Analisis Dampak Kebijakan Globalisasi Ekonomi terhadap Kemiskinan dan Kesenjangan di India pasca liberalisasi Ekonomi tahun 1991 Disusun oleh Vanadia Sofaria 09/282192/SP/23397 Diego Boni Septana 09/286683/SP/23735 Wimanda Febrian 09/281024/SP/23299 Etta Desita R 09/280537/SP/23211 Desy Valentin 09/280270/SP/23169 Ario W haryono 10/296902/SP/23890 Aulia Istiqomah 10/305682/SP/24382 Bara E. Brahmantika 10/297296/SP/23964 I. Pendahuluan A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, berbagai alat untuk memudahkan berbagai kegiatan manusia ditemukan. Hal ini menyebabkan manusia di dunia semakin mudah untuk terhubung satu sama lain. Komunikasi dan transportasi kian hari kian beragam, membuat batas-batas negara menjadi transparan. Kemudahan-kemudahan ini membuat jarak dan waktu menjadi semakin sempit yang membuat manusia menjadi lebih bergantung satu sama lain. Globalisasi telah dimulai sejak abad ke-19, ketika berbagai penemuan baru dalam bidang komunikasi dan transportasi dikembangkan. Globalisasi telah menjamah berbagai bidang kehidupan manusia, salah satunya adalah bidang ekonomi. Globalisasi ekonomi menurut Gao Shangquan merujuk pada meningkatnya saling ketergantungan ekonomi akibat semakin berkembangnya perdagangan berbagai komoditas dan jasa yang melewati batas negara, aliran modal internasional, dan semakin cepatnya penyebaran teknologi.1 Dengan semakin terintegrasinya negara di dalam perdagangan internasional, tentu akan semakin banyak investasi yang masuk ke negara itu. Perdagangan berbagai jenis komoditi juga akan semakin banyak terjadi. Globalisasi dan kemiskinan telah menjadi salah satu isu yang ramai diperbincangkan oleh halayak internasional saat ini, berbagai diskusi, dan penelitian oleh akademisi, dan praktisi dari berbagai ilmu pengetahuan telah berusaha untuk melihat bagaimana dampak dari globalisasi terhadap kemiskinan secara global. Perdebatan tentang hubungan globalisasi dengan kemiskinan dan kesenjangan sosial di dominasi oleh dua kubu yang mana kubu pertama diwakili oleh para suporter dari perdagangan bebas yang meyakini bahwasanya dengan meningkatnya arus perdagangan internasional yang terspesialisasi diantara negara negara dunia akan meningkatkan pendapatan dari keseluruhan masayrakatnya. Namun kelompok yang lain berpendapat bahwasanya banyak dari masyrakat miskin yang memiliki kendala dalam kapasitasnya menyesuaikan diri, melengkapi diri, dan berpindah menyesuakian dengan kondisi pasar, dimana para pendukung pandangan ini menganggap, walau spesialisasi perdagangan kan menguntungkan dalam jangka panjang dengan asumsi bahwasanya tenaga kerja dan sumber daya mampu berpindah sektor ekonomi secara bebas, 1 G. Shangquan, ‘Economic Globalization: Trends, Risks and Risk Prevention’, United Nations website (online), 2000, hlm. <http://www.un.org/en/development/desa/policy/cdp/cdp_background_papers/bp2000_1.pdf>, 1, diakses 15 Januari 2012. 2 dalam jangka pendek perubahan dan penyesuaian struktur akan berdampak buruk bagi masyarakat miskin2. GDP India meningkat diakibatkan dengan meningkatnya aktifitas ekonomi (impor, ekspor) dan arus modal internasional yang berputar di India, namun pertanyaan lainpun muncul, di China yang juga melakukan reformasi ekonomi dengan mengglobalisasi perekonomiannya mengalami surplus perdagangan internasional, kenaikan GDP secara tajam, dan juga berkurangnya angka kemiskinan, namun secara bersamaan Cina yang sebelumnya dikenal sebagai negara yang paling kecil kesenjangannya karena pemerataaan ekonomi sebelum globalisasi ekonomi menjadi negara yang sekarang semakin lebar jurang kesenjangan ekonomi diantara rakyatnya, dimana dalam beberapa tahun diprediksi kesenjangan perekonomian di Cina akan melebihi Amerika, lalu apakah kasus serupa terjadi di India? Apakah Globalisasi akhirnya akan berdampak pada mengayakan yang kaya dan semakin memiskinkan yang miskin? pertanyaan inilah yang akanberusaha dijawab leh paper ini, dimana kami akan menganalisis hubungan diantara globalisasi dan kemiskinan juga kesenjangan dengan studi kasus negara India. B. Kerangka Konseptual Teori Globalisasi Globalisasi didefiniskan oleh George Ritzer sebagai mendunianya kebiasaan, hubungan, kesadaran dan organisasi kehidupan sosial. Dan dilihat dari prespektif ekonomi, globalisasi ekonomi yang ditandai dengan semakin meluasnya ekonomi pasar yang dipromosikan oleh lembaga lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia.3 Dalam paper ini kami menggunakan indikator yang digunakan oleh Ann Harrison dalam mengukur globalisasi ekonomi yaitu perdagangan internasional yang diukur dengan peningkatan volume impor dan ekspor.4 Indikator lainnya yang digunakan oleh Pranab Bardhan adalah 2 Pranab Bardhan, “Does Globalization Help or Hurt the World’s Poor?” , Robert mackay’s homepage (online), http://www.atmosedu.com/ENVS109/articles/Globalization.pdf , diakses April 19, 2012 3 Robert. O Keel, Globalization theory, University of Missouri (online) , http://www.umsl.edu/~keelr/3210/3210_lectures/globalization.html , diakses 19 April 2012 4 Ann Harrison, On the Links Between Globalization and Poverty, The Academic Platform Switzerland UN (online), http://www.unoacademia.ch/webdav/site/developpement/shared/developpement/mdev/soutienauxcours0809/Gir