Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru pada

advertisement
Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru pada Sekolah
Alam studi di School Of Universe Parung
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Azka Zakiah
NIM : 1112018200044
JURUSAN MANAJEMENPENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
ABSTRAK
Azka Zakiah (NIM : 1112018200044). Pembinaan Kompetensi Pedagogik
Guru di School Of Universe Parung 2016/2017. Skripsi, Jakarta : Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembinaan kompetensi
pedagogik guru yang dilakukan kepala sekolah berdasarkan program pembinaan
dan pelatihan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Untuk
pengumpulan data, digunakan teknik wawancara, studi dokumen dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan kompetensi pedagogik
guru berjalan cukup efektif. Hal tersebut ditinjau dari pembinaan yang dilakukan
kepala sekolah bersama dengan konsultan dan program training effair. Namun,
seringnya pergantian guru akibat sistem perekrutan yang menggunakan masa
kontrak 2 tahun, menjadikan hasil pembinaan yang telah dilaksanakan oleh pihak
sekolah terhadap guru yang diharapkan memperpanjang masa kontraknya menjadi
tak berlanjut sehingga pihak sekolah harus melaksanakan pembinaan ulang bagi
guru baru. Selain itu, siswa selalu beradaptasi dengan guru baru ditengah
perjalanan pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan sekolah tidak
mengadakan masa kontrak bagi guru sehingga sekolah tidak perlu melakukan
pembinaan secara berulang-ulang bagi guru baru. Selain itu, kepala sekolah perlu
menyediakan referensi yang memadai yang berkaitan dengan pengelolaan anak,
pengelolaan pembelajaran dan hal-hal yang berhubungan dengan kompetensi
pedagogik agar guru dapat memperluas wawasan di waktu luang.
Kata kunci :Pembinaan, Kompetensi Pedagogik Guru, Sekolah alam
i
ABSTRACT
Azka Zakiah (NIM : 1112018200044). Teacher’s Pedagogic Competence
Founding in Natural School at School Of Universe Parung Bogor
This study aims to investigate the implementation of coaching pedagogical
competence of teachers who held the principal in fostering pedagogical
competence of teachers and pedagogical coaching influence on teachers, which is
viewed by some coaching or training programs conducted by the school. This
research was conducted at the School Of Universe Parung 2016/2017 using
qualitative descriptive method. The data collection techniques in this study using
interview techniques, documentation and observation studies. In addition, the
author refers to the book - a book teacher and coaching that serve as a theoretical
basis to assess efforts principal in fostering pedagogical competence of teachers
and influence the development of the pedagogical competence of teachers in
School Of Universe.
The results showed that teachers pedagogical competence development
programs run quite effectively with all efforts made in the principal nor the
training provided by the training program effair to teachers. It can be seen from
the results of coaching that is felt by the majority of teachers in School Of
Universe. Teacher's ability to manage learning categorized enough. However, the
frequent change of teachers due to teacher recruitment system that uses two-year
contract period, making the result of the construction that has been implemented
by the school teachers who are expected to extend his contract not continue. So
the school should implement the guidance for new teachers. In addition, students
must adapt to new teachers in the mid semester.
It can be concluded that the development of pedagogical competence of
teachers in School Of Universe has been running quite effectively despite the
School Of Universe is not a formal school but a school-based nature. This shows
that the nature of the school are also able to support the successful development of
pedagogic competence of teachers especially in the School Of Universe Parung.
Key Word : Founding, Pegagogic Competence
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang senantiasa selalu penulis
ucapkan sebagai ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat dan
anugrah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
sebagai persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Sebuah
karya yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan
umumnya bagi seluruh pembaca karya ini.
Shalawat dan salam semoga Allah selalu limpahkan kepada junjungan
Muhammad saw yang telah membimbing umatnya menuju kebahagaian dunia dan
akhirat.
Penulis sadar bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak pihak
yang telah memberikan bimbingan serta bantuan baik materil dan moral. Maka
dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syaruf Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan atas
nasehat, arahan dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
3. Drs. Muarif SAM, M. Pd. Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah
meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikirannya dalam membantu,
membimbing dan mendukung penulis sehingga terselesaikan skripsi ini
dengan baik.
4. Henny Narendrany, M. Pd. Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah
meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikirannya dalam membantu,
membimbing dan mendukung penulis sehingga terselesaikan skripsi ini
dengan baik.
iii
5. Donny Prayudi, MBA. Kepala SoU (School Of Universe) yang telah
memberikan izin dan membantu kelancaran penelitian di sekolah
tersebut, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
6. Kedua orang tua tercinta, Abi dan Umiku tersayang yang tidak pernah
lelah mendidik penulis sampai saat ini, yang senantiasa memberikan
do’a, dukungan moril maupun materil, arahan, nasehat dan bimbingan
setiap
saat
tanpa
ada
henti-hentinya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik.
7. Adik-adikku yang terhebat, Zulfa dan Haidar yang menemani
mengerjakan skripsi dan selalu memotivasi penulis untuk segera
menyelesaikan penelitian agar segera sukses, menjadi kakak yang
memberikan tauladan dan bermanfaat untuk banyak orang.
8. Keluarga besar KH. Agus Bakir Badawi yang selalu memberikan
motivasi dan dukungan untuk segera menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
9. Sahabat tersayang (Alprilia yang selalu mensuport, membimbing, dan
mengarahkan dalam kesulitan yang sedang dihadapi , Siti Karisma yang
selalu menemani dalam keadaan apapun, Annisa Nur Utami yang selalu
care dan mensuport untuk menyelesaikan skripsi, Fitriana yang selalu
bijak, dewasa dan mengingatkan untuk segera menyelesaikan skripsi,
Uswatun Hasanah yang selalu curhat dan memberi semangat skripsi, dan
Nada Khoirotunnisa yang selalu menjadi inspirasi untuk menyelesaikan
skripsi). Kalian selalu menjadi bagian dari cerita di masa masa kuliahku
yang nantinya sangat dirindukan. Terima kasih, telah mendewasakan dan
menjadi penguat hingga sampai pada tahap terselesaikannya skripsi ini
dengan baik.
10. Teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan angkatan 2012,
kawan kawan Power Ranger dan MP B yang selalu indah untuk
dikenang, selalu mensupport dan membantu satu sama lain. Kalian
adalah bagian indah dalam hidup yang nantinya sangat dirindukan.
iv
11. Sahabat tersayang Akira Puteri, yang selalu menemani, mendukung,
membantu dan mengingatkan bahwa masa depan masih banyak yang
harus diraih sehingga membantu terselesaikannya skripsi ini dengan baik.
12. Keluarga besar HMI Manajemen Pendidikan, adik-adik dan kakak-kakak
yang selalu menanyakan wisuda sehingga menjadi penyemangat dalam
menyelesaikan skripsi.
13. Keluarga besar HIMABO (Himpunan Mahasiswa Bogor) yang selalu
menanyakan
wisuda
sehingga
menjadi
penyemangat
untuk
menyelesaikan skripsi.
14. Seluruh guru Sekolah Menengah School Of Universe, yang mau berbagi
cerita mengenai pembinaan di sekolah tersebut sehingga membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga seluruh
kebaikan, jasa dan do’a yang telah diberikan kepada penulis menjadi
pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat
kelak.
Penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan, saran yang
baik sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca sekalian. Amiiinn
Ciputat, 22 Maret 2017
Hormat saya,
Penulis
Azka Zakiah
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
UJI REFERENSI
ABSTRAK .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ............................................................. v
DAFTAR ISI.................................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 8
C. Pembatasan Masalah........................................................................ ........ 9
D. Rumusan Masalah .................................................................................... 9
E.
Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9
F.
Manfaat Penelitian .................................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kompetensi Pedagogik Guru ..................................................................... 11
1. Pengertian Kompetensi Pedagogik Guru ............................................. 11
2. Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik Guru .................................... 15
3. Urgensi Kompetensi Pedagogik Guru ................................................ 25
B. Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru .................................................. 26
1. Pengertian Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru .......................... 26
2. Tujuan Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru ................................ 28
vi
3. Metode Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru ............................... 29
4. Strategi Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru ............................... 31
C. Peran Kepala Sekolah dalam Pembinaan Kompetensi Pedagogik.........…. 37
D. Penelitian yang Relevan ............................................................................. 39
E. Kerangka Berfikir ...................................................................................... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 43
B. Metodologi Penelitian ................................................................................ 44
C. Teknik Penentuan Informan ...................................................................... 44
D. Sumber data .............................................................................................. 45
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 46
F. Kisi – Kisi Instrumen ................................................................................. 47
G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ........................................ 49
H. Teknik Analisis Data ................................................................................. 50
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum dan Deskripsi Unit Penelitian ....................................... 52
1. Profil School Of Universe ................................................................... 52
2. Visi, Misi dan Tujuan School Of Universe ......................................... 53
3. Keadaan Guru School Of Universe ...................................................... 55
4. Keadaan Siswa School Of Universe .................................................... 56
5. Kurikulum School Of Universe ............................................................ 57
6. Kegiatan Pembelajaran di School Of Universe .................................... 61
B. Pembinaan Kompetensi Pedagogik di School Of Universe ...................... 63
1. Kegiatan Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru ............................. 64
2. Hasil Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru ................................... 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 85
B. Saran ......................................................................................................... 87
vii
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 88
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................................... 94
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 43
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Pembinaan Kompetensi
Pedagogik Guru pada Sekolah Alam ..................................................... 47
Tabel 3.3
Daftar Ceklist Studi Dokumentasi ......................................................... 48
Tabel 4.1
Jumlah Guru School of Universe Parung ............................................... 55
Tabel 4.2
Jumlah Siswa School of Universe Parung............................................... 56
Tabel 4.3
Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru di School of Universe Parung. 75
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Wawancara Kepala Sekolah
Lampiran 2 Hasil Wawancara Kepala Program Training Effair
Lampiran 3 Hasil Wawancara Konsultan Sekolah
Lampiran 4 Hasil Wawancara Guru
Lampiran 5 Hasil Wawancara Guru
Lampiran 6 Hasil Wawancara Guru
Lampiran 7 Hasil Wawancara Siswa
Lampiran 8 Hasil Wawancara Siswa
Lampiran 9 Kisi-Kisi Instrumen Angket Siswa
Lampiran 10 Angket Siswa
Lampiran 11 Pedoman Observasi
Lampiran 12 Profil SoU
Lampiran 13 Job Description Fasilitator
Lampiran 14 Format Activity Plan
Lampiran 15 Instrumen Supervisi Fasilitator
Lampiran 16 Daftar Hadir Peserta Pembinaan
Lampiran 17 Penilaian Fasilitator
Lampiran 18 Lembar Uji Referensi
Lampiran 19 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 20 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 21 Surat Keterangan Peneliti 1an
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu negara
menjadi negara maju dan mampu mengatasi permasalahan yang timbul
adalah kualitas pendidikan. Pendidikan yang berkualitas akan mencetak
sumber daya manusia yang berkualitas pula. Sebagaimana disebutkan
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003, bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”1
Dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, seluruh
komponen pendidikan sangat berpengaruh diantaranya, guru, kurikulum,
sumber belajar, iklim, sarana dan prasarana, siswa serta kebijakan
pemerintah. Dari beberapa komponen tersebut, guru merupakan komponen
paling utama karena di tangan gurulah komponen-komponen lainnya dapat
menjadi sesuatu yang bermakna.
Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan. Tidak ada
kualitas pendidikan tanpa kualitas guru. Guru adalah sosok motivator dan
mediator bagi siswa untuk dapat belajar secara efektif dan efisien. Bahkan
peran guru sangat menentukan suatu mata pelajaran disukai atau tidak
disukai oleh siswanya. Guru adalah pihak yang dapat membawa siswanya
untuk terlibat secara aktif, baik dalam berfikir maupun dalam beraktifitas.
1
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang Dasar,
Fungsi dan Tujuan
1
2
Guru tersebut akan bisa membelajarkan siswa secara optimal. Sebaliknya
guru yang hanya berperan sebagai penyampai informasi kepada siswa,
tidak akan bisa mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan tidak akan
bisa menjadikan siswa sebagai pemecah masalah dalam kehidupan.
Pendidikan sangat identik dengan kegiatan belajar mengajar dan
segala aspek yang mempengaruhinya. Guru sebagai pelaku utama dalam
proses pembelajaran harus mampu menciptakan suasana belajar yang
menarik, menyenangkan dan dinamis guna mencapai tujuan dan hasil
pembelajaran yang memuaskan. Kemampuan siswa dalam memahami
materi yang disajikan tergantung pada kemampuan dan kompetensi guru
dalam mengelola pembelajaran. Diperlukan strategi, metode serta media
yang terarah dengan baik. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki
kompetensi
dan
kualifikasi
keguruan.
Berdasarkan
Peraturan
Permendiknas (PP) No. 16/2007, dinyatakan bahwa: “Kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional..”2
Hanya para guru yang mempunyai tingkat kompetensi memadai
yang diyakini dapat memberikan bimbingan pendidikan dan pembelajaran
untuk anak didiknya. Hal ini karena kemampuan atau kompetensi yang
dimiliki oleh guru merupakan bekal proses yang paling utama. Jika
kompetensi guru rendah, maka guru akan mencetak generasi yang bermutu
rendah pula. Generasi tersebut tidak akan mampu bersaing ditengah
derasnya perubahan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan hanya akan
menjadi beban sosial bagi masyarakat dan negeri. Kompetensi inilah yang
meningkatkan derajat guru agar menjadi profesi. Rasulullah SAW
memberi peringatan dalam sebuah hadits riwayat Bukhari,
َ‫إِ َذا ُو ِس َد األَ ْم ُر إلى َغي ِْر أَ ْهلِ ِه فَا ْنت َِظ ِر السَّا َعة‬
2
Peraturan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru
3
“Ketika suatu perkara (pekerjaan) tidak diserahkan kepada ahlinya,
maka tunggulah kehancuran.”3
Hadits tersebut menegaskan bahwa jika peserta didik tidak diajar
oleh ahlinya maka akan terjadi kehancuran. Dalam UU Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 dijelaskan bahwa, guru adalah
pendidik
profesional
dengan
tugas
utama
mendidik,
mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar dan
menengah.4 Oleh karena itu, jelaslah bahwa guru dituntut untuk mengajar
secara profesional.
Masalah guru merupakan topik yang tidak ada habis-habisnya
dipermasalahkan atau diperbincangkan. Mulai dari sistem pengangkatan
guru yang tidak berdasarkan kebutuhan sekolah atau tidak sesuai dengan
kualifikasi akademik dan kompetensi keguruan, tidak meratanya jumlah
guru di tiap wilayah terutama daerah terpencil, pengembangan kompetensi
dan karir yang tidak berjalan sesuai tujuan, serta hak guru yang tidak
diterima
sesuai
dengan
waktu
yang
ditentukan.
Hal
tersebut
mengakibatkan tidak terjaminnya kesejahteraan guru sehingga guru
memiliki pekerjaan sampingan dan guru sering merangkap pekerjaan.
Sementara tuntutan masyarakat terhadap profesi guru semakin meningkat.
Hal tersebut tidak diimbangi dengan pembinaan dan tunjangan yang
diharapkan.
Rendahnya kualifikasi akademik dan kompetensi guru terjadi
hampir di semua wilayah Indonesia. Data Ditjen PMPTK Depdiknas, lebih
sepertiga dari 2,6 juta guru di Indonesia tidak layak mengajar
karena mismatch, kualifikasi dan kompetensinya tidak mencukupi untuk
mengajar. Bukti menunjukkan bahwa guru di Indonesia banyak yang
belum profesional. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya guru yang belum
3
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), h.
4
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
3
4
memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D4 dan belum memiliki sertifikat
pendidik hingga tahun 2015. Data Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan tahun 2015 menunjukkan sebesar 27,5% guru belum
berperndidikan S1 atau D4. Sementara itu sebesar 40% guru belum
memiliki sertifikat pendidik.
Fakta di lapangan menunjukkan, rata-rata guru TK dan SD
berpendidikan D-II, bahkan masih ditemukan guru TK dan SD yang hanya
lulusan SMA atau SMK. Tidak sedikit guru SMP dan SMA/K yang
berpendidikan D-I, D-II, PGSLP, PGSLA, sarjana muda dan D-III.5
Selain itu, guru yang memiliki kualifikasi yang tinggi pun tidak
akan mencapai hasil maksimal apabila tidak didukung dengan penguasaan
kompetensi
pedagogik.
Berdasarkan
hasil
uji
kompetensi
guru,
kemampuan kompetensi pedagogik guru masih relatif rendah yakni 56,59
% masih perlu usaha-usaha keras untuk meningkatkan kemampuan ini,
terutama di beberapa perguruan tinggi yang mencetak guru. Kemampuan
pedagogik merupakan kompetensi yang penting dimiliki oleh guru, bahkan
mata kuliah pedagogik dapat ditawarkan sebagai mata kuliah pilihan di
beberapa perguruan tinggi non LPTK , mengingat kemampuan dan
pengetahuan pedagogik diperlukan di semua proses pendidikan, bukan
hanya di sekolah.6
Data-data tersebut menunjukkan bahwa, kualitas guru di Indonesia
masih sangat rendah. Mulai dari rendahnya kualifikasi akademik guru
yang secara tidak langsung berhubungan dengan kompetensi guru. Dapat
dibayangkan jika guru tidak menempatkan tugas sebagaimana mestinya,
bangsa dan negara ini akan tertinggal dalam kemajuan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi yang kian waktu tidak terbendung lagi perkembangannya.
5
http://muchsinal-mancaki.blogspot.co.id/2014/02/guru-mismatch.html. diunduh pada
tanggal 9 September pukul 20.50
6
http://www.pikiran-rakyat.com/opini/2016/05/04/kualitas-guru-kita-368286. Jumat, 9
September 2016. Pukul 21.01
5
Ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK), baik sebagai substansi materi
ajar maupun piranti penyelenggaraan pembelajaran, terus berkembang.
Dinamika
ini
menuntut
guru
menyesuaikan kompetensinya
untuk
selalu
agar mampu
meningkatkan
dan
mengembangkan
dan
menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan menggunakan berbagai
pendekatan, metode dan tekhnologi pembelajaran terkini. Hanya dengan
cara itu guru mampu menyelenggarakan pembelajaran yang berhasil
mengantarkan peserta didik memasuki dunia kehidupan sesuai dengan
kebutuhan dan tantangan pada zamannya.
Tak jarang sekolah yang menuntut guru agar profesional tapi tidak
diimbangi dengan pendidikan dan pelatihan yang memadai. Seolah guru
harus belajar sendiri sementara waktu guru terbatas. Dan pihak pemerintah
hanya
membuat
kebijakan
tetapi
ketika
pelaksanaan
tidak
dipertimbangkan bagaimana kondisi sekolah. Akibatnya, adanya ketidak
seimbangan dalam penerapan kebijakan dan supervisi antara sekolah yang
satu dengan yang lain. Sehingga, pembinaan guru sering tidak terlaksana
secara merata. Guru hanya belajar sendiri tanpa bantuan dari pihak sekolah
maupun pemerintah. Namun, tidak semua guru memiliki inisiatif dan
kreatiftas
dalam
mengembangkan
dirinya.
Akibatnya,
pendidikan
Indonesia mengalami keterpurukan karena aspek pedagogik guru tidak
terpenuhi.
Masalah tersebut juga dirasakan oleh School Of Universe yang
relatif mengalaminya. Menurut Kepala Sekolah, kompetensi pedagogik
yang dimiliki guru sudah baik, hal tersebut dibantu oleh pembinaan yang
dilaksanakan oleh sekolah.7 Namun, salah satu guru menyatakan jarang
mengikuti pelatihan karena tugasnya yang menumpuk.8 Berdasarkan
wawancara dengan guru dapat diketahui bahwa pembinaan guru sering
7
Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari Jum’at,
12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung
8
Hasil wawancara dengan Didin Rohidin, Guru Mata Pelajaran IPS, pada hari Kamis,
17 November 2016 pukul 09.32 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung
6
terlaksana secara tidak merata. School Of Universe adalah salah satu
lembaga pendidikan berbasis alam yang terletak di Parung, Bogor. Yang
mengemban visi, “Mendampingi setiap anak manusia untuk menjadi
pemimpin di muka bumi dan memberi rahmat bagi sekalian alam, dan bagi
mereka yang mau berpikir alam semesta adalah sumber pelajaran tanpa
batas.”9 Di School Of Universe peserta didik dilatih untuk dapat membaca
semesta dengan cara yang utuh dan menyeluruh.
