PENGARUH BRAND KNOWLEDGE, PERSEPSI KUALITAS DAN

advertisement
PENGARUH BRAND KNOWLEDGE, PERSEPSI KUALITAS DAN INNOVATIVENESS
TERHADAP MINAT BELI
( Studi Pada Pengguna Smartphone Android Asus di Purworejo)
Tri Shinta Suhartiningsih
Email: [email protected]
Ridwan Baraba, S.E, M.M.
Murry Harmawan Saputra, S.E, M.Sc.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
ABSTRAK
Tri Shinta Suhartiningsih, Pengaruh Brand Knowledge, Persepsi Kualitas, dan
Innovativeness terhadap Minat beli. Skripsi. Program Studi Manajemen. Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2017.
Handphone kini tidak hanya digunakan untuk komunikasi via telepon atau SMS
namun juga dapat digunakan sebagai media sosialisasi melalui internet yang memunculkan
handphone dengan teknologi yang lebih canggih yang kita kenal dengan smartphone.
Semakin maraknya produsen smartphone yang menawarkan berbagai inovasi fitur dalam
produknya, memunculkan persaingan yang sangat ketat. Begitu juga dengan smartphone
android Asus untuk bekerja secara optimal untuk menarik brand knowledge, persepsi
kualitas dan innovativeness serta menumbuhkan minat beli konsumen terhadap produk.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh brand knowledge, persepsi kualitas,
dan innovativeness terhadap minat beli smartphone android Asus. Populasi penelitian ini
adalah semua pengguna smatphone android Asus di Purworejo. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 120 orang. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dinilai
dengan skala Likert yang masing-masing sudah diuji cobakan dan telah memenuhi syarat
validitas dan reliabilitas. Analisis data menggunakan regresi linier berganda dan pengujian
hipotesis yaitu uji signifikansi.
Hasil analisis linier berganda menunjukkan bahwa brand knowledge, persepsi
kualitas, dan innovativeness berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap
minat beli.
Kata kunci: brand knowledge, persepsi kualitas, innovativeness, dan minat beli
1
A. PENDAHULUAN
Pada era perkembangan teknologi ini handphone tidak sekedar memiliki fungsi
komunikasi saja tetapi juga dapat mengakses situs internet. Dalam kaitannya dengan
perekonomian, ini merupakan peluang industri telekomunikasi untuk menciptakan suatu
handphone yang berfungsi untuk komunikasi sekaligus dapat mengakses internet. Hal ini di
manfaatkan oleh beberapa produsen handphone dalam menciptakan handphone pintar yang
lebih di kenal dengan sebutan smartphone. Kebutuhan pengguna smartphone berdampak
pada meningkatnya permintaan akan smartphone. Banyak produsen telepon genggam
berbondong-bondong menciptakan smartphone yang memiliki fitur yang canggih
(Nurharyanti, 2014:1). Pengetahuan merek didefinisikan sebagai adanya informasi tentang
merek dalam ingatan (memory) konsumen beserta dengan asosiasi-asosiasi yang berkaitan
dengan merek tersebut (Keller dalam Tjiptono 2005:40). Dengan demikian pengetahuan
konsumen tentang merek dibutuhkan untuk mengevaluasi merek tersebut. Kemudian dalam
pikiran konsumen pengetahuan merek tersebut dipersepsikan memiliki kualitas yang tinggi
dan membuat konsumen puas dan setia.
Menurut Aaker (1997:124) Persepsi Kualitas didefinisikan sebagai persepsi
pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk serta layanan yang
berkaitan dengan apa yang diharapkan pelanggan. Pada produk baru yang dikenalkan
dengan pengetahuan merek yang sebelumnya telah dikenal, perusahaan ingin mendapatkan
perceived quality yang baik dari konsumen. Hal ini dapat dicapai karena konsumen
diasumsikan telah mengetahui dengan baik dan memiliki informasi yang cukup tentang
kualitas produk. Untuk itu perusahaan harus memiliki kemampuan untuk berinovasi serta
meningkatkan kinerja melalui minat beli konsumen. Menurut Rangkuti (2006) dalam Lubis
dan Sitompul (2013), innovativeness adalah aspek kepribadian yang berhubungan dengan
penerimaan konsumen untuk mencoba produk baru atau merek baru. Dalam persaingan
industri smartphone, perusahaan harus dapat memodifikasi produknya untuk menambah
nilai dari produk yang dihasilkan dan harus dapat memenuhi kebutuhan serta selera
konsumen. Perusahaan yang menghasilkan produk yang inovatif akan mendorong konsumen
untuk membeli produk tersebut. Selain itu, inovasi suatu produk juga mejadi faktor yang
harus dipertimbangkan konsumen dalam membeli suatu produk yang modern.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:206), minat beli adalah suatu bentuk pikiran
yang nyata dari refleksi rencana pembeli untuk membeli beberapa unit dalam jumlah
tertentu dari beberapa merek yang tersedia dalam periode waktu tertentu. Dalam penelitian
ini produk yang dijadikan sebagai obyek penelitian yaitu produk handphone jenis
smartphone yaitu smartphone Asus. Pertimbangan pemilihan produk smartphone ini, karena
2
jika dilihat dari sisi penggunaan smartphone, konsumen di Indonesia cenderung
menggunakan merek smartphone tersebut, ini dikarenakan merek smartphone itu memiliki
teknologi tinggi, yang tidak hanya dapat digunakan sebagai alat komunikasi via telepon atau
SMS melainkan memiliki kegunaan dan fitur beragam yang dapat memuaskan keinginan
serta dapat menaikan prestise mereka (Wardani, 2015:5). Produk smartphone Asus memiliki
keunggulan dalam menciptakan produk baru. Sehingga konsumen tertarik untuk memilih
produk smartphone yang sesuai dengan keinginan berdasarkan pengetahuan merek,
persepsi kualitas dan inovasi yang didapatkan oleh konsumen.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah brand knowledge berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen
smartphone android Asus?