onde%20Pauvrete/Globalization%20and%20Poverty%20-%20A%20Harrisson.pdf , diakses 19 April 2012 3 arus masuk modal asing yang dilihat dari tingkat FDI yang masuk ke dalam sebuah negara.5 Sehingga yang penulis maksud dengan Globalisasi Ekonomi adalah peningkatan arus perdagangan dan arus investasi modal asing dalam sebuah negara. Definisi Kemiskinan dan Kesenjangan Ekonomi Definisi Kemiskinan yang kami gunakan adalah definisi kemiskinan absolut dengan dengan menggunakan garis kemiskinan ekstreme yang digunakan oleh World Bank, yaitu setiap individu individu yang hidup dengan penghasilan dibawah satu dollar perharinya yang nanti akan dilihat dengan statistik jumlah orang miskin ekstreme dalam persen per populasinya.6 Dan yang kamu maksud dengan kesenjangan ekonomi adalah dimana perbedaan mendasar terjadi dalam sebuah masyarakat yang akhirnya memperbolehkan individu tertentu untuk memiliki pilihan tertentu yang bersifat materiil, namun disaat yang sama menghalangi individu individu yang lain, untuk mendapatkan pilihan yang sama.7 Kesenjangan ekonomi yang dimaksud adalah perbedaaan kesempatan dan pilihan bagi masyarakat terdidik dan memiliki keahlian dengan masayrakat yang miskin dan tidak memiliki kemampuan dalam memperoleh penghasilan dan pekerjaan yang layak, ini nanti akan dilihat dengan merujuk pada koefisin Gini yang digunakan oleh World Bank C. Rumusan Masalah Bagaimana Globalisasi Ekonomi dalam bentuk peningkatan Perdagangan Internasional dan Masuknya Foreign Direct Investment berpengaruh pada tingkat kemiskinan dan kesenjangan ekonomi di India pasca liberalisasi ekonomi tahun 1991 ? II. ISI A. Dampak-Dampak Globalisasi terhadap Kemiskinan dan Kesenjangan Perdebatan tentang hubungan globalisasi dengan kemiskinan dan kesenjangan sosial di dominasi oleh dua kubu yang mana kubu pertama diwakili oleh para suporter dari 5 Pranab Bardhan, “Does Globalization Help or Hurt the World’s Poor?” , Robert Mackay’s homepage (online), http://www.atmosedu.com/ENVS109/articles/Globalization.pdf , diakses April 19, 2012 6 Ann Harrison, On the Links Between Globalization and Poverty, The Academic Platform Switzerland UN (online), http://www.unoacademia.ch/webdav/site/developpement/shared/developpement/mdev/soutienauxcours0809/Gir onde%20Pauvrete/Globalization%20and%20Poverty%20-%20A%20Harrisson.pdf , diakses 19 April 2012 7 Andrew McKay, Inequality Briefing, Overseas Development Institute (Online) , http://www.odi.org.uk/resources/docs/3804.pdf, diakses 16 April 2012 4 perdagangan bebas yang meyakini bahwasanya dengan meningkatnya arus perdagangan internasional yang terspesialisasi diantara negara negara dunia akan meningkatkan pendapatan dari keseluruhan masayrakatnya. Namun kelompok yang lain berpendapat bahwasanya banyak dari masyrakat miskin yang memiliki kendala dalam kapasitasnya menyesuaikan diri, melengkapi diri, dan berpindah menyesuakian dengan kondisi pasar, dimana para pendukung pandangan ini menganggap, walau spesialisasi perdagangan kan menguntungkan dalam jangka panjang dengan asumsi bahwasanya tenaga kerja dan sumber daya mampu berpindah sektor ekonomi secara bebas, dalam jangka pendek perubahan dan penyesuaian struktur akan berdampak buruk bagi masyarakat miskin8. Kompetisi di dalam pasar global secara umum memberikan keuntungan bagi masyarakat yang memiliki keahlian, informasi dan kewirausahaan. Dan masyarakat miskin sering kali justru tidak mampu untuk bersaing, dikeranakan sulitnya akses terhadap modal dan kesempatan untuk mempelajari keahlian baru bagi masyarakat miskin. Dalam kasus mexico misalnya, dimana banyak pekerja yang tidak memiliki keahlian kehilangan pekerjaan karena kalah bersaing dengan negara negara Asia yang memiliki pekerja yang memeiliki keterampilan dan sama murahnya, namun investasi asing di mexico diwaktu yang sama juga membuka lowongan pekerjaan baru bagi masyarakat Mexico. Bukti yang lain juga menunjukkan bahwasanya pada daerah di mexico yang lebih terexpose oleh globalisasi mempunya pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang terisolasi oleh Globalisasi. 9 Integrasi ekonomi kedalam sistem internasional tidak hanya membawa kesempatan namun juga masalah bagi negara berkembang, karena ketika sebuah negara mengglobalisasi ekonominya dan masuk kedalam sebuah sistem ekonomi internasional maka akan terjadi proses spesialisasi perdagangan, dimana negara tersebut akan cenderung mengutamakan komoditas ekspor yang bisa bersaing ditingkat global dan menguntungkan, dan melepas tarif dan perlindungan pada sektor sektor yang sebelumnya di subsidi oleh pemerintah. Sehingga dalam transisi itu sering kali akhirnya berdampak pada banyak nya orang yang kehilangan pekerjaan pada sektor yang mengalami merugi karena persaingan dengan barang-barang impor dari negra lain, sehingga para pekerja tersebut harus beralih ke pekerjaan lain pada sektor sektor yang berkembang yang berhasil bersaing dan untung dalam ekspor, namun 8 Pranab Bardhan, “Does Globalization Help or Hurt the World;s Poor?” , accessed April 19, 2012, http://www.atmosedu.com/ENVS109/articles/Globalization.pdf 9 ibid 5 transisi dari pekerjaan baru ke pekerjaan lama ini akan sangat