Strategi Komunikasi Mempertahankan Wayang Kulit Dalam Tradisi

advertisement
BAB V
ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI
MEMPERTAHANKAN WAYANG KULIT DALAM SAPARAN
5.1 Strategi Komunikasi Generasi Belajar Mengenal Tradisi (GBMT)
Strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi
(communication planning) dan manajemen (communications management) untuk
mencapai suatu tujuan (Effendi 2008:29). Mengacu kepada pengertian yang
dikemukakan Effendi diatas, yang harus dipahami adalah apa yang harus
dilakukan dalam rangka penyusunan strategi komunikasi pelaksanaan GBMT.
5.1.1 Perencanaan Komunikasi
Perencanaan komunikasi adalah sebuah dokumen tertulis yang
menggambarkan tentang apa yang harus dilakukan yang berhubungan
dengan komunikasi dalam pencapaian tujuan, dengan cara apa yang dapat
dilakukan sehingga tujuan tersebut dapat dicapai, dan kepada siapa program
itu ditujukan, dengan peralatan dan dalam jangka waktu berapa lama hal itu
bisa dicapai (Cangara, 2013:45).
Tahap perencanaan komunikasi GBMT yang dilakukan meliputi:
1.
Menetapkan Tujuan dan Membentuk Panitia,
Tujuan dalam mengenalkan generasi muda terhadap kegiatan budaya
yakni dengan7:
7
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
35
a. Mengangkat kembali nilai-nilai kebersamaan warga masyrakat tanpa
perbedaan usia, sudut pandang, denominasi dan latar belakang.
b. Mengenalkan generasi muda terhadap budaya lama dengan
membuatnya bersentuhan langsung dengan kultur tradisi budaya
leluhur.
c. Saling menghargai budaya antar generasi sehingga tercipta kolerasi
yang baik.
Dasar kegiatan diadakannya pagelaran wayang kulit mengacu pada
SURAT KEPUTUSAN PELAKSANAAN MERTI DESA TAHUN 2013
No: …/SKep/RW.VI/PMD/XI/2013. Menimbang a) Bahwa untuk
mempersiapakan pementasan pagelaran Wayang Kulit dalam rangka
Merti Desa ( Saparan ) 2013. b) Bahwa berdasarkan butir (a) tersebut
dan dalam rangka memperlancar kegiatan saparan maka perlu
membentuk panitia Merti Desa.
Mengacu
kepada
dasar
penyelenggaraan
diatas
RT
VIII
membentuk panitia penyelenggaraan GBMT sebagai dasar kegiatan
diadakannya pagelaran wayang kulit. Secara langsung Ketua RT yang
berketempatan ditunjuk menjadi Ketua Panitia penyelenggara.
Dibentuknya kepanitiaan tersebut guna mempermudah jalannya
kegiatan. Dilaksanakan kurang lebih dua bulan sebelum pelaksanaan
melalui rembug8 desa.
8
Bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berarti musyawarah bersama.
36
SUSUNAN PANITIA
GENERASI BELAJAR MENGENAL TRADISI 2014
Penasihat
: Martono Dan Suwarno
Penanggung Jawab
: Mukimin
Ketua
: Agus Prasetyo
Wakil Ketua
: Muslimin
Sekretaris
: Ilyas Indra
Bendahara
: Wahyudi
Seksi Konsumsi
: PKK RT.08 RW.06
Seksi Acara
: Joko Sarwono
Seksi Kesenian
: Sugiyono Dan Hardi
Seksi Tempat dan Penerangan
: Mulyono
Seksi Keamanan Dan Parkir
: Mujiman dan Joko Manjukono
Seksi Among Tamu
: Yohanes dan Muslih
Seksi Sinoman
: Sugiyanto Dan Rahmad Joko
Seksi Penerbitan Pedagang
: Sarwanto
Seksi Kegiatan Luar
: Radiman
Seksi Usaha Dana
: Ketua RT.01 – RT.08
Seksi Perlengkapan
: Gatot Suyandi
Seksi Dokumentasi
: Robby dibantu Karang Taruna
37
2.
Aksi atau Menentukan Arah Kegiatan,
SURAT KEPUTUSAN PELAKSANAAN MERTI DESA TAHUN 2013
No:SKep/RW.VI/PMD/XI/2013, menetapkan Panitia mempunyai tugas
merencanakan, melaksanakan dan mengkoordinir penyelenggaraan Merti
Desa (saparan).
