TUBERKULOSIS (TB)

advertisement
ANALISA SITUASI
TUBERKULOSIS (TB)
Di Kabupaten Kebumen Dalam Rangka Mempercepat Peningkatan Peran Seluruh Pemangku Kepentingan Daerah untuk Penanggulangan TB SR TB ‘Aisyiyah Jawa Tengah
2014
i TIM PENELITI ANALISA SITUASI TUBERKULOSIS (TB) KABUPATEN KEBUMEN
No
1
2
3
4
5
Nama
Dra. Kanthi Pamungkas Sari, M.Pd
Ns. Priyo, S.Kep, M.Kep
Puguh Widiyanto, S.Kep, M.Kep
Hendri Tamara Yudha, S.Kep, M.Kep
Isma Yuniar, S.Kep. M.Kep
Jabatan
Ketua
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Instansi
UMMagelang
UMMagelang
UMMagelang
STIKes Muh Gombong
STIKes Muh Gombong
Kontributor:
NO
1
2
3
4
5
6
7
NAMA
Dr. Purwati, MS
Dr. Suliswiyadi, M.Ag
Ns. H. Giatmo, S. Kep, M.Kep
H. Sarwono, M.Kes
Drs. H. Sabar Irianto
Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M.Kes
Hj. Srihadi
INSTANSI
UMMagelang
UMMagelang
STIKes Muh Gombong
STIKes Muh Gombong
Bappeda Kebumen
Dinkes Kebumen
SSR Kebumen
ii KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas limpahan
rahmatnya yang tiada putus-putusnya, maka peneliti dapat menyelesaikan Hasil
analisis situasi Tuberkulosis (TB) di Kabupaten Kebumen.
Terselesaikannya hasil analisa situasi ini berkat dorongan, bimbingan,
arahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
maka pada kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
yang setulus-tulusnya kepada
1.
PR TB Care Aisyiyah selaku penyandang dana dalam penelitian Analisa
Situasi TB di Kabupaten Kebumen
2.
Ketua dan seluruh anggota Majlis Dikti Muhammadiyah selaku tim pengarah
yang memberikan masukan, dorongan, dalam penyusunan Analisa Situasi
TB di Kabupaten Kebumen
3.
Dr. Listiatie Budi Utami selaku Quality Control Majlis Dikti Muhammadiyah
4.
Rektor Universitas Muhammadiyah Magelang selaku penanggungjawab
pelaksanaan kegiatan analisa situasi TB.
5.
Ketua STIKES Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan kontribusi
dan dorongan yang berarti dalam kegiatan ini.
6.
Tim SR TB Care Aisyiyah Jawa Tengah, Tim SSR Aisyiyah Kabupaten
Kebumen dan kadernya, Kepala Bappeda Kabupaten Kebumen,
Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen, Kepala BPPS Kabupaten Kebumen,
beberapa Kepala Puskesmas di wilayah Kabupaten Kebumen, yang telah
menyediakan waktu dalam memberikan masukan,informasi data
dalam
penyusunan analisa situasi TB ini.
Semoga semua amal kebaikan diberi balasan pahala dari Allah SWT, dan hasil
analisa situasi ini bermanfaat khususnya dalam rangka meningkatkan peran bagi
seluruh pemangku kepentingan untuk menanggulangi TB Kabupaten Kebumen
Kebumen, September 2014
Peneliti
iii Executive Summary
ANALISA SITUASI TUBERKULOSIS (TB) DI KABUPATEN KEBUMEN
“Dalam Rangka Meningkatkan Peran Seluruh Pemangku Kepentingan
Daerah untuk Penanggulangan TB"
Analisa situasi TB ini diselenggarakan oleh Community TB-Care 'Aisyiyah
bekerjasama dengan Majelis Pendidikan Tinggi Muhammadiyah, dan
dilaksanakan oleh Universitas Muhammadiyah Magelang bersama Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong. Kegiatan ini dilaksanakan selama 3
bulan, sejak Juni 2014 hingga Agustus 2014.
Pelaksanaan Analisa Situasi TB melibatkan instansi terkait dalam
memenuhi keabsahan data, diantaranya adalah; Dinas Kesehatan (Dinkes)
Kabupaten Kebumen, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kebumen, Badan
Perencanaan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kebumen, 4 Puskesmas di wilayah
Kabupaten Kebumen, Dokter Praktik Swasta, Kader Kesehatan, SSR Aisyiyah
Kabupaten Kebumen, Relawan TB, Tokoh Agama
Analisa Situasi TB ini bertujuan mendapatkan data dan melakukan analisa
mengenai kondisi penyakit TB, kebijakan terkait TB, penganggaran daerah untuk
penanggulangan TB, kondisi layanan termasuk akses terhadap layanan kesehatan
terkait TB, dan para pemangku kepentingan dalam penanggulangan TB. Selain itu
juga untuk mengidentifikasi isu-isu dan beberapa kemungkinan dalam rangka
menguatkan penanggulangan TB di Kabupaten Kebumen.
Kombinasi metodologi yang digunakan terdiri dari Analisa Profil, Disability
Adjusted Life Year (DALY), Root Cause Analysis (RCA), dan Analisa Peran.
Adapun proses penyusunan melalui tiga tahapan yaitu: 1) asesmen, 2) analisa, dan
3) action
Hasil Analisa Situasi
Penduduk dan TB
Secara administratif Kabupaten Kebumen terbagi menjadi 26 Kecamatan
yang terdiri dari 460 desa dan kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Kebumen
adalah 1.281,12 km2. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Karanggayam
dengan luas wilayah 10.929,00 Ha atau 109,29 km2. Memiliki jumlah penduduk
sebanyak 1.163.591 jiwa. Sehingga rata-rata kepadatan penduduk per km2 sebesar
918,47 jiwa per km2. Namun persebaran penduduk tersebut tidak merata, tiga
kecamatan yang paling padat penduduknya pada tiga tahun terakhir adalah 1)
Kecamatan Kebumen (2.882,5 jiwa/km²) 2) Kecamatan Gombong (2.424,9
jiwa/km²) dan 3) Kecamatan Pejagoan (1.403,4 jiwa/km²). Dari ketiga kecamatan
tersebut, di Kecamatan Gombong khususnya UPK Puskesmas Gombong I
memiliki prevalensi tertinggi (179,8/100.000 penduduk) jika dibandingkan
dengan kecamatan yang lainnya maupun prevalensi daerah (58,06/ 100.000
penduduk). Untuk dua kecamatan lainnya masih di bawah prevalensi daerah.
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan, angka insiden TB Paru di
Kabupaten Kebumen memiliki keterkaitan dengan kondisi sosial ekonomi
penduduk. Saat ini angka insiden TB Paru sebesar 55,51/100.000 penduduk. Pada
iv tahun 2013, tiga kecamatan peringkat teratas adalah Kecamatan Gombong,
Kecamatan Karanggayam dan Kecamatan Sempor. Dari data yang diperoleh dari
Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen 2013, jumlah masyarakat miskin dan
hampir miskin di Kabupaten Kebumen sejumlah 755.211 jiwa. Ketiga kecamatan
tersebut mempunyai jumlah penduduk kategori miskin dan hampir miskin cukup
tinggi yaitu Kecamatan Gombong sebesar 23.602; Kecamatan Karanggayam
sebesar 41.525; dan Kecamatan Sempor sebesar 45.034. Masyarakat miskin dan
hampir miskin di sini termasuk kelompok rentan terpapar penyakit TB.
Kasus TB selama tiga tahun terakhir (2011-2013) sebagian besar berada di usia
produktif (usia 15-60 tahun), yaitu sebesar 80,1%. Selebihnya adalah usia
nonproduktif. Nilai kerugian ekonomi akibat TB di Kabupaten Kebumen pada
tahun 2013 sebesar Rp. 4.451.812.500. dan persentase DALY Kabupaten
Kebumen adalah 5,023 %. Perhitungan tersebut belum termasuk biaya yang harus
dikeluarkan untuk transportasi dan biaya tak langsung lainnya yang hilang akibat
menderita TB.
Infrastruktur Pelayanan Kesehatan
Pada tahun 2013 jumlah rumah sakit di Kabupaten Kebumen sebanyak 13
unit, yang terdiri atas RSU berjumlah 10 unit dan RSK. 35 puskesmas yang
berada di wilayah Kabupaten Kebumen terdiri 10 puskesmas perawatan dan 25
puskesmas non perawatan. Jumlah tenaga kesehatan: 45 dokter spesialis, 122
dokter umum, 735 bidan, 999 perawat, 108 tenaga farmasi, 55 tenaga gizi, 24
tenaga kesehatan masyarakat, 53 tenaga sanitasi, 136 teknisi medis, 10 tenaga
fisioterapis.
Salah satu jenis upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang
telah sejak lama dikembangkan dalam masyarakat adalah posyandu. Posyandu
dalam menjalankan fungsinya, diharapkan dapat melaksanakan 5 program
prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi,
imunisasi, dan penanggulangan diare. Sampai tahun 2013 jumlah posyandu 2.087
yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan.
Dalam upaya meningkatkan daya guna dan hasil guna untuk kelancaran
pelaksanaan pelayanan kesehatan, Dinkes Kabupaten Kebumen mengacu pada SK
Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standard
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota; Perbup Kebumen
Nomor 69 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen dan SK Bupati Kebumen Nomor
050/293/KEP/2011 tentang Rencana Strategis Pembangunan Kesehatan
Kabupaten Kebumen pada Dinkes Kabupaten Kebumen Tahun 2010-2015.
Anggaran Kesehatan dan Kebijakan Terkait Program Penanggulangan TB
Pembiayaan dari seluruh program Dinkes bersumber dari pemerintah.
Anggaran pemerintah bersumber dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN,
PHLN (Pinjaman/Hibah Luar Negeri). Total anggaran kesehatan di Kabupaten
Kebumen pada tahun 2011 sebesar Rp. 71.247.873.870 (4,86% dari APBD
Kabupaten), pada tahun 2012 sebesar Rp. 81,149,651,000 ( 15,26% dari APBD
Kabupaten), dan pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 88,631,616,908
v (5,21%). Anggaran untuk program unggulan Bidang PMK selama tiga tahun
terakhir ini secara kuantitas mengalami peningkatan. Anggaran tahun 2011 adalah
sebesar Rp. 100.000.000; tahun 2012 sebesar Rp. 150.000.0000 dan tahun 2014
sebesar Rp. 175.000.000. Penanganan TB Paru adalah termasuk di dalamnya.
Pada tahun 2013 angka penemuan kasus TB Paru BTA+ di Kabupaten
Kebumen yaitu 51,88%. Masih jauh jika dibandingkan target Kabupaten
Kebumen yaitu 70%, secara langsung hal ini disebabkan: sumber daya tenaga
kesehatan yang menangani kasus TB terbatas dan kesadaran pasien untuk periksa
rendah. Penyebab tidak langsungnya: pendanaan terbatas, kerjasama lintas
sektoral masih minim, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB Paru, nilainilai budaya setempat, tingkat pendidikan rendah, peran kader belum optimal,
kemiskinan, toga-tomas kurang terlibat, SOP penanganan TB belum ada atau yang
ada tingkat kepatuhannya belum optimal. Penyebab dasarnya: belum ada
peraturan daerah dan kebijakan dasar tentang penanggulangan TB secara
komprehensif yang melibatkan lintas sektoral di Kabupaten Kebumen.
Kemudian Succes rate saat ini masih di bawah standar yaitu 84,54%.
Permasalahan ini secara langsung disebabkan oleh terlambat mengambil
keputusan untuk berobat dan terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan.
Penyebab tidak langsungnya: kurang pengetahuan tentang TB, gizi buruk, nilainilai budaya setempat, jarak jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan, kondisi
geografis yang sulit, peran kader kurang optimal, peran PMO kurang optimal,
SOP penanganan TB belum ada atau yang ada tingkat kepatuhannya belum
optimal. Penyebab dasarnya: belum ada peraturan daerah dan perkebijakan dasar
tentang penanggulangan TB secara komprehensif yang melibatkan lintas sektoral .
Angka kematian akibat TB menunjukan tren meningkat pada kurun waktu
tiga tahun terakhir (2011-2013). Penyebab langsungnya: kekebalan tubuh
menurun dan pengobatanya terhenti. Penyebab tidak langsungnya: kurangnya
pengetahuan tentang TB, peran PMO kurang optimal, , gizi buruk, lingkungan
tempat tinggal dan/lingkungan kerja tidak sehat, pola hidup yang tidak sehat,
aktifitas fisik yang tidak sehat, kerjasama lintas sektoral penanganan TB belum
dilaksanakan, anggaran penanganan TB masih sangat terbatas, SOP penanganan
TB belum ada atau yang ada tingkat kepatuhannya belum optimal. Penyebab
dasarnya: peraturan daerah dan kebijakan dasar penanggulangan penyakit menular
secara komprehensif yang melibatkan lintas sektoral belum ada.
Saat ini Kepala Dinkes Kabupaten Kebumen telah mengeluarkan SK
Nomor: 188.4/036/keb/2014 tentang Pembentukan Pokja Publik Privat Mix
(PPM) yang melibatkan lintas sektoral untuk penanggulangan TB di daerah. Guna
penguatan fungsi kelembagaan, pengembangan program dan mitra jejaring perlu
adanya peraturan daerah atau peraturan bupati yang mendukungnya. Hal ini
sangat diperlukan karena penanggulangan TB tidak dapat hanya diselesaikan
melalui aspek kesehatan saja, namun peningkatan pemberdayaan masyarakat pada
aspek ekonomi, sosial juga memiliki peran penting dalam upaya memutus mata
rantai potensi penularan penyakit TB. Kerjasama dengan berbagai pihak termasuk
diantaranya perguruan tinggi melalui kegiatan “penelitian” dan “pengabdian
kepada masyarakat” secara berkesinambungan dapat mengurangi beban yang
harus ditanggung oleh pemerintah daerah.
vi DAFTAR SINGKATAN
AIDS
AKMS
APBN/D
AP
ARTI
Bapelkes
BCG
BLK
BTA
BP4
BUMN
CDR
CNR
DOTS
DPRD
DPS
DST
HIV
IAKMI
IBI
IDAI
IDI
IUATLD
JSK
KBNP
KBPP
KDT
KG
KKNP
KKPP
Km
KPP
Lapas
Lfx
LP
LSM
LPLPO
MDG
MDR / XDR
Mfx
MOTT
OAT
= Acquired Immune Deficiency Syndrome
= Advokasi Komunikasi dan Mobilisasi Sosial
= Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara/Daerah
= Akhir Pengobatan
= Annual Risk of TB Infection
= Balai Pelatihan Kesehatan
= Bacillus Calmette et Guerin
= Balai Laboratorium Kesehatan
= Basil Tahan Asam
= Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru
= Badan Usaha Milik Negara
= Case Detection Rate\
= Case Notification Rate
= Directly Observed Treatment, Shorcourse
chemotherapy
= Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
= Dokter Prakter Swasta
= Drug Sensitivity Testing
= Human Immunodeficiency Virus
= Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
= Ikatan Bidan Indonesia
= Ikatan Dokter Anak Indonesia
= Ikatan Dokter Indonesia
= International Union Against TB and Lung Diseases
= Jaminan Sarana Kesehatan
= Kesalahan besar negatif palsu
= Kesalahan besar positif palsu
= Kombinasi Dosis Tetap
= Kesalahan Gradasi
= Kesalahan kecil negatif palsu
= Kesalahan kecil positif palsu
= Kanamycin
= Kelompok Puskesmas Pelaksana
= Lembaga Pemasyarakatan
= Levofloxacin
= Lapang Pandang
= Lembaga Swadaya Masyarakat
= Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
= Millenium Development Goals
= Multi Drugs Resistance / extensively Drugs
Resistance
= Moxifloxacin
= Mycobactrium Other Than Tuberculosis
= Obat Anti Tuberkulosis
vii Ofl
PAPDI
PCR
PDPI
PHLN
PME
PMK
PMI
PMO
POA
POGI
POM
PPM
PPM
PPNI
PPTI
PRM
PS
PSDM K
Pto
Puskesmas
Pustu
RSP
RTL
Rutan
SDM
SKRT
TB
TNA
UPK
WHO
Yankes
= Ofloxacin
= Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia
= Poly Chain Reaction
= Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
= Pinjaman Hibah Luar Negeri
= Pemantapan Mutu Eksternal
= Pengendalian Masalah Kesehatan
= Pemantapan Mutu Internal
= Pengawasan Minum Obat
= Plan of Action
= Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
= Pengawasan Obat dan Makanan
= Puskesmas Pelaksana Mandiri
= Public Private Mix
= Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia
= Perhimpunan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia
= Puskesmas Rujukan Mikroskopis
= Puskesmas Satelit
= Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan
= Prothionamide
= Pusat Kesehatan Masyarakat
= Puskesmas Pembantu
= Rumah Sakit Paru
= Rencana Tindak Lanjut
= Rumah tahanan
= Sumber Daya Manusia
= Survei Kesehatan Rumah Tangga
= Tuberkulosis
= Training Need Assessment
= Unit Pelayanan Kesehatan
= World Health Organization
= Pelayanan Kesehatan
viii PETA KABUPATEN KEBUMEN
x DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul
Tim Peneliti Analisa Situasi
Kata Pengantar
Executive Summary
Daftar Singkatan
Lembar Penegasan
Peta Kabupaten Kebumen
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
i
ii
iii
iv
vii
ix
x
xi
xiii
xiv
BAB I
1
1
5
5
6
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Proses Penyusuanan
1.4 Manfaat
BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH
2.1 Wilayah Geografis
2.2 Keadaan Demografi
2.3 Keadaan Ekonomi dan Lingkungan
2.4 Sumber Daya Kesehatan
2.5 Anggaran dan Kebijakan Pemerintah tentang TB Paru
2.6 Prevalensi Penderita TB Paru
7
7
10
13
16
18
20
BAB III METODOLOGI
3.1 Tinjauan Situasi
3.2 Analisa
3.2.1. Analisa Profil
3.2.2. Analisa Disability Adjusted Live Years (DALY)
3.2.3. Analisa Akar Masalah/ Root Cause Analysis (RCA)
3.2.4. Analisa Peran
3.3 Rekomendasi Aksi dan Advokasi
22
22
23
23
23
23
24
24
BAB IV HASIL ANALISA SITUASI
4.1 Tinjauan Situasi
4.1.1. Perumusan Masalah
4.1.2. Penggambaran Besarnya Permasalahan
4.2 Analisa Situasi
4.2.1. Analisa Profil
25
25
25
26
28
28
xi 4.2.2 .Analisa Disability Adjusted Live Years (DALY)
4.2.3. Analisa RCA
4.2.4. Analisa Peran
29
32
46
BAB V REKOMENDASI RENCANA DAN ADVOKASI
5.1 Rekomendasi Rencana Aksi Utama
5.1.1. Rencana Aksi Utama Untuk Penderita TB Paru
5.1.2. Rencana Aksi Utama Untuk Keluarga dan PMO
5.1.3. Rencana Aksi Utama Untuk Stakeholders
5.1.4. Rencana Aksi Utama Untuk Petugas Kesehatan
5.1.5.. Rencana Aksi Utama Dinkes/ Bapeda/Bupati/DPRD
5.2 Rekomendasi Potensi Kemitraan
5.2.1. Prioritas Pertama
5.2.2. Prioritas Kedua
5.2.3. Prioritas Ketiga
5.2.4. Prioritas Keempat
5.3 Rekomendasi Rancangan Program
5.3.1. Aktivitas di Tingkat Daerah
5.3.2. Aktivitas di Tingkat Kecamatan
47
47
47
47
49
49
50
52
52
53
55
56
58
59
60
BAB VI PENUTUP
6.1 Analisa Profil
6.2 Analisa DALY
6.3 Analisa RCA
6.4 Analisa Peran
6.5 Rekomendasi
64
64
64
64
65
67
DAFTAR PUSTAKA
68
LAMPIRAN
69
xii DAFTAR GAMBAR
Halaman
10
Gambar 1
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011,
2012, 2013
Gambar 2 Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Melek Huruf dan
Berpendidikan Tinggi SMP+ di Kabupaten Kebumen Tahun
2011, 2012, 2013
13
Gambar 3 Persentase Rumah Tangga ber PHBS dan Rumah Sehat di
Kabupaten Kebumen Tahun 2011, 2012, 2013
15
Gambar 4 RCA Penemuan Kasus TB Paru di Bawah Standar
32
Gambar 5 RCA Succes Rate di Bawah Standar
38
Gambar 6 RCA Angka Kematian Akibat TB Paru Meningkat
43
Gambar 7 Pemetaan Pemetaan Jaringan Stakeholders Prioritas Pertama
53
Gambar 8 Pemetaan Pemetaan Jaringan Stakeholders Prioritas Kedua
54
Gambar 9 Pemetaan Pemetaan Jaringan Stakeholders Prioritas Ketiga
56
Gambar 10 Pemetaan Pemetaan Jaringan Stakeholders Prioritas
Keempat
57
xiii DAFTAR TABEL
Tabel 1
Halaman
Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk dan
8
Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten
Kebumen Tahun 2013
Tabel 2
Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten serta
Fasilitas Angkutan Umum yang Tersedia
9
Tabel 3
Tiga Kecamatan Terpadat di Kabupaten Kebumen Tahun 2011,
2012, 2013
11
Tabel 4
Jumlah Sumber Daya Kesehatan di Kabupaten Kebumen Tahun 17
2011, 2012, 2013
Tabel 5
Alokasi Anggaran Kesehatan Kabupaten Kebumen berdasarkan
Sumber Dana Tahun 2011, 2012, 2013
19
Tabel 6
Jumlah Kasus Baru TB Paru dan Kematian Akibat TB Paru
Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Puskesmas Kabupaten
Kebumen Tahun 2013
21
Tabel 7
Matrik Prioritas Masalah TB Paru Kabupaten Kebumen
27
Tabel 8
Angka Insiden, Prevalensi, Kematian, Kasus Klinis BTA+,
Pengobatan, CDR, Succes Rate TB Paru di Kabupaten
Kebumen Tahun 2011, 2012, 2013
29
Tabel 9
Kerugian Ekonomi Karena TB Paru Kabupaten Kebumen 2013
30
Tabel 10
Analisa Kesenjangan Kapasitas Pemegang Peran Penderita TB,
Keluarga PMO, Stakeholders, Petugas Kesehatan dan
Dinkens/Bapeda/Bupati/DPRD
46
Tabel 11
Rekomendasi Rencana Aksi Utama
51
Tabel 12
Pemetaan Jaringan Stakeholders Skema Prioritas
52
Tabel 13
Rekomendasi Rancangan Program
58
Tabel 14
Matrik Longframe Perbaikan Program Penanggulangan TB
Kabupaten Kebumen
62
xiv BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyebab kematian utama di banyak
negara-negara berkembang. Diperkirakan sekitar 2,7 juta jiwa meninggal
karena TB setiap tahunnya di seluruh dunia. Jumlah wanita usia reproduktif
yang meninggal karena TB lebih banyak dari sebab-sebab yang berkaitan
dengan kehamilan dan persalinan. Oleh karena TB banyak dijumpai pada
golongan usia produktif (15-59 tahun) penyakit ini bertanggungjawab atas
2 hingga 4 dari beban penyakit nasional di banyak negara berkembang. Di
negara maju, kecenderungan kesakitan dan kematian karena TB Paru yang
selama ini menurun, mulai tahun 1980 an menunjukan kenaikan terutama di
negara dengan banyak kasus infeksi HIV/AIDS. Sejak tahun 1989 muncul
wabah “multi-drug resistant” pada penderita TB Paru yang banyak
dikaitkan dengan tingkat kematian tinggi. Hampir dua dekade terakhir
penanggulangan TB seolah-olah dilalaikan masyarakat internasional karena
tidak termasuk dalam program prioritas
TB adalah masalah kesehatan dimana Indonesia cukup memberikan
kontribusi ke tingkat dunia. Dibuktikan dengan saat ini berada pada
peringkat empat dengan beban TB tertinggi dunia, yaitu setelah China,
India, dan Afrika Selatan. Per tahun 2012 angka prevalensi TB Paru adalah
730.000/tahun atau berarti menjadi 83 kasus baru per jam dan angka
kematian akibat TB sebesar 67.000 orang/tahun atau 8 kematian akibat TB
perjam.
Indonesia merupakan negara dengan percepatan peningkatan epidemi
HIV yang tertinggi di antara negara-negara di Asia. Secara nasional, angka
estimasi prevalensi HIV pada populasi dewasa adalah 0,2%. Sejumlah 12
provinsi telah dinyatakan sebagai daerah prioritas untuk intervensi HIV dan
estimasi jumlah orang dengan HIV/AIDS di Indonesia sekitar 190.000400.000. Estimasi nasional prevalensi HIV pada pasien TB adalah 2.8%.
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 1
Angka MDR-TB diperkirakan sebesar 2% dari seluruh kasus TB baru
dan 20% dari kasus TB dengan pengobatan ulang. Diperkirakan terdapat
sekitar 6.300 kasus MDR TB setiap tahunnya.
Strategi Nasional program pengendalian TB dengan visi “Menuju
Masyarakat Bebas Masalah TB, Sehat, Mandiri dan Berkeadilan”. Strategi
tersebut bertujuan mempertahankan kontinuitas pengendalian TB Paru
periode sebelumnya. Untuk mencapai target yang ditetapkan dalam strategi
nasional, telah disusun delapan Rencana Aksi Nasional yaitu : 1) PublicPrivate Mix untuk TB; 2) Programmatic Management of Drug Resistance
TB; 3) Kolaborasi TB-HIV; 4) Penguatan Laboratorium; 5) Pengembangan
Sumber Daya Manusia; 6) Penguatan Logistik; 7) Advokasi, Komunikasi
dan Mobilisasi Sosial; dan 8) Informasi Strategis TB .
Rencana Aksi nasional tersebut menjadi ujung tombak Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014. Kementerian Kesehatan
telah merumuskan enam strategi utama, meliputi:
a.
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat
madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerja sama nasional dan
global
b.
Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, bermutu dan
berkeadilan, serta berbasis bukti dengan mengutamakan upaya promotif
dan preventif
c.
Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk
mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional;
d.
Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan
yang merata dan bermutu;
e.
Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan
alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan
mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan; dan
f.
Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan,
berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi
kesehatan yang bertanggung jawab
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 2
Guna mencapai hasil yang optimal, Rencana Strategis dan Rencana
Aksi Nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah diteruskan pada
provinsi sampai dengan tingkat daerah. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik IndonesiaNomor: 565/MENKES/PER/III/2011 tentang Strategi
Nasional Pengendalian Tuberkolusis 2010-2014 pada pasal 5 pemerintah
kabupaten/kota bertanggungjawab dalam menjalankan peran :
a.
Perencanaan di tingkat kabupaten/kota;
b.
Mendorong ketersediaan dan peningkatan kemampuan sumber daya
manusia;
c.
Membantu pengadaan dan distribusi obat, alat kesehatan, dan
perbekalan kesehatan lainnya yang diperlukan;
d.
Koordinasi dan kemitraan kegiatan pengendalian tuberkulosis dengan
institusi terkait;
e.
Monitoring, evaluasi, dan bimbingan teknis kegiatan pengendalian
tuberkulosis;
f.
Koordinasi dan kemitraan kegiatan pengendalian tuberkulosis dengan
antar program dan institusi terkait;
g.
Pemantapan mutu laboratorium tuberkulosis; dan
h.
Pencatatan dan pelaporan.
Setiap daerah akan merespon secara positif namun implementasinya
akan sangat tergantung dengan daya dukung dari berbagai pihak dalam
mewujudkan “Masyarakat Bebas Masalah TB, Sehat, Mandiri dan
Berkeadilan”. Termasuk di diantaranya adalah Kabupaten Kebumen.
Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Kebumen sebagaimana
yang termaktub dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Kebumen tahun 2010–2015 adalah: “Mewujudkan
Kebumen Sehat 2015 melalui pelayanan yang terjangkau dan
berkualitas, didukung lingkungan sehat dan kemandirian masyarakat”.
Selanjutnya dalam rangka mewujudkan Visi Dinas Kesehatan
Kabupaten Kebumen selama kurun waktu 2010–2015 tersebut, maka
ditetapkan Misi yaitu :
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 3
1.
Merumuskan
kebijakan
dan
memantapkan
manajemen
untuk
meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan.
2.
Menyelenggarakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara merata,
terjangkau dan bermutu bagi seluruh masyarakat.
3.
Mendorong terwujudnya kondisi lingkungan sehat dan perilaku hidup
sehat
dalam
mengendalikan
dan
mencegah
penyakit
serta
penanggulangan kejadian luar biasa, bencana dan masalah kesehatan.
4.
Menggerakkan
kemitraan
dan
peran
serta
masyarakat
dalam
mewujudkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
5.
Mewujudkan sistem pembiayaan kesehatan masyarakat.
6.
Meningkatkan mutu sumber daya manusia kesehatan melalui regulasi
kesehatan dan pengembangan profesionalisme
7.
Mewujudkan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang
bermutu, merata, terjangkau serta pembinaan dan pengendalian bidang
farmasi, makanan minuman dan perbekalan kesehatan.
8.
Mengembangkan sistem informasi kesehatan terpadu dan penelitian
kesehatan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
manajemen kesehatan
Salah satu isu strategis yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan maupun
masyarakat Kabupaten Kebumen adalah angka kesakitan dan kematian
penyakit menular dan tidak menular masih tinggi. Penyakit-penyakit
menular/infeksi sampai saat ini belum semua dapat diatasi, disisi lain angka
kesakitan dan kematian beberapa penyakit tidak menular dan degeratif
cenderung meningkat. Hal tersebut juga diperparah dengan kondisi
rendahnya kualitas dan cakupan kesehatan lingkungan masyarakat. Cakupan
sanitasi
dasar
seperti
cakupan
jamban
keluarga,
cakupan
sarana
pembuangan air limbah rendah, serta proporsi rumah sehat masih rendah.
Permasalahan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
khusus TB pada umumnya berkaitan dengan isu utama antara lain
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap TB masih rendah, terbatasnya
kualitas fasilitas maupun pelayanan yang memadai bagi masyarakat,
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 4
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan belum digarap dengan
optimal,
terbatasnya
kemampuan
manajemen
kesehatan,
meliputi
pengelolaan administrasi dan hukum kesehatan.
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen bertujuan untuk
melakukan kajian terhadap kondisi penanggulangan penyakit TB secara
komprehensif dengan menghubungkan berbagai aspek yang terkait lainnya.
Berdasarkan hasil analisa situasi tersebut dapat dijadikan rekomendasi agar
upaya mengatasi permasalahan TB secara optimal.
1.2. Tujuan
Analisa situasi TB Kabupaten Kebumen ini bertujuan:
1.2.1. Mendapatkan data-data situasi TB Kabupaten Kebumen yang
digunakan untuk melakukan, Analisa Profil, Analisa Akar Masalah/
Root Cause Analysis (RCA), Analisa Disabillity Adjusted Live Years
(DALY) dan Analisa Peran.
1.2.2. Menyusun rekomendasi aksi kunci/ tindakan dari hasil beberapa
metode analisa masalah program penanggulangan TB .
1.2.3. Mendukung strategi pengendalian TB pemerintah Kabupaten
Kebumen dalam rangka mempengaruhi perilaku dan pemberdayaan
masyarakat, menggunakan sumberdaya dan jaringan kerja potensial
untuk mencari dan mendapatkan dukungan dari masyarakat, LSM,
Organisasi Sosial, dunia usaha dan pemerintah.
1.3. Proses penyusunan
Pelaksana “Analisa Situasi Kebijakan untuk Tuberkulosis” adalah Tim
dari Perguruan Tinggi yang sudah diseleksi oleh Tim Quality Control dari
Majelis DIKTI PP Muhammadiyah dan PP ‘Aisyiyah. Penyusunan Analisa
Situasi TB terdiri dari tiga tahap
1.3.1. Asesmen, merupakan proses pengumpulan data-data sekunder
dengan melakukan tinjauan atau penilaian situasi awal terhadap data,
fakta, fenomena dan kesenjangan data
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 5
1.3.2. Analisa, merupakan proses check, re check dan cross check data
sekunder di lapangan dan analisa data-data yang diperoleh
1.3.3. Action, merupakan proses merekomendasikan tindakan berdasarkan
analisa data, kemudian melakukan perancangan program lebih lanjut.
1.4. Manfaat
1.4.1. Hasil Analisa Situasi TB Kabupaten Kebumen dapat digunakan
sebagai masukan dan kajian bagi penyusunan perencanaan jangka
pendek, menengah maupun panjang baik bagi pemerintah maupun
stakeholders dalam penanggulangan TB.
1.4.2. Hasil Analisa Situasi akan digunakan oleh Community TB Care
'Aisyiyah dalam Advokasi Penanggulangan TB di Kabupaten
Kebumen. Diantaranya berupa: a) Bahan dasar Policy Paper untuk
kebijakan dan penganggaran di tingkat daerah b) Materi audiensi dan
lobby c) Materi konferensi pers d) Materi bahan KomunikasiInformasi-Edukasi (KIE)
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 6
BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH
2.1. Wilayah Geografis
Kabupaten Kebumen merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di
Provinsi JawaTengah yang mempunyai luas wilayah 128.111,50 hektar atau
1.281,11 km2, terletak pada posisi garis lintang 70 27’ - 70 50’ LS dan 1090
22’ – 1090 50’ BT dengan batas – batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Barat
: Kabupaten Cilacap dan Banyumas
2. Sebelah Timur
: Kabupaten Purworejo
3. Sebelah Utara
: Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara
4. Sebelah Selatan
: Samudera Indonesia
Kabupaten Kebumen merupakan daerah lintas jalur Selatan Pulau
Jawa dengan topografi 70% merupakan daerah pegunungan dan 30% lainnya
merupakan daerah dataran rendah dan pantai dengan ketinggian permukaan
tanah dan air laut berkisar 5-91 meter. Sebagian besar wilayah terletak pada
ketinggian di bawah 40 meter. Pada umumnya yang mempunyai ketinggian di
atas 50 meter berada di wilayah Kabupaten Kebumen sebelah Utara bagian
barat (Sempor 66 meter dan Karanggayam 91 meter).
Secara klimatologi curah hujan di Kabupaten Kebumen rata-rata 239
mm/bulan dengan hari hujan rata-rata 8 hari. Suhu terendah terjadi di stasiun
pemantauan Wadaslintang pada bulan Agustus dengan suhu sekitar 15,6º C
tercatat dengan rata-rata kelembaban udara setahun 82,00 % dan kecepatan
angin 1,31 meter/detik. Sedangkan pada stasiun pemantauan Sempor suhu
terendah 21,20º C terjadi pada bulan Agustus dengan rata-rata kelembaban
udara setahun 80,00 % dan kecepatan angin 2,37 meter/detik.
Secara administratif Kabupaten Kebumen terbagi menjadi 26
Kecamatan yang terdiri dari 460 desa dan kelurahan. Luas wilayah Kabupaten
Kebumen adalah 1.281,12 km2.
Kecamatan terluas adalah Kecamatan
Karanggayam dengan luas wilayah 10.929,00 Ha atau 109,29 km2. Rata-rata
kepadatan penduduk per km2 sebesar 918,47 jiwa per km2.
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 7
Tabel 1
Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk dan Kepadatan
Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Kebumen Tahun 2013
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Kecamatan
Luas (km2)
Ayah
Buayan
Puring
Petanahan
Klirong
Bulupesantren
Ambal
Mirit
Bonorowo
Prembun
Padureso
Kutowinangun
Alian
Poncowarno
Kebumen
Pejagoan
Sruweng
Adimulyo
Kuwarasan
Rowokele
Sempor
Gombong
Karanganyar
Karanggayam
Sadang
Karangsambung
76,37
68,42
61,97
44,84
43,25
48,77
62,41
52,35
20,91
22,96
28,95
33,73
57,75
27,37
42,04
34,58
43,68
43,43
33,84
53,8
100,15
19,48
31,4
109,29
54,23
65,15
1.281,12
∑ Desa/
Kelurahan
18
20
23
21
24
21
32
22
11
13
9
19
16
11
29
13
21
23
22
11
16
14
11
19
7
14
460
∑ penduduk
55.233
54.055
52.697
53.010
54.188
52.373
54.631
43.833
18.486
26.264
13.288
42.069
53.197
14.879
121.178
48.529
53.317
34.085
44.376
42.217
59.049
47.237
33.957
48.315
18.091
37.388
1.176.662
Kepadatan
Penduduk per
km2
723,23
790,05
850,36
1182,20
1252,90
1073,88
875,36
837,31
884,07
1143,90
459
1247,23
933,63
543,62
2882,45
1403,38
1220,63
784,83
131,35
784,78
589,61
2424,90
1081,43
442,08
333,6
573,88
918,47
Sumber: BPS Kabupaten Kebumen
Jarak terjauh antara ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan
adalah Kecamatan Padureso (38 km) Kecamatan Puring (37,5 km) dan
Kecamatan Rowokele (35 km). Jarak yang beragam akan mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan masyarakat. Semakin jauh dari ibukota kabupaten
maka semakin dibutuhkan sarana transportasi yang memadai guna
mendukung mobilisasi masyarakat pada bidang pendidikan, politik,
kesehatan, industri, perdagangan dan sebagainya. Berikut tabel terkait jarak
antara ibukota kecamatan-kecamatan yang ada dengan ibukota kabupaten
beserta fasilitas angkutan umum yang tersedia.
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 8
Tabel 2
Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten
serta Fasilitas Angkutan Umum yang Tersedia
No
Kecamatan
Jarak
(km)
37
31
37,5
15
Fasilitas Kendaraan
Umum yang Tersedia
Minibus, Bus
Minibus, Bus
Angkudes, Bus
Angkudes, Bus
1
2
3
4
Ayah
Buayan
Puring
Petanahan
5
6
7
8
9
10
11
Klirong
Buluspesantren
Ambal
Mirit
Bonorowo
Prembun
Padureso
10
14
20
28
25
21
38
Minibus, Angkot
Angkudes
Angkudes, Minibus
Angkudes, Minibus
Angkudes, Bus
Minibus, Bus
Minibus, Bus
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Kutowinangun
Alian
Poncowarno
Kebumen
Pejagoan
Sruweng
Adimulyo
Kuwarasan
Rowokele
Sempor
Gombong
12
12
13
0
2
6
19
28
35
29
21
Minibus, Bus
Angkudes
Angkudes
Angkudes
Angkudes
Minibus, Bus
Angkudes
Angkudes, Minibus
Minibus
Angkudes, Minibus
Minibus, Bus
23
Karanganyar
14
Minibus, Bus
24
25
Karanggayam
Sadang
19
33
Angkudes
Angkudes, Minibus
26
Karangsambung
20
Angkudes, Minibus
Melalui
Rowokele – Kebumen
Rogodono – Kebumen
Sidobunder – Kebumen
Grogol Beningsari Kebumen
Kaliwungu – Kebumen
Tambakrejo - Kebumen
Pucangan - Kebumen
Karanggede – Kebumen
Prembun - Kebumen
Kutowinangun - Kebumen
Prembun - Kutowinangun
– Kebumen
Pekunden – Kebumen
Kalijirek – Kebumen
Sruni - Kebumen
Kebumen
Pejagoan – Kebumen
Pejagoan – Kebumen
Karanganyar – Kebumen
Gombong – Kebumen
Bumiagung – Kebumen
Gombong – Kebumen
Karanganyar - Sruweng Pejagoan - Kebumen
Sruweng - Pejagoan Kebumen
Karanggayam – Kebumen
Karangsambung –
Kebumen
Karangsambung Kebumen
Sumber Data: Kabupaten Kebumen dalam Angka Tahun 2011
Adapun analogi pembagian dan pemanfaatan lahan di Kabupaten
Kebumen dirinci sebagai berikut : tanah sawah 39.831,00 hektar atau sekitar
31,09 % dan tanah kering 88.280,50 hektar atau 68,91 %. Sedangkan tanah
yang digunakan untuk bangunan dan sekitarnya seluas 35.931,00 hektar atau
28,05 %.
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 9
2.2. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Kebumen yang tersebar di 26 kecamatan
pada tiga tahun terakhir ini mengalami perubahan yang tidak begitu tajam
yaitu: pada tahun 2011 sebanyak 1.258.947 jiwa dengan perincian jumlah
penduduk laki-laki sebanyak
sebanyak
635.584
jiwa dan penduduk perempuan
623.363 jiwa; pada tahun 2012 sebanyak 1.163.591
dengan
perincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 581.947 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan sebanyak 581.644 jiwa; dan pada tahun 2013 sebanyak
1,176,662 jiwa dengan perincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak
586.021 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 590.641 jiwa.
(Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen Tahun 2011-2013)
1400000
1200000
1000000
800000
Jml Penduduk
Jml Penduduk Laki Laki
600000
Jml Penduduk Perempuan
400000
200000
0
2011
2012
2013
Gambar 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011, 2012, 2013
di Kabupaten Kebumen
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 10
Persebaran penduduk tahun 2011 adalah 982,7 jiwa/km² sedangkan
pada tahun 2012 adalah 908,3 jiwa/km² dan pada tahun 2013 adalah 918,5
jiwa/km². Namun persebaran penduduk tersebut tidak merata, hal tersebut
disebabkan karena konsentrasi penduduk berbeda pada tiap kecamatan. Tiga
kecamatan yang paling padat penduduknya pada tiga tahun terakhir adalah 1)
Kecamatan Kebumen, 2) Kecamatan Gombong dan 3) Kecamatan Pejagoan.
Konsentrasi penduduk di ketiga kecamatan tersebut disebabkan karena
merupakan wilayah perkotaan dimana fasilitas transportasi baik inter maupun
antar kota memadai, sebagai pusat kegiatan pemerintahan dan pendidikan di
daerah. Kegiatan perekonomian di daerah baik industri menengah ke atas
juga terpusat di kecamatan-kecamatan tersebut.
Sedangkan kecamatan yang paling rendah tingkat kepadatannya adalah
Kecamatan Sadang. Pada tahun 2011 memiliki kepadatan sebesar 368,38
jiwa/km ², pada tahun 2012 memiliki kepadatan sebesar 332,07 jiwa/km ²,
dan pada tahun 2013 memiliki kepadatan sebesar 333,60 jiwa/km ². Tingkat
kepadatan penduduk yang berbeda akan mempengaruhi aspek ekonomi,
sosial, kesehatan, lingkungan dan aspek lainnya dalam kehidupan pada
masyarakat.
Tabel 3
Tiga Kecamatan Terpadat di Kabupaten Kebumen
Tahun 2011, 2012, 2013
No
Indikator
2011
2012
2013
1
Kecamatan Kebumen
2.958,8 jiwa/km²
2.834 jiwa/km²
2.882,5 jiwa/km²
2
Kecamatan Gombong
2.512 jiwa/km²
2.411 jiwa/km²
2.424,9 jiwa/km²
3
Kecamatan Pejagoan
1.478,2 jiwa/km²
1.379 jiwa/km²
1.403,4 jiwa/km²
Sumber Data: Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen Tahun 2011-2013
Komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat menggambarkan
tinggi/rendahnya tingkat kelahiran. Selain itu komposisi penduduk juga
mencerminkan Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio) yaitu
perbandingan antara penduduk umur nonproduktif (umur 0 – 14 tahun + umur
65 tahun keatas) dengan penduduk produktif (umur 15 – 64 tahun). Tingginya
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 11
Dependency Ratio mencerminkan besarnya beban tanggungan pemerintah
secara ekonomi di wilayahnya. Rasio Beban Tanggungan untuk Kabupaten
Kebumen tahun 2013 sebesar 55,7 % , dengan penduduk sebesar 1.176.662
jiwa yang terdiri dari 755.841 jiwa penduduk usia produktif (15-64 tahun) ,
311.020 jiwa penduduk anak-anak dan remaja (usia 0-14 tahun), 109.801 jiwa
penduduk lanjut usia (>65 Tahun ). Hal ini memberi gambaran terhadap
besarnya beban tanggungan ekonomi dalam masyarakat.
Selain itu, data tentang penduduk melek huruf dan tingkat pendidikan
yang ditamatkan merupakan indikator pokok dari kualitas kehidupan
penduduk pendidikan. Pada tahun 2011 Kabupaten Kebumen jumlah
penduduk berumur 10 tahun ke atas
yang melek huruf adalah 884.536
(95,2%). Wilayah yang memiliki persentase tertinggi penduduk yang melek
huruf tertinggi adalah Kecamatan Kebumen yaitu 97,10% (94.792) dan yang
terendah adalah Kecamatan Karanggayam 85,22% (33.313). Pada tahun 2012
mengalami perubahan yaitu 963.423 (90,9%).
Wilayah yang memiliki
persentase tertinggi penduduk yang melek huruf tertinggi adalah Kecamatan
Kebumen yaitu 95% (101.241) dan yang terendah adalah Kecamatan
Karanggayam 85,53% (42.243). Sedangkan pada tahun 2013 jumlah
penduduk yang berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf adalah 912.576
(93,1%). Wilayah yang memiliki persentase tertinggi penduduk yang melek
huruf tertinggi adalah Kecamatan Kutowinangun yaitu 97,31% (34.111) dan
yang terendah adalah Kecamatan Sadang 82,75% (12.325) (Profil Kesehatan
Kabupaten Kebumen Tahun 2011-2013)
Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang berpendidikan
tertinggi SMP+ pada tahun 2011 adalah 35,9% (342.779). Wilayah yang
memiliki jumlah
tertinggi penduduk berumur 10 tahun ke atas
yang
berpendidikan tertinggi SMP+ adalah Kecamatan Kebumen yaitu 47.926 dan
yang terendah adalah Kecamatan Sadang yaitu 2.285. Sedangkan persentase
penduduk berumur 10 tahun ke atas yang berpendidikan tertinggi SMP+
pada tahun 2012 adalah 42% (460.623). Wilayah yang memiliki jumlah
tertinggi penduduk berumur 10 tahun ke atas yang berpendidikan tertinggi
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 12
SMP+ adalah Kecamatan Kebumen yaitu 62.340 dan yang terendah adalah
Kecamatan Sadang yaitu 3.585. Dan pada tahun 2013 persentase penduduk
berumur 10 tahun ke atas yang berpendidikan tertinggi SMP+adalah 31,9%
(312.250). Wilayah yang memiliki jumlah tertinggi penduduk berumur 10
tahun ke atas yang berpendidikan tertinggi SMP+ adalah Kecamatan
Kebumen yaitu 42.769 dan yang terendah adalah Kecamatan Padureso yaitu
1.935
100
90
80
70
60
50
2011
40
2012
30
2013
20
10
0
Penduduk 10 th ke atas
melek huruf
Penduduk 10 th ke atas
dengan pendidikan tertinggi
SMP+
Gambar 2. Persentase Penduduk 10 Tahun Ke atas Melek Huruf dan Berpendidikan Tertinggi SMP+ di Kabupaten Kebumen Tahun 2011, 2012, 2013
2.3. Keadaan Ekonomi dan Lingkungan
Mata pencaharian penduduk Kabupaten Kebumen bervariasi. Namun
sebagian besar dari penduduk bermata pecaharian sebagai petani atau bekerja
pada sektor pertanian (52,6%) hal ini tentu saja tidak lepas dari keadaan
geografis dari Kabupaten Kebumen itu sendiri yaitu 70 %
daerah
pegunungan. Selanjutnya komposisi penduduk yang bekerja pada industri
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 13
pengolahan sebesar 5,3%, bidang konstruksi 1,3%, angkutan dan komunikasi
sebesar 1,2%, jasa sebesar 15% dan lainnya sebesar 15%.
Jumlah penduduk miskin dan hampir miskin yang terdapat di
Kabupaten Kebumen pada tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada
tahun 2011 jumlahnya adalah sebesar 535,252 dan pada tahun. Jumlah
tertinggi ada di Kecamatan Kebumen yaitu sebesar 45.681 dan terendah ada
di Kecamatan Bonorowo yaitu sebesar 8.178. Pada 2012 sebesar 624.641
Jumlah tertinggi ada di Kecamatan Kebumen yaitu sebesar 53.969 dan
terendah ada di Kecamatan Bonorowo yaitu sebesar 8.326. Sedangkan pada
tahun 2013 sebesar 755.211. Jumlah tertinggi ada di Kecamatan Kebumen
yaitu sebesar 65.145 dan terendah ada di Kecamatan Pocowarno yaitu sebesar
10.796.
Selanjutnya kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur
penentu atau determinan dalam kesejahteraan penduduk. Lingkungan sehat
dibutuhkan bukan hanya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
tetapi juga untuk kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi kerja dan
belajar.
Kesehatan lingkungan adalah kesehatan yang sangat penting bagi
kelancaran kehidupan dibumi, karena lingkungan merupakan tempat dimana
pribadi itu tinggal. Lingkungan yang sehat dapat dikatakan sehat bila sudah
memenuhi syarat-syarat lingkungan yang sehat. Beberapa indikator pada
kegiatan penyelenggaraan penyehatan lingkungan antara lain cakupan
perilaku hidup masyarakat khususnya rumah tangga yang ber perilaku hidup
bersih dan sehat, dan rumah sehat.
Berdasarkan sumber data yang diolah bahwa Kabupaten Kebumen
selama tiga tahun terakhir memiliki Rumah Tangga ber PHBS terus
meningkat secara kuantitatif. Namun jika dilihat secara lebih terperinci
kondisi tersebut nampak belum merata atau hampir merata di wilayah
kecamatan di Kabupaten Kebumen. Pada tahun 2011 sebesar 80,40%, jumlah
tertinggi ada di Kecamatan Klirong, Ambal, Pejagoan, Sruweng, Gombong
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 14
dan Sadang masing-masing mencapai 100%, persentase terendahnya ada di
Kecamatan Bonorowo sebesar 15%. Pada tahun 2012 sebesar 81,99 % jumlah
tertinggi ada di Kecamatan Bonorowo, Prembun, Poncowarno, Pejagoan,
Sruweng, Rowokele, Karanganyar dan Sadang masing-masing mencapai
100%, persentase terendahnya ada di Kecamatan Adimulyo sebesar 50%. Dan
pada tahun 2013 persentasenya meningkat menjadi 82,12%, jumlah tertinggi
ada di Kecamatan Bonorowo, Prembun, Poncowarno, Pejagoan, Sruweng,
Adimulyo, Karanganyar dan Sadang masing-masing mencapai 100%,
persentase terendahnya ada di Kecamatan Ayah sebesar 43,1% (Profil
Kesehatan Kabupaten Kebumen 2011-2013)
90
80
70
60
50
2011
40
2012
30
2013
20
10
0
RT ber PHBS
Rumah Sehat
Gambar 3 Persentase Rumah Tangga ber PHBS dan Rumah Sehat di Kabupaten
Kebumen Tahun 2011, 2012, 2013
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang
baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak
terbuat dari tanah/ kedap air. Persentase rumah sehat di Kabupaten Kebumen
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 15
pada tahun 2011 adalah; 65,76% persentase tertinggi adapada Kecamatan
Adimulyo (99,05%) dan yang terendah di Kecamatan Bonorowo ( 14,95%).
Sedangkan pada tahun 2012 adalah sebesar 71,62%, yang persentase tertinggi
ada di Kecamatan Adimulyo (88,6%) terendah ada di Kecamatan Padureso
(7,8%). Dan pada tahun 2013 sebesar 67,62% yang tertinggi ada pada
Kecamatan Pocowarno (88,60%) terendah di Kecamatan Padureso (6,23%)
2.4. Sumber Daya Kesehatan
Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain upaya promotif dan
preventif, di dalamnya juga terdapat pembangunan kesehatan bersifat kuratif
dan rehabilitatif. Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan pada
masyarakat yang bergerak dalam kegiatan kuratif dan rehabilitatif. Rumah
sakit juga berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan. Pada tahun
2013 jumlah rumah sakit di Kabupaten Kebumen sebanyak 13 unit, yang
terdiri atas rumah sakit umum (RSU) berjumlah 10 unit yaitu RSUD
Kabupaten Kebumen, RSU PKU Muh Gombong, RSU PKU Muh Sruweng,
RSU Palang Biru Gombong. RSU Purbowangi, RS Permata Medika, RS
Purwogondo, RSI Siti Khotijah, RSU PKU Muh Kutowinangun, RSU PKU
Muh Petanahan dan rumah sakit khusus (RSK) berjumlah 3 unit yang terdiri
dari RSKIA Dewi Queen, RSKIA Wisma Rukti, RSKA Wijaya Kusuma.
Pusat kesehatan masyarakat atau yang biasa disebut puskesmas
merupakan salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten.
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan
dalam sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib
(basic six) dan beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuikan dengan
kondisi, kebutuhan, tuntutan, kemampuan dan inovasi serta kebijakan
pemerintah daerah setempat. Puskesmas memiliki fungsi sebagai : 1) pusat
pembangunan berwawasan kesehatan; 2) pusat pemberdayaan masyarakat; 3)
pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer; dan 4) pusat pelayanan
kesehatan perorangan primer. Sampai dengan akhir tahun 2013, dari 35
puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Kebumen, 10 puskesmas
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 16
dan 25 puskesmas non perawatan.
Salah satu jenis upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM)
yang telah sejak lama dikembangkan dan mengakar di masyarakat adalah
posyandu. Posyandu dalam menjalankan fungsinya, diharapkan dapat
melaksanakan 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Sampai
tahun 2013 jumlah posyandu 2.087 yang tersebar di seluruh wilayah
kecamatan dan semuanya aktif.
Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Kebumen Tahun 2013
diantaranya adalah 45 dokter spesialis, 122 dokter umum, 735 bidan, 999
perawat, 108 tenaga farmasi, 55 tenaga gizi, 24 tenaga kesehatan masyarakat,
53 tenaga sanitasi, 136 teknisi medis, 10 tenaga fisioterapis.
Tabel 4
Jumlah Sumber Daya Kesehatan
di Kabupaten Kebumen Tahun 2011, 2012, 2013
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Indikator
Jumlah RSU
Jumlah RSKhusus
Jumlah Puskesmas Perawatan
Jumlah Puskesmas NonPerawatan
Jumlah posyandu
Jumlah posyandu aktif
Jumlah desa siaga
Jumlah desa siaga aktif
Jumlah poskesdes
Jumlah dokter spesialis
Rasio dokter spesialis
12
13
Jumlah dokter umum
Rasio dokter umum
14
15
Jumlah bidan
Rasio bidan
16
17
18
19
20
21
22
Jumlah perawat
Jumlah tenaga farmasi
Jumlah tenaga gizi
Jumlah tenaga kesmas
Jumlah tenaga sanitasi
Jumlah tenaga teknisi medis
Jumlah fisioterapis
2011
10
3
9
26
2,087
69,05%
460
27,61%
279
27
2,14/100,000
penduduk
112
8,58/100,000
penduduk
748
59,26/100,000
penduduk
978
84
56
42
71
105
10
2012
10
3
10
25
2,087
73,74%
460
83,91%
279
45
3,87/100,000
penduduk
122
10,06/100,000
penduduk
781
66,95/100,000
penduduk
1.066
105
62
56
66
114
10
2013
10
3
10
25
2,087
100%
460
85,65%
289
45
3,87/100,000
penduduk
122
10,06/100,000
penduduk
735
62,46/100,000
penduduk
999
108
55
24
53
136
10
Sumber Data: Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen tahun 2011-2013
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 17
2.5. Anggaran dan Kebijakan Pemerintah tentang TB Paru
Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen sebagai salah satu Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Kebumen mempunyai tugas
untuk membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintah daerah
di bidang kesehatan dalam rangka mewujudkan visi Kabupaten Kebumen.
Program-program unggulan pada setiap tahunnya di distribusikan melalui
lima bagian yaitu: Sekretariat Dinkes; Bidang Pelayanan Kesehatan; Bidang
Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK); Bidang Pengembangan Sumber
Daya Manusia Kesehatan (PSDMK); Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan
(JSK).
Program unggulan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen tahun
2013 adalah sebagai-berikut:
Sekretariat
Dinkes
•Usulan kebutuhan SDM (Dinkes&UPTD) sesuai analisis jabatan,
pemeliharaan/perbaikan Alkes, Peningkatan forum
perencanaan, pengendalian dan evaluasi tepat waktu, Laporan
program/keuangan tepat waktu, penataan keuangan SKPD
Bidang
Yankes
•Peningkatan Yankes sesuai standart, optimalisasi pelayanan KIA,
optimalisasi MTBS, Pelayanan kesehatan JIwa (pemenuhan SDM,
sarana, obat-obatan jiwa)
Bidang
PSMDK
• Pengembangan desa siaga aktif, pengembangan posyandu
model, pengembangan kualitas pelayanan publik (Akreditasi
puskesmas dan ISO)
Bidang PMK
•Publik Private Mix (PPM) TB Paru, Pengembangan Warga Peduli
AIDS (WPA) HIV/AIDS, Intensifikasi Surveilans migrasi malaria,
Peningkatan kualitas imunisasi dasar, supervisi supportif,
Respon KLB<24 jam, Pengembangan Desa Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat
Bidang JSK
•Optimalisasi pelayanan jaminan kesehatan , Pemenuhan obat
dan perbekalan kesehatan, Pemenuhan pengembangan sarana
dan peralatan kesehatan
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 18
Pembiayaan dari seluruh program
Dinas Kesehatan
di atas
bersumber dari pemerintah. Anggaran pemerintah bersumber dari APBD
Kabupaten, APBD Provinsi, APBN, PHLN (Pinjaman/Hibah Luar Negeri).
Total anggaran kesehatan di Kabupaten Kebumen pada tahun 2011 sebesar
Rp. 71.247.873.870 (4,86% dari APBD Kabupaten), pada tahun 2012 sebesar
Rp. 81,149,651,000 ( 15,26% dari APBD Kabupaten), dan pada tahun 2013
dianggarkan sebesar Rp. 88,631,616,908 (5,21%). Anggaran untuk program
unggulan Bidang PMK selama tiga tahun terakhir ini secara kuantitas
mengalami peningkatan. Anggaran pada tahun 2011 adalah sebesar Rp.
100.000.000; pada tahun 2012 sebesar Rp. 150.000.0000 dan pada tahun
2014 sebesar Rp. 175.000.000. Penanganan TB Paru di Kabupaten Kebumen
adalah termasuk di dalamnya.
Tabel 5
Alokasi Anggaran Kesehatan Kabupaten Kebumen berdasarkan
Sumber Dana tahun 2011, 2012, 2013
N
o
Sumber
1 APBD Kab
2 APBD Prov
3 APBN
4 PHLN
Total
Total APBD
% thd APBD
Kab
Alokasi Anggaran
Kesehatan 2011
Rupiah
60.031.271.000
420.820.870
10.795.782.000
168.775.000
71.247.873.870
1.234.703.507.000
Alokasi Anggaran
Kesehatan 2012
%
84,26
059
15,15
0,24
100
Rupiah
74.596.286.000
110.220.000
6,415.215.000
270.930.000
81.149.651.000
488.910.977.000
4,86
%
91,92
0,14
7,91
0,03
100
Alokasi Anggaran
Kesehatan 2013
Rupiah
83.613.970.000
103.116.000
4.699.973.000
214.557.908
88.631.616.908
1.634.459.492.00 0
15,26
%
94,34
0,12
5,30
0,24
100
5,21
Sumber Data: Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen 2011-2013
Upaya-upaya pemerintah daerah dalam rangka penanganan kasus TB
Paru
tetap dilaksanakan dengan melibatkan berbagai komponen. Namun
sampai saat ini yang aktif bermitra dengan pemerintah dalam penanganan
kasus TB Paru adalah PDA (SSR). Sementara ini pemerintah Kabupaten
Kebumen belum memiliki peraturan daerah maupun standar operating
procedure (SOP) yang mengatur secara khusus penanganan TB Paru di
Kabupaten Kebumen. Acuan yang digunakan adalah:
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 19
a.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 565/ MENKES/ PER/III/ 2011
tentang Strategi Nasional Pengendalian Tuberkolusis tahun 2011-2014
b.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/X/
2003 tentang Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota
c.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 131/Menkes/SK/II/2004
tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN);
d.
Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 1 tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten
Kebumen tahun 2005 – 2025;
e.
Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kebumen Tahun 20112015;
f.
Peraturan Bupati Kebumen Nomor 69 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas
Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen
g.
Surat Keputusan Bupati Kebumen Nomor 050/293/KEP/2011 tentang
Rencana Strategis Pembangunan Kesehatan Kabupaten Kebumen pada
Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen Tahun 2010-2015
2.6. Prevalensi Penderita TB Paru
Berdasarkan pada data tiga tahun terakhir Kabupaten Kebumen
yang diperoleh dari Dinas Kesehatan, menunjukan angka yang masih ada di
bawah standar MDGs yaitu 59,41 per 100.000 penduduk (tahun 2011);
63,94 per 100.000 penduduk (tahun 2012) ; dan 58,06 per 100.000
penduduk.
Pada tahun 2013 angka insiden TB sebesar 55,51 per 100.000
penduduk yang terinci laki-laki sebesar 65,2 per 100.000 penduduk dan
perempuan sebesar 45,9 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka
prevalensi TB Paru adalah sebesar 58, 06 per 100.000 penduduk yang
terinci laki-laki sebesar 68 per 100.000 penduduk, dan perempuan sebesar
48 per 100.000 penduduk . Selanjutnya angka kematian akibat TB Paru
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 20
adalah sebesar 2,63 per 100.000 penduduk yang terinci laki-laki sebesar 4,3
per 100.000 penduduk, dan perempuan sebesar 1,0 per 100.000 penduduk .
Tabel 6
Jumlah Kasus Baru TB Paru dan Kematian akibat TB Paru menurut Jenis
Kelamin, Kecamatan, Puskesmas Kabupaten Kebumen tahun 2013
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 21
BAB III
METODOLOGI
3.1. Tinjauan Situasi
Tinjauan situasi dilakukan penilaian situasi dengan metode assesmen
dengan pengumpulan data sekunder yang tersaji dalam dokumen tertulis dan
visual. Data sekunder pendukung informasi analisa situasi diambil dari
Badan Pusat Statistik, Bappeda, SKPD Dinas Kesehatan, serta dokumen
online dari berbagai laman. Selanjutnya bersamaan assesmen dari data
sekunder dilakukan pengumpulan data primer dengan metode observasi dan
wawancara dan penyebaran kuisioner untuk mengetahui persepsi dan sikap
masyarakat terhadap TB Paru.
Tinjauan situasi kedua dengan melakukan triangulasi data di lapangan
check, re-check dan cross check ke lapangan, dengan mendatangi dan
menilai situasi pelaksanaan penanggulangan dan pengendalian TB Paru.
Subyek dari penelitian adalah Pemegang Program TB Paru Dinas
Kesehatan, Wakil Surveyor (Wasor) Dinas Kesehatan, Bapeda, Petugas
Kesehatan Pemegang Program TB Paru di Puskesmas, Relawan TB Paru
Aisyiyah di Kabupaten Kebumen, Kader Posyandu, Perangkat Desa,
keluarga pasien dan meninjau beberapa lokasi rumah penderita di daerah
rentan. Selanjutnya dilakukan metode analisa situasi mendalam dengan
menggunakan Analisa akar masalah/ Root Cause Analysis (RCA), Analisa
Profil, Analisa Disabillity Adjusted Live Years (DALY) dan Analisa Peran.
Hasil dari analisis tersebut selanjutnya dijadikan sebagai materi dalam
Focus Group Discussion (FGD) baik secara internal
maupun eksternal
untuk mendapatkan masukan atau saran guna kesempurnaan hasil yang
dicapai sebagaimana tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya memberikan
rekomendasi tindakan berdasarkan analisa data, kemudian melakukan
perancangan program lebih lanjut untuk perencanaan jangka pendek,
menengah maupun panjang baik bagi pemerintah maupun stakeholders
dalam penanggulangan TB Paru.
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 22
3.2. Analisa
3.2.1. Analisa Profil
Setelah data profil terkumpul, telaah terhadap profil dilakukan antara
lain: analisa terhadap profil Daerah Kabupaten Kebumen dan profil
TB seperti Angka penemuan kasus TB tinggi, Angka prevalensi TB
tinggi, Angka kematian TB Paru masih ada, angka kesembuhan TB
Paru , angka kegagalan dan masalah TB Resisten tinggi. Profil daerah
dikaji seperti kepadatan penduduk, Perilaku kesehatan masyarakat,
Kondisi layanan kesehatan, APBD (anggaran kesehatan), Kebijakan
dan stakeholder yang terlibat dalam penanggulangan TB Kabupaten
Kebumen.
3.2.2
Analisa Disability Adjusted Live Years (DALY)
Analisa DALY digunakan dalam Analisa situasi TB mengingat beban
ekonomi yang diakibatkan penyakit TB berdampak besar pada
populasi. Disabilty Adjusted Live Years (DALY) adalah alat ukur
untuk mengukur beban penyakit dinyatakan dalam bentuk tahun
kehidupan yang hilang karena kematian dan tahun kehidupan dengan
cacat yang dikaitkan dengan derajad cacat yang di derita. Satu DALY
adalah hilangnya waktu yang sehat selama satu tahun.