menyakitkan, dan tidak berlangsung secara serta merta, sehingga perlu pemerintah meringankan beban masyarakat miskin pada periode transisi ini. Namun kebanyakan negara miskin tidaklah memiliki program proteksi sosial untuk membantu orang-orang yang kehilangan pekerjaannya dan belum menemukan pekerjaan baru. Hambatan hambatan domestik juga menjadi kendala bagi masyarakat miskin di negara negara berkembang dalam bersaing di tataran internasional, halangan domestik seperti kesulitan akses terhadap kredit modal, birokrasi yang menyulitkan, hukum kepemilkan lahan yang lemah, pendistribusiaan kekayaan yang tidak merata, dan korupsi sering kali menjadi penghalang bagi masyarakat miskin untuk mendapat kesempatan, sehingga membuka ekonomi pada sistem masyrakat internasional ketika halangan halangan tersebut masih tidak teratasi dengan baik akan justru membuat masayrakat miskin kalah dalam persaingan dan semakin miskin nantinya.10 Bardhan berusaha menjelaskan bagaiamana globalisasi dapat berdampak positif maupun negatif terhadap kemiskinan dengan menggunakan delapan skenario kemungkinan dari proses globalisasi dan dampaknya terhadap kemiskinan.11 Pada skenario (a) Bardhan menggunakan asumsi tradisional Stolper-Samuelson yang mengatakan bahwasanya dinegara negara miskin yang memiliki banyak buruh tanpa keahlian yang murah akan mendapatkan keuntungan dari liberalisasi perdangan pada sektor sektor yang menggunakan buruh secara intensif, namun pada kenyataannya di antara negara negara berkembang sendiri seperti Brazil atau Turki, masih banyak negara yang menggunakan buruh dari negara lain yang lebih miskin dan lebih murah seperti Indonesia atau Cina untuk memproduksi barang –barang yang jauh lebih murah, sehingga dalam skenario ini, justru akhirnya liberalisasi perdagangan menurunkan penghasilan rata-rata dari negara berkembang yang lain, dan juga apabila negara berkembang tersebut memiliki komoditas utama yang tidak menggunakan tenaga buruh secara intensif, seperti pertambangan yang bertumpu pada alat berat, pada kondisi seperti itu buruh buruh miskin tidak akan terlalu mendapat manfaat dari liberalisasi perdagangan. Dalam skenario (b), Bardhan menggunakan asumsi bahwasanya dalam sebuah negara akan ada beberapa tipe produksi, seperti dalam contoh pangan dimana ada tanaman yang ditanam oleh para pekerja yang jenis tanaman itu merupakan kebutuhan pokok masyrakat 10 Pranab Bardhan, “Does Globalization Help or Hurt the World’s Poor?” , Robert Mackay’s homepage (online), http://www.atmosedu.com/ENVS109/articles/Globalization.pdf , diakses April 19, 2012 11 Pranab Bardhan, “The Impact of Globalization on the Poor”, Bureau for reserach in Economic Analysis of Development (online), http://ipl.econ.duke.edu/bread/papers/policy/p003.pdf, diakses April 19, 2012 6 sehingga tidak akan diekspor, jenis tanaman kedua adalah jenis tanaman yang ditanam oleh para pekerja yang mampu diekspor seperti kopi, dan barang yang ketiga adalah barang yang mampu dimpor oleh pemerintah sebagai barang pengganti kebutuhan pokok makanan masyarakat, dalam skenario ini para pekerja yang menanam tanaman yang bisa diekspor akan mendapatkan keuntungan dari liberalisasi, namun pakerja pertama yang menanam tanaman untuk kebutuhan pokok akan justru berkurang penghasilannya, karena impor dengan harga yang lebih murah karena penghilangan tarif akibat dari liberalisasi perdagangan tersedia dipasaran, sehingga terjadi persaingan pasar terhadap produk yang sejenis. Pada skenario (c), dimana terdapat dua macam pekerja, pekerja dengan kontrak jangka panjang, dan pekerja dengan kontrak jangka pendek, yang mana pekerja dengan kontrak jangka pendek akan bekerja lebih tidak produktif dan digaji dengan gaji lebih rendah. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, maka kompetisi akan semakin ketat, dan kemungkinan perusahaan untuk mengalami kerugian ataupun bangkrut juga semakin besar, sehingga para pekerja akan lebih berhati hati dengan memilih kontrak dengan jangka yang pendek pada perusahaan tertentu, sehingga produktifitas pekerja jadi semakin rendah, dan gaji rata-rata pekerjapun juga makin rendah. Sehingga globalisasi bisa dibilang akhirnya berdampak pada menurunnya pemasukan masyarakat. Pada skenario (d), meningkatnya kompetisi global karena globalisasi bisa berdampak positif pula, dengan kompetisi, maka perusahaan perusahaan yang tidak effisien bisa digantikan dengan perusahaan yang lebih effisien ataupun akhirnya memaksa perusahaan untuk effisien dengan mengalokasikan secara lebih baik sumber sumber daya di dalam perusahaan yang akan berdampak pada kenaikan gaji pekerja dikarenakan produktifitas perusahaan yang menjadi lebih meningkat. Pada skenario (e) , persaingan global akan memaksa perusahaan perusahaan besar untuk mengalihkan sebagian pekerjaan pekerjaan mereka ke perusahaan yang lebih kecil atau sektor informal untuk melakukan kerja sama dan efisiensi sehingga walaupun dalam skenario ini gaji karyawan di perusahan utama itu menurun, gaji masayrakat secara kesuluruhan menjadi merata dan naik. Pada skenario (f) , ketika perusahaan transnasional global melakukan bisnis di negara miskin, dimana perusaan tersebut mendapatkan situasi dimana satu perusahaan