PERANAN BURHANUDDIN USMAN SEBAGAI PEMUSIK SAKSOFON DALAM KEBUDAYAAN MUSIK MELAYU SKRIPSI SARJANA O L E H NAMA: LIDO P.M. HUTAGALUNG NIM: 100707003 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014 PERANAN BURHANUDDIN USMAN SEBAGAI PEMUSIK SAKSOFON DALAM KEBUDAYAAN MUSIK MELAYU OLEH: NAMA: LIDO P.M. HUTAGALUNG NIM: 100707003 Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II, Drs. Fadlin, M.A Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. NIP 196102201989031003 NIP 196512211991031001 Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomuskologi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014 ii PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan Pada Tanggal : Hari : Fakultas Ilmu Budaya USU, Dekan, Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP Panitia Ujian: Tanda Tangan 1. Drs, Muhammad Takari, M.A., Ph.D. 2. Dra. Heristina Dewi, M.Pd. 3. Drs. Fadlin, M.A 4. 5. iii DISETUJUI OLEH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI KETUA, Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. NIP 196512211991031001 iv ABSTRAKSI Skripsi ini berisi tentang peranan Burhanuddin Usman sebagai pemain musik Saksofon. Peranannya ditinjau/difokuskan dalam kebudayaan musik Melayu eksistensinya sebagai pemusik dan kedudukan musiknya berlangsung selama 50 an tahun untuk menunjukan peranannya biografinya juga dituliskan. Penelitian ini menggunakan 2 teori yaknik, teori Biografi dan teori Peran dan perilaku pemusik yang ditawarkan oleh Merriam (1964). Untuk melaksanakan penelitian, penulis telah melakukan beberapa proses kerja, yaitu: studi dkepustakaan, observasi, wawancara, perekaman atau dokumentasi kegiatan, transkripsi, dan analisis laboratorium. Penelitian ini berpusat pada pendapat para informan dalam konteks studi emik. Namun, penulis tetap melakukan penafsiran-penafsiran sesuai dengan kaidah ilmiah dalam konteks studi etik. Melalui metode dan teknik tersebut di atas diperoleh 2 hasil penelitian. (1) Peranan Burhanuddin Usman yakni sebagai pemusik Melayu yang terjun dalam perkembangannya musik Melayu selama periode 1950-2014, menampilkan kebudayaan musikal (rekaman lagu piringan hitam). (2) Biografi Burhanuddin Usman yakni seorang pemusik yang dikatakan sebagai legenda hidup pada pemusik Saksofon Melayu. v ABSTRACT This thesis contains Burhanuddin Usman‘s Role as Saxophonist. His role is focused on Malay music culture. In Malay music culture, hs existence continues during 50 years. His biography is writen to show is role. The research of used two theories : Biographic and musician sosial behavior that is shared by Merriam. It used qualitative method. For accomplishing it. Some work prousess have been exeelted there are literature study, observation, interview, recording, documentation activities, transcription, and laboratory analysis. This research is ancentrated to the informants opinicur in emic study antext. Never the less, I also support it by interpreting based on scientific principle in etic study antext. According to the Methods and technigs above, 2 research result are able to havest. (1) Burhanuddin Usman‘s role is or Saxophonist in Malay music development during 1950-2014, having Malay music culture in his performance, and recording with gramaphone-record. (2) Burhanuddin Usman‘s biography is a Saxophonist that is known as life legend to Malay Saxophonist. vi KATA PENGANTAR Segala puji, hormat, dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena kasihNya yang begitu besar telah melimpahi kehidupan penulis. Setip detik dalam perjalanan hidup penulis disertai dan diberi sukacita penuh. Secara khusus dalam penyusunan skripsi ini, kekuatan dan penghiburan diberikanNya jauh melebihi permohonan penulis. Skripsi ini berjudul ―Peranan Burhanuddin Usman Sebagai Pemusik Saksofon dalam kebudayaan Musik Melayu.‖ Skripsi ini diajukan dalam melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni pada Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari banyak kekurangan dan tantangan yang terdapat dalam penyusunan skripsi ini. Hal-hal tersebut berasal dari dalam dan luar diri penulis. Kejenuhan dan kelelahan senantiasa mendekat ke dalam diri penulis. Namun, energi baru selalu hadir melalui orang-orang di sekitar penulis. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan mempersembahkan skripsi ini kepada kedua orang tua yang sangat saya sayangi, ayahanda Uba Hutagalung dan ibunda Maria Br. Panjaitan. Terima kasih untuk segala cinta kasih dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis. Kesabaran, kebijaksanaan, dan kerendahan hati telah diajarkan kepada penulis sejak kecil. Sehingga, saat ini merupakan buah karya dan karsa yang telah dilakukan untuk penulis. Terlebih-lebih dalam penyusunan skripsi ini, suka dan duka terlampaui atas doa-doa yang telah dipanjatkan setiap hari. Motivasi dan dorongan selalu hadir saat penulis melakukan kelalaian dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kakak terkasih Lia Sarinita Hutagalung dan lae Rimbun Sidauruk, kakak terkasih Lita Rusmiati Hutagalung S.E, abg terkasih vii Liko Hasiolan Hutagalung SP.t, adik terkasih Liad Parulian Hutagalung dan Liza Hutagalung, dan abg dan kakak dari Pak Tua (T. Hutagalung) Johanes Hutagalung dan Maria Hutagalung. Dan keponakan terkasih Rebeka Sidauruk. Terimakasih untuk doa, bantuan, dukungan, waktu dan semangat yang telah diberikan kepada penulis. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Medan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh jajaran di Dekanat Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat Bapak Drs. M. Takari, M.Hum., Ph.D. sebagai Ketua Departemen Etnomusikologi dan Dosen Pembimbing II penulis yang telah membimbing dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk ilmu pengetahuan, pengalaman, kebaikan dan nasehat-nasehat yang telah Bapak berikan kepada saya selama berada di perkuliahan. Kiranya Tuhan selalu menyertai dan melimpahkan sukacita kepada Bapak. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhomat Bapak Drs. Fadlin, M.A sebagai Dosen Pembimbing I Penulis yang telah banyak membimbing dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapakan terima kasih kepada yang terhormat Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd. sebagai Sekretaris Departemen Etnomusikologi. Terimakasih untuk perhatian, ilmu, dan kebaikan yang ibu berikan. Kiranya Tuhan senantiasa melindungi dan melimpahkan berkat untuk Ibu. Begitu pula untuk Ibu Adry Wiyanni Ridwan, S.S, sebagai pegawai administrasi di Departemen Etnomusikologi FIB USU yang telah berkenan untuk membantu kelancaran administrasi kuliah dan mengingatkan semua urusan administratif penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih untuk kebaikan yang telah diberikan. viii Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat seluruh staf pengajar Departemen Etnomusikologi USU yang telah banyak memberikan pemikiran dan wawasan baru kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Kepada seluruh dosen di Etnomusikologi, Bapak Prof. Mauly Purba, M.A.,Ph.D, Bapak Drs. Irwansyah Harahap, M.A., Ibu Drs. Rithaony Hutajulu, M.A., Bapak Drs. Fadlin, M.A., Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si., Ibu Arifni Netrosa, SST,M.A., Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si., Bapak Drs. Perikuten Tarigan, M.Si., Bapak Drs. Dermawan Purba, M.Si., dan Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu yang telah membagikan ilmu dan pengalaman hidup Bapak/Ibu sekalian. Seluruh ilmu dan pengalaman hidup Bapak/Ibu sekalian menjadi pelajaran berharga untuk penulis. Kepada semua informan yang telah memberikan dukungan dan bantuan untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini: Atok Burhanuddin Usman, Bapak Drs. Tahan Perjuang Manurung, Datuk Ahmad Fauzi, Alim Udin Nasutian (Ona Sutra), dan seluruh Putera-puteri atok Burhanuddin Usman dan informan-informan lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Kesempatan dan pengalaman yang sungguh berharga telah penulis dapatkan atas kebaikan Bapak/Ibu sekalian. Penulis dapat mengenal Suku Melayu lebih dekat atas pertolongan Bapak-Ibu sekalian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga besar Op. Emi Hutagalung. Doa dan harapan yang telah disampaikan kepada penulis menjadi penyemangat dan daya yang besar untuk penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh saudara/saudari terkasih Naposo Bulung dan Rameja Belawan II dan Inang Bibelvrow D. Sitomorang atas doa harapan dan Motivasi-motivasi yang telah disampaikan kepada penulis menjadi penyemangat dan daya yang besar untuk penulis. ix Penulis juga mengucapkan terima kasih buat teman-teman seperjuangan UKM PSM USU, terlebih kepada seluruh tim Pesparawi Nasional Ke XII di Ambon. Atas perjuangan yang tidak mengenal lelah kita bisa bersama-sama membuat sebuah prestasi yang membanggakan. Penulis sangat bersyukur pernah bekerja sama dengan teman-teman dan semoga kiranya kita dapat selalu KALWEDO BASUDARA ―e. Kepada saudara-saudari saya Etno 2010: Luhut Simarmata, Anna Purba S.sn, Chandra Marbun, Andi Sarumaha, Friska Simamora, Frita Pakpahan S.sn, Miduk Nadeak, Pretty Manurung, Yusuf Siregar, Rican Sianturi, Fernandes Simangunsong, Josua Siagian, Roman Hutagalung, Kezia Purba, Agus Tampubolon, Ruth Marbun, Shelly Pelawi, Ayu Matondang, Riska Prisila, Erni Banjarnahor, Meilinda Tarigan, Maharani Tarigan, Jenny Simangunsong, Benny Purba, A.M Surung, Roni Sinaga, Feri Sihombing, Indra Sihotang, Rendi Nasution, dan Hendra Gurning terimakasih untuk masa-masa yang telah kita ciptakan di Etnomusikologi. Penulis sangat bersyukur dapat memiliki teman-teman yang luar biasa seperti kalian. Penulis berdoa semoga kita dapat berhasil dan berjumpa di lingkungan yang baru. Kepada senior dan junior di Etnomusikologi stambuk 2004-2014, penulis mengucapkan terimakasih untuk hari-hari yang penuh tawa dan canda selama berada di Etnomusikologi. Penulis sangat kagum atas keharmonisan pluralisme yang tercipta. Medan, Oktober 2014 Lido P.M. Hutagalung x DAFTAR ISI ABSTRAKSI ........................................................................................................... ABSTRACT ........................................................................................................... KATA PENGANTAR ........................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................................... DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. i ii iii v x xii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1.2 Pokok Permasalahan ........................................................................................... 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................... 1.3.1 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................................................... 1.4 Konsep dan Teori ............................................................................................... 1.4.1 Konsep ........................................................................................................ 1.4.2 Teori .......................................................................................................... 1.5 Metode Penelitian ............................................................................................... 1.5.1 Pemilihan Informan Kunci ........................................................................ 1.5.2 Kerja Lapangan ......................................................................................... 1.5.2.1 Metode Observasi .......................................................................... 1.5.2.2 Wawancara .................................................................................... 1.5.2.3 Metode Merekam .......................................................................... 1.5.3 Kerja Laboratorium ................................................................................... 1 1 10 11 11 12 12 12 14 21 22 23 24 24 25 25 BAB II BIOGRAFI ............................................................................................... 2.1 Latar Belakang Lingkungan Sosial Budaya Burhanuddin Usman ..................... 2.1.1 Riwayat Keluarga Burhanuddin Usman .................................................... 2.1.2 Riwayat Pendidikan Burhanuddin Usman ................................................ 2.1.3 Riwayat Pekerjaan Burhanuddin Usman ................................................... 2.1.4 Riwayat Kepemusikan Burhanuddin Usman ............................................ 27 27 32 36 38 40 BAB III PERANAN SAKSOFON DALAM BUDAYA MUSIK MELAYU .... 3.1 Musik Melayu ..................................................................................................... 3.1.1 Musik Melayu Tradisi Warisan Istana ..................................................... 3.1.2 Musik Melayu Tradisi Rakyat .................................................................. 3.2 Musik Melayu di Kota Medan ............................................................................ 3.2.1 Sejarah Masuknya Saksofon Dalam Budaya Musik Melayu di Kota Medan .......................................................................................... 3.2.2 Jenis-jenis Musik Melayu di Kota Medan ................................................ 3.2.3 Musik Melayu Padang Pasir ..................................................................... 3.2.4 Musik Melayu Orkes Gambus .................................................................. 3.2.5 Musik Melayu Orkes Melayu/Dangdut .................................................... 3.2.6 Musik Melayu Populer/Keyboard Melayu ............................................... 3.3 Fungsi dan Guna Saksofon pada Budaya musik Melayu ................................... 3.3.1 Fungsi Saksofon Pada Budaya Musik Melayu ......................................... 3.3.2 Guna Saksofon Pada Budaya Musik Melayu ........................................... 49 49 50 51 53 xi 55 56 56 57 58 59 62 62 65 3.4 Deskripsi Alat Musik Saksofon .......................................................................... 3.5 Jenis Saksofon Tenor yang dipakai Burhanuddin Usman .................................. 66 68 BAB IV PERANAN BURHANUDDIN USMAN SEBAGAI PEMUSIK 72 SAKSOFON DALAM BUDAYA MUSIK MELAYU .................... 4.1 Peranan Burhanuddin Usman pada Perkembangan Musik Melayu ................... 72 4.2 Peranan Burhanuddin Usman sebagai Pemusik ................................................. 81 4.3 Peranan Burhanuddin Usman dalam Melakukan Estetika Musik Melayu: Cengkok, Gerenek, dan Patah lagu dalam Saksofon .......................................... 85 4.4 Peranan Burhanuddin Usman dalam Penyajian Estetika ................................... 106 4.5 Peranan Burhanuddin Usman dalam pola tingkah laku sosial terhadap musisi 109 lain ..................................................................................................................... BAB V Kesimpulan dan Saran .............................................................................. 5.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 5.2 Saran ................................................................................................................... 111 111 113 Daftar Pustaka ........................................................................................................ Daftar Informan ..................................................................................................... xv xvii xii DAFTAR TABEL Tabel 2.1.1 Keterangan nama-nama anak dari keluarga Usman Bin Haji Muhammad dan Halimaktus Sadiah ................................................... Tabel 2.1.1.1Keterangan nama-nama anak dari keluarga Burhanuddin Usman dan Siti Salma ..................................................................................... Tabel 2.1.4 Keterangan nama-nama pemain grup Nur El Soraya ......................... Tabel 3.3.1 Keterangan fungsi musik menurut Alan P. Meriam (1964) ............... Tabel 3.4 Keterangan deskripsi jenis alat musik saksofon ................................. Tabel 4.1 Berikut nama-nama pemain grup Al Wathan ..................................... Tabel 4.1 Nama-nama personil grup Dahlia ...................................................... Tabel 4.1 Keterangan nama-nama pemain grup El Soraya ................................ xiii 32 34 44 63 67 75 77 79 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1.4 Burhanuddin Usman dengan grup El Suwaya ................................... Gambar 2.1.4 Keterangan isi berita dalam sebuah harian surat kabar SRM Medan .................................................................................... Gambar 2.1.4 Berikut gambar hasil dokumentasi pada grup santen balade ............. Gambar 3.2.2.4 Berikut contoh gambar foto musik keyboard Melayu .................... Gambar 3.4.1 Keterangan Saksofon Tenor Burhanuddin Usman ............................ Gambar 3.4.2 Saksofon Tenor .................................................................................. Gambar 3.4.2 Keterangan Microphone Burhanuddin Usman .................................. Gambar 4.1Berikut ini gambar dari Burhanuddin Usman dan Alim Udin Nasution (ona Sutra) ........................................................................... Gambar 4.2 Berikut contoh foto Burhanuddin Usman sebagai pemusik Saksofon Melayu ................................................................................. Gambar 4.2 Burhanuddin Usman sebagai pemusik Saksofon Melayu ................... Gambar 4.4. Contoh baju adat Melayu ..................................................................... xiv 43 46 47 62 70 70 71 78 83 84 107 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Ismail Hussein (1994) kata Melayu merupakan istilah yang meluas dan agak kabur. Istilah ini maknanya mencakup suku bangsa serumpun di Nusantara yang pada zaman dahulu dikenal oleh orang-orang Eropa sebagai bahasa dan suku bangsa dalam konteks perdagangan dan perniagaan. Masyarakat Melayu adalah orang-orang yang terkenal dan mahir dalam ilmu pelayaran dan turut terlibat dalam aktivitas perdagangan dan pertukaran barang dagang dan kesenian dari berbagai wilayah dunia. Demikian pula kesenian Melayu, mengikuti perkembangan budaya yang seperti itu. Kesenian tidak pernah berdiri sendiri dan lepas dari kondisi sosiobudaya masyarakat pendukungnya. Sebagai salah satu unsur kebudayaan yang penting, kesenian merupakan ungkapan kreativitas dari kebudayaan itu sendiri (Sitanggang, 2007:1). Kebudayaan dan musik tradisional Melayu mencakup wilayah-wilayah: Tamiang, pantai timur Sumatera Utara, Riau, Jambi, Lampung, Sumatera selatan, Bangka dan Belitung, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Musik ini biasanya dimainkan oleh orang-orang dari suku bangsa Melayu yang tidak jarang pula diiringi dengan tarian khas Melayu setempat. Misalnya tari persembahan dalam perhelatan pesta adat penyambutan tetamu kehormatan dan dalam kegiatan keagamaan (www.wikipedia.co.id). 