Analisis Dampak Kebijakan Globalisasi Ekonomi terhadap

advertisement
Analisis Dampak Kebijakan Globalisasi Ekonomi terhadap
Kemiskinan dan Kesenjangan di India pasca liberalisasi Ekonomi
tahun 1991
Disusun oleh
Vanadia Sofaria 09/282192/SP/23397
Diego Boni Septana 09/286683/SP/23735
Wimanda Febrian 09/281024/SP/23299
Etta Desita R 09/280537/SP/23211
Desy Valentin 09/280270/SP/23169
Ario W haryono 10/296902/SP/23890
Aulia Istiqomah 10/305682/SP/24382
Bara E. Brahmantika 10/297296/SP/23964
I.
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, berbagai alat untuk memudahkan berbagai
kegiatan manusia ditemukan. Hal ini menyebabkan manusia di dunia semakin mudah untuk
terhubung satu sama lain. Komunikasi dan transportasi kian hari kian beragam, membuat batas-batas
negara menjadi transparan. Kemudahan-kemudahan ini membuat jarak dan waktu menjadi semakin
sempit yang membuat manusia menjadi lebih bergantung satu sama lain. Globalisasi telah dimulai
sejak abad ke-19, ketika berbagai penemuan baru dalam bidang komunikasi dan transportasi
dikembangkan.
Globalisasi telah menjamah berbagai bidang kehidupan manusia, salah satunya adalah bidang
ekonomi.
Globalisasi ekonomi menurut Gao Shangquan merujuk pada meningkatnya saling
ketergantungan ekonomi akibat semakin berkembangnya perdagangan berbagai komoditas dan jasa
yang melewati batas negara, aliran modal internasional, dan semakin cepatnya penyebaran
teknologi.1 Dengan semakin terintegrasinya negara di dalam perdagangan internasional, tentu akan
semakin banyak investasi yang masuk ke negara itu. Perdagangan berbagai jenis komoditi juga akan
semakin banyak terjadi.
Globalisasi dan kemiskinan telah menjadi salah satu isu yang ramai diperbincangkan
oleh halayak internasional saat ini, berbagai diskusi, dan penelitian oleh akademisi, dan
praktisi dari berbagai ilmu pengetahuan telah berusaha untuk melihat bagaimana dampak dari
globalisasi terhadap kemiskinan secara global. Perdebatan tentang hubungan globalisasi
dengan kemiskinan dan kesenjangan sosial di dominasi oleh dua kubu yang mana kubu
pertama diwakili oleh para suporter dari perdagangan bebas yang meyakini bahwasanya
dengan meningkatnya arus perdagangan internasional yang terspesialisasi diantara negara
negara dunia akan meningkatkan pendapatan dari keseluruhan masayrakatnya. Namun
kelompok yang lain berpendapat bahwasanya banyak dari masyrakat miskin yang memiliki
kendala dalam kapasitasnya menyesuaikan diri, melengkapi diri, dan berpindah
menyesuakian dengan kondisi pasar, dimana para pendukung pandangan ini menganggap,
walau spesialisasi perdagangan kan menguntungkan dalam jangka panjang dengan asumsi
bahwasanya tenaga kerja dan sumber daya mampu berpindah sektor ekonomi secara bebas,
1 G. Shangquan, ‘Economic Globalization: Trends, Risks and Risk Prevention’, United Nations website
(online),
2000,
hlm.
<http://www.un.org/en/development/desa/policy/cdp/cdp_background_papers/bp2000_1.pdf>,
1,
diakses
15
Januari 2012.
2
dalam jangka pendek perubahan dan penyesuaian struktur akan berdampak buruk bagi
masyarakat miskin2.
GDP India meningkat diakibatkan dengan meningkatnya aktifitas ekonomi (impor,
ekspor) dan arus modal internasional yang berputar di India, namun pertanyaan lainpun
muncul, di China yang juga melakukan reformasi ekonomi dengan mengglobalisasi
perekonomiannya mengalami surplus perdagangan internasional, kenaikan GDP secara tajam,
dan juga berkurangnya angka kemiskinan, namun secara bersamaan Cina yang sebelumnya
dikenal sebagai negara yang paling kecil kesenjangannya karena pemerataaan ekonomi
sebelum globalisasi ekonomi menjadi negara yang sekarang semakin lebar jurang
kesenjangan ekonomi diantara rakyatnya, dimana dalam beberapa tahun diprediksi
kesenjangan perekonomian di Cina akan melebihi Amerika, lalu apakah kasus serupa terjadi
di India? Apakah Globalisasi akhirnya akan berdampak pada mengayakan yang kaya dan
semakin memiskinkan yang miskin? pertanyaan inilah yang akanberusaha dijawab leh paper
ini, dimana kami akan menganalisis hubungan diantara globalisasi dan kemiskinan juga
kesenjangan dengan studi kasus negara India.
B.
Kerangka Konseptual
Teori Globalisasi
Globalisasi didefiniskan oleh George Ritzer sebagai mendunianya kebiasaan,
hubungan, kesadaran dan organisasi kehidupan sosial. Dan dilihat dari prespektif ekonomi,
globalisasi ekonomi yang ditandai dengan semakin meluasnya ekonomi pasar yang
dipromosikan oleh lembaga lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia.3 Dalam
paper ini kami menggunakan indikator yang digunakan oleh Ann Harrison dalam mengukur
globalisasi ekonomi yaitu perdagangan internasional yang diukur dengan peningkatan
volume impor dan ekspor.4 Indikator lainnya yang digunakan oleh Pranab Bardhan adalah
2
Pranab Bardhan, “Does Globalization Help or Hurt the World’s Poor?” , Robert mackay’s homepage (online),
http://www.atmosedu.com/ENVS109/articles/Globalization.pdf , diakses April 19, 2012
3
Robert. O Keel, Globalization theory, University of Missouri (online) ,
http://www.umsl.edu/~keelr/3210/3210_lectures/globalization.html , diakses 19 April 2012
4
Ann Harrison, On the Links Between Globalization and Poverty, The Academic Platform Switzerland UN
(online),
http://www.unoacademia.ch/webdav/site/developpement/shared/developpement/mdev/soutienauxcours0809/Gir
onde%20Pauvrete/Globalization%20and%20Poverty%20-%20A%20Harrisson.pdf , diakses 19 April 2012
3
arus masuk modal asing yang dilihat dari tingkat FDI yang masuk ke dalam sebuah negara.5
Sehingga yang penulis maksud dengan Globalisasi Ekonomi adalah peningkatan arus
perdagangan dan arus investasi modal asing dalam sebuah negara.
