LANTING Journal of Architecture, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2015, Halaman 58-72 ISSN 2089-8916 TAMAN WISATA DANAU SERAN DI BANJARBARU Reinaldi Eka Prananta Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat [email protected] J. C. Heldiansyah Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat [email protected] Abstrak Taman Wisata Danau Seran di Banjarbaru merupakan sebuah kawasan wisata berupa ruang terbuka hijau yang disediakan untuk digunakan sebagai tempat studi dan rekreasi di kawasan bekas pertambangan intan. Perancangan Taman Wisata Danau Seran bertujuan untuk mengolah, mendesain, dan mengkonservasi suatu kawasan bekas pertambangan intan dalam sebuah ruang lingkup kawasan wisata yang menarik dan mempunyai nilai ekologis pada aktivitas rekreasi dan edukasi. Penekanan perancangan diarahkan bagaimana memfasilitasi fungsi-fungsi berbeda dalam satu wadah tempat rekreasi, yang tidak hanya menarik, namun kaya akan ilmu pengetahuan untuk dipelajari oleh masyarakat banyak. Metode pembahasan yang digunakan ialah metode analisis deskriptif dengan memberikan gambaran tentang objek yang diteliti melalui analisis secara deskriptif. Data yang didapat seperti data fisik tapak, fungsional, bentuk, dll kemudian dianalisis dengan landasan konsep ekologis untuk selanjutnya dibuat pertimbangan-pertimbangan atau rekomendasi yang sesuai untuk perancangan Taman Wisata Danau Seran. Sebagai tempat rekreasi dan edukasi di lahan bekas pertambangan yang sarat akan kerusakan lingkungan, maka desain Taman Wisata Danau Seran ini dipilih pada perancangan dengan konsep ekologis, yang diterapkan pada desain bangunan, desain tata lansekap, dan desain manajemen taman wisata. Sehingga dalam prakteknya, pengunjung tidak hanya mempelajari objek yang ada pada kawasan, namun juga dapat mempelajari kawasan Taman Wisata Danau Seran sebagai satu siklus ekologi tidak pernah putus. Kata kunci: Taman Wisata, Danau Seran, Ekologis Abstract Seran Lake Tourism Park in Banjarbaru is a tourist area in the form of green open space is provided for use as a place of study and recreation in the area of the former diamond mining. The design of the Seran Lake Park aims to cultivate, design, and conserve an area mined diamonds within a scope of an attractive tourist area and have ecological value in recreational and educational activities. The design emphasis is directed how to facilitate different functions in a single container recreation area, which is not only attractive, but rich in knowledge to be learned by many people. Discussion method used is descriptive analysis method to provide a picture of the object under study through descriptive analysis. The data were obtained as physical data footprint, functional, shape, etc. and then analyzed by a foundation created to further the concept of ecological considerations or recommendations to the design of the Seran Lake Park. As a place of recreation and education in the former mining land full of environmental damage, the design of the Seran Lake Park have been on ecological design concept, which is applied to the building design, layout landscaping design, garden design and management of travel. So in practice, visitors not only learn the objects that exist in the region, but also can learn Seran Lake Park neighborhood tourism as an ecological cycle. Keyword: Tourism Park, Seran Lake, ecological PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu fenomena pada masyarakat yang selalu dikaitkan seseorang baru yang Pariwisata dengan kegiatan perjalanan untuk memperoleh pengalaman menyenangkan dan berkesan. dianggap sebagai suatu aset 58 yang strategis untuk mendorong pembangunan di wilayah-wilayah tertentu yang mempunyai potensi objek wisata sehingga dapat membawa manfaat dan