efektivitas iklan susu bubuk pertumbuhan “nestle

advertisement
EFEKTIVITAS IKLAN SUSU BUBUK PERTUMBUHAN “NESTLE
BATITA” DALAM MENGUBAH PENGETAHUAN DAN SIKAP
IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PRODUK
(Kasus Ibu Rumah Tangga di Posyandu Rajawali 8, Perumahan Taman Yasmin, Bogor)
SKRIPSI
TOMMY ARISTYO
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN
TOMMY ARISTYO. D34102070. 2009. Efektivitas Iklan Susu Bubuk
Pertumbuhan “Nestle Batita” dalam Mengubah Pengetahuan dan Sikap Ibu
Rumah Tangga terhadap Produk (Kasus Ibu Rumah Tangga di Posyandu
Rajawali 8, Perumahan Taman Yasmin, Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial
Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama: Ir. Hadiyanto, MS
Pembimbing Anggota: Ir. Lucia Cyrilla E.N.S.D, MSi
Bulan Januari 2009 PT Nestle Indonesia menyiarkan iklan televisi susu
bubuk pertumbuhan Nestle Batita yang merupakan susu hasil olahan Nestle
Dancow untuk anak usia satu hingga tiga tahun untuk diperkenalkan kepada
khalayak luas khususnya ibu rumah tangga yang memiliki anak usia satu hingga
tiga tahun. Komunikasi iklan dapat dikatakan efektif apabila iklan tersebut dapat
meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku nyata khalayak luas
tentang produk yang diiklankan. Keefektifan iklan tersebut dapat diketahui dari
tanggapan yang diberikan khalayak luas sebagai umpan balik.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas iklan televisi susu
Batita dalam meningkatkan pengetahuan ibu rumah tangga tentang produk susu
bubuk pertumbuhan tersebut dan mengetahui efektivitas iklan televisi susu Batita
dalam mengubah sikap ibu rumah tangga terhadap produk susu bubuk
pertumbuhan tersebut.
Disain yang digunakan adalah Randomized Pretest Posttest Design. Data
tentang karakteristik ibu rumah tangga dianalisis dengan analisa deskriptif.
Pengetahuan awal, sikap awal, peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap
dianalisis dengan uji t-student.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara statistik tingkat pengetahuan dan
sikap awal dari ibu rumah tangga tidak berbeda nyata walaupun karakteristik ibu
rumah tangga bervariasi. Skor peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap
antara kelompok 1 (kelompok perlakuan menonton iklan) dibandingkan dengan
kelompok 2 (kelompok kontrol), berbeda nyata (P < 0.05) dan skor peningkatan
pengetahuan dan perubahan sikap tertinggi pada kelompok 1. Dengan demikian,
penayangan iklan televisi susu Batita efektif dalam meningkatkan pengetahuan
dan mengubah sikap ibu rumah tangga terhadap produk susu Batita ke arah yang
lebih positif. Artinya ibu rumah tangga memiliki kepercayaan bahwa susu Batita
bermanfaat untuk perkembangan anaknya, tertarik akan kelebihan-kelebihan yang
ditawarkan susu Batita, berusaha menyarankan orang lain untuk ikut
mengkonsumsi susu Batita dan sebagainya.
Kata kunci : pengetahuan tentang produk, sikap terhadap produk, efektivitas iklan
televisi
ABSTRACT
In January 2009, Nestle Indonesia corporation broadcasts a new Batitas’
grow up milk advertisement on television. Batitas’ grow up milk advertisement on
television effectiveness was determined by the housewives’ knowledge and
attitude changes on Batita product. The housewives give respons from their
exposure on Batitas’ grow up milk advertisement on television known as feed
back.
The aim of this study are to identify the Batitas’ television advertisement
effectiveness on housewives’ product knowledge changes in Posyandu Rajawali
8, Taman Yasmin, Bogor; and to identify the Batitas’ television advertisement
effectiveness on housewives’ product attitude changes.
Randomized Pretest Posttest Design was used in this study. This study was
conducted in Posyandu Rajawali 8, Perumahan Taman Yasmin, Bogor on March
6th 2009. Primary data were obtain directly from questionnaires and interviews
with housewives. Data were analyzed using t-student.
This research resulted several outputs such as Batitas’ grow up milk
advertisement on television shows its effectiveness to increase housewives’
Batita product knowledges and Batitas’ grow up milk advertisement on television
also shows its effectiveness to change housewives’ Batita product attitudes toward
positive way. This result came from analyzed data where group one have a higher
knowledge increasement score rather than group two, and there is significant
difference between 2 groups (P < 0.05).
Key words:
product knowledges, product attitudes, television advertisement
effectiveness
EFEKTIVITAS IKLAN SUSU BUBUK PERTUMBUHAN “NESTLE
BATITA” DALAM MENGUBAH PENGETAHUAN DAN SIKAP
IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PRODUK
(Kasus Ibu Rumah Tangga di Posyandu Rajawali 8, Perumahan Taman Yasmin, Bogor)
TOMMY ARISTYO
D34102070
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
EFEKTIVITAS IKLAN SUSU BUBUK PERTUMBUHAN “NESTLE
BATITA” DALAM MENGUBAH PENGETAHUAN DAN SIKAP
IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PRODUK
(Kasus Ibu Rumah Tangga di Posyandu Rajawali 8, Perumahan Taman Yasmin, Bogor)
Oleh:
TOMMY ARISTYO
D34102070
Skripsi ini telah disetujui dan telah disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 15 Juli 2009
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Hadiyanto, MS
NIP. 19621203 198703 1 001
Ir. Lucia Cyrilla E.N.S.D, Msi
NIP. 19630705 198803 2 001
Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc. Agr
NIP. 19670107 199103 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Maret 1984 di Jakarta. Penulis adalah
anak dari pasangan Bapak Budi Santoso dan Ibu Sukersi Budianto. Tahun 1990
memasuki pendidikan dasar di SD Budi Mulia Bogor, dan lulus tahun 1996.
Kemudian masuk SMP Budi Mulia Bogor, dan lulus tahun 1999. Selanjutnya
masuk SMU Negeri 5 Bogor dan lulus tahun 2002. Penulis diterima sebagai
mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2002 melalui Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima sebagai mahasiswa Jurusan
Sosial Ekonomi dan Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor pada tahun 2003.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT, atas segala
Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan pada
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan di
Posyandu Rajawali 8, RW 8, Perumahan Taman Yasmin, Bogor dengan subyek
penelitian ibu rumah tangga anggota posyandu Rajawali 8 yang memiliki anak
usia satu hingga tiga tahun. Diharapkan skripsi ini dapat berguna bagi berbagai
kalangan yang berkepentingan seperti PT Nestle Indonesia selaku produsen iklan
televisi susu bubuk pertumbuhan “Nestle Batita” dimana dengan hasil penelitian
ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi tim manajemen pemasaran
khususnya tim promosi perusahaan tersebut untuk terus memperbaiki dan
memperbarui teknik pengemasan pesan iklan televisi produk susu Batita.
Sedangkan bagi khalayak sasaran iklan televisi susu Batita yaitu ibu rumah tangga
yang memiliki anak usia satu hingga tiga tahun, diharapkan hasil penelitian ini
dapat memperkaya pengetahuan ibu rumah tangga akan produk susu Batita.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan atau menjadi insipirasi
bagi berbagai kalangan civitas akademik khususnya mahasiswa yang sedang
menyusun tugas akhir.
Bogor, 8 Agustus 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .......................................................................................
i
ABSTRACT ..........................................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP...............................................................................
v
KATA PENGANTAR ..........................................................................
vi
DAFTAR ISI .........................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
xi
PENDAHULUAN ................................................................................
1
Latar Belakang ..........................................................................
Perumusan Masalah ..................................................................
Tujuan Penelitian ......................................................................
Kegunaan Penelitian .................................................................
1
3
4
4
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
5
Televisi ......................................................................................
Periklanan ..................................................................................
Efektivitas Iklan ........................................................................
Model Hierarchy of Effect dari Lavidge dan Steiner ................
Aspek Kognitif ..............................................................
Aspek Afektif ................................................................
Aspek Konatif ...............................................................
Sikap terhadap Produk ..............................................................
Frekuensi Efektif Iklan Televisi ................................................
Penelitian Sebelumnya yang Berhubungan dengan Efektivitas
Siaran Iklan ...............................................................................
Susu Formula ............................................................................
5
7
8
9
12
12
12
13
15
KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................
19
DEFINISI OPERASIONAL .................................................................
21
HIPOTESIS ...........................................................................................
22
16
16
METODE PENELITIAN ......................................................................
23
Lokasi dan Waktu .....................................................................
Disain Penelitian .......................................................................
Tahapan Penelitian ....................................................................
Metode Pengumpulan Data .......................................................
Metode Penentuan Responden ..................................................
Analisis Data .............................................................................
23
23
24
25
25
25
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................
27
Karakteristik Responden ...........................................................
Umur ..........................................................................
Tingkat Pendidikan ....................................................
Pekerjaan ....................................................................
Pendapatan .................................................................
Jumlah Anggota Keluarga ..........................................
Frekuensi Menonton Televisi dalam Sehari...............
Lama Menonton Televisi dalam Sehari .....................
Stasiun Televisi yang Sering Ditonton.......................
