analisis proses pembelajaran matematika menurut

advertisement
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENURUT
PENDEKATAN SAINTIFIK DAN DAMPAKNYA TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA KELAS 5
Dsk. Pt. Rimang Narayani1, I Kt. Gading2, I Kd. Suartama3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
email : : [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kadar kesaintifikan proses pembelajaran
Matematika dan mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar Matematika siswa
ditinjau dari kadar kesaintifikan pembelajaran pada kelas 5 SD N 1 Gianyar tahun
pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan inferensial.
Populasi penelitian ini adalah proses pembelajaran Matematika kelas 5 SD N 1 Gianyar.
Sampel penelitian ini adalah proses pembelajaran Matematika siswa kelas 5 di SD N 1
Gianyar yang kebetulan berlangsung pada saat penelitian ini dilakukan yaitu subtema 1
Manusia dan Lingkungan. Data kesaintifikan proses pembelajaran Matematika
dikumpulkan dengan pedoman observasi dan data hasil belajar Matematika dikumpulkan
dengan kuesioner, tes, dan pedoman observasi. Data yang dikumpulkan dianalisis
menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kadar kesaintifikan proses pembelajaran pada kelas 5A
dikategorikan sedang dan pada kelas 5B dikategorikan tinggi, serta ada perbedaan hasil
belajar Matematika siswa ditinjau dari kadar kesaintifikan pembelajaran (t=75,979;
P=0,000).
Kata-kata kunci: pendekatan saintifik, hasil belajar Matematika
Abstract
This study aimed at describng the scientific learning process of mathematics and
investigating whether or not there is any difference of students achievement based on
the sciectific learning of fifth grade students in SD N 1 Gianyar in the academic year
2014/2015.This was a descriptive and inferential research. The population in this study
was the learning process of fifth grade students in SD N 1 Gianyar. The sample was the
learning process of fifth grade students in SD N 1 Gianyar which was in progressing while
this research took place, that was subtema 1 Manusia dan Lingkungan.The data of
scientific learning process of mathematics were collected with observation and the data
of students’ learning outcome were collected with questionnaire, test, and observation
guide. The data collected was analyzed used descriptive statistics analysis and inferential
statistics analysis (t test). The result of this research showed that the degree of sciectific
learning process on 5A class was categorized average and 5B class was categorized
high. The difference of the learning achievement was measured based on the degree of
the scientific learning (t=75,979; P=0,000).
Key words: scientific approach, learning outcomes Mathematics
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
PENDAHULUAN
Bangsa yang besar senantiasa
didukung oleh tersedianya sumber daya
manusia berkualitas yang terlahir dari proses
pendidikan yang baik. Pendidikan adalah
wahana yang dilalui untuk mengembangkan
potensi diri dalam suatu proses pendidikan
yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Salah satu tujuan dari pendidikan nasional di
Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta memiliki pengetahuan, kecerdasan dan
keterampilan sehingga seseorang menjadi
manusia mandiri serta mampu bersaing
dengan negara lain. Demi mewujudkan
tujuan pendididkan, pemerintah telah
berulang kali melakukan penyempurnaan
terhadap kurikulum di Indonesia. Kini
kurikulum terbaru tengah digalakan yang kita
kenal dengan nama kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 dirancang untuk
memperkuat kompetensi siswa dari sisi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap
secara utuh (Kemendikbud, 2014). Keutuhan
tersebut menjadi dasar dalam perumusan
kompetensi dasar tiap mata pelajaran
mencakup kompetensi dasar kelompok
sikap,
kompetensi
dasar
kelompok
pengetahuan,
dan kompetensi dasar
kelompok keterampilan. Semua mata
pelajaran dirancang mengikuti rumusan
tersebut. Perancangan kurikulum 2013,
Kemendikbud masih menggunakan latar
belakang pemikiran yang menyatakan
bahwa secara faktual guru-guru belum
melaksanakan cara belajar siswa aktif dan
hal ini berdampak pada hasil belajar siswa.
Cara belajar siswa yang tidak aktif tentu
akan membuat hasil belajar siswa terutama
di Indonesia menjadi rendah. Beberapa bukti
menjelaskan bahwa hasil belajar siswa di
Indonesia masih tergolong rendah. Buktibukti tersebut antara lain, sebuah laporan
dari International Educational Achievement
(IEA) menyatakan, kemampuan bidang Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) dan Matematika
peserta didik di Indonesia pada tahun 2011
berada pada ranking ke-38 dari 39 negara
yang disurvei. Kemudian menurut Trends in
International Mathematics and Science
Study (TIMSS), kemampuan Matematika
peserta didik di Indonesia pada tahun yang
sama berada pada ranking ke-34 dari 38
negara, dan kemampuan IPA berada pada
ranking ke-2 dari 38 negara (Bank Dunia,
2011).
Berdasarkan sampel yang berjumlah
6.233 orang siswa kelas 5 di 150 Madrasah,
ditemukan bahwa dalam tes Matematika
rata-rata pencapaian siswa 14%, dalam
bidang IPA 15,6%, dalam bidang Bahasa
Indonesia 16,2%, dan dalam bidang Bahasa
Inggris 17,2%. Rata-rata dalam tiga mata
pelajaran (Matematika, IPA, dan Bahasa
Inggris) itu disebutkan jauh dari rata-rata
internasional berdasarkan soal yang diambil
dari tes internasional seperti Programme for
International Student Assessment (PISA)
dan Trends in International Mathematic and
Science Study (TIMSS) (Bank Dunia
Indonesia, 2010). Selain itu, suatu survei
yang dilakukan oleh The Programme for
International Student Assessment (PISA)
tahun 2012 melaporkan bahwa dalam
bidang Matematika siswa Indonesia hanya
berada pada urutan ke-64 dari 65 negara
yang disurvei dengan skor rata-rata 375 di
bawah negara-negara tetangga seperti
Malaysia dengan skor rata-rata 421,
Thailand dengan skor rata-rata 427, dan
Singapura dengan skor rata-rata 573.
Dukungan
temuan
lapangan
juga
menunjukkan
bahwa
hasil
belajar
Matematika siswa masih kategorikan kurang
memuaskan.
Hasil
observasi
di
lapangan
menunjukkan masih banyak kendalakendala
yang
dihadapi
guru
saat
berlangsungnya proses pembelajaran antara
lain seperti: materi dalam buku siswa
maupun buku guru yang masih tergolong
sedikit, kekurangan waktu dalam proses
pembelajaran karena tidak semua siswa
mampu mengikuti materi yang disajikan
begitu pula pada saat melakukan penilaian,
dan terkadang siswa yang kurang aktif sulit
dimotivasi saat pembelajaran berlangsung
sehingga mereka kurang mendalami materi
yang disajikan. Beberapa kendala yang
disebutkan agaknya menjadi tantangan yang
berat dalam meningkatkan hasil belajar
siswa di Indonesia.
Sejalan
dengan
permasalahan
pendidikan yang semakin marak, pemerintah
terus berupaya mengentaskan masalahmasalah pendidikan yang timbul, salah satu
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
bukti
nyata
yakni
dengan
merekomendasikan pembelajaran kurikulum
2013 menggunakan pendekatan saintifik
(scientific approach). Menurut Kosasih
(2014:72) pendekatan saintifik merupakan
pendekatan di dalam kegiatan pembelajaran
yang mengutamakan kreaktivitas dan
temuan-temuan siswa. pendekatan saintifik
menuntut seorang guru agar mampu
mengarahkan
peserta
didik
untuk
mengamati
sesuatu
dengan
baik
menggunakan panca indranya untuk dapat
memperoleh informasi, setelah memperoleh
informasi kemudian siswa diharapkan
mampu merumuskan masalah dari informasi
yang diperoleh, setelah mengetahui jawaban
dari masalah yang ditemukan maka siswa
akan mencoba informasi baru yang
diperolehnya.
Pendekatan
saintifik
juga
mengharapkan agar siswa mampu menalar
atau mengolah informasi melalui penalaran
yang rasional, informasi yang diperoleh dari
hasil pengamatan ataupun percobaan harus
diproses untuk menemukan
adanya
keterkaitan suatu informasi dengan informasi
lainnya. Dengan pendekatan ini diharapkan
pula siswa agar mampu mengkomunikasi,
artinya kemampuan untuk membangun
jaringan
dan
berkomunikasi
untuk
membangun pengetahun, keterampilan serta
pengalaman pada siswa.
Adanya
pendekatan
saintifik
(mengamati,
menanya,
menalar,
menyimpulkan, dan mengkomunikasikan)
maka diharapkan akan mampu meningkatan
mutu pembelajaran yang baik, termasuk
dalam proses pembelajaran Matematika.
Proses pembelajaran dapat dikatakan
berhasil apabila dapat menciptakan hasil
belajar yang optimal, maka kualitas seorang
guru dalam menerapkan pendekatan pada
pembelajaran sangat diperlukan guna
mencapai hasil belajar peserta didik yang
optimal. Selain itu, siswa yang dalam
pembelajarannya terbiasa belajar dengan
melakukan komponen dari pembelajaran
dengan
pendekatan
saintifik
seperti
mengamati,
menanya,
menalar,
mengasosiasi
dan mengkomunikasikan
laporan maka mereka akan belajar lebih
aktif, berpikir kritis, materi yang mereka
dapatkan akan tersimpan dalam waktu yang
lebih lama, pembelajaran yang berlangsung
lebih bermakna, serta mereka dapat
meningkatkan hasil belajarnya.
Pendekatan pembelajaran saintifik
juga sangat bermanfaat bagi siswa dalam
hal membina kepekaan siswa terhadap
berbagai problematika yang terjadi di
sekitarnya. Melalui pendekatan ini pula
siswa dibiasakan untuk mengumpulkan
sejumlah informasi, isu-isu penting, dan
kejadian
kontekstual
lainnya
melalui
kegiatan bertanya, meneliti, dan menalar.
Berdasarkan keluasan pengetahuan yang
diperolehnya siswa lebih lanjut akan memiliki
rasa percaya diri yang tinggi selama
mengikuti proses pembelajaran. Rasa
percaya diri merupakan hal penting dimiliki
siswa agar mereka berani melakukan
berbagai aktivitas belajar dan terbiasa
dengan menanggung resiko pembelajaran.
Selain itu, beberapa hasil penelitian
yang telah dilakukan juga membuktikan
bahwa pendekatan saintifik juga dapat
meningkakan hasil belajar siswa seperti
yang dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu:
(1)
Marjan
(2014:iv)
menyatakan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik
lebih
baik
dari
pada
pendekatan
pembelajaran langsung dalam meningkatkan
hasil belajar dan keterampilan proses sains.
(2) Sarini (2012:v) menyatakan bahwa
pendekatan pembelajaran virtual experiment
dan motivasi belajar berpengaruh terhadap
hasil belajar fisika siswa. (3) Diadnya
(2012:iv) menyebutkan bahwa pendekatan
pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan
hasil belajar IPA siswa SMP Negeri 4
Mendoyo, baik dengan pengendalian
kemampuan berpikir divergen siswa maupun
tanpa pengendalian kemampuan berpikir
divergen siswa.
Berdasarkan
paparan
di
atas
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana kadar kesaintifikan pembelajaran
Matematika menurut pendekatan saintifik
dan apa ada perbedaan hasil belajar
Matematika siswa ditinjau dari kadar
kesaintifikan pembelajaran pada siswa kelas
5 SD N 1 Gianyar tahun pelajaran
2014/2015.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dan inferensial. Untuk menjawab
masalah pertama penelitian ini dilakukan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
pada taraf deskriptif dan untuk menjawab
permasalahan kedua dilaksanakan pada
taraf penelitian inferensial. Sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai maka yang
dijadikan populasi dalam penelitian ini
adalah proses pembelajaran Matematika
Kelas 5 SD N 1 Gianyar. Sedangkan sampel
dalam penelitian ini adalah proses
pembelajaran Matematika siswa kelas 5 di
SD N 1 Gianyar yang kebetulan berlangsung
pada saat penelitian ini dilakukan yaitu
Subtema 1 Manusia dan Lingkungan.
Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
metode observasi, metode kuesioner dan
metode tes. Metode observasi digunakan
untuk mengumpulkan data tentang proses
pembelajaran Matematika dan hasil belajar
aspek keterampilan (Kompetensi Inti 4).
Hasil uji validitas isi pedoman observasi
proses pembelajaran Matematika dengan
koefisien validitas isi yaitu 1,00 yang
termasuk ke dalam kategori validitas isi
sangat tinggi dan hasil uji validitas isi
pedoman observasi hasil belajar aspek
keterampilan dengan koefisien validitas isi
yaitu 1,00 yang termasuk ke dalam kategori
validitas isi sangat tinggi. Metode kuesioner
digunakan untuk mengumpulkan data
tentang hasil belajar Matematika siswa
aspek spiritual (Kompetensi Inti 1) dan sosial
(Kompetensi Inti 2). Hasil uji validitas isi
kuesioner dengan koefisien validitas isi yaitu
0,90 yang termasuk ke dalam kategori
validitas isi sangat tinggi, dan uji validitas
butir kuesioner dengan koefisien validitas
butir kuesioner berkisar antara 30,68 sampai
64,52, serta hasil uji reliabilitas kuesioner
sebesar 0,72 yang termasuk ke dalam
kategori tinggi. Metode tes digunakan untuk
mengumpulkan data tentang hasil belajar
Matematika siswa aspek pengetahuan
(Kompetensi Inti 3). Hasil uji validitas isi tes
dengan koefisien validitas isi yaitu 0,80
termasuk ke dalam kategori validitas isi
sangat tinggi dan hasil uji validitas butir tes
dengan koefisien validitas butir tes berkisar
antara 0,39 sampai 0,69. Sedangkan hasil
uji reliabilitas tes sebesar 0,90 termasuk
dalam kategori sangat tinggi, hasil uji tingkat
kesukaran butir tes berkisar antara 0,50
sampai 0,89 dan hasil uji tingkat kesukaran
perangkat tes yaitu 0,78 termasuk ke dalam
kategori mudah. Hasil uji daya beda butir tes
berkisar antara 0,23 sampai 0,73 dan hasil
uji daya beda tes yaitu 8,38 termasuk cukup
baik.
Teknik analisis data yang digunakan
adalah teknik analisis deskriptif dan
inferensial. Analisis deskriptif digunakan
untuk mengetahui kadar kesaintifikan proses
pembelajaran
Matematika.
Untuk
menentukan kadar kesaintifikan proses
pembelajaran Matematika yang dimaksud
digunakan
kriteria kurve normal seperti
yang disajikan pada tabel 1. Analisis
inferensial
digunakan
untuk
menguji
hipotesis yang berbunyi adanya perbedaan
hasil belajar Matematika siswa ditinjau dari
kadar kesaintifikan pembelajaran. Teknik
analisis inferensial yang digunakan adalah
teknik Uji-t (Guilford, 1973) dengan bantuan
program SPSS 16.
Tabel 1 Kriteria Rentang Skor dan Kategori Kadar Kesaintifikan Pembelajaran
Kriteria Kurve Normal
>Mi+ 1SDi
Mi - 1SDi s.d. Mi + 1SDi
< Mi - 1SDi
Rentang Skor
> 30
15 – 30
<15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Merujuk pada kriteria kurve normal
yang disajikan pada tabel 1, hasil analisis
tentang
kadar
kesaintifikan
proses
Katagori
Tinggi
Sedang
Rendah
(Dimodifikasi dari Gading, 2014)
pembelajaran Matematika seperti disajikan
pada tabel 2.
Tabel 2. Kadar Kesaintifikan Proses Pembelajaran Matematika
Siswa Kelas 5 SD N 1 Gianyar
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
No.
1.
2.
Kelas
5A
5B
Rata-Rata Aktual
20,61
43,54
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada
kelas 5A kadar kesaintifikan proses
pembelajaran dikategorikan sedang dan
pada kelas 5B kadar kesaintifikan proses
pembelajaran dikategorikan tinggi.
Hasil
uji-t
untuk
mengetahui
perbedaan hasil belajar Matematika ditinjau
dari kadar kesaintifikan proses pembelajaran
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
hasil belajar Matematika ditinjau dari kadar
kesaintifikan pembelajaran dengan nilai t =
75,979 dan p = 0,000.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kadar kesaintifikan proses pembelajaran
Matematika siswa kelas 5A terkategori
sedang. Selain mengkonversikan skor
pedoman observasi secara keseluruhan,
peneliti
juga
mengkonversikan
skor
pedoman observasi untuk tiap-tiap aspeknya
dan didapatkan bahwa kelas 5A dalam
setiap aspek pedoman observasinya dapat
dikategorikan memiliki kadar kesaintifikan
pembelajaran sedang.
Kadar
kesaintifikan
proses
pembelajaran Matematika pada kelas 5A
memang menempati kategori sedang
disebabkan karena semua komponen
pendekatan pembelajaran saintifik belum
terlaksana secara optimal. Hal ini tampak
dari kurangnya keaktifan siswa baik dalam
kegiatan mengamati, menanya, menalar,
menyimpulkan, dan mengomunikasikan
temuan dalam pembelajaran. Selain itu,
dalam pembelajarannya guru terlihat kurang
bersemangat
sehingga
pembelajaran
cenderung menjadi membosankan.
Kurangnya rasa disiplin siswa dalam
proses pembelajaran juga tampaknya
menjadi kendala yang cukup serius karena
siswa menjadi sulit mengikuti pembelajaran
dengan adanya situasi yang kurang
kondusif. Hal ini sangat mungkin terjadi
karena kurangnya motivasi belajar siswa.
Selain itu pada proses pembelajaran
Matematika di kelas 5A belum terlihat jelas
karakteristik khusus pendekatan saintifik
seperti disinterested, unsupported opinion,
dan verifikasi. Pemaparan tersebut sejalan
Kategori
Sedang
Tinggi
dengan teori yang menyatakan bahwa
pendekatan memiliki beberapa karakteristik
khusus dalam penerapannya (Abidin, 2014).
Sedangkan kadar kesaintifikan proses
pembelajaran Matematika kelas 5B yang
memiliki kadar kesaintifikan tinggi baik
secara keselurahan maupun pada setiap
aspek pembelajaran saintifik. Hal ini
dimungkinkan oleh semua komponen
pendekatan saintifik sudah terlihat jelas
dalam penerapannya. Pada kegiatan
mengamati dan menanya siswa terlihat
serius mengikuti pembelajaran dan siswa
dengan berani mengacungkan tangannya
guna menanyakan kepada guru tentang hal
yang kurang dimengerti. Begitu pula dengan
kegiatan menalar, menyimpulkan, dan
mengomunikasikan. Hal yang menarik
adalah saat kegiatan mengkomunikasikan
laporan baik di depan kelas maupun di
kelompok masing-masing, siswa sangat
antusias dan aktif dalam menyampaikan
pendapat, kritik maupun saran. Kegiatan
pembelajaran pada kelas 5B sangat
menyenangkan dan bermakna.
Kegiatan pembelajaran yang kondusif
tentunya tidak lepas dari peran guru sebagai
fasilitator dalam pembelajarannya, guru
terlihat sangat bersemangat, kreatif dan aktif
dalam proses pembelajaran sehingga siswa
ikut terdorong aktif. Selain itu dalam proses
pembelajaran Matematika di kelas 5B sudah
tampak tujuan pendekatan saintifik seperti
untuk meningkatkan kemampuan intelek,
diperolehnya hasil belajar siswa yang tinggi
dan
untuk
melatih
siswa
dalam
mengomunikasikan ide-ide. Pemaparan
tersebut sejalan dengan teori yang
menyatakan bahwa tujuan pembelajaran
dengan pendekatan saintifik didasarkan
pada keunggulan pendekatan tersebut
(Abidin, 2014).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kelompok
siswa
yang
mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan saintifik
tinggi memperoleh hasil belajar yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
yang mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan saintifik rendah.
Berdasarkan pengujian hipotesis, hasil
penghitungan menunjukkan bahwa nilai t
lebih besar dari nilai p sehingga hasil
penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti,
terdapat perbedaan hasil belajar Matematika
yang signifikan antara siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan saintifik
tinggi
dan
siswa
yang
mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan saintifik
rendah. Perbedaan yang signifikan antara
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan saintifik tinggi dan siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan
saintifik rendah disebabkan oleh perbedaan
perlakuan
pada
langkah-langkah
pembelajaran dan proses penyampaian
materi
yang
menyebabkan
kurang
pahamnya siswa terhadap materi yang
diajarkan.
Secara
Teoretis
menurut
pendapat Kurniasih dan Sani (2014)
pendekatan saintifik dalam pembelajaran
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
karena melibatkan keterampilan proses
seperti,
mengklasifikasi,
mengukur,
meramalkan,
menjelaskan,
dan
menyimpulkan. Oleh karena itu kondisi
pembelajaran yang tercipta mengarahkan
untuk siswa mecari tahu dari berbagai
sumber melalui observasi, dan bukan hanya
diberitahu oleh guru melainkan sıswa
memiliki
inisiatif
sendiri
untuk
mengumpulkan suatu informasi. Selain itu
saintifik terdiri dari beberapa komponen
yang
dapat
mendukung
dalam
meningkatkan hasil belajar yaitu mengamati,
menanya,
mengumpulkan
informasi,
mengasosiasikan,
menyimpulkan,
mengkomunikasikan.
Pada
tahap
mengamati
mengutamakan
kebermaknaan
proses
pembelajaran (meaningfull learning). Metode
ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media objek secara nyata,
peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan
mengamati dalam rangka pembelajaran ini
biasanya memerlukan waktu persiapan yang
lama dan matang, biaya dan tenaga relatif
banyak, dan jika tidak terkendali akan
mengaburkan
makna
serta
tujuan
pembelajaran. Metode mengamati sangat
bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu
peserta didik, sehingga proses pembelajaran
memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan
metode observasi peserta didik menemukan
fakta bahwa ada hubungan antara objek
yang dianalisis dengan materi pembelajaran
yang digunakan oleh guru. Kegiatan
mengamati dalam pembelajaran dilakukan
dengan menempuh langkah-langkah seperti:
(1) menentukan objek apa yang akan
diobservasi,
(2)
membuat
pedoman
observasi sesuai dengan lingkup objek yang
akan diobservasi, (3) menentukan secara
jelas data-data apa yang perlu diobservasi,
baik
primer
maupun sekunder, (4)
menentukan di mana tempat objek yang
akan diobservasi, (5) menentukan secara
jelas bagaimana observasi akan dilakukan
untuk mengumpulkan data agar berjalan
mudah dan lancar, dan (6) menentukan cara
dan melakukan pencatatan atas hasil
observasi, seperti menggunakan buku
catatan, kamera, tape recorder, video
perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Selain
langkah-langkah
kegiatan
mengamati, prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan oleh guru dan peserta didik
selama observasi pembelajaran yaitu; (a)
cermat, objektif, dan jujur serta terfokus
pada objek yang diobservasi untuk
kepentingan pembelajaran, (b) banyak atau
sedikit serta homogenitas atau heterogenitas
subjek, objek, atau situasi yang diobservasi.
Makin banyak dan heterogen subjek, objek,
atau situasi yang diobservasi, makin sulit
kegiatan observasi itu dilakukan. Sebelum
observasi dilaksanakan, guru dan peserta
didik
sebaiknya
menentukan
dan
menyepakati
cara
dan
prosedur
pengamatan, serta (c) guru dan peserta
didik perlu memahami apa yang hendak
dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta
bagaimana membuat catatan atas perolehan
observasi (Kemendikbud, 2013b).
Pada tahap menanya guru yang efektif
mampu menginspirasi peserta didik untuk
meningkatkan dan mengembangkan ranah
sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.
Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula
dia membimbing atau memandu peserta
didiknya belajar dengan baik. Ketika guru
menjawab pertanyaan peserta didiknya,
ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu
untuk menjadi penyimak dan pembelajar
yang baik. Aktivitas bertanya memiliki
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
beberapa fugsi yaitu: (1) mengembangkan
rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta
didik tentang suatu tema atau topik
pembelajaran,
(2)
mendorong
dan
menginspirasi peserta didik untuk aktif
belajar, serta mengembangkan pertanyaan
dari dan untuk dirinya sendiri, (3)
mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik
sekaligus menyampaikan ancangan untuk
mencari solusinya, (4) menstrukturkan
tugas-tugas dan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menunjukkan
sikap, keterampilan, dan pemahamannya
atas substansi pembelajaran yang diberikan,
(5) membangkitkan keterampilan peserta
didik
dalam
berbicara,
mengajukan
pertanyaan, dan member jawaban secara
logis, sistematis, dan menggunakan bahasa
yang baik dan benar, (6) mendorong
partisipasi peserta didik dalam berdiskusi,
berargumen, mengembangkan kemampuan
berpikir, dan menarik kesimpulan, (7)
membanngun sikap keterbukaan untuk
saling member dan menerima pendapat atas
gagasan, memperkaya kosakata, serta
mengembangkan toleransi sosial dalam
hidup berkelompok, (8) membiasakan
peserta didik berpikir spontan dan cepat,
serta sigap dalam merespon persoalan yang
tiba-tiba muncul, dan (9) melatih kesantunan
dalam berbicara dan membangkitkan
kemampuan berempati satu sama lain
(Kemendikbud, 2013b).
Membina
siswa
agar
terampil
bertanya, perlu diketahui pula kriteria
pertanyaan yang baik. Kriteria pertanyaan
yang baik tersebut yaitu: (a) Singkat dan
jelas, (b) menginspirasi jawaban, (c) memiliki
fokus, (d) bersifat probing atau divergen, (e)
bersifat validatif atau penguatan, (f) memberi
kesempatan peserta didik untuk berpikir
ulang, (g) merangsang peningkatan tuntuan
kemampuan kognitif, dan (h) merangsang
proses interaksi (Kemendikbud, 2013b).
Pertanyaan guru yang baik dan benar
menginspirasi
peserta
didik
untuk
memberikan jawaban yang baik dan benar
pula.
Berdasarkan hal ini, guru harus
memahami kualitas pertanyaan, sehingga
menggambarkan tingkatan kognitif seperti
apa yang akan disentuh, mulai dari yang
lebih rendah hingga yang lebih tinggi. Bobot
pertanyaan yang menggambarkan tingkatan
kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih
tinggi.
Pada tahap menalar, penalaran yang
dimaksudkan merupakan penalaran ilmiah,
meski penalaran non-ilmiah tidak selalu tidak
bermanfaat.
Istilah
menalar
di
sini
merupakan padanan dari associating; bukan
merupakn terjemahan dari reasoning, meski
istilah ini juga bermakna menalar atau
penalaran. Karena itu, istilah aktivitas
menalar dalam konteks pembelajaran pada
Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah
banyak merujuk pada teori belajar asosiasi
atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi
dalam
pembelajaran
merujuk
pada
kemampuan mengelompokkan beragam ide
dan mengasosiasikan beragam peristiwa
untuk kemudian memasukkannya kedalam
penggalan memori. Teori asosiasi ini sangat
efektif menjadi landasan menanamkan sikap
ilmiah dan motivasi pada peserta didik
berkenaan dengan nilai-nilai intrinsik dari
pembelajaran partisipatif. Dengan cara ini
peserta didik akan melakukan peniruan
terhadap apa yang nyata diobservasinya
dari kinerja guru dan temannya di kelas.
Aplikasi
pengembangan
aktivitas
pembelajaran untuk meningkatkan daya
nalar peserta didik dapat dilakukan dengan
cara seperti; (1) guru menyusun bahan
pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap
sesuai dengan tuntuan kurikulum, (2) guru
tidak banyak menerapkan metode ceramah.
(3) tugas utama guru adalah member
instruksi singkat tapi jelas dengan disertai
contoh-contoh, baik dilakukan sendiri
maupun dengan cara simulasi, (4) bahan
pelajaran disusun secara berjenjang atau
hierarkis, dimulai dari yang sederhana
(persyaratan rendah) sampai pada yang
kompleks (persyaratan tinggi), (5) kegiatan
pembelajaran berorientasi pada hasil yang
dapat diukur dan diamati, (6) setiap
kesalahan harus segera dikoreksi atau
diperbaiki, (7) perlu dilakukan pengulangan
dan latihan agar perilaku yang diinginkan
dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman,
(8) evaluasi atau penilaian didasari atas
perilaku yang nyata atau otentik, dan (9)
guru mencatat semua kemajuan peserta
didik untuk kemungkinan memberikan
tindakan
pembelajaran
perbaikan
(Kemendikbud, 2013b).
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Pada tahap menyimpulkan dalam
pembelajaran dengan pendekatan saintifik
merupakan
kelanjutan
dari
kegitan
mengolah data atau informasi. Setelah
menemukan keterkaitan antar informasi dan
menemukan berbagai pola dari keterkaitan
tersebut, selanjutnya secara bersama-sama
dalam satu kesatuan kelompok, atau secara
indivisual membuat kesimpulan.
Pada tahap mengkomunikasikan pada
pendekatan saintifik guru diharapkan
memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengkomunikasikan apa yang telah
mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan
melalui menuliskan atau menceritakan apa
yang ditemukan dalam kegiatan mencari
informasi,
mengasosiasikan
dan
menemukan
pola.
Hasil
tersebut
disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru
sebagai hasil belajar peserta didik atau
kelompok peserta didik tersebut. Adapun
kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan
ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti,
toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat
dan
jelas,
dan
mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan
benar.
Kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran
Matematika
dengan
pendekatan
saintifik
tinggi
mampu
menerapkan sintaks pendekatan saintifik
secara sistematis sehingga siswa aktif
dalam proses pembelajaran Matematika.
Mulai dari siswa aktif mengamati, menanya,
menalar,
menyimpulkan
dan
mengkomunikasikan laporan. Siswa mampu
menggali informasi lebih dalam lagi
sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih
menarik dan bermakna bagi siswa itu
sendiri. Jadi penerapan pendekatan saintifik
yang benar akan berbanding lurus dengan
hasil belajar yang diperoleh kelompok siswa
yang mengikuti pembelajaran Matematika
dengan pendekatan saintifik tinggi.
Berbeda halnya dengan kelompok
siswa yang mengikuti proses pembelajaran
Matematika dengan pendekatan saintifik
rendah, kelompok siswa ini cenderung
kurang aktif akibat penerapan dari sintaks
pendekatan saintifik yang tidak jelas terlihat.
Selama proses pembelajaran Matematika,
kelompok siswa yang memiliki kadar
kesaintifikan rendah cenderung terlihat tidak
mengikuti pembelajaran sesuai dengan
sintaks dari pendekatan saintifik. Ada
beberapa sintak yang tidak muncul dalam
proses pembelajaran Matematika sehingga
arah pembelajaran menjadi tidak sistematis.
Hal ini akan menyebankan rendahnya hasil
belajar yang diperoleh kelompok siswa yang
mengikuti proses pembelajaran Matematika
dengan pendekatan saintifik rendah. Selain
itu,
dalam
pembelajaran
Matematika
terdapat masalah-masalah Matematika yang
kontekstual biasanya digunakan untuk
menguji pemahaman siswa pada konsep
yang telah dipelajari dan biasanya diberikan
pada akhir pembahasan materi, apabila
siswa tidak mampu aktif dalam proses
pembelajaran
maka
bisa
dikatakan
pembelajaran yang diikuti siswa tidak
bermakna dan interaksi antar siswapun
sangat jarang terjadi.
Perbedaan cara pembelajaran antara
proses pembelajaran Matematika dengan
pendekatan saintifik tinggi dan proses
pembelajaran
Matematika
pendekatan
saintifik rendah tentunya akan memberikan
dampak yang berbeda pula terhadap hasil
belajar siswa. Penerapan pendekatan
saintifik
tinggi
dalam
pembelajaran
memungkinkan siswa untuk tahu manfaat
dari
materi
yang
dipelajari
bagi
kehidupannya,
aktif
dalam
kegiatan
pembelajaran, menemukan sendiri konsepkonsep yang dipelajari tanpa harus selalu
tergantung pada guru, mampu memecahkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan
konsep yang dipelajari, bekerja sama
dengan siswa lain, dan berani untuk
mengemukakan pendapat. Siswa menjadi
lebih tertantang untuk belajar dan berusaha
menyelesaikan
semua
permasalahan
Matematika
yang
ditemui,
sehingga
pengetahuan yang diperoleh akan lebih
diingat oleh siswa. Dengan demikian, hasil
belajar Matematika siswa pada proses
pembelajaran dengan pendekatan saintifik
tinggi akan lebih baik dibandingkan dengan
siswa pada proses pembelajaran dengan
pendekatan saintifik rendah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil dari beberapa penelitian tentang
pembelajaran dengan pendekatan saintifik,
Marjan (2014:iv) menyatakan pembelajaran
dengan pendekatan saintifik lebih baik dari
pada pendekatan pembelajaran langsung
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
dalam meningkatkan hasil belajar dan
keterampilan proses sains. Sementara itu,
Sarini
(2012:v)
menyatakan
bahwa
pendekatan pembelajaran virtual experiment
dan motivasi belajar berpengaruh terhadap
hasil belajar fisika siswa.
Sedangkan,
Diadnya
(2012:iv)
menyebutkan
bahwa
pendekatan
pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan
hasil belajar IPA siswa SMP Negeri 4
Mendoyo, baik dengan pengendalian
kemampuan berpikir divergen siswa maupun
tanpa pengendalian kemampuan berpikir
divergen siswa. Bertemali dengan hasil
penelitian Diadnya, Mudalara (2012:iv)
menyatakan
bahwa
pendekatan
pembelajaran inkuiri bebas berpengaruh
terhadap hasil belajar kimia siswa ditinjai
dari sikap ilmiah siswa. Selanjutnya,
Suarsani (2011:v) menyebutkan bahwa
pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing
dapat meningkatkan hasil belajar kimia
siswa kelas XI IPA SMA PGRI Gianyar 3
Ubud tahun pelajaran 2010/2011. Oleh
karena itu, hasil penelitian ini berhasil
memperkuat penelitian-penelitian tentang
pembelajaran dengan pendekatan saintifik
sebelumnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
dan pembahasan, maka simpulan penelitian
ini adalah (1) proses pembelajaran
Matematika menurut pendekatan saintifik di
SD Negeri 1 Gianyar memiliki kadar
kesaintifikan tinggi pada kelas 5B yaitu
36,29 dan kadar kesaintifikan sedang yaitu
17,18 pada kelas 5A, (2) berdasarkan hasil
perhitungan uji-t, antara kelas 5B dan 5A
mendapatkan nilai t sebesar 75,979
(p=0,000) sehingga hasilnya signifikan. Jadi
terdapat perbedaan hasil belajar yang
signifikan antara siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan kadar pendekatan
saintifik tinggi dan siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan kadar pendekatan
saintifik sedang. Kualifikasi hasil belajar
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
kadar Pendekatan saintifik tinggi berada
pada kategori sangat baik sedangkan hasil
belajar siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan kadar pendekatan saintifik sedang
berada pada kategori baik. Perbandingan
hasil perhitungan rata-rata hasil belajar
Matematika dengan kadar pendekatan
saintifik tinggi adalah 143,8 lebih besar dari
rata-rata hasi belajar Matematika kadar
pendekatan saintifik rendah sebesar 115,74.
Berdasarkan hasil dari penelitian yang
telah dilakukan, maka dapat dikemukakan
beberapa saran yaitu pertama, siswa-siswa
di sekolah dasar agar lebih aktif dalam
mengikuti pembelajaran, menumbuhkan ideide kreatif, sikap bekerjasama, berani,
mandiri dan mengasah keterampilanketerampilan yang dimiliki siswa dalam
proses pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar. Kedua, guru
disarankan
agar
mampu
memilih
pendekatan alternatif dalam menarik minat
dan motivasi siswa untuk belajar seperti
menggunakan pendekatan saintifik dalam
proses pembelajaran di kelas untuk
meningkatkan hasil belajar siswa karena
pada pendekatan ini lebih banyak menuntut
keaktifan siswa (student centered) dan siswa
lebih banyak dilibatkan dalam proses
pembelajaran tanpa didominasi oleh guru.
