STUDI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN HERBA PADA AREA TIDAK BERTAJUK BLOK CURAH JARAK DI HUTAN MUSIM TAMAN NASIONAL BALURAN Rizka Ayu Mei Fitriany, Suhadi, Sunarmi Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang 65145, Indonesia E-mail: [email protected] ABSTRAK: Teknik analisis data menggunakan indeks keanekaragaman spesies Shanon-Wienner, indeks kemerataan menggunakan rumus Evenness dan factor abiotik dianalisis menggunakan analisis korelasi ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Komposisi jenis tumbuhan herba yaitu ada 35 jenis dari 18 famili tumbuhan herba, Tingkat keanekaragaman tumbuhan herba sebesar 3,463, yang termasuk kategori tinggi, dan tingkat kemerataan tumbuhan herba sebesar 0,974, yang kategori tinggi. Jenis tumbuhan herba yang mempunyai INP tertinggi adalah Panicum repens L. sebesar 10,31% dan Phyllanthus niruri L. sebesar 9,17%. Faktor abiotik yang berhubungan terhadap jumlah jenis tumbuhan herba adalah suhu udara, suhu tanah, kelembaban tanah, pH tanah, dan intensitas cahaya yang secara simultan berpengaruh positif terhadap jumlah jenis tumbuhan herba di Blok Curah Jarak Taman Nasional Baluran. Kata Kunci: Taman Nasional Baluran, Hutan musim, Herba, Keanekaragaman. ABSTRACT:. Analysis using species diversity indices Shannon-Wienner, evenness index and evenness factor using the formula abiotic analyzed using multiple correlation analysis. The results showed that: The composition of herbaceous plant species of which there are 35 species of herbaceous plants 18 family, herbaceous plant diversity rate of 3.463, which were high, and the level of herbaceous plants evenness of 0.974, the high category. Herbaceous plant species that have the highest is Panicum repens L. by 10.31% and Phyllanthus niruri L. amounted to 9.17%. Abiotic factors related to the number of species of herbaceous plants are air temperature, soil temperature, soil moisture, soil pH, and light intensity are simultaneously positive effect on the number of species of herbaceous plants in Blok Curah Jarak Taman Nasional Baluran. Keywords: Baluran National Parks, Forests season, Herbaceous, Diversity Hutan musim yang terdapat di Taman Nasional Baluran yang terletak di ujung timur pulau jawa, sebelah utara dibatasi oleh selat Madura, sebelah timur oleh selat bali dan bagian selatan sampai barat berturut-turut dibatasi oleh Dusun Pandean, Desa Wonorejo, Sungai Bajulmati, Sungai Klokoran Dusun Karangtekok dan Desa Sumber anyar. Secara administrasi pemerintah kawasan Taman Nasional Baluran berada di Kecamatan Banyu putih, Kabupaten dati II Situbondo, sedangkan secara geografis terletak diantara 7o29’10” sampai 7o55’55” lintang selatan dan 114o29’20” sampai 114o39’10” bujur timur (Balai Taman Nasional Baluran, 2000). Herba merupakan salah satu jenis tumbuhan penyusun hutan yang ukurannya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan semak ataupun pohon yang batangnya basah dan tidak berkayu (Nadakuvaren &McCracken, 1985). Herba juga memiliki 1 2 daya saing yang kuat dan adaptasi yang tinggi terhadap tumbuhan sehingga mampu tumbuh di tempat yang kosong. Taman Nasional Baluran memiliki iklim muson dengan musim kemarau yang panjang. Kawasan hutan musim Blok Curah Jarak ini berada 4 km dari gerbang Taman Nasional Baluran (HM 40) dengan luas mencapai 6 hektar. Kawasan ini merupakan hutan yang memiliki peranan penting bagi daerah sekitarnya. Fungsi ekologis kawasan hutan tersebut adalah sebagai tempat tangkapan air, perlindungan mata air serta mencegah terjadinya erosi. Tingkat keanekaragaman herba di Hutan Musim Blok Curah Jarak perlu diketahui agar dapat menjadi bahan pertimbangan penentuan tindakan konservasi selanjutnya dan penelitian yang berhubungan dengan herba belum