Kategori Program Acara yang Paling
Sering Ditonton ..........................................................
Keterdedahan terhadap Iklan Televisi Susu
“Nestle Batita"............................................................
Pengetahuan Awal Responden ..................................................
Efektivitas Iklan dalam Meningkatkan Pengetahuan ................
Sikap Awal Responden .............................................................
Efektivitas Iklan dalam Mengubah Sikap .................................
27
27
27
28
29
30
31
31
32
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................
41
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................
42
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
43
LAMPIRAN ..........................................................................................
46
33
33
34
35
37
38
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Distribusi Responden berdasarkan Umur pada Kelompok 1 dan
Kelompok 2 ..................................................................................
27
2. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan pada
Kelompok 1 dan Kelompok 2 ......................................................
28
3. Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan pada Kelompok 1
dan Kelompok 2 ...........................................................................
29
4. Distribusi Responden berdasarkan Pendapatan per Bulan pada
Kelompok 1 dan Kelompok 2 ......................................................
30
5. Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
pada Kelompok 1 dan Kelompok 2..............................................
30
6. Distribusi Responden berdasarkan Frekuensi Menonton Televisi
dalam Sehari pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 ........................
31
7. Distribusi Responden berdasarkan Lama Menonton dalam
Sehari pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 ..................................
32
8. Distribusi Responden berdasarkan Stasiun Televisi yang Paling
Sering Ditonton pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 ...................
32
9. Distribusi Responden berdasarkan Program Acara yang Paling
Sering Ditonton pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 ...................
33
10. Distribusi Responden berdasarkan Keterdedahan terhadap Iklan
Televisi Susu “Nestle Batita” pada Kelompok 1 dan
Kelompok 2 ..................................................................................
34
11. Hasil Uji t-student dari Skor Pengetahuan Awal antara Kedua
Kelompok .....................................................................................
35
12. Hasil Uji t-student dari Skor Peningkatan Pengetahuan antara
Kedua Kelompok .........................................................................
36
13. Hasil Uji t-student dari Skor Sikap Awal antara
Kedua Kelompok .........................................................................
38
14. Hasil Uji t-student dari Skor Perubahan Sikap antara
Kedua Kelompok .........................................................................
40
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Model Hierarchy of Effect dari Lavidge dan Steiner ...................
10
2. Alur Kerangka Pemikiran Penelitian ...........................................
20
3. Randomized Pretest Posttest Design............................................
24
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Kuesioner Penelitian ....................................................................
47
2. Skor Pretest, Posttest dan Peningkatan Pengetahuan Tiap
Individu ........................................................................................
57
3. Skor Pretest, Posttest dan Perubahan Sikap Tiap Individu ..........
58
4. Hasil Uji t-student untuk Pengetahuan Awal dan Peningkatan
Pengetahuan antara Kedua Kelompok .........................................
59
5. Hasil Uji t-student untuk Peningkatan Pengetahuan pada
Kelompok Kontrol .......................................................................
61
6. Hasil Uji t-student untuk Sikap Awal antara Kedua Kelompok ..
62
7. Hasil Uji t-student untuk Perubahan Sikap antara Kedua
Kelompok .....................................................................................
63
DEFINISI OPERASIONAL
1. Iklan televisi susu pertumbuhan “Nestle Batita” adalah bentuk komunikasi
komersil dan nonpersonal tentang produk susu pertumbuhan Batita yang
ditransmisikan ke suatu khalayak (dalam penelitian ini yaitu ibu rumah tangga
di Posyandu Rajawali 8, Perumahan Taman Yasmin, Bogor) melalui media
televisi.
2. Pengetahuan produk susu Batita adalah pemahaman ibu rumah tangga di
Posyandu Rajawali 8, mengenai informasi-informasi produk susu Batita.
3. Sikap terhadap produk susu Batita adalah kepercayaan, perasaan dan
kecenderungan perilaku ibu rumah tangga di Posyandu Rajawali 8, terhadap
produk susu Batita.
4. Peningkatan
pengetahuan
produk
susu
Batita
adalah
bertambahnya
pemahaman ibu rumah tangga di Posyandu Rajawali 8, mengenai informasiinformasi produk susu Batita.
5. Perubahan sikap terhadap produk susu Batita adalah perkembangan
kepercayaan, perasaan dan kecenderungan perilaku ibu rumah tangga di
Posyandu Rajawali 8, terhadap produk susu Batita.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produksi susu olahan tahun 2008 di Indonesia mencapai 556.000 ton
(berasal dari produksi susu nasional yaitu sebanyak 1,79 juta ton susu segar)
dalam bentuk susu bubuk, susu kental manis dan susu cair. Saat ini mulai tumbuh
dan berkembang industri-industri pengolahan susu berskala besar, menengah dan
kecil yang umumnya menghasilkan susu cair yang berbasis pada penggunaan
produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN). Namun untuk dapat berproduksi
secara optimal, industri pengolahan susu tersebut saat ini masih harus mengimpor
sekitar 70 persen bahan baku yang dibutuhkannya dari luar negeri seperti dari
Amerika Serikat, New Zealand dan Australia (Purna et al., 2009).
PT Nestle Indonesia (NI) yang merupakan industri pengolahan susu
berskala besar memperoleh pasokan utama susu sapi segar dari hasil kemitraannya
dengan 28 ribu peternak susu sapi di 40 koperasi di Jawa Timur. Produksi susu
sapi di wilayah Jawa Timur saat ini mencapai 600 ton susu segar per hari. Dari
jumlah itu 410 ton susu segar dipasarkan ke PT NI dan saat ini tiap harinya
perusahaan tersebut meminta tambahan 140 ton susu segar. Jumlah susu segar
tersebut dihasilkan oleh sekitar 130 ribu ekor sapi (Nugroho et al., 2008).
Seiring dengan berkembangnya teknologi pangan, hasil produk olahan
susu sapi semakin banyak dan berkembang. Di pasaran luas dapat dengan mudah
ditemui berbagai jenis olahan susu sapi yang umum seperti susu segar, susu
bubuk, susu skim, susu asam, susu kental manis, susu kental tidak manis, keju, es
krim, kefir dan sebagainya. Namun terdapat pula produk olahan susu lain yang
unik seperti permen susu, kerupuk susu, dodol susu, tahu susu dan noga susu yang
diproduksi oleh Koperasi susu di Pangalengan (Masdin, 2009).
Dalam kaitannya dengan manajemen pemasaran khususnya promosi, PT
NI selaku perusahaan besar yang mengolah susu segar menjadi berbagai macam
produk olahan baru, salah satunya yaitu susu bubuk formula untuk anak usia satu
hingga tiga tahun “Nestle Batita” membutuhkan suatu media massa yang dapat
menjadi sarana untuk memperkenalkan produk susu tersebut kepada masyarakat
luas.
Peran media massa sangat penting dalam upaya memperkenalkan produk
kebutuhan kepada masyarakat dalam memasarkannya. Perkembangan media
massa, baik media massa cetak maupun media massa elektronik semakin
beragam, didukung oleh kemampuan teknologi yang semakin canggih. Media
massa bagi masyarakat tidak hanya berperan sebagai penyebar informasi dan
peristiwa yang terjadi, tetapi media massa juga berperan dalam pemasaran suatu
produk melalui iklan.
Periklanan melalui media massa memegang peranan yang penting sebagai
sarana komunikasi antara produsen dan konsumen. Produsen berupaya menjual
produk yang diproduksi secara massal. Produsen tidak lagi berdiam diri
menunggu datangnya pembeli melainkan berusaha memperkenalkan secara aktif
produknya ke pasar. Di sisi lain, konsumen berusaha memperoleh informasi akan
produk kebutuhannya yang beredar di pasaran. Kegiatan periklanan dapat
memberikan informasi suatu produk kebutuhan kepada segmen konsumen tertentu
secara persuasif. Dengan demikian kegiatan periklanan melalui media massa
membangun
komunikasi
untuk
memenuhi
kebutuhan
dua
pihak
yang
bersangkutan yaitu produsen dan konsumen.
Efek komunikasi merupakan perubahan yang terjadi dalam diri audiens
karena menerima pesan komunikasi. Komunikasi dikatakan efektif apabila
menghasilkan perubahan, seperti: perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku
nyata atau ketiganya. Perubahan tersebut dapat diketahui dari tanggapan yang
diberikan audiens sebagai umpan balik (Wiryanto, 2000).
Perubahan pengetahuan merupakan bentuk transformasi informasi
eksternal menjadi satu pola pemikiran untuk membentuk sikap. Respons pada
tahap kognitif terdiri dari tingkat pengenalan (awareness) dan pengetahuan
(knowledge). Menurut Yuwani (1992), audiens mulai mengetahui informasi
mengenai apa, dimana dan bagaimana produk, jasa, gagasan atau ide yang
ditampilkan melalui iklan pada tahap kognitif.
Bungin (2001) menyatakan bahwa proses komunikasi iklan diawali
dengan adanya muatan ide dari komunikator yaitu produsen, untuk memberi citra
sebuah produk, jasa, gagasan, atau ide yang diiklankan. Muatan ide tersebut
dikomunikasikan kepada audiens yang menerimanya. Dalam proses tersebut,
2
komunikator menciptakan ide yang akan dikomunikasikan kepada audiens.