2. Apakah persepsi kualitas berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen
smartphone android Asus?
3. Apakah innovativeness berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen
smartphone android Asus?
C. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
1. KAJIAN TEORI
a. MEREK
Sangadji dan Sopiah (2013:323), mendefinisikan merek sebagai suatu nama
atau simbol yang mengidentifikasi suatu produk dan membedakannya dengan
produk-produk lain, sehingga mudah dikenali oleh konsumen ketika hendak
membeli sebuah produk. Sedangkan menurut Kotler (2012:241) merek adalah nama,
istilah, tanda, symbol, dan desain atau kombinasi dari mereka bertujuan untuk
mengetahui barang atau jasa dari satu penjual atau sekelompok penjual dan untuk
membedakan mereka dari pesaing. Merek merupakan sesuatu yang dipersepsikan
konsumen atas berbagai informasi dan pengalaman membeli dan mengkonsumsi
produk.
b. PENGETAHUAN MEREK (BRAND KNOWLEDGE)
Pengetahuan merek didefinisikan sebagai adanya informasi tentang merek
dalam ingatan (memory) konsumen, beserta dengan asosiasi-asosiasi yang berkaitan
dengan merek tersebut (Keller dalam Tjiptono 2005:40). Informasi yang direkam
dalam ingatan konsumen itu dapat berbentuk informasi verbal, visual, abstrak atau
contextual. Secara umum, Keller dalam Tjiptono (2005:41) juga menyatakan bahwa
pengetahuan merek dapat terbagi menjadi dua komponen yaitu brand awareness
dan brand image.
3
Dengan demikian pengetahuan konsumen tentang merek dibutuhkan untuk
mengevaluasi merek tersebut. Berikut indikator dari brand knowledge yaitu:
a)
Brand Awareness (Kesadaran merek)
Menurut Aaker (1997:90) kesadaran merek menunjukan kesanggupan
seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali, suatu kategori
produk tertentu.
Bagian dari suatu kategori produk ini perlu ditekankan karena terdapat
suatu hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang
dilibatkan. Kesadaran merek memerlukan jangkauan kontinum dari perasaan
yang tidak pasti bahwa merek tertentu telah dikenal sebelumnya. Dengan
demikian, konsumen yakin bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya
merek dalam kelompok produk.
b)
Brand image (Citra Merek)
Menurut Tjiptono (2005:49) brand image atau brand description adalah
deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu.
Dapat juga dikatakan bahwa citra merek merupakan konsep yang diciptakan
oleh konsumen karena alasan subjektif dan emosi pribadinya. Oleh karena itu,
dalam konsep ini persepsi konsumen menjadi lebih penting daripada keadaan
sesungguhnya.
c. PERSEPSI KUALITAS (PERCEIVED QUALITY)
Menurut Aaker (1997:124) Persepsi Kualitas didefinisikan sebagai persepsi
pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk serta
layanan yang berkaitan dengan apa yang diharapkan pelanggan. Persepsi kualitas
adalah salah satu kunci dimensi ekuitas merek. Sedangkan menurut Zeithamal
(1998) dalam Barata (2007:65) persepsi kualitas didefinisikan sebagai gambaran
umum dari penilaian konsumen tentang keunggulan atau kesempurnaan dari suatu
produk dan dalam level tertentu dapat dibandingkan dengan atribut tertentu dari
produk. Konsumen menilai kualitas dari suatu produk berdasarkan berbagai
informasi yang didapatkannya dari kampanye iklan maupun dari pertukaran
informasi dari orang lain (word of mouth). Menurut Aaker (1997:133), dimensi
kualitas dibagi menjadi delapan yaitu:
1.
Kinerja (performance): penampilan atau kinerja dari fungsi yang melibatkan
berbagai karakteristik operasional utama produk.
4
2. Penampilan fisik (features): sejumlah atribut tambahan yang menunjang dan
melengkapi fungsi operasional utama produk.
3. Kehandalan (reliability): konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk
dari suatu pembelian ke pembelian berikutnya.
4. Ketahanan (durability): mencerminkan umur ekonomis atau daya tahan produk.
5. Kualitas standar (corformance to specification): tingkat kesesuaian produk
dengan spesifikasi yang telah dijanjikan.
6. Tingkat pelayanan (service ability): berkaitan dengan kemudahan dan kecepatan
dalam memperoleh pelayanan produk untuk diperbaiki.