Serangkaian kegiatan diatas dilakukan dalam aksi GBMT 2014, Ketua
Panitia dan tokoh yang dihormati masyarakat selain merencanakan,
melaksanakan dan mengkoordinir, mereka mempunyai tanggung-jawab
menggerakkan atau mengajak generasi muda berpartisipasi dalam
kegiatan budaya. Hal itu diperkuat dengan penuturan (Bpk. Agus
Prasetyo, Ketua RT VIII) menyebutkan bahwa :
“Kami sebagai Panitia bertugas untuk melaksanakan kegiatan dengan saling
terbuka agar tercipta koordinasi yang baik antar anggota kepanitiaan.
Mengkoordinir mereka bukanlah hal yang mudah, karena faktor luar
ataupun pekerjaan mereka yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Namun
dengan kesadaran diri, mereka menyadari dan mampu menyisihkan
waktunya untuk dharma bakti kepada lingkungan. Mengajak generasi muda
untuk bersentuhan langsung, bisa dengan cara mengikutsertakan mereka
pada kegiatan budaya ataupun kepanitiaan dan mengadakan free Hotspot.” 9
Mengajak
generasi
muda
dalam
pembuatan
video
dokumenter
bertemakan budaya, secara tidak langsung pemuda sudah mengikuti
jalannya acara kegiatan budaya. Unsur pemuda dalam kepanitiaan agar
generasi muda mengetahui atau belajar cara berorganisasi dalam kegiatan
budaya. Adanya Free Hotspot, menarik remaja yang awalnya sekedar
ingin internetan gratis meraka datang dan melihat pertunjukan wayang
kulit.
9
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
38
3.
Menentukan Sumber Daya,
Sumber daya adalah hal-hal yang dibutuhkan dalam melaksanakan aksi
agar tercapainya tujuan yakni dengan partisipasi masyarakat.
Istilah partisipasi adalah keikut-sertaan seseorang atau sekelompok
anggota masyarakat dalam suatu kegiatan. Sedang di dalam kamus
sosiologi
disebutkan
bahwa,
partisipasi
merupakan
keikutsertaan
seseorang di dalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan
masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri (Mardikanto,
2010:151). Keikutsertaan
masyarakat desa Warak dalam menentukan
sumber dana tanpa paksaan atau kesadaran diri untuk mengambil bagian
dari kegiatan masyarakatnya.
Diperlukan tenaga, pikiran dan dana untuk sebuah pertunjukan wayang
kulit, seperti: pembayaran dalang, peralatan/ niaga, konsumsi, keamanan,
penerangan, sesaji, dokumentasi.
Hal itu diperkuat dengan penuturan (Bpk. Agus Prasetyo, Ketua RT 08)
menyebutkan bahwa :
“Pengadaan pagelaran wayang kulit harus didukung oleh seluruh
masyarakat Warak masalah finansial ataupun waktu dan tenaganya. Dana
dibutuhkan sebagai anggaran untuk pengadaan pertunjukan wayang kulit.
Tidak sedikit biaya yang dikeluarkan, dibutuhkan dana kurang lebih dua
puluh juta guna nanggap wayang dan keperluan pendukung kegiatan
lainnya. Iuran warga RW VI menjadi pendukung utama, sebesar
Rp.37.500,- sumber dana lainnya didapat dari donatur, pedagang dan
sponsor.”10
10
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
39
5.1.2 Manajemen Komunikasi
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya - sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi
komunikasi
yang
telah
digunakan
diterapkan
untuk
(Handoko,
melaksanakan
2012:8).
kegiatan
Manajemen
yang
telah
direncanakan sebelumnya. Mengacu pada pengertian Handoko diatas tahap
manajemen komunikasi GBMT dilaksanakan dengan kegiatan meliputi :
1. Kegiatan Pelaksanaan,
Pelaksanaan manajemen komunikasi berarti tindakan yang dilakukan
dengan kesepakatan bersama dan disetujui oleh anggota.
