14 | Pop Riset Vini Mariyane Rosya S EBANYAK 30% lahan jagung di Afrika Selatan diperkirakan musnah hanya dalam waktu 20 tahun. Penyebab utamanya ialah perubahan iklim ekstrem secara global. Pun bukan hanya di Afrika. Jumlah lahan pangan yang menurun menghantui sebagian besar sumber-sumber pangan dunia, terutama negara berkembang. Dalam menghadapi ancaman tersebut, pekan lalu The Global Crop Diversity Trust mengumumkan proyek pencarian kerabat liar sejumlah bahan pangan. Proyek global itu bertujuan mencari, mengumpulkan, membuat katalog, dan menyimpan temuan itu. Kelak, kerabat liar gandum, padi, kacang, kentang, dan tanaman pangan penting lainnya bisa dimanfaatkan untuk melindungi pasokan pangan global melawan ancaman perubahan iklim. Sekaligus memperkuat ketahanan pangan di masa depan. Direktur eksekutif Global Crop Diversity Trust, Cary Fowler, menjelaskan, untuk mengantisipasi perubahan iklim yang ekstrem, para ilmuwan perlu mencari tanaman pangan baru yang dapat beradaptasi dengan segala efek yang ditimbulkannya. Tanaman pangan yang ada saat ini, imbuhnya, hanya bertahan dengan iklim masa lalu. “Dengan perubahan iklim (seperti ini) berarti kita harus kembali ke alam bebas untuk menemukan kerabat liar tanam an pangan yang dapat berkembang dalam iklim masa depan,” paparnya seperti yang dilansir sciencedaily.com, Kamis pekan lalu. Fowler juga menegaskan penelitian di bawah naungan International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture tersebut berfokus pada pengembangan si fat genetik berharga yang di kandung tanaman pangan liar. Tujuannya, agar dapat dikembangkan menjadi bahan pangan yang lebih kuat dan lebih serbaguna. “Kami perlu mengumpulkan sifat yang akan memungkinkan tanaman pangan modern untuk beradaptasi dengan (iklim) yang baru, yang keras, dan lebih me nuntut pengeluaran lebih banyak lagi. Dan kami perlu melakukannya selama tanaman (liar) tersebut masih bisa ditemukan,” sahutnya. Kerabat liar tanaman pangan, lanjut Fowler, cenderung jauh lebih beragam daripada tanaman domestik. Mereka tumbuh RABU, 15 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Menabung Gen Tanaman Pangan Liar Gen dari kerabat liar tanaman pangan dapat menyuntikkan kekuatan tanaman pangan melawan perubahan iklim yang ekstrem. REUTERS/SHAUN BEST AKIBAT PERUBAHAN IKLIM: Tampak ladang jagung di sebuah perkebunan di Embrun, Ontario, Kanada, beberapa waktu lalu. Akibat perubahan iklim yang memengaruhi sumber pangan, The Global Crop Diversity Trust mengumumkan proyek pencarian kerabat liar sejumlah bahan pangan. di berbagai iklim dan kondisi yang jauh lebih beragam. Bujet Untuk menunjukkan keserius an, lembaga pimpinan Fowler membangun kemitraan dengan Royal Botanic Gardens dan Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR). Tak tanggung-tanggung, Men teri Lingkungan Hidup dan Pembangunan Internasional Norwegia, Erik Solheim, pun menyediakan bujet hingga US$50 juta untuk mendanai penelitian kerabat liar dari 23 bahan pangan tersebut. “Kami sangat bersemangat untuk mendukung proyek yang akan membantu menjamin masa depan kita bersama. Kami berharap donor lainnya menambahkan dukungan mereka sehingga ada lebih banyak tanaman pangan yang dapat disertakan,” kata Solheim. Rencananya program ini berlangsung selama 10 tahun. Rentang waktu tersebut untuk memastikan bahwa benih kerabat liar tanaman pangan yang terkumpul dapat ditanam dan disilangkan dengan benih yang