PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGHITUNG OPERASI

advertisement
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)
Vol. 1, No. 5, Oktober 2016
ISSN 2477-2240 (Media Cetak).
2477-3921 (Media Online)
PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGHITUNG OPERASI
PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON
EXAMPLES
Supiyah
SDN 01 Mejasem Kecamatan Siwalan Kabupaten Pekalongan
Abstrak
Penelitian ini bertujuan meningkatkan aktivitas belajar, keterampilan menjumlahkan dan
mengurangkan pecahan berpenyebut beda. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SDN 02
Mejasem semester I tahun 2014/2015 yang berjumlah 33 siswa, yaitu 15 putra dan 18 putri. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah examples non examples. Dilaksanakan dalam dua
siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada setiap akhir siklus
dilaksanakan evaluasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan teknik tes, observasi,
dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis antar kasus
dengan menggunakan model analisis interaktif. Hasil tindakan pra siklus menunjukkan 24% siswa
tuntas, pada siklus I 67%, dan pada siklus II 90% tuntas. Aktivitas siswa juga meningkat terlihat
dari sebagian besar siswa aktif dan antusias mengikuti jalannya pembelajaran. Jadi dapat
disimpulkan metode examples non examples dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan
menghitung pecahan biasa berpenyebut beda pada siswa.
© 2016 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia
Kata Kunci: Keterampilan Menghitung; Metode Examples Non Examples.
PENDAHULUAN
Upaya meningkatkan keberhasilan pembelajaran, merupakan tantangan yang selalu dihadapi
oleh setiap orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Banyak upaya telah dilakukan, banyak
pula keberhasilan yang telah dicapai, meskipun disadari bahwa apa yang dicapai belum sepenuhnya
memberikan kepuasan sehingga menuntut renungan, pemikiran dan kerja keras untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.
Berdasarkan kenyataan yang ada bahwa minat dan hasil belajar dalam mata pelajaran
Matematika siswa kelas V SD Negeri 02 Mejasem masih rendah. Terbukti dari nilai ulangan harian
yang mencapai atau lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60 hanya 13 siswa (39,39%)
dari 33 siswa, sedangkan 20 siswa (60,60%) masih mendapatkan nilai di bawah KKM, dan nilai ratarata kelas adalah 55
Hal itu terjadi karena ketika berlangsungnya proses pembelajaran, beberapa siswa asyik
bermain sendiri, siswa takut bertanya, siswa lamban dalam penguasaan berhitung, sebagian siswa
pasif, ketika guru mengajukan pertanyaan, tidak ada siswa yang berani menjawab. Kenyataan ini
PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGHITUNG OPERASI PECAHAN MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES
Supiyah
1
mendorong penulis untuk melakukan penelitian untuk memperbaiki pelajaran matematika
kompetensi dasar “menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan” sehingga dapat
diharapkan siswa mengalami peningkatan keterampilan menghitung operasi pecahan.
Dengan adanya masalah diatas maka guru akan menggunakan model pembelajaran Examples
Non Examples untuk memperbaiki pembelajaran matematika kompetensi dasar menjumlahkan dan
mengurangkan berbagai bentuk pecahan, sehingga dapat meningkatkan keterampilan, motivasi,
penerapan konsep bagi pada hitung operasi pecahan dan siswa memahami materi dengan jelas dan
senang serta aktif dalam mengikuti proses pembelajaran matematika.
Tujuan Penelitian ini antara lain; (1).
Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan
keterampilan menghitung pecahan. (2). mengetahui / mendeskripsikan penerapan model
pembelajaran examples non examples terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dan (3).
mengetahui seberapa besar penerapan konsep dalam menghitung operasi pecahan dapat terserap
siswa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ada 2 kelompok yaitu faktor dalam diri
siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Faktor intern antara lain kecakapan, minat,
bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan, dan kesehatan serta kebiasaan siswa. Minat belajar
berkaitan dengan seberapa besar individu merasa suka atau tidak suka terhadap suatu materi yang
dipelajari siswa. minat ini yang harus dimunculkan lebih awal dalam diri siswa. Setiap individu
memiliki kecakapan (ability) yang berbeda-beda.
