SAMBUTAN MENTERIAGAMA RI PADA UPACARA WISUDA SARJANA KE-X S.I DAN S.2 INSTITUT ILMU A1-QUR'AN (IIQ) TANGGAL, 30 APRIL 2005 DI JAKARTA Bismillahirohmanirrohim 1. Pertarna-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah. SWT Qatas berkah, rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga pada hari ini kita dapat bersamasama menghadiri upacara Wisuda Sarjana ke X SI dan S2 Intitut Islam Alur'an ini. Besar rasa syukur kita, karena perguruan tinggi ini telah berulang kali berhasil mewisuda sarjana dalam bidang Ulumul Qur'an dan Ulumul Hadis yang memiliki kemampuan sebagaimana diharapkan oleh umat. Suatu prestasi yang harus kita syukuri bersama. Hal ini tentunya, berkat kesungguhan para pendukung dan pengelola lembaga ini, mulai dari mahasiswa, para dosen, para pembina sampai pada seluruh karyawannya. Karena keikhlasan seluruh sivitas akademika IIQ ini, maka amal perbuatan yang mereka lakukan membuahkan hasil yang berarti. 2. Memperhatikan visi dan misi IIQ, saya mencatat ada tiga hal penting yang menjadi elemen dasar dalam penyelenggaraan pendidikan di IIQ : Pertama, IIQ telah meletakkan landasan pengajaran dan pembelajaran Al-Qur'an sebagai elemen ulama pendidikan yang diterapkan di IIQ. Dengan demikian, maka pembelajaran Al-Qur'an tidak terbatas pengertiannya pada memperoleh kemampuan membamca tetapi yang lebih penting lagi adalah kemampuan memahami makna dan isinnya serta dengan sendirinya tentunya cara mengamalkan dan menerapkannya dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Sebagai kitab suci yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, AlQur'an tidak hanya merupakan petunjuk bagi umat Islam, tetapi petunjuk itu juga diperuntukkan bagi seluruh umat manusia agar dapat meninggalkan dunia kegelapan menuju alam yang terang benderang oleh sinar petunjuk Ilahi. AI-Qur'an, tidak hanya memberikan petunjuk bagi manusia untuk hidup Shalih, bersih dan tidak merugikan orang lain, melainkan juga untuk hidup Mushlih, berguna dan memberikan kebaikan kepada lingkungannya di masyarakat sekitarnya. Al-Qur'an menyejukkan untuk hidup Wara tapi penuh gairah lagi tidak bersikap pasrah, mengejar kebahagiaan akhirat, tapi tidak melupakan kehidupan di dunia. Kedua, IIQ membentuk Ulama/Sarjana Muslim terutama wanita atau Wanita Sarjana yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional dalam bidang ilmu agama Islam. Prioritas terhadap pembentukan Wanita Sarjana ini dilandasi oleh posisi strategis wanita sebagaimana di isyaratkan Nabi Muhammad SAW, bahwa "Wanita adalah tiang Negara bila mereka balk sejahterakan negara, dan apabila mereka rusak binasalah Negara seluruhnya". Keamat pentingnya kedudukan dan peranan kaum wanita tersebut disebabkan oleh pengaruh besar mreka terutama dalam kehidupan keluarga sebagai satuan terkecil dari masyarakat. Sebagai seorang isteri dan 1 seorang ibu, ia memperoleh tanggung jawab dam mengembangkan kebiasaan hidup bersama secara kooperatif dengan anggota-anggota kelompok lain. la bersama suami mengembangkan kesadaran sosial dan kebiasaan-kebiasaan perilaku sosial, cinta, kasih sayang dan tolong menolong, yang selanjutnya membentuk pribadi dan karakter anak. Sukses tidaknya seorang suami dalam kerja, kegiatan dan karirnya dalam masyarakat banyak ditentukan oleh dorongan atau rongrongan sang. isteri. Pertumbuhan anak, sifat rawatan, asuhan dan didikan seorang ibu teramatlah besar pengaruhnya. Dengan demikian, misi IIQ untuk melahirkan seorang WanitaSarjana, merupakan upaya yang sangat mulia, terutama dalam mempersiapkan pendidik bangsa menghadapi masa depan yang penuh tantangan zaman yang tidak mungkin kita hindari. Ketiga, adalah sangat menggembirakan bahwa IIQ telah menerapkan sistem Ma'had dalam menyelenggarakan pendidikannya. Dengan sistem Ma'had (kampus berasrama), maka akan teratasi hal-hal yang dirasakan dapat mengurangi prestasi perguruan tinggi Islam dalam menghasilkan ulama cendekiawan atau cendekiawan yang ulama. 3. Pengetahuan tentang agama Islam telah lama hadir dalam masyarakat Indonesia, bersamaan dengan kedatangan agama Islam di tanah air kita. Akan tetapi pengetahuan tentang agama Islam tersebut tidak mengalami perkembangan yang berarti dibanding dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat bangsa kita, baik yang berkaitan dengan sistim budayaan dalamsistim sosial. Ketimpangan ini disebabkan terutama karena pengetahuan ke islaman terlalu berorientasi pada doktrin. Hal ini sebenarnya tidak keliru, sebab pendekatan dari suatu agama terhadap sesuatu masalah bersifat normatif, dilihat dan inilai dari segi doktrin agama. Hanya saja dalam hal ini dapat terjadi kemungkinan pemahaman terhadap agama menampakkan gejala kemandekan. Sesungguhnya tuntutan dan tantangan zaman rnembutuhkan tersedianya tenaga ahli yang menguasai ilmu agarna dan ilmu pengetahuan umum yang luas sehingga tercermin perpaduan antara ulama yang cendekia dan cenekiawan yang ulama bersatu pada diri seseorang. Oleh karena itu pendidikan dalam lingkungan perguruan tinggi agarna Islam yang berkembang saat ini mencakup komponen ilmu agama dan komponen ilmu pengetahuan umum yang keduanya mewujudkan bentuk pendidikan yang bulat ke arah terbentuknya tenaga ahli agama yang mengetahui dan menguasai permasalahan kemasyarakatan dalam berbagai aspek ke hidupan. Hal ini semakin penting terutama setelah Iahirnya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang menuntut kepekaan Perguruan Tinggi Agama Islam terhadap perkembangan Iptek dan Seni atas asumsi bahwa ilmu-ilmu ke Islaman diperlukan untuk memberi nuansa moralitas dan makna bagi kemajuan-kemajuan Iptek. 