BAB II PROTEKSI GANGGUAN PADA SISTEM DISTRIBUSI

advertisement
BAB II
PROTEKSI GANGGUAN PADA SISTEM DISTRIBUSI
2.1. Teori Dasar
Pada sistem distribusi tenaga listrik diperlukan pengaman yang
dapat melokalisir adanya gangguan yang dapat menganggu stabilitas
sistem yang dapat merusak peralatan.
Penyaluran tenaga listrik pada sistem distribusi terdiri dari dua
saluran, yaitu:
a)
Kawat udara / SUTM ( Saluran Udara Tegangan Menengah )
b)
Kabel tanah / SKTM ( Saluran Kabel Tegangan Menengah )
Gangguan – gangguan yang biasa terjadi pada saluran dapat disebabkan
oleh beberapa hal :
a)
Pada saluran kawat udara gangguan dapat di sebabkan oleh
petir ketika hujan, ranting – ranting pohon yang dekat
dengan kawat udara.
Ranting
pohon
Petir
ber
um
I (s
)
Gambar 2.1. Saluran Udara Tegangan Menengah mengalami gangguan karena ranting pohon,
binatang & petir
b)
Pada saluran kabel tanah gangguan dapat disebabkan
karena beban lebih yang yang dapat merusak kabel dan
dikarenakan terkena benda tajam, sehingga merusak
konduktor
ber)
m
u
s
I(
Short antara
konduktor dan
shield
TM
SK
Gambar 2.2. Saluran Kabel Tegangan Menengah mengalami
gangguan karena terkena benda tajam
Pada sistem distribusi tenaga listrik terutama saluran udara ada
dua macam gangguan utama yang ditinjau dari lamanya gangguan ;
a) Gangguan temporer atau sementara
b) Ganguan permanent atau tetap
Gangguan sementara adalah gangguan yang sifatnya hanya
sementara atau terjadi dalam waktu singkat dan dapat dihilangkan dalam
waktu yang cukup untuk memadamkan busur api tanpa harus pengaman
lebur melebur karena sudah dilindungi sistem kerjanya oleh relay yang
dapat membuka dan menutup otomatis. Gangguan sementara ini
7
tergantung dengan alam sekitarnya dan gangguan ini prosentasenya 75%
sampai 90% lebih sering mengalami gangguan dibanding dengan
gangguan yang sifatnya permanent.
Gangguan permanent awalnya adalah gangguan sementara yang
pada akhirnya mengalami gangguan yang sifatnya permanent. Gangguan
ini diperlukan adanya penggantian ataupun perbaikan pada peralatan
yang menyebabkan gangguan. gangguan tersebut dapat hilang setelah
bagian yang terganggu telah diisolir atau diatasi.
Saluran
kabel
tanah
kebanyakan
gangguannya
bersifat
permanent dan prosentasenya lebih sedikit dibanding dengan saluran
kawat udara, oleh karena itu sistem pendekatan pengamanannya berbeda
dengan pengamanan pada saluran kawat udara.
Pengamanan sistem distribusi tujuan utamanya adalah :
1) Meminimumkan lamanya gangguan
2) Meminimumkan jumlah pelanggan yang terkena gangguan.
Selain itu tujuan pengamanan sistem distribusi :
1) Mengurangi sedapat mungkin pengaruh bahayanya
2) Membatasi sekecil mungkin segmen sistem yang mengalami
pemadaman
3) Melindungi peralatan pelanggan
4) Melindungi system terhadap pemadaman yang tidak diperlukan
dan kerusakan
5) Memisahkan saluran yang terganggu
8
Alat pengaman dalam melokalisir gangguan juga mempunyai
pengaman cadangan selain dari pengaman utama. Gunanya untuk ketika
pengaman utama yang mengisolir daerah gangguan (zone protection)
yang merupakan daerah pengaman tersebut harus kerja tetapi tidak
bekerja atau gagal kerja. maka pengaman cadanganlah yang akan
bekerja untuk mengisolir daerah gangguan tersebut. Metode ini disebut
sebagai koordinasi alat pengaman. Di fungsikan untuk menghilangkan
pemadaman
akibat
gangguan
yang
sifatnya
hanya
sementara,
meminimalisir daerah yang terganggu sehingga tidak mengganggu sistem
yang lain dan dapat diketahui daerah yang mengalami gangguan.