Faktor ekstern antara lain lingkungan fisik dan non fisik, lingkungan social, lingkungan
keluarga, program sekolah, guru, pelaksanaan pembelajaran dan teman sekolah. Lingkungan non fisik
termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan. Guru merupakan faktor
yang paling penting berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar. (sri Anita W, dkk, 2008:2. 7).
Pembelajaran merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang harus
dikuasai siswa. (Sri Anita W, dkk, 2008:2. 30)
Mata pelajaran matematika memiliki karakteristik angka berbeda dengan mata pelajaran
lainnya. Matematika memiliki ciri-ciri khusus antara lain : abstrak, deduktif, hierarkis, dan logis.
Soedjadi (1999) menyatakan bahwa keabstrakan matematika beserta ciri lainnya menyebabkan
Matematika sulit dipahami dan kurang tertarik pada pelajaran Matematika. Karena Matematika
sangat penting dalam mengatasi persoalan hidup, maka diperlukan terobosan agar siswa tertarik dan
menyayangi Matematika.
Untuk meningkatkan keterampilan menghitung operasi penjumlahan dan pengurangan
pecahan berpenyebut beda, maka dalam pembelajaran guru menggunakan metode pembelajaran
Example Non Example.
Metode pembelajaran Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan
contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD. Model
pembelajaran digunakan untuk mempermudah siswa dalam menerima proses pembelajaran. Metode
pembelajaran merupakan suatu pengetahuan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
kemauan siswa. hasil rangsangan ini dapat menyebabkan terjadinya proses perubahan sebagai hasil
prestasi siswa.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Examples Non Examples sebagai berikut :
a. Guru mempersiapkan gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
b. Guru menampilkan gambar dapat ditempel atau dapat melalui OHP
c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menganalisa gambar.
d. Melalui diskusi kelompok dianalisa gambar tersebut kemudian dicatat.
2
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)
Vol. 1, No. 5, Oktober 2016
Siswa memberikan komentar dari hasil diskusi dan guru menjelaskan tujuan yang ingin dicapai.
Tiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan diskusinya.
Guru dan siswa membuat kesimpulan.
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa
keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau
tinggi. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku
manusia, termasuk perilaku belajar.
Ada tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu: (1) Kebutuhan, terjadi bila individu merasa
ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan apa yang ia harapkan. (2) Dorongan, merupakan
kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. (3) Tujuan, adalah hal
yang ingin dicapai seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku
belajar.
Menurut Arif S. Sadiman, dkk, (2003:6) kata media berasal dari latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai
tujuan pengajaran. (Syaiful Bahri Jamarah dan Aswan Zain, 2002 : 137).
Media pembelajaran pada hakikatnya merupakan saluran atau jembatan dari pesan-pesan
pembelajaran yang disampaikan oleh sumber pesan (guru) kepada penerima pesan (siswa) dengan
maksud agar pesan-pesan tersebut dapat diserap dengan cepat dan tepat sesuai dengan tujuannya. (Sri
Anita W, dkk, (2008 : 6. 11)
Jadi dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan yang disampaikan oleh sumber pesan (guru) kepada penerima pesan (siswa)
dengan maksud agar pesan-pesan tersebut dapat diserap dengan cepat dan tepat sesuai dengan
tujuannya.
Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, dan kerangka berfikir diatas peneliti mengambil
hipotesis bahwa penggunaan metode pembelajaran Examples Non Examples dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika materi operasi penjumlahan pecahan berpenyebut.
e.
f.
g.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN 02 Mejasem Kecamatan Siwalan Kabupaten
Pekalongan. Terletak di perkampungan, sebelah Utara dan Timur SD persawahan luas, sebelah Barat
dan Selatan merupakan tempat rumah penduduk. Siswa kelas V berjumlah 33 siswa. Terdiri dari 15
siswa putra dan 18 siswa putri.
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari siswa dan guru. Data dari siswa
antara lain berupa aktivitas selama pembelajaran dan hasil test pada akhir pembelajaran. Dari guru
berupa aktivitas guru selama pembelajaran dengan menerapkan metode example non example ini.
