File

advertisement
PERATURAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR : 271/Kpts/HK.310/4/2006
TENTANG
PERSYARATAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN TINDAKAN
KARANTINA TUMBUHAN TERTENTU OLEH PIHAK KETIGA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERTANIAN,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka kelancaran pelaksanaan
tindakan karantina tumbuhan, Pihak Ketiga dapat
ditetapkan untuk melaksanakan tindakan karantina
tumbuhan tertentu;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan untuk menindaklanjuti
Pasal 72 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun
2002 tentang Karantina Tumbuhan, dipandang
perlu menetapkan peraturan tentang persyaratan
dan tata cara pelaksanaan tindakan karantina
tumbuhan tertentu oleh Pihak Ketiga;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang
Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 56; Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3482);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002
tentang Karantina Tumbuhan (Lembaran Negara
Tahun 2002 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4196);
3. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004
tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu ;
4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 jo
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005 tentang
Kedudukan , Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi,
dan tata Kerja Kementrian Negara Republik
Indonesia;
www.bphn.go.id
5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang
Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementrian
Negara Republik Indonesia;
6. Keputusaan Menteri Pertanian Nomor 38/Kpts/HK.310/1/1990 tentang Syarat-syarat dan Tindakan
Karantina Tumbuhan Untuk Pemasukan Tanaman
Ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;
7. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 469/Kpts/HK.310/8/2001 tentang Tempat-tempat Pemasukan
dan Pengeluaran Media Pembawa Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina;
8. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 500/Kpts/OT.210/8/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Balai Uji Standar Karantina Tumbuhan;
9. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 618/Kpts/OT.140/12/2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Balai dan Stasiun Karantina Tumbuhan;
10. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 547/Kpts/OT.140/9/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Balai dan Stasiun karantina Tumbuhan;
11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/OT.140/7/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Pertanian;
12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpts/OT.140/9/2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Pertanian;
13. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 38/Kpts/HK.060/1/2006 tentang Organisasi Pengganggu
Tumbuhan Karantina Golongan I kategori A1 dan
A2, Golongan II Kategori A1 dan A2, Tanaman
Inang, Media Pembawa dan Daerah Sebarnya;
14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 05/Permentan/HK.060/3/2006 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Penetapan Instalasi Karantina Tumbuhan Milik
perorangan atau Badan Hukum;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG
PERSYARATAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN
TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN TERTENTU
OLEH PIHAK KETIGA
www.bphn.go.id
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. karantina Tumbuhan adalah tindakan sebagai upaya pencegahan
masuk dan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan dari luar
negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau
keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia.
2. Tindakan Karantina Tumbuhan Tertentu adalah pemeriksaan
fisik, pengasingan, pengamatan, perlakuan dan pemusnahan
terhadap media pemabawa organisme pengganggu tumbuhan dan
atau organisme penggangu tumbuhan karantina dan atau
organisme
pengganggu
tumbuhan
penting,
peralatan,
pembungkus,alat angkut, dan media pembawa lain.
3. Pemeriksaan Fisik adalah tindakan pemeriksaan terhadap media
pembawa organisme pengganggu tumbuhan yang dilakukan
dengan maksud untuk mendeteksi dan mengidentifikasi adanya
organisme pengganggu tumbuhan karantina dan atau organisme
pengganggu tumbuhan penting pada media pembawa, peralatan,
pembungkus, alat angkut, dan media pembawa lain.
4. Pengasingan adalah tindakan menempatkan media pembawa
organisme pengganggu tumbuhan di suatu tempat yang terisolasi.
5. Pengamatan adalah tindakan untuk mendeteksi kemungkinan
adanya organisme pengganggu tumbuhan pada media pembawa
organisme pengganggu tumbuhan di tempat yang terisolasi yang
karena sifatnya memerlukan waktu lama, sarana dan kondisi
khusus.
6. Perlakuan adalah tindakan yang dilakukan secara fisis, kimiawi
atau mekanis dengan maksud untuk membebaskan media
pembawa
organisme
pengganggu
tumbuhan,
peralatan,
pembungkus, alat angkut, dan media pembawa lain dari organisme
pengganggu tumbuhan.
7. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan media pembawa
organisme pengganggu tumbuhan, peralatan, pembungkus, dan
media pembawa lain, dengan cara mengubur, membakar,
menghancurkan dan cara-cara lainnya sehingga tidak mungkin
lagi menjadi sumber penyebaran organisme pengganggu tumbuhan
karantina.
8. Media Pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan yang
selanjutnya disebut Media Pembawa adalah tumbuhan dan bagianbagiannya dan atau benda lain yang dapat membawa organisme
www.bphn.go.id
Pengganggu Tumbuhan Karantina dan atau Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina.
9. Tumbuhan adalah semua jenis sumberdaya alam nabati dalam
keadaan hidup atau mati, baik belum diolah maupun telah diolah.
10. Media Pembawa lain adalah sampah yang antara lain berupa sisasisa makanan yang mengandung bahan tumbuhan dan hasil
tumbuhan.
