58 taman wisata danau seran di banjarbaru

advertisement
LANTING Journal of Architecture, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2015, Halaman 58-72
ISSN 2089-8916
TAMAN WISATA DANAU SERAN DI BANJARBARU
Reinaldi Eka Prananta
Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
[email protected]
J. C. Heldiansyah
Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
[email protected]
Abstrak
Taman Wisata Danau Seran di Banjarbaru merupakan sebuah kawasan wisata berupa ruang terbuka
hijau yang disediakan untuk digunakan sebagai tempat studi dan rekreasi di kawasan bekas
pertambangan intan. Perancangan Taman Wisata Danau Seran bertujuan untuk mengolah,
mendesain, dan mengkonservasi suatu kawasan bekas pertambangan intan dalam sebuah ruang
lingkup kawasan wisata yang menarik dan mempunyai nilai ekologis pada aktivitas rekreasi dan
edukasi. Penekanan perancangan diarahkan bagaimana memfasilitasi fungsi-fungsi berbeda dalam
satu wadah tempat rekreasi, yang tidak hanya menarik, namun kaya akan ilmu pengetahuan untuk
dipelajari oleh masyarakat banyak. Metode pembahasan yang digunakan ialah metode analisis
deskriptif dengan memberikan gambaran tentang objek yang diteliti melalui analisis secara deskriptif.
Data yang didapat seperti data fisik tapak, fungsional, bentuk, dll kemudian dianalisis dengan
landasan konsep ekologis untuk selanjutnya dibuat pertimbangan-pertimbangan atau rekomendasi
yang sesuai untuk perancangan Taman Wisata Danau Seran. Sebagai tempat rekreasi dan edukasi
di lahan bekas pertambangan yang sarat akan kerusakan lingkungan, maka desain Taman Wisata
Danau Seran ini dipilih pada perancangan dengan konsep ekologis, yang diterapkan pada desain
bangunan, desain tata lansekap, dan desain manajemen taman wisata. Sehingga dalam prakteknya,
pengunjung tidak hanya mempelajari objek yang ada pada kawasan, namun juga dapat mempelajari
kawasan Taman Wisata Danau Seran sebagai satu siklus ekologi tidak pernah putus.
Kata kunci: Taman Wisata, Danau Seran, Ekologis
Abstract
Seran Lake Tourism Park in Banjarbaru is a tourist area in the form of green open space is provided
for use as a place of study and recreation in the area of the former diamond mining. The design of the
Seran Lake Park aims to cultivate, design, and conserve an area mined diamonds within a scope of
an attractive tourist area and have ecological value in recreational and educational activities. The
design emphasis is directed how to facilitate different functions in a single container recreation area,
which is not only attractive, but rich in knowledge to be learned by many people. Discussion method
used is descriptive analysis method to provide a picture of the object under study through descriptive
analysis. The data were obtained as physical data footprint, functional, shape, etc. and then analyzed
by a foundation created to further the concept of ecological considerations or recommendations to the
design of the Seran Lake Park. As a place of recreation and education in the former mining land full of
environmental damage, the design of the Seran Lake Park have been on ecological design concept,
which is applied to the building design, layout landscaping design, garden design and management of
travel. So in practice, visitors not only learn the objects that exist in the region, but also can learn
Seran Lake Park neighborhood tourism as an ecological cycle.
Keyword: Tourism Park, Seran Lake, ecological
PENDAHULUAN
Pariwisata merupakan salah satu
fenomena pada masyarakat yang selalu
dikaitkan
seseorang
baru yang
Pariwisata
dengan kegiatan perjalanan
untuk memperoleh pengalaman
menyenangkan dan berkesan.
dianggap sebagai suatu aset
58
yang strategis untuk mendorong pembangunan di wilayah-wilayah tertentu yang
mempunyai potensi objek wisata sehingga
dapat membawa manfaat dan pengaruh
yang cukup besar meliputi aspek ekonomi
(sumber devisa), aspek sosial (penciptaan
lapangan kerja) dan aspek budaya. Selain
itu parwisata juga merupakan sektor yang
sangat kompleks yang terdiri atas berbagai
komponen, seperti
atraksi, transportasi, akomodasi, promosi
dan sebagainya (Mill dan Morrison, 1985).
Salah satu bentuk pariwisata yang digemari
oleh masyarakat Indonesia berupa Taman
wisata, hal ini bisa dilihat dari tingginya
angka kunjungan masyarakat ke tamantaman wisata setiap akhir minggu dan juga
hari liburan. Secara tidak langsung Taman
wisata di Indonesia merupakan objek wisata
dan edukasi yang sangat menjanjikan.