1 Masyarakat yang menyangga kebudayaan dan kesenian, menciptakan, memberi peluang untuk bergerak, memelihara, menularkan, mengembangkannya untuk kemudian menciptakan kebudayaan baru (Kayam, 1981:38-39). Manusiamanusia dalam suatu kebudayaan, bekerja dalam bidang-bidang seperti ekonomi, bahasa, agama, teknologi, sosial, pendidikan, dan kesenian. Dalam bidang kesenian musik , manusia-manusia di dalamnya terdiri dari para manejer, seniman, pencipta atau pengkreasi seni seperti komposer, arranger, dan lain-lainnya. Adapun tokoh musik yang cukup terkenal secara nasional atau internasional, yang berasal dari Sumatera Utara antara lain: Guru Sauti, Tilhang Gultom, Jaga Depari, Lily Suheiri, Nahum Situmorang, dan lain-lainnya. Mereka menyumbangkan karya dan pikirannya untuk bidang kesenian dan menjadi bahagian dari pembangunan dan enkulturasi budaya masyarakatnya. Dengan demikian, sejarah hidup tokoh-tokoh kesenian ini perlu ditulis untuk menjadi bahan perenungan, transmisi nilai-nilai, dan bahan-bahan dasar untuk mencipta bagi generasi-generasi selanjutnya (Sitanggang, 2007:3). Dalam sebuah proses pembelajaran adalah penting mengambil nilai pembelajaran dari pengalaman hidup seseorang baik yang positif maupun negatif. Melalui pembelajaran yang dipetik dari seseorang ini, semua oranag dapat meneladani aspek-aspek yang membuat tokoh yang diteladaninya itu sukses. Tokoh itu bisa saja birokrat, teknokrat, pejuang, pengelola bisnis, ekonom, tokoh agama, budayawan, seniman, guru, petani, nelayan, bahkan sampai seorang pemulung sampah, penyapu jalanan kota, pengelola topeng monyet, dan lainlainnya. 2 Demikian pula dari seorang pemusik, kita bisa dapat belajar banyak mengenai ia merespon alam dan memungsikan bakat yang diberikan Tuhan kepadanya. Mengenai musik ini, di dalam etnomusikologi juga menjadi sebuah kajian dan wacana yang tidak ada habis-habisnya selagi musik dan pemusiknya itu masih ada dan fungsional di tengah-tengah masyarakat pendukungnya. Bahkan seorang pemusik ternama yang telah meninggal dunia pun akan tetap meninggalkan karya-karyanya, kepada manusia yang masih hidup. Segala aktivitas bermusik, karya komposisi musik, rekaman permainan musik itu menjadi bahan pembelajaran bagi semua orang, terutama yang perduli kepada budaya musik dan apa yang telah dilakukan untuk kelompok masyarakat pendukungnya. Oleh karena itu diperlukan dokumentasi, baik berupa rekaman, kajian terhadap karya, pengembangan karya, sampai juga penulisan biografinya, dan lain-lain. Adakalanya pemusik yang kreatif itu menggunakan dan mengembangkan musik tradisinya, seperti gondang sabangunan Batak Toba, gendang lima sendalanen Karo, gordang sambilan Mandailing, musik inai Melayu, dan lainnya. Tetapi tidak jarang pula, para pemusik itu mengadopsi genre-genre musik dunia, seperti jazz misalnya, kemudian diolah menurut citarasa estetika dirinya, yang tentu saja dilatarbelakangi oleh pengalaman bermusik dan budaya di mana ia hidup. Ada pula yang mengadopsi alat-alat musik yang berasal dari luar kebudayaannya kemudian disesuaikan dengan kebudayaan setempat. Misalnya diubah bentuk, ukuran, sistem tangga nada, warna bunyi, sesuai dengan kepentingan estetikanya. Misalnya dalam budaya musik Melayu, alat musik gambus, diolah dari alat musik „ud dengan bentuk yang lebih kecil, dan jumlah senar yang lebih sedikit, serta disesuaikan untuk membawakan melodi-melodi 3 gaya Melayu. Gambus Melayu ini disebut pula dengan gambus belalang, karena merupakan mimesis dari bentuk belalang, menurut persepsi pemusik tradisi Melayu. Tidak jarang pula, para pemusik mengadopsi alat-alat musik dari luar, dan kemudian menggunakannya untuk berbagai genre musik tradisinya. Ini fenomena yang lazim dalam konteks budaya global. Misalnya biola di Eropa awalnya diadopsi dari rebec yang ada di Turki. Alat musik rebec pun secara hostoris berasal dari rabab yang ada di Timur Tengah. Kemudian orang-orang Melayu menggunakannya dalam ensambel dondang sayang di Melaka, serta joget dan ronggeng. Rebab sendiri digunakan dalam ensambel musik makyong. Jadi baik biola maupun rebab terdapat di dalam kebudayaan musik Melayu. Selanjutnya alat-alat musik yang diadopsi dari luar kebudayaannya itu, lama-lama karena diterima masyarakat menjadi alat musik tradisi kelompok mereka. Yang menarik adalah proses kreativitas melodi atau ritmenya yang tidak lagi sama, bahkan bisa saja berbeda dengan tempat awal di mana alat musik itu berada. Misalnya alat musik KN 2000 yang diproduksi di Jepang, materi musik yang dihasilkan adalah dirancang untuk mengekspresikan musik dalam kebudayaan Barat secara umum. Namun di tangan para pemprogram dan pemusik Karo misalnya, alat ini menjadi sarana bunyi sebagaimana yang terjadi dalam gendang lima sendalanen. Demikian pula dengan alat musik saksofon yang diambil oleh para seniman musik di Sumatera Utara, seperti pada ensambel musik tiup dalam kebudayaan Batak Toba, musik gereja di Gereja Kristen Protestan Simalungun, juga ensambel musik Melayu untuk mengiringi genre-genre musik Melayu seperti ronggeng, zapin, pak pung, irama padang pasir, dan lain-lainnya. 4 Ini pula yang terjadi di kalangan pemusik saksofon untuk pertunjukan musik-musik Melayu, termasuk yang ternama adalah Burhanuddin Usman. Karakter khususnya adalah pada garapan melodinya yang khas, yang mengacu kepada konsep dan struktur musik Melayu, di mana ia hidup sebagai warga Melayu Sumatera Utara. Berdasarkan kreativitasnya dalam memainkan saksofon dalam gaya musik Melayu, maka itu menjadi identitas dirinya dan sekaligus perannya dalam bidang seni musik di Sumatera Utara. Selain perannya di bidang estetika dalam komposisi musik Melayu, maka peran beliau lainnya adalah peran sosial. Ia terlibat secara aktif sebagai pemusik, pengelola pertunjukan musik dan tari Melayu, dan yang tak kalah penting adalah perannya dalam membina pemusik Melayu di kalangan generasi muda. Begitu juga dengan berbagai perannya dalam pendidikan pertunjukan musik. Burhannudin Usman (usianya pada tahun 2014 ini 70 tahun). Burhannudin Usman merupakan seorang pemusik yang sudah paham dengan perkembangan musik Melayu. Berangkat memahami dunia musik Melayu pada usia 12 tahun Burhanuddian Usman hingga pada saat ini masih turut andil dalam mengembangkan musik Melayu. Burhanuddin Usman adalah salah seorang seniman Melayu yang handal dalam memainkan alat musik saksofon, yang awalnya ia mulai dari bermain alat musik seruling (klasifikasi side blown flute). Kemudian selaras dengan perkembangan zaman, ia bermain alat musik clarinet, dan alat musik saksofon. Menurut penjelasan beliau (wawancara Januari 2014) pertama kali berkesenian secara kelompok, Burhanuddin Usman bergabung dengan Grup Padang Pasir Gambus Melayu Tiga Serangkai pimpinan Bapak Samsudin Musa 5 pada tahun 1955. Pada masa itu, Burhanudin Usman dalam kelompok seni ini, bermain alat musik seruling. Lokasi latihan atau markas tempat grup ini, berada di Kampung Besar, Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan. Setelah ikut bergabung dengan grup ini selama beberapa bulan, Burhanuddin Usman sudah mulai diikutkan main atau tampil bila ada hajatan (pesta) di sekitar lokasi tempat grup ini. Kemudian penampilan perdana Burhanuddin Usman di luar Kecamatan Medan Labuhan pada tahun 1958 pada acara peresmian Al-Wathan di Gedung Nasional. Seiring perjalanannya sebagai pemain seruling, Burhanuddin Usman juga menyempatkan diri untuk belajar alat musik tiup lainnya, yaitu clarinet dan saksofon. Burhanudin Usman belajar clarinet dan saksofon dengan Azrain Sulaiman ,seorang pemain saksofon Uril (Urusan Moril) Kodam (Komando Daerah Angkatan Militer) I Bukit Barisan. Setelah cukup menguasai permainan alat musik saksofon ini, Burhannudin Usman sudah mulai memadukan saksofon pada setiap pertunjukan Orkes Melayu. Pertunjukan Orkes Melayu alat-alatnya terdiri dari gendang ronggeng, akordion (harmonium), biola, dan seruling. Pada tahun 1959 Burhanuddin Usman diajak untuk bermain musik dalam bentuk Orkes Melayu di Labuhan Batu. Kota-kota tempat mereka bermain adalah Kotapinang (kini ibukota Kabupaten Labuhan Batu Selatan/Labusel); Rantauprapat (ibukota Kabupaten Labuhan Batu induk), dan Aek kanopan (kini ibukota Kabupaten Labuhan Batu Utara/Labura). Pertunjukan musik itu merupakan pengalaman pertamanya tampil di luar kota Medan selama 3 bulan di sini Burhanuddin Usman selalu memadukan seruling dan saksofon pada setiap penampilannya. 6 Pada tahun 1960, Burhanuddin Usman kembali ke Medan. Saat itu, untuk mengelola karirnya sebagai pemusik, ia bergabung dengan grup musik aliran padang pasir, yaitu Al-Wathan Tanah Air. Grup ini menurut keterangan beliau, adalah kepunyaan dari harian Waspada yang bertempat di Gedung Nasional Medan. Namun, Burhanuddin Usman juga dalam organisasinya tidak hanya pada grup ini saja, melainkan Burhanuddin Usman juga ikut bergabung pada grup musik-musik lainnya, antara lain adalah: 1. Melayu Ria Grup, yang pemimpinnya Kepala PP dan K (Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) Provinsi Sumatera Utara. 2. Sukma Murni Grup, yang dipimpin oleh Muhammad Ilyas, dan salah satu penyanyinya yang terkenal dalam kebudayaan musik Melayu adalah Nur Ainun. 3. Budi Pekerti Grup, pemimpinnya Pak Saleh. 4. Rangken Deli Grup, pemimpinnya Rusdi pencipta lagu Kenanganku. Masih banyak lagi grup yang pernah kerjasama dengan Burhanuddin Usman. Pada tahun 1966 permainan pertamanya yang secara utuh dengan saksofon ia lakukan dengan grup Melayu Ria pada acara halal bi halal di kantor PP dan K Medan, dan lagu yang pertama yang ia bawakan adalah berjudul Mali Ila Ahadin. Setelah penampilan itu, sekitar dekade tahun 1990-an Burhanuddin Usman bermain saksofon pada acara penyambutan Lansia (Lanjut Usia) Sumatera Utara di rumah dinas Gubernur Sumatera Utara saat itu, Tengku Rizal Nurdin. Menurut pengakuan beliau, penampilan itu merupakan penampilan yang berkesan, Burhanuddin Usman bisa tampil di depan orang nomor satu di Sumatera Utara 7 pada waktu itu. Setelah diawali dari tahun 1966 hingga sekarang, Burhanuddin Usman sekarang sudah banyak bermain dibanyak tempat dan sekarang namanya juga sudah menjadi perhatian orang banyak khususnya bagi pemusik-pemusik Melayu. Melalui latar belakang kehidupan Burhanuddin Usman sebagai pemusik saksofon untuk lagu-lagu Melayu seperti terurai di atas, maka sangatlah relevan untuk dikaji perannya, baik itu peran estetika (garapan melodi menurut budaya musik Melayu), peran kebudayaan (berupa akulturasi kreatif), dan peran sosial (peran membina hubungan baik dengan para pemusik, seniman, dan semua orang) melalui pendekatan etnomusikologi. Ilmu ini adalah bidang yang penulis pelajari selama empat tahun terakhir ini, dengan ilmu-ilmu yang penulis peroleh dari para dosen, baik itu dosen teori atau juga praktik di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan. Untuk mengkaji hal tersebut menurut disiplin etnomusikologi, perlu di sini penulis uraikan secara sekilas apa itu etnomusikologi, serta apa kaitannya dengan tajuk skripsi ini, yaitu peran pemusik dalam kebudayaan. Berbagai definisi tentang etnomusikologi telah dikemukakan dan dianalisis oleh para pakar etnomusikologi. Dalam edisi berbahasa Indonesia, Rizaldi Siagian dari Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dan Santosa dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta, telah mengalihbahasakan berbagai definisi etnomusikologi, yang terangkum dalam buku yang bertajuk Etnomusikologi, 1995, yang disunting oleh Rahayu Supanggah, terbitan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, yang berkantor pusat di Surakarta. Dalam buku ini, Alan P. Merriam mengemukakan 42 (empat puluh dua) definisi etnomusikologi dari 8 beberapa pakar, menurut kronologi sejarah dimulai oleh Guido Adler 1885 sampai Elizabeth Hesler tahun 1976.1 Dari 42 (empat puluh dua) definisi tentang etnomusikologi dapat diketahui bahwa etnomusikologi adalah fusi dari dua disiplin utama yaitu musikologi dan antropologi, pendekatannya cenderung multidisiplin dan interdisiplin. Etnomusikologi masuk ke dalam bidang ilmu humaniora dan sosial sekaligus, merupakan kajian musik dalam kebudayaan, dan tujuan akhirnya mengkaji manusia yang melakukan musik sedemikian rupa itu. Walau awalnya mengkaji budaya musik non-Barat, namun sekarang ini semua jenis musik menjadi kajiannya namun jangan lepas dari konteks budaya. Dengan demikian, masalah definisi dan lingkup kajian etnomusikologi sendiri akan terus berkembang dan terus diwacanakan tanpa berhenti. 1 R. Supanggah, 1995. Etnomusikologi. Surakarta: Yayasan bentang Budaya, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Buku ini merupakan kumpulan enam tulisan oleh empat pakar etnomusikologi (Barat) seperti: Barbara Krader, George List, Alan P. Merriam, dan K.A. Gourlay; yang dialihbahasakan oleh Santosa dan Rizaldi Siagian. Dalam buku ini Alan P. Merriam menulis tiga artikel, yaitu: (a) ―Beberapa Definisi tentang ‗Musikologi Komparatif‘ dan ‗Etnomusikologi‘: Sebuah Pandangan Historis-Teoretis,‖ (b) ―Meninjau Kembali Disiplin Etnomusikologi,‖ (c) ―Metode dan Teknik Penelitian dalam Etnomusikologi.‖ Sementara Barbara Krader menulis artikel yang bertajuk ―Etnomusikologi.‖ Selanjutnya George List menulis artikel ―Etnomusikologi: Definisi dalam Disiplinnya.‖ Pada akhir tulisan ini K.A. Gourlay menulis artikel yang berjudul ―Perumusan Kembali Peran Etnomusikolog di dalam Penelitian.‖ Buku ini barulah sebagai alihbahasa terhadap tulisan-tulisan etnomusikolog (Barat). Ke depan, dalam konteks Indonesia diperlukan buku-buku panduan tentang etnomusikologi terutama yang ditulis oleh anak negeri, untuk kepentingan perkembangan disiplin ini. Dalam ilmu antropologi telah dilakukan penulisan buku seperti Pengantar Ilmu Antropologi yang ditulis antropolog Koentjaraningrat, diikuti oleh berbagai buku antropologi lainnya oleh para pakar generasi berikut seperti James Dananjaya, Topi Omas Ihromi, Parsudi Suparlan, Budi Santoso, dan lain-lainnya. 9 Menurut Alan P. Merriam (1964) salah satu ruang lingkup kajian di dalam etnomusikologi adalah pemusik, dengan tumpuan utamanya perilaku sosil, verbal, dan fisik. Menurutnya salah satu tipe perilaku pemusik dalam proses menghasilkan musik, adalah penting melihat diri pemusik itu serbagai anggota masyarakat. Dengan melihat latar belakang di atas, penulis ingin melihat apa saja peranan Burhanuddin Usman terhadap musik Melayu dengan mengangkat judul skripsi Peranan Burhanuddin Usman sebagai Pemusik Saksofon dalam Budaya musik Melayu. 1. 2 Pokok Permasalahan Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Mantle Hood dan Willi Apel (1969:298) tentang etnomusikologi, yaitu ilmu yang menggunakan suatu metode yang mempelajari musik apa pun, tidak hanya dari segi musiknya, tetapi juga melihat hubungan dengan konteks budaya, juga hubungannya dengan masyarakat. Oleh karena itu, yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah : 1. Bagaimana peranan Burhanuddin Usman sebagai pemusik saksofon dalam Budaya musik Melayu. Dalam konteks ini peranan yang dimaksud mencakup pembahasan Biografi Burhanuddin Usman sebagai pemusik saksofon serta melihat apa-apa saja yang dibuat ataupun dilakukan Burhanuddin Usman di dalam musik Melayu. 10 Untuk mengkaji pokok permasalahan di atas maka penulis akan membuat beberapa alasan untuk melakukan penelitian, konsep penelitian, pendapatpendapat dasar yang tentunya dilandaskan pada beberapa teori dasar yang menjadi landasan penulisan untuk melakukan penelitian. 1. 3 Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dan manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut. 1.3.1 Tujuan 1. Untuk mengetahui dengan cara mendeskripsikan biografi seorang pemusik Melayu yang dianggap penting oleh masyarakat Melayu Sumatera Utara, yaitu Burhanuddin Usman. 2. Untuk mengetahui dengan cara mengkaji peran Burhanuddin Usman sebagai pemusik Saksofon terhadap musik Melayu. 3. Secara akademis, adalah untuk memenuhi salah satu syarat ujian sarjana seni di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. 4. Menambah pengetahuan tentang alat musik saksofon yang berkembang dalam kebuyaan musik etnik, dalam hal ini etnik Melayu. 1. 3. 2. Manfaat 1. Menambah literatur tentang biodata pemusik Melayu yang di dalam kajian Etnomusikologi. 11 2. Dapat mengetahui peran Burhanuddin Usman sebagai pemusik Saksofon musik Melayu. 3. Dapat sebagai bahan masukan dan perbandingan untuk peneliti berikutnya. 4. Sebagai proses pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama mengikuti perkuliahan di Departemen Etnomusikologi. 5. Merupakan syarat menyelesaikan program studi S-1 di Departemen Etnomusikologi. 1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep Konsep merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa konkret (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991). Dengan demikian konsep ini bersifat abstrak namun berasal dari kenyataan-kenyataan sosial, budaya, eksakta, dan lain-lainnya. Peranan adalah bagian yang dimainkan atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. Burhanuddin Usman atau biasa juga dikatakan Pemusik (wawancara pada 6 april 2014 datuk Ahmad Fauzi). Pemusik ialah seseorang yang mampu dan memahami sebuah musik dan sudah mendapat sebuah pengakuan dari masyarakat pendukung. Dalam konteks ini pemusik tersebut penekananya terhadap biografi. Lebih jauh lagi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2003:145), disebutkan bahwa biografi adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain. Sedangkan dalam wikipedia Indonesia, yang dimaksud biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Selanjutnya dalam 12 konteks ini, peranan Burhanuddin Usman untuk membuat sebuah tulisan biografi Burhanuddin Usman sebagai pemusik saksofon guna melihat peranannya dalam musik Melayu. Pemusik adalah katagori tokoh-tokoh dalam musik dan pemusik juga merupakan orang-orang yang dapat memainkan alat musik dan telah diakui oleh masyarakat pendukung. Sedangkan saksofon adalah alat musik yang tergolong dalam single reed aerophone (alat musik tiup yang materi penggetar bunyinya terdapat satu buah reed). Saksofon diciptakan oleh Adolph Sax pada tahun 1814 (wikipedia). Saksofon termaksud salah satu jenis alat musik yang merupakan pengembangan dari alat musik clarinet (single reed aerophone). Dalam konteks ini pemusik saksofon dapat diartikan orang-orang yang dapat memainkan alat musik saksofon. Selanjutnya, konsep budaya menurut seorang ahli Antropologi, E.B. Taylor dalam bukunya Primitive Culture, yaitu bahwa kebudayaan atau budaya adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Musik telah menjadi ciri dari kehidupan masyarakat dan kehadirannya semakin penting terutama sebagai hiburan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Merriam (1964) bahwa salah satu fungsi musik adalah fungsi hiburan. Musik itu sendiri memiliki bentuk yang khas, baik dari sudut struktural maupun genrenya dalam kebudayaan. Musik Melayu adalah aliran musik tradisional yang ada dan berkembang di wilayah pantai timur Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaya, dan 13 sekitarnya. Musik ini biasanya dinyanyikan oleh orang-orang dari suku bangsa Melayu yang tidak jarang diiringi pula dengan tarian khas Melayu setempat misalnya tari persembahan dalam perhelatan atau pesta adat penyambutan tetamu kehormatan dan dalam kegiatan keagamaan (wikipedia Indonesia). Dalam konteks ini budaya musik Melayu difokuskan pada musik Melayu yang berkembang di Kota Medan. 