menghadapi banyak pencari kerja, dalam skenario seperti ini maka gaji karyawan menjadi kecil, karena perusahaan memonopoli lapangan kerja dalam sektor tersebut, namun sedikit sekali bukti 7 bahwasanya gaji karyawan menurun dalam hal tersebut, apabila dibandingkan dengan kondisi dimana perusahaan tersebut tidak ada. Pada skenario (g), ketika perkembangan teknologi yang diakibatkan oleh globalisasi akhirnya merugikan jasa para pekerja tanpa keahlian, dimana globalisasi akan membawa dampaknya sampai pada pelosok dunia, maka perkembangan teknologi yang dapat mengurangi penggunaan jasa pekerja tanpa ketrampilan ini akan mengakibatkan lapangan kerja dan gaji bagi para pekerja tanpa ketrampilan menurun, Dan di skenario terakhir (h) dimana liberalisasi ekonomi akan berujung pada bertambahnya persainagn antar perusahaan sehingga keuntungan perusahaanpun akan mengecil, dimana pada akhirnya perusahaan akan memiliki modal dan sumber daya manusia yang makin terbatas, sehingga sering kali sumber daya manusia lah yang seringkali dipotong dalam segi jumlah untuk menstabilkan modal, sehingga meningkatkan kemungkinan pemotongan gaji dan bahkan pemutusan hak kerja, Sehingga Globalisasi dapat saja menghasilkan efek yang beragam pada tiap negara tergantung dari skenario yang terjadi di negara tersebut, dan perlu dicatat walau globalisasi tidak bisa memperbaiki kondisi perekonomian seluruh lapisan masyrakat sendirian, agar globalisasi memberikan dampak positif bagi masyarakat secara keseluruhan, makan program globalisasi harus diikuti dengan program-program domestik yang dapat meringankan beban para pekerja yang terkena dampak negatif globalisasi dimasa masa awal transisi. 12 Studi Kasus: Kondisi perekonomian dan kebijakan ekonomi India sebelum globalisasi ekonomi tahun 1991 dan setelahnya. Sebelum tahun 1991, India menerapkan kebijakan ekonomi yang tidak pro pasar. Karena kebijakan ini tidak tertuju pada pasar, maka disini pemerintah mempunyai kekuatan penuh dalam mengontrol segala kegiatan perekonomian. Kebijakan semacam ini telah diterapkan sejak tahun 1947 ketika India meraih kemerdekaan. Ekonomi India di bawah pola sosialis menerapkan pembatasan yang diberlakukan tanpa pandang bulu, korupsi yang merajalela dan tidak adanya akuntabilitas dalam pemerintahan13. Pemerintah juga turut campur tangan dalam perekonomian dan kegiatan pasar. Perekonomian yang sentralistik dan 12 ibid S.Choubey, N. G. Pendse, Economic Reforms in India: Needs, Effects and Suggestions, Sarup &Sons, New Delhi, 2005, p.i. 13 8 hanya di kuasai oleh pemerintah menjadikan aktivitas ekonomi berjalan lambat. Pandangan dunia luar terhadap India pada waktu ini kurang mendapat citra yang baik. India dipandang tidak ramah dengan investor asing karena yang diperbolehkan masuk ke India adalah sektor teknologi tinggi, selebihnya dilarang14. Karena adanya isolasi agar tidak ada pihak luar yang masuk, maka India mengalami kondisi perekonomian pasang surut dimulai pada tahun 1950 sampai dengan 1990-an. Selama dua dekade yaitu 1950-60 dan 1960-70, skala pertumbuhan ekonomi berada pada angka 4 persen per tahun, angka ini pun memburuk pada periode dekade berikutnya, 1970-80, menjadi 3 persen per tahun15. Pertumbuhan ekonomi India yang terus menerus seperti itu sangat bergantung pada kebijakan pemerintah, pada saat itu pasar yang diatur secara terpusat, kemudian pasar yang berbasis pada konsumen ini lah yang mengakibatkan ekonomi India mengalami stagnansi. Sebagai puncaknya, pada tahun 1991, kondisi yang sudah buruk dan terjadinya pelonjakan harga minyak dunia akibat Perang Teluk Pertama menghantarkan India kepada krisis16. Berbagai sektor di India mengalami penurunan. Defisit fiskal bruto pemerintah (pusat dan negara bagian) naik dari 10,4 persen pada 1985-1986 menjadi 12,7 persen pada tahun 1990-91. Karena defisit harus dipenuhi oleh pinjaman, utang internal pemerintah akumulasi cepat, naik dari 35 persen dari PDB pada akhir 1980-81 menjadi 53 persen dari PDB pada akhir 1990-91. Cadangan devisa telah kering ke titik bahwa India hampir tidak bisa membiayai tiga minggu senilai impor. Investasi asing pun tidak menunjukkan angka yang dapat dijadijan harapan untuk memulihkan perekonomian. Sehingga dapat dikatakan pada masa itu India berada di ambang kebangkrutan. Perekonomian India saat itu merupakan salah satu yang terburuk di Asia. Liberalisasi ekonomi di India kemudian menjadi pilihan kebijakan yang dicanangkan sebagai respon bagi krisis ekonomi yang menimpa pada tahun 1991 tersebut. Reformasi perekonomian ini merupakan sebuah terobosan yang penting dalam sejarah perekonomian India karena melalui reformasi ini India berhasil menerapkan kebijakan-kebijakan baru yang lebih liberal dan terbuka dalam rangka meningkatkan perekonomian negaranya. Kebijakankebijakan ini meliputi bentuk-bentuk pembukaan peluang dan jalur untuk investasi dan perdagangan internasional seperti kebijakan deregulasi, privatisasi, reformasi pajak, privatisasi, dll. 14 Cateora (MGH), Pemasaran Internasional, Salemba Empat, Jakarta, 200z, p.448. S. Ahmed, A. Varney. Battles Half Won: Political Economy of India’s Growth and Economic Policy since Independence, Direvisi pada 13 September 2007, p.2. 