PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TANI PADA KAWASAN PEMBANGUNAN INDUSTRI MIGAS DI KABUPATEN BANGGAI PEOPLE’S PERCEPTION TOWARD SOCIAL-ECONOMIC CHANGES IN FAMER COMMUNITY IN PETROLEUM AND GAS INDUSTRY AREA IN BANGGAI DISTRICT Wahyudi Hasan¹, Sitti Bulkis Oesman², Nadira Senneng³ 1 Program Studi Sistem – Sistem Pertanian, Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin 2 Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin 3 Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar Alamat Korespondensi: Wahyudi Hasan, SP Program Studi Sistem – Sistem Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Luwuk, 94711 HP: 081245019425 Email: [email protected]/[email protected] ABSTRAK Industri merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam pembangunan wilayah, penelitian mengenai perkembangan Industri, memperlihatkan adanya hubungan yang erat antara perkembangan Industri dengan perkembangan struktur ekonomi dan sosial masyarakat yang kemudian mempengaruhi pola pemanfaatan lahan yang merupakan ekspresi dari suatu struktur wilayah atau kota. Penelitian ini bertujuan untuk mengiidentifikasi dan menganalisis persepsi perubahan sosial ekonomi masyarakat tani pada kawasan pembangunan industri migas di Kabupaten Banggai. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dan kuantitatif, yang mengkaji realitas sosial dari proses dan makna dari konstruksi sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : persepsi masyarakat bahwa adanya proyek industri migas (LNG), mengakibatkan masyarakat tani mengalami berbagai macam perubahan dalam hal ini sosial ekonomi masyarakat tani. Dengan menggunakan skala penilaian maka didapatkan skoring presepsi masyarakat tehadap perubahan sosial ekonomi masyarakat tani pada kawasan industri migas di kabupaten banggai adalah antara 131 – 250 yang mana tingkat hubungan biasa saja sampai sangat berhubungan. Kata kunci : persepsi masyarakat, industri, perubahan sosial ekonomi ABSTRACT Some research on the development of the industry , showing the close relationship between the development of the industry with the development of economic and social structures which influence land use patterns are an expression of a region or city structure . This study aimed to analyze changes in socioeconomic mengiidentifikasi and farming community in the area of oil and gas industry development in Banggai . This study used qualitative and quantitative research , which examines the social reality of the process and meaning of social construction . The results showed that : the presence of the oil and gas industry project ( LNG ) , resulting in a farm community to experience a wide range of changes in the socio-economic farming community . By using the obtained scoring rating scale public perception tehadap socio-economic changes on the farming community in the area of oil and gas industry Banggai is between 131-250 which is the level of normal relations until very related . Keywords : people’s perception , industry , social-economic changes PENDAHULUAN Industri merupakan salah satu tolak ukur maju tidaknya suatu bangsa. Artinya, semakin banyak Industri maka dikatakan Negara itu semakin maju. Sebaliknya, Negara yang Industrinya masi kurang disebut Negara berkembang. Anggapan umum antara para ahli sosial bahwa perubahan teknologi atau Industri adalah faktor utama dalam perubahan keluarga. Industrialisasi sama halnya dengan urbanisasi, tidak mencakup mesin - mesian tetapi juga pengetahuan dan pertukangan yang menghasilkannya, sikap sekuler era modern, anti tradisional di beberapa daerah