BAB II PROTEKSI GANGGUAN PADA SISTEM DISTRIBUSI 2.1. Teori Dasar Pada sistem distribusi tenaga listrik diperlukan pengaman yang dapat melokalisir adanya gangguan yang dapat menganggu stabilitas sistem yang dapat merusak peralatan. Penyaluran tenaga listrik pada sistem distribusi terdiri dari dua saluran, yaitu: a) Kawat udara / SUTM ( Saluran Udara Tegangan Menengah ) b) Kabel tanah / SKTM ( Saluran Kabel Tegangan Menengah ) Gangguan – gangguan yang biasa terjadi pada saluran dapat disebabkan oleh beberapa hal : a) Pada saluran kawat udara gangguan dapat di sebabkan oleh petir ketika hujan, ranting – ranting pohon yang dekat dengan kawat udara. Ranting pohon Petir ber um I (s ) Gambar 2.1. Saluran Udara Tegangan Menengah mengalami gangguan karena ranting pohon, binatang & petir b) Pada saluran kabel tanah gangguan dapat disebabkan karena beban lebih yang yang dapat merusak kabel dan dikarenakan terkena benda tajam, sehingga merusak konduktor ber) m u s I( Short antara konduktor dan shield TM SK Gambar 2.2. Saluran Kabel Tegangan Menengah mengalami gangguan karena terkena benda tajam Pada sistem distribusi tenaga listrik terutama saluran udara ada dua macam gangguan utama yang ditinjau dari lamanya gangguan ; a) Gangguan temporer atau sementara b) Ganguan permanent atau tetap Gangguan sementara adalah gangguan yang sifatnya hanya sementara atau terjadi dalam waktu singkat dan dapat dihilangkan dalam waktu yang cukup untuk memadamkan busur api tanpa harus pengaman lebur melebur karena sudah dilindungi sistem kerjanya oleh relay yang dapat membuka dan menutup otomatis. Gangguan sementara ini 7 tergantung dengan alam sekitarnya dan gangguan ini prosentasenya 75% sampai 90% lebih sering mengalami gangguan dibanding dengan gangguan yang sifatnya permanent. Gangguan permanent awalnya adalah gangguan sementara yang pada akhirnya mengalami gangguan yang sifatnya permanent. Gangguan ini diperlukan adanya penggantian ataupun perbaikan pada peralatan yang menyebabkan gangguan. gangguan tersebut dapat hilang setelah bagian yang terganggu telah diisolir atau diatasi. Saluran kabel tanah kebanyakan gangguannya bersifat permanent dan prosentasenya lebih sedikit dibanding dengan saluran kawat udara, oleh karena itu sistem pendekatan pengamanannya berbeda dengan pengamanan pada saluran kawat udara. Pengamanan sistem distribusi tujuan utamanya adalah : 1) Meminimumkan lamanya gangguan 2) Meminimumkan jumlah pelanggan yang terkena gangguan. Selain itu tujuan pengamanan sistem distribusi : 1) Mengurangi sedapat mungkin pengaruh bahayanya 2) Membatasi sekecil mungkin segmen sistem yang mengalami pemadaman 3) Melindungi peralatan pelanggan 4) Melindungi system terhadap pemadaman yang tidak diperlukan dan kerusakan 5) Memisahkan saluran yang terganggu 8 Alat pengaman dalam melokalisir gangguan juga mempunyai pengaman cadangan selain dari pengaman utama. Gunanya untuk ketika pengaman utama yang mengisolir daerah gangguan (zone protection) yang merupakan daerah pengaman tersebut harus kerja tetapi tidak bekerja atau gagal kerja. maka pengaman cadanganlah yang akan bekerja untuk mengisolir daerah gangguan tersebut. Metode ini disebut sebagai koordinasi alat pengaman. Di fungsikan untuk menghilangkan pemadaman akibat gangguan yang sifatnya hanya sementara, meminimalisir daerah yang terganggu sehingga tidak mengganggu sistem yang lain dan dapat diketahui daerah yang