1.4.2. Teori Untuk mengkaji biografi (riwayat hidup) pemusik saksofon melayu, yaitu Burhanuddin Usman, digunakan teori biografi. Perlu dijelaskan bahwa teori biografi dipergunakan dalam berbagai disiplin ilmu. Dalam bidang sastra misalnya melalui buku Antologi Biografi Pengarang Sastra Indonesia (1999:3-4) dijelaskan bahwa biografi adalah suatu teori yang dipergunakan untuk mendeskripsikan hidup pengarang atau sastrawan. Dalam buku ini juga dijelaskan bahwa dalam menyusun biografi seseorang harus memuat tiga aspek yaitu: 1. Latar belakang, meliputi (a) keluarga yaitu memuat keterangan lahir, meninggal (jika sudah meninggal), istri dan keturunan (orang tua, saudara dan anak); (b) pendidikan yaitu pendidikan formal dan nonformal dari tingkat dasar sampai perguruan tertinggi jika ada; (c) pekerjaan, yang memberi penjelasan tentang pekerjaan, baik pekerjaan yang mendukung kepengarangannya maupun pekerjaan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan kepengarangannya, dan (d) kesastraannya yang menjelaskan apa yang mempengaruhi pengarang itu sehingga ia menjadi pengarang. 14 2. Karya-karya pengarang itu yang didaftar menurut jenisnya, baik yang berupa buku, maupun yang berupa karya yang diterbitkan secara terlepas, bahkan yang masih berbentuk naskah karena kadang-kadang ada pengarang yang mempunyai naskah karyanya yang belum diterbitkan sampai ia meninggal. 3. Tanggapan para kritikus yang didaftarkan berdasarkan judul dan sumbernya dengan tujuan memberi keterangan kepada para pembaca tentang tanggapan orang kepada pengarang itu. Hal itu tegantung kepada ada atau tidak adanya orang yang menanggapi. Karena biografi termasuk salah satu kajian dari sastra, maka teori di atas juga dapat digunakan dalam bahasan ini, dan mengganti objek bahasan yang diteliti yang mana sebelumnya membahas tentang pengarang, kemudian diubah objeknya menjadi pemusik. Dalam ilmu sejarah pula, biografi secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan peran pentingnya, sementara biografi yang panjang meliputi, tentunya, informasi-informasi penting, namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik. Biografi menganalisis dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Melalui biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian, 15 biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat atau masa tertentu. Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah, namun tidak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara kronologis. Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tematema utama tertentu (misalnya "masa-masa awal yang susah" atau "ambisi dan pencapaian"). Walaupun demikian, beberapa hal yang lain berfokus pada topiktopik atau pencapaian tertentu. Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan-bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, bukubuku referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subyek biografi itu. Halhal yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain: (a) pilih seseorang yang menarik perhatian anda; (b) temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut; (c) mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu; (d) pikirkan, apa lagi yang perlu anda ketahui mengenai orang itu, bagian mana dari hidupnya yang ingin lebih banyak anda tuliskan. Beberapa pertanyaan yang mungkin dapat dijadikan partimbangan misalnya: (a) apa yang membuat orang ini istimewa atau menarik; (b) dampak apa yang telah ia lakukan bagi dunia atau orang lain; (c) atau sifat apa yang mungkin akan sering peneliti gunakan untuk menggambarkan orang ini; (d) contoh apa yang dapat dilihat dari hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut; (e) kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan orang itu; (f) apakah ia mampu mengatasi rintangan tersebut; (g) apakah ia mengatasinya dengan mengambil 16 resiko, atau dengan keberuntungan; (h) apakah dunia akan menjadi lebih baik atau lebih buruk jika orang ini tidak pernah hidup, bagaimana bisa, dan mengapa. Lakukan juga perpustakaan atau penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari internet untuk membantu anda menjawab pertanyaan- pertanyaan di atas. Tujuannya adalah supaya cerita peneliti lebih menarik. Dalam tulisan ini, biografi yang penulis maksud adalah kisah riwayat hidup Burhanuddin Usman sebagai pemusik Melayu Sumatera Utara. Adapun bentuknya bukan berupa biografi singkat tetapi adalah biografi panjang. Adapun sejak awal penulis ingin mengemukakan secara rinci dan selengkap-lengkapnya tentang kisah kehidupan Burhanuddin Usman, tentu saja ditulis dalam gaya bercerita yang baik seperti yang dikemukan dalam teori biografi di atas. Seperti dikemukakan sebelumnya, melalui biogafi ini, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan Burhanuddin Usman, serta rahasiarahasia (misteri) yang melingkupi hidupnya selama ini, serta tindakan dan perilaku hidupnya sebagai seniman Melayu. Biografi yang penulis kaji ini termasuk kepada biografi yang menceritakan kehidupan orang yang terkenal, yaitu Burhanuddin Usman yang populer di kalangan seniman, budayawan, dan rakyat awam Melayu di Sumatera Utara. Demikian kira-kira teori biografi yang penulis pergunakan untuk menganalisis kehidupan Burhanuddin Usman sebagai seniman Melayu Sumatera Utara. Selanjutnya untuk mengkaji peranan atau peran (role) Burhanuddin Usman di dalam budaya musik Melayu, khususnya di Sumatera Utara, penulis menggunakan teori peran dan perilaku pemusik yang ditawarkan oleh Merriam (1964). Dalam buku yang ditulisnya ini, terutama pada Bab VI dan VII, Merriam 17 mengkaji peranan pemusik itu melalui tiga aspek perilaku, yaitu (1) prilaku fisik, (2) prilaku verbal, dan (3) prilaku sosial. Lebih jauh secara eksplisit Merriam menyatakannya sebagai berikut. Physical behavior refers the fact that in order for sound to be produced, people must flex their fingers and use their lips and diaphragm if the sound is to be produced on a music instrument; or they must manipulate the vocal cords and the diaphragm if the sound is to be vocal. Techniques of playing music instruments have been rather widely discussed in the ethnomusicological literature, and but two or three examples will suffice here. Among the Bashi people of the Eastern Congo (Leopoldville), the mulizi is a notched, end-blown flute played primarily by cattle herders (1964:103). … Menurut Merriam prilaku fisik merujuk kepada fakta bagaimana pemusik dan alat musiknya menghasilkan suara atau bunyi, setiap pemusik memetikkan jari-jarinya dan menggunakan bibir dan diafragmanya dalam rangka menghasilkan bunyi dari suaranya. Teknik memainkan alat-alat musik tidak begitu luas didiskusikan di dalam bahan-bahan bacaan etnomusikologi, hanya ada dua atau tiga yang dicontohkan oleh Merriam. The second kind of behavior which exists in respect to music is verbal behavior, to wheter extent it may be used, about music sound. This, too, of course, is a reflection of underlying concepts of music, but in this case applied spesifically to what people say about music structure and the criteria which surround it. Perhaps the most obvious verbal criteria are those which are applied to judgments of the performance of music: these are the standards of excellence in performance. Such standards of excellence must be present, for without them, as has been noted in another context, no such thing as a Scapiro, this point becomes obvious: ―By style is meant the constant form—and sometimes the constant elements, qualities, and expression—in the art of an individual or a group‖ (1953:287). Further, style has continuity, as expressed by Haag when he notes that ―the important point is the continuum in music; each musical style is drwan from the idiom of the preceding period. … Music teachers … draw their students of excellence from the preceding generation‖ (1960:219, 220). All groups must emphasize certain music values above others, and these values tend to be continuous in time, though change can and does occur. The question 18 here, then, is not wheter criteria of excellence exixst, but rather wheter and how they are verbalized (Merriam, 1964:114-115). Lebih jauh lagi, prilaku verbal dalam kajian etnomusikologi, dijelaskan oleh Merriam bahwa beranjak dari bunyi musik, maka manusia pendukung kebudayaan musik itu akan mengatakan tentang struktur musik dan kriteria musik tersebut. Mungkin yang paling sering menjadi bahan kajian mengenai prilaku verbal ini adalah pertunjukan musik: apa saja standar-standar kehebatan dalam pertunjukan musik. Seperti yang dikemukakan oleh Scapiro bahwa gaya musik itu berarti bentuk konstan—dana kadang-kadang unsur-unsur konstan, kualitas, dan ekspresi musik—yang dilakukan baik dalam seni musik yang dibawakan secara individu maupun kelompok. A third type of behavior in the music process is that or the musician who, no less than any other individual, is also a member of society. As a musician, he plays a spesific role and many hold a specific status within his society, and his role and status are determined by the consensus of society as to what should be proper behavior for the musician. Musicians may form a special class or caste, they may or may not be regarded as professionals, their role may be ascrid or achieved, their status may be high or low or combination of both. In nearly every case, however, musicians behave socially in certain well-defined ways, because they are musicians, and their behavior is shaped both by the their own self-image and by the expectations and stereotypes of the musicianly role as seen by society at large. The initial problem is assessing the social behavior of the musician is whether he is or not a specialist. The prevaling view seems to be that musicians in noliteratr societies are not specialists; this has been explicitly stated be Nettl, who writes. The typical primitive group has no specialization or profesionalization; its division of labor depends almost exclusively on sex and occasionally on age; and only rarely are certain individuals proficient in any technique to a distinative degree. All women do the same things each day, possess approximately the same skills, have the same interests; and the men‘s activities are equally common to all. Accordingly, the same songs are known by all the members of the group, and there is little specializations in compositions, performance, or instrument-making. (1956:10) Nettel excepts some parts of a Negro 19 Africa‖ from this general statement, but his position as stated seems to be accepted by many ethnomusicologists. There are, however, two major objections to this view. The first is that it is not clear what is meant by ―specialization‖ in this context, and the second is that the information available to us about musicians around the world simply does not seems to bear out the contentions. Viewed in broadest prespective, the amount of labor which must be performed in any given society can either be performed by all members of the community indiscriminately or it can be divided, with specific kinds of tasks assigened to spesifig groups of individuals. There seem to be no societies in which labor differentiation is absent. The most commondivision of labor is made upon sex and age lines for women‘s work differs from men‘s and the work of the young differs from that of the old. Labor may also be divided along lines of caste or guild, membership is associations of other kinds, hereditary, position, affiliations with a particular sicoal group, and so forth, Herskovits assigns the term ―division of labor‖ to those situations in which‘… we speak of the splitting up of the total amount of effort needed to keep the economy of a given society operationg at its customary rate of efficiency ― (1952 : 124-25) In this situation, each of the sub-groups whose members perform a particular calling, and the kind of the labor each performs in achieving this can be deoted as its ‗specialization‖ (p.125). thus the potter, the palm-nutcutter, the shaman,or musician is an economic specialist, performing particular taks to which he is assigned by yhe society, and producing a particular kind of good, wheter tangible or intangible, which contributes to the total labor necessary for the economic reguirements of the society it seems clear, too, that in all societiest individual exist whose skill at making music is recognized in some way as being superior to that of other individuals so that they are called upon, or simply take their ―fightful‖ place, in musical situations. It is doubtful that there exists any goup in which absolute equality of music performance among all members is either a fact or a supposition. Selanjutnya tentang perilaku sosial pemusik, dalam konteks perannya dalam masyarakat dijelaskan oleh Merriam seperi uraian di atas. Bahwa tipe ketiga perilaku musik adalah perilaku sosial. Dalam kajian ini, maka yang utama untuk dikaji adalah bagaimana pemusik itu sebagaimana juga orang-orang lain berperan di laman masyarakatnya. Sebagai seorang pemusik ia memainkan peranan dan memiliki status tertentu. Pemusik ini bisa saja mendapatkan kelas dan kasta 20 sosialnya. Mereka ini bisa saja dipandang sebagai pemusik yang tidak profesional atau juga pemusik yang profesional. Kedudukannya bisa saja dipandang tinggi atau juga dipandang rendah oleh masyarakatnya. Namun bagaimana pun, setiap pemusik memiliki peran sosial dalam konteks masyarakatnya ini. Selain itu dalam memandang peran sosial pemusik ini adalah apakah ia seorang pemusik yang khusus (spesial) atau tidak. Selain itu, bagaimana orang memandangnya atau juga pendapat-pendapat orang lain yang bisa (stereotipe) kepadanya. Ini dapat dilihat dari berbagai contoh di dalam masyarakat primitif yang tidak memiliki pemusik spesialis. Begitu juga bagaimana peran gender di dalamnya. Dengan kedua teori inilah, yaitu teori biografi dan teori prilaku fisik, verbal, dan sosial pemusik yang penulis gunakan dalam mengkaji pemusik saksofon (saksofonis) dalam budaya Melayu, yaitu Burhanuddin Usman. Melalui teori biografi akan dideskripsikan riwayat hidup dan terutama kepemusikannya, yang diurai menurut dimensi waktu dan ruang yang dilaluinya. Berikutnya untuk mengkaji peranan Burhanuddin Usman digunakan teori prilaku fisik, verbal, dan sosial. Dengan menerapkan teori ini, maka diharapkan akan dapat menjawab pokok permasalah yang telah dibuat. 1.5 Metode Penelitian Metode adalah cara teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud atau tujuan, (KBBI edisi ke-2 tahun 1996 : hal 652). Pendapat ini juga didukung oleh pendapat dari Gorys Keraf, (1984:310) yang juga mengkatakan bahwa metodologi adalah kerangka teoretis yang dipergunakan penulis untuk menganalisa, mengerjakan, atau mengatasi masalah yang dihadapi. 21 Dalam penelitian ini metode yang penulis lakukan dengan cara mencari tahu dan mewawancarai informan pangkal dan juga informan kunci. Penulis juga melakukan metode penelitian kuliatatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 1989:3). Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung kepada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya ( Kirk dan Miler dalam Moleong, 1989:3). Melalui pendekatan metode ini penulis memusatkan atau memfokuskan objek yang akan diteliti menjadi tulisan ilmiah. Menurut Curt Sachs (1962:16) bahwa dalam penelitian etnomusikologi ada dua hal yang harus dilakukan yaitu kerja lapangan dan kerja laboratorium. Penelitian lapangan mencakup observasi langsung, wawancara, dan merekam musik yang akan diteliti, sedangkan kerja laboratorium adalah untuk membahas dan menganalisis data yang didapatkan setelah penelitian di lapangan. Dengan demikian penulis membagi kedua metode tersebut dalam dua kelompok yaitu sebagai berikut. 1.5.1 Pemilihan Informan Kunci Pertama sekali penulis bertanya kepada Bapak Drs. Tahan Perjuangan Manurung salah seorang dosen di Departemen Etnomusikologi mengenai objek dari tulisan yang akan diteliti yang dari informasi yang diterima dari Bapak 22 Tahan Perjuangan Manurung mengemukakan 3 orang pemusik saksofon gaya Melayu di Kota Medan yaitu Burhanuddin Usman, Tengku Bustami, dan Fu‘ad. Selanjutnya penulis meneruskan pencarian informasi dengan bertanya kepada Bapak Datuk Ahmad Fauzi yang juga salah satu dosen di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, mengenai sedikit gambaran tentang Burhanuddin Usman, ia menyebutkan bahwa Burhanuddin Usman adalah pemain satu group musik dengan ayahandanya Datuk Rahman yang seorang pemain biola yang andal di masanya. Datuk Ahmad Fauzi menyebutkan bahwa Burhanuddin Usman merupakan pemusik Melayu yang sudah cukup diakui dikalangan pemusik Melayu dan layak untuk diangkat dan dijadikan sebagai contoh seorang pemusik saksofon Melayu guna untuk melengkapi bahan penelitian dalam bidang kajian Etnomusikologi. Kemudian penulis juga melakukan pengamatan lapangan mengenai Burhanuddin Usman, penulis mendapatkan bahwa untuk melengkapi sebuah tulisan skripsi ini, Burhanuddin Usman sangat layak dijadikan informan kunci dengan peranannya yang banyak dijadikan sebagai bahan pembelajaran pemusik saksofon Melayu lainnya. Dengan demikian penulis telah menunjukan Burhanuddin Usman sebagai informan kunci dan sebagai sumber penelitian. 1.5.2 Kerja Lapangan Dalam penelitian ini untuk mendapat data yang sangat dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam pokok permasalahan, maka penulis menggunakan metode yang berkaitan dengan disiplin ilmu etnomusikologi yaitu: 23 1.5.2.1 Metode Observasi Berdasarkan pendapat dari Burhan Bungin dalam bukunya yang berjudul Penelitian Kualitatif, (2007:115), observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti, telinga, hidung, kulit, dan mulut. Kerena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatan melalui hasil kerja dari panca indra mata serta yang lainnya. Metode observasi adalah pengumpulan data yang dingunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Dalam metode observasi ini penulis melakukan observasi langsung ke lapangan. Yaitu langsung bertempat di lokasi di mana Burhanuddin Usman tinggal di Jalan Kampung Besar, nomor 8 di Kecamatan Medan Labuhan, serta di lokasi di mana Burhanuddin Usman melakukan kegiatan bermusiknya pada berbagai tempat. 