7. Estetika (aesthetics): cerminan dari nilai-nilai estetika yang bersifat subjectif,
sehingga produk dapat terlihat, dirasakan dan terdengar.
8. Kesan yang diterima (perceived quality): gabungan dari semua kategori produk
yang merupakan pengaruh dari brand image dan faktor-faktor tak berwujud
lainnya yang dapat mempengaruhi persepsi konsumen mengenai kualitas.
d. INNOVATIVENESS
Innovativeness merupakan aspek kepribadian yang berhubungan dengan
penerimaan konsumen untuk mencoba produk baru atau merek baru (Rangkuti
2006 dalam Lubis dan Sitompul, 2013). Menurut Phang (2004) dalam Barata
(2007:66) menyatakan bahwa kampanye pemasaran yang berfokus pada inovasi
dapat meningkatkan perceived quality dan keinginan membeli konsumen. Menurut
Khoiriyah (2008) dalam Tantono (2015) Innovativeness adalah sifat seseorang yang
berhubungan pada daya penerimaan ide baru dan keinginan untuk mencoba merek
baru. Sedangkan menurut Goldsmith (2002) dalam Apriyanti (2015) mengemukakan
bahwa innovativeness adalah suatu kepribadian yang dibangun dan dimiliki dengan
sendirinya pada suatu level yang lebih tinggi atau lebih rendah oleh semua individu
karena setiap orang pada titik atau objek yang sama di hidup mereka akan
mengadopsi ide-ide baru. Beberapa ciri sifat yang terdapat dalam innovativeness
diantaranya sebagai berikut:
1.
Selalu mencari ide dan pengalaman baru.
2.
Melakukan aktivitas yang tidak seperti biasanya.
3.
Terkait dengan aktivitas penggunaan produk yang lain dari biasannya.
4.
Kesenangan terhadap kejutan-kejutan yang diberikan suatu produk.
5.
Kesenangan dalam mencari pengalaman produk baru dan mengganti rutinitas
dengan produk yang lama.
5
e. MINAT BELI
Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:206), minat beli adalah suatu bentuk
pikiran yang nyata dari refleksi rencana pembeli untuk membeli beberapa unit dalam
jumlah tertentu dari beberapa merek yang tersedia dalam periode waktu tertentu.
Para pembeli memiliki motif yang mendukung mreka untuk melakukan pembelian.
Menurut Simamora (2002:106), minat beli terhadap suatu produk timbul karena
adanya dasar kepercayaan terhadap produk yang diingini dengan kemampuan untuk
membeli produk. Para pembeli memiliki motif yang mendukung mereka untuk
melakukan pembelian. Menurut Slamenton dalam Nurmala (2008:96), minat beli
adalah sesuatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas,
tanpa adanya pembahasan.
Menurut Gustina dalam Nurmala (2008:96), minat beli adalah keinginan atau
kemampuan seseorang terhadap suatu objek sehingga mengambil suatu keputusan.
Minat beli
menurut Schiffman dan Kanuk (2001) dalam Kumala (2012)
mendefinisikan bahwa persepsi seseorang tentang produk akan berpengaruh
tehadap minat membeli yang terdapat pada individu. Persepsi yang positif tentang
atribut produk akan merangsang timbulnya minat konsumen untuk membeli yang
diikuti oleh perilaku pembelian. Jadi minat membeli dapat diamati sejak sebelum
perilaku membeli timbul dari konsumen. Indikator-indikator dari minat beli yaitu:
1.
Tertarik untuk mencari informasi mengenai produk.
2.
Ingin mengetahui produk.
3.
Tertarik untuk mencoba.
4.
Ingin membeli produk.
5.
Mempertimbangkan untuk membeli produk kembali suatu saat nanti.
6
2. KERANGKA PIKIR
Brand Knowledge
H1 (+)
(X1)
Persepsi Kualitas
Minat Beli
H2 (+)
(X2)
(Y)
H3 (+)
Innovativeness
(X3)
Gambar 1 : Kerangka Pikir
Keterangan :
: Menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara parsial.
D. HIPOTESIS
1. Hubungan Brand Knowledge dengan Minat Beli
Pengetahuan merek didefinisikan sebagai adanya informasi tentang merek dalam
ingatan (memory) konsumen, beserta dengan asosiasi-asosiasi yang berkaitan dengan
merek tersebut (Keller dalam Tjiptono 2005:40). Informasi yang direkam dalam ingatan
konsumen itu dapat berbentuk informasi verbal, visual, abstrak atau contextual. Secara
umum, Keller dalam Tjiptono (2005:41) juga menyatakan bahwa pengetahuan merek
dapat terbagi menjadi dua komponen yaitu brand awareness dan brand image. Dengan
demikian pengetahuan konsumen tentang merek dibutuhkan untuk mengevaluasi
merek tersebut. Semakin banyak pengetahuan merek tentang merek produk semakin
besar pula minat beli konsumen terhadap merek produk tersebut. Hal ini juga didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Apriliana (2010), diperoleh hasil bahwa brand
knowledge memiliki pengaruh positif terhadap intense membeli. Begitu juga penelitian
yang dilakukan Andreas (2014), diperoleh hasil bahwa brand knowledge memiliki
pengaruh positif terhadap intense pembelian konsumen.
