HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA BAWEN KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG Zuhfi Arlinda1), Mona Saparwati 2), Luvi Dian Afriyani3) Program Studi DIV Kebidanan Ngudi Waluyo ABSTRAK Latar Belakang: Persepsi mempengaruhi pembentukan sikap dan perilaku. Oleh karena itu, untuk mengubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dari mengubah persepsinya. Pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi tingkat kematian bayi yang dikarenakan berbagai penyakit yang menimpanya. Cakupan ASI Eksklusif di pada tahun 2013 di Kabupaten Semarang dengan jumlah bayi 6. 614 bayi yang sudah di beri ASI Ekslusif adalah 2,400 orang bayi yaitu (36,29%). Berarti 4.214 orang bayi yaitu (63,29%) tidak di berikan ASI Eksklusif. Cakupan ASI Eksklusif di Puskesmas Bawen pada tahun 2013 dengan jumlah bayi 699 bayi yang sudah diberi ASI Eksklusif adalah 28 orang bayi yaitu (4.01%). Berarti 671 orang bayi yaitu (95.99%) tidak diberikan ASI eksklusif. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan persepsi ibu tentang menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa Bawen Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Metode: metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan metode pendekatan cross sectional. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan persepsi ibu tentang menyusui dengan kategori persepsi kurang baik sebanyak 21 orang (52,5%), sedangkan persepsi baik sebanyak 19 orang (47,5%). Pemberian ASI Eksklusif diketahui bahwa ibu yang tidak berhasil melaksanakan ASI Eksklusif sebanyak 30 orang (75,0%) dan yang berhasil melaksanakan ASI Eksklusif sebanyak 10 orang (30,0%). Hasil uji statistik fisher’s exact didapatkan p value 0,003. Oleh karena p-value = 0,003 < α (0,05), maka Ho ditolak. Kesimpulan: ada hubungan yang signifikan antara persepsi ibu tentang menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa Bawen Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Daftar Kepustakaan Kata Kunci : (2005-2013) : Persepsi Ibu, Menyusui, ASI Eksklusif, ABSTRACT Background: Perception affects human’s attitudes and behaviors. Therefore, to change a person's behavior, it should start from changing his perceptions. Exclusive breastfeeding can reduce infant mortality rates caused by diseases. Coverage of exclusive breastfeeding in the year 2013 in the District of Semarang with baby number 6. 614 babies has been given exclusive breastfeeding was 2,400 babies namely (36.29%). 4214 means the baby is (63.29%) are not given exclusive breastfeeding. Coverage of exclusive breastfeeding in the PHC Bawen in 2013 the number of 699 infants who had breast-fed babies are 28 infant Exclusive namely (4:01%). 671 means the baby is (95.99%) were not given exclusive breastfeeding. Objectives : The aim of this study was to find the correlation between mother's perception about breastfeeding and exclusive breastfeeding at Bawen village Bawen Sub-district Semarang Regency. Design : This was an descriptive correlation study with cross sectional method. This study was conducted at Bawen village Bawen Sub-district Semarang Regency in June 2015. The 1 Hubungan persepsi ibu tentang menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa Bawen Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang data sampling used total sampling technique and obtained samples as many as 40 respondents. Result : The results of this study indicated that perceptions of breastfeeding mothers in the category of not good as many as 21 respondents (52.5%), while in the category of good perception as many as 19 respondents (47.5%). For the exclusive breastfeeding it was known that the mothers who unsuccessfully implemented exclusive breastfeeding were 30 respondents (75.0%) and who successfully implemented exclusive breastfeeding were 10 respondents (30.0%). The result of statistical test by using the Fisher's exact test obtained p value of 0.003. Since the p-value < α (0.05), Ho was rejected. Conclusion : there was a significant correlation between mother’s perception of breastfeeding and exclusive breastfeeding at Bawen village Bawen Sub-district Semarang Regency. Bibliographies : (2005-2013) Keywords : maternal perception, Breastfeeding, Exclusive breastfeeding PENDAHULUAN Latar Belakang Rekomendasi dari WHO, UNICEF, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan pemberian ASI Esklusif selama 6 bulan. Pemberian ASI Esklusif dapat mengurangi tingkat kematian bayi yang dikarenakan berbagai penyakit yang menimpanya. UNICEF menyatakan bahwa 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahun bisa di cegah melalui pemberian ASI Ekslusif selama enam bulan sejak satu jam pertama setelah kelahirannya tanpa memberikan makanan atau minuman tambahan kepada bayi (Prasteyono, 2012). ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat (Prasetyono, 2012). Pemberian ASI Eksklusif dapat mengurangi tingkat kematian bayi yang dikarenakan berbagai penyakit yang menimpanya, seperti penyakit infeksi misalnya infeksi saluran pencernaan (diare), infeksi saluran pernapasan dan infeksi telinga. ASI juga bisa menurunkan dan mencegah terjadinya penyakit non infeksi, seperti penyakit alergi, obesitas, kurang gizi, asma, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran. (Prasetyono, 2012). Rendahnya jumlah anak yang mendapatkan ASI Eksklusif bagaimanapun juga bisa mengancam pencapaian tujuan pembangunan milineum (MDGs) untuk menekan angka kematian anak dan ibu pada tahun 2015 dari kondisi terakhir yakni 34 bayi per 1000 kelahiran hidup, menjadi 23 bayi pe r 1000 kelahiran hidup (Haf, 2010). Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI bahkan ibu yang buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Roesli, 2012). Beberapa nilai-nilai (pandangan) yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI Eksklusif yaitu: menyusui itu mudah, 2 Hubungan persepsi ibu tentang menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa Bawen Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang menyusui mengubah bentuk payudara, menyusui menyebabkan kesukaran menurunkan berat badan, ASI belum keluar dihari-hari pertama sehingga perlu ditambah susu formula, payudara kecil tidak menghasilkan ASI, ASI kering, ASI tidak cukup karena bayi minum banyak, susu formula lebih daripada ASI karena mengandung vitamin dan zat besi tambahan (Roesli, 2009). Persepsi dapat terjadi saat rangsang mengaktifkan indera atau pada situasi dimana terjadi ketidakseimbangan pengetahuan tentang obyek, simbol, atau orang akan membuat kesalahan persepsi. Persepsi ini akan mempengaruhi pembentukan sikap dan perilaku manuasia (Rahmat, 2007). Persepsi terhadap ASI belum keluar dihari-hari pertama sehingga perlu ditambah susu formula dan payudara kecil tidak menghasilkan ASI. Jika persepsi ibu baik tentang pelaksanaan pemberian ASI eksklusif berdampak terhadap sikap ibu yang kemudian akan berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitopu (2013) bahwa perilaku mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Faktor yang mempengaruhi persepsi ada 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi pengalaman pengetahuan, harapan, kebutuhan, motivasi, dan emosi. Faktor eksternal meliputi dukungan keluarga, budaya, dan sosial (Notoatmodjo, 2012). Timbulnya keraguan dibenak para ibu ialah tidak cukupnya produksi ASI untuk kebutuhan bayinya. Sering kali persepsi dan komentar negative yang diterima ibu membuat seorang ibu beralasan untuk memulai memberi makanan tambahan pada bayi sebelum usia enam bulan. Seharusnya seorang ibu memiliki optimisme bahwa semakin banyak ibu memberikan ASInya maka semakin banyak pula produksi ASI yang dihasilkan, sehingga kebutuhan bayi terpenuhi (Arif, 2009). Target cakupan ASI Eksklusif menurut Kementerian Kesehatan Tahun 2014, adalah 80%. Pada Tahun 2013 cakupan ASI Eksklusif 36,29 % dan pada tahun 2012 sebesar 36, 41 %, terjadi penurunan sebesar 0, 18 %. Pada Tahun 2013 di Kabupaten Semarang dengan jumlah bayi 6. 614 bayi yang sudah di beri ASI Ekslusif adalah 2,400 orang bayi yaitu (36,29%). Berarti 4.214 orang bayi yaitu (63,29%) tidak di berikan ASI Eksklusif. Cakupan ASI Eksklusif terendah terdapat di Wilayah kerja Puskesmas Bawen pada Pada tahun 2012 di Kabupaten Semarang dengan jumlah bayi 987 bayi yang sudah diberikan ASI Eksklusif adalah 90 orang bayi yaitu (9.12%). Berarti 897 orang bayi yaitu (90.88%) tidak diberikan ASI Eksklusif . Tahun 2013 dengan jumlah bayi 699 bayi yang sudah diberi ASI Eksklusif adalah 28 orang bayi yaitu (4.01%). Berarti 671 orang bayi yaitu (95.99%) tidak diberikan ASI eksklusif (Dinkes Kabupaten Semarang, 2013). Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif yaitu melakukan pengawasan kepada puskesmas atau petugas kesehatan, mengupayakan agar setiap pelayan kesehatan terutama di Puskesmas dan RS tersedia konselor ASI sehingga dapat membantu para ibu yang memiliki kendala memberikan ASI, menyediakan fasilitas menyusui sangat penting untuk memudahkan praktik ASI Eksklusif terutama pada ibu bekerja, peningkatan dukungan keluarga atau suami dan masyarakat serta upaya untuk mengendalikan pemasaran susu formula. Jumlah bayi di Desa Bawen pada Tahun 2012 usia 0-6 bulan sebanyak 459 bayi yang sudah diberi ASI Eksklusif adalah 90 orang bayi yaitu (19.61%). Berarti 369 orang bayi yaitu (80, 84) tidak diberikan ASI Eksklusif. Tahun 2013 usia 0–6 bulan sebanyak 346 bayi yang sudah diberi ASI Eksklusif adalah 28 orang bayi yaitu (8.09%). Berarti 318 orang bayi yaitu (91.91%) tidak diberikan ASI eksklusif, 3 Hubungan persepsi ibu tentang menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa Bawen Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang terjadi penurunan antara tahun 2012 – 2013 sebesar 11, 07%. Angka kegagalan pemberian ASI Eksklusif masih tinggi di Kabupaten Semarang terutama di Desa Bawen Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang (Dinkes Kabupaten Semarang, 2013). Pihak puskesmas telah mengupayakan peningkatan cakupan ASI Eksklusif yaitu dengan cara menghimbau warga untuk memberikan ASI saja hingga 6 bulan dan melakukan penyuluhan kepada warga dan kader-kader tentang manfaat ASI Eksklusif. Meskipun pemberian ASI Eksklusif telah banyak disosialisasikan, namun tidak sedikit ibu yang menganggap remeh hal itu. Beberapa anggapan keliru sering kali mengenyampingkan kebutuhan nutrisi bayi. Beberapa pernyataan dari hasil wawancara salah satu bidan desa Bawen, kecamatan Bawen, kabupaten Semarang menyatakan bahwa bidan sudah memberikan konseling kepada setiap ibu hamil yang datang saat ANC, dan bidan juga memberikan konseling setelah ibu melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif tanpa makanan tambahan pada bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada bulan Februari 2015 di Desa Bawen Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang melalui wawancara terhadap 10 ibu yang memiliki bayi didapatkan hasil, 3 ibu mengatakan memberikan ASI eksklusif, 3 ibu mengatakan tidak memberikan ASI Ekslusif karena ASI belum keluar diharihari pertama sehingga merasa perlu ditambah susu formula dan 4 ibu mengatakan tidak memberikan ASI eksklusif. Dari 4 orang yang tidak memberikan ASI Eksklusif mereka mempunyai persepsi baik terhadap menyusui tetapi karena adanya faktor penghambat sehingga mereka tidak dapat memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Mereka menganggap bahwa menyusui itu mudah. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi hubungan persepsi ibu tentag menyusui dengan pemberian ASI eksklusif di desa Bawen, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang dengan instrument penelitian dengan lembar kuesioner. Penelitian sudah dilaksanakan pada tanggal 4 – 9 Juni 2015 dengan jumlah populasi berjumlah 40 ibu yang mempunyai bayi umur 7-10 bulan pada bulan Juni. Sample dalam penelitian ini sejumlah 40 ibu yang mempunyai bayi umur 7-10 bulan pada bulan Juni. Penelitian ini menggunakan teknik total sampling dengan pendekatan cross sectional. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-square. HASIL 1. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran persepsi ibu tentang menyusui di desa Bawen, Kecamatan Bawen, Kabupaten Bawen. Hasil Penelitian Hasil penelitian menggunakan analisa univariat dan bivariat. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Menyusui Persepsi Frekuensi Persentase (%) Kurang baik 21 52,5 Baik 19 47,5 Total 75 100 4 Hubungan persepsi ibu tentang menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa Bawen Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Berdasarkan tabel 1 diatas, didapatkan bahwa sebagian besar ibu yang memiliki bayi 7-10 bulan di Desa Bawen, Kec. Bawen, Kab. Semarang, memiliki persepsi kurang baik, yaitu sejumlah 21 orang (52,5%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif Pemberian ASI Eksklusif Frekuensi Persentase (%) Tidak ASI Eksklusif 30 75,0 ASI Eksklusif 10 25,0 Total 75 100 Berdasarkan tabel 2 diatas, dapat Kec. Bawen, Kab. Semarang, tidak diketahui bahwa sebagian besar ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya, memiliki bayi 7-10 bulan di Desa Bawen, yaitu sejumlah 30 orang (75,0%). 