Definisi Kemiskinan dan Kesenjangan Ekonomi
Definisi Kemiskinan yang kami gunakan adalah definisi kemiskinan absolut dengan
dengan menggunakan garis kemiskinan ekstreme yang digunakan oleh World Bank, yaitu
setiap individu individu yang hidup dengan penghasilan dibawah satu dollar perharinya yang
nanti akan dilihat dengan statistik jumlah orang miskin ekstreme dalam persen per
populasinya.6 Dan yang kamu maksud dengan kesenjangan ekonomi adalah dimana
perbedaan mendasar terjadi dalam sebuah masyarakat yang akhirnya memperbolehkan
individu tertentu untuk memiliki pilihan tertentu yang bersifat materiil, namun disaat yang
sama menghalangi individu individu yang lain, untuk mendapatkan pilihan yang sama.7
Kesenjangan ekonomi yang dimaksud adalah perbedaaan kesempatan dan pilihan bagi
masyarakat terdidik dan memiliki keahlian dengan masayrakat yang miskin dan tidak
memiliki kemampuan dalam memperoleh penghasilan dan pekerjaan yang layak, ini nanti
akan dilihat dengan merujuk pada koefisin Gini yang digunakan oleh World Bank
C.
Rumusan Masalah
Bagaimana
Globalisasi
Ekonomi
dalam
bentuk
peningkatan
Perdagangan
Internasional dan Masuknya Foreign Direct Investment berpengaruh pada tingkat kemiskinan
dan kesenjangan ekonomi di India pasca liberalisasi ekonomi tahun 1991 ?
II.
ISI
A. Dampak-Dampak Globalisasi terhadap Kemiskinan dan Kesenjangan
Perdebatan tentang hubungan globalisasi dengan kemiskinan dan kesenjangan sosial
di dominasi oleh dua kubu yang mana kubu pertama diwakili oleh para suporter dari
5
Pranab Bardhan, “Does Globalization Help or Hurt the World’s Poor?” , Robert Mackay’s homepage (online),
http://www.atmosedu.com/ENVS109/articles/Globalization.pdf , diakses April 19, 2012
6
Ann Harrison, On the Links Between Globalization and Poverty, The Academic Platform Switzerland UN
(online),
http://www.unoacademia.ch/webdav/site/developpement/shared/developpement/mdev/soutienauxcours0809/Gir
onde%20Pauvrete/Globalization%20and%20Poverty%20-%20A%20Harrisson.pdf , diakses 19 April 2012
7
Andrew McKay, Inequality Briefing, Overseas Development Institute (Online) ,
http://www.odi.org.uk/resources/docs/3804.pdf, diakses 16 April 2012
4
perdagangan bebas yang meyakini bahwasanya dengan meningkatnya arus perdagangan
internasional yang terspesialisasi diantara negara negara dunia akan meningkatkan
pendapatan dari keseluruhan masayrakatnya. Namun kelompok yang lain berpendapat
bahwasanya banyak dari masyrakat miskin yang memiliki kendala dalam kapasitasnya
menyesuaikan diri, melengkapi diri, dan berpindah menyesuakian dengan kondisi pasar,
dimana para pendukung pandangan ini menganggap, walau spesialisasi perdagangan kan
menguntungkan dalam jangka panjang dengan asumsi bahwasanya tenaga kerja dan sumber
daya mampu berpindah sektor ekonomi secara bebas, dalam jangka pendek perubahan dan
penyesuaian struktur akan berdampak buruk bagi masyarakat miskin8.
Kompetisi di dalam pasar global secara umum memberikan keuntungan bagi
masyarakat yang memiliki keahlian, informasi dan kewirausahaan. Dan masyarakat miskin
sering kali justru tidak mampu untuk bersaing, dikeranakan sulitnya akses terhadap modal
dan kesempatan untuk mempelajari keahlian baru bagi masyarakat miskin. Dalam kasus
mexico misalnya, dimana banyak pekerja yang tidak memiliki keahlian kehilangan pekerjaan
karena kalah bersaing dengan negara negara Asia yang memiliki pekerja yang memeiliki
keterampilan dan sama murahnya, namun investasi asing di mexico diwaktu yang sama juga
membuka lowongan pekerjaan baru bagi masyarakat Mexico. Bukti yang lain juga
menunjukkan bahwasanya pada daerah di mexico yang lebih terexpose oleh globalisasi
mempunya pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang terisolasi oleh
Globalisasi. 9
Integrasi ekonomi kedalam sistem internasional tidak hanya membawa kesempatan
namun juga masalah bagi negara berkembang, karena ketika sebuah negara mengglobalisasi
ekonominya dan masuk kedalam sebuah sistem ekonomi internasional maka akan terjadi
proses spesialisasi perdagangan, dimana negara tersebut akan cenderung mengutamakan
komoditas ekspor yang bisa bersaing ditingkat global dan menguntungkan, dan melepas tarif
dan perlindungan pada sektor sektor yang sebelumnya di subsidi oleh pemerintah. Sehingga
dalam transisi itu sering kali akhirnya berdampak pada banyak nya orang yang kehilangan
pekerjaan pada sektor yang mengalami merugi karena persaingan dengan barang-barang
impor dari negra lain, sehingga para pekerja tersebut harus beralih ke pekerjaan lain pada
sektor sektor yang berkembang yang berhasil bersaing dan untung dalam ekspor, namun
8
Pranab Bardhan, “Does Globalization Help or Hurt the World;s Poor?” , accessed April 19, 2012,
http://www.atmosedu.com/ENVS109/articles/Globalization.pdf
9
ibid
5
transisi dari pekerjaan baru ke pekerjaan lama ini akan sangat menyakitkan, dan tidak
berlangsung secara serta merta, sehingga perlu pemerintah meringankan beban masyarakat
miskin pada periode transisi ini. Namun kebanyakan negara miskin tidaklah memiliki
program proteksi sosial untuk membantu orang-orang yang kehilangan pekerjaannya dan
belum menemukan pekerjaan baru. Hambatan hambatan domestik juga menjadi kendala bagi