11. Benda lain diantaranya bahan patogenik, bahan biologik, bahn
pembuatan pakan, sarana pengendalian hayati, biakan organisme,
tanah, kompos, atau media pertumbuhan tumbuhan lainnnya dan
vektor.
12. Alat angkut adalah semua alat transportasi darat, air, maupun
udara yang dipergunakan untuk melalu-lintaskan media pembawa.
13. Pembungkus adalah tumbuhan yang terdapat bersama dengan
atau menyertai berang lain yang dipergunakan sebagai
pembungkus, pengisi, pengikat, pelapis, penutup, dan penahan
kelembaban.
14. Pihak Ketiga adalah orang atau badan hukum yang memiliki
pengetahuan, keahlian, kempuan, sarana dan fasilitas serta
peralatan untuk melaksanakan tindakan karantina tumbuhan
tertentu.
15. Petugas Karantina Tumbuhan adalah Pegawai Negeri Sipil
tertentu yang diberi tugas untuk melakukan tindakan karantina
tumbuhan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
16. Unit Pelaksana Teknis Karantina Tumbuhan setempat selanjutnya
disebut UPT Karantina Tumbuhan setempat adalah UPT tempat
pemasukan dan pengeluaran media pembawa Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina.
17. Penilaian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
kemampuan pihak ketiga dalam memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan untuk melaksanakan tindak karantina tumbuhan
tertentu.
18. Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara berkala atau
sewaktu-waktu untuk mengetahui konsistensi Pihak Ketiga dalam
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
19. Tindakan Perbaikan adalah upaya yang dilakukan untuk
memperbaiki
ketidaksesuaian
atau
penyimpangan
dari
persyaratan yang telah ditetapkan.
20. Verifikasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
tindakan perbaikan yang telah dilaksanakan oleh Pihak Ketiga.
Pasal 2
www.bphn.go.id
(1) Peraturan ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
tindakan karantina tumbuhan tertentu oleh Pihak Ketiga.
(2) Tujuan pengaturan ini agar dalam pelaksaan tindakan karantina
tumbuhan tertentu oleh Pihak Ketiga dilakukan dengan
persyaratan dan tata cara yang telah diterapkan.
Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan ini meliputi Persyaratan dan tata cara
pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan tertentu oleh Pihak
Ketiga.
BAB II
PERSYARATAN PIHAK KETIGA UNTUK MELAKSANAKAN
TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN TERTENTU
Pasal 4
(1) Tindakan karantina tumbuhan tertentu oleh Pihak Ketiga dapat
dilaksanakan, apabila :
a. pengetahuan dan keahlian Petugas Karantina Tumbuhan
setempat masih terbatas dalam hal melakukan identifikasi
terhadap organisme pengganggu tumbuhan karantina tertentu
serta dalam melaksanakan tindakan karantina tumbuhan
tertentu;
b. sarana dan prasarana untuk melaksanakan tindakan karantina
tumbuhan tertentu pada UPT Karantina Tumbuhan setempat
masih terbatas; atau
c. petugas karantina tumbuhan setempat jumlahnya masih
terbatas.
(2) Tindakan karantina tumbuhan tertentu dapat dilaksanakan oleh
Pihak Ketiga berdasarkan penyerahan dari UPT Karantina
Tumbuhan setempat dengan sebuah berita acara penyerahan.
(3) Tindakan karantina tumbuhan tertentu dilaksanakan oleh Pihak
Ketiga dibawah pengawasan Petugas Karantina Tumbuhan.
(4) Tindakan karantina tumbuhan tertentu dilaksanakan oleh Pihak
Ketiga pada tempat yang digunakan untuk pelaksanaan tindakan
karantina.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tempat yang digunakan untuk
pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan tertentu sebagaimana
www.bphn.go.id
dimaksud pada ayat (4) diatur oleh Kepala Badan Karantina
Pertanian.
Pasal 5
(1) Pihak Ketiga Perorangan dapat melaksanakan tindakan karantina
tumbuhan tertentu berupa pemeriksaan fisik.
(2) Pihak Ketiga badan Hukum dapat melaksanakan Tindakan
Karantina Tumbuhan tertentu berupa pemeriksaan fisik,
pengasingan, perlakuan dan pemusnahan.
(3) Pihak Ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dapat melaksanakan tindakan karantina tumbuhan tertentu
setelah mendapat Persetujuan dari Kepala Badan Karantina
Pertanian.
