Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru pada Sekolah Alam studi di School Of Universe Parung Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Azka Zakiah NIM : 1112018200044 JURUSAN MANAJEMENPENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 ABSTRAK Azka Zakiah (NIM : 1112018200044). Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru di School Of Universe Parung 2016/2017. Skripsi, Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembinaan kompetensi pedagogik guru yang dilakukan kepala sekolah berdasarkan program pembinaan dan pelatihan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Untuk pengumpulan data, digunakan teknik wawancara, studi dokumen dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan kompetensi pedagogik guru berjalan cukup efektif. Hal tersebut ditinjau dari pembinaan yang dilakukan kepala sekolah bersama dengan konsultan dan program training effair. Namun, seringnya pergantian guru akibat sistem perekrutan yang menggunakan masa kontrak 2 tahun, menjadikan hasil pembinaan yang telah dilaksanakan oleh pihak sekolah terhadap guru yang diharapkan memperpanjang masa kontraknya menjadi tak berlanjut sehingga pihak sekolah harus melaksanakan pembinaan ulang bagi guru baru. Selain itu, siswa selalu beradaptasi dengan guru baru ditengah perjalanan pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan sekolah tidak mengadakan masa kontrak bagi guru sehingga sekolah tidak perlu melakukan pembinaan secara berulang-ulang bagi guru baru. Selain itu, kepala sekolah perlu menyediakan referensi yang memadai yang berkaitan dengan pengelolaan anak, pengelolaan pembelajaran dan hal-hal yang berhubungan dengan kompetensi pedagogik agar guru dapat memperluas wawasan di waktu luang. Kata kunci :Pembinaan, Kompetensi Pedagogik Guru, Sekolah alam i ABSTRACT Azka Zakiah (NIM : 1112018200044). Teacher’s Pedagogic Competence Founding in Natural School at School Of Universe Parung Bogor This study aims to investigate the implementation of coaching pedagogical competence of teachers who held the principal in fostering pedagogical competence of teachers and pedagogical coaching influence on teachers, which is viewed by some coaching or training programs conducted by the school. This research was conducted at the School Of Universe Parung 2016/2017 using qualitative descriptive method. The data collection techniques in this study using interview techniques, documentation and observation studies. In addition, the author refers to the book - a book teacher and coaching that serve as a theoretical basis to assess efforts principal in fostering pedagogical competence of teachers and influence the development of the pedagogical competence of teachers in School Of Universe. The results showed that teachers pedagogical competence development programs run quite effectively with all efforts made in the principal nor the training provided by the training program effair to teachers. It can be seen from the results of coaching that is felt by the majority of teachers in School Of Universe. Teacher's ability to manage learning categorized enough. However, the frequent change of teachers due to teacher recruitment system that uses two-year contract period, making the result of the construction that has been implemented by the school teachers who are expected to extend his contract not continue. So the school should implement the guidance for new teachers. In addition, students must adapt to new teachers in the mid semester. It can be concluded that the development of pedagogical competence of teachers in School Of Universe has been running quite effectively despite the School Of Universe is not a formal school but a school-based nature. This shows that the nature of the school are also able to support the successful development of pedagogic competence of teachers especially in the School Of Universe Parung. Key Word : Founding, Pegagogic Competence ii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang senantiasa selalu penulis ucapkan sebagai ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat dan anugrah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Sebuah karya yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan umumnya bagi seluruh pembaca karya ini. Shalawat dan salam semoga Allah selalu limpahkan kepada junjungan Muhammad saw yang telah membimbing umatnya menuju kebahagaian dunia dan akhirat. Penulis sadar bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bimbingan serta bantuan baik materil dan moral. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syaruf Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan atas nasehat, arahan dan dukungan dalam penulisan skripsi ini. 3. Drs. Muarif SAM, M. Pd. Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikirannya dalam membantu, membimbing dan mendukung penulis sehingga terselesaikan skripsi ini dengan baik. 4. Henny Narendrany, M. Pd. Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikirannya dalam membantu, membimbing dan mendukung penulis sehingga terselesaikan skripsi ini dengan baik. iii 5. Donny Prayudi, MBA. Kepala SoU (School Of Universe) yang telah memberikan izin dan membantu kelancaran penelitian di sekolah tersebut, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. 6. Kedua orang tua tercinta, Abi dan Umiku tersayang yang tidak pernah lelah mendidik penulis sampai saat ini, yang senantiasa memberikan do’a, dukungan moril maupun materil, arahan, nasehat dan bimbingan setiap saat tanpa ada henti-hentinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. 7. Adik-adikku yang terhebat, Zulfa dan Haidar yang menemani mengerjakan skripsi dan selalu memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan penelitian agar segera sukses, menjadi kakak yang memberikan tauladan dan bermanfaat untuk banyak orang. 8. Keluarga besar KH. Agus Bakir Badawi yang selalu memberikan motivasi dan dukungan untuk segera menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 9. Sahabat tersayang (Alprilia yang selalu mensuport, membimbing, dan mengarahkan dalam kesulitan yang sedang dihadapi , Siti Karisma yang selalu menemani dalam keadaan apapun, Annisa Nur Utami yang selalu care dan mensuport untuk menyelesaikan skripsi, Fitriana yang selalu bijak, dewasa dan mengingatkan untuk segera menyelesaikan skripsi, Uswatun Hasanah yang selalu curhat dan memberi semangat skripsi, dan Nada Khoirotunnisa yang selalu menjadi inspirasi untuk menyelesaikan skripsi). Kalian selalu menjadi bagian dari cerita di masa masa kuliahku yang nantinya sangat dirindukan. Terima kasih, telah mendewasakan dan menjadi penguat hingga sampai pada tahap terselesaikannya skripsi ini dengan baik. 10. Teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan angkatan 2012, kawan kawan Power Ranger dan MP B yang selalu indah untuk dikenang, selalu mensupport dan membantu satu sama lain. Kalian adalah bagian indah dalam hidup yang nantinya sangat dirindukan. iv 11. Sahabat tersayang Akira Puteri, yang selalu menemani, mendukung, membantu dan mengingatkan bahwa masa depan masih banyak yang harus diraih sehingga membantu terselesaikannya skripsi ini dengan baik. 12. Keluarga besar HMI Manajemen Pendidikan, adik-adik dan kakak-kakak yang selalu menanyakan wisuda sehingga menjadi penyemangat dalam menyelesaikan skripsi. 13. Keluarga besar HIMABO (Himpunan Mahasiswa Bogor) yang selalu menanyakan wisuda sehingga menjadi penyemangat untuk menyelesaikan skripsi. 14. Seluruh guru Sekolah Menengah School Of Universe, yang mau berbagi cerita mengenai pembinaan di sekolah tersebut sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi 15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga seluruh kebaikan, jasa dan do’a yang telah diberikan kepada penulis menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat kelak. Penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan, saran yang baik sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca sekalian. Amiiinn Ciputat, 22 Maret 2017 Hormat saya, Penulis Azka Zakiah v DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI UJI REFERENSI ABSTRAK .................................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ............................................................. v DAFTAR ISI.................................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ......................................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.......................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 8 C. Pembatasan Masalah........................................................................ ........ 9 D. Rumusan Masalah .................................................................................... 9 E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9 F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kompetensi Pedagogik Guru ..................................................................... 11 1. Pengertian Kompetensi Pedagogik Guru ............................................. 11 2. Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik Guru .................................... 15 3. Urgensi Kompetensi Pedagogik Guru ................................................ 25 B. Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru .................................................. 26 1. Pengertian Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru .......................... 26 2. Tujuan Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru ................................ 28 vi 3. Metode Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru ............................... 29 4. Strategi Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru ............................... 31 C. Peran Kepala Sekolah dalam Pembinaan Kompetensi Pedagogik.........…. 37 D. Penelitian yang Relevan ............................................................................. 39 E. Kerangka Berfikir ...................................................................................... 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 43 B. Metodologi Penelitian ................................................................................ 44 C. Teknik Penentuan Informan ...................................................................... 44 D. Sumber data .............................................................................................. 45 E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 46 F. Kisi – Kisi Instrumen ................................................................................. 47 G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ........................................ 49 H. Teknik Analisis Data ................................................................................. 50 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum dan Deskripsi Unit Penelitian ....................................... 52 1. Profil School Of Universe ................................................................... 52 2. Visi, Misi dan Tujuan School Of Universe ......................................... 53 3. Keadaan Guru School Of Universe ...................................................... 55 4. Keadaan Siswa School Of Universe .................................................... 56 5. Kurikulum School Of Universe ............................................................ 57 6. Kegiatan Pembelajaran di School Of Universe .................................... 61 B. Pembinaan Kompetensi Pedagogik di School Of Universe ...................... 63 1. Kegiatan Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru ............................. 64 2. Hasil Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru ................................... 76 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................ 85 B. Saran ......................................................................................................... 87 vii DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 88 LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................................... 94 viii DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 43 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru pada Sekolah Alam ..................................................... 47 Tabel 3.3 Daftar Ceklist Studi Dokumentasi ......................................................... 48 Tabel 4.1 Jumlah Guru School of Universe Parung ............................................... 55 Tabel 4.2 Jumlah Siswa School of Universe Parung............................................... 56 Tabel 4.3 Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru di School of Universe Parung. 75 ix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Wawancara Kepala Sekolah Lampiran 2 Hasil Wawancara Kepala Program Training Effair Lampiran 3 Hasil Wawancara Konsultan Sekolah Lampiran 4 Hasil Wawancara Guru Lampiran 5 Hasil Wawancara Guru Lampiran 6 Hasil Wawancara Guru Lampiran 7 Hasil Wawancara Siswa Lampiran 8 Hasil Wawancara Siswa Lampiran 9 Kisi-Kisi Instrumen Angket Siswa Lampiran 10 Angket Siswa Lampiran 11 Pedoman Observasi Lampiran 12 Profil SoU Lampiran 13 Job Description Fasilitator Lampiran 14 Format Activity Plan Lampiran 15 Instrumen Supervisi Fasilitator Lampiran 16 Daftar Hadir Peserta Pembinaan Lampiran 17 Penilaian Fasilitator Lampiran 18 Lembar Uji Referensi Lampiran 19 Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 20 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 21 Surat Keterangan Peneliti 1an x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu negara menjadi negara maju dan mampu mengatasi permasalahan yang timbul adalah kualitas pendidikan. Pendidikan yang berkualitas akan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas pula. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003, bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”1 Dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, seluruh komponen pendidikan sangat berpengaruh diantaranya, guru, kurikulum, sumber belajar, iklim, sarana dan prasarana, siswa serta kebijakan pemerintah. Dari beberapa komponen tersebut, guru merupakan komponen paling utama karena di tangan gurulah komponen-komponen lainnya dapat menjadi sesuatu yang bermakna. Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan. Tidak ada kualitas pendidikan tanpa kualitas guru. Guru adalah sosok motivator dan mediator bagi siswa untuk dapat belajar secara efektif dan efisien. Bahkan peran guru sangat menentukan suatu mata pelajaran disukai atau tidak disukai oleh siswanya. Guru adalah pihak yang dapat membawa siswanya untuk terlibat secara aktif, baik dalam berfikir maupun dalam beraktifitas. 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang Dasar, Fungsi dan Tujuan 1 2 Guru tersebut akan bisa membelajarkan siswa secara optimal. Sebaliknya guru yang hanya berperan sebagai penyampai informasi kepada siswa, tidak akan bisa mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan tidak akan bisa menjadikan siswa sebagai pemecah masalah dalam kehidupan. Pendidikan sangat identik dengan kegiatan belajar mengajar dan segala aspek yang mempengaruhinya. Guru sebagai pelaku utama dalam proses pembelajaran harus mampu menciptakan suasana belajar yang menarik, menyenangkan dan dinamis guna mencapai tujuan dan hasil pembelajaran yang memuaskan. Kemampuan siswa dalam memahami materi yang disajikan tergantung pada kemampuan dan kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran. Diperlukan strategi, metode serta media yang terarah dengan baik. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi dan kualifikasi keguruan. Berdasarkan Peraturan Permendiknas (PP) No. 16/2007, dinyatakan bahwa: “Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional..”2 Hanya para guru yang mempunyai tingkat kompetensi memadai yang diyakini dapat memberikan bimbingan pendidikan dan pembelajaran untuk anak didiknya. Hal ini karena kemampuan atau kompetensi yang dimiliki oleh guru merupakan bekal proses yang paling utama. Jika kompetensi guru rendah, maka guru akan mencetak generasi yang bermutu rendah pula. Generasi tersebut tidak akan mampu bersaing ditengah derasnya perubahan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan hanya akan menjadi beban sosial bagi masyarakat dan negeri. Kompetensi inilah yang meningkatkan derajat guru agar menjadi profesi. Rasulullah SAW memberi peringatan dalam sebuah hadits riwayat Bukhari, َإِ َذا ُو ِس َد األَ ْم ُر إلى َغي ِْر أَ ْهلِ ِه فَا ْنت َِظ ِر السَّا َعة 2 Peraturan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru 3 “Ketika suatu perkara (pekerjaan) tidak diserahkan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran.”3 Hadits tersebut menegaskan bahwa jika peserta didik tidak diajar oleh ahlinya maka akan terjadi kehancuran. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 dijelaskan bahwa, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar dan menengah.4 Oleh karena itu, jelaslah bahwa guru dituntut untuk mengajar secara profesional. Masalah guru merupakan topik yang tidak ada habis-habisnya dipermasalahkan atau diperbincangkan. Mulai dari sistem pengangkatan guru yang tidak berdasarkan kebutuhan sekolah atau tidak sesuai dengan kualifikasi akademik dan kompetensi keguruan, tidak meratanya jumlah guru di tiap wilayah terutama daerah terpencil, pengembangan kompetensi dan karir yang tidak berjalan sesuai tujuan, serta hak guru yang tidak diterima sesuai dengan waktu yang ditentukan. Hal tersebut mengakibatkan tidak terjaminnya kesejahteraan guru sehingga guru memiliki pekerjaan sampingan dan guru sering merangkap pekerjaan. Sementara tuntutan masyarakat terhadap profesi guru semakin meningkat. Hal tersebut tidak diimbangi dengan pembinaan dan tunjangan yang diharapkan. Rendahnya kualifikasi akademik dan kompetensi guru terjadi hampir di semua wilayah Indonesia. Data Ditjen PMPTK Depdiknas, lebih sepertiga dari 2,6 juta guru di Indonesia tidak layak mengajar karena mismatch, kualifikasi dan kompetensinya tidak mencukupi untuk mengajar. Bukti menunjukkan bahwa guru di Indonesia banyak yang belum profesional. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya guru yang belum 3 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), h. 4 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen 3 4 memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D4 dan belum memiliki sertifikat pendidik hingga tahun 2015. Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2015 menunjukkan sebesar 27,5% guru belum berperndidikan S1 atau D4. Sementara itu sebesar 40% guru belum memiliki sertifikat pendidik. Fakta di lapangan menunjukkan, rata-rata guru TK dan SD berpendidikan D-II, bahkan masih ditemukan guru TK dan SD yang hanya lulusan SMA atau SMK. Tidak sedikit guru SMP dan SMA/K yang berpendidikan D-I, D-II, PGSLP, PGSLA, sarjana muda dan D-III.5 Selain itu, guru yang memiliki kualifikasi yang tinggi pun tidak akan mencapai hasil maksimal apabila tidak didukung dengan penguasaan kompetensi pedagogik. Berdasarkan hasil uji kompetensi guru, kemampuan kompetensi pedagogik guru masih relatif rendah yakni 56,59 % masih perlu usaha-usaha keras untuk meningkatkan kemampuan ini, terutama di beberapa perguruan tinggi yang mencetak guru. Kemampuan pedagogik merupakan kompetensi yang penting dimiliki oleh guru, bahkan mata kuliah pedagogik dapat ditawarkan sebagai mata kuliah pilihan di beberapa perguruan tinggi non LPTK , mengingat kemampuan dan pengetahuan pedagogik diperlukan di semua proses pendidikan, bukan hanya di sekolah.6 Data-data tersebut menunjukkan bahwa, kualitas guru di Indonesia masih sangat rendah. Mulai dari rendahnya kualifikasi akademik guru yang secara tidak langsung berhubungan dengan kompetensi guru. Dapat dibayangkan jika guru tidak menempatkan tugas sebagaimana mestinya, bangsa dan negara ini akan tertinggal dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang kian waktu tidak terbendung lagi perkembangannya. 5 http://muchsinal-mancaki.blogspot.co.id/2014/02/guru-mismatch.html. diunduh pada tanggal 9 September pukul 20.50 6 http://www.pikiran-rakyat.com/opini/2016/05/04/kualitas-guru-kita-368286. Jumat, 9 September 2016. Pukul 21.01 5 Ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK), baik sebagai substansi materi ajar maupun piranti penyelenggaraan pembelajaran, terus berkembang. Dinamika ini menuntut guru menyesuaikan kompetensinya untuk selalu agar mampu meningkatkan dan mengembangkan dan menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan menggunakan berbagai pendekatan, metode dan tekhnologi pembelajaran terkini. Hanya dengan cara itu guru mampu menyelenggarakan pembelajaran yang berhasil mengantarkan peserta didik memasuki dunia kehidupan sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pada zamannya. Tak jarang sekolah yang menuntut guru agar profesional tapi tidak diimbangi dengan pendidikan dan pelatihan yang memadai. Seolah guru harus belajar sendiri sementara waktu guru terbatas. Dan pihak pemerintah hanya membuat kebijakan tetapi ketika pelaksanaan tidak dipertimbangkan bagaimana kondisi sekolah. Akibatnya, adanya ketidak seimbangan dalam penerapan kebijakan dan supervisi antara sekolah yang satu dengan yang lain. Sehingga, pembinaan guru sering tidak terlaksana secara merata. Guru hanya belajar sendiri tanpa bantuan dari pihak sekolah maupun pemerintah. Namun, tidak semua guru memiliki inisiatif dan kreatiftas dalam mengembangkan dirinya. Akibatnya, pendidikan Indonesia mengalami keterpurukan karena aspek pedagogik guru tidak terpenuhi. Masalah tersebut juga dirasakan oleh School Of Universe yang relatif mengalaminya. Menurut Kepala Sekolah, kompetensi pedagogik yang dimiliki guru sudah baik, hal tersebut dibantu oleh pembinaan yang dilaksanakan oleh sekolah.7 Namun, salah satu guru menyatakan jarang mengikuti pelatihan karena tugasnya yang menumpuk.8 Berdasarkan wawancara dengan guru dapat diketahui bahwa pembinaan guru sering 7 Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung 8 Hasil wawancara dengan Didin Rohidin, Guru Mata Pelajaran IPS, pada hari Kamis, 17 November 2016 pukul 09.32 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung 6 terlaksana secara tidak merata. School Of Universe adalah salah satu lembaga pendidikan berbasis alam yang terletak di Parung, Bogor. Yang mengemban visi, “Mendampingi setiap anak manusia untuk menjadi pemimpin di muka bumi dan memberi rahmat bagi sekalian alam, dan bagi mereka yang mau berpikir alam semesta adalah sumber pelajaran tanpa batas.”9 Di School Of Universe peserta didik dilatih untuk dapat membaca semesta dengan cara yang utuh dan menyeluruh. Pada seluruh tingkat pendidikan, kurikulum dan penjenjangan proses pembelajaran bersifat luwes, senantiasa disesuaikan dengan perkembangan kejiwaan dan keunikan bakat tiap siswa. Maka, untuk mencapai visi tersebut harus ada strategi untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Salah satu strategi School Of Universe adalah dengan adanya kurikulum pelatihan. School Of Universe memiliki program khusus bernama training effair dibawah departemen research and development yang menangani pelatihan-pelatihan guru.10 Kurikulum pelatihan tersebut mengacu pada kurikulum School Of Universe yaitu leadership, bisnis, logika dan akhlak.11 Kepala sekolah menindaklanjuti hasil pelatihan yang diikuti oleh guru dengan melakukan supervisi. Jika guru tersebut belum dapat menguasai kelas, maka akan dijadwalkan khusus untuk pelatihan student handling. Pembinaan tersebut diberikan sesuai dengan kebutuhan guru.12 Contohnya, ibu Dian dipanggil oleh kepala sekolah dan dijadwalkan untuk mengikuti pelatihan student handling karena mengalami kesulitan ketika pertama kali mengajar. Pelatihan yang diberikan sangat membantu ibu 9 Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung 10 Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung 11 Hasil wawancara dengan Hans, Kepala Program Training Effair, pada hari Jum’at, 12 Februari 2017 pukul 12.30 WIB Ruang Yayasan School Of Universe Parung 12 Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung 7 Dian ketika mengajar selanjutnya.13 Namun, tetap saja terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi sekolah. Karena sekolah tidak membatasi calon guru yang akan mengajar. Pengajar di SOU rata-rata bukan merupakan lulusan kependidikan. Beberapa diantaranya, merupakan lulusan komunikasi, syariah, dan fisika murni. Hal tersebut mempersulit guru dalam memahami siswa dan menerapkan cara mengajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Terlebih kurikulum sekolah alam student centered, maka siswa lebih dominan dibandingkan guru. 14 Pada saat pelatihan, kesulitan yang sering ditanyakan guru adalah bagaimana menangani karakteristik siswa yang beragam.15 Selain itu, kebijakan sekolah yang merekrut guru hanya dua tahun masa kontrak kerja menjadi kesulitan bagi sekolah. Kebijakan ini ditetapkan untuk mendapatkan guru tetap yang kompeten dalam bekerja. Pergantian guru yang sering mengakibatkan sekolah harus melakukan pembinaan awal bagi guru baru. Sementara guru lama yang sudah di training dan diharapkan bisa bertahan lebih dari dua tahun tidak bertahan. Dari penjelasan tersebut, dapat dijelaskan bahwa guru harus memiliki kompetensi yang baik dalam menjalankan tugasnya. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi keguruan adalah melakukan pelatihan berkelanjutan bagi guru, baik yang dilakukan oleh pemerintah, sekolah maupun diri sendiri. Dalam hal ini, School Of Universe yang memiliki sekolah menengah dengan jenjang hanya 4 tahun masa belajar menuntut guru untuk lebih cepat memahami kondisi dan bakat siswa. Terlebih kondisi pergantian guru yang sering. Oleh karena itu, sangat penting bagi sekolah memberikan pembinaan secara 13 Hasil wawancara dengan Dian, Guru Mata Pelajaran Elektro, pada hari Kamis, 17 November 2016 pukul 11.18 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung 14 Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung 15 Hasil wawancara dengan Hans, Kepala Program Training Effair, pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung 8 berkelanjutan dan optimal bagi guru untuk menguasai kompetensi pedagogik. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana sekolah memberikan pembinaan kompetensi pedagogik terhadap guru yang dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Sekolah Alam di School Of Universe Parung.” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka permasalahan penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Guru yang mengajar di SOU bukan merupakan lulusan kependidikan sehingga sangat dimungkinkan guru tidak memiliki kompetensi pedagogik 2. Guru di SOU tidak hanya sebagai fasilitator di kelas, melainkan juga sebagai fasilitator magang sehingga tugasnya berat 3. Guru di SOU diarahkan untuk memiliki pekerjaan sampingan, hal ini akan mengganggu profesinya sebagai guru. 4. Sering terjadi pergantian guru setiap dua tahun sekali, sehingga menyulitkan siswa untuk beradaptasi dengan guru baru 5. Di dalam bidang kepegawaian, guru disamakan dengan karyawan perusahaan dengan masa kontrak. SOU menerapkan sistem masa kontrak selama dua tahun, sehingga pembinaan guru menjadi kurang efektif. 6. Sering terjadi pergantian guru setiap dua tahun, mengakibatkan sekolah harus melakukan pembinaan kompetensi ulang. 9 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan dalam identifikasi masalah di atas diperlukan pembatasan masalah agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan mudah, terarah, tidak meluas dan mendapatkan hasil sesuai dengan yang diinginkan. Maka untuk menentukan fokus penelitian, penulis hanya meneliti mengenai pembinaan kompetensi pedagogik guru yang dilakukan oleh Kepala Sekolah Menengah SOU Parung. Kompetensi pedagogic guru merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan memahami karakteristik peserta didik. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Upaya apa saja yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam membina kompetensi pedagogik guru di School Of Universe? 2. Bagaimana hasil pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di School Of Universe? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, dapat diketahui tujuan penelitian yaitu: 1. Mendeskripsikan upaya kepala sekolah dalam melakukan pembinaan kompetensi pedagogik guru di School Of Universe Parung 2. Mengetahui hasil yang dicapai melalui pembinaan kompetensi pedagogik guru yang dilakukan School Of Universe Parung F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan bahan masukan dalam mengimplementasikan kegiatan pembinaan kompetensi pedagogik guru sehingga memberikan 10 pengaruh pada kinerja mengajar guru agar dapat mencetak siswa yang berakhlak, berpikir kritis, berjiwa bisnis dan memiliki jiwa kepemimpinan. 2. Bagi yayasan, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam membuat kebijakan tentang pembinaan kompetensi pedagogik guru agar dapat memaksimalkan program pembinaan kompetensi guru. 3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah wawasan dan acuan pustaka sebagai referensi untuk peneliti lain dalam melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pembinaan kompetensi pedagogik. BAB II KAJIAN TEORI A. Kompetensi Pedagogik Guru Guru merupakan profesi atau jabatan yang memerlukan kualifikasi akademik dan kompetensi keguruan. Dalam permendiknas no 16 tahun 2007 dinyatakan bahwa, “Kompetensi keguruan meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.”1 Keberhasilan guru dalam menjalankan profesinya sangat ditentukan oleh keempat kompetensi tersebut dengan penekanan pada kemampuan mengajar. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini akan dibatasi pada kompetensi pedagogik guru. 1. Pengertian Kompetensi Pedagogik Guru Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan.2 Adapun secara etimologi, “kompetensi diartikan sebagai dimensi perilaku keahlian atau keunggulan seorang pemimpin atau staf yang mempunyai keterampilan, pengetahuan dan perilaku yang baik.”3 Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1, ayat 10 menyatakan bahwa “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.”4 mengatakan 1 Sedangkan bahwa, Pusat “kompetensi Kurikulum merupakan Depdiknas pengetahuan, Permendiknas no. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru 2 Jejen Musfah. Peningkatan Kompetensi Guru. (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 3. Edy Sutrisno. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Prenada Group, 2011), h. 202. 4 Undang-Undang No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen 3 11 12 keterampilan dan nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus.” Definisi tersebut mengandung makna bahwa guru yang memiliki kompetensi akan menjalankan tugas keprofesionalan dengan konsisten dan berkualitas. Menurut Lefranciois, “kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu, yang dihasilkan dari proses belajar.”5 Dalam proses belajar, individu akan mengalami perubahan sesuai dengan kualitas belajar yang didapatkan. Proses dari pembelajaran ini akan menghasilkan individu melakukan suatu pekerjaan tertentu. Menurut Rusman, “kompetensi merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan. Dengan kata lain, kompetensi dapat dipahami sebagai kecakapan atau kemampuan. Artinya, kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.”6 Sehingga guru menjadi sebuah pekerjaan yang profesional. Mulyasa menyatakan bahwa, “kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang secara kafah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalis.” 7 Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan, maka dapat dijelaskan bahwa kompetensi adalah suatu keahlian atau kemampuan 5 Ramayulis. Profesi dan Etika Keguruan. (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 53 Rusman. Model-Model Pembelajaran. (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012), h. 70 7 Jejen Musfah. Peningkatan Kompetensi Guru. (Jakarta: Prenada Media Group, 2011). h. 27. 6 13 yang harus dimiliki seseorang untuk mencapai tujuan pendidikan dengan persyaratan yang sudah ditentukan. Secara umum istilah “pedagogik (pedagogi) dapat diberi makna sebagai ilmu dan seni mengajar anak-anak.”8 Sedangkan “pedagogis secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, paedos dan agogos (paedos = anak dan agoge = mengantar atau membimbing).” 9 Fachruddin menyimpulkan bahwa pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa.10 Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld, “pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya.”11 Dari beberapa definisi tersebut, diketahui bahwa pedagogik adalah ilmu pendidikan anak. Menurut Ramayulis, “kompetensi pedagogic adalah kemampuan pemahaman tentang penyelenggaraan “kompetensi peserta didik secara pembelajaran yang mendidik.”12 pedagogik menurut Fachruddin mendalam adalah dan Sedangkan sejumlah kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengajar siswa.”13 Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang tenaga pengajar dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dengan peserta didik. Artinya, kompetensi pedagogik berkaitan dengan kemampuan guru dalam berinteraksi dengan siswa di kelas. 8 Fachruddin dan Ali. Pengembangan Profesionalitas Guru. (Jakarta: Gaung Persada, 2011), h. 33 9 Marselus R. Payong. Sertifikasi Profesi Guru. (Jakarta: PT. Indeks, 2011), h. 28 Fachruddin dan Ali, Op. cit, h. 33 11 Uyoh Sadulloh, Pedagogik. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2009), h. 3 12 Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan. (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 90 13 Ibid, h. 33 10 14 Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah: Kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, (b) pemahaman tentang peserta didik, (c) pengembangan kurikulum/silabus, (d) perancangan pembelajaran, (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (f) evaluasi hasil belajar dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.14 Sejalan dengan pengertian tersebut, kompetensi pedagogik juga diartikan dengan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut: a) b) c) d) e) f) g) Kemampuan menguasai bahan pelajaran yang disajikan Kemampuan mengelola program belajar mengajar Kemampuan mengelola kelas Kemampuan menggunakan media/sumber belajar Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar Kemampuan menilai prestasi peserta didik untuk kependidikan pengajaran h) Kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan i) Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah j) Kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasilhasil penelitian pendidikan guna keperluan belajar.15 Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan, maka dapat dipahami bahwa kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan guru yang berkaitan dengan 3 aspek yang meliputi; aspek pemahaman (pemahaman peserta didik dan pemahaman wawasan atau landasan kependidikan), aspek pembelajaran (perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis dan evaluasi hasil 14 belajar) dan aspek pengembangan (pengembangan Jejen Musfah. Peningkatan Kompetensi Guru. (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 31 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 31 15 15 kurikulum/silabus dan pengembangan peserta didik) agar guru dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. 2. Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik guru menjadi perhatian kepala sekolah, pemerintah dan guru itu sendiri. Kepala sekolah memiliki kepentingan terhadap kompetensi pedagogik karena kepala sekolah adalah seorang pemimpin yang harus memastikan guru-guru nya memiliki kompetensi pedagogik yang memadai. Sehingga dia yakin bahwa lembaga pendidikan dapat mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Pemerintah harus mampu menjamin tercapainya tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional dapat tercapai dengan optimal jika guru memiliki kompetensi pedagogik. Guru harus memiliki peran khusus dalam kompetensi pedagogik karena tugas guru adalah mengajar. Kompetensi pedagogik menjadi jaminan bagi guru untuk orangtua maupun siswa dalam mencetak generasi berkualitas. Adapun ruang lingkup kompetensi pedagogik guru meliputi: a. Perancangan Pembelajaran Menurut Naegie sebagaimana dikutip Jejen Musfah, “Salah satu ciri guru efektif mengatur kelas mereka dengan prosedur dan mereka menyiapkannya. Di hari pertama masuk kelas, mereka telah memikirkan apa yang ingin siswa lakukan dan bagaimana hal itu harus dilakukan.”16 Jadi, sebelum guru datang ke kelas, guru menyiapkan atau membuat rencana atau rancangan yang jelas agar apa yang dilaksanakan berjalan dengan efektif. Dalam hal ini guru mengetahui apa yang akan diajarkannya pada siswa. Guru menyiapkan metode dan media pembelajaran setiap akan mengajar. Sejak tahun 2013, sebagian sekolah di Indonesia menerapkan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menuntut peserta didik untuk 16 Jejen Musfah. Peningkatan Kompetensi Guru. (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 36 16 terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik mampu bersaing dan mengembangkan potensinya. Tugas para guru adalah merancang pembelajaran yang dapat mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan kurikulum yang diterapkan di sekolah. Guru diharapkan dapat merancang pembelajaran dengan memahami keragaman peserta didik agar peserta didik dapat memahami dan berperan aktif dalam pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut, Donald P. Kauchak menjelaskan beberapa kegiatan untuk menghadapi keragaman siswa dalam belajar, yaitu: 1) Membuat rancangan proses pembelajaran yang mengembangkan keragaman kemampuan belajar, 2) Membuat rancangan waktu belajar yang fleksibel, beri kelonggaran waktu bagi siswa dengan kemampuan rendahnya untuk bisa menyelesaikan tugas-tugasnya, 3) Kelompokkan siswa berdasarkan basis kemampuanya, sehingga memungkinkan guru untuk mengajar sesuai dengan basis kemampuan siswanya tanpa mengabaikan perlakuan terhadap kelompok lain, 4) Menggunakan prinsip strategi pembelajaran untuk kelompok yang lamban dan strategi yang tidak saja mengantarkan mereka memahami tugasnya, tapi juga mampu meningkatkan kemampuan belajarnya, dan 5) menggunakan tutorial sebaya dan belajar bersama untuk menambah kemampuan dan pengalaman mereka masing-masing, setidaknya dalam interaksi sosial.17 Perancangan pembelajaran ini dimaksudkan agar peserta didik dapat mengikuti pembelajaran secara seimbang baik dari kelompok lamban atau cepat sehingga mencapai tujuan pendidikan nasional. “Menurut Abdul Majid dalam konteks pengajaran, perencanaan diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang 17 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis. (Jakarta: Kencana, 2007), h. 126 17 akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.”18 Sedangkan menurut Ramayulis, dalam perencanaan pembelajaran, guru berupaya merencanakan sistem pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya yang ada. Semua aktivitas pembelajaran dapat direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan timbul. Perencanaan tersebut disusun dalam RPP. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa perencanaan pembelajaran merupakan proses. Proses ini mencakup penentuan tujuan pembelajaran, penentuan bahan atau materi pembelajaran, penentuan metode pembelajaran serta penentuan teknik penilaian yang akan digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik. b. Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis Sehubungan dengan itu, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis adalah salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru seperti dirumuskan dalam SNP. Hal tersebut ditegaskan kembali dalam Rencana Peraturan Pemerintah tentang Guru, bahwa guru harus memiliki kompetensi untuk melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal : 1) Pendahuluan Aktivitas pendahuluan adalah suatu bentuk aktivitas awal untuk memberikan motivasi, menginformasikan pengetahuan dan keterampilan prasyarat yang harus dikuasai, dan tujuan atau standar kompetensi yang akan diperoleh dalam pembelajaran. 18 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 17 18 Motivasi merujuk pada apa yang peserta didik inginkan, pilihan kegiatan yang dilakukan dan komitmen yang diambil dalam hubungannya dengan pembelajaran. “Semua aktivitas pembelajaran diawali dengan perencanaan, dimana seorang guru bertanya. Hal apa yang anda inginkan agar siswa mengetahui, memahami, menghargai dan mau serta mampu dilakukan oleh siswa dari materi pelajaran yang disampaikan.”19 Kegiatan pendahuluan juga mencakup kegiatan tentang perlunya menginformasikan pengetahuan prasyarat bagi peserta didik yang baru memulai suatu materi pembelajaran dan melakukan apersepsi jika pembelajaran telah memasuki pertemuan kedua atau lebih. Apersepsi adalah suatu proses membangun pemahaman tentang kualitas suatu objek yang berkaitan dengan pengalaman masa lalu. Dengan kata lain, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. 2) Kegiatan Inti Proses dimaksudkan sebagai kegiatan inti dari pelaksanaan pembelajaran dan pembentukkan kompetensi peserta didik. Proses pembelajaran dan pembentukkan kompetensi perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan kreatifitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Proses pembelajaran dan pembentukkan kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosial. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi elaborasi dan konfirmasi. “Jadi hal utama yang harus ditetankan oleh guru dalam implementasi pembelajaran adalah: bagaimana guru akan 19 Syaifurrahman, Manajemen dalam Pembelajaran, (Jakarta : PT. Indeks, 2013), h. 66 19 membantu siswa dalam meraih tujuan? Jawaban tersebut akan menjadi prosedur atau strategi pembelajaran yang akan digunakan.”20 3) Penutup Aktivitas penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik dan tindak lanjut. Aktivitas penutup mencakup dua kegiatan: Pertama, aktivitas penilaian mencakup aktivitas membuat rangkuman yang dapat dilakukan baik oleh guru, dosen atau instruktur sendiri maupun bersama-sama dengan peserta didik, begitu juga dengan refleksi. Kedua, kegiatan tindak lanjut yang mencakup perencanaan, kemudian menyampaikan rencana pembelajaran yang akan datang dengan maksud agar peserta didik dapat mempersiapkan diri dengan berbagai tugas yang diberikan. Jika perlu, tugas membaca dan unjuk kerja perlu diinformasikan baik yang dilakukan secara online, kelompok atau mandiri, maupun dilakukan secara bertahap melalui petunjuk kerja dan lembar kerja peserta didik. “Pada tahap penilaian guru berusaha mengumpulkan informasi untuk menentukan jenis pembelajaran apa yang muncul.Hal tersebut dapat dilakukan dengan banyak cara, misalnya memberikan tes, memperhatikan kuis, mengevaluasi tanggapan siswa atas pekerjaan rumah, pertanyaan dan komentar.”21 c. Pemahaman terhadap Peserta Didik Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru. Guru tidak bisa 20 21 Ibid, h. 66 Ibid, h. 69 20 hanya mengajar, mengatur, mendikte atau mengarahkan peserta didik tanpa mengetahui latar belakang, karakteristik, kemampuan dan keunikan yang berbeda-beda. Menurut Benjamin Bloom, “terdapat dua karakteristik siswa yang harus diperhatikan dalam memberikan layanan pendidikan yang optimal yakni karakteristik kognitif dan karakteristik afektif.”22 Sementara menurut E. Mulyasa terdapat “empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, dan perkembangan kognitif.”23 Sementara Tak berbeda jauh dengan kedua ahli tersebut menurut Rochman Natawijaya, “pemahaman yang dimaksud mencakup pemahaman tentang kepribadian murid serta faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya, perbedaan individual di kalangan peserta didik, kebutuhan, motivasi dan kesehatan mental peserta didik, tugas-tugas perkembangan yang perlu dipenuhi pada tingkat-tingkat usia tertentu serta fase-fase perkembangan yang dialami mereka.”24 Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan, maka peneliti menyimpulkan bahwa dalam mengajar guru harus memahami keberagaman peserta didik baik dari aspek kognitif, afektif, motivasi, kesehatan fisik, latar belakang, dan kepribadian peserta didik itu sendiri. Dengan memahami keberagaman karakteristik peserta didik diharapkan guru dapat mengelola pembelajaran dengan baik serta dapat mengembangkan potensi diri peserta didik secara optimal. 22 Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru. (Jakarta : PT.Indeks, 2011). h. 30 E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2009). H, 79 24 Djam’an Satori, Profesi Keguruan. (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014), h.2.32 23 21 d. Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran “Dalam abad ini, terjadi dan berlangsung persaingan hidup yang sangat ketat , siapa yang menguasai pengetahuan, teknologi, dan informasi dialah yang akan menguasai hidup secara survival. Oleh karena itu sudah sewajarnyalah apabila dalam abad ini, guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam pemanfaatan teknologi pembelajaran seperti proyektor, video tape, radio, rekaman, TV, mikrofilm, komputer”25 terutama internet dan web (e-learning) , agar dia mampu memanfaatkan berbagai pengetahuan, teknologi, dan informasi dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar dan membentuk kompetensi peserta didik. Teknologi internet memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk mendapatkan informasi apa saja dari mana saja dan kapan saja dengan mudah dan cepat. Sedangkan, untuk mewujudkan pembelajaran berbasis web bukan sekedar meletakkan materi belajar pada web untuk kemudian di akses melalui komputer web, namun ia juga digunakan bukan hanya sebagai media alternatif pengganti kertas untuk menyimpan berbagai dokumentasi atau informasi. Web digunakan untuk mendapatkan sisi unggul yang tidak dimiliki media kertas. Internet dan web dapat mempermudah guru maupun siswa dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar. Teknologi berbasis web dapat digunakan untuk pembelajaran dengan meletakkan materi belajar secara onlline, lalu menugaskan peserta didik untuk mendapatkan materi belajar sebagai tugas baca. Teknologi berbasis web ini dapat juga digunakan untuk mengumpulkan laporan, tugas dan sebagainya. e. Penilaian Hasil Belajar “Evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.”26 “Evaluasi hasil belajar dilakukan 25 26 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru. (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h. 113 Barudin, Manajemen Peserta Didik. (Jakarta: PT.Indeks, 2014), h. 61 22 untuk mengetahui kompetensi pengumpulan perubahan 27 peserta didik.” dan pengolahan perilaku dan “Penilaian informasi pembentukkan adalah untuk proses mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.”28 Adapun tujuan dan fungsi penilaian hasil belajar adalah: Memberikan umpan balik kepada guru dan siswa dengan tujuan memperbaiki cara belajar-mengajar, mengadakan perbaikan dan pengayaan bagi siswa, menempatkan siswa pada situasi belajar-mengajar yang lebih tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya, memberikan informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilannya dalam belajar dengan tujuan untuk memperbaiki, mendalami atau memperluas pelajarannya, dan menentukan nilai hasil belajar siswa yang antara lain dibutuhkan untuk pemberian laporan kepada orangtua, penentuan kenaikan kelas dan penentuan kelulusan siswa.29 Oleh karena itu, evaluasi sangat diperlukan untuk mengetahui tingkat ketercapaian atau keberhasilan dalam proses pembelajaran. f. Pengembangan Peserta Didik Pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain melalui kegiatan ekstra kurikuler (ekskul), pengayaan dan remedial, serta bimbingan dan konselling. 1) Kegiatan ekstrakulikuler “Kata ekstrakulikuler terdiri dari kata ekstra dan kurikuler. Ekstra artinya tambahan sesuatu diluar yang seharusnya dikerjakan, sedangkan kurikuler berkaitan dengan kurikulum, yaitu program yang disiapkan dalam suatu lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu pada lembaga 27 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 108 28 Jejen Musfah. Peningkatan Kompetensi Guru. (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 40 29 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), h. 163 23 pendidikan.”30 Jadi, ekstrakulikuler adalah kegiatan tambahan diluar jam pelajaran. “Kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konselling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.”31 Kegiatan tambahan ini bergantung pada sekolah tempat siswa belajar. Kegiatan ekstrakulikuler banyak ragam dan kegiatannya, antara lain paduan suara, paskibra, pramuka, olahraga, kesenian, panjat tebing, pencinta alam dan masih banyak kegiaatan yang dikembangkan oleh setiap lembaga pendidikan sesuai dengan kondisi sekolah dan lingkungan masing-masing dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik. 2) Pengayaan dan Remedial “Kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada peserta didik kelompok cepat sehingga peserta didik tersebut menjadi lebih kaya pengetahuan dan keterampilannya atau lebih mendalami bahan pelajaran yang sedang mereka pelajari.”32 Program pengayaan diberikan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pelajaran yang diikuti. “Remedial berasal dari kata Inggris Remedy yang berarti mengobati, memperbaiki, menolong atau memperbaharui. Program pengajaran perbaikan atau remedial merupakan bentuk pengajaran khusus yang diberikan guru 30 Barudin, Manajemen Peserta Didik. (Jakarta: PT.Indeks, 2014), h.146 Rudy Gunawan, Pengembangan Kompetensi Guru IPS. (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 147 32 Barudin. Op.cit, h. 68 31 24 kepada seorang atau sekelompok siswa yang memiliki masalah dan kelambanan dalam belajar.”33 Jadi, remedial dilakukan untuk memperbaiki nilai siswa yang rendah. Sedangkan pengayaan dilakukan untuk mempertahankan prestasi siswa yang tinggi. 3) Bimbingan dan Konseling “Bimbingan dan konselling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam mengembangkan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, pengembangan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan normanorma yang berlaku.”34 “Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan dalam kehidupannya.”35 Sedangkan “konselling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalahnya dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu.”36 Dalam hal ini konselling merupakan tindak lanjut yang dilakukan seorang konsellor dalam memberikan bimbingan. Sekolah wajib memberikan layanan bimbingan dan konselling bagi peserta didik. Pada jenjang pendidikan menengah, selain guru pembimbing, guru mata pelajaran yang memenuhi kriteria pelayanan bimbingan dan karir diperkenankan memfungsikan diri sebagai guru pembimbing. Oleh karena itu, guru mata pelajaran dan wali kelas harus 33 Supardi, Profesi Keguruan. (Jakarta: DIADIT MEDIA, 2009), h. 177 Rudy Gunawan, Pengembangan Kompetensi Guru IPS. (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 145 35 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 62 36 Ibid, h. 63 34 25 senantiasa berdiskusi dan berkoordinasi dengan guru bimbingan dan konseling secara rutin dan berkesinambungan. Sedangkan pada jenjang sekolah dasar, tidak memiliki guru pembimbing karena sudah diperankan oleh wali kelas. Dari beberapa pengertian dan uraian kompetensi pedagogik guru maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik dan kemampuan pemahaman tentang peserta didik. Dalam hal ini, seorang guru yang memiliki kompetensi pedagogik ditandai dengan kemampuannya menyelenggarakan proses pembelajaran yang bermutu, serta sikap dan tindakan yang dapat dijadikan teladan. 3. Urgensi Kompetensi Pedagogik Guru Dalam melaksanakan proses pendidikan diperlukan bimbingan yang optimal oleh pendidik terhadap peserta didik. Bimbingan yang dimaksud dapat berupa arahan, petunjuk, nasehat, penyuluhan dan motivasi yang diberikan kepada peserta didik dalam menghadapi masalah-masalah yang mungkin timbul dalam mengembangkan kemampuannya. Cara terbaik yang ditempuh adalah memberikan pemahaman terhadap peserta didik. Dengan bimbingan yang baik maka peserta didik merasakan kebermaknaan dalam proses pembelajaran. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang memiliki tujuan yang jelas atau tujuan yang ingin dicapai yaitu sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan dilaksanakan untuk mengembangkan kemampuan atau potensi individu peserta didik sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya di masa yang akan datang, baik emosional, sosial, spiritual, intelektual dan moral. 26 Guru memiliki banyak peran dan tanggung jawab yang harus dijalankan diantaranya, guru berperan sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola pembelajaran, demonstrator, pembimbing, motivator, dan evaluator.37 Sebagai seorang yang sangat berperan penting dalam proses pembelajaran seorang guru perlu mempelajari dan mengembangkan kompetensi pedagogik. Hakikat pendidikan tidak terlepas dari hakikat manusia, sebab subjek pendidikan adalah manusia. Oleh karena itu, pendidik harus mengetahui bagaimana mendidik (membimbing, mengajar, melatih) peserta didik secara profesional untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Implikasinya, bahwa pendidik harus mempelajari ilmu tentang mendidik yaitu ilmu pedagogi. Sehingga, penting bagi sekolah, pengawas, atau pembina lainnya untuk mengembangkan kompetensi pedagogik guru. B. Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru 1. Pengertian Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa pembinaan berasal dari kata bina yang berarti pelihara, mendirikan atau usaha dan kegiatan yang dilakukan secara berhasil dan guna memperoleh hasil yang baik. Pembinaan guru berarti usaha dan kegiatan yang dilakukan sekolah atau pemerintah secara efektif guna memperoleh hasil yang baik. Menurut Zakiyah Darajat, pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal atau non formal yang dilaksanakan secara sadar, terencana, terarah dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang dan selaras. Artinya, pembinaan guru dilaksanakan untuk mengembangkan kinerja dan kompetensi guru. 37 Badrudin. Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: PT Indeks, 2014), h. 6 27 Secara lebih luas, “pembinaan dapat diartikan sebagai rangkaian upaya, pengendalian profesional terhadap semua unsur organisasi agar unsur-unsur yang disebut terakhir itu berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara efektif dan efisien.” Pembinaan guru berarti berwujud layanan profesional untuk mengembangkan kinerja dan kompetensi guru. Secara lebih rinci dijelaskan bahwa “pembinaan guru berarti serangkaian usaha bantuan kepada guru terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pemilik sekolah dan pengawas serta pembina lainnya, untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.”38 Menurut Tri Ubaya Sakti sebagaimana dikutip dalam Musanef, yang dimaksud dengan pembinaan adalah, “segala suatu tindakan yang berhubungan langsung dengan pembangunan, pengembangan, perencanaan, pengarahan, penyusunan, penggunaan serta pengendalian segala sesuatu secara berdaya guna dan berhasil guna”.39 Hal ini mengandung makna bahwa pembinaan guru merupakan rangkaian kegiatan pendayagunaan unsur organisasi untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa pembinaan kompetensi pedagogik guru adalah serangkaian usaha dan kegiatan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas serta pembina lainnya untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru dan pemahaman karakteristik peserta didik. 38 Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia. (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h.12 http://xerma.blogspot.co.id/2014/05/pengertian-fungsi-pembinaan-menurut.html, diunduh pada tanggal 18 September 2016, pukul 21.23 WIB 39 28 2. Tujuan Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Pembinaan guru merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan, karena pembinaan guru mengarah kepada peningkatan unjuk kerja yang merupakan fungsi dari karakteristik individual guru yang meliputi sikap, motivasi dan kompetensi. Tujuan yang hendak dicapai dari pembinaan yang diselenggarakan oleh suatu organisasi atau lembaga pendidikan adalah: a. b. c. d. e. f. Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi. Meningkatkan produktivitas kerja. Meningkatkan kualitas kerja. Meningkatkan ketetapan perencanaan sumber daya manusia. Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja. Meningkatkan rangsangan agar pegawai mampu berprestasi secara maksimal. g. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja. h. Menghindarkan keusangan. i. Meningkatkan perkembanan pribadi pegawai.40 Menurut Sedarmayanti, tujuan pembinaan meliputi : a. Meningkatkan kesetiaan dan ketaatan. b. Menghasilkan tenaga kerja yang berdaya guna dan berhasil guna. c. Meningkatkan kualitas, keterampilan, serta menumpuk semangat dan moral kerja. d. Mewujudkan iklim kerja yang kondusif. e. Memberikan pembekalan dalam rangka distribusi tenaga kerja.41 Secara lebih rinci Djajasastra mengemukakan tujuan pembinaan guru yaitu: a. Memperbaiki tujuan khusus mengajar guru dan belajar siswa. b. Memperbaiki materi (bahan) dan kegiatan belajar mengajar. c. Memperbaiki metode, yaitu cara mengorganisasi kegiatan belajar mengajar. d. Memperbaiki penilaian atas media 40 A. A. Anwar Prabu Mangkunegara, Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: PT Refika Aditama), h. 52 41 Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: PT Refika Aditama), h.10 29 e. Memperbaiki penilaian atas proses belajar mengajar dan hasilnya. f. Memperbaiki pembimbingan siswa atau kesulitan belajarnya. g. Memperbaiki sikap guru atas tugasnya.42 Berdasarkan beberapa uraian mengenai tujuan pembinaan tersebut maka dapat digarisbawahi bahwa tujuan pembinaan kompetensi pedagogik guru yaitu meningkatkan produktivitas dan kualitas mengajar guru, meningkatkan motivasi guru dalam mengelola pembelajaran, meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi mengenai penyelenggaraan pembelajaran dan pemahaman tentang peserta didik serta meningkatkan sikap profesional guru. 3. Metode-metode Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Pelaksanaan pembinaan (training and education) harus didasarkan pada metode-metode yang telah ditetapkan dalam program pengembangan sebuah lembaga pendidikan. Penerapan metode program pembinaan yang ditujukan kepada guru dan karyawan pendidikan, diantaranya: a. On the job On the job training meliputi semua upaya melatih karyawan untuk mempelajari suatu pekerjaan sambil mengerjakannya di tempat kerja yang sesungguhnya.43 Para peserta latihan langsung bekerja di tempat untuk belajar dan meniru suatu pekerjaan di bawah bimbingan seorang pengawas. On the job training dapat pula latihan dilakukan dengan menggunakan bagan, gambar, pedoman, contoh yang sederhana, demonstrasi, dan lainlain.44 Dalam hal ini, peserta pelatihan dapat belajar secara 42 Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h. 12 Mutiara S. Panggabean, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 45. 44 Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h.77 43 30 langsung sehingga mengetahui kondisi real pekerjaan dan segala aspek pendukung pekerjaan. b. Demonstration and Example Demonstration and Example adalah metode latihan yang dilakukan dengan cara peragaan dan penjelasan bagaimana caracara mengerjakan sesuatu pekerjaan melalui contoh-contoh atau percobaan yang didemonstrasikan. Demonstrasi merupakan metode latihan yang sangat efektif karena peserta melihat sendiri teknik mengerjakannya dan diberikan penjelasan-penjelasanya, bahkan jika perlu boleh dicoba mempraktekannya.45 “Metode demonstrasi biasanya dikombinasikan dengan alat bantu belajar seperti gambargambar, teks materi, ceramah dan diskusi.”46 Dalam membina kompetensi pedagogik guru, seorang pembina atau kepala sekolah dapat mendemontrasikan kegiatan mengajar dengan memberikan setiap penjelasan tentang penyelenggaraan pembelajaran. c. Classroom Methods “Metode ruang kelas merupakan metode yang dilakukan di dalam kelas walaupun dapat pula dilakukan di area pekerjaan.”47 “Metode pertemuan dalam kelas meliputi lecture (pengajaran), conference (rapat), programmed instruction, metode studi kasus, role playing, metode diskusi dan metode seminar.”48 Dalam membina kompetensi pedagogik guru, kepala sekolah dapat melakukan dengan memberikan contoh mengajar pada guru di kelas. 45 Ibid, h. 78 A. A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 54 47 Ibid, h. 54 48 Malayu, Op. cit, h. 78 46 31 4. Strategi Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Pembinaan kompetensi pedagogik guru dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: a. Pembinaan secara informal, dimana guru dan karyawan atas keinginan dan usaha sendiri melatih dan mengembangkan dirinya dengan mempelajari buku-buku atau literatur yang berhubungan dengan keterampilan dan keahliannya, dan b. Pengembangan secara formal, yaitu guru dan karyawan ditugaskan dari pihak sekolah untuk mengikuti pendidikan dan latihan, baik yang dilakukan dari pihak sekolah itu sendiri maupun yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan.49 Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa pembinaan kompetensi pedagogik guru membutuhkan strategi agar guru menguasai kompetensi pedagogik. “Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer dan diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan.”50 Istilah “strategi (strategy) berasal dari kata benda dan kata kerja dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan ago (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan).”51 Dalam dunia pendidikan, “strategi diartikan sebagai a plan, method, or serries of activities designed to achieves a particular educational goal.”52 Strategi merupakan perencanaan, teknik atau cara untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Tanpa strategi pembinaan kompetensi pedagogik, guru tidak akan mencapai pemahaman dan penguasaan terkait penyelenggaraan pembelajaran dan pemahaman karakteristik peserta didik. 49 Fatah Syukur. Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2012), h. 112. 50 Iif Khoiru Ahmadi, dkk. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 10 51 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 3 52 Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 126 32 Upaya pembinaan kompetensi pedagogik guru dapat dilakukan oleh kepala sekolah. Dengan perannya sebagai supervisor, kepala sekolah dapat melakukan pembinaan terhadap kemampuan mengajar guru melalui pelaksanaan supervisi pembelajaran, dengan cara melakukan kunjungan kelas, pertemuan pribadi, rapat dewan guru, kunjungan antar kelas, kunjungan sekolah, kunjungan antar sekolah, pertemuan dalam kelompok kerja, dan penerbitan bulletin profesional. Untuk lebih jelasnya dijabarkan sebagai berikut: a. Kunjungan kelas Yang dimaksud dengan kunjungan kelas adalah kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah pada saat guru sedang mengajar di kelas. Kunjungan kelas dapat dilaksanakan dengan pemberitahuan terlebih dahulu dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Kunjungan kelas yang diberitahukan terlebih dahulu bisa berupa: yang dilaksanakan atas inisiatif pembina sendiri, dan yang dilaksanakan atas undangan guru. Dan ada jenis kunjungan kelas yang tidak direncanakan. Menurut Mark, yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam kunjungan kelas adalah sebagai berikut: Memfokuskan seluruh perhatian pada semua elemen dan situasi belajar mengajar, bertumpu pada upaya memajukan proses belajar mengajar, membantu guru-guru secara kongkret untuk memajukan proses belajar mengajar, menolong guru-guru agar dapat mengevaluasi diri sendiri, memberikan kebebasan kepada guru agar dapat berdiskusi dengannya mengenai problema-problema yang dihadapinya dalam proses belajar mengajar mereka. 53 Hal ini dilakukan untuk membantu guru jika pada saat jam mengajar mengalami kesulitan. Dengan melakukan kunjungan kelas secara langsung, maka dapat membantu guru menyelesaikan 53 Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia. (Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya, 1995), H. 91 33 problema-problema yang dihadapi dan menjadi bahan evaluasi bagi guru agar dapat meningkatkan cara mengajarnya di lain hari. b. Pertemuan Pribadi Yang dimaksud dengan “pertemuan pribadi adalah pertemuan percakapan, dialog atau tukar pikiran antara kepala sekolah dengan guru mengenai usaha peningkatan kemampuan pedagogik. Pertemuan pribadi dapat dilakukan secara formal dan secara informal.” 54 Agar pertemuan pribadi berhasil dengan baik, maka seorang pembina harus mampu: “merencanakan pertemuan pribadi, merumuskan tujuan pertemuan pribadi, merumuskan prosedur pertemuan pribadi, mengadakan kontrak dengan guru mengenai pertemuan pribadi, memancing masalah guru, dan membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam pertemuan pribadi.”55 Seorang guru yang mengalami kesulitan dalam penyelenggaraan pembelajaran dapat melakukan pertemuan pribadi dengan kepala sekolah untuk bertanya, bertukar pikiran mengenai pemecahan masalah dalam mengajar. c. Rapat Dewan Guru Rapat dewan guru sering dikenal dengan rapat guru, rapat staf dan rapat sekolah. Yang dimaksud dengan “rapat dewan guru adalah pertemuan antara semua guru dengan kepala sekolah yang dipimpin oleh kepala sekolah atau seseorang yang ditunjuk olehnya. Pertemuan ini bermaksud membicarakan segala hal yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan terutama proses belajar megajar.”56 Maksud diadakannya rapat dewan guru adalah sebagai berikut: 54 Ibid, h. 92 Ibid, h. 92 56 Ibid, h. 93 55 34 Mengatur seluruh anggota staf yang berbeda tingkatan pengetahuan dan pengalamannya menjadi satu keseluruhan potensi yang sadar akan tujuan bersama dan bersedia bekerja sama guna mencapai tujuan pendidikan, mendorong setiap anggota staf agar mengetahui tanggung jawab dan berusaha melaksanakannya dengan baik, bersama-sama menentukan cara-cara yang dapat dilakukan dalam memperbaiki proses belajar-mengajar dan meningkatkan arus komunikasi dan informasi.57 Dalam kegiatan ini seluruh guru dan kepala sekolah berkumpul untuk membicarakan kekurangan yang menunjang proses pembelajaran. d. Kunjungan antar Sekolah “Kunjungan antar sekolah adalah suatu kunjungan yang dilakukan oleh guru dengan kepala sekolah ke sekolah-sekolah lainnya. Dari kunjungan ini, guru akan mengenal bagaimana rekan guru di sekolah lainnya mengajar.”58 Setiap sekolah memiliki pembinaan yang berbeda begitupun dalam cara mengajar tiap guru di kelas, agar guru dapat menambah wawasan dan keterampilannya dalam mengajar maka dilakukan kunjungan ke sekolah lain. Sehingga guru memiliki gambaran terkait keragaman metode mengajar. e. Kunjungan antar Kelas Kunjungan antar kelas adalah suatu teknik atau strategi pembinaan guru, dimana guru dari kelas yang satu mengunjungi kelas lain yang sedang mengajar. Dengan kunjungan antar kelas ini guru akan memperoleh pengalaman baru tentang proses belajar mengajar, pengelolaan kelas dan sebagainya. Agar kunjungan antar kelas ini dapat berhasil dengan baik, maka seorang pembina harus mampu: 57 58 Ibid, h.93 Ibid, h. 94 35 Merencanakan waktu kunjungan antar kelas, merumuskan tujuan kunjungan antar kelas, merumuskan prosedur kunjungan antar kelas, menetapkan acara kunjungan antar kelas, mengaitkan kunjungan antar kelas dengan peningkatan kemampuan profesional guru, membantu kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam kunjungan antar kelas, menyimpulkan hasil kunjungan antar kelas dan membuat tindak lanjut kunjungan antar kelas.59 Tak berbeda jauh dengan kunjungan antar sekolah, kunjungan antar kelas dilakukan untuk melihat metode mengajar guru dalam lingkup sekolah yang sama. f. Pertemuan dalam Kelompok Kerja Pertemuan dalam kelompok kerja adalah suatu pertemuan yang dihadiri oleh guru dan kepala sekolah. Adapun kegiatan yang dapat dikembangkan dalam pertemuan kelompok kerja guru adalah; Melihat simulasi dan praktek mengajar guru, mendiskusikan permasalahan yang langsung ditemukan di lapangan, mengembangkan sesuatu secara bersama-sama, menemukan secara langsung berbagai hal yang dianggap baik dan dapat diterapkan dikelasnya masing-masing serta menemukan langsung bantuan dan pelayanan yang dianggap baik untuk diterapkan.60 Berbeda dengan rapat guru yang hanya membicarakan segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pembelajaran, pertemuan kelompok kerja langsung melihat simulasi mengajar dan menemukan masalah secara bersama serta mengembangkannya secara bersama pula. g. Penerbitan Bulletin Profesional Bulletin profesional adalah beberapa lembar tulisan mengenai topik-topik yang berkaitan dengan usaha proses belajar 59 60 Ibid, h. 95 Ibid, h. 96 36 mengajar. Pembahasannya tidak selalu ditulis oleh seorang ahli, melainkan dapat juga dilakukan oleh pembina dan guru-guru yang berpengalaman mengenai keberhasilannya di lapangan.61 Agar bulletin profesional atau berkala ini dapat diterbitkan untuk dijadikan sebagai salah satu teknik pembinaan guru, maka seorang pembina haruslah mampu: Merencanakan penerbitan bulletin profesional, mendapatkan naskah, menentukan profil/bentuk bulletin profesional, melaksanakan tugas-tugas penyuntingan atas naskah-naskah yang masuk, mendapatkan sumber dana, menyebarkan bulletin profesional dan mengkaitkan bulletin profesional dengan peningkatan kemampuan profesional guru.62 Seorang guru perlu menambah cakrawalanya sendiri dengan membaca literatur atau buku-buku. Ketujuh strategi pembinaan kompetensi pedagogik tersebut dilakukan untuk menunjang guru dalam mengembangkan keterampilan mengajarnya. Oleh karena itu, kepala sekolah sangat berperan dalam meningkatkan kompetensi mengajar guru dengan mengadakan strategi pembinaan kompetensi pedagogik guru. Tak hanya kepala sekolah, pengawas pemerintah pun harus bersamasama melakukan upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan keguruan serta membuat organisasi profesi untuk meningkatkan motivasi dan kesejahteraan guru. Selain dapat membantu mengembangkan kemampuan guru, pembinaan juga dapat meningkatkan prestasi siswa karena siswa dapat memahami dan menyenangi mata pelajaran yang digelutinya serta mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari. 61 62 Ibid, h. 97 Ibid, h. 98 37 C. Peran Kepala Sekolah dalam Pembinaan Kompetensi Pedagogik Kepala sekolah merupakan tokoh sentral pendidikan karena kepala sekolah sebagai fasilitator pengembangan pendidikan. Kepala sekolah juga sebagai pelaksana suatu tugas untuk pembaharuan. Selain itu, sekolah adalah suatu komunitas pendidikan yang membutuhkan seorang pemimpin untuk mendayagunakan potensi yang ada dalam sekolah. Peranan kepala sekolah, tidak hanya sebagai akumulator melainkan juga sebagai konseptor manajerial yang bertanggung jawab demi efektivitas dan efisiensi kelangsungan pendidikan.”63 “Kepala Sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan. Siapapun yang diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui prosedur serta persyaratan-persyaratan tertentu seperti: latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat dan integritas.”64 Dalam mengimbangi berbagai keadaan yang seringkali berubah, kepala sekolah tidak hanya dituntut sebagai educator dan administrator, melainkan juga harus berperan sebagai manajer dan supervisor yang mampu menerapkan manajemen yang bermutu. Manajemen sekolah tidak lain berarti pendayagunaan dan penggunaan sumber daya yang ada dan dapat diadakan secara efektif dan efisien untuk mencapai visi dan misi sekolah. Kepala sekolah bertanggung jawab atas jalannya lembaga sekoah dan kegiatan dalam sekolah. Kepala sekolah harus berada di garda terdepan dan dapat diukur keberhasilannya. Dalam bab dan pasal-pasal peraturan pemerintah ditegaskan bahwa, “Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, sehingga dengan demikian kepala sekolah mempunyai kewajiban untuk selalu mengadakan pembinaan dalam arti berusaha agar 63 Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 144 64 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 84 38 pengelolaan, penilaian, bimbingan, pengawasan dan pengembangan pendidikan dapat dilaksanakan dengan lebih baik.”65 Penyelenggaraan pendidikan yang harus selalu dibina secara terus menerus oleh kepala sekolah adalah: a. Program Pengajaran, b. Sumber Daya Manusia, c. Sumber Daya yang Bersifat Fisik, d. Hubungan kerjasama antara kepala sekolah dengan masyarakat. Berdasarkan pemaparan diatas diperoleh bahwa salah satu pembinaan yang harus diselenggarakan oleh kepala sekolah secara terus menerus adalah program pengajaran. Salah satu indikasi keberhasilan sekolah adalah keterikatan yang tinggi kepala sekolah terhadap perbaikan pengajaran. Untuk itulah kepala sekolah sesuai dengan jenjang sekolah yang dipimpinnya perlu memahami program pengajaran masing-masing. Ada empat fase proses pembinaan pengajaran: a. Penilaian sasaran program (assesing program objectives), dalam fase ini perlu diuji keadaan program pengajaran dengan tuntutan masyarakat dan kebutuhan mereka yang belajar b. Merencanakan perbaikan program (planning program improvement), dalam tahap ini perlu dibentuk struktur yang tepat, mengusahakan dan memanfaatkan informasi, serta mengadakan spesifikasi sumber-sumber yang diperlukan untuk program c. Melaksanakan perubahan program (implementing program change), termasuk memotivasi para guru, pustakawan, laboran dan para tenaga administrasi, membantu program pengajaran dan melibatkan masyarakat d. Evaluasi perubahan program (evaluation of program change constitutes), dalam fase ini perlu perhatian untuk merencanakan evaluasi dan penggunaan alat ukur yang tepat untuk hasil pengajaran.66 Berdasarkan penjelasan tersebut, diperoleh bahwa kepala sekolah memiliki peran sentral dalam suatu lembaga pendidikan. Salah satu penyelenggaraan pendidikan yang harus dilakukan secara terus-menerus oleh kepala sekolah adalah program pengajaran. Dapat disimpulkan bahwa 65 66 Ibid, h. 203 Ibid, h. 207 39 peran kepala sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik guru yaitu sebagai penentu sasaran program, perencana perbaikan program, pelaksana perubahan program, dan evaluator perubahan program pengajaran. D. Penelitian Yang Relevan Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis terhadap penelitian terdahulu, maka didapat pembahasan yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, referensi tersebut antara lain : 1. Skripsi yang berjudul “Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Melalui Model Lesson Study di SMA Laboratorium percontohan UPI Bandung” disusun oleh Astri Fitriani, Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, membahas tentang proses yang dilakukan dalam pembinaan pada kompetensi pedagogik guru yang dilakukan dengan menggunakan model pembinaan lesson study dan apakah terdapat kendala atau faktor penghambat dalam pengaplikasian dan penerapan lesson study di sekolah.67 Berbeda dengan penelitian tersebut yang menekankan pada model pembinaan lesson study, penelitian yang penulis deskripsikan adalah pembinaan secara umum yang dilaksanakan oleh kepala sekolah dan lembaga pendidikan sekolah alam. 2. Skripsi yang berjudul “Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan komepetensi pedagogic guru di SMP Negeri 177 Jakarta”disusun oleh Kokom Komalasari, Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini membahas tentang bagaimana kompetensi pedagogik guru di SMP Negeri 177 Jakarta dan strategi kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kompetensi pedagogik serta apakah upaya kepala 67 Astri Fitriani, “Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru melalui Model Lesson Study di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung”. Skripsi Manajemen Pendidikan UIN Jakarta, 2012 40 sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru sudah optimal.68 Berbeda dengan penelitian yang dilakukan penulis, dalam hal ini penulis membahas tentang efek dari pelaksanaan program pembinaan yang dilakukan sekolah terhadap kompetensi pedagogik guru di SOU. 3. Skripsi berjudul “Kompetensi Pedagogik Guru dalam implementasi KTSP di SMK Nusantara Ciputat” disusun oleh Didik Setiawan, Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada penelitian tersebut membahas tentang bagaimana kompetensi pedagogic guru dalam implementasi KTSP.69 Berbeda dengan penelitian tersebut, pada penelitian ini penulis membahas tentang pembinaan kompetensi pedagogik guru dengan model kurikulum sekolah alam. E. Kerangka Berpikir Agar lebih terarah, penulis membuat kerangka pikir sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian tentang pembinaan kompetensi pedagogik guru di School Of Universe Parung. Pendidikan akan berjalan baik jika dalam prosesnya melibatkan sumber daya manusia yang berkualitas, memiliki kompetensi, berkomitmen dan bertanggung jawab. Termasuk guru, yang dikatakan sebagai kunci keberhasilan proses pendidikan. Melalui kegiatan belajar mengajar, guru memainkan peran penting dalam mengelola pembelajaran agar peserta didik menjadi seperti yang diharapkan. Untuk mewujudkan hal tersebut pendidikan butuh keberadaan guru yang profesional khususnya dalam bidang pedagogik. 