tertentu, penempatan kerja atas dasar keahlian, sistem kelas terbuka, mobilitas geografi yang tinggi, pendek kata semua ciri yang menyebabkan pola sosial modern dalam keluarga (William, 2004). Pertumbuhan Industri di daerah pedesaan memungkinkan Desa tersebut tumbuh menjadi daerah Industri dengan segala akibat positif dan negatifnya. Hal tersebut akan membawa perubahan - perubahan dalam masyarakat. Keluarga merupakan bagian terkecil suatu bangsa dan menjadi gambaran bagi masyarakat. Terjadinya perubahan perilaku dalam keluarga adalah gambaran umum bahwa masyarakat tersebut telah barubah. Teori Marx mengatakan bahwa terjadinya perubahan keluarga di Inggris di bawah pengaruh pabrik. Hal ini desebabkan pekerjaan yang dahulunya dikejakan oleh manusia telah digantikan oleh mesin – mesin (Abdullah,2010) Proyek Gas Donggi Senoro merupakan pengembangan gas alam cair pertama di Indonesia yang menggunakan skema hilir (downstream) yang memisahkan pembangunan hulu (Upstream) produksi dan suplai gas alam dan hilir (pengolahan LNG). Kilang LNG ini akan mengolah gas yang disuplai dari Blok Senoro yang dikelola oleh JOB Pertamina Medco Tomori Sulawesi (PMTS) dan Blok Matindok yang dikelola Pertamina Pengembangan Gas Matindok (PPGM) (Andika,2013). Beberapa penelitian mengenai perkembangan Industri, memperlihatkan adanya hubungan yang erat antara perkembangan Industri dengan perkembangan struktur ekonomi dan sosial masyarakat yang kemudian mempengaruhi pola pemanfaatan lahan yang merupakan ekspresi dari suatu struktur wilayah atau kota (Parker,1990). Karena masyarakat Industri semakin banyak, menyebabkan banyaknya alih fungsi lahan dan hilangnya fungsi keluarga. Pembangunan Kawasan Industri migas memberikan gambaran umum tentang perubahan yang akan ditimbulkannya (Malo Manase,1991). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persepsi masyarakat terhadap perubahan sosial ekonomi dan menganalisis perubahan sosial akonomi masyarakat tani di kawasan industri Kabupaten Banggai. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Agustus di Kawasan Industri Migas ( Desa Uso ). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan penelitian kualitatif sering disebut dengan naturalistic inquiry (inkuiri alamiah). Apapun macam, cara atau corak analisis data kualitatif suatu penelitian, perbuatan awal yang senyatanya dilakukan adalah membaca fenomena. Setiap data kualitatif mempunyai karakteristiuknya sendiri. Data kualitatif berada secara tersirat di dalam sumber datanya. Sumber data kualitatif adalah catatan hasil observasi, transkrip interviu mendalam (depth interview), dan dokumen - dokumen terkait berupa tulisan ataupun gambar (Gunawan, 2007). Pendekatan Kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang secara primer menggunakan paradigma postpositivist (seperti pemikiran tentang sebab akibat, reduksi kepada variabel, hipotesis dan pertanyaan spesifik, menggunakan pengukuran dan observasi, serta pengujian teori) dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, menggunakan strategi seperti eksperimen dan survei yang memerlukan data statistika Emzir (2007). Penelitian ini berfokus pada persepsi masyarakat dengan masuknya industri migas hubungannya dengan perubahan sosial ekonomi masyarakat tani di Desa Uso Kabupaten Banggai. Unit analisisnya adala rumah tangga masyarakat tani yang ada di Desa Uso Kabupaten Banggai. Metode Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang lahannya terkena lokasi pembangunan industri migas di Desa Uso yang merupakan salah satu Daerah Kawasan Industri Migas. Dan pengambilan sampel di