“Setiap anggota melaksanakan tugas sesuai dengan perannya. Namun
dalam prakteknya semua anggota bahkan warga bisa saling membantu
jika diperlukan bantuan.”11
Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku. Istilah persuasi (persuasion) bersumber pada perkataan Latin
persuasio. Kata kerjanya adalah persuadere yang berarti membujuk,
mengajak, atau merayu (Effendy, 2008:21). Komunikasi persuasif dalam
GBMT digunakan untuk mengajak masyarakat berpartisipasi pengadaan
pagelaran wayang kulit, untuk membujuk generasi muda mengenal dan
bersentuhan langsung dengan kegiatan budaya pagelaran wayang kulit,
sehingga membantu jalannya kegiatan untuk memperlancar proses
kegiatan kedepan.
11
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
40
2. Pengorganisasian,
Pengorganisasian adalah penugasan tanggung jawab tertentu dan
pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu
untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Fungsi ini menciptakan struktur
formal dimana pekerjaan ditetapkan, dibagikan dan dikoordinasikan
(Handoko, 2012:24). Berikut penjelasan tugas atau tanggung jawab
sesuai dengan kepanitian GBMT 2014.12
 Penasihat
Tugas penasihat yaitu memberi pengarahan, nasihat, saran-saran
mengenai hal-hal terkait Saparan, khususnya terkait ritual-ritual
khusus dan pelaksan pagelaran wayang kulit.
 Penanggung Jawab
Tugas penanggung jawab yaitu mengangkat Panitia yang telah
diusulkan, bersama dengan seluruh lingkungan RT.01-08 menentukan
jumlah iuran, dan memberikan mandat kepada Panitia untuk
melaksanakan rencana kegiatan.
 Ketua
Tugas ketua yaitu mengorganisir, mengontrol anggota panitia dalam
kegiatan yang akan dijalankan.
 Wakil Ketua
Tugas wakil ketua yaitu membatu ketua panitia dalam mengelola
kesekretariatan dan pembagian kelompok kerja yang bertugas.
12
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
41
 Sekretaris
Tugas sekretaris yaitu pembuatan surat menyurat, undangan, dan
notulensi Panitia.
 Bendahara
Tugas bendahara yaitu membuat laporan data-data keuangan
pemasukan dan pengeluaran.
 Seksi Acara
Tugas seksi acara yaitu menyusun dan melaksanakan jalannya acara
yang dilaksanakan.
 Seksi Kesenian
Tugas seksi kesenian yaitu menentukan dalang yang akan dihadirkan.
 Seksi Usaha Dana
Tugas seksi usaha dana yaitu Ketua RT.01 s/d RT.08 telah melakukan
penarikan iuran sesuai kesepakatan dalam pertemuan rutin RW.06
Warak yaitu sebesar Rp 37.500, Seksi Keamanan Dan Parkir
Tugas seksi keamanan dan parkir yaitu menjaga keamanan dan
ketertiban saat acara berlangsung.
 Seksi Among Tamu
Tugas seksi among tamu yaitu berdiri dipintu utama untuk menerima
dan mempersilahkan tamu undangan untuk dipersilahkan duduk.
 Seksi Konsumsi PKK RT.08 RW.06
Tugas seksi konsumsi yaitu menyiapkan keperluan konsumsi.
42
 Seksi Tempat dan Penerangan
Tugas seksi tempat dan penerangan yaitu bertanggung jawab
mengatur arahan tempat yang digunakan untuk pagelaran wayang
kulit serta mengusahakan segala kebutuhan penerangan tempat
tersebut.
 Seksi Penerbitan Pedagang
Tugas seksi penerbitan pedagang yaitu mendaftar dan mengkoordinir
pedangang yang akan berjualan disepanjang jalan saat pagelaran
wayang kulit.
 Seksi Perlengkapan
Tugas seksi perlengkapan yaitu bertanggung jawab dalam pengadaan
dan pengecekan kebutuhan acara.
 Seksi Sinoman
Tugas seksi sinoman yaitu bertanggung jawab dan berkoordinasi
dengan seksi konsumsi untuk melakukan pengaturan makan dan
minum untuk wiyaga, panitia, keamanan dan tamu.
 Seksi Kegiatan Luar
Tugas seksi kegiatan luar yaitu melakukan pengamatan langsung
dikegiatan non wayang kulit dengan menuliskan dokumentasi tertulis.