Data yang diperoleh dikelompokkan menjadi dua yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif diolah dan dikelompokkan menjadi kategori sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat
kurang. Data kuantitatif diolah dan dikelompokkan menjadi tuntas (memenuhi KKM) dan tidak
tuntas (tidak memenuhi KKM) dengan menggunakan komputer (Excell).
Pengambilan data dilakukan dengan teknik tes dan non tes. Tes untuk mengambil data hasil
peningkatan keterampilan menghitung. Tes menggunakan lembar soal, dilaksanakan pada akhir tiap
PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGHITUNG OPERASI PECAHAN MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES
Supiyah
3
siklus. Non tes meliputi pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan dan dokumentasi
dengan menggunakan kamera.
Teknik yang digunakan untuk mengolah data pada penelitian ini adalah teknik deskriptif
analitik dengan penjelasan sebagai berikut: data kualitatif yang diperoleh dari observasi terhadap
pelaksanaan rencana pembelajaran yang dilakukan guru diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek
yang dijadikan fokus analisis. Dari analisis ini akan diperoleh kelemahan-kelemahan selama
pelaksanaan rencana pembelajaran. Selanjutnya akan dijadikan pijakan untuk melakukan refleksi
untuk tindakan perbaikan siklus berikutnya.
Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes tertulis dan penilaian dengan menggunakan teknik
performance, kinerja dan produk diolah dengan menggunakan deskripsi persentase. Nilai yang
diperoleh siswa dirata-rata untuk menemukan tingkat kompetensi yang dicapai oleh siswa. Nilai
persentase dihitung dengan ketentuan sebagai berikut:
ℎ
Nilai akhir =
x 100%
ℎ
Data kuantitatif dan kualitatif ini kemudian dikaitkan sebagai dasar untuk mendeskripsikan
keberhasilan penerapan pembelajaran metode Examples Non Examples yang ditandai dengan
meningkatnya penguasaan kompetensi (hasil belajar) siswa dan respons siswa selama mengikuti
pembelajaran yang positif.
Pengolahan data diperoleh dari hasil test dan non test, pengamatan siswa, pengamatan guru,
dan hasil dokumenter. Mulai dari hasil pra siklus, siklus I dan hasil siklus II.
Prosedur Penelitian.
Prosedur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan Metode Penelitian
Tindakan Kelas yang terdiri dari 2 siklus, dengan tahapan sebagai berikut :
1. Perencanaan.
Rencana perbaikan pada siklus I dijabarkan dalam perencanaan. Perencanaan merupakan
refleksi awal berdasarkan hasil studi pendahuluan. Adapun tahap yang dilakukan dalam perencanaan
yaitu sebagai berikut :
a. Membuat rencana pembelajaran matematika tentang operasi penjumlahan dan pengurangan
berpenyebut beda.
b. Menyusun instrument penelitian yang berupa lembar observasi. Lembar observasi ini digunakan
untuk teman sejawat sebagai pengamatan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran
matematika.
c. Melakukan diskusi dengan teman sejawat sehubungan dengan kelancaran perbaikan
pembelajaran terutama observasi dan pengumpulan data.
2. Pelaksanaan.
a. Kegiatan awal.
Guru mengecek kehadiran siswa (mengabsensi). Kemudian menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu siswa dapat melakukan operasi penjumlahan berpenyebut beda.
b. Kegiatan inti.
Secara klasikal, siswa mendengarkan penjelasan guru tentang operasi penjumlahan
berpenyebut beda. Secara individual, siswa dan guru melakukan demonstrasi dengan menggunakan
media kertas berbentuk lingkaran untuk menjelaskan penjumlahan pecahan berpenyebut beda. Secara
kelompok, siswa berdiskusi menjumlahkan berbagai bentuk pecahan berpenyebut beda. Kemudian
guru dan siswa membahas hasil kerja kelompok.
4
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)
Vol. 1, No. 5, Oktober 2016
c.
Kegiatan akhir.
Guru membagikan lembar soal untuk dikerjakan siswa. Mengadakan evaluasi dan mengakhiri
pembelajaran dengan doa bersama.
