peranan burhanuddin usman sebagai pemusik saksofon dalam

advertisement
PERANAN BURHANUDDIN USMAN SEBAGAI PEMUSIK SAKSOFON
DALAM KEBUDAYAAN MUSIK MELAYU
SKRIPSI SARJANA
O
L
E
H
NAMA: LIDO P.M. HUTAGALUNG
NIM: 100707003
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
2014
PERANAN BURHANUDDIN USMAN SEBAGAI PEMUSIK SAKSOFON
DALAM KEBUDAYAAN MUSIK MELAYU
OLEH:
NAMA: LIDO P.M. HUTAGALUNG
NIM: 100707003
Dosen Pembimbing I,
Dosen Pembimbing II,
Drs. Fadlin, M.A Drs.
Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D.
NIP 196102201989031003
NIP 196512211991031001
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan,
untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni
dalam bidang disiplin Etnomuskologi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
2014
ii
PENGESAHAN
DITERIMA OLEH:
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah
satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan
Pada Tanggal
:
Hari
:
Fakultas Ilmu Budaya USU,
Dekan,
Dr. Syahron Lubis, M.A.
NIP
Panitia Ujian:
Tanda Tangan
1. Drs, Muhammad Takari, M.A., Ph.D.
2. Dra. Heristina Dewi, M.Pd.
3. Drs. Fadlin, M.A
4.
5.
iii
DISETUJUI OLEH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
KETUA,
Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D.
NIP 196512211991031001
iv
ABSTRAKSI
Skripsi ini berisi tentang peranan Burhanuddin Usman sebagai pemain musik
Saksofon. Peranannya ditinjau/difokuskan dalam kebudayaan musik Melayu
eksistensinya sebagai pemusik dan kedudukan musiknya berlangsung selama 50 an
tahun untuk menunjukan peranannya biografinya juga dituliskan.
Penelitian ini menggunakan 2 teori yaknik, teori Biografi dan teori Peran dan
perilaku pemusik yang ditawarkan oleh Merriam (1964). Untuk melaksanakan
penelitian, penulis telah melakukan beberapa proses kerja, yaitu: studi dkepustakaan,
observasi, wawancara, perekaman atau dokumentasi kegiatan, transkripsi, dan analisis
laboratorium. Penelitian ini berpusat pada pendapat para informan dalam konteks studi
emik. Namun, penulis tetap melakukan penafsiran-penafsiran sesuai dengan kaidah
ilmiah dalam konteks studi etik.
Melalui metode dan teknik tersebut di atas diperoleh 2 hasil penelitian. (1)
Peranan Burhanuddin Usman yakni sebagai pemusik Melayu yang terjun dalam
perkembangannya musik Melayu selama periode 1950-2014, menampilkan
kebudayaan musikal (rekaman lagu piringan hitam). (2) Biografi Burhanuddin Usman
yakni seorang pemusik yang dikatakan sebagai legenda hidup pada pemusik Saksofon
Melayu.
v
ABSTRACT
This thesis contains Burhanuddin Usman‘s Role as Saxophonist. His role is
focused on Malay music culture. In Malay music culture, hs existence continues during
50 years. His biography is writen to show is role.
The research of used two theories : Biographic and musician sosial behavior that
is shared by Merriam. It used qualitative method. For accomplishing it. Some work
prousess have been exeelted there are literature study, observation, interview, recording,
documentation activities, transcription, and laboratory analysis. This research is
ancentrated to the informants opinicur in emic study antext. Never the less, I also
support it by interpreting based on scientific principle in etic study antext.
According to the Methods and technigs above, 2 research result are able to
havest. (1) Burhanuddin Usman‘s role is or Saxophonist in Malay music development
during 1950-2014, having Malay music culture in his performance, and recording with
gramaphone-record. (2) Burhanuddin Usman‘s biography is a Saxophonist that is
known as life legend to Malay Saxophonist.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat, dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus,
karena kasihNya yang begitu besar telah melimpahi kehidupan penulis. Setip detik
dalam perjalanan hidup penulis disertai dan diberi sukacita penuh. Secara khusus
dalam penyusunan skripsi ini, kekuatan dan penghiburan diberikanNya jauh melebihi
permohonan penulis.
Skripsi ini berjudul ―Peranan Burhanuddin Usman Sebagai Pemusik Saksofon
dalam kebudayaan Musik Melayu.‖ Skripsi ini diajukan dalam melengkapi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni pada Departemen Etnomusikologi Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari banyak kekurangan dan tantangan yang terdapat dalam
penyusunan skripsi ini. Hal-hal tersebut berasal dari dalam dan luar diri penulis.
Kejenuhan dan kelelahan senantiasa mendekat ke dalam diri penulis. Namun, energi
baru selalu hadir melalui orang-orang di sekitar penulis.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan mempersembahkan
skripsi ini kepada kedua orang tua yang sangat saya sayangi, ayahanda Uba Hutagalung
dan ibunda Maria Br. Panjaitan. Terima kasih untuk segala cinta kasih dan perhatian
yang telah diberikan kepada penulis. Kesabaran, kebijaksanaan, dan kerendahan hati
telah diajarkan kepada penulis sejak kecil. Sehingga, saat ini merupakan buah karya dan
karsa yang telah dilakukan untuk penulis. Terlebih-lebih dalam penyusunan skripsi ini,
suka dan duka terlampaui atas doa-doa yang telah dipanjatkan setiap hari. Motivasi dan
dorongan selalu hadir saat penulis melakukan kelalaian dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kakak terkasih Lia Sarinita Hutagalung
dan lae Rimbun Sidauruk, kakak terkasih Lita Rusmiati Hutagalung S.E, abg terkasih
vii
Liko Hasiolan Hutagalung SP.t, adik terkasih Liad Parulian Hutagalung dan Liza
Hutagalung, dan abg dan kakak dari Pak Tua (T. Hutagalung) Johanes Hutagalung dan
Maria Hutagalung. Dan keponakan terkasih Rebeka Sidauruk. Terimakasih untuk doa,
bantuan, dukungan, waktu dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat Bapak Dr.
Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Medan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada seluruh jajaran di Dekanat Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat
Bapak Drs. M. Takari, M.Hum., Ph.D. sebagai Ketua Departemen Etnomusikologi
dan Dosen Pembimbing II penulis yang telah membimbing dan memotivasi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk ilmu pengetahuan, pengalaman,
kebaikan dan nasehat-nasehat yang telah Bapak berikan kepada saya selama berada di
perkuliahan. Kiranya Tuhan selalu
menyertai dan melimpahkan sukacita kepada
Bapak. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhomat Bapak Drs.
Fadlin, M.A sebagai Dosen Pembimbing I Penulis yang telah banyak membimbing
dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapakan
terima kasih kepada yang terhormat Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd. sebagai Sekretaris
Departemen Etnomusikologi. Terimakasih untuk perhatian, ilmu, dan kebaikan yang
ibu berikan. Kiranya Tuhan senantiasa melindungi dan melimpahkan berkat untuk Ibu.
Begitu pula untuk Ibu Adry Wiyanni Ridwan, S.S, sebagai pegawai
administrasi di Departemen Etnomusikologi FIB USU yang telah berkenan untuk
membantu kelancaran administrasi kuliah dan mengingatkan semua urusan
administratif penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih untuk kebaikan
yang telah diberikan.
viii
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat seluruh staf
pengajar Departemen Etnomusikologi USU yang telah banyak memberikan pemikiran
dan wawasan baru kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Kepada seluruh
dosen di Etnomusikologi, Bapak Prof. Mauly Purba, M.A.,Ph.D, Bapak Drs.
Irwansyah Harahap, M.A., Ibu Drs. Rithaony Hutajulu, M.A., Bapak Drs. Fadlin,
M.A., Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si., Ibu Arifni Netrosa, SST,M.A., Ibu Dra.
Frida Deliana, M.Si., Bapak Drs. Perikuten Tarigan, M.Si., Bapak Drs. Dermawan
Purba, M.Si., dan Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. Penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu yang telah membagikan ilmu dan
pengalaman hidup Bapak/Ibu sekalian. Seluruh ilmu dan pengalaman hidup Bapak/Ibu
sekalian menjadi pelajaran berharga untuk penulis.
Kepada semua informan yang telah memberikan dukungan dan bantuan untuk
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini: Atok Burhanuddin Usman, Bapak Drs. Tahan
Perjuang Manurung, Datuk Ahmad Fauzi, Alim Udin Nasutian (Ona Sutra), dan seluruh
Putera-puteri atok Burhanuddin Usman dan informan-informan lain yang tidak dapat
disebutkan satu per satu. Kesempatan dan pengalaman yang sungguh berharga telah
penulis dapatkan atas kebaikan Bapak/Ibu sekalian. Penulis dapat mengenal Suku
Melayu lebih dekat atas pertolongan Bapak-Ibu sekalian.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga besar Op.
Emi Hutagalung. Doa dan harapan yang telah disampaikan kepada penulis menjadi
penyemangat dan daya yang besar untuk penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh saudara/saudari
terkasih Naposo Bulung dan Rameja Belawan II dan Inang Bibelvrow D. Sitomorang
atas doa harapan dan Motivasi-motivasi yang telah disampaikan kepada penulis
menjadi penyemangat dan daya yang besar untuk penulis.
ix
Penulis juga mengucapkan terima kasih buat teman-teman seperjuangan UKM
PSM USU, terlebih kepada seluruh tim Pesparawi Nasional Ke XII di Ambon. Atas
perjuangan yang tidak mengenal lelah kita bisa bersama-sama membuat sebuah
prestasi yang membanggakan. Penulis sangat bersyukur pernah bekerja sama dengan
teman-teman dan semoga kiranya kita dapat selalu KALWEDO BASUDARA ―e.
Kepada saudara-saudari saya Etno 2010: Luhut Simarmata, Anna Purba S.sn,
Chandra Marbun, Andi Sarumaha, Friska Simamora, Frita Pakpahan S.sn, Miduk
Nadeak, Pretty Manurung, Yusuf Siregar, Rican Sianturi, Fernandes Simangunsong,
Josua Siagian, Roman Hutagalung, Kezia Purba, Agus Tampubolon, Ruth Marbun,
Shelly Pelawi, Ayu Matondang, Riska Prisila, Erni Banjarnahor, Meilinda Tarigan,
Maharani Tarigan, Jenny Simangunsong, Benny Purba, A.M Surung, Roni Sinaga,
Feri Sihombing, Indra Sihotang, Rendi Nasution, dan Hendra Gurning terimakasih
untuk masa-masa yang telah kita ciptakan di Etnomusikologi. Penulis sangat
bersyukur dapat memiliki teman-teman yang luar biasa seperti kalian. Penulis berdoa
semoga kita dapat berhasil dan berjumpa di lingkungan yang baru.
Kepada senior dan junior di Etnomusikologi stambuk 2004-2014, penulis
mengucapkan terimakasih untuk hari-hari yang penuh tawa dan canda selama berada
di Etnomusikologi. Penulis sangat kagum atas keharmonisan pluralisme yang tercipta.
Medan,
Oktober 2014
Lido P.M. Hutagalung
x
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ...........................................................................................................
ABSTRACT ...........................................................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................................
DAFTAR TABEL ...................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................
i
ii
iii
v
x
xii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah .....................................................................................
1.2 Pokok Permasalahan ...........................................................................................
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................................................
1.3.1 Tujuan Penelitian ......................................................................................
1.3.2 Manfaat Penelitian ....................................................................................
1.4 Konsep dan Teori ...............................................................................................
1.4.1 Konsep ........................................................................................................
1.4.2 Teori ..........................................................................................................
1.5 Metode Penelitian ...............................................................................................
1.5.1 Pemilihan Informan Kunci ........................................................................
1.5.2 Kerja Lapangan .........................................................................................
1.5.2.1 Metode Observasi ..........................................................................
1.5.2.2 Wawancara ....................................................................................
1.5.2.3 Metode Merekam ..........................................................................
1.5.3 Kerja Laboratorium ...................................................................................
1
1
10
11
11
12
12
12
14
21
22
23
24
24
25
25
BAB II BIOGRAFI ...............................................................................................
2.1 Latar Belakang Lingkungan Sosial Budaya Burhanuddin Usman .....................
2.1.1 Riwayat Keluarga Burhanuddin Usman ....................................................
2.1.2 Riwayat Pendidikan Burhanuddin Usman ................................................
2.1.3 Riwayat Pekerjaan Burhanuddin Usman ...................................................
2.1.4 Riwayat Kepemusikan Burhanuddin Usman ............................................
27
27
32
36
38
40
BAB III PERANAN SAKSOFON DALAM BUDAYA MUSIK MELAYU ....
3.1 Musik Melayu .....................................................................................................
3.1.1 Musik Melayu Tradisi Warisan Istana .....................................................
3.1.2 Musik Melayu Tradisi Rakyat ..................................................................
3.2 Musik Melayu di Kota Medan ............................................................................
3.2.1 Sejarah Masuknya Saksofon Dalam Budaya Musik Melayu
di Kota Medan ..........................................................................................
3.2.2 Jenis-jenis Musik Melayu di Kota Medan ................................................
3.2.3 Musik Melayu Padang Pasir .....................................................................
3.2.4 Musik Melayu Orkes Gambus ..................................................................
3.2.5 Musik Melayu Orkes Melayu/Dangdut ....................................................
3.2.6 Musik Melayu Populer/Keyboard Melayu ...............................................
3.3 Fungsi dan Guna Saksofon pada Budaya musik Melayu ...................................
3.3.1 Fungsi Saksofon Pada Budaya Musik Melayu .........................................
3.3.2 Guna Saksofon Pada Budaya Musik Melayu ...........................................
49
49
50
51
53
xi
55
56
56
57
58
59
62
62
65
3.4 Deskripsi Alat Musik Saksofon ..........................................................................
3.5 Jenis Saksofon Tenor yang dipakai Burhanuddin Usman ..................................
66
68
BAB IV PERANAN BURHANUDDIN USMAN SEBAGAI PEMUSIK 72
SAKSOFON DALAM BUDAYA MUSIK MELAYU ....................
4.1 Peranan Burhanuddin Usman pada Perkembangan Musik Melayu ...................
72
4.2 Peranan Burhanuddin Usman sebagai Pemusik .................................................
81
4.3 Peranan Burhanuddin Usman dalam Melakukan Estetika Musik Melayu:
Cengkok, Gerenek, dan Patah lagu dalam Saksofon ..........................................
85
4.4 Peranan Burhanuddin Usman dalam Penyajian Estetika ................................... 106
4.5 Peranan Burhanuddin Usman dalam pola tingkah laku sosial terhadap musisi 109
lain .....................................................................................................................
BAB V Kesimpulan dan Saran ..............................................................................
5.1 Kesimpulan .........................................................................................................
5.2 Saran ...................................................................................................................
111
111
113
Daftar Pustaka ........................................................................................................
Daftar Informan .....................................................................................................
xv
xvii
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.1 Keterangan nama-nama anak dari keluarga Usman Bin Haji
Muhammad dan Halimaktus Sadiah ...................................................
Tabel 2.1.1.1Keterangan nama-nama anak dari keluarga Burhanuddin Usman
dan Siti Salma .....................................................................................
Tabel 2.1.4 Keterangan nama-nama pemain grup Nur El Soraya .........................
Tabel 3.3.1 Keterangan fungsi musik menurut Alan P. Meriam (1964) ...............
Tabel 3.4
Keterangan deskripsi jenis alat musik saksofon .................................
Tabel 4.1
Berikut nama-nama pemain grup Al Wathan .....................................
Tabel 4.1
Nama-nama personil grup Dahlia ......................................................
Tabel 4.1
Keterangan nama-nama pemain grup El Soraya ................................
xiii
32
34
44
63
67
75
77
79
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.4 Burhanuddin Usman dengan grup El Suwaya ...................................
Gambar 2.1.4 Keterangan isi berita dalam sebuah harian surat kabar
SRM Medan ....................................................................................
Gambar 2.1.4 Berikut gambar hasil dokumentasi pada grup santen balade .............
Gambar 3.2.2.4 Berikut contoh gambar foto musik keyboard Melayu ....................
Gambar 3.4.1 Keterangan Saksofon Tenor Burhanuddin Usman ............................
Gambar 3.4.2 Saksofon Tenor ..................................................................................
Gambar 3.4.2 Keterangan Microphone Burhanuddin Usman ..................................
Gambar 4.1Berikut ini gambar dari Burhanuddin Usman dan Alim Udin
Nasution (ona Sutra) ...........................................................................
Gambar 4.2 Berikut contoh foto Burhanuddin Usman sebagai pemusik
Saksofon Melayu .................................................................................
Gambar 4.2 Burhanuddin Usman sebagai pemusik Saksofon Melayu ...................
Gambar 4.4. Contoh baju adat Melayu .....................................................................
xiv
43
46
47
62
70
70
71
78
83
84
107
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut Ismail Hussein (1994) kata Melayu merupakan istilah yang
meluas dan agak kabur. Istilah ini maknanya mencakup suku bangsa serumpun di
Nusantara yang pada zaman dahulu dikenal oleh orang-orang Eropa sebagai
bahasa dan suku bangsa dalam konteks perdagangan dan perniagaan. Masyarakat
Melayu adalah orang-orang yang terkenal dan mahir dalam ilmu pelayaran dan
turut terlibat dalam aktivitas perdagangan dan pertukaran barang dagang dan
kesenian dari berbagai wilayah dunia. Demikian pula kesenian Melayu, mengikuti
perkembangan budaya yang seperti itu.
Kesenian tidak pernah berdiri sendiri dan lepas dari kondisi sosiobudaya
masyarakat pendukungnya. Sebagai salah satu unsur kebudayaan yang penting,
kesenian merupakan ungkapan kreativitas dari
kebudayaan itu sendiri
(Sitanggang, 2007:1). Kebudayaan dan musik tradisional Melayu mencakup
wilayah-wilayah: Tamiang, pantai timur Sumatera Utara, Riau, Jambi, Lampung,
Sumatera selatan, Bangka dan Belitung, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya.
Musik ini biasanya dimainkan oleh orang-orang dari suku bangsa Melayu yang
tidak jarang pula diiringi dengan tarian khas Melayu setempat. Misalnya tari
persembahan dalam perhelatan pesta adat penyambutan tetamu kehormatan dan
dalam kegiatan keagamaan (www.wikipedia.co.id).
1
Masyarakat yang menyangga kebudayaan dan kesenian, menciptakan,
memberi peluang untuk bergerak, memelihara, menularkan, mengembangkannya
untuk kemudian menciptakan kebudayaan baru (Kayam, 1981:38-39). Manusiamanusia dalam suatu kebudayaan, bekerja dalam bidang-bidang seperti ekonomi,
bahasa, agama, teknologi, sosial, pendidikan, dan kesenian.
Dalam bidang kesenian musik , manusia-manusia di dalamnya terdiri dari
para manejer, seniman, pencipta atau pengkreasi seni seperti komposer, arranger,
dan lain-lainnya. Adapun tokoh musik yang cukup terkenal secara nasional atau
internasional, yang berasal dari Sumatera Utara antara lain: Guru Sauti, Tilhang
Gultom, Jaga Depari, Lily Suheiri, Nahum Situmorang, dan lain-lainnya. Mereka
menyumbangkan karya dan pikirannya untuk bidang kesenian dan menjadi
bahagian dari pembangunan dan enkulturasi budaya masyarakatnya.
Dengan
demikian, sejarah hidup tokoh-tokoh kesenian ini perlu ditulis untuk menjadi
bahan perenungan, transmisi nilai-nilai, dan bahan-bahan dasar untuk mencipta
bagi generasi-generasi selanjutnya (Sitanggang, 2007:3).
Dalam sebuah proses
pembelajaran adalah penting mengambil nilai
pembelajaran dari pengalaman hidup seseorang baik yang positif maupun negatif.
Melalui pembelajaran yang dipetik dari seseorang ini, semua oranag dapat
meneladani aspek-aspek yang membuat tokoh yang diteladaninya itu sukses.
Tokoh itu bisa saja birokrat, teknokrat, pejuang, pengelola bisnis, ekonom, tokoh
agama, budayawan, seniman, guru, petani, nelayan, bahkan sampai seorang
pemulung sampah, penyapu jalanan kota, pengelola topeng monyet, dan lainlainnya.
2
Demikian pula dari seorang pemusik, kita bisa dapat belajar banyak
mengenai ia merespon alam dan memungsikan bakat yang diberikan Tuhan
kepadanya. Mengenai musik ini, di dalam etnomusikologi juga menjadi sebuah
kajian dan wacana yang tidak ada habis-habisnya selagi musik dan pemusiknya itu
masih ada dan fungsional di tengah-tengah masyarakat pendukungnya. Bahkan
seorang pemusik ternama yang telah meninggal dunia pun akan tetap
meninggalkan karya-karyanya, kepada manusia yang masih hidup. Segala
aktivitas bermusik, karya komposisi musik, rekaman permainan musik itu menjadi
bahan pembelajaran bagi semua orang, terutama yang perduli kepada budaya
musik dan apa yang telah dilakukan untuk kelompok masyarakat pendukungnya.
Oleh karena itu diperlukan dokumentasi, baik berupa rekaman, kajian terhadap
karya, pengembangan karya, sampai juga penulisan biografinya, dan lain-lain.
Adakalanya pemusik yang kreatif itu menggunakan dan mengembangkan
musik tradisinya, seperti gondang sabangunan Batak Toba, gendang lima
sendalanen Karo, gordang sambilan Mandailing, musik inai Melayu, dan lainnya.
