Uang Sebagai Alat Tukar Kebahagiaan Dunia dan Akhirat Oleh : Ikhsan Chaerudin Bab 1 Latar Belakang 1.1 Pendahuluan Dalam kegiatan ekonomi, uang mempunyai peranan yang sangat penting. Dengan adanya uang, kegiatan ekonomi masyarakat menjadi lebih lancar. Uang digunakan oleh masyarakat untuk membeli barang atau jasa yang dibutuhkàn. Uang juga digunakan untuk menyimpan kekayaan dan untuk membayar hutang. Bahkan dengan adanya uang, setiap orang dapat mengatakan bahwa suatu barang lebih mahal dari barang lainnya, dan sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa uang adalah suatu benda yang diterima secara umum oleh masyarakat untuk mengukur nilai, menukar, dan melakukan pembayaran atas pembelian barang dan jasa, dan pada waktu yang bersamaan bertindak sebagai alat penimbun kekayaan. Namun yang menjadi sebuah pertanyaan besar adalah apakah uang mampu menjadi sumber kebahagiaan? Apakah ketika seseorang memiliki tingkat kekayaan yang tinggi juga menandakan tingginya tingkat kebahagiaan? 1.2 Sejarah Uang Pada masyarakat yang masih primitif, dimana kehidupan masyarakatnya masih sangat sederhana. Mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara mengambil dan memanfaatkan barang yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Perkembangan peradaban manusia kemudian menggeser tujuan kegiatan produksi masyarakat. Semula, masyarakat memproduksi barang hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, lalu berkembang menjadi tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Selanjutnya, terjadilah perdagangan dengan cara tukar-menukar antara barang dengan barang lain yang dinamakan barter. Pertukaran barang dengan barang dapat terjadi jika syarat-syarat dapat dipenuhi, antara lain : a. Orang-orang yang akan melakukan pertukaran harus memiliki barang yang akan ditukarkan b. Orang-orang yang akan melakukan pada waktu yang sama c. Barang-barang yang akan dipertukarkan harus mempunyai nilai yang sama. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia maka pertukaran dengan cara barter menjadi semakin sulit dilakukan. Bahkan, karena kebutuhan setiap orang semakin banyak dan beragam, maka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tidak mungkin lagi ditempuh dengan cara barter. Karena menghadapi kesulitan dalam melakukan pertukaran barter, manusia terdorong untuk mencari cara pertukaran yang lebih mudah. Manusia mulai menggunakan uang barang dalam melakukan pertukaran. Contoh uang barang yaitu garam, senjata, dan kulit hewan. Pada umumnya benda-benda yang digunakan sebagai uang barang oleh masyarakat setempat memiliki sifat-sifat sebagai berikut. a. Digemari oleh masyarakat setempat b. Jumlahnya terbatas c. Mempunyai nilai tinggi. Perkembangan alat tukarpun kemudian terus berkembang dan berkembang, mulai dari penggunaan emas dan perak hingga akhirnya terciptalah mata uang yang banyak digunakan hingga saat ini. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hierarki Kebutuhan Maslow (Gambar 1.1 Teori Hierarki Kebutuhan Maslow) Menurut Abraham Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan hidup yang akan selalu berusaha untuk dipenuhi sepanjang masa hidupnya. Lima tingkatan yang dapat membedakan setiap manusia dari sisi kesejahteraan hidupnya, teori yang telah resmi di akui dalam dunia psikologi. Kebutuhan tersebut berjenjang dari yang paling mendesak hingga yang akan muncul dengan sendirinya saat kebutuhan sebelumnya telah dipenuhi. Setiap orang pasti akan melalui tingkatan-tingkatan itu, dan dengan serius berusaha untuk memenuhinya, namun hanya sedikit yang mampu mencapai tingkatan tertinggi dari piramida ini. Lima tingkat kebutuhan dasar menurut teori Maslow adalah sebagai berikut (disusun dari yang paling rendah) : 1. Kebutuhan Fisiologis Ini adalah kebutuhan biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air, dan suhu tubuh relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan kuat karena jika seseorang tidak diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan datang pertama dalam pencarian seseorang untuk kepuasan. Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti bernafas. 