1.5.2.2 Wawancara Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara jenis wawancara riwayat secara lisan (Meolong, 2000:137). Wawancara ini merupakan mewawancarai langusng bertatap muka peneliti dengan sang impormant kunci secara mengalir tanpa adanya draf pertanyaan yang tersusun. Wawancara tidak terkesan kaku melainkan terkesan santai seperti pembicaraan sehari-hari biar pun pertayaan tersebut belum dibuat hanya sebatas bertanya saja mengenai kehidupannya dalam seniman Melayu. Dalam rangka mewawancarai Burhanuddin Usman penulis menggunakan metode wawancara langsung, mendalam, terstruktur secara 24 umum, dan kemudian menggembangkannya menurut arah dan jawaban-jawaban yang diberikan oleh informan kunci yaitu Burhanuddin Usman. Dalam rangka menggali aspek biografinya, penulis juga mewawancarai orang-orang yang terdekat dengan beliau yaitu anak-anaknya. 1.5.2.3 Metode Merekam Dalam penulisan ini penulis menggunakan beberapa instrumen pendukung antara lain kamera digital merk Nikon D600. Kamera digunakan untuk merekam proses wawancara dan saat masa observasi atau penelitian lapangan serta pengambilan gambar pada saat beliau meraih prestasi dan karya-karya lainnya. Tidak lupa juga meneliti membawa catatan untuk mencatat hal-hal yang penting mengenai Burhanuddin Usman khususnya riwayat hidupnya sebagai seniman Melayu. Data audio kemudian ditranskripsi dalam bentuk tulisan yang disimpan di flash disk. Kemudian bahan-bahan yang diperlukan disunting dan dimasukkan sesuai dengan keperluan penelitian ini. Selanjutnya bahan-bahan yang berbentuk gambar penulis simpan dalam bentuk format visual dan ditransfer ke dalam bentuk jpg, untuk memudahkan mengedit dan menyisipkan gambar ini. 1.5.3 Kerja Laboratorium Seluruh hasil wawancara dan rekaman teknik permainan saksofon dalam melakukan metode musik Melayu seperti: cengkok, gerenek, dan patah lagu. yang penulis dapatkan dari penelitian kelapangan, akan diolah kedalam laboratorium. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan sebuah transkripsi dan analisis dari lagu lagu yang dimainkan. Dan hasil karya lagu yang diciptakanya, serta menyusun biografi beliau menjadi satu rentetan, dari semua data yang di peroleh di lapangan. 25 Untuk selanjutnya diolah dalam kerja laboratorium. Di dalam proses pengolahan data ini, penulis dibimbing oleh dosen pembimbing yaitu bapak Fadlin dan bapak Muhammad Takari. Jika masih ada data yang dirasa kurang lengkap, maka penulis akan kembali ke lokasi penelitian dan menemui narasumber untuk melengkapi materi pembahasan melalui saran-saran dari dosen pembimbing penulis. Untuk data yang di rekam, penulis mendengarkannya berulang-ulang dan kemudian disesuaikan dengan pertanyaan yang sudah dibuat dan dituliskan kedalam tulisan yan baru. Setelah semua pertanyaan dan jawaban dari data tersebut sudah sesuai dan benar, maka penulis akan melampirkan data tersebut kedalam setiap bab 1-5 pembahasan pada tulisan ini. Demikianlah seterusnya yang penulis lakukan berulang-ulang di setiap penelitian. 26 BAB II BIOGRAFI Burhanuddin Usman adalah seorang seniman Melayu, khususnya ahli di dalam memainkan alat musik saksofon. Selain itu Burhanuddin Usman juga dapat bermain alat musik seruling, Burhanuddin Usman sudah dikenal bukan hanya pada masyarakat Melayu di Kota Medan saja, tetapi Burhanuddin Usman juga sudah dikenal pada masyarakat Melayu Sumatera Utara. Sebelum mengenal lebih jauh tentang Burhanuddin Usman, maka alangkah baiknya dideskripsikan lebih dahulu lingkungan sosial budaya masyarakat Melayu Sumatera Utara yang merupakan sebagai wilayah budaya yang luas, yang juga merasa memiliki Burhanuddin Usman. 2.1 Latar Belakang Lingkungan Sosial Budaya Burhanuddin Usman Burhanuddin Usman merupakan seorang laki-laki yang latar belakangnya budaya Melayu. Kedua orang tuanya juga suku Melayu. Burhanuddin Usman juga mengunakan bahasa dan budaya Melayu dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian, Burhanuddin Usman secara sosiobudaya dibentuk oleh kebudayaan Melayu. Khususnya Melayu Deli Sumatera Utara. Dalam melihat kebudayaan Melayu, penting untuk melihat unsur-unsur dalam kaitanya kepada kebudayaan Melayu yang dilakukan Burhanuddin Usman. Agama resmi masyarakat Melayu pada umumnya adalah agama Islam. Kedatangan Islam membawa dampak yang besar dalam struktur sosial 27 dan kebudayaan masyarakat Melayu. Kepercayaan yang sebelumnya yakni memuja dewa-dewa, hantu-hantu, dan roh-roh berubah menjadi menyembah kepada Allah Subhanahuwata‟ala, Tuhan Yang Ahad. Puncak penerimaan Islam secara keseluruhan pada masyarakat Melayu ditandai dengan adanya falsafah masyarakat, yaitu adat yang berlandaskan kepada hukum Allah, yang dituangkan lewat firman-firman-Nya ke dalam Alqur‘anulkarim dan dijelaskan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Kemudian dalam budaya Melayu ajaran Islam ini dikonsepkan dalam falsafah Adat bersendikan syarak (syari‟at hukum Islam), syarak ber-sendikan Kitabullah (Kitab Allah atau Al-Qur‘an). Konsep di atas lahir karena ajaran mengandung norma-norma hubungan manusia dengan Allah SWT (hubungan vertikal atau hablumminAllah) dan hubungan sesama manusia serta manusia dengan alam (hubungan horizontal atau hablumminannas). Manusia dituntut agar dapat menjaga, mengharmoniskan dan melestarikan keseimbangan antara kedua hubungan tersebut. Menurut Gazalba (1983:51-55), agama Islam yang dianut masyarakat Melayu dianggap mereka sebagai petunjuk, yang memadukan kepentingan agama dengan kebudayaan dalam bentuk peraturan yang tetap. Aturan tentang kebudayaan adalah mengenai prinsip-prinsip dasar kehidupan manusia dan cara pelaksanaannya. Misalnya, bagaimana seseorang mencari nafkah, membina hubungan antar manusia, melestarikan alam, menikah, melaksanakan shalat, serta fadhu kifayah, dan lain-lain. Aturan tentang kebudayaan adalah mengenai prinsip-prinsip dasar saja, sedangkan cara pelaksanaannya dapat berubah sesuai dengan keinginan manusia 28 sebagai pelaku budaya, tetapi tidak melanggar ketentuan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Misalnya saja dalam berkesenian, dalam Islam dianjurkan untuk tidak membuat seni yang menimbulkan khayalan sensual yang dapat menjerumuskan manusia kedalam keasyikan sehingga melupakan kewajibannya dalam melaksanakan perintah Allah Swt. Begitu pula dalam berpakaian. Islam telah menetapkan agar umat Islam memakai pakaian yang menutup segala auratnya sehingga terhindar dari dosa ; sedangkan bagaimana cara memakainya diserahkan kepada manusianya. Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Islam tidak membenarkan penyembahan yang lain kecuali Allah SWT. Hal ini ditegaskan dengan dua kalimat syahadat apabila seseorang memeluk agama Islam yaitu : Asyhadualla illaha illallah, Wassyhaduanna Muhammadarrasulullah, yang artinya : Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul (utusan) Allah. Ini berarti bahwa manusia harus tunduk dan menyembah kepada Allah dan bukan tunduk kepada Alam atau kekuasaan apapun yang ada di muka bumi ini. Setelah masuknya Islam dan dijadikan falsafah hidup oleh masyarakat Melayu. Maka kepercayaan-kepercayaan yang mereka anut disesuaikan dengan ajaran Islam. Di dalam ajaran Islam juga di kenal konsep alam gaib, yakni percaya kepada makhluk gaib seperti malaikat, setan, jin, dan lain-lain. Inilah yang akhirnya dijadikan alasan masyarakat Melayu untuk tetap percaya kepada dunia gaib dan makhluk-makhluknya, yang dikenal dengan istilah “sinkretisme”. Sinkretisme adalah penggabungan dua ajaran antara kepercayaan dengan agama. Ini masih terus berlangsung pada masyarakat Melayu desa pesisir, baik dalam 29 aktivitas kesenian mereka maupun dalam kehidupan sosial budaya mereka. Penggabungan itu terjadi karena pengaruh kepercayaan animisme begitu kuat melekat dalam diri masyarakat Melayu secara umum sehingga sulit dihilangkan. Walaupun dalam agama Islam sangat dilarang untuk menyembah kekuatan dan kekuasaan apapun di bumi selain kepada Allah SWT. Seperti di ketahui bahwa, kepercayaan animisme sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat Melayu selama 1200 tahun, yaitu sejak abad I Masehi sampai dengan abad XIII Masehi. Ini juga disebabkan ketika pertama kali agama Islam masuk pada masyarakat Melayu, bukan berdasarkan pemaksaan ataupun kekerasan, melainkan terlebih dahulu disesuaikan dengan adat dan budaya pemeluknya. Kemudian perlahan-lahan di ubah kearah hukum dan tatanan norma Islam. Bahasa merupakan cerminan dari suatu masyarakat penuturnya. Bahasa juga merupakan sub-kebudayaan. melihat tingkah polah individu, keluarga, etnis, ataupun bangsa dapat dilihat melalui bahasa yang di gunakan (H. Amir Ridwan, 2002:108). Sikap dan kebiasaan berbahasa dari suatu kelompok individu merupakan satu wujud kebudayaan yang dihasilkan melalui ide, norma dan gagasan. Penutur bahasa Melayu adalah masyarakat yang merupakan sekelompok manusia atau homo loques yang saling mempengaruhi. Oleh karena itu, walaupun pada dasarnya penutur bahasa Melayu mempergunakan bahasa yang sama (bersifat universalisme), namun untuk mencapai suatu kesamaan mutlak tetap tidak memungkinkan. Karena bahasa Melayu sangat dinamis, dapat disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan masyarakat Melayu sendiri, bahasa Melayu 30 khususnya dalam memperkaya kosa-kata selalu terbuka untuk bahasa asing melalui kontak bahasa. Sebagai contoh dari bahasa Belanda, seperti kata dongkrak berasal dari kata dommekracht, bengkel dari winkel, supir dari chauffeur. Namun demikian, struktur bahasa Melayu tidak berubah mengkekalkan identitas yang diwarisi sebagai pernyataan orang Melayu dan keturunanya. Setiap suku bangsa (etnis) pasti mempunyai peraturan adat yang berbeda dengan suku bangsa yang lainnya. sesuai dengan pegangan dan pandangan hidup mereka masing-masing. Adat-istiadat ini selalu berkaitan erat dengan sistem dan tata nilai dari budaya mereka masing-masing yang dijadikan panduan dalam bertingkah laku dan berperilaku sosial terhadap masyarakatnya. Masyarakat Melayu seperti halnya kelompok masyarakat yang lainnya, memiliki adat-istiadat yang berhubungan dengan alam kehidupan mereka yang dikenal dengan istilah Rites the passage (Ritus peralihan). Rites de passage adalah ritus peralihan atau upacara adat-istiadat dalam mengahadapi perubahan kehidupan dari mulai lahir sampai dengan kehidupan dunia. Setiap peralihan tersebut selalu disertai dengan upacara khusus, misalnya usia balita memasuki usia remaja selalu disertai dengan upacara-upacara untuk memberikan bekal bagi si anak dalam mengahadapi usia remaja, dan lain-lain. Dengan melihat sedikit penjelasan diatas, mengenai penjelasan apa yang menjadi latar belakang sosiobudaya Burhanuddin Usman, serta melihat apa saja dari karakteristik budaya Melayu itu sendiri. Burhanuddin Usman merupakan seorang pekerja seni yang sosiobudayanya ialah budaya Melayu murni. 31 2.1.1 Riwayat Keluarga Burhanuddin Usman Burhanuddin Usman lahir di Medan, 70 tahun yang lalu. Burhanuddin Usman merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara dari pasangan Usman bin Haji Muhammad dan Halimatus Sadiah. Ayah dan Ibunya berasal dari suku Melayu, pekerjaan ayahnya Beacukai sedangkan Ibunya seorang ibu rumah tangga. Dari kedelapan saudara Burhanuddin Usman, hanya ia yang memiliki jiwa seni dan menjadi pekerja seni. Berikut ini urutan dari keturunan Usman bin Haji Muhammad dan Halimatus Sadiah. Tabel 2.1.1 Keterangan nama-nama anak dari keluarga Usman bin Haji Muhammad dan Halimatus Sadiah. Nomor Urutan Nama 1 Anak pertama Syfi‘i 2 Anak kedua Nur Aidah 3 Anak ketiga Nur aini 4 Anak keempat Nasaruddin 5 Anak kelima Hasni 6 Anak keenam Rafiin 7 Anak ketujuh Burhanuddin Usman 8 Anak kedelapan Zumhar 32 Burhanuddin Usman tidak pernah dilarang untuk menjadi pekerja seni. Menurut saudaran-saudari, Burhanuddin Usman sangat memiliki jiwa seni yang sangat tinggi dan berbakat. Dengan demikian ke tujuh saudara-saudari burhanuddin Usman selalu mendorong untuk selalu mengembangkan bakat dan kreatipitasnya. Namun, ayah Burhanuddin Usman berpendapat sebagai Islam menggangap musik itu Makrho. Atau bilamana musik itu dimainkan tidak membuat nilai dosa sedangkan jikalau musik itu ditinggalkan berpahala. Contoh lain Makrho seperti halnya Rokok. Jikalau seseorang itu merokok ia tidak berdosa sedangkan jikalau ia meningalkan aktipitas merokok ia berpahala. Dengan demikian ayah dari Burahanuddin Usman tidak pernah melarang Burhanuddin Usman untuk menjadi pelaku seni. Burhanuddin Usman menikah pada usia 27 tahun oleh Siti Salma. Siti Salma masih merupakan saudara jauh dari Burhanuddin Usman yaitu anak Macik atau anak dari adiknya, adik ibu Burhanuddin Usman. Namun, pada waktu mereka menjalin kedekatan mereka tidak mengetahui bahwa mereka masih memiliki ikatan dari garis keturunan ibunya masing-masing. Proses pendekatan ini mulanya dilakukan pada waktu perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia atau sering juga disebut perayaan 17an. Mereka sering menonton pertunjukan seni 17an dan lambat laun benih asmara itu timbul. Sampai pada jalinan asmara atau pacaran ini terjadi selama 1 bulan saja. Sampai kemudian terjadi proses pinangan dan pernikahan. Pernikahan ini merupakan sebuah gejolak patah hati dari seorang Burhanuddin Usman. Siti Salma bukan pacar terakhirnya Burhanuddin Usman, namun pacar sebelum menikah ialah Raudah. Raudah merupakan pacar yang telah 33 dijalankan cukup lama kisaran waktu lebih dari satu tahun menjalin hubungan pacaran. Namun karena ia tahu mau dilamar oleh Burhanuddin Usman ia menolak untuk melanjutkan jalinan asmara ataupun pacaran dengan alasan yang tidak jelas. Dari sini lah Burhanuddin Usman mencari wanita lain dan akhirnya bertemu dengan Siti Salma lalu sampai kepada jenjang pernikahan. Pernikahan Burhanuddin Usman dan juga Siti Salma dilakukan sekitar tahun 1971 yang bulan dan tanggalnya tidak diketahui secara tepat. Pernikahan ini dilakukan dengan budaya Melayu yang mana orang tua dari Siti Salmah itu budaya Melayu juga. Bentuk mahar atau emas kawin yang diberikan Burhanuddin Usman pada pernikahan ini berbentuk uang sebesar dua puluh satu ribu (Rp: 21.000). Setelah pernikahan ini Burhanuddin Usman sekarang tetap pekerjaannya sebagai pekerja seni dan ibu Siti Salma sebagai ibu rumah tangga saja (IRT). Pernikahan Burhanuddin Usman dan Siti Salma ini dikaruniakan anak 5 orang. Tabel 2.1.1.1 Keterangan nama-nama anak dari keluarga dari Burhanuddin Usman dan Siti Salma Nomor Nama Usia 1 Avivah 39 tahun 2 Fauzah 37 tahun 3 Hidayati 35 tahun 4 Ainah 33 tahun 5 Saipul 31 tahun 34 Dari kelima anak Burhanuddin Usman dan Siti Salma ini, anak-anaknya tidak ada memiliki aliran seni yang besar atau tidak ada yang melanjutkan profesi dari orang tuanya sebagai Pemusik. Ini bukan tidak dicoba oleh Burhanuddin Usman dan Siti Salma untuk menurunkan pengetahuan seni bapak nya kepada anak-anak mereka. Kelima anak-anak Burhanuddin Usman dan Siti Salma dari mulai sejak kecil sudah selalu dibawah atau diperkenalkan tentang dunia kesenian jikalau ia show (pertunjukan) atau melakukan latihan-latihan musik. Namun inilah seni itu menurut Burhanuddin Usman, jikalau anak tidak ada dalam dirinya bakat seni sulit untuk memaksa ia untuk bisa melakukan kreatipitas dari seni itu. Burhanuddin Usman dalam menamai anak pertamanya Avivah terinspirasi dengan salah satu pemain alat musik Bongo yang bernama Avivah. Pemain alat musik Bongo ini dalam permainannya sangat mahir. Avivah juga merupakan pemain alat musik Bongo pada grup-grup musik Melayu yang sangat terkenal. Jadi Burhanuddin Usman menamakan anak pertamanya Avivah yang berharap anaknya ini bisa mengikuti Avivah pemain Bongo supaya bisa mahir dalam dunia kesenian musik. Khususnya kesenian musik Melayu. Sekitar tahun 2000 Burhanuddin Usman mengalami suatu penyakit mata yang membuat Burhanuddin Usman mengalami kebutaan. Kebutaan ini terjadi ketika Burhanuddin Usman bermain musik pada suatu acara di Medan Labuhan acara perayaan pernikahan. Namun, karena didorong rasa profesionalitas atau dengan rasa tanggung jawab tinggi Burhanuddin Usman tetap bermain dengan kondisi sudah tidak bisa melihat. Setelah acara itu berakhir, Burhanuddin Usman mencoba mengobati penyakitnya itu melalui medis, herbal dan sampai berbauk 35 kepercayaan lokal. Namun, tidak membuat penyakit Burhanuddin Usman itu menjadi sembuh. Inilah riwayat dari keluarga besar Usman Bin Muhammad dan Halimatus Sadiah serta Burhanuddin Usman dan Siti Salma sebagai faktor pendukung dalam dunia seni Burhanuddin Usman. 2.1.2 Riwayat Pendidikan Burhanuddin Usman Sekitar tahun 1951, untuk tingkat sekolah dasar Burhanuddin Usman bersekolah di sekolah rakyat (SR) Labuhan yang berlokasi di jalan Labuhan Deli. Jenjang sekolah rakyat sampai kelas 3. Saat itu Burhanuddin Usman sedang berusia 7 tahun. Menarik dari Burhanuddin Usman, Burhanuddin Usman tidak seperti siswa yang lainya dimana harus mengikuti kegiatan dari kelas 1. Namun, Burhanuddin Usman langsung pada tingkat atau kelas 3. Burhanuddin Usman langsung berada di kelas 3, karena menurut guru-guru siapa yang sudah pandai membaca bisa langsung kekelas 3. Dengan demikian Burhanuddin Usman hanya setahun dalam sekolah rakyat Labuhan. Kemudian Burhanuddin Usman melanjutkan sekolahnya ke sekolah agama. Tingkatan setelah sekolah rakyat yang Burhanuddin Usman lakukan. Pertama Burhanuddin Usman bersekolah Yayasan Alwasliyah jenjang IBTIDAIYAH selama 6 tahun yang bertempat di Pulau Brayan. Proses kedua juga Burhanuddin Usman bersekolah masih di Yayasan Alwasliyah jenjang TSANAWIYAH selama 3 tahun yang berlokasi di jalan Pulau Brayan. Pendidikan terkahirnya Burhanuddin Usman bersekolah Yayasan Alwasliyah jenjang aliyah selama 3 tahun yang berlokasi dijalan ismalia ujung amaliun Nomor 20 Medan. 