ISSN : 2540-9492 ISOLASI BAKTERI Salmonella sp DALAM

advertisement
JIMVET. 01(3): 375-382 (2017)
ISSN : 2540-9492
ISOLASI BAKTERI Salmonella sp DALAM KANDANG AYAM
BROILER DI DESA COT SAYUN KECAMATAN
BLANG BINTANG ACEH BESAR
Isolation of Bacteria Salmonella sp in Broiler Coop in Cot Sayun Residence
Blang Bintang District, Aceh Besar
Masturina¹, Fakhrurrazi², Mahdi Abrar², Erina², Sri Wahyuni³, Hamdani Budimanā“.
¹Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala,
²Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
³Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
ā“Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Corresponding author: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui adanya bakteri Salmonella sp dalam kandang ayam
Broiler di Desa Cot Sayun, Kecamatan Blang Bintang, Aceh Besar. Penelitian ini menggunakan
sampel berupa lingkungan udara dalam kandang ayam Broiler. Pengambilan sampel dilakukan 2
kali yaitu pagi dan sore hari. Setiap kelompok terdiri dari 6 plate media Salmonella Shigella Agar
(SSA) yang dilakukan pada ketinggian 10, 20 dan 30 sentimeter (cm). Data hasil penelitian
dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah koloni pada pagi hari
dengan ketinggian 10, 20 dan 30 cm berturut-turut adalah 120, 65 dan 16 koloni, sedangkan pada
sore hari adalah 102, 63, dan 10 koloni. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bakteri
Salmonella sp ditemukan pada ruangan dalam kandang ayam Broiler di Desa Cot Sayun,
Kecamatan Blang Bintang, Aceh Besar.
Kata kunci: Salmonella sp, kandang,ayam Broiler
ABSTRACT
This study aims to determine Salmonella sp in Broiler’s coop in Cot Sayun residence,
Blang Bintang district, Aceh Besar. This study used a sample from environtment of air in Broiler
coop at farm village of Cot Sayun. Sampling was done 2 times that at the morning and afternoon.
Each group consisted of 6 plate media Salmonella Shigella Agars (SSA) conducted at three level
of that 10, 20 and 30 centimeter (cm). The research data were analyzed descriptively. The number
of colonies in the morning at the height of 10, 20 and 30 cm were 120, 65 and 16 colonies
respectievly, where as in the afternoon were 102, 63, and 10 colonies respectively. The conclusion
of this study was found the presence of Salmonella sp in the Broiler coop at Cot Sayun Residence,
Blang Bintang District, Aceh Besar.
Keywords: Salmonella sp, coop, Broiler chicken
PENDAHULUAN
Ayam Broiler adalah jenis ayam jantan maupun betina muda berumur
sekitar 5-6 minggu yang dipelihara secara intensif, guna memperoleh daging yang
optimal untuk memenuhi gizi. Ditinjau dari segi mutu, daging ayam Broiler
memiliki nilai gizi yang cukup tinggi dibandingkan dengan daging ternak lainnya
(Badriyah dan Umam, 2013) sesuai dengan pernyataan Syukma (2015), ayam
Broiler merupakan salah satu penyumbang terbesar protein hewani asal ternak dan
merupakan komoditas unggulan. Industri ayam Broiler berkembang pesat karena
daging ayam menjadi sumber utama menu konsumen.
Menurut Yemima (2014), peternakan ayam Broiler mempunyai prospek
yang sangat baik untuk dikembangkan, baik dalam skala peternakan besar
375
JIMVET. 01(3): 375-382 (2017)
ISSN : 2540-9492
maupun skala peternakan kecil. Pemerintah juga berusaha untuk meningkatkan
kinerja perunggasan dengan cara memperbaiki iklim investasi, peningkatan
pembangunan infrastruktur dan ketersediaan sumberdaya yang terlatih.
Perkembangan peternakan ayam Broiler menjadi daya tarik bagi masyarakat dan
investor untuk berkecimpung di usaha ternak ayam Broiler. Usaha peternakan
ayam Broiler memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan peternakan
penghasil daging lainnya.