4. Dalam jangka lima tahun ke depan Departemen Agama mencanangkan program pengembangan pendidikan tinggi Islam yang meliputi: (I) Peningkatan Good Governance dan Pengembangan Konsep Perguruan Tinggi Agama Islam; (2) Peningkatan Kapasitas dan Kesempatan Pendidikan Tinggi Agama Islam; (3) Peningkatan Mutu Lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam; (4) Peningkatan Peran Perguruan Tinggi Agama Islam Dalam Perubahan dan Dinamika masyarakat dan 2 Peradaban; (5) Pengembangan dan Peningkatan Akses Perguruan Tinggi Agama Islam Terhadap Sumber Dana dan Mitra Pengembangan. Kelima program utama tersebut dilakukan dalam rangka menjawab tiga permasalahan yang ada, yaitu: (1) Angka Partisipasi Kasar Pada Pendidikan Tinggi masih sangat rendah; (2) Tingkat pengangguran pada kelompok sarjana masih tinggi; (3) Tingkat moralitas kaum intelektual dan peradaban bangsa masih sangat rentan terhadap ketidak-adilan. 5. Untuk itu, maka Pemerintah akan segera melakukan penataan kelembagaan Perguruan Tinggi Agama Islam seiring dengan restrukturisasi ilmu-ilmu keislaman sebagai salah satu upaya memberi fokus yang jelas bagi pengembangan Perguruan Tinggi Agama Islam. Tujuan pendidikan Islam pada prinsipnya pemberdayaan manusia sebagai khalifah Allah SWT di.bumi, yang pada gilirannya amat koheren dengan tujuan pendidikan nasional. Sebab dalam kaitan ini dandilihat dari perspektif keilmuan yang dikembangkan di perguruan tinggi Islam, peluang semakin terbuka bagi para alumni untuk lebih banyak berperan dalam pembangunan nasional. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional (UUSPN), UU No. 20/2003 menetapkan sistem pendidikan nasional sebagai satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan penndidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional; yakni untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 6. Oleh karena itu akan dilakukan redistribusi konsentrasi-konsentrasi Program Studi dan Pencanangan Konsentrasi-Konsentrasi Unggulan. Sebagi konsekwensi restrukturisasi ilmu-ilmu Islam, konsentrasi-konsentrasi Program Pascasarjana (PPs) mutlak ditinjau kembali, agar memenuhi tiga kriteria berikut: 1. Mengembangkan disiplin-disiplin ilmu yang menjadi unggulan Program SI; 2. Memenuhi kebutuhan rekruitmen tenaga akademik Program SI; 3. Memperluas peluang profesionalisme alumni. Selain itu, dalam rangka mempertahankan kualitas penguasaai dan pendalaman keilmuan setiap Program Pascasarjana seharusnya mengembangkan konsentrasi unggulan yang menjadi ciri-khusus masing-masing di samping konsentrasi yang sudah ada. 7. Sehubungan dengan ini sekali lagi saya ingin mengingatkan bahwa perguruan tinggi Islam adalah lembaga pendidikan tinggi yang mempunyai misi mengembangkan ilmuilmu agama Islam demi terlaksananya ajaan-rajaran Islam dalam kehidupan masyarakat muslim. Dengan kata lain lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam harus menjadi contoh dalam pelaksanaan dan penerapan nilainilai Islam, sehingga tidak boleh ada sarjana PTAI yang kemudian tidak mampu melakukan convincing bagi pelestarian ajaranajaran Islam. 8. Saya menyadari bahwa untuk menghasilkan lulusan perguruan tinggi Islam yang berkualitas dan bermutu serta mampu mengambil peran aktif dalam pembangunan 3 nasional diperlukan biaya mahal. Sedangkan institusi perguruan tinggi kita, disamping tugasnya menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan tinggi Islam juga mengemban misi dakwah. Oleh karena itu saya menghimbau kepada kalangan pengelola perguruan tinggi Islam untuk mengupayakan agar keterlibatan dan partisipasi serta dukungan masyarakat terhadap kemajuan pendidikan tinggi Islam betulbetul diarallkan bagi terciptanya lulusan yang tidak menjadi beban baru dalarn daftar pengangguran sarjana tetapi sebaliknya mampu menciptakan lapangan kerja bagi diri dan masyarakatnya. 9. Akhirnya, kepada para wisudawan saya menyampaikan selamat atas keberhasilan menyelesaikan studinya, semoga anda semua menjadi sarjana muslim yang mampu mengarnalkan nilai-nilai ajaran Islam dan menjadi panutan menuju terciptanya masyarakat madani. Terima kasih, Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Jakarta, 30 April 2005 Menteri Agama RI ttd H. Muhammad M. Basyuni 4