Di kota besar seperti Jakarta saja saat
ini sudah banyak memiliki taman-taman
wisata, seperti Taman Impian Jaya ancol,
dan Taman Mini Indonesia Indah.
Tabel 1. Nama Objek Wisata di Banjarbaru
(Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Banjarbaru, 2010)
Kota Banjarbaru memiliki kedudukan yang
penting dan strategis, khususnya dalam
bidang transportasi darat dan udara. Ini
menjadi potensi yang disadari Pemko
Banjarbaru, yang tertuang dalam RPJMD
2011-2015, terutama dalam pengembangan
kawasan
pariwisata.
Namun
hingga
sekarang, masih belum terlihat adanya
gejala bahwa rencana pola ruang akan
mengarah pada implementasi, dengan
mengacu pada kebutuhan dan peluang yang
besar, seperti penyediaan sarana dan
prasarana
wisata.
Contoh
konkret,
keberadaan
objek/taman
wisata
di
Banjarbaru yang saat ini kurang terkelola
secara optimal.
Kota Banjarbaru memiliki potensi yang
besar untuk dikembangkan menjadi kota
seribu taman. Beberapa lokasi di Banjarbaru
sudah merupakan daerah ruang terbuka
hijau, seperti area kawasan kampus Unlam
Banjarbaru, kawasan Minggu Raya dan
Lapangan Murdjani, kawasan Taman Hutan
Raya Sultan Adam dan Kawasan Kolam
Renang Idaman. Jika dilihat dari potensi
wisata, Banjarbaru minim sekali dari potensi
wisata alam yang bisa dikelola dan di
pelihara. Padahal kota Banjarbaru memiliki
kondisi dan bentang alam yang indah dan
variatif. Adanya bukit-bukit, sungai, hutan
dan
danau
yang
berpotensi
untuk
dikembangkan menjadi objek wisata alam di
kota Banjarbaru. Salah satu tempat yang
memiliki pemandangan alam yang indah,
suasana yang sejuk menyenangkan dan
berpotensi besar untuk dijadikan objek
wisata adalah Danau Seran di Banjarbaru.
Danau Seran terletak di Kelurahan Guntung
Manggis, Banjarbaru. Danau ini merupakan
danau yang tercipta bekas penambangan
intan di kota Banjarbaru yang berlokasi di
lahan milik PT. Galuh Cempaka seluas 216
hektar. Pembangunan Taman Wisata di
Danau Seran, yang sebenarnya untuk
merevitalisasi / menghidupkan kembali area
sekitar Danau Seran di kawasan PT. Galuh
Cempaka yang pernah ada, karena dapat
mengembangkan wilayah dan membuat
pertumbuhan baru di kawasan tersebut,
antara lain:
1. menciptakan ruang publik baru,
2. mendorong tumbuhnya usaha kecil
dan menengah,
3. membuka lapangan kerja baru,
4. pengembangan objek pariwisata,
dan
5. membuka
sumber
pendapatan
daerah.
Di sisi lain, adanya kegiatan pariwisata
Danau Seran cenderung dapat membawa
dampak
negatif
terhadap
ekosistem
kawasan tersebut, yang mana kawasan
59
tersebut masih asli dan alami dengan
adanya habitat flora dan fauna khas tanah
gambut. Oleh karena itu, diperlukan konsep
perancangan
yang
memperhatikan
kelestarian ekosistem flora dan fauna juga
ramah lingkungan serta berkelanjutan.
Berdasarkan pertimbangan diatas,
maka
diperlukan
sebuah
konsep
perancangan Taman Wisata yang mampu
meningkatkan
kegiatan
pariwisata
khususnya wisata alam di Banjarbaru yang
tidak hanya sebagai tempat rekreasi tetapi
dapat memberikan atraksi wisata sekaligus
wisata edukasi, dimana konsep ekologis
menjadi landasan/acuan untuk konsep
perancangan tersebut. Berdasarkan premis
ini, maka permasalahan perancangan pada
kasus ini adalah bagaimana merancang
suatu taman wisata di kawasan Danau
Seran (eks. Industry tambang) menjadi
kawasan wisata dengan menerapkan
konsep ekologis dan berfungsi sebagai
ruang publik bagi masyarakat sekaligus
atraksi wisata dan media pendidikan
lingkungan.
Hasil perancangan ini nantinya
diharapkan hasil perencaan ini dapat
digunakan sebagai bahan acuan dalam
perancangan sebuah taman wisata dengan
konsep ekologis di Banjarbaru khususnya di
kawasan Danau Seran (eks. Industry
tambang).