Kandang adalah lingkungan kecil tempat ayam Broiler hidup mulai dari
day old chik (DOC) sampai dengan masa panen, oleh sebab itu pemeliharaan
ayam Broiler memerlukan sistem kandang yang baik sehingga akan menghasilkan
produksi yang maksimal (Abidin, 2003). Udara merupakan campuran beberapa
macam gas yang perbandingannya tidak tetap dengan komposisi seimbang, seperti
nitrogen (78,09%), oksigen (21,94%), argon (0,93%), karbon dioksida (0,032%)
dan gas lainnya. Namun apabila udara tersebut mengalami perubahan dari
komposisi normal, maka udara tersebut dikatakan tercemar (Kastiyowati, 2004).
Pencemaran udara adalah adanya bahan-bahan atau zat asing di dalam
udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) dari keadaan
normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu
serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu
kehidupan manusia dan hewan (Wardhana, 2004). Budinuryanto dkk.,(2000),
menyatakan bahwa kerugian ekonomi yang disebabkan cemaran udara oleh
bakteri pada kandang ayam dapat menurunkan produksi unggas dan
mengakibatkan hasil produksi unggas juga menurun serta dapat menimbulkan
penyakit pada manusia apabila mengkonsumsi hasil produksi yang telah tercemar
bakteri. Menurut Waluyo (2012), pentingnya mikroorganisme udara telah
dipelajari sejak tahun 1799, Louis Pasteur adalah orang pertama yang menemukan
bahwa mikroorganisme tumbuh akibat adanya kontaminasi dari udara. Menurut
Pelczar dan Chan (2008), perpindahan bakteri dapat melalui berbagai macam
perantara salah satunya udara, perpindahan melalui udara dapat menyebabkan
bakteri menempel pada benda apapun.
Menurut Erin dkk., (2009), jenis bakteri yang sering ditemukan di udara
yaitu Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Neiseria sp, Escherichia
coli, Shigella sp, Salmonella sp, Enterobacter aerogenes, Pseudomonas
aerogenosa, Klebsiella pneumonia. Menurut Tabbu (2000), salah satu penyakit
infeksi yang sering meyerang unggas disebabkan oleh bakteri Salmonella sp.
Salmonella sp sering bersifat patogen untuk manusia dan hewan bila masuk
melalui mulut (Brooks, 1996).
Menurut Shivaprasad (2003), Salmonella sp merupakan bakteri berbentuk
batang panjang, Gram negatif, bersifat fakultatif anaerob, serta tidak membentuk
spora, kecuali Salmonella pullorum dan Salmonella galinarum. Menurut Ferreira
dkk., (2003), ayam dapat terinfeksi Salmonella sp dari peternakan, dimana titik
awal dari rantai penyediaan pangan asal ternak adalah kandang atau peternakan.
Menurut Utomo (1998), salmonellosis merupakan salah satu penyakit
bakterial yang penting pada unggas dan sampai sekarang masih menjadi masalah
serius pada industri perunggasan. Salmonellosis bisa terjadi pada semua umur,
namun yang paling sering adalah unggas muda yaitu pada minggu pertama atau
376
JIMVET. 01(3): 375-382 (2017)
ISSN : 2540-9492
minggu kedua. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian
tentang isolasi bakteri Salmonella sp dalam kandang ayam Broiler di Desa Cot
Sayun, Kecamatan Blang Bintang, Aceh Besar.