2. Kebutuhan Keamanan Ketika semua kebutuhan fisiologis puas dan tidak mengendalikan pikiran lagi dan perilaku, kebutuhan keamanan dapat menjadi aktif. Orang dewasa memiliki sedikit kesadaran keamanan mereka kebutuhan kecuali pada saat darurat atau periode disorganisasi dalam struktur sosial (seperti kerusuhan luas). Anak-anak sering menampilkan tanda-tanda rasa tidak aman dan perlu aman. Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan semacamnya. 3. Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas, kelas berikutnya kebutuhan untuk cinta, sayang dan kepemilikan dapat muncul. Maslow menyatakan bahwa orang mencari untuk mengatasi perasaan kesepian dan keterasingan. Ini melibatkan kedua dan menerima cinta, kasih sayang dan memberikan rasa memiliki. Misalnya adalah : Memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain. 4. Kebutuhan Esteem Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga bisa menjadi dominan. Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk seseorang mendapat penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk tegas, berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan rasa hormat dari orang lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya diri dan berharga sebagai orang di dunia. Ketika kebutuhan frustrasi, orang merasa rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga. 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka dan hanya maka adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri diaktifkan. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk menjadi dan melakukan apa yang orang itu “lahir untuk dilakukan.” “Seorang musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan penyair harus menulis.” Kebutuhan ini membuat diri mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu merasa di tepi, tegang, kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui apa orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa yang seseorang ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri. Dengan kata lain pada proses aktualisasi diri seseorang telah dalam tahap memaksimalkan kebutuhannya atau dalam tahap memaksimalkan kebahagiaannya melalui aktifitas-aktifitas tertentu yang sebelumnya belum ia lakukan. 2.1 Dalam Hadist riwayat ahmad dikatakan bahwa, Abu Hurairah r.a.berkata bahwa, Rasulullah saw. bersabda, “Tidak seorang pun pemilik simpanan yang tidak menunaikan haknya (mengeluarkan hak harta tersebut untuk dizakatkan) kecuali Allah akan menjadikannya lempengan-lempengan timah yang dipanaskan di neraka jahanam, kemudian kening dan dahi serta punggungnya disetrika dengannya hingga Allah SWT berkenan menetapkan keputusan di antara hamba-hambaNya pada hari yang lamanya mencapai lima puluh ribu tahun yang kalian perhitungkan (berdasarkan tahun dunia). (Baru) setelah itu ia akan melihat jalannya, mungkin ke surga dan mungkin juga ke neraka.” (HR Ahmad 15/288) Dalam hadist tersebut disebutkan bahwa lama kehidupan di akhirat kelak 50.000 tahun dengan perhitungan dunia. Jika dibandingkan dengan umur manusia yang rata-rata mencapai 60 tahun, maka kehidupan di dunia ini hanyalah 10,5 jam kehidupan akhirat. BAB 3 ISI Berbicara mengenai kebahagiaan, maka kita perlu untuk mengetahui terlebih dahulu definisi dari kebahagiaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahagia berarti sebuah keadaan atau perasaan tentram. Sedangkan kebahagiaan berarti sebuah keadaan atau perasaan tentram yang dirasakan setelah individu melakukan suatu aktifitas tertentu. Berbicara mengenai uang sebagai alat tukar kebahagiaan, maka kita perlu menyadari bahwa dewasa ini, banyak orang menganggap kebahagiaan tidak dapat diperoleh melalui uang. Mereka menganggap bahwa uang dan kebahagiaan adalah sebuah hal yang berbeda. Sehingga, banyak orang menganggap uang tidak bisa menjadi alat tukar kebahagiaan. Pernyataan tersebut adalah benar ketika seseorang tidak dapat mengalokasikan pengeluarannya dengan benar. Mengapa demikian? CNN pernah melakukan sebuah penelitian terhadap orang-orang yang memenangkan lottery. Dalam penelitian tersebut orang-orang beranggapan bahwa memenangkan lottery dapat membuat hidupnya menjadi luar biasa. Uang yang banyak yang ia