pernah diteliti, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan populasi dan sampel dilakukan pada bulan Januari-Maret 2013. Pengambilan sampel dengan menggunakanbelt transek dengan ukuran plot 10 x10 m. Data penelitian diperoleh dengan mengkoleksi, mendeskripsi, mengidentifikasi menggunakan buku “Flora of Java Vol I-III (Spermatophyta Only)” karya Wacker, C.A. & Bakhuizen ban den Brink Jr, R, C, dan menganalisis tumbuhan herba di hutan musim Blok Curah Jarak. Teknik analisis data menggunakan indeks keanekaragaman spesies Shanon-Wienner, indeks kemerataan menggunakan rumus Evenness dan factor abiotik dianalisis menggunakan analisis korelasi ganda. HASIL PENELITIAN 1. Komposisi Jenis Tumbuhan Herba Pada Area Tidak Bertajuk Blok Curah Jarak Di Hutan Musim Taman Nasional Baluran Hasil penelitian komposisi jenis tumbuhan Herba menunjukkkan terdapat 35 jenis dari 18 Famili tumbuhan herba pada area tidak bertajuk Blok Curah Jarak di hutan musim Taman Nasional Baluran. Data jenis tumbuhan herba dapat dilihat pada Tabel 4.1, dan jumlah jenis tumbuhan herba di Blok Curah Jarak. Tabel 4.1 Data Jenis Tumbuhan Herba Pada Area Tidak Bertajuk Blok Curah Jarak Di Hutan Musim Taman Nasional Baluran No. 1. 2. 3. 4. Nama Jenis Acalypha indica L. Aeschynomene elegans L. Ageratum conyzoides L. Amorphophallus oncophyllus Prain. Family Euphorbiaceae Papilionaceae Asteraceae Araceae Lanjutan ... 3 Lanjutan Tabel 4.1 ... No. Nama Jenis 5. Bidens pilosa L. 6. Biophytum Oxalidaceae sensivum (L) 7. Borreria laevis (Lamk.) Griseb. 8. Cleome rutidosperma L. 9. Commelina diffusa Burm. f. 10. Commelina communis L. 11. Corchorus olitorius L. 12. Corchorus aestuans L. 13. Cyathula prostrata (L) BL. 14. Cyperus kyllingia L. 15. Cyperus rotundus L. 16. Deeringia amaranthoides 17. Dendrocnide moroides L. 18. Desmodium heterocarpon (L.) DC. 19. Eleusine indica (L) Gaertn 20. Euphorbia hirta L. 21. Hedyotis corymbosa L. Lamk 22. Imperata cylindrica L. 23. Merremia emarginata (Burm. f) 24. Mimosa invisa var. inermis L. 25. Mimosa invisa L. 26. Ocimum basilicum L. 27. Oplismenus burmanni (Retz). Beauv 28. Panicum repens L. 29. Phyllanthus niruri L. 30. Plumbago indica L. 31. Salvia riparia H.B.&K (Lam) 32. Synedrella nodiflora (L.) Gaertn. 33. Tephrosia purpurea L. 34. Typhonium trilobatum auct,non (L.) 35. Wedelia biflora (L.) DC. Family Asteraceae Oxalidaceae Rubiaceae Capparaceae Comilanaceae Commelinaceae Tiliaceae Tiliaceae Amaranthaceae Cyperus Cyperus Amaranthaceae Urticaceae Papilionaceae Poaceae Euphorbiaceae Rubiaceae Poaceae Convolvulaceae Mimoceae Mimoceae Lamiaceae Poaceae Poaceae Euphorbiaceae Plumbaginaceae Lamiaceae Asteraceae Papilionaceae Araceae Asteraceae 2. Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Herba Pada Area Tidak Bertajuk Blok Curah Jarak Di Hutan Musim Taman Nasional Baluran Data tumbuhan herba yang telah diperoleh di hutan musim Blok Curah Jarak kemudian dianalisis dan dicari nilai tingkat keanekaragaman pada masingmasing plot pengamatan. Hasil penelitian Keanekaragaman tumbuhan Herba Blok Curah Jarak menunjukkan bahwa terdapat 35 jenis tumbuhan yang ditemukan dalam blok tersebut. Dari tingkat keanekaragaman di hutan musim Blok Curah Jarak diperoleh 3,463. Jadi hasil yang diperoleh sesuai dengan tingkat 4 keanekaragaman Menurut Hardjosuwarno (1990), bahwa nilai indeks H > 3,0 Menunjukkan keanekaragaman tinggi. 3. TingkatKemerataan Tumbuhan Herba Pada Area Tidak Bertajuk Blok Curah Jarak Di Hutan Musim Taman Nasional Baluran Data tumbuhan herba yang telah diperoleh di hutan musim Blok Curah Jarak kemudian dianalisis dan dicari nilai tingkatkemerataannya. Hasil analisis di hutan musim Blok Curah Jarak diketahui bahwa tingkat kemerataan di hutan musim Blok Curah Jarak diperoleh 0,974.Nilai tingkat kemerataan digolongkan menjadi 3, yaitu: 0 < E ≤ 0,4, maka kemerataan populasi rendah; bila 0,4 < E < 0,6, maka kemerataan populasi sedang; dan bila E ≥ 0,6, maka kemerataan populasi tinggi. Hasil ini menunjukkan nilai kemerataan di blok tersebut tinggi. 