efisiensi fungsi koordinasi dalam investasi dan audit atas kinerja

advertisement
EFISIENSI FUNGSI KOORDINASI DALAM INVESTASI DAN AUDIT ATAS
KINERJA ORGANISASI UNIT FINANCE PT TELEKOMUNIKASI
INDONESIA TBK SEBAGAI UPAYA MENGGAPAI 100T
Dewi Kartika
Fakultas pasca sarjana Universitas Negeri Medan
[email protected]
ABSTRAKSI
Setiap unit kerja, tidak terkecuali unit finance yang merupakan bagian dari perusahaan
Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) tentu menginginkan terjalinnya koordinasi
yang baik dan berfungsi secara maksimal, sehingga antar anggota dan antar bagian di
dalam unit kerja dapat bekerjasama dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya, serta
tercipta hubungan yang harmonis dan dinamis dalam rangka mencapai tujuan bersama
secara cepat, tepat, efisien dan efektif. Tahun 2016 telkom meluncurkan budaya
baru / Activation melalui KomunItas Provokasi AktivaSi budaya atau disebut Kipas
budaya yang merupakan peran manajemen strategi dengan optimalisasi fungsi
Koordinasi, Komunikasi dan Kinerja. Kipas budayaadalah suatu terobosan efisiensi
untuk menjadikannya sebagai salah satu kunci keberhasilan dalam
perusahaan.Berangkat dari permasalahan-permasalahan di unit kerja, yang mana hasil
telaah atas tinjauan tersebut akhirnya memberikan analisa dan menjawab
permasalahan dalam unit kerjasebenarnya dapat ditengahkan, dengan proses
optimalisasi fungsi dari komunikasi, koordinasi dan kinerja melalui kipas budaya.Hasil
dari temuan penulis, yaitu sebagai manajemen strategi yang berorientasi efektifitas
pada kinerja yang diharapkan, yaitu menggapai 100T maka salah satu upaya
adalahpeningkatan kompetensi pegawai yang mana juga berkaitan dengan penempatan
pegawai pada pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan keahliannya. Hal ini
adalah suatu bentuk koordinasi dan komunikasi. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa koordinasi dan komunikasi erat kaitannya dengan kinerja para pegawai dalam
menjalankan setiap kegiatannya dalam mencapai tujuan unit kerja, termasuk yang
sedang berjalan di perusahaan Telkom.
Kata Kunci: Kipas budaya; Manajemen Strategi; Efisiensi; Koordinasi; Komunikasi;
Kinerja; Telkom; Keuangan;
A. Latar Belakang dan Permasalahan
B.
Sebagai suatu perusahaan dengan great target2016 yaitu growth 20%
higher than industry growth, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
(Telkom)merencanakan target pendapatan sebesar Rp 100 triliun dengan kapitalisasi
pasar Rp 300 triliun. Lima tahun lagi, BUMN telemomunikasi ini membidik
kapitalisasi pasar Rp 1.000 triliun. Hal tersebut seiring dengan visi nyata, yaitu
menjadi raja di udara (layanan seluler), darat (serat optik), dan laut (kabel laut). Di
tahun ini, Telkom sendiri telah belanja modal sekitar Rp 25 triliun, di mana alokasi
terbesar untuk bisnis seluler, setelah itu pengembanganfixed broadband, dan bisnis
lainnya.Oleh karenanya, setiap elemen di dalam PT Telkom haruslah menjadi suatu
kekuatan internal yang mendukung visi tersebut. Suatu unit di dalamnya akan
dimaknai sebagai unit kerja yang terintegrasi dalam kesatuan perusahaan dan turut
memberikan sinergi atas nilai-nilai perusahaan. Sehingga, dalam penelitian ini,
penulis menjelaskan mengenai unit finance sebagai bagian dari perusahaan yang
merupakan unit kerja sistematisdalam pekerjaan yang dirumuskan dengan baik, di
mana masing-masing pekerjaan itu mengandung wewenang, tugas dan tanggung
jawab tertentu yang memungkinkan orang tersebut dapat bekerja sama secara efektif
dalam usaha mencapai tujuan bersama.
C.