16 Cateora (MGH), Pemasaran Internasional, Salemba Empat, Jakarta, 200z, p.448. 15 9 Perdana menteri dan menteri keuangan yang menjabat pada masa itu, P.V Narashima Rao dan Dr. Manmohan Singh, menggunakan krisis ekonomi yang terjadi sebagai momentum yang tepat untuk merubah atau mereformasi kebijakan perekonomian India menjadi lebih liberal dengan menetapkan “Market-Friendly Policies” 17. Melalui kebijakan ini pemerintah India mematok jangka waktu 2 tahun untuk mengembalikan stabilitas ekonomi makro negaranya dengan terjun langsung memberi bantuan dalam permasalahan perekonomian makro. Untuk melakukan hal ini pemerintah meminjam dana kepada IMF dengan beberapa perjanjian untuk melakukan percepatan dalam tindak liberalisasi perekonomian dan membuka pasar perdagangan internasional didalam negeri.18 India setelah mengalami reformasi ekonomi, menunjukkan peningkatan yang pesat, terlebih untuk masalah investasi asing. Foreign Direct Investment (FDI) menjadi tren pasca reformasi ekonomi. Ada 120 negara yang berinvestasi di India pada 2008, angka yang menunjukkan kemajuan dibandingkan dengan 15 negara pada tahun 1991.19 Melihat dari bertambahnya Negara untuk menjadi sumber FDI menyiratkan bahwa India telah di percaya pihak asing untuk melakukan kerjasama. Saham investasi langsung asing (FDI) di India melonjak dari kurang dari US $ 2 miliar pada tahun 1991, ketika negara melakukan reformasi utama untuk membuka ekonomi untuk pasar dunia, hampir US $ 39 miliar pada tahun 2004 (UNCTAD database online)20. Melalui derasnya arus investasi luar negeri ini banyak sektor yang mengalami pertumbuhan, seperti telekomunikasi, agrikulturtur, jasa, dan industri tidak lagi berpangku tangan kepada kebijakan pemerintah, sehingga India mengalami pertumbuhan ekonomi yang yang sangat signifikan dalam membantu pertumbuhan ekonomi India. Statistik menyatakan bahwa industri dan jasa telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di India sebesar 55% dan agrikultur sebesar17%.21 Sebelum India menerapkan 17 ‘Indian Economy: A Peek into Its Economic Liberalization’, The Economy of India (online), http://www.indianeconomics.org/indian-economy-a-peek-into-its-economic-liberalization.htm, diakses pada 14 Aprl 2012. 18 ‘India’s Economic Growth since 1980’, Indian Child (online), <http://www.indianchild.com/india_economy_growth.htm>, diakses pada 17 April 2012. 19 S. Hooda, ‘A Study of FDI and Indian Economy’, National Institue of Technology, Kurukshetra (online), http://www.nitkkr.ac.in/Sapna_Hooda_Thesis_A_Study_of_FDI_and_Indian_Economy.pdf, diakses 14 April 2012. 20 C. Chakraborty, P. Nunnenkamp, ‘Economic Reforms, Foreign Direct Investment and its Economic Effects in India’, The Kiel Institute for The World Economy (online), http://dspace.cigilibrary.org/jspui/bitstream/123456789/28666/1/WP%201272%20%20Economic%20Reform s%20FDI%20and%20its%20Economic%20Effects%20on%20India.pdf?1, diakses 14 April 2012 21 ‘Indian Economy: A Peek into Its Economic Liberalization’, The Economy of India (online), http://www.indianeconomics.org/indian-economy-a-peek-into-its-economic-liberalization.htm, diakses pada 10 liberalisasi ekonomi, sektor telekomunikasi merupakan usaha yang dimonopoli oleh negara, sehingga tidak ada persaingan dan terkesan monoton karena pasar tidak melakukan inovasi produk yang membuat konsumen jenuh atau bosan. Namun adanya pasar bebas membuat private sector dan investor asing ikut terlibat dalam sektor telekomunikasi, dengan adanya inovasi produk yang dilakukan oleh mereka membuat sektor telekomunikasi menjadi salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang signifikan dan dilirik oleh banyak investor asing karena telecommunication services telah menjadi usaha yang menjamur di India.22 Dengan kebijakan liberalisasi ekonomi tersebut, India menjadi salah satu negara yang kekuatan ekonominya diperhitungkan bersama dengan AS dan China. India juga dikatakan akan menjadi negara dengan kekuatan baru bersama China, Brazil, dan Rusia menggantikan hegemoni AS karena kekuatan ekonomi India tersebut. Banyak pengamat ekonomi yang mengatakan bahwa pada tahun 2012 ini India akan menggantikan Jepang di posisi tiga sebagai third largest economy in the world. Globalisasi berperan cukup besar dalam kebijakan liberalisasi yang diterapkan oleh India ini karena apabila tidak ingin tertinggal jauh dengan negara-negara maju lainnya, India harus meninggalkan kebijakan isolasi dari negara lain tersebut dan harus membuka dirinya dalam perdagangan dunia. Karena dengan adanya pasar bebas, India dapat berintegrasi dengan negara-negara lainnya dan semakin terintegrasi dengan sistem perdagangan dunia yang ada. Namun yang menjadi perhatian selanjutnya adalah, kemiskinan yang menjadi kendala bagi India tidak lantas dapat teratasi juga meskipun dengan menjamurnya investasi luar negeri ini. B. Analisis: Melihat hubungan Antara Globalisasi Ekonomi dan Kemiskinan serta Kesenjangan Ekonomi di India Dalam mengukur apakah telah terjadi proses globalisasi ekonomi di suatu negara, dalam kasus ini India, ada dua indikator yang akan kami gunakan dalam tulisan ini, yaitu (1) pergerakan arus modal internasional di negara tersebut (Foreign Direct Investment), dan (2) jumlah perdagangan internasional (ekspor/impor) di negara tersebut. (1) Pergerakan Arus Modal Internasional (Foreign Direct Investment) 14 Aprl 2012. 