BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Telaah Penelitian Sebelumnya Terdapat beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan seperti sebagai berikut: Penelitian yang dilakukan oleh Syarief Iskandar (2013) dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Tehadap Turnover Intention Karyawan Departemen Front Office di Hotel Ibis Bandung Trans Studio”. Berdasarkan penelitian tersebut, bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan terhadap turover intention karyawan departemen front office di Hotel Ibis Bandung Trans Studio. Hal tersebut dapat dilihat dari variabel kepemimpinan sebesar 4.10 yang menunjukkan berada pada kategori yang sangat baik. Sedangkan variabel turnover intention karyawan sebesar 3.87 artinya berada dalam ketegori yang baik. Analisis koefisien korelasi dengan menggunakan analisis korelasi Pearson Product Moment diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.564 berada pada kategori cukup kuat dengan regresi Ŷ = 1.025 + 0.692X. Koefisien determinasi dari variabel X terhadap variabel Y sebesar 31.8% sementara sisanya sebesar 68.2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian penulis antara lain sama-sama meneliti tentang kepemimpinan dan turnover intention, teknik pengumpulan data melalui kuesioner. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada teknik analisis data yang menggunakan analisis regresi sederhana, perbedaan juga ada pada lokasi departemen penelitian yaitu di front office 11 department dan di Hotel Ibis Bandung Trans Studio. Manfaat yang diperoleh dari penelitian oleh Syarief Iskandar yaitu referensi konsep mengenai turnover intention. Penelitian yang dilakukan oleh Choi Sang Long (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Leadership Styles and Employees’ Turnover Intention: Exploratory Study of Academic Staff in a Malaysian College”. Berdasarkan penelitian tersebut hasil dari penelitian terhadap 27 responden melalui kuesioner dan dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda menunjukan bahwa gaya kepemimpinan memiliki pengaruh yang rendah terhadap turnover intention. Berdasarkan hasil tersebut, kedua hipotesis, gaya kepemimpinan transformational dan transaksional tidak memiliki hubungan signifikan terhadap turnover intention staff akademik. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian penulis antara lain sama-sama meneliti gaya kepemimpinan dan turnover intention, teknik pengumpulan data melalui kuesioner, dan analisis data menggunakan regresi berganda. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada lokasi yang diteliti adalah pada kampus di Malaysia, penelitian ditanyakan kepada staff akademis di kampus tersebut. Manfaat yang di dapatkan dari penelitian Choi Sang Long mengenai teori konsep gaya kepemimpinan dan turnover intention. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Dini Kurniawati (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan Transformasional, Transaksional dan Laissez-Faire dengan Turnover Intention (Studi Kasus pada Perusahaan Pembiayaan PT.XYZ)”. Berdasarkan penelitian di empat cabang perusahaan multifinance dan dianalisis secara deskriptif dna menggunakan metode korelasi ditemukan hasilnya bahwa intensi turnover di empat cabang perusahaan secara keseluruhan rendah, terdapat hubungan negatif yang signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional dengan turnover intention dan hubungan positif yang signifikan antara gaya kepemimpinan laissezfaire dengan turnover intention. Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah meneliti tentang gaya kepemimpinan dan turnover intention karyawan, selain itu pengumpulan data menggunakan kuesioner. Sedangkan yang menjadi perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada lokasi penelitian yaitu pada sebuah perusahaan, analisis data secara deskriptif, selain itu gaya kepemimpinan yang digunakan juga berbeda. Manfaat dari penelitian Dini Kurniawati yaitu mendapatkan teori konsep gaya kepemimpinan dan turnover intention. 