plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI
ALTERNATIF PENGGANTI SISTEM AKUNTANSI BIAYA
TRADISIONAL DALAM MEMBEBANKAN
BIAYA OVERHEAD PADA PRODUK
Studi Kasus di PT. Budi Makmur Jayamurni
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Leonhard Haryo Darundriyo
NIM: 102114014
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI
ALTERNATIF PENGGANTI SISTEM AKUNTANSI BIAYA
TRADISIONAL DALAM MEMBEBANKAN
BIAYA OVERHEAD PADA PRODUK
Studi Kasus di PT. Budi Makmur Jayamurni
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Leonhard Haryo Darundriyo
NIM: 102114014
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Skripsi
PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI
ALTERNATIF PENGGANTI SISTEM AKUNTANSI BIAYA
TRADISIONAL DALAM MEMBEBANKAN
BIAYA OVERHEAD PADA PRODUK
Studi Kasus di PT. Budi Makmur Jayamurni
Oleh:
Leonhard Haryo Darundriyo
NIM: 102114014
Telah disetujui oleh:
Pembimbing,
Antonius Diksa Kuntara, S.E., M.F.A., QIA.
ii
Tanggal: 5 November 2014
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Skripsi
PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI
ALTERNATIF PENGGANTI SISTEM AKUNTANSI BIAYA
TRADISIONAL DALAM MEMBEBANKAN BIAYA OVERHEAD
PADA PRODUK
Studi Kasus di PT. Budi Makmur Jayamurni
Dipersiapkan dan Ditulis Oleh:
Leonhard Haryo Darundriyo
NIM: 102114014
Telah Dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 26 Januari 2015
dan Dinyatakan Memenuhi Syarat
Susunan Dewan Penguji
Nama Lengkap
Ketua
Tanda Tangan
Dr. Fr. Reni Retno Anggraini, M.Si., Ak., CA.
………………...
Sekretaris Lisia Apriani, S.E., M.Si., Ak., QIA., CA.
………………...
Anggota
Antonius Diksa Kuntara, S.E., M.F.A., QIA.
………………...
Anggota
Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto, M.Si., Ak., QIA., CA.
………………...
Anggota
Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA.
………………...
Yogyakarta, 27 Februari 2015
Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
Dr. H. Herry Maridjo, M.Si.
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
MOTTO
HIDUP adalah PROSES
HIDUP adalah PEMBELAJARAN
HIDUP adalah PERJUANGAN
Saat GAGAL, maka MENCOBA lagi
Saat JATUH, maka BANGKIT lagi
Saat KALAH, maka BERUSAHA lagi
JANGAN PERNAH BERHENTI!!!
Sampai Dia berkata:
“WAKTUNYA PULANG, ANAK-KU.”
(Anonim)
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
Kedua orangtuaku, I.Y. Atmadji dan A. Mudiningsih
Kedua kakakku, Mbak Lulu dan Mbak Lala
Serta semua saudara dan sahabat
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:
PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF
PENGGANTI SISTEM AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL DALAM
MEMBEBANKAN BIAYA OVERHEAD PADA PRODUK
Studi Kasus di PT. Budi Makmur Jayamurni
dan diajukan untuk diuji pada tanggal 26 Januari 2015 adalah hasil karya saya.
Dengan ini, saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini
tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil
dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol
yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang
saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian
atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru atau yang saya ambil dari tulisan
orang lain tanpa memberikan pengakuan kepada penulis aslinya.
Apabila di kemudian hari saya terbukti melakukan hal tersebut di atas, baik
disengaja maupun tidak disengaja, saya bersedia menerima sanksi, berupa
pengguguran skripsi, pengembalian ijazah kepada pihak universitas dan
pencabutan gelar akademik (S.E.).
Yogyakarta, 27 Februari 2015
Yang membuat pernyataan,
Leonhard Haryo Darundriyo
NIM: 102114014
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama
: LEONHARD HARYO DARUNDRIYO
NIM
: 102114014
Fakultas
: EKONOMI
Prodi
: AKUNTANSI
Demi
pengembangan
ilmu
pengetahuan,
saya
memberikan
kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Alte rnatif Pengganti
Sistem Akuntansi Biaya Tradisional dalam Membebankan Biaya Overhead
Pada Produk dengan Studi Kasus di PT. Budi Makmur Jayamurni”
Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 27 Februari 2015
Yang membuat pernyataan,
Leonhard Haryo Darundriyo
NIM: 102114014
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah Bapa di Surga atas
penyelenggaraan hidup yang masih diberikan kepada penulis sampai saat ini,
khususnya atas segala rahmat berlimpah sehingga mema mpukan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi berjudul “Penerapan Activity Based
Costing System Sebagai Alternatif Pengganti Sistem Akuntansi Biaya Tradisional
dalam Membebankan Biaya Overhead Pada Produk (Studi Kasus di PT. Budi
Makmur Jayamurni)” ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana ekonomi di Universitas Sanata Dharma. Penulis
menyadari bahwa dalam prosesnya ada banyak pihak yang sangat berperan, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Oleh karena hal tersebut di atas, penulis hendak menyampaikan rasa terima
kasih kepada:
1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku rektor Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk belajar dan
mengembangkan kepribadian.
2. Antonius Diksa Kuntara, S.E., M.F.A., QIA., selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses
penyusunan skripsi ini.
3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA., selaku dosen pendamping
akademik sejak semester 1 – 8 yang telah memberikan dorongan dan
bimbingan kepada penulis.
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4. Dra. YFM. Gien Agustinawansari, M.M., Ak., QIA., CA. selaku dosen
pendamping akademik semester 9 yang telah berkenan memberikan nasihat
dan bimbingan kepada penulis.
5. Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto, M.Si., Ak., QIA., CA., selaku dosen penguji
yang telah berkenan membimbing dan berdiskusi dengan penulis mengenai
teori activity based costing system.
6. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA., selaku dosen penguji yang telah
memberikan bimbingan, kritik dan masukan yang sangat berharga sehingga
penulis memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai activity
based costing system.
7. Segenap dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma beserta staf
sekretariat yang telah banyak membantu penulis saat masih duduk di bangku
kuliah.
8. Ibu Tri Ratna, Ibu Kevie dan Bapak Gandung, selaku pihak PT. Budi Makmur
Jayamurni yang telah berkenan menyediakan data-data yang diperlukan untuk
penyusunan skripsi ini dan atas nasihat- nasihat yang telah diberikan kepada
penulis selama proses penelitian di perusahaan.
9. Bapak, Ibu dan kedua kakak penulis, yang telah memberikan dukungan doa,
semangat dan finansial selama penulis menjalani kuliah di Yogyakarta.
10. Om dan tante serta semua saudara yang juga ikut membantu membiayai kuliah
penulis, khususnya Tante Tuti dan (Alm.) Om Heru yang juga selalu
memberikan dukungan, nasihat dan semangat bagi penulis untuk selalu tekun
dalam menjalani studi.
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11. Teman-teman Prodi Akuntansi angkatan 2010, khususnya kelas A, atas
kebersamaan dan keceriaan yang telah dijalani selama ini.
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang secara
langsung maupun tidak langsung, telah membuat penulis belajar banyak hal
dalam hidup.
13. Tuhan Yesus Kristus di Surga, yang sering membuat penulis marah, jengkel
dan emosi (tapi pada akhirnya justru membuat penulis malu pada diri sendiri)
karena karya-karya kreatif-Nya yang luar biasa dalam hidup penulis.
Yogyakarta, 27 Februari 2015
Leonhard Haryo Darundriyo
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ...................................................v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...............vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xv
ABSTRAK............................................................................................................xvi
ABSTRACT ........................................................................................................ xvii
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................5
C. Tujuan Penelitian .........................................................................5
D. Batasan Masalah ..........................................................................5
E. Manfaat Penelitian .......................................................................6
F. Sistematika Penulisan ..................................................................7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................9
A. Konsep Biaya dan Beban .............................................................9
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
B. Biaya Manufaktur ........................................................................9
C. Harga Pokok Produk ..................................................................11
D. Aktivitas .....................................................................................12
E. Cost Driver.................................................................................13
F. Cost Pool....................................................................................14
G. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional..........................................15
H. Activity Based Costing System ...................................................17
I.
Perbedaan Activity Based Costing System dengan
Sistem Akuntansi Biaya Tradisional..........................................20
J.
BAB III
Penelitian Terdahulu ..................................................................21
METODE PENELITIAN ...............................................................24
A. Jenis Penelitian............................................................................24
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................24
C. Data Yang Diperlukan ................................................................24
D. Metode Pengumpulan Data .........................................................25
E. Kerangka Pemikiran....................................................................26
F. Metode Analisis Data..................................................................26
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .......................................30
A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ......................................30
B. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ..............................................31
C. Struktur Organisasi Perusahaan ..................................................32
D. Produksi ......................................................................................37
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN.................................................46
A. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Menurut Perusahaan........46
B. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Menggunakan
Activity Based Costing System ....................................................50
C. Pembahasan.................................................................................60
BAB VI
PENUTUP........................................................................................63
A. Simpulan .....................................................................................63
B. Keterbatasan Penelitian...............................................................64
C. Saran............................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................67
LAMPIRAN ..........................................................................................................69
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Perbedaan Activity Based Costing System dengan
Sistem Akuntansi BiayaTradisional ...................................................21
Tabel 5.1
Biaya Overhead Per Departemen Perusahaan Tahun 2013 ................46
Tabel 5.2
Data Jumlah Lembar Bahan Baku Kulit Setiap Departemen
Tahun 2013 .........................................................................................47
Tabel 5.3
Data Jumlah Lembar Bahan Baku Kulit Kambing Per Departemen
Tahun 2013 .........................................................................................47
Tabel 5.4
Data Jumlah Lembar Bahan Baku Kulit Domba Per Departemen
Tahun 2013 .........................................................................................48
Tabel 5.5
Pembebanan Biaya Overhead Produk Kulit Kambing Tersamak
Per Unit Tahun 2013...........................................................................49
Tabel 5.6
Pembebanan Biaya Overhead Produk Kulit Domba Tersamak
Tahun 2013 .........................................................................................49
Tabel 5.7
Daftar Aktivitas Produksi PT. Budi Makmur Jayamurni
Tahun 2013 .........................................................................................50
Tabel 5.8
Data Biaya Aktivitas Perusahaan Tahun 2013 ...................................51
Tabel 5.9
Daftar Cost Driver Aktivitas Perusahaan Tahun 2013 .......................52
Tabel 5.9
Daftar Cost Driver Aktivitas Perusahaan Tahun 2013
(lanjutan) .............................................................................................53
Tabel 5.10 Pengelompokkan Aktivitas Berdasarkan Proses ................................53
Tabel 5.10 Pengelompokkan Aktivitas Berdasarkan Proses (lanjutan) ................54
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel 5.11 Penggolongan Level Aktivitas............................................................54
Tabel 5.11 Penggolongan Level Aktivitas (lanjutan) ...........................................55
Tabel 5.12 Data Konsumsi Cost Driver Aktivitas Per Produk .............................56
Tabel 5.13 Pembentukan Cost Pool......................................................................57
Tabel 5.14 Penghitungan Cost Pool Rate .............................................................58
Tabel 5.15 Pembebanan Biaya Overhead Per Unit Produk Kulit Kambing
Tersamak Tahun 2013 Menggunakan Activity Based Costing
System .................................................................................................59
Tabel 5.16 Pembebanan Biaya Overhead Per Unit Produk Kulit Domba
Tersamak Tahun 2013 Menggunakan Activity Based Costing
System .................................................................................................60
Tabel 5.17 Perbandingan Biaya Overhead Total Per Produk Menurut
Perusahaan dan Menurut Activity Based Costing System ...................61
Tabel 5.18 Perbandingan Biaya Overhead Per Unit Produk Menurut
Perusahaan dan Menurut Activity Based Costing System ...................61
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1
Kerangka Pemikiran .......................................................................26
Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT. Budi Makmur Jayamurni.........................36
Gambar 4.2
Diagram Alir Proses Produksi Penyamakan
Kulit Kambing/Domba PT. Budi Makmur Jayamurni ...................45
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRAK
PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI
ALTERNATIF PENGGANTI SISTEM AKUNTANSI BIAYA
TRADISIONAL DALAM MEMBEBANKAN BIAYA OVERHEAD
PADA PRODUK
Studi Kasus di PT. Budi Makmur Jayamurni
Leonhard Haryo Darundriyo
102114014
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2014
Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui pembebanan biaya overhead yang
diterapkan oleh PT. Budi Makmur Jayamurni, 2) mengetahui hasil penerapan
activity based costing system dalam membebankan biaya overhead di PT. Budi
Makmur Jayamurni, 3) mengetahui besarnya selisih pembebanan biaya overhead
antara metode yang diterapkan PT. Budi Makmur Jayamurni dan yang dihitung
dengan activity based costing system.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data diperoleh dengan cara
dokumentasi, observasi dan wawancara. Data dianalisis dengan cara
membandingkan pembebanan biaya overhead antara yang dihitung dengan
menggunakan metode yang diterapkan perusahaan dan activity based costing
system.
Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa: 1) PT. Budi Makmur
Jayamurni menggunakan tarif departemen dalam membebankan biaya overhead,
2) metode activity based costing system jauh lebih akurat, 3) perbedaan kedua
metode mengakibatkan overcosting terhadap produk Kulit Kambing dan
undercosting terhadap produk Kulit Domba.
Kata kunci: activity based costing system, overhead, overcosting, undercosting
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
AN IMPLEMENTATION OF ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM
AS AN ALTERNATIVE TOWARD TRADITIONAL COSTING
IN ASSIGNING OVERHEAD COST TO PRODUCT
A Case Study at PT. Budi Makmur Jayamurni
Leonhard Haryo Darundriyo
102114014
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2015
The aims of this research are: 1) to understand the overhead cost assignment
method implemented by the company, 2) to understand the result of an
implementation of activity based costing system in assigning overhead cost in the
company, 3) to understand the differences between the company’s method and the
activity based costing system.
This research was a case study. Data were collected by documentation,
observation and interview. Data were analyzed by comparing the overhead cost
assignment between the company’s method and the activity based costing system.
Based on the data analysis, it is known that: 1) the company uses
departemental rates in assigning their overhead cost, 2) activity based costing
system are more accurate than the company’s method, 3) the differences between
those two methods cause overcosting to Goat Finnished Leather and undercosting
to Sheep Finnished Leather.
Keywords: activity based costing system, overhead, overcosting, undercosting
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, perkembangan bisnis dan perdagangan telah berkembang
semakin pesat. Semakin pesatnya persaingan memaksa setiap perusahaan
untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Untuk
dapat mempertahankan persaingan, perusahaan harus mampu menarik minat
konsumen dengan strategi yang dimilikinya, sehingga konsumen tidak
berpindah haluan. Konsumen selalu menginginkan produk yang memiliki
kualitas unggul, namun dengan harga yang masih terjangkau. Hal ini tentunya
menjadi perhatian khusus bagi pihak manajemen perusahaan untuk dapat
menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh
konsumen. Penetapan harga jual yang terjangkau oleh konsumen tentunya
berkaitan dengan perencanaan biaya produksi. Biaya produksi yang tinggi
akan berakibat meningkatnya harga pokok produk. Meningkatnya harga pokok
produk pada akhirnya akan diikuti dengan meningkatnya harga jual. Harga
jual yang lebih tinggi dari harga jual pesaing tentunya akan sangat tidak
menguntungkan bagi perusahaan. Di lain sisi, jika harga pokok produk
ditetapkan terlalu rendah, perusahaan tidak akan mendapatkan laba yang
optimal.
Penghitungan biaya produksi dapat dilakukan dengan menggunakan
sistem akuntansi biaya. Sistem akuntansi biaya dapat digunakan untuk
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
mengalokasikan biaya-biaya yang timbul selama proses produksi. Semua
biaya yang ada tadi nantinya akan dibebankan ke produk yang telah
dihasilkan.
Dalam lingkungan pemanufakturan yang sudah maju dan penuh
persaingan seperti sekarang ini, diperlukan suatu sistem akuntans i biaya yang
dapat dengan tepat mengalokasikan biaya-biaya produksi. Hingga saat ini
masih
terdapat
perusahaan
manufaktur
berteknologi
canggih
yang
memproduksi berbagai macam jenis produk dengan volume dan tingkat
kerumitan yang berbeda antar jenis produk, namun masih mempertahankan
sistem akuntansi biaya tradisional dalam menghitung biaya produksinya.
Dengan kondisi tersebut, sistem akuntansi biaya tradisional tidak lagi dapat
diandalkan dalam menunjang keputusan penentuan harga jual.
Bertolak dari sejarahnya, sistem akuntansi biaya tradisional diterapkan
oleh banyak perusahaan karena pada saat itu kegiatan produksi sebagian besar
masih menggunakan tenaga manusia, sehingga besarnya biaya overhead
pabrik tidak begitu signifikan. Namun, seiring berkembangnya teknologi,
kegiatan produksi mulai banyak menggunakan teknologi mesin dalam
menjalankan proses produksinya. Hal ini mengakibatkan semakin besarnya
konsumsi biaya overhead dalam suatu proses produksi, seperti biaya
penyetelan mesin, depresiasi mesin, biaya pemindahan bahan baku dan
sebagainya. Sistem akuntansi biaya tradisional hanya mampu membebankan
secara tepat biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sementara
biaya overhead dibebankan ke setiap produk secara proporsional. Hal ini
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
tentunya dapat menimbulkan distorsi biaya, mengingat bahwa tidak semua
produk mengonsumsi biaya overhead yang sama.
Sebuah perusahaan yang telah menerapkan teknologi produksi yang
canggih sebenarnya masih cocok menerapkan sistem akuntansi b iaya
tradisional dalam menghitung biaya produksinya dengan syarat bahwa
perusahaan tersebut hanya memproduksi satu jenis produk atau memproduksi
beberapa macam jenis produk, namun dengan volume dan tingkat kerumitan
yang tidak jauh berbeda antar jenis produk. Yang menjadi permasalahan
adalah apabila perusahaan tersebut memproduksi lebih dari satu jenis produk
dengan volume dan tingkat kerumitan yang sangat berbeda antar setiap jenis
produk. Produk yang volume produksinya sedikit namun harus melalui proses
yang sangat rumit dan memerlukan banyak aktivitas selayaknya dibebani
biaya overhead yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang volume
produksinya banyak namun tingkat kerumitannya sangat rendah dan tidak
memerlukan banyak aktivitas. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mampu
untuk mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, akibatnya pembebanan biaya
overhead untuk setiap jenis produk menjadi tidak tepat. Pembebanan biaya
overhead yang tidak tepat ini akan dapat mengakibatkan pembebanan yang
terlalu rendah (undercosting) atau justru terlalu tinggi (overcosting).
Pembebanan biaya overhead yang terlalu rendah akan mengakibatkan harga
pokok produk ditetapkan terlalu rendah, sehingga harga jual akan menjadi
terlalu murah, demikian juga sebaliknya. Untuk mengatasi hal tersebut,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
diperlukan suatu bentuk sistem pembebanan biaya yang dapat mengalokasikan
biaya overhead secara lebih akurat.
Activity Based Costing System (ABCS) merupakan sistem akuntansi biaya
yang dapat menjawab permasalahan di atas. ABCS membebankan biaya
overhead tidak secara proporsional ke setiap produk. Dalam ABCS
diasumsikan bahwa biaya overhead muncul akibat dari aktivitas yang timbul
selama proses produksi. Dengan demikian, ABCS dapat menyajikan
penghitungan yang lebih akurat bagi pihak manajemen dalam menentukan
harga pokok produk.
PT. Budi Makmur Jayamurni merupakan perusahaan pengolah kulit yang
terletak di wilayah Kotegede, Yogyakarta. Perusahaan ini menghasilkan dua
jenis produk yaitu Goat Finnished Leather (Kulit Kambing Tersamak) dan
Sheep Finnished Leather (Kulit Domba Tersamak). Dalam menjalankan
proses produksinya, perusahaan telah menggunakan tekno logi mesin pabrik
yang canggih dan proporsi komponen biaya overhead perusahaan dalam total
biaya produksi adalah sebesar 18,67%. Selama ini perusahaan menggunakan
tarif per departemen dalam membebankan biaya overhead tersebut. Hal ini
tentunya dapat mengakibatkan pembebanan biaya overhead yang kurang tepat,
mengingat perusahaan memproduksi lebih dari satu jenis produk yang
memiliki kompleksitas yang berbeda, di mana produk Kulit Kambing
Tersamak memiliki tingkat kerumitan yang lebih besar dibandingkan produk
Kulit Domba Tersamak. Dengan tingkat kerumitan yang berbeda tersebut,
tentunya masing- masing jenis produk tersebut mengonsumsi aktivitas
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
overhead yang tidak sama. Oleh karena hal tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai penerapan Activity Based Costing System di
perusahaan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengajukan rumusan masalah
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana pembebanan biaya overhead yang diterapkan oleh PT. Budi
Makmur Jayamurni?
2. Bagaimana pembebanan biaya overhead pada PT. Budi Makmur
Jayamurni jika menggunakan Activity Based Costing System?
3. Berapa besarnya selisih pembebanan biaya overhead antara metode yang
diterapkan perusahaan dan Activity Based Costing System?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pembebanan biaya overhead yang diterapkan oleh PT. Budi
Makmur Jayamurni.
2. Mengetahui hasil penerapan Activity Based Costing System dalam
membebankan biaya overhead di PT. Budi Makmur Jayamurni.
3. Mengetahui besarnya selisih pembebanan biaya overhead antara metode
yang diterapkan oleh perusahaan dan Activity Based Costing System.
D. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah pembebanan biaya overhead
ke produk yang diproduksi PT. Budi Makmur Jayamurni. Hal- hal lain yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
tidak berkaitan langsung dengan penghitungan biaya overhead, seperti
kelemahan SPI dan sebagainya, tidak akan ditelusuri. Dalam penelitian ini
penulis juga tidak menghitung besarnya harga pokok produk karena fokus
penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan pembebanan biaya overhead
yang diakui pada tahun 2013 menurut masing- masing metode.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
a. Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai manfaat dan
keunggulan Activity Based Costing System dibandingkan Sistem
Akuntansi Biaya Tradisional.
b. Penelitian
ini dapat
digunakan
untuk
membantu
perusahaan
menerapkan Activity Based Costing System dalam membebankan biaya
overhead sebagai salah satu komponen harga pokok produk.
2. Bagi Peneliti
a. Penelitian ini sebagai sarana penerapan teori yang telah didapat selama
kuliah ke dalam praktik nyata.
b. Penelitian ini memberi pemahaman yang lebih nyata dan mendalam
mengenai Activity Based Costing System dalam membebankan biaya
overhead.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi bagi peneliti
yang hendak meneliti topik yang sejenis.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan untuk memperluas
cakupan penelitian yang masih berkaitan dengan Activity Based
Costing System.
F. Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini berisi paparan teori yang berkaitan dengan tema penelitian
penulis. Teori yang berkaitan tersebut, antara lain mengenai konsep
biaya dan beban, pengertian biaya manufaktur, pengertian harga
pokok produk, pengertian aktivitas, pengertian cost driver,
pengertian cost pool, pengertian sistem akuntansi biaya tradisional,
activity based costing system, dan perbandingan antara keduanya.
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian,
sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis data.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisi gambaran umum dari objek penelitian penulis, yaitu
PT. Budi Makmur Jayamurni.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
8
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan sistem pembebanan biaya yang diterapkan
oleh perusahaan, pembebanan biaya menggunakan activity based
costing system serta perbandingan antara keduanya.
BAB VI
PENUTUP
Bab ini menguraikan simpulan hasil penelitian dan saran bagi
perusahaan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Biaya dan Beban
Hansen dan Mowen (2009: 47) mendefinisikan biaya (cost) sebagai kas
atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan
membawa keuntungan masa kini dan masa depan untuk organisasi. Beban
(expense) merupakan biaya yang telah digunakan untuk memperoleh
pendapatan. Dengan kata lain, beban adalah biaya yang sudah kadaluarsa.
B. Biaya Manufaktur
Menurut Hansen dan Mowen (2009: 57), biaya manufaktur dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Bahan langsung
Bahan langsung adalah bahan yang dapat ditelusuri secara langsung
pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Biaya bahan ini dapat
langsung dibebankan pada produk karena pengamatan secara fisik dapat
digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi setiap jenis produk.
Bahan yang menjadi bagian produk berwujud atau bahan yang digunakan
dalam penyediaan jasa umumnya diklasifikasikan sebagai bahan langsung.
2. Tenaga kerja langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri secara
langsung pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Pengamatan
secara fisik dapat digunakan dalam mengukur kuantitas karyawan yang
9
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
terlibat dalam memproduksi suatu jenis produk dan jasa. Karyawan yang
mengubah bahan baku menjadi produk atau menyediakan jasa kepada
pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung.
3. Overhead
Semua biaya produksi – selain bahan langsung dan tenaga kerja
langsung – dikelompokkan ke dalam satu kategori yang disebut biaya
overhead. Pada perusahaan manufaktur, biaya overhead juga dikenal
sebagai beban pabrik (factory burden) atau overhead manufaktur
(manufacturing overhead). Kategori biaya overhead memuat berbagai hal.
Selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung, banyak masukan
diperlukan untuk membuat produk.