22 A. Panagariya, ‘India’s Economic Reforms: What Has Been Acomplished? What Remains to Be Done?’, United Nations Public Administration Network (online), http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/apcity/unpan048617.pdf, diakses pada 14 April 2012. 11 Melalui data di atas, jelas sekali terlihat perubahan kondisi yang terjadi di India dari pra-reformasi sampai dengan pasca-reformasi. Perbedaan yang mencolok terlihat di bidang ekonomi. Peningkatan ekonomi menjadi pesat karena India memberi keterbukaan terhadap pihak asing. Ketika India masih terisolasi, sebenarnya pihak asing sudah menjadikan India sebagai sasarannya. Dapat dikatakan demikian karena India merupakan negara berkembang yang memiliki warga miskin banyak sehingga sangat mudah sekali utuk mendapatkan tenaga kerja murah. Ketika terjadi liberalisasi ekonomi, negara maju semakin berlomba-lomba menanamkan investasinya. Dengan melihat dari fakor ini, dapat dikatakan bahwa FDI sendiri merupakan produk dari globalisasi yang dapat semakin ditingkatkan keberadaannya melalui liberalisasi, FDI dapat dengan pesat berkembang secara kuantitas. 12 Namun distribusi FDI di India sendiri tampak tidak merata di tiap-tiap wilayahnya. Mayoritas FDI hanya terkonsentrasi di beberapa kota yang dianggap strategis. Seperti yang ditunjukkan dalam tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat kesenjangan dalam pemerataan FDI. Tiga negara bagian Selatan (Andhra Pradesh, Karnataka dan Tamil Nadu) menerima lebih dari 20% dari total FDI, sedangkan Maharashtra dan Gujarat (keduanya di India Barat) menerima hanya 17,35% dan 7,7% dari total FDI23. Pola arus masuk FDI di India menunjukkan bahwa arus masuk sangat terkonsentrasi di beberapa wilayah India yang mampu menawarkan pasar domestik yang besar, tenaga kerja murah dan terampil infrastruktur yang lebih baik.24 Dengan demikian, walaupun FDI mengalir deras ke India, apabila arusnya terkonsentrasi ke wilayah-wilayah yang unggul saja, tetap tidak akan memberikan solusi bagi usaha pengentasan rakyat dari kemiskinan dan yang merasakan dampak positif dari besarnya arus FDI hanyalah orang-orang yang tinggal di wilayah tertentu yang sebenarnya kondisinya sudah baik atau cukup makmur, sedangkan orang miskin tidak merasakan dampak baik arus masuknya FDI ini secara utuh dan maksimal. (2) Jumlah Perdagangan Internasional (Ekspor/Impor) Sumber: http://web.idrc.ca/en/ev-93552-201-1-DO_TOPIC.html Tabel di atas menjelaskan bagaimana India melakukan kegiatan ekspor impor. Terlihat baik kegiatan ekspor maupun impor keduanya mengalami peningkatan yang mulai terlihat signifikan pasca reformasi ekonomi. Kegiatan ekspor-impor yang semula tidak terlalu terlihat 23 P. Pal, J. Ghosh , ‘Inequality in India: A Survey of Recent Trends’, United Nations website (online), http://www.un.org/esa/desa/papers/2007/wp45_2007.pdf, diakses 14 April 2012. 24 Pal, Ghosh. 13 sebelumnya kemudian menjadi agenda wajib karena telah terasa dampak globalisasinya. Adanya reformasi ekonomi membuat volume perdagangan meningkat, begitu pula dengan proses masuk dan keluarnya. Adanya liberalisasi membuat garis batas negara menjadi kabur, kondisi geografis tidak lagi menjadi penghalang bagi hubungan perdagangan antarnegara. Hal ini sesuai dengan sifat globalisasi yang borderless. Selanjutnya dampak dari reformasi ekonomi India yang menjadi liberal dan terbuka ini juga dapat dilihat dari segi internal, yaitu keadaan masyarakatnya sendiri. Salah satunya adalah kondisi kemiskinan masyarakay India. Dalam tenggang waktu sejak pra reformasi sampai dengan pasca reformasi, menurut data di atas angka kemiskinan di India mengalami penurunan. Namun jika dilihat lebih lanjut, terjadinya penurunan kemiskinan ini tidak seimbang dengan pesatnya perekonomian yang dialaminya. Seharusnya kemajuan perekonomian berbanding lurus dengan penurunan kemiskinan, namun kenyataannya tidak. Penjelasan mengenai FDI sebelumnya dapat menjelaskan mengapa kemiskinan tidak ikut mengalami penurunan yang signifikan. Memang kemiskinan menurun, akan tetapi masih banyak bagian dari masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah yang jauh dari kota yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya. 14 Selain melihat faktor tingkat kemiskinan dan pemerataan tersebut, terdapat pula indikator lain yang dapat menjadi acuan, seperti GDP. Indira Gandhi membawa angin segar dengan memprioritaskan pertumbuhan ekonomi sebagai kepentingan nasional dan berani “bermain” dengan aktor bisnis swasta dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada masa itu. Usaha-usaha ini membuahkan hasil dengan meningkatnya tingkat pertumbuhan ekonomi India pada periode 1980-90 dan 1990-2000 berturut-turut di angka 5,8% dan 5,5% per tahunnya25. Sayangnya, pertumbuhan ekonomi ini tidak disertai dengan pembangunan kesejahteraan yang merata. Antara satu daerah di India dengan daerah lainnya terjadi kesenjangan yang begitu besar. Akibatnya, masih banyak masyarakat India yang hidup dibawah garis kemiskinan meskipun di dunia internasional India telah mendapat legitimasi