mengalami gangguan. Pemilihan alat pengamanan harus mempunyai persyaratan penting dalam pengoperasiannya agar sistem terjamin dan terjaga dari gangguan, yaitu ; a. Kepekaan ( Sensitivity ) Sistem proteksi dapat merasakan adanya ketidak normalan atau adanya gangguan pada jaringan tenaga listrik betapapun kecilnya gangguan tersebut. b. Keandalan ( Reliability ) : b.1 Dependabilty Pengaman dalam mengisolir harus mempunyai keandalan yang tinggi, sehingga pengaman dapat diandalkan bekerjanya dalam artian pengaman tidak boleh gagal dalam kerjanya mengamankan gangguan. b.2 Security 9 Pengaman bekerja harus dalam daerah pengamanannya (zone protection) dan dapat mengatasi gangguan dalam waktu yang tepat dan cepat jangan sampai ada kesalahan kerja. Jadi pengaman dalam mengatasi gangguan tidak boleh salah kerja & tidak akan bekerja bila tidak diperlukan. b.3 Avaibility Yaitu perbandingan antara waktu dimana pengaman dalam keadaaan siap kerja dan waktu total operasinya. c. Selektifitas ( Selectivity ) Pengaman harus dapat mengisolir daerah yang mengalami gangguan seminim mungkin, daerah yang mengalami gangguan saja yang harus diisolir dari gangguan. Jadi pengaman mengamankan daerah yang mana menjadi daerah pengamanannya (zone protection) bila terjadi gangguan. d. Kecepatan ( Speed ) Dalam operasi kerja dari pengaman harus mampu mengisolir gangguan dalam waktu yang tepat dan cepat, sehingga tidak menggangu kestabilan sistem dan kerusakan pada peralatan akibat thermal stress akibat keterlambatan kerja dari pengaman. Persyaratan lain yang juga perlu diperhatikan adalah persyaratan ekonomis, disini sistem proteksi yang harganya lebih murah belum tentu lebih ekonomis. Perhitungan terhadap masalah ini perlu ditinjau dari segi aspek yang lebih luas, misalnya faktor resiko (karena tidak andal), pemeliharaan dan lain sebagainya. 10 Untuk mendapatkan sistem yang memenuhi syarat seperti yang diuraikan diatas, sering kali dijumpai kendala yang dapat menyebabkan kaidah praktis yang sudah baku tidak dapat diterapkan sepenuhnya. Segala macam gangguan harus dapat diatasi sehingga tidak menyebabkan pemadaman (black out) yang dapat merugikan konsumen, oleh karena itu sistem tenaga listrik dibuat pengamanan bertingkat, berikut ini merupakan pengamanan bertingkat pada saluran distribtusi: 1. Sistem distribusi : a. Pada distribusi sekunder : - diperlukan MCB, Fuse di sisi konsumen - NH Fuse pada LV-MSB - Pengaman beban di Gardu distribusi b. Pada distribusi primer Diperlukan Over Current Relay, Ground Fault Relay dan Pemutus (PMT) di sisi penyulang masuk dan keluar pada Bus / feeder. 2. Gardu induk Pada gardu induk terdapat Over Current Relay, Ground fault Relay, Differential Relay. Adanya tingkatan pengamanan pada sistem distribusi, pada peralatan pengaman diperlukan penyetelan relay terhadap waktu dan arus, terutama pada penyulang masuk dan penyulang keluar di bus 20kV pada gardu induk. 