Gingivitis merupakan suatu penyakit pada jaringan

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit periodontal diderita oleh manusia hampir di seluruh dunia dan
mencapai 50% dari jumlah populasi orang dewasa. Di Indonesia, penyakit
periodontal menduduki urutan kedua yang menjadi masalah umum di masyarakat
(Wahyukundari, 2009). Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi yang
menyerang gingiva dan jaringan pendukung gigi sebagai respon terhadap adanya
akumulasi bakteri pada jaringan periodontal (Tampubolon, 2005). Bentuk umum
dari penyakit periodontal adalah gingivitis dan periodontitis. Gingivitis yang
disebabkan oleh akumulasi plak merupakan penyakit gingiva yang paling sering
terjadi (Nield-Gehrig dan Willmann, 2008).
Gingivitis merupakan salah satu bentuk penyakit pada jaringan periodontal
yang sering ditemukan pada masyarakat umum dan bersifat reversibel. Gingivitis
dapat diartikan sebagai suatu proses inflamasi pada jaringan gingiva yang
menyebabkan perdarahan gingiva disertai pembengkakan, kemerahan, adanya
eksudat, dan perubahan kontur gingiva dari normal, namun tanpa disertai adanya
kerusakan tulang alveolar. Secara klinis, gingiva marginal akan tampak
kemerahan (eritema), bengkak (edema), dan mudah berdarah saat dilakukan
probing (bleeding on probing) atau akibat rangsangan mekanis yang kecil seperti
saat menyikat gigi. Di samping itu, perdarahan gingiva juga dapat terjadi secara
spontan tanpa adanya rangsangan. Inflamasi pada gingiva dapat terjadi secara
lokal pada satu atau dua gigi saja, tetapi juga dapat terjadi secara general pada
1
2
seluruh gigi (Ubertalli, 2008; Newman dkk., 2012).
Penyebab utama terjadinya inflamasi gingiva adalah adanya akumulasi
bakteri plak yang bersifat patogen. Plak merupakan lapisan tipis biofilm yang
mengandung bakteri, produk metabolisme bakteri, dan sisa makanan. Akumulasi
plak ini akan merangsang respon inflamasi pada gingiva yang dapat menyebabkan
kerusakan jaringan pada daerah akumulasi sejumlah organisme patogen (Newman
dkk., 2012). Proses infeksi ini dimulai dari adanya invasi oral patogen yang
berkolonisasi pada biofilm plak gigi. Bakteri yang menginvasi didominasi oleh
spesies bakteri obligat anaerob gram negatif seperti Porphyromonas gingivalis,
Prevotella
intermedia,
Tannerella
forsythia,
Fusobacterium
nucleatum,
Campylobacter rectus, serta fakultatif anaerob gram negatif seperti Actinobacillus
actinomycetemcomitans
dan
Eikenella
corrodens
(Lamont
dkk.,
2006;
Samaranayake, 2012).
Porphyromonas gingivalis selalu dikaitkan dengan kerusakan pada jaringan
periodontal terutama gingivitis, yaitu dengan menginvasi dan melawan pertahanan
sel epitel gingiva (Samaranayake, 2012). Bakteri ini mengekspresikan berbagai
faktor virulensi antara lain fimbriae, lectin-like adhesin, kapsul polisakarida,
lipopolisakarida, hemaglutinin, membran vesikel dan berbagai enzim proteolitik
yang menyebabkan peradangan kronis pada gingiva serta kerusakan jaringan.
Porphyromonas gingivalis juga dapat memetabolisme asam amino dan
menghasilkan sejumlah metabolit yang bersifat racun (toksik) terhadap jaringan
gingiva pada manusia (Suwandi, 2010).
Pengendalian akumulasi bakteri dapat dilakukan dengan terapi mekanis
3
seperti menyikat gigi, yang didukung dengan pemberian agen antimikroba agar
lebih efektif. Agen antimikroba ini dapat berasal dari bahan alami atau kimiawi.