36 Dalam proses belajar di sekolah agama pada Yayasan Alwasliyah dari jenjang IBTIDAIYAH dan TSANAWIYAH di sini secara non formal Burhanuddin Usman mempelajari dunia kesenian umumnya, khususnya seni musik. Dimana dalam Yayasan Alwasliyah juga dibuat asrama buat siswa/siswi yang mengikuti pembelajaran disekolah ini. Asrama ini diperuntukan kepada siswa/siswi yatim piatu dengan tidak dikenakan biaya administrasi. Banyak dari anak yatin piatu yang bersuku Batak Mandailing yang berada dalam asrama ini. Batak mandailing yaitu suku batak yang secara letak geografis atau administrasi lokasinya berada dipesisir Kota Sibolga yang salah satu daerah pada Sumatera Utara. Anak-anak ini mempunyai tingkat bakat seni yang tinggi khususnya alat musik seruling. Lambat laun siswa/siswi yang di asrama ini selalu memainkan alat musik seruling diluar jam belajar formal dikelas. Kemudian Burhanuddin Usman pun selalu melihat siswa yang lain ini bermain seruling, sampai suatu ketika ia pun belajar seruling dengan mereka hingga Burhanuddin Usman pun menjadi mahir dalam bermain alat musik seruling. Menarik menjadi perhatian dalam prosesnya setelah Burhanuddin Usman mahir memainkan alat musik seruling, Burhanuddin Usman sekarang tidak lagi dikasi memakai alat musik seruling siswa ini. Kemudian setelah sangat inginnya memainkan seruling itu, Burhanuddin Usman pun memutuskan untuk meminta siswa/siswi temannya ini untuk mau menjual seruling itu kepadanya dan merekapun mau menjualkannya kepada Burhanuddin Usman. Inilah riwayat pendidikan Burhanuddin Usman, dimana dalam proses pendidikan secara formal yang dilakukan Burhanuddin Usman, Burhanuddin Usman juga memanfaatkan situasi didalam pendidikan formalnya untuk belajar secara non Formal apa itu dunia seni secara umum, dan lebih khususnya seni 37 musik. Dan ini juga menjadi proses dalam bermusiknya sebagai pemusik seruling dan Saksofon hingga saat ini. 2.1.3 Riwayat Pekerjaan. Sampai saat ini pekerjaan tetap Burhanuddin Usman adalah seorang seniman. Burhanuddin Usman bergerak di bidang seni musik yaitu sebagai pemain Saksofon dan seni lukis yaitu sebagai pembuat Lukisan. Orang- orang disekelilingnya biasa memanggilnya dengan sebutan Uwak Buyung, namun kalau diatas pentas pangilannya Si Terompet Maut. Hal ini menjadi menarik mengenai panggilannya si Terompet Maut karena Burhanuddin Usman bukan memainkan alat musik Terompet melainkan Saksofon. Namun, karena nama alat musik Saksofon tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Dan alat musik ini mirip seperti Terompet masyarakat sering menyebutnya dengan Si Terompet Maut. Dikatakan juga Maut karena dalam memainkan alat musik Saksofon jari-jarinya amatla cepat sehingga orang-orang terkagum-kagum. Kemudian Burhanuddin Usman juga menyempatkan diri mencari tambahan pemasukan dilaur jam bermusiknya dengan membuka tempah lukisan kecil-kecilan. Lukisan yang Burhanuddin Usman sering buat itu lukisan yang bertemakan anak kecil yang sudah melakukan adat Mengayun atau menabalkan nama (menamakan anak itu) dan juga lukisan yang bertemakan nama tokoh usaha ataupun nama gang. Kemudian dalam kehidupan hingga saat ini banyak Burhanuddin Usman melakukan perkerjaan guna menjadi tambahan setidak ada 4 pekerjaan yang sering dilakukan Burhanuddin Usman diluar pekerjaannya sebagai pekerja seni. 38 Burhanuddin Usman juga pernah menjadi buruh pabrik selama kurang lebih 8 bulan pada tiga pabrik yang pernah ia jalani. Pekerjaan di pabrik ini Burhanuddin Usman sebagai posisi Buruh pabrik. Berikut ini nama-nama pabrik yang pernah Burhanuddin Usman bekerja yaitu: 1. Pabrik Asbes ― Bukit Tan‖ selama 3 bulan. Di KIM (kawasan industri Medan) 2. Pabrik Karet dan Ban ― Timur Raya‖ selama 3 bulan. Di KIM (kawasan industri Medan) 3. Pabrik Karet ― Denyu Asian‖ selama 2 bulan. Di KIM (kawasan industri Medan) Burhanuddin Usman di sini bekerja dipabrik tidak ingat pasti pada tahun berapa. Namun setiap ada pertunjukan musik yang memaksa untuk tidak bekerja lagi Burhanuddin Usman lakukan. Dan sebalikanya jikalau pertunjukan musik lagi periode yang sunyi maka Burhanuddin Usman akan mencoba menjadi kerja tambahan lainnya. Burhuanuddin Usman juga pernah membuka usaha jualan minuman dirumah nya guna membantu pekerjaan pokoknya sebagai seorang pemusik. Bentuk usaha minuman ini kalau dari siang ke sore berjualan es kelapa dan minuman dingin lain serta pada waktu malam berjualan minuman hangat seperti bendrek. usahanya ini juga melibatkan seluruh anggota keluarga Burhanuddin Usman. Seperti Istri, dan anak-anaknya. Kegiatan jualan ini juga dilakukan sampai sekarang namun sudah diteruskan oleh anaknya. Burhanuddin Usman juga dalam kehidupanya pernah bekerja sebagai Petani. Burhanuddin Usman bertani di tanah atau ladang kepunyaan orang tuanya 39 sendiri. Aneka tanaman yang pernah Burhanuddin Usman tanam antara lain : Padi, jagung, kacang, ubi dan sayur mayur. Dalam kegiatan bertani ini setidaknya dapat membantu ekonomi keluarga dalam bahan makanan pokok dan sebahagian lagi dijual kembali. Dengan demikian jikalau kegiatan bermusiknya lagi tidak ada Burhanuddin Usman dapat memberikan nafkah tambahan dari hasil bertani. Burhanuddin Usman juga dalam riwayat pekerjaannya pernah berprofesi sebagai tukang cat mobil pada bengkel mobil disalah satu bengkel di Labuhan. Kegiatan ini berlangsung selama 6 bulan. Kegiatan ini juga secara tidak langsung dapat mengasa jiwa seni Burhanuddin Usman dalam bidang seni lukis, karena menurut Burhanuddin Usman melukis sama dengan mengecat yang intinya itu harus membuat sebuah gambar atau pola yang mempunyai nilai keindahan atau lebih sering disebut dengan menjadi indah. Dari semuah penjelasan diatas mengenai semuah pekerjaan yang pernah Burhanuddin Usman lakukan, ini semata-mata hanya ingin membatu pekerjaan pokoknya sebagai pekerja seni. Dan hingga pada saat sekarang Burhanuddin Usman masih menjadikan pekerja seni sebagai pekerjaan pokok dalam kehidupannya sehari-hari. 2.1.4 Riwayat Kepemusikan Burhanuddin Usman Burhanuddin Usman memulai karirnya sebagai pemusik dimulai sejak tahun 1955. Sebenarnya Burhanuddin Usman tidak pernah belajar khusus mengenai materi musik. Jiwa kepemusikannya sudah timbul sejak Burhanuddin Usman masih kecil sekitar umur 12 tahun. Ketika masih bersekolah jenjang IPTIDAIYAH di sekolah Alwasliayah Burhanuddin Usman sering melihat siswasiswi lain di sekolah yang bersuku batak Mandailing yang mahir memainkan alat 40 musik seruling. Dimana setiap pagi dan sore selalu siswa-siswi itu mainkan. Kemudian Burhanuddin Usman mulai ingin memainkannya dengan meminjam alat musik seruling itu lalu mencoba tiup-tiup seruling itu yang lama kelamaan Burhanuddin Usman sudah bisa memainkan solmisasi atau tangga nada yang berkembang pada konsep musik barat dari alat musik seruling itu. Namun pada suatu waktu Burhanuddin Usman tidak diberi pinjam seruling lagi dari siswa yang lain itu. Burhanuddin Usman pun mencoba dengan membeli dari siswa itu. Setelah Burhanuddin Usman membeli dari teman nya itu, Burhanuddin Usman sekarang kemana-mana diluar jam belajar selalu membawa alat musik seruling itu dan memainkannya. Kemudian Burhanuddin Usman juga berlatih di ladang ataupun sawah sambil menggembalakan hewan ternak kerbau dan kambing. Pada waktu mengembalakan peliharaannya, sebuah grup Padang Pasir: Gambus Melayu Tiga Serangkai melintas dan mendengar permainan seruling Burhanuddin Usman. Lokasi dari grup ini tepat berada didekat sawah yang menjadi tempat pengembalaan hewan peliharaannya. Setelah terus-menerus didengar dan diperhatikan grup ini kemudian Burhanuddin Usman pun ditawari oleh grup ini untuk ikut bergabung latihan. Burhanuddin Usman pun menerima tawaran baik grup ini. Setalah kurang lebih seminggu sudah ikut latihan dengan grup ini Burhanuddin Usman sudah diajak main untuk ada pesan main pada acara hajatan ataupun pesta disekitar lokasi tempat ini. Pada tahun 1958 Burhanuddin Usman main pada acara peresmian AlWathan dengan Orkes Al Wathan. Di sini merupakan pengalaman pertama Burhanuddin Usman bermain diluar grupnya gambus Melayu tiga serangkai . 41 Burhanuddin Usman juga di sini diperlakukan sebagai pemusik yang bisa dikatakan sudah professional maksudnya sudah dibayar sesuai dengan pasaran pemusik tingkat professional lainnya yang seingatnya sejumlah Rp 500. Pada tahun 1960 sebuah grup yang bernama Sotut Dahri yang bahasa Indonesia artinya Bintang-bintang yang pimpinan bapak Dahlan Nasution yang seorang anggota DPR RI, membuat sebuah sayambara untuk membuat rekaman lagu-lagu padang pasir. Yang dari sayambara ini Dahlan Nasution mengumpulkan 100 pemusik Melayu. Dari ke 100 pemusik Melayu ini Burhanuddin Usman merupakan salah satu yang terpilih menjadi personilnya Sotut Dahri. Pengalaman pada grup Sotut Dahri ini telah mebuat karya rekaman yang pada waktu itu masih berbentuk Piringan Hitam, lagu-lagunya antara lain: 1. Mali Ila Ahadin 2. Mawar 3. Hanya kenangan 4. Ya Rabbi Salimna dan masih banyak lagi namun Burhanuddin usman sudah tidak ingat lagi apa lagi judul-judul dari hasil rekaman mereka. Kemudian pengalaman nya dengan grup Sotut Dahri ini juga Burhanuddin Usman bersama 100 personil lainnya juga pernah bermain pada acara Maulid Nabi di Gedung Olahraga Nasional Sumatera Utara. Namun pada grup Sotut Dahri ini, pengalaman main untuk banyak tempat tidak terlaksana banyak karena untuk bisa memanggil grup ini membutuhkan uang yang banyak yang harus membayar 100 orang, dan juga grup ini mendokumentasikan lagu-lagu melayu guna memeriahkan Industri musik Melayu di Sumatera Utara. 42 Pada tahun 1965 Burhanuddin direkrut grup El Soraya Putri guna melakukan tour pertunjukan musik diberbagai tempat antara lain: 1. Aceh 2. Pecan baru 3. Jambi 4. Palembang dari keemapat tempat ini bermain selama 1 bulan lebih. Pada tahun 1968 Burhanuddin Usman berserta grup irama padang pasir El Suwaya bermain pada suatu acara perayaan pernikahan seorang putera anak dari Bea dan Cukai di belawan. Gambar 2.1.4 Burhanuddin Usman dalam grup El Suwaya. Dokumentasi penulis, 2014 43 Pada tahun 1974 Burhanuddin Usman juga bermain di pulau Jawa yaitu di Jakarta. Pada acara Jakarta Fair di Taman Patah Ila bersama grup Nur El Soraya. Pemain-pemain yang bermain di Jakarta fair antara lain: Tabel 2.1.4 Keterangan nama-nama pemain grup Nur El Soraya Nomor Nama Pemain /Jabatan 1 Thalib Hasan Pimpinan 2 Pajar/ Ucok Akordion 3 Dayat Bass 4 Burhanuddin Usman Saksofon Tenor 5 Said Drum 6 Avivah Bongo 7 Umi Ami Biola 8 Suhaimi Biola 9 Ruliah Biola 10 Nurhayani Biola 11 Junaidah Oud 12 Samsian Seruling 13 Cut Ros Mawar Vokal Dan pada acara Jakarta fair ini grup dari Nur El Soraya berhasil menjadi juara harapan 1. Pada tahun 1985 Burhanuddin Usman juga direkrut grup Nursa Jamil/ Qoriah International. Dimana disini untuk main acara MTQ nasional yang 44 tuan rumah di Aceh. Selain acara MTQ itu, Burahnuddin Usman dan grup Nursa Jamil ini membuat rekaman lagu Embun Pagi dan juga Petani. Pada tahun 1990 an Burhanuddin Usman mendapatkan pertunjukan dalam acara Kampanye partai Golkar (golongan karya) yang di lakukan di daerah Pahae, dan Sipirok. Anggota Golkar yang mengajak Burhanuddin Usman pada waktu itu Gubernur Sumatera Utara Rajainal Siregar dan anggota DPDR Sumatera Utara Burhanuddin Napitupulu. Pada tahun 2000, Burhanuddin Usman berserta grup Setanggi Timur mengikuti sebuah festival musik Muharam Fair di Kota Medan. Di sini mereka menjadi juara harapan 1. Namun, menurut Burhanuddin Usman pada waktu mengikuti festival ini. Grup dari Setanggi Timur mengalami kecurangan oleh pihak panitia. Ada 2 juri berpendapat bahwa grup ini yang harusnya juara 1. Namun karena mereka bukan dari kalangan panitia, grup ini hanya menjadi juara harapan 1 saja. Para penonton juga pernah berteriak kepada panitia dengan keputusan keliru mereka. Namun hal itu tidak mengubah hasil akhir festival Muharram Fair. Kemudian Burhanuddin Usman juga di muat dalam sebuah Koran (surat kabar) terbitan dari SRM . Berikut ini hasil dokumentasi yang di muat oleh harian tersebut. 45 Gambar 2.1.4 Keterangan isi berita dalam sebuah harian surat kabar SRM Medan. Dokumetasi Penulis, 2014. 46 Pada tahun 2002 Burhanuddin Usman bersama grup musik Keyboard Santen Balade banyak melakukan pertunjukan-pertunjukan musik pada setiap acara hiburan atau perayaan. Ini juga salah satu bentuk pertunjukan yang sangat rutin dimainkan atau diikuti oleh Burhanuddin Usman sebagai seorang pemusik. Gambar 2.1.4 Berikut gambar hasil dokumentasi pada grup santen balade. Dokumentasi Penulis, 2014. Pada tahun 2003 Burhanuddin Usman bermain di Duri ―Riau‖ acara MTQ nasional. Disini pemusik dari Medan sangat dihargai dengan banyaknya yang memberikan tepukan tangan yang sangat meriah. Pada tahun 2004 Burhanuddin Usman juga diundang mengisi acara pernikahan di Ujung Kubu acara pernikahan anak pejabat. Pada tahun 2007 Burhanuddin Usman mendapatkan permintaan bermain untuk sebuah peresmian sebuah pulau di daerah Belawan yaitu Pulau Siba Land. 47 Pada peresmian ini Burhanuddin Usman diajak oleh Gubernur Sumatera Utara Rudolf Pardede. Pada tahun 2008 Burhanuddin Usman mendapat permintaan bermain di Tanjung Pura acara pernikahan. Pada tahun 2010 Burhanuddin Usman mendapat permintaan bermain untuk menghibur acara pernikahan di Siak ‖Karawang‖. Pada tahun 2012 Burhanuddin Usman bermain di Perumahan Dosen USU (universitas sumatera utara) acara pernikahan anak dosen. Pada tahun 2014 Burhanuddin Usman bermain di Tanjung Balai acara pernikahan yang diadakan digedung olah raga Tanjung Balai. Dengan melihat penjelasan mengenai riwayat kepemusikan Burhanuddin Usman yang mana telah diceritakan bagaimana Burhanuddin Usman masuk dan mulai belajar musik Melayu, serta juga melihat penjelasan mengenai bagaimana pengalaman bermusik Burhanuddin Usman yang sudah sangat banyak, dan juga telah melakukan proses perekaman lagu-lagu Melayu yang dimana pada masa itu seseorang pemusik yang telah melakukan proses rekaman lagu Melayu merupakan Pemusik yang sudah dianggap berhasil. Penulis berkesimpulan bahwa Burhanuddin Usman merupakan seorang pemusik tradisional Melayu yang menjadi panutan ataupun sebagai bahan referensi buat pemusik tradisional Melayu lainnya. 48 BAB III PERANAN SAKSOFON DI DALAM BUDAYA MUSIK MELAYU Setelah mengetahui Biografi Burhanuddin Usman sebagai pemusik saksofon dalam budaya musik Melayu, penting kita menjelaskan mengenai musik Melayu itu sendiri, lalu musik Melayu yang ada di Kota Medan, kemudian sejarah masuknya alat musik saksofon dalam budaya musik Melayu di Kota Medan, fungsi dan guna alat musik saksofon dalam budaya musik Melayu di Kota Medan, dan mendeskripsikan alat musik Saksofon, dan jenis alat musik saksofon yang dingunakan Burhanuddin Usman sebagai seorang pemusik. 3.1 Musik Melayu Musik mempunyai daya tarik yang luar biasa bagi setiap manusia. Tiada seseorang yang dapat menghindarkan dirinya terhadap pengaruh musik. Begitu juga dengan masyarakat Melayu. Musik merupakan pancaran kehidupan bagi masyarakat Melayu sendiri. Musik tidak hanya sekedar kreasi artistik, tidak juga sekedar untuk hiburan atau bersantai, tetapi musik itu juga bersatu dengan berbagai aspek kehidupan, bersatu di dalam sistem kepercayaan, struktur sosial, bahkan di dalam aktivitas perekonomian suku bangsa itu. Seperti halnya dengan bahasa, maka musik juga adalah alat komunikasi sosial dan sebagai media, ia memainkan peranan penting di dalam interaksi sosial antara berbagai individu di dalam masyarakat pendukungnya itu (Lukman Sinar Basyarsyah II, 2002:284). 49 Masyarakat Melayu sejak zaman dahulu telah mencipta musik bagi kalangan mereka. Bahkan musik tradisi Melayu telah memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan sosial budaya mereka. Musik Melayu tradisional menggambarkan corak budaya masyarakat budaya Melayu dan merupakan hasil kreativitas dari gejolak jiwa mereka terhadap alam sekeliling. Seni musik masyarakat Melayu dapat dibagi atas dua yaitu : 1. Musik tradisi warisan istana. 2. Musik tradisi rakyat. 3.1.1 Musik Tradisi Warisan Istana Dalam masyarakat Melayu tradisional terdapat dua kelompok masyarakat. Pertama mereka yang memiliki tradisi kebudayaan yang tinggi yang disebut sebagai tradisi yang tinggi (great tradition), yang kedua adalah masyarakat tradisi rendah (little tradition). Dalam masyarakat tradisi tinggi, taraf kehidupan anggotanya lebih tinggi. Mereka merupakan golongan yang menguasai bidang politik dan hidup dalam kemewahan. Kelompok bangsawan ini sangat menyukai musik dan memiliki banyak kelompok musik. Bahkan dalam kegiatan kesehariannya telah diadakan latihan secara teratur dan dianjurkan untuk terus mengembangkan kesenian tradisi musik guna menghibur keluarga bangsawan. Salah satu kesenian musik tradisi yang sangat terkenal dan dihormati oleh kaum bangsawan ini adalah musik penobatan raja, yang dikenal dengan istilah Musik Nobat Raja. Alat musik yang digunakan adalah nafiri dan serunai. Peranan musik ini adalah untuk mengesahkan kedudukan sosial golongan bangsawan. Musik nobat dipercayai memiliki 50 kekuatan supranatural (super natural power) dan apabila mendengar suara musik ini, maka seluruh rakyat diwajibkan untuk berhenti sejenak dari seluruh kegiatannya (Wikipedia Indonesia). 3.1.2 Musik Tradisi Rakyat Musik tardisi rakyat adalah segala jenis musik yang berkembang pada masyarakat kelas bawah. Pada golongan ini rebana merupakan alat musik yang paling akrab dalam kehidupan sehari-hari mereka. Alat musik ini berasal dari kebudayaan Islam dan merupakan hadist Nabi Muhammad untuk menggunakan alat musik ini dalam bermusik. Musik tradisi Masyarakat Melayu biasanya menggunakan alat-alat musik yang belum mendapat pengaruh barat (seperti bass. Biola, gitar, piano, akordion, dan lain-lain), tetapi musik yang masih memakai alat-alat musik yang biasa ditemukan di kepulauan nusantara seperti gong, rebana, serunai,gendang, suling, dan lain-lain. Musik tradisi Melayu tidak diwariskan dalam bentuk notasi seperti pada musik Barat. Tetapi diwariskan secara informal, jadi tergabung di dalam oral tradition (tradisi lisan) di dalam kebudayannya. Anggota-anggota yang mudamudi didalam suatu ensambel musik tradisional Melayu dengan tekun mendengarkan kemudian meniru/mempraktekkan permainan alat musik tradisional tadi di bawah bimbingan yang anggota-anggota yang tua-tua. Pimpinan suatu ensambel atau juga “conductor”-nya sering memainkan salah satu alat musik yang penting untuk menentukan tempo. Anggota-anggota ensambel yang lain kemudian mendengarkan kepada memperhatikan ke arah conductor tadi. 51 Contoh-contoh dari suatu alat-alat musik yang penting yang dimainkan oleh pemimpin-pemimpin ensambel adalah gendang ataupun rebab. Jika ada dua conductor, yang satu biasanya pimpinan untuk tempo atau dynamic leader dan yang lainnya sebagai melodic leader. Begitu juga seorang dukun atau pawang (shaman) melakukan tugasnya menyanyikan mantera-mantera dengan iringan alat musik tetabuhan sehingga ia berada dalam keadaan seluk atau ―kemasukan‖ (in trance). Disamping itu di dalam masyarakat Melayu dapat kita lihat adanya penghormatan di dalam suatu pesta terhadap rombongan kesenian yang bersifat semi religius. Ketika suatu kelompok menyanyikan lagu dan syair yang memuji Allah SWT atau nabi Muhammad SAW, maka kelompok musik lain akan berhenti sejenak. Jadi, di dalam kesenian musik tradisi Melayu ada musik yang bersifat sosial dan ada pula musik yang berkonotasi dengan keagamaan (Wikipedia Indonesia). Dalam bidang hiburan, Lukman (1990:3) mengelompokkan musik Melayu kedalam musik modern, yaitu musik yang mempergunakan alat musik Barat (seperti biola, bas, gitar, piano, akordion dan lain-lain), meskipun lagunya ―Melayu Asli‖ dan begitu juga tari yang mengiringinya. Permainan dengan memakai alat-alat tradisional Melayu bisa dimainkan berdampingan dengan alat musik yang berasal dari Barat. Misalnya: alat musik gong dan gendang dimainkan berdampingan dengan alat musik biola yang mengantikan musik rebab, dan menggunakan akordion ketika mengiringi tari-tarian. 