PERUBAHAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPI AL-AZHAR 3 BINTARO Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh Nisa Alfadlilah NIM 1110011000037 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 i I,EMBAR PEN(;ESAffAN PEPIBIMBING SKRIPSI PERUBAHAT{ KURIKULLIM PENDIDIKAN AGAMA ISLAS{ DI S]VIPI AL.AZHAR 3 BINTARO Skripsi Diajukan kepacla Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Meme*uhi Salah Satu Syarat \,{encapai Gelar Saliana Pendidikarr islanr {S.Pd,l) Oleh: Nisa Alfadlilnh r1I00r1$00037 Yang Mengesahkan Dosen Pembimbing Skripsi JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TAKULTA$ }IMti TAXSTYAH DAN KEGUBU.AN UIN SYARIS' IIIDAYATULLAH JAKARTA 2015 1t I,EMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi berfudul Perubahan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMPI Al- Azhar 3 Bintaro disusun oleh l{isa Alfadlilah, NIM. 1110011000037, .Iurttsan Penclirjikan Agama Islarl, Irakultas Ilmu Tarbiah dan Keguntan, Liniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatuliah .Iakarta. Teiah melalui birnbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan Fakultas. Jakarla. 20 Februari 2015 Yang Mengesahiian Dosen Pembimbing Skripsi lll LEMBAIT PENGESATII{N Pendiclikan Agarna Islarn Di S-\-IPI skripsi berjudul -3 Perubahan Kurikutuur Bintaro disusun oleh NISA ALFADLILAII Nomor induk Al-&trar ivlahasiswa 1 1 1001 1000037, diaiukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Milnaqasair pada tzmggai 2 b4aret 2$1-{ {3i hadapan de;van p'enguji. Karena itu penulis berhak mernperoleh geiar sariana sI {s.Pd.l) dalam bidang Penditlikan Agama Islanr. Jakarta, 2 Maret 2015 Panitia Uji*n Munaqas'ah Keiii;i Pariitia (Ketria iurusatvFrograrri Studi i-iF-. ii. :\bdui to{aiid ) 'L'anggai Khcrn. iu4"Ag IiiP: 1958ii7t]7 tq87$3 I G$5 Sekr"elaris (Sekretaris .Iurusan frodi) ,41 Nilarhamah Saleh- MA 3 - ?sts NIP: 19720313 200801 2 010 Penguji I Drs.Abd.Ilaris. N'{.Ag it{lP: 19660901 199503 I ib 001 Penguji II J- -\u,z zors { "l;:" =--+^.{r/* ,\ltmad Irtain ll{ufid. ,"tlA NIP: 19740318 200312 1 042 Ilengeiairui ABSTRAK Nisa Alfadlilah, 1110011000037, Perubahan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro Perubahan kurikulum sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan merupakan suatu tuntutan dalam mengikuti perubahan dan perkembangan zaman, namun seperti proses perubahan lainnya, perubahan kurikulum pun dihadapkan dengan berbagai pertentangan serta hambatan dalam pengimplementasiannya. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui respon guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro terhadap perubahan kurikulum dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013 khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pelaksanaan penelitian berlokasi di SMPI Al Azhar 3 Bintaro dengan subjek penelitian seluruh guru Pendidikan Agama Islam SMPI Al Azhar 3 Bintaro. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi teknik observasi, teknik wawancara dan studi dokumentasi, teknik analisis data yang digunakan adalah model Miles dan Huberman, yaitu analisis data yang dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa secara umum guru PAI di SMPI Al-azhar 3 Bintaro belum memahami benar konsep dan esensi dari Kurikulum 2013 sehingga dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 cenderung dilaksanakan secara tekstual sesuai dengan buku pegangan yang berimplikasi pada timbulnya berbagai kesulitan mulai dari tahap penyusunan RPP hingga tahap pelaksanaan pembelajaran. Hambatan utama yang dialami oleh guru PAI di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 adalah luasnya dan rumitnya teknik penilaian yang disyaratkan dalam Kurikulum 2013 serta belum memadainya buku pegangan yang ada. Hal ini menimbulkan terjadinya gap atau pertentangan antara kebijakan sekolah SMPI Al-Azhar 3 Bintaro yang berkebijakan untuk tetap menerapkan Kurikulum 2013 dengan kesiapan guru PAI yang belum siap untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 dengan segala aspeknya. Walaupun begitu, Gap yang terjadi antara kebijakan SMPI Al-Azhar 3 Bintaro dengan kesiapan guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro dalam mengimplementsikan kurikulum 2013 dapat diatasi melalui komunikasi yang lebih intensif antara pihak yayasan, sekolah dan guru. Sehingga semua hambatan yang dialami guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dapat diatasi dengan baik. Kata kunci : perubahan kurikulum, Pendidikan Agama Islam (PAI) vi ABSTRACT Nisa Alfadlilah, 1110011000037, Islamic Religious Education Curriculum Changes in Junior High School of Al-Azhar 3 Bintaro Changes in the curriculum as a guideline for the implementation of learning to achieve the goal of education as an obligation to follow the changes and development of the age, but like the other changes, curriculum changes were faced with some opposition and obstacles in its implementation. This study aimed to evaluate the response of Islamic Education teachers junior high school of AlAzhar 3 Bintaro to changes in the curriculum 2006 to the Curriculum 2013, especially on the subject of Islamic education. The method used is descriptive method with qualitative approach. Implementation research junior high school located in Al Azhar 3 Bintaro with research subjects throughout the Islamic Education teachers junior high school of Al Azhar 3 Bintaro. Data collection techniques used include observation, interview techniques and study documentation, data analysis technique used is the model of Miles and Huberman, the data analysis performed during data collection in progress and upon completion of data collection in a particular period. The results showed that in general that the Islamic Education teachers junior high school of Al-Azhar 3 Bintaro not yet fully understand the concept and essence of Curriculum 2013, so in the implementation of Curriculum 2013 textually inclined implemented in accordance with the existing handbook, it is implicated in the onset of variety of difficulties ranging from the planning phase to the implementation phase of the learning implementation. The main obstacles faced by the Islamic Religious Education teachers junior high school of Al-Azhar 3 Bintaro in implementing Curriculum 2013 is the breadth and complexity of the valuation techniques required in the Curriculum 2013 and the inadequacy of the existing handbook. This lead to a gap or a conflict between high school of Al-Azhar 3 Bintaro policy which has a policy to continue the implementation of Curriculum 2013 with the readiness of the Islamic Religious Education teachers who is not ready to implement the Curriculum 2013 in all its aspects. However that gap which occurs between high school of Al-Azhar 3 of Bintaro with the readiness of the Islamic Religious Education teachers in implementing of the curriculum 2013 can be addressed through a more intensive communication between the foundations, schools and teachers. So that all the barriers experienced by teachers in implementing of Curriculum 2013 can be addressed properly. Keywords: curriculum changes, Islamic Religious Education. vii KATA PENGANTAR Puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan jalan kebenaran kepada penulis, sehingga dapat dengan mudah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Perubahan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro”. Shalawat beserta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pengajaran serta suri tauladan kepada para umatnya melalui sunnah-sunnahnya yang luar biasa sehingga menjadikan umat islam sebagai umat paling tinggi derajatnya dari seluruh umat di muka bumi ini. Juga kepada seluruh keluarga dan sahabat-sahabatnya yang selalu membantu perjuangan dalam menegakkan agama Islam di dunia ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa apa yang disampaikan di dalamnya masih jauh dari kesempurnaan. Namun, penulis berharap, skripsi ini dapat menjadi sumbangsih tersendiri sehingga dapat memberikan manfaat dan memberi referensi kepada para peneliti lainnya untuk meneliti masalah yang penulis kaji lebih lanjut sesuai dengan bergulirnya zaman. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proses penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kesadaran hati penulis sampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Ibu Nurlena Rifa’I, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang mana beliau senantiasa memberikan yang terbaik untuk seluruh mahasiswa Pendidikan Agama Islam. 3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc. MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan motivasi dan saran kepada penulis. viii 4. Bapak Muhammad Zuhdi, Ph.D. selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan dan masukan dalam memilih judul skripsi ini serta secara pribadi selalu memberikan motivasi kepada penulis. 5. Prof Armai Arif. selaku dosen penasihat akademik, yang selalu memberikan motivasi dan saran kepada penulis. 6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiah Dan Keguruan yang telah mencurahkan ilmu pengetahuan dan pelajaran hidup kepada penulis semasa kuliah. 7. Bapak Mukhtarom, M.M Kepsek SMPI A-Azhar 3 Bintaro, Bapak Nasikhun, Bapa Akrom dan Bapa Krisna Selaku guru Pendidikan Agama Islam yang telah meluangkan waktu dan memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro. 8. Orang Tua tercinta Bapak Drs. H. Muhammad Saefuddun Anwar, Lc dan Ibu Mariam Agustina, S.Pd, yang telah merawat dan mendidik dengan penuh kasih sayang secara tulus, mendo’akan dan mencukupi moril dan materil kepada penulis sejak kecil sampai sekarang dan adik-adikku yang telah mendukungku serta pamanku Jusuf Nur Sjamsu yang telah banyak membantu memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini. 9. Pimpinan beserta staf perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah membantu penulis menyediakan berbagai literatur yang sangat dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. 10. Teman-temanku angkatan 2010 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang selalu memberikan support kepada penulis. 11. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah berjasa membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi siapa yang membacanya untuk menambah ilmu pengetahuan. Amin. Ciputat, 19 Februari 2015 Penulis ix DAFTAR ISI Halaman Cover .......................................................................................... i Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi................................................ ii Lembar Pengesahan Penguji ..................................................................... iv Surat Pernyataan Karya Sendiri .............................................................. v ABSTRAK .................................................................................................. vi KATA PENGANTAR ................................................................................ viii DAFTAR ISI ............................................................................................... x DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Masalah Penelitian ..................................................................... 6 1. Identifikasi Masalah ............................................................. 6 2. Pembatasan Masalah ............................................................ 6 3. Perumusan Masalah ............................................................. 6 C. Tujuan ........................................................................................ 6 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6 E. Metode Penelitian ....................................................................... 7 BAB II KONSEP PERUBAHAN KURIKULUM................................... 14 A. Konsep Kurikulum ................................................................... 14 1. Definisi Kurikulum ............................................................. 14 2. Macam-Macam Model Konsep Kurikulum ........................ 16 3. Fungsi Kurikulum ............................................................... 18 B. Pengembangan Kurikulum ........................................................ 19 1. Konsep Pengembangan Kurikulum ..................................... 19 2. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum ............................. 20 3. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum ......................... 21 4. Landasan Pengembangan Kurikulum .................................. 23 5. Pengembang Kurikulum ...................................................... 26 x 6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum ........................................................................... 27 7. Hambatan-Hambatan Pengembangan Kurikulum ............... 28 8. Model-Model Pengembangan Kurikulum ........................... 29 C. Perubahan Dan Implementasi Kurikulum ................................. 33 1. Perubahan Kurikulum ......................................................... 33 a. Konsep Perubahan Kurikulum ...................................... 33 b. Proses Perbaikan Kurikulum ......................................... 35 2. Implementasi Kurikulum .................................................... 36 a. Konsep Implementasi Kurikulum ................................. 36 b. Model Implementasi Kurikulum ................................... 38 3. Evaluasi Kurikulum ............................................................. 39 1. Konsep Evaluasi Kurikulum ......................................... 39 2. Model-Model Evaluasi Kurikulum ............................... 40 4. Penelitian Relevan ............................................................... 44 BAB III PERUBAHAN KTSP KEPADA KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP ........ 46 A. Perubahan KTSP Kepada Kurikulum 2013 ............................. 46 1. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 ......................... 46 2. Rasional Pengembangan Kurikulum ................................... 46 3. Tujuan Perubahan ................................................................ 49 4. Elemen-Elemen Perubahan ................................................. 49 B. Struktur Kurikulum Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) . 53 1. Perubahan Struktur Kurikulum Di SMP ............................. 53 2. Perbedaan Antara KTSP Dan Kurikulum 2013 Di SMP .... 58 C. Perubahan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) ............ 59 RESPON PERUBAHAN KURIKULUM PAI DI SMPI AL-AZHAR 3 BINTARO ..................................................................................................... 63 A. Profil Sekolah ............................................................................ 63 1. Identitas Sekolah ................................................................. 63 2. Visi, Misi ............................................................................. 63 xi 3. Motto .................................................................................. 64 4. Tujuan .................................................................................. 65 5. Staf Pengajar ........................................................................ 65 6. Jumlah Siswa ...................................................................... 66 7. Sarana Prasarana ................................................................. 67 B. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................... 69 1. Respon SMPI Al-Azhar 3 Bintaro Terhadap Kebijakan Implementasi Kurikulum 2013 .......................... 69 2. Respon Guru PAI Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 71 a. Perubahan Perencanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 71 b. Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 75 C. Analisis Data Penelitian ............................................................. 78 1. Kebijakan Sekolah Terhadap Implementasi Kurikulum 2013...................................................................................... 78 2. Kesiapan Guru Dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013...................................................................................... 82 3. Pertentangan Antara Kebijakan Sekolah Dengan Kesiapan Guru...................................................................................... 83 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 85 A. Kesimpulan ........................................................................... 85 B. Saran ..................................................................................... 86 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 88 LAMPIRAN xii DAFTAR TABEL 1. Tabel 3.1 Usulan Rancangan Struktur Kurikulum SMP ....................... 54 2. Tabel 3.2 Struktur Kurikulum Lama ..................................................... 55 3. Tabel 3.3 Usulan Struktur Kurikulum Baru .......................................... 56 4. Tabel 3.4 Struktur Kurikulum Baru ...................................................... 56 5. Tabel 3.5 Perbedaan Esensial Kurikulum SMP .................................... 58 6. Tabel 4.1 Staf Pengajar SMPI Al-Azhar Bintaro................................... 65 7. Tabel 4.2 Jumlah Peserta Didik SMPI Al-Azhar 3 Bintaro ................. 66 8. Tabel 4.3 Struktur Kurikulum 2013 SMPI Al-Azhar 3 Bintaro ........... 70 9. Tabel 4.4 Format RPP Menurut Permendikbud No.81a/2013 .............. 71 10. Tabel 4.5 Struktur Kurikulum 2013 Menurut Permendikbud No.68/2013 78 11. Tabel 4.6 Struktur Kurikulum 2013 SMPI Al-Azhar 3 Bintaro ........... 79 xiii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pedoman Wawancara Guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro Lampiran 2 Hasil Wawancara Guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro Lampiran 3 Pedoman Studi Dokumentasi Lampiran 4 Pedoman Observasi Lampiran 5 Uji Referensi Lampiran 6 Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tidak akan terlepas dari pendidikan, karena pendidikan merupakan modal utama untuk kemajuan dan perkembangan suatu bangsa. Bangsa yang memiliki pendidikan maju biasanya menjadi bangsa yang kuat, dan mampu melaksanakan pembangunan dengan baik. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal I, menjelaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.1 Lebih lanjut pada bab II pasal 3 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2 Tujuan dari adanya pendidikan di Indonesia bukan hanya untuk mencerdaskan anak bangsa tetapi juga untuk menanamkan jiwa keberagamaan dalam diri masyarakat, sehingga mampu menjadi manusia yang beriman dan memiliki ketaqwaan kepada Allah SWT dan tentunya dibarengi dengan penanaman sikap dan watak yang islami sehingga mampu menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bermartabat. Salah satu 1 Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I, Pasal I. 2 Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3. 1 2 upaya untuk menjadikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang bermartabat dan memiliki ketaqwaan kepada Allah SWT adalah dengan diberikannya pendidikan agama Islam. Pendidikan Agama Islam merupakan suatu usaha-usaha yang sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuasi dengan ajaran Islam. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, dijelaskan bahwa pembelajaran PAI dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.3 Sehingga tujuan dari diberikannya pendidikan agama Islam (PAI) di samping untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang permasalahan keagamaan juga untuk menjadikan siswa memiliki ketaqwaan dan keimanan kepada Allah SWT, serta dibarengi dengan sikap dan budi pekerti yang baik. Tujuan dari pendidikan agama islam ini pun selaras dengan ayat AlQur’an yang memerintahkan umat manusia untuk bertaqwa kepada Allah SWT, dan diantara ayat Al-Qur’an yang menjelaskan hal tersebut ialah: ﺘ ُﻢ ٰﯾ ﴾١٠٢﴿ َﻣُﺴﻠِﻤﻮن Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan jangan sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam.” (Q.S Ali Imran:102)4 3 Republik Indonesia, Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 4 Al-Qur’an, Surat Ali Imron, Ayat 102 3 Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu ámalan-ámalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu, dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Qs. Al Ahzab : 70-71)5 Untuk saat ini pemberian pendidikan agama Islam merupakan suatu yang sangat penting bagi anak, karena pendidikan agama bukan hanya memberikan pengetahuan dari segi kognitif saja tetapi mencakup aspek afektif dan psikomotorik. Untuk meningkatkan suatu mutu pendidikan tentunya unsur-unsur dalam pendidikan pun harus ditingkatkan. Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur pendidikan yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Menurut E Mulyasa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan tertentu.6 Sejalan dengan perkembangan dan perjalanan waktu, Indonesia sudah melakukan beberapa kali pergantian kurikulum, diantaranya kurikulum ’76, kurikulum ’84, kurikulum ’94, kurikulum 2004 atau yang dikenal dengan kurikulum KBK (kurikulum berbasis kompetensi), kurikulum 2006 atau yang disebut dengan KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan), dan yang terakhir diimplementasikan adalah kurikulum 2013. Tujuan dari adanya perubahan kurikulum ini tidak lain adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, supaya selaras dengan perkembangan zaman, sama halnya dengan alasan perubahan KTSP menjadi kurikulum 2013 yang menitik beratkan pada perkembangan dan perubahan zaman. Melalui perubahan KTSP menjadi kurikulum 2013, pemerintah mengharapkan pendidikan yang dilaksanakan akan dapat menghasilkan 5 Al-Qur’an, Surat Al-Ahzab, Ayat 70-71 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),cet III, h. 46 6 4 lulusan sekolah yang lebih cerdas, kreatif, inovatif, memiliki kepercayaan diri yang tinggi sebagai individu maupun sebagai bangsa, serta toleran terhadap segala perbedaan yang ada.7 Latar belakang lainnya yang mendasari perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 antara lain berkaitan dengan problem sosial dan masyarakat, problem yang terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan itu sendiri serta perubahan sosial berupa globalisasi dan tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan,8 sehingga tujuan dari kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan insan Indonesia untuk memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.9 Berkaitan dengan perubahan dalam penyelenggaraan pendidikan, salah satu hasil dari perubahan kurikulum dalam penyelenggaran pendidikan adalah dengan memberikan perhatian yang lebih pada masalah pendidikan agama, hal ini terlihat dari ditambahnya alokasi waktu untuk mata pelajaran agama disetiap jenjang pendidikan (SD, SMP, danSMA). Khusus untuk jenjang SMP, mata pelajaran PAI yang tadinya hanya mendapat alokasi waktu dua jam pelajaran setiap minggunya ditambah menjadi tiga jam pelajaran dalam satu minggu, selanjutnya penggunaan TI (teknologi informatika) yang dulunya merupakan bagian dari mata pelajaran, tetapi setelah diadakan perubahan dalam kurikulum, TI diaplikasikan pada seluruh mata pelajaran, dan dengan diaplikasikannya TI pada seluruh mata pelajaran maka TI pun teraplikasi dalam mata pelajaran PAI, dan hal ini akan memberikan kontribusi yang bagus untuk lebih mengembangkan pembelajaran PAI, selain itu kurikulum 2013 juga menawarkan pembelajaran berbasis kompetensi, 7 Kemendikbud, “Informasi Kurikulum Untuk Masyarakat”, Naskah Akademik Kemendikbud, Jakarta 2013, h.1,tidak dipublikasikan. 8 Ibid. 9 Kemendikbud, “Kurikulum 2013 (Rasional, Kerangka Dasar, Struktur, Implementasi, dan Evaluasi Kurikulum)”, Naskah Akademik Kemendikbud, Jakarta.2013,h. 33, tidak dipublikasikan. 5 sehingga siswa dituntut untuk menguasai seluruh kompetensi baik dari segi kognitif, afektif juga psikomotorik, dan hal ini sangat sejalan dengan pembelajaran PAI karena pembelajaran bukan hanya dituntut untuk mampu menguasai kompetensi kognitif tetapi juga afektif dan psikomotorik. Dengan banyaknya hal yang ingin dicapai oleh kurikulum baru ini, maka tentu saja disini dibutuhkan banyak dukungan baik dari sekolah, kepala sekolah, tenaga pendidik dan lain sebagainya, oleh karena itu untuk pengaplikasian kurikulum yang baru secara keseluruhan dibutuhkan waktu sekitar empat tahun atau bahkan lebih, sehingga untuk sekarang pengaplikasian dari kurikulum yang baru ini hanya baru meliputi beberapa sekolah saja yang dipilih oleh pemerintah untuk dijadikan sebagai bahan percobaan.10 Setelah diadakannya perubahan dan pengimplementasian dari kurikulum baru ini di beberapa sekolah, ternyata tidak semua sekolah memberikan respon yang positif ada juga sekolah yang memberikan respon negatif, respon negatif ini terjadi karena adanya beberapa kendala yang muncul pada saat pengimplementasian kurikulum tersebut, dan dikarenakan respon dari sekolah merupakan hal yang sangat penting bagi keterlaksanaan kurikulum baru ini untuk kedepanya, sehingga kendala sekecil apapun yang muncul harus dapat ditangani dengan cepat. Maka dengan adanya permasalahan ini penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana perubahan dari kurikulum 2013 ini di sekolah. Dengan inilah penulis mencoba untuk mengangkat permasalahan ini menjadi sebuah karya tulis skripsi dengan judul “Perubahan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro” 10 Kemendikbud, “Pedoman Implementasi Kurikulum 2013”, Naskah Akademik Kemendikbud Jakarta 2013, h. 89, tidak dipublikasikan 6 B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi masalah Berdasarkan paparan latar belakang di atas, permasalahan yang teridentifkasi muncul dalam perubahan kurikulum dari KTSP ke Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut: a. Kurangnya SDM (sumber daya manusia) yang mampu menjabarkan kurikulum 2013 pada kebanyakan satuan pendidikan. b. Kurangnya pemahaman guru pada kurikulum 2013. c. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan kurikulum 2013. d. Sejauh mana perubahan dari kurikulum 2013 dalam pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). 2. Pembatasan Masalah Untuk mempermudah dalam mengarahkan penelitian ini, penulis membatasi permasalah yang teridentifikasi di atas khusus terhadap respon perubahan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). 3. Perumusan Masalah Dengan memperhatikan pembatasan masalah yang telah ditetapkan, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut “Bagaimanakah respon guru PAI di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro terhadap perubahan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)?” C. Tujuan Berlandaskan rumusan masalah penelitian yang telah ditentukan, maka penelitian ini ditujukan untuk mengetahui respon guru PAI di SMPI AlAzhar 3 Bintaro terhadap perubahan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). D. Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut, pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat memberikan kontribusi atau manfaat sebagai berikut: 7 Manfaat teoritis yaitu dapat digunakan sebagai referensi dan penelitian berikutnya yang sejenis. Sedangkan manfaat praktisnya adalah bagi sekolah, dapat meningkatkan pemberdayaan kurikulum, terutama yang terkait dengan perubahan dan implementasi kurikulum 2013 yang tentunya dimaksudkan untuk meningkatan mutu pendidikan sekolah. Bagi guru dan kepala sekolah, dapat digunakan sebagai pembanding dan pengembang kurikulum, sehingga dapat lebih memaksimalkan pengetahuan tentang penerapan kurikulum dalam proses penddikan. E. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah desain penelitian dengan pendekatan kualitatif. Sebelum memahami apa yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif, Mcmillan dan Schumacher yang dikutip oleh Emzir menjelaskan yang dimaksud dengan penelitian itu sendiri, yaitu suatu proses sistematik pengumpulan dan penganalisaan informasi atau data untuk berbagai tujuan.11 Selanjutnya yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti kemudian dituangkan dalam bentuk deskripsi yang berupa kata-kata atau gambar, dan bukan angka-angka.12 Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian deskriptif (Descriptive Research) atau dikenal juga dengan studi kasus yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui suatu fenomena yang terjadi.13 Dalam pnelitian ini penulis bermaksud untuk menggambarkan respon dari perubahan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro. Sebagai strategi yang dilakukan untuk mengumpulkan atau memperoleh data, penulis melakukan pengamatan secara langsung di 11 Emzir, Metodologi Penelitian (Kuantitatif & Kualitatif),(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2011),Cet.5,h.5 12 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013). Cet.31,h. 6-13. 13 Ihat Hatimah, dkk, Penelitian Pendidikan,(Bandung: UPI Press, 2006), h. 95 8 kelas, melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, serta melakukan studi dokumentasi terhadap berbagai data terkait. Data yang penulis peroleh kemudian penulis gabungkan lalu dianalisis secara triangulasi, setelah itu baru penulis tuangkan dalam laporan tertulis. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif sehingga untuk memperoleh data yang menggambarkan keadaan sebenarnya, penulis menggunakan penelitian lapangan (Field Research), yakni memperoleh data secara langsung dengan cara mendatangi sekolah yang akan diteliti yaitu SMPI Al-Azhar 3 Bintaro. 2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif (Descriptive Research), yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Pada penelitian deskriptif ini tidak diperlukan administrasi dan pengontrolan terhadap perlakukan, karena penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan keadaaan dari suatu gejala yang apa adanya.14 Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk memberikan gambaran yang jelas dan akurat tetang gejala atau fenomena yang terjadi di lapangan tanpa menguji hipotesis. 3. Subjek Penelitian, Responden Penelitian dan Sumber Data Berikut adalah subjek penelitian, responden penelitian, dan sumber data yang penulis gunakan. a. Subjek penelitian yang diteliti adalah mengenai respon terhada perubahan kurikulum dari KTSP ke Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 14 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta,2007), h. 234 9 b. Responden penelitian merupakan orang yang dapat merespon dan memberikan informasi tentang data penelitian.15maka yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah seluruh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro. c. Sumber data yang penulis gunakan untuk memperoleh data yaitu: 1) Sumber data primer yakni wawancara terhadap guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) SMPI Al-Azhar 3 Bintaro dan observasi. 2) Sumber data sekunder yakni data dokumentasi. 4. Unit Analisis atau Satuan Subjek Menurut Suharsimi Arikunto, unit analisis adalah satuan subjek atau responden yang dapat memberikan informasi mengenai data penelitian yang sedang diteliti.16 Pada penelitian ini yang menjadi unit analisis atau satuan subjeknya adalah seluruh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro 5. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini bertempat di YPI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro yang berlokasi di Jl. Bonjol No.9 Pondok Karya Pondok Aren Tanggerang Banten. Pelaksanaan penelitian dimulai dari tanggal 1 November 2013 sampai 6 Desember 2014. Pertimbangan utama pemilihan lokasi penelitian adalah kenyataan bahwa SMPI Al Azhar 3 Bintaro merupakan salah satu sekolah yang telah mengimplementasikan Kurikulum 2013 sejak awal tahun pelajaran 2013-2014, selain itu sekolah ini merupakan tempat penulis melaksanakan PPKT (Praktek Propesi Keguruan Terpadu) sebelumnya sehingga mempermudah dalam memperoleh perizinan serta pelaksanaan penelitian. 15 16 Ibid., h. 88 Ibid., h. 89 10 6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Pengamatan (Observation) Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik yaitu adanya wawancara, kalau wawancara selalu berhubungan dengan komunikasi dengan manusia, maka observasi tidak terbatas pada manusia tetapi juga objek alam yang lain.17 Observasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah observasi terus terang dan tersamar, dalam melakukan pengumpulan data penulis menyatakan secara terus terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian, sehingga yang diteliti dapat mengetahui aktivitas penelitian sejak awal sampai akhir. Tetapi dalam suatu saat peneliti pun bisa melakukan penelitian secara tersamar atau tidak terus terang, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.18 b. Studi Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa masa lalu. Dokumen bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari hasil penelitian observasi dan wawancara, sehingga data menjadi kuat dan dapat dipertanggung jawabkan.19 Dokumentasi yang penulis gunakan adalah untuk memperoleh data atau informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis teliti. c. Wawancara (Interview) Menurut esterberg yang dikutip oleh sugiono menjelaskan definisi wawancara yaitu pertemuan antara dua orang untuk bertukar 17 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),(Bandung Alfabeta,2011),Cet.13,h. 203 18 Ibid., h. 312 19 Ibid., h. 329 11 informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.20 Wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara tidak terstruktur atau wawancara bebas atau disebut juga dengan wawancara tanpa kendali.21 Dalam pelaksanaan wawancara penulis tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data dari responden (guru Pendidikan Agama Islam SMPI Al-Azhar 3 Bintaro)22 sehingga data yang didapat lebih fleksibel sesuai dengan keperluan. Wawancara dilakukan dengan seluruh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro untuk mendapatkan data mengenai gambaran respon perubahan kurikulum dari KTSP ke Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 7. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis model Miles dan Huberman, yaitu analisis data yang dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.23 Tahapan analisis data yang dilakukan adalah: a. Data Reduction (Reduksi Data) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, serta membuang hal yang tidak perlu.24 Pada tahap ini penulis mereduksi data dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Dengan demikian data yang direduksi akan lebih 20 Ibid., h.140 Arief Subyanto & FX. Suwarto, Metode & Teknik Penelitian Sosial. (Yogyakarta: Andi, 2006),h.105 22 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif dan R&D, (Bandung: Afabeta,2012), cet.17,h.138 23 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitataif, (Bandung: Alfabeta, 2013),Cet.8,h.87 24 Ibid. 21 12 memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan peneliti dalam melakukan pengolahan dan analisis berikutnya. b. Data Display (Penyajian Data) Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data atau dapat disebut juga dengan penyajian data. Melalui penyajian data tersebut, maka data akan terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan lebih mudah untuk difahami. Penyajian data juga dapat difahami sebagai sejumlah informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan untuk adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.25 Selanjutnya penyajian data yang akan penulis sajikan adalah dalam bentuk uraian singkat. c. Conclution Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan) Setelah data direduksi selanjutnya penulis melakukan penarikan kesimpulan yang didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten. Menurut sugiono penarikan kesimpulan yang didukung oleh buktibukti yang valid dan konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Walaupun kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjwab rumusan masalah yang memang dirumuskan sejak awal mungkin juga tidak. Adapun teknik yang penulis gunakan dalam penarikan kesimpulan adalah: 1) Triangulasi Data atau Triangulasi Sumber Triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode penelitian kualitatif.26 dalam hal ini peneliti membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara dan studi dokumentasi. 25 26 Ibid., h.95 Moleong. op. cit., h. 330 13 2) Triangulasi metode Triangulasi menggunakan metode berbagai merupakan metode suatu pengumpulan teknik yang data untuk menggali data sejenis.27 Teknik ini bersifat menggabungkan dari berbagai teknk pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, dengan sumber data yang lainnya. Apabila peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik pengumpulan data maka sebenarnya peneliti sedang melakukan pengumpulan data sekaligus menguji kredibilitas data. 28 Oleh karena itu penggunaan teknik triangulasi dalam pengumpulan data akan memberikan hasil berupa data yang lebih konsisten tuntas dan pasti. 27 28 Moleong. op. cit., h. 331 Sugiono. op. cit., h.125 BAB II KONSEP PERUBAHAN KURIKULUM A. Konsep Kurikulum 1. Definisi Kurikulum Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata curir dan curere yang merupakan istilah bagi tempat berpacu, berlari, di dalam sebuah perlombaan yang telah dibentuk rute pacuannya dan harus dilalui oleh para kompetitor perlombaan. 1 Selanjutnya Robert S. Zais yang dikutip oleh Lias menjelaskan bahwa “kurikulum berasal dari bahasa Latin yaitu curriculum yang semula berarti race course (gelanggang perlombaan). 2 Kemudian pengertian kurikulum berkembang dan dipakai dalam dunia pendidikan yang memiliki arti sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah”.3 Jarak yang ditempuh dalam kurikulum itu merupakan program sekolah. Program tersebut berisi mata pelajaran (courses) yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu.4 Kurikulum merupakan suatu perangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu.5 Selanjutnya Harold B. Alberry yang dikutip oleh Rusman, memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab suatu 1 Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2011),h.1 2 Lias Hasibuan,Kurikulum dan Pemikuran Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada,2010),h,2. 3 Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Subtansi Problem Administrasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1993),cet.4, h.12 4 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Konsep Teori, Prinsip, Prosedur, Komponen, Pendekatan, Model, Evaluasi & Inovasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),h.3. 5 Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009),h.3 14 15 sekolah.6 Sedangkan menurut Saylor, Alexander, dan Lewis yang dikutip oleh Wina Sanjaya, kurikulum merupakan segala upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa agar dapat belajar dengan baik, baik dalam ruangan kelas maupun di luar ruangan kelas atau di luar sekolah.7 Pada dasarnya konsep kurikulum selalu berkembang sesuai dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, dan juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianut. Namun sebenarnya terdapat tiga konsep tentang kurikulum yang perlu mendapat perhatian, yaitu kurikulum sebagai subtansi, kurikulum sebagai sistem dan kurikulum sebagai bidang studi.8 Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu subtansi, yaitu kurikulum dipandang sebagai suatu rencana bagi kegiatan belajar muridmurid di sekolah, atau sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai. kurikulum juga bisa menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Kurikulum juga dapat digambarkan sebagai suatu dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dengan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.9 Konsep kedua, kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi dan menyempurnakannya. Hasil dari sistem kurikulum adalah tersusunnya 6 Ibid. Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta:Kencana,2008),Cet.3,h.4 8 Nana syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum;Teori dan Praktek,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya:2011),cet.13,h.27 9 Ibid. 7 16 suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memlihara kurikulum agar tetap dinamis.10 Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi, yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli bidang pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang suatu kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan halhal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi dari suatu kurikulum.11 Jadi yang dimaksud dengan konsep kurikulum adalah suatu konsep yang berisi penjelasan mengenai kurikulum yang dapat dilihat dari segi subtansi, sistem, dan suatu bidang studi. 2. Macam-Macam Model Konsep Kurikulum Dalam konsep kurikulum terdapat beberapa macam model yang dapat difahami diantaranya adalah, konsep kurikulum subjek akademis, kurikulum humanistik, kurikulum rekontruksi sosial, dan konsep teknologi dan kurikulum.12 a. Kurikulum subjek akademis Model konsep kurikulum ini adalah model yang tertua, sejak sekolah yang pertama berdiri, kurikulumnya mirip dengan tipe ini, walaupun sekarang telah berkembang berbagai tipe-tipe lainnya, namun umumnya sekolah tidak dapat melepas tipe yang satu ini, hal itu dikarenakan kurikulum ini sangat praktis, mudah disusun, dan mudah digabungkan dengan tipe lainnya. Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik yang berorientasi pada masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya 10 Ibid. Ibid. 12 Ibid., h.81 11 17 masa lalu tersebut dan kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan.13 b. Kurikulum Humanistik Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education) yaitu John Dewey (Progressive education) dan J.J Rousseau (Romantic Education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa atau lebih menitikberatkan pada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Ia adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan. Mereka percaya bahwa siswa mempunyai potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Para pendidik Humanis juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina manusia yang utuh bukan dari segi fisik dan intelektual saja tetapi juga segi sosial dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain).14 c. Kurikulum Rekontruksi Sosial Kurikulum rekontruksi sosial berbeda dengan model-model kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan intraksional. Menurut mereka pendidikan bukanlah upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi kerja sama, selain itu kerja sama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru saja, tetapi juga antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan orang-orang yang berada di sekitarnya atau lingkungannya, dan juga kerjasama dengan sumber belajar lainnya, sehingga dengan adanya kerja sama ini siswa berusaha 13 Ibid., h.82 Ibid., h.87 14 18 memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.15 d. Teknologi dan Kurikulum Abad dua puluh ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan teknologi banyak mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan, walaupun sejak dahulu teknologi sudah mulai diterapkan dalam bidang pendidikan tetapi teknologi yang digunakan masih bersifat sederhana seperti penggunaan papan tulis, kapur, pena, tinta dan lain-lain. Dewasa ini sesuai dengan tahap perkembangannya teknologi yang digunakan dalam dunia pendidikan sudahlah semakin maju seperti penggunnaan audio dan video cassette, overhead projektor, film slide, dan motion film, mesin pengajaran, komputer, CD-rom dan internet. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, di bidang pendidikan berkembang pula teknologi pendidikan, aliran ini melakukan penekanan pada isi kurikulum yang berbasis teknologi dengan menekankan penggunaan alat-alat teknologis untuk menunjang efisiensi dan efektifitas pendidikan. Kurikulumnya berisi rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan media, juga modelmodel pengajaran yang banyak melibatkan alat penerapannya. Sebagai contoh pengajaran dengan bantuan film dan video, pengajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul juga pengajaran dengan bantuan komputer dan lain-lain.16 3. Fungsi Kurikulum Secara garis besar fungsi kurikulum dapat dirumuskan sebagai: Pertama alat untuk mencapai tujuan dan untuk menempuh harapan manusia sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. Kedua pedoman dan program yang harus dilakukan oleh subyek dan obyek pendidik. Ketiga fungsi 15 16 Ibid., h.91 Ibid., h.96 kesinambungan untuk mempersiapkan jenjang sekolah 19 berikutnya penyiapan tenaga kerja bagi peserta didik yang tidak melanjutkan, dan Keempat sebagai standar penilaian kriteria keberhasilan suatu proses pendidikan atau sebagai batasan dari program kegiatan yang akan dijalankan pada tingkat pendidikan tertentu.17 Selanjutnya Alexander Inglis, dalam bukunya Principle of Secondari Education yang dikutip oleh Oemar Hamalik menyatakan bahwa fungsi kurikulum, diantaranya adalah untuk penyesuaian (the adjustive of adaptive function), pengintegrasian (the integrating function), peferensiasi (the differentiating function), persiapan (the propaedeutic function), pemilihan (the selective function), diagnostik (the diagnostic function).18 B. Pengembangan Kurikulum 1. Konsep Pengembangan Kurikulum Pengembangan kurikulum adalah suatu perencanaan kesempatankesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Sedangkan yang dimaksud dengan kesempatan belajar adalah suatu hubungan yang direncanakan dan terkontrol antara para siswa, guru, bahan peralatan, dan lingkungan dimana proses belajar yang diinginkan diharapkan terjadi. Semua kesempatan belajar yang direncanakan oleh guru, bagi para siswa sesungguhnya merupakan “kurikulum itu sendiri”. 19 Apabila melihat pengertian di atas sesungguhnya pengembangan kurikulum adalah adalah suatu siklus yang tidak pernah berakhir. Siklus tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut: a. Tujuan: mempelajari semua sumber-sumber pengetahuan dan mempertimbangkan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan dengan mata pelajaran maupun kurikulum secara menyeluruh. 17 Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Subtansi Problem Administrasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1993),cet.4, h.17-21 18 Oemar Hamalik. Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),h. 95 19 Ibid., h. 97 20 b. Metode dan material: mengembangkan dan mencoba menggunakan berbagai metode dan material sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah dirumuskan menurut pertimbangan guru. c. Penilaian: menilai keberhasilan pekerjaan yang telah dikembangkan menurut tujuan yang ingin dicapai. d. Balikan: umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh sehingga menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya. 20 2. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Dalam mengembangkan suatu kurikulum perlu diperhatikan dasardasar dari pengembangan kurikulum yaitu: a. Kurikulum disusun untuk mewujudkan sistem pendidikan nasional b. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan kemampuan. c. Kurikulum harus sesuai dengan ciri khas suatu satuan pendidikan pada masing-masing jenjang pendidikan. d. Kurikulum pendidikan dasar, menengah dan tinggi dikembangkan atas dasar standar nasional pendidikan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan. e. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan secara berdiversifikasi, sesuai dengan kebutuhan potensi, dan minat peserta didik dan tuntutan pihak-pihak yang memerlukan dan berkepentingan. f. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan tuntutan pembangunan daerah dan nasional, keanekaragaman potensi daerah dan lingkungan serta kebutuhan pengembangan iptek dan seni. g. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan secara berdiversifikasi, sesuai dengan tuntutan lingkungan dan budaya setempat. h. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan mencakup aspek spiritual keagamaan, intelektualitas,watak konsep diri, keterampilan belajar, kewirausahaan, keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat, pola hidup sehat, estetika, dan rasa kebangsaan.21 20 21 Ibid. Ibid., h. 98-99 21 3. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa prinsip umum diantaranya “prinsip relevansi, prinsip fleksibilitas, prinsip kontinuitas, prinsip praktis, dan prinsip efektifitas”.22 Prinsip pertama relevansi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevan ke luar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi keluar maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Apa yang tertuang dalam kurikulum hendaknya mempersiapkan siswa untuk tugas tersebut. Kurikulum bukan hanya mempersiapkan siswa untuk kehidupan yang sekarang tetapi juga kehidupan yang akan datang. Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam yaitu adanya kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian. Relevansi internal ini menunjukan suatu keterpaduan kurikulum.23 Prinsip kedua adalah fleksibilitas, kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau fleksibel. Kurikulum sudah seharusnya mampu mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang, dimana pun anak berada, latar belakang dan kemampuan apa pun yang dimiliki oleh anak kurikulum harus mampu untuk mencakup kesemuanya. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaanya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang anak.24 Prinsip Perkembangan ketiga adalah kontinuitas dan proses belajar anak yaitu kesinambungan. berlangsung secara kesinambungan, tidak terputus-putus atau terhenti-henti. Oleh karena itu pengalaman belajar yang diberikan kurikulum juga haruslah bersifat 22 Sukmadinata. op. cit., h.150 Ibid., h.151 24 Ibid. 23 22 kesinambungan antar satu tingkat kelas dengan kelas yang lain antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang pendidikan lainnya, juga antar jenjang pendidikan dengan pekerjaan. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan secara serempak dan juga diperlukan selalu adanya komunikasi dan kerja sama antara para pengembang kurikulum sekolah dasar dengan,SMP, SMA, dan juga dengan pergurunan tinggi.25 Prinsip keempat adalah praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut dengan prinsip efisiensi. Betapapun bagusnya suatu kurikulum tapi kalau menuntut peralatan khusus dan mahal biayanya juga dituntut adanya keahlian-keahlian khusus maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar untuk dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal tapi juga harus praktis.26 Prinsip kelima adalah efektifitas. Walaupun kurikulum tersebut harus murah dan sederhana tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan dan di jaga. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik secara kuantitas maupun kualitas. Pengembangan suatu kurikulum tidak dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan. Perencanaan di bidang pendidikan juga merupakan bagian yang dijabarkan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan. Keberhasilan keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan.27 25 Ibid. Ibid. 27 Ibid. 26 23 4. Landasan Pengembangan Kurikulum Kurikulum dikembangkan berdasarkan ketentuan yuridis yang mewajibkan adanya pengembangan kurikulum baru, landasan filosofis, dan juga landasan empirik.28 Landasan yuridis merupakan suatu ketentuan hukum yang dijadikan dasar untuk pengembangan kurikulum dan yang mengharuskan adanya pengembangan kurikulum baru. Landasan filosofis adalah landasan yang mengarahkan kurikulum kepada manusia dan apa yang akan dihasilkan kurikulum. Landasan teoritik memberikan dasar-dasar teoritik pengembangan kurikulum sebagai suatu dokumen dan proses. Landasan empirik memberikan arahan berdasarkan pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku di lapangan. a. Landasan Yuridis Secara konseptual, kurikulum merupakan suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsa. Secara pedagogis, kurikulum adalah rancangan pendidikan yang memberi kesempatan untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan dirinya, untuk memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat dan bangsanya. Sedangkan secara yuridis, kurikulum merupakan suatu kebijakan publik yang didasarkan kepada dasar filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang pendidikan.29 Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undangundang Dasar 1945, Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 28 Kemendikbud, “Kurikulum 2013 (Rasional, Kerangka Dasar, Struktur, Implementasi, dan Evaluasi Kurikulum)”, Naskah Akademik Kemendikbud, Jakarta.2013, h..30, tidak dipublikasikan. 29 Kemendikbud, “Dokumen Kurikulum 2013”, Naskah Akademik Kemendikbud, Jakarta.2013, h..2, tidak dipublikasikan 24 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. 30 b. Landasan Filosofis Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Untuk mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, pendidikan berfungsi mengembangkan potensi peserta didik “menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab” (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).31 Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka pengembangan kurikulum haruslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang.32 jadi dapat difahami bahwa kurikulum dimaksudkan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa akan datang bangsa, yang dikembangkan dari warisan pretasi bangsa di masa lalu, serta kemudian diwariskan dan dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Ketiga dimensi kehidupan bangsa, masa lalu-masa sekarangmasa yang akan datang, menjadi landasan filosofis pengembangan kurikulum. c. Landasan Empiris Kurikulum harus mampu membentuk warga Indonesia yang mampu menyeimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat untuk 30 Kemendikbud. op.cit.., 31. Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,Bab II, pasal 3. 32 Kemendikbud. op.cit., h. 33. 31 25 memajukan jatidiri sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan kebutuhan untuk berintegrasi sebagai satu entitas bangsa Indonesia. Dewasa ini, kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan kasus pemaksaan kehendak sering muncul di Indonesia. Kecenderungan ini juga menimpa generasi muda, misalnya pada kasus-kasus perkelahian massal. Walaupun belum ada suatu kajian ilmiah yang menyatakan bahwa kekerasan tersebut berhulu dari kurikulum, namun beberapa ahli pendidikan dan tokoh masyarakat menyatakan bahwa salah satu akar permasalahnya adalah implementasi kurikulum yang terlalu menekankan aspek kognitif dan keterkungkungan peserta didik di ruang belajarnya dengan kegiatan yang kurang menantang peserta didik.33 Oleh karena itu, kurikulum perlu direorientasi dan direorganisasi terhadap beban belajar dan kegiatan pembelajaran yang dapat menjawab kebutuhan ini. d. Landasan Teoritis Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi.34 Pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara untuk suatu jenjang pendidikan. Standar bukan kurikulum dan kurikulum dikembangkan agar peserta didik mampu mencapai kualitas standar nasional atau di atasnya. Standar kualitas nasional dinyatakan Kompetensi sebagai Lulusan Standar Kompetensi mencakup sikap, Lulusan. Standar pengetahuan, dan keterampilan (PP nomor 19 tahun 2005). Standar Kompetensi 33 34 Ibid., h. 37. Ibid., h. 40. 26 Lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.35 Kompetensi adalah kemampuan sesorang untuk bersikap, menggunakan pengetahuan dan ketrampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah, masyarakat, dan lingkungan dimana yang bersangkutan berinteraksi. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membangun kemampuan yang dirumuskan dalam SKL.36 Hasil dari pengalaman belajar tersebut merupakan hasil belajar peserta didik yang menggambarkan manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam SKL. 5. Pengembang Kurikulum Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi, yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid, serta tokoh-tokoh masyarakat. Dari pihak-pihak tersebut yang secara terus menerus turut terlibat dalam pengembangan kurikulum adalah administrator, guru dan orang tua. 37 a. Peranan para administrator pendidikan Para administrator pendidikan ini terdiri atas: direktur bidang pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor kabupaten dan kecamata dan kepala sekolah. Peranan para administrator di tingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum, menyususun kerangka dasar serta program inti kurikulum. Kerangka dasar dan program inti tersebut akan menentukan minimum course yang dituntut.38 35 Ibid., h. 40. Ibid., h. 41. 37 Sukmadinata. op.cit., h.155 38 Ibid. 36 27 b. Peranan para ahli Pengembagan kurikulum bukan saja didasarkan atas perubahan tuntutan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-konsep dalam ilmu.39 Oleh karena itu, pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin ilmu. c. Peranan guru Guru memgang peranan yang cukup penting baik dalam perencanaan, pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya.40 d. Peranan orang tua murid Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum. Peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal: pertama dalam penyususnan kurikulum dan kedua dalam pelaksanaan kurikulum.41 Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta, lain halnya dalam pelaksanaan kurikulum, orang tua memiliki peranan yang cukup besar dalam melakukan kerjasama dengan guru atau sekolah, karena sebaagian kegiatan belajar yang dituntut kurikulum dilaksanakan di rumah. 6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum Dalam melakukan pengembangan kurikulum sekolah tentunya mendapatkan pengaruh dari kekuatan-kekuatan yang ada di sekitarnya diantara adalah, perguruan tinggi, masyarakat, dan sistem nilai.42 a. Perguruan Tinggi Kurikulum minimalnya mendapat dua pengaruh dari Perguruan Tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari 39 Ibid., h.156 Ibid., h.157 41 Ibid., h.158 42 Ibid. 40 28 pengembang ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru di Perguruan Tinggi Keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan).43 b. Masyarakat Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapakan anak untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian dan agen dari masyarakat di mana sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di mana sekolah tersebut berada.44 Sehingga masyarakat disini cukup memberikan pengaruh terhadap pengembangan kurikulum. c. Sistem nilai Dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis.45 Sekolah sebagai lembaga masyarakat memiliki tanggung jawab dalam memelihara dan meneruskan nilai-nilai tersebut. Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan itu haruslah dapat terintegrasi dalam kurikulum. 