Pemanfaatan bahan-bahan alami selain mudah didapat dengan ketersediaan hayati
yang melimpah, bahan ini juga dapat meminimalkan timbulnya efek samping
(Fedi, dkk., 2004). Salah satu bahan alami yang dapat digunakan sebagai obat
tradisional adalah tanaman pepaya (Carica papaya L). Setiap bagian dari tanaman
pepaya mulai dari akar, batang, buah, daun, bahkan biji buahnya memiliki khasiat
yang baik untuk kesehatan. Biji buah pepaya yang selama ini dianggap sebagai
limbah ternyata memiliki sifat bakteriostatik, bakterisid, dan fungisid (Aravind
dkk., 2013).
Kandungan senyawa bioaktif yang terkandung dalam biji pepaya adalah
triterpenoid, tanin, flavonoid, saponin, alkaloid, steroid, fenol, dan glikosida yang
memiliki aktivitas antinyeri dan antiinflamasi (Anaga dan Onehi, 2010). Salah
satu kandungan utama dari ekstrak biji pepaya yang berperan sebagai zat
antibakteri adalah triterpenoid. Mekanisme antibakteri dari triterpenoid adalah
dengan cara berikatan dengan lipid pada membran sel bakteri kemudian akan
menyebabkan sel lisis yang mengarah pada kematian sel (Sukadana, 2008). Di
samping itu, menurut Ajizah (2004), tanin juga berperan sebagai zat antibakteri
dengan cara mengubah permeabilitas membran sel. Kedua komponen tersebut
secara bersama-sama akan menyebabkan rusaknya dinding sel pada bakteri uji.
Berdasarkan penelitian oleh Peter dkk. (2014), ekstrak biji pepaya dengan
konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% telah terbukti dapat menghambat
pertumbuhan
bakteri
Staphylococcus
aureus,
Pseudomonas
aeruginosa,
4
Escherichia coli, dan Salmonella typhii. Di samping itu, penelitian menurut
Jeyaseelan dkk. (2012), bagian dari tanaman Lawsonia inermis dengan komponen
bioaktif yaitu tanin, saponin, flavonoid, steroid, dan alkaloid juga dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa,
Bacillus subtilis, dan Staphylococcus aureus dengan variasi konsentrasi sebesar
1%, 10%, 20%, dan 40%.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
dapat dirumuskan masalah:
1. Apakah ekstrak etanolik biji pepaya (Carica papaya L.) berpengaruh terhadap
pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis sebagai salah satu bakteri
penyebab gingivitis?
2. Apakah perbedaan konsentrasi ekstrak etanolik biji pepaya (Carica papaya L.)
berpengaruh terhadap besarnya diameter zona hambat yang terbentuk?
C. Keaslian Penelitian
Penelitian oleh Peter dkk. (2014) dengan judul Antibacterial Activity of
Seed and Leaf Extract of Carica papaya var. Pusa dwarf Linn menunjukkan
bahwa ekstrak metanolik dan aqueous biji pepaya dengan konsentrasi 2,5%, 5%,
7,5%, dan 10% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus,
Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, dan Salmonella typhii. Penelitian
mengenai pengaruh ekstrak etanolik biji pepaya terhadap pertumbuhan bakteri
Porphyromonas gingivalis belum pernah dilakukan sebelumnya.
5
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanolik biji pepaya (Carica papaya L.)
terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis sebagai salah satu
bakteri penyebab gingivitis.
2. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak etanolik biji pepaya
(Carica papaya L.) terhadap besarnya diameter zona hambat yang terbentuk.
D. Manfaat Penelitian
1.
Memberikan informasi mengenai biji pepaya sebagai bahan alami pengganti
bahan kimia yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab
gingivitis agar dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.
2.
Memanfaatkan limbah organik yaitu biji pepaya (Carica papaya L.) sebagai
bahan pengobatan sehingga memiliki nilai klinis dan ekonomis yang lebih
tinggi.
Download