Pada seluruh tingkat pendidikan, kurikulum dan penjenjangan
proses pembelajaran bersifat luwes, senantiasa disesuaikan dengan
perkembangan kejiwaan dan keunikan bakat tiap siswa. Maka, untuk
mencapai visi tersebut harus ada strategi untuk meningkatkan kompetensi
pedagogik guru. Salah satu strategi School Of Universe adalah dengan
adanya kurikulum pelatihan. School Of Universe memiliki program khusus
bernama training effair dibawah departemen research and development
yang menangani pelatihan-pelatihan guru.10 Kurikulum pelatihan tersebut
mengacu pada kurikulum School Of Universe yaitu leadership, bisnis,
logika dan akhlak.11
Kepala sekolah menindaklanjuti hasil pelatihan yang diikuti oleh
guru dengan melakukan supervisi. Jika guru tersebut belum dapat
menguasai kelas, maka akan dijadwalkan khusus untuk pelatihan student
handling. Pembinaan tersebut diberikan sesuai dengan kebutuhan guru.12
Contohnya, ibu Dian dipanggil oleh kepala sekolah dan dijadwalkan untuk
mengikuti pelatihan student handling karena mengalami kesulitan ketika
pertama kali mengajar. Pelatihan yang diberikan sangat membantu ibu
9
Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari
Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung
10
Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari Jum’at,
12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung
11
Hasil wawancara dengan Hans, Kepala Program Training Effair, pada hari Jum’at, 12
Februari 2017 pukul 12.30 WIB Ruang Yayasan School Of Universe Parung
12
Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari
Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung
7
Dian ketika mengajar selanjutnya.13 Namun, tetap saja terdapat beberapa
kesulitan yang dihadapi sekolah. Karena sekolah tidak membatasi calon
guru yang akan mengajar. Pengajar di SOU rata-rata bukan merupakan
lulusan
kependidikan.
Beberapa
diantaranya,
merupakan
lulusan
komunikasi, syariah, dan fisika murni. Hal tersebut mempersulit guru
dalam memahami siswa dan menerapkan cara mengajar yang sesuai
dengan kebutuhan siswa. Terlebih kurikulum sekolah alam student
centered, maka siswa lebih dominan dibandingkan guru.
14
Pada saat
pelatihan, kesulitan yang sering ditanyakan guru adalah bagaimana
menangani karakteristik siswa yang beragam.15
Selain itu, kebijakan sekolah yang merekrut guru hanya dua tahun
masa kontrak kerja menjadi kesulitan bagi sekolah. Kebijakan ini
ditetapkan untuk mendapatkan guru tetap yang kompeten dalam bekerja.
Pergantian guru yang sering mengakibatkan sekolah harus melakukan
pembinaan awal bagi guru baru. Sementara guru lama yang sudah di
training dan diharapkan bisa bertahan lebih dari dua tahun tidak bertahan.
Dari penjelasan tersebut, dapat dijelaskan bahwa guru harus
memiliki kompetensi yang baik dalam menjalankan tugasnya. Salah satu
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi keguruan adalah
melakukan pelatihan berkelanjutan bagi guru, baik yang dilakukan oleh
pemerintah, sekolah maupun diri sendiri. Dalam hal ini, School Of
Universe yang memiliki sekolah menengah dengan jenjang hanya 4 tahun
masa belajar menuntut guru untuk lebih cepat memahami kondisi dan
bakat siswa. Terlebih kondisi pergantian guru yang sering. Oleh karena
itu, sangat penting bagi sekolah memberikan pembinaan secara
13
Hasil wawancara dengan Dian, Guru Mata Pelajaran Elektro, pada hari Kamis, 17
November 2016 pukul 11.18 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung
14
Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari
Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung
15
Hasil wawancara dengan Hans, Kepala Program Training Effair, pada hari Jum’at, 12
Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung
8
berkelanjutan dan optimal bagi guru untuk menguasai kompetensi
pedagogik.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, penulis tertarik
untuk meneliti bagaimana sekolah memberikan pembinaan kompetensi
pedagogik terhadap guru yang dituangkan dalam bentuk skripsi yang
berjudul “Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Sekolah Alam di
School Of Universe Parung.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan,
maka permasalahan penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Guru yang mengajar di SOU bukan merupakan lulusan kependidikan
sehingga sangat dimungkinkan guru tidak memiliki kompetensi
pedagogik
2. Guru di SOU tidak hanya sebagai fasilitator di kelas, melainkan juga
sebagai fasilitator magang sehingga tugasnya berat
3. Guru di SOU diarahkan untuk memiliki pekerjaan sampingan, hal ini
akan mengganggu profesinya sebagai guru.
4. Sering terjadi pergantian guru setiap dua tahun sekali, sehingga
menyulitkan siswa untuk beradaptasi dengan guru baru
5. Di dalam bidang kepegawaian, guru disamakan dengan karyawan
perusahaan dengan masa kontrak. SOU menerapkan sistem masa
kontrak selama dua tahun, sehingga pembinaan guru menjadi kurang
efektif.
6. Sering terjadi pergantian guru setiap dua tahun, mengakibatkan
sekolah harus melakukan pembinaan kompetensi ulang.
9
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan dalam identifikasi
masalah di atas diperlukan pembatasan masalah agar penelitian ini dapat
dilaksanakan dengan mudah, terarah, tidak meluas dan mendapatkan hasil
sesuai dengan yang diinginkan. Maka untuk menentukan fokus penelitian,
penulis hanya meneliti mengenai pembinaan kompetensi pedagogik guru
yang dilakukan oleh Kepala Sekolah Menengah SOU Parung. Kompetensi
pedagogic
guru
merupakan
kemampuan
guru
dalam
mengelola
pembelajaran dan memahami karakteristik peserta didik.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan diatas, maka
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Upaya apa saja yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam membina
kompetensi pedagogik guru di School Of Universe?
2. Bagaimana hasil pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam
meningkatkan kompetensi pedagogik guru di School Of Universe?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, dapat diketahui tujuan penelitian yaitu:
1. Mendeskripsikan upaya kepala sekolah dalam melakukan pembinaan
kompetensi pedagogik guru di School Of Universe Parung
2. Mengetahui hasil yang dicapai melalui pembinaan kompetensi
pedagogik guru yang dilakukan School Of Universe Parung
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
memberikan bahan masukan dalam mengimplementasikan kegiatan
pembinaan
kompetensi
pedagogik
guru
sehingga
memberikan
10
pengaruh pada kinerja mengajar guru agar dapat mencetak siswa yang
berakhlak, berpikir kritis, berjiwa bisnis dan memiliki jiwa
kepemimpinan.
2. Bagi yayasan, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam
membuat kebijakan tentang pembinaan kompetensi pedagogik guru
agar dapat memaksimalkan program pembinaan kompetensi guru.
3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah
wawasan dan acuan pustaka sebagai referensi untuk peneliti lain dalam
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pembinaan kompetensi
pedagogik.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kompetensi Pedagogik Guru
Guru merupakan profesi atau jabatan yang memerlukan kualifikasi
akademik dan kompetensi keguruan. Dalam permendiknas no 16 tahun
2007 dinyatakan bahwa, “Kompetensi keguruan meliputi kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi
tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.”1 Keberhasilan guru dalam
menjalankan profesinya sangat ditentukan oleh keempat kompetensi
tersebut dengan penekanan pada kemampuan mengajar. Oleh karena itu,
dalam pembahasan ini akan dibatasi pada kompetensi pedagogik guru.
1.
Pengertian Kompetensi Pedagogik Guru
Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari
bahasa Inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan.2
Adapun secara etimologi, “kompetensi diartikan sebagai dimensi
perilaku keahlian atau keunggulan seorang pemimpin atau staf yang
mempunyai keterampilan, pengetahuan dan perilaku yang baik.”3
Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1,
ayat 10 menyatakan bahwa “Kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati
dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.”4
mengatakan
1
Sedangkan
bahwa,
Pusat
“kompetensi
Kurikulum
merupakan
Depdiknas
pengetahuan,
Permendiknas no. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru
2
Jejen Musfah. Peningkatan Kompetensi Guru. (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 3.
Edy Sutrisno. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Prenada Group, 2011), h. 202.
4
Undang-Undang No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
3
11
12
keterampilan dan nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus.” Definisi
tersebut mengandung makna bahwa guru yang memiliki kompetensi
akan menjalankan tugas keprofesionalan dengan konsisten dan
berkualitas.
Menurut Lefranciois, “kompetensi merupakan kapasitas untuk
melakukan sesuatu, yang dihasilkan dari proses belajar.”5 Dalam
proses belajar, individu akan mengalami perubahan sesuai dengan
kualitas belajar yang didapatkan. Proses dari pembelajaran ini akan
menghasilkan individu melakukan suatu pekerjaan tertentu.
Menurut Rusman, “kompetensi merupakan perilaku rasional untuk
mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
dipersyaratkan. Dengan kata lain, kompetensi dapat dipahami sebagai
kecakapan atau kemampuan. Artinya, kompetensi guru merupakan
kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban
secara bertanggung jawab dan layak.”6 Sehingga guru menjadi sebuah
pekerjaan yang profesional.
Mulyasa menyatakan bahwa, “kompetensi guru merupakan
perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial
dan spiritual yang secara kafah membentuk kompetensi standar profesi
guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta
didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan
profesionalis.” 7
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan, maka dapat
dijelaskan bahwa kompetensi adalah suatu keahlian atau kemampuan
5
Ramayulis. Profesi dan Etika Keguruan. (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 53
Rusman. Model-Model Pembelajaran. (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012), h. 70
7
Jejen Musfah. Peningkatan Kompetensi Guru. (Jakarta: Prenada Media Group, 2011). h. 27.
6
13
yang harus dimiliki seseorang untuk mencapai tujuan pendidikan
dengan persyaratan yang sudah ditentukan.
Secara umum istilah “pedagogik (pedagogi) dapat diberi makna
sebagai ilmu dan seni mengajar anak-anak.”8 Sedangkan “pedagogis
secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, paedos dan agogos
(paedos = anak dan agoge = mengantar atau membimbing).”
9
Fachruddin menyimpulkan bahwa pedagogik adalah ilmu tentang
pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas pada interaksi
edukatif antara pendidik dengan siswa.10
Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld, “pedagogik adalah ilmu yang
mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu
supaya ia kelak mampu secara mandiri menyelesaikan tugas
hidupnya.”11 Dari beberapa definisi tersebut, diketahui bahwa
pedagogik adalah ilmu pendidikan anak.
Menurut Ramayulis, “kompetensi pedagogic adalah kemampuan
pemahaman
tentang
penyelenggaraan
“kompetensi
peserta
didik
secara
pembelajaran
yang
mendidik.”12
pedagogik
menurut
Fachruddin
mendalam
adalah
dan
Sedangkan
sejumlah
kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengajar
siswa.”13 Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang tenaga
pengajar dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dengan peserta
didik. Artinya, kompetensi pedagogik berkaitan dengan kemampuan
guru dalam berinteraksi dengan siswa di kelas.
8
Fachruddin dan Ali. Pengembangan Profesionalitas Guru. (Jakarta: Gaung Persada, 2011),
h. 33
9
Marselus R. Payong. Sertifikasi Profesi Guru. (Jakarta: PT. Indeks, 2011), h. 28
Fachruddin dan Ali, Op. cit, h. 33
11
Uyoh Sadulloh, Pedagogik. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2009), h. 3
12
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan. (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 90
13
Ibid, h. 33
10
14
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, yang dimaksud
dengan kompetensi pedagogik adalah:
Kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a)
pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, (b) pemahaman
tentang peserta didik, (c) pengembangan kurikulum/silabus, (d)
perancangan pembelajaran, (e) pelaksanaan pembelajaran yang
mendidik dan dialogis, (f) evaluasi hasil belajar dan (g)
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.14
Sejalan dengan pengertian tersebut, kompetensi pedagogik juga
diartikan dengan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran
peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Kemampuan menguasai bahan pelajaran yang disajikan
Kemampuan mengelola program belajar mengajar
Kemampuan mengelola kelas
Kemampuan menggunakan media/sumber belajar
Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan
Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar
Kemampuan menilai prestasi peserta didik untuk kependidikan
pengajaran
h) Kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan
bimbingan dan penyuluhan
i) Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah
j) Kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasilhasil penelitian pendidikan guna keperluan belajar.15
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan, maka dapat
dipahami bahwa kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan guru
yang berkaitan dengan 3 aspek yang meliputi; aspek pemahaman
(pemahaman peserta didik dan pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan), aspek pembelajaran (perancangan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis dan evaluasi
hasil
14
belajar)
dan
aspek
pengembangan
(pengembangan
Jejen Musfah. Peningkatan Kompetensi Guru. (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 31
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 31
15
15
kurikulum/silabus dan pengembangan peserta didik) agar guru dapat
mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.
2. Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik guru menjadi perhatian kepala
sekolah, pemerintah dan guru itu sendiri. Kepala sekolah memiliki
kepentingan terhadap kompetensi pedagogik karena kepala sekolah
adalah seorang pemimpin yang harus memastikan guru-guru nya
memiliki kompetensi pedagogik yang memadai. Sehingga dia yakin
bahwa lembaga pendidikan dapat mencapai tujuan pendidikan secara
optimal. Pemerintah harus mampu menjamin tercapainya tujuan
pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional dapat tercapai
dengan optimal jika guru memiliki kompetensi pedagogik. Guru harus
memiliki peran khusus dalam kompetensi pedagogik karena tugas guru
adalah mengajar. Kompetensi pedagogik menjadi jaminan bagi guru
untuk orangtua maupun siswa dalam mencetak generasi berkualitas.
Adapun ruang lingkup kompetensi pedagogik guru meliputi:
a. Perancangan Pembelajaran
Menurut Naegie sebagaimana dikutip Jejen Musfah, “Salah
satu ciri guru efektif mengatur kelas mereka dengan prosedur dan
mereka menyiapkannya. Di hari pertama masuk kelas, mereka
telah memikirkan apa yang ingin siswa lakukan dan bagaimana hal
itu harus dilakukan.”16 Jadi, sebelum guru datang ke kelas, guru
menyiapkan atau membuat rencana atau rancangan yang jelas agar
apa yang dilaksanakan berjalan dengan efektif. Dalam hal ini guru
mengetahui apa yang akan diajarkannya pada siswa. Guru
menyiapkan metode dan media pembelajaran setiap akan mengajar.
Sejak tahun 2013, sebagian sekolah di Indonesia menerapkan
kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menuntut peserta didik untuk
16
Jejen Musfah. Peningkatan Kompetensi Guru. (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 36
16
terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik
mampu bersaing dan mengembangkan potensinya. Tugas para guru
adalah merancang pembelajaran yang dapat mencapai tujuan yang
diharapkan sesuai dengan kurikulum yang diterapkan di sekolah.
Guru
diharapkan
dapat
merancang
pembelajaran
dengan
memahami keragaman peserta didik agar peserta didik dapat
memahami dan berperan aktif dalam pembelajaran.
Sehubungan dengan hal tersebut, Donald P. Kauchak
menjelaskan beberapa kegiatan untuk menghadapi keragaman
siswa dalam belajar, yaitu:
1)
Membuat rancangan proses pembelajaran yang
mengembangkan keragaman kemampuan belajar, 2)
Membuat rancangan waktu belajar yang fleksibel, beri
kelonggaran waktu bagi siswa dengan kemampuan
rendahnya untuk bisa menyelesaikan tugas-tugasnya, 3)
Kelompokkan siswa berdasarkan basis kemampuanya,
sehingga memungkinkan guru untuk mengajar sesuai
dengan basis kemampuan siswanya tanpa mengabaikan
perlakuan terhadap kelompok lain, 4) Menggunakan
prinsip strategi pembelajaran untuk kelompok yang
lamban dan strategi yang tidak saja mengantarkan
mereka memahami tugasnya, tapi juga mampu
meningkatkan kemampuan belajarnya, dan 5)
menggunakan tutorial sebaya dan belajar bersama untuk
menambah kemampuan dan pengalaman mereka
masing-masing, setidaknya dalam interaksi sosial.17
Perancangan pembelajaran ini dimaksudkan agar peserta
didik dapat mengikuti pembelajaran secara seimbang baik dari
kelompok lamban atau cepat sehingga mencapai tujuan pendidikan
nasional.
“Menurut
Abdul
Majid
dalam
konteks
pengajaran,
perencanaan diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran,
penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan
metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang
17
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis. (Jakarta: Kencana, 2007), h. 126
17
akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan.”18 Sedangkan menurut Ramayulis, dalam
perencanaan pembelajaran, guru berupaya merencanakan sistem
pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya yang ada. Semua
aktivitas pembelajaran dapat direncanakan secara strategis,
termasuk
antisipasi
masalah
yang
kemungkinan
timbul.
Perencanaan tersebut disusun dalam RPP.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dipahami
bahwa perencanaan pembelajaran merupakan proses. Proses ini
mencakup penentuan tujuan pembelajaran, penentuan bahan atau
materi pembelajaran, penentuan metode pembelajaran serta
penentuan teknik penilaian yang akan digunakan untuk mengetahui
tingkat pemahaman peserta didik.
b. Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis
Sehubungan dengan itu, pelaksanaan pembelajaran yang
mendidik dan dialogis adalah salah satu kompetensi pedagogik
yang harus dimiliki guru seperti dirumuskan dalam SNP. Hal
tersebut ditegaskan kembali dalam Rencana Peraturan Pemerintah
tentang Guru, bahwa guru harus memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi
antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik. Umumnya pelaksanaan
pembelajaran mencakup tiga hal :
1) Pendahuluan
Aktivitas pendahuluan adalah suatu bentuk aktivitas awal untuk
memberikan motivasi, menginformasikan pengetahuan dan
keterampilan prasyarat yang harus dikuasai, dan tujuan atau
standar kompetensi yang akan diperoleh dalam pembelajaran.
18
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 17
18
Motivasi merujuk pada apa yang peserta didik inginkan, pilihan
kegiatan yang dilakukan dan komitmen yang diambil dalam
hubungannya dengan pembelajaran.
“Semua
aktivitas
pembelajaran
diawali
dengan
perencanaan, dimana seorang guru bertanya. Hal apa yang anda
inginkan agar siswa mengetahui, memahami, menghargai dan
mau serta mampu dilakukan oleh siswa dari materi pelajaran
yang disampaikan.”19 Kegiatan pendahuluan juga mencakup
kegiatan tentang perlunya menginformasikan pengetahuan
prasyarat bagi peserta didik yang baru memulai suatu materi
pembelajaran dan melakukan apersepsi jika pembelajaran telah
memasuki pertemuan kedua atau lebih. Apersepsi adalah suatu
proses membangun pemahaman tentang kualitas suatu objek
yang berkaitan dengan pengalaman masa lalu. Dengan kata
lain, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.
2) Kegiatan Inti
Proses dimaksudkan sebagai kegiatan inti dari pelaksanaan
pembelajaran dan pembentukkan kompetensi peserta didik.
Proses pembelajaran dan pembentukkan kompetensi perlu
dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu
saja menuntut aktivitas dan kreatifitas guru dalam menciptakan
lingkungan
yang
kondusif.
Proses
pembelajaran
dan
pembentukkan kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh
peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun
sosial. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang
dapat meliputi proses eksplorasi elaborasi dan konfirmasi.