Pemilihan alat pengamanan harus mempunyai persyaratan
penting dalam pengoperasiannya agar sistem terjamin dan terjaga dari
gangguan, yaitu ;
a. Kepekaan ( Sensitivity )
Sistem proteksi dapat merasakan adanya ketidak normalan atau
adanya gangguan pada jaringan tenaga listrik betapapun kecilnya
gangguan tersebut.
b. Keandalan ( Reliability ) :
b.1 Dependabilty
Pengaman dalam mengisolir harus mempunyai keandalan yang
tinggi, sehingga pengaman dapat diandalkan bekerjanya dalam
artian pengaman tidak boleh gagal dalam kerjanya mengamankan
gangguan.
b.2 Security
9
Pengaman bekerja harus dalam daerah pengamanannya (zone
protection) dan dapat mengatasi gangguan dalam waktu yang tepat
dan cepat jangan sampai ada kesalahan kerja. Jadi pengaman
dalam mengatasi gangguan tidak boleh salah kerja & tidak akan
bekerja bila tidak diperlukan.
b.3 Avaibility
Yaitu perbandingan antara waktu dimana pengaman dalam
keadaaan siap kerja dan waktu total operasinya.
c. Selektifitas ( Selectivity )
Pengaman harus dapat mengisolir daerah yang mengalami gangguan
seminim mungkin, daerah yang mengalami gangguan saja yang harus
diisolir dari gangguan. Jadi pengaman mengamankan daerah yang
mana menjadi daerah pengamanannya (zone protection) bila terjadi
gangguan.
d. Kecepatan ( Speed )
Dalam operasi kerja dari pengaman harus mampu mengisolir
gangguan dalam waktu yang tepat dan cepat, sehingga tidak
menggangu kestabilan sistem dan kerusakan pada peralatan akibat
thermal stress akibat keterlambatan kerja dari pengaman.
Persyaratan lain yang juga perlu diperhatikan adalah persyaratan
ekonomis, disini sistem proteksi yang harganya lebih murah belum tentu
lebih ekonomis. Perhitungan terhadap masalah ini perlu ditinjau dari segi
aspek yang lebih luas, misalnya faktor resiko (karena tidak andal),
pemeliharaan dan lain sebagainya.
10
Untuk mendapatkan sistem yang memenuhi syarat seperti yang diuraikan
diatas, sering kali dijumpai kendala yang dapat menyebabkan kaidah
praktis yang sudah baku tidak dapat diterapkan sepenuhnya.
Segala macam gangguan harus dapat diatasi sehingga tidak
menyebabkan pemadaman (black out) yang dapat merugikan konsumen,
oleh karena itu sistem tenaga listrik dibuat pengamanan bertingkat, berikut
ini merupakan pengamanan bertingkat pada saluran distribtusi:
1. Sistem distribusi :
a. Pada distribusi sekunder :
- diperlukan MCB, Fuse di sisi konsumen
- NH Fuse pada LV-MSB
- Pengaman beban di Gardu distribusi
b. Pada distribusi primer
Diperlukan Over Current Relay, Ground Fault Relay
dan Pemutus (PMT) di sisi penyulang masuk dan
keluar pada Bus / feeder.
2. Gardu induk
Pada gardu induk terdapat Over Current Relay, Ground fault
Relay, Differential Relay.
Adanya tingkatan pengamanan pada sistem distribusi, pada peralatan
pengaman diperlukan penyetelan relay terhadap waktu dan arus, terutama
pada penyulang masuk dan penyulang keluar di bus 20kV pada gardu
induk.