Tetapi tidak jarang pula, para pemusik itu mengadopsi genre-genre musik dunia,
seperti jazz misalnya, kemudian diolah menurut citarasa estetika dirinya, yang
tentu saja dilatarbelakangi oleh pengalaman bermusik dan budaya di mana ia
hidup. Ada pula yang mengadopsi alat-alat musik yang berasal dari luar
kebudayaannya kemudian disesuaikan dengan kebudayaan setempat. Misalnya
diubah bentuk, ukuran, sistem tangga nada, warna bunyi, sesuai dengan
kepentingan estetikanya. Misalnya dalam budaya musik Melayu, alat musik
gambus, diolah dari alat musik „ud dengan bentuk yang lebih kecil, dan jumlah
senar yang lebih sedikit, serta disesuaikan untuk membawakan melodi-melodi
3
gaya Melayu. Gambus Melayu ini disebut pula dengan gambus belalang, karena
merupakan mimesis dari bentuk belalang, menurut persepsi pemusik tradisi
Melayu.
Tidak jarang pula, para pemusik mengadopsi alat-alat musik dari luar, dan
kemudian menggunakannya untuk berbagai genre musik tradisinya. Ini fenomena
yang lazim dalam konteks budaya global. Misalnya biola di Eropa awalnya
diadopsi dari rebec yang ada di Turki. Alat musik rebec pun secara hostoris
berasal dari rabab yang ada di Timur Tengah. Kemudian orang-orang Melayu
menggunakannya dalam ensambel dondang sayang di Melaka, serta joget dan
ronggeng. Rebab sendiri digunakan dalam ensambel musik makyong. Jadi baik
biola maupun rebab terdapat di dalam kebudayaan musik Melayu. Selanjutnya
alat-alat musik yang diadopsi dari luar kebudayaannya itu, lama-lama karena
diterima masyarakat menjadi alat musik tradisi kelompok mereka. Yang menarik
adalah proses kreativitas melodi atau ritmenya yang tidak lagi sama, bahkan bisa
saja berbeda dengan tempat awal di mana alat musik itu berada. Misalnya alat
musik KN 2000 yang diproduksi di Jepang, materi musik yang dihasilkan adalah
dirancang untuk mengekspresikan musik dalam kebudayaan Barat secara umum.
Namun di tangan para pemprogram dan pemusik Karo misalnya, alat ini menjadi
sarana bunyi sebagaimana yang terjadi dalam gendang lima sendalanen.
Demikian pula dengan alat musik saksofon yang diambil oleh para seniman musik
di Sumatera Utara, seperti pada ensambel musik tiup dalam kebudayaan Batak
Toba, musik gereja di Gereja Kristen Protestan Simalungun, juga ensambel musik
Melayu untuk mengiringi genre-genre musik Melayu seperti ronggeng, zapin, pak
pung, irama padang pasir, dan lain-lainnya.
4
Ini pula yang terjadi di kalangan pemusik saksofon untuk pertunjukan
musik-musik Melayu, termasuk yang ternama adalah Burhanuddin Usman.
Karakter khususnya adalah pada garapan melodinya yang khas, yang mengacu
kepada konsep dan struktur musik Melayu, di mana ia hidup sebagai warga
Melayu Sumatera Utara. Berdasarkan kreativitasnya dalam memainkan saksofon
dalam gaya musik Melayu, maka itu menjadi identitas dirinya dan sekaligus
perannya dalam bidang seni musik di Sumatera Utara.
Selain perannya di bidang estetika dalam komposisi musik Melayu, maka
peran beliau lainnya adalah peran sosial. Ia terlibat secara aktif sebagai pemusik,
pengelola pertunjukan musik dan tari Melayu, dan yang tak kalah penting adalah
perannya dalam membina pemusik Melayu di kalangan generasi muda. Begitu
juga dengan berbagai perannya dalam pendidikan pertunjukan musik.
Burhannudin Usman (usianya pada tahun 2014 ini 70 tahun). Burhannudin
Usman merupakan seorang pemusik yang sudah paham dengan perkembangan
musik Melayu. Berangkat memahami dunia musik Melayu pada usia 12 tahun
Burhanuddian Usman hingga pada saat ini masih turut andil dalam
mengembangkan musik Melayu. Burhanuddin Usman adalah salah seorang
seniman Melayu yang handal dalam memainkan alat musik saksofon, yang
awalnya ia mulai dari bermain alat musik seruling (klasifikasi side blown flute).
Kemudian selaras dengan perkembangan zaman, ia bermain alat musik clarinet,
dan alat musik saksofon.
Menurut penjelasan beliau (wawancara Januari 2014) pertama kali
berkesenian secara kelompok, Burhanuddin Usman bergabung dengan Grup
Padang Pasir Gambus Melayu Tiga Serangkai pimpinan Bapak Samsudin Musa
5
pada tahun 1955. Pada masa itu, Burhanudin Usman dalam kelompok seni ini,
bermain alat musik seruling. Lokasi latihan atau markas tempat grup ini, berada di
Kampung Besar, Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan.
Setelah ikut bergabung dengan grup ini selama beberapa bulan,
Burhanuddin Usman sudah mulai diikutkan main atau tampil bila ada hajatan
(pesta) di sekitar lokasi tempat grup ini. Kemudian penampilan perdana
Burhanuddin Usman di luar Kecamatan Medan Labuhan pada tahun 1958 pada
acara peresmian Al-Wathan di Gedung Nasional.
Seiring perjalanannya sebagai pemain seruling, Burhanuddin Usman juga
menyempatkan diri untuk belajar alat musik tiup lainnya, yaitu clarinet dan
saksofon. Burhanudin Usman belajar clarinet dan saksofon dengan Azrain
Sulaiman ,seorang pemain saksofon Uril (Urusan Moril) Kodam (Komando
Daerah Angkatan Militer) I Bukit Barisan. Setelah cukup menguasai permainan
alat musik saksofon ini, Burhannudin Usman sudah mulai memadukan saksofon
pada setiap pertunjukan Orkes Melayu. Pertunjukan Orkes Melayu alat-alatnya
terdiri dari gendang ronggeng, akordion (harmonium), biola, dan seruling.
Pada tahun 1959 Burhanuddin Usman diajak untuk bermain musik dalam
bentuk Orkes Melayu di Labuhan Batu. Kota-kota tempat mereka bermain adalah
Kotapinang
(kini
ibukota
Kabupaten
Labuhan
Batu
Selatan/Labusel);
Rantauprapat (ibukota Kabupaten Labuhan Batu induk), dan Aek kanopan (kini
ibukota Kabupaten Labuhan Batu Utara/Labura). Pertunjukan musik itu
merupakan pengalaman pertamanya tampil di luar kota Medan selama 3 bulan di
sini Burhanuddin Usman selalu memadukan seruling dan saksofon pada setiap
penampilannya.
6
Pada tahun 1960, Burhanuddin Usman kembali ke Medan. Saat itu, untuk
mengelola karirnya sebagai pemusik, ia bergabung dengan grup musik aliran
padang pasir, yaitu Al-Wathan Tanah Air. Grup ini menurut keterangan beliau,
adalah kepunyaan dari harian Waspada yang bertempat di Gedung Nasional
Medan. Namun, Burhanuddin Usman juga dalam organisasinya tidak hanya pada
grup ini saja, melainkan Burhanuddin Usman juga ikut bergabung pada grup
musik-musik lainnya, antara lain adalah:
1. Melayu Ria Grup, yang pemimpinnya Kepala PP dan K (Pendidikan,
Pengajaran dan Kebudayaan) Provinsi Sumatera Utara.
2. Sukma Murni Grup, yang dipimpin oleh Muhammad Ilyas, dan salah satu
penyanyinya yang terkenal dalam kebudayaan musik Melayu adalah Nur
Ainun.
3. Budi Pekerti Grup, pemimpinnya Pak Saleh.
4. Rangken Deli Grup,
pemimpinnya Rusdi pencipta lagu Kenanganku.
Masih banyak lagi grup yang pernah kerjasama dengan Burhanuddin
Usman.
Pada tahun 1966 permainan pertamanya yang secara utuh dengan saksofon
ia lakukan dengan grup Melayu Ria pada acara halal bi halal di kantor PP dan K
Medan, dan lagu yang pertama yang ia bawakan adalah berjudul Mali Ila Ahadin.
Setelah penampilan itu, sekitar dekade tahun 1990-an
Burhanuddin Usman
bermain saksofon pada acara penyambutan Lansia (Lanjut Usia) Sumatera Utara
di rumah dinas Gubernur Sumatera Utara saat itu, Tengku Rizal Nurdin. Menurut
pengakuan beliau, penampilan itu merupakan penampilan yang berkesan,
Burhanuddin Usman bisa tampil di depan orang nomor satu di Sumatera Utara
7
pada waktu itu. Setelah diawali dari tahun 1966 hingga sekarang, Burhanuddin
Usman sekarang sudah banyak bermain dibanyak tempat dan sekarang namanya
juga sudah menjadi perhatian orang banyak khususnya bagi pemusik-pemusik
Melayu.
Melalui latar belakang kehidupan Burhanuddin Usman sebagai pemusik
saksofon untuk lagu-lagu Melayu seperti terurai di atas, maka sangatlah relevan
untuk dikaji perannya, baik itu peran estetika (garapan melodi menurut budaya
musik Melayu), peran kebudayaan (berupa akulturasi kreatif), dan peran sosial
(peran membina hubungan baik dengan para pemusik, seniman, dan semua orang)
melalui pendekatan etnomusikologi. Ilmu ini adalah bidang yang penulis pelajari
selama empat tahun terakhir ini, dengan ilmu-ilmu yang penulis peroleh dari para
dosen, baik itu dosen teori atau juga praktik di Departemen Etnomusikologi,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Untuk mengkaji hal tersebut menurut disiplin etnomusikologi, perlu di sini
penulis uraikan secara sekilas apa itu etnomusikologi, serta apa kaitannya dengan
tajuk skripsi ini, yaitu peran pemusik dalam kebudayaan. Berbagai definisi
tentang etnomusikologi telah dikemukakan dan dianalisis oleh para pakar
etnomusikologi.
Dalam edisi berbahasa Indonesia, Rizaldi Siagian dari
Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dan Santosa dari Sekolah Tinggi Seni
Indonesia
(STSI)
Surakarta,
telah
mengalihbahasakan
berbagai
definisi
etnomusikologi, yang terangkum dalam buku yang bertajuk Etnomusikologi,
1995, yang disunting oleh Rahayu Supanggah, terbitan Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia, yang berkantor pusat di Surakarta. Dalam buku ini, Alan
P. Merriam mengemukakan 42 (empat puluh dua) definisi etnomusikologi dari
8
beberapa pakar, menurut kronologi sejarah dimulai oleh Guido Adler 1885 sampai
Elizabeth Hesler tahun 1976.1
Dari 42 (empat puluh dua) definisi tentang etnomusikologi dapat
diketahui bahwa etnomusikologi adalah fusi dari dua disiplin utama yaitu
musikologi dan antropologi, pendekatannya cenderung multidisiplin dan
interdisiplin. Etnomusikologi masuk ke dalam bidang ilmu humaniora dan sosial
sekaligus, merupakan kajian musik dalam kebudayaan, dan tujuan akhirnya
mengkaji manusia yang melakukan musik sedemikian rupa itu. Walau awalnya
mengkaji budaya musik non-Barat, namun sekarang ini semua jenis musik
menjadi kajiannya namun jangan lepas dari konteks budaya. Dengan demikian,
masalah definisi dan lingkup kajian etnomusikologi sendiri akan terus
berkembang dan terus diwacanakan tanpa berhenti.
1
R. Supanggah, 1995. Etnomusikologi. Surakarta: Yayasan bentang
Budaya, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Buku ini merupakan kumpulan
enam tulisan oleh empat pakar etnomusikologi (Barat) seperti: Barbara Krader,
George List, Alan P. Merriam, dan K.A. Gourlay; yang dialihbahasakan oleh
Santosa dan Rizaldi Siagian. Dalam buku ini Alan P. Merriam menulis tiga
artikel, yaitu: (a) ―Beberapa Definisi tentang ‗Musikologi Komparatif‘ dan
‗Etnomusikologi‘: Sebuah Pandangan Historis-Teoretis,‖ (b) ―Meninjau Kembali
Disiplin Etnomusikologi,‖ (c) ―Metode dan Teknik Penelitian dalam
Etnomusikologi.‖ Sementara Barbara Krader menulis artikel yang bertajuk
―Etnomusikologi.‖ Selanjutnya George List menulis artikel ―Etnomusikologi:
Definisi dalam Disiplinnya.‖ Pada akhir tulisan ini K.A. Gourlay menulis artikel
yang berjudul ―Perumusan Kembali Peran Etnomusikolog di dalam Penelitian.‖
Buku ini barulah sebagai alihbahasa terhadap tulisan-tulisan etnomusikolog
(Barat). Ke depan, dalam konteks Indonesia diperlukan buku-buku panduan
tentang etnomusikologi terutama yang ditulis oleh anak negeri, untuk kepentingan
perkembangan disiplin ini. Dalam ilmu antropologi telah dilakukan penulisan
buku seperti Pengantar Ilmu Antropologi yang ditulis antropolog
Koentjaraningrat, diikuti oleh berbagai buku antropologi lainnya oleh para pakar
generasi berikut seperti James Dananjaya, Topi Omas Ihromi, Parsudi Suparlan,
Budi Santoso, dan lain-lainnya.
9
Menurut Alan P. Merriam (1964) salah satu ruang lingkup kajian di dalam
etnomusikologi adalah pemusik, dengan tumpuan utamanya perilaku sosil, verbal,
dan fisik. Menurutnya salah satu tipe perilaku pemusik dalam proses
menghasilkan musik, adalah penting melihat diri pemusik itu serbagai anggota
masyarakat.
Dengan melihat latar belakang di atas, penulis ingin melihat apa saja
peranan Burhanuddin Usman terhadap musik Melayu dengan mengangkat judul
skripsi Peranan Burhanuddin Usman sebagai Pemusik Saksofon dalam Budaya
musik Melayu.
1. 2 Pokok Permasalahan
Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Mantle Hood dan Willi Apel
(1969:298) tentang etnomusikologi, yaitu ilmu yang menggunakan suatu metode
yang mempelajari musik apa pun, tidak hanya dari segi musiknya, tetapi juga
melihat hubungan dengan konteks budaya, juga hubungannya dengan masyarakat.
Oleh karena itu, yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah :
1. Bagaimana peranan Burhanuddin Usman sebagai pemusik saksofon
dalam Budaya musik Melayu. Dalam konteks ini peranan yang dimaksud
mencakup pembahasan Biografi Burhanuddin Usman sebagai pemusik
saksofon serta melihat apa-apa saja yang dibuat ataupun dilakukan
Burhanuddin Usman di dalam musik Melayu.
10
Untuk mengkaji pokok permasalahan di atas maka penulis akan membuat
beberapa alasan untuk melakukan penelitian, konsep penelitian, pendapatpendapat dasar yang tentunya dilandaskan pada beberapa teori dasar yang menjadi
landasan penulisan untuk melakukan penelitian.
1. 3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui dengan cara mendeskripsikan biografi seorang pemusik
Melayu yang dianggap penting oleh masyarakat Melayu Sumatera Utara, yaitu
Burhanuddin Usman.
2. Untuk mengetahui dengan cara mengkaji peran Burhanuddin Usman sebagai
pemusik Saksofon terhadap musik Melayu.
3. Secara akademis, adalah untuk memenuhi salah satu syarat ujian sarjana seni
di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera
Utara.
4. Menambah pengetahuan tentang alat musik saksofon yang berkembang dalam
kebuyaan musik etnik, dalam hal ini etnik Melayu.
1. 3. 2. Manfaat
1. Menambah literatur tentang biodata pemusik Melayu yang di dalam kajian
Etnomusikologi.
11
2. Dapat
mengetahui peran Burhanuddin Usman sebagai pemusik Saksofon
musik Melayu.
3. Dapat sebagai bahan masukan dan perbandingan untuk peneliti berikutnya.
4. Sebagai proses pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama mengikuti
perkuliahan di Departemen Etnomusikologi.
5. Merupakan syarat menyelesaikan program studi S-1 di Departemen
Etnomusikologi.
1.4 Konsep dan Teori
1.4.1
Konsep
Konsep merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakan dari
peristiwa konkret (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991). Dengan
demikian konsep ini bersifat abstrak namun berasal dari kenyataan-kenyataan sosial,
budaya, eksakta, dan lain-lainnya.
Peranan adalah bagian yang dimainkan atau tindakan yang dilakukan oleh
seseorang dalam suatu peristiwa. Burhanuddin Usman atau biasa juga dikatakan
Pemusik (wawancara pada 6 april 2014 datuk Ahmad Fauzi). Pemusik ialah
seseorang yang mampu dan memahami sebuah musik dan sudah mendapat sebuah
pengakuan dari masyarakat pendukung. Dalam konteks ini pemusik tersebut
penekananya terhadap biografi.
Lebih jauh lagi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka,
2003:145), disebutkan bahwa biografi adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis
oleh orang lain. Sedangkan dalam wikipedia Indonesia, yang dimaksud biografi
adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Selanjutnya dalam
12
konteks ini, peranan Burhanuddin Usman untuk membuat sebuah tulisan biografi
Burhanuddin Usman sebagai pemusik saksofon guna melihat peranannya dalam
musik Melayu.
Pemusik adalah katagori tokoh-tokoh dalam musik dan pemusik juga
merupakan orang-orang yang dapat memainkan alat musik dan telah diakui oleh
masyarakat pendukung. Sedangkan saksofon adalah alat musik yang tergolong
dalam single reed aerophone (alat musik tiup yang materi penggetar bunyinya
terdapat satu buah reed). Saksofon diciptakan oleh Adolph Sax pada tahun 1814
(wikipedia). Saksofon termaksud salah satu jenis alat musik yang merupakan
pengembangan dari alat musik clarinet (single reed aerophone). Dalam konteks
ini pemusik saksofon dapat diartikan orang-orang yang dapat memainkan alat
musik saksofon.
Selanjutnya, konsep budaya
menurut seorang ahli Antropologi, E.B.
Taylor dalam bukunya Primitive Culture, yaitu bahwa kebudayaan atau budaya
adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan
lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Musik telah menjadi ciri dari kehidupan masyarakat dan kehadirannya semakin
penting terutama sebagai hiburan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Merriam
(1964) bahwa salah satu fungsi musik adalah fungsi hiburan. Musik itu sendiri
memiliki bentuk yang khas, baik dari sudut struktural maupun genrenya dalam
kebudayaan.
Musik Melayu adalah aliran musik tradisional yang ada dan berkembang
di wilayah pantai timur Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaya, dan
13
sekitarnya. Musik ini biasanya dinyanyikan oleh orang-orang dari suku bangsa
Melayu yang tidak jarang diiringi pula dengan tarian khas Melayu setempat
misalnya tari persembahan dalam perhelatan atau pesta adat penyambutan tetamu
kehormatan dan dalam kegiatan keagamaan (wikipedia Indonesia). Dalam konteks
ini budaya musik Melayu difokuskan pada musik Melayu yang berkembang di
Kota Medan.
1.4.2. Teori
Untuk mengkaji biografi (riwayat hidup) pemusik saksofon melayu, yaitu
Burhanuddin Usman, digunakan teori biografi. Perlu dijelaskan bahwa teori
biografi dipergunakan dalam berbagai disiplin ilmu.
Dalam bidang sastra
misalnya melalui buku Antologi Biografi Pengarang Sastra Indonesia (1999:3-4)
dijelaskan bahwa biografi adalah suatu teori yang dipergunakan untuk
mendeskripsikan hidup pengarang atau sastrawan.
Dalam buku ini juga
dijelaskan bahwa dalam menyusun biografi seseorang harus memuat tiga aspek
yaitu:
1. Latar belakang, meliputi (a) keluarga yaitu memuat keterangan lahir,
meninggal (jika sudah meninggal), istri dan keturunan (orang tua, saudara dan
anak); (b) pendidikan yaitu pendidikan formal dan nonformal dari tingkat dasar
sampai perguruan tertinggi jika ada; (c) pekerjaan, yang memberi penjelasan
tentang pekerjaan, baik pekerjaan yang mendukung kepengarangannya maupun
pekerjaan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan kepengarangannya,
dan (d) kesastraannya yang menjelaskan apa yang mempengaruhi pengarang itu
sehingga ia menjadi pengarang.
14
2. Karya-karya pengarang itu yang didaftar menurut jenisnya, baik yang
berupa buku, maupun yang berupa karya yang diterbitkan secara terlepas, bahkan
yang masih berbentuk naskah karena kadang-kadang ada pengarang yang
mempunyai naskah karyanya yang belum diterbitkan sampai ia meninggal.
3. Tanggapan para kritikus yang didaftarkan berdasarkan judul dan
sumbernya dengan tujuan memberi keterangan kepada para pembaca tentang
tanggapan orang kepada pengarang itu. Hal itu tegantung kepada ada atau tidak
adanya orang yang menanggapi.
Karena biografi termasuk salah satu kajian dari sastra, maka teori di atas
juga dapat digunakan dalam bahasan ini, dan mengganti objek bahasan yang
diteliti yang mana sebelumnya membahas tentang pengarang, kemudian diubah
objeknya menjadi pemusik.
Dalam ilmu sejarah pula, biografi secara sederhana dapat dikatakan
sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa
baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku. Perbedaannya
adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan
seseorang dan peran pentingnya, sementara biografi yang panjang
meliputi,
tentunya, informasi-informasi penting, namun dikisahkan dengan lebih mendetail
dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik.
Biografi menganalisis dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup
seseorang. Melalui biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari
tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan
mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita
tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian,
15
biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat
atau masa tertentu.
Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah, namun tidak
jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara
kronologis. Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tematema utama tertentu (misalnya "masa-masa awal yang susah" atau "ambisi dan
pencapaian"). Walaupun demikian, beberapa hal yang lain berfokus pada topiktopik atau pencapaian tertentu.
Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan
utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping
koran. Sedangkan bahan-bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, bukubuku referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subyek biografi itu. Halhal yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain: (a) pilih
seseorang yang menarik perhatian anda; (b) temukan fakta-fakta utama mengenai
kehidupan orang tersebut; (c) mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu;
(d) pikirkan, apa lagi yang perlu anda ketahui mengenai orang itu, bagian mana
dari hidupnya yang ingin lebih banyak anda tuliskan.
Beberapa pertanyaan yang mungkin dapat dijadikan partimbangan
misalnya: (a) apa yang membuat orang ini istimewa atau menarik; (b) dampak apa
yang telah ia lakukan bagi dunia atau orang lain; (c) atau sifat apa yang mungkin
akan sering peneliti gunakan untuk menggambarkan orang ini; (d) contoh apa
yang dapat dilihat dari hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut; (e) kejadian
apa yang membentuk atau mengubah kehidupan orang itu; (f) apakah ia mampu
mengatasi rintangan tersebut; (g) apakah ia mengatasinya dengan mengambil
16
resiko, atau dengan keberuntungan; (h) apakah dunia akan menjadi lebih baik atau
lebih buruk jika orang ini tidak pernah hidup, bagaimana bisa, dan mengapa.
Lakukan
juga
perpustakaan atau
penelitian
lebih lanjut
dengan
bahan-bahan
dari
internet untuk membantu anda menjawab pertanyaan-
pertanyaan di atas. Tujuannya adalah supaya cerita peneliti lebih menarik.
Dalam tulisan ini, biografi yang penulis maksud adalah kisah riwayat
hidup Burhanuddin Usman sebagai pemusik Melayu Sumatera Utara. Adapun
bentuknya bukan berupa biografi singkat tetapi adalah biografi panjang. Adapun
sejak awal penulis ingin mengemukakan secara rinci dan selengkap-lengkapnya
tentang kisah kehidupan Burhanuddin Usman, tentu saja ditulis dalam gaya
bercerita yang baik seperti yang dikemukan dalam teori biografi di atas.
Seperti dikemukakan sebelumnya, melalui biogafi ini, akan ditemukan
hubungan, keterangan arti dari tindakan Burhanuddin Usman, serta rahasiarahasia (misteri) yang melingkupi hidupnya selama ini, serta tindakan dan
perilaku hidupnya sebagai seniman Melayu.
Biografi yang penulis kaji ini
termasuk kepada biografi yang menceritakan kehidupan orang yang terkenal,
yaitu Burhanuddin Usman yang populer di kalangan seniman, budayawan, dan
rakyat awam Melayu di Sumatera Utara. Demikian kira-kira teori biografi yang
penulis pergunakan untuk menganalisis kehidupan Burhanuddin Usman sebagai
seniman Melayu Sumatera Utara.
Selanjutnya untuk mengkaji peranan atau peran (role) Burhanuddin
Usman di dalam budaya musik Melayu, khususnya di Sumatera Utara, penulis
menggunakan teori peran dan perilaku pemusik yang ditawarkan oleh Merriam
(1964). Dalam buku yang ditulisnya ini, terutama pada Bab VI dan VII, Merriam
17
mengkaji peranan pemusik itu melalui tiga aspek perilaku, yaitu (1) prilaku fisik,
(2) prilaku verbal, dan (3) prilaku sosial. Lebih jauh secara eksplisit Merriam
menyatakannya sebagai berikut.
Physical behavior refers the fact that in order for sound to be
produced, people must flex their fingers and use their lips and
diaphragm if the sound is to be produced on a music instrument; or
they must manipulate the vocal cords and the diaphragm if the sound
is to be vocal. Techniques of playing music instruments have been
rather widely discussed in the ethnomusicological literature, and but
two or three examples will suffice here. Among the Bashi people of
the Eastern Congo (Leopoldville), the mulizi is a notched, end-blown
flute played primarily by cattle herders (1964:103). …
Menurut Merriam prilaku fisik merujuk kepada fakta bagaimana pemusik
dan alat musiknya menghasilkan suara atau bunyi, setiap pemusik memetikkan
jari-jarinya dan menggunakan bibir dan diafragmanya dalam rangka menghasilkan
bunyi dari suaranya. Teknik memainkan alat-alat musik tidak begitu luas
didiskusikan di dalam bahan-bahan bacaan etnomusikologi, hanya ada dua atau
tiga yang dicontohkan oleh Merriam.
The second kind of behavior which exists in respect to music is
verbal behavior, to wheter extent it may be used, about music sound.
This, too, of course, is a reflection of underlying concepts of music,
but in this case applied spesifically to what people say about music
structure and the criteria which surround it.
Perhaps the most obvious verbal criteria are those which are
applied to judgments of the performance of music: these are the
standards of excellence in performance. Such standards of excellence
must be present, for without them, as has been noted in another
context, no such thing as a Scapiro, this point becomes obvious: ―By
style is meant the constant form—and sometimes the constant
elements, qualities, and expression—in the art of an individual or a
group‖ (1953:287). Further, style has continuity, as expressed by Haag
when he notes that ―the important point is the continuum in music;
each musical style is drwan from the idiom of the preceding period. …
Music teachers … draw their students of excellence from the
preceding generation‖ (1960:219, 220). All groups must emphasize
certain music values above others, and these values tend to be
continuous in time, though change can and does occur. The question
18
here, then, is not wheter criteria of excellence exixst, but rather wheter
and how they are verbalized (Merriam, 1964:114-115).
Lebih jauh lagi, prilaku verbal dalam kajian etnomusikologi, dijelaskan oleh
Merriam bahwa beranjak dari bunyi musik, maka manusia pendukung kebudayaan
musik itu akan mengatakan tentang struktur musik dan kriteria musik tersebut.
Mungkin yang paling sering menjadi bahan kajian mengenai prilaku verbal ini
adalah pertunjukan musik: apa saja standar-standar kehebatan dalam pertunjukan
musik. Seperti yang dikemukakan oleh Scapiro bahwa gaya musik itu berarti
bentuk konstan—dana kadang-kadang unsur-unsur konstan, kualitas, dan ekspresi
musik—yang dilakukan baik dalam seni musik yang dibawakan secara individu
maupun kelompok.
A third type of behavior in the music process is that or the
musician who, no less than any other individual, is also a member of
society. As a musician, he plays a spesific role and many hold a
specific status within his society, and his role and status are
determined by the consensus of society as to what should be proper
behavior for the musician. Musicians may form a special class or
caste, they may or may not be regarded as professionals, their role
may be ascrid or achieved, their status may be high or low or
combination of both. In nearly every case, however, musicians behave
socially in certain well-defined ways, because they are musicians, and
their behavior is shaped both by the their own self-image and by the
expectations and stereotypes of the musicianly role as seen by society
at large.
The initial problem is assessing the social behavior of the
musician is whether he is or not a specialist. The prevaling view
seems to be that musicians in noliteratr societies are not specialists;
this has been explicitly stated be Nettl, who writes.
The typical primitive group has no specialization or
profesionalization; its division of labor depends almost exclusively on
sex and occasionally on age; and only rarely are certain individuals
proficient in any technique to a distinative degree. All women do the
same things each day, possess approximately the same skills, have the
same interests; and the men‘s activities are equally common to all.
Accordingly, the same songs are known by all the members of the
group, and there is little specializations in compositions, performance,
or instrument-making. (1956:10) Nettel excepts some parts of a Negro
19
Africa‖ from this general statement, but his position as stated seems to
be accepted by many ethnomusicologists. There are, however, two
major objections to this view. The first is that it is not clear what is
meant by ―specialization‖ in this context, and the second is that the
information available to us about musicians around the world simply
does not seems to bear out the contentions.
Viewed in broadest prespective, the amount of labor which must
be performed in any given society can either be performed by all
members of the community indiscriminately or it can be divided, with
specific kinds of tasks assigened to spesifig groups of individuals.
There seem to be no societies in which labor differentiation is absent.
The most commondivision of labor is made upon sex and age lines for
women‘s work differs from men‘s and the work of the young differs
from that of the old. Labor may also be divided along lines of caste or
guild, membership is associations of other kinds, hereditary, position,
affiliations with a particular sicoal group, and so forth, Herskovits
assigns the term ―division of labor‖ to those situations in which‘… we
speak of the splitting up of the total amount of effort needed to keep
the economy of a given society operationg at its customary rate of
efficiency ― (1952 : 124-25)
In this situation, each of the sub-groups whose members
perform a particular calling, and the kind of the labor each performs in
achieving this can be deoted as its ‗specialization‖ (p.125). thus the
potter, the palm-nutcutter, the shaman,or musician is an economic
specialist, performing particular taks to which he is assigned by yhe
society, and producing a particular kind of good, wheter tangible or
intangible, which contributes to the total labor necessary for the
economic reguirements of the society it seems clear, too, that in all
societiest individual exist whose skill at making music is recognized
in some way as being superior to that of other individuals so that they
are called upon, or simply take their ―fightful‖ place, in musical
situations. It is doubtful that there exists any goup in which absolute
equality of music performance among all members is either a fact or a
supposition.
Selanjutnya tentang perilaku sosial pemusik, dalam konteks perannya dalam
masyarakat dijelaskan oleh Merriam seperi uraian di atas. Bahwa tipe ketiga
perilaku musik adalah perilaku sosial. Dalam kajian ini, maka yang utama untuk
dikaji adalah bagaimana pemusik itu sebagaimana juga orang-orang lain berperan
di laman masyarakatnya. Sebagai seorang pemusik ia memainkan peranan dan
memiliki status tertentu. Pemusik ini bisa saja mendapatkan kelas dan kasta
20
sosialnya. Mereka ini bisa saja dipandang sebagai pemusik yang tidak profesional
atau juga pemusik yang profesional. Kedudukannya bisa saja dipandang tinggi
atau juga dipandang rendah oleh masyarakatnya. Namun bagaimana pun, setiap
pemusik memiliki peran sosial dalam konteks masyarakatnya
ini. Selain itu
dalam memandang peran sosial pemusik ini adalah apakah ia seorang pemusik
yang khusus (spesial) atau tidak. Selain itu, bagaimana orang memandangnya atau
juga pendapat-pendapat orang lain yang bisa (stereotipe) kepadanya. Ini dapat
dilihat dari berbagai contoh di dalam masyarakat primitif yang tidak memiliki
pemusik spesialis. Begitu juga bagaimana peran gender di dalamnya.
Dengan kedua teori inilah, yaitu teori biografi dan teori prilaku fisik, verbal,
dan sosial pemusik yang penulis gunakan dalam mengkaji pemusik saksofon
(saksofonis) dalam budaya Melayu, yaitu Burhanuddin Usman. Melalui teori
biografi akan dideskripsikan riwayat hidup dan terutama kepemusikannya, yang
diurai menurut dimensi waktu dan ruang yang dilaluinya. Berikutnya untuk
mengkaji peranan Burhanuddin Usman digunakan teori prilaku fisik, verbal, dan
sosial. Dengan menerapkan teori ini, maka diharapkan akan dapat menjawab
pokok permasalah yang telah dibuat.
1.5 Metode Penelitian
Metode adalah cara teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud
atau tujuan, (KBBI edisi ke-2 tahun 1996 : hal 652). Pendapat ini juga didukung
oleh pendapat dari Gorys Keraf, (1984:310) yang juga mengkatakan bahwa
metodologi adalah kerangka teoretis yang dipergunakan penulis untuk
menganalisa, mengerjakan, atau mengatasi masalah yang dihadapi.
21
Dalam penelitian ini metode yang penulis lakukan dengan cara mencari
tahu dan mewawancarai informan pangkal dan juga informan kunci. Penulis juga
melakukan metode penelitian kuliatatif, yaitu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 1989:3). Sejalan
dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung kepada pengamatan pada manusia dalam kawasannya
sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya ( Kirk dan Miler dalam Moleong, 1989:3). Melalui pendekatan
metode ini penulis memusatkan atau memfokuskan objek yang akan diteliti
menjadi tulisan ilmiah.
Menurut Curt Sachs (1962:16) bahwa dalam penelitian etnomusikologi
ada dua hal yang harus dilakukan yaitu kerja lapangan dan kerja laboratorium.
Penelitian lapangan mencakup observasi langsung, wawancara, dan merekam
musik yang akan diteliti, sedangkan kerja laboratorium adalah untuk membahas
dan menganalisis data yang didapatkan setelah penelitian di lapangan. Dengan
demikian penulis membagi kedua metode tersebut dalam dua kelompok yaitu
sebagai berikut.
1.5.1 Pemilihan Informan Kunci
Pertama sekali penulis bertanya kepada Bapak Drs. Tahan Perjuangan
Manurung salah seorang dosen di Departemen Etnomusikologi mengenai objek
dari tulisan yang akan diteliti yang dari informasi yang diterima dari Bapak
22
Tahan Perjuangan Manurung mengemukakan 3 orang pemusik saksofon gaya
Melayu di Kota Medan yaitu Burhanuddin Usman, Tengku Bustami, dan Fu‘ad.
Selanjutnya penulis meneruskan pencarian informasi dengan bertanya
kepada Bapak Datuk Ahmad Fauzi yang juga salah satu dosen di Departemen
Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, mengenai
sedikit gambaran tentang Burhanuddin Usman, ia menyebutkan bahwa
Burhanuddin Usman adalah pemain satu group musik dengan ayahandanya Datuk
Rahman yang seorang pemain biola yang andal di masanya. Datuk Ahmad Fauzi
menyebutkan bahwa Burhanuddin Usman merupakan pemusik Melayu yang
sudah cukup diakui dikalangan pemusik Melayu dan layak untuk diangkat dan
dijadikan sebagai contoh seorang pemusik saksofon Melayu guna untuk
melengkapi bahan penelitian dalam bidang kajian Etnomusikologi. Kemudian
penulis juga melakukan pengamatan lapangan mengenai Burhanuddin Usman,
penulis mendapatkan bahwa untuk melengkapi sebuah tulisan skripsi ini,
Burhanuddin Usman sangat layak dijadikan informan kunci dengan peranannya
yang banyak dijadikan sebagai bahan pembelajaran pemusik saksofon Melayu
lainnya. Dengan demikian penulis telah menunjukan Burhanuddin Usman sebagai
informan kunci dan sebagai sumber penelitian.
1.5.2 Kerja Lapangan
Dalam penelitian ini untuk mendapat data yang sangat dibutuhkan untuk
menjawab pertanyaan yang ada dalam pokok permasalahan, maka penulis
menggunakan metode yang berkaitan dengan disiplin ilmu etnomusikologi yaitu:
23
1.5.2.1 Metode Observasi
Berdasarkan pendapat dari Burhan Bungin dalam bukunya yang berjudul
Penelitian Kualitatif, (2007:115), observasi atau pengamatan adalah kegiatan
keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu
utamanya selain panca indra lainnya seperti, telinga, hidung, kulit, dan mulut.
Kerena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan
pengamatan melalui hasil kerja dari panca indra mata serta yang lainnya. Metode
observasi adalah pengumpulan data yang dingunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Dalam metode observasi ini
penulis melakukan observasi langsung ke lapangan. Yaitu langsung bertempat di
lokasi di mana Burhanuddin Usman tinggal di Jalan Kampung Besar, nomor 8 di
Kecamatan Medan Labuhan, serta di lokasi di mana Burhanuddin Usman
melakukan kegiatan bermusiknya pada berbagai tempat.
1.5.2.2 Wawancara
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara jenis
wawancara riwayat secara lisan (Meolong, 2000:137). Wawancara ini merupakan
mewawancarai langusng bertatap muka peneliti dengan sang impormant kunci
secara mengalir tanpa adanya draf pertanyaan yang tersusun.
Wawancara tidak terkesan kaku melainkan terkesan santai seperti
pembicaraan sehari-hari biar pun pertayaan tersebut belum dibuat hanya sebatas
bertanya saja mengenai kehidupannya dalam seniman Melayu. Dalam rangka
mewawancarai Burhanuddin Usman penulis menggunakan metode wawancara
langsung,
mendalam,
terstruktur
secara
24
umum,
dan
kemudian
menggembangkannya menurut arah dan jawaban-jawaban yang diberikan oleh
informan kunci yaitu Burhanuddin Usman. Dalam rangka menggali aspek
biografinya, penulis juga mewawancarai orang-orang yang terdekat dengan beliau
yaitu anak-anaknya.
1.5.2.3 Metode Merekam
Dalam penulisan ini penulis menggunakan beberapa instrumen pendukung
antara lain kamera digital merk Nikon D600. Kamera digunakan untuk merekam
proses wawancara dan saat masa observasi atau penelitian lapangan serta
pengambilan gambar pada saat beliau meraih prestasi dan karya-karya lainnya.
Tidak lupa juga meneliti membawa catatan untuk mencatat hal-hal yang penting
mengenai Burhanuddin Usman khususnya riwayat hidupnya sebagai seniman
Melayu. Data audio kemudian ditranskripsi dalam bentuk tulisan yang disimpan
di flash disk. Kemudian bahan-bahan yang diperlukan disunting dan dimasukkan
sesuai dengan keperluan penelitian ini. Selanjutnya bahan-bahan yang berbentuk
gambar penulis simpan dalam bentuk format visual dan ditransfer ke dalam
bentuk jpg, untuk memudahkan mengedit dan menyisipkan gambar ini.
1.5.3 Kerja Laboratorium
Seluruh hasil wawancara dan rekaman teknik permainan saksofon dalam
melakukan metode musik Melayu seperti: cengkok, gerenek, dan patah lagu. yang
penulis dapatkan dari penelitian kelapangan, akan diolah kedalam laboratorium.
Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan sebuah transkripsi dan analisis dari lagu
lagu yang dimainkan. Dan hasil karya lagu yang diciptakanya, serta menyusun
biografi beliau menjadi satu rentetan, dari semua data yang di peroleh di lapangan.
25
Untuk selanjutnya diolah dalam kerja laboratorium. Di dalam proses pengolahan
data ini, penulis dibimbing oleh dosen pembimbing yaitu bapak Fadlin dan bapak
Muhammad Takari. Jika masih ada data yang dirasa kurang lengkap, maka penulis
akan kembali ke lokasi penelitian dan menemui narasumber untuk melengkapi
materi pembahasan melalui saran-saran dari dosen pembimbing penulis. Untuk
data yang di rekam, penulis mendengarkannya berulang-ulang dan kemudian
disesuaikan dengan pertanyaan yang sudah dibuat dan dituliskan kedalam tulisan
yan baru. Setelah semua pertanyaan dan jawaban dari data tersebut sudah sesuai
dan benar, maka penulis akan melampirkan data tersebut kedalam setiap bab 1-5
pembahasan pada tulisan ini. Demikianlah seterusnya yang penulis lakukan
berulang-ulang di setiap penelitian.
26
BAB II
BIOGRAFI
Burhanuddin Usman adalah seorang seniman Melayu, khususnya ahli di
dalam memainkan alat musik saksofon. Selain itu Burhanuddin Usman juga dapat
bermain alat musik seruling, Burhanuddin Usman sudah dikenal bukan hanya
pada masyarakat Melayu di Kota Medan saja, tetapi Burhanuddin Usman juga
sudah dikenal pada masyarakat Melayu Sumatera Utara. Sebelum mengenal lebih
jauh tentang Burhanuddin Usman, maka alangkah baiknya dideskripsikan lebih
dahulu lingkungan sosial budaya masyarakat Melayu Sumatera Utara yang
merupakan sebagai wilayah budaya yang luas, yang juga merasa memiliki
Burhanuddin Usman.
2.1 Latar Belakang Lingkungan Sosial Budaya Burhanuddin Usman
Burhanuddin Usman merupakan seorang laki-laki yang latar belakangnya
budaya Melayu. Kedua orang tuanya juga suku Melayu. Burhanuddin Usman juga
mengunakan bahasa dan budaya Melayu dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan
demikian, Burhanuddin Usman secara sosiobudaya dibentuk oleh kebudayaan
Melayu. Khususnya Melayu Deli Sumatera Utara. Dalam melihat kebudayaan
Melayu, penting untuk melihat unsur-unsur dalam kaitanya kepada kebudayaan
Melayu yang dilakukan Burhanuddin Usman.
Agama resmi masyarakat Melayu pada umumnya adalah agama Islam.
Kedatangan Islam membawa dampak yang besar dalam struktur sosial
27
dan
kebudayaan masyarakat Melayu. Kepercayaan yang sebelumnya yakni memuja
dewa-dewa, hantu-hantu, dan roh-roh berubah menjadi menyembah kepada Allah
Subhanahuwata‟ala, Tuhan Yang Ahad.
Puncak penerimaan Islam secara keseluruhan pada masyarakat Melayu
ditandai dengan adanya falsafah masyarakat, yaitu adat yang berlandaskan kepada
hukum Allah, yang dituangkan lewat firman-firman-Nya ke dalam Alqur‘anulkarim dan dijelaskan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Kemudian
dalam budaya Melayu ajaran Islam ini dikonsepkan dalam falsafah
Adat
bersendikan syarak (syari‟at hukum Islam), syarak ber-sendikan Kitabullah
(Kitab Allah atau Al-Qur‘an).
Konsep di atas lahir karena ajaran mengandung norma-norma hubungan
manusia dengan Allah SWT (hubungan vertikal atau hablumminAllah) dan
hubungan sesama manusia serta manusia dengan alam (hubungan horizontal atau
hablumminannas). Manusia dituntut agar dapat menjaga, mengharmoniskan dan
melestarikan keseimbangan antara kedua hubungan tersebut.
Menurut Gazalba (1983:51-55), agama Islam yang dianut masyarakat
Melayu dianggap mereka sebagai petunjuk, yang memadukan kepentingan agama
dengan kebudayaan dalam bentuk peraturan yang tetap. Aturan tentang
kebudayaan adalah mengenai prinsip-prinsip dasar kehidupan manusia dan cara
pelaksanaannya. Misalnya, bagaimana seseorang mencari nafkah, membina
hubungan antar manusia, melestarikan alam, menikah, melaksanakan shalat, serta
fadhu kifayah, dan lain-lain.
