BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peranan komite audit menjadi perhatian penting dalam menciptakan tata kelola perusahaan yang baik. Komite audit dapat bertindak sebagai penghubung antara manajemen dan auditor. Terkuaknya skandal Enron Corporation dan WorldCom menjadi perhatian serius salah satunya terhadap keberadaan dari komite audit. Penyebab dari jatuhnya perusahaan tersebut karena melakukan manipulasi laporan keuangan dengan melaporkan informasi akuntansi yang tidak benar untuk kepentingan pihak tertentu sehingga merugikan pihak-pihak lain. Enron Corporation merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri energi. Perusahaan melakukan diversifikasi usaha yang luas termasuk dalam industri komunikasi, kertas, kegiatan bisnis keuangan. Tahun 2001 Enron mengalami kebangkrutan karena mencatatkan laba fiktif yang sangat tinggi yang bertujuan untuk menarik inventor agar menanamkan sahamnya di Enron. Sejak kasus tersebut peranan komite audit menjadi sorotan publik dalam menjamin laporan keuangan perusahaan. Pamudji dan Trihartati (2008) menjelaskan bahwa komite audit merupakan salah satu komponen Good Corporate Governance (GCG) yang memiliki peran dan bertanggung jawab atas informasi keuangan yang dikeluarkan oleh manajemen. Perlunya pengawasan yang ketat dalam proses 1 pelaporan keuangan berguna dalam menyajikan laporan keuangan yang relevan dan handal sehingga tidak menyesatkan pemakai laporan keuangan. Ketika krisis ekonomi melanda, Indonesia menyadari pentingnya konsep tata kelola perusahaan yang baik. Pada tahun 1997 muncul konsep tersebut, untuk menghindari perusahaan atas kebangkrutan yang disebabkan oleh kecurangan maupun menyelewengan. Menurut Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) corporate governance didefinisikan sebagai salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis dan pertumbuhan untuk memberikan keyakinan kepada investor. Mekanisme yang dilakukan adalah dengan membangun hubungan antara manajemen, direksi, pemegang saham dan stakeholders. Untuk menindaklanjuti konsep tata kelola perusahaan yang baik, pada tahun 1998 Bursa Efek Indonesia (BEI) mengeluarkan peraturan bagi emiten untuk mengangkat komisaris independen dan membentuk komite audit. Keberadaan komite audit dipertegas dengan keputusan BAPEPAM yang dituangkan dalam SE BAPEPAM no. 03 tahun 2000 mengenai pembentukan komite audit dan Kep. Direksi BEJ No. 339 tahun 2001 mengenai peraturan pencatatan efek di bursa yang mencakup komisaris independen, komite audit, sekretaris perusahaan, keterbukaan dan standar laporan keuangan per sektor. Selanjutnya muncul Keputusan Ketua BAPEPAM No.: Kep-29/PM/2004 pada tanggal 24 September 2004 yang mengatur dan pembentukan dan pedoman pelaksaan komite audit. Dalam peraturan tersebut komisaris independen harus berasal 2 dari luar emiten, tidak mempunyai saham emiten, tidak mempunyai afiliasi dan tidak mempunyai hubungan usaha dengan emiten tersebut. Selain itu perusahaan publik wajib mempunyai komite audit yang terdiri dari minimal satu orang independen dan dua lainnya dari luar emiten. Pada tanggal 7 Desember 2012 dikeluarkan Peraturan Nomor IX.I.5 lampiran keputusan Ketua BAPEPAM dan LK Nomor: Kep-643/BL/2012 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit yang merupakan bentuk penyempurnaan dari peraturan sebelumnya. Komite audit diharapkan untuk membantu dewan komisioner dalam pengawasan emiten yang sekarang ini cukup kompleks dengan meningkatkan independensi, peran dan kewenangannya. Dengan adanya komite audit diharapkan dapat menciptakan Good Corporate Governance sehingga praktik manajemen laba di Indonesia dapat dibatasi. Salah satu prinsip Good Corporate Governance adalah transparancy, walaupun peran dari komite audit dalam mengawasi kinerja manajemen baik dan dapat menjadi penghubung antara dewan direksi dan auditor, dibutuhkan pengungkapan informasi yang relevan dan handal yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Manajemen memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pemegang saham. Ketidakseimbangan informasi karena informasi antara manajemen dan pemegang saham tidak seimbang sehingga menyebabkan adanya asimetri informasi. Perlunya komite audit adalah untuk mengawasi manajemen dalam pengungkapan informasi. Nilai-nilai yang 3 diungkapkan dalam laporan keuangan dapat menyalurkan informasi yang prinsipal tidak dapatkan. Menurut Pamudji dan Trihartati (2008) asimetri informasi dapat terjadi karena prinsipal tidak mempunyai informasi yang cukup tentang kinerja agen, sementara agen memiliki lebih banyak informasi tentang kapasitas diri, lingkungan kerja dan kondisi perusahan secara keseluruhan. Oleh kerena itu akan menyebabkan adanya ketidakseimbangan informasi antara agen dan prinsipal. Secara