91 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017 RESPON SOSIAL DAN KEMAMPUAN SOSIALISASI PASIEN ISOLASI SOSIAL MELALUI MANAJEMEN KASUS SPESIALIS KEPERAWATAN JIWA 1 2 3 Fajriyati Nur Azizah *, Achir Yani S. Hamid , Ice Yulia Wardani 1 * Program Studi Ners Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta, Jl. Ringroad Barat, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Telp. (0274) 4342000. Email: [email protected], 2,3 Program Studi Pendidikan Spesialis Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Pondok Cina, beji, Kota Depok, Jawa Barat, 16424. ABSTRACT Background: Social isolation is a condition of loneliness felt by the individual being unable to make contact with other people. Social isolation can result in further on the issue of fulfillment of basic needs, so it would appear hallucinations that endanger themselves and others. Objective: The purpose of writing scientific papers to describe social changes, and socialization capabilities in social isolation’s patients using nursing care management of psychiatric specialist. Methods: Nursing orders given to 22 clients using nurses action, Social Skills Training (SST), and Cognitive-Behavioral and Social Skills Training (CBSST). Result: Results obtained reduction in social symptoms of social isolation mark that includes withdraw behaviour, interaction difficulties, refuse to communicate with others, fail to interact with others nearby, disabillity to participate in social activities, ignoring the environtment, and mistrust with others. The result also shown the improvement of socialization patient ability. Conclusion: : There were reduction in symptoms of social isolation obviously showed on social aspects as well as an increase in the client's ability to socialize. Recommendations of this study was to use a combination of measures such as nurses and specialist nurses Social Skills Training and Cognitive-Behavioral and Social Skills Training on clients with social isolation. Key Words : Social Skills Training, Cognitive-Behavioral and Social Skills Training PENDAHULUAN skizofrenia. Skizofrenia dialami lebih dari 21 Gangguan jiwa merupakan pola perilaku atau psikologis yang terjadi pada laki-laki (12 juta jiwa), sedangkan dan pada wanita sekitar 9 juta jiwa.4 Skizofrenia penurunan kualitas hidup.1 Tahun 2009, atau gangguan jiwa yang menunjukkan tanda WHO memperkirakan 450 juta jiwa di dunia gejala serupa skizofrenia dialami oleh 2-4 juta mengalami gangguan jiwa, 10% di antaranya jiwa atau sekitar 1,1% dari total populasi berusia penduduk dunia.5 menyebabkan seseorang juta jiwa di dunia dan umumnya banyak distres, dewasa, 25% disfungsi, akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama Kurang motivasi dan adanya penurunan hidupnya, dan akan terus berkembang sekitar kemampuan 25% hingga tahun 2030.2Data Riskesdas menyebabkan isolasi sosial banyak dialami (2013) prevalensi oleh pasien dengan skizofrenia. Isolasi sosial gangguan jiwa berat pada penduduk di adalah kesepian yang dialami oleh individu menyebutkan bahwa Indonesia mencapai angka 1,7 per mil. 3 Gangguan jiwa berat salah satunya adalah dan bersosialisasi dirasakan keberadaan orang saat lain didorong dan yang oleh sebagai 92 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017 pernyataan negatif atau mengancam.Batasan jiwa yang dialami pasien, dan kemampuan karakteristiknya pasien antara lain tidak beradaptasi dengan 8 menganggap penting dukungan dari orang lingkungannya. Hal ini disebabkan karena lain, afek tumpul, adanya bukti cacat (fisik kemampuan atau mental), sakit, tindakan yang tidak dalam berarti, tidak ada kontak mata, dipenuhi