Aturan tentang kebudayaan adalah mengenai prinsip-prinsip dasar saja,
sedangkan cara pelaksanaannya dapat berubah sesuai dengan keinginan manusia
28
sebagai pelaku budaya, tetapi tidak melanggar ketentuan yang telah ditentukan
oleh Allah SWT. Misalnya saja dalam berkesenian, dalam Islam dianjurkan untuk
tidak membuat seni yang menimbulkan khayalan sensual yang dapat
menjerumuskan manusia kedalam keasyikan sehingga melupakan kewajibannya
dalam melaksanakan perintah Allah Swt. Begitu pula dalam berpakaian. Islam
telah menetapkan agar umat Islam memakai pakaian yang menutup segala
auratnya sehingga terhindar dari dosa ; sedangkan bagaimana cara memakainya
diserahkan kepada manusianya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Islam tidak
membenarkan penyembahan yang lain kecuali Allah SWT. Hal ini ditegaskan
dengan dua kalimat syahadat apabila seseorang memeluk agama Islam yaitu :
Asyhadualla illaha illallah, Wassyhaduanna Muhammadarrasulullah, yang
artinya : Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad
adalah Rasul (utusan) Allah. Ini berarti bahwa manusia harus tunduk dan
menyembah kepada Allah dan bukan tunduk kepada Alam atau kekuasaan apapun
yang ada di muka bumi ini.
Setelah masuknya Islam dan dijadikan falsafah hidup oleh masyarakat
Melayu. Maka kepercayaan-kepercayaan yang mereka anut disesuaikan dengan
ajaran Islam. Di dalam ajaran Islam juga di kenal konsep alam gaib, yakni percaya
kepada makhluk gaib seperti malaikat, setan, jin, dan lain-lain. Inilah yang
akhirnya dijadikan alasan masyarakat Melayu untuk tetap percaya kepada dunia
gaib dan makhluk-makhluknya, yang dikenal dengan istilah “sinkretisme”.
Sinkretisme adalah penggabungan dua ajaran antara kepercayaan dengan agama.
Ini masih terus berlangsung pada masyarakat Melayu desa pesisir, baik dalam
29
aktivitas kesenian mereka maupun dalam kehidupan sosial budaya mereka.
Penggabungan itu terjadi karena pengaruh kepercayaan animisme begitu kuat
melekat dalam diri masyarakat Melayu secara umum sehingga sulit dihilangkan.
Walaupun dalam agama Islam sangat dilarang untuk menyembah kekuatan dan
kekuasaan apapun di bumi selain kepada Allah SWT.
Seperti di ketahui bahwa, kepercayaan animisme sudah menyatu dengan
kehidupan masyarakat Melayu selama 1200 tahun, yaitu sejak abad I Masehi
sampai dengan abad XIII Masehi. Ini juga disebabkan ketika pertama kali agama
Islam masuk pada masyarakat Melayu, bukan berdasarkan pemaksaan ataupun
kekerasan, melainkan terlebih dahulu disesuaikan dengan adat dan budaya
pemeluknya. Kemudian perlahan-lahan di ubah kearah hukum dan tatanan norma
Islam.
Bahasa merupakan cerminan dari suatu masyarakat penuturnya. Bahasa
juga merupakan sub-kebudayaan. melihat tingkah polah individu, keluarga, etnis,
ataupun bangsa dapat dilihat melalui bahasa yang di gunakan (H. Amir Ridwan,
2002:108).
Sikap dan kebiasaan berbahasa dari suatu kelompok individu merupakan
satu wujud kebudayaan yang dihasilkan melalui ide, norma dan gagasan. Penutur
bahasa Melayu adalah masyarakat yang merupakan sekelompok manusia atau
homo loques yang saling mempengaruhi. Oleh karena itu, walaupun pada
dasarnya penutur bahasa Melayu mempergunakan bahasa yang sama (bersifat
universalisme), namun untuk mencapai suatu kesamaan mutlak tetap tidak
memungkinkan. Karena bahasa Melayu sangat dinamis, dapat disesuaikan dengan
perubahan dan perkembangan masyarakat Melayu sendiri, bahasa Melayu
30
khususnya dalam memperkaya kosa-kata selalu terbuka untuk bahasa asing
melalui kontak bahasa. Sebagai contoh dari bahasa Belanda, seperti kata dongkrak
berasal dari kata dommekracht, bengkel dari winkel, supir dari chauffeur. Namun
demikian, struktur bahasa Melayu tidak berubah mengkekalkan identitas yang
diwarisi sebagai pernyataan orang Melayu dan keturunanya.
Setiap suku bangsa (etnis) pasti mempunyai peraturan adat yang berbeda
dengan suku bangsa yang lainnya. sesuai dengan pegangan dan pandangan hidup
mereka masing-masing. Adat-istiadat ini selalu berkaitan erat dengan sistem dan
tata nilai dari budaya mereka masing-masing yang dijadikan panduan dalam
bertingkah laku dan berperilaku sosial terhadap masyarakatnya.
Masyarakat Melayu seperti halnya
kelompok masyarakat yang lainnya,
memiliki adat-istiadat yang berhubungan dengan alam kehidupan mereka yang
dikenal dengan istilah Rites the passage (Ritus peralihan). Rites de passage adalah
ritus peralihan atau upacara adat-istiadat dalam mengahadapi perubahan
kehidupan dari mulai lahir sampai dengan kehidupan dunia. Setiap peralihan
tersebut selalu disertai dengan upacara khusus, misalnya usia balita memasuki
usia remaja selalu disertai dengan upacara-upacara untuk memberikan bekal bagi
si anak dalam mengahadapi usia remaja, dan lain-lain.
Dengan melihat sedikit penjelasan diatas, mengenai penjelasan apa yang
menjadi latar belakang sosiobudaya Burhanuddin Usman, serta melihat apa saja
dari karakteristik budaya Melayu itu sendiri. Burhanuddin Usman merupakan
seorang pekerja seni yang sosiobudayanya ialah budaya Melayu murni.
31
2.1.1
Riwayat Keluarga Burhanuddin Usman
Burhanuddin Usman lahir di Medan, 70 tahun yang lalu. Burhanuddin
Usman merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara dari pasangan Usman bin
Haji Muhammad dan Halimatus Sadiah. Ayah dan Ibunya berasal dari suku
Melayu, pekerjaan ayahnya Beacukai sedangkan Ibunya seorang ibu rumah
tangga. Dari kedelapan saudara Burhanuddin Usman, hanya ia yang memiliki jiwa
seni dan menjadi pekerja seni. Berikut ini urutan dari keturunan Usman bin Haji
Muhammad dan Halimatus Sadiah.
Tabel 2.1.1 Keterangan nama-nama anak dari keluarga Usman
bin Haji Muhammad dan Halimatus Sadiah.
Nomor
Urutan
Nama
1
Anak pertama
Syfi‘i
2
Anak kedua
Nur Aidah
3
Anak ketiga
Nur aini
4
Anak keempat
Nasaruddin
5
Anak kelima
Hasni
6
Anak keenam
Rafiin
7
Anak ketujuh
Burhanuddin Usman
8
Anak kedelapan
Zumhar
32
Burhanuddin Usman tidak pernah dilarang untuk menjadi pekerja seni.
Menurut saudaran-saudari, Burhanuddin Usman sangat memiliki jiwa seni yang
sangat tinggi dan berbakat. Dengan demikian ke tujuh saudara-saudari
burhanuddin Usman selalu mendorong untuk selalu mengembangkan bakat dan
kreatipitasnya. Namun, ayah Burhanuddin Usman berpendapat sebagai Islam
menggangap musik itu Makrho. Atau bilamana musik itu dimainkan tidak
membuat nilai dosa sedangkan jikalau musik itu ditinggalkan berpahala. Contoh
lain Makrho seperti halnya Rokok. Jikalau seseorang itu merokok ia tidak berdosa
sedangkan jikalau ia meningalkan aktipitas merokok ia berpahala. Dengan
demikian ayah dari Burahanuddin Usman tidak pernah melarang Burhanuddin
Usman untuk menjadi pelaku seni.
Burhanuddin Usman menikah pada usia 27 tahun oleh Siti Salma. Siti
Salma masih merupakan saudara jauh dari Burhanuddin Usman yaitu anak Macik
atau anak dari adiknya, adik ibu Burhanuddin Usman. Namun, pada waktu mereka
menjalin kedekatan mereka tidak mengetahui bahwa mereka masih memiliki
ikatan dari garis keturunan ibunya masing-masing. Proses pendekatan ini mulanya
dilakukan pada waktu perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia atau sering
juga disebut perayaan 17an. Mereka sering menonton pertunjukan seni 17an dan
lambat laun benih asmara itu timbul. Sampai pada jalinan asmara atau pacaran ini
terjadi selama 1 bulan saja. Sampai kemudian terjadi proses pinangan dan
pernikahan.
Pernikahan ini merupakan sebuah gejolak patah hati dari seorang
Burhanuddin Usman. Siti Salma bukan pacar terakhirnya Burhanuddin Usman,
namun pacar sebelum menikah ialah Raudah. Raudah merupakan pacar yang telah
33
dijalankan cukup lama kisaran waktu lebih dari satu tahun menjalin hubungan
pacaran. Namun karena ia tahu mau dilamar oleh Burhanuddin Usman ia menolak
untuk melanjutkan jalinan asmara ataupun pacaran dengan alasan yang tidak jelas.
Dari sini lah Burhanuddin Usman mencari wanita lain dan akhirnya bertemu
dengan Siti Salma lalu sampai kepada jenjang pernikahan.
Pernikahan Burhanuddin Usman dan juga Siti Salma dilakukan sekitar
tahun 1971 yang bulan dan tanggalnya tidak diketahui secara tepat. Pernikahan ini
dilakukan dengan budaya Melayu yang mana orang tua dari Siti Salmah itu
budaya Melayu juga. Bentuk mahar atau emas kawin yang diberikan Burhanuddin
Usman pada pernikahan ini berbentuk uang sebesar dua puluh satu ribu (Rp:
21.000). Setelah pernikahan ini Burhanuddin Usman sekarang tetap pekerjaannya
sebagai pekerja seni dan ibu Siti Salma sebagai ibu rumah tangga saja (IRT).
Pernikahan Burhanuddin Usman dan Siti Salma ini dikaruniakan anak 5 orang.
Tabel 2.1.1.1 Keterangan nama-nama anak dari keluarga dari Burhanuddin
Usman dan Siti Salma
Nomor
Nama
Usia
1
Avivah
39 tahun
2
Fauzah
37 tahun
3
Hidayati
35 tahun
4
Ainah
33 tahun
5
Saipul
31 tahun
34
Dari kelima anak Burhanuddin Usman dan Siti Salma ini, anak-anaknya
tidak ada memiliki aliran seni yang besar atau tidak ada yang melanjutkan profesi
dari orang tuanya sebagai Pemusik. Ini bukan tidak dicoba oleh Burhanuddin
Usman dan Siti Salma untuk menurunkan pengetahuan seni bapak nya kepada
anak-anak mereka. Kelima anak-anak Burhanuddin Usman dan Siti Salma dari
mulai sejak kecil sudah selalu dibawah atau diperkenalkan tentang dunia kesenian
jikalau ia
show (pertunjukan) atau melakukan latihan-latihan musik. Namun
inilah seni itu menurut Burhanuddin Usman, jikalau anak tidak ada dalam dirinya
bakat seni sulit untuk memaksa ia untuk bisa melakukan kreatipitas dari seni itu.
Burhanuddin Usman dalam menamai anak pertamanya Avivah terinspirasi
dengan salah satu pemain alat musik Bongo yang bernama Avivah. Pemain alat
musik Bongo ini dalam permainannya sangat mahir. Avivah juga merupakan
pemain alat musik Bongo pada grup-grup musik Melayu yang sangat terkenal.
Jadi Burhanuddin Usman menamakan anak pertamanya Avivah yang berharap
anaknya ini bisa mengikuti Avivah pemain Bongo supaya bisa mahir dalam dunia
kesenian musik. Khususnya kesenian musik Melayu.
Sekitar tahun 2000 Burhanuddin Usman mengalami suatu penyakit mata
yang membuat Burhanuddin Usman mengalami kebutaan. Kebutaan ini terjadi
ketika Burhanuddin Usman bermain musik pada suatu acara di Medan Labuhan
acara perayaan pernikahan. Namun, karena didorong rasa profesionalitas atau
dengan rasa tanggung jawab tinggi Burhanuddin Usman tetap bermain dengan
kondisi sudah tidak bisa melihat. Setelah acara itu berakhir, Burhanuddin Usman
mencoba mengobati penyakitnya itu melalui medis, herbal dan sampai berbauk
35
kepercayaan lokal. Namun, tidak membuat penyakit Burhanuddin Usman itu
menjadi sembuh.
Inilah riwayat dari keluarga besar Usman Bin Muhammad dan Halimatus
Sadiah serta Burhanuddin Usman dan Siti Salma sebagai faktor pendukung dalam
dunia seni Burhanuddin Usman.
2.1.2
Riwayat Pendidikan Burhanuddin Usman
Sekitar tahun 1951, untuk tingkat sekolah dasar Burhanuddin Usman
bersekolah di sekolah rakyat (SR) Labuhan yang berlokasi di jalan Labuhan Deli.
Jenjang sekolah rakyat sampai kelas 3. Saat itu Burhanuddin Usman sedang
berusia 7 tahun. Menarik dari Burhanuddin Usman, Burhanuddin Usman tidak
seperti siswa yang lainya dimana harus mengikuti kegiatan dari kelas 1. Namun,
Burhanuddin Usman langsung pada tingkat atau kelas 3. Burhanuddin Usman
langsung berada di kelas 3, karena menurut guru-guru siapa yang sudah pandai
membaca bisa langsung kekelas 3. Dengan demikian Burhanuddin Usman hanya
setahun dalam sekolah rakyat Labuhan.
Kemudian Burhanuddin Usman melanjutkan sekolahnya ke sekolah
agama. Tingkatan setelah sekolah rakyat yang Burhanuddin Usman lakukan.
Pertama Burhanuddin Usman
bersekolah Yayasan Alwasliyah jenjang
IBTIDAIYAH selama 6 tahun yang bertempat di Pulau Brayan. Proses kedua juga
Burhanuddin Usman bersekolah masih di Yayasan Alwasliyah jenjang
TSANAWIYAH selama 3 tahun yang berlokasi di jalan Pulau Brayan. Pendidikan
terkahirnya Burhanuddin Usman bersekolah Yayasan Alwasliyah jenjang aliyah
selama 3 tahun yang berlokasi dijalan ismalia ujung amaliun Nomor 20 Medan.
36
Dalam proses belajar di sekolah agama pada Yayasan Alwasliyah dari
jenjang IBTIDAIYAH dan TSANAWIYAH di sini secara non formal Burhanuddin
Usman mempelajari dunia kesenian umumnya, khususnya seni musik. Dimana
dalam Yayasan Alwasliyah juga dibuat asrama buat siswa/siswi yang mengikuti
pembelajaran disekolah ini. Asrama ini diperuntukan kepada siswa/siswi yatim
piatu dengan tidak dikenakan biaya administrasi. Banyak dari anak yatin piatu
yang bersuku Batak Mandailing yang berada dalam asrama ini. Batak mandailing
yaitu suku batak yang secara letak geografis atau administrasi lokasinya berada
dipesisir Kota Sibolga yang salah satu daerah pada Sumatera Utara. Anak-anak ini
mempunyai tingkat bakat seni yang tinggi khususnya alat musik seruling. Lambat
laun siswa/siswi yang di asrama ini selalu memainkan alat musik seruling diluar
jam belajar formal dikelas. Kemudian Burhanuddin Usman pun selalu melihat
siswa yang lain ini bermain seruling, sampai suatu ketika ia pun belajar seruling
dengan mereka hingga Burhanuddin Usman pun menjadi mahir dalam bermain
alat musik seruling. Menarik menjadi perhatian dalam prosesnya setelah
Burhanuddin Usman mahir memainkan alat musik seruling, Burhanuddin Usman
sekarang tidak lagi dikasi memakai alat musik seruling siswa ini. Kemudian
setelah sangat inginnya memainkan seruling itu, Burhanuddin Usman pun
memutuskan untuk meminta siswa/siswi temannya ini untuk mau menjual
seruling itu kepadanya dan merekapun mau menjualkannya kepada Burhanuddin
Usman. Inilah riwayat pendidikan Burhanuddin Usman, dimana dalam proses
pendidikan secara formal yang dilakukan Burhanuddin Usman, Burhanuddin
Usman juga memanfaatkan situasi didalam pendidikan formalnya untuk belajar
secara non Formal apa itu dunia seni secara umum, dan lebih khususnya seni
37
musik. Dan ini juga menjadi proses dalam bermusiknya sebagai pemusik seruling
dan Saksofon hingga saat ini.
2.1.3 Riwayat Pekerjaan.
Sampai saat ini pekerjaan tetap Burhanuddin Usman adalah seorang
seniman. Burhanuddin Usman bergerak di bidang seni musik yaitu sebagai
pemain Saksofon dan seni lukis yaitu sebagai pembuat Lukisan. Orang- orang
disekelilingnya biasa memanggilnya dengan sebutan Uwak Buyung, namun kalau
diatas pentas pangilannya Si Terompet Maut. Hal ini menjadi menarik mengenai
panggilannya si Terompet Maut karena Burhanuddin Usman bukan memainkan
alat musik Terompet melainkan Saksofon. Namun, karena nama alat musik
Saksofon tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Dan alat musik ini mirip seperti
Terompet masyarakat sering menyebutnya dengan Si Terompet Maut. Dikatakan
juga Maut karena dalam memainkan alat musik Saksofon jari-jarinya amatla cepat
sehingga orang-orang terkagum-kagum.
Kemudian Burhanuddin Usman juga menyempatkan diri mencari
tambahan pemasukan dilaur jam bermusiknya dengan membuka tempah lukisan
kecil-kecilan. Lukisan yang Burhanuddin Usman sering buat itu lukisan yang
bertemakan anak kecil yang sudah melakukan adat Mengayun atau menabalkan
nama (menamakan anak itu) dan juga lukisan yang bertemakan nama tokoh usaha
ataupun nama gang. Kemudian dalam kehidupan hingga saat ini banyak
Burhanuddin Usman melakukan perkerjaan guna menjadi tambahan setidak ada 4
pekerjaan yang sering dilakukan Burhanuddin Usman diluar pekerjaannya sebagai
pekerja seni.
38
Burhanuddin Usman juga pernah menjadi buruh pabrik selama kurang
lebih 8 bulan pada tiga pabrik yang pernah ia jalani. Pekerjaan di pabrik ini
Burhanuddin Usman sebagai posisi Buruh pabrik. Berikut ini nama-nama pabrik
yang pernah Burhanuddin Usman bekerja yaitu:
1. Pabrik Asbes ― Bukit Tan‖ selama 3 bulan. Di KIM (kawasan industri
Medan)
2. Pabrik Karet dan Ban ― Timur Raya‖ selama 3 bulan. Di KIM
(kawasan industri Medan)
3. Pabrik Karet ― Denyu Asian‖ selama 2 bulan. Di KIM (kawasan
industri Medan)
Burhanuddin Usman di sini bekerja dipabrik tidak ingat pasti pada tahun
berapa. Namun setiap ada pertunjukan musik yang memaksa untuk tidak bekerja
lagi Burhanuddin Usman lakukan. Dan sebalikanya jikalau pertunjukan musik lagi
periode yang sunyi maka Burhanuddin Usman akan mencoba menjadi kerja
tambahan lainnya.
Burhuanuddin Usman juga pernah membuka usaha jualan minuman
dirumah nya guna membantu pekerjaan pokoknya sebagai seorang pemusik.
Bentuk usaha minuman ini kalau dari siang ke sore berjualan es kelapa dan
minuman dingin lain serta pada waktu malam berjualan minuman hangat seperti
bendrek. usahanya ini juga melibatkan seluruh anggota keluarga Burhanuddin
Usman. Seperti Istri, dan anak-anaknya. Kegiatan jualan ini juga dilakukan
sampai sekarang namun sudah diteruskan oleh anaknya.
Burhanuddin Usman juga dalam kehidupanya pernah bekerja sebagai
Petani. Burhanuddin Usman bertani di tanah atau ladang kepunyaan orang tuanya
39
sendiri. Aneka tanaman yang pernah Burhanuddin Usman tanam antara lain :
Padi, jagung, kacang, ubi dan sayur mayur. Dalam kegiatan bertani ini setidaknya
dapat membantu ekonomi keluarga dalam bahan makanan pokok dan sebahagian
lagi dijual kembali. Dengan demikian jikalau kegiatan bermusiknya lagi tidak ada
Burhanuddin Usman dapat memberikan nafkah tambahan dari hasil bertani.
Burhanuddin Usman juga dalam riwayat pekerjaannya pernah berprofesi
sebagai tukang cat mobil pada bengkel mobil disalah satu bengkel di Labuhan.
Kegiatan ini berlangsung selama 6 bulan. Kegiatan ini juga secara tidak langsung
dapat mengasa jiwa seni Burhanuddin Usman dalam bidang seni lukis, karena
menurut Burhanuddin Usman melukis sama dengan mengecat yang intinya itu
harus membuat sebuah gambar atau pola yang mempunyai nilai keindahan atau
lebih sering disebut dengan menjadi indah.
Dari semuah penjelasan diatas mengenai semuah pekerjaan yang pernah
Burhanuddin Usman lakukan, ini semata-mata hanya ingin membatu pekerjaan
pokoknya sebagai pekerja seni. Dan hingga pada saat sekarang Burhanuddin
Usman masih menjadikan pekerja seni sebagai pekerjaan pokok dalam
kehidupannya sehari-hari.