Kemudian, audiens mengalami perubahan pengetahuan dan sikap terhadap ide
tersebut. Jadi, efektivitas komunikasi iklan dapat dilihat dari perubahan
pengetahuan dan sikap konsumen terhadap produk yang diiklankan.
Bulan Januari 2009, PT NI selaku produsen susu bubuk “Nestle Batita”
menyiarkan iklan televisi susu bubuk terbaru dengan durasi tiga puluh detik dan
sering ditayangkan pada jam-jam acara infotainment, talkshow dan sinetron di
televisi. Menampilkan tokoh seorang anak balita yang mengenakan sepatu ukuran
dewasa, dimana ibunya merasa bangga akan kemampuan baru yang dimiliki
anaknya tersebut. Iklan tersebut diiringi oleh musik/jingle dan diakhiri dengan
ditampilkannya produk susu bubuk Batita dengan slogan “pilihan nutrisi tepat di
awal pertumbuhan”.
Produk susu Batita merupakan produk baru dari susu Dancow untuk anak
usia satu hingga tiga tahun dan perlu untuk diperkenalkan kepada target khalayak
khususnya ibu rumah tangga yang memiliki anak usia satu hingga tiga tahun.
Upaya memperkenalkan produk susu tersebut salah satunya dilakukan dengan
membuat iklan televisi baru yang perlu diukur efektivitasnya dalam mengubah
pengetahuan dan sikap khalayak target terhadap produk.
Sejalan dengan uraian di atas, upaya mengefektifkan iklan susu bubuk
Batita di televisi memerlukan pengkajian terhadap sejauhmana iklan produk
tersebut dapat mengubah pengetahuan dan sikap konsumen terhadap produk.
Perumusan Masalah
Pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga terhadap informasi-informasi
produk susu Batita dapat diubah ke arah yang lebih positif (pengetahuan akan
produk susu Batita meningkat, memiliki kepercayaan bahwa susu Batita
bermanfaat untuk perkembangan anaknya, tertarik akan kelebihan-kelebihan yang
ditawarkan susu Batita, berusaha menyarankan orang lain untuk ikut
mengkonsumsi susu Batita dan sebagainya), dengan mengusahakan agar ibu
rumah tangga menyaksikan iklan televisi susu Batita karena iklan televisi tersebut
dikatakan efektif apabila dapat meningkatkan pengetahuan dan mengubah sikap
ibu rumah tangga terhadap produk ke arah yang lebih positif.
3
Ibu rumah tangga sebagai pengambil keputusan dalam konsumsi susu
bubuk untuk balita, akan memberikan perhatian yang lebih pada iklan televisi
susu Batita dan akan memberikan penilaian tersendiri terhadap pesan iklan televisi
tersebut. Penilaian terhadap pesan iklan dilihat dari perubahan pengetahuan dan
sikap terhadap produk.
Berdasarkan uraian di atas, maka ditarik beberapa hal yang dapat dijadikan
permasalahan, yaitu:
1. Bagaimanakah efektivitas iklan televisi susu “Nestle Batita” dalam
meningkatkan pengetahuan ibu rumah tangga tentang produk susu bubuk
pertumbuhan tersebut?
2. Bagaimanakah efektivitas iklan televisi susu “Nestle Batita” dalam mengubah
sikap ibu rumah tangga terhadap produk susu bubuk pertumbuhan tersebut?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui efektivitas iklan televisi susu “Nestle Batita” dalam meningkatkan
pengetahuan ibu rumah tangga tentang produk susu bubuk pertumbuhan
tersebut.
2. Mengetahui efektivitas iklan televisi susu “Nestle Batita” dalam mengubah
sikap ibu rumah tangga terhadap produk susu bubuk pertumbuhan tersebut.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini ditujukan pada pihak-pihak yang berkepentingan dalam
produksi iklan televisi (PT NI), masyarakat konsumen khususnya ibu rumah
tangga serta pihak lainnya dalam memahami lebih banyak mengenai efektivitas
iklan susu bubuk pertumbuhan “Nestle Batita” dalam mengubah pengetahuan dan
sikap ibu rumah tangga terhadap produk.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Televisi
Alatas (1997) menyatakan bahwa televisi merupakan media massa paling
populer di antara berbagai teknologi komunikasi yang ada. Penemuan televisi
merupakan pengembangan dari radio. Bila radio siaran yang dipancarkan melalui
gelombang elektromagnetis hanya suara saja, maka televisi siaran yang
dipancarkan selain suara juga gambar secara sinkron, karena baik suara maupun
gambar diubah menjadi gelombang elektromagnetik, dipancarkan dan selanjutnya
diterima oleh sebuah alat penerima yang mampu mengubah gelombang
elektromagnetik menjadi suara dan gambar kembali.
Menurut Kasali (2007), setidaknya terdapat empat cara transmisi siaran
televisi dari stasiun pemancar ke pesawat penerima, yaitu sistem microwave,
sistem satelit, sistem kabel, serta gabungan ketiga sistem tersebut. Sistem
microwave mempunyai tiga komponen utama, yakni:
1. Stasiun pemancar pusat (TVRI Stasiun Pusat Jakarta atau TVRI Stasiunstasiun daerah).
2. Stasiun-stasiun relai.
Stasiun-stasiun relai yang ditempatkan di antara stasiun pemancar dan
pesawat penerima dibutuhkan untuk memperluas daya pancar gelombang
SHF (Super High Frequency) yang jangkauannya terbatas. Sebelum
dipancarkan ke pesawat penerima, gelombang SHF tadi dirubah menjadi
gelombang VHF (Very High Frequency) atau UHF (Ultra High
Frequency).
3. Pesawat penerima televisi (di rumah para pemirsa).
Sistem satelit antara lain digunakan untuk mengatasi daya pancar gelombang SHF
yang terbatas dan mahalnya biaya yang dibutuhkan untuk membangun stasiunstasiun relai. Sementara itu, Sistem kabel digunakan untuk menyalurkan siaran
televisi dari stasiun pusat atau stasiun relai ke pelanggan lewat kabel serat optik.
Sistem gabungan merupakan sistem penyiaran televisi yang menggabungkan
berbagai bentuk transmisi seperti yang dilakukan oleh TVRI. Studio TVRI
menggabungkan sistem relai dan sistem satelit.
Menurut Durianto et al. (2003), kekuatan televisi bila digunakan sebagai
media periklanan adalah:
1. Efisiensi Biaya.
Televisi mampu menjangkau masyarakat yang sangat luas. Kelebihan ini
menimbulkan efisiensi biaya untuk menjangkau setiap orang. Banyak
pengiklan memandang televisi sebagai media yang paling efektif untuk
menyampaikan pesan-pesan komersialnya.
2. Pengaruh yang kuat
Kebanyakan pemirsa melewatkan waktunya di depan televisi yang
merupakan sarana hiburan, sumber berita, sarana pendidikan dan lain-lain.
Sebagaimana kebanyakan pembeli, pemirsa televisi lebih cenderung
memilih produk yang diiklankan di televisi daripada produk yang tidak
mereka kenal.
3. Dampak yang kuat
Iklan di televisi sampai ke pemirsa dalam bentuk audiovisual. Kreatifitas
pengiklan
lebih
dapat
dieksploitasi
dan
dioptimalkan
dengan
mengkombinasikan gerak, keindahan, kecantikan, suara, warna, musik,
drama, humor maupun ketegangan.
Adapun kelemahan dari media televisi bila digunakan sebagai media dalam
periklanan menurut Durianto et al. (2003) adalah:
1. Kesulitan teknis
Jadwal tayang iklan di televisi tidak mudah diubah sehingga seringkali
tidak fleksibel. Seringkali pihak pengiklan akan menghadapi kesulitan
teknis untuk mengubah jadwal maupun jam tayang, padahal pengiklan
memiliki kebutuhan yang mendesak dalam menghadapi event tertentu.
2. Biaya tinggi
Biaya iklan untuk menjangkau setiap orang relatif lebih tinggi.
3. Masyarakat yang tidak selektif
Pemirsa televisi banyak dan luas sehingga iklan yang ditampilkan di
televisi menjangkau pasar yang tidak tepat dan tidak selektif.
6
Periklanan
Sutisna (1999) menjelaskan definisi standar dari periklanan biasanya
mengandung enam elemen. Pertama, periklanan adalah bentuk komunikasi yang
dibayar, walaupun beberapa bentuk periklanan seperti iklan layanan masyarakat
biasanya menggunakan ruang khusus yang gratis atau walaupun harus membayar
tapi dengan jumlah yang sedikit. Kedua, selain pesan yang harus disampaikan
harus dibayar, dalam iklan juga terjadi proses identifikasi sponsor. Iklan bukan
hanya menampilkan pesan mengenai kehebatan produk yang ditawarkan, tetapi
juga sekaligus menyampaikan pesan agar konsumen sadar mengenai perusahaan
yang memproduksi produk yang ditawarkan itu, sehingga kita sering mendengar
atau melihat iklan yang selain menawarkan produknya tapi juga menyampaikan
nama produsennya. Maksud utama pemasang iklan adalah untuk membujuk atau
mempengaruhi konsumen untuk melakukan sesuatu. Upaya membujuk dan
mempengaruhi konsumen merupakan elemen ketiga dalam definisi periklanan.