oleh menciptakan situasi interpersonal yang positif pikiran sendiri, menunjukkan permusuhan, dengan orang lain dan untuk menyelesaikan tindakan berulang, sedih, senang sendiri, masalah hubungan interpersonal. Pasien tidak komunikatif dan menarik diri. Selain itu dengan gangguan jiwa bertahan dengan data subyektif yang didapat antara lain ketergantungannya mengungkapkan perasaan sendiri, tujuan kemampuan bersosialisasi yang berdampak hidup yang tidak adekuat, tidak mampu pula memenuhi lainnya.7Lebih harapan orang lain, merasa komunikasi kehidupan, pada sangat penting diantaranya terhadap penurunan lanjutnya, untuk penurunan kemampuan isolasi sosial berbeda dari orang lain, tidak percaya diri menyebabkan lamanya waktu rawat pasien di saat berada di hadapan orang lain. Pasien rumah dengan hospitalisasi,pengabaian penurunan kemampuan sakit yang berdampak pasien pada terhadap bersosialisasi menunjukkan adanya masalah kebutuhan dasarnya seperti makan, minum, berkomunikasi dengan orang lain, ketakutan kebersihan diri dan eliminasi, dan pada akan lingkungan sosial, masalah dengan akhirnya aktivitas sehingga membahayakan diri sendiri, orang lain, dan 6 lingkungannya.9 Pada saat pasien diterima Penurunan kemampuan untuk bersosialisasi oleh keluarga, kondisi ini akan menjadi beban lainnya yang terjadi adalah ketidakmampuan bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya.10 kehidupan membutuhkan sehari-hari latihan bersosialisasi. pasien untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang mengungkapkan lain, terutama dan untuk mengonfirmasi muncul halusinasi yang Social Skills Training (SST) dan Cognitive Behavioral and Social Skills Training (CBSST) merupakan psikoterapi yang dapat perasaan negatif dan positif yang dialaminya, dilakukan untuk meminta atau menolak permintaan sosialisasi pada pasien isolasi sosial.Social orang lain yang tidak rasional dan untuk Skills Training (SST) memiliki efek yang memahami positif pada masalah kesulitan melakukan hambatan-hambatan dalam berhubungan interpersonal. 7 Rajkumar dan Thara, 1989; Johnstone at untuk hubungan mengatasi interpersonal, masalah konsep 7 masalah depresi, dan diri pada pasien Sedangkan untuk CBSST, al, 1990; Perlick et al, 1992 menjelaskan skizofrenia. bahwa kondisi gangguan interaksi sosial menunjukkan sejalan dengan perkembangan gangguan CBSST pada klien isolasi sosial di rumah bahwa dengan pemberian 93 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017 sakit dapat kognitif, Peneliti mengukur variabel tersebut pada besar waktu yang bersamaan. Populasi dalam daripada klien yang tidak diberikan terapi penelitian ini adalah pasien dengan diagnosa tersebut.11 Penelitian lainnya menunjukkan keperawatan isolasi sosial yang dirawat di bahwa CBSST meningkatkan fungsi kognitif Ruang Utari Rumah Sakit Prof. DR. Marzoeki dan perilaku sosial klien serta menurunkan Mahdi tanda dan gejala klien yang mengalami penelitian ini berjumlah 22 orang yang halusinasi dan isolasi sosial.12 memenuhi afektif, dan Pada menurunkan perilaku penelitian gejala klien lebih sebelumnya, SST dilakukan sebagai terapi individu. Namun, (RSMM) Bogor. kriteria Subyek inklusi yang dalam telah ditentukan oleh peneliti. Kriteria inklusi yang ditetapkan oleh pada manajemen asuhan keperawatan yang peneliti adalah pasien yang sedang dirawat di dilakukan pada pasien isolasi sosial ini, Ruang Utari Rumah Sakit Prof. DR. Marzoeki peneliti menggunakan kelompok Mahdi Bogor, pasien yang memiliki diagnosa sebagai salah satu media terapi untuk SST. Kelompok keperawatan merupakan wahana untuk mencoba dan mendapatkan rekomendasi oleh dokter untuk menemukan