MATERIAL DAN METODE
Penelitian ini menggunakan sampel bakteri Salmonella sp di lingkungan
udara dalam kandang ayam Broiler dengan penempatan plate media selektif
Salmonella Shigella Agar (SSA). Letak plate media SSA bervariasi yaitu 10, 20,
dan 30 cm. pengambilan sampel dilakukan dua kali pengulangan yaitu pagi dan
sore hari. Sampel diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37ºC, kemudian
dilakukan pengamatan ada tidaknya bakteri Salmonella sp dan mengamati
pertumbuhan koloni bakteri Salmonella sp, serta melakukan pewarnaan Gram
untuk identifikasi bakteri secara mikroskopis. Hasil yang diperoleh dianalisis
secara deskriptif dalam bentuk gambar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 12 sampel, ditemukan adanya
pertumbuhan koloni bakteri Salmonella sp pada seluruh plate media SSA. Jumlah
koloni bakteri Salmonella sp yang tumbuh bervariasi, sesuai dengan ketinggian
posisi plate media SSA. Jumlah koloni bakteri Salmonella sp ditampilkan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah koloni bakteri Salmonella sp dalam kandang ayam Broiler di
Desa Cot Sayun, Blang Bintang, Aceh Besar
Ketinggian Plate
Media SSA (cm)
10
20
30
Total Koloni
Jumlah Koloni
Pagi
Sore
120
65
16
202
102
63
10
175
Jumlah koloni bakteri Salmonella sp yang tumbuh pada setiap plate media
SSA sangat bervariasi. Pada ketinggian plate media SSA 30 cm jumlah koloni
bakteri Salmonella sp di pagi hari adalah 16 koloni dan pada sore hari 10 koloni,
namun pada ketinggian plate media SSA 10 cm jumlah koloni bakteri Salmonella
sp pada pagi hari 120 koloni dan sore hari 102 koloni. Ketinggian plate media
SSA 20 cm jumlah koloni bakteri Salmonella sp di pagi hari adalah 65 koloni dan
sore hari 63 koloni. Waluyo (2012), menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi adanya bakteri di udara yaitu faktor lingkungan yang didalamnya
meliputi suhu atmosfer, kelembaban, pengaruh angin, dan ketinggian. Sesuai
dengan hasil penelitian bahwa semakin tinggi letak plate media SSA, maka
pertumbuhan bakteri juga semakin berkurang.
377
JIMVET. 01(3): 375-382 (2017)
ISSN : 2540-9492
Debu yang berada dalam kandang ayam mengandung bakteri pada
umumnya sebanyak 105-106 Cfu/g dan akan tahan dalam keadaan lingkungan
yang kering (Tabbu, 2000). Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan
terdapat bakteri Salmonella sp yang berada di udara dalam kandang ayam Broiler
disebabkan oleh debu di dalam kandang ayam Broiler. Menurut Tamalludin
(2014), kandang yang kurang nyaman akan membuat performa ayam tidak
optimal, seperti kandang yang pengap, panas atau memiliki sirkulasi udara yang
tidak baik akan membuat ayam stress sehingga mudah terserang penyakit. Tindal
dkk., (2005) mengatakan bahwa, Salmonella sp juga bersumber pada lingkungan,
termasuk air, tanah, serangga, dan kotoran hewan. Bakteri ini dapat hidup pada
suhu antara 7 sampai 47ºC dengan pH antara 4,0 sampai 9,5 dan dapat bertahan
dalam waktu yang lama dengan aktivitas air yang rendah (keadaan lembab).
Jumlah koloni bakteri Salmonella sp pada media SSA ditampilkan dalam Gambar
1 dan Gambar 2.
A
B
C
Gambar 1. Jumlah koloni bakteri Salmonella sp pada media SSA di pagi hari
dengan ketinggian (A) 10 cm, (B) 20 cm, (C) 30 cm.
A
B
C
Gambar 2. Jumlah koloni bakteri Salmonella sp pada media SSA di sore hari
dengan ketinggian (A) 10 cm, (B) 20 cm, (C) 30 cm.
Dari hasil pengamatan pada media SSA terlihat adanya koloni berbentuk
bulat, cembung, dan berwarna merah serta beberapa berwarna hitam adalah
378
JIMVET. 01(3): 375-382 (2017)
ISSN : 2540-9492
Salmonella sp. Menurut Zaraswati (2006), koloni mikroba melakukan reduksi
asam tiosulfat menjadi sulfat sehingga koloni tampak berwarna hitam. Black
(1999) mengatakan bahwa, beberapa Salmonella sp menghasilkan bulatan hitam
(presipitat ferri sulfat) di tengah koloni sebagai hasil produksi gas H2S. Hasil
perwarnanan Gram menunjukkan bahwa bakteri Salmonella sp berwarna merah
dan berbentuk batang panjang, hal ini membuktikan bahwa bakteri tersebut
bersifat Gram negatif. Hasil pewarnaan Gram ditampilkan dalam Gambar 3.