umum, tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Investor dan kreditor tidak homogeni tetapi bervariasi dengan tingkat kecanggihannya. Karena pasar modal merupakan sarana utama pemenuhan dana dari masyarakat, pengungkapan dapat diwajibkan untuk melindungi, informatif atau melayani kebutuhan khusus Suwardjono, 2005 : 580. Manajamen laba terjadi karena adanya asimetri informasi dari prinsipal dan agen, adanya ketidakseimbangan informasi dapat berpotensi menimbulkan moral hazard. Manajemen laba dapat terjadi karena konflik kepentingan antara prinsipal yaitu pemegang saham perusahaan dan agen atau manajemen. Pemegang saham ingin memaksimalkan kekayaan dari saham yang mereka investasikan, sehingga prinsipal mempercayakan kepada agen untuk menjalankan usaha. Tetapi terkadang agen bertindak tidak sesuai kemauan dari prinsipal karena mengambil keputusan yang hanya menguntungkan manajemen, sehingga tentu saja dapat merugikan agen. 4 Kinerja manajemen dianggap baik dengan menyajikan laporan keuangan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi, sehingga manajemen melakukan tindakan mengelola laba perusahaan yang dapat mempengaruhi laba akuntansi untuk mendapatkan kompensasi berupa bonus. Manajemen laba merupakan pilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen yang dapat mempengaruhi pendapatan yang bertujuan untuk mencapai laba tertentu (Scott, 2009) Laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen merupakan bentuk pertanggungjawaban dari manajemen yang seharusnya mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan tersebut dijadikan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan investasi. Asimetri informasi yang terjadi antara prinsipal dan agen dapat diminimalisasi dengan mengungkapkan berbagai informasi dalam laporan keuangan. Auditor internal perusahaan bertugas untuk memeriksa dan mengevaluasi kecukupan pengendalian internal sehingga dengan pengendalian internal yang efektif dan efisien, praktik manajemen laba dapat berkurang. Selain itu, auditor eksternal diharapkan dapat menambah kepercayaan dari investor karena auditor eksternal bukan merupakan orang dalam perusahaan. Pelaksaan audit harus dilakukan oleh kantor akuntan publik yang telah memiliki reputasi yang baik. Saat ini, Kantor Akuntan Publik yang masuk dalam the Big Four adalah Deloitte, PWC, Ernest&Young dan KPMG. Penelitian yang telah dilakukan (Kurniawati,2011) menyimpulkan bahwa tingkat pengungkapan laporan keuangan berpengaruh negatif terhadap manajemen 5 laba. Manajemen yang mengungkapkan informasi laporan keuangan yang tinggi hasilnya akan berbanding terbalik dengan tindakan manajemen laba yang dilakukan manajemen, sehingga manajemen laba dapat ditekan. Hasil penelitian yang dilakukan mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Lobo dan Zhou (2001), Siregar dan Bachtiar (2003) serta Halim et al. (2005), yang menyatakan bahwa tingkat pengungkapan laporan keuangan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Dalam mengendalikan tindakan oportunistik dari manajemen untuk menciptakan tata kelola perusahaan yang baik, struktur kepemilikan dapat dijadikan dasar dalam mengatasi konflik keagenan. Kepemilikan institutional yang mempunyai fungsi mengawasi pihak manajemen merupakan salah satu langkah untuk mencegah terjadinya manajemen laba. Perusahaan yang memiliki kepemilikan institusional yang besar dapat melakukan pemantauan kepada pihak manajemen (Moh’d et al., 1998). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Utama (2008) yang menemukan bahwa proporsi saham perusahaan yang dimiliki oleh institusional menurunkan manajemen dalam praktik manajemen laba. Kepemilikan institusi yang terdiri dari pihak-pihak yang mempunyai latar belakang, keahlian dan pengalaman yang cukup dalam bidang keuangan dinilai dapat meminimalisasi tindakan manajemen laba. Pengetahuan yang dimiliki oleh institusi dapat menganalisis laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen dengan lebih baik. 6 Selain struktur kepemilikan institusional, mekanisme corporate governance yang dapat untuk mengatasi masalah konflik keagenan adalah kepemilikan publik. Menurut (Nugraha, 2010) struktur kepemilikan publik berpengaruh negatif terhadap manajemen laba untuk perusahaan non manufaktur kelompok kecil dalam periode pengamatan 2001-2006 yang artinya bahwa semakin tinggi kepemilikan publik dalam perusahaan maka akan semakin kecil manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Givoly, et al. (2010) mengungkapkan bahwa dengan kepemilikan publik yang tinggi investor mengharapkan manajemen untuk menyajikan kualitas pelaporan keuangan yang lebih baik. Dalam kepemilikan saham yang menyebar manajemen diawasi oleh berbagai pihak. Dalam penelitian ini, badan usaha yang digunakan adalah badan usaha yang termasuk dalam