hubungan interpersonal yang mengikuti rehabilitasi, pasien yang telah baik, serta mempermudah individu untuk mendapatkan tindakan ners generalis (terapi mengembangkan individu untuk pasien isolasi sosial dan Terapi perilaku yang isolasi sosial dan telah adaptif.13Berdasarkan hal tersebut, peneliti Aktivitas tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang ruangan, perubahan tanda dan gejala isolasi sosial (bersedia mengikuti proses terapi hingga pada selesai). aspek sosial dan kemampuan Kelompok dan Sosialisasi/TAKS) pasien Pengambilan yang di kooperatif sampel diambil sosialisasi pada pasien isolasi sosial sebelum dengan teknik purposive sampling yang dan sesudah dilakukan manajemen asuhan berjumlah 22 orang. Pada kelompok pertama, keperawatan spesialis (SST dan CBSST). 11 orang pasien diberikan tindakan ners generalis dan SST, sedangkan kelompok BAHAN DAN CARA PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kedua yang berjumlah 11 pasien diberikan deskriptif eksploratif menggunakan rancangan desain quasi experiment with non-equivalent control groupdan dan SST). Seluruh responden diberikan terapi kuantitatif individu untuk pasien isolasi sosial dan TAKS crossectional. Variabel yang diteliti oleh oleh perawat ruangan, mahasiswa praktik, peneliti adalah tanda dan gejala isolasi sosial dan dibantu peneliti. Sebelum dilakukan pada tindakan, aspek pendekatan tindakan ners generalis dan CBSST (CBT sosial dan kemampuan sosialisasi pasien dengan isolasi sosial. peneliti melakukan pengkajian untuk mengidentifikasi tanda dan gejala 94 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017 isolasi sosial terutama pada aspek sosial yang meliputi perilaku menarik diri, sulit HASIL DAN PEMBAHASAN berinteraksi, enggan berkomunikasi dengan 1. orang lain, gagal berinteraksi dengan orang lain yang ada di sebelahnya, ketidakmampuan berpartisipasi kegiatan tidak Karakteristik Responden Penelitian menunjukkan semua pasien di Ruang Utari berjenis kelamin perempuan dalam (100%). Ruang Utari merupakan ruangan dengan yang dikhususkan untuk pasien perempuan lingkungan, dan curiga terhadap orang lain. kelas III. Jenis kelamin tidak memengaruhi Tanda secara sosial, dan gejala peduli tersebut disesuaikan signifikan terjadinya gangguan 14 dengan ceklis/kuesioner yang telah dibuat jiwa. Wanita lebih cenderung mengalami berdasarkan modul praktik keperawatan jiwa gejala yang lebih ringan dibandingkan pria. Program Jiwa Sejumlah 72,73% pasien perempuan tersebut Universitas berusia dewasa (25-60 tahun) dan masuk Fakultas Magister Ilmu Indonesia Keperawatan Keperawatan tahun mengidentifikasi 2015. Peneliti pada tahap perkembangan psikososial 15 sosialisasi intimasi. Tahap psikososial yang penting di pasien sebelum dilakukan tindakan ners usia ini adalah mampu membina hubungan generalis dan ners spesialis. baik dengan masyarakat, hubungan kerja, di kemampuan juga Terapi ners generalis dan CBT dilakukan dan hubungan yang intim dengan orang lain. ruangan, Jika tidaktercapai, individu akan terisolasi dan berkelompok sedangkan di unit SST dilakukan rehabilitasi 3 kali sulit hubungan.14,16Berkaitan membina seminggu hingga sesi SST selesai. SST dengan tahap psikososial ini sebagian besar terdiri dari empat sesi. Sesi pertama adalah responden latihan bersosialisasi, sesi kedua latihan berstatus menikah (45,46%).Pekerjaan erat menjalin persahabatan, sesi ketiga latihan kaitannya dengan status ekonomi klien. bekerjasama dalam kelompok, dan sesi Pekerjaan dapat menjadi sumber masalah keempat latihan menghadapi situasi yang pada sebagian orang jika tidak segera diatasi sulit. Sedangkan CBSST terdiri dari enam