H1 : Brand knowledge berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen.
7
2. Hubungan Persepsi Kualitas dengan Minat Beli
Menurut Aaker (1997:124) Persepsi Kualitas didefinisikan sebagai persepsi
pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk serta layanan
yang berkaitan dengan apa yang diharapkan pelanggan. Persepsi kualitas mencerminkan
perasaan konsumen secara menyeluruh mengenai suatu merek. Oleh karena itu persepsi
kualitas yang baik dari konsumen akan kualitas dari suatu produk akan meningkatkan
persepsi konsumen untuk membeli produk tersebut. Hal ini juga didukung oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Kristyatmoko dan Andjarwati (2013), diperoleh hasil
bahwa persepsi kualitas memiliki pengaruh yang positif terhadap minat beli. Begitu juga
penelitian yang dilakukan oleh Apriliana (2010) dan Andreas (2014), diperoleh hasil
bahwa persepsi kualitas memiliki pengaruh positif terhadap intense membeli.
Selanjutnya
penelitian yang dilakukan oleh Nanda (2014), diperoleh hasil bahwa
persepsi kualitas memiliki pengaruh positif terhadap minat beli. Adapun penelitian yang
dilakukan oleh Yanthi (2015), bahwa perceived quality memiliki pengaruh positif
terhadap minat beli. Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik hipotesisnya sebagai
berikut:
H2: Persepsi kualitas berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen.
3. Hubungan Innovativeness dengan Minat Beli
Menurut Rangkuti (2006) dalam Lubis dan Sitompul (2013), innovativeness adalah
aspek kepribadian yang berhubungan dengan penerimaan konsumen untuk mencoba
produk baru atau merek baru. Dengan adanya inovasi produk yang dilakukan
perusahaan, diharapkan dapat meningkatkan minat membeli terhadap produk tersebut.
Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Apriliana (2010) dan
Andreas (2014), bahwa hasil dari penelitian ini adalah menunjukan bahwa
innovativeness memiliki pengaruh positif tehadap intensi membeli. Begitu juga
penelitian yang dilakukan oleh Nanda (2014), diperoleh hasil bahwa innovativeness
memiliki pengaruh positif terhadap minat beli. Dari beberapa penjelasan diatas dapat
ditarik hipotesis sebagai berikut:
H3: Innovativeness berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen.
E. METODE PENELITIAN
1. POPULASI DAN SAMPEL
Menurut Kuncoro (2003:118) mendefinisikan populasi sebagai kelompok atau
elemen yang lengkap yang biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian kita
tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh konsumen pengguna handphone yang sudah membeli dan
8
menggunakan smartphone android Asus yang ada di Purworejo. Karena populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pengguna handphone yang sudah membeli dan
menggunakan smartphone android Asus di Purworejo yang jumlahnya tidak diketahui,
maka dilakukan pengambilan sampel untuk penelitian ini.
Menurut Kuncoro (2003:118), mendefinisikan Sampel sebagai suatu himpunan
bagian (subset) dari unit populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen
di Purworejo yang sudah membeli dan menggunakan smartphone android Asus. Pada
penelitian ini digunakan sampel sebesar 120 responden dengan pertimbangan bahwa
jumleh tersebut dinilai cukup untuk mewakili populasi yang jumlahnya tidak diketahui
secara pasti. Dalam penelitian ini jumlah konsumen yang sudah membeli dan
menggunakan smartphone android Asus tidak diketahui secara pasti maka teknik
pengambilan sampel menggunakan nonprobability sampling dengan teknik sampel
purposive sampling. Menurut Kuncoro (2013:138), nonprobability sampling adalah
teknik pengambilan sampel yang dipilih secara arbitrer oleh peneliti, dengan kata lain
probabilitas masing-masing anggota populasi tidak diketahui. Sedangkan pengertian
purposive sampling adalah metode pengambilan sampel yang dilakukan dengan
mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu krriteria tertentu (Jogiyanto,
2013:98). Adapun kriteria yang dapat dijadikan responden adalah:
a. Orang yang pernah menggunakan smartphone android Asus di Purworejo.
b. Konsumen yang berusia diatas 16.
2. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
a.
Brand Knowledge (X1)
Pengetahuan merek didefinisikan sebagai adanya informasi tentang merek
dalam ingatan (memory) konsumen, beserta dengan asosiasi-asosiasi yang
berkaitan dengan merek tersebut (Keller dalam Tjiptono 2005:40). Beberapa
indikator yang digunakan untuk mengukur brand knowledge, yaitu:
1) Mengetahui produk.
2) Merasa tidak asing dengan merek.
3) Sering mendengar produk.
4) Produk yang canggih dengan harga yang terjangkau.
5) Produk ada dimana-mana dan mudah di peroleh.
6) Produk yang menjadi pelopor.
b.
Persepsi Kualitas (X2)
9
Menurut Aaker (1997:124) Persepsi Kualitas didefinisikan sebagai persepsi
pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk serta
layanan yang berkaitan dengan apa yang diharapkan pelanggan. Beberapa
indikator yang digunakan untuk mengukur persepsi kualitas, yaitu:
1) Kinerja (performance).