1.2 Tinjauan Konsep Ada beberapa konsep istilah akan dijabarkan sehubungan dengan topik penelitian ini, antara lain yaitu tinjauan mengenai Gaya Kepemimpinan, Turnover Intention, Karyawan, dan Hotel. Penjelasan terhadap konsep dipergunakan untuk mempermudah pemahaman serta analisis terhadap data yang telah dihimpun. 1.2.1 Tinjauan tentang Gaya Kepemimpinan 1. Definisi Gaya kepemimpinan Sebuah organisasi memiliki visi dan misi, dengan kata lain organisasi harus mencapai tujuannya. Seiring perkembangan sebuah organisasi atau perusahaan, ada pemimpin yang bertanggung jawab dan mengawasi kesuksesan tujuan tersebut harus terjadi. Pendapat mengenai pemimpin dikatakan oleh Kartono (dalam Suwatno, 2011:140) menyatakan bahwa pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakan orang lain melakukan usaha bersama guna mencapai sasaran tertentu. Sedangkan kepemimpinan, dikatakan sebagai cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahannya agar dapat bekerja sama secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi (Hasibuan, 2014:170). Selain itu Kouzes dan Posner (dalam Suwatno, 2011: 140) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah penciptaan cara bagi orang untuk berkontribusi dalam mewujudkan sesuatu yang luar biasa, dan dilain pihak Tzu dan Cleary (dalam Suwatno, 2011: 140) mengemukakan pendapatnya mengenai arti dari kepemimpinan yaitu sebuah persoalan kecerdasan, kelayakan untuk dipercaya, kelembutan, keberanian, dan ketegasan. Pimpinan dan kepemimpinan yang diembannya memiliki fungsi strategis yang menentukan kinerja organisasi. Pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya secara efektif dapat menggerakkan orang kearah tujuan yang dicita-citakan, menjadi anutan dan teladan. Sebaliknya, pemimpin yang keberadaannya hanya sebagai figur dan tidak memiliki pengaruh serta kemampuan kepemimpinan, akan mengakibatkan kinerja organisasi menjadi lambat, karena ia tidak memiliki kapabilitas dan kecakapan untuk menghasilkan kinerja terbaik (Suwatno, 2011:139). Sedangkan gaya kepemimpinan merupakan berbagai pola perilaku yang disukai oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pengikut (Suwatno, 2011:155). Thoha memberi penjelasan bahwa gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang dilihat. Menurut Rivai (2013:43) gaya kepemimpinan merupakan pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak dan tidak tampak untuk mempengaruhi bawahannya agar tujuan organisasi tercapai. Dalam melaksanakan fungsi dari kepemimpinan, akan berlangsung aktivitas kepemimpinan dan bila aktifitas itu dipilahpilah maka akan terlihat gaya kepemimpinan dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan tersebutlah yang merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Tiga pola dasar gaya kepemimpinan menurut Rivai (2013:36) yaitu: a. Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepemimpinan pelaksanaan tugas b. Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja sama c. Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang dicapai Pemimpin tidak dapat menggunakan gaya kepemimpinan yang sama dalam memimpin bawahannya, namun disesuaikan dengan karakter-karakter tingkat kemampuan dalam tugas setiap bawahannya (Rivai, 2013:43). Agar tujuan organisasi atau perusahaan dapat tercapai dengan baik, maka dibutuhkan kepemimpinan yang efektif, menurut Pidarta (dalam Suwatno, 2011:155) pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang tinggi dalam kedua dimensi kepemimpinan dimana kedua dimensi tersebut merupakan dimensi tugas dan dimensi manusia. Selain itu Rivai (2013:42) mengemukakan juga gaya kepemimpinan yang paling tepat adalah gaya yang dapat memaksimumkan produktivitas, kepuasan kerja, pertumbuhan, dan mudah menyesuaikan dengan segala situasi. Namun, menurut Hasibuan (2014:175) tidak ada gaya kepemimpinan yang mutlak baik atau buruk, yang terpenting adalah tujuan tercapai dengan baik. Hal ini disebabkan karena kepemimpinan dipengaruhi oleh faktor tujuan, bawahan, organisasi, karakter