4. Indeks Nilai PentingTumbuhan Herba Pada Area Tidak Bertajuk Blok Curah Jarak Di Hutan Musim Taman Nasional Baluran Dominansi komunitas tumbuhan herba yang terdapat pada area tidak bertajuk Blok Curah Jarak di Hutan Musim Taman Nasional Baluran dapat didasarkan pada dua nilai tertinggi pada Indeks Nilai Penting jenis tumbuhan herba yang diteliti, yang didapat dari data kerapatan dan frekuensi. Adapun INP masing-masing jenis tumbuhan herba apabila diurutkan dari nilai tertinggi sampai terendah dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Indeks Nilai Penting Tumbuhan Herba yang Tercuplik Pada Area Tidak Bertajuk Blok Curah Jarak Di Hutan Musim Taman Nasional Baluran No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Nama Spesies Acalypha indica L. Aeschynomene elegans L. Ageratum conyzoides L. Amorphophallus oncophyllus Prain. Bidens pilosa L. Biophytum Oxalidaceae sensivum (L) Borreria laevis (Lamk.) Griseb. Cleome rutidosperma L. Commelina diffusa Burm. f. Commelina communis L. Corchorus olitorius L. Corchorus aestuans L. Cyathula prostrata (L) BL. Cyperus kyllingia L. Cyperus rotundus L. Deeringia amaranthoides F 0,183 0,067 0,117 0,183 0,183 0,117 0,100 0,117 0,100 0,083 0,100 0,083 0,117 0,117 0,117 0,067 KR 3,927183 1,820413 2,28063 4,796482 4,070362 3,037431 1,912457 1,861321 1,789732 2,219268 2,822663 3,712416 2,3829 2,822663 3,323788 2,127224 FR 4,198473 1,526718 2,671756 4,198473 4,198473 2,671756 2,290076 2,671756 2,290076 1,908397 2,290076 1,908397 2,671756 2,671756 2,671756 1,526718 INP 8,13 3,35 4,95 8,99 8,27 5,71 4,20 4,53 4,08 4,13 5,11 5,62 5,05 5,49 6,00 3,65 5 No. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. Nama Spesies Dendrocnide moroides L. Desmodium heterocarpon (L.) DC. Eleusine indica (L) Gaertn Euphorbia hirta L. Hedyotis corymbosa L. Lamk Imperata cylindrica L. Merremia emarginata (Burm. f) Mimosa invisa var. inermis L. Mimosa invisa L. Ocimum basilicum L. Oplismenus burmanni (Retz). Beauv Panicum repens L. Phyllanthus niruri L. Plumbago indica L. Salvia riparia H.B.&K (Lam) Synedrella nodiflora (L.) Gaertn. Tephrosia purpurea L. Typhonium trilobatum auct,non (L.) Wedelia biflora (L.) DC. TOTAL F 0,117 0,083 0,083 0,083 0,150 0,167 0,100 0,133 0,150 0,167 0,133 0,250 0,200 0,133 0,117 0,117 0,100 0,083 0,150 4,367 KR 2,802209 1,687462 1,687462 3,272653 3,088566 4,530579 2,157906 4,704439 4,070362 2,505625 3,057885 4,581714 4,591941 2,474944 2,3829 1,155656 1,482921 2,024954 2,83289 100 FR 2,671756 1,908397 1,908397 1,908397 3,435115 3,816794 2,290076 3,053435 3,435115 3,816794 3,053435 5,725191 4,580153 3,053435 2,671756 2,671756 2,290076 1,908397 3,435115 100 INP 5,47 3,60 3,60 5,18 6,52 8,35 4,45 7,76 7,51 6,32 6,11 10,31 9,17 5,53 5,05 3,83 3,77 3,93 6,27 200 Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui dua spesies tumbuhan herba yang mempunyai INP tertinggi adalah Panicum repens L.sebesar 10,31% dan Phyllanthus niruri L. sebesar 9,17%. Data tersebut menunjukkan karakteristik komunitas tumbuhan herba pada Area Tidak Bertajuk Blok Curah Jarak Di Hutan Musim Taman Nasional Baluran adalah Poaeuphorbiaceae. 