Gambar 3. Bakteri Salmonella sp hasil pewarnaan Gram diamati dengan
mikroskop pembesaran 1000 kali.
Pewarnaan Gram merupakan pewarnaan yang digunakan untuk
membedakan antara bakteri Gram positif dengan bakteri Gram negatif. Bakteri
Gram positif akan mempertahankan zat warna kristal violet dan akan terlihat
berwarna ungu tua apabila diamati di bawah mikroskop, namun bakteri Gram
negatif akan melunturkan zat warna kristal violet setelah dibilas dengan alkohol
96 % serta apabila diberi zat pewarna safranin akan terlihat berwarna merah.
Perbedaan zat warna ini disebabkan oleh perbedaan struktur kimiawi dinding sel.
Pewarnaan Gram akan memberikan hasil yang maksimal, apabila digunakan
biakan segar yang berumur 24-48 jam, namun apabila digunakan biakan yang
lebih dari 24-48 jam, kemungkinan hasil pewarnaannya kurang maksimal, karena
pada biakan yang telah lama tersimpan banyak sel yang telah mengalami
kerusakan pada dinding-dinding selnya (Lay, 1994). Baylis (2011) mengatakan
bahwa, Salmonella sp merupakan bakteri yang dapat menyebabkan typhus,
paratyphus, dan penyakit foodborne. Menurut Tabbu (2000), salah satu penyakit
infeksi yang sering menyerang unggas disebabkan oleh bakteri Salmonella sp.
Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit bersifat akut dan kronis. Bakteri
Salmonella sp yang sering menyerang ayam adalah Salmonella pullorum (yang
menyebabkan berak kapur). Kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat penyakit
Salmonella sp sangat besar.
Menurut Harry (1957), Salmonella sp dapat ditularkan secara langsung
(vertikal) yaitu dari induk ke anak ayam melalui feses dan secara tidak langsung
(horizontal) yaitu lewat kontak langsung dari ayam sakit ke ayam sehat melalui
makanan atau minuman yang tercemar kotoran ayam sakit atau karier. Menurut
379
JIMVET. 01(3): 375-382 (2017)
ISSN : 2540-9492
Humphrey (2006), Salmonella sp akan memperbanyak diri di dalam saluran
pencernaan hewan karena habitat bakteri Salmonella sp terdapat pada saluran
pencernaan kemudian dikeluarkan melalui feses. Bakteri ini dapat mencemari
pakan dan lingkungan seperti air, tanah, tanaman, dan debu. Menurut Jones
(2004), Pakan yang terkontaminasi Salmonella sp akan menjadi sumber penyakit
yang dapat masuk ke peternakan unggas, karena kontaminasi Salmonella sp akan
menjadi masalah yang serius karena kontaminasinya dapat mencemari telur dan
akan menghasilkan anak ayam yang pembawa (karier) terhadap Salmonella sp.
Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella sp adalah penyakit pada
unggas yang ditularkan melalui feses, terutama pada unggas muda dengan angka
kematian yang tinggi, sedangkan unggas dewasa bertindak sebagai pembawa
(karier) (Shivaprasad, 1997). Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella sp
berdampak buruk terhadap ekonomi yang akan menyebabkan kerugian besar
karena produksi turun dan kematian embrio tinggi. Penyakit unggas yang
disebabkan oleh Salmonella sp dikenal dengan salmonellosis. Salmonellosis
merupakan foodborne disease yang paling umum dilaporkan di dunia (Schlundt,
2004).