masyarakat miskin di negara negara berkembang dalam bersaing di tataran internasional,
halangan domestik seperti kesulitan akses terhadap kredit modal, birokrasi yang menyulitkan,
hukum kepemilkan lahan yang lemah, pendistribusiaan kekayaan yang tidak merata, dan
korupsi sering kali menjadi penghalang bagi masyarakat miskin untuk mendapat kesempatan,
sehingga membuka ekonomi pada sistem masyrakat internasional ketika halangan halangan
tersebut masih tidak teratasi dengan baik akan justru membuat masayrakat miskin kalah
dalam persaingan dan semakin miskin nantinya.10
Bardhan berusaha menjelaskan bagaiamana globalisasi dapat berdampak positif
maupun negatif terhadap kemiskinan dengan menggunakan delapan skenario kemungkinan
dari proses globalisasi dan dampaknya terhadap kemiskinan.11 Pada skenario (a) Bardhan
menggunakan asumsi tradisional Stolper-Samuelson yang mengatakan bahwasanya dinegara
negara miskin yang memiliki banyak buruh tanpa keahlian yang murah akan mendapatkan
keuntungan dari liberalisasi perdangan pada sektor sektor yang menggunakan buruh secara
intensif, namun pada kenyataannya di antara negara negara berkembang sendiri seperti Brazil
atau Turki, masih banyak negara yang menggunakan buruh dari negara lain yang lebih miskin
dan lebih murah seperti Indonesia atau Cina untuk memproduksi barang –barang yang jauh
lebih murah, sehingga dalam skenario ini, justru akhirnya liberalisasi perdagangan
menurunkan penghasilan rata-rata dari negara berkembang yang lain, dan juga apabila negara
berkembang tersebut memiliki komoditas utama yang tidak menggunakan tenaga buruh
secara intensif, seperti pertambangan yang bertumpu pada alat berat, pada kondisi seperti itu
buruh buruh miskin tidak akan terlalu mendapat manfaat dari liberalisasi perdagangan.
Dalam skenario (b), Bardhan menggunakan asumsi bahwasanya dalam sebuah negara
akan ada beberapa tipe produksi, seperti dalam contoh pangan dimana ada tanaman yang
ditanam oleh para pekerja yang jenis tanaman itu merupakan kebutuhan pokok masyrakat
10
Pranab Bardhan, “Does Globalization Help or Hurt the World’s Poor?” , Robert Mackay’s homepage
(online), http://www.atmosedu.com/ENVS109/articles/Globalization.pdf , diakses April 19, 2012
11
Pranab Bardhan, “The Impact of Globalization on the Poor”, Bureau for reserach in Economic Analysis of
Development (online), http://ipl.econ.duke.edu/bread/papers/policy/p003.pdf, diakses April 19, 2012
6
sehingga tidak akan diekspor, jenis tanaman kedua adalah jenis tanaman yang ditanam oleh
para pekerja yang mampu diekspor seperti kopi, dan barang yang ketiga adalah barang yang
mampu dimpor oleh pemerintah sebagai barang pengganti kebutuhan pokok makanan
masyarakat, dalam skenario ini para pekerja yang menanam tanaman yang bisa diekspor akan
mendapatkan keuntungan dari liberalisasi, namun pakerja pertama yang menanam tanaman
untuk kebutuhan pokok akan justru berkurang penghasilannya, karena impor dengan harga
yang lebih murah karena penghilangan tarif akibat dari liberalisasi perdagangan tersedia
dipasaran, sehingga terjadi persaingan pasar terhadap produk yang sejenis.
Pada skenario (c), dimana terdapat dua macam pekerja, pekerja dengan kontrak
jangka panjang, dan pekerja dengan kontrak jangka pendek, yang mana pekerja dengan
kontrak jangka pendek akan bekerja lebih tidak produktif dan digaji dengan gaji lebih rendah.
Ketika globalisasi ekonomi terjadi, maka kompetisi akan semakin ketat, dan kemungkinan
perusahaan untuk mengalami kerugian ataupun bangkrut juga semakin besar, sehingga para
pekerja akan lebih berhati hati dengan memilih kontrak dengan jangka yang pendek pada
perusahaan tertentu, sehingga produktifitas pekerja jadi semakin rendah, dan gaji rata-rata
pekerjapun juga makin rendah. Sehingga globalisasi bisa dibilang akhirnya berdampak pada
menurunnya pemasukan masyarakat.
Pada skenario (d), meningkatnya kompetisi global karena globalisasi bisa berdampak
positif pula, dengan kompetisi, maka perusahaan perusahaan yang tidak effisien bisa
digantikan dengan perusahaan yang lebih effisien ataupun akhirnya memaksa perusahaan
untuk effisien dengan mengalokasikan secara lebih baik sumber sumber daya di dalam
perusahaan yang akan berdampak pada kenaikan gaji pekerja dikarenakan produktifitas
perusahaan yang menjadi lebih meningkat.
Pada skenario (e) , persaingan global akan memaksa perusahaan perusahaan besar
untuk mengalihkan sebagian pekerjaan pekerjaan mereka ke perusahaan yang lebih kecil atau
sektor informal untuk melakukan kerja sama dan efisiensi sehingga walaupun dalam skenario
ini gaji karyawan di perusahan utama itu menurun, gaji masayrakat secara kesuluruhan
menjadi merata dan naik.
Pada skenario (f) , ketika perusahaan transnasional global melakukan bisnis di negara
miskin, dimana perusaan tersebut mendapatkan situasi dimana satu perusahaan menghadapi
banyak pencari kerja, dalam skenario seperti ini maka gaji karyawan menjadi kecil, karena
perusahaan memonopoli lapangan kerja dalam sektor tersebut, namun sedikit sekali bukti
7
bahwasanya gaji karyawan menurun dalam hal tersebut, apabila dibandingkan dengan kondisi
dimana perusahaan tersebut tidak ada.