2.1.4 Riwayat Kepemusikan Burhanuddin Usman
Burhanuddin Usman memulai karirnya sebagai pemusik dimulai sejak
tahun 1955. Sebenarnya Burhanuddin Usman tidak pernah belajar khusus
mengenai materi musik. Jiwa kepemusikannya sudah timbul sejak Burhanuddin
Usman masih kecil sekitar umur 12 tahun. Ketika masih bersekolah jenjang
IPTIDAIYAH di sekolah Alwasliayah Burhanuddin Usman sering melihat siswasiswi lain di sekolah yang bersuku batak Mandailing yang mahir memainkan alat
40
musik seruling. Dimana setiap pagi dan sore selalu siswa-siswi itu mainkan.
Kemudian Burhanuddin Usman mulai ingin memainkannya dengan meminjam
alat musik seruling itu lalu mencoba tiup-tiup seruling itu yang lama kelamaan
Burhanuddin Usman sudah bisa memainkan solmisasi atau tangga nada yang
berkembang pada konsep musik barat dari alat musik seruling itu. Namun pada
suatu waktu Burhanuddin Usman tidak diberi pinjam seruling lagi dari siswa yang
lain itu. Burhanuddin Usman pun mencoba dengan membeli dari siswa itu.
Setelah Burhanuddin Usman membeli dari teman nya itu, Burhanuddin Usman
sekarang kemana-mana diluar jam belajar selalu membawa alat musik seruling itu
dan memainkannya.
Kemudian Burhanuddin Usman juga berlatih di ladang ataupun sawah
sambil menggembalakan hewan ternak kerbau dan kambing. Pada waktu
mengembalakan peliharaannya, sebuah grup Padang Pasir: Gambus Melayu Tiga
Serangkai melintas dan mendengar permainan seruling Burhanuddin Usman.
Lokasi dari grup ini tepat berada didekat sawah yang menjadi tempat
pengembalaan hewan peliharaannya. Setelah terus-menerus didengar dan
diperhatikan grup ini kemudian Burhanuddin Usman pun ditawari oleh grup ini
untuk ikut bergabung latihan. Burhanuddin Usman pun menerima tawaran baik
grup ini. Setalah kurang lebih seminggu sudah ikut latihan dengan grup ini
Burhanuddin Usman sudah diajak main untuk ada pesan main pada acara hajatan
ataupun pesta disekitar lokasi tempat ini.
Pada tahun 1958 Burhanuddin Usman main pada acara peresmian AlWathan dengan Orkes Al Wathan. Di sini merupakan pengalaman pertama
Burhanuddin Usman bermain diluar grupnya gambus Melayu tiga serangkai .
41
Burhanuddin Usman juga di sini diperlakukan sebagai pemusik yang bisa
dikatakan sudah professional maksudnya sudah dibayar sesuai dengan pasaran
pemusik tingkat professional lainnya yang seingatnya sejumlah Rp 500.
Pada tahun 1960 sebuah grup yang bernama Sotut Dahri yang bahasa
Indonesia artinya Bintang-bintang yang pimpinan bapak Dahlan Nasution yang
seorang anggota DPR RI, membuat sebuah sayambara untuk membuat rekaman
lagu-lagu padang pasir. Yang dari sayambara ini Dahlan Nasution mengumpulkan
100 pemusik Melayu. Dari ke 100 pemusik Melayu ini Burhanuddin Usman
merupakan salah satu yang terpilih menjadi personilnya Sotut Dahri.
Pengalaman pada grup Sotut Dahri ini telah mebuat karya rekaman yang pada
waktu itu masih berbentuk Piringan Hitam, lagu-lagunya antara lain:
1. Mali Ila Ahadin
2. Mawar
3. Hanya kenangan
4. Ya Rabbi Salimna dan masih banyak lagi namun Burhanuddin usman
sudah tidak ingat lagi apa lagi judul-judul dari hasil rekaman mereka.
Kemudian pengalaman nya dengan grup Sotut Dahri ini juga Burhanuddin
Usman bersama 100 personil lainnya juga pernah bermain pada acara Maulid
Nabi di Gedung Olahraga Nasional Sumatera Utara. Namun pada grup Sotut
Dahri ini, pengalaman main untuk banyak tempat tidak terlaksana banyak karena
untuk bisa memanggil grup ini membutuhkan uang yang banyak yang harus
membayar 100 orang, dan juga grup ini mendokumentasikan lagu-lagu melayu
guna memeriahkan Industri musik Melayu di Sumatera Utara.
42
Pada tahun 1965 Burhanuddin direkrut grup El Soraya Putri guna
melakukan tour pertunjukan musik diberbagai tempat antara lain:
1. Aceh
2. Pecan baru
3. Jambi
4. Palembang dari keemapat tempat ini bermain selama 1 bulan lebih.
Pada tahun 1968 Burhanuddin Usman berserta grup irama padang pasir El
Suwaya bermain pada suatu acara perayaan pernikahan seorang putera anak dari
Bea dan Cukai di belawan.
Gambar 2.1.4
Burhanuddin Usman dalam grup El Suwaya.
Dokumentasi penulis, 2014
43
Pada tahun 1974 Burhanuddin Usman juga bermain di pulau Jawa yaitu di
Jakarta. Pada acara Jakarta Fair di Taman Patah Ila bersama grup Nur El Soraya.
Pemain-pemain yang bermain di Jakarta fair antara lain:
Tabel 2.1.4 Keterangan nama-nama pemain grup Nur El Soraya
Nomor
Nama
Pemain /Jabatan
1
Thalib Hasan
Pimpinan
2
Pajar/ Ucok
Akordion
3
Dayat
Bass
4
Burhanuddin Usman
Saksofon Tenor
5
Said
Drum
6
Avivah
Bongo
7
Umi Ami
Biola
8
Suhaimi
Biola
9
Ruliah
Biola
10
Nurhayani
Biola
11
Junaidah
Oud
12
Samsian
Seruling
13
Cut Ros Mawar
Vokal
Dan pada acara Jakarta fair ini grup dari Nur El Soraya berhasil
menjadi juara harapan 1.
Pada tahun 1985 Burhanuddin Usman juga direkrut grup Nursa Jamil/
Qoriah International. Dimana disini untuk main acara MTQ nasional yang
44
tuan rumah di Aceh. Selain acara MTQ itu, Burahnuddin Usman dan grup
Nursa Jamil ini membuat rekaman lagu Embun Pagi dan juga Petani.
Pada tahun 1990 an Burhanuddin Usman mendapatkan pertunjukan
dalam acara Kampanye partai Golkar (golongan karya) yang di lakukan di
daerah Pahae, dan Sipirok. Anggota Golkar yang mengajak Burhanuddin
Usman pada waktu itu Gubernur Sumatera Utara Rajainal Siregar dan anggota
DPDR Sumatera Utara Burhanuddin Napitupulu.
Pada tahun 2000, Burhanuddin Usman berserta grup Setanggi Timur
mengikuti sebuah festival musik Muharam Fair di Kota Medan. Di sini
mereka menjadi juara harapan 1. Namun, menurut Burhanuddin Usman pada
waktu mengikuti festival ini. Grup dari Setanggi Timur mengalami
kecurangan oleh pihak panitia. Ada 2 juri berpendapat bahwa grup ini yang
harusnya juara 1. Namun karena mereka bukan dari kalangan panitia, grup ini
hanya menjadi juara harapan 1 saja. Para penonton juga pernah berteriak
kepada panitia dengan keputusan keliru mereka. Namun hal itu tidak
mengubah hasil akhir festival Muharram Fair. Kemudian Burhanuddin Usman
juga di muat dalam sebuah Koran (surat kabar) terbitan dari SRM . Berikut ini
hasil dokumentasi yang di muat oleh harian tersebut.
45
Gambar 2.1.4 Keterangan isi berita dalam sebuah harian surat
kabar SRM Medan.
Dokumetasi Penulis, 2014.
46
Pada tahun 2002 Burhanuddin Usman bersama grup musik Keyboard Santen
Balade banyak melakukan pertunjukan-pertunjukan musik pada setiap acara
hiburan atau perayaan. Ini juga salah satu bentuk pertunjukan yang sangat rutin
dimainkan atau diikuti oleh Burhanuddin Usman sebagai seorang pemusik.
Gambar 2.1.4 Berikut gambar hasil dokumentasi pada grup santen balade.
Dokumentasi Penulis, 2014.
Pada tahun 2003 Burhanuddin Usman bermain di Duri ―Riau‖ acara MTQ
nasional. Disini pemusik dari Medan sangat dihargai dengan banyaknya yang
memberikan tepukan tangan yang sangat meriah.
Pada tahun 2004 Burhanuddin Usman juga diundang mengisi acara
pernikahan di Ujung Kubu acara pernikahan anak pejabat.
Pada tahun 2007 Burhanuddin Usman mendapatkan permintaan bermain
untuk sebuah peresmian sebuah pulau di daerah Belawan yaitu Pulau Siba Land.
47
Pada peresmian ini Burhanuddin Usman diajak oleh Gubernur Sumatera Utara
Rudolf Pardede.
Pada tahun 2008 Burhanuddin Usman mendapat permintaan bermain di
Tanjung Pura acara pernikahan. Pada tahun 2010 Burhanuddin Usman mendapat
permintaan bermain untuk menghibur acara pernikahan di Siak ‖Karawang‖. Pada
tahun 2012 Burhanuddin Usman bermain di Perumahan Dosen USU (universitas
sumatera utara) acara pernikahan anak dosen. Pada tahun 2014 Burhanuddin
Usman bermain di Tanjung Balai acara pernikahan yang diadakan digedung olah
raga Tanjung Balai.
Dengan melihat penjelasan mengenai riwayat kepemusikan Burhanuddin
Usman yang mana telah diceritakan bagaimana Burhanuddin Usman masuk dan
mulai belajar musik Melayu, serta juga melihat penjelasan mengenai bagaimana
pengalaman bermusik Burhanuddin Usman yang sudah sangat banyak, dan juga
telah melakukan proses perekaman lagu-lagu Melayu yang dimana pada masa itu
seseorang pemusik yang telah melakukan proses rekaman lagu Melayu merupakan
Pemusik yang sudah dianggap berhasil. Penulis berkesimpulan bahwa
Burhanuddin Usman merupakan seorang pemusik tradisional Melayu yang
menjadi panutan ataupun sebagai bahan referensi buat pemusik tradisional Melayu
lainnya.
48
BAB III
PERANAN SAKSOFON DI DALAM BUDAYA
MUSIK MELAYU
Setelah mengetahui Biografi Burhanuddin Usman sebagai pemusik
saksofon dalam budaya musik Melayu, penting kita menjelaskan mengenai musik
Melayu itu sendiri, lalu musik Melayu yang ada di Kota Medan, kemudian sejarah
masuknya alat musik saksofon dalam budaya musik Melayu di Kota Medan,
fungsi dan guna alat musik saksofon dalam budaya musik Melayu di Kota Medan,
dan mendeskripsikan alat musik Saksofon, dan jenis alat musik saksofon yang
dingunakan Burhanuddin Usman sebagai seorang pemusik.
3.1 Musik Melayu
Musik mempunyai daya tarik yang luar biasa bagi setiap manusia. Tiada
seseorang yang dapat menghindarkan dirinya terhadap pengaruh musik. Begitu
juga dengan masyarakat Melayu. Musik merupakan pancaran kehidupan bagi
masyarakat Melayu sendiri. Musik tidak hanya sekedar kreasi artistik, tidak juga
sekedar untuk hiburan atau bersantai, tetapi musik itu juga bersatu dengan
berbagai aspek kehidupan, bersatu di dalam sistem kepercayaan, struktur sosial,
bahkan di dalam aktivitas perekonomian suku bangsa itu. Seperti halnya dengan
bahasa, maka musik juga adalah alat komunikasi sosial dan sebagai media, ia
memainkan peranan penting di dalam interaksi sosial antara berbagai individu di
dalam masyarakat pendukungnya itu (Lukman Sinar Basyarsyah II, 2002:284).
49
Masyarakat Melayu sejak zaman dahulu telah mencipta musik bagi
kalangan mereka. Bahkan musik tradisi Melayu telah memainkan peranan yang
sangat penting dalam kehidupan sosial budaya mereka. Musik Melayu tradisional
menggambarkan corak budaya masyarakat budaya Melayu dan merupakan hasil
kreativitas dari gejolak jiwa mereka terhadap alam sekeliling.
Seni musik masyarakat Melayu dapat dibagi atas dua yaitu :
1. Musik tradisi warisan istana.
2. Musik tradisi rakyat.
3.1.1 Musik Tradisi Warisan Istana
Dalam masyarakat Melayu tradisional terdapat dua kelompok masyarakat.
Pertama mereka yang memiliki tradisi kebudayaan yang tinggi yang disebut
sebagai tradisi yang tinggi (great tradition), yang kedua adalah masyarakat tradisi
rendah (little tradition). Dalam masyarakat tradisi tinggi, taraf kehidupan
anggotanya lebih tinggi. Mereka merupakan golongan yang menguasai bidang
politik dan hidup dalam kemewahan.
Kelompok bangsawan ini sangat menyukai musik dan memiliki banyak
kelompok musik. Bahkan dalam kegiatan kesehariannya telah diadakan latihan
secara teratur dan dianjurkan untuk terus mengembangkan kesenian tradisi musik
guna menghibur keluarga bangsawan. Salah satu kesenian musik tradisi yang
sangat terkenal dan dihormati oleh kaum bangsawan ini adalah musik penobatan
raja, yang dikenal dengan istilah Musik Nobat Raja. Alat musik yang digunakan
adalah nafiri dan serunai. Peranan musik ini adalah untuk mengesahkan
kedudukan sosial golongan bangsawan. Musik nobat dipercayai memiliki
50
kekuatan supranatural (super natural power) dan apabila mendengar suara musik
ini, maka seluruh rakyat diwajibkan untuk berhenti sejenak dari seluruh
kegiatannya (Wikipedia Indonesia).
3.1.2 Musik Tradisi Rakyat
Musik tardisi rakyat adalah segala jenis musik yang berkembang pada
masyarakat kelas bawah. Pada golongan ini rebana merupakan alat musik yang
paling akrab dalam kehidupan sehari-hari mereka. Alat musik ini berasal dari
kebudayaan Islam dan merupakan hadist Nabi Muhammad untuk menggunakan
alat musik ini dalam bermusik.
Musik tradisi Masyarakat Melayu biasanya menggunakan alat-alat musik
yang belum mendapat pengaruh barat (seperti bass. Biola, gitar, piano, akordion,
dan lain-lain), tetapi musik yang masih memakai alat-alat musik yang biasa
ditemukan di kepulauan nusantara seperti gong, rebana, serunai,gendang, suling,
dan lain-lain.
Musik tradisi Melayu tidak diwariskan dalam bentuk notasi seperti pada
musik Barat. Tetapi diwariskan secara informal, jadi tergabung di dalam oral
tradition (tradisi lisan) di dalam kebudayannya. Anggota-anggota yang mudamudi didalam suatu ensambel musik tradisional Melayu dengan tekun
mendengarkan
kemudian
meniru/mempraktekkan
permainan
alat
musik
tradisional tadi di bawah bimbingan yang anggota-anggota yang tua-tua. Pimpinan
suatu ensambel atau juga “conductor”-nya sering memainkan salah satu alat
musik yang penting untuk menentukan tempo. Anggota-anggota ensambel yang
lain kemudian mendengarkan kepada memperhatikan ke arah conductor tadi.
51
Contoh-contoh dari suatu alat-alat musik yang penting yang dimainkan oleh
pemimpin-pemimpin ensambel adalah gendang ataupun rebab. Jika ada dua
conductor, yang satu biasanya pimpinan untuk tempo atau dynamic leader dan
yang lainnya sebagai melodic leader.
Begitu juga seorang dukun atau pawang (shaman) melakukan tugasnya
menyanyikan mantera-mantera dengan iringan alat musik tetabuhan sehingga ia
berada dalam keadaan seluk atau ―kemasukan‖ (in trance).
Disamping itu di dalam masyarakat Melayu dapat kita lihat adanya
penghormatan di dalam suatu pesta terhadap rombongan kesenian yang bersifat
semi religius. Ketika suatu kelompok menyanyikan lagu dan syair yang memuji
Allah SWT atau nabi Muhammad SAW, maka kelompok musik lain akan berhenti
sejenak. Jadi, di dalam kesenian musik tradisi Melayu ada musik yang bersifat
sosial dan ada pula musik yang berkonotasi dengan keagamaan (Wikipedia
Indonesia).
Dalam bidang hiburan, Lukman (1990:3) mengelompokkan musik Melayu
kedalam musik modern, yaitu musik yang mempergunakan alat musik Barat
(seperti biola, bas, gitar, piano, akordion dan lain-lain), meskipun lagunya
―Melayu Asli‖
dan begitu juga tari yang mengiringinya. Permainan dengan
memakai alat-alat tradisional Melayu bisa dimainkan berdampingan dengan alat
musik yang berasal dari Barat. Misalnya: alat musik gong
dan gendang
dimainkan berdampingan dengan alat musik biola yang mengantikan musik rebab,
dan menggunakan akordion ketika mengiringi tari-tarian.
52
3.2 Musik Melayu di Kota Medan
Musik Melayu Kota Medan berakar dari Qasidah yang berasal sebagai
kedatangan dan penyebaran agama Islam di Nusantara pada tahun 635 - 1600 dari
Arab, Gujarat dan Persia, sifatnya pembacaan syair dan kemudian dinyanyikan.
Tiga Jenis Masa Perkembangan Menurut waktu lahirnya dan alat musik yang
dipakai, maka ada 3 jenis Musik Melayu secara umum, yaitu:
•
Musik Melayu Asli, hanya dengan pukulan kendang atau rebana seperti
Qasidah, diperkirakan tahun 635 – 1600.
• Musik Melayu Tradisional, sudah memakai alat musik gong, rebana, rebab,
serunai, diperkirakan tahun 1800 – 1940.
• Musik Melayu Modern, memakai alat musik modern, di samping tradisional,
seperti biola, guitar, akordeon, saksofon dan terakhir dengan keyboard,
diperkirakan setelah tahun 1950 (Wikipedia Indonesia).
Bentuk dari musik Melayu secara umum dipakai dengan 3 pola rentak
yaitu menurut Fadlin, ada tiga jenis rentak Musik Melayu, yaitu:
1) Pertama, rentak senandung, yaitu dengan metrik 4/4, dalam satu siklus
terdapat delapan ketukan, biasanya dengan irama lambat dan lagu bersifat sedih.
Contoh lagu adalah Kuala Deli, Laila Manja.
2) Kedua, rentak mak inang, yaitu dengan metrik 2/4, tempo lagu sedang,
biasanyalagu bertemakan kasih sayang atau persahabatan. Contoh lagu adalah
Mak Inang Pulau Kampa, Mak Inang Stanggi, Pautan Hati.
3) Ketiga, rentak lagu dua, yaitu dengan metrik 6/8, sifatnya riang dan
gembira, bersifat joget, tempo agak cepat, sangat digemari orang Melayu. Contoh
lagu Tanjung Katung, Hitam Manis, Selayang Pandang.
53
Kemudian Menurut Ahli Musik Lokal ada 4 jenis rentak yang umum
dingunakan dalam budaya musik Melayu oleh Daryudi (Seorang ahli musik lokal
di Medan) menyebutkan rentak dibagi dalam:
1) Rentak Langgam, metrik 4/4 dengan kecepatan Andante, contoh lagu
Makan Sirih, Kuala Deli, Patah Hati.
2) Rentak Inang, metrik 4/4 dengan kecepatan Moderato , sejenis Rumba,
contoh lagu Mak Inang Pulau Kampai, Mak Inang Lenggang, Mak Inang
Selendang. Seperti diketahui bahwa Inang dalam kerajaan berarti Dayang-dayang.
3) Rentak Jo get, metrik 2/4, jadi cepat seperti Allegro . Contoh lagu
Tanjung Katung, Selayang Pandang.
4) Rentak Zapin, metrik 6/8, dengan kecepatan Moderato , dan istilah
Zapin diambil dari bahasa Arab yang berarti derap kaki, disini petikan gambus
sangat menonjol. Contoh lagu Zapin Sri Gading, Zapin Sayang Serawak.
Dari kedua pendapat diatas secara umum bentuk dari musik Melayu itu
sangat erat dingunakan oleh setiap pemusik-pemusik tradisional Melayu.
Kemudian setelah kita mengetahui jenis musik Melayu menurut waktu dan alat
musik yang dipakai serta bentuk dari musik Melayu, maka bantuk dari Musik
Melayu yang ada di Kota Medan sama seperti penjelasan di atas. Kemudian
penting kita melihat sejarah masuknya Saksofon dalam budaya musik Melayu di
Kota Medan.
54
3.2.1 Sejarah Masuknya Saksofon dalam Budaya Musik Melayu di Kota
Medan
Sejarah masuknya alat musik Saksofon pada musik Melayu diperkirakan
sekitar tahun 1920an akhir. Ini terjadi ketika bangsa Belanda yang masih menjajah
Indonesia masuk dan membawa alat musik Saksofon di daerah Kota Medan.
Kemudian lama kelamaan para pekerja seni Melayu sudah mulai ingin
mempelajari alat musik Saksofon. Namun pengaplikasian ilmu musik dari
pemusik Melayu itu sendiri masih sangat dibatasi dikarenakan masih dilarang dan
diawasi oleh bangsa Belanda. Kemudian, Sejak tahun 1930an Indonesia masih
dalam situasi dijajah oleh Belanda sekarang sudah semangkin bebas buat warga
Indonesia untuk melakukan aktipitas berkesenian. Ini membuat para pekerja seni
sudah mulai memainkan alat musik Saksofon pada kebudayaan musik Melayu
(wawancara: Burhanuddin Usman 1 juli 2014).