pengaruh yang cukup besar meliputi aspek ekonomi (sumber devisa), aspek sosial (penciptaan lapangan kerja) dan aspek budaya. Selain itu parwisata juga merupakan sektor yang sangat kompleks yang terdiri atas berbagai komponen, seperti atraksi, transportasi, akomodasi, promosi dan sebagainya (Mill dan Morrison, 1985). Salah satu bentuk pariwisata yang digemari oleh masyarakat Indonesia berupa Taman wisata, hal ini bisa dilihat dari tingginya angka kunjungan masyarakat ke tamantaman wisata setiap akhir minggu dan juga hari liburan. Secara tidak langsung Taman wisata di Indonesia merupakan objek wisata dan edukasi yang sangat menjanjikan. Di kota besar seperti Jakarta saja saat ini sudah banyak memiliki taman-taman wisata, seperti Taman Impian Jaya ancol, dan Taman Mini Indonesia Indah. Tabel 1. Nama Objek Wisata di Banjarbaru (Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarbaru, 2010) Kota Banjarbaru memiliki kedudukan yang penting dan strategis, khususnya dalam bidang transportasi darat dan udara. Ini menjadi potensi yang disadari Pemko Banjarbaru, yang tertuang dalam RPJMD 2011-2015, terutama dalam pengembangan kawasan pariwisata. Namun hingga sekarang, masih belum terlihat adanya gejala bahwa rencana pola ruang akan mengarah pada implementasi, dengan mengacu pada kebutuhan dan peluang yang besar, seperti penyediaan sarana dan prasarana wisata. Contoh konkret, keberadaan objek/taman wisata di Banjarbaru yang saat ini kurang terkelola secara optimal. Kota Banjarbaru memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi kota seribu taman. Beberapa lokasi di Banjarbaru sudah merupakan daerah ruang terbuka hijau, seperti area kawasan kampus Unlam Banjarbaru, kawasan Minggu Raya dan Lapangan Murdjani, kawasan Taman Hutan Raya Sultan Adam dan Kawasan Kolam Renang Idaman. Jika dilihat dari potensi wisata, Banjarbaru minim sekali dari potensi wisata alam yang bisa dikelola dan di pelihara. Padahal kota Banjarbaru memiliki kondisi dan bentang alam yang indah dan variatif. Adanya bukit-bukit, sungai, hutan dan danau yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata alam di kota Banjarbaru. Salah satu tempat yang memiliki pemandangan alam yang indah, suasana yang sejuk menyenangkan dan berpotensi besar untuk dijadikan objek wisata adalah Danau Seran di Banjarbaru. Danau Seran terletak di Kelurahan Guntung Manggis, Banjarbaru. Danau ini merupakan danau yang tercipta bekas penambangan intan di kota Banjarbaru yang berlokasi di lahan milik PT. Galuh Cempaka seluas 216 hektar. Pembangunan Taman Wisata di Danau Seran, yang sebenarnya untuk merevitalisasi / menghidupkan kembali area sekitar Danau Seran di kawasan PT. Galuh Cempaka yang pernah ada, karena dapat mengembangkan wilayah dan membuat pertumbuhan baru di kawasan tersebut, antara lain: 1. menciptakan ruang publik baru, 2. mendorong tumbuhnya usaha kecil dan menengah, 3. membuka lapangan kerja baru, 4. pengembangan objek pariwisata, dan 5. membuka sumber pendapatan daerah. Di sisi lain, adanya kegiatan pariwisata Danau Seran cenderung dapat membawa dampak negatif terhadap ekosistem kawasan tersebut, yang mana kawasan 59 tersebut masih asli dan alami dengan adanya habitat flora dan fauna khas tanah gambut. Oleh karena itu, diperlukan konsep perancangan yang memperhatikan kelestarian ekosistem flora dan fauna juga ramah lingkungan serta berkelanjutan. Berdasarkan pertimbangan diatas, maka diperlukan sebuah konsep perancangan Taman Wisata yang mampu meningkatkan kegiatan pariwisata khususnya wisata alam di Banjarbaru yang tidak hanya sebagai tempat rekreasi tetapi dapat memberikan atraksi wisata sekaligus wisata edukasi, dimana konsep ekologis menjadi landasan/acuan untuk konsep perancangan tersebut. Berdasarkan premis ini, maka permasalahan perancangan