Pasal 6
(1) Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) dapat
diberikan kepada Pihak Ketiga Perorangan apabila memenuhi
persyaratan, anatar lain :
a. Warga Negara Indonesia;
b. Memiliki pengetahuan, keahlian dan kemampuan mengenai
tindakan tumbuhan; dan
c. Dilengkapi sarana dan fasilitas serta peralatan untuk
pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan tertentu yang akan
dilakukannya.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) dapat
diberikan kepada Pihak Ketiga Badan Hukum apabila memenuhi
persyaratan, antara lain :
a. Badan Hukum Indonesia;
b. Dilengkapi perijinan sesuai dengan bidang usaha yang
dilakukan dan dikeluarkan instansi yang berwenang;
c. Memiliki tempat, sarana dan fasilitas serta peralatan untuk
pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan tertentu yang akan
dilakukannya; dan
d. Mempunyai tenaga ahli yang memiliki pengetahuan dan
keahlian untuk pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan
tertentu.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan pengetahuan,
keahlian, kemampuan, sarana dan fasilitas serta peralatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur oleh
Kepala Badan Karantina Pertanian.
www.bphn.go.id
BAB III
TATA CARA PELAKSANAAN TINDAKAN KARANTINA
TUMBUHAN TERTENTU OLEH PIHAK KETIGA
Pasal 7
(1) Pihak Ketiga dapat mengajukan permohonan secara tertulis
kepada Kepala Badan Karantina Pertanian melaui Kepala UPT
Karantina Tumbuhan setempat disertai persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6.
(2) Kepala UPT Karantina Tumbuhan setempat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) melakukan penilaian terhadap pemenuhan
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
(3) Penilaian terhadap pemenuhan persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), pelaksanaannya dilakukan oleh Petugas
Karantina Tumbuhan yang ditunjuk oleh Kepala UPT Karantina
Tumbuhan setempat.
(4) Hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) oleh karena
Petugas Karantina Tumbuhan disampaikan kepada Kepala UPT
Karantina Tunnbuhan setempat untuk direkomendasikan kepada
Kepala Badan Karantina Pertanian.
(5) Berdasarkan rekomendasi Kepala dari UPT Karantina Tumbuhan
setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Kepala Badan
Karantina Pertanian dapat menyetujui atau menolak permohonan
pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan tertentu oleh Pihak
Ketiga.
(6) Apabila permohonan disetujui sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) akan ditetapkan dalam sebuah Keputusan Kepala Badan
Karantina Pertanian.
Pasal 8
(1) Jangka waktu penetapan pelaksanaan tindakan karantina
tumbuhan tertentu oleh Pihak Ketiga sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (6), sebagai berikut :
a. Pemeriksaan fisik untuk jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahun;
b. Pengasingan dan pengamatan untuk jangka waktu paling lama
5 (lima) tahun;
c. Perlakuan untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun;
d. Pemusnahan untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
www.bphn.go.id
(2) Penetapan Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diperpanjang apabila masih dibutuhkan dan setelah
dilakukan evaluasi masih memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6.
Pasal 9
Pihak ketiga yang telah mendapatkan penetapan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (6) dan Pasal 8, untuk melaksanakan
tindakan karantina tumbuhan tertentu wajib menyampaikan laporan
bulanan secara tertulis kepada Kepala badan karantina Pertanian
melalui Kepala UPT Karantina Tumbuhan setempat.
Pasal 10
(1) Pihak Ketiga yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (6) dana Pasal 8 dilakukan evaluasi paling kurang 1
(satu) kali dalam 6 (enam) bulan
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Petugas Karantina Tumbuhan dan atau Pihak Lain yang ditunjuk
oleh Kepala badan Karantina Pertanian atas ususl dari Kepala
UPT Karantina Tumbuhan setempat.
Pasal 11
a. Apabila dari hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10,
terbukti Pihak Ketiga tidak melaksanakan sesuai ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6, kepada Pihak
Ketiga akan diberikan peringatan untuk melakukan perbaikan.
b. Peringatan untuk melakukan perbaikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus segera dilaksanakan paling lambat 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak tanggal peringatan diterima.
c. Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga pulu) hari sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) Pihak Ketiga tidak melakukan perbaikan
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
dan Pasal 6, penetapan pelaksanaan tindakan karantina
tumbuhan tertentu akan diusulkan kepada Kepala Badan
Karantina untuk dicabut.
Pasal 12
Penetapan pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan tertentu oleh
Pihak Ketiga dicabut, apabila :
www.bphn.go.id
a. tidak menyampaikan laporan bulanan dalam jangka waktu 3 (tiga)
bulan berturut-turut;
b. tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (2);
c. batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) tidak
diperpanjang;atau
d. diserahkan kembali oleh Pihak Ketiga kepada Kepala badan
karantina Pertanian melelui Kapala UPT Karantina Tumbuhan
setempat.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 13
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 April 2006
MENTERI PERTANIAN
ttd
ANTON APRIYANTONO
SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada Yth :
1. Menteri Koordinasi Bidang Perekonomian;
2. Menteri Luar Negeri;
3. Menteri Dalam Negeri;
4. Menteri Keuangan;
5. Menteri Perhubungan;
6. Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusi;
7. Menteri Kelautan dan Perikanan;
8. Menteri Kehutanan;
9. Menteri Perdagangan;
10. Kepala Kepolisian republik Indonesia;
11. Jaksa Agung Republik Indonesia;
12. Ketua Badan Pemeriksaan Keuangan;
www.bphn.go.id
13. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;
14. Kepala Badan Intelejen Negara;
15. Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Departemen Keuangan;
16. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam,
Departemen Kehutanan
17. Para Pejabat Eselon I lingkup Departemen Pertanian;
18. Para Gubernur di Seluruh Indonesia;
www.bphn.go.id
Download