1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Strain anggota spesies bakteri Gluconacetobacter xylinus yang dahulu dikenal sebagai anggota spesies Acetobacter xylinum merupakan bakteri yang sangat umum dimanfaatkan di industri pangan (Tsuchida & Yoshinaga, 1997). Menurut Chawla et al. (2009), strain anggota G. xylinus memiliki kemampuan mensintesis matriks selulosa ekstraselular yang lebih dikenal dengan sebutan nata, yang berwarna putih dengan tekstur kenyal menyerupai gel. Matriks selulosa ekstraselular yang dibentuk oleh strain anggota G. xylinus memiliki fungsi untuk (i) melindungi sel – sel bakteri dari sinar ultra violet, (ii) mempermudah kolonisasi, (iii) meningkatkan kemampuan dalam kompetisi memperoleh nutrien dengan mikrobia lainnya, (iv) berperan dalam pertumbuhan sel bakteri dan (v) mempertahankan diri di alam. Selama ini, bahan dasar yang umum dimanfaatkan masyarakat untuk memproduksi nata adalah air kelapa (nata de coco), sari nanas (nata de pinna), sari kedelai (nata de soya), sari singkong (nata de cassava) dan sari melon (nata de melo). Menurut Adams dan Moss (1995), bahan-bahan tersebut mengandung komponen yaitu air, protein, lemak dan karbohidrat. Selain itu, terkandung pula nutrien yang mendukung pertumbuhan G. xylinus, yaitu sukrosa, fruktosa, asam nikotinat, asam pantotenat, biotin, riboflavin dan asam folat. Menurut Chawla et al. (2009), komponen media pertumbuhan G. xylinus yang sangat penting adalah sumber nitrogen yaitu garam amonium NH4H2PO4 dan sumber karbon yang berasal dari gula. Untuk menghasilkan ketebalan nata maksimum, perlu dilakukan pengaturan temperatur inkubasi antara 28oC – 30oC dan pH (kisaran 4 – 5,5). Menurut Matsuoka et al. (1996), selain sumber karbon dan nitrogen, nutrien yang dibutuhkan untuk pembentukan selulosa ekstraselular adalah fosfor, sulfur, kalium, magnesium dan vitamin. Mikrobia penghasil selulosa akan mengekskresikan selulosa keluar sel ketika di lingkungannya tersedia sumber karbon yang melimpah (60-80%) dan adanya sumber nitrogen. 2 Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu tanaman yang telah lama dimanfaatkan sebagai minuman. Salah satu produk minuman fermentasi dari teh adalah tea-cider atau disebut juga kombucha. Menurut Nainggolan (2009), kombucha merupakan minuman hasil fermentasi air teh manis dari simbiosis bakteri dan khamir. Kelompok bakteri yang berperan dominan dalam fermentasi kombucha adalah Gluconacetobacter. Dalam proses fermentasi kombucha, dihasilkan cairan teh hasil fermentasi dan lapisan gelatinoid serta membran liat berwarna putih yang terapung. Selama ini masyarakat awam hanya memanfaatkan cairan kombucha untuk dikonsumsi sebagai minuman. Padahal lapisan putih yang terbentuk selama fermentasi kombucha adalah nata yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Menurut Misgiyarta (2007), teh mengandung protein, karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor, zat besi dan vitamin A. Selain itu, terdapat kandungan senyawa antimikrobia dalam teh yaitu polifenol. Menurut Ankolekar et al. (2011), polifenol dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis mikrobia misalnya bakteri Helicobacter pylori, Clostridia, Staphylococcus aureus serta jamur Candida albicans. Karena adanya polifenol dalam teh, pertumbuhan mikrobia kontaminan dalam fermentasi kombucha dapat dicegah. Kandungan polifenol paling tinggi dapat ditemukan pada teh hijau yang mengalami proses oksidasi minimal. Saat ini telah berdiri banyak industri minuman teh siap saji, salah satunya adalah PT Sinar Sosro Ungaran. Perusahaan ini memproduksi beberapa produk teh botol siap minum, yaitu Teh Botol Sosro, S-tee Botol dan Fruit Tea Botol, dengan kapasitas produksi sebesar 200.000 liter per hari (Larasati, 2014). Teh Botol Sosro (TBS) menggunakan bahan baku teh hijau dan melati (jasmine tea) (Anonimus, 2014a). S-tee Botol (STB) menggunakan bahan baku teh hijau (Anonimus, 2014b). Sedangkan teh botol Fruit Tea Botol (FTB) menggunakan bahan baku teh hitam (Anonimus, 2014c). Seluruh produk teh kemasan Sosro tidak menggunakan bahan pengawet sintetik dan memiliki masa kadaluarsa 1 tahun dari waktu produksi (Larasati, 2014). Dalam pemasaran produk teh botol siap minum tersebut, tentunya ada sisa produk non standar (rejected) maupun ditarik kembali karena melewati masa 1 tahun. Produk teh siap minum non standar maupun kadaluarsa ini dapat dimanfaatkan menjadi media dasar 3 pembuatan nata. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian mengenai biosintesis selulosa ekstraselular oleh bakteri G. xylinus dengan media dasar teh (nata de tea). B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah strain anggota spesies bakteri G. xylinus mampu mensintesis selulosa ekstraselular dengan media dasar teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze)? 2. Bagaimana pengaruh jenis teh (teh hijau melati, teh hijau dan teh hitam), konsentrasi sukrosa dan urea dalam media pertumbuhan terhadap aktivitas biosintesis selulosa oleh strain anggota G. xylinus? 3. Bagaimana pengaruh jenis teh (teh hijau melati, teh hijau dan teh hitam), konsentrasi sukrosa dan urea dalam media pertumbuhan terhadap kualitas nata de tea? C. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui dan mempelajari kemampuan G. xylinus dalam mensintesis selulosa ekstraselular dengan media dasar teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze). 2. Mempelajari pengaruh jenis teh (teh hijau melati, teh hijau dan teh hitam), konsentrasi sukrosa dan urea dalam media pertumbuhan terhadap aktivitas biosintesis selulosa oleh strain anggota G. xylinus. 3. Mengetahui pengaruh jenis teh (teh hijau melati, teh hijau dan teh hitam), konsentrasi sukrosa dan urea dalam media pertumbuhan terhadap kualitas nata de tea yang dihasilkan. D. Manfaat Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan potensi produk teh non standar dan teh kadaluarsa sebagai media pertumbuhan G. xylinus dalam menghasilkan nata. Dengan demikian diharapkan dapat dihasilkan jenis bahan makanan baru berupa nata de tea dan menjadi peluang usaha baru di bidang industri pangan.