Kasus salmonelosis telah banyak dilaporkan di negara-negara maju,
namun persentase jumlah yang dilaporkan masih kecil dibandingkan dengan
wabah yang sebenarnya terjadi. Kejadian ini juga sering terjadi di daerah yang
beriklim tropis atau pada musim panas. Salmonella sp yang telah mencemari
makanan akan mudah berkembang biak secara cepat karena keadaan lingkungan
yang panas dan kering akan menstimulir pertumbuhannya (Budiarso, 2009). Pada
umumnya penyakit salmonellosis bersifat epidemik yang terjadi secara bersamaan
di beberapa bagian dunia. Salmonellosis akan menimbulkan gejala klinis enteritis.
Manifestasi gejala klinis tersebut dapat berupa septikemia, enterokolitis,
anoreksia, diare profus dan kadang-kadang meningitis, pneumonia, dan
encephalitis (Gast, 1997).
Menurut Sudirman (2005), pengendalian salmonellosis pada ternak ayam
maupun manusia dilakukan untuk mengurangi kejadian infeksi Salmonella sp.
Upaya pengendalian salmonellosis dapat dimulai pada tingkat produksi di
peternakan dengan memasukkan day old chick (DOC) yang berasal dari induk
yang terbebas dari Salmonella sp, menyediakan tempat pakan dan air minum yang
bebas Salmonella sp. Wanasuria (2010), menyatakan bahwa usaha untuk
mengurangi kontaminasi Salmonella sp dalam pakan ternak diperlukan suatu
sistem pemeriksaan yang menyeluruh mulai dari penerimaan bahan baku,
pembersihan fasilitas dalam pabrik pakan, perlakuan panas yang efektif dalam
proses pembuatan pakan dan mencegah terkontaminasi ulang terhadap pakan yang
sudah jadi. Penanganan yang higienis terhadap produk-produk peternakan pada
saat pascapanen (daging dan telur) yaitu dengan menyimpannya dalam keadaan
yang bersih. Peralatan produksi yang digunakan sebelum dan sesudah harus
dibersihkan. Personal yang terlibat dalam proses produksi harus mencuci tangan
sebelum dan sesudah bekerja serta daging atau telur yang dimasak harus matang
sebelum dikonsumsi untuk menjaga agar tidak terkontaminasi oleh bakteri
Salmonella sp.
380
JIMVET. 01(3): 375-382 (2017)
ISSN : 2540-9492
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
adanya bakteri Salmonella sp di ruangan dalam kandang ayam Broiler di Desa
Cot Sayun, Kecamatan Blang Bintang, Aceh Besar. Media SSA memperlihatkan
pertumbuhan koloni bakteri Salmonella sp dan pewarnaan Gram memperlihatkan
bakteri Salmonella sp di bawah mikroskop berwarna merah dengan batang
panjang. Bakteri Salmonella sp dapat berasal dari feses ayam Broiler dan adanya
kemungkinan kontaminasi dari lingkungan sekitar kandang ayam.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Petelur: Cetakan Ke
lima. Agromedia, Jakarta.
Badriyah, N dan M. Umam. 2013. Pengaruh frekuensi penyemprotan desinfektan
pada kandang terhadap jumlah kematian ayam broiler. J. Ternak. 4(2):
1-3.
Baylis, C., M. Uyttendaele, H. Joosten, A. Davies. 2011. The Enterobacteriaceae
and Their Significance To The Food Industry. International Life
Sciences Institute, ILSI Microbiological Issues Task Force, Brussels.
Black, J.G. 1999. Microbiology : Principles and Exploration. 4th ed. John Wiley
& Sons. Inc Publication, New Jersey.
Brooks, F. G. 1996. Mikrobiologi Kedokteran: 7th ed. Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta.
Budiarso, T.Y., dan M.J.X. Belo. 2009. Deteksi cemaran Salmonella sp pada
daging ayam yang dijual di pasar tradisional di wilayah kota Yogyakarta.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan
MIPA. Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jogjakarta. Yogyakarta.
Budinuryanto, D.C., M.H. Hadiana., R.L. Balia., Abubakar., dan E. Widosari.
