BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Obligasi Korporasi
Obligasi merupakan salah satu instrumen keuangan yang cukup menarik
bagi kalangan investor di pasar modal ataupun bagi perusahaan untuk
mendapatkan dana bagi kepentingan perusahaan. Adanya pengetatan prosedur
pinjaman di lembaga perbankan menyebabkan pihak perusahaan yang sedang
membutuhkan dana untuk ekspansi bisnis atau melakukan pelunasan hutangnya
mulai melirik instrumen obligasi sebagai salah satu alternatif penggalangan dana.
Obligasi korporasi merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh suatu
perusahaan yang menjanjikan pembayaran sejumlah uang tetap pada waktu jatuh
tempo dimasa mendatang ditambah dengan pemberian kupon secara periodik
kepada pemiliknya (Tandelilin, 2010:245). Sekuritas yang dimaksudkan
merupakan sertifikat yang berisi kontrak antara investor dengan perusahaan
penerbit obligasi (emiten), yang menyatakan bahwa investor tersebut telah
meminjamkan sejumlah uang kepada perusahaan (Hermuningsih, 2012:82).
Melakukan investasi obligasi selain menghasilkan kupon juga memberikan
tingkat
potensi
risiko
investasi.
Risiko
yang
dimaksudkan
adalah
ketidakmampuan membayar bunga sesuai ketepatan dalam kontrak (Fabozzi,
2000:506). Selain itu risiko yang paling ditakuti, yakni apabila pihak penerbit
obligasi (emiten), karena kondisi perusahaannya mengalami likuidasi, tidak
mampu membayar kewajiban pokok hutangnya. Investor obligasi jangka pendek
bisa juga mengalami kerugian akibat nilai pasar dari obligasi tersebut turun atau
lebih rendah daripada harga beli obligasi tersebut. Instrumen obligasi pada
dasarnya merupakan alternatif produk investasi yang sangat fleksibel serta sangat
prospektif perkembangannya di masa mendatang, sedangkan untuk investor
institusional yang menginginkan investasi dengan struktur pendapatan yang begitu
variatif maka kehadiran berbagai instrumen obligasi akan sangat diminati.
2.1.2 Jenis-Jenis Obligasi Perusahaan
Menurut Tandelilin (2010:247) ada beberapa jenis obligasi perusahaan
dengan masing-masing karakteristiknya yang berbeda, yaitu:
1) Obligasi dengan jaminan (mortgage bonds) adalah obligasi yang
diterbitkan oleh perusahaan dengan menggunakan jaminan suatu aset real,
sehingga jika perusahaan gagal memenuhi kewajibannya maka pemegang
obligasi berhak untuk mengambil alih aset tersebut.
2) Obligasi tanpa jaminan (debentures atau unsecured bond) adalah obligasi
yang diterbitkan tanpa menggunakan suatu jaminan aset real tertentu.
3) Obligasi konversi, merupakan obligasi yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk mengkonversikan obligasi tersebut dengan sejumlah
saham perusahaan pada harga yang telah ditetapkan, sehingga pemegang
obligasi mempunyai kesempatan untuk memperoleh capital gain. Disisi lain,
perusahaan emiten akan memperoleh keuntungan karena umumnya obligasi
konversi memberikan tingkat kupon yang relatif lebih rendah dibanding
obligasi biasa.
4) Obligasi yang disertai dengan warrant. Pemegang obligasi mempunyai hak
untuk membeli saham perusahaan pada harga yang telah ditentukan.
Pemegang obligasi dengan waran akan mempunyai kesempatan untuk
mendapatkan capital gain jika harga saham mengalami kenaikan.
5) Obligasi tanpa kupon (zero coupon bond) adalah obligasi yang tidak
memberikan pembayaran bunga. Obligasi tanpa bunga umumnya ditawarkan
pada harga dibawah nilai parnya, sehingga investor akan memperoleh
keuntungan dari nilai perbedaan harga pasar dan nilai par obligasi pada saat
obligasi tersebut dibeli.
6) Obligasi dengan tingkat suku bunga mengambang (floating rate bond)
adalah obligasi yang memberikan tingkat bunga yang besarnya disesuaikan
dengan fluktuasi tingkat bunga pasar yang berlaku.