7. Hambatan-hambatan Pengembangan Kurikulum Hambatan selalu muncul dalam segala aspek, ketika melakukan pengembangan kurikulum pun tentunya akan ditemui hambatan dalam proses pengembangannya dan diantara hambatan yang muncul dari pelaksana kurikulum yaitu guru,46 juga hambatan yang berasal dari masyarakat dan masalah biaya.47 Hambatan yang terletak pada guru ialah guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal. Pertama kurangnya waktu. Kedua kekurangsesuaian pendapat, baik antar sesama guru maupun dengan kepala sekolah dan administrator. Ketiga 43 Ibid. Ibid., h 159 45 Ibid. 46 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006),h..5 47 Sukmadinata. op. cit., h.160-161 44 29 karena pengetahuan dan kemampuan guru sendiri. Selanjunya hambatan datang dari masyarakat berhubungan dengan dukungan dari masyarakat baik dalam hal pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap sistem pendidikan ataupun terhadap kurikulum yang sedang berjalan. Masyarakat adalah sumber input dari sekolah. Keberhasilan pendidikan, ketepatan kurikulum yang digunakan membutuhkan bantuan, serta input fakta dan pemikiran dari masyarakat. Sedangkan hambatan lain yang dihadapi oleh pengembang kurikulum adalah masalah biaya. Untuk pengembangan kurikulum, apalagi yang berbentuk kegiatan eksperiman baik metode, isi, atau sistem secara keseluruhan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. 8. Model-Model Pengembangan Kurikulum Robert S. Zais dalam bukunya Curriculum Principles and foundation yang dikutip oleh nana Syaodih mengemukakan delapan model pengembangan kurikulum, yaitu, The Administrative Line-Staf Model (Model Administratif), The Grass-Roots Model (Model grassroots), The Demonstration Model (Model demontrasi), Bauchamp’s Model (Model Bauchamp), Taba’s Inverted Model (Model Taba), Rogers Interpersonal Relation Model (Model Regers), The Systimatic ActionResearch Model (Model penelitian tindakan sistematik), Emerging Technical Model (Model berdasarkan teknik yang sedang berkembang).48 Model–model pengembangan kurikulum merupakan bagian integral dalam studi pengembangan kurikulum, bahkan sering dianggap sebagai bagian yang lebih penting dibandingkan dengan dimensi lain, karena hasil akhir dari proses pengembangan kurikulum adalah kurikulum yang siap dan layak pakai. Model-model yang umum digunakan dalam pengembangan kurikulum adalah: a. The Administrative (Line Staff) Model Model ini dikembangkan oleh Smith, Stanley, and Shores pada tahun 1957. Model ini dikembangkan dengan sistem dari atas ke 48 Ibid., h.161 30 bawah, dimana gagasan pengembangan kurikulum datang dari para pejabat atau administrasi pendidikan (seperti: Mendiknas, Kanwil, Dirjen, dan seterusnya) dan dengan menggunakan prosedur-prosedur administrasi yang bersifat sentralistik, kemudian dibuatlah keputusan tentang kebutuhan suatu program pengembangan kurikulum.49 Dan model ini sangatlah cocok apabila diterapkan bagi negara-negara yang menganut sistem sentralistik. b. The Grass-Roots Model Model grass roots (akar rumput) ini sama halnya dengan model Administrative (line staff) dikembangkan pula oleh Smith, Stanley, and Shores, namun model ini berbeda dengan rekayasa model administratif. Model grass roots diawali oleh para guru, pembina sekolah dengan mengabaikan metode pembuatan keputusan kelompok secara demokratis dan dimulai dari bagian-bagian yang lemah kemudian diarahkan untuk memperbaiki kurikulum tertentu secara spesifik atau bagian-baguan tertentu.50 sehingga model grass root ini merupakan lawan dari model yang pertama yakni upaya pengembangan kurikulum bukan datang dari atas tapi dari bawah. c. Model Demontrasi Model demontrasi pada awalnya dirancang untuk memperkenalkan inovasi kurikulum dalam skala kecil, yaitu hanya mencakup suatu atau beberapa sekolah saja,51 tapi selanjutnya kurikulum ni mendapatkan sanggahan dari kalangan perguruan tinggi dan masyarakat hal itu dikarenakan adanya upaya untuk menerapkannya dalam program yang luas. d. Beauchamp’s System Model rekayasa kurikulum yang lain adalah model Beauchamp, sesuai dengan nama dari penciptanya, seorang ahli 49 Rusman. op. cit. h.79 Ibid., h.80 51 Ibid., h.81 50 31 kurikulum bernama Beauchamp menurutnya untuk merancang sebuah kurikulum harus ditempuh lima langkah berikut: e. Pertama, menentukan terlebih dahulu lokasi atau wilayah yang ditentukan sesuai dengan skala pengembangan kurikulum yang telah direncanakan. Bila kurikulum yang ingin dikembangkan berskala makro atau Nasional, wilayah atau lokasi yang akan dijadukan pilot projek adalah provinsi. Namun, seandainya bersifat daerah atau berskala mikro, kabupaten dapat dijadikan lokasi pilot projek. Penetapan arena ini ditentukan oleh wewenang yang dimliki oleh pengambil kebijaksanaan dalam pengambangan kurikulum. Kedua, menentukan personalia siapa saja yang akan ikut terlibat di dalam pengambangan kurikulum. Ketiga, mengorganisasikan personalia tersebut ke dalam lima tim, yang terdiri dari: tim pengembang kurikulum, tim peneliti kurikulum, tim penyusun kurikulum baru, tim perumus kriteria kurikulum, serta tim penyususn dan penulis kurikulum baru. Keempat, implementasi kurikulum. Pada tahap membutuhkan kesiapan dalam banyak hal, sepeti guru sebagai pelaksana kurikulum di kelas, fasilitas, siswa, dana, manajerial pimpinan sekolah atau administrator. Kelima dan merupakan langkah yang terakhir adalah mengevaluasi kurikulum. Beauchamp mengemukakan beberapa hal yang perlu dievaluasi, yakni: evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru, evaluasi terhadap desain kurikulum, evaluasi terhadap hasil belajar, dan evaluasi terhadap sistem dalam kurikulum.52 Taba’s Inverted Model Dalam kurikulum model Taba didalamnya terdapat lima langkah atau lima tahapan yaitu: Pertama mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru. Kedua menguji unit eksperimen. Ketiga mengadakan pengembangan revisi keseluruhan dan kerangka konsolidasi. kurikulum. Keempat Kelima implementasi dan diseminasi. 53 Kelima langkah atau tahapan di atas merupakan langkahlangkah yang harus dipenuhi ketika menggunakan pengembangan kurikulum model Taba. 52 53 Sukmadinata. op. cit., h.164 Ibid., h.167 32 f. Roger’s Interpersonal Relation Model Terdapat empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers yang dikutip oleh Nana Syaodih. Langkah pertama, pemilihan target dari sistem pendidikan. Langkah kedua, partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif. Langkah ketiga, pengembangan pengalaman kelompok yang intesif untuk satu kelas atau unit pelajaran. Keempat partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok. Perbedaan model Rogers dengan model lainnya adalah tidak adanya suatu perencanaan kurikulum tertulis tetapi hanya rangkaian kegiatan kelompok, hal itulah yang menjadi Ciri khas dari model Rogers.54 g. The Systematic Action-Research Model Pengembangan kurikulum dengan menggunakan Model penelitian Tindakan Sistematik yang dikembangkan oleh Smith, Stanley, and Shores mendasarkan pada asumsi bahwa perubahan kurikulum adalah perubahan sosial.55 yakni suatu proses yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa dan guru, struktur dan sistem sekolah, pola relasi personal dan kelompok antara sekolah dan masyarakat. Kurikulum ini dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat, para orang tua, tokoh masyarakat, pengusaha, siswa, guru, dan lain-lain. Dan diantara langkah-langkah dalam pengembangannya adalah: langkah pertama, mengadakan kajian secara saksama tentang masalah-masalah kurikulum,. Kedua implementasi dari keputusan yang diambil dalam tindakan pertama.56 h. Emerging Technical Models Model berdasarkan teknik yang sedang berkembang ini dicetuskan oleh Kirst dan Walker. Model ini muncul seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi, serta nilai-nilai bisnis 54 Ibid., h.167-168 Ibid., h.169 56 Ibid., h.170 55 33 dalam budaya industri. Dalam model ini tumbuhlah kecenderungankecenderungan baru yang didasarkan atas hal tersebut yaitu: The Behavioral Analysis Model, The system analysis model, The computer based model.57 The Behavioral Analysis Model, menekankan pada penguasaan perilaku atau kemampuan. Perilaku atau kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi suatu perilaku-perilaku yang sederhana yang tersusun secara hierarkis.The System Analysis Model, model ini berasal dari gerakan efisiensi bisnis. Model ini memiliki empat langkah, langkah pertama menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa, langkah kedua menyusun instrumen untuk menilai ketercapaian hasil-hasil belajar tersebut, langkah ketiga mengidentifikasi tahap-tahap ketercapaian hasil serta perkiraan biaya yang diperlukan, dan yang terakhir langkah keempat membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan. The Computer-Based Model, merupakan suatu model pengembangan kurikulum yang memanfaatkan komputer, yaitu dimulai dengan mengidentifikasi seluruh unit kurikulum, yang mana tiap unit telah memiliki rumusan-rumusan dan hasil-hasil yang diharapkan, selanjutnya siswa dan guru diminta untuk melengkapi pertanyaan tentang unit kurikulum tersebut dan setelah diadakan pengolahan yang disesuaikan dengan kemampuan dan hasil-hasil belajar yang dicapai siswa disimpan dalam komputer.58 C. Perubahan Dan Implementasi Kurikulum 1. Perubahan Kurikulum a. Konsep Perubahan Kurikulum Menurut Prof. Dr. S.Nasution, perubahan tidak selalu sama dengan perbaikan, akan tetapi perbaikan selalu mengandung perubahan. Perbaikan berarti meningkatkan nilai atau mutu. Perubahan pergeseran posisi kedudukan atau keadaan yang memungkinkan membawa perbaikan tetapi dapat juga memperburuk 57 58 Ibid., h.171 Ibid. 34 keadaan. 59 Seperti halnya anak yang pada mulanya tidak mengenal ganja, dapat berubah menjadi anak yang mengenal ganja lalu terlibat kejahatan. Maka perubahan disini tidak mengandung perbaikan. Namun sering juga diadakan suatu perubahan yang mengandung perbaikan. Perubahan seperti inilah yang selalu dikaitkan dengan nilai, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai atau mutu. Jadi perubahan yang menekankanpada peningkatan nilai atau mutu lebih sering disebut dengan perbaikan. Menurut para ahli sosiologi, perubahan terjadi dalam tiga fase, yakni fase inisiasi, yaitu taraf permulaan ide perubahan itu dilancarkan, dengan menjelaskan sifatnya, tujuan, dan luas perubahan yang ingin dicapai; fase legitimasi, saatnya orang menerima ide itu dan fase kongruesi, saat orang mengadopsinya, menyamakan pendapat sehingga selaras dengan pikiran para pencetus, sehingga tidak terdapat perbedaan nilai lagi antara penerima dan pencetus perubahan.60 Perubahan akan lebih berhasil bila dari pihak bawahan merasakan adanya kekurangan dalam suatu keadaan, sehingga timbul hasrat untuk memperbaikinya demi kepentingan bersama. Perubahan yang terjadi dari pihak atasan, biasanya tidak dapat bertahan lama, segera luntur dan hanya diikuti secara formal dan lahiriah. Apabila suatu perubahan dilakukan dengan cara melibatkan semua yang terlibat dalam perumusan masalah, pengumpul data, menguji alternatif, dan selajutnya mengambil kesimpulan berdasarkan percobaan, dianggap akan lebih mantap dan meresap di hati, cara seperti ini lebih efisien namun terlalu memakan waktu jangka panjang yang tidak efektif. Sehingga apabila ada perubahan dan perbaikan baru, yang lama ditinggalkan saja tanpa membekas.61 Dari paparan mengenai makna perubahan tersebut, untuk melakukan suatu perubahan dalam kurikulum tidak bisa dilakukan 59 Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).,h.122 Ibid., h.123 61 Ibid. 60 35 tanpa melakukan perubahan pada seluruh pihak-pihak yang terkait, dengan demikian perubahan harus dilakukan juga terhadap guru dan organisasi yang terkait. 1) Guru Perubahan kurikulum tidak akan dapat dilaksanakan tanpa perubahan pada guru sendiri. Seperti halnya manusia, guru juga seringkali tidak mudah untuk berubah, karena telah terbiasa dengan cara-cara yang lama, sehingga setiap terjadi perubahan maka akan mengganggu ketentramannya.62 Guru cenderung bersikap konservatif, sebab tugasnya terutama untuk melestarikan kebudayaan dengan menyampaikan pada generasi muda. 2) Mengubah Lembaga Atau Organisasi Dalam mengubah lembaga atau organisasi akan menghadapi kesulitan lain. Tiap organisasi mempunyai struktur sosial tertentu dan setiap orang mempunyai status tertentu dalam menjalankan peranannya. Sikap orang terhadap perubahan pun berbeda-beda, ada yang bersedia menerima, ada yang menentang dan ada pula yang acuh-tak acuh.63 Sehingga perubahan hanya akan terjadi apabila semua orang bekerja sama, untuk menciptakan suatu kerja sama, salah satu caranya adalah semua orang harus menyadari akan adanya masalah yang dihadapi yang mengharuskan adanya perubahan. b. Proses Perbaikan Kurikulum. Dalam melakukan perbaikan kurikulum terdapat beberapa proses yang perlu diperhatikan diantaranya adalah mengetahui tujuan perbaikan, mengenal situasi sekolah, mengenal kebutuhan siswa dan guru, mengenal masalah yang dihadapi sekolah, mengenal kompetensi 62 63 Ibid. Ibid. 36 guru, mengenal gejala sosial, mengetahui perkembangan dan aliranaliran dalam kurikulum. 64 2. Implementasi Kurikulum a. Konsep Implementasi Kurikulum Implementasi merupakan suatu proses penerapam ide, konsep, kebijakan ,atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap. Implementasi kurikulum juga dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis. Lebih lanjut lagi implementasi kurikulum dapat difahami sebagai suatu proses penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum ke dalam praktik pembelajaran atau aktivitas-aktivitas baru sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang di harapkan untuk berubah.65 Implementasi kurikulum dapat juga hanya berkenaan dengan salah satu kegiatan saja seperti pengajaran atau pembelajaran, latihan, evaluasi, dsb.66 Pembelajaran yang terjadi di dalam kelas merupakan tempat untuk melaksanakan dan menguji sebuah kurikulum sehingga di sinilah tempat pengimplementasian suatu kurikulum. Dalam kegiatan pembelajaran semua konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode, alat, dan kemampuan guru diuji dalam bentuk perbuatan, yang akan mewujudkan bentuk kurikulum yang nyata (actual curriculumcurriculum in action). Perwujudan konsep, prinsip, dan aspek-aspek kurikulum tersebut seluruhnya terletak pada kemampuan guru sebagai implementator kurikulum. Oleh karena itu, gurulah kunci pemegang pelaksana dan keberhasilan kurikulum. Gurulah yang 64 Ibid, h.131-138 E.Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah,(Jakarta:Bumi Aksara,2009),Cet.2,h.178-179 66 Nana Syaodih Sukmadinata dan Erliana Syaodih, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi,(Bandung:PT Refika Aditama,2012), h.31 65 37 bertindak sebagai perencana, pelaksana, penilai, dan pengembang kurikulum yang sebenarnya. Menurut Hasan yang dikutip oleh Rusman terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengimplementasian kurikulum, yaitu “Karakteristik kurikulum, strategi implementasi, karakteristik penilaian, pengetahuan guru tentang kurikulum, sikap terhadap kurikulum, dan keterampilan mengarahkan.” Sementara itu menurut Mars yang juga dikutif oleh Rusman terdapat lima elemen yang mempengaruhi implementasi kurikulum sebagai berikut: dukungan dari kepala sekolah, dukungan dari rekan sejawat guru, dukungan dari siswa, dukungan dari orang tua, dan dukungan dari dalam diri guru sebagai unsur yang utama.”67 Menurut Nana Syaodih yang dikutip oleh Rusman menyebutkan bahwa untuk mengimplemetasikan kurikulum sesuai dengan rancangan, dibutuhkan beberapa kesiapan, terutama kesiapan pelaksana. Sebagus apa pun desain atau rancangan kurikulum yang dimiliki, tetapi keberhasilannya tergantung pada guru.68 Implementasi kurikulum setidaknya dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: Karakteristik kurikulum; yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu kurikulum dan kejelasan bagi pengguna di lapangan. Strategi implementasi; yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi kurikulum, seperti diskusi profesi, seminar, penataran, loka karya, penyediaan buku kurikulum, dan kegiatan-kegiatan yang mendorong penggunaan kurikulum di lapangan. Karakeristik pengguna kurikulum; yang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap kurikulum, serta keampuannya untuk merealisasikan kurikulum dalam pembelajaran. 69 Sehingga yang dimaksud dengan implementasi kurikulum adalah suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan kurikulum 67 Rusman. op. cit., h.74 Ibid., h.75 69 Mulyasa. op. cit., h.179-180 68 38 dalam suatu aktivitas pembelajaran sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu. b. Model Implementasi Kurikulum Dalam buku Manajemen Kurikulum Rusman menjelaskan bahwa terdapat tiga model implementasi kurikulum yang dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan pengaplikasian kurikulum yaitu, Model Concern-based adaption model (CBAM), Model Leithwood, Model Tori.70 1) Model Concern-Based Adaption Model (CBAM) Model CBAM ini adalah sebuah model deskriptif yang dikembangkan melalui pengidentifikasian tingkat kepedulian guru terhadap sebuah inovasi kurikulum. Perubahan dalam inovasi ini ada dua dimensi, yakni tingkatan-tingkatan kepedulian terhadap inovasi serta tingkatan-tingkatan penggunaan inovasi.71 Perubahan yang terjadi merupakan suatu proses bukan peristiwa yang terjadi ketika program baru diberikan kepada guru, merupakan pengalaman pribadi, dan individu yang melakukan perubahan. 2) Model Leithwood Model ini memfokuskan kepada guru. Asumsi yang mendasari model ini adalah bahwa setiap guru mempunyai kesiapan yang berbeda, implementasi merupakan proses timbal balik, pertumbuhan dan perkembangan dimungkinkan adanya tahap-tahap individu untuk diidentifikasi.72 Inti dari model ini membolehkan para guru dan pengembang kurikulum mengembangkan profil yang merupakan hambatan untuk perubahan dan bagaimana para guru dapat mengatasi hambatan tersebut. 70 Rusman, op. cit., h.77 Ibid. 72 Ibid. 71 39 3) Model TORI Model ini dimaksudkan untuk menggugah masyarakat dalam mengadakan perubahan. Dengan model ini diharapkan adanya minat dalam diri guru untuk memanfaatkan perubahan. Esensi dari model TORI adalah: a) Menumbuhkan kepercayaan; b) Menumbuhkan dan membuka keinginan; c) Mewujudkan, dalam arti setiap orang bebas berbuat dan mewujudkan keinginannya untuk perbaikan; d) Saling ketergantungan dengan lingkungan. Inti dari model ini memfokuskan perubahan personal dan perubahan sosial.73 Model ini menyediakan suatu skala yang membantu guru untuk mengidentifikasi, bagaimana lingkungan akan menerima ide-ide baru sebagai harapan untuk mengimplemetasikan inovasi dalam praktik serta menyediakan beberapa petunjuk untuk menyediakan perubahan. 3. Evaluasi Kurikulum a. Konsep Evaluasi Kurikulum Evaluasi dapat difahami sebagai suatu proses pengumpulan informasi untuk membantu pengambil keputusan dan didalamnya terdapat perbedaan mengenai siapa yang dimaksudkan dengan pengambil keputusan.74 Sedangkan yang dimaksud dengan evaluasi kurikulum seperti yang diungkapkan oleh Tyler yang dikutip oleh Hamid Hasan menjelaskan bahwa evaluasi lebih berfokus pada upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar.75 Pengertian ini merupakan pengertian awal dari evaluasi kurikulum, karena apabila dilihat dari ruang lingkup evaluasi yang dikemukakan tyler memang sangat terbatas jika dilihat dari perkembangan bidang kajian ini pada saat sekarang. Selanjutnya Hamid Hasan juga mengutip konsep Evaluasi yang di berikan oleh Orient, yang mana Orient ini lebih menekankan pada 73 Ibid., h.78 Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2008),h. 33 75 Ibid., h.35 74 40 tujuan evaluasi, yaitu memberikan pertimbangan (judgement). Pertimbangan yang diberikan berdasarkan kriteria yang disepakati dan data yang diperoleh dari lapangan. Pertimbangan merupakan suatu proses intrapolasi yang harus dilakukan evaluator antara data yang dikumpulkan dengan apa yang diinginkan oleh kriteria. Jika data memenuhi apa yang diinginkan oleh kriteria maka objek evaluasi dapat dikatakan berhasil. Jika tidak maka dapat dikatakan belum atau tidak berhasil.76 Konsep evaluasi yang ditawarkan oleh Orient ini sama sekali tidak mempersoalkan ruang lingkup evaluasi sebagai suatu yang penting untuk dijadikan batasan dalam rumusan definisi. Selain konsep Evaluasi yang ditawarkan oleh Tyler dan Orient, Stufflebem dkk yang dikutip oleh Hamid Hasan juga menawarkan konsep evaluasi, mereka mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan suatu kegiatan yang menjadi bagian dari manajemen. Oleh karena itu evaluasi bertujuan untuk merumuskan apa yang harus dilakukan, mengumpulkan informasi, dan menyajikan informasi yang berguna untuk menetapkan alternatif keputusan.77 Pengertian evaluasi yang ditawarkan oleh kelompok ini menempatkan evaluasi sebagai suatu kegiatan yang menjadi bagian dari manajemen. Oleh karena itu evaluasi bertujuan untuk merumuskan apa yang harus dilakukan, mengumpulkan informasi, dan menyajikan informasi yang berguna untuk menetapkan alternatif keputusan. b. Model-Model Evaluasi Kurikulum Dalam melakukan evaluasi kurikulum, terdapat beberapa model yang dapat diterapkan diantaranya adalah, evaluasi model penelitian, evaluasi multivariasi.78 76 Ibid., h.36 Sukmadinata. op. cit., h.37 78 Ibid., h.185. 