Rudianto (2006: 271) menyebutkan bahwa biaya overhead merupakan
berbagai macam biaya selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga
kerja langsung, tetapi tetap dibutuhkan dalam proses produksi. Biayabiaya tersebut, antara lain:
a. Biaya bahan penolong
Biaya bahan penolong yaitu bahan tambahan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Misalnya, kain dan kancing
dibutuhkan untuk menghasilkan pakaian jadi, paku dan cat dibutuhkan
untuk menghasilkan meja tulis, dan sebagainya. Bahan penolong
merupakan elemen bahan baku yang tetap dibutuhkan oleh suatu
produk jadi, tetapi bukan merupakan elemen utama. Tanpa bahan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
penolong, suatu produk tidak akan pernah menjadi produk yang siap
pakai dan siap dijual.
b. Biaya tenaga kerja penolong
Biaya tenaga kerja penolong (tenaga kerja tidak langsung) adalah
pekerja yang dibutuhkan dalam proses menghasilkan suatu barang,
tetapi tidak terlibat secara langsung di dalam proses produksi.
Misalnya, mandor dari para penjahit dan tukang kayu, satpam pabrik,
dan sebagainya. Tenaga kerja penolong merupakan tenaga kerja yang
tetap dibutuhkan, tetapi bukan merupakan elemen tenaga kerja utama
dalam suatu produk. Namun demikian, tanpa tenaga kerja penolong,
proses produksi dapat terganggu.
c. Biaya pabrikasi lain
Biaya pabrikasi lain adalah biaya-biaya tambahan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan suatu produk selain biaya bahan penolong dan
biaya tenaga kerja penolong. Seperti biaya listrik dan air pabrik, biaya
telepon pabrik, depresiasi bangunan pabrik, biaya depresiasi mesin dan
sebagainya.
C. Harga Pokok Produk
Mardiasmo (2000: 9) menyebutkan bahwa harga pokok produk merupakan
akumulasi dari biaya-biaya yang dibebankan pada produk yang dihasilkan
oleh perusahaan atau penggunaan berbagai sumber ekonomi yang digunakan
untuk menghasilkan produk atau memperoleh aktiva.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
Hansen dan Mowen (2009: 60) menyebutkan bahwa harga pokok produk
mencerminkan total biaya produksi yang diselesaikan selama periode berjalan.
Biaya yang hanya dibebankan pada barang yang diselesaikan adalah biaya
manufaktur dari bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead.
D. Aktivitas
Krismiaji dan Aryani (2011: 110) menyebutkan bahwa aktivitas adalah
pekerjaan yang dilaksanakan dalam sebuah organisasi. Aktivitas dapat pula
diartikan sebagai sebuah kumpulan tindakan yang dilaksanakan dalam sebuah
organisasi yang bermanfaat untuk penentuan biaya berbasis aktivitas.
Identifikasi
aktivitas
mencakup
identifikasi seluruh
pekerjaan
yang
dilaksanakan dalam proses produksi, mulai dari penanganan bahan baku,
inspeksi, perekayasaan proses dan sebagainya.
Supriyono
(1994: 237-239)
menyebutkan bahwa aktivitas dapat
dikelompokkan ke dalam empat kategori aktivitas, yaitu:
1. Aktivitas berlevel unit
Aktivitas berlevel unit adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu
unit produk diproduksi. Besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh
jumlah unit yang diproduksi. Contoh aktivitas dalam kelompok ini adalah
tenaga langsung, jam mesin dan jam listrik (energi) yang digunakan setiap
kali satu unit produk dihasilkan.
2. Aktivitas berlevel batch
Aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali suatu
batch produk diproduksi. Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
ini adalah aktivitas setup, aktivitas penjadwalan produksi, aktivitas
pengelolaan bahan (gerakan bahan dan order pembelian) dan aktivitas
inspeksi.
3. Aktivitas berlevel produk
Aktivitas berlevel produk adalah aktivitas yang dikerjakan untuk
mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas
ini mengkonsumsi masukan untuk
mengembangkan produk
atau
memungkinkan produk diproduksi dan dijual. Contoh aktivitas yang
termasuk
dalam kelompok
ini
adalah
aktivitas
penelitian
dan
pengembangan produk, perubahan perekayasaan dan peningkatan produk.
4. Aktivitas berlevel fasilitas
Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas untuk menopang proses
pemanufakturan secara umum yang diperlukan untuk menyediakan
fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi produk, namun banyak
sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan dengan volume atau
bauran produk yang diproduksi. Contoh aktivitas dalam kelompok ini
adalah
manajemen
pabrik,
pemeliharaan
bangunan,
keamanan,
pertamanan, penerangan pabrik, kebersihan, pajak bumi dan bangunan,
serta depresiasi pabrik.
E. Cost Driver
Blocher, Stout dan Cokins (2011: 205) menyebutkan bahwa cost driver
merupakan faktor yang menyebabkan atau mengaitkan perubahan biaya dari
aktivitas. Karena cost driver menyebabkan atau berkaitan dengan perubahan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
biaya, jumlah cost driver yang terukur atau terhitung merupakan dasar yang
sangat baik untuk membebankan biaya sumber daya pada aktivitas dan
membebankan biaya dari aktivitas ke objek biaya. Krismiaji dan Aryani
(2011: 119) menyebutkan bahwa cost driver dapat dipilih dan ditentukan oleh
perusahaan sendiri berdasarkan informasi yang tersedia di perusahaan.
F. Cost Pool
Cost pool atau homogeneous cost pool adalah sekumpulan biaya overhead
yang terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan dan
berbagai macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh satu cost driver
(Supriyono, 1994: 231). Rudianto (2006: 279) menyebutkan bahwa cost pool
didefinisikan sebagai aktivitas atau pusat aktivitas dan bukan sebagai pabrik
atau pusat biaya departemen.
Menurut Krismiaji dan Aryani (2011: 110), untuk dapat digabungkan ke
dalam sebuah kelompok, aktivitas harus memenuhi dua kriteria, meliputi:
1. Aktivitas-aktivitas tersebut secara logis berkaitan.
2. Aktivitas-aktivitas tersebut memiliki rasio konsumsi yang sama untuk
seluruh produk.
Kedua
kriteria
ini
berfungsi
sebagai
penyaring
(filter)
dalam
pengelompokkan aktivitas untuk membentuk homogenous cost pool.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa cost pool merupakan suatu
kelompok biaya yang di dalamnya terdapat beberapa aktivitas yang berbeda,
namun memiliki rasio konsumsi aktivitas yang sama dan berada pada tingkat
aktivitas yang sama. Sebagai contoh dalam sebuah proses produksi terdapat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
aktivitas setup mesin dan aktivitas inspeksi yang merupakan aktivitas tingkat
batch dan besarnya biaya dari masing- masing aktivitas tersebut dipicu oleh
jumlah setup dan jumlah kegiatan produksi. Kendati memiliki cost driver yang
berbeda, namun apabila rasio konsumsi dan level aktivitas keduanya sama
(tingkat batch), kedua aktivitas tersebut dapat dikelompokkan ke dalam satu
kelompok biaya (cost pool).
G. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional
Martusa dan Adie (2011) menyebutkan bahwa dalam sistem akuntansi
biaya tradisional, pemicu biaya yang digunakan berdasarkan atas dasar unit
saja atau dapat disebut unit-level activity drivers. Pemicu aktivitas dengan
dasar unit ini menyebabkan timbulnya perubahan biaya ketika jumlah unit
yang dihasilkan berubah. Penggunaan pemicu biaya ini dalam membebankan
biaya overhead terhadap produk memberikan arti bahwa terjadinya biaya
overhead mempunyai korelasi yang sangat erat dengan jumlah unit yang
diproduksi.
Sejauh ini, terdapat dua jenis sistem akuntansi biaya tradisional yang
masih sering diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu:
1. Tarif tunggal yang berlaku untuk seluruh pabrik (tarif tunggal).
2. Beberapa tarif berbeda yang berlaku untuk tiap departemen (tarif
departementalisasi).
Riwayadi (2014: 199) menyebutkan bahwa sistem akuntansi biaya
tradisional memiliki kelemahan yaitu membebankan biaya overhead ke
produk dengan hanya menggunakan pemicu aktivitas berbasis unit atau
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
volume. Pemicu berbasis unit ini mengasumsikan biaya overhead sangat
berkorelasi dengan jumlah unit yang dihasilkan. Dalam kenyataannya, tidak
semua biaya memiliki korelasi langsung dengan unit yang dihasilkan. Sebagai
akibatnya, pembebanan biaya overhead pabrik dengan hanya menggunakan
pemicu berbasis unit dapat mengakibatkan pembebanan biaya overhead yang
berlebih (overcosting) atau justru terlalu rendah (undercosting).
Siregar, dkk. (2013: 232) menyebutkan bahwa ketidakakuratan sistem
akuntansi biaya tradisional disebabkan karena asumsi biaya hanya berdasarkan
aktivitas pemicu dari level unit saja. Pada kenyataannya, ada banyak aktivitas
yang biayanya dipicu oleh faktor lain. Hal ini mengakibatkan pembebanan
biaya overhead menjadi tidak tepat. Biaya overhead dibebankan terlalu besar
pada produk yang tidak terlalu membutuhkan banyak aktivitas dalam proses
produksinya. Di sisi lain, biaya overhead produk yang membutuhkan banyak
aktivitas dalam proses produksinya justru dibebankan terlalu rendah.
Dampaknya, produk yang proses produksinya rumit, biaya produksinya
menjadi terlalu rendah sehingga harga jualnya pun menjadi ikut rendah.
Sebaliknya, produk yang proses produksinya mudah, biaya produksinya
menjadi terlalu tinggi sehingga harga jualnya pun menjadi ikut tinggi.
Kendati memiliki kelemahan, yaitu dapat menyebabkan terjadinya distorsi
pembebanan biaya overhead, fakta di lapangan dan beberapa penelitian
menunjukkan masih ada perusahaan besar yang menggunakan metode ini.
Menurut Siregar, dkk. (2013: 230), ada beberapa alasan mengapa sistem
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
akuntansi biaya tradisional masih banyak diterapkan oleh para pelaku bisnis
sejak dulu hingga saat ini:
1. Sistem biaya ini mudah diterapkan.
2. Data yang dibutuhkan relatif sederhana, sehingga tidak memerlukan sistem
informasi yang canggih dan mahal untuk mendapatkannya.
3. Walaupun sederhana, sistem ini masih memadai untuk digunakan pada
bisnis yang menghasilkan produk atau jasa yang seragam atau tidak
terdapat banyak variasi proses produksi.
H. Activity Based Costing System
ABCS merupakan sistem akuntansi biaya yang memberikan alternatif bagi
sistem akuntansi biaya tradisional. Sistem ini menjawab permasalahan yang
berkaitan dengan pembebanan biaya overhead yang tidak dapat dijawab oleh
sistem akuntansi biaya tradisional. Beberapa ahli memberikan definisi
mengenai ABCS. Definisi yang ditawarkan, antara lain:
1. Krismiaji dan Aryani (2011)
“ABCS merupakan sebuah sistem yang pertama kali menelusur biaya ke
aktivitas yang menyebabkan biaya tersebut dan membebankan biaya
aktivitas kepada produk.”
2. Garrison, Norren dan Brewer (2013)
“ABCS adalah metode perhitungan biaya yang dirancang untuk
menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis dan
keputusan lainnya.”
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
3. Witjaksono (2013)
“ABCS didefinisikan sebagai suatu metode pengukuran biaya produk atau
jasa yang didasarkan atas penjumlahan biaya (cost accumulation) dari
pada kegiatan atau aktivitas yang timbul berkaitan dengan produksi atau
jasa tersebut.”
4. Mulyadi (2007)
“ABCS merupakan sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain
untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam
jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas.”
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ABCS
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur biaya produk atau jasa
dengan mendasarkan pada aktivitas yang timbul dari kegiatan memproduksi
barang atau jasa tersebut. Metode ini menyatakan bahwa besarnya biaya
overhead tidak berkorelasi erat dengan jumlah produk yang dihasilkan.
Metode ini juga dapat digunakan oleh manajer sebagai dasar untuk membuat
keputusan jangka panjang.
Akyol, Tuncel dan Bayhan (2007) menyebutkan bahwa implementasi
ABCS memiliki lima tahapan, yaitu:
1. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas, seperti perancangan, permesinan,
inspeksi, dan lain- lain.
2. Menentukan biaya-biaya aktivitas.
3. Menentukan cost drivers (pemicu biaya), seperti jam kerja mesin, jumlah
penyetelan, jam perancangan, dan lain- lain.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
4. Mengumpulkan data aktivitas.
5. Menghitung biaya produk.
Meskipun metode ABCS dapat dikatakan lebih andal dalam menunjang
pengambilan keputusan jangka panjang, metode ini masih memiliki beberapa
keterbatasan. Beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh ABCS, antara lain
(Blocher, dkk., 2007: 233):
1. Alokasi
Tidak semua biaya memiliki penggerak biaya konsumsi sumber daya atau
aktivitas yang tepat atau tidak ganda. Beberapa biaya mungkin
membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran
volume yang arbitrer sebab secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas
yang dapat menimbulkan biaya tersebut. Contohnya adalah biaya pada
level fasilitas/pabrik seperti biaya gaji manajer, asuransi pabrik, dan lainlain.