Pada skenario (g), ketika perkembangan teknologi yang diakibatkan oleh globalisasi
akhirnya merugikan jasa para pekerja tanpa keahlian, dimana globalisasi akan membawa
dampaknya sampai pada pelosok dunia, maka perkembangan teknologi yang dapat
mengurangi penggunaan jasa pekerja tanpa ketrampilan ini akan mengakibatkan lapangan
kerja dan gaji bagi para pekerja tanpa ketrampilan menurun,
Dan di skenario terakhir (h) dimana liberalisasi ekonomi akan berujung pada
bertambahnya persainagn antar perusahaan sehingga keuntungan perusahaanpun akan
mengecil, dimana pada akhirnya perusahaan akan memiliki modal dan sumber daya manusia
yang makin terbatas, sehingga sering kali sumber daya manusia lah yang seringkali dipotong
dalam segi jumlah untuk menstabilkan modal, sehingga meningkatkan kemungkinan
pemotongan gaji dan bahkan pemutusan hak kerja,
Sehingga Globalisasi dapat saja menghasilkan efek yang beragam pada tiap negara
tergantung dari skenario yang terjadi di negara tersebut, dan perlu dicatat walau globalisasi
tidak bisa memperbaiki kondisi perekonomian seluruh lapisan masyrakat sendirian, agar
globalisasi memberikan dampak positif bagi masyarakat secara keseluruhan, makan
program globalisasi harus diikuti dengan program-program domestik yang dapat
meringankan beban para pekerja yang terkena dampak negatif globalisasi dimasa masa awal
transisi. 12
Studi Kasus: Kondisi perekonomian dan kebijakan ekonomi India sebelum globalisasi
ekonomi tahun 1991 dan setelahnya.
Sebelum tahun 1991, India menerapkan kebijakan ekonomi yang tidak pro pasar.
Karena kebijakan ini tidak tertuju pada pasar, maka disini pemerintah mempunyai kekuatan
penuh dalam mengontrol segala kegiatan perekonomian. Kebijakan semacam ini telah
diterapkan sejak tahun 1947 ketika India meraih kemerdekaan. Ekonomi India di bawah pola
sosialis menerapkan pembatasan yang diberlakukan tanpa pandang bulu, korupsi yang
merajalela dan tidak adanya akuntabilitas dalam pemerintahan13. Pemerintah juga turut
campur tangan dalam perekonomian dan kegiatan pasar. Perekonomian yang sentralistik dan
12
ibid
S.Choubey, N. G. Pendse, Economic Reforms in India: Needs, Effects and Suggestions, Sarup &Sons, New
Delhi, 2005, p.i.
13
8
hanya di kuasai oleh pemerintah menjadikan aktivitas ekonomi berjalan lambat. Pandangan
dunia luar terhadap India pada waktu ini kurang mendapat citra yang baik. India dipandang
tidak ramah dengan investor asing karena yang diperbolehkan masuk ke India adalah sektor
teknologi tinggi, selebihnya dilarang14. Karena adanya isolasi agar tidak ada pihak luar yang
masuk, maka India mengalami kondisi perekonomian pasang surut dimulai pada tahun 1950
sampai dengan 1990-an. Selama dua dekade yaitu 1950-60 dan 1960-70, skala pertumbuhan
ekonomi berada pada angka 4 persen per tahun, angka ini pun memburuk pada periode
dekade berikutnya, 1970-80, menjadi 3 persen per tahun15. Pertumbuhan ekonomi India yang
terus menerus seperti itu sangat bergantung pada kebijakan pemerintah, pada saat itu pasar
yang diatur secara terpusat, kemudian pasar yang berbasis pada konsumen ini lah yang
mengakibatkan ekonomi India mengalami stagnansi. Sebagai puncaknya, pada tahun 1991,
kondisi yang sudah buruk dan terjadinya pelonjakan harga minyak dunia akibat Perang Teluk
Pertama menghantarkan India kepada krisis16. Berbagai sektor di India mengalami
penurunan. Defisit fiskal bruto pemerintah (pusat dan negara bagian) naik dari 10,4 persen
pada 1985-1986 menjadi 12,7 persen pada tahun 1990-91. Karena defisit harus dipenuhi oleh
pinjaman, utang internal pemerintah akumulasi cepat, naik dari 35 persen dari PDB pada
akhir 1980-81 menjadi 53 persen dari PDB pada akhir 1990-91. Cadangan devisa telah kering
ke titik bahwa India hampir tidak bisa membiayai tiga minggu senilai impor. Investasi asing
pun tidak menunjukkan angka yang dapat dijadijan harapan untuk memulihkan
perekonomian. Sehingga dapat dikatakan
pada masa itu India berada di ambang
kebangkrutan. Perekonomian India saat itu merupakan salah satu yang terburuk di Asia.
Liberalisasi ekonomi di India kemudian menjadi pilihan kebijakan yang dicanangkan
sebagai respon bagi krisis ekonomi yang menimpa pada tahun 1991 tersebut. Reformasi
perekonomian ini merupakan sebuah terobosan yang penting dalam sejarah perekonomian
India karena melalui reformasi ini India berhasil menerapkan kebijakan-kebijakan baru yang
lebih liberal dan terbuka dalam rangka meningkatkan perekonomian negaranya. Kebijakankebijakan ini meliputi bentuk-bentuk pembukaan peluang dan jalur untuk investasi dan
perdagangan internasional seperti kebijakan deregulasi, privatisasi, reformasi pajak,
privatisasi, dll.
14
Cateora (MGH), Pemasaran Internasional, Salemba Empat, Jakarta, 200z, p.448.
S. Ahmed, A. Varney. Battles Half Won: Political Economy of India’s Growth and Economic Policy since
Independence, Direvisi pada 13 September 2007, p.2.
16
Cateora (MGH), Pemasaran Internasional, Salemba Empat, Jakarta, 200z, p.448.