2) Penampilan fisik (features).
3) Kehandalan (reliability).
4) Ketahanan (durability).
5) Kualitas standar (corformance to specification).
6) Tingkat pelayanan (service ability).
7) Estetika (aesthetics).
8) Kesan yang diterima (perceived quality).
c.
Innovativeness (X3)
Menurut Rangkuti (2006) dalam Lubis dan Sitompul (2013), innovativeness
adalah aspek kepribadian yang berhubungan dengan penerimaan konsumen untuk
mencoba produk baru atau merek baru. Beberapa indikator yang digunakan untuk
mengukur Innovativeness, yaitu:
1) Selalu mencari ide dan pengalaman baru.
2) Melakukan aktifitas yang tidak seperti biasanya.
3) Terkait dengan aktivitas penggunaan produk yang lain dari biasanya.
4) Kesenangan terhadap kejutan-kejutan yang diberikan suatu produk.
5) Kesenangan dalam mencari pengalaman produk baru dan mengganti rutinitas
dengan produk lama.
d.
Minat Beli (Y)
Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:206), minat beli adalah suatu bentuk
pikiran yang nyata dari refleksi rencana pembeli untuk membeli beberapa unit
dalam jumlah tertentu dari beberapa merek yang tersedia dalam periode waktu
tertentu. Para pembeli memiliki motif yang mendukung mereka untuk melakukan
pembelian. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur minat beli, yaitu:
a. Tertarik untuk mencari informasi mengenai produk.
b. Ingin mengetahui produk.
c. Tertarik untuk mencoba.
d. Ingin membeli produk.
e. Mempertimbangkan untuk membeli produk kembali suatu saat nanti.
10
3. PENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN
a.
Uji Validitas
Menurut Kuncoro (2003:151) adalah suatu skala pengukuran disebut valid
bila ia melakukan apa yang seharusnya diukur. Bila skala pengukuran tidak valid
maka ia tidak bermanfaat bagi peneliti karena tidak mengukur atau melakukan apa
yang seharusnya dilakukan. Untuk menguji validitas dilakukan dengan melakukan
korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk,
atau yang biasa dikenal dengan rumus Product Momen (Ghozali, 2011:54).
Pernyataan dikatakan valid ketika nilai signifikansi dari korelasi antara masingmasing indikator terhadap total skor konstruk menunjukkan hasil yang signifikan
(Pvalue<0,05) dan lebih dari 0,3. Berikut ini hasil dari uji validitas:
Hasil Pengujian Validitas
Tabel 1
Variabel
Brand
Knowledge
(X1)
Persepsi
Kualitas
(X2)
Innovativeness
(X3)
Minat Beli (Y)
Item
Pernyataan
X1.1
X1.2
X1.3
X1.4
X1.5
X1.6
X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
X2.6
X2.7
X2.8
X3.1
X3.2
X3.3
X3.4
X3.5
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
r hitung
Batas
per item
Nilai
pernyataan Validitas
0,831
0,805
0,765
0,3
0,771
0,828
0,829
0,721
0,713
0,643
0,688
0,3
0,706
0,749
0,769
0,774
0,802
0,713
0,793
0,3
0,698
0,842
0,766
0,660
0,694
0,3
0,791
0,848
Sumber: Data Primer Diolah (2016)
11
b.
Uji Reliabilitas
Menurut Jogiyanto (2013:43) menjelaskan bahwa reliabilitas adalah tingkat
seberapa besar suatu pengukur mengukur dengan stabil dan konsisten. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah
konsisten atau stabil dari waktu kewaktu Ghozali (2013:47). Untuk mengetahui
sebuah kuesioner dengaan menggunakan program SPSS for windows sebagai alat
bantu pengujian. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji
statistik Cronbach Alpha ( ). Suatu variabel dikatakan reliabel jika koefisien
Cronbach Alpha ( ) > 0,6 (Ghozali, 2005:41). Berikut ini hasil dengan menggunakan
uji reliabilitas:
Hasil Pengujian Reliabilitas
Tabel 2
Cronbach
’s Alpha
Variabel
if Item
Deleted
X1.1
0,865
X1.2
0,875
Brand
X1.3
0,878
Knowledge
X1.4
0,878
(X1)
X1.5
0,867
X1.6
0,866
X2.1
0,852
X2.2
0,853
X2.3
0,860
Persepsi
X2.4
0,856
Kualitas
X2.5
0,854
(X2)
X2.6
0,849
X2.7
0,845
X2.8
0,844
X3.1
0,781
X3.2
0,815
Innovativ
X3.3
0,791
eness
X3.4
0,815
(X3)
X3.5
0,768
Y1
0,774
Y2
0,793
Minat
Y3
0,781
Beli
Y4
0,762
(Y)
Y5
0,719
Sumber: Data Primer Diolah (2016)
Item
Pernyataa
n
12
Cronbach’s
Alpha Based on
Standardized
Nilai
Reliabilitas
0,890
0,6
0,868
0,6
0,829
0,6
0,805
0,6
4. METODE ANALISIS DATA
a.
