213 INVESTASI CACING DAN PERTAMBAHAN BOBOT TERNAK DOMBA MELALUI PEMBERIAN Effective Microorganisms (EM 4) DI PADANG PENGGEMBALAAN Oleh: La Malesi 1) ABSTRACT The main problems of tropical pasture for grazing animals is low production and quality of herbage, and high infestation of nematode. One of various methods to improve herbage productivity and quality, and to minimize harmful effects due to parasites infestation was introduced the Effective Microorganism (EM 4) in to the pasture. Forty eight female sheep was herded rotationally on Brachiaria humidicola pasture. The experiment was obyective to know the effect of EM 4 on grass production and consumption, sheep body weight gain and nematode eggs number. This experiment was arranged in split plot design replicated in time consisted of 2 factors. The stocking rates was the main plot consisted of three levels: 2 sheep, 4 sheep, and 6 sheep/paddock. The EM 4 concentrations as the sub plot consisted of four levels: 0 ml (without EM 4), 10 ml, 20 ml and 30 ml EM 4/1 water. The results were 1) The body weight gain (BWG) increase significantly at the rainy season compared to the early rainy season and ay dry season. 2) The highest number of nematode eggs significantly occurred in the beginning of rainy season and in the grazing area untreated with EM 4. Key words: Grazing, Effective Microorganisms, Brachiaria humidicola, Nematodes. PENDAHULUAN Padang penggembalaan merupakan wilayah luas yang ditumbuhi oleh rumput alami atau rumput unggul yang dibudidayakan dan digembalai ternak. Pada umumnya kesuburan tanahnya rendah, dan curah hujan rendah. Padang penggembalaan daerah tropis yang aktif digembalai khususnya di Indonesia memeliki berbagai permasalahan, dan masalah yang paling utama adalah produksi rumput yang rendah dan banyaknya investasi parasit cacing. Padang penggembalaan yang telah terinvestasi parasit cacing dapat menimbulkan masalah yang berkaitan dengan produktivitas domba yang digembalakan di atasnya. Bila tidak diatasi dapat menimbulkan kerugian dalam jangka panjang. Cacing yang biasa mengganggu kesehatan domba adalah dari kelas Nematoda, dan jenis yang paling berbahaya adalah Haemonchus contortus (cacing pita) yang tinggal dalam abomasum domba dan hidup sebagai penghisap darah. Untuk meningkatkan produktivitas padang penggembalaan dan mengurangi investasi cacing perlu diupayakan berbagai cara, antara lain dengan penggunaan Effective Microorganisms (EM 4). Pemanfaatan EM 4 dengan tujuan untuk mengatasi investasi parasit cacing dan meningkatkan produktivitas padang penggembalaan di Indonesia belum banyak dipelajari. Untuk melihat manfaat EM 4 dalam pengelolaan padang penggembalaan perlu adanya suatu penelitian terhadap penggunaan EM 4 pada padang penggembalaan yang aktif digembalai ternak domba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat investasi cacing dan pertambahan bobot badan ternak domba yang diberi berbagai tingkat konsentrasi EM 4 dan tingkat tekanan penggembalaan. Kegunaan penelitian adalah (1) Merekomendasikan tingkat konsentrasi EM 4 yang baik yang dapat digunakan dalam pertambahan bobot hidup ternak domba, (2) sebagai bahan informasi dan bahan acuan dalam pengembangan ternak domba di padang penggembalaan. Hipotesisi penelitian bahwa