INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN ISLAM

advertisement
INTERPRETASI AYAT-AYAT TENTANG RUKUN
ISLAM PERSPEKTIF FILOSOFIS- HERMENEUTIS
(Upaya Konstruksi Hermeneutika Filsafat Pancasila)
Oleh:
Ahmad Muttaqin
NIM. 1420510006
TESIS
Diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh
Gelar Magister dalam Ilmu Agama Islam
Program Studi Agama dan Filsafat
Konsentrasi Studi Qur’an Hadis
YOGYAKARTA
2016
PERSETUJUAN TIM PENGUJI
UJIAN TESIS
Tesis berjudul
: INTERPRETASI A YAT-AY AT TENTANG RUKUN ISLAM
PERSPEKTIF FILOSOFIS-HERMENEUTIS (Upaya Konstruksi
Herrneneutika Filsafat Pancasila)
Nama
NIM
: Ahmad Muttaqin
. : 1420510006
Program Studi
: Agama dan Filsafat
Konsentrasi
: Studi al-Qur'an dan Hadis
telah disetujui tim penguji ujian munaqosah
Ketua Sidang Ujian
: Ahmad Rafiq, M.Ag., Ph.D.
Pembimbingl Penguji
: Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag.
Penguji
: Roma Ulinnuha, M.Hurn., Ph.D.
diuji di Yogyakruia pada tanggal 14 Maret 2016
Waktu
: 09.00 wib.
Hasi1l Nilai
: 93/A
Predikat
: Doogan PujianlSangat MemuaskaniMemuaskafl:
v
MOTTO
ÁGGŨRUKO’
vii
PERSEMBAHAN
Coretan sederhana ini ananda persembahkan
kepada Bapak dan Mama’
(Amrullah Nur dan Nur Hidayah)
Dua cahaya yang selalu menyinari hari-hariku
viii
Abstrak
Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia.
Sebagai agama terbesar di Indonesia, umat Islam memiliki tanggung jawab besar
untuk menjaga ketertiban, kesejahteraan dan kedamaian bangsa bagi seluruh
rakyat Indonesia tanpa pandang bulu. Permasalahannya adalah muslim Indonesia
dihadapkan pada sebuah kenyataan dualisme identitas. Di satu sisi, sebagai
seorang muslim harus mengamalkan nilai-nilai rukun Islam sebagai dasar agama,
dan di sisi lain, sebagai warga negara Indonesia harus menjunjung tinggi nilainilai Pancasila sebagai dasar dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena
itu setidaknya ada dua hal yang perlu dijawab. Pertama, bagaimana makna rukun
Islam dalam sistem Al-Quran. Kedua, bagaimana penafsiran ayat rukun Islam
dalam konteks keindonesiaan.
Untuk itu, kajian ini akan berangkat dari objek material berupa ayat-ayat
Al-Quran yang mengekspresikan item-item rukun Islam dengan menggunakan
pendekatan filosofis-hermeneutis. Adapun teori yang digunakan yaitu teori
penafsiran kontekstual Abdullah Saeed dan teori filsafat Pancasila Kaelan. Filsafat
Pancasila adalah penjelasan sistematis dan rasional dari nilai-nilai, norma,
kebudayaan bangsa Indonesia yang terekstrak dalam Pancasila. Penelitian ini
tergolong kepada penelitian kepustakaan. Metode yang digunakan adalah
deskriptif-interpretive.
Berdasarkan hasil akhirnya, penelitian ini menghasilkan beberapa
kesimpulan. Pertama, Al-Quran memberikan makna istilah baru dari term rukun
Islam yang berbeda dengan pra-Quran. Term-term rukun Islam memiliki makna
yang lebih luas dari sekedar makna dasarnya. Kedua, rukun Islam tidak hanya
bersifat transendental tetapi juga memiliki misi sosial. Misi sosial inilah yang
harus diterapkan sebagai muslim Indonesia yang hidup dalam ruang dan waktu
yang berbeda dengan bangsa Arab atau pun bangsa yang lainnya. Semangat
syahadat misalnya, bisa memupuk persatuan. Shalat sebagai bentuk
penggemblengan dan pengawasan moral secara individu maupun komunal. Zakat
sebagai instrumen pemberantasan pengangguran dan kemiskinan. Transformasi
nilai puasa dalam bentuk penguatan hukuman bagi pelaku korupsi. Haji memiliki
nilai dorongan untuk meningkatkan perekonomian demi kesejahteraan bersama.
Ketiga, temuan teori yaitu peleburan teori interpretasi kontekstual Abdullah Saeed
dan teori filsafat Pancasila Kaelan menghasilkan teori hermeneutika filsafat
Pancasila. Teori ini bisa digunakan untuk mengaktualkan penafsiran pada
konteks-aktual keindonesiaan.
Kajian ini membuktikan bahwa agama Islam sejak awal kelahirannya
bukanlah candu masyarakat yang membuat penganutnya menjadi individuindividu pasif, eksklusif dan pasrah dengan keterbelakangan. Justru Islam muncul
dengan mereformasi ketimpangan-ketimpangan sosial, memperjuangkan
kemanusiaan dan meningkatkan kesejahteraan. Semangat inilah yang semestinya
ditarik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/ 1987 dan 0543b/U/1987, tanggal 22
Januari 1988.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Keterangan
‫ا‬
Alîf
tidak dilambangkan
tidak dilambangkan
‫ة‬
ba'
b
be
‫ت‬
ta'
t
te
‫ث‬
s\a’
ś
es (dengan titik di atas)
‫ج‬
jim
j
je
‫ح‬
h}a
ḥ
ha (dengan titik di bawah)
‫خ‬
kha
kh
ka dan ha
‫د‬
dal
d
de
‫ذ‬
z\al
ż
zet (dengan titik di atas)
‫ز‬
ra'
r
er
‫ش‬
zai
z
zet
‫س‬
sin
s
es
‫ش‬
syin
sy
es dan ye
‫ص‬
s}ad
ṣ
es (dengan titik di bawah)
‫ض‬
d}ad
ḍ
de (dengan titik di bawah)
‫ط‬
t}a’
ṭ
te (dengan titik di bawah)
‫ظ‬
z}a’
ẓ
zet (dengan titik di bawah)
‫ع‬
„ain
„
koma terbalik di atas
‫غ‬
gain
g
ge
‫ف‬
fa‟
f
ef
‫ق‬
qaf
q
qi
‫ك‬
kaf
k
ka
‫ل‬
lam
l
`el
x
‫و‬
mim
m
`em
ٌ
nun
n
`en
‫و‬
wawu
w
w
‫هـ‬
ha‟
h
ha
‫ء‬
hamzah
‟
apostrof
‫ي‬
ya‟
y
ye
B. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap
ditulis
muta„aqqidi>n
ditulis
„iddah
‫حكًة‬
ditulis
h}ikmah
‫عهة‬
ditulis
„illah
‫عدّة‬
C. Ta’ marbû a
1.
a
r aa
Bila dimatikan ditulis h
(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah
terserap dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya,
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya).
2.
Bila diikuti dengan kata sandang „al‟ serta bacaan kedua itu terpisah,
maka ditulis h.
‫كساية األونيبء‬
3.
ditulis
karâmah al-auliyâ‟
Bila ta‟ marbûtah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan ḍammah
ditulis t atau h.