3.2.3. Analisa Akar Masalah / Root Cause Analysis (RCA)
Metodologi utama dalam perumusan masalah yang digunakan dalam
proses analisa situasi TB Paru adalah (RCA), adalah metode analisa
terstruktur yang digunakan untuk menemukan dan mengkoreksi
penyebab akar masalah yang mendasar. Hasil RCA menjelaskan
Penyebab langsung (Direct Cause),Penyebab tidak langsung (Indirect
Cause), Akar penyebab/penyebab mendasar (Basic Cause). Dengan
menyusun
suatu
pohon
masalah
akan
muncul
pemahaman
permasalahan TB Paru berbasis hak sehat pada jiwa/populasi.
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 23
3.2.4. Analisa Peran
Analisa
peran dilakukan untuk menentukan rekomendasi dan
kerangka aksi, sehingga bisa menentukan sasaran advokasi yang tepat.
Sasaran yang dituju adalah pengambil dan pelaksana kebijakan
dengan indikator analisa seperti Wewenang Kerja, Tanggung Jawab
dan Sumberdaya. Setelah analisa terhadap peran stakeholder
diperoleh, maka dilakukan analisa kapasitas dan kesenjangan
kapasitas peran stakeholder.
3.3. Rekomendasi Aksi dan Advokasi
Setelah analisa situasi dilakukan, dihasilkan suatu tindakan atau aksi
utama (aksi kunci). Aksi kunci untuk menyusun suatu Rekomendasi Aksi
Utama, ekomendasi Potensi Kemitraan, dan Rancangan Program yang
direncanakan. Proses tahap Aksi dilakukan secara partisipatif dengan
melibatkan multi stakeholder melalui seminar. Hasil dari tahap Aksi ialah
rekomendasi tindakan advokasi terhadap situasi TB. dengan mencari
jawaban/solusi dari akar masalah penyebab langsung, penyebab tidak
langsung dan penyebab mendasar.
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 24
BAB IV
HASIL ANALISA SITUASI
4.1. Tinjauan Situasi
Penilaian situasi dilakukan sebagai dasar menemukan rumusan permasalahan
berdasarkan data sekunder dan primer yang terkumpul sebagai berikut:
4.1.1. Perumusan Masalah
a.
Jumlah kasus dan angka penemuan kasus
TB
Paru BTA +
Kabupaten Kebumen pada tahun 2013 masih rendah
yaitu
sebesar 51,88%. Jika dibandingkan dengan standar MDGs yaitu
sebesar 85% maka angka tersebut masih jauh. Di beberapa
kecamatan angka penemuan kasus TB Paru BTA+ masih sangat
rendah yaitu:
1) Kecamatan Klirong khususnya di wilayah Puskesmas Klirong
I (0% dari perkiraan 30 kasus) dan wilayah Puskesmas
Klirong II (10,81% dari 28 kasus);
2) Kecamatan Prembun (7,08% dari perkiraan 28 kasus);
3) Kecamatan Padureso (7% dari perkiraan 14 kasus);
4) Kecamatan Kebumen
khususnya di wilayah Puskesmas
Kebumen II (9,11% dari perkiraan 44 kasus) dan wilayah
Puskesmas Kebumen III (7,45% dari perkiraan 40 kasus);
5) Kecamatan Sruweng (6,98% dari perkiraan 57 kasus);
6) Kecamatan Ayah khususnya di wilayah Puskesmas Ayah II
(17,06% dari perkiraan 29 kasus);
7) Kecamatan Buayan (17,21% dari perkiraan 58 kasus);
8) Kecamatan Buluspesantren khususnya di wilayah Puskesmas
Buluspesantren I (16,90% dari perkiraan 30 kasus);
9) Kecamatan Mirit (19,1% dari perkiraan 47kasus);
10) Kecamatan Pejagoan (17,37% dari perkiraan 52 kasus);
11) Kecamatan Karanganyar (19,2% dari perkiraan 36 kasus)
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 25
b. Succes rate di Kabupaten Kebumen berdasarkan data yang
diperoleh pada tiga tahun terakhir masih di bawah standar yang
ditetapkan yaitu sebesar 87%. Pada tahun 2013 sebesar 84,54%.
Tiga peringkat succes rate terendah, adalah: Kecamatan Mirit
(60%); Kecamatan Petanahan (77,78%); Kecamatan Buayan dan
Kecamatan Alian (80%). Sedangkan untuk Rumah Sakit yang
succes ratenya terendah adalah RS Purwogondo sebesar 36,36% ;
PKU
Muhammadiyah
Sruweng
sebesar
56,6%
dan
RS
Purbowangi sebesar 60%.
c.
Angka kematian akibat TB Paru di Kabupaten Kebumen
menunjukan tren meningkat. Pada tahun 2011 sebesar 1,43/
100.000 penduduk, pada tahun 2012 sebesar 2,06/100.000
penduduk dan pada tahun 2013 sebesar 2,63/100.000 penduduk.
Tren yang terus meningkat ini akan sangat mungkin menjadi
masalah yang serius bagi masyarakat Kabupaten Kebumen.
4.1.2. Penggambaran Besarnya Permasalahan
Setelah dilakukan analisa situasi di lapangan dan disusun berdasarkan
permasalahan di atas maka dapat ditentukan matrik prioritas
penanggulangan TB sebagai berikut:
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 26
Tabel 7
Matrik Prioritas Masalah TB Paru Kabupaten Kebumen
No
1
2
3
Masalah
Jumlah kasus dan
angka penemuan
kasus TB Paru
BTA + pada tahun
2013 masih rendah
yaitu sebesar
51,88%
Succes rate di
berdasarkan data
yang diperoleh
masih di bawah
standar yaitu
sebesar 84,54%.
Angka kematian
akibat TB dalam 3
th terakhir
menunjukan tren
meningkat.
Masalah
Strategis
3
Melibatkan
LS
5
Masalah
Bersama
2
Urgensi
3
Jml
Nilai
13
Prioritas
1
3
4
2
3
12
2
3
3
2
3
11
3
Keterangan:
1) Masalah Strategis -> untuk nilai 1= tidak strategis; 2=cukup strategis; 3= sangat
strategis
2) Melibatkan LS (Lintas Sektoral) -> untuk nilai 1= tidak melibatkan LS; 2=
melibatkan dua sektor; 3= melibatkan 3-4 sektor; 4 melibatkan 5-6 sektor dan 6 =
melibatkan lebih dari 6 sektor.
3) Masalah Bersama -> untuk nilai 1= bukan masalah bersama; 2 = masalah bersama
4) Urgensi -> untuk nilai 1= tidak urgen; 2= urgen; 3= sangat urgen
Dari analisis prioritas masalah di atas, maka diambil skala prioritas
untuk analisa situasi TB Kabupaten Kebumen adalah sebagai berikut:
a.
Jumlah angka penemuan kasus TB Paru BTA + pada tahun 2013
masih rendah yaitu sebesar 51,88%
b.
Berdasarkan data yang diperoleh Succes rate masih di bawah
standar yaitu sebesar 84,54%.
c.
Angka kematian akibat TB menunjukan tren meningkat.
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 27
4.2. Analisa Situasi
4.2.1. Analisa Profil
TB Paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat
menyebar melalui berbagai media yang telah terinfeksi basil TB.
Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu
penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam
MDGs Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB
Paru adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah
pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah
pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah
tersebut.
Cakupan CDR di Kabupaten Kebumen dari tahun 2011
sampai dengan 2013 mengalami penurunan yaitu : 60,44% (2011),
59,95% (2012) dan 51,88% (2013). Kondisi yang demikian belum
dianggap memenuhi target kabupaten. Adapun target kabupaten
yang ditetapkan adalah 65%.
Sedangkan berdasarkan angka kesembuhan (succes rate)
pasien pada tahun 2011 adalah 85,64%. Kondisi ini sudah melebihi
target 85% yang ditetapkan oleh kabupaten. Namun pada tahun 2012
dan 2013 angkanya menjadi 81,54% dan 84,54%, hal ini terjadi
karena adanya pasien yang Drop Out (DO) atau penyebab lainnya.
Angka insiden TB Paru di Kabupaten Kebumen pada tahun
2011 adalah 59,41/100,000 penduduk. Angka insiden TB Paru di
Kabupaten Kebumen pada tahun 2012 adalah 63,94/100,000
penduduk. Angka prevalensi TB Paru di Kabupaten Kebumen pada
tahun 2013 adalah 55,51/100,000 penduduk.
Angka prevalensi TB Paru di Kabupaten Kebumen pada
tahun 2011 adalah 60,77/100,000 penduduk. Angka tertinggi
prevalensi TB Paru di Kecamatan Gombong (143,5/100,000
penduduk) dan terendah ada di Kecamatan Prembun (7/100,000
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 28
penduduk). Angka prevalensi TB Paru di Kabupaten Kebumen pada
tahun 2012 adalah 66,52/100,000 penduduk. Angka tertinggi
prevalensi TB Paru di Kecamatan Kutowinangun (79,3/100,000
penduduk) dan terendah ada di Kecamatan Sruweng (13,/100,000
penduduk). Angka prevalensi TB Paru di Kabupaten Kebumen pada
tahun 2013 adalah 58,06/100,000 penduduk. Angka tertinggi
prevalensi TB Paru di Kecamatan Gombong (106,95/100,000
penduduk) dan terendah ada di Kecamatan Padureso, Sruweng
(7,5/100,000 penduduk).
Tabel 8
Angka Insiden, Prevalensi, Kematian, Kasus Klinis, BTA+, Pengobatan,
CDR dan Succes Rate TB Paru di Kabupaten Kebumen
Tahun 2011, 2012, 2013
5.
No
1
Indikator
Angka insiden TB Paru
2
Angka prevalensi TB Paru
3
Angka kematian akibat TB Paru
4
5
6
7
Jumlah kasus klinis
Jumlah BTA (+)
Pengobatan lengkap
Angka penemuan kasus TB Paru
(CDR)- dari perkiraan kasus baru
Succes rate TB Paru
8
2011
59,41/100,000
penduduk
60,77/100,000
penduduk
1,43/100,000
penduduk
701
748
24 (3,2%)
2012
63,94/100,000
penduduk
66,52/100,000
penduduk
2,06/100,000
penduduk
905
744
24 (3,19%)
2013
55,51/100,000
penduduk
58,06/100,000
penduduk
2,63/100,000
penduduk
1.024
655
17 (2,28%)
60,44%
85,64%
59,95%
81,54%
51,88%
84,54%
Sumber Data: Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen 2011-2013
4.2.2. Analisa Disability Adjusted Live Years (DALY)
Analisa DALY digunakan dalam Analisa Situasi TB di
Kabupaten Kebumen karena mengingat bahwa penyakit TB Paru
tidak hanya berakibat pada derajad kesehatan daerah saja namun
juga berdampak besar bagi kondisi ekonomi di daerah. DALY
adalah alat yang digunakan untuk mengukur beban penyakit
dinyatakan dalam bentuk tahun kehidupan yang hilang karena
kematian dan tahun kehidupan dengan cacat yang dikaitkan dengan
derajad cacat yang diderita.
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 29
DALY adalah harga beban penyakit yang ditanggung sebuah
daerah. Rumus DALY = YLL (Years of Life Lost/ tahun yang hilang
karena kematian) + YLD (Years Lost due to Disability/ tahun yang
hilang karena cacat atau ketidakmampuan )
Hasil analisa DALY akibat TB di Kabupaten Kebumen
berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai sumber diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 9
Kerugian Ekonomi karena TB Paru Kabupaten Kebumen 2013
NO
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
KOMPONEN
AKIBAT SAKIT
Kasus baru
Kasus lama
Total kasus pertahun
Disability days/kasus perhari
Disability days total
75% usia produktif
Nilai per hari (Rp) asumsi
Total nilai (Rp)
AKIBAT MATI
Jumlah mati karena TB
75% pada usia produktif
Asumsi usia kematian (tahun)
Asumsi batas usia produktif
Usia produktif yang hilang/kasus
Total tahun produktif yang hilang
Total hari produktif yang hilang
Nilai perhari (Rp) asumsi
Total nilai (Rp)
BIAYA BEROBAT
Asumsi % penderita berobat
Jumlah berobat
Asumsi biaya obat (6 bulan)
Total nilai (Rp)
TOTAL NILAI KERUGIAN LANGSUNG
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
JUMLAH
Rp
Rp
30
655
685
105
71.925
53.944
30.000
1.618.312.500
Rp
Rp
31
24
50
60
10
240
87.600
30.000
2.628.000.000
Rp
Rp
50%
342,5
600.000
205.500.000
Rp
4 .451.812.500
Page 30
Dengan menggunakan perkiraan “Akibat Sakit” dengan dasar
angka insiden total kasus pertahun yang terkena BTA+ sebesar 685 kasus;
asumsi nilai perhari di Kabupaten Kebumen sebesar Rp. 30.000; diperoleh
nilai Rp. 1.618.312.500. “Akibat Mati” dengan menggunakan dasar
jumlah mati karena TB sebesar 31 kasus ; asumsi nilai perhari di
Kabupaten Kebumen sebesar Rp. 30.000 maka diperoleh nilai Rp.
2.628.000.000. Serta “Biaya Berobat” dengan dasar 50% penderita berobat
sejumlah 342,4 dan asumsi biaya obat selama 6 bulan sebesar Rp 600.000
maka diperoleh nilai Rp. 205.440.000. Jadi nilai kerugian ekonomi akibat
TB di Kabupaten Kebumen pada tahun 2013 sebesar Rp. 4.451.812.500.
Menghitung DALY
dalam analisa situasi advokasi bisa
dibandingkan dengan APBD anggaran kesehatan Kabupaten Kebumen
2013 Rp. 88.631.616,908. Sehingga persentase DALY Kabupaten
Kebumen adalah = 5,023%.
Perhitungan di atas belum termasuk biaya yang harus dikeluarkan
untuk transportasi dan biaya tak langsung lainnya yang hilang akibat
menderita TB.
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 31
4.2.3. Analisa RCA
Berdasarkan penentuan prioritas masalah di atas dan hasil yang ditemukan
di lapangan terkait penanganan TB Paru di Kabupaten Kebumen dapat
dianalisis sebagai berikut:
a. Penemuan Kasus TB Paru di bawah Standar
Penemuan kasus TB Paru di bawah standar
DAMPAK
PENYEBAB LANGSUNG
Jumlah kader atau
Relawan masih terbatas
Kesadaran pasien untuk periksa
rendah ketika ada gejala TB
Kurangnya pengetahuan ttg TB
Jarak dengan fasyankes jauh
Nilai-nilai budaya setempat
Pendanaan terbatas
Kerjasama lintas sektoral
masih minim termasuk
kerjasama dg perangkat di
tingkat desa/kecamatan
Toga/tomas kurang dilibatkan
PENYEBAB
TIDAK LANGSUNG
Tk pendidikan rata-rata rendah
Transportasi kurang terjangkau
Kemiskinan-(angka kemiskinan
meningkat)
SOP penanganan TB belum ada/ Sebagian
yankes ada SOP namun tingkat kepatuhan
belum optimal
PENYEBAB MENDASAR
Komitmen dan Strategi Penerapan SOP
Penanggulangan Penyakit Menular belum
Komprehensif disetiap Puskesmas
Gambar 4 RCA Penemuan Kasus TB Paru di Bawah Standar
Berdasarkan data yang diperoleh angka penemuan kasus TB di Kabupaten
Kebumen pada tiga tahun terakhir tidak mengalami peningkatan mendekati
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 32
standar MDGs namun menunjukan angka penurunan yang cukup berarti.
Pada tahun 2011 penemuan kasus sebesar 60,44%,; tahun 2012 sebesar
59,95% dan tahun 2013 sebesar 51,88%. Pada gambar 5 terlihat bahwa
terdapat dua faktor utama yang dominan menyebabkan secara langsung
penemuan kasus TB masih di bawah standar MDGs (85%).
Faktor
tersebut adalah: tenaga kesehatan yang terbatas dan kesadaran pasien
untuk periksa rendah. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Jumlah kader atau relawan
Secara operasional yang memiliki fungsi untuk melakukan penanganan
secara langsung baik secara promotif, preventif maupun kuratif adalah
Puskesmas. Kabupaten Kebumen memiliki 35 puskesmas yang tersebar
di 26 kecamatan. Dari 26 kecamatan tersebut memiliki sejumlah 460
desa/kelurahan. Masing-masing puskesmas hanya memiliki satu orang
petugas kesehatan yang khusus menangani TB. Namun kepala
puskesmas memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan fungsi
koordinatif seluruh desa/kelurahan di wilayahnya. Sehingga bisa diratarata setiap petugas memiliki tanggung jawab menangani masalah TB di
17 atau 18 desa/kelurahan. Selanjutnya di tingkat desa/kelurahan ada
petugas yang bertanggungjawab atas kondisi kesehatan masyarakat di
wilayahnya yaitu “Bidan Desa”. Hal ini sesuai dengan Keputusan
Kementrian Kesehatan RI Nomor: 369/Menkes/III/2007 tentang
Standar Profesi Bidan Desa. Dalam pelaksanaanya dapat dibuat tim
yang
lebih
operasional
khusus
kader
atau
relawan
dalam
penanggulangan TB, baik yang akan dilibatkan mulai dari sosialisasi,
menemukan penderita TB, melapor, maupun melaksanakan fungsi
PMO. Namun kenyataan di lapangan jumlah kader atau relawan yang
benar-benar mau dalam melaksanakan fungsinya sangat terbatas.
Keterbatasan tersebut disebabkan karena :
a) Pendanaan yang terbatas,
Total anggaran untuk program kesehatan di Kabupaten Kebumen
adalah Rp. 88. 631.616.908 atau 5,21% dari total APBD. Anggaran
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 33
tersebut digunakan untuk pembiayaan 5 (lima) program yaitu:
Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan (JSK), Bidang Pengendalian
Masalah Kesehatan (PMK), Bidang Pengembangan Sumber Daya
Manusia Kesehatan (PSDMK), Bidang Pelayanan Kesehatan
(Yankes) dan Sekretariat Dinas Kesehatan. Khusus untuk anggaran
PMK subbidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit
(semua) tahun ini sebesar Rp. 175.000.000. Dengan keterbatasan
dana dari pemerintah, swadaya masyarakat atau partisipasi dari
pihak-pihak swasta masih sangat diperlukan. Namun saat ini
pendanaan
yang
terbatas
masih
menjadi
kendala
dalam
penanggulangan TB di Kabupaten Kebumen.
b) Kerjasama lintas sektoral masih minimal
Pengendalian dan penanganan TB masih lebih bersifat sektoral.
Selama ini masih lebih menjadi wilayah dari tugas Dinas
Kesehatan. Sebenarnya masalah tersebut akan memberikan hasil
yang lebih maksimal jika penanganannya juga melibatkan pihakpihak lain, diantaranya adalah Dinas Lingkungan Hidup (LH),
Dinas Perhubungan (Dishub), Badan Pemberdayaan Masyarakat
Desa (Bapemades), Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga
(Disikpora), pihak-pihak swasta, organisasi sosial, LSM dan lain
sebagainya.
c) Pemberdayaan Masyarakat yang kurang
Pemberdayaan masyarakat masih belum optimal. Hal ini
dibuktikan masih kurangnya jumlah kader yang aktif untuk
mengatasi TB dan masih kurangnya kepedulian aparat desa, tokoh
masyarakat, tokoh agama dan masyarakat itu sendiri.
2) Kesadaran pasien untuk periksa
a) Kurangnya pengetahuan tentang TB
Sosialisasi tentang TB kepada masyarakat baik oleh kader maupun
petugas kesehatan jarang dilaksanakan. Keterbatasan sumberdaya
dan wilayah yang cukup luas mengakibatkan sosialisasi dilakukan
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 34
secara bergilir belum bisa dilakukan secara periodisasi. Sosialisasi
ke masyarakat biasanya dilakukan melalui forum PKK, posyandu
maupun pengajian-pengajian. Lebih ditekankan pada forum yang
diikuti oleh ibu-ibu hal ini disebabkan karena asumsi bahwa ibuibu lebih dekat dengan wilayah domestik keluarga. Sehingga
diharapkan jika ada anggota keluarga yang memiliki gejala TB
maka bisa segera di atasi dengan optimal. Namun karena dorongan
kebutuhan aspek kehidupan yang lain (misal : ekonomi/ nilai-nilai
budaya setempat) lebih kuat sehingga mempengaruhi kesadaran
pasien untuk periksa menjadi berkurang.
Disamping itu, berdasarkan rata-rata tingkat pendidikan penduduk
yang terkena penyakit TB memiliki latarbelakang pendidikan
rendah.
Kondisi
pendidikan
tersebut
selanjutnya
akan
mempengaruhi pola pikir dan perilakunya dalam berbagai aspek
kehidupannya. Ada kecenderungan bahwa semakin rendah tingkat
pendidikan semakin rendah pula kebutuhan atas informasi di luar
rutinitas kegiatan sehari-hari.
b) Jarak dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau
Permasalahan tentang jarak dan fasilitas pelayanan kesehatan
adalah dari wilayah yang kondisi geografisnya pegunungan.
Diantaranya adalah Kecamatan Sempor, Kecamatan Padureso,
Kecamatan Puring dan beberapa kecamatan lainnya. Kondisi
geografis yang demikian, terutama untuk desa-desa yang jauh dari
ibukota kecamatan transportasi umum yang tersedia adalah ojek.
Angkutan pedesaan memang tersedia tetapi jumlahnya tidak
banyak dan hanya beroperasi pada waktu tertentu. Penggunaan
ojek akan mengakibatkan biaya transportasi tinggi.. Ketika
pertimbangan biaya transportasi tinggi maka masyarakat terutama
bagi penderita TB yang akan pergi berobat harus menyisihkan
uang yang cukup. Bagi pasien yang ada pada kategori miskin atau
hampir miskin maka uang yang mereka miliki akan lebih
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 35
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok atau kebutuhan
primer. Dari data yang diperoleh pada tiga tahun terakhir
masyarakat yang memiliki kategori miskin dan hampir miskin di
Kabupaten Kebumen secara kuantitas mengalami tren meningkat
pada tahun 2011 berjumlah 535.252 jiwa, tahun 2011 berjumlah
624.641 jiwa dan pada tahun 2013 berjumlah 755.211 jiwa.
Sebenarnya kendala biaya dan transportasi ini bisa diatasi dengan
pengoptimalan peran tenaga kesehatan dan relawan didesa untuk
membantu dan memfasilitasinya.
c) Nilai-nilai budaya setempat
Nilai-nilai budaya setempat yang menjadi kendala dalam penemuan
kasus TB diantaranya adalah:
(1) Batuk yang tak kunjung sembuh dan sampai mengeluarkan
darah merupakan akibat “santet”
(2) Keyakinan atas agama yang dianut memunculkan persepsi
bahwa segala macam penyakit itu obatnya semata-mata dari
Tuhan. Sehingga kalau dengan penyakit TB sampai meninggal
itu merupakan takdir yang juga datangnya dari Tuhan
(3) Memandang penderita TB jangan sampai diketahui oleh
banyak pihak karena anggapan TB merupakan penyakit yang
memalukan
Selain itu pada tempat-tempat komunitas seperti
pesantren, panti
asuhan, asrama dan lembaga pemasyarakatan hanya memiliki petugas
kesehatan yang sangat minimal atau bahkan tidak memiliki sama
sekali. Ketika penghuni tempat-tempat komunitas tersebut tidak
terjamah oleh sosialisasi masalah kesehatan maka akan sangat
potensial menjadi tempat penyebaran TB. Dan hal tersebut akan
semakin parah jika penghuninya padat dan memiliki lingkungan yang
kurang sehat.
Selama ini banyak anggapan bahwa masalah kesehatan
khususnya TB merupakan urusan petugas kesehatan, terlebih jika
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 36
tokoh-tokoh agama dan masyarakat kurang dilibatkan maka
permasalahan di atas akan terus tetap terjadi.
Dari dua penyebab langsung di atas apabila di tarik akar
permasalahannya adalah sebagai berikut: standar operating procedure
(SOP) terkait penanganan TB lintas sektoral di Kabupaten Kebumen
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah belum ada. Manakala SOP
belum ada maka mekanisme, jejaring kemitraan akan berjalan apa
adanya. Sehingga hasil yang di capai belum optimal. Bagi Puskesmas
yang bersertifikat SNI ISO 9001-2008 telah memiliki SOP terkait
penanganan TB, namun dalam tatanan operasional tingkat kepatuhan
terhadap SOP belum optimal karena masih bersifat kondisional. Untuk
itu diperlukan komitmen dan strategi penerapan SOP secara
komprehensif di setiap puskesmas.
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 37
b.
Succes Rate di Bawah Standar
DAMPAK
PENYEBAB LANGSUNG
Succes rate di bawah standar
Terlambat mengambil
keputusan
Kurangnya pengetahuan ttg TB
Gizi buruk
Nilai-nilai budaya setempat
Informasi ttg TB masih kurang
Kemiskinan
Tingkat pendidikan rendah
Terlambat
mendapatkan yankes
Koordinasi RS-puskesmas kurang
Jarak jauh dari fasyankes
Kondisi geografis yang sulit
Peran kader belum optimal
Peran PMO kurang optimal
Kurang mampu mengakses fasyankes
Toga/Tomas kurang partisipasinya
Peran PMO belum optimal
PENYEBAB
TIDAK LANGSUNG
Penghasilan rendah
Penggerakan partisipasi masyarakat kurang
Kerjasama lintas sektor yang kurang
Penanganan TB secara sinergis belum
dilaksanakan dengan baik
SOP penanganan TB secara komprehensif
belum ada
PENYEBAB MENDASAR
Regulasi/ Peraturan Daerah dan Kebijakan
Dasar Penanggulangan TB
Gambar 5 RCA Succes Rate di Bawah Standar
Succes rate di Kabupaten Kebumen berdasarkan data yang diperoleh pada
tiga tahun terakhir masih di bawah standar yang ditetapkan yaitu sebesar 87%.
Pada tahun
2011 penemuan kasus sebesar 85,64%,; tahun 2012 sebesar
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 38
81,54% dan
tahun 2013 sebesar 84,54%. Pada gambar 6 terlihat bahwa
terdapat dua faktor utama yang dominan menyebabkan secara langsung
penemuan kasus TB masih di bawah standar MDGs. Faktor-faktor tersebut
adalah:
1) Pasien terlambat mengambil keputusan
Keterlambatan pasien TB di dalam mengambil keputusan untuk berobat
disebabkan oleh 3 (tiga) hal yaitu :
a) Kurangnya pengetahuan pasien tentang TB;
Sebagaimana penjelasan di atas bahwa kurangnya pengetahuan
masyarakat termasuk di dalamnya adalah pasien dipengaruhi oleh
sosialisasi tentang TB baik oleh kader maupun petugas kesehatan
jarang dilaksanakan. Keterbatasan sumberdaya dan wilayah yang
cukup luas mengakibatkan sosialisasi dilakukan secara bergilir belum
bisa dilakukan secara periodisasi. Kurangnya pengetahuan pasien TB
juga bisa berakibat ketidakpatuhan pada pengobatan atau drop out
(DO). Setelah memulai proses pengobatan jika pasien merasa lebih
sehat dan didukung tidak ada kontrol dari pihak manapun maka ia
berhenti atau tidak patuh lagi pada proses pengobatan selanjutnya.
Sosialisasi ke masyarakat lebih ditekankan pada forum yang diikuti
oleh ibu-ibu hal ini disebabkan karena asumsi bahwa ibu-ibu lebih
dekat dengan wilayah domestik keluarga. Namun pengambilan
keputusan keluarga untuk berobat atau tidak tergantung pada
keputusan “Bapak”. Hal ini berhubungan dengan kedudukan dan
peran bapak sebagai kepala keluarga sekaligus pencari nafkah utama
dalam keluarga.
b) Nutrisi atau gizi buruk;
Kondisi ekonomi yang rendah akan mempengaruhi kemampuan
masyarakat untuk menyediakan dan mengkonsumsi nutrisi atau
gizinya. Pasien TB sangat membutuhkan gizi yang baik, karena untuk
mendukung perbaikan sistem kekebalan tubuh manusia. Konsumsi
makanan seadanya merupakan hal yang terjadi pada rata-rata pasien
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 39
penderita TB. Banyak dari pasien penderita TB yang melakukan
pengobatan (80%) belum didukung dengan gizi yang baik. Sehingga
hasil pengobatan pasien TB akan sangat tergantung pada kondisi
tubuhnya.
c) Nilai budaya setempat;
Nilai-nilai budaya setempat yang menjadi kendala dalam succes
rate kasus TB diantaranya adalah: adanya anggapan bahwa penderita
TB merupakan penyakit yang memalukan
sehingga dalam proses
pengobatan diupayakan tidak diketahui oleh banyak; pengobatan yang
panjang mengakibatkan sebagian dari pasien merasa bosan atau lelah
sehingga
kepasrahan
total
terhadap
Tuhan
atas
kesembuhan
penyakitnya. Sembuh atau tidak dan kematian semuanya adalah takdir
Tuhan.
Disamping itu, berdasarkan rata-rata tingkat pendidikan penduduk
yang terkena penyakit TB memiliki latarbelakang pendidikan rendah.
Kondisi pendidikan tersebut akan mempengaruhi pola pikir dan
perilakunya dalam berbagai aspek kehidupannya. Ada kecenderungan
bahwa semakin rendah tingkat pendidikan semakin rendah pula
kebutuhan atas informasi di luar rutinitas
kegiatan sehari-hari.
Masyarakat miskin atau yang hampir miskin disebabkan karena tingkat
pendidikan yang rendah, akibatnya keterampilan yang mereka miliki
menjadi terbatas. Keterbatas tersebut membuat mereka hanya memiliki
penghasilan yang rendah.
2) Terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan
a) Jarak dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau
Sebagaimana permasalahan yang disampaikan di atas bahwa jarak
dengan fasilitas pelayanan kesehatan akan mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan masyarakat. Permasalahan tentang jarak dan fasilitas
pelayanan kesehatan terutama untuk desa-desa yang jauh dari ibukota
kecamatan dan transportasi umum yang tersedia adalah ojek. Angkutan
pedesaan memang tersedia tetapi jumlahnya tidak banyak dan hanya
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 40
beroperasi pada waktu tertentu. Penggunaan ojek akan mengakibatkan
biaya transportasi mahal. Ketika pertimbangan biaya transportasi
mahal maka masyarakat terutama bagi penderita TB yang akan pergi
berobat harus menyisihkan uang yang cukup. Bagi pasien yang ada
pada kategori miskin atau hampir miskin maka uang yang mereka
miliki akan lebih digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok atau
kebutuhan primer.
b) Peran kader yang kurang optimal
Peran kader yang kurang optimal karena keterbatasan sumber daya
yang ada baik secara kualitas maupun kuantitas. Selama ini kader yang
telah bekerjasama dengan pemerintah dalam penanganan TB di daerah
adalah SSR dari Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Kebumen dan
kader posyandu. Saat ini kader (relawan) aktif dari SSR memiliki 72
orang, 2.087 posyandu aktif. Secara operasional bersama-sama petugas
kesehatan dari puskesmas mereka melakukan penanganan secara
langsung baik secara promotif, preventif maupun kuratif adalah
Puskesmas.
Kabupaten Kebumen memiliki 35 puskesmas yang tersebar di 26
kecamatan. Dari 26 kecamatan tersebut memiliki sejumlah 460
desa/kelurahan. Relawan yang berasal dari SSR masing-masing
membawahi atau beroperasi rata-rata pada 6 sampai dengan 7
desa/kelurahan. Mereka berkomitmen untuk terlibat mulai dari proses
penanganan TB secara promotif dan preventif (bekerjasama dengan
kader posyandu atau pemerintah desa dan petugas kesehatan setempat),
maupun kuratif sampai sembuh (bekerjasama dengan petugas yankes).
Memberikan pelatihan PMO pasien TB.
Dari segi kuantitas dan
kualitas, setiap petugas maupun relawan memiliki tugas yang cukup
berat. Selama ini tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat belum
terlibat secara aktif.
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 41
c)
Peran PMO kurang optimal.
Partisipasi untuk menjadi PMO
masih rendah. Namun karena
informasi yang terbatas dan tidak ada pelatihan atau pembekalan untuk
PMO, maka peran PMO menjadi kurang optimal. Keaktifan PMO juga
masih rendah. Sebagai contoh sering yang mengantar berobat adalah
anaknya, anak tersebut yang beda rumah dengan pasien TB dan hanya
pasrah obat kepada anggota keluarga lain yang serumah dengan pasien.
Fungsi pengawasanpun menjadi kurang optimal.
Selama ini pembekalan untuk PMO dari petugas kesehatan hanya
dilakukan pada saat anggota keluarga mengantarkan obat ke puskesmas.
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas rata-rata petugas kesehatan
harus membawahi 17 sampai 18 desa/kelurahan. Meskipun demikian
secara periodik yaitu 3 atau 4 bulan sekali SR mengadakan pembekalan
bagi PMO. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi munculnya kasus
DO sehingga akan lebih memberikan kontribusi positif terhadap succes
rate di Kabupaten Kebumen.
Dari permasalahan dapat di tarik akar permasalahannya adalah
perlu adanya peraturan daerah
pemerintah daerah terkait
(perda)
atau regulasi tertulis dari
penanggulangan penyakit menular
khususnya pengendalian TB belum ada. Jika perda atau regulasi dari
pemerintah daerah ada maka komitmen politik, sosial dan ekonomi dari
berbagai pihak akan dapat terbangun dengan baik. Selama ini di
Kabupaten Kebumen belum ada regulasi tentang hal tersebut. Dari
regulasi pemerintah selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan a)
standar operating procedure
(SOP) terkait penanganan TB secara
komprehensif, b) penanganan TB secara sinergis dapat dilaksanakan
dengan baik
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 42
c. Kematian Akibat TB Paru Meningkat
DAMPAK
PENYEBAB LANGSUNG
Kematian akibat TB Paru meningkat
Multi Drug Resistent (MDR)
Kekebalan tubuh
menurun
Gizi buruk
Lingkungan tempat tinggal
dan/lingkungan kerja tidak sehat
Pola hidup yang tidak sehat
Aktifitas fisik yang tidak sehat
PENYEBAB TIDAK LANGSUNG
Kemiskinan
Tingkat pendidikan rendah
Nilai-nilai budaya setempat
Pengobatan terhenti
Kurangnya pengetahuan ttg TB
Peran PMO kurang optimal
Jarak jauh dari fasyankes
Kondisi geografis yang sulit
Akses yang kurang terjangkau
Peran kader belum optimal
Pelatihan PMO belum ada
Petugas kesehatan memiliki sumber
daya terbatas
Penghasilan rendah
Partisipasi Toga/tomas masih kurang
Kerjasama lintas sektoral penanganan TB belum dilaksanakan
Anggaran penanganan TB masih sangat terbatas
SOP penanganan TB belum ada/ Sebagian yankes ada
SOP namun tingkat kepatuhan belum sebagaimana
yang diharapkan
PENYEBAB MENDASAR
REGULASI PEMERINTAH
Gambar 6 RCA Kematian Akibat TB
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 43
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen
angka pada tiga tahun
terakhir adalah 1,43/100.000 penduduk (2011),
2,06/100.000 penduduk (2012) dan 2,63/100.000 penduduk (2013). Angka
tersebut memang masih di bawah standar MDGs (39) namun tren yang
meningkat menunjukan bahwa upaya-upaya yang telah dilakukan oleh
berbagai pihak belum berhasil menurunkan angka kematian akibat TB. Potensi
tersebut bisa jadi akan terus berlanjut dan angka yang terus meningkat jika
tidak ada tindakan yang berarti sesuai dengan kondisi riil di lapangan.
Pada gambar 7 terlihat bahwa
menyebabkan
secara
terdapat dua faktor utama yang dominan
langsung
seseorang
tertular
Mycobacterium
Tubercolusis. Faktor tersebut adalah: kekebalan tubuh menurun dan
pengobatan terhenti.
1) Kekebalan tubuh menurun
Kekebalan tubuh pasien TB disebabkan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu: gizi atau nutrisi buruk; lingkungan tempat tinggal
dan atau lingkungan kerja yang tidak sehat; pola hidup yang tidak sehat;
dan aktifitas fisik yang tidak sehat pula.
Faktor-faktor tersebut disebabkan oleh kemiskinan tingkat pendidikan
yang rendah dan nilai-nilai budaya yang kurang mendukung kesehatan
masyarakat.
2) Pengobatan terhenti
Pengobatan terhenti tersebut disebabkan oleh: 1) Kurangnya pengetahuan
pasien TB tentang proses pengobatan. Proses pengobatan yang lama
kadang membuat lelah atau bosan pasien sehingga kurangnya pengetahuan
pasien mengakibatkan berhenti di tengah proses pengobatan, 2) Peran
PMO yang kurang optimal, 3) Jarak yang jauh dan kondisi geografis yang
sulit bagi pasien TB.
Dari permasalahan dapat di tarik akar permasalahannya adalah perlu
adanya peraturan daerah (perda) atau regulasi tertulis dari pemerintah
daerah terkait penanganan dan atau pengendalian TB belum ada. Jika
perda atau regulasi dari pemerintah daerah ada maka komitmen politik,
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 44
sosial dan ekonomi dari berbagai pihak akan dapat terbangun dengan baik.
Selama ini di Kabupaten Kebumen belum ada regulasi tentang hal
tersebut. Dari regulasi pemerintah selanjutnya akan menjadi dasar
penyusunan a) standar operating procedure (SOP) terkait penanganan TB
, b) kerjasama lintas sektoral dan perluasan jejaring kemitraan dalam
penanganan dan pengendalian TB yang lebih fungsional, c) pendanaan
penanganan TB yang lebih memadai
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 45
2.4.3. Analisa Peran
Analisa peran dilakukan untuk menentukan rekomendasi dan kerangka aksi, sehingga bisa menentukan sasaran advokasi yang
tepat.
Tabel 10
Analisa Kesenjangan Kapasitas Pemegang Peran Penderita TB, Keluarga-PMO, Stakeholders,
Petugas Kesehatan dan Dinkes/Bapeda/Bupati/DPRD Terhadap Wewenang – Tanggungjawab – Sumberdaya
Pemegang peran
Kapasitas
Wewenang
Penderita TB
Keluarga, PMO
- Kurangnya
kesadaran
penderita TB
terhadap arti
pentingnya
kesehatan keluarga
- Tanggungjawab
untuk
memeriksakan diri
sendiri terkait
kesehatan kurang
meski gejala sakit
ada
- Tidak mendatangi
yankes terdekat
untuk berkonsultasi
atau periksa
- Tanggungjawab untuk
memeriksakan anggota
keluarga terkait kesehatan
kurang meski gejala sakit ada
- Sesama anggota keluarga
kurang saling perhatian
- Anggota keluarga yang tidak
lengkap
- Fungsinya hanya bersifat
sambilan
- Perannya hanya berfungsi
manakala ada sikap
kooperatif dari penderita
(tidak memiliki power
terhadap penderita)
- Semua anggota keluarga
Tanggungjawab
Stakeholders
(Kader/LSM/Ormas)
- Kader kurang maksimal dalam
mensosialisasikan tentang
penyakit TB ke masyarakat
- Kurang berperan membantu
petugas kesehatan dalam
mengatasi penyakit TB
- Tugas P2TB tidak menjadi
bagian dari posyandu/bidan
(kader sehat)
- Kader di desa –Posyandu/
lainnya; SSR; Ormas
Sumber Daya
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 46
Petugas Kesehatan
Dinkes/ Bapeda/Bupati/DPRD
- Kurang memahami
wewenang dan tugas sebagai
petugas kesehatan
- Kurang patuh terhadap SOP
- Tidak berkoordinasi dengan
kader dan masyarakat(TogaTomas) dalam program
pengendalian dan pengobatan
TB
- Tidak mamahami
strategi dan aturan tugas
sebagai PMO
- Belum memiliki manajemen
yankes TB yang memadai
- Penderita TB yang tidak
berobat secara rutin/tidak
berobat sama sekali belum ada
konsekuensi yang berarti
- Belum maksimal ikut
berpartisipasi dalam upaya
meningkatkan derajad
kesehatan masyarakat
- Kerjasama lintas sektoral
belum dilaksanakan secara
maksimal dalam penanganan
TB di daerah
- Penanganan TB belum menjadi
prioritas program di Kabupaten
- Kebijakan TB dan
pencegahan belum disusun
dalam perda
- Puskesmas
- Dinkes, Bapeda, Bupati, DPRD
BAB V
REKOMENDASI RENCANA DAN ADVOKASI
5.1.
Rekomendasi Rencana Aksi Utama
Sebagai upaya mengurangi kesenjangan kapasitas dan pemegang
peran berkaitan dengan penanggulangan TB dengan mempertimbangkan
hasil Analisa Situasi pada BAB sebelumnya maka disusun kerangka
rekomendasi rencana aksi utama sebagai berikut:
5.1.1. Rencana Aksi Utama untuk Penderita TB
a. Membangun kesadaran kepada penderita TB terhadap arti
pentingnya kesehatan dalam kehidupan ini. Derajad kesehatan
yang baik akan berpengaruh kuat terhadap kemampuan untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga. Kesadaran untuk selalu
berusaha menjaga kesehatan dengan pola hidup bersih dan sehat
b. Penderita harus memeriksakan diri sendiri terkait kesehatan jika
ada gejala sakit agar segera tahu tindakan yang harus segera
dilakukan baik oleh diri sendiri maupun pihak-pihak lain yang
dapat membantu agar segera sembuh dari gejala yang ada.
c. Mendatangi tempat pelayananan kesehatan terdekat untuk
berkonsultasi atau periksa. Jika memang benar-benar terdeteksi
TB maka pemeriksaan dan pengobatan secara berkala harus
dilakukan dengan sepenuh hati. Menjaga motivasi intrinsik
untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal.
5.1.2. Rencana Aksi Utama untuk Keluarga dan PMO
a.
Bertanggung jawab untuk memeriksakan anggota keluarga
terkait kesehatan bila terdapat gejala sakit. Agar gejala tersebut
tidak semakin parah sehingga akan lebih berdampak pada
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 47
ekonomi keluarga atau bahkan menular kepada anggota
keluarga yang lainnya.
b.
Jika ada anggota keluarga yang sakit, penderita TB secara
psikologis sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian
khusus
dari
keharmonisan
anggota
keluarga
keluarga
yang
(saling
lain.
Sehingga
menyayangi
dan
memperhatikan) akan banyak memberikan motivasi untuk
berupaya sembuh dari penyakitnya
c.
Jika anggota keluarga tidak lengkap maka perlu dibantu oleh
saaudara atau orang yang secara psikologis dekat dengan
penderita. Agar dapat memberikan motivasi untuk berupaya
sembuh
dari
penyakitnya
atau
mengontrol
proses
pengobatannya secara periodik. Misalnya salah satu anggota
dari
“keluarga luas”, tetangga terdekat, sahabat atau yang
lainnya.
d.
Revitalisasi fungsi PMO. Selama ini banyak penderita TB
yang tidak didampingi oleh PMO yang mampu menjalankan
fungsinya dengan maksimal. PMO hanya sambilan saja
sehingga kadang kurang kontrol terhadap penderita TB . PMO
harus mengikuti pelatihan dan melaksanakan perannya secara
aktif.
e.
Diantara permasalahan yang paling sering muncul dari PMO
adalah kurangnya power terhadap penderita yang bandel.
Terlebih-lebih kalau PMO bukan dari keluarga intinya sering
menghadapi penderita yang tidak mau meneruskan minum
obat lagi ketika merasa “lelah” dengan proses pengobatan yang
lama, atau baru beberapa kali berobat sudah merasakan
perkembangan yang baik (lebih merasakan sehat), atau karena
nilai-nilai
budaya
setempat
yang
kurang
mendukung
kesehatan.
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 48
f.
Semua anggota keluarga sebaiknya dilibatkan secara maksimal
untuk memberikan motivasi penderita TB berupaya untuk
sembuh
5.1.3. Rencana Aksi Utama untuk Stakeholders
a.
Kader Kesehatan di tingkat RT /RW /Desa Kelurahan,
organisasi sosial keagamaan, SSR, LSM
atau pemangku
kepentingan lainnya ikut membantu dalam mensosialisasikan
tentang penyakit TB ke masyarakat. Hal ini akan lebih efektif
karena mereka secara fisik maupun sosial budaya berada pada
akar rumput masyarakat. Sehingga hal ini akan dapat
mengurangi permasalahan atas keterbatasan sumber daya yang
dimiliki petugas kesehatan
b.
Kader Kesehatan di tingkat RT /RW /Desa Kelurahan,
organisasi sosial keagamaan, SSR,
LSM
atau pemangku
kepentingan lainnya memiliki peran membantu petugas
kesehatan atau sebagai mitra dalam mengatasi penyakit TB .
c.
Tugas P2TB
menjadi bagian dari posyandu/ bidan (kader
sehat)
5.1.4. Rencana Aksi Utama untuk Petugas Kesehatan
a.
Memahami wewenang dan tugas sebagai petugas kesehatan,
ada dokumentasi yang memadai.
b.
Memiliki kepatuhan terhadap SOP dengan kesadaran yang
penuh.
c.
Berkoordinasi
dengan
kader
atau
dengan
kepentingan lainnya termasuk tokoh agama
pemangku
dan tokoh
masyarakat dalam program pengendalian dan pengobatan TB
d.
Memahami strategi dan aturan tugas sebagai PMO
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 49
e.
Memiliki manajemen pelayanan kesehatan TB yang memadai.
Termasuk
didalamnya
memiliki
database, perencanaan,
pelaksanaan, pengorganisasian, monitoring dan evaluasi.
5.1.5. Rencana Aksi untuk Dinas Kesehatan/ Bapeda/ Bupati/ DPRD
a.
Menyusun SOP yang komprehensif dalam penanganan TB
yang melibatkan kerjasama antara dinas kesehatan dengan
Puskesmas, antara puskesmas dan RS, antara dokter praktek/
atau tenaga kesehatan lain yang praktek mandiri
dengan
Puskesmas, antara dinas pertanian, pekerjaan, pemerintah
daerah secara komprehensif.
b.
Meningkatkan fungsi kontroling dan evaluating secara periodik
pelaksanaan program TB dengan cara mempublikasikan daerah
daerah yang permasalahan TB nya masih tinggi dan daerah
daerah yang program TB nya teratasi.
c.
Menggunakan sistem pelaporan TB secara online antara
petugas kesehaatan desa atau bidan, puskesmas, dan RS.
d.
Menciptakan komitmen dan meningkatkan kerjasama dengan
semua pihak yang lebih efektif untuk memerangi masalah TB
ini bahwa TB adalah masalah bersama
dengan seluruh
pemangku kepentingan seperti antara pihak swasta dan
pemerintah, antara RS dengan Puskesmas, antara dinas terkait,
antara puskesmas dengan pemerintah desa seperti FKD, kepala
desa, kepala dusun, RT, RW, Kader, PMO, Tokoh Mayarakat,
Tokoh agama, pemuda karang taruna, dan organisasi
masyarakat yang ada.
e.
Dengan melihat dampak besar yang harus ditanggung oleh
masyarakat
pengendalian
dan
daerah
maka
menjadi prioritas
penanganan
program
TB
di
dan
Kabupaten
Kebumen. Termasuk di dalamnya alokasi anggaran yang lebih
memadai untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 50
f.
Menyusun Kebijakan atau Peraturan Daerah khusus tentang
penanganan TB dan pengendaliannya secara komprehensif
g.
Perlunya support oleh pimpinan daerah secara maksimal dari
kepala daerah untuk penanganan TB
Tabel 11
Rekomendasi Rencana Aksi Utama
Pemegang
peran
Kapasitas
Wewenang
Tanggung
jawab
Sumber
daya
Penderita TB
Keluarga
PMO
Pemangku
Petugas
Kepentingan
Kesehatan
(Stakeholders:
Kader/LSM/
Ormas)
- Membangun
- Bertanggung jawab - Kader membantu - Memahami
kesadaran
untuk
dalam
wewenang dan
penderita TB
memeriksakan
mensosialisasikan tugas sebagai
terhadap arti
anggota keluarga
tentang penyakit
petugas kesehatan
pentingnya
terkait kesehatan
TB ke
- Memiliki
kesehatan
bila gejala sakit ada
masyarakat
kepatuhan
- Penderita harus - Meningkatkan
- Memiliki peran
terhadap SOP
memeriksakan
keharmonisan
membantu
dengan kesadaran
diri sendiri
keluarga (saling
petugas kesehatan yang penuh
terkait
menyayangi dan
dalam mengatasi - Berkoordinasi
kesehatan jika
memperhatikan)
penyakit TB
dengan kader dan
gejala sakit ada - Jika anggota
- Tugas P2TB
masyarakat(Toga
- Mendatangi
keluarga tidak
menjadi bagian
-Tomas) dalam
yankes terdekat
lengkap maka perlu
dari posyandu/
program
untuk
dibantu oleh
bidan (kader
pengendalian dan
berkonsultasi
saaudara atau orang
sehat)
pengobatan TB
atau periksa
yang secara
- Memahami
psikologis dekat
strategi dan
dengan penderita
aturan tugas
- Revitalisasi fungsi
sebagai PMO
PMO
- Memiliki
- PMO memiliki
manajemen
power terhadap
yankes TB yang
penderita yang
memadai
bandel
- Semua anggota
keluarga
- Kader di desa –
- Puskesmas
Posyandu/lainnya
; SSR; Ormas
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Dinkes/
Bapeda/Bupati/
DPRD
- Menyusun SOP yang
komprehensif dalam
penanganan TB
- Meningkatkan fungsi
controlling secara
periodik dalam
pelaksanakan
program
penanggulangan TB
dan mempublikasikan
- Penggunaan sistem
pelaporan secara
online mulai dari
petugas kesehatan
desa, puskesmas dan
rumah sakit
- Meningkatkan
komitmen dan
kerjasama yang
efektif dengan
seluruh pemangku
kepentingan
- Penanggulangan TB
menjadi prioritas
program di daerah
- Menyusunan
Perda/regulasi
program
penanggulangan TB
di daerah
- Dinkes, Bapeda,
Bupati, DPRD
Page 51
5.2.
Rekomendasi Potensi Kemitraan
Rekomendasi potensi kemitraan dalam proses penanganan TB Paru dibuat
berdasarkan
matrik
pemetaan
jaringan
pemangku
kepentingan
(stakeholders) yang potensial adalah sebagai berikut:
Tabel 12
Pemetaan Jaringan Stakeholders berdasarkan pada Skema Prioritas
Berdasakan Pengaruh
Berdasarkan Arti Penting
Tidak/ Kurang Penting
Penting/ Sangat Penting
Prioritas 3
Tidak/Kurang
Berpengaruh
Berpengaruh
Besar/Sangat
Besar
Prioritas 4
Pasien TB
Prioritas 2
Pemberdayaan
Masyarakat
Pengelola Program TB,
Mantan Pasien TB,
Keluarga, PMO
Prioritas 1
Pemerintah, DPRD
5.2.1. Prioritas Pertama
Gubernur, DPRD, Bupati, Bappeda, Dinas Kesehatan, SKPD lain,
Kepala Kantor Kecamatan, Kades / lurah, RT, RW, Kader, Media
atas (Komitmen politik pemerintah dalam bentuk dukungan
kebijakan publik serta dukungan dana untuk Penanganan
dan
Pengendalian TB Paru di Kabupaten Kebumen)
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 52
PRIORITAS 1:
Gubernur, DPRD, Bupati, Bappeda, Dinas
Kesehatan, SKPD lain, Kepala Kantor Kecamatan,
Kades / lurah, RT, RW, Kader, Media atas
(Komitmen politik pemerintah dalam bentuk
dukungan kebijakan publik serta dukungan dana
untuk Penanganan dan Pengendalian TB Paru di
Kabupaten Kebumen)
TEKNIK : (1) Membuat kebijakan yang mendasari
Program P2TB, terdapat hak, kewajiban,
pelanggaran (2) Penetapan Dana Kegiatan P2TB
yang memadai. (3) Penyebaran Informasi
mendukung Program TB lebih efektif bila didukung
dengan menggunakan media massa
STRATEGI: (1). Keinginan masyarakat, secara aktif
meneguhkan konsensus dan komitmen sosial di
antara penyusun dan pengambil kebijakan untuk
mencegah dan menanggulangi TB Paru .(2)
Membangun kebersamaan dalam mengatasi
masalah/isu (masalah bersama)
Gambar 7 Pemetaan Jaringan Stakeholders Prioritas Pertama
5.2.2. Prioritas Kedua
a.
Masyarakat Peduli TB Paru berpengaruh besar pada perubahan
pengetahuan dan sikap peduli terhadap TB Paru
b.
Petugas kesehatan Lapangan, ujung tombak kesembuhan pasien
TB Paru
c.
Kader TB, KMP , paguyuban, kelompok wanita, UKBM (Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat), kelompok pemuda,
Lembaga sosial, ormas/organisasi kemasyarakatan berpengaruh
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 53
sangat besar atas dukungan, dan partisipasi masyarakat aktif
pada berbagai tingkatan.
d.
LSM kesehatan lain (misal: terlibat LSM komunitas penyakit
tertentu, program HIV/AIDS )
e.
Perusahaan swasta, TNI/Polri, mitra terkait dalam Pengendalian
TB, Toga,Tomas, Pesantren Lapas, dll
PRIORITAS 2:
Masyarakat Peduli TB Paru berpengaruh besar
pada perubahan pengetahuan dan sikap peduli
terhadap TB Paru ; Petugas kesehatan
Lapangan; Kader TB, KMP , paguyuban,
kelompok wanita, UKBM (Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat), kelompok
pemuda, ormas dan partisipasi masyarakat
aktif pada berbagai tingkatan; LSM kesehatan
lain, pesantren, Lapas, dll
TEKNIK : (1) Aktif mendapatkan pasien baru BTA+
kerjasama lintas sektor lintas program (2)
Membentuk Tim Pelacakan Pasien Mangkir Pasien
mangkir berobat, dilacak oleh Puskesmas di wilayah
dimana pasien bertempat tinggal. Dibantu aktivitas ini
oleh ormas, LSM, Toga,Tomas, Pesantren, Lapas. (3)
Pasien mangkir wajib berobat di rumah sakit rujukan
TB MDR (4) Penjelasan kerugian akibat beban
penyakit dihitung dari rumus DALY
STRATEGI: (1). Aktivasi Perusahaan swasta
,TNI/Polri, mitra terkait dalam Pengendalian TB,
Toga,Tomas, Pesantren, Lapas (2) Kader, KMP
wanita,UKBM, pemuda diberdayakan dari tingkat
terendah (3) DPS, Klinik Bersama, klinik swasta,
Masyarakat Peduli TB, Petugas kesehatan
Lapangan HARUS memiliki bukti sertifikat dan
kartu Sehat
Gambar 8 Pemetaan Jaringan Stakeholders Prioritas Kedua
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 54
5.2.3. Prioritas Ketiga
a.
Pasien TB (atas sikap dan perilaku yang mendukung sejak
diagnosa, terapi sampai pasca pengobatan)
b.
Keluarga inti Penderita TB sebagai pengawas PMO pasien
sehingga tidak terjadi drop out atau putus berobat; Petugas PMO
lain
c.
SDM Pengelola laporan dan Monitoring evaluasi Program TB,
untuk memantau pelaksanaan program pengendalian TB di
lapangan
d.
Pelibatan pasien TB dan mantan pasien TB, pengalaman adalah
guru
terbaik
dan
ilmu
dari
pengalaman
akan
lebih
berpengaruh/mengena bila diajarkan.
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 55
PRIORITAS 3:
Pasien TB (atas sikap dan perilaku yang
mendukung sejak diagnosa, terapi sampai pasca
pengobatan); Keluarga inti Penderita TB sebagai
pengawas PMO pasien sehingga tidak terjadi DO;
Petugas PMO lain SDM Pengelola laporan dan
Monitoring evaluasi Program TB,; Pelibatan
penderita dan mantan penderita TB,
TEKNIK : (1) aktif berperan dan tugas mengawasi
pasien TB minum OATS dengan tepat (2) Laporan
yang baik, lengkap Rekam Medis pasien/mantan (3)
Monev pengelolaan laporan dan kinerja P2TB,
pencapaian cakupan dan kesembuhan atau
sebaliknya (4) Butuh dukungan dan reward,
keterampilan komunikasi (5)Penguatan power
terhadap anggota keluarga yang menderita TB
STRATEGI: Hubungan yang baik dan berlanjut
pasien-PMO-Petugas P2TB Untuk membangun
kebersamaan dalam mengatasi
masalah/isu(masalah bersama)
Gambar 9 Pemetaan Jaringan Stakeholders Prioritas Ketiga
5.2.4. Prioritas Keempat
Pemangku kepentingan ini adalah Pasien TB Paru, Keluarga Pasien
TB dengan tingkat ekonomi rendah yang kehilangan hak sehat akibat
penyakit TB.
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 56
PRIORITAS 4:
Pemangku kepentingan ini adalah Pasien TB Paru,
Keluarga Pasien TB dengan tingkat ekonomi
rendah yang kehilangan hak sehat akibat
penyakit TB.
TEKNIK : (1)Patuh minum obat secara teratur,
diawasi PMO, sampai sembuh dan mendapatkan
Hak sehat dan Bebas TB. (2) Berpartisipasi dalam
pengendalian dan penanggulangan TB dilingkungan
sekitar, penemuan kasus baru dan kebutuhan
fasyankes berdasarinformasi mereka (3) Sifat
keterbukaan pasien dan keluarga memberi
informasi tepat kondisikesehatan lain pasien TB
STRATEGI: (1). Hubungan yang baik dan berlanjut
pasien-PMO-Petugas P2TB (2) Pendekatan mantan
Pasien TB Paru untuk menjadi kader TB/ Duta TB
dan ikut dalam P2TB meningkatkan Penemuan
kasus Baru
Gambar 10 Pemetaan Jaringan Stakeholders Prioritas Keempat
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 57
5.3. Rekomendasi Rancangan Program
Tujuan dari rekomendasi rancangan program adalah meningkatkan derajad
kesehatan masyarakat melalui penanggulangan TB di Kabupaten Kebumen.
Rekomendasi rancangan program tersebut dipilah menjadi tiga komponen
utama yaitu: a) Peningkatan Angka Penemuan Kasus TB Paru , b)
Peningkatan Angka Succes Rate TB Paru dan c) Penurunan Angka Kasus
Kematian Akibat TB Paru. Adapun Rancangan Program dari masing-masing
komponen adalah sebagai berikut:
Tabel 13
Rekomendasi Rancangan Program
No
Komponen
1
Peningkatan Angka
Penemuan Kasus TB Paru
2
Peningkatan Angka
Succes Rate TB Paru
3
Penurunan Angka Kasus
Kematian Akibat TB
Paru
Rancangan Program
a. Penguatan kelembagaan pelayanan kesehatan
masyarakat
b. Penguatan Manajemen Program Pengendalian
TB
c. Pengembangan dan penguatan jejaring
kemitraan baik secara sektoral maupun lintas
sektoral
d. Peningkatan kualitas dan kuantitas media KIE
tentang TB kepada masyarakat
a. Peningkatan sikap positif terhadap penderita TB
Paru di masyarakat
b. Memiliki strategi pengendalian TB yang
komprehensif dan meningkatkan kualitas
kerjasama antara : petugas kesehatan-PMOkeluarga-kader-toga-tomas-masyarakat dalam
mewujudkan desa siaga pengendalian TB Paru
c. Peningkatan kualitas sumber daya petugas
kesehatan
d. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin dan kelompok rentan lainnya
a. Peningkatan kualitas monitorng dan evaluasi
yang memadai bagi setiap penderita TB
b. Memiliki Regulasi atau peraturan daerah
sebagai dasar pengendalian TB di Kabupaten
Kebumen
c. Pemberdayaan masyarakat secara sosial
ekonomi
d. Pengembangan jejaring kemitraan secara
sektoral maupun lintas sektoral dalam menekan
angka kasus kematian akibat TB
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 58
Rancangan program tersebut di atas dapat diwujudkan dalam berbagai
aktivitas yang riil (implementatif) secara komprehensif yaitu:
5.3.1. Aktivitas di Tingkat Daerah
a. Kelompok Kerja Publik Privat Mix (PokjaPPM) di tingkat Daerah
yang telah dibentuk secara formal dengan SK Kepala Dinkes
Kebumen No: 188.4/036/keb/2014 mendapatkan dukungan atau
ditindaklanjuti dengan Peraturan Bupati atau Perda sehingga dapat
mengikat dinas lintas sektoral
b. Menyusun data penderita TB yang terperinci , TB Reguler, TB
Anak, TB MDR, TB HIV/AIDs
c. Membuat tools (termasuk SOP) untuk standar kinerja program
penanggulangan TB di Kabupaten Kebumen mencakup standar
promotif,
preventif
dan
kuratif
untuk
mencapai
target
meningkatkan angka penemuan kasus TB, meningkatkan succes
rate dan menekan angka kematian akibat TB
d. Melaksanakan diklat yang meliputi:
1)
Manajemen
:
pengelolaan
pokja
PPM/
Tim
Teknis
Penanggulangan TB, peningkatan kapasitas kompetensi dan
profesionalitas
SDM
yang
terlibat
termasuk
standar
pelayanan kesehatan bagi kelompok-kelompok rentan
2)
Ketrampilan teknis: penggunaan media KIE yang efektif,
revitalisasi fungsi PMO,
3)
Menyusun rencana aksi menggunakan bottom up dan
topdown planning
e. Implementasi program kerja dengan dikontrol oleh pelaksanaan
monev dan pelaporan secara periodik (triwulan)
f. Meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat secara ekonomi
dan
sosial terutama pada masyarakat miskin atau rentan
bekerjasama dengan perguruan tinggi sekitar atau lainnya secara
berkesinambungan. Misalnya dengan: KKN Posdaya; Iptek bagi
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 59
Wilayah (IbW); Iptek bagi Masyarakat (IbM), Praktik Kesehatan
Masyarakat /Komunitas dan sebagainya
g. Peningkatan komitmen dari Pemda secara bersama-sama guna
keberlangsungan program penanggulangan TB untuk jangka
panjang dan alokasi pendanaan yang memadai khususnya untuk
dana operasionalnya.
h. Melakukan
penelitian/
riset
terkait
dengan
pengembangan
penanggulangan TB di Kabupaten Kebumen dan hasilnya dapat
digunakan sebagai pertimbangan program kerja di daerah.
5.3.2. Aktivitas di Tingkat Kecamatan
a.
Pembentukan Pokja PPM /Tim Teknis di tingkat Kecamatan
dengan melibatkan: dinas lintas sektoral, TNI, Polri pihak-pihak
swasta
(perusahaan
atau
institusi
swasta
lainnya),
ormas
(Muhammadiyah beserta organisasi otonomnya, NU beserta
organisasi otonomnya, organisasi kepemudaan, GOW dsb) toga,
tomas. Pemberian legalitas formal Pokja.
b.
Menyelenggarakan Diklat :
1) Manajemen : pengelolaan pokja, pemetaan wilayah, masalah
dan potensi TB di wilayah, pencatatan dan pelaporan secara
online setiap kejadian terkait kasus TB di wilayah masingmasing
2) Ketrampilan
teknis:
ketrampilan
penggunaan
metode
komunikasi interpersonal yang efektif, revitalisasi fungsi
PMO, penggunaan media KIE yang efektif
3) Menyusun rencana aksi pokja dalam rangka melakukan
pengendalian TB
di tingkat kecamatan yang mencakup
kegiatan aksi promotif, preventif dan kuratif. Penyusunan
perencanaan
c.
Membentuk kelompok-kelompok swabantu (Self Help Group) yang
terdiri dari mantan dan penderita TB
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 60
d.
Implementasi program kerjadengan dikontrol oleh pelaksanaan
monev dan pelaporan secara periodik (triwulan)
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 61
Tabel 14
Matrix Logframe Perbaikan Program Penanggulangan TB Kabupaten Kebumen
Komponen
Program
Peningkatan
Angka Penemuan
Kasus TB
Peningkatan
Angka Succes
Rate TB
Output
Aktivitas Di Tingkat Daerah
Penanggung
jawab
a. Menguatnya Manajemen Program
Pengendalian TB
b. Mengembangnya dan menguatnya
jejaring kemitraan baik secara
sektoral maupun lintas sektoral
c. Meningkatnya kualitas dan
kuantitas media KIE tentang TB
Paru kepada masyarakat
1.
Kelompok Kerja Publik Privat Mix (Pokja
PPM) di tingkat Daerah yang telah
dibentuk secara formal dengan SK Kepala
Dinkes Kebumen No: 188.4/036/keb/2014
mendapatkan dukungan atau
ditindaklanjuti dengan Peraturan Bupati
atau Perda sehingga dapat mengikat dinas
lintas sektoral
DPRD/
Bupati,
Dinkes
Outcome:
Baseline 2013: 51,88% -Target CDR > 70% tercapai pada
tahun 2020
2.
Menyusun data penderita TB yang
terperinci , TB Reguler, TB Anak, TB
MDR, TB HIV/AIDs
Dinkes
3.
Membuat tools (termasuk SOP) untuk
standar kinerja program penanggulangan
TB di Kabupaten Kebumen mencakup
standar promotif, preventif dan kuratif
untuk mencapai target meningkatkan angka
penemuan kasus TB, meningkatkan succes
rate dan menekan angka kematian akibat
TB
Dinkes
4.
Melaksanakan diklat yang meliputi:
a.) Manajemen : pengelolaan pokja
PPM/ Tim Teknis Penanggulangan
TB, peningkatan kapasitas
kompetensi dan profesionalitas SDM
yang terlibat termasuk standar
Dinkes
bersama Mitra
jejaring
a. Meningkatnya sikap positif
terhadap penderita TB Paru di
masyarakat
b. Memiliki strategi pengendalian TB
yang komprehensif dan
meningkatkan kualitas kerjasama
antara : petugas keehatan-PMOkeluarga-kader-toga-tomasmasyarakat dalam mewujudkan
desa siaga pengendalian TB Paru
c. Meningkatnya kualitas sumber
daya petugas kesehatan
d. Meningkatnya pelayanan kesehatan
bagi masyarakat miskin dan
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Aktivitas di Tingkat Kecamatan
Penanggung
Jawab
1. Pembentukan Pokja PPM/ Tim Teknis di
tingkat Kecamatan dengan melibatkan: dinas
lintas sektoral, TNI, Polri pihak-pihak swasta
(perusahaan atau institusi swasta lainnya),
ormas (Muhammadiyah beserta organisasi
otonomnya, NU beserta organisasi
otonomnya, organisasi kepemudaan, GOW
dsb) toga, tomas. Pemberian legalitas formal
Pokja
Muspika
KaPuskesmas
Mitra jejaring
2.
Page 62
Menyelenggarakan Diklat :
a) Manajemen : pengelolaan pokja PPM,
pemetaan wilayah, masalah dan potensi
TB di wilayah, pencatatan dan
pelaporan secara online setiap kejadian
terkait kasus TB di wilayah masingmasing
b) Ketrampilan teknis: ketrampilan
penggunaan metode komunikasi
interpersonal yang efektif, revitalisasi
fungsi PMO, penggunaan media KIE
yang efektif
c) Menyusun rencana aksi pokja PPM
dalam rangka melakukan pengendalian
TB di tingkat kecamatan yang
mencakup kegiatan aksi promotif,
preventif dan kuratif. Penyusunan
perencanaan
Kapuskesmas
Mitra jejaring
kelompok rentan lainnya
b.)
c.)
5.
pelayanan kesehatan bagi kelompokkelompok rentan
Ketrampilan teknis: penggunaan
media KIE yang efektif, revitalisasi
fungsi PMO,
Menyusun rencana aksi
menggunakan bottom up dan
topdown planning
Implementasi program kerja dengan
dikontrol oleh pelaksanaan monev dan
pelaporan secara periodik (triwulan)
Outcome:
Baseline 2013: 84,54% -Target SR > 90% tercapai pada tahun
6. Meningkatkan upaya pemberdayaan
2015
masyarakat secara ekonomi dan sosial
terutama pada masyarakat miskin atau rentan
bekerjasama dengan perguruan tinggi sekitar
a. Memiliki Regulasi atau peraturan
atau lainnya secara berkesinambungan.
daerah / SOP sebagai dasar
Misalnya dengan: KKN Posdaya; Iptek bagi
pengendalian TB secara
Wilayah (IbW); Iptek bagi Masyarakat
komprehensif di Kabupaten
(IbM), Praktik Kesehatan Masyarakat
Kebumen
/Komunitas dsb
Penurunan Angka
b. Meningkatnya kualitas monitoring
Kasus Kematian
dan evaluasi yang memadai bagi
Akibat TB
setiap penderita TB
c. Pemberdayaan masyarakat secara
sosial ekonomi
7. Peningkatan komitmen dari Pemda secara
d. Mengembangnya jejaring
bersama-sama guna keberlangsungan
kemitraan secara sektoral maupun
program penanggulangan TB untuk jangka
lintas sektoral dalam menekan
panjang dan alokasi pendanaan yang
angka kasus kematian akibat TB
memadai khususnya untuk dana
operasionalnya
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Dinkes
Bapeda,
Kesra,
Bapermades,
Dinkes, DLH,
DisnakerTransos,
Disdikpora,
Depag Kebumen,KLH,
Perguruan Tinggi
DPRD,
Bupati
Bapeda
Page 63
3.
Membentuk kelompok-kelompok swabantu
(Self Help Group) yang terdiri dari mantan
dan penderita TB
Mitra jejaring
4.
Implementasi program kerjadengan dikontrol
oleh pelaksanaan monev dan pelaporan
secara periodik (triwulan)
Kapuskesmas
8.
Outcome :
Baseline angka kematian 2013:
2,63/100.000 penduduk -- Beban
mortalitas akibat TB turun sebesar
50% tercapai pada tahun 2015
Melakukan penelitian/ riset terkait dengan
pengembangan penanggulangan TB di
Kabupaten Kebumen dan hasilnya dapat
digunakan sebagai pertimbangan program
kerja di daerah
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Bapeda,
Perguruan
Tinggi
Page 64
BAB VI
PENUTUP
Sebagai penutup pada BAB VI disampaikan beberapa hal yang penting yaitu:
6.1.
Analisa Profil
a.
Angka penemuan kasus TB Paru BTA + pada tahun 2013 masih
rendah yaitu sebesar 51,88%
b.
Berdasarkan data yang diperoleh succes rate masih di bawah standar
yaitu sebesar 84,54%.
c.
Angka kematian akibat TB dalam 3 tahun terakhir di Kabupaten
Kebumen menunjukan tren meningkat
6.2.
Analisa DALY
Nilai kerugian ekonomi akibat TB di Kabupaten Kebumen pada tahun
2013 sebesar Rp. 4.451.812.500. dan persentase DALY Kabupaten
Kebumen adalah 5,023 %. Perhitungan tersebut belum termasuk biaya
yang harus dikeluarkan untuk transportasi dan biaya tak langsung lainnya
yang hilang akibat menderita TB
6.3.
Analisa RCA
a.
Jumlah kasus dan angka penemuan kasus TB Paru BTA + masih di
bawah standar. Penyebab langsungnya: sumber daya tenaga
kesehatan yang terbatas dan kesadaran pasien untuk periksa rendah.
Penyebab tidak langsungnya adalah: pendanaan terbatas, kerjasama
lintas sektoral masih minim, kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang TB Paru, jarak fasilitas kesehatan cukup jauh, nilai-nilai
budaya setempat, tingkat pendidikan rendah, transportasi mahalterbatas, peran kader belum optimal, kemiskinan, tokoh agama dan
masyarakat kurang terlibat, SOP penanganan TB belum ada atau
yang ada tingkat kepatuhannya belum sesuai yang diharapkan.
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 65
Penyebab yang mendasar adalah regulasi atau peraturan daerah dan
kebijakan
dasar
penanggulangan
penyakit
menular
secara
komprehensif di Kabupaten Kebumen belum ada
b.
Succes rate masih di bawah standar
Penyebab langsungnya: terlambat mengambil keputusan untuk
berobat dan terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan. Penyebab
tidak langsungnya adalah: kurang pengetahuan tentang TB, gizi
buruk, nilai-nilai budaya setempat, jarak jauh dari fasilitas pelayanan
kesehatan, kondisi geografis yang sulit, peran kader kurang optimal,
peran PMO kurang optimal, SOP penanganan TB belum ada atau
yang ada tingkat kepatuhannya belum sesuai yang diharapkan.
Penyebab yang mendasar adalah regulasi atau peraturan daerah dan
kebijakan
dasar
penanggulangan
penyakit
menular
secara
komprehensif di Kabupaten Kebumen belum ada
c.
Angka kematian akibat TB menunjukan tren meningkat
Penyebab langsungnya: kekebalan tubuh menurun dan pengobatanya
terhenti.
Penyebab
tidak
langsungnya
adalah:
kurangnya
pengetahuan tentang TB, peran PMO kurang optimal, jarak jauh
dari fasilitas pelayanan kesehatan, kondisi geografis yang sulit, gizi
buruk, lingkungan tempat tinggal dan/lingkungan kerja tidak sehat,
pola hidup yang tidak sehat, aktifitas fisik yang tidak sehat,
kerjasama lintas sektoral penanganan TB belum dilaksanakan,
anggaran penanganan TB masih sangat terbatas, SOP penanganan
TB belum ada atau yang ada tingkat kepatuhannya belum sesuai
yang diharapkan. Penyebab yang mendasar adalah regulasi atau
peraturan daerah dan kebijakan dasar penanggulangan penyakit
menular secara komprehensif di Kabupaten Kebumen belum ada
6.4.
Analisa Peran
Dari hasil analisa peran antara penderita TB, keluarga, PMO, stakeholders,
petugas kesehatan dan pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 66
atau Bappeda atau Bupati atau DPRD masih terjadi kesenjangan kapasitas
wewenang, tanggungjawab dan sumber daya.
6.5. Rekomendasi
Rekomendasi terdiri dari tiga hal yaitu :
a.
Penanggulangan TB di daerah merupakan tanggungjawab bersamasama maka diupayakan adanya rencana aksi utama yang dilakukan
secara koprehensif oleh penderita TB Paru, Keluarga dan PMO,
Stakeholders, Petugas Kesehatan dan Dinkes/Bappeda/Bupati/DPRD..
b.
Dalam melaksanakan program penanganan dan pengendalian TB di
Kabupaten Kebumen hendaknya mengembangkan jaringan kemitraan
berdasarkan skema prioritas. Prioritas pertama yaitu pemerintah
daerah, DPRD terutama dalam memberikan dukungan politik untuk
meningkatkan komitmen semua pihak. Prioritas kedua adalah
masyarakat peduli TB paru melalui berbagai upaya pemberdayaan
masyarakat dalam semua bidang. Prioritas ketiga adalah pengelola
program TB, Mantan pasien TB, keluarga dan PMO. Prioritas
keempat adalah pasien TB.
c.
Rancangan program diwujudkan dengan aktivitas di tingkat daerah
dan di tingkat kecamatan. Program disusun secara implementatif dan
realistis
dilakukan
secara
berencana,
terus
menerus
dan
berkesinambungan.
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 67
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013. Buku Saku Kesehatan Triwulan 3
Tahun 2013.
Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen 2011. Profil Kesehatan Kabupaten
Kebumen Tahun 2012.
Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen 2012. Profil Kesehatan Kabupaten
Kebumen Tahun 2013.
Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen 2013. Profil Kesehatan Kabupaten
Kebumen Tahun 2014.
Harry Budiman. 2011. Analisis Pelaksanaan Advokasi, Komunikasi dan
Mobilisasi Sosial dalam Pengendalian Tuberkulosis di Dinas Kesehatan
Kota Padang tahun 2011. http://www.pasca.unand.ac.id
Kemenkes RI, 2011. Rencana Aksi Nasional Strategi Nasional Pengendalian
Tuberkulosis 2011-2014. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Kemenkes RI, 2011. Rencana Aksi Nasional Publik Private Mix Pengendalian
Tuberkulosis 2011-2014. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Makalah pelatihan Analisa
Muhammadiyah
Situasi,
2013,
Bappenas-Pimpinan
Pusat
Moleong, 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan – Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta
Rikesdas. 2010. Tuberkulosis. http://www.tbcindonesia.or.id
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kebumen
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kebumen
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 68
LAMPIRAN
Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen
Page 69
IfI
I(ENIEITTEBIAN I(ESEIIAIAIT
DIREKTORAT J EN DERAL
PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
ffi
Jalan Percetakan Negara No 29 Jakarta Pusat 10560
Kotak Pos 223, Telepor, (021) 424 7608, Faksimile : (02 I ) 420 7 807
Yang terhormat,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
(Daftar Terlampir)
SURAT EDARAN
Nomor: HK.03.O3/Dllll.1l
7 4T
12014
.
TENTANG
DUKUNGAN KERJA KEPADA TIM ANALISA SITUASI
COMMUNITY TB CARE'AISYIYAH
A. Umum
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat di lndonesia. Saat ini
lndonesia berada di urutan keempat penyumbang TB di dunia. Menurut WHO,
pada tahun 2Q12 terdapat 460.000 kasus TB di lndonesia dengan kematian
akibat TB sebesar 67.000 kasus/tahun atau 186 orang/hari,
Program penanggulangan TB dapat berhasil jika dilakukan dengan upaya-upaya
sinergis dan komprehensif kemitraan yang terdiri dari unsur pemerintah, lembaga
swadaya masyarakat (LSM), organisasi profesi, organisasi keagamaan dan
berbagai sektor lainnya. 'Aisyiyah merupakan salah satu LSM yang mendukung
pemerintah dalam pengendalian TB melalui kegiatan advokasi, pemberdayaan
dan peningkatkan komitmen masyarakat.
B-
Maksud dan Tujuan
Dalam rangka mendukung keberhasilan program penendalian TB, Community
TB Care 'Aisyiyah akan membantu melakukan advokasi kepada pengambil
kebijakan di kabupaten/kota guna meningkatkan komitmen dan dukungan
pendanaan Pemerintah Daerah dalam pengendalian TB. Kegiatan advokasi
tersebut diawali dengan kegiatan analisis situasi yang dilakukan tim analisis
situasi 'Aisyiyah. Kegiatan ini membutuhkan kerjasama dengan Dinas Kesehatan
kabupaten/kota untuk mendapatkan gambaran situasi pengendalian TB di
kabupaten/kota terpil ih.
C. Dasar
Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia
Nomor
565/MENKES/PER/Illl2011 tentang Strategi Nasional Pengendalian TB Tahun
2011-2014.
Sekretariat Dkektorat Jenderal
Te|p.4209930
Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang ( Dit. P282 )
felp.42475l,
Direktorat lmunisasi dan Karantina ( Dit lmkar )
DireKorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung ( Dit P2ML
Ielp.4240611
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular ( Dit P2TM
Te|p.42009
Te|p.4240538
Direktorat Penyehatan Lingkungan ( Dit PL )
)
)
felp.42457l
D.
Ruang Lingkup
Analisis situasi akan dilakukan pada 43 kabupaten/kota di 12 provinsi wilayah
kerja Community TB Care'Aisyiyah yang dilaksanakan oleh 27 Perguruan Tinggi
Muhammadiyah dan 'Aisyiyah di area kerja program.
E.
Substansi
Analisa situasi yang akan dilakukan diharapkan dapat memberikan rekomendasi
langkah-langkah aksi yang tepat dalam program pengendalian TB, dengan
melihat situasi dan kondisi di masing-masing kabupaten/kota. Sehingga advokasi
tersebut dapat meningkatkan komitmen dan dukungan pendanaan Pemerintah
Daerah kabupaten/kota untuk program TB.
F-
Jadwal Kegiatan
Proses ini akan dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2014
di wilayah kerja
sebagaimana daftar terlampi r;
G.
Pendanaan/Anggaran
Community TB Care'Aisyiyah memperoleh anggaran yang berasal dari GF-ATM
Komponen TB SsF-Consolidating Progress and Ensuring Quality DOIS for All
untuk periode 1 Januari 2014 - 30 Juni 2016 yang ditetapkan sejak akhir tahun
2013 (tgl. 29 November 2013) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Ditetapkan di
Pada tanggal
Jakarta
Juni 2014
r Jenderal,
us Purwadianto, SH, M.Si Sp.F (K)
980031 004
Tembusan .
1. Menteri Kesehatan Rl
2. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Rl
3. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi (Daftar Terlampir)
I(EMENTERTAN I(ESEHATAN BT
DIREKTORAT JENDERAL
PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
Jalan Percetakan Negara No 29 Jakartapusat 10560
Kotak Pos 223, Telepon (021) 424 7608, Faksimile : (021) 420 7807
Lampiran Surat Edaran : Tentang Dukungan Kerja Kepada Tim Analisa Situasi
Community TB Care'Aisyiyah
: HK.03.03tDlLl.1l 74712014
Nomor
: Juni 2014
Tanggal
Daftar Wilayah Kerja Analisis Situasi
Propinsi
No
1
Kabupaten/Kota
Sumatra Utara
Medan
Deliserdanq
Palembano
Muara Enim
Kota Bandar Lamounq
Kab. Lamounq Timur
Kab. Lampunq Tenoah
Kab. Lamounq Selatan
Kab. Pesawaran
Kab. Tulano Bawanq
Tanoqerano Selatan
DKI Jakarta
Kota Bandunq
Kota Garut
Kab. Bandunq
Tasikmalava
Kota Semaranq
Kab. Kebumen
Kab. Teqal
2
3
4
5
Sumatra Selatan
Lampung
6
7
8
I
10
11
Banten
12
13
14
15
16
17
18
19
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
20
Kendal
21
Kab. Pekalonqan
Kota Surakarta
Ponoroqo
Kota Malanq
Kab. Malanq
Boioneqoro
22
23
Jawa Timur
24
25
26
27
28
29
30
Kediri
Jombanq
Surabava
Kota Makassar
Kab. Pinrano
KehJ Sidrao
Waio
Gowa
Soooeno
Kab. Konawe
Kab. Muna
Kab. Konawe Selatan
Kota Kendari
Javaoura
Keerom
Kota Sorono
Kab. Sorono
Sulawesi Selatan
31
32
33
u
35
36
37
38
39
40
Sulawesi Tenggara
Papua
41
42
Papua Barat
43
Sekretariat Direktorat Jenderal
Te|p.4209930
Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (Dit. P2B2
Direktorat lmunisasi dan Karanlina ( Dit lmkar )
Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung ( D[ P2ML
Te\p.4240611
DireKorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular ( Dit P2TM
Direktorat Penyehatan Lingkungan ( Dit PL
)
Telp,4240538
)
)
)
Ielp. 4247573
Telp. 4200944
lelp.4245778
ANALISA SITUASI TUBERKULOSA
KABUPATEN KEBUMEN
2014
Kebumen, 15 Juli 2014
TIM ANSIT
NO
NAMA
INSTANSI
1
Dra. Kanthi Pamungkas Sari, M.Pd
UMMagelang
2
Ns. Priyo, S.Kep, M.Kep
UMMagelang
3
Puguh Widiyanto, S.Kep, M.Kep
UMMagelang
4
Isma Yuniar, S.Kep, M.Kep
Stikes Muh Gombong
5
Hendri Tamara Yuda, S,Kep, M.Kep
Stikes Muh Gombong
Dasar Kegiatan
• Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 565/ MENKES/ PER/III/ 2011 tentang Strategi Nasional Pengendalian Tuberkolusis tahun 2011‐2014 • Surat Edaran Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Nomor: HK.03.03/D/III.1/747/2014 tentang Dukungan Kerja kepada Tim Analisis Situasi Community TB Care ‘Aisyiyah
• Perjanjian Kerjasama antara Principal Recipient Global Fund AIDS, TB dan Malaria (GF‐ATM) Komponen TB Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah dengan Pelaksana Analisa Situasi UMMagelang dan Stikes Muh Gombong tahun 2014 No: V‐17/PR‐’Aisyiyah/V/2014
Profile Analisa Situasi
12 Provinsi
43 Kabupaten
38 PTM/
PTA
43 Tim Peneliti
12 Propinsi 47 Kota/Kabupaten
Sum‐Ut : 2 Kota/Kab
Sum‐Sel : 2 Kota/Kab
Lampung : 6 Kota/Kab
DKI Jakarta : 5 Kota/Kab
Banten : 1 Kota
Ja‐Bar : 4 Kota/Kab
Ja‐Teng : 6 Kota/Kab: Kota Semarang, Kab Kebumen, Kab Tegal, Kab. Kendal, Kab Pekalongan, Kota Surakarta
Ja‐Tim: 7 Kota/Kab
Sul‐Sel: 6 Kota/Kab
Sul‐Teng: 4 Kota/Kab
Papua : 2 Kab
Papua Barat: 2 Kota/Kab
Durasi
Action
Analysis
Assessment
1. Data Sekunder
2. Data Primer 1. Recheck data sekunder
2. Analisis data lapangan
1. Penulisan draft
2. Seminar hasil
3. Penulisan Laporan
Jumlah Penduduk 2011‐2013
1400000
1200000
1000000
800000
Jml Penduduk
600000
Jml Penduduk Laki Laki
400000
Jml Penduduk Perempuan
200000
0
2011
2012
2013
• 2011 sebanyak 1.258.947 jiwa penduduk laki‐laki Æ 635.584 jiwa penduduk perempuan Æ 623.363 jiwa; • 2012 sebanyak 1.163.591 jiwa
penduduk laki‐laki Æ 581.947 jiwa penduduk perempuan Æ 581.644 jiwa; • 2013 sebanyak 1,176,662 jiwa penduduk laki‐laki Æ 586.021 jiwa penduduk perempuan Æ590.641 jiwa. (Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen Tahun 2011‐2013)
• Persebaran penduduk tahun 2011 adalah 982,7 jiwa/km² sedangkan pada tahun 2012 adalah 908,3 jiwa/km² dan pada tahun 2013 adalah 918,5 jiwa/km².
No
Kecamatan
1
Kec. Kebumen
2
Kec. Gombong
3
Kec. Pejagoan
2011
2012
2013
2.958,8 jiwa/km² 2.834 jiwa/km² 2.882,5 jiwa/km²
2.512 jiwa/km²
2.411 jiwa/km² 2.424,9 jiwa/km²
1.478,2 jiwa/km² 1.379 jiwa/km² 1.403,4 jiwa/km²
100
90
80
70
60
50
2011
40
2012
30
2013
20
10
0
Penduduk 10 th ke atas melek huruf
Penduduk 10 th ke atas dengan pendidikan tertinggi SMP+
PENDUDUK MELEK HURUF
• 2011 = 884.536 (95,2%). persentase tertinggi adl Kec. Kebumen 97,10% (94.792) & terendah adl Kec. Karanggayam 85,22% (33.313). • 2012 = 963.423 (90,9%). persentase tertinggi adl Kec. Kebumen 95% (101.241) & terendah adl Kec. Karanggayam 85,53% (42.243). • 2013 = 912.576 (93,1%). persentase tertinggi adl Kec. Kutowinangun 97,31% (34.111) & terendah adl Kec. Sadang 82,75% (12.325) (Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen Tahun 2011‐2013)
Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas berpendidikan tertinggi SMP+ • 2011 adalah 35,9% (342.779). Wilayah yang memiliki jumlah tertinggi adl Kec. Kebumen = 47.926 dan terendah adl Kec. Sadang = 2.285. • 2012 adalah 42% (460.623). Wilayah yang memiliki jumlah tertinggi adl Kec. Kebumen = 62.340 dan terendah adl Kec. Sadang =u 3.585. • 2013 adalah 31,9% (312.250). Wilayah yang memiliki jumlah tertinggi adl Kec. Kebumen = 42.769 dan terendah adl Kec. Padureso = 1.935
Jumlah penduduk miskin & hampir miskin di Kabupaten Kebumen pada 3 th terakhir
• Th 2011 = 535,252 Jumlah tertinggi di Kec.Kebumen = 45.681, terendah di Kec. Bonorowo = 8.178. • Th 2012 sebesar 624.641 Jumlah tertinggi di Kec. Kebumen = 53.969 terendah di Kec. Bonorowo = 8.326.
• Th 2013 sebesar 755.211. Jumlah tertinggi di Kec. Kebumen = 65.145
terendah di Kec. Pocowarno = 10.796. Persentase Rumah Tangga ber PHBS dan Rumah Sehat
90
80
70
60
50
2011
40
2012
30
2013
20
10
0
RT ber PHBS
Rumah Sehat
Rumah Tangga Ber PHBS
• Rumah Tangga ber PHBS terus meningkat secara kuantitatif. Namun jika dilihat secara lebih terperinci kondisi tsb nampak belum merata atau hampir merata di wilayah kecamatan di Kabupaten Kebumen. • 2011 = 80,40%, tertinggi ada di Kec. Klirong, Ambal, Pejagoan, Sruweng, Gombong dan Sadang masing‐masing mencapai 100%, terendahnya ada di Kecamatan Bonorowo sebesar 15%. • 2012 = 81,99 % tertinggi ada di Kec. Bonorowo, Prembun, Poncowarno, Pejagoan, Sruweng, Rowokele, Karanganyar dan Sadang masing‐masing mencapai 100%, terendahnya ada di Kec. Kuwarasan sebesar 50%. • 2013 = 82,12%, jumlah tertinggi ada di Kec. Bonorowo, Prembun, Poncowarno, Pejagoan, Sruweng, Adimulyo, Karanganyar dan Sadang masing‐masing mencapai 100%, terendahnya ada di Kec. Ayah sebesar 43,1% (Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen 2011‐2013)
Rumah Tangga Ber PHBS
•
•
•
•
Rumah Tangga ber PHBS terus meningkat secara kuantitatif. Namun jika dilihat secara lebih terperinci kondisi tsb nampak belum merata atau hampir merata di wilayah kecamatan di Kabupaten Kebumen. 2011 = 80,40%, tertinggi ada di Kec. Klirong, Ambal, Pejagoan, Sruweng, Gombong dan Sadang masing‐masing mencapai 100%, terendahnya ada di Kecamatan Bonorowo sebesar 15%. 2012 = 81,99 % tertinggi ada di Kec. Bonorowo, Prembun, Poncowarno, Pejagoan, Sruweng, Rowokele, Karanganyar dan Sadang masing‐masing mencapai 100%, terendahnya ada di Kec. Kuwarasan sebesar 50%. 2013 = 82,12%, jumlah tertinggi ada di Kec. Bonorowo, Prembun, Poncowarno, Pejagoan, Sruweng, Adimulyo, Karanganyar dan Sadang masing‐masing mencapai 100%, terendahnya ada di Kec. Ayah sebesar 43,1% (Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen 2011‐2013)
Penemuan Kasus TB di bawah Standar
DAMPAK PENYEBAB LANGSUNG Penemuan kasus TB di bawah standar
Tenaga kesehatan terbatas
Kesadaran pasien untuk periksa
rendah ketika ada gejala TB Kurangnya pengetahuan ttg TB
Jarak dengan fasyankes jauh
Nilai-nilai budaya setempat Pendanaan terbatas
PENYEBAB TIDAK LANGSUNG Kerjasama lintas sektoral
masih minim termasuk
kerjasama dg perangkat di
tingkat desa/kecamatan
Tk pendidikan rata-rata rendah
Transportasi mahal-terbatas
Peran kader belum optimal Kemiskinan(angka kemiskinan meningkat)
Toga/tomas kurang dilibatkan
SOP penanganan TB belum ada
PENYEBAB MENDASAR Regulasi/ Peraturan Daerah dan Kebijakan Dasar
Penanggulangan Penyakit Menular dan Strategi
belum Komprehensif
Succes Rate di bawah standar DAMPAK PENYEBAB LANGSUNG Succes rate di bawah standar
Terlambat
mendapatkan yankes Terlambat mengambil
keputusan Kurangnya pengetahuan ttg TB
Gizi buruk
Nilai-nilai budaya setempat
Informasi ttg TB masih kurang
Kemiskinan
Tingkat pendidikan rendah
Jarak jauh dari fasyankes
Kondisi geografis yang sulit
Peran kader belum optimal
Peran PMO kurang optimal
Transportasi mahal
Toga/Tomas kurang dilibatkan
Pelatihan PMO belum ada
PENYEBAB TIDAK LANGSUNG Keterampilan terbatas-penghasilan rendah
Petugas kesehatan memiliki sumber daya terbatas
Kerjasama lintas sektoral penanganan TB belum
dilaksanakan
SOP penanganan TB belum ada
PENYEBAB MENDASAR Regulasi/ Peraturan Daerah dan Kebijakan
Dasar Penanggulangan Penyakit Menular
dan Strategi belum Komprehensif
Kematian akibat TB menunjukan tren meningkat DAMPAK PENYEBAB LANGSUNG PENYEBAB TIDAK LANGSUNG PENYEBAB MENDASAR Kematian akibat TB menunjukan
tren meningkat
Kekebalan tubuh
menurun
Gizi buruk
Lingkungan tempat tinggal
dan/lingkungan kerja tidak sehat
Pola hidup yang tidak sehat
Aktifitas fisik yang tidak sehat
Kemiskinan
Tingkat pendidikan rendah
Nilai-nilai budaya setempat Pengobatan terhenti
Kurangnya pengetahuan ttg TB
Peran PMO kurang optimal
Jarak jauh dari fasyankes
Kondisi geografis yang sulit Transportasi mahal
Peran kader belum optimal
Pelatihan PMO belum ada
Petugas kesehatan memiliki
sumber daya terbatas Keterampilan terbatas-penghasilan rendah
Toga/tomas kurang dilibatkan
Kerjasama lintas sektoral penanganan TB belum dilaksanakan
Anggaran penanganan TB masih sangat terbatas SOP penanganan TB belum ada
Regulasi/ Peraturan Daerah dan Kebijakan Dasar
Penanggulangan Penyakit Menular dan
Strategi belum Komprehensif
Analisa Kesenjangan Kapasitas Pemegang Peran Penderita TB, Keluarga-PMO, Stakeholders,
Petugas Kesehatan dan Dinkes/Bapeda/Bupati/DPRD Terhadap Wewenang – Tanggungjawab
– Sumberdaya
Pemegang
peran
Penderita TB
Keluarga
PMO
Stakeholders
(Kader/LSM/
Ormas)
Petugas Kesehatan
Dinkes/
Bapeda/Bupati/
DPRD
- Tanggungjawab
untuk
memeriksakan
anggota keluarga
terkait kesehatan
kurang meski
gejala sakit ada
- Sesama anggota
keluarga kurang
saling perhatian
- Anggota keluarga
yang tidak
lengkap
- Fungsinya hanya
bersifat sambilan
- Perannya hanya
berfungsi
manakala ada
sikap kooperatif
dari penderita
(tidak memiliki
power terhadap
penderita)
- Kader kurang
maksimal dalam
mensosialisasikan
tentang penyakit
TB ke masyarakat
- Kurang berperan
membantu
petugas kesehatan
dalam mengatasi
penyakit TB
- Tugas P2TB tidak
menjadi bagian
dari
posyandu/bidan
(kader sehat)
- Kurang
memahami
wewenang dan
tugas sebagai
petugas kesehatan
- Kurang patuh
terhadap SOP
- Tidak
berkoordinasi
dengan kader dan
masyarakat(TogaTomas) dalam
program
pengendalian dan
pengobatan TB
- Tidak mamahami
strategi dan
aturan tugas
sebagai PMO
- Belum memiliki
manajemen
yankes TB yang
memadai
- Penderita TB
yang tidak
berobat secara
rutin/tidak
berobat sama
sekali belum
ada
konsekuensi
yang berarti
- Belum
maksimal ikut
berpartisipasi
dalam upaya
meningkatkan
derajad
kesehatan
masyarakat
- Kerjasama
lintas sektoral
belum
dilaksanakan
secara
maksimal
dalam
penanganan
TB di daerah
- Penanganan
TB belum
menjadi
prioritas
program di
Kabupaten
- Kebijakan
TB dan
pencegahan
belum disusun
dalam perda
- Semua anggota
keluarga
- Kader di desa –
Posyandu/lainnya
; SSR; Ormas
- Puskesmas
- Dinkes,
Bapeda,
Bupati, DPRD
Kapasitas
Wewenang
Tanggungjawab
Sumber daya
- Kurangnya
kesadaran
penderita TB
terhadap arti
pentingnya
kesehatan
keluarga
- Tanggungjawab
untuk
memeriksakan
diri sendiri
terkait kesehatan
kurang meski
gejala sakit ada
- Tidak
mendatangi
yankes terdekat
untuk
berkonsultasi
atau periksa
Rekomendasi Rencana Advokasi
Mengurangi Kesenjangan Kapasitas dan Pemegang Peran
Pemegang
peran
Penderita TB
Keluarga
PMO
Stakeholders
(Kader/LSM/
Ormas)
Petugas Kesehatan
Dinkes/
Bapeda/Bupati/
DPRD
- Bertanggung
jawab untuk
memeriksakan
anggota keluarga
terkait kesehatan
bila gejala sakit
ada
- Meningkatkan
keharmonisan
keluarga (saling
menyayangi dan
memperhatikan)
- Jika anggota
keluarga tidak
lengkap maka
perlu dibantu oleh
saaudara atau
orang yang secara
psikologis dekat
dengan penderita
- Revitalisasi
fungsi PMO
- PMO memiliki
power terhadap
penderita yang
bandel
- Kader membantu
dalam
mensosialisasikan
tentang penyakit
TB ke masyarakat
- Memiliki peran
membantu
petugas kesehatan
dalam mengatasi
penyakit TB
- Tugas P2TB
menjadi bagian
dari
posyandu/bidan
(kader sehat)
- Memahami
wewenang dan
tugas sebagai
petugas kesehatan
- Memiliki
kepatuhan
terhadap SOP
dengan kesadaran
yang penuh
- Berkoordinasi
dengan kader dan
masyarakat(TogaTomas) dalam
program
pengendalian dan
pengobatan TB
- Memahami
strategi dan
aturan tugas
sebagai PMO
- Memiliki
manajemen
yankes TB yang
memadai
- Memberikan
konsekuensi
bagi Penderita
TB yang tidak
berobat secara
rutin/tidak
berobat sama
sekali
- Meningkatkan
partisipasi
aktif dalam
upaya
meningkatkan
derajad
kesehatan
masyarakat
- Melaksanaka
n kerjasama
lintas sektoral
secara
maksimal
dalam
penanganan
TB di daerah
- Penanganan
TB menjadi
prioritas
program di
Kabupaten
- Menyusun
Kebijakan/
Perda TB
dan
pencegahann
ya
- Semua anggota
keluarga
- Kader di desa –
Posyandu/lainnya
; SSR; Ormas
- Puskesmas
- Dinkes,
Bapeda,
Bupati, DPRD
Kapasitas
Wewenang
Tanggungjawab
Sumber daya
- Membangun
kesadaran
penderita TB
terhadap arti
pentingnya
kesehatan
- Penderita harus
memeriksakan
diri sendiri
terkait kesehatan
jika gejala sakit
ada
- Mendatangi
yankes terdekat
untuk
berkonsultasi
atau periksa
NOTULEN KEGIATAN
Hari, Tanggal
Tempat
Waktu
Acara
Peserta yang hadir
: Selasa, 15 Juli 2014
: Ruang Sidang STIKES Muhammadiyah Gombong
: 10.00 – 14.00
: Seminar Ekternal Hasil ANSIT TB Kabupaten Kebumen
: 19 orang
1. Kepala Dinas Kesehatan diwakili Kabid PMK
2. Bagian data Dinas Kesehatan
3. Kabid Perencanaan Bapeda
4. Puskesmas Sempor
5. Puskesmas Sruweng
6. Puskesmas Kebumen
7. Pimpinan Daerah Muhammadiyah
8. Pimpinan Daerah Aisyiyah
9. Koordinator SSR Aisyiyah
10. SSR Aisyiyah bagian data dan perencanaan
11. Anggota SSR Aisyiyah
12. Ketua Stikes Muhammadiyah Gombong
13. Ka LPPM Stikes Muhammadiyah Gombong
14. Ka LP3M UMM
15. 5 orang Tim Peneliti
Susunan Acara
1. Pembukaan oleh Pembawa Acara dengan membaca basmallah
2. Prakata dari Ka Stikes Muhammadiyah Gombong
a. Selamat datang dan terima kasih atas kesediaan hadir dalam pertemuan
b. Perkenalan
c. Semoga pertemuan memberikan manfaat bagi umat
3. Penyampaian Materi Hasil Ansit oleh Ketua Tim Peneliti
4. Diskusi/masukan/tanggapan
a. Kabid PMK
1) Apresiasi dan terima kasih untuk Analisis Situasi TB Kabupaten Kebumen,
harapannya bisa menjadi masukan yang berarti bagi daerah terutama
pemerintah daerah dalam menanggulangi TB, dimana Kabupaten Kebumen ini
memiliki potensi yang cukup besar
2) Jumlah angka penemuan kasus atau CDR memiliki indikator BTA (+) dan
Klinis sehingga ini bisa dijadikan bahan untuk kelengkapan analisis termasuk
cure rate
3) Pengobatan lengkap di Dinas Kesehatan masuk dalam Succes Rate
4) Peraturan Bupati Nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal di
Kabupaten Kebumen. Dimana di dalamnya ada target-target pelayanan yang
harus dilaksanakan oleh SKPD termasuk dalam bidang kesehatan. Petunjuk
pelaksanaan (standart operating procedure) dalam ISTC sudah ada, hanya
saja kepatuhan dalam melaksanakan dari setiap elemen tersebut yang belum
maksimal. Memang belum pernah melakukan evaluasi secara sistematis
namun dapat dirasakan pengaruhnya sangat kuat.
5) Program TB yang terpantau masih di kalangan terbatas. Untuk praktik-praktik
swasta utamanya dokter-dokter swasta belum terintegrasi. Belum ada SOPnya,
akibatnya menimbulkan missing dalam pengobatan penderita TB. IDI belum
menetapkan penggunaan obat yang terstandar dalam pengobatan penderita TB.
Penderita TB yang berobat ke dokter swasta sering DO dalam pengobatan
karena a) beban biaya yang mahal untuk pengobatan 6 bulan atau b) ketika
pengobatan awal sudah merasa enak / lebih sehat maka berhenti dalam
pengobatan c) penderita TB tidak mengetahui bahwa ia sakit TB yang harus
berobat dalam jangka waktu yang cukup lama dan tidak boleh DO.
6) SOP dengan lintas sektoral maupun multi sektoral dalam penanganan TB di
daerah memang belum ada
7) SK pembentukan PPMix baru saja dikeluarkan( 2014 )harapannya dapat
segera menjalankan fungsinya dengan maksimal
b. Puskesmas Sempor
1) Sepakat bahwa SOP sudah ada namun kepatuhan terhadap SOP ini yang
belum ada mekanisme reward and punishment nya. Hal ini yang memiliki
pengaruh cukup besar dalam keberhasilan penanggulangan TB di daerah
2) Mohon untuk data PHBS terutama untuk wilayah-wilayah kecamatannya.
Memang kalau berdasarkan data yang dimiliki yang memiliki Rumah Tangga
ber PHBS di Kebumen terus mengalami peningkatan secara kuantitatif.
Namun jika dilihat secara terperinci nampak belum merata di wilayah
kecamatan. Kemudian untuk jumlah Rumah Sehat tahun 2013 = 67,62%
tertinggi Kec. Pocowarno (88,60%) terendah Kec. Padureso (6,23%).
Permasalahan ini jelas tidak mungkin diselesaikan oleh Dinkes sendiri
meskipun kondisi ketidakmampuan dalam mewujudkan Rumah Sehat tsb akan
berdampak besar pada aspek kesehatan masyarakat.
3) PHBS memiliki pengaruh yang berarti dalam succes rate
4) Petugas Puskesmas yang menangani TB hanya satu, jika tidak dibantu oleh
berbagai pihak menjadi sangat berat. Khusus Kecamatan Sempor memiliki 2
Puskesmas yaitu Sempor I dan Sempor II, dimana luas wilayahnya lebih dari
100 km2, terdiri dari 16 desa, dengan kondisi geografis sebagian besar daerah
pegunungan. Tetapi jejaring kemitraan memang belum dapat berjalan dengan
maksimal. Keterbatasan anggaran juga menjadi kendala.
c. Peskesmas Sruweng
1) SOP penanganan penyakit tertentu di Sruweng sudah ada termasuk TB.
Sebenarnya ini ada khusus di Puskesmas-Puskesmas yang telah memiliki ISO.
Tidak semuanya puskesmas ber ISO, baru sebagian kecil. Jumlah puskesmas
di Kebumen ada 36 puskesmas yang tersebar di 25 kecamatan. Persoalannya
bukan harus ISO atau tidak tapi SOPnya bisa di adopsi untuk yang lainnya,
dan ini belum dilakukan. Hal ini disebabkan banyak faktor.
2) Kader sehat yang ada di desa salah satu diantaranya adalah Bidan Desa.
Mereka menjadi bagian dari jejaring penanganan TB di desa mulai dari
penemuan kasus sampai pada pengobatan tetapi mereka lebih terkonsentrasi
pada tugas utama mereka yaitu persalinan, sehingga kasus di lapangan ada
yang tidak tahu atau tidak mau tahu tentang kasus TB.
3) Pelatihan kader desa terkait penanganan kasus TB maupun PMO masih sangat
minim
d. SSR Aisyiyah Kebumen
1) Sangat apresiatif atas dilaksanakan ansit di Kebumen. Semoga bisa menjadi
evaluasi dan memberikan rekomendasi yang berarti untuk pemerintah daerah
dan lainnya sehingga potensi TB di Kebumen dapat diatasi dengan sungguhsungguh.
2) Potensi TB di Kebumen luar biasa namun ada keterbatasan dalam
penangannya
3) Penanganan TB belum menjadi prioritas program di daerah baik jangka
pendek, menengah maupun jangka panjang
4) Kerja SSR mulai dari sosialisasi, penemuan kasus TB, memeriksakan dahak,
mendampingi pengobatan jika bermasalah, pendampingan pengobatan sampai
sembuh.
5) Kerja SSR Aisyiyah dalam penanganan TB akan terus berjalan, meski di awal
ada funding dari Global Fund. Namun berkat kerja keras dari para relawan,
kerja kami mendapatkan kepercayaan dari banyak pihak sehingga mampu
menggali dana dari masyarakat (meski saat ini masih terbatas)
6) Saat ini SSR mengadakan lomba rumah sehat bagi pasien sembuh secara
periodik, ini salah satu cara memotivasi mereka untuk memiliki hidup lebih
sehat. Pemberian makanan/ gizi tambahan bagi penderita TB
7) Jejaring kami masih terbatas, namun kerjasama dengan petugas kesehatan
terus kami laksanakan.
8) Pelatihan PMO selama ini hanya kami yang melaksanakan, dinas Kesehatan
belum padahal merupakan kebutuhan yang vital
9) Kami sepakat perlu ada perda penanganan TB di daerah dan pengembangan
jejaring baik lintas sektoral maupun multisektoral
e.
Kabid Perencanaan Bappeda
1) Hasil Ansit memberikan rekomendasi yang berarti bagi pemda, akan
diteruskan ke atas
2) Terkait perencanaan program dan pendanaan kami berprinsip bottom up
3) Kerjasama antar SKPD dalam penanganan TB di daerah memang perlu agar
bisa lebih kontinyu dan berkesinambungan sehingga memberikan hasil yang
maksimal
4) Bagi Tim Ansit mohon laporan tertulisnya agar menjadi dokumen yang berarti
bagi kami, khususnya untuk perencanaan program-program kerja daerah yang
dipertimbangkan
5. Penutup
a. Closing: Ketua Tim
1) Masukan saran akan diolah untuk melengkapi laporan
2) Persoalan penanggulangaan TB harus diatasi dengan lintas dan multisektoral
dan sungguh-sungguh
3) Intinya pemerintah daerah merespon positif Ansit TB Kabupaten Kebumen
4) Rekomendasi akan ditindak lanjuti dalam perencanaan pembangunan daerah
secara bertahap dan berkesinambungan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat
b. Ditutup dengan bacaan hamdalah
Lingkungan Rumah Tinggal Penderita TB (1) Lingkungan Rumah Tinggal Penderita TB (2) Rumah Tinggal Penderia TB dari Dalam Bagian dari Kegiatan Sosialisasi TB oleh Relawan (1) Bagian dari Kegiatan Sosialisasi TB oleh Relawan (2) Bagian dari Kegiatan Sosialisasi TB oleh Petugas Kesehatan Focus Group Discussion dengan Koordinator Relawan Kecamatan (1) Focus Group Discussion dengan Koordinator Relawan Kecamatan (2) Wawancara dengan Koordinator SSR Aisyiyah Kabupaten Kebumen (1) Wawancara dengan Koordinator SSR Aisyiyah Kabupaten Kebumen (2) Sharing Data dan Informasi dengan Wasor Wawancara dengan Salah Satu Petugas Kesehatan 
Download