3. Pengamatan.
Tahap pengamatan dilakukan dengan tahap tindakan, guru peneliti sebagai penyampai materi,
dalam tahap ini dilakukan pula pengumpulan data. Setiap tindakan-tindakan yang dilakukan guru
dan siswa akan diamati oleh guru sebagai peneliti dan teman sejawat dengan menggunakan pedoman
pengamatan.
4. Refleksi.
Setelah melaksanakan pelaksanaan tindakan dan pengamatan, peneliti kembali mengadakan
diskusi dengan teman sejawat dan supervisor. Kelemahan dan kekuatan yang ditemukan selama
pelaksanaan tindakan didiskusikan. Kelemahan digunakan untuk fokus perbaikan pada langkah
selanjutnya, sedangkan kekuatan digunakan untuk dipertahankan atau ditingkatkan pada langkah
berikutnya. Hasil diskusi ini untuk menentukan langkah berikutnya pada siklus lanjutan atau
menghentikan tindakan. Tindakan dihentikan bila hasil pada siklus tersebut sudah memenuhi tujuan,
sedangkan dilanjutkan bila tujuan belum tercapai.
Tindakan dinyatakan berhasil / efektif bila kriteria berikut ini telah terpenuhi, yaitu:
a. Dari aspek aktivitas siswa > 60% jumlah siswa kriterianya baik.
b. Dari aspek penampilan guru pada kriteria baik.
c. Dari aspek kompetensi siswa minimal 70% mencapai KKM.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal
Gambaran kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan antara lain seperti berikut: Dari 33
siswa yang tuntas hanya 8 siswa (24,24%), selebihnya belum tuntas. Keaktifan siswa rendah, tampak
dari ekspresi mereka ketika pembelajaran berlangsung maupun ketika mengerjakan soal. Ada kesan
mereka enggan dan malas pada waktu pelajaran matematika berlangsung. Akibat selanjutnya nilai
rata-rata kelas hanya 50. Performa guru juga kurang maksimal, karena melaksanakan pembelajaran
seperti apa adanya (tanpa kreasi dan inovasi).
Hasil Tindakan Siklus I
Deskripsi Kemampuan Siswa
Pada siklus I pembelajaran matematika tentang operasi penjumlahan berpenyebut beda
memperlihatkan hasil yang lebih baik, karena 22 dari 33 siswa (67%) berhasil memperoleh predikat
tuntas, sedangkan selebihnya belum tuntas. Nilai rata-rata kelas juga meningkat menjadi 66,67. Nilai
terendah 30 (satu siswa) dan nilai tertinggi 90 (empat siswa).
Deskripsi Keaktifan Siswa
Keaktifan siswa pada siklus I ini lebih baik dibanding pra siklus. Mereka terlihat mulai
“menikmati” dan ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hanya sebagian kecil dari mereka
yang tampak masih kurang aktif. Diharapkan pada tahap selanjutnya mereka dapat beradaptasi
dengan yang lain sehingga dapat berperan aktif dalam pembelajaran.
PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGHITUNG OPERASI PECAHAN MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES
Supiyah
5
Deskripsi Performa Guru
Performa Guru pada siklus I ini tampak lebih baik, karena mungkin masih “baru” beradaptasi
dengan metode yang dipraktikkan maka kadang tampak sedikit “canggung”, namun tampaknya dapat
segera diatasi sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung lancar.
Hasil Tindakan Siklus II
Deskripsi Kemampuan Siswa
Pada siklus II pembelajaran matematika tentang operasi penjumlahan berpenyebut beda
memperlihatkan hasil yang lebih baik, karena 30 dari 33 siswa (90,90%) berhasil memperoleh predikat
tuntas, sedangkan selebihnya belum tuntas. Nilai rata-rata kelas juga meningkat menjadi 77,88. Nilai
terendah 50 (3 siswa) dan tertinggi 100 (5 siswa).
Deskripsi Keaktifan Siswa
Keaktifan siswa pada siklus II ini lebih baik dibanding siklus I. Mereka terlihat lebih
“menikmati” dan ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hanya sebagian kecil dari mereka
yang masih tampak kurang aktif. Hal ini dikarenakan memang kondisi siswa tersebut agak “beda”
dibanding teman-teman lainnya.