“Jadi hal utama yang harus ditetankan oleh guru dalam
implementasi pembelajaran adalah: bagaimana guru akan
19
Syaifurrahman, Manajemen dalam Pembelajaran, (Jakarta : PT. Indeks, 2013), h. 66
19
membantu siswa dalam meraih tujuan? Jawaban tersebut akan
menjadi prosedur atau strategi pembelajaran yang akan
digunakan.”20
3) Penutup
Aktivitas penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam
bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi,
umpan balik dan tindak lanjut. Aktivitas penutup mencakup
dua kegiatan: Pertama, aktivitas penilaian mencakup aktivitas
membuat rangkuman yang dapat dilakukan baik oleh guru,
dosen atau instruktur sendiri maupun bersama-sama dengan
peserta didik, begitu juga dengan refleksi. Kedua, kegiatan
tindak
lanjut
yang
mencakup
perencanaan,
kemudian
menyampaikan rencana pembelajaran yang akan datang dengan
maksud agar peserta didik dapat mempersiapkan diri dengan
berbagai tugas yang diberikan. Jika perlu, tugas membaca dan
unjuk kerja perlu diinformasikan baik yang dilakukan secara
online, kelompok atau mandiri, maupun dilakukan secara
bertahap melalui petunjuk kerja dan lembar kerja peserta didik.
“Pada tahap penilaian guru berusaha mengumpulkan informasi
untuk menentukan jenis pembelajaran apa yang muncul.Hal
tersebut dapat dilakukan dengan banyak cara, misalnya
memberikan
tes,
memperhatikan
kuis,
mengevaluasi
tanggapan
siswa
atas
pekerjaan
rumah,
pertanyaan
dan
komentar.”21
c. Pemahaman terhadap Peserta Didik
Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu
kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru. Guru tidak bisa
20
21
Ibid, h. 66
Ibid, h. 69
20
hanya mengajar, mengatur, mendikte atau mengarahkan peserta
didik tanpa mengetahui latar belakang, karakteristik, kemampuan
dan keunikan yang berbeda-beda.
Menurut Benjamin Bloom, “terdapat dua karakteristik
siswa yang harus diperhatikan dalam memberikan layanan
pendidikan yang optimal yakni karakteristik kognitif dan
karakteristik afektif.”22 Sementara menurut E. Mulyasa terdapat
“empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu
tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, dan perkembangan
kognitif.”23 Sementara Tak berbeda jauh dengan kedua ahli
tersebut menurut Rochman Natawijaya, “pemahaman yang
dimaksud mencakup pemahaman tentang kepribadian murid serta
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya, perbedaan
individual di kalangan peserta didik, kebutuhan, motivasi dan
kesehatan mental peserta didik, tugas-tugas perkembangan yang
perlu dipenuhi pada tingkat-tingkat usia tertentu serta fase-fase
perkembangan yang dialami mereka.”24
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan, maka
peneliti menyimpulkan bahwa dalam mengajar guru harus
memahami keberagaman peserta didik baik dari aspek kognitif,
afektif, motivasi, kesehatan fisik, latar belakang, dan kepribadian
peserta didik itu sendiri. Dengan memahami keberagaman
karakteristik peserta didik diharapkan guru dapat mengelola
pembelajaran dengan baik serta dapat mengembangkan potensi diri
peserta didik secara optimal.
22
Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru. (Jakarta : PT.Indeks, 2011). h. 30
E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya,
2009). H, 79
24
Djam’an Satori, Profesi Keguruan. (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014), h.2.32
23
21
d. Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran
“Dalam abad ini, terjadi dan berlangsung persaingan hidup
yang sangat ketat , siapa yang menguasai pengetahuan, teknologi,
dan informasi dialah yang akan menguasai hidup secara survival.
Oleh karena itu sudah sewajarnyalah apabila dalam abad ini, guru
dituntut untuk memiliki kompetensi dalam pemanfaatan teknologi
pembelajaran seperti proyektor, video tape, radio, rekaman, TV,
mikrofilm, komputer”25 terutama internet dan web (e-learning) ,
agar dia mampu memanfaatkan berbagai pengetahuan, teknologi,
dan informasi dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar dan
membentuk kompetensi peserta didik.
Teknologi internet memberikan kemudahan bagi siapa saja
untuk mendapatkan informasi apa saja dari mana saja dan kapan
saja dengan mudah dan cepat. Sedangkan, untuk mewujudkan
pembelajaran berbasis web bukan sekedar meletakkan materi
belajar pada web untuk kemudian di akses melalui komputer web,
namun ia juga digunakan bukan hanya sebagai media alternatif
pengganti kertas untuk menyimpan berbagai dokumentasi atau
informasi. Web digunakan untuk mendapatkan sisi unggul yang
tidak dimiliki media kertas. Internet dan web dapat mempermudah
guru maupun siswa dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar.
Teknologi berbasis web dapat digunakan untuk pembelajaran
dengan meletakkan materi belajar secara onlline, lalu menugaskan
peserta didik untuk mendapatkan materi belajar sebagai tugas baca.
Teknologi berbasis web ini dapat juga digunakan untuk
mengumpulkan laporan, tugas dan sebagainya.
e. Penilaian Hasil Belajar
“Evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu.”26 “Evaluasi hasil belajar dilakukan
25
26
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru. (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h. 113
Barudin, Manajemen Peserta Didik. (Jakarta: PT.Indeks, 2014), h. 61
22
untuk
mengetahui
kompetensi
pengumpulan
perubahan
27
peserta
didik.”
dan
pengolahan
perilaku
dan
“Penilaian
informasi
pembentukkan
adalah
untuk
proses
mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik.”28
Adapun tujuan dan fungsi penilaian hasil belajar adalah:
Memberikan umpan balik kepada guru dan siswa dengan
tujuan memperbaiki cara belajar-mengajar, mengadakan
perbaikan dan pengayaan bagi siswa, menempatkan siswa
pada situasi belajar-mengajar yang lebih tepat sesuai
dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya, memberikan
informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilannya
dalam belajar dengan tujuan untuk memperbaiki,
mendalami atau memperluas pelajarannya, dan menentukan
nilai hasil belajar siswa yang antara lain dibutuhkan untuk
pemberian laporan kepada orangtua, penentuan kenaikan
kelas dan penentuan kelulusan siswa.29
Oleh karena itu, evaluasi sangat diperlukan untuk
mengetahui tingkat ketercapaian atau keberhasilan dalam proses
pembelajaran.
f. Pengembangan Peserta Didik
Pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru
melalui berbagai cara, antara lain melalui kegiatan ekstra kurikuler
(ekskul), pengayaan dan remedial, serta bimbingan dan konselling.
1) Kegiatan ekstrakulikuler
“Kata ekstrakulikuler terdiri dari kata ekstra dan
kurikuler. Ekstra artinya tambahan sesuatu diluar yang
seharusnya dikerjakan, sedangkan kurikuler berkaitan dengan
kurikulum, yaitu program yang disiapkan dalam suatu lembaga
pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu pada lembaga
27
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2012), h. 108
28
Jejen Musfah. Peningkatan Kompetensi Guru. (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 40
29
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), h. 163
23
pendidikan.”30 Jadi, ekstrakulikuler adalah kegiatan tambahan
diluar jam pelajaran.
“Kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan pendidikan di
luar mata pelajaran dan pelayanan konselling untuk membantu
pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang
berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.”31
Kegiatan tambahan ini bergantung pada sekolah tempat siswa
belajar.
Kegiatan
ekstrakulikuler
banyak
ragam
dan
kegiatannya, antara lain paduan suara, paskibra, pramuka,
olahraga, kesenian, panjat tebing, pencinta alam dan masih
banyak kegiaatan yang dikembangkan oleh setiap lembaga
pendidikan sesuai dengan kondisi sekolah dan lingkungan
masing-masing dalam rangka mengembangkan potensi peserta
didik.
2) Pengayaan dan Remedial
“Kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan
kepada peserta didik kelompok cepat sehingga peserta didik
tersebut menjadi lebih kaya pengetahuan dan keterampilannya
atau lebih mendalami bahan pelajaran yang sedang mereka
pelajari.”32 Program pengayaan diberikan untuk memperdalam
dan memperluas pengetahuan dan keterampilan dalam bidang
pelajaran yang diikuti.
“Remedial berasal dari kata Inggris Remedy yang
berarti
mengobati,
memperbaiki,
menolong
atau
memperbaharui. Program pengajaran perbaikan atau remedial
merupakan bentuk pengajaran khusus yang diberikan guru
30
Barudin, Manajemen Peserta Didik. (Jakarta: PT.Indeks, 2014), h.146
Rudy Gunawan, Pengembangan Kompetensi Guru IPS. (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 147
32
Barudin. Op.cit, h. 68
31
24
kepada seorang atau sekelompok siswa yang memiliki masalah
dan kelambanan dalam belajar.”33 Jadi, remedial dilakukan
untuk memperbaiki nilai siswa yang rendah. Sedangkan
pengayaan dilakukan untuk mempertahankan prestasi siswa
yang tinggi.
3) Bimbingan dan Konseling
“Bimbingan dan konselling adalah pelayanan bantuan
untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok,
agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam
mengembangkan
kehidupan
pribadi,
kehidupan
sosial,
kemampuan belajar, pengembangan karir melalui berbagai
jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan normanorma yang berlaku.”34
“Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang
diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam
menghindari atau mengatasi kesulitan dalam kehidupannya.”35
Sedangkan “konselling adalah bantuan yang diberikan kepada
individu dalam memecahkan masalahnya dengan cara-cara
yang sesuai dengan keadaan individu.”36 Dalam hal ini
konselling merupakan tindak lanjut yang dilakukan seorang
konsellor dalam memberikan bimbingan.
Sekolah wajib memberikan layanan bimbingan dan
konselling bagi peserta didik. Pada jenjang pendidikan
menengah, selain guru pembimbing, guru mata pelajaran yang
memenuhi
kriteria
pelayanan
bimbingan
dan
karir
diperkenankan memfungsikan diri sebagai guru pembimbing.
Oleh karena itu, guru mata pelajaran dan wali kelas harus
33
Supardi, Profesi Keguruan. (Jakarta: DIADIT MEDIA, 2009), h. 177
Rudy Gunawan, Pengembangan Kompetensi Guru IPS. (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 145
35
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 62
36
Ibid, h. 63
34
25
senantiasa
berdiskusi
dan
berkoordinasi
dengan
guru
bimbingan dan konseling secara rutin dan berkesinambungan.
Sedangkan pada jenjang sekolah dasar, tidak memiliki guru
pembimbing karena sudah diperankan oleh wali kelas.
Dari beberapa pengertian dan uraian kompetensi
pedagogik guru maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi
pedagogik adalah kemampuan guru dalam menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik dan kemampuan pemahaman
tentang peserta didik. Dalam hal ini, seorang guru yang
memiliki
kompetensi
pedagogik
ditandai
dengan
kemampuannya menyelenggarakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta sikap dan tindakan yang dapat dijadikan teladan.
3. Urgensi Kompetensi Pedagogik Guru
Dalam melaksanakan proses pendidikan diperlukan bimbingan
yang optimal oleh pendidik terhadap peserta didik. Bimbingan yang
dimaksud dapat berupa arahan, petunjuk, nasehat, penyuluhan dan
motivasi yang diberikan kepada peserta didik dalam menghadapi
masalah-masalah yang mungkin timbul dalam mengembangkan
kemampuannya. Cara terbaik yang ditempuh adalah memberikan
pemahaman terhadap peserta didik. Dengan bimbingan yang baik
maka
peserta
didik
merasakan
kebermaknaan
dalam
proses
pembelajaran.
Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang memiliki
tujuan yang jelas atau tujuan yang ingin dicapai yaitu sebagaimana
dijelaskan dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan
Nasional bahwa pendidikan dilaksanakan untuk mengembangkan
kemampuan atau potensi individu peserta didik sehingga bermanfaat
untuk kepentingan hidupnya di masa yang akan datang, baik
emosional, sosial, spiritual, intelektual dan moral.
26
Guru memiliki banyak peran dan tanggung jawab yang harus
dijalankan diantaranya, guru berperan sebagai sumber belajar,
fasilitator, pengelola pembelajaran, demonstrator, pembimbing,
motivator, dan evaluator.37 Sebagai seorang yang sangat berperan
penting dalam proses pembelajaran seorang guru perlu mempelajari
dan mengembangkan kompetensi pedagogik.
Hakikat pendidikan tidak terlepas dari hakikat manusia, sebab
subjek pendidikan adalah manusia. Oleh karena itu, pendidik harus
mengetahui bagaimana mendidik (membimbing, mengajar, melatih)
peserta didik secara profesional untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Implikasinya, bahwa pendidik harus mempelajari ilmu
tentang mendidik yaitu ilmu pedagogi. Sehingga, penting bagi
sekolah, pengawas, atau pembina lainnya untuk mengembangkan
kompetensi pedagogik guru.
B. Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru
1.
Pengertian Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa
pembinaan berasal dari kata bina yang berarti pelihara, mendirikan
atau usaha dan kegiatan yang dilakukan secara berhasil dan guna
memperoleh hasil yang baik. Pembinaan guru berarti usaha dan
kegiatan yang dilakukan sekolah atau pemerintah secara efektif guna
memperoleh hasil yang baik.
Menurut Zakiyah Darajat, pembinaan adalah upaya pendidikan
baik formal atau non formal yang dilaksanakan secara sadar,
terencana,
terarah
dan
bertanggung
jawab
dalam
rangka
memperkenalkan, menumbuhkan dan mengembangkan suatu dasar
kepribadian yang seimbang dan selaras. Artinya, pembinaan guru
dilaksanakan untuk mengembangkan kinerja dan kompetensi guru.
37
Badrudin. Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: PT Indeks, 2014), h. 6
27
Secara lebih luas, “pembinaan dapat diartikan sebagai rangkaian
upaya, pengendalian profesional terhadap semua unsur organisasi agar
unsur-unsur yang disebut terakhir itu berfungsi sebagaimana mestinya
sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara
efektif dan efisien.” Pembinaan guru berarti berwujud layanan
profesional untuk mengembangkan kinerja dan kompetensi guru.
Secara lebih rinci dijelaskan bahwa “pembinaan guru berarti
serangkaian usaha bantuan kepada guru terutama bantuan yang
berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah,
pemilik sekolah dan pengawas serta pembina lainnya, untuk
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.”38
Menurut Tri Ubaya Sakti sebagaimana dikutip dalam Musanef,
yang dimaksud dengan pembinaan adalah, “segala suatu tindakan yang
berhubungan
langsung
dengan
pembangunan,
pengembangan,
perencanaan,
pengarahan,
penyusunan,
penggunaan
serta
pengendalian segala sesuatu secara berdaya guna dan berhasil guna”.39
Hal ini mengandung makna bahwa pembinaan guru merupakan
rangkaian kegiatan pendayagunaan unsur organisasi untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa
pembinaan kompetensi pedagogik guru adalah serangkaian usaha dan
kegiatan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh
kepala sekolah, pengawas serta pembina lainnya untuk meningkatkan
kemampuan mengajar guru dan pemahaman karakteristik peserta
didik.
38
Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia. (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h.12
http://xerma.blogspot.co.id/2014/05/pengertian-fungsi-pembinaan-menurut.html, diunduh
pada tanggal 18 September 2016, pukul 21.23 WIB
39
28
2.
Tujuan Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru
Pembinaan guru merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara
terus menerus dan berkesinambungan, karena pembinaan guru
mengarah kepada peningkatan unjuk kerja yang merupakan fungsi dari
karakteristik individual guru yang meliputi sikap, motivasi dan
kompetensi. Tujuan yang hendak dicapai dari pembinaan yang
diselenggarakan oleh suatu organisasi atau lembaga pendidikan adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi.
Meningkatkan produktivitas kerja.
Meningkatkan kualitas kerja.
Meningkatkan ketetapan perencanaan sumber daya manusia.
Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja.
Meningkatkan rangsangan agar pegawai mampu berprestasi
secara maksimal.
g. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.
h. Menghindarkan keusangan.
i. Meningkatkan perkembanan pribadi pegawai.40
Menurut Sedarmayanti, tujuan pembinaan meliputi :
a. Meningkatkan kesetiaan dan ketaatan.
b. Menghasilkan tenaga kerja yang berdaya guna dan berhasil
guna.
c. Meningkatkan kualitas, keterampilan, serta menumpuk
semangat dan moral kerja.
d. Mewujudkan iklim kerja yang kondusif.
e. Memberikan pembekalan dalam rangka distribusi tenaga
kerja.41
Secara lebih rinci Djajasastra mengemukakan tujuan pembinaan
guru yaitu:
a. Memperbaiki tujuan khusus mengajar guru dan belajar siswa.
b. Memperbaiki materi (bahan) dan kegiatan belajar mengajar.
c. Memperbaiki metode, yaitu cara mengorganisasi kegiatan
belajar mengajar.
d. Memperbaiki penilaian atas media
40
A. A. Anwar Prabu Mangkunegara, Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia, (Bandung: PT Refika Aditama), h. 52
41
Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: PT Refika Aditama), h.10
29
e. Memperbaiki penilaian atas proses belajar mengajar dan
hasilnya.
f. Memperbaiki pembimbingan siswa atau kesulitan belajarnya.
g. Memperbaiki sikap guru atas tugasnya.42
Berdasarkan beberapa uraian mengenai tujuan pembinaan
tersebut maka dapat digarisbawahi bahwa tujuan pembinaan
kompetensi pedagogik guru yaitu meningkatkan produktivitas dan
kualitas mengajar guru, meningkatkan motivasi guru dalam
mengelola pembelajaran, meningkatkan penghayatan jiwa dan
ideologi mengenai penyelenggaraan pembelajaran dan pemahaman
tentang peserta didik serta meningkatkan sikap profesional guru.
3.
Metode-metode Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru
Pelaksanaan
pembinaan
(training
and
education)
harus
didasarkan pada metode-metode yang telah ditetapkan dalam program
pengembangan sebuah lembaga pendidikan. Penerapan metode
program pembinaan yang ditujukan kepada guru dan karyawan
pendidikan, diantaranya:
a.
On the job
On the job training meliputi semua upaya melatih
karyawan
untuk
mempelajari
suatu
pekerjaan
sambil
mengerjakannya di tempat kerja yang sesungguhnya.43 Para peserta
latihan langsung bekerja di tempat untuk belajar dan meniru suatu
pekerjaan di bawah bimbingan seorang pengawas. On the job
training dapat pula latihan dilakukan dengan menggunakan bagan,
gambar, pedoman, contoh yang sederhana, demonstrasi, dan lainlain.44 Dalam hal ini, peserta pelatihan dapat belajar secara
42
Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h. 12
Mutiara S. Panggabean, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2004), h. 45.
44
Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h.77
43
30
langsung sehingga mengetahui kondisi real pekerjaan dan segala
aspek pendukung pekerjaan.
b.
Demonstration and Example
Demonstration and Example adalah metode latihan yang
dilakukan dengan cara peragaan dan penjelasan bagaimana caracara mengerjakan sesuatu pekerjaan melalui contoh-contoh atau
percobaan yang didemonstrasikan. Demonstrasi merupakan metode
latihan yang sangat efektif karena peserta melihat sendiri teknik
mengerjakannya dan diberikan penjelasan-penjelasanya, bahkan
jika perlu boleh dicoba mempraktekannya.45 “Metode demonstrasi
biasanya dikombinasikan dengan alat bantu belajar seperti gambargambar, teks materi, ceramah dan diskusi.”46 Dalam membina
kompetensi pedagogik guru, seorang pembina atau kepala sekolah
dapat mendemontrasikan kegiatan mengajar dengan memberikan
setiap penjelasan tentang penyelenggaraan pembelajaran.
c.
Classroom Methods
“Metode ruang kelas merupakan metode yang dilakukan di
dalam kelas walaupun dapat pula dilakukan di area pekerjaan.”47
“Metode pertemuan dalam kelas meliputi lecture (pengajaran),
conference (rapat), programmed instruction, metode studi kasus,
role playing, metode diskusi dan metode seminar.”48
Dalam
membina kompetensi pedagogik guru, kepala sekolah dapat
melakukan dengan memberikan contoh mengajar pada guru di
kelas.