‫شكبة انفطس‬
ditulis
zaka>tul fit}ri
D. Vokal pendek
__َ_
ditulis
A
‫فعم‬
ditulis
fa‟ala
__َ_
ditulis
i
ditulis
żukira
‫ذكس‬
fathah
kasrah
xi
__َ_
ḍammah
‫يرهت‬
ditulis
u
ditulis
yażhabu
E. Vokal panjang
1
fathah
alif
ditulis
a>
ditulis
jâhiliyyah
ditulis
â
ditulis
tansâ
ditulis
î
‫كـسيى‬
ditulis
karîm
dammah + wawu mati
ditulis
û
‫فسوض‬
ditulis
furûd
ditulis
ai
‫ثيُكى‬
ditulis
bainakum
fathah + wawu mati
ditulis
au
‫قول‬
ditulis
qaul
‫جبههية‬
2
fathah
ya‟ mati
‫تُسى‬
3
4
kasrah
ya‟ mati
F. Vokal rangkap
1
2
fathah
ya‟ mati
G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan
apostrof
‫أأَتى‬
ditulis
a‟antum
‫أعدت‬
ditulis
u„iddat
‫نئٍ شكستى‬
ditulis
la‟in syakartum
H. Kata sandang alif + lam
1.
Bila diikuti huruf Qomariyyah ditulis dengan menggunakan huruf “l”.
xii
2.
ٌ‫انقسآ‬
ditulis
al-Qur‟ân
‫انقيبس‬
ditulis
al-Qiyâs
Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya, dengan menghilangkan huruf l (el) nya.
‫انسًآء‬
ditulis
as-Samâ‟
‫انشًس‬
ditulis
asy-Syams
I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
Ditulis menurut penulisannya.
‫أ‬
ditulis
z}awî al-furûd
ditulis
ahl as-sunnah
xiii
KATA PENGANTAR
BISMILLA<H AL-RAH{MA<N AL-RAH{I<M
Alh}amdulilla>h, segala puji bagi Allah SWT yang telah menurunkan
wahyu sebagai pedoman serta menganugerahkan potensi akal untuk berpikir dan
berkarya. Berkat rahmat Allah, penulis, dengan segala keterbatasan, akhirnya
mampu menyelesaikan penulisan tesis ini. Namun, disadari masih banyak
kekurangan yang berserakan di sana sini. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka
menerima kritik dan saran perbaikan agar tulisan ini bisa dimaksimalkan ke
depannya.
Tentunya, penulisan tesis ini tidak terlepas dari ulur tangan berbagai
pihak. Karenanya, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu dan Bapak yang telah berjuang dengan penuh kesabaran mendidik
penulis dan tak henti-hentinya mendoakan penulis agar menjadi orang
yang bermanfaat bagi sesama. Semoga Allah senantiasa mencurahkan
kasih sayang-Nya.
2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Machasin, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Noorhaidi Hasan, M.A., M.Phil., selaku Direktur Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
4. Ibu Ro’fah, M.A., Ph.D. dan Bapak Ahmad Rafiq, M.Ag., Ph.D., selaku
Koordinator dan Sekretaris Koordinator Program Studi Interdisciplinary
xiv
Islamic Studies (IIS) Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
5. Bapak Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag., selaku pembimbing tesis penulis.
Di tengah padatnya kegiatan dan kesibukan menahkodai jurusan IAT,
Beliau tetap berlapang dada mengoreksi kata demi kata dan halaman
demi halaman tesis ini. Terima kasih atas bimbingan serta motivasi dari
Bapak.
6. Seluruh Dosen pengajar di Konsentrasi Studi Quran dan Hadis, Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga yang telah menginspirasi serta
memberikan ‘spirit keilmuan‘ yang sangat berarti bagi penulis. Segenap
Staf Tata Usaha Pascasarjana, Staf Perpustakaan Pascasarjana dan Pusat
UIN Sunan Kalijaga, terima kasih atas segala bantuannya, sehingga
penulis berhasil hingga selesai dalam menempuh studi ini.
7. KH. Abdul Latief Amien, yang senantiasa mengawasi dan mendoakan
penulis. Penulis merasa kedekatan kami bukan hanya hubungan kakek dan
cucu, namun juga guru dan murid. Banyak hal berharga yang penulis
dapatkan dari Beliau walaupun orang-orang terkadang sulit untuk
menalar proses itu.
8. KH. Muhammad Arsyad Lannu (Alm.) dan Dewan Asatidz Pondok
Pesantren Darud Da’wah Wal-Irsyad Pattojo, Soppeng, Sul-Sel. Pimpinan
Pondok Pesantren Al-Junaidiyah, Bone Sul-sel, KH. Jamaluddin, M.Th.I
dan Dewan Asatidz. Pengasuh Pondok Pesantren Aji Mahasiswa AlMuhsin Yogyakarta, Drs. KH. Muhadi Zainuddin, Lc. MA, Mbah KH.
xv
Zainuddin Chirzin dan seluruh keluarga besar Pesantren Aji Mahasiswa
Al-Muhsin Krapyak Yogyakarta. Pengasuh Pesantren Ilmu Al-Qur’an
(PIQ) Munggang, Kalibeber, Wonosobo, Jawa Tengah, Dr. KH. Ahsin
Wijaya Al-Hafidz, M. Ag. Syukran jazi>la 'ala> kulli h}a>l.
9. Buat Keluarga Besar Al-Amien dan kakak-kakak saya, Muhammad Silmy
Kaffah al-Amien, Nur Fahmi al-Amien, Azmi Mubarak al-Amien, Jusmi
Akbar al-Amien, Ayus Afdhal al-Amien dan Irfan Afandi al-Amien. Serta
adik-adikku, Nur Akifah al-Amien dan Nur Fadhilah Ramadhani alAmien.
10. Teman-teman seperjuangan di kelas SQH-A. Ingat selalu doa tukang
parkir soto Pak Genit ‚Sukses Selalu, Sehat Selalu, Hati-Hati di jalan
Ya‛.
11. Thanks to Jogja yang telah mengajarkan bagaimana hidup prihatin dalam
kesederhanaan.
12. Terakhir, saya ucapkan terima kasih spesial kepada siapa saja yang sudi
membaca tesis ini walau kalimatan.
Yogyakarta, 1 Maret 2016
Penulis,
(Ahmad Muttaqin)
.
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
PENGESAHAN DIREKTUR .......................................................................
DEWAN PENGUJI .......................................................................................
NOTA DINAS PEMBIMBING ....................................................................
ABSTRAK .....................................................................................................
PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
i
iv
v
vi
ix
x
xiv
xvii
xix
xx
BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 5
D. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 6
E. Kerangka Teoritik ............................................................................... 8
F. Metode Penelitian ............................................................................... 13
G. Sistematika Pembahasan .................................................................... 15
BAB II: FILSAFAT PANCASILA .............................................................. 17
A. Pancasila: Kristalisasi Ideologi Bangsa .............................................. 17
B. Pancasila sebagai Sistem Filsafat ....................................................... 35
C. Filsafat Pancasila: Upaya Menafsirkan Al-Quran Konteks-aktual .... 40
BAB III: MEMAHAMI DUA KONTEKS MAKRO .................................... 53
A. Konteks Historis dan Sosial-kultural Kristalisasi Rukun Islam ........ 53
1. Kondisi Religius Pra-Quran .......................................................... 53
2. Pelembagaan Rukun Islam Masa Nabi dan Al-Quran .................. 55
B. Konteks Makro Bangsa Indonesia ...................................................... 72
1. Sejarah Kepercayaan dan Budaya Bangsa Indonesia ................... 72
2. Isu-isu Aktual dalam Konteks Indonesia ...................................... 73
BAB IV: WAWASAN AL-QURAN TENTANG RUKUN ISLAM.............. 82
A. Makna Semantis Syahadat dalam Al-Quran ...................................... 83
B. Makna Semantis Shalat dalam Al-Quran ........................................... 103
C. Makna Semantis Zakat dalam Al-Quran ............................................ 116
D. Makna Semantis Puasa dalam Al-Quran ............................................ 124
E. Makna Semantis Haji dalam Al-Quran .............................................. 129
F. Medan Semantik Rukun Islam ............................................................ 135
G. Rumusan Rukun Islam dalam Worldview Al-Quran .......................... 144
xvii
BAB V: AKTUALISASI NILAI RUKUN ISLAM ...................................... 147
A. Aktualisasi Nilai Rukun Islam ............................................................ 147
1. Aktualisasi Nilai-nilai Syahadat ................................................... 152
a. Syahadat dan Ketuhanan ........................................................ 152
b. Syahadat dan Kemanusiaan .................................................... 158
c. Syahadat dan Persatuan .......................................................... 160
d. Syahadat dan Kerakyatan ....................................................... 165
e. Syahadat dan Keadilan ........................................................... 169
2. Aktualisasi Nilai-nilai Shalat ....................................................... 171
a. Shalat dan Ketuhanan ............................................................. 171
b. Shalat dan Kemanusiaan ......................................................... 172
c. Shalat dan Persatuan ............................................................... 175
d. Shalat dan Kerakyatan ............................................................ 178
e. Shalat dan Keadilan ................................................................ 179
3. Aktualisasi Nilai-nilai Zakat ........................................................ 181
a. Zakat dan Ketuhanan .............................................................. 181
b. Zakat dan Kemanusiaan .......................................................... 182
c. Zakat dan Persatuan ................................................................ 183
d. Zakat dan Kerakyatan ............................................................. 184
e. Zakat dan Keadilan ................................................................. 185
4. Aktualisasi Nilai-nilai Puasa ........................................................ 190
a. Puasa dan Ketuhanan .............................................................. 190
b. Puasa dan Kemanusiaan .......................................................... 192
c. Puasa dan Persatuan ................................................................ 194
d. Puasa dan Kerakyatan ............................................................. 196
e. Puasa dan Keadilan ................................................................. 197
5. Aktualisasi Nilai-nilai Haji ........................................................... 200
a. Haji dan Ketuhanan ................................................................ 200
b. Haji dan Kemanusiaan ............................................................ 202
c. Haji dan Persatuan .................................................................. 204
d. Haji dan Kerakyatan ............................................................... 206
e. Haji dan Keadilan ................................................................... 207
B. Sebuah Rumusan Teori: Hermeneutika Filsafat Pancasila ................ 211
BAB VI: PENUTUP .................................................................................... 228
A. Kesimpulan ......................................................................................... 228
B. Saran ................................................................................................... 230
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 231
CURRICULUM VITAE ................................................................................. 237
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1
Perubahan Redaksi Pancasila, 24.
Tabel 2. 2
Langkah-langkah Penafsiran, 52.
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. 1
Medan Semantik Kata Allah, 138.
Gambar 4. 2
Medan Semantik Kata Rasul, 139.
Gambar 4. 3
Medan Semantik Kata Shalat, 140.
Gambar 4. 4
Medan Semantik Kata Zakat, 141.
Gambar 4. 5
Medan Semantik Kata Puasa, 142.
Gambar 4. 6
Medan Semantik Kata Haji, 143.
Gambar 5. 1
Perbandingan Tafsir Kontekstual dan Konteks-aktual, 150.
Gambar 5. 2
Ilustrasi Penafsiran Konteks-aktual, 151.
Gambar 5. 3
Kalimat Syahadat, 152.
Gambar 5. 4
Hubungan Triadik Hermeneutika dan Pemerintahan, 166.
Gambar 5. 5
Triadik Hermeneutika, 215.
Gambar 5. 6
Hermeneutical Circle, 219.
Gambar 5. 7
Kata Kunci Hermeneutika Filsafat Pancasila, 220.
Gambar 5. 8
Langkah Penafsiran Hermeneutika Filsafat Pancasila, 225.
Gambar 5. 9
Tipologi Pendekatan Memahami Al-Quran, 226.
xx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al-Quran adalah sebuah dokumen untuk umat manusia.1 Kitab ini
menyebut dirinya sebagai “hudan lin-na>s” yaitu petunjuk bagi manusia.2 AlQuran sekaligus menjadi sumber ajaran pertama bagi agama Islam. Oleh karena
itu, memahami nilai esensi Islam untuk diaplikasikan dalam segala ruang, waktu
dan konteks tertentu, pertama-tama harus berangkat dari Al-Quran itu sendiri.
Membincang permasalahan Islam dan lokalitas adalah tema yang urgen
untuk selalu dibawa ke permukaan. Sejatinya, Islam bukanlah budaya, tetapi
tanpa budaya, Islam tidak mungkin diamalkan. Permasalahannya adalah
bagaimana aktualisasi nilai Islam ketika dihadapkan dengan realitas bangsa
Indonesia. Indonesia, sebagai sebuah bangsa, memiliki cerita dan sejarah yang
panjang di masa lalu. Juga sebagai sebuah negara, Indonesia telah
memproklamasikan diri sebagai negara merdeka dan Pancasila sebagai ruh
ideologi kenegaraan.
Dengan demikian, seorang muslim Indonesia setidaknya memiliki
tanggung jawab atas dualisme identitasnya. Pertama, sebagai seorang muslim
wajib mengamalkan nilai-nilai dalam rukun Islam. Kedua, sebagai warga
1
Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Quran terj. Anas Mahyuddin (Bandung: Pustaka,
1996), hlm. 1.
2
Syahru ramad}a>na al-laz\i> unzila fi>hi al-qur’a>n hudan lin-na>s wa bayyina>t...Q.S. al-
Baqarah (2): 185.
1
2
Indonesia harus patuh dan menjunjung tinggi nilai filosofis Pancasila. Sehingga,
muslim Indonesia harus mampu mengamalkan rukun Islam dan Pancasila dalam
satu tarikan nafas yang tak dapat dipisahkan.
Istilah Pancasila sendiri sebagai weltanschauung3 dan dasar negara
pertama kali didengungkan oleh Soekarno saat memberikan pidato sambutannya
pada tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPK). Pancasila sendiri hakikinya tertuang dalam teks resmi
pembukaan UUD 1945. Ini berarti bahwa tanpa spesifikasi lain, tiap ucapan
istilah Pancasila diartikan mengacu pada Pembukaan UUD 1945.4 Menurut
Soerjanto nilai-nilai pancasila terdapat secara fragmentaris dan sporadis dalam
kebudayaan bangsa yang tersebar di seluruh kepulauan Nusantara, baik pada
abad-abad sebelumnya, maupun pada abad kedua puluh, di mana masyarakat
Indonesia telah mendapat kesempatan untuk berkomunikasi dan berakulturasi
dengan kebudayaan lain.5 Kaelan mengungkapkan bahwa Pancasila merupakan
esensi dari karya besar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
yang harus dijunjung tinggi.6
Mengeksplorasi nilai Islam lewat ayat-ayat rukun Islam adalah hal yang
penting. Rukun Islam yang diposisikan sebagai dasar Islam harus dipahami dan
3
Weltanschauung kata Jerman yang artinya pandangan dunia secara umum; kerangka
filosofis. Lihat, Simon Blackburn, Kamus Filsafat; Buku Acuan Paling Terpercaya di Dunia,
terj.Yudi Santoso (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 916.
4
Soerjanto Poespowardoyo, Filsafat Pancasila Sebuah Pendekatan Sosial-Budaya
(Jakarta: Gramedia, 1994), hlm. 4.
5
Ibid., hlm. 5
6
Kaelan, Filsafat Pancasila (Yogyakarta: Paradigma, 2002), hlm. 45.
3
dihidupkan dalam kehidupan, bukan justru menjadikan rukun Islam sebagai
ibadah yang terlepas dari konteks sosial. Hal ini dikarenakan rukun Islam tidak
hanya mengandung nilai transendental tetapi juga memuat nilai-nilai sosial.
