PERUBAHAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA

advertisement
PERUBAHAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMPI AL-AZHAR 3 BINTARO
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
Nisa Alfadlilah
NIM 1110011000037
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
i
I,EMBAR PEN(;ESAffAN PEPIBIMBING SKRIPSI
PERUBAHAT{ KURIKULLIM PENDIDIKAN AGAMA ISLAS{
DI
S]VIPI
AL.AZHAR 3 BINTARO
Skripsi
Diajukan kepacla Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Meme*uhi Salah Satu Syarat \,{encapai Gelar
Saliana Pendidikarr islanr {S.Pd,l)
Oleh:
Nisa Alfadlilnh
r1I00r1$00037
Yang Mengesahkan
Dosen Pembimbing Skripsi
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAKULTA$ }IMti TAXSTYAH DAN KEGUBU.AN
UIN SYARIS' IIIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
1t
I,EMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berfudul Perubahan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMPI Al-
Azhar 3 Bintaro disusun oleh l{isa Alfadlilah, NIM. 1110011000037, .Iurttsan
Penclirjikan Agama Islarl, Irakultas Ilmu Tarbiah dan Keguntan, Liniversitas Islam
Negeri Syarif Hidayatuliah .Iakarta. Teiah melalui birnbingan dan dinyatakan sah
sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan Fakultas.
Jakarla. 20 Februari 2015
Yang Mengesahiian
Dosen Pembimbing Skripsi
lll
LEMBAIT PENGESATII{N
Pendiclikan Agarna Islarn Di S-\-IPI
skripsi berjudul
-3 Perubahan Kurikutuur
Bintaro disusun oleh NISA ALFADLILAII Nomor induk
Al-&trar
ivlahasiswa 1 1 1001 1000037, diaiukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian
Milnaqasair pada tzmggai 2 b4aret 2$1-{ {3i hadapan de;van p'enguji. Karena itu
penulis berhak mernperoleh geiar sariana sI {s.Pd.l) dalam bidang Penditlikan
Agama Islanr.
Jakarta, 2 Maret 2015
Panitia Uji*n Munaqas'ah
Keiii;i Pariitia (Ketria iurusatvFrograrri Studi
i-iF-.
ii. :\bdui to{aiid
)
'L'anggai
Khcrn. iu4"Ag
IiiP: 1958ii7t]7 tq87$3 I
G$5
Sekr"elaris (Sekretaris .Iurusan
frodi)
,41
Nilarhamah Saleh-
MA
3
- ?sts
NIP: 19720313 200801 2 010
Penguji I
Drs.Abd.Ilaris. N'{.Ag
it{lP: 19660901 199503 I
ib 001
Penguji II
J-
-\u,z
zors
{
"l;:" =--+^.{r/*
,\ltmad Irtain ll{ufid. ,"tlA
NIP: 19740318 200312 1 042
Ilengeiairui
ABSTRAK
Nisa Alfadlilah, 1110011000037, Perubahan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro
Perubahan kurikulum sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan merupakan suatu tuntutan dalam mengikuti
perubahan dan perkembangan zaman, namun seperti proses perubahan lainnya,
perubahan kurikulum pun dihadapkan dengan berbagai pertentangan serta
hambatan dalam pengimplementasiannya. Penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui respon guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPI Al-Azhar 3
Bintaro terhadap perubahan kurikulum dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013
khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pelaksanaan
penelitian berlokasi di SMPI Al Azhar 3 Bintaro dengan subjek penelitian seluruh
guru Pendidikan Agama Islam SMPI Al Azhar 3 Bintaro. Teknik pengumpulan
data yang digunakan meliputi teknik observasi, teknik wawancara dan studi
dokumentasi, teknik analisis data yang digunakan adalah model Miles dan
Huberman, yaitu analisis data yang dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung
dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bahwa secara umum guru PAI di SMPI Al-azhar 3 Bintaro
belum memahami benar konsep dan esensi dari Kurikulum 2013 sehingga dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2013 cenderung dilaksanakan secara tekstual
sesuai dengan buku pegangan yang berimplikasi pada timbulnya berbagai
kesulitan mulai dari tahap penyusunan RPP hingga tahap pelaksanaan
pembelajaran. Hambatan utama yang dialami oleh guru PAI di SMPI Al-Azhar 3
Bintaro dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 adalah luasnya dan
rumitnya teknik penilaian yang disyaratkan dalam Kurikulum 2013 serta belum
memadainya buku pegangan yang ada. Hal ini menimbulkan terjadinya gap atau
pertentangan antara kebijakan sekolah SMPI Al-Azhar 3 Bintaro yang
berkebijakan untuk tetap menerapkan Kurikulum 2013 dengan kesiapan guru PAI
yang belum siap untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 dengan segala
aspeknya. Walaupun begitu, Gap yang terjadi antara kebijakan SMPI Al-Azhar 3
Bintaro dengan kesiapan guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro dalam
mengimplementsikan kurikulum 2013 dapat diatasi melalui komunikasi yang
lebih intensif antara pihak yayasan, sekolah dan guru. Sehingga semua hambatan
yang dialami guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dapat diatasi
dengan baik.
Kata kunci : perubahan kurikulum, Pendidikan Agama Islam (PAI)
vi
ABSTRACT
Nisa Alfadlilah, 1110011000037, Islamic Religious Education Curriculum
Changes in Junior High School of Al-Azhar 3 Bintaro
Changes in the curriculum as a guideline for the implementation of learning to
achieve the goal of education as an obligation to follow the changes and
development of the age, but like the other changes, curriculum changes were
faced with some opposition and obstacles in its implementation. This study aimed
to evaluate the response of Islamic Education teachers junior high school of AlAzhar 3 Bintaro to changes in the curriculum 2006 to the Curriculum 2013,
especially on the subject of Islamic education. The method used is descriptive
method with qualitative approach. Implementation research junior high school
located in Al Azhar 3 Bintaro with research subjects throughout the Islamic
Education teachers junior high school of Al Azhar 3 Bintaro. Data collection
techniques used include observation, interview techniques and study
documentation, data analysis technique used is the model of Miles and Huberman,
the data analysis performed during data collection in progress and upon
completion of data collection in a particular period. The results showed that in
general that the Islamic Education teachers junior high school of Al-Azhar 3
Bintaro not yet fully understand the concept and essence of Curriculum 2013, so
in the implementation of Curriculum 2013 textually inclined implemented in
accordance with the existing handbook, it is implicated in the onset of variety of
difficulties ranging from the planning phase to the implementation phase of the
learning implementation. The main obstacles faced by the Islamic Religious
Education teachers junior high school of Al-Azhar 3 Bintaro in implementing
Curriculum 2013 is the breadth and complexity of the valuation techniques
required in the Curriculum 2013 and the inadequacy of the existing handbook.
This lead to a gap or a conflict between high school of Al-Azhar 3 Bintaro policy
which has a policy to continue the implementation of Curriculum 2013 with the
readiness of the Islamic Religious Education teachers who is not ready to
implement the Curriculum 2013 in all its aspects. However that gap which occurs
between high school of Al-Azhar 3 of Bintaro with the readiness of the Islamic
Religious Education teachers in implementing of the curriculum 2013 can be
addressed through a more intensive communication between the foundations,
schools and teachers. So that all the barriers experienced by teachers in
implementing of Curriculum 2013 can be addressed properly.
Keywords: curriculum changes, Islamic Religious Education.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan jalan
kebenaran kepada penulis, sehingga dapat dengan mudah menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul “Perubahan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro”.
Shalawat beserta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW yang telah memberikan pengajaran serta suri tauladan kepada
para umatnya melalui sunnah-sunnahnya yang luar biasa sehingga menjadikan
umat islam sebagai umat paling tinggi derajatnya dari seluruh umat di muka bumi
ini. Juga kepada seluruh keluarga dan sahabat-sahabatnya yang selalu membantu
perjuangan dalam menegakkan agama Islam di dunia ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa apa yang
disampaikan di dalamnya masih jauh dari kesempurnaan. Namun, penulis
berharap, skripsi ini dapat menjadi sumbangsih tersendiri sehingga dapat
memberikan manfaat dan memberi referensi kepada para peneliti lainnya untuk
meneliti masalah yang penulis kaji lebih lanjut sesuai dengan bergulirnya zaman.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proses penulisan skripsi ini tidak
akan terwujud tanpa bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dengan kesadaran hati penulis sampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1.
Ibu Nurlena Rifa’I, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang mana beliau senantiasa memberikan yang terbaik
untuk seluruh mahasiswa Pendidikan Agama Islam.
3.
Ibu Marhamah Shaleh, Lc. MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan motivasi dan saran kepada
penulis.
viii
4.
Bapak Muhammad Zuhdi, Ph.D. selaku dosen pembimbing skripsi yang
selalu memberikan bimbingan dan masukan dalam memilih judul skripsi ini
serta secara pribadi selalu memberikan motivasi kepada penulis.
5.
Prof Armai Arif. selaku dosen penasihat akademik, yang selalu memberikan
motivasi dan saran kepada penulis.
6.
Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiah Dan Keguruan yang telah mencurahkan
ilmu pengetahuan dan pelajaran hidup kepada penulis semasa kuliah.
7.
Bapak Mukhtarom, M.M Kepsek SMPI A-Azhar 3 Bintaro, Bapak Nasikhun,
Bapa Akrom dan Bapa Krisna Selaku guru Pendidikan Agama Islam yang
telah meluangkan waktu dan memberi izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro.
8.
Orang Tua tercinta Bapak Drs. H. Muhammad Saefuddun Anwar, Lc dan Ibu
Mariam Agustina, S.Pd, yang telah merawat dan mendidik dengan penuh
kasih sayang secara tulus, mendo’akan dan mencukupi moril dan materil
kepada penulis sejak kecil sampai sekarang dan adik-adikku yang telah
mendukungku serta pamanku Jusuf Nur Sjamsu yang telah banyak membantu
memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini.
9.
Pimpinan beserta staf perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan yang telah membantu penulis menyediakan berbagai
literatur yang sangat dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.
10. Teman-temanku angkatan 2010 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang selalu memberikan support kepada
penulis.
11. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah berjasa
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi siapa yang membacanya
untuk menambah ilmu pengetahuan. Amin.
Ciputat, 19 Februari 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman Cover ..........................................................................................
i
Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi................................................
ii
Lembar Pengesahan Penguji .....................................................................
iv
Surat Pernyataan Karya Sendiri ..............................................................
v
ABSTRAK ..................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
x
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Masalah Penelitian .....................................................................
6
1. Identifikasi Masalah .............................................................
6
2. Pembatasan Masalah ............................................................
6
3. Perumusan Masalah .............................................................
6
C. Tujuan ........................................................................................
6
D. Manfaat Penelitian .....................................................................
6
E. Metode Penelitian .......................................................................
7
BAB II KONSEP PERUBAHAN KURIKULUM...................................
14
A. Konsep Kurikulum ...................................................................
14
1. Definisi Kurikulum .............................................................
14
2. Macam-Macam Model Konsep Kurikulum ........................
16
3. Fungsi Kurikulum ...............................................................
18
B. Pengembangan Kurikulum ........................................................
19
1. Konsep Pengembangan Kurikulum .....................................
19
2. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum .............................
20
3. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum .........................
21
4. Landasan Pengembangan Kurikulum ..................................
23
5. Pengembang Kurikulum ......................................................
26
x
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan
Kurikulum ...........................................................................
27
7. Hambatan-Hambatan Pengembangan Kurikulum ...............
28
8. Model-Model Pengembangan Kurikulum ...........................
29
C. Perubahan Dan Implementasi Kurikulum .................................
33
1. Perubahan Kurikulum .........................................................
33
a. Konsep Perubahan Kurikulum ......................................
33
b. Proses Perbaikan Kurikulum .........................................
35
2. Implementasi Kurikulum ....................................................
36
a. Konsep Implementasi Kurikulum .................................
36
b. Model Implementasi Kurikulum ...................................
38
3. Evaluasi Kurikulum .............................................................
39
1. Konsep Evaluasi Kurikulum .........................................
39
2. Model-Model Evaluasi Kurikulum ...............................
40
4. Penelitian Relevan ...............................................................
44
BAB III PERUBAHAN KTSP KEPADA KURIKULUM 2013 PADA
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP ........
46
A. Perubahan KTSP Kepada Kurikulum 2013 .............................
46
1. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 .........................
46
2. Rasional Pengembangan Kurikulum ...................................
46
3. Tujuan Perubahan ................................................................
49
4. Elemen-Elemen Perubahan .................................................
49
B. Struktur Kurikulum Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) .
53
1. Perubahan Struktur Kurikulum Di SMP .............................
53
2. Perbedaan Antara KTSP Dan Kurikulum 2013 Di SMP ....
58
C. Perubahan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) ............
59
RESPON PERUBAHAN KURIKULUM PAI DI SMPI AL-AZHAR 3
BINTARO .....................................................................................................
63
A. Profil Sekolah ............................................................................
63
1. Identitas Sekolah .................................................................
63
2. Visi, Misi .............................................................................
63
xi
3. Motto ..................................................................................
64
4. Tujuan ..................................................................................
65
5. Staf Pengajar ........................................................................
65
6. Jumlah Siswa ......................................................................
66
7. Sarana Prasarana .................................................................
67
B. Deskripsi Hasil Penelitian ..........................................................
69
1. Respon SMPI Al-Azhar 3 Bintaro Terhadap
Kebijakan Implementasi Kurikulum 2013 ..........................
69
2. Respon Guru PAI Terhadap Implementasi Kurikulum 2013
71
a. Perubahan Perencanaan Pembelajaran Kurikulum 2013
71
b. Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013
75
C. Analisis Data Penelitian .............................................................
78
1. Kebijakan Sekolah Terhadap Implementasi Kurikulum
2013......................................................................................
78
2. Kesiapan Guru Dalam Mengimplementasikan Kurikulum
2013......................................................................................
82
3. Pertentangan Antara Kebijakan Sekolah Dengan Kesiapan
Guru......................................................................................
83
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
85
A. Kesimpulan ...........................................................................
85
B. Saran .....................................................................................
86
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
88
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1 Usulan Rancangan Struktur Kurikulum SMP .......................
54
2. Tabel 3.2 Struktur Kurikulum Lama .....................................................
55
3. Tabel 3.3 Usulan Struktur Kurikulum Baru ..........................................
56
4. Tabel 3.4 Struktur Kurikulum Baru ......................................................
56
5. Tabel 3.5 Perbedaan Esensial Kurikulum SMP ....................................
58
6. Tabel 4.1 Staf Pengajar SMPI Al-Azhar Bintaro...................................
65
7. Tabel 4.2 Jumlah Peserta Didik SMPI Al-Azhar 3 Bintaro .................
66
8. Tabel 4.3 Struktur Kurikulum 2013 SMPI Al-Azhar 3 Bintaro ...........
70
9. Tabel 4.4 Format RPP Menurut Permendikbud No.81a/2013 ..............
71
10. Tabel 4.5 Struktur Kurikulum 2013 Menurut Permendikbud No.68/2013
78
11. Tabel 4.6 Struktur Kurikulum 2013 SMPI Al-Azhar 3 Bintaro ...........
79
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Pedoman Wawancara Guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro
Lampiran 2
Hasil Wawancara Guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro
Lampiran 3
Pedoman Studi Dokumentasi
Lampiran 4
Pedoman Observasi
Lampiran 5
Uji Referensi
Lampiran 6
Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 7
Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 8
Surat Keterangan Penelitian
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa tidak akan terlepas dari pendidikan, karena
pendidikan merupakan modal utama untuk kemajuan dan perkembangan
suatu bangsa. Bangsa yang memiliki pendidikan maju biasanya menjadi
bangsa yang kuat, dan mampu melaksanakan pembangunan dengan baik.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem
Pendidikan Nasional, Bab I Pasal I, menjelaskan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara”.1
Lebih lanjut pada bab II pasal 3 Undang-undang Republik Indonesia
No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2
Tujuan dari adanya pendidikan di Indonesia bukan hanya untuk
mencerdaskan
anak
bangsa
tetapi
juga
untuk
menanamkan
jiwa
keberagamaan dalam diri masyarakat, sehingga mampu menjadi manusia
yang beriman dan memiliki ketaqwaan kepada Allah SWT dan tentunya
dibarengi dengan penanaman sikap dan watak yang islami sehingga mampu
menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bermartabat. Salah satu
1
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bab I, Pasal I.
2
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3.
1
2
upaya untuk menjadikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang
bermartabat dan memiliki ketaqwaan kepada Allah SWT adalah dengan
diberikannya pendidikan agama Islam.
Pendidikan Agama Islam merupakan suatu usaha-usaha yang sistematis
dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuasi dengan
ajaran Islam. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22 tahun 2006
tentang Standar Isi, dijelaskan bahwa pembelajaran PAI dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia mencakup etika, budi
pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.3 Sehingga
tujuan dari diberikannya pendidikan agama Islam (PAI) di samping untuk
memberikan pemahaman kepada siswa tentang permasalahan keagamaan juga
untuk menjadikan siswa memiliki ketaqwaan dan keimanan kepada Allah
SWT, serta dibarengi dengan sikap dan budi pekerti yang baik.
Tujuan dari pendidikan agama islam ini pun selaras dengan ayat AlQur’an yang memerintahkan umat manusia untuk bertaqwa kepada Allah
SWT, dan diantara ayat Al-Qur’an yang menjelaskan hal tersebut ialah:
‫ﺘ ُﻢ‬
ٰ‫ﯾ‬
﴾١٠٢﴿ َ‫ﻣُﺴﻠِﻤﻮن‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu
kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan jangan sekali-kali
kamu mati melainkan dalam keadaan Islam.” (Q.S Ali Imran:102)4
3
Republik Indonesia, Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 Tentang
Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
4
Al-Qur’an, Surat Ali Imron, Ayat 102
3
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah
memperbaiki bagimu ámalan-ámalanmu dan mengampuni bagimu
dosa-dosamu, dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka
sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Qs. Al
Ahzab : 70-71)5
Untuk saat ini pemberian pendidikan agama Islam merupakan suatu
yang sangat penting bagi anak, karena pendidikan agama bukan hanya
memberikan pengetahuan dari segi kognitif saja tetapi mencakup aspek
afektif dan psikomotorik. Untuk meningkatkan suatu mutu pendidikan
tentunya unsur-unsur dalam pendidikan pun harus ditingkatkan. Dari sekian
banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu
unsur pendidikan yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Menurut E Mulyasa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar,
materi standar, dan hasil belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar
dan tujuan pendidikan tertentu.6
Sejalan dengan perkembangan dan perjalanan waktu, Indonesia sudah
melakukan beberapa kali pergantian kurikulum, diantaranya kurikulum
’76, kurikulum ’84, kurikulum ’94, kurikulum 2004 atau yang dikenal dengan
kurikulum KBK (kurikulum berbasis kompetensi), kurikulum 2006 atau yang
disebut dengan KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan), dan yang
terakhir diimplementasikan adalah kurikulum 2013. Tujuan dari adanya
perubahan kurikulum ini tidak lain adalah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia, supaya selaras dengan perkembangan zaman, sama
halnya dengan alasan perubahan KTSP menjadi kurikulum 2013 yang
menitik beratkan pada perkembangan dan perubahan zaman.
Melalui perubahan KTSP menjadi kurikulum 2013, pemerintah
mengharapkan pendidikan yang dilaksanakan akan dapat menghasilkan
5
Al-Qur’an, Surat Al-Ahzab, Ayat 70-71
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007),cet III, h. 46
6
4
lulusan sekolah yang lebih cerdas, kreatif, inovatif, memiliki kepercayaan diri
yang tinggi sebagai individu maupun sebagai bangsa, serta toleran terhadap
segala perbedaan yang ada.7 Latar belakang lainnya yang mendasari
perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 antara lain berkaitan
dengan problem sosial dan masyarakat, problem yang terjadi dalam
penyelenggaraan pendidikan itu sendiri serta perubahan sosial berupa
globalisasi dan tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan,8
sehingga tujuan dari kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan insan
Indonesia
untuk
memiliki
kemampuan
hidup
sebagai
pribadi
dan
warganegara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan
peradaban dunia.9
Berkaitan dengan perubahan dalam penyelenggaraan pendidikan, salah
satu hasil dari perubahan kurikulum dalam penyelenggaran pendidikan adalah
dengan memberikan perhatian yang lebih pada masalah pendidikan agama,
hal ini terlihat dari ditambahnya alokasi waktu untuk mata pelajaran agama
disetiap jenjang pendidikan (SD, SMP, danSMA). Khusus untuk jenjang
SMP, mata pelajaran PAI yang tadinya hanya mendapat alokasi waktu dua
jam pelajaran setiap minggunya ditambah menjadi tiga jam pelajaran dalam
satu minggu, selanjutnya penggunaan TI (teknologi informatika) yang
dulunya merupakan bagian dari mata pelajaran, tetapi setelah diadakan
perubahan dalam kurikulum, TI diaplikasikan pada seluruh mata pelajaran,
dan dengan diaplikasikannya TI pada seluruh mata pelajaran maka TI pun
teraplikasi dalam mata pelajaran PAI, dan hal ini akan memberikan kontribusi
yang bagus untuk lebih mengembangkan pembelajaran PAI, selain itu
kurikulum 2013 juga menawarkan pembelajaran berbasis kompetensi,
7
Kemendikbud, “Informasi Kurikulum Untuk Masyarakat”, Naskah Akademik
Kemendikbud, Jakarta 2013, h.1,tidak dipublikasikan.
