waktu jatuh tempo obligasi berpengaruh negatif signifikan terhadap perubahan harga obligasi peringkat tinggi maupun rendah pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 54 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian explanatory, yaitu penelitian yang menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain (Umar, 2005). Dalam penelitian ini dikembangkan dua bentuk model penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah ditentukan pada bab sebelumnya. Penelitian ini diharapkan akan menjelaskan hubungan sebab akibat antar variabel dari model penelitian yang telah dikembangkan, dimana selanjutnya mampu membuat suatu implikasi manajerial yang bermanfaat sesuai dengan variabel-variabel penelitian. Batasan dari penelitian ini adalah meneliti pengaruh faktor-faktor obligasi (tingkat bunga pasar, tingkat bunga kupon, dan waktu jatuh tempo) terhadap harga obligasi pada data-data obligasi yang diperdagangkan pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2009 sampai dengan 2011. Penelitian ini mengambil lokasi pengamatan pada Bursa Efek Indonesia dan mengambil waktu pengamatan obligasi dari tahun 2009 sampai dengan 2011. 4.2 Variabel Penelitian 4.2.1 Klasifikasi Variabel Klasifikasi variabel perlu dilakukan untuk memberikan gambaran dan acuan dalam penelitian. Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan 55 maka variabel-variabel dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1) Variabel Independent Variabel independent / stimulus / prediktor / antecendent / bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini yang menjadi variabel eksogen adalah faktor tingkat bunga pasar, tingkat bunga kupon, dan waktu jatuh tempo. 2) Variabel Dependent Variabel dependent / output / kriteria / konsekuen / terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini adalah variabel penelitian berupa harga obligasi. 4.2.2 Definisi Operasional Variabel Guna menghindari kesalahan dalam mengartikan variabel yang dianalisis, berikut ini dijelaskan definisi operasional variabel dari masing-masing variabel penelitian sebagai berikut : 1) Tingkat Bunga Pasar, adalah suku bunga komersial yang sedang berlaku di pasar. Hal yang dijadikan patokan sebagai tingkat suku bunga di Indonesia dan sifatnya bebas risiko adalah sertifikat Bank Indonesia (SBI). Diukur dengan menggunakan BI Rate yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia selama periode 2009-2011 yang dinyatakan dalam satuan persentase. 56 2) Tingkat Bunga Kupon adalah pendapatan suku bunga yang akan diterima oleh pemegang obligasi sesuai perjanjian dengan penerbit obligasi tersebut dan biasanya pembayaran kupon tersebut dilakukan secara periode tertentu. Diukur dengan menggunakan kupon yang diberikan oleh emiten obligasi selama periode 2009-2011 yang dinyatakan dalam satuan persentase. 3) Waktu jatuh tempo adalah menunjukkan umur obligasi. Diukur dari jangka waktu jatuh tempo obligasi selama periode 2009-2011 yang dinyatakan dalam satuan tahun. 4) Harga obligasi adalah harga pasar / nominal obligasi yang diperdagangkan di BEI. Diukur dari harga pasar masing-masing obligasi selama periode 20092011 yang dinyatakan dalam satuan rupiah. 4.3 Pengumpulan Data 4.3.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif, berupa data tingkat bunga SBI, suku bunga kupon, jatuh tempo (maturity), dan harga obligasi. Sumber datanya diperoleh dari Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), dan Bank Indonesia. 4.3.2 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua obligasi korporasi yang listed diperdagangkan di 57 Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai dengan tahun 2011. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012). Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah dengan metode purposive sampling yaitu metode pemilihan sampel dengan kriteria tertentu. Adapun kriteria sampel adalah: 1) Obligasi masih beredar atau belum jatuh tempo sehingga dapat diperoleh data harga obligasi yang berlaku. 2) Membayar kupon dalam jumlah yang tetap, untuk meyakinkan bahwa tidak adanya pengaruh floating rate terhadap yield obligasi. 4.3.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode Nonparticipant Observation. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi tanpa melibatkan diri atau menjadi bagian dari lingkungan sosial atau organisasi yang diamati. Pada penelitian ini dilakukan observasi pada obligasi korporasi di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. 4.4 Metode Analisis Data Suatu penelitian membutuhkan analisis data interpretasinya yang bertujuan menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dalam rangka mengungkap fenomena sosial tertentu. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Teknik analisis yang dipilih untuk menganalisis data harus sesuai dengan pola penelitian dan variabel yang akan diteliti (Krisnilasari, 2007). Pada penelitian ini teknik analisis data dilakukan 58 dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda untuk mengolah dan membahas data yang telah diperoleh dan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Teknik analisis regresi linier berganda dipilih untuk digunakan pada penelitian ini karena teknik regresi linier berganda dapat menyimpulkan secara langsung mengenai pengaruh masing-masing variabel bebas yang digunakan parsial maupun bersama-sama. Hair et al. (1998) menyatakan bahwa regresi linier berganda merupakan teknik statistik untuk menjelaskan keterkaitan antara variabel terikat dengan beberapa variabel bebas. Fleksibilitas dari metode ini mempermudah penelitian untuk melihat suatu keterkaitan dari beberapa variabel sekaligus. Penelitian ini menggunakan variabel bebas yaitu tingkat bunga pasar, tingkat bunga kupon dan waktu jatuh tempo sedangkan variabel terikatnya adalah harga obligasi dan model regresi linier berganda yang digunakan adalah sebagai berikut: Rumus: Q RS RS RT ST U………………………………….