rumah osing - E-learning UPN JATIM

advertisement
RUMAH OSING
ARSITEKTUR BANYUWANGI
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR V
ISTIARA SARI D.W
0851010039
BAB 1
PEMBAHASAN UMUM
Banyuwangi adalah kabupaten terluas di Jawa Timur dengan luas 5.782,50 m².
Kondisi alamnya cukup beragam dari dataran rendah hingga pegunungan. Banyuwangi
sendiri adalah pintu penyebrangan utama ke Bali karena langsung terhubung lewat selat Bali.
Penduduk Banyuwangi sangat beragam, dengan mayoritas adalah suku Osing. Suku
Osing merupakan penduduk asli Banyuwangi, mereka menggunakan bahasa Osing yang
dikenal sebagai salah satu ragam tertua Bahasa Jawa.
Masyarakat Osing mayoritas memeluk agama Islam namun tetap sarat akan tradisitradisi dari nilai Hindu, karena pengaruh nilai Hindu tidak dapat dihilangkan sepenuhnya.
BAB 2
ELEMEN ARSITEKTURAL
Konsep ruang pada rumah Osing identik dengan bentuk rumah Kampung lainnya di
Jawa Timur yang mempunyai kaitan erat dengan struktur sosial masyarakat Osing yang
cenderung egaliter (sikap/pandangan bahwa semua manusia sama derajatnya) dan mewakili
lapisan masyarakat biasa.
Nama-nama bagian rumah dan susunannya merupakan pengungkapan pesan, makna
dan kehendak pemiliknya. Sedangkan tektonika rumah Osing menggunakan susunan
beberapa bentuk dasar secara sekaligus untuk rumahnya. Dengan bentuk atap Tikel Balung,
Baresan, dan Cerocogan yang merupakan indikator bentuk dasar rumah Osing yang memiliki
kemiripan dengan bentuk rumah Kampung (Jawa), seperti yang terlihat pada gambar 2.1.
Rumah Kampung (jawa)
Rumah Osing
Gambar 2.1 Perbandingan Bentuk Rumah
Dalam kaitan dengan susunan ruang, maka masing-masing ruang dapat memiliki
bentuk rumah yang berbeda-beda. Bale di bagian depan merupakan konstuksi Tikel Balung.
Konstruksi Tikel Balung juga digunakan untuk Jrumah dengan pertukaran kombinasi dengan
konstruksi Cerocogan atau Baresan, yang lebih sederhana daripada Tikel Balung, seperti
yang terlihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Struktur dan Susunan Rumah Osing
Bentuk rumah Osing sama seperti rumah tradisional Jawa yang umumnya berbentuk
persegi panjang yang memanjang kearah belakang rumah, namun ada beberapa yang polanya
melebar kesamping sehingga pengaturan ruang dan fungsinya tidak terlalu rumit. Semakin ke
pusat bentuk bangunan semakin privat dan penting fungsi/keberadaan ruang tersebut, seperti
yang terlihat pada gambar 2.3.
Ket : a. Bale
b. Pendopo
c. Jrumah
d. Pawon
Gambar 2.3 Denah Rumah Osing
Bentuk rumah Osing sejenis dengan rumah tradisional Jawa Timur jenis Kampung
Srotong, namun dengan bentuk yang lebih variatif karena mengikuti/menyesuaikan dengan
kebutuhan penghuninya, seperti yang tampak pada gambar 2.4.
Rumah Kampung Srotong
Tampak Samping Rumah Osing
Tampak Depan Rumah Osing
Gambar 2.4 Perbandingan Rumah Kampung Dengan Rumah Osing
Sistem organisasi ruang dalam rumah Osing merupakan susnan yang berurut dari
depan ke belakang, dengan Jrumah sebagai pusat/sumbu dari rumah Osing. Prinsip hubungan
ruang pada rumah Osing ini menganut prinsip closed ended plan.
Hierarki ruang pada rumah Osing diatur berdasarkan kriteria publik-privat, sakralprofan dan utama (primer)-sekunder dengan memperlihatkan Jrumah sebagai hierarki paling
tinggi. Konsep ruang rumah Osing memperlihatkan adanya centralitas dan dualitas.
Dualitas pada rumah Osing membagi zone atas laki-laki dan perempuan, luar-dalam,
kiri-kanan,
gelap-terang,
sakral-profan,
ditambah
depan-belakang.
Centralitas
memperlihatkan bahwa Jrumah merupakan pusat/sentral dari rumah Osing, yang terdiri dari
Bale, Jrumah dan Pawon. Rumah Osing yang terdiri dari Bale, Jrumah, dan Pawon
merupakan pusat dari kesatuan rumah tersebut, Amper dan Ampok serta halaman dengan
Killing sebagai penanda teritorinya, yang sekaligus pemberi identitas Osing. Hierarki tersebut
dapat dilihat pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Organisasi Ruang Rumah Osing
Download