11
2.2. Relay Arus lebih
Relay arus lebih adalah suatu Relay yang bekerja didasarkan
adanya kenaikan arus yang melebihi suatu nilai pengaman tertentu atau
melebihi nilai nominalnya dan dalam jangka waktu tertentu, sehingga relay
ini dapat dipakai sebagai pola pengaman untuk mengatasi gangguan arus
lebih.
relay arus lebih ditinjau dari segi fungsi dan tujuan :
a) Relay ini merupakan / termasuk sebagai pengaman utama
dan pengaman cadangan.
b) Sebagai pengaman utama pada jaringan distribusi dan sub
transmisi yang radial.
c) Pengaman cadangan untuk generator, trafo tenaga dan
saluran transmisi.
d) Mengamankan dari gangguan hubung singkat antar fasa
maupun hubung singkat satu fasa ketanah dan dapat juga
digunakan sebagai pengaman dari beban lebih.
Relay arus lebih prisip kerjanya secara elektromekanis dan statik
dilihat dari karakteristik waktu kerja dari relay arus lebih terdiri dari:
1. Relay arus lebih dengan karakteristik seketika (moment)
Kerja dari relay ini sangat singkat sekitar 20 - 100 ms tanpa
penundaan waktu, bekerja pada saat mulai arusnya naik (pick-up)
sampai selesai kerjanya (arus kembali normal).
12
t (s)
I (A)
Gambar 2.3. Karakteristik waktu seketika (moment)
2. Relay arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu (definite time)
Kerja relay ini dari mulai arus pick-up sampai selesai / kembali
normal, kerja relay di perpanjang dengan nilai tertentu dan tidak
tergantung dari besarnya arus yang menggerakkan.
Gambar 2.4. Karakteristik waktu tertentu (definite time)
3. Relay arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik (invers time)
Kerja relay ini dari mulai arus pick-up sampai selesai / kembali
normal, kerja relay di perpanjang dengan nilai yang berbanding
terbalik dengan besarnya arus yang menggerakkan.
13
t (s)
I (A)
Gambar 2.5. Karakateristik waktu terbalik
Karakteristik waktu terbalik digolongkan lagi menjadi :
a) Berbanding terbalik (inverse)
b) Sangat berbanding terbalik (very inverse)
c) Sangat berbanding terbalik sekali (exteremely inverse)
t (s)
a
b
c
I (A)
Gambar 2.6. Jenis karakateristik waktu terbalik
Pada relay waktu arus lebih dikenal dengan arus pick-up (kerja)
dan arus kembali (drop-off).
14
Gambar 2.7. Arus pick-up dan drop-off
Arus pick-up (Ip) disebut sebagai arus kerja, relay akan bekerja ketika
arus melebihi ambang batas nominal atau pick-up maka kontak relay akan
menutup (relay bekerja).
Disaat arus kembali normal seperti keadaan semula atau disebut dengan
arus drop-off ( Id ) maka relay berhenti bekerja dan kontak relay akan
membuka.
Ketika waktu terhadap arus ta < t dinyatakan relay tidak bekerja dan bila
ta > t relay arus lebih dinyatakan bekerja.
Perbandingan dari arus kembali (drop-off) dengan arus kerja (pick-up)
dinyatakan dengan Kd ; atau
Kd
=
Id
Ip
Kd ; faktor arus kembali
15
Id ; arus kembali (drop-off)
Ip ; arus kerja (pick-up)
Nilai perbandingan untuk relay dengan karakteristik waktu tertentu
mempunyai nilai Kd ; 0,7 ~ 0,9 dan untuk relay dengan karakteristik waktu
terbalik mempunyai Kd ; 0,9 ~ 1,1.