52 3.2 Musik Melayu di Kota Medan Musik Melayu Kota Medan berakar dari Qasidah yang berasal sebagai kedatangan dan penyebaran agama Islam di Nusantara pada tahun 635 - 1600 dari Arab, Gujarat dan Persia, sifatnya pembacaan syair dan kemudian dinyanyikan. Tiga Jenis Masa Perkembangan Menurut waktu lahirnya dan alat musik yang dipakai, maka ada 3 jenis Musik Melayu secara umum, yaitu: • Musik Melayu Asli, hanya dengan pukulan kendang atau rebana seperti Qasidah, diperkirakan tahun 635 – 1600. • Musik Melayu Tradisional, sudah memakai alat musik gong, rebana, rebab, serunai, diperkirakan tahun 1800 – 1940. • Musik Melayu Modern, memakai alat musik modern, di samping tradisional, seperti biola, guitar, akordeon, saksofon dan terakhir dengan keyboard, diperkirakan setelah tahun 1950 (Wikipedia Indonesia). Bentuk dari musik Melayu secara umum dipakai dengan 3 pola rentak yaitu menurut Fadlin, ada tiga jenis rentak Musik Melayu, yaitu: 1) Pertama, rentak senandung, yaitu dengan metrik 4/4, dalam satu siklus terdapat delapan ketukan, biasanya dengan irama lambat dan lagu bersifat sedih. Contoh lagu adalah Kuala Deli, Laila Manja. 2) Kedua, rentak mak inang, yaitu dengan metrik 2/4, tempo lagu sedang, biasanyalagu bertemakan kasih sayang atau persahabatan. Contoh lagu adalah Mak Inang Pulau Kampa, Mak Inang Stanggi, Pautan Hati. 3) Ketiga, rentak lagu dua, yaitu dengan metrik 6/8, sifatnya riang dan gembira, bersifat joget, tempo agak cepat, sangat digemari orang Melayu. Contoh lagu Tanjung Katung, Hitam Manis, Selayang Pandang. 53 Kemudian Menurut Ahli Musik Lokal ada 4 jenis rentak yang umum dingunakan dalam budaya musik Melayu oleh Daryudi (Seorang ahli musik lokal di Medan) menyebutkan rentak dibagi dalam: 1) Rentak Langgam, metrik 4/4 dengan kecepatan Andante, contoh lagu Makan Sirih, Kuala Deli, Patah Hati. 2) Rentak Inang, metrik 4/4 dengan kecepatan Moderato , sejenis Rumba, contoh lagu Mak Inang Pulau Kampai, Mak Inang Lenggang, Mak Inang Selendang. Seperti diketahui bahwa Inang dalam kerajaan berarti Dayang-dayang. 3) Rentak Jo get, metrik 2/4, jadi cepat seperti Allegro . Contoh lagu Tanjung Katung, Selayang Pandang. 4) Rentak Zapin, metrik 6/8, dengan kecepatan Moderato , dan istilah Zapin diambil dari bahasa Arab yang berarti derap kaki, disini petikan gambus sangat menonjol. Contoh lagu Zapin Sri Gading, Zapin Sayang Serawak. Dari kedua pendapat diatas secara umum bentuk dari musik Melayu itu sangat erat dingunakan oleh setiap pemusik-pemusik tradisional Melayu. Kemudian setelah kita mengetahui jenis musik Melayu menurut waktu dan alat musik yang dipakai serta bentuk dari musik Melayu, maka bantuk dari Musik Melayu yang ada di Kota Medan sama seperti penjelasan di atas. Kemudian penting kita melihat sejarah masuknya Saksofon dalam budaya musik Melayu di Kota Medan. 54 3.2.1 Sejarah Masuknya Saksofon dalam Budaya Musik Melayu di Kota Medan Sejarah masuknya alat musik Saksofon pada musik Melayu diperkirakan sekitar tahun 1920an akhir. Ini terjadi ketika bangsa Belanda yang masih menjajah Indonesia masuk dan membawa alat musik Saksofon di daerah Kota Medan. Kemudian lama kelamaan para pekerja seni Melayu sudah mulai ingin mempelajari alat musik Saksofon. Namun pengaplikasian ilmu musik dari pemusik Melayu itu sendiri masih sangat dibatasi dikarenakan masih dilarang dan diawasi oleh bangsa Belanda. Kemudian, Sejak tahun 1930an Indonesia masih dalam situasi dijajah oleh Belanda sekarang sudah semangkin bebas buat warga Indonesia untuk melakukan aktipitas berkesenian. Ini membuat para pekerja seni sudah mulai memainkan alat musik Saksofon pada kebudayaan musik Melayu (wawancara: Burhanuddin Usman 1 juli 2014). Pada tahun 1942 Indonesia sekarang di jajah oleh Negara Japan selama 3.5 tahun lamanya. Pada periode ini para pekerja seni Melayu sekarang sudah tidak diberi ijin lagi dari pihak penjajah untuk melakukan aktipitas berkesenian. Ini terjadi karena kekejaman Negara Japan yang menjadikan warga Negara Indonesia sebagai pekerja secara paksa. Dengan demikian permainan musik-musik Melayu mengalami Mati surih atau selama 3.5 tahun tidak melakukan aktipitas. Pada tahun 1945 akhir setelah bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan Bangsa Republik Indonesia, pada tanggal 17 agustus 1945 setiap masyarakat Indonesia sekarang sudah bebas dari penjajah. Periode inila merupakan cikal bakal masuknya lagi dan berkembangnya alat musik Saksofon pada musik Melayu hingga pada saat ini di era 21. 55 3.2.2 Jenis-jenis musik Melayu di Kota Medan Bentuk atau jenis Musik Melayu yang berada di Kota Medan secara umum dibagi menjadi 4 bagian yang antara lain : 1. bentuk musik Melayu Padang Pasir. 2. bentuk musik Melayu Orkes Gambus. 3. bentuk musik Orkes Melayu/Dangdut. 4. bentuk musik Melayu Keyboard Melayu. 3.2.2.1 Musik Melayu Padang Pasir Musik Melayu Padang Pasir atau juga disebut musik Timur tengah berkembang di negara arab dan sekitarnya menyebut irama padang pasir. Musik yang paling menonjol adalah qasidah yaitu lagu yang bernafaskan islam yang alur nadanya berorientasi pada irama padang pasir. Dalam islam : sajak lirik dengan metrum yang sesuai untuk dinyanyikan atau disenandungkan; baik oleh penyanyi tunggal, paduan suara maupun sahut-menyahut antara penyayi tunggal dan koor. Isinya berupa pengagungan terhadap ke-Esaan Allah SWT, melukiskan kebesaran Rasul-Nya, mengajak beramal dan bejihad di jalan Allah SWT serta anjuran untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Sebagai alat pengiring biasanya digunakan ―rebana‖, dewasa ini juga meliputi alat-alat musik modern (Wikipedia Indonesia). Lagu-lagu Qasidah rebana berdasarkan tangga nada tradisional Timur Tengah yang selain memiliki skala nada diatonik juga terdapat dalam nada-nada mikrotonik seperti terdapat dalam alunan tangga nada al bayat, al rast, al sika, 56 al‘ajarm, al nakriez, dan alat yang menjadi ciri khas padang pasir antara lain (Wikipedia Indonesia) : Rebana adalah alat musik berupa kendang satu sisi dengan badan tidak rendah sesuai dengan kemampuan genggamann tangan. Gitar gambus adalah kecapi Arab yang kepalanya berbentuk S, badanya lebih dalam dan lehernya lebih sempit di banding kecapi klasik (lukman:1990). 3.2.2.2 Musik Melayu Orkes Gambus Orkes gambus adalah istilah yang kerap digunakan untuk menyebut pertunjukkan musik yang mengandalkan alat musik gambus. Orkes gambus, menurut sejarah, adalah kesenian rakyat yang berasal dari Timur Tengah kemudian disebarluaskan para pedagang Timur Tengah ke beberapa tempat di Tanah Air. Alat musik ini memang tidak hanya popular dan menjadi alat musik khas di Bangka Belitung tapi juga di beberapa daerah lain di Indonesia, misalnya di Kota Medan, Sumatera Utara. Alat-alat Orkes Gambus Melayu yang lazim dingunakan di Kota Medan antara lain : 1. Akordion. 2. rebana atau gendang ronggeng. 3. dan juga gambus. Orkes gambus merupakan aliran musik yang dapat berfungsi sebagai media ritual dan juga aliran musik yang bertemakan tentang cinta. Ciri khas dari orkes 57 gambus ini adalah para pemain gambus pada umumnya juga sebagai vokalis yang mana dapat memainkan melodi pokok dalam sebuah lagu. 3.2.2.3 Musik Orkes Melayu/Dangdut Musik Orkes Melayu merupakan aliran musik yang mana dalam setiap pertunjukannya selalu membawakan lagu-lagu Melayu yang ada pada budaya musik Melayu. Musik orkes Melayu juga dapat dikatakan penggabungan seperangkat alat musik modern dan tradisi yang berkembangan dalam budaya musik Melayu. Alat-alat yang lazim dingunakan dalam setiap bentuk musik orkes Melayu antara lain: 1. akordion. 2. Gendang Melayu atau gendang ronggeng. 3. Gong kecil. 4. Serta kadang kala seruling. Orkes Melayu inilah cikal bakal bentuk dari musik Melayu yang ada di Kota Medan, disebut oleh orang pada umumnya pada bentuk musik Dangdut. Alasanya terbentuknya nama musik Dangdut itu sendiri dikarenakan suara dari alat musik gendang yang dingunakan pada orkes Melayu menghasilkan bunyi dang dan dut. Bunyi dang dan dut itu sendiri merupakan ciri khas dari musik Melayu yang memberikan suasana untuk berjoget ataupun juga berdendang. Dengan demikian orkes Melayu yang berada di Kota Medan merupakan jenis musik dangdut sekarang yang ada di hampir seluruh wilayah Indonesia. Walaupun musik dangdut itu sendiri mengalami perkembangan sesuai dengan tempat pendukungnya. 58 3.2.2.4 Musik Melayu Populer/ Keyboard Melayu Kata dari musik populer tersebut diambil dari jenis musik yang dikenal ganti kata entertainmen. Musik populer ditengah masyarakat pada suatu waktu tertentu biasanya akrab dengan dunia remaja dan cepat beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Makna dari musik populer ini secara umum mengandung 2 makna yaitu sebagai : 1. Musik populer merupakan jenis lagu yang sedang disenangi oleh masyarakat pada saat tertentu atau kurun waktu terbatas. Lagu yang sedang populer dan terdengar setiap saat. Bahkan, orang akan merasa ketinggalan zaman apabila belum mengetahui lagu tersebut (Wawancara Tahan Perjuangan, 7 mei 2014) 2. Musik populer merupakan jenis lagu yang disajikan kepada pendengarnya dengan mengutamakan teknik penyajian dan kebebasan dalam menggunakan ritme maupun jenis intrumen. Bukan karena bentuk, pola susunan atau struktur lagu tersebut. Permainan ritme yang kuat ditunjukan oleh pemusik-pemusik lagu populer dengan teknik-teknik permainan drum yang menggebu-nggebu serta teknik permainan gitar yang menegangkan. Ritme bersifat alamiah sehingga seseorang (pemain) tidak dituntut harus berpendidikan tinggi untuk menikmati suatu ritme. Orang pun tidak perlu memiliki rasa musikalitas (sense of music) yang tinggi agar dapat menikmati ritme. Sesuatu hal yang biasa apabila lagu-lagu yang menggunakan irama tertentu dengan mudah diterima oleh masyarakat luas. 59 Ciri-ciri dari bentuk musik populer antara lain: 1. Bersifat sementara atau cepat tergantikan oleh lagu lain. 2. Bersifat menghibur. 3. Tidak mempunyai bentuk lagu tertentu atau sangat bebas bentuknya. Salah satu alat musik yang sangat menonjol pada perkembangan musik Melayu populer ialah Keyboard. Dalam Ensiklopedia Musik jilid 1 (1992;285) dijelaskan bahwa keyboard adalah suatu susunan instrumen dengan satu susunan kunci yang ditata secara horizontal dan menghasilkan bunyi, antara bunyi piano, organ, klvikord, harpsichord dan lain-lainnya. Maksudnya keyboard disini ialah suatu alat musik yang berbentuk key yang dapat menghasilkan berbagai bunyi atau suara alat, ritem, jenis-jenis alat musik yang menggunakan program yang ada. Dalam konteks ini keyboard juga menjadi nama dalam suatu bentuk kelompok ensambel musik yang sering disebutkan musik keyboard. Musik keyboard atau juga sering disebut pertunjukan keyboard merupakan salah satu pertunjukan yang dibuat untuk dapat dinikmati bersama-sama. Pertunjukan ini dibuat oleh masyarakat untuk menghibur orang-orang atas dasar ucapan terimakasih maupun memang dibuat sekedar hiburan maupun perayaan bersama. Pertunjukan keyboard disajikan dalam bentuk musikal. Dalam konteks musikal, keyboard disini mempunyai peranan sebagai pembawa musik iringan dalam permainannya. Selain itu keyboard dapat diartikan sesuai dengan tempatnya berlangsung mencangkup daerah misalnya keyboard Karo, atau pertunjukan itu dilaksanakan digabung dengan alat musik lain misalnya suling keyboard (sulkeb). 60 Dalam konteks ini, penulis melihat sebuah bentuk pertunjukan keyboard dimana ada pengembangan dalam penyajiannya. Pertunjukan keyboard pada masyrakat Melayu alat yang dipakai dalam bentuk musiknya secara umum terdiri dari keyboard, Gendang Melayu (gendang ronggeng), Biola, Gambus, Akordion dan alat musik Saksofon. Pertunjukan keyboard di Kota Medan secara umum relatif sama dengan pertunjukan keyboard lainnya, namum ada bagian-bagian yang menjadi ciri khas dari pertunjukan musik keyboard yang dapat dilihat dari segi pertunjukannya maupun suasana pertunjukan yang sedang berlangsung. Hal ini dapat dilihat apabila kita mau mengikuti pertunjukan ini secara teliti, dan menyeluruh. Pada pertunjukan keyboard sangat jelas terasa konsep pertunjukannya bernuansa Melayu. Dimana konsep pertunjukan Melayu itu ialah cerminan dari identitas etnik Melayu (Maksudnya aspek yang ditunjukan meliputi lagu yang dibawakan lagu Melayu, dan alat musik dipakai alat yang berkembang pada masyarakat Melayu). Ini merupakan jenis musik Melayu populer atau musik Keyboard Melayu. 61 Gambar 3.2.1.2.4 Berikut contoh foto musik keyboard Melayu Dokumentasi Penulis, 2014 3.3 Fungsi dan Guna Saksofon Pada Budaya Musik Melayu Setiap budaya musik yang berada di Indonesia dapat mengalami proses perkembangan disebabkan dengan variasi-variasi tambahan baik dari segi ide, gagasan kreatif, maupun dari variasi tambahan alat musik yang mempunyai fungsi dan penggunaannya sangat diperlukan pada perkembangannya. Salah satu alat musik yang dewasa ini ikut turut andil dalam perkembangan musik Melayu di Kota Medan yaitu Saksofon. 3.3.1 Fungsi Alat Musik Saksofon Pada Budaya Musik Melayu Berkaitan dengan fungsi, penulis mengacu pada teori use and function (penggunaan dan fungsi) yang dikemukakan oleh Alan P. Merriam (1964). 62 Menurut penulis fungsi musik yang berkaitan dengan fungsi alat musik Saksofon pada budaya musik Melayu adalah sebagai berikut: Tabel 3.3.1 Keterangan Fungsi Musik menurut Alan P. Meriam (1964) Nomor Keterangan 1 Fungsi pengungkapan emosional 2 Fungsi penikmatan estetika 3 Fungsi hiburan 4 Fungsi komunikasi 5 Fungsi representasi simbolis 6 Fungsi respons fisikal 7 Fungsi validasi lembaga-lembaga sosial dan ritual keagamaan. 8 Fungsi kontribusi demi kelangsungan dan stabilitas budaya 9 Fungsi pengintegrasian masyarakat Spiro dalam Koentjaraningrat (2002) mengutarakan pemakain kata fungsi dalam konteks budaya, yaitu: (1) pemakaian yang menerangkan fungsi itu sebagai hubungan guna antara sesuatu hal dengan sesuatu tujuan yang tertentu. (2) Pemakaian yang menerangkan kaitan kolerasi antara satu hal dengan hal yang lain. (3) Pemakaian yang menerangkan hubungan yang terjadi antara satu hal dengan hal-hal lain dalam suatu sistem yang terintegrasi. 63 Dalam konteks ini, penulis melihat fungsi dari alat musik Saksofon dalam budaya musik Melayu sesuai pendapat yang dikemukan oleh Alam P Meriam yaitu: 1. Fungsi alat musik Saksofon dalam budaya musik Melayu sebagai fungsi musik hiburan. Maksudnya alat musik Saksofon dimainkan di pertunjukan-pertunjukan musik Melayu sebagai satu kesatuan dari bentuk alat musik Melayu yang tujuannya sebagai hiburan. Ini dilihat dengan adanya penonton yang ingin melihat pertunjukan musik Melayu sebagai bahan hiburan penonton. 2. Fungsi alat musik Saksofon dalam budaya musik Melayu sebagai fungsi kontribusi demi kelangsungan dan stabilitas budaya. Dalam konteks ini, budaya yang dimaksud ialah budaya kesenian musik Melayu. Dewasa ini perkembangan musik sangat mengikis budaya musik asli tradisional yang berada di Indonesia. Salah satunya perkembangan musik Melayu. Pertunjukan musik Melayu merupakan pertunjukan musik yang sangat kental nuansanya dengan agama Islam. Ini membuat pertunjukan musik Melayu itu sendiri membuat Gap atau membuat kelompok sendiri. Namun, seiring perkembangan tuntutan zaman memaksa setiap pertunjukan musik tradisional harus bisa lebih modern supaya semuah kalangan dapat menerimanya. Dengan demikian banyak dari para pelaku seni tradisional Melayu melakukan kreatipitas dengan mengabungkan alat musik modern untuk kolaborasi dengan bentuk pertunjukan musik tradisi lokal. Hal ini terjadi hingga pada saat ini di era 21. Salah satu alat musik yang menjadi fungsi kontribusi demi kelangsungan dan stabilitas budaya 64 pada budaya musik Melayu ialah Saksofon. Sesuai dengan penjelasan diatas alat musik Saksofon sudah dingunakan lama pada budaya musik Melayu. Dan memberikan budaya musik tradisi tetap eksis atau tetap ada. 3. Serta fungsi alat musik Saksofon dalam budaya musik Melayu sebagai pemakaian yang menerangkan fungsi itu sebagai hubungan guna antara sesuatu hal dengan sesuatu tujuan yang tertentu. Dalam konteks ini penulis melihat fungsi alat musik Saksofon dalam fungsi sebagai hubungannya terhadap alat musik tradisional Melayu. Alat musik Saksofon mampu memainkan fungsinya alat musik tradisional sebagai pembawa melodi lagu. Jadi fungsinya alat musik Saksofon dewasa ini telah disejajarkan dengan alat-alat musik lainnya yang berkembangan pada budaya musik Melayu. 3.3.2 Guna dari Alat Musik Saksofon Pada Budaya Musik Melayu Berkaitan dengan guna dari alat musik saksofon pada budaya musik Melayu. Musik Melayu umumnya dingunakan pada pertunjukan kultural dan juga seni pertunjukan. Pertunjukan kultural ialah pertunjukan dimana sebuah pertunjukan ini hanya bertujuan dalam sebuah tradisi. Contohnya sebuah pertujuan kultural pada masyarakat Melayu ada sebuah tradisi pesta panen. Tradisi ini bertujuan untuk mengucapkan ungkapan terima kasih terhadap sang pencipta. Musik yang dingunakan pada upacara ini biasanya yang bersifat kegiatan ritual. Kemudian, seni pertunjukan merupakan seni pertunjukan dimana tujuan seni ini semata-mata untuk kebutuhan seni saja. Contohnya sebuah pertunjukan musik Orkes Melayu pada masyarakat Melayu. Tradisi orkes Melayu ini bertujuan 65 untuk menghibur tetamu pada sebuah acara yang dilakukan setiap seseoarang melakukan hajatan atau pesta. Contohnya bila hajatan pernikahan. Berkaitan dengan penjelasan diatas penggunaan alat musik Saksofon lebih cendrung dan berguna pada saat pertunjukan itu sifat nya seni pertunjukan saja. Karena dari alat musik Saksofon tidak memiliki history atau sejarah terhadap kegiatan ritual. Atau semata-mata awalnya masuk alat musik Saksofon pada budaya musik Melayu bertujuan untuk memodernkan seni pertunjukan musik Melayu saja. Ini dapat diketahui dengan kolaborasi yang dilakukan oleh Saksofon antara lain terhadap bentuk musik: Orkes Melayu dan keyboard Melayu. 