Alur Pikir
Gambar 1. Alur Pikir
Sumber : Analisis Pribadi, 2014
TINJAUAN PUSTAKA
Taman Wisata Danau Seran di
Banjarbaru dapat didefinisikan sebagai
kawasan wisata berupa ruang terbuka hijau
yang disediakan untuk digunakan sebagai
tempat rekreasi. Dapat dalam keadaan
alami atau semi-alami, atau buatan, untuk
rekreasi dan kesenangan manusia serta
untuk pelestarian satwa liar atau habitat
alam yang terletak di Danau Seran
Banjarbaru.
Peranan dan fungsi taman dalam
arsitektur lanskap antara lain: (Frederick
Law Olmsted, 1858)
1. Taman sebagai bentuk ekosistem mini.
Merupakan tatanan kesatuan secara utuh
menyeluruh
antara
segenap
unsur
lingkungan hidup, dalam hal ini berupa
lingkungan alam, lingkungan buatan dan
lingkungan
sosial
yang
saling
mempengaruhi.
2. Taman sebagai tatanan lingkungan hidup.
Lingkungan hidup merupakan kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan
atau bentuk. Pembangunan berwawasan
lingkungan memiliki perencanaan dalam
menggunakan, memanfaatkan, maupun
mengelola sumber daya secara bijak dan
berkesinambungan untuk meningkatkan
kualitas hidup, termasuk kesejahteraan
manusia.
3.
Taman
sebagai
bagian
tatanan
lingkungan.
Berupa sembilan fungsi taman sebagai
tatanan lingkungan, diantaranya fungsi
estetis (estetika atau keindahan), fungsi
hidrologis (tata air), fungsi klimatologis
(iklim, cuaca, suhu dan tata udara), fungsi
edaphis (lingkungan hidup satwa atau
keanekaragaman hewan/binatang), fungsi
ekologis (persebaran lingkungan maupun
saling ketergantungan antar makhluk hidup),
fungsi protektif (factor kenyamanan berupa
angin, cahaya dan kelembaban), fungsi
produktif (hasil atau produksi), fungsi
edukatif
(bernuansa
pendidikan,
pengetahuan, pemahaman dan ilmu) serta
fungsi higienis (terjamin). Taman sebagai
bagian dari tatanan lingkungan dapat
memberikan kesan berupa perpaduan
antara soft material dengan hard material
yang memberikan nilai estetika yang baik.
Selain itu, terdapat hubungan saling
ketergantungan, misalnya dalam rantai
makanan antara tikus, ular, elang dengan
bakteri pengurai dan proses penyerbukan
pada bunga.
4. Taman sebagai sarana koleksi flora dan
fauna di kawasan perkotaan.
Flora dan fauna nasional dan mascot daerah
merupakan
bagian
dari
kekayaan
60
keanekaragaman hayati makhluk hidup.
Banyak tumbuhan liar (gulma/tanaman
penggangu) memiliki nilai estetika yang
dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias
di lingkungan perkotaan.
Dasar-dasar Arsitektur Ekologis
Arsitektur ekologis adalah istilah
holistik yang sangat luas dan mengandung
semua bidang. Arsitektur yang hendak
merusak lingkungan sesedikit mungkin.
Arsitektur
ekologis
tersebut
mengandung juga bagian-bagian dari
arsitektur
biologis
(arsitektur
yang
memperhatikan
kesehatan
penghuni),
arsitektur alternatif, arsitektur matahari
(dengan memanfaatkan energy surya),
arsitektur bionik (teknik sipil dan konstruksi
yang memperhatikan pembangunan alam)
serta pembangunan berkelanjutan.
6. Mengurangi ketergantungan kepada
sistem pusat energi (listrik, air) dan
limbah (air limbah dan sampah).
7. Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhannya seharihari.
Memanfaatkan sumber daya alam
sekitar kawasan perencanaan untuk sistem
bangunan, baik yang berkaitan dengan
material bangunan maupun untuk utilitas
bangunan (sumber energi, penyediaan air).
Bangunan berkelanjutan yang ekologis
yaitu:
1. Tidak menghabiskan bahan lebih
cepat daripada tumbuhnya kembali
bahan tersebut oleh alam
2. Menggunakan energi terbarukan
secara optimal
3. Menghasilkan sampah yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber bahan
baru. Pembangunan secara ekologis
berarti pemanfaatan prinsip- prinsip
ekologis pada
4. perencanaan lingkungan buatan.
Gambar 2. Konsep arsitektur ekologis holistik
(Sumber: Frick , 2007)
Arsitektur
ekologis
menghasilkan
keselarasan antara manusia dan lingkungan
alamnya.
Arsitektur
ekologis
juga
mengandung dimensi lain seperti waktu,
lingkungan alam, sosial budaya, ruang, serta
teknik bangunan. Hal ini menunjukan bahwa
arsitektur ekologis bersifat lebih kompleks,
padat, dan vital. Heinz Frick memiliki prinsip
bangunan ekologis yaitu :
1. Penyesuaian terhadap lingkungan
alam setempat.