45
Ibid, h. 78
A. A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 54
47
Ibid, h. 54
48
Malayu, Op. cit, h. 78
46
31
4.
Strategi Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru
Pembinaan kompetensi pedagogik guru dapat dikelompokkan
menjadi dua jenis yaitu:
a. Pembinaan secara informal, dimana guru dan karyawan atas
keinginan dan usaha sendiri melatih dan mengembangkan dirinya
dengan mempelajari buku-buku atau literatur yang berhubungan
dengan keterampilan dan keahliannya, dan b. Pengembangan
secara formal, yaitu guru dan karyawan ditugaskan dari pihak
sekolah untuk mengikuti pendidikan dan latihan, baik yang
dilakukan dari pihak sekolah itu sendiri maupun yang
dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan.49
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa pembinaan kompetensi
pedagogik
guru
membutuhkan
strategi
agar
guru
menguasai
kompetensi pedagogik. “Pada mulanya istilah strategi digunakan
dalam dunia militer dan diartikan sebagai cara penggunaan seluruh
kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan.”50 Istilah
“strategi (strategy) berasal dari kata benda dan kata kerja dalam bahasa
Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan kata
stratos (militer) dengan ago (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego
berarti merencanakan (to plan).”51
Dalam dunia pendidikan, “strategi diartikan sebagai a plan,
method, or serries of activities designed to achieves a particular
educational goal.”52 Strategi merupakan perencanaan, teknik atau cara
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Tanpa strategi pembinaan
kompetensi pedagogik, guru tidak akan mencapai pemahaman dan
penguasaan terkait penyelenggaraan pembelajaran dan pemahaman
karakteristik peserta didik.
49
Fatah Syukur. Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan, (Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2012), h. 112.
50
Iif Khoiru Ahmadi, dkk. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2011), h. 10
51
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 3
52
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta:
Prenada Media Group, 2008), h. 126
32
Upaya pembinaan kompetensi pedagogik guru dapat dilakukan
oleh kepala sekolah. Dengan perannya sebagai supervisor, kepala
sekolah dapat melakukan pembinaan terhadap kemampuan mengajar
guru melalui pelaksanaan supervisi pembelajaran, dengan cara
melakukan kunjungan kelas, pertemuan pribadi, rapat dewan guru,
kunjungan antar kelas, kunjungan sekolah, kunjungan antar sekolah,
pertemuan dalam kelompok kerja, dan penerbitan bulletin profesional.
Untuk lebih jelasnya dijabarkan sebagai berikut:
a.
Kunjungan kelas
Yang dimaksud dengan kunjungan kelas adalah kegiatan
pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah pada saat guru
sedang mengajar di kelas. Kunjungan kelas dapat dilaksanakan
dengan pemberitahuan terlebih dahulu dan tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu. Kunjungan kelas yang diberitahukan terlebih
dahulu bisa berupa: yang dilaksanakan atas inisiatif pembina
sendiri, dan yang dilaksanakan atas undangan guru. Dan ada jenis
kunjungan kelas yang tidak direncanakan.
Menurut Mark, yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam
kunjungan kelas adalah sebagai berikut:
Memfokuskan seluruh perhatian pada semua elemen dan
situasi belajar mengajar, bertumpu pada upaya memajukan
proses belajar mengajar, membantu guru-guru secara
kongkret untuk memajukan proses belajar mengajar,
menolong guru-guru agar dapat mengevaluasi diri sendiri,
memberikan kebebasan kepada guru agar dapat berdiskusi
dengannya mengenai problema-problema yang dihadapinya
dalam proses belajar mengajar mereka. 53
Hal ini dilakukan untuk membantu guru jika pada saat jam
mengajar mengalami kesulitan. Dengan melakukan kunjungan
kelas secara langsung, maka dapat membantu guru menyelesaikan
53
Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia. (Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya, 1995), H. 91
33
problema-problema yang dihadapi dan menjadi bahan evaluasi
bagi guru agar dapat meningkatkan cara mengajarnya di lain hari.
b. Pertemuan Pribadi
Yang dimaksud
dengan
“pertemuan
pribadi
adalah
pertemuan percakapan, dialog atau tukar pikiran antara kepala
sekolah dengan guru mengenai usaha peningkatan kemampuan
pedagogik. Pertemuan pribadi dapat dilakukan secara formal dan
secara informal.” 54 Agar pertemuan pribadi berhasil dengan baik,
maka seorang pembina harus mampu: “merencanakan pertemuan
pribadi, merumuskan tujuan pertemuan pribadi, merumuskan
prosedur pertemuan pribadi, mengadakan kontrak dengan guru
mengenai pertemuan pribadi, memancing masalah guru, dan
membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam
pertemuan pribadi.”55 Seorang guru yang mengalami kesulitan
dalam penyelenggaraan pembelajaran dapat melakukan pertemuan
pribadi dengan kepala sekolah untuk bertanya, bertukar pikiran
mengenai pemecahan masalah dalam mengajar.
c. Rapat Dewan Guru
Rapat dewan guru sering dikenal dengan rapat guru, rapat
staf dan rapat sekolah. Yang dimaksud dengan “rapat dewan guru
adalah pertemuan antara semua guru dengan kepala sekolah yang
dipimpin oleh kepala sekolah atau seseorang yang ditunjuk
olehnya. Pertemuan ini bermaksud membicarakan segala hal yang
menyangkut penyelenggaraan pendidikan terutama proses belajar
megajar.”56 Maksud diadakannya rapat dewan guru adalah sebagai
berikut:
54
Ibid, h. 92
Ibid, h. 92
56
Ibid, h. 93
55
34
Mengatur seluruh anggota staf yang berbeda tingkatan
pengetahuan dan pengalamannya menjadi satu keseluruhan
potensi yang sadar akan tujuan bersama dan bersedia
bekerja sama guna mencapai tujuan pendidikan, mendorong
setiap anggota staf agar mengetahui tanggung jawab dan
berusaha melaksanakannya dengan baik, bersama-sama
menentukan cara-cara yang dapat dilakukan dalam
memperbaiki proses belajar-mengajar dan meningkatkan
arus komunikasi dan informasi.57
Dalam kegiatan ini seluruh guru dan kepala sekolah
berkumpul untuk membicarakan kekurangan yang menunjang
proses pembelajaran.
d.
Kunjungan antar Sekolah
“Kunjungan antar sekolah adalah suatu kunjungan yang
dilakukan oleh guru dengan kepala sekolah ke sekolah-sekolah
lainnya. Dari kunjungan ini, guru akan mengenal bagaimana
rekan guru di sekolah lainnya mengajar.”58 Setiap sekolah
memiliki pembinaan yang berbeda begitupun dalam cara
mengajar tiap guru di kelas, agar guru dapat menambah wawasan
dan keterampilannya dalam mengajar maka dilakukan kunjungan
ke sekolah lain. Sehingga guru memiliki gambaran terkait
keragaman metode mengajar.
e.
Kunjungan antar Kelas
Kunjungan antar kelas adalah suatu teknik atau strategi
pembinaan guru, dimana guru dari kelas yang satu mengunjungi
kelas lain yang sedang mengajar. Dengan kunjungan antar kelas
ini guru akan memperoleh pengalaman baru tentang proses
belajar mengajar, pengelolaan kelas dan sebagainya. Agar
kunjungan antar kelas ini dapat berhasil dengan baik, maka
seorang pembina harus mampu:
57
58
Ibid, h.93
Ibid, h. 94
35
Merencanakan waktu kunjungan antar kelas, merumuskan
tujuan kunjungan antar kelas, merumuskan prosedur
kunjungan antar kelas, menetapkan acara kunjungan antar
kelas, mengaitkan kunjungan antar kelas dengan
peningkatan kemampuan profesional guru, membantu
kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam kunjungan antar
kelas, menyimpulkan hasil kunjungan antar kelas dan
membuat tindak lanjut kunjungan antar kelas.59
Tak berbeda jauh dengan kunjungan antar sekolah,
kunjungan antar kelas dilakukan untuk melihat metode mengajar
guru dalam lingkup sekolah yang sama.
f.
Pertemuan dalam Kelompok Kerja
Pertemuan dalam kelompok kerja adalah suatu pertemuan
yang dihadiri oleh guru dan kepala sekolah. Adapun kegiatan
yang dapat dikembangkan dalam pertemuan kelompok kerja guru
adalah;
Melihat simulasi dan praktek mengajar guru,
mendiskusikan permasalahan yang langsung ditemukan di
lapangan, mengembangkan sesuatu secara bersama-sama,
menemukan secara langsung berbagai hal yang dianggap
baik dan dapat diterapkan dikelasnya masing-masing serta
menemukan langsung bantuan dan pelayanan yang
dianggap baik untuk diterapkan.60
Berbeda dengan rapat guru yang hanya membicarakan
segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pembelajaran,
pertemuan kelompok kerja langsung melihat simulasi mengajar
dan
menemukan
masalah
secara
bersama
serta
mengembangkannya secara bersama pula.
g.
Penerbitan Bulletin Profesional
Bulletin profesional adalah beberapa lembar tulisan
mengenai topik-topik yang berkaitan dengan usaha proses belajar
59
60
Ibid, h. 95
Ibid, h. 96
36
mengajar. Pembahasannya tidak selalu ditulis oleh seorang ahli,
melainkan dapat juga dilakukan oleh pembina dan guru-guru
yang berpengalaman mengenai keberhasilannya di lapangan.61
Agar bulletin profesional atau berkala ini dapat diterbitkan untuk
dijadikan sebagai salah satu teknik pembinaan guru, maka
seorang pembina haruslah mampu:
Merencanakan
penerbitan
bulletin
profesional,
mendapatkan naskah, menentukan profil/bentuk bulletin
profesional, melaksanakan tugas-tugas penyuntingan atas
naskah-naskah yang masuk, mendapatkan sumber dana,
menyebarkan bulletin profesional dan mengkaitkan bulletin
profesional dengan peningkatan kemampuan profesional
guru.62
Seorang guru perlu menambah cakrawalanya sendiri
dengan membaca literatur atau buku-buku. Ketujuh strategi
pembinaan kompetensi pedagogik tersebut dilakukan untuk
menunjang
guru
dalam
mengembangkan
keterampilan
mengajarnya. Oleh karena itu, kepala sekolah sangat berperan
dalam
meningkatkan
kompetensi
mengajar
guru
dengan
mengadakan strategi pembinaan kompetensi pedagogik guru. Tak
hanya kepala sekolah, pengawas pemerintah pun harus bersamasama melakukan upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru
dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan keguruan serta
membuat organisasi profesi untuk meningkatkan motivasi dan
kesejahteraan guru. Selain dapat membantu mengembangkan
kemampuan guru, pembinaan juga dapat meningkatkan prestasi
siswa karena siswa dapat memahami dan menyenangi mata
pelajaran yang digelutinya serta mengaitkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
61
62
Ibid, h. 97
Ibid, h. 98
37
C. Peran Kepala Sekolah dalam Pembinaan Kompetensi Pedagogik
Kepala sekolah merupakan tokoh sentral pendidikan karena kepala
sekolah sebagai fasilitator pengembangan pendidikan. Kepala sekolah juga
sebagai pelaksana suatu tugas untuk pembaharuan. Selain itu, sekolah
adalah suatu komunitas pendidikan yang membutuhkan seorang pemimpin
untuk mendayagunakan potensi yang ada dalam sekolah. Peranan kepala
sekolah, tidak hanya sebagai akumulator melainkan juga sebagai
konseptor manajerial yang bertanggung jawab demi efektivitas dan
efisiensi kelangsungan pendidikan.”63 “Kepala Sekolah adalah jabatan
pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan. Siapapun yang diangkat menjadi kepala
sekolah harus ditentukan melalui prosedur serta persyaratan-persyaratan
tertentu seperti: latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat dan
integritas.”64
Dalam mengimbangi berbagai keadaan yang seringkali berubah,
kepala sekolah tidak hanya dituntut sebagai educator dan administrator,
melainkan juga harus berperan sebagai manajer dan supervisor yang
mampu menerapkan manajemen yang bermutu.
Manajemen
sekolah
tidak
lain
berarti
pendayagunaan
dan
penggunaan sumber daya yang ada dan dapat diadakan secara efektif dan
efisien untuk mencapai visi dan misi sekolah. Kepala sekolah bertanggung
jawab atas jalannya lembaga sekoah dan kegiatan dalam sekolah. Kepala
sekolah harus berada di garda terdepan dan dapat diukur keberhasilannya.
Dalam bab dan pasal-pasal peraturan pemerintah ditegaskan bahwa,
“Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan
pendidikan, sehingga dengan demikian kepala sekolah mempunyai
kewajiban untuk selalu mengadakan pembinaan dalam arti berusaha agar
63
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), h. 144
64
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 84
38
pengelolaan, penilaian, bimbingan, pengawasan dan pengembangan
pendidikan dapat dilaksanakan dengan lebih baik.”65 Penyelenggaraan
pendidikan yang harus selalu dibina secara terus menerus oleh kepala
sekolah adalah: a. Program Pengajaran, b. Sumber Daya Manusia, c.
Sumber Daya yang Bersifat Fisik, d. Hubungan kerjasama antara kepala
sekolah dengan masyarakat.
Berdasarkan
pemaparan
diatas
diperoleh
bahwa
salah
satu
pembinaan yang harus diselenggarakan oleh kepala sekolah secara terus
menerus adalah program pengajaran. Salah satu indikasi keberhasilan
sekolah adalah keterikatan yang tinggi kepala sekolah terhadap perbaikan
pengajaran. Untuk itulah kepala sekolah sesuai dengan jenjang sekolah
yang dipimpinnya perlu memahami program pengajaran masing-masing.
Ada empat fase proses pembinaan pengajaran:
a. Penilaian sasaran program (assesing program objectives), dalam
fase ini perlu diuji keadaan program pengajaran dengan tuntutan
masyarakat dan kebutuhan mereka yang belajar
b. Merencanakan perbaikan program (planning program
improvement), dalam tahap ini perlu dibentuk struktur yang
tepat, mengusahakan dan memanfaatkan informasi, serta
mengadakan spesifikasi sumber-sumber yang diperlukan untuk
program
c. Melaksanakan perubahan program (implementing program
change), termasuk memotivasi para guru, pustakawan, laboran
dan para tenaga administrasi, membantu program pengajaran dan
melibatkan masyarakat
d. Evaluasi perubahan program (evaluation of program change
constitutes), dalam fase ini perlu perhatian untuk merencanakan
evaluasi dan penggunaan alat ukur yang tepat untuk hasil
pengajaran.66
Berdasarkan penjelasan tersebut, diperoleh bahwa kepala sekolah
memiliki peran sentral dalam suatu lembaga pendidikan. Salah satu
penyelenggaraan pendidikan yang harus dilakukan secara terus-menerus
oleh kepala sekolah adalah program pengajaran. Dapat disimpulkan bahwa
65
66
Ibid, h. 203
Ibid, h. 207
39
peran kepala sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik guru yaitu
sebagai penentu sasaran program, perencana perbaikan program,
pelaksana perubahan program, dan evaluator perubahan program
pengajaran.
D. Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis terhadap penelitian
terdahulu, maka didapat pembahasan yang berkaitan dengan penelitian
yang penulis lakukan, referensi tersebut antara lain :
1. Skripsi yang berjudul “Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru
Melalui Model Lesson Study di SMA Laboratorium percontohan UPI
Bandung” disusun oleh Astri Fitriani, Jurusan Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, membahas tentang proses yang dilakukan dalam pembinaan
pada
kompetensi
pedagogik
guru
yang
dilakukan
dengan
menggunakan model pembinaan lesson study dan apakah terdapat
kendala atau faktor penghambat dalam pengaplikasian dan penerapan
lesson study di sekolah.67 Berbeda dengan penelitian tersebut yang
menekankan pada model pembinaan lesson study, penelitian yang
penulis
deskripsikan
adalah
pembinaan
secara
umum
yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah dan lembaga pendidikan sekolah
alam.
2. Skripsi yang berjudul “Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan
komepetensi pedagogic guru di SMP Negeri 177 Jakarta”disusun oleh
Kokom Komalasari, Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian
ini membahas tentang bagaimana kompetensi pedagogik guru di SMP
Negeri 177 Jakarta dan strategi kepala sekolah dalam upaya
meningkatkan kompetensi pedagogik serta apakah upaya kepala
67
Astri Fitriani, “Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru melalui Model Lesson Study di
SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung”. Skripsi Manajemen Pendidikan UIN Jakarta,
2012
40
sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru sudah
optimal.68 Berbeda dengan penelitian yang dilakukan penulis, dalam
hal ini penulis membahas tentang efek dari pelaksanaan program
pembinaan yang dilakukan sekolah terhadap kompetensi pedagogik
guru di SOU.
3. Skripsi berjudul “Kompetensi Pedagogik Guru dalam implementasi
KTSP di SMK Nusantara Ciputat” disusun oleh Didik Setiawan,
Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada penelitian tersebut membahas
tentang bagaimana kompetensi pedagogic guru dalam implementasi
KTSP.69 Berbeda dengan penelitian tersebut, pada penelitian ini
penulis membahas tentang pembinaan kompetensi pedagogik guru
dengan model kurikulum sekolah alam.
E. Kerangka Berpikir
Agar lebih terarah, penulis membuat kerangka pikir sebagai pedoman
dalam melaksanakan penelitian tentang pembinaan kompetensi pedagogik
guru di School Of Universe Parung.
Pendidikan akan berjalan baik jika dalam prosesnya melibatkan
sumber
daya
manusia
yang
berkualitas,
memiliki
kompetensi,
berkomitmen dan bertanggung jawab. Termasuk guru, yang dikatakan
sebagai kunci keberhasilan proses pendidikan. Melalui kegiatan belajar
mengajar, guru memainkan peran penting dalam mengelola pembelajaran
agar peserta didik menjadi seperti yang diharapkan. Untuk mewujudkan
hal tersebut pendidikan butuh keberadaan guru yang profesional
khususnya dalam bidang pedagogik.
68
Kokom Komalasari, “Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik
Guru di SMP Negeri 177 Jakarta”. Skripsi Manajemen Pendidikan UIN Jakarta, 2015
69
Didik Setiawan, “Kompetensi Pedagogik Guru dalam implementasi KTSP di SMK
Nusantara Ciputat”. Skripsi Manajemen Pendidikan UIN Jakarta, 2013
41
Kondisi nyata School Of Universe Parung yaitu : Guru yang mengajar
di SOU bukan merupakan lulusan kependidikan, guru di SOU tidak hanya
sebagai fasilitator di kelas melainkan juga sebagai fasilitator magang, guru
di SOU diarahkan untuk memiliki pekerjaan sampingan, di dalam
bidang kepegawaian guru disamakan dengan karyawan perusahaan dengan
masa kontrak, sering terjadi pergantian guru setiap dua tahun.
Melalui penelitian ini
diharapkan dapat diketahui bagaimana
pembinaan kompetensi pedagogik guru, efek pembinaan kompetensi guru,
upaya kepala sekolah dan sekolah dalam meningkatkan kompetensi
pedagogik guru karena dirasa pentingnya penguasaan kompetensi
pedagogik. Yang nantinya akan meningkatkan kompetensi pedagogik guru
dan proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif.
Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir yang dipaparkan di atas,
diutarakan lagi dalam bentuk diagram sebagai berikut :
42
Gambar 2.1
Diagram Kerangka Berpikir
Output
Proses
INPUT
Kondisi nyata
Masalah
Strategi
Hasil
1. Guru yang mengajar di
SOU bukan merupakan
lulusan kependidikan
2. Guru di SOU tidak
hanya sebagai fasilitator
di kelas, melainkan juga
sebagai fasilitator
magang
3. Guru di SOU diarahkan
untuk memiliki
pekerjaan sampingan
4. Di dalam bidang
kepegawaian guru
disamakan dengan
karyawan perusahaan
dengan masa kontrak
5. Sering terjadi pergantian
guru setiap dua tahun
Kurangnya
kompetensi
pedagogik yang
dimiliki guru
1. Terdapat program
pembinaan yang
dilakukan oleh
program training
effair.