Desa Uso Kecamatan Batui berjumlah 234 kepala keluarga (KK) dengan cara acak sederhana ( Simple Random Sampling ), dengan jumlah sampel 50 kepala keluarga atau 20 % dari populasi dengan alasan masyarakat di Kawasan Industri Tangkiang relatif homogen ( sama ). Wawancara dilakukan pada 5 informan dengan rincian Kepala Desa Uso, Sekretaris Desa Uso, Ketua Adat, Kepala Bidang Administrasi BAPEDA Kabupaten Banggai. Analisis Data Untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan, maka penulis menggunakan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Gunawan,2007). Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang disebut sebagai veriabel penelitian. Dimana responden diminta tanggapannya tentang perubahan sosial ekonomi masyarakat tani dengan adanya kawasan industri migas, melalui beberapa kriteria yaitu : Mobilitas Pedesaan, yaitu gerak perubahan yang terjadi di antara warga masyarakat, baik secara fisik maupun secara sosial. Interaksi Sosial, yaitu hubungan sosial yang dinamis baik individu atau kelompok. Pendapatan , yaitu hasil kerja masyarakat tani dalam sebulan. Pekerja, yaitu masyarakat tani yang bekerja di perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert, Adapun tahapan metode Skala Likert Riduan (2008); Memberikan skala bobot dari jawaban – jawaban kuisioner tersebut. Skala ini digunakan untuk memperoleh informasi dari responden mengenai persepsi masyarakat terhadap perubahan sosisl ekonomi masyarakat tani pada kawasan pembangunan industri. Menentukan jawaban responden terdiri dari lima pilhan jawaban : Sangat Setuju =5 Setuju =4 Kurang Setuju =3 Tidak setuju =2 Sangat tidak setuju =1 Jika responden menjawab salah satu dari pilihan jawaban di atas maknanya adalah ada hubungan atau tidak ada hubungan antara pembangunan industri dengan perubahan sosial ekonomi masyarakat tani di Desa Uso. Selanjutnya dalam hubungan teknik pengumpulan data angket, instrumen tersebut disebarkan kepada responden kemudian direkapitulasi. Berdasarkan jumlah responden yang didapat pada penelitian lapangan dengan jumlah sampel 50 orang, maka dapat ditentukan bobot penilaian denga menggunakan jarak yang dapat dihitung melalui nilai tertinggi dan nilai terendah sebagai berikut : Jarak = (nilai tertinggi x sampel ) – (nilai terendah x sampel) = (5 x 50) – (1x50) = 250 – 50 = 200 Dengan diketahuinya nilai dari jarak , maka dapat ditentukan interval dengan perhitungan sebagai berikut : Interval = = 40 Setelah diketahui intervalnya, maka penilaian presepsi masyarakat dapat dikelompokkan kriteria penilainnya. Lihat tabel 1 pada lampiran HASIL Hasil penelitian berdasarkan data primer dari 50 orang responden menunjukkan bahwa adanya industri sangat berhubungan dengan perubahan sosial ekonomi masyarakat tani. Untuk variabel mobilitas pedesaan hubungannya dengan perubahan sosial responden menjawab 92% berhubungan, 8% biasa saja (tabel 2). Untuk variabel interaksi sosial hubungannya dengan perubahan sosial responden menjawab semakin lemah 86% dan 14% menjawab biasa saja (tabel 3). Untuk variabel pendapatan hubungannya dengan perubahan ekonomi responden menjawab pendapatan kurang 20%, pendapatan cukup 90% dan pendapatan lebih 10% (tabel 4). Untuk variabel tenaga kerja hubungannya dengan perubahan ekonomi responden mejawab 80% berkerja diperusahaan, 20% tidak berkerja di perusahaan (tabel 5). PEMBAHASAN Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa presepsi masyarakat untuk mobilitas pedesaan mendapatkan skoring 246 dengan tingkat hubungan “ sangat berhubungan “. Artinya masuknya industri menyebabkab terjadinya mobilitas