Keempat, periklanan memerlukan elemen media massa sebagai media penyampai
pesan. Kelima, periklanan memiliki sifat impersonal. Elemen keenam adalah
audiens.
Arens (2008) menyatakan bahwa iklan adalah susunan komunikasi
nonpersonal yang biasanya dibiayai oleh sponsor dan bersifat persuasif tentang
suatu produk melalui berbagai macam media. Iklan yang tidak dibiayai oleh
sponsor seperti iklan layanan masyarakat.
Klepper (1997) juga sependapat dengan sebuah pendapat lain dari The
American Marketing Association (AMA) bahwa iklan merupakan penampilan
aktivitas bisnis yang secara langsung dalam mengikuti arus barang, layanan dari
produsen kepada konsumen atau para pemakainya. Peranan iklan dalam konteks
pemasaran adalah iklan merupakan salah satu teknik komunikasi sebagai unsur
pemasaran. Iklan mengandung pesan tentang suatu produk melalui media
nonpersonal yang dibiayai oleh pihak sponsor.
7
Unsur-unsur dari iklan menurut Liliweri (1997), dirincinya sebagai
berikut:
1. To inform
Menerangkan sesuatu hal yang diketahui oleh para pemasang iklan (misalnya
suatu
produk
tertentu)
kepada
mereka
(khalayak)
yang
dipandang
membutuhkannya.
2. Nonpersonal
Sifat unsur ini adalah bukan antar pribadi yang menggunakan media sebagai
penyalur pesan bukan penjualan dengan transaksi antar personal bertatap
muka. Hal inilah yang membedakan dengan sales promotion.
3. Media Massa
Karena bersifat nonpersonal maka sudah tentu menggunakan media lain yaitu
media massa yaitu media cetak dan media elektronik sesuai dengan
penggunaannya memanfaatkan waktu dan ruang.
4. Persuasif
Iklan bersifat komunikasi persuasif yang isinya menganjurkan, merangsang,
membujuk para pembeli, pemakai untuk membeli atau terus memakai produk
yang ditawarkan.
5. Sponsor
Pihak yang menanggung pembayaran terhadap ruang dan waktu melalui media
massa untuk keperluan produk-produknya tersebut.
6. Tujuan
Tujuan iklan bisa bersifat individual melalui surat-menyurat pos, kelompokkelompok atau masal mencapai khalayak luas melalui media massa.
Efektivitas iklan
Pengukuran efektivitas periklanan merupakan aspek penting dari
manajemen periklanan untuk menentukan apakah tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan sudah tercapai atau belum.
Menurut Kasali (2007) menyatakan bahwa Defining Advertising Goals for
Measured Advertising Results (DAGMAR) merupakan salah satu model yang
menjelaskan efek iklan bagi konsumen. Model ini melihat iklan sebagai suatu alat
8
komunikasi dan menjabarkan beberapa tujuan iklan berdasarkan konteks model
Hierarchy of Effect.
Shimp (2000) mengatakan bahwa suatu iklan disebut efektif jika
memenuhi pertimbangan berikut:
1. Iklan harus memperpanjang suara strategi periklanan
Iklan bisa jadi efektif hanya bila cocok dengan elemen lain dari strategi
komunikasi pemasaran yang diarahkan dengan baik dan terintregasi.
2. Periklanan yang efektif harus menyertakan sudut pandang konsumen
Para konsumen membeli manfaat-manfaat produk, bukan atribut atau
lambangnya. Oleh karena itu, iklan harus dinyatakan dengan cara yang
berhubungan dengan kebutuhan konsumen.
3. Periklanan yang efektif harus persuasif
Persuasi terjadi ketika produk yang diiklankan dapat memberikan keuntungan
bagi konsumen.
4. Iklan harus menemukan cara yang unik untuk menerobos kerumunan iklan
5. Iklan yang baik tidak pernah menjanjikan lebih dari apa yang bisa diberikan
Intinya adalah menerangkan dengan apa adanya.
6. Iklan yang baik mencegah ide kreatif dari strategi yang berlebihan
Tujuan iklan adalah mempersuasi dan mempengaruhi konsumen untuk
melakukan pembelian. Penggunaan humor yang tidak efektif mengakibatkan
orang-orang hanya ingat pada humornya saja, tetapi melupakan pesannya.
Sejalan dengan hal tersebut, Aaker et al. (1996) menyatakan dua syarat
keberhasilan suatu iklan, yaitu: (1) Audiens harus terkena terpaan iklan dan
memperhatikan iklan tersebut serta (2) Audiens harus mengartikan pesan iklan
sama seperti apa yang dimaksud oleh komunikator.
Model Hierarchy of Effect dari Lavidge dan Steiner
Berdasarkan model Hierarchy of Effect dari Lavidge dan Steiner, iklan
tidak langsung mempengaruhi perilaku nyata audiens (conative response), tetapi
harus melalui beberapa tahap sebelum melangkah ke tahap berikutnya (Aaker et
al., 1996). Model Hierarchy of Effect dari Lavidge dan Steiner dapat dilihat pada
Gambar 1 berikut ini.
9
Purchase
Conative
Conviction
Preference
Afective
Liking
Knowledge
Cognitive
Awareness
Gambar 1. Model Hierarchy of Effect dari Lavidge dan Steiner.
Sumber: Aaker et al., 1996
Aaker et al. (1996) menyatakan bahwa tahap pertama dalam model
Hierarchy of Effect dari Lavidge dan Steiner adalah tahap pengenalan
(awareness), yaitu tahap audiens menyadari adanya suatu produk, jasa, gagasan
atau ide yang diiklankan. Tahap ini kemudian diikuti oleh tahap pengetahuan
(knowledge), yaitu tahap audiens memperoleh informasi tentang bentuk dan
atribut produk, jasa, gagasan atau ide yang diiklankan.
Pengetahuan yang diperoleh audiens dapat menimbulkan suatu perasaan
atau sikap yang positif terhadap produk, jasa, gagasan atau ide yang diiklankan
tersebut. Tahap ini merupakan tahap kesukaan (liking). Kemudian, apabila
audiens memiliki kesukaan yang lebih terhadap suatu produk, jasa, gagasan atau
ide tertentu dibandingkan dengan produk, jasa, gagasan atau ide lain, maka
audiens telah berada pada tahap kecenderungan (preference) (Aaker et al., 1996).
Audiens akan berada pada tahap keyakinan (conviction) apabila telah
mengakui kelebihan produk, jasa, gagasan atau ide yang diiklankan. Apabila
audiens mengubah perasaan dan keyakinannya tersebut menjadi perilaku membeli
produk, jasa, gagasan atau ide yang diiklankan, maka audiens telah berada pada
tahap pembelian (purchase) (Aaker et al.,1996).
10
Menurut Aaker et al. (1996), Model Hierarchy of Effect dari Lavidge dan
Steiner dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Tahap kognitif adalah tahap perubahan informasi eksternal menjadi satu pola
pemikiran untuk membentuk sikap. Oliver (1999) menyebutkan bahwa
komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi
cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang
lingkungan dan citra inilah yang mempengaruhi cara kita berperilaku. Citra
menunjukan keseluruhan informasi tentang dunia yang telah diolah,
diorganisasikan dan disimpan individu. Jika sebuah iklan televisi dapat
memberi efek pada perubahan pengetahuan, pemahaman dan persepsi
khalayaknya
tentang
produk
yang
diiklankan,
maka
televisi
telah
menimbulkan efek kognitif pada khalayak tersebut (Oliver, 1999).
2. Tahap afektif adalah tahap dimana audiens berminat dan menginginkan
produk, jasa, gagasan atau ide yang ditampilkan melalui iklan. Pengaruh tahap
ini berhubungan dengan perasaan audiens, mencakup tingkat kesukaan (liking)
dan kecenderungan (preference). Menurut Yuwani (1992), respons yang
diberikan audiens pada tahap afektif merupakan hasil penilaiannya terhadap
apa yang diiklankan.
3. Tahap konatif adalah tahap dimana audiens sudah mengambil keputusan untuk
bersikap dan bertingkah laku tertentu terhadap iklan. Respons yang diberikan
berhubungan dengan tingkah laku audiens, mencakup tingkat keyakinan
(conviction) dan pembelian (purchase). Menurut Yuwani (1992), audiens telah
termotivasi oleh iklan pada tahap konatif. Sehingga, audiens yakin terhadap
produk, jasa, gagasan atau ide yang ditampilkan melalui iklan dan
memutuskan untuk membelinya (Yuwani, 1992).
Menurut Wells et al. (1995), respons audiens terhadap pesan iklan dipengaruhi
oleh:
1. Faktor sosial, meliputi: kultur, kelas sosial (ditentukan oleh penghasilan,
kekayaan, pendidikan, pekerjaan, prestise keluarga, nilai rumah dan
lingkungan), kelompok referensi (reference group) dan keluarga.
2. Faktor pribadi, meliputi: usia, jenis kelamin, status keluarga, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan, ras dan etnik.
11
3. Faktor psikologi, meliputi: persepsi, pembelajaran, motivasi (minat pribadi
yang mendorong audiens bertindak sesuai dengan yang diinginkannya), sikap
(suatu kondisi yang tidak terlepas dari penilaian, kepercayaan ataupun
perasaan audiens terhadap suatu obyek) dan kepribadian.