15
9
Perdana menteri dan menteri keuangan yang menjabat pada masa itu, P.V Narashima
Rao dan Dr. Manmohan Singh, menggunakan krisis ekonomi yang terjadi sebagai
momentum yang tepat untuk merubah atau mereformasi kebijakan perekonomian India
menjadi lebih liberal dengan menetapkan “Market-Friendly Policies” 17. Melalui kebijakan
ini pemerintah India mematok jangka waktu 2 tahun untuk mengembalikan stabilitas
ekonomi makro negaranya dengan terjun langsung memberi bantuan dalam permasalahan
perekonomian makro. Untuk melakukan hal ini pemerintah meminjam dana kepada IMF
dengan beberapa perjanjian untuk melakukan percepatan dalam tindak liberalisasi
perekonomian dan membuka pasar perdagangan internasional didalam negeri.18
India setelah mengalami reformasi ekonomi, menunjukkan peningkatan yang pesat,
terlebih untuk masalah investasi asing. Foreign Direct Investment (FDI) menjadi tren pasca
reformasi ekonomi. Ada 120 negara yang berinvestasi di India pada 2008, angka yang
menunjukkan kemajuan dibandingkan dengan 15 negara pada tahun 1991.19 Melihat dari
bertambahnya Negara untuk menjadi sumber FDI menyiratkan bahwa India telah di percaya
pihak asing untuk melakukan kerjasama. Saham investasi langsung asing (FDI) di India
melonjak dari kurang dari US $ 2 miliar pada tahun 1991, ketika negara melakukan reformasi
utama untuk membuka ekonomi untuk pasar dunia, hampir US $ 39 miliar pada tahun 2004
(UNCTAD database online)20. Melalui derasnya arus investasi luar negeri ini banyak sektor
yang mengalami pertumbuhan, seperti telekomunikasi, agrikulturtur, jasa, dan industri tidak
lagi berpangku tangan kepada kebijakan pemerintah, sehingga India mengalami pertumbuhan
ekonomi yang yang sangat signifikan dalam membantu pertumbuhan ekonomi India. Statistik
menyatakan bahwa industri dan jasa telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi di India sebesar 55% dan agrikultur sebesar17%.21 Sebelum India menerapkan
17
‘Indian Economy: A Peek into Its Economic Liberalization’, The Economy of India (online),
http://www.indianeconomics.org/indian-economy-a-peek-into-its-economic-liberalization.htm, diakses pada
14 Aprl 2012.
18
‘India’s Economic Growth since 1980’, Indian Child (online),
<http://www.indianchild.com/india_economy_growth.htm>, diakses pada 17 April 2012.
19
S. Hooda, ‘A Study of FDI and Indian Economy’, National Institue of Technology, Kurukshetra (online),
http://www.nitkkr.ac.in/Sapna_Hooda_Thesis_A_Study_of_FDI_and_Indian_Economy.pdf, diakses 14 April
2012.
20
C. Chakraborty, P. Nunnenkamp, ‘Economic Reforms, Foreign Direct Investment and its Economic Effects in
India’,
The
Kiel
Institute
for
The
World
Economy
(online),
http://dspace.cigilibrary.org/jspui/bitstream/123456789/28666/1/WP%201272%20%20Economic%20Reform
s%20FDI%20and%20its%20Economic%20Effects%20on%20India.pdf?1, diakses 14 April 2012
21
‘Indian Economy: A Peek into Its Economic Liberalization’, The Economy of India (online),
http://www.indianeconomics.org/indian-economy-a-peek-into-its-economic-liberalization.htm, diakses pada
10
liberalisasi ekonomi, sektor telekomunikasi merupakan usaha yang dimonopoli oleh negara,
sehingga tidak ada persaingan dan terkesan monoton karena pasar tidak melakukan inovasi
produk yang membuat konsumen jenuh atau bosan. Namun adanya pasar bebas membuat
private sector dan investor asing ikut terlibat dalam sektor telekomunikasi, dengan adanya
inovasi produk yang dilakukan oleh mereka membuat sektor telekomunikasi menjadi salah
satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang signifikan dan dilirik oleh banyak investor
asing karena telecommunication services telah menjadi usaha yang menjamur di India.22
Dengan kebijakan liberalisasi ekonomi tersebut, India menjadi salah satu negara yang
kekuatan ekonominya diperhitungkan bersama dengan AS dan China. India juga dikatakan
akan menjadi negara dengan kekuatan baru bersama China, Brazil, dan Rusia menggantikan
hegemoni AS karena kekuatan ekonomi India tersebut. Banyak pengamat ekonomi yang
mengatakan bahwa pada tahun 2012 ini India akan menggantikan Jepang di posisi tiga
sebagai third largest economy in the world. Globalisasi berperan cukup besar dalam
kebijakan liberalisasi yang diterapkan oleh India ini karena apabila tidak ingin tertinggal jauh
dengan negara-negara maju lainnya, India harus meninggalkan kebijakan isolasi dari negara
lain tersebut dan harus membuka dirinya dalam perdagangan dunia. Karena dengan adanya
pasar bebas, India dapat berintegrasi dengan negara-negara lainnya dan semakin terintegrasi
dengan sistem perdagangan dunia yang ada. Namun yang menjadi perhatian selanjutnya
adalah, kemiskinan yang menjadi kendala bagi India tidak lantas dapat teratasi juga meskipun
dengan menjamurnya investasi luar negeri ini.
B. Analisis: Melihat hubungan Antara Globalisasi Ekonomi dan Kemiskinan serta
Kesenjangan Ekonomi di India
Dalam mengukur apakah telah terjadi proses globalisasi ekonomi di suatu negara, dalam
kasus ini India, ada dua indikator yang akan kami gunakan dalam tulisan ini, yaitu (1)
pergerakan arus modal internasional di negara tersebut (Foreign Direct Investment), dan (2)
jumlah perdagangan internasional (ekspor/impor) di negara tersebut.
(1) Pergerakan Arus Modal Internasional (Foreign Direct Investment)
14 Aprl 2012.
22
A. Panagariya, ‘India’s Economic Reforms: What Has Been Acomplished? What Remains to Be Done?’,
United Nations Public Administration Network (online),
http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/apcity/unpan048617.pdf, diakses pada 14 April
2012.