pada kasus ini adalah bagaimana merancang suatu taman wisata di kawasan Danau Seran (eks. Industry tambang) menjadi kawasan wisata dengan menerapkan konsep ekologis dan berfungsi sebagai ruang publik bagi masyarakat sekaligus atraksi wisata dan media pendidikan lingkungan. Hasil perancangan ini nantinya diharapkan hasil perencaan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam perancangan sebuah taman wisata dengan konsep ekologis di Banjarbaru khususnya di kawasan Danau Seran (eks. Industry tambang). Alur Pikir Gambar 1. Alur Pikir Sumber : Analisis Pribadi, 2014 TINJAUAN PUSTAKA Taman Wisata Danau Seran di Banjarbaru dapat didefinisikan sebagai kawasan wisata berupa ruang terbuka hijau yang disediakan untuk digunakan sebagai tempat rekreasi. Dapat dalam keadaan alami atau semi-alami, atau buatan, untuk rekreasi dan kesenangan manusia serta untuk pelestarian satwa liar atau habitat alam yang terletak di Danau Seran Banjarbaru. Peranan dan fungsi taman dalam arsitektur lanskap antara lain: (Frederick Law Olmsted, 1858) 1. Taman sebagai bentuk ekosistem mini. Merupakan tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup, dalam hal ini berupa lingkungan alam, lingkungan buatan dan lingkungan sosial yang saling mempengaruhi. 2. Taman sebagai tatanan lingkungan hidup. Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan atau bentuk. Pembangunan berwawasan lingkungan memiliki perencanaan dalam menggunakan, memanfaatkan, maupun mengelola sumber daya secara bijak dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas hidup, termasuk kesejahteraan manusia. 3. Taman sebagai bagian tatanan lingkungan. Berupa sembilan fungsi taman sebagai tatanan lingkungan, diantaranya fungsi estetis (estetika atau keindahan), fungsi hidrologis (tata air), fungsi klimatologis (iklim, cuaca, suhu dan tata udara), fungsi edaphis (lingkungan hidup satwa atau keanekaragaman hewan/binatang), fungsi ekologis (persebaran lingkungan maupun saling ketergantungan antar makhluk hidup), fungsi protektif (factor kenyamanan berupa angin, cahaya dan kelembaban), fungsi produktif (hasil atau produksi), fungsi edukatif (bernuansa pendidikan, pengetahuan, pemahaman dan ilmu) serta fungsi higienis (terjamin). Taman sebagai bagian dari tatanan lingkungan dapat memberikan kesan berupa perpaduan antara soft material dengan hard material yang memberikan nilai estetika yang baik. Selain itu, terdapat hubungan saling ketergantungan, misalnya dalam rantai makanan antara tikus, ular, elang dengan bakteri pengurai dan proses penyerbukan pada bunga. 4. Taman sebagai sarana koleksi flora dan fauna di kawasan perkotaan. Flora dan fauna nasional dan mascot daerah merupakan bagian dari kekayaan 60 keanekaragaman hayati makhluk hidup. Banyak tumbuhan liar (gulma/tanaman penggangu) memiliki nilai estetika yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias di lingkungan perkotaan. Dasar-dasar Arsitektur Ekologis Arsitektur ekologis adalah istilah holistik yang sangat luas dan mengandung semua bidang. Arsitektur yang hendak merusak lingkungan sesedikit mungkin. Arsitektur ekologis tersebut mengandung juga bagian-bagian dari arsitektur biologis (arsitektur yang memperhatikan kesehatan penghuni), arsitektur alternatif, arsitektur matahari (dengan memanfaatkan energy surya), arsitektur bionik (teknik sipil dan konstruksi yang memperhatikan pembangunan alam) serta pembangunan berkelanjutan. 6. Mengurangi ketergantungan kepada sistem pusat energi (listrik, air) dan limbah (air limbah dan sampah). 7. Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhannya seharihari. Memanfaatkan sumber daya alam sekitar kawasan perencanaan untuk sistem bangunan, baik yang berkaitan dengan material bangunan maupun untuk utilitas bangunan (sumber energi, penyediaan air). Bangunan berkelanjutan yang ekologis yaitu: 1. Tidak menghabiskan bahan lebih cepat daripada tumbuhnya kembali bahan tersebut oleh alam 2. Menggunakan energi terbarukan secara optimal 3. Menghasilkan sampah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baru. Pembangunan secara ekologis berarti pemanfaatan prinsip- prinsip ekologis pada 4. perencanaan lingkungan buatan. Gambar 2. Konsep arsitektur ekologis holistik (Sumber: Frick , 2007) Arsitektur ekologis menghasilkan keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur ekologis juga mengandung dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, sosial budaya, ruang, serta teknik bangunan. Hal ini menunjukan bahwa arsitektur ekologis bersifat lebih kompleks, padat, dan vital. Heinz Frick memiliki prinsip bangunan ekologis yaitu : 1. Penyesuaian terhadap lingkungan alam setempat. 2. Menghemat sumber energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan menghemat 3. penggunaan energi. 4. Memelihara sumber lingkungan (udara, tanah, air). 5. Memelihara dan memperbaiki peredaraan alam. Gambar 3. Perbandingan rumah biasa dengan rumah bersifat ekologis (Sumber: Frick , 2007) TINJAUAN UMUM Kondisi Geografis Banjarbaru Secara geografis Kota Banjarbaru terletak antara 3º 25’ 40”-3º 28’ 37’’ Lintang Selatan dan 114º 41’ 22’’-114º 54’ 25’’ Bujur Timur. Posisi geografis Kota Banjarbaru adalah 35 km pada arah 296°30' sebelah tenggara Kota Banjarmasin yang merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan 4 Selatan. Kota Banjarbaru sesuai dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1999 memiliki wilayah seluas ± 371,38 Km2 atau hanya 0,88% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. 61 Tinjauan Umum Danau Seran maka orientasi perencanaan lebih kepada danau tersebut. Gambar 5. Profil Danau Seran (Sumber : Observasi, 2014) Luasan dan Batas Tapak Gambar 4. Lokasi PT. Galuh Cempaka (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014) Secara administratif, Danau Seran berada di lokasi kegiatan PT. Galuh Cempaka terletak dalam wilayah Desa Tambak Jariyah, Kelurahan Palam, Kelurahan Bangkal, Kecamatan Cempaka, dan Kelurahan Guntung Manggis, Kecamatan Landasan Ulin, Kota Banjarbaru, Propinsi Kalimantan Selatan, pada koordinat 1140 43’ Bujur Timur dan 30 30’ Lintang Selatan. Lokasi Danau Seran dapat ditempuh melalui jalan darat beraspal sejauh 45 km dari Kota Banjarmasin dan kurang lebih 13 km dari jantung Kota Banjarbaru. Sedangkan jarak lokasi Danau Seran dengan Bandara Syamsudin Noor sejauh kurang lebih 15 km. Lokasi yang menjadi perencanaa Taman Wisata Danau Seran merupakan kawasan bekas industri tambang PT. Galuh Cempaka yang terdiri dari spot danau besar sebagai potensi utama kawasan. Beberapa luas lahan yang dijadikan lahan penanaman pohon-pohon sebagai salah satu upaya reklamasi. Dengan adanya spot danau besar sebagai potensi utama kawasan, Gambar 6. Batas-batas Tapak (Sumber : Observasi, 2014) 62 Tabel 2. Luas dan Batas Tapak Secara teknis tanah gambut tidak baik sebagai dasar konstruksi bangunan karena mempunyai kadar air yang sangat tinggi, kompressibilitas atau kemampatannya tinggi serta daya dukung sangat rendah dimana lapisannya akan memiliki potensi penurunan (settlement) yang sangat besar ketika dibebani di atasnya yang secara tidak langsung mempengaruhi sistem struktur pada bangunan. Dalam kasus ini sistem struktur yang cocok untuk lahan gambut adalah sistem panggung. Analisis Hidrologi PEMBAHASAN ANALISIS DAN KONSEP PERANCANGAN Analisis Makro Analisis Geologi dan Topografi Gambar 7. Analisis Geologi dan Topografi (Sumber : Analisis, 2014) Gambar 8. Analisis Hidrologi (Sumber : Analisis, 2014) Sejumlah sungai pada tapak banyak mengalami pendangkalan yang diakibatkan oleh adanya sedimentasi lumpur dari aktivitas penambangan. Hal tersebut jelas menyebabkan potensi banjir yang dapat terjadi sewaktu-waktu, namun dari segi mikro hal ini dapat diatasi peningkatan kualitas dan kinerja inlet dan outlet handilhandil yang ada di dalam Site Galuh Cempaka. Dari segi analisis mikro, lokasi Danau Seran berada pada lokasi berawa. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis hidrologi untuk mengetahui arah aliran air pada lokasi tapak. Konsep analisis hidrologi adalah menciptakan aliran positif, artinya arah aliran air diupayakan untuk menjauhi kegiatan, pola tersebut dapat berupa aktivasi dan generalisasi sejumlah kanal yang melintasi Site Danau Seran. 63 Analisis Klimatologi Analisis Orientasi Angin Kawasan rencana berada di daerah beriklim tropis lembab, ditambah kondisi bentang alam yang flat yang menyebabkan penguapan di area site lebih tinggi. Iklim tropis lembab indentik dengan curah hujan tinggi, dan kaya akan sinar matahari, maka perlu dirancang suatu pelindung bangunan yang memperhatikan faktor iklim tersebut, antara lain, kemiringan atap yang cukup dapat mengantisipasi masalah hujan, lebar teritisan yang cukup untuk pembayangan bangunan agar menjadi tidak panas. Mengutamakan faktor kenyamanan di dalam bangunan, dengan mencoba membuat engaliran udara sedemikian rupa sehingga engenai tubuh manusia untuk memberikan esan lebih dingin. Analisis Orientasi Matahari Gambar 10. Analisis Orientasi Angin (Sumber : Analisis, 2014) Berdasarkan analisis arah angin yang mengalir dari arah Tenggara ke arah Barat daya, maka posisi bangunan yang ideal adalah bangunan yang membujur ke arah utara dan selatan, dengan sisi terpanjang merupakan bagian yang paling luas diterpa angin. Posisi ini sangat menguntungkan, khususnya ketika aliran angin berhembus menerpa bangunan. Dengan adanya perencanaan bukaan-bukaan yang strategis, diharapkan akan tercipta cross-ventilation di dalam bangunan. Analisis Sirkulasi & Pencapaian Gambar 9. Analisis Orientasi Matahari (Sumber : Analisis, 2014) Gambar 11. Analisis Sirkulasi dan Pencapaian (Sumber : Analisis, 2014) 64 Berdasarkan analisis sirkulasi dan pencapaian, terlihat bahwa arah masuk/ kedatangan pengunjung dari arah yang tidak menguntungkan. Arah masuk dari jalan masuk menuju site dari arah Trikora yang bersifat tunggal menyebabkan posisi site Danau Seran seolah-olah jalan buntu yang tidak memiliki terusan dan cenderung berpotensi terjadi penumpukan (crowded). Sehingga perlu dibuat jalur lain untuk jalur keluar (exit). Juga diperlukan adanya signage/gerbang masuk yang jelas dan mudah terlihat oleh pengunjung untuk mengarahkan pengunjung menuju ke site. Analisis Bentuk Arsitektural Dalam hal ini bentuk yang paling kompatibel dengan aspek tanah rawa adalah bangunan dengan sistem panggung. Struktur panggung pada tanah rawa digunakan atas dasar untuk menghindari penurunan bangunan. Pola yang lain adalah pola bukaan yang mengikuti aliran angin yang berhembus menuju site untuk meredam temperatur yang relatif panas di permukaan tapak. Analisis View View potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai titik orientasi bangunan adalah view pegunungan / perbukitan yang berada di sebelah barat. Sedangkan analisis view ke tapak dimaksudkan untuk mencari posisi-posisi mana pada tapak yang potensial untuk diolah sehingga bangunan dan kondisi di sekeliling tapak nampak estetis. Gambar 14. Analisis Bentuk Bangunan (Sumber : Analisis, 2014) Analisis Vegetasi Gambar 15. Analisis Vegetasi (Sumber : Analisis, 2014) Gambar 12. Analisis View Sumber : Analisis, 2014 Gambar 13. View Terhadap Tinggi Bangunan (Sumber : Analisis, 2014) 65 Analisis Ekosistem Tapak Gambar 17. Analisis Zoning (Sumber : Analisis, 2014) Gambar 16. Analisis Ekosistem (Sumber : Analisis, 2014) Keberadaan habitat flora maupun fauna di