(8) Keterangan : Q = Perubahan Harga Obligasi R , R , RT, dan RV = Koefisien regresi S = Tingkat Bunga Pasar S = Tingkat Bunga Kupon / Coupon Rate ST = Jatuh Tempo U = Error 59 4.4.2 Pengujian Asumsi Klasik Pengujian gejala asumsi klasik dilakukan untuk menguji kelayakan model yang dibuat sebelum model regresi digunakan untuk memprediksi. Uji asumsi klasik terdiri dari empat pengujian yaitu 1) Uji normalitas data Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah suatu data terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov satu arah. Hair et al (1998) mengemukakan bahwa normalitas data dapat dilihat dengan uji Kolmogorov Smirnov. Apabila nilai Z statistiknya tidak signifikan maka suatu data disimpulkan terdistribusi secara normal. Uji Kolmogorov Smirnov dipilih dalam penelitian ini karena uji ini dapat secara langsung menyimpulkan apakah data yang ada terdistribusi normal secara statistik atau tidak. Sementara uji normalitas data yang lain seperti dari statistika deskriptif dirasakan tidak efisien karena memerlukan kesimpulan tambahan. 2) Uji heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah model regresi terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen 60 (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Dasar analisis adalah jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. 3. Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya antar korelasi variabel bebas (independen). Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel independen-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen adalah sama dengan nol (Ghozali, 2005). Jika terjadi gejala multikolinearitas yang tinggi, standard error koefisien regresi akan semakin besar dan mengakibatkan confidence interval untuk pendugaan parameter semakin lebar, dengan demikian terbuka kemungkinan terjadi kekeliruan, menerima hipotesis yang salah dan menolak hipotesis yang benar. Uji asumsi klasik seperti multikolinearitas dapat dilaksanakan dengan jalan meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar independent variable dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF). Batas dari VIF adalah 10 dan nilai tolerance value adalah 0,1. Jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai tolerance value kurang dari 0,1 maka terjadi multikolinearitas. Bila terdapat gejala multikolinieritas di antara variabel independen, maka penanggulangannya adalah dengan mengeluarkan salah satu variabel tersebut dari model. 61 4) Uji autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya (Ghozali, 2005). Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series), karena gangguan pada seseorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada invididu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dapat dilakukan melalui pengujian terhadap nilai Durbin Watson dengan ketentuan sebagai berikut (Algifari, 1997) : Kurang dari 1,10 : Ada autokorelasi 1,10 hingga 1,54 : Tanpa kesimpulan 1,55 hingga 2,46 : Tidak ada autokorelasi 2,46 hingga 2,90 : Tanpa Kesimpulan Lebih dari 2,91 : Ada autokorelasi 62 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi Variabel Variabel yang dioperasikan dalam penelitian ini terdiri dari dari variabel independen dan variabel dependen. Variabel harga obligasi (Price) dioperasikan sebagai variabel dependen. Variabel tingkat bunga kupon (Coupon), variabel waktu jatuh tempo (Maturity), dan variabel tingkat bunga pasar (Suku bunga ) dioperasikan sebagai variabel independen. Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Variabel Tingkat Bunga Kupon, Waktu Jatuh Tempo, Tingkat Bunga Pasar, dan Harga Obligasi Minimum Price Maximum Mean Std. Deviation N 92.3716 118.3235 104.730 4.912617 115 Coupon 0.08 0.165 0.11031 0.018793 115 Maturity 1160 4238 2115.40 722.417 115 0.0617 0.067 0.06548 0.001923 115 Suku Bunga Sumber : data sekunder yang diolah Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dirumuskan bahwa variabel tingkat bunga kupon memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar 11,031 % yang artinya rata-rata tingkat bunga kupon per obligasi korporasi yang listed di BEI periode tahun 2009 sampai 2011 adalah 11,031 % dari keseluruhan obligasi korporasi tersebut. Standar deviasi (simpangan baku) variabel tingkat bunga kupon adalah 1,8793 % yang 63 artinya selama periode pengamatan, variasi tingkat bunga kupon pada obligasi yang listed di BEI selama periode tersebut menyimpang dari rata-ratanya sebesar 1.8793 %. Tingkat bunga kupon obligasi terendah dalam periode pengamatan adalah Obligasi Wajib Konversi Bank ICB Bumiputera Tahun 2010 sebesar 8 %. Tingkat bunga kupon obligasi tertinggi dalam periode pengamatan adalah Obligasi Wajib APOL II Tahun 2008 seri A sebesar 16,5 % Variabel waktu jatuh tempo memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar 2115,40 hari (5,79 tahun) yang artinya rata-rata waktu jatuh tempo obligasi korporasi yang listed di BEI periode tahun 2009 sampai 2011 adalah 5,79 tahun dari keseluruhan obligasi korporasi tersebut. Standar deviasi (simpangan baku) variabel waktu jatuh tempo adalah 722,417 hari (2.4 tahun) yang artinya selama periode pengamatan, variasi waktu jatuh tempo pada obligasi yang listed di BEI selama periode tersebut menyimpang dari rata-ratanya sebesar 1,98 tahun. Waktu jatuh tempo obligasi terendah selama periode pengamatan yaitu Obligasi V WOM Finance Tahun 2011 Seri D dengan waktu jatuh tempo sebesar 1160 hari (3,178 tahun). Waktu jatuh tempo tertinggi (maksimum) selama periode pengamatan yaitu pada Obligasi APOL II Tahun 2008 Seri A sebesar 4230 hari (11.6 tahun). Variabel tingkat bunga pasar memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar 6.548 % yang artinya rata-rata tingkat bunga pasar pada