deklarasi nasional hak-hak asasi manusia sebagai perwujudan

advertisement
552
Hukum dan Pembangunan
DEKLARASI NASIONAL HAK-HAK ASASI MANUSIA
SEBAGAI PERWUJUDAN KOMITMEN NASIONAL
INDONESIA TERHADAP PENGEMBANGAN DAN
PERLINDUNGAN HAK-HAK ASASI*
Oleh : Hadi Wayarabi
PennasalaluJn Hale Asasi Manusia dewasa ini
cukup banyak mendapal "sotTJtan" dari berbagai
kalangan. Meski Deklarasi HAM telah
dihasilkan namun penempan HAM berbeda
diantara masing-masing negam. Dewasa ilii
banyak diantara negammaju cenderung
mengkaitkan masalah HAM sebagai persyaratan
dalam ketjasama ekonomi dDn Pembangwum.
Untuk mengatisipasi hal tersebut, menunll
pandangan penulis sudah saatnya ba.gi
Indonesia untuk membuat suatu "Deklarasj
Nasional Hak Asasi Manusia", yalfg
berpedoman pada konsepsi dan paham hak
asasi yang berdasarkan falsafah Pancasila.
Pendahuluan
Hak asasi Manusia (HAM) kini berkembang menjadi rnasalah yang
lebih penting daripada sebelumnya di percaturan politik internasional.
Universalitas HAM rnenimbulkan kecenderungan ke arah teriadinya
internasionalisasi rnasalah-masalah yang menyangkut HAM di suatu
negara , sehingga jurisdiksi domestik suatu negara mengenai rnasalah
HAM menjadi kabur.
Dalam era globaJisasi yang semakin terbuka, masalah HAM,
Iingkungan hidup dan Good Governance akan semakin mendapat
sorotan tajam. Negara-negara berkembang terrnasuk Indonesia mengakui
•
DisalDpaikaD peda Sc.. ioar Hak·H.k Masi Maau.la : ·Hak AIM. Mauuala
Kontemporer", di Auditorium Djolmsoetono, taOU" 15 Deaember 1991, Depok.
Desember 1992
Deklarasi Nasionlll Hak-Hak Asosi Manusia
553
dan menghormati prinsip-prinsip universal HAM, perlunya melestarikan
lingkungan dan tegaknya dernokrasi dan terus berjalannya dernokratisasi,
tetapi rnenolak HAM dan lingkungan hidup dijadikan sebagai
kondisionalitas dalarn hubungan kerjasarna ekonorni dan pernbangunan
serta rnenganggap rnasalah HAM sebagai kornpetensi dalarn negeri. Di
lain pihak, di negara-negara rnaju jelas rnengkaitkan HAM dengan
kerjasarna ekonorni dan tidak rnenganggap rnasalah HAM sernata-mata
sebagai rnasalah dalarn negeri, rnelainkan kedua pandangan ini akan
terus menjadi sumber perbedaan pendapat atau bahkan friksi.
Dalam pada itu perlu pula dicatat adanya kecenderungan kearah
penyelesaian konflik regional dan terus berlangsungnya proses
dernokratisasi dan liberalisasi di Eropa Tirnur yang didahului oleh
penyatuan kernbali Jerman Barat dan Jerman Tirnur dan Eropa Barat
sernakin feasible. Pada gilirannya perkernbangan ini telah rnenirnbulkan
kecenderungan di kalangan negara-negara Eropa Tirnur untuk rnenerirna
kern bali tata nilai Barat, terutarna yang rnenyangkut Hak Asasi Manusia
(HAM). Jadi pada dasamya dapat dikatakan bahwa dalarn rnasalah
HAM Eropa Timurpun sudah sepandangan dengan Barat. Fenornena
yang rnengemuka adalah sernakin tajam dan rneluasnya penyorotan atas
isue HAM di masyarakat internasional, baik oleh pernerintah, parlernen,
. pers rnaupun lernbaga swadaya (NGO), termasuk sorotan terhadap
situasi HAM di Indonesia_
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Ide untuk perlindungan internasional atas hak-hak asasi rnanusia
yang berlaku secara universal tirnbul sebagai akibat dari kejadiankejadian tragis yang terjadi selama Perang Dunia II dan dari sis tern atau
cara-cara totalitarian yang mendahului perang tersebut. Selama perang,
berjuta-juta penduduk sipil mati/terbunuh di kota-kota yang jauh dari
medan perang melalui bornbardemen udara, rnulai dari born biasa
sampai dengan born atom. Selain itu selarna perang dunia II berjuta-juta
orang lainya dibunuh dengan mernpergunakan alasan dan berdasarkan
politik superioritas ras dan sosial dan mulai dikenal kata "genocide" yaitu
pemusnahan secara leralur sua/u golongan bangsa a/au yang seringkali
disebul dengan pembunuhan massal dimana kelompok-kelompok besar
manusia dibunuh karena rasnya, kebangsaannya a/au agama yang dipeluk
mereka.
Dengan latar belakang tersebut rnaka Piagarn PBB tahun 1945
Nomor 6 Tahun XXII
554
Hukum dan Pembangunan
memuat suatu pemyataan tekad, dari bangsa-bangsa di dunia yang
menjadi anggota PBB atas penghonnatan dan kepercayaan terhadap
hak-hak asasi fundamental, atas penghonnatan dan nilai diri manusia
dan memajukan kebebasan-kebebasan dasar manusia tanpa
membedakan, jenis kelamin, bahasa atau agama. Piagam PBB juga
menekankan bahwa anggota-anggota PBB berjanji untuk mengambil
langkah-Iangkah baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri
dengan bekerjasama dengan PBB untuk merealisasikan tujuan-tujuan
perlindungan dan peningkatan penghonnatan hak-hak asasi manusia dan
kebebasan dasar manusia itu (Pasal 55 Piagam PBB).
Piagam PBB melalui organ-organnya seperti tercennin di dalam pasalpasal tertentu menghendaki agar realisasi perlindungan dan peningkatan
pengakuan HAM dan kebebasan dasar dapat dilakukan secata nyata dan
terarah, yang tentunya dengan meningkatkan pengertian dan kerjasama
diantara negara-negara anggota PBB di bidang perlindungan dan
peningkatan HAM tersebut. Majelis Umum PBB dan badan-badan lain
dibawah PBB, berdasarkan pasal-pasal yang terkait seperti: Pasal I,
pasal13, pasal 55, pasal 56, pasal 60, pasal 62, pasal 64, pasal 68, pasal
73, dan pasal 87 Piagarn PBB serta instrumen-instrumen intemasional
di bidang kemanusiaan dan HAM bertujuan untuk merealisasikan salah
satu tujuan mulia dari didirikannya PBB itu.