2. Adanya supervisi
yang dilakukan kepala
sekolah selama proses
pembelajaran
3. Adanya program
coaching clinic
(pembinaan lanjutan)
bagi guru yang belum
menguasai
kompetensi
pedagogik
4. Adanya masa kontrak
selama dua tahun bagi
guru yang tidak dapat
kompeten
1. Tercetaknya
guru yang
profesional
2. Guru memiliki
kompetensi
pedagogik
3. Terciptanya
pembelajaran
yang efektif
Feedback
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di School Of Universe yang beralamat
di Jl. Raya Parung Km. 43 No. 314, Kel. Pemagarsari, Kecamatan Parung
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Peneliti memilih lembaga pendidikan
School Of Universe karena merupakan salah satu lembaga pendidikan
berbasis alam yang mengedepankan minat dan bakat siswa sehingga guru
diharuskan memiliki keterampilan dalam mengajar dan memahami
karakteristik peserta didik. Adapun waktu penelitian direncanakan
dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 - Maret 2017. Penelitian tersebut
dilaksanakan pada saat guru sedang melaksanakan proses pembelajaran.
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
2016
No
Kegiatan
Okt
Nov
2017
Des
Jan
Feb
Mar
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1
Observasi pendahuluan
2
Penyerahan izin penelitian
3
Pengumpulan data
pembinaan kompetensi
pedagogik guru
4
Analisis data
5
Penyusunan laporan hasil
penelitian
43
44
B. Metode Penelitian
Dilihat dari tujuan penelitian dan sifat masalah yang ada, fokus
penelitian ini adalah mendeskripsikan program pembinaan kompetensi
pedagogik guru. Dengan demikian, penelitian ini dapat dikategorikan
sebagai penelitian kualitatif deskriptif. Untuk itu, pendekatan yang
digunakan adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Sumadi
Suryabrata, metode deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk
membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian yang
bertujuan untuk mengidentifikasi masalah-masalah atau mencari informasi
factual yang mendetail. Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud
mendeskripsikan upaya kepala sekolah dalam membina kompetensi
pedagogik guru dan hasil pembinaan yang dilakukan oleh sekolah
terhadap kompetensi pedagogik yang dimiliki guru.
C. Teknik Penentuan Informan
Penentuan informan dalam penelitian ini didasarkan atas pihakpihak yang menguasai masalah, memiliki data dan bersedia memberikan
data. Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan
sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian
tertentu. Contoh dari penggunaan prosedur purposive antara lain dengan
menggunakan key person.1 Dalam penelitian ini, Kepala Sekolah menjadi
Informan utama. Berdasarkan studi pendahuluan dengan Kepala Sekolah,
peneliti mendapatkan informasi bahwa kegiatan pembinaan kompetensi
pedagogik guru yang dilakukan Kepala Sekolah dibantu oleh Program
Training Effair dan Konsultan Sekolah. Untuk mengetahui hasil
pembinaan kompetensi pedagogik guru, peneliti menggunakan teknik
accidental sampling yaitu peneliti memilih responden yang ditemui di
lapangan.
1
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Prenada Media Group, 2011), h. 107
45
D. Sumber Data
Sumber data penelitian kualitatif adalah tampilan yang berupa
kata-kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh peneliti, dan benda-benda
yang diamati sampai detailnya agar dapat ditangkap makna yang tersirat
dalam dokumen atau bendanya.2 Sesuai fokus penelitian dan teknik
penentuan informan maka yang menjadi sumber data dalam penelitian ini
dapat dibagi berdasarkan sifat pada objek penelitian yakni: 1) Manusia
yang terdiri dari Kepala Sekolah, Ketua program training effair, konsultan
sekolah, 3 guru Sekolah Menengah dan 2 siswa 2) Dokumen yang terdiri
dari dokumen kegiatan pembinaan kompetensi pedagogik guru, RRP,
profil sekolah, kurikulum dan data guru, serta 3) Latar yang dijumpai
peneliti pada saat melakukan penelitian yakni kegiatan pembinaan
kompetensi pedagogik, kegiatan mengajar guru dan kegiatan belajar siswa
di dalam kelas.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menjelaskan teknik apa yang digunakan
untuk menjaring data tentang variable atau fokus penelitian. Dalam
memperoleh data atau informasi yang berkenaan dengan penelitian ini,
maka peniliti menggunakan beberapa macam teknik pengumpulan data
yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keperluan informasi yang ingin
dicari. Maka teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah
sebagai berikut:
1. Wawancara
Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara. Wawancara ini
digunakan untuk memperoleh data tentang upaya kepala sekolah dalam
melakukan pembinaan kompetensi pedagogik guru serta hasilnya terhadap
kompetensi guru. Adapun pihak yang diwawancarai adalah Kepala
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka
Cipta), h. 22
46
Sekolah, Ketua program training effair, Konsultan sekolah, 3 guru dan 2
siswa.
Dimana peneliti mewawancari guru secara accidental sampling
yaitu peneliti memilih siapa yang kebetulan ada atau dijumpai. Teknik
yang
digunakan
dalam
mewawancarai
guru
yaitu
wawancara
semiterstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat, dan ide-idenya.3 Sedangkan siswa ditentukan melalui
angket, dimana jawaban siswa dipilih untuk diwawancarai.
2. Studi Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif
dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang merupakan
sumber yang stabil dan akurat sebagai cermin situasi/ kondisi yang
sebenernya. Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai
hal - hal berupa catatan. Dalam hal ini peneliti melakukan pengumpulan
data berupa profil, visi dan misi, tujuan sekolah, data guru sekolah
menengah, dokumen rpp, dokumen kegiatan pembinaan kompetensi guru,
kurikulum sekolah, dan hasil pembinaan kompetensi pedagogik guru.
Adapun studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang
kondisi sekolah, kegiatan pembinaan kompetensi pedagogik guru, keadaan
guru dan hasil pembinaan kompetensi pedagogik.
3. Observasi
Teknik observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Dalam hal
ini, peneliti menggunakan teknik observasi non partisipan yaitu observasi
yang menjadikan peneliti sebagai penonton atau penyaksi terhadap gejala
atau kejadian yang menjadi topik penelitian. Peneliti mengobservasi
kegiatan pembelajaran di kelas, kegiatan kepala sekolah, dan kegiatan
pembinaan kompetensi pedagogik guru serta latar sekolah. Observasi ini
3
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 262
47
digunakan
untuk
mendapatkan
informasi
mengenai
penguasaan
kompetensi pedagogik guru, hasil pembinaan kompetensi pedagogik guru,
respon atau perubahan yang terjadi pada siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung,
kegiatan pembinaan kompetensi pedagogik
guru dan kondisi kelas.
F. Kisi – Kisi Instrumen
Kisi- kisi Instrumen digunakan untuk mempermudah penyusunan
instrumen penelitian, didalamnya menggambarkan dimensi dan indikator
dari variabel penelitian yang kemudian diuraikan dalam bentuk pertanyaan
dan pernyataan. Adapun kisi- kisi instrumen yang digunakan dalam
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Pedoman Wawancara
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Wawancara
No
Dimensi
Aspek Wawancara
Sumber Data
1. Pelaksanaan
Kepala
Kunjungan Kelas
Sekolah,
Program
2. Pelaksanaan
training
Pertemuan Pribadi
3. Pelaksanaan
Pembinaan
1.
Kompetensi
Pedagogik
Guru
Rapat
Konsultan
Dewan Guru
4. Kunjungan
antar
Sekolah
5. Kunjungan antar Kelas
6. Pelaksanaan
Pertemuan
dalam
Kelompok Kerja
7. Hasil
effair dan
Program
Pembinaan
Kompetensi Pedagogik
Sekolah
48
1. Pemahaman
terhadap
Guru dan
Peserta Didik
Siswa
2. Pengembangan
kurikulum/silabus
3. Perancangan
Pembelajaran
Pengaruh
Pembinaan
2.
4. Pelaksanaan
Kompetensi
Pembelajaran
Pedagogik
yang
Mendidik dan Dialogis
Guru
5. Pemanfaatan
Teknologi
Pembelajaram
6. Evaluasi Hasil Belajar
7. Pengembangan Peserta
Didik
2. Daftar Ceklis Dokumen
Tabel 3.3
Daftar Ceklist Dokumen
No.
Dokumen
Ada
1.
Profil sekolah
2.
Visi, misi, tujuan sekolah
3.
Data guru (kualifikasi, latar belakang
pendidikan, jenis kelamin, status)
4.
Dokumen RPP guru
5.
Kegiatan
pedagogik
pembinaan
kompetensi
Tidak
Ket.
49
6.
Hasil
Pembinaan
Kompetensi
Pedagogik Guru
7.
Kurikulum Pembelajaran
G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan
penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal itu
dilakukan maka akan membatasi:
a.
Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks
b.
Membatasi kekeliruan peneliti
c.
Mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang
tidak biasa atau pengaruh sesaat.4
2. Keajegan Pengamatan
Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi
dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang
konstan atau tentative. Mencari suatu usaha membatasi berbagai
pengaruh. Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak.5
3. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada.6 Dalam mengecek keabsahan data peneliti
menggunakan teknik triangulasi, karena data dari satu pihak harus di
cek kebenarannya dengan cara memperoleh data yang sama dari
sumber yang berbeda. Misalnya data dari sumber pertama, kedua,
ketiga dengan menggunakan metode yang berbeda. Dengan tujuan
peneliti dapat membandingkan informasi tentang hal yang sama
4
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rosda Karya, 2011),
327
5
Ibid, h.329
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013), h. 83
6
50
diperoleh dari berbagai pihak, agar tidak ada keraguan dari data dan
adanya kepercayaan data
Dalam triangulasi beragam teknik berarti penggunaan berbagai
cara secara bergantian untuk memastikan kebenaran data. Cara yang
digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Bila peniliti
melakukan pengumpulan data yang sekaligus menguji kredibilitas data
(kebenaran data), yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik
pengumpulan data dan berbagai sumber data.7
Nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah
untuk mengetahui data yang diperoleh meluas, tidak konsisten atau
kontradiksi. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi
dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten,
tuntas dan pasti. Dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan
data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.8
H. Teknik Analisa Data
Setelah data-data yang diperlukan diperoleh, peneliti melakukan analisis
data melalui pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Adapun langkah-langkah analisis data sebagai berikut:
1. Klasifikasi atau Kategorisasi Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yakni dari pengamatan, wawancara
dan dokumentasi. Setelah dibaca dan dipelajari, maka langkah
selanjutnya adalah mengadakan klasifikasi data. Langkah ini
berkaitan
dengan
proses
menyeleksi,
memfokuskan
dan
mentransfomasikan data mentah yang diperoleh melalui penelitian.9
7
Ibid
Ibid, h.85
9
Ibid,..
8
51
2. Penyajian data
Setelah peneliti melakukan reduksi data, langkah selanjutnya adalah
penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan
peneliti melakukan penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data
berupa teks naratif yang menceritakan temuan penelitian.10
3. Penarikan Kesimpulan
Setelah data yang terkumpul direduksi dan disajikan, langkah
terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan atau
verifikasi, dengan menggunakan analisis model interaktif dari
ketiga komponen utama. Data yang terkumpul dari hasil
pengamatan, wawancara dan pemanfaatan dokumen yang terkait
dengan
pembinaan
dan
kompetensi
pedagogik
guru
yang
sedemikian banyak di reduksi untuk dipilih mana yang paling tepat
untuk disajikan. Proses pemilihan data akan difokuskan pada data
yang mengarah untuk pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan
atau untuk menjawab pertanyaan penelitian terkait dengan
pembinaaan kompetensi pedagogik guru sekolah alam di School of
Universe Parung.
10
Ibid, h. 71
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum dan Deskripsi Unit Penelitian
1. Profil School Of Universe
School Of Universe didirikan pada tahun 2004, beralamat di Jl.
Raya Parung 314 km. 43 Pemagarsari Parung- Bogor. School Of
Universe membuka kelas untuk Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar
hingga Sekolah Menengah. Pendekatan yang digunakan dititik
beratkan pada pembelajaran keterampilan hidup (life skill) praktis yang
luas, yaitu: Bisnis, teknologi informasi dan komunikasi, apresiasi pada
konservasi lingkungan, konsisten pada nilai-nilai demokrasi dan
toleransi beragama, hubungan yang harmonis dengan orang lain, serta
pengembangan kreativitas dan logika.
Pendiri sekolah ini adalah Lendo Novo seorang Pencetus
Sekolah Alam pertama. Sewaktu kecil Lendo Novo sering dihukum
guru karena terlalu banyak bertanya. Dia mengaku bahwa duduk diam
di kelas adalah siksaan, sehingga dari usia belia ia bercita-cita
membuat suatu sekolah yang muridnya kelak dapat menikmati saatsaat belajar mereka. Impiannya itu berhasil diwujudkan Lendo Novo
pertama kali di tahun 1992, dengan mendirikan sebuah taman kanakkanak (TK) yang diberinya nama TK Salman.1
Mulai tahun 1992, Lendo Novo terus menggodok konsep
sekolah yang diimpikannya. Hingga lima tahun kemudian (tahun
1997), muncullah kesempatan membuka sekolah alamnya yang
pertama, yakni Sekolah Alam Ciganjur, di Jakarta Selatan. Lendo
Novo di sekolah alamnya ini mengembangkan suatu sistem
pendidikan, di mana siswa dari umur pra sekolah sudah belajar
berinteraksi langsung dengan alam sebagai media belajar mereka
1
Sejarah SOU, www.school-of-universe.com/profil, diunduh pada tanggal 22 November 2016
pukul 19.47
52
53
setiap harinya. Mereka belajar mengamati, bertanya, mengumpulkan
data, membuat hipotesis, dan menguji hipotesis mereka. Dengan cara
belajar yang aktif dan kreatif ini, anak-anak belajar mandiri dan
menjadi akrab dengan lingkungannya.
Selain
mengembangkan
sekolah
alam,
SoU
juga
mengembangkan suatu sekolah bisnis berbasis lingkungan, dengan
tujuan untuk mempersiapkan siswa agar siap menjadi calon pengusaha.
Magang merupakan kurikulum utama dalam pengembangan potensi
bisnis siswa. Kurikulum utama sebagai pilar utamanya adalah: akhlak,
business, leadership dan logika.
SoU menjadikan alam semesta sebagai sumber pembelajaran
tanpa batas. Di sekolah ini para peserta didik dilatih membaca semesta
dengan cara pandang utuh dan menyeluruh. Khazanah semesta
dituangkan ke dalam tema-tema bahasan, dan peserta didik belajar
dengan cara mengupas tema tersebut melalui semua cara pandang
berbagai cabang keilmuan.2
2. Visi , Misi dan Tujuan School Of Universe
a. Visi dan Misi
Sesuai dengan latar belakang pendidikan, School Of Universe
didirikan dengan visi mendampingi setiap anak manusia untuk
menjadi pemimpin di muka bumi dan memberi rahmat bagi
sekalian alam. Bagi mereka yang mau berpikir alam semesta
adalah sumber pelajaran tanpa batas. Visi yang diusung School Of
Universe adalah “menjadi sebuah lembaga pendidikan yang
berbasis bisnis dan alam”3.
Adapun misi School Of Universe adalah:
2
3
Profil School Of Universe Parung
Ibid
54
1) Menjadikan SoU sebagai sekolah yang mampu
menumbuhkan generasi yang cinta belajar, kritis dan berani
berinovasi
2) Mengembalikan dan mengoptimalkan alam sekitarnya
sebagai media belajar
3) Senantiasa memberikan pelayanan prima terhadap
murid dan orang tua
4) Efektif dalam hal manajemen (sekolah dan kelas) serta
efisien dalam hal biaya
5) Selalu meningkatkan akhlakul karimah dari suri
tauladan di semua pihak :
Rapi, bersih dan cinta lingkungan
Kejujuran
Tidak zolim kepada sesama manusia
6) Menciptakan iklim bisnis yang profesional di seluruh
civitas School Of Universe4
Misi merupakan kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai visi. Misi tersebut diharapkan mampu mendukung
pencapain visi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pihak
sekolah harus mampu melaksanakan misi tersebut dalam bentuk
kegiatan yang nyata sehingga ada manfaat yang diperoleh dalam
mencapai visi yang telah ditetapkan.
b. Tujuan
Tujuan merupakan suatu penjabaran dari visi dan misi yang
hendak dicapai. Oleh karena itu, SoU memahami tujuan sebagai
pencapaian visi dan misi pada tujuan jangka pendek, sehingga
rumusan tujuan dari tahun ke tahun berbeda-beda. Adapun tujuan
tahun 2016-2017 di School Of Universe adalah:
1)
Terjadi peningkatan kualitas sikap dan amaliah
keagamaan islam warga sekolah
2)
Terjadi peningkatan kepedulian warga sekolah
terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah
3)
Terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas
sarana/prasarana dan fasilitas akademik yang mendukung
peningkatan prestasi akademik dan non akademik
4
Ibid
55
4)
Mendapatkan akreditasi dari Badan Nasional
Standar Pendidikan
5)
Diharapkan siswa yang memiliki bakat, minat dan
kemampuan terhadap bahasa Inggris meningkat dan
mampu menjadi MC dan berpidato dengan bahasa
tersebut
6)
Memiliki tim olahraga minimal 3 cabang yang
mampu menjadi finalis tingkat provinsi
7)
Memiliki tim kesenian yang mampu tampil pada
acara di tingkat internasional.5
Tujuh tujuan jangka pendek tersebut seluruhnya dapat
tercapai kecuali poin ke enam, yakni memiliki tim olahraga
minimal 3 cabang yang mampu menjadi finalis tingkat provinsi.
Hal ini disebabkan kurangnya minat siswa dalam mengikuti
kegiatan olahraga. Tujuan yang belum tercapai ini akan
dicantumkan pada tujuan di tahun berikutnya.
3. Keadaan Guru School Of Universe
Sekolah Menengah School Of Universe merupakan suatu
yayasan pendidikan berbasis alam. Jumlah guru yang terdapat di
Sekolah Menengah School Of Universe ada 13 orang. Berikut ini
deskripsi data mengenai keadaan guru di Sekolah Menengah School Of
Universe Tahun Pelajaran 2016/2017:
Tabel 4.1
Jumlah Guru School Of Universe Parung
No
Nama
Status
Jurusan
Kepegawaian
Masa
Lulusan
Kerja
1
Ahmad Subki
GTY
PAI
7 tahun
Pendidikan
1
Andri Lesmana
Guru Honor
Agribisnis
1 tahun
Saintek
Sekolah
5
Ibid
56
2
Didin Rohidin
Guru Honor
IPS
½ tahun
Pendidikan
Pendidikan
8 tahun
Pendidikan
10 tahun
Fisip
Sekolah
3
Doni Hamzah
GTY
Biologi
4
Donny Prayudi
Kepala
Hubungan
N. MBA
Sekolah
Internasion
al
4
Edi Sutrisno
Guru Honor
Aqidah
3 Tahun
Fisika
½ tahun
Saintek
Tekhnologi
5 Tahun
Pendidikan
7 Tahun
FSH
Sekolah
5
Fahmi Salim
Guru Honor
Sekolah
6
Iman Kurnia
GTY
Pendidikan
7
Kurtubi
GTY
Ilmu
Syariah
8
Mulyadi
GTY
9
Siti Nur
GTY
Ramadhiati
10
11
Teknik
5 Tahun
Elektro
Titono
Tenaga
Wahyudi
Administrasi
Triana Hapsari
Guru Honor
Sekolah
12
Wihda Aulia
Guru Honor
Sekolah
Berdasarkan data tersebut diperoleh bahwa 6 guru merupakan
guru tetap yayasan dan enam lainnya adalah guru honorer sekolah.