Analisis Regresi Linier Berganda
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda
dimana metode ini digunakan untuk menganalisis dan mengetahui hubungan serta
pengaruh variabel bebas (independen) berupa brand knowledge (X1), persepsi
kualitas (X2), innovativeness (X3) terhadap variabel terikat (dependen) berupa minat
beli (Y). penelitian ini menggunakan program SPS for windows sebagai alat untuk
memperoleh hasil yang lebih akurat. Persamaan analisis regresi berganda yang
digunakan adalah sebagai berikut (Sugiyono,2009:188):
Y= +b1X1+b2X2+b3X3 +
Keterangan :
Y
= Minat beli
α
= Konstanta
X1
= Brand knowledge
X2
= Persepsi kualitas
X3
= Innovativeness
b1, b2, b3
= Koefisien regresi dari variabel X1, X2, X3
= Error term (variabel pengganggu)
b.
Pengujian Signifikansi Parsial
Pengujian signifikansi parsial merupakan suatu pengujian individu terhadap
variabel independen (X) berupa brand knowledge (X1), persepsi kualitas (X2),
innovativeness (X3). Dimana variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen (Y), berupa minat beli (Sugiyono, 2006:215).
Cara menafsirkan perhitungan secara statistik adalah dengan memperlihatkan
hasil koefisiennya yang diperoleh dari perhitungan regresi. Perhitungan akan
dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows dengan kriteria sebagai berikut:
a.
Jika Pvalue > 0,05 dan nilai standardized coefficients beta negatif, artinya tidak
ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel independen secara
parsial terhadap variabel dependen.
b.
Jika Pvalue < 0,05 dan nilai standardized coefficients beta positif, artinya ada
pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel independen secara parsial
terhadap variabel dependen.
13
F. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. HASIL PENELITIAN
a.
Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel 1
Hasil Analisis Regresi
Variabel
Standardized
Coefficients
Beta
Signifikansi
Brand Knowledge
0,286
(X1)
Persepsi Kualitas
0,157
(X2)
Innovativeness
0,535
(X3)
Sumber: Data Primer Diolah, 2017.
b.
0,000
0,015
0,000
Keterangan
Positif dan
Signifikan
Positif dan
Signifikan
Positif dan
Signifikan
Hasil uji Signifikansi Parsial
Uji signifikansi parsial dilakukan untuk melihat pengaruh variabel Brand
Knowledge, Persepsi Kualitas dan Innovativeness terhadap Minat Beli secara parsial.
Hasil uji signifikansi pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 9. Jika dilihat pada
tabel 9 diketahui bahwa variabel brand knowledge memiliki nilai signifikansi 0,000
dan variabel persepsi kualitas memiliki nilai signifikansi 0,015, serta variabel
innovativeness memiliki nilai signifikansi 0,000. Masing-masing nilai signifikansi
tersebut dibawah 0,05 maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel
brand knowledge, persepsi kualitas dan innovativeness berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap minat beli.
2. PEMBAHASAN
a. Pengaruh Brand Knowledge terhadap Minat Beli
Hasil pengujian dengan menggunakan uji analisis regresi berganda yang
disajikan pada tabel 9 menunjukan bahwa variabel Brand Knowledge memiliki nilai
beta sebesar 0,286 dengan nilai signifikansi uji t sebesar 0,000 hal ini menunjukkan
bahwa Brand Knowledge berpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat beli
pada smartphone android Asus di Purworejo.
Pengetahuan merek didefinisikan sebagai adanya informasi tentang merek
dalam ingatan (memory) konsumen, beserta dengan asosiasi-asosiasi yang berkaitan
dengan merek tersebut (Keller dalam Tjiptono 2005:40). Hal ini dapat dijelaskan
bahwa ketika konsumen mengetahui produk smartphone android Asus, merasa tidak
asing dengan merek smartphone android Asus, sering mendengar produk
14
smartphone android Asus, produk smartphone android Asus yang canggih dengan
harga yang terjangkau, produk smartphone android Asus ada dimana-mana dan
mudah di peroleh serta produk smartphone android Asus yang menjadi pelopor,
maka minat beli konsumen terhadap smartphone android Asus akan semakin
meningkat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Apriliana (2010), diperoleh hasil bahwa brand knowledge memiliki pengaruh positif
terhadap intense membeli. Begitu juga penelitian yang dilakukan Andreas (2014),
diperoleh hasil bahwa brand knowledge memiliki pengaruh positif terhadap intense
pembelian konsumen.
b. Pengaruh Persepsi Kualitas terhadap Minat Beli
Hasil pengujian dengan menggunakan uji analisis regresi berganda yang
disajikan pada tabel 9 menunjukan bahwa variabel Persepsi Kualitas memiliki nilai
beta sebesar 0,157 dengan nilai signifikansi uji t sebesar 0,015 hal ini menunjukkan
bahwa Persepsi Kualitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat beli pada
smartphone android Asus di Purworejo.