penambahan EM 4 dapat dan menurunkan tingkat investasi cacing dan meningkatkan 1 ) Staf Pengajar Pada Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari. AGRIPLUS, Volume 20 Nomor : 03 September 2010, ISSN 0854-0128 213 214 bobot badan ternak domba pada tekanan penggembalaan yang berbeda. METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian ini menggunakan padang penggembalaan rumput budidaya Brachiaria humidicola seluas 1 hektar, Effective Microorganisms (EM 4), 48 ekor domba betina lokal berumur sekitar 8 - 10 bulan dengan bobot badan 12 - 17 kg (rataan 14.37 ± 2.5 kg). Perlengkapan lain yang digunakan adalah penakar hujan type observation untuk mengukur curah hujan harian, ember plastik sebagai tempat air minum yang ditempatkan di dekat pagar pada setiap petak padang penggembalaan sebanyak 12 buah, timbangan untuk menimbang ternak domba kapasitas 25 kg (skala terkecil 200 g). Padang penggembalaan ukuran 80 m x 60 m dibagi menjadi 3 petak besar sebagai petak utama, masing-masing seluas 80 m x 20 = 1600 m2 atau 0.16 ha. Selanjutnya masingmasing petak utama dibagi menjadi 4 petak sebagai anak petak, masing-masing seluas 20 m x 20 m = 400 m2 atau 0.004 ha. Tiap-tiap anak petak dibagi menjadi 4 petak rotasi penggembalaan dengan luas 10 m x 10 m = 100 m2 atau 0.01 ha, sehingga totalnya 3 x 4 x 4 = 48 petak rotasi penggembalaan. Setiap anak petak dipagari dengan kawat harmonika yang dapat dipasang atau dilepas. Ternak domba betina sebanyak 48 ekor yang berumur sekitar 8 - 10 bulan dengan bobot badan 12 - 17 kg (rataan 14.37 ± 2.5 kg) dimasukkan dalam setiap petak rotasi penggembalaan setelah ditimbang untuk setiap perlakuan sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan, air minum disediakan pada ember plastik yang ditempatkan di pinggir pagar setiap petak yang digunakan. Penggembalaan diatur dengan sistem penggembalaan bergilir dengan masa tinggal (stay period) selama 7 hari dan domba tetap berada di lapangan selama 7 x 24 jam, dengan masa istirahat (rest period) 21 hari. Dengan demikian diperlukan 4 petak rotasi (21/7 + 1). Petak rotasi penggembalaan akan digembalai kembali setelah masa istirahat 21 hari. Selang waktu tersebut untuk memberikan kesempatan kepada rumput untuk tumbuh kembali. Penyemprotan EM 4 dilakukan sebelum ternak dimasukkan ke padang penggembalaan dan ketika ternak akan digilir pada petak rotasi penggembalaan kedua dan seterusnya sampai berakhir ulangan pertama. Penyemprotan konsentrasi EM 4/l air untuk setiap empat rotasi penggembalaan sebanyak 10 liter. Penyemprotan EM 4 dilakukan sampai rata membasahi daun dan dilakukan pada pukul 17.00 waktu setempat. Rancangan Percobaan Percobaan ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah (Split Plot Design) dengan dasar Rancangan Acak Kelompok. Petak utama dalam penelitian ini adalah tekanan penggembalaan yang semakin meningkat terdiri dari 3 macam perlakuan yaitu: (1) Tekanan penggembalaan dengan jumlah ternak 2 ekor domba per petak rotasi penggembalaan, (2) Tekanan penggembalaan dengan jumlah ternak 4 ekor domba per petak rotasi penggembalaan dan (3) Tekanan penggembalaan dengan jumlah ternak 6 ekor domba per petak rotasi penggembalaan. Sebagai anak petak adalah konsentrasi EM 4 yang terdiri dari 4 taraf yaitu : kontrol [tanpa EM 4 (M0), 10 ml EM 4 l air-1 (M1), 20 ml EM 4 l air-1 (M2), dan 30 ml EM 4 l air-1 (M3)], dengan 3 ulangan dalam waktu yaitu : 1) Akhir musim hujan (bulan Juni dan Juli), 2) musim kemarau (bulan September dan Oktober), dan 3) Awal musim hujan (bulan Desember dan Januari). Setiap petak rotasi penggembalaan disemprot EM 4 sebanyak 2,5 liter. Ternak domba dipakai selama 42 hari/ulangan, setelah itu ternak diistrahatkan selama 30 hari kemudian dipakai kembali dan diacak untuk ulangan berikutnya. Kapasitas tampung padang penggembalaan diukur kembali sebelum memasuki ulangan berikutnya. Untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan dan ulangan (musim), pertambahan AGRIPLUS, Volume 20 Nomor : 03 September 2010, ISSN 0854-0128 215 bobot badan ternak domba dan jumlah investasi cacing dilakukan analisa ragam (anova). Selanjutnya jika terdapat pengaruh nyata dari perlakuan serta interaksinya akan dilakukan uji Polynomial Orthogonal (Steell and Torrie, 1993). Parameter yang Diukur Investasi cacing parasit Untuk menghitung infestasi cacing dalam feses domba digunakan metode Hansen dan Perry (1994). Sampel feses diambil pada semua ternak untuk tiap perlakuan sebanyak 10% dari total feses setelah dikompositkan. Telur cacing diambil pada akhir penggembalaan setiap petak (pada hari ke 7 ketika domba akan digilir pada petak selanjutnya). Telur cacing dihitung dengan alat penghitung telur cacing modifikasi dari McMaster, yaitu metode simple McMaster technique, yang terdiri dari empat kamar hitung, masing-masing mempunyai volume 0,15 ml. Cara kerjanya yaitu sampel feses diambil 4 gram, ditaruh dalam mortar, ditambah 56 ml larutan NaCl dan dilumatkan sampai membentuk suspensi feses. Suspensi feses kemudian dipindahkan ke dalam Erlenmeyer berskala melalui saringan teh. Mortar dicuci dengan larutan garam jenuh dan ditungkan lagi melalui saringan yang sama kedalam Erlenmeyer yang sama pula. Selanjutnya suspensi feses diencerkan dengan larutan NaCl hingga menjadi 60 ml. Erlenmeyer dikocok sambil diaduk dengan pengaduk gelas, suspensi feses dipipet ke dalam kamar hitung McMaster pertama. Erlenmeyer dikocok lagi, dipipet kedalam kamar hitung kedua. Setelah dibiarkan 3 menit, telur yang terapung dalam daerah 1.0 mm2 dari tiap kamar dihitung. Total banyaknya telur per gram tinja/feses (Ttgt) : Ttgt = Jumlah telur yg diamati Total volume laru tan x Berat feses ( g ) Volume kamar hitung Pertambahan bobot badan ternak Pertambahan bobot hidup domba diukur dengan cara : Ternak domba ditimbang sebelum digembalakan dan setelah akan digilir pada setiap petak rotasi penggembalaan. Ternak domba dikeluarkan dari padang penggembalaan dan ditempatkan di kandang untuk dipuasakan selama 12 jam sebelum ditimbang. Penimbangan terakhir dilakukan setelah selesai penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Investasi Telur Nematoda Jenis parasit yang ditemukan pada ternak domba selama penelitian dan yang dominan adalah jenis yang pertama yaitu nematoda yang diketahui berdasarkan bentuk telur. Tabel 1, menunjukkan bahwa rataan jumlah telur nematoda pada akhir musim hujan (126.58 ttgt per minggu) dan musim kemarau (122.83 ttgt per minggu) sangat nyata (P<0.01) lebih rendah dibandingkan awal musim hujan (303.58 ttgt per