dan sesi. Sesi pertama latihan merubah pikiran termasuk terjadinya skizofrenia.17,18Hal lain negatif pertama, sesi kedua latihan merubah yang pikiran negatif kedua, sesi ketiga adalah skizofrenia latihan bersosialisasi, sesi keempat latihan Durkheim mengatakan bahwa pernikahan menjalin persahabatan, sesi kelima latihan dapat bekerjasama dalam kelompok, dan sesi perasaan keenam latihan menghadapi situasi yang pasangan hidup membuat ikatan batin secara sulit. finansial, fisiologis, dan psikologis antar pada tidak bekerja akhirnya berkontribusi adalah mengurangi kesepian. (36,36%) menyebabkan terhadap status isolasi dan sakit kejadian pernikahan. sosial dan Perlindungan dari 95 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017 pasangan meskipun tidak semua pasangan keputusan dan responsnya terhadap sumber dapat menyediakan perlindungan. Seseorang stress.1 yang jarang berkomunikasi dan membina 2. Perubahan Aspek Sosial Tanda dan hubungan yang suportif cenderung semakin Gejala Isolasi Sosial merasa kesepian.19Sedangkan untuk status pendidikan, sebagian berpendidikan besar isolasi sosial. Pada tabel 1 dan 2 terlihat (27,30%).Pendidikan rendah dapat menjadi bahwa hasil penyebab psikologis. pertama yang mendapatkan tindakan ners Individu dengan pendidikan rendah akan generalis dan SST menunjukkan penurunan kesulitan dalam menyampaikan ide, gagasan tanda dan gejala isolasi sosial 74,32%. atau pendapatnya, sehingga memengaruhi Sedangkan, pada kelompok kedua yang cara mendapatkan tindakan ners generalis dan terjadinya berhubungan menyelesaikan dan tanda dan gejala sosial pada pasien dengan SMA No SMP responden SST dan CBSST dapat menurunkan masalah dengan masalah, orang lain, membuat Tabel 1. Tanda Gejala Sosial Sebelum dan Sesudah Tindakan Ners Generalis dan SST(n=11) Frekuensi Tanda dan Gejala Sosial Pre % Post % Menarik diri Sulit berinteraksi Enggan berkomunikasi dengan orang lain Kegagalan berinteraksi dengan orang lain yang ada didekatnya 5 Ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial 6 Tidak peduli dengan lingkungan 7 Curiga terhadap orang lain Rerata Ruang Utari RSMM Bogor, 2016 1 2 3 4 5 6 7 pada 7 4 4 9 63.64 36.36 36.36 81.82 0 0 0 2 0 0 0 18,18 Penurunan (%) 100 100 100 77,78 8 72.73 5 45,45 37,49 10 4 6,57 90.91 36.36 59,74 7 1 2,14 63,64 9,09 19,48 30 75 74,32 Tabel 2. Tanda Gejala Sosial Sebelum dan Sesudah Tindakan Ners Generalis dan CBSST(n=11) Frekuensi Tanda dan Gejala Pre % Post % Menarik diri Sulit berinteraksi Enggan berkomunikasi dengan orang lain Kegagalan berinteraksi dengan orang lain yang ada didekatnya Ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial Tidak peduli dengan lingkungan Curiga terhadap orang lain kelompok CBSST menunjukkan penurunan 64,05%. 1 2 3 4 No penelitian 5 5 4 45,45 45,45 36,36 0 0 1 0 0 9,09 Penurunan (%) 100 100 75 10 90,91 2 18,18 80 9 10 4 81,82 90,91 36,36 6 9 2 54,55 81,82 18,18 33,33 10 50 96 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017 Frekuensi No Tanda dan Gejala Rerata Ruang Utari RSMM Bogor, 2016 Penurunan tanda dan gejala sosial pada Pre % Post % 6,71 61,04 2,86 25,97 pada latihan dan Penurunan (%) 64,05 kegiatan yang kelompok yang memperoleh SST lebih besar menggunakan aktivitas fisik. Berbeda dengan dibandingkan kelompok yang memperoleh CBSST. Perubahan tanda dan gejala pasien CBSST. SST adalah terapi yang berorientasi isolasi sosial dengan CBSST cukup signifikan pada tugas dan membentuk perilaku baru. pada SST digunakan untuk meningkatkan dan kognitif yang ada pada CBSST menguji efek membentuk fleksibel pikiran maladaptif pada pasien gangguan jiwa sehingga klien mampu berespons dengan terhadap