pimpinan, dan situasi yang ada. Berdasarkan pendapat dan ulasan mengenai kepemimpinan, dapat disimpulkan kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan, kelayakan untuk dipercaya, kelembutan, keberanian dan ketegasan dalam mempengaruhi kelompok untuk berkontribusi mewujudkan pencapaian organisasi. Melalui pendapat ahli, gaya kepemimpinan memiliki satu arti yang sama yaitu pola perilaku pemimpin yang digunakan untuk mempengaruhi dan memimpin bawahan untuk menuju cita-cita atau tujuan organisasi. Gaya memimpin seorang pemimpin yang efektif dan tepat di berlakukan terhadap bawahan adalah gaya kepemimpinan yang dapat menyesuaikan dengan bawahan yang dipimpinnya. 2. Jenis Gaya Kepemimpinan Berdasarkan studi yang telah dilakukan University of Michigan (dalam Rivai, 2013:8) terdapat dua gaya kepemimpinan yang berbeda adalah a. Pemimpin yang Berorientasi pada Tugas (Job Oriented) Pemimpin ini berorientasi pada tugas, menetapkan standar kerja yang kaku, mengorganisasikan tugas secara rinci, menerapkan pengawasan yang ketat untuk memastikan apakah tugas dilaksanakan dengan memuaskan, sehingga karyawan mengerjakan tugasnya berdasarkan prosedur yang telah diberlakukan. Pelaksanaan tugas lebih ditekankan daripada pertumbuhan anggota atau kepuasan pribadi. b. Pemimpin yang Berorientasi pada Hubungan Pegawai (Employee Oriented) Pemimpin yang mendorong partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut pekerjaan dan membantu karyawannya dalam memuaskan kebutuhannya dengan menciptakan lingkungan kerja yang suportif dan memastikan prestasi kerja tinggi dengan membangkitkan kepercayaan dan penghargaan. Dimana akan lebih menekankan pada memotivasi ketimbang mengendalikan karyawan, mencari hubungan bersahabat, saling percaya dan menghargai dengan anggota. Sedangkan gaya kepemimpinan menurut House (Robbins dalam Suwatno, 2011:158) antara lain: a. Kepemimpinan Direktif Kepemimpinan dengan gaya ini membuat karyawan agar tahu apa yang diharapkan pemimpin kepada bawahannya, menjadwalkan kerja untuk bawahannya dan memberikan bimbingan khusus mengenai bagaimana cara menyelesaikan tugas b. Kepemimpinan yang Mendukung Kepemimpinan ini bersifat ramah kepada karyawannya dan menunjukan kepedulian akan kebutuhan karyawannya c. Kepemimpinan Partisipatif Kepemimpinan ini selalu berkonsultasi dengan bawahannya dan menggunakan saran mereka untuk sebelum membuat keputusan d. Kepemimpinan Berorientasi Prestasi Kepemimpinan ini menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan untuk berprestasi pada tingkat tertinggi Rivai (2013:43) mengemukakan bahwa pada tahun 1960-an berkembang teori kepemimpinan yang dinamakan “Pola Manajerial”. Menurut teori ini ada empat gaya dasar kepemimpinan: a. Gaya Manajemen Tugas Pemimpin ini menunjukan perhatian tinggi pada produksi atau pekerjaan bawahannya, tetapi memiliki perhatian rendah terhadap karyawannya b. Gaya Manajemen Country Club Pemimpin ini memiliki perhatian tinggi terhadap karyawan, namun perhatiannya rendah kepada pekerjaan para bawahannya c. Gaya Manajemen Miskin Pemimpin dengan gaya ini memiliki perhatian yang sama-sama rendah terhadap pekerjaan bawahannya juga pada karyawan d. Gaya Manajemen Tim Pemimpin gaya ini pada dasarnya sama dengan gaya demokratis menunjukan perhatian tinggi baik terhadap produksi maupun terhadap karyawannya Sementara itu, menurut Contingency Theory Leadership (dalam Rivai, 2013:44) menyatakan ada empat gaya kepemimpinan, yaitu: a. Gaya Kepemimpinan Mengarahkan Gaya kepemimpinan ini sama dengan gaya otokratis yang memiliki perilaku atau perhatian pada tugas tinggi, namun perilaku hubungan kepada karyawan rendah b. Gaya Kepemimpinan Menjual Gaya kepemimpinan ini memiliki perhatian pada tugas maupun hubungan dengan karyawan sama-sama tinggi c. Gaya Kepemimpinan Ikut Serta Gaya kepemimpinan ini memberi perhatian pada karyawan sangat tinggi, sehingga tugas tidak terlalu menjadi perhatian d. Gaya Kepemimpinan Mendelegasikan Gaya kepemimpinan ini kurang memberikan