Prinsip dasar penyetelan arus lebih pada umumnya di dasarkan
penyetelan batas minimumnya, dengan demikian setiap adanya gangguan
hubung singkat di beberapa seksi berikutnya relay harus bekerja. Untuk
mendapatkan pengamanan yang selektif maka penyetelan masing-masing
RELAY dibuat secara bertingkat dan dalam penyetelannya juga harus
memenuhi persyaratan penting dalam pengamanan yang baik seperti
yang telah dibahas sebelumnya bahwa pengamanan secara keseluruhan
harus bekerja secara cepat dan tepat di sertai selektifitas yang tinggi.
Batas penyetelan minimum relay arus lebih tidak boleh bekerja
pada saat terjadi beban maksimum.
IS
=
K fk
Kd
x I max
IS ; penyetelan arus
Kfk ; faktor keamanan 1,1 ~ 1,2
Imax ; arus maksimum atau arus nominal
Untuk batas penyetelan maksimum relay arus lebih harus bekerja bila
terjadi gangguan hubung singkat pada rel seksi berikutnya.
16
A
B
C
Gambar 2.8. Penyetelan maksimum bila terjadi gangguan hubung singkat
pada seksi berikutnya
Pada gambar 2.8 relay arus lebih di A dapat sebagai pengaman utama
pada feeder / seksi A-B dan sebagai pengaman cadangan untuk seksi
berikutnya (seksi B-C).
Pemakaian relay arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu
(definite time) sangat baik digunakan pada sistem yang terpisah dan
seksinya hanya sedikit, dan untuk sistem yang ditanahkan. Sedang untuk
pemakaian relay arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik (invers
time) akan baik digunakan pada sistem radial yang jumlah seksinya lebih
banyak atau sistem loop, karena waktu kerja sebagai keseluruhan menjadi
lebih singkat.
2.3. Sistem Pentanahan
Sistem pentanahan pada sistem distribusi sangat penting
peranannya untuk mengisolir gangguan terhadap fasa ke tanah. Sistem
pentanahan pada sistem tenaga listrik terdiri dari :
1) Sistem tidak ditanahkan.
17
Pada sistem tidak ditanahkan arus gangguan satu fasa
tanahnya sangat kecil oleh karena itu relay arus lebih yang di aliri
arus
fasa
tidak
dapat
mengamankan
gangguan
tanah.
Pengamanannya didasarkan dari tegangan yang timbul akibat
pergeseran titik netral dari tanah.
2) Sistem ditanahkan dengan tahanan.
Sistem ditanahkan dengan tahanan terdiri dari ditanahkan
dengan tahanan tinggi dan ditanahkan dengan tahanan rendah.
Pada sistem ditanahkan dengan tahanan
tinggi yaitu 500 ohm,
untuk sistem 20 kV arus gangguan satu fasa tanah juga masih kecil
sehingga arus reistif gangguan tanah masih sebanding dengan
arus kapasitif gangguan tanahnya. Dengan demikian relay arus
lebih harus yang khusus untuk mendeteksi arus gangguan tersebut.
Pada sistem ditanahkan dengan tahanan rendah SUTM
20kV tahanan pentanahannya 40 ohm, arus gangguan satu fasa
tanahnya maksimum 300A dan sistem SKTM 20kV pentanahannya
12 ohm, arus gangguan satu fasa tanahnya maksimum 1000A.
Arus gangguan maksimum diatas bila terjadi gangguan di
dekat dengan trafo daya suplai, tetapi bila terjadi jauh dari trafo
daya dan terdapat tahanan gangguan maka arus gangguan satu
fasa tanah akan kecil. Oleh karena itu supaya relay lebih dapat
membedakan antara arus gangguan satu fasa ke tanah atau arus
beban karena besarnya sama atau lebih kecil, maka yang dideteksi
oleh relay arus lebih ialah arus urutan nol atau 3I0 nya.
18
3) Sistem ditanahkan langsung.
Untuk sistem ditanahkan langsung arus gangguan satu fasa
ketanah yang ditimbulkan besar dan gangguan satu fasa tanah di
dekat trafo daya dapat lebih besar dari pada arus gangguan
hubung singkat tiga fasa, sedangkan gangguan yang terjadi jauh
dari trafo umumnya arus gangguannya lebih kecil dari gangguan
hubung singkat 3 fasa.
Pada relay arus lebih dengan sistem ditanahkan langsung, beda
arus di pangkal dan di ujung besar maka sistem dengan ditanahkan
langsung cocok menggunakan relay arus lebih dengan karakteristik
waktu terbalik.
2.4.
Komponen Simetris
Metode
komponen
simetris
adalah
teori
dimana
untuk
memecahkan problem terhadap sistem yang tidak seimbang dengan
menggunakan teknik keseimbangan.
Ic
120°
Ia
120°
120°
Ib
Gambar 2.9 Sistem 3 fasa seimbang.
19
Gambar 2.9 merupakan ilustrasi fasor seimbang dari sistem tiga fasa,
dimana jarak magnitude sama 120 derajat antar fasanya. Dengan positif
rotasi searah jarum jam, pada gambar arus tiga fasa dalam sistem operasi
normal.
Sistem fasor tiga fasa tidak seimbang merupakan penjumlahan
dari beberapa komponen fasor asli yang dinyatakan sebagai berikut;
Va = Va1 + Va2 + Va0
Vb = Vb1 + Vb2 + Vb0
Vc = Vc1 + Vc2 + Vc0
Sistem fasor tiga fasa tidak seimbang dapat dinyatakan dalam sistem
fasor seimbang yang terdiri dari komponen;
A. Komponen urutan nol (zero sequence component), adalah 3 buah
fasor yang arahnya sama dengan magnitudes urutan nol (zero
sequence) dan dengan pergeseran fasa nol dari masing-masing
fasa.
Va0
Vb0
Vc0
Gambar 2.10. Komponen urutan nol
B. Komponen urutan positif (positif sequence component), adalah 3
buah fasor sama besar yang mempunyai beda sudut ± 120° antar
20
fasanya dan mempunyai urutan fasa yang sama dengan fasor
aslinya.
Vc1
Va1
Vb1
Gambar 2.11. Komponen urutan positif
C. Komponen urutan negatif (negative sequence component) adalah 3
buah fasor sama besar yang mempunyai beda sudut ± 120° antar
fasanya dan mempunyai urutan fasa yang berlawanan dengan
fasor aslinya.
Va2
Vb2
Vc2
Gambar 2.12. Komponen urutan negatif
21
Dalam penulisan bahwa komponen urutan nol, urutan positif dan
urutan negatif digunakan operator a yang mana menyebabkan arah rotasi
120° searah jarum jam. Untuk menyatakan besarnya masing-masing
komponen Vb dan Vc dalam fungsi operator a maka dinyatakan dalam
komponen Va, dari persamaan (2.1) didapatkan hubungan sebagai berikut;
Vb1 = a2Va1
Vc1 = aVa1
Vb2 = aVa2
Vc2 = a2Va2
Vb0 = Va0
Vc0 = Va0
Besar tegangan Va, Vb, dan Vc dapat sebagai urutan komponen, hal
tersebut dapat di lihat pada perkalian matrik sebagai berikut:
⎛ Va ⎞ ⎛1
⎜
⎟ ⎜
⎜ Vb ⎟ = ⎜1
⎜ Vc ⎟ ⎜1
⎝
⎠ ⎝
1
a
a
2
1 ⎞ ⎛ Va 0
⎟ ⎜
a ⎟ = ⎜ Va1
⎟ ⎜
a 2 ⎠ ⎝ Va 2
⎞
⎟
⎟
⎟
⎠
Dimana :
a = 1∠120 0 =
3
−1
+ j
2
2 ….…………….................................(2.1)
Dari persamaan 1, dapat di uraikan menjadi 3 buah persamaan sebagai
berikut:
Va = Va0 + Va1 + Va2
Vb = Va0 + a2Va1 + aVa2
Vc = Va0 + aVa1 + a²Va2
Dalam persamaan 2.3, jumlah kompleks dengan magnitude dan sudut
fasa 120°, yang mana fasor kelipatan dari a, fasor ini berputar (rotasi)
22
120°, dengan cara yang sama kelipatan a dapat ditulis a² = (1∠120°)
(1∠120°) = 1 ∠ 240° putaran (rotasi ) 240° dapat dilihat pada tabel 2.1
Table 2.1. Fungsi operator a 1
a4 = a = 1 ∠ 120°
a = 1 ∠ 120°
a² = 1 ∠ 240°
a3 = 1 ∠ 360°
1 + a + a² = 0
1 + a = -a² = 1 ∠ 60°
1 – a = √3 ∠-30°
1 + a² = - a = 1 ∠ -60°
a - a² = √3 ∠ 90°
a + a² = -1 = 1 ∠ 180°
1 – a² = √3 ∠30°
Bila Vph = AVs dan Vs = A-1 Vph
Dimana : Vph = vector kolom dari tegangan fasa
Vs = vector kolom dari tegangan urutan(sequence voltage)
⎛1 1 1 ⎞
⎜
⎟
A = ⎜ 1 a2 a ⎟
⎜
2⎟
⎝1 a a ⎠
Invers
A−1
⎛1 1 1 ⎞
⎟
1 ⎜
=
⎜ 1 a a2 ⎟
3 ⎜
⎟
2
⎝1 a a ⎠
Maka :
1
William D Stevenson Jr. “Element Of Power System Analysis”
23
⎛ Va 0
⎜
⎜ Va1
⎜
⎝ Va 2
⎞
⎟
⎟ =
⎟
⎠
⎛1 1 1 ⎞
⎟
1⎜
2
1
a
a
⎜
⎟
3⎜
⎟
2
⎝1 a a ⎠
⎛ Va ⎞
⎜
⎟
⎜ Vb ⎟ …………………………(2.2)
⎜
⎟
⎝ Vc ⎠
Perkalian matrik pada persamaan 2.6, sebagai berikut:
Va 0
=
1
( Va + Vb + Vc ) …………………………………..(2.3)
3
Va1
=
1
Va + aVb + a 2Vc
3
Va 2
=
1
Va + a 2Vb + aVc
3
(
)
(
)
Pada persamaan 3, memperlihatkan bahwa tidak ada tegangan urutan
nol jika penjumlahan fasor tidak seimbang adalah nol. Dalam sistem yang
tak seimbang setiap fasanya, tegangan fasa netral mempunyai komponen
urutan nol tetapi tegangan fasa-fasa tidak mempunyai komponen urutan
nol.
Dan komponen simetris untuk arus, sebagai berikut:
Ip = AIs
Dimana A = vektor dari arus fasa
Is = vektor dari arus urutan (sequence current)
Ip
⎛
⎜
= ⎜
⎜
⎝
Ia
Ib
Ic
⎞
⎟
⎟
⎟
⎠
24
Is
⎛
⎜
= ⎜
⎜
⎝
⎞
⎟
⎟
⎟
⎠
I a0
I a1
I a2
Maka ; Is = A-1 Ip
⎛ I a0
⎜
⎜ I a1
⎜
⎝ I a2
⎞
⎛ 1 1 1 ⎞ ⎛ Ia ⎞
⎟
⎟
⎟ ⎜
1⎜
⎟ =
⎜ 1 a a 2 ⎟ ⎜ I b ⎟ …..……………………(2.4)
3⎜
⎟
⎟
⎟ ⎜
2
⎝ 1 a a ⎠ ⎝ Ic ⎠
⎠
Perkalian matrik pada persamaan 4, sebagai berikut :
I a0
=
1
( Ia + Ib + Ic
3
)
I a1
=
1
I a + aI b + a 2 I c
3
I a2
=
1
I a + a 2 I b + aI c
3
(
)
(
)
Arus fasa adalah :
Ia
= I a 0 + I a1 + I a 2 …………………………....………(2.5)
Ib
=
I a 0 + a 2 I a1 + aI a 2
Ic
=
I a 0 + aI a1 + a 2 I a 2
Dalam sistem 3 fasa hubungan Y, arus netral In sama dengan jumlah dari
arus fasa :
In
= I a + Ib + I c
……………….………………………….(2.6)
25
Dari persamaan 2.5 dan 2.6, di dapat :
In = 3Ia0
Pada netral nilai arusnya sama dengan 3 kali arus urutan nol untuk beban
seimbang dengan hubungan sistem Y atau bintang, arus pada fasa tidak
mempunyai komponen urutan nol saat arus pada netral sama dengan nol.