2. Menghemat sumber energi alam
yang tidak dapat diperbaharui dan
menghemat
3. penggunaan energi.
4. Memelihara
sumber
lingkungan
(udara, tanah, air).
5. Memelihara
dan
memperbaiki
peredaraan alam.
Gambar 3. Perbandingan rumah biasa dengan
rumah bersifat ekologis
(Sumber: Frick , 2007)
TINJAUAN UMUM
Kondisi Geografis Banjarbaru
Secara geografis Kota Banjarbaru
terletak antara 3º 25’ 40”-3º 28’ 37’’ Lintang
Selatan dan 114º 41’ 22’’-114º 54’ 25’’ Bujur
Timur. Posisi geografis Kota Banjarbaru
adalah 35 km pada arah 296°30' sebelah
tenggara Kota Banjarmasin yang merupakan
ibu kota Provinsi Kalimantan 4 Selatan. Kota
Banjarbaru sesuai dengan Undang-Undang
No. 9 Tahun 1999 memiliki wilayah seluas ±
371,38 Km2 atau hanya 0,88% dari luas
wilayah Provinsi Kalimantan Selatan.
61
Tinjauan Umum Danau Seran
maka orientasi perencanaan lebih kepada
danau tersebut.
Gambar 5. Profil Danau Seran
(Sumber : Observasi, 2014)
Luasan dan Batas Tapak
Gambar 4. Lokasi PT. Galuh Cempaka
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014)
Secara administratif, Danau Seran
berada di lokasi kegiatan PT. Galuh
Cempaka terletak dalam wilayah Desa
Tambak
Jariyah,
Kelurahan
Palam,
Kelurahan Bangkal, Kecamatan Cempaka,
dan
Kelurahan
Guntung
Manggis,
Kecamatan Landasan Ulin, Kota Banjarbaru,
Propinsi Kalimantan Selatan, pada koordinat
1140 43’ Bujur Timur dan 30 30’ Lintang
Selatan. Lokasi Danau Seran dapat
ditempuh melalui jalan darat beraspal sejauh
45 km dari Kota Banjarmasin dan kurang
lebih 13 km dari jantung Kota Banjarbaru.
Sedangkan jarak lokasi Danau Seran
dengan Bandara Syamsudin Noor sejauh
kurang lebih 15 km.
Lokasi yang menjadi perencanaa
Taman Wisata Danau Seran merupakan
kawasan bekas industri tambang PT. Galuh
Cempaka yang terdiri dari spot danau besar
sebagai potensi utama kawasan. Beberapa
luas lahan yang dijadikan lahan penanaman
pohon-pohon sebagai salah satu upaya
reklamasi. Dengan adanya spot danau
besar sebagai potensi utama kawasan,
Gambar 6. Batas-batas Tapak
(Sumber : Observasi, 2014)
62
Tabel 2. Luas dan Batas Tapak
Secara teknis tanah gambut tidak baik
sebagai dasar konstruksi bangunan karena
mempunyai kadar air yang sangat tinggi,
kompressibilitas atau kemampatannya tinggi
serta daya dukung sangat rendah dimana
lapisannya akan memiliki potensi penurunan
(settlement) yang sangat besar ketika
dibebani di atasnya yang secara tidak
langsung mempengaruhi sistem struktur
pada bangunan. Dalam kasus ini sistem
struktur yang cocok untuk lahan gambut
adalah sistem panggung.
Analisis Hidrologi
PEMBAHASAN
ANALISIS DAN KONSEP PERANCANGAN
Analisis Makro
Analisis Geologi dan Topografi
Gambar 7. Analisis Geologi dan Topografi
(Sumber : Analisis, 2014)
Gambar 8. Analisis Hidrologi
(Sumber : Analisis, 2014)
Sejumlah sungai pada tapak banyak
mengalami pendangkalan yang diakibatkan
oleh adanya sedimentasi lumpur dari
aktivitas penambangan. Hal tersebut jelas
menyebabkan potensi banjir yang dapat
terjadi sewaktu-waktu, namun dari segi
mikro hal ini dapat diatasi peningkatan
kualitas dan kinerja inlet dan outlet
handilhandil yang ada di dalam Site Galuh
Cempaka. Dari segi analisis mikro, lokasi
Danau Seran berada pada lokasi berawa.
Oleh karena itu diperlukan suatu analisis
hidrologi untuk mengetahui arah aliran air
pada lokasi tapak. Konsep analisis hidrologi
adalah menciptakan aliran positif, artinya
arah aliran air diupayakan untuk menjauhi
kegiatan, pola tersebut dapat berupa
aktivasi dan generalisasi sejumlah kanal
yang melintasi Site Danau Seran.