peroleh dapat membuat ia membeli/melakukan hal-hal yang tidak mampu ia lakukan sebelumnya. Namun, dalam kenyataannya orang-orang yang memenangkan lottery justru akan terjatuh kedalam dua kondisi, yaitu terlilit hutang atau kehabisan uangnya karena orang-orang yang ia kenal mencoba untuk mendekatinya untuk mendapat bagian dari keberuntungannya tersebut. Dari penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa pernyataan bahwa uang tidak dapat membeli kebahagiaan adalah benar, jika orang tersebut tidak mengalokasikannya dengancara yang benar. Hingga akhirnya seperti pemenang lottery pada umumnya dimana justru harus terjebak hutang dan kehabisan uangnya untuk hal yang tidak membahagiakannya. Lalu, yang masih menjadi pertanyaan besar adalah bagaimana cara mengalokasikan uang yang benar demi membeli sebuah kebahagiaan? Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan di University of Columbia, peneliti pernah melakukan eksperimen terhadap beberapa mahasiswa. Dimana eksperimen tersebut berupa pemberian uang melalui dua buah amplop yang berbeda. Yang membedakan antara keduanya adalah amplop berisi uang yang pertama diberikan untuk orang-orang yang ditugaskan untuk menghabiskannya untuk dirinya sendiri. Sedangkan amplop berisi uang yang kedua diberikan untuk orang-orang yang ditugaskan untuk menghabiskannya untuk orang lain. Dari eksperimen tersebut kemudian peneliti mendapatkan sebuah hasil, yaitu orang-orang yang diberikan amplop kedua cenderung merasakan kebahagiaan atas aktifitas yang dilakukannya, sedangkan orang-orang yang memperoleh amplop kedua tidak memiliki perubahan apapun Tidak berhenti sampai disana, sebuah penelitian mengenai charitiy terhadap 136 negara di dunia yang dilakukan oleh GallUp Organization menunjukan hasil yang senada, dimana mayoritas negara didunia merasakan kebahagiaan dari aktifitas charity yang dilakukan. Dan hanya ada segelintir negara saja yang beranggapan bahwa charity tidak memberikan kebahagiaan. Dari sinilah kemudian yang semakin menguatkan fakta bahwa kebahagiaan bisa ditukar dengan uang, apabila seseorang mampu untuk mengalokasikannya dengan benar, yaitu mengalokasikannya untuk orang lain. Lalu, bagaimana dengan seorang muslim? Bukankah seorang muslim yang cerdas seharusnya berorientasi pada kehidupan akhiratnya yeng kekal, yang bahkan kehidupan dunianya hanyalah 10,5 jam dalam perhitungan akhirat? Lalu bagaimanakah apakah hal yang sama dapat membeli kebahagiaan diakhirat? Maka beberapa dalil berikut dapat menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. “Jika kamu menampakkan sedekah (mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahankesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah [2]: 271). Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allahadalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap- tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al Baqarah 261) “Sesungguhnya di surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar. Allah menganugerahkannya kepada orang yang berkata baik, bersedekah makanan, berpuasa, dan shalat dikala kebanyakan manusia tidur.” (HR. At Tirmidzi) Dengan dalil-dalil tersebut maka jelaslah bahwa dengan kita mengalokasikan uang yang kita miliki untuk orang lain, maka Allah akan menghapuskan dosa-dosa kita, menggantinya dengan kebaikan yang berkali-kali lipat dan Allah menyediakan kita sebuah kebahagiaan yang tertinggi, yaitu surga yang Allah sediakan untuk orang-orang yang aktif dalam berbagi dengan saudaranya. Bab 4 Kesimpulan Uang dapat membeli kebahagiaan dunia dan akhirat, apabila kita dapat mengalokasikan uang itu dengan benar, yaitu dengan mengalokasikannya untuk orang lain. Kebahagiaan yang dirasakan di dunia dapat dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan diberbagai belahan dunia mengenai fakta bahwa berbagi dapat memberikan kebahagiaan bagi setiap orang. Dan kebahagiaan akhirat berupa surga telah Allah janjikan untuk orang-orang yang aktif dalam berbagi dan membantu saudaranya. Bab 5 Daftar Pustaka http://www.artikelsiana.com/2014/09/Sejarah-Jenis-Fungsi-Nilai-Syarat-Uang.html http://www.praswck.com/teori-kebutuhan-abraham-maslow