afek dan perilaku, karena ketiganya baik terhadap situasi yang beragam. Peran memiliki hubungan saling memengaruhi pada perawat disini adalah memberikan penguatan perilaku isolasi sosial khususnya.16 positif, menjadi role model, tolok ukur, 3. Perubahan Kemampuan Sosialisasi terapis, dan komunikasi yang membentuk pola perilaku aspek Hasil kognitif, penelitian dan afektif.Terapi menunjukkan bahwa sosialisasi klien yang diharapkan.7 Selain itu, kemampuan bersosialisasi pasien dengan SST asertif, isolasi sosial meningkat setelah diberikan kemampuan pasien untuk mengekspresikan SST dan CBSST. Pada tabel 3 dan 4 terlihat perasaannya, bahwa kelompok pertama yang mendapatkan meningkatkan emosi, perilaku kebutuhan, dan pendapat pribadi dengan jelas dan efektif tindakan tanpa menunjukkan ada rasa cemas, takut, 20 ners generalis peningkatan SST kemampuan ketidaknyamanan dan agresif. SST tidak sosialisasi banyak memberikan perubahan pada aspek kelompok kedua yang mendapatkan tindakan kognitif pada ners generalis dan CBSST menunjukkan kemampuan pasien untuk merubah pikiran peningkatan kemampuan sosialisasi 93.54%. karena tidak difokuskan 87,65%. dan Sedangkan, pada terkait sosialisasi. Pasien banyak berfokus Tabel 3. Kemampuan Sosialisasi Sebelum dan Sesudah Tindakan Ners Generalis dan SST(n=11) Frekuensi No Kemampuan Pre % Post % 1 Bersosialisasi 4 18,18 11 100 2 Menjalin persahabatan 3 13,64 10 90,91 3 Bekerja sama dalam 1 4,55 7 63,64 kelompok 4 Menghadapi situasi sulit 0 0 10 90,91 Rerata 2 9,09 9.5 86,37 Ruang Utari RSMM Bogor, 2016 Peningkatan (%) 81,82 85 92,85 90,91 87,65 97 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017 Tabel 4. Kemampuan Sosialisasi Sebelum dan Sesudah Tindakan Ners Generalis dan CBSST(n=11) No 1 2 3 4 Merubah pikiran negatif 1 Merubah pikiran negatif 2 Bersosialisasi Menjalin persahabatan Bekerja sama dalam kelompok Menghadapi situasi sulit Rerata 5 6 Pre % Post % Peningkatan (%) 0 0 4 3 1 0 0 18,18 13,64 4,55 11 8 11 10 9 100 72,73 100 90,91 81,82 100 100 81,82 85 94,44 0 1,33 0 6,06 11 10 100 90,91 100 93,54 Kemampuan Ruang Utari RSMM Bogor, 2016 Pasien mendapatkan ners Pengulangan tiap sesi dilakukan di ruangan generalis yaitu latihan berkenalan secara masing-masing. Pasien terus dimotivasi untuk bertahap untuk melatih ketrampilan sosial mau bekerja sama dalam kegiatan-kegiatan pasien sehingga merasa nyaman dalam situasi harian di sosial dan dapat melakukan interaksi sosial tempat tidur dengan orang lain serta lingkungannya. Tujuan menyiapkan makan.SST yang ditujukan untuk yang diharapkan setelah dilakukan tindakan memandirikan pasien dalam bersosialisasi, ners membina kemampuannya dapat diukur tiap bulan hingga hubungan saling percaya dengan orang lain, tahunan. Pasien harus memiliki kesempatan menyadari penyebab isolasi sosial dan mampu untuk mempraktikkan ketrampilannya dalam berinteraksi kehidupan generalis, bertahap. pasien dengan tindakan mampu orang lain secara 21 ruangan dan nyata seperti membereskan mengatur untuk piket untuk digunakan masyarakat sekembalinya dari perawatan. di 22 Pada tindakan SST yang terlihat pada Keberhasilan SST dalam merubah tanda tabel 3, peningkatan kemampuan lebih banyak gejala dan kemampuan pasien tertuang dalam pada kemampuan pasien untuk bekerja sama beberapa dalam kelompok dikombinasikan Yalom (1996) (92,85%). Ballinger menjelaskan bahwa dan peran karya tulis ilmiah. dengan SST yang Family Psychoeducation (FPE) dapat menurunkan terapeutik kelompok bersifat here and now. tanda Kelompok mengajarkan bagaimana individu kemampuan pasien dengan halusinasi dan berinteraksi dengan untuk isolasi sosial.23 Sedangkan pada