periode tahun 2009 sampai 2011 adalah 6.548 %. Standar deviasi (simpangan baku) variabel tingkat bunga pasar adalah 0.19 % yang artinya selama periode pengamatan, variasi tingkat bunga pasar selama periode tersebut menyimpang dari rata-ratanya sebesar 0.19 %. Tingkat bunga pasar terendah selama periode pengamatan yaitu pada periode 64 Oktober 2011 sampai dengan Desember 2011 sebesar 6.17 %. Tingkat bunga pasar tertinggi (maksimum) selama periode pengamatan yaitu periode tahun 2011 sebesar 6,7 %. Variabel harga obligasi memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar Rp. 104.730 yang artinya rata-rata harga obligasi korporasi yang listed di BEI periode tahun 2009 sampai 2011 adalah Rp. 104.730 dari keseluruhan obligasi korporasi tersebut. Standar deviasi (simpangan baku) variabel harga obligasi adalah Rp. 4.912,417 yang artinya selama periode pengamatan, variasi harga obligasi pada obligasi yang listed di BEI selama periode tersebut menyimpang dari rata-ratanya sebesar Rp. 4.912,417. Harga obligasi terendah selama periode pengamatan yaitu Obligasi XII Perum Pegadaian Tahun 2007 Seri A sebesar Rp. 92.371. Harga obligasi tertinggi (maksimum) selama periode pengamatan yaitu Obligasi Bank Ekspor Indonesia IV Tahun 2009 Seri D sebesar Rp. 118.323 5.1.2 Uji Asumsi Klasik Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Sebelum melakukan analisis data untuk mencari pengaruh antar variabel penelitian maka dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autikorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Berikut hasil uji asumsi klasik : 1) Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas 65 menggunakan teknik analisis Kolmogorov-Smirnov. Hasil analisis menyatakan bahwa data residual berdistribusi normal jika probabilitas lebih besar dari taraf signifikansi 5% (p>0,05). Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 115 Normal Parameters a Mean Std. Deviation Most Extreme Differences .0000000 3.97756932 Absolute .058 Positive .058 Negative -.049 Kolmogorov-Smirnov Z .619 Asymp. Sig. (2-tailed) .838 a. Test distribution is Normal Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai signifikansi (p) residual hasil regresi antara variabel dependen harga obligasi dengan variabel independennya adalah 0,838 lebih besar dari 0,05 sehingga dikatakan berdistribusi normal. 2) Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui besarnya interkolerasi antar variabel independen dalam penelitian. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat masalah multikolinieritas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas, dapat dilihat pada nilai tolerance dan VIF. Apabila nilai tolerance diatas 0,1 dan nilai VIF dibawah 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. Hasil uji multikolinieritas untuk setiap tahapan dapat dilihat pada tabel berikut : 66 Tabel 5.3 Hasil Uji Multikolinieritas Variable Independen Tolerance VIF Coupon 0,837 1,194 Maturity 0,837 1,194 Suku Bunga 0,993 1,007 Sumber : data sekunder yang diolah Tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa variabel independen yaitu tingkat bunga kupon, tingkat suku bunga dan jangka waktu jatuh tempo, masing-masing mempunyai nilai tolerance diatas 0,1 dan nilai VIF dibawah 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi dalam penelitian ini. 3) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas merupakan uji ketidaksamaan varian residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut hemoskedastisitas, sedangkan jika variannya berbeda maka akan terjadi heteroskedastisitas. Salah satu uji untuk mendeteksi adanya gejala heteroskedastisitas dilakukan dengan scatter plot. Gambar 5.1 Hasil Uji Heterokedatisitas 67 Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas yang ditunjukkan dengan scatter plot seperti yang terdapat dalam lampiran, memperlihatkan hasil bahwa titik-titik pada scatter plot tidak membentuk pola tertentu dan titik-titik menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah angka pada sumbu Y, sehingga dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. 4) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi merupakan cara untuk mengetahui adanya autokorelasi antara anggota sampel serangkaian pengamatan yang diurutkan berdasarkan waktu. Penyimpangan ini biasanya muncul pada pengamatan yang menggunakan data time series. Autokorelasi dapat diukur dengan Durbin-Watson Statistic. Untuk menentukan apakah persamaan regresi linier berganda terdapat autokorelasi atau tidak dilakukan dengan cara melihat nilai dl dan du nya. Tabel 5.4 Hasil Uji Autokorelasi Model 1 R .587 R Square a Adjusted R Std. Error of the Durbin- Square Estimate Watson .344 .327 4.030962 1.735 a. Predictors: (Constant), Suku Bunga, Maturity, Coupon Dari data pengamatan dengan n = 115, k = 3 maka melalui bantuan tabel Durbin-Watson didapatkan nilai dl = 1,66061, du = 1,73129, (4 – du) = 2,26871 dan (4 – dl) = 2,33939 sedangkan nilai Durbin-Watson pengamatan DW = 1,735 dimana du < DW < (4 – du) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat gejala autokorelasi. 68 5.1.3 Analisis Regresi Linier Berganda Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda menggunakan bantuan komputer program SPSS 13.0 for window, sebagai berikut : Tabel 5.5 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B 1(Constant) Std. Error 120.172 Beta t 13.179 Sig. 9.118 .000 Coupon 148.337 21.955 .567 6.756 .000 Maturity -.003 .001 -.416 -4.957 .000 -394.277 197.021 -.154 -2.001 .048 Suku Bunga a. Dependent Variable: Price Sumber : data sekunder yang diolah Berdasarkan data Tabel 5.3 diperoleh suatu persamaan regresi linier berganda yaitu : Yi = 120,172 + 148,337X1 – 0,003 X2 – 394,277 X3...................................