63
Analisis Klimatologi
Analisis Orientasi Angin
Kawasan rencana berada di daerah
beriklim tropis lembab, ditambah kondisi
bentang alam yang flat yang menyebabkan
penguapan di area site lebih tinggi. Iklim
tropis lembab indentik dengan curah hujan
tinggi, dan kaya akan sinar matahari, maka
perlu dirancang suatu pelindung bangunan
yang memperhatikan faktor iklim tersebut,
antara lain, kemiringan atap yang cukup
dapat mengantisipasi masalah hujan, lebar
teritisan yang cukup untuk pembayangan
bangunan agar menjadi tidak panas.
Mengutamakan faktor kenyamanan di dalam
bangunan, dengan mencoba membuat
engaliran udara sedemikian rupa sehingga
engenai tubuh manusia untuk memberikan
esan lebih dingin.
Analisis Orientasi Matahari
Gambar 10. Analisis Orientasi Angin
(Sumber : Analisis, 2014)
Berdasarkan analisis arah angin yang
mengalir dari arah Tenggara ke arah Barat
daya, maka posisi bangunan yang ideal
adalah bangunan yang membujur ke arah
utara dan selatan, dengan sisi terpanjang
merupakan bagian yang paling luas diterpa
angin. Posisi ini sangat menguntungkan,
khususnya ketika aliran angin berhembus
menerpa bangunan. Dengan adanya
perencanaan bukaan-bukaan yang strategis,
diharapkan akan tercipta cross-ventilation di
dalam bangunan.
Analisis Sirkulasi & Pencapaian
Gambar 9. Analisis Orientasi Matahari
(Sumber : Analisis, 2014)
Gambar 11. Analisis Sirkulasi dan
Pencapaian
(Sumber : Analisis, 2014)
64
Berdasarkan analisis sirkulasi dan
pencapaian, terlihat bahwa arah masuk/
kedatangan pengunjung dari arah yang tidak
menguntungkan. Arah masuk dari jalan
masuk menuju site dari arah Trikora yang
bersifat tunggal menyebabkan posisi site
Danau Seran seolah-olah jalan buntu yang
tidak memiliki terusan dan cenderung
berpotensi terjadi penumpukan (crowded).
Sehingga perlu dibuat jalur lain untuk jalur
keluar (exit). Juga diperlukan adanya
signage/gerbang masuk yang jelas dan
mudah terlihat oleh pengunjung untuk
mengarahkan pengunjung menuju ke site.
Analisis Bentuk Arsitektural
Dalam hal ini bentuk yang paling
kompatibel dengan aspek tanah rawa
adalah bangunan dengan sistem panggung.
Struktur panggung pada tanah rawa
digunakan atas dasar untuk menghindari
penurunan bangunan.
Pola yang lain
adalah pola bukaan yang mengikuti aliran
angin yang berhembus menuju site untuk
meredam temperatur yang relatif panas di
permukaan tapak.
Analisis View
View
potensial
yang
dapat
dimanfaatkan
sebagai
titik
orientasi
bangunan adalah view pegunungan /
perbukitan yang berada di sebelah barat.
Sedangkan analisis view ke tapak
dimaksudkan untuk mencari posisi-posisi
mana pada tapak yang potensial untuk
diolah sehingga bangunan dan kondisi di
sekeliling tapak nampak estetis.
Gambar 14. Analisis Bentuk Bangunan
(Sumber : Analisis, 2014)
Analisis Vegetasi
Gambar 15. Analisis Vegetasi
(Sumber : Analisis, 2014)
Gambar 12. Analisis View
Sumber : Analisis, 2014
Gambar 13. View Terhadap Tinggi Bangunan
(Sumber : Analisis, 2014)
65
Analisis Ekosistem Tapak
Gambar 17. Analisis Zoning
(Sumber : Analisis, 2014)
Gambar 16. Analisis Ekosistem
(Sumber : Analisis, 2014)
Keberadaan habitat flora maupun
fauna di sekitar site seyogyanya tetap
dipetahankan meskipun site ini di intervensi
oleh lingkungan buatan manusia pada
akhirnya. Keberadaan satwa beserta
karakter lahan basah tersebut merupakan
inti
dari
kawasan
ini,
sehingga
pengembangan Site eks Galuh Cempaka ini
ke
depan
hendaknya
mengandalkan
keasliannya sebagai habitat utama bagi
satwa, dengan kata lain keberadaan satwa
tersebut dapat dijadikan magnit yang
mampu menjadikan daya tarik tertentu yang
memberi keunggulan kawasan rekreasi ini
dibandingkan kawasan yang lain.