Deskripsi Performa Guru
Performa Guru pada siklus II ini tampak lebih baik, karena mungkin sudah beradaptasi dengan
metode yang dipraktikkan maka proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan lancar.
Pembahasan Hasil Tindakan
Deskripsi Kemampuan Siswa.
Pada siklus I pembelajaran matematika tentang operasi penjumlahan berpenyebut beda
memperlihatkan hasil yang lebih baik, karena 22 dari 33 siswa (67%) berhasil memperoleh predikat
tuntas, pada siklus II banyak siswa yang tuntas menjadi 30 (90,90%) dan 3 (9,10%) siswa yang belum
tuntas.
Ketuntasan Belajar
100%
90,90%
67%
50%
Ketuntasan
0%
Siklus I
Siklus II
Gambar 1. Ketuntasan Belajar siklus I dan siklus II
Nilai rata-rata kelas juga meningkat menjadi 66,67 (siklus I) dan 77,88 (siklus II).
6
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)
Vol. 1, No. 5, Oktober 2016
Gambar 2. Nilai rata-rata siklus I dan siklus II
Pada siklus I nilai terendah 30 (satu siswa) dan nilai tertinggi 90 (empat siswa). Pada siklus II
nilai terendah 50 (3 siswa) dan nilai tertinggi 100 (5 siswa). Lebih jelasnya tentang persebaran nilai,
ketuntasan belajar, dan nilai rata-rata dapat diamati pada gambar berikut ini.
Gambar 3. Persebaran nilai siklus I dan siklus II
Deskripsi Keaktifan Siswa
Keaktifan siswa pada siklus I ini lebih baik dibanding pra siklus. Mereka terlihat mulai
“menikmati” dan ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pada siklus II mereka tampak lebih
aktif. Hanya sebagian kecil dari mereka yang masih tampak kurang aktif. Disebabkan memang siswa
ini agak beda dengan teman-temannya. Diharapkan pada tahap selanjutnya mereka dapat beradaptasi
dengan yang lain sehingga dapat berperan aktif dalam pembelajaran.
PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGHITUNG OPERASI PECAHAN MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES
Supiyah
7
Deskripsi Performa Guru
Performa Guru pada siklus I ini tampak lebih baik, karena mungkin masih “baru” beradaptasi
dengan metode yang dipraktikkan maka kadang tampak sedikit “canggung”, namun tampaknya dapat
segera diatasi sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung lancar. Pada siklus II sudah lebih
lancar sehingga pembelajaran menjadi semakin baik.
SIMPULAN
1.
2.
3.
Penggunaan metode Examples Non Examples dapat meningkatkan keterampilan menghitung
operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut beda pada siswa kelas V semester 2
SDN 02 Mejasem Kecamatan Siwalan tahun pelajaran 2014/2015 dalam memahami materi
sehingga pada akhirnya meningkatkan pula hasil belajar siswa.
Penerapan metode example non example dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar
matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan berpenyebut beda.
Penggunaan metode example non example dapat memacu kreativitas guru dalam pembelajaran
untuk dapat lebih percaya diri dalam melaksanakan pembelajaran yang PAKEM.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan Terima Kasih disampaikan dengan hormat kepada Kepala Sekolah dan semua pihak
yang telah membantu hingga terlaksananya Penelitian Tindakan Kelas ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Sadiman, dkk. 2003. Media Pendidikan, Jakarta
Karso, dkk. 2008. Pembelajaran Matematika. Jakarta. Universitas Terbuka
Karso. 1993. Pola Keteraturan. Bandung. Remaja Rosda Karya
Skemp. 1971. Pembelajaran Matematika. Jakarta. Univeritas Terbuka
Soedjadi. 1999. Keabstrakan Matematika Karena Objek Dasarnya. Jakarta. Universitas Terbuka
Sri Anita W, dkk. 2008. Teori Pembelajaran Siswa. Jakarta. Universitas Terbuka
Syaiful Bahri Jamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
8
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)
Vol. 1, No. 5, Oktober 2016
Download