Aspek Kognitif
Sumartono (2002) menyatakan bahwa fungsi pendidikan sangat penting
dalam sebuah iklan karena umumnya audiens akan belajar sesuatu dari iklan yang
dibaca, ditonton atau didengarnya. Dengan demikian, iklan dapat meningkatkan
pengetahuan audiens mengenai suatu produk, jasa, ide atau gagasan.
Pengaruh iklan terhadap aspek pengetahuan terjadi apabila terdapat
perubahan pada apa yang diketahui dan dipahami oleh audiens. Hal ini berkaitan
dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi
(Rakhmat, 2001).
Menurut Guiltinan (1998), pengetahuan terjadi pada tahap kognitif dimana
sebelumnya audiens harus melalui tahap sadar (awareness) terlebih dahulu. Tahap
sadar disebabkan oleh adanya perhatian individu terhadap suatu obyek, sedangkan
pengetahuan disebabkan oleh adanya pengingatan atau recall terhadap suatu
obyek.
Yuwani (1992) menyatakan bahwa untuk mengungkap kembali maksud
dari pesan iklan dibutuhkan perhatian yang cukup terhadap iklan karena dengan
memperhatikan pesan secara berulang-ulang akan membantu ibu rumah tangga
mengingat dan menambah pengetahuannya mengenai pesan iklan, walaupun ibu
rumah tangga tidak ingin melihat iklan tersebut.
Aspek Afektif
Aaker et al. (1996) menyatakan bahwa komponen afektif memiliki fungsi
evaluatif yang penting dalam membentuk sikap. Bila dari segi afektif audiens
berespons positif terhadap suatu stimulus, maka ia akan bersikap positif terhadap
stimulus, sedangkan apabila afektifnya negatif maka hal sebaliknya akan terjadi.
Aspek Konatif
Mar’at (1996) menyatakan bahwa iklan televisi dapat mempengaruhi
sikap, pandangan, persepsi, perasaan dan tindakan audiens. Keberhasilan suatu
iklan diperoleh ketika audiens yang melihat tayangan iklan melakukan tindakan
12
nyata sesuai dengan tujuan iklan. Lebih lanjut, Mulkan (2000) mengungkapkan
bahwa iklan mampu mengubah pandangan mengenai suatu peristiwa dan
mengubah perilaku nyata audiens. Bentuk perilaku nyata responden setelah
menyaksikan iklan dalam penelitiannya yaitu tindakan sosial untuk menerima
sesamanya tanpa memandang ras dan etnik.
Sikap terhadap Produk
Sikap adalah sejenis motif sosiogenis yang diperoleh melalui proses
belajar (Rakhmat, 2001). Sikap juga merupakan kesiapan syaraf (neural settings)
sebelum memberikan respon (Rakhmat, 2001). Dari berbagai definisi disimpulkan
beberapa hal, pertama, sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi,
berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan
perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara
tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap dapat berupa benda, orang, tempat,
gagasan, kelompok atau situasi. Jadi, pada kenyataannya tidak ada istilah sikap
yang berdiri sendiri. Sikap haruslah diikuti oleh kata “terhadap” atau “pada” objek
sikap. Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan
sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau
kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan, diinginkan
dan mengesampingkan apa yang tidak diinginkan (Rakhmat, 2001). Ketiga, sikap
relatif
menetap.
mengandung
nilai
Keempat,
sikap
menyenangkan
mengandung
aspek
atau
menyenangkan,
tidak
evaluatif,
artinya
sehingga
memberikan definisi sederhana “attitudes are likes and dislikes”. Kelima, sikap
timbul dari pengalaman dan tidak dibawa sejak lahir tetapi merupakan hasil
belajar. Karena itu sikap dapat diperkuat atau diubah.
Sarwono (1999) menyatakan bahwa sikap adalah sebuah favourable atau
unfavourable evaluasi reaksi terhadap sesuatu atau seseorang dan ditunjukkan
dalam kepercayaan, perasaan atau kecenderungan perilaku. Sikap adalah sebuah
penempatan respon yang favourably atau unfavourably kepada objek, orang,
institusi atau kejadian. Ciri khas dari sikap adalah mempunyai objek tertentu
(orang, perilaku konsep, situasi, benda dan sebagainya) dan mengandung
13
penilaian (setuju-tidak setuju atau suka-tidak suka). Sikap adalah sesuatu yang
dipelajari dan dapat dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi dan diubah.
Sikap mengandung tiga bagian (domain). Ketiga domain sikap itu adalah
kognitif, afektif dan konatif (Sarwono, 1999). Kognitif adalah pengetahuan.
Kognisi dapat mempengaruhi afektif sebagai rangsang dari dalam (internal
stimulus), sama halnya dengan pengaruh rangsang dari luar (eksternal stimulus).
Afektif adalah perasaan (sedih, gembira, cemas, kagum dan sebagainya), dan
konatif adalah kecenderungan perilaku yang akan mengarahkan perilaku
seseorang, bukan merupakan perilaku nyata tetapi baru akan melakukan sesuatu.
Terdapat faktor-faktor genetik yang berpengaruh pada terbentuknya sikap.
Walaupun demikian, sebagian besar dari para pakar psikologi sosial berpendapat
bahwa sikap terbentuk dari pengalaman melalui proses belajar. Pandangan ini
mempunyai dampak terapan, yaitu bahwa berdasarkan pandangan ini dapat
disusun berbagai upaya (penerangan, pendidikan, pelatihan, komunikasi dan
sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang. Dari pandangan seperti inilah
dibuatnya segala jenis program iklan pendidikan, pemasaran, kampanye politik
dan sebagainya yang maksudnya sama semua, yaitu mengubah sikap seseorang
atau masyarakat dari sikap tertentu ke sikap lainnya terhadap suatu objek. Pada
gilirannya, perubahan sikap ini akan mengubah pula perilakunya, sehingga
terjadilah perilaku-perilaku yang lebih sesuai dengan yang diharapkan (dari tidak
membeli jadi membeli, dari tidak memilih jadi memilih dan sebagainya).
Berdasarkan penelitian MacKenzie et al. (1999), sikap terhadap iklan
dipengaruhi oleh kognisi (pikiran dan perasaan) yang dimiliki oleh audiens. Sikap
terhadap iklan ini akan mempengaruhi sikap terhadap produk. Dengan kata lain,
sikap terhadap iklan akan mempengaruhi sikap terhadap produk secara langsung
maupun tidak langsung, contohnya: Jika kita menyukai iklan maka kita kurang
kritis terhadap apa yang dikatakan iklan mengenai produk yang diiklankan,
sehingga sikap terhadap iklan yang positif dapat mengakibatkan pemikiran yang
positif pula mengenai produk yang diiklankan.
Sumartono (2002) menyatakan bahwa sikap positif terhadap iklan televisi
dapat ditumbuhkan ketika audiens mempunyai pengetahuan, pandangan dan
14
intensitas perasaan tertentu yang akan mempengaruhi keputusan secara rasional
untuk menerima atau menolak iklan.
Sikap audiens terhadap iklan tidak terlepas dari penilaiannya terhadap
elemen iklan. Menurut Wells et al. (1995), elemen-elemen iklan televisi meliputi:
1. Video, yaitu elemen yang mencakup semua yang terlihat di layar televisi.
2. Audio, Elemen audio dalam iklan televisi sama seperti iklan radio, terdiri dari
musik, suara dan sound effect. Penggunaan elemen audio dalam iklan televisi
disesuaikan dengan visualisasinya.
3. Talent, yaitu orang-orang yang terlibat dalam suatu iklan, seperti: announcer
(berada di dalam atau di luar panggung), pembawa acara, spokepersons,
spokethings dan tipe berkarakter (misalnya: orangtua, bayi, polisi dan lainlain).
4. Props, yaitu peralatan yang dipakai dalam suatu iklan televisi
5. Setting, yaitu tempat iklan dilaksanakan, misalnya: di studio atau di lokasi
tertentu
6. Lighting, yaitu pencahayaan suatu iklan.
7. Graphics, yaitu kata-kata yang divisualisasikan dalam iklan; dibuat secara
sederhana atau dapat pula menggunakan teknik komputer.
8. Pacing, yaitu kecepatan gerakan dalam suatu iklan. Hal ini tergantung dari
naskah iklan.
Frekuensi Efektif Iklan Televisi
Frekuensi efektif iklan televisi adalah jumlah penayangan iklan pada
media televisi yang dapat membangkitkan ketertarikan dan kesadaran pemirsa
terhadap produk yang diiklankan. Frekuensi efektif berhubungan dengan
jangkauan efektif. Jangkauan efektif iklan televisi adalah presentase jumlah
pemirsa yang menyaksikan iklan televisi pada setiap frekuensi efektif penayangan
iklan. Tidak semua produk menghasilkan efek iklan yang sama pada penayangan
iklan dengan frekuensi yang berbeda-beda (Morisan, 2007).
Frekuensi efektif penayangan iklan televisi adalah tiga sampai sepuluh
kali pada suatu program acara televisi. Tetapi penayangan iklan sebanyak sepuluh
kali pada program acara televisi dianggap kurang efisien karena membutuhkan
15
anggaran yang sangat besar. Frekuensi penayangan iklan televisi sebanyak tiga
kali pada suatu program acara televisi dianggap efektif dan efisien (Morisan,
2007).