2. Mengabaikan biaya
Biaya produk dan jasa yang diidentifikasi oleh ABCS cenderung tidak
mencakup seluruh biaya yang berhubungan dengan produk atau jasa
tersebut. Biaya produk dan jasa biasanya tidak termasuk biaya pemasaran,
pengiklanan, penelitian dan pengembangan, dan rekayasa produk
meskipun sebagian biaya ini dapat ditelusuri ke suatu produk atau jasa.
Biaya-biaya tersebut tidak dimasukkan ke dalam komponen biaya
produksi
karena
PABU
(Prinsip
Akuntansi
Berterima
Umum)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
mengharuskan agar biaya-biaya tersebut dimasukkan ke dalam biaya
periodik.
3. Mahal dan menghabiskan waktu
ABCS tidak murah dan membutuhkan waktu untuk dike mbangkan dan
dilaksanakan. Untuk perusahaan yang telah menggunakan Sistem
Akuntansi Biaya Tradisional sejak lama, penerapan ABCS akan cenderung
sangat mahal. Selain itu, biasanya diperlukan waktu lebih dari setahun
agar ABCS dapat diterapkan dengan sukses.
I. Perbedaan Activity Based Costing System dengan Sistem Akuntansi Biaya
Tradisional
Menurut Krismiaji dan Aryani (2011), klasifikasi aktivitas merupakan
salah satu pembeda utama antara sistem akuntansi biaya tradisional dan
ABCS. Beberapa perbedaan antara sistem akuntansi biaya tradisional dan
ABCS yang dikemukakan oleh Riwayadi dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut: 1
1
Beberapa kata dan istilah dilakukan penyesuaian oleh penulis, tanpa mengubah makna yang
terkandung di dalamnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
Tabel 2.1
Perbedaan ABCS dengan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional
Activity Based Costing
System
Sistem Akuntansi Biaya
Tradisional
Proses
Aktivitas
Menekankan pada
penelusuran driver (driver
tacing)
Unit- unit dalam organisasi
Departemen produksi
Cost driver yang
digunakan
Berbasis unit dan non-unit
Berbasis unit
Informasi biaya
Biaya aktivitas, seperti
biaya pengecekan, biaya
pengesetan, biaya
pemindahan, dll.
Keterangan
Fokus
Pool biaya overhead
Metode pembebanan
biaya
Manajemen biaya
Menekankan pada alokasi
Biaya sumber daya,
seperti biaya gaji, biaya
listrik, biaya bahan bakar,
dll.
Efisiensi biaya dilakukan
Efisiensi biaya dilakukan
dengan mengelola biaya
dengan mengelola
sumber daya, seperti
aktivitas dengan cara
mengefisienkan biaya
mengeliminasi aktivitas
gaji, biaya listrik, biaya
yang tidak bernilai tambah
bahan bakar, dll.
Sumber: Riwayadi (2014)
J. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang digunakan oleh penulis sebagai pijakan dalam
melakukan penelitian ini adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Maulana (2011) mengenai perbandingan
antara activity based costing system dan pembebanan biaya konvensional
dalam menentukan harga pokok produk pada UKM Tamer di Gresik.
Biaya overhead yang dibandingkan oleh peneliti adalah biaya overhead
untuk produk Tamer dan Rutob. Peneliti membandingkan penghitungan
dengan metode konvensional yang diterapkan perusahaan dengan metode
ABCS yang dibuatnya. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
produk Tamer, pembebanan biaya overhead per unit dengan menggunakan
metode konvensional adalah sebesar Rp3.165, sedangkan dengan
menggunakan metode ABCS adalah sebesar Rp3.100. Dengan demikian,
pembebanan biaya overhead untuk produk Tamer adalah overcosting atau
dibebankan terlalu tinggi sebesar Rp65 apabila menggunakan metode
konvensional. Lain halnya dengan produk Rutob. Dengan menggunakan
metode konvensional,
besarnya biaya
overhead
adalah Rp2.231,
sedangkan menggunakan metode ABCS besarnya adalah Rp3.021.
Dengan demikian, pembebanan biaya overhead untuk produk Rutob
adalah undercosting atau dibebankan terlalu rendah sebesar Rp790 apabila
menggunakan metode konvensional.
2. Penelitian oleh Widjajanti (2007) mengenai evaluasi penerapan activity
based costing system sebagai alternatif sistem biaya tradisional pada PT
Nilas Wahana Antika Sukoharjo. Sampel yang digunakan oleh peneliti
adalah laporan harga pokok produk perusahaan selama 15 tahun, mulai
dari tahun 1995 – 2009. Hasil analisis menggunakan uji Wilcoxon Range
Test menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua sistem.
3. Penelitian oleh Sulistomo (2006) mengenai analisis pembebanan biaya
overhead pabrik dengan activity based costing system pada PT. Waskito
Putra Yogyakarta. Sampel produk yang digunakan oleh peneliti adalah
tujuh produk perusahaan, antara lain bass drum, tenor drum, senar drum,
stick drum, stick mayor, belira dan trio. Hasil analisis menyimpulkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
bahwa terdapat beberapa produk yang dibebani biaya overhead terlalu
rendah (undercosting) dan yang dibebani biaya overhead terlalu tinggi
(overcosting). Produk yang mengalami undercosting adalah bass drum,
tenor drum, senar drum, stick mayor, belira dan trio; sedangkan yang
mengalami overcosting adalah produk stick drum.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus 2 , yaitu penulis terjun langsung ke
lapangan untuk memperoleh informasi riil yang berkaitan dengan pembebanan
biaya overhead pada PT. Budi Makmur Jayamurni. Informasi tadi nantinya
akan digunakan oleh penulis untuk melakukan pembebanan biaya overhead
dengan metode ABCS. Hasil dari penelitian ini hanya berlaku untuk objek
yang diteliti yaitu PT. Budi Makmur Jayamurni.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di PT. Budi Makmur Jayamurni yang
beralamat di Jl. Peleman No. 9, Rejowinangun, Kotagede, Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan studi kasus untuk menganalisa kemungkinan
penerapan ABCS dalam penghitungan biaya overhead. Jangka waktu
penelitian ini sendiri memakan waktu tiga bulan, yaitu dimulai pada bulan Juli
2014 hingga September 2014.
C. Data Yang Diperlukan
1. Data perhitungan biaya overhead per produk menurut perusahaan selama
tahun 2013.
2
Studi kasus merupakan bentuk penelitian yang rinci mengenai suatu objek tertentu selama kurun
waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh, termasuk lingkungan dan kondisi masa
lalunya. Studi kasus kadang-kadang melibatkan peneliti dengan unit yang terkecil seperti
perusahaan atau kelompok masyarakat tertentu. (Umar 2001: 23).
24
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
2. Aktivitas-aktivitas beserta pemicunya yang menimbulkan biaya overhead
selama tahun 2013.
3. Besarnya biaya dari masing- masing aktivitas tersebut.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi lapangan, yaitu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara:
a. Dokumentasi, yaitu teknik penelitian dengan cara mengumpulkan dan
menelaah dokumen-dokumen yang berkaitan dengan gambaran umum
perusahaan, sistem pembebanan biaya yang digunakan perusahaan, data
aktivitas beserta pemicunya yang menimbulkan biaya overhead.
b. Observasi, yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan langsung ke dalam perusahaan untuk mendapatkan data-data
yang diperlukan untuk penelitian. Tujuan dari observasi ini adalah untuk
melihat secara langsung proses penghitungan biaya overhead yang
dilakukan perusahaan dan untuk memperkuat serta menegaskan kebenaran
data yang ada di perusahaan.
c. Wawancara, yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan cara
melakukan wawancara atau tanya-jawab dengan pihak yang ditunjuk oleh
perusahaan yang memiliki keterkaitan dengan data-data proses produksi
dan biaya overhead.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
E. Kerangka Pe mikiran
Secara garis besar, penelitian ini merupakan kegiatan membandingkan dua
objek. Objek yang dibandingkan adalah biaya overhead berdasarkan ABCS
dan biaya overhead berdasarkan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional. Berikut
adalah kerangka pemikiran yang ditawarkan penulis dalam penelitian ini:
Biaya Overhead
Sistem Akuntansi
Biaya Tradisional
Activity Based
Costing System
Selisih
Gambar
Gambar3.1
1. Kerangka
Kerangka Pemikiran
Pemikiran
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah membandingkan
pembebanan biaya overhead antara yang dihitung dengan menggunakan
ABCS dan dengan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional ke dalam objek biaya.
Biaya overhead yang akan dibandingkan adalah biaya overhead per produk
selama tahun 2013. Pembandingan ini dilakukan juga untuk melihat hasil
penerapan ABCS dalam perusahaan. Sebelum membandingkan kedua metode,
penulis akan memaparkan terlebih dahulu urutan langkah dari masing- masing
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
metode dalam membebankan biaya overhead, sekaligus untuk menjawab
rumusan masalah pertama dan kedua yang penulis ajukan di bab satu.
Untuk
menjawab rumusan masalah yang pertama, penulis akan
menguraikan langkah penghitungan biaya overhead yang diterapkan oleh
perusahaan. Adapun langkah- langkahnya sebagai berikut:
1. Menyajikan data biaya overhead per departemen yang terdapat di
perusahaan.
2. Menyajikan data jumlah lembar bahan baku kulit yang masuk ke setiap
departemen.
3. Merinci data jumlah lembar bahan baku kulit yang masuk ke setiap
departemen berdasarkan jenisnya (kambing dan domba).
4. Menyajikan
dasar pembebanan biaya
overhead
yang
digunakan
perusahaan ke setiap jenis produk 3 .
5. Menyajikan penghitungan biaya overhead setiap produk dan biaya
overhead per unit masing- masing produk.
Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua, penulis akan menguraikan
langkah penghitungan biaya overhead dengan menggunakan metode ABCS.
Penulis akan menggunakan langkah penghitungan yang telah diuraikan di bab
dua. Adapun langkah- langkahnya sebagai berikut:
3
Yang dimaksud dengan kata “produk” dalam penelitian in i adalah semua unit produk, baik yang
masih dalam bentuk sediaan dalam proses maupun telah siap untuk dijual. Hal in i disebabkan
karena dalam penelitian ini penulis berfo kus pada pembebanan biaya overhead yang dikeluarkan
selama tahun 2013, bukan biaya overhead dalam harga pokok p roduk tahun 2013.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
1. Mengidentifikasi aktivitas yang berkaitan dengan proses produksi.
Dalam langkah pertama ini akan ditampilkan beberapa aktivitas yang
berkaitan dengan proses produksi yang terdapat dalam perusahaan.
2. Menentukan biaya-biaya aktivitas.
Aktivitas-aktivitas yang telah teridentifikasi dalam langkah pertama
selanjutnya dibebani dengan biaya-biaya yang timbul sebagai akibat dari
aktivitas-aktivitas tersebut.
3. Menentukan cost driver.
Setelah mendapatkan data mengenai rincian biaya aktivitas yang terdapat
di perusahaan, selanjutnya penulis akan menentukan cost driver yang
mempengaruhi besar kecilnya masing- masing biaya aktivitas tersebut.
4. Mengumpulkan data aktivitas.
Dalam langkah ini,
mula- mula aktivitas produksi dikelompokkan
berdasarkan urutan prosesnya. Aktivitas-aktivitas tersebut selanjutnya
dipisahkan ke dalam beberapa tingkatan aktivitas, yaitu tingkat unit,
tingkat batch, tingkat produk dan tingkat fasilitas. Setelah digolongkan ke
beberapa tingkatan, penulis akan memaparkan data konsumsi cost driver
aktivitas
untuk
setiap
jenis produk.
Langkah berikutnya adalah
membentuk cost pool aktivitas berdasarkan level aktivitas dan rasio
konsumsi cost driver aktivitas yang sama. Setelahnya, penulis akan
menghitung tarif dari masing- masing cost pool.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29
5. Menghitung biaya overhead.4
Langkah terakhir dalam menghitung dengan metode ABCS adalah
membebankan biaya overhead ke setiap produk.
Setelah rumusan masalah pertama dan kedua terjawab, penulis akan
menjawab rumusan masalah yang ketiga, yaitu menampilkan selisih antara
pembebanan biaya overhead yang dihitung menggunakan ABCS dan metode
yang diterapkan oleh perusahaan. Setelah menampilkan besarnya selisih
pembebanan antara kedua metode tersebut, penulis akan membuat kesimpulan
berdasarkan hasil pembandingan kedua sistem tersebut. Kesimpulan tidak
akan menilai apakah perbedaan yang ada sifatnya signifikan atau tidak,
melainkan hanya sebatas mencatat besarnya perbedaan. Besarnya perbedaan
tersebut akan menjadi dasar bagi penulis untuk membuat pembahasan,
simpulan dan saran.