ada. Targetnya, sebuah penemuan dan pengembangan ciri-ciri penting dalam kerabat liar tanaman pangan dapat ditemu kan, terutama di negara berkembang. “Proyek ini merepresentasikan salah satu langkah paling nyata saat ini untuk memastikan bahwa pertanian dan manusia dapat menyesuaikan diri dengan perubahan iklim,” ungkap Solheim. Dia menambahkan perubahan iklim dapat menyebabkan penurunan produksi antara 10% dan 30% atau lebih. “Meningkatkan ketahanan pangan berarti membantu petani hari ini,” kata Solheim. Diburu waktu Solheim tahu, proyek mengum pulkan, meneliti, dan mengembangkan gen kerabat liar tanaman pangan menjadi sebuah perlombaan tersendiri. Pasalnya, dengan ekstremnya perubahan iklim, risiko punahnya tanaman pangan menjadi semakin besar. “Tujuan dari proyek ini ialah untuk mengumpulkan keanekaragaman tanaman pangan liar dan memasukkannya ke jalur pengembangan tanaman pangan sebelum harta ini hilang dari alam selamanya. Ini adalah perlombaan dua kali lipat dengan waktu. Perlombaan tanaman pertanian untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim dan perlombaan untuk mengumpulkan keanekaragaman hayati sebelum hilang selamanya,” tegas Solheim. Dalam catatan Royal Botanic Gardens, satu dari lima tanaman pangan di dunia terancam punah akibat perubahan iklim dan hilangnya habitat tanaman secara cepat. Padahal, rata-rata berbagai tanaman baru membutuhkan waktu 7-10 tahun untuk berkembang biak. Artinya, semakin lama penger jaan pengumpulan dan pengem bangan gen kerabat liar tanaman pangan dimulai, dampak perubahan iklim akan berujung pada malapetaka pada produksi pangan. Solheim menegaskan pengembangan gen kerabat liar tanaman pangan tak perlu menunggu pembuktian kemampuan mereka beradaptasi. Baginya, justru penelitian saat ini akan signifikan dalam mengantisipasi iklim di masa depan. “Jika kita menunggu sampai iklim telah berubah, akan terlambat. Penundaan adaptasi akan berujung pada harga yang mahal,” tandas Solheim. Komprehensif Sebenarnya teknik menyilangkan gen dari kerabat liar pernah dilakukan pada kasus wabah virus rumput kerdil (RGSV) yang telah menghancurkan panen padi di Asia pada 1970-an. Ternyata salah satu penyelamat yang membantu tanaman padi bertahan melawan virus itu adalah suntikan gen dari Oryza nivara, salah satu kerabat liar tanaman padi. Para ilmuwan dari International Rice Research Institute menemukan tanaman itu tumbuh di India setelah mereka memeriksa ribuan sampel tanaman padi liar dan lokal yang dibudidayakan. Sayangnya, meski penggabungan gen ini telah dilaksanakan selama bertahun-tahun, belum ada satu pun lembaga yang secara komprehensif mengumpulkan dan mengonservasi secara layak. Kepala Millennium Seed Bank di London’s Royal Botanic Gardens, Dr Paul Smith, menjelaskan sebagian material kerabat liar tanaman pangan tersebut akan digunakan dalam ‘percobaan prapengembangbiakan’. Tujuannya, lanjut Smith, menemukan varietas liar yang dapat digunakan untuk melawan penyakit yang selalu mengancam produksi pangan. Smith menegaskan penelitian kerabat liar tanaman pangan ini diharapkan mampu menemukan tanaman yang benar dalam menghadapi perubahan iklim dan kebal atas penyakit. “Urgensi penelitian ini semakin nyata. Untuk beberapa spesies tanaman pangan, kami hanya bisa mendapatkan satu gigitan ceri, karena begitu banyak dari mereka sudah terancam (punah) di habitat alami mereka,” papar Smith. (BBC/ Sciencedaily.com/M-4) [email protected]