Ketentuan yang terkadung dalam pasal-pasal Piagam PBB dan
instrumen-instrumen intemasional mengandung hal-hal,langkah-langkah
yang harus diambil dan dipenuhi oleh negara-negara anggota dan badanbadan PBB di bidang HAM. Memang ketentuan tersebut bersifat umum
dan tidak mengikat karena hanya "pledge", dan dipihak lain piagam PBB
juga memuat ketentuan yang mengatur yurisdiksi domestik suatu negara
berdaulat, yang pada pokoknya menyatakan bahwa PBB tidak dapat
diotorisasikan untuk mencampuri hal-hal yang pada esensinya
merupakan yurisdiksi domestik suatu negara. Usaha-usaha rekonsiliasi
ketentuan yang mengatur HAM dengan ketentuan yang mengatur
yurisdiksi domestiklnasional di dalam Piagarn PBB telah menimbutkan
kesulitan-kesulitan tertentu dan argumentasi-argumentasi legalistik serta
kontroversi politik dikalangan negara-negara anggota PBB. Mengingat
perlindungan dan penghonnatan HAM secara tradisional merupakan
yurisdiksi domestik negara-negara anggota dan kurang jelasnya
pengaturan pengaturan internasional, sebagaian negara-negara anggota
PBB ·berpendapat, • bahwa PBB tidak berwenang untuk melaksanakan
perlindungan HAM di negara anggotanya sendiri. Sebagaian lainnya
Dut!mber 1992
Deklarasi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia
555
negara-negara anggota PBB menekankan bahwa ketentuan-ketentuan di
dalam Piagam PBB mengandung elemen-elemen pengaturan kewajiban
secara hukum dan bahwa "pledge" negara-negara anggota PBB tersebut
tidak bisa diabaikan dan ketentuan-ketentuan yurisdiksi domestik tidak
dapat diterapkan atas perlindungan dan penghormatan hak hak asasi
manusia karena hak-hak asasi manusia sudah tidak lagi "secara esensiaJ
didalam konleks yurisdiksi domeslik" negara anggota.
Dalam perkembangannya, tafsir dan yurisprudensi terhadap apa-apa
yang termasuk jurisdiksi domestik sudah berubah. Pelanggaranpelanggaran besar (gross violations) HAM yang merupakan "matters of
international concern" sudah tidak lagi merupakan yurisdiksi domestik
suatu negara. Dengan kata lain, negara lain apalagi masyarakat
internasional dapat peduli, bahkan merasa berhak mengkaji dan
mengusulkan langkah-Iangkah mengatasi pelanggaran tersebut.
Masyarakat internasional dalam Resolusi PBB No. 32/130 Tahun 1977,
yang diterima tanpa ada satu negara-pun menentang, dalam pasal 1 (b)
dan (d) menyatakan sebagai berikut:
(b) The full realization of civil political rights without tire enjoyment of economic,
social and cultural rights is impossible: the achievement of lasting progress in
lhe implementation of human rights is dependent upon sound and effective
national and international policies of economic and social development by
Procwmation of Teheran of 1968:
(d) Consequently, human rights questions should be examine globally, taking into
account both the over all context of the various societies in which they present
themselves, as well as the need for the promotion of the full dignity the human
person and the development and well being of the society;
Selama 50 tahun terakhir ini ternyata PBB tidak dapat dibatasi
untuk mempertimbangkan, menyelidiki dan mengambillangkah-Iangkah
konkrit mengenai situasi HAM apabila hal itu dikehendaki oleh
mayoritas negara anggota. Pada bulan J uni 1993, PBB akan
menyelenggarakan Konperensi Dunia mengenai HAM yang merupakan
konperensi dunia kedua (yang pertama berlangsung di Teheran 1968)
untuk menyusun program-program HAM PBB diwaktu yang akan
datang. Konperensi tersebut dimaksudkan untuk meninjau dan mengkaji
kemajuan dibidang HAM sejak diterimanya Deklarasi HAM Sedunia :
Nomor 6 Tahun XXII
556
Hukum dan Pembllllgunan
Mengi dentifikasikan kesulitan-kesulitan yang m enghambat kemajuan
dan cara-cara untuk mengatasinya
Mengkaji hubungan anUira pembangunan dan penikmatan semua hakhak ekonomi; sosial dan kebudayaan serta hak-hak sipit dan politik;
Pengakuan atas pentingnya menciptakan situasi yang memberi
kemungkinan bagi semua orang diseluruh dunia untuk meniklnati hakhak tersebut;
Mengkaji cara-cara dan sarana-sarana untuk mettihgkatkdn
implementasi atuan-aturan dan instrumen;*lStrumen HAM yang
berlaku sekarang ini;
Memberikan penilaian terhadap efektifitas cara-cara dan mekanisme
yang dipergunakan oleh PBB dibidang HAM;
Merumuskan rekomendasi-rekomendasi nyata untuk meningkatkan
efektivitas kegiatan-kegiatan dan mekanisme-mekanisme PBB dibidang
HAM melalui program-program yang bertujuan untuk memajukan,
mendorong dan memonitor penghormatan - terhadap HAM dan
kebebasan fundamental; dan
Mengajuan rekomendasi-rekomendasi untuk menjamin tersedianya
dana keuangan untuk kegiatan-kegiatan PBB yang diadakan guna
memajukan dan melindungi HAM dan kebebasan-kebebasan
fundamental;
Dalam rangka persia pan konferensi dunia tersebut telah
diselenggarakan beberapa kali pertemuan komite persiapan khususnya
lIotuk menentukan rancangan agenda konferensi dunia tersebut.
terdapat 2 pandangan utama mengenai agenda, yaitu :
Pandangan periama, menghendaki agar agenda cukup secara umum
tanpa memasukkan spesifikasi secara rinci hak-hak dan masalahmasalah rinci yang perlu dibicarakan;
,-
Sedangkan pandangan kOOua, menganggap bahwa agenda perlu
Desember 1992
DekJarasi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia
557
disusun secara rinei sehingga pembahasan dapat lebih terarah;
Akhirnya disepakati bahwa agenda disusun secara umum namun
dengan tetap membuka kemungkinan pembahasan secara rinei hak-hak
asasi dan masalah-masalah yang termasuk didalam mata acara agenda
tersebut_
Persepsi Negara-Negara Maju Tentang HAM dan Usaha-Usaha
Penerapannya
Negara-negara maju memandang HAM bersifat universal dan
perlindungan serta promosinya menjadi tanggung jawab utama
pemerintah. Dan kebijakan sepenuhnya dari HAM tersebut dipandang
sebagai dasar dari kebebasan, keadilan dan perdamaian. Lebih lanjut
ditegaskan bahwa pelanggaran-pelanggaran HAM tidak hanya menjadi
masalah dan kompetensi suatu negara tetapi masyarakat
internasionalpun boleh mempermasalahkannya.