 Seksi Dokumentasi
Tugas seksi dokumentasi yaitu mengabadikan kegiatan dengan
merekam atau foto.
43
3. Pengarahan,
Sesudah rencana dibuat, organisasi dibentuk dan disusun
personalianya, langkah berikutnya adalah menugaskan karyawan untuk
bergerak menuju tujuan yang telah ditentukan. Fungsi pengarahan
(leading), secara sederhana, adalah untuk membuat atau mendapatkan
para karyawan melakukan apa yang diinginkan, dan harus mereka
lakukan (Handoko, 2012:25). Ketua panitia dan orang yang dihormati
mengarahan anggota panitia untuk bergerak sesuai dengan susunan
kepanitian masing-masing guna meningkatkan efisiensi kegiatan.
Kemampuan untuk memimpin program GBMT dibutuhkan
komunikator demi kelancaran komunikasi untuk mengordinir anggota
panitia dengan sikap:
a. Reseptif,
Bagi komunikator tidak akan ada ruginya untuk menerima gagasan
dari orang lain, sebab tidak jarang sebuah gagasan yang semula dinilai
buruk dapat dikembangkan sehingga menjadi sebuah gagasan yang
bermanfaat (Effendy, 2008:16-21).
Hal itu menguatkan pendapat (Bpk. Agus Prasetyo, Ketua RT 08)
menyebutkan bahwa :
“Senang sekali jika ada warga yang menyalurkan pemikirannya untuk
berbagi. Saya akan menerima gagasan, bahkan kritik tersebut, karena
kegiatan ini menyangkut kepentingan bersama.”13
13
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
44
b. Dijestif,
Kemampuan komunikator dalam mencernakan gagasan atau informasi
dari orang lain sebagai bahan bagi pesan yang akan ia komunikasikan.
Ia mampu memahami makna yang lebih luas dan lebih dalam dari
yang tersurat, ia mampu melihat intinya yang hakiki seraya dapat
melakukan prediksi akibat dari pengaruh gagasan atau informasi tadi
(Effendy, 2008:16-21). Kemampuan itu dapat dilihat dari pendapat
(Bpk. Agus Prasetyo, Ketua RT 08):
“Saparan, pertunjukan wayang kulit itu dilaksanakan atas dasar nguriuri warisan budaya yang dimiliki. Jika hanya melaksanakan tanpa
memahami makna didalamnya bisa jadi kegiatan budaya akan hilang
karena kurang memahami pentingnya nilai didalamnya. Tokoh
masyarakat, sesepuh desa ataupun orang tua yang memahami makna
kebudayaan harus berperan mengenalkan dan mengajarkan kepada
generasi muda akan pentingnya warisan budaya dari nenek moyang.
Kegiatan budaya pasti mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan
kebersamaan didalamnya”14
c. Asimilatif
Kemampuan komunikator dalam menggoreskan gagasan atau
informasi yang ia terima dari orang lain secara sistematis dengan apa
yang telah ia miliki dalam benaknya, yang merupakan hasil
pendidikan dan pengalamannya (Effendy, 2008:16-21). Formulasi dari
perpaduan kedua aspek tersebut dikembangkan sehinggga menjadi
sebuah konsep GBMT 2014. Kemampuan itu menguatkan pendapat
(Bpk. Agus Prasetyo, Ketua RT 08) menyebutkan bahwa :
14
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
45
“Pengaruh globalisasi menyebabkan sebagian dari generasi muda
terkena dampaknya, mereka lebih menyukai hal yang berbau digital
dan menyendiri. Kalau hal itu terus terjadi, mungkin saja kegiatan
budaya saparan atau pertunjukan wayang kulit kehilangan penerus
kebudayaan yang tidak mengeri makna dan nilai kebaikan
didalamnya. Dengan mengangkat tema Generasi Belajar Mengenal
Tradisi (GBMT) diharapkan mereka mengenal dan memahami makna
kegiatan dengan bersentuhan langsung pada saat kegiatan
dilaksanakan.”15
4. Pengendalian.
Semua fungsi terdahulu tidak akan efektif tanpa fungsi pengawasan
(controlling), atau sekarang banyak digunakan istilah pengendalian.
Pengawasan (controlling) adalah penemuan dan penerapan cara dan
peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai
dengan yang telah ditetapkan (Handoko, 2011: 25).
