PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI SISTEM AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL DALAM MEMBEBANKAN BIAYA OVERHEAD PADA PRODUK Studi Kasus di PT. Budi Makmur Jayamurni SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Oleh: Leonhard Haryo Darundriyo NIM: 102114014 PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI SISTEM AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL DALAM MEMBEBANKAN BIAYA OVERHEAD PADA PRODUK Studi Kasus di PT. Budi Makmur Jayamurni SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Oleh: Leonhard Haryo Darundriyo NIM: 102114014 PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 i PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Skripsi PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI SISTEM AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL DALAM MEMBEBANKAN BIAYA OVERHEAD PADA PRODUK Studi Kasus di PT. Budi Makmur Jayamurni Oleh: Leonhard Haryo Darundriyo NIM: 102114014 Telah disetujui oleh: Pembimbing, Antonius Diksa Kuntara, S.E., M.F.A., QIA. ii Tanggal: 5 November 2014 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Skripsi PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI SISTEM AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL DALAM MEMBEBANKAN BIAYA OVERHEAD PADA PRODUK Studi Kasus di PT. Budi Makmur Jayamurni Dipersiapkan dan Ditulis Oleh: Leonhard Haryo Darundriyo NIM: 102114014 Telah Dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 26 Januari 2015 dan Dinyatakan Memenuhi Syarat Susunan Dewan Penguji Nama Lengkap Ketua Tanda Tangan Dr. Fr. Reni Retno Anggraini, M.Si., Ak., CA. ………………... Sekretaris Lisia Apriani, S.E., M.Si., Ak., QIA., CA. ………………... Anggota Antonius Diksa Kuntara, S.E., M.F.A., QIA. ………………... Anggota Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto, M.Si., Ak., QIA., CA. ………………... Anggota Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA. ………………... Yogyakarta, 27 Februari 2015 Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Dekan Dr. H. Herry Maridjo, M.Si. iii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI MOTTO HIDUP adalah PROSES HIDUP adalah PEMBELAJARAN HIDUP adalah PERJUANGAN Saat GAGAL, maka MENCOBA lagi Saat JATUH, maka BANGKIT lagi Saat KALAH, maka BERUSAHA lagi JANGAN PERNAH BERHENTI!!! Sampai Dia berkata: “WAKTUNYA PULANG, ANAK-KU.” (Anonim) Skripsi ini dipersembahkan untuk: Kedua orangtuaku, I.Y. Atmadji dan A. Mudiningsih Kedua kakakku, Mbak Lulu dan Mbak Lala Serta semua saudara dan sahabat iv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI SISTEM AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL DALAM MEMBEBANKAN BIAYA OVERHEAD PADA PRODUK Studi Kasus di PT. Budi Makmur Jayamurni dan diajukan untuk diuji pada tanggal 26 Januari 2015 adalah hasil karya saya. Dengan ini, saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan kepada penulis aslinya. Apabila di kemudian hari saya terbukti melakukan hal tersebut di atas, baik disengaja maupun tidak disengaja, saya bersedia menerima sanksi, berupa pengguguran skripsi, pengembalian ijazah kepada pihak universitas dan pencabutan gelar akademik (S.E.). Yogyakarta, 27 Februari 2015 Yang membuat pernyataan, Leonhard Haryo Darundriyo NIM: 102114014 v PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : LEONHARD HARYO DARUNDRIYO NIM : 102114014 Fakultas : EKONOMI Prodi : AKUNTANSI Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Alte rnatif Pengganti Sistem Akuntansi Biaya Tradisional dalam Membebankan Biaya Overhead Pada Produk dengan Studi Kasus di PT. Budi Makmur Jayamurni” Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 27 Februari 2015 Yang membuat pernyataan, Leonhard Haryo Darundriyo NIM: 102114014 vi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah Bapa di Surga atas penyelenggaraan hidup yang masih diberikan kepada penulis sampai saat ini, khususnya atas segala rahmat berlimpah sehingga mema mpukan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi berjudul “Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Alternatif Pengganti Sistem Akuntansi Biaya Tradisional dalam Membebankan Biaya Overhead Pada Produk (Studi Kasus di PT. Budi Makmur Jayamurni)” ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa dalam prosesnya ada banyak pihak yang sangat berperan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena hal tersebut di atas, penulis hendak menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk belajar dan mengembangkan kepribadian. 2. Antonius Diksa Kuntara, S.E., M.F.A., QIA., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. 3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA., selaku dosen pendamping akademik sejak semester 1 – 8 yang telah memberikan dorongan dan bimbingan kepada penulis. vii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4. Dra. YFM. Gien Agustinawansari, M.M., Ak., QIA., CA. selaku dosen pendamping akademik semester 9 yang telah berkenan memberikan nasihat dan bimbingan kepada penulis. 5. Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto, M.Si., Ak., QIA., CA., selaku dosen penguji yang telah berkenan membimbing dan berdiskusi dengan penulis mengenai teori activity based costing system. 6. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA., selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, kritik dan masukan yang sangat berharga sehingga penulis memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai activity based costing system. 7. Segenap dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma beserta staf sekretariat yang telah banyak membantu penulis saat masih duduk di bangku kuliah. 8. Ibu Tri Ratna, Ibu Kevie dan Bapak Gandung, selaku pihak PT. Budi Makmur Jayamurni yang telah berkenan menyediakan data-data yang diperlukan untuk penyusunan skripsi ini dan atas nasihat- nasihat yang telah diberikan kepada penulis selama proses penelitian di perusahaan. 9. Bapak, Ibu dan kedua kakak penulis, yang telah memberikan dukungan doa, semangat dan finansial selama penulis menjalani kuliah di Yogyakarta. 10. Om dan tante serta semua saudara yang juga ikut membantu membiayai kuliah penulis, khususnya Tante Tuti dan (Alm.) Om Heru yang juga selalu memberikan dukungan, nasihat dan semangat bagi penulis untuk selalu tekun dalam menjalani studi. viii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11. Teman-teman Prodi Akuntansi angkatan 2010, khususnya kelas A, atas kebersamaan dan keceriaan yang telah dijalani selama ini. 12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang secara langsung maupun tidak langsung, telah membuat penulis belajar banyak hal dalam hidup. 13. Tuhan Yesus Kristus di Surga, yang sering membuat penulis marah, jengkel dan emosi (tapi pada akhirnya justru membuat penulis malu pada diri sendiri) karena karya-karya kreatif-Nya yang luar biasa dalam hidup penulis. Yogyakarta, 27 Februari 2015 Leonhard Haryo Darundriyo ix PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ...................................................v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...............vi KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii DAFTAR ISI ...........................................................................................................x DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xv ABSTRAK............................................................................................................xvi ABSTRACT ........................................................................................................ xvii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1 A. Latar Belakang Masalah...............................................................1 B. Rumusan Masalah ........................................................................5 C. Tujuan Penelitian .........................................................................5 D. Batasan Masalah ..........................................................................5 E. Manfaat Penelitian .......................................................................6 F. Sistematika Penulisan ..................................................................7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................9 A. Konsep Biaya dan Beban .............................................................9 x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI B. Biaya Manufaktur ........................................................................9 C. Harga Pokok Produk ..................................................................11 D. Aktivitas .....................................................................................12 E. Cost Driver.................................................................................13 F. Cost Pool....................................................................................14 G. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional..........................................15 H. Activity Based Costing System ...................................................17 I. Perbedaan Activity Based Costing System dengan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional..........................................20 J. BAB III Penelitian Terdahulu ..................................................................21 METODE PENELITIAN ...............................................................24 A. Jenis Penelitian............................................................................24 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................24 C. Data Yang Diperlukan ................................................................24 D. Metode Pengumpulan Data .........................................................25 E. Kerangka Pemikiran....................................................................26 F. Metode Analisis Data..................................................................26 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .......................................30 A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ......................................30 B. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ..............................................31 C. Struktur Organisasi Perusahaan ..................................................32 D. Produksi ......................................................................................37 xi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN.................................................46 A. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Menurut Perusahaan........46 B. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Menggunakan Activity Based Costing System ....................................................50 C. Pembahasan.................................................................................60 BAB VI PENUTUP........................................................................................63 A. Simpulan .....................................................................................63 B. Keterbatasan Penelitian...............................................................64 C. Saran............................................................................................65 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................67 LAMPIRAN ..........................................................................................................69 xii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perbedaan Activity Based Costing System dengan Sistem Akuntansi BiayaTradisional ...................................................21 Tabel 5.1 Biaya Overhead Per Departemen Perusahaan Tahun 2013 ................46 Tabel 5.2 Data Jumlah Lembar Bahan Baku Kulit Setiap Departemen Tahun 2013 .........................................................................................47 Tabel 5.3 Data Jumlah Lembar Bahan Baku Kulit Kambing Per Departemen Tahun 2013 .........................................................................................47 Tabel 5.4 Data Jumlah Lembar Bahan Baku Kulit Domba Per Departemen Tahun 2013 .........................................................................................48 Tabel 5.5 Pembebanan Biaya Overhead Produk Kulit Kambing Tersamak Per Unit Tahun 2013...........................................................................49 Tabel 5.6 Pembebanan Biaya Overhead Produk Kulit Domba Tersamak Tahun 2013 .........................................................................................49 Tabel 5.7 Daftar Aktivitas Produksi PT. Budi Makmur Jayamurni Tahun 2013 .........................................................................................50 Tabel 5.8 Data Biaya Aktivitas Perusahaan Tahun 2013 ...................................51 Tabel 5.9 Daftar Cost Driver Aktivitas Perusahaan Tahun 2013 .......................52 Tabel 5.9 Daftar Cost Driver Aktivitas Perusahaan Tahun 2013 (lanjutan) .............................................................................................53 Tabel 5.10 Pengelompokkan Aktivitas Berdasarkan Proses ................................53 Tabel 5.10 Pengelompokkan Aktivitas Berdasarkan Proses (lanjutan) ................54 xiii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Tabel 5.11 Penggolongan Level Aktivitas............................................................54 Tabel 5.11 Penggolongan Level Aktivitas (lanjutan) ...........................................55 Tabel 5.12 Data Konsumsi Cost Driver Aktivitas Per Produk .............................56 Tabel 5.13 Pembentukan Cost Pool......................................................................57 Tabel 5.14 Penghitungan Cost Pool Rate .............................................................58 Tabel 5.15 Pembebanan Biaya Overhead Per Unit Produk Kulit Kambing Tersamak Tahun 2013 Menggunakan Activity Based Costing System .................................................................................................59 Tabel 5.16 Pembebanan Biaya Overhead Per Unit Produk Kulit Domba Tersamak Tahun 2013 Menggunakan Activity Based Costing System .................................................................................................60 Tabel 5.17 Perbandingan Biaya Overhead Total Per Produk Menurut Perusahaan dan Menurut Activity Based Costing System ...................61 Tabel 5.18 Perbandingan Biaya Overhead Per Unit Produk Menurut Perusahaan dan Menurut Activity Based Costing System ...................61 xiv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................26 Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Budi Makmur Jayamurni.........................36 Gambar 4.2 Diagram Alir Proses Produksi Penyamakan Kulit Kambing/Domba PT. Budi Makmur Jayamurni ...................45 xv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI SISTEM AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL DALAM MEMBEBANKAN BIAYA OVERHEAD PADA PRODUK Studi Kasus di PT. Budi Makmur Jayamurni Leonhard Haryo Darundriyo 102114014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2014 Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui pembebanan biaya overhead yang diterapkan oleh PT. Budi Makmur Jayamurni, 2) mengetahui hasil penerapan activity based costing system dalam membebankan biaya overhead di PT. Budi Makmur Jayamurni, 3) mengetahui besarnya selisih pembebanan biaya overhead antara metode yang diterapkan PT. Budi Makmur Jayamurni dan yang dihitung dengan activity based costing system. Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data diperoleh dengan cara dokumentasi, observasi dan wawancara. Data dianalisis dengan cara membandingkan pembebanan biaya overhead antara yang dihitung dengan menggunakan metode yang diterapkan perusahaan dan activity based costing system. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa: 1) PT. Budi Makmur Jayamurni menggunakan tarif departemen dalam membebankan biaya overhead, 2) metode activity based costing system jauh lebih akurat, 3) perbedaan kedua metode mengakibatkan overcosting terhadap produk Kulit Kambing dan undercosting terhadap produk Kulit Domba. Kata kunci: activity based costing system, overhead, overcosting, undercosting xvi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRACT AN IMPLEMENTATION OF ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM AS AN ALTERNATIVE TOWARD TRADITIONAL COSTING IN ASSIGNING OVERHEAD COST TO PRODUCT A Case Study at PT. Budi Makmur Jayamurni Leonhard Haryo Darundriyo 102114014 Sanata Dharma University Yogyakarta 2015 The aims of this research are: 1) to understand the overhead cost assignment method implemented by the company, 2) to understand the result of an implementation of activity based costing system in assigning overhead cost in the company, 3) to understand the differences between the company’s method and the activity based costing system. This research was a case study. Data were collected by documentation, observation and interview. Data were analyzed by comparing the overhead cost assignment between the company’s method and the activity based costing system. Based on the data analysis, it is known that: 1) the company uses departemental rates in assigning their overhead cost, 2) activity based costing system are more accurate than the company’s method, 3) the differences between those two methods cause overcosting to Goat Finnished Leather and undercosting to Sheep Finnished Leather. Keywords: activity based costing system, overhead, overcosting, undercosting xvii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan bisnis dan perdagangan telah berkembang semakin pesat. Semakin pesatnya persaingan memaksa setiap perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Untuk dapat mempertahankan persaingan, perusahaan harus mampu menarik minat konsumen dengan strategi yang dimilikinya, sehingga konsumen tidak berpindah haluan. Konsumen selalu menginginkan produk yang memiliki kualitas unggul, namun dengan harga yang masih terjangkau. Hal ini tentunya menjadi perhatian khusus bagi pihak manajemen perusahaan untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh konsumen. Penetapan harga jual yang terjangkau oleh konsumen tentunya berkaitan dengan perencanaan biaya produksi. Biaya produksi yang tinggi akan berakibat meningkatnya harga pokok produk. Meningkatnya harga pokok produk pada akhirnya akan diikuti dengan meningkatnya harga jual. Harga jual yang lebih tinggi dari harga jual pesaing tentunya akan sangat tidak menguntungkan bagi perusahaan. Di lain sisi, jika harga pokok produk ditetapkan terlalu rendah, perusahaan tidak akan mendapatkan laba yang optimal. Penghitungan biaya produksi dapat dilakukan dengan menggunakan sistem akuntansi biaya. Sistem akuntansi biaya dapat digunakan untuk 1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2 mengalokasikan biaya-biaya yang timbul selama proses produksi. Semua biaya yang ada tadi nantinya akan dibebankan ke produk yang telah dihasilkan. Dalam lingkungan pemanufakturan yang sudah maju dan penuh persaingan seperti sekarang ini, diperlukan suatu sistem akuntans i biaya yang dapat dengan tepat mengalokasikan biaya-biaya produksi. Hingga saat ini masih terdapat perusahaan manufaktur berteknologi canggih yang memproduksi berbagai macam jenis produk dengan volume dan tingkat kerumitan yang berbeda antar jenis produk, namun masih mempertahankan sistem akuntansi biaya tradisional dalam menghitung biaya produksinya. Dengan kondisi tersebut, sistem akuntansi biaya tradisional tidak lagi dapat diandalkan dalam menunjang keputusan penentuan harga jual. Bertolak dari sejarahnya, sistem akuntansi biaya tradisional diterapkan oleh banyak perusahaan karena pada saat itu kegiatan produksi sebagian besar masih menggunakan tenaga manusia, sehingga besarnya biaya overhead pabrik tidak begitu signifikan. Namun, seiring berkembangnya teknologi, kegiatan produksi mulai banyak menggunakan teknologi mesin dalam menjalankan proses produksinya. Hal ini mengakibatkan semakin besarnya konsumsi biaya overhead dalam suatu proses produksi, seperti biaya penyetelan mesin, depresiasi mesin, biaya pemindahan bahan baku dan sebagainya. Sistem akuntansi biaya tradisional hanya mampu membebankan secara tepat biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sementara biaya overhead dibebankan ke setiap produk secara proporsional. Hal ini PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3 tentunya dapat menimbulkan distorsi biaya, mengingat bahwa tidak semua produk mengonsumsi biaya overhead yang sama. Sebuah perusahaan yang telah menerapkan teknologi produksi yang canggih sebenarnya masih cocok menerapkan sistem akuntansi b iaya tradisional dalam menghitung biaya produksinya dengan syarat bahwa perusahaan tersebut hanya memproduksi satu jenis produk atau memproduksi beberapa macam jenis produk, namun dengan volume dan tingkat kerumitan yang tidak jauh berbeda antar jenis produk. Yang menjadi permasalahan adalah apabila perusahaan tersebut memproduksi lebih dari satu jenis produk dengan volume dan tingkat kerumitan yang sangat berbeda antar setiap jenis produk. Produk yang volume produksinya sedikit namun harus melalui proses yang sangat rumit dan memerlukan banyak aktivitas selayaknya dibebani biaya overhead yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang volume produksinya banyak namun tingkat kerumitannya sangat rendah dan tidak memerlukan banyak aktivitas. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mampu untuk mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, akibatnya pembebanan biaya overhead untuk setiap jenis produk menjadi tidak tepat. Pembebanan biaya overhead yang tidak tepat ini akan dapat mengakibatkan pembebanan yang terlalu rendah (undercosting) atau justru terlalu tinggi (overcosting). Pembebanan biaya overhead yang terlalu rendah akan mengakibatkan harga pokok produk ditetapkan terlalu rendah, sehingga harga jual akan menjadi terlalu murah, demikian juga sebaliknya. Untuk mengatasi hal tersebut, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4 diperlukan suatu bentuk sistem pembebanan biaya yang dapat mengalokasikan biaya overhead secara lebih akurat. Activity Based Costing System (ABCS) merupakan sistem akuntansi biaya yang dapat menjawab permasalahan di atas. ABCS membebankan biaya overhead tidak secara proporsional ke setiap produk. Dalam ABCS diasumsikan bahwa biaya overhead muncul akibat dari aktivitas yang timbul selama proses produksi. Dengan demikian, ABCS dapat menyajikan penghitungan yang lebih akurat bagi pihak manajemen dalam menentukan harga pokok produk. PT. Budi Makmur Jayamurni merupakan perusahaan pengolah kulit yang terletak di wilayah Kotegede, Yogyakarta. Perusahaan ini menghasilkan dua jenis produk yaitu Goat Finnished Leather (Kulit Kambing Tersamak) dan Sheep Finnished Leather (Kulit Domba Tersamak). Dalam menjalankan proses produksinya, perusahaan telah menggunakan tekno logi mesin pabrik yang canggih dan proporsi komponen biaya overhead perusahaan dalam total biaya produksi adalah sebesar 18,67%. Selama ini perusahaan menggunakan tarif per departemen dalam membebankan biaya overhead tersebut. Hal ini tentunya dapat mengakibatkan pembebanan biaya overhead yang kurang tepat, mengingat perusahaan memproduksi lebih dari satu jenis produk yang memiliki kompleksitas yang berbeda, di mana produk Kulit Kambing Tersamak memiliki tingkat kerumitan yang lebih besar dibandingkan produk Kulit Domba Tersamak. Dengan tingkat kerumitan yang berbeda tersebut, tentunya masing- masing jenis produk tersebut mengonsumsi aktivitas PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5 overhead yang tidak sama. Oleh karena hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penerapan Activity Based Costing System di perusahaan tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengajukan rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana pembebanan biaya overhead yang diterapkan oleh PT. Budi Makmur Jayamurni? 2. Bagaimana pembebanan biaya overhead pada PT. Budi Makmur Jayamurni jika menggunakan Activity Based Costing System? 3. Berapa besarnya selisih pembebanan biaya overhead antara metode yang diterapkan perusahaan dan Activity Based Costing System? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pembebanan biaya overhead yang diterapkan oleh PT. Budi Makmur Jayamurni. 2. Mengetahui hasil penerapan Activity Based Costing System dalam membebankan biaya overhead di PT. Budi Makmur Jayamurni. 3. Mengetahui besarnya selisih pembebanan biaya overhead antara metode yang diterapkan oleh perusahaan dan Activity Based Costing System. D. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah pembebanan biaya overhead ke produk yang diproduksi PT. Budi Makmur Jayamurni. Hal- hal lain yang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6 tidak berkaitan langsung dengan penghitungan biaya overhead, seperti kelemahan SPI dan sebagainya, tidak akan ditelusuri. Dalam penelitian ini penulis juga tidak menghitung besarnya harga pokok produk karena fokus penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan pembebanan biaya overhead yang diakui pada tahun 2013 menurut masing- masing metode. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan a. Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai manfaat dan keunggulan Activity Based Costing System dibandingkan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional. b. Penelitian ini dapat digunakan untuk membantu perusahaan menerapkan Activity Based Costing System dalam membebankan biaya overhead sebagai salah satu komponen harga pokok produk. 2. Bagi Peneliti a. Penelitian ini sebagai sarana penerapan teori yang telah didapat selama kuliah ke dalam praktik nyata. b. Penelitian ini memberi pemahaman yang lebih nyata dan mendalam mengenai Activity Based Costing System dalam membebankan biaya overhead. 3. Bagi Peneliti selanjutnya a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi bagi peneliti yang hendak meneliti topik yang sejenis. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7 b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan untuk memperluas cakupan penelitian yang masih berkaitan dengan Activity Based Costing System. F. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi paparan teori yang berkaitan dengan tema penelitian penulis. Teori yang berkaitan tersebut, antara lain mengenai konsep biaya dan beban, pengertian biaya manufaktur, pengertian harga pokok produk, pengertian aktivitas, pengertian cost driver, pengertian cost pool, pengertian sistem akuntansi biaya tradisional, activity based costing system, dan perbandingan antara keduanya. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis data. BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini berisi gambaran umum dari objek penelitian penulis, yaitu PT. Budi Makmur Jayamurni. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB V 8 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan sistem pembebanan biaya yang diterapkan oleh perusahaan, pembebanan biaya menggunakan activity based costing system serta perbandingan antara keduanya. BAB VI PENUTUP Bab ini menguraikan simpulan hasil penelitian dan saran bagi perusahaan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Biaya dan Beban Hansen dan Mowen (2009: 47) mendefinisikan biaya (cost) sebagai kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa kini dan masa depan untuk organisasi. Beban (expense) merupakan biaya yang telah digunakan untuk memperoleh pendapatan. Dengan kata lain, beban adalah biaya yang sudah kadaluarsa. B. Biaya Manufaktur Menurut Hansen dan Mowen (2009: 57), biaya manufaktur dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Bahan langsung Bahan langsung adalah bahan yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Biaya bahan ini dapat langsung dibebankan pada produk karena pengamatan secara fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi setiap jenis produk. Bahan yang menjadi bagian produk berwujud atau bahan yang digunakan dalam penyediaan jasa umumnya diklasifikasikan sebagai bahan langsung. 2. Tenaga kerja langsung Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Pengamatan secara fisik dapat digunakan dalam mengukur kuantitas karyawan yang 9 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10 terlibat dalam memproduksi suatu jenis produk dan jasa. Karyawan yang mengubah bahan baku menjadi produk atau menyediakan jasa kepada pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung. 3. Overhead Semua biaya produksi – selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung – dikelompokkan ke dalam satu kategori yang disebut biaya overhead. Pada perusahaan manufaktur, biaya overhead juga dikenal sebagai beban pabrik (factory burden) atau overhead manufaktur (manufacturing overhead). Kategori biaya overhead memuat berbagai hal. Selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung, banyak masukan diperlukan untuk membuat produk. Rudianto (2006: 271) menyebutkan bahwa biaya overhead merupakan berbagai macam biaya selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung, tetapi tetap dibutuhkan dalam proses produksi. Biayabiaya tersebut, antara lain: a. Biaya bahan penolong Biaya bahan penolong yaitu bahan tambahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Misalnya, kain dan kancing dibutuhkan untuk menghasilkan pakaian jadi, paku dan cat dibutuhkan untuk menghasilkan meja tulis, dan sebagainya. Bahan penolong merupakan elemen bahan baku yang tetap dibutuhkan oleh suatu produk jadi, tetapi bukan merupakan elemen utama. Tanpa bahan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11 penolong, suatu produk tidak akan pernah menjadi produk yang siap pakai dan siap dijual. b. Biaya tenaga kerja penolong Biaya tenaga kerja penolong (tenaga kerja tidak langsung) adalah pekerja yang dibutuhkan dalam proses menghasilkan suatu barang, tetapi tidak terlibat secara langsung di dalam proses produksi. Misalnya, mandor dari para penjahit dan tukang kayu, satpam pabrik, dan sebagainya. Tenaga kerja penolong merupakan tenaga kerja yang tetap dibutuhkan, tetapi bukan merupakan elemen tenaga kerja utama dalam suatu produk. Namun demikian, tanpa tenaga kerja penolong, proses produksi dapat terganggu. c. Biaya pabrikasi lain Biaya pabrikasi lain adalah biaya-biaya tambahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk selain biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja penolong. Seperti biaya listrik dan air pabrik, biaya telepon pabrik, depresiasi bangunan pabrik, biaya depresiasi mesin dan sebagainya. C. Harga Pokok Produk Mardiasmo (2000: 9) menyebutkan bahwa harga pokok produk merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang dibebankan pada produk yang dihasilkan oleh perusahaan atau penggunaan berbagai sumber ekonomi yang digunakan untuk menghasilkan produk atau memperoleh aktiva. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12 Hansen dan Mowen (2009: 60) menyebutkan bahwa harga pokok produk mencerminkan total biaya produksi yang diselesaikan selama periode berjalan. Biaya yang hanya dibebankan pada barang yang diselesaikan adalah biaya manufaktur dari bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead. D. Aktivitas Krismiaji dan Aryani (2011: 110) menyebutkan bahwa aktivitas adalah pekerjaan yang dilaksanakan dalam sebuah organisasi. Aktivitas dapat pula diartikan sebagai sebuah kumpulan tindakan yang dilaksanakan dalam sebuah organisasi yang bermanfaat untuk penentuan biaya berbasis aktivitas. Identifikasi aktivitas mencakup identifikasi seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam proses produksi, mulai dari penanganan bahan baku, inspeksi, perekayasaan proses dan sebagainya. Supriyono (1994: 237-239) menyebutkan bahwa aktivitas dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori aktivitas, yaitu: 1. Aktivitas berlevel unit Aktivitas berlevel unit adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu unit produk diproduksi. Besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit yang diproduksi. Contoh aktivitas dalam kelompok ini adalah tenaga langsung, jam mesin dan jam listrik (energi) yang digunakan setiap kali satu unit produk dihasilkan. 2. Aktivitas berlevel batch Aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali suatu batch produk diproduksi. Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13 ini adalah aktivitas setup, aktivitas penjadwalan produksi, aktivitas pengelolaan bahan (gerakan bahan dan order pembelian) dan aktivitas inspeksi. 3. Aktivitas berlevel produk Aktivitas berlevel produk adalah aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini mengkonsumsi masukan untuk mengembangkan produk atau memungkinkan produk diproduksi dan dijual. Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penelitian dan pengembangan produk, perubahan perekayasaan dan peningkatan produk. 4. Aktivitas berlevel fasilitas Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas untuk menopang proses pemanufakturan secara umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi produk, namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan dengan volume atau bauran produk yang diproduksi. Contoh aktivitas dalam kelompok ini adalah manajemen pabrik, pemeliharaan bangunan, keamanan, pertamanan, penerangan pabrik, kebersihan, pajak bumi dan bangunan, serta depresiasi pabrik. E. Cost Driver Blocher, Stout dan Cokins (2011: 205) menyebutkan bahwa cost driver merupakan faktor yang menyebabkan atau mengaitkan perubahan biaya dari aktivitas. Karena cost driver menyebabkan atau berkaitan dengan perubahan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14 biaya, jumlah cost driver yang terukur atau terhitung merupakan dasar yang sangat baik untuk membebankan biaya sumber daya pada aktivitas dan membebankan biaya dari aktivitas ke objek biaya. Krismiaji dan Aryani (2011: 119) menyebutkan bahwa cost driver dapat dipilih dan ditentukan oleh perusahaan sendiri berdasarkan informasi yang tersedia di perusahaan. F. Cost Pool Cost pool atau homogeneous cost pool adalah sekumpulan biaya overhead yang terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan dan berbagai macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh satu cost driver (Supriyono, 1994: 231). Rudianto (2006: 279) menyebutkan bahwa cost pool didefinisikan sebagai aktivitas atau pusat aktivitas dan bukan sebagai pabrik atau pusat biaya departemen. Menurut Krismiaji dan Aryani (2011: 110), untuk dapat digabungkan ke dalam sebuah kelompok, aktivitas harus memenuhi dua kriteria, meliputi: 1. Aktivitas-aktivitas tersebut secara logis berkaitan. 2. Aktivitas-aktivitas tersebut memiliki rasio konsumsi yang sama untuk seluruh produk. Kedua kriteria ini berfungsi sebagai penyaring (filter) dalam pengelompokkan aktivitas untuk membentuk homogenous cost pool. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa cost pool merupakan suatu kelompok biaya yang di dalamnya terdapat beberapa aktivitas yang berbeda, namun memiliki rasio konsumsi aktivitas yang sama dan berada pada tingkat aktivitas yang sama. Sebagai contoh dalam sebuah proses produksi terdapat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15 aktivitas setup mesin dan aktivitas inspeksi yang merupakan aktivitas tingkat batch dan besarnya biaya dari masing- masing aktivitas tersebut dipicu oleh jumlah setup dan jumlah kegiatan produksi. Kendati memiliki cost driver yang berbeda, namun apabila rasio konsumsi dan level aktivitas keduanya sama (tingkat batch), kedua aktivitas tersebut dapat dikelompokkan ke dalam satu kelompok biaya (cost pool). G. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Martusa dan Adie (2011) menyebutkan bahwa dalam sistem akuntansi biaya tradisional, pemicu biaya yang digunakan berdasarkan atas dasar unit saja atau dapat disebut unit-level activity drivers. Pemicu aktivitas dengan dasar unit ini menyebabkan timbulnya perubahan biaya ketika jumlah unit yang dihasilkan berubah. Penggunaan pemicu biaya ini dalam membebankan biaya overhead terhadap produk memberikan arti bahwa terjadinya biaya overhead mempunyai korelasi yang sangat erat dengan jumlah unit yang diproduksi. Sejauh ini, terdapat dua jenis sistem akuntansi biaya tradisional yang masih sering diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu: 1. Tarif tunggal yang berlaku untuk seluruh pabrik (tarif tunggal). 