Penelitian Sebelumnya yang berhubungan dengan Efektivitas Siaran Iklan
Berdasarkan hasil penelitiannya, Kurniawan (1992) menyatakan bahwa
responden yang tidak mengkonsumsi produk yang diiklankan menganggap iklan
sebagai alat untuk memperkenalkan produk, sedangkan responden yang
menggunakan produk yang diiklankan menganggap bahwa produk tersebut lebih
baik dibandingkan dengan produk lainnya. Mendukung teori tersebut, Sumartono
(2002) menyatakan bahwa audiens akan memperhatikan iklan-iklan untuk produk
yang digunakannya daripada iklan-iklan untuk produk yang tidak digunakannya.
Risakotta (1995) mengungkapkan bahwa iklan lebih efektif bagi wanita
daripada pria. Berdasarkan hasil penelitiannya, iklan tidak hanya mampu
membangkitkan pengetahuan sadar (awareness) bagi remaja putri, tapi juga
mampu menimbulkan rasa tertarik untuk mencoba produk yang diiklankan.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Darmayanti (2003) menyatakan bahwa
penayangan iklan anti rokok dapat berpengaruh dalam meningkatkan respons
kognitif, dimana remaja dapat menambah pengetahuan tentang bahaya merokok.
Disamping itu, iklan anti rokok juga dapat berpengaruh dalam meningkatkan
respons afektif responden terhadap pesan iklan anti rokok. Hal ini menunjukkan
bahwa penayangan iklan anti rokok mampu mengubah sikap responden terhadap
rokok dan bahayanya.
Susu Formula
Susu murni adalah susu yang masih asli, seperti pada saat diperah dan
belum dicampur dengan bahan-bahan tertentu. Di pasaran pada umumnya susu
murni diolah menjadi susu bubuk, susu kental manis, susu kental tidak manis,
susu segar cair yang merupakan susu hasil pengolahan dengan metode
UHT/Pasteurisasi/Sterilisasi dan susu asam seperti yoghurt (Clickwok, 2000).
Susu Bubuk dihasilkan dari proses penguapan susu murni, sehingga kadar
airnya dikurangi sampai di bawah lima persen. Proses pengeringannya dapat
16
dengan sistem silinder dan semprot, namun umumnya sistem semprot yang
digunakan. Dengan cara ini panas yang dihasilkan tidak sepanas sistem silinder,
sehingga tepung susu yang dihasilkan akan memiliki nilai gizi lebih tinggi dan
rasa susu juga lebih baik dengan daya larut yang tinggi (Nurhayati, 2002).
Berdasarkan kandungan lemaknya susu bubuk dibagi menjadi 3 jenis yaitu
Whole Milk/Full Cream dengan kadar lemak sekitar 4%, Low Fat Milk dengan
kadar lemak 1% hingga 2% dan Skim/Non-Fat Milk dengan kadar lemak 0 hingga
0,5%. Whole Milk/Full Cream dan Skim/Non-Fat Milk umumnya mengandung
vitamin A, B1, B2, B6, C, D, E dan Niasin tetapi apabila dibandingkan dengan
susu Skim/Non-Fat Milk, susu Whole Milk/Full Cream mengandung protein yang
lebih sedikit (Handri, 2008).
Susu bubuk dalam proses pembuatannya akan banyak kehilangan sebagian
vitamin/mineral, oleh karena itu dalam proses pembuatan susu bubuk seringkali
mendapatkan tambahan vitamin maupun mineral. Pada proses pengenceran saat
pembuatan susu bubuk dilakukan penambahan vitamin dan mineral (Prasetyo,
2005).
Susu bubuk menempati urutan pertama dalam tingkat produksi
dibandingkan dengan jenis susu lainnya, seperti susu kental manis atau susu segar
cair. Tingginya tingkat produksi susu bubuk disebabkan luasnya jaringan pasar
yang dikuasai oleh susu bubuk. Selain itu, jenis susu ini dapat dikonsumsi oleh
semua umur dari bayi, orang dewasa dan manula (Gizinet, 2008).
Susu formula bayi menurut Dunia bunda (2009) adalah susu bubuk atau
cair dengan formula tertentu yang diberikan kepada bayi dan anak-anak sebagai
pengganti ASI. Susu formula bayi memiliki peranan yang penting sebagai
makanan bayi karena seringkali bertindak sebagai satu-satunya sumber gizi bagi
bayi. Oleh karena itu, komposisi susu formula yang diperdagangkan harus
memenuhi standar yang ketat karena terus dikontrol oleh FDA (Food and Drugs
Association/Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika)
Umumnya formula bayi terbuat dari susu sapi yang diubah komposisinya
hingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI (PASI). Tetapi tidak ada satupun
jenis PASI yang dapat menyamai kandungan gizi ASI (Judarwanto, 2008).
17
Judarwanto (2008) memberikan penggolongan susu bubuk formula bayi,
terdiri atas :
1. Susu formula awal/Starter Formula yaitu susu formula yang dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi sejak lahir hingga usia enam bulan sebelum bayi tersebut
mendapatkan makanan tambahan.
2. Susu formula lanjutan/Follow On Formula adalah susu yang diberikan kepada
bayi berusia enam hingga 12 bulan setelah bayi mendapatkan makanan
tambahan.
3. Susu formula khusus/Spesific Formula, yaitu susu formula yang diberikan
pada bayi yang mempunyai kelainan atau penyakit tertentu seperti berat badan
lahir ringan.
4. Susu formula eceran/Growing Up Milk, yaitu susu formula yang diberikan
kepada bayi pada usia lebih dari satu tahun.
Susu formula bayi yang beredar di pasaran berdasarkan harganya dibagi
menjadi 2 kelas yaitu susu formula bayi kelas atas yang terdiri dari kelas
premium/super premium dan susu kelas bawah. Susu formula bayi untuk ukuran
400 gram, pada kelas bawah harganya mulai dari Rp 20.000,00 sedangkan pada
kelas atas harganya antara Rp 40.000,00 hingga Rp 70.000,00. Beberapa merek
susu formula bayi kelas premium yang beredar di pasaran luas saat ini yaitu
Bebelac dari Nutricia, S 26 Reguler milik Wyeth, Enfamil Reguler milik Mead
and Johnson, Morinaga BMT milik Shang Hyang Perkasa, Vitalac milik Sari
Husada dan Pediasure milik Abbott. Pada kelas super premium, Nutricia
mempunyai produk unggulan Nutricia Royal, Wyeth memiliki S 26 Gold, Mead
and Johnson memiliki Enfamil Plus, Shang Hyang Perkasa memiliki Morinaga
Platinum, Abbot memiliki Pediasure Gains and Advance EyQ dan Nestle
memiliki Nan. Sedangkan beberapa merek susu di kelas bawah seperti Biokids
milik Indomilk, Dancow Batita dan Lactogen milik Nestle, SGM 123, Lactamil,
Vitalac 123 dan Vitalac Lactosa Free milik Sari Husada (Sugiyanti, 2009).
18
KERANGKA PEMIKIRAN
Seiring perkembangan industri dan teknologi, maka produk-produk yang
beredar di pasaran semakin banyak dan variatif. Situasi dan kondisi ini
menumbuhkan suatu bentuk persaingan diantara produsen dalam memasarkan
produknya. Iklan dapat menjadi sarana yang efektif dalam meningkatkan
popularitas merek atau mengubah sikap konsumen terhadap produk ke arah yang
lebih positif dan pada akhirnya dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan
angka penjualan produk sehingga mengungguli merek pesaing.
Konsumen cenderung dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada dirinya
dalam mengenali suatu masalah atau kebutuhan terhadap produk, seperti: persepsi,
merek, sikap, kondisi demografis, gaya hidup, dan kepribadian. Rangsangan dari
dalam timbul karena konsumen membutuhkan, sedangkan rangsangan dari luar
dipengaruhi oleh suatu keadaan, karena pengaruh teman, keluarga, atau iklan.
Pengaruh yang biasa diterima konsumen pangan biasanya berupa rasa tertarik,
baik dari efek komunikasi iklan atau pengalaman masa lalunya saat
mengkonsumsi.
Efek komunikasi iklan merupakan perubahan yang terjadi dalam diri
audiens karena menerima pesan komunikasi iklan. Komunikasi iklan dikatakan
efektif apabila menghasilkan perubahan, seperti: peningkatan pengetahuan,
perubahan sikap, dan perubahan perilaku nyata atau ketiganya. Perubahan tersebut
dapat diketahui dari tanggapan yang diberikan audiens sebagai umpan balik.
Efektivitas iklan dikaji berdasarkan Model Hierarchy of Effect dari
Lavidge dan Steiner. Menurut Aaker et al. (1996), Model Hierarchy of Effect dari
Lavidge dan Steiner dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: kognitif, afektif dan
konatif. Pada penelitian yang akan dilakukan, Efektivitas iklan yang akan diukur
adalah peningkatan pengetahuan/kognitif dan perubahan sikap/afektif terhadap
produk, tanpa mengukur aspek konatif/tindakan, karena terdapat faktor lainnya
yang mempengaruhi pembelian suatu produk seperti kualitas, harga dan distribusi
produk.