11 2.2. Relay Arus lebih Relay arus lebih adalah suatu Relay yang bekerja didasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi suatu nilai pengaman tertentu atau melebihi nilai nominalnya dan dalam jangka waktu tertentu, sehingga relay ini dapat dipakai sebagai pola pengaman untuk mengatasi gangguan arus lebih. relay arus lebih ditinjau dari segi fungsi dan tujuan : a) Relay ini merupakan / termasuk sebagai pengaman utama dan pengaman cadangan. b) Sebagai pengaman utama pada jaringan distribusi dan sub transmisi yang radial. c) Pengaman cadangan untuk generator, trafo tenaga dan saluran transmisi. d) Mengamankan dari gangguan hubung singkat antar fasa maupun hubung singkat satu fasa ketanah dan dapat juga digunakan sebagai pengaman dari beban lebih. Relay arus lebih prisip kerjanya secara elektromekanis dan statik dilihat dari karakteristik waktu kerja dari relay arus lebih terdiri dari: 1. Relay arus lebih dengan karakteristik seketika (moment) Kerja dari relay ini sangat singkat sekitar 20 - 100 ms tanpa penundaan waktu, bekerja pada saat mulai arusnya naik (pick-up) sampai selesai kerjanya (arus kembali normal). 12 t (s) I (A) Gambar 2.3. Karakteristik waktu seketika (moment) 2. Relay arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu (definite time) Kerja relay ini dari mulai arus pick-up sampai selesai / kembali normal, kerja relay di perpanjang dengan nilai tertentu dan tidak tergantung dari besarnya arus yang menggerakkan. Gambar 2.4. Karakteristik waktu tertentu (definite time) 3. Relay arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik (invers time) Kerja relay ini dari mulai arus pick-up sampai selesai / kembali normal, kerja relay di perpanjang dengan nilai yang berbanding terbalik dengan besarnya arus yang menggerakkan. 13 t (s) I (A) Gambar 2.5. Karakateristik waktu terbalik Karakteristik waktu terbalik digolongkan lagi menjadi : a) Berbanding terbalik (inverse) b) Sangat berbanding terbalik (very inverse) c) Sangat berbanding terbalik sekali (exteremely inverse) t (s) a b c I (A) Gambar 2.6. Jenis karakateristik waktu terbalik Pada relay waktu arus lebih dikenal dengan arus pick-up (kerja) dan arus kembali (drop-off). 14 Gambar 2.7. Arus pick-up dan drop-off Arus pick-up (Ip) disebut sebagai arus kerja, relay akan bekerja ketika arus melebihi ambang batas nominal atau pick-up maka kontak relay akan menutup (relay bekerja). Disaat arus kembali normal seperti keadaan semula atau disebut dengan arus drop-off ( Id ) maka relay berhenti bekerja dan kontak relay akan membuka. Ketika waktu terhadap arus ta < t dinyatakan relay tidak bekerja dan bila ta > t relay arus lebih dinyatakan bekerja. Perbandingan dari arus kembali (drop-off) dengan arus kerja (pick-up) dinyatakan dengan Kd ; atau Kd = Id Ip Kd ; faktor arus kembali 15 Id ; arus kembali (drop-off) Ip ; arus kerja (pick-up) Nilai perbandingan untuk relay dengan karakteristik waktu tertentu mempunyai nilai Kd ; 0,7 ~ 0,9 dan untuk relay dengan karakteristik waktu terbalik mempunyai Kd ; 0,9 ~ 1,1. Prinsip dasar penyetelan arus lebih pada umumnya di dasarkan penyetelan batas minimumnya, dengan demikian setiap adanya gangguan hubung singkat di beberapa seksi berikutnya relay harus bekerja. Untuk mendapatkan pengamanan yang selektif maka penyetelan masing-masing RELAY dibuat secara bertingkat dan dalam penyetelannya juga harus memenuhi persyaratan penting dalam pengamanan yang baik seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa pengamanan secara keseluruhan harus bekerja secara cepat dan tepat di sertai selektifitas yang tinggi. Batas penyetelan minimum relay arus lebih tidak boleh bekerja pada saat terjadi beban maksimum. IS = K fk Kd x I max IS ; penyetelan arus Kfk ; faktor keamanan 1,1 ~ 1,2 Imax ; arus maksimum atau arus nominal Untuk batas penyetelan maksimum relay arus lebih harus bekerja bila terjadi gangguan hubung singkat pada rel seksi berikutnya. 