minggu). Hal ini disebabkan karena pada akhir musim hujan, hari panas dan intensitas penyinaran matahari berangsur tinggi, artinya terjadi peralihan ke musim kemarau. Meningkatnya intensitas penyinaran matahari maka investasi nematoda menurun karena populasi larva cacing di padang rumput tergantung pada iklim lingkungan terutama suhu dan curah hujan serta kelembaban. Jumlah investasi telur nematoda menurun pada musim kemarau karena suhu yang tinggi, dimana larva cacing yang baru menetas tidak dapat bertahan hidup pada suhu tinggi. Pelet tinja domba cepat kering dan sulit hancur pada musim kemarau sehingga bila ada telur cacing menetas maka larva sulit keluar dari pelet tinja. Kemungkinan lain karena pada musim kemarau air embun pada rumput cepat menguap, sehingga larva tidak leluasa naik ke pucuk rumput (Kusumamihardja, 1982). AGRIPLUS, Volume 20 Nomor : 03 September 2010, ISSN 0854-0128 216 Tabel 1. Rataan telur nematoda ternak domba total telur tiap gram tinja pada tingkat konsentrasi EM 4 dan tekanan penggembalaan yang berbeda Jumlah telur nematoda akan meningkat pada awal musim hujan karena larva cacing mampu hidup dan berkembang pada suhu rendah, rumput basah karena air hujan dapat memudahkan larva cacing parasit naik ke pucuk-pucuk rumput (Donald, et.,al., 1978). Selanjutnya dinyatakan bahwa suhu optimum penetasan telur dan pertumbuhan larva di lapangan penggembalaan terutama untuk cacing pita adalah 20 – 27oC. Menurut Ogunsusi (1980) pada musim hujan dengan rataan curah hujan 192.6 mm tiap bulan justru banyak domba yang mati karena investasi nematoda tinggi. Rataan jumlah investasi telur nematoda pada perlakuan penambahan EM 4 sangat nyata (P<0.01) lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan kontrol (M0 231.44). Hal ini kemungkinan EM 4 secara tidak langsung mampu menghambat laju larva cacing tidak dimakan oleh domba ketika merumput. Rotasi penggembalaan dengan masa istirahat selama 21 hari merupakan salah satu penyebab rendahnya jumlah telur cacing. Larva cacing terutama cacing pita dan strongyloides yang telah menetas, infektif masa hidupnya di lapangan maksimal 14 hari, setelah itu mati (Whittier, et.al., 2003). Jumlah Infestasi Telur Cacing (ttgt) Ulangan (Bulan) SepDesKonsentrasi EM 4 (ml) per l Air Jun-Jul Tekanan Okt Jan Rataan Total Rataan penggemb Akhir Musim Awal alaan (TP) musim kemamusim M0 M1 M2 M3 hujan rau hujan … ttgt/minggu ... ... ttgt/minggu ... TP Ringan 116.75 118.5 283.75 240.33 151.67 138.67 161.33 692 173a 173a TP Optimum 123.75 129.75 319.5 224.67 197.33 178.33 163.67 764 191a 191a TP Berat 139.25 120.25 307.5 229.33 175.33 169.67 181.67 756 189a 189a Total 379.75 368.5 910.75 553 694.33 524.33 486.67 506.67 2212 553 Rataan 126.58B 122.83B 303.58A 184.33 231.44A 174.77B 162.22B 168.89B 737.33 184.33 Keterangan : Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5% TP : Tekanan penggembalaan; M0 : Kontrol (tanpa EM 4); M1 : 10 ml EM 4 per liter air; M2 : 20 ml EM 4 per liter air; M3 : 30 ml EM 4 per liter air. 350 303,58 300 250 200 150 122,83 126,58 100 50 0 X 10.26 mm 60.13 mm 370.5 mm Curah Hujan Gambar 1. Histogram rataan jumlah investasi telur cacing parasit dengan curah hujan berbeda Uji polynomial orthogonal menunjukkan bahwa hubungan antara musim (x) dengan