Penulis merasakan diperlukannya suatu strategi manajemen yang sehat
dan produktif dalam mengelola segala sumber daya yang dimiliki PT
Telkom,mengingat Great target 2016yaitu growth 20% higher than industry growth.
Selain itu Ia juga menjelaskan CFO Role 2016 yang terbagi menjadi tiga yaitu return,
margin dan ratio. Keuangan ini bisa bermanfaat dan memberikan gambaran yang
penting sebagai insane Telkom, sehingga mempunyai bekal yang baik untuk
mengawal program Telkom ke depan. Guna merealisasikannya, saat ini Telkom
melakukan transformasi untuk 4 aspek yakni businesss, people, culture, dan
organization. Point keempat tentang unit kerja ini menjadi penting karena
harus follow strategy,termasuk pula pengelolaan atas sumber daya manusia yang
dimaknai sebagai aset dan mempunyai peranan penting dalam menjalankan segala
aktivitas perusahaan.
D.
Sebagaikaryawan di bagian keuangan yang bertanggung jawab
mengelola dengan tingkatan menejer di unit finance, penulis merasakan suatu
permasalahan akibat cara kerja dari karyawan di dalam internal itu sendiri. Padahal,
guna mendukung visi dari Telkom, telah dirancang budaya baru / Activation melalui
KomunItas Provokasi AktivaSi budaya atau disebut Kipas budaya.Kipas budaya
menjadi wadah ekspresi perilaku seluruh karyawan sehari-hari yang menginduksi cara
kerja baru, tentu saja dengan atmosfir The Telkom Way.Jargon Kipas budaya IDeC
yaitu SMILE, yang merupakan singkatan dari Smart, Monetized, Innovative, Leading,
Excellent yang mengandung arti, bahwa Smart, artinya mengetahui tujuan, mampu
menentukan prioritas dan seberapa banyak yang dihasilkan. Monetized, atau Idea to
Cash, Innovative yang berarti menciptakan value perusahaan, Leading atau selalu
menjadi yang terdepan dan Excellent, yaitu menjadikan sesuatu yang terbaik dengan
cara terbaik. Akibatnya, penulis menyadari masih perlu peningkatan kompetensi
dibidang finance.
E.
Penulis menyadari bahwasanya, jargon – jargon budaya Kipas yang
dibuat di unit bisnis Telkom perlu dikembangkan, agar seirama dengan fungsi
manajemen yang baik, sebab manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan
perusahaan, karyawan, dan mitra usaha serta menjadikan daya guna dan hasil guna
setiap unsur manajemen akan dapat ditingkatkan.Hal tersebut kemudian mendorong
penulis melakukan analisa untuk menyelaraskan kipas budaya dalam menyusun
manajemen strategimembuat perencanaan, mengorganisir, mengarahkan,
mengkoodinir, serta mengawasi kegiatan-kegiatan dalam suatu unit kerja agar tercapai
tujuan unit kerja secara efisien dan efektifdengan target 100T di tahun 2016.
F.
Menurut kajian manajemenunit finance, penulis membutuhkan suatu
terbosoan yang merupakan identifikasi atas unsur kipas budayayang dapat
dioptimalkan dalam mencapai tujuan perusahaan. Sekalipun penulis menyadari bahwa
masih banyak hal yang mempengaruhi kesuksesan dari suatu perusahaan sebesar PT
Telkom, namun hasil identifikasi penulis mencermati atas 3 (tiga) unsur penting yang
berkenaan dengan kipas budaya, di mana dalam unit finance yang akan sangat vital
mempengaruhi terwujudnya tujuan unit kerja, yaitu koordinasi, komunikasi dan
kinerja atau 3K.Dalam mendukungoptimalisasi fungsi kipas budaya melalui efisiensi
3Kdi unit finance haruslah mampu menjelaskan langkah strategis dalam mendukung
target 100T dari telkom Group di tahun 2016. Selanjutnya manfaat yang dapat diambil
adalah penulis sendiri memiliki pengetahuan lebih dan mampu belajar dalam
menyusun, berpikir kritis mengenai manajemen strategi yang mampu memberikan
efektifitas bagi perusahaan.
G.
H. Pendekatan Analisa Masalah / Metodologi
I.