16 A B C Gambar 2.8. Penyetelan maksimum bila terjadi gangguan hubung singkat pada seksi berikutnya Pada gambar 2.8 relay arus lebih di A dapat sebagai pengaman utama pada feeder / seksi A-B dan sebagai pengaman cadangan untuk seksi berikutnya (seksi B-C). Pemakaian relay arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu (definite time) sangat baik digunakan pada sistem yang terpisah dan seksinya hanya sedikit, dan untuk sistem yang ditanahkan. Sedang untuk pemakaian relay arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik (invers time) akan baik digunakan pada sistem radial yang jumlah seksinya lebih banyak atau sistem loop, karena waktu kerja sebagai keseluruhan menjadi lebih singkat. 2.3. Sistem Pentanahan Sistem pentanahan pada sistem distribusi sangat penting peranannya untuk mengisolir gangguan terhadap fasa ke tanah. Sistem pentanahan pada sistem tenaga listrik terdiri dari : 1) Sistem tidak ditanahkan. 17 Pada sistem tidak ditanahkan arus gangguan satu fasa tanahnya sangat kecil oleh karena itu relay arus lebih yang di aliri arus fasa tidak dapat mengamankan gangguan tanah. Pengamanannya didasarkan dari tegangan yang timbul akibat pergeseran titik netral dari tanah. 2) Sistem ditanahkan dengan tahanan. Sistem ditanahkan dengan tahanan terdiri dari ditanahkan dengan tahanan tinggi dan ditanahkan dengan tahanan rendah. Pada sistem ditanahkan dengan tahanan tinggi yaitu 500 ohm, untuk sistem 20 kV arus gangguan satu fasa tanah juga masih kecil sehingga arus reistif gangguan tanah masih sebanding dengan arus kapasitif gangguan tanahnya. Dengan demikian relay arus lebih harus yang khusus untuk mendeteksi arus gangguan tersebut. Pada sistem ditanahkan dengan tahanan rendah SUTM 20kV tahanan pentanahannya 40 ohm, arus gangguan satu fasa tanahnya maksimum 300A dan sistem SKTM 20kV pentanahannya 12 ohm, arus gangguan satu fasa tanahnya maksimum 1000A. Arus gangguan maksimum diatas bila terjadi gangguan di dekat dengan trafo daya suplai, tetapi bila terjadi jauh dari trafo daya dan terdapat tahanan gangguan maka arus gangguan satu fasa tanah akan kecil. Oleh karena itu supaya relay lebih dapat membedakan antara arus gangguan satu fasa ke tanah atau arus beban karena besarnya sama atau lebih kecil, maka yang dideteksi oleh relay arus lebih ialah arus urutan nol atau 3I0 nya. 18 3) Sistem ditanahkan langsung. Untuk sistem ditanahkan langsung arus gangguan satu fasa ketanah yang ditimbulkan besar dan gangguan satu fasa tanah di dekat trafo daya dapat lebih besar dari pada arus gangguan hubung singkat tiga fasa, sedangkan gangguan yang terjadi jauh dari trafo umumnya arus gangguannya lebih kecil dari gangguan hubung singkat 3 fasa. Pada relay arus lebih dengan sistem ditanahkan langsung, beda arus di pangkal dan di ujung besar maka sistem dengan ditanahkan langsung cocok menggunakan relay arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik. 2.4. Komponen Simetris Metode komponen simetris adalah teori dimana untuk memecahkan problem terhadap sistem yang tidak seimbang dengan menggunakan teknik keseimbangan. Ic 120° Ia 120° 120° Ib Gambar 2.9 Sistem 3 fasa seimbang. 