5. Analisis Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Jumlah Jenis Tumbuhan Herba Pada Area Tidak Bertajuk Blok Curah Jarak Di Hutan Musim Taman Nasional Baluran Faktor abiotik pada penelitian ini yaitu suhu udara, kelembaban udara, suhu tanah, kelembaban udara, pH tanah, dan intensitas cahaya. Hasil analisis korelasi faktor abiotik menunjukkan bahwa suhu udara memiliki koefisien korelasi sebesar 0,294, kelembaban udara sebesar -0,237, suhu tanah sebesar 0,164, kelembaban tanah sebesar 0,422, pH tanah sebesar 0,067, dan terakhir intensitas cahaya sebesar 0,974. Tanda positif menunjukkan faktor abiotik berkorelasi positif terhadap jumlah jenis.Hasil perhitungan uji. Dari hasil korelasi faktor biotik suhu udara, suhu tanah, kelembaban tanah, pH tanah, dan intensitas cahaya berbanding lurus terhadap jumlah jenis tumbuhan herba di hutan musim Blok Curah Jarak Taman Nasional Baluran sedangkan kelembaban udara berbanding terbalik dengan jumlah jenis tumbuhan herba di hutan musim Blok Curah Jarak Taman Nasional Baluran. 6 Dari hasil regresi nilai intensitas cahaya < 0,05 artinya ada pengaruh intensitas cahaya dengan jumlah jenis tumbuhan herba di hutan musim Blok Curah Jarak Taman Nasional Baluran. PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa jenis tumbuhan penutup tanah pada area tidak bertajuk lebih banyak ditemukan jika dibandingkan dengan tumbuhan penutup tanah pada daerah tegakan tertutup. Di area tidak bertajuk ditemukan sebanyak 35 jenis yang terdiri dari 18 Family . Di area tidak bertajuk banyak ditemukan jenis tumbuhan penutup tanah hal ini menunjukkan bahwa area tidak bertajuk lebih heterogen dibandingkan daerah bertajuk. Di area tidak bertajuk sinar matahari lebih banyak diperoleh, hal ini menyebabkan jenis tumbuhan yang ada saling bersaing untuk memperoleh sinar matahari. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah jenis tumbuhan penutup tanah pada area bertajuk lebih sedikit disebabkan oleh adanyapersaingan yang tinggi dengan pepohonanyang lebih besar. Dari tingkat keanekaragaman di hutan musim Blok Curah Jarak diperoleh 3,463. Jadi hasil yang diperoleh sesuai dengan indeks keanekaragaman Menurut Hardjosuwarno (1990), bahwa nilai indeks H > 3,0 Menunjukkan keanekaragaman tinggi. Hasil analisis di hutan musim Blok Curah diketahui bahwa tingkat kemerataan di hutan musim Blok Curah Jarak diperoleh 0,974.Hasil ini menunjukkan nilai kemerataan di blok tersebut tinggi. Jika indeks kemerataan mendekati nilai 0, maka dalam ekosistem ada kecenderungan terjadi dominansi jenis yang disebabkan oleh adanya ketidakstabilan faktor-faktor lingkungan dan populasi. Bila indeks kemerataan mendekati 1, maka hal ini menunjukkan bahwa ekosistem tersebut dalam kondisi yang relatif stabil yaitu jumlah individu tiap jenis relatif sama (Brower, J.E. and J.H. Zar, 1977). Adanya jenis yang mendominasi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah persaingan antara tumbuhan yang ada, dalam hal ini berkaitan dengan iklim dan mineral yang diperlukan, jika iklim dan mineral yang dibutuhkan mendukung maka jenis tersebut akan lebih unggul dan lebih banyak ditemukan (Syafei, 1990). Tumbuhan memerlukan kondisi tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Dalam hal ini di wilayah Hutan Musim Blok Curah Jarak Taman Nasional Baluran, faktor yang sangat berpengaruh adalah adanya sinar matahari dan bahan organik yang ada. Jenis tumbuhan penutup tanah yang ditemukan pada area tidak bertajuk menunjukkan bahwa pertumbuhan jenis tersebut memerlukan sinar matahari secara langsung sedangkan pertumbuhan jenis pada area bertajuk memerlukan sinar matahari secara tidak langsung. Indeks keanekaragaman di Blok Curah Jarak berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman jenis termasuk kategori tinggi. Nilai keanekaragaman yang semakin tinggi menunjukkan semakin stabil komunitas disuatu kawasan. Kestabilan ekosistem artinya sistem akan kembali ke keadaan semula setelah terjadi gangguan yang menyebabkan goncangan tersebut tidak ada. Suatu komunitas stabil jika jumlah jenis yang ada relatif konstan sepanjang waktu (Indriyanto,2006). Pada Blok Curah Jarak