KONSTRUKSI SIMBOLIK DAKWAH BIL HAL DALAM FILM HAFALAN SHALAT DELISA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I) Oleh: A. Saiful Mu’minin NIM: 109051000166 PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H./2014 M. LEMBAR PERNYATAAN 1. Skripsi ini merupakan hasilkarya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau marepakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang beralku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta, 2 April 2014 A. Saiful Mu’minin KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin, puji serta syukur kehadirat Allah SWT. berkat nikmat-Nya yang tidak terhingga sehingga karya sederhana ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, berserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Peneliti sangat ingin berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi dan mengajarkan penulis banyak hal. Ucapan terimakasih tersebut terutama penulis haturkan bagi: 1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Bapak Dr. Suparto, M.Ed, M.A, Pudek I, Bapak Drs. Jumroni, M.Si, Pudek II dan juga Bapak Drs.Sunandar, M.Ag, Pudek III. 2. Bapak Rachmat Baihaky, MA, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, dan Ibu Umi Musyarrofah, MA, Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3. Ibu Siti Napsiyah, M.SW, Dosen Penasehat Akademik KPI E angkatan 2009, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan proposal skripsi. 4. Siti Nurbaya, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing peneliti dan memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini. ii 5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mendidik serta memberikan beragam ilmu sehingga peneliti menjadi manusia yang lebih baik. Semoga ilmu-ilmu pada Dosen dibalas dengan pahala yang tak terhingga. 6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah membantu peneliti dalam hal administrasi selama perkuliahan dan penelitian skripsi ini. 7. Orang tua tercinta Ayahanda Ahmad Nurhayat, Ibunda Roinah, sumber semangat, atas dukungan dan kepercayaannya, sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini dengan semangat. Kiranya peneliti tidak bisa membalas rasa cinta dan jerih payah beliau dengan karya apapun, tetapi peneliti yakin dengan selesainya tugas akhir ini bisa membuat mereka bangga terhadap anak laki-lakinya. Semoga ini menjadi awal semangat untuk adai-adik saya, Musdhalifah yang sedang menghadapi UN semoga lulus 100%, Hanif Amrullah semoga menjadi suksesi kakaknya dalam mengarungi pendidikan dunia dan agama, putri kecil Zahwa Aisyah, Kamilatul lailiyah, Tiara maharani, bagi penulis mereka adalah sumber semngat 8. Kakek dan Nenek tercinta, Saudara-saudari kami lik Rikayah, lik Ulfatun, mang Muhyidin, mang Khotimin, kang topic dan saudara-saudari yang tidak bisa tulis satu persatu namanya, yang selalu bisa membuat peneliti menyadari jika bahagia itu sederhana. 9. Permai-Ayu DKI Jakarta yang telah memberikan banyak pengalaman khususnya dalam berorganisasi. Indrawan dan Indrawati, seluruh keluarga besar Permai-Ayu ditunggu kontribusiya untuk membangun daerah. iii 10. Sugawan/sugawati KMSGD Jakarta sebagai tempat berdiskusi dan berbagi pengalaman dalm organisasi. 11. Teman-teman KPI angkatan 2009, khususnya kelas KPI E, Sadam, Ruli, Oki, adharu dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semoga ini menjadi awal kita untuk berkarya. 12. Teman-teman KKN PENA, Pintar, Edukatif, Nasionalis, dan agamis yang telah memberikan kenangan dan kerja keras semmoga ilmu kita bermanfaat. Dan pihak yang telah membantu suksesi program kami. 13. Terakhir, penulis mengucapkan terimaksih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Pada akhirnya dengan ketidaksempurnaan ini, penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat bagi penulis dan pembaca. Dan semoga Allah SWT membalas jasa baik yang telah diberikan dari berbagai pihak kepada penulis selama pembuatan skripsi ini, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin yarabbal alamin. Jakarta, 2 April 2014 A. Saiful Mu’minin iv DAFTAR ISI ABSTRAK ............................................................................................................... KATA PENGANTAR ............................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................1 B. Batasan dan Perumusan Masalah .....................................................6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..........................................................7 D. Manfaat Penelitian .............................................................................7 E. Metode penelitian ...............................................................................8 F. Kelemahan Penelitian ........................................................................10 G. Tinjauan Pustaka ..............................................................................10 H. Sistematika Penulisan .......................................................................11 BAB II KAJIAN TEORI 1.1. Tinjauan Umum Tentang Film .........................................................13 1. Pengertian film ...........................................................................13 2. Sejarah Film ...............................................................................14 3. Perfilman Indonesia ...................................................................15 4. Fungsi Film ................................................................................21 5. Karakteristik Film ......................................................................21 6. Jenis-jenis Film ..........................................................................23 7. Unsur-unsur Pembentukan Film ................................................25 8. Sinematografi .............................................................................26 9. Struktur film ...............................................................................29 2.2. Dakwah .............................................................................................38 1. Pengertian Dakwah ....................................................................38 2. Dasar Hukum Dakwah ...............................................................40 3. Metode Dakwah .........................................................................42 a. Metode Dakwah bil-hal .......................................................44 b. Metode Dakwah dengan lisan .............................................44 v c. Metode Dakwah dengan hati...............................................44 4. Film sebagai media dakwah .......................................................48 2.3. Analisis Semiotika ............................................................................52 1. Konsep Semiotika .....................................................................52 2. Konsep Semiotika Roland barthes ............................................55 BAB III GAMBARAN UMUM 1. Sinopsis Cerita Film Hafalan Shalat Delisa ......................................60 2. Pemain dalam Film Hafalan Shalat Delisa ........................................63 3. Profil Film Hafalan Shalat Delisa ......................................................68 BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS DATA 1. Semiotika Film Hafalan Shalat Delisa...............................................74 2. Analisis Kontruksi Pesan Dakwah dalam Film Hafalan Shalat Delisa .................................................................................................98 BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan dan Saran ......................................................................103 2. Kesimpulan .......................................................................................103 3. Saran ................................................................................................104 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR TABEL vi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman, kehidupan manusia tidak pernah lepas dari komunikasi. Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia dan menjadi bagian yang sangat penting sebagai sarana interaksi satu sama lain. Era globalisasi saat ini membuat masyarakat menjadi ketergantungan dengan media komunikasi. Bahkan dalam sebuah riset mengatakan, maju tidaknya suatu negara ditandai dengan penggunaan media komunikasi di negara tersebut. Media komunikasi yang digunakan dalam hal ini adalah media massa baik itu media cetak maupun elektronik. Media massa sendiri merupakan sarana penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dalam jumlah yang besar. Pesan sendiri dapat berbentuk komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Dan pesan verbal yang sering digunakan manusia dalam berkomunikasi baik melalui lisan maupun tulisan. Komunikan dapat leluasa memilih bentuk pesan dan melalui media apa pesan tersebut akan disampaikan. Pada mulanya film merupakan salah satu bentuk media massa yang dipandang mampu memenuhi permintaan dan selera masyarakat akan hiburan dikala penat menghadapi aktifitas hidup sehari-hari1 Sejak saat itu, pertunjukan film telah menjadi saluran pelarian dari masyarakat yang telah bekerja, terutama didaerah perkotaan. Pada perkembangan selanjutnya film mulai beralih fungsi 1 Denis McQuail, Teori Komunikasi massa, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005), h. 13. 2 tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan akan hiburan masyarakat tetapi juga menjadi wahana penerangan, edukasi dan transformasi nilai.2 Sebagai transformasi nilai film yang hadir dengan tampilan audiovisual memberikan kesan tersendiri bagi penontonya, tampilan audiovisual berpengaruh besar terhadap transformasi nilai baru bagi penontonya. Ditengah begitu derasnya film-film yang miskin akan nilai trasedental dalam masyarakat, muncul beberapa film yang serat dengan nilai yang memberikan kritik sosial. Dakwah pada hakekatnya dimanifestasikan dalam suatu merupakan aktualisasi sistem kegiatan manusia imani yang untuk mengikuti (menjalankan) ajaran Islam melalui usaha mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu.3 Dalam era globalisasi sekarang ini, di mana alat-alat elektronik semakin canggih, informasi masuk begitu cepat dan serba instan, sehingga proses penyampaian Dakwah perlu menggunakan media penunjang untuk mempermudah dalam penyampaian pesan dakwah kepada sasaran dakwah. Media dakwah yang saat ini perlu dikembangkan adalah penggunaan media elektronik, seperti, radio, Tv, film dan lain sebagainya. Melalui media tersebut, pesan dakwah dapat disiarkan langsung atau melalui rekaman kaset audio video atau audio visual, agar tujuan dakwah dapat tercapai secara efektif dan efesien. Film diproduksi untuk memberikan hiburan, informasi edukasi, dan 2 h.94. 3 Aep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam, (bandung: Benang Merah Press, 2004), Amrullah Achmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial., (Yogyakarta : Prima Duta, 1985), h. 3. 3 persuasi kepada pemirsa. Hal ini sesuai dengan misi perfilman bahwa film digunakan sebagai media edukatif untuk pembinaan masyarakat.4 Kelebihan film sebagai media dakwah dapat dilihat dari segi sifatnya, audio visual yaitu alat-alat yang dapat dioperasikan sebagai sarana penunjang untuk menyampaikan pesan dakwah yang bisa di dengar sekaligus di lihat.5 Menilai film mempunyai beberapa keunikan yaitu: Secara psikologis, penyuguhan secara hidup dan tampak yang dapat berlanjut dengan animation (kegembiraan) memiliki kecenderungan yang unik dalam keunggulan daya efektifnya terhadap penonton. Media film yang menyuguhkan pesan hidup dapat mengurangi keraguan apa yang disuguhkan (makna dari pesan itu sendiri) sehingga lebih mudah diingat dan mengurangi kelupaan. Kelebihan media film di atas menimbulkan adanya ketertarikan para siniman muslim untuk menggunakannya sebagai sarana dakwah Islam. Perpaduan antara kegiatan dakwah dan pemanfaatan film sebagai media diharapkan dakwah Islam dapat diterima oleh masyarakat secara lebih luas dan menarik. Sehingga muncul berbagai film dakwah. Film dakwah atau film Islam adalah film yang di dalamnya mengandung nilai-nilai Islami, tidak harus dengan menayangkan ayat-ayat Alqur‟an, tetapi menggunakan pesan-pesan dan perilaku kehidupan yang bernuansa dakwah. Film dakwah menyerukan kebaikan dan mencegah keburukan, menyuruh kepada yang ma‟ruf (hal-hal atau perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah) , dan mencegah dari yang munkar ( hal-hal atau perbuatan yang 4 Onong Effendi Uchjana, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologi,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), h. 212. 5 Moh . Aziz Ali, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 152. 4 menjauhkan kita kepada Allah). 6Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam AlQur‟an surat Ali Imron 104: Artinya: ”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mecegah dari yang kepada munkar , merekalah orang-orang yang beruntung (Q.S Ali Imron 104). Film Hafalan Shalat Delisa merupakan film dengan latar belakang ajaran Islam merupakan ajaran Rahmat Lil Al-Alamin, karena Islam sifatnya mengayomi, melindungi, membuat damai, tidak mengekang, dan tidak membuat takut. Film akan menjadi semakin menyampaikan penting sebagai media yang dapat gambaran mengenai budaya muslim dalam rangka untuk menghindari benturan dengan budaya dan peradaban lain. Sedangkan pengkajian fotografi akan berpengaruh pada sudut-sudut pengambilan gambar yang berefek kepada makna. Sementara pengkajian semiotika dipergunakan untuk mendapatkan kedalaman makna sebuah realitas dan kemudian direduksi dalam film. Sebab, pada dasarnya film adalah realitas yang didramatisir.7 Film Hafalan Shalat Delisa menceritakan tentang seorang gadis kecil, bernama Delisa yang tinggal di sebuah desa kecil di pantai Aceh. Dia merupakan anak bungsu dari empat bersaudara yaitu Fatimah, Aisyah dan Zahra dari keluarga Abi Usman dan Ummi. Delisa sangat dekat dengan ibunya (Ummi) serta ketiga 6 7 h. 96. Miftah Rakhmat, Catatan Kang Jalal, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h. 24. Aep Kusnawan, Komunikasi & Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004), 5 kakaknya. Film ini diawali dengan sebuah cerita pada tanggal 26 Desember 2004. Delisa bersama Ummi sedang bersiap untuk mengikuti ujian praktek shalat di sekolahnya dan ketika itu juga tiba-tiba terjadi gempa. Gempa yang cukup besar membuat ibu dan kakak-kakak Delisa ketakutan. Tiba-tiba Tsunami menghantam, menggulung desa kecil mereka, sekolah mereka, dan tubuh kecil Delisa serta ratusan ribu orang lainnya di Aceh dan berbagai pelosok pantai di Asia Tenggara juga terhantam oleh Tsunami. Delisa berhasil diselamatkan oleh Prajurit Smith salah satu relawan yang menolong bencana Tsunami. Selama dua hari Delisa pingsan di cadas bukit dengan mengakibatkan kaki kanan luka dikaki. Sayangnya, Delisa harus diamputasi. luka tersebut Penderitaan Delisa menarik iba banyak orang. Prajurit Smith sempat ingin mengadopsi Delisa bila dia hidup sebatang kara, tetapi Abi Usman berhasil menemukan Delisa. Film Hafalan Shalat Delisa adalah sebuah film yang mengandung makna besar dibalik bencana Tsunami yang di rasakan Delisa anak berusia 7 tahun. Dia kehilangan keluarga, ibu, dan sebelah kakinya. Film ini memuat kisah tentang keiklasan, kesabaran, dan kekuatan yang ditunjukkan oleh seorang anak. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan melaporkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Konstruksi Simbolik Dakwah bil-hal dalam Film hafalan Shalat Delisa” karya Sony Gao Kasak. 6 B. Batasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah Merujuk pada latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka penulis membatasi penelitian Konstruksi Dakwah bil-hal pada film Hafalan Shalat Delisa. 2. Rumusan Msalah Berdasaran batasan masalah yang telah dipaparkan maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: Bagaimana Konstruksi Dakwah bil-hal dalam Film hafalan Shalat Delisa. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana Konstruksi Dakwah bil-hal dalam Film hafalan Shalat Delisa. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Hasil penelitian ini memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu komunikasi, serta sebagai pengembangan tambahan referensi bahan pustaka, khususnya penelitian tentang analisis dengan minat dalam kajian dakwah melalui film dan semiotika, dalam penelitian ini bagaimana pesanpesan dakwah Bil-Hal dikonstruksikan menjadi sebuah analisis. 7 2. Manfaat Praktis Menumbuhkan pemahaman tentang arti penting sebuah film, tidak hanya dari pesannya saja melainkan makna yang tersirat dibalik tanda pesan film. Terutama pesan dakwah dalam film. E. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan kajian semiotika Roland Barthes, penelitian ini bersifat kualitatif. Pendekatan menggunakan konsep mythologies atau mitos. Roland Barthes menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Konsep pemikiran Barthes yang dikenal dengan Tatanan Pertandaan (Order of Signification). 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah Film Hafalan Shalat Delisa, sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah Pesan Dakwah Bil-hal dalam Film Hafalan Shalat Delisa. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data terbagi menjadi dua, yaitu: a. Data Primer adalah data yang diperoleh dari rekaman video original berupa satu keping DVD film Hafalan Shalat Delisa. Kemudian dipilih 8 visual atau gambar dari potongan-potongan adegan (scene) yang diperlukan untuk penelitian. b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur. Literatur yang mendukung data primer, seperti kamus, internet, artikel Koran, buku-buku yang berhubungan dengan Film, Dakwah Bil-hal, Dakwah melaui Film, catatan kuliah dan sebagainya. 4. Teknik penelitian Teknik penelitian ini terdiri atas dua, yaitu: a. Observasi teks dengan melakukan pengamatan8 secara langsung dan tidak terikat terhadap objek penelitian dan unit analisis dengan cara menonton dan mengamati teliti dialog-dialog, serta adegan-adegan dalam film Hafalan Shalat Delisa. Kemudian mencatat, memilih dan menganalisanya sesuai dengan model penelitian yang digunakan. b. Studi komunikasi (document research), yaitu penulis mengumpulkan data-data melalui telaah dan mengkaji berbagai literatur yang relevensinya dengan materi penelitian untuk selanjutnya dijadikan bahan argumentasi, seperti DVD film, arsip, majalah, surat kabar, catatan perkuliahan, internet dan lain-lain. 5. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis semiotika model Rolland Barthes, membuat sebuah model sitematis dalam 8 Tigor Pangaribuan, Kamus Populer Lengkap, (Bandung: Pustaka Stia, 1996), cet-1, h. 114. 9 menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap. Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi,yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Sedangkan signifikasi kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth).9 F. Kelemahan Penelitian Dalam melakukan penelitian, peneliti akui banyak kekurangan, kelemahan dalam penulisan, kurang mendalam dalam melakukan analisis, dikarenakan berbagai aspek yang kurang mendukung dan juga tidak mendapatkan respon positif atas surat izin riset yang peneliti ajukan. sulitnya akses masuk menuju Production house. G. Tinjauan Pustaka Adapun skripsi lain yang menjadi acuan penulis yaitu skripsi berjudul ANALISIS SEMIOTIK FILM CIN(T)A KARYA SAMMARIA SIMANJUNTAK yang merupakan hasil penelitian mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nurlaelatul Fajriah. 9 Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya , cet. Keempat April 2006) h. 128. 10 M. Fikri Ghazali. NIM : 206051003915 Analisis semiotik terhadap film 3 DOA 3 CINTA Penulis menganalisisnya dengan menggunakan pendekatan semiotik yang dikembangkan oleh pemikir Perancis, Roland Barthes. Pendekatan semiotik ala Roland Barthes ini memberi titik tekan pada makna denotatif, konotatif. Walaupun dalam penelitian ini penulis berkiblat pada skripsi di atas, tetap penelitian yang dilakukan penulis berbeda. Objek penelitian penulis adalah segala sesuatu yg berhubungan dengan dakwah dalam film, dengan menggunakan pendekatan analisis semiotika Roland Barthes. Film ini sengaja diambil penulis karena belum banyak mahasiswa yang meneliti Film ini. Sehingga, penelitian yang penulis lakukan diharapkan dapat menambah referensi penelitian film. Film ini yang akan penulis teliti ini diangkat dari novel dengan judul yang sama. H. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN : Dalam bab ini penulis akan memaparkan mengenai Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masala, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kajian Teor, Sistematika Penulisan. BAB II KAJIAN TEORI : Pada bab ini penulis akan menguraikan Film yang terdiri dari Pengertian Film, Fungsi Film, Jenis-jenis Film, Sejarah Film, Komunikasi dalam film, Film dalam kajian analisis semiotika. Dakwah yang terdi dari Pengertian dakwah, Metode Dakwah, Film sebagai media dakwah dan Analisis Semiotik yang terdiri dari Definisi Analisis Semiotika, Konsep Semiotika Rolland Barthes. 11 BAB III GAMBARAN UMUM : Dalam bab ini penulis akan memaparkan mengenai Sinopsis Cerita Film Hafalan Shalat Delisa dan Pemain dalam film Hafalan Shalat Delisa. BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA : Dalam bab ini, penulis membahas tentang Representasi Dakwah dalam Film Hafalan Shalat Delisa Kajian Semiotika Rolland Barthes dan Analisis Pesan Dakwah dalam Film Hafalan Shalat Delisa. BAB V PENUTUP : Bab terakhir ini, penulis memberikan kesimpulan dan saran terhadap apa yang telah diangkat dan diteliti oleh penulis. 12 BAB II KAJIAN TEORI A. Dakwah 1. Pengertian Dakwah Kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang berati panggilan, ajakan, atau seruan. Dalam ilmu tata Bahasa Arab, kata dakwah berbentuk isim masdar sedangkan bentuk fi‟il-nya adalah memanggil, mengajak, atau menyeru. Menurut yang berarti Awaludin Pimay, secara etimologis kata dakwah merupakan bentuk masdar dari kata yad‟u (fi‟il mudhari) dan da‟a (fi‟il madhi) yang artinya adalah memanggil, mengundang, mengajak, menyeru, mendorong. Kata dakwah dirujukan pada ayat-ayat AlQur‟an yang didalamnya menggunakan kata dakwah (Sulthon, 2003: 4), yaitu: Al-Qur‟an surat Ali imron ayat 104. Artinya: ”Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mecegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. 13 Al-Qur‟an surat Yunus ayat 25. Artinya: “Allah menyeru / mengajak menuju ke Negara yang selamat”. Dan menunjuki orang orang yang dikehendakinya kepada jalan yang lurus. Secara terminologi, pengertian dakwah tidak ditunjukkan secara eksplisit oleh Nabi Muhammad. Oleh karena itu, umat Islam memiliki kebebasan merujuk perilaku tertentu yang intinya adalah mengajak kepada kebaikan dan melaksanakan ajaran Islam sebagai kegiatan dakwah. Dalam kaitan dengan itu, maka muncullah beberapa definisi dakwah Sebagai berikut: Syekh Ali Makhfud dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin, mengatakan dakwah adalah “ mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat” Toha Yahya Oemar, mengatakan bahwa dakwah adalah: “Mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan akhirat” Esensi dakwah adalah segala bentuk aktivitas penyampaian ajaran Islam kepada orang lain dengan berbagai cara yang bijaksana untuk terciptanya individu dan masyarakat yang menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam semua lapangan kehidupan. Dari definisi dakwah tersebut, dalam penelitian ini definisi yang digunakan adalah segala bentuk aktivitas dakwah penyampaian ajaran 14 Islam kepada orang lain dengan berbagai cara yang bijaksana untuk terciptanya individu dan masyarakat agar menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dan menjauhi larangannya dalam semua lapangan kehidupan agar memperoleh kehidupan dunia dan akhirat. 2. Dasar Hukum Dakwah Dakwah merupakan bagian integral dari ajaran Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. Kewajiban ini sudah tercermin dari konsep amar ma‟ruf nahi munkar yakni perintah mengajak masyarakat melakukan kebaikan sekaligus mengajak mereka untuk meninggalkan dan menjauhkan diri dari kejahatan. Dakwah hukumnya adalah wajib dengan dasar-dasar yang termaktub dalam firman Allah dan Hadits Nabi. Allah berfirman dalam al- Qur‟an: Perintah berdakwah yang ditujukan kepada para utusan Allah tercantum dalam al-Qur‟an surat Al-Maidah ayat 67: Artinya: Hai Rasul sampaikan lah apa yang diturunkan kepadamu dari tuhanmu. Dan jika kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. 15 Perintah dakwah yang ditujukan kepada umat Islam secara umum tercantum dalam Al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125: Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan berbantahlah kepada mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk. 3. Metode Dakwah Pengertian metode dakwah sebagai mana telah diungkapkan terdahulu adalah metode yang dilalui seorang da‟i dalam menyampaikan dakwahnya atau metode yang dipakai dalam penerapan pendekatan dakwah. Secara etimologis dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da‟a, yang diartikan sebagai mengajak/menyeru.10 Setelah mendata seluruh kata dakwah dapat didefinisikan bahwa dakwah Islam adalah sebagai kegiatan mengajak, mendorong, dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan Allah dan istiqoamah dijalaNya serta berjuang bersama meninggikan agama Allah. Oleh karena itu, secara terminologis pengertian 10 2000), h.1. Siti muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, Cet.I, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 16 dakwah dimaknai dari aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia akhirat. Metode dakwah adalah cara mencapai tujuan dakwah, untuk mendapatkan gambaran tentang prinsip-prinsip metode dakwah harus mencermati firman Allah Swt: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (Q.S. An-Nahl 16: 125) Dari ayat tersebut dapat difahami prinsip umum tentang metode dakwah Islam yang menekankan ada tiga prinsip umum metode dakwah yaitu ; Metode hikmah, metode mau’izah khasanah, meode mujadalah billati hia ahsan, banyak penafsiran para Ulama “terhadap tiga prinsip metode tersebut antara lain : 1. Metode hikmah menurut Syeh Mustafa Al-Maroghi dalam tafsirnya mengatakan bahwa hikmah yaitu; Perkataan yang jelas dan tegas disertai dengan dalil yang dapat mempertegas kebenaran, dan dapat menghilangkan keragu-raguan. 2. Metode mau‟izah khasanah menurut Ibnu Syayyidiqi adalah memberi ingat kepada orang lain dengan pahala dan siksa yang dapat menaklukkan hati. 3. Metode mujadalah dengan sebaik-baiknya menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ikhya Ulumuddin menegaskan agar orang-orang yang melakukan tukar fikiran itu tidak beranggapan bahwa yang satu sebagai lawan bagi yang lainnya, tetapi mereka harus menganggap bahwa para peserta mujadalah atau diskusi itu sebagai kawan yang 17 saling tolong-menolong dalam mencapai kebenaran. Demikianlah antara lain pendapat sebagaian Mufassirin tentang tiga prinsip metode tersebut. Imam Muslis berkata “Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman. (H.R. Muslim). Dari arti hadist tersebut terdapat tiga tahapan metode yaitu ; 1. Metode dakwah bil-hal Dakwah bil hal merupakan dakwah yang lebih menekankan pada perbuatan nyata, bukan hanya sekedar “slogan” untuk melakukan amar ma‟ruf dan nahi munkar saja. Dakwah ini akan menjadi efektif jika komunikator (mubaligh) mampu menunjukan perbuatannya terhadap kata-kata yang disampaikan kepada komunikan (mad‟u). 2. Metode dakwah dengan lisan (billisan) Dakwah bil lisan merupakan sistem dakwah yang dilakukan melalui ceramah, khutbah dan lain sebagainya. Dakwah bil lisan adalah proses penyampaian informasi melalui lisan, kajian yang dilakukan merupakan ibadah praktis, konteks kajian terprogram disampaikan dengan metode dialog. Dengan menggunakan katakata yang lemah lembut, yang dapat difahami oleh mad‟u, bukan dengan kata-kata yang keras danmenyakitkan hati. 3. Metode dakwah dengan hati (qolm) 18 Metode dakwah dengan hati adalah dalam berdakwah hati tetap ikhlas, dan tetap mencintai mad‟u dengan tulus, apabila suatu saat mad‟u atau objek dakwah menolak pesan dakwah yang disampaikan, mencemooh, mengejek bahkan mungkin memusuhi dan membenci da‟I atau muballigh, maka hati da‟i tetap sabar, tidak boleh membalas dengan kebencian, tetapi sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan ikhlas hati da‟i hendaknya mendo‟akan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Selain dari metode tersebut, metode yang lebih utama lagi adalah bil uswatun hasanah, yaitu dengan memberi contoh prilaku yang baik dalam segala hal. Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW banyak ditentukan oleh akhlaq beliau yang sangat mulia yang dibuktikan dalam realitas kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. Seorang muballigh harus menjadi teladan yang baik dalam kehidupan sehar-hari. Dakwah merupakan kewajiban umat Islam, lebih-lebih mereka yang telah memiliki pengetahuan agama Islam, menurut batas kemampuan masing-masing. Dakwah adalah upaya menyampaikan ajaran agama Islam oleh seseorang atau kelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang agar mereka meyakini dan memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan benar. Jadi dalam dakwah yang menjadi tujuan adalah perubahan keyakinan, pengetahuan dan perilaku sasaran dakwah yang sesuai dengan ajaran Islam. Dakwah bil-hal sebenarnya bukanlah merupakan istilah baru dalam dunia dakwah, karena sumber peristilahan tersebut bermula dari al-Qur'an 19 maupun hadits dan juga sirah Nabi. Dari sumber-sumber tersebut kemudian muncul penterjemahan baik dalam dataran normatif maupun empirik. Ada beberapa pengertian tentang dakwah bil-hal. Secara harfiah dakwah bil-hal berarti menyampaikan ajaran Islam dengan amaliah nyata,11 dan bukan tandingan dakwah bil-lisan tetapi saling melengkapi antara keduanya. Dalam pengertian lebih luas dakwah bil-hal, dimaksudkan sebagai keseluruhan upaya mengajak orang secara sendirisendiri maupun berkelompok untuk mengembangkan diri dan masyarakat dalam rangka mewujudkan tatanan sosial, ekonomi dan kebutuhan yang lebih baik menurut tuntunan Islam, yang berarti banyak menekankan pada masalah kemasyarakatan seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dengan wujud amal nyata terhadap sasaran dakwah12. Sementara itu ada juga yang menyebut dakwah bil-hal dengan istilah dakwah bil-Qudwah yang berarti dakwah praktis dengan cara menampilkan akhlaq karimah.13 Sejalan dengan ini seperti apa yang dikatakan oleh Buya Hamka bahwa akhlaq sebagai alat dakwah, yakni budi pekerti yang dapat dilihat orang, bukan pada ucapan lisan yang manis serta tulisan yang memikat tetapi dengan budi pekerti yang luhur.14 Berpijak dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa dakwah bilhal mempunyai peran dan kedudukan penting dalam dakwah bil-lisan. Dakwah 11 bil-hal bukan bermaksud mengganti maupun menjadi Lihat Masdar F. Mas'udi, "Mukaddimah : Dakwah, Membela Kepentingan Siapa?",dalam Majalah Pesantren, No. 4 Vol. IV jakarta : P3M, 1987), h.2. 12 Harun Al-Rasyid dkk, Pedoman Pemerintahan Dakwah Bil-Hal, Jakarta: Depag RI, 1989), h.10. 13 Anwar Masy'ari, Butir-butir Problematika Dakwah Islamiyah,(Surabaya: Bina llnuj, 1993), h.205. 14 Hamka, Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam, (jakarta: Pustaka Panjimas, 1981), h.159. 20 perpanjangan dari dakwah bil-lisan, keduanya mempunyai peran penting dalam proses penyampaian ajaran Islam, hanya saja tetap dijaga isi dakwah yang disampaikan secara lisan itu harus seimbang dengan perbuatan nyata da'i.15 Dalam hal ini peran da'i akan menjadi sangat penting, sebab da'i yang menyampaikan pesan dakwah kepada jama'ah akan disorot oleh umat sebagai panutan. Apa yang ia katakan dan ia lakukan akan ditiru oleh jama'ahnya. Itulah sebabnya apa yang ia katakan harus sesuai dengan apa yang ia perbuat, jika tidak maka da'i akan menjadi cemoohan umat dan lebih dari itu ia berdosa besar dan pada gilirannya dia akan ditinggalkan oleh jamaahnya. Dalam ayat lain masih banyak yang memberi kontribusi pelaksanaan dakwah bil-hal. Di samping ayat al-Qur'an dalam hadits Rasulullah banyak yang memberikan dasar bagi dakwah bil-hal seperti hadits di bawah ini : "Dari Anas ra. Berkata: Tidak pernah Rasulullah saw. dimintai sesuatu melainkan pasti ia membeilikannya. Sungguh telah datang seorang peminta kepadanya, maka diberinya kambing yang berada di antara dua bukit, maka ia kembali kepada kaumnya dan mengajak mereka "Hai kaumku, segeralah kamu masuk Islam, karena Muhammad memberi kepada seseorang yang sama sekali tidak k hawatir habis atau menjadi miskin". Sesungguhnya dahulu orang masuk Islam karena ingin 15 Soetjipto Wirosardjono, "Dakwah: Potensi dalam Kesenjangan" dalam Majalah Pesantren, No. 4 Vol. IV (Jakarta: P3M, 1987), h.5. 21 dunia tetapi tidak lama kemudian tumbuh kecintaannya Islam melebihi semua kekayaan dunia.16 Dalam hadist ini terdapat dorongan yang kuat agar kaum muslimin membela (rnembantu) saudara-saudaranya yang lemah, dengan cara mengetuk pintu hati setiap orang yang memiliki perasaan dan berkeinginan baik.17 Menurut Jamaludin Al-Qasimi,18 kalimat membantu yang lemah adalah membantu membebaskan orang muslim yang lemah dan sedang menghadapi masalah kesulitan serta menjaganya dari ancaman musuh. Masalah yang dihadapi berhubungan dengan kesusahan hidup baik bersifat materi maupun non materi. Pernyataan ini diperkuat dengan pemyataan Rasulullah dalam sebuah hadits: "Orang Islam itu bersaudara, maka janganlah seorang Islam menganiaya saudaranya dan jangan membiarkannya tersiksa. Barang siapa memenuhi hajat saudaranya, maka Allah akan memenuhi hajatnya. Barang siapa yang membantu mengatasi kesulitan orang lain maka Allah akan melepaskan kesulitan-kesulitan di hari kiamat dan siapa menutu pintu seorang muslim niscaya Allah menutupinya dihari kiamat. Dalam hadits ini jelas sekali bahwa membiarkan sesama muslim teraniaya adalah berdosa dan membantu mereka keluar dari persoalan adalah ibadah yang bernilai dakwah, Termasuk membantu saudara kita dalam mengatasi kesulitan juga mempunyai nilai ibadah yang berkonotasi dakwah. Dalam surat al-Isra' ayat 84 Allah berfirman : “Katakanlah Tiap-tiap orang berbuat menurut 16 Husen Madhal, Hadits II, (Yogyakarta: Fakullas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga, 1995),h. 216. 17 Al-Qur'an dan Tafsirnya, (yogyakarta: Univereitas Islam Indonesia, 1991), h.229. 18 Muhammad Jamaludin Al Qosimi, Tafsir Al-Qosimi, tkt: Dar al-Ihya' Kutub alArabiyah, 1957).h.15. 22 keadaannya masing-masing maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”. Pesan moral yang terkandung dalam film ini juga tergolong ke dakwah bil-hal dikarenakan dalam dakwah bil-hal juga terdapat nilai-nilai positif. Istilah pesan dalam bahasa Inggris message berasal dari kata latin yaitu message yang bersumber dari kata yang berarti perintah, nasehat, permintaan, kata-kata, lambang, ide, amanat yang harus disampaikan atau dilakukan kepada orang lain.19 Akan tetapi, pengertian pesan yang dipaparkan di atas bersifat mendasar, dalam arti kata bahwa pesan itu adalah suatu kata-kata itu menyediakan suatu alat pengantar yang dapat menyampaikan ide-ide dan informasi, tapi juga persuasif yaitu pesanpesan berjalan dengan struktur yang melalui komunikator dan diterima oleh komunikan agar orang lain bersedia menerima suatu paham dan keyakinan melakukan suatu perbuatan atau kegiatan dan lain-lain.20 Dalam komunikasi, pesan menjadi salah satu unsur penentu efektifitas suatu tindakan komunikasi. Pesan menjadi unsur utama selain komunikator dan komunikan, terjadi komunikasi antar manusia. Tanpa adanya komunikasi pesan, maka tidak pernah terjadi komunikasi yang jelas antar manusia.21 19 Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), cet. Ke-9, h. 76. 20 James G. Robinson, Komunikasi yang Efektis, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1986), cet.ke-3 h. 35. 21 M. Jamaluddin Piktoringa, Tipologi Pesan Persuasif, (PT. Indeks: Jakarta, 2005), cet.ke-1, h. 1. 23 Menurut beberapa ahli, pesan mempunyai macam-macam arti. Pesan dapat diartikan sebagai lambang, ide, kata, atau isi pernyataan. Menurut Hoeta Soehoet, pesan adalah isi pernyataan yaitu hasil penggunaan akal budi yang disampaikan manusia kepada manusia lain. Artinya berfungsi untuk mewujudkan isi pernyataan dari bentuknya yang abstrak menjadi konkret. Dari berbagai definisi yang telah disebutkan, meskipun terdapat perbedaan dalam perumusan dapat disimpulkan bahwa pesan merupakan suatu isi pernyataan yang mendatangkan makna dan respon tertentu. Sebenarnya suatu pesan tidak hanya sebatas menstimulasi emosi khalayak. Pesan dapat pula dikatakan persuasif manakala menyentuh rasio khalayak. Bahkan pesan yang disampaikan tidak hanya menyentuh ratio khalayak tapi juga dapat mengajak khalayak untuk menjadi sesuatu yang lebih baik. Dengan demikian pesan akan dapat menghasilkan respon tertentu seandainya dirancang dengan baik. Untuk itu pesan hendaknya mengoptimalkan lambang komunikasi yang tersedia (verbal, non-verbal dan paralinguistik) yang disesuaikan dengan topik yang dikomunikasikan. Saluran komunikasi yang digunakan dan khalayak yang dituju. Selain itu, pesan yang dirancang biasanya merupakan refleksi dari prilaku khalayak yang dituju, sehingga diharapkan merupakan hasil pengkondisian dari sumber. Dalam penelitian ini, pesan yang ingin disampaikan pada khalyak adalah pesan yang mengandung nilai-nilai moral. Pesan moral merupakan suatu materi atau gagasan mengenai ajaran tentang baik buruknya 24 perbuatan dan kelakuan yang ingin disampaikan oleh pembuat film kepada penontonnya. Sebagaimana tema, pesan moral hanya dapat ditangkap melalui penafsiran cerita. Hal ini sekaligus merupakan petunjuk praktis mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Sutradara atau pembuat film ini menyampaikan semua hal tersebut di atas melalui penampilan tokoh-tokoh cerita. Sebenarnya yang dimaksud dengan moral menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah penentuan baik-buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.22 Dan menurut istilah moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.23 Moralitas akan muncul dengan sendirinya manakala seseorang mulai berpikir tentang apa yang harus dilakukan dan tidak harus tidak dilakukan. Seseorang akan bertindak dengan alasan-alasan tertentu dan tidak dikendalikan oleh sebab-sebab yang lain. Tindakan moral harus rasional, alasannya pun harus operatif. Jadi, tidak sekedar rasional semata. Pada intinya, setiap orang harus mampu bertindak sebagai makhluk yang 22 W.J, S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Rajawali Press, 1980), cet.II, h. 654 23 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), cet.V, h. 93. 25 bermoral.24 Menurut pandangan Rest, moralitas mencakup makna yang begitu luas, antara lain: a. tingkah laku membantu orang lain b. tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma sosial c. timbulnya empati atau rasa salah, atau bahkan keduanya d. penalaran tentang keadilan e. memperhatikan kepentingan orang lain. 4. Film sebagai media dakwah Pada masa kehidupan Nabi Muhammad saw, media yang paling banyak digunakan adalah media audiatif; yakni menyampaikan dakwah dengan lisan. Namun tidak boleh dilupakan bahwa sikap dan perilaku Nabi juga merupakan media dakwah secara visual yaitu dapat dilihat dan ditiru oleh objek dakwah. Sejarah dakwah kemudian mencatat bukan hanya perkembangan materi dan objek dakwah, melainkan juga mencari mediamedia dakwah yang efektif. Ada berupa media visual, audiatif, audiovisual, buku, radio, televisi, drama dan sebagainya.25 Termasuk juga internet dan film. Film hadir dalam bentuk penglihatan dan pendengaran. Melalui pendengaran dan penglihatan inilah, film memberikan pengalamanpengalaman baru kepada para penonton. Pengalaman itu menyampaikan 24 Cheppy Haricahyono, Dimensi Pendidikan Moral, (Semarang: IKIP Semarang Pres, 1995), h.67. 25 Wafyah dan Awaludin Pimay, Sejarah Dakwah, Cet.I, (Semarang: RaSAIL, 2005), h.13. 26 berbagai nuansa perasaan dan pemikiran kepada penonton. Selanjutnya, film sebagai media komunikasi dapat berfungsi pula sebagai media dakwah, yaitu media untuk mengajak kepada kebenaran dan kembali menginjakkan kaki di jalan Allah. Film juga tidak terkesan menggurui. Film mempunyai kelebihan bermain pada sisi emosional, ia mempunyai pengaruh yang lebih tajam untuk memainkan emosi pemirsa. Berbeda dengan buku yang memerlukan daya fikir aktif, penonton film cukup bersikap pasif. Hal ini dikarenakan film adalah sajian siap untuk dinikmati. film akan menjadi semakin penting sebagai media yang dapat menyampaikan gambaran mengenai budaya muslim, paling tidak untuk menghindari benturan dengan budaya dan peradaban lain. Dan film dapat dijadikan sebagai duta.26 Film itu seperti diketahui merupakan salah satu acara yang ditayangkan televisi. Terdapat beberapa pesan moral yang dapat diangkat atau diambil maknanya dari tayangan-tayangan film yang disesuaikan dengan alur atau jalan cerita dari isi film tersebut. Sebab film memberikan peluang untuk terjadinya peniruan apakah itu positif ataupun negatif. Dikarenakan dampak yang ditimbulkan lewat acara-acara film begitu besar maka sungguh pas dan tepat jika proses dakwah pun dilakukan melalui film-film yang bertemakan dakwah. Salah satu film yang memberikan pesan dakwah adalah Kiamat Sudah Dekat. Salah satu fungsi film yang ditayangkan oleh televisi yaitu sebagai alat komunikasi. Sebab komunikasi adalah salah satu faktor yang penting bagi perkembangan hidup manusia 26 h. 96. Aep Kusnawan, Komunikasi & Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004), 27 sebagai makhluk sosial. Tanpa mengadakan komunikasi individu tidak mungkin dapat berkembang dengan normal dalam lingkungan sosialnya. Oleh karena tak ada manusia individu yang berkembang tanpa komunikasi dengan manusia individu yang lainnya. Sejak manusia dilahirkan, oleh tuhan diberinya kemampuan-kemampuan dasar untuk berkomunikasi denngan orang lain atau dengan situasi lingkungan dengan menggunakan berbagai macam media yang salah satunya melalui acara-acara yang ditayangkan oleh televisi. Dengan melihat permasalahan di atas maka bisa dikatakan bahwa komunikasi dakwah lewat film bisa mempengaruhi kondisi psikologis pemirsa yang menyaksikannya sehingga dapat menerima ajaran-ajaran Islam. Hal ini sesuai dengan sasaran dakwah yang menjadi tujuan dakwah yaitu :" Amar ma'ruf nahi Munkar".27 Media komunikasi visual merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan dengan menggunakan indra penglihatan dalam menangkap datanya.28 Jadi matalah yang paling berperan dalam pengembangan dakwah. Media komunikasi yang berwujud alat yang menggunakan penglihatan sebaai pokok persoalannya terdiri dari jenis alat komunikasi yang sangat komplit. Media film slide berupa rekaman gambar pada film positif yang telah diprogram sedemikian rupa sehingga hasilnya sesuai dengan apa yang 27 telah diprogramkan. Drs.Slamet Muhiamin Abda dalam http://elmubarok.blogspot.com/2009/12/peran-film-sebagaimediadakwah. diakses tanggal 20 Desember 2013. 28 Moh.Ali.Aziz.M.Ag.Ilmu Dakwah, (Jakarta. 2004).H. 149. 28 bukunya Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah,mengatakan pengoprasian film slide melalui proyektor film slide yang kemudian gambarnya diprokyesikan pada screen (layar).29 Adapun kelebihah film slide antara lain,mampu memberikan gambaran yang cukup jelas cepat kepada audiensi tentang informasi yang disampaikan oleh seorang juru dakwah,dan film slid dapat dipakai berulang-ulang sesuai dengan yang di inginkan. Film adalah salah satu media audiovisual yang merupakan salah satu perangkat komunikasi yang dapat ditangkap baik melaui indra pendengar, maupun penglihatan. Film sangat memikat komunikannya karena operasionalisasi dari film itu didahului oleh adanya periapan yang sanggat cukup matang, seperti adanya: naskah cerita, scenario, shooting dan acting dari pemeran utama dan yang lainnya. Dakwah melalui film memang akan lebih efektif dibandingkan dengan media lainnya. Sebab penyajiannya dapat diatur dalam berbagai bentuk dan variasi sehingga kesannya tidak seperti menggurui. Pengaruh dakwah melalui film dapat dilihat sejauhmana film memberikan kesan terhadap menonton. Selain itu, terpulang kepada penonton sejauhmana penonton mengambil dan menaplikasikan apa yang mereka tonton. 29 Drs.Samsul Munir Amin,M.A,Ilmu Dakwah. (jakarta.2009), h. 116. 29 B. Tinjauan Umum Tentang Konstruksi 1. Konstruksi Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern Konstruktivisme merupakan landasan berfikir, pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman-pengalaman sendiri. Sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang lain. Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.30 30 http://surianto200477.wordpress.com/2009/09/17/teori-pembelajarankonstruktivi sme/Diakses 10 Mei 2014. 30 Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Perspektif konstruktivisme berakar dari filsafat tertentu tentang manusia dan pengetahuan. Makna pengetahuan, sifat-sifat pengetahuan, dan bagaimana seseorang menjadi „tahu‟ dan berpengetahuan, menjadi perhatian penting bagi aliran konstruktivisme. Pada dasarnya perspektif ini mempunyai asumsi bahwa pengetahuan lebih bersifat kontekstual daripada absolute, yang memungkinkan adanya penafsiran jamak (multiple perspective) bukan hanya satu perspektif saja. Hal ini berarti, bahwa pengetahuan dibentuk menjadi pemahaman individual melalui interaksi dengan lingkungan dan orang lain.31 Perspektif konstruktivisme ini sering kali diperbandingkan dengan perspektif tradisional objektivis, yang beranggapan bahwa pengetahuan merupakan suatu objek di luar manusia, yang mempunyai sifat objektif dengan struktur tertentu yang jelas. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pemahaman orang tentang konstruktivisme beragam, karena konstruktivisme memang mempunyai beberapa perwujudan tergantung 31 Pranata.2008.Belajar Kontruktivisme. http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/. Diaks es pada tanggal 06 Mei 2014. 31 dari sisi mana dilihatnya. Sehingga untuk memahami perspektif konstruktivisme dengan utuh maka perlu untuk membahas dua sisi bentuk konstruktivisme yaitu konstruktivisme individual dan konstruktivisme sosial.32 2. Komunikasi dalam film Sebelum lebih dalam berfokus pada film doku-drama, perlu dituliskan mengenai peranan film sebagai salah satu media komunikasi massa di Indonesia. Peranan film sebagai media komunikasi massa sudah muncul sejak berdirinya Indonesia. Namun pasca Dekrit Presiden Juli 1959, komunikasi massa mengalami massa peralihan. Peralihan yaitu antara komunikasi massa liberalis yang ingin ditinggalkan, menuju pada komunikasi massa sosialis yang merupakan harapan selanjutnya. Keberadaan komunikasi massa, termasuk film, pada akhirnya terombang – ambing. Akan tetapi, keberadaan film sebagai komunikasi massa pun dipertegas dalam Ketetapan MPRS/ No. II/ MPRS/ 1960, yang dituliskan bahwa film bukanlah semata – mata barang dagangan, tapi juga merupakan alat pendidikan dan penerangan (dalam Lee, 1965: 149). Tentu film yang diharapkan dalam MPRS ini adalah film sebagai media untuk membentuk masyarakat Indonesia yang sosialis, seperti yang menjadi orientasi negara. Harapan Ketetapan MPRS agar film menjadi penggerak massa yang mendukung pembangunan, nampaknya tidak terkabul. Masih banyak 32 Surianto.2009. TeoriPembelajaranKonstruktivisme.http://surianto200477.wordpress.c om/2009/09/17/teori-pembelajaran-konstruktivisme/.Diakses 06 Mei 2014. 32 film Indonesia pada masa itu yang komersil, yang merupakan sisa – sisa faham kapitalis – liberalis. Demi mendapat keuntungan semata, kualitas film pun rendah, tak diperhatikan oleh sang pembuat. Hakikat film sebagai media komunikasi massa (alat penerangan dan alat pendidikan) menjadi „kabur‟. Permasalahan ini kemudian diatasi pemerintah dengan mengeluarkan Penetapan Presiden No. 1 tahun 1965, tentang “Pembinaan Perfilman”. Penetapan Presiden ini mengatur tentang film, agar film menjadi pendukung dan penyebar ideologi – ideologi negara.33 Peraturan ini secara implisit menetapkan film agar menjadi media kampanye negara. Tentu saja ini karena efektifnya film untuk menjangkau khalayak luas di Indonesia. Undang – Undang yang mengatur perfilman Indonesia saat ini pun masih menghendaki bahwa film sebagai media komunikasi massa, yaitu Undang – Undang RI No. 8 tahun 1992 tentang Perfilman (yang merupakan produk Orde Baru dan masih menjadi pro kontra atas relevansinya untuk masa reformasi ini). Dalam pasal 5, dituliskan bahwa: “Film sebagai media komunikasi massa pandang – dengar mempunyai fungsi penerangan, pendidikan, pengembangan budaya bangsa, hiburan, dan ekonomi”. Dalam Undang – Undang ini jelas bahwa pemerintah menginginkan film yang tidak hanya komersil, tetapi juga media pendidikan dan media untuk mengembangkan kebudayaan bangsa Indonesia. 33 Oey Hong Lee, “Publisistik Film”, Ichtiar,(Jakarta,1965), hal. 153. 33 Keberadaan film sebagai media komunikasi massa, seperti yang diharapkan oleh pemimpin terdahulu, kurang mendapat perhatian dari pembuat – pembuat film saat ini. Film Indonesia saat ini masih seragam, mengikuti arus yang diinginkan oleh pasar. Di dalam film tersebut, jarang ditemukan unsur edukasi atau ajaran nilai – nilai sosial. Tahun 2007, Indonesia penuh dengan film horor yan bisa dibilang horor tanggung. Horor kemudian diikuti dengan komedi–seks. Dennis McQuail berpendapat bahwa film memiliki kemampuan untuk mengantar pesan secara unik.34 Kemampuan film inilah yang diabaikan oleh pembuat film Indonesia kebanyakan, yang hanya mengikuti arus. Pesan – pesan yang harusnya bisa disampaikan melalui film yang mengandung nilai estetika, tidak dimunculkan oleh para pembuat film. Keberadaan film sebagai media massa yang dapat mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku khalayak, didukung oleh beberapa teori. Teori tersebut antara lain adalah agenda setting theory oleh Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw, serta teori tentang psikologi yaitu social learning theory oleh Albert Bandura. Kedua teori ini menjelaskan tentang hubungan linier antara film dengan khalayaknya. Dalam hal ini, film mempunyai kemampuan untuk mengarahkan dan menuntun perhatian masyarakat pada peristiwa tertentu. Dengan agenda-agendanya ini, film berpotensi untuk memasukkan unsur pendidikan, nilai sosial, pengetahuan sejarah, dan pengetahuan kebudayaan di dalamnya. Dengan pemasukan unsur – unsur tersebut, dapat 34 Hidayat, Dedy Nur. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: (PT. Raja Grafindo Persada. 2007) h.16. 34 membentuk pemikiran masyarakat yang kritis dan berwawasan. Laiknya film menggunakan kelebihannya ini karena sosialisasi tentang nilai – nilai sosial dalam kehidupan masyarakat tidak hanya tanggung jawab keluarga dan lingkungan sekitar, tapi juga tanggung jawab dari film yang memiliki agenda dalam penceritaannya, dan audiencedapat berpotensi untuk mengikuti agenda media tersebut. Pengadopsian khalayak akan agenda dalam media massa juga terdukung dengan teori pembelajaran sosial oleh Albert Bandura. Teori pembelajaran sosial menerangkan bahwa seseorang belajar dari peniruan dari hasil pengamatannya. Dalam hal ini, khalayak mengkonsumsi film, yang kemudian secara tidak langsung terjadi suatu pengamatan. Contoh dari teori ini adalah percobaan oleh Bandura dan Walters yang mengindikasikan bahwa ternyata anak-anak bisa mempunyai perilaku agresif hanya dengan mengamati perilaku agresif sesosok model, misalnya melalui film atau bahkan film kartun. 10. Film dalam kajian analisis semiotika Film dalam kajian nalisis semiotik Film merupakan bidang yang amat relevan bagi analisis semiotik. Seperti yang dikemukakan Art Van Zoest, film dibangun dengan tanda – tanda semata. Tanda – tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerjasama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Berbeda dengan tanda – tanda fotografi statis, rangkaian tanda dalam film menciptakan imajinasi atau sistem penandaan. Pada film digunakan tanda – tanda ikonis yaitu tanda – tanda yang menggambarkan seseuatu. Gambar 35 yang dinamis pada sebuah film merupakan ikonis bagi realitas yang dinotasikannya.35 Analisis semiotik pada film berlangsung pada teks yang merupakan struktur dari produksi tanda. Bagian struktur penandaan dalam film biasanya terdapat dalam unsur tanda paling kecil, dalam film disebut scene. Scene dalam film merupakan satuan terkecil dari struktur cerita film atau biasa disebut alur. Alur sendiri merupakan sejumlah motif satuan – satuan fiksional terkecil yang terstruktur sedemikian rupa sehingga mampu mengembangkan tema serta melibatkan emosi – emosi. Sebuah alur biasanya mempunyai fungsi estetik pula, yakni menuntun dan mengarahkan perhatian penonton ke dalam susunan motif-motif tersebut. Analisis semiotik berupaya menemukan makna tanda termasuk halhal yang tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya sangat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna tanda tersebut berada.36 Di dalam teori semiotika, proses pemaknaan gagasan, pengetahuan atau pesan secara fisik disebut representasi. Secara lebih tepat ini didefinisikan sebagai penggunaan tanda – tanda untuk menampilkan ulang sesuatu yang dicerap, diindra, dibayangkan atau dirasakan dalam bentuk h. 263. h.3. 35 Miftah, Rachmat, Teknik praktis riset komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), 36 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), 36 fisik.37 Cerita pada film tidak saja berupa refleksi dari realitas kehidupan masyarakat yang dipindahkan ke dalam seluloid semata, film juga menjadi media representasi dari kehidupan masyarakat. Dalam hal ini film menghadirkan dan membentuk kembali realitas berdasarkan kode – kode, konvensi – konvensi dan ideologi dari kebudayaan. Menurut Stuart Hall, seperti dikutip Budi Irawanto, film sebagai sebuah konsep representasi memiliki beberapa definisi fungsi, yaitu menunjuk, baik pada proses maupun produksi pemaknaan suatu tanda. Representasi juga menjadi penghubung makna dan bahasa dengan kultur. Lebih jauh lagi, makna dikonstruksi oleh sistem representasi dan diproduksi melalui sistem bahasa yang fenomenanya bukan hanya melalui ungkapan–ungkapan verbal tapi juga visual. 2.3. Analisis Semiotika 1. Konsep Semiotika Semiotika atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotika lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata Yunani semeitika yang berarti “tanda” atau “sign” dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya.38 37 128. 38 Alex Sobur, Simiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-2, h. Heru Effendy, Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser, (Jakarta: Pustaka Konfiden, 2008), cet, ke-6, h. 149. 37 Secara sederhana semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Semiotika mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensikonsensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut berarti.39 Dalam pengertian yang hampir sama semiotika adalah studi tentang bagaimana bentuk-bentuk simbolik diinterprestasikan. Kajian ilmiah mengenai pembentukan makna.40 Secara substansial, semiotika adalah kajian yang concern dengan dunia simbol. Alasannya, seluruh isi media massa pada dasarnya adalah bahasa (verbal), sementara itu bahasa merupakan dunia simbolik.41 Semiotika seperti yang kita kenal dapat dikatakan baru karena berkembang sejak awal abad ke-20. Memang pada abad ke-18 dan ke-19 banyak ahli teks (khususnya Jerman) berusaha mengurai pelbagai masalah yang berkaitan dengan tanda, namun mereka tidak menggunakan pengertian semiotik.42 Semiotika (semiotics) didefinisikan oleh Ferdiand de Saussure di dalam course in general linguistic, sebagai ilmu yang mengkaji tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial.43 Sedangkan semiotika tidak 39 www.wikipedia.com, arti diakses pada 22 Oktober 2013. James Lull, Media Komunikasi, Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global, (Terj). A. Setiawan Abadi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997), cet. Kel-1, h. 232. 41 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet-ke-4, h. 140. 42 Tommy Christomy, Semiotika Budaya, (Depok: UI, 2004), cet. Ke-1, h. 81 43 Yasraf Amir Piliang, Hipesemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, (Yogyakarta: Jalasutra, 2003), h. 256. 40 38 hanya meneliti mengenai signifier dan signified, tetapi juga hubungan yang mengikat mereka, tanda yang berhubungan secara keseluruhan.44 Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Charles Sanders Peirce (1839-1914). Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar belakang keilmuan Saussure adalah lingustik sedangkan Peirce adalah filsafat. Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi (semiology).45 Ada dua gagasan besar tentang tanda yang umumnya dijadikan dasar bagi penelitian semiotika, yakni gagasan tentang tanda menurut Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce Filsuf sekaligus ahli logika. Beberapa konsep dasar dari pemikiran Saussure dan juga pengikutnya, termasuk Barthes, yaitu : a). A signifier (significant) forma atau citra tanda tersebut, misalnya: tulisan di kertas, atau suara di udara. Atau dengan kata lain, wujud fisik dari tanda. b). The signified (signifie) konsep yang direpresentasikan atau konsep mental.46 Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda (sign). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan 44 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, h. 123. Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual: Metode Analisis Tanda dan Makna Pada karya Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta : Jalasutra, 2008), ke-2, h. 11 46 M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Gitanyali, 2004), cet, ke-1, h.45. 45 39 sebuah ide atau petanda (signified). Penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan bermakna.47 Sementara itu. Charles Sanders Peirce, manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda.48 Peirce dikenal dengan teori segitiga makna-nya (triangle meaning). Berdasarkan teori tersebut, semiotika berangkat dari tiga elemen utama yang terdiri dari: tanda (sign), acuan tanda objek, pengguna tanda (interpertant). Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada dibenak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila elemen-elemen tersebut berinteraksi dalam bentuk seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut.49 2. Konsep Semiotika Roland Barthes Roland Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga menengah Protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat panyai Atlantik di sebelah barat daya Prancis. Dia dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean.50 Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes 47 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 64. Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, h. 16. 49 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Sesuatu Pengantar, h. 115 50 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 63. 48 40 meneruskan pemikiran tersebut yang dikenal dengan istilah “order of signification”.51 Two orders of singnification (signifikasi dua tahap atau dua tatanan pertandaan) Barthes terdiri dari first order of signification yaitu denotasi, dan second orders of signification yaitu konotasi. Tatanan yang pertama mencakup penanda dan petanda yang berbentuk tanda. Tanda inilah yang disebut makna denotasi.52 Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antra tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung , dan pasti. Sedangkan konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang bersifat implisit dan tersembunyi.53 Tabel 1. Peta tanda Roland Barthes : 1. Signifier (Penanda) 2. Signified (Petanda) 3. Denotative sign (tanda denotatif) 4. CONNOTATIVE SIGNIFIER 5. CONNOTATIVE SIGNIFIED (PENANDA KONOTATIF) (PETANDA KONOTATIF) 6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF) 51 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 268 M. Atonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, Teori dan Aplikasi, h. 56 53 Tommy, Semiotika Budaya, h. 94. 52 41 Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika kita mengenal tanda “singa” barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin.54 Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang berarti bagi penyempurnaan semilogi Saussure, yang berhenti pada penandanaan dan tatanan denotatif. Konotasi dan denotasi sering dijelaskan dalam isitlah tingkat representasi. Secara ringkas, denotasi dan konotasi dapat dijelaskan sebagai berikut.55 a. Denotasi adalah interaksi antara singnifier dan signified dalam sign, dan antara sign dengan referent (object) dalam realitas eksternal. b. Konotasi adalah interaksi yang muncul ketika sign bertemu dengan perasaan atau emosi pembaca atau pengguna dan nilai-nilai budaya mereka. Makna menjadi subjektif atau intersubjektif. Tanda lebih terbuka dalam penafsirannya pada konotasi daripada denotasi. Secara sederhana, denotasi dijelaskan sebagai kata yang tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan. Maknanya disebut makna denotatif. Makna denotatif memiliki beberapa istilah lain seperti makna denotasional, makna referensial, makna konseptual, atau makna 54 55 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 69. M. Antonius, Metode Penelitian Komunikasi; Teori dan Aplikasi, h. 57. 42 ideasional. Sedangkan konotasi adalah kata yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu di samping makna dasar yang umum. Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna emosif, atau makna evaluatif.56 Denotasi dan konotasi tidak bisa dilihat secara terpisah atau berdiri sendiri. Sebuah tanda yang kita lihat pasti suatu denotasi.makna denotasi adalah apa yang kelihatan pada gambar, dengan kata lain gambar dengan sendirinya memunculka denotasi. Denotasi dengan sendirinya akan menjadi konotasi dan untuk selanjutnya konotasi justru menjadi denotasi ketika konotasi tersebut sudah umum digunakan dan dipahami bersama sebagai makna yang kaku. Dalam gambar tersebut, tanda panah dari signified mengarah pada mitos. Ini berarti mitos muncul pada tataran konsep mental suatu tanda. Mitos bisa dikatakan sebagai ideologi dominan pada waktu tertentu. Denotasi dan konotasi memiliki potensi untuk menjadi ideologi yang bisa dikategorikan sebagai third order of signification (istilah ini bukan dari Barthes), Barthes menyebut konsep ini sebagai myth (mitos).57 Mitos dalam pengalaman Barthes adalah pengkodean makna dan nilai-nilai sosial (yang sebetulnya arbiter atau konotatif) sebagai sesuatu yang dianggap alamiah.58 Mitos adalah yang berhubungan dengan kepercayaan primitif tentang kehidupan alam gaib, yang timbul dari usaha 56 AS Haris Sumandiria, Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis, (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2006), cet, ke-1, h. 27-28 18. 57 M. Antonius, Metode Penelitian Komunikasi; Teori dan Aplikasi, h. 58-60. 58 Tommy Christomy, Semiotika Budaya, (Depok: UI, 2004), cet. Ke-1, h. 94. 43 manusia yang tidak ilmiah dan tidak berdasarkan pada pengalaman yang nyata untuk menjelaskan dunia atau alam sekitarnya.59 Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas social yang sudah mempunyai suatu dominasi. Mitos primitif, Mislanya, mengenai hidup dan mati, manusiaa dan dewa, dan sebagainya. Seedangkan mitos masa kini mislanya mengenai feminitas, maskulinitas ilmu pengetahuan, dan kekerasan.60 Menurut Urban, mitos adalah cara utama yang unik untuk memahami realitas. Atau seperti kata Midnowski, mitos adalah suatu pernyataan purba tentang realitas yang lebih relevan.61 Mitos dalam pandangan Lappe & Collins dimengerti sebagai sesuatu yang oleh umum dianggap benar, tetapi sebenarnya bertentang dengan fakta. Apa yang disebut Lappe & Collins sebagai mitos itu adalah jenis ”mitos modern‟. Sedangkan menurut Barhers, mitos adalah sebuah kisah (a story) yan melaluinya sebuah budaya mejelaskan dan memahami beberapa aspek dari realitas. Mitos membantu kita untuk memaknai pengalaman-pengalaman kita dalam satu konteks budaya tertentu. Feranand Comte membagi mitos menjadi dua macam: mitos tradisional dan mitos mdoern. Mitos modern itu dibentuk oleh dan mengenal mengenal gejela-gejala politik, olahraga, sinema, televisi dan 59 Pius A Partanto & M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arloka, 1994).h. 13. 60 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 128. 61 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 222. 44 pers. Mitos (mythes) adalah suatu jenis tuturan (a type of speech), sesutau yang hampir mirip dengan representasi koleksi di dalam sosiologi Durkheim. Mitos adalah sistem komunikasi, sebab ia membawakan pesan. Maka dari itu mitos bukanlah objek. Mitos bukan pula konsep ataupun gagasan, melainkan suatu cara signifikasi, suatu bentuk. 45 BAB III GAMBARAN UMUM 1. Sinopsis Cerita Film Hafalan Shalat Delisa Film Hafalan Shalat Delisa adalah film yang di sutradarai oleh Sony Gaokasak. Film ini berlatar belakang pada bencana alam yaitu Tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004. Bencana alam yang telah merenggut harta, jiwa dan kebahagiaan masyarakat aceh pada saat itu. Dalam film ini menceritakan seorang gadis kecil bernama Delisa (6 tahun) yang tinggal bersama Ibunya yang ia panggil Ummi serta ketiga kakaknya, Fatimah (15 tahun) dan si kembar Aisyah dan Zahra (12 tahun). Ayah mereka bernama Abi Usman. Ayahnya bekerja di kapal tanker dan pulang setiap tiga bulan sekali. Delisa adalah gadis kecil dari Lhok Nga yang masih lugu, polos, dan ceria, namun mempunyai pemikiran yang cukup kritis karena suka bertanya pada Ustadznya kala sedang belajar di sekolah. Film ini, Delisa berusaha keras menghafal bacaan shalat, bukan hanya untuk ujian hafalan, tapi juga karena iming-iming hadiah kalung emas dengan bandul huruf “D” dari Umminya. Disebuah desa kecil Lhok Nga di dekat pinggiran pantai Aceh, Delisa menghabiskan masa kecilnya bersama ummi dan ketiga kakanya serta bermain dengan teman-temannya. Namun pada pagi hari yang mana Delisa akan melaksanakan praktek shalat di sekolahannya, Delisa menarik Umminya untuk mengambil kalung yang sudah didambakan Delisa dan ingin cepat memakai kalung tersebut. Namun gempa datang dan mengguncang rumah Delisa, waktu itu Delisa dan Umminya masih di dalam 46 rumah dan tidak lama kemudian keluar untuk menyelamatkan diri. Tidak lama kemudian gempa berhenti, Ummi mengantar Delisa pergi ke sekolah untuk melaksanakan praktek shalat, namun Aisyah dan Zahra merasa ketakutan karena tidak ingin ditinggal Umminya. Fatimah sebagai kakak paling besar menjaga Aisyah dan Zahra di rumah. Sesampai di sekolah Delisa khusyuk melaksanakan praktek shalat sampai bencana Tsunami datang pun Delisa tidak mengetahui dan tidak mendengar teriakan Umminya. Semua yang ada di sekitar terhempas oleh air laut. Umminya hilang entah kemana. Berapa hari kemudian kakak kembarnya ditemukan meninggal berpelukan. Kakak tertuanya dikubur tiga hari setelah bencana. Rumahnya rata dengan tanah. Lapangan bola tempat ia biasa bermain rata. Sekolahnya hanya tinggal pondasi tiang bendera. Setelah mengetahui adanya bencana alam di Aceh, Abi Usman pun bergegas pulang dan mencari keluarganya. Enam hari kemudian, Prajurit Smith dari Amerika Serikat menemukan Delisa tersangkut semak belukar berbunga putih empat kilometer dari sekolahnya. Dengan seluruh tubuh penuh luka, kaki koyak bernanah, kelaparan, kepanasan, kedinginan, Delisa tidak sadarkan diri. Segera ia diterbangkan dengan helikopter menuju Kapal Induk John F Kennedy. Dalam perawatannya, Delisa lama tidak sadarkan diri, keadaannya tidak kunjung membaik. Sampai ketika seorang ibu yang dirawat sebelahnya melakukan shalat tahajud, pada bacaan shalat dimana hari itu hafalan shalat Delisa terputus, 47 kesadaran dan kesehatan Delisa pulih, karena luka pada kaki kanan Delisa cukup parah maka kaki Delisa harus diamputasi. Delisa menerima tanpa mengeluh, luka jahitan dan lebam di sekujur tubuhnya tidak membuatnya berputus asa. Bahkan kondisi ini telah membawa pada pertemuan Delisa dengan Abinya. Setelah keadaan membaik, Delisa ingin menghafal lagi bacaan shalatnya. Namun Delisa mengalami kesusahan, tampak lebih rumit dari sebelumnya. Delisa lupa dan benar-benar lupa, tidak bisa mengingatnya. Delisa telah menjadi malaikat kecil yang membagikan tawa di setiap kehadirannya. Walaupun terasa berat, Delisa telah mengajarkan bagaimana kesedihan bisa menjadi kekuatan untuk tetap bertahan. Walau air mata rasanya tak ingin berhenti mengalir, tapi Delisa mencoba memahami apa itu ikhlas, mengerjakan sesuatu tanpa mengharap balasan. Lupa akan kalung berliontin D untuk Delisa, dan lupa akan sepeda yang dijanjikan Abi. Delisa hanya ingin menghafal bacaan shalatnya. Dan bertanya pada Ustadz Rahman, kenapa Delisa susah menghafal bacaan shalat? Ustadz Rahman menjawab, “orang-orang yang kesulitan melakukan kebaikan itu, mungkin karena hatinya Delisa… Hatinya tidak ikhlas ! Hatinya jauh dari ketulusan…” Bukan karena Allah, tapi karena sebatang coklat, sebuah kalung berliontin D untuk Delisa, dan untuk sepeda. Dan malam itu Delisa bermimpi bertemu dengan Umminya, yang menunjukkan kalung itu dan permintaan untuk menyelesaikan tugas menghafal bacaan shalatnya. Kekuatan itu telah membawa Delisa pada kemudahan menhafalnya. Delisan mampu melakukan Shalat Asharnya dengan sempurna untuk pertama kalinya, tanpa ada yang terlupa dan terbalik. hafalan shalat 48 karena Allah. dan hadiah itu datang pada Delisa, Delisa menemukan kalung D untuk Delisa dalam genggaman jasad Umminya. Sesudah 3 bulan lebih. Tak lagi mengharapkan kalung bila dia berhasil lulus ujian hafalan dan praktek shalatnya, semata agar bisa mendoakan keluarganya serta sekian banyak orang yang telah pergi. Secara garis besar, film ini terbagi dalam tiga fase. Fase keindahan, sebelum datangnya tsunami. Fase kehancuran yang menghanyutkan, saat datangnya tsunami. Fase yang menguatkan, saat Delisa dan orang-orang di sekitarnya kembali mendapatkan kekuatan cinta. 2. Pemain dalam film Hafalan Shalat Delisa. a. Chantiq Schagerl Chantiq Schagerl, pemeran Delisa di Hafalan Shalat Delisa itu Bernama Chantiq Schagerl. Artis Imut Cilik Cantik yang lahir pada 4 Oktober 2003. Ia sudah tak asing lagi Sebab artis cilik kelahiran 4 Oktober 2003 ini sebelumnya sudah membintangi beberapa Film diantaranya Hafalan Shalat Delisa, Bidadari-Bidadari Surga, Sepatu Super, Terbang Bersamamu.62 Dan juga Iklan, Sinetron maupun Komedi. Chantiq Schagerl juga di tahun 2010 pernah bikin Grup Vokal bernama Trio C (3C) singkatan dari Cerdas Cantik Ceria. Adapun sedikit tentang Biodata 3C, 3C personilnya Ada Vanes, Chantiq dan Danesa. Album 3c sendiri berisi 11 lagu, 8 lagu anak dan 3 lagu daerah. 3C pernah menjadi satu nöminator AMI AWARDS 2010. 62 http://www.profil.web.id/2013/09/profil-biodata-chantiq-schagerl.html diakses tanggal januari 2014. 49 Kini Kembali ke Chantiq Schagerl, Prestasi selanjutnya yang melengkapi Biodatanya yaitu: Chantiq jadi The Best Art Achievement 2005, Chantiq jadi The Best in Reading Award 2010. Lewat film Hafalan Shalat Delisa, hadir satu lagi aktris muda pendatang baru di perfilman Indonesia. Ia adalah Chantiq Schagerl yang baru saja memulai debut akting layar lebarnya sebagai pemeran utama melalui film terbaru Produksi Starvision berjudul Hafalan Shalat Delisa. Di film ini Chantiq memerankan seorang gadis bernama Delisa yang harus kehilangan keluarganya pasca kejadian tsunami di Aceh tahun 2004 lalu. Ditemui usai Acara Press Conference film Hafalan Shalat Delisa di Planet Hollywood, Chantiq menceritakan pengalamannya sebagai Delisa yang sebelah kakinya harus diamputasi namun tetap optimis menjalani hidup. "Ini pengalaman pertamaku main film layar lebar jadi bintang utama. Sebelumnya pernah, tapi jadi figuran gitu aja. Seneng banget tapi ada susahnya juga sih. Soalnya banyak adegan-adegan yang aku harus nangis. Sedangkan aku sendiri orangnya jarang nagis," Ucap Chatiq Schagerl yang merupakan keturunan Austria-Indonesia ini. Supaya tampil meyakinkan saat melakoni adegan menangis di film Hafalan Shalat Delisa, Chantiq punya cara tersendiri. "Untuk adegan nangis-nangis itu Aku pakai feeling aja. Aku mikirin sesuatu yang sedih-sedih, yang bikin aku nangis gitu. Nanti juga pasti nangis dengan sendirinya," Ucap gadis cilik berusia 8 tahun yang saat ini duduk di bangku kelas 3 SD Saint john School Jakarta ini. 50 Satu hal yang cukup menarik dari penampilannya di film ini adalah Chantiq harus berjalan dengan satu kaki. Diceritakan, karakter Delisa salah satu kakinya harus diamputasi akibat terjangan gelombang tsunami. "Iya, Sepanjang syuting itu kakiku harus dilipet gitu. Karena kan perannya disini kakikku nggak ada satu. Agak susah sih awalnya, dan pegel banget. Paling setiap abis syuting Aku tiduran aja minta pijitin sama Mamaku," Ucap Aktris yang selain menggeluti dunia akting, saat ini juga memiliki kesibukan dibidang tarik suara dan tergabung dalam group vokal 3C. Hafalan Shalat Delisa akan dirilis mulai Tanggal 22 Desember 2011. Dibintangi oleh Reza Rahadian, Nirina Zubir, Fathir Muchtar, dan aktris cilik pendatang baru Chantiq Schagerl sebagai Delisa.63 b. Nirina Zubir Nirina Zubir, artis pintar yaitu Nirina Zubir atau dipanggil Nirina saja (lahir di Antananarivo, Madagaskar, 12 Maret 1980) adalah seorang pembawa acara dan aktris asal Indonesia. Ia bertinggi badan 158 cm. Nirina merupakan putri Zubir Amin, diplomat senior kelahiran Pariaman, Sumatra Barat. Pada tanggal 6 Februari 2010 pasangan Nirina & suaminya (Ernest “Coklat”) dikaruniai seorang perempuan yaitu Zivara Ruciragati Sharief. Nirina mengawali kariernya di dunia entertainment dengan menjadi VJ MTV Indonesia selama beberapa tahun dan memulai debut akting 63 http://www.boleh.com/news/read/movie_ news_index/6843_chantiq_schagerl_pemeran _delisa_di_film_hafalan_shalat_delisa diakses tanggal 20 November 2013. 51 dalam film 30 Hari Mencari Cinta. Setelah sukses memerankan tokoh Gwen di 30 Hari Mencari Cinta yang berkarakter tidak jauh beda dengan sifat aslinya, Nirina mendapatkan tantangan untuk bermain di film keduanya yang berjudul Mirror dan berpersan sebagai Kikan pada tahun 2005. Setelah sukses dengan film keduanya, Nirina didaulat untuk bermain di film yang bertemakan Psycological-Thriller berjudul Belahan Jiwa. Di film ini, Nirina berperan sebagai Baby Blue yang memiliki trauma akibat kematian saudara kembarnya, Baby Pink. Film ini pun sukses di pasaran pada akhir tahun 2006. Pada tahun 2006, pada tanggal 11 Mei film keempatnya diputar di bioskop dengan judul Heart. Dalam film Heart, Nirina pun mengisi soundtracknya. Lagu yang Nirina nyanyikan berjudul Hari Ini, Esok dan Seterusnya. Setelah kesuksesan film Heart yang berhasil menyedot 1,6 Juta penonton tahun 2006, kemudian pada tahun 2007 Nirina melanjutkan dominasinya dengan film Get Married yang menjadi film tersuksesnya di box office yaitu ditonton sebanyak 2,2 Juta orang. Tak heran pada tahun 2007 Nirina menjadi aktris film termahal di Indonesia dengan honor Rp 250 Juta per film. Sayang gelar itu tak lama diraihnya karena tahun 2008 dia absen dari layar lebar. Predikat itu kemudian disandang oleh aktris Acha Septriasa. Tahun 2009 Nirina kembali masuk daftar aktris termahal dan berada di peringkat empat, dibawah artis Luna Maya.64 64 http://id.wikipedia.org/wiki/Nirina_Zubir diakses tanggal 20 November 2013. 52 c. Reza Rahardian Reza Rahardian, Reza salah satu artis kelahiran Jakarta, 5 Maret 1987, dengan zodiak Pisces. Reza memulai awal karier di dunia hiburan dengan menjadi seorang model. Sebelumnya, Reza berhasil meraih juara Favorite Top Guest majalah Aneka Yess! tahun 2004. Karier dari Reza semakin menanjak dengan bermain dalam film layar lebar Film Horor. Lewat film Perempuan berkalung sorban, ia meraih Piala Citra 2009 untuk kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik. Pada tahun berikutnya, ia juga meraih Piala Citra untuk kategori pemeran Utama Pria Terbaik lewat film 3 Hati dua dunia, satu cinta. Pada tahun 2013, Reza berhasil meraih Piala Layar Emas IMA untuk kategori Pemeran Utama Pria Terfavorit difilm Habibi & Ainun. Selain Reza terjun di dunia perfilman, ia mencoba di dunia tarik suara. Pada tahun 2012 ia berduet dengan Acha Septriasa dalam single untuk soundtrack film Broken hearts yang berjudul Broken Hearts.65 d. Al Fathir Muchtar Al Fathir Muchtar, Fathir terlahir di Jakarta pada tanggal 23 Desember 1979, fathir menikahi Fera Feriska pada tahun 2006. Fathir mengawali kariernya sebagai model, kemudian merambah ke dunia iklan. Fathir kemudian mendapat tawaran untuk bermain di film layar lebar "5 Sehat 4 Sempurna". Fathir pun sempat bermain dalam film "Mistik" produksi Malaysia. setelah agak lama menghilang Fathir akhirnya muncul 65 http://id.wikipedia.org/wiki/Reza_Rahadian#Karier diakses tanggal 20 November 2013 53 kembali di film layar lebar "Susahnya jadi Perawan", "Serigala Terakhir", dan terakhir di tahun 2010 ini Fathir akan muncul sebagai pemeran di film "Ratu KOST mopolitan" Selain berakting di layar lebar, Fathir juga bermain di banyak sinetron, antara lain "Prima Dona", "Jangan Pisahkan Aku", "3 in 1" dan "Cinta Memang Gila".Kehidupan pribadi.66 Di sela waktu luangnya, Fathir senang melakukan selancar, kayak, dan panjat tebing. Setelah percintaannya dengan Naila Alatas kandas, Fathir akhirnya menambatkan hatinya pada artis cantik yang juga lawan mainnya dalam sinetron "Jangan Pisahkan Aku", Fera Feriska. Akad nikah berlangsung di kediaman Fera di Buah batu, Bojongsoang, Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 10 September 2006. Selain Hafalan Shalat Delisa, film yang dibintangi oleh Fathir Muchtar yang paling terkenal adalah Srigala terakhir yang mana masih di putar ditelevisi sampai sekarang. 3. Profil Film Hafalan Shalat Delisa Produksi film Starvision telah terbukti meraih sukses dengan film-film yang kaya akan keragaman temanya, kini Starvision membuktikan lagi eksistensinya di dunia perfilman Indonesia dengan film terbarunya yang dilatar belakangi kejadian Tsunami di Aceh tahun 2004. Sebuah film menyentuh yang mengusung tema tentang kehilangan yang menguatkan. Film berjudul Hafalan Shalat Delisa. Diangkat dari novel terlaris karya Tere Liye dengan judul yang sama. Novel yang telah menggugah hati jutaan pembaca 66 http://www.cumicumi.com/celebrities/fathirmuchtar/profile.html#sthash.757eBpIO.dpuf diakses tanggal 20 November 2013. 54 Tanah Air dan negara-negara lain itulah yang menjadi dasar pemikiran untuk segera memfilmkan novel Hafalan Shalat Delisa. Kisah film Hafalan Shalat Delisa berangkat dari keutuhan dan kebahagiaan sebuah keluarga yang terenggut oleh peristiwa Tsunami Aceh, diwakili oleh sosok anak perempuan yang berusia 7 tahun, Delisa yang harus berdamai dengan kehilangan demi kehilangan yang harus dihadapinya. Mengingat Tsunami adalah peristiwa dunia yang besar, perlu pertimbangan matang arah dan pembawaan cerita yang novelnya mengharu biru ini, butuh kehati-hatian dalam penulisan skenarionya. Akhirnya diputuskan untuk tidak menonjolkan kekuatan musibah atau bencana Tsunami semata, tapi kekuatan besar cinta pada keluarga, cinta pada sesama dan cinta pada alam semesta yang dilandasi ikhlas karena Allah SWT, sang Pencipta, itulah esensi film Hafalan Shalat Delisa. Hafalan Shalat Delisa sebagai film dengan kekuatan tema yang besar, membutuhkan proses produksi dengan persiapan yang cukup lama, lebih dari 2 tahun, usaha dan perjuangan yang besar menyertai segenap tim, tetapi semua dilalui penuh keikhlasan, karena keyakinan atas pesan besar dan penting yang hendak disampaikan melalui film ini. Dimulai dari pencarian lokasi shooting dan perencanaan desain produksi ideal, dilanjutkan pencarian pemeran tokoh Delisa, Ummi, Abi dan lain-lainnya membutuhkan proses yang panjang hingga sampai produksi dimulai, Allah SWT seperti menghadirkan komposisi pemain yang sesuai dengan keinginan yang selama ini diperjuangkan. Dengan segala kepolosannya Delisa (Chantiq Schagerl) seakan hadir dengan nyata bersama orang-orang yang dicintainya, bersama emosi kita sebagai penontonnya. Dalam usaha pencapaian mood visualisasi dibutuhkan 55 penciptaan ruang dengan pilihan lokasi yang mampu mewakili tuntutan imajinasi cerita. Komposisi lokasi 80% outdoor dan 20% indoor, serta pengadegan yang ditunjang dengan sudut dan teknis pengambilan gambar yang maksimal mampu menggambarkan 3 (tiga) fase besar yang menjadi latar film ini, diantaranya: 1. Fase keindahan, sebelum datangnya Tsunami 2. Fase kehancuran dan menghanyutkan, saat datang Tsunami 3. Fase yang menguatkan, saat Delisa dan orang-orang di sekitarnya kembali mendapatkan kekuatan Cinta Sumbangsih tim CGI (Computer Graphic Intermediate) dari Geppeto cukup berhasil menampilkan situasi chaos paska tsunami Aceh 7 tahun lalu. Akhirnya film Hafalan Shalat Delisa diproduksi dengan kekutan cinta karena Allah SWT. Selama proses produksi film ini berbagai ujian dan hambatan harus dihadapi. Alhamdulillah, semuanya dapat dilewati seiring dengan usaha untuk belajar tentang arti sebuah perjuangan, kesabaran dan keikhlasan sebagaimana esensi penuh inspirasi dalam film Hafalan Shalat Delisa. Film Hafalan Shalat Delisa merupakan film karya Sony Gaokasak yang berangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama. Novel ini best seller- terlaris dari karya Tere Liye, dan novel ini telah dikenal secara Internasional, mengangkat kisah inspiratif tentang keluarga dalam isu besar Tsunami. Sony Gaokasak yang dibantu Amantono mengadaptasi dan mengembangkan novel tersebut menjadi skenario film yang selanjutnya 56 diproduksi menjadi film yang berdujul Hafalan Shalat Delisa.67 Film Hafalan Shalat Delisa disutradarai oleh Sony Gaokasak dan skenario filmnya digarap oleh armantono. Film ini diproduseri oleh Chand Parwez Servia di bawah naungan PT. Karisma Starvion Plus. Pemain film ini antara lain: Chantiq Schagerl, Reza Rahadian, Nirina Zubir, Ghina Salsabila, Reska Tania Apriadi, Riska Tania Apriadi. Film yang yang produksi oleh PT Kharisma Starvision Plus, yang berdurasi 100 menit ini membutuhkan proses produksi dengan persiapan yang cukup lama, lebih dari 2 tahun sekaligus menadai serangkian proses produksi film Untuk mengenang peristiwa Tsunami Aceh dengan korban ratusan ribu saudara kita, beredar mulai 22 Desember 2011, sekaligus mengenang 7 tahun bencana Tsunami. Berbicara masalah proses pembuatan film serta sukses atau tidaknya dalam proses produksinya, tentu saja tidak akan lepas dari peran tim kreatif yang terlibat. Berikut beberapa tim kreatif yang terlibat dalam pembuatan film Hafalan Sholat Delisa, diantaranya: Sutradara : Soni Gaokasak Penata skrip : Armantono Cerita : Tere Liye Produser : Chand Parwez Servia Produser Eksekutif : Fiaz Servia, Reza Servia, Mithu Nisar Penata Kamera : Bambang Supriadi Penata Rias : Hanz Perez Penata Busana : Hanz Perez 67 http://www.indonesiafilmcenter.com/tmp_file/23544_Press_kit_Hafalan-Shalat-DelisaIndo.pdf diakses 2 januari 2014. 57 Penata Artistik : Frans Paat Penata Suara : Khikmawan Santosa Penata musik : Tya Subiyakto Penata Gambar : Cesa David Luckmansyah, Ryan Purwoko 58 BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISA DATA LAPANGAN 1. Konstruksi simbolik Film Hafalan Shalat Delisa Film merupakan salah satu ide cerdas insan perfilman untuk meraih keuntungan, kepuasan dan ke-intelektualan membangun pesan. Saling berlombalomba membuat dunia terperangah adalah cita-cita yang sengaja mereka buat. Bisa terlihat dari penyuguhan gambar, ide cerita, skenario, audio-visual dan bujet uang yang besar, yang mereka kumpulkan untuk menyulap sebuah cerita menjadi film yang dapat dinikmati. Dan sebagai penulis, sayang sepertinya jika film hanya dijadikan sebagai hiburan atau hal yang dapat dinikmati semata. Sebelum menganalisis pesan dakwah bil-hal dalam film Hafalan Shalat Delisa, penulis akan memaparkan definisi dakwah. Dakwah adalah aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia untuk mengikuti dan menjalankan ajaran Islam melalui usaha mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam. Analisis ini akan mengunakan analisis perspektif, dalam menafsirkan makna denotasi, konotasidan mitos dengan mengklasifikasi menjadi dua kategori, yaitu: syari‟ah dan ahklak. Pengertian syariah secara etimologi (asal kata) berarti sumber air atau jalan yang lurus. Sedangkan secara terminologi, syariah adalah kumpulan norma illahi yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia, juga hubungan manusia dengan alam, dan norma-norma 59 ini sudah pasti benar dan lurus. Dari dua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian syariah Islam adalah tata cara pengaturan tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhaan Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al Jatsiyah ayat 18: Artinya: Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat untuk urusan (agama yang benar). Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Secara umum syariah terbagi menjadi dua hal yaitu ibadah khusus atau ibadah mahdlah, dan ibadah dalam arti umum atau muamalah (pendidikan). Ibadah khusus atau ibadah mahdlah adalah ibadah yaneg telah dicontohkan secara langsung oleh Nabi Muhammad SAW, seperti shalat, puasa, dan haji. Maka dari itu umat muslim harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diperintahkan Allah dan diajarkan oleh Nabi Muhammad tanpa boleh melakukan perubahanperubahan terhadap ketentuan tersebut.68 a. Ibadah Seperti yang terjadi pada salah satu keluarga di Lhok Nga - Aceh, yang selalu menanamkan ajaran Islam dalam kesehariannya. Mereka adalah keluarga Umi Salamah dan Abi Usman. Mereka memiliki 4 bidadari yang solehah: Alisa Fatimah, (si kembar) Alisa Zahra & Alisa Aisyah, dan si bungsu Alisa Delisa. Setiap subuh, Umi Salamah selalu mengajak bidadari-bidadarinya sholat jama'ah. Karena Abi Usman bekerja sebagai pelaut di salah satu kapal tanker perusahaan 68 http://rayasaforever.blogspot.com/2012/06/ibadah-syariah-dan-muamalah.html diakses tanggal 23 maret 2014. 60 minyak asing, yang pulangnya 3 bulan sekali. Awalnya Delisa susah sekali dibangunkan untuk sholat subuh. Scene 01 Gambar 01 Visual Dialog Type Delisa bangun Medium close up sudah subuh dasar Pada jarak ini subjek pemalas umi umi terlihat delisa tak bangun mau sebagian hanya saja, jika diibaratkan manusia, Ka Aisah bacaanya bagian dada ke atas. pelan Long shot Allah-kan maha Gambar diambil dari mendengar jarak jauh, sehingga Ya sudah umi aja seluruh bagian objek yang bacaanya dan latarbelakangnya keras Denotasi Dalam gambar tampak jelas. ini terlihat Aisyah sedang membangunkan Delisa untuk melaksanakan shalat 61 subuh bersama. Delisa susah dibangunkan oleh Aisyah, Fatimah masuk ke kamar Delisa karena mendengar teriakan Aisyah ketika membangunkan Delisa. Mereka bertengkar karena Delisa sulit dibangunkan, Zahra datang menyusul kakak-kakaknya. Akhirnya Delisa bangun dan sholat berjama‟ah bersama umi dan kakak-kakaknya. Dimaknai secara denotasi bahwa aktifitas yang Aisyah, Fatimah, Zahra, Delisa dan uminya merupakan sebuah aktifitas yang wajib dilaksanakan oleh seorang muslim yaitu melaksanakan shalat. Konotasi Terlihat pada gambar Aisyah, Fatimah dan Zahra berusaha membangunkan Delisa untuk melaksanakan sholat bersama. Delisa bertanya kepada uminya kenapa Delisa susah dibangunkan, kemudian uminya menjawab kalau Delisa lupa berdoa sebelum tidur. Delisa bilang kalau Delisa tidak pernah lupa berdoa sebelum tidur. Sholat berjamaah dilaksanakan yang diimami oeh uminya Delisa. Uminya Delisa mengawali shalat dengan bacaan takbiratul ikhram “Allaahu akbar”. Dalam adegan ini dimaknai konotasi bahwa dalam mengawali shalat yaitu dengan ikhram, bacaan setelah niat shalat. bacaan takbiratul 62 Mitos Dalam siklus kehidupan manusia, manusia idealnya tidur sampai 8 jam, pada level tertentu manusia akan mendapati saat dimana tidur dengan pulas atau nyenyak. Umumnya situasi ini terjadi menjelang waktu fajar atau sekitar pukul 03.00-05.00 WIB. b. Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Dalam hal ini yang menjadi contoh adalah keluarga. Harmonisnya sebuah keluarga itu terlihat dari pendidikan orang tunya, gambar disini menceritakan seorang ibu mengajarkan kepada anakanaknya sebelum melakukan sesuatu harus berdo‟a terlebih dahulu. Umi Salamah selalu terbuka dan memberikan nasehat kepada delisa dan juga kakak-kakaknya, umi Salamah juga mau memberikan contoh apa yang anak-anaknya belum bisa seperti, m engeraskan suaranya ketika shalat. 63 Scene 02 Gambar 02 Visual Dialog Delisa Type lagi lagi Medium close up susah bangun umi Pada jarak ini subjek Umi umi kenapa ya terlihat hanya sebagian delisa Denotasi susah saja, jika diibaratkan bangun manusia, bagian dada Mungkin delisa ke atas. Terlihat pada gambar Delisa sedang berbicara kepada Uminya sewaktu akan melaksanakan Shalat subuh berjamaah dengan ketiga kakaknya. Delisa bertanya kepada Uminya kenapa delisa susah bangun padahal sebelum tidur Delisa tidak lupa berdo‟a walaupun belum hafal kalau menggunakan Bahasa Arab, Delisa tetap berdo‟a menggunakan bahasa Indonesia. Janji Allah " Berdo'alah kepada Ku niscaya akan Aku kabulkan". Dalam Al- Qur'an disebutkan bahwa barang siapa meminta atau memohon kepada Allah maka akan dikabulkan oleh Nya. 64 Konotasi Terlihat pada gambar Delisa sedang berbicara kepada Uminya sewaktu akan melaksanakan Shalat subuh berjamaah dengan ketiga kakaknya. Delisa bertanya kepada Uminya kenapa delisa susah bangun padahal sebelum tidur Delisa tidak lupa berdo‟a walaupun belum hafal kalau menggunakan Bahasa Arab, Delisa tetap berdo‟a menggunakan bahasa Indonesia. Dalam adegan ini dimaknai konotatif bahwa dalam berdo‟a kepada Allah memang diboleh kan menggunakan Bahasa Indonesia, tetapi menurut penulis lebih afdal (baik) nya bila menggunakan Bahasa Arab. Karena kita umat muslim disuruh berpedoman kepada Al-qur‟an dan Al-hadist. Mitos Sorang ibu punya tugas menjadi pemimpin keluarga menggantikan suaminya ketika suaminya sedang tidak dirumah akan tetapi dia juga tidak lupa pada tugas sebagai seorang ibu terhadapa anak anaknya, dan harus peka terhadap masalah-malasah yang sedang dihadapi oleh anak-anaknya. Seperti masalah yang sedang di hadapi oleh delisa yang belum bisa menghafal bacaan shalat dan susah untuk bangun pagi. 65 Belajar merupakan kegiatan sangat kehidupan. Dalam proses pendidikan, penting dalam setiap kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam pendidikan. Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Ustad Rahman sedang mengajarkan tentang kekhusyukan kita pada waktu beribadah kepada murid-muridnya di aula rumah Ustad Rahman yang biasa digunakan untuk mengaji sore. Scene 03 Gambar 03 Visual Dialog Type Pernah dulu ada Medium close up orang orang soleh Pada jarak ini subjek saking khusuknya terlihat solat hanya ada sebagian saja, jika kalajengking diibaratkan manusia, mencapit bagian dada ke atas. punggungnya dan Medium close up dia tidak merasa Pada jarak ini subjek sama sekali terlihat hanya 66 Denotasi kesakitan, sebagian saja, jika kalajengkingnya diibaratkan manusia, sangat besar bagian dada ke atas. Adegan ini dimaknai denotatif tentang adanya kesabaran yang dilakukan seorang guru kepada murid-muridnya dalam proses belajar mengajar atau yang disebut dengan istilah ngaji. Dalam hal ini, Ustad Rahman menerangkan bahwa melaksanakan shalat itu secara khusyu‟ sesuai dengan ajaran harus Rasul, melaksanakan shalat dengan pikiran yang satu yaitu fokus kita sedang menjalankan perintah Allah tanpa memikirkan yang lain. Konotasi Mengaji sama halnya dengan belajar (menuntut ilmu), dalam ajaran agama Islam menuntut atau mencari ilmu itu sangat dianjurkan. Mitos Ustadz Rahman sedang memberikan pelajaran tentang kekhusukanya shalat, dan memberikan contoh sang sufi yang digigit kepiting tapi tidak merasakan apa-apa. Seorang guru harus memberikan contoh yang baik 67 kepada para muridnya, agar muridnya bisa mencontoh apa yang telah diajarkan dan bisa mengaplikasikanya, begitupun dengan ustadz Rahman yang ingin anak muridnya bisa meghafal bacaan shalat dengan baik dan benar. c. Akhlak Dalam Islam, pengertian akhlak adalah suatu perilaku yang menghubungkan antara Allah SWT dan makhluknya. Akhlak menyangkut kondisi internal, suasana batin seseorang sebagai individu. Sesungguhnya manusia diciptakan untuk saling tolong menolong. Manusia sendiri diciptakan sebagai makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak bisa hidup dengan sendiri melainkan membutuhkan orang lain, inilah subtansi dari solidaritas yang sebenarnya. Scene 04 Gambar 04 Visual Dialog Type Tiur ambil cepat Medium close up bolanya Pada jarak ini subjek Tak mau terlihat hanya sebagian Cepat ambil saja, jika diibaratkan Tak mau manusia, bagian dada 68 ke atas. Denotasi Terlihat pada gambar Tiur yang sedang bermain sepeda terkena bola saat Umam menendang bolanya ke arah gawang, tetapi ternyata meleset dan terkena kepala Tiur. Tiur terjatuh, karena kehilangan konsentrasinya saat bersepeda, dan seketika itu pula terjatuh. Saat Tiur terjatuh tidak ada anak yang menolongnya tetapi malah menertawaknnya. Disini tidak ditunjukkan sikap kepedulian dan tolong-menolong sesama muslim. Konotasi Dalam adegan ini dimaknai konotatif bahwa apa yang dilakukan teman-temanya Tiur itu termasuk dalam sifat akhlak yang buruk, karena didalam Islam diajarkan setiap muslim harus saling tolong-menolong atau Solidaritas. Solidaritas adalah karakter yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Status manusia sebagai makhluk sosial merupakan cerminan yang harus dibuktikan dalam kehidupan setiap hari.Dalam Islam disebutkan bertolong menolonglah dalam kebaikan dan jaganlah kamu bertolong menolong dalam hal kejelekan. Hal ini memberikan gambaran yang jelas 69 terhadap sikap solidaritas atau saling membantu antar sesama. Manusia sendiri diciptakan sebagai makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak bisa hidup dengan sendiri melainkan membutuhkan orang lain, inilah subtansi dari solidaritas yang sebenarnya. Mitos Dalam kehidupan manusia kadang lupa dengan tetangga maupun teman, manusia terkadang lebih peduli dengan dirinya sendiri dan kelompok, ini terlihat dengan apa yang dilakukan oleh umam dan teman-temannya. Bahkan da yang lebih extrim, manusia tidak peduli dengan keluarganya. Menggambarkan sesama saudara tidak boleh pamer dan iri hati sama barang yang bukan milik kita. Karena sesungguhnya ira hati menjadi pintu awal sifat dengki, di gambar ini umi Salamah memberikan contoh segala sesuatu harus disyukuri baik itu milik kita, saudara kita bahkan orang lain. 70 Scane 05 Gambar 05 Visual Dialog Type Abi abi Extreme Long hot Aisah sini nak Gambal diambil dari Abi tadi Delisa jarak yang jauh, ketoko koh acong sehingga objek terlihat habis beli kalung kecil. bagus ada huruf Dnya. Aisah Medium close up kamu Pada jarak ini subjek kenapa nak terlihat hanya sebagian Aisah kesel Delisa saja, jika diibaratkan dapat kalaung manusia, bagian dada Aisah dulu juga ke atas. dapat kalaung Tapi punya Delisa ada huruf D-nya Denotasi Saat Abinya telefon, Kak Fatimah, Kak Zahra dan Delisa langsung berlarian untuk mengangkat telefon 71 dari Abinya yang telah lama pergi meninggalkan keluarga untuk kerja, tetapi Aisyah tetap saja diam di dekat pintu sambil mendengarkan pembicaaraan saudaranya telefon, Umi yang dari tadi mengamati Aisyah ingin tahu sebenarnya ada apa, saat ingin ditanyai Aisyah lari menuju jendela kamarnya dan menangis. Umi mengejarnya dan bertanya “kamu kenapa kok menangis”, Aisyah menjawab “Aisyah sebel Delisa dapat hadiah kalung dan lebih bagus dari punya Aisyah”. Umi langsung menasehatinya kalau kita tidak boleh iri kepada saudara kita dan barang yang bukan milik kita. konotasi Adegan ini dimaknai secara konotatif karena perbuatan yang dilakukan Aisyah saudara yang baik, itu tidak mencerminkan dalam hal ini iri hati termasuk dalam akhlak yang buruk, karena sifat iri hati apabila sudah masuk didalam hati kita maka hilanglah rasa sayang dan tali persaudaraan. Hal ini terdapat dalam hadist, yang berbunyi: Artinya: Takutlah kamu sekalian akan hasud (iri hati), 72 karena hasud itu akan memakan amalan-amalan yang baik sebagaimana api memakan kayu bakar. “Atau beliau bersabda” (memakan) rumput. (HR. Abu Dawud). Mitos Seperti yang dijelaskan diatas iri hati akan merusak segalanya, sifat iri merupakan awal munculnya sifat benci. Dalah hal ini umi Salamah selalu memberiakan nasehat terhadap anak-anaknya agar selalu bersyukur dan jangan ada sifat iri atau benci didalam keluarganya. Ummi….. Delisa mencintai Ummi karena Allah Ucapan yang sederhana tapi penuh ketulusan dan pengabdian yang indah itu terucap dari bibir mungil Delisa. Seorang anak kecil yang masih kecil. Sontak, perempuan cantik yang dipanggil Ummi itu tersenyum penuh haru. Di sepasang matanya yang teduh, merebak buliran bening. Kemudian mengalir pelan-pelan di pipinya. “Ummi juga mencintai Delisa karena Allah” balas perempuan itu sambil merengkuh kepala mungil Delisa yang berbalut jilbab. Anak itu dipeluknya dengan perasaan yang barangkali hanya seorang Ibu yang memahaminya. Scene 06 Gambar 06 Visual Dialog Type 73 Umi Close up Iya sayng dalam bagian ini hanya Delisa cinta umi memperlihatkan bagian karna allah tubuh secara mendetail. Sini sayang delisa Medium close up umi sayang delisa Pada jarak ini subjek karna allah terlihat hanya sebagian saja, jika diibaratkan manusia, bagian dada ke atas. Medium long shot Pada teknik orang terlihat dari bagian lutut ke atas. Denotasi Delisa memeluk ibunya dan mengucapkan kata-kata “aku sayang umi karena allah”, menjadi salah satu bukti rasa bakti terhadap orang tuanya (ibu). Konotasi Salah satu bukti rasa sayang seorang anak kepada orang tuanya, dimana delisa mengucapkan “aku sayang umi 74 karena allah”, Delisa yang mencintai uminya begitu juga dengan uminya yang mencentai keluarganya Mitos Orang tua akan merasa terharu ketika anak-anaknya mengucapkan kata-kata “aku sayang umi” dengan ucapan yang tulus, biasanya seorang ibu akan memeluk anaknya karena merasakan kasih sayang dari seorang anak, pada umumnya sosok ibu adalah tempat bersandar, mengadu dan makhluk hidup yang penuh kasih sayang. d. Ikhlas Untuk menjadi orang yg penyabar, ikhlas & tawakkal (tegar) ketika mendapat ujian, tidaklah mudah. Perlu usaha untuk mendapatkan kesabaran, ketegaran & keikhlasan itu. Caranya, dengan banyak-banyak melakukan amalan-amalan sunnah seperti, berzikir (menyebut kalimatkalimat Allah berulang-ulang), baca Quran & sholat malam. Karena amalan2 ini jika kita lakukan secara rutin, maka akan membentuk iman dan sangat mempengaruhi pembentukan kekuatan hati terhadap ujian. Semakin banyak amalan sunnah yg dilakukan, maka hati akan semakin sabar & tegar. Sesungguhnya setiap umat ketika diberi cobaan dari Sang Pencipta harus sabar dan ikhlas dalam menerimanya. Sesungguhnya allah tidak mmemberikan cobaan yang umatnya tidak mampu untuk menghadapinya. 75 Scane 07 Gambar 07 Visual Dialog fatimah, Type Aisyah, Long shot dan Zahra sudah Gambar diambil dari dikebumikan jarak jauh, sehingga Delisa dan Umi seluruh bagian objek Salamah belum dan diketahui latarbelakangnya tampak jelas. keberadaanya Denotasi Ayah Delisa Abi Usman saat mencari keluarganya yang terkena musibah tsunami bertemu dengan Abi Umam dan Koh Acan, mereka menceritakan bahwa ketiga anaknya fatimah, Aisyah, dan Zahra sudah dikebumikan. Delisa dan Umi Salamah belum diketahui keberadaanya, tetapi Abi Usman dalam adegan ini terlihat jelas bahwa dia menerima cobaan itu dengan sabar, walaupun sudah kehilangan anak-anaknya masih bisa menjaga diri, tidak marah- marah, tetapi malah mengucapkan “Astagfirullah hal‟adzim” dan “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji‟unn”. 76 Konotasi Apa yag dilakukan Abi Usman itu merupakan contoh Akhlak yang baik, sebab akhlak yang baik itu cerminan dari apa yang penah diajarkan Rasul kepada umatnya, perbuatan yang dilakukan Abi Usman sesuai dengan firman Allah dalam Q. S Al-Baqoroh ayat 155-157 yang berbunyi: Artinya: “Dan berikanlah berita gembira kepada orangorang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji‟unn”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS.Al-Baqoroh: 155-157). Mitos Seorang ayah akan merasa khawatir dengan keluarganya, dalam hal ini abi Usman tidak memperlihatkan kesedihan, abi Usman malah memberikan contoh kepada yang lain agar menyikapi musibah ini dengan sabar dan lapang dada. 77 Keikhlasan akan membuat kita gampang dalam menjalani kehidupan, jikalau tidak ikhlas, hidup terasa tidak maksimal, melakukan sesuatu juga hasilnya kurang memuaskan. Scane 08 Gambar 08 Visual Dialog Type Ustadz Rahman Medium close up kenapa ya susah delisa Pada jarak ini subjek sekali terlihat hanya melakukanya sebagian Susah apanya diibaratkan manusia, Pokonya saja, jika delisa bagian dada ke atas susah sekali Orang yang susah melaluakan sesusatu sebab hatinya tidak ikhlas Denotasi Terlihat dalam percakapan delisa dan ustadz Rahman tentang apa itu ikhlas?, ikhlas artinya menjalankan 78 sesuatu tanpa mengharpakan imbalan. Delisa bertanya seperti ini karena menghafalkan bacaan Delisa merasa susah ketika shalatnya lagi, padahal dulu sudah hafal. Dalam adegan ini soalnya delisa dulu menghafalkan bacaan shalat karena hadiah kalung dan sepada dari kedua orang tuanya bukan karena Allah. konotasi Amal kebajikan yang kita laksanakan semata-mata karena Allah, yakni semata-mata megharap keridlaanNya, dan amal kebajikan yang dilaksanakan seseorang yang tidak disertai ikhlas, maka amal yang seperti itu amal yang tidak mempunyai ruh, sebagaimana sabda nabi Muhammad Saw. Yang artinya “Allah tidak menerima amalan, melainkan amalan yang ikhlas dan hanya mencari keridlaan Allah” (HR.Ibnu Majah). Ikhlas juga merupakan syarat diterimanya amal ibadah, sbagaimana firman Allah dalam QS.Al- Bayyinah:5 yang berbunyi: Artinya: Dan tiada diperintahkan supaya mereka beribadah mereka, melankan kepada Allah seraya mengiklaskan taatnya kepada allah, lagi condong lepada kebenaran (QS. Al Bayyinah: 5). 