3.4 Deskripsi Alat Musik Saksofon Saksofon adalah keluarga instrumen musik tiup kayu. Saksofon biasanya terbuat dari kuningan dan dimainkan dengan buluh tunggal corong mirip dengan yang ada pada klarinet. Saksofon adalah alat musik yang masuk dalam kategori aerophone, single-reed wood wind instrument. Saat ini saksofon sangat popular digunakan dalam berbagai jenis musik, dan memiliki berbagai jenis dengan range yang berbeda-beda. Saksofon berasal dari Belgia, dibuat oleh seorang pemain clarinet dan pembuat alat musik bernama Adolphe Sax pada awal tahun 1840. Tentang bagaimana munculnya ide pembuatan Saksofon sendiri tidak jelas, dan para ahli menyimpulkan bahwa salah satu kemungkinan adalah Saksofon lahir dari hasil eksperimen Adolphe Sax dengan berbagai Clarinet, Adolphe Sax juga terkenal dengan desain ulang Bass Clarinet, dengan dua register instrumen yang terpisah satu oktaf. Walau menurut penelitian Saksofon lahir pada tahun 1841, 66 namun, lebih tepat jika tahun kelahirannya adalah pada saat Adolphe Sax mempatenkan ciptaannya yaitu pada tahun 1846 (Wikipedia Indonesia). Jenis- jenis Saksofon yang di patenkan oleh Adolphe Sax dan sekarang cikal bakal alat-alat Saksofon yang ada dan berkembang di Indonesia antara lain ialah: Tabel 3.4 Keterangan Deskripsi Jenis alat musik Saksofon No Saksofon Kunci Satu oktaf lebih tinggi Satu oktaf lebih rendah 1 Sopranissimo B♭ ## Soprano 2 Sopranino E♭ ## Alto 3 Soprano B♭ Sopranissimo Tenor 4 Alto E♭ Sopranino Bariton 5 Tenor B♭ Soprano Bass 6 Bariton E♭ Alto Kontrabas 7 Bass B♭ Tenor Subcontrabass 8 Kontrabas E♭ Bariton ## 9 Subcontrabass B ♭ Bass ## (Wikipedia Indonesia) Teknik Dasar Permainan Saksofon Embouchure 67 Kata embouchure berasal dari bahasa Perancis yang artinya ―mulut sungai‖. Di dalam teknik bermain saksofon, embouchure menggambarkan formasi antara bibir, gigi, rahang, dan otot-otot di sekitar mulut ketika udara ditiupkan melalui mouthpiece. Secara alamiah, embouchure berakibat pada upaya untuk menghasilkan tone yang baik dan kemampuan untuk mengendalikan saksofon dengan baik. Tongue (Tonguing à teknik lidah) Teknik lidah (tongue;tonguing) merupakan salah satu teknik dasar yang juga penting dalam memainkan Saksofon. Lidah digunakan untuk memberikan attack atau aksen ketika mulai mengeluarkan udara melalui mouthpiece. Terdapat berbagai macam variasi tonguing, namun pada umumnya teknik menggunakan tonguing adalah dengan menyentuhkan ujung lidah dengan ujung reed, sembari mengucapkan ‖dah‖ ketika ujung lidah menyentuh ujung reed. Breathing (pernapasan) Memainkan woodwind instrumen seperti Saksofon adalah sama seperti melakukan olah raga, kita harus sering berlatih agar kemampuan memainkan wind instrumen semakin baik sejalan dengan semakin baiknya kondisi tubuh kita. Latihan pernapasan harus menjadi bagian latihan rutin kita agar kemampuan untuk menguasai instrumen bertambah pula. 3.4.1 Jenis Saksofon Tenor yang dipakai Burhanuddin Usman Tenor Saksofon adalah anggota menengah dari saksofon keluarga, sekelompok instrumen diciptakan oleh Adolphe Sax pada 1840-an. Tenor adalah 68 salah satu dari dua jenis yang paling umum dari Saksofon, bersama dengan alto. Tenor ini bernada dalam kunci B♭. Dalam perjalanannya sebagai pemusik Saksofon Burhanuddin Usman menggunakan Saksofon dengan jenis Saksofon tenor. Saksofon Tenor yang Burhanuddin Usman miliki ber merk atau merek Dearmen. Saksofon ini merupakan Saksofon pabrikan dari France. Burhanuddin Usman membeli Saksofon ini dengan kondisi bekas atau second dengan harga 1 juta rupiah. Dibelinya pada tahun awal 1980an Oleh seorang pemusik Melayu Pekan Baru yang pernah bermain bersama dengan Burhanuddin Usman. Berikut ini foto dari Saksofon tenor serta perangkat Saksofon tenor lain yang dingukan oleh Burhanuddin Usman. Gambar 3.4.1 Keterangan Saksofon Tenor Burhanuddin Usman Dokumetasi Penulis, 2014 69 Gambar 3.4.2 Saksofon Tenor Dokumentasi Penulis, 2014 Kemudian dalam setiap penampilannya Burhanuddin membuat sebuah microphone rakitan sendiri. Microphone ini merupakan microphone jenis vocal biasa tidak yang khusus untuk instrumen. Namun, Burhanuddin Usman lupa dengan merek dari microphone tersebut. Cara Burhanuddin Usman merakitnya dengan membuat sebuah cangkir dilubangi, lalu badan dari microphone juga diambil bagian kepala yang dapat menghasilkan suara. Kemudain, microphone tersebut dikaitan dengan cangkir dan kemudian dimasukan kedalam bell atau lubang suara dari alat musik Saksofon. 70 Gambar 3.4.1 Keterangan Microphone Burhanuddin Usman Dokumentasi Penulis 71 BAB IV PERANAN BURHANUDDIN USMAN SEBAGAI PEMUSIK SAKSOFON DALAM BUDAYA MELAYU Setelah melihat penjelasan mengenai peranan Saksofon terhadap budaya musik Melayu di Kota Medan yang dalam konteks ini difokuskan kepada salah satu pemusik Saksofon Melayu yaitu Burhanuddin Usman. Penting untuk melihat apa saja yang menjadi sumbangsi ataupun peranan Burahnuddin Usman sebagai Pemusik Saksofon dalam budaya musik Melayu yang berada di Kota Medan yang antara lain ingin melihat : peranan Burhanuddin Usman pada perkembangan musik Melayu, peranan Burhanuddin Usman sebagai Pemusik Melayu, peranan Burhanuddin Usman dalam melakukan metode musik yang berkembang pada dunia musik melayu seperti cengkok gerenek, dan patah lagu, peranan Burhanuddin Usman secara estetikanya dan peranan Burhanuddin Usman dalam pola tingkah laku sosial. 4.1 Peranan Burhanuddin Usman pada perkembang musik Melayu Dewasa ini perkembangan budaya musik Melayu terjadi sangat dinamis. Ini sejalan dengan peradapan dari masyarakat Melayu itu sendiri yang antara lain disebabkan oleh beberapa faktor seperti: 1. Masuknya agama Islam dalam kepercayaan masyarakat Melayu 72 2. Perkembangan teknologi, yang membuat dunia semangkin gambang dilihat oleh setiap orang seperti halnya dengan budaya musik. 3. Benturan kebudayaan-kebudayaan kesenian yang disebabkan oleh humanisnya masyarakat Melayu. 4. Perkembangan dunia Pendidikan. (wawancara : Burahnuddin Usman) Dan lain-lain. Masuknya agama Islam pada masyarakat Melayu di Kota Medan terjadi oleh banyak pedagang-pedagang dari Negara Arab yang melakukan kegiatan berdagang di wilayah Sumatera Utara, namun secara tidak langsung juga mereka telah membawa kebudayaan keseniannya dalam setiap tempat yang ia kunjungi. Perkembangan teknologi juga sangat mempengaharui setiap perkembangan peradaban pada setiap daerah. Salah satu contoh pada masyarakat Melayu yang berada di Kota Medan. Dengan semakin pesatnya teknologi modern masuk membuat secara tidak langsung pengetahuan-pengetahuan atau informasiinformasi yang diluar pengetahuan masyarakat Melayu gambang untuk diketahui. Ini bisa melalui media cetak ataupun elektronika. Salah satu contoh pada kebudayaan musik barat yang dapat diketahui oleh masyarakat luas bisa ditemukan dari Televisi, Radio dan Kaset-kaset Rekaman yang beredar luas di publik. Manusia makhluk sosial itu berarti setiap manusia tidak bisa hidup tanpa berdampingan terhadap manusia lain. Sama halnya dengan masyarakat Melayu, masyarakat Melayu sangat memiliki kebudayan sosial yang cukup tinggi. Inilah yang menyebabkan setiap kebudayaan luar yang masuk kedalam masyarakat 73 Melayu selalu diterima seperti kebudayaan musik barat. Contohnya alat musik Biola, akordion, Saksofon dll. Dunia pendidikan merupakan jendela pengetahuan bagi setiap manusia. Manusia dapat mengetahui apa yang tidak ia ketahui melalui dunia pendidikan. Yang dalam ini dunia pendidikan juga menjelaskan ilmu pengetahuan tentang dunia kesenian. Baik dari dalam Negeri ataupun dari luar negara Indonesia. Sama halnya pada masyarakat Melayu yang berada di Kota Medan. Dengan semakin pesatnya perkembangan dunia pendidikan membuat mereka semakin gampang untuk mengetahui dunia musik secara terperincih. Kemudian melalui dunia pendidikan kita dapat mengetahui sejarah dari musik Melayu itu berada (wawancara Tahan Perjuangan manurung 5 Juni 2014). Perkembang musik Melayu yang berada di Kota Medan diawali oleh setiap seniman atau pemusik Melayu itu sendiri yang telah menyumbangkan kreatipitasnya dalam budaya musik Melayu. Salah satu pemusik Melayu yang ikut serta mengembangkan musik Melayu ialah Burhanuddin Usman. Burhanuddin Usman merupakan pemusik Melayu yang mahir memainkan alat musik Saksofon. Namun, Burhanuddin Usman tidak hanya mengembangkan musik Melayu dengan Saksofon saja melainkan juga dengan alat musik seruling yang tidak kala terkenalnya pada musik Melayu. Sebagai seseorang pemusik, Burhanuddin Usman dalam musik Melayu sangat berpengaruh. Sejak tahun 1950an Burhanuddin Usman sudah ikut dalam pertunjukan-pertunjukan musik Melayu hingga saat ini. Dimulai dari musik Padang Pasir, Burhanuddin Usman disini melakukan kegiatan aktipitas pertujukan musiknya yang antara lain: 74 1. Melakukan pertunjukan musik sacara langsung atau sering disebut show. Pertunjukan musik Peresmian gedung Al Wathan 2. Melakukan pertunjukan musik yang bersifat kegiatan festival musik. ikut sebagai peserta MTQ nasional tahun 1985 di Aceh. 3. Melakukan kegiatan musik yang bersifat penciptaan ataun perekaman sebuah lagu-lagu dalam bentuk visual. Melakukan rekaman lagu Mali Ila Ahadin. Burhanuddin Usman bermain pada beberapa grup padang pasir seperti Al Wathan. Burhanuddin Usman bergabung dengan grup Al Wathan pada tahun1958. Lokasi dari grup ini di jalan bedagai, Nomor 5 A, Medan. Tabel 4.1 Berikut nama-nama pemain grup Al Wathan. Nomor Nama Pemain / Jabatan 1 Badrum Bey Pimpinan / pemain oud 2 Burhanuddin Usman Seruling dan tenor Saksofon 3 Amran aziz Alto Saksofon 4 Sabirin Biola 5 Datuk Abdurahman Biola 6 Amran Gendang 7 Syahril Drum 8 Ramli Gitar Bass 9 Anwari Akordion 10 Kamalia Vokal 75 11 Nuradina Vokal Kemudian pada Orkes gambus, Burhanuddin Usman juga memiliki peranan dalam perkembangannya. Orkes gambus ini lebih mengadopsi nilai-nilai agama melalui media musik. Dengan demikian banyak dari masyarakat Melayu yang suka dengan bentuk musik orkes gambus ini. Pada periode orkes Gambus ini Burhanuddin Usman tidak baku masuk pada sebuah grup. Namun, Burhanudin Usman hanya pemain cabutan atau pinjaman saja. Pada periode ini Burhanuddin Usman juga melakukan kegiatan bermusiknya seperti Periode Padang Pasir juga. Namun, Burhanuddin Usman tidak mengingat secara pasti bentuk-bentuk atau apa-apa saja pertunjukan yang pernah dilakukannya. Grup yang pernah lama bekerja sama dengan Burhanuddin Usman yaitu: Orkes Gambus Gelora. Lokasinya di Belawan. Pimpinan pak Agus. Musik Orkes Melayu/Dangdut pada masa periode musik ini, Burhanuddin Usman juga dikenal sebagai pembawa atau pelopor alat musik Saksofon dalam perkembangannya. Dimana pada masa periode ini banyak pemusik diluar pemusik Melayu yang ikut serta mengembangkan alat musik ini kedalam musik Melayu Populer/Dangdut. Namun, sebagai pemusik tradisional Burhanuddin Usman berpandangan bahwa pemusik-pemusik tradisional Melayu yang berada di Kota Medan harus bisa eksis di tempatnya sendiri. Dengan landasan itu Burhanuddin Usman juga masuk dan membawa perkembangan terhadap musik Melayu Populer/dangdut dengan gabung dengan grup dan membawa nama grup tersebut menjadi harum. Dimana antara lain grup Melayu Popoler/Dangdut yang pernah menjalin kerja sama dengan Burhanuddin Usman yaitu: 76 1. Grup Dahlia yang sekarang berubah nama menjadi Ona Sutra. Tabel 4.1 Nama-nama personil Grup Dahlia. Nomor Nama Pemain / Jabatan 1 Dahlia Vokal / pimpinan 2 Alim udin Nasution Vokal 3 Burhanuddin Usman Seruling dan Saksofon Tenor 4 Haris Keyboard 5 Moh. Zein Gitar Melodi 6 Ujang Gitar Bass 7 Adlan Drum 8 Taris Gendang Ronggeng 9 Iwan Mandolin 77 Gambar 4.1 Berikut ini gambar dari Burhanuddin Usman dan Alim Udin Nasution (Ona Sutra). Dokumentasi penulis 2. Grup vuhuka sekarang bernama grup El Soraya. Pimpinan bapak Mahmud Ibrahim. Kemudian, pimpinannya berganti dari Ahmad baki dan talib hasan. 78 Tabel 4.1 Keterangan Nama-nama pemain grup El Soraya. Nomor Nama Pemain /Jabatan 1 Thalib Hasan Pimpinan 2 Pajar/ Ucok Akordion 3 Dayat Bass 4 Burhanuddin Usman Saksofon Tenor 5 Said Drum 6 Avivah Bongo 7 Umi Ami Biola 8 Suhaimi Biola 9 Ruliah Biola 10 Nurhayani Biola 11 Junaidah Oud 12 Samsian Seruling 13 Cut Ros Mawar Vokal Pada periode ini banyak pertunjukan musik yang dilakukan Burhanuddin Usman antara lain: i. Melakukan Show atau pertunjukan Sekitar pertunjukan, tahun 1977 melakukan Burhanuddin tour Usman melakukan tournya disekitar Negara Asia Tenggara yaitu antara lain: 79 Malasyia selama 3 bulan tempat- tempatnya: Orkes Gampus Padang Grup El soraya a. Penang b. Kuala Lumpur c. Serawak Thailang selama 1 bulan tempat-tempatnya a. Tung Mo b. Naritiwa c. Hatja d. Patani e. Pohon Saga f. Pada Besar Singapura Kampong Melayu ii. Melakukan festival. Festival suara karo. Juara 3. iii. Melakukan rekaman. Lagu-lagunya antara lain: Api cinta, musafir kelana, disco dancer, ahmar akbar antoni dan banyak lagi hasil rekamannya. Musik Melayu Populer/Keyboard Melayu pada masa periode ini Burhanuddin Usman sekarang juga ikut andil dalam perkembangannya di Kota Medan. Dimana masa periode ini merupakan ciri musik yang sangat populer ataupun jenis musik yang sangat sering dijumpai pada masyarakat. Ini terjadi karena musik Keyboard Melayu secara ekonomis lebih murah dibandingkan 80 dengan periode sebelumnya dengan banyaknya alat musik yang dipakai serta banyak personil yang ikut serta dalam permainannya. Musik keyboard Melayu ini awalnya hanya alat musik keyboard dan dengan vocal saja dalam penyajiannya. Dimana keyboard sudah bisa mengiringi sebuah bentuk musiknya. Namun, pada penyajiannya terjadi kreatipitas dari pemusiknya yang mana guna mencari ciri khas. Salah satu ciri khasnya ialah dengan mengkombinasi alat musik Keyboard dengan Alat musik Saksofon. Ini juga yang dijalankan oleh Burhanuddin Usman dalam melakukan suatu perkembangan musik Melayu di Kota Medan. Pertunjukan ini sangat populer dengan nuansa musik barat. Jadi dengan masuknya Burhanuddin Usman yang memiliki latar belakang musik Melayu yang sangat kuat, membuat ciri khas dari pertunjukan keyboard ini menjadi Keyboard Melayu. Grup-grup musik Keyboard Melayu yang pernah menjalin kerja sama terhadap Burhanuddin Usman Grup Santen Balade Grup Gulai Lomak dan banyak grup lainnya. 4.2 Peranan Burhanuddin Usman sebagai Pemusik Sebagai seorang pemusik Melayu yang telah dijalankannya lebih dari 50 tahunan. Burhanuddin Usman sekarang sudah menjadi pemusik Saksofon Melayu yang cukup di hargai atau diakui dikalangan pemusik Melayu. Banyak juga dari pemusik-pemusik Saksofon Melayu yang menjadikan Burhanuddin Usman menjadi inspirasi. Salah satunya seorang Saksofon muda yaitu Ahmad Zais. Ahmad Zais merupakan seorang pemain Saksofon yang tumbuh dan berkembang di daerah Hamparan Perak, kabupaten Deli Serdang. Menurut Ahmad Zais, Burhanuddin Usman atau panggilan akrabnya atok merupakan pemain Saksofon 81 Melayu yang sangat kental. Landasan ini dikerenakan oleh beberapa faktor. Antara lain: 1. Secara melodis Saksofon. Ahmad Zais berpendapat, Burhanuddin Usman dalam membentuk sebuah gaya melodi sangat jelas sekali bentuk melodinya dengan gaya Melayu seperti : cengkok, gerenek,dan patah lagu. 2. Gaya permainan Saksofon Burhanuddin Usman juga sangat entertainmen. Yaitu dengan banyaknya aksi-aksi energik Burhanuddin Usman dalam memainkan alat musik Saksofon. Contohnya umumnya pemain Saksofon cara memainkannya tangan kiri di atas badan Saksofon, dan tangan kanan dibawah badan Saksofon. Sedangkan Burhanuddin Usman kadangkala dapat memainkan Saksofon nya dengan cara berbeda. Yaitu tangan kanan diatas badan Saksofon dan tangan kiri dibawah badan Saksofon. Kemudian beberapa pendapat dari pemusik-pemusik Melayu lainnya seperti Azmi dan Puji Nuraini. Menurut Azmi (35 tahun) seorang pemain Keyboard ia menyebutkan Burhanuddin Usman merupakan seorang pemusik Melayu sejati. Dimana pendapatnya dilandaskan atas alasan banyak pemain Saksofon di Kota Medan yang berlatar belakang Melayu masih kurang pemahamannya tentang musik Melayu itu sendiri. Burhanuddin Usman, Namun beda dengan Azmi berpendapat bahwa Burhanuddin Usman tanpa menghilang banyak teknik musik Barat dia juga mampu mengaplikasi ilmu Melayunya seperti cengkok, gerenek dan patah lagu pada setia penampilan dan menurutnya bagus. Selanjutnya pendapat dari seorang penyanyi Puji Nuraini (30 tahun). Burhanuddin Usman merupakan seseorang pemusik Melayu yang sangat 82 menghibur pada setiap penampilannya. Dimana pendapat itu dilandaskan juga bahwa dalam setiap penampilan Burhanuddin Usman selalu tampil totalitas dan juga profesional. (maksudnya Burhanuddin Usman selalu memberikan apa saja kewajibannya dalam setiap penampilannya misalnya mencangkup kostum, dan waktu). Gambar 4.2 Berikut contoh foto Burhanuddin Usman sebagai Pemusik Saksofon Melayu. Dokumentasi Penulis, 2014 83 Gambar 4.2 Burhanuddin Usman sebagai Pemusik Saksofon Melayu. Dokumentasi Penulis, 2014 Dengan melihat sedikit penjelasan diatas mengenai bagaimana peranan Burhanuddin Usman sebagai seorang pemusik. Penulis berpendapat dengan keberadaannya Burhanuddin Usman membuat banyak dari pemusik-pemusik Melayu dewasa ini menjadi eksis dan lebih percaya diri untuk tampil dalam pertunjukan musik Melayu itu sendri. Juga para pelaku pemusik-pemusik Melayu kini sudah mempunyai landasan berpikir musik yang luas dikarenakan hasil yang telah dibuat oleh Burhanuddin Usman. 84 4.3 Peranan Burahnuddin Usman dalam melakukan estetika musik Melayu : cengkok, gerenek, dan patah lagu dalam Saksofon Dalam pemaham ilmu musik Burhanuddin Usman secara umum sama seperti pemusik-pemusik Saksofon pada umumnya. yang dapat memahami konsep musik Barat. Namun, Burhanuddin Usman juga mengetahui konsep musik Melayu dimana konsep musik ini selalu dipadukan setiap melakukan pertunjukan. Contoh konsep musik Melayu seperti Cengkok, Gerenek, dan patah lagu. Dalam konteks ini penulis membuat analisis melodi saksofon Burhanuddin Usman dalam penerapannya memahami lagu-lagu Melayu. Sebelum penulis melakukan analisa melodi gaya cengkok, gerenek dan patah lagu, penulis juga melaksanakan proses pentranskripsian dalam bentuk notasi barat atau notasi Balok. Proses pentranskripsian dengan menggunakan notasi barat atau notasi balok merupakan notasi yang sangat tepat untuk bisa mengetahui proses pentranskripsian dalam tulisan ini. Kemudian lagu Keluhan Jiwa sebagai contoh lagu dalam menyajikan Cengkok, Gerenek, dan Patah lagu. Metode Transkripsi Simbol-simbol yang digunakan dalam notasi transkripsi melodi Saksofon merupakan simbol-simbol dalam notasi Barat. Berikut ini, beberapa simbol yang digunakan dalam hasil transkripsi melodi Saksofon. 1. : merupakan garis paranada yang memiliki lima buah garis paranada dan empat buah spasi dengan tanda kunci G. 2. : merupakan birama 4/4 dalam kunci G. 85 3. : merupakan dua buah not 1/16 dan satu buah not 1/8 yang digabung menjadi 1 not yang bernilai 1 ketuk. 4. 11 : merupakan 8 not 1/32 yang digabung menjadi 1 not bernilai 1 ketuk. 5. : merupakan satu buah not 1/4 yang bernilai 1 ketuk. 6. : merupakan satu buah not penuh yang bernilai 4 ketuk. 7. : 8. merupakan satu buah not 1/8 yang bernilai 1/2 ketuk. : merupakan satu buah not 1/2 dengan satu buah titik di depannya yang bernilai 3 ketuk. 9. :m merupakan satu buah not 1/32 dengan tanda pugar di depannya yang berarti nada dikembalikan dengan menaikkan atau menurunkan 1/2 laras dari nada sebelumnya. 10. : merupakan satu buah not 1/32 dengan tanda kress di depannya yang berarti nada dinaikkan 1/2 laras dari nada sebelumnya. 11. : merupakan merupakan satu buah not 1/32 dengan tanda mol di depannya yang berarti nada diturunkan 1/2 laras dari nada sebelumnya. 12. 13. : : merupakan tanda diam yang bernilai 4 ketuk. merupakan tanda diam yang bernilai 1 ketuk. Simbol-simbol di atas merupakan simbol-simbol yang terdapat dalam lampiran partitur yang perlu diketahui agar pembaca memahami artinya. Ini 86 penting untuk menjelaskan tentang hal-hal yang dimaksud dalam notasi. Dari cara bekerja transkripsi seperti diurai di atas, maka hasilnya adalah seperti di bawah ini. 