Untuk sistem 3 fasa yang tidak mempunyai penghantar netral seperti pada
hubungan segitiga atau delta yang tidak ada penghantar netral, arus fasa
tidak mempunyai komponen urutan nol.
2.5. Gangguan Hubung Singkat
Menurut standar IEC 60909/DINVDE 0102 ada empat tipe
gangguan hubung singkat yang dapat terjadi pada sistem tenaga listrik.2
Gambar 2.13. Empat tipe kesalahan sistem
Gangguan satu fasa ketanah (Gbr 2.13. a) kemungkinan
terjadinya adalah akibat back flashover antara tiang ke salah satu kawat
fasa transmisi/ distribusi sesaat setelah tiang tersambar petir yang basar,
2
Guinter G.Seip “Electrical Installation Handbook” Siemens
26
walaupun tahanan kaki tiangnya cukup rendah. Bisa juga gangguan satu
fasa ketanah terjadi sewaktu salah satu kawat fasa transmisi/ distribusi
tersentuh pohon yang cukup tinggi, dan lain-lain.
Gangguan 2 fasa (Gbr 2.13. b &c) kemungkinan terjadinya bisa
disebabkan oleh putusnya kawat fasa tengah pada transmisi/distribusi
dengan konfigurasi tersusun vertical. Dapat juga dari sebab rusaknya
isolator di transmisi/ distribusi sekaligus dua fasa. Gangguan seperti ini
biasanya menjadi gangguan dua fasa ketanah. Atau bisa juga akibat back
flashover antara tiang dan dua kawat fasa sekaligus sewaktu tiang
transmisi/ distribusi yang mempunyai tahanan kaki tiang yang tinggi
tersambar petir, dan lain-lain.
Gangguan 3 fasa (Gbr 2.13. d) kemungkinan terjadinya adalah
dari sebab putusnya salah satu kawat fasa yang letaknya paling atas pada
transmisi/distribusi dangan konfigurasi kawat antar fasanya disusun
secara vertical. Selain itu dapat juga diakibatkan oleh pohon yang cukup
tinggi berayun sewaktu tertiup angin kencang sehingga menyentuh ketiga
kawat fasa transmisi atau distribusi. Kemungkinan akan terjadinya
gangguan seperti ini sangat kecil, tetapi dalam analisanya tetap harus
diperhitungkan.
Gangguan hubung singkat yang sering banyak terjadi adalah
gangguan satu fasa ke tanah, dilihat dari frekuensi gangguan sekitar 70%
terjadi gangguan satu fasa ketanah.
Dilihat dari frekuensi gangguan yang sering terjadi ; 3
3
Hasan Basri “ Sistem Distribusi Daya Listrik “
27
•
Gangguan satu fasa ke tanah
: 70%
•
Gangguan dua fasa
: 15 %
•
Gangguan dua fasa ke tanah
: 10 %
•
Gangguan tiga fasa
: 5%
Gangguan tiga fasa kemungkinan yang akan terjadi pada sistem tenaga
listrik sangat kecil dibanding dengan gangguan satu fasa ke tanah.
28
Download