19 Gambar 2.9 merupakan ilustrasi fasor seimbang dari sistem tiga fasa, dimana jarak magnitude sama 120 derajat antar fasanya. Dengan positif rotasi searah jarum jam, pada gambar arus tiga fasa dalam sistem operasi normal. Sistem fasor tiga fasa tidak seimbang merupakan penjumlahan dari beberapa komponen fasor asli yang dinyatakan sebagai berikut; Va = Va1 + Va2 + Va0 Vb = Vb1 + Vb2 + Vb0 Vc = Vc1 + Vc2 + Vc0 Sistem fasor tiga fasa tidak seimbang dapat dinyatakan dalam sistem fasor seimbang yang terdiri dari komponen; A. Komponen urutan nol (zero sequence component), adalah 3 buah fasor yang arahnya sama dengan magnitudes urutan nol (zero sequence) dan dengan pergeseran fasa nol dari masing-masing fasa. Va0 Vb0 Vc0 Gambar 2.10. Komponen urutan nol B. Komponen urutan positif (positif sequence component), adalah 3 buah fasor sama besar yang mempunyai beda sudut ± 120° antar 20 fasanya dan mempunyai urutan fasa yang sama dengan fasor aslinya. Vc1 Va1 Vb1 Gambar 2.11. Komponen urutan positif C. Komponen urutan negatif (negative sequence component) adalah 3 buah fasor sama besar yang mempunyai beda sudut ± 120° antar fasanya dan mempunyai urutan fasa yang berlawanan dengan fasor aslinya. Va2 Vb2 Vc2 Gambar 2.12. Komponen urutan negatif 21 Dalam penulisan bahwa komponen urutan nol, urutan positif dan urutan negatif digunakan operator a yang mana menyebabkan arah rotasi 120° searah jarum jam. Untuk menyatakan besarnya masing-masing komponen Vb dan Vc dalam fungsi operator a maka dinyatakan dalam komponen Va, dari persamaan (2.1) didapatkan hubungan sebagai berikut; Vb1 = a2Va1 Vc1 = aVa1 Vb2 = aVa2 Vc2 = a2Va2 Vb0 = Va0 Vc0 = Va0 Besar tegangan Va, Vb, dan Vc dapat sebagai urutan komponen, hal tersebut dapat di lihat pada perkalian matrik sebagai berikut: ⎛ Va ⎞ ⎛1 ⎜ ⎟ ⎜ ⎜ Vb ⎟ = ⎜1 ⎜ Vc ⎟ ⎜1 ⎝ ⎠ ⎝ 1 a a 2 1 ⎞ ⎛ Va 0 ⎟ ⎜ a ⎟ = ⎜ Va1 ⎟ ⎜ a 2 ⎠ ⎝ Va 2 ⎞ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ Dimana : a = 1∠120 0 = 3 −1 + j 2 2 ….…………….................................(2.1) Dari persamaan 1, dapat di uraikan menjadi 3 buah persamaan sebagai berikut: Va = Va0 + Va1 + Va2 Vb = Va0 + a2Va1 + aVa2 Vc = Va0 + aVa1 + a²Va2 Dalam persamaan 2.3, jumlah kompleks dengan magnitude dan sudut fasa 120°, yang mana fasor kelipatan dari a, fasor ini berputar (rotasi) 22 120°, dengan cara yang sama kelipatan a dapat ditulis a² = (1∠120°) (1∠120°) = 1 ∠ 240° putaran (rotasi ) 240° dapat dilihat pada tabel 2.1 Table 2.1. Fungsi operator a 1 a4 = a = 1 ∠ 120° a = 1 ∠ 120° a² = 1 ∠ 240° a3 = 1 ∠ 360° 1 + a + a² = 0 1 + a = -a² = 1 ∠ 60° 1 – a = √3 ∠-30° 1 + a² = - a = 1 ∠ -60° a - a² = √3 ∠ 90° a + a² = -1 = 1 ∠ 180° 1 – a² = √3 ∠30° Bila Vph = AVs dan Vs = A-1 Vph Dimana : Vph = vector kolom dari tegangan fasa Vs = vector kolom dari tegangan urutan(sequence voltage) ⎛1 1 1 ⎞ ⎜ ⎟ A = ⎜ 1 a2 a ⎟ ⎜ 2⎟ ⎝1 a a ⎠ Invers A−1 ⎛1 1 1 ⎞ ⎟ 1 ⎜ = ⎜ 1 a a2 ⎟ 3 ⎜ ⎟ 2 ⎝1 a a ⎠ Maka : 1 William D Stevenson Jr. “Element Of Power System Analysis” 23 ⎛ Va 0 ⎜ ⎜ Va1 ⎜ ⎝ Va 2 ⎞ ⎟ ⎟ = ⎟ ⎠ ⎛1 1 1 ⎞ ⎟ 1⎜ 2 1 a a ⎜ ⎟ 3⎜ ⎟ 2 ⎝1 a a ⎠ ⎛ Va ⎞ ⎜ ⎟ ⎜ Vb ⎟ …………………………(2.2) ⎜ ⎟ ⎝ Vc ⎠ Perkalian matrik pada persamaan 2.6, sebagai berikut: Va 0 = 1 ( Va + Vb + Vc ) …………………………………..(2.3) 3 Va1 = 1 Va + aVb + a 2Vc 3 Va 2 = 1 Va + a 2Vb + aVc 3 ( ) ( ) Pada persamaan 3, memperlihatkan bahwa tidak ada tegangan urutan nol jika penjumlahan fasor tidak seimbang adalah nol. Dalam sistem yang tak seimbang setiap fasanya, tegangan fasa netral mempunyai komponen urutan nol tetapi tegangan fasa-fasa tidak mempunyai komponen urutan nol. Dan komponen simetris untuk arus, sebagai berikut: Ip = AIs Dimana A = vektor dari arus fasa Is = vektor dari arus urutan (sequence current) Ip ⎛ ⎜ = ⎜ ⎜ ⎝ Ia Ib Ic ⎞ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ 24 Is ⎛ ⎜ = ⎜ ⎜ ⎝ ⎞ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ I a0 I a1 I a2 Maka ; Is = A-1 Ip ⎛ I a0 ⎜ ⎜ I a1 ⎜ ⎝ I a2 ⎞ ⎛ 1 1 1 ⎞ ⎛ Ia ⎞ ⎟ ⎟ ⎟ ⎜ 1⎜ ⎟ = ⎜ 1 a a 2 ⎟ ⎜ I b ⎟ …..