perhatian pada tugas maupun hubungan dengan karyawan G.R. Terry (dalam Suwatno,2011:156) mengemukakan gaya kepemimpinan dibagi menjadi: a. Kepemimpinan Pribadi (Personal Leadership) Berdasarkan tipe ini pimpinan mengadakan hubungan langsung dengan bawahannya, sehingga timbul hubungan pribadi yang intim b. Kepemimpinan Non-Pribadi (Non-Personal Leadership) Pimpinan ini tidak mengadakan hubungan langsung dengan bawahannya, sehingga antara atasan dan bawahan tidak timbul kontak pribadi. Hubungan hanya melalui perencanaan dan instruksi-instruksi tertulis c. Kepemimpinan Otoriter (Authoritarian Leadership) Pemimpin tipe ini memperlakukan bawahannya secara sewenang-wenang, karena menganggap dirinya orang paling berkuasa, bawahannya digerakkan dengan jalan paksa sehingga bawahannya dalam bekerja bukan karena keiklasan, melainkan karena takut d. Kepemimpinan Kebapakan (Paternal Leadership) Pemimpin tipe ini memperlakukan bawahannya seperti anak sendiri sehingga bawahannya tidak berani megambil keputusan, segala sesuatu yang pelik diserahkan kepada bapak pimpinan untuk diselesaikan. Sehingga bapak sangat banyak memiliki tanggung jawab pada anak buahnya e. Kepemimpinan Demokratis (Demogratic Leadership) Pemimpin tipe ini selalu mengadakan musyawarah dengan bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan yang sukar sehingga bawahannya merasa dihargai pikiran dan pendapatnya serta memiliki pengalaman yang baik dalam menghadapi segala persoalan yang rumit. f. Kepemimpinan Bakat (Indigenous Leadership) Pemimpin tipe ini dapat menggerakkan bawahannya karena memiliki bakat untuk itu, sehingga bawahannya senang mengikutinya. Tipe ini karena pembawaan sejak lahir seolah ditakdirkan untuk memimpin dan diikuti oleh orang lain. Pemimpinnya tidak akan susah menggerakkan bawahan karena bawahannya akan senantiasa menuruti kehendaknya Hasibuan (2014:172) membagi gaya kepemimpinan yang terdiri dari: a. Kepemimpinan Otoriter Kepemimpinan yang menganut sistem manajemen tertutup (closed management) dan sebagian besar wewenang dan kekuasaan berada pada pimpinan. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin. b. Kepemimpinan Partisipatif Pemimpin yang menganut sistem manajemen terbuka (open management), kepemimpinannya dilakukan denga persuasif, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan loyalitas dan partisipasi bawahannya. c. Kepemimpinan Delegatif Pemimpin tipe ini mendelegasikan wewenang kepada bawahannya secara penuh dan tidak peduli cara bawahannya mengambil keputusan, dengan demikian bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas dalam melaksanakan pekerjaannya. Melainkan Hersey dan Blanchard (dalam Hasibuan,2014:173) mengembangkan model gaya kepemimpinan situasional yang mengacu pada pendekatan teori situasional yang menekankan pada perilaku. Berfokus pada perilaku yang nyata terlihat bukan pada kemampuan atau potensi yang dibawa sejak lahir. Pendekatan situasional adalah perilaku pemimpin dan anggota atau pengikut dalam kelompok dan situasi yang variatif. Jadi tidak ada satupun cara yang terbaik untuk mempengaruhi orang lain, melainkan tergantung pada tingkat kesiapan orang yang akan dipengaruhi. Burns (dalam Kurniawati, 2012:21) pada tahun 1978 menggagas gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional, yang menurutnya untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik mengenai model kepemimpinan transformasional maka perlu dipertentangkan dengan model kepemimpinan transaksional. a. Gaya Kepemimpinan Transaksional Kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan legitimitas dalam organisasi. Hakekat dari pemimpin transaksional menekankan bahwa untuk mencapai tujuan organisasi, seorang pemimpin perlu tmenetukan apa yang perlu dilakukan oleh bawahannya. Selain itu pemimpin transaksional cenderug memfokuskan diri pada penyelesaian tugas, dimana sangat mengandalkan sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada bawahan untuk memotivasi agar bawahan melakukan tanggung jawabnya. b. Gaya Kepemimpinan Transformasional Model kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi bawahannya untuk melakukan tanggung jawab mereka. Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi dan bawahannya harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya. 1.2.2 Tinjauan tentang Turnover Intention 1. Definisi Turnover Intention Setiap karyawan menginginkan kenyamanan di lingkungan kerja, entah dengan pemimpinnya ataupun rekan kerjanya. Walaupun hal tersebut sudah terwujud, turnover pasti akan terjadi karena alasan-alasan tersendiri, pada dasarnya turnover wajar terjadi untuk mendapatkan kualitas karyawan yang lebih baik. Menurut Novialdi (dalam Nayaputera, 2011) Turnover dikatakan sebagai berhentinya karyawan dari tempat kerjanya secara sukarela. Selanjutnya Mobley (dalam Akhsanu, 2012:4) yang juga seorang pakar dalam masalah pergantian karyawan memberi batasan turnover sebagai berhentinya individu dari anggota suatu organisasi dengan disertai pemberian imbalan keuangan oleh organisasi yang bersangkutan. Turnover adalah proporsi jumlah anggota organisasi yang secara sukarela (voluntary) dan tidak sekarela (non voluntary) meninggalkan organisasi dalam kurun waktu tertentu (Supriyanto dalam Akhsanu, 2012: 5) dan umumnya dinyatakan dalam satu tahun, dimana turnover minimal 10% pertahun (Akhsanu, 2012:5). Sedangkan intention diartikan sebagai niat atau keinginan yang timbul dari individu untuk melakukan suatu hal (Zeffane dalam Nayaputera, 2011). Intention menurut Fishbein (dalam Nayaputera, 2011) yaitu sebagai kemungkinan subjektif seseorang yang melibatkan dirinya dengan sesuatu tertentu. Selanjutnya pengertian dari turnover intention atau intensi turnover adalah keinginan seseorang secara sadar dan penuh pertimbangan untuk pindah dan meninggalkan perusahaan tempat bekerja (Nayaputera, 2011:38). Sedangkan menurut Abelson (dalam Nayaputera, 2011:39) intensi turnover adalah suatu keinginan individu untuk meninggalkan organisasi dengan mencari alternatif pekerjaan lain.Tindakan penarikan diri seseorang terdiri dari beberapa komponen secara simultan muncul dalam diri yang berupa adanya pikiran untuk keluar, keinginan untuk mencari lowongan pekerjaan yang lain, mengevaluasi untuk menemukan pekerjaan lain yang lebih layak dan keinginan untuk meninggalkan sebuah organisasi (Nayaputera, 2011). Berdasarkan pendapat mengenai arti turnover, dapat disimpulkan turnover merupakan berhentinya karyawan dari suatu tempat kerja atau organisasi secara sukarela yang disertai pemberian imbalan keuangan oleh organisasi bersangkutan. Sedangkan turnover intention merupakan niat atau keinginan seseorang dengan penuh kesadaran dan pertimbangan untuk pindah dan meninggalkan perusahaan tempatnya bekerja. Mobley (dalam Nayaputera, 2011) memberi penjelasan tahapan-tahapan kognitif yang dialami seseorang sebelum meninggalkan pekerjaan, yaitu a. Berfikir untuk berhenti dari pekerjaan (thoughts of quitting) b. Berniat untuk mencari pekerjaan lain (intention to search for another job) c. Berniat untuk meninggalkan pekerjaan (intention to quit) 2. Faktor Penyebab Turnover Hom dan Griffeth (dalam Kurniawati, 2012) mengemukakan bahwa ada beberapa penelitian yang mengidentifikasi faktor-faktor mempengarui keinginan karyawan untuk berhenti bekerja dari organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa causal factor yang dipelajari adalah kesempatan mendapatkan pekerjaan alternatif, karakteristik pekerjaan, karakteristik lingkungan kerja, leader-member exchange, gaya kepemimpinan manajer, demografi organisasi, kinerja, keefektifan peranan motivasi oleh atasan, dan budaya perusahaan yang dirasakan karyawan. Menurut Akhsanu (2012:5) turnover dapat terjadi yang disebabkan oleh a. Usia b. Lama bekerja c. Tingkat pendidikan d. Keikatan terhadap organisasi e. Kepuasan kerja f. Budaya perusahaan Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya intensi turnover menurut Jewell dan Siegall (dalam Sri, 2014) terdapat dua bagian yaitu a. Variabel pribadi antara lain kepuasan kerja, usia, jenis kelamin, pendidikan, lama bekerja, pelatihan kerja, profesionalisme, kebutuhan akan pertumbuhan pribadi, jarak tinggal dari tempat kerja, dan sistem penghargaan. b. Variabel situasional termasuk gaji, kesempatan promosi, dan rutinitas kerja. 