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 Analisis Lagu Keluhan Jiwa Tangga Nada lagu Keluhan Jiwa Tangga Nada yang dingunakan dalam lagu Keluhan Jiwa dalam lagu ini memakai 2 tangga nada yaitu tangga nada D minor dan tangga nada D mayor. Tangga Nada D minor : D-e-f-g-a-Bb-c-d atau 1-1/2-1-1-1/2-1-1 Tangga Nada D Mayor : D-e-fis-g-a-b-cis-d atau 1-1-1/2-1-1-1-1/2 Nada Dasar lagu Keluhan Jiwa Bruno Nettl (1963:147) dalam bukunya Theory and Method in Etomusicology menawarkan tujuh cara dalam menemukan nada dasar, yaitu : (1) Patokan yang paling umum adalah melihat nada mana yang sering dipakai dan nada mana yang jarang dipakai dalam komposisi tersebut. (2) Kadang-kadang nada-nada yang harga ritmisnya besar dianggap nada-nada dasar, meskipunpun jarang dipakai. (3) Nada yang dipakai pada awal atau akhir komposisi maupun pada bagian tengah komposisi dianggap mempunyai fungsi penting dalam tonalitas tersebut. 98 (4) Nada yang menduduki posisi paling rendah dalam tangga nada ataupun posisi tepat berada ditengah-tengah dapat dianggap penting. (5) Interval-interval yang terdapat antara nada kadang-kadang dipakai sebagai patokan. Contohnya sebuah posisi yang digunakan bersama oktafnya, sedangkan nada lain tidak memakai. Maka nada pertama tersebut boleh dianggap lebih penting. (6) Adanya tekanan ritmis pada sebuah nada juga bisa juga bisa dipakai sebagai patokan tonalitas. (7) Harus diingat barangkali ada gaya-gaya musik yang mempunyai sistem tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-paokan diatas. Untuk mendeskripsikan sistem tonalitas seperti itu, cara terbaik tampaknya adalah pengalaman lama dan pengenalan akrab dengan musik tersebut. (terjemahan Marc Perlman 1963:147). Melalui pendekatan diatas, maka penulis menyusun terlebih dahulu nada-nada melodis lagu yaitu sebagai berikut : nada D (nada D dan D') merupakan nada yang paling sering muncul atau digunakan yaitu sebanyak 109 kali. Maka tonalitas yang disusun berdasarkan ketujuh cara yang ditawarkan oleh Nettl adalah sebagai berikut : (1) Nada yang paling sering digunakan adalah nada D (2) Nada yang memiliki nilai ritmis yang besar adalah nada E dan G (3) Nada yang banyak dipakai sebagai nada awal adalah nada D, nada yang dipakai sebagai nada Akhir adalah nada D (4) Nada yang menduduki posisi paling rendah nada B 99 (5) Nada yang dipakai bersama dengan oktafnya adalah nada D (6) Tekanan Ritmis yang paling besar adalah nada E dan Nada G (7) Melalui pengalaman dan pengenalan yang akrab membuktikan adanya kecenderungan yang besar untuk menggunakan nada D sebagai nada dasar. Formula Melodi lagu Keluhan Jiwa Menurut william P. Malm(1977 : 8) dalam bukunya Music Culture of the Pacific Music the Near and East Asia, bahwa bentuk (form) dapat dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu: 1. Repetitif adalah bentuk nyanyian yang diulang-ulang. 2. Literatif adalah bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil dengan kecenderungan pengulangan dalam keseluruhan nyanyian. 3. Reverting adalah bentuk nyanyian yang terjadi pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi-penyimpangan penyimpangan melodi. 4. Peogresive adalah bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan materi melodi yang selalu baru. 5. Strophic adalah suatu bentuk nyayian yang di ulang dengan form yang sama tetapi dengan tetapi dengan teks nyanyian yang selalu baru. Berdasarkan keterangan di atas, maka penlis dapat melihat bahwa bentuk ( form ) dari nyanyian serampang dua belas adalah literatif, yaitu terjadinya pengulangan terjadinya bentuk (form) pengulangan melodi setelah pemakaian melodi (terjemahan Rizaldi siagian (1987:17). 100 Formula Melodi Pada Lagu Keluhan Jiwa. Literatif. Bentuk Variasi A A1 B B1 C C1, C2, C1, C2, D D1, D2, D1,D2. E E1,E2,E1,E2. Pola Kandensa yang dingunakan lagu Keluhan Jiwa Pola Kandensa yang dingunakan dalam lagu Keluhan Jiwa yaitu pola perfect atau sempurna. Contohnya akord V-I. Wilayah Nada lagu Keluhan Jiwa Wilayah nada yang dingunakan dalam lagu Keluhan Jiwa yaitu dari nada a dibawah garis bantu hingga nada d diatas garis bantu. 101 1. Cengkok adalah sebuah ayunan nada yang menggunakan improvisasi atau berjalan begitu saja tanpa adanya yang mengatur yang tidak menggunakan teks nyanyian, jika dibandingkan dengan cara bernyanyi paduan suara. sangat berbeda sekali bisa dilihat dengan cara benyanyi yang mendapat pengaturan atau arahan saat bernyanyi, yang dilatih oleh pelatih paduan suara itu sendiri, dan juga sebelum bernyanyi mereka melakukan pernafasan yang berfungsi untuk dapat menahan nada-nada panjang dengan kata lain mereka menggunakan teknik bernyanyi yang pada dasarnya ini juga dilakukan oleh penyanyi-penyanyi lainnya. Hal ini juga berlaku untuk pengaplikasiannya terhadap alat musik. cengkok adalah sebuah ayunan nada yang menggunakan improvisasi atau berjalanan nada atau melodi dalam sebuah lagu dengan cara natural saja. Berikut contoh lagu keluhan jiwa dan bagaimana cara permainan Saksofon Burhanuddin Usman dalam melakukan teknik improvisasi cengkok. 2. Gerenek jika dibarat gerenek sama dengan tremolo yaitu menggunakan nada-nada yang berdensitas rapat dan ini juga menggunakan improvisasi dalam menyanyanyikan lagu-lagu Melayu. Dan ini biasanya terdapat di musik Melayu, 102 yang artinya yang menggunakan Gerenek pada umunya adalah musik Melayunya akan tetapi ada juga permainan dalam alat musik Saksofon dalam lagu-lagu Melayu yang Burhanuddin Usman sajikan. Berikut contoh lagu keluhan jiwa dan bagaimana cara permainan Saksofon Burhanuddin Usman dalam melakukan teknik improvisasi gerenek. 3. Patah lagu, improvisasi ini yang paling penting adalah tekanan seperti memberi aksen terhadap nada-nada dalam memainkan alat musik Saksofon pada lagu-lagu Melayu (Takari 2008). Berikut contoh lagu keluhan jiwa dan bagaimana cara permainan Saksofon Burhanuddin Usman dalam melakukan teknik improvisasi Patah Lagu. 103 Ciri-ciri lain Burhanuddin Usman dalam membentuk sebuah melodi dalam memainkan lagu-lagu Melayu antara lain: a. Burhanuddin Usman selalu membentuk sebuah Melodi lagu yang dimana melodi tersebut sudah baku seperti lagunya, atau Burhanuddin Usman merupakan pemain yang sangat jarang menggunakan teknik Improvisasi dalam membentuk sebuah melodi. Pendapat ini didasarkan Burhanuddin Usman berpendapat bahwa tidak semuah lagu Melayu cocok untuk di Improvisasi dan melodi-melodi lagu Melayu umumnya sudah mewakili setiap ciri melodi lagu Melayu. Contohnya gaya cengkok,gerenek, dan patah lagu. 104 b. Pola-pola Melodi yang disajikan Burhanuddin Usman selalu dipadukan dengan alat musik lain dan gaya melodinya seperti bersaut-sautan. c. Dalam membentuk sebuah melodi Burhanuddin Usman selalu bermain setelah vocal tidak dalam waktu bernyanyi. d. Burhanuddin Usman juga dalam membentuk melodi menggunakan ilmu harmoni yang berkembang dari musik barat. Contohnya harmoni murni perpecahan melodi bentuk 1,2,dan 3. e. Burhanuddin Usman memakai teknik-teknik dalam permainan alat musik Saksofon yang membuat bentuk melodi yang disajikan Burhanuddin Usman sangat indentik dengan Burhanuddin Usman. Contohnya: Teknik meniup Saksofon dengan: Glisindo adalah sebuah teknik nada meluncur atau skala nada rendah ke nada tinggi dengan tempo cepat. Growling teknik meniupkan Saksofon dengan karakter suara menggeram. Stakato teknik meniup Saksofon dengan karakter seakan akan nada penekanan atau berhenti-henti. Dan meniup Saksofon dengan intonasi vocal Tu, du, da, dan gah. Teknik penjarian Saksofon dangan Arpegio memungkinkan monophonic instrumen untuk memainkan akord dan harmoni dan membantu menciptakan irama bunga. Kromatis Dari satu nada ke nada lain terdapat jarak yang berbeda-beda. Terdapat jarak satu dan jarak setengah. Jarak satu terdapat antara nada C dengan D, D dengan E, F dengan G, dan A dengan B. Jarak setengah terdapat antara nada E dengan F, B dengan C. C------ D ----- E ----- F ----- G ----- A ----- B --- C 105 1 1 ½ 1 1 1 ½ Legato adalah istilah musik dari bahasa Italia yang berarti diikat. Dalam istilah musik, legato sendiri memiliki beberapa pengertian yang berbeda, satu berdasarkan musik aliran Italia dan satu lagi berdasarkan musik aliran Jerman. Pada aliran Italia, legato berarti menyanyikan gabungan beberapa not yang berurutan dalam satu waktu, sementara pada sekolah Jerman legato berarti menyanyikan dengan secepat mungkin dari satu nada ke nada berikutnya tanpa terputus dalam satu waktu. 4.4 Peranan Burhanuddin Usman dalam penyajian estetika Sebagai seorang seniman Burhanuddin Usman selalu mempunyai nilai Estetika dalam setiap penjian musiknya. Hal yang akan selalu dilakukan Burhanuddin Usman antara lain dengan selalu menggunakan kebudayaan Melayu itu sendiri seperti. 1. Selalu memakai busana ataupun pakaian adat Melayu. Baju adat Melayu ,Sarung Melayu atau Songket, Serta peci. 106 Gambar 4.4 Contoh baju adat Melayu. Dokumentasi Penulis. 2. Selalu menggunakan bahasa Melayu dalam setiap penampilannya atau bilamana diperlukan sebuah percakapan Burhanuddin Usman juga menggunakan pantun. Contoh pantun-pantun yang sering dilakukan dalam kegiatan aktipitas pertunjukannya. Pantun pembukaan perayaan Pernikahan Bukan kacang sebarang kacang, Kacang melilit si kayu jati, Bukan datang sebarang datang, Datang membawa hajat di hati.. 107 Ikan di laut asam di darat Masak gulai rencah serunding Hati terpaut janji diikat Atas pelamin duduk bersanding Pantun Nasehat Buat baik berpada pada Takut ada terhutang budi Walau senyum suatu pahala Jangan sampai di salah erti Melompat riang si anak kancil Kancil terjerat helah sendiri Sabar dan ikhlas membuah hasil Hasil di kutip di akhirat nanti Harum sekuntum mekar sejambak Taman raudhah berpagar iman Limpahan hidayah tercurah melambak Malang sedikit membekas berkesan Manusia bercakap beo meniru Cakap manusia berakal perasaan Bertasbih bertahmid biar beribu Belum tentu berkesampaian Si tukang kasut membuat perabut Si penggali kubur menjadi bidan Adzan berkumandang tiada bersahut Ruhul kudus menangis keseduan Menggali lubang menimbus lubang Hamba fakir beraksi kaya Hutang menimbun keliling pinggang Batu permata bercampur serpihan kaca Apa bergelora di lautan samudra Jika tidak arus dan gelombang Setiap niat gerak tutur kata Kehadirat sang adil di hitung timbang. 108 3. Selalu membawakan lagu-lagu Melayu pada setiap penampilannya. Contoh daptar lagu-lagu Melayu yang rutin dimainkan dalam setiap penampilannya. -Selayang Pandang -Mali Ahadin -fatwa pujangga -kuala deli -pak-ketipak ketipung -api cinta -keluhan Jiwa dan lain-lain 4.5 Peranan Burhanuddin Usman dalam Pola Tingkah Laku Sosial Sebagai seorang musisi yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat Melayu di Kota Medan Burhanuddin Usman selalu menjadi panutan buat musisi Melayu lainnya. Ini dilihat dari cara ia mengajarkan nasehat-nasehat dengan harus membiasakan diri untuk melakukan: 1. Selalu harus berpakaian yang tidak menunjukan aurat. Maksudnya setiap musisi dalam melakukan pertunjukan harus berpakaian yang sopan berdasarkan ajaran Islam. 2. Selalu harus melaksanakan ibadah Sholat dengan tepat waktu. Maksudnya setiap musisi dalam melakukan pertunjukan harus melakukan ibadah sholatnya. 3. Selalu harus melakukan makan bersama sekaligus sebagai sarana untuk mengevaluasi setiap pertunjukannya. 109 4. Jika Burhanuddin Usman juga mendapatkan permintaan untuk main yang dimana Burhanuddin Usman sebagai pemimpin, ia menamai grup musik nya dengan nama Sekeca Mendai yang dalam bahasa Indonesia berarti Ikatan Bagus. Anggota musik grup ini biasanya berasal dari grup-grup musik lainnya yang digabungkan oleh Burhanuddin Usman menjadi satu. Hal ini sering dilakukan oleh Burhanuddin Usman. Dalam pembagian honornya, Burhanuddin Usman biasanya memberi lebih besar dari pada biasa kepada musisi-musisi yang di panggilnya untuk bergabung. 5. Dan Burhanudddin Usman juga menghimbau teman-teman para musisi yang sering bersama dalam suatu pertunjukan untuk mau bersilaturahmi antar sesama keluarga besar pemusik baik dalam waktu sukacita maupun dukacita. Dalam status sosial musisi, Masyarakat Melayu berpandangan bahwa musisi merupakan pelaku seni dan juga media untuk berdakwa pada kegiatankegiatan yang bersifat kegiatan ritual. 110 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah diuraikan secara terperinci dari bab satu sampai empat, maka pada Bab V ini, penulis akan menyimpulkan dan memberikan saran terhadap penelitian ini. Adapun kesimpulan dibuat untuk menyimpulkan hasil dari pokok masalah utama seperti yang telah ditentukan di Bab I, yaitu bagaimana peranan Burhanuddin Usman sebagai pemusik Saksofon dalam budaya musik Melayu. Maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut. Pertama, bagaimana peranan Burhanuddin Usman sebagai pemusik Saksofon dalam budaya musik Melayu adalah sebagai seorang pemusik Melayu yang sangat turut andil dalam perkembangan musik Melayu. Ini bisa dilihat dari peranannya pada setiap periode musik yang dimulai pada awal 1950an hingga saat ini 2014, yang berlangsung dalam budaya musik Melayu seperti pertunjukan musik Padang Pasir, pertunjukan musik Orkes Gambus, pertunjukan musik Orkes Melayu/Dangdut, dan pertunjukan musik Melayu Populer/Keyboard Melayu. Dimana dari setiap periode pertunjukan musik diatas Burhanuddin Usman telah membuat beberapa pencapaian yang antara lain: 1. Dapat membuat sebuah rekaman lagu piringan hitam yang pada zaman periode itu hanya pemusik tertentu yang dapat membuatnya. 2. Dengan selalu mengikuti pertunjukan-pertunjukan musik diatas dari mulai acara dalam negeri maupun luar negeri (malasyia, Thailand, dan Singapore). 111 3. Membuat sebuah keunikan dalam setiap penampilannya yaitu dengan selalu mengikut sertakan budaya Melayu pada setiap penampilannya dalam memainkan Saksofon. Contoh dalam bentuk musikal: dengan menggunakan teknik improvisasi seperti Cengkok, gerenek, dan patah lagu. Contoh dalam konteks pertunjukan : selalu menggunakan pakaian tradisional Melayu, dan berkomunikasi dengan budaya bahasa Melayu. Kedua, Bagaimana Biografi pemusik yang dalam konteks ini, Biografi Burhanuddin Usman sebagai pemusik Saksofon dalam budaya musik Melayu. Adalah penting untuk dapat melihat sebuah pembelajaran dari kehidupan seseorang, yang mana dari kehidupan seseorang itu sudah mendapatkan pencapaian hidupnya. Dalam konteks ini penulis menuliskan sebuah riwayat dari Burhanuddin Usman. Burhanuddin Usman merupakan seorang pemusik yang sudah bisa dikatakan sebagai legenda hidup pada pemusik Saksofon Melayu. Dengan demikian, setelah penulis menggungkapkan fakta-fakta yang terkandung dalam riwayat Burhanuddin Usman yang telah di tuliskan dalam BAB II. 112 5.2 Saran Melayu merupakan salah satu Etnis di Sumatera Utara yang dalam kehidupannya banyak menghasilkan pemusik-pemusik yang sangat penting dalam menjaga kesinambungan adat kebudayaan dan kesenian Melayu. Dalam tulisan ini, penulis mendokumentasikan Burhanuddin Usman sebagai salah satu pemusik Melayu yang dianggap sangat penting bagi masyarakat dalam mengembangkan pertunjukan musik Melayu. Besar harapan penulis kepada pembaca, masyarakat Melayu pada umumnya, dan pemerintah pada khususnya, hendaknya lebih memperhatikan keberadaan dan kelayakan dari para pemusik-pemusik tradisi, serta memberikan penghargaan yang layak pula terhadap kemampuan dan kreatifitas para pemusik tersebut, serta berusaha mensejahterakan kehidupan mereka sebagai pekerja seni di samping kedudukan mereka sebagai penyangga kebudayaan. Kepada para pemusik juga diharapakan agar selalu berkreatifitas dan berkarya, serta mampu memanajemen dirinya sebagai artis atau pemusik tradisi Melayu sehingga pemusik tersebut memiliki nilai jual dari kreatifitas, karya yang dihasilkan serta kemampuan yang dimilikinya. Diharapkan dari keseluruhan tulisan ini dapat menjadi informasi bagi orang lain yang ingin meneliti lebih jauh tentang biografi kepemusikan Burhanuddin Usman, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau acuan bagi yang memerlukannya. 113 DAFTAR PUSTAKA Burgin, Burhan. 2007. Penelitihan kualitatif. Jakarta : Prenada Media Group. Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. Depdikbud.1996 edisi ke-2. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. Depadikbud, 1997‖Antologi Biografi Pengarang Sastra” Indonesia 19201950Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. Fadlin, 1988. Studi Deskriptif Konstruksi dan Dasar-dasar Pola Ritem Gendang Melayu Sumatera Timur. Medan: Jurusan Etnomusikologi. Goldsworthy, David J 1979 Melayu Music of North Sumatra: Continuities and Changes. Sydney: Disertasi Doktoral Monash University. Hornby, A. S. 2000. Oxford Advanced Learner‟s Dictionary of Current English sixth edition. New York: Oxford University Press. Lukman Sinar, ―Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu‖ Medan 1990. Lukman sinar Basyarsyah II 2001Kebudayaan Melayu Sumatera Timur,Medan : USU Press Malm, William P1977‖Music Culture Of Pacific Music The Near East and Asia, New Jersey : Prentice Hall, Inc. England Wood CliffsTerjemahan Rizaldi Siagian Malau, Sudarsono 2013 ― Teknik Permainan Saxophone Dalam Ensambel Musik Tiup Untuk Mengiringi Adat Upacara Kematian Batak Toba Di Kota Medan‖. Skripsi Sarjana Departemen Etnomusikologi. M. Hood: The ethnomusicologist ( New York, 1971). Merriem, Alan P 1964 ―The Antropology Of Music” Chicago, North Western University Press Manurung, Eva Yanthi. 2010. Samelan. Medan: USU. Sitorus, M. 2003. Berkenalan dengan Sosiologi jilid 2. Jakarta: Erlangga. xv Nettl, Bruno, 1963. Theory and Method In Ethnomusicology, New York : The Free Press Narrol, R 1965. "Ethnic Unit Classification," Current Anthropology, volume 5, No. 4. Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Purba , Mauly dan Pasaribu, Ben dalam buku ― musik populer‖ pada buku pelajaran kesenian nusantara, Universitas HKBP Nomensen. Tahun 2006. Ridwan, T. Amin 2005 Budaya Melayu Menghadapi Globalisasi, Medan : USU Press Supanggah, Rahayu. 1995. Etnomusikologi. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, Indonesia. Takari, Muhammad 2005 “ studi Banding Antara Nada Pentatonik dan Diatonik‖, dalam Jurnal Etnomusikologi, Medan, USU Press. Takari, Muhammad dan Dewi, Heristina dalam buku ―Budaya Musik dan Tari Melayu Sumatera Utara‖ Tahun 2008. Zulaika, Siti 2008 ‖Ahmad Setia Pemusik Melayu Sumatera Utara : Biografi dan Gaya Melodis Permainan Akordion”,Skripsi Sarjana Departemen Etnomusikologi Sumber Penelusuran www.google.com www.wikipedia.com www.usu.ac.id http://religion melayu.wikia.com/wiki/kesenian xvi DAFTAR INFORMAN INFORMAN KUNCI Nama : Burhanuddin Usman T/TL : Kampung Besar/ Kec. Medan Labuhan (70 tahun) Alamat : Jln Kampung Besar no 8 Pekerjaan : Pemusik Saxophone INFORMAN PANGKAL Nama : Datuk Ahmad Fauzi T/TL : Medan, 01 Januari 1960 Alamat : Jln. Gaharu / Medan Timur Pekerjaan : Dosen Departemen Etnomusikologi / Pelaku seni INFORMAN PANGKAL Nama : Drs. Tahan Perjuangan Manurung. T/TL : Medan, 27 Desember 1965 Alamat : Jln. Perkutut No 98 Pekerjaan : Dosen Departemen Etnomusikologi / Pelaku seni INFORMAN PANGKAL Nama : Azmi T/TL : Medan, 7 April 1979 Alamat : Jln. Kapten Rahmad Budin / Terjun Pekerjaan : Pelaku seni INFORMAN PANGKAL Nama : Ainah T/TL : Medan, 27 juni 1983 Alamat : Jln Kampung Besar No 8 Pekerjaan : Ibu rumah tangga. xvii