8
Ibid.
9
Kemendikbud, “Kurikulum 2013 (Rasional, Kerangka Dasar, Struktur, Implementasi,
dan Evaluasi
Kurikulum)”, Naskah Akademik Kemendikbud, Jakarta.2013,h. 33, tidak
dipublikasikan.
5
sehingga siswa dituntut untuk menguasai seluruh kompetensi baik dari segi
kognitif, afektif juga psikomotorik, dan hal ini sangat sejalan dengan
pembelajaran PAI karena pembelajaran bukan hanya dituntut untuk mampu
menguasai kompetensi kognitif tetapi juga afektif dan psikomotorik.
Dengan banyaknya hal yang ingin dicapai oleh kurikulum baru ini,
maka tentu saja disini dibutuhkan banyak dukungan baik dari sekolah, kepala
sekolah, tenaga pendidik dan lain sebagainya, oleh karena itu untuk
pengaplikasian kurikulum yang baru secara keseluruhan dibutuhkan waktu
sekitar empat tahun atau bahkan lebih, sehingga untuk sekarang
pengaplikasian dari kurikulum yang baru ini hanya baru meliputi beberapa
sekolah saja yang dipilih oleh pemerintah untuk dijadikan sebagai bahan
percobaan.10
Setelah
diadakannya
perubahan
dan
pengimplementasian
dari
kurikulum baru ini di beberapa sekolah, ternyata tidak semua sekolah
memberikan respon yang positif ada juga sekolah yang memberikan respon
negatif, respon negatif ini terjadi karena adanya beberapa kendala yang
muncul pada saat pengimplementasian kurikulum tersebut, dan dikarenakan
respon dari sekolah merupakan hal yang sangat penting bagi keterlaksanaan
kurikulum baru ini untuk kedepanya, sehingga kendala sekecil apapun yang
muncul harus dapat ditangani dengan cepat. Maka dengan adanya
permasalahan ini penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana perubahan dari
kurikulum 2013 ini di sekolah. Dengan inilah penulis mencoba untuk
mengangkat permasalahan ini menjadi sebuah karya tulis skripsi dengan judul
“Perubahan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di SMPI Al-Azhar 3
Bintaro”
10
Kemendikbud, “Pedoman Implementasi Kurikulum 2013”, Naskah Akademik
Kemendikbud Jakarta 2013, h. 89, tidak dipublikasikan
6
B. Masalah Penelitian
1. Identifikasi masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, permasalahan yang
teridentifkasi muncul dalam perubahan kurikulum dari KTSP ke
Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:
a. Kurangnya SDM (sumber daya manusia) yang mampu menjabarkan
kurikulum 2013 pada kebanyakan satuan pendidikan.
b. Kurangnya pemahaman guru pada kurikulum 2013.
c. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai
kelengkapan dari pelaksanaan kurikulum 2013.
d. Sejauh mana perubahan dari kurikulum 2013 dalam pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
2. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah dalam mengarahkan penelitian ini, penulis
membatasi permasalah yang teridentifikasi di atas khusus terhadap respon
perubahan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI).
3. Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan pembatasan masalah yang telah ditetapkan,
rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut “Bagaimanakah
respon guru PAI di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro terhadap perubahan
kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)?”
C. Tujuan
Berlandaskan rumusan masalah penelitian yang telah ditentukan, maka
penelitian ini ditujukan untuk mengetahui respon guru PAI di SMPI AlAzhar 3 Bintaro terhadap perubahan kurikulum 2013 pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI).
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut, pelaksanaan penelitian yang
dilaksanakan diharapkan dapat memberikan kontribusi atau manfaat sebagai
berikut:
7
Manfaat teoritis yaitu dapat digunakan sebagai referensi dan
penelitian berikutnya yang sejenis. Sedangkan manfaat praktisnya adalah
bagi sekolah, dapat meningkatkan pemberdayaan kurikulum, terutama
yang terkait dengan perubahan dan implementasi kurikulum 2013 yang
tentunya dimaksudkan untuk meningkatan mutu pendidikan sekolah. Bagi
guru dan kepala sekolah, dapat digunakan sebagai pembanding dan
pengembang kurikulum, sehingga dapat lebih memaksimalkan pengetahuan
tentang penerapan kurikulum dalam proses penddikan.
E. Metode Penelitian
1.
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah
desain penelitian dengan pendekatan kualitatif. Sebelum memahami apa
yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif, Mcmillan dan Schumacher
yang dikutip oleh Emzir menjelaskan yang dimaksud dengan penelitian
itu sendiri, yaitu suatu proses sistematik pengumpulan dan penganalisaan
informasi atau data untuk berbagai tujuan.11 Selanjutnya yang dimaksud
dengan pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang dimaksudkan
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti
kemudian dituangkan dalam bentuk deskripsi yang berupa kata-kata atau
gambar, dan bukan angka-angka.12 Metode penelitian yang penulis
gunakan adalah metode penelitian deskriptif (Descriptive Research) atau
dikenal juga dengan studi kasus yaitu penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui suatu fenomena yang terjadi.13 Dalam pnelitian ini penulis
bermaksud untuk menggambarkan respon dari perubahan kurikulum
2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPI Al-Azhar 3
Bintaro. Sebagai strategi yang dilakukan untuk mengumpulkan atau
memperoleh data, penulis melakukan pengamatan secara langsung di
11
Emzir, Metodologi Penelitian (Kuantitatif & Kualitatif),(Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada,2011),Cet.5,h.5
12
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2013). Cet.31,h. 6-13.
13
Ihat Hatimah, dkk, Penelitian Pendidikan,(Bandung: UPI Press, 2006), h. 95
8
kelas, melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam, serta melakukan studi dokumentasi terhadap berbagai data
terkait. Data yang penulis peroleh kemudian penulis gabungkan lalu
dianalisis secara triangulasi, setelah itu baru penulis tuangkan dalam
laporan tertulis.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif sehingga untuk
memperoleh data yang menggambarkan keadaan sebenarnya, penulis
menggunakan penelitian lapangan (Field Research), yakni memperoleh
data secara langsung dengan cara mendatangi sekolah yang akan diteliti
yaitu SMPI Al-Azhar 3 Bintaro.
2.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif (Descriptive Research), yaitu penelitian yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu
gejala yang apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Pada penelitian
deskriptif ini tidak diperlukan administrasi dan pengontrolan terhadap
perlakukan, karena penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk
menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan keadaaan dari
suatu gejala yang apa adanya.14 Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan
utama penelitian deskriptif adalah untuk memberikan gambaran yang
jelas dan akurat tetang gejala atau fenomena yang terjadi di lapangan
tanpa menguji hipotesis.
3.
Subjek Penelitian, Responden Penelitian dan Sumber Data
Berikut adalah subjek penelitian, responden penelitian, dan sumber
data yang penulis gunakan.
a.
Subjek penelitian yang diteliti adalah mengenai respon terhada
perubahan kurikulum dari KTSP ke Kurikulum 2013 pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
14
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta,2007), h. 234
9
b.
Responden penelitian merupakan orang yang dapat merespon dan
memberikan informasi tentang data penelitian.15maka yang menjadi
responden dalam penelitian ini adalah seluruh guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro.
c.
Sumber data yang penulis gunakan untuk memperoleh data yaitu:
1) Sumber data primer yakni wawancara terhadap guru mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) SMPI Al-Azhar 3
Bintaro dan observasi.
2) Sumber data sekunder yakni data dokumentasi.
4.
Unit Analisis atau Satuan Subjek
Menurut Suharsimi Arikunto, unit analisis adalah satuan subjek
atau responden yang dapat memberikan informasi mengenai data
penelitian yang sedang diteliti.16 Pada penelitian ini yang menjadi unit
analisis atau satuan subjeknya adalah seluruh guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro
5.
Tempat dan Waktu Penelitian.
Penelitian ini bertempat di YPI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro yang
berlokasi di Jl. Bonjol No.9 Pondok Karya Pondok Aren Tanggerang
Banten. Pelaksanaan penelitian dimulai dari tanggal 1 November 2013
sampai 6 Desember 2014.
Pertimbangan utama pemilihan lokasi penelitian adalah kenyataan
bahwa SMPI Al Azhar 3 Bintaro merupakan salah satu sekolah yang
telah mengimplementasikan Kurikulum 2013 sejak awal tahun pelajaran
2013-2014,
selain
itu
sekolah
ini
merupakan
tempat
penulis
melaksanakan PPKT (Praktek Propesi Keguruan Terpadu) sebelumnya
sehingga mempermudah dalam memperoleh perizinan serta pelaksanaan
penelitian.
15
16
Ibid., h. 88
Ibid., h. 89
10
6.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.
Pengamatan (Observation)
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang
mempunyai ciri spesifik yaitu adanya wawancara, kalau wawancara
selalu berhubungan dengan komunikasi dengan manusia, maka
observasi tidak terbatas pada manusia tetapi juga objek alam yang
lain.17
Observasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
observasi terus terang dan tersamar, dalam melakukan pengumpulan
data penulis menyatakan secara terus terang kepada sumber data
bahwa ia sedang melakukan penelitian, sehingga yang diteliti dapat
mengetahui aktivitas penelitian sejak awal sampai akhir. Tetapi
dalam suatu saat peneliti pun bisa melakukan penelitian secara
tersamar atau tidak terus terang, hal ini untuk menghindari kalau
suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.18
b.
Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa masa lalu. Dokumen
bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental. Studi
dokumentasi merupakan pelengkap dari hasil penelitian observasi
dan wawancara, sehingga data menjadi kuat dan dapat dipertanggung
jawabkan.19 Dokumentasi yang penulis gunakan adalah untuk
memperoleh
data
atau
informasi
yang
berkaitan
dengan
permasalahan yang penulis teliti.
c.
Wawancara (Interview)
Menurut esterberg yang dikutip oleh sugiono menjelaskan
definisi wawancara yaitu pertemuan antara dua orang untuk bertukar
17
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D),(Bandung Alfabeta,2011),Cet.13,h. 203
18
Ibid., h. 312
19
Ibid., h. 329
11
informasi
dan
ide
melalui
tanya
jawab,
sehingga
dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.20
Wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara tidak
terstruktur atau wawancara bebas atau disebut juga dengan
wawancara tanpa kendali.21 Dalam pelaksanaan wawancara penulis
tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data dari responden
(guru Pendidikan Agama Islam SMPI Al-Azhar 3 Bintaro)22
sehingga data yang didapat lebih fleksibel sesuai dengan keperluan.
Wawancara dilakukan dengan seluruh guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro untuk
mendapatkan data mengenai gambaran respon perubahan kurikulum
dari KTSP ke Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
7.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis model Miles
dan Huberman, yaitu analisis data yang dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu.23 Tahapan analisis data yang dilakukan adalah:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya,
serta membuang hal yang tidak perlu.24 Pada tahap ini penulis
mereduksi data dari
hasil wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi. Dengan demikian data yang direduksi akan lebih
20
Ibid., h.140
Arief Subyanto & FX. Suwarto, Metode & Teknik Penelitian Sosial. (Yogyakarta:
Andi, 2006),h.105
22
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif dan R&D, (Bandung:
Afabeta,2012), cet.17,h.138
23
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitataif, (Bandung: Alfabeta, 2013),Cet.8,h.87
24
Ibid.
21
12
memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan peneliti dalam
melakukan pengolahan dan analisis berikutnya.
b. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data atau dapat disebut juga dengan penyajian data.
Melalui penyajian data tersebut, maka data akan terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan lebih mudah untuk
difahami. Penyajian data juga dapat difahami sebagai sejumlah
informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan untuk
adanya
penarikan
kesimpulan
dan
pengambilan
tindakan.25
Selanjutnya penyajian data yang akan penulis sajikan adalah dalam
bentuk uraian singkat.
c. Conclution Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan)
Setelah data direduksi selanjutnya penulis melakukan penarikan
kesimpulan yang didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten.
Menurut sugiono penarikan kesimpulan yang didukung oleh buktibukti yang valid dan konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel. Walaupun kesimpulan dalam
penelitian kualitatif mungkin dapat menjwab rumusan masalah yang
memang dirumuskan sejak awal mungkin juga tidak. Adapun teknik
yang penulis gunakan dalam penarikan kesimpulan adalah:
1)
Triangulasi Data atau Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam metode penelitian kualitatif.26
dalam hal ini peneliti membandingkan data hasil observasi
dengan data hasil wawancara dan studi dokumentasi.
25
26
Ibid., h.95
Moleong. op. cit., h. 330
13
2)
Triangulasi metode
Triangulasi
menggunakan
metode
berbagai
merupakan
metode
suatu
pengumpulan
teknik
yang
data
untuk
menggali data sejenis.27 Teknik ini bersifat menggabungkan dari
berbagai teknk pengumpulan data yaitu wawancara, observasi,
dan studi dokumentasi, dengan sumber data yang lainnya.
Apabila peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik
pengumpulan data maka sebenarnya peneliti sedang melakukan
pengumpulan data sekaligus menguji kredibilitas data. 28 Oleh
karena itu penggunaan teknik triangulasi dalam pengumpulan
data akan memberikan hasil berupa data yang lebih konsisten
tuntas dan pasti.
27
28
Moleong. op. cit., h. 331
Sugiono. op. cit., h.125
BAB II
KONSEP PERUBAHAN KURIKULUM
A. Konsep Kurikulum
1. Definisi Kurikulum
Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata
curir dan curere yang merupakan istilah bagi tempat berpacu, berlari, di
dalam sebuah perlombaan yang telah dibentuk rute pacuannya dan harus
dilalui oleh para kompetitor perlombaan. 1
Selanjutnya Robert S. Zais yang dikutip oleh Lias menjelaskan
bahwa “kurikulum berasal dari bahasa Latin yaitu curriculum yang
semula berarti race course (gelanggang perlombaan).
2
Kemudian
pengertian kurikulum berkembang dan dipakai dalam dunia pendidikan
yang memiliki arti sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk
mencapai suatu gelar atau ijazah”.3 Jarak yang ditempuh dalam kurikulum
itu merupakan program sekolah. Program tersebut berisi mata pelajaran
(courses) yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu
tertentu.4
Kurikulum merupakan suatu perangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai
pedoman
penyelenggaraan
kegiatan
pembelajaran
untuk
mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu.5 Selanjutnya Harold B.
Alberry yang dikutip oleh Rusman, memandang kurikulum sebagai semua
kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab suatu
1
Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan
Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2011),h.1
2
Lias Hasibuan,Kurikulum dan Pemikuran Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada,2010),h,2.
3
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum
Sebagai Subtansi Problem Administrasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1993),cet.4, h.12
4
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Konsep Teori, Prinsip,
Prosedur, Komponen, Pendekatan, Model, Evaluasi & Inovasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011),h.3.
5
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009),h.3
14
15
sekolah.6 Sedangkan menurut Saylor, Alexander, dan Lewis yang dikutip
oleh Wina Sanjaya, kurikulum merupakan segala upaya sekolah untuk
mempengaruhi siswa agar dapat belajar dengan baik, baik dalam ruangan
kelas maupun di luar ruangan kelas atau di luar sekolah.7
Pada dasarnya konsep kurikulum selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan teori dan praktik pendidikan, dan juga bervariasi sesuai
dengan aliran atau teori pendidikan yang dianut. Namun sebenarnya
terdapat tiga konsep tentang kurikulum yang perlu mendapat perhatian,
yaitu kurikulum sebagai subtansi, kurikulum sebagai sistem dan
kurikulum sebagai bidang studi.8
Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu subtansi, yaitu
kurikulum dipandang sebagai suatu rencana bagi kegiatan belajar muridmurid di sekolah, atau sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai.
kurikulum juga bisa menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi
rumusan tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan
evaluasi. Kurikulum juga dapat digambarkan sebagai suatu dokumen
tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum
dengan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu
kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu
kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.9
Konsep kedua, kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem
kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan,
sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Sistem kurikulum
mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara
menyusun
suatu
kurikulum,
melaksanakan,
mengevaluasi
dan
menyempurnakannya. Hasil dari sistem kurikulum adalah tersusunnya
6
Ibid.
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta:Kencana,2008),Cet.3,h.4
8
Nana syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum;Teori dan Praktek,(Bandung:PT
Remaja Rosdakarya:2011),cet.13,h.27
9
Ibid.
7
16
suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana
memlihara kurikulum agar tetap dinamis.10
Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi, yaitu bidang
studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan
ahli bidang pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang
studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem
kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari
konsep-konsep dasar tentang suatu kurikulum. Melalui studi kepustakaan
dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan halhal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi dari suatu
kurikulum.11
Jadi yang dimaksud dengan konsep kurikulum adalah suatu konsep
yang berisi penjelasan mengenai kurikulum yang dapat dilihat dari segi
subtansi, sistem, dan suatu bidang studi.
2. Macam-Macam Model Konsep Kurikulum
Dalam konsep kurikulum terdapat beberapa macam model yang
dapat difahami diantaranya adalah, konsep kurikulum subjek akademis,
kurikulum humanistik, kurikulum rekontruksi sosial, dan konsep
teknologi dan kurikulum.12
a. Kurikulum subjek akademis
Model konsep kurikulum ini adalah model yang tertua, sejak
sekolah yang pertama berdiri, kurikulumnya mirip dengan tipe ini,
walaupun sekarang telah berkembang berbagai tipe-tipe lainnya,
namun umumnya sekolah tidak dapat melepas tipe yang satu ini, hal
itu dikarenakan kurikulum ini sangat praktis, mudah disusun, dan
mudah digabungkan dengan tipe lainnya. Kurikulum subjek akademis
bersumber dari pendidikan klasik yang berorientasi pada masa lalu.
Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya
10
Ibid.
Ibid.
12
Ibid., h.81
11
17
masa lalu tersebut dan kurikulum ini lebih mengutamakan isi
pendidikan.13
b. Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan
humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan
pribadi (personalized education) yaitu John Dewey (Progressive
education) dan J.J Rousseau (Romantic Education). Aliran ini lebih
memberikan tempat utama kepada siswa atau lebih menitikberatkan
pada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa
adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Ia adalah subjek
yang menjadi pusat kegiatan pendidikan. Mereka percaya bahwa
siswa mempunyai potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk
berkembang. Para pendidik Humanis juga berpegang pada konsep
Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan suatu kesatuan yang
menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina manusia yang
utuh bukan dari segi fisik dan intelektual saja tetapi juga segi sosial
dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain).14
c. Kurikulum Rekontruksi Sosial
Kurikulum rekontruksi sosial berbeda dengan model-model
kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada
problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum
ini bersumber pada aliran pendidikan intraksional. Menurut mereka
pendidikan bukanlah upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama,
interaksi kerja sama, selain itu kerja sama atau interaksi bukan hanya
terjadi antara siswa dengan guru saja, tetapi juga antara siswa dengan
siswa, antara siswa dengan orang-orang yang berada di sekitarnya
atau lingkungannya, dan juga kerjasama dengan sumber belajar
lainnya, sehingga dengan adanya kerja sama ini siswa berusaha
13
Ibid., h.82
Ibid., h.87
14
18
memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat
menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.15
d. Teknologi dan Kurikulum
Abad dua puluh ditandai dengan perkembangan teknologi yang
sangat pesat. Perkembangan teknologi banyak mempengaruhi setiap
bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan, walaupun
sejak dahulu teknologi sudah mulai diterapkan dalam bidang
pendidikan tetapi teknologi yang digunakan masih bersifat sederhana
seperti penggunaan papan tulis, kapur, pena, tinta dan lain-lain.
Dewasa ini sesuai dengan tahap perkembangannya teknologi yang
digunakan dalam dunia pendidikan sudahlah semakin maju seperti
penggunnaan audio dan video cassette, overhead projektor, film slide,
dan motion film, mesin pengajaran, komputer, CD-rom dan internet.
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, di bidang
pendidikan berkembang pula teknologi pendidikan, aliran ini
melakukan penekanan pada isi kurikulum yang berbasis teknologi
dengan
menekankan
penggunaan
alat-alat
teknologis
untuk
menunjang efisiensi dan efektifitas pendidikan. Kurikulumnya berisi
rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan media, juga modelmodel pengajaran yang banyak melibatkan alat penerapannya.