77 model objektif, dan model campuran 41 1) Evaluasi model penelitian Model evaluasi yang menggunakan model penelitian didasarkan atas teori dan metode tes psikologi serta eksperimen lapangan. Tes psikologis atau tes psikometrik pada umumnya mempunyai dua bentuk, yaitu tes intelegensi yang ditujukan untuk mengukur kemampuan bawaan, serta tes hasil belajar yang mengukur perilaku skolastik.79 Comparative approach dalam evaluasi. Merupakan salah satu pendekatan dalam evaluasi yang menggunakan eksperimen lapangan adalah mengadakan pembandingan antara dua macam kelompok anak, umpamanya yang menggunakan dua metode belajar yang berbeda. Kelompok pertama belajar membaca dengan metode global dan kelompok lain menggunakan metode unsur. Kelompok mana yang lebih baik atau lebih berhasil? Apakah keberhasilan metode tersebut dapat ditransfer ke metode lain? Rancangan penelitian lapangan ini membutuhkan persiapan yang sangat teliti dan rinci. Besarnya sampel, variable yang terkontrol, hipotesis, treatment, tes hasil belajar dan sebaginya, perlu dirumuskan secara tepat dan rinci.80 2) Evaluasi model objektif Evaluasi model objektif (model tujuan) berasal dari Amerika Serikat. Perbedaan model objektif dengan model komparatif adalah dalam dua hal. Pertama dalam model objektif, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari proses pengembangan kurikulum. Para evaluator juga mempunyai peranan menghimpun pendapat-pendapat orang luar tentang inovasi kurikulum yang dilaksanakan. Evaluasi dilakukan pada akhir pengembangan kurikulum, kegiatan penilaian ini sering disebut evaluasi sumatif. Dalam hal-hal tertentu sering evaluator 79 80 Ibid. Ibid., h. 186 42 bekerja sebagai bagian dari tim pengembang. Informasi-informasi yang diperoleh dari hasil penilaiannya digunakan untuk penyempurnaan inovasi yang sedang berjalan. Evaluasi ini sering disebut dengan evaluasi formatif. Kedua, kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain tapi diukur dengan seperangkat objektif (tujuan khusus). Keberhasilan pelaksanaan kurikulum diukur oleh penguasaan siswa akan tujuan-tujuan tersebut. Para pengembang kurikulum yang menggunakan sistem intruksional (model objektif) menggunakan standar pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Tujuan dari comparative approach adalah menilai apakah kegiatan yang dilakukan kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Oleh karena itu, kedua kelompok tersebut harus ekuivalen, tetapi dalam model objektif hal itu tidak menjadi soal.81 Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh tim pengembang model objektif yaitu: pertama ada kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum, kedua merumuskan tujuantujuan tersebut dalam perbuatan siswa, ketiga menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut, keempat Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan.82 3) Model Campuran Multivariasi Evaluasi model perbandingan (comparative approach) dan model Tylor dan Bloom melahirkan evaluasi model campuran multivariasi, yaitu strategi evaluasi yang menyatukan unsur-unsur dari kedua pendekatan tersebut.83 Strategi ini memungkinkan pembandingan lebih dari satu kurikulum dan secara serempak keberhasilan tiap kurikulum diukur berdasarkan kriteria khusus dari masing-masing kurikulum. 81 Ibid., h.185-186. Ibid., h.186. 83 Ibid., h.188. 82 43 Seperti halnya pada eksperimen lapangan serta usaha-usaha awal dari Tylor dan Bloom, metode ini pun terlepas dari proyek evaluasi. Metode-metode tersebut masuk ke bidang kurikulum setelah komputer dan program paket berkembang yaitu tahun 1960.84 Program paket berisi program statistik yang sederhana yang tidak membutuhkan pengetahuan komputer untuk menggunakannya. Dengan berkembangnya penggunaan komputer memungkinkan studi lapangan tidak dihambat oleh kesalahan dan kelambatan. Semua masalah pengolahan statistik dapat dikerjakan dengan komputer. Langkah-langkah model multivariasi adalah, pertama mencari sekolah yang berminat untuk dievaluasi/diteliti, kedua pelaksanaan program. Bila tidak ada pencampuran sekolah tekanannya pada partisipasi yang optimal, ketiga sementara tim menyusun tujuan yang meliputi semua tujuan dari pengajaran umpamanya dengan metode global dan metode unsur, dapat disiapkan tes tambahan, keempat Bila semua informasi yang diharapkan telah terkumpul, maka mulailah pekerjaan komputer, kelima tipe analisis dapat juga digunakan untuk mengukur pengaruh bersama dari beberapa variable yang berbeda.85 Model-model evaluasi kurikulum tersebut berkembang dari dan digunakan untuk mengevaluasi model atau pendekatan kurikulum tertentu. Model perbandingan lebih sesuai untuk mengevaluasi pengembangan kurikulum yang menekankan isi (content based curriculum), model tujuan lebih sesuai digunakan dalam pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan tujuan (Goal based curriculum)., model campuran dapat digunakan untuk 84 85 Ibid. Ibid. 44 mengevaluasi baik kurikulum yang menekankan isi, tujuan maupun situasi (Situation based curriculum).86 D. Penelitian Relevan Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Rian Wahyudi yang berjudul “Implementasi Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Di MTS Daarul Hikmah Pamulang”. Pendekatan yang digunakaan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif kualitatatif, tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui pengimplementasian KTSP pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di MTS Daarul Hikmah pada ranah perangkat pembelajaran, yakni pengembangan dokumen silabus dan RPP dan juga untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan guru Al-Qur’an Hadits di MTS Daarul Hikmah yang berbasis KTSP. Hasil dari penelitian ini adalah guru sudah mengimplementasikan KTSP dalam setiap proses pembelajarannya, mulai dari silabus dan RPP yang sudah mencerminkan konsep KTSP dan juga pelaksanaan pembelajaran di kelas yang sudah menerapkan pembelajaran berbasis CTL (contekstual teaching and learning) dan PAIKEM (pembelajaran aktif inovatif kreatif efektif dan menyenangkan), walaupun belum sepenuhnya nampak dalam setiap pembelajaran, hal itu dikarenakan fasilitas sekolah yang belum benar-benar mendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis CTL dan PAIKEM.87 Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah mengkaji tentang kurikulum. Metode yang digunakan dalam penelitian samasama menggunakan deskriptif kualitatif berdasarkan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi dan validitas data melalui triangulasi data dan triangulasi metode. 86 Ibid., h.189. Rian Wahyudi, “ Implementasi Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadis Di MTS Daarul Hikmah Pamulang” Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, tidak dipublikasikan. 87 45 Perbedaannya penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah dalam lokasi dan bidang kajiannya. Penelitian ini berlokasi di MTS Daarul Hikmah Pamulang sedangkan penulis melakukan penelitian di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro. Perbedaan lain adalah dilihat dari bidang kajiannya, jika penelitian ini mengkaji implementasi kurikulum KTSP dalam mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, sedangkan penelitian yang penulis kaji adalah respon perubahan kurikulum KTSP ke Kurikulum 2013. BAB III PERUBAHAN KTSP KEPADA KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP A. Perubahan KTSP Kepada Kurikulum 2013 1. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 Dalam buku pengembangan dan implementasi kurikulum Mulyasa menjelaskan bahwa landasan pengembangan kurikulum 2013 meliputi: a. b. c. d. 2. Landasan Filosofis 1) Filosofis pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan. 2) Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat. Landasan Yuridis 1) RPJMN 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang perubahan metodologi pembelajaran dan penataan kurikulum. 2) PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan INPRES Nomor 1 Tahun 2010, tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa. Landasan Konseptual 1) Relevansi pendidikan (link and match) 2) Kurikulum berbasis kompetensi, dan karakter 3) Pembelajaran kontekstual 4) Pembelajaran aktif 5) Penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh.1 Rasional Pengembangan Kurikulum Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena munculnya berbagai tantangan zaman yang harus dihadapi, baik tantangan dari segi internal maupun eksternal, selain itu untuk menghadapi berbagai tututan zaman diperlukan adanya tata kelola kurikulum yang lebih mendalam dengan tambahan perluasan materi. 1 E,Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya,2014),Cet.IV,h.64-65 46 47 a. Tantangan Internal Tantangan internal ini berhbungan dengan 8 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan yang berpengaruh terhadap kualitas masyarakat Indonesia. 2 Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia. Dilihat dari pertumbuhan penduduk di Indonesia, masyarakat Indonesia saat ini sedang memiliki jumlah usia produktif yang cukup tinggi, yang mana dengan tingginya usia produktif di Indonesia haruslah ditunjang dengan pendidikan yang bermutu, dan pendidikan yang bermutu haruslah di barengi dengan kurikulum yang berkualitas, untuk itu maka dibutuhkan pengembangan kurikulum yang mampu membawa pendidikan indonesia ke arah yang lebih maju, sehingga menghasilkan masyarakat yang memiliki kualitas tinggi.3 b. Tantangan Eksternal Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan dengan perkembangan arus globalisasi dan berbagai masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional.4 Tantangan selanjutnya adalah pendidikan di Indonesia yang terlalu menekankan pada aspek kognitif, yang hanya memerlukan kemampuan kognitif mengingat menjadi hasil belajar yang dominan, sedangkan kemampuan menerapkan apa yang sudah dipelajari di sekolah di masyarakat dan kemampuan berpikir kreatif sebagai dasar 2 E. Mulyasa, Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013 (Jadilah Guru Profesional Atau Tidak Sama Sekali, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2014),h.22-24. 3 Kemendikbud, “Naskah Akademik Pengembangan Kurikulum”, Naskah Akademik Kemendikbud, Jakarta, 2013,h.18, tidak dipublikasikan. 4 Ibid., h.20. 48 bagi kemampuan kreativitas baik dalam ilmu maupun dalam aspek kehidupan kurang mendapat perhatian yang cukup dalam kurikulum.5 Tantangan eksternal lainnya berupa fenomena negatif yang mengemuka antara lain terkait dengan masalah perkelahian pelajar, masalah narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam ujian, dan gejolak sosial di masyarakat (social unrest). Permasalahan sosial merupakan hal yang selalu harus mendapat perhatian kurikulum dan berpengaruh terhadap kurikulum.6 c. Penyempurnaan Pola Pikir Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud apabila terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir. Laporan BSNP (badan standar nasional pendidikan) tahun 2010 dengan judul Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI menegaskan bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam menghadapi masa depan perlu dilakukan perubahan paradigma pembelajaran melalui pergeseran tata cara penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pembelajaran di dalam kelas atau lingkungan sekitar lembaga pendidikan tempat siswa menimba ilmu.7 Pergeseran itu meliputi proses pembelajaran sebagai berikut: Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa, Dari satu arah menuju interaktif, Dari isolasi menuju lingkungan jejaring, Dari pasif menuju aktif-menyelidiki, Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata, Dari pribadi menuju pembelajaran berbasis tim, Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan, Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru, Dari alat tunggal menuju alat multimedia, Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif, Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan, Dari usaha sadar tunggal menuju jamak, Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak, Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan, 5 Ibid., h.25. Mulyasa. op. cit. h.61 7 BNSP, Laporan BNSP tahun 2010. diakses tanggal 08/12/2014 (http://www.bsnpindonesia.org/id) 6 49 Dari pemikiran faktual menuju kritis, Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.8 Untuk melakukan suatu pergeseran pola pikir dalam dunia pendidikan, kurikulum, tentunya diperlukan adanya perubahan dalam segi sehingga disini perubahan kurikulum sangatlah dibutuhkan. 3. Tujuan Perubahan Tujuan pengembangan Kurikulum 2013 terutama adalah untuk mengatasi masalah dan tantangan berupa kompetensi riil yang dibutuhkan oleh dunia kerja, globalisasi ekonomi pasar bebas, membangun kualitas manusia Indonesia yang berakhlak mulia, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.9 Pada hakikatnya pengembangan Kurikulum 2013 adalah upaya yang dilakukan salah satu elemen pendidikan, yaitu kurikulum untuk memperbaiki kualitas hidup dan kondisi sosial bangsa Indonesia secara lebih luas. 10 Jadi, pengembangan kurikulum 2013 bukan hanya berkaitan dengan persoalan kualitas pendidikan saja, melainkan kualitas kehidupan seluruh bangsa Indonesia secara umum. 4. Elemen-Elemen Perubahan a. Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum Salah satu hal yang dilakukan dalam perumusan dan pengembangan Kurikulum 2013 adalah dengan penyempurnaan pola pikir. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyatakan bahwa perumusan Kurikulum 2013 ini berbeda dari kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Jika kedua kurikulum tersebut standar kelulusan diturunkan dari standar isi, maka pada Kurikulum 2013 8 Kemendikbud. op. cit., h.27-32. Mulyasa., h.65 10 Kemendikbud, “Informasi Kurikulum Untuk Kemendikbud, Jakarta, 2013 ,h.6, tidak dipublikasikan. 9 Masyarakat”, Naskah Akademik 50 standar kelulusan diturunkan dari kebutuhan riil anak didik dan kehidupan sosial masyarakat sekarang dan nanti. Dengan kata lain, pada KBK dan KTSP kompetensi diturunkan dari matapelajaran, sedangkan pada Kurikulum 2013 matapelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai.11 Selain itu, KBK dan KTSP lebih memberikan penekanan pada mata pelajaran (subject matter), padahal yang dituju adalah penguasaan kompetensi. Hal tersebut terlihat dari pemisahan matapelajaran untuk membentuk kompetensi berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu.12 Di sisi lain, Kurikulum 2013 sekarang lebih diarahkan supaya semua matapelajaran dapat secara integratif dan tematik menunjang kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan bersama-sama. Jadi tidak ada lagi mata pelajaran yang saling terpisah-pisah satu sama lain, melainkan banyak mata pelajaran yang ditujukan untuk menunjang beberapa kompetensi secara integratif. b. Standar Kompetensi Lulusan Secara umum standar kompetensi lulusan yang dirumuskan dalam Kurikulum 2013 diambil dari analisis kebutuhan anak didik dan keadaan sosial atau realitas sosial. Standar kompetensi lulusan Kurikulum 2013 dibagi menjadi tiga kategori kemampuan atau kompetensi, yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Baik pada jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), maupun Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejurusan (SMK).13 11 Ibid. Masnur Muslich, KTSP (Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),Cet.V,h.18-21 13 Kemendikbud. op. cit., h.10. 12 51 c. Penguatan Isi/Materi Pembelajaran Berdasarkan pada analisis yang sudah dibuat oleh Tim Pengembang Kurikulum 2013, maka penguatan materi atau isi Kurikulum 2013 antara lain adalah dengan: 1) mengevaluasi ruang lingkup materi yang diberikan, berupa meniadakan materi yang tidak esensial dan atau tidak relevan bagi siswa, mempertahankan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa, dan menambah materi yang dianggap penting dalam perbandingan internasional; 2) mengevaluasi kedalaman atau tingkat kesulitan materi sesuai dengan tuntutan perbandingan internasional; dan 3) menyusun kompetensi dasar yang sesuai dengan materi yang dibutuhkan.14 d. Penguatan Proses Pembelajaran Pertimbangan utama pada penguatan proses pembelajaran didasarkan pada analisis kompetensi yang dibutuhkan di abad ke-21. Intinya adalah: kehidupan di abad ke-21 adalah dunia yang selalu berubah tiap menit dan detik, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sudah begitu pesatnya dan mengisi semua sendisendi kehidupan manusia, realitas globalisasi ekonomi, budaya, dan lainnya yang diperantarai oleh media. Oleh karena itu, dalam kehidupan sosial dan dunia kerja diperlukan kompetensi individu yang: 1) fleksibel dan adaptif terhadap perubahan; 2) memiliki inisiatif dan mandiri; 3) memiliki keterampilan sosial dan budaya; 4) produktif dan akuntabel; 5) memilik jiwa kepemimpinan dan bertanggungjawab; 6) memiliki kemampuan belajar sepanjang hayat dan inovasi; dan 7) melek media, teknologi, dan informasi. Oleh karena itulah terjadi perubahan proses pembelajaran yang cukup signifikan. Bila dalam KBK dan KTSP pengetahuan mengenai TIK itu diajarkan sebagai mata pelajaran, maka dalam Kurikulum 2013 TIK menjadi bagian melekat dari setiap proses pembelajaran.15 Hal tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran di kelas dan sekolah tidak cukup hanya melalui peningkatan pengetahuan saja, 14 15 Ibid., h.11. Ibid., h.16. 52 melainkan juga harus dilengkapi dengan kemampuan kritis dan kreatif, berkarakter kuat, yakni individu yang bertanggungjawab, berjiwa sosial tinggi, toleran, produktif, adaptif terhadap perubahan, dan lainnya, serta didukung oleh kemampuan memanfaatkan teknologi, informasi, dan media. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain adalah: 1) mempersiapkan tenaga pendidik dan kependidikan melalui pelatihan dan juga dukungan infrastruktur; 2) memungkinkan pendidikn untuk berkolaborasi, berbagi pengalaman, dan mengintegrasikannya di ruang kelas; 3) memungkinkan siswa untuk belajar banyak hal yang relevan dengan konteks dunia sekitar yang selalu berkembang; dan 4) mendukung keterlibatan komunitas dalam pembelajaran, baik pembelajaran langsung (tatap muka) maupun online.16 e. Penguatan Penilaian Pembelajaran Pada penguatan penilaian pembelajaran juga didasarkan pada analisis kemampuan yang diperlukan di abad ke-21. Agar dapat menunjang proses pembelajaran dan pencapaian kompetensi yang dibutuhkan, maka penilaian yang digunakan bukan hanya berupa tes saja, baik berupa tes formatif maupun tes sumatif, melainkan juga penilaian lain termasuk portofolio siswa, menekankan pada pemanfaatan umpan balik berdasarkan kinerja yang ditunjukkan oleh siswa, dan memperbolehkan pengembangan portofolio siswa.17 Halhal yang dinilai antara lain adalah: “(1 tingkat kemampuan berpikir siswa dari tingkat rendah sampai tinggi; (2 menekankan pada pemberian pertanyaan yang membutuhkan pemikiran mendalam (bukan sekadar hafalan semata); (3 mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa; dan (4 menggunakan portofolio pembelajaran siswa”.18 16 Ibid. Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 (Kajian Teoritis dan Praktik), (Bandung: Interes, 2014),h.41 18 Kemendikbud. op. cit., h.13. 17 53 f. Pembagian Peran Guru dan Pemerintah Pada Kurikulum 2013 peran pemerintah lebih dominan, sedangkan peran guru dikurangi. Dengan kata lain, kewenangan guru dalam menyusun silabus dikembalikan pada pemerintah, jadi pemerintah pusat sudah melengkapi Kurikulum 2013 sampai pada silabus yang akan diimplementasikan di kelas oleh para guru di sekolah-sekolah, sehingga guru tidak perlu menghabiskan waktu dengan menyusun silabus atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Inilah alasannya mengapa Kurikulum 2013 dikatakan lebih meringankan beban guru. Selain itu, dikarenakan Kurikulum 2013 adalah kurikulum nasional, maka pihak pemerintah daerah berhak dan berwenang untuk menyusun kurikulum daerah yang di dalamnya antara lain dapat memuat materi bahasa daerah, budaya daerah, dan sejenisnya.19 Mata pelajaran bahasa daerah tidak dimunculkan dalam struktur Kurikulum 2013 karena kalau dimunculkan akan memberikan kesan sebagai konsekuensi “wajib” bagi semua sekolah di seluruh wilayah Indonesia. Padahal, sangat mungkin banyak dari sekolah atau daerah yang tidak mengajarkan bahasa daerah. Jadi posisi bahasa daerah dalam Kurikulum 2013 jelas menjadi wewenang Pemerintah Daerah sesuai dengan bunyi pasal 42 UU No.24 Tahun 2009 tentang Bendera dan Bahasa Nasional. 20 B. Struktur Kurikulum Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1. Perubahan Struktur Kurikulum Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Struktur kurikulum pengorganisasian konten merupakan dalam suatu suatu aplikasi sistem belajar konsep dan pengorganisasian beban belajar dalam sebuah sistem pembelajaran. Pengorganisasian sistem balajar yang digunakan dalam kurikulum yang 19 20 Mulyasa, op. cit., h.80-81 Kemendikbud. op. cit., h.13. 54 akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban balajar dalam pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.21 Dalam perubahan struktur kurikulum di Sekolah Menengah Pertama (SMP), proses pembentukannya tidaklah mudah, tapi proses tersebut membutuhkan beberapa tahapan pembentukan, dengan berbagai macam masukan, pertimbangan dan usulan dari berbagai pihak sampai akhirnya terbentuklah kurikulum suatu yang baru. Dan untuk lebih memudahkan dalam pemahamannya disini penulis akan menampilakan bagaimana proses tersebut dalam bentuk tabel. Tabel 3.1 Usulan Rancangan Struktur Kurikulum SMP22 Usulan Rancangan Struktur Kurikulum SMP No Komponen Rancangan 1 Disusun berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki peserta didik 2 3 4 5 6 7 21 22 SMP dalam ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan Menggunakan mata pelajaran sebagai sumber kompetensi dan subtansi pelajaran Menggunakan pendekatan sains dalam proses pembelajaran (mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, mencipta) semua mata pelajaran. Meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil 12 dapat dikurangi menjadi 10 melalui pengintegrasian beberapa mata pelajaran: a. TIK menjadi sarana pembelajaran pada semua mata pelajaran, tidak berdiri sendiri. b. Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni budaya dan prakarya. c. Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua mata pelajaran IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science dan integrative social studies, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Keduanya sebagai pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berfikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan penggunaan sikap peduli dalam bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. Bahasa ingris diajarkan untuk membentuk ketrampilan berbahasa Menambah 6 jam pelajaran per minggu sebagai akibat dari perubahan pendekatan proses pembelajaran dan proses penilaian. Majid. op. cit. h.53 Tabel ini diadopsi dari Mulyasa. op. cit., h. 88-89. 55 Selanjutnya setelah menampilkan bagaimana rancangan dari struktur kurikulum SMP pada tabel 2.1 maka pada tabel 2.2,2.3 dan 2.4 akan mensajikan bagaimana proses perubahan struktur kurikulum sampai menjadi kurikulum SMP yang baru. Tabel 3.2 Struktur Kurikulum Lama23 Komponen Alokasi Waktu Minimal Per Minggu (JP) VII VIII IX A . Mata Pelajaran 23 1 Pen. Agama 2 2 2 2 Pen. Kewarganegaraan 2 2 2 3 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 Matematika 4 4 4 5 IPA 4 4 4 6 IPS 4 4 4 7 Bahasa Ingris 4 4 4 8 Seni Budaya 2 2 2 9 Pend. Jasmani, OR & Kes 2 2 2 10 Keterpil/Tekno. Inform & Komu. 2 2 2 B. Muatan Lokal 2 2 2 C. Pengembangan Diri 2* 2* 2* Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 32* 32 32 Tabel ini diadopsi dari Mulyasa. op. cit., h.89. 56 Tabel 3.3 Usulan Struktur Kurikulum Baru24 Komponen Kelompok A 1 Pen. Agama 2 Pen. Pancasila & Kewarganegaraan 3 Bahasa Indonesia 4 Matematika 5 IPA 6 IPS 7 Bahasa Ingris Kelompok B 1 Seni Budaya (Termasuk Muatan Lokal) 2 Pend Jasmani, OR & Kes. (termasuk muatan lokal) 3 Prakarya (termasuk muatan lokal) Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu Alokasi Waktu Minimal Per Minggu (JP) VII VIII IX 2 3 6 5 5 4 4 2 3 6 5 5 4 4 2 3 6 5 5 4 4 3 3 3 3 3 3 3 38 3 38 3 38 Demikianlah proses dari usulan dan penataan kurikulum yang terjadi dalam pengembangan kurikulum SMP, dan setelah melihat masukan dari beberapa pihak; akhirnya dirumuskanlah struktur kurikulum sekolah menengah pertama (SMP) sebagai berikut: Tabel 3.4 Struktur Kurikulum Baru (2013) 25 Komponen No Komponen Kelompok A 1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 2 PPKn 3 Bahasa Indonesia 4 Matematika 5 IPA 6 IPS 7 Bahasa Ingris 24 25 Ibid. Tabel ini diadopsi dari Majid. op. cit., h.54 Alokasi Waktu Minimal Per Minggu (JP) VII VIII IX 3 3 6 5 5 4 4 3 3 6 5 5 4 4 3 3 6 5 5 4 4 57 Komponen No Komponen Kelompok B 8 Seni Budaya & Prakarya (termasuk muatan lokal*) 9 Pend. Jasmani, OR & Kes (termasuk muatan lokal) 10 Prakarya (termasuk mulok) Jumlah * Muatan lokal dapat memuat bahasa daerah. Alokasi Waktu Minimal Per Minggu (JP) VII VIII IX 3 3 3 3 3 3 2 38 2 38 2 38 Selanjutnya perubahan struktur kurikulum untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) disusun berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki anak didik SMP dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Selain itu pendekatan saintik digunakan dalam proses pembelajaran, meliputi aktivitas mengamati, bertanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta, pada semua matapelajaran.26 Apabila melihat tabel di atas maka akan terlihat bahwa telah terjadi pengurangan dalam mata pelajaran, yaitu dari yang awalnya berjumlah 12 (duabelas) mata pelajaran menjadi hanya 10 (sepuluh) matapelajaran. Selain itu pengintegrasian matapelajaran juga dilakukan, pada matapelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK), yang menjadi sarana pembelajaran pada semua matapelajaran, dan mata pelajaran seni budaya dan prakarya masuk kedalam muatan lokal, dan matapelajaran pengembangan diri diintegrasikan ke semua matapelajaran. Khusus untuk matapelajaran IPA dan IPS dikembangkan sebagai matapelajaran sains terintegrasi (integrative science) dan kajian sosial terintegrasi (integrative social studies) bukan sebagai disiplin ilmu. Keduanya sebagai pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pembangunan sikap peduli dan bertanggungjawab terhadap lingkungan sosial dan alam. Selain itu sebagai konsekuensi pengurangan matapelajaran, maka tiap minggu 26 Kemendikbud. op. cit., h.17. 58 ditambah 6 (enam) jam pelajaran guna mengakomodasikan adanya perubahan proses pembelajaran yang lebih aktif.27 2. Perbedaan Antara KTSP Dan Kurikulum 2013 Di SMP Setelah sebelumnya penulis memberikan gambaran bagaimana proses perubahan dalam struktur kurikulum di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam tabel 2.1,2.2,2.3 maka sekarang penulis akan memberikan penjelasan mengenai bagaimana perbedaan antara kurikulum lama (KTSP 2006) dengan kurikulum baru (Kurikulum 2013) dalam tabel 2.4, diantara perbedaannya adalah sebagai berikut: Tabel 3.5 Perbedaan Esensial Kurikulum SMP28 KTSP 2006 Mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi tertentu Mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar sendiri Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan Tiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang berbeda TIK adalah mata pelajaran Kurikulum 2013 Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi (sikap, keterampilan, pengetahuan) Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan lain dan memiliki kompetensi inti tiap kelas. Bahasan Indonesia sebagai alat komunikasi carrier of knowledge Semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama, yaitu pendekatan saintik melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar,… TIK merupakan sarana pembelajaran, dipergunakan sebagai media pembelajaran mata pelajaran lain. Dalam tabel di atas dapat terlihat perbedaan antara kurikulum lama (KTSP) dan kurikulum baru (Kurikulum 2013), diantara perbedaan yang dapat terlihat adalah, dalam KTSP suatu mata pelajaran hanya mendukung satu kompetensi tertentu sedangkan dalam kurikulum 2013 semua mata pelajaran mendukung semua kompetensi, mulai dari kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Selanjunya bahasa 27 28 Ibid. Tabel ini diadopsi dari Mulyasa. op. cit., h.172. 59 indonesia yang pada awalnya dirancang sebagai suatu pengetahuan, dalam Kurikulum 2013 menjadi alat komunikasi. C. Perubahan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbicara tentang perubahan kurikulum pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam kurikulum baru atau kurikulum 2013, perubahannya dapat terlihat pada tabel 2.2, 2.3 dan 2.4. Dalam tabel tersebut jelas terlihat adanya perubahan pada penamaan pelajaran PAI, yang awalnya dinamai dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kemudian berubah menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Selanjutnya adanya perubahan pada jumlah jam pelajaran, yaitu adanya penambahan jam pelajaran, yang awalnya pada kurikulum KTSP jumlah setiap kali pertemuannya 2 jam pelajaran, dalam kurikulum 2013 bertambah menjadi 3 jam pelajaran dalam setiap pertemuan. Hal ini berpengaruh terhadap bobot jam pelajaran setiap minggunya, yang awalnya pada KTSP bobot jam pelajaran PAI dalam satu minggu 4 jam pelajaran pada kurikulum 2013 bobot jam pelajarannya menjadi 6 jam pelajaran, Terjadinya beberapa perubahan tersebut merupakan suatu keuntungan yang cukup besar bagi para pengajar di bidang agama, karena dengan bertambahnya jam pelajaran di setiap minggunya, maka akan lebih memaksimalkan para guru PAI dalam melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Dengan penambahan jumlah jam pelajaran ini pun diharapkan tujuan pendidikan yang tertera dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 bab II pasal 3 dapat tercapai.29 Perubahan lainnya yang terdapat dalam kurikulum 2013 adalah adanya penginterasian TIK (teknologi informasi dan komunikasi) dalam setiap pembelajaran. Pengintegrasian TIK dalam setiap pembelajaran merupakan suatu pembaharuan dari kurikulum 2013. Pengintegrasian ini pun memberikan keuntungan pada proses pembelajaran PAI. Dengan adanya pengintegrasian TIK dalam pembalajaran PAI maka guru PAI memiliki 29 Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3. 60 keleluasaan untuk menggunakan TIK sebagai media dalam pembelajaran. Hal ini merupakan suatu bentuk kemajuan dalam pembelajaran PAI, yang awalnya pembelajran PAI lebih didominasi dengan pembelajaran yang bersifat konvensional atau ceramah, sekarang dengan adanya media TIK, maka proses pembelajaran akan lebih menarik. Selain itu, media TIK juga merupakan suatu media yang dapat memberikan suatu pengalaman yang lebih dan dapat menambah ilmu pengetahuan baru. Selain adanya pengintegrasian TIK dalam seluruh mata pelajaran yang memberikan pengaruh terhadap pembelajaran PAI, hal lainnya dalam kurikulum 2013 yang memberikan dampak terhadap pembelajaran PAI adalah adanya pendekatan baru yang disebut dengan pendekatan scientific atau dikenal juga dengan pendekatan keterampilan proses sains. Pendekatan scientific yaitu suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang meliputi aktivitas mengamati, bertanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. 30 Dari sini dapat dipahami bahwa pelajaran agama tidak haruslah selalu mendengarkan ceramah yang disajikan oleh guru tetapi dalam pembelajaran agamapun harus dapat membuat siswa lebih aktif. Perubahan lainnya yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang berpengaruh terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah, Standar Kompentensi lulusan (SKL) diawali dengan setiap lulusan memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman dan berakhlak mulia. Demikian juga dalam Kompetensi Inti yang kesatu pada semua mata pelajaran yang diawali dengan kalimat menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya, hal ini senada dengan apa yang dinyatakan oleh Direktur Pendidikan Agama Islam yang menyatakan bahwa kurikulum 2013 merupakan milik guru pendidikan agama Islam.31 Perubahan pada kurikulum 2013 merupakan sebuah titik terang bagi pendidikan keagamaan, dengan adanya SKL yang lebih mendukung terhadap 30 Kemendikbud. op. cit., h.17. Mumu Jajulu, Kurikulum 2013 Milik Guru Pendidikan Agama Islam, jurnal Direktorat Pendidikan Agama Islam,2013 diakses tanggal Minggu/16/11/2014 (www.pendis.kemenag.go.id) 31 61 perkembangan pribadi keagamaan pada siswa. Sehingga sekarang bukan hanya guru agama sajalah yang bertanggung jawab atas pembentukan pribadi keagamaan siswa tetapi semua guru juga harus ikut terlibat dalam pendidikan keagamaan siswa. Ditambah lagi bahwa dalam kurikulum 2013 setiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa mulai dari kompetensi paedagogik, afektif dan psikomotorik, sehingga setiap guru bukan hanya bertanggung jawab untuk memberikan sekedar pengetahuan keagamaan saja pada siswa, tetapi juga harus mampu membentuk pribadi siswa yang beragama. Hal inilah yang memang menjadi acuan dari pembentukan kurikulum 2013, karena salah satu alasan dari dibentuknya kurikulum 2013 adalah adanya tantangan eksternal berupa fenomena negatif yang terkait dengan masalah perkelahian pelajar, masalah narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam ujian, dan gejolak sosial di masyarakat (social unrest), dan semua permasalahan itu muncul karena kurangnya jiwa keberagamaan dalam pendidikan, sehingga dengan adanya kurikulum 2013 diharapkan dapat menjawab semua tantangan tersebut.32 Melihat berbagai perubahan dalam kurikulum 2013 di atas yang lebih banyak memberikan implikasi positif dalam pembelajaran keagamaan, maka guru agama dituntut untuk mampu mengaplikasikan kurikulum 2013 dengan baik. Dengan memperhatikan bagaimana pemerintah memberikan banyak keuntungan pada mata pelajaran PAI, pemerintah benar-benar berharap bahwa dengan banyaknya perubahan yang lebih memberikan keuntungan terhadap mata pelajaran PAI, pembelajaran keagamaan ini diharapkan mampu menjawab tantangan zaman, karena dengan berubahnya zaman dan bertambahnya ilmu pengetahuan jika tidak dibarengi dengan keagamaan yang kuat maka semuanya akan sia-sia saja. Seperti yang dikatakan oleh Rahmadi (ketua DPD AGPAII (Asosiasi guru Pendidikan Agama Islam Indonesia) menyatakan bahwa guru agama disebut sebagai ujung tombak dalam pengimplementasian kurikulum 2013. 32 Mulyasa. op. cit., h.61 62 Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dituntut untuk memiliki kompetensi lebih dibandingkan dengan para pendidik lainnya, bukan hanya empat kompetensi yang harus dimiliki seperti kompetensi paedagogik, professional, kepribadian, dan sosial saja tetapi dibutuhkan kompetensi managerial/kepemimpinan. Sebab tugas dari guru Pendidikan Agama Islam bukan hanya mencerdasakan intelektual peserta didik, tetapi juga bertugas untuk mencerdasakan emosional dan spiritualnya. 33 33 Rahmadi, Guru PAI DAN Implementasi Kurikulum 2013, diakses tanggal Minggu 16/11/2014 (kalsel .kemenag. go. id/ file/ file/ Jurnal) BAB IV RESPON PERUBAHAN KURIKULUM PAI DI SMPI AL-AZHAR 3 BINTARO A. Profil Sekolah 1. Identitas Sekolah Nama Sekolah : SMP ISLAM AL AZHAR 3 Penyelenggara : Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar No. Statistik Sekolah : 202280311011 Tipe Sekolah : B2 Alamat Sekolah : Jl. Bonjol No.9 Pondok Karya (Kecamatan) PONDOK AREN (Kota Madya) TANGERANG SELATAN (Propinsi) BANTEN Telepon/HP/Fax : (021) 7343241/7343245 Alamat E-mail : [email protected] Status Sekolah : SWASTA Nilai Akreditasi Sekolah (2012): 97,71 (Kategori A).1 2. Visi, Misi, Motto, Dan Tujuan Sekolah a. Visi Sekolah Pendidikan Imtaq dan Iptek Berwawasan Global2 b. Misi Sekolah 1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki. 2) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah 1 2 Dokumentasi administrasi SMPI Al-Azhar 3 Bintaro, tanggal 13 November 2014 Ibid. 63 64 3) Mendorong dan membantu setiap peserta didik untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal 4) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam dan budaya bangsa, sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak 5) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan komite sekolah 6) Mendorong dan menumbuhkan semangat berprestasi, belajar dan bekerja keras dalam mewujudkan perilaku yang berprestasi dalam olahraga 7) Menumbuhkembangkan kepercayaan pada diri peserta didik agar berlaku disiplin dan memiliki budi pekerti yang luhur sesuai dengan ajaran agama Islam dan budaya bangsa.3 c. Motto Sekolah Kuat Akidah, unggul prestasi dan luhur perilaku 1) Indikator Motto a) Kuat aqidah : (1) Jujur dalam ucapan dan tindakan (2) Disiplin beribadah (3) Berpakaian secara islami b) Unggul prestasi (1) Unggul dalam peningkatan perolehan nilai UN (2) Unggul dalam berbagai lomba bidang studi atau Olimpiade Matematika dan Sains Nasional (3) Unggul dalam berbagai Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) (4) Unggul dalam kegiatan keagamaan (5) Unggul dalam prestasi olahraga (6) Unggul dalam prestasi kesenian 3 Ibid. 65 c) Luhur perilaku (1) Menebar salam (2) Disiplin dan tanggungjawab dalam melaksanakan tugas (3) Menghormati sesama (4) Ramah (bermuka manis dan murah senyum) (5) Berpenampilan sopan, simpatik dan empatik4 d. Tujuan Sekolah Memberikan pendidikan kepada seluruh murid sesuai dengan visi dan misi sekolah dengan mengacu pada visi dan misi Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar.5 Sekolah Menengah Pertama Islam A-Azhar 3 Bintaro atau yang sering disingkat menjadi Albin 3 merupakan sekolah menengah pertama yang menitikberatkan pada pendidikan keislaman, hal ini dapat terlihat dari visi, misi dan motto sekolah yang mencerminkan pendidikan keislaman bagi siswa-siswanya. 