(1) Keterangan : Yi = Perubahan Harga Obligasi X1 = Tingkat Bunga Kupon X2 = Jangka Waktu Jatuh Tempo X3 = Tingkat Bunga Pasar Berdasarkan persamaan regresi linier berganda di atas, terdapat nilai unstandardized coefficients yang bernilai positif maupun negatif. Untuk koefisien tingkat bunga kupon memiliki nilai yang positif sehingga menyatakan bahwa 69 tingkat bunga kupon obligasi berpengaruh positif terhadap perubahan harga obligasi dan mempunyai nilai standardized coefficient beta sebesar 0,567. Untuk koefisien dari variabel jangka waktu jatuh tempo memiliki nilai negatif sehingga menyatakan bahwa jangka waktu jatuh tempo berpengaruh negatif terhadap perubahan harga obligasi, dimana nilai standardized coefficient beta sebesar 0,416. Untuk koefisien dari variabel tingkat bunga pasar memiliki nilai negatif sehingga menyatakan bahwa tingkat bunga pasar berpengaruh negatif terhadap perubahan harga obligasi, dimana nilai standardized coefficient beta sebesar 0,154. 5.1.3.1 Pengujian Goodness of Fit Model Tabel 5.6 Pengujian Goodness of Fit Model (Uji F) ANOVAb Model 1 Sum of Squares Regression Df Mean Square 947.653 3 315.884 Residual 1803.601 111 16.249 Total 2751.254 114 F 19.441 Sig. .000 a a. Predictors: (Constant), Suku Bunga, Maturity, Coupon b. Dependent Variable: Price Sumber : data sekunder yang diolah Berdasarkan Tabel 5.4 diatas terlihat bahwa hasil uji F menunjukkan bahwa nilai F yang didapat sebesar 19,441 dengan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 ( sig<0,05 ) maka model regresi signifikan secara statistik. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa suku bunga pasar, suku bunga kupon, dan jangka waktu jatuh tempo secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga obligasi. 70 5.1.3.2 Koefisien Determinansi Tabel 5.7 Koefisien Determinansi Std. Error of the Model R 1 .587 R Square a Adjusted R Square .344 .327 Estimate 4.030962 a. Predictors: (Constant), Suku Bunga, Maturity, Coupon b. Dependent Variable: Price Sumber : data sekunder yang diolah Berdasarkan Tabel 5.5 terlihat bahwa nilai adjusted R square sebesar 0,344 atau 34,4 %. Hal ini berarti varian variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen sebesar 34,4 %, sedangkan sisanya sebesar 65,6 % dipengaruhi variabel lain yang tidak dimasukkan didalam model. 5.1.3.2 Pengujian Secara Parsial (Uji T) Berdasarkan Tabel 5.5, maka pengujian hipotesis secara parsial sebagai berikut : 1) Hipotesis Pertama Berdasarkan hasil uji parsial diperoleh bahwa nilai signifikansi untuk variabel suku bunga pasar memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,048 sehingga dapat dikatakan bahwa secara parsial, suku bunga pasar secara signifikan berpengaruh terhadap harga obligasi. 71 2) Hipotesis Kedua Berdasarkan hasil uji parsial diperoleh bahwa nilai signifikansi untuk variabel tingkat bunga kupon memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 sehingga dapat dikatakan bahwa secara parsial, suku bunga kupon secara signifikan berpengaruh terhadap harga obligasi. 3) Hipotesis Ketiga Berdasarkan hasil uji parsial diperoleh bahwa nilai signifikansi untuk variabel jangka waktu jatuh tempo memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 sehingga dapat dikatakan bahwa secara parsial, jangka waktu jatuh tempo secara signifikan berpengaruh terhadap harga obligasi. 5.2 Pembahasan 5.2.1 Pengaruh Suku Bunga Pasar (BI Rate) terhadap Harga Obligasi Berdasarkan hasil uji statistik secara parsial didapatkan bahwa suku bunga pasar secara signifikan berpengaruh negatif terhadap perubahan harga obligasi Hasil penelitian ini mendukung teori, bahwa tingkat bunga pasar memiliki hubungan terbalik dengan harga obligasi. Penyebabnya adalah karena adanya risiko tingkat suku bunga (interest rate risk) yaitu risiko penurunan harga obligasi akibat kenaikan tingkat suku bunga (Brigham, 2006). Jika risiko obligasi perusahaan meningkat, permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun, sebaliknya, penurunan risiko obligasi perusahaan meningkatkan permintaan obligasi perusahaan sehingga harga obligasi perusahaan meningkat (Mishkin, 2007). 72 Penelitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya yaitu Widajati (2009) yang menyatakan bahwa tingkat bunga SBI mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap harga obligasi. Sukanto (2009) juga menyatakan bahwa bunga deposito berpengaruh signifikan negatif terhadap harga obligasi. Chopin (1998) menyatakan bahwa Tresury Security (obligasi yang mempunyai jangka waktu lebih pendek) memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dibandingkan municipal bond (obligasi yang mempunyai jangka waktu lebih panjang) dan memiliki biaya bunga lebih rendah untuk mendanai kebutuhan dana pemerintah sehingga meningkatkan harga obligasi. 5.2.2 Pengaruh Tingkat Bunga Kupon Obligasi terhadap Harga Obligasi Berdasarkan hasil uji statistik secara parsial didapatkan bahwa tingkat bunga kupon secara signifikan berpengaruh positif terhadap perubahan harga obligasi. Hasil penelitian ini mendukung teori, bahwa obligasi yang mempunyai kupon tinggi di atas rata–rata suku bunga deposito dan rata–rata kupon obligasi lainnya bisa sangat diminati oleh banyak investor, oleh karena itu bila kupon obligasi tersebut cukup tinggi maka harga obligasi cenderung semakin meningkat, berlaku untuk hubungan sebaliknya (Krisnilasari, 2007). Minat untuk membeli obligasi dari investor merupakan ekspektasi keuntungan dari obligasi perusahaan. Jika ekspektasi keuntungan obligasi perusahaan meningkat, permintaan pada obligasi perusahaan tersebut meningkat sehingga harga obligasi perusahaan meningkat, sebaliknya apabila ekspektasi keuntungan obligasi perusahaan menurun, 73 permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun (Mishkin, 2007). Penelitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya yaitu Kempf dan Homburg (2000) menyatakan bahwa selain likuiditas