4
Sebagaimana telah disebutkan di batasan masalah, penelitian in i hanya berfokus pada
pembebanan biaya overhead, tidak mencakup penghitungan harga pokok produk.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5
A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
PT. Budi Makmur Jayamurni, yang beralamat di Jl. Peleman No. 9,
Rejowinangun, Kotagede, Yogyakarta, merupakan suatu perusahaan swasta
yang bergerak di bidang penyamakan kulit. Perusahaan ini didirikan oleh
Bapak Susanto Handoko dan Bapak Budi Hambali pada tahun 1968. Pada
awal didirikan, perusahaan ini berbentuk persekutuan komanditer (CV)
dengan nama CV. Budi Makmur, yang mendapat ijin usaha dari pemerintah
dengan SIU No. 8 tanggal 12 Juli 1968.
Pada tahun 1974 perusahaan mengalami perubahan bentuk usaha dari
persekutuan komanditer menjadi perseroan terbatas dengan nama PT. Budi
Makmur Jaya dengan ijin usaha SIU No. 62 tanggal 22 Maret 1974. Pada
tahun 1975, dengan SIU No. 12 tanggal 7 Agustus 1975, nama perusahaan
diubah menjadi PT. Budi Makmur Jayamurni.
PT. Budi Makmur Jayamurni semula hanya bergerak di bidang
perdagangan kulit mentah kering, kemudian dikembangkan menjadi produsen
pickle dan crust (setengah jadi) dengan sasaran ekspor. Dengan melihat
adanya peluang dan ketersediaan bahan baku,
akhirnya perusahaan
mengembangkan usahanya dengan membuat/memproduksi kulit tersamak
5
Disalin (dengan sedikit perubahan pada bagian tata kalimat dan alur proses produksi) sesuai
dengan yang tercantum dalam skripsi milik Carolina Wulandari berdasarkan saran dan ijin dari
pihak PT. Budi Makmur Jayamurni.
30
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
untuk keperluan sarung tangan golf, garmen dan sepatu. Hasil produksi
tersebut diekspor ke negara Jerman, Italia, Korea, Cina, dan beberapa negara
lainnya.
B. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan
1. Visi Perusahaan:
Dengan perbaikan berkelanjutan, berusaha untuk menghasilkan kulit
dengan kualitas yang memuaskan sesuai permintaan pelanggan, kompetitif
di pasar internasional, ramah lingkungan dan sesuai dengan sistem
manajemen ISO 9001:2000.
2. Misi Perusahaan:
a. Berketetapan untuk mendukung prinsip pembangunan berkelanjutan
guna menciptakan lingkungan yang hijau, bersih, aman dan lestari.
b. Berusaha
memenuhi kebutuhan
saat
ini
tanpa
mengabaikan
kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri.
3. Tujuan Perusahaan:
Menyediakan produk atau jasa lainnya dengan mutu terbaik dan memenuhi
standar yang dapat diterima secara nasional maupun internasional.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32
C. Struktur Organisasi Perusahaan
Berikut ini adalah deskripsi tugas dan tanggung jawab dari tiap-tiap bagian
yang ada di perusahaan, berdasarkan gambar struktur organisasi PT. Budi
Makmur Jayamurni (Gambar 4.1).
1. Direktur Utama
a. Bertanggung jawab baik ke dalam maupun ke luar terhadap
operasional perusahaan.
b. Bertanggung jawab atas konsistensi pelaksanaan manajemen mutu di
PT. Budi Makmur Jayamurni.
c. Menetapkan sasaran mutu, kebijakan mutu dan komitmennya terhadap
mutu.
d. Menunjuk wakil manajemen.
e. Mengesahkan pedoman mutu.
f.
Mengesahkan prosedur sistem mutu, audit mutu internal, tinjauan
manajemen.
g. Menetapkan dan menerbitkan Surat Keputusan tentang struktur
organisasi, tugas, tanggung jawab dan wewenang semua personil.
2. Personalia
a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan urusan kekaryawanan, urusan
surat- menyurat, kearsipan, perijinan, keuangan/gaji, perlengkapan dan
rumah tangga, penyusunan rencana dan program kerja serta laporan
rutin maupun berkala.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
b. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab langsung kepada
Direktur Utama.
3. Manajer Pabrik
a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan proses dan operasional produksi.
b. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab langsung kepada
Direktur Utama.
4. Pembukuan
a. Bertanggung jawab
terhadap
pelaksanaan kegiatan di bagian
pembukuan.
b. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab langsung kepada
Direktur Utama.
5. Gudang Obat
Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan di gudang obat yang
meliputi penyediaan obat, penempatan obat-obatan sesuai ketentuan
spesifikasi, membuat estimasi-estimasi order lokal maupun impor,
penggunaan MSDS (Material Safety Data Sheet), label berbahaya atau
kandungan terlarang.
6. Gudang Bahan Baku
Bertanggung jawab atas pelaksanaan seleksi ukur raw material/bahan
baku serta pekerjaan-pekerjaan yang terkait agar sesuai standar yang sudah
ditentukan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
7. Gudang Barang Jadi
Bertanggung jawab terhadap pekerjaan-pekerjaan di gudang barang jadi,
seleksi ukur dan packing.
8. Proses Pickle
Bertanggung jawab atas pelaksanaan proses pickle agar hasilnya sesuai
standar yang sudah ditentukan. Bagian Proses Pickle juga membawahi
departemen yang disebut Bagian Proses Wet Blue.
9. Proses Shaving
Bertanggung jawab kepada asisten manajer mekanik basah dan terhadap
pelaksanaan pekerjaan di bagian shaving yang meliputi penyiapan mesin
shaving, penyiapan kulit yang akan di-shaving, pembuatan label
pemantauan hasil shaving dan pekerjaan-pekerjaan terkait.
10. Proses Dyeing
Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan yang meliputi
pemakaian obat-obatan yang terkait dengan proses dyeing, mengontrol
ketebalan kulit, kualitas, jalannya proses dan pekerjaan-pekerjaan yang
terkait di proses dyeing. Bagian Proses Dyeing juga membawahi
departemen yang disebut Bagian Proses Crusting.
11. Proses Finish
Bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan di bagian finish yang
meliputi pencarian warna untuk sampel, memperbaiki kulit sesuai sampel,
membuat larutan obat untuk proses finish harian, membuat jadwal
perawatan mesin dan pekerjaan-pekerjaan lain yang terkait.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35
12. Bagian Ekspor/Impor
Bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan di bagian ekspor/impor
yang meliputi pengurusan dokumen untuk PEB/PIB dan pelaporanpelaporan kepada instansi terkait.
Gudang
Obat
Gudang
Bahan Baku
Manajer Pabrik
Proses
Pickle
Proses
Shaving
Proses
Dyeing
Pembukuan
Proses
Finish
Sumber: PT. Budi Makmur Jayamurni
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Budi Makmur Jayamurni
Gudang
Barang Jadi
Direktur Utama
STRUKTUR ORGANISASI PT. BUDI MAKMUR JAYAMURNI
Bagian
Ekspor/Impor
Personalia
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
D. Produksi
1. Bahan yang Digunakan
Bahan baku utama yang digunakan oleh PT. Budi Makmur Jayamurni
adalah berupa kulit mentah garaman atau kulit mentah pickle domba dan
kambing. Bahan dari kulit domba lebih disukai dan harganya lebih mahal
dibandingkan kulit kambing, karena jenis kulit domba bersifat halus dan
pada kulit bagian luarnya (nerf) amat padat. Kulit kambing nerf-nya kasar,
serat-serat kulit longgar dan besar-besar, serta kulitnya bersifat keras dan
kaku. Semua bahan baku tersebut didatangkan dari Pulau Jawa, baik dari
daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, maupun dari Yogyakarta.
Apabila kebutuhan bahan baku dirasa kurang dan permintaan pasar
menghendaki persyaratan-persyaratan tertentu, perusahaan mendatangkan
bahan baku dari kulit domba pickle dari Ethiopia (Afrika).
Bahan penolong yang digunakan PT. Budi Makmur Jayamurni untuk
proses penyamakan kulit adalah bahan-bahan kimia, baik organik maupun
non organik. Bahan penolong sebagian besar didatangkan dari Italia,
Jepang dan sebagian kecil dari produk dalam negeri. Bahan penolong
tersebut, misalnya Asam Sulfat, Sodium Asetat, Asam Formiat, Kaporit,
Soda Kue, ZA dan lain- lain.
2. Proses Produksi
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi adalah kulit
kambing dan domba mentah yang telah digarami dari pemasok. Walaupun
telah melalui proses penggaraman, kulit mentah yang ada harus segera
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
diolah karena pada dasarnya kulit yang masih mentah akan cepat
membusuk. Untuk mencegah pembusukkan, perusahaan akan langsung
merendam kulit mentah yang ada dengan campuran bahan kimia. Dalam
proses pengolahannya, perusahaan akan memisahkan antara kulit kambing
dan domba. Untuk lebih detailnya, penulis akan menjelaskan proses
produksi penyamakan kulit kambing dan do mba pada PT. Budi Makmur
Jayamurni, sebagai berikut:
a. Pengasaman (pickling)
Dalam proses ini, kulit yang diolah berupa kulit mentah yang
masih terdapat bulu sebagaimana layaknya kulit mentah. Dalam proses
ini, kulit mentah tadi direndam dalam larutan asam dan garam, dengan
maksud
untuk
menyesuaikan
sifat-sifat
kulit
dengan
proses
penyamakan mineral atau untuk pengawetan. Hasil dari proses ini
adalah lembaran kulit berwarna putih tanpa bulu.
b. Pemilihan (selecting)
Setelah diasamkan, kulit dimasukkan ke proses pemilihan. Proses
pemilihan merupakan proses yang diberlakukan pada kulit untuk
menyeleksi atau memilih kulit mana yang kualitas dan mutunya baik.
Dalam proses ini, kulit akan diseleksi berdasarkan ukuran dan
kualitasnya. Ukuran dan kualitas ditentukan berdasarkan tujuannya,
apakah akan dibuat sebagai bahan sarung tangan, sepatu, jaket dan
lain- lain.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39
c. Penyamakan (tanning)
Setelah diseleksi berdasarkan tujuannya, kulit dimasukkan ke
proses penyamakan. Penyamakan merupakan suatu pengolahan kulit
dengan merendamnya atau memutarnya dalam drum dengan larutan
bahan penyamak 6 . Tujuan utama proses ini adalah untuk mengubah
kulit mentah menjadi kulit tersamak. Proses ini juga bertujuan untuk
memantapkan sifat-sifat dasar kulit. Setelah dicampur dengan bahan
penyamak, kulit yang mulanya berwarna putih akan berubah menjadi
biru muda.
d. Pemeraman (aging)
Setelah mengalami proses penyamakan, kulit dimasukkan ke
proses pemeraman. Proses pemeraman merupakan pengolahan kulit
untuk menyempurnakan reaksi antara zat penyamak dengan kulit.
Proses
ini
dilakukan
dengan
cara
menumpuk
kulit
atau
menggantungnya. Cara ini dilakukan supaya larutan penyamak yang
digunakan dalam proses penyamakan dapat meresap sempurna ke
dalam pori-pori kulit.
e. Pengetaman (shaving)
Setelah melalui proses pemeraman, kulit dimasukkan ke proses
pengetaman. Proses pengetaman merupakan pengolahan kulit dengan
cara mengetan atau menyerutnya dengan maksud untuk mendapatkan
ukuran tebal yang sama dan rata. Proses penyerutan dilakukan
6
Perusahaan tidak bersedia menyebutkan komposisi bahan penyamak yang digunakan, karena
berkaitan dengan resep perusahaan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
menggunakan mesin pemotong yang oleh perusahaan disebut pisau
shaving. Tujuan utama dari proses ini adalah mendapatkan ketebalan
sesuai dengan tujuan kulit akan dibuat, apakah sebagai bahan sepatu,
sarung tangan, jaket dan lain- lain.
f.
Perapihan (triming)
Perapihan merupakan pengolahan kulit yang dilakukan dengan cara
memotong bagian tepi kulit. Setelah melalui proses shaving di atas,
tepian kulit menjadi tidak rata dan bergelombang, sehingga perlu
dilakukan proses triming. Proses ini, selain bertujuan untuk
mendapatkan bentuk kulit yang lebih baik, juga agar kulit tidak rentan
sobek saat menjalani proses berikutnya. Kulit yang masuk ke dalam
proses ini berada dalam kondisi kering.
g. Penyamakan ulang (retanning) dan pengecatan dasar (dyeing) 7
Penyamakan ulang merupakan suatu penyempurnaan pengolahan
kulit yang telah mengalami penyamakan. Dalam proses ini, kulit yang
sebelumnya berada dalam kondisi kering dibasahi dengan air. Air yang
digunakan hanya air biasa tanpa campuran bahan kimia apapun.
Tujuan dari proses ini agar mendapatkan sifat k ulit yang jauh lebih
mantap (stabil).