Sebagai contoh pengajaran dengan bantuan film dan video, pengajaran
berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul juga pengajaran
dengan bantuan komputer dan lain-lain.16
3. Fungsi Kurikulum
Secara garis besar fungsi kurikulum dapat dirumuskan sebagai:
Pertama alat untuk mencapai tujuan dan untuk menempuh harapan
manusia sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. Kedua pedoman dan
program yang harus dilakukan oleh subyek dan obyek pendidik. Ketiga
fungsi
15
16
Ibid., h.91
Ibid., h.96
kesinambungan
untuk
mempersiapkan
jenjang
sekolah
19
berikutnya penyiapan tenaga kerja bagi peserta didik yang tidak
melanjutkan, dan Keempat sebagai standar penilaian kriteria keberhasilan
suatu proses pendidikan atau sebagai batasan dari program kegiatan yang
akan dijalankan pada tingkat pendidikan tertentu.17 Selanjutnya
Alexander Inglis, dalam bukunya Principle of Secondari Education yang
dikutip oleh Oemar Hamalik menyatakan bahwa fungsi kurikulum,
diantaranya adalah untuk penyesuaian (the adjustive of adaptive
function), pengintegrasian (the integrating function), peferensiasi (the
differentiating
function),
persiapan
(the
propaedeutic
function),
pemilihan (the selective function), diagnostik (the diagnostic function).18
B. Pengembangan Kurikulum
1. Konsep Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah suatu perencanaan kesempatankesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah
perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai hingga mana
perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Sedangkan yang
dimaksud dengan kesempatan belajar adalah suatu hubungan yang
direncanakan dan terkontrol antara para siswa, guru, bahan peralatan, dan
lingkungan dimana proses belajar yang diinginkan diharapkan terjadi.
Semua kesempatan belajar yang direncanakan oleh guru, bagi para siswa
sesungguhnya merupakan “kurikulum itu sendiri”. 19
Apabila melihat pengertian di atas sesungguhnya pengembangan
kurikulum adalah adalah suatu siklus yang tidak pernah berakhir. Siklus
tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. Tujuan: mempelajari semua sumber-sumber pengetahuan dan
mempertimbangkan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang
berkenaan dengan mata pelajaran maupun kurikulum secara
menyeluruh.
17
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum
Sebagai Subtansi Problem Administrasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1993),cet.4,
h.17-21
18
Oemar Hamalik. Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006),h. 95
19
Ibid., h. 97
20
b. Metode dan material: mengembangkan dan mencoba
menggunakan berbagai metode dan material sekolah untuk
mencapai tujuan-tujuan yang sudah dirumuskan menurut
pertimbangan guru.
c. Penilaian: menilai keberhasilan pekerjaan yang telah
dikembangkan menurut tujuan yang ingin dicapai.
d. Balikan: umpan balik dari semua pengalaman yang telah
diperoleh sehingga menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya. 20
2. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum
Dalam mengembangkan suatu kurikulum perlu diperhatikan dasardasar dari pengembangan kurikulum yaitu:
a. Kurikulum disusun untuk mewujudkan sistem pendidikan
nasional
b. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan
dengan menggunakan pendekatan kemampuan.
c. Kurikulum harus sesuai dengan ciri khas suatu satuan
pendidikan pada masing-masing jenjang pendidikan.
d. Kurikulum pendidikan dasar, menengah dan tinggi
dikembangkan atas dasar standar nasional pendidikan untuk
setiap jenis dan jenjang pendidikan.
e. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan
secara berdiversifikasi, sesuai dengan kebutuhan potensi, dan
minat peserta didik dan tuntutan pihak-pihak yang memerlukan
dan berkepentingan.
f. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan tuntutan
pembangunan daerah dan nasional, keanekaragaman potensi
daerah dan lingkungan serta kebutuhan pengembangan iptek dan
seni.
g. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan
secara berdiversifikasi, sesuai dengan tuntutan lingkungan dan
budaya setempat.
h. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan mencakup aspek
spiritual keagamaan, intelektualitas,watak konsep diri,
keterampilan belajar, kewirausahaan, keterampilan hidup yang
berharkat dan bermartabat, pola hidup sehat, estetika, dan rasa
kebangsaan.21
20
21
Ibid.
Ibid., h. 98-99
21
3. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa prinsip umum
diantaranya “prinsip relevansi, prinsip fleksibilitas, prinsip kontinuitas,
prinsip praktis, dan prinsip efektifitas”.22
Prinsip pertama relevansi. Ada dua macam relevansi yang harus
dimiliki kurikulum, yaitu relevan ke luar dan relevansi di dalam
kurikulum itu sendiri. Relevansi keluar maksudnya tujuan, isi, dan proses
belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan
tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Apa yang tertuang
dalam kurikulum hendaknya mempersiapkan siswa untuk tugas tersebut.
Kurikulum bukan hanya mempersiapkan siswa untuk kehidupan yang
sekarang tetapi juga kehidupan yang akan datang. Kurikulum juga harus
memiliki relevansi di dalam yaitu adanya kesesuaian atau konsistensi
antara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses
penyampaian, dan penilaian. Relevansi internal ini menunjukan suatu
keterpaduan kurikulum.23
Prinsip kedua adalah fleksibilitas, kurikulum hendaknya memiliki
sifat lentur atau fleksibel. Kurikulum sudah seharusnya mampu
mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan kehidupan yang
akan datang, dimana pun anak berada, latar belakang dan kemampuan
apa pun yang dimiliki oleh anak kurikulum harus mampu untuk
mencakup kesemuanya. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum
yang
berisi
hal-hal
yang
solid,
tetapi
dalam
pelaksanaanya
memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi
daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang anak.24
Prinsip
Perkembangan
ketiga
adalah
kontinuitas
dan
proses
belajar
anak
yaitu
kesinambungan.
berlangsung
secara
kesinambungan, tidak terputus-putus atau terhenti-henti. Oleh karena itu
pengalaman belajar yang diberikan kurikulum juga haruslah bersifat
22
Sukmadinata. op. cit., h.150
Ibid., h.151
24
Ibid.
23
22
kesinambungan antar satu tingkat kelas dengan kelas yang lain antara
satu jenjang pendidikan dengan jenjang pendidikan lainnya, juga antar
jenjang pendidikan dengan pekerjaan. Pengembangan kurikulum perlu
dilakukan secara serempak dan juga diperlukan selalu adanya
komunikasi dan kerja sama antara para pengembang kurikulum sekolah
dasar dengan,SMP, SMA, dan juga dengan pergurunan tinggi.25
Prinsip keempat adalah praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan
alat-alat sederhana dan biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut
dengan prinsip efisiensi. Betapapun bagusnya suatu kurikulum tapi kalau
menuntut peralatan khusus dan mahal biayanya juga dituntut adanya
keahlian-keahlian khusus maka kurikulum tersebut tidak praktis dan
sukar untuk dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan
dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat,
maupun personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal tapi juga harus
praktis.26
Prinsip kelima adalah efektifitas. Walaupun kurikulum tersebut
harus murah dan sederhana tetapi keberhasilannya tetap harus
diperhatikan dan di jaga. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik
secara kuantitas maupun kualitas. Pengembangan suatu kurikulum tidak
dapat
dilepaskan
dan
merupakan
penjabaran
dari
perencanaan
pendidikan. Perencanaan di bidang pendidikan juga merupakan bagian
yang dijabarkan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah di bidang
pendidikan. Keberhasilan keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi
keberhasilan pendidikan.27
25
Ibid.
Ibid.
27
Ibid.
26
23
4. Landasan Pengembangan Kurikulum
Kurikulum dikembangkan berdasarkan ketentuan yuridis yang
mewajibkan adanya pengembangan kurikulum baru, landasan filosofis,
dan juga landasan empirik.28 Landasan yuridis merupakan suatu
ketentuan hukum yang dijadikan dasar untuk pengembangan kurikulum
dan yang mengharuskan adanya pengembangan kurikulum baru.
Landasan filosofis adalah landasan yang mengarahkan kurikulum kepada
manusia dan apa yang akan dihasilkan kurikulum. Landasan teoritik
memberikan dasar-dasar teoritik pengembangan kurikulum sebagai suatu
dokumen dan proses. Landasan empirik memberikan arahan berdasarkan
pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku di lapangan.
a.
Landasan Yuridis
Secara konseptual, kurikulum merupakan suatu respon
pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam
membangun generasi muda bangsa. Secara pedagogis, kurikulum
adalah rancangan pendidikan yang memberi kesempatan untuk
peserta didik mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana
belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan dirinya,
untuk memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat dan bangsanya.
Sedangkan secara yuridis, kurikulum merupakan suatu kebijakan
publik yang didasarkan kepada dasar filosofis bangsa dan keputusan
yuridis di bidang pendidikan.29
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undangundang Dasar 1945, Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun
2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun
28
Kemendikbud, “Kurikulum 2013 (Rasional, Kerangka Dasar, Struktur, Implementasi,
dan Evaluasi Kurikulum)”, Naskah Akademik Kemendikbud, Jakarta.2013, h..30, tidak
dipublikasikan.
29
Kemendikbud, “Dokumen Kurikulum 2013”, Naskah Akademik Kemendikbud,
Jakarta.2013, h..2, tidak dipublikasikan
24
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. 30
b.
Landasan Filosofis
Pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Untuk mengembangkan
dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat,
pendidikan berfungsi mengembangkan potensi peserta didik
“menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab”
(UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).31
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka
pengembangan kurikulum haruslah berakar pada budaya bangsa,
kehidupan bangsa masa kini, dan
kehidupan bangsa di masa
mendatang.32
jadi dapat difahami bahwa kurikulum dimaksudkan untuk
membangun kehidupan masa kini dan masa akan datang bangsa,
yang dikembangkan dari warisan pretasi bangsa di masa lalu, serta
kemudian diwariskan dan dikembangkan untuk kehidupan masa
depan. Ketiga dimensi kehidupan bangsa, masa lalu-masa sekarangmasa yang akan datang, menjadi landasan filosofis pengembangan
kurikulum.
c.
Landasan Empiris
Kurikulum harus mampu membentuk warga Indonesia yang
mampu menyeimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat untuk
30
Kemendikbud. op.cit.., 31.
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional,Bab II, pasal 3.
32
Kemendikbud. op.cit., h. 33.
31
25
memajukan jatidiri sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan
kebutuhan untuk berintegrasi sebagai satu entitas bangsa Indonesia.
Dewasa ini, kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan
kekerasan dan kasus pemaksaan kehendak sering muncul di
Indonesia. Kecenderungan ini juga menimpa generasi muda,
misalnya pada kasus-kasus perkelahian massal. Walaupun belum ada
suatu kajian ilmiah yang menyatakan bahwa kekerasan tersebut
berhulu dari kurikulum, namun beberapa ahli pendidikan dan tokoh
masyarakat menyatakan bahwa salah satu akar permasalahnya
adalah implementasi kurikulum yang terlalu menekankan aspek
kognitif dan keterkungkungan peserta didik di ruang belajarnya
dengan kegiatan yang kurang menantang peserta didik.33 Oleh
karena itu, kurikulum perlu direorientasi dan direorganisasi terhadap
beban belajar dan kegiatan pembelajaran yang dapat menjawab
kebutuhan ini.
d.
Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “pendidikan
berdasarkan
standar”
(standard-based
education),
dan
teori
kurikulum berbasis kompetensi.34
Pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang
menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara
untuk suatu jenjang pendidikan. Standar bukan
kurikulum
dan
kurikulum dikembangkan agar peserta didik mampu mencapai
kualitas standar nasional atau di atasnya. Standar kualitas nasional
dinyatakan
Kompetensi
sebagai
Lulusan
Standar
Kompetensi
mencakup
sikap,
Lulusan.
Standar
pengetahuan,
dan
keterampilan (PP nomor 19 tahun 2005). Standar Kompetensi
33
34
Ibid., h. 37.
Ibid., h. 40.
26
Lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi Lulusan Satuan
Pendidikan yaitu SKL SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.35
Kompetensi adalah kemampuan sesorang untuk bersikap,
menggunakan pengetahuan dan ketrampilan untuk melaksanakan
suatu tugas di sekolah, masyarakat, dan lingkungan dimana yang
bersangkutan
berinteraksi.
Kurikulum
berbasis
kompetensi
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya
bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap, ketrampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk membangun kemampuan yang
dirumuskan dalam SKL.36 Hasil dari pengalaman belajar tersebut
merupakan hasil belajar peserta didik yang menggambarkan manusia
dengan kualitas yang dinyatakan dalam SKL.
5. Pengembang Kurikulum
Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut
berpartisipasi, yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli
kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua
murid, serta tokoh-tokoh masyarakat. Dari pihak-pihak tersebut yang
secara terus menerus turut terlibat dalam pengembangan kurikulum
adalah administrator, guru dan orang tua. 37
a. Peranan para administrator pendidikan
Para administrator pendidikan ini terdiri atas: direktur bidang
pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah,
kepala kantor kabupaten dan kecamata dan kepala sekolah. Peranan
para administrator di tingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam
pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum,
menyususun kerangka dasar serta program inti kurikulum. Kerangka
dasar dan program inti tersebut akan menentukan minimum course
yang dituntut.38
35
Ibid., h. 40.
Ibid., h. 41.
37
Sukmadinata. op.cit., h.155
38
Ibid.
36
27
b. Peranan para ahli
Pengembagan kurikulum bukan saja didasarkan atas perubahan
tuntutan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi oleh
perkembangan konsep-konsep dalam ilmu.39 Oleh karena itu,
pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para
ahli, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang
studi/disiplin ilmu.
c. Peranan guru
Guru memgang peranan yang cukup penting baik dalam
perencanaan,
pelaksanaan
kurikulum.
Dia
adalah
perencana,
pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya.40
d. Peranan orang tua murid
Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum.
Peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal: pertama dalam
penyususnan kurikulum dan kedua dalam pelaksanaan kurikulum.41
Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat
ikut serta, lain halnya dalam pelaksanaan kurikulum, orang tua
memiliki peranan yang cukup besar dalam melakukan kerjasama
dengan guru atau sekolah, karena sebaagian kegiatan belajar yang
dituntut kurikulum dilaksanakan di rumah.
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum
Dalam melakukan pengembangan kurikulum sekolah tentunya
mendapatkan pengaruh dari kekuatan-kekuatan yang ada di sekitarnya
diantara adalah, perguruan tinggi, masyarakat, dan sistem nilai.42
a. Perguruan Tinggi
Kurikulum minimalnya mendapat dua pengaruh dari Perguruan
Tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari
39
Ibid., h.156
Ibid., h.157
41
Ibid., h.158
42
Ibid.
40
28
pengembang ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru
di Perguruan Tinggi Keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan).43
b. Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapakan
anak untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian dan agen dari
masyarakat di mana sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan
masyarakat di mana sekolah tersebut berada.44 Sehingga masyarakat
disini
cukup
memberikan
pengaruh
terhadap
pengembangan
kurikulum.
c. Sistem nilai
Dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai
moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis.45 Sekolah
sebagai lembaga masyarakat memiliki tanggung jawab dalam
memelihara dan meneruskan nilai-nilai tersebut. Sistem nilai yang
akan dipelihara dan diteruskan itu haruslah dapat terintegrasi dalam
kurikulum.
7. Hambatan-hambatan Pengembangan Kurikulum
Hambatan selalu muncul dalam segala aspek, ketika melakukan
pengembangan kurikulum pun tentunya akan ditemui hambatan dalam
proses pengembangannya dan diantara hambatan yang muncul dari
pelaksana kurikulum yaitu guru,46 juga hambatan yang berasal dari
masyarakat dan masalah biaya.47
Hambatan yang terletak pada guru ialah guru kurang berpartisipasi
dalam pengembangan kurikulum. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama kurangnya waktu. Kedua kekurangsesuaian pendapat, baik antar
sesama guru maupun dengan kepala sekolah dan administrator. Ketiga
43
Ibid.
Ibid., h 159
45
Ibid.
46
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2006),h..5
47
Sukmadinata. op. cit., h.160-161
44
29
karena pengetahuan dan kemampuan guru sendiri. Selanjunya hambatan
datang dari masyarakat berhubungan dengan dukungan dari masyarakat
baik dalam hal pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik
terhadap sistem pendidikan ataupun terhadap kurikulum yang sedang
berjalan. Masyarakat adalah sumber input dari sekolah. Keberhasilan
pendidikan, ketepatan kurikulum yang digunakan membutuhkan bantuan,
serta input fakta dan pemikiran dari masyarakat. Sedangkan hambatan
lain yang dihadapi oleh pengembang kurikulum adalah masalah biaya.
Untuk pengembangan kurikulum, apalagi yang berbentuk kegiatan
eksperiman
baik
metode,
isi,
atau
sistem
secara
keseluruhan
membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
8. Model-Model Pengembangan Kurikulum
Robert S. Zais dalam bukunya Curriculum Principles and
foundation yang dikutip oleh nana Syaodih mengemukakan delapan
model pengembangan kurikulum, yaitu, The Administrative Line-Staf
Model (Model Administratif), The Grass-Roots Model (Model grassroots), The Demonstration Model (Model demontrasi), Bauchamp’s
Model (Model Bauchamp), Taba’s Inverted Model (Model Taba), Rogers
Interpersonal Relation Model (Model Regers), The Systimatic ActionResearch Model (Model penelitian tindakan sistematik), Emerging
Technical Model (Model berdasarkan teknik yang sedang berkembang).48
Model–model pengembangan kurikulum merupakan bagian
integral dalam studi pengembangan kurikulum, bahkan sering dianggap
sebagai bagian yang lebih penting dibandingkan dengan dimensi lain,
karena hasil akhir dari proses pengembangan kurikulum adalah
kurikulum yang siap dan layak pakai. Model-model yang umum
digunakan dalam pengembangan kurikulum adalah:
a.
The Administrative (Line Staff) Model
Model ini dikembangkan oleh Smith, Stanley, and Shores pada
tahun 1957. Model ini dikembangkan dengan sistem dari atas ke
48
Ibid., h.161
30
bawah, dimana gagasan pengembangan kurikulum datang dari para
pejabat atau administrasi pendidikan (seperti: Mendiknas, Kanwil,
Dirjen, dan seterusnya) dan dengan menggunakan prosedur-prosedur
administrasi yang bersifat sentralistik, kemudian dibuatlah keputusan
tentang kebutuhan suatu program pengembangan kurikulum.49 Dan
model ini sangatlah cocok apabila diterapkan bagi negara-negara
yang menganut sistem sentralistik.
b.
The Grass-Roots Model
Model grass roots (akar rumput) ini sama halnya dengan
model Administrative (line staff) dikembangkan pula oleh Smith,
Stanley, and Shores, namun model ini berbeda dengan rekayasa
model administratif. Model grass roots diawali oleh para guru,
pembina sekolah dengan mengabaikan metode pembuatan keputusan
kelompok secara demokratis dan dimulai dari bagian-bagian yang
lemah kemudian diarahkan untuk memperbaiki kurikulum tertentu
secara spesifik atau bagian-baguan tertentu.50 sehingga model grass
root ini merupakan lawan dari model yang pertama yakni upaya
pengembangan kurikulum bukan datang dari atas tapi dari bawah.
c.
Model Demontrasi
Model
demontrasi
pada
awalnya
dirancang
untuk
memperkenalkan inovasi kurikulum dalam skala kecil, yaitu hanya
mencakup suatu atau beberapa sekolah saja,51 tapi selanjutnya
kurikulum ni mendapatkan sanggahan dari kalangan perguruan
tinggi dan masyarakat hal itu dikarenakan adanya upaya untuk
menerapkannya dalam program yang luas.
d.
Beauchamp’s System
Model
rekayasa
kurikulum
yang
lain
adalah
model
Beauchamp, sesuai dengan nama dari penciptanya, seorang ahli
49
Rusman. op. cit. h.79
Ibid., h.80
51
Ibid., h.81
50
31
kurikulum bernama Beauchamp menurutnya untuk merancang
sebuah kurikulum harus ditempuh lima langkah berikut:
e.
Pertama, menentukan terlebih dahulu lokasi atau wilayah yang
ditentukan sesuai dengan skala pengembangan kurikulum yang
telah direncanakan. Bila kurikulum yang ingin dikembangkan
berskala makro atau Nasional, wilayah atau lokasi yang akan
dijadukan pilot projek adalah provinsi. Namun, seandainya
bersifat daerah atau berskala mikro, kabupaten dapat dijadikan
lokasi pilot projek. Penetapan arena ini ditentukan oleh
wewenang yang dimliki oleh pengambil kebijaksanaan dalam
pengambangan kurikulum. Kedua, menentukan personalia siapa
saja yang akan ikut terlibat di dalam pengambangan kurikulum.
Ketiga, mengorganisasikan personalia tersebut ke dalam lima
tim, yang terdiri dari: tim pengembang kurikulum, tim peneliti
kurikulum, tim penyusun kurikulum baru, tim perumus kriteria
kurikulum, serta tim penyususn dan penulis kurikulum baru.