indeks LQ 45 yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang masuk dalam kriteria adalah 45 saham perusahaan tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang diperbaharui setiap 6 (enam) bulan sekali. Perusahaan yang masuk dalam indeks LQ 45 memiliki saham-saham yang aktif diperdagangkan yang berarti bahwa saham perusahaan paling diminati oleh investor. Investor menjadikan laporan keuangan perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam keputusan investasi, karena laporan keuangan tersebut berguna dalam pengambilan keputusan ekonomik. Hasil dari pengambilan keputusan investor ini dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan kedepannya. Dengan demikian, manajemen perusahaan membuat dan menyajikan laporan keuangan yang 7 relevan dan reliable, informasi didalam perusahaan dapat diungkapkan sebanyakbanyaknya sesuai dengan informasi yang dibutuhkan oleh investor. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengkaji pengaruh dari indepensi dan efektifitas komite audit dalam mengurangi kemungkinan terjadi manajemen laba berdasarkan peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan oleh BAPEPAM. Fungsi dari komite audit adalah mengawasi manajemen dan auditor independen sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas karena perusahaan yang masuk dalam indeks LQ 45 memiliki saham-saham yang aktif diperdagangkan sehingga penting bagi investor dalam pengambilan keputusan dan penting bagi perusahaan untuk menarik investor yang potensial untuk kelangsungan hidup perusahaan kedepannya. Selain itu, kepemilikan institusional yang merupakan salah satu variabel dalam corporate governance yang memberikan pengawasan kepada pihak manajemen. Kepemilikan publik merupakan kepemilikan saham tersebar, yang artinya saham perusahaan tidak hanya dimiliki oleh satu orang atau mayoritas. Saham yang dimiliki publik diharapkan dapat berpengaruh dalam praktik manajemen laba. Disamping faktor-faktor diatas, pengungkapan informasi dalam laporan keuangan menjadi faktor penting untuk perusahaan karena dapat memberikan deskripsi tentang kinerja perusahaan tersebut. Sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Pengaruh komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan 8 publik dan index disclosure terhadap manajemen laba pada perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ 45”. 1.3. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah efektivitas komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba? 2. Apakah indepensi komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba? 3. Apakah kepemilikan instutional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba? 4. Apakah kepemilikan publik berpengaruh negatif terhadap manajemen laba? 5. Apakah tingkat pengungkapan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba? 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk menguji apakah independensi komite audit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. 9 2. Untuk menguji apakah efektivitas komite audit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. 3. Untuk menguji apakah struktur kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. 4. Untuk menguji apakah kepemilikan publik berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. 5. Untuk menguji apakah tingkat pengungkapan laporan keuangan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, mendapatkan pemahaman mengenai komite audit, struktur kepemilikan dan tingkat pengungkapan mengenai pengaruhnya ke manajemen laba. 2. Bagi manajemen, memberikan pengetahuan bagi manajemen bahwa manajemen laba dapat merugikan pemegang saham, investor selain itu dapat menurunkan kepercayaan publik yang dapat mengakibatkan kebangkrutan bagi perusahaan sehingga merugikan manajemen. 3. Bagi investor, memberikan informasi dalam pengambilan keputusan utuk investasi. 4. Bagi pembuat kebijakan, membuat peraturan yang memiliki tujuan untuk menegakkan peraturan dari komite audit perusahaan untuk melindungi 10 prinsipal dari praktik-praktik yang dapat merugikan salah satunya adalah manajemen laba. 1.6. Sistematika Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Landasan teori berisi tentang tinjauan teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan, seperti definisi teori keagenan, manajemen laba, good corporate governance, tugas dan fungsi komite audit, struktur kepemilikan dan indeks pengungkapan. BAB 3 METODE PENELITIAN Menjelaskan mengenai jenis penelitian, jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data, teknik analisis data. BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan analisis data, hasil dari analisis penelitian serta pembahasannya. 11 BAB 5 PENUTUP Bab yang berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang perlu disampaikan. 12