Nilai-nilai inilah yang harus dipahami dan diaktualisasikan lewat nilai filosofis
Pancasila. Berbeda dengan rukun Islam, rukun Iman lebih bersifat penguatan
internal jati diri sebagai individu yang percaya kepada ajaran agama Islam. Inilah
alasan penelitian ini mengambil objek ayat-ayat rukun Islam. Islam memiliki ruh
yang tertuang dalam rukun Islam dan bangsa Indonesia memiliki ruh ideologi
yang mengkristal dalam Pancasila.7
Rukun Islam sendiri merupakan tema yang penting dalam berbagai
literatur kitab-kitab klasik; ushul, fiqih dan hadis. Bahkan, Muhammad Syahrur,
salah seorang pemikir kontemporer, menelurkan karya yang berupaya
merekonstruksi rukun Islam. Syahrur dalam al-Isla>m wa al-Ima>n; Manz}u>mah al-
Qiya>m
memfokuskan analisisnya hanya pada ayat-ayat Al-Quran yang
mengantarkan pada kesimpulan bahwa pilar Islam hanya tiga, (1) Iman sebagai
penerimaan adanya eksistensi Allah, (2) Iman sebagai penerimaan atas hari akhir
dan (3) amal saleh.8 Namun perlu ditegaskan, penelitian ini tidak akan berangkat
dari kesimpulan Syahrur di atas. Penelitian ini akan menggunakan rumusan dari
hlm. 43.
7
Soerjanto Poespowardoyo, Filsafat Pancasila Sebuah Pendekatan ..., hlm. 3.
8
Muhammad Syahrur, Islam dan Iman terj. M. Zaid Sudi ( Yogyakarta: IRCiSoD, 2015),
4
hadis Nabi9 dan telah dikenal oleh mayoritas masyarakat muslim Indonesia, yaitu
lima rukun; (1) syahadat, (2) shalat, (3) zakat, (4) puasa dan (5) haji.
Beberapa karya yang telah membahas Islam dan konteks keindonesiaan
tidak berangkat dari pijakan dasar Islam itu sendiri yaitu rukun Islam. Ada pula
yang melakukan pembacaan Islam yang hanya berpatokan pada berbagai
permasalahan terkini tanpa wadah yang otoritatif; Pancasila. Selain itu, karyakarya sebelumnya lebih banyak berorientasi melakukan pembuktian islami atau
tidaknya Pancasila, sehingga cenderung bersifat doktriner. Harusnya kedua hal
tersebut, rukun Islam dan Pancasila, menjadi basis untuk mengaktualisasikan
nilai-nilai Islam agar lahir Islam yang aplikatif, humanis serta dapat memberikan
kontribusi bagi persoalan bangsa. Berkaitan dengan hal ini, Abdullah Saeed
mengatakan bahwa upaya penafsiran akan berhasil dan diterima jika penafsir
melibatkan sebanyak mungkin aspek yang bisa berubah yang mencakup pola
pikir, norma dan nilai budaya yang sesuai dengan perkembangan masyarakat.10
Nilai, norma dan kebudayaan bangsa yang tertuang dalam falsafah Pancasila
penting untuk menjadi wadah pengaplikasian. Oleh karenanya, bukanlah hal
keliru jika filsafat Pancasila dijadikan sebagai wadah pengejawantahan nilai-nilai
ayat rukun Islam.
9
. Lihat Musli>m, S{ah}i>h} al-Musli>m , juz 1 dalam DVD ROM alMaktabah al-Sya>milah, hlm. 34.
10
Abdullah Saeed, Interpreting the Quran towards A Contemporary Approach (New
York: Routledge, 2006), hlm. 115.
5
Berdasarkan penjabaran di atas, penelitian ini berupaya menginterpretasi
nilai-nilai dari ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan rukun Islam dengan
menggunakan filsafat Pancasila. Penelitian ini tidak bermaksud untuk menguji
kebenaran
Pancasila
dengan
menghadirkan
masing-masing
ayat
yang
melegitimasi kebenaran setiap sila. Tetapi, penelitian ini hendak memahami
ayat-ayat rukun Islam dengan filsafat Pancasila.
B. Rumusan Masalah
Memahami rukun Islam dalam konteks keindonesiaan sangat penting
dalam mengamalkan roh Islam secara tepat guna. Oleh karenanya, perlu
pembacaan Islam dengan filsafat Pancasila sebagai kristalisasi ideologi bangsa
Indonesia. Agar arah penelitian ini lebih fokus, perlu adanya research question
atau rumusan masalah.11 Penelitian ini diharapkan dapat menjawab permasalahan
akademik berikut:
1. Bagaimana makna semantis ayat-ayat rukun Islam?
2. Bagaimana penafsiran ayat-ayat rukun Islam pada konteks keindonesiaan?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Menjelaskan makna rukun Islam dalam sistem bahasa Al-Quran.
2. Mengelaborasi nilai-nilai ayat rukun Islam dalam konteks keindonesiaan.
Adapun tujuan secara umum yaitu turut memajukan kajian keislaman,
khususnya dalam studi Al-Quran yang lebih terbuka dengan sudut pandang di
luar disiplin keilmuan ulu>m al-Qur’a>n.
11
Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:
Pustaka Setia, 2009) , hlm. 100.
6
D. Tinjauan Pustaka
Untuk mempertegas posisi penelitian ini dibanding karya-karya yang
telah ada, penulis akan mengidentifikasi beberapa karya seputar topik ini. Sejauh
pencarian penulis, terdapat beberapa karya yang telah membahas, baik masalah
aktualisasi nilai-nilai Islam maupun persoalan membumikan nilai-nilai Pancasila.
Pertama-tama penulis akan mengkategorisasi dalam dua kelompok, yaitu isu-isu
aktualisasi nilai Islam dan nilai-nilai Pancasila.
Pertama, karya yang berkaitan dengan aktualisasi nilai-nilai Islam. Di
antara karya yang termasuk dalam kategori ini adalah buku Hakikat Islam;
Sebuah Pengantar Meraih Islam Kaffah oleh Mochtar Husein. Buku ini
membahas beberapa hal pokok dalam Islam dan bab terakhir mengaitkan
beberapa persoalan Islam dengan konteks Indonesia seperti pemimpin, politik
dan pendidikan.12
Selanjutnya,
Nurcholish
Madjid
dalam
Islam
Kemodernan
dan
Keindonesiaan berusaha meletakkan dasar-dasar keislaman dalam konteks
nasional. Ia menampilkan beberapa isu seperti politik, keadilan, modernisme dan
pembaharuan pemikiran Islam, ilmu pengetahuan dan sebagainya13.
Kelompok kedua yang membahas tentang aktualisasi nilai-nilai pancasila
yaitu Yudi Latif dalam Mata Air Keteladanan; Pancasila dalam Perbuatan. Buku
12
Mochtar Husein, Hakikat Islam Sebuah Pengantar Meraih Islam Kaffah (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 279.
13
hlm. 9.
Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan (Bandung: Mizan, 2013),
7
ini menguraikan setiap sila Pancasila dalam lima bab dengan uraian topik
keteladanan yang diuraikan dalam beberapa sub bab. Buku ini banyak menyorot
masalah etika moral dalam konteks berbangsa dan bernegara.14
Masdar Farid Mas’udi dalam Syarah UUD 1945 Perspektif Islam
berusaha menguji UDD 1945 dengan sudut pandang Islam. UUD 1945
merupakan penafsiran real dari ruh Pancasila. Buku ini menguraikan tema-tema
dalam UUD 1945 seperti pemilihan umum, kehakiman, perekonomian nasional,
persatuan dan sebagainya dengan menghadirkan dalil-dalil baik dari Al-Quran
maupun hadis Nabi.15
Salah satu artikel dalam buku Fiqih Kebinekaan yang ditulis oleh
Zakiyuddin Baidhawy juga membahas tentang Pancasila. Artikel yang berjudul “
Piagam Madinah dan Pancasila: Prinsip-Prinsip Kehidupan Bersama dalam
Berbangsa dan Bernegara” berusaha menemukan titik temu antara Piagam
Madinah dan Pancasila dalam persoalan ummah.16 Ia menyoroti hubungan antar
umat beragama dalam berbangsa dan bernegara.