68 Kokom Komalasari, “Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru di SMP Negeri 177 Jakarta”. Skripsi Manajemen Pendidikan UIN Jakarta, 2015 69 Didik Setiawan, “Kompetensi Pedagogik Guru dalam implementasi KTSP di SMK Nusantara Ciputat”. Skripsi Manajemen Pendidikan UIN Jakarta, 2013 41 Kondisi nyata School Of Universe Parung yaitu : Guru yang mengajar di SOU bukan merupakan lulusan kependidikan, guru di SOU tidak hanya sebagai fasilitator di kelas melainkan juga sebagai fasilitator magang, guru di SOU diarahkan untuk memiliki pekerjaan sampingan, di dalam bidang kepegawaian guru disamakan dengan karyawan perusahaan dengan masa kontrak, sering terjadi pergantian guru setiap dua tahun. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui bagaimana pembinaan kompetensi pedagogik guru, efek pembinaan kompetensi guru, upaya kepala sekolah dan sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru karena dirasa pentingnya penguasaan kompetensi pedagogik. Yang nantinya akan meningkatkan kompetensi pedagogik guru dan proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif. Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir yang dipaparkan di atas, diutarakan lagi dalam bentuk diagram sebagai berikut : 42 Gambar 2.1 Diagram Kerangka Berpikir Output Proses INPUT Kondisi nyata Masalah Strategi Hasil 1. Guru yang mengajar di SOU bukan merupakan lulusan kependidikan 2. Guru di SOU tidak hanya sebagai fasilitator di kelas, melainkan juga sebagai fasilitator magang 3. Guru di SOU diarahkan untuk memiliki pekerjaan sampingan 4. Di dalam bidang kepegawaian guru disamakan dengan karyawan perusahaan dengan masa kontrak 5. Sering terjadi pergantian guru setiap dua tahun Kurangnya kompetensi pedagogik yang dimiliki guru 1. Terdapat program pembinaan yang dilakukan oleh program training effair. 2. Adanya supervisi yang dilakukan kepala sekolah selama proses pembelajaran 3. Adanya program coaching clinic (pembinaan lanjutan) bagi guru yang belum menguasai kompetensi pedagogik 4. Adanya masa kontrak selama dua tahun bagi guru yang tidak dapat kompeten 1. Tercetaknya guru yang profesional 2. Guru memiliki kompetensi pedagogik 3. Terciptanya pembelajaran yang efektif Feedback BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di School Of Universe yang beralamat di Jl. Raya Parung Km. 43 No. 314, Kel. Pemagarsari, Kecamatan Parung Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Peneliti memilih lembaga pendidikan School Of Universe karena merupakan salah satu lembaga pendidikan berbasis alam yang mengedepankan minat dan bakat siswa sehingga guru diharuskan memiliki keterampilan dalam mengajar dan memahami karakteristik peserta didik. Adapun waktu penelitian direncanakan dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 - Maret 2017. Penelitian tersebut dilaksanakan pada saat guru sedang melaksanakan proses pembelajaran. Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian 2016 No Kegiatan Okt Nov 2017 Des Jan Feb Mar 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 1 Observasi pendahuluan 2 Penyerahan izin penelitian 3 Pengumpulan data pembinaan kompetensi pedagogik guru 4 Analisis data 5 Penyusunan laporan hasil penelitian 43 44 B. Metode Penelitian Dilihat dari tujuan penelitian dan sifat masalah yang ada, fokus penelitian ini adalah mendeskripsikan program pembinaan kompetensi pedagogik guru. Dengan demikian, penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif deskriptif. Untuk itu, pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Sumadi Suryabrata, metode deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah-masalah atau mencari informasi factual yang mendetail. Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud mendeskripsikan upaya kepala sekolah dalam membina kompetensi pedagogik guru dan hasil pembinaan yang dilakukan oleh sekolah terhadap kompetensi pedagogik yang dimiliki guru. C. Teknik Penentuan Informan Penentuan informan dalam penelitian ini didasarkan atas pihakpihak yang menguasai masalah, memiliki data dan bersedia memberikan data. Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu. Contoh dari penggunaan prosedur purposive antara lain dengan menggunakan key person.1 Dalam penelitian ini, Kepala Sekolah menjadi Informan utama. Berdasarkan studi pendahuluan dengan Kepala Sekolah, peneliti mendapatkan informasi bahwa kegiatan pembinaan kompetensi pedagogik guru yang dilakukan Kepala Sekolah dibantu oleh Program Training Effair dan Konsultan Sekolah. Untuk mengetahui hasil pembinaan kompetensi pedagogik guru, peneliti menggunakan teknik accidental sampling yaitu peneliti memilih responden yang ditemui di lapangan. 1 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Prenada Media Group, 2011), h. 107 45 D. Sumber Data Sumber data penelitian kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh peneliti, dan benda-benda yang diamati sampai detailnya agar dapat ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen atau bendanya.2 Sesuai fokus penelitian dan teknik penentuan informan maka yang menjadi sumber data dalam penelitian ini dapat dibagi berdasarkan sifat pada objek penelitian yakni: 1) Manusia yang terdiri dari Kepala Sekolah, Ketua program training effair, konsultan sekolah, 3 guru Sekolah Menengah dan 2 siswa 2) Dokumen yang terdiri dari dokumen kegiatan pembinaan kompetensi pedagogik guru, RRP, profil sekolah, kurikulum dan data guru, serta 3) Latar yang dijumpai peneliti pada saat melakukan penelitian yakni kegiatan pembinaan kompetensi pedagogik, kegiatan mengajar guru dan kegiatan belajar siswa di dalam kelas. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menjelaskan teknik apa yang digunakan untuk menjaring data tentang variable atau fokus penelitian. Dalam memperoleh data atau informasi yang berkenaan dengan penelitian ini, maka peniliti menggunakan beberapa macam teknik pengumpulan data yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keperluan informasi yang ingin dicari. Maka teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut: 1. Wawancara Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data tentang upaya kepala sekolah dalam melakukan pembinaan kompetensi pedagogik guru serta hasilnya terhadap kompetensi guru. Adapun pihak yang diwawancarai adalah Kepala 2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta), h. 22 46 Sekolah, Ketua program training effair, Konsultan sekolah, 3 guru dan 2 siswa. Dimana peneliti mewawancari guru secara accidental sampling yaitu peneliti memilih siapa yang kebetulan ada atau dijumpai. Teknik yang digunakan dalam mewawancarai guru yaitu wawancara semiterstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.3 Sedangkan siswa ditentukan melalui angket, dimana jawaban siswa dipilih untuk diwawancarai. 2. Studi Dokumentasi Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang merupakan sumber yang stabil dan akurat sebagai cermin situasi/ kondisi yang sebenernya. Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai hal - hal berupa catatan. Dalam hal ini peneliti melakukan pengumpulan data berupa profil, visi dan misi, tujuan sekolah, data guru sekolah menengah, dokumen rpp, dokumen kegiatan pembinaan kompetensi guru, kurikulum sekolah, dan hasil pembinaan kompetensi pedagogik guru. Adapun studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi sekolah, kegiatan pembinaan kompetensi pedagogik guru, keadaan guru dan hasil pembinaan kompetensi pedagogik. 3. Observasi Teknik observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Dalam hal ini, peneliti menggunakan teknik observasi non partisipan yaitu observasi yang menjadikan peneliti sebagai penonton atau penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian. Peneliti mengobservasi kegiatan pembelajaran di kelas, kegiatan kepala sekolah, dan kegiatan pembinaan kompetensi pedagogik guru serta latar sekolah. Observasi ini 3 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 262 47 digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai penguasaan kompetensi pedagogik guru, hasil pembinaan kompetensi pedagogik guru, respon atau perubahan yang terjadi pada siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung, kegiatan pembinaan kompetensi pedagogik guru dan kondisi kelas. F. Kisi – Kisi Instrumen Kisi- kisi Instrumen digunakan untuk mempermudah penyusunan instrumen penelitian, didalamnya menggambarkan dimensi dan indikator dari variabel penelitian yang kemudian diuraikan dalam bentuk pertanyaan dan pernyataan. Adapun kisi- kisi instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data sebagai berikut: 1. Pedoman Wawancara Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara No Dimensi Aspek Wawancara Sumber Data 1. Pelaksanaan Kepala Kunjungan Kelas Sekolah, Program 2. Pelaksanaan training Pertemuan Pribadi 3. Pelaksanaan Pembinaan 1. Kompetensi Pedagogik Guru Rapat Konsultan Dewan Guru 4. Kunjungan antar Sekolah 5. Kunjungan antar Kelas 6. Pelaksanaan Pertemuan dalam Kelompok Kerja 7. Hasil effair dan Program Pembinaan Kompetensi Pedagogik Sekolah 48 1. Pemahaman terhadap Guru dan Peserta Didik Siswa 2. Pengembangan kurikulum/silabus 3. Perancangan Pembelajaran Pengaruh Pembinaan 2. 4. Pelaksanaan Kompetensi Pembelajaran Pedagogik yang Mendidik dan Dialogis Guru 5. Pemanfaatan Teknologi Pembelajaram 6. Evaluasi Hasil Belajar 7. Pengembangan Peserta Didik 2. Daftar Ceklis Dokumen Tabel 3.3 Daftar Ceklist Dokumen No. Dokumen Ada 1. Profil sekolah 2. Visi, misi, tujuan sekolah 3. Data guru (kualifikasi, latar belakang pendidikan, jenis kelamin, status) 4. Dokumen RPP guru 5. Kegiatan pedagogik pembinaan kompetensi Tidak Ket. 49 6. Hasil Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru 7. Kurikulum Pembelajaran G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data 1. Perpanjangan Keikutsertaan Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal itu dilakukan maka akan membatasi: a. Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks b. Membatasi kekeliruan peneliti c. Mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesaat.4 2. Keajegan Pengamatan Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentative. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak.5 3. Triangulasi Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.6 Dalam mengecek keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi, karena data dari satu pihak harus di cek kebenarannya dengan cara memperoleh data yang sama dari sumber yang berbeda. Misalnya data dari sumber pertama, kedua, ketiga dengan menggunakan metode yang berbeda. Dengan tujuan peneliti dapat membandingkan informasi tentang hal yang sama 4 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rosda Karya, 2011), 327 5 Ibid, h.329 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 83 6 50 diperoleh dari berbagai pihak, agar tidak ada keraguan dari data dan adanya kepercayaan data Dalam triangulasi beragam teknik berarti penggunaan berbagai cara secara bergantian untuk memastikan kebenaran data. Cara yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Bila peniliti melakukan pengumpulan data yang sekaligus menguji kredibilitas data (kebenaran data), yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.7 Nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh meluas, tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.8 H. Teknik Analisa Data Setelah data-data yang diperlukan diperoleh, peneliti melakukan analisis data melalui pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Adapun langkah-langkah analisis data sebagai berikut: 1. Klasifikasi atau Kategorisasi Data Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yakni dari pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Setelah dibaca dan dipelajari, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan klasifikasi data. Langkah ini berkaitan dengan proses menyeleksi, memfokuskan dan mentransfomasikan data mentah yang diperoleh melalui penelitian.9 7 Ibid Ibid, h.85 9 Ibid,.. 8 51 2. Penyajian data Setelah peneliti melakukan reduksi data, langkah selanjutnya adalah penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti melakukan penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data berupa teks naratif yang menceritakan temuan penelitian.10 3. Penarikan Kesimpulan Setelah data yang terkumpul direduksi dan disajikan, langkah terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan atau verifikasi, dengan menggunakan analisis model interaktif dari ketiga komponen utama. Data yang terkumpul dari hasil pengamatan, wawancara dan pemanfaatan dokumen yang terkait dengan pembinaan dan kompetensi pedagogik guru yang sedemikian banyak di reduksi untuk dipilih mana yang paling tepat untuk disajikan. Proses pemilihan data akan difokuskan pada data yang mengarah untuk pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian terkait dengan pembinaaan kompetensi pedagogik guru sekolah alam di School of Universe Parung. 10 Ibid, h. 71 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum dan Deskripsi Unit Penelitian 1. Profil School Of Universe School Of Universe didirikan pada tahun 2004, beralamat di Jl. Raya Parung 314 km. 43 Pemagarsari Parung- Bogor. School Of Universe membuka kelas untuk Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah. Pendekatan yang digunakan dititik beratkan pada pembelajaran keterampilan hidup (life skill) praktis yang luas, yaitu: Bisnis, teknologi informasi dan komunikasi, apresiasi pada konservasi lingkungan, konsisten pada nilai-nilai demokrasi dan toleransi beragama, hubungan yang harmonis dengan orang lain, serta pengembangan kreativitas dan logika. Pendiri sekolah ini adalah Lendo Novo seorang Pencetus Sekolah Alam pertama. Sewaktu kecil Lendo Novo sering dihukum guru karena terlalu banyak bertanya. Dia mengaku bahwa duduk diam di kelas adalah siksaan, sehingga dari usia belia ia bercita-cita membuat suatu sekolah yang muridnya kelak dapat menikmati saatsaat belajar mereka. Impiannya itu berhasil diwujudkan Lendo Novo pertama kali di tahun 1992, dengan mendirikan sebuah taman kanakkanak (TK) yang diberinya nama TK Salman.1 Mulai tahun 1992, Lendo Novo terus menggodok konsep sekolah yang diimpikannya. Hingga lima tahun kemudian (tahun 1997), muncullah kesempatan membuka sekolah alamnya yang pertama, yakni Sekolah Alam Ciganjur, di Jakarta Selatan. Lendo Novo di sekolah alamnya ini mengembangkan suatu sistem pendidikan, di mana siswa dari umur pra sekolah sudah belajar berinteraksi langsung dengan alam sebagai media belajar mereka 1 Sejarah SOU, www.school-of-universe.com/profil, diunduh pada tanggal 22 November 2016 pukul 19.47 52 53 setiap harinya. Mereka belajar mengamati, bertanya, mengumpulkan data, membuat hipotesis, dan menguji hipotesis mereka. Dengan cara belajar yang aktif dan kreatif ini, anak-anak belajar mandiri dan menjadi akrab dengan lingkungannya. Selain mengembangkan sekolah alam, SoU juga mengembangkan suatu sekolah bisnis berbasis lingkungan, dengan tujuan untuk mempersiapkan siswa agar siap menjadi calon pengusaha. Magang merupakan kurikulum utama dalam pengembangan potensi bisnis siswa. Kurikulum utama sebagai pilar utamanya adalah: akhlak, business, leadership dan logika. SoU menjadikan alam semesta sebagai sumber pembelajaran tanpa batas. Di sekolah ini para peserta didik dilatih membaca semesta dengan cara pandang utuh dan menyeluruh. Khazanah semesta dituangkan ke dalam tema-tema bahasan, dan peserta didik belajar dengan cara mengupas tema tersebut melalui semua cara pandang berbagai cabang keilmuan.2 2. Visi , Misi dan Tujuan School Of Universe a. Visi dan Misi Sesuai dengan latar belakang pendidikan, School Of Universe didirikan dengan visi mendampingi setiap anak manusia untuk menjadi pemimpin di muka bumi dan memberi rahmat bagi sekalian alam. Bagi mereka yang mau berpikir alam semesta adalah sumber pelajaran tanpa batas. Visi yang diusung School Of Universe adalah “menjadi sebuah lembaga pendidikan yang berbasis bisnis dan alam”3. Adapun misi School Of Universe adalah: 2 3 Profil School Of Universe Parung Ibid 54 1) Menjadikan SoU sebagai sekolah yang mampu menumbuhkan generasi yang cinta belajar, kritis dan berani berinovasi 2) Mengembalikan dan mengoptimalkan alam sekitarnya sebagai media belajar 3) Senantiasa memberikan pelayanan prima terhadap murid dan orang tua 4) Efektif dalam hal manajemen (sekolah dan kelas) serta efisien dalam hal biaya 5) Selalu meningkatkan akhlakul karimah dari suri tauladan di semua pihak : Rapi, bersih dan cinta lingkungan Kejujuran Tidak zolim kepada sesama manusia 6) Menciptakan iklim bisnis yang profesional di seluruh civitas School Of Universe4 Misi merupakan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai visi. Misi tersebut diharapkan mampu mendukung pencapain visi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pihak sekolah harus mampu melaksanakan misi tersebut dalam bentuk kegiatan yang nyata sehingga ada manfaat yang diperoleh dalam mencapai visi yang telah ditetapkan. b. Tujuan Tujuan merupakan suatu penjabaran dari visi dan misi yang hendak dicapai. Oleh karena itu, SoU memahami tujuan sebagai pencapaian visi dan misi pada tujuan jangka pendek, sehingga rumusan tujuan dari tahun ke tahun berbeda-beda. Adapun tujuan tahun 2016-2017 di School Of Universe adalah: 1) Terjadi peningkatan kualitas sikap dan amaliah keagamaan islam warga sekolah 2) Terjadi peningkatan kepedulian warga sekolah terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah 3) Terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas sarana/prasarana dan fasilitas akademik yang mendukung peningkatan prestasi akademik dan non akademik 4 Ibid 55 4) Mendapatkan akreditasi dari Badan Nasional Standar Pendidikan 5) Diharapkan siswa yang memiliki bakat, minat dan kemampuan terhadap bahasa Inggris meningkat dan mampu menjadi MC dan berpidato dengan bahasa tersebut 6) Memiliki tim olahraga minimal 3 cabang yang mampu menjadi finalis tingkat provinsi 7) Memiliki tim kesenian yang mampu tampil pada acara di tingkat internasional.5 Tujuh tujuan jangka pendek tersebut seluruhnya dapat tercapai kecuali poin ke enam, yakni memiliki tim olahraga minimal 3 cabang yang mampu menjadi finalis tingkat provinsi. Hal ini disebabkan kurangnya minat siswa dalam mengikuti kegiatan olahraga. Tujuan yang belum tercapai ini akan dicantumkan pada tujuan di tahun berikutnya. 