pedesaan. Hal ini senada dengan Agusta (2000), yang mengatakan bahwa industrialisasi dapat menjadi tanda munculnya masyarakat moderen, hal ini didasari dari perkembangan masyarakat ke struktur yang kompleks yang akhirnya industri juga dapat mempengaruhi masyarakat tempatnya berada. Teori migrasi Todaro (1998), memiliki asumsi bahwa faktor ekonomi merupakan faktor yang dominan sebagai pendorong keputusan untuk bermigrasi. Untuk intaraksi sosial tingkat hubungannya juga “ sangat berhubungan” dengan skoring 249 artinya masuknya industri menyebabkan interaksi sosial menurun, karena masyarakat semakin majemuk dan juga sibuk dengan pekerjaannya. Harabani (1998) pembangunan sektor industri yang maju selain mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat, juga memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek seperti lingkungan hidup disekitar kawasan industri tersebut. Masuknya kawasan industri kepdesaan tentunya akan merubah lingkungan yang pada awalnya bercorak agraris menjadi bercorak industri. Demikian pula dalam hal perilaku dan peningkatan pendapatan masyarakat tentunya akan mengalami pergerseran pula. Menurut Schneider ( 1993), secara umum pada masyarakat industri telah diakui ada dua kriteria pelapisan sosial yang terpenting. Pertama, individu disatukan dalam satu lapisan karena memiliki satu kesempatan ekonomi yang sama. Yang kedua, masyarakat disatukan dalam satu stratum berdasarkan perbedaan prestise, penghargaan, kehormatan sosial yang diberikan kepada anggotanya. Ada kecenderungan membuat pelapisan sosial berdasarkan kualifikasi pendidikan. Maslow (2005), menyakan bahwa interaksi sosial merupakan hal yang penting karena lima kebutuhan dasar indifidu ( fisiologis, keselamatan, dan keamanan, harga diri dan aktualisasi diri) dapat terpenuhi melalui interaksi sosial. Untuk pendapatan skoringnya adalah 132 atau persepsi masyarakat “biasa saja” karena tingkat pendapatan masing – masing berbeda. Juga kerena semakin tinggi pendapatan maka permintaan barang barangpun semakin maningkat. Dan untuk tenaga kerja persepsi masyarakat juga “biasa saja “ dengan skoring 155 sebab ada juga masyarakat yang tidak betah bekerja di perusahaan dengan aturan yang katat, sehingga keluar dari perusahaan dan perusahaan mengambil tenaga kerja dari desa lain dan mereka menganggap mereka tidak dipekerjakan diperusahaan. Abdulla (1998), mengemukakan mengenai dinamika perubahan yang berlansung dalam tempo yang relatif singkat telah menimbulkan ketidak seimbangan dibidang ketenagakerjaan, kebanyakan warga masyarakat setempat tidak siap menghadapi dan memanfaatkan peluang – peluang yang ditimbulkan oleh dinamika – dinamika perubahan tersebut. Bahkan sebaliknya, sebagian dari mereka tergusur dari bidang usaha yang telah mereka geluti secara turun temurun, yang lain mulai merasa kurang puas dengan kegiatan mata pencaharian hidup dibidang pertanian. Perhatian mereka lebih tertujuaj pada pekerjaan dilingkungan industri, yang menurut mereka lebih mampu memberikan status dan pendapatan yang lebih tinggi. Dalam suasana meluasnya kesenjangan antara persepsi disatu pihak dan kemampuan meraih peluang pada piahak lain maka muncullah isu tentang putra daerah, dalam presepsi masyarakat setempat seharusnya putera daerah yang menikmati peluang – peluang akibat adanya perusahaan industri berskala besar tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis berkesimpulan bahwa dengan adanya proyek industri migas (LNG) menyebabkan masyarakat tani mengalami perubahan dalam hal ini sosial ekonomi masyarakat tani. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis persepsi dari masyarakat tentang hubungan pembangunan industri migas dengan perubahan sosial ekonomi masyarakat tani di Kawasan Industri Migas Kabupaten Banggai. Dengan masuknya industri memberikan perubahan pada masyarakat tani dalam hal sosial ekonomi di Desanya, pendapatan bertambah yang diikuti dengan nilai – nilai sosial yang mulai terkikis / berkurang. Dari kesimpulan diatas perlunya masukan bagi masyarakat tani agar dapat memanfaatkan penghasilannya sebagai modal usaha kedepan dengan cara menabung. Masyarakat tani lebih solid dalam menjaga hubungan sosial dan kekeluargan. Dan bagi pemerintah Daerah agar mengawasi proyek industri migas ini dengan baik sehingga dapat dinikmati masyarakat lokal pada khususnya dan masyarakat Kabupaten Banggai pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M.A, (1998). Industrialisasi dan Masalah Ketenaga Kerjaan di Kawasan Sekitar Lhokseumawe, Yogyakarta; HPIIS Agusta, Ivanovich, (2000). Sosiologi Industri : Landasan Analisis Agribisnis, Bogor ; Institut Pertanian Bogor Abdullah, (2010). Pengaruh perkembangan industri terhadap pola pemanfaatan lahan di wilayah kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Tesis tidak diterbitkan. Semarang : Program Pasca Sarjana MTPWK – UNDIP Andika, (2013). DSLNG Menggusur Rakyat, (online) http://jatam.org/saung-berita/info tematik/237-dslng-menggusur-rakyat-dari-rente-tanah-ke-mitsubhisi1 studipembangunan-kilang-lng-donggi-senoro-kabupaten-banggai.html ( diakses tanggal 15 April 2013 ). Emzir, (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Gunawan. 2007. Teknik Analisis Data Kualitatif. Makalah Lokakarya Analisis Data Kualitatif Lemlit UNY. Harbani, Kiki Soleyman, (1998). Dampak Industri Terhadap Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Desa. Studi pustaka IPB Malo Manasse, (1991). Dampak Sosial Budaya Masyarakat Industri, Makalah Lustrum FISIPOL UNHAS, Makassar. Maslow, A.,(2005). Maslow’s Theory, http://belajarpsikologi.com/teori-hierarki-kebutuhanmaslow/ (diakses 25 Januari 2013). Parker,SR.,et.ail, (1990). Sosiologi Industri, Penyadur : G. Kartasapoetra. SH., Bandung : PT. Rineka Cipta. Riduan, (2008). Metode dan Teknik Penyusunan Tesis, Alfabeta, Bandung. Schneider, S.C. (1993), Cognition in organizational analysis: who’s minding the store? Organization Studies, 14(3), 347-374. Todaro,Michael P. (1998). Pembangunan Ekonomi Dunia ke Tiga, Jakarta. Erlangga. William J. Goode, 2004. Sosiologi Keluarga , Sinar Grafika Osffes, Jakarta. Lampiran Tabel 1 Kriteria penilaian Interval Kelas Kriteria Penilaian 210 – 250 Sangat berhubungan 170 – 209 Berhubungan 130 – 169 Biasa saja 90 – 129 Tidak berhubungan 50 – 89 Sangat tidak berhubungan Tabel 2 Persepsi Responden terhadap mobilitas pedesaan Pilihan Jawaban Skor Frekuensi ( Orang ) Persentase (%) Sangat Setuju 5 46 92 Setuju 4 4 8 Kurang Setuju 3 0 0 Tidak Setuju 2 0 0 Sangat Tidak Setuju 1 0 0 50 100 Jumlah Tabel 3 Persepsi responden terhadap interaksi sosial Pilihan Jawaban Skor Frekuensi ( Orang ) Persentase (%) Sangat Setuju 5 49 98 Setuju 4 1 2 Kurang Setuju 3 0 0 Tidak Setuju 2 0 0 Sangat Tidak Setuju 1 0 0 50 100 Jumlah Tabel 4 Persepsi responden tentang pendapatan Pilihan Jawaban Skor Frekuensi ( Orang ) Persentase (%) Sangat Setuju 5 0 0 Setuju 4 5 10 Kurang Setuju 3 27 54 Tidak Setuju 2 13 26 Sangat Tidak Setuju 1 5 10 50 100 Skor Frekuensi ( Orang ) Persentase (%) Sangat Setuju 5 0 0 Setuju 4 20 40 Kurang Setuju 3 20 40 Tidak Setuju 2 5 10 Sangat Tidak Setuju 1 5 10 50 100 Jumlah Tabel 5 Persepsi responden tentang tenaga kerja Pilihan Jawaban Jumlah