Proses yang selanjutnya, namun masih dalam satu kegiatan dengan
proses retanning, adalah proses dyeing. Pengecatan dasar merupakan
suatu pengolahan kulit dengan cara merendam dan memutarnya dalam
7
Berdasarkan informasi dari bagian produksi, kedua proses ini dilaku kan berurutan secara
langsung, sehingga tidak bisa dipisahkan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
larutan cair dasar dengan maksud untuk memberi warna dasar. Warna
dasar yang dimaksud adalah warna kulit sesuai dengan pesanan
pelanggan.
h. Perataan permukaan (setting out)
Setelah melalui dua proses berurutan di atas, kulit diratakan
permukaannya. Proses perataan permukaan merupakan suatu proses
menghaluskan permukaan kulit dan mengeluarkan air dari kulit,
sehingga kulit siap disempurnakan dalam proses selanjutnya. Tujuan
utama dari proses ini adalah untuk mendapatkan kulit yang lebih rata
dan lebar. Proses ini menggunakan mesin.
i.
Vacuum Dry
Setelah permukaannya diratakan, kulit masuk ke proses vacuum
dry. Kulit yang masuk ke dalam proses ini diletakkan di sebuah meja,
kemudian ditekan (press) menggunakan mesin. Tujuan dari proses ini
adalah untuk mengeluarkan sisa air yang masih ada dan supaya kulit
lebih padat.
j.
Pengeringan (hanging/drying)
Setelah melalui proses vacuum dry, kulit masuk ke proses
pengeringan. Kulit yang masuk dalam proses ini, walaupun telah
melalui proses perataan permukaan dan vacuum dry, namun masih
dalam kondisi lembab.
Pengeringan
merupakan suatu proses
pengolahan kulit dengan cara mengangin-anginkan kulit atau
memanaskannya. Proses ini bertujuan agar kulit benar-benar kering.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42
k. Pelembaban (conditioning)
Setelah
dikeringkan,
kulit
kembali
dilembabkan.
Proses
pelembaban merupakan proses pengolahan kulit dengan cara sedikit
membasahi kulit dengan air. Cara membasahinya adalah dengan cara
memercikinya, bukan dengan merendamnya. Proses ini bertujuan
melembabkan kulit kembali supaya siap untuk proses pelemasan.
l.
Pelemasan (milling)
Setelah dilembabkan, kulit masuk ke proses pelemasan. Proses
pelemasan merupakan suatu proses pengolahan kulit dengan cara
memutarnya dalam drum. Drum tidak diisi dengan air maupun bahan
lainnya. Proses ini bertujuan untuk melemaskan kulit.
m. Peregangan (stacking)
Setelah melalui proses pelemasan, kulit masuk ke proses
peregangan. Proses peregangan merupakan proses pengolahan kulit
dengan cara menarik kulit ke arah luar. Proses ini bertujuan untuk
merenggangkan kulit supaya menjadi lebih lemas dan supaya pori-pori
kulit lebih terbuka.
n. Pementangan (toggling)
Setelah melalui proses peregangan, kulit masuk ke proses
pementangan. Proses pementangan merupakan proses pengolahan kulit
dengan cara menariknya ke arah luar, kemudian memakunya dan
mengaitkannya pada papan pementangan. Proses ini bertujuan untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
memperoleh luas kulit semaksimal mungkin dan juga supaya kulit jauh
lebih rata.
o. Penyelesaian (finishing)
Setelah memperoleh luas kulit yang maksimal, kulit masuk ke
tahap penyelesaian. Penyelesaian merupakan proses pengolahan kulit
dengan cara mencat tutup dan lain- lain. Saat melalui proses dyeing dan
diberi warna dasar sesuai pesanan, warna kulit yang ada masih belum
sama persis dengan yang dipesan oleh pelanggan. Sebagai contoh,
warna yang dipesan pelanggan adalah coklat, namun dalam proses
dyeing, warna coklat yang ditanamkan pada kulit tidak akan sama
persis dengan warna coklat yang dipesan oleh pelanggan. Proses ini,
selain bertujuan untuk memperoleh tampilan kulit yang jauh lebih
baik, juga supaya warna kulit sesuai dengan warna yang dipesan oleh
pelanggan.
p. Penyimpanan (storehouse) dan pemilahan kualitas (selecting)
Kulit yang telah melalui proses penyelesaian, selanjutnya
dimasukkan ke proses penyimpanan. Proses penyimpanan merupakan
proses penyimpanan kulit yang telah melalui serangkaian pengelolaan
di suatu gudang tertentu. Pengelolaan yang dimaksud adalah
pemilahan kualitas (selecting) kulit yang akan dijual. Kualitas kulit
digolongkan menjadi A – E dan R. A merupakan kualitas terbaik,
sedangkan R merupakan kualitas terburuk. Kulit dengan kualitas R
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
biasanya
hanya
dijual
untuk
pelanggan
khusus
yang
44
tidak
mengutamakan kualitas kulit.
q. Pengukuran (measuring)
Sebelum dikirim ke pelanggan, kulit terlebih dahulu masuk ke
proses pengukuran. Proses pengukuran merupakan proses pengukuran
terhadap kulit dengan maksud untuk mendapatkan data luas kulit yang
telah siap jual.
r. Pengepakan (packing)
Kulit yang telah diukur dan dicatat, selanjutnya masuk ke proses
pengepakan. Proses pengepakan merupakan suatu p roses pengelolaan
akhir terhadap kulit, di mana kulit tersamak dibungkus untuk
kemudian didistribusikan ke pelanggan.
Selecting
Selecting
Measuring
Aging
Milling
Conditioning
Setting out
Setting out
Toggling
Stacking
Hanging
Vacuum dry
DEPARTEMEN CRUSTING
Tanning
DEPARTEMEN WET BLUE
Triming
Retanning/Dyeing
DEPARTEMEN DYEING
Shaving
DEPARTEMEN SHAVING
Sumber: PT. Budi Makmur Jayamurni
Gambar 4.2 Diagram Alir Proses Produksi Penyamakan Kulit Kambing/Domba PT. Budi Makmur Jayamurni
Packing
Storehouse
Finishing
DEPARTEMEN FINISHING
Pickling
DEPARTEMEN PICKLE
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Menurut Pe rusahaan
PT. Budi Makmur Jayamurni selama ini menggunakan tarif per
departemen
dalam
menghitung
besarnya
biaya
overhead.
Dalam
penerapannya, PT. Budi Makmur Jayamurni membebankan biaya overhead di
setiap departemen berdasarkan perbandingan jumlah lembar bahan baku kulit
setiap jenis kulit dari jumlah total bahan baku kulit yang diolah yang masuk ke
dalam masing- masing departemen produksi. Data mengenai pembebanan
biaya overhead selama tahun 2013 oleh perusahaan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5.1
Biaya Overhead Per Departe men Pe rusahaan Tahun 2013
Departemen
Pickle
Wet Blue
Shaving
Dyeing
Crusting
Finish
Total BOP
Sumber: PT. Budi Makmur Jayamurni
Biaya Overhead
953,231,826.21
1,263,253,361.65
1,374,207,439.63
59,268,900.40
754,959,606.36
718,678,865.75
5,123,600,000.00
Berikutnya, penulis akan menampilkan data jumlah total lembar bahan
baku kulit yang masuk ke dalam setiap departemen pada tahun 2013. Dalam
46
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
data berikut ini penulis tidak memisahkan antara jumlah lembar bahan baku
kulit kambing dan kulit domba.
Tabel 5.2
Data Jumlah Le mbar Bahan Baku Kulit Setiap Departemen Tahun 2013
Departemen
Jumlah (le mbar)
Pickle
Wet Blue
Shaving
Dyeing
Crusting
Finish
Total Le mbar Kulit
Sumber: PT. Budi Makmur Jayamurni
181,000
239,867
260,935
11,254
143,352
136,463
972,871
Selanjutnya, data yang akan ditampilkan adalah data mengenai jumlah
lembar bahan baku kulit dari masing- masing jenis kulit yang masuk ke dalam
setiap departemen. Jenis kulit yang diolah perusahaan adalah kulit kambing
dan kulit domba.
Tabel 5.3
Data Jumlah Le mbar Bahan Baku Kulit Kambing Per Departemen
Tahun 2013
Departemen
Pickle
Wet Blue
Shaving
Dyeing
Crusting
Finish
Sumber: PT. Budi Makmur Jayamurni
Jumlah (le mbar)
136,000
106,500
130,500
9,500
121,850
115,010
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
Tabel 5.4
Data Jumlah Le mbar Bahan Baku Kulit Domba Per Departemen Tahun
2013
Departemen
Jumlah (le mbar)
Pickle
Wet Blue
Shaving
Dyeing
Crusting
Finish
Sumber: PT. Budi Makmur Jayamurni
45,000
133,367
130,435
1,754
21,502
21,453
Berdasarkan data di atas, selanjutnya penulis akan memaparkan cara
penghitungan biaya overhead yang dilakukan oleh perusahaan. Sebagaimana
telah dijelaskan secara singkat di awal bab, selama ini perusahaan
membebankan biaya overhead ke setiap produk berdasarkan perbandingan
jumlah bahan baku kulit dari setiap jenis kulit dengan total jumlah bahan baku
kulit yang masuk ke setiap departemen produksi. Rumus penghitungan biaya
overhead yang digunakan oleh setiap departemen di perusahaan adalah
sebagai berikut:
BOP dibebankan =
Jumlah bahan baku kulit per jenis
Total bahan baku kulit
× BOP departemen
Berdasarkan rumus di atas, besarnya biaya overhead yang dibebankan
perusahaan ke setiap jenis produk di setiap departemen, adalah sebagai
berikut:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
Tabel 5.5
Pembebanan Biaya Overhead Produk Kulit Kambing Tersamak Per Unit
Tahun 2013
Departemen
Jumlah (le mbar)
136,000
Pickle
106,500
Wet Blue
130,500
Shaving
9,500
Dyeing
121,850
Crusting
115,010
Finish
Total
Unit diolah tahun 2013 (lembar)
BOP per unit
Sumber: PT. Budi Makmur Jayamurni
Biaya Overhead
716,240,488.20
560,879,499.96
687,274,880.23
50,031,504.69
641,719,878.59
605,697,195.21
3,261,843,446.87
619,360
5,266.47
Tabel 5.6
Pembebanan Biaya Overhead Produk Kulit Domba Te rsamak Pe r Unit
Tahun 2013
Departemen
Jumlah (le mbar)
Pickle
45,000
Wet Blue
133,367
Shaving
130,435
Dyeing
1,754
Crusting
21,502
Finish
21,453
Total
Unit diolah tahun 2013 (lembar)
BOP per unit
Sumber: PT. Budi Makmur Jayamurni
Biaya Overhead
236,991,338.01
702,373,861.69
686,932,559.40
9,237,395.71
113,239,727.77
112,981,670.54
1,861,756,553.13
353,511
5,266.47
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
B. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Menggunakan Activity Based
Costing System
1. Identifikasi Aktivitas
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi berbagai
aktivitas produksi yang menimbulkan biaya overhead.
Tabel 5.7
Daftar Aktivitas Produksi PT. Budi Makmur Jayamurni Tahun 2013
Kode
Aktivitas
01
Pengawasan oleh manajer pabrik
02
Pengawasan oleh kepala gudang obat
03
Pengawasan oleh kepala gudang bahan baku
04
Pengawasan oleh kepala gudang barang jadi
05
Pengawasan oleh kepala bagian pickle
06
Pengawasan oleh kepala bagian shaving
07
Pengawasan oleh kepala bagian dyeing
08
Pengawasan oleh kepala bagian finishing
09
Pengawasan oleh kepala bagian ekspor/impor
10
Perawatan bangunan pabrik 8
11
Pengujian produk kulit jadi
12
Pengangkutan bahan baku kulit
13
Perawatan forklift9
14
Mengimpor bahan baku kulit
15
Pembelian pisau shaving
16
Pemakaian listrik mesin produksi
17
Perawatan mesin produksi 10
18
Pengelolaan sampah sisa proses produksi
19
Pemakaian obat pengolah limbah cair
20
Pengolahan limbah cair
Sumber: Data diolah
8
Termasuk penyusutan dan penerangan pabrik.
Termasuk penyusutan forklift.
10
Termasuk penyusutan mesin produksi.
9
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51
2. Menentukan Biaya-Biaya Aktivitas
Langkah kedua adalah menentukan biaya-biaya yang terdapat di
perusahaan yang timbul karena adanya aktivitas-aktivitas yang telah
ditampilkan di tabel 5.7.