2. Analisa bivariat untuk mengetahuai hubungan persepsi ibu tentang menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa Bawen Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Tabel 3 Hubungan persepsi ibu tentang menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa Bawen Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Pemberian ASI Eksklusif Persepsi Tdk ASI Eksklusif ASI Eksklusif Total p-value F % F % F % Kurang Baik 20 95,2 1 4,8 21 100,0 0,003 Baik 10 52,6 9 47,4 19 100,0 Jumlah 30 75,0 10 25,0 40 100,0 Hasil tabel diatas, dapat diketahui bahwa ibu yang memiliki persepsi kurang baik lebih sedikit memberikan ASI eksklusif yaitu sejumlah 1 orang (4,8%), dibanding dengan ibu yang memiliki persepsi baik yang memberikan ASI eksklusif sejumlah 9 orang (47,4%). Pembahasan Hubungan persepsi ibu tentang menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa Bawen Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Berdasarkan uji Fisher Exact diperoleh p-value 0,003, oleh karena p-value 0,003 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa Ho ditolak dan artinya ada hubungan yang signifikan antara persepsi ibu tentang 5 Berdasarkan uji Fisher Exact diperoleh p-value 0,003, oleh karena p-value 0,003 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa Ho ditolak dan artinya ada hubungan yang signifikan antara persepsi ibu tentang menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di desa Bawen, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di desa Bawen, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Persepsi ibu yang baik tentang menyusui dapat mempengaruhi ibu untuk memberikan ASI secara Eksklusif. Hal ini sejalan dengan yang dikutip oleh Sobur (2009) bahwa mengubah tingkah laku seseorang harus dimulai mengubah persepsinya. Dalam arti lain seseorang yang mempunyai persepsi yang baik maka Hubungan persepsi ibu tentang menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa Bawen Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang akan berpengaruh pada perilaku seseorang, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitopu (2013) bahwa perilaku mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Notoatmodjo (2012), menyatakan bahwa persepsi merupakan salah satu faktor predisposisi dari perilaku. Perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan sikap dan tindakan. Sedangkan menurut Green dalam Notoatmodjo (2012) dikatakan bahwa perilaku dapat dibina dan ditingkatkan melalui pendidikan kesehatan agar berpengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Analisis yang dilakukan terhadap masalah perilaku menggunakan konsep dari Lawrence Green, dimana perilaku dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Menurut notoatmodjo (2007), perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan sikap dan tindakan. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan , dan tidak diberikan minuman dan makanan lain (termasuk air jeruk, madu, dan air gula Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan persepsi ibu tentang menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa Bawen, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi ibu tentang menyusui dengan kategori persepsi kurang, yaitu sebanyak 21 orang (52,5%), sedangkan persepsi baik sebanyak 19 orang (47,5%). sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan pedamping ASI (MPASI). ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2 tahun (Ambarwati, 2010). Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap untuk bayi (Anggraini, 2010). Pada awal bulan, bayi yang paling berisiko terhadap berbagai penyakit, Air Susu Ibu (ASI) eksklusif membantu melindungi terhadap diare dan infeksi umum lainnya. ASI diberikan minimal 6 bulan tanpa makanan pendamping ASI (PASI) inilah yang disebut dengan ASI Eksklusif (Jannah, 2011). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan, dkk (2013) tentang hubungan persepsi ibu tentang susu formula dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan menyatakan bahwa kecenderungan ibu memberikan susu formula adalah karena dipengaruhi oleh persepsi yang positif tentang susu formula, pengetahuan yang kurang tentang kerugian susu formula, gencarnya promosi susu formula dimasyarakat dapat mempengaruhi ibu dalam pemberian susu formula. Hal ini yang menyebabkan masih ditemukannya ibu yang mempunyai persepsi yang negative tetap memberikan susu formula. 2. Pemberian ASI Eksklusif diketahui bahwa ibu yang tidak berhasil melaksanakan ASI Eksklusif sebanyak 30 orang (75,0%) dan yang berhasil melaksanakan ASI Eksklusif sebanyak 10 orang (25,0%) 3. Ada hubungan persepsi ibu tentang menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa Bawen, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Saran Berdasarkan uraian hasil penelitian dari pembahasan, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 6 Hubungan persepsi ibu tentang menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa Bawen Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang 1. Ibu Diharapkan meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya menyusui dengan mengakses informasi dan aktif dalam mengikuti penyuluhan serta lebih banyak bertanya kepada tenaga kesehatan dengan demikian diharapkan ibu berhasil memberikan ASI secara Eksklusif. 2. Peneliti Selanjutnya Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan menggali faktor lain yang berhubungan dengan ASI Eksklusif sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya peningkatan cakupan ASI Eksklusif. Contohnya faktor lingkungan ataupun faktor dukungan keluarga. 3. Tenaga Kesehatan a. Diharapkan bidan desa dapat melakukan pendekatan kepada masyarakat khususnya para wanita DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, E R. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Nuha Medika. Arif, N. (2009). ASI dan Tumbuh Kembang Bayi. Yogjakarta : Media Pressindo. Haf. (2010). Pertegas Regulasi Pemberian ASI Eksklusif. http:/dkinsufa.info/en/headlines/532pertegas-regulasi-pemberian-asieksklusif. Jannah, Nurul. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta : AR-Ruzz Media. Kurniawan, dkk. (2013). Hubungan persepsi ibu tentang susu formula dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan. Jurnal KesMaDaSka. 01: 8-17. Riau. Universitas Riau. agar dapat meningkatkan kesadarannya akan pentingnya menyusui, sehingga para wanita dapat menyusui secara Eksklusif. b. Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat mengembangkan promosi kesehatan kepada masyarakat melalui penyuluhan kesehatan dengan menggunakan media yang menarik dan bahasa yang mudah dipahami yang menginformasikan tentang pentingnya menyusui sehingga dapat meningkatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif. 4. Bagi Institusi Pendidikan Bagi institusi pendidikan dapat dijadikan sebagai sumber untuk meningkatkan kualitas mahasiswa dalam penelitian selanjutnya dan sebagai sumber wacana kepustakaan di STIKES Ngudi Waluyo Notoatmodjo, S. (2012). Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. ----- (2012). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta. Nugroho, Taufan. (2011). ASI dan Tumor Payudara. Yogjakarta : Nuha Medika. Prasetyono, Sunar. (2012). ASI Eksklusif. Jogjakarta : Diva Press. Rahmat. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset. Roesli, Utami. (2009). ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya. ----- (2012). ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya. Sitopu, Selli Dosriani. (2013). Perilaku Ibu Menyusui Tentang 7 Hubungan persepsi ibu tentang menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa Bawen Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Pemberian Asi Eksklusif Di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.06: 9-14. Darma Aguing. Deli Serdang. Sobur, Alex. (2009). Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia. Walgito, Bimo. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogjakarta : CV. Andi Offset. Widiyanto, dkk. (2012). Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Sikap terhadap Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Kedokteran. 01: 9-12. Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. 8 Hubungan persepsi ibu tentang menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa Bawen Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang