konstruksi simbolik dakwah bil hal dalam film

advertisement
KONSTRUKSI SIMBOLIK DAKWAH BIL HAL
DALAM FILM HAFALAN SHALAT DELISA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh:
A. Saiful Mu’minin
NIM: 109051000166
PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H./2014 M.
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasilkarya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
marepakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sangsi yang beralku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
Jakarta, 2 April 2014
A. Saiful Mu’minin
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil alamin, puji serta syukur kehadirat Allah SWT. berkat
nikmat-Nya yang tidak terhingga sehingga karya sederhana ini dapat terselesaikan
dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW, berserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia hingga
akhir zaman.
Peneliti sangat ingin berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi dan mengajarkan penulis banyak hal.
Ucapan terimakasih tersebut terutama penulis haturkan bagi:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Bapak Dr. Suparto, M.Ed, M.A, Pudek I, Bapak Drs. Jumroni, M.Si,
Pudek II dan juga Bapak Drs.Sunandar, M.Ag, Pudek III.
2. Bapak Rachmat Baihaky, MA, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
dan Ibu Umi Musyarrofah, MA, Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
3. Ibu Siti Napsiyah, M.SW, Dosen Penasehat Akademik KPI E angkatan 2009,
yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan proposal skripsi.
4. Siti Nurbaya, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk membimbing peneliti dan memberikan masukan-masukan dalam
penulisan skripsi ini.
ii
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mendidik
serta memberikan beragam ilmu sehingga peneliti menjadi manusia yang lebih
baik. Semoga ilmu-ilmu pada Dosen dibalas dengan pahala yang tak terhingga.
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah
membantu peneliti dalam hal administrasi selama perkuliahan dan penelitian
skripsi ini.
7. Orang tua tercinta Ayahanda Ahmad Nurhayat, Ibunda Roinah, sumber semangat,
atas dukungan dan kepercayaannya, sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi
ini dengan semangat. Kiranya peneliti tidak bisa membalas rasa cinta dan jerih
payah beliau dengan karya apapun, tetapi peneliti yakin dengan selesainya tugas
akhir ini bisa membuat mereka bangga terhadap anak laki-lakinya. Semoga ini
menjadi awal semangat untuk adai-adik saya, Musdhalifah yang sedang
menghadapi UN semoga lulus 100%, Hanif Amrullah semoga menjadi suksesi
kakaknya dalam mengarungi pendidikan dunia dan agama, putri kecil Zahwa
Aisyah, Kamilatul lailiyah, Tiara maharani, bagi penulis mereka adalah sumber
semngat
8. Kakek dan Nenek tercinta, Saudara-saudari kami lik Rikayah, lik Ulfatun, mang
Muhyidin, mang Khotimin, kang topic dan saudara-saudari yang tidak bisa tulis
satu persatu namanya, yang selalu bisa membuat peneliti menyadari jika bahagia
itu sederhana.
9. Permai-Ayu DKI Jakarta yang telah memberikan banyak pengalaman khususnya
dalam berorganisasi. Indrawan dan Indrawati, seluruh keluarga besar Permai-Ayu
ditunggu kontribusiya untuk membangun daerah.
iii
10. Sugawan/sugawati KMSGD Jakarta sebagai tempat berdiskusi dan berbagi
pengalaman dalm organisasi.
11. Teman-teman KPI angkatan 2009, khususnya kelas KPI E, Sadam, Ruli, Oki,
adharu dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semoga ini
menjadi awal kita untuk berkarya.
12. Teman-teman KKN PENA, Pintar, Edukatif, Nasionalis, dan agamis yang telah
memberikan kenangan dan kerja keras semmoga ilmu kita bermanfaat. Dan pihak
yang telah membantu suksesi program kami.
13. Terakhir, penulis mengucapkan terimaksih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Pada akhirnya dengan ketidaksempurnaan ini, penulis berharap semoga karya
sederhana ini dapat bagi penulis dan pembaca. Dan semoga Allah SWT membalas
jasa baik yang telah diberikan dari berbagai pihak kepada penulis selama pembuatan
skripsi ini, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin yarabbal alamin.
Jakarta, 2 April 2014
A. Saiful Mu’minin
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...............................................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................1
B. Batasan dan Perumusan Masalah .....................................................6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..........................................................7
D. Manfaat Penelitian .............................................................................7
E. Metode penelitian ...............................................................................8
F. Kelemahan Penelitian ........................................................................10
G. Tinjauan Pustaka ..............................................................................10
H. Sistematika Penulisan .......................................................................11
BAB II
KAJIAN TEORI
1.1. Tinjauan Umum Tentang Film .........................................................13
1. Pengertian film ...........................................................................13
2. Sejarah Film ...............................................................................14
3. Perfilman Indonesia ...................................................................15
4. Fungsi Film ................................................................................21
5. Karakteristik Film ......................................................................21
6. Jenis-jenis Film ..........................................................................23
7. Unsur-unsur Pembentukan Film ................................................25
8. Sinematografi .............................................................................26
9. Struktur film ...............................................................................29
2.2. Dakwah .............................................................................................38
1. Pengertian Dakwah ....................................................................38
2. Dasar Hukum Dakwah ...............................................................40
3. Metode Dakwah .........................................................................42
a. Metode Dakwah bil-hal .......................................................44
b. Metode Dakwah dengan lisan .............................................44
v
c. Metode Dakwah dengan hati...............................................44
4. Film sebagai media dakwah .......................................................48
2.3. Analisis Semiotika ............................................................................52
1.
Konsep Semiotika .....................................................................52
2.
Konsep Semiotika Roland barthes ............................................55
BAB III GAMBARAN UMUM
1. Sinopsis Cerita Film Hafalan Shalat Delisa ......................................60
2. Pemain dalam Film Hafalan Shalat Delisa ........................................63
3. Profil Film Hafalan Shalat Delisa ......................................................68
BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS DATA
1. Semiotika Film Hafalan Shalat Delisa...............................................74
2. Analisis Kontruksi Pesan Dakwah dalam Film Hafalan Shalat
Delisa .................................................................................................98
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan dan Saran ......................................................................103
2. Kesimpulan .......................................................................................103
3. Saran ................................................................................................104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman, kehidupan manusia tidak pernah lepas dari
komunikasi. Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia dan menjadi bagian
yang sangat penting sebagai sarana interaksi satu sama lain. Era globalisasi saat
ini membuat masyarakat menjadi ketergantungan dengan media komunikasi.
Bahkan dalam sebuah riset mengatakan, maju tidaknya suatu negara ditandai
dengan penggunaan media komunikasi di negara tersebut. Media komunikasi
yang digunakan dalam hal ini adalah media massa baik itu media cetak maupun
elektronik.
Media massa sendiri merupakan sarana penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan dalam jumlah yang besar. Pesan sendiri dapat
berbentuk komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Dan pesan verbal yang
sering digunakan manusia dalam berkomunikasi baik melalui lisan maupun
tulisan. Komunikan dapat leluasa memilih bentuk pesan dan melalui media apa
pesan tersebut akan disampaikan.
Pada mulanya film merupakan salah satu bentuk media massa yang
dipandang mampu memenuhi permintaan dan selera masyarakat akan hiburan
dikala penat menghadapi aktifitas hidup sehari-hari1 Sejak saat itu, pertunjukan
film telah menjadi saluran pelarian dari masyarakat yang telah bekerja, terutama
didaerah perkotaan. Pada perkembangan selanjutnya film mulai beralih fungsi
1
Denis McQuail, Teori Komunikasi massa, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005), h. 13.
2
tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan akan hiburan masyarakat tetapi juga
menjadi wahana penerangan, edukasi dan transformasi nilai.2
Sebagai transformasi nilai film yang hadir dengan tampilan audiovisual
memberikan kesan tersendiri bagi penontonya, tampilan audiovisual berpengaruh
besar terhadap transformasi nilai baru bagi penontonya. Ditengah begitu derasnya
film-film yang miskin akan nilai trasedental dalam masyarakat, muncul beberapa
film yang serat dengan nilai yang memberikan kritik sosial.
Dakwah
pada
hakekatnya
dimanifestasikan dalam suatu
merupakan
aktualisasi
sistem kegiatan manusia
imani
yang
untuk mengikuti
(menjalankan) ajaran Islam melalui usaha mempengaruhi cara merasa, berfikir,
bersikap, dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dalam rangka
mengusahakan terwujudnya ajaran islam dalam semua segi kehidupan dengan
menggunakan cara tertentu.3 Dalam era globalisasi sekarang ini, di mana alat-alat
elektronik semakin canggih, informasi masuk begitu cepat dan serba instan,
sehingga proses penyampaian Dakwah perlu menggunakan media penunjang
untuk mempermudah dalam penyampaian pesan dakwah kepada sasaran dakwah.
Media dakwah yang saat ini perlu dikembangkan adalah penggunaan
media elektronik, seperti, radio, Tv, film dan lain sebagainya. Melalui media
tersebut, pesan dakwah dapat disiarkan langsung atau melalui rekaman kaset
audio video atau audio visual, agar tujuan dakwah dapat tercapai secara efektif
dan efesien. Film diproduksi untuk memberikan hiburan, informasi edukasi, dan
2
h.94.
3
Aep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam, (bandung: Benang Merah Press, 2004),
Amrullah Achmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial., (Yogyakarta : Prima Duta,
1985), h. 3.
3
persuasi kepada pemirsa. Hal ini sesuai dengan misi perfilman bahwa film
digunakan sebagai media edukatif untuk pembinaan masyarakat.4 Kelebihan
film sebagai media dakwah dapat dilihat dari segi sifatnya, audio visual yaitu
alat-alat yang dapat dioperasikan sebagai sarana penunjang untuk menyampaikan
pesan dakwah yang bisa di dengar sekaligus di lihat.5 Menilai film mempunyai
beberapa keunikan yaitu: Secara psikologis, penyuguhan secara hidup dan
tampak
yang dapat berlanjut dengan animation (kegembiraan) memiliki
kecenderungan yang unik dalam keunggulan daya efektifnya terhadap penonton.
Media film yang menyuguhkan pesan hidup dapat mengurangi keraguan apa yang
disuguhkan (makna dari pesan itu sendiri) sehingga lebih mudah diingat dan
mengurangi kelupaan.
Kelebihan media film di atas menimbulkan adanya ketertarikan para
siniman muslim untuk menggunakannya sebagai sarana dakwah Islam. Perpaduan
antara kegiatan dakwah dan pemanfaatan film sebagai media diharapkan dakwah
Islam dapat diterima oleh masyarakat secara lebih luas dan menarik. Sehingga
muncul berbagai film dakwah. Film dakwah atau film Islam adalah film yang di
dalamnya mengandung nilai-nilai Islami, tidak harus dengan menayangkan
ayat-ayat Alqur‟an, tetapi menggunakan pesan-pesan dan perilaku kehidupan
yang bernuansa dakwah.
Film dakwah
menyerukan kebaikan
dan
mencegah keburukan,
menyuruh kepada yang ma‟ruf (hal-hal atau perbuatan yang mendekatkan kita
kepada Allah) , dan mencegah dari yang munkar ( hal-hal atau perbuatan yang
4
Onong Effendi Uchjana, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologi,( Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 1999), h. 212.
5
Moh . Aziz Ali, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 152.
4
menjauhkan kita kepada Allah). 6Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam AlQur‟an surat Ali Imron 104:
Artinya: ”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mecegah dari yang
kepada
munkar , merekalah orang-orang yang beruntung (Q.S Ali Imron 104).
Film Hafalan Shalat Delisa merupakan film dengan latar belakang
ajaran Islam merupakan ajaran Rahmat Lil Al-Alamin, karena Islam sifatnya
mengayomi, melindungi, membuat damai, tidak mengekang, dan tidak membuat
takut. Film akan menjadi semakin
menyampaikan
penting sebagai media yang dapat
gambaran mengenai budaya muslim dalam rangka untuk
menghindari benturan dengan
budaya dan
peradaban lain.
Sedangkan
pengkajian fotografi akan berpengaruh pada sudut-sudut pengambilan gambar
yang berefek kepada makna. Sementara pengkajian semiotika dipergunakan untuk
mendapatkan kedalaman makna sebuah realitas dan kemudian direduksi dalam
film. Sebab, pada dasarnya film adalah realitas yang didramatisir.7
Film Hafalan Shalat Delisa menceritakan tentang seorang gadis kecil,
bernama Delisa yang tinggal di sebuah desa kecil di pantai Aceh. Dia merupakan
anak bungsu dari empat bersaudara yaitu Fatimah, Aisyah dan Zahra dari keluarga
Abi Usman dan Ummi. Delisa sangat dekat dengan ibunya (Ummi) serta ketiga
6
7
h. 96.
Miftah Rakhmat, Catatan Kang Jalal, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h. 24.
Aep Kusnawan, Komunikasi & Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004),
5
kakaknya. Film ini diawali dengan sebuah cerita pada tanggal 26 Desember 2004.
Delisa bersama Ummi sedang bersiap untuk mengikuti ujian praktek shalat di
sekolahnya dan ketika itu juga tiba-tiba terjadi gempa. Gempa yang cukup besar
membuat ibu dan kakak-kakak Delisa ketakutan. Tiba-tiba Tsunami menghantam,
menggulung desa kecil mereka, sekolah mereka, dan tubuh kecil Delisa serta
ratusan ribu orang lainnya di Aceh dan berbagai pelosok pantai di Asia Tenggara
juga terhantam oleh Tsunami. Delisa berhasil diselamatkan oleh Prajurit Smith
salah satu relawan yang menolong bencana Tsunami. Selama dua hari Delisa
pingsan di
cadas bukit dengan
mengakibatkan kaki kanan
luka dikaki. Sayangnya,
Delisa harus
diamputasi.
luka tersebut
Penderitaan Delisa
menarik iba banyak orang. Prajurit Smith sempat ingin mengadopsi Delisa bila
dia hidup sebatang kara, tetapi Abi Usman berhasil menemukan Delisa.
Film Hafalan Shalat Delisa adalah sebuah film yang mengandung makna
besar dibalik bencana Tsunami yang di rasakan Delisa anak berusia 7 tahun. Dia
kehilangan keluarga, ibu, dan sebelah kakinya. Film ini memuat kisah tentang
keiklasan, kesabaran, dan kekuatan yang ditunjukkan oleh seorang anak.
Berdasarkan latar
belakang yang telah
dikemukakan diatas, penulis
tertarik untuk meneliti dan melaporkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul
“Konstruksi Simbolik Dakwah bil-hal dalam Film hafalan Shalat Delisa”
karya Sony Gao Kasak.
6
B. Batasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka
penulis membatasi penelitian Konstruksi Dakwah bil-hal pada film Hafalan
Shalat Delisa.
2. Rumusan Msalah
Berdasaran batasan masalah yang telah dipaparkan maka rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut: Bagaimana Konstruksi Dakwah bil-hal
dalam Film hafalan Shalat Delisa.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan
bagaimana Konstruksi Dakwah bil-hal dalam Film hafalan Shalat Delisa.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini memberikan kontribusi bagi pengembangan
ilmu komunikasi, serta sebagai pengembangan tambahan referensi bahan
pustaka, khususnya penelitian tentang analisis dengan minat dalam kajian
dakwah melalui film dan semiotika, dalam penelitian ini bagaimana pesanpesan dakwah Bil-Hal dikonstruksikan menjadi sebuah analisis.
7
2. Manfaat Praktis
Menumbuhkan pemahaman tentang arti penting sebuah film, tidak
hanya dari pesannya saja melainkan makna yang tersirat dibalik tanda
pesan film. Terutama pesan dakwah dalam film.
E. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan kajian semiotika Roland Barthes,
penelitian ini bersifat kualitatif. Pendekatan menggunakan konsep
mythologies atau mitos. Roland Barthes menekankan interaksi antara teks
dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara
konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh
penggunanya. Konsep pemikiran Barthes yang dikenal dengan Tatanan
Pertandaan (Order of Signification).
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Film Hafalan Shalat Delisa,
sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah Pesan Dakwah Bil-hal
dalam Film Hafalan Shalat Delisa.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Data Primer adalah data yang diperoleh dari rekaman video original
berupa satu keping DVD film Hafalan Shalat Delisa. Kemudian dipilih
8
visual atau gambar dari potongan-potongan adegan (scene) yang
diperlukan untuk penelitian.
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur. Literatur yang
mendukung data primer, seperti kamus, internet, artikel Koran, buku-buku
yang berhubungan dengan Film, Dakwah Bil-hal, Dakwah melaui Film,
catatan kuliah dan sebagainya.
4. Teknik penelitian
Teknik penelitian ini terdiri atas dua, yaitu:
a. Observasi teks dengan melakukan pengamatan8 secara langsung dan
tidak terikat terhadap objek penelitian dan unit analisis dengan cara
menonton dan mengamati teliti dialog-dialog, serta adegan-adegan dalam
film Hafalan Shalat Delisa. Kemudian mencatat, memilih dan
menganalisanya sesuai dengan model penelitian yang digunakan.
b. Studi komunikasi (document research), yaitu penulis mengumpulkan
data-data melalui telaah dan mengkaji berbagai literatur yang relevensinya
dengan materi penelitian untuk selanjutnya dijadikan bahan argumentasi,
seperti DVD film, arsip, majalah, surat kabar, catatan perkuliahan, internet
dan lain-lain.
5. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis semiotika
model Rolland Barthes, membuat sebuah model sitematis dalam
8
Tigor Pangaribuan, Kamus Populer Lengkap, (Bandung: Pustaka Stia, 1996), cet-1, h. 114.
9
menganalisis makna dari tanda-tanda.
Fokus perhatian Barthes lebih
tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap. Signifikasi tahap
pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam
sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai
denotasi,yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang
digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini
menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan
perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya.
Sedangkan signifikasi kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja
melalui mitos (myth).9
F. Kelemahan Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti akui banyak kekurangan, kelemahan
dalam penulisan, kurang mendalam
dalam melakukan analisis, dikarenakan
berbagai aspek yang kurang mendukung dan juga tidak mendapatkan respon
positif atas surat izin riset yang peneliti ajukan. sulitnya akses masuk menuju
Production house.
G. Tinjauan Pustaka
Adapun skripsi lain yang menjadi acuan penulis yaitu skripsi berjudul
ANALISIS
SEMIOTIK
FILM
CIN(T)A
KARYA
SAMMARIA
SIMANJUNTAK yang merupakan hasil penelitian mahasiswa Komunikasi
Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nurlaelatul Fajriah.
9
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya , cet. Keempat April 2006) h.
128.
10
M. Fikri Ghazali. NIM : 206051003915 Analisis semiotik terhadap film 3
DOA 3 CINTA Penulis
menganalisisnya dengan menggunakan pendekatan
semiotik yang dikembangkan oleh pemikir Perancis, Roland Barthes. Pendekatan
semiotik ala Roland Barthes ini memberi titik tekan pada makna denotatif,
konotatif.
Walaupun dalam penelitian ini penulis berkiblat pada skripsi di atas, tetap
penelitian yang dilakukan penulis berbeda. Objek penelitian penulis adalah segala
sesuatu yg berhubungan dengan dakwah dalam film, dengan menggunakan
pendekatan analisis semiotika Roland Barthes. Film ini sengaja diambil penulis
karena belum banyak mahasiswa yang meneliti Film ini. Sehingga, penelitian
yang penulis lakukan diharapkan dapat menambah referensi penelitian film. Film
ini yang akan penulis teliti ini diangkat dari novel dengan judul yang sama.
H. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN : Dalam bab ini penulis akan memaparkan mengenai
Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masala, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kajian Teor,
Sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI : Pada bab ini penulis akan menguraikan Film yang
terdiri dari Pengertian Film, Fungsi Film, Jenis-jenis Film, Sejarah Film,
Komunikasi dalam film, Film dalam kajian analisis semiotika. Dakwah yang terdi
dari Pengertian dakwah, Metode Dakwah, Film sebagai media dakwah dan
Analisis Semiotik yang terdiri dari Definisi Analisis Semiotika, Konsep Semiotika
Rolland Barthes.
11
BAB III GAMBARAN UMUM : Dalam bab ini penulis akan memaparkan
mengenai Sinopsis Cerita Film Hafalan Shalat Delisa dan Pemain dalam film
Hafalan Shalat Delisa.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA : Dalam bab ini, penulis membahas
tentang Representasi Dakwah dalam Film Hafalan Shalat Delisa Kajian Semiotika
Rolland Barthes dan Analisis Pesan Dakwah dalam Film Hafalan Shalat Delisa.
BAB V PENUTUP : Bab terakhir ini, penulis memberikan kesimpulan dan saran
terhadap apa yang telah diangkat dan diteliti oleh penulis.
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Kata
dakwah
berasal
dari bahasa Arab
yang berati panggilan,
ajakan, atau seruan. Dalam ilmu tata Bahasa Arab, kata dakwah berbentuk
isim masdar sedangkan bentuk fi‟il-nya adalah
memanggil, mengajak, atau menyeru. Menurut
yang berarti
Awaludin Pimay, secara
etimologis kata dakwah merupakan bentuk masdar dari kata yad‟u (fi‟il
mudhari) dan da‟a (fi‟il madhi) yang artinya adalah memanggil, mengundang,
mengajak, menyeru, mendorong. Kata dakwah dirujukan pada ayat-ayat AlQur‟an yang didalamnya menggunakan kata dakwah (Sulthon, 2003: 4), yaitu:
Al-Qur‟an surat Ali imron ayat 104.
Artinya: ”Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mecegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.
13
Al-Qur‟an surat Yunus ayat 25.
Artinya: “Allah menyeru / mengajak menuju ke Negara yang selamat”. Dan
menunjuki orang orang yang dikehendakinya kepada jalan yang lurus.
Secara terminologi, pengertian dakwah tidak ditunjukkan secara
eksplisit oleh Nabi Muhammad. Oleh karena itu, umat Islam memiliki
kebebasan merujuk perilaku tertentu yang intinya adalah mengajak kepada
kebaikan dan melaksanakan ajaran Islam sebagai kegiatan dakwah. Dalam
kaitan dengan itu, maka muncullah beberapa definisi dakwah Sebagai
berikut:
Syekh
Ali
Makhfud
dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin,
mengatakan dakwah adalah “ mendorong manusia untuk berbuat kebajikan
dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan
mencegah mereka dari perbuatan
munkar agar memperoleh kebahagiaan
dunia dan akhirat” Toha Yahya Oemar, mengatakan bahwa dakwah adalah:
“Mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai
dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia
dan akhirat” Esensi dakwah adalah segala bentuk aktivitas penyampaian
ajaran Islam kepada orang lain dengan berbagai cara yang bijaksana untuk
terciptanya individu dan masyarakat yang menghayati dan mengamalkan
ajaran Islam dalam semua lapangan kehidupan.
Dari definisi dakwah tersebut, dalam penelitian ini definisi yang
digunakan adalah segala bentuk aktivitas dakwah penyampaian ajaran
14
Islam kepada
orang
lain dengan
berbagai cara yang
bijaksana untuk
terciptanya individu dan masyarakat agar menghayati dan mengamalkan
ajaran Islam dan menjauhi larangannya dalam semua lapangan kehidupan
agar memperoleh kehidupan dunia dan akhirat.
2. Dasar Hukum Dakwah
Dakwah merupakan bagian integral dari ajaran Islam yang wajib
dilaksanakan oleh setiap muslim. Kewajiban ini sudah tercermin dari
konsep amar ma‟ruf nahi munkar yakni perintah mengajak masyarakat
melakukan kebaikan sekaligus mengajak mereka untuk meninggalkan dan
menjauhkan diri dari kejahatan. Dakwah hukumnya adalah wajib dengan
dasar-dasar yang termaktub dalam firman Allah dan Hadits Nabi. Allah
berfirman dalam al- Qur‟an: Perintah berdakwah yang ditujukan kepada para
utusan Allah tercantum dalam al-Qur‟an surat Al-Maidah ayat 67:
Artinya: Hai Rasul sampaikan lah apa yang diturunkan kepadamu dari
tuhanmu. Dan jika kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu
tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan)
manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang kafir.
15
Perintah dakwah yang ditujukan kepada umat Islam secara umum
tercantum dalam Al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125:
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan berbantahlah kepada mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk.
3. Metode Dakwah
Pengertian metode dakwah sebagai mana telah diungkapkan
terdahulu adalah metode yang dilalui seorang da‟i dalam menyampaikan
dakwahnya atau metode yang dipakai dalam penerapan pendekatan
dakwah. Secara etimologis dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da‟a,
yang diartikan sebagai mengajak/menyeru.10 Setelah mendata seluruh kata
dakwah dapat didefinisikan bahwa dakwah Islam adalah sebagai kegiatan
mengajak, mendorong, dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah
untuk meniti jalan Allah dan istiqoamah dijalaNya serta berjuang bersama
meninggikan agama Allah. Oleh karena itu, secara terminologis pengertian
10
2000), h.1.
Siti muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, Cet.I, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
16
dakwah dimaknai dari aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada
kebaikan dan keselamatan dunia akhirat.
Metode dakwah adalah cara mencapai tujuan dakwah, untuk
mendapatkan gambaran tentang prinsip-prinsip metode dakwah harus
mencermati firman Allah Swt: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. (Q.S. An-Nahl 16: 125)
Dari ayat tersebut dapat difahami prinsip umum tentang metode
dakwah Islam yang menekankan ada tiga prinsip umum metode dakwah
yaitu ; Metode hikmah, metode mau’izah khasanah, meode mujadalah
billati hia ahsan, banyak penafsiran para Ulama “terhadap tiga prinsip
metode tersebut antara lain :
1. Metode hikmah menurut Syeh Mustafa Al-Maroghi dalam tafsirnya
mengatakan bahwa hikmah yaitu; Perkataan yang jelas dan tegas
disertai dengan dalil yang dapat mempertegas kebenaran, dan dapat
menghilangkan keragu-raguan.
2. Metode mau‟izah khasanah menurut Ibnu Syayyidiqi adalah memberi
ingat kepada orang lain dengan pahala dan siksa yang dapat
menaklukkan hati.
3. Metode mujadalah dengan sebaik-baiknya menurut Imam Ghazali
dalam kitabnya Ikhya Ulumuddin menegaskan agar orang-orang yang
melakukan tukar fikiran itu tidak beranggapan bahwa yang satu
sebagai lawan bagi yang lainnya, tetapi mereka harus menganggap
bahwa para peserta mujadalah atau diskusi itu sebagai kawan yang
17
saling tolong-menolong dalam mencapai kebenaran. Demikianlah
antara lain pendapat sebagaian Mufassirin tentang tiga prinsip metode
tersebut.
Imam Muslis berkata “Siapa di antara kamu melihat kemunkaran,
ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya,
jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah
selemah-lemah iman. (H.R. Muslim).
Dari arti hadist tersebut terdapat tiga tahapan metode yaitu ;
1. Metode dakwah bil-hal
Dakwah bil hal merupakan dakwah yang lebih menekankan
pada perbuatan nyata, bukan hanya sekedar “slogan” untuk
melakukan amar ma‟ruf dan nahi munkar saja. Dakwah ini akan
menjadi efektif jika komunikator (mubaligh) mampu menunjukan
perbuatannya terhadap kata-kata yang disampaikan kepada
komunikan (mad‟u).
2. Metode dakwah dengan lisan (billisan)
Dakwah bil lisan merupakan sistem dakwah yang dilakukan
melalui ceramah, khutbah dan lain sebagainya. Dakwah bil lisan
adalah proses penyampaian informasi melalui lisan, kajian yang
dilakukan merupakan ibadah praktis, konteks kajian terprogram
disampaikan dengan metode dialog. Dengan menggunakan katakata yang lemah lembut, yang dapat difahami oleh mad‟u, bukan
dengan kata-kata yang keras danmenyakitkan hati.
3. Metode dakwah dengan hati (qolm)
18
Metode dakwah dengan hati adalah dalam berdakwah hati
tetap ikhlas, dan tetap mencintai mad‟u dengan tulus, apabila suatu
saat mad‟u atau objek dakwah menolak pesan dakwah yang
disampaikan, mencemooh, mengejek bahkan mungkin memusuhi
dan membenci da‟I atau muballigh, maka hati da‟i tetap sabar,
tidak boleh membalas dengan kebencian, tetapi sebaliknya tetap
mencintai objek, dan dengan ikhlas hati da‟i hendaknya
mendo‟akan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah SWT.
Selain dari metode tersebut, metode yang lebih utama lagi adalah
bil uswatun hasanah, yaitu dengan memberi contoh prilaku yang baik
dalam segala hal. Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW banyak
ditentukan oleh akhlaq beliau yang sangat mulia yang dibuktikan dalam
realitas kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. Seorang muballigh harus
menjadi teladan yang baik dalam kehidupan sehar-hari. Dakwah
merupakan kewajiban umat Islam, lebih-lebih mereka yang telah memiliki
pengetahuan agama Islam, menurut batas kemampuan masing-masing.
Dakwah adalah upaya menyampaikan ajaran agama Islam oleh seseorang
atau kelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang agar
mereka meyakini dan memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan
benar. Jadi dalam dakwah yang menjadi tujuan adalah perubahan
keyakinan, pengetahuan dan perilaku sasaran dakwah yang sesuai dengan
ajaran Islam.
Dakwah bil-hal sebenarnya bukanlah merupakan istilah baru dalam
dunia dakwah, karena sumber peristilahan tersebut bermula dari al-Qur'an
19
maupun hadits dan juga sirah Nabi. Dari sumber-sumber tersebut
kemudian muncul penterjemahan baik dalam dataran normatif maupun
empirik. Ada beberapa pengertian tentang dakwah bil-hal. Secara harfiah
dakwah bil-hal berarti menyampaikan ajaran Islam dengan amaliah
nyata,11 dan bukan tandingan dakwah bil-lisan tetapi saling melengkapi
antara
keduanya.
Dalam
pengertian
lebih
luas
dakwah
bil-hal,
dimaksudkan sebagai keseluruhan upaya mengajak orang secara sendirisendiri maupun berkelompok untuk mengembangkan diri dan masyarakat
dalam rangka mewujudkan tatanan sosial, ekonomi dan kebutuhan yang
lebih baik menurut tuntunan Islam, yang berarti banyak menekankan pada
masalah kemasyarakatan seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan
dengan wujud amal nyata terhadap sasaran dakwah12. Sementara itu ada
juga yang menyebut dakwah bil-hal dengan istilah dakwah bil-Qudwah
yang berarti dakwah praktis dengan cara menampilkan akhlaq karimah.13
Sejalan dengan ini seperti apa yang dikatakan oleh Buya Hamka bahwa
akhlaq sebagai alat dakwah, yakni budi pekerti yang dapat dilihat orang,
bukan pada ucapan lisan yang manis serta tulisan yang memikat tetapi
dengan budi pekerti yang luhur.14
Berpijak dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa dakwah bilhal mempunyai peran dan kedudukan penting dalam dakwah bil-lisan.
Dakwah
11
bil-hal
bukan
bermaksud
mengganti
maupun
menjadi
Lihat Masdar F. Mas'udi, "Mukaddimah : Dakwah, Membela Kepentingan
Siapa?",dalam Majalah Pesantren, No. 4 Vol. IV jakarta : P3M, 1987), h.2.
12
Harun Al-Rasyid dkk, Pedoman Pemerintahan Dakwah Bil-Hal, Jakarta: Depag RI,
1989), h.10.
13
Anwar Masy'ari, Butir-butir Problematika Dakwah Islamiyah,(Surabaya: Bina llnuj,
1993), h.205.
14
Hamka, Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam, (jakarta: Pustaka Panjimas, 1981),
h.159.
20
perpanjangan dari dakwah bil-lisan, keduanya mempunyai peran penting
dalam proses penyampaian ajaran Islam, hanya saja tetap dijaga isi
dakwah yang disampaikan secara lisan itu harus seimbang dengan
perbuatan nyata da'i.15 Dalam hal ini peran da'i akan menjadi sangat
penting, sebab da'i yang menyampaikan pesan dakwah kepada jama'ah
akan disorot oleh umat sebagai panutan. Apa yang ia katakan dan ia
lakukan akan ditiru oleh jama'ahnya. Itulah sebabnya apa yang ia katakan
harus sesuai dengan apa yang ia perbuat, jika tidak maka da'i akan menjadi
cemoohan umat dan lebih dari itu ia berdosa besar dan pada gilirannya dia
akan ditinggalkan oleh jamaahnya.
Dalam ayat lain masih banyak yang memberi kontribusi
pelaksanaan dakwah bil-hal. Di samping ayat al-Qur'an dalam hadits
Rasulullah banyak yang memberikan dasar bagi dakwah bil-hal seperti
hadits di bawah ini : "Dari Anas ra. Berkata: Tidak pernah Rasulullah saw.
dimintai sesuatu melainkan pasti ia membeilikannya. Sungguh telah
datang seorang peminta kepadanya, maka diberinya kambing yang berada
di antara dua bukit, maka ia kembali kepada kaumnya dan mengajak
mereka "Hai kaumku, segeralah kamu masuk Islam, karena Muhammad
memberi kepada seseorang yang sama sekali tidak k hawatir
habis
atau
menjadi miskin". Sesungguhnya dahulu orang masuk Islam karena ingin
15
Soetjipto Wirosardjono, "Dakwah: Potensi dalam Kesenjangan" dalam Majalah
Pesantren, No. 4 Vol. IV (Jakarta: P3M, 1987), h.5.
21
dunia tetapi tidak lama kemudian tumbuh kecintaannya Islam melebihi
semua kekayaan dunia.16
Dalam hadist ini terdapat dorongan yang kuat agar kaum muslimin
membela (rnembantu) saudara-saudaranya yang lemah, dengan cara
mengetuk pintu hati setiap orang yang memiliki perasaan dan berkeinginan
baik.17 Menurut Jamaludin Al-Qasimi,18 kalimat membantu yang lemah
adalah membantu membebaskan orang muslim yang lemah dan sedang
menghadapi masalah kesulitan serta menjaganya dari ancaman musuh.
Masalah yang dihadapi berhubungan dengan kesusahan hidup baik bersifat
materi maupun non materi. Pernyataan ini diperkuat dengan pemyataan
Rasulullah dalam sebuah hadits: "Orang Islam itu bersaudara, maka
janganlah
seorang
Islam
menganiaya
saudaranya
dan
jangan
membiarkannya tersiksa. Barang siapa memenuhi hajat saudaranya, maka
Allah akan memenuhi hajatnya. Barang siapa yang membantu mengatasi
kesulitan orang lain maka Allah akan melepaskan kesulitan-kesulitan di
hari kiamat dan siapa menutu pintu seorang muslim niscaya Allah
menutupinya dihari kiamat. Dalam hadits ini jelas sekali bahwa
membiarkan sesama muslim teraniaya adalah berdosa dan membantu
mereka keluar dari persoalan adalah ibadah yang bernilai dakwah,
Termasuk membantu saudara kita dalam mengatasi kesulitan juga
mempunyai nilai ibadah yang berkonotasi dakwah. Dalam surat al-Isra'
ayat 84 Allah berfirman : “Katakanlah Tiap-tiap orang berbuat menurut
16
Husen Madhal, Hadits II, (Yogyakarta: Fakullas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga,
1995),h. 216.
17
Al-Qur'an dan Tafsirnya, (yogyakarta: Univereitas Islam Indonesia, 1991), h.229.
18
Muhammad Jamaludin Al Qosimi, Tafsir Al-Qosimi, tkt: Dar al-Ihya' Kutub alArabiyah, 1957).h.15.
22
keadaannya masing-masing maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang
lebih benar jalannya”.
Pesan moral yang terkandung dalam film ini juga tergolong ke
dakwah bil-hal dikarenakan dalam dakwah bil-hal juga terdapat nilai-nilai
positif. Istilah pesan dalam bahasa Inggris message berasal dari kata latin
yaitu message yang bersumber dari kata yang berarti perintah, nasehat,
permintaan, kata-kata, lambang, ide, amanat yang harus disampaikan atau
dilakukan kepada orang lain.19 Akan tetapi, pengertian pesan yang
dipaparkan di atas bersifat mendasar, dalam arti kata bahwa pesan itu
adalah suatu kata-kata itu menyediakan suatu alat pengantar yang dapat
menyampaikan ide-ide dan informasi, tapi juga persuasif yaitu pesanpesan berjalan dengan struktur yang melalui komunikator dan diterima
oleh komunikan agar orang lain bersedia menerima suatu paham dan
keyakinan melakukan suatu perbuatan atau kegiatan dan lain-lain.20
Dalam komunikasi, pesan menjadi salah satu unsur penentu
efektifitas suatu tindakan komunikasi. Pesan menjadi unsur utama selain
komunikator dan komunikan, terjadi komunikasi antar manusia. Tanpa
adanya komunikasi pesan, maka tidak pernah terjadi komunikasi yang
jelas antar manusia.21
19
Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1997), cet. Ke-9, h. 76.
20
James G. Robinson, Komunikasi yang Efektis, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya,
1986), cet.ke-3 h. 35.
21
M. Jamaluddin Piktoringa, Tipologi Pesan Persuasif, (PT. Indeks: Jakarta, 2005),
cet.ke-1, h. 1.
23
Menurut beberapa ahli, pesan mempunyai macam-macam arti.
Pesan dapat diartikan sebagai lambang, ide, kata, atau isi pernyataan.
Menurut Hoeta Soehoet, pesan adalah isi pernyataan yaitu hasil
penggunaan akal budi yang disampaikan manusia kepada manusia lain.
Artinya berfungsi untuk mewujudkan isi pernyataan dari bentuknya yang
abstrak menjadi konkret. Dari berbagai definisi yang telah disebutkan,
meskipun terdapat perbedaan dalam perumusan dapat disimpulkan bahwa
pesan merupakan suatu isi pernyataan yang mendatangkan makna dan
respon tertentu. Sebenarnya suatu pesan tidak hanya sebatas menstimulasi
emosi khalayak. Pesan dapat pula dikatakan persuasif manakala
menyentuh rasio khalayak. Bahkan pesan yang disampaikan tidak hanya
menyentuh ratio khalayak tapi juga dapat mengajak khalayak untuk
menjadi sesuatu yang lebih baik.
Dengan demikian pesan akan dapat menghasilkan respon tertentu
seandainya dirancang dengan baik. Untuk itu pesan hendaknya
mengoptimalkan lambang komunikasi yang tersedia (verbal, non-verbal
dan paralinguistik) yang disesuaikan dengan topik yang dikomunikasikan.
Saluran komunikasi yang digunakan dan khalayak yang dituju. Selain itu,
pesan yang dirancang biasanya merupakan refleksi dari prilaku khalayak
yang dituju, sehingga diharapkan merupakan hasil pengkondisian dari
sumber. Dalam penelitian ini, pesan yang ingin disampaikan pada khalyak
adalah pesan yang mengandung nilai-nilai moral. Pesan moral merupakan
suatu materi atau gagasan mengenai ajaran tentang baik buruknya
24
perbuatan dan kelakuan yang ingin disampaikan oleh pembuat film kepada
penontonnya.
Sebagaimana tema, pesan moral hanya dapat ditangkap melalui
penafsiran cerita. Hal ini sekaligus merupakan petunjuk praktis mengenai
berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap,
tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Sutradara atau pembuat film ini
menyampaikan semua hal tersebut di atas melalui penampilan tokoh-tokoh
cerita.
Sebenarnya yang dimaksud dengan moral menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia adalah penentuan baik-buruk terhadap perbuatan dan
kelakuan.22 Dan menurut istilah moral adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat,
atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau
buruk.23
Moralitas akan muncul dengan sendirinya manakala seseorang
mulai berpikir tentang apa yang harus dilakukan dan tidak harus tidak
dilakukan. Seseorang akan bertindak dengan alasan-alasan tertentu dan
tidak dikendalikan oleh sebab-sebab yang lain. Tindakan moral harus
rasional, alasannya pun harus operatif. Jadi, tidak sekedar rasional semata.
Pada intinya, setiap orang harus mampu bertindak sebagai makhluk yang
22
W.J, S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Rajawali Press, 1980),
cet.II, h. 654
23
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), cet.V, h. 93.
25
bermoral.24 Menurut pandangan Rest, moralitas mencakup makna yang
begitu luas, antara lain:
a. tingkah laku membantu orang lain
b. tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma sosial
c. timbulnya empati atau rasa salah, atau bahkan keduanya
d. penalaran tentang keadilan
e. memperhatikan kepentingan orang lain.
4. Film sebagai media dakwah
Pada masa kehidupan Nabi Muhammad saw, media yang paling
banyak digunakan adalah media audiatif; yakni menyampaikan dakwah
dengan lisan. Namun tidak boleh dilupakan bahwa sikap dan perilaku Nabi
juga merupakan media dakwah secara visual yaitu dapat dilihat dan ditiru
oleh objek dakwah. Sejarah dakwah kemudian mencatat bukan hanya
perkembangan materi dan objek dakwah, melainkan juga mencari mediamedia dakwah yang efektif. Ada berupa media visual, audiatif,
audiovisual, buku, radio, televisi, drama dan sebagainya.25 Termasuk juga
internet dan film.
Film hadir dalam bentuk penglihatan dan pendengaran. Melalui
pendengaran dan penglihatan inilah, film memberikan pengalamanpengalaman baru kepada para penonton. Pengalaman itu menyampaikan
24
Cheppy Haricahyono, Dimensi Pendidikan Moral, (Semarang: IKIP Semarang Pres,
1995), h.67.
25
Wafyah dan Awaludin Pimay, Sejarah Dakwah, Cet.I, (Semarang: RaSAIL, 2005),
h.13.
26
berbagai nuansa perasaan dan pemikiran kepada penonton. Selanjutnya,
film sebagai media komunikasi dapat berfungsi pula sebagai media
dakwah, yaitu media untuk mengajak kepada kebenaran dan kembali
menginjakkan kaki di jalan Allah. Film juga tidak terkesan menggurui.
Film mempunyai kelebihan bermain pada sisi emosional, ia mempunyai
pengaruh yang lebih tajam untuk memainkan emosi pemirsa. Berbeda
dengan buku yang memerlukan daya fikir aktif, penonton film cukup
bersikap pasif. Hal ini dikarenakan film adalah sajian siap untuk dinikmati.
film akan menjadi semakin penting sebagai media yang dapat
menyampaikan gambaran mengenai budaya muslim, paling tidak untuk
menghindari benturan dengan budaya dan peradaban lain. Dan film dapat
dijadikan sebagai duta.26
Film itu seperti diketahui merupakan salah satu acara yang
ditayangkan televisi. Terdapat beberapa pesan moral yang dapat diangkat
atau diambil maknanya dari tayangan-tayangan film yang disesuaikan
dengan alur atau jalan cerita dari isi film tersebut. Sebab film memberikan
peluang untuk terjadinya peniruan apakah itu positif ataupun negatif.
Dikarenakan dampak yang ditimbulkan lewat acara-acara film begitu besar
maka sungguh pas dan tepat jika proses dakwah pun dilakukan melalui
film-film yang bertemakan dakwah. Salah satu film yang memberikan
pesan dakwah adalah Kiamat Sudah Dekat. Salah satu fungsi film yang
ditayangkan oleh televisi yaitu sebagai alat komunikasi. Sebab komunikasi
adalah salah satu faktor yang penting bagi perkembangan hidup manusia
26
h. 96.
Aep Kusnawan, Komunikasi & Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004),
27
sebagai makhluk sosial. Tanpa mengadakan komunikasi individu tidak
mungkin dapat berkembang dengan normal dalam lingkungan sosialnya.
Oleh karena tak ada manusia individu yang berkembang tanpa komunikasi
dengan manusia individu yang lainnya. Sejak manusia dilahirkan, oleh
tuhan diberinya kemampuan-kemampuan dasar untuk berkomunikasi
denngan orang lain atau dengan situasi lingkungan dengan menggunakan
berbagai macam media yang salah satunya melalui acara-acara yang
ditayangkan oleh televisi.
Dengan melihat permasalahan di atas maka bisa dikatakan bahwa
komunikasi dakwah lewat film bisa mempengaruhi kondisi psikologis
pemirsa yang menyaksikannya sehingga dapat menerima ajaran-ajaran
Islam. Hal ini sesuai dengan sasaran dakwah yang menjadi tujuan dakwah
yaitu :" Amar ma'ruf nahi Munkar".27
Media komunikasi visual merupakan alat komunikasi yang dapat
digunakan dengan menggunakan indra penglihatan dalam menangkap
datanya.28 Jadi matalah yang paling berperan dalam pengembangan
dakwah. Media komunikasi yang berwujud alat yang menggunakan
penglihatan sebaai pokok persoalannya terdiri dari jenis alat komunikasi
yang sangat komplit.
Media film slide berupa rekaman gambar pada film positif yang
telah diprogram sedemikian rupa sehingga hasilnya sesuai dengan apa
yang
27
telah
diprogramkan.
Drs.Slamet
Muhiamin
Abda
dalam
http://elmubarok.blogspot.com/2009/12/peran-film-sebagaimediadakwah. diakses
tanggal 20 Desember 2013.
28
Moh.Ali.Aziz.M.Ag.Ilmu Dakwah, (Jakarta. 2004).H. 149.
28
bukunya Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah,mengatakan pengoprasian
film slide melalui proyektor film slide yang kemudian gambarnya
diprokyesikan pada screen (layar).29 Adapun kelebihah film slide antara
lain,mampu memberikan gambaran yang cukup jelas cepat kepada
audiensi tentang informasi yang disampaikan oleh seorang juru
dakwah,dan film slid dapat dipakai berulang-ulang sesuai dengan yang di
inginkan.
Film adalah salah satu media audiovisual yang merupakan salah
satu perangkat komunikasi yang dapat ditangkap baik melaui indra
pendengar, maupun penglihatan. Film sangat memikat komunikannya
karena operasionalisasi dari film itu didahului oleh adanya periapan yang
sanggat cukup matang, seperti adanya: naskah cerita, scenario,
shooting dan acting dari pemeran utama dan yang lainnya. Dakwah
melalui film memang akan lebih efektif dibandingkan dengan media
lainnya. Sebab penyajiannya dapat diatur dalam berbagai bentuk dan
variasi sehingga kesannya tidak seperti menggurui. Pengaruh dakwah
melalui film dapat dilihat sejauhmana film memberikan kesan terhadap
menonton. Selain itu, terpulang kepada penonton sejauhmana penonton
mengambil dan menaplikasikan apa yang mereka tonton.
29
Drs.Samsul Munir Amin,M.A,Ilmu Dakwah. (jakarta.2009), h. 116.
29
B. Tinjauan Umum Tentang Konstruksi
1.
Konstruksi
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat
pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan
hidup yang berbudaya modern Konstruktivisme merupakan landasan
berfikir, pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun
oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi
makna melalui pengalaman nyata.
Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat
belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan
pengalaman-pengalaman sendiri. Sedangkan teori Konstruktivisme adalah
sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin
belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan
keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang lain.
Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini
memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan
guna mengembangkan dirinya sendiri.30
30
http://surianto200477.wordpress.com/2009/09/17/teori-pembelajarankonstruktivi
sme/Diakses 10 Mei 2014.
30
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang
bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang
dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang
baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan
himpunan
dan
pembinaan
pengalaman
demi
pengalaman.
Ini
menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih
dinamis.
Perspektif konstruktivisme berakar dari filsafat tertentu tentang
manusia dan pengetahuan. Makna pengetahuan, sifat-sifat pengetahuan,
dan bagaimana seseorang menjadi „tahu‟ dan berpengetahuan, menjadi
perhatian penting bagi aliran konstruktivisme. Pada dasarnya perspektif ini
mempunyai asumsi bahwa pengetahuan lebih bersifat kontekstual daripada
absolute, yang memungkinkan adanya penafsiran jamak (multiple
perspective) bukan hanya satu perspektif saja. Hal ini berarti, bahwa
pengetahuan dibentuk menjadi pemahaman individual melalui interaksi
dengan lingkungan dan orang lain.31
Perspektif konstruktivisme ini sering kali diperbandingkan dengan
perspektif tradisional objektivis, yang beranggapan bahwa pengetahuan
merupakan suatu objek di luar manusia, yang mempunyai sifat objektif
dengan struktur tertentu yang jelas. Sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya, pemahaman orang tentang konstruktivisme beragam, karena
konstruktivisme memang mempunyai beberapa perwujudan tergantung
31
Pranata.2008.Belajar Kontruktivisme. http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/. Diaks
es pada tanggal 06 Mei 2014.
31
dari sisi mana dilihatnya. Sehingga untuk memahami perspektif
konstruktivisme dengan utuh maka perlu untuk membahas dua sisi bentuk
konstruktivisme yaitu konstruktivisme individual dan konstruktivisme
sosial.32
2. Komunikasi dalam film
Sebelum lebih dalam berfokus pada film doku-drama, perlu
dituliskan mengenai peranan film sebagai salah satu media komunikasi
massa di Indonesia. Peranan film sebagai media komunikasi massa sudah
muncul sejak berdirinya Indonesia. Namun pasca Dekrit Presiden Juli
1959, komunikasi massa mengalami massa peralihan. Peralihan yaitu
antara komunikasi massa liberalis yang ingin ditinggalkan, menuju pada
komunikasi massa sosialis yang merupakan harapan selanjutnya.
Keberadaan komunikasi massa, termasuk film, pada akhirnya terombang –
ambing. Akan tetapi, keberadaan film sebagai komunikasi massa pun
dipertegas dalam Ketetapan MPRS/ No. II/ MPRS/ 1960, yang dituliskan
bahwa film bukanlah semata – mata barang dagangan, tapi juga
merupakan alat pendidikan dan penerangan (dalam Lee, 1965: 149). Tentu
film yang diharapkan dalam MPRS ini adalah film sebagai media untuk
membentuk masyarakat Indonesia yang sosialis, seperti yang menjadi
orientasi negara.
Harapan Ketetapan MPRS agar film menjadi penggerak massa
yang mendukung pembangunan, nampaknya tidak terkabul. Masih banyak
32
Surianto.2009. TeoriPembelajaranKonstruktivisme.http://surianto200477.wordpress.c
om/2009/09/17/teori-pembelajaran-konstruktivisme/.Diakses 06 Mei 2014.
32
film Indonesia pada masa itu yang komersil, yang merupakan sisa – sisa
faham kapitalis – liberalis. Demi mendapat keuntungan semata, kualitas
film pun rendah, tak diperhatikan oleh sang pembuat. Hakikat film sebagai
media komunikasi massa (alat penerangan dan alat pendidikan) menjadi
„kabur‟.
Permasalahan
ini
kemudian
diatasi
pemerintah
dengan
mengeluarkan Penetapan Presiden No. 1 tahun 1965, tentang “Pembinaan
Perfilman”. Penetapan Presiden ini mengatur tentang film, agar film
menjadi pendukung dan penyebar ideologi – ideologi negara.33 Peraturan
ini secara implisit menetapkan film agar menjadi media kampanye negara.
Tentu saja ini karena efektifnya film untuk menjangkau khalayak luas di
Indonesia.
Undang – Undang yang mengatur perfilman Indonesia saat ini pun
masih menghendaki bahwa film sebagai media komunikasi massa, yaitu
Undang – Undang RI No. 8 tahun 1992 tentang Perfilman (yang
merupakan produk Orde Baru dan masih menjadi pro kontra atas
relevansinya untuk masa reformasi ini). Dalam pasal 5, dituliskan bahwa:
“Film sebagai media komunikasi massa pandang – dengar mempunyai
fungsi penerangan, pendidikan, pengembangan budaya bangsa, hiburan,
dan ekonomi”. Dalam Undang – Undang ini jelas bahwa pemerintah
menginginkan film yang tidak hanya komersil, tetapi juga media
pendidikan dan media untuk mengembangkan kebudayaan bangsa
Indonesia.
33
Oey Hong Lee, “Publisistik Film”, Ichtiar,(Jakarta,1965), hal. 153.
33
Keberadaan film sebagai media komunikasi massa, seperti yang
diharapkan oleh pemimpin terdahulu, kurang mendapat perhatian dari
pembuat – pembuat film saat ini. Film Indonesia saat ini masih seragam,
mengikuti arus yang diinginkan oleh pasar. Di dalam film tersebut, jarang
ditemukan unsur edukasi atau ajaran nilai – nilai sosial. Tahun 2007,
Indonesia penuh dengan film horor yan bisa dibilang horor tanggung.
Horor
kemudian
diikuti
dengan
komedi–seks.
Dennis
McQuail
berpendapat bahwa film memiliki kemampuan untuk mengantar pesan
secara unik.34 Kemampuan film inilah yang diabaikan oleh pembuat film
Indonesia kebanyakan, yang hanya mengikuti arus. Pesan – pesan yang
harusnya bisa disampaikan melalui film yang mengandung nilai estetika,
tidak dimunculkan oleh para pembuat film.
Keberadaan film sebagai media massa yang dapat mempengaruhi
pola pikir dan tingkah laku khalayak, didukung oleh beberapa teori. Teori
tersebut antara lain adalah agenda setting theory oleh Maxwell McCombs
dan Donald L. Shaw, serta teori tentang psikologi yaitu social learning
theory oleh Albert Bandura. Kedua teori ini menjelaskan tentang
hubungan linier antara film dengan khalayaknya.
Dalam hal ini, film mempunyai kemampuan untuk mengarahkan
dan menuntun perhatian masyarakat pada peristiwa tertentu. Dengan
agenda-agendanya ini, film berpotensi untuk memasukkan unsur
pendidikan,
nilai
sosial,
pengetahuan
sejarah,
dan
pengetahuan
kebudayaan di dalamnya. Dengan pemasukan unsur – unsur tersebut, dapat
34
Hidayat, Dedy Nur. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: (PT. Raja Grafindo
Persada. 2007) h.16.
34
membentuk pemikiran masyarakat yang kritis dan berwawasan. Laiknya
film menggunakan kelebihannya ini karena sosialisasi tentang nilai – nilai
sosial dalam kehidupan masyarakat tidak hanya tanggung jawab keluarga
dan lingkungan sekitar, tapi juga tanggung jawab dari film yang memiliki
agenda dalam penceritaannya, dan audiencedapat berpotensi untuk
mengikuti agenda media tersebut.
Pengadopsian khalayak akan agenda dalam media massa juga
terdukung dengan teori pembelajaran sosial oleh Albert Bandura. Teori
pembelajaran sosial menerangkan bahwa seseorang belajar dari peniruan
dari hasil pengamatannya. Dalam hal ini, khalayak mengkonsumsi film,
yang kemudian secara tidak langsung terjadi suatu pengamatan. Contoh
dari teori ini adalah percobaan oleh Bandura dan Walters yang
mengindikasikan bahwa ternyata anak-anak bisa mempunyai perilaku
agresif hanya dengan mengamati perilaku agresif sesosok model, misalnya
melalui film atau bahkan film kartun.
10. Film dalam kajian analisis semiotika
Film dalam kajian nalisis semiotik
Film merupakan bidang yang amat relevan bagi analisis semiotik.
Seperti yang dikemukakan Art Van Zoest, film dibangun dengan tanda –
tanda semata. Tanda – tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang
bekerjasama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Berbeda
dengan tanda – tanda fotografi statis, rangkaian tanda dalam film
menciptakan imajinasi atau sistem penandaan. Pada film digunakan tanda
– tanda ikonis yaitu tanda – tanda yang menggambarkan seseuatu. Gambar
35
yang dinamis pada sebuah film merupakan ikonis bagi realitas yang
dinotasikannya.35
Analisis semiotik pada film berlangsung pada teks yang merupakan
struktur dari produksi tanda. Bagian struktur penandaan dalam film
biasanya terdapat dalam unsur tanda paling kecil, dalam film disebut
scene. Scene dalam film merupakan satuan terkecil dari struktur cerita film
atau biasa disebut alur. Alur sendiri merupakan sejumlah motif satuan –
satuan fiksional terkecil yang terstruktur sedemikian rupa sehingga mampu
mengembangkan tema serta melibatkan emosi – emosi. Sebuah alur
biasanya
mempunyai
fungsi
estetik
pula,
yakni
menuntun
dan
mengarahkan perhatian penonton ke dalam susunan motif-motif tersebut.
Analisis semiotik berupaya menemukan makna tanda termasuk halhal yang tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena
sistem
tanda
sifatnya
sangat
kontekstual
dan
bergantung
pada
pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil
pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna tanda tersebut
berada.36
Di dalam teori semiotika, proses pemaknaan gagasan, pengetahuan
atau pesan secara fisik disebut representasi. Secara lebih tepat ini
didefinisikan sebagai penggunaan tanda – tanda untuk menampilkan ulang
sesuatu yang dicerap, diindra, dibayangkan atau dirasakan dalam bentuk
h. 263.
h.3.
35
Miftah, Rachmat, Teknik praktis riset komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya),
36
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010),
36
fisik.37 Cerita pada film tidak saja berupa refleksi dari realitas kehidupan
masyarakat yang dipindahkan ke dalam seluloid semata, film juga menjadi
media representasi dari kehidupan masyarakat. Dalam hal ini film
menghadirkan dan membentuk kembali realitas berdasarkan kode – kode,
konvensi – konvensi dan ideologi dari kebudayaan. Menurut Stuart Hall,
seperti dikutip Budi Irawanto, film sebagai sebuah konsep representasi
memiliki beberapa definisi fungsi, yaitu menunjuk, baik pada proses
maupun produksi pemaknaan suatu tanda. Representasi juga menjadi
penghubung makna dan bahasa dengan kultur. Lebih jauh lagi, makna
dikonstruksi oleh sistem representasi dan diproduksi melalui sistem bahasa
yang fenomenanya bukan hanya melalui ungkapan–ungkapan verbal tapi
juga visual.
2.3. Analisis Semiotika
1. Konsep Semiotika
Semiotika atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk
pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa
sedangkan semiotika lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang
berasal dari kata Yunani semeitika yang berarti “tanda” atau “sign” dalam
bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti:
bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya.38
37
128.
38
Alex Sobur, Simiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-2, h.
Heru Effendy, Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser, (Jakarta: Pustaka
Konfiden, 2008), cet, ke-6, h. 149.
37
Secara sederhana semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda.
Semiotika mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensikonsensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut berarti.39 Dalam
pengertian yang hampir sama semiotika adalah studi tentang bagaimana
bentuk-bentuk simbolik diinterprestasikan. Kajian ilmiah mengenai
pembentukan makna.40 Secara substansial, semiotika adalah kajian yang
concern dengan dunia simbol. Alasannya, seluruh isi media massa pada
dasarnya adalah bahasa (verbal), sementara itu bahasa merupakan dunia
simbolik.41
Semiotika seperti yang kita kenal dapat dikatakan baru karena
berkembang sejak awal abad ke-20. Memang pada abad ke-18 dan ke-19
banyak ahli teks (khususnya Jerman) berusaha mengurai pelbagai masalah
yang berkaitan dengan tanda, namun mereka tidak menggunakan
pengertian semiotik.42
Semiotika (semiotics) didefinisikan oleh Ferdiand de Saussure di
dalam course in general linguistic, sebagai ilmu yang mengkaji tentang
tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial.43 Sedangkan semiotika tidak
39
www.wikipedia.com, arti diakses pada 22 Oktober 2013.
James Lull, Media Komunikasi, Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global, (Terj). A.
Setiawan Abadi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997), cet. Kel-1, h. 232.
41
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet-ke-4, h. 140.
42
Tommy Christomy, Semiotika Budaya, (Depok: UI, 2004), cet. Ke-1, h. 81
43
Yasraf Amir Piliang, Hipesemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna,
(Yogyakarta: Jalasutra, 2003), h. 256.
40
38
hanya meneliti mengenai signifier dan signified, tetapi juga hubungan
yang mengikat mereka, tanda yang berhubungan secara keseluruhan.44
Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de
Saussure (1857-1913) dan Charles Sanders Peirce (1839-1914). Kedua
tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak
mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat.
Latar belakang keilmuan Saussure adalah lingustik sedangkan Peirce
adalah filsafat. Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi
(semiology).45 Ada dua gagasan besar tentang tanda yang umumnya
dijadikan dasar bagi penelitian semiotika, yakni gagasan tentang tanda
menurut Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce Filsuf
sekaligus ahli logika. Beberapa konsep dasar dari pemikiran Saussure dan
juga pengikutnya, termasuk Barthes, yaitu :
a). A signifier (significant) forma atau citra tanda tersebut, misalnya:
tulisan di kertas, atau suara di udara. Atau dengan kata lain, wujud fisik
dari tanda.
b). The signified (signifie) konsep yang direpresentasikan atau konsep
mental.46
Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda (sign).
Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan
44
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, h. 123.
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual: Metode Analisis Tanda dan Makna
Pada karya Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta : Jalasutra, 2008), ke-2, h. 11
46
M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:
Gitanyali, 2004), cet, ke-1, h.45.
45
39
sebuah ide atau petanda (signified). Penanda adalah “bunyi yang
bermakna” atau “coretan bermakna.47 Sementara itu. Charles Sanders
Peirce, manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda.48 Peirce
dikenal dengan teori segitiga makna-nya (triangle meaning). Berdasarkan
teori tersebut, semiotika berangkat dari tiga elemen utama yang terdiri
dari: tanda (sign), acuan tanda objek, pengguna tanda (interpertant).
Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek
adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda
yang ada dibenak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
Apabila elemen-elemen tersebut berinteraksi dalam bentuk seseorang,
maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda
tersebut.49
2. Konsep Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga menengah Protestan
di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat panyai Atlantik
di sebelah barat daya Prancis. Dia dikenal sebagai salah seorang pemikir
strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi
Saussurean.50 Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat
dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik
pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna
yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes
47
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 64.
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, h. 16.
49
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Sesuatu Pengantar, h. 115
50
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 63.
48
40
meneruskan pemikiran tersebut yang dikenal dengan istilah “order of
signification”.51
Two orders of singnification (signifikasi dua tahap atau dua tatanan
pertandaan) Barthes terdiri dari first order of signification yaitu denotasi,
dan second orders of signification yaitu konotasi. Tatanan yang pertama
mencakup penanda dan petanda yang berbentuk tanda. Tanda inilah yang
disebut makna denotasi.52
Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan
antra tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna yang
eksplisit, langsung , dan pasti. Sedangkan konotasi adalah tingkat
pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda yang
di dalamnya beroperasi makna yang bersifat implisit dan tersembunyi.53
Tabel 1. Peta tanda Roland Barthes :
1. Signifier (Penanda)
2. Signified (Petanda)
3. Denotative sign (tanda denotatif)
4. CONNOTATIVE SIGNIFIER
5. CONNOTATIVE SIGNIFIED
(PENANDA KONOTATIF)
(PETANDA KONOTATIF)
6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)
51
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 268
M. Atonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, Teori dan Aplikasi, h. 56
53
Tommy, Semiotika Budaya, h. 94.
52
41
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri
atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda
denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut
merupakan unsur material: hanya jika kita mengenal tanda “singa” barulah
konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi
mungkin.54 Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar
memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda
denotatif
yang
melandasi
keberadaannya.
Sesungguhnya,
inilah
sumbangan Barthes yang berarti bagi penyempurnaan semilogi Saussure,
yang berhenti pada penandanaan dan tatanan denotatif. Konotasi dan
denotasi sering dijelaskan dalam isitlah tingkat representasi. Secara
ringkas, denotasi dan konotasi dapat dijelaskan sebagai berikut.55
a. Denotasi adalah interaksi antara singnifier dan signified dalam sign, dan
antara sign dengan referent (object) dalam realitas eksternal.
b. Konotasi adalah interaksi yang muncul ketika sign bertemu dengan
perasaan atau emosi pembaca atau pengguna dan nilai-nilai budaya
mereka. Makna menjadi subjektif atau intersubjektif. Tanda lebih terbuka
dalam penafsirannya pada konotasi daripada denotasi.
Secara sederhana, denotasi dijelaskan sebagai kata yang tidak
mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan. Maknanya disebut
makna denotatif. Makna denotatif memiliki beberapa istilah lain seperti
makna denotasional, makna referensial, makna konseptual, atau makna
54
55
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 69.
M. Antonius, Metode Penelitian Komunikasi; Teori dan Aplikasi, h. 57.
42
ideasional. Sedangkan konotasi adalah kata yang mengandung arti
tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu di samping makna
dasar yang umum. Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna
konotasional, makna emosif, atau makna evaluatif.56 Denotasi dan
konotasi tidak bisa dilihat secara terpisah atau berdiri sendiri. Sebuah
tanda yang kita lihat pasti suatu denotasi.makna denotasi adalah apa yang
kelihatan pada gambar, dengan kata lain gambar dengan sendirinya
memunculka denotasi. Denotasi dengan sendirinya akan menjadi konotasi
dan untuk selanjutnya konotasi justru menjadi denotasi ketika konotasi
tersebut sudah umum digunakan dan dipahami bersama sebagai makna
yang kaku.
Dalam gambar tersebut, tanda panah dari signified mengarah pada
mitos. Ini berarti mitos muncul pada tataran konsep mental suatu tanda.
Mitos bisa dikatakan sebagai ideologi dominan pada waktu tertentu.
Denotasi dan konotasi memiliki potensi untuk menjadi ideologi yang bisa
dikategorikan sebagai third order of signification (istilah ini bukan dari
Barthes), Barthes menyebut konsep ini sebagai myth (mitos).57
Mitos dalam pengalaman Barthes adalah pengkodean makna dan
nilai-nilai sosial (yang sebetulnya arbiter atau konotatif) sebagai sesuatu
yang dianggap alamiah.58 Mitos adalah yang berhubungan dengan
kepercayaan primitif tentang kehidupan alam gaib, yang timbul dari usaha
56
AS Haris Sumandiria, Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis,
(Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2006), cet, ke-1, h. 27-28 18.
57
M. Antonius, Metode Penelitian Komunikasi; Teori dan Aplikasi, h. 58-60.
58
Tommy Christomy, Semiotika Budaya, (Depok: UI, 2004), cet. Ke-1, h. 94.
43
manusia yang tidak ilmiah dan tidak berdasarkan pada pengalaman yang
nyata untuk menjelaskan dunia atau alam sekitarnya.59
Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami
beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk
kelas social yang sudah mempunyai suatu dominasi. Mitos primitif,
Mislanya, mengenai hidup dan mati, manusiaa dan dewa, dan sebagainya.
Seedangkan mitos masa kini mislanya mengenai feminitas, maskulinitas
ilmu pengetahuan, dan kekerasan.60
Menurut Urban, mitos adalah cara utama yang unik untuk
memahami realitas. Atau seperti kata Midnowski, mitos adalah suatu
pernyataan purba tentang realitas yang lebih relevan.61 Mitos dalam
pandangan Lappe & Collins dimengerti sebagai sesuatu yang oleh umum
dianggap benar, tetapi sebenarnya bertentang dengan fakta. Apa yang
disebut Lappe & Collins sebagai mitos itu adalah jenis ”mitos modern‟.
Sedangkan menurut Barhers, mitos adalah sebuah kisah (a story) yan
melaluinya sebuah budaya mejelaskan dan memahami beberapa aspek dari
realitas. Mitos membantu kita untuk memaknai pengalaman-pengalaman
kita dalam satu konteks budaya tertentu.
Feranand Comte membagi mitos menjadi dua macam: mitos
tradisional dan mitos mdoern. Mitos modern itu dibentuk oleh dan
mengenal mengenal gejela-gejala politik, olahraga, sinema, televisi dan
59
Pius A Partanto & M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arloka,
1994).h. 13.
60
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 128.
61
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 222.
44
pers. Mitos (mythes) adalah suatu jenis tuturan (a type of speech), sesutau
yang hampir mirip dengan representasi koleksi di dalam sosiologi
Durkheim. Mitos adalah sistem komunikasi, sebab ia membawakan pesan.
Maka dari itu mitos bukanlah objek. Mitos bukan pula konsep ataupun
gagasan, melainkan suatu cara signifikasi, suatu bentuk.
45
BAB III
GAMBARAN UMUM
1. Sinopsis Cerita Film Hafalan Shalat Delisa
Film Hafalan Shalat Delisa adalah film yang di sutradarai oleh Sony
Gaokasak. Film ini berlatar belakang pada bencana alam yaitu Tsunami di
Aceh pada 26 Desember 2004. Bencana alam yang telah merenggut harta, jiwa
dan kebahagiaan masyarakat aceh pada saat itu. Dalam film ini menceritakan
seorang gadis kecil bernama Delisa (6 tahun) yang tinggal bersama Ibunya
yang ia panggil Ummi serta ketiga kakaknya, Fatimah (15 tahun) dan si
kembar Aisyah dan Zahra (12 tahun). Ayah mereka bernama Abi Usman.
Ayahnya bekerja di kapal tanker dan pulang setiap tiga bulan sekali. Delisa
adalah gadis kecil dari Lhok Nga yang masih lugu, polos, dan ceria, namun
mempunyai pemikiran yang cukup kritis karena suka bertanya pada Ustadznya
kala sedang belajar di sekolah.
Film ini, Delisa berusaha keras menghafal bacaan shalat, bukan hanya
untuk ujian hafalan, tapi juga karena iming-iming hadiah kalung emas dengan
bandul huruf “D” dari Umminya. Disebuah desa kecil Lhok Nga di dekat
pinggiran pantai Aceh, Delisa menghabiskan masa kecilnya bersama ummi
dan ketiga kakanya serta bermain dengan teman-temannya. Namun pada pagi
hari yang mana Delisa akan melaksanakan praktek shalat di sekolahannya,
Delisa menarik Umminya untuk mengambil kalung yang sudah didambakan
Delisa dan ingin cepat memakai kalung tersebut. Namun gempa datang dan
mengguncang rumah Delisa, waktu itu Delisa dan Umminya masih di dalam
46
rumah dan tidak lama kemudian keluar untuk menyelamatkan diri. Tidak
lama kemudian gempa berhenti, Ummi mengantar Delisa pergi ke sekolah
untuk melaksanakan praktek shalat, namun Aisyah dan
Zahra merasa
ketakutan karena tidak ingin ditinggal Umminya. Fatimah sebagai kakak
paling besar menjaga Aisyah dan Zahra di rumah.
Sesampai di sekolah Delisa khusyuk melaksanakan praktek shalat
sampai bencana Tsunami datang pun Delisa tidak mengetahui dan tidak
mendengar teriakan Umminya. Semua yang ada di sekitar terhempas oleh air
laut. Umminya hilang entah kemana. Berapa hari kemudian kakak kembarnya
ditemukan meninggal berpelukan. Kakak tertuanya dikubur tiga hari setelah
bencana. Rumahnya rata dengan tanah. Lapangan bola tempat ia biasa
bermain rata. Sekolahnya hanya tinggal pondasi tiang bendera. Setelah
mengetahui adanya bencana alam di Aceh, Abi Usman pun bergegas pulang
dan mencari keluarganya.
Enam hari kemudian, Prajurit Smith dari Amerika Serikat menemukan
Delisa tersangkut
semak
belukar berbunga putih empat kilometer dari
sekolahnya. Dengan seluruh tubuh
penuh luka, kaki koyak bernanah,
kelaparan, kepanasan, kedinginan, Delisa tidak sadarkan diri. Segera ia
diterbangkan dengan helikopter menuju Kapal Induk John F Kennedy. Dalam
perawatannya, Delisa lama tidak sadarkan diri, keadaannya tidak kunjung
membaik.
Sampai ketika seorang ibu yang dirawat sebelahnya melakukan shalat
tahajud, pada bacaan shalat dimana hari itu hafalan shalat Delisa terputus,
47
kesadaran dan kesehatan Delisa pulih, karena luka pada kaki kanan Delisa
cukup parah maka kaki Delisa harus diamputasi. Delisa menerima tanpa
mengeluh, luka jahitan dan lebam di sekujur tubuhnya tidak membuatnya
berputus asa. Bahkan kondisi ini telah membawa pada pertemuan Delisa
dengan Abinya. Setelah keadaan membaik, Delisa ingin menghafal lagi
bacaan shalatnya. Namun Delisa mengalami kesusahan, tampak lebih rumit
dari sebelumnya. Delisa lupa dan benar-benar lupa, tidak bisa mengingatnya.
Delisa telah menjadi malaikat kecil yang membagikan tawa di setiap
kehadirannya. Walaupun terasa berat, Delisa telah mengajarkan bagaimana
kesedihan bisa menjadi kekuatan untuk tetap bertahan. Walau air mata rasanya
tak ingin berhenti mengalir, tapi Delisa mencoba memahami apa itu ikhlas,
mengerjakan sesuatu tanpa mengharap balasan.
Lupa akan kalung berliontin D untuk Delisa, dan lupa akan sepeda
yang dijanjikan Abi. Delisa hanya ingin menghafal bacaan shalatnya. Dan
bertanya pada Ustadz Rahman, kenapa Delisa susah menghafal bacaan
shalat? Ustadz Rahman menjawab, “orang-orang yang kesulitan melakukan
kebaikan itu, mungkin karena hatinya Delisa… Hatinya tidak ikhlas !
Hatinya jauh dari ketulusan…” Bukan karena Allah, tapi karena sebatang
coklat, sebuah kalung berliontin D untuk Delisa, dan untuk sepeda. Dan
malam itu Delisa bermimpi bertemu dengan Umminya, yang menunjukkan
kalung itu dan permintaan untuk menyelesaikan tugas menghafal bacaan
shalatnya.
Kekuatan
itu
telah
membawa
Delisa
pada
kemudahan
menhafalnya. Delisan mampu melakukan Shalat Asharnya dengan sempurna
untuk pertama kalinya, tanpa ada yang terlupa dan terbalik. hafalan shalat
48
karena Allah. dan hadiah itu datang pada Delisa, Delisa menemukan kalung
D untuk Delisa dalam genggaman jasad Umminya. Sesudah 3 bulan lebih.
Tak lagi mengharapkan kalung bila dia berhasil lulus ujian hafalan dan
praktek shalatnya, semata agar bisa mendoakan keluarganya serta sekian
banyak orang yang telah pergi. Secara garis besar, film ini terbagi dalam tiga
fase. Fase keindahan, sebelum datangnya tsunami. Fase kehancuran yang
menghanyutkan, saat datangnya tsunami. Fase yang menguatkan, saat Delisa
dan orang-orang di sekitarnya kembali mendapatkan kekuatan cinta.
2. Pemain dalam film Hafalan Shalat Delisa.
a. Chantiq Schagerl
Chantiq Schagerl, pemeran Delisa di Hafalan Shalat Delisa itu
Bernama Chantiq Schagerl. Artis Imut Cilik Cantik yang lahir pada 4
Oktober 2003. Ia sudah tak asing lagi Sebab artis cilik kelahiran 4 Oktober
2003 ini sebelumnya sudah membintangi beberapa Film diantaranya
Hafalan Shalat Delisa, Bidadari-Bidadari Surga, Sepatu Super, Terbang
Bersamamu.62 Dan juga Iklan, Sinetron maupun Komedi.
Chantiq Schagerl juga di tahun 2010 pernah bikin Grup Vokal
bernama Trio C (3C) singkatan dari Cerdas Cantik Ceria. Adapun sedikit
tentang Biodata 3C, 3C personilnya Ada Vanes, Chantiq dan Danesa.
Album 3c sendiri berisi 11 lagu, 8 lagu anak dan 3 lagu daerah. 3C pernah
menjadi satu nöminator AMI AWARDS 2010.
62
http://www.profil.web.id/2013/09/profil-biodata-chantiq-schagerl.html diakses tanggal
januari 2014.
49
Kini Kembali ke Chantiq Schagerl, Prestasi selanjutnya yang
melengkapi Biodatanya yaitu: Chantiq jadi The Best Art Achievement
2005, Chantiq jadi The Best in Reading Award 2010.
Lewat film Hafalan Shalat Delisa, hadir satu lagi aktris muda
pendatang baru di perfilman Indonesia. Ia adalah Chantiq Schagerl yang
baru saja memulai debut akting layar lebarnya sebagai pemeran utama
melalui film terbaru Produksi Starvision berjudul Hafalan Shalat Delisa.
Di film ini Chantiq memerankan seorang gadis bernama Delisa yang harus
kehilangan keluarganya pasca kejadian tsunami di Aceh tahun 2004 lalu.
Ditemui usai Acara Press Conference film Hafalan Shalat Delisa di Planet
Hollywood, Chantiq menceritakan pengalamannya sebagai Delisa yang
sebelah kakinya harus diamputasi namun tetap optimis menjalani hidup.
"Ini pengalaman pertamaku main film layar lebar jadi bintang utama.
Sebelumnya pernah, tapi jadi figuran gitu aja. Seneng banget tapi ada
susahnya juga sih. Soalnya banyak adegan-adegan yang aku harus nangis.
Sedangkan aku sendiri orangnya jarang nagis," Ucap Chatiq Schagerl yang
merupakan keturunan Austria-Indonesia ini. Supaya tampil meyakinkan
saat melakoni adegan menangis di film Hafalan Shalat Delisa, Chantiq
punya
cara
tersendiri.
"Untuk
adegan
nangis-nangis
itu
Aku
pakai feeling aja. Aku mikirin sesuatu yang sedih-sedih, yang bikin aku
nangis gitu. Nanti juga pasti nangis dengan sendirinya," Ucap gadis cilik
berusia 8 tahun yang saat ini duduk di bangku kelas 3 SD Saint john
School Jakarta ini.
50
Satu hal yang cukup menarik dari penampilannya di film ini
adalah Chantiq harus
berjalan
dengan
satu
kaki.
Diceritakan,
karakter Delisa salah satu kakinya harus diamputasi akibat terjangan
gelombang tsunami. "Iya, Sepanjang syuting itu kakiku harus dilipet gitu.
Karena kan perannya disini kakikku nggak ada satu. Agak susah sih
awalnya, dan pegel banget. Paling setiap abis syuting Aku tiduran aja
minta pijitin sama Mamaku," Ucap Aktris yang selain menggeluti dunia
akting, saat ini juga memiliki kesibukan dibidang tarik suara dan
tergabung dalam group vokal 3C.
Hafalan Shalat Delisa akan dirilis mulai Tanggal 22 Desember
2011. Dibintangi oleh Reza Rahadian, Nirina Zubir, Fathir Muchtar, dan
aktris cilik pendatang baru Chantiq Schagerl sebagai Delisa.63
b. Nirina Zubir
Nirina Zubir, artis pintar yaitu Nirina Zubir atau dipanggil Nirina
saja (lahir di Antananarivo, Madagaskar, 12 Maret 1980) adalah seorang
pembawa acara dan aktris asal Indonesia. Ia bertinggi badan 158 cm.
Nirina merupakan putri Zubir Amin, diplomat senior kelahiran Pariaman,
Sumatra Barat. Pada tanggal 6 Februari 2010 pasangan Nirina & suaminya
(Ernest “Coklat”) dikaruniai seorang perempuan yaitu Zivara Ruciragati
Sharief.
Nirina mengawali kariernya di dunia entertainment dengan menjadi
VJ MTV Indonesia selama beberapa tahun dan memulai debut akting
63
http://www.boleh.com/news/read/movie_ news_index/6843_chantiq_schagerl_pemeran
_delisa_di_film_hafalan_shalat_delisa diakses tanggal 20 November 2013.
51
dalam film 30 Hari Mencari Cinta. Setelah sukses memerankan tokoh
Gwen di 30 Hari Mencari Cinta yang berkarakter tidak jauh beda dengan
sifat aslinya, Nirina mendapatkan tantangan untuk bermain di film
keduanya yang berjudul Mirror dan berpersan sebagai Kikan pada tahun
2005.
Setelah sukses dengan film keduanya, Nirina didaulat untuk
bermain di film yang bertemakan Psycological-Thriller berjudul Belahan
Jiwa. Di film ini, Nirina berperan sebagai Baby Blue yang memiliki
trauma akibat kematian saudara kembarnya, Baby Pink. Film ini pun
sukses di pasaran pada akhir tahun 2006. Pada tahun 2006, pada tanggal
11 Mei film keempatnya diputar di bioskop dengan judul Heart. Dalam
film Heart, Nirina pun mengisi soundtracknya. Lagu yang Nirina
nyanyikan berjudul Hari Ini, Esok dan Seterusnya.
Setelah kesuksesan film Heart yang berhasil menyedot 1,6 Juta
penonton tahun 2006, kemudian pada tahun 2007 Nirina melanjutkan
dominasinya dengan film Get Married yang menjadi film tersuksesnya di
box office yaitu ditonton sebanyak 2,2 Juta orang. Tak heran pada tahun
2007 Nirina menjadi aktris film termahal di Indonesia dengan honor Rp
250 Juta per film. Sayang gelar itu tak lama diraihnya karena tahun 2008
dia absen dari layar lebar. Predikat itu kemudian disandang oleh
aktris Acha Septriasa. Tahun 2009 Nirina kembali masuk daftar aktris
termahal dan berada di peringkat empat, dibawah artis Luna Maya.64
64
http://id.wikipedia.org/wiki/Nirina_Zubir diakses tanggal 20 November 2013.
52
c. Reza Rahardian
Reza Rahardian, Reza salah satu artis kelahiran Jakarta, 5 Maret
1987, dengan zodiak Pisces. Reza memulai awal karier di dunia hiburan
dengan menjadi seorang model. Sebelumnya, Reza berhasil meraih juara
Favorite Top Guest majalah Aneka Yess! tahun 2004. Karier dari Reza
semakin menanjak dengan bermain dalam film layar lebar Film Horor.
Lewat film Perempuan berkalung sorban, ia meraih Piala Citra 2009 untuk
kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik. Pada tahun berikutnya, ia juga
meraih Piala Citra untuk kategori pemeran Utama Pria Terbaik lewat film
3 Hati dua dunia, satu cinta. Pada tahun 2013, Reza berhasil meraih Piala
Layar Emas IMA untuk kategori Pemeran Utama Pria Terfavorit difilm
Habibi & Ainun.
Selain Reza terjun di dunia perfilman, ia mencoba di dunia tarik
suara. Pada tahun 2012 ia berduet dengan Acha Septriasa dalam single
untuk soundtrack film Broken hearts yang berjudul Broken Hearts.65
d. Al Fathir Muchtar
Al Fathir Muchtar, Fathir terlahir di Jakarta pada tanggal 23
Desember 1979, fathir menikahi Fera Feriska pada tahun 2006. Fathir
mengawali kariernya sebagai model, kemudian merambah ke dunia iklan.
Fathir kemudian mendapat tawaran untuk bermain di film layar lebar "5
Sehat 4 Sempurna". Fathir pun sempat bermain dalam film "Mistik"
produksi Malaysia. setelah agak lama menghilang Fathir akhirnya muncul
65
http://id.wikipedia.org/wiki/Reza_Rahadian#Karier diakses tanggal 20 November 2013
53
kembali di film layar lebar "Susahnya jadi Perawan", "Serigala Terakhir",
dan terakhir di tahun 2010 ini Fathir akan muncul sebagai pemeran di film
"Ratu KOST mopolitan" Selain berakting di layar lebar, Fathir juga
bermain di banyak sinetron, antara lain "Prima Dona", "Jangan Pisahkan
Aku", "3 in 1" dan "Cinta Memang Gila".Kehidupan pribadi.66
Di sela waktu luangnya, Fathir senang melakukan selancar, kayak,
dan panjat tebing. Setelah percintaannya dengan Naila Alatas kandas,
Fathir akhirnya menambatkan hatinya pada artis cantik yang juga lawan
mainnya dalam sinetron "Jangan Pisahkan Aku", Fera Feriska. Akad nikah
berlangsung di kediaman Fera di Buah batu, Bojongsoang, Bandung, Jawa
Barat, pada tanggal 10 September 2006. Selain Hafalan Shalat Delisa, film
yang dibintangi oleh Fathir Muchtar yang paling terkenal adalah Srigala
terakhir yang mana masih di putar ditelevisi sampai sekarang.
3. Profil Film Hafalan Shalat Delisa
Produksi film Starvision telah terbukti meraih sukses dengan film-film
yang kaya akan keragaman temanya, kini Starvision membuktikan lagi
eksistensinya di dunia perfilman Indonesia dengan film terbarunya yang
dilatar belakangi kejadian Tsunami di Aceh tahun 2004. Sebuah film
menyentuh yang mengusung tema tentang kehilangan yang menguatkan. Film
berjudul Hafalan Shalat Delisa. Diangkat dari novel terlaris karya Tere Liye
dengan judul yang sama. Novel yang telah menggugah hati jutaan pembaca
66
http://www.cumicumi.com/celebrities/fathirmuchtar/profile.html#sthash.757eBpIO.dpuf
diakses tanggal 20 November 2013.
54
Tanah Air dan negara-negara lain itulah yang menjadi dasar pemikiran untuk
segera memfilmkan novel Hafalan Shalat Delisa.
Kisah film Hafalan Shalat Delisa berangkat dari keutuhan dan
kebahagiaan sebuah keluarga yang terenggut oleh peristiwa Tsunami Aceh,
diwakili oleh sosok anak perempuan yang berusia 7 tahun, Delisa yang harus
berdamai dengan kehilangan demi kehilangan yang harus dihadapinya.
Mengingat Tsunami adalah peristiwa dunia yang besar, perlu pertimbangan
matang arah dan pembawaan cerita yang novelnya mengharu biru ini, butuh
kehati-hatian dalam penulisan skenarionya. Akhirnya diputuskan untuk tidak
menonjolkan kekuatan musibah atau bencana Tsunami semata, tapi kekuatan
besar cinta pada keluarga, cinta pada sesama dan cinta pada alam semesta
yang dilandasi ikhlas karena Allah SWT, sang Pencipta, itulah esensi film
Hafalan Shalat Delisa. Hafalan Shalat Delisa sebagai film dengan kekuatan
tema yang besar, membutuhkan proses produksi dengan persiapan yang cukup
lama, lebih dari 2 tahun, usaha dan perjuangan yang besar menyertai segenap
tim, tetapi semua dilalui penuh keikhlasan, karena keyakinan atas pesan besar
dan penting yang hendak disampaikan melalui film ini. Dimulai dari pencarian
lokasi shooting dan perencanaan desain produksi ideal, dilanjutkan pencarian
pemeran tokoh Delisa, Ummi, Abi dan lain-lainnya membutuhkan proses yang
panjang hingga sampai produksi dimulai, Allah SWT seperti menghadirkan
komposisi pemain yang sesuai dengan keinginan yang selama ini
diperjuangkan. Dengan segala kepolosannya Delisa (Chantiq Schagerl) seakan
hadir dengan nyata bersama orang-orang yang dicintainya, bersama emosi kita
sebagai penontonnya. Dalam usaha pencapaian mood visualisasi dibutuhkan
55
penciptaan ruang dengan pilihan lokasi yang mampu mewakili tuntutan
imajinasi cerita. Komposisi lokasi 80% outdoor dan 20% indoor, serta
pengadegan yang ditunjang dengan sudut dan teknis pengambilan gambar
yang maksimal mampu menggambarkan 3 (tiga) fase besar yang menjadi latar
film ini, diantaranya:
1. Fase keindahan, sebelum datangnya Tsunami
2. Fase kehancuran dan menghanyutkan, saat datang Tsunami
3. Fase yang menguatkan, saat Delisa dan orang-orang di sekitarnya
kembali mendapatkan kekuatan Cinta
Sumbangsih tim CGI (Computer Graphic Intermediate) dari Geppeto
cukup berhasil menampilkan situasi chaos paska tsunami Aceh 7 tahun lalu.
Akhirnya film Hafalan Shalat Delisa diproduksi dengan kekutan cinta karena
Allah SWT. Selama proses produksi film ini berbagai ujian dan hambatan
harus dihadapi. Alhamdulillah, semuanya dapat dilewati seiring dengan usaha
untuk belajar tentang arti sebuah perjuangan, kesabaran dan keikhlasan
sebagaimana esensi penuh inspirasi dalam film Hafalan Shalat Delisa.
Film Hafalan Shalat Delisa merupakan film karya Sony Gaokasak
yang berangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama. Novel ini best
seller- terlaris dari karya Tere Liye, dan novel ini telah dikenal secara
Internasional, mengangkat kisah inspiratif tentang keluarga dalam isu besar
Tsunami. Sony Gaokasak yang dibantu Amantono mengadaptasi dan
mengembangkan novel tersebut menjadi skenario film yang selanjutnya
56
diproduksi menjadi film yang berdujul Hafalan Shalat Delisa.67 Film Hafalan
Shalat Delisa disutradarai oleh Sony Gaokasak dan skenario filmnya digarap
oleh armantono. Film ini diproduseri oleh Chand Parwez Servia di bawah
naungan PT. Karisma Starvion Plus. Pemain film ini antara lain: Chantiq
Schagerl, Reza Rahadian, Nirina Zubir, Ghina Salsabila, Reska Tania Apriadi,
Riska Tania Apriadi.
Film yang yang produksi oleh PT Kharisma Starvision Plus, yang
berdurasi 100 menit ini membutuhkan proses produksi dengan persiapan yang
cukup lama, lebih dari 2 tahun sekaligus menadai serangkian proses produksi
film Untuk mengenang peristiwa Tsunami Aceh dengan korban ratusan ribu
saudara kita, beredar mulai 22 Desember 2011, sekaligus mengenang 7 tahun
bencana Tsunami. Berbicara masalah proses pembuatan film serta sukses atau
tidaknya dalam proses produksinya, tentu saja tidak akan lepas dari peran tim
kreatif yang terlibat. Berikut beberapa tim kreatif yang terlibat dalam
pembuatan film Hafalan Sholat Delisa, diantaranya:
Sutradara
: Soni Gaokasak
Penata skrip
: Armantono
Cerita
: Tere Liye
Produser
: Chand Parwez Servia
Produser Eksekutif
: Fiaz Servia, Reza Servia, Mithu Nisar
Penata Kamera
: Bambang Supriadi
Penata Rias
: Hanz Perez
Penata Busana
: Hanz Perez
67
http://www.indonesiafilmcenter.com/tmp_file/23544_Press_kit_Hafalan-Shalat-DelisaIndo.pdf diakses 2 januari 2014.
57
Penata Artistik
: Frans Paat
Penata Suara
: Khikmawan Santosa
Penata musik
: Tya Subiyakto
Penata Gambar
: Cesa David Luckmansyah, Ryan Purwoko
58
BAB IV
TEMUAN DATA DAN ANALISA DATA LAPANGAN
1. Konstruksi simbolik Film Hafalan Shalat Delisa
Film merupakan salah satu ide cerdas insan perfilman untuk meraih
keuntungan, kepuasan dan ke-intelektualan membangun pesan. Saling berlombalomba membuat dunia terperangah adalah cita-cita yang sengaja mereka buat.
Bisa terlihat dari penyuguhan gambar, ide cerita, skenario, audio-visual dan bujet
uang yang besar, yang mereka kumpulkan untuk menyulap sebuah cerita menjadi
film yang dapat dinikmati. Dan sebagai penulis, sayang sepertinya jika film hanya
dijadikan sebagai hiburan atau hal yang dapat dinikmati semata.
Sebelum menganalisis pesan dakwah bil-hal dalam film Hafalan Shalat
Delisa, penulis akan memaparkan definisi dakwah. Dakwah adalah aktualisasi
imani yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan
manusia untuk
mengikuti dan menjalankan ajaran Islam melalui usaha mempengaruhi cara
merasa, berfikir, bersikap, dan bertindak manusia pada dataran kenyataan
individual dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam. Analisis ini
akan mengunakan analisis perspektif, dalam menafsirkan makna denotasi,
konotasidan mitos dengan mengklasifikasi menjadi dua kategori, yaitu: syari‟ah
dan ahklak.
Pengertian syariah secara etimologi (asal kata) berarti sumber air atau
jalan yang lurus. Sedangkan secara terminologi, syariah adalah kumpulan norma
illahi yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia
dengan sesama manusia, juga hubungan manusia dengan alam, dan norma-norma
59
ini sudah pasti benar dan lurus. Dari dua pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa pengertian syariah Islam adalah tata cara pengaturan tentang perilaku
hidup manusia untuk mencapai keridhaan Allah SWT. Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam QS. Al Jatsiyah ayat 18:
Artinya: Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat untuk urusan
(agama yang benar). Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa
nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.
Secara umum syariah terbagi menjadi dua hal yaitu ibadah khusus atau
ibadah mahdlah, dan ibadah dalam arti umum atau muamalah (pendidikan).
Ibadah khusus atau ibadah mahdlah adalah ibadah yaneg telah dicontohkan secara
langsung oleh Nabi Muhammad SAW, seperti shalat, puasa, dan haji. Maka dari
itu umat muslim harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diperintahkan
Allah dan diajarkan oleh Nabi Muhammad tanpa boleh melakukan perubahanperubahan terhadap ketentuan tersebut.68
a. Ibadah
Seperti yang terjadi pada salah satu keluarga di Lhok Nga - Aceh, yang
selalu menanamkan ajaran Islam dalam kesehariannya. Mereka adalah keluarga
Umi Salamah dan Abi Usman. Mereka memiliki 4 bidadari yang solehah: Alisa
Fatimah, (si kembar) Alisa Zahra & Alisa Aisyah, dan si bungsu Alisa Delisa.
Setiap subuh, Umi Salamah selalu mengajak bidadari-bidadarinya sholat jama'ah.
Karena Abi Usman bekerja sebagai pelaut di salah satu kapal tanker perusahaan
68
http://rayasaforever.blogspot.com/2012/06/ibadah-syariah-dan-muamalah.html diakses
tanggal 23 maret 2014.
60
minyak asing, yang pulangnya 3 bulan sekali. Awalnya Delisa susah sekali
dibangunkan untuk sholat subuh.
Scene 01
Gambar 01
Visual
Dialog
Type
Delisa
bangun Medium close up
sudah subuh dasar Pada jarak ini subjek
pemalas umi umi terlihat
delisa
tak
bangun
mau sebagian
hanya
saja,
jika
diibaratkan manusia,
Ka Aisah bacaanya bagian dada ke atas.
pelan
Long shot
Allah-kan
maha Gambar diambil dari
mendengar
jarak jauh, sehingga
Ya sudah umi aja seluruh bagian objek
yang
bacaanya dan latarbelakangnya
keras
Denotasi
Dalam
gambar
tampak jelas.
ini
terlihat
Aisyah
sedang
membangunkan Delisa untuk melaksanakan shalat
61
subuh bersama. Delisa susah dibangunkan oleh Aisyah,
Fatimah masuk ke kamar Delisa karena mendengar
teriakan
Aisyah ketika
membangunkan
Delisa.
Mereka bertengkar karena Delisa sulit dibangunkan,
Zahra datang menyusul kakak-kakaknya. Akhirnya
Delisa bangun dan sholat berjama‟ah bersama umi dan
kakak-kakaknya. Dimaknai secara
denotasi bahwa
aktifitas yang Aisyah, Fatimah, Zahra, Delisa dan
uminya merupakan sebuah aktifitas yang wajib
dilaksanakan oleh seorang muslim yaitu melaksanakan
shalat.
Konotasi
Terlihat pada gambar
Aisyah, Fatimah
dan Zahra
berusaha membangunkan Delisa untuk melaksanakan
sholat bersama. Delisa bertanya kepada uminya kenapa
Delisa susah dibangunkan, kemudian uminya menjawab
kalau Delisa lupa berdoa sebelum tidur. Delisa bilang
kalau Delisa tidak pernah lupa berdoa sebelum tidur.
Sholat berjamaah
dilaksanakan yang diimami oeh
uminya Delisa. Uminya Delisa mengawali shalat
dengan
bacaan
takbiratul ikhram “Allaahu akbar”.
Dalam adegan ini dimaknai konotasi bahwa dalam
mengawali shalat yaitu
dengan
ikhram, bacaan setelah niat shalat.
bacaan
takbiratul
62
Mitos
Dalam siklus kehidupan manusia, manusia idealnya
tidur sampai 8 jam, pada level tertentu manusia akan
mendapati saat dimana tidur dengan pulas atau
nyenyak. Umumnya situasi ini terjadi menjelang waktu
fajar atau sekitar pukul 03.00-05.00 WIB.
b. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Dalam hal ini
yang menjadi contoh adalah keluarga.
Harmonisnya sebuah keluarga itu terlihat dari pendidikan orang
tunya, gambar disini menceritakan seorang ibu mengajarkan kepada anakanaknya sebelum melakukan sesuatu harus berdo‟a terlebih dahulu. Umi
Salamah selalu terbuka dan memberikan nasehat kepada delisa dan juga
kakak-kakaknya, umi Salamah juga mau memberikan contoh apa yang
anak-anaknya belum bisa seperti, m engeraskan suaranya ketika shalat.
63
Scene 02
Gambar 02
Visual
Dialog
Delisa
Type
lagi
lagi Medium close up
susah bangun umi
Pada jarak ini subjek
Umi umi kenapa ya terlihat hanya sebagian
delisa
Denotasi
susah saja, jika diibaratkan
bangun
manusia, bagian dada
Mungkin delisa
ke atas.
Terlihat pada gambar Delisa sedang berbicara kepada
Uminya sewaktu
akan melaksanakan
Shalat subuh
berjamaah dengan ketiga kakaknya. Delisa bertanya
kepada Uminya kenapa delisa susah bangun padahal
sebelum tidur Delisa tidak lupa berdo‟a walaupun
belum hafal kalau menggunakan Bahasa Arab, Delisa
tetap berdo‟a menggunakan bahasa Indonesia. Janji
Allah " Berdo'alah kepada Ku
niscaya akan
Aku
kabulkan". Dalam Al- Qur'an disebutkan bahwa barang
siapa meminta atau memohon kepada Allah maka akan
dikabulkan oleh Nya.
64
Konotasi
Terlihat pada gambar Delisa sedang berbicara kepada
Uminya sewaktu akan
melaksanakan Shalat subuh
berjamaah dengan ketiga kakaknya. Delisa bertanya
kepada Uminya kenapa delisa susah bangun padahal
sebelum tidur Delisa tidak lupa berdo‟a walaupun
belum hafal kalau menggunakan Bahasa Arab, Delisa
tetap berdo‟a menggunakan bahasa Indonesia. Dalam
adegan ini dimaknai konotatif bahwa dalam berdo‟a
kepada Allah memang diboleh kan menggunakan
Bahasa Indonesia, tetapi menurut penulis lebih afdal
(baik) nya bila menggunakan Bahasa Arab. Karena kita
umat muslim disuruh berpedoman kepada Al-qur‟an
dan Al-hadist.
Mitos
Sorang ibu punya tugas menjadi pemimpin keluarga
menggantikan suaminya ketika suaminya sedang tidak
dirumah akan tetapi dia juga tidak lupa pada tugas
sebagai seorang ibu terhadapa anak anaknya, dan harus
peka terhadap masalah-malasah yang sedang dihadapi
oleh anak-anaknya. Seperti masalah yang sedang di
hadapi oleh delisa yang belum bisa menghafal bacaan
shalat dan susah untuk bangun pagi.
65
Belajar
merupakan
kegiatan
sangat
kehidupan. Dalam proses pendidikan,
penting
dalam
setiap
kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok dan penting dalam pendidikan. Belajar adalah
proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan
maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Ustad
Rahman sedang mengajarkan tentang kekhusyukan kita pada waktu
beribadah kepada murid-muridnya di aula rumah Ustad Rahman yang
biasa digunakan untuk mengaji sore.
Scene 03
Gambar 03
Visual
Dialog
Type
Pernah dulu ada Medium close up
orang orang soleh Pada jarak ini subjek
saking khusuknya terlihat
solat
hanya
ada sebagian saja, jika
kalajengking
diibaratkan manusia,
mencapit
bagian dada ke atas.
punggungnya dan Medium close up
dia tidak merasa Pada jarak ini subjek
sama
sekali terlihat
hanya
66
Denotasi
kesakitan,
sebagian saja, jika
kalajengkingnya
diibaratkan manusia,
sangat besar
bagian dada ke atas.
Adegan ini dimaknai denotatif tentang adanya kesabaran
yang dilakukan seorang guru kepada murid-muridnya
dalam proses
belajar mengajar atau
yang disebut
dengan istilah ngaji. Dalam hal ini, Ustad Rahman
menerangkan bahwa melaksanakan shalat itu
secara
khusyu‟ sesuai
dengan
ajaran
harus
Rasul,
melaksanakan shalat dengan pikiran yang satu yaitu
fokus kita sedang menjalankan perintah Allah tanpa
memikirkan yang lain.
Konotasi
Mengaji sama halnya dengan belajar (menuntut ilmu),
dalam ajaran agama Islam menuntut atau mencari ilmu
itu sangat dianjurkan.
Mitos
Ustadz Rahman sedang memberikan pelajaran tentang
kekhusukanya shalat, dan memberikan contoh sang sufi
yang digigit kepiting tapi tidak merasakan apa-apa.
Seorang guru harus memberikan contoh yang baik
67
kepada para muridnya, agar muridnya bisa mencontoh
apa yang telah diajarkan dan bisa mengaplikasikanya,
begitupun dengan ustadz Rahman yang ingin anak
muridnya bisa meghafal bacaan shalat dengan baik dan
benar.
c. Akhlak
Dalam Islam, pengertian akhlak adalah suatu perilaku yang
menghubungkan antara Allah SWT dan makhluknya. Akhlak menyangkut
kondisi internal, suasana batin seseorang sebagai individu. Sesungguhnya
manusia diciptakan untuk saling tolong menolong. Manusia sendiri
diciptakan sebagai makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak bisa hidup
dengan sendiri melainkan membutuhkan orang lain, inilah subtansi dari
solidaritas yang sebenarnya.
Scene 04
Gambar 04
Visual
Dialog
Type
Tiur ambil cepat Medium close up
bolanya
Pada jarak ini subjek
Tak mau
terlihat hanya sebagian
Cepat ambil
saja, jika diibaratkan
Tak mau
manusia, bagian dada
68
ke atas.
Denotasi
Terlihat pada gambar Tiur yang sedang bermain sepeda
terkena bola saat Umam menendang bolanya ke arah
gawang, tetapi ternyata meleset dan terkena kepala Tiur.
Tiur terjatuh, karena kehilangan konsentrasinya saat
bersepeda, dan seketika itu pula terjatuh. Saat Tiur
terjatuh tidak ada anak yang menolongnya tetapi malah
menertawaknnya.
Disini tidak ditunjukkan
sikap
kepedulian dan tolong-menolong sesama muslim.
Konotasi
Dalam adegan ini dimaknai konotatif bahwa apa yang
dilakukan teman-temanya Tiur itu termasuk dalam sifat
akhlak yang buruk, karena didalam Islam diajarkan
setiap
muslim harus saling tolong-menolong atau
Solidaritas. Solidaritas adalah karakter yang harus
dimiliki oleh setiap manusia. Status manusia sebagai
makhluk
sosial
merupakan
cerminan
yang harus
dibuktikan dalam kehidupan setiap hari.Dalam Islam
disebutkan bertolong menolonglah dalam kebaikan dan
jaganlah
kamu
bertolong menolong dalam hal
kejelekan. Hal ini memberikan gambaran yang jelas
69
terhadap sikap solidaritas atau saling membantu antar
sesama. Manusia sendiri diciptakan sebagai makhluk
sosial yaitu makhluk yang tidak bisa hidup dengan
sendiri melainkan membutuhkan orang lain, inilah
subtansi dari solidaritas yang sebenarnya.
Mitos
Dalam kehidupan manusia kadang lupa dengan tetangga
maupun teman, manusia terkadang lebih peduli dengan
dirinya sendiri dan kelompok, ini terlihat dengan apa
yang dilakukan oleh umam dan teman-temannya.
Bahkan da yang lebih extrim, manusia tidak peduli
dengan keluarganya.
Menggambarkan sesama saudara tidak boleh pamer dan iri hati
sama barang yang bukan milik kita. Karena sesungguhnya ira hati menjadi
pintu awal sifat dengki, di gambar ini umi Salamah memberikan contoh
segala sesuatu harus disyukuri baik itu milik kita, saudara kita bahkan
orang lain.
70
Scane 05
Gambar 05
Visual
Dialog
Type
Abi abi
Extreme Long hot
Aisah sini nak
Gambal diambil dari
Abi
tadi
Delisa jarak
yang
jauh,
ketoko koh acong sehingga objek terlihat
habis beli kalung kecil.
bagus ada huruf Dnya.
Aisah
Medium close up
kamu Pada jarak ini subjek
kenapa nak
terlihat hanya sebagian
Aisah kesel Delisa saja, jika diibaratkan
dapat kalaung
manusia, bagian dada
Aisah dulu juga ke atas.
dapat kalaung
Tapi punya Delisa
ada huruf D-nya
Denotasi
Saat Abinya telefon, Kak Fatimah, Kak Zahra
dan
Delisa langsung berlarian untuk mengangkat telefon
71
dari Abinya yang telah lama pergi meninggalkan
keluarga untuk kerja, tetapi Aisyah tetap saja diam di
dekat pintu sambil mendengarkan
pembicaaraan
saudaranya telefon, Umi yang dari tadi mengamati
Aisyah ingin tahu sebenarnya ada apa, saat ingin
ditanyai Aisyah lari menuju jendela kamarnya dan
menangis. Umi mengejarnya dan bertanya “kamu
kenapa kok menangis”, Aisyah menjawab
“Aisyah
sebel Delisa dapat hadiah kalung dan lebih bagus dari
punya Aisyah”. Umi langsung menasehatinya kalau kita
tidak boleh iri kepada saudara kita dan barang yang
bukan milik kita.
konotasi
Adegan ini dimaknai secara konotatif karena perbuatan
yang dilakukan
Aisyah
saudara yang baik,
itu
tidak
mencerminkan
dalam hal ini iri hati termasuk
dalam akhlak yang buruk, karena sifat iri hati apabila
sudah masuk didalam hati kita maka hilanglah
rasa
sayang dan tali persaudaraan. Hal ini terdapat dalam
hadist, yang berbunyi:
Artinya: Takutlah kamu sekalian akan hasud (iri hati),
72
karena hasud itu akan memakan amalan-amalan yang
baik sebagaimana api memakan
kayu
bakar. “Atau
beliau bersabda” (memakan) rumput. (HR. Abu Dawud).
Mitos
Seperti yang dijelaskan diatas iri hati akan merusak
segalanya, sifat iri merupakan awal munculnya sifat
benci. Dalah hal ini umi Salamah selalu memberiakan
nasehat terhadap anak-anaknya agar selalu bersyukur
dan jangan ada sifat iri atau benci didalam keluarganya.
Ummi….. Delisa mencintai Ummi karena Allah
Ucapan yang sederhana tapi penuh ketulusan dan pengabdian yang
indah itu terucap dari bibir mungil Delisa. Seorang anak kecil yang masih
kecil. Sontak, perempuan cantik yang dipanggil Ummi itu tersenyum
penuh haru. Di sepasang matanya yang teduh, merebak buliran bening.
Kemudian mengalir pelan-pelan di pipinya. “Ummi juga mencintai Delisa
karena Allah” balas perempuan itu sambil merengkuh kepala mungil
Delisa yang berbalut jilbab. Anak itu dipeluknya dengan perasaan yang
barangkali hanya seorang Ibu yang memahaminya.
Scene 06
Gambar 06
Visual
Dialog
Type
73
Umi
Close up
Iya sayng
dalam bagian ini hanya
Delisa cinta umi memperlihatkan bagian
karna allah
tubuh secara mendetail.
Sini sayang delisa Medium close up
umi sayang delisa Pada jarak ini subjek
karna allah
terlihat hanya sebagian
saja, jika diibaratkan
manusia, bagian dada
ke atas.
Medium long shot
Pada
teknik
orang
terlihat dari bagian lutut
ke atas.
Denotasi
Delisa memeluk ibunya dan mengucapkan kata-kata
“aku sayang umi karena allah”, menjadi salah satu bukti
rasa bakti terhadap orang tuanya (ibu).
Konotasi
Salah satu bukti rasa sayang seorang anak kepada orang
tuanya, dimana delisa mengucapkan “aku sayang umi
74
karena allah”, Delisa yang mencintai uminya begitu juga
dengan uminya yang mencentai keluarganya
Mitos
Orang tua akan merasa terharu ketika anak-anaknya
mengucapkan kata-kata “aku sayang umi” dengan
ucapan yang tulus, biasanya seorang ibu akan memeluk
anaknya karena merasakan kasih sayang dari seorang
anak, pada umumnya sosok ibu adalah tempat bersandar,
mengadu dan makhluk hidup yang penuh kasih sayang.
d. Ikhlas
Untuk menjadi orang yg penyabar, ikhlas & tawakkal (tegar) ketika
mendapat ujian, tidaklah mudah. Perlu usaha untuk mendapatkan
kesabaran, ketegaran & keikhlasan itu. Caranya, dengan banyak-banyak
melakukan amalan-amalan sunnah seperti, berzikir (menyebut kalimatkalimat Allah berulang-ulang), baca Quran & sholat malam. Karena
amalan2 ini jika kita lakukan secara rutin, maka akan membentuk
iman dan sangat mempengaruhi pembentukan kekuatan hati terhadap
ujian. Semakin banyak amalan sunnah yg dilakukan, maka hati
akan semakin sabar & tegar. Sesungguhnya setiap umat ketika diberi
cobaan dari Sang Pencipta harus sabar dan ikhlas dalam menerimanya.
Sesungguhnya allah tidak mmemberikan cobaan yang umatnya tidak
mampu untuk menghadapinya.
75
Scane 07
Gambar 07
Visual
Dialog
fatimah,
Type
Aisyah, Long shot
dan Zahra sudah Gambar diambil dari
dikebumikan
jarak
jauh,
sehingga
Delisa dan Umi seluruh bagian objek
Salamah
belum dan
diketahui
latarbelakangnya
tampak jelas.
keberadaanya
Denotasi
Ayah Delisa Abi Usman saat mencari keluarganya yang
terkena musibah tsunami bertemu dengan Abi Umam dan
Koh Acan, mereka menceritakan bahwa ketiga anaknya
fatimah, Aisyah, dan Zahra sudah dikebumikan. Delisa
dan Umi Salamah belum diketahui keberadaanya, tetapi
Abi Usman dalam adegan ini terlihat jelas bahwa dia
menerima cobaan
itu
dengan
sabar, walaupun sudah
kehilangan anak-anaknya masih bisa menjaga diri, tidak
marah- marah, tetapi malah mengucapkan “Astagfirullah
hal‟adzim” dan “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji‟unn”.
76
Konotasi
Apa yag dilakukan Abi Usman itu merupakan contoh
Akhlak yang baik, sebab akhlak yang baik itu cerminan
dari apa yang penah diajarkan Rasul kepada umatnya,
perbuatan yang dilakukan Abi Usman sesuai dengan
firman Allah dalam Q. S Al-Baqoroh ayat 155-157 yang
berbunyi:
Artinya: “Dan berikanlah berita gembira kepada orangorang yang sabar, (yaitu)
orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “innaa lillaahi wa
innaa ilaihi raaji‟unn”. Mereka itulah yang mendapat
keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya
dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”.
(QS.Al-Baqoroh: 155-157).
Mitos
Seorang ayah akan merasa khawatir dengan keluarganya,
dalam hal ini abi Usman tidak memperlihatkan kesedihan,
abi Usman malah memberikan contoh kepada yang lain
agar menyikapi musibah ini dengan sabar dan lapang dada.
77
Keikhlasan akan membuat kita gampang dalam menjalani
kehidupan, jikalau tidak ikhlas, hidup terasa tidak maksimal, melakukan
sesuatu juga hasilnya kurang memuaskan.
Scane 08
Gambar 08
Visual
Dialog
Type
Ustadz
Rahman Medium close up
kenapa
ya
susah
delisa Pada jarak ini subjek
sekali terlihat
hanya
melakukanya
sebagian
Susah apanya
diibaratkan manusia,
Pokonya
saja,
jika
delisa bagian dada ke atas
susah sekali
Orang yang susah
melaluakan sesusatu
sebab hatinya tidak
ikhlas
Denotasi
Terlihat dalam percakapan delisa dan ustadz Rahman
tentang apa
itu
ikhlas?, ikhlas artinya menjalankan
78
sesuatu tanpa mengharpakan imbalan. Delisa bertanya
seperti
ini
karena
menghafalkan bacaan
Delisa
merasa
susah
ketika
shalatnya lagi, padahal dulu
sudah hafal. Dalam adegan ini soalnya delisa dulu
menghafalkan bacaan shalat karena hadiah kalung dan
sepada dari kedua orang tuanya bukan karena Allah.
konotasi
Amal kebajikan yang kita laksanakan semata-mata
karena Allah, yakni semata-mata megharap keridlaanNya, dan amal kebajikan yang dilaksanakan seseorang
yang tidak disertai ikhlas, maka amal yang seperti itu
amal yang tidak mempunyai ruh, sebagaimana sabda
nabi Muhammad Saw. Yang artinya “Allah tidak
menerima amalan, melainkan amalan yang ikhlas dan
hanya mencari keridlaan Allah” (HR.Ibnu Majah). Ikhlas
juga merupakan
syarat diterimanya amal ibadah,
sbagaimana firman Allah
dalam QS.Al- Bayyinah:5
yang berbunyi:
Artinya: Dan tiada diperintahkan
supaya
mereka
beribadah
mereka, melankan
kepada
Allah
seraya
mengiklaskan taatnya kepada allah, lagi condong lepada
kebenaran (QS. Al Bayyinah: 5).
79
Mitos
Dalam melakukan sesuatu atau menghafalkan bacaan
shalat itu harus ikhlas tanpa mengharapkan imbalan atau
hadiah. Jika kita melalukan sesuatu tidak dengan hati
yang tulus maka pekerjaan kita akan tersa berat.
Delisa tiba-tiba menghafalkannya dengan
Delisa pun
ditemukan setelah
menghilang, setelah
itu
baik. Umi
beberapa hari
Delisa bisa ikhlas untuk
kehilangan orang-orang yang Delisa sayangi, Delisa
mengikhlaskan keluarganya yang telah pergi akibat
tsunami, dan Delisa ikhlas salah satu kakinya di
amputasi.
Delisa bermimpi bertemu dengan umi Salamah dan berkat kalung ini akan
menjadihadiah dari umi untuk delisa, tetapi delisa menolak, delisa hanya ingin
shalat
dengan
benar
dan
„Delisa cinta Ummi karena Allah‟.
bisa
mendoakan
umi
dan
kakaknya.
80
Scene 09
Gambar 09
Visual
Dialog
Type
Delisa
Close up
Umi mau pergi
Dalam
Delisa ingin ikut
hanya
bagian
ini
Bagaimana dengan memperlihatkan
bacaan shalat kamu bagian tubuh secara
sayang, delisa kamu mendetail..
harus
selesaikan
bacaan
shalatnya
sayang janji sama
umi ya sayang
Kalung
tetap
ini
jadi
akan
hadiah
dari umi
Delisa tidak mau
kalung umi
Delisa hanya mau
shalat dengan baik
81
Denotasi
Delisa bertemu dengan ibunya dalam mimpi dan sang
ibu memberikan kalung sebagai hadiah delisa bisa lulus
ujian praktek shalat.
Konotasi
Ditinggalkan orang-orang terdeket mungkin merupakan
ujian yang sangat berat, sama halnya dengan Delisa yang
asih berharap bisa bertemu dengan ibunya, Allah-pun
mengabulakan do‟a delisa lewat mimpi.
Mitos
Soarang anak meliki mimpi ingin bertemu dengan orang
tua, bagaimanapun orang tua adalah tempat segalanya
bagi anak apalagi seorang ibu yang telah melahirkan
dan mendidik sejak ia kecil.
e. Pesan moral
Dalam Islam terdapat ajaran tentang tatakrama yang begitu baik.