sebagai negara yang perkembangan teknologi informasi dan kemajuan ekonomi yang cukup pesat. Terdapat tiga daerah di India yang kini mulai termarjinalisasikan, yaitu Orissa, Uttar Pradesh, dan Bihar. Tiga daerah tersebut mengalami pembangunan yang lambat dan tidak dapat menyesuaikan diri dalam skala rata-rata kesejahteraan daerah nasional karena inkapabilitas daerah dalam memacu pertumbuhan ekonominya untuk menyetarakan dengan daerah lain. Inkapabilitas ini dipicu oleh masih berkutatnya daerah-daerah ini pada sektor agrikultural sementara daerah-daerah lain sudah mulai meninggalkan sektor tersebut dan beralih ke bidang jasa serta industrial. C. Regional Pattern of India’s Growth, 1960-2004 25 (percent per-annum) State 1960–70 1970–80 1980–90 1990–2000 2000–3 1960–80 1980–2004 Andhra Pradesh 3.1 6.3 5.6 4.9 3.1 5.9 3.0 S. Ahmed, A. Varney. Battles Half Won: Political Economy of India’s Growth and Economic Policy since Independence, Direvisi pada 13 September 2007, p.2. 15 Bihar 2.3 3.1 4.8 3.6 0.2 2.7 3.7 Gujarat 4.6 3.5 5.3 6.2 11.0 4.1 6.3 Haryana 5.9 4.5 6.4 4.9 6.3 5.2 5.9 Karnataka 4.2 3.1 5.1 7.8 3.9 3.7 6.2 Kerala 4.0 2.2 3.6 5.5 4.8 3.1 5.1 Maharashtra 2.9 4.6 6.0 5.8 6.7 3.8 6.2 Madhya Pradesh 2.1 3.0 5.1 3.8. 6.7 2.6 4.8 Orissa 9.8 2.9 2.8 4.4 6.7 6.4 4.2 Punjab 4.6 4.8 5.2 4.7 2.8 4.7 4.8 Rajasthan 4.7 1.0 7.4 4.7 5.2 2.9 6.1 Tamil Nadu 2.8 1.7 5.6 6.4 1.4 2.3 5.6 Uttar Pradesh 2.5 3.0 5.0 3.5 1.7 2.8 3.9 West Bengal 2.2 3.1 4.3 6.7 7.1 2.7 5.8 India Average 3.7 3.1 5.6 5.6 6.0 3.4 5.8 Sumber: World Bank South Asia Regional Database, May 2007 Jarak antara daerah-daerah miskin ini dengan daerah-daerah yang lebih mampu semakin melebar pada periode 1990-an. Sehingga patut dipertanyakan apakah liberalisasi ekonomi dan reformasi yang dimulai pada periode itu adalah baik bagi India ataupun buruk karena berimplikasi pada semakin melaratnya masyarakat miskin, dan semakin makmurnya masyarakat yang sudah mapan. 16 Pada gambar diatas terlihat perbedaan pendapatan per kapita tiap negara bagian di India. Ini merupakan tantangan bagi pemerintah India dalam membangun ekonominya, karena pertumbuhan di daerah-daerah marjinal harus dipercepat untuk memperoleh kesetaraan ekonomi. Ketidaksetaraan pendapatan seperti yang ditunjukkan oleh gambar diatas merupakan bukti nyata bahwa lapangan-lapangan kerja yang disediakan belum bisa memberikan solusi terbaik. Lapangan kerja yang dibuka dalam sektor jasa oleh pemerintah India cenderung hanya bisa dinikmati oleh kelompok-kelompok masyarakat berpendidikan dibanding masyarakat biasa yang hanya bermodalkan skill. Padahal rasio perbandingan antara dua kelompok masyarakat tersebut sangat jauh, dimana lebih sedikit yang berpendidikan dibanding yang tidak. Pemerintah India dengan ini dituntut untuk bisa bersikap lebih adil dalam menyediakan sarana dan prasarana publik, seperti membuka akses yang lebih besar kepada buruh kasar, menyediakan pelatihan skill secara intensif untuk mereka, sehingga ke depannya diskriminasi terhadap buruh dapat diminimalisir atau lebih baik lagi dapat hilang secara keseluruhan. Berikut data kesenjangan pendidikan antara pekerja di India, yang digambarkan melalui urban dan rural worker 17 Untuk mengukur kesenjangan ekonomi yang terjadi, digunakan Index GINI dari World Bank. Indeks GINI mengukur sejauh mana distribusi pendapatan (atau, dalam beberapa kasus, pengeluaran konsumsi) di antara individu atau rumah tangga dalam suatu perekonomian menyimpang dari distribusi sempurna sama.26 Berdasarkan data tersebut, kesenjangan yang jauh terlihat di antara urban dan rural yang disebabkan distribusi pendapatan. Kesenjangan tersebut membuat kondisi rakyat yang miskin menjadi semakin miskin, dan rakyat yang sudah berkecukupan menjadi semakin kaya. Hal ini dikarenakan adanya liberalisasi ekonomi dengan masuknya aktor asing melalui FDI yang justru memperlebar disparitas pendapatan daerah-daerah di India. 26 ‘GINI index’, The World Bank (online), 2012, http://data.worldbank.org/indicator/SI.POV.GINI, diakses 14 April 2012. 18 Secara general, kemiskinan di India mengalami penurunan, namun hanya sedikit sekali. Adanya liberalisasi ekonomi menjadi salah satu faktornya. Tetapi, ketika melihat antara globalisasi, perekonomian dan kemiskinan, dapat ditarik kesimpulan untuk kasus di India bahwa globalisasi yang diterapkan dengan reformasi ekonomi tidak signifikan mengurangi kemiskinan. Dikarenakan adanya sentralisasi dalam penyebaran FDI sehingga pendapatan antar daerah menjadi berbeda bahkan menjadikan kesenjangan sosial yang semakin tinggi di antara yang kaya dan yang miskin. III. Kesimpulan Krisis ekonomi yang dialami India pada tahun 1991 mendesak pemerintahnya untuk segera melakukan reformasi ekonomi. Di bawah Menteri Keuangannya, Dr. Manmohan Singh, India mengarahkan perekonomiannya kepada liberalisasi pasar, perekonomian India yang awalnya bersifat terpusat dan terisolasi menjadi tidak hanya lebih terbuka dalam berinteraksi dengan dunia luar, tetapi juga cukup aktif dalam mengundang pihak luar untuk melakukan hubungan dagang. Dengan kata lain, melalui kebijakan reformasi ini, India mengijinkan negaranya untuk berperan aktif dalam proses globalisasi. Melalui Market-Friendly