Dalam satu kelas terdapat satu fasilitator kelas dan satu fasilitator
pembelajaran. Tiap guru memegang satu atau dua mata pelajaran serta
merangkap sebagai fasilitator. Dalam pencatatan data guru SoU juga
57
belum terpenuhi dengan baik. Hal tersebut dimungkinkan karena
sering terjadinya pergantian guru tiap tahun.
4. Keadaan Siswa School of Universe
Jumlah peserta didik Sekolah Menengah Tahun Pelajaran
2016/2017 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Jumlah Siswa Sekolah Menengah School Of Universe
Kelas
L
P
Jumlah
SM 1
7
3
10
SM 2
9
5
14
SM 3
10
5
15
SM 4
8
6
14
Jumlah
34
19
53
Sumber: Data Siswa SM 2016-2017
School Of Universe merupakan salah satu sekolah alam yang
berada di bawah yayasan, yang mencetak siswa untuk memiliki
kemampuan leadership dan bisnis. Adapun jumlah siswa pada tahun
ajaran 2016/2017 sebanyak 53 siswa. Yang terdiri dari jumlah siswa
Sekolah Menengah 1 sebanyak 10 siswa, siswa Sekolah Menengah 2
sebanyak 14 siswa, siswa Sekolah Menengah 3 sebanyak 15 siswa dan
siswa Sekolah Menengah 4 sebanyak 14 siswa. Sekolah Menengah 1
(SM1) dan Sekolah Menengah 2 (SM2) merupakan Sekolah tingkat
menengah pertama. Sedangkan Sekolah Menengah 3 (SM3) dan
Sekolah Menengah 4 (SM4) merupakan Sekolah tingkat menengah
atas.
58
5. Kurikulum School of Universe
Pada
prinsipnya,
dalam
belajar
bersama
alam
dengan
menggunakan sumber daya alam, para fasilitator sudah harus tahu apa
dan bagaimana potensi Sumber Daya Alam di daerah serta sekolahnya.
Inilah
yang
penyampaian
dijadikan
mata
dasar
pelajaran.
kurikulum
atau
Belajar
bersama
metode
dalam
alam
dalam
implementasi terkait KBM meliputi:
a. Sekolah yang menggunakan media potensi sumber daya
lingkungan sebagai media utama dalam pembelajaran, ciri
utamanya adalah green lab sebagai tumpuan KBM. Green lab
adalah rekayasa lingkungan abiotik dan lingkungan biotik dari
potensi daerah setempat yang digunakan sebagai sarana belajar
mengajar.
b. Aktivitas belajar dari pengalaman adalah aktivitas utama
dalam proses KBM, ditandai dengan para guru sebagai
pendidik yang punya karakter senang bereksperimen
c.
Pembelajaran yang khas sekolah alam (eksplorasi,
eksperimen, eksploitasi SDL, culture dan outing) adalah
metode utama dalam penyampaian KBM belajar bersama
alam.6
Untuk level pendidikan menengah, KBM lebih menitikberatkan
pada bisnis praktis dengan konsep magang. Level SMP dan SMA di
SoU di akselerasi menjadi 2 tahun dan disebut sebagai SM (Sekolah
Menengah). Pada tingkatan SM1 peserta didik akan mengikuti
pemetaan minat dan bakat (talents mapping) yang akan dijadikan
sebagai salah satu pertimbangan dalam pemilihan bidang bisnis
mereka.
Peserta didik di SM1 akan dikenalkan dengan bidang bisnis
bioteknologi,
Information-Communication-Technology
(ICT)
dan
Trading House (Bisnis)7 melalui program magang wajib, untuk
memperoleh wawasan tentang bidang-bidang bisnis tersebut. Tiap
siswa akan di observasi melalui pemetaan bakat (talents mapping)
6
7
Ibid, h.164
Profil School Of Universe Parung
59
untuk memetakan bakat dan minat peserta didik sebagai modal untuk
menentukan pilihan bidang bisnis yang akan di tekuni.
Di jenjang SM2, peserta didik mengikuti program magang yang
difokuskan pada pembelajaran manajemen bisnis secara umum.
Mereka diarahkan untuk mulai merencanakan bisnis sendiri. Di level
ini peserta didik mulai melakukan kajian manajemen dan perencanaan
bisnis yang akan di kembangkan melalui pola pemagangan. Setiap
peserta didik di harapkan mampu menyusun proposal bisnisnya
sendiri.
Sedangkan, program magang di jenjang SM3, memfasilitasi
peserta didik untuk memulai bisnis sesuai minat dan bakat mereka.
Program magang dilaksanakan di perusahaan mitra yang bergerak di
bidang bisnis yang terkait dengan bidang bisnis yang diinginkan
peserta didik. Peserta didik selanjutnya memulai proses bisnis mereka
sendiri dengan membuat dan mempresentasikan rencana bisnis
(Business Plan), serta mendapatkan pendanaan dari potential investor.
Pada tahap ini setiap perserta didik akan membuat profil perusahaan di
bidang pilihannya masing-masing. Di mulai dengan penyusunan
proposal bisnis, mencari investor, dan mempresentasikan rencana
bisnisnya.
Program magang di SM4 selain untuk memantapkan bisnis
peserta didik diarahkan untuk membangun jaringan bisnis. Peserta
didik melanjutkan bisnis yang sudah dilakukan atau memulai bisnis
baru sesuai analisa laporan bisnisnya dan hasil kelayakan usahanya.
Para siswa SM4 dibimbing melanjutkan dan mengembangkan bisnis
yang sudah mereka mulai, atau memulai bisnis baru sesuai analisis
laporan bisnis mereka.8 Sebagai sekolah yang mengedepankan bisnis,
School of Universe memiliki beberapa Unit yang berfungsi sebagai
8
Profil School Of Universe, www.school-of-universe.com/profil/kurikulum, diunduh pada
tanggal 22 November 2016 pukul 19.47
60
tempat belajar dan magang siswa, diantaranya : Ecoshop, Studio
Musik, Radio Komunitas, Gress, Nursery, Workshop Art dan lain-lain
Pada semua tingkatan pendidikan kurikulum dibagi menjadi 4
pokok pengembangan :
a. Kurikulum School of Universe
1) Pengembangan Akhlak
Pembelajaran
Akhlak
yang
dijalankan
oleh
siswa
merupakan pembelajaran etika yang mengulas tentang apa
yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
sesama
manusia
sebagai
mahluk
sosial.
Akhlak
juga
menyangkut kewajiban manusia terhadap Tuhan. Karena itulah
ruang lingkup akhlak sangat luas dan mencakup seluruh aspek
kehidupan anak didik, baik secara vertikal yaitu dengan Tuhan,
dan juga secara horizontal yaitu dengan sesama makhluk
ciptaan Tuhan. Pengembangan akhlak dilakukan dengan
metode teladan.
Tujuan Kurikulum Akhlak adalah untuk pembelajaran
yang lebih mendekatkan siswa antara apa yang ia ketahui
sebagai kebenaran dan perilaku nyata dan kongkrit. Dalam
Kurikulum
Akhlak
Curriculum
and
yang
Teacher
terdapat
pada
Guidebook,
buku
guru
dan
Akhlak
siswa
diharapakan dapat mempraktekan pembelajaran nilai akhlak
dalam keseharian aktivitas belajar dan mengajar, juga di dalam
kehidupannya. Melalui kurikulum ini, siswa diberi kesempatan
untuk berfikir kritis seraya menggali pesan moral yang tersirat
dalam setiap kegiatan yang mereka jalani di sekolah.
61
2) Pengembangan Logika
Di antara empat pilar pendidikan di School of Universe,
yang dibangun dengan Kurikulum khas rancangan tim praktisi
pendidikan dan atas bimbingan langsung Konseptor Sekolah
Alam, Lendo Novo, untuk jenjang Playgroup, Taman KanakKanak, Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah
terdapat Kurikulum Logika yang menjadi salah satu bagian
penting dalam proses pendidikan di sekolah.
Kurikulum Logika dirancang dan dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan siswa akan kegiatan pembelajaran yang
memperhatikan pertumbuhan logika dan analisis peserta didik.
Dengan keyakinan bahwa lahirnya generasi kreatif dan inovatif
tidak luput dari kemampuan peserta didik untuk dapat berfikir
kritis, Kurikulum Logika di School of Universe memilki
standar ketercapaian dan sejumlah rancangan kegiatan yang
terbukti dapat mengasah kemampuan bergikir logis dan
analitikal
anak
sehingga
mereka
tidak
hanya
dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh fasilitator kelas, tapi
juga dapat mengenali kaitan ilmu yang sedang dipelajarinya
dengan aplikasinya di kehidupan nyata.
Logika
Kurikulum
pada
School
of
Universe
menggunakan metode action learning dengan belajar bersama
alam karena pendidikan yang baik lahir dari strategi pengajaran
yang tepat dan sesuai dengan pertumbuhan peserta didik di
masing-masing jenjang. Oleh karena itu, praktisi pendidikan
yang turut bertanggungjawab atas kualitas pembelajaran akan
mendapatkan bermacam bimbingan seiring waktu, mulai dari
pelatihan manajemen kelas, workshop bedah kurikulum dan
juga strategi penanganan siswa. Semua ini untuk memastikan
62
peserta
didik
mendapatkan
pengalaman
belajar
yang
berkualitas dan sesuai sunatullah di sekolah dan juga di rumah.
3) Pengembangan Sifat Kepemimpinan
Kepemimpinan atau leadership adalah kemampuan
seseorang dalam mengajak dan mempengaruhi orang lain untuk
bekerjasama sesuai dengan rencana demi tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Kurikulum leadership ini
bertujuan untuk menyusun pembelajaran sikap agar setiap
siswa dapat memiliki karakter kuat dalam proses persiapan
guna menjadi pemimpin yang berkualitas kelak.
Metode yang digunakan yaitu outbound training dengan
strategi kegiatan outbound mingguan, serta kegiatan outing
seperti outdoor adventure (soupercamp, Outracking Fun
Adventure, trekking, caving, survival) dan lain sebagainya.
Program outbound dan leadership tersebut dikemas dalam
bentuk pembelajaran di kelas atau luar kelas untuk membentuk
kepemimpinan siswa. Dengan kurikulum leadership ini siswa
diharapkan
dapat
mempraktekan
pembelajaran
nilai
kepemimpinan dalam kehidupannya dengan lebih siap dan
matang.
4) Pengembangan Mental Bisnis
Kurikulum Bisnis di School of Universe bertujuan
untuk membangun kemampuan wirausaha peserta didik.
Dengan tingginya angka pengangguran dan kemiskinan di
negeri ini, banyak sekali kesulitan yang dialami oleh
masyarakat disebabkan oleh faktor ekonomi. Metode yang
digunakan yakni magang dan belajar dari ahlinya (learn from
maestro). Pada tingkat School of Business mengusung program
63
magang yang merupakan bagian dari sistem pengajaran dan
pendampingan bisnis yang terintegrasi antara bimbingan di
sekolah dengan latihan praktek kerja secara langsung di bawah
bimbingan
dan
pengawasan
pelaku
bisnis
yang telah
berpengalaman. Program magang dilaksanakan untuk peserta
didik di jenjang Sekolah Menengah.9
Dalam membuat rancangan pembelajaran selama satu
tahun atau dua semester yang seringkali dinamakan long term
plan, secara garis besar para guru harus paham tentang:
a)
Pembuatan Spiderweb
Spiderweb atau jejaring laba-laba dalam terminologi
pembelajaran adalah pembedahan tema ke dalam materimateri yang lebih kecil yang berhubungan dan
terintegrasi.10 Setiap satu tema yang ditarik melibatkan
keseluruhan ilmu seperti IPA, IPS, matematika, bahasa,
PKN, agama dan akhlak.11
b)
Semester Plan
Semester plan merupakan rencana pengajaran yang dibuat
untuk pembelajaran selama satu semester
c)
Weekly Plan
Weekly Plan adalah rencana pengajaran selama satu
minggu.
d)
Daily Plan
Pada dasarnya daily plan hampir sama dengan weekly plan.
Perbedaannya, dalam daily plan uraian aktivitasnya sangat
detail dan adanya aims serta outcomes.12
Oleh karena itu, penguasaan kompetensi pedagogik
guru di sekolah alam sangat diperlukan agar dapat mencapai
tujuan pendidikan yang menciptakan pembelajaran inovatif dan
kreatif dengan kurikulum terintegrasi. Dalam hal ini, guru
9
10
Ibid
Suhendi dan Septiariana Murdiani, Belajar Bersama Alam, (Bogor: SoU Publisher, 2012),
h.168
11
12
Ibid, h.169
Ibid h. 169
64
memerlukan pembinaan yang relevan dengan kegiatan belajar
mengajar berbasis bisnis dan alam.
B. Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru di School of Universe Parung
Berdasarkan deskripsi tentang kegiatan pembelajaran yang sudah
di deskripsikan tampak bahwa pembelajaran di sekolah ini berbeda dengan
pembelajaran di sekolah formal pada umumnya. Karena kurikulum yang
dibuat oleh guru harus dikaitkan dengan kegiatan bisnis di sekolah dan
disesuaikan dengan 4 kurikulum School of Universe. Sebagai seorang yang
sangat berperan penting dalam proses pembelajaran dan pengembangan
siswa, seorang guru perlu mempelajari dan mengembangkan kompetensi
pedagogic. Kompetensi pedagogic merupakan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran dan memahami karakteristik peserta didik. Oleh
karena itu, sekolah perlu memberikan pembinaan secara intens dan
continue.
Pembinaan merupakan serangkaian usaha dan kegiatan yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah, pengawas serta pembina lainnya untuk
meningkatkan kemampuan mengajar guru. Dalam pembinaan kompetensi
pedagogik guru di School of Universe, kepala sekolah memegang peran
penting dalam pelaksanaan pembinaan tersebut. Kepala sekolah bersama
dengan konsultan dan program training effair berkontribusi dalam
meningkatkan kompetensi pedagogic guru.
Berdasarkan informasi yang telah didapatkan dengan wawancara,
observasi dan studi dokumentasi, diharapkan dapat mengungkapkan
bagaimana pembinaan kompetensi pedagogik guru di School of Universe
Parung. Bentuk pertanyaan dan jawaban dari setiap responden yang telah
dilakukan analisis dituangkan dalam bentuk deskripsi sebagai berikut.
65
1. Kegiatan Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru di SoU
Berdasarkan job description of facilitator di SoU guru harus
mampu memahami psikologis perkembangan anak dan mampu
mengatasi masalah murid sesuai dengan levelnya.13 Selain itu, guru
harus mampu membuat spider web, rencana pengajaran, weekly dan
daily activity plan, disiplin di dalam kelas, menyiapkan bahan ajar,
menggunakan strategi pengajaran yang bervariasi, dan menggunakan
teknik penilaian yang baik.14 Oleh karena itu, SoU juga memberikan
pembinaan terkait kompetensi pedagogik guru.
Dengan menganalisis jawaban yang telah diberikan oleh
beberapa narasumber, mulai dari kepala sekolah, program training
effair, konsultan sekolah, guru dan siswa ternyata pembinaan
kompetensi pedagogik guru yang berlangsung di School of Universe
dilaksanakan melalui beberapa kegiatan. Baik itu kegiatan yang
bersifat rutin ataupun sifatnya tentatif.
Dengan menganalisis jawaban yang telah diberikan oleh
beberapa narasumber, mulai dari kepala sekolah, program training
effair, konsultan sekolah, guru dan siswa ternyata pembinaan
kompetensi pedagogik guru yang berlangsung di SoU dilaksanakan
melalui beberapa kegiatan pembinaan. Baik yang dilakukan secara
rutin maupun tentatif. Menurut Kepala Sekolah, “Pembinaan
kompetensi pedagogik guru terdiri dari rapat level, rapat konsultan,
pelatihan kelas, supervisi, coaching clinic dan pertemuan pribadi.”
Berikut penjabaran pembinaan kompetensi pedagogik guru di School
of Universe :
a) Rapat Level
Salah satu bentuk pembinaan yang dilaksanakan School of
Universe yaitu dengan menyelenggarakan rapat level. Rapat level
13
14
Job Description of Facilitator di School of Universe
Ibid
66
merupakan salah satu bentuk kegiatan seperti rapat dewan guru.
Kepala SoU yang bertanggung jawab atas terselenggaranya setiap
pembinaan sekolah memaparkan bahwa :
Rapat Level adalah pertemuan antara para guru dengan
kepala sekolah yang dilaksanakan tiap sepekan sekali. Guru
dipimpin oleh kepala sekolah merumuskan agenda-agenda
pendidikan untuk siswa. Pertemuan ini membicarakan segala
hal yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan terutama
proses belajar mengajar, dimana guru ditanyakan segala
keluhan dan kekurangannya dalam mengajar. Selain itu,
karena di sekolah tersebut guru memiliki dua peran yakni,
sebagai fasilitator kelas/fasilitator pembelajaran dan guru
mata pelajaran maka dalam pertemuan tersebut guru juga
ditanyakan pertanyaan lebih umum, seperti kegiatan
magang, outbound, trecking, tallents mapping dan
sebagainya.15
Hal tersebut menyangkut segala hal yang berkaitan dengan
event-event pendidikan, program pendidikan, dan masalah-masalah
yang ada di sekolah. Rapat Level dimaksudkan untuk membantu
berjalannya kegiatan pendidikan di luar kelas dan di dalam kelas.
Menurut salah satu fasilitator, “Rapat level lebih membantu dalam
merumuskan kegiatan magang, trecking dan setiap event-event
yang akan diselenggarakan SoU maupun pihak luar. Dalam
pertemuan
tersebut
biasanya
sering
dibentuk
kepanitian
penyelenggaraan event. Hal ini sangat membantu dalam mengelola
job description guru yang sangat banyak.”16
Guru SoU yang lainnya yaitu Dian menambahkan,
Dalam rapat level biasanya kepala sekolah mensimulasikan
kegiatan belajar mengajar. Seperti, penggunaan metode
pembelajaran yang menarik, intonasi yang baik dan lain
sebagainya. Selain itu, guru pun terkadang di persilahkan
untuk mencontohkan gaya mengajarnya di kelas. Saya
15
Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari Jum’at, 12
Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung
16
Hasil wawancara dengan Didin Rohidin, Guru Mata Pelajaran IPS, pada hari Kamis, 17
November 2016 pukul 09.32 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung
67
sebagai guru yang bukan merupakan lulusan kependidikan
merasa terbantu dengan adanya pertemuan ini.17
Ditinjau dari hasil wawancara dengan guru, dapat dikatakan
bahwa rapat level dibentuk untuk membantu mengelola job
description guru yang banyak. Berdasarkan pemaparan tersebut,
diperoleh bahwa sekolah mengadakan pertemuan dalam kelompok
kerja dimana guru dengan kepala sekolah mendiskusikan
permasalahan terkait segala hal yang ada di luar kelas dan dalam
kelas, mengembangkan kegiatan secara bersama, menemukan
langsung bantuan dan pelayanan yang dianggap baik untuk
diterapkan.
b) Rapat Konsultan
Selain rapat level, SoU juga mengadakan rapat Konsultan
yang diselenggarakan tiap pekan sekali. Rapat ini diselenggarakan
mengingat minimnya pengetahuan guru mengenai pengelolaan
pembelajaran dan pemahaman terhadap peserta didik. Rapat
Konsultan adalah pertemuan antara guru dengan konsultan yang
membahas kegiatan pembelajaran di kelas setiap sepekan sekali.
Rapat ini menyerupai pertemuan dalam kelompok kerja yang
membicarakan segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pembelajaran. Kepala Sekolah memaparkan bahwa :
“Keberadaan konsultan dimaksudkan untuk membantu tugas
kepala sekolah dalam menangani guru yang mengalami
kesulitan mengelola pembelajaran di kelas. Pertemuan ini
diisi oleh Konsultan yang ahli dalam mengajar. Konsultan
mensimulasikan berbagai macam metode mengajar yang
menarik, mengajarkan pembuatan bahan ajar dari origami,
membantu mengembangkan current plan, dan sebagainya.”