Meskipun ada yang membedakan antara moral dan akhlaq, perbedaannya
antara lain dalam sumber atau rujukan akhlaq bersumber dari Al-Qur‟an
dan Assunah, sedangkan moral tidak bersumber dari Al-Qur‟an dan
Assunah. Tatakrama atau tuntunan bertingkah terdapat dalam Al-Qur‟an
dan Assunah, Disamping itu , ia tercermin dalam tujuan Nabi Muhammad
SAW diutus menjadi nabi dan rasul. Manusia memiliki sikap kepedulian
sesama muslim itu penting, bahkan bukan hanya dengan semasa muslim.
Rasa peduli itu harus dimiliki manusia sesama makhluk tuhan lainya,
82
manusia dengan manusia, manusia dengan hewan dan manusia dengan
alam.
Scene 10
Gambar 10
Visual
Dialog
Type
Michael
sudah Medium close up
berteman
yang
dengan Pada jarak ini subjek
lain
dan terlihat hanya sebagian
bahagia disana
saja, jika diibaratkan
Thangs very much
manusia, bagian dada
ke atas.
Denotasi
sedang menghibur salah satu keluarga
yang sedang
sedih akibat kehilangan salah satu keluarganya, karena
musibah
tsunami. Padahal Delisa juga merasakan
kesedihan
karena kehilangan
ketiga kakanya, tetapi
Delisa masih bisa menghibur keluarga itu. Dimaknai
Delisa peduli dengan sesama manusia, walaupun Delisa
juga kehilangan tetapi delisa tidak putus asa dan
bersedih hati.
83
Konotasi
Menurut penulis perbuatan Delisa itu bisa dicontoh,
walaupun mendapat cobaan yang besar Delisa masih
saja bisa menghibur orang lain, tidak malah bermurung
diri dan memperlihatkan kesedihannya kepada orang
lain.
Mitos
Didalam masyarakat luas orang yang seperti delisa bisa
ditemukan, namun tidak mudah, orang yang memilki
kekuatan jasmani dan rohani dalam menghadapi cobaan
yang berat seklaipun.
Bertaubat merupakan sikap yang mulia, karena Allah pasti akan
menunjukkan jalan bagi hambanya yang mau bertaubat. Karena pintu
taubat tuhan (Allah) selalu terbuka untuk hambanya.
Scene 11
Gambar 11
Visual
Dialog
Type
Umam minta maaf, Long shot
Umam ngaku salah
Gambar diambil dari
Udah nyobek buku jarak jauh, sehingga
84
kak tiro
Umum
seluruh bagian objek
juga
udah dan latarbelakangnya
ngambil uang belanja
Denotasi
Sifat
tampak jelas.
Umam yang mau mengakui kesalahannya itu
sangat tidak disangka oleh Delisa, karena sifat Umam
yang selama ini nakal terhadap teman-temanya. Akibat
bencana tsunami yang melanda desa mereka membuat
Umam yang awalnya masih tetap nakal dan keras, bisa
sadar dan akhirnya Umam mau bertaubat kepada Allah
dan mengungkapkan kesalahan-kesalahan yang dia
lakukan kepada kakak dan juga uminya.
Konotasi
Umam yang mau bertaubat kepada Allah atas segala
dosa-dosanya. Perbuatan taubat disini bisa ditiru, setiap
Umat yang mau bertaubat Allah akan mengampuni dosadosanya dan memberikan jalan yang lurus kepada
hambanya.
Mitos
Manusia akan merasa bersalah ketika telah kehilangan
atau menyesal terhadap apa yang telah dilakukan
85
sebelumnya, dengan bertobat berharap tidak melakuakan
kesalahan yang sama dikemudian hari. Taubat dan rasa
penyesalan menjadi kunci kebangkitan hamba dari
keterpurukan dimasa lalunya. dalan
digambarkan bahwa setelah
memohon
ampun,
selang
adegan
ini
Umam bertaubat dan
beberapa
hari
ibunya
ditemukan.
2. Analisis Kontruksi Pesan Dakwah dalam Film Hafalan Shalat Delisa
a. Anlisis tentang ibadah
Shalat secara bahasa berarti berdo‟a. dengan kata lain, shalat secara
bahasa mempunyai arti mengagungkan. Sedangkan pengertian shalat
menurut syara‟ adalah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu,
yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Ucapan
disini adalah bacaan-bacaan al-Qur‟an, takbir, tasbih, dan do‟a. Sedangkan
yang dimaksud dengan perbuatan adalah gerakan dalam shalat misalnya
berdiri, ruku‟, sujud, duduk, dan gerakan-gerakan lain, yang dilakukan
dalam shalat. Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy shalat yaitu beberapa ucapan
dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, yang
dengannya kita beribadah kepada Allah, menurut syarat-syarat yang telah
ditentukan.69
69
http://uraianayatalquran.blogspot.com/2013/06/kewajiban-shalat-lima-waktu.html
diakses tanggal 23april 2014.
86
Hukum melaksanakan shalat lima waktu ini adalah wajib atau
fardu `ain, yaitu sesuatu yang diharuskan dan yang mengikat kepada setiap
individu seorang muslim yang telah dewasa, berakal sehat, balig
(mukallaf). Apabila salat wajib ini ditinggalkan. maka orang yang
meninggalkannya mendapat dosa dari Allah SWT. Allah SWT berfirman
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku.“Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari
mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan padaKu.” (QS. Adz Dzariyat: 56-57). Nabi SAW bersabda, “ Shalat adalah
tiang agama. Barang siapa mendirikan shalat berarti dia mendirikan
agama. Dan barangsiapa yang meningglknnya, merarti dia merobohkan
agama.70
Shalat merupakan benteng kemaksiatan artinya bahwa shalat dapat
mencegah perbuatan keji dan munkar. Semakin baik mutu shalat seseorang
maka semakin efektiflah benteng kemampuan untuk memelihara dirinya
dari perbuatan makasiat. Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan
munkar apabila dilaksanakan dengan khusu, tidak akan ditemukan mereka
yang melakukan shalat dengan khusu akan berbuat maksiat, merampok
dan sebagainya. Tetapi sebaliknya kalau ada yang melakukan shalat tetap
berbuat maksiat, tentu kekhusuan shalatnya perlu dipertanyakan. Hal ini
diterangkan dalam Al-Qur'an surat Al-Ankabut: 45
ِ َ‫ك ِمن الْ ِكت‬
ِ ِ
‫الص ََلةَ تَ ْن َه ٰى َع ِن‬
َّ ‫الص ََلةَ ۖ إِ َّن‬
َّ ‫اب َوأَقِ ِم‬
َ َ ‫اتْ ُل َما أُوح َي إلَْي‬
70
Imam Muslim, Shahih Muslim, (Bandung : Multazam, 1974), hlm. 404.
87
َِّ ‫الْ َفحش ِاء والْمْن َك ِر ۖ ولَ ِذ ْكر‬
‫صنَ ُعو َن‬
َّ ‫اّلل أَ ْكبَ ُر ۖ َو‬
ْ َ‫اّللُ يَ ْعلَ ُم َما ت‬
ُ َ َْ
ُ َ
Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu
Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah
dari
sesungguhnya
perbuatan-perbuatan
mengingat
Allah
keji
(shalat)
dan
mungkar.
adalah
lebih
Dan
besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan.
Dakwah bil-hal dalam hal ini dengan mendirikan shalat, maka
banyak hal yang didapat, shalat akan mendidik perbuatan baik apabila
dilaksanakan secara terus menerus. Sebagaimana keterangan diatas bahwa
pada intinya shalat merupakan penentu apakah orang-orang itu baik atau
buruk, baik dalam perbuatan sehari-hari maupun ditempat mereka bekerja.
Apabila mendirikan shalat dengan khusu maka hal ini akan mempengaruhi
terhadap etos kerja mereka dan juga kehidupan sosialnya.
b. Analisis tentang ibadah
Doa adalah permohonan kepada Allah yang disertai kerendahan
hati untuk mendapatkan suatu kebaikan dan kemaslahatan yang berada
disisinya. Sedangkan sikap khusu dan tadharru dalam menghadapkan diri
kepadanya merupakan hakikat pernyataan seorang hamba yang sedang
88
mengharapkan tercapainya sesuatu yang diharapkan. Itulah pengertian doa
secara syar‟i yang sebenanya.71
Doa dalam pengertian pendekatan diri kepada Allah dengan
sepenuh hati, banyak juga dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur‟an. Bahkan
Al-Qur‟an banyak menyebutkan pula bahwa tadharu (berdoa dengan
sepenuh hati) hanya akan muncul bila disertai keikhlasan. Hal tesebut
merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang shalih. Dengan
tadharu dapat menambah kemantapan jiwa, sehingga do‟a kepada Allah
akan senantiasa dipanjatkan, baik dalam keadaan senang maupun dalam
keadaan susah, dalam penderitaan maupun dalam kebahagiaan, dalam
kesulitan maupun dalam kelapangan. Dalam Al-Qur‟an Allah telah
menegaskan : “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang
yang menyeru Tuhannya dipagi dan senja hari dengan mengharapkan
keridhaannya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena
mengharapkan perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah kamu mengikuti
orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami serta
menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS.
Al-Kahfi : 28).
Fungsi doa dalam kehidupan sehari-hari secara kualitas doa
disejajarkan dengan setengah ibadah wajib, tapi dari segi substansinya doa
Doa dalam pengertian “permintaan” atau “permohonan.” Seperti
dalam Al-Quran surah Al-Mu'minûn ayat 60 dibawah ini.
71
http://eri32.wordpress.com/pentingnya-doa/ diakses tanggal 23 april 2014.
89
Artinya: "Mohonlah (mintalah) kamu kepada-Ku, pasti Aku
perkenankan (permintaan) kamu itu."
Maksud kata doa dalam ayat ini adalah, "memohon" atau
“meminta.” Yaitu, mohonlah (mintalah) kepada Aku (Allah) niscaya Aku
(Allah) akan perkenankan permohonan (permintaan) kamu itu. Berdo‟a
adalah salah satu bentuk ketaatan terhadap tuhan, dengan cara-cara
tertentu disertai kerendahan hati untuk mendapatkan kemaslahatan dan
kebaikan yang ada disisinya. Do‟a adalah salah satu unsur yang endukun
dakwah bil-hal, karena ketika manusia berusaha tanpa diiringi dengan do‟
maka manusia tersebut dikatakan sombong.
c. Anlisis tentang pendidikan
Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
Menurut Ernest R. Hilgard dalam belajar merupakan proses perbuatan
yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan,
yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan
semula.
Al-Qur‟an merupakan wahyu yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dan merupakan kalamullah yang mutlak kebenarannya,
berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran dan petunjuk tentang
90
berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia dan
akhirat kelak. Ajaran dan petunjuk tersebut amat dibutuhkan oleh manusia
dalam mengarungi kehidupannya.
Namun demikian al-Qur‟an bukanlah kitab suci yang siap pakai
dalam arti berbagai konsep yang dikemukakan al-Qur‟an tersebut, tidak
langsung dapat dihubungkan dengan berbagai masalah yang dihadapi
manusia. Ajaran al-Qur‟an tampil dalam sifatnya yang global, ringkas dan
general sehingga untuk dapat memehami ajaran al-Qur‟an tentang
berbagai masalah tersebut, mau tidak mau seseorang harus melalui jalur
tafsir sebagimana yang dilakukan oleh para ulama‟.72 Salah satu pokok
ajaran yang terkandung dalam al-Qur‟an adalah tentang kewajiban belajar
mengajar, seperti yang dijelaskan dalam Surat al-Ankabut ayat 19 – 20.
Artinya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah
menciptakan (manusia) dari permulaannya, Kemudian mengulanginya
(kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
(19) Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah
bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, Kemudian
Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.(20)73
Manusia diwajibkan belajar, karena belajar akan menunjang karir
kehidupan, dapat merubah prilaku, dapat memahami dan memaknai segala
72
DR.H Abddin Nata,MA. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.
2002.Cet I,hlm.1-2
73
Prof.H. Mahmud Junus. Tarjamah Al-Qur’an Al-Karim. Bandung. PT. al-Ma’arif. 1997.
Cet 12. hlm.360.
91
aspek yang didunia, dan yang terpenting manusia harus bisa merubah
keadaan baik yang berupa material maupun non material, dan tidak lupa
kepada tuhannya. Karenya Allah berfirman “dia tidak akan merubah suatu
kaum, keculai dia mau berusaha untuk berubah.
d. Anlisis tentang akhlak
Manusia memang tidak akan pernah lepas dari apa yang disebut
sosial. Karena memang manusia itu merupakan makhluk sosial, makhluk
yang memerlukan orang lain, berkomunikasi dengan sesama, bertukar
pikiran, tolong-menolong dan lain sebagainya. Dalam pandangan Islam
seseorang tidak akan dikatakan sempurna imannya sampai ia mencintai
saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.74
Allah Swt menciptakan makhluk berdasarkan perbedaan dan bukan
pembedaan demi mengatur alam dengan sempurna. Sebagian diciptakan
dalam bentuk benda mati, sebagian berupa tumbuhan dan yang lainnya
diciptakan dalam bentuk hewan dan manusia. Dari jenis manusia juga
diciptakan sebagian laki-laki dan sebagiannya perempuan. Yang lebih unik
lagi, tidak ada dua manusia yang benar-benar sama dari segala sisi. Setiap
manusia tidak hanya berbeda pada jasad, tapi juga ruh mereka.
Kendatipun pandangan Islam sudah demikian benar, namun
kenyataannya
masih
banyak orang
yang
kurang peka terhadap
permasalahan sosial sekarang ini sehingga tatanan sosial menjadi kurang
74
http://karakter0809.weebly.com/definisi-kepedulian-sosial.html diakses tanggal 23
april 2014.
92
seimbang yang akhirnya terjadilah banyak kekacauan seperti pencurian,
perampokan, pembunuhan, jual beli manusia dan lain sebagainya yang
mungkin saja hal ini terjadi yang disebabkan salah satunya karena faktor
kurang peduli terhadap permasalahan sosial ataupun pihak pemerintah
belum mampu mengentaskan permasalahan pengangguran, juga bisa jadi
karena orang yang miskin pun kurang memiliki mental yang positif
apalagi saat ini dunia sedang terhegemoni oleh pemikiran barat yang
sekular dan liberal. Sangat ironis memang jika sifat apatis terhadap sosial
itu dimiliki oleh orang Islam.
Disisi lain seorang muslim mempunyai karakter dan kewajiban
yang sama besarnya dengan hablum minallah yaitu hablum minannas atau
hubungan dirinya dengan sesama manusia. Hubungan tersebut merupakan
hubungan yang lebih kompleks, karena hubungan ini terjadi antara pihak
yang satu dan lainnya yang bersifat relatif serta penuh dengan dinamika.
Oleh karena itu perlu diingat bahwa manusia adalah makhluk yang
dibekali rasa, karsa, dan periksa, sehingga segala tindakanya selalu
terpengaruh oleh ketiga hal tersebut.75 Allah berfirman yang berbunyi
ِ َّ ‫ضل‬
ِ َ‫ض ۚ لِ ِلرج ِال ن‬
ٍ ‫ض ُك ْم َعلَ ٰى بَ ْع‬
‫صيب ِِمَّا ا ْكتَ َسبُوا‬
َ ‫اّللُ بِه بَ ْع‬
َّ
َ َّ َ‫َوََل تَتَ َمن َّْوا َما ف‬
ِ ِ ِ ِِ
‫اّللَ َكا َن بِ ُك ِّل‬
َّ ‫ضلِ ِه ۚ إِ َّن‬
َّ ‫اسأَلُوا‬
ْ َ‫اّللَ ِم ْن ف‬
َ ْ ‫ۚ َوللنّ َساء نَصيب ِمَّا ا ْكتَ َس‬
ْ ‫ب ۚ َو‬
‫َش ْي ٍء َعلِيما‬
75
Toto Asmoro, Menuju Muslim Kaffah, (Jakarta : Gema Insani Press, 2000), hlm. 44.
93
Artinya Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian
yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang
mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang
mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Perbedaan antara manusia berdasarkan hikmah dengan tujuan
memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Patut dicamkan bahwa perbedaan
bukan pembedaan atau diskriminasi. Karena pertama, Allah tidak pernah
berutang kepada makhluk yang akan diciptakan-Nya, sehingga dapat
menuntut model penciptaannya sesuai dengan keinginannya. Kedua,
perbedaan yang ada itu berdasarkan hikmah dan bukan atas dasar
kezaliman, kedengkian dan kikir. Begitu juga, sekiranya Allah menuntut
kewajiban yang sama dari semua manusia, maka perbuatan seperti ini
tidak adil dan puncak dari kezaliman, sekalipun Allah memberikan
fasilitas yang sama kepada mereka. Karena menurut ayat dan riwayat,
Allah menghendaki tugas atau tanggung jawab dari manusia sesuai dengan
kemampuan mereka.
Tapi ada poin lain bahwa antara manusia dan makhluk yang lain
terdapat perbedaan yang inti. Manusia diberi akal dan kemampuan berpikir
sehingga mampu memilih sesuai dengan kehendaknya. Kelebihan ini
menjadi landasan bagi manusia untuk menciptakan kemajuan, atau
sebaliknya kehancuran. Dengan kata lain, Allah memberikan kemampuan
94
lain bagi manusia yang dapat diraihnya dengan usaha seperti ilmu,
kekuasaan dan kekayaan.76
e. Anlisis tentang akhlak
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orang tua dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.” (Qs. Al-Israa: 23)
Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi penghormatan
dan pemuliaan kepada kedua orangtua. Apapun bentuk pelecehan dan
sikap merendahkan orangtua maka Islam lewat pesan-pesan moralnya
telah melarang dan mengharamkannya. Bahkan durhaka kepada kedua
orangtua termasuk diantara dosa-dosa besar yang dilarang keras. Dengan
melihat ayat di atas, terutama pada frase, “wa laa taqullahumaa „uff‟,
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya, perkataan „ah‟…”
menunjukkan untuk bentuk pelecehan dan sikap merendahkan kedua orang
tua yang paling kecil sekalipun Islam tidak luput untuk memberikan
penegasan atas pelarangannya.
76
http://indonesian.irib.ir/al-quran/-/asset_publisher/b9BB/content/tafsir-al-quransurat-an-nisaa-ayat-32-33 diakses tanggal 23 april 2014.
95
Komunikasi dan berhubungan dengan kedua orangtua jangan
sampai ada kata-kata yang lebih rendah dari melontarkan kata „ah‟,
niscaya Allah telah melarangnya.” Birrul Walidain berasal dari dua kata,
birru dan al-walidain. Imam Nawawi ketika mensyarah Shahih Muslim
memberi penjelasan, bahwa kata-kata Birru mencakup makna bersikap
baik, ramah dan taat yang secara umum tercakup dalam khusnul khuluq
(budi pekerti yang agung). Sedangkan, walidain mencakup kedua
orangtua, termasuk kakek dan nenek. Jadi, birrul walidain adalah sikap dan
perbuatan baik
yang ditujukan kepada kedua orangtua, dengan
memberikan penghormatan, pemuliaan, ketaatan dan senantiasa bersikap
baik termasuk memberikan pemeliharaan dan penjagaan dimasa tua
keduanya.77
f. Anlisis tentang ikhlas
Suroh Al-Baqarah ayat 153 dan 155
‫ص ال َ ِة إِنَّ هللاَ َم َع الصَّابِ ِريْه‬
َّ ‫صب ِْر َو ال‬
َّ ‫س ت َ ِع يْىُ ْى ا بِال‬
ْ ‫يَا أ َيُّهَا الَّ ِذيْ هَ آ َمىُىا ا‬
Artinya Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan dengan
sabar dan shalat, sesung-guhnya Allah adalah beserta orang-orang yang
sabar.
‫ش ِِر‬
ّ َ‫ت َو ب‬
ِ ‫ص ِّمهَ ْاْل َ َم َىا ِل َو ْاْل ْوفُس َو الث َّ َم َرا‬
ٍ ‫ف َو ا ْل ُج ْىعِ َو وَ ْق‬
ِ ‫َو لَىَ ْبلُ َىوَّ ُك ْم بِش َْيءٍ ِّمهَ ا ْل َخ ْى‬
ِِ َ‫الصَّابِ ِر ْيه‬
77
Ismail Amin, Mahasiswa Mostafa International University Republik Islam Iran Qom, 30
Maret 2010/ 12 Farvardin 1389 HS diakses tanggal 23 april 2014.
96
Artinya Dan sesungguhnya akan Kami beri kamu percobaan dengan sesuatu dari ketakutan dan kelaparan dan kekurangan dari harta benda dan
jiwa-jiwa dan buah buahan; dan berilah khabar yangmenyukakan kepada
orang yang sabar.
Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan
menjadikan sesuatu bersih dari kotoran. Sedangkan secara istilah, Ikhlas
berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa
menyekutukannya dengan yang lain. Oleh karena itu, bagi seorang muslim
sejati makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan,
perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan
kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan,
kedudukan, kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian Si Muslim
tersebut menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan
kepentingan. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya;
dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.” Dan yang berkarakter
seperti itulah yang mempunyai semboyan “Allahu Ghayaatunaa”, yang
artinya Allah adalah tujuan kami, dalam segala aktivitas dalam mengisi
kehidupan.
Rasulullah SAW. Pernah bersabda, “Ikhlaslah dalam beragama,
cukup bagimu amal yang sedikit.” Dalam hadist lain Rasulullah SAW.
bersabda,“ Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan
dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.” Imam Syafi‟i pernah memberi
nasihat kepada seorang temannya,“ Wahai Abu Musa, jika engkau
97
berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh
manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka
ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.”
Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan
seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong
dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam
kesempatan lain beliau berkata,“ Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka
tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu
bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orangorang munafik.” Dari beberapa contoh hadist di atas menunjukkan bahwa
ikhlas itu memang sangat penting bagi umat muslim dalam melaksanakan
ibadah, karena tanpa rasa ikhlas dan hanya mengharap ridho dari Allah
SWT ibadah kita tidak akan diterima oleh Allah.
Yang paling utama adalah menyikapi berbagi hal baik itu musibah
dan lainya harus dengan sabar, dan menerima cobaan dengan lapang dada.
Mencari siapa yang salah dalam bencana alam, hanya akan menimbulkan
konflik dan menarik kepentingan untuk saling menyalahkan. Introspeksi
terhadap masing-masing diri untuk bersama-sama menjaga alam dan
sekitarnya.
Menerima segala sesuatu dengan lapang dada dalam ayat di atas,
adalah karena Allah. Menerima dengan lapang dada, kesedihan yang ada,
dengan berdo'a pada Allah, agar dilapangkan segala kesedihan, dan
dimudahkan urusan, agar musibah dapat ditangani dengan baik. Sebab,
98
ketika kita bertemu Allah di akhirat kelak, semua harta dan anak-anak kita
juga tidak berarti lagi bagi Allah, kecuali amal perbuatan kita dan hati kita
yang bersih dan lapang. Allah berfirman "(Ingatlah) pada hari di mana
harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih dan lapang.'' (Q.S. 26:89).
g. Anlisis tentang pesan moral
Manusia memang tidak akan pernah lepas dari apa yang disebut
sosial. Karena memang manusia itu merupakan makhluk sosial, makhluk
yang memerlukan orang lain, berkomunikasi dengan sesama, bertukar
pikiran, tolong-menolong dan lain sebagainya. Dalam pandangan Islam
seseorang tidak akan dikatakan sempurna imannya sampai ia mencintai
saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.
Kepedulian sosial adalah minat atau ketertarikan kita untuk
membantu orang lain. Lingkungan terdekat kita yang berpengaruh besar
dalam menentukan tingkat kepedulian sosial kita. Lingkungan yang
dimaksud disini adalah keluarga, teman-teman kita, dan lingkungan tempat
kita tumbuh besar. Karena merekalah kita mendapat nilai-nilai tentang
kepedulian sosial. Nilai-nilai yang tertanam itulah yang nanti akan menjadi
suara hati kita untuk selalu membantu dan menjaga sesama.
Hanif berkata lingkungan yang sangat berpengaruh adalah
keluarga, karena di sanalah kita besar dan orang-orang yang paling sering
kita temui selama hidup. Dan waktu kecil keluarga jugalah yang sering
melarang kita, nantinya akan jadi nilai kepedulian sosial itu. Larangan-
99
larangan seperti “Jangan buang sampah sembarangan! Jangan suka
bertengkar!” itu adalah nilai yang akan tertanam di diri kita tentang arti
kepedulian sosial. Ada juga orang-orang yang nilai kepedulian sosialnya
kurang terasah. Itu bisa terjadi karena lingkungan terdekatnya kurang
menanamkan hal itu. Misalnya, orang itu dari kecil terbiasa melihat
Ayahnya buang sampah sembarangan, jadi dia berfikir “buang sampah
sembarangan itu tidaklah salah”.78
Disisi lain seorang muslim mempunyai karakter dan kewajiban
yang sama besarnya dengan hablum minallah yaitu hablum minannas atau
hubungan dirinya dengan sesama manusia. Hubungan tersebut merupakan
hubungan yang lebih kompleks, karena hubungan ini terjadi antara pihak
yang satu dan lainnya yang bersifat relatif serta penuh dengan dinamika.
Oleh karena itu perlu diingat bahwa manusia adalah makhluk yang
dibekali rasa, karsa, dan periksa, sehingga segala tindakanya selalu
terpengaruh oleh ketiga hal tersebut.79
Apabila kamu salah, maka akuilah kesalahanmu dan minta maaf
darinya. Sesungguhnya mengakui kesalahan adalah lebih baik daripada
tetap dalam kebatilan. Rasulullah telah bersabda: Setiap bani Adam itu
bersalah dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah orang-orang yang
bertaubat.(HR. At Tirmidzi dan di hasankan oleh pentahqiq kitab Jami‟ul
Ushul).
78
http://karakter0809.weebly.com/definisi-kepedulian-sosial.html diakses tanggal 23
april 2014.
79
Toto Asmoro, Menuju Muslim Kaffah, (Jakarta : Gema Insani Press, 2000), hlm. 44.
100
Semua manusia pernah melakukan kesalahan, Nabi sekalipun.
Karena lupa, khilaf, dan salah sangat melekat pada kedirian manusia. Dan,
tindakan tidak mau mengakui kesalahan dan berusaha memperbaikinya
merupakan hal yang paling aneh. Sebenarnya, mengakui kesalahan
merupakan sebuah pintu dari dinding pembatas antara dua ruangan;
kebaikan dan keburukan. Jika seseorang tidak mau mengakui salahnya,
berarti dia masuk dari pintu itu ke ruangan kejahatan. Sebaliknya, jika
seseorang mau mengakui dosanya, berarti dia membuka pintu itu untuk
masuk ke ruangan kebaikan.
Allah sendiri mengatakan bahwa salah satu ciri orang-orang
bertakwa adalah mau mengakui kesalahan dan minta ampun kepada Allah,
kemudian dia tidak lagi mengulanginya, Dan salah satu dari orang yang
bertakwa itu adalah orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji
atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon
ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu (QS Ali Imran [3]: 135).
Mengaku
bersalah
tidak
membuat
seseorang
kehilangan
kehormatan, bahkan sebenarnya merupakan upaya paling efektif
menyelamatkan nama baik. Menyadari dosa dan bertekad tidak akan
mengulangi lagi adalah salah satu pintu masuk menjadi manusia terbaik.
Itulah yang dilakukan oleh para sahabat Nabi yang umum telah berbuat
kejahatan di masa lalu.
101
Perbuatan menutupi kesalahan pasti akan diikuti dengan usaha
menghilangkan barang bukti, dengan cara apa pun. Bisa jadi hal itu
dilakukan dengan berdusta, memfitnah, menyuap, meneror, bahkan
membunuh sekalipun. Jika usaha menghilangkan bukti ini membuahkan
bukti baru, misalnya diketahui orang lain, maka bukti baru itu juga harus
dilenyapkan. Begitulah seterusnya. Tak dapat dibayangkan berapa banyak
dosa turunan yang harus dikerjakan. Orang bersalah akan terus diburu
kesalahannya. Hanya taubat yang membuat semua itu berakhir. Bagi
pelaku dosa, dunia menjadi semakin sempit dan tidak ada tempat yang
nyaman. Memang tidak enak hidup dalam kurungan yang dibikin sendiri.80
80
http://www.en.co.id/baiturrahman/renungan/mengakui%20kesalahan.htm
tanggal 23 april 2014.
diakses
102
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan dan saran
1.
Kesimpulan
Setelah mengamati dan menganalisis bab sebelumnya, penulis
dapat menyimpulkan bahwa: Makna denotasi dari sebuah film yang
diangkat berdasarkan kisah nyata ini ini berawal dari sebuah novel dan
dituangkan dalam karya audiovisual dengan judul yang sama (Hafalan
Shalat Delisa) Hafalan Shalat Delisa, kisah yang berlatar belakang
bencana tsunami Aceh tahun 2006 lalu, Film ini sarat dengan pesan-pesan
kemanusiaan, keberagaman, keikhlasan serta bagaimana mengubah
kesedihan menjadi kekuatan yang memberikan energi positif bagi orangorang di sekitarnya yang sudah kehilangan harapan. Sedangkan, makna
konotasi dari film yang diproduksi Star Vision ini, Sutradara sengaja
mengangkat kisah delisa dan perasaan orang-orang yang ditinggal pergi
(mati) oleh mereka (keluarganya). Dan, mitos dari film ini memang
diformulasikan dari kisah Tsunami Aceh tahun 2004 lalu masih
menyisakan luka yang mendalam. Tidak hanya bagi korban bencana,
namun siapapun yang melihat dan mendengar berita itu, sudah dipastikan
remuk redam yang terkubur dalam palung jiwa akan menyeruak kembali.
Sebab inilah bencana alam terbesar di tahun 2004 yang menelan beribu
korban di negeri serambi Mekah ini. Didalam filmnya ini mengajarkan
kesabaran, ketabahan dan siap berjiwa besar ketika suatu hari nanti kita
ditinggal pergi oleh orang-orang yang kita cintai.
103
Dalam film " Hafalan Shalat Delisa " mengandung pesan dakwah
yang relevan dan urgen terhadap kehidupan masyarakat. Hal ini dapat dilihat
dari beberapa aspek yaitu:
pesan syariah dalam bentuk ibadah, akhlak,
pesan moral dalam bentuk kepedulian, empati dan kejujuran, pesan
pendidikan.
2.
Saran
Saran yang ingin disampaikan penulis untuk film Hafalan Shalat
Delisa ialah:
1. Rekonstruksi ulang tentang kejadian gempa dan Tsunami
dalam film ini masih terbilang gagal. Gempa yang divisualkan
tidak begitu melahirkan rasa gemuruh dan takut di jiwa
penonton. Atmosfir itu tidak bisa dirasakan. Gempa yang tidak
meyakinkan. Bagaimana bisa saat gempa terjadi tapi daun pintu
tidak bergoyang. Meja-meja di dalam kelas tidak bergeser?
Lalu disusul visual Tsunami yang seperti sapuan ombak biasa.
Padahal film ini menggunakan teknologi CGI (Computer
Generated Imagery) yang tergolong baru bagi perfilman
Indonesia. Adegan helikopter, kapal-kapal besar, khusunya
Tsunami tampak belum maksimal.
2. Efeknya masih belum terasa. Visualnya masih kasar. Tapi
untuk penggunaan teknologi CGI, film ini layak untuk
diapresiasi.
Dan
alangkah
tidak
adilnya
jika
membandingkannya dengan dunia perfilman Holywood dan
104
Bollywood yang sudah sangat jauh meninggalkan perfilman
tanah air.
3. Kurang memunculkan kesan acehnya. Dilihatkan lagi keadaan
setelah pasca tsunami tersebut.
4. Film ini layak untuk ditonton sebagai pencerahan yang lebih
edukatif. Apalagi film ini didukung oleh beberapa pemeran
papan atas dunia perfilman Indonesia. Akting Nirina yang
keibuaan. Reza Rahadian yang begitu terlihat terpukul dengan
semua yang ia hadapi. Tentang apakah film ini mampu
menyedot air mata dan memberikan pesan terdalam bagi benak
penontonnya. Mungkin lebih kepada bagaimana para penonton
menghayati dan memaknai film ini. Setidaknya banding lurus
dengan judul film, Hafalan Shalat Delisa. Sudahkah kita shalat
dengan hafalan yang ikhlas kepada Allah?
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an dan Tafsirnya, (yogyakarta: Univereitas Islam Indonesia, 1991).
Al-Rasyid, Harun dkk, Pedoman Pemerintahan Dakwah Bil-Hal, Jakarta: Depag RI,
1989.
Amrullah Achmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta : Prima Duta,
1985.
Antonius, M. Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi,
Yogyakarta: Gitanyali, 2004, cet, ke-1.
Asmoro, Toto, Menuju Muslim Kaffah, Jakarta : Gema Insani Press, 2000.
Aziz, Moh . Ali, Ilmu Dakwah, .Jakarta: Prenada Media, 2004.
Danesi, Marcel, Pengantar Memahami Semiotika Media, Yogyakarta: Jalasutra,
2010.
Effendi, Onong, Uchjana, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologi,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999.
Effendy, Heru, Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser, Jakarta: Pustaka
Konfiden, 2008, cet, ke-6.
Hamka, Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam, (jakarta: Pustaka Panjimas, 1981.
Haricahyono, Cheppy, Dimensi Pendidikan Moral, Semarang: IKIP Semarang Pres,
1995, h.67.
Hidayat, Dedy Nur. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2007.
Imam Muslim, Shahih Muslim, Bandung : Multazam, 1974.
Jamaludin, Muhammad, Al Qosimi, Tafsir Al-Qosimi, tkt: Dar al-Ihya' Kutub alArabiyah, 1957.
Junus Mahmud. Tarjamah Al-Qur’an Al-Karim. Bandung. PT. al-Ma’arif. 1997. Cet
12.
Kusnawan, Aep, Komunikasi & Penyiaran Islam, Bandung: Benang Merah Press,
2004.
1
Lull, James, Media Komunikasi, Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global, (Terj). A.
Setiawan Abadi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997), cet. Kel-1.
Madhal, Husen, Hadits II, Yogyakarta: Fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga,
1995.
Masdar F. Mas'udi, "Mukaddimah : Dakwah, Membela Kepentingan Siapa?",dalam
Majalah Pesantren, No. 4 Vol. IV jakarta : P3M, 1987.
Masy'ari, Anwar, Butir-butir Problematika Dakwah Islamiyah, Surabaya: Bina llnuj,
1993.
McQuail, Denis, Teori Komunikasi massa, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005.
Munir, Samsul, Amin,M.A,Ilmu Dakwah. jakarta.2009.
Muriah, Siti, Metodologi Dakwah Kontemporer, Cet.I, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2000.
Nata, Abddin, MA. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.
2002.Cet I.
Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003, cet.V.
Oey Hong Lee, “Publisistik Film”, Ichtiar, Jakarta,1965.
Pangaribuan, Tigor, Kamus Populer Lengkap, Bandung: Pustaka Stia, 1996, cet-1.
Pius A Partanto & M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arloka,
1994.
Poerwadarminta, W.J, S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Rajawali Press, 1980),
cet.II.
Rakhmat, Miftah , Catatan Kang Jalal, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Miftah, Teknik praktis riset komunikasi, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sobur, Alex, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosda Karya , cet.
Keempat April 2006.
Sobur, Alex, Simiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, cet. Ke-2.
2
Sumandiria, AS Haris, Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis,
Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2006, cet, ke-1.
Tinarbuko, Sumbo, Semiotika Komunikasi Visual: Metode Analisis Tanda dan
Makna Pada karya Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta : Jalasutra, 2008.
Wafyah dan Awaludin Pimay, Sejarah Dakwah, Semarang: RaSAIL, 2005. Cet.I,
Wirosardjono, Soetjipto, "Dakwah: Potensi dalam Kesenjangan" dalam Majalah
Pesantren, No. 4 Vol. IV (Jakarta: P3M, 1987.
Yasraf Amir Piliang, Hipesemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna,
Yogyakarta: Jalasutra, 2003.
3
INTERNET
http://elmubarok.blogspot.com/2009/12/peran-film-sebagaimediadakwah. diakses tanggal
20 Desember 2013.
http://eri32.wordpress.com/pentingnya-doa/ diakses tanggal 23 april 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Nirina_Zubir diakses tanggal 20 November 2013.
http://id.wikipedia.org/wiki/Reza_Rahadian#Karier diakses tanggal 20 November 2013
http://indonesian.irib.ir/al-quran/-/asset_publisher/b9BB/content/tafsir-al-quran-surat-annisaa ayat - 32-33 diakses tanggal 23 april 2014.
http://karakter0809.weebly.com/definisi-kepedulian-sosial.html diakses tanggal 23 april
2014
http://karakter0809.weebly.com/definisi-kepedulian-sosial.html diakses tanggal 23 april
2014.
http://rayasaforever.blogspot.com/2012/06/ibadah-syariah-dan-muamalah.html
tanggal 23 maret 2014.
http://surianto200477.wordpress.com/2009/09/17/teori-pembelajarankonstruktivi
Diakses 10 Mei 2014.
diakses
sme/
http://uraianayatalquran.blogspot.com/2013/06/kewajiban-shalat-lima-waktu.htmldiakses
tanggal 23april 2014.
http://www.boleh.com/news/read/movie_news_index/6843_chantiq_schagerl_pemeran
_delisa_di_film_hafalan_shalat_delisa diakses tanggal 20 November 2013.
http://www.cumicumi.com/celebrities/fathirmuchtar/profile.html#sthash.757eBpIO.dpuf
diakses tanggal 20 November 2013.
http://www.en.co.id/baiturrahman/renungan/mengakui%20kesalahan.htm diakses tanggal
23 april 2014.
http://www.indonesiafilmcenter.com/tmp_file/23544_Press_kit_Hafalan-Shalat-DelisaIndo.pdf diakses 2 januari 2014.
http://www.profil.web.id/2013/09/profil-biodata-chantiq-schagerl.html diakses tanggal
januari 2014.
4
Pranata.2008.Belajar Kontruktivisme. http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/. Diakses
pada tanggal 06 Mei 2014.
Surianto.2009. TeoriPembelajaranKonstruktivisme.http://surianto200477.wordpress.com/
2009/09/17/teori-pembelajaran-konstruktivisme/.Diakses 06 Mei 2014.
www.wikipedia.com, arti diakses pada 22 Oktober 2013.
Ismail Amin, Mahasiswa Mostafa International University Republik Islam Iran Qom, 30
Maret 2010/ 12 Farvardin 1389 HS diakses tanggal 23 april 2014.
5
Download