……………………(2.4) 3⎜ ⎟ ⎟ ⎟ ⎜ 2 ⎝ 1 a a ⎠ ⎝ Ic ⎠ ⎠ Perkalian matrik pada persamaan 4, sebagai berikut : I a0 = 1 ( Ia + Ib + Ic 3 ) I a1 = 1 I a + aI b + a 2 I c 3 I a2 = 1 I a + a 2 I b + aI c 3 ( ) ( ) Arus fasa adalah : Ia = I a 0 + I a1 + I a 2 …………………………....………(2.5) Ib = I a 0 + a 2 I a1 + aI a 2 Ic = I a 0 + aI a1 + a 2 I a 2 Dalam sistem 3 fasa hubungan Y, arus netral In sama dengan jumlah dari arus fasa : In = I a + Ib + I c ……………….………………………….(2.6) 25 Dari persamaan 2.5 dan 2.6, di dapat : In = 3Ia0 Pada netral nilai arusnya sama dengan 3 kali arus urutan nol untuk beban seimbang dengan hubungan sistem Y atau bintang, arus pada fasa tidak mempunyai komponen urutan nol saat arus pada netral sama dengan nol. Untuk sistem 3 fasa yang tidak mempunyai penghantar netral seperti pada hubungan segitiga atau delta yang tidak ada penghantar netral, arus fasa tidak mempunyai komponen urutan nol. 2.5. Gangguan Hubung Singkat Menurut standar IEC 60909/DINVDE 0102 ada empat tipe gangguan hubung singkat yang dapat terjadi pada sistem tenaga listrik.2 Gambar 2.13. Empat tipe kesalahan sistem Gangguan satu fasa ketanah (Gbr 2.13. a) kemungkinan terjadinya adalah akibat back flashover antara tiang ke salah satu kawat fasa transmisi/ distribusi sesaat setelah tiang tersambar petir yang basar, 2 Guinter G.Seip “Electrical Installation Handbook” Siemens 26 walaupun tahanan kaki tiangnya cukup rendah. Bisa juga gangguan satu fasa ketanah terjadi sewaktu salah satu kawat fasa transmisi/ distribusi tersentuh pohon yang cukup tinggi, dan lain-lain. Gangguan 2 fasa (Gbr 2.13. b &c) kemungkinan terjadinya bisa disebabkan oleh putusnya kawat fasa tengah pada transmisi/distribusi dengan konfigurasi tersusun vertical. Dapat juga dari sebab rusaknya isolator di transmisi/ distribusi sekaligus dua fasa. Gangguan seperti ini biasanya menjadi gangguan dua fasa ketanah. Atau bisa juga akibat back flashover antara tiang dan dua kawat fasa sekaligus sewaktu tiang transmisi/ distribusi yang mempunyai tahanan kaki tiang yang tinggi tersambar petir, dan lain-lain. Gangguan 3 fasa (Gbr 2.13. d) kemungkinan terjadinya adalah dari sebab putusnya salah satu kawat fasa yang letaknya paling atas pada transmisi/distribusi dangan konfigurasi kawat antar fasanya disusun secara vertical. Selain itu dapat juga diakibatkan oleh pohon yang cukup tinggi berayun sewaktu tertiup angin kencang sehingga menyentuh ketiga kawat fasa transmisi atau distribusi. Kemungkinan akan terjadinya gangguan seperti ini sangat kecil, tetapi dalam analisanya tetap harus diperhitungkan. Gangguan hubung singkat yang sering banyak terjadi adalah gangguan satu fasa ke tanah, dilihat dari frekuensi gangguan sekitar 70% terjadi gangguan satu fasa ketanah. Dilihat dari frekuensi gangguan yang sering terjadi ; 3 3 Hasan Basri “ Sistem Distribusi Daya Listrik “ 27 • Gangguan satu fasa ke tanah : 70% • Gangguan dua fasa : 15 % • Gangguan dua fasa ke tanah : 10 % • Gangguan tiga fasa : 5% Gangguan tiga fasa kemungkinan yang akan terjadi pada sistem tenaga listrik sangat kecil dibanding dengan gangguan satu fasa ke tanah. 28