harga obligasi juga tergantung pada tingkat diskonto. Nilai kupon yang tinggi akan menyebabkan obligasi menarik bagi investor sehingga berpengaruh terhadap perubahan harga oblgasi. Penelitian Siahaan (2007) menunjukkan ada pengaruh signifikan simultenuous (F-test) variabel independen terhadap variabel dependen. Krisnilasari (2007) juga menyatakan bahwa kupon berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Livingston (1987) menyatakan jika obligasi tersebut memiliki kupon yang rendah, akan memiliki cheapness in delivery (pelepasan harga yang murah) dalam jatuh tempo yang tetap 5.2.3 Pengaruh Waktu Jatuh Tempo Obligasi terhadap Harga Obligasi Berdasarkan hasil uji statistik secara parsial bahwa jangka waktu jatuh tempo secara signifikan berpengaruh negatif terhadap perubahan harga obligasi. Hasil penelitian ini mendukung teori bahwa hubungan waktu jatuh tempo obligasi dengan harga obligasi memiliki hubungan yang terbalik. Hal ini disebabkan karena dalam masa atau periode yang begitu lama, risiko kejadian buruk atau peristiwa yang menyebabkan kinerja perusahaan menurun bisa saja terjadi (Rahardjo, 2003). Jika risiko obligasi perusahaan meningkat, permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun, sebaliknya penurunan risiko obligasi perusahaan meningkatkan permintaan 74 obligasi perusahaan sehingga harga obligasi perusahaan meningkat (Mishkin, 2007). Penelitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya, yaitu Elton dan Green (1998) menyatakan bahwa perubahan harga saham berpengaruh negatif lemah terhadap obligasi berjangka waktu lama. Krisnilasari (2007) juga menyatakan bahwa waktu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return obligasi. Chopin (1998) menyatakan Tresury Security ( yang mempunyai jangka waktu lebih pendek ) memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dibandingkan municipal bond ( jangka waktu lebih panjang) dan memiliki biaya bunga lebih rendah untuk mendanai kebutuhan dana pemerintah sehingga meningkatkan harga obligasi. 5.3 Implikasi Penelitian Implikasi dari penelitian ini menunjukkan bukti yang empirik bahwa pertama, tingkat bunga kupon obligasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap perubahan harga obligasi sesuai dengan kajian teoritis yaitu obligasi yang mempunyai kupon tinggi di atas rata–rata suku bunga deposito dan rata–rata kupon obligasi lainnya bisa sangat diminati oleh banyak investor. Minat untuk membeli obligasi dari investor merupakan ekspektasi keuntungan dari obligasi perusahaan, jika ekspektasi keuntungan obligasi perusahaan meningkat, permintaan pada obligasi perusahaan tersebut meningkat sehingga harga obligasi perusahaan meningkat, berlaku untuk hubungan sebaliknya. Sesuai juga dengan penelitian empirik sebelumnya yaitu : Kempf dan Homburg (2000), Siahaan (2007), Krisnilasari (2007), Livingston (1987). Kedua, tingkat bunga pasar secara 75 signifikan berpengaruh negatif terhadap perubahan harga obligasi sesuai dengan kajian teoritis yaitu tingkat bunga pasar memiliki hubungan terbalik dengan harga obligasi. Penyebabnya adalah karena adanya risiko tingkat suku bunga (interest rate risk). Jika risiko obligasi perusahaan meningkat, permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun, berlaku juga untuk hubungan sebaliknya. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian empirik sebelumnya yaitu : Widajati (2009), Sukanto (2009), dan Chopin (1998). Ketiga, waktu jatuh tempo secara signifikan berpengaruh negatif terhadap perubahan harga obligasi sesuai dengan kajian teoritis yaitu hubungan waktu jatuh tempo obligasi dengan harga obligasi memiliki hubungan yang terbalik. Hal ini disebabkan karena dalam masa atau periode yang begitu lama, risiko kejadian buruk atau peristiwa yang menyebabkan kinerja perusahaan menurun. Jika risiko obligasi perusahaan meningkat, permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun, berlaku untuk hubungan sebaliknya. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian empirik sebelumnya yaitu : Elton dan Green (1998), Krisnilasari (2007), Chopin (1998). Berdasarkan hasil penelitian ini berupa faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga obligasi, diharapkan dapat memberikan kajian praktis yaitu kemudahan bagi perusahaan penerbit obligasi untuk memberikan masukan mengenai faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi obligasi dan bagi investor yang tertarik untuk berinvestasi pada obligasi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bahkan panduan untuk berinvestasi di instrumen obligasi 76 sehingga dapat memilih suatu obligasi yang tepat dan memberikan keuntungan yang maksimum 77 BAB VI SIMPULAN & SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, sehingga secara umum dapat disimpulkan : 1) Tingkat bunga pasar secara signifikan berpengaruh negatif terhadap perubahan harga obligasi. Penyebabnya adalah karena adanya risiko tingkat suku bunga (interest rate risk). Jika risiko obligasi perusahaan meningkat, permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun, berlaku juga untuk hubungan sebaliknya. 2) Tingkat bunga kupon secara signifikan berpengaruh positif terhadap perubahan harga obligasi. Jika ekspektasi keuntungan obligasi perusahaan meningkat, permintaan pada obligasi perusahaan tersebut meningkat sehingga harga obligasi perusahaan meningkat, sebaliknya 3) Jangka waktu jatuh tempo secara signifikan berpengaruh negatif terhadap perubahan harga obligasi. Penyebabnya karena dalam masa atau periode yang begitu lama, risiko kejadian buruk atau peristiwa yang menyebabkan kinerja perusahaan menurun bias. Jika risiko obligasi perusahaan meningkat, permintaan obligasi perusahaan menurun sehingga harga obligasi perusahaan menurun, berlaku juga untuk hubungan sebaliknya. 