Berbeda dengan karya-karya di atas, penelitian ini akan fokus pada
interpretasi ayat rukun Islam. Begitu juga, penelitian ini tidak bermaksud
menguji Pancasila dalam perspektif Islam sebagaimana yang dilakukan oleh
14
Yudi Latif, Mata Air Keteladanan Pancasila dalam Perbuatan (Bandung: Mizan,
2014), hlm. xviii.
15
Masdar Farid Mas’udi, Syarah UUD 1945 Perspektif Islam (Jakarta: PT Pustaka
Alvabet, 2013), hlm. xxxii.
16
Wawan Gunawan Abd. Wahid (dkk.), Fiqih Kebinekaan; Pandangan Islam Indonesia
tentang Umat, Kewargaan dan Kepemimpinan Non-Muslim (Bandung: Mizan, 2015), hlm. 127159.
8
Masdar Farid di atas. Secara lebih fundamental, penelitian ini akan berangkat
dari objek material berupa ayat-ayat rukun Islam dan objek formal berupa sudut
pandang filsafat Pancasila.
E. Kerangka Teoritik
Kerangka teoritik sangat dibutuhkan untuk membantu memberikan
penjelasan seputar rumusan masalah. Penelitian ini dimaksudkan untuk
memahami kembali ayat-ayat rukun Islam dalm konteks keindonesiaan. Untuk
itu, penulis akan menggunakan teori penafsiran kontekstual Abdullah Saeed dan
teori filsafat Pancasila.
Abdullah Saeed merumuskan setidaknya ada empat langkah dalam
penafsiran yang harus dilalui penafsir. Pertama, pertimbangan-pertimbangan
awal yang meliputi dunia teks, pembaca, bahasa dan makna. Kedua, memastikan
akurasi dan reliabilitas teks. Ketiga, mengidentifikasi makna teks dengan
rekonstruksi konteks makro 1, melihat konteks sastrawi, analisa linguistik, jenis
teks, teks-teks paralel dan eksplorasi penerima wahyu pertama. Keempat,
mengaitkan penafsiran teks dengan konteks saat ini.17
Selanjutnya, penulis akan menggunakan teori filsafat Pancasila ke dalam
langkah-langkah penafsiran kontekstual Abdullah Saeed dengan beberapa
modifikasi. Menurut Kaelan, filsafat Pancasila adalah suatu sistem pemikiran
yang rasional, sistematis, terdalam dan menyeluruh tentang hakikat bangsa,
17
Abdullah Saeed, Interpreting the Quran towards A Contemporary Approach (New
York: Routledge, 2006), hlm. 150-152. Lihat juga Abdullah Saeed, Al-Quran Abad 21 Tafsir
Kontekstual terj. Ervan Nurtawab (Bandung: Mizan, 2016), hlm. 161.
9
negara dan masyarakat Indonesia yang nilai-nilainya telah ada dan digali dari
bangsa Indonesia sendiri.18 Soerjanto juga mendefinisikan filsafat Pancasila
sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan
kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh.19
Jika kembali kepada sejarah, pertumbuhan Pancasila sebagai ideologi
kebangsaan diidentifikasi oleh Pranarka mulai dengan cita-cita kebangsaan yang
dimulai dengan kebangkitan nasional yang menjadi kelas dalam Kongres Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928. Namun kedudukan Pancasila sebagai ideologi
kebangsaan itu mengalami perkembangan yang cukup intensif dan baru
mendapatkan kemantapannya dalam Dekrit Presiden Soekarno pada tanggal 15
Juli 1959 yang menegaskan berlakunya kembali UUD 1945.20 Dari Dekrit ini,
pemikiran Pancasila belum berakhir. Pancasila masih perlu untuk diterjemahkan
dan dikembangkan sebagai wadah ideologi bangsa. Dengan demikian, muncullah
bermacam tafsiran mengenai Pancasila yang akhirnya akan melahirkan
pembahasan filsafat Pancasila.
Filsafat Pancasila, sebagaimana ungkapan Notonagoro yang dikutip oleh
Hardono, menjadi penting sebab tidak ada bahan yang resmi untuk mengetahui
18
Kaelan, Filsafat Pancasila, hlm. 40.
19
Soerjanto Poespowardoyo, Filsafat Pancasila Sebuah Pendekatan ..., hlm. 12.
20
P. Hardono Hadi, Hakikat dan Muatan Filsafat Pancasila (Yogyakarta: Kanisius,
1994), hlm. 33.
10
isi daripada lima asas Pancasila.21 Sehingga, filsafat Pancasila menjadi alat
menafsirkan nilai-nilai setiap sila Pancasila.
Menurut Soerjanto, pembahasan filsafat atas Pancasila dapat dilakukan
dengan dua sudut pandang; deduktif dan induktif. Secara deduktif akan mencari
hakikat Pancasila serta menganalisa dan menyusunnya secara sistematis menjadi
keutuhan pandangan yang komprehensif. Adapun secara induktif dilakukan
dengan mengamati gejala-gejala sosial dan budaya masyarakat, merefleksikannya
dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu, dan dengan
demikian menyajikannya sebagai bahan-bahan yang sangat penting bagi
penjabaran ideologi Pancasila.22
Secara filosofis, Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki
tiga dasar, yaitu dasar ontologis, epistemologis dan dasar aksiologis. Kelima sila
merupakan satu kesatuan dengan ketiga dasar tersebut.
Pertama, dasar ontologis pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki
hakikat mutlak monopluralis, oleh karenanya dasar ini disebut juga dasar
antropologis. Subjek pendukung
pokok sila-sila Pancasila adalah manusia.
Manusia sebagai pendukung pokok Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal
mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat; raga dan jiwa, sifat kodrat; makhluk
21
Ibid., hlm. 31.
22
Soerjanto Poespowardoyo, Filsafat Pancasila Sebuah Pendekatan ..., hlm. 13.
11
individu dan sosial, serta kedudukan kodrat sebagai makhluk pribadi berdiri
sendiri dan makhluk Tuhan yang Maha Esa.23
Kedua, Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikinya juga
merupakan suatu sistem pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila
merupakan pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas
alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan negara tentang makna hidup
serta sebagai dasar bagi manusia dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi
dalam hidup dan kehidupan. Pancasila dengan pengertian seperti ini menjelma
menjadi sebuah ideologi. Sebagai sebuah ideologi, maka Pancasila memiliki tiga
unsur pokok agar dapat menarik loyalitas dari pendukungnya, yaitu 1) logos
yaitu rasionalitas atau penalarannya, 2) pathos yaitu penghayatan dan 3) ethos
yaitu kesusilaannya.24 Terdapat tiga persoalan mendasar dalam epistemologi
yaitu: pertama, sumber pengetahuan manusia, kedua, teori tentang kebenaran
pengetahuan manusia dan ketiga, tentang watak pengetahuan manusia.25
Ketiga, sila-sila sebagai suatu dasar filsafat juga memiliki satu kesatuan
dasar aksiologi sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada
hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Menurut Notonagoro, sebagaimana
yang dikutip oleh Kaelan, pandangan dan tingkatan nilai tersebut dibedakan
menjadi tiga macam yaitu nilai material, nilai vital dan nilai-nilai kerohanian.
23
Kaelan, Pendidikan Pancasila (Yogyakarta: Paradigma, 2001), hlm. 160.
24
Ibid., hlm. 164.
25
Ibid.
12
Nilai kerohanian ini dapat dibedakan atas empat tingkatan sebagai berikut.