Zona 1, merupakan area hutan galam
yang berarti jenis tanah pada areal tersebut
berupa tanah gambut. Pada area ini
memungkinkan dibangun bangunan namun
dengan memperhatikan beberapa aspek.
Sistem yang paling kompatibel dengan
aspek tanah rawa adalah bangunan dengan
system panggung atas dasar untuk
menghindari penurunan bangunan.
Zona 2, merupakan jalur sirkulasi
eksisting yang mengelilingi danau. Di
sepanjang jalur ini ditumbuhi pohon akasia.
Terdapat juga rumput ilalang dan rumput
gajah yang tumbuh secara liar. Jalur ini
memiliki lebar sekitar 5-6 m, dapat dibuat
jalur sirkulasi kendaraan, pedestrian dan
bike track.
Zona 3, merupakan zona transisi
antara area danau dengan area daratan
(jalur sirkulasi). Area ini merupakan area
tanah rawa yang selalu tergenang air. Pada
area ini terdapat berbagai jenis spesies
tumbuhan khas rawa seperti ilung tumbuh
subur di daerah ini.
Konsep Perancangan
Konsep Perancangan Taman Wisata
Danau Seran di deskripsikan dengan
mengadaptasi 8 elemen perancangan
kota/kawasan menurut H. Shirvani, yaitu tata
Analisis Zoning
66
guna lahan, bentuk dan massa bangunan,
ruang terbuka, sirkulasi dan perparkiran,
pedestrian, aktivitas pendukung, penanda
(signage), dan konservasi preservasi.
Ditambahkan dengan konsep struktur dan
utilitas kawasan.
Konsep Tata Guna Lahan
Gambar 19. Konsep Tata Massa
(Sumber: Konsep, 2014)
Konsep Orientasi Bangunan
Gambar 18. Konsep Landuse
(Sumber: Konsep, 2014)
Konsep Tata Letak Massa
Rimbunnya vegetasi di sekitar tapak,
pohon-pohon galam dan alas jalan yang
masih berupa tanah menciptakan suasana
rileks dan alami. Untuk menanggapi
suasana dan kesan tersebut, maka bentuk
massa
bangunan
dirancang
terbuka
terhadap alam.Terbuka dalam artian dapat
dengan penutup yang transparan bahkan
lebih baik terbuka hanya struktur yang
menopang atap. Kondisi tapak sebagian
besar merupakan perairan dengan jenis
tanah gambut, bukan berupa tanah keras.
Konsep bangunan panggung dan bangunan
terapung merupakan konsep terbaik yang
tanggap terhadap kondisi yang ada pada
tapak.
Secara umum, susunan bangunan
dengan bukaan menghadap utara dan
selatan memberikan keuntungan dalam
mengurangi insulasi panas. Namun orientasi
untuk bangunan yang menghadap danau
diberikan shading device untuk mengontrol
cahaya matahari yang masuk ke bangunan.
Gambar 20. Konsep Orientasi Bangunan
terhadap Matahari
(Sumber: Konsep, 2014)
Konsep Bentuk Bangunan
Khusus untuk daerah hot-humid
digambarkan pencapaian kondisi optimum
dapat dicapai dengan membentangkan
bentuk memanjang kearah timur – barat. Hal
tersebut mengisyaratkan bentuk yang lebih
memanjang
sebenarnya
sangat
menguntungkan dari aspek penghilangan
panas bangunan. Sesuai dengan faktor
radiasi matahari pada tiap orientasi
bangunan dan berdasar pada eksisting
tapak, didapatkan orientasi bangunan yang
67
paling sesuai dengan konsep tanggap iklim
adalah orientasi yang menghadap barat timur sehingga sisi terpanjang berada di sisi
utara dan selatan.
bangunan. Sehingga dapat meminimalisisir
kelembaban udara yang terjadi dalam
bangunan.
Gambar 23. Konsep Bukaan Bangunan
(Sumber: Konsep, 2014)
Gambar 21. Konsep Bentuk Bangunan
(Sumber: Konsep, 2014)
Konsep Perletakan Bangunan
Perletakkan tata massa bangunan
menggunakan pola tata massa majemuk,
mempertimbangkan pencapaian angin, view,
bentuk tapak, dan luasan tapak yang
digunakan. Namun hal tersebut juga harus
dikaitkan dengan penataan letak bukaan
yang dapat mudah menangkap angina
masuk ke dalam bangunan dan kondisi
vegetasi yang ada pada tapak.
Konsep Shading Device
Shading device di rancang sebagai
alat pembayangan untuk mengontrol
perolehan cahaya matahari yang masuk
pada hunian sesuai dengan kebutuhan.