78 6.2 Saran Berdasarkan temuan-temuan dan kesimpulan penelitian, disarankan beberapa hal yang penting sebagai berikut : 1) Para investor yang ingin berinvestasi pada obligasi-obligasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga obligasi tersebut yaitu tingkat bunga pasar, tingkat bunga kupon, dan waktu jatuh tempo. Terbukti bahwa tingkat bunga kupon obligasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap perubahan harga obligasi, tingkat bunga pasar dan waktu jatuh tempo secara signifikan berpengaruh negatif terhadap perubahan harga obligasi. 2) Keterbatasan penelitian ini adalah masih adanya faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi perubahan harga obligasi diluar penelitian ini seperti terlihat pada nilai adjusted R square sebesar 0,344 atau 34,4 % yang berarti variabelvariabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen sebesar 34,4 %, sedangkan sisanya sebesar 65,6 % dipengaruhi variabel lain yang tidak dimasukkan didalam model. Sehingga untuk penelitian di masa mendatang, dapat meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi perubahan harga obligasi, salah satunya adalah peringkat obligasi. Dikarenakan para investor untuk berinvestasi sangat memperhatikan peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat obligasi. 3) Untuk penelitian di masa mendatang juga diharapkan untuk mengadakan suatu penelitian yang lebih mendalam tentang hubungan pengaruh ketiga variabel independen (tingkat bunga pasar, tingkat bunga kupon, dan waktu 79 jatuh tempo) terhadap variabel dependen (harga obligasi) yaitu dijadikannya salah satu variabel independen sebagai mediasi untuk menunjukkan pengaruh tidak langsung terhadap variabel dependen (harga obligasi). 80 DAFTAR PUSTAKA Algifari. 1997. Analisis Regresi Teori, Kasus dan Solusi, Yogyakarta : BPFE. Ang, Robbert, 1997, Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia, Indonesia : Mediasoft Arifin, Zainal, 2005, Teori Keuangan & Pasar Modal, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Yogyakarta : Penerbit Ekonisia. Bhojraj, S. dan Sengupta, P. 2003. Effect of Corporate Governance on Bond Ratings and Yields: The Role of Institusional Investor and Outside Directors, The Journal of Business, Vol. 76, No. 3, h. 455-475 Brigham dan Houston, 2006, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku Satu. Edisi Sepuluh. Jakarta: Salemba Empat. Chakravarty, S. dan Asani, S. 1999. Liquidity in US Fixed Income Markets : A Comparison of the Bid-Ask Spread in Corporate, Governent and Municipal Bond Markets, SSRN Working Paper. Chopin, M. 1998. Does the Maturity Mix of Government Borrowing Impact Municipal Bond Rates, Study in Economic and Finance 19,1,page 3 Elton, E.J. dan Green, T.J. 1998. Tax and Liquidity Effects in Pricing Government Bonds, The Journal of Finance, Vol. 53 No. 5, p. 1533- 1562. Fabozzi, F.J. 2000. Bond Markets, Analysis and Strategies, Fourth Edition, New Jersey : Prentice-Hall. Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Semarang : Badan Penerbitan Universitas Diponegoro Gunawan ,1996. Ekonometrika Pengantar, Yogyakarta : BPFE UGM. Hartono, J. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketujuh, Yogyakarta : BPFE UGM. Hair, J.F., Anderson, R.E., Tatham R.L., and Black W.C. 1998. Multivariate Data Analysis: Fifth Edition, Prentice-Hall International, Inc. Jones, C.P. Investment: Analisis and Management, Sixth Edition, USA : John Wiley & Sons, Inc. 81 Kempf, A. dan Homburg, M.U., 2000, Liquidity and Its Impact on Bond Prices, Schmalenbach Business Review, Vol. 52, p. 26-44. Krisnilasari, M. 2007. Analisis Pengaruh Likuiditas Obligasi, Coupon dan Jangka waktu Terhadap Perubahan Harga Obligasi di Bursa Efek Surabaya, Tesis, Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro tidak dipublikasikan Livingston. M. 1987. The Effect of Coupon Level on Treasury Bond Futures Delivery. The Journal of Future Market, 7,3, page 303 Manurung, A.H. 2006. Dasar-Dasar Investasi Obligasi. Jakarta : Penerbit PT. Elexmedia Komputindo. Mishkin, F. S, 2007. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan, Edisi Ketujuh, Jakarta : Salemba Empat Nurfaizah dan Setyarini, A.F. 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Yield Obligasi Perusahaan (Studi Kasus Pada Industri Perbankan dan Industri Finansial), Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 2 No. 9, p. 241-256 Priambodo, R. E. A. 2006. Relevansi ORI Secara Makro dan Mikro, Usahawan, No. 11, TH. XXXV, November, h. 42-47 Ratih, S. D. 2006. Saham dan Obligasi, Edisi Pertama, Yogyakarta : Penerbit UAJY Rodriguez. R.J. 1988. Default Risk, Yield Spread, and Time to Maturity, Journal of Financial and Quantitative Analysis, Mar 1988, 23,1, page 111 Rahardjo. S. 2003. Panduan Investasi Obligasi, Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Samuelson, P.A. dan Nordhaus W.D. 2001. Ilmu Makro Ekonomi. Jakarta : PT. Media Global Edukasi Siahaan, E.S. 2007. Analisis Faktor Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perubahan Harga Obligasi, Tesis, Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro tidak dipublikasikan Sukanto, E. 2009, Pengaruh Suku Bunga Deposito, Kurs Rupiah-USD, Tingkat Inflasi, IHSG, Volume Transaksi Terhadap Obligasi Pemerintah RI (SUN), Jurnal Fokus Ekonomi no 2 vol 4, p. 9-23 Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Cetakan 15, Bandung : Alfabeta 82 Tandelilin. E. 2010. Portofolio dan Investasi, Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama, Yogyakarta : Kanisius Umar. H. 