jumlah investasi telur nematoda (y) meningkat secara linear dengan persamaan Y = 107 + 0.526 x, r = 98.8%. Hubungan antara penambahan EM 4 (x) dengan jumlah telur nematoda (y) pada tekanan penggembalaan yang berbeda menurun secara linear dengan persamaan TP 2 ekor domba Y = 210 - 2.50 X, r2 = 49.6%; TP 4 ekor domba Y = 235 - 2.62 X, r2 = 92.1%; TP 6 ekor domba Y = 211 1.49 X, r2 = 49.3%. AGRIPLUS, Volume 20 Nomor : 03 September 2010, ISSN 0854-0128 Jumlah Infestasi Telur Nematoda (ttgt) 217 250 TP 6 ekor 200 TP 4 ekor 150 TP 2 ekor 100 50 0 0 10 20 30 Konsentrasi EM 4 (ml/l air) Gambar 2. Grafik hubungan rataan jumlah infestasi telur nematoda pada feses domba dengan penambahan konsentrasi EM 4 yang berbeda Pertambahan Bobot Hidup Domba Tabel 2 menunjukkan bahwa rataan pertambahan bobot hidup domba pada akhir musim hujan (83.83 g ekor-1 hari-1) sangat nyata (P<0.01) lebih tinggi dibanding musim kemarau (-70.90 g ekor-1 hari-1) dan awal musim hujan (-178.06 g ekor-1 minggu-1). Rataan penurunan bobot hidup domba berbeda karena domba pada dasarnya di dalam tubuhnya terjadi serangkaian proses fisiologis sebagai pengaruh lingkungan yang senantiasa berubah sesuai dengan waktu dan tempat yakni faktor iklim, makanan atau nutrisi serta manajemen. Dalam hal ini domba sebagai hewan homeostatis akan selalu mempertahankan temperatur tubuhnya pada kisaran yang konstan melalui proses biokimia dan fisiologis sebagai reaksi dari perubahan kondisi lingkungan. Sukarsa (1978), suhu lingkungan agar domba tetap bertahan hidup adalah 38-40oC dengan rataan 39oC. Batas temperatur yang dapat mematikan domba adalah 45oC dengan kelembaban 65%. Pada temperatur udara 35oC akan mengakibatkan mekanisme heat regulation control tidak akan mampu mempertahankan keseimbangan panas (Melvin, 1975). Sebagai usaha dalam pelepasan panas pada temperatur tinggi adalah dengan pengaturan sirkulasi dibantu oleh penguapan air seperti berkeringan dan bernapas terengah-engah. Penguapan air ini akan berjalan lancar pada kondisi panas dan terhambat pada kondisi dingin (Soeharsono dan Sukarsa, 1978). Tabel 2. Rataan pertambahan bobot hidup domba pada tingkat konsentrasi EM 4 dan tekanan penggembalaan yang berbeda Ulangan (Bulan) Tekanan penggemb alaan (TP) Jun-Jul Sep-Okt Des-Jan Akhir musim hujan Musim kemarau Awal musim hujan Konsentrasi EM 4 (ml) per liter air Total Rataan M0 M1 M2 Rataan M3 ... g ekor-1 minggu-1 ... ... g ekor-1 minggu-1 ... TP 2 ekor 88.75 20 -146.25 -12.5a 23.34 11.67 -53.34 -31.67 -50 -12.5a TP 4 ekor 83.13 -126.88 -155 -66.25a -113.33 -90 -35.83 -25.83 -265 -66.25a TP 6 ekor 79.58 -105.83 -232.92 -86.39a -103.35 -67.78 -85 -89.45 -345.56 -86.39a Total 251.46 -212.71 -534.17 -165.14 -193.34 -146.11 -174.17 -146.95 -660.57 -165.14 Rataan 83.83A -70.90B -178.06C -55.047 -64.45a -48.70a -58.06a -48.98a -220.19 -55.047 Keterangan : Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5% TP : Tekanan Penggembalaan; M0 : Kontrol (tanpa EM 4); M1 : 10 ml EM 4 per liter air; M2 : 20 ml EM 4per liter air; M3 : 30 ml EM 4 per liter air. AGRIPLUS, Volume 20 Nomor : 03 September 2010, ISSN 0854-0128 218 Pada akhir musim hujan bobot badan domba tidak menurun (83.83g ekor-1minggu-1) dibandingkan dengan musim kemarau dan awal musim hujan. Hal ini