Keempat, implementasi kurikulum. Pada tahap membutuhkan
kesiapan dalam banyak hal, sepeti guru sebagai pelaksana
kurikulum di kelas, fasilitas, siswa, dana, manajerial pimpinan
sekolah atau administrator. Kelima dan merupakan langkah yang
terakhir adalah mengevaluasi kurikulum. Beauchamp
mengemukakan beberapa hal yang perlu dievaluasi, yakni:
evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru, evaluasi
terhadap desain kurikulum, evaluasi terhadap hasil belajar, dan
evaluasi terhadap sistem dalam kurikulum.52
Taba’s Inverted Model
Dalam kurikulum model Taba didalamnya terdapat lima
langkah atau lima tahapan yaitu: Pertama mengadakan unit-unit
eksperimen bersama guru-guru. Kedua menguji unit eksperimen.
Ketiga
mengadakan
pengembangan
revisi
keseluruhan
dan
kerangka
konsolidasi.
kurikulum.
Keempat
Kelima
implementasi dan diseminasi. 53
Kelima langkah atau tahapan di atas merupakan langkahlangkah yang harus dipenuhi ketika menggunakan pengembangan
kurikulum model Taba.
52
53
Sukmadinata. op. cit., h.164
Ibid., h.167
32
f.
Roger’s Interpersonal Relation Model
Terdapat empat langkah pengembangan kurikulum model
Rogers yang dikutip oleh Nana Syaodih. Langkah pertama,
pemilihan target dari sistem pendidikan. Langkah kedua, partisipasi
guru dalam pengalaman kelompok yang intensif. Langkah ketiga,
pengembangan pengalaman kelompok yang intesif untuk satu kelas
atau unit pelajaran. Keempat partisipasi orang tua dalam kegiatan
kelompok. Perbedaan model Rogers dengan model lainnya adalah
tidak adanya suatu perencanaan kurikulum tertulis tetapi hanya
rangkaian kegiatan kelompok, hal itulah yang menjadi Ciri khas dari
model Rogers.54
g.
The Systematic Action-Research Model
Pengembangan kurikulum
dengan menggunakan Model
penelitian Tindakan Sistematik yang dikembangkan oleh Smith,
Stanley, and Shores mendasarkan pada asumsi bahwa perubahan
kurikulum adalah perubahan sosial.55 yakni suatu proses yang
melibatkan kepribadian orang tua, siswa dan guru, struktur dan
sistem sekolah, pola relasi personal dan kelompok antara sekolah
dan masyarakat.
Kurikulum ini dikembangkan dalam konteks harapan warga
masyarakat, para orang tua, tokoh masyarakat, pengusaha, siswa,
guru,
dan
lain-lain.
Dan
diantara
langkah-langkah
dalam
pengembangannya adalah: langkah pertama, mengadakan kajian
secara saksama tentang masalah-masalah kurikulum,. Kedua
implementasi dari keputusan yang diambil dalam tindakan
pertama.56
h.
Emerging Technical Models
Model berdasarkan teknik yang sedang berkembang ini
dicetuskan oleh Kirst dan Walker. Model ini muncul seiring dengan
perkembangan pengetahuan dan teknologi, serta nilai-nilai bisnis
54
Ibid., h.167-168
Ibid., h.169
56
Ibid., h.170
55
33
dalam budaya industri. Dalam model ini tumbuhlah kecenderungankecenderungan baru yang didasarkan atas hal tersebut yaitu: The
Behavioral Analysis Model, The system analysis model, The
computer based model.57
The Behavioral Analysis Model, menekankan pada penguasaan
perilaku atau kemampuan. Perilaku atau kemampuan yang kompleks
diuraikan menjadi suatu perilaku-perilaku yang sederhana yang
tersusun secara hierarkis.The System Analysis Model, model ini
berasal dari gerakan efisiensi bisnis. Model ini memiliki empat
langkah, langkah pertama menentukan spesifikasi perangkat hasil
belajar yang harus dikuasai siswa, langkah kedua menyusun
instrumen untuk menilai ketercapaian hasil-hasil belajar tersebut,
langkah ketiga mengidentifikasi tahap-tahap ketercapaian hasil serta
perkiraan biaya yang diperlukan, dan yang terakhir langkah keempat
membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program
pendidikan. The Computer-Based Model, merupakan suatu model
pengembangan kurikulum yang memanfaatkan komputer, yaitu
dimulai dengan mengidentifikasi seluruh unit kurikulum, yang mana
tiap unit telah memiliki rumusan-rumusan dan hasil-hasil yang
diharapkan, selanjutnya siswa dan guru diminta untuk melengkapi
pertanyaan tentang unit kurikulum tersebut dan setelah diadakan
pengolahan yang disesuaikan dengan kemampuan dan hasil-hasil
belajar yang dicapai siswa disimpan dalam komputer.58
C. Perubahan Dan Implementasi Kurikulum
1. Perubahan Kurikulum
a. Konsep Perubahan Kurikulum
Menurut Prof. Dr. S.Nasution, perubahan tidak selalu sama
dengan perbaikan, akan tetapi perbaikan selalu mengandung
perubahan. Perbaikan berarti meningkatkan nilai atau mutu.
Perubahan
pergeseran
posisi
kedudukan
atau
keadaan
yang
memungkinkan membawa perbaikan tetapi dapat juga memperburuk
57
58
Ibid., h.171
Ibid.
34
keadaan.
59
Seperti halnya anak yang pada mulanya tidak mengenal
ganja, dapat berubah menjadi anak yang mengenal ganja lalu terlibat
kejahatan. Maka perubahan disini tidak mengandung perbaikan.
Namun sering juga diadakan suatu perubahan yang mengandung
perbaikan. Perubahan seperti inilah yang selalu dikaitkan dengan nilai,
dengan tujuan untuk meningkatkan nilai atau mutu. Jadi perubahan
yang menekankanpada peningkatan nilai atau mutu lebih sering
disebut dengan perbaikan.
Menurut para ahli sosiologi, perubahan terjadi dalam tiga fase,
yakni fase inisiasi, yaitu taraf permulaan ide perubahan itu
dilancarkan, dengan menjelaskan sifatnya, tujuan, dan luas perubahan
yang ingin dicapai; fase legitimasi, saatnya orang menerima ide itu
dan fase kongruesi, saat orang mengadopsinya, menyamakan pendapat
sehingga selaras dengan pikiran para pencetus, sehingga tidak terdapat
perbedaan nilai lagi antara penerima dan pencetus perubahan.60
Perubahan akan lebih berhasil bila dari pihak bawahan
merasakan adanya kekurangan dalam suatu keadaan, sehingga timbul
hasrat untuk memperbaikinya demi kepentingan bersama. Perubahan
yang terjadi dari pihak atasan, biasanya tidak dapat bertahan lama,
segera luntur dan hanya diikuti secara formal dan lahiriah. Apabila
suatu perubahan dilakukan dengan cara melibatkan semua yang
terlibat dalam perumusan masalah, pengumpul data, menguji
alternatif, dan selajutnya mengambil
kesimpulan berdasarkan
percobaan, dianggap akan lebih mantap dan meresap di hati, cara
seperti ini lebih efisien namun terlalu memakan waktu jangka panjang
yang tidak efektif. Sehingga apabila ada perubahan dan perbaikan
baru, yang lama ditinggalkan saja tanpa membekas.61
Dari paparan mengenai makna perubahan tersebut, untuk
melakukan suatu perubahan dalam kurikulum tidak bisa dilakukan
59
Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).,h.122
Ibid., h.123
61
Ibid.
60
35
tanpa melakukan perubahan pada seluruh pihak-pihak yang terkait,
dengan demikian perubahan harus dilakukan juga terhadap guru dan
organisasi yang terkait.
1) Guru
Perubahan kurikulum tidak akan dapat dilaksanakan tanpa
perubahan pada guru sendiri. Seperti halnya manusia, guru juga
seringkali tidak mudah untuk berubah, karena telah terbiasa
dengan cara-cara yang lama, sehingga setiap terjadi perubahan
maka akan mengganggu ketentramannya.62 Guru cenderung
bersikap konservatif, sebab tugasnya terutama untuk melestarikan
kebudayaan dengan menyampaikan pada generasi muda.
2) Mengubah Lembaga Atau Organisasi
Dalam mengubah lembaga atau organisasi akan menghadapi
kesulitan lain. Tiap organisasi mempunyai struktur sosial tertentu
dan setiap orang mempunyai status tertentu dalam menjalankan
peranannya. Sikap orang terhadap perubahan pun berbeda-beda,
ada yang bersedia menerima, ada yang menentang dan ada pula
yang acuh-tak acuh.63 Sehingga perubahan hanya akan terjadi
apabila semua orang bekerja sama, untuk menciptakan suatu kerja
sama, salah satu caranya adalah semua orang harus menyadari
akan adanya masalah yang dihadapi yang mengharuskan adanya
perubahan.
b. Proses Perbaikan Kurikulum.
Dalam melakukan perbaikan kurikulum terdapat beberapa
proses yang perlu diperhatikan diantaranya adalah mengetahui tujuan
perbaikan, mengenal situasi sekolah, mengenal kebutuhan siswa dan
guru, mengenal masalah yang dihadapi sekolah, mengenal kompetensi
62
63
Ibid.
Ibid.
36
guru, mengenal gejala sosial, mengetahui perkembangan dan aliranaliran dalam kurikulum. 64
2.
Implementasi Kurikulum
a. Konsep Implementasi Kurikulum
Implementasi merupakan suatu proses penerapam ide, konsep,
kebijakan ,atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga
memberikan
dampak,
baik
berupa
perubahan
pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap. Implementasi kurikulum juga dapat
diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis. Lebih lanjut lagi
implementasi kurikulum dapat difahami sebagai suatu proses
penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum ke dalam
praktik pembelajaran atau aktivitas-aktivitas baru sehingga terjadi
perubahan pada sekelompok orang yang di harapkan untuk berubah.65
Implementasi kurikulum dapat juga hanya berkenaan dengan salah
satu kegiatan saja seperti pengajaran atau pembelajaran, latihan,
evaluasi, dsb.66
Pembelajaran yang terjadi di dalam kelas merupakan tempat
untuk melaksanakan dan menguji sebuah kurikulum sehingga di
sinilah tempat pengimplementasian suatu kurikulum. Dalam kegiatan
pembelajaran semua konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode, alat,
dan kemampuan guru diuji dalam bentuk perbuatan, yang akan
mewujudkan bentuk kurikulum yang nyata (actual curriculumcurriculum in action). Perwujudan konsep, prinsip, dan aspek-aspek
kurikulum tersebut seluruhnya terletak pada kemampuan guru
sebagai implementator kurikulum. Oleh karena itu, gurulah kunci
pemegang pelaksana dan keberhasilan kurikulum. Gurulah yang
64
Ibid, h.131-138
E.Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru
dan Kepala Sekolah,(Jakarta:Bumi Aksara,2009),Cet.2,h.178-179
66
Nana Syaodih Sukmadinata dan Erliana Syaodih, Kurikulum dan Pembelajaran
Kompetensi,(Bandung:PT Refika Aditama,2012), h.31
65
37
bertindak sebagai perencana, pelaksana, penilai, dan pengembang
kurikulum yang sebenarnya.
Menurut Hasan yang dikutip oleh Rusman terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi pengimplementasian kurikulum, yaitu
“Karakteristik
kurikulum,
strategi
implementasi,
karakteristik
penilaian, pengetahuan guru tentang kurikulum, sikap terhadap
kurikulum, dan keterampilan mengarahkan.” Sementara itu menurut
Mars yang juga dikutif oleh Rusman terdapat lima elemen yang
mempengaruhi implementasi kurikulum sebagai berikut: dukungan
dari kepala sekolah, dukungan dari rekan sejawat guru, dukungan dari
siswa, dukungan dari orang tua, dan dukungan dari dalam diri guru
sebagai unsur yang utama.”67
Menurut Nana Syaodih yang dikutip oleh Rusman menyebutkan
bahwa
untuk
mengimplemetasikan
kurikulum
sesuai
dengan
rancangan, dibutuhkan beberapa kesiapan, terutama kesiapan
pelaksana. Sebagus apa pun desain atau rancangan kurikulum yang
dimiliki, tetapi keberhasilannya tergantung pada guru.68
Implementasi kurikulum setidaknya dipengaruhi oleh tiga faktor
yaitu: Karakteristik kurikulum; yang mencakup ruang lingkup ide
baru suatu kurikulum dan kejelasan bagi pengguna di lapangan.
Strategi implementasi; yaitu strategi yang digunakan dalam
implementasi kurikulum, seperti diskusi profesi, seminar, penataran,
loka karya, penyediaan buku kurikulum, dan kegiatan-kegiatan yang
mendorong penggunaan kurikulum di lapangan. Karakeristik
pengguna kurikulum; yang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai,
dan sikap guru terhadap kurikulum, serta keampuannya untuk
merealisasikan kurikulum dalam pembelajaran. 69
Sehingga yang dimaksud dengan implementasi kurikulum
adalah suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan kurikulum
67
Rusman. op. cit., h.74
Ibid., h.75
69
Mulyasa. op. cit., h.179-180
68
38
dalam suatu aktivitas pembelajaran sehingga peserta didik menguasai
seperangkat kompetensi tertentu.
b. Model Implementasi Kurikulum
Dalam buku Manajemen Kurikulum Rusman menjelaskan
bahwa terdapat tiga model implementasi kurikulum yang dapat
digunakan
sebagai
dasar
dalam
melakukan
pengaplikasian
kurikulum yaitu, Model Concern-based adaption model (CBAM),
Model Leithwood, Model Tori.70
1) Model Concern-Based Adaption Model (CBAM)
Model CBAM ini adalah sebuah model deskriptif yang
dikembangkan melalui pengidentifikasian tingkat kepedulian guru
terhadap sebuah inovasi kurikulum. Perubahan dalam inovasi ini
ada dua dimensi, yakni tingkatan-tingkatan kepedulian terhadap
inovasi
serta
tingkatan-tingkatan
penggunaan
inovasi.71
Perubahan yang terjadi merupakan suatu proses bukan peristiwa
yang terjadi ketika program baru diberikan kepada guru,
merupakan pengalaman pribadi, dan individu yang melakukan
perubahan.
2) Model Leithwood
Model ini memfokuskan kepada guru. Asumsi yang
mendasari model ini adalah bahwa setiap guru mempunyai
kesiapan yang berbeda, implementasi merupakan proses timbal
balik, pertumbuhan dan perkembangan dimungkinkan adanya
tahap-tahap individu untuk diidentifikasi.72
Inti dari model ini membolehkan para guru dan pengembang
kurikulum mengembangkan profil yang merupakan hambatan
untuk perubahan dan bagaimana para guru dapat mengatasi
hambatan tersebut.
70
Rusman, op. cit., h.77
Ibid.
72
Ibid.
71
39
3) Model TORI
Model ini dimaksudkan untuk menggugah masyarakat
dalam mengadakan perubahan. Dengan model ini diharapkan
adanya minat dalam diri guru untuk memanfaatkan perubahan.
Esensi dari model TORI adalah: a) Menumbuhkan kepercayaan;
b) Menumbuhkan dan membuka keinginan; c) Mewujudkan,
dalam arti setiap orang bebas berbuat dan mewujudkan
keinginannya untuk perbaikan; d) Saling ketergantungan dengan
lingkungan. Inti dari model ini memfokuskan perubahan personal
dan perubahan sosial.73 Model ini menyediakan suatu skala yang
membantu guru untuk mengidentifikasi, bagaimana lingkungan
akan
menerima
ide-ide
baru
sebagai
harapan
untuk
mengimplemetasikan inovasi dalam praktik serta menyediakan
beberapa petunjuk untuk menyediakan perubahan.
3.
Evaluasi Kurikulum
a. Konsep Evaluasi Kurikulum
Evaluasi dapat difahami sebagai suatu proses pengumpulan
informasi untuk membantu pengambil keputusan dan didalamnya
terdapat perbedaan mengenai siapa yang dimaksudkan dengan
pengambil keputusan.74 Sedangkan yang dimaksud dengan evaluasi
kurikulum seperti yang diungkapkan oleh Tyler yang dikutip oleh
Hamid Hasan menjelaskan bahwa evaluasi lebih berfokus pada upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar.75 Pengertian ini
merupakan pengertian awal dari evaluasi kurikulum, karena apabila
dilihat dari ruang lingkup evaluasi yang dikemukakan tyler memang
sangat terbatas jika dilihat dari perkembangan bidang kajian ini pada
saat sekarang.
Selanjutnya Hamid Hasan juga mengutip konsep Evaluasi yang
di berikan oleh Orient, yang mana Orient ini lebih menekankan pada
73
Ibid., h.78
Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2008),h. 33
75
Ibid., h.35
74
40
tujuan evaluasi, yaitu memberikan pertimbangan (judgement).
Pertimbangan yang diberikan berdasarkan kriteria yang disepakati
dan data yang diperoleh dari lapangan. Pertimbangan merupakan
suatu proses intrapolasi yang harus dilakukan evaluator antara data
yang dikumpulkan dengan apa yang diinginkan oleh kriteria. Jika
data memenuhi apa yang diinginkan oleh kriteria maka objek evaluasi
dapat dikatakan berhasil. Jika tidak maka dapat dikatakan belum atau
tidak berhasil.76 Konsep evaluasi yang ditawarkan oleh Orient ini
sama sekali tidak mempersoalkan ruang lingkup evaluasi sebagai
suatu yang penting untuk dijadikan batasan dalam rumusan definisi.
Selain konsep Evaluasi yang ditawarkan oleh Tyler dan Orient,
Stufflebem dkk yang dikutip oleh Hamid Hasan juga menawarkan
konsep evaluasi, mereka mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan
suatu kegiatan yang menjadi bagian dari manajemen. Oleh karena itu
evaluasi bertujuan untuk merumuskan apa yang harus dilakukan,
mengumpulkan informasi, dan menyajikan informasi yang berguna
untuk menetapkan alternatif keputusan.77 Pengertian evaluasi yang
ditawarkan oleh kelompok ini menempatkan evaluasi sebagai suatu
kegiatan yang menjadi bagian dari manajemen. Oleh karena itu
evaluasi bertujuan untuk merumuskan apa yang harus dilakukan,
mengumpulkan informasi, dan menyajikan informasi yang berguna
untuk menetapkan alternatif keputusan.
b. Model-Model Evaluasi Kurikulum
Dalam melakukan evaluasi kurikulum, terdapat beberapa
model yang dapat diterapkan diantaranya adalah, evaluasi model
penelitian,
evaluasi
multivariasi.78
76
Ibid., h.36
Sukmadinata. op. cit., h.37
78
Ibid., h.185.
77
model
objektif,
dan
model
campuran
41
1) Evaluasi model penelitian
Model evaluasi yang menggunakan model penelitian
didasarkan atas teori dan metode tes psikologi serta eksperimen
lapangan. Tes psikologis atau tes psikometrik pada umumnya
mempunyai dua bentuk, yaitu tes intelegensi yang ditujukan
untuk mengukur kemampuan bawaan, serta tes hasil belajar yang
mengukur perilaku skolastik.79
Comparative approach dalam evaluasi. Merupakan salah
satu pendekatan dalam evaluasi yang menggunakan eksperimen
lapangan adalah mengadakan pembandingan antara dua macam
kelompok anak, umpamanya yang menggunakan dua metode
belajar yang berbeda. Kelompok pertama belajar membaca
dengan metode global dan kelompok lain menggunakan metode
unsur. Kelompok mana yang lebih baik atau lebih berhasil?
Apakah keberhasilan metode tersebut dapat ditransfer ke metode
lain? Rancangan penelitian lapangan ini membutuhkan persiapan
yang sangat teliti dan rinci. Besarnya sampel, variable yang
terkontrol, hipotesis, treatment, tes hasil belajar dan sebaginya,
perlu dirumuskan secara tepat dan rinci.80
2) Evaluasi model objektif
Evaluasi model objektif (model tujuan) berasal dari
Amerika Serikat. Perbedaan model objektif dengan model
komparatif adalah dalam dua hal. Pertama dalam model objektif,
evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari proses
pengembangan kurikulum. Para evaluator juga mempunyai
peranan menghimpun pendapat-pendapat orang luar tentang
inovasi kurikulum yang dilaksanakan. Evaluasi dilakukan pada
akhir pengembangan kurikulum, kegiatan penilaian ini sering
disebut evaluasi sumatif. Dalam hal-hal tertentu sering evaluator
79
80
Ibid.