Penerapan hak asasi manusia oleh negara-negara maju ditekankan
terhadap jaminan pemenuhan seutuhnya hak-hak individu dan sering
mengabaikan atau mengalahkan hak-hak lainnya. Sebagai contoh
pandangan negara-negara maju ini dapat dikemukakan :
Pernyataan Dr. Klaus Kinkel, Menteri Luar Negeri Federal Jerman
pada 5idang Majelis Umum PBB 1992;
"Under the nazi regime gravest crimes against humanity were committed
.in the name of Germany. In 1945 the Germans in the western part of
our country had the good fortune to be able to establish a free,
democratic society based on the rule of law. Those in the other part of
Germany had to bear another totalitarian regime until 1990. So we
have well and truly suffered in this respect. We know from Own
experience that a life of dignity and fulfillment is not possible without
respect for human rights. I therefore never tired of repeating my" belief
that policy, including foreign policy, must focus on the individual It is
he who counts. It is he who must be protected and saved from
injustice. ... . "
Namun pernyataan ini kiranya dapat merupakan penjelasan
mengenai peranan latar belakang sosial ekonomi dan sejarah sebagai
Nomor 6 Tahun XXII
558
Hukum dan Pembangunan
aspek-aspek yang menentukan terhadap penerapan hak asasi di suatu
negara, yang tidak harus selalu sarna dengan negara lain. Sebagaimana
yang dinyatakan pula oleh Senator Chris Schacht, Chair of the Joint
Committee on Foreign Affairs, Defence and Trade, dalam laporannya
kepada parlemen Australia, Desember 1992.
"Asia is different", we are told. I agree. Asia is different. It is different
within itself and it is different from us. Many Asian cultures stress the
importance of communality where we stress individuality. From our
western origins we have inherited advanced technical skills, an
industrial system of manufacturing, mechanised agriculture,
parliamentary democrocy and social strnctures and attitudes that are
largely egalitaria. Individual rights and freedoms are firmly entrenched
in most of our social and political strnctures".
Selanjutnya oleh negara-negara maju hak-hak asasi dikembangkan
sebagai alat politis!kondisionalitas politik yang diterapkan dalam
kerjasama ekonomi dan pembangunan dengan negara- negara
berkembang. Sehingga merupakan suatu bentuk pengingkaran nyata
terhadap penghormatan dan penegakan hak-hak asasi. Prasyarat tersebut
merupakan pengingkaran terhadap prinsip-prinsip kerjasama
intemasional yang telah diakui oleh PBB yang ditetapkan harus
berdasarkan kepada penghormatan kemerdekaan, kedaulatan dan
keutuhan wilayah masing-masing negara termasuk hak setiap orang
untuk menentukan sistim sosial, ekonomi dan politiknya
sendiri.(Resolusi Majelis Umum PBB No. 32/130 tahun 1977). Prasyarat
tersebut juga telah melanggar resolusi Majelis Umum PBB Bo. 42/133
tahun 1986 mengenai "Right to development") yang berbunyi sebagai
berikut :
1.
The achievement of the right to development requires as concerted
international and national effOrl to eliminate economic deprivation, hunger
ami disease in all paris of tlte world without discrimination in accordance with
the declaration and tite programme of action on a New International
economic order, tlte international development strategy for tite Charier on the
economic rights and duties of states.
1.
To this end, international co-operation should aim at maintenance of stable
and suistained economic growth with simultaneous action to increase
concessional assistance to developing countries, build world food security.
Desember 1992
DekIarasi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia
559
resolve the debt bunien, eliminate trade ba~TS, promote monetary stability
and enhance scientific and technological clrope,ation,
Sebaliknya prasyarat ini secara tegas pula dinyatakan oleh negaranegara maju sebagaimana yang dimuat dalam Annex I Resolution of the
Council and of the Member States meeting in the Council on Human
Rights, Democracy and Development, tanggal 28 Nopember 1991Resolusi ini antara lain menyatakan sebagai berikut :
"... Development co-operation is based on the central place of the
individual and has therefore in essence to be designed with a view to
promoting - in parallel with economic and social rights - civil and
politicfll liberties by means of representative democratic rule that is based
on respect for human rights ... " (para 3)
Seianjutnya dinyatakan pula :
" The community and its member state will explicitly introduce the
consideration of human rights as an element of their relations with
developing countries; human rights clauses will be intended in future
co-operation agreements. .... ". "The community and its member states
undertake in addition to integrate the promotion of respect for human
rights and the advancement of democracy in their future co-operation
programmes"
Kondisionalisasi hak asasi dalam kerjasama ekonomi dan
pembangunan juga tidak sejalan dengan Paris Charter yang melahirkan
suatu Eropa barn tanggal 21 Nopember 1990 dari KIT mengenai
Konperensi Keamanan dan Kerjasama Eropa (CSCE - Conference on
Security and Cooperation in Europe) ditegaskan bahwa :
"Human rights and fundamental freedoms are the birthright of all
human being, are inalienable and are guaranteed by law. Their
protection and promotion is the first responsibility of government.
Respect for them is an essential safeguard against an over-mighty state.
Their observance and full exercise are the foundation of freedom,
justice and peace.
We will ensure that everyone will enjoy recourse to effective remedies
national of international, against any vidlation of his rights"
Nomor 6 Tahun XXII
560
Hukum dan Pembangunan
Selanjutnya resolusi Dewan Eropa tersebut diterapkan pula
hubunganlkerjasama rnereka dengan negara-negara berkembang,
terutama Indonesia. Beberapa contoh dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a.
Pertemuan "CGI" yang lalu telah melahirkan format baru
"consortium aid" dimana Belanda tidak lagi ikut dalam CGI dan
tidak pula mengetuai konsorsium. Hal ini adalah sesuai dengan
kehendak Indonesia yang berpendapat bahwa Belanda telah
menggunakan bantuan sebagai alat untuk menekan dan campur
tangan terhadap politik dalam negeri.
b. Dalam Post Ministrial Meeting (PMC) tanggal 24-25 Juli 1992 di
Manila para Menten Luar Negeri ASEAN antara lain telah
mendengar pernyataan Wakil Menlu Jepang, Koji Kakizawa yang
menyatakan bahwa Jepang akan terus aktif memberi bantuan
pembangunan, namun dengan mempertimbangkan aspek HAM dan
anggaran militer negara penerirna bantuan dalam menentukan
kebijakannya. Perhatian penuh akan diberikan pada usaha
peningkatan (good governance) dan pemberlakuan perekonomian
yang berorientasi pasar serta dijaminnya HAM dan kebebasan di
negara penerima bantuan.
c.
Sementara itu Menlu Inggris, Douglas Hurd sebagai Juru Bicara
Masyarakat Eropa (ME) juga menyatakan akan mengkaitkan
bantuan ME dengan HAM serta prinsip-prinsip demokrasi dan
pasar bebas. Sekaligus mengakui bahwa Masyarakat Eropa tidak
akan bersikap memaksakan (imposing), tetapi HAM jelas akan terus
merupakan masalah peka bagi kedua belah pihak, karena HAM
merupakan dasar dan bagian integral dari usaha menumbuhkan
hubungan sehat antara rakyat dengan pemerintah dan dalam
hubungan an tar negara.
Dalam kaitan ini para Menteri Luar Negeri ASEAN dalam
pertemuannya di Manila 24-25 Juli 1992 juga menolak dengan tegas
pengkaitan masalah HAM (dan masalah lingkungan hidup) sebagai
persyaratan dalam kerjallama ekonomi dan pembangunan.
Contoh lain yaitu dihentikannya bantuan IMET (International Military
Education and Training) oleh Pemerintah AS atas desakan Kongres AS.