2.2.3 Tinjauan tentang Karyawan 1. Definisi Karyawan Karyawan adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor, perusahaan atau yang lainnya) dengan mendapatkan gaji (Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam kbbi.web.id). Karyawan dibagi atas karyawan lepas yaitu pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak kerja (dalam waktu tertentu), karyawan manajerial yaitu orang yang berhak memerintah bawahannnya untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dan dikerjakan sesuai dengan perintah, selanjutnya karyawan operasional yaitu orang yang secara langsung harus mengerjakan sendiri pekerjaannya sesuai dengan perintah atasan. Selain itu, definisi karyawan atau tenaga kerja menurut Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (dikutip dari www.hukumonline.com) yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan /atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Karyawan adalah penjual jasa termasuk pikiran dan tenaganya dan mendapatkan kompensasi yang besarnya sudah ditentukan terlebih dahulu (Hasibuan, 2014:12). Berdasarkan dari pendapat mengenai arti karyawan, dapat disimpulkan karyawan merupakan orang yang bekerja di suatu lembaga yang melakukan pekerjaan dengan tenaga atau pikirannya dengan mendapatkan kompensasi yang besarnya ditentukan sebelumnya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri atau masyarakat. 2. Jenis Karyawan Menurut Dimyati (1989:92) karyawan Hotel dapat dikelompokkan berdasarkan tingkatannya, yaitu a. Karyawan Tingkat Eksekutif (Executive Level), yang terdiri dari General Manager, Assistant Manager, Executive Assistant Manager, Room Division Manager, Chief Accountant, Marketing Director, Chief Engineer, Personel Manager, dan Executive Housekeeper. b. Karyawan Tingkat Manager (Managerial Level), terdiri atas Assistant Department Head, Restaurant Manager c. Karyawan Tingkat Supervisor (Supervisor Level), terdiri atas Floor Supervisor, Houseman Supervisor, Bell Captain, Sales Executive d. Karyawan Biasa (Worker), yakni Roomboy, Houseman, Waiter dan Waitress, Attendant, Gardener, Steward Berdasarkan tipe karyawan yang telah dikemukakan, penelitian ini akan ditujukan kepada karyawan tingkat supervisor dan karyawan biasa (worker). 2.2.4 Tinjauan tentang Hotel 1. Definisi Hotel Pengertian Hotel telah banyak dikemukakan dalam buku pariwisata, salah satunya menurut K.Krapf (dalam Sihite, 2000:49) menyebutkan bahwa Hotel adalah sebuah gedung (bangunan) untuk menyediakan penginapan, makanan dan pelayanan yang bersangkutan dengan penginapan serta makanan itu bagi mereka yang mengadakan perjalanan. Menurut Keputusan Menteri Parpostel nomor Km 94/HK103/MPPT 1987 (dalam Sugiarto, 1996:9), yang menyebutkan bahwa “Hotel adalah Salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan bagian untuk jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi masyarakat umum yang dikelola secara komersil serta memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam keputusan pemerintah. Fred Lawson (dalam Dimyati,1989:12) mengemukakan bahwa “Hotel adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa akomodasi serta pelayanan makan dan minum bagi para pelancong dengan imbalan bayaran”. Jadi secara umum, Hotel dapat diartikan sebagai salah satu akomodasi yang menyediakan jasa layanan menginap, makanan dan minuman, serta pelayanan lainnya yang berhubungan dengan penginapan yang dikelola secara komersil untuk pelancong dengan imbalan bayaran. 