Pada tahun 1942 Indonesia sekarang di jajah oleh Negara Japan selama 3.5
tahun lamanya. Pada periode ini para pekerja seni Melayu sekarang sudah tidak
diberi ijin lagi dari pihak penjajah untuk melakukan aktipitas berkesenian. Ini
terjadi karena kekejaman Negara Japan yang menjadikan warga Negara Indonesia
sebagai pekerja secara paksa. Dengan demikian permainan musik-musik Melayu
mengalami Mati surih atau selama 3.5 tahun tidak melakukan aktipitas.
Pada tahun 1945 akhir setelah bangsa Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan Bangsa Republik Indonesia, pada tanggal 17 agustus 1945 setiap
masyarakat Indonesia sekarang sudah bebas dari penjajah. Periode inila
merupakan cikal bakal masuknya lagi dan berkembangnya alat musik Saksofon
pada musik Melayu hingga pada saat ini di era 21.
55
3.2.2 Jenis-jenis musik Melayu di Kota Medan
Bentuk atau jenis Musik Melayu yang berada di Kota Medan secara umum dibagi
menjadi 4 bagian yang antara lain :
1. bentuk musik Melayu Padang Pasir.
2. bentuk musik Melayu Orkes Gambus.
3. bentuk musik Orkes Melayu/Dangdut.
4. bentuk musik Melayu Keyboard Melayu.
3.2.2.1 Musik Melayu Padang Pasir
Musik Melayu Padang Pasir atau juga disebut musik Timur tengah
berkembang di negara arab dan sekitarnya menyebut irama padang pasir. Musik
yang paling menonjol adalah qasidah yaitu lagu yang bernafaskan islam yang alur
nadanya berorientasi pada irama padang pasir. Dalam islam : sajak lirik dengan
metrum yang sesuai untuk dinyanyikan atau disenandungkan; baik oleh penyanyi
tunggal, paduan suara maupun sahut-menyahut antara penyayi tunggal dan koor.
Isinya berupa pengagungan terhadap ke-Esaan Allah SWT, melukiskan kebesaran
Rasul-Nya, mengajak beramal dan bejihad di jalan Allah SWT serta anjuran untuk
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Sebagai alat pengiring
biasanya digunakan ―rebana‖, dewasa ini juga meliputi alat-alat musik modern
(Wikipedia Indonesia).
Lagu-lagu Qasidah rebana berdasarkan tangga nada tradisional Timur
Tengah yang selain memiliki skala nada diatonik juga terdapat dalam nada-nada
mikrotonik seperti terdapat dalam alunan tangga nada al bayat, al rast, al sika,
56
al‘ajarm, al nakriez, dan alat yang menjadi ciri khas padang pasir antara lain
(Wikipedia Indonesia) :

Rebana adalah alat musik berupa kendang satu sisi dengan
badan tidak rendah sesuai dengan kemampuan genggamann
tangan.

Gitar gambus adalah kecapi Arab yang kepalanya berbentuk S,
badanya lebih dalam dan lehernya lebih sempit di banding
kecapi klasik (lukman:1990).
3.2.2.2 Musik Melayu Orkes Gambus
Orkes gambus adalah istilah yang kerap digunakan untuk menyebut
pertunjukkan musik yang mengandalkan alat musik gambus. Orkes gambus,
menurut sejarah, adalah kesenian rakyat yang berasal dari Timur Tengah
kemudian disebarluaskan para pedagang Timur Tengah ke beberapa tempat di
Tanah Air. Alat musik ini memang tidak hanya popular dan menjadi alat musik
khas di Bangka Belitung tapi juga di beberapa daerah lain di Indonesia, misalnya
di Kota Medan, Sumatera Utara. Alat-alat Orkes Gambus Melayu yang lazim
dingunakan di Kota Medan antara lain :
1. Akordion.
2. rebana atau gendang ronggeng.
3. dan juga gambus.
Orkes gambus merupakan aliran musik yang dapat berfungsi sebagai media
ritual dan juga aliran musik yang bertemakan tentang cinta. Ciri khas dari orkes
57
gambus ini adalah para pemain gambus pada umumnya juga sebagai vokalis yang
mana dapat memainkan melodi pokok dalam sebuah lagu.
3.2.2.3 Musik Orkes Melayu/Dangdut
Musik Orkes Melayu merupakan aliran musik yang mana dalam setiap
pertunjukannya selalu membawakan lagu-lagu Melayu yang ada pada budaya
musik Melayu. Musik orkes Melayu juga dapat dikatakan penggabungan
seperangkat alat musik modern dan tradisi yang berkembangan dalam budaya
musik Melayu. Alat-alat yang lazim dingunakan dalam setiap bentuk musik orkes
Melayu antara lain:
1. akordion.
2. Gendang Melayu atau gendang ronggeng.
3. Gong kecil.
4. Serta kadang kala seruling.
Orkes Melayu inilah cikal bakal bentuk dari musik Melayu yang ada di
Kota Medan, disebut oleh orang pada umumnya pada bentuk musik Dangdut.
Alasanya terbentuknya nama musik Dangdut itu sendiri dikarenakan suara dari
alat musik gendang yang dingunakan pada orkes Melayu menghasilkan bunyi
dang dan dut. Bunyi dang dan dut itu sendiri merupakan ciri khas dari musik
Melayu yang memberikan suasana untuk berjoget ataupun juga berdendang.
Dengan demikian orkes Melayu yang berada di Kota Medan merupakan jenis
musik dangdut sekarang yang ada di hampir seluruh wilayah Indonesia. Walaupun
musik dangdut itu sendiri mengalami perkembangan sesuai dengan tempat
pendukungnya.
58
3.2.2.4 Musik Melayu Populer/ Keyboard Melayu
Kata dari musik populer tersebut diambil dari jenis musik yang dikenal ganti
kata entertainmen. Musik populer ditengah masyarakat pada suatu waktu tertentu
biasanya akrab dengan dunia remaja dan cepat beradaptasi dengan perkembangan
teknologi. Makna dari musik populer ini secara umum mengandung 2 makna yaitu
sebagai :
1. Musik populer merupakan jenis lagu yang sedang disenangi oleh
masyarakat pada saat tertentu atau kurun waktu terbatas. Lagu yang
sedang populer dan terdengar setiap saat. Bahkan, orang akan merasa
ketinggalan zaman apabila belum mengetahui lagu tersebut (Wawancara
Tahan Perjuangan, 7 mei 2014)
2. Musik populer merupakan jenis lagu yang disajikan kepada pendengarnya
dengan
mengutamakan
teknik
penyajian
dan
kebebasan
dalam
menggunakan ritme maupun jenis intrumen. Bukan karena bentuk, pola
susunan atau struktur lagu tersebut. Permainan ritme yang kuat ditunjukan
oleh pemusik-pemusik lagu populer dengan teknik-teknik permainan drum
yang menggebu-nggebu serta teknik permainan gitar yang menegangkan.
Ritme bersifat alamiah sehingga seseorang (pemain) tidak dituntut harus
berpendidikan tinggi untuk menikmati suatu ritme. Orang pun tidak perlu
memiliki rasa musikalitas (sense of music) yang tinggi agar dapat
menikmati ritme. Sesuatu hal yang biasa apabila lagu-lagu yang
menggunakan irama tertentu dengan mudah diterima oleh masyarakat luas.
59
Ciri-ciri dari bentuk musik populer antara lain:
1. Bersifat sementara atau cepat tergantikan oleh lagu lain.
2. Bersifat menghibur.
3. Tidak mempunyai bentuk lagu tertentu atau sangat bebas bentuknya.
Salah satu alat musik yang sangat menonjol pada perkembangan musik
Melayu populer ialah Keyboard. Dalam Ensiklopedia Musik jilid 1 (1992;285)
dijelaskan bahwa keyboard adalah suatu susunan instrumen dengan satu susunan
kunci yang ditata secara horizontal dan menghasilkan bunyi, antara bunyi piano,
organ, klvikord, harpsichord dan lain-lainnya. Maksudnya keyboard disini ialah
suatu alat musik yang berbentuk key yang dapat menghasilkan berbagai bunyi atau
suara alat, ritem, jenis-jenis alat musik yang menggunakan program yang ada.
Dalam konteks ini keyboard juga menjadi nama dalam suatu bentuk kelompok
ensambel musik yang sering disebutkan musik keyboard.
Musik keyboard atau juga sering disebut pertunjukan keyboard merupakan
salah satu pertunjukan yang dibuat untuk dapat dinikmati bersama-sama.
Pertunjukan ini dibuat oleh masyarakat untuk menghibur orang-orang atas dasar
ucapan terimakasih maupun memang dibuat sekedar hiburan maupun perayaan
bersama. Pertunjukan keyboard disajikan dalam bentuk musikal. Dalam konteks
musikal, keyboard disini mempunyai peranan sebagai pembawa musik iringan
dalam permainannya.
Selain itu keyboard dapat diartikan sesuai dengan
tempatnya berlangsung mencangkup daerah misalnya keyboard Karo, atau
pertunjukan itu dilaksanakan digabung dengan alat musik lain misalnya suling
keyboard (sulkeb).
60
Dalam konteks ini, penulis melihat sebuah bentuk pertunjukan keyboard
dimana ada pengembangan dalam penyajiannya. Pertunjukan keyboard pada
masyrakat Melayu alat yang dipakai dalam bentuk musiknya secara umum terdiri
dari keyboard, Gendang Melayu (gendang ronggeng), Biola, Gambus, Akordion
dan alat musik Saksofon. Pertunjukan keyboard di Kota Medan secara umum
relatif sama dengan pertunjukan keyboard lainnya, namum ada bagian-bagian
yang menjadi ciri khas dari pertunjukan musik keyboard yang dapat dilihat dari
segi pertunjukannya maupun suasana pertunjukan yang sedang berlangsung. Hal
ini dapat dilihat apabila kita mau mengikuti pertunjukan ini secara teliti, dan
menyeluruh.
Pada pertunjukan keyboard sangat jelas terasa konsep pertunjukannya
bernuansa Melayu. Dimana konsep pertunjukan Melayu itu ialah cerminan dari
identitas etnik Melayu (Maksudnya aspek yang ditunjukan meliputi lagu yang
dibawakan lagu Melayu, dan alat musik dipakai alat yang berkembang pada
masyarakat Melayu). Ini merupakan jenis musik Melayu populer atau musik
Keyboard Melayu.
61
Gambar 3.2.1.2.4 Berikut contoh foto musik keyboard Melayu
Dokumentasi Penulis, 2014
3.3 Fungsi dan Guna Saksofon Pada Budaya Musik Melayu
Setiap budaya musik yang berada di Indonesia dapat mengalami proses
perkembangan disebabkan dengan variasi-variasi tambahan baik dari segi ide,
gagasan kreatif, maupun dari variasi tambahan alat musik yang mempunyai fungsi
dan penggunaannya sangat diperlukan pada perkembangannya. Salah satu alat
musik yang dewasa ini ikut turut andil dalam perkembangan musik Melayu di
Kota Medan yaitu Saksofon.
3.3.1 Fungsi Alat Musik Saksofon Pada Budaya Musik Melayu
Berkaitan dengan fungsi, penulis mengacu pada teori use and function
(penggunaan dan fungsi) yang dikemukakan oleh Alan P. Merriam (1964).
62
Menurut penulis fungsi musik yang berkaitan dengan fungsi alat musik Saksofon
pada budaya musik Melayu adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3.1 Keterangan Fungsi Musik menurut Alan P. Meriam (1964)
Nomor
Keterangan
1
Fungsi pengungkapan emosional
2
Fungsi penikmatan estetika
3
Fungsi hiburan
4
Fungsi komunikasi
5
Fungsi representasi simbolis
6
Fungsi respons fisikal
7
Fungsi validasi lembaga-lembaga sosial dan ritual keagamaan.
8
Fungsi kontribusi demi kelangsungan dan stabilitas budaya
9
Fungsi pengintegrasian masyarakat
Spiro dalam Koentjaraningrat (2002) mengutarakan pemakain kata fungsi
dalam konteks budaya, yaitu:
(1) pemakaian yang menerangkan fungsi itu sebagai hubungan guna antara
sesuatu hal dengan sesuatu tujuan yang tertentu.
(2) Pemakaian yang menerangkan kaitan kolerasi antara satu hal dengan
hal yang lain.
(3) Pemakaian yang menerangkan hubungan yang terjadi antara satu hal
dengan hal-hal lain dalam suatu sistem yang terintegrasi.
63
Dalam konteks ini, penulis melihat fungsi dari alat musik Saksofon dalam budaya
musik Melayu sesuai pendapat yang dikemukan oleh Alam P Meriam yaitu:
1. Fungsi alat musik Saksofon dalam budaya musik Melayu sebagai fungsi
musik hiburan. Maksudnya
alat
musik
Saksofon
dimainkan di
pertunjukan-pertunjukan musik Melayu sebagai satu kesatuan dari bentuk
alat musik Melayu yang tujuannya sebagai hiburan. Ini dilihat dengan
adanya penonton yang ingin melihat pertunjukan musik Melayu sebagai
bahan hiburan penonton.
2. Fungsi alat musik Saksofon dalam budaya musik Melayu sebagai fungsi
kontribusi demi kelangsungan dan stabilitas budaya. Dalam konteks ini,
budaya yang dimaksud ialah budaya kesenian musik Melayu. Dewasa ini
perkembangan musik sangat mengikis budaya musik asli tradisional yang
berada di Indonesia. Salah satunya perkembangan musik Melayu.
Pertunjukan musik Melayu merupakan pertunjukan musik yang sangat
kental nuansanya dengan agama Islam. Ini membuat pertunjukan musik
Melayu itu sendiri membuat Gap atau membuat kelompok sendiri.
Namun,
seiring
perkembangan
tuntutan
zaman
memaksa
setiap
pertunjukan musik tradisional harus bisa lebih modern supaya semuah
kalangan dapat menerimanya. Dengan demikian banyak dari para pelaku
seni tradisional Melayu melakukan kreatipitas dengan mengabungkan alat
musik modern untuk kolaborasi dengan bentuk pertunjukan musik tradisi
lokal. Hal ini terjadi hingga pada saat ini di era 21. Salah satu alat musik
yang menjadi fungsi kontribusi demi kelangsungan dan stabilitas budaya
64
pada budaya musik Melayu ialah Saksofon. Sesuai dengan penjelasan
diatas alat musik Saksofon sudah dingunakan lama pada budaya musik
Melayu. Dan memberikan budaya musik tradisi tetap eksis atau tetap ada.
3. Serta fungsi alat musik Saksofon dalam budaya musik Melayu sebagai
pemakaian yang menerangkan fungsi itu sebagai hubungan guna antara
sesuatu hal dengan sesuatu tujuan yang tertentu. Dalam konteks ini penulis
melihat fungsi alat musik Saksofon dalam fungsi sebagai hubungannya
terhadap alat musik tradisional Melayu.
Alat musik Saksofon mampu
memainkan fungsinya alat musik tradisional sebagai pembawa melodi
lagu. Jadi fungsinya alat musik Saksofon dewasa ini telah disejajarkan
dengan alat-alat musik lainnya yang berkembangan pada budaya musik
Melayu.
3.3.2 Guna dari Alat Musik Saksofon Pada Budaya Musik Melayu
Berkaitan dengan guna dari alat musik saksofon pada budaya musik
Melayu. Musik Melayu umumnya dingunakan pada pertunjukan kultural dan juga
seni pertunjukan. Pertunjukan kultural ialah pertunjukan dimana sebuah
pertunjukan ini hanya bertujuan dalam sebuah tradisi. Contohnya sebuah
pertujuan kultural pada masyarakat Melayu ada sebuah tradisi pesta panen. Tradisi
ini bertujuan untuk mengucapkan ungkapan terima kasih terhadap sang pencipta.
Musik yang dingunakan pada upacara ini biasanya yang bersifat kegiatan ritual.
Kemudian, seni pertunjukan merupakan seni pertunjukan dimana tujuan
seni ini semata-mata untuk kebutuhan seni saja. Contohnya sebuah pertunjukan
musik Orkes Melayu pada masyarakat Melayu. Tradisi orkes Melayu ini bertujuan
65
untuk menghibur tetamu pada sebuah acara yang dilakukan setiap seseoarang
melakukan hajatan atau pesta. Contohnya bila hajatan pernikahan.
Berkaitan dengan penjelasan diatas penggunaan alat musik Saksofon lebih
cendrung dan berguna pada saat pertunjukan itu sifat nya seni pertunjukan saja.
Karena dari alat musik Saksofon tidak memiliki history atau sejarah terhadap
kegiatan ritual. Atau semata-mata awalnya masuk alat musik Saksofon pada
budaya musik Melayu bertujuan untuk memodernkan seni pertunjukan musik
Melayu saja. Ini dapat diketahui dengan kolaborasi yang dilakukan oleh Saksofon
antara lain terhadap bentuk musik: Orkes Melayu dan keyboard Melayu.
3.4 Deskripsi Alat Musik Saksofon
Saksofon adalah keluarga instrumen musik tiup kayu. Saksofon biasanya
terbuat dari kuningan dan dimainkan dengan buluh tunggal corong mirip dengan
yang ada pada klarinet. Saksofon adalah alat musik yang masuk dalam kategori
aerophone, single-reed wood wind instrument. Saat ini saksofon sangat popular
digunakan dalam berbagai jenis musik, dan memiliki berbagai jenis dengan range
yang berbeda-beda. Saksofon berasal dari Belgia, dibuat oleh seorang pemain
clarinet dan pembuat alat musik bernama Adolphe Sax pada awal tahun 1840.
Tentang bagaimana munculnya ide pembuatan Saksofon sendiri tidak jelas, dan
para ahli menyimpulkan bahwa salah satu kemungkinan adalah Saksofon lahir
dari hasil eksperimen Adolphe Sax dengan berbagai Clarinet, Adolphe Sax juga
terkenal dengan desain ulang Bass Clarinet, dengan dua register instrumen yang
terpisah satu oktaf. Walau menurut penelitian Saksofon lahir pada tahun 1841,
66
namun, lebih tepat jika tahun kelahirannya adalah pada saat Adolphe Sax
mempatenkan ciptaannya yaitu pada tahun 1846 (Wikipedia Indonesia).
Jenis- jenis Saksofon yang di patenkan oleh Adolphe Sax dan sekarang cikal
bakal alat-alat Saksofon yang ada dan berkembang di Indonesia antara lain ialah:
Tabel 3.4 Keterangan Deskripsi Jenis alat musik Saksofon
No
Saksofon
Kunci Satu oktaf lebih tinggi Satu oktaf lebih rendah
1
Sopranissimo
B♭
##
Soprano
2
Sopranino
E♭
##
Alto
3
Soprano
B♭
Sopranissimo
Tenor
4
Alto
E♭
Sopranino
Bariton
5
Tenor
B♭
Soprano
Bass
6
Bariton
E♭
Alto
Kontrabas
7
Bass
B♭
Tenor
Subcontrabass
8
Kontrabas
E♭
Bariton
##
9
Subcontrabass B ♭
Bass
##
(Wikipedia Indonesia)
Teknik Dasar Permainan Saksofon
Embouchure
67
Kata embouchure berasal dari bahasa Perancis yang artinya ―mulut
sungai‖. Di dalam teknik bermain saksofon, embouchure menggambarkan formasi
antara bibir, gigi, rahang, dan otot-otot di sekitar mulut ketika udara ditiupkan
melalui mouthpiece. Secara alamiah, embouchure berakibat pada upaya untuk
menghasilkan tone yang baik dan kemampuan untuk mengendalikan saksofon
dengan baik.
Tongue (Tonguing à teknik lidah)
Teknik lidah (tongue;tonguing) merupakan salah satu teknik dasar yang
juga penting dalam memainkan Saksofon. Lidah digunakan untuk memberikan
attack atau aksen ketika mulai mengeluarkan udara melalui mouthpiece.
Terdapat berbagai macam variasi tonguing, namun pada umumnya teknik
menggunakan tonguing adalah dengan menyentuhkan ujung lidah dengan ujung
reed, sembari mengucapkan ‖dah‖ ketika ujung lidah menyentuh ujung reed.
Breathing (pernapasan)
Memainkan woodwind instrumen seperti Saksofon adalah sama seperti
melakukan olah raga, kita harus sering berlatih agar kemampuan memainkan wind
instrumen semakin baik sejalan dengan semakin baiknya kondisi tubuh kita.
Latihan pernapasan harus menjadi bagian latihan rutin kita agar kemampuan
untuk menguasai instrumen bertambah pula.
3.4.1 Jenis Saksofon Tenor yang dipakai Burhanuddin Usman
Tenor Saksofon adalah anggota menengah dari saksofon keluarga,
sekelompok instrumen diciptakan oleh Adolphe Sax pada 1840-an. Tenor adalah
68
salah satu dari dua jenis yang paling umum dari Saksofon, bersama dengan alto.
Tenor ini bernada dalam kunci B♭.
Dalam perjalanannya sebagai pemusik Saksofon Burhanuddin Usman
menggunakan Saksofon dengan jenis Saksofon tenor. Saksofon Tenor yang
Burhanuddin Usman miliki ber merk atau merek Dearmen. Saksofon ini
merupakan Saksofon pabrikan dari France. Burhanuddin Usman membeli
Saksofon ini dengan kondisi bekas atau second dengan harga 1 juta rupiah.
Dibelinya pada tahun awal 1980an Oleh seorang pemusik Melayu Pekan Baru
yang pernah bermain bersama dengan Burhanuddin Usman. Berikut ini foto dari
Saksofon tenor serta perangkat Saksofon tenor lain yang dingukan oleh
Burhanuddin Usman.