kemungkinan disebabkan seimbangnya kondisi iklim di lapangan terutama curah hujan, suhu dan kelembaban. Penyebab lain adalah domba yang digunakan kondisi badannya sehat. Bobot badan semakin menurun untuk ulangan selanjutnya karena kesehatan domba semakin menurun. Uji polynomial orthogonal pengaruh musim (x) terhadap penurunan bobot hidup domba (y) menurun secara linear dengan persamaan Y = 23.6 - 0.662 X; r2 = 57.2%. KESIMPULAN Hasil penelitian mengenai investasi cacing dan pertambahan bobot hidup ternak domba dengan pemberian EM 4 di padang penggembalaan, maka disimpulkan: (1) Awal musim hujan rataan investasi jumlah telur nematoda (cacing) sangat nyata lebih tinggi dibandingkan musim kemarau dan akhir musim hujan. (2) Penambahan EM 4 (10, 20, 30 ml per liter air), rataan investasi jumlah telur nematoda sangat nyata lebih rendah dibandingkan dengan tanpa EM 4. (3) Pertambahan bobot hidup domba pada akhir musim hujan sangat nyata lebih tinggi dibanding musim kemarau dan awal musim hujan. DAFTAR PUSTAKA Donald, A.D., F.W. Morley, P.J. Wallet, A.Axelon and J.R. Donnelly. 1978. Availability to grazing sheep of gastrointestinal nematode infection arising from summer contamination of pasture. Austral. J. Agric. Res. 29 : 189-204 Hansen, J. and B. Perry. 1994. The Epidemiology, Diagnosis And Control of Helminth Parasites of Ruminant. Inernational Livestock Centre for Africa Addis Ababa, Ethiopia. Higa, T. 1993. EM and The Role in Kyusei Nature Farming and Sustainable Agriculture. First International Conference (EM) on Proceeding University. of Effective mikroorganisms Kyusei Nature Farming. of Conference at Khon Kaen Thailand : hal. 1 - 6 Ho I.H. and J.H. Kim. 2000. The Study on the Plant Growth Hormones in EM-A Case Study. Institute of Experimental Biology, Academy of Sciences, Korea Kusumamihardja, S. 1982. Pengaruh Musim, Umur dan Waktu Penggembalaan pada Derajat Infestasi Nematoda Saluran Pencernaan Domba (Ovis Aries Linn) di Bogor. Disertasi Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Loveless, A.R. 1991. Prinsi-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 1. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta McIlroy, R.J. 1972. An Introduction to Tropical Grassland Husbandry. Second Edition, Oxford University Press. London Melvin J., 1975. Duke’s Physiology of Domestic Animal. Swenson Comstock Publishing Associates Cornell University Press., Ithaca and London. Ogunsusi, R.A. 1980. Observation on epidemiological and clinical aspecct of gastrointestinal helminthiasis of sheep in northern Nigeria during rainy season Res. Vet. Sci., 28 : 58 -62 Soeharsono dan D. Sukarsa. 1978. Daya Tahan Panas Domba Priangan Selama Penjemuran dan Pengaruh Pencukuran. Seminar Ruminansia. Direktorat Jenderal Peternakan dan P4. Bogor dan Fakultas Peternakan IPB. Bogor Sukarsa, H. D. 1978 Pengaruh Pencukuran dan Umur Terhadap Daya Tahan Panas Ternak Domba Priangan. Tesis Fakultas Peternakan Unpad. Bandung Steel, R.G.D and J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Whittier, W.D., A. Zajac, and S.H. Umberger. 2003. Control of Internal Parasites in Sheep. Virginia Cooperation Extension . Virginia State University. Publication Number 410 : 027. AGRIPLUS, Volume 20 Nomor : 03 September 2010, ISSN 0854-0128