Iklan susu pertumbuhan Nestle Batita di televisi merupakan suatu bentuk
stimulus pemasaran primer bagi para ibu rumah tangga yang memiliki anak
berusia satu hingga tiga tahun. Dari stimulus pemasaran yang diterima yaitu
berupa iklan susu bubuk “Nestle Batita” di televisi, maka ibu rumah tangga akan
memperoleh pengetahuan dan membentuk sikap terhadap produk tersebut di tiap
benaknya masing-masing. Berikut alur kerangka pemikiran penelitian
Iklan Televisi Susu
Pertumbuhan “Nestle
Batita”
Keterangan :
1. Pengetahuan produk susu
“Nestle Batita”
2. Sikap terhadap produk susu
“Nestle Batita”
Mempengaruhi
Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran Penelitian.
20
DEFINISI OPERASIONAL
1. Iklan televisi susu pertumbuhan “Nestle Batita” adalah bentuk komunikasi
komersil dan nonpersonal tentang produk susu pertumbuhan Batita yang
ditransmisikan ke suatu khalayak (dalam penelitian ini yaitu ibu rumah tangga
di Posyandu Rajawali 8, Perumahan Taman Yasmin, Bogor) melalui media
televisi.
2. Pengetahuan produk susu Batita adalah pemahaman ibu rumah tangga di
Posyandu Rajawali 8, mengenai informasi-informasi produk susu Batita.
3. Sikap terhadap produk susu Batita adalah kepercayaan, perasaan dan
kecenderungan perilaku ibu rumah tangga di Posyandu Rajawali 8, terhadap
produk susu Batita.
4. Peningkatan
pengetahuan
produk
susu
Batita
adalah
bertambahnya
pemahaman ibu rumah tangga di Posyandu Rajawali 8, mengenai informasiinformasi produk susu Batita.
5. Perubahan sikap terhadap produk susu Batita adalah perkembangan
kepercayaan, perasaan dan kecenderungan perilaku ibu rumah tangga di
Posyandu Rajawali 8, terhadap produk susu Batita.
HIPOTESIS
H1. Peningkatan pengetahuan tentang informasi produk susu Batita pada ibu
rumah tangga yang menonton iklan susu Batita lebih tinggi dibandingkan
dengan ibu rumah tangga yang tidak menonton iklan susu Batita.
H2. Perubahan sikap terhadap produk susu Batita pada ibu rumah tangga yang
menonton iklan susu Batita lebih positif dibandingkan dengan ibu rumah
tangga yang tidak menonton iklan susu Batita.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian dilaksanakan di Posyandu Rajawali 8, Perumahan
Taman Yasmin, RW 8, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa
Posyandu Rajawali 8 merupakan lokasi pertemuan rutin ibu rumah tangga dengan
karakteristik ibu rumah tangga yang mempunyai anak usia satu hingga tiga tahun
dan tergolong mampu untuk membeli produk susu “Nestle Batita”. Persiapan
penelitian dilakukan selama 2 hari, yaitu dari tanggal 4 Maret 2009 sampai
tanggal 5 Maret 2009 dan pelaksanaan penelitian pada tanggal 6 Maret 2009. Pada
tahap persiapan penelitian dilakukan pengelompokan responden dan persiapan
alat-alat penunjang penelitian.
Disain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Metode eksperimental
adalah metode yang ditujukan untuk meneliti hubungan sebab akibat dengan
memanipulasi satu atau lebih kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya
dengan kelompok kontrol yang tidak mengalami manipulasi. Manipulasi berarti
mengubah secara sistematis sifat-sifat (nilai-nilai) variabel bebas (Rakhmat,
2001).
Dalam penelitian ini, efektivitas iklan dalam meningkatkan pengetahuan
dan mengubah sikap diteliti dengan menggunakan disain Randomized Pretest
Posttest. Dalam disain ini, responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu satu
kelompok perlakuan (kelompok 1) menonton iklan sebanyak tiga kali penayangan
dan satu kelompok kontrol tanpa diberi perlakuan (kelompok 2). Perubahan
pengetahuan dan sikap diperoleh dari selisih antara posttest (observasi 2 dan 4)
dan pretest (observasi 1 dan 3).
Eksperimen (Kelompok 1)
1
X
2
R
Kontrol (Kelompok 2)
3
4
Keterangan:
R
= Subyek penelitian dipilih secara random
1
= Observasi kelompok 1
2
= Observasi kelompok 1
3
= Observasi kelompok 2
4
= Observasi kelompok 2
X = Perlakuan menonton iklan
Gambar 3. Randomized Pretest Posttest Design
Sumber: Arikunto, 2006
Tahapan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Mengadakan pretest untuk responden kelompok 1 dan 2 (pengisian kuesioner
perubahan pengetahuan dan sikap). Kelompok 1 melaksanakan pretest di
ruangan serbaguna dan kelompok 2 melaksanakan pretest di ruangan
penimbangan balita. Tahap ini dilaksanakan selama 30 menit dengan dipandu
oleh peneliti untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan
pertanyaan yang diberikan.
2. Penayangan rekaman iklan televisi susu bubuk pertumbuhan “Nestle Batita”
untuk kelompok 1 di ruangan serbaguna selama 130 detik. Penayangan iklan
ini dilakukan sebanyak tiga kali dengan jeda antar tayangan iklan selama 20
detik (satu iklan berdurasi 30 detik).
3. Mengadakan posttest untuk responden kelompok 1 dan 2. Kelompok 1
melaksanakan posttest di ruangan serbaguna dan kelompok 2 melaksanakan
posttest di ruangan penimbangan balita. Pertanyaan-pertanyaan pada posttest
sama
dengan
pertanyaan-pertanyaan
pada
pretest,
tetapi
susunan
pertanyaannya berbeda. Pada tahap ini juga dilakukan pengisian kuesioner
karakteristik individu ibu rumah tangga
24
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berasal dari data primer. Data primer meliputi
data mengenai pengetahuan tentang produk dan sikap terhadap produk diperoleh
dari hasil pengisian kuesioner pretest dan posttest.
Data mengenai karakteristik ibu rumah tangga dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner dan wawancara. Wawancara dilakukan untuk mengecek
ulang jawaban pada kuesioner karakteristik yang tidak diisi lengkap. Karateristik
ibu rumah tangga meliputi umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
jumlah anggota keluarga, frekuensi menonton televisi dalam sehari, lama
menonton televisi dalam sehari, stasiun televisi yang paling sering ditonton,
kategori program acara yang paling sering ditonton dan keterdedahan terhadap
iklan televisi susu ”Nestle Batita”.
Metode Penentuan Responden
Penentuan responden dalam setiap kelompok pada penelitian ini dilakukan
secara acak/random, dimana setiap responden ibu rumah tangga diberi nomor urut
dan dipilih secara acak untuk dimasukkan ke dalam dua kelompok. Masingmasing kelompok berjumlah 20 orang.
Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara kuantitatif, yakni menggunakan rataan
skor. Tabel frekuensi digunakan untuk mendapatkan deskripsi mengenai
karateristik individu.
Tes pengetahuan dan sikap awal (pretest) dilakukan sebelum semua
responden pada kelompok 1 diberi perlakuan menonton iklan dan dilakukan juga
pada kelompok 2 sebagai kelompok kontrol walaupun kelompok tersebut tidak
memperoleh perlakuan. Tes pengetahuan dan sikap awal yaitu untuk mengetahui
homogenitas pengetahuan dan sikap awal itu sendiri dengan membandingkan data
pretest kelompok 1 dengan kelompok 2 menggunakan uji t-student. Teknik tstudent adalah teknik statistik yang dipergunakan untuk menguji signifikansi
perbedaan dua buah mean yang berasal dari dua buah distribusi (Winarsunu,
2002).
25
Efektivitas iklan diketahui dengan membandingkan data mengenai
peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap antara kelompok perlakuan
menonton iklan dengan kelompok kontrol dengan uji t-student.
1. σ 1 = σ 2 (untuk ragam homogen)
t=
( x1 − x 2 ) − d 0
s p (1 / n1 ) + (1 / n 2 )
Keterangan:
X1
= Mean pada distribusi sampel 1
= Mean pada distribusi sampel 2
X2
Sp
= Standar kesalahan perbedaan mean
= Jumlah individu pada sampel 1
n1
= Jumlah individu pada sampel 2
n2
= Derajat bebas
do
2. σ 1 ≠ σ 2 (untuk ragam tidak homogen)
t=
( x1 − x 2 ) − d 0
( s12 / n1 ) + ( s 22 / n 2 )
Keterangan:
X1
= Mean pada distribusi sampel 1
= Mean pada distribusi sampel 2
X2
= Nilai varian pada distribusi sampel 1
S 12
S 22
= Nilai varian pada distribusi sampel 2
= Jumlah individu pada sampel 1
n1
= Jumlah individu pada sampel 2
n2
do
= Derajat bebas
26
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Iklan televisi susu bubuk pertumbuhan “Nestle Batita” efektif dalam
meningkatkan pengetahuan responden ibu rumah tangga tentang produk susu
bubuk pertumbuhan tersebut.