Tabel 5.8
Data Biaya Aktivitas Perusahaan Tahun 2013
Kode
01
02
03
04
05
06
07
08
Aktivitas
Pengawasan oleh manajer pabrik
Pengawasan oleh kepala gudang obat
Pengawasan oleh kepala gudang bahan baku
Pengawasan oleh kepala gudang barang jadi
Pengawasan oleh kepala bagian pickle
Pengawasan oleh kepala bagian shaving
Pengawasan oleh kepala bagian dyeing
Pengawasan oleh kepala bagian finishing
Pengawasan oleh kepala bagian
09
ekspor/impor
10
Perawatan bangunan pabrik
11
Pengujian produk kulit jadi
12
Pengangkutan bahan baku kulit
13
Perawatan forklift
14
Mengimpor bahan baku kulit
15
Pembelian pisau shaving
16
Pemakaian listrik mesin produksi
17
Perawatan mesin produksi
18
Pengelolaan sampah sisa proses produksi
19
Pemakaian obat pengolah limbah cair
20
Pengolahan limbah cair
Total
Sumber: Data diolah
Biaya (Rp)
30,000,000.00
23,125,000.00
23,125,000.00
23,125,000.00
23,125,000.00
23,125,000.00
23,125,000.00
23,125,000.00
23,125,000.00
159,411,000.00
1,300,000.00
10,614,000.00
54,225,000.00
45,000,000.00
975,000,000.00
1,764,400,000.00
409,835,000.00
144,000,000.00
890,115,000.00
454,700,000.00
5,123,600,000.00
3. Menentukan Cost Driver
Langkah ketiga adalah menentukan cost driver yang menjadi penentu
besarnya biaya aktivitas yang ada di tabel 5.8. Berdasarkan hasil
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
wawancara dengan pihak bagian akuntansi, bagian personalia dan bagian
produksi, penulis membuat daftar cost driver dari biaya-biaya aktivitas
perusahaan. Beberapa cost driver merupakan hasil asumsi dari penulis
berdasarkan logika sebab-akibat. Penulis menggunakan asumsi karena
keterbatasan di lapangan yang berada di luar kendali penulis, yaitu pihak
perusahaan yang tidak memiliki data rinci mengenai cost driver.
Berikut ini adalah beberapa cost driver yang memicu besarnya biaya
aktivitas yang terdapat di perusahaan:
Tabel 5.9
Daftar Cost Driver Aktivitas Pe rusahaan Tahun 2013
Kode
Aktivitas
01
Pengawasan oleh manajer pabrik
02
Pengawasan oleh kepala gudang obat
Pengawasan oleh kepala gudang bahan
03
baku
Pengawasan oleh kepala gudang
04
barang jadi
05
Pengawasan oleh kepala bagian pickle
Pengawasan oleh kepala bagian
06
shaving
07
Pengawasan oleh kepala bagian dyeing
Pengawasan oleh kepala bagian
08
finishing
Pengawasan oleh kepala bagian
09
ekspor/impor
10
Perawatan bangunan pabrik
11
Pengujian produk kulit jadi
12
Pengangkutan bahan baku kulit
13
Perawatan forklift
14
Mengimpor bahan baku kulit
15
Pembelian pisau shaving
Cost Driver
Rasio tingkat kerumitan kulit
Rasio tingkat kerumitan kulit
Jam kerja kepala gudang bahan
baku
Rasio penanganan produk jadi
Rasio tingkat kerumitan kulit
Rasio tingkat kerumitan kulit
Rasio tingkat kerumitan kulit
Rasio tingkat kerumitan kulit
Jumlah kegiatan ekspor/impor
kulit
Luas pabrik
Jumlah permintaan pengujian
Jumlah perpindahan kulit
Jumlah perpindahan kulit
Jumlah kegiatan impor bahan
baku kulit
Jumlah lembar kulit diolah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
Tabel 5.9
Daftar Cost Driver Aktivitas Pe rusahaan Tahun 2013 (lanjutan)
Kode
Aktivitas
16
Pemakaian listrik mesin produksi
17
Perawatan mesin produksi
Pengelolaan sampah sisa proses
18
produksi
19
Pemakaian obat pengolah limbah cair
20
Pengolahan limbah cair
Sumber: Data diolah
Cost Driver
Rasio tingkat kerumitan kulit
Rasio tingkat kerumitan kulit
Jumlah lembar kulit diolah
Jumlah lembar kulit diolah
Jumlah lembar kulit diolah
4. Mengumpulkan Data Aktivitas
Langkah keempat adalah mengumpulkan data aktivitas-aktivitas
produksi.
Tabel 5.10
Pengelompokkan Aktivitas Berdasarkan Proses
Kode
Aktivitas
14
09
12
03
15
02
Kode
Aktivitas
16
01
05
06
07
Kode
Aktivitas
08
04
11
Proses Persiapan
Mengimpor bahan baku
Pengawasan oleh kepala bagian ekspor/impor
Pengangkutan bahan baku
Pengawasan oleh kepala gudang bahan baku
Pembelian pisau shaving
Pengawasan oleh kepala gudang obat
Proses Pengolahan Kulit
Pemakaian listrik mesin produksi
Pengawasan oleh manajer pabrik
Pengawasan oleh kepala bagian pickle
Pengawasan oleh kepala bagian shaving
Pengawasan oleh kepala bagian dyeing
Proses Finishing
Pengawasan oleh kepala bagian finishing
Pengawasan oleh kepala gudang barang jadi
Pengujian produk kulit jadi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
Tabel 5.10
Pengelompokkan Aktivitas Berdasarkan Proses (lanjutan)
Kode
Aktivitas
Proses Finishing
18
Pengelolaan sampah sisa proses produksi
19
Pemakaian obat pengolah limbah cair
20
Pengolahan limbah cair
Kode
Proses Perawatan
Aktivitas
10
Perawatan bangunan pabrik
13
Perawatan forklift
17
Perawatan mesin produksi
Sumber: Data diolah
Berikutnya, penulis akan menggolongkan aktivitas di atas ke dalam
empat level, yaitu level unit, batch, produk dan fasilitas.
Tabel 5.11
Penggolongan Level Aktivitas
Kode
Aktivitas
15
14
12
9
3
2
Kode
Aktivitas
16
1
5
6
7
Kode
Aktivitas
18
19
Proses Persiapan
Pembelian pisau shaving
Mengimpor bahan baku
Pengangkutan bahan baku
Pengawasan oleh kepala bagian ekspor/impor
Pengawasan oleh kepala gudang bahan baku
Pengawasan oleh kepala gudang obat
Proses Pengolahan Kulit
Pemakaian listrik mesin produksi
Pengawasan oleh manajer pabrik
Pengawasan oleh kepala bagian pickle
Pengawasan oleh kepala bagian shaving
Pengawasan oleh kepala bagian dyeing
Proses Finishing
Pengelolaan sampah sisa proses produksi
Pemakaian obat pengolah limbah cair
Level
Aktivitas
Unit
Batch
Batch
Batch
Produk
Produk
Level
Aktivitas
Produk
Produk
Produk
Produk
Produk
Level
Aktivitas
Unit
Unit
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
Tabel 5.11
Penggolongan Level Aktivitas (lanjutan)
Kode
Aktivitas
20
11
8
4
Kode
Aktivitas
Proses Finishing
Pengolahan limbah cair
Pengujian produk kulit jadi
Pengawasan oleh kepala bagian finishing
Pengawasan oleh kepala gudang barang jadi
Proses Perawatan
17
Perawatan mesin produksi
13
Perawatan forklift
10
Perawatan bangunan pabrik
Sumber: Data diolah
Level
Aktivitas
Unit
Produk
Produk
Produk
Level
Aktivitas
Produk
Batch
Fasilitas
Berikutnya, penulis akan menyajikan tabel konsumsi cost driver
aktivitas per produk sebagaimana tersaji di tabel 5.12:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57
Langkah selanjutnya adalah membentuk cost pool berdasarkan level
aktivitas dan rasio konsumsi yang sama.
Tabel 5.13
Pembentukan Cost Pool
Akt.
Cost Driver
No.
14 Jumlah kegiatan impor bahan baku kulit
I
Total Cost Pool I
15 Jumlah lembar kulit diolah
18 Jumlah lembar kulit diolah
19 Jumlah lembar kulit diolah
II
20 Jumlah lembar kulit diolah
Total Cost Pool II
12 Jumlah perpindahan kulit
13 Jumlah perpindahan kulit
III
Total Cost Pool III
11 Jumlah permintaan pengujian
IV
Total Cost Pool IV
1
Rasio tingkat kerumitan kulit
2
Rasio tingkat kerumitan kulit
5
Rasio tingkat kerumitan kulit
6
Rasio tingkat kerumitan kulit
7
V
Rasio tingkat kerumitan kulit
8
Rasio tingkat kerumitan kulit
16 Rasio tingkat kerumitan kulit
17 Rasio tingkat kerumitan kulit
Total Cost Pool V
3
Jam kerja kepala gudang bahan baku
VI
Total Cost Pool VI
4
Rasio penanganan produk jadi
VII
Total Cost Pool VII
9
Jumlah kegiatan ekspor/impor kulit
VIII
Total Cost Pool VIII
10 Luas pabrik
IX
Total Cost Pool IX
Pool
TOTAL BIAYA AKTIVITAS
Sumber: Data diolah
Biaya Aktivitas
45,000,000.00
45,000,000.00
975,000,000.00
144,000,000.00
890,115,000.00
454,700,000.00
2,463,815,000.00
10,614,000.00
54,225,000.00
64,839,000.00
1,300,000.00
1,300,000.00
30,000,000.00
23,125,000.00
23,125,000.00
23,125,000.00
23,125,000.00
23,125,000.00
1,764,400,000.00
409,835,000.00
2,319,860,000.00
23,125,000.00
23,125,000.00
23,125,000.00
23,125,000.00
23,125,000.00
23,125,000.00
159,411,000.00
159,411,000.00
5,123,600,000.00
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58
Setelah cost pool terbentuk, langkah selanjutnya adalah menentukan
tarif cost pool (cost pool rate). Tarif cost pool ditentukan dengan cara
membagi total biaya aktivitas di setiap cost pool dengan total konsumsi
aktivitas yang ada di cost pool tersebut. Penghitungan tarif cost pool
nampak pada tabel 5.14.
Tabel 5.14
Penghitungan Cost Pool Rate
Pool
I
Biaya Aktivitas
Jml.
Akt.
(1)
(2)
Cost Driver
(3) = (1) : (2)
45,000,000.00
14
2,463,815,000.00
972,871
III
64,839,000.00
392
IV
1,300,000.00
1
V
2,319,860,000.00
1
VI
23,125,000.00
2,205
VII
23,125,000.00
1
VIII
23,125,000.00
242
IX
159,411,000.00
Total
5,123,600,000.00
Sumber: Data diolah
12,600
II
Tarif Pe r Pool
Jml kegiatan impor
bhn baku kulit
Jml lembar kulit
diolah
Jml perpindahan kulit
Jml permintaan
pengujian
Rasio tingkat
kerumitan kulit
Jam kerja kpl gdg
bhn baku
Rasio penanganan
produk jadi
Jml kegiatan
ekspor/impor kulit
Luas pabrik
3,214,285.71
2,532.52
165,405.61
1,300,000.00
2,319,860,000.00
10,487.53
23,125,000.00
95,557.85
12,651.67
5. Menghitung Biaya Overhead
Langkah terakhir dalam metode ABCS adalah menghitung biaya
overhead per unit produk. Untuk menghitungnya, mula- mula ditentukan
terlebih dahulu besarnya konsumsi masing- masing aktivitas overhead oleh
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
setiap produk. Setelah menentukan besarannya, jumlah konsumsi masingmasing aktivitas tadi dikalikan dengan tarif overhead yang telah dihitung
di tabel 5.14. Dari penghitungan tersebut akan diperoleh besarnya biaya
overhead total masing- masing produk. Setelah mendapatkan besarnya
biaya overhead total, langkah selanjutnya adalah membagi total biaya
overhead tadi dengan jumlah unit produk yang diolah oleh perusahaan
selama setahun.
Pembebanan biaya overhead per unit produk Kulit Kambing Tersamak
dapat dilihat pada tabel 5.15.