Dilihat dari hasil wawancara tersebut, tergambarkan bahwa
pengelolaan pembelajaran menjadi faktor penting dalam dunia
17
Hasil wawancara dengan Dian, Guru Mata Pelajaran Elektro, pada hari Kamis,
November 2016 pukul 11.18 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung
17
68
pendidikan. Baik itu sekolah formal maupun non formal. Karena
dalam mencetak generasi yang berkualitas, didalamnya terdapat
proses interaksi lingkungan belajar anatara guru dengan siswa.
Oleh karena itu, SoU tetap menggunakan seorang ahli dalam
mengajar untuk membina kompetensi guru. Konsultan sekolah pun
menyatakan bahwa:
Pada saat guru mengajar, konsultan sudah memantau
kegiatan mengajar guru di kelas. Jika ada kekurangan saat
mengajar, konsultan memanggil guru tersebut untuk
ditanyakan kesulitannya lalu konsultan memaparkan
kekurangan guru sehingga muncullah solusi-solusi bagi
guru. Pertemuan tersebut dilaksanakan setelah guru
mengajar. Selain itu, hasil pertemuan guru akan
dirembukkan bersama dengan kepala sekolah.18
Berdasarkan pemaparan beliau, rapat konsultan tidak
terlepas dari kepala sekolah. Setiap hasil yang didapatkan oleh
konsultan akan diinformasikan kembali ke kepala sekolah untuk
dicari
solusinya
secara
bersama.
Salah
satu
fasilitator
menambahkan bahwa :
Saya mengalami kesulitan dalam menciptakan proses belajar
sesuai dengan current plan yang sudah dibuat karena ia
lulusan kependidikan yang sudah terbiasa menggunakan
RPP. Namun, ia merasakan perbedaan setelah konsultan
memanggilnya untuk membicarakan kekurangannya dalam
mengajar. Fasilitator tersebut diberi solusi dan arahan.
Sehingga pada proses pembelajaran selanjutnya, ia mencoba
menerapkan solusi yang diberikan dengan membawa anak
didiknya ke lapangan sekolah untuk melakukan simulasi
pembelajaran. Namun, tetap saja ia merasa perlu selalu
diingatkan untuk menerapkan solusi yang diberikan
konsultan. Hanya saja, konsultan tidak selalu datang tiap
pekan.19
Ditinjau dari beberapa pendapat nara sumber, diperoleh
bahwa rapat konsultan dimaksudkan untuk membantu proses
pembelajaran di kelas yaitu mengatur seluruh guru yang berbeda
18
Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari
Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung
19
Hasil wawancara dengan Didin Rohidin, Guru Mata Pelajaran IPS, pada hari Kamis,
17 November 2016 pukul 09.32 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung
69
tingkatan
pengetahuan,
latar
belakang
pendidikan
dan
pengalamannya menjadi satu keseluruhan potensi yang sadar akan
tujuan SoU dan bersedia bekerja sama guna mencapai tujuan
pendidikan. Hanya dalam pelaksanaannya, pertemuan tersebut
tidak berjalan secara rutin.
c) Pelatihan Kelas
Pelatihan Kelas merupakan pembinaan selanjutnya yang
diselenggarakan oleh SoU. Pelatihan kelas adalah pelatihan yang
diwajibkan bagi semua guru. Pelatihan ini diisi oleh program
training effair yang dilaksanakan tiap hari libur sekolah. Setiap
fasilitator wajib mengikuti pelatihan dari program training effair
dan mengisi daftar hadir. Menurut kepala program training effair,
“Pelatihan yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru
terdiri dari dua jenis yakni Pelatihan bahasa ibu dan Student
Handling.”20 Berikut deskripsi dari masing-masing pembinaan :
1)
Pelatihan Bahasa Ibu
Pelatihan bahasa ibu merupakan salah satu pembinaan
kompetensi pedagogik yang dilaksanakan dengan kepala
sekolah bersama dengan program training effair. Tujuan
pelatihan ini yaitu mengajarkan guru cara berinteraksi
menggunakan bahasa yang baik dengan siswa, berkomunikasi
dengan intonasi suara yang sesuai dengan karakteristik siswa
dan sebagainya.21 Salah satu fasilitator kelas menyatakan
bahwa :
Pelatihan bahasa ibu sangat membantu dalam
berkomunikasi dengan peserta didik. Dalam pembinaan
tersebut, saya diajarkan bahasa persuasif untuk
melarang anak jika melakukan kesalahan dan saya
20
Hasil wawancara dengan Hans, Kepala Program Training Effair, pada hari Jum’at, 12
Februari 2017 pukul 12.30 WIB Ruang Yayasan School Of Universe Parung
21
Ibid
70
disarankan untuk tidak menggunakan kata “Jangan”
kecuali siswa sudah sangat keterlaluan. Ada perubahan
setelah melaksanakan pembinaan ini, orang awam yang
tidak tahu pendidikan, menjadi lebih tahu dan guru jadi
mengetahui intonasi suara yang baik dan gaya bahasa
yang sesuai. Selain itu, saya disarankan untuk
menggunakan kata-kata positif. Contohnya, pada saat
siswa naik ke pohon. Saya melarangnya dengan
mengajak turun dan menjelaskan tentang naik pohon
terlalu tinggi dapat menyebabkannya jatuh dan melukai
dirinya sendiri.22
Ditinjau dari pemaparan guru tersebut, diperoleh
bahwa pelatihan bahasa ibu sangat membantu guru dalam
berinteraksi dengan siswa. Pelatihan ini mengajarkan bahwa
setiap yang dilakukan oleh guru, baik perkataan dan
perbuatan menjadi contoh bagi siswa. Sehingga SoU
mengajarkan para guru untuk mendidik siswa dengan bahasa
yang baik dan persuasif. Selain itu, berdasarkan hasil
pengamatan penulis pada saat pelatihan bahasa ibu, trainer /
pemateri pelatihan memberikan beberapa contoh kasus siswa
yang ada di SoU dan mengajak para guru untuk mencari
solusi dari permasalahan tersebut. Beberapa guru diminta
untuk mensimulasikan dan menyampaikan solusi bagi kasus
tersebut.23 Kepala program training effair menambahkan,
“Biasanya kasus tersebut diambil dari kondisi siswa pada
realitanya di kelas. Sebagai contoh, si A anak yang terkenal
susah diatur. Siswa tersebut dijadikan sebagai contoh kasus
dalam pelatihan.”24
22
Hasil wawancara dengan Dian, Guru Mata Pelajaran Elektro, pada hari Kamis, 17
November 2016 pukul 11.18 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung
23
Hasil Observasi Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru
24
Hasil wawancara dengan Hans, Kepala Program Training Effair, pada hari Jum’at, 12
Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung
71
2)
Student Handling
Selain pelatihan bahasa ibu, student handling juga
merupakan
pelatihan
kompetensi
pedagogik
yang
diselenggarakan oleh program training effair. Pelatihan
student handling bertujuan agar guru dapat mengkondisikan
kelas, memahami karakteristik siswa, menciptakan keakraban
dengan siswa dan sebagainya. Kepala SoU, Donny Prayudi
memaparkan bahwa, “Student Handling adalah kegiatan
pelatihan yang diisi oleh para trainer dari program training
effair.25
Setiap anak memiliki karakteristik yang unik sehingga
dalam menghandel anak pun dengan penanganan yang berbeda.
Kompetensi yang diajarkan dalam kegiatan pembinaan ini
dimaksudkan
untuk
menambah
wawasan
guru
dalam
memahami karakteristik siswa. Ketua Program Training Effair
menambahkan, “Salah satu guru melarang siswa dengan
berkata “Jangan”, bagi beberapa siswa larangan tersebut
langsung dipahami. Namun, bagi siswa tertentu tidak cukup
hanya dilarang maka guru memberikan punisment.Maka, guru
perlu memahami perbedaan siswa dan mengetahui cara
menanganinya.”26
Menurut kepala program training effair, dalam kedua
pelatihan ini biasanya guru ditampilkan power point dan
diberikan contoh studi kasus. Biasanya pemateri mengajak guru
untuk bersama-sama memecahkan kasus yang diberikan. Kasus
yang diberikan berdasarkan kondisi siswa yang ada di
sekolah.”27 Setelah program pelatihan selesai, trainer yang
25
Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari
Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung
26
Hasil wawancara dengan Hans, Kepala Program Training Effair, pada hari Jum’at, 12
Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung
27
Ibid
72
mengisi materi pelatihan mencatat berita acara selama
pelatihan. Mulai dari tempat, petugas traine dan kegiatan yang
dilaksanakan.28
Kedua
pembinaan
yang
diselenggarakan
ini
membutuhkan kontribusi kepala sekolah sebagai pemegang
tanggung jawab setiap proses pembinaan. Sebab apabila tidak
ada kontribusi secara langsung maka akan terjadi ketimpangan
dan perbedaan pemahaman terkait content pembinaan dan hasil
yang diperoleh. Sehingga, menghambat pencapai tujuan
sekolah.
d) Supervisi Kepala Sekolah
Supervisi kepala sekolah adalah kegiatan pembinaan yang
dilakukan kepala sekolah pada saat guru sedang mengajar di kelas.
Kepala sekolah memantau kegiatan mengajar guru dari luar kelas
dan mencatat kekurangan guru dalam lembar instrumen supervisi.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keterampilan guru
dalam mengajar. Apabila terdapat kekurangan dalam mengajar,
guru akan diberi arahan dan solusi setelah jam pelajaran oleh
kepala sekolah. Jika memang diperlukan, guru akan dijadwalkan
untuk mengikuti pembinaan khusus sesuai dengan kebutuhan guru.
Salah satu fasilitator menyatakan, “Supervisi yang dilakukan
oleh kepala sekolah tidak mengganggu kegiatan belajar siswa dan
guru tidak merasa terganggu dengan kehadiran kepala sekolah.
Sebelumnya pun, guru jarang dipanggil oleh kepala sekolah
kecuali
guru
tersebut
sangat
membutuhkan
bimbingan.”29
Sedangkan berdasarkan instrumen hasil supervisi, diperoleh bahwa
rata-rata guru SoU kesulitan mengkorelasikan antara kurikulum
nasional dan tema pembelajaran, fasilitator bingung dengan standar
28
Form Berita Acara Pelatihan School of Universe Parung
Hasil wawancara dengan Dian, Guru Mata Pelajaran Elektro, pada hari Kamis, 17
November 2016 pukul 11.18 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung
29
73
lesson plan di SoU dengan di sekolah-sekolah reguler dan
fasilitator bingung menyampaikan materi terkait dengan aspek
bisnisnya.30 Menurut Kepala Sekolah, guru yang mengalami
kebingungan dan kesulitan ini akan diberikan pembinaan khusus
baik oleh program training effair, kepala sekolah maupun
konsultan. Hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan guru itu
sendiri. Adapun pembinaan tersebut dinamakan coaching clinic.31
Dari kegiatan ini terdapat beberapa kelebihan yang dapat
diketahui oleh kepala sekolah dan guru yaitu untuk mengetahui
sejauhmana pemahaman kompetensi pedagogik guru. Selain itu,
kegiatan ini dapat menjadi penyeimbang pengetahuan guru terkait
pembelajaran yang ada di SoU dengan memberikan pembinaan
ulang bagi guru yang masih kurang terampil.
e) Coaching Clinic
Pembinaan selanjutnya adalah coaching clinic. Pembinaan
ini merupakan pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan hasil
supervisi atau pertemuan pribadi dengan Kepala Sekolah.
Pembinaan ini dapat disebut sebagai pembinaan tambahan atau
penguat. Terdapat dua jenis pembinaan coaching clinic yaitu
sebagai berikut:
1)
Coaching Individual
Coaching Individual merupakan pembinaan khusus yang
dilakukan secara individu dan disesuaikan dengan kebutuhan
guru. Pembinaan ini dilaksanakan setelah pulang sekolah.
2)
Coaching Bersama
Coaching Bersama adalah pembinaan khusus yang dilakukan
secara bersama-sama dengan kebutuhan antar guru yang
sama. Pembinaan ini dilaksanakan di ruang yayasan dan
pelaksanaan disesuaikan dengan kebutuhan.
30
Dokumen Instrumen Hasil Supervisi Fasilitator di School Of Universe
Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari
Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung
31
74
f) Pertemuan Pribadi
Pertemuan pribadi adalah percakapan, dialog, atau tukar
pikiran antara kepala sekolah dengan guru mengenai usaha
peningkatan penyelenggaraan pendidikan, salah satunya adalah
kemampuan pedagogik guru. Pertemuan ini dapat dilakukan secara
formal dan informal. Kepala Sekolah sebagai pengarah dalam
pertemuan ini menyatakan bahwa, “Pertemuan pribadi biasanya
dilaksanakan setelah pulang sekolah sehingga guru lebih terbuka
dan santai menyampaikan keluhan atau kesulitan.”32
Pembinaan ini terealisasi mengingat kondisi guru yang ratarata bukan merupakan lulusan kependidikan, dan dirasa masih
kurang pemahamannya terkait pengelolaan pembelajaran dan
penanganan siswa yang beragam. Selain itu, dalam pembuatan RPP
juga terdapat perbedaan antara sekolah reguler dengan SoU. SoU
menggunakan format rencana pembelajaran yang berbeda,
sehingga
sangat
memungkinkan
bagi
guru
menambah
keterampilannya dengan bertanya pada kepala sekolah.
Salah satu guru menyampaikan bahwa, “Saat pertama kali
menjadi guru di SoU, saya sering melakukan pertemuan pribadi
dengan kepala sekolah karena saya merasa kesulitan dalam
pembuatan current plan. Sehingga setelah itu, kepala sekolah
menjadwalkan saya untuk mengikuti pelatihan pembuatan current
plan.”33
Berdasarkan penjabaran pembinaan kompetensi pedagogik
guru di SoU, penulis membuat bagan agar mempermudah
pemahaman dalam menganalisa. Berikut bagan pembinaan
kompetensi pedagogik guru di School Of Universe.
32
Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari
Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung
33
Hasil wawancara dengan Dian, Guru Mata Pelajaran Elektro, pada hari Kamis, 17
November 2016 pukul 11.18 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung
75
Tabel 4.3
Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru di School Of Universe
2. PERTEMUAN
PRIBADI
1. RAPAT LEVEL
Para guru bersama
Kepala Sekolah
Antara guru dengan
Kepala Sekolah
(Tiap sepekan sekali)
(Disesuaikan)
4. KONSULTAN
3. SUPERVISI KEPSEK
PEMBINAAN
KOMPETENSI
PEDAGOGIK GURU
PARUNG
Kepala Sekolah
memantau cara
mengajar guru
( Sebulan Sekali )
Semua guru wajib
dan berdasarkan
hasil supervisi
Sepekan Sekali
5. COACHING CLINIC
6. PELATIHAN KELAS
Berdasarkan hasil
Supervisi Kepala Sekolah
Semua guru wajib
( Disesuaikan )
Pada saat hari libur
(Setelah pembagian rapot)
Individu
Bersama
( Setelah
mengajar )
(Setelah pembagian
rapot)
Pelatihan Bahasa Ibu
Student Handling
Berdasarkan bagan tersebut, dapat diperoleh bahwa
pembinaan kompetensi pedagogic di School Of Universe
dilaksanakan oleh Kepala Sekolah yang dibantu oleh konsultan dan
program training effair. Ketiga pelaksana pembinaan tersebut
saling berkontibusi untuk membantu meningkatkan kompetensi
pedagogic guru.
76
2. Hasil Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru di School of
Universe
Untuk mengetahui hasil pembinaan kompetensi pedagogik
guru, peneliti mewawancarai guru dan menyebarkan angket yang
berisi penguasaan kompetensi pedagogik guru kepada 10 orang siswa.
Pembahasan hasil penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai
rata-rata setiap dimensi variabel penelitian berdasarkan data yang
diperoleh melalui angket dan dalam menentukan siswa yang
diwawancara, sehingga diketahui secara umum persepsi siswa terhadap
kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Dalam satu pembelajaran, School Of Universe terdiri dari 3
semester. Tiga semester terdiri dari 4 bulan. Untuk menganilisis
penguasaan kompetensi pedagogik guru di SoU dilakukan teknik
wawancara bersama guru dan kepala sekolah serta mengobservasi
kegiatan pembelajaran dikelas.
Menurut
Kepala
Sekolah
Menengah
SOU,
terdapat
problematika yang paling sering ditemui guru dalam proses
pembelajaran, yakni:
Pertama, guru kurang bisa mengimbangi siswa karena
pembelajaran student centered atau berpusat pada siswa yang
mengakibatkan siswa lebih dominan dan guru menjadi tidak
dominan atau kurang bisa menguasai audients. Apalagi ratarata siswa Sekolah Menengah kritis dan memiliki banyak
alasan. Dalam hal ini kadang guru kurang terampil dalam
menanganinya. Kedua, sering terjadi GAP antara guru dengan
siswa. Siswa dirasa sangat aktif untuk mengikuti hal-hal yang
kekinian. Sementara, guru tidak masuk ke dunia siswa karena
tidak terlalu mengikuti hal yang bersifat kekinian.34
Tiap kelas di School Of Universe, didampingi oleh satu
fasilitator kelas dan satu fasilitator pembelajaran. Kedua fasilitator
tersebut berfungsi sebagai pendamping dalam setiap kegiatan di
34
Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari
Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung
77
sekolah. Saat fasilitator kelas mengajar, fasilitator pembelajaran
membantu guru mata pelajaran mengkondisikan siswa begitupun
sebaliknya.35 Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi
antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik.
Kegiatan pertama dalam proses pembelajaran yakni, kegiatan
pendahuluan. Fungsi kegiatan pendahuluan adalah untuk menciptakan
suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa
dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Berdasarkan hasil
pengamatan pembelajaran di kelas SM 3 yang diajar oleh guru baru
pada pembelajaran bahasa inggris, diperoleh bahwa pada saat kegiatan
pendahuluan, fasilitator kelas membantu guru mata pelajaran untuk
mengkondisikan kelas. Dan guru mata pelajaran cukup baik dalam
mempersiapkan peserta didik untuk belajar. Guru mempersiapkan
kelas dengan menanyakan kabar siswa menggunakan bahasa Inggris.
Guru pun melakukan apersepsi dengan menghubungkan materi dengan
pengalamannya.36 Pembelajaran yang diajarkan disesuaikan dengan
current plan dan daily activity plan yang sudah dibuat guru.
Selanjutnya langkah kedua dalam proses pembelajaran yakni
kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan inti merupakan kegiatan utama
dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman
belajar siswa. Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses
pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram
yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu, yang dilakukan guru
tersebut yaitu dengan memberikan materi pembelajaran yang
diajarkan. Dalam hal ini, guru menanyakan seputar keadaan yang
terjadi di lingkungan mereka menggunakan bahasa inggris. Metode
35
36
Hasil Observasi Kelas
Ibid
78
yang digunakan guru yakni diskusi dan ceramah.37 Beberapa siswa
mengamati saat guru menerangkan. Namun, beberapa siswa lainnya,
terlihat sibuk mengobrol dengan temannya.38
Intonasi yang digunakan guru saat mengajar tidak dapat
mengimbangi siswa. Suara guru terlalu pelan karena dirasa siswa
memiliki intonasi bicara yang tinggi. Kondisi kelas pun kurang
kondusif karena siswa duduk lesehan dan berdekatan, sehingga guru
sulit mengontrol siswa. Siswa yang mendengar dengan aktif hanya
siswa yang dekat dengan guru. Namun, guru mensiasati kelas dengan
memanggil satu persatu siswa. Guru menggunakan laptop untuk
menampilkan power point yang berisi pertanyaan. Siswa disuruh
memilih satu dari beberapa pilihan buah yang sudah dibuat guru dalam
power point.