Policies dan berbagai keunggulan yang dimiliki India seperti sumber daya alam dan tenaga kerja murah, India berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonominya melalui peningkatan pergerakan foreign direct investment dan kegiatan eksporimpor secara signifikan. Secara teori, peningkatan pertumbuhan ekonomi ini seharusnya dapat meningkatkan pula kesejahteraan rakyat India dan mengentaskan rakyat dari kemiskinan, namun kenyataan yang terjadi berkata lain. Distribusi investasi asing yang tidak merata di tiap-tiap daerah di India (yang dilatarbelakangi oleh perbedaan kondisi dan kesiapan masing-masing daerah) justru meningkatkan kesenjangan dalam masyarakat. Daerah yang awalnya cukup makmur menjadi semakin makmur, dan sebaliknya, daerah yang miskin menjadi semakin miskin pula. Hal ini kemudian membuat tingkat penurunan kemiskinan di India menjadi tidak sebanding dengan peningkatan pertumbuhan ekonominya. Kesimpulan yang dapat diambil dari sini adalah meskipun proses globalisasi yang terjadi dalam kegiatan ekonomi India dapat membantu meningkatkan petumbuhan ekonomi dan secara statistik dapat mengurangi angka kemiskinan, apabila input dari luar negeri ini tidak dapat dikelola dengan baik di dalam negeri, peningkatan kesejahteraan rakyat dan penghapusan kesenjangan tetap tidak akan tercapai. India justru dapat terpuruk ke dalam situasi yang lebih buruk ari sekedar krisis ekonomi apabila kondisi ini terus berlanjut. Untuk 19 itu di samping memfasilitasi liberalisasi pasar, pemerintah juga perlu membantu mempersiapkan tiap-tiap daerah di India untuk menerima arus globalisasi ini dengan baik, secara merata. Seperti misalnya dengan menyediakan pendidikan yang layak bagi sumber daya manusianya, mempersiapkan infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan asing, serta menyediakan akses yang cukup untuk pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki masing-masing daerah. BIBLIOGRAPHY Artikel online Shangquan, G., ‘Economic Globalization: Trends, Risks and Risk Prevention’, United Nations website 2000, (online), hlm. 1, http://www.un.org/en/development/desa/policy/cdp/cdp_background_papers/bp2000_1.pdf Bardhan, P. “The Impact of Globalization on the Poor”, Bureau for Research in Economic Analysis of Development (online), 2004, <http://ipl.econ.duke.edu/bread/papers/policy/p003.pdf>, diakses 19 April 2012 Bardhan, P. “Does Globalization Help or Hurt the World’s Poor”, Robert Mackay’s Homepage (Online), 2006, <http://www.atmosedu.com/ENVS109/articles/Globalization.pdf> Keel, R. “ Globalization Theory”, University of Missouri (online) , <http://www.umsl.edu/~keelr/3210/3210_lectures/globalization.html> Harrison, A. ‘On the Links Between Globalization and Poverty’, The Academic Platform Switzerland UN (online), 2007, <http://www.unoacademia.ch/webdav/site/developpement/shared/developpement/mdev/souti 20 enauxcours0809/Gironde%20Pauvrete/Globalization%20and%20Poverty%20%20A%20Harrisson.pdf ,> McKay A, ‘Inequality Briefing’, Overseas Development Institute (Online) , <http://www.odi.org.uk/resources/docs/3804.pdf> Horrison. A (ed.), ‘Globalization and Poverty’, The National Bureau of Economic Research (online), Maret 2007, hlm. 2-3, <http://www.nber.org/books/harr06-1> ‘Indian Economy: A Peek into Its Economic Liberalization’, The Economy of India (online), <http://www.indianeconomics.org/indian-economy-a-peek-into-its-economic- liberalization.htm, diakses 14 April 2012. ‘India’s Economic Growth since 1980’, Indian Child (online), <http://www.indianchild.com/india_economy_growth.htm>, diakses 17 April 2012. Hooda, S., ‘A Study of FDI and Indian Economy’, National Institue of Technology, Kurukshetra (online), http://www.nitkkr.ac.in/Sapna_Hooda_Thesis_A_Study_of_FDI_and_Indian_Economy.pdf, diakses 14 April 2012 Chakraborty, C., Nunnenkamp, P., ‘Economic Reforms, Foreign Direct Investment and its Economic Effects in India’, The Kiel Institute for The World Economy (online), http://dspace.cigilibrary.org/jspui/bitstream/123456789/28666/1/WP%201272%20%20Econo mic%20Reforms%20FDI%20and%20its%20Economic%20Effects%20on%20India.pdf?1 Panagariya, A., ‘India’s Economic Reforms: What Has Been Acomplished? What Remains to Be Done?’, United Nations Public Administration Network (online), http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/apcity/unpan048617.pdf, diakses pada 14 April 2012. Pal, P., Ghosh, J., ‘Inequality in India: A Survey of Recent Trends’, United Nations website (online), http://www.un.org/esa/desa/papers/2007/wp45_2007.pdf, diakses 14 April 2012. GINI index’, The World Bank (online), 2012, http://data.worldbank.org/indicator/SI.POV.GINI, diakses 14 April 2012. 21 Buku Choubey, S., Pendse, N. G., Economic Reforms in India: Needs, Effects and Suggestions, Sarup &Sons, New Delhi, 2005, p.i. Cateora (MGH), Pemasaran Internasional, Salemba Empat, Jakarta, 200z, p.448. Ahmed, S., Varney, A., Battles Half Won: Political Economy of India’s Growth and Economic Policy since Independence, 2007, p.2. Terbitan Pemerintah Government of India, Ministry of Finance, Department of Economic Affairs, Economic Reforms : Two Years After and the Task Ahead, Discussion Paper, New Delhi, 1993, p.1-2. 22