2000. Profil keamanan daging ayam lokal yang dipotong di pasar
tradisional dalam kaitannya dengan penerapan sistem Hazard Analysis
Critical Control Point (HACCP). Laporan Hasil Penelitian Lembaga
Penelitian Universitas Padjadjaran dan Proyek ARMP II Badan Litbang
Pertanian, Bandung.
Erin, I., Ety., R. Prambudi. 2009. Kualitas mikrobiologi udara di inkubator unit
perinatologi rumah sakit umum daerah dr. Abdul Moeloek Bandar
Lampung. J. Med of Lampung University. 2(5):45-48.
Ferreira, A.J.P., C.S.A. T. Ferreira., A.M. Knobl., Moreno., Bacarro., M. Chen.,
M. Robach., and G.C. Mead. 2003. Comparison of three commercial
competitive-exclusion products for controlling Salmonella colonization
of broilers in Brazil. J. of Food Prot. 66(11):409-492.
Gast, R.K. 1997. Paratyphoid infections In Disease of Poultry. 10th ed. Iowa State
University Press : Ames, Iowa, USA.
Harry E.G. 1957. The effect on embryonic chick mortality of yolk contamination
with bacteria from the hen. J. Vet. 69(51):1433-1439.
Humphrey, T.J. 2006. Growth of salmonella in intact shell eggs: Influnce of
storage temperature. J. Vet. 126(31):292-291.
381
JIMVET. 01(3): 375-382 (2017)
ISSN : 2540-9492
Jones, F.T. dan K.E. Richardson. 2004. Salmonella in commercially manufactured
feeds. J Poult. Sci. 83(11):384-391.
Kastiyowati. 2004. Dampak dan Penanggulangan Pencemaran Udara.
www.buletinlitbang.go.id. www.wikamapia.org. Diakses 29 Oktober
2016.
Lay, B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium: Cetakan Ke empat. Rajawali
Press, Jakarta.
Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi: Cetakan Ke
empat. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Schlundt, J., H. Toyofuku, J. Jansen dan S .A. Herbst. 2004. Emerging food-borne
zoonoses. J. Sci. Tech off Int. 23(2):512-527.
Shivaprasad, H.L. 1997. Pullorum Disease and Fowl Thyphoid In Disease of
Poultry. 10th ed. Iowa State Universty Prees. Ames, Iowa, USA.
Shivaprasad, H.L. 2003. Pullorum Disease and Fowl Typoid in Diseases of
Poultry. Section II Bacterial Diseases. 11th ed. Press Ames Iowa State
University, USA.
Sudirman. 2005. Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi Salmonella pada
industri perunggasan. Workshop Penanggulangan Penyakit Zoonosis.
Bogor, 5 Desember.
Syukma, Y. D. 2015. Budidaya dan analisa ayam broiler menggunakan vitamin
dan ayam yang tidak menggunakan vitamin (ayam herbal). J. Nasional
Ecopedon. 3(1):77–082.
Tabbu, C.R. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggualangannya: Cetakan Ke
Sembilan. Kanisius, Yogyakarta.
Tamalludin, F. 2014. Panduan Lengkap Ayam Broiler: 3rd ed. Penebar Swadaya,
Depok.
Tindall, G. 2005. Alternatives to conventional microbials in swine diets. J. Of
Anim. Sci. 17(2):217-226.
Utomo, B. N, 1998. Infeksi Salmonella Pada Unggas. Poultry Indonesia. Edisi
April no 217:27-29.
Waluyo, L. 2012. Mikrobiologi Umum: Cetakan Ke empat. Universitas
Muhammadiyah Malang Press, Malang.
Wanasuria, S. 2010. Biosekuritas Pabrik Pakan: Cetakan Ke delapan. Kanisius,
Yogyakarta.
Yemima, 2014. Analisis usaha peternakan ayam broiler pada peternakan rakyat di
desa Karya Bakti, kecamatan Rungan, kabupaten Gunung Mas, provinsi
Kalimantan Tengah. J. Ilmu Hewani Trop. 3(1):13-15.
Zaraswati, D. 2006. Mikrobiologi Farmasi: Cetakan Ke tiga. Universitas
Hasanuddin Press, Makassar.
382
Download