Ibid., h. 186
42
bekerja sebagai bagian dari tim pengembang. Informasi-informasi
yang diperoleh dari hasil penilaiannya digunakan untuk
penyempurnaan inovasi yang sedang berjalan. Evaluasi ini sering
disebut dengan evaluasi formatif. Kedua, kurikulum tidak
dibandingkan dengan kurikulum lain tapi diukur dengan
seperangkat objektif (tujuan khusus). Keberhasilan pelaksanaan
kurikulum diukur oleh penguasaan siswa akan tujuan-tujuan
tersebut. Para pengembang kurikulum yang menggunakan sistem
intruksional (model objektif) menggunakan standar pencapaian
tujuan-tujuan tersebut. Tujuan dari comparative approach adalah
menilai apakah kegiatan yang dilakukan kelompok eksperimen
lebih baik daripada kelompok kontrol. Oleh karena itu, kedua
kelompok tersebut harus ekuivalen, tetapi dalam model objektif
hal itu tidak menjadi soal.81
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh tim
pengembang model objektif yaitu: pertama ada kesepakatan
tentang tujuan-tujuan kurikulum, kedua merumuskan tujuantujuan tersebut dalam perbuatan siswa, ketiga menyusun materi
kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut, keempat
Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang
diinginkan.82
3) Model Campuran Multivariasi
Evaluasi model perbandingan (comparative approach) dan
model Tylor dan Bloom melahirkan evaluasi model campuran
multivariasi, yaitu strategi evaluasi yang menyatukan unsur-unsur
dari kedua pendekatan tersebut.83 Strategi ini memungkinkan
pembandingan lebih dari satu kurikulum dan secara serempak
keberhasilan tiap kurikulum diukur berdasarkan kriteria khusus
dari masing-masing kurikulum.
81
Ibid., h.185-186.
Ibid., h.186.
83
Ibid., h.188.
82
43
Seperti halnya pada eksperimen lapangan serta usaha-usaha
awal dari Tylor dan Bloom, metode ini pun terlepas dari proyek
evaluasi. Metode-metode tersebut masuk ke bidang kurikulum
setelah komputer dan program paket berkembang yaitu tahun
1960.84 Program paket berisi program statistik yang sederhana
yang
tidak
membutuhkan
pengetahuan
komputer
untuk
menggunakannya. Dengan berkembangnya penggunaan komputer
memungkinkan studi lapangan tidak dihambat oleh kesalahan dan
kelambatan. Semua masalah pengolahan statistik dapat dikerjakan
dengan komputer.
Langkah-langkah model multivariasi adalah, pertama
mencari sekolah yang berminat untuk dievaluasi/diteliti, kedua
pelaksanaan program. Bila tidak ada pencampuran sekolah
tekanannya pada partisipasi yang optimal, ketiga sementara tim
menyusun tujuan yang meliputi semua tujuan dari pengajaran
umpamanya dengan metode global dan metode unsur, dapat
disiapkan tes tambahan, keempat Bila semua informasi yang
diharapkan telah terkumpul, maka mulailah pekerjaan komputer,
kelima tipe analisis dapat juga digunakan untuk mengukur
pengaruh bersama dari beberapa variable yang berbeda.85
Model-model evaluasi kurikulum tersebut berkembang dari dan
digunakan untuk mengevaluasi model atau pendekatan kurikulum
tertentu. Model perbandingan lebih sesuai untuk mengevaluasi
pengembangan kurikulum yang menekankan isi (content based
curriculum),
model
tujuan
lebih
sesuai
digunakan
dalam
pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan tujuan
(Goal based curriculum)., model campuran dapat digunakan untuk
84
85
Ibid.
Ibid.
44
mengevaluasi baik kurikulum yang menekankan isi, tujuan maupun
situasi (Situation based curriculum).86
D. Penelitian Relevan
Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh Rian Wahyudi yang berjudul
“Implementasi Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Di MTS Daarul Hikmah Pamulang”.
Pendekatan yang digunakaan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan metode deskriptif kualitatatif, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk untuk mengetahui pengimplementasian KTSP pada mata
pelajaran Al-Qur’an Hadits di MTS Daarul Hikmah pada ranah perangkat
pembelajaran, yakni pengembangan dokumen silabus dan RPP dan juga
untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan guru Al-Qur’an
Hadits di MTS Daarul Hikmah yang berbasis KTSP. Hasil dari penelitian ini
adalah guru sudah mengimplementasikan KTSP dalam setiap proses
pembelajarannya, mulai dari silabus dan RPP yang sudah mencerminkan
konsep KTSP dan juga pelaksanaan pembelajaran di kelas yang sudah
menerapkan pembelajaran berbasis CTL (contekstual teaching and learning)
dan PAIKEM (pembelajaran aktif inovatif kreatif efektif dan menyenangkan),
walaupun belum sepenuhnya nampak dalam setiap pembelajaran, hal itu
dikarenakan
fasilitas
sekolah
yang
belum
benar-benar
mendukung
pelaksanaan pembelajaran berbasis CTL dan PAIKEM.87
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah
mengkaji tentang kurikulum. Metode yang digunakan dalam penelitian samasama menggunakan deskriptif kualitatif berdasarkan teknik pengumpulan data
melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi dan validitas data melalui
triangulasi data dan triangulasi metode.
86
Ibid., h.189.
Rian Wahyudi, “ Implementasi Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadis Di MTS Daarul Hikmah Pamulang”
Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, tidak dipublikasikan.
87
45
Perbedaannya penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan
adalah dalam lokasi dan bidang kajiannya. Penelitian ini berlokasi di MTS
Daarul Hikmah Pamulang sedangkan penulis melakukan penelitian di SMPI
Al-Azhar 3 Bintaro. Perbedaan lain adalah dilihat dari bidang kajiannya, jika
penelitian ini mengkaji implementasi kurikulum KTSP dalam mata pelajaran
Al-Qur’an Hadits, sedangkan penelitian yang penulis kaji adalah respon
perubahan kurikulum KTSP ke Kurikulum 2013.
BAB III
PERUBAHAN KTSP KEPADA KURIKULUM 2013 PADA MATA
PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP
A. Perubahan KTSP Kepada Kurikulum 2013
1.
Landasan Pengembangan Kurikulum 2013
Dalam buku pengembangan dan implementasi kurikulum Mulyasa
menjelaskan bahwa landasan pengembangan kurikulum 2013 meliputi:
a.
b.
c.
d.
2.
Landasan Filosofis
1) Filosofis pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar
dalam pembangunan pendidikan.
2) Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai
akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat.
Landasan Yuridis
1) RPJMN 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang perubahan
metodologi pembelajaran dan penataan kurikulum.
2) PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
INPRES Nomor 1 Tahun 2010, tentang Percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan
metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa
untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa.
Landasan Konseptual
1) Relevansi pendidikan (link and match)
2) Kurikulum berbasis kompetensi, dan karakter
3) Pembelajaran kontekstual
4) Pembelajaran aktif
5) Penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh.1
Rasional Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena munculnya
berbagai tantangan zaman yang harus dihadapi, baik tantangan dari segi
internal maupun eksternal, selain itu untuk menghadapi berbagai tututan
zaman diperlukan adanya tata kelola kurikulum yang lebih mendalam
dengan tambahan perluasan materi.
1
E,Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja
RosdaKarya,2014),Cet.IV,h.64-65
46
47
a.
Tantangan Internal
Tantangan internal ini berhbungan dengan 8 Standar Nasional
Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar
sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan
yang berpengaruh terhadap kualitas masyarakat Indonesia.
2
Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan
penduduk Indonesia. Dilihat dari pertumbuhan penduduk di
Indonesia, masyarakat Indonesia saat ini sedang memiliki jumlah
usia produktif yang cukup tinggi, yang mana dengan tingginya usia
produktif di Indonesia haruslah ditunjang dengan pendidikan yang
bermutu, dan pendidikan yang bermutu haruslah di barengi dengan
kurikulum
yang
berkualitas,
untuk
itu
maka
dibutuhkan
pengembangan kurikulum yang mampu membawa pendidikan
indonesia ke arah yang lebih maju, sehingga menghasilkan
masyarakat yang memiliki kualitas tinggi.3
b.
Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan dengan
perkembangan arus globalisasi dan berbagai masalah lingkungan
hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri
kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat
internasional.4
Tantangan selanjutnya adalah pendidikan di Indonesia yang
terlalu menekankan pada aspek kognitif, yang hanya memerlukan
kemampuan kognitif mengingat menjadi hasil belajar yang dominan,
sedangkan kemampuan menerapkan apa yang sudah dipelajari di
sekolah di masyarakat dan kemampuan berpikir kreatif sebagai dasar
2
E. Mulyasa, Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013 (Jadilah Guru Profesional Atau
Tidak Sama Sekali, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2014),h.22-24.
3
Kemendikbud, “Naskah Akademik Pengembangan Kurikulum”, Naskah Akademik
Kemendikbud, Jakarta, 2013,h.18, tidak dipublikasikan.
4
Ibid., h.20.
48
bagi kemampuan kreativitas baik dalam ilmu maupun dalam aspek
kehidupan
kurang
mendapat
perhatian
yang
cukup
dalam
kurikulum.5
Tantangan eksternal lainnya berupa fenomena negatif yang
mengemuka antara lain terkait dengan masalah perkelahian pelajar,
masalah narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam ujian, dan
gejolak sosial di masyarakat (social unrest). Permasalahan sosial
merupakan hal yang selalu harus mendapat perhatian kurikulum dan
berpengaruh terhadap kurikulum.6
c.
Penyempurnaan Pola Pikir
Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya
akan dapat terwujud apabila terjadi pergeseran atau perubahan pola
pikir. Laporan BSNP (badan standar nasional pendidikan) tahun
2010 dengan judul Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI
menegaskan bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam
menghadapi masa depan perlu dilakukan perubahan paradigma
pembelajaran melalui pergeseran tata cara penyelenggaraan kegiatan
pendidikan dan pembelajaran di dalam kelas atau lingkungan sekitar
lembaga pendidikan tempat siswa menimba ilmu.7 Pergeseran itu
meliputi proses pembelajaran sebagai berikut:
Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa, Dari satu
arah menuju interaktif, Dari isolasi menuju lingkungan
jejaring, Dari pasif menuju aktif-menyelidiki, Dari
maya/abstrak menuju konteks dunia nyata, Dari pribadi
menuju pembelajaran berbasis tim, Dari luas menuju perilaku
khas memberdayakan kaidah keterikatan, Dari stimulasi rasa
tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru, Dari alat tunggal
menuju alat multimedia, Dari hubungan satu arah bergeser
menuju kooperatif, Dari produksi massa menuju kebutuhan
pelanggan, Dari usaha sadar tunggal menuju jamak, Dari satu
ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin
jamak, Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan,
5
Ibid., h.25.
Mulyasa. op. cit. h.61
7
BNSP, Laporan BNSP tahun 2010. diakses tanggal 08/12/2014 (http://www.bsnpindonesia.org/id)
6
49
Dari pemikiran faktual menuju kritis, Dari penyampaian
pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.8
Untuk melakukan suatu pergeseran pola pikir dalam dunia
pendidikan,
kurikulum,
tentunya diperlukan adanya perubahan dalam segi
sehingga
disini
perubahan
kurikulum
sangatlah
dibutuhkan.
3.
Tujuan Perubahan
Tujuan pengembangan Kurikulum 2013 terutama adalah untuk
mengatasi masalah dan tantangan berupa kompetensi riil yang
dibutuhkan oleh dunia kerja, globalisasi ekonomi pasar bebas,
membangun kualitas manusia Indonesia yang berakhlak mulia, dan
menjadi warga negara yang bertanggung jawab.9 Pada hakikatnya
pengembangan Kurikulum 2013 adalah upaya yang dilakukan salah satu
elemen pendidikan, yaitu kurikulum untuk memperbaiki kualitas hidup
dan kondisi sosial bangsa Indonesia secara lebih luas. 10 Jadi,
pengembangan kurikulum 2013 bukan hanya berkaitan dengan persoalan
kualitas pendidikan saja, melainkan kualitas kehidupan seluruh bangsa
Indonesia secara umum.
4.
Elemen-Elemen Perubahan
a. Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum
Salah
satu
hal
yang
dilakukan
dalam
perumusan
dan
pengembangan Kurikulum 2013 adalah dengan penyempurnaan pola
pikir. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)
menyatakan bahwa perumusan Kurikulum 2013 ini berbeda dari
kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Jika kedua kurikulum tersebut standar
kelulusan diturunkan dari standar isi, maka pada Kurikulum 2013
8
Kemendikbud. op. cit., h.27-32.
Mulyasa., h.65
10
Kemendikbud, “Informasi Kurikulum Untuk
Kemendikbud, Jakarta, 2013 ,h.6, tidak dipublikasikan.
9
Masyarakat”,
Naskah
Akademik
50
standar kelulusan diturunkan dari kebutuhan riil anak didik dan
kehidupan sosial masyarakat sekarang dan nanti. Dengan kata lain,
pada KBK dan KTSP kompetensi diturunkan dari matapelajaran,
sedangkan pada Kurikulum 2013 matapelajaran diturunkan dari
kompetensi yang ingin dicapai.11
Selain itu, KBK dan KTSP lebih memberikan penekanan pada
mata pelajaran (subject matter), padahal yang dituju adalah
penguasaan kompetensi. Hal tersebut terlihat dari pemisahan
matapelajaran untuk membentuk kompetensi berupa pengetahuan,
sikap, dan keterampilan tertentu.12 Di sisi lain, Kurikulum 2013
sekarang lebih diarahkan supaya semua matapelajaran dapat secara
integratif dan tematik menunjang kompetensi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan bersama-sama. Jadi tidak ada lagi mata pelajaran yang
saling terpisah-pisah satu sama lain, melainkan banyak mata pelajaran
yang ditujukan untuk menunjang beberapa kompetensi secara
integratif.
b. Standar Kompetensi Lulusan
Secara umum standar kompetensi lulusan yang dirumuskan dalam
Kurikulum 2013 diambil dari analisis kebutuhan anak didik dan
keadaan sosial atau realitas sosial. Standar kompetensi lulusan
Kurikulum 2013 dibagi menjadi tiga kategori kemampuan atau
kompetensi, yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Baik pada
jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),
maupun Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah
Kejurusan (SMK).13
11
Ibid.
Masnur Muslich, KTSP (Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual), (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009),Cet.V,h.18-21
13
Kemendikbud. op. cit., h.10.
12
51
c. Penguatan Isi/Materi Pembelajaran
Berdasarkan pada analisis yang sudah dibuat oleh Tim
Pengembang Kurikulum 2013, maka penguatan materi atau isi
Kurikulum 2013 antara lain adalah dengan:
1) mengevaluasi ruang lingkup materi yang diberikan, berupa
meniadakan materi yang tidak esensial dan atau tidak relevan bagi
siswa, mempertahankan materi yang sesuai dengan kebutuhan
siswa, dan menambah materi yang dianggap penting dalam
perbandingan internasional; 2) mengevaluasi kedalaman atau
tingkat kesulitan materi sesuai dengan tuntutan perbandingan
internasional; dan 3) menyusun kompetensi dasar yang sesuai
dengan materi yang dibutuhkan.14
d. Penguatan Proses Pembelajaran
Pertimbangan utama pada penguatan proses pembelajaran
didasarkan pada analisis kompetensi yang dibutuhkan di abad ke-21.
Intinya adalah: kehidupan di abad ke-21 adalah dunia yang selalu
berubah tiap menit dan detik, perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) sudah begitu pesatnya dan mengisi semua sendisendi kehidupan manusia, realitas globalisasi ekonomi, budaya, dan
lainnya yang diperantarai oleh media. Oleh karena itu, dalam
kehidupan sosial dan dunia kerja diperlukan kompetensi individu
yang: 1) fleksibel dan adaptif terhadap perubahan; 2) memiliki
inisiatif dan mandiri; 3) memiliki keterampilan sosial dan budaya; 4)
produktif dan akuntabel; 5) memilik jiwa kepemimpinan dan
bertanggungjawab; 6) memiliki kemampuan belajar sepanjang hayat
dan inovasi; dan 7) melek media, teknologi, dan informasi. Oleh
karena itulah terjadi perubahan proses pembelajaran yang cukup
signifikan. Bila dalam KBK dan KTSP pengetahuan mengenai TIK itu
diajarkan sebagai mata pelajaran, maka dalam Kurikulum 2013 TIK
menjadi bagian melekat dari setiap proses pembelajaran.15
Hal tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran di kelas
dan sekolah tidak cukup hanya melalui peningkatan pengetahuan saja,
14
15
Ibid., h.11.
Ibid., h.16.
52
melainkan juga harus dilengkapi dengan kemampuan kritis dan
kreatif, berkarakter kuat, yakni individu yang bertanggungjawab,
berjiwa sosial tinggi, toleran, produktif, adaptif terhadap perubahan,
dan lainnya, serta didukung oleh kemampuan memanfaatkan
teknologi, informasi, dan media. Beberapa hal yang dapat dilakukan
antara lain adalah:
1) mempersiapkan tenaga pendidik dan kependidikan melalui
pelatihan dan juga dukungan infrastruktur; 2) memungkinkan
pendidikn untuk berkolaborasi, berbagi pengalaman, dan
mengintegrasikannya di ruang kelas; 3) memungkinkan siswa
untuk belajar banyak hal yang relevan dengan konteks dunia
sekitar yang selalu berkembang; dan 4) mendukung keterlibatan
komunitas dalam pembelajaran, baik pembelajaran langsung
(tatap muka) maupun online.16
e. Penguatan Penilaian Pembelajaran
Pada penguatan penilaian pembelajaran juga didasarkan pada
analisis kemampuan yang diperlukan di abad ke-21. Agar dapat
menunjang proses pembelajaran dan pencapaian kompetensi yang
dibutuhkan, maka penilaian yang digunakan bukan hanya berupa tes
saja, baik berupa tes formatif maupun tes sumatif, melainkan juga
penilaian
lain
termasuk
portofolio
siswa,
menekankan
pada
pemanfaatan umpan balik berdasarkan kinerja yang ditunjukkan oleh
siswa, dan memperbolehkan pengembangan portofolio siswa.17 Halhal yang dinilai antara lain adalah: “(1 tingkat kemampuan berpikir
siswa dari tingkat rendah sampai tinggi; (2 menekankan pada
pemberian pertanyaan yang membutuhkan pemikiran mendalam
(bukan sekadar hafalan semata); (3 mengukur proses kerja siswa,
bukan hanya hasil kerja siswa; dan (4
menggunakan portofolio
pembelajaran siswa”.18
16
Ibid.
Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 (Kajian Teoritis dan Praktik), (Bandung:
Interes, 2014),h.41
18
Kemendikbud. op. cit., h.13.
17
53
f. Pembagian Peran Guru dan Pemerintah
Pada Kurikulum 2013 peran pemerintah lebih dominan,
sedangkan peran guru dikurangi. Dengan kata lain, kewenangan guru
dalam menyusun silabus dikembalikan pada pemerintah, jadi
pemerintah pusat sudah melengkapi Kurikulum 2013 sampai pada
silabus yang akan diimplementasikan di kelas oleh para guru di
sekolah-sekolah, sehingga guru tidak perlu menghabiskan waktu
dengan menyusun silabus atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Inilah alasannya mengapa Kurikulum 2013 dikatakan lebih
meringankan beban guru. Selain itu, dikarenakan Kurikulum 2013
adalah kurikulum nasional, maka pihak pemerintah daerah berhak dan
berwenang untuk menyusun kurikulum daerah yang di dalamnya
antara lain dapat memuat materi bahasa daerah, budaya daerah, dan
sejenisnya.19 Mata pelajaran bahasa daerah tidak dimunculkan dalam
struktur Kurikulum 2013 karena kalau dimunculkan akan memberikan
kesan sebagai konsekuensi “wajib” bagi semua sekolah di seluruh
wilayah Indonesia. Padahal, sangat mungkin banyak dari sekolah atau
daerah yang tidak mengajarkan bahasa daerah. Jadi posisi bahasa
daerah dalam Kurikulum 2013 jelas menjadi wewenang Pemerintah
Daerah sesuai dengan bunyi pasal 42 UU No.24 Tahun 2009 tentang
Bendera dan Bahasa Nasional. 20
B. Struktur Kurikulum Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP)
1. Perubahan Struktur Kurikulum Pada Sekolah Menengah Pertama
(SMP)
Struktur
kurikulum
pengorganisasian
konten
merupakan
dalam
suatu
suatu
aplikasi
sistem
belajar
konsep
dan
pengorganisasian beban belajar dalam sebuah sistem pembelajaran.
Pengorganisasian sistem balajar yang digunakan dalam kurikulum yang
19
20
Mulyasa, op. cit., h.80-81
Kemendikbud. op. cit., h.13.
54
akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban
balajar dalam pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.21
Dalam perubahan struktur kurikulum di Sekolah Menengah Pertama
(SMP), proses pembentukannya tidaklah mudah, tapi proses tersebut
membutuhkan beberapa tahapan pembentukan, dengan berbagai macam
masukan, pertimbangan dan usulan dari berbagai pihak sampai akhirnya
terbentuklah kurikulum suatu yang baru. Dan untuk lebih memudahkan
dalam pemahamannya disini penulis akan menampilakan bagaimana
proses tersebut dalam bentuk tabel.
Tabel 3.1
Usulan Rancangan Struktur Kurikulum SMP22
Usulan Rancangan Struktur Kurikulum SMP
No
Komponen Rancangan
1 Disusun berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki peserta didik
2
3
4
5
6
7
21
22
SMP dalam ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan
Menggunakan mata pelajaran sebagai sumber kompetensi dan
subtansi pelajaran
Menggunakan pendekatan sains dalam proses pembelajaran
(mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, mencipta) semua mata pelajaran.
Meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil 12 dapat
dikurangi menjadi 10 melalui pengintegrasian beberapa mata
pelajaran:
a. TIK menjadi sarana pembelajaran pada semua mata pelajaran,
tidak berdiri sendiri.
b. Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni budaya dan
prakarya.
c. Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua
mata pelajaran
IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative
science dan integrative social studies, bukan sebagai pendidikan
disiplin ilmu. Keduanya sebagai pendidikan berorientasi aplikatif,
pengembangan kemampuan berfikir, kemampuan belajar, rasa
ingin tahu, dan penggunaan sikap peduli dalam bertanggung jawab
terhadap lingkungan sosial dan alam.
Bahasa ingris diajarkan untuk membentuk ketrampilan berbahasa
Menambah 6 jam pelajaran per minggu sebagai akibat dari
perubahan pendekatan proses pembelajaran dan proses penilaian.
Majid. op. cit. h.53
Tabel ini diadopsi dari Mulyasa. op. cit., h. 88-89.
55
Selanjutnya setelah menampilkan bagaimana rancangan dari
struktur kurikulum SMP pada tabel 2.1 maka pada tabel 2.2,2.3 dan 2.4
akan mensajikan bagaimana proses perubahan struktur kurikulum sampai
menjadi kurikulum SMP yang baru.
Tabel 3.2
Struktur Kurikulum Lama23
Komponen
Alokasi Waktu
Minimal Per
Minggu (JP)
VII VIII
IX
A . Mata Pelajaran
23
1
Pen. Agama
2
2
2
2
Pen. Kewarganegaraan
2
2
2
3
Bahasa Indonesia
4
4
4
4
Matematika
4
4
4
5
IPA
4
4
4
6
IPS
4
4
4
7
Bahasa Ingris
4
4
4
8
Seni Budaya
2
2
2
9
Pend. Jasmani, OR & Kes
2
2
2
10 Keterpil/Tekno. Inform & Komu.
2
2
2
B. Muatan Lokal
2
2
2
C. Pengembangan Diri
2*
2*
2*
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu
32*
32
32
Tabel ini diadopsi dari Mulyasa. op. cit., h.89.
56
Tabel 3.3
Usulan Struktur Kurikulum Baru24
Komponen
Kelompok A
1 Pen. Agama
2 Pen. Pancasila & Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia
4 Matematika
5 IPA
6 IPS
7 Bahasa Ingris
Kelompok B
1 Seni Budaya (Termasuk Muatan Lokal)
2 Pend Jasmani, OR & Kes. (termasuk muatan
lokal)
3 Prakarya (termasuk muatan lokal)
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu
Alokasi Waktu
Minimal Per
Minggu (JP)
VII VIII
IX
2
3
6
5
5
4
4
2
3
6
5
5
4
4
2
3
6
5
5
4
4
3
3
3
3
3
3
3
38
3
38
3
38
Demikianlah proses dari usulan dan penataan kurikulum yang
terjadi dalam pengembangan kurikulum SMP, dan setelah melihat
masukan dari beberapa pihak; akhirnya dirumuskanlah struktur
kurikulum sekolah menengah pertama (SMP) sebagai berikut:
Tabel 3.4
Struktur Kurikulum Baru (2013) 25
Komponen
No
Komponen
Kelompok A
1
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2
PPKn
3
Bahasa Indonesia
4
Matematika
5
IPA
6
IPS
7
Bahasa Ingris
24
25
Ibid.
Tabel ini diadopsi dari Majid. op. cit., h.54
Alokasi Waktu
Minimal Per
Minggu (JP)
VII VIII IX
3
3
6
5
5
4
4
3
3
6
5
5
4
4
3
3
6
5
5
4
4
57
Komponen
No
Komponen
Kelompok B
8
Seni Budaya & Prakarya (termasuk muatan
lokal*)
9
Pend. Jasmani, OR & Kes (termasuk muatan
lokal)
10 Prakarya (termasuk mulok)
Jumlah
* Muatan lokal dapat memuat bahasa daerah.
Alokasi Waktu
Minimal Per
Minggu (JP)
VII VIII IX
3
3
3
3
3
3
2
38
2
38
2
38
Selanjutnya perubahan struktur kurikulum untuk Sekolah Menengah
Pertama (SMP) disusun berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki
anak didik SMP dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Selain itu pendekatan saintik digunakan dalam proses pembelajaran,
meliputi aktivitas mengamati, bertanya, menalar, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta, pada semua matapelajaran.26
Apabila melihat tabel di atas maka akan terlihat bahwa telah terjadi
pengurangan dalam mata pelajaran, yaitu dari yang awalnya berjumlah
12 (duabelas) mata pelajaran menjadi hanya 10 (sepuluh) matapelajaran.
Selain
itu
pengintegrasian
matapelajaran
juga
dilakukan,
pada
matapelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK), yang menjadi
sarana pembelajaran pada semua matapelajaran, dan mata pelajaran seni
budaya dan prakarya masuk kedalam muatan lokal, dan matapelajaran
pengembangan diri diintegrasikan ke semua matapelajaran. Khusus untuk
matapelajaran IPA dan IPS dikembangkan sebagai matapelajaran sains
terintegrasi (integrative science) dan kajian sosial terintegrasi (integrative
social studies) bukan sebagai disiplin ilmu. Keduanya sebagai pendidikan
berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan
belajar, rasa ingin tahu, dan pembangunan sikap peduli dan
bertanggungjawab terhadap lingkungan sosial dan alam. Selain itu
sebagai konsekuensi pengurangan matapelajaran, maka tiap minggu
26
Kemendikbud. op. cit., h.17.
58
ditambah 6 (enam) jam pelajaran guna mengakomodasikan adanya
perubahan proses pembelajaran yang lebih aktif.27
2. Perbedaan Antara KTSP Dan Kurikulum 2013 Di SMP
Setelah sebelumnya penulis memberikan gambaran bagaimana
proses perubahan dalam struktur kurikulum di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dalam tabel 2.1,2.2,2.3 maka sekarang penulis akan
memberikan penjelasan mengenai bagaimana perbedaan antara kurikulum
lama (KTSP 2006) dengan kurikulum baru (Kurikulum 2013) dalam tabel
2.4, diantara perbedaannya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Perbedaan Esensial Kurikulum SMP28
KTSP 2006
Mata pelajaran tertentu
mendukung kompetensi tertentu
Mata pelajaran dirancang berdiri
sendiri dan memiliki kompetensi
dasar sendiri
Bahasa Indonesia sebagai
pengetahuan
Tiap mata pelajaran diajarkan
dengan pendekatan yang berbeda
TIK adalah mata pelajaran
Kurikulum 2013
Tiap mata pelajaran mendukung semua
kompetensi (sikap, keterampilan,
pengetahuan)
Mata pelajaran dirancang terkait satu
dengan lain dan memiliki kompetensi inti
tiap kelas.
Bahasan Indonesia sebagai alat
komunikasi carrier of knowledge
Semua mata pelajaran diajarkan dengan
pendekatan yang sama, yaitu pendekatan
saintik melalui mengamati, menanya,
mencoba, menalar,…
TIK merupakan sarana pembelajaran,
dipergunakan sebagai media pembelajaran
mata pelajaran lain.
Dalam tabel di atas dapat terlihat perbedaan antara kurikulum lama
(KTSP) dan kurikulum baru (Kurikulum 2013), diantara perbedaan yang
dapat terlihat adalah, dalam KTSP suatu mata pelajaran hanya
mendukung satu kompetensi tertentu sedangkan dalam kurikulum 2013
semua mata pelajaran mendukung semua kompetensi, mulai dari
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Selanjunya bahasa
27
28
Ibid.
Tabel ini diadopsi dari Mulyasa. op. cit., h.172.
59
indonesia yang pada awalnya dirancang sebagai suatu pengetahuan,
dalam Kurikulum 2013 menjadi alat komunikasi.
C. Perubahan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI)
Berbicara tentang perubahan kurikulum pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) dalam kurikulum baru atau kurikulum 2013,
perubahannya dapat terlihat pada tabel 2.2, 2.3 dan 2.4. Dalam tabel tersebut
jelas terlihat adanya perubahan pada penamaan pelajaran PAI, yang awalnya
dinamai dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kemudian
berubah menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Selanjutnya adanya perubahan pada jumlah jam pelajaran, yaitu adanya
penambahan jam pelajaran, yang awalnya pada kurikulum KTSP jumlah
setiap kali pertemuannya 2 jam pelajaran, dalam kurikulum 2013 bertambah
menjadi 3 jam pelajaran dalam setiap pertemuan. Hal ini berpengaruh
terhadap bobot jam pelajaran setiap minggunya, yang awalnya pada KTSP
bobot jam pelajaran PAI dalam satu minggu 4 jam pelajaran pada kurikulum
2013 bobot jam pelajarannya menjadi 6 jam pelajaran,
Terjadinya beberapa perubahan tersebut merupakan suatu keuntungan
yang cukup besar bagi para pengajar di bidang agama, karena dengan
bertambahnya jam pelajaran di setiap minggunya, maka akan lebih
memaksimalkan para guru PAI dalam melaksanakan proses pembelajaran
sesuai dengan yang diharapkan. Dengan penambahan jumlah jam pelajaran
ini pun diharapkan tujuan pendidikan yang tertera dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 bab II pasal 3 dapat tercapai.29
Perubahan lainnya yang terdapat dalam kurikulum 2013 adalah adanya
penginterasian TIK (teknologi informasi dan komunikasi) dalam setiap
pembelajaran. Pengintegrasian TIK dalam setiap pembelajaran merupakan
suatu pembaharuan dari kurikulum 2013. Pengintegrasian ini pun
memberikan keuntungan pada proses pembelajaran PAI. Dengan adanya
pengintegrasian TIK dalam pembalajaran PAI maka guru PAI memiliki
29
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3.
60
keleluasaan untuk menggunakan TIK sebagai media dalam pembelajaran. Hal
ini merupakan suatu bentuk kemajuan dalam pembelajaran PAI, yang
awalnya pembelajran PAI lebih didominasi dengan pembelajaran yang
bersifat konvensional atau ceramah, sekarang dengan adanya media TIK,
maka proses pembelajaran akan lebih menarik. Selain itu, media TIK juga
merupakan suatu media yang dapat memberikan suatu pengalaman yang lebih
dan dapat menambah ilmu pengetahuan baru.
Selain adanya pengintegrasian TIK dalam seluruh mata pelajaran yang
memberikan pengaruh terhadap pembelajaran PAI, hal lainnya dalam
kurikulum 2013 yang memberikan dampak terhadap pembelajaran PAI
adalah adanya pendekatan baru yang disebut dengan pendekatan scientific
atau dikenal juga dengan pendekatan keterampilan proses sains. Pendekatan
scientific yaitu suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang meliputi
aktivitas mengamati, bertanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta.
30
Dari sini dapat dipahami bahwa pelajaran
agama tidak haruslah selalu mendengarkan ceramah yang disajikan oleh guru
tetapi dalam pembelajaran agamapun harus dapat membuat siswa lebih aktif.
Perubahan lainnya yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang
berpengaruh terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) adalah, Standar Kompentensi lulusan (SKL) diawali dengan
setiap lulusan memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman
dan berakhlak mulia. Demikian juga dalam Kompetensi Inti yang kesatu pada
semua mata pelajaran yang diawali dengan kalimat menghargai dan
menghayati ajaran agama yang dianutnya, hal ini senada dengan apa yang
dinyatakan oleh Direktur Pendidikan Agama Islam yang menyatakan bahwa
kurikulum 2013 merupakan milik guru pendidikan agama Islam.31 Perubahan
pada kurikulum 2013 merupakan sebuah titik terang bagi pendidikan
keagamaan, dengan adanya SKL yang lebih mendukung terhadap
30
Kemendikbud. op. cit., h.17.
Mumu Jajulu, Kurikulum 2013 Milik Guru Pendidikan Agama Islam, jurnal Direktorat
Pendidikan Agama Islam,2013 diakses tanggal Minggu/16/11/2014 (www.pendis.kemenag.go.id)
31
61
perkembangan pribadi keagamaan pada siswa. Sehingga sekarang bukan
hanya guru agama sajalah yang bertanggung jawab atas pembentukan pribadi
keagamaan siswa tetapi semua guru juga harus ikut terlibat dalam pendidikan
keagamaan siswa.
Ditambah lagi bahwa dalam kurikulum 2013 setiap mata pelajaran
mendukung semua kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa mulai dari
kompetensi paedagogik, afektif dan psikomotorik, sehingga setiap guru bukan
hanya
bertanggung
jawab
untuk
memberikan
sekedar
pengetahuan
keagamaan saja pada siswa, tetapi juga harus mampu membentuk pribadi
siswa yang beragama. Hal inilah yang memang menjadi acuan dari
pembentukan kurikulum 2013, karena salah satu alasan dari dibentuknya
kurikulum 2013 adalah adanya tantangan eksternal berupa fenomena negatif
yang terkait dengan masalah perkelahian pelajar, masalah narkoba, korupsi,
plagiarisme, kecurangan dalam ujian, dan gejolak sosial di masyarakat (social
unrest), dan semua permasalahan itu muncul karena kurangnya jiwa
keberagamaan dalam pendidikan, sehingga dengan adanya kurikulum 2013
diharapkan dapat menjawab semua tantangan tersebut.32
Melihat berbagai perubahan dalam kurikulum 2013 di atas yang lebih
banyak memberikan implikasi positif dalam pembelajaran keagamaan, maka
guru agama dituntut untuk mampu mengaplikasikan kurikulum 2013 dengan
baik. Dengan memperhatikan bagaimana pemerintah memberikan banyak
keuntungan pada mata pelajaran PAI, pemerintah benar-benar berharap
bahwa dengan banyaknya perubahan yang lebih memberikan keuntungan
terhadap mata pelajaran PAI, pembelajaran keagamaan ini diharapkan mampu
menjawab tantangan zaman, karena dengan berubahnya zaman dan
bertambahnya ilmu pengetahuan jika tidak dibarengi dengan keagamaan yang
kuat maka semuanya akan sia-sia saja.
Seperti yang dikatakan oleh Rahmadi (ketua DPD AGPAII (Asosiasi
guru Pendidikan Agama Islam Indonesia) menyatakan bahwa guru agama
disebut sebagai ujung tombak dalam pengimplementasian kurikulum 2013.
32
Mulyasa. op. cit., h.61
62
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dituntut untuk
memiliki kompetensi lebih dibandingkan dengan para pendidik lainnya,
bukan hanya empat kompetensi yang harus dimiliki seperti kompetensi
paedagogik, professional, kepribadian, dan sosial saja tetapi dibutuhkan
kompetensi managerial/kepemimpinan. Sebab tugas dari guru Pendidikan
Agama Islam bukan hanya mencerdasakan intelektual peserta didik, tetapi
juga bertugas untuk mencerdasakan emosional dan spiritualnya. 33
33
Rahmadi, Guru PAI DAN Implementasi Kurikulum 2013, diakses tanggal Minggu
16/11/2014 (kalsel .kemenag. go. id/ file/ file/ Jurnal)
BAB IV
RESPON PERUBAHAN KURIKULUM PAI DI SMPI
AL-AZHAR 3 BINTARO
A. Profil Sekolah
1. Identitas Sekolah
Nama Sekolah
: SMP ISLAM AL AZHAR 3
Penyelenggara
: Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar
No. Statistik Sekolah
: 202280311011
Tipe Sekolah
: B2
Alamat Sekolah
: Jl. Bonjol No.9 Pondok Karya
(Kecamatan) PONDOK AREN
(Kota Madya) TANGERANG SELATAN
(Propinsi) BANTEN
Telepon/HP/Fax
: (021) 7343241/7343245
Alamat E-mail
: [email protected]
Status Sekolah
: SWASTA
Nilai Akreditasi Sekolah (2012): 97,71 (Kategori A).1
2. Visi, Misi, Motto, Dan Tujuan Sekolah
a. Visi Sekolah
Pendidikan Imtaq dan Iptek Berwawasan Global2
b. Misi Sekolah
1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif,
sehingga setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal,
sesuai dengan potensi yang dimiliki.
2) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada
seluruh warga sekolah
1
2
Dokumentasi administrasi SMPI Al-Azhar 3 Bintaro, tanggal 13 November 2014
Ibid.
63
64
3) Mendorong dan membantu setiap peserta didik untuk mengenali
potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal
4) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran
agama Islam dan budaya bangsa, sehingga menjadi sumber
kearifan dalam bertindak
5) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh
warga sekolah dan komite sekolah
6) Mendorong dan menumbuhkan semangat berprestasi, belajar dan
bekerja keras dalam mewujudkan perilaku yang berprestasi dalam
olahraga
7) Menumbuhkembangkan kepercayaan pada diri peserta didik agar
berlaku disiplin dan memiliki budi pekerti yang luhur sesuai
dengan ajaran agama Islam dan budaya bangsa.3
c. Motto Sekolah
Kuat Akidah, unggul prestasi dan luhur perilaku
1) Indikator Motto
a) Kuat aqidah :
(1) Jujur dalam ucapan dan tindakan
(2) Disiplin beribadah
(3) Berpakaian secara islami
b) Unggul prestasi
(1) Unggul dalam peningkatan perolehan nilai UN
(2) Unggul dalam berbagai lomba bidang studi atau
Olimpiade Matematika dan Sains Nasional
(3) Unggul dalam berbagai Lomba Karya Ilmiah Remaja
(LKIR)
(4) Unggul dalam kegiatan keagamaan
(5) Unggul dalam prestasi olahraga
(6) Unggul dalam prestasi kesenian
3
Ibid.
65
c) Luhur perilaku
(1) Menebar salam
(2) Disiplin dan tanggungjawab dalam melaksanakan tugas
(3) Menghormati sesama
(4) Ramah (bermuka manis dan murah senyum)
(5) Berpenampilan sopan, simpatik dan empatik4
d. Tujuan Sekolah
Memberikan pendidikan kepada seluruh murid sesuai dengan
visi dan misi sekolah dengan mengacu pada visi dan misi Yayasan
Pesantren Islam Al-Azhar.5
Sekolah Menengah Pertama Islam A-Azhar 3 Bintaro atau yang
sering disingkat menjadi Albin 3 merupakan sekolah menengah
pertama yang menitikberatkan pada pendidikan keislaman, hal ini
dapat terlihat dari visi, misi dan motto sekolah yang mencerminkan
pendidikan keislaman bagi siswa-siswanya.
3. Staf Pengajar SMPI Al-Azhar 3 Bintaro
Berdasarkan data
hasil studi dokumenasi, berikut data staf
pengajar SMPI Al-Azhar 3 Bintaro ditinjau dari latar belakang
pendidikan.
Tabel 4.1
Staf Pengajar SMPI Al-Azhar 3 Bintaro ditinjau dari latar belakang
pendidikan.6
Latar Belakang
Pria
Wanita
Jumlah
S3
-
-
-
S2
3
1
4
S1
16
10
29
Total
19
11
30
Pendidikan
4
Ibid.
Ibid.
6
Ibid.
5
66
Dari data diatas dapat terlihat bahwa staf pengajar di SMPI AlAzhar 3 Bintaro yang seluruhnya berjumlah 30 orang telah memenuhi
kualifikasi sebagai tenaga pendidik dengan staf pengajar berpendidikan
S1 sebanyak 26 orang dan pengajar berpendidikan S2 sebanyak 4 orang.
Untuk melaksanakan pembelajaran PAI, SMPI Al-Azhar 3 Bintaro
memiliki 3 orang guru dengan kompetensi sesuai, guru pertama
merangkap jabatan sebagai Wakil Kepala Sekolah mengajar dikelas 8 BD
dan 9 BD yang merupakan kelas Billingual, guru kedua mengajar di kelas
8 ACE dan 9 ACE yang merupakan kelas reguler, dan guru ketiga
mengajar di kelas 7 ABCDE atau seluruh kelas 7 di SMPI Al-Azhar 3
Bintaro.7
4. Jumlah Peserta didik SMPI Al-Azhar 3 Bintaro
Data hasil studi dokumentasi menunjukkan jumlah peserta didik
SMPI Al-Azhar 3 Bintaro periode 2014-2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Jumlah Peserta didik SMPI Al-Azhar 3 Bintaro Tahun Ajaran
2014-20158
KLS
A
B
C
D
E
Jumlah
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
7
22
13
21
12
15
18
17
18
17
17
170
8
18
17
11
20
19
15
13
20
19
15
167
9
23
11
11
23
26
8
15
20
15
20
172
Total
63
41
43
55
60
41
45
58
51
52
509
Jumlah peserta didik pria : 262
Jumlah peserta didik wanita : 247
Dari data di atas terlihat bahwa peserta didik SMPI Al-Azhar 3
Bintaro periode tahun pelajaran 2014-2015 seluruhnya berjumlah 509
siswa. Di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro, setiap tingkat kelas dibagi menjadi
kelas Billingual dan kelas Reguler, kelas Billingual menempati kelas B
dan D sedangkan kelas Reguler menempati kelas A, C, dan E. Perbedaan
7
8
Ibid.
Ibid.