Menurut Aaker (1997:124) Persepsi Kualitas didefinisikan sebagai persepsi
pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk serta
layanan yang berkaitan dengan apa yang diharapkan pelanggan. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa ketika konsumen melihat kinerja/sistem operasi produk
smartphone android Asus, produk smartphone android Asus memiliki fitur yang
menarik, produk smartphone android Asus dapat dipercaya kehandalannya, produk
smartphone merek Asus memiliki daya tahan yang baik, produk smartphone android
Asus sesuai dengan yang diharapkan, produk smartphone android Asus memiliki
proses layanan perbaikan yang memuaskan (garansi), produk smartphone android
Asus tersedia dalam berbagai macam model dan produk smartphone android Asus
memiliki kualitas yang baik, maka minat beli konsumen terhadap smartphone
android Asus akan semakin meningkat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Kristyatmoko dan Andjarwati (2013), diperoleh hasil bahwa persepsi kualitas
memiliki pengaruh yang positif terhadap minat beli. Begitu juga penelitian yang
dilakukan oleh Apriliana (2010) dan Andreas (2014), diperoleh hasil bahwa persepsi
kualitas memiliki pengaruh positif terhadap intense membeli. Selanjutnya penelitian
yang dilakukan oleh Nanda (2014), diperoleh hasil bahwa persepsi kualitas memiliki
15
pengaruh positif terhadap minat beli. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Yanthi
(2015), bahwa perceived quality memiliki pengaruh positif terhadap minat beli.
c. Pengaruh Innovativeness terhadap Minat Beli
Hasil pengujian dengan menggunakan uji analisis regresi berganda yang
disajikan pada tabel 9 menunjukkan bahwa variabel Innovativeness memiliki nilai
beta sebesar 0,535 dengan nilai signifikansi uji t sebesar 0,000 hal ini menunjukkan
bahwa Innovativeness berpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat beli pada
smartphone android Asus di Purworejo.
Innovativeness
merupakan
aspek
kepribadian
yang
berhubungan
dengan
penerimaan konsumen untuk mencoba produk baru atau merek baru (Rangkuti
dalam Lubis dan Sitompul, 2013). Hal ini dapat dijelaskan ketika konsumen selalu
mencari ide dan pengalaman baru tentang produk smartphone android Asus, suka
melakukan aktivitas yang tidak seperti biasanya, senang mencari pengalaman
dengan produk baru dari smartphone android Asus, ingin mencoba produk
smartphone android Asus, suka terhadap kejutan-kejutan yang diberikan
smartphone android Asus dan suka mencari pengalaman produk baru smartphone
android Asus, maka minat beli konsumen terhadap smartphone android Asus akan
semakin meningkat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Apriliana (2010) dan Andreas (2014), bahwa hasil dari penelitian ini adalah
menunjukan bahwa innovativeness memiliki pengaruh positif terhadap intensi
membeli. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Nanda (2014), diperoleh hasil
bahwa innovativeness memiliki pengaruh positif terhadap minat beli.
G. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh Brand
Knowledge, Persepsi Kualitas dan Innovativeness terhadap Minat Beli
Smartphone android Asus, dimana studi dilakukan di Purworejo maka dapat
diambil kesimpulan bahwa:
a.
Brand Knowledge berpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat Beli
smartphone android Asus di Purworejo.
b.
Persepsi Kualitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat beli
smartphone android Asus di Purworejo.
16
c.
Innovativeness berpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat Beli
smartphone android Asus di Purworejo.
2. Implikasi Penelitian
a. Implikasi Praktis
Dari sisi brand knowledge yang sebaiknya dilakukan perusahaan adalah
perusahaan smartphone sebaiknya tetap memberikan pengetahuan merek yang
sesuai dengan produk yang dikeluarkan perusahaan. Ditemukan bahwa merek
smartphone melekat diingatan masyarakat. Produk smartphone memiliki ciri-ciri
atau kekhasan tertentu yang membuat konsumen dapat mengenali atau
membedakan dari merek-merek smartphone android lainnya serta adanya informasi
tentang merek maupun yang diberikan oleh perusahaan kepada konsumen.
Sehingga konsumen tertarik untuk membeli produk karena adanya pengetahuan
merek tentang produk
Dari sisi persepsi kualitas yang sebaiknya dilakukan perusahaan adalah
perusahaan smartphone sebaiknya tetap memberikan kinerja, penampilan fisik dan
kehandalan pada produk tersebut. Kualitas yang baik tentunya akan mendorong
ketertarikan konsumen untuk membeli produk tersebut. Jika persepsi kualitas sudah
tertanam
dibenak
konsumen
maka
konsumenpun
cenderung
akan
menginformasikan apa yang telah didapat kepada orang lain sehingga bertambahnya
masyarakat yang mengetahui produk tersebut.
Dari sisi innovativeness yang sebaiknya dilakukan perusahaan adalah perusahaan
smartphone sebaiknya memberikan inovasi baru terhadap suatu produk maka akan
meningkatkan minat beli suatu produk. Hal ini dikarenakan inovasi baru perlu
dilakukan agar konsumen tertarik untuk membeli produk yang dikeluarkan oleh
perusahaan.
b. Implikasi Teoritis
Penelitian ini hanya dibatasi pada variabel brand knowledge, persepsi
kualitas, dan innovativeness. Untuk itu hendaknya peneliti selanjutnya dapat
menggunakan variabel lain selain yang digunakan dalam penelitian ini seperti word
of mouth untuk meneliti minat beli. Penelitian ini dapat dijadikan pembanding untuk
penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David A. "Manajemen Ekuitas Merek",Terjemahan. Jakarta: Penerbit Utama, 1997.