komunitas herba menunjukkan kestabilan 7 ekosistem yang mengindikasikan bahwa komunitas herba tidak terpengaruh pada tekanan lingkungan pada kawasan tersebut. Menurut Odum (1993), keanekaragaman jenis penyusun komunitas tumbuhan disuatu tempat di pengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah iklim. Taman Nasional Baluran berada pada daerah beriklim tropis, pada daerah tropis mempunyai iklim yang lebih stabil dan mempunyai keanekaragaman jenis yang lebih tinggi dari pada daerah beriklim sedang dan kutub. Tingkat kemerataan tumbuhan herba di Blok Curah Jarak sebesar 0,974 yang berarti tingkat kemerataan tumbuhan herba termasuk dalam kategori tinggi. Tingginya kemerataan menandakan bahwa tidak terdapat jenis yang lebih dominan di suatu komunitas, secara umum kemerataan jenis relatif sama, bila ada yang mendominasi hanya 1 atau 2 jenis saja atau bahkan hampir semua jenis tumbuhan tingkat kemerataannya sama. Ketersediaan nutrisi dan pemanfaatan nutrisi yang berbeda menyebabkan tingkat keanekaragaman dan tingkat kemerataan tumbuhan di suatu tempat menjadi bervariasi (Sastrawidjaya, 1991 dalam Aththorick, 2006). Penyebaran dan pertumbuhan herba dipengaruhi oleh daya tumbuh biji topografi, keadaan tanah, serta faktor lingkungan lainnya. Biji tumbuhan yang tersebar di daerah miskin zat hara yang intensitas cahayanya tinggi seperti terdapat di kawasan hutan musim, maka biji tidak dapat tumbuh (Balai Taman Nasional Baluran, 2000). jenis tumbuhan herba yang banyak terdapat di Blok Curah Jarak adalah Amorphophallus oncophyllus sebanyak 469 individu, diikuti oleh Mimosa invisa var. Inermis L. dengan jumlah individu 460, lalu Phyllanthus niruri L.dengan jumlah individu sebanyak 449. Beragamnya jenis tumbuhan herba pada tiap plot amatan disebabkan oleh kondisi lingkungannya (Aththorick, 2006). Pola penyebaran tumbuhan dalam komunitas bervariasi karena adanya beberapa faktor. Faktor yang berinteraksi yaitu angin, ketersediaan air, intensitas cahaya, kemampuan reproduksi organisme, fenologi tumbuhan, dan faktor koaktif yang merupakan faktor yang dihasilkan oleh interaksi intraspesifik (kompetisi) (Ludwig & Reynold, 1988; Wright, S. J., 2002). Hasil analisis Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan herba pada area tidak bertajuk Blok Curah Jarak di Hutan Musim Taman Nasional Baluran menunjukkan bahwa yang memiliki INP tertinggi adalah Panicum repens L.sebesar 10,31% dan Phyllanthus niruri L. sebesar 9,17%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa karakteristik komunitas herba pada area tidak bertajuk Blok Curah Jarak di hutan musim Taman Nasional Baluran disebut Poaeuphorbiaceae. Rukmana dan Saputra (1999) menjelaskan bahwa familia Poaceae memiliki biji berukuran mikroskopis sehingga mudah terbawa angin, memiliki daya adaptasi cukup tinggi, distribusinya amat luas, dan mampu tumbuh baik pada lahan kering maupun tergenang. Berdasarkan hasil penghitungan tersebut menunjukkan bahwa kedua jenis tersebut cenderung mendominasi dan menjadi karakter komunitas tumbuhan herba pada area tidak bertajuk Blok Curah Jarak di hutan musim Taman Nasional Baluran. Data ini dapat dijadikan patokan untuk penamaan komunitas herba pada area tidak bertajuk Blok Curah Jarak di hutan musim Taman Nasional Baluran.Sesuai dengan pernyataan Syafei (1990) bahwa dari 2 jenis tumbuhan dengan indeks nilai penting terbesar dapat dipergunakan untuk menentukan penamaan suatu bentuk komunitas 8 tumbuhan. Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk menggambarkan tingkat penguasaan yang diberikan oleh suatu jenis terhadap komunitas, semakin besar nilai INP suatu jenis semakin besar tingkat penguasaan terhadap komunitas dan sebaliknya (Soegianto, 1994). Penguasaan jenis tertentu dalam suatu komunitas apabila jenis yang bersangkutan berhasil menempatkan sebagian besar sumberdaya yang ada dibandingkan dengan jenis yang lainnya (Saharjo dan Cornelio, 2011). Jenis yang mendominasi pada suatu habitat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah persaingan antara tumbuhan yang ada, dalam hal ini berkaitan dengan mineral yang diperlukan, jika mineral yang dibutuhkan mendukung maka jenis tersebut akan lebih unggul dan lebih banyak ditemukan (Syafei, 1990). Persaingan akan meningkatkan daya juang untuk mempertahankan hidup, jenis yang kuat akan menang dan menekan yang lain sehingga jenis yang kalah menjadi kurang adaptif dan menyebabkan tingkat reproduksi rendah dan kepadatannya juga sedikit. Peranan tumbuhan herba bagi hutan musim adalah menjaga keseimbangan ekosistem, memperkuat struktur tanah hutan, membantu menahan jatuhnya air secara langsung, dan menghambat atau mencegah erosi yang berlangsung secara cepat. Tumbuhan ini dapat menghalangi jatuhnya air hujan secara langsung dan mendorong perkembangan biota tanah yang dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah serta berperan dalam menambah bahan organik tanah (Maisyaroh, 2010). Faktor abiotik pada penelitian ini yaitu suhu udara, kelembaban udara, suhu tanah, kelembaban udara, pH tanah, dan intensitas cahaya. Hasil analisis korelasi faktor abiotik menunjukkan bahwa suhu udara memiliki koefisien korelasi sebesar 0,294, kelembaban udara sebesar -0,237, suhu tanah sebesar 0,164, kelembaban tanah sebesar 0,422, pH tanah sebesar 0,067, dan terakhir intensitas cahaya sebesar 0,974. Tanda positif menunjukkan faktor abiotik berkorelasi positif terhadap jumlah jenis. Faktor abiotik berperan penting dalam keberlangsungan kehidupan tumbuhan. Kelembaban dan suhu udara merupakan komponen iklim mikro yang mempengaruhi pertumbuhan dan mewujudkan keadaan lingkungan optimal bagi tumbuhan. Pertumbuhan meningkat jika suhu meningkat dan kelembaban menurun (Widiningsih, 1985 dalam Noorhadi, S., 2003). Hasil koefisien korelasi suhu udara sebesar 0,294 dan kelembaban udara sebesar -0,237 menunjukkan kesesuaian terhadap teori di atas. Suhu mempengaruhi proses pertumbuhan, tumbuhan dapat tumbuh pada suhu antara 28°C-33°C (Soerianegara & Indrawan, 2005). Hasil pengukuran faktor abiotik suhu udara di Blok Curah Jarak berada pada kisaran 28°C-34°C. Kondisi ini sesuai keadaan Taman Nasional Baluran yang beriklim monsun dengan curah hujan antara 900-1.600 mm/tahun dan suhu udara antara 27°C-33°C (Balai Taman Nasional Baluran, 2000). Kelembaban udara adalah banyaknya air di udara. Kelembaban terkait dengan suhu, semakin rendah suhu umumnya akan menaikkan kelembaban. Kelembaban udara berpengaruh terhadap transpirasi, semakin rendah kelembaban udara maka transpirasi semakin tinggi. Kelembaban udara di Blok Curah Jarak berkisar antara45%-73%, sesuai dengan kondisi kelembaban udara Taman Nasional Baluran berkisar 40%-85%(Balai Taman Nasional Baluran, 2000). 9 Suhu tanah di Blok Curah Jarak berkisar antara 20°C-28°C. Kelembaban tanahberkisar 62%-73%. Suhu yang rendah mempengaruhi rata-rata penguapan air dan pertumbuhan akar. Suhu tanah yang rendah mengurangi kecepatan penguapan air oleh akar. Tumbuhan mampu hidup pada rentangan suhu tertentu sesuai dengan kemampuan fisiologinya. Suhu tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan akar serta kondisi air di dalam tanah (Syafei, 1990). Suhu tanah dipengaruhin oleh suhu udara, intensitas cahaya matahari yang masuk ke tanah, dan air didalam tanah (Kartasapoetra, 2006). Faktor abiotik pH tanah di Blok Curah Jarak berada pada kondisi sedikit asam hingga netral yaitu pada kisaran 6,0-7,3. pH tanah di hutan musim Taman Nasional Baluran berkisar antara 6,8-7,4 (Syafei, 1990). Pada umumnya tanaman dapat tumbuh