2. Beberapa tarif berbeda yang berlaku untuk tiap departemen (tarif departementalisasi). Riwayadi (2014: 199) menyebutkan bahwa sistem akuntansi biaya tradisional memiliki kelemahan yaitu membebankan biaya overhead ke produk dengan hanya menggunakan pemicu aktivitas berbasis unit atau PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16 volume. Pemicu berbasis unit ini mengasumsikan biaya overhead sangat berkorelasi dengan jumlah unit yang dihasilkan. Dalam kenyataannya, tidak semua biaya memiliki korelasi langsung dengan unit yang dihasilkan. Sebagai akibatnya, pembebanan biaya overhead pabrik dengan hanya menggunakan pemicu berbasis unit dapat mengakibatkan pembebanan biaya overhead yang berlebih (overcosting) atau justru terlalu rendah (undercosting). Siregar, dkk. (2013: 232) menyebutkan bahwa ketidakakuratan sistem akuntansi biaya tradisional disebabkan karena asumsi biaya hanya berdasarkan aktivitas pemicu dari level unit saja. Pada kenyataannya, ada banyak aktivitas yang biayanya dipicu oleh faktor lain. Hal ini mengakibatkan pembebanan biaya overhead menjadi tidak tepat. Biaya overhead dibebankan terlalu besar pada produk yang tidak terlalu membutuhkan banyak aktivitas dalam proses produksinya. Di sisi lain, biaya overhead produk yang membutuhkan banyak aktivitas dalam proses produksinya justru dibebankan terlalu rendah. Dampaknya, produk yang proses produksinya rumit, biaya produksinya menjadi terlalu rendah sehingga harga jualnya pun menjadi ikut rendah. Sebaliknya, produk yang proses produksinya mudah, biaya produksinya menjadi terlalu tinggi sehingga harga jualnya pun menjadi ikut tinggi. Kendati memiliki kelemahan, yaitu dapat menyebabkan terjadinya distorsi pembebanan biaya overhead, fakta di lapangan dan beberapa penelitian menunjukkan masih ada perusahaan besar yang menggunakan metode ini. Menurut Siregar, dkk. (2013: 230), ada beberapa alasan mengapa sistem PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17 akuntansi biaya tradisional masih banyak diterapkan oleh para pelaku bisnis sejak dulu hingga saat ini: 1. Sistem biaya ini mudah diterapkan. 2. Data yang dibutuhkan relatif sederhana, sehingga tidak memerlukan sistem informasi yang canggih dan mahal untuk mendapatkannya. 3. Walaupun sederhana, sistem ini masih memadai untuk digunakan pada bisnis yang menghasilkan produk atau jasa yang seragam atau tidak terdapat banyak variasi proses produksi. H. Activity Based Costing System ABCS merupakan sistem akuntansi biaya yang memberikan alternatif bagi sistem akuntansi biaya tradisional. Sistem ini menjawab permasalahan yang berkaitan dengan pembebanan biaya overhead yang tidak dapat dijawab oleh sistem akuntansi biaya tradisional. Beberapa ahli memberikan definisi mengenai ABCS. Definisi yang ditawarkan, antara lain: 1. Krismiaji dan Aryani (2011) “ABCS merupakan sebuah sistem yang pertama kali menelusur biaya ke aktivitas yang menyebabkan biaya tersebut dan membebankan biaya aktivitas kepada produk.” 2. Garrison, Norren dan Brewer (2013) “ABCS adalah metode perhitungan biaya yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya.” PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18 3. Witjaksono (2013) “ABCS didefinisikan sebagai suatu metode pengukuran biaya produk atau jasa yang didasarkan atas penjumlahan biaya (cost accumulation) dari pada kegiatan atau aktivitas yang timbul berkaitan dengan produksi atau jasa tersebut.” 4. Mulyadi (2007) “ABCS merupakan sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas.” Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ABCS merupakan alat yang digunakan untuk mengukur biaya produk atau jasa dengan mendasarkan pada aktivitas yang timbul dari kegiatan memproduksi barang atau jasa tersebut. Metode ini menyatakan bahwa besarnya biaya overhead tidak berkorelasi erat dengan jumlah produk yang dihasilkan. Metode ini juga dapat digunakan oleh manajer sebagai dasar untuk membuat keputusan jangka panjang. Akyol, Tuncel dan Bayhan (2007) menyebutkan bahwa implementasi ABCS memiliki lima tahapan, yaitu: 1. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas, seperti perancangan, permesinan, inspeksi, dan lain- lain. 2. Menentukan biaya-biaya aktivitas. 3. Menentukan cost drivers (pemicu biaya), seperti jam kerja mesin, jumlah penyetelan, jam perancangan, dan lain- lain. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19 4. Mengumpulkan data aktivitas. 5. Menghitung biaya produk. Meskipun metode ABCS dapat dikatakan lebih andal dalam menunjang pengambilan keputusan jangka panjang, metode ini masih memiliki beberapa keterbatasan. Beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh ABCS, antara lain (Blocher, dkk., 2007: 233): 1. Alokasi Tidak semua biaya memiliki penggerak biaya konsumsi sumber daya atau aktivitas yang tepat atau tidak ganda. Beberapa biaya mungkin membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran volume yang arbitrer sebab secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas yang dapat menimbulkan biaya tersebut. Contohnya adalah biaya pada level fasilitas/pabrik seperti biaya gaji manajer, asuransi pabrik, dan lainlain. 2. Mengabaikan biaya Biaya produk dan jasa yang diidentifikasi oleh ABCS cenderung tidak mencakup seluruh biaya yang berhubungan dengan produk atau jasa tersebut. Biaya produk dan jasa biasanya tidak termasuk biaya pemasaran, pengiklanan, penelitian dan pengembangan, dan rekayasa produk meskipun sebagian biaya ini dapat ditelusuri ke suatu produk atau jasa. Biaya-biaya tersebut tidak dimasukkan ke dalam komponen biaya produksi karena PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20 mengharuskan agar biaya-biaya tersebut dimasukkan ke dalam biaya periodik. 3. Mahal dan menghabiskan waktu ABCS tidak murah dan membutuhkan waktu untuk dike mbangkan dan dilaksanakan. Untuk perusahaan yang telah menggunakan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional sejak lama, penerapan ABCS akan cenderung sangat mahal. Selain itu, biasanya diperlukan waktu lebih dari setahun agar ABCS dapat diterapkan dengan sukses. I. Perbedaan Activity Based Costing System dengan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Menurut Krismiaji dan Aryani (2011), klasifikasi aktivitas merupakan salah satu pembeda utama antara sistem akuntansi biaya tradisional dan ABCS. Beberapa perbedaan antara sistem akuntansi biaya tradisional dan ABCS yang dikemukakan oleh Riwayadi dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut: 1 1 Beberapa kata dan istilah dilakukan penyesuaian oleh penulis, tanpa mengubah makna yang terkandung di dalamnya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21 Tabel 2.1 Perbedaan ABCS dengan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Activity Based Costing System Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Proses Aktivitas Menekankan pada penelusuran driver (driver tacing) Unit- unit dalam organisasi Departemen produksi Cost driver yang digunakan Berbasis unit dan non-unit Berbasis unit Informasi biaya Biaya aktivitas, seperti biaya pengecekan, biaya pengesetan, biaya pemindahan, dll. Keterangan Fokus Pool biaya overhead Metode pembebanan biaya Manajemen biaya Menekankan pada alokasi Biaya sumber daya, seperti biaya gaji, biaya listrik, biaya bahan bakar, dll. Efisiensi biaya dilakukan Efisiensi biaya dilakukan dengan mengelola biaya dengan mengelola sumber daya, seperti aktivitas dengan cara mengefisienkan biaya mengeliminasi aktivitas gaji, biaya listrik, biaya yang tidak bernilai tambah bahan bakar, dll. Sumber: Riwayadi (2014) J. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang digunakan oleh penulis sebagai pijakan dalam melakukan penelitian ini adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Maulana (2011) mengenai perbandingan antara activity based costing system dan pembebanan biaya konvensional dalam menentukan harga pokok produk pada UKM Tamer di Gresik. Biaya overhead yang dibandingkan oleh peneliti adalah biaya overhead untuk produk Tamer dan Rutob. Peneliti membandingkan penghitungan dengan metode konvensional yang diterapkan perusahaan dengan metode ABCS yang dibuatnya. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa untuk PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22 produk Tamer, pembebanan biaya overhead per unit dengan menggunakan metode konvensional adalah sebesar Rp3.165, sedangkan dengan menggunakan metode ABCS adalah sebesar Rp3.100. Dengan demikian, pembebanan biaya overhead untuk produk Tamer adalah overcosting atau dibebankan terlalu tinggi sebesar Rp65 apabila menggunakan metode konvensional. Lain halnya dengan produk Rutob. Dengan menggunakan metode konvensional, besarnya biaya overhead adalah Rp2.231, sedangkan menggunakan metode ABCS besarnya adalah Rp3.021. Dengan demikian, pembebanan biaya overhead untuk produk Rutob adalah undercosting atau dibebankan terlalu rendah sebesar Rp790 apabila menggunakan metode konvensional. 2. Penelitian oleh Widjajanti (2007) mengenai evaluasi penerapan activity based costing system sebagai alternatif sistem biaya tradisional pada PT Nilas Wahana Antika Sukoharjo. Sampel yang digunakan oleh peneliti adalah laporan harga pokok produk perusahaan selama 15 tahun, mulai dari tahun 1995 – 2009. Hasil analisis menggunakan uji Wilcoxon Range Test menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua sistem. 3. Penelitian oleh Sulistomo (2006) mengenai analisis pembebanan biaya overhead pabrik dengan activity based costing system pada PT. Waskito Putra Yogyakarta. Sampel produk yang digunakan oleh peneliti adalah tujuh produk perusahaan, antara lain bass drum, tenor drum, senar drum, stick drum, stick mayor, belira dan trio. Hasil analisis menyimpulkan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23 bahwa terdapat beberapa produk yang dibebani biaya overhead terlalu rendah (undercosting) dan yang dibebani biaya overhead terlalu tinggi (overcosting). Produk yang mengalami undercosting adalah bass drum, tenor drum, senar drum, stick mayor, belira dan trio; sedangkan yang mengalami overcosting adalah produk stick drum. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah studi kasus 2 , yaitu penulis terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh informasi riil yang berkaitan dengan pembebanan biaya overhead pada PT. Budi Makmur Jayamurni. Informasi tadi nantinya akan digunakan oleh penulis untuk melakukan pembebanan biaya overhead dengan metode ABCS. Hasil dari penelitian ini hanya berlaku untuk objek yang diteliti yaitu PT. Budi Makmur Jayamurni. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di PT. Budi Makmur Jayamurni yang beralamat di Jl. Peleman No. 9, Rejowinangun, Kotagede, Yogyakarta. Penelitian ini merupakan studi kasus untuk menganalisa kemungkinan penerapan ABCS dalam penghitungan biaya overhead. Jangka waktu penelitian ini sendiri memakan waktu tiga bulan, yaitu dimulai pada bulan Juli 2014 hingga September 2014. C. Data Yang Diperlukan 1. Data perhitungan biaya overhead per produk menurut perusahaan selama tahun 2013. 2 Studi kasus merupakan bentuk penelitian yang rinci mengenai suatu objek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh, termasuk lingkungan dan kondisi masa lalunya. Studi kasus kadang-kadang melibatkan peneliti dengan unit yang terkecil seperti perusahaan atau kelompok masyarakat tertentu. (Umar 2001: 23). 24 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25 2. Aktivitas-aktivitas beserta pemicunya yang menimbulkan biaya overhead selama tahun 2013. 3. Besarnya biaya dari masing- masing aktivitas tersebut. D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi lapangan, yaitu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara: a. Dokumentasi, yaitu teknik penelitian dengan cara mengumpulkan dan menelaah dokumen-dokumen yang berkaitan dengan gambaran umum perusahaan, sistem pembebanan biaya yang digunakan perusahaan, data aktivitas beserta pemicunya yang menimbulkan biaya overhead. b. Observasi, yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung ke dalam perusahaan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan untuk penelitian. Tujuan dari observasi ini adalah untuk melihat secara langsung proses penghitungan biaya overhead yang dilakukan perusahaan dan untuk memperkuat serta menegaskan kebenaran data yang ada di perusahaan. c. Wawancara, yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan wawancara atau tanya-jawab dengan pihak yang ditunjuk oleh perusahaan yang memiliki keterkaitan dengan data-data proses produksi dan biaya overhead. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26 E. Kerangka Pe mikiran Secara garis besar, penelitian ini merupakan kegiatan membandingkan dua objek. Objek yang dibandingkan adalah biaya overhead berdasarkan ABCS dan biaya overhead berdasarkan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional. Berikut adalah kerangka pemikiran yang ditawarkan penulis dalam penelitian ini: Biaya Overhead Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Activity Based Costing System Selisih Gambar Gambar3.1 1. Kerangka Kerangka Pemikiran Pemikiran F. Metode Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini adalah membandingkan pembebanan biaya overhead antara yang dihitung dengan menggunakan ABCS dan dengan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional ke dalam objek biaya. Biaya overhead yang akan dibandingkan adalah biaya overhead per produk selama tahun 2013. Pembandingan ini dilakukan juga untuk melihat hasil penerapan ABCS dalam perusahaan. Sebelum membandingkan kedua metode, penulis akan memaparkan terlebih dahulu urutan langkah dari masing- masing PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27 metode dalam membebankan biaya overhead, sekaligus untuk menjawab rumusan masalah pertama dan kedua yang penulis ajukan di bab satu. Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama, penulis akan menguraikan langkah penghitungan biaya overhead yang diterapkan oleh perusahaan. Adapun langkah- langkahnya sebagai berikut: 1. Menyajikan data biaya overhead per departemen yang terdapat di perusahaan. 2. Menyajikan data jumlah lembar bahan baku kulit yang masuk ke setiap departemen. 3. Merinci data jumlah lembar bahan baku kulit yang masuk ke setiap departemen berdasarkan jenisnya (kambing dan domba). 4. Menyajikan dasar pembebanan biaya overhead yang digunakan perusahaan ke setiap jenis produk 3 . 5. Menyajikan penghitungan biaya overhead setiap produk dan biaya overhead per unit masing- masing produk. Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua, penulis akan menguraikan langkah penghitungan biaya overhead dengan menggunakan metode ABCS. Penulis akan menggunakan langkah penghitungan yang telah diuraikan di bab dua. Adapun langkah- langkahnya sebagai berikut: 3 Yang dimaksud dengan kata “produk” dalam penelitian in i adalah semua unit produk, baik yang masih dalam bentuk sediaan dalam proses maupun telah siap untuk dijual. Hal in i disebabkan karena dalam penelitian ini penulis berfo kus pada pembebanan biaya overhead yang dikeluarkan selama tahun 2013, bukan biaya overhead dalam harga pokok p roduk tahun 2013. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28 1. Mengidentifikasi aktivitas yang berkaitan dengan proses produksi. Dalam langkah pertama ini akan ditampilkan beberapa aktivitas yang berkaitan dengan proses produksi yang terdapat dalam perusahaan. 2. Menentukan biaya-biaya aktivitas. Aktivitas-aktivitas yang telah teridentifikasi dalam langkah pertama selanjutnya dibebani dengan biaya-biaya yang timbul sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas tersebut. 3. Menentukan cost driver. Setelah mendapatkan data mengenai rincian biaya aktivitas yang terdapat di perusahaan, selanjutnya penulis akan menentukan cost driver yang mempengaruhi besar kecilnya masing- masing biaya aktivitas tersebut. 4. Mengumpulkan data aktivitas. Dalam langkah ini, mula- mula aktivitas produksi dikelompokkan berdasarkan urutan prosesnya. Aktivitas-aktivitas tersebut selanjutnya dipisahkan ke dalam beberapa tingkatan aktivitas, yaitu tingkat unit, tingkat batch, tingkat produk dan tingkat fasilitas. Setelah digolongkan ke beberapa tingkatan, penulis akan memaparkan data konsumsi cost driver aktivitas untuk setiap jenis produk. Langkah berikutnya adalah membentuk cost pool aktivitas berdasarkan level aktivitas dan rasio konsumsi cost driver aktivitas yang sama. Setelahnya, penulis akan menghitung tarif dari masing- masing cost pool. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29 5. Menghitung biaya overhead.4 Langkah terakhir dalam menghitung dengan metode ABCS adalah membebankan biaya overhead ke setiap produk. Setelah rumusan masalah pertama dan kedua terjawab, penulis akan menjawab rumusan masalah yang ketiga, yaitu menampilkan selisih antara pembebanan biaya overhead yang dihitung menggunakan ABCS dan metode yang diterapkan oleh perusahaan. Setelah menampilkan besarnya selisih pembebanan antara kedua metode tersebut, penulis akan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pembandingan kedua sistem tersebut. Kesimpulan tidak akan menilai apakah perbedaan yang ada sifatnya signifikan atau tidak, melainkan hanya sebatas mencatat besarnya perbedaan. Besarnya perbedaan tersebut akan menjadi dasar bagi penulis untuk membuat pembahasan, simpulan dan saran. 4 Sebagaimana telah disebutkan di batasan masalah, penelitian in i hanya berfokus pada pembebanan biaya overhead, tidak mencakup penghitungan harga pokok produk. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5 A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Budi Makmur Jayamurni, yang beralamat di Jl. Peleman No. 9, Rejowinangun, Kotagede, Yogyakarta, merupakan suatu perusahaan swasta yang bergerak di bidang penyamakan kulit. Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Susanto Handoko dan Bapak Budi Hambali pada tahun 1968. Pada awal didirikan, perusahaan ini berbentuk persekutuan komanditer (CV) dengan nama CV. Budi Makmur, yang mendapat ijin usaha dari pemerintah dengan SIU No. 8 tanggal 12 Juli 1968. Pada tahun 1974 perusahaan mengalami perubahan bentuk usaha dari persekutuan komanditer menjadi perseroan terbatas dengan nama PT. Budi Makmur Jaya dengan ijin usaha SIU No. 62 tanggal 22 Maret 1974. Pada tahun 1975, dengan SIU No. 12 tanggal 7 Agustus 1975, nama perusahaan diubah menjadi PT. Budi Makmur Jayamurni. PT. Budi Makmur Jayamurni semula hanya bergerak di bidang perdagangan kulit mentah kering, kemudian dikembangkan menjadi produsen pickle dan crust (setengah jadi) dengan sasaran ekspor. Dengan melihat adanya peluang dan ketersediaan bahan baku, akhirnya perusahaan mengembangkan usahanya dengan membuat/memproduksi kulit tersamak 5 Disalin (dengan sedikit perubahan pada bagian tata kalimat dan alur proses produksi) sesuai dengan yang tercantum dalam skripsi milik Carolina Wulandari berdasarkan saran dan ijin dari pihak PT. Budi Makmur Jayamurni. 30 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31 untuk keperluan sarung tangan golf, garmen dan sepatu. Hasil produksi tersebut diekspor ke negara Jerman, Italia, Korea, Cina, dan beberapa negara lainnya. B. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan 1. Visi Perusahaan: Dengan perbaikan berkelanjutan, berusaha untuk menghasilkan kulit dengan kualitas yang memuaskan sesuai permintaan pelanggan, kompetitif di pasar internasional, ramah lingkungan dan sesuai dengan sistem manajemen ISO 9001:2000. 2. Misi Perusahaan: a. Berketetapan untuk mendukung prinsip pembangunan berkelanjutan guna menciptakan lingkungan yang hijau, bersih, aman dan lestari. b. Berusaha memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengabaikan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. 3. Tujuan Perusahaan: Menyediakan produk atau jasa lainnya dengan mutu terbaik dan memenuhi standar yang dapat diterima secara nasional maupun internasional. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32 C. Struktur Organisasi Perusahaan Berikut ini adalah deskripsi tugas dan tanggung jawab dari tiap-tiap bagian yang ada di perusahaan, berdasarkan gambar struktur organisasi PT. Budi Makmur Jayamurni (Gambar 4.1). 1. Direktur Utama a. Bertanggung jawab baik ke dalam maupun ke luar terhadap operasional perusahaan. b. Bertanggung jawab atas konsistensi pelaksanaan manajemen mutu di PT. Budi Makmur Jayamurni. c. Menetapkan sasaran mutu, kebijakan mutu dan komitmennya terhadap mutu. d. Menunjuk wakil manajemen. e. Mengesahkan pedoman mutu. f. Mengesahkan prosedur sistem mutu, audit mutu internal, tinjauan manajemen. g. Menetapkan dan menerbitkan Surat Keputusan tentang struktur organisasi, tugas, tanggung jawab dan wewenang semua personil. 2. Personalia a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan urusan kekaryawanan, urusan surat- menyurat, kearsipan, perijinan, keuangan/gaji, perlengkapan dan rumah tangga, penyusunan rencana dan program kerja serta laporan rutin maupun berkala. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33 b. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama. 3. Manajer Pabrik a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan proses dan operasional produksi. b. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama. 4. Pembukuan a. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan di bagian pembukuan. b. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama. 5. Gudang Obat Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan di gudang obat yang meliputi penyediaan obat, penempatan obat-obatan sesuai ketentuan spesifikasi, membuat estimasi-estimasi order lokal maupun impor, penggunaan MSDS (Material Safety Data Sheet), label berbahaya atau kandungan terlarang. 6. Gudang Bahan Baku Bertanggung jawab atas pelaksanaan seleksi ukur raw material/bahan baku serta pekerjaan-pekerjaan yang terkait agar sesuai standar yang sudah ditentukan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34 7. Gudang Barang Jadi Bertanggung jawab terhadap pekerjaan-pekerjaan di gudang barang jadi, seleksi ukur dan packing. 8. Proses Pickle Bertanggung jawab atas pelaksanaan proses pickle agar hasilnya sesuai standar yang sudah ditentukan. Bagian Proses Pickle juga membawahi departemen yang disebut Bagian Proses Wet Blue. 9. Proses Shaving Bertanggung jawab kepada asisten manajer mekanik basah dan terhadap pelaksanaan pekerjaan di bagian shaving yang meliputi penyiapan mesin shaving, penyiapan kulit yang akan di-shaving, pembuatan label pemantauan hasil shaving dan pekerjaan-pekerjaan terkait. 10. Proses Dyeing Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan yang meliputi pemakaian obat-obatan yang terkait dengan proses dyeing, mengontrol ketebalan kulit, kualitas, jalannya proses dan pekerjaan-pekerjaan yang terkait di proses dyeing. Bagian Proses Dyeing juga membawahi departemen yang disebut Bagian Proses Crusting. 11. Proses Finish Bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan di bagian finish yang meliputi pencarian warna untuk sampel, memperbaiki kulit sesuai sampel, membuat larutan obat untuk proses finish harian, membuat jadwal perawatan mesin dan pekerjaan-pekerjaan lain yang terkait. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35 12. Bagian Ekspor/Impor Bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan di bagian ekspor/impor yang meliputi pengurusan dokumen untuk PEB/PIB dan pelaporanpelaporan kepada instansi terkait. Gudang Obat Gudang Bahan Baku Manajer Pabrik Proses Pickle Proses Shaving Proses Dyeing Pembukuan Proses Finish Sumber: PT. Budi Makmur Jayamurni Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Budi Makmur Jayamurni Gudang Barang Jadi Direktur Utama STRUKTUR ORGANISASI PT. BUDI MAKMUR JAYAMURNI Bagian Ekspor/Impor Personalia PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37 D. Produksi 1. Bahan yang Digunakan Bahan baku utama yang digunakan oleh PT. Budi Makmur Jayamurni adalah berupa kulit mentah garaman atau kulit mentah pickle domba dan kambing. Bahan dari kulit domba lebih disukai dan harganya lebih mahal dibandingkan kulit kambing, karena jenis kulit domba bersifat halus dan pada kulit bagian luarnya (nerf) amat padat. Kulit kambing nerf-nya kasar, serat-serat kulit longgar dan besar-besar, serta kulitnya bersifat keras dan kaku. Semua bahan baku tersebut didatangkan dari Pulau Jawa, baik dari daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, maupun dari Yogyakarta. Apabila kebutuhan bahan baku dirasa kurang dan permintaan pasar menghendaki persyaratan-persyaratan tertentu, perusahaan mendatangkan bahan baku dari kulit domba pickle dari Ethiopia (Afrika). Bahan penolong yang digunakan PT. Budi Makmur Jayamurni untuk proses penyamakan kulit adalah bahan-bahan kimia, baik organik maupun non organik. Bahan penolong sebagian besar didatangkan dari Italia, Jepang dan sebagian kecil dari produk dalam negeri. Bahan penolong tersebut, misalnya Asam Sulfat, Sodium Asetat, Asam Formiat, Kaporit, Soda Kue, ZA dan lain- lain. 2. Proses Produksi Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi adalah kulit kambing dan domba mentah yang telah digarami dari pemasok. Walaupun telah melalui proses penggaraman, kulit mentah yang ada harus segera PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38 diolah karena pada dasarnya kulit yang masih mentah akan cepat membusuk. Untuk mencegah pembusukkan, perusahaan akan langsung merendam kulit mentah yang ada dengan campuran bahan kimia. Dalam proses pengolahannya, perusahaan akan memisahkan antara kulit kambing dan domba. Untuk lebih detailnya, penulis akan menjelaskan proses produksi penyamakan kulit kambing dan do mba pada PT. Budi Makmur Jayamurni, sebagai berikut: a. Pengasaman (pickling) Dalam proses ini, kulit yang diolah berupa kulit mentah yang masih terdapat bulu sebagaimana layaknya kulit mentah. Dalam proses ini, kulit mentah tadi direndam dalam larutan asam dan garam, dengan maksud untuk menyesuaikan sifat-sifat kulit dengan proses penyamakan mineral atau untuk pengawetan. Hasil dari proses ini adalah lembaran kulit berwarna putih tanpa bulu. b. Pemilihan (selecting) Setelah diasamkan, kulit dimasukkan ke proses pemilihan. Proses pemilihan merupakan proses yang diberlakukan pada kulit untuk menyeleksi atau memilih kulit mana yang kualitas dan mutunya baik. Dalam proses ini, kulit akan diseleksi berdasarkan ukuran dan kualitasnya. Ukuran dan kualitas ditentukan berdasarkan tujuannya, apakah akan dibuat sebagai bahan sarung tangan, sepatu, jaket dan lain- lain. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39 c. Penyamakan (tanning) Setelah diseleksi berdasarkan tujuannya, kulit dimasukkan ke proses penyamakan. Penyamakan merupakan suatu pengolahan kulit dengan merendamnya atau memutarnya dalam drum dengan larutan bahan penyamak 6 . Tujuan utama proses ini adalah untuk mengubah kulit mentah menjadi kulit tersamak. Proses ini juga bertujuan untuk memantapkan sifat-sifat dasar kulit. Setelah dicampur dengan bahan penyamak, kulit yang mulanya berwarna putih akan berubah menjadi biru muda. d. Pemeraman (aging) Setelah mengalami proses penyamakan, kulit dimasukkan ke proses pemeraman. Proses pemeraman merupakan pengolahan kulit untuk menyempurnakan reaksi antara zat penyamak dengan kulit. Proses ini dilakukan dengan cara menumpuk kulit atau menggantungnya. Cara ini dilakukan supaya larutan penyamak yang digunakan dalam proses penyamakan dapat meresap sempurna ke dalam pori-pori kulit. e. Pengetaman (shaving) Setelah melalui proses pemeraman, kulit dimasukkan ke proses pengetaman. Proses pengetaman merupakan pengolahan kulit dengan cara mengetan atau menyerutnya dengan maksud untuk mendapatkan ukuran tebal yang sama dan rata. Proses penyerutan dilakukan 6 Perusahaan tidak bersedia menyebutkan komposisi bahan penyamak yang digunakan, karena berkaitan dengan resep perusahaan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40 menggunakan mesin pemotong yang oleh perusahaan disebut pisau shaving. Tujuan utama dari proses ini adalah mendapatkan ketebalan sesuai dengan tujuan kulit akan dibuat, apakah sebagai bahan sepatu, sarung tangan, jaket dan lain- lain. f. Perapihan (triming) Perapihan merupakan pengolahan kulit yang dilakukan dengan cara memotong bagian tepi kulit. Setelah melalui proses shaving di atas, tepian kulit menjadi tidak rata dan bergelombang, sehingga perlu dilakukan proses triming. Proses ini, selain bertujuan untuk mendapatkan bentuk kulit yang lebih baik, juga agar kulit tidak rentan sobek saat menjalani proses berikutnya. Kulit yang masuk ke dalam proses ini berada dalam kondisi kering. g. Penyamakan ulang (retanning) dan pengecatan dasar (dyeing) 7 Penyamakan ulang merupakan suatu penyempurnaan pengolahan kulit yang telah mengalami penyamakan. Dalam proses ini, kulit yang sebelumnya berada dalam kondisi kering dibasahi dengan air. Air yang digunakan hanya air biasa tanpa campuran bahan kimia apapun. Tujuan dari proses ini agar mendapatkan sifat k ulit yang jauh lebih mantap (stabil). Proses yang selanjutnya, namun masih dalam satu kegiatan dengan proses retanning, adalah proses dyeing. Pengecatan dasar merupakan suatu pengolahan kulit dengan cara merendam dan memutarnya dalam 7 Berdasarkan informasi dari bagian produksi, kedua proses ini dilaku kan berurutan secara langsung, sehingga tidak bisa dipisahkan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41 larutan cair dasar dengan maksud untuk memberi warna dasar. Warna dasar yang dimaksud adalah warna kulit sesuai dengan pesanan pelanggan. h. Perataan permukaan (setting out) Setelah melalui dua proses berurutan di atas, kulit diratakan permukaannya. Proses perataan permukaan merupakan suatu proses menghaluskan permukaan kulit dan mengeluarkan air dari kulit, sehingga kulit siap disempurnakan dalam proses selanjutnya. Tujuan utama dari proses ini adalah untuk mendapatkan kulit yang lebih rata dan lebar. Proses ini menggunakan mesin. i. Vacuum Dry Setelah permukaannya diratakan, kulit masuk ke proses vacuum dry. Kulit yang masuk ke dalam proses ini diletakkan di sebuah meja, kemudian ditekan (press) menggunakan mesin. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengeluarkan sisa air yang masih ada dan supaya kulit lebih padat. j. Pengeringan (hanging/drying) Setelah melalui proses vacuum dry, kulit masuk ke proses pengeringan. Kulit yang masuk dalam proses ini, walaupun telah melalui proses perataan permukaan dan vacuum dry, namun masih dalam kondisi lembab. Pengeringan merupakan suatu proses pengolahan kulit dengan cara mengangin-anginkan kulit atau memanaskannya. Proses ini bertujuan agar kulit benar-benar kering. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42 k. Pelembaban (conditioning) Setelah dikeringkan, kulit kembali dilembabkan. Proses pelembaban merupakan proses pengolahan kulit dengan cara sedikit membasahi kulit dengan air. Cara membasahinya adalah dengan cara memercikinya, bukan dengan merendamnya. Proses ini bertujuan melembabkan kulit kembali supaya siap untuk proses pelemasan. l. Pelemasan (milling) Setelah dilembabkan, kulit masuk ke proses pelemasan. Proses pelemasan merupakan suatu proses pengolahan kulit dengan cara memutarnya dalam drum. Drum tidak diisi dengan air maupun bahan lainnya. Proses ini bertujuan untuk melemaskan kulit. m. Peregangan (stacking) Setelah melalui proses pelemasan, kulit masuk ke proses peregangan. Proses peregangan merupakan proses pengolahan kulit dengan cara menarik kulit ke arah luar. Proses ini bertujuan untuk merenggangkan kulit supaya menjadi lebih lemas dan supaya pori-pori kulit lebih terbuka. n. Pementangan (toggling) Setelah melalui proses peregangan, kulit masuk ke proses pementangan. Proses pementangan merupakan proses pengolahan kulit dengan cara menariknya ke arah luar, kemudian memakunya dan mengaitkannya pada papan pementangan. Proses ini bertujuan untuk PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43 memperoleh luas kulit semaksimal mungkin dan juga supaya kulit jauh lebih rata. o. Penyelesaian (finishing) Setelah memperoleh luas kulit yang maksimal, kulit masuk ke tahap penyelesaian. Penyelesaian merupakan proses pengolahan kulit dengan cara mencat tutup dan lain- lain. Saat melalui proses dyeing dan diberi warna dasar sesuai pesanan, warna kulit yang ada masih belum sama persis dengan yang dipesan oleh pelanggan. Sebagai contoh, warna yang dipesan pelanggan adalah coklat, namun dalam proses dyeing, warna coklat yang ditanamkan pada kulit tidak akan sama persis dengan warna coklat yang dipesan oleh pelanggan. Proses ini, selain bertujuan untuk memperoleh tampilan kulit yang jauh lebih baik, juga supaya warna kulit sesuai dengan warna yang dipesan oleh pelanggan. p. Penyimpanan (storehouse) dan pemilahan kualitas (selecting) Kulit yang telah melalui proses penyelesaian, selanjutnya dimasukkan ke proses penyimpanan. Proses penyimpanan merupakan proses penyimpanan kulit yang telah melalui serangkaian pengelolaan di suatu gudang tertentu. Pengelolaan yang dimaksud adalah pemilahan kualitas (selecting) kulit yang akan dijual. Kualitas kulit digolongkan menjadi A – E dan R. A merupakan kualitas terbaik, sedangkan R merupakan kualitas terburuk. Kulit dengan kualitas R PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI biasanya hanya dijual untuk pelanggan khusus yang 44 tidak mengutamakan kualitas kulit. q. Pengukuran (measuring) Sebelum dikirim ke pelanggan, kulit terlebih dahulu masuk ke proses pengukuran. Proses pengukuran merupakan proses pengukuran terhadap kulit dengan maksud untuk mendapatkan data luas kulit yang telah siap jual. r. Pengepakan (packing) Kulit yang telah diukur dan dicatat, selanjutnya masuk ke proses pengepakan. Proses pengepakan merupakan suatu p roses pengelolaan akhir terhadap kulit, di mana kulit tersamak dibungkus untuk kemudian didistribusikan ke pelanggan. Selecting Selecting Measuring Aging Milling Conditioning Setting out Setting out Toggling Stacking Hanging Vacuum dry DEPARTEMEN CRUSTING Tanning DEPARTEMEN WET BLUE Triming Retanning/Dyeing DEPARTEMEN DYEING Shaving DEPARTEMEN SHAVING Sumber: PT. Budi Makmur Jayamurni Gambar 4.2 Diagram Alir Proses Produksi Penyamakan Kulit Kambing/Domba PT. Budi Makmur Jayamurni Packing Storehouse Finishing DEPARTEMEN FINISHING Pickling DEPARTEMEN PICKLE PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Menurut Pe rusahaan PT. Budi Makmur Jayamurni selama ini menggunakan tarif per departemen dalam menghitung besarnya biaya overhead. Dalam penerapannya, PT. Budi Makmur Jayamurni membebankan biaya overhead di setiap departemen berdasarkan perbandingan jumlah lembar bahan baku kulit setiap jenis kulit dari jumlah total bahan baku kulit yang diolah yang masuk ke dalam masing- masing departemen produksi. Data mengenai pembebanan biaya overhead selama tahun 2013 oleh perusahaan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.1 Biaya Overhead Per Departe men Pe rusahaan Tahun 2013 Departemen Pickle Wet Blue Shaving Dyeing Crusting Finish Total BOP Sumber: PT. Budi Makmur Jayamurni Biaya Overhead 953,231,826.21 1,263,253,361.65 1,374,207,439.63 59,268,900.40 754,959,606.36 718,678,865.75 5,123,600,000.00 Berikutnya, penulis akan menampilkan data jumlah total lembar bahan baku kulit yang masuk ke dalam setiap departemen pada tahun 2013. Dalam 46 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47 data berikut ini penulis tidak memisahkan antara jumlah lembar bahan baku kulit kambing dan kulit domba. Tabel 5.2 Data Jumlah Le mbar Bahan Baku Kulit Setiap Departemen Tahun 2013 Departemen Jumlah (le mbar) Pickle Wet Blue Shaving Dyeing Crusting Finish Total Le mbar Kulit Sumber: PT. Budi Makmur Jayamurni 181,000 239,867 260,935 11,254 143,352 136,463 972,871 Selanjutnya, data yang akan ditampilkan adalah data mengenai jumlah lembar bahan baku kulit dari masing- masing jenis kulit yang masuk ke dalam setiap departemen. Jenis kulit yang diolah perusahaan adalah kulit kambing dan kulit domba. Tabel 5.3 Data Jumlah Le mbar Bahan Baku Kulit Kambing Per Departemen Tahun 2013 Departemen Pickle Wet Blue Shaving Dyeing Crusting Finish Sumber: PT. Budi Makmur Jayamurni Jumlah (le mbar) 136,000 106,500 130,500 9,500 121,850 115,010 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48 Tabel 5.4 Data Jumlah Le mbar Bahan Baku Kulit Domba Per Departemen Tahun 2013 Departemen Jumlah (le mbar) Pickle Wet Blue Shaving Dyeing Crusting Finish Sumber: PT. Budi Makmur Jayamurni 45,000 133,367 130,435 1,754 21,502 21,453 Berdasarkan data di atas, selanjutnya penulis akan memaparkan cara penghitungan biaya overhead yang dilakukan oleh perusahaan. Sebagaimana telah dijelaskan secara singkat di awal bab, selama ini perusahaan membebankan biaya overhead ke setiap produk berdasarkan perbandingan jumlah bahan baku kulit dari setiap jenis kulit dengan total jumlah bahan baku kulit yang masuk ke setiap departemen produksi. Rumus penghitungan biaya overhead yang digunakan oleh setiap departemen di perusahaan adalah sebagai berikut: BOP dibebankan = Jumlah bahan baku kulit per jenis Total bahan baku kulit × BOP departemen Berdasarkan rumus di atas, besarnya biaya overhead yang dibebankan perusahaan ke setiap jenis produk di setiap departemen, adalah sebagai berikut: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49 Tabel 5.5 Pembebanan Biaya Overhead Produk Kulit Kambing Tersamak Per Unit Tahun 2013 Departemen Jumlah (le mbar) 136,000 Pickle 106,500 Wet Blue 130,500 Shaving 9,500 Dyeing 121,850 Crusting 115,010 Finish Total Unit diolah tahun 2013 (lembar) BOP per unit Sumber: PT. Budi Makmur Jayamurni Biaya Overhead 716,240,488.20 560,879,499.96 687,274,880.23 50,031,504.69 641,719,878.59 605,697,195.21 3,261,843,446.87 619,360 5,266.47 Tabel 5.6 Pembebanan Biaya Overhead Produk Kulit Domba Te rsamak Pe r Unit Tahun 2013 Departemen Jumlah (le mbar) Pickle 45,000 Wet Blue 133,367 Shaving 130,435 Dyeing 1,754 Crusting 21,502 Finish 21,453 Total Unit diolah tahun 2013 (lembar) BOP per unit Sumber: PT. Budi Makmur Jayamurni Biaya Overhead 236,991,338.01 702,373,861.69 686,932,559.40 9,237,395.71 113,239,727.77 112,981,670.54 1,861,756,553.13 353,511 5,266.47 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50 B. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Menggunakan Activity Based Costing System 1. Identifikasi Aktivitas Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi berbagai aktivitas produksi yang menimbulkan biaya overhead. Tabel 5.7 Daftar Aktivitas Produksi PT. Budi Makmur Jayamurni Tahun 2013 Kode Aktivitas 01 Pengawasan oleh manajer pabrik 02 Pengawasan oleh kepala gudang obat 03 Pengawasan oleh kepala gudang bahan baku 04 Pengawasan oleh kepala gudang barang jadi 05 Pengawasan oleh kepala bagian pickle 06 Pengawasan oleh kepala bagian shaving 07 Pengawasan oleh kepala bagian dyeing 08 Pengawasan oleh kepala bagian finishing 09 Pengawasan oleh kepala bagian ekspor/impor 10 Perawatan bangunan pabrik 8 11 Pengujian produk kulit jadi 12 Pengangkutan bahan baku kulit 13 Perawatan forklift9 14 Mengimpor bahan baku kulit 15 Pembelian pisau shaving 16 Pemakaian listrik mesin produksi 17 Perawatan mesin produksi 10 18 Pengelolaan sampah sisa proses produksi 19 Pemakaian obat pengolah limbah cair 20 Pengolahan limbah cair Sumber: Data diolah 8 Termasuk penyusutan dan penerangan pabrik. Termasuk penyusutan forklift. 10 Termasuk penyusutan mesin produksi. 9 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51 2. Menentukan Biaya-Biaya Aktivitas Langkah kedua adalah menentukan biaya-biaya yang terdapat di perusahaan yang timbul karena adanya aktivitas-aktivitas yang telah ditampilkan di tabel 5.7. Tabel 5.8 Data Biaya Aktivitas Perusahaan Tahun 2013 Kode 01 02 03 04 05 06 07 08 Aktivitas Pengawasan oleh manajer pabrik Pengawasan oleh kepala gudang obat Pengawasan oleh kepala gudang bahan baku Pengawasan oleh kepala gudang barang jadi Pengawasan oleh kepala bagian pickle Pengawasan oleh kepala bagian shaving Pengawasan oleh kepala bagian dyeing Pengawasan oleh kepala bagian finishing Pengawasan oleh kepala bagian 09 ekspor/impor 10 Perawatan bangunan pabrik 11 Pengujian produk kulit jadi 12 Pengangkutan bahan baku kulit 13 Perawatan forklift 14 Mengimpor bahan baku kulit 15 Pembelian pisau shaving 16 Pemakaian listrik mesin produksi 17 Perawatan mesin produksi 18 Pengelolaan sampah sisa proses produksi 19 Pemakaian obat pengolah limbah cair 20 Pengolahan limbah cair Total Sumber: Data diolah Biaya (Rp) 30,000,000.00 23,125,000.00 23,125,000.00 23,125,000.00 23,125,000.00 23,125,000.00 23,125,000.00 23,125,000.00 23,125,000.00 159,411,000.00 1,300,000.00 10,614,000.00 54,225,000.00 45,000,000.00 975,000,000.00 1,764,400,000.00 409,835,000.00 144,000,000.00 890,115,000.00 454,700,000.00 5,123,600,000.00 3. Menentukan Cost Driver Langkah ketiga adalah menentukan cost driver yang menjadi penentu besarnya biaya aktivitas yang ada di tabel 5.8. Berdasarkan hasil PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52 wawancara dengan pihak bagian akuntansi, bagian personalia dan bagian produksi, penulis membuat daftar cost driver dari biaya-biaya aktivitas perusahaan. Beberapa cost driver merupakan hasil asumsi dari penulis berdasarkan logika sebab-akibat. Penulis menggunakan asumsi karena keterbatasan di lapangan yang berada di luar kendali penulis, yaitu pihak perusahaan yang tidak memiliki data rinci mengenai cost driver. Berikut ini adalah beberapa cost driver yang memicu besarnya biaya aktivitas yang terdapat di perusahaan: Tabel 5.9 Daftar Cost Driver Aktivitas Pe rusahaan Tahun 2013 Kode Aktivitas 01 Pengawasan oleh manajer pabrik 02 Pengawasan oleh kepala gudang obat Pengawasan oleh kepala gudang bahan 03 baku Pengawasan oleh kepala gudang 04 barang jadi 05 Pengawasan oleh kepala bagian pickle Pengawasan oleh kepala bagian 06 shaving 07 Pengawasan oleh kepala bagian dyeing Pengawasan oleh kepala bagian 08 finishing Pengawasan oleh kepala bagian 09 ekspor/impor 10 Perawatan bangunan pabrik 11 Pengujian produk kulit jadi 12 Pengangkutan bahan baku kulit 13 Perawatan forklift 14 Mengimpor bahan baku kulit 15 Pembelian pisau shaving Cost Driver Rasio tingkat kerumitan kulit Rasio tingkat kerumitan kulit Jam kerja kepala gudang bahan baku Rasio penanganan produk jadi Rasio tingkat kerumitan kulit Rasio tingkat kerumitan kulit Rasio tingkat kerumitan kulit Rasio tingkat kerumitan kulit Jumlah kegiatan ekspor/impor kulit Luas pabrik Jumlah permintaan pengujian Jumlah perpindahan kulit Jumlah perpindahan kulit Jumlah kegiatan impor bahan baku kulit Jumlah lembar kulit diolah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53 Tabel 5.9 Daftar Cost Driver Aktivitas Pe rusahaan Tahun 2013 (lanjutan) Kode Aktivitas 16 Pemakaian listrik mesin produksi 17 Perawatan mesin produksi Pengelolaan sampah sisa proses 18 produksi 19 Pemakaian obat pengolah limbah cair 20 Pengolahan limbah cair Sumber: Data diolah Cost Driver Rasio tingkat kerumitan kulit Rasio tingkat kerumitan kulit Jumlah lembar kulit diolah Jumlah lembar kulit diolah Jumlah lembar kulit diolah 4. Mengumpulkan Data Aktivitas Langkah keempat adalah mengumpulkan data aktivitas-aktivitas produksi. Tabel 5.10 Pengelompokkan Aktivitas Berdasarkan Proses Kode Aktivitas 14 09 12 03 15 02 Kode Aktivitas 16 01 05 06 07 Kode Aktivitas 08 04 11 Proses Persiapan Mengimpor bahan baku Pengawasan oleh kepala bagian ekspor/impor Pengangkutan bahan baku Pengawasan oleh kepala gudang bahan baku Pembelian pisau shaving Pengawasan oleh kepala gudang obat Proses Pengolahan Kulit Pemakaian listrik mesin produksi Pengawasan oleh manajer pabrik Pengawasan oleh kepala bagian pickle Pengawasan oleh kepala bagian shaving Pengawasan oleh kepala bagian dyeing Proses Finishing Pengawasan oleh kepala bagian finishing Pengawasan oleh kepala gudang barang jadi Pengujian produk kulit jadi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54 Tabel 5.10 Pengelompokkan Aktivitas Berdasarkan Proses (lanjutan) Kode Aktivitas Proses Finishing 18 Pengelolaan sampah sisa proses produksi 19 Pemakaian obat pengolah limbah cair 20 Pengolahan limbah cair Kode Proses Perawatan Aktivitas 10 Perawatan bangunan pabrik 13 Perawatan forklift 17 Perawatan mesin produksi Sumber: Data diolah Berikutnya, penulis akan menggolongkan aktivitas di atas ke dalam empat level, yaitu level unit, batch, produk dan fasilitas. Tabel 5.11 Penggolongan Level Aktivitas Kode Aktivitas 15 14 12 9 3 2 Kode Aktivitas 16 1 5 6 7 Kode Aktivitas 18 19 Proses Persiapan Pembelian pisau shaving Mengimpor bahan baku Pengangkutan bahan baku Pengawasan oleh kepala bagian ekspor/impor Pengawasan oleh kepala gudang bahan baku Pengawasan oleh kepala gudang obat Proses Pengolahan Kulit Pemakaian listrik mesin produksi Pengawasan oleh manajer pabrik Pengawasan oleh kepala bagian pickle Pengawasan oleh kepala bagian shaving Pengawasan oleh kepala bagian dyeing Proses Finishing Pengelolaan sampah sisa proses produksi Pemakaian obat pengolah limbah cair Level Aktivitas Unit Batch Batch Batch Produk Produk Level Aktivitas Produk Produk Produk Produk Produk Level Aktivitas Unit Unit PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55 Tabel 5.11 Penggolongan Level Aktivitas (lanjutan) Kode Aktivitas 20 11 8 4 Kode Aktivitas Proses Finishing Pengolahan limbah cair Pengujian produk kulit jadi Pengawasan oleh kepala bagian finishing Pengawasan oleh kepala gudang barang jadi Proses Perawatan 17 Perawatan mesin produksi 13 Perawatan forklift 10 Perawatan bangunan pabrik Sumber: Data diolah Level Aktivitas Unit Produk Produk Produk Level Aktivitas Produk Batch Fasilitas Berikutnya, penulis akan menyajikan tabel konsumsi cost driver aktivitas per produk sebagaimana tersaji di tabel 5.12: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57 Langkah selanjutnya adalah membentuk cost pool berdasarkan level aktivitas dan rasio konsumsi yang sama. Tabel 5.13 Pembentukan Cost Pool Akt. Cost Driver No. 14 Jumlah kegiatan impor bahan baku kulit I Total Cost Pool I 15 Jumlah lembar kulit diolah 18 Jumlah lembar kulit diolah 19 Jumlah lembar kulit diolah II 20 Jumlah lembar kulit diolah Total Cost Pool II 12 Jumlah perpindahan kulit 13 Jumlah perpindahan kulit III Total Cost Pool III 11 Jumlah permintaan pengujian IV Total Cost Pool IV 1 Rasio tingkat kerumitan kulit 2 Rasio tingkat kerumitan kulit 5 Rasio tingkat kerumitan kulit 6 Rasio tingkat kerumitan kulit 7 V Rasio tingkat kerumitan kulit 8 Rasio tingkat kerumitan kulit 16 Rasio tingkat kerumitan kulit 17 Rasio tingkat kerumitan kulit Total Cost Pool V 3 Jam kerja kepala gudang bahan baku VI Total Cost Pool VI 4 Rasio penanganan produk jadi VII Total Cost Pool VII 9 Jumlah kegiatan ekspor/impor kulit VIII Total Cost Pool VIII 10 Luas pabrik IX Total Cost Pool IX Pool TOTAL BIAYA AKTIVITAS Sumber: Data diolah Biaya Aktivitas 45,000,000.00 45,000,000.00 975,000,000.00 144,000,000.00 890,115,000.00 454,700,000.00 2,463,815,000.00 10,614,000.00 54,225,000.00 64,839,000.00 1,300,000.00 1,300,000.00 30,000,000.00 23,125,000.00 23,125,000.00 23,125,000.00 23,125,000.00 23,125,000.00 1,764,400,000.00 409,835,000.00 2,319,860,000.00 23,125,000.00 23,125,000.00 23,125,000.00 23,125,000.00 23,125,000.00 23,125,000.00 159,411,000.00 159,411,000.00 5,123,600,000.00 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58 Setelah cost pool terbentuk, langkah selanjutnya adalah menentukan tarif cost pool (cost pool rate). Tarif cost pool ditentukan dengan cara membagi total biaya aktivitas di setiap cost pool dengan total konsumsi aktivitas yang ada di cost pool tersebut. Penghitungan tarif cost pool nampak pada tabel 5.14. Tabel 5.14 Penghitungan Cost Pool Rate Pool I Biaya Aktivitas Jml. Akt. (1) (2) Cost Driver (3) = (1) : (2) 45,000,000.00 14 2,463,815,000.00 972,871 III 64,839,000.00 392 IV 1,300,000.00 1 V 2,319,860,000.00 1 VI 23,125,000.00 2,205 VII 23,125,000.00 1 VIII 23,125,000.00 242 IX 159,411,000.00 Total 5,123,600,000.00 Sumber: Data diolah 12,600 II Tarif Pe r Pool Jml kegiatan impor bhn baku kulit Jml lembar kulit diolah Jml perpindahan kulit Jml permintaan pengujian Rasio tingkat kerumitan kulit Jam kerja kpl gdg bhn baku Rasio penanganan produk jadi Jml kegiatan ekspor/impor kulit Luas pabrik 3,214,285.71 2,532.52 165,405.61 1,300,000.00 2,319,860,000.00 10,487.53 23,125,000.00 95,557.85 12,651.67 5. Menghitung Biaya Overhead Langkah terakhir dalam metode ABCS adalah menghitung biaya overhead per unit produk. Untuk menghitungnya, mula- mula ditentukan terlebih dahulu besarnya konsumsi masing- masing aktivitas overhead oleh PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59 setiap produk. Setelah menentukan besarannya, jumlah konsumsi masingmasing aktivitas tadi dikalikan dengan tarif overhead yang telah dihitung di tabel 5.14. Dari penghitungan tersebut akan diperoleh besarnya biaya overhead total masing- masing produk. Setelah mendapatkan besarnya biaya overhead total, langkah selanjutnya adalah membagi total biaya overhead tadi dengan jumlah unit produk yang diolah oleh perusahaan selama setahun. Pembebanan biaya overhead per unit produk Kulit Kambing Tersamak dapat dilihat pada tabel 5.15. Tabel 5.15 Pembebanan Biaya Overhead Per Unit Produk Kulit Kambing Tersamak Tahun 2013 Menggunakan Metode Activity Based Costing System Pool Jumlah Aktivitas Tarif BOP Per Cost Pool BOP Total BOP Per Unit (1) (2) (3) = (1) x (2) (4) = (3) : 619,360* I 3 3,214,285.71 9,642,857.14 15.57 II 619,360 2,532.52 1,568,541,418.54 2,532.52 III 216 165,405.61 35,661,450.00 57.58 IV 1 1,300,000.00 1,300,000.00 2.10 V 0.57 2,319,860,000.00 1,325,634,285.71 2,140.33 VI 1,102.5 10,487.53 11,562,500.00 18.67 VII 0.35 23,125,000.00 8,093,750.00 13.07 VIII 109 95,557.85 10,406,250.00 16.80 IX 7,560 12,651.67 95,646,600.00 154.43 Total 3,066,489,111.40 4,951.06 Sumber: Data diolah *619.360 = jumlah produk yang diolah tahun 2013 Pembebanan biaya overhead per unit produk Kulit Domba Tersamak dapat dilihat pada tabel 5.16. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60 Tabel 5.16 Pembebanan Biaya Overhead Per Unit Produk Kulit Domba Tersamak Tahun 2013 Menggunakan Metode Activity Based Costing System Jumlah Tarif BOP Per BOP Total BOP Per Unit Aktivitas Cost Pool (1) (2) (3) = (1) x (2) (4) = (3) : 353,511* I 11 3,214,285.71 35,357,142.86 100.02 II 353,511 2,532.52 895,273,581.46 2,532.52 III 176 165,405.61 29,177,550.00 82.54 IV 1,300,000.00 V 0.43 2,319,860,000.00 994,225,714.29 2,812.43 VI 1,102.5 10,487.53 11,562,500.00 32.71 VII 0.65 23,125,000.00 15,031,250.00 42.52 VIII 133 95,557.85 12,718,750.00 35.98 IX 5,040 12,651.67 63,764,400.00 180.37 Total 2,057,110,888.60 5,819.09 Sumber: Data diolah *353.511 = jumlah produk yang diolah tahun 2013 Pool C. Pembahasan Dalam subbab ketiga ini, penulis akan menjawab rumusan masalah yang ketiga dalam penelitian ini, yaitu membandingkan metode pembebanan biaya overhead yang diterapkan perusahaan dengan metode ABCS. Pembandingan kedua metode akan dibagi menjadi dua, yaitu pembandingan biaya overhead total, sebagaimana tercantum pada tabel 5.17 dan pembandingan biaya overhead per unit produk, sebagaimana tercantum pada tabel 5.18. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61 Tabel 5.17 Perbandingan Biaya Overhead Total Pe r Produk Menurut Perusahaan dan Menurut Activity Based Costing System Produk Pembebanan BOP Total Menurut Perusahaan Kulit 3,261,843,446.87 Kambing Kulit 1,861,756,553.13 Domba Total BOP 5,123,600,000.00 Sumber: Data diolah Pembebanan BOP Total Menurut ABCS 3,066,489,111.40 Selisih BOP Total 195,354,335.47 2,057,110,888.60 (195,354,335.47) 5,123,600,000.00 0.00 Tabel 5.18 Perbandingan Biaya Overhead Pe r Unit Produk Menurut Perusahaan dan Menurut Activity Based Costing System Produk Pembebanan BOP Per Unit Produk Menurut Perusahaan Kulit Kambing Kulit Domba Sumber: Data diolah Pembebanan BOP Per Unit Produk Menurut ABCS Selisih BOP Per Unit 5,266.47 4,951.06 315.41 5,266.47 5,819.09 (552.61) Berdasarkan tabel 5.18, terlihat bahwa terdapat perbedaan pembebanan biaya overhead per unit produk antara metode yang diterapkan perusahaan dengan metode ABCS. Untuk produk Kulit Kambing, biaya overhead menurut perusahaan adalah Rp5.266,47 per unit produk, sedangkan menurut metode ABCS adalah Rp4.951,06 per unit produk. Untuk produk Kulit Domba, biaya overhead menurut perusahaan adalah Rp5.266,47 per unit produk, sedangkan menurut metode ABCS adalah Rp5.819,09 per unit produk. Dari informasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa produk Kulit Kambing dibebani biaya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62 overhead terlalu tinggi (overcosting), yaitu sebesar Rp315,41 per unit produk. Di lain sisi, produk Kulit Domba justru dibebani biaya overhead yang terlalu rendah (undercosting), yaitu sebesar Rp552,61 per unit produk. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB VI PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam bab lima, dapat disimpulkan bahwa: 1. PT. Budi Makmur Jayamurni selama ini menggunakan tarif per departemen dalam menghitung besarnya biaya overhead. Dalam penerapannya, PT. Budi Makmur Jayamurni membebankan biaya overhead di setiap departemen berdasarkan perbandingan jumlah lembar kulit setiap jenis kulit dari jumlah total kulit yang diolah yang masuk ke dalam masing- masing departemen produksi. Dengan cara ini, diasumsikan bahwa besarnya biaya overhead di setiap departemen berbanding lurus dengan jumlah lembar kulit yang masuk ke setiap departemen. Artinya, jika jumlah lembar kulit yang masuk ke setiap departemen semakin banyak, biaya overhead yang dibebankan ke departemen tersebut juga akan semakin besar. 2. Perusahaan menetapkan biaya pengolahan limbah cair dan gaji kepala bagian ekspor/impor sebagai salah satu komponen biaya overhead. 3. Dalam penghitungan biaya overhead dengan menggunakan metode ABCS, terdapat perbedaan besarnya biaya overhead per unit antara metode yang diterapkan oleh perusahaan dengan metode ABCS. Besarnya biaya overhead perusahaan yang dihitung dengan menggunakan metode ABCS 63 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64 jauh lebih akurat dan mewakili konsumsi biaya overhead yang dikonsumsi oleh setiap produk, karena besarnya biaya tersebut tidak ditentukan hanya berdasarkan banyak sedikitnya jumlah kulit yang diolah, namun juga dengan mempertimbangkan faktor lainnya yang tidak berkaitan dengan jumlah lembar kulit yang diolah, seperti jumlah impor bahan baku masingmasing produk, jumlah jam tenaga kerja penolong, jumlah perpindahan bahan, dan lain- lain. 4. Perbedaan besarnya biaya overhead antara metode yang diterapkan perusahaan dengan metode ABCS menyebabkan pembebanan biaya overhead yang terlalu tinggi (overcosting) dan juga terlalu rendah (undercosting). Produk perusahaan yang mengalami pembebanan biaya overhead terlalu tinggi (overcosting) adalah produk Kulit Kambing, sedangkan produk yang mengalami pembebanan biaya overhead terlalu rendah (undercosting) adalah produk Kulit Domba. Besarnya overcosting produk Kulit Kambing adalah sebesar Rp315,41 per unit produk, sedangkan besarnya undercosting produk Kulit Domba adalah sebesar Rp552,61 per unit produk. D. Keterbatasan Penelitian Beberapa keterbatasan penelitian yang berada di luar kendali penulis yang disebabkan karena kondisi lapangan, antara lain: 1. Perusahaan tidak berkenan memberikan data rinci yang dibutuhkan oleh penulis. Sebagai konsekuensinya, penulis melakukan beberapa asumsi dalam menentukan beberapa nominal biaya overhead. Kendati hanya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65 menggunakan asumsi, namun asumsi dibuat berdasarkan wawancara intensif dan konfirmasi dengan pihak akuntansi dan bagian produksi. 2. Perusahaan tidak memiliki catatan rinci mengenai faktor- faktor yang memicu besar kecilnya biaya overhead yang timbul selama proses produksi (cost driver), sehingga penulis harus membuat asumsi mengenai rincian cost driver berdasarkan hasil wawancara dengan bagian akuntansi, bagian produksi dan bagian personalia. 3. Penulis juga tidak bisa mengakses informasi rinci mengenai jumlah jam mesin dan jumlah batch produk, sehingga hal tersebut berpotensi mengakibatkan pembebanan biaya overhead yang kurang tepat. 4. Produk Kulit Kambing merupakan produk yang jumlah unitnya jauh lebih banyak dan memerlukan proses pengolahan yang lebih rumit diband ingkan produk Kulit Domba Tersamak. Hal ini mengakibatkan pembebanan biaya overhead menggunakan ABCS tidak terlalu memberikan perbedaan yang nyata bagi perusahaan. E. Saran Beberapa saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam bab lima, antara lain: 1. Perusahaan masih dapat menerapkan metode penghitungan harga pokok produk yang selama ini dipakai. Namun demikian, hendaknya perusahaan berkenan perusahaan mempertimbangkan hendak penggunaan menambah metode ABCS diversifikasi produknya. apabila Hal ini dikarenakan metode ABCS mampu memberikan informasi rinci mengenai PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66 aktivitas-aktivitas produksi yang menimbulkan biaya overhead. Dengan informasi tersebut, pihak manajemen akan mampu menilai aktivitasaktivitas yang sekiranya perlu dilakukan efisiensi atau bahkan mungkin dihilangkan, sehingga dapat menekan harga pokok produk dan meningkatkan daya saing perusahaan. 2. Hendaknya perusahaan tetap perlu menilai terlebih dahulu mengenai manfaat dari penerapan metode ABCS terhadap keuntungan perusahaan. Hal ini dikarenakan ketika mengganti sistem lama dengan sistem yang baru akan memerlukan biaya yang besar dan waktu untuk proses penyesuaian. 3. Biaya pengolahan limbah cair dan biaya gaji kepala bagian ekspor/impor hendaknya tidak dimasukkan ke dalam komponen biaya overhead, melainkan sebagai biaya periode, sehingga dapat memperkecil nilai biaya overhead dan pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing produk. 4. Perusahaan juga sebaiknya mempertimbangkan reaksi karyawan ketika akan menerapkan sistem yang baru. Jangan sampai ketika data yang diperlukan untuk mengganti sistem telah tersedia, perusahaan harus menghadapi hambatan karena protes karyawan dikarenakan penerapan sistem yang baru. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Akyol, Derya Eren, Gonca Tuncel dan G. Mirac Bayhan. 2007. A Comparative Analysis of Activity-Based Costing and Traditional Costing. World Academy of Science, Engineering and Technology 3: 580-583. Blocher, Chen, Cokins, dan Lin. 2007. Manajemen Biaya (Terj. Ed. 3, Buku 1). Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Blocher, Stout, dan Cokins. 2011. Manajemen Biaya (Terj. Ed. 5, Buku 1). Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Garrison, Norren dan Brewer. 2013. Akuntansi Manajerial (Terj. Ed. 14, Buku 1). Jakarta: Salemba Empat. Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial (Terj. Buku 1 Edisi 8). Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Krismiaji dan Y. Anni Aryani. 2011. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Mardiasmo. 2000. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Andi Offset. Martusa, Riki dan Agnes Fransisca Adie. 2011. Peranan Activity-Based Costing System dalam Penghitungan Harga Pokok Produksi Kain yang Sebenarnya untuk Penetapan Harga Jual (Studi kasus pada PT Panca Mitra Sandang Indah). Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 4 Tahun ke-2 JanuariApril.6 Maulana, Mardika Putra. 2011. Analisis Perbandingan Activity Based Costing dan Pembebanan Biaya Konvensional dalam Menentukan Harga Pokok Produksi pada UKM Tamer di Gresik. Skripsi Dipublikasikan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi PERBANAS Surabaya. Mulyadi. 2007. Activity-Based Cost System. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Riwayadi. 2014. Akuntansi Biaya; Pendekatan Tradisional dan Kontemporer. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Rudianto. 2006. Akuntansi Manajemen; Informasi untuk Pengambilan Keputusan Manajemen. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Siregar, Baldric, dkk. 2013. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. 67 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68 Sulistomo, Andriawan. 2006. Analisis Pembebanan Biaya Overhead Pabrik dengan Activity Based Costing System (Studi Kasus pada PT. Waskito Putra Yogyakarta). Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Sanata Dharma. Supriyono. 1994. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi Maju dan Globalisasi. Yogyakarta: BPFE. Umar, Husein. 2001. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Widjajanti, Andjarwani Putri. 2007. Evaluasi Penerapan Activity Based Costing System sebagai Alternatif Sistem Biaya Tradisional dalam Penentuan Harga Pokok Produksi (Studi Kasus pada Perusahaan Meubel PT. Nilas Wahana Antika Sukoharjo). Jurnal Ilmiah Akuntansi Volume VI Nomor 2: 88 – 100. Witjaksono, Armanto. 2013. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Wulandari, Carolina. 2014. Perlakuan Akuntansi Biaya Pengolahan Limbah Cair (Studi Kasus di PT. Budi Makmur Jayamurni). Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Sanata Dharma. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN Angket penelitian: Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Alternatif Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Dalam Membebankan Biaya Overhead Perkenalkan nama saya Leonhard Haryo Darundriyo. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul sebagaimana tersebut di atas. Oleh karena hal tersebut, saya mohon Bapak/Ibu berkenan menyediakan waktu untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut: 1. Ada berapa jenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan? …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… ……………………………………………………………… 2. Dalam membebankan biaya overhead pabrik, metode apa yang digunakan oleh perusahaan? a. Tarif keseluruhan pabrik b. Tarif per departemen c. Activity based costing d. ……………………… 3. Aktivitas apa saja yang ada dalam proses produksi? (misal: penyetelan mesin, pemindahan bahan baku, pengepakan produk, dll.) …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… 69 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70 …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… … 4. Apa saja pemicu aktivitas yang ada dalam proses produksi? (misal: jumlah pesanan, jumlah kali produksi, jam mesin, dll.) …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… … 5. Berapa besarnya biaya dari masing- masing aktivitas tersebut? …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… … Demikian beberapa informasi yang saya perlukan untuk penelitian ini. Besar harapan saya Bapak/Ibu berkenan mendukung demi kelancaran penelitian ini. Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71