Bentuk shading devices yang dipakai dalam
perancangan ini adalah Shading device
vertikal garden dan kisi-kisi dari bambu atau
galam.
Gambar 24. Konsep Shading Device
(Sumber: Konsep, 2014)
Gambar 22. Konsep Tata Massa terhadap
Vegetasi
(Sumber: Konsep, 2014)
Terdapat dua jenis vertical garden
yang akan digunakan, yang pertama vertical
garden yang dapat mengeluarkan aroma
yang khas seperti pandan dan melati.
Sedangkan yang lainnya berfungsi untuk
mengurangi panas yang tinggi dan sebagai
filter polusi udara seperti sri rejeki,
sansiveira dan spider plant.
Konsep Bukaan Bangunan
Denah bangunan dibuat dengan
double koridor dan semua ruangan di dalam
bangunan mendapatkan bukaan yang
berfungsi untuk memasukkan cahaya
matahari dan sirkulasi angin. Bangunan
dibuat dengan banyak bukaan yang
bertujuan untuk memaksimalkan jalan
masuknya
angin
dan
mempercepat
pertukaran udara. Selain itu digunakan juga
kisi–kisi untuk membantu mengarahkan
angin sebanyak-banyaknya ke dalam
Gambar 25. Vegetasi Filter Polusi Udara
Untuk Vertical Garden
(Sumber: Konsep, 2014)
68
Konsep Sirkulasi dan Pedestrian
Gambar 26. Vegetasi Aromatic Untuk Vertical
Garden
(Sumber: Konsep, 2014)
Konsep Penataan & Zona Ruang
Gambar 27. Konsep Penataan Ruang Pada
Bangunan Utama
(Sumber: Konsep, 2014)
Gambar 29. Konsep Sirkulasi
(Sumber: Konsep, 2014)
Gambar 27. Konsep Penataan Ruang Pada
Bangunan Utama
(Sumber: Konsep, 2014)
Gambar 30. Konsep Permeabel Paving
(Sumber: www.drivewaysbydesign.eu)
Konsep Open Space
Gambar 28. Konsep Open Space
(Sumber: Konsep, 2014)
Gambar 31. Konsep Sirkulasi
(Sumber: Konsep, 2014)
69
Konsep Aktifitas Pendukung
yangditebang (1 orang menanam 2 pohon),
mampu menyerap 900 kg CO2 dan
menghasilkan 600 kg O2 per 12 jam
fotosintesis per hektarnya. (14 Ha lahan
hijau baru).
Gambar 34. Konsep Konservasi Hutan
Sumber: Konsep, 2014
Gambar 32. Konsep Aktivitas Pendukung
(Sumber: Konsep, 2014)
Konsep Penanda (Signage)Konsep
Penanda
pada kawasan memanfaatkan bahan
yang tidak terpakai untuk dijadikan sesuatu
yang lebih berguna dan bernilai estetis
seperti papan pengarah, sculpture, papan
nama, dll.
Gambar 35. Konsep Konservasi Hutan dan
Lingkungan
(Sumber: Konsep, 2014)
Konsep Konservasi Air
Gambar 36. Konsep Konservasi Air
(Sumber: Konsep, 2014)
Gambar 33. Konsep Perletakan Signage
(Sumber: Konsep, 2014)
Konsep Konservasi Lingkungan
Penanaman pohon baru sekitar 14 Ha
lebih pada tapak yang dapat dimanfaatkan
untuk keperluan kawasan seperti furniture,
bahan bangunan, menanam kembali pohon
Mengurangi
potensi
penggunaan
sumber air dari PDAM sampai 100% dengan
memanfaatkan air pada tapak (danau &
sungai) untuk kebutuhan air bersih pada
tapak.
Memperbaiki
kualitas
air
danau/sungai pada tapak dengan mengolah
air limbah sebelum dibuang ke danau/sungai
atau di manfaatkan kembali. Menampung air
hujan untuk dimaanfaatkan kembali untuk
keperluan tapak.
70
Konsep Konservasi Energi
Memanfaatkan sinar matahari yang
melimpah untuk diubah menjadi energy
dengan menggunakan panel surya. Energy
yang dihasilkan dapat disimpan pada baterai
yang suatu saat dapat dipakai untuk
kebutuhan
listrik
pada
kawasan.
Penggunaan PLTS mampu menghemat
mencapai 50% potens penggunaan sumber
listrik dari PLN untuk kebutuhan listrik pada
kawasan. Menggunakan jenis panel surya
polykristal yang tetap baik walaupun di
cuaca mendung atau amorphous yang 15%
lebih baik dari polykristal saat cuaca terik.
Menggunakan lampu hemat energy (LED)
pada bangunan dan lampu taman.