pada pH antara 5,0-8,0. (Kartasapoetra, 2006). Faktor abiotik cahaya digunakan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhannya (Omon, 2007 dalam Wijayanto & Nurunnajah, 2012). Berdasarkan adaptasinya terhadap cahaya, ada tumbuhan yang memerlukan cahaya penuh, dan tidak memerlukan cahaya penuh (Tjitrosomo, 1985). Hasil penelitian di Blok Curah Jarak menunjukkan intensitas cahaya berkisar antara 111-980 Lux. Dari hasil korelasi faktor biotik suhu udara, suhu tanah, kelembaban tanah, pH tanah, dan intensitas cahaya berbanding lurus terhadap jumlah jenis tumbuhan herba di hutan musim Blok Curah Jarak Taman Nasional Baluran sedangkan kelembaban udara berbanding terbalik dengan jumlah jenis tumbuhan herba di hutan musim Blok Curah Jarak Taman Nasional Baluran. Dari hasil regresi nilai intensitas cahaya < 0,05 artinya ada pengaruh intensitas cahaya dengan jumlah jenis tumbuhan herba di hutan musim Blok Curah Jarak Taman Nasional Baluran. Hutan musim Blok Curah Jarak terletak di 114°23' 15" Bujur Timur dan 7°53'64"-7°53'87' Lintang Selatan, berada di jalur Batangan-Bekol, berada 4 km dari kantor TN. Baluran. Pemukiman penduduk Desa Wonorejo dekat dengan TN. Baluran, kondisi ini memungkinkan untuk terjadinya berbagai kegiatan masyarakat di dalam hutan. Adanya interaksi manusia dengan hutan dapat mempengaruhi kondisi hutan dalam hal pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan hidup manusia menuntut untuk dipenuhi, tetapi kelestarian spesies di suatu kawasan harus tetap dijaga. Kebutuhan papan merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup tumbuhan di kawasan konservasi, sedangkan kebutuhan ekonomi berakibat terjadinya eksploitasi destruktif terhadap beberapa spesies tumbuhan. Eksploitasi destruktif dapat mengurangi persediaan sumberdaya genetik dan merusak berfungsinya hutan tropis dan sistem drainase atau tata air di kawasan hutan (Triantoro, 2008) Pembalakan liar, pengambilan hasil hutan secara ilegal, dan perburuan liar sering terjadi di Blok Curah Jarak. Hasil hutan yang sering diambil adalah rantingranting kering, dan beberapa tumbuhan yang bernilai ekonomis tinggi, diantaranya Kayu ules (Helicteres isora L.) dan Widoro gunung (Strycnos lucida L.) yang diambil secara ilegal untuk dijual dan tumbuhan herba yang sering diambil untuk bahan obatobatan. Berbagai dampak negatif dari aktivitas manusia dapat menyebabkan rusaknya vegetasi tumbuhan, dan rusaknya ekosistem hutan.Usaha pelestarian untuk 10 mempertahankan kestabilan ekosistem di Taman Nasional Baluran perlu dilakukan oleh pihak pengelola Taman Nasional (Shameem, 2010). Pemakaian kayu lebih efisien, pemakaian pohon kurang bemilai untuk kayu bakar, dan konservasi sumberdaya genetik merupakan upaya untuk melestarikan keanekaragaman tumbuhan (Furtado, 1997 dalam Triantoro, 2008). Prospek pelestarian kawasan dapat berjalan baik dengan kerjasama antara pihak pengelola dan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Baluran (Triantoro, 2008). KESIMPULAN 1. Komposisi jenis tumbuhan herba di area tidak bertajuk di hutan musim Blok Curah Jarak yaitu terdapat 35 jenis dari 18 Family. 2. Tingkat keanekaragaman tumbuhan herba di area tidak bertajuk di hutan musim Blok Curah Jarak diperoleh nilai tingkat keanekaragaman dalam kategori tinggi. 3. Hasil analisis di hutan musim Blok Curah diketahui bahwa tingkat kemerataan tumbuhan herba di area tidak bertajuk di hutan musim Blok Curah Jarak diperoleh nilai kemerataan dalam kategori tinggi. 4. Jenis tumbuhan herba yang mempunyai INP tertinggi adalah Panicum repens L.sebesar 10,31% dan Phyllanthus niruri L. sebesar 9,17%. 