Pertama, nilai kebenaran yang bersumber pada akal, rasio, budi atau cipta
manusia. Kedua, nilai estetis yang bersumber pada perasaan manusia. Ketiga,
nilai moral yang bersumber pada kehendak manusia. Keempat, nilai religius yang
merupakan nilai kerohanian tertinggi dan bersifat mutlak.26
Untuk mengoperasikan filsafat Pancasila, perlu dirumuskan kata-kata
kunci penafsiran yang terkait konteks keindonesiaan.27 Kata-kata kunci ini juga
akan memperlihatkan bagaimana teks dan konteks bekerja dan memberikan
kontribusi real atas realitas bangsa Indonesia. Perumusan kata kunci diambil dari
kelima sila Pancasila, yaitu: (1) “Ketuhanan” (ila>hiyah) diambil dari sila I
“Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) “Kemanusiaan” (humanity) diambil dari sila II
“Kemanusiaan yang adil dan beradab”, (3) “Persatuan” (al-ittih}a>d) yang diambil
dari sila III “Persatuan Indonesia”, (4) “Kerakyatan” (democracy) diambil dari
sila IV “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan, (5) “Keadilan” (justice) diambil dari sila V
“Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Menurut Kaelan, kelima kata
kunci tersebut merupakan dasar dan hakikat dari sila-sila Pancasila.28
26
Ibid., hlm. 168.
27
Dalam bangunan hermeneutika pembebasannya, Farid Esack menerapkan enam kata
kunci penasiran yang dikaitkan dengan konteks masyarakat Afrika Selatan yang diwarnai dengan
penindasan, ketidakadilan dan eksploitasi. Keenam kata kunci hermeneutika Farid Esack, yaitu:
Taqwa, Tauhid, al-Na>s, Mustad’afi>n, Keadilan dan Jihad (gerakan pembebasan). Lihat Farid
Esack, Quran, Liberation and Pluralism: An Islamic Perspective of Interreligious Solidarity
against Oppression (England: Oneworld, 1997), hlm. 86-108.
28
Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila: ..., hlm. 115.
13
“Ketuhanan” adalah nilai paling dasar dan esensial sebagaimana Sila I
“Ketuhanan Yang Maha Esa” melandasi keempat sila yang lainnya. Kelima kata
kunci tersebut merupakan nilai dasar yang harus diprioritaskan dalam setiap
penafsiran. Adapun nilai yang berubah yang sesuai dengan ayat dan konteks
penafsiran adalah nilai-nilai implementasi. Nilai implementasi adalah rincian
nilai dari kelima kata kunci di atas.
Dari keempat langkah di atas, teori filsafat Pancasila akan teraplikasi
pada langkah keempat yaitu mengaitkan makna teks dengan konteks sekarang
(realitas bangsa Indonesia) dengan kelima kata kunci filsafat Pancasila
(Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan). Demikian
bangunan teori ini akan digunakan untuk menafsirkan nilai-nilai ayat rukun Islam
dalam konteks keindonesiaan.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif ini adalah penelitian kepustakaan (library research).
2. Sumber Data
Berdasarkan tema penelitian ini, maka sumber data penelitian ini berupa
data-data yang terkait dengan rukun Islam dan Pancasila. Adapun sumber
primer yaitu Al-Quran, dengan fokus pembahasan seputar ayat-ayat yang
berkaitan dengan rukun Islam. Rujukan lain yaitu leksikon Arab, kitabkitab tafsir dan data-data yang terkait dengan filsafat Pancasila.
14
3. Metode dan Pendekatan
Sebagai penelitian kepustakaan, metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Selanjutnya, datadata terkait akan dikelompokkan dan diolah dengan metode deskriptifinterpretive. Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan data sebagaimana
adanya.29 Setelah melakukan pendekatan deskriptif terhadap data apa
adanya itu, dilanjutkan dengan melakukan analisis interpretive terhadap
data yang ditemukan.
Pada prinsipnya penelitian ini adalah kajian penafsiran dengan
pendekatan filosofis-hermeneutis. Objek material dari penelitian ini
adalah ayat-ayat yang terkait dengan rukun Islam. Untuk melihat
wawasan Al-Quran tentang rukun Islam, penulis akan menggunakan
kajian semantik. Setelah itu hasil analisis data awal ini akan
dikontekstualisasikan pada konteks keindonesiaan.
4. Langkah Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis melalui beberapa langkah sebagai berikut.
a. Menjelaskan filsafat Pancasila sebagai teori yang dapat diaplikasikan
dalam menafsirkan Al-Quran konteks keindonesiaan.
29
Hadhari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1996), hal. 73.
15
b. Melakukan penelusuran historis dengan melihat konteks sosialkultural melembaganya rukun Islam, baik konteks pada masa praQuran maupun masa Nabi dan Al-Quran. Setelah itu, untuk konteks
makro kedua, penelusuran akan dilanjutkan untuk memahami konteks
bangsa Indonesia.
c. Menginventaris dan mengelompokkan ayat-ayat yang terkait dengan
rukun Islam dengan metode paralelisme-paradigmatik dan kolokasi.
Selanjutnya akan dilihat medan semantik item-item rukun Islam
dalam Al-Quran.
d. Mengaktualkan nilai-nilai rukun Islam dalam wawasan Al-Quran
pada konteks keindonesiaan.
G. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini akan dibagi dalam beberapa bab agar logis dan sistematis.
Bab pertama atau pendahuluan akan memaparkan latar belakang masalah,
rumusan masalah serta metodologi yang akan dipakai.
Pada bab kedua, penulis akan memaparkan proses kristalisasi Pancasila
sebagai ideologi bangsa, fungsinya sebagai dasar dan pandangan hidup bangsa
serta posibilitas filsafat pancasila dalam memahami Al-Quran konteks
keindonesiaan.
Bab ketiga, pembahasan akan difokuskan pada konteks makro
melembaganya rukun Islam dan konteks makro bangsa Indonesia.
16
Pada bab keempat, penulis akan menginventaris ayat-ayat yang terkait
dengan rukun Islam kemudian memberikan pemetaan dan cakupan yang jelas
sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. Pada bab ini, rukun Islam akan dilihat
dalam wawasan Al-Quran sehingga dapat diambil ideal moral ataupun nilai
universal dari ayat-ayat tersebut. Untuk mengeksplorasinya, penulis akan
menggunakan kajian semantik.
Selanjutnya pada bab kelima, interpretasi nilai rukun Islam dalam konteks
keindonesiaan. Nilai-nilai rukun Islam yang telah didapat pada bab sebelumnya,
akan diaktualkan pada konteks keindonesiaan.
Terakhir yaitu bab keenam sebagai kesimpulan. Pada bab ini, hasil
penelitian akan ditegaskan dalam beberapa poin penting.
memberikan saran untuk penelitian ke depannya.
Penulis juga akan
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bagian penutup, ada beberapa poin yang harus digarisbawahi,
walaupun sejatinya tidak dapat merangkum semua proses perjalanan dan hasil
penelitian ini. Pertama, filsafat Pancasila dapat digunakan untuk menafsirkan AlQuran dalam konteks keindonesiaan. Indonesia memiliki konteks sendiri yang
berbeda dengan konteks di tempat atau negara yang lain. Untuk itu,
menggunakan filsafat Pancasila yang mempertimbangkan konteks dan realita
bangsa Indonesia menjadi sebuah keharusan.
Kedua, dengan mengunakan kajian semantis, Al-Quran memberikan
makna istilah baru yang berkaitan dengan item-item rukun Islam. Selain itu,
rukun Islam memiliki makna yang lebih luas dari sekedar makna dasarnya. Kata
Allah misalnya, telah dikenal dalam tradisi Arab sebagai Tuhan tertinggi di
samping tuhan-tuhan yang mereka sembah. Al-Quran kemudian memberi makna
baru bahwa Allah satu-satunya Tuhan. Kata shalat yang memiliki makna dasar
al-t}alab berubah dalam sistem Al-Quran dari permintaan bentuk horisontal
menuju permintaan vertikal ke atas (doa). Zakat dalam Al-Quran juga tampil
dalam berbagai makna relasi di antaranya berarti menyucikan jiwa, harta dan
sebagainya. Kata al-s{aum juga tampil dalam Al-Quran untuk mensifati orang
228
229
beriman. Haji diperkenalkan dalam Al-Quran dengan beberapa regulasi yang
baru.