2. Klasifikasi Hotel Penentuan jenis hotel tidak terlepas dari kebutuhan pelanggan dan ciri atau sifat khas yang dimiliki wisatawan (Soenarno, 2006:13). Berdasarkan hal tersebut, jenis hotel dapat dibedakan dari dilihat dari lokasi dimana hotel tersebut dibangun, sehingga dikelompokkan menjadi: a. City Hotel Hotel yang berlokasi di perkotaan, biasanya diperuntukkan bagi masyarakat yang bermaksud untuk tinggal sementara (dalam jangka waktu pendek). City Hotel disebut juga sebagai transit hotel karena biasanya dihuni oleh para pelaku bisnis yang memanfaatkan fasilitas dan pelayanan bisnis yang disediakan oleh hotel tersebut. b. Residential Hotel Hotel yang berlokasi di daerah pinngiran kota besar yang jauh dari keramaian kota, tetapi mudah mencapai tempat-tempat kegiatan usaha. Hotel ini berlokasi di daerah-daerah tenang, terutama karena diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin tinggal dalam jangka waktu lama. Dengan sendirinya hotel ini diperlengkapi dengan fasilitas tempat tinggal yang lengkap untuk seluruh anggota keluarga. c. Resort Hotel Hotel yang berlokasi di daerah pengunungan (mountain hotel) atau di tepi pantai (beach hotel), di tepi danau atau di tepi aliran sungai. Hotel seperti ini terutama diperuntukkan bagi keluarga yang ingin beristirahat pada hari-hari libur atau bagi mereka yang ingin berekreasi. d. Motel (Motor Hotel) Hotel yang berlokasi di pinggiran atau di sepanjang jalan raya yang menghubungan satu kota dengan kota besar lainnya, atau di pinggiran jalan raya dekat dengan pintu gerbang atau batas kota besar. Hotel ini diperuntukkan sebagai tempat istirahat sementara bagi mereka yang melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan umum atau mobil sendiri. Oleh karena itu hotel ini menyediakan fasilitas garasi untuk mobil. Hotel juga dibagi berdasarkan banyaknya kamar yang disediakan, Menurut Bagyono (2014:73) dari banyaknya kamar yang disediakan, jenis hotel dapat dibedakan menjadi: a. Small Hotel Hotel dengan jumlah kamar yang tersedia sebanyak lebih dari 25 kamar atau kurang dari 100 kamar. b. Medium atau Above Average Hotel Hotel dengan jumlah kamar yang memiliki lebih dari 100 kamar dan kurang dari 300 kamar. c. Large Hotel Hotel dengan jumlah kamar yang disediakan sebanyak lebih dari 300 kamar. Menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. PM. 10/P.V.301./Pht/77 tanggal 22 Desember 1977 tentang Peraturan Industri Perhotelan dan Klasifikasi Hotel dalam Bagyono (2014:74), klasifikasi hotel dibedakan dengan menggunakan simbol bintang antara bintang satu hingga lima. Perbedaan bintang terlihat pada fasilitas, peralatan, mutu, serta standar pelayanan. Penilaian dilakukan selama tiga tahun sekali dengan tata cara serta penetapannya dilakukan oleh Direktorat Jendral Pariwisata. Harris Hotel and Residences Sunset Road menjadi lokasi dalam penelitian ini, terletak di Jalan Pura Mertasari Sunset Road, sebuah City Hotel dengan tipe medium hotel yang memiliki 186 kamar. 2.2.5 Hipotesis Hubungan mengenai gaya kepemimpinan dan turnover intention telah banyak diteliti, beberapa diantaranya dikupas singkat dalam penelitian ini sebagai referensi dalam telaah penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut secara umum membuktikan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap tingkat turnover intention. Pada penelitian yang dilakukan oleh Syarief Iskandar dibuktikan bahwa kepemimpinan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap turnover intention karyawan Front Office Department, selain itu penelitian yang dilakukan oleh Choi Sang Long memperlihatkan bahwa gaya kepemimpinan memiliki pengaruh yang rendah terhadap turnover intention karyawan pada staff akademik. Gaya kepemimpinan juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap turnover intention staff pemasaran perusahaan pada penelitian yang dilakukan oleh Dini Kurniawati. Sebagai penguat opini, Hom and Griffeth (dalam Kurniawati, 2012) juga menjelaskan salah satu faktor penyebab karyawan ingin berhenti dari tempat kerjanya yakni gaya kepemimpinan pemimpinnya. Berdasarkan konsep yang ada maka disusunlah hipotesis dalam penelitian ini bahwa secara simultan dan parsial gaya kepemimpinan job oriented dan employee oriented berpengaruh terhadap turnover intention.