Tabel 5.15
Pembebanan Biaya Overhead Per Unit Produk Kulit Kambing
Tersamak Tahun 2013 Menggunakan Metode Activity Based Costing
System
Pool
Jumlah
Aktivitas
Tarif BOP Per
Cost Pool
BOP Total
BOP Per Unit
(1)
(2)
(3) = (1) x (2)
(4) = (3) : 619,360*
I
3
3,214,285.71
9,642,857.14
15.57
II
619,360
2,532.52 1,568,541,418.54
2,532.52
III
216
165,405.61
35,661,450.00
57.58
IV
1
1,300,000.00
1,300,000.00
2.10
V
0.57 2,319,860,000.00 1,325,634,285.71
2,140.33
VI
1,102.5
10,487.53
11,562,500.00
18.67
VII
0.35
23,125,000.00
8,093,750.00
13.07
VIII
109
95,557.85
10,406,250.00
16.80
IX
7,560
12,651.67
95,646,600.00
154.43
Total
3,066,489,111.40
4,951.06
Sumber: Data diolah
*619.360 = jumlah produk yang diolah tahun 2013
Pembebanan biaya overhead per unit produk Kulit Domba Tersamak
dapat dilihat pada tabel 5.16.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
Tabel 5.16
Pembebanan Biaya Overhead Per Unit Produk Kulit Domba
Tersamak Tahun 2013 Menggunakan Metode Activity Based Costing
System
Jumlah
Tarif BOP Per
BOP Total
BOP Per Unit
Aktivitas
Cost Pool
(1)
(2)
(3) = (1) x (2)
(4) = (3) : 353,511*
I
11
3,214,285.71
35,357,142.86
100.02
II
353,511
2,532.52
895,273,581.46
2,532.52
III
176
165,405.61
29,177,550.00
82.54
IV
1,300,000.00
V
0.43 2,319,860,000.00
994,225,714.29
2,812.43
VI
1,102.5
10,487.53
11,562,500.00
32.71
VII
0.65
23,125,000.00
15,031,250.00
42.52
VIII
133
95,557.85
12,718,750.00
35.98
IX
5,040
12,651.67
63,764,400.00
180.37
Total
2,057,110,888.60
5,819.09
Sumber: Data diolah
*353.511 = jumlah produk yang diolah tahun 2013
Pool
C. Pembahasan
Dalam subbab ketiga ini, penulis akan menjawab rumusan masalah yang
ketiga dalam penelitian ini, yaitu membandingkan metode pembebanan biaya
overhead yang diterapkan perusahaan dengan metode ABCS. Pembandingan
kedua metode akan dibagi menjadi dua, yaitu pembandingan biaya overhead
total, sebagaimana tercantum pada tabel 5.17 dan pembandingan biaya
overhead per unit produk, sebagaimana tercantum pada tabel 5.18.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
Tabel 5.17
Perbandingan Biaya Overhead Total Pe r Produk Menurut Perusahaan
dan Menurut Activity Based Costing System
Produk
Pembebanan BOP
Total Menurut
Perusahaan
Kulit
3,261,843,446.87
Kambing
Kulit
1,861,756,553.13
Domba
Total BOP
5,123,600,000.00
Sumber: Data diolah
Pembebanan BOP
Total Menurut
ABCS
3,066,489,111.40
Selisih BOP
Total
195,354,335.47
2,057,110,888.60 (195,354,335.47)
5,123,600,000.00
0.00
Tabel 5.18
Perbandingan Biaya Overhead Pe r Unit Produk Menurut Perusahaan
dan Menurut Activity Based Costing System
Produk
Pembebanan BOP
Per Unit Produk
Menurut Perusahaan
Kulit
Kambing
Kulit
Domba
Sumber: Data diolah
Pembebanan BOP
Per Unit Produk
Menurut ABCS
Selisih BOP
Per Unit
5,266.47
4,951.06
315.41
5,266.47
5,819.09
(552.61)
Berdasarkan tabel 5.18, terlihat bahwa terdapat perbedaan pembebanan
biaya overhead per unit produk antara metode yang diterapkan perusahaan
dengan metode ABCS. Untuk produk Kulit Kambing, biaya overhead menurut
perusahaan adalah Rp5.266,47 per unit produk, sedangkan menurut metode
ABCS adalah Rp4.951,06 per unit produk. Untuk produk Kulit Domba, biaya
overhead menurut perusahaan adalah Rp5.266,47 per unit produk, sedangkan
menurut metode ABCS adalah Rp5.819,09 per unit produk. Dari informasi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa produk Kulit Kambing dibebani biaya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62
overhead terlalu tinggi (overcosting), yaitu sebesar Rp315,41 per unit produk.
Di lain sisi, produk Kulit Domba justru dibebani biaya overhead yang terlalu
rendah (undercosting), yaitu sebesar Rp552,61 per unit produk.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam bab lima, dapat
disimpulkan bahwa:
1. PT. Budi Makmur Jayamurni selama ini menggunakan tarif per
departemen dalam menghitung besarnya biaya
overhead.
Dalam
penerapannya, PT. Budi Makmur Jayamurni membebankan biaya
overhead di setiap departemen berdasarkan perbandingan jumlah lembar
kulit setiap jenis kulit dari jumlah total kulit yang diolah yang masuk ke
dalam masing- masing departemen produksi. Dengan cara ini, diasumsikan
bahwa besarnya biaya overhead di setiap departemen berbanding lurus
dengan jumlah lembar kulit yang masuk ke setiap departemen. Artinya,
jika jumlah lembar kulit yang masuk ke setiap departemen semakin
banyak, biaya overhead yang dibebankan ke departemen tersebut juga
akan semakin besar.
2. Perusahaan menetapkan biaya pengolahan limbah cair dan gaji kepala
bagian ekspor/impor sebagai salah satu komponen biaya overhead.
3. Dalam penghitungan biaya overhead dengan menggunakan metode ABCS,
terdapat perbedaan besarnya biaya overhead per unit antara metode yang
diterapkan oleh perusahaan dengan metode ABCS. Besarnya biaya
overhead perusahaan yang dihitung dengan menggunakan metode ABCS
63
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64
jauh lebih akurat dan mewakili konsumsi biaya overhead yang dikonsumsi
oleh setiap produk, karena besarnya biaya tersebut tidak ditentukan hanya
berdasarkan banyak sedikitnya jumlah kulit yang diolah, namun juga
dengan mempertimbangkan faktor lainnya yang tidak berkaitan dengan
jumlah lembar kulit yang diolah, seperti jumlah impor bahan baku masingmasing produk, jumlah jam tenaga kerja penolong, jumlah perpindahan
bahan, dan lain- lain.
4. Perbedaan besarnya biaya overhead antara metode yang diterapkan
perusahaan dengan metode ABCS menyebabkan pembebanan biaya
overhead yang terlalu tinggi (overcosting) dan juga terlalu rendah
(undercosting). Produk perusahaan yang mengalami pembebanan biaya
overhead terlalu tinggi (overcosting) adalah produk Kulit Kambing,
sedangkan produk yang mengalami pembebanan biaya overhead terlalu
rendah (undercosting) adalah produk Kulit Domba. Besarnya overcosting
produk Kulit Kambing adalah sebesar Rp315,41 per unit produk,
sedangkan besarnya undercosting produk Kulit Domba adalah sebesar
Rp552,61 per unit produk.
D. Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan penelitian yang berada di luar kendali penulis yang
disebabkan karena kondisi lapangan, antara lain:
1. Perusahaan tidak berkenan memberikan data rinci yang dibutuhkan oleh
penulis. Sebagai konsekuensinya, penulis melakukan beberapa asumsi
dalam menentukan beberapa nominal biaya overhead. Kendati hanya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65
menggunakan asumsi, namun asumsi dibuat berdasarkan wawancara
intensif dan konfirmasi dengan pihak akuntansi dan bagian produksi.
2. Perusahaan tidak memiliki catatan rinci mengenai faktor- faktor yang
memicu besar kecilnya biaya overhead yang timbul selama proses
produksi (cost driver), sehingga penulis harus membuat asumsi mengenai
rincian cost driver berdasarkan hasil wawancara dengan bagian akuntansi,
bagian produksi dan bagian personalia.
3. Penulis juga tidak bisa mengakses informasi rinci mengenai jumlah jam
mesin dan jumlah batch produk, sehingga hal tersebut berpotensi
mengakibatkan pembebanan biaya overhead yang kurang tepat.
4. Produk Kulit Kambing merupakan produk yang jumlah unitnya jauh lebih
banyak dan memerlukan proses pengolahan yang lebih rumit diband ingkan
produk Kulit Domba Tersamak. Hal ini mengakibatkan pembebanan biaya
overhead menggunakan ABCS tidak terlalu memberikan perbedaan yang
nyata bagi perusahaan.
E. Saran
Beberapa saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan dalam bab lima, antara lain:
1. Perusahaan masih dapat menerapkan metode penghitungan harga pokok
produk yang selama ini dipakai. Namun demikian, hendaknya perusahaan
berkenan
perusahaan
mempertimbangkan
hendak
penggunaan
menambah
metode
ABCS
diversifikasi produknya.
apabila
Hal
ini
dikarenakan metode ABCS mampu memberikan informasi rinci mengenai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66
aktivitas-aktivitas produksi yang menimbulkan biaya overhead. Dengan
informasi tersebut, pihak manajemen akan mampu menilai aktivitasaktivitas yang sekiranya perlu dilakukan efisiensi atau bahkan mungkin
dihilangkan, sehingga dapat
menekan
harga pokok produk dan
meningkatkan daya saing perusahaan.
2. Hendaknya perusahaan tetap perlu menilai terlebih dahulu mengenai
manfaat dari penerapan metode ABCS terhadap keuntungan perusahaan.
Hal ini dikarenakan ketika mengganti sistem lama dengan sistem yang
baru akan memerlukan biaya yang besar dan waktu untuk proses
penyesuaian.
3. Biaya pengolahan limbah cair dan biaya gaji kepala bagian ekspor/impor
hendaknya tidak dimasukkan ke dalam komponen biaya overhead,
melainkan sebagai biaya periode, sehingga dapat memperkecil nilai biaya
overhead dan pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing produk.
4. Perusahaan juga sebaiknya mempertimbangkan reaksi karyawan ketika
akan menerapkan sistem yang baru. Jangan sampai ketika data yang
diperlukan untuk mengganti sistem telah tersedia, perusahaan harus
menghadapi hambatan karena protes karyawan dikarenakan penerapan
sistem yang baru.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Akyol, Derya Eren, Gonca Tuncel dan G. Mirac Bayhan. 2007. A Comparative
Analysis of Activity-Based Costing and Traditional Costing. World
Academy of Science, Engineering and Technology 3: 580-583.
Blocher, Chen, Cokins, dan Lin. 2007. Manajemen Biaya (Terj. Ed. 3, Buku 1).
Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Blocher, Stout, dan Cokins. 2011. Manajemen Biaya (Terj. Ed. 5, Buku 1).
Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Garrison, Norren dan Brewer. 2013. Akuntansi Manajerial (Terj. Ed. 14, Buku 1).
Jakarta: Salemba Empat.
Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial (Terj.
Buku 1 Edisi 8). Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Krismiaji dan Y. Anni Aryani. 2011. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.
Mardiasmo. 2000. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Andi Offset.
Martusa, Riki dan Agnes Fransisca Adie. 2011. Peranan Activity-Based Costing
System dalam Penghitungan Harga Pokok Produksi Kain yang Sebenarnya
untuk Penetapan Harga Jual (Studi kasus pada PT Panca Mitra Sandang
Indah). Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 4 Tahun ke-2 JanuariApril.6
Maulana, Mardika Putra. 2011. Analisis Perbandingan Activity Based Costing
dan Pembebanan Biaya Konvensional dalam Menentukan Harga Pokok
Produksi pada UKM Tamer di Gresik. Skripsi Dipublikasikan. Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi PERBANAS Surabaya.
Mulyadi. 2007. Activity-Based Cost System. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Riwayadi. 2014. Akuntansi Biaya; Pendekatan Tradisional dan Kontemporer.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Rudianto. 2006. Akuntansi Manajemen; Informasi untuk Pengambilan Keputusan
Manajemen. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Siregar, Baldric, dkk. 2013. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
67
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68
Sulistomo, Andriawan. 2006. Analisis Pembebanan Biaya Overhead Pabrik
dengan Activity Based Costing System (Studi Kasus pada PT. Waskito
Putra Yogyakarta). Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Sanata
Dharma.
Supriyono. 1994. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi
Maju dan Globalisasi. Yogyakarta: BPFE.
Umar, Husein. 2001. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.
Widjajanti, Andjarwani Putri. 2007. Evaluasi Penerapan Activity Based Costing
System sebagai Alternatif Sistem Biaya Tradisional dalam Penentuan
Harga Pokok Produksi (Studi Kasus pada Perusahaan Meubel PT. Nilas
Wahana Antika Sukoharjo). Jurnal Ilmiah Akuntansi Volume VI Nomor 2:
88 – 100.
Witjaksono, Armanto. 2013. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wulandari, Carolina. 2014. Perlakuan Akuntansi Biaya Pengolahan Limbah Cair
(Studi Kasus di PT. Budi Makmur Jayamurni). Skripsi Tidak
Dipublikasikan. Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN
Angket penelitian:
Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Alternatif Sistem
Akuntansi Biaya Tradisional Dalam Membebankan Biaya Overhead
Perkenalkan nama saya Leonhard Haryo Darundriyo. Saat ini saya sedang
melakukan penelitian dengan judul sebagaimana tersebut di atas. Oleh karena hal
tersebut, saya mohon Bapak/Ibu berkenan menyediakan waktu untuk menjawab
beberapa pertanyaan berikut:
1. Ada berapa jenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
………………………………………………………………
2. Dalam membebankan biaya overhead pabrik, metode apa yang
digunakan oleh perusahaan?
a. Tarif keseluruhan pabrik
b. Tarif per departemen
c. Activity based costing
d. ………………………
3. Aktivitas apa saja yang ada dalam proses produksi? (misal: penyetelan
mesin, pemindahan bahan baku, pengepakan produk, dll.)
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
69
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…
4. Apa saja pemicu aktivitas yang ada dalam proses produksi? (misal:
jumlah pesanan, jumlah kali produksi, jam mesin, dll.)
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…
5. Berapa besarnya biaya dari masing- masing aktivitas tersebut?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…
Demikian beberapa informasi yang saya perlukan untuk penelitian ini. Besar
harapan saya Bapak/Ibu berkenan mendukung demi kelancaran penelitian ini.
Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71
Download