Ketiga, dengan melihat makna item-item rukun Islam dalam sistem
bahasa Al-Quran dan sabab makro terlembaganya rukun Islam, bisa disimpulkan
bahwa rukun Islam tidak hanya bersifat transendental tetapi juga memiliki misi
sosial. Misi sosial inilah yang harus diterapkan sebagai muslim Indonesia yang
hidup dalam ruang dan waktu yang berbeda dengan bangsa Arab atau pun bangsa
yang lainnya. Syahadat misalnya, bisa dipahami sebagai wujud persatuan untuk
meminimalisir konflik antar agama. Shalat sebagai bentuk penggemblengan dan
pengawasan moral secara individu maupun komunal. Zakat sebagai instrumen
pemberantasan pengangguran dan kemiskinan. Transformasi nilai puasa dalam
bentuk penguatan hukuman bagi pelaku korupsi. Haji memiliki nilai dorongan
untuk meningkatkan perekonomian demi kesejahteraan bersama.
Keempat, kajian ini membuktikan bahwa agama Islam sejak awal
kelahirannya bukanlah candu masyarakat yang membuat penganutnya menjadi
individu-individu pasif, esklusif dan pasrah dengan keterbelakangan. Justru Islam
muncul dengan mereformasi ketimpangan-ketimpangan sosial, memperjuangkan
kemanusiaan dan meningkatkan kesejahteraan. Semangat inilah yang semestinya
ditarik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Keenam, temuan teori yaitu peleburan teori interpretasi kontekstual
Abdullah Saeed dan teori filsafat Pancasila menghasilkan teori hermeneutika
filsafat Pancasila. Teori ini bisa digunakan untuk mengaktualkan penafsiran pada
230
konteks-aktual keindonesiaan, sehingga tafsir menjadi sangat nyata dalam
menyelesaikan persoalan kebangsaan.
B. Saran
1. Penelitian teks Al-Quran dengan pendekatan semantik semata hanya
mampu
mengungkap
makna
term-term
tertentu
dalam
sistem
weltanschauung Al-Quran. Hal ini belum menyentuh persoalan aktualisasi
makna Al-Quran dalam penafsiran kontekstual. Untuk itu, tidak cukup jika
hanya berhenti pada pendekatan semantik, tetapi hasil pendekatan
semantik
harus
dilanjutkan
dengan
menggunakan
sebuah
teori
hermeneutika untuk memahami Al-Quran dalam realitas kehidupan.
2. Rumusan “Hermeneutika Filsafat Pancasila” ini bisa diaplikasikan untuk
memahami ayat-ayat lain dalam konteks keindonesiaan, seperti ayat-ayat
gender, HAM, konsep perlindungan anak, hukum keluarga, pendidikan, isuisu LGBT dan sebagainya. Dengan begitu penafsir tidak hanya
mengeneralisir penafsiran, tetapi hasil tafsir dapat memberikan kontribusi
dalam menyelesaikan isu-isu aktual dan tetap berada dalam medan konteks
keindonesiaan.
3. Untuk saran penelitian ke depannya, teori hermeneutika filsafat Pancasila
ini masih perlu pengembangan. Salah satunya dari segi batasan-batasan
nilai aplikasi pada setiap kata kunci filsafat Pancasila. Di situ, tiap kata
kunci perlu batasan prinsip-prinsip dasar yang jelas agar penafsiran tidak
bersifat arbitrer semata.
231
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
Pustaka Setia, 2009.
Ali, As’ad Said, Negara Pancasila: Jalan Kemaslahatan Berbangsa, Jakarta:
Pustaka LP3ES Indonesia, 2009.
Aminuddin, Semantik: Pengantar Studi tentang Makna, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2003.
Auda, Jasser Maqa>s}id al-Syari>’ah as Philosophy of Islamic Law: A Systems
Approach, London: The International Institute of Islamic Thought,
2007.
Azhari> al-, Abi Mans}u>r Muhammad bin Ahmad, Mu’jam Tahz\i>b al-Lugah, DVD
ROM. Jilid II.
Ba>qi> al-, Muhammad Fu’a>d Abdu, al-Mu’ja>m al-Mufarras li Alfa>z}i al-Qur’a>n alKari>m, Indonesia: Maktabah Dahlan, t.t.
Bakry, Noor MS., Orientasi Filsafat Pancasila, Yogyakarta: Liberti, 1997.
Barry al-, Muhammad Dahlan, dan Pius A Partanto, Kamus Ilmiah Populer,
Surabaya: Arkola, 1994.
Blackburn, Simon, Kamus Filsafat: Buku Acuan Paling Terpercaya di Dunia,
terj.Yudi Santoso, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Bodman, Withney, ‚Reading The Qur’an as A Resident Alien‛ dalam The
Muslim World, Oxford: Blackwell, 2009.
Bukha>ri>, Im>am, S}ah}i>h} Bukha>ri> dalam DVD ROM al-Maktabah al-Sya>milah.
Buthy al-, Muhammad Sa’id Ramadhan, Sirah Nabawiyah: Analisis Ilmiah
Manhajiah Sejarah Pergerakan Islam di masa Rasullullah Saw, terj.
Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Jakarta: Robbani Press, 2010.
Chaer, Abdul, Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
Darmodiharjo, Dardji dkk., Santiaji Pancasila: Suatu Tinjauan Filosofis, Historis
dan Yuridis Konstitusional, Surabaya: Usaha Nasional, 1981.
232
Djajasudarma, Fatimah, Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna, Bandung:
Penerbit PT Refika Aditama, 1999.
Esack, Farid, ‚Contemporary Religious Thought in South Africa and Emergence
of Qur’anic Hermeneutical Notion‛ dalam I.C.M.R., 1991.
--------, Quran, Liberation and Pluralism: An Islamic Perspective of Interreligious
Solidarity against Oppression, England: Oneworld, 1997.
Faiz,
Fahruddin, Hermeneutika Al-Qur’an
Yogyakarta: Kalimedia, 2015.
Tema-Tema
Kontroversial,
Fara>hid al-, Al-Khali>l bin Ahmad Kitab al-‘Ain, DVD ROM al-Maktabah alSyāmilah.
Fu’adi, Imam, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Teras, 2011.
Gusfahmi, Pajak menurut Syariah, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Hadi, P. Hardono, Hakikat dan Muatan Filsafat Pancasila, Yogyakarta: Kanisius,
1994.
Haekal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah, Jakarta:
Litera AntarNusa, 2009.
Harvey, Van A., ‚Hermeneutics‛ dalam Mircea Eliade (ed.), The Encyclopedia of
Religion, New York: Macmillan Publishing Co, t.th.
Hidayat, Komaruddin, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik,
Jakarta: Paramadina, 1996.
Hisyam, Ibnu, Sirah Nabawiyah, terj. Fadhli Bahri, Bekasi: Darul Falah, 2013.
Hitti, Philip K., History of the Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi
Slamet Riyadi, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2013.
Hourani, Albert, A History of The Arab Peoples, New York: Warner Books,
1992.
Husein, Mochtar, Hakikat Islam Sebuah Pengantar Meraih Islam Kaffah,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Izutsu, Toshihiko, Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik terhadap AlQur’an, terj. Agus Fahri Husain dkk., Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010.
233
Jurja>wi al-, ‘Ali Ah}ma>d, Hikmah dan Falsafah di Balik Penetapan Syariat, terj.
Yusuf Burhanuddin, Bandung: Pustaka Hidayah, 2003\.
Kaelan, ‚Relasi Negara dan Agama dalam Perspektif Filsafat Pancasila‛ dalam
Tim Penyusun, Proceeding Kongres Pancasila, Jakarta: Sekretariat
Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2009.
---------, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma, 2001.
---------, Filsafat Pancasila, Yogyakarta: Paradigma, 2002.