3. Keadaan Guru School Of Universe Sekolah Menengah School Of Universe merupakan suatu yayasan pendidikan berbasis alam. Jumlah guru yang terdapat di Sekolah Menengah School Of Universe ada 13 orang. Berikut ini deskripsi data mengenai keadaan guru di Sekolah Menengah School Of Universe Tahun Pelajaran 2016/2017: Tabel 4.1 Jumlah Guru School Of Universe Parung No Nama Status Jurusan Kepegawaian Masa Lulusan Kerja 1 Ahmad Subki GTY PAI 7 tahun Pendidikan 1 Andri Lesmana Guru Honor Agribisnis 1 tahun Saintek Sekolah 5 Ibid 56 2 Didin Rohidin Guru Honor IPS ½ tahun Pendidikan Pendidikan 8 tahun Pendidikan 10 tahun Fisip Sekolah 3 Doni Hamzah GTY Biologi 4 Donny Prayudi Kepala Hubungan N. MBA Sekolah Internasion al 4 Edi Sutrisno Guru Honor Aqidah 3 Tahun Fisika ½ tahun Saintek Tekhnologi 5 Tahun Pendidikan 7 Tahun FSH Sekolah 5 Fahmi Salim Guru Honor Sekolah 6 Iman Kurnia GTY Pendidikan 7 Kurtubi GTY Ilmu Syariah 8 Mulyadi GTY 9 Siti Nur GTY Ramadhiati 10 11 Teknik 5 Tahun Elektro Titono Tenaga Wahyudi Administrasi Triana Hapsari Guru Honor Sekolah 12 Wihda Aulia Guru Honor Sekolah Berdasarkan data tersebut diperoleh bahwa 6 guru merupakan guru tetap yayasan dan enam lainnya adalah guru honorer sekolah. Dalam satu kelas terdapat satu fasilitator kelas dan satu fasilitator pembelajaran. Tiap guru memegang satu atau dua mata pelajaran serta merangkap sebagai fasilitator. Dalam pencatatan data guru SoU juga 57 belum terpenuhi dengan baik. Hal tersebut dimungkinkan karena sering terjadinya pergantian guru tiap tahun. 4. Keadaan Siswa School of Universe Jumlah peserta didik Sekolah Menengah Tahun Pelajaran 2016/2017 adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Jumlah Siswa Sekolah Menengah School Of Universe Kelas L P Jumlah SM 1 7 3 10 SM 2 9 5 14 SM 3 10 5 15 SM 4 8 6 14 Jumlah 34 19 53 Sumber: Data Siswa SM 2016-2017 School Of Universe merupakan salah satu sekolah alam yang berada di bawah yayasan, yang mencetak siswa untuk memiliki kemampuan leadership dan bisnis. Adapun jumlah siswa pada tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 53 siswa. Yang terdiri dari jumlah siswa Sekolah Menengah 1 sebanyak 10 siswa, siswa Sekolah Menengah 2 sebanyak 14 siswa, siswa Sekolah Menengah 3 sebanyak 15 siswa dan siswa Sekolah Menengah 4 sebanyak 14 siswa. Sekolah Menengah 1 (SM1) dan Sekolah Menengah 2 (SM2) merupakan Sekolah tingkat menengah pertama. Sedangkan Sekolah Menengah 3 (SM3) dan Sekolah Menengah 4 (SM4) merupakan Sekolah tingkat menengah atas. 58 5. Kurikulum School of Universe Pada prinsipnya, dalam belajar bersama alam dengan menggunakan sumber daya alam, para fasilitator sudah harus tahu apa dan bagaimana potensi Sumber Daya Alam di daerah serta sekolahnya. Inilah yang penyampaian dijadikan mata dasar pelajaran. kurikulum atau Belajar bersama metode dalam alam dalam implementasi terkait KBM meliputi: a. Sekolah yang menggunakan media potensi sumber daya lingkungan sebagai media utama dalam pembelajaran, ciri utamanya adalah green lab sebagai tumpuan KBM. Green lab adalah rekayasa lingkungan abiotik dan lingkungan biotik dari potensi daerah setempat yang digunakan sebagai sarana belajar mengajar. b. Aktivitas belajar dari pengalaman adalah aktivitas utama dalam proses KBM, ditandai dengan para guru sebagai pendidik yang punya karakter senang bereksperimen c. Pembelajaran yang khas sekolah alam (eksplorasi, eksperimen, eksploitasi SDL, culture dan outing) adalah metode utama dalam penyampaian KBM belajar bersama alam.6 Untuk level pendidikan menengah, KBM lebih menitikberatkan pada bisnis praktis dengan konsep magang. Level SMP dan SMA di SoU di akselerasi menjadi 2 tahun dan disebut sebagai SM (Sekolah Menengah). Pada tingkatan SM1 peserta didik akan mengikuti pemetaan minat dan bakat (talents mapping) yang akan dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam pemilihan bidang bisnis mereka. Peserta didik di SM1 akan dikenalkan dengan bidang bisnis bioteknologi, Information-Communication-Technology (ICT) dan Trading House (Bisnis)7 melalui program magang wajib, untuk memperoleh wawasan tentang bidang-bidang bisnis tersebut. Tiap siswa akan di observasi melalui pemetaan bakat (talents mapping) 6 7 Ibid, h.164 Profil School Of Universe Parung 59 untuk memetakan bakat dan minat peserta didik sebagai modal untuk menentukan pilihan bidang bisnis yang akan di tekuni. Di jenjang SM2, peserta didik mengikuti program magang yang difokuskan pada pembelajaran manajemen bisnis secara umum. Mereka diarahkan untuk mulai merencanakan bisnis sendiri. Di level ini peserta didik mulai melakukan kajian manajemen dan perencanaan bisnis yang akan di kembangkan melalui pola pemagangan. Setiap peserta didik di harapkan mampu menyusun proposal bisnisnya sendiri. Sedangkan, program magang di jenjang SM3, memfasilitasi peserta didik untuk memulai bisnis sesuai minat dan bakat mereka. Program magang dilaksanakan di perusahaan mitra yang bergerak di bidang bisnis yang terkait dengan bidang bisnis yang diinginkan peserta didik. Peserta didik selanjutnya memulai proses bisnis mereka sendiri dengan membuat dan mempresentasikan rencana bisnis (Business Plan), serta mendapatkan pendanaan dari potential investor. Pada tahap ini setiap perserta didik akan membuat profil perusahaan di bidang pilihannya masing-masing. Di mulai dengan penyusunan proposal bisnis, mencari investor, dan mempresentasikan rencana bisnisnya. Program magang di SM4 selain untuk memantapkan bisnis peserta didik diarahkan untuk membangun jaringan bisnis. Peserta didik melanjutkan bisnis yang sudah dilakukan atau memulai bisnis baru sesuai analisa laporan bisnisnya dan hasil kelayakan usahanya. Para siswa SM4 dibimbing melanjutkan dan mengembangkan bisnis yang sudah mereka mulai, atau memulai bisnis baru sesuai analisis laporan bisnis mereka.8 Sebagai sekolah yang mengedepankan bisnis, School of Universe memiliki beberapa Unit yang berfungsi sebagai 8 Profil School Of Universe, www.school-of-universe.com/profil/kurikulum, diunduh pada tanggal 22 November 2016 pukul 19.47 60 tempat belajar dan magang siswa, diantaranya : Ecoshop, Studio Musik, Radio Komunitas, Gress, Nursery, Workshop Art dan lain-lain Pada semua tingkatan pendidikan kurikulum dibagi menjadi 4 pokok pengembangan : a. Kurikulum School of Universe 1) Pengembangan Akhlak Pembelajaran Akhlak yang dijalankan oleh siswa merupakan pembelajaran etika yang mengulas tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban sesama manusia sebagai mahluk sosial. Akhlak juga menyangkut kewajiban manusia terhadap Tuhan. Karena itulah ruang lingkup akhlak sangat luas dan mencakup seluruh aspek kehidupan anak didik, baik secara vertikal yaitu dengan Tuhan, dan juga secara horizontal yaitu dengan sesama makhluk ciptaan Tuhan. Pengembangan akhlak dilakukan dengan metode teladan. Tujuan Kurikulum Akhlak adalah untuk pembelajaran yang lebih mendekatkan siswa antara apa yang ia ketahui sebagai kebenaran dan perilaku nyata dan kongkrit. Dalam Kurikulum Akhlak Curriculum and yang Teacher terdapat pada Guidebook, buku guru dan Akhlak siswa diharapakan dapat mempraktekan pembelajaran nilai akhlak dalam keseharian aktivitas belajar dan mengajar, juga di dalam kehidupannya. Melalui kurikulum ini, siswa diberi kesempatan untuk berfikir kritis seraya menggali pesan moral yang tersirat dalam setiap kegiatan yang mereka jalani di sekolah. 61 2) Pengembangan Logika Di antara empat pilar pendidikan di School of Universe, yang dibangun dengan Kurikulum khas rancangan tim praktisi pendidikan dan atas bimbingan langsung Konseptor Sekolah Alam, Lendo Novo, untuk jenjang Playgroup, Taman KanakKanak, Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah terdapat Kurikulum Logika yang menjadi salah satu bagian penting dalam proses pendidikan di sekolah. Kurikulum Logika dirancang dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan siswa akan kegiatan pembelajaran yang memperhatikan pertumbuhan logika dan analisis peserta didik. Dengan keyakinan bahwa lahirnya generasi kreatif dan inovatif tidak luput dari kemampuan peserta didik untuk dapat berfikir kritis, Kurikulum Logika di School of Universe memilki standar ketercapaian dan sejumlah rancangan kegiatan yang terbukti dapat mengasah kemampuan bergikir logis dan analitikal anak sehingga mereka tidak hanya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh fasilitator kelas, tapi juga dapat mengenali kaitan ilmu yang sedang dipelajarinya dengan aplikasinya di kehidupan nyata. Logika Kurikulum pada School of Universe menggunakan metode action learning dengan belajar bersama alam karena pendidikan yang baik lahir dari strategi pengajaran yang tepat dan sesuai dengan pertumbuhan peserta didik di masing-masing jenjang. Oleh karena itu, praktisi pendidikan yang turut bertanggungjawab atas kualitas pembelajaran akan mendapatkan bermacam bimbingan seiring waktu, mulai dari pelatihan manajemen kelas, workshop bedah kurikulum dan juga strategi penanganan siswa. Semua ini untuk memastikan 62 peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang berkualitas dan sesuai sunatullah di sekolah dan juga di rumah. 3) Pengembangan Sifat Kepemimpinan Kepemimpinan atau leadership adalah kemampuan seseorang dalam mengajak dan mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama sesuai dengan rencana demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kurikulum leadership ini bertujuan untuk menyusun pembelajaran sikap agar setiap siswa dapat memiliki karakter kuat dalam proses persiapan guna menjadi pemimpin yang berkualitas kelak. Metode yang digunakan yaitu outbound training dengan strategi kegiatan outbound mingguan, serta kegiatan outing seperti outdoor adventure (soupercamp, Outracking Fun Adventure, trekking, caving, survival) dan lain sebagainya. Program outbound dan leadership tersebut dikemas dalam bentuk pembelajaran di kelas atau luar kelas untuk membentuk kepemimpinan siswa. Dengan kurikulum leadership ini siswa diharapkan dapat mempraktekan pembelajaran nilai kepemimpinan dalam kehidupannya dengan lebih siap dan matang. 4) Pengembangan Mental Bisnis Kurikulum Bisnis di School of Universe bertujuan untuk membangun kemampuan wirausaha peserta didik. Dengan tingginya angka pengangguran dan kemiskinan di negeri ini, banyak sekali kesulitan yang dialami oleh masyarakat disebabkan oleh faktor ekonomi. Metode yang digunakan yakni magang dan belajar dari ahlinya (learn from maestro). Pada tingkat School of Business mengusung program 63 magang yang merupakan bagian dari sistem pengajaran dan pendampingan bisnis yang terintegrasi antara bimbingan di sekolah dengan latihan praktek kerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan pelaku bisnis yang telah berpengalaman. Program magang dilaksanakan untuk peserta didik di jenjang Sekolah Menengah.9 Dalam membuat rancangan pembelajaran selama satu tahun atau dua semester yang seringkali dinamakan long term plan, secara garis besar para guru harus paham tentang: a) Pembuatan Spiderweb Spiderweb atau jejaring laba-laba dalam terminologi pembelajaran adalah pembedahan tema ke dalam materimateri yang lebih kecil yang berhubungan dan terintegrasi.10 Setiap satu tema yang ditarik melibatkan keseluruhan ilmu seperti IPA, IPS, matematika, bahasa, PKN, agama dan akhlak.11 b) Semester Plan Semester plan merupakan rencana pengajaran yang dibuat untuk pembelajaran selama satu semester c) Weekly Plan Weekly Plan adalah rencana pengajaran selama satu minggu. d) Daily Plan Pada dasarnya daily plan hampir sama dengan weekly plan. Perbedaannya, dalam daily plan uraian aktivitasnya sangat detail dan adanya aims serta outcomes.12 Oleh karena itu, penguasaan kompetensi pedagogik guru di sekolah alam sangat diperlukan agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang menciptakan pembelajaran inovatif dan kreatif dengan kurikulum terintegrasi. Dalam hal ini, guru 9 10 Ibid Suhendi dan Septiariana Murdiani, Belajar Bersama Alam, (Bogor: SoU Publisher, 2012), h.168 11 12 Ibid, h.169 Ibid h. 169 64 memerlukan pembinaan yang relevan dengan kegiatan belajar mengajar berbasis bisnis dan alam. B. Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru di School of Universe Parung Berdasarkan deskripsi tentang kegiatan pembelajaran yang sudah di deskripsikan tampak bahwa pembelajaran di sekolah ini berbeda dengan pembelajaran di sekolah formal pada umumnya. Karena kurikulum yang dibuat oleh guru harus dikaitkan dengan kegiatan bisnis di sekolah dan disesuaikan dengan 4 kurikulum School of Universe. Sebagai seorang yang sangat berperan penting dalam proses pembelajaran dan pengembangan siswa, seorang guru perlu mempelajari dan mengembangkan kompetensi pedagogic. Kompetensi pedagogic merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan memahami karakteristik peserta didik. Oleh karena itu, sekolah perlu memberikan pembinaan secara intens dan continue. Pembinaan merupakan serangkaian usaha dan kegiatan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah, pengawas serta pembina lainnya untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru. Dalam pembinaan kompetensi pedagogik guru di School of Universe, kepala sekolah memegang peran penting dalam pelaksanaan pembinaan tersebut. Kepala sekolah bersama dengan konsultan dan program training effair berkontribusi dalam meningkatkan kompetensi pedagogic guru. Berdasarkan informasi yang telah didapatkan dengan wawancara, observasi dan studi dokumentasi, diharapkan dapat mengungkapkan bagaimana pembinaan kompetensi pedagogik guru di School of Universe Parung. Bentuk pertanyaan dan jawaban dari setiap responden yang telah dilakukan analisis dituangkan dalam bentuk deskripsi sebagai berikut. 65 1. Kegiatan Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru di SoU Berdasarkan job description of facilitator di SoU guru harus mampu memahami psikologis perkembangan anak dan mampu mengatasi masalah murid sesuai dengan levelnya.13 Selain itu, guru harus mampu membuat spider web, rencana pengajaran, weekly dan daily activity plan, disiplin di dalam kelas, menyiapkan bahan ajar, menggunakan strategi pengajaran yang bervariasi, dan menggunakan teknik penilaian yang baik.14 Oleh karena itu, SoU juga memberikan pembinaan terkait kompetensi pedagogik guru. Dengan menganalisis jawaban yang telah diberikan oleh beberapa narasumber, mulai dari kepala sekolah, program training effair, konsultan sekolah, guru dan siswa ternyata pembinaan kompetensi pedagogik guru yang berlangsung di School of Universe dilaksanakan melalui beberapa kegiatan. Baik itu kegiatan yang bersifat rutin ataupun sifatnya tentatif. Dengan menganalisis jawaban yang telah diberikan oleh beberapa narasumber, mulai dari kepala sekolah, program training effair, konsultan sekolah, guru dan siswa ternyata pembinaan kompetensi pedagogik guru yang berlangsung di SoU dilaksanakan melalui beberapa kegiatan pembinaan. Baik yang dilakukan secara rutin maupun tentatif. Menurut Kepala Sekolah, “Pembinaan kompetensi pedagogik guru terdiri dari rapat level, rapat konsultan, pelatihan kelas, supervisi, coaching clinic dan pertemuan pribadi.” Berikut penjabaran pembinaan kompetensi pedagogik guru di School of Universe : a) Rapat Level Salah satu bentuk pembinaan yang dilaksanakan School of Universe yaitu dengan menyelenggarakan rapat level. Rapat level 13 14 Job Description of Facilitator di School of Universe Ibid 66 merupakan salah satu bentuk kegiatan seperti rapat dewan guru. Kepala SoU yang bertanggung jawab atas terselenggaranya setiap pembinaan sekolah memaparkan bahwa : Rapat Level adalah pertemuan antara para guru dengan kepala sekolah yang dilaksanakan tiap sepekan sekali. Guru dipimpin oleh kepala sekolah merumuskan agenda-agenda pendidikan untuk siswa. Pertemuan ini membicarakan segala hal yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan terutama proses belajar mengajar, dimana guru ditanyakan segala keluhan dan kekurangannya dalam mengajar. Selain itu, karena di sekolah tersebut guru memiliki dua peran yakni, sebagai fasilitator kelas/fasilitator pembelajaran dan guru mata pelajaran maka dalam pertemuan tersebut guru juga ditanyakan pertanyaan lebih umum, seperti kegiatan magang, outbound, trecking, tallents mapping dan sebagainya.15 Hal tersebut menyangkut segala hal yang berkaitan dengan event-event pendidikan, program pendidikan, dan masalah-masalah yang ada di sekolah. Rapat Level dimaksudkan untuk membantu berjalannya kegiatan pendidikan di luar kelas dan di dalam kelas. Menurut salah satu fasilitator, “Rapat level lebih membantu dalam merumuskan kegiatan magang, trecking dan setiap event-event yang akan diselenggarakan SoU maupun pihak luar. Dalam pertemuan tersebut biasanya sering dibentuk kepanitian penyelenggaraan event. Hal ini sangat membantu dalam mengelola job description guru yang sangat banyak.”16 Guru SoU yang lainnya yaitu Dian menambahkan, Dalam rapat level biasanya kepala sekolah mensimulasikan kegiatan belajar mengajar. Seperti, penggunaan metode pembelajaran yang menarik, intonasi yang baik dan lain sebagainya. Selain itu, guru pun terkadang di persilahkan untuk mencontohkan gaya mengajarnya di kelas. Saya 15 Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung 16 Hasil wawancara dengan Didin Rohidin, Guru Mata Pelajaran IPS, pada hari Kamis, 17 November 2016 pukul 09.32 