sekitar site seyogyanya tetap dipetahankan meskipun site ini di intervensi oleh lingkungan buatan manusia pada akhirnya. Keberadaan satwa beserta karakter lahan basah tersebut merupakan inti dari kawasan ini, sehingga pengembangan Site eks Galuh Cempaka ini ke depan hendaknya mengandalkan keasliannya sebagai habitat utama bagi satwa, dengan kata lain keberadaan satwa tersebut dapat dijadikan magnit yang mampu menjadikan daya tarik tertentu yang memberi keunggulan kawasan rekreasi ini dibandingkan kawasan yang lain. Zona 1, merupakan area hutan galam yang berarti jenis tanah pada areal tersebut berupa tanah gambut. Pada area ini memungkinkan dibangun bangunan namun dengan memperhatikan beberapa aspek. Sistem yang paling kompatibel dengan aspek tanah rawa adalah bangunan dengan system panggung atas dasar untuk menghindari penurunan bangunan. Zona 2, merupakan jalur sirkulasi eksisting yang mengelilingi danau. Di sepanjang jalur ini ditumbuhi pohon akasia. Terdapat juga rumput ilalang dan rumput gajah yang tumbuh secara liar. Jalur ini memiliki lebar sekitar 5-6 m, dapat dibuat jalur sirkulasi kendaraan, pedestrian dan bike track. Zona 3, merupakan zona transisi antara area danau dengan area daratan (jalur sirkulasi). Area ini merupakan area tanah rawa yang selalu tergenang air. Pada area ini terdapat berbagai jenis spesies tumbuhan khas rawa seperti ilung tumbuh subur di daerah ini. Konsep Perancangan Konsep Perancangan Taman Wisata Danau Seran di deskripsikan dengan mengadaptasi 8 elemen perancangan kota/kawasan menurut H. Shirvani, yaitu tata Analisis Zoning 66 guna lahan, bentuk dan massa bangunan, ruang terbuka, sirkulasi dan perparkiran, pedestrian, aktivitas pendukung, penanda (signage), dan konservasi preservasi. Ditambahkan dengan konsep struktur dan utilitas kawasan. Konsep Tata Guna Lahan Gambar 19. Konsep Tata Massa (Sumber: Konsep, 2014) Konsep Orientasi Bangunan Gambar 18. Konsep Landuse (Sumber: Konsep, 2014) Konsep Tata Letak Massa Rimbunnya vegetasi di sekitar tapak, pohon-pohon galam dan alas jalan yang masih berupa tanah menciptakan suasana rileks dan alami. Untuk menanggapi suasana dan kesan tersebut, maka bentuk massa bangunan dirancang terbuka terhadap alam.Terbuka dalam artian dapat dengan penutup yang transparan bahkan lebih baik terbuka hanya struktur yang menopang atap. Kondisi tapak sebagian besar merupakan perairan dengan jenis tanah gambut, bukan berupa tanah keras. Konsep bangunan panggung dan bangunan terapung merupakan konsep terbaik yang tanggap terhadap kondisi yang ada pada tapak. Secara umum, susunan bangunan dengan bukaan menghadap utara dan selatan memberikan keuntungan dalam mengurangi insulasi panas. Namun orientasi untuk bangunan yang menghadap danau diberikan shading device untuk mengontrol cahaya matahari yang masuk ke bangunan. Gambar 20. Konsep Orientasi Bangunan terhadap Matahari (Sumber: Konsep, 2014) Konsep Bentuk Bangunan Khusus untuk daerah hot-humid digambarkan pencapaian kondisi optimum dapat dicapai dengan membentangkan bentuk memanjang kearah timur – barat. Hal tersebut mengisyaratkan bentuk yang lebih memanjang sebenarnya sangat menguntungkan dari aspek penghilangan panas bangunan. Sesuai dengan faktor radiasi matahari pada tiap orientasi bangunan dan berdasar pada eksisting tapak, didapatkan orientasi bangunan yang 67 paling sesuai dengan konsep tanggap iklim adalah orientasi yang menghadap barat timur sehingga sisi terpanjang berada di sisi utara dan selatan. bangunan. Sehingga dapat meminimalisisir kelembaban udara yang terjadi dalam bangunan. Gambar 23. Konsep Bukaan Bangunan (Sumber: Konsep, 2014) Gambar 21. Konsep Bentuk Bangunan (Sumber: Konsep, 2014) Konsep Perletakan Bangunan Perletakkan tata massa bangunan menggunakan pola tata massa majemuk, mempertimbangkan pencapaian angin, view, bentuk tapak, dan luasan tapak yang digunakan. Namun hal tersebut juga harus dikaitkan dengan penataan letak bukaan yang dapat mudah menangkap angina masuk ke dalam bangunan dan kondisi vegetasi yang ada pada tapak. Konsep Shading Device Shading device di rancang sebagai alat pembayangan untuk mengontrol perolehan cahaya matahari yang masuk pada hunian sesuai dengan kebutuhan. Bentuk shading devices yang dipakai dalam perancangan ini adalah Shading device vertikal garden dan kisi-kisi dari bambu atau galam. Gambar 24. Konsep Shading Device (Sumber: Konsep, 2014) Gambar 22. Konsep Tata Massa terhadap Vegetasi (Sumber: Konsep, 2014) Terdapat dua jenis vertical garden yang akan digunakan, yang pertama vertical garden yang dapat mengeluarkan aroma yang khas seperti pandan dan melati. Sedangkan yang lainnya berfungsi untuk mengurangi panas yang tinggi dan sebagai filter polusi udara seperti sri rejeki, sansiveira dan spider plant. Konsep Bukaan Bangunan Denah bangunan dibuat dengan double koridor dan semua ruangan di dalam bangunan mendapatkan bukaan yang berfungsi untuk memasukkan cahaya matahari dan sirkulasi angin. Bangunan dibuat dengan banyak bukaan yang bertujuan untuk memaksimalkan jalan masuknya angin dan mempercepat pertukaran udara. Selain itu digunakan juga kisi–kisi untuk membantu mengarahkan angin sebanyak-banyaknya ke dalam Gambar 25. Vegetasi Filter Polusi Udara Untuk Vertical Garden (Sumber: Konsep, 2014) 68 Konsep Sirkulasi dan Pedestrian Gambar 26. Vegetasi Aromatic Untuk Vertical Garden (Sumber: Konsep, 2014) Konsep Penataan & Zona Ruang Gambar 27. Konsep Penataan Ruang Pada Bangunan Utama (Sumber: Konsep, 2014) Gambar 29. Konsep Sirkulasi (Sumber: Konsep, 2014) Gambar 27. Konsep Penataan Ruang Pada Bangunan Utama (Sumber: Konsep, 2014) Gambar 30. Konsep Permeabel Paving (Sumber: www.drivewaysbydesign.eu) Konsep Open Space Gambar 28. Konsep Open Space (Sumber: Konsep, 2014) Gambar 31. Konsep Sirkulasi (Sumber: Konsep, 2014) 69 Konsep Aktifitas Pendukung yangditebang (1 orang menanam 2 pohon), mampu menyerap 900 kg CO2 dan menghasilkan 600 kg O2 per 12 jam fotosintesis per hektarnya. (14 Ha lahan hijau baru). Gambar 34. Konsep Konservasi Hutan Sumber: Konsep, 2014 Gambar 32. Konsep Aktivitas Pendukung (Sumber: Konsep, 2014) Konsep Penanda (Signage)Konsep Penanda pada kawasan memanfaatkan bahan yang tidak terpakai untuk dijadikan sesuatu yang lebih berguna dan bernilai estetis seperti papan pengarah, sculpture, papan nama, dll. Gambar 35. Konsep Konservasi Hutan dan Lingkungan (Sumber: Konsep, 2014) Konsep Konservasi Air Gambar 36. Konsep Konservasi Air (Sumber: Konsep, 2014) Gambar 33. Konsep Perletakan Signage (Sumber: Konsep, 2014) Konsep Konservasi Lingkungan Penanaman pohon baru sekitar 14 Ha lebih pada tapak yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan kawasan seperti furniture, bahan bangunan, menanam kembali pohon Mengurangi potensi penggunaan sumber air dari PDAM sampai 100% dengan memanfaatkan air pada tapak (danau & sungai) untuk kebutuhan air bersih pada tapak. Memperbaiki kualitas air danau/sungai pada tapak dengan mengolah air limbah sebelum dibuang ke danau/sungai atau di manfaatkan kembali. Menampung air hujan untuk dimaanfaatkan kembali untuk keperluan tapak. 70 Konsep Konservasi Energi Memanfaatkan sinar matahari yang melimpah untuk diubah menjadi energy dengan menggunakan panel surya. Energy yang dihasilkan dapat disimpan pada baterai yang suatu saat dapat dipakai untuk kebutuhan listrik pada kawasan. Penggunaan PLTS mampu menghemat mencapai 50% potens penggunaan sumber listrik dari PLN untuk kebutuhan listrik pada kawasan. Menggunakan jenis panel surya polykristal yang tetap baik walaupun di cuaca mendung atau amorphous yang 15% lebih baik dari polykristal saat cuaca terik. Menggunakan lampu hemat energy (LED) pada bangunan dan lampu taman. Gambar 38. Siteplan (Sumber: Desain, 2014) Gambar 39. Siteplan (Sumber: Desain, 2014) Gambar 37. Konsep Konservasi energi (Sumber: Konsep, 2014) Hasil Pembahasan Berdasarkan pembahasan di atas, pada perancangan Taman Wisata Danau Seran terdapat fasilitas utama berupa : 1. Visitor center, merupakan pusat informasi tentang Taman Wisata Danau Seran, berisi information counter, museum interaktif, dan ruang seminar/theater. 2. Education center, merupakan pusat edukasi bagi anak-anak maupun orang dewasa. Berisi perpustakaan, laboratorium, dan area bermain sekaligus belajar. 3. Bangunan pengelola, merupakan kantor pengelola Taman Wisata Danau Seran. 4. Restoran, merupakan tempat yang menyediakan makanan dan minuman bagi pengunjung. Gambar 40. Visitor Center (Sumber: Desain, 2014) Gambar 41. Education Center dan Pengelola (Sumber: Desain, 2014) 71 Saat ini PT. Galuh Cempaka sudah berhenti beroperasi dan meninggalkan aset berupa bangunan, alat-alat dan lahan bekas tambang yang dapat menjadi potensi pengembangan pariwisata. Kedepannya diharapkan aset-aset yang ditinggal dapat dikembangkan untuk pengembangan pariwisata yang dapat memberikan manfaat bagi daerah sekitar bahkan bagi kota Banjarbaru. Dan juga konsep ekologis yang diterapkan pada Taman Wisata Danau Seran ini dapat menjadi inspirasi bagi berbagai objek wisata lain di Banjarbaru. DAFTAR PUSTAKA Gambar 42. Eksterior (Sumber: Desain, 2014) KESIMPULAN Penyesuaian terhadap lingkungan alam setempat dan mampu mengoptimalkan potensi tapak, menghemat sumber energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan menghemat penggunaan energi. Tidak menghabiskan bahan lebih cepat daripada tumbuhnya kembali bahan tersebut oleh alam, memelihara sumber lingkungan (udara, tanah, air), memelihara dan memperbaiki siklus ekologi alam, mengurangi ketergantungan kepada system pusat energi (listrik, air) dan limbah (air limbah dan sampah), menggunakan energi terbarukan secara optimal, mengelola dan menghasilkan sampah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baru, menghasilkan sendiri kebutuhannya seharihari, dengan memanfaatkan sumber daya alam sekitar kawasan perencanaan untuk sistem bangunan, baik yang berkaitan dengan material bangunan maupun untuk utilitas bangunan (sumber energi, penyediaan air). Saran Arifin, HS. 2006. Pengelolaan Taman dan Pemeliharaan Taman pada Lanskap Industri. Rajawali Press. Jakarta. Arifin HS dan Nurhayati. 2000. Pemeliharaan Taman. Jakarta: Penebar Swadaya. Chalik, E. A, 1992, Dasar-Dasar Pengetahuan Pariwisata, Jakarta: Yayasan Bhakti Membangun Frick, Heinz dan Tri Hesti Mulyani. 2006. Arsitektur Ekologis seri eko-Arsitektur 2. Yogyakarta: Kanisius. Frick, Heinz dan Tri Hesti Mulyani. 2006. Dasardasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Kanisius. Hakim, Rustam dan Hardi Utomo. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap (Prinsip-Unsur dan Aplikasi Desain). Jakarta: Bumi Aksara. Hakim, Rustam. 1987. Arsitektur Lansekap Manusia, Alam dan Lingkungan. Jakarta: Universitas Indonesia. Mill, Robert dan Morrison. 1985. The Tourism Sistem. New Jersey: Prentice Hall International. Pemerintah Kota Banjarbaru. 2006. Rencana Detil Tata Ruang Bagian Wilayah Kota Banjarbaru. Banjarbaru. Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2011 – 2015 Wahab, S. 1996. Manajemen Kepariwisataan. PT. Pradnya Paramita,Jakarta. http://indonesiafornature.blogspot.com/. http://feelsgreen.blogspot.com/2010/05/pengertia n-taman-kota-sangat-banyak.html. Kawasan Taman Wisata Danau Seran merupakan area terbuka hijau kota yang berlandaskan konsep ekologis yang menempati sebagian kecil dari areal pertambangan milik PT. Galuh Cempaka. 72