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Cetakan Ketujuh, Rajawali Press. Widajati. A. 2009, Inflasi Dan Tingkat Bunga Terhadap Harga Obligasi Negara Ritel Yang Diterbitkan Pemerintah, Jurnal Keuangan dan Perbankan no 1 vol 13, p. 97-105 83 Lampiran 1 No 1 2 3 4 5 Rangkuman Beberapa Penelitian Sebelumnya Identitas Penelitian Hasil Penelitian Livingston (1987) The Cheapness In Delivery ( Kemurahan dalam biaya Effect of Coupon pengirimannya) tergantung dari ketersediaan obligasi Level on Treasury pada beberbagai level coupon dan jatuh tempo. Bond Futures Hasil penelitian jika obligasi tersebut memiliki kupon Delivery. The Journal yang rendah, akan memiliki cheapness in delivery dan of Future Market, 7,3, dalam jatuh tempo yang tetap. page 303 Rodriguez (1988) Hasil penelitian adalah secara umum risiko premi Default Risk, Yield obligasi tergantung dari jatuh tempo dalam berbagai Spread, and Time to waktu. Yield Spread mungkin meningkat atau menurun Maturity, Journal of secara monoton dengan jatuh temponya. Atau yield Financial and spread tersebut meningkat di beberapa interval jatuh Quantitative Analysis, tempo dan kemudian menurun dinterval maturity lainnya. Mar 1988, 23,1, page 111 Chopin (1998), Does Penelitian ini menggunakan data berupa federal treasury the Maturity Mix of bond dan Moody’s grade AA Municipal Bond. Methode Government yang digunakan adalah Multiple Regression. Borrowing Impact Hasil penelitian adalah Tresury Security ( yang Municipal Bond mempunyai jangka waktu lebih pendek ) memiliki Rates, Study in tingkat kepercayaan yang tinggi dibandingkan municipal Economic and Finance bond ( jangka waktu lebih panjang) dan memiliki biaya 19,1,page 3 bunga lebih rendah untuk mendanai kebutuhan dana pemerintah sehingga meningkatkan harga obligasi Elton dan Green(1998), Variabel yang digunakan : likuiditas, perubahan harga Tax and Liquidity obligasi, jangka waktu dan volume. Dengan Effects in Pricing menggunakan data harian yang bersumber dari brokerGovernment Bonds, broker obligasi pemerintah. Hasil Penelitian: The Journal of Finance, tidak terdapat pengaruh likuiditas terhadap return 1998- Wiley Online obligasi, namun mereka menemukan adanya hubungan Library negatif yang lemah antara obligasi berjangka waktu lama dengan harga dan volume obligasi Variabel yang digunakan : jangka waktu dan kupon serta Kempf dan Uhrig likuiditas Homburg(2000), Hasil Penelitian : likuiditas berpengaruh negatif Liquidity And Its terhadap harga obligasi Dalam tulisan ini, kami Impact on Bond Prices, Schmalenbach mengusulkan model waktu kontinu teoritis untuk menganalisis dampak likuiditas terhadap harga obligasi. Business Review X Harga Model obligasi tidak likuid dibandingkan obligasi Vol 52x January 2000 likuid dan menyediakan teori diuji diskon harga xpp 26-44 ilikuiditas induksi. Model ini diuji dengan menggunakan 1992 - 1994 data dari obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Jerman. Obligasi ini mendefinisikan segmen pasar yang homogen dalam risiko kebangkrutan, pajak, usia, dan kupon, tapi obligasi berbeda sehubungan dengan 84 6 Chakravarty and Sarkar (1999), Liquidity in US Fixed Income Markets : A Comparison of the Bid-Ask Spread in Corporate, Government And Municipal Bond Markets, FRB of New York Staff Report No 73 7 Bhojraj dan Sengupta , Effect of Corporate Governance on Bond Ratings and Yields: The Role of Institusional Investor and Outside Directors / 2003 Monica Risnilasari, Analisis Pengaruh Likuiditas Obligasi Coupon, dan Jangka Waktu Jatuh Tempo Obligasi Terhadap Perubahan Harga Obligasi di Bursa Efek Surabaya, Thesis Universitas Diponegoro, 2007 8 likuiditasnya. Temuan empiris menunjukkan harga obligasi tidak hanya tergantung pada dinamika suku bunga, tetapi juga pada likuiditas obligasi. Oleh karena itu, likuiditas obligasi harus digunakan sebagai faktor harga tambahan. Kami memeriksa faktor-faktor penentu penyebaran bidask pada obligasi perusahaan AS, municipal dan pasar obligasi pemerintah untuk tahun 1995 sampai 1997, berdasarkan data transaksi baru yang tersedia. Secara keseluruhan, kami menemukan bahwa likuiditas merupakan faktor penentu yang penting dari penyebaran bid-ask ketiga pasar. Secara khusus, di semua pasar, penyebaran bid-ask menyadari penurunan dalam volume perdagangan. Selain itu, faktor risiko yang penting dalam pasar obligasi perusahaan dan municipal. Di pasar ini, kenaikan penyebaran harga bid-ask di sisa waktu jatuh tempo /maturity suatu obligasi. Penyebaran obligasi korporasi juga meningkatkan risiko kredit dan umur obligasi. Penelitian ini memakai variabel penelitian : bond yields, year to maturity, call provision, beta, firm size, debt to equity ratio, rating. Hasil penelitiannya adalah : years to maturity, call provision, beta, firm size, debt to equity ratio, rating berpengaruh terhadap bond yields. Studi penelitian ini adalah tentang obligasi, kupon likuiditas dan dampak jangka jatuh tempo terhadap return obligasi di Bursa Efek Surabaya. Data dalam penelitian ini adalah sekunder data yang disediakan oleh Bursa Efek Surabaya dan Harian Bisnis Indonesia. 71 obligasi diperoleh sebagai sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan metode purposive sampling. Regresi berganda digunakan sebagai teknik analisis data. Temuan menunjukkan bahwa likuiditas dan kupon memiliki positive dan signifikan dampak terhadap return obligasi, sementara itu memiliki jangka waktu negatif dan signifikan dampak terhadap return obligasi. Oleh karena itu pendapatan tetap sekuritas investor harus membayar perhatian terhadap likuiditas obligasi, karena obligasi lebih cair cenderung menghasilkan lebih tinggi kembali. Investor juga disarankan untuk membeli obligasi yang menawarkan kupon bunga obligasi tinggi karena dapat menghasilkan tingkat pengembalian obligasi tinggi di samping hasil kupon. Akhirnya investor dapat membeli obligasi yang tidak memiliki waktu panjang jatuh tempo 85 9 karena ini jenis obligasi dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Nurfauziah & Adistien Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor Fatma Setyarini, yang mempengaruhi yield obligasi pada industry perbankan dan industri finansial. Data berupa laporan Analisis Faktorkeuangan emiten obligasi pada industri perbankan dan Faktor Yang Mempengaruhi Yield industri finansial, dalam kisaran waktu 1999-2001. Prospektus masing-masing emisi obligasi sebanyak 41 Obligasi Perusahaan prospektus yang dikeluarkan oleh emiten obligasi (Studi Kasus Pada sebanyak 19 perusahaan dalam rentang waktu tahun1996Industri Perbankan 2003. Hasil pada penelitian ini membuktikan bahwa dan Industri Finansial),Jurnal Siasat variabel likuiditas berpengaruh terhadap yield obligasi Bisnis no 9 vol 2,(2004) dengan tingkat signifikansi 0,038 dengan α<0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam emisi obligasi perbankan dan financial dalam penelitian ini hanya likuiditas yang berpengaruh kuat terhadap yield. Sedangkan berdasarka korelasi variabel, variabel independen yang mempunyai korelasi positif terhadap yield adalah variabel inflasi, likuiditas, peringkat, singking fund, dan secure. Sedangkan variabel independen yang berkorelasi negatif terhadap yield adalah Irate (bunga deposito bank umum), durasi, dan buyback. 10 11 12 Asih Widajati, Inflasi Dan Tingkat Bunga Terhadap Harga Obligasi Negara Ritel Yang Diterbitkan Pemerintah, Jurnal Keuangan dan Perbankan no 1 vol 13 (2009) Eman Sukanto, Pengaruh Suku Bunga Deposito, Kurs Rupiah-USD, Tingkat Inflasi, IHSG, Volume Transaksi Terhadap Obligasi Pemerintah RI (SUN), Jurnal Fokus Ekonomi no 2 vol 4 (2009) Edward S. Siahaan Analisis Faktor Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perubahan Penelitian ini mengambil populasi dalam penelitian yaitu semua obligasi korporasi yang listed diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari Agustus 2006 sampai dengan Desember 2007, yaitu obligasi ritel yang diterbitkan oleh pemerintah. Pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dilakukan dengan metode jalur (Path Analysis). Hasil penelitiannya adalah tingkat bunga SBI mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap harga obligasi Populasi dari penelitian ini adalah obligasi fixed rate pemerintah RI yang di issue tahun 1999 sampai dengan 2006 dan akan berakhir maksimal tahun 2013. Pantauan harga dilakukan selama 36 bulan mulai Oktober 2003 sampai dengan September 2006. Teknik penentuan sampel dengan metode purposive sampling. Sampel diambil berjumlah 10 Jenis. Penelitian ini menyimpulkan Bunga deposito berpengaruh signifikan negatif terhadap harga obligasi. Dalam penelitian ini Uji beda (two independen sample test) independen diterapkan untuk membenarkan / untuk menguji signifikansi perbedaan rata-rata untuk data unnormally yang didistribusikan dan baik digunakan untuk ordinal data. Tes ini digunakan untuk 86 Harga Obligasi, Thesis membenarkan pengaruh rating pada tingkat bunga Universitas coupon. Regresi analisis diaplikasikan untuk Diponegoro, 2007 memperkirakan pengaruh suku bunga, nilai tukar ,tingkat kupon, jumlah kupon / kupon periode sebagai variabel independen pada harga pasar sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan simultenuous (F-test) di antara empat variabel independen terhadap variabel dependen. Sementara itu oleh t-test didapatkan pengaruh parsial dari variabel independen terhadap variabel dependen. Suku bunga, nilai tukar dan tingkat kupon berpengaruh positive signifikan terhadap perubahan harga obligasi dan periode coupon berpengaruh negative signifikan terhadap perubahan harga obligasi. Selain, ada yang tidak signifikan mempengaruhi antara Peringkat emiten terhdap kupon bunga. 87 Lampiran 2 Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda Regression Descriptive Statistics Mean Price Std. Deviation N 1.04730E2 4.912617 115 Coupon .11031 .018793 115 Maturity 2115.40 722.417 115 .06548 .001923 115 Suku Bunga Correlations Price Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N Price Coupon Maturity Suku Bunga 1.000 .408 -.197 -.198 Coupon .408 1.000 .399 -.045 Maturity -.197 .399 1.000 .045 Suku Bunga -.198 -.045 .045 1.000 . .000 .017 .017 Coupon .000 . .000 .317 Maturity .017 .000 . .318 Suku Bunga .017 .317 .318 . Price 115 115 115 115 Coupon 115 115 115 115 Maturity 115 115 115 115 Suku Bunga 115 115 115 115 Price 88 b Model Summary Model R 1 R Square .587 a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .344 .327 Durbin-Watson 4.030962 1.735 a. Predictors: (Constant), Suku Bunga, Maturity, Coupon b. Dependent Variable: Price b ANOVA Model 1 Sum of Squares Regression df Mean Square 947.653 3 315.884 Residual 1803.601 111 16.249 Total 2751.254 114 F Sig. 19.441 .000 a a. Predictors: (Constant), Suku Bunga, Maturity, Coupon b. Dependent Variable: Price Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) 120.172 13.179 Coupon 148.337 21.955 Maturity -.003 -394.277 Suku Bunga a Standardized Collinearity Coefficients Statistics Beta t Sig. Tolerance VIF 9.118 .000 .567 6.756 .000 .837 1.194 .001 -.416 -4.957 .000 .837 1.194 197.021 -.154 -2.001 .048 .993 1.007 a. Dependent Variable: Price Collinearity Diagnostics 89 a Variance Proportions Model Dimension Eigenvalue Condition Index (Constant) Coupon Maturity 1 1 3.910 1.000 .00 .00 .01 .00 2 .072 7.363 .00 .01 .89 .00 3 .018 14.930 .01 .97 .10 .01 4 .000 96.692 .99 .02 .00 .99 a. Dependent Variable: Price a Residuals Statistics Predicted Value Minimum Maximum 1.00778E2 1.10831E2 1.04730E2 Residual 1.100212E1 Mean Std. Deviation N 2.883183 115 1.069611E1 .000000 3.977569 115 Std. Predicted Value -1.371 2.116 .000 1.000 115 Std. Residual -2.729 2.653 .000 .987 115 a. Dependent Variable: Price Charts 90 Suku Bunga 91 NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters 115 a Mean .0000000 Std. Deviation Most Extreme Differences 3.97756932 Absolute .058 Positive .058 Negative -.049 Kolmogorov-Smirnov Z .619 Asymp. Sig. (2-tailed) .838 a. Test distribution is Normal. 92