17
Andreas, Kevin. 2014, “ Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Perluasan Merek Terhadap Intense
Pembelian Konsumen”, Skripsi, Penerbitnya, www.google.com. Universitas Kristen
Maranatha. Bandung.
Apriliana, Rina. 2010, "Pengaruh Strategi Brand Extention Terhadap Intensi Membeli Konsumen
(Studi Kasus Pemakaian Brand Extention untuk Sampo)", Skripsi, Penerbitnya,
www.google.com. Universitas Islam Negeri.
Apriyanti, Dela Fransiska. 2015, Pengaruh Purchase Experience, Consumer Innovativeness, Vanity
Seeking, Variety Seeking, Sikap Terhadap Video Tutorial Makeup, Dan Brand Image Pada
Minat Beli. Skripsi, Penerbitnya, www.google.com. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Barata, Dion Dewa, "Pengaruh Penggunaan Strategi Brand Extension Pada Intensi Membeli
Konsumen", Jurnal Manajemen, Vol. 2 No.1 Januari 2007, Penerbitnya www.google.com.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2011. Metode Penelitian Riset. Jakarta: Gramedia.
Hartono, Jogiyanto. 2013. Metode Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman,
Edisi 6. Yogyakarta : PBFE.
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran jilid 2. Edisi 11. Jakarta: PT.Indeks.
Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran jilid 1. Edisi 12. Jakarta: PT.Indeks.
Kotler, Philips dan Kevin Lane Keller, “Marketing Management”, edisi 14, Global Edition, Pearson
Prentice Hall, 2012.
Kristyatmoko, Yulius Wasis dan Andjarwati, Anik Lestari, 2013, Pengaruh Persepsi Kualitas dan Harga
Terhadap Minat Beli Tablet Samsung Galaxy Tab. Jurnal Ilmu Manajemen, Penerbit
www.google.com.
Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Kuncoro, Mudrajat. 2013. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Edisi 4. Jakarta: Erlangga.
Kumala, Octaviantika Benazir. 2012. Pengaruh Word of Mouth terhadap Minat Beli Konsumen Pada
Tune Hotels Kuta Bali. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
Lubis, A.N. dan Sitompul, S.L. 2013. Pengaruh Brand Extension Pembersih Wajah Pond’s White
Beauty ke Pelembab Wajah Pond’s Flawless White Terhadap Keputusan Membeli
Konsumen Di Fakultas Ekonomi USU. Jurnal Universitas Sumatera, Vol. 1, No.3.
Nanda, Melisa Trias. 2014. Pengaruh Brand Knowledge, Persepsi Kualitas dan Innovativeness
Terhadap Minat Beli ( Studi Kasus Pada Pengguna Smartphone Android Lenovo di Wilayah
Jakarta Selatan). Skripsi, Penerbitnya www.google.com, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Nurharyanti, Novie. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Samsung Galaxy Series. Skripsi, Penerbitnya www.google.com. Universitas Esa Unggul.
Jakarta.
18
Nurmala. 2008. “Pengaruh Iklan Televisi Terhadap Minat Beli Sabun Mandi Pada Mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh”. Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas
Malikussaleh.
Phang, Leon. "Consumer evaluation on brand extension". Universiteit Maastricht, 2004. Junal
manajemen, tidak diterbitkan.
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2013. Perilaku Konsumen Pendekatan Praktis Disertai: Himpunan
Jurnal Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset.
Schiffman, Leon G. dan Leslie Lazar Kanuk. (2000). Consumer Behaviour: Fifth Edition. New Jersey:
Prentice Hall.
Simamora, Bilson, "Panduan Riset Perilaku Konsumen" Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. cetakan kesembilan. Bandung: C.V. Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. cetakan kedelapan Bandung:
Alfabeta.
Tantono, Erwin. 2015. Analisis Pengaruh Brand Extension So Klin Detergent ke So Klin Softener
Terhadap Keputusan Pembelian di Purworejo. Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Purworejo
Tjiptono, Fandy, "Brand Management & Strategy",Andi, Yogyakarta, 2005.
Wardani, Ervina Kusuma. 2015. Pengaruh Atribut Produk, Kebutuhan Mencari Variasi dan
Ketidakpuasan Konsumen Terhadap Keputusan Perpindahan Merek Dari Blackberry ke
Smartphone Galaxy di Purworejo. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Yanthi, Kadek Pratita. 2015. Pengaruh Country Of Origin, Brand Image dan Perceived Quality
Terhadap Minat Beli Sepeda Motor Honda Beat di Kota Denpasar. Skripsi, Penerbitnya
www.google.com ,Universitas Udayana.
Yanthi, Kadek Pratita dan Jatra, I Made. 2015. Pengaruh Country Of Origin, Brand Image dan
Perceived Quality Terhadap Minat Beli Sepeda Motor Honda Beat di Kota Denpasar. EJurnal Manajemen Unud, Penerbit www.google.com.
19
Download