11
Melalui data di atas, jelas sekali terlihat perubahan kondisi yang terjadi di India dari
pra-reformasi sampai dengan pasca-reformasi. Perbedaan yang mencolok terlihat di bidang
ekonomi. Peningkatan ekonomi menjadi pesat karena India memberi keterbukaan terhadap
pihak asing. Ketika India masih terisolasi, sebenarnya pihak asing sudah menjadikan India
sebagai sasarannya. Dapat dikatakan demikian karena India merupakan negara berkembang
yang memiliki warga miskin banyak sehingga sangat mudah sekali utuk mendapatkan tenaga
kerja murah. Ketika terjadi liberalisasi ekonomi, negara maju semakin berlomba-lomba
menanamkan investasinya. Dengan melihat dari fakor ini, dapat dikatakan bahwa FDI sendiri
merupakan produk dari globalisasi yang dapat semakin ditingkatkan keberadaannya melalui
liberalisasi,
FDI
dapat
dengan
pesat
berkembang
secara
kuantitas.
12
Namun distribusi FDI di India sendiri tampak tidak merata di tiap-tiap wilayahnya.
Mayoritas FDI hanya terkonsentrasi di beberapa kota yang dianggap strategis. Seperti yang
ditunjukkan dalam tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat kesenjangan dalam pemerataan
FDI. Tiga negara bagian Selatan (Andhra Pradesh, Karnataka dan Tamil Nadu) menerima
lebih dari 20% dari total FDI, sedangkan Maharashtra dan Gujarat (keduanya di India Barat)
menerima hanya 17,35% dan 7,7% dari total FDI23.
Pola arus masuk FDI di India menunjukkan bahwa arus masuk sangat terkonsentrasi
di beberapa wilayah India yang mampu menawarkan pasar domestik yang besar, tenaga kerja
murah dan terampil infrastruktur yang lebih baik.24
Dengan demikian, walaupun FDI mengalir deras ke India, apabila arusnya
terkonsentrasi ke wilayah-wilayah yang unggul saja, tetap tidak akan memberikan solusi bagi
usaha pengentasan rakyat dari kemiskinan dan yang merasakan dampak positif dari besarnya
arus FDI hanyalah orang-orang yang tinggal di wilayah tertentu yang sebenarnya kondisinya
sudah baik atau cukup makmur, sedangkan orang miskin tidak merasakan dampak baik arus
masuknya FDI ini secara utuh dan maksimal.
(2) Jumlah Perdagangan Internasional (Ekspor/Impor)
Sumber: http://web.idrc.ca/en/ev-93552-201-1-DO_TOPIC.html
Tabel di atas menjelaskan bagaimana India melakukan kegiatan ekspor impor. Terlihat
baik kegiatan ekspor maupun impor keduanya mengalami peningkatan yang mulai terlihat
signifikan pasca reformasi ekonomi. Kegiatan ekspor-impor yang semula tidak terlalu terlihat
23
P. Pal, J. Ghosh , ‘Inequality in India: A Survey of Recent Trends’, United Nations website (online),
http://www.un.org/esa/desa/papers/2007/wp45_2007.pdf, diakses 14 April 2012.
24
Pal, Ghosh.
13
sebelumnya kemudian menjadi agenda wajib karena telah terasa dampak globalisasinya.
Adanya reformasi ekonomi membuat volume perdagangan meningkat, begitu pula dengan
proses masuk dan keluarnya. Adanya liberalisasi membuat garis batas negara menjadi kabur,
kondisi geografis tidak lagi menjadi penghalang bagi hubungan perdagangan antarnegara.
Hal ini sesuai dengan sifat globalisasi yang borderless.
Selanjutnya dampak dari reformasi ekonomi India yang menjadi liberal dan terbuka ini
juga dapat dilihat dari segi internal, yaitu keadaan masyarakatnya sendiri. Salah satunya
adalah kondisi kemiskinan masyarakay India.
Dalam tenggang waktu sejak pra reformasi sampai dengan pasca reformasi, menurut data
di atas angka kemiskinan di India mengalami penurunan. Namun jika dilihat lebih lanjut,
terjadinya penurunan kemiskinan ini tidak seimbang dengan pesatnya perekonomian yang
dialaminya. Seharusnya kemajuan perekonomian berbanding lurus dengan penurunan
kemiskinan, namun kenyataannya tidak. Penjelasan mengenai FDI sebelumnya dapat
menjelaskan mengapa kemiskinan tidak ikut mengalami penurunan yang signifikan. Memang
kemiskinan menurun, akan tetapi masih banyak bagian dari masyarakat, terutama yang
tinggal di wilayah yang jauh dari kota yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya.
14
Selain melihat faktor tingkat kemiskinan dan pemerataan tersebut, terdapat pula indikator
lain yang dapat menjadi acuan, seperti GDP. Indira Gandhi membawa angin segar dengan
memprioritaskan pertumbuhan ekonomi sebagai kepentingan nasional dan berani “bermain”
dengan aktor bisnis swasta dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada masa itu.
Usaha-usaha ini membuahkan hasil dengan meningkatnya tingkat pertumbuhan ekonomi
India pada periode 1980-90 dan 1990-2000 berturut-turut di angka 5,8% dan 5,5% per
tahunnya25. Sayangnya, pertumbuhan ekonomi ini tidak disertai dengan pembangunan
kesejahteraan yang merata. Antara satu daerah di India dengan daerah lainnya terjadi
kesenjangan yang begitu besar. Akibatnya, masih banyak masyarakat India yang hidup
dibawah garis kemiskinan meskipun di dunia internasional India telah mendapat legitimasi
sebagai negara yang perkembangan teknologi informasi dan kemajuan ekonomi yang cukup
pesat. Terdapat tiga daerah di India yang kini mulai termarjinalisasikan, yaitu Orissa, Uttar
Pradesh, dan Bihar. Tiga daerah tersebut mengalami pembangunan yang lambat dan tidak
dapat menyesuaikan diri dalam skala rata-rata kesejahteraan daerah nasional karena
inkapabilitas daerah dalam memacu pertumbuhan ekonominya untuk menyetarakan dengan
daerah lain. Inkapabilitas ini dipicu oleh masih berkutatnya daerah-daerah ini pada sektor
agrikultural sementara daerah-daerah lain sudah mulai meninggalkan sektor tersebut dan
beralih ke bidang jasa serta industrial.