79 Mitos Dalam melakukan sesuatu atau menghafalkan bacaan shalat itu harus ikhlas tanpa mengharapkan imbalan atau hadiah. Jika kita melalukan sesuatu tidak dengan hati yang tulus maka pekerjaan kita akan tersa berat. Delisa tiba-tiba menghafalkannya dengan Delisa pun ditemukan setelah menghilang, setelah itu baik. Umi beberapa hari Delisa bisa ikhlas untuk kehilangan orang-orang yang Delisa sayangi, Delisa mengikhlaskan keluarganya yang telah pergi akibat tsunami, dan Delisa ikhlas salah satu kakinya di amputasi. Delisa bermimpi bertemu dengan umi Salamah dan berkat kalung ini akan menjadihadiah dari umi untuk delisa, tetapi delisa menolak, delisa hanya ingin shalat dengan benar dan „Delisa cinta Ummi karena Allah‟. bisa mendoakan umi dan kakaknya. 80 Scene 09 Gambar 09 Visual Dialog Type Delisa Close up Umi mau pergi Dalam Delisa ingin ikut hanya bagian ini Bagaimana dengan memperlihatkan bacaan shalat kamu bagian tubuh secara sayang, delisa kamu mendetail.. harus selesaikan bacaan shalatnya sayang janji sama umi ya sayang Kalung tetap ini jadi akan hadiah dari umi Delisa tidak mau kalung umi Delisa hanya mau shalat dengan baik 81 Denotasi Delisa bertemu dengan ibunya dalam mimpi dan sang ibu memberikan kalung sebagai hadiah delisa bisa lulus ujian praktek shalat. Konotasi Ditinggalkan orang-orang terdeket mungkin merupakan ujian yang sangat berat, sama halnya dengan Delisa yang asih berharap bisa bertemu dengan ibunya, Allah-pun mengabulakan do‟a delisa lewat mimpi. Mitos Soarang anak meliki mimpi ingin bertemu dengan orang tua, bagaimanapun orang tua adalah tempat segalanya bagi anak apalagi seorang ibu yang telah melahirkan dan mendidik sejak ia kecil. e. Pesan moral Dalam Islam terdapat ajaran tentang tatakrama yang begitu baik. Meskipun ada yang membedakan antara moral dan akhlaq, perbedaannya antara lain dalam sumber atau rujukan akhlaq bersumber dari Al-Qur‟an dan Assunah, sedangkan moral tidak bersumber dari Al-Qur‟an dan Assunah. Tatakrama atau tuntunan bertingkah terdapat dalam Al-Qur‟an dan Assunah, Disamping itu , ia tercermin dalam tujuan Nabi Muhammad SAW diutus menjadi nabi dan rasul. Manusia memiliki sikap kepedulian sesama muslim itu penting, bahkan bukan hanya dengan semasa muslim. Rasa peduli itu harus dimiliki manusia sesama makhluk tuhan lainya, 82 manusia dengan manusia, manusia dengan hewan dan manusia dengan alam. Scene 10 Gambar 10 Visual Dialog Type Michael sudah Medium close up berteman yang dengan Pada jarak ini subjek lain dan terlihat hanya sebagian bahagia disana saja, jika diibaratkan Thangs very much manusia, bagian dada ke atas. Denotasi sedang menghibur salah satu keluarga yang sedang sedih akibat kehilangan salah satu keluarganya, karena musibah tsunami. Padahal Delisa juga merasakan kesedihan karena kehilangan ketiga kakanya, tetapi Delisa masih bisa menghibur keluarga itu. Dimaknai Delisa peduli dengan sesama manusia, walaupun Delisa juga kehilangan tetapi delisa tidak putus asa dan bersedih hati. 83 Konotasi Menurut penulis perbuatan Delisa itu bisa dicontoh, walaupun mendapat cobaan yang besar Delisa masih saja bisa menghibur orang lain, tidak malah bermurung diri dan memperlihatkan kesedihannya kepada orang lain. Mitos Didalam masyarakat luas orang yang seperti delisa bisa ditemukan, namun tidak mudah, orang yang memilki kekuatan jasmani dan rohani dalam menghadapi cobaan yang berat seklaipun. Bertaubat merupakan sikap yang mulia, karena Allah pasti akan menunjukkan jalan bagi hambanya yang mau bertaubat. Karena pintu taubat tuhan (Allah) selalu terbuka untuk hambanya. Scene 11 Gambar 11 Visual Dialog Type Umam minta maaf, Long shot Umam ngaku salah Gambar diambil dari Udah nyobek buku jarak jauh, sehingga 84 kak tiro Umum seluruh bagian objek juga udah dan latarbelakangnya ngambil uang belanja Denotasi Sifat tampak jelas. Umam yang mau mengakui kesalahannya itu sangat tidak disangka oleh Delisa, karena sifat Umam yang selama ini nakal terhadap teman-temanya. Akibat bencana tsunami yang melanda desa mereka membuat Umam yang awalnya masih tetap nakal dan keras, bisa sadar dan akhirnya Umam mau bertaubat kepada Allah dan mengungkapkan kesalahan-kesalahan yang dia lakukan kepada kakak dan juga uminya. Konotasi Umam yang mau bertaubat kepada Allah atas segala dosa-dosanya. Perbuatan taubat disini bisa ditiru, setiap Umat yang mau bertaubat Allah akan mengampuni dosadosanya dan memberikan jalan yang lurus kepada hambanya. Mitos Manusia akan merasa bersalah ketika telah kehilangan atau menyesal terhadap apa yang telah dilakukan 85 sebelumnya, dengan bertobat berharap tidak melakuakan kesalahan yang sama dikemudian hari. Taubat dan rasa penyesalan menjadi kunci kebangkitan hamba dari keterpurukan dimasa lalunya. dalan digambarkan bahwa setelah memohon ampun, selang adegan ini Umam bertaubat dan beberapa hari ibunya ditemukan. 2. Analisis Kontruksi Pesan Dakwah dalam Film Hafalan Shalat Delisa a. Anlisis tentang ibadah Shalat secara bahasa berarti berdo‟a. dengan kata lain, shalat secara bahasa mempunyai arti mengagungkan. Sedangkan pengertian shalat menurut syara‟ adalah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu, yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Ucapan disini adalah bacaan-bacaan al-Qur‟an, takbir, tasbih, dan do‟a. Sedangkan yang dimaksud dengan perbuatan adalah gerakan dalam shalat misalnya berdiri, ruku‟, sujud, duduk, dan gerakan-gerakan lain, yang dilakukan dalam shalat. Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy shalat yaitu beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah, menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.69 69 http://uraianayatalquran.blogspot.com/2013/06/kewajiban-shalat-lima-waktu.html diakses tanggal 23april 2014. 86 Hukum melaksanakan shalat lima waktu ini adalah wajib atau fardu `ain, yaitu sesuatu yang diharuskan dan yang mengikat kepada setiap individu seorang muslim yang telah dewasa, berakal sehat, balig (mukallaf). Apabila salat wajib ini ditinggalkan. maka orang yang meninggalkannya mendapat dosa dari Allah SWT. Allah SWT berfirman “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.“Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan padaKu.” (QS. Adz Dzariyat: 56-57). Nabi SAW bersabda, “ Shalat adalah tiang agama. Barang siapa mendirikan shalat berarti dia mendirikan agama. Dan barangsiapa yang meningglknnya, merarti dia merobohkan agama.70 Shalat merupakan benteng kemaksiatan artinya bahwa shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Semakin baik mutu shalat seseorang maka semakin efektiflah benteng kemampuan untuk memelihara dirinya dari perbuatan makasiat. Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar apabila dilaksanakan dengan khusu, tidak akan ditemukan mereka yang melakukan shalat dengan khusu akan berbuat maksiat, merampok dan sebagainya. Tetapi sebaliknya kalau ada yang melakukan shalat tetap berbuat maksiat, tentu kekhusuan shalatnya perlu dipertanyakan. Hal ini diterangkan dalam Al-Qur'an surat Al-Ankabut: 45 ِ َك ِمن الْ ِكت ِ ِ الص ََلةَ تَ ْن َه ٰى َع ِن َّ الص ََلةَ ۖ إِ َّن َّ اب َوأَقِ ِم َ َ اتْ ُل َما أُوح َي إلَْي 70 Imam Muslim, Shahih Muslim, (Bandung : Multazam, 1974), hlm. 404. 87 َِّ الْ َفحش ِاء والْمْن َك ِر ۖ ولَ ِذ ْكر صنَ ُعو َن َّ اّلل أَ ْكبَ ُر ۖ َو ْ َاّللُ يَ ْعلَ ُم َما ت ُ َ َْ ُ َ Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari sesungguhnya perbuatan-perbuatan mengingat Allah keji (shalat) dan mungkar. adalah lebih Dan besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dakwah bil-hal dalam hal ini dengan mendirikan shalat, maka banyak hal yang didapat, shalat akan mendidik perbuatan baik apabila dilaksanakan secara terus menerus. Sebagaimana keterangan diatas bahwa pada intinya shalat merupakan penentu apakah orang-orang itu baik atau buruk, baik dalam perbuatan sehari-hari maupun ditempat mereka bekerja. Apabila mendirikan shalat dengan khusu maka hal ini akan mempengaruhi terhadap etos kerja mereka dan juga kehidupan sosialnya. b. Analisis tentang ibadah Doa adalah permohonan kepada Allah yang disertai kerendahan hati untuk mendapatkan suatu kebaikan dan kemaslahatan yang berada disisinya. Sedangkan sikap khusu dan tadharru dalam menghadapkan diri kepadanya merupakan hakikat pernyataan seorang hamba yang sedang 88 mengharapkan tercapainya sesuatu yang diharapkan. Itulah pengertian doa secara syar‟i yang sebenanya.71 Doa dalam pengertian pendekatan diri kepada Allah dengan sepenuh hati, banyak juga dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur‟an. Bahkan Al-Qur‟an banyak menyebutkan pula bahwa tadharu (berdoa dengan sepenuh hati) hanya akan muncul bila disertai keikhlasan. Hal tesebut merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang shalih. Dengan tadharu dapat menambah kemantapan jiwa, sehingga do‟a kepada Allah akan senantiasa dipanjatkan, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, dalam penderitaan maupun dalam kebahagiaan, dalam kesulitan maupun dalam kelapangan. Dalam Al-Qur‟an Allah telah menegaskan : “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya dipagi dan senja hari dengan mengharapkan keridhaannya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi : 28). Fungsi doa dalam kehidupan sehari-hari secara kualitas doa disejajarkan dengan setengah ibadah wajib, tapi dari segi substansinya doa Doa dalam pengertian “permintaan” atau “permohonan.” Seperti dalam Al-Quran surah Al-Mu'minûn ayat 60 dibawah ini. 71 http://eri32.wordpress.com/pentingnya-doa/ diakses tanggal 23 april 2014. 89 Artinya: "Mohonlah (mintalah) kamu kepada-Ku, pasti Aku perkenankan (permintaan) kamu itu." Maksud kata doa dalam ayat ini adalah, "memohon" atau “meminta.” Yaitu, mohonlah (mintalah) kepada Aku (Allah) niscaya Aku (Allah) akan perkenankan permohonan (permintaan) kamu itu. Berdo‟a adalah salah satu bentuk ketaatan terhadap tuhan, dengan cara-cara tertentu disertai kerendahan hati untuk mendapatkan kemaslahatan dan kebaikan yang ada disisinya. Do‟a adalah salah satu unsur yang endukun dakwah bil-hal, karena ketika manusia berusaha tanpa diiringi dengan do‟ maka manusia tersebut dikatakan sombong. c. Anlisis tentang pendidikan Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Menurut Ernest R. Hilgard dalam belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Al-Qur‟an merupakan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan merupakan kalamullah yang mutlak kebenarannya, berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran dan petunjuk tentang 90 berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia dan akhirat kelak. Ajaran dan petunjuk tersebut amat dibutuhkan oleh manusia dalam mengarungi kehidupannya. Namun demikian al-Qur‟an bukanlah kitab suci yang siap pakai dalam arti berbagai konsep yang dikemukakan al-Qur‟an tersebut, tidak langsung dapat dihubungkan dengan berbagai masalah yang dihadapi manusia. Ajaran al-Qur‟an tampil dalam sifatnya yang global, ringkas dan general sehingga untuk dapat memehami ajaran al-Qur‟an tentang berbagai masalah tersebut, mau tidak mau seseorang harus melalui jalur tafsir sebagimana yang dilakukan oleh para ulama‟.72 Salah satu pokok ajaran yang terkandung dalam al-Qur‟an adalah tentang kewajiban belajar mengajar, seperti yang dijelaskan dalam Surat al-Ankabut ayat 19 – 20. Artinya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, Kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (19) Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, Kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(20)73 Manusia diwajibkan belajar, karena belajar akan menunjang karir kehidupan, dapat merubah prilaku, dapat memahami dan memaknai segala 72 DR.H Abddin Nata,MA. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada. 2002.Cet I,hlm.1-2 73 Prof.H. Mahmud Junus. Tarjamah Al-Qur’an Al-Karim. Bandung. PT. al-Ma’arif. 1997. Cet 12. hlm.360. 91 aspek yang didunia, dan yang terpenting manusia harus bisa merubah keadaan baik yang berupa material maupun non material, dan tidak lupa kepada tuhannya. Karenya Allah berfirman “dia tidak akan merubah suatu kaum, keculai dia mau berusaha untuk berubah. d. Anlisis tentang akhlak Manusia memang tidak akan pernah lepas dari apa yang disebut sosial. Karena memang manusia itu merupakan makhluk sosial, makhluk yang memerlukan orang lain, berkomunikasi dengan sesama, bertukar pikiran, tolong-menolong dan lain sebagainya. Dalam pandangan Islam seseorang tidak akan dikatakan sempurna imannya sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.74 Allah Swt menciptakan makhluk berdasarkan perbedaan dan bukan pembedaan demi mengatur alam dengan sempurna. Sebagian diciptakan dalam bentuk benda mati, sebagian berupa tumbuhan dan yang lainnya diciptakan dalam bentuk hewan dan manusia. Dari jenis manusia juga diciptakan sebagian laki-laki dan sebagiannya perempuan. Yang lebih unik lagi, tidak ada dua manusia yang benar-benar sama dari segala sisi. Setiap manusia tidak hanya berbeda pada jasad, tapi juga ruh mereka. Kendatipun pandangan Islam sudah demikian benar, namun kenyataannya masih banyak orang yang kurang peka terhadap permasalahan sosial sekarang ini sehingga tatanan sosial menjadi kurang 74 http://karakter0809.weebly.com/definisi-kepedulian-sosial.html diakses tanggal 23 april 2014. 92 seimbang yang akhirnya terjadilah banyak kekacauan seperti pencurian, perampokan, pembunuhan, jual beli manusia dan lain sebagainya yang mungkin saja hal ini terjadi yang disebabkan salah satunya karena faktor kurang peduli terhadap permasalahan sosial ataupun pihak pemerintah belum mampu mengentaskan permasalahan pengangguran, juga bisa jadi karena orang yang miskin pun kurang memiliki mental yang positif apalagi saat ini dunia sedang terhegemoni oleh pemikiran barat yang sekular dan liberal. Sangat ironis memang jika sifat apatis terhadap sosial itu dimiliki oleh orang Islam. Disisi lain seorang muslim mempunyai karakter dan kewajiban yang sama besarnya dengan hablum minallah yaitu hablum minannas atau hubungan dirinya dengan sesama manusia. Hubungan tersebut merupakan hubungan yang lebih kompleks, karena hubungan ini terjadi antara pihak yang satu dan lainnya yang bersifat relatif serta penuh dengan dinamika. Oleh karena itu perlu diingat bahwa manusia adalah makhluk yang dibekali rasa, karsa, dan periksa, sehingga segala tindakanya selalu terpengaruh oleh ketiga hal tersebut.75 Allah berfirman yang berbunyi ِ َّ ضل ِ َض ۚ لِ ِلرج ِال ن ٍ ض ُك ْم َعلَ ٰى بَ ْع صيب ِِمَّا ا ْكتَ َسبُوا َ اّللُ بِه بَ ْع َّ َ َّ ََوََل تَتَ َمن َّْوا َما ف ِ ِ ِ ِِ اّللَ َكا َن بِ ُك ِّل َّ ضلِ ِه ۚ إِ َّن َّ اسأَلُوا ْ َاّللَ ِم ْن ف َ ْ ۚ َوللنّ َساء نَصيب ِمَّا ا ْكتَ َس ْ ب ۚ َو َش ْي ٍء َعلِيما 75 Toto Asmoro, Menuju Muslim Kaffah, (Jakarta : Gema Insani Press, 2000), hlm. 44. 93 Artinya Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Perbedaan antara manusia berdasarkan hikmah dengan tujuan memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Patut dicamkan bahwa perbedaan bukan pembedaan atau diskriminasi. Karena pertama, Allah tidak pernah berutang kepada makhluk yang akan diciptakan-Nya, sehingga dapat menuntut model penciptaannya sesuai dengan keinginannya. Kedua, perbedaan yang ada itu berdasarkan hikmah dan bukan atas dasar kezaliman, kedengkian dan kikir. Begitu juga, sekiranya Allah menuntut kewajiban yang sama dari semua manusia, maka perbuatan seperti ini tidak adil dan puncak dari kezaliman, sekalipun Allah memberikan fasilitas yang sama kepada mereka. Karena menurut ayat dan riwayat, Allah menghendaki tugas atau tanggung jawab dari manusia sesuai dengan kemampuan mereka. Tapi ada poin lain bahwa antara manusia dan makhluk yang lain terdapat perbedaan yang inti. Manusia diberi akal dan kemampuan berpikir sehingga mampu memilih sesuai dengan kehendaknya. Kelebihan ini menjadi landasan bagi manusia untuk menciptakan kemajuan, atau sebaliknya kehancuran. Dengan kata lain, Allah memberikan kemampuan 94 lain bagi manusia yang dapat diraihnya dengan usaha seperti ilmu, kekuasaan dan kekayaan.76 e. Anlisis tentang akhlak Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Qs. Al-Israa: 23) Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi penghormatan dan pemuliaan kepada kedua orangtua. Apapun bentuk pelecehan dan sikap merendahkan orangtua maka Islam lewat pesan-pesan moralnya telah melarang dan mengharamkannya. Bahkan durhaka kepada kedua orangtua termasuk diantara dosa-dosa besar yang dilarang keras. Dengan melihat ayat di atas, terutama pada frase, “wa laa taqullahumaa „uff‟, janganlah kamu mengatakan kepada keduanya, perkataan „ah‟…” menunjukkan untuk bentuk pelecehan dan sikap merendahkan kedua orang tua yang paling kecil sekalipun Islam tidak luput untuk memberikan penegasan atas pelarangannya. 76 http://indonesian.irib.ir/al-quran/-/asset_publisher/b9BB/content/tafsir-al-quransurat-an-nisaa-ayat-32-33 diakses tanggal 23 april 2014. 