Hal itu diperkuat oleh pendapat (Bpk. Agus Prasetyo, Ketua RT 08)
menyebutkan bahwa :
“Memantau seluruh kegiatan apakah berjalan sesuai dengan perencanaan
yaitu dengan terjun langsung atau memantau perkembangan baik dari
laporan data tertulis dari sekretaris atau dari anggota panitia lainnya.
Sehingga mampu memberi arahan atau
menegur apabila salah satu
anggota dianggap kurang efektif dalam melaksanakan tugasnya.”16
Mengenai evaluasi kegiatan kepanitiaan Saparan dapat dilihat di
bagian lampiran Laporan PertanggungJawaban 2014.
15
16
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
46
5.2 Pengaruh Tingkat Keberhasilan Strategi Komunikasi
Untuk mantapnya strategi komunikasi, maka segala sesuatunya harus
dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap
pertanyaan dalam Rumus Lasswell. Lasswell menyatakan bahwa cara yang
terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan
tersebut (Effendy, 2008:29-30). Setelah mengetahui bagaimana operasional dari
perencanaan komunikasi dan menejemen komunikasi, melalui rumus yang
dikemukakan oleh Harold D Lasswell dapat dilihat apa saja yang berpengaruh atas
tingkat keberasilan strategi komunikasi GBMT.
Gambar 5.1
Ilustrasi Teori Komunikasi Lasswell
source
message
receiver
Source, message, channel, dan receiver diatas saling terikat dan memegang
peranan penting sebagai dasar tetap adanya pertunjukan wayang kulit mampu
bertahan hingga kini.
1. Who,
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau
pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari
dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai,
47
organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau
dalam bahasa inggrisnya disebut source, sender atau encoder (Cangara,
2007:24). Komunikator yang dimaksudkan yaitu Tokoh masyarakat setempat,
meliputi Tetua atau sesepuh desa Warak, Ketua RW VI, Ketua RT dan
Kepanitiaan sebagai pembuat atau pengirim informasi dalam menjalankan
kegiatan pertunjukan wayang kulit.17
2. Say what,
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara
tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi nasihat atau propaganda. Dalam bahasa
Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau
information (Cangara, 2007:24). Pesan biasanya mengandung isi mengenai
nilai-nilai kebaikan bagi kehidupan bermasyarakat, penyampaian kritik sosial
yang sedang terjadi, informasi dan nasihat.18
3. In which channel,
Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan
pesan dari sumber kepada penerima (Cangara, 2007:25). Wayang kulit
memegang peranan yang digunakan sebagai media tradisional
menyampaikan pesan dari tokoh masyarakat (komunikator)
untuk
kepada
masyarakat (komunikan) dan hiburan yang berbentuk tontonan dan tuntunan.19
17
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
19
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
18
48
4. To whom,
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.
Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai
atau Negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti
khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau
receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan
penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak
ada sumber (Cangara, 2007:26). Komunikan yang dimaksudkan yaitu seluruh
masyarakat desa Warak dan warga lain yang hadir pada saat diadakan
pagelaran wayang. Khusus generasi muda yang menjadi sasaran kami dengan
harapan dapat memahami dan meneruskan warisan nenek moyang.20
5. With what effect,
Pengaruh atau efek adalah perbedaaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan,
dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh
ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang (Cangara,
2007:26). Perubahan seperti bertambahnya pengetahuan merupakan efek yang
diharapkan oleh tokoh masyarakat agar mereka memahami dan mampu
meneruskan kegiatan kebudayaan yang dimiliki agar tidak termakan oleh
jaman dengan bersentuhan langsung dan hadir dalam lokasi pertunjukan
wayang kulit.21
6. When. (Kapan dilaksanakannya?),
Pertunjukan wayang kulit dalam tradisi saparan dilaksanakan secara periodik20
21
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
49
setahun sekali bulan Sapar, Jum’at wage atau Selasa wage dalam tanggalan
nasioanal jatuh pada tanggal 16 Desember 2014.22
7. How. (Bagaimana melaksanakannya?),
Sebelum menghadirkan pertunjukan wayang kulit maka tokoh masyarakat dan
pendukungnya mengadakan pertemuan (musyawarah) kurang lebih dua bulan
sebelum acara guna persiapan keseluruhan yang dibutuhkan. Seperti
merencanakan tujuan kegiatan, pembentukan kepanitian, pelaksanaan dan
mengkoordinir. 23
8. Why. (Mengapa dilaksanakan demikian?)
Komunikasi turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan
budaya (Mulyana, 2009:6). Secara turun temurun kegiatan itu terus dilakukan
dan dikomunikasikan dengan menjelaskan makna, mengajak bersentuhan
langsung dengan kegiatan budaya kepada generasi selanjutnya guna nguri-uri
budaya sebagai warisan turun temurun yang menjadi kebanggaan masyarakat
desa ditengah arus globalisasi.24
Dalam prespektif ilmu kajian media wayang adalah kebudayaan sekaligus media
komunikasi untuk tontonan dan tuntunan. Saparan adalah kebudayaan sekaligus
media untuk melestarikan wayang kulit. Budaya adalah komunikasi dan
komunikasi adalah budaya (Mulyana, 2009:6). Wayang kulit secara komunikasi
adalah media tontonan dan tuntunan. Wayang kulit secara antropologi adalah
kebudayaan.
22
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
24
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
23
50
5.3 Keberhasilan Strategi Komuniaksi GBMT
Tahap akhir dari strategi komunikasi berhasil atau tidak, diperlukan
tinjauan mengenai pelaksanaan kegiatan komunikasi.
5.3.1 Keberhasilan Komuniaksi Model Lasswell
Tabel 5.4
Tingkat Kebrhasilan Model Komunikasi Lasswell
1.
UNSUR
PELAKSANAAN
KOMUNIKASI
Who
Tetua atau sesepuh desa
Warak, Ketua RW VI
dan Ketua RT 8 (Panitia)
2.
Say what
Cerita mengenai nilai
kebaikan, kritik sosial,
informasi dan hiburan.
3.
In which
channel
Wayang Kulit.
4.
To whom
Masyarakat Desa Warak.
5.
With what effect
Masyarakat memahami
kegiatan budaya dan
meneruskan warisan
leluhur.
6.
When
7.
How
8.
Why
Secara eriodik setahun
sekali. Bulan Sapar,
Jum’at wage dalam
tanggalan Jawa.
Musyawarah ± dua
bulan sebelum acara
untuk persiapan
kebutuhan pelaksanaan.
Nguri-uri budaya Jawa
sebagai warisan leluhur.
NO
Ket: V = Sesuai
O = Tidak Sesuai
HASIL
V
Menutut (Cangara,2007:24)
menyatakan siapa
komunikatornya.
V
Menutut (Cangara,2007:24)
menyatakan Pesan apa yang
dinyatakan.
V
Menutut (Cangara,2007:25)
menyatakan Media apa yang
digunakan.
V
Menutut (Cangara,2007:26)
menyatakan siapa
komunikannya
V
Menutut (Cangara,2007:26)
menyatakan efek apa yang
diharapkan komunikator
kepada komunikan.
V
Menutut (Effendy, 2008:30)
menyatakan kapan
dilaksanakan.
V
Menutut (Effendy, 2008:30)
menyatakan bagaimana
melaksanakannya.
V
Menutut (Effendy, 2008:30)
menyatakan mengapa
dilaksanakan demikian.
BERHASIL
51
5.3.2 Efektif & Efisien Strategi Komunikasi
Tingkat keberhasilan strategi komunikasi mempertahankan wayang kulit
dilihat melaui manajemen, yakni dengan melihat efisiensi dan efektivitas.
Menurut ahli manajemen Peter Drucker (Handoko, 2012:7) menyebutkan bahwa:
“Efektifitas adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things),
sedang efisiensi adalah melakukan pekerjaan dengan benar (doing thing right)”.
Tabel 5.5
Efektif & Efisien Tingkat Keberhasilan Strategi Komunikasi
Dalam Mempertahan Wayang Kulit
NO
1.
2.
3.
PERENCANAAN
KOMUNIKASI
Tujuan
- SURAT KEPUTUSAN
PELAKSANAAN MERTI DESA
TAHUN 2013 No:…/SKep/ RW.VI/
PMD/XI/2013. (membentuk panitia)
Aksi
-SURAT KEPUTUSAN
PELAKSANAAN MERTI DESA
TAHUN 2013 No:…/SKep/
RW.VI/PMD/XI/2013.