7) Putable bond adalah obligasi yang memberikan hak kepada pemegang
obligasi untuk menerima pelunasan obligasi sesuai dengan nilai par sebelum
waktu jatuh tempo. Putable bond akan melindungi pemegang obligasi
terhadap fluktuasi tingkat bunga yang terjadi. Jika tingkat bunga mengalami
kenaikan dan harga obligasi akan mengalami penurunan maka pemegang
obligasi mempunyai hak untuk meminta pelunasan perusahaan.
8) Junk bond adalah obligasi yang memberikan tingkat keuntungan (kupon)
yang tinggi, tetapi juga mengandung risiko yang sangat tinggi pula.
9) Sovereign bonds adalah obligasi yang diterbitkan oleh suatu negara dalam
mata uangnya sendiri, tetapi dijual dinegara lain dalam mata uang negara
tersebut.
2.1.3 Harga Obligasi dan Yield Obligasi
Harga obligasi adalah harga yang ditawarkan oleh perusahaan emiten
kepada investor pada saat penjualan obligasi di pasar modal, sedangkan yield
obligasi adalah ukuran pendapatan obligasi yang diterima investor dan bersifat
tidak tetap. Yield obligasi bersifat tidak tetap, karena pendapatan tersebut
didasarkan pada nilai pasar yang dapat berubah-ubah (Tandelilin, 2010:257).
Harga dan yield obligasi memiliki keterkaitan yang sangat penting dalam
perdagangan obligasi bagi investor.
Hubungan yang dimiliki antara harga dan yield obligasi yaitu hubungan
yang negatif (terbalik). Hubungan negatif yang dimaksudkan adalah ketika yield
obligasi meningkat maka harga obligasi cenderung akan menurun. Menurut
Fabozzi (2000:543) hal tersebut disebabkan karena harga obligasi merupakan nilai
sekarang arus kas, seiring dengan adanya peningkatan atas hasil yang diinginkan
maka nilai sekarang dari arus kas akan menurun sehingga menyebabkan
penurunan pada harga. Hubungan antara harga dengan yield obligasi ini sangat
penting untuk diperhitungkan bagi investor agar para investor dapat mengetahui
kapan waktu yang tepat untuk membeli maupun menjual obligasi sehingga
keuntungan yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan teori, dalam menentukan harga obligasi diperlukan estimasi
nilai dari arus kas selama periode dan estimasi dari yield yang diharapkan. Arus
kas dari obligasi bagi investor yaitu kupon ditambah dengan nilai pada saat jatuh
tempo. Secara umum periode pembayaran kupon yang digunakan di Indonesia
adalah periode triwulan atau semester.
Secara sistematis, harga obligasi dapat dirumuskan sebagai berikut (Hartono,
2014:219):
NO = ?
?
?
?
?? ? (? ? ?)
Keterangan:
? ?? ?
+ (? ? ?)? ................................................................................ (1)
NO = Nilai intrinsik obligasi
K
= Nilai kupon obligasi
NJTn = nilai obligasi pada saat jatuh tempo
i
= suku bunga diskonto (discount rate) yang digunakan
t
= periode obligasi (1,2,3,....., n)
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Harga Obligasi
Korporasi
2.1.4.1 Likuiditas Obligasi
Menurut Hartono (2014:220) likuiditas obligasi dari suatu obligasi
menunjukkan seberapa cepat investor menjual obligasinya tanpa harus
mengorbankan harga obligasinya. Frekuensi transaksi perdagangan obligasi
ini mencerminkan bahwa obligasi sering dan mudah diperjualbelikan.
Semakin mudah suatu obligasi diperjualbelikan maka semakin menarik minat
investor untuk berinvestasi pada obligasi tersebut.
Likuiditas obligasi adalah tingginya volume dari frekuensi transaksi
perdagangan obligasi di pasar obligasi. Apabila obligasi yang dibeli
mempunyai likuiditas obligasi cukup tinggi maka harga obligasi tersebut
cenderung stabil dan meningkat, begitu pula sebaliknya apabila likuiditas
obligasi tersebut rendah, maka harga obligasi cenderung melemah. Saat
membeli obligasi hendaknya memilih obligasi yang likuid yaitu yang selalu
diperdagangkan di pasar obligasi serta diminati oleh investor.
Likuiditas obligasi merupakan risiko bagi investor ketika membeli
suatu obligasi. Risiko ini timbul dari kemungkinan tidak likuidnya suatu
obligasi. Suatu obligasi menjadi likuid di pasar obligasi jika permintaan akan
obligasi tersebut cukup banyak dan likuiditas obligasi yang tinggi akan
memudahkan investor untuk menjual kembali dengan harga premium
sebelum waktu jatuh tempo obligasi tersebut.