Desember 1992
Deklarasi Nasiona/ Hak-HakAsasi Manusia
561
Persepsi Negara-Negara BerkembangINon-Blok Tentang Hak Asasi
Manusia
Persepsi negara-negara berkembangltergabung dalam Gerakan Non
Blok (GNB) mengenai HAM pada dasamya sejalan dengan persepsi
Indonesia_ Perhatian GNB terhadap masalah HAM juga makin besar.
Deklarasi KIT IX Non Blok di Beograd tahun 1989 mencantumkan
bahwa promosi HAM dan kemerdekaan merupakan salah satu tujuan
GNB dan bahwa GNB telah memberikan andil yang besar dalarn
menciptakan kondisi kondusif bagi promosi HAM pada tingkatan
internasional. Jika ditinjau -kebelakang penghargaan GNB terhadap
HAM sudah ditunjukan sejak awal pendiriannya_ Bahkan prinsip
pertama dari 10 prinsip-prinsip Deklarasi Bandung sebagai hasil
Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 menyebutkan : "Respect for
fundamental human rights and f or the purpose and principles of the
Charter of the United National ... ". Akhir-akhir ini negara-negara anggota
GNB baik di New York maupun Jenewa melakukan konsultasi teratur
mengenai HAM. Diangkatnya HAM sebagai masalah yang memerlukan
koordinasi, GNB juga menunjukan perhatian dan adanya pengakuan
makin pentingnya bagi GNB dalam interaksinya dengan kelompok
negara-negara lain. Sebagai salah satu pendiri GNB, adalah wajar
andaikata Indonesia memberikan perhatian yang lebih besar dan
mempunyai citra yang baik mengenai dimensi ini pula.
Konsultasi GNB mengenai HAM dimaksudkan untuk memantapkan
posisi bersama GNB dalam berbagai masalah yang dihadapi dalam
sidang HAM, termasuk apabila mungkin menggalang solidaritas GNB
dalam berbagai permasalahan HAM yang dihadapi anggotanya.
Koordinasi anggota-anggota GNB mulai diperhitungkan oleh kelompok
lainnya khususnya kelompok Barat. Dengan terhapusnya tirai pemisah
blok Barat- Timur, kehadiran kelompok GNB juga berhasil mencegah
dijadikannya "issue" HAM sebagai masalah Utara-Selatan.
Berlainan dengan pendapat negara negara Barat/ME, Indonesia
termasuk juga negara-negara ASEAN dan GNB berpandangan bahwa
sekalipun HAM diakui bersifat universal, namun perlindungan dan
implementasi dalam konteks nasional tetap berada dalam wewenang dan
tanggung jawab pemerintah, mengingat kompleksnya masalah-masalah,
pengalaman sejarah, faktor-faktor ekonomi, sosial dan budaya yang
Nomor 6 Tahun XXII
562
Hukum dan Pembangunan
berbeda-beda yang berlaku di setiap negara.
Dokumen aIchir KIT X GNB di Jakarta menegaskan bahwa harus
terdapat keseimbangan antara hak-hak dan kebebasan individu dengan
kewajiban-kewajibannya terhadap masyarakat dan negara. Indonesia dan
GNB berpandangan bahwa hak asasi manusia termasuk hak-hak sipil,
politik, ekonomi, sosial dan budaya sebagai hak-hak "indivisible" dan
"interrelated" .
Dalam Jakarta Message dari KIT Non Blok X di Jakarta ditegaskan
bahwa ":
"We reaffirm that basic human rights and fundamental freedoms are
of universal validity. We welcome the grofliing trend toward democracy
and commit ourselves to cooperate in the protection of human rights. We
believe that economic and social progress facilitate the achievement of
these objectives. No country, however, should use its power to dictate us
concept of democracy and human rights or to impose conditioanalities on
others. In the promotion and the protection of these rights and freedoms,
we emphasize the inter-relatedness of the various categories, call for a
balanced relationship between individual and community rights, up hold
the competence and resposibility of the National government in their
implementation. The Non-Aligned countries therefore shall coordinate
their positions and actively participate in the preparatory worked of the
second world conference on Human Rights in June 1993, in order to
ensure that the conference addresses all aspects of human rights on the
basis of universality, indivisibility, impartiality and non-selectivity".
Kini tam bah kuat pandangan dalam masyarakat internasional untuk
lagi melihat HAM sebagai produk Icelompok budaya tertentu. Predikat
universalitas HAM mencerminkan nilai-nilai puncalc peradaban umat
manusia dan karenanya menunjukan netralitas pengaruh
pandanganlbudaya tertentu dalam HAM. HAM juga makin dilihat
seeara menyeluruh dalam segala aspeknya, sebagai hak-hak individu dan
hak kolektif, tidak semata-mata dalam kaitan hak-hak politik dan sipil
tetapi tak terpisahkan dari hak-hak sosial, ekonomi dan budaya.
Pergesaran cara memandang HAM demikian merupakan perubahan
besar, jika diingat bahwa sampai beberapa tahun yang lalu masih
terdapat kesan monopdli HAM oleh kelompok Barat, baik dalam
Ieonsepsi maupun implementasinya. Dalam konsepsi telah diutamakan
hak-hak individu terhadap hale-hak Ieolektif, dan di utamakannya hakDesember 1992
Deklarasi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia
563
hak sipil dan politik terhadap hak-hak lainnya. Dalam implementasinya,
penglihatan yang sempit demikian cenderung merugikan negara-negara
berkembang.
Gerakan Non Blok berpendirian bahwa dalam penanganan masalah
HAM, sebagai salah satu aspek kerjasama internasional perlu ditaati
pula segala kesepakatan dan pengertian bersama yang telah dicapai
dalam penerapan dan penjabarannya dalam rangka PBB.
Pertama:
Pengertian bersama adanya berbagai jenis alau katagori hak-hak asasi,
yailu sipil dan polilik disalu pihak dan hak-hak ekonomi, ~Slal dan
kultural dilain pihak; begilu pula, adanya hak-hak asasi perorangan dan
hak-hak asasi yang dimilik oleh suatu masyarakal alau bangsa sebagai
keseluruhan, yang semuanya merupakan kesaluan yang lak lerpisahkan
(prinsip "indivisibility").
Kedua:
Juslru karena prinsip "indivisibility" ini, pendekatan lerhadap masalah
HAM alaupun peniiaian lerhadap pelaksanaanya disualu negara oleh
pihak-pihak luar, yang hanya menonjolkan salu jenis HAM (misalnya,
hak-hak sipil/polilik saja) dengan mengabaikan jenis-jenis hak-hak asasi
lainnya, sama sekali tidak dapat dibenarkan (prinsip "non selektivitas").
Ketiga:
Perlu adanya keseimbangan dan keselarasan antara hak-hak perorangan
dan hak-hak masyarakat atau bangsa, dengan perkataan lain, antara hak
sesearang sebagai individu dan kewajiban seseorang sebagai anggata
masyarakatnya lerhadap bangsa dan negara. Hal ini sesuai pula dengan
kodrat manusia sebagai mahluk individual dan mahluk sosial sekaligus.