67
antara kelas Billingual dan kelas Reguler terletak pada penggunaan
bahasa pengantar dalam proses pembelajaran, pada kelas Billingual
digunakan bahasa ingris sebagai bahasa pengantar, sedangkan pada kelas
Reguler digunakan bahasa Indonesia. Tes penempatan untuk kelas
Reguler dan Billingual dilakukan pada saat peserta didik mengikuti ujian
masuk kelas tujuh. Siswa yang berhak mengikuti kelas Billingual (kelas
B dan D) adalah siswa yang berhasil menduduki peringkat satu hingga
70 dari ujian saringan masuk yang meliputi mata pelajaran matematika
dan bahasa inggris. Kuota untuk setiap kelas Billingual adalah 35 peserta
didik untuk setiap kelasnya.9
5.
Sarana dan Prasarana
Sebagai sebuah sekolah terpadu yang terdiri dari jenjang
pendidikan taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah
pertama, SMPI Al-Azhar 3 Bintaro telah dilengkapi dengan berbagai
sarana dan prasarana yang lebih dari memadai untuk melakukan proses
pembelajaran secara aman dan nyaman.
SMPI Al-Azhar 3 Bintaro memiliki satu buah gedung berbentuk
leter L yang memiliki tiga lantai, fasilitas yang disediakan sekolah untuk
keperluan belajar mengajar adalah, 15 ruang kelas yang sudah dilengkapi
dengan white board dan proyektor, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang
perpustakaan, 1 ruang TU (Tata Usaha), 1 ruang Guru, 1 ruang UKS, 1
ruang BK, 1 ruang OSIS, 1 ruang Perpustakaan, 1 ruang Multi Media, 1
ruang Lab. Bahasa, 1 ruang Lab. Komputer, 1 ruang Lab. Biologi, 1
ruang Lab Fisika, 1 ruang Musik, 1 ruang serbaguna (rapat), 1 ruang toko
koperasi, dan 1 ruang gudang/dapur, semua ruangan sudah dilengkapi
dengan fasilitas penyejuk ruangan (AC). Selanjutnya SMPI Al-Azhar 3
Bintaro juga dilengkapi dengan 2 lapangan, lapangan pertama terletak di
depan gedung sekolah yang sudah difasilitasi dengan dua ring basket dan
9
Ibid.
68
dua gawang untuk sepak bola sedangkan lapangan kedua terletak di luar
gerbang sekolah, tetapi masih berada di dalam lingkungan Al-Azhar.10
SMPI Al-Azhar juga dilengkapi dengan satu buah mushola yang
terletak di luar gerbang sekolah tetapi masih berada di dalam lingkungan
sekolah. Mushola digunakan untuk sholat berjamaah mulai dari sholat
dhuha yang biasa dilakukan sebelum peserta didik memulai proses
pembelajaran di pagi hari hingga sholat dzuhur, sedangkan sholat ashar
biasa dilakukan di depan ruangan kelas. Seluruh fasilitas yang disediakan
oleh sekolah semuanya berada dalam keadaan baik dan siap untuk
dipergunakan kapan saja.
SMPI Al-Azhar merupakan sekolah menengah pertama berbasis
islam, sehingga kegiatan-kegiatan rutin yang dilaksanakan di SMPI AlAzhar 3 Bintaro mencerminkan pendidikan keislaman yang ditanamkan
kepada setiap peserta didiknya. Di SMPI A-Azhar 3 Bintaro para peserta
didik sudah terbiasa melakukan sholat berjama’ah serta kegiatan-kegiatan
bernuansan keislaman lainnya seperti: tadarus Al-Qur’an yang dilakukan
sebelum belajar setiap hari, tahsin atau tahfidz yang dilaksanakan setiap
hari jumat pagi, program BBQ (bimbingan belajar baca Al-Qur’an) yaitu
bimbingan belajar bagi peserta didik yang belum mampu membaca AlQur’an yang di bimbing langsung oleh guru-guru AQUBA (Agama, AlQur’an dan Bahasa Arab) di lingkungan Al-Azhar dengan sistem setiap
guru membimbing sekitar 10-15 peserta didik dan dilaksanakan setelah
kegiatan belajar mengajar setiap hari Senin dan hari Jum’at, serta
kegiatan lainnya seperti amaliyah yang dilakukan setiap hari Senin dan
Kamis.11
10
11
Ibid.
Ibid.
69
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasar analisis terhadap berbagai data yang terkumpul selama
pelaksanaan penelitian, baik data yang diperoleh melalui observasi
(pengamatan), studi dokumentasi maupun hasil wawancara langsung dengan
responden, secara garis besar penulis membagi deskripsi hasil penelitian
berupa respon perubahan kurikulum di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro khususnya
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kedalam dua bagian,
yaitu : Pertama, respon SMPI Al-Azhar 3 Bintaro terhadap kebijakan
implementasi Kurikulum 2013; Kedua, respon Guru PAI terhadap
Implementasi Kurikulum 2013.
1. Respon SMPI Al-Azhar 3 Bintaro Terhadap Kebijakan Implementasi
Kurikulum 2013
Menyikapi adanya perubahan kurikulum dari kurikulum 2006 ke
kurikulum 2013, maka sesuai dengan kebijakan Yayasan Pesantren Islam
Al-Azhar yang menaungi seluruh lembaga pendidikan Al Azhar di
Indonesia, SMPI Al Azhar 3 Bintaro telah mengimplementasikan
Kurikulum 2013 sejak tahun pelajaran 2013-2014 secara mandiri atau
diluar sekolah sasaran yang dijadikan model penerapan Kurikulum 2013
oleh pemerintah.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan sekolah yang diambil sebagai respon
terhadap perubahan kurikulum dari kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 di
SMPI Al Azhar 3 Bintaro adalah: Pertama, dilakukannya penyesuaian
struktur kurikulum yang digunakan sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor
68 tahun 2013
tentang Struktur kurikulum 2013. Penyusunan struktur kurikulum 2013
yang digunakan di SMPI Al Azhar 3 Bintaro dilakukan secara terpusat
oleh Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar dan diberlakukan secara efektif
mulai awal tahun pelajaran 2013 – 2014. Tabel berikut memperlihatkan
struktur kurikulum 2013 yang berlaku di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro.
70
Tabel 4.3
Struktur Kurikulum 2013 SMPI Al Azhar 3 Bintaro12
KOMPONEN
MATA PELAJARAN UMUM
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2. Pendidikan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Ilmu Pengetahuan Alam
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
7. Bahasa Inggris
8. Seni dan musik
9. Penjas, O.R. dan Kesehatan
10. Keterampilan / TIK
11. Keterampilan dan Prakarya
MUATAN LOKAL
1. Bahasa Arab
2. Al Qur’an
3. Tahfiz
JUMLAH
KELAS DAN
ALOKASI WAKTU
VII
VIII
IX
3
2
5
6
5
4
4
3
3
2
3
2
5
6
5
4
4
3
3
2
3
2
5
6
7
4
4
2
3
2
-
2
2
1
43
2
2
1
43
2
2
1
43
Kedua, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan guru pelaksana
kurikulum 2013 secara mandiri bagi seluruh guru SMPI Al Azhar 3
Bintaro serta berperan aktif dengan mengikut sertakan guru maupun
Kepala Sekolah SMPI Al Azhar 3 Bintaro dalam berbagai pendidikan dan
pelatihan implementasi kurikulum 2013 yang diselenggarakan pemerintah
baik di tingkat, kota, provinsi maupun nasional.13
Ketiga, kebijakan lain sebagai respon terhadap perubahan kurikulum
di SMPI Al Azhar 3 Bintaro adalah dilakukannya pemenuhan terhadap
kebutuhan sarana dan prasarana sesuai tuntutan kurikulum 2013,
kebijaksanaan ini diantaranya dengan menyediakan berbagai media
12
Dokumentasi administrasi. loc. cit.
71
pembelajaran yang lebih banyak dituntut penggunaannya dalam kurikulum
2013.14
2. Respon Guru PAI Terhadap Implementasi Kurikulum 2013
Berdasar data hasil penelitian, penulis mendapatkan temuan yang
menunjukan adanya berbagai respon guru PAI di SMPI Al-Azhar 3
Bintaro terhadap perubahan kurikulum dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum
2013, respon-respon tersebut adalah:
a. Perubahan Perencanaan Pembelajaran Kurikulum 2013
Dalam kurikulum 2013, penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran diatur dalam Permendikbud No.81a tahun 2013 tentang
implementasi kurikulum yang secara operasional dapat diwujudkan
dalam format sebagai berikut:
Tabel 4.4
Format RPP Menurut Permendikbud No.81a/201315
Sekolah
:
Matapelajaran
:
Kelas/Semester
:
Materi Pokok
:
Alokasi Waktu
:
A. Kompetensi Inti (KI)
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
1. _____________ (KD pada KI-1)
2. _____________ (KD pada KI-2)
3. _____________ (KD pada KI-3)
Indikator: __________________
4. _____________ (KD pada KI-4)
14
Ibid.
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran, Lampiran
IV
15
72
Indikator: __________________
Catatan:
KD-1 dan KD-2 dari KI-1 dan KI-2 tidak harus dikembangkan dalam
indikator karena keduanya dicapai melalui proses pembelajaran
yang tidak langsung. Indikator dikembangkan hanya untuk KD-3 dan
KD-4 yang dicapai melalui proses pembelajaran langsung.
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Pembelajaran (rincian dari Materi Pokok)
E. Metode Pembelajaran (Rincian dari Kegiatan Pembelajaran)
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media
2. Alat/Bahan
3. Sumber Belajar
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan Kesatu:
a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
b. Kegiatan Inti (...menit)
c. Penutup (…menit)
2. Pertemuan Kedua:
a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
b. Kegiatan Inti (...menit)
c. Penutup (…menit), dan seterusnya.
H. Penilaian
1. Jenis/teknik penilaian
2. Bentuk instrumen dan instrumen
3. Pedoman penskoran
Berdasar data hasil studi dokumentasi terhadap Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru PAI di
SMPI Al Azhar 3 Bintaro diketahui bahwa telah terjadi perubahan
dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
dilakukan oleh guru PAI di SMPI Al Azhar 3 Bintaro sebagai respon
terhadap perubahan kurikulum yang terjadi. Perubahan dalam
penyusunan RPP yang dilakukan terjadi pada berbagai komponen RPP
73
seperti yang diungkapkan oleh responden A, beliau mengemukakan
bahwa perubahan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
beliau susun sebagai implikasi dari perubahan dari kurikulum 2006 ke
kurikulum 2013 meliputi berbagai aspek, yaitu:
Pertama perubahan dalam Kompetensi Inti serta Kompetensi
Dasar (KI-1, KI-2, KI-3, KI-4) .Kedua, perubahan metode
pembelajaran, dalam Kurikulum 2006 pembelajaran lebih berpusat
pada guru, ketika menggunakan Kurikulum 2013 menjadi lebih
berpusat pada peserta didik. Ketiga, terdapat perubahan dalam
penilaian, penilaian dalam kurikulum 2013 jadi jauh lebih banyak dan
lebih rumit dalam berbagai aspek. Keempat, penggunaan media,
dalam kurikulum 2013 jadi lebih banyak menggunakan media
terutama media proyektor.
Untuk
jam
pelajaran
tidak
ada
perubahan, karena pada Kurikulum 2006 SMPI Al-Azhar 3 Bintaro
sudah menetapkan jumlah jam pelajaran PAI 3 jam pelajaran,
sehingga ketika dalam kurikulum 2013 ditetapkan jumlah jam
pelajaran PAI 3 jam maka SMPI Al-Azhar 3 Bintaro tidak melakukan
perubahan sama sekali. Selanjutnya untuk materi pelajaran dan buku
pelajaran belum ada perubahan sama sekali.16
Hal hampir sama dikemukakan oleh responden B yang
menyatakan
bahwa
perubahan
dalam
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang beliau susun sebagai implikasi dari
perubahan Kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 adalah diantaranya
perubahan dalam penilaian, penilaian dalam kurikulum 2013 jadi jauh
lebih rumit, dan lebih banyak memakan waktu, selanjutnya perubahan
dalam metode pembelajaran, dalam kurikulum 2013 pembelajaran
lebih banyak berpusat pada anak, jadi dalam pembelajaran anak lebih
banyak melakukan hal seperti mengamati, menanyakan, menemukan,
mampu mengaktualisasikan, dan akan lebih baik apabila anak mampu
16
Wawancara dengan guru A, guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro tgl 05 Desember 2014,
nama dirahasiakan atas permintaan responden.
74
menghasilkan produk baru, dan tentunya lebih banyak menggunakan
media pembelajaran. Selanjutnya untuk buku pelajaran masih belum
ada perubahan, karena masih belum ada pemasokan buku baru untuk
kurikulum 2013.17
Berdasar hasil wawancara dengan kedua responden tersebut
dapat diketahui bahwa implementasi kurikulum 2013 di SMPI Al
Azhar 3 Bintaro telah memberikan perubahahan dalam beberapa aspek
dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu:
Pertama, adanya perubahan dalam pencantuman Kompetensi Inti serta
Kompetensi Dasar materi pelajaran yang akan disampaikan dengan
adanya KI-1, KI-2, KI-3 dan KI-4. Kedua, adanya perubahan dalam
model, strategi serta metode pembelajaran yang digunakan, jika pada
penggunaan Kurikulum 2006 pembelajaran cenderung lebih berpusat
pada guru, maka implementasi kurikulum 2013 menuntut agar
pembelajaran menjadi lebih terpusat pada peserta didik. Ketiga,
perubahan cukup signifikan lainnya terjadi dalam penggunaan media
pembelajaran, kedua responden sepakat bahwa kurikulum 2013 jauh
lebih banyak membutuhkan media dalam setiap pembelajaran.
Keempat, adanya perubahan yang cukup mendasar dalam teknik
penilaian, kedua responden mengungkapkan bahwa penilaian menurut
kurikulum 2013 cenderung jauh lebih rumit dibandingkan menurut
Kurikulum 2006 karena menurut kurikulum 2013 penilaian harus
dilakukan secara menyeluruh terhadap berbagai aspek yang meliputi
sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan, cukup
jauh berbeda dibanding penilaian pada Kurikulum 2006 yang lebih
menitikberatkan pada aspek pengetahuan. Standar penilaian menurut
kurikulum 2013 yang menggunakan penilaian skala 4 memberikan
beban tersendiri bagi guru untuk mengkonversi penilaian yang telah
biasa dilakukan dengan menggunakan penilaian skala 10 atau 100.
17
Wawancara dengan guru B. guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro tgl 05 Desember 2014,
nama dirahasiakan atas permintaan responden.
75
Meskipun menyebabkan perubahan dalam berbagai aspek
penyusunan RPP, perubahan kurikulum yang terjadi di SMPI AlAzhar 3 Bintaro ternyata tidak serta merta mengubah seluruh aspek
penyusunan RPP khususnya dalam penyusunan RPP mata pelajaran
PAI, setidaknya ada dua aspek penyusunan RPP yang tidak
mengalami perubahan seiring adanya perubahan kurikulum yang
terjadi, yaitu: Pertama, aspek alokasi waktu pembelajaran. Hal ini
dapat terjadi karena sejak penggunaan kurikulum 2006, di SMPI AlAzhar 3 Bintaro mata pelajaran PAI telah mendapat alokasi waktu
sebanyak tiga jam pelajaran dari dua jam pelajaran yang diharuskan,
sehingga ketika kebijakan kurikulum 2013 mengharuskan adanya
pengalokasian waktu mata pelajaran PAI menjadi tiga jam pelajaran,
maka bagi SMPI Al-Azhar 3 Bintaro sudah tidak memerlukan adanya
perubahan alokasi waktu lagi.
Kedua, selain alokasi waktu
pembelajaran, aspek lain yang tidak mengalami perubahan adalah
aspek sumber belajar utama atau buku pegangan, dikarenakan sekolah
masih belum menerima buku pegangan baru dari pemerintah.
b. Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013
Pada hakekatnya pelaksanaan pembelajaran merupakan realisasi
dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun
sebelumnya, sehingga dengan demikian pelaksanaan pembelajaran di
kelas dengan sendirinya akan berubah ketika terdapat perubahan
dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hal ini
pun terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran PAI di SMPI Al-Azhar 3
Bintaro yang mengalami perubahan seiring berubahnya penyusunan
RPP yang terjadi sebagai respon dari implikasi diberlakukannya
kurikulum 2013.
Berdasar data hasil penelitian khususnya data hasil observasi
dan hasil wawancara yang telah dilakukan, terdapat beberapa
perubahan pelaksanaan pembelajaran sebagai respon terhadap
perubahan kurikulum yang terjadi.
Dari hasil wawancara dengan
76
responden A dapat diketahui bahwa telah terjadi perubahan dalam
cara mengajar pelajaran PAI di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro sebagai
akibat dari adanya perubahan kurikulum, perubahan terutama terjadi
dalam penggunaan metode pembelajaran dan penggunaan media
pembelajaran, karena sesuai tuntutan kurikulum 2013 siswa dituntut
untuk menjadi jauh lebih aktif daripada guru ketika malaksanakan
pembelajaran di kelas.18
Pendapat hampir sama dipaparkan oleh responden B yang
mengemukakan
bahwa
dalam
proses
pembelajaran
menurut
Kurikulum 2013 guru lebih bersifat mengayomi siswa ketika belajar
dikelas, proses pembelajaran lebih menitikberatkan pada aktivitas
siswa seperti mengamati, menanyakan, menemukan, kemampuan
untuk mengaktualisasikan dan yang lebih baik lagi apabila anak
mampu menghasilkan suatu produk baru, oleh karena itu dalam
Kurikulum 2013 lebih banyak dituntut menggunakan media dalam
proses pembelajaran.19
Berdasar hasil wawancara dengan kedua responden dapat
disimpulkan bahwa implementasi kurikulum 2013 di SMPI Al Azhar
3 Bintaro telah memberikan perubahahan dalam berbagai aspek proses
pelaksanaan
pembelajaran
pendekatan,
model,
yaitu:
strategi
dan
Pertama,
perubahan
dalam
metode
pembelajaran
yang
digunakan, jika pada penggunaan Kurikulum 2006 pembelajaran
cenderung lebih berpusat pada guru, maka implementasi kurikulum
2013 menuntut agar pembelajaran menjadi lebih terpusat pada peserta
didik, secara khusus responden A menambahkan bahwa melalui
implementasi kurikulum 2013 lebih banyak peserta didik yang
melakukan presentasi untuk menjelaskan materi pembelajaran dari
pada guru.20 Kedua, perubahan cukup signifikan terjadi pula dalam
penggunaan media pembelajaran, kedua responden sepakat bahwa
18
Ibid.
Wawancara dengan guru B, loc. cit.
20
Wawancara dengan guru A, loc. cit.
19
77
kurikulum 2013 jauh lebih banyak membutuhkan media dalam setiap
pembelajaran.
Seperti halnya dalam proses perubahan lainnya yang senantiasa
dihadapkan dengan berbagai pertentangan maupun hambatan, perubahan
implementasi kurikulum di SMPI Al Azhar 3 Bintaro dari Kurikulum
2006 ke Kurikulum 2013 pun tidak terlepas dari berbagai hambatan.
Kedua responden menyatakan bahwa hambatan yang dihadapi dalam
mengimplementasikan kurikulum 2013 terutama adalah kurangnya
pemahaman konsep serta strategi pengimplementasian kurikulum 2013,
hambatan ini didasari karena kurangnya pelatihan serta kurang
optimalnya hasil pelatihan. Hambatan lain sebagai implikasi dari
perubahan kurikulum yang terjadi adalah masalah teknis penilaian
pembelajaran dalam Kurikulum 2013 yang cukup rumit sehingga
menyita banyak waktu,
dalam wawancaranya responden B secara
gamblang menyatakan bahwa beliau masih belum dapat memberikan
pemahaman yang baik terhadap konsep Kurikulum 2013 meskipun telah
dua kali mengikuti pelatihan implementasi kurikulum 2013, beliau
menganggap hasil pelatihan yang telah diperolehnya masih belum
optimal.21 Alasan lain dari masih kurangnya pemahaman guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPI Al Azhar 3 Bintaro terhadap
perubahan kurikulum adalah pandangan mereka bahwa konsep
Kurikulum 2013 terlalu rumit dan sulit untuk dipahami.22
Melalui wawancaranya, responden B mengemukakan bahwa
harapan pemerintah
mencurahkan
semua
melalui
kurikulum
sumber
dayanya
2013
untuk
agar guru dapat
melakukan
proses
pembelajaran melalui kemudahan dengan tidak perlu membuat silabus,
serta kemudahan dalam penyusunan RPP ternyata tidak dapat tercapai
karena justru membebani guru dengan masalah penilaian, sehingga
sumber daya guru yang seharusnya dicurahkan untuk melakukan proses
pembelajaran agar mampu menghasilkan hasil pembelajaran yang
21
22
Wawancara dengan guru B. loc. cit.
Wawancara dengan guru A dan B. loc. cit..