95 Komunikasi dan berhubungan dengan kedua orangtua jangan sampai ada kata-kata yang lebih rendah dari melontarkan kata „ah‟, niscaya Allah telah melarangnya.” Birrul Walidain berasal dari dua kata, birru dan al-walidain. Imam Nawawi ketika mensyarah Shahih Muslim memberi penjelasan, bahwa kata-kata Birru mencakup makna bersikap baik, ramah dan taat yang secara umum tercakup dalam khusnul khuluq (budi pekerti yang agung). Sedangkan, walidain mencakup kedua orangtua, termasuk kakek dan nenek. Jadi, birrul walidain adalah sikap dan perbuatan baik yang ditujukan kepada kedua orangtua, dengan memberikan penghormatan, pemuliaan, ketaatan dan senantiasa bersikap baik termasuk memberikan pemeliharaan dan penjagaan dimasa tua keduanya.77 f. Anlisis tentang ikhlas Suroh Al-Baqarah ayat 153 dan 155 ص ال َ ِة إِنَّ هللاَ َم َع الصَّابِ ِريْه َّ صب ِْر َو ال َّ س ت َ ِع يْىُ ْى ا بِال ْ يَا أ َيُّهَا الَّ ِذيْ هَ آ َمىُىا ا Artinya Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat, sesung-guhnya Allah adalah beserta orang-orang yang sabar. ش ِِر ّ َت َو ب ِ ص ِّمهَ ْاْل َ َم َىا ِل َو ْاْل ْوفُس َو الث َّ َم َرا ٍ ف َو ا ْل ُج ْىعِ َو وَ ْق ِ َو لَىَ ْبلُ َىوَّ ُك ْم بِش َْيءٍ ِّمهَ ا ْل َخ ْى ِِ َالصَّابِ ِر ْيه 77 Ismail Amin, Mahasiswa Mostafa International University Republik Islam Iran Qom, 30 Maret 2010/ 12 Farvardin 1389 HS diakses tanggal 23 april 2014. 96 Artinya Dan sesungguhnya akan Kami beri kamu percobaan dengan sesuatu dari ketakutan dan kelaparan dan kekurangan dari harta benda dan jiwa-jiwa dan buah buahan; dan berilah khabar yangmenyukakan kepada orang yang sabar. Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih dari kotoran. Sedangkan secara istilah, Ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukannya dengan yang lain. Oleh karena itu, bagi seorang muslim sejati makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian Si Muslim tersebut menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan kepentingan. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.” Dan yang berkarakter seperti itulah yang mempunyai semboyan “Allahu Ghayaatunaa”, yang artinya Allah adalah tujuan kami, dalam segala aktivitas dalam mengisi kehidupan. Rasulullah SAW. Pernah bersabda, “Ikhlaslah dalam beragama, cukup bagimu amal yang sedikit.” Dalam hadist lain Rasulullah SAW. bersabda,“ Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.” Imam Syafi‟i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya,“ Wahai Abu Musa, jika engkau 97 berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.” Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata,“ Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orangorang munafik.” Dari beberapa contoh hadist di atas menunjukkan bahwa ikhlas itu memang sangat penting bagi umat muslim dalam melaksanakan ibadah, karena tanpa rasa ikhlas dan hanya mengharap ridho dari Allah SWT ibadah kita tidak akan diterima oleh Allah. Yang paling utama adalah menyikapi berbagi hal baik itu musibah dan lainya harus dengan sabar, dan menerima cobaan dengan lapang dada. Mencari siapa yang salah dalam bencana alam, hanya akan menimbulkan konflik dan menarik kepentingan untuk saling menyalahkan. Introspeksi terhadap masing-masing diri untuk bersama-sama menjaga alam dan sekitarnya. Menerima segala sesuatu dengan lapang dada dalam ayat di atas, adalah karena Allah. Menerima dengan lapang dada, kesedihan yang ada, dengan berdo'a pada Allah, agar dilapangkan segala kesedihan, dan dimudahkan urusan, agar musibah dapat ditangani dengan baik. Sebab, 98 ketika kita bertemu Allah di akhirat kelak, semua harta dan anak-anak kita juga tidak berarti lagi bagi Allah, kecuali amal perbuatan kita dan hati kita yang bersih dan lapang. Allah berfirman "(Ingatlah) pada hari di mana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih dan lapang.'' (Q.S. 26:89). g. Anlisis tentang pesan moral Manusia memang tidak akan pernah lepas dari apa yang disebut sosial. Karena memang manusia itu merupakan makhluk sosial, makhluk yang memerlukan orang lain, berkomunikasi dengan sesama, bertukar pikiran, tolong-menolong dan lain sebagainya. Dalam pandangan Islam seseorang tidak akan dikatakan sempurna imannya sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri. Kepedulian sosial adalah minat atau ketertarikan kita untuk membantu orang lain. Lingkungan terdekat kita yang berpengaruh besar dalam menentukan tingkat kepedulian sosial kita. Lingkungan yang dimaksud disini adalah keluarga, teman-teman kita, dan lingkungan tempat kita tumbuh besar. Karena merekalah kita mendapat nilai-nilai tentang kepedulian sosial. Nilai-nilai yang tertanam itulah yang nanti akan menjadi suara hati kita untuk selalu membantu dan menjaga sesama. Hanif berkata lingkungan yang sangat berpengaruh adalah keluarga, karena di sanalah kita besar dan orang-orang yang paling sering kita temui selama hidup. Dan waktu kecil keluarga jugalah yang sering melarang kita, nantinya akan jadi nilai kepedulian sosial itu. Larangan- 99 larangan seperti “Jangan buang sampah sembarangan! Jangan suka bertengkar!” itu adalah nilai yang akan tertanam di diri kita tentang arti kepedulian sosial. Ada juga orang-orang yang nilai kepedulian sosialnya kurang terasah. Itu bisa terjadi karena lingkungan terdekatnya kurang menanamkan hal itu. Misalnya, orang itu dari kecil terbiasa melihat Ayahnya buang sampah sembarangan, jadi dia berfikir “buang sampah sembarangan itu tidaklah salah”.78 Disisi lain seorang muslim mempunyai karakter dan kewajiban yang sama besarnya dengan hablum minallah yaitu hablum minannas atau hubungan dirinya dengan sesama manusia. Hubungan tersebut merupakan hubungan yang lebih kompleks, karena hubungan ini terjadi antara pihak yang satu dan lainnya yang bersifat relatif serta penuh dengan dinamika. Oleh karena itu perlu diingat bahwa manusia adalah makhluk yang dibekali rasa, karsa, dan periksa, sehingga segala tindakanya selalu terpengaruh oleh ketiga hal tersebut.79 Apabila kamu salah, maka akuilah kesalahanmu dan minta maaf darinya. Sesungguhnya mengakui kesalahan adalah lebih baik daripada tetap dalam kebatilan. Rasulullah telah bersabda: Setiap bani Adam itu bersalah dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah orang-orang yang bertaubat.(HR. At Tirmidzi dan di hasankan oleh pentahqiq kitab Jami‟ul Ushul). 78 http://karakter0809.weebly.com/definisi-kepedulian-sosial.html diakses tanggal 23 april 2014. 79 Toto Asmoro, Menuju Muslim Kaffah, (Jakarta : Gema Insani Press, 2000), hlm. 44. 100 Semua manusia pernah melakukan kesalahan, Nabi sekalipun. Karena lupa, khilaf, dan salah sangat melekat pada kedirian manusia. Dan, tindakan tidak mau mengakui kesalahan dan berusaha memperbaikinya merupakan hal yang paling aneh. Sebenarnya, mengakui kesalahan merupakan sebuah pintu dari dinding pembatas antara dua ruangan; kebaikan dan keburukan. Jika seseorang tidak mau mengakui salahnya, berarti dia masuk dari pintu itu ke ruangan kejahatan. Sebaliknya, jika seseorang mau mengakui dosanya, berarti dia membuka pintu itu untuk masuk ke ruangan kebaikan. Allah sendiri mengatakan bahwa salah satu ciri orang-orang bertakwa adalah mau mengakui kesalahan dan minta ampun kepada Allah, kemudian dia tidak lagi mengulanginya, Dan salah satu dari orang yang bertakwa itu adalah orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu (QS Ali Imran [3]: 135). Mengaku bersalah tidak membuat seseorang kehilangan kehormatan, bahkan sebenarnya merupakan upaya paling efektif menyelamatkan nama baik. Menyadari dosa dan bertekad tidak akan mengulangi lagi adalah salah satu pintu masuk menjadi manusia terbaik. Itulah yang dilakukan oleh para sahabat Nabi yang umum telah berbuat kejahatan di masa lalu. 101 Perbuatan menutupi kesalahan pasti akan diikuti dengan usaha menghilangkan barang bukti, dengan cara apa pun. Bisa jadi hal itu dilakukan dengan berdusta, memfitnah, menyuap, meneror, bahkan membunuh sekalipun. Jika usaha menghilangkan bukti ini membuahkan bukti baru, misalnya diketahui orang lain, maka bukti baru itu juga harus dilenyapkan. Begitulah seterusnya. Tak dapat dibayangkan berapa banyak dosa turunan yang harus dikerjakan. Orang bersalah akan terus diburu kesalahannya. Hanya taubat yang membuat semua itu berakhir. Bagi pelaku dosa, dunia menjadi semakin sempit dan tidak ada tempat yang nyaman. Memang tidak enak hidup dalam kurungan yang dibikin sendiri.80 80 http://www.en.co.id/baiturrahman/renungan/mengakui%20kesalahan.htm tanggal 23 april 2014. diakses 102 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan dan saran 1. Kesimpulan Setelah mengamati dan menganalisis bab sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa: Makna denotasi dari sebuah film yang diangkat berdasarkan kisah nyata ini ini berawal dari sebuah novel dan dituangkan dalam karya audiovisual dengan judul yang sama (Hafalan Shalat Delisa) Hafalan Shalat Delisa, kisah yang berlatar belakang bencana tsunami Aceh tahun 2006 lalu, Film ini sarat dengan pesan-pesan kemanusiaan, keberagaman, keikhlasan serta bagaimana mengubah kesedihan menjadi kekuatan yang memberikan energi positif bagi orangorang di sekitarnya yang sudah kehilangan harapan. Sedangkan, makna konotasi dari film yang diproduksi Star Vision ini, Sutradara sengaja mengangkat kisah delisa dan perasaan orang-orang yang ditinggal pergi (mati) oleh mereka (keluarganya). Dan, mitos dari film ini memang diformulasikan dari kisah Tsunami Aceh tahun 2004 lalu masih menyisakan luka yang mendalam. Tidak hanya bagi korban bencana, namun siapapun yang melihat dan mendengar berita itu, sudah dipastikan remuk redam yang terkubur dalam palung jiwa akan menyeruak kembali. Sebab inilah bencana alam terbesar di tahun 2004 yang menelan beribu korban di negeri serambi Mekah ini. Didalam filmnya ini mengajarkan kesabaran, ketabahan dan siap berjiwa besar ketika suatu hari nanti kita ditinggal pergi oleh orang-orang yang kita cintai. 103 Dalam film " Hafalan Shalat Delisa " mengandung pesan dakwah yang relevan dan urgen terhadap kehidupan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: pesan syariah dalam bentuk ibadah, akhlak, pesan moral dalam bentuk kepedulian, empati dan kejujuran, pesan pendidikan. 2. Saran Saran yang ingin disampaikan penulis untuk film Hafalan Shalat Delisa ialah: 1. Rekonstruksi ulang tentang kejadian gempa dan Tsunami dalam film ini masih terbilang gagal. Gempa yang divisualkan tidak begitu melahirkan rasa gemuruh dan takut di jiwa penonton. Atmosfir itu tidak bisa dirasakan. Gempa yang tidak meyakinkan. Bagaimana bisa saat gempa terjadi tapi daun pintu tidak bergoyang. Meja-meja di dalam kelas tidak bergeser? Lalu disusul visual Tsunami yang seperti sapuan ombak biasa. Padahal film ini menggunakan teknologi CGI (Computer Generated Imagery) yang tergolong baru bagi perfilman Indonesia. Adegan helikopter, kapal-kapal besar, khusunya Tsunami tampak belum maksimal. 2. Efeknya masih belum terasa. Visualnya masih kasar. Tapi untuk penggunaan teknologi CGI, film ini layak untuk diapresiasi. Dan alangkah tidak adilnya jika membandingkannya dengan dunia perfilman Holywood dan 104 Bollywood yang sudah sangat jauh meninggalkan perfilman tanah air. 3. Kurang memunculkan kesan acehnya. Dilihatkan lagi keadaan setelah pasca tsunami tersebut. 4. Film ini layak untuk ditonton sebagai pencerahan yang lebih edukatif. Apalagi film ini didukung oleh beberapa pemeran papan atas dunia perfilman Indonesia. Akting Nirina yang keibuaan. Reza Rahadian yang begitu terlihat terpukul dengan semua yang ia hadapi. Tentang apakah film ini mampu menyedot air mata dan memberikan pesan terdalam bagi benak penontonnya. Mungkin lebih kepada bagaimana para penonton menghayati dan memaknai film ini. Setidaknya banding lurus dengan judul film, Hafalan Shalat Delisa. Sudahkah kita shalat dengan hafalan yang ikhlas kepada Allah? DAFTAR PUSTAKA Al-Qur'an dan Tafsirnya, (yogyakarta: Univereitas Islam Indonesia, 1991). Al-Rasyid, Harun dkk, Pedoman Pemerintahan Dakwah Bil-Hal, Jakarta: Depag RI, 1989. Amrullah Achmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta : Prima Duta, 1985. Antonius, M. Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Gitanyali, 2004, cet, ke-1. Asmoro, Toto, Menuju Muslim Kaffah, Jakarta : Gema Insani Press, 2000. Aziz, Moh . Ali, Ilmu Dakwah, .Jakarta: Prenada Media, 2004. Danesi, Marcel, Pengantar Memahami Semiotika Media, Yogyakarta: Jalasutra, 2010. Effendi, Onong, Uchjana, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999. Effendy, Heru, Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser, Jakarta: Pustaka Konfiden, 2008, cet, ke-6. Hamka, Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam, (jakarta: Pustaka Panjimas, 1981. Haricahyono, Cheppy, Dimensi Pendidikan Moral, Semarang: IKIP Semarang Pres, 1995, h.67. Hidayat, Dedy Nur. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007. Imam Muslim, Shahih Muslim, Bandung : Multazam, 1974. Jamaludin, Muhammad, Al Qosimi, Tafsir Al-Qosimi, tkt: Dar al-Ihya' Kutub alArabiyah, 1957. Junus Mahmud. Tarjamah Al-Qur’an Al-Karim. Bandung. PT. al-Ma’arif. 1997. Cet 12. Kusnawan, Aep, Komunikasi & Penyiaran Islam, Bandung: Benang Merah Press, 2004. 1 Lull, James, Media Komunikasi, Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global, (Terj). A. Setiawan Abadi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997), cet. Kel-1. Madhal, Husen, Hadits II, Yogyakarta: Fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga, 1995. Masdar F. Mas'udi, "Mukaddimah : Dakwah, Membela Kepentingan Siapa?",dalam Majalah Pesantren, No. 4 Vol. IV jakarta : P3M, 1987. Masy'ari, Anwar, Butir-butir Problematika Dakwah Islamiyah, Surabaya: Bina llnuj, 1993. McQuail, Denis, Teori Komunikasi massa, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005. Munir, Samsul, Amin,M.A,Ilmu Dakwah. jakarta.2009. Muriah, Siti, Metodologi Dakwah Kontemporer, Cet.I, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000. Nata, Abddin, MA. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada. 2002.Cet I. Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003, cet.V. Oey Hong Lee, “Publisistik Film”, Ichtiar, Jakarta,1965. Pangaribuan, Tigor, Kamus Populer Lengkap, Bandung: Pustaka Stia, 1996, cet-1. Pius A Partanto & M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arloka, 1994. Poerwadarminta, W.J, S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Rajawali Press, 1980), cet.II. Rakhmat, Miftah , Catatan Kang Jalal, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Miftah, Teknik praktis riset komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sobur, Alex, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosda Karya , cet. Keempat April 2006. Sobur, Alex, Simiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, cet. Ke-2. 2 Sumandiria, AS Haris, Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2006, cet, ke-1. Tinarbuko, Sumbo, Semiotika Komunikasi Visual: Metode Analisis Tanda dan Makna Pada karya Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta : Jalasutra, 2008. Wafyah dan Awaludin Pimay, Sejarah Dakwah, Semarang: RaSAIL, 2005. Cet.I, Wirosardjono, Soetjipto, "Dakwah: Potensi dalam Kesenjangan" dalam Majalah Pesantren, No. 4 Vol. IV (Jakarta: P3M, 1987. Yasraf Amir Piliang, Hipesemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, Yogyakarta: Jalasutra, 2003. 3 INTERNET http://elmubarok.blogspot.com/2009/12/peran-film-sebagaimediadakwah. diakses tanggal 20 Desember 2013. http://eri32.wordpress.com/pentingnya-doa/ diakses tanggal 23 april 2014. http://id.wikipedia.org/wiki/Nirina_Zubir diakses tanggal 20 November 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/Reza_Rahadian#Karier diakses tanggal 20 November 2013 http://indonesian.irib.ir/al-quran/-/asset_publisher/b9BB/content/tafsir-al-quran-surat-annisaa ayat - 32-33 diakses tanggal 23 april 2014. http://karakter0809.weebly.com/definisi-kepedulian-sosial.html diakses tanggal 23 april 2014 http://karakter0809.weebly.com/definisi-kepedulian-sosial.html diakses tanggal 23 april 2014. http://rayasaforever.blogspot.com/2012/06/ibadah-syariah-dan-muamalah.html tanggal 23 maret 2014. http://surianto200477.wordpress.com/2009/09/17/teori-pembelajarankonstruktivi Diakses 10 Mei 2014. diakses sme/ http://uraianayatalquran.blogspot.com/2013/06/kewajiban-shalat-lima-waktu.htmldiakses tanggal 23april 2014. http://www.boleh.com/news/read/movie_news_index/6843_chantiq_schagerl_pemeran _delisa_di_film_hafalan_shalat_delisa diakses tanggal 20 November 2013. http://www.cumicumi.com/celebrities/fathirmuchtar/profile.html#sthash.757eBpIO.dpuf diakses tanggal 20 November 2013. http://www.en.co.id/baiturrahman/renungan/mengakui%20kesalahan.htm diakses tanggal 23 april 2014. http://www.indonesiafilmcenter.com/tmp_file/23544_Press_kit_Hafalan-Shalat-DelisaIndo.pdf diakses 2 januari 2014. http://www.profil.web.id/2013/09/profil-biodata-chantiq-schagerl.html diakses tanggal januari 2014. 4 Pranata.2008.Belajar Kontruktivisme. http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/. Diakses pada tanggal 06 Mei 2014. Surianto.2009. TeoriPembelajaranKonstruktivisme.http://surianto200477.wordpress.com/ 2009/09/17/teori-pembelajaran-konstruktivisme/.Diakses 06 Mei 2014. www.wikipedia.com, arti diakses pada 22 Oktober 2013. Ismail Amin, Mahasiswa Mostafa International University Republik Islam Iran Qom, 30 Maret 2010/ 12 Farvardin 1389 HS diakses tanggal 23 april 2014. 5