Dalam penelitian ini akan menggunakan pendekatan sistem, di
mana proses pemecahan masalah secara sistematis menurut John Dewey, bahwa
dalam mengidenfikasikan permasalahan untuk memecahkan suatu kontroversi dalam
perusahaan akan meliputi langkah, yaitu mengenali kontroversi/ permasalahan,
menimbang klaim alternatif, dan membentuk penilaian.
J.
Serangkaian langkah pemecahan masalah yang memastikan bahwa
masalah itu pertama-tama dipahami, diberikan solusi alternative yang
dapatdipertimbangkan, dan solusi yang dipilih saat bekerja, sebagai bentuk intervensi
dan optimalisasi pemecahan masalah.Pentingnya pemecahan masalah bukan
didasarkan pada jumlah waktu yang dihabiskan tetapi pada konsekuensinya.
Sehingga, dalam melakukan pendekatan ini, penulis akan memilih strategi/ aksi yang
diyakini akan memberikan solusi terbaik dari unit finance dalam perusahaan PT.
Telkom.
K.
L. Analisa Pemecahan Masalah Pembahasan
1. Kipas budaya Sebagai Efisiensi Dalam Manajemen Investasi
M. Dalam kipas budaya, pengkoordinasian merupakan usaha
mensinkronkan dan menyatukan segala kegiatan dalam unit kerja agar tercapai
tujuan unit kerja. Menurut penulis, untuk menjadikan PT.Telkom khususnya unit
finance mampu berhasil dengan baik haruslah memahami makna koordinasi antar
lini.Pengkoordinasian merupakan tugas yang sulit dilakukan, terlebih atas
permasalahan menggapai target 100T dan karena berbagai perbedaan yang ada di
dalam unit finance dan perusahaan,seperti misalnya perbedaan tujuan, waktu,
hubungan perseorangan, formalitas struktur dan lain-lain. Tujuan perseorangan
mungkin saja berbeda dengan tujuan unit kerja, sehingga berakibat bagian yang
satu dengan yang lain di dalam unit kerja saling mementingkan kepemimpinan
sendiri, dan lain-lain.
N.
Oleh karena itu, setiap unit kerja tidak terkecuali PT.Telkom khususnya
unit finance tentu menginginkan terjalinnya fungsi manajemen pengkoordinasian
yang baik dan berfungsi secara maksimal, sehingga antar anggota dan antar bagian
di dalam unit kerja dapat bekerjasama dalam menjalankan tugas dan
pekerjaannya, sehingga tercipta hubungan yang harmonis dan dinamis dalam
rangka mencapai tujuan bersama secara cepat, tepat, efisien dan efektif dalam
rangka menyatukan visi meraih target 100T di tahun 2016.
O. Umumnyaseseorang yang tidak memahami pentingnya koordinasi
dalam unit kerjayang belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini terlihat
dari pekerjaan yang dilaksanakan terhambat prosesnya, penggunaan sumber daya
yang ada tidak efisien, dan hasil pekerjaan yang tidak maksimal, dan lain-lain,
yang kesemuanya itu membuat pekerjaan tidak dapat diselesaikan dengan baik,
sehingga efektivitas kerja tidak dapat ditingkatkan.
P.
Hal tersebut terjadi karena akibat dari koordinasi yang tidak dijalankan
secara efektif, seperti komunikasi yang tidak lancar, kesadaran pentingnya
koordinasi yang kurang dan perencanaan koordinasi yang kurang jelas dan
terarah. dapat penulis katakan di sini yaitu tentang bagaimana keadaan dan situasi
koordinasi yang dijalankan masing-masing bagian, sebagai berikut :
a. Perencanaan koordinasi belum tersusun.
b. Komunikasi secara tertulis masih belum berjalan dengan baik.
c. Kesadaran akan perlunya koordinasi antar pegawai yang masih kurang.
d. Pelaksanaan koordinasi yang jarang diformalitaskan.
Q. Penulis kemudian berasumsibahwa kebutuhan akan koordinasi
tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan
derajat saling ketergantungan bermacam-macam satuan
pelaksanaannya.Setidaknya ada tiga macam bentuk yang merupakan saling
ketergantungan di antara satuan-satuan unit kerja, yaitu :
a. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled intrerdependence), bila satuansatuan unit kerja tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam
melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja
setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.
b. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependence), dimana
suatu satuan unit kerja harus melakukan pekerjaannya terlebih dahulu
sebelum satuan yang lain dapat bekerja.
c. Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence), merupakan
hubungan memberi dan menerima antar satuan unit kerja.