Gambar 38. Siteplan
(Sumber: Desain, 2014)
Gambar 39. Siteplan
(Sumber: Desain, 2014)
Gambar 37. Konsep Konservasi energi
(Sumber: Konsep, 2014)
Hasil Pembahasan
Berdasarkan pembahasan di atas,
pada perancangan Taman Wisata Danau
Seran terdapat fasilitas utama berupa :
1. Visitor center, merupakan pusat
informasi tentang Taman Wisata Danau
Seran, berisi information counter,
museum
interaktif,
dan
ruang
seminar/theater.
2. Education center, merupakan pusat
edukasi bagi anak-anak maupun orang
dewasa.
Berisi
perpustakaan,
laboratorium,
dan
area
bermain
sekaligus belajar.
3. Bangunan
pengelola,
merupakan
kantor pengelola Taman Wisata Danau
Seran.
4. Restoran, merupakan tempat yang
menyediakan makanan dan minuman
bagi pengunjung.
Gambar 40. Visitor Center
(Sumber: Desain, 2014)
Gambar 41. Education Center dan Pengelola
(Sumber: Desain, 2014)
71
Saat ini PT. Galuh Cempaka sudah berhenti
beroperasi dan meninggalkan aset berupa
bangunan, alat-alat dan lahan bekas
tambang yang dapat menjadi potensi
pengembangan pariwisata. Kedepannya
diharapkan aset-aset yang ditinggal dapat
dikembangkan
untuk
pengembangan
pariwisata yang dapat memberikan manfaat
bagi daerah sekitar bahkan bagi kota
Banjarbaru. Dan juga konsep ekologis yang
diterapkan pada Taman Wisata Danau
Seran ini dapat menjadi inspirasi bagi
berbagai objek wisata lain di Banjarbaru.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 42. Eksterior
(Sumber: Desain, 2014)
KESIMPULAN
Penyesuaian terhadap lingkungan
alam setempat dan mampu mengoptimalkan
potensi tapak, menghemat sumber energi
alam yang tidak dapat diperbaharui dan
menghemat penggunaan energi. Tidak
menghabiskan bahan lebih cepat daripada
tumbuhnya kembali bahan tersebut oleh
alam, memelihara sumber lingkungan
(udara, tanah, air), memelihara dan
memperbaiki
siklus
ekologi
alam,
mengurangi ketergantungan kepada system
pusat energi (listrik, air) dan limbah (air
limbah dan sampah), menggunakan energi
terbarukan secara optimal, mengelola dan
menghasilkan
sampah
yang
dapat
dimanfaatkan sebagai sumber bahan baru,
menghasilkan sendiri kebutuhannya seharihari, dengan memanfaatkan sumber daya
alam sekitar kawasan perencanaan untuk
sistem bangunan, baik yang berkaitan
dengan material bangunan maupun untuk
utilitas
bangunan
(sumber
energi,
penyediaan air).
Saran
Arifin, HS. 2006. Pengelolaan Taman dan
Pemeliharaan Taman pada Lanskap
Industri. Rajawali Press. Jakarta.
Arifin HS dan Nurhayati. 2000. Pemeliharaan
Taman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Chalik, E. A, 1992, Dasar-Dasar Pengetahuan
Pariwisata, Jakarta: Yayasan Bhakti
Membangun
Frick, Heinz dan Tri Hesti Mulyani. 2006.
Arsitektur Ekologis seri eko-Arsitektur 2.
Yogyakarta: Kanisius.
Frick, Heinz dan Tri Hesti Mulyani. 2006. Dasardasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta:
Kanisius.
Hakim, Rustam dan Hardi Utomo. 2003.
Komponen
Perancangan
Arsitektur
Lansekap (Prinsip-Unsur dan Aplikasi
Desain). Jakarta: Bumi Aksara.
Hakim, Rustam. 1987. Arsitektur Lansekap
Manusia, Alam dan Lingkungan. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Mill, Robert dan Morrison. 1985. The Tourism
Sistem. New Jersey: Prentice Hall
International.
Pemerintah Kota Banjarbaru. 2006. Rencana
Detil Tata Ruang Bagian Wilayah Kota
Banjarbaru. Banjarbaru.
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kota Banjarbaru Tahun 2011 – 2015
Wahab, S. 1996. Manajemen Kepariwisataan.
PT. Pradnya Paramita,Jakarta.
http://indonesiafornature.blogspot.com/.
http://feelsgreen.blogspot.com/2010/05/pengertia
n-taman-kota-sangat-banyak.html.
Kawasan Taman Wisata Danau Seran
merupakan area terbuka hijau kota yang
berlandaskan
konsep
ekologis
yang
menempati sebagian kecil dari areal
pertambangan milik PT. Galuh Cempaka.
72
Download