Dalam tiap buah memiliki pertanyaan berbeda dan pertanyaan
tersebut menanyakan seputar kejadian terkini seperti, apa yang
dilakukan pada saat pulang sekolah, project apa yang sudah
diselesaikan hingga siswa diminta berargumen tentang peristiwa demo
4 November 2016 dalam bahasa Inggris. Disamping itu, siswa lainnya
ada yang menonton film hingga berteriak, ada yang keluar kelas, dan
ada yang tiduran, tetapi siswa terlihat sangat antusias menunggu giliran
untuk dipanggil oleh guru.39 Ditinjau dari hasil pengamatan tersebut,
penulis berpendapat bahwa keadaan tersebut terjadi dikarenakan
kurikulum SoU yang tidak menekankan pada proses pembelajaran
secara formal. Dirasa guru kurang tegas menyikapi siswa di kelas,
Peserta didik yang dipanggil pun dilatih untuk berargumen dan
mengasah
kemampuan
bahasa
Inggrisnya.
Siswa
juga
mempresentasikan projectnya dalam bahasa Inggris. Peserta didik
terlihat senang dalam menjawab tiap pertanyaan yang diberikan oleh
37
Ibid
Hasil observasi siswa
39
Ibid
38
79
guru. Guru pun mencatat sejauhmana keterampilan berbahasa inggris
tiap siswa. Bagi siswa berkebutuhan khusus, sekolah menyediakan
guru pendamping (shadow teacher). Guru pendamping berperan
membantu siswa berkebutuhan khusus untuk mengikuti pelajaran yang
diajarkan oleh guru mata pelajaran. Guru mata pelajaran lebih fokus
memantau perkembanagn belajar siswa yang mengalami kesulitan
belajar atau ketertinggalan.
Kegiatan akhir dalam proses pembelajaran yakni penutup.
Kegiatan penutup adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk
mengakhiri kegiatan inti pembelajaran. Dalam kegiatan tersebut, guru
melaksanakan tindak lanjut atau arahan untuk kegiatan pembelajaran
selanjutnya. Guru menjelaskan siswa apa yang akan dilaksanakan pada
pertemuan selanjutnya. Namun, kondisi kelas yang tidak kondusif dan
kurangnya pemahaman guru terhadap karakteristik siswa menjadikan
proses pembelajaran tidak menghasilkan kesimpulan. Siswa pun
kurang memperhatikan guru karena intonasi suara guru pelan,
sehingga siswa lebih dominan. Pada saat guru mengucap salam, hanya
dua atau tiga orang yang menjawab salam guru.
Berbeda halnya dengan guru baru, guru yang sudah lama
mengajar tidak pernah mendapati siswa yang menonton film di kelas
atau keluar kelas tanpa izin siswa. Ada pula guru baru dengan latar
belakang pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk belajar
dengan duduk membentuk lingkaran agar guru mudah memantau
siswa.40 Dalam hal ini dapat diperoleh bahwa keterampilan guru dalam
mengajar masih kurang. Khususnya dalam mengkondisikan kelas dan
memahami karakteristik siswa yang berbeda. Namun, tidak semua
guru mengalami hal yang sama. Bagi guru dengan latar belakang
pendidikan, pembelajaran terlaksana dengan lebih mudah, karena guru
40
Hasil wawancara dengan Didin Rohidin, Guru Mata Pelajaran IPS, pada hari Kamis,
17 November 2016 pukul 09.32 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung
80
sudah memiliki pengalaman mengajar sebelumnya. Sehingga dapat
menerapkan berbagai metode, menyesuaikan posisi duduk siswa, dan
memahami karakteristik siswa. Begitu halnya dengan guru yang sudah
lama mengajar di SOU. Keterampilan mengajar dan wawasan dalam
mengajar
semakin
bertambah
sehingga
guru
sudah
dapat
mengembangkan proses pembelajaran dan mengkondisikan kelas.
Hanya saja guru baru dengan latar belakang non pendidikan, masih
kurang terampil dalam mengelola kelas dan memahami karakteristik
siswa.
Berikut ini data dari hasil penyebaran angket terhadap 10 siswa
yang terdiri dari 6 dimensi yaitu:
Pra Pembelajaran adalah kegiatan guru sebelum memulai
pembelajaran. Kegiatan yang biasa dilakukan guru adalah mengabsen
siswa, berdoa, menata kelas agar nyaman saat belajar, memperhatikan
kebersihan kelas dan menanyakan kabar siswa. Guru harus dapat
mengalokasikan waktu belajar dengan baik. Mulai dari masuk kelas
tepat waktu hingga keluar kelas tepat waktu agar proses pembelajaran
dapat berjalan secara tertib dan efektif. Masuk kelas dan keluar kelas
tepat waktu mengajarkan kepada siswa untuk disiplin terhadap waktu.
Berdasarkan wawancara dengan siswa, guru sudah melakukan
kegiatan pra pembelajaran hanya belum optimal. Hanya sebagian besar
guru yang mengabsen siswa, memperhatikan kebersihan kelas, dan
masuk serta keluar kelas tepat waktu. Salah satu siswa menyatakan
guru sering sekali datang tidak tepat waktu dan keluar tidak tepat
waktu.41 Tidak seluruh guru melaksanakan kegiatan pra pembelajaran
tersebut. Namun beberapa guru menyatakan, selalu mengabsen siswa,
berdoa dan menanyakan kabar siswa.42 Begitupun menurut Kepala
41
Hasil Wawancara dengan M.A.Islam Imam, Siswa SM kelas 2, pada hari Senin, 6
Maret 2017 di Ruang Kelas School Of Universe
42
Hasil wawancara dengan Dian, Guru Mata Pelajaran Elektro, pada hari Kamis, 17
November 2016 pukul 11.18 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung
81
Sekolah,
guru
pembelajaran.
diwajibkan
untuk
melakukan
kegiatan
pra
43
Berdasarkan persepsi siswa, belum seluruh guru mengabsen
siswa,
masuk
dan
keluar
kelas
tepat
waktu,
berdoa
serta
memperhatikan kenyamanan kelas. Hal ini tentu akan memberi kesan
kepada siswa bahwa tidak masuk kelas menjadi hal yang wajar, masuk
tidak tepat waktu menjadi hal yang biasa. Akibatnya dapat dilihat
dalam kehidupan sehari-hari di sekolah sering sekali siswa kurang
disiplin terhadap waktu. Masuk kelas tepat waktu, menanyakan kabar
siswa, memperhatikan kondisi kelas dan berdoa diawal pembelajaran
memberi kesan yang baik terhadap guru yang melaksanakannya.
Selain itu, guru harus mampu melaksanakan pembelajaran yang
mendidik dan dialogis yaitu bagaimana guru mampu melakukan
apersepi, menguasai isi materi pembelajaran, menciptakan proses
pembelajaran
mengeksplorasi
yang
menyenangkan,
pembelajaran,
membimbing
membimbing
siswa
siswa
untuk
untuk
mengolaborasi pembelajaran, melakukan konfirmasi bersama siswa
dan membimbing siswa membuat kesimpulan. Menurut siswa, guru
masih banyak yang tidak merespon pertanyaan yang diajukan siswa.44
Beberapa guru menyatakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di
SoU terkadang tidak terlihat belajar karena seperti berbincang biasa.45
Hal ini pun diperkuat oleh kepala program training effair, dalam proses
pembelajaran guru terkadang lebih sering mengaitkan materi dengan
project bisnis atau kehidupan sehari-hari sehingga tidak terlihat seperti
sedang melaksanakan pembelajaran.46
43
Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari
Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung
44
Hasil Wawancara dengan M.A.Islam Imam, Siswa SM kelas 2, pada hari Senin, 6
Maret 2017 di Ruang Kelas School Of Universe
45
Hasil Wawancara dengan Fahmi Salim, Guru Mata Pelajaran IPA, pada hari Senin, 16
Januari 2017 pukul 12.30 WIB di Ruang Kelas School Of Universe Parung
46
Hasil waw
ancara dengan Hans, Kepala Program Training Effair, pada hari Jum’at, 12 Agustus
2016 pukul 12.30 WIB di Ruang Kantor School Of Universe Parung
82
Pelaksanaan
pembelajaran
yang
mendidik
dan
dialogis
dikategorikan cukup namun belum berjalan secara optimal. Hal
tersebut ditinjau dari pengamatan pembelajaran di kelas. Selain
mendidik dan dialogis, guru harus mampu memahami karakteristik
siswa yang unik dan berbeda. Terlebih SoU memiliki siswa
berkebutuhan khusus yang didampingi oleh guru pendamping.
Sehingga, guru mata pelajaran harus dapat berkontribusi dengan guru
pendamping agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan
sekolah alam.
Berdasarkan hasil supervisi kepala sekolah, tidak semua guru
mampu memahami perkembangan belajar siswa, perbedaan individu
siswa dan kebutuhan yang diperlukan siswa. Hal ini sesuai dengan apa
yang dirasakan oleh beberapa guru yang kesulitan memahami
karakteristik siswa yang berbeda serta mengimbangi apa yang
diinginkan siswa.47 Menurut kepala sekolah, guru sering mengeluhkan
kesulitan
dalam
mengelola
siswa
yang
berbeda-beda
karakteristiknya.48 Hal tersebut juga dirasakan oleh kepala program
training effair, dimana pada saat pelatihan, guru lebih sering
menanyakan tentang cara menangani siswa.49 Sama halnya dengan
konsultan sekolah, yang sering melihat guru kurang terampil dalam
mengelola siswa di dalam kelas.50
Dari data pengamatan pembelajaran di kelas, diperoleh bahwa
penggunaan teknologi pembelajaran oleh guru sudah cukup. Hanya
tidak seluruh guru yang memanfaatkan teknologi pembelajaran.
Menurut kepala sekolah, guru di SoU sudah banyak yang menerapkan
teknologi sebagai media pembelajaran. Seperti, memberikan soal
47
Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari
Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung
48
Ibid
49
Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari
Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung
50
Hasil Wawancara dengan Widya, Konsultan Sekolah, pada hari Selasa, 22 November
2016 pukul 12.30 WIB Ruang Konsultan School Of Universe Parung
83
melalui
internet,
sebagainya.
51
mengumpulkan
tugas
melalui
internet,
dan
Guru pun menyatakan sering membuat power point
dalam proses pembelajaran.52 Hanya menurut beberapa siswa, power
point yang dibuat guru tidak jelas dan tidak dipahami.53 Terdapat
ketimpangan antara pendapat kepala sekolah dengan guru, dimana
guru belum menerapkan teknologi sebagai media belajar.
Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran di kelas, sebagian
besar guru melaksanakan penilaian hasil belajar dan mengadakan
perbaikan terhadap hasil belajar. Hanya hasil kerja yang diperoleh
tidak dikembalikan lagi kepada siswa sehingga siswa tidak mengetahui
letak kesalahannya dalam mengerjakan tugas.
Dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
SoU melaksanakan tallents mapping (pemetaan bakat), dimana guru
hanya mengarahkan siswa untuk mengikuti kegiatan berdasarkan hasil
tallents mapping.54 Menurut siswa, guru selalu mengarahkan siswa
untuk mengerjakan project bisnisnya.55 Kepala sekolah menyatakan
guru tidak hanya mengarahkan siswa dalam penentuan minat bakat
tetapi juga menyiapkan tempat untuk mereka mengembangkan
potensinya.56
Dalam hal ini persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik
guru dirasa sudah cukup namun belum optimal. Guru masih
memerlukan pembinaan kompetensi pedagogik secara terus menerus.
Hal tersebut juga dirasakan oleh guru yang masih memerlukan
51
Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari
Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung
52
Hasil Wawancara dengan Fahmi Salim, Guru Mata Pelajaran IPA, pada hari Senin, 16
Januari 2017 pukul 12.30 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung
53
Hasil Wawancara dengan M.A.Islam Imam, Siswa SM kelas 2, pada hari Senin, 6
Maret 2017 pukul 09.30 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung
54
Hasil Wawancara dengan Fahmi Salim, Guru Mata Pelajaran IPA, pada hari Senin, 16
Januari 2017 pukul 12.30 WIB Ruang Kelas School Of Universe Parung
55
Hasil Wawancara dengan Khaila Zahra, Siswa SM kelas 2, pada hari Senin, 6 Maret
2017 di Ruang Kelas School Of Universe Parung
56
Hasil wawancara dengan Donny Prayudi, Kepala Sekolah Menengah, pada hari
Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB Ruang Kantor School Of Universe Parung
84
pembinaan secara berkala agar selalu ada yang mengingatkan jika
dalam pelaksanaan pembelajaran guru masih merasa kesulitan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian tentang pembinaan kompetensi
pedagogik guru di School of Universe Parung, peneliti dapat menyimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Pembinaan Kompetensi Pedagogik guru di School of Universe
dilaksanakan melalui rapat level, rapat konsultan, pelatihan kelas,
supervisi kepala sekolah, coaching clinic dan pertemuan pribadi.
a. Rapat Level merupakan pertemuan antara para guru dengan kepala
sekolah
yang
membicarakan
segala
hal
yang
menyangkut
penyelenggaraan pendidikan. Sehingga membantu dalam mengelola
job description guru yang sangat banyak.
b. Rapat Konsultan merupakan pertemuan antara guru dengan konsultan
yang membahas kegiatan pembelajaran dikelas. Dimana konsultan
membantu fasilitator dalam menggunakan metode yang menarik,
mengajarkan pembuatan bahan ajar, mengembangkan current plan dan
sebagainya. Sehingga, guru dapat berkonsultasi dengan seorang ahli
pembelajaran.
c. Pelatihan Kelas diisi oleh para trainer dari program training effair.
Pelatihan ini terdiri dari dua jenis yakni, a)pelatihan bahasa ibu adalah
program pembinaan yang mengajarkan guru cara berinteraksi
menggunakan bahasa yang baik dengan siswa, menggunakan intonasi
suara yang sesuai dan sebagainya serta b) Student Handling adalah
program
pembinaan
yang
mengajarkan
guru
untuk
dapat
mengkondisikan kelas, memahami karakteristik siswa, menciptakan
keakraban dengan siswa dan sebagainya.
85
86
d. Supervisi Kepala Sekolah merupakan kegiatan pembinaan yang
dilakukan kepala sekolah pada saat sedang mengajar di kelas, berupa
pemantauan KBM.
e. Coaching Clinic adalah Pembinaan khusus yang disesuaikan dengan
kebutuhan guru berdasarkan hasil supervisi kepala sekolah terdiri dari
coaching secara, a) individual yaitu pelatihan guru secara individu dan
b) coaching bersama yaitu pelatihan khusus yang diberikan kepada
beberapa guru dengan kebutuhan materi yang sama.
f. Pertemuan Pribadi yaitu pertemuan antara kepala sekolah dengan satu
orang guru yang ingin menyampaikan keluhan atau kesulitan terkait
proses pembelajaran.
Berbagai pembinaan kompetensi pedagogic yang dilakukan pihak
sekolah sering mengalami hambatan dan terputus akibat seringnya
pergantian guru. Masa kontrak yang hanya 2 tahun menyebabkan
sekolah harus melakukan pembinaan ulang bagi guru baru.
2. Pembinaan kompetensi pedagogik guru di School of Universe Parung
sudah cukup baik. Hal ini didasarkan dari adanya pelaksanaan supervisi
pembelajaran yakni kunjungan kelas, observasi kelas maupun pembinaan
langsung kepada para guru yang dilaksanakan oleh Kepala Sekolah,
konsultan dan program training effair secara berkala. Dampak dari
pembinaan tersebut juga dirasakan oleh peserta didik sehingga mereka
menilai guru telah melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis
B. Saran
Bertitik tolak dari temuan penelitian, terdapat beberapa saran yang
dapat
dipertimbangkan
pedagogik guru yaitu:
1. Bagi Kepala Sekolah
dalam
meningkatkan
pembinaan
kompetensi
87
Hendaknya Kepala Sekolah mengambil peran penting dalam setiap
pembinaan. Mengingat tanggung jawab kepala sekolah sebagai supervisor.
Alangkah lebih baik, guru disediakan majalah atau artikel yang
berhubungan dengan pengelolaan anak, mengelola pembelajaran dan halhal yang berhubungan dengan kompetensi pedagogik. Sehingga, para guru
dapat membaca artikel atau majalah tersebut untuk memperluas wawasan.
Selain itu, kepala sekolah perlu memantau guru yang hadir dalam
pelaksanaan pembinaan tiap pekan agar semua guru mendapatkan
wawasan kompetensi pembelajaran yang sama.
2. Bagi Guru
Hendaknya guru perlu mengikuti semua pembinaan yang diberikan
oleh sekolah. Selain itu, guru perlu mengembangkan dirinya untuk
mengikuti
pelatihan,
workshop,
seminar
yang
berkaitan
dengan
kompetensi pedagogik agar dapat terampil mengelola kelas dan
memahami karakteristik siswa. Guru pun perlu membaca artikel terkait
pengembangan peserta didik dalam jenjang usia serta mengetahui hal-hal
yang berkaitan dengan remaja sehingga guru mudah memasuki dunia
peserta didik.
3. Bagi yayasan
Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan, dalam perekrutan
guru, lebih baik sekolah langsung merekrut guru yang berlatar belakang
pendidikan agar memudahkan pihak sekolah untuk mengembangkan
kompetensi yang dimiliki guru. Apabila merekrut guru yang berlatar
belakang non kependidikan, sebaiknya tidak diadakan masa kontrak 2
tahun bagi guru karena pembinaan guru harus dilaksanakan secara
berkelanjutan dan optimal. Selain itu, guru merupakan jabatan profesional
yang memerlukan keahlian khusus dalam mengajar dan memahami peserta
didik.
DAFTAR PUSTAKA
Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Dasar, Fungsi dan Tujuan
Peraturan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru
Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru. Jakarta: Prenada Media Group,
2011.
http://muchsinal-mancaki.blogspot.co.id/2014/02/guru-mismatch.html.
diunduh
pada tanggal 9 September pukul 20.50
http://www.pikiran-rakyat.com/opini/2016/05/04/kualitas-guru-kita-368286.
Jumat, 9 September 2016. Pukul 21.01
Asosiasi
Program
Studi
Manajemen/Administrasi
Pendidikan
Indonesia.
PROSIDING. Surabaya: DwiPutra Pustaka Jaya, 2015
Sutrisno, Edy. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prenada Group, 2011.
Ramayulis. Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia, 2013.
Rusman. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012.
Saudagar, Fachruddin dan Ali Idrus. Pengembangan Profesionalitas Guru.
Jakarta: Gaung Persada, 2011.
R. Payong, Marselus. Sertifikasi Profesi Guru. Jakarta: PT. Indeks, 2011.
Sagala, H. Syaiful. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: Alfabeta, 2013.
Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2012.
88
89
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana, 2007.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012.
Yaumi, Muhammad. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Prenada
Media Group, 2009.
Satori, Djam’an. Profesi Keguruan. Tangsel: Universitas Terbuka, 2014.
Barudin. Manajemen Peserta Didik. Jakarta: PT. Indeks, 2014.
Kosasi, Raflis dan Soetjipto. Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004.
Gunawan, Rudy. Pengembangan Kompetensi Guru IPS. Bandung: Alfabeta,
2014.
Supardi. Profesi Keguruan. Jakarta: DIADIT MEDIA, 2009.
Dradjat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang,
Imron, Ali. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya, 1995.
http://xerma.blogspot.co.id/2014/05/pengertian-fungsi-pembinaan-menurut.html,
diunduh pada tanggal 18 September 2016, pukul 21.23 WIB
Mangkunegara, Anwar Prabu. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia. Bandung: PT. Refika Aditama, 2006.
Panggabean, Mutiara S. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2004.
H. Malayu. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012.
Sudjana, Djuju. Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah. Bandung:
Nusantara Pers, 1992.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011.
90
Syukur, Fatah. Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan. Semarang: PT.
Pustakan Rizki Putra, 2012
Ahmadi, Iif Khoiru. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2011.
Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media Group, 2008.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2010.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group, 2011.
Wahjosumidjo.
Kepemimpinan
Kepala
Sekolah
Tinjauan
Teoritik
dan
Permasalahannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010.
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: ArRuzz Media, 2010.
Suhendi dkk. Belajar Bersama Alam. Bogor : SoU Publisher, 2012.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013.
Syaifurrahman, Manajemen dalam Pembelajaran. Jakarta : PT. Indeks, 2013
Download