2. Iklan televisi susu bubuk pertumbuhan “Nestle Batita” efektif dalam
mengubah sikap responden ibu rumah tangga terhadap produk susu bubuk
pertumbuhan tersebut ke arah yang lebih positif.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan agar PT Nestle Indonesia
selaku sponsor iklan televisi susu bubuk pertumbuhan “Nestle Batita” terus
memperbarui dan memperbaiki teknik pengemasan pesan iklan televisi produk
tersebut di masa yang akan datang. Usaha memperbarui dan memperbaiki teknik
pengemasan iklan dapat dilakukan dengan membuat iklan versi baru dengan
tokoh, musik/jingle, narasi, setting, grafik komputer, Pacing (kecepatan gerak
iklan) yang baru dan mendorong khalayak luas untuk menyaksikannya. Hal ini
dilakukan untuk memperkenalkan produk susu Batita kepada khalayak target yaitu
ibu rumah tangga agar produk tersebut terus membekas di tiap benak ibu rumah
tangga. Disamping itu, upaya memperbarui dan memperbaiki teknik pengemasan
pesan iklan susu Batita juga untuk membentuk sikap positif terhadap produk susu
tersebut dari waktu ke waktu.
UCAPAN TERIMA KASIH
Bismillahirrahmanirrahim, Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT, atas segala
Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga bersyukur dengan banyaknya pihak yang telah berperan dan
memberikan dorongan yang tulus dalam penulisan skripsi ini. Dengan kerendahan
hati penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Papa dan Mama, Kakek dan Nenek, uwak Tuty, uwak Sri, uwak Rini, tante
Kusma, tante Wiwiek, om Tono, om Hari, om Yudi, om Dani dan tante Uke
serta semua keluarga atas segala do’a, perhatian, kasih sayang, pengertian,
kesabaran dan dorongan semangat serta motivasi.
2. Bapak Ir. Hadiyanto, MS selaku pembimbing utama dan Ibu Ir. Lucia Cyrilla
E.N.S.D, Msi selaku pembimbing anggota yang telah berkenan meluangkan
waktu dan bersabar untuk memberi bimbingan, petunjuk, saran, koreksi dan
bantuan yang berharga selama penulisan skripsi ini.
3. Posyandu Rajawali 8, RW 8, Perumahan Taman Yasmin, Bogor (Ibu Nurul,
Ibu Ditha dan Ibu Ratna) yang telah meluangkan waktu memberikan banyak
bantuan selama turun lapang penelitian.
4. Bapak Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA selaku penilai seminar dan penguji
sidang serta Bapak Ir. Afton Atabany, Msi selaku penguji sidang yang telah
memberi masukan dan kritik kepada penulis.
5. Citra, Jurian, Saeful, Ita, Lucky, Krisma, Rina, Yoga, Aziz, Iwan, Adit, Ibu
Cicih, Bapak Kamto dan Bapak Dodi yang selama ini memberi dukungan dan
bantuan selama penelitian.
Penulis terbuka untuk kritik dan saran yang sifatnya membangun. Penulis
berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang berkepentingan.
Bogor, 8 Agustus 2009
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, D. A., R. Batra dan J. G Myers. 1996. Advertising Management. 5th
Edition. Prentice Hall. New Jersey.
Alatas, F. 1997. Bersama Televisi Merenda Wajah Bangsa. Yayasan Pengkajian
Komunikasi Masa Depan. Jakarta.
Arens, W. F. 2008. Contemporary Advertising. 11th
Boston.
Edition. McGraw Hill.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka
Cipta. Jakarta.
Bugin, B. 2001. Imaji Media Massa Konstruksi dan Makna Realitas Sosial Iklan
Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik. Jendela Press. Yogyakarta.
Clickwok. 2000. Produk olahan susu di pasaran. http://www.clickwok.com [ 21
Juli 2009 ].
Darmayanti, E. 2003. Respons pelajar sekolah menengah umum terhadap iklan
anti rokok versi “jambret” (Studi terhadap pelajar Sekolah Menengah
Umum Negeri 5, kota Bogor, Propinsi Jawa Barat). Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Dunia bunda. 2009. Dasar-dasar susu formula bayi. http://www.duniabunda.com [
24 Juli 2009 ].
Durianto, D., A. Sugiarto dan H. Supratiko. 2003. Invasi Pasar dengan Iklan yang
Efektif. Gramedia. Jakarta.
Gizinet.
2008.
Kesadaran
akan
manfaat
susu
masih
kurang.
http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid996794383,8113,
[ 12 Juni 2008 ].
Guiltinan, J. P. 1998. Marketing Management: Strategies and Programs. 6th
Edition. McGraw Hill. Boston.
Handri, B. 2008. Belajar latte art: susu. http://www.kopitips.com [ 21 Juli 2009 ].
Judarwanto, W. 2008. Berbagai jenis susu formula. http://www.alergianak.com [
27 Juli 2009 ].
Kasali, R. 2007. Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.
Pustaka Utama Grafiti. Jakarta.
Klepper, O. 1997. Advertising Procedure. Prentice Hall. Eaglewood Cliffs. New
Jersey.
Kurniawan, L. 1992. Pengetahuan mahasiswa mengenai iklan kosmetik (Studi
terhadap iklan Avon di majalah Femina dan Kartini pada mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara Angkatan 1988). Skripsi.
Universitas Indonesia. Depok.
Liliweri, A. 1997. Dasar-Dasar Komunikasi Periklanan. PT Citra Aditya Bakti.
Bandung.
MacKenzie, S. B., O. Richard dan S. Richard. 1999. A Reexamination of The
Determiants of Consumer Satisfaction. J. Marketing. 60 (3): 15-32.
Mar’at. 1996. Sikap Manusia serta Pengukurannya. Ghalia. Jakarta.
Masdin.
2009. Pangalengan: aneka olahan dari
http://www.mustang89.com [ 21 Juli 2009 ].
susu
sapi
perah.
Morisan. 2007. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Ramdina Prakarsa.
Jakarta.
Mulkan, D. 2000. Pengaruh tayangan iklan layanan masyarakat Acong-JokoSitorus terhadap upaya pembauran antara pribumi dan non pribumi di
kalangan mahasiswa. Skripsi. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Padjadjaran. Bandung.
Nugroho, B. A., H. B. Utami dan S. B. Siswijono. 2008. Dua Dekade Keberadaan
Nestle di Jawa Timur : Kajian Dampak Sosial Ekonomi dari Penerapan
Milk District Model. Universitas Brawijaya. Malang.
Nurhayati, N. 2002. Susu bubuk, susu cair atau
http://www.korantempoonline.com. [ 28 April 2002 ].
kental
manis?.
Oliver, R. L. 1999. Whence Consumer Loyalty. J. Marketing. 63: 33-44.
Prasetyo, B. 2005. Pilih susu cair atau bubuk ya.http://www.banjarmasinpost.com.
[ 15 Mei 2005 ].
Purna, I., B. Hamidi dan Elis. 2009. Permasalahan dan kebijakan pemerintahan di
sektor perindustrian. http://www.setneg.go.id [ 21 Juli 2009 ].
Rakhmat, J. 2001. Psikologi Komunikasi. Edisi 18. PT Remadja Rosadakarya.
Bandung.
Risakotta, G. D. 1995. Efektifitas iklan televisi permen Rootbeer dari Golden
Valley pada khalayak sasarannya. Skripsi. Universitas Indonesia. Depok.
Sarwono, S. W. 1999. Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial.
Balai Pustaka. Jakarta.
Shimp. T. A. 2000. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran
Terpadu. Jilid 1. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.
44
Sugiyanti.
2009.
Strategi
jitu
produsen
http://praptapa.unsoed.net/?p=357 [ 24 Juli 2009 ].
susu
formula.
Sumartono. 2002. Terperangkap dalam Iklan (Meneropong Imbas Pesan Iklan
Televisi). Alfabeta. Bandung.
Sutisna. 1999. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT Remadja
Rosadakarya. Bandung.
Weels, W. Burnett dan S. Moriarty. 1995. Advertising: Principle and Practice. 3th
Edition. Prentice Hall. Englewood Cliffs. New York.
Winarsunu, T. 2002. Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan.
Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.
Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. PT Grasindo. Jakarta.
Yuwani, T. 1992. Tingkat pengetahuan khalayak terhadap iklan Kayane di RCTI
(Studi pada khalayak usia 13-20 Tahun). Skripsi. Universitas Indonesia.
Depok.
45
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Peneliti berharap anda bersedia mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan jujur.
Identitas dan jawaban anda sepenuhnya dijamin kerahasiaannya dan semata-mata
hanya akan digunakan untuk kepentingan penulisan skripsi ini saja.
Terima kasih atas kesediaannya mengisi kuesioner ini.
BAGIAN I: KETERDEDAHAN TERHADAP IKLAN SUSU “NESTLE
BATITA”
Petunjuk pengisian:
Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda silang (X)
Pernahkah ibu menonton tayangan iklan produk susu “Nestle Batita” (susu bubuk
pertumbuhan untuk anak usia satu hingga tiga tahun) di televisi dalam seminggu terakhir?
a. Pernah
b.
Tidak pernah
BAGIAN II: PENGETAHUAN AWAL TENTANG PRODUK SUSU
“NESTLE BATITA” (pre test)
Petunjuk pengisian:
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan memberikan tanda silang (X)
Elemen audio pesan iklan susu Batita
1. Susu Batita adalah susu untuk:
a. Pertumbuhan anak pada usia satu hingga tiga tahun.
b. Penyembuhan anak dari berbagai penyakit.
2. Salah satu manfaat yang ditawarkