PENGARUH KOSEP DIRI, ORIENTASI TUJUAN DAN ORIENTASI UMPAN BALIK TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL (Studi Asosiatif Pada Mahasiswa Teknik Industri Kampus Meruya Universitas Mercu Buana Jakarta) 1 Hasbullah2 ABSTRACT Social sk ill facilitates interpersonal interactions in influencing work outcome and can in turn lead to succesful individual. This research provides some insight into the definition and measurement of social sk ill and three variables such as self-concept, goal orientation and feedback orientation as independent variables. The objective of this study is to observe direct effect of self -concept, goal orientation and feedback orientation on social sk ill. The method of research used the associative quantitative approach through survey method. The number of sample covers 149 respondents as student samples selected randomly for analyzingdata. The result of the research showed there are positive direct effects of self-concept, goal orientation and feedback orientation on social sk ill, there are positive direct effects of self-concept and goal orientation on feedback orientation, and there is positive direct effects of self-concept on goal orientation. For Improving social sk ill, therefore self concept, goal orientation and feedback orientation should be improved. Keyword: social sk ill, self concept, goal orientation, feedback orientation. ABSTRAK Keterampilan sosial dapat mempermudah interaksi antar individuyang mampu mempengaruhi pencapaian kerja dan dapat membantu keberhasilan individu. Penelitian ini menguraikan pengertian dan pengukuran tentang keterampilan sosial dan tiga variabel lainnya mencakup; konsep diri, orientasi tujuan dan orientasi umpan balik sebagai variabel bebas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh langsung dari konsep diri, orientasi tujuan dan orientasi umpan balik terhadap keterampilan sosial. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif asosiatif melalui metode survei. Kuesioner disebarkankepada 149 responden sebagai sampel mahasiswa yang dipilih secara acak untuk mendapatkan dan menganalisis data. Hasil penelitian ini menyimpulkan: (1) konsep diri memiliki pengaruh positif langsung pada keterampilan sosial,(2) orientasi tujuan memiliki pengaruh positif langsung pada keterampilan sosial, (3) orientasi umpan balik memiliki pengaruh positif langsung pada keterampilan sosial, (4) konsep diri memiliki pengaruh positif langsung pada orientasi umpan balik, (5) orientasi tujuan memiliki pengaruh positif langsung pada orientasi umpan balik dan (6) konsep diri memiliki pengaruh positif langsung pada orientasi tujuan. Untuk meningkatkan keterampilan sosial, maka pelu ditingkatkankonsep diri, orientasi tujuan dan orientasi umpan balik. Kata kunci: keterampilan sosial, konsep diri, orientasi tujuan, orientasi umpan balik 1 2 Dipertahankan di hadapan Sidang Senat Terbuka Guru Besar Universitas Negeri Jakarta dalam rangka Promosi Doktor Dosen tetap Universitas Mercu Buana Jakarta PENDAHULUAN Banyak ulasan ilmiah dan penelitian yang menjelaskan mengapa keterampilan sosial begitu penting bagi individu. Keterampilan sosial dapat memudahkan individu untuk berinteraksi secara interpersonal dengan individu lainnya sehingga mampu mempengaruhi capaian yang pada akhirnya akan membawa pada keberhasilan.Banyak tersedia bukti-bukti empiris menunjukan bahwa keterampilan sosial memiliki kontribusi besar pada keberhasilan individu dan organisasi. Pada bulan Agustus 2015 terbit sebuah penelitian dari David J. Deming di Universitas Harvard, Amerika Serikat yang berjudul The Growing Importance of Social Sk ill in the Labour Mark et yang menyimpulkan bahwa keterampilan sosial menjadi semakin penting pada pasar tenaga kerja saat ini dan di masa depan karena komputer belum mampu melakukan stimulasi hubungan kompleks interaksi antara manusia. Survey sepuluh tahun terakhir dari National Association of College and Employer (NACE) dari Amerika Serikat tentang keterampilan yang paling dibutuhkan pasar tenaga kerja di seluruh dunia menunjukanbahwa aspek pengeloaan interaksi antar manusia seperti kepemimpinan, kerja sama tim, komunikasi, kemampuan adaptasi, etika kerja, insiatif dan interpersonal sk illlainnya selalu menempati urutan teratas. Keterampilan sosial adalah salah satu aspek penting dalam perekrutan dan interview untuk posisi pemimpin, eksekutif dan manajer di perusahaan-perusahaan terkemuka di dunia, khususnya di Amerika dan Eropa melalui model Past Behavioral Interview(PBI)yang menempatkan tiga elemen penting dalam melakukan penilaian kualitas modal insani yaitu; keterampilan sosial, pengetahuan kerja dan pengalaman. Keterampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk berinteraksi secara efektif dan harmonis dengan orang-orang di sekitarnya menjadi elemen penting dalam sumber daya individu. Cukup banyak penelitian yang membuktikan pengaruh penting keterampilan sosial terhadap kinerja, pencapaian, motivasi, kepemimpinan dan hal positif lainnya. Keterampilan sosial saat ini merupakan salah satu kompetensi penting bagi lulusan perguruan tinggi sehingga merupakan keniscayaan dan keharusan sebagai salah satu kecakapan utama dalam menyongsong persaingan kerja.Ini sangat relevan dengan pergeseran kurikulum perguruan tinggi di Indonesia saat ini yang disusun berdasarkan pertimbangan kebutuhan pasar dunia kerja dan pemangku kepentingan lainnya. Universitas Mercu Buana sangat menyadari pentingnya keterampilan sosial bagi kompetensi mahasiswanya. Dalam visi misi universitas dan tujuan Program Studi Teknik Industri, keterampilan sosial secara implisit disinggung sebagai salah satu tujuan pencapaian kompetensi lulusan. Ada cukup banyak program yang tersedia dalam universitas dalam mengembangkan keterampilan sosial, walaupun tidak secara spesifik memfokuskan pada pengembangan keterampilan sosial. Misalkan kegiatan latihan dasar kepemimpinan, program- program pelatihan pengembangan diri, kegiatankegiatan organisasi dan bentuk-bentuk pendidikan dan pelatihan lainnya. Secara umum walaupun sudah ada tersedia modelmodel kegiatan yang mendukung pengembangan keterampilan sosial, tetapi tidak ada evaluasi khusus dan terukur sejauh mana keterampilan sosial mahasiswa yang telah dimiliki. Dalam observasi di lapangan peneliti menyimpulkan bahwa ada gap antara harapan dan kenyataan tentang keterampilan sosial mahasiswa Teknik Industri Universitas Mercu Buana. Kesimpulan ini didasarkan karena beberapa telaah dan pertimbangan. Dari hasil beberapa inteview dengan dosen pengajar dan mahasiswa menunjukan adanya kesamaan pandangan tentang kurangnya keterampilan sosial mahasiswa. Pengamatan langsung peneliti dalam berinteraksi, mengajar dan berdiskusi dengan mahasiswa memberikan kesan bahwa keterampilan sosial yang dimiliki mahasiswa masih dirasa kurang. Dari survey tahun 2014 ketika ditanyakan kepada mahasiswa tentang keterampilan sosial yang dimilikinya saat itu, 40% menjawab kurang, 15% menjawab cukup dan hanya 15% yang mengaku memilki keterampilan sosial yang baik. Hasil penelitian ini juga menunjukan tingkat keterampilan sosial dengan skala 1 – 5 berada pada tingkat 3.4 yaitu di bawah skala “baik”. Dengan pertimbangan-pertimbangan ini peneliti mencoba melakukan penelitian tentang keterampilan sosial. Keterampilan sosial dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal individu. Faktor eksternal mencakup pendidikan, terapi psikologi, pelatihan, konseling, coaching dan program pengembangan diri yang saat ini tumbuh pesat berupa institusi-institusi lembaga pendidikan, pengembangan diri, coaching, konsultan, klinik psikologi, organisasi dan pelayanan on line yang bergerak dalam bidang keterampilan sosial. Faktor internal meliputi faktor-faktor yang dianggap mampu mempengaruhi kepribadian dalam berinteraksi secara sosial. Colquitt (2009:293) menguraikan lima elemen yang mempengaruhi kepribadian (The Big Five Taxonomy) yang mampu mempengaruhi interpersonal individu yang mencakup keterampilan sosial yaitu; kesadaran (conscientiousness), keramahan (agreeableness), keterbukaan (openness), neurotisisme (neuroticism) dan Ekstraversi. Kelima elemen ini merupakan dimensi-dimensi sangat umum dan luas yang bisa diturunkan menjadi lebih banyak lagi variabel-variabel yang lebih spesifik. Peneliti mencoba menggali konstrukkonstruk yang lebih spesifik yang mempengaruhi keterampilan sosial, yaitu konsep diri, orientasi tujuan dan orientasi umpan balik. Tiga variabel ini diangkat dalam penelitian ini karena banyak diulas dalam penelitian-penelitian lain sebagai variabel yang diduga mampu mempengaruhi faktorfaktor penunjang kualitas sumber daya manusia selain keterampilan sosial seperti kinerja, pencapaian akademik, motivasi, komitmen dan faktor positif lainnya. Dari uraian pendahuluan di atas maka tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui bagaimana konsep diri, orientasi tujuan dan orientasi umpan balik secara positif mempengaruhi keterampilal. Adapun perumusan masalah untuk mendapatkan tujuan penelitian adalah;(1) apakah konsep diri berpengaruhlangsung terhadap keterampilan sosial?, (2) apakah orientasi tujuan berpengaruh langsung terhadap keterampilan sosial?, (3)apakah orientasi umpan balik berpengaruh langsung terhadap keterampilan sosial?, (4) apakah konsep diri berpengaruh langsung terhadap orientasi umpan balik(5) apakah orientasi tujuan berpengaruh langsung terhadap orientasi umpan balik?, (6) apakah konsep diri berpengaruh langsung terhadap orientasi tujuan?, (7) apakah lingkungan kerja berpengaruh langsung terhadap kepuasan kerja?. KAJIAN TEORETIK 1. Keterampilan sosial Dari berbagai literatur ilmiah umumnya keterampilan sosial diartikan sebagai kecakapan dalam membangun hubungan dengan individu lainnya untuk membentuk jejaring sosial melalui komunikasi, perilaku layak, penempatan diri secara efektif dan perilaku lain yang mendorong interaksi lebih kondusif dan mendoroang ikatan sosial lebih efektif. Menkes (2005:41) menjelaskan keterampilan sosial sebagai keterampilan spesifik kognitif yang memungkinkan individu mampu menangani situasi dalam interaksi antar individu dan dinamika yang terjadi di dalamnya dengan mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan akibat dari interaksi tersebut. Sedangkan Deming (2015:7) menyatakan bahwa keterampilan sosial bukan keterampilan kognitif, melainkan keterampilan yang digunakan dalam interaksi manusia yang berdimensi luas yang didasarkan atas tacit k nowledge yang dimilikinya. McManus (2007:144) menguraikan keterampilan sosial dalam perspektif kepemimpinan sebagai kecakapan yang digunakan dalam mempengaruhi orang lain dan menjadi faktor kuat dalam mendukung kondisi situasional tertentu dalam kepemimpinan efektif di samping otoritas dan tanggung jawab yang dimiliki. Ada banyak perspektif yang menjelaskan keterampilan sosial dalam berbagai multidisiplin ilmu seperti psikologi, sosial, perilaku organisasi, sumber daya manusia, modal sosial dan disiplin ilmu lainnya. Semuanya memuat esensi kunci dari keterampilan sosial yaitu tentang bagaimana membangun hubungan antar individu untuk membentuk jaringan sosial. Model-model keterampilan sosial saat ini yang dipakai dalam jurnal-jurnal penelitian internasional terkemuka umumnya memakai model keterampilan sosial dari Ronald E. Riggio dan Gerald R. Ferris. Dua model ini merupakan rujukan utama dalam penelitianpenelitian keterampilan sosial. Sebetulnya ada model-model keterampilan sosial lainnya yang digunakan dalam penelitian, tetapi masih kurang populer dibanding model Riggio dan Ferris.Ronald E. Riggio mengajukan model Keterampilan sosial yang didasarkan atas interaksi individu dalam bentuk komunikasi verbal dan non-verbal dalam dimensi emosional Dan social. Dimensi emosional mencakup ekspresi emosi, sensitivitas emosi dan pengendalian emosi. Dimensi sosial mencakup ekspresi sosial, sensitivitas sosial dan pengendalian sosial. Daridimensi sosial dan emosional ini diturunkan lagi menjadi seratus indikator yang menjadi asesmen standar dalam mengukur keterampilan sosial suatu individu dengan istilah ISS (Inventory Social Sk ill). Gerald R Ferris menggagas model keterampilan sosial yang lebih sederhana. Model Ferris banyak dijadikan acuan pengukuran-pengukuran keterampilan sosial dalam jurnal-jurnal internasional. Jika dilakukan browsing yang menyangkut disertasi keterampilan sosial di universitas-universitas di Amerika Serikat, maka keterampilan sosial model Ferris banyak sekali muncul.Aspekaspek dalam keterampilan sosial model Ferris mencakup; Kejelasan apa yang harus dikatakan dan dilakukan, kemudahan menempatkan diri, menghadirkan diri untuk dirasakan orang lain, kemampuan mengendus motivasi dan agenda tersembunyi orang lain, kemampuan mempengaruhi orang, kemampuan membaca bahasa tubuh dan dapat menyesuaikan prilaku menjadi tipe yang diinginkan situasi. Model keterampilan sosial lain yang sangat terkenal adalah model Michael Argyl dari Universitas Oxford. Argyl salah satu penggagas awal tentang konstruk yang berkaitan dengan interaksi sosial pada tahun 1960-an. Keterampilan sosial model Argyle dikemukakan oleh Maria Assunta (2013:174) sebagai berikut: “Argyle’s Social Sk ills Model; Argyle has developed another model that emphasizes motivation, perception, planning, motor performance, and feedback with the outside world. This model helps to understand how the learning of an action can be brok en down into different components.” Keterampilan sosial model Argyl menekankan pada aspek motivasi, persepsi, translasi, motor performance dan umpan balik. Motivasi menggambarkan interaksi individu disebabkan kebutuhan akan kepuasan diri termasuk kebutuhan ekstrinsik dan intrinsik. Persepsi yaitu memahami secara akurat informasi yang memandu perilaku yang ketika berinteraksi. Translasi yaitu kemampuan kognitif dalam mengevaluasi situasi kemudian memilih tindakan terbaik dalam berperilaku sosial. Motor performance yaitu konsistensi kesesuaian antara pikiran dan tindakan berperilaku. Umpan balik yaitu merespon siklus umpan balik yang diterima dalam interaksi sosial dan digunakan dalam memutuskan mana perilaku yang tetap dilakukan dan mana yang harus dihentikan. Kennon M. Sheldon dan Tim Kasser menggagas konstruk Life sk ill (keterampilan hidup) yang dibagi menjadi dua bagian yaitu Keterampilan sosial (social sk ill) dan keterampilan regulasi diri (self regulatory sk ill). Kemudian Sheldon dan Kasser mengidentifikasi sepuluh aspek yang dianggap paling kuat tentang Keterampilan sosial yaitu membangun hubungan sosial, komunikasi efektif dan ekspresi diri, mengamati emosi yang muncul ketika membaca situasi, menyesuaikan diri, tegas jika diperlukan, cenderung tidak mengutamakan hasil sesaat, lebih mementingkan jangka panjang, menetapkan rencana mencapai tujuan, konsentrasi dan mengatur waktu secara efektif. Sharon Wu (2008:12) dari Missouri University Amerika Serikat dalam disertasinya mencoba membuat matriks yang mencakup hampir keseluruhan aspek-aspek keterampilan sosial dari berbagai referensi utama. Sharon Wu membuatmodel keterampilan sosial sendiri yang dia anggap mencakup semua referensi yang ada. Keterampilan sosial terdiri dari tiga aspek yang mencakup presentasi sosial, pemindaian sosial dan fleksibilitas sosial. Presentasi sosial mewakili prilaku sosial individu dalam merespon apa yang dirasakan kemudian diekspresikan secara sosial dan emosional sehingga akan tampak karakter kepribadian dari dirinya seperti, ekstraversi, kehangatan, pengaruh sosial, kelayakan prilaku, ekspresi, ketegasan dan aspek-aspek lainnya. Pemindaian sosial mewakili prilaku sosial individu yang mencakup kepekaan emosi, sensitivitas sosial, empati alsentrisme, pemahaman norma-norma sosial, menggunakan emosi sebagai informasi tentang situasi sosial dan aspek-aspek lain. Fleksibilitas sosial mewakili prilaku individu dalam mengendalikankontrol sosial, emosional, lingkungan dan manajemen interaksi. Definisi keterampilan sosial secara konseptual dari sintesis uraian di atas adalah kecakapan individu dalam membangun hubungan dengan individu lainnya untuk membentuk jejaring sosial melalui komunikasi (verbal dan non-verbal), perilaku layak dan penempatan diri secara efektif. Dari definisi di atas maka bahwa keterampilan sosial dapat diuraikan dengan indikator-indikator komunikasi verbal dan non-verbal, berperilaku layak dan mampu menempatkan diri di lingkungan secara efektif. 2. Konsep diri Shavelson dan Bolu (1981:1) mengartikan konsep diri sebagai persepsi diri sendiri yang dibentuk melalui pengalaman, interpretasi terhadap lingkungannya, atribusi dan diperkuat pengaruh dan evaluasi orangorang yang dianggap berarti. Konsep diri menunjukan bagaimana individu menggambarkan jati dirinya. Saat ini, teori konsep diri terdiri dari dua pendekatan yaitu pendekatan unidimensional dan multidimensional. Konsep diri unidimensional memandang bahwa Konsep diri merupakan konstruk tunggal (satu dimensi) bersifat umum yang mengesampingkan gagasan bahwa seseorang memiliki beberapa persepsi (multidimensional) terhadap di dirinya di dalam bidang yang berbeda-beda. Pendekatan unidimensional banyak digunakan dalam literatur-literatur ilmiah tentang Konsep diri pada tahun 1960-an dan 1970-an. Morris Rosenbergadalah salah satu penggagas pertama tentang Konsep diri unidmensional, melalui risetnya tahun 1965 yang berjudul Society and Adolescence Self Image terbitan Universitas Princeton. Konsep diri unidimensional menunjukan bahwa persepsi individu terhadap dirinya mencakup secara umum dan keseluruhan dengan tidak terbagibagi dalam bidang atau area yang lebih spesifik. Gagasan Rosenberg dalam mengemukakan gagasan pengukuran self esteem yang sangat banyak dijadikan referensi oleh berbagai riset di seluruh dunia dan terkenal dengan istilah The Rosenberg Self Esteem Sacle (RSES). Richard J. Shavelson, Judith J. Hubner and George C. Stanton adalah salah satu penggagas utama Konsep diri multidimensional. Pada tahun 1976 mereka menerbitkan penelitiannya yang berjudul Validation of Construct Interpretation. Shavelson, Hubner dan Stanton menggagas struktur hirarki Konsep diri yang menggambarkan tingkatan konstruk konsep diri sebagai konstruk multidimensional. Shavelson menguraikan struktur konsep diri multidimensional terdiri dari konsep diri akademik dan non akademik. Konsep diri akademik terbagi lagi menjadi sub-area akademik bahasa, sejarah, matematika dan sains. Masing-masing sub-area akan terbagi lagi menjadi aspek-aspek yang yang lebih rinci sehingga membentuk persepsi pada bidangbidang akademik tersebut. Konsep diri nonakademik terbagi lagi menjadi sub-area sosial, penampilan fisik dan emosional. Masingmasing sub-area akan terbagi lagi menjadi aspek-aspek yang yang lebih rinci dan akhirnya persepsi pada bidang-bidang sosial, emosional dan penampilan fisik. Konsep diri merupakan salah satu faktor yang diduga mampu mempengaruhi keterampilan sosial.Morris Rosenberg dalam peneltian terkenalnya Society and Adolescent Self Image tahun 1960-an menjelaskan kaitan konsep diri dengan perilaku sosial . Yengimolki (2015:52) telah menguraikan berbagai sumber teori dan pemikiran logis bahwa konsep diri mampu mempengaruhi secara positif keterampilan sosial Individu yang mengalami kesulitan bergaul bisa disebabkan oleh Konsep diri yang buruk (negatif) yang mencerminkan kesalahan kognitif bersifat subyektif, yaitu persepsi dari individu sendiri yang keliru mengenai dirinya. Perilaku yang merefleksikan persepsi diri menegaskan bahwa konsep diri mempengaruhi cara individu berprilaku di masyarakat, sedangkan perilaku yang ditunjukan individu dalam bermasyarakat mencerminkan Keterampilan sosial yang dimilikinya. Definisi konsep diri secara konseptual dari sintesis uraian di atas adalah persepsi diri yang dibentuk oleh pengetahuan, pengalaman, lingkungan dan pengaruh orang lain sehingga membentuk jati diri melalui penilaian diri sendiri pada indikator-indikator; kompetensi, penampilan fisik dan penghargaan terhadap diri sendiri. Dari definisi di atas konsep diri merupakan sebuah konsep spesifik tentang persepsi diri sendiri yang dapat diuraikan dengan indikatorindikator kompetensi diri, penampilan fisik dan penghargaan individu terhadap dirinya sendiri. 3.Orientasi tujuan Tujuan menjadi panduan untuk menetapkan dan mengeksekusi rencana, serta melakukan evaluasi dan tinjauan atas capaian dan efektivitas rencana. Dalam tingkatan individu, tujuan akan mengarahkan perilaku individu ketika melakukan sesuatu, sehingga akan mempengaruhi hasilnya. Tujuan menjadi bagian penting yang melekat pada individu dan organisasi. Salah satu elemen penting yang dianggap sebagai faktor pendorong kesuksesan individu yang berkaitan dengan adalah orientasi tujuan. Jason Kain (2010:9) mengutip dari Ames dan Archer dalam mendefinisikan orientasi tujuan “Goal orientations are the reason behind people’s achievement pursuits, and are responsible for how they approach, experience, and react to achievement situations”.Hal ini menjelaskan orientasi tujuan sebagai alasan yang melatarbelakangi seseorang dalam mengejar tujuan dan bertanggung jawab dalam melakukan pendekatan, mengalami dan terhadap situasi yang ingin dicapai. Dweck dalam Altovise Rogers dan Christiane Spitzmueller (2009:186) mendefinisikan orientasi tujuan “....is conceptualized as the mental framework in which people interpret and respond to circumstances and events of both achievement and failure”. Orientasi tujuan menunjukan sikap individu dalam merespon dan menginterpretasikan kondisi yang ingin dicapai dalam perspektif kegagalan dan keberhasilan yang dilatarbelakangi oleh hasrat ingin dihargai atau ingin meningkatkan kompetensi. Orientasi tujuan menurut Don Vandewalle terdiri dari Orientasi tujuan pembelajaran (learning goal orientation), Orientasi tujuan pembuktian (Prove goal orientation), dan Orientasi tujuan penghindaran (Avoiding goal orientation). Vandewalle merincikan orientasi kinerja (performance goal orientation) dari gagasan Carol S. Dweck menjadi dua dimensi yaituOrientasi tujuan pembuktian (Prove goal orientation), dan Orientasi tujuan penghindaran (Avoiding goal orientation) sehingga Orientasi tujuan total terbagi menjadi tiga dimensi. Orientasi tujuan pembelajaran adalah hasrat individu untuk mengembangkan diri melalui usaha memperoleh keterampilan baru, menguasai situasi baru dan meningkatkan kompetensi diri. Orientasi tujuan pembuktian adalah hasrat individu untuk membuktikan kompetensi diri dan mendapatkan penilaian yang baik tentang kompetensi yang dimiliki. Orientasi penghindaran tujuan adalah hasrat untuk menghindari dalam memperlihatkan tingkat kompetensi yang dirasa rendah dan untuk menghindari penilaian buruk. Hudaykulove(2015:67) mengulas pengaruh orientasi tujuan terhadap modal sosial menyatakan orientasi tujuan merupakan salah satu faktor yang mampu mempengaruhi keterampilan sosial. Rebecca Wing Yi Cheng menguraikan orientasi tujuan pembelajaran dan orientasi tujuan penillaian dalam kontek tujuan sosial menguraikan “Mastery goal predicted positively on academic, no-nacademic and social/leadership achievement, social goal predicted positively on social/leadership achievement.” Orientasi tujuan pembelajaran diduga memilki pengaruh positif terhadap pencapaian akademik, non-akademik, kepemimpinan dan bahkan pencapaian sosial. Pengaruh Orientasi tujuan terhadap keterampilan sosial secara logis dan teoritis bisa dipertanggungjawabkan. Orientasi tujuan pembuktian berkaitan dengan egoterhadap pandangan sosial yang mencerminkan hasrat individu untuk mendapatkan penilaian sosial yang baik. Orientasi tujuan penghindaran juga berkaitan dengan ego yang mencerminkan hasrat untuk menghindari kelemahan atau kompetensi yang lemah diketahui sehingga menghindari penilaiannegatifsecara sosial. Orientasi tujuan pembuktian dan penghindaran adalah dua dimensi Orientasi tujuan penilaian (performance)yang melibatkan ego terhadap lingkungan sosialnya sehingga memiliki kaitan erat dan pengaruh terhadap keterampilan sosial. Definisi orientasi tujuan secara konseptual dari sintesis uraian di atas adalah sikap individu mengenai pencapaian sebuah keinginan yang diungkapkan dalam bentuk respon terhadap kondisi yang berkaitan dengan keberhasilan melalui indikatorindikator; sikap menginginkan tantangan untuk pembelajaran (learning) dan sikap menginginkan penghargaan (performance). Dari definisi di atas orientasi tujuan merupakan sebuah konstruk spesifik yang dapat diuraikan melalui indikator-indikator; sikap terhadap tantangan yang mewakili sebuah orientasi pembelajaran dan keinginan dihargai untuk menolak dinilai negatif yang mewakili orientasi penilaian. 4.Orientasi umpan balik Umpan balik (feedback ) adalah faktor yang sangat penting bagi individu dan organisasi dalam mendukung, mencapai dan meningkatkan kompetensi dan kinerja yang diharapkan. Konsep tentang umpan balik dan pengaruhnya terhadap kinerja individu dan organisasi telah menjadi topik penelitian dalam literatur prilaku dan organisasi. Banyak sekali literatur ilmiah menjelaskan umpan balik sebagai salah satu fasilitator dalam merubah prilaku dan meningkatkan kinerja. Jurgen Wilbert (2010:1) mejelaskan umpan balik dalam konteks belajar sebagai berikut; “Feedback is defined at its most basic level as information provided to a student as a result of the outcome of an action. The most basic type of feedback is k nowledge of result, which refers to the effect of an action in relation to the action goal.” Umpan balik adalah informasi yang tersedia bagi seorang mahasiswa (dalam konteks belajar berupa seuah hasil usaha dan tidakan dalam belajar. Jadi tipe umpan balik dalam kontek ini adalah hasil evaluasi belajar. Saat ini ada beberapa konstruk yang berkaitan dengan umpan balik seperti umpan balik (feedback ), lingkungan umpan balik (feedback environment), perilaku aktif mencari umpan balik (feedback seeking), intervensi umpanbalik (feedback intervention) dan orientasi umpan balik (feedback orientation). Konstruk yang mewakili individual difference yang melekat pada individu adalah konstruk orientasi umpan balik. Tahun 2002 Manuel London dan James W. Smither pertama kali mengemukakan konsep Orientasi umpan balik dalam penelitiannya berjudul Feedback Orientation,Feedback Culture, The Longitudinal Performance Management Process. Konsep Orientasi umpan balik yang dikemukakan London dan Smither sebagai konstruk yang terdiri dari beberapa dimensi yang secara bersama menentukan dalam penerimaan individu terhadap keseluruhan umpan balik dan bagaimana memandu dan membimbing individu dalam menerima umpan balik. Aspek-aspek orientasi umpan balik terdiri dari; rasa suka terhadap umpan balik atau lik ing feedback , kecenderungan perilaku aktif untuk mencari umpan balik (feedback seek ing), kecenderungan kognitif untuk memproses umpan balik dengan penuh kesadaran dan mendalam, kepekaan terhadap pandangan orang lain (social awareness),keyakinan terhadap nilai manfaat dalam umpan balik dan mampu melakukannya (self-efficacy)dan bertanggung jawab untuk bertindak atas umpan balik (accountability). Pada tahun 2006 Beth Grefe Linderbaum menegaskan kembali konstruk Orientasi umpan balik dalam penelitiannya Feedback Orientation; The Development and Validation of a Multidimensional Measure. Sampai saat ini model Linderbaum menjadi acuan utama dalam mengukur orientasi umpan balik dalam penelitian dan jurnal yang terbit setelahnya. Beth Grefe Linderbaum (2006:1) menyatakan; “Given the impact of the feedback recipient on the feedback process, it is important to understand individual differences in how people respond to feedback . Feedback orientation, a construct proposed by London and Smither, is an individual’s overall receptivity to feedback . The current research developed and validated a multidimensional measure of feedback orientation. This new instrument will be a valuable tool for researchers and practitioners to better understand individual differences in the feedback process.” Orientasi umpan balik adalah karakter unik yang mencerminkan bagaimana individu merespon dan menerima keseluruhan umpan balik dalam proses penerimaan umpan balik. Orientasi umpan balik dalam individu tidak serta merta terbentuk dengan sendirinya tetapi dipengaruhi oleh faktor situasional dan individual. Faktor situasional adalah faktor yang berasal dari luar individu yaitu; budaya, sistem manajemen kinerja, lingkungan umpan balik, dan hal-hal lain yang bersifat situasional. Faktor individual adalah faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri yaitu; tipe tujuan, motif, kepribadian dan faktor internal individu lainnya. Linderbaum menggagas tujuh aspek orientasi umpan balik yang terdiri dari defensivenses, utilitas, akuntabilitas, kesadaran sosial, self-efficacy dan feedback processing. Apa yang sudah dikemukakan oleh London dan Smither di tahun 2002 sudah diuji dan dianalisis oleh Linderbaum, kemudian di adopsi dan tercakup dalam dimensi-dimensi yang dikemukakan Linerbaum. Model ini dikenal dalam jurnal, disertasi dan penelitian-penelitian umpan balik dengan istilah FOS (Feedback Orientation Scale.). Dimensi defensif (Defensiveness) merupakan kecenderungan individu untuk tidak menyukai, bersikap defensif dalam menerima umpan balik dan bereaksi negatif. Dimensi utilitas (Utility) adalah kecenderungan individu untuk percaya bahwa umpan balik merupakan instrumen penting dalam mencapai tujuan, bermanfaat dan mendapatkan hasil yang diinginkan di tempat kerja. Akuntabilitas (Accountability) merupakan Kecenderungan seseorang memiliki rasa tanggung jawab atau berkewajiban untuk bertindak atas umpan balik. Kesadaran sosial (social awareness) yaitu kecenderungan individu untuk menggunakan umpan balik karena menyadari pandangan lain terhadap dirinya dan memiliki kepekaan terhadap pandangan orang lain. Feedback Self-efficacy merupakan kecenderungan individu untuk memiliki keyakinan terhadap kemampuan dirinya dalam menghadapi dan menjalankan situasi umpan balik dan umpan balik itu sendiri. Dimensi yang terakhir yaitu dimensi Feedback processing yaitu kecenderungan individu untuk bersedia menyediakan waktu dalam memproses dan mengerahkan pikirannya terhadap umpan balik. Beth Grefe membuang dimensi feedback seek ing yang ditetapkan London dan Smither sebagai dimensi orientasi umpan balik dengan alasan lemah dan tidak konsisten setelah diuji, selain itu perilaku mencari umpan balik ditempatkan sebagai outcome dari karakter unik orientasi umpan balik. Ada landasan dan kajian teoretik bahwa Orientasi umpan balik memiliki pengaruh terhadap Keterampilan sosial. Erica G. Hepper (2011:472) dari Universitas Southampton dalam penelitiannya tentang pengaruh umpan balik terhadap interaksi sosial menyatakan: “Here, we showed that feedback expectations in social interactions (a) are generally positive, (b) correlate with the desire for feedback ,”….Individu yang memiliki kecenderungan mengharapkan umpan balik memiliki keterkaitan penting dalam interaksi sosial serta kehendak akan umpan balik itu sendiri. Dalam teori diketahui bahwa satusatunya konstruk spesifik karakter unik yang berkaitan dengan umpan balik adalah orientasi umpan balik dan konstruk individu yang spesifik dalam interaksi sosial adalah Keterampilan sosial. Sehingga orientasi umpan balik merupakan faktor penting dalam Keterampilan sosial Dalam suatu literatur ilmiah karya Michiel Crommelinck dan F. Anseel(2013:5) menyatakan;“Feedback -seek ing behaviour has been regarded as a useful resource for individual adaptation. Studies have shown that newcomers in organizations who frequently seek feedback integrate better in their new social environment.”Perilaku aktif mencari umpan balik pada individu merupakan sumber daya yang bermanfaat bagi individu dalam beradaptasi sosial. Crommerlinck menganggap ini sesuatu yang baru dalam kaidah organisasi bahwa individu yang sering mencari umpan balik (dalam teori sebagai salah satu elemen feedback seek ing) memiliki kecenderungan lebih baik dalam berintegrasi sosial pada suatu lingkungan baru. Grefe (2006:68) menyatakan bahwa Orientasi umpan balik adalah karakter unik yang mencerminkan bagaimana individu merespon dan .menerima keseluruhan umpan balik dalam proses penerimaan umpan balik. Ia menguraikan pengaruh orientasi umpan balik terhadap aspek keterampilan sosial sebagai berikut; “Social awareness refers to an individual’s tendency to use feedback to be aware of other’s views of oneself and to be sensitive to these views”. Kesadaran sosial adalah salah satu aspek keterampilan sosial menjadi salah satu acuan bagaimana individu merespon umpan balik, sehigga secara logis dan teoretik dapat ditarik benag merah bahwa orientasi umpan balik adalah faktor penting dalam keterampilan sosial. Definisi orientasi umpan balik secara konseptual dari sintesis uraian di atas adalah sikap individu terhadap masukan yang diberikan kepada dirinya tentang suatu pencapaian hasil dari proses usaha yang dilakukannya melalui penilaian pada indikatorindikator; manfaat masukan, akuntabilitas diri, kesadaran sosial dan kesanggupan diri dalam melaksanakan masukan untuk memperbaiki pencapaian. Dari uraian definisi di atas orientasi umpan balik merupakan konstruk spesifik yang dapat dijelaskan dengan indikator-indikator; manfaat masukan, akuntabilitas diri, kesadaran sosial dan kesanggupan diri dalam melaksanakan masukan untuk memperbaiki pencapaian. Berdasarkankerangka teoritik dan paparan masalah yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh langsung positif konsep diri terhadap keterampilan sosial. 2. Terdapat pengaruh langsung positif orientasi tujuan terhadap keterampilan sosial 3. Terdapat pengaruh langsung positiforientasi umpan balikterhadap keterampilan sosial. 4. Terdapat pengaruh langsung positif konsep diri terhadaporientasi umpan balik. 5. Terdapat pengaruh langsung positiforientasi tujuan terhadap orientasi umpan balik. 6. Terdapat pengaruh langsung positifkonsep diri terhadap orientasi tujuan. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Kuantitatif Asosiatif denganmenganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (independen) yaitu konsep diri, orientasi tujuan dan orientasi umpan balik terhadap variabel terikat (dependen) yaitu keterampilan sosial dengan menggunakan teknik analisis jalur (path analysis). Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif Program Studi Teknik Industri Universitas Mercu Buana Kampus Meruya yang berjumlah sekitar 800 mahasiswa. Sampel penelitian ini sebanyak 149 mahasiswa dipilih dengan teknik acak sederhana (simple random sampling). Dari 149 sampel mahasiswa tersebut di lakukan penyebaran kuesioner. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif digunakan untuk penyajian data, ukuran sentral, serta ukuran penyebaran data. Penyajian data yang dimaksud dalam analisis deskriptif adalah daftar distribusi dan grafik histrogram yang menggambarkan pola sebaran data. Ukuran sentral adalah mean, median, dan modus. Sedangkan ukuran penyebaran adalah varians dan simpangan baku. Analisis inferensial untuk menguji hipotesis Yang digunakan adalah analisis jalur Setelah dianalisis secara deskriptif dan semua variable telah memenuhi persyaratan analisis, selanjutnya dilakukan pengujian model kausal dengan analisis jalur. Setelah dilakukan perhitungan koefisien jalur pada sub struktural 1 dan 2. Struktur 1 menggambarkan pola hubungan kausalantara X1 (konsep diri), X2 (orientasi tujuan) dan X3 (orientasi umpan balik) terhadap Y (keterampilan sosial). Struktur 2 menggambarkan pola hubungan kausalantara X1 (konsep diri) dan X2 (orientas tujuan) terhadap X3 (orientasi umpan balik). Gambar 1. Merupakan struktur lengkap gabungan struktur 1 dan struktur 2. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien jalur pada sub struktural 1 dan 2, menunjukkan bahwa semua jalur signifikan. Secara keseluruhan diagram jalur dapat digambarkan sebagai berikut: HASIL PENELITIAN Tabel 1. Deskripsi Data No Variabel Xmin Xmax Range Mean Modus Median Dev Y (Keterampilan sosial) 70 130 60 101.90 100 102 10.98 X1(Konsep diri) 65 127 62 99.51 98 99 12.99 X2(Orientasi tujuan) 47 97 50 70.02 71 71 9.13 X3(Orientasi umpan balik) 65 125 60 93.8 93 90 12.37 1 2 3 4 Tabel 2. Rangkuman Hasil Perhitungan Koefisien Jalur No Jalur Koefisien Jalur ttabel thitung 0,05 0,01 1 Py 1 0,232 2,865* 1,976 2,609 2 Py 2 0,255 2,992* 1,976 2,609 3 Py 3 0,180 2,211* 1,976 2,609 4 P31 0,196 2,417* 1,976 2,609 5 P32 0,377 4,655* 1,976 2,609 6 P21 0,462 6,313* 1,976 2,609 Keterangan : * signifikan; ns tidak signifikan DIAGRAM JALUR MODEL STRUKTUR KESELURUHAN Konsep (X1 ) ρ 21 = 0,462 ry21 = 0,462 Diri ρy1 = 0,232 ry1 = 0,416 ρ 31 = 0,196 ry31 =0,369 ρy32 = 0,377 ry32 = 0,467 Orientasi Tujuan (X2 ) Orientasi Umpan Balik (X3 ) Keterampilan Sosial (Y) ρy3 = 0,180 ry3 = 0,388 ρy2 = 0,255 ry2 = 0,446 Gambar 1. Diagram Jalur Variabel X1, X2, X3, terhadap Y