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung 67 sebagai guru yang bukan merupakan lulusan kependidikan merasa terbantu dengan adanya pertemuan ini.17 Ditinjau dari hasil wawancara dengan guru, dapat dikatakan bahwa rapat level dibentuk untuk membantu mengelola job description guru yang banyak. Berdasarkan pemaparan tersebut, diperoleh bahwa sekolah mengadakan pertemuan dalam kelompok kerja dimana guru dengan kepala sekolah mendiskusikan permasalahan terkait segala hal yang ada di luar kelas dan dalam kelas, mengembangkan kegiatan secara bersama, menemukan langsung bantuan dan pelayanan yang dianggap baik untuk diterapkan. b) Rapat Konsultan Selain rapat level, SoU juga mengadakan rapat Konsultan yang diselenggarakan tiap pekan sekali. Rapat ini diselenggarakan mengingat minimnya pengetahuan guru mengenai pengelolaan pembelajaran dan pemahaman terhadap peserta didik. Rapat Konsultan adalah pertemuan antara guru dengan konsultan yang membahas kegiatan pembelajaran di kelas setiap sepekan sekali. Rapat ini menyerupai pertemuan dalam kelompok kerja yang membicarakan segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pembelajaran. Kepala Sekolah memaparkan bahwa : “Keberadaan konsultan dimaksudkan untuk membantu tugas kepala sekolah dalam menangani guru yang mengalami kesulitan mengelola pembelajaran di kelas. Pertemuan ini diisi oleh Konsultan yang ahli dalam mengajar. Konsultan mensimulasikan berbagai macam metode mengajar yang menarik, mengajarkan pembuatan bahan ajar dari origami, membantu mengembangkan current plan, dan sebagainya.” Dilihat dari hasil wawancara tersebut, tergambarkan bahwa pengelolaan pembelajaran menjadi faktor penting dalam dunia 17 Hasil wawancara dengan Dian, Guru Mata Pelajaran Elektro, pada hari Kamis, November 2016 pukul 11.18 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung 17 68 pendidikan. Baik itu sekolah formal maupun non formal. Karena dalam mencetak generasi yang berkualitas, didalamnya terdapat proses interaksi lingkungan belajar anatara guru dengan siswa. Oleh karena itu, SoU tetap menggunakan seorang ahli dalam mengajar untuk membina kompetensi guru. Konsultan sekolah pun menyatakan bahwa: Pada saat guru mengajar, konsultan sudah memantau kegiatan mengajar guru di kelas. Jika ada kekurangan saat mengajar, konsultan memanggil guru tersebut untuk ditanyakan kesulitannya lalu konsultan memaparkan kekurangan guru sehingga muncullah solusi-solusi bagi guru. Pertemuan tersebut dilaksanakan setelah guru mengajar. Selain itu, hasil pertemuan guru akan dirembukkan bersama dengan kepala sekolah.18 Berdasarkan pemaparan beliau, rapat konsultan tidak terlepas dari kepala sekolah. Setiap hasil yang didapatkan oleh konsultan akan diinformasikan kembali ke kepala sekolah untuk dicari solusinya secara bersama. Salah satu fasilitator menambahkan bahwa : Saya mengalami kesulitan dalam menciptakan proses belajar sesuai dengan current plan yang sudah dibuat karena ia lulusan kependidikan yang sudah terbiasa menggunakan RPP. Namun, ia merasakan perbedaan setelah konsultan memanggilnya untuk membicarakan kekurangannya dalam mengajar. Fasilitator tersebut diberi solusi dan arahan. Sehingga pada proses pembelajaran selanjutnya, ia mencoba menerapkan solusi yang diberikan dengan membawa anak didiknya ke lapangan sekolah untuk melakukan simulasi pembelajaran. Namun, tetap saja ia merasa perlu selalu diingatkan untuk menerapkan solusi yang diberikan konsultan. Hanya saja, konsultan tidak selalu datang tiap pekan.19 Ditinjau dari beberapa pendapat nara sumber, diperoleh bahwa rapat konsultan dimaksudkan untuk membantu proses pembelajaran di kelas yaitu mengatur seluruh guru yang berbeda 18 Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung 19 Hasil wawancara dengan Didin Rohidin, Guru Mata Pelajaran IPS, pada hari Kamis, 17 November 2016 pukul 09.32 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung 69 tingkatan pengetahuan, latar belakang pendidikan dan pengalamannya menjadi satu keseluruhan potensi yang sadar akan tujuan SoU dan bersedia bekerja sama guna mencapai tujuan pendidikan. Hanya dalam pelaksanaannya, pertemuan tersebut tidak berjalan secara rutin. c) Pelatihan Kelas Pelatihan Kelas merupakan pembinaan selanjutnya yang diselenggarakan oleh SoU. Pelatihan kelas adalah pelatihan yang diwajibkan bagi semua guru. Pelatihan ini diisi oleh program training effair yang dilaksanakan tiap hari libur sekolah. Setiap fasilitator wajib mengikuti pelatihan dari program training effair dan mengisi daftar hadir. Menurut kepala program training effair, “Pelatihan yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru terdiri dari dua jenis yakni Pelatihan bahasa ibu dan Student Handling.”20 Berikut deskripsi dari masing-masing pembinaan : 1) Pelatihan Bahasa Ibu Pelatihan bahasa ibu merupakan salah satu pembinaan kompetensi pedagogik yang dilaksanakan dengan kepala sekolah bersama dengan program training effair. Tujuan pelatihan ini yaitu mengajarkan guru cara berinteraksi menggunakan bahasa yang baik dengan siswa, berkomunikasi dengan intonasi suara yang sesuai dengan karakteristik siswa dan sebagainya.21 Salah satu fasilitator kelas menyatakan bahwa : Pelatihan bahasa ibu sangat membantu dalam berkomunikasi dengan peserta didik. Dalam pembinaan tersebut, saya diajarkan bahasa persuasif untuk melarang anak jika melakukan kesalahan dan saya 20 Hasil wawancara dengan Hans, Kepala Program Training Effair, pada hari Jum’at, 12 Februari 2017 pukul 12.30 WIB Ruang Yayasan School Of Universe Parung 21 Ibid 70 disarankan untuk tidak menggunakan kata “Jangan” kecuali siswa sudah sangat keterlaluan. Ada perubahan setelah melaksanakan pembinaan ini, orang awam yang tidak tahu pendidikan, menjadi lebih tahu dan guru jadi mengetahui intonasi suara yang baik dan gaya bahasa yang sesuai. Selain itu, saya disarankan untuk menggunakan kata-kata positif. Contohnya, pada saat siswa naik ke pohon. Saya melarangnya dengan mengajak turun dan menjelaskan tentang naik pohon terlalu tinggi dapat menyebabkannya jatuh dan melukai dirinya sendiri.22 Ditinjau dari pemaparan guru tersebut, diperoleh bahwa pelatihan bahasa ibu sangat membantu guru dalam berinteraksi dengan siswa. Pelatihan ini mengajarkan bahwa setiap yang dilakukan oleh guru, baik perkataan dan perbuatan menjadi contoh bagi siswa. Sehingga SoU mengajarkan para guru untuk mendidik siswa dengan bahasa yang baik dan persuasif. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan penulis pada saat pelatihan bahasa ibu, trainer / pemateri pelatihan memberikan beberapa contoh kasus siswa yang ada di SoU dan mengajak para guru untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut. Beberapa guru diminta untuk mensimulasikan dan menyampaikan solusi bagi kasus tersebut.23 Kepala program training effair menambahkan, “Biasanya kasus tersebut diambil dari kondisi siswa pada realitanya di kelas. Sebagai contoh, si A anak yang terkenal susah diatur. Siswa tersebut dijadikan sebagai contoh kasus dalam pelatihan.”24 22 Hasil wawancara dengan Dian, Guru Mata Pelajaran Elektro, pada hari Kamis, 17 November 2016 pukul 11.18 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung 23 Hasil Observasi Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru 24 Hasil wawancara dengan Hans, Kepala Program Training Effair, pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung 71 2) Student Handling Selain pelatihan bahasa ibu, student handling juga merupakan pelatihan kompetensi pedagogik yang diselenggarakan oleh program training effair. Pelatihan student handling bertujuan agar guru dapat mengkondisikan kelas, memahami karakteristik siswa, menciptakan keakraban dengan siswa dan sebagainya. Kepala SoU, Donny Prayudi memaparkan bahwa, “Student Handling adalah kegiatan pelatihan yang diisi oleh para trainer dari program training effair.25 Setiap anak memiliki karakteristik yang unik sehingga dalam menghandel anak pun dengan penanganan yang berbeda. Kompetensi yang diajarkan dalam kegiatan pembinaan ini dimaksudkan untuk menambah wawasan guru dalam memahami karakteristik siswa. Ketua Program Training Effair menambahkan, “Salah satu guru melarang siswa dengan berkata “Jangan”, bagi beberapa siswa larangan tersebut langsung dipahami. Namun, bagi siswa tertentu tidak cukup hanya dilarang maka guru memberikan punisment.Maka, guru perlu memahami perbedaan siswa dan mengetahui cara menanganinya.”26 Menurut kepala program training effair, dalam kedua pelatihan ini biasanya guru ditampilkan power point dan diberikan contoh studi kasus. Biasanya pemateri mengajak guru untuk bersama-sama memecahkan kasus yang diberikan. Kasus yang diberikan berdasarkan kondisi siswa yang ada di sekolah.”27 Setelah program pelatihan selesai, trainer yang 25 Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung 26 Hasil wawancara dengan Hans, Kepala Program Training Effair, pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung 27 Ibid 72 mengisi materi pelatihan mencatat berita acara selama pelatihan. Mulai dari tempat, petugas traine dan kegiatan yang dilaksanakan.28 Kedua pembinaan yang diselenggarakan ini membutuhkan kontribusi kepala sekolah sebagai pemegang tanggung jawab setiap proses pembinaan. Sebab apabila tidak ada kontribusi secara langsung maka akan terjadi ketimpangan dan perbedaan pemahaman terkait content pembinaan dan hasil yang diperoleh. Sehingga, menghambat pencapai tujuan sekolah. d) Supervisi Kepala Sekolah Supervisi kepala sekolah adalah kegiatan pembinaan yang dilakukan kepala sekolah pada saat guru sedang mengajar di kelas. Kepala sekolah memantau kegiatan mengajar guru dari luar kelas dan mencatat kekurangan guru dalam lembar instrumen supervisi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keterampilan guru dalam mengajar. Apabila terdapat kekurangan dalam mengajar, guru akan diberi arahan dan solusi setelah jam pelajaran oleh kepala sekolah. Jika memang diperlukan, guru akan dijadwalkan untuk mengikuti pembinaan khusus sesuai dengan kebutuhan guru. Salah satu fasilitator menyatakan, “Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah tidak mengganggu kegiatan belajar siswa dan guru tidak merasa terganggu dengan kehadiran kepala sekolah. Sebelumnya pun, guru jarang dipanggil oleh kepala sekolah kecuali guru tersebut sangat membutuhkan bimbingan.”29 Sedangkan berdasarkan instrumen hasil supervisi, diperoleh bahwa rata-rata guru SoU kesulitan mengkorelasikan antara kurikulum nasional dan tema pembelajaran, fasilitator bingung dengan standar 28 Form Berita Acara Pelatihan School of Universe Parung Hasil wawancara dengan Dian, Guru Mata Pelajaran Elektro, pada hari Kamis, 17 November 2016 pukul 11.18 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung 29 73 lesson plan di SoU dengan di sekolah-sekolah reguler dan fasilitator bingung menyampaikan materi terkait dengan aspek bisnisnya.30 Menurut Kepala Sekolah, guru yang mengalami kebingungan dan kesulitan ini akan diberikan pembinaan khusus baik oleh program training effair, kepala sekolah maupun konsultan. Hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan guru itu sendiri. Adapun pembinaan tersebut dinamakan coaching clinic.31 Dari kegiatan ini terdapat beberapa kelebihan yang dapat diketahui oleh kepala sekolah dan guru yaitu untuk mengetahui sejauhmana pemahaman kompetensi pedagogik guru. Selain itu, kegiatan ini dapat menjadi penyeimbang pengetahuan guru terkait pembelajaran yang ada di SoU dengan memberikan pembinaan ulang bagi guru yang masih kurang terampil. e) Coaching Clinic Pembinaan selanjutnya adalah coaching clinic. Pembinaan ini merupakan pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan hasil supervisi atau pertemuan pribadi dengan Kepala Sekolah. Pembinaan ini dapat disebut sebagai pembinaan tambahan atau penguat. Terdapat dua jenis pembinaan coaching clinic yaitu sebagai berikut: 1) Coaching Individual Coaching Individual merupakan pembinaan khusus yang dilakukan secara individu dan disesuaikan dengan kebutuhan guru. Pembinaan ini dilaksanakan setelah pulang sekolah. 2) Coaching Bersama Coaching Bersama adalah pembinaan khusus yang dilakukan secara bersama-sama dengan kebutuhan antar guru yang sama. Pembinaan ini dilaksanakan di ruang yayasan dan pelaksanaan disesuaikan dengan kebutuhan. 30 Dokumen Instrumen Hasil Supervisi Fasilitator di School Of Universe Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung 31 74 f) Pertemuan Pribadi Pertemuan pribadi adalah percakapan, dialog, atau tukar pikiran antara kepala sekolah dengan guru mengenai usaha peningkatan penyelenggaraan pendidikan, salah satunya adalah kemampuan pedagogik guru. Pertemuan ini dapat dilakukan secara formal dan informal. Kepala Sekolah sebagai pengarah dalam pertemuan ini menyatakan bahwa, “Pertemuan pribadi biasanya dilaksanakan setelah pulang sekolah sehingga guru lebih terbuka dan santai menyampaikan keluhan atau kesulitan.”32 Pembinaan ini terealisasi mengingat kondisi guru yang ratarata bukan merupakan lulusan kependidikan, dan dirasa masih kurang pemahamannya terkait pengelolaan pembelajaran dan penanganan siswa yang beragam. Selain itu, dalam pembuatan RPP juga terdapat perbedaan antara sekolah reguler dengan SoU. SoU menggunakan format rencana pembelajaran yang berbeda, sehingga sangat memungkinkan bagi guru menambah keterampilannya dengan bertanya pada kepala sekolah. Salah satu guru menyampaikan bahwa, “Saat pertama kali menjadi guru di SoU, saya sering melakukan pertemuan pribadi dengan kepala sekolah karena saya merasa kesulitan dalam pembuatan current plan. Sehingga setelah itu, kepala sekolah menjadwalkan saya untuk mengikuti pelatihan pembuatan current plan.”33 Berdasarkan penjabaran pembinaan kompetensi pedagogik guru di SoU, penulis membuat bagan agar mempermudah pemahaman dalam menganalisa. Berikut bagan pembinaan kompetensi pedagogik guru di School Of Universe. 32 Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung 33 Hasil wawancara dengan Dian, Guru Mata Pelajaran Elektro, pada hari Kamis, 17 November 2016 pukul 11.18 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung 75 Tabel 4.3 Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru di School Of Universe 2. PERTEMUAN PRIBADI 1. RAPAT LEVEL Para guru bersama Kepala Sekolah Antara guru dengan Kepala Sekolah (Tiap sepekan sekali) (Disesuaikan) 4. KONSULTAN 3. SUPERVISI KEPSEK PEMBINAAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PARUNG Kepala Sekolah memantau cara mengajar guru ( Sebulan Sekali ) Semua guru wajib dan berdasarkan hasil supervisi Sepekan Sekali 5. COACHING CLINIC 6. PELATIHAN KELAS Berdasarkan hasil Supervisi Kepala Sekolah Semua guru wajib ( Disesuaikan ) Pada saat hari libur (Setelah pembagian rapot) Individu Bersama ( Setelah mengajar ) (Setelah pembagian rapot) Pelatihan Bahasa Ibu Student Handling Berdasarkan bagan tersebut, dapat diperoleh bahwa pembinaan kompetensi pedagogic di School Of Universe dilaksanakan oleh Kepala Sekolah yang dibantu oleh konsultan dan program training effair. Ketiga pelaksana pembinaan tersebut saling berkontibusi untuk membantu meningkatkan kompetensi pedagogic guru. 76 2. Hasil Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru di School of Universe Untuk mengetahui hasil pembinaan kompetensi pedagogik guru, peneliti mewawancarai guru dan menyebarkan angket yang berisi penguasaan kompetensi pedagogik guru kepada 10 orang siswa. Pembahasan hasil penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai rata-rata setiap dimensi variabel penelitian berdasarkan data yang diperoleh melalui angket dan dalam menentukan siswa yang diwawancara, sehingga diketahui secara umum persepsi siswa terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam satu pembelajaran, School Of Universe terdiri dari 3 semester. Tiga semester terdiri dari 4 bulan. Untuk menganilisis penguasaan kompetensi pedagogik guru di SoU dilakukan teknik wawancara bersama guru dan kepala sekolah serta mengobservasi kegiatan pembelajaran dikelas. Menurut Kepala Sekolah Menengah SOU, terdapat problematika yang paling sering ditemui guru dalam proses pembelajaran, yakni: Pertama, guru kurang bisa mengimbangi siswa karena pembelajaran student centered atau berpusat pada siswa yang mengakibatkan siswa lebih dominan dan guru menjadi tidak dominan atau kurang bisa menguasai audients. Apalagi ratarata siswa Sekolah Menengah kritis dan memiliki banyak alasan. Dalam hal ini kadang guru kurang terampil dalam menanganinya. Kedua, sering terjadi GAP antara guru dengan siswa. Siswa dirasa sangat aktif untuk mengikuti hal-hal yang kekinian. Sementara, guru tidak masuk ke dunia siswa karena tidak terlalu mengikuti hal yang bersifat kekinian.34 Tiap kelas di School Of Universe, didampingi oleh satu fasilitator kelas dan satu fasilitator pembelajaran. Kedua fasilitator tersebut berfungsi sebagai pendamping dalam setiap kegiatan di 34 Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung 77 sekolah. Saat fasilitator kelas mengajar, fasilitator pembelajaran membantu guru mata pelajaran mengkondisikan siswa begitupun sebaliknya.35 Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Kegiatan pertama dalam proses pembelajaran yakni, kegiatan pendahuluan. Fungsi kegiatan pendahuluan adalah untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran di kelas SM 3 yang diajar oleh guru baru pada pembelajaran bahasa inggris, diperoleh bahwa pada saat kegiatan pendahuluan, fasilitator kelas membantu guru mata pelajaran untuk mengkondisikan kelas. Dan guru mata pelajaran cukup baik dalam mempersiapkan peserta didik untuk belajar. Guru mempersiapkan kelas dengan menanyakan kabar siswa menggunakan bahasa Inggris. Guru pun melakukan apersepsi dengan menghubungkan materi dengan pengalamannya.36 Pembelajaran yang diajarkan disesuaikan dengan current plan dan daily activity plan yang sudah dibuat guru. Selanjutnya langkah kedua dalam proses pembelajaran yakni kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar siswa. Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu, yang dilakukan guru tersebut yaitu dengan memberikan materi pembelajaran yang diajarkan. Dalam hal ini, guru menanyakan seputar keadaan yang terjadi di lingkungan mereka menggunakan bahasa inggris. Metode 35 36 Hasil Observasi Kelas Ibid 78 yang digunakan guru yakni diskusi dan ceramah.37 Beberapa siswa mengamati saat guru menerangkan. Namun, beberapa siswa lainnya, terlihat sibuk mengobrol dengan temannya.38 Intonasi yang digunakan guru saat mengajar tidak dapat mengimbangi siswa. Suara guru terlalu pelan karena dirasa siswa memiliki intonasi bicara yang tinggi. Kondisi kelas pun kurang kondusif karena siswa duduk lesehan dan berdekatan, sehingga guru sulit mengontrol siswa. Siswa yang mendengar dengan aktif hanya siswa yang dekat dengan guru. Namun, guru mensiasati kelas dengan memanggil satu persatu siswa. Guru menggunakan laptop untuk menampilkan power point yang berisi pertanyaan. Siswa disuruh memilih satu dari beberapa pilihan buah yang sudah dibuat guru dalam power point. Dalam tiap buah memiliki pertanyaan berbeda dan pertanyaan tersebut menanyakan seputar kejadian terkini seperti, apa yang dilakukan pada saat pulang sekolah, project apa yang sudah diselesaikan hingga siswa diminta berargumen tentang peristiwa demo 4 November 2016 dalam bahasa Inggris. Disamping itu, siswa lainnya ada yang menonton film hingga berteriak, ada yang keluar kelas, dan ada yang tiduran, tetapi siswa terlihat sangat antusias menunggu giliran untuk dipanggil oleh guru.39 Ditinjau dari hasil pengamatan tersebut, penulis berpendapat bahwa keadaan tersebut terjadi dikarenakan kurikulum SoU yang tidak menekankan pada proses pembelajaran secara formal. Dirasa guru kurang tegas menyikapi siswa di kelas, Peserta didik yang dipanggil pun dilatih untuk berargumen dan mengasah kemampuan bahasa Inggrisnya. Siswa juga mempresentasikan projectnya dalam bahasa Inggris. Peserta didik terlihat senang dalam menjawab tiap pertanyaan yang diberikan oleh 37 Ibid Hasil observasi siswa 39 Ibid 38 79 guru. Guru pun mencatat sejauhmana keterampilan berbahasa inggris tiap siswa. Bagi siswa berkebutuhan khusus, sekolah menyediakan guru pendamping (shadow teacher). Guru pendamping berperan membantu siswa berkebutuhan khusus untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh guru mata pelajaran. Guru mata pelajaran lebih fokus memantau perkembanagn belajar siswa yang mengalami kesulitan belajar atau ketertinggalan. Kegiatan akhir dalam proses pembelajaran yakni penutup. Kegiatan penutup adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pembelajaran. Dalam kegiatan tersebut, guru melaksanakan tindak lanjut atau arahan untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya. Guru menjelaskan siswa apa yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya. Namun, kondisi kelas yang tidak kondusif dan kurangnya pemahaman guru terhadap karakteristik siswa menjadikan proses pembelajaran tidak menghasilkan kesimpulan. Siswa pun kurang memperhatikan guru karena intonasi suara guru pelan, sehingga siswa lebih dominan. Pada saat guru mengucap salam, hanya dua atau tiga orang yang menjawab salam guru. Berbeda halnya dengan guru baru, guru yang sudah lama mengajar tidak pernah mendapati siswa yang menonton film di kelas atau keluar kelas tanpa izin siswa. Ada pula guru baru dengan latar belakang pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk belajar dengan duduk membentuk lingkaran agar guru mudah memantau siswa.40 Dalam hal ini dapat diperoleh bahwa keterampilan guru dalam mengajar masih kurang. Khususnya dalam mengkondisikan kelas dan memahami karakteristik siswa yang berbeda. Namun, tidak semua guru mengalami hal yang sama. Bagi guru dengan latar belakang pendidikan, pembelajaran terlaksana dengan lebih mudah, karena guru 40 Hasil wawancara dengan Didin Rohidin, Guru Mata Pelajaran IPS, pada hari Kamis, 17 November 2016 pukul 09.32 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung 80 sudah memiliki pengalaman mengajar sebelumnya. Sehingga dapat menerapkan berbagai metode, menyesuaikan posisi duduk siswa, dan memahami karakteristik siswa. Begitu halnya dengan guru yang sudah lama mengajar di SOU. Keterampilan mengajar dan wawasan dalam mengajar semakin bertambah sehingga guru sudah dapat mengembangkan proses pembelajaran dan mengkondisikan kelas. Hanya saja guru baru dengan latar belakang non pendidikan, masih kurang terampil dalam mengelola kelas dan memahami karakteristik siswa. Berikut ini data dari hasil penyebaran angket terhadap 10 siswa yang terdiri dari 6 dimensi yaitu: Pra Pembelajaran adalah kegiatan guru sebelum memulai pembelajaran. Kegiatan yang biasa dilakukan guru adalah mengabsen siswa, berdoa, menata kelas agar nyaman saat belajar, memperhatikan kebersihan kelas dan menanyakan kabar siswa. Guru harus dapat mengalokasikan waktu belajar dengan baik. Mulai dari masuk kelas tepat waktu hingga keluar kelas tepat waktu agar proses pembelajaran dapat berjalan secara tertib dan efektif. Masuk kelas dan keluar kelas tepat waktu mengajarkan kepada siswa untuk disiplin terhadap waktu. Berdasarkan wawancara dengan siswa, guru sudah melakukan kegiatan pra pembelajaran hanya belum optimal. Hanya sebagian besar guru yang mengabsen siswa, memperhatikan kebersihan kelas, dan masuk serta keluar kelas tepat waktu. Salah satu siswa menyatakan guru sering sekali datang tidak tepat waktu dan keluar tidak tepat waktu.41 Tidak seluruh guru melaksanakan kegiatan pra pembelajaran tersebut. Namun beberapa guru menyatakan, selalu mengabsen siswa, berdoa dan menanyakan kabar siswa.42 Begitupun menurut Kepala 41 Hasil Wawancara dengan M.A.Islam Imam, Siswa SM kelas 2, pada hari Senin, 6 Maret 2017 di Ruang Kelas School Of Universe 42 Hasil wawancara dengan Dian, Guru Mata Pelajaran Elektro, pada hari Kamis, 17 November 2016 pukul 11.18 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung 81 Sekolah, guru pembelajaran. diwajibkan untuk melakukan kegiatan pra 43 Berdasarkan persepsi siswa, belum seluruh guru mengabsen siswa, masuk dan keluar kelas tepat waktu, berdoa serta memperhatikan kenyamanan kelas. Hal ini tentu akan memberi kesan kepada siswa bahwa tidak masuk kelas menjadi hal yang wajar, masuk tidak tepat waktu menjadi hal yang biasa. Akibatnya dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari di sekolah sering sekali siswa kurang disiplin terhadap waktu. Masuk kelas tepat waktu, menanyakan kabar siswa, memperhatikan kondisi kelas dan berdoa diawal pembelajaran memberi kesan yang baik terhadap guru yang melaksanakannya. Selain itu, guru harus mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis yaitu bagaimana guru mampu melakukan apersepi, menguasai isi materi pembelajaran, menciptakan proses pembelajaran mengeksplorasi yang menyenangkan, pembelajaran, membimbing membimbing siswa siswa untuk untuk mengolaborasi pembelajaran, melakukan konfirmasi bersama siswa dan membimbing siswa membuat kesimpulan. Menurut siswa, guru masih banyak yang tidak merespon pertanyaan yang diajukan siswa.44 Beberapa guru menyatakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di SoU terkadang tidak terlihat belajar karena seperti berbincang biasa.45 Hal ini pun diperkuat oleh kepala program training effair, dalam proses pembelajaran guru terkadang lebih sering mengaitkan materi dengan project bisnis atau kehidupan sehari-hari sehingga tidak terlihat seperti sedang melaksanakan pembelajaran.46 43 Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung 44 Hasil Wawancara dengan M.A.Islam Imam, Siswa SM kelas 2, pada hari Senin, 6 Maret 2017 di Ruang Kelas School Of Universe 45 Hasil Wawancara dengan Fahmi Salim, Guru Mata Pelajaran IPA, pada hari Senin, 16 Januari 2017 pukul 12.30 WIB di Ruang Kelas School Of Universe Parung 46 Hasil waw ancara dengan Hans, Kepala Program Training Effair, pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB di Ruang Kantor School Of Universe Parung 82 Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis dikategorikan cukup namun belum berjalan secara optimal. Hal tersebut ditinjau dari pengamatan pembelajaran di kelas. Selain mendidik dan dialogis, guru harus mampu memahami karakteristik siswa yang unik dan berbeda. Terlebih SoU memiliki siswa berkebutuhan khusus yang didampingi oleh guru pendamping. Sehingga, guru mata pelajaran harus dapat berkontribusi dengan guru pendamping agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan sekolah alam. Berdasarkan hasil supervisi kepala sekolah, tidak semua guru mampu memahami perkembangan belajar siswa, perbedaan individu siswa dan kebutuhan yang diperlukan siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang dirasakan oleh beberapa guru yang kesulitan memahami karakteristik siswa yang berbeda serta mengimbangi apa yang diinginkan siswa.47 Menurut kepala sekolah, guru sering mengeluhkan kesulitan dalam mengelola siswa yang berbeda-beda karakteristiknya.48 Hal tersebut juga dirasakan oleh kepala program training effair, dimana pada saat pelatihan, guru lebih sering menanyakan tentang cara menangani siswa.49 Sama halnya dengan konsultan sekolah, yang sering melihat guru kurang terampil dalam mengelola siswa di dalam kelas.50 Dari data pengamatan pembelajaran di kelas, diperoleh bahwa penggunaan teknologi pembelajaran oleh guru sudah cukup. Hanya tidak seluruh guru yang memanfaatkan teknologi pembelajaran. Menurut kepala sekolah, guru di SoU sudah banyak yang menerapkan teknologi sebagai media pembelajaran. Seperti, memberikan soal 47 Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung 48 Ibid 49 Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung 50 Hasil Wawancara dengan Widya, Konsultan Sekolah, pada hari Selasa, 22 November 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Konsultan School Of Universe Parung 83 melalui internet, sebagainya. 51 mengumpulkan tugas melalui internet, dan Guru pun menyatakan sering membuat power point dalam proses pembelajaran.52 Hanya menurut beberapa siswa, power point yang dibuat guru tidak jelas dan tidak dipahami.53 Terdapat ketimpangan antara pendapat kepala sekolah dengan guru, dimana guru belum menerapkan teknologi sebagai media belajar. Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran di kelas, sebagian besar guru melaksanakan penilaian hasil belajar dan mengadakan perbaikan terhadap hasil belajar. Hanya hasil kerja yang diperoleh tidak dikembalikan lagi kepada siswa sehingga siswa tidak mengetahui letak kesalahannya dalam mengerjakan tugas. Dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. SoU melaksanakan tallents mapping (pemetaan bakat), dimana guru hanya mengarahkan siswa untuk mengikuti kegiatan berdasarkan hasil tallents mapping.54 Menurut siswa, guru selalu mengarahkan siswa untuk mengerjakan project bisnisnya.55 Kepala sekolah menyatakan guru tidak hanya mengarahkan siswa dalam penentuan minat bakat tetapi juga menyiapkan tempat untuk mereka mengembangkan potensinya.56 Dalam hal ini persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru dirasa sudah cukup namun belum optimal. Guru masih memerlukan pembinaan kompetensi pedagogik secara terus menerus. Hal tersebut juga dirasakan oleh guru yang masih memerlukan 51 Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung 52 Hasil Wawancara dengan Fahmi Salim, Guru Mata Pelajaran IPA, pada hari Senin, 16 Januari 2017 pukul 12.30 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung 53 Hasil Wawancara dengan M.A.Islam Imam, Siswa SM kelas 2, pada hari Senin, 6 Maret 2017 pukul 09.30 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung 54 Hasil Wawancara dengan Fahmi Salim, Guru Mata Pelajaran IPA, pada hari Senin, 16 Januari 2017 pukul 12.30 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung 55 Hasil Wawancara dengan Khaila Zahra, Siswa SM kelas 2, pada hari Senin, 6 Maret 2017 di Ruang Kelas School Of Universe Parung 56 Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung 84 pembinaan secara berkala agar selalu ada yang mengingatkan jika dalam pelaksanaan pembelajaran guru masih merasa kesulitan. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian tentang pembinaan kompetensi pedagogik guru di School of Universe Parung, peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pembinaan Kompetensi Pedagogik guru di School of Universe dilaksanakan melalui rapat level, rapat konsultan, pelatihan kelas, supervisi kepala sekolah, coaching clinic dan pertemuan pribadi. a. Rapat Level merupakan pertemuan antara para guru dengan kepala sekolah yang membicarakan segala hal yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan. Sehingga membantu dalam mengelola job description guru yang sangat banyak. b. Rapat Konsultan merupakan pertemuan antara guru dengan konsultan yang membahas kegiatan pembelajaran dikelas. Dimana konsultan membantu fasilitator dalam menggunakan metode yang menarik, mengajarkan pembuatan bahan ajar, mengembangkan current plan dan sebagainya. Sehingga, guru dapat berkonsultasi dengan seorang ahli pembelajaran. c. Pelatihan Kelas diisi oleh para trainer dari program training effair. Pelatihan ini terdiri dari dua jenis yakni, a)pelatihan bahasa ibu adalah program pembinaan yang mengajarkan guru cara berinteraksi menggunakan bahasa yang baik dengan siswa, menggunakan intonasi suara yang sesuai dan sebagainya serta b) Student Handling adalah program pembinaan yang mengajarkan guru untuk dapat mengkondisikan kelas, memahami karakteristik siswa, menciptakan keakraban dengan siswa dan sebagainya. 85 86 d. Supervisi Kepala Sekolah merupakan kegiatan pembinaan yang dilakukan kepala sekolah pada saat sedang mengajar di kelas, berupa pemantauan KBM. e. Coaching Clinic adalah Pembinaan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan guru berdasarkan hasil supervisi kepala sekolah terdiri dari coaching secara, a) individual yaitu pelatihan guru secara individu dan b) coaching bersama yaitu pelatihan khusus yang diberikan kepada beberapa guru dengan kebutuhan materi yang sama. f. Pertemuan Pribadi yaitu pertemuan antara kepala sekolah dengan satu orang guru yang ingin menyampaikan keluhan atau kesulitan terkait proses pembelajaran. Berbagai pembinaan kompetensi pedagogic yang dilakukan pihak sekolah sering mengalami hambatan dan terputus akibat seringnya pergantian guru. Masa kontrak yang hanya 2 tahun menyebabkan sekolah harus melakukan pembinaan ulang bagi guru baru. 2. Pembinaan kompetensi pedagogik guru di School of Universe Parung sudah cukup baik. Hal ini didasarkan dari adanya pelaksanaan supervisi pembelajaran yakni kunjungan kelas, observasi kelas maupun pembinaan langsung kepada para guru yang dilaksanakan oleh Kepala Sekolah, konsultan dan program training effair secara berkala. Dampak dari pembinaan tersebut juga dirasakan oleh peserta didik sehingga mereka menilai guru telah melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis B. Saran Bertitik tolak dari temuan penelitian, terdapat beberapa saran yang dapat dipertimbangkan pedagogik guru yaitu: 1. Bagi Kepala Sekolah dalam meningkatkan pembinaan kompetensi 87 Hendaknya Kepala Sekolah mengambil peran penting dalam setiap pembinaan. Mengingat tanggung jawab kepala sekolah sebagai supervisor. Alangkah lebih baik, guru disediakan majalah atau artikel yang berhubungan dengan pengelolaan anak, mengelola pembelajaran dan halhal yang berhubungan dengan kompetensi pedagogik. Sehingga, para guru dapat membaca artikel atau majalah tersebut untuk memperluas wawasan. Selain itu, kepala sekolah perlu memantau guru yang hadir dalam pelaksanaan pembinaan tiap pekan agar semua guru mendapatkan wawasan kompetensi pembelajaran yang sama. 2. Bagi Guru Hendaknya guru perlu mengikuti semua pembinaan yang diberikan oleh sekolah. Selain itu, guru perlu mengembangkan dirinya untuk mengikuti pelatihan, workshop, seminar yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik agar dapat terampil mengelola kelas dan memahami karakteristik siswa. Guru pun perlu membaca artikel terkait pengembangan peserta didik dalam jenjang usia serta mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan remaja sehingga guru mudah memasuki dunia peserta didik. 3. Bagi yayasan Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan, dalam perekrutan guru, lebih baik sekolah langsung merekrut guru yang berlatar belakang pendidikan agar memudahkan pihak sekolah untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki guru. Apabila merekrut guru yang berlatar belakang non kependidikan, sebaiknya tidak diadakan masa kontrak 2 tahun bagi guru karena pembinaan guru harus dilaksanakan secara berkelanjutan dan optimal. Selain itu, guru merupakan jabatan profesional yang memerlukan keahlian khusus dalam mengajar dan memahami peserta didik. DAFTAR PUSTAKA Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang Dasar, Fungsi dan Tujuan Peraturan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru. Jakarta: Prenada Media Group, 2011. http://muchsinal-mancaki.blogspot.co.id/2014/02/guru-mismatch.html. diunduh pada tanggal 9 September pukul 20.50 http://www.pikiran-rakyat.com/opini/2016/05/04/kualitas-guru-kita-368286. Jumat, 9 September 2016. Pukul 21.01 Asosiasi Program Studi Manajemen/Administrasi Pendidikan Indonesia. PROSIDING. Surabaya: DwiPutra Pustaka Jaya, 2015 Sutrisno, Edy. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prenada Group, 2011. Ramayulis. Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia, 2013. Rusman. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012. Saudagar, Fachruddin dan Ali Idrus. Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta: Gaung Persada, 2011. R. Payong, Marselus. Sertifikasi Profesi Guru. Jakarta: PT. Indeks, 2011. Sagala, H. Syaiful. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta, 2013. Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012. 88 89 Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana, 2007. Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012. Yaumi, Muhammad. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group, 2009. Satori, Djam’an. Profesi Keguruan. Tangsel: Universitas Terbuka, 2014. Barudin. Manajemen Peserta Didik. Jakarta: PT. Indeks, 2014. Kosasi, Raflis dan Soetjipto. Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004. Gunawan, Rudy. Pengembangan Kompetensi Guru IPS. Bandung: Alfabeta, 2014. Supardi. Profesi Keguruan. Jakarta: DIADIT MEDIA, 2009. Dradjat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, Imron, Ali. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya, 1995. http://xerma.blogspot.co.id/2014/05/pengertian-fungsi-pembinaan-menurut.html, diunduh pada tanggal 18 September 2016, pukul 21.23 WIB Mangkunegara, Anwar Prabu. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Refika Aditama, 2006. Panggabean, Mutiara S. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia, 2004. H. Malayu. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012. Sudjana, Djuju. Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Nusantara Pers, 1992. Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011. 90 Syukur, Fatah. Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan. Semarang: PT. Pustakan Rizki Putra, 2012 Ahmadi, Iif Khoiru. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011. Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group, 2008. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009. Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group, 2011. Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010. Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: ArRuzz Media, 2010. Suhendi dkk. Belajar Bersama Alam. Bogor : SoU Publisher, 2012. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013. Syaifurrahman, Manajemen dalam Pembelajaran. Jakarta : PT. Indeks, 2013