Ketiga, peneliti yang berminat agar
mengadakan penelitian lebih lanjut tentang
pendekatan saintifik dalam bidang ilmu
Matematika maupun bidang ilmu lainnya
yang sesuai agar memperhatikan kendalakendala yang dialami dalam penelitian ini
sebagai
bahan
pertimbangan
untuk
perbaikan dan penyempurnaan penelitian
yang
akan
dilaksanakan.
Keempat,
mahasiswa
atau
calon
guru
agar
menggunakan hasil penelitian ini sebagai
bahan
masukan
dalam
membuat
perencanaan
pembelajaran
dan
melaksanakan pembelajaran di kelas
nantinya.
DAFTAR RUJUKAN
Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem
Pembelajaran
dalam
Konteks
Kurikulum 2013. Bandung: PT
Refika Aditama.
Bank Dunia. 2011. “Peningkatan Kualitas
Pendidikan”.
Tersedia
pada
(http://www.google.com/url?sa=t&rct=
j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cts
=1331209698067&sqi=2&ved=0CDk
QFjAC&url=http%3A%2F%2Fsiteres
ources.worldbank.org%2FINTINDON
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
ESIA%2FResources%2FPublication
%2F2800161106130305439%2F617
3311110769011447%2F8102961110
769073153%2Feducation.pdf&ei=Aq
VYT97UPI3zrQfXov33Cw&usg=AFQj
CNHcUaUNlhVB5AOe7t5t7yZ0jogze
g&sig2=nym8LtV8Im8VpWhjhgVGQ)
, (diakses tanggal 10 Februari
2015).
Bank Dunia Indonesia. 2010. “Temuan
Kajian Mutu
Pendidikan
di
Madrasah (QEM) 2010, Mengukur
Prestasi Belajar Siswa Madrasah”.
Jakarta: Unit Pendidikan Bank Dunia
Indonesia.
Tersedia
pada
((http://www.google.co.id/url?sa=t&rct
=j&q=&esrc=s&source
=web&cd
=1&ved=0CCwQFjAA&url=http%3A
%2F%2Fmadrasah.kemenag.go.id%
2FUserFiles%2FFile%2FBECTFMengukur%2520Prestasi%252Bel
a
jar%2520Siswa%2520Di%2520Madr
asah.pdf&ei=8LyyULGGFcrOrQfnIH
QDg&usg=AFQjCNHuwoKzvEpzjAW
hfdgkq9y5oWLZwA&sig2=znYBtY54ZgIpSeo3IcdeQ), (diakses tanggal
10 Februari 2015).
Diadnya, I W. 2012. Pengaruh Penerapan
Model Pembelajaran Inkuiri terhadap
Hasil Belajar IPA Ditinjau dari
Kemampuan Berpikir Divergen Siswa
Kelas VII SMP Negeri 4 Mendoyo
Semester
I
Tahun
Pelajaran
2011/2012.
Tesis.
Singaraja:
Program Pasca Sarjana Undiksa.
Gading, I. Kt. 2014 Pengaruh Pelatihan
Kendali Diri dan Jenis kelamin
terhadap
Perilaku
Prokrastinasi
Akademik Siswa SMP. Disertasi.
Malang: Pasca Sarjana Universitas
Negeri Malang.
Guilford,
J.P.,
Fruchter.
B.
1973.
Fundamental Statistics in Psychology
and Education, Fifth Edition. Tokyo:
McGraw-Hill Kogakusha, Ltd.
Kemendikbud (3013b) Materi Pelatihan Guru
Implementasi
Kurikulum
2013.
Jakarta: Kemendikbud.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
2014. Sejarah Indonesia. Jakarta:
Kementrian
Kebudayaan.
Pendidikan
dan
Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan
Pembelajaran
Implementasi
Kurikulum 2013. Bandung: Yrama
Widya.
Marjan,
Johari.
2014.
Pengaruh
Pembelajaran Pendekatan Saintifik
terhadap Hasil Belajar Biologi dan
Keterampilan Proses Sains Siswa
Ma. Mu’llimat Nahdlatul Wathan
Pancor Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tesis. Singaraja: Pasca Sarjana
Undiksha.
Mudalara, Putu. 2012. Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri Bebas terhadap
hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI
IPA SMA Negeri 1 Gianyar Ditinjau
dari Sikap Ilmiah. Tesis. Singaraja:
Program Pasca Sarjana Undiksha.
Sarini,
Putri. 2012. Pengaruh Virtual
Experiment terhadap Hasil Belajar
Fisika Ditinjau dari Motivasi Belajar
Siswa SMA Negeri 1 Singaraja.
Tesis. Singaraja: Program Pasca
Sarjana Undiksha.
Suarsani, G. A. 2011. Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa
Kelas XI IPA SMA PGRI Gianyar 3
Ubud. Tesis. Singaraja: Program
Pasca Sarjana Undiksha.
Download