78
optimal, akhirnya tersita hanya untuk menyelesaikan masalah penilaian
yang cukup menyulitkan.23
C. Analisis Data Penelitian
1. Kebijakan Sekolah Terhadap Implementasi Kurikulum 2013
Analisis penulis terhadap berbagai data hasil observasi, wawancara
serta studi dokumentasi menyimpulkan bahwa respon kebijakan SMPI Al
Azhar 3 Bintaro terhadap perubahan kurikulum dari kurikulum 2006 ke
Kurikulum 2013 sudah cukup baik dan tepat.
Munurut analisis penulis, kebijakan SMPI Al Azhar 3 Bintaro dalam
melakukan penyesuaian terhadap struktur kurikulum sebagai respon
terhadap perubahan kurikulum yang terjadi telah sesuai. Tabel-tabel
berikut akan memperlihatkan perbandingan antara struktur kurikulum
2013 yang diatur pemerintah dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 jo Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 58 tahun 2014, dengan struktur kurikulum 2013 yang
berlaku di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro.
Tabel 4.5
Struktur Kurikulum 2013 Menurut Permendikbud No.68/201324
KOMPONEN
KELOMPOK A
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Ilmu Pengetahuan Alam
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
7. Bahasa Inggris
KELOMPOK B
1. Seni Budaya
2. Pendidikan jasmani, O.R. dan Kesehatan
23
KELAS DAN
ALOKASI WAKTU
VII
VIII
IX
3
3
6
5
5
4
4
3
3
6
5
5
4
4
3
3
6
5
5
4
4
3
3
3
3
3
3
Wawancara dengan guru B. loc. cit.
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun
2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah,h.7
24
79
KELAS DAN
ALOKASI WAKTU
VII
VIII
IX
2
2
2
KOMPONEN
3.
Prakarya
JUMLAH
38
38
38
Tabel 4.6
Struktur Kurikulum 2013 SMPI Al-Azhar 3 Bintaro25
KOMPONEN
MATA PELAJARAN UMUM
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2. Pendidikan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Ilmu Pengetahuan Alam
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
7. Bahasa Inggris
8. Seni dan musik
9. Penjas, O.R. dan Kesehatan
10. Keterampilan / TIK
11. Keterampilan dan Prakarya
MUATAN LOKAL
1. Bahasa Arab
2. Al Qur’an
3. Tahfiz
JUMLAH
KELAS DAN
ALOKASI WAKTU
VII
VIII
IX
3
2
5
6
5
4
4
3
3
2
3
2
5
6
5
4
4
3
3
2
3
2
5
6
7
4
4
2
3
2
-
2
2
1
2
2
1
2
2
1
43
43
43
Dari tabel 4.3 dan 4.4. dapat dilihat bahwa struktur kurikulum 2013
yang berlaku di SMPI Al Azhar 3 Bintaro memang lebih padat dibanding
dengan struktur kurikulum 2013 menurut Permendikbud Nomor 68 tahun
2013 jo Permendikbud Nomor 58 tahun 2014, namun dengan tetap
mengacu kepada butir-butir dalam Permendikbud tersebut, perbedaan ini
dapat dibenarkan karena dalam mengimplementasikan kurikulum 2013
25
Dokumentasi administrasi. loc. cit.
80
pemerintah memberi keleluasaan kepada setiap satuan pendidikan untuk
menambah jam pelajaran beserta alokasi waktunya sesuai karakteristik
satuan pendidikan masing-masing.
Dalam struktur kurikulum yang berlaku di SMPI Al Azhar 3 Bintaro,
jumlah jam pelajaran serta alokasi waktu untuk mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) telah sesuai dengan tuntutan struktur kurikulum 2013
menurut Permendikbud Nomor 68 tahun 2013 jo Permendikbud Nomor
58 tahun 2014, yaitu setiap tingkat kelas (kelas VII, VIII maupun IX)
masing-masing mendapat alokasi waktu selama 3 jam pelajaran per
minggu.
Keseriusan SMPI Al Azhar 3 Bintaro dalam mengimplementasikan
Kurikulum tercermin dari kebijakan-kebijakan lainnya yang diambil
sebagai respon terhadap perubahan kurikulum yang terjadi, tidak hanya
terbatas pada pada kebijakan penyesuaian struktur kurikulum semata
namun SMPI Al Azhar 3 Bintaro juga membuat kebijakan untuk secara
aktif melakukan pendidikan dan pelatihan terhadap seluruh guru pelaksana
kurikulum 2013 secara mandiri dan mengikutsertakan guru serta kepala
sekolahnya dalam pendidikan dan pelatihan implementasi kurikulum 2013
yang diselenggarakan pemerintah baik di tingkat kota, tingkat propinsi
maupun
tingkat
nasional,
hal
ini
dilakukan
sekolah
supaya
pengimplementasikan Kurikulum 2013 dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Selain itu sebagai pendukung SMPI Al-Azhar 3 Bintaro juga
membuat kebijakan untuk melakukan pemenuhan terhadap semua
kebutuhan sarana dan prasarana sesai tuntutan kurikulum 2013.
Penulis juga menganggap kebijakan akhir SMPI Al-Azhar 3 Bintaro
dengan memutuskan untuk tetap mengimplementasikan Kurikulum 2013
sebagai respon terhadap perubahan kurikulum sudah sangat tepat karena
kebijakan tersebut ternyata sesuai dengan salah satu opsi rekomendasi
yang disampaikan Tim Evaluasi Kurikulum 2013 kepada menteri
Pendidikan dan Kebudayaan pada Rapat yang diselenggarakan pada hari
81
Rabu tanggal 3 Desember 2014, adapun ketiga opsi yang diajukan Tim
Evaluasi Kurikulum 2013 tersebut adalah:
a.
Opsi pertama : Menghentikan implementasi kurikulum 2013 sambil
menunggu
penyempurnaan
seluruh
komponen
dan
perangkat
kurikulum 2013.
b.
Opsi kedua : Meneruskan implementasi kurikulum pada sekolah yang
telah siap sambil melakukan perbaikan.
c.
Opsi ketiga : Meneruskan implementasi kurikulum 2013 pada seluruh
sekolah sambil melakukan perbaikan. 26
Sebagai respon terhadap opsi yang diajukan Tim Evaluasi Kurikulum
2013 tersebut, pada tanggal 5 Desember 2014, secara resmi Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan,
memutuskan
untuk
menghentikan
implementasi kurikulum 2013 di seluruh Indonesia melalui surat
edarannya yang ditujukan ke seluruh kepala sekolah se-Indonesia No.
179342/MPK/KR/201427, selanjutnya kurikulum 2013 diperbaiki dan
dikembangkan melalui sekolah-sekolah yang sejak Juli 2013 telah
mengimplementasikan kurikulum 2013 kecuali sekolah bersangkutan
merasa berkeberatan.28 Untuk memperkuat surat edaran tersebut,
26
Kemendikbud, Tim Evaluasi Kurikulum 2013 Temui Mendikbud, diakses tanggal 08
Desember 2013, (http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/3581)
27
Kemendikbud, Isi Surat Edaran No. 179342/MPK/KR/2014 …1. Menghentikan pelaksanaan
Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang baru menerapkan satu semester, yaitu sejak Tahun
Pelajaran 2014/2015. Sekolah-sekolah ini supaya kembali menggunakan Kurikulum 2006. Bagi
Ibu/Bapak kepala sekolah yang sekolahnya termasuk kategori ini, mohon persiapkan sekolah
untuk kembali menggunakan Kurikulum 2006 mulai semester genap Tahun Pelajaran
2014/2015…,2. Tetap menerapkan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang telah tiga
semester ini menerapkan, yaitu sejak Tahun Pelajaran 2013/2014 dan menjadikan sekolahsekolah tersebut sebagai sekolah pengembangan dan percontohan penerapan Kurikulum
2013. Pada saat Kurikulum 2013 telah diperbaiki dan dimatangkan lalu sekolah-sekolah ini (dan
sekolah-sekolah lain yang ditetapkan oleh Pemerintah) dimulai proses penyebaran penerapan
Kurikulum 2013 ke sekolah lain di sekitarnya…, 3. Mengembalikan tugas pengembangan
Kurikulum 2013 kepada Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI. Pengembangan Kurikulum tidak ditangani oleh tim ad hoc yang bekerja jangka
pendek. Kemdikbud akan melakukan perbaikan mendasar terhadap Kurikulum 2013 agar dapat
dijalankan dengan baik oleh guru-guru kita di dalam kelas, serta mampu menjadikan proses belajar
di sekolah sebagai proses yang menyenangkan bagi siswa-siswa kita…, diakses tanggal 08
Desember 2013 (www.kemdiknas.go.id/.../SURAT%20MENTERI.pdf)
28
Kemendikbud, Mendikbud Anies Baswedan Hentikan Kurikulum 2013, diakses tanggal
08 Desember 2014, (http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/siaranpers/3590)
82
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan peraturan menteri
(Permendikbud) No. 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum
2006 dan Kurikulum 2013 tertanggal 11 Desember 2014.29
Dengan demikian implementasi kurikulum 2013 dapat terus
dilaksanakan di SMPI Al Azhar 3 Bintaro dengan perbaikan dan
pengembangan sesuai harapan SMPI Al-Azhar 3 Bintaro.
2. Kesiapan Guru dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013
Analisis penulis terhadap berbagai data penelitian yang diperoleh
menyimpulkan, meskipun implementasi kurikulum 2013 di SMPI AlAzhar 3 Bintaro telah dilaksanakan sejak tahun pelajaran 2013 – 2014,
namun pemahaman guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro terhadap esensi
perubahan dari Kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 ternyata masih belum
optimal, guru masih merasa kurang faham terhadap berbagai aspek
khususnya yang bersifat strategis yang melandasi perubahan kurikulum
tersebut, sehingga dalam pengimplementasian kurikulum 2013 mereka
lebih bersikap tekstual sesuai dengan teknis pelaksanaan yang diberikan.
Analisis terhadap hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan
kedua responden menyimpulkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam
(PAI) di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro masih belum dapat memahami konsep
perubahan Kurikulum yang terjadi secara sepenuhnya, kedua responden
memiliki masalah yang relatif sama, yaitu masih kurang mendapat
pendidikan dan pelatihan dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013
meskipun kedua responden telah mengikuti pelatihan baik yang
diselenggarakann secara mandiri oleh pihak sekolah maupun yang
diselenggarakan oleh pemerintah.30 Disamping itu belum adanya pasokan
buku dari pemerintah pun merupakan kendala lainnya yang menyebabkan
kurangnya pemahaman guru terhadap konsep Kurikulum 2013.
29
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 160 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013.
30
Wawancara dengan guru A dan B, guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro tgl 05 Desember
2014. nama dirahasiakan atas permintaan responden.
83
Kenyataan kurangnya pemahaman guru PAI di SMPI Al-Azhar 3
Bintaro menunjukkan masih adanya ketidaksiapan para guru PAI dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2013 dalam pembelajaran, oleh karena
itu, implementasi kurikulum 2013 di SMPI Al Azhar 3 Bintaro masih terus
memerlukan perbaikan terutama dalam meningkatkan pemahaman guru
sebagai pelaksana kurikulum.
3. Pertentangan Antara Kebijakan Sekolah Dengan Kesiapan Guru
Dengan mencermati paparan hasil analisis mengenai kebijakan SMPI
Al-Azhar 3 Bintaro terhadap implementasi kurikulum 2013 serta paparan
hasil analisis kesiapan guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro terhadap
implementasi kurikulum 2013 dapat terlihat adanya sedikit gap atau
pertentangan terhadap hasil analisis tersebut. Disatu sisi, sesuai dengan
kebijakan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar yang menaunginya, SMPI
Al-Azhar 3 Bintaro mempunyai kebijakan agar Kurikulum 2013 dapat
terus diterapkan dengan melakukan beberapa upaya yang menunjang
pengimplementasian kurikulum tersebut, namun disisi lain para guru PAI
ternyata masih belum siap dalam melaksanakan Kurikulum 2013 dengan
segala aspeknya.
Menurut analisis penulis, adanya gap antara kebijakan sekolah
dengan kesiapan guru dalam merespon perubahan kurikulum yang terjadi
merupakan akibat dari kurang intensifnya komunikasi antara pihak
yayasan dengan sekolah serta antara pihak sekolah dengan pihak guru
sehingga kebijakan yang diambil yayasan kurang tersosialisasi dengan
baik kepada pihak guru sebagai ujng tombak pelaksana, sebaliknya
keluhan guru sebagai ujung tombak pelaksana juga kurang terakomodasi
oleh pihak yayasan sebagai penentu kebijakan yang diambil pihak sekolah.
Namun analisis lebih lanjut penulis menyimpulkan bahwa gap yang terjadi
merupakan sesuatu yang wajar dalam menyikapi suatu perubahahan,
kurangnya pemahaman guru PAI di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro dalam
mengimplementasikan
kurikulum
2013
bukanlah
alasan
untuk
menghentikan implementasi kurikulum 2013 di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro,
84
namun hanya menunjukkan masih terus memerlukan perbaikan terutama
dalam meningkatkan pemahaman guru sebagai pelaksana kurikulum.
Seperti yang dikeluhkan kedua responden, kurangnya pemahaman yang
terjadi terutama disebabkan oleh kurangnya kuantitas dan optimalisasi
pelatihan, sehingga sebagai solusi atas permasalahan tersebut dapat
ditempuh melalui pelaksanaan pelatihan implementasi kurikulum 2013
dengan berbagai ragamnya (in-house training, lesson study, peer teaching)
yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pemahaman para guru
dalam mengimplementasikan kurikulum 2013, sehingga perubahan
kurikulum dari Kurikulum 2006 kepada kurikulum 2013 benar-benar dapat
mencapai tujuan yang diharapkan, dan gap antara kebijakan sekolah
dengan kesiapan guru dalam merespon perubahan kurikulum yang terjadi
dapat diatasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasar hasil penelitian dan analisis penulis mengenai respon
perubahan kurikulum PAI di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Kebijakan SMPI Al Azhar 3 Bintaro sebagai respon terhadap perubahan
kurikulum
2006
ke
kurikulum
2013
adalah:
Pertama,
mengimplementasikan kurikulum 2013 sejak tahun pelajaran 2013-2014
secara mandiri melalui permintaan pihak yayasan sekolah kepada
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; Kedua, melaksanakan
penyesuaian struktur kurikulum sesuai dengan Permendikbud Nomor 68
tahun 2013 jo Permendikbud Nomor 58 tahun 2014 tentang struktur
kurikulum 2013; Ketiga, melaksanakan pendidikan dan pelatihan guru
pelaksana kurikulum 2013 secara mandiri serta mengikutsertakan guru
serta kepala sekolah dalam pendidikan dan pelatihan implementasi
kurikulum 2013; Keempat, memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana
sesuai tuntutan kurikulum 2013..
2. Kesiapan guru PAI SMPI Al Azhar 3 Bintaro sebagai respon terhadap
perubahan kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 secara umum belum
terlalu siap, mereka belum memahami konsep dan esensi dari kurikulum
2013 sehingga dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 cenderung
bersikap tekstual sesuai buku pegangan yang ada. Hambatan utama yang
dihadapi guru PAI SMPI Al Azhar 3 Bintaro dalam implementasi
kurikulum 2013 adalah luasnya dan rumitnya teknik penilaian yang
disaratkan dalam kurikulum 2013 serta belum memadainya buku
pegangan yang tersedia.
85
86
3. Terdapat sedikit gap atau pertentangan antara kebijakan SMPI Al-Azhar 3
Bintaro yang mempunyai kebijakan agar Kurikulum 2013 dapat terus
diterapkan dengan kesiapan guru PAI yang belum siap untuk
mengimplementasikan Kurikulum 2013 dengan segala aspeknya.
4. Gap yang terjadi antara kebijakan SMPI Al-Azhar 3 Bintaro dengan
kesiapan guru PAI SMPI Al-Azhar 3 Bintaro dalam mengimplementsikan
kurikulum 2013 dapat diatasi melalui komunikasi yang lebih intensif
antara pihak yayasan, sekolah dan guru, sehingga semua hambatan yang
dialami guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dapat diatasi
dengan baik.
B. Saran
Sebagai implikasi serta tindak lanjut dari hasil penelitian ini, penulis
memberikan sumbang saran sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan pemahaman terhadap konsep kurikulum 2013 serta
strategi implementasi kurikulum 2013, selain melalui pelatihan yang
diselenggarakan pihak terkait, guru dapat melakukan saling tukar
menukar informasi dan /atau diskusi dengan memanfaatkan media sosial
ataupun forum-forum mengenai implementasi kurikulum 2013 yang saat
ini cukup banyak di dunia maya.
2. Sebagai salah satu sekolah dengan akreditasi kategori A dan telah
melaksanakan kurikulum 2013 sejak awal tahun pelajaran 2013-2014,
diharapkan SMPI Al Azhar 3 Bintaro dapat terus megimplementasikan
kurikulum 2013 dengan mengakomodasi perbaikan dan perkembangan
sesuai keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta dapat
menjadi model bagi sekolah-sekolah lain dalam mengimplementasikan
kurikulum 2013 kelak.
87
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam
melaksanakan penelitian mengenai kurikulum 2013 secara lebih
konprehensif untuk perbaikan dan pengembangan kurikulum 2013.
88
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta,2007.
Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Konsep Teori,
Prinsip, Prosedur, Komponen, Pendekatan, Model, Evaluasi & Inovasi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
BNSP. “Laporan BNSP tahun 2010”. dari http://www.bsnp-indonesia.org/id, 08
Desember 2014
Emzir, Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada,2011.
Hasan, Hamid. Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2008
Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
Hatimah, Ihat, dkk. Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI Press, 2006.
Kemendikbud. “Dokumen Kurikulum 2013”, Naskah Akademik Kemendikbud,
Jakarta.2013, h..2, tidak dipublikasikan
-----,
“Informasi Kurikulum Untuk Masyarakat”,
Kemendikbud, Jakarta 2013,tidak dipublikasikan.
Naskah
Akademik
-----, “Isi Surat Edaran No. 179342/MPK/KR/2014” www.kemdiknas.go.id/
.../SURAT%20MENTERI.pdf, 08 Desember 2013
-----, “Kurikulum 2013 (Rasional, Kerangka Dasar, Struktur, Implementasi, dan
Evaluasi Kurikulum)”, Naskah Akademik Kemendikbud. Jakarta.2013,
tidak dipublikasikan.
-----, “Mendikbud Anies Baswedan Hentikan Kurikulum 2013”.,
dari
http://kemdikbud.go.id/ kemdikbud/ siaranpers/3590, 08 Desember 2014
-----, “Naskah Akademik Pengembangan Kurikulum”, Naskah Akademik
Kemendikbud. Jakarta, 2013, tidak dipublikasikan
-----,
“Pedoman Implementasi Kurikulum 2013”,
Kemendikbud. Jakarta 2013, tidak dipublikasikan
Naskah
Akademik
89
-----, “Tim Evaluasi Kurikulum 2013 Temui Mendikbud”. http://kemdikbud.go.id
/kemdikbud/berita/3581, 08 Desember 2013
Majid, Abdul. Implementasi Kurikulum 2013 (Kajian Teoritis dan Praktik).
Bandung: Interes, 2014.
Mumu Jajuli. “Kurikulum 2013 Milik Guru Pendidikan Agama Islam”. jurnal
Direktorat Pendidikan Agama Islam 2013. www.pendis.kemenag.go.id, 16
Novemver 2014
Mudlofir, Ali. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada,2011
Mulyasa, E. Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013 (Jadilah Guru
Profesional Atau Tidak Sama Sekali. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014.
-----, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2006.
-----, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan
Kepala Sekolah. Jakarta:Bumi Aksara,2009.
-----, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007
Muslich, Masnur. KTSP (Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2013.
Nasution. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Rahmadi. Guru PAI DAN Implementasi Kurikulum 2013. kalsel .kemenag. go. id/
file/ file/ Jurnal, 16 November 2014.
Rusman. Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 68
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
90
-----, Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No.
81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum
Pembelajaran, Lampiran IV.
-----, Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No.
160 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan
Kurikulum 2013.
-----, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Bab II, Pasal 3.
Sanjaya, Wina. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta:Kencana,2008.
Sukmadinata, Nana syaodih. Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek.
Bandung:PT Remaja Rosdakarya:2011
Sukmadinata, Nana Syaodih, dan Syaodih, Erliana. Kurikulum dan Pembelajaran
Kompetensi. Bandung:PT Refika Aditama,2012.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta, 2011
-----, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif dan R&D. Bandung: Afabeta,
2012
-----, Memahami Penelitian Kualitataif. Bandung: Alfabeta, 2013.
Subyanto, Arief & Suwarto, FX. Metode & Teknik Penelitian Sosial. Yogyakarta:
Andi, 2006.
Soetopo, Hendyat dan Soemanto, Wasty. Pembinaan dan Pengembangan
Kurikulum Sebagai Subtansi Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara, 1993
Wahyudi, Rian, “ Implementasi Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadis Di MTS Daarul Hikmah
Pamulang” Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta,
2012. tidak dipublikasikan.
Download