3. Staf Pengajar SMPI Al-Azhar 3 Bintaro Berdasarkan data hasil studi dokumenasi, berikut data staf pengajar SMPI Al-Azhar 3 Bintaro ditinjau dari latar belakang pendidikan. Tabel 4.1 Staf Pengajar SMPI Al-Azhar 3 Bintaro ditinjau dari latar belakang pendidikan.6 Latar Belakang Pria Wanita Jumlah S3 - - - S2 3 1 4 S1 16 10 29 Total 19 11 30 Pendidikan 4 Ibid. Ibid. 6 Ibid. 5 66 Dari data diatas dapat terlihat bahwa staf pengajar di SMPI AlAzhar 3 Bintaro yang seluruhnya berjumlah 30 orang telah memenuhi kualifikasi sebagai tenaga pendidik dengan staf pengajar berpendidikan S1 sebanyak 26 orang dan pengajar berpendidikan S2 sebanyak 4 orang. Untuk melaksanakan pembelajaran PAI, SMPI Al-Azhar 3 Bintaro memiliki 3 orang guru dengan kompetensi sesuai, guru pertama merangkap jabatan sebagai Wakil Kepala Sekolah mengajar dikelas 8 BD dan 9 BD yang merupakan kelas Billingual, guru kedua mengajar di kelas 8 ACE dan 9 ACE yang merupakan kelas reguler, dan guru ketiga mengajar di kelas 7 ABCDE atau seluruh kelas 7 di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro.7 4. Jumlah Peserta didik SMPI Al-Azhar 3 Bintaro Data hasil studi dokumentasi menunjukkan jumlah peserta didik SMPI Al-Azhar 3 Bintaro periode 2014-2015 adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Jumlah Peserta didik SMPI Al-Azhar 3 Bintaro Tahun Ajaran 2014-20158 KLS A B C D E Jumlah L P L P L P L P L P 7 22 13 21 12 15 18 17 18 17 17 170 8 18 17 11 20 19 15 13 20 19 15 167 9 23 11 11 23 26 8 15 20 15 20 172 Total 63 41 43 55 60 41 45 58 51 52 509 Jumlah peserta didik pria : 262 Jumlah peserta didik wanita : 247 Dari data di atas terlihat bahwa peserta didik SMPI Al-Azhar 3 Bintaro periode tahun pelajaran 2014-2015 seluruhnya berjumlah 509 siswa. Di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro, setiap tingkat kelas dibagi menjadi kelas Billingual dan kelas Reguler, kelas Billingual menempati kelas B dan D sedangkan kelas Reguler menempati kelas A, C, dan E. Perbedaan 7 8 Ibid. Ibid. 67 antara kelas Billingual dan kelas Reguler terletak pada penggunaan bahasa pengantar dalam proses pembelajaran, pada kelas Billingual digunakan bahasa ingris sebagai bahasa pengantar, sedangkan pada kelas Reguler digunakan bahasa Indonesia. Tes penempatan untuk kelas Reguler dan Billingual dilakukan pada saat peserta didik mengikuti ujian masuk kelas tujuh. Siswa yang berhak mengikuti kelas Billingual (kelas B dan D) adalah siswa yang berhasil menduduki peringkat satu hingga 70 dari ujian saringan masuk yang meliputi mata pelajaran matematika dan bahasa inggris. Kuota untuk setiap kelas Billingual adalah 35 peserta didik untuk setiap kelasnya.9 5. Sarana dan Prasarana Sebagai sebuah sekolah terpadu yang terdiri dari jenjang pendidikan taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama, SMPI Al-Azhar 3 Bintaro telah dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana yang lebih dari memadai untuk melakukan proses pembelajaran secara aman dan nyaman. SMPI Al-Azhar 3 Bintaro memiliki satu buah gedung berbentuk leter L yang memiliki tiga lantai, fasilitas yang disediakan sekolah untuk keperluan belajar mengajar adalah, 15 ruang kelas yang sudah dilengkapi dengan white board dan proyektor, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang TU (Tata Usaha), 1 ruang Guru, 1 ruang UKS, 1 ruang BK, 1 ruang OSIS, 1 ruang Perpustakaan, 1 ruang Multi Media, 1 ruang Lab. Bahasa, 1 ruang Lab. Komputer, 1 ruang Lab. Biologi, 1 ruang Lab Fisika, 1 ruang Musik, 1 ruang serbaguna (rapat), 1 ruang toko koperasi, dan 1 ruang gudang/dapur, semua ruangan sudah dilengkapi dengan fasilitas penyejuk ruangan (AC). Selanjutnya SMPI Al-Azhar 3 Bintaro juga dilengkapi dengan 2 lapangan, lapangan pertama terletak di depan gedung sekolah yang sudah difasilitasi dengan dua ring basket dan 9 Ibid. 68 dua gawang untuk sepak bola sedangkan lapangan kedua terletak di luar gerbang sekolah, tetapi masih berada di dalam lingkungan Al-Azhar.10 SMPI Al-Azhar juga dilengkapi dengan satu buah mushola yang terletak di luar gerbang sekolah tetapi masih berada di dalam lingkungan sekolah. Mushola digunakan untuk sholat berjamaah mulai dari sholat dhuha yang biasa dilakukan sebelum peserta didik memulai proses pembelajaran di pagi hari hingga sholat dzuhur, sedangkan sholat ashar biasa dilakukan di depan ruangan kelas. Seluruh fasilitas yang disediakan oleh sekolah semuanya berada dalam keadaan baik dan siap untuk dipergunakan kapan saja. SMPI Al-Azhar merupakan sekolah menengah pertama berbasis islam, sehingga kegiatan-kegiatan rutin yang dilaksanakan di SMPI AlAzhar 3 Bintaro mencerminkan pendidikan keislaman yang ditanamkan kepada setiap peserta didiknya. Di SMPI A-Azhar 3 Bintaro para peserta didik sudah terbiasa melakukan sholat berjama’ah serta kegiatan-kegiatan bernuansan keislaman lainnya seperti: tadarus Al-Qur’an yang dilakukan sebelum belajar setiap hari, tahsin atau tahfidz yang dilaksanakan setiap hari jumat pagi, program BBQ (bimbingan belajar baca Al-Qur’an) yaitu bimbingan belajar bagi peserta didik yang belum mampu membaca AlQur’an yang di bimbing langsung oleh guru-guru AQUBA (Agama, AlQur’an dan Bahasa Arab) di lingkungan Al-Azhar dengan sistem setiap guru membimbing sekitar 10-15 peserta didik dan dilaksanakan setelah kegiatan belajar mengajar setiap hari Senin dan hari Jum’at, serta kegiatan lainnya seperti amaliyah yang dilakukan setiap hari Senin dan Kamis.11 10 11 Ibid. Ibid. 69 B. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasar analisis terhadap berbagai data yang terkumpul selama pelaksanaan penelitian, baik data yang diperoleh melalui observasi (pengamatan), studi dokumentasi maupun hasil wawancara langsung dengan responden, secara garis besar penulis membagi deskripsi hasil penelitian berupa respon perubahan kurikulum di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kedalam dua bagian, yaitu : Pertama, respon SMPI Al-Azhar 3 Bintaro terhadap kebijakan implementasi Kurikulum 2013; Kedua, respon Guru PAI terhadap Implementasi Kurikulum 2013. 1. Respon SMPI Al-Azhar 3 Bintaro Terhadap Kebijakan Implementasi Kurikulum 2013 Menyikapi adanya perubahan kurikulum dari kurikulum 2006 ke kurikulum 2013, maka sesuai dengan kebijakan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar yang menaungi seluruh lembaga pendidikan Al Azhar di Indonesia, SMPI Al Azhar 3 Bintaro telah mengimplementasikan Kurikulum 2013 sejak tahun pelajaran 2013-2014 secara mandiri atau diluar sekolah sasaran yang dijadikan model penerapan Kurikulum 2013 oleh pemerintah. Kebijaksanaan-kebijaksanaan sekolah yang diambil sebagai respon terhadap perubahan kurikulum dari kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 di SMPI Al Azhar 3 Bintaro adalah: Pertama, dilakukannya penyesuaian struktur kurikulum yang digunakan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 68 tahun 2013 tentang Struktur kurikulum 2013. Penyusunan struktur kurikulum 2013 yang digunakan di SMPI Al Azhar 3 Bintaro dilakukan secara terpusat oleh Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar dan diberlakukan secara efektif mulai awal tahun pelajaran 2013 – 2014. Tabel berikut memperlihatkan struktur kurikulum 2013 yang berlaku di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro. 70 Tabel 4.3 Struktur Kurikulum 2013 SMPI Al Azhar 3 Bintaro12 KOMPONEN MATA PELAJARAN UMUM 1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Ilmu Pengetahuan Alam 6. Ilmu Pengetahuan Sosial 7. Bahasa Inggris 8. Seni dan musik 9. Penjas, O.R. dan Kesehatan 10. Keterampilan / TIK 11. Keterampilan dan Prakarya MUATAN LOKAL 1. Bahasa Arab 2. Al Qur’an 3. Tahfiz JUMLAH KELAS DAN ALOKASI WAKTU VII VIII IX 3 2 5 6 5 4 4 3 3 2 3 2 5 6 5 4 4 3 3 2 3 2 5 6 7 4 4 2 3 2 - 2 2 1 43 2 2 1 43 2 2 1 43 Kedua, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan guru pelaksana kurikulum 2013 secara mandiri bagi seluruh guru SMPI Al Azhar 3 Bintaro serta berperan aktif dengan mengikut sertakan guru maupun Kepala Sekolah SMPI Al Azhar 3 Bintaro dalam berbagai pendidikan dan pelatihan implementasi kurikulum 2013 yang diselenggarakan pemerintah baik di tingkat, kota, provinsi maupun nasional.13 Ketiga, kebijakan lain sebagai respon terhadap perubahan kurikulum di SMPI Al Azhar 3 Bintaro adalah dilakukannya pemenuhan terhadap kebutuhan sarana dan prasarana sesuai tuntutan kurikulum 2013, kebijaksanaan ini diantaranya dengan menyediakan berbagai media 12 Dokumentasi administrasi. loc. cit. 71 pembelajaran yang lebih banyak dituntut penggunaannya dalam kurikulum 2013.14 2. Respon Guru PAI Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Berdasar data hasil penelitian, penulis mendapatkan temuan yang menunjukan adanya berbagai respon guru PAI di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro terhadap perubahan kurikulum dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013, respon-respon tersebut adalah: a. Perubahan Perencanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 Dalam kurikulum 2013, penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran diatur dalam Permendikbud No.81a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum yang secara operasional dapat diwujudkan dalam format sebagai berikut: Tabel 4.4 Format RPP Menurut Permendikbud No.81a/201315 Sekolah : Matapelajaran : Kelas/Semester : Materi Pokok : Alokasi Waktu : A. Kompetensi Inti (KI) B. Kompetensi Dasar dan Indikator 1. _____________ (KD pada KI-1) 2. _____________ (KD pada KI-2) 3. _____________ (KD pada KI-3) Indikator: __________________ 4. _____________ (KD pada KI-4) 14 Ibid. Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran, Lampiran IV 15 72 Indikator: __________________ Catatan: KD-1 dan KD-2 dari KI-1 dan KI-2 tidak harus dikembangkan dalam indikator karena keduanya dicapai melalui proses pembelajaran yang tidak langsung. Indikator dikembangkan hanya untuk KD-3 dan KD-4 yang dicapai melalui proses pembelajaran langsung. C. Tujuan Pembelajaran D. Materi Pembelajaran (rincian dari Materi Pokok) E. Metode Pembelajaran (Rincian dari Kegiatan Pembelajaran) F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran 1. Media 2. Alat/Bahan 3. Sumber Belajar G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Pertemuan Kesatu: a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit) b. Kegiatan Inti (...menit) c. Penutup (…menit) 2. Pertemuan Kedua: a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit) b. Kegiatan Inti (...menit) c. Penutup (…menit), dan seterusnya. H. Penilaian 1. Jenis/teknik penilaian 2. Bentuk instrumen dan instrumen 3. Pedoman penskoran Berdasar data hasil studi dokumentasi terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru PAI di SMPI Al Azhar 3 Bintaro diketahui bahwa telah terjadi perubahan dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dilakukan oleh guru PAI di SMPI Al Azhar 3 Bintaro sebagai respon terhadap perubahan kurikulum yang terjadi. Perubahan dalam penyusunan RPP yang dilakukan terjadi pada berbagai komponen RPP 73 seperti yang diungkapkan oleh responden A, beliau mengemukakan bahwa perubahan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang beliau susun sebagai implikasi dari perubahan dari kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 meliputi berbagai aspek, yaitu: Pertama perubahan dalam Kompetensi Inti serta Kompetensi Dasar (KI-1, KI-2, KI-3, KI-4) .Kedua, perubahan metode pembelajaran, dalam Kurikulum 2006 pembelajaran lebih berpusat pada guru, ketika menggunakan Kurikulum 2013 menjadi lebih berpusat pada peserta didik. Ketiga, terdapat perubahan dalam penilaian, penilaian dalam kurikulum 2013 jadi jauh lebih banyak dan lebih rumit dalam berbagai aspek. Keempat, penggunaan media, dalam kurikulum 2013 jadi lebih banyak menggunakan media terutama media proyektor. Untuk jam pelajaran tidak ada perubahan, karena pada Kurikulum 2006 SMPI Al-Azhar 3 Bintaro sudah menetapkan jumlah jam pelajaran PAI 3 jam pelajaran, sehingga ketika dalam kurikulum 2013 ditetapkan jumlah jam pelajaran PAI 3 jam maka SMPI Al-Azhar 3 Bintaro tidak melakukan perubahan sama sekali. Selanjutnya untuk materi pelajaran dan buku pelajaran belum ada perubahan sama sekali.16 Hal hampir sama dikemukakan oleh responden B yang menyatakan bahwa perubahan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang beliau susun sebagai implikasi dari perubahan Kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 adalah diantaranya perubahan dalam penilaian, penilaian dalam kurikulum 2013 jadi jauh lebih rumit, dan lebih banyak memakan waktu, selanjutnya perubahan dalam metode pembelajaran, dalam kurikulum 2013 pembelajaran lebih banyak berpusat pada anak, jadi dalam pembelajaran anak lebih banyak melakukan hal seperti mengamati, menanyakan, menemukan, mampu mengaktualisasikan, dan akan lebih baik apabila anak mampu 16 Wawancara dengan guru A, guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro tgl 05 Desember 2014, nama dirahasiakan atas permintaan responden. 74 menghasilkan produk baru, dan tentunya lebih banyak menggunakan media pembelajaran. Selanjutnya untuk buku pelajaran masih belum ada perubahan, karena masih belum ada pemasokan buku baru untuk kurikulum 2013.17 Berdasar hasil wawancara dengan kedua responden tersebut dapat diketahui bahwa implementasi kurikulum 2013 di SMPI Al Azhar 3 Bintaro telah memberikan perubahahan dalam beberapa aspek dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu: Pertama, adanya perubahan dalam pencantuman Kompetensi Inti serta Kompetensi Dasar materi pelajaran yang akan disampaikan dengan adanya KI-1, KI-2, KI-3 dan KI-4. Kedua, adanya perubahan dalam model, strategi serta metode pembelajaran yang digunakan, jika pada penggunaan Kurikulum 2006 pembelajaran cenderung lebih berpusat pada guru, maka implementasi kurikulum 2013 menuntut agar pembelajaran menjadi lebih terpusat pada peserta didik. Ketiga, perubahan cukup signifikan lainnya terjadi dalam penggunaan media pembelajaran, kedua responden sepakat bahwa kurikulum 2013 jauh lebih banyak membutuhkan media dalam setiap pembelajaran. Keempat, adanya perubahan yang cukup mendasar dalam teknik penilaian, kedua responden mengungkapkan bahwa penilaian menurut kurikulum 2013 cenderung jauh lebih rumit dibandingkan menurut Kurikulum 2006 karena menurut kurikulum 2013 penilaian harus dilakukan secara menyeluruh terhadap berbagai aspek yang meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan, cukup jauh berbeda dibanding penilaian pada Kurikulum 2006 yang lebih menitikberatkan pada aspek pengetahuan. Standar penilaian menurut kurikulum 2013 yang menggunakan penilaian skala 4 memberikan beban tersendiri bagi guru untuk mengkonversi penilaian yang telah biasa dilakukan dengan menggunakan penilaian skala 10 atau 100. 17 Wawancara dengan guru B. guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro tgl 05 Desember 2014, nama dirahasiakan atas permintaan responden. 75 Meskipun menyebabkan perubahan dalam berbagai aspek penyusunan RPP, perubahan kurikulum yang terjadi di SMPI AlAzhar 3 Bintaro ternyata tidak serta merta mengubah seluruh aspek penyusunan RPP khususnya dalam penyusunan RPP mata pelajaran PAI, setidaknya ada dua aspek penyusunan RPP yang tidak mengalami perubahan seiring adanya perubahan kurikulum yang terjadi, yaitu: Pertama, aspek alokasi waktu pembelajaran. Hal ini dapat terjadi karena sejak penggunaan kurikulum 2006, di SMPI AlAzhar 3 Bintaro mata pelajaran PAI telah mendapat alokasi waktu sebanyak tiga jam pelajaran dari dua jam pelajaran yang diharuskan, sehingga ketika kebijakan kurikulum 2013 mengharuskan adanya pengalokasian waktu mata pelajaran PAI menjadi tiga jam pelajaran, maka bagi SMPI Al-Azhar 3 Bintaro sudah tidak memerlukan adanya perubahan alokasi waktu lagi. Kedua, selain alokasi waktu pembelajaran, aspek lain yang tidak mengalami perubahan adalah aspek sumber belajar utama atau buku pegangan, dikarenakan sekolah masih belum menerima buku pegangan baru dari pemerintah. b. Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 Pada hakekatnya pelaksanaan pembelajaran merupakan realisasi dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya, sehingga dengan demikian pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan sendirinya akan berubah ketika terdapat perubahan dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hal ini pun terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran PAI di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro yang mengalami perubahan seiring berubahnya penyusunan RPP yang terjadi sebagai respon dari implikasi diberlakukannya kurikulum 2013. Berdasar data hasil penelitian khususnya data hasil observasi dan hasil wawancara yang telah dilakukan, terdapat beberapa perubahan pelaksanaan pembelajaran sebagai respon terhadap perubahan kurikulum yang terjadi. Dari hasil wawancara dengan 76 responden A dapat diketahui bahwa telah terjadi perubahan dalam cara mengajar pelajaran PAI di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro sebagai akibat dari adanya perubahan kurikulum, perubahan terutama terjadi dalam penggunaan metode pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran, karena sesuai tuntutan kurikulum 2013 siswa dituntut untuk menjadi jauh lebih aktif daripada guru ketika malaksanakan pembelajaran di kelas.18 Pendapat hampir sama dipaparkan oleh responden B yang mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran menurut Kurikulum 2013 guru lebih bersifat mengayomi siswa ketika belajar dikelas, proses pembelajaran lebih menitikberatkan pada aktivitas siswa seperti mengamati, menanyakan, menemukan, kemampuan untuk mengaktualisasikan dan yang lebih baik lagi apabila anak mampu menghasilkan suatu produk baru, oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 lebih banyak dituntut menggunakan media dalam proses pembelajaran.19 Berdasar hasil wawancara dengan kedua responden dapat disimpulkan bahwa implementasi kurikulum 2013 di SMPI Al Azhar 3 Bintaro telah memberikan perubahahan dalam berbagai aspek proses pelaksanaan pembelajaran pendekatan, model, yaitu: strategi dan Pertama, perubahan dalam metode pembelajaran yang digunakan, jika pada penggunaan Kurikulum 2006 pembelajaran cenderung lebih berpusat pada guru, maka implementasi kurikulum 2013 menuntut agar pembelajaran menjadi lebih terpusat pada peserta didik, secara khusus responden A menambahkan bahwa melalui implementasi kurikulum 2013 lebih banyak peserta didik yang melakukan presentasi untuk menjelaskan materi pembelajaran dari pada guru.20 Kedua, perubahan cukup signifikan terjadi pula dalam penggunaan media pembelajaran, kedua responden sepakat bahwa 18 Ibid. Wawancara dengan guru B, loc. cit. 20 Wawancara dengan guru A, loc. cit. 19 77 kurikulum 2013 jauh lebih banyak membutuhkan media dalam setiap pembelajaran. Seperti halnya dalam proses perubahan lainnya yang senantiasa dihadapkan dengan berbagai pertentangan maupun hambatan, perubahan implementasi kurikulum di SMPI Al Azhar 3 Bintaro dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013 pun tidak terlepas dari berbagai hambatan. Kedua responden menyatakan bahwa hambatan yang dihadapi dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 terutama adalah kurangnya pemahaman konsep serta strategi pengimplementasian kurikulum 2013, hambatan ini didasari karena kurangnya pelatihan serta kurang optimalnya hasil pelatihan. Hambatan lain sebagai implikasi dari perubahan kurikulum yang terjadi adalah masalah teknis penilaian pembelajaran dalam Kurikulum 2013 yang cukup rumit sehingga menyita banyak waktu, dalam wawancaranya responden B secara gamblang menyatakan bahwa beliau masih belum dapat memberikan pemahaman yang baik terhadap konsep Kurikulum 2013 meskipun telah dua kali mengikuti pelatihan implementasi kurikulum 2013, beliau menganggap hasil pelatihan yang telah diperolehnya masih belum optimal.21 Alasan lain dari masih kurangnya pemahaman guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPI Al Azhar 3 Bintaro terhadap perubahan kurikulum adalah pandangan mereka bahwa konsep Kurikulum 2013 terlalu rumit dan sulit untuk dipahami.22 Melalui wawancaranya, responden B mengemukakan bahwa harapan pemerintah mencurahkan semua melalui kurikulum sumber dayanya 2013 untuk agar guru dapat melakukan proses pembelajaran melalui kemudahan dengan tidak perlu membuat silabus, serta kemudahan dalam penyusunan RPP ternyata tidak dapat tercapai karena justru membebani guru dengan masalah penilaian, sehingga sumber daya guru yang seharusnya dicurahkan untuk melakukan proses pembelajaran agar mampu menghasilkan hasil pembelajaran yang 21 22 Wawancara dengan guru B. loc. cit. Wawancara dengan guru A dan B. loc. cit.. 78 optimal, akhirnya tersita hanya untuk menyelesaikan masalah penilaian yang cukup menyulitkan.23 C. Analisis Data Penelitian 1. Kebijakan Sekolah Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Analisis penulis terhadap berbagai data hasil observasi, wawancara serta studi dokumentasi menyimpulkan bahwa respon kebijakan SMPI Al Azhar 3 Bintaro terhadap perubahan kurikulum dari kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013 sudah cukup baik dan tepat. Munurut analisis penulis, kebijakan SMPI Al Azhar 3 Bintaro dalam melakukan penyesuaian terhadap struktur kurikulum sebagai respon terhadap perubahan kurikulum yang terjadi telah sesuai. Tabel-tabel berikut akan memperlihatkan perbandingan antara struktur kurikulum 2013 yang diatur pemerintah dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 jo Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 tahun 2014, dengan struktur kurikulum 2013 yang berlaku di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro. Tabel 4.5 Struktur Kurikulum 2013 Menurut Permendikbud No.68/201324 KOMPONEN KELOMPOK A 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Ilmu Pengetahuan Alam 6. Ilmu Pengetahuan Sosial 7. Bahasa Inggris KELOMPOK B 1. Seni Budaya 2. Pendidikan jasmani, O.R. dan Kesehatan 23 KELAS DAN ALOKASI WAKTU VII VIII IX 3 3 6 5 5 4 4 3 3 6 5 5 4 4 3 3 6 5 5 4 4 3 3 3 3 3 3 Wawancara dengan guru B. loc. cit. Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah,h.7 24 79 KELAS DAN ALOKASI WAKTU VII VIII IX 2 2 2 KOMPONEN 3. Prakarya JUMLAH 38 38 38 Tabel 4.6 Struktur Kurikulum 2013 SMPI Al-Azhar 3 Bintaro25 KOMPONEN MATA PELAJARAN UMUM 1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Ilmu Pengetahuan Alam 6. Ilmu Pengetahuan Sosial 7. Bahasa Inggris 8. Seni dan musik 9. Penjas, O.R. dan Kesehatan 10. Keterampilan / TIK 11. Keterampilan dan Prakarya MUATAN LOKAL 1. Bahasa Arab 2. Al Qur’an 3. Tahfiz JUMLAH KELAS DAN ALOKASI WAKTU VII VIII IX 3 2 5 6 5 4 4 3 3 2 3 2 5 6 5 4 4 3 3 2 3 2 5 6 7 4 4 2 3 2 - 2 2 1 2 2 1 2 2 1 43 43 43 Dari tabel 4.3 dan 4.4. dapat dilihat bahwa struktur kurikulum 2013 yang berlaku di SMPI Al Azhar 3 Bintaro memang lebih padat dibanding dengan struktur kurikulum 2013 menurut Permendikbud Nomor 68 tahun 2013 jo Permendikbud Nomor 58 tahun 2014, namun dengan tetap mengacu kepada butir-butir dalam Permendikbud tersebut, perbedaan ini dapat dibenarkan karena dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 25 Dokumentasi administrasi. loc. cit. 80 pemerintah memberi keleluasaan kepada setiap satuan pendidikan untuk menambah jam pelajaran beserta alokasi waktunya sesuai karakteristik satuan pendidikan masing-masing. Dalam struktur kurikulum yang berlaku di SMPI Al Azhar 3 Bintaro, jumlah jam pelajaran serta alokasi waktu untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) telah sesuai dengan tuntutan struktur kurikulum 2013 menurut Permendikbud Nomor 68 tahun 2013 jo Permendikbud Nomor 58 tahun 2014, yaitu setiap tingkat kelas (kelas VII, VIII maupun IX) masing-masing mendapat alokasi waktu selama 3 jam pelajaran per minggu. Keseriusan SMPI Al Azhar 3 Bintaro dalam mengimplementasikan Kurikulum tercermin dari kebijakan-kebijakan lainnya yang diambil sebagai respon terhadap perubahan kurikulum yang terjadi, tidak hanya terbatas pada pada kebijakan penyesuaian struktur kurikulum semata namun SMPI Al Azhar 3 Bintaro juga membuat kebijakan untuk secara aktif melakukan pendidikan dan pelatihan terhadap seluruh guru pelaksana kurikulum 2013 secara mandiri dan mengikutsertakan guru serta kepala sekolahnya dalam pendidikan dan pelatihan implementasi kurikulum 2013 yang diselenggarakan pemerintah baik di tingkat kota, tingkat propinsi maupun tingkat nasional, hal ini dilakukan sekolah supaya pengimplementasikan Kurikulum 2013 dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu sebagai pendukung SMPI Al-Azhar 3 Bintaro juga membuat kebijakan untuk melakukan pemenuhan terhadap semua kebutuhan sarana dan prasarana sesai tuntutan kurikulum 2013. Penulis juga menganggap kebijakan akhir SMPI Al-Azhar 3 Bintaro dengan memutuskan untuk tetap mengimplementasikan Kurikulum 2013 sebagai respon terhadap perubahan kurikulum sudah sangat tepat karena kebijakan tersebut ternyata sesuai dengan salah satu opsi rekomendasi yang disampaikan Tim Evaluasi Kurikulum 2013 kepada menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Rapat yang diselenggarakan pada hari 81 Rabu tanggal 3 Desember 2014, adapun ketiga opsi yang diajukan Tim Evaluasi Kurikulum 2013 tersebut adalah: a. Opsi pertama : Menghentikan implementasi kurikulum 2013 sambil menunggu penyempurnaan seluruh komponen dan perangkat kurikulum 2013. b. Opsi kedua : Meneruskan implementasi kurikulum pada sekolah yang telah siap sambil melakukan perbaikan. c. Opsi ketiga : Meneruskan implementasi kurikulum 2013 pada seluruh sekolah sambil melakukan perbaikan. 26 Sebagai respon terhadap opsi yang diajukan Tim Evaluasi Kurikulum 2013 tersebut, pada tanggal 5 Desember 2014, secara resmi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, memutuskan untuk menghentikan implementasi kurikulum 2013 di seluruh Indonesia melalui surat edarannya yang ditujukan ke seluruh kepala sekolah se-Indonesia No. 179342/MPK/KR/201427, selanjutnya kurikulum 2013 diperbaiki dan dikembangkan melalui sekolah-sekolah yang sejak Juli 2013 telah mengimplementasikan kurikulum 2013 kecuali sekolah bersangkutan merasa berkeberatan.28 Untuk memperkuat surat edaran tersebut, 26 Kemendikbud, Tim Evaluasi Kurikulum 2013 Temui Mendikbud, diakses tanggal 08 Desember 2013, (http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/3581) 27 Kemendikbud, Isi Surat Edaran No. 179342/MPK/KR/2014 …1. Menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang baru menerapkan satu semester, yaitu sejak Tahun Pelajaran 2014/2015. Sekolah-sekolah ini supaya kembali menggunakan Kurikulum 2006. Bagi Ibu/Bapak kepala sekolah yang sekolahnya termasuk kategori ini, mohon persiapkan sekolah untuk kembali menggunakan Kurikulum 2006 mulai semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015…,2. Tetap menerapkan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang telah tiga semester ini menerapkan, yaitu sejak Tahun Pelajaran 2013/2014 dan menjadikan sekolahsekolah tersebut sebagai sekolah pengembangan dan percontohan penerapan Kurikulum 2013. Pada saat Kurikulum 2013 telah diperbaiki dan dimatangkan lalu sekolah-sekolah ini (dan sekolah-sekolah lain yang ditetapkan oleh Pemerintah) dimulai proses penyebaran penerapan Kurikulum 2013 ke sekolah lain di sekitarnya…, 3. Mengembalikan tugas pengembangan Kurikulum 2013 kepada Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Pengembangan Kurikulum tidak ditangani oleh tim ad hoc yang bekerja jangka pendek. Kemdikbud akan melakukan perbaikan mendasar terhadap Kurikulum 2013 agar dapat dijalankan dengan baik oleh guru-guru kita di dalam kelas, serta mampu menjadikan proses belajar di sekolah sebagai proses yang menyenangkan bagi siswa-siswa kita…, diakses tanggal 08 Desember 2013 (www.kemdiknas.go.id/.../SURAT%20MENTERI.pdf) 28 Kemendikbud, Mendikbud Anies Baswedan Hentikan Kurikulum 2013, diakses tanggal 08 Desember 2014, (http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/siaranpers/3590) 82 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan peraturan menteri (Permendikbud) No. 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 tertanggal 11 Desember 2014.29 Dengan demikian implementasi kurikulum 2013 dapat terus dilaksanakan di SMPI Al Azhar 3 Bintaro dengan perbaikan dan pengembangan sesuai harapan SMPI Al-Azhar 3 Bintaro. 2. Kesiapan Guru dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013 Analisis penulis terhadap berbagai data penelitian yang diperoleh menyimpulkan, meskipun implementasi kurikulum 2013 di SMPI AlAzhar 3 Bintaro telah dilaksanakan sejak tahun pelajaran 2013 – 2014, namun pemahaman guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro terhadap esensi perubahan dari Kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 ternyata masih belum optimal, guru masih merasa kurang faham terhadap berbagai aspek khususnya yang bersifat strategis yang melandasi perubahan kurikulum tersebut, sehingga dalam pengimplementasian kurikulum 2013 mereka lebih bersikap tekstual sesuai dengan teknis pelaksanaan yang diberikan. Analisis terhadap hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan kedua responden menyimpulkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro masih belum dapat memahami konsep perubahan Kurikulum yang terjadi secara sepenuhnya, kedua responden memiliki masalah yang relatif sama, yaitu masih kurang mendapat pendidikan dan pelatihan dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 meskipun kedua responden telah mengikuti pelatihan baik yang diselenggarakann secara mandiri oleh pihak sekolah maupun yang diselenggarakan oleh pemerintah.30 Disamping itu belum adanya pasokan buku dari pemerintah pun merupakan kendala lainnya yang menyebabkan kurangnya pemahaman guru terhadap konsep Kurikulum 2013. 29 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 160 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013. 30 Wawancara dengan guru A dan B, guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro tgl 05 Desember 2014. nama dirahasiakan atas permintaan responden. 83 Kenyataan kurangnya pemahaman guru PAI di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro menunjukkan masih adanya ketidaksiapan para guru PAI dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 dalam pembelajaran, oleh karena itu, implementasi kurikulum 2013 di SMPI Al Azhar 3 Bintaro masih terus memerlukan perbaikan terutama dalam meningkatkan pemahaman guru sebagai pelaksana kurikulum. 3. Pertentangan Antara Kebijakan Sekolah Dengan Kesiapan Guru Dengan mencermati paparan hasil analisis mengenai kebijakan SMPI Al-Azhar 3 Bintaro terhadap implementasi kurikulum 2013 serta paparan hasil analisis kesiapan guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro terhadap implementasi kurikulum 2013 dapat terlihat adanya sedikit gap atau pertentangan terhadap hasil analisis tersebut. Disatu sisi, sesuai dengan kebijakan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar yang menaunginya, SMPI Al-Azhar 3 Bintaro mempunyai kebijakan agar Kurikulum 2013 dapat terus diterapkan dengan melakukan beberapa upaya yang menunjang pengimplementasian kurikulum tersebut, namun disisi lain para guru PAI ternyata masih belum siap dalam melaksanakan Kurikulum 2013 dengan segala aspeknya. Menurut analisis penulis, adanya gap antara kebijakan sekolah dengan kesiapan guru dalam merespon perubahan kurikulum yang terjadi merupakan akibat dari kurang intensifnya komunikasi antara pihak yayasan dengan sekolah serta antara pihak sekolah dengan pihak guru sehingga kebijakan yang diambil yayasan kurang tersosialisasi dengan baik kepada pihak guru sebagai ujng tombak pelaksana, sebaliknya keluhan guru sebagai ujung tombak pelaksana juga kurang terakomodasi oleh pihak yayasan sebagai penentu kebijakan yang diambil pihak sekolah. Namun analisis lebih lanjut penulis menyimpulkan bahwa gap yang terjadi merupakan sesuatu yang wajar dalam menyikapi suatu perubahahan, kurangnya pemahaman guru PAI di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 bukanlah alasan untuk menghentikan implementasi kurikulum 2013 di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro, 84 namun hanya menunjukkan masih terus memerlukan perbaikan terutama dalam meningkatkan pemahaman guru sebagai pelaksana kurikulum. Seperti yang dikeluhkan kedua responden, kurangnya pemahaman yang terjadi terutama disebabkan oleh kurangnya kuantitas dan optimalisasi pelatihan, sehingga sebagai solusi atas permasalahan tersebut dapat ditempuh melalui pelaksanaan pelatihan implementasi kurikulum 2013 dengan berbagai ragamnya (in-house training, lesson study, peer teaching) yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pemahaman para guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013, sehingga perubahan kurikulum dari Kurikulum 2006 kepada kurikulum 2013 benar-benar dapat mencapai tujuan yang diharapkan, dan gap antara kebijakan sekolah dengan kesiapan guru dalam merespon perubahan kurikulum yang terjadi dapat diatasi. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasar hasil penelitian dan analisis penulis mengenai respon perubahan kurikulum PAI di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro, dapat disimpulkan bahwa: 1. Kebijakan SMPI Al Azhar 3 Bintaro sebagai respon terhadap perubahan kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 adalah: Pertama, mengimplementasikan kurikulum 2013 sejak tahun pelajaran 2013-2014 secara mandiri melalui permintaan pihak yayasan sekolah kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; Kedua, melaksanakan penyesuaian struktur kurikulum sesuai dengan Permendikbud Nomor 68 tahun 2013 jo Permendikbud Nomor 58 tahun 2014 tentang struktur kurikulum 2013; Ketiga, melaksanakan pendidikan dan pelatihan guru pelaksana kurikulum 2013 secara mandiri serta mengikutsertakan guru serta kepala sekolah dalam pendidikan dan pelatihan implementasi kurikulum 2013; Keempat, memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana sesuai tuntutan kurikulum 2013.. 2. Kesiapan guru PAI SMPI Al Azhar 3 Bintaro sebagai respon terhadap perubahan kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 secara umum belum terlalu siap, mereka belum memahami konsep dan esensi dari kurikulum 2013 sehingga dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 cenderung bersikap tekstual sesuai buku pegangan yang ada. Hambatan utama yang dihadapi guru PAI SMPI Al Azhar 3 Bintaro dalam implementasi kurikulum 2013 adalah luasnya dan rumitnya teknik penilaian yang disaratkan dalam kurikulum 2013 serta belum memadainya buku pegangan yang tersedia. 85 86 3. Terdapat sedikit gap atau pertentangan antara kebijakan SMPI Al-Azhar 3 Bintaro yang mempunyai kebijakan agar Kurikulum 2013 dapat terus diterapkan dengan kesiapan guru PAI yang belum siap untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 dengan segala aspeknya. 4. Gap yang terjadi antara kebijakan SMPI Al-Azhar 3 Bintaro dengan kesiapan guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro dalam mengimplementsikan kurikulum 2013 dapat diatasi melalui komunikasi yang lebih intensif antara pihak yayasan, sekolah dan guru, sehingga semua hambatan yang dialami guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dapat diatasi dengan baik. B. Saran Sebagai implikasi serta tindak lanjut dari hasil penelitian ini, penulis memberikan sumbang saran sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan pemahaman terhadap konsep kurikulum 2013 serta strategi implementasi kurikulum 2013, selain melalui pelatihan yang diselenggarakan pihak terkait, guru dapat melakukan saling tukar menukar informasi dan /atau diskusi dengan memanfaatkan media sosial ataupun forum-forum mengenai implementasi kurikulum 2013 yang saat ini cukup banyak di dunia maya. 2. Sebagai salah satu sekolah dengan akreditasi kategori A dan telah melaksanakan kurikulum 2013 sejak awal tahun pelajaran 2013-2014, diharapkan SMPI Al Azhar 3 Bintaro dapat terus megimplementasikan kurikulum 2013 dengan mengakomodasi perbaikan dan perkembangan sesuai keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta dapat menjadi model bagi sekolah-sekolah lain dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 kelak. 87 3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam melaksanakan penelitian mengenai kurikulum 2013 secara lebih konprehensif untuk perbaikan dan pengembangan kurikulum 2013. 88 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta,2007. Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Konsep Teori, Prinsip, Prosedur, Komponen, Pendekatan, Model, Evaluasi & Inovasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. BNSP. “Laporan BNSP tahun 2010”. dari http://www.bsnp-indonesia.org/id, 08 Desember 2014 Emzir, Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2011. Hasan, Hamid. Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2008 Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Hatimah, Ihat, dkk. Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI Press, 2006. Kemendikbud. “Dokumen Kurikulum 2013”, Naskah Akademik Kemendikbud, Jakarta.2013, h..2, tidak dipublikasikan -----, “Informasi Kurikulum Untuk Masyarakat”, Kemendikbud, Jakarta 2013,tidak dipublikasikan. Naskah Akademik -----, “Isi Surat Edaran No. 179342/MPK/KR/2014” www.kemdiknas.go.id/ .../SURAT%20MENTERI.pdf, 08 Desember 2013 -----, “Kurikulum 2013 (Rasional, Kerangka Dasar, Struktur, Implementasi, dan Evaluasi Kurikulum)”, Naskah Akademik Kemendikbud. Jakarta.2013, tidak dipublikasikan. -----, “Mendikbud Anies Baswedan Hentikan Kurikulum 2013”., dari http://kemdikbud.go.id/ kemdikbud/ siaranpers/3590, 08 Desember 2014 -----, “Naskah Akademik Pengembangan Kurikulum”, Naskah Akademik Kemendikbud. Jakarta, 2013, tidak dipublikasikan -----, “Pedoman Implementasi Kurikulum 2013”, Kemendikbud. Jakarta 2013, tidak dipublikasikan Naskah Akademik 89 -----, “Tim Evaluasi Kurikulum 2013 Temui Mendikbud”. http://kemdikbud.go.id /kemdikbud/berita/3581, 08 Desember 2013 Majid, Abdul. Implementasi Kurikulum 2013 (Kajian Teoritis dan Praktik). Bandung: Interes, 2014. Mumu Jajuli. “Kurikulum 2013 Milik Guru Pendidikan Agama Islam”. jurnal Direktorat Pendidikan Agama Islam 2013. www.pendis.kemenag.go.id, 16 Novemver 2014 Mudlofir, Ali. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2011 Mulyasa, E. Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013 (Jadilah Guru Profesional Atau Tidak Sama Sekali. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014. -----, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006. -----, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta:Bumi Aksara,2009. -----, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007 Muslich, Masnur. KTSP (Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013. Nasution. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Rahmadi. Guru PAI DAN Implementasi Kurikulum 2013. kalsel .kemenag. go. id/ file/ file/ Jurnal, 16 November 2014. Rusman. Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009 Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah 90 -----, Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran, Lampiran IV. -----, Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 160 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013. -----, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3. Sanjaya, Wina. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:Kencana,2008. Sukmadinata, Nana syaodih. Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek. Bandung:PT Remaja Rosdakarya:2011 Sukmadinata, Nana Syaodih, dan Syaodih, Erliana. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung:PT Refika Aditama,2012. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta, 2011 -----, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif dan R&D. Bandung: Afabeta, 2012 -----, Memahami Penelitian Kualitataif. Bandung: Alfabeta, 2013. Subyanto, Arief & Suwarto, FX. Metode & Teknik Penelitian Sosial. Yogyakarta: Andi, 2006. Soetopo, Hendyat dan Soemanto, Wasty. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Subtansi Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1993 Wahyudi, Rian, “ Implementasi Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadis Di MTS Daarul Hikmah Pamulang” Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012. tidak dipublikasikan.