2.1.4.2 Waktu Jatuh Tempo
Waktu jatuh tempo merupakan tanggal ketika pemegang obligasi akan
menerima uang pokok pinjaman yang jumlahnya sebesar nilai nominalnya
(Tandelilin, 2010:42). Setiap obligasi mempunyai masa jatuh tempo atau
dikenal dengan istilah maturity date yaitu tanggal di mana nilai pokok
obligasi tersebut harus dilunasi oleh penerbit obligasi. Emiten obligasi
mempunyai kewajiban mutlak untuk membayar nilai nominal obligasi kepada
pemegang obligasi pada saat jatuh tempo (biasanya tercantum pada
kesepakatan yang dibuat sebelumnya). Waktu jatuh tempo tiap obligasi
bervariasi dari 1 tahun sampai lebih dari 10 tahun.
Obligasi yang memiliki periode jatuh tempo lebih lama maka akan
semakin tinggi tingkat risikonya sehingga yield yang didapatkan juga berbeda
dengan obligasi yang umur jatuh temponya cukup pendek. Perubahan harga
obligasi biasanya disebabkan juga oleh periode jatuh tempo obligasi tersebut.
Apabila tingkat suku bunga berubah, harga obligasi yang mempunyai masa
jatuh tempo lebih lama akan lebih banyak berubahnya dibanding obligasi
yang mempunyai masa jatuh tempo pendek (Tandelilin, 2010:277).
2.1.4.3 Kupon Obligasi
Kupon merupakan bunga yang dibayarkan oleh emiten untuk setiap
periode tertentu, umumnya setiap 6 bulan (Hartono, 2014:191). Kupon
obligasi ditetapkan dalam persentase tahunan dari nilai nominal dan
dibayarkan pada interval waktu tertentu.
Tingkat bunga dari obligasi menentukan bunga yang harus dibayarkan
dimana pembayaran tahunan merupakan tingkat imbal hasil kupon dikalikan
dengan nilai nominal obligasi (Bodie et al., 2009:4). Obligasi yang
mempunyai kupon tinggi di atas rata–rata suku bunga deposito dan rata–rata
kupon obligasi lainnya sangat diminati oleh banyak investor. Bila kupon
obligasi tersebut tinggi maka harga obligasi cenderung meningkat karena
obligasi yang memiliki kupon yang tinggi lebih menarik bagi investor karena
pembayaran kupon atas obligasi yang dibeli memiliki nilai yang tinggi.
Begitu juga sebaliknya, apabila tingkat kupon obligasi yang diberikan relatif
kecil, harga obligasi tersebut cenderung turun karena daya tarik untuk
investor atau bagi calon pembeli obligasi tersebut sangat sedikit.
2.1.5 Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi adalah simbol-simbol karakter yang diberikan oleh agen
pemeringkat untuk menunjukkan risiko dari obligasi (Hartono, 2014:230).
Menurut Fahmi (2012:146) peringkat obligasi menggambarkan kredibilitas dan
prospek layaknya obligasi tersebut dibeli untuk dijadikan sebagai salah satu aset
lancar perusahaan. Berikut penjelasan dari tiap peringkat obligasi menurut
Hartono (2014:230):
Peringkat
Tabel 2.1 Peringkat obligasi
Keterangan
AAA
Mempunyai kemampuan sangat kuat untuk membayar bunga
dan membayar kembali pokok obligasi.
AA
Mempunyai kemampuan kuat untuk membayar bunga dan
membayar kembali pokok obligasi.
A
Mempunyai kemampuan kuat untuk membayar bunga dan
membayar kembali pokok obligasi tetapi lebih rentan terhadap
kondisi yang berubah terbalik dibandingkan dengan kasus dari
AA.
BBB
Mempunyai kemampuan cukup untuk membayar bunga dan
membayar kembali pokok obligasi. Bahkan lebih rentan
terhadap kondisi yang berubah terbalik dibandingkan dengan
obligasi peringkat A.
BB, B
CCC, CC, C
Dianggap spekulatif terhadap kemampuan untuk mebayar
bunga dan membayar kembali pokok obligasi. BB
menunjukkan tingkat terendah dari spekulasi dan C
menunjukkan tingkat tertinggi dari spekulasi.
D
Gagal (default).
+ atau -
Dapat digunakan untuk menunjukkan posisi relatif di dalam
suatu kategori.