5. Faktor abiotik yang berhubungan terhadap jumlah jenis tumbuhan herba adalah suhu udara, suhu tanah, kelembaban tanah, pH tanah, dan intensitas cahaya yang secara simultan berpengaruh positif terhadap jumlah jenis tumbuhan herba di Blok Curah Jarak Taman Nasional Baluran. SARAN 1. Bagi pihak pengelola Taman Nasional Baluran sebaiknya mengadakan penyuluhan kepada masyarakat sekitar untuk tidak melakukan pengambilan tanaman obat (Tumbuhan Herba) di hutan. 2. Perlu dilakukan penelitian secara lebih mendalam tentang budidaya tanaman obat (Tumbuhan Herba) yang mempunyai nilai ekonomis tinggi sehingga dapat dibudidayakan oleh masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Baluran. 3. Dengan diketahuinya jenis tumbuhan yang beranekaragam, berarti Taman Nasional Baluran memiliki keanekaragaman sumber daya alam hayati yang banyak dan memiliki nilai tambah yang besar untuk pengembangan bidang penelitian. 4. Melakukan penanganan terpadu untuk mengatasi masalah kerusakan hutan khususnya yang sering terjadi di hutan musim agar tidak terjadi gangguan pada ekosistemnya dan kelestarian floranya pun tetap terjaga. 11 DAFTAR RUJUKAN Aththorick, TA., Widhiastuti, R., &Evanius, A. 2006. Studi keanekaragaman Pohon pada Tiga Zona Ketinggian Hutan Pegunungan Gunung Sinabung Kabupaten Karo. Jurnal Komunikasi Penelitian, 18 (3) 2006. Brower, J.E. and J.H. Zar., 1977. Field and Laboratory Methods for General Ecology. WM. J.Brown Company Publ. Dubuque. Iowa. 94 p. Balai Taman Nasional Baluran. 2000. Laporan Pelakasanaan Kegiatan Sarasehan Peningkatan Peran Serta Masyarakat terhadap Pengamanan Hutan. Banyuwangi. Departemen Kehutanan RI Hardjosuwarno, Sunarto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta: Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada. Indriyanto. 1993. Ekologi Hutan. Jakarta. Bumi aksara. Kartasapoetra, Ance Gunarsih. 2006. Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Maisyaroh, W., 2010. Struktur Komunitas Tumbuhan Penutup Tanah di Taman Hutan Raya R. Soerjo Cangar, Malang.Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jember.(Online),(http://repository.usu.ac.id/ bitstream/ 941221PB/2087/1/ I.pdf ), (diakses 13 Mei 2013). Odum, P. E. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta Nadakuvaren & Mc Cracken. 1985 dalam Hutasuhut, M. A 2011. Studi Tumbuhan Herba Di Hutan Sibayak I . Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan. Noorhadi, S. 2003. Kajian Pemberian Air dan Mulsa terhadap Iklim Mikro pada Tanaman Cabai di Tanah Entisol. Jurnal ilmu tanah dan lingkungan, Vol 4 (1): 41-49 Rukmana, R. Dan Saputra, U.U.S. 1999. Gulma dan Teknik Pengendalian. Jakarta: Kanisius. Saharjo, B.H. dan Cornelio G. 2011. Suksesi Alami Paska Kebakaran pada Hutan Sekunder di Desa Fatuquero, Kecamatan Railaco, Kabupaten Ermera Timor Leste. Jurnal Silvikultur Tropika. 2(1): 40-45. Shameem, S. A. 2010. Comparative Study of Herb Layer Diversity Ni Lower Dachigam National Park, Kashmir Himalaya, India. International Journal of Biodiversity and Conservation. Vol 2(10): 308-315. Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Institut Teknologi Bndung: Bandung. Soerianegara, I., Indrawan. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen Managemen Hutan Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Tjitrosomo, S. S. 1983 dalam Hutasuhut, M. A 2011.Studi Tumbuhan Herba Di Hutan Sibayak I . Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan. Triantoro, R. G. N. 2008. Keanekaragaman Jenis Flora Pada Cagar Alam Pegunungan Yapen Tengah, Papua. Journal Info Hutan 5 (1) 25-34. 12 Wijayanto, N., Nurunnajah. 2012. Light Intensity, Temperature, Humidity and Rooting System of Mahogany (Swietenia macrophylla King) Ni Babakan Madang Bogor. Journal Silvicultur Tropica, Vol. 03 No. 01: 8-13. Wright, S. J. 2002. Plant Diversity Ni Tropical Forest:a Review of Mechanisms of Spesies Coexistence. Journal Oecologia, 130:1-14