(merencanakan, melaksanakan,
mengkoordinir)
Sumber Daya
-Menentukan SDM (dana, tenaga dan
pikiran) untuk kelancaran kegiatan.
V= Sesuai Rencana
O= Tidak Sesuai Rencana
PELAKSANAAN
HASIL
- Membentuk panitia
penyelenggara GBMT
V
Efektif &
Efisien
-Semua bertanggung
jawab atas tugas sesuai
dengan struktur
kepanitian.
V
Efektif &
Efisien
-Partisipasi masyarat
dengan ikut serta dalam
merencanakan hingga
pelaksanaan.
-Iuran masyarakat
V
Efektif &
Efisien
BERHASI
L
52
5.3.3 Faktor Kondusif & Penghambat Wayang Kulit
Beberapa faktor pendukung secara umum dalam strategi komunikasi
GBMT mempertahankan pertunjukan wayang kulit, yaitu:
1. Adanya upacara bersih desa atau saparan, pertunjukan wayang kulit secara
langsung mampu bertahan sebagai warisan budaya.25
2. Keberadaan media tradisional tidak dapat dilepaskan dari masyarakat atau
komunitas budaya pendukungnya (Gunarjo, 2011:5). Hal itu sejalan dengan
minat masyarakat desa Warak terhadap wayang kulit sebagai warisan leluhur
yang harus dilestarikan dan menjadikan wayang kulit sebagai hiburan atau
penghubung masyarakat setempat sehingga tetap guyub dan sayuk. Selain itu
mendapat dukungan juga dari Pemerintah Kota Salatiga. Peran generasi muda
yang turut terlibat dalam kepanitian dengan tradisi yang dilakukan diharapkan
generasi muda mengenal dan bersentuhan dengan budaya tersebut sehingga
mampu meneruskan warisan leluhur dikemudian hari.26
3. Adanya penonton pertunjukan wayang kulit, karena sebuah pertunjukan
wayang kulit tidak ada artinya tanpa kehadiran penontonnya.27
25
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
27
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
26
53
Gambar 5.2
Pagelaran Wayang Kulit Dalam Tradisi Saparan
Sumber: Dok. Pribadi, 2014.
Gambar 5.3
Kehadiran Penonton Pegelaran Wayang Kulit
Sumber: Dok. Vidio Pagelaran Wayang Kulit RW VI Warak, 2013.
54
Gambar 5.4
Apresiasi Penonton Yang Tinggal di Warak
Sumber: Dok. Vidio Pagelaran Wayang Kulit RW VI Warak, 2013.
Gambar 5.5
Peran Generasi Muda Yang Turut Terlibat Kepanitian Mendokumentasikan
Pagelaran Wayang Kulit
Sumber: Dok. Pribadi, 2014.
55
Gambar 5.6
Dokumentasi Pagelaran Wayang Kulit Oleh Generasi Muda
Sumber: Dok. Pribadi, 2014.
Gambar 5.7
Penugasan Generasi Muda Bagian Sekretariat
Sumber: Dok. Pribadi, 2014.
56
Faktor
penghambat
dalam
strategi
komunikasi
GBMT
dalam
mempertahankan wayang kulit, yaitu:
1.
Cuaca. Musim hujan menjadi kendala sebagian masyarakat untuk datang
menonton wayang kulit, namun pagelaran wayang kulit tetap dilaksanakan
semalam suntuk.28
2.
Waktu. Mengenai keterbatasan waktu, dimana dalam pertunjukan wayang
kulit selama delapan jam non stop dianggap terlalu pakem oleh generasi
muda. Namun dalam pertunjukan wayang, penonton bebas memilih waktu
sesuai acara yang diminati, misal saat cerita yang disukai, gara-gara, sinden,
bahkan selama menonton wayang mereka bisa sambil mengobrol atau
berjualan. Dengan demikian tidak seluruh pesan yang disampaikan dalang
melalui pagelaran wayang dapat diterima.29
28
29
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
Hasil wawancara peneliti dengan (Bpk. Agus Prasetyo) Ketua RT 08, 13 November 2014.
57
Download