Gambar 3.4.1 Keterangan Saksofon Tenor Burhanuddin Usman
Dokumetasi Penulis, 2014
69
Gambar 3.4.2 Saksofon Tenor
Dokumentasi Penulis, 2014
Kemudian dalam setiap penampilannya Burhanuddin membuat sebuah
microphone rakitan sendiri. Microphone ini merupakan microphone jenis vocal
biasa tidak yang khusus untuk instrumen. Namun, Burhanuddin Usman lupa
dengan merek dari microphone tersebut. Cara Burhanuddin Usman merakitnya
dengan membuat sebuah cangkir dilubangi, lalu badan dari microphone juga
diambil bagian kepala yang dapat menghasilkan suara. Kemudain, microphone
tersebut dikaitan dengan cangkir dan kemudian dimasukan kedalam bell atau
lubang suara dari alat musik Saksofon.
70
Gambar 3.4.1 Keterangan Microphone Burhanuddin Usman
Dokumentasi Penulis
71
BAB IV
PERANAN BURHANUDDIN USMAN SEBAGAI PEMUSIK
SAKSOFON DALAM BUDAYA MELAYU
Setelah melihat penjelasan mengenai peranan Saksofon terhadap budaya
musik Melayu di Kota Medan yang dalam konteks ini difokuskan kepada salah
satu pemusik Saksofon Melayu yaitu Burhanuddin Usman. Penting untuk melihat
apa saja yang menjadi sumbangsi ataupun peranan Burahnuddin Usman sebagai
Pemusik Saksofon dalam budaya musik Melayu yang berada di Kota Medan yang
antara lain ingin melihat : peranan Burhanuddin Usman pada perkembangan
musik Melayu, peranan Burhanuddin Usman sebagai Pemusik Melayu, peranan
Burhanuddin Usman dalam melakukan metode musik yang berkembang pada
dunia musik melayu seperti cengkok gerenek, dan patah lagu, peranan
Burhanuddin Usman secara estetikanya dan peranan Burhanuddin Usman dalam
pola tingkah laku sosial.
4.1 Peranan Burhanuddin Usman pada perkembang musik Melayu
Dewasa ini perkembangan budaya musik Melayu terjadi sangat dinamis.
Ini sejalan dengan peradapan dari masyarakat Melayu itu sendiri yang antara lain
disebabkan oleh beberapa faktor seperti:
1. Masuknya agama Islam dalam kepercayaan masyarakat Melayu
72
2. Perkembangan teknologi, yang membuat dunia semangkin gambang
dilihat oleh setiap orang seperti halnya dengan budaya musik.
3. Benturan kebudayaan-kebudayaan kesenian yang disebabkan oleh
humanisnya masyarakat Melayu.
4. Perkembangan dunia Pendidikan. (wawancara : Burahnuddin Usman) Dan
lain-lain.
Masuknya agama Islam pada masyarakat Melayu di Kota Medan terjadi
oleh banyak pedagang-pedagang dari Negara Arab yang melakukan kegiatan
berdagang di wilayah Sumatera Utara, namun secara tidak langsung juga mereka
telah membawa kebudayaan keseniannya dalam setiap tempat yang ia kunjungi.
Perkembangan
teknologi
juga
sangat
mempengaharui
setiap
perkembangan peradaban pada setiap daerah. Salah satu contoh pada masyarakat
Melayu yang berada di Kota Medan. Dengan semakin pesatnya teknologi modern
masuk membuat secara tidak langsung pengetahuan-pengetahuan atau informasiinformasi yang diluar pengetahuan masyarakat Melayu gambang untuk diketahui.
Ini bisa melalui media cetak ataupun elektronika. Salah satu contoh pada
kebudayaan musik barat yang dapat diketahui oleh masyarakat luas bisa
ditemukan dari Televisi, Radio dan Kaset-kaset Rekaman yang beredar luas di
publik.
Manusia makhluk sosial itu berarti setiap manusia tidak bisa hidup tanpa
berdampingan terhadap manusia lain. Sama halnya dengan masyarakat Melayu,
masyarakat Melayu sangat memiliki kebudayan sosial yang cukup tinggi. Inilah
yang menyebabkan setiap kebudayaan luar yang masuk kedalam masyarakat
73
Melayu selalu diterima seperti kebudayaan musik barat. Contohnya alat musik
Biola, akordion, Saksofon dll.
Dunia pendidikan merupakan jendela pengetahuan bagi setiap manusia.
Manusia dapat mengetahui apa yang tidak ia ketahui melalui dunia pendidikan.
Yang dalam ini dunia pendidikan juga menjelaskan ilmu pengetahuan tentang
dunia kesenian. Baik dari dalam Negeri ataupun dari luar negara Indonesia. Sama
halnya pada masyarakat Melayu yang berada di Kota Medan. Dengan semakin
pesatnya perkembangan dunia pendidikan membuat mereka semakin gampang
untuk mengetahui dunia musik secara terperincih. Kemudian melalui dunia
pendidikan kita dapat mengetahui sejarah dari musik Melayu itu berada
(wawancara Tahan Perjuangan manurung 5 Juni 2014).
Perkembang musik Melayu yang berada di Kota Medan diawali oleh
setiap seniman atau pemusik Melayu itu sendiri yang telah menyumbangkan
kreatipitasnya dalam budaya musik Melayu. Salah satu pemusik Melayu yang ikut
serta mengembangkan musik Melayu ialah Burhanuddin Usman. Burhanuddin
Usman merupakan pemusik Melayu yang mahir memainkan alat musik Saksofon.
Namun, Burhanuddin Usman tidak hanya mengembangkan musik Melayu dengan
Saksofon saja melainkan juga dengan alat musik seruling yang tidak kala
terkenalnya pada musik Melayu.
Sebagai seseorang pemusik, Burhanuddin Usman dalam musik Melayu
sangat berpengaruh. Sejak tahun 1950an Burhanuddin Usman sudah ikut dalam
pertunjukan-pertunjukan musik Melayu hingga saat ini.
Dimulai dari musik Padang Pasir, Burhanuddin Usman disini melakukan
kegiatan aktipitas pertujukan musiknya yang antara lain:
74
1. Melakukan pertunjukan musik sacara langsung atau sering disebut
show. Pertunjukan musik Peresmian gedung Al Wathan
2. Melakukan pertunjukan musik yang bersifat kegiatan festival musik.
ikut sebagai peserta MTQ nasional tahun 1985 di Aceh.
3. Melakukan kegiatan musik yang bersifat penciptaan ataun perekaman
sebuah lagu-lagu dalam bentuk visual. Melakukan rekaman lagu Mali
Ila Ahadin.
Burhanuddin Usman bermain pada beberapa grup padang pasir seperti Al
Wathan. Burhanuddin Usman bergabung dengan grup Al Wathan pada tahun1958.
Lokasi dari grup ini di jalan bedagai, Nomor 5 A, Medan.
Tabel 4.1 Berikut nama-nama pemain grup Al Wathan.
Nomor
Nama
Pemain / Jabatan
1
Badrum Bey
Pimpinan / pemain oud
2
Burhanuddin Usman
Seruling dan tenor
Saksofon
3
Amran aziz
Alto Saksofon
4
Sabirin
Biola
5
Datuk Abdurahman
Biola
6
Amran
Gendang
7
Syahril
Drum
8
Ramli
Gitar Bass
9
Anwari
Akordion
10
Kamalia
Vokal
75
11
Nuradina
Vokal
Kemudian pada Orkes gambus, Burhanuddin Usman juga memiliki
peranan dalam perkembangannya. Orkes gambus ini lebih mengadopsi nilai-nilai
agama melalui media musik. Dengan demikian banyak dari masyarakat Melayu
yang suka dengan bentuk musik orkes gambus ini. Pada periode orkes Gambus ini
Burhanuddin Usman tidak baku masuk pada sebuah grup. Namun, Burhanudin
Usman hanya pemain cabutan atau pinjaman saja. Pada periode ini Burhanuddin
Usman juga melakukan kegiatan bermusiknya seperti Periode Padang Pasir juga.
Namun, Burhanuddin Usman tidak mengingat secara pasti bentuk-bentuk atau
apa-apa saja pertunjukan yang pernah dilakukannya. Grup yang pernah lama
bekerja sama dengan Burhanuddin Usman yaitu: Orkes Gambus Gelora.
Lokasinya di Belawan. Pimpinan pak Agus.
Musik Orkes Melayu/Dangdut pada masa periode musik ini, Burhanuddin
Usman juga dikenal sebagai pembawa atau pelopor alat musik Saksofon dalam
perkembangannya. Dimana pada masa periode ini banyak pemusik diluar pemusik
Melayu yang ikut serta mengembangkan alat musik ini kedalam musik Melayu
Populer/Dangdut. Namun, sebagai pemusik tradisional Burhanuddin Usman
berpandangan bahwa pemusik-pemusik tradisional Melayu yang berada di Kota
Medan harus bisa eksis di tempatnya sendiri. Dengan landasan itu Burhanuddin
Usman juga masuk dan membawa perkembangan terhadap musik Melayu
Populer/dangdut dengan gabung dengan grup dan membawa nama grup tersebut
menjadi harum. Dimana antara lain grup Melayu Popoler/Dangdut yang pernah
menjalin kerja sama dengan Burhanuddin Usman yaitu:
76
1. Grup Dahlia yang sekarang berubah nama menjadi Ona Sutra.
Tabel 4.1 Nama-nama personil Grup Dahlia.
Nomor
Nama
Pemain / Jabatan
1
Dahlia
Vokal / pimpinan
2
Alim udin Nasution
Vokal
3
Burhanuddin Usman
Seruling dan Saksofon
Tenor
4
Haris
Keyboard
5
Moh. Zein
Gitar Melodi
6
Ujang
Gitar Bass
7
Adlan
Drum
8
Taris
Gendang Ronggeng
9
Iwan
Mandolin
77
Gambar 4.1 Berikut ini gambar dari Burhanuddin Usman dan Alim Udin
Nasution (Ona Sutra).
Dokumentasi penulis
2. Grup vuhuka sekarang bernama grup El Soraya. Pimpinan bapak Mahmud
Ibrahim. Kemudian, pimpinannya berganti dari Ahmad baki dan talib
hasan.
78
Tabel 4.1 Keterangan Nama-nama pemain grup El Soraya.
Nomor
Nama
Pemain /Jabatan
1
Thalib Hasan
Pimpinan
2
Pajar/ Ucok
Akordion
3
Dayat
Bass
4
Burhanuddin Usman
Saksofon Tenor
5
Said
Drum
6
Avivah
Bongo
7
Umi Ami
Biola
8
Suhaimi
Biola
9
Ruliah
Biola
10
Nurhayani
Biola
11
Junaidah
Oud
12
Samsian
Seruling
13
Cut Ros Mawar
Vokal
Pada periode ini banyak pertunjukan musik yang dilakukan Burhanuddin
Usman antara lain:
i.
Melakukan
Show
atau
pertunjukan
Sekitar
pertunjukan,
tahun
1977
melakukan
Burhanuddin
tour
Usman
melakukan tournya disekitar Negara Asia Tenggara yaitu antara
lain:
79
Malasyia selama 3 bulan tempat- tempatnya: Orkes Gampus Padang Grup
El soraya
a. Penang
b. Kuala Lumpur
c. Serawak
Thailang selama 1 bulan tempat-tempatnya
a. Tung Mo
b. Naritiwa
c. Hatja
d. Patani
e. Pohon Saga
f. Pada Besar
Singapura
Kampong Melayu
ii.
Melakukan festival. Festival suara karo. Juara 3.
iii.
Melakukan rekaman. Lagu-lagunya antara lain: Api cinta,
musafir kelana, disco dancer, ahmar akbar antoni dan banyak
lagi hasil rekamannya.
Musik Melayu Populer/Keyboard Melayu pada masa periode ini
Burhanuddin Usman sekarang juga ikut andil dalam perkembangannya di Kota
Medan. Dimana masa periode ini merupakan ciri musik yang sangat populer
ataupun jenis musik yang sangat sering dijumpai pada masyarakat. Ini terjadi
karena musik Keyboard Melayu secara ekonomis lebih murah dibandingkan
80
dengan periode sebelumnya dengan banyaknya alat musik yang dipakai serta
banyak personil yang ikut serta dalam permainannya. Musik keyboard Melayu ini
awalnya hanya alat musik keyboard dan dengan vocal saja dalam penyajiannya.
Dimana keyboard sudah bisa mengiringi sebuah bentuk musiknya. Namun, pada
penyajiannya terjadi kreatipitas dari pemusiknya yang mana guna mencari ciri
khas. Salah satu ciri khasnya ialah dengan mengkombinasi alat musik Keyboard
dengan Alat musik Saksofon. Ini juga yang dijalankan oleh Burhanuddin Usman
dalam melakukan suatu perkembangan musik Melayu di Kota Medan.
Pertunjukan ini sangat populer dengan nuansa musik barat. Jadi dengan masuknya
Burhanuddin Usman yang memiliki latar belakang musik Melayu yang sangat
kuat, membuat ciri khas dari pertunjukan keyboard ini menjadi Keyboard Melayu.
Grup-grup musik Keyboard Melayu yang pernah menjalin kerja sama
terhadap Burhanuddin Usman
Grup Santen Balade Grup Gulai Lomak dan
banyak grup lainnya.
4.2 Peranan Burhanuddin Usman sebagai Pemusik
Sebagai seorang pemusik Melayu yang telah dijalankannya lebih dari 50
tahunan. Burhanuddin Usman sekarang sudah menjadi pemusik Saksofon Melayu
yang cukup di hargai atau diakui dikalangan pemusik Melayu. Banyak juga dari
pemusik-pemusik Saksofon Melayu yang menjadikan Burhanuddin Usman
menjadi inspirasi. Salah satunya seorang Saksofon muda yaitu Ahmad Zais.
Ahmad Zais merupakan seorang pemain Saksofon yang tumbuh dan berkembang
di daerah Hamparan Perak, kabupaten Deli Serdang. Menurut Ahmad Zais,
Burhanuddin Usman atau panggilan akrabnya atok merupakan pemain Saksofon
81
Melayu yang sangat kental. Landasan ini dikerenakan oleh beberapa faktor.
Antara lain:
1. Secara melodis Saksofon. Ahmad Zais berpendapat, Burhanuddin Usman
dalam membentuk sebuah gaya melodi sangat jelas sekali bentuk
melodinya dengan gaya Melayu seperti : cengkok, gerenek,dan patah lagu.
2. Gaya permainan Saksofon Burhanuddin Usman juga sangat entertainmen.
Yaitu dengan banyaknya aksi-aksi energik Burhanuddin Usman dalam
memainkan alat musik Saksofon. Contohnya umumnya pemain Saksofon
cara memainkannya tangan kiri di atas badan Saksofon, dan tangan kanan
dibawah badan Saksofon. Sedangkan Burhanuddin Usman kadangkala
dapat memainkan Saksofon nya dengan cara berbeda. Yaitu tangan kanan
diatas badan Saksofon dan tangan kiri dibawah badan Saksofon.
Kemudian beberapa pendapat dari pemusik-pemusik Melayu lainnya
seperti Azmi dan Puji Nuraini. Menurut Azmi (35 tahun) seorang pemain
Keyboard ia menyebutkan Burhanuddin Usman merupakan seorang pemusik
Melayu sejati. Dimana pendapatnya dilandaskan atas alasan banyak pemain
Saksofon
di Kota Medan yang
berlatar belakang Melayu masih kurang
pemahamannya tentang musik Melayu itu sendiri.
Burhanuddin Usman,
Namun beda dengan
Azmi berpendapat bahwa Burhanuddin Usman tanpa
menghilang banyak teknik musik Barat dia juga mampu mengaplikasi ilmu
Melayunya seperti cengkok, gerenek dan patah lagu pada setia penampilan dan
menurutnya bagus.
Selanjutnya pendapat dari seorang penyanyi Puji Nuraini (30 tahun).
Burhanuddin Usman merupakan seseorang pemusik Melayu yang sangat
82
menghibur pada setiap penampilannya. Dimana pendapat itu dilandaskan juga
bahwa dalam setiap penampilan Burhanuddin Usman selalu tampil totalitas dan
juga profesional. (maksudnya Burhanuddin Usman selalu memberikan apa saja
kewajibannya dalam setiap penampilannya misalnya mencangkup kostum, dan
waktu).
Gambar 4.2 Berikut contoh foto Burhanuddin Usman sebagai
Pemusik Saksofon Melayu.
Dokumentasi Penulis, 2014
83
Gambar 4.2 Burhanuddin Usman sebagai
Pemusik Saksofon Melayu.
Dokumentasi Penulis, 2014
Dengan melihat sedikit penjelasan diatas mengenai bagaimana peranan
Burhanuddin Usman sebagai seorang pemusik. Penulis berpendapat dengan
keberadaannya Burhanuddin Usman membuat banyak dari pemusik-pemusik
Melayu dewasa ini menjadi eksis dan lebih percaya diri untuk tampil dalam
pertunjukan musik Melayu itu sendri. Juga para pelaku pemusik-pemusik Melayu
kini sudah mempunyai landasan berpikir musik yang luas dikarenakan hasil yang
telah dibuat oleh Burhanuddin Usman.
84
4.3 Peranan Burahnuddin Usman dalam melakukan estetika musik Melayu :
cengkok, gerenek, dan patah lagu dalam Saksofon
Dalam pemaham ilmu musik Burhanuddin Usman secara umum sama seperti
pemusik-pemusik Saksofon pada umumnya. yang dapat memahami konsep musik
Barat. Namun, Burhanuddin Usman juga mengetahui konsep musik Melayu
dimana konsep musik ini selalu dipadukan setiap melakukan pertunjukan. Contoh
konsep musik Melayu seperti Cengkok, Gerenek, dan patah lagu. Dalam konteks
ini penulis membuat analisis melodi saksofon Burhanuddin Usman dalam
penerapannya memahami lagu-lagu Melayu.
Sebelum penulis melakukan analisa melodi gaya cengkok, gerenek dan
patah lagu, penulis juga melaksanakan proses pentranskripsian dalam bentuk
notasi barat atau notasi Balok. Proses pentranskripsian dengan menggunakan
notasi barat atau notasi balok merupakan notasi yang sangat tepat untuk bisa
mengetahui proses pentranskripsian dalam tulisan ini. Kemudian lagu Keluhan
Jiwa sebagai contoh lagu dalam menyajikan Cengkok, Gerenek, dan Patah lagu.
Metode Transkripsi
Simbol-simbol yang digunakan dalam notasi transkripsi melodi Saksofon
merupakan simbol-simbol dalam notasi Barat. Berikut ini, beberapa simbol yang
digunakan dalam hasil transkripsi melodi Saksofon.
1. :
merupakan garis paranada yang memiliki lima buah
garis paranada dan empat buah spasi dengan tanda
kunci G.
2. :
merupakan birama 4/4 dalam kunci G.
85
3.
: merupakan dua buah not 1/16 dan satu buah not
1/8 yang digabung menjadi 1 not yang bernilai 1 ketuk.
4. 11
:
merupakan 8 not 1/32 yang digabung
menjadi 1 not bernilai 1 ketuk.
5. :
merupakan satu buah not 1/4 yang bernilai 1 ketuk.
6. :
merupakan satu buah not penuh yang bernilai 4 ketuk.
7.
:
8.
merupakan satu buah not 1/8 yang bernilai 1/2 ketuk.
:
merupakan satu buah not 1/2 dengan satu buah titik di
depannya yang bernilai 3 ketuk.
9.
:m
merupakan satu buah not 1/32 dengan tanda pugar di
depannya yang berarti nada dikembalikan dengan
menaikkan
atau
menurunkan
1/2
laras
dari
nada sebelumnya.
10. :
merupakan satu buah not 1/32 dengan tanda kress di
depannya yang berarti nada dinaikkan 1/2 laras dari
nada sebelumnya.
11. : merupakan
merupakan satu buah not 1/32 dengan tanda mol di
depannya yang berarti nada diturunkan 1/2 laras
dari nada sebelumnya.
12.
13. :
: merupakan tanda diam yang bernilai 4 ketuk.
merupakan tanda diam yang bernilai 1 ketuk.
Simbol-simbol di atas merupakan simbol-simbol yang terdapat dalam
lampiran partitur yang perlu diketahui agar pembaca memahami artinya. Ini
86
penting untuk menjelaskan tentang hal-hal yang dimaksud dalam notasi. Dari cara
bekerja transkripsi seperti diurai di atas, maka hasilnya adalah seperti di bawah
ini.
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
Analisis Lagu Keluhan Jiwa
Tangga Nada lagu Keluhan Jiwa
Tangga Nada yang dingunakan dalam lagu Keluhan Jiwa dalam lagu ini
memakai 2 tangga nada yaitu tangga nada D minor dan tangga nada D mayor.
Tangga Nada D minor : D-e-f-g-a-Bb-c-d atau 1-1/2-1-1-1/2-1-1
Tangga Nada D Mayor : D-e-fis-g-a-b-cis-d atau 1-1-1/2-1-1-1-1/2
Nada Dasar lagu Keluhan Jiwa
Bruno Nettl (1963:147) dalam bukunya Theory and Method in Etomusicology
menawarkan tujuh cara dalam menemukan nada dasar, yaitu :
(1) Patokan yang paling umum adalah melihat nada mana yang sering dipakai dan
nada mana yang jarang dipakai dalam komposisi tersebut.
(2) Kadang-kadang nada-nada yang harga ritmisnya besar dianggap nada-nada
dasar, meskipunpun jarang dipakai.
(3) Nada yang dipakai pada awal atau akhir komposisi maupun pada bagian
tengah
komposisi dianggap mempunyai fungsi penting dalam tonalitas tersebut.
98
(4) Nada yang menduduki posisi paling rendah dalam tangga nada ataupun posisi
tepat berada ditengah-tengah dapat dianggap penting.
(5) Interval-interval yang terdapat antara nada kadang-kadang dipakai sebagai
patokan. Contohnya sebuah posisi yang digunakan bersama oktafnya,
sedangkan nada lain tidak memakai. Maka nada pertama tersebut boleh
dianggap lebih penting.