penelitian membantu memenuhi dan lainnya menunjukkan bahwa dengan SST yang mendiskusikan caranya, mengarahkan pada dilakukan dengan pendekatan teori Peplau dan perubahan Henderson dapat memudahkan perawat dalam perilaku, orang lain kebutuhannya pikiran dan spiritual.Hasilnya akan efektif jika perilaku tersebut dilakukan berulang-ulang.22 dan gejala serta meningkatkan berinteraksi dengan pasien isolasi sosial.10 98 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017 CBSST pada tabel 4 menunjukkan bahwa pasien yang mendapatkan tindakan ners peningkatan kemampuan pasien terbanyak generalis dan CBSST dibandingkan SST. adalah Hasilnya pada kemampuan pasien dalam dapat menjadi dasar untuk merubah pikiran negatif terkait penyebab penyediaan Standar Asuhan Keperawatan perilaku (SAK) isolasi menghadapi kognitif sosial situasi yang dan sulit kemampuan (100%). menjadi bagian sebagai acuan perawat dalam Terapi melakukan manajemen asuhan keperawatan CBSST pada pasien dengan isolasi sosial secara membantu pasien memperbaiki distorsi kognitif berkesinambungan yang dialaminya. Distorsi kognitif yang banyak perawat muncul pada pasien isolasi sosial diantaranya melibatkan semua unsur penyedia layanan adalah asuhan keperawatan termasuk mahasiswa junk to the conclusion, decathastripizing.CBSST pada dan pasien dalam dengan generalis membangun dan melibatkan spesialis, hubungan serta kolaboratif. skizofrenia yang diberikan selama 9 bulan dan Menetapkan kebijakan yang jelas terkait uraian 36 sesi pada pasien usia 26-55 tahun tugas yang disahkan dalam surat keputusan sebanyak direktur diimbangi dengan sistem pengawasan 213 orang menunjukkan peningkatan ketrampilan fungsi sosial dan fungsi kognitif. 24 Senada dengan penelitian yang komprehensif sehingga dapat mempertahankan sustainability pelaksanaan Jumaini (2010) yang menunjukkan bahwa Model CBSST (MPKP) sehingga dapat meningkatkan mutu dapat kognitif 80,35%. pasien meningkatkan isolasi kemampuan sosial sebanyak Praktek Keperawatan Profesional layanan rumah sakit dan tingkat kepuasan. 25 KEPUSTAKAAN KESIMPULAN 1. Hasil pengkajian pada pasien isolasi sosial di Ruang Utari didapatkan semua pasien berjenis kelamin perempuan, berusia dewasa, 2. tingkat pendidikan adalah tamat SMP dan SMA, tidak bekerja, dan menikah. Penurunan 3. tanda dan gejala pada aspek sosial lebih banyak terlihat pada kelompok pasien yang mendapatkan tindakan ners generalis dan SST dibandingkan CBSST. 4. Sedangkan, kemampuan sosialisasi pasien lebih banyak mengalami peningkatakn pada kelompok 5. Stuart, G.W. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Edisi Indonesia. Buku 1. Elseiver: Singapura. 2015. WHO. Improving Health System and Service for Mental Health: WHO library cataloguing in publication data. 2009. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013. 2013. WHO. Skizophrenia. Diakses pada 25 Mei 2016 di http://www.who.int/mediacentre/factsheets/ fs397/en/. 2016. Shives LR. Basic Concept of PsychiatricMental Health Nursing. 8th edition. Lippincott William & Wilkins. 2012. Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. NANDA. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC. 2015. Malky, M.I., Attia, M.M., & Alam, F.H. The effectiveness of social skill training on depressive symptoms, self-esteem and interpersonal difficulties among schizophrenic patiens. International journal of advanced nursing studies. Doi: 10.14419/ijans.v511.5386. Diakses pada tanggal 23 Maret 2016 di www.Sciencepubco.com/index.php/LIANS. 2016. Bellido, Zanin, G., Perez-San-Gregorio, M., Martin-Rodriguez., et al. Social Functioning as a Predictor of Use of Mental Health Resources in Patiens with Severe Mental Disorder. Psychiatric research. 