C. Regional Pattern of India’s Growth, 1960-2004
25
(percent per-annum) State 1960–70
1970–80
1980–90
1990–2000
2000–3
1960–80
1980–2004
Andhra Pradesh
3.1
6.3
5.6
4.9
3.1
5.9
3.0
S. Ahmed, A. Varney. Battles Half Won: Political Economy of India’s Growth and Economic Policy since
Independence, Direvisi pada 13 September 2007, p.2.
15
Bihar
2.3
3.1
4.8
3.6
0.2
2.7
3.7
Gujarat
4.6
3.5
5.3
6.2
11.0
4.1
6.3
Haryana
5.9
4.5
6.4
4.9
6.3
5.2
5.9
Karnataka
4.2
3.1
5.1
7.8
3.9
3.7
6.2
Kerala
4.0
2.2
3.6
5.5
4.8
3.1
5.1
Maharashtra
2.9
4.6
6.0
5.8
6.7
3.8
6.2
Madhya Pradesh
2.1
3.0
5.1
3.8.
6.7
2.6
4.8
Orissa
9.8
2.9
2.8
4.4
6.7
6.4
4.2
Punjab
4.6
4.8
5.2
4.7
2.8
4.7
4.8
Rajasthan
4.7
1.0
7.4
4.7
5.2
2.9
6.1
Tamil Nadu
2.8
1.7
5.6
6.4
1.4
2.3
5.6
Uttar Pradesh
2.5
3.0
5.0
3.5
1.7
2.8
3.9
West Bengal
2.2
3.1
4.3
6.7
7.1
2.7
5.8
India Average
3.7
3.1
5.6
5.6
6.0
3.4
5.8
Sumber: World Bank South Asia Regional Database, May 2007
Jarak antara daerah-daerah miskin ini dengan daerah-daerah yang lebih mampu semakin
melebar pada periode 1990-an. Sehingga patut dipertanyakan apakah liberalisasi ekonomi
dan reformasi yang dimulai pada periode itu adalah baik bagi India ataupun buruk karena
berimplikasi pada semakin melaratnya masyarakat miskin, dan semakin makmurnya
masyarakat yang sudah mapan.
16
Pada gambar diatas terlihat perbedaan pendapatan per kapita tiap negara bagian di India.
Ini merupakan tantangan bagi pemerintah India dalam membangun ekonominya, karena
pertumbuhan di daerah-daerah marjinal harus dipercepat untuk memperoleh kesetaraan
ekonomi. Ketidaksetaraan pendapatan seperti yang ditunjukkan oleh gambar diatas
merupakan bukti nyata bahwa lapangan-lapangan kerja yang disediakan belum bisa
memberikan solusi terbaik. Lapangan kerja yang dibuka dalam sektor jasa oleh pemerintah
India cenderung hanya bisa dinikmati oleh kelompok-kelompok masyarakat berpendidikan
dibanding masyarakat biasa yang hanya bermodalkan skill. Padahal rasio perbandingan antara
dua kelompok masyarakat tersebut sangat jauh, dimana lebih sedikit yang berpendidikan
dibanding yang tidak. Pemerintah India dengan ini dituntut untuk bisa bersikap lebih adil
dalam menyediakan sarana dan prasarana publik, seperti membuka akses yang lebih besar
kepada buruh kasar, menyediakan pelatihan skill secara intensif untuk mereka, sehingga ke
depannya diskriminasi terhadap buruh dapat diminimalisir atau lebih baik lagi dapat hilang
secara keseluruhan. Berikut data kesenjangan pendidikan antara pekerja di India, yang
digambarkan melalui urban dan rural worker
17
Untuk mengukur kesenjangan ekonomi yang terjadi, digunakan Index GINI dari World
Bank. Indeks GINI mengukur sejauh mana distribusi pendapatan (atau, dalam beberapa
kasus, pengeluaran konsumsi) di antara individu atau rumah tangga dalam suatu
perekonomian menyimpang dari distribusi sempurna sama.26
Berdasarkan data tersebut, kesenjangan yang jauh terlihat di antara urban dan rural
yang disebabkan distribusi pendapatan. Kesenjangan tersebut membuat kondisi rakyat yang
miskin menjadi semakin miskin, dan rakyat yang sudah berkecukupan menjadi semakin kaya.
Hal ini dikarenakan adanya liberalisasi ekonomi dengan masuknya aktor asing melalui FDI
yang justru memperlebar disparitas pendapatan daerah-daerah di India.
26
‘GINI index’, The World Bank (online), 2012, http://data.worldbank.org/indicator/SI.POV.GINI, diakses 14
April 2012.
18
Secara general, kemiskinan di India mengalami penurunan, namun hanya sedikit
sekali. Adanya liberalisasi ekonomi menjadi salah satu faktornya. Tetapi, ketika melihat
antara globalisasi, perekonomian dan kemiskinan, dapat ditarik kesimpulan untuk kasus di
India bahwa globalisasi yang diterapkan dengan reformasi ekonomi tidak signifikan
mengurangi kemiskinan. Dikarenakan adanya sentralisasi dalam penyebaran FDI sehingga
pendapatan antar daerah menjadi berbeda bahkan menjadikan kesenjangan sosial yang
semakin tinggi di antara yang kaya dan yang miskin.
III.
Kesimpulan
Krisis ekonomi yang dialami India pada tahun 1991 mendesak pemerintahnya untuk
segera melakukan reformasi ekonomi. Di bawah Menteri Keuangannya, Dr. Manmohan
Singh, India mengarahkan perekonomiannya kepada liberalisasi pasar, perekonomian India
yang awalnya bersifat terpusat dan terisolasi menjadi tidak hanya lebih terbuka dalam
berinteraksi dengan dunia luar, tetapi juga cukup aktif dalam mengundang pihak luar untuk
melakukan hubungan dagang. Dengan kata lain, melalui kebijakan reformasi ini, India
mengijinkan negaranya untuk berperan aktif dalam proses globalisasi.