R. Karena, melihat kenyataan ini kemudian penulis merasa lebih
menyadari akan pentingnya koordinasi yang harus dijalankan sebaik mungkin,
antar anggota dan antar bagian PT.Telkom khususnya unit finance dalam
menjalankan target 100T di tahun 2016, yang mana akan memaksimalkan
koordinasi antar bagian, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai secara efisien
dan efektif.
S.
T. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
U.
Koordinasi, komunikasi dan kinerja merupakan bagian dari
“kipas budaya” merupakan tiga hal penting yang harus saling diintegrasikan satu
dengan yang lainnya. Dalam mencapai sasaran untuk meralisasikan target
pendapatan pendapatan sebesar Rp 100 triliun dengan kapitalisasi pasar Rp 300
triliun. Lima tahun lagi, BUMN telemomunikasi ini membidik kapitalisasi pasar
Rp 1.000 triliun.Melalui 3K dalam konsep kipas budaya, maka unit finance telah
melakukan langkah-langkah strategis dalam perbaikan dan peningkatan
kemampuan dan kompetensi Karyawan. Fungsi kipas budayamenjadi penting
artinya dalam manajemen dalam rangka mengintegrasikan semua kegiatan yang
2.
dilakukan oleh setiap bagian di dalam unit kerja. Dengan koordinasi yang efektif
antar bagian atau satuan yang ada di dalam sebuah unit kerja, maka komunikasi
dan kinerja akan terbentuk untuk setiap kegiatan yang dijalankan oleh masingmasing satuan unit kerja dan pada akhirnya dapat dilakukan secara efektif.
V.
Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang erat antara
koordinasi dengan komunikasi dan kinerja di masing-masing satuan unit kerja.
Tinjauan atas koordinasi, komunikasi dan kinerja haruslah menjadi suatu hal yang
dapat diteruskan melalui sebuah peelitian ilmiah. Menyadari ini hanya sebatas
penelitian, tentunya penulis menginginkan penyempurnaan dari berbagai pihak.
W.
Saran
X. Sebagai suatu saran, maka harapan lebih lanjut bahwa pengembangan
permasalahan yang berfokus pada kipas budayasebagai jargon perbaikan unit
kerja, khususnya unit financeakan membawa kepada konsep ber-unit kerja yang
benar dengan menciptakan suatu hal terkait manajemen strategi, yang meliputi
perencanaan, pengunit kerjaan, pengkoordinasian, pelaksanaan dan pengawasan
terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian,
pemeliharaan dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mancapai target dan visi
PT Telkom sendiri.
Y.
Z.
AA.
BB.
CC. DAFTAR PUSTAKA
DD.
Effendi, Onong Uchjana. (2006)Kepemimpinan dan Komunikasi.Bandung :
Alumni.
EE.
FF.
Effendy, Onong Uchjana, (2013). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi.
Bandung :PT Citra Aditya Bakti
GG.
HH.
Eni, Fitriyani. (2013). Analisis Kegiatan Komunikasi Unit kerja Pada PT. Kresna
Duta Agroindo Perkebunan Sinar Mas Group Kecamatan Kombeng Kabupaten
Kutai Timur. Kutai: eJurnal Ilmu Komunikasi Vol 1(2): 518-531. FISIP
Universitas Mulawarman.
II.
JJ.
Handoko, T. Hani. (2009)Manajemen Edisi 12. Yogyakarta : BPFE.
KK.
LL.
Hasibuan, S.P Malayu. (2006).Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta : PT.
Toko Gunung Agung.
MM.
NN.
Koontz, Harold dan O’Donnell, Cyril. (2012).Manajemen diterjemahkan oleh
Antarikso, A. Firman, Agus Dharma dan Hendardi. Jakarta : Erlangga.
OO.
PP.
Mulyana, Deddy. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru
Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Rosda
QQ.
RR.
Siagian, Sondang. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara
SS.
Download