230. 0.189-193. Diakses pada tanggal 12 Maret 2016di http://dx.doi.org/10.1016/j.psychres.2015.0 8.037. 2015. Raudino, A., Carr, V.J., Bush, R., Saw, S., Burgess, P., Morgan, V.A., 2014. Patterns ofservice utilisation in psychosis: findings of the 2010 Australian national survey of psychosis. Aust. N. Z. J. Psychiatry 48, 341–351 . Diakses pada tanggal 16 Maret 2016. Putri, D.E. Penerapan asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosisl dengan pendekatan model konseptual Hildegard E. Peplau dan Virginia Henderson. Ners Jurnal Keperawatan. 2012. Vol. 8. No.1. Kirana, S.A.C., Keliat, BA., &Mustikasari. Pengaruh Cognitive Behavioral Social Skills Training terhadap Gejala Klien Halusinasi dan Isolasi Sosial di Rumah Sakit. Tesis FIK UI. Tidak Dipublikasikan. 2015. Syukri,M., Keliat, BA., & Mustikasari. Penerapan Cognitive-Behavior Social Skills Training pada Klien Halusinasi dan Isolasi Sosial dengan Pendekatan Model Hubungan Interpersonal Peplau di RS dr. Marzoeki Mahdi Bogor. Karya Ilmiah Akhir. FIK UI. Tidak Dipublikasikan. 2014. Keliat, B.A.,&Prawirowiyono, A. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktifitas Kelompok. EGC: Jakarta. 2016. 99 14. Fortinash., Worret H. Psychiatric Mental Health Nursing. (5th edition). Philadelphia: Elseiver. 2012. 15. Gierveld, Jong J. de, Tilburg, T. Van & Dykstra, P.A. Loneliness and Social Isolation In: Vangelisti, A. & Perlman, D., The Cambridge handbook of personal relationships. New York p. 485-500. 2006. 16. Sinaga, B.R. Skizofrenia & Diagnosis Banding. Balai Penerbit, Fakultas Kodokteran-Universitas Indonesia, Jakarta. 2007. 17. Sharf, R.S. Theories of psychotherapy and counseling: concept and cases. (5th edition). Maerica: Brooks/cole cengage learning. 2012. 18. Hawari, D. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: FIK UI. 2007. 19. Townsend, MC Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care in EvidenceBased Practice. 6th edition. Davis Plus Company: Philadelphia. 2014. 20. Gierveld, Jong J. de, Tilburg, T. van & Dykstra, P.A. Loneliness and Social Isolation In: Vangelisti, A. & Perlman, D., The Cambridge handbook of personal relationships. New York p. 485-500. 2005. 21. Bucci, P., Piegari, G., Mucci, A., Merlotti, E., Chieffi, M., De Riso, F., De Angelis, M., Di Munzio, W., & Galderisi, S. Neurocognitive Individual Training vs Social Skills Individualized Training: A Randomize Trial in Patients with Schizophrenia. Schizophrenia research. Diakses pada tanggal 25 Mei 2016 di http://dx.doi.org/10.1016/j.schres.2013.07. 053. 2013. 22. Keliat, B.A. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course). EGC: Jakarta. 2011. 23. Fontaine, K.L. Mental health Nursing. 6th edition. Pearson Education: New Jersey. 2009. 24. Sukaesti, D., Hamid, AYS,. & Wardani, IY. Manajemen Asuhan keperawatan Spesialis Jiwa pada Klien Isolasi Sosial dan Risiko Perilaku Kekerasan menggunakan Pendekatan Hubungan Interpersonal Peplau dan Stuart di Ruang Gatotkaca RSMM. Karya Ilmiah Akhir. FIK UI. Tidak Dipublikasikan. 2015. 100 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017 25. Granholm, E., Ben-Zeef, D., dan Link, P,C,. Social Disinterest Attitudes an Group Cognitive Behavioral Social Skills Training for Functional Disability in Schizophrenia. Shizophrenia Bulletin, 35(5), 874-883. 2009. 26. Jumaini., Keliat, BA., & Daulima, NH. Pengaruh Cognitive Behavioral Social Skills Training (CBSST) terhadap Kemampuan Bersosialisasi Klien isolasi Sosial di BLU RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Tesis FIK UI. Tidak Dipublikasikan. 2010.