Melalui Market-Friendly Policies dan berbagai keunggulan yang dimiliki India seperti
sumber daya alam dan tenaga kerja murah, India berhasil meningkatkan pertumbuhan
ekonominya melalui peningkatan pergerakan foreign direct investment dan kegiatan eksporimpor secara signifikan. Secara teori, peningkatan pertumbuhan ekonomi ini seharusnya
dapat meningkatkan pula kesejahteraan rakyat India dan mengentaskan rakyat dari
kemiskinan, namun kenyataan yang terjadi berkata lain. Distribusi investasi asing yang tidak
merata di tiap-tiap daerah di India (yang dilatarbelakangi oleh perbedaan kondisi dan
kesiapan masing-masing daerah) justru meningkatkan kesenjangan dalam masyarakat.
Daerah yang awalnya cukup makmur menjadi semakin makmur, dan sebaliknya, daerah yang
miskin menjadi semakin miskin pula. Hal ini kemudian membuat tingkat penurunan
kemiskinan di India menjadi tidak sebanding dengan peningkatan pertumbuhan ekonominya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari sini adalah meskipun proses globalisasi yang
terjadi dalam kegiatan ekonomi India dapat membantu meningkatkan petumbuhan ekonomi
dan secara statistik dapat mengurangi angka kemiskinan, apabila input dari luar negeri ini
tidak dapat dikelola dengan baik di dalam negeri, peningkatan kesejahteraan rakyat dan
penghapusan kesenjangan tetap tidak akan tercapai. India justru dapat terpuruk ke dalam
situasi yang lebih buruk ari sekedar krisis ekonomi apabila kondisi ini terus berlanjut. Untuk
19
itu di samping memfasilitasi liberalisasi pasar, pemerintah juga perlu membantu
mempersiapkan tiap-tiap daerah di India untuk menerima arus globalisasi ini dengan baik,
secara merata. Seperti misalnya dengan menyediakan pendidikan yang layak bagi sumber
daya manusianya, mempersiapkan infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan
asing, serta menyediakan akses yang cukup untuk pemanfaatan sumber daya alam yang
dimiliki masing-masing daerah.
BIBLIOGRAPHY
Artikel online
Shangquan, G., ‘Economic Globalization: Trends, Risks and Risk Prevention’, United
Nations
website
2000,
(online),
hlm.
1,
http://www.un.org/en/development/desa/policy/cdp/cdp_background_papers/bp2000_1.pdf
Bardhan, P. “The Impact of Globalization on the Poor”, Bureau for Research in
Economic
Analysis
of
Development
(online),
2004,
<http://ipl.econ.duke.edu/bread/papers/policy/p003.pdf>, diakses 19 April 2012
Bardhan, P. “Does Globalization Help or Hurt the World’s Poor”, Robert Mackay’s
Homepage (Online), 2006, <http://www.atmosedu.com/ENVS109/articles/Globalization.pdf>
Keel,
R.
“
Globalization
Theory”,
University
of
Missouri
(online)
,
<http://www.umsl.edu/~keelr/3210/3210_lectures/globalization.html>
Harrison, A. ‘On the Links Between Globalization and Poverty’, The Academic
Platform
Switzerland
UN
(online),
2007,
<http://www.unoacademia.ch/webdav/site/developpement/shared/developpement/mdev/souti
20
enauxcours0809/Gironde%20Pauvrete/Globalization%20and%20Poverty%20%20A%20Harrisson.pdf ,>
McKay A, ‘Inequality Briefing’, Overseas Development Institute (Online) ,
<http://www.odi.org.uk/resources/docs/3804.pdf>
Horrison. A (ed.), ‘Globalization and Poverty’, The National Bureau of Economic
Research (online), Maret 2007, hlm. 2-3, <http://www.nber.org/books/harr06-1>
‘Indian Economy: A Peek into Its Economic Liberalization’, The Economy of India
(online),
<http://www.indianeconomics.org/indian-economy-a-peek-into-its-economic-
liberalization.htm, diakses 14 April 2012.
‘India’s
Economic
Growth
since
1980’,
Indian
Child
(online),
<http://www.indianchild.com/india_economy_growth.htm>, diakses 17 April 2012.
Hooda, S., ‘A Study of FDI and Indian Economy’, National Institue of Technology,
Kurukshetra
(online),
http://www.nitkkr.ac.in/Sapna_Hooda_Thesis_A_Study_of_FDI_and_Indian_Economy.pdf,
diakses 14 April 2012
Chakraborty, C., Nunnenkamp, P., ‘Economic Reforms, Foreign Direct Investment
and its Economic Effects in India’, The Kiel Institute for The World Economy (online),
http://dspace.cigilibrary.org/jspui/bitstream/123456789/28666/1/WP%201272%20%20Econo
mic%20Reforms%20FDI%20and%20its%20Economic%20Effects%20on%20India.pdf?1
Panagariya, A., ‘India’s Economic Reforms: What Has Been Acomplished? What
Remains to Be Done?’, United Nations Public Administration Network (online),
http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/apcity/unpan048617.pdf,
diakses
pada 14 April 2012.
Pal, P., Ghosh, J., ‘Inequality in India: A Survey of Recent Trends’, United Nations
website (online), http://www.un.org/esa/desa/papers/2007/wp45_2007.pdf, diakses 14 April
2012.
GINI
index’,
The
World
Bank
(online),
2012,
http://data.worldbank.org/indicator/SI.POV.GINI, diakses 14 April 2012.
21
Buku
Choubey, S., Pendse, N. G., Economic Reforms in India: Needs, Effects and
Suggestions, Sarup &Sons, New Delhi, 2005, p.i.
Cateora (MGH), Pemasaran Internasional, Salemba Empat, Jakarta, 200z, p.448.
Ahmed, S., Varney, A., Battles Half Won: Political Economy of India’s Growth and
Economic Policy since Independence, 2007, p.2.
Terbitan Pemerintah
Government of India, Ministry of Finance, Department of Economic Affairs,
Economic Reforms : Two Years After and the Task Ahead, Discussion Paper, New Delhi,
1993, p.1-2.
22
Download