(6) Adanya tekanan ritmis pada sebuah nada juga bisa juga bisa dipakai sebagai
patokan tonalitas.
(7) Harus diingat barangkali ada gaya-gaya musik yang mempunyai sistem
tonalitas
yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-paokan diatas. Untuk
mendeskripsikan sistem tonalitas seperti itu, cara terbaik tampaknya adalah
pengalaman lama dan pengenalan akrab dengan musik tersebut.
(terjemahan Marc Perlman 1963:147).
Melalui pendekatan diatas, maka penulis menyusun terlebih dahulu nada-nada
melodis lagu yaitu sebagai berikut : nada D (nada D dan D') merupakan nada yang
paling sering muncul atau digunakan yaitu sebanyak 109 kali. Maka tonalitas
yang disusun berdasarkan ketujuh cara yang ditawarkan oleh Nettl adalah sebagai
berikut :
(1) Nada yang paling sering digunakan adalah nada D
(2) Nada yang memiliki nilai ritmis yang besar adalah nada E dan G
(3) Nada yang banyak dipakai sebagai nada awal adalah nada D, nada yang
dipakai sebagai nada Akhir adalah nada D
(4) Nada yang menduduki posisi paling rendah nada B
99
(5) Nada yang dipakai bersama dengan oktafnya adalah nada D
(6) Tekanan Ritmis yang paling besar adalah nada E dan Nada G
(7) Melalui pengalaman dan pengenalan yang akrab membuktikan adanya
kecenderungan yang besar untuk menggunakan nada D sebagai nada
dasar.
Formula Melodi lagu Keluhan Jiwa
Menurut william P. Malm(1977 : 8) dalam bukunya Music Culture of the
Pacific Music the Near and East Asia, bahwa bentuk (form) dapat dibagi ke dalam
beberapa jenis, yaitu:
1. Repetitif adalah bentuk nyanyian yang diulang-ulang.
2. Literatif adalah bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang
kecil dengan kecenderungan pengulangan dalam keseluruhan nyanyian.
3. Reverting adalah bentuk nyanyian yang terjadi pengulangan pada frasa
pertama setelah terjadi-penyimpangan penyimpangan melodi.
4. Peogresive adalah bentuk nyanyian yang terus berubah dengan
menggunakan materi melodi yang selalu baru.
5. Strophic adalah suatu bentuk nyayian yang di ulang dengan form yang
sama tetapi dengan tetapi dengan teks nyanyian yang selalu baru.
Berdasarkan keterangan di atas, maka penlis dapat melihat bahwa bentuk (
form ) dari nyanyian serampang dua belas adalah literatif, yaitu terjadinya
pengulangan terjadinya bentuk (form) pengulangan melodi setelah pemakaian
melodi
(terjemahan Rizaldi siagian (1987:17).
100
Formula Melodi Pada Lagu Keluhan Jiwa.
Literatif.
Bentuk
Variasi
A
A1
B
B1
C
C1, C2, C1, C2,
D
D1, D2, D1,D2.
E
E1,E2,E1,E2.
Pola Kandensa yang dingunakan lagu Keluhan Jiwa
Pola Kandensa yang dingunakan dalam lagu Keluhan Jiwa yaitu pola
perfect atau sempurna. Contohnya akord V-I.
Wilayah Nada lagu Keluhan Jiwa
Wilayah nada yang dingunakan dalam lagu Keluhan Jiwa yaitu dari nada a
dibawah garis bantu hingga nada d diatas garis bantu.
101
1. Cengkok adalah sebuah ayunan nada yang menggunakan improvisasi
atau berjalan begitu saja tanpa adanya yang mengatur yang tidak menggunakan
teks nyanyian, jika dibandingkan dengan cara bernyanyi paduan suara. sangat
berbeda sekali bisa dilihat dengan cara benyanyi yang mendapat pengaturan atau
arahan saat bernyanyi, yang dilatih oleh pelatih paduan suara itu sendiri, dan juga
sebelum bernyanyi mereka melakukan pernafasan yang berfungsi untuk dapat
menahan nada-nada panjang dengan kata lain mereka menggunakan teknik
bernyanyi yang pada dasarnya ini juga dilakukan oleh penyanyi-penyanyi lainnya.
Hal ini juga berlaku untuk pengaplikasiannya terhadap alat musik. cengkok adalah
sebuah ayunan nada yang menggunakan improvisasi atau berjalanan nada atau
melodi dalam sebuah lagu dengan cara natural saja.
Berikut contoh lagu keluhan jiwa dan bagaimana cara permainan Saksofon
Burhanuddin Usman dalam melakukan teknik improvisasi cengkok.
2. Gerenek jika dibarat gerenek sama dengan tremolo yaitu menggunakan
nada-nada yang berdensitas rapat dan ini juga menggunakan improvisasi dalam
menyanyanyikan lagu-lagu Melayu. Dan ini biasanya terdapat di musik Melayu,
102
yang artinya yang menggunakan Gerenek pada umunya adalah musik Melayunya
akan tetapi ada juga permainan dalam alat musik Saksofon dalam lagu-lagu
Melayu yang Burhanuddin Usman sajikan.
Berikut contoh lagu keluhan jiwa dan bagaimana cara permainan Saksofon
Burhanuddin Usman dalam melakukan teknik improvisasi gerenek.
3. Patah lagu, improvisasi ini yang paling penting adalah tekanan seperti
memberi aksen terhadap nada-nada dalam memainkan alat musik Saksofon pada
lagu-lagu Melayu (Takari 2008).
Berikut contoh lagu keluhan jiwa dan bagaimana cara permainan Saksofon
Burhanuddin Usman dalam melakukan teknik improvisasi Patah Lagu.
103
Ciri-ciri lain Burhanuddin Usman dalam membentuk sebuah melodi dalam
memainkan lagu-lagu Melayu antara lain:
a. Burhanuddin Usman selalu membentuk sebuah Melodi lagu yang dimana
melodi tersebut sudah baku seperti lagunya, atau Burhanuddin Usman
merupakan pemain yang sangat jarang menggunakan teknik Improvisasi
dalam membentuk sebuah melodi. Pendapat ini didasarkan Burhanuddin
Usman berpendapat bahwa tidak semuah lagu Melayu cocok untuk di
Improvisasi dan melodi-melodi lagu Melayu umumnya sudah mewakili
setiap ciri melodi lagu Melayu. Contohnya gaya cengkok,gerenek, dan
patah lagu.
104
b. Pola-pola Melodi yang disajikan Burhanuddin Usman selalu dipadukan
dengan alat musik lain dan gaya melodinya seperti bersaut-sautan.
c. Dalam membentuk sebuah melodi Burhanuddin Usman selalu bermain
setelah vocal tidak dalam waktu bernyanyi.
d. Burhanuddin Usman juga dalam membentuk melodi menggunakan ilmu
harmoni yang berkembang dari musik barat. Contohnya harmoni murni
perpecahan melodi bentuk 1,2,dan 3.
e. Burhanuddin Usman memakai teknik-teknik dalam permainan alat musik
Saksofon yang membuat bentuk melodi yang disajikan Burhanuddin
Usman sangat indentik dengan Burhanuddin Usman.
Contohnya:
Teknik meniup Saksofon dengan:
Glisindo adalah sebuah teknik nada meluncur atau skala nada rendah ke
nada tinggi dengan tempo cepat.
Growling teknik meniupkan Saksofon dengan karakter suara menggeram.
Stakato teknik meniup Saksofon dengan karakter seakan akan nada
penekanan atau berhenti-henti. Dan meniup Saksofon dengan intonasi
vocal Tu, du, da, dan gah.
Teknik penjarian Saksofon dangan Arpegio memungkinkan monophonic
instrumen untuk memainkan akord dan harmoni dan membantu
menciptakan irama bunga.
Kromatis Dari satu nada ke nada lain terdapat jarak yang berbeda-beda.
Terdapat jarak satu dan jarak setengah. Jarak satu terdapat antara nada C
dengan D, D dengan E, F dengan G, dan A dengan B. Jarak setengah
terdapat antara nada E dengan F, B dengan C.
C------ D ----- E ----- F ----- G ----- A ----- B --- C
105
1
1
½
1
1
1
½
Legato adalah istilah musik dari bahasa Italia yang berarti diikat. Dalam
istilah musik, legato sendiri memiliki beberapa pengertian yang berbeda,
satu berdasarkan musik aliran Italia dan satu lagi berdasarkan musik aliran
Jerman. Pada aliran Italia, legato berarti menyanyikan gabungan beberapa
not yang berurutan dalam satu waktu, sementara pada sekolah Jerman
legato berarti menyanyikan dengan secepat mungkin dari satu nada ke
nada berikutnya tanpa terputus dalam satu waktu.
4.4 Peranan Burhanuddin Usman dalam penyajian estetika
Sebagai seorang seniman Burhanuddin Usman selalu mempunyai nilai
Estetika dalam setiap penjian musiknya. Hal yang akan selalu dilakukan
Burhanuddin Usman antara lain dengan selalu menggunakan kebudayaan Melayu
itu sendiri seperti.
1. Selalu memakai busana ataupun pakaian adat Melayu. Baju adat Melayu
,Sarung Melayu atau Songket, Serta peci.
106
Gambar 4.4 Contoh baju adat Melayu.
Dokumentasi Penulis.
2. Selalu menggunakan bahasa Melayu dalam setiap penampilannya atau
bilamana diperlukan sebuah percakapan Burhanuddin Usman juga
menggunakan pantun.
Contoh pantun-pantun yang sering dilakukan dalam kegiatan aktipitas
pertunjukannya.
Pantun pembukaan perayaan Pernikahan
Bukan kacang sebarang kacang,
Kacang melilit si kayu jati,
Bukan datang sebarang datang,
Datang membawa hajat di hati..
107
Ikan di laut asam di darat
Masak gulai rencah serunding
Hati terpaut janji diikat
Atas pelamin duduk bersanding
Pantun Nasehat
Buat baik berpada pada
Takut ada terhutang budi
Walau senyum suatu pahala
Jangan sampai di salah erti
Melompat riang si anak kancil
Kancil terjerat helah sendiri
Sabar dan ikhlas membuah hasil
Hasil di kutip di akhirat nanti
Harum sekuntum mekar sejambak
Taman raudhah berpagar iman
Limpahan hidayah tercurah melambak
Malang sedikit membekas berkesan
Manusia bercakap beo meniru
Cakap manusia berakal perasaan
Bertasbih bertahmid biar beribu
Belum tentu berkesampaian
Si tukang kasut membuat perabut
Si penggali kubur menjadi bidan
Adzan berkumandang tiada bersahut
Ruhul kudus menangis keseduan
Menggali lubang menimbus lubang
Hamba fakir beraksi kaya
Hutang menimbun keliling pinggang
Batu permata bercampur serpihan kaca
Apa bergelora di lautan samudra
Jika tidak arus dan gelombang
Setiap niat gerak tutur kata
Kehadirat sang adil di hitung timbang.
108
3. Selalu membawakan lagu-lagu Melayu pada setiap penampilannya.
Contoh daptar lagu-lagu Melayu yang rutin dimainkan dalam setiap
penampilannya.
-Selayang Pandang
-Mali Ahadin
-fatwa pujangga
-kuala deli
-pak-ketipak ketipung
-api cinta
-keluhan Jiwa dan lain-lain
4.5
Peranan Burhanuddin Usman dalam Pola Tingkah Laku Sosial
Sebagai seorang musisi yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat
Melayu di Kota Medan Burhanuddin Usman selalu menjadi panutan buat musisi
Melayu lainnya. Ini dilihat dari cara ia mengajarkan nasehat-nasehat dengan harus
membiasakan diri untuk melakukan:
1. Selalu harus berpakaian yang tidak menunjukan aurat. Maksudnya
setiap musisi dalam melakukan pertunjukan harus berpakaian yang
sopan berdasarkan ajaran Islam.
2. Selalu harus melaksanakan ibadah Sholat dengan tepat waktu.
Maksudnya setiap musisi dalam melakukan pertunjukan harus
melakukan ibadah sholatnya.
3. Selalu harus melakukan makan bersama sekaligus sebagai sarana
untuk mengevaluasi setiap pertunjukannya.
109
4. Jika Burhanuddin Usman juga mendapatkan permintaan untuk main
yang dimana Burhanuddin Usman sebagai pemimpin, ia menamai grup
musik nya dengan nama Sekeca Mendai yang dalam bahasa Indonesia
berarti Ikatan Bagus. Anggota musik grup ini biasanya berasal dari
grup-grup musik lainnya yang digabungkan oleh Burhanuddin Usman
menjadi satu. Hal ini sering dilakukan oleh Burhanuddin Usman.
Dalam pembagian honornya, Burhanuddin Usman biasanya memberi
lebih besar dari pada biasa kepada musisi-musisi yang di panggilnya
untuk bergabung.
5. Dan Burhanudddin Usman juga menghimbau teman-teman para musisi
yang
sering
bersama
dalam
suatu
pertunjukan
untuk
mau
bersilaturahmi antar sesama keluarga besar pemusik baik dalam waktu
sukacita maupun dukacita.
Dalam status sosial musisi, Masyarakat Melayu berpandangan bahwa
musisi merupakan pelaku seni dan juga media untuk berdakwa pada kegiatankegiatan yang bersifat kegiatan ritual.
110
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah diuraikan secara terperinci dari bab satu sampai empat, maka pada
Bab V ini, penulis akan menyimpulkan dan memberikan saran terhadap penelitian
ini. Adapun kesimpulan dibuat untuk menyimpulkan hasil dari pokok masalah
utama seperti yang telah ditentukan di Bab I, yaitu bagaimana peranan
Burhanuddin Usman sebagai pemusik Saksofon dalam budaya musik Melayu.
Maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut.
Pertama, bagaimana peranan Burhanuddin Usman sebagai pemusik
Saksofon dalam budaya musik Melayu adalah sebagai seorang pemusik Melayu
yang sangat turut andil dalam perkembangan musik Melayu. Ini bisa dilihat dari
peranannya pada setiap periode musik yang dimulai pada awal 1950an hingga saat
ini 2014, yang berlangsung dalam budaya musik Melayu seperti pertunjukan
musik Padang Pasir, pertunjukan musik Orkes Gambus, pertunjukan musik Orkes
Melayu/Dangdut, dan pertunjukan musik Melayu Populer/Keyboard Melayu.
Dimana dari setiap periode pertunjukan musik diatas Burhanuddin Usman telah
membuat beberapa pencapaian yang antara lain:
1. Dapat membuat sebuah rekaman lagu piringan hitam yang pada zaman
periode itu hanya pemusik tertentu yang dapat membuatnya.
2. Dengan selalu mengikuti pertunjukan-pertunjukan musik diatas dari
mulai acara dalam negeri maupun luar negeri (malasyia, Thailand, dan
Singapore).
111
3. Membuat sebuah keunikan dalam setiap penampilannya yaitu dengan
selalu mengikut sertakan budaya Melayu pada setiap penampilannya
dalam memainkan Saksofon.
Contoh dalam
bentuk musikal: dengan
menggunakan teknik
improvisasi seperti Cengkok, gerenek, dan patah lagu.
Contoh dalam konteks pertunjukan : selalu menggunakan pakaian
tradisional Melayu, dan berkomunikasi dengan budaya bahasa Melayu.
Kedua, Bagaimana Biografi pemusik yang dalam konteks ini, Biografi
Burhanuddin Usman sebagai pemusik Saksofon dalam budaya musik Melayu.
Adalah penting untuk dapat melihat sebuah pembelajaran dari kehidupan
seseorang, yang mana dari kehidupan seseorang itu sudah mendapatkan
pencapaian hidupnya. Dalam konteks ini penulis menuliskan sebuah riwayat dari
Burhanuddin Usman. Burhanuddin Usman merupakan seorang pemusik yang
sudah bisa dikatakan sebagai legenda hidup pada pemusik Saksofon Melayu.
Dengan demikian, setelah penulis menggungkapkan fakta-fakta yang terkandung
dalam riwayat Burhanuddin Usman yang telah di tuliskan dalam BAB II.
112
5.2 Saran
Melayu merupakan salah satu Etnis di Sumatera Utara yang dalam
kehidupannya banyak menghasilkan pemusik-pemusik yang sangat penting dalam
menjaga kesinambungan adat kebudayaan dan kesenian Melayu.
Dalam tulisan ini, penulis mendokumentasikan Burhanuddin Usman
sebagai salah satu pemusik Melayu yang dianggap sangat penting bagi masyarakat
dalam mengembangkan pertunjukan musik Melayu.
Besar harapan penulis kepada pembaca, masyarakat Melayu pada
umumnya, dan pemerintah pada khususnya, hendaknya lebih memperhatikan
keberadaan dan kelayakan dari para pemusik-pemusik tradisi, serta memberikan
penghargaan yang layak pula terhadap kemampuan dan kreatifitas para pemusik
tersebut, serta berusaha mensejahterakan kehidupan mereka sebagai pekerja seni
di samping kedudukan mereka sebagai penyangga kebudayaan.
Kepada para pemusik juga diharapakan agar selalu berkreatifitas dan
berkarya, serta mampu memanajemen dirinya sebagai artis atau pemusik tradisi
Melayu sehingga pemusik tersebut memiliki nilai jual dari kreatifitas, karya yang
dihasilkan serta kemampuan yang dimilikinya.
Diharapkan dari keseluruhan tulisan ini dapat menjadi informasi bagi
orang lain yang ingin meneliti lebih jauh tentang biografi kepemusikan
Burhanuddin Usman, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau
acuan bagi yang memerlukannya.
113
DAFTAR PUSTAKA
Burgin, Burhan. 2007. Penelitihan kualitatif. Jakarta : Prenada Media Group.
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.
Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.
Depdikbud.1996 edisi ke-2. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka.
Depadikbud, 1997‖Antologi Biografi Pengarang Sastra” Indonesia 19201950Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Depdikbud. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.
Fadlin, 1988. Studi Deskriptif Konstruksi dan Dasar-dasar Pola Ritem Gendang
Melayu Sumatera Timur. Medan: Jurusan Etnomusikologi.
Goldsworthy, David J 1979 Melayu Music of North Sumatra: Continuities and
Changes. Sydney: Disertasi Doktoral Monash University.
Hornby, A. S. 2000. Oxford Advanced Learner‟s Dictionary of Current English
sixth edition. New York: Oxford University Press.
Lukman Sinar, ―Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu‖ Medan 1990.
Lukman sinar Basyarsyah II 2001Kebudayaan Melayu Sumatera Timur,Medan :
USU Press
Malm, William P1977‖Music Culture Of Pacific Music The Near East and Asia,
New Jersey : Prentice Hall, Inc. England Wood CliffsTerjemahan Rizaldi
Siagian
Malau, Sudarsono 2013 ― Teknik Permainan Saxophone Dalam Ensambel Musik
Tiup Untuk Mengiringi Adat Upacara Kematian Batak Toba Di Kota
Medan‖. Skripsi Sarjana Departemen Etnomusikologi.
M. Hood: The ethnomusicologist ( New York, 1971).
Merriem, Alan P 1964 ―The Antropology Of Music” Chicago, North Western
University Press
Manurung, Eva Yanthi. 2010. Samelan. Medan: USU. Sitorus, M. 2003.
Berkenalan dengan Sosiologi jilid 2. Jakarta: Erlangga.
xv
Nettl, Bruno, 1963. Theory and Method In Ethnomusicology, New York : The
Free Press
Narrol, R 1965. "Ethnic Unit Classification," Current Anthropology, volume 5,
No. 4.
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Purba , Mauly dan Pasaribu, Ben dalam buku ― musik populer‖ pada buku
pelajaran kesenian nusantara, Universitas HKBP Nomensen. Tahun 2006.
Ridwan, T. Amin 2005 Budaya Melayu Menghadapi Globalisasi, Medan : USU
Press
Supanggah, Rahayu. 1995. Etnomusikologi. Yogyakarta: Yayasan Bentang
Budaya, Indonesia.
Takari, Muhammad 2005 “ studi Banding Antara Nada Pentatonik dan Diatonik‖,
dalam Jurnal Etnomusikologi, Medan, USU Press.
Takari, Muhammad dan Dewi, Heristina dalam buku ―Budaya Musik dan Tari
Melayu Sumatera Utara‖ Tahun 2008.
Zulaika,
Siti
2008
‖Ahmad Setia Pemusik Melayu Sumatera Utara : Biografi dan Gaya Melodis
Permainan Akordion”,Skripsi Sarjana Departemen Etnomusikologi
Sumber Penelusuran
www.google.com
www.wikipedia.com
www.usu.ac.id
http://religion melayu.wikia.com/wiki/kesenian
xvi
DAFTAR INFORMAN
INFORMAN KUNCI
Nama
: Burhanuddin Usman
T/TL
: Kampung Besar/ Kec. Medan Labuhan (70 tahun)
Alamat : Jln Kampung Besar no 8
Pekerjaan : Pemusik Saxophone
INFORMAN PANGKAL
Nama
: Datuk Ahmad Fauzi
T/TL
: Medan, 01 Januari 1960
Alamat : Jln. Gaharu / Medan Timur
Pekerjaan : Dosen Departemen Etnomusikologi / Pelaku seni
INFORMAN PANGKAL
Nama
: Drs. Tahan Perjuangan Manurung.
T/TL
: Medan, 27 Desember 1965
Alamat : Jln. Perkutut No 98
Pekerjaan : Dosen Departemen Etnomusikologi / Pelaku seni
INFORMAN PANGKAL
Nama
: Azmi
T/TL
: Medan, 7 April 1979
Alamat : Jln. Kapten Rahmad Budin / Terjun
Pekerjaan : Pelaku seni
INFORMAN PANGKAL
Nama
: Ainah
T/TL
: Medan, 27 juni 1983
Alamat : Jln Kampung Besar No 8
Pekerjaan : Ibu rumah tangga.
xvii
Download