---------, Negara Kebangsaan Pancasila; Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan
Aktualisasinya, Yogyakarta: Paradigma, 2013.
Karim, M. Abdul, Menggali Muatan Pancasila dalam Perspektif Islam,
Yogyakarta: Surya Raya, 2004.
Khallaf, Abdul Wahab, Sejarah Pembentukan dan Perkembangan Hukum Islam,
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002.
Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial Umat Islam: Bagian Kesatu dan Dua, terj.
Ghufron A. Mas’adi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999.
Latif, Yudi, Mata Air Keteladanan Pancasila dalam Perbuatan, Bandung: Mizan,
2014.
----------, Negara Paripurna: Historitas, Rasionalitas dan Aktualitas Pancasila,
Jakarta: Gramedia Pustaka, 2015.
Lukman, Fadli, ‚Asma> al-Qur’an sebagai Self-Identity Al-Quran,‛ Tesis UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.
Maarif, Ahmad Syafii, Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan:
Sebuah Refleksi Sejarah, Bandung: Mizan, 2015.
Madigan, Daniel A., ‚A Common Word Between Us and You: Some Initial
Reflections‛ dalam A Common Word between US and You: Summary
and Abridgement, 2015.
Madjid, Nurcholish dkk., Islam Universal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
------------, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan, 2013.
Ibn Manz>}ur, Al-‘Alla>mah Abi> al-Fad}l Jama>l al-Di>n Muhammad Ibn Makram
Lisa>n al-‘Arabi, Kairo: Da>r al-Ma’a>rif, t.t.
234
Mas’udi, Masdar Farid, Pajak itu Zakat: Uang Allah untuk Kemaslahatan
Rakyat, Bandung: Mizan, 2011.
----------, Syarah UUD 1945 Perspektif Islam, Jakarta: PT Pustaka Alvabet, 2013.
Musa, Ali Masykur, Membumikan Islam Nusantara: Respon Islam terhadap Isuisu Aktual, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2014.
Musli>m, S{ah}i>h} al-Musli>m , DVD ROM al-Maktabah al-Sya>milah.
Muttaqin, Ahmad, ‚Relasi al-Asma>’ al-H{usna> pada Penutup Ayat dengan Makna
Ayat: Kajian Semantik atas Ayat-Ayat Surah al-Taubah,‛ Skripsi UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.
Nawawi, Hadhari dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 1996.
Notonagoro, Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Jakarta: Rajawali,
1982.
Pateda, Mansour, Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Poespowardoyo, Soerjanto, Filsafat Pancasila Sebuah Pendekatan Sosial-Budaya,
Jakarta: Gramedia, 1994.
Rahman, Fazlur, Tema Pokok Al-Quran, terj. Anas Mahyuddin, Bandung:
Pustaka, 1996.
Riyanto, Armada ( ed.) dkk., Kearifan Lokal-Pancasila: Butir-Butir Filsafat
Keindonesiaan, Yogyakarta: PT Kanisius, 2015.
Saeed, Abdullah, Al-Quran Abad 21: Tafsir Kontekstual, terj. Ervan Nurtawab,
Bandung: Mizan, 2016.
-----------, Interpreting the Quran towards A Contemporary Approach, New York:
Routledge, 2006.
Salam, Burhanuddin, Filsafat Pancasilaisme, Jakarta: Rineka Cipta, 1996.
Schimmel, Annemarie, Islam Interpretatif: Upaya Menyelamatkan Islam dari Inti
Ajaran, Aliran-Aliran sampat Realitas Modernnya, terj. M. Chairul
Annam, Depok: Inisiasi Press, 2003.
Shihab, Muhammad Quraish, Kaidah Tafsir, Tangerang: Lentera Hati, 2013.
235
Soemasdi, Hartati, Pemikiran tentang Filsafat Pancasila, Yogyakarta: Andi
Offset, 1992.
Sudirman, Adi, Sejarah Lengkap Indonesia: dari Era Klasik hingga Terkini,
Yogyakarta: Diva Press, 2014.
Sugiyono, Sugeng, Lisa>n dan Kala>m: Kajian Semantik al-Qur’a>n, Yogyakarta:
Suka-Press, 2009.
Sukardja, Ahmad, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar NRI 1945: Kajian
Perbandingan Tentang Dasar Hidup Bersama dalam Masyarakat yang
Majemuk, Jakarta: Sinar Grafika, 2014.
Syahrur, Muhammad, Islam dan Iman: Aturan-Aturan Pokok Rekonstruksi
Epistemologis Rukun Islam dan Rukun Iman, terj. M. Zaid Sudi,
Yogyakarta: IRCiSoD, 2015.
Syamsuddin, Sahiron, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an,
Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press, 2009.
Syukur, Suparman, Studi Islam Transformatif: Pendekatan di Era Kelahiran,
Perkembangan dan Pemahaman Kontekstual, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2015.
Taniredja, Tukiran dkk., Indonesia Baru Empat Konsensus Satu Dasar Berbangsa
dan Bernegara Indonesia: Pancasila, Proklamasi Kemerdekaan, UUD
1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, Yogyakarta: Penerbit Ombak,
2015.
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
Tim Penyusun, UUD 1945 dan Perubahan Amandemn I, II, III dan IV, T.k: Palito
Media, t.t.
‘U<dah, U<dah Khali>l Abu>, al-Tat}awwur al-Dala>li> baina Lugah al-Syi’ri al-Ja>hili>
wa Lugah al-Qur’a>n al-Kari>m: Dira>sah Dala>liyyah Muqa>ranah, AlArda>n: Maktabah al-Mana>r, 1985.
Wahana, Paulus, Filsafat Pancasila, Yogyakarta: Kanisius, 1993.
Wahid, Abdurrahman dkk., Islam Nusantara; Dari Ushul Fiqh hingga Paham
Kebangsaan, Bandung: Mizan, 2015.
236
---------, Islamku Islam Anda Islam Kita: Agama Masyarakat Negara Demokrasi,
Jakarta: Wahid Institute, 2006.
Wahid, Wawan Gunawan Abd. dkk., Fiqih Kebinekaan; Pandangan Islam
Indonesia tentang Umat, Kewargaan dan Kepemimpinan Non-Muslim,
Bandung: Mizan, 2015.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1998.
237
CURRICULUM VITAE
Nama
: Ahmad Muttaqin
Tempat, Tgl. lahir
: Maccini, 10 Maret 1990
E-mail
: [email protected]
HP
: 081326039610
Nama Ayah
: Amrullah Nur
Nama Ibu
: Nur Hidayah
Alamat Rumah
: Jl. Lawara No.28, Rompegading, Liliriaja, Soppeng, Sul-Sel
Alamat Yogyakarta
: Jl. Nogopuro No.131, Catur Tunggal, Depok, Sleman
Pendidikan Formal
:

Taman Kanak-Kanak Lalotengae, Soppeng, Sul-Sel.
[1995-1996]

Sekolah Dasar Negeri 72 Anrangae, Soppeng, Sul-Sel.
[1996-2002]

Madrasah Tsanawiyah DDI Pattojo, Soppeng, Sul-Sel.
[2002-2005]

Madrasah Aliyah Al-Junaidiyah Biru, Bone, Sul-Sel.
[2005-2008]

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
[2008-2012]

Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. [2014-2016]
Pendidikan Non Formal:

Pondok Pesantren Darud Da’wah Wal-Irsyad (DDI), Soppeng.

Pondok Pesantren Al-Junaidiyah, Biru, Bone.

Ma’had Aly Aji Mahasiswa Al-Muhsin, Yogyakarta.

Pesantren “Tahfidzul Qur’an” PIQ Wonosobo, Jawa Tengah.
Demikian daftar riwayat hidup ini kami buat dengan sebenar-benarnya.
Yogyakarta, 1 Maret 2016
Ahmad Muttaqin
Download