2.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2012:93).
2.2.1 Pengaruh likuiditas obligasi terhadap perubahan harga obligasi
korporasi
Yuan (2001) menyatakan bahwa likuiditas obligasi berpengaruh positif
terhadap perubahan harga obligasi karena likuiditas obligasi yang tinggi akan
menyebabkan obligasi lebih menarik karena tingginya minat investor untuk
membeli obligasi tersebut sehingga menyebabkan perubahan harga obligasi
semakin meningkat.
Penelitian yang dilakukan Damena et al. (2014) di Bursa Efek Indonesia
tahun 2010-2012 dengan jumlah sampel 65 obligasi dimana hasil penelitiannya
memperoleh likuiditas obligasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
perubahan harga obligasi.
Penelitian Subagia dan Sedana (2015) yang menggunakan sampel 54
obligasi dimana variabel likuiditas obligasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap perubahan harga obligasi korporasi. Penelitian Bao et
al. (2009)
menemukan adanya hubungan positif signifikan antara likuiditas obligasi terhadap
perubahan harga obligasi.
Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Krisnilasari
(2007) menyebutkan bahwa likuiditas obligasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap perubahan harga obligasi. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
H1 : Likuiditas obligasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
perubahan harga obligasi korporasi
2.2.2 Pengaruh waktu jatuh tempo terhadap perubahan harga obligasi
korporasi
Rubayah et al. (2002) mengungkapkan pada hasil penelitiannya bahwa
variabel waktu jatuh tempo berpengaruh negatif terhadap harga obligasi. Hal ini
disebabkan karena dalam kurun waktu yang begitu lama, risiko ketidakpastian
terhadap suatu musibah yang menyebabkan kinerja perusahaan turun secara
drastis.
Penelitian Krisnilasari (2007) juga mengungkapkan hasil penelitian bahwa
variabel jangka waktu jatuh tempo berpengaruh negatif terhadap perubahan harga
obligasi. Penelitian Ericsson dan Reneby (2001) melakukan kajian mengenai
perkiraan harga obligasi di pasar obligasi di Amerika Serikat dan hasilnya
menunjukkan bahwa jangka waktu obligasi mempengaruhi perubahan harga
obligasi secara negatif yang memiliki makna bahwa makin panjang jangka waktu
obligasi maka akan menurunkan perubahan harga obligasi.
Penelitian Wijaya et al. (2014) menyatakan hal waktu jatuh tempo secara
signifikan berpengaruh negatif terhadap perubahan harga obligasi karena jika
risiko obligasi perusahaan meningkat, permintaan obligasi perusahaan menurun
sehingga harga obligasi perusahaan menurun, berlaku juga untuk hubungan
sebaliknya. Temuan penelitian Amihud dan Mendelson (1991) menyebutkan
return obligasi akan menurun dengan meningkatnya jangka waktu jatuh tempo.
Semakin pendek jangka waktu obligasi maka diperkirakan mengurangi perubahan
harga obligasi. Investor akan memilih waktu jatuh tempo yang lebih singkat untuk
meminimalisir terjadinya risiko gagal bayar yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Waktu jatuh tempo berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
perubahan harga obligasi korporasi
2.2.3 Pengaruh kupon obligasi terhadap perubahan harga obligasi korporasi
Wijaya et al. (2014) melakukan penelitian pada Bursa Efek Indonesia dari
tahun 2009 sampai tahun 2011 dengan jumlah sampel 115 obligasi dan
berdasarkan hasil pengujian ditemukan tingkat bunga kupon secara signifikan
berpengaruh positif terhadap perubahan harga obligasi. Jika ekspektasi
keuntungan obligasi perusahaan meningkat, permintaan pada obligasi perusahaan
tersebut meningkat sehingga harga obligasi perusahaan meningkat, berlaku pula
sebaliknya.
Penelitian yang dilakukan oleh Krisnilasari (2007) mengenai pengaruh
likuiditas obligasi, kupon, dan jangka waktu jatuh tempo obligasi terhadap
perubahan harga obligasi di Bursa Efek Surabaya. Hasil penelitiannya, variabel
kupon obligasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan harga
obligasi pada tingkat signifikansi 5%.
Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Siahaan (2007)
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga obligasi khusus
pada obligasi di sektor industri dari tahun 2004-2006. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa kupon obligasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
perubahan harga obligasi. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
H3 : Kupon obligasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan
harga obligasi korporasi
Download