Keselarasan tersebut penting karena tanpa itu penjabaran HAM dapat
mengakibatkan kegancangan sasial bahkan menjurus kearah anarki
(prinsip "keseimbangan").
Keempat:
Waiaupun HAM itu memiliki keberiakuan universal di PBB telah diaku
dan disepakati pula bahwa dalam penerapannya pada kanteks nasional
tetap adanya kampentensi dan tanggung jawab nasional pada masingmasing negara, dengan sepenuhnya memperhatikan keaneka-ragaman
tala nilai, sejarah, kebudayaan, sislem politik, tingkatan pertumbuhan
Namar 6 Tahun XXII
564
Hulaon dan Pembangunan
sosial, ekonomi dan lain-lain faklor yang terdapat diantara negara-negara
tersebut. Kompetensi nasional itu tidak saja mengalir dari prinsip
kedaulatan bangsa-bangsa tapi juga merupakan konsekuensi logis dari
hak-hak asasi setiap bangsa akan kepribadian nasionalnya serta hak
menentukan sistem poliJik/ekonomi sendiri, bebas dari campur tangan
atau tekanan pihak luar.
Salah satu contoh upaya menyeimbangkan konsepsi "right of
development". Oleh kelompok Barat semula hak itu dikesampingkan
dengan alasan bahwa pembangunan akan terwujud dengan sendirinya
dalam suasana persaingan bebas. Sebaliknya konsep ini melihat
aktualisasi HAM hanya mungkin baik jika taraf hidup rakyat banyak
dapat ditingkatkan melalui proses pembangunan dan dijaminnya hak-hak
rakyat untuk berpartisipasi dan menikmati hasil-hasil pembangunan,
yang merupakan hak kolektif.
Dalam dokumen akhir KIT Gerakan Non Blok Ke-lO Kepala
Kepala Negara GNB menegaskan bahwa :
"The heads of state or government reinterated the universal validity of
basic human rights and fundamental freedoms that serve as a common
standard of respect for the dignity and integrity of man. They emphasize
the importance which their countries attach to be protection and
promotion of human rights, welcomed those changes around the world
which their strengthened human rights and fundamental freedoms, and
reaffirmed their commitment to respect for civil, political, economic and
social rights as well as their commitments deriving from universal legal
instrnments relating to human rights. The United Nation Charter has
rightly placed the question of universal observance and promotion of
human rights and fundam ental freedoms within the context of
international cooperation. The promotion of human rights must be based
on the principles of non-selectivity, objectivity, and impartiality. It should
also take greater account of varying historical, political, economic, social,
religious, and cultural realities.. No country or group of countries should
therefore arrogate to themselves the role of judge and jury over the other
countries on this sensitive and critical issue to the entire international
community. Human rights should not be used as instrnments of political
pressure especially against the non-aligned and other developing countries.
All nations have the right to freely establish their own political and
economic system and institutions in the basis of respect for the principle
Desember 1992
Deklarasi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia
565
of national sovereignity, self-determination and non interference in the
internal affairs of others. The violation or abuse of human rights should
not be condoned under any circumstance".
" The Heads of state or Government emphasized that the basic provision
contained in the Universal Declaration of Human Right embody two
mutually balancing aspects: those which respect the fundamental right and
freedoms of the individual, and those which stipulate obligations of the
individual to society and the State. Such a balance is imporlant, for its
absence could lead to a denial of the rights of community as a whole and
to instability, especially in the developing countries".
"The Heads of State or Government further emphasized the indivisible
nature of human rights, comprising civil, political, economic and cultural
rights. They expressed concern over a tendency to address aspects of
human rights selectively, often for extraneous political motives, and to
neglect economic, social and cultural rights which relate more
immediately to humankind's needs for food, shelter and health care and
the eradication ofpoverty and illeteracy. In this connection, any attempt
to use human rights as a condition for extending socio-economic
assistance, thus sidelining the relevance of economic, social and cultural
human rights must be rejected. Instead, as development and human rights
are mutually supporlive, there is an imperative need for multilateral
ccoperation and assistance in implementing the socio economic
development programmes of the non aligned and other developing
countries. In this context, they emphasize that any approach seeking to
comparlmentalize human rights would not serve the cause of promoting
their full enjoyment. They considered the 1986 UNGA resolution 41/128
and the Declaration on the Right to Development to constitute an
extremely imporlant flnited Nation initiative on condification in the filed
of human rights. They reaffirmed their conviction that the right to
development was an integral parl of fundamental human rights".
Persepsi Indonesia Tentllng Hak Asasi Manusia
Persepsi dan keterikatan Indonesia sebagai negara yang
berlandaskan Pancasila dan UUD'45, terhadap masalah hak-hak asasi
manusia jelas seperti antara lain tercermin .dalam berbagai perundanganundangan nasional, agama dan kepercayaan kepada Tuhan YME, adat
,istiadat 'dan tata nilai bangsa kita serta khususnya mengalir daripada
'sila ke-2 Pancasila dan pasal-pasal relevan dalam UUD'S 45, yang (patut
Nomor 6 Tahun XXII
566
Hukum dan Pembangunan
dicatat) dirumuskan jauh sebelum dicanangkannya Deklarasi Universal
tentang Hak-hak Asasi Manusia oleh PBB ditahun 1948.
Tidak perlu dipersoalkan lagi, bahwa sejumlah hak-hak asasi
manusia yang bersifat universal memang memilik keberlakuan universal
karena jelas tercantum dalam Pia gam PBB. Dan oleh karenanya
merupakan bagian daripada keterikatan setiap anggota PBB pula.
Sebagai negara yang sepenuhnya menghayati konsepsi yang memandang
manusia dan sumber daya manusia sebagai faktor penentu dan titik
sentral dalam pembangunan nasional, Indonesaia-pun menyadari
pentingnya hubungan antar manusia dibina berdasrkan norma peri
kern an usia yang universal.
Namun demikian, Indonesia berpendirian bahwa penanganan
masalah HAM, sebagai salah satu aspek kerjasama internasional perlu
ditaati pula segala kesepakatan dan pengertian bersama yang telah
dicapai dalam penerapan dan penjabarannya dalam rangka PBB.
Pertama, pengertian bersama akan adanya berbagai jenis kategori HAM,
yaitu hak-hak sipil dan politik disatu pihak dan hak-hak ekonomi, sosial
dan kultural dilain pihak; begitu pula, adanya hak-hak asasi perorangan
dan hak-hak asasi yang dimiliki oleh suatu masyarakat atau bangsa
sebagai keseluruhan. Yang kesemuanya merupakan satu kesatuan yang
tak terpisahkan (prinsip "indivisibility"). Kedua, justru karena "prinsip
Indivisibility" ini, pendekatan terhadap masalah HAM ataupum penilaian
terhadap pelaksanaannya disuatu negara oleh pihak-pihak luar, yang
hanya menonjolkan satu jenis HAM (misalnya, hak-hak sipil/politik saja)
dengan mengabaikan jenis-jenis hak-hak asasi lainnya, sarna sekali tidak
dapat dibenarkan (prinsip "non-selectivitas"). Ketiga, perlu adanya
keseimbangan dan keselarasan antara hak-hak perorangan dan hak-hak
masyrakat atau bangsa, dengan perkataan lain, ~ntara hak seseorang
sebagai individu dan kewajiban seseorang sebagai anggota
masyarakatnya terhadap bangsa dan negara. Hal ini sesuai pula dengan
kodrat manusia sebagai mahluk individual dan mahluk sosial sekaligus.
Keselarasan tersebut penting karen a tanpa itu penjabaran HAM
dapat mengakibatkan kegoncangan sosial bahkan dapat menjurus kearah
anarki [prinsip "keseimbangan"]. Keempat,walaupun HAM itu memiliki
keberlakuan universal, namun di PBB telah diakui dan disepakati pula
bahwa dalam penerapannya . pada konteks nasioanal. Tetap adanya
kompetensi dan tanggung jawab nasional pada masing-masing negara,
dengan sepenuhnya memperhatikan keaneka-ragamana tata-nilai,
sejarah, budaya, sistem politik, tingkatan pertumbuhan sosial/ekonomi
Desember 1992
DekJarasi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia
567
dan lain-lain faktor yang terdapat diantara negara-negara tersebut.
Kompetensi nasio_nal ' ini tidak saja mengalir dari prinsip kedaulatan
bangsa-bangsa tapi juga merupakan konsekwensi logis daripada hak asasi
setiap bangsa akan kepribadian nasionalnya serta hak menentukan
sistem politiklekonominya sendiri, bebas carnpur tangan atau tekanan
pihak luar.
Seperti halnya bangsa-bangsa lain di dunia, 'Indonesiapun menyadari
bahwa penegakan HAM di negara kita masih belum sempuma dan
masih perlu ditingkatkan terus. Namun, justru karena kita mematuhi
pendekatan serta prinsip-prinsip pelaksanaan HAM seperti diakui dan
diterapkan di PBB. Kita berharap bahwa kerjasama internasional
dibidang ini benar -benar dilaksanakan sesuai pendekatan dan prinsipprinsip tersebut dan seyogyanya pihak-pihak luar menjauhi diri dari
praktek-praktek menuduh at au menghakimi tanpa beralaskan fakta,
saling menggurui, dan melancarkan kampanye politik dengan dalih
HAM atau mengkaitkan masalah HAM sebagai kondisionalitas baru
dalam rangka kerjasama/bantuan ekonomi.
Perkembangan internasional mengenai prinsip HAM tersebut diatas
merupakan tantangan bagi Indonesia khususnya dalam rangka
kelancaran pembangunan nasional.
Hakekat pembangunan adalah pembangunan manusia seutuhnya,
yaitu manusia yang serasi, selaras dan seimbang dengan segala
lingkungannya: lingkungan alam, lingkungan sosial sesama manusia dan
lingkungan internasional sesama bangsa di dunia. Dalam pada itu
pembangunan suatu bangsa adalah pembangunan yang berpusat pada
rakyatnya. Pembangunan suatu bangsa adalah pembangunan rakyatnya,
pembangunan oleh rakyatnya dan pembangunan untuk rakyatnya.
Pembangunan hanya akan berhasil dengan baik apabila dapat
dicapai dan ·dipertahankan keserasian antara tiga unsur yang tidak dapat
dipisahkan dan senantiasa saling memperkuat; yakni : pemerataan,
pertumbuhan dan stabilitas. Pemerataan beban maupun hasil
pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang man tap dan memadai.
Stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional yang dinamis; bukan stabilitas
yang kaku dan ketat. Indonesia menanamkan ketiga unsur yang
merupakan satu kesatuan ini: Trilogi Pembangunan. Ketiga unsur trilogi
tersebut senantiasa diusahakan keserasiannya. Tanpa pemerataan, tidak
mungkin tercapai pertumbuhan yang mantap. Sebaliknya tanpa
pertumbuhan ekonomi, pemerataan tidak akan membawa hasil yang
Nomor 6 Tahun XXII
568
Hukum dan Pembangunan
berarti. Demikian pula tanpa pemerataan, tidak akan dapat
dipertahankan stabilitas nasional. Dan tanpa stabilitas nasional yang
dinamis, tidak mungkin perekonomian akan tumbuh dengan memadai.
Apabila dalam sautu negara selalu terjadi gejolak, bilamana suatu
bangsa senantiasa dikoyak-koyak oleh perang saudara yang bersumber
pada perbedaan agama atau suku, jikalau rakyat ·tidak dapat hidup
tenang karena merajalelanya gangguan keamanan, maka tidak dapat
diharapkan peningkatan kegiatan ekonomi dan perbaikan kesejahteraan
rakyat. Demikian pula apabila selalu ada ketegangan dengan negara
tetangga, lebih-lebih lagi bilamana ketegangan berubah bentuknya
menjadi perang dengan tetangga, maka segala sumber daya akan
terkuras untuk keperluan pertahanan.
Oleh karena itu kita harus berupaya merumuskan respon dalam
bentuk kebijakan nasional yang memadai, menyeluruh dan terpadu baik
dalam konseptualisasi maupun aktualisasai sikap dan kebijakan. Karena
setiap negara yang mendambakan pembangunan yang berhasil bagi
rakyatnya tentu pertama-tama harus membereskan dan menata rumah
tangganya sendiri. Selanjutnya mengembangkan kemampuannya dalam
lingkup regional dan internasional.
Dengan demikian respon tersebut bukanlah dimaksudkan untuk
mengakui dan memenuhi tekanan politis negara-negara maju tersebut
tetapi bangsa Indonesia sebaliknya harus berupaya menentang
tekanan-tekanan tersebut.
Komitmen Pemerintah Indonesia untuk terus melakukan
pembenahan guna penghormatan, pemajuan dan penegakan HAM
bahkan secara tegas telah dinyatakan dalam Pidato Kenegaraan Presiden
Soeharto tanggal 16 Agustus 1990 sebagai berikut :
"KiIa perlu mengembangkan hak-hak asasL Konsep hak asasi
yang kita anul aiJalah penjabaran dari sila Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab, yang disemangati oleh sila-sila lainnya dari Pancasila.
Konsep hak asasi yang kila anul bertitik tolak dari Keluhuran martabal
man usia secara menyeluruh, di samping martabal seorang demi
seorang. Oleh karena ilu faham hak asasi kila lidak individualis, yang
mengabaikan kepenlingan masyarakal, bangsa dan negara. Kodral
man usia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
sekaligus. Manusia hanya mempunyai makna jika ada manusia
lainnya, jika berada di dalam lingkungan masyarakat. Kemajuan dan
rezeki yang diperoleh seseorang bukanlah sepenuhnya merupakan
Desember 1992
DekJara.Ji Ntuiotuzl Hak-Hak Asasi ManusiD
569
haknyQ sendiri. Ada rezeld dan hak orang lain yang tercakup di
dalamnya, yang harus dia teruskan; baik melalui negara, masyarakat
ataupun secara langsung. Jatil mengakui adanya tanggung jawab sosial
bersamaan dengan adanya hak-ha/c kemanusiaan. "
Sejalan dengan komitmen nasional dan dalam rangka menetapkan
sikap yang tegas terhadap · langkah-langkah sepihak negara-negara
industri tersebut diatas maka sudah tiba saatnya bagi Indonesia untuk
membakukan konsepsi dan faham-faham hak asasi yang berdasarkan
falsafah Pancasila, hukum positif maupun seeara tradisional telah
dimiliki, diakui dan merupakan pedoman dalam setiap perilaku.
Formatnya yaitu dalam bentuk suatu deklarasi, yang diusulkan berjudul
"Deklarasl Nasional Hak·hak Asasl Manusia".
Dan sesuai dengan realita sosial budaya yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia maka perumusanyang sesuai untuk mukadimahnya kiranya
dapat kami usulkan memuat butir-butir sebagai berikut :
MUKADIMAH
Bahwa sesungguhnya manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa yang hidup bennasyarakat, berbangsa dan bemegara, memiliki
hak-hak dan mengemban asasi, untuk dapat mengemban diri pribadinya
maupun peranan dan sumbangannya kepada masyarakat, negara dan
dunia.
Bahwa demi terciptanya masyarakat yang bertanggung jawab dan
menyadari hak serta kewajiban asasinya dalam tatanan kehidupan
bersama di $eluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadiJan sosial, dengan berpedoman .kepada
Undang.Undang Dasar 1945, maka ditegaskanlah hak-hak asasi manusia
dan hak-hak serta kewajiban warga negara yang menjunjung tinggi asas
kedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang Maha
Esa; Kemanusiaan yang adil dan beradab; Persatuan Indonesia; dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratanlperwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Nomor 6 Tllhun XXII
570
Hukum dim Pembangunan
Hak-hak asasi tertentu dan kemerdekaan dapat berlaku secara
universal tanpa memandang batas negara dan mengakui sepenuhnya
bahwa merupakan kewajiban semua negara untuk memajukan dan
meningkatkan ditaatinya hak-hak asasi dan selalu berusaha untuk
menegakkan ketentuan-ketentuan kemanusiaan dan hak-hak asasi serta
kebebasan seperti yang tercantum dalam falsafah negara, Pancasila,
UUD 1945 dan ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang relevan.
Dasar falsafah negara Republik Indonesia, Pancasila, mengandung
ketentuan-ketentuan kemanusiaan yang satu sarna lainnya berkaitan dan
tidak dapat dipisah-pisahkan. UUD 1945 yang didasarkan falsafah
Pancasila juga mengandung ketentuan-ketentuan kemanusiaan dan
prinsip-prinsip dasar dari hak-hak asasi manusia.
Esensi dari arti sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah bahwa
semua agama-agama dan kepercayaan-kepercayaan yang berbeda di
Indonesia dapat dilihat sebagai berpusat pada suatu kepercayaan dasar
percaya kepada Tuhan Yang Maha Perkasa, satu-satunya (&a).
Kandungan utama dari sila pertama ini berarti bahwa setiap manusia di
Indonesia tanpa melihat agamanya atau kepercayaannnya harus
menghormati agama/kepercayaan satu sarna lain demi keharmonisan dan
kedamaian bersama. Ini berarti bahwa sila pertama tersebut
mengandung ketentuan-ketentuan toleransi beragama dan kebebasan
bagi setiap warga negara Indonesia untuk memilih dan memeluk agama
dan kepercayaan masing-masing.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab terkait erat dengan
hak-hak asasi dan kebebasan yang fundamental namun pada saat yang
sarna juga mengandung aspek-aspek dan kewajiban-kewajiban manusia
terhadap masyarakat dan negara, dengan kata lain sila ini meng
ekspresikan pandangan dasar atas hubungan-hubungan manusialindividu
di dalam kehidupan bermasyarakat dan bemegara berdasarkan atas
suatu moral yang adil dan beradab.
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang merupakan prinsip dasar demokrasi
Pancasila tidak hanya mengandung demokrasi dalam bentuk formal
seperti yang dianut dalam faham Barat, tetapi juga termasuk isi
kandungannya, yaitu demokrasi yang mencerminkan dan mencakup
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan moralitas
kemanusiaan yang adil dan beradab dan diarahkan untuk mencapai
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat; suatu demokrasi yang sesuai
dengan nilai-nilai tradisi dan sosial Indonesia dimana musyawarah
Desember 1992
DekJarasi NasWnal Hak-Hak Asosi Manusia
571
mufakat lebih diutamakan daripada persuaraan mayoritas sebagai cara
terbaik dalam proses pengambilan keputusan~ suatu demokrasi yang
tidak hanya mencakupi persamaan dibidang politik tetl.lpi juga
persarnaan dibidang ekonomi, sosial dan kebudayaan.
Demikian pula sila keadilan sosial erat terkait dengan
ketentuan-ketentuan kemanusiaan yang mengatur hubungan-hubungan
manusia antar sesamanya dalam masyarakat dan mengandung pula
prinsip-prinsip dasar bahwa didalam usaha bersama untuk mencapai
suatu keadilan dan kesejahteraan dalam masyarakat baik materi maupun
spiritual, setiap bentuk eksploitasi manusia oleh manusia adalah
diharamkan. Dari sila ini juga tercakup perlunya untuk menciptakan
kondisi-kondisi "didalam masyarakat dim ana semua golongan dan semua
tingkatan masyarakat Indonesia dapat memperoleh kesempatan yang
sarna untuk menikmati kehidupan mereka dan memperoleh suatu
kehidupan selayaknya sebagai man usia.
Oleh karena itu perlindungan Hak-hak Asasi Manusia Indonesia
diharapkan pada peningkatan kualitas manusia Indonesia sebagai potensi
sumber daya manusia agar menjadi kekuatan pembangunan bangsa serta
dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi manusia itu sendiri,
masyarakat, negara dan dunia pada umumnya.
Perlindungan hak-hak asasi manusia dan kebebasan fundamental itu
tak terpisahkan dari perlindungan hak-hak sipil dan politik, hak-hak
ekonomi dan budaya, hak-hak perorangan dan masyarakat, yang hams
ditingkatkan dan dilindungi secara seimbang , selaras dan serasi.
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan dengan senantiasa
mohon
kejernihan- dan kekuatan lahir batin serta dengan
memperhatikan dan menghormati Deklarasi Hak-Hak Asasi PBB maka
ditegaskanlah Deklarasi Nasional Hak-hak Asasi Manusia serta
Kewajiban manusia Indonesia sebagai diri sendiri, anggota keluarga dan
sebagai anggota masyarakat, sebagai warganegara serta warga dunia.
HAK MANUSIA
MANUSIA SEBAGAI DIRI PRIBADI
1.
Setiap manusia dilahirkan sebagai diri I'ribadi dengan memiliki
martabat dan hak-hak yang sarna dan bersikal' dalam kehidupannya
dengan berdasarkan semangat persaudaraan.
Nomor 6 Tahun XXII
572
HuJaun dan Pembangunan
2.
Tiada pembedaan perlakuan terhadap manusia dapat dilakukan
berdasarkan suku bangsa, agama, ras, kelamin dan status sosialnya.
3.
Setiap orang berhak untuk mendapatkan ketenteraman hidup dan
kebebasan berdasarkan norma yang ada.
4.
Setiap orang berhak mendapatkan pengakuan sebagai subyek hukum
dimanapun ia berada.
5.
Setiap orang memiliki hak untuk memeluk agamanya masingmasing dan beribadat menu rut agama dan kepercayaannya itu.
6.
Tujuan pembangunan adalah pembentukan manusia seutuhnya,
karenanya manusia itu sendiri harus berpartisipasi dalam
pembangunan guna mendapat hasil maksimal yang dapat dinikmati
bersama secara adil dan merata.
MANUSIA SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT
7. Setiap orang berhak untuk membentuk keluarga, dan keluarga
merupakan satuan terkecil yang menjadi unsur kekuatan
masyarakat.
8. Setiap orang berhak untuk berkumpul dan berpartisipasi dalam
kehidupan organisasi kemasyarakatan dengan tujuan damai demi
pembangunan dirinya, masyarakat, negara dan dunia.
9.
Setiap orang baik diri sendiri maupun bersama-sama berhak
mempunyai hak milik kebendaan serta menikmati haknya tersebut
dengan memperhatikan fungsi sosial kebendaan yang bersangkutan.
10. Setiap orang berhak untuk mengembangkan kemampuan bersama
sebagai kelompok dengan memperhatikan tata organisasi
kenegaraan dan sumber daya alam yang dikuasai Negara.
11. Setiap orang sebagai anggota masyarakat
memanfaatkan wilayah warisan adatnya.
adat
berhak
12. Setiap orang berhak untuk mengembangkan kekayaan budaya serta
Desember 1992
Deklarasi Nasional Hak-HakAsasi Manusia
573
rnelestarikan perilaku kehidupan budayanya.
MANUSIA SEBAGAI WARGANEGARA
13_ Setiap orang berhak atas kewarganegaraan_
14. Setiap warganegara bersarnaan kedudukannya didalarn Hukurn dan
Pernerintahan dan wajib rnenjunjung Hukurn dan Pernerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.
15. Setiap orang berhak dianggap tidak bersalah sampai kesalahannya
dapat dibuktikan oleh pengadilan dan oleh karena itu negara
rnenjarnin bahwa setiap orang berhak rnernperoleh perlindungan
. terhadap penangkapan, pernaksaan, penganiayaan, penggeladahan,
penyitaan yang sewenang-wenang_
16_ Setiap orang dewasa rnernpunyai hak untuk rnernilih dan dipilih
dalarn pernilihan urnurn sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku_
17. Setiap wargimegara berhak untuk berkurnpul dan berpartisipasi
dalarn kehidupan organisasi politik sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
18. Setiap warganegara berhak rnengeluarkan pikiran dan pendapatnya
dengan lisan dan tulisan atau cara lainnya secara bertanggung jawab
dengan rnernperhatikan kepentingan pihak lainnya baik secara
individu maupun secara urnurn.
19. Setiap warganegara berhak dan wajib ikut serta dalarn usaha
pernbelaan Negara.
20_ Setiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kernanusiaan.
21. Warganegara berusia lanjut dan penyandang cacat rnendapatkan
perhatian dan perlakuan khusus yang sesuai dengan kebutuhan
jasrnani dan rohaninya.
Namar 6 Tahun XXII
574
Hukum dan Pembangunan
22. Setiap warganegara berhak mendapat pengajaran.
23. Setiap warganegara berhak untuk bepergian dan memilih tempat
tinggal dalam wilayah Negara Indonesia, serta meninggalkan dan
kembali kedalam wilayah Negara Indonesia.
24. Setiap warganegara wajib turut serta dalam setiap usaha
pembangunan Negara dan berhak menikrnati hasil pembangunan
guna meningkatkan kwalitas hidupnya sebagai man usia.
25. Negara memiliki hak dan tanggung jawab untuk menetapkan
kebijakan pembangunan Nasional.
26. Sektor-sektor perekonomian yang penting dan menguasai hajat
hidup orang banyak serta bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
27. Penggunaan sumber daya alam didasarkan pada prinsip keserasian
dan keseimbangan antara upaya pelestarian dan pemanfaatannya
bagi kesejahteraan rakyat, serta menjadi tanggung jawab bersama
pemerintah dan masyarakat.
28. Negara melindungi dan mengayomi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia.
MANUSIA SEBAGAI WARGA DUNIA
29. Setiap orang berhak mengatur penggunaan kekayaannya dengan
tanggung jawab untuk memajukan kepentingan nasional dengan
memperhatikan kerjasama ekonomi internasional berdasarkan asas
saling menguntungkan sesuai dengan prinsip-prinsip hukum
internasional.
30. Setiap orang berhak untuk mengembangkan kekayaan budaya serta
melestarikan perilaku kehidupan budayanya da\am \ingkup
.internasional guna membentuk pengertian internasional terhadap
budaya tersebut dan berhak untuk menikmati kebudayaan dunia
dengan tanggung jawab untuk tetap menjaga citra martabat bangsa.
Desember 1992
Deklilrasi Nosinnal Hak-Hak Asosi Manusia
575
31. Semua orang berhak atas perdamaian dan keamanan internasional
yang diwujudkan berdasarkan prinsip-prinsip solidaritas dan
hubungan baik sesuai Pia gam PBB.
HUBUNGAN ANTAR BANGSA
32. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, oleh karena itu setiap
bangsa berhak menentukan nasibnya sendiri.
33. Setiap bangsa dan negara mempunyai kecludukan yang sarna, dan
karenanya berhak memperoleh penghormatan dan perlakuan yang
sarna.
34. Setiap bangsa dan negara berhak memperoleh perlindungan
terhadap pemaksaan kehendak oleh bangsa, negara, atau kelompok
negara lainnya.
°
KEWAJIBAN
35. Segala hak-hak asasi yang telah dikemukakan diatas harus diimbangi dengan kewajiban-kewajiban untuk menghormati dan
melindungi °h ak-hak asasi orang lain, kepentingan umum dan
kepentingan bangsa dan negara.
36. Setiap orang mempunyai kewajiban terhadap keluarga, masyarakat,
negara dan rnasyarakat internasional, oleh karena itu pelaksanaan
hak-hak yang dimilikinya harus memperhatikan hak-hak orang lain,
keamanan bersama, tanggung jawab moral dan kepentingan umum.
37. Setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk menghormati dan
membina hubungan baik guna meningkatkan dan memperkuat
solidaritas dan toleransi antar sesama umat manusia.
Demikianlah usulan rancangan Deklarasi Nasional tentang Hak-Hak
Asasi Manusia ini penulis sampaikan dengan harapan kiranya akan
mendapat tanggapan konkrit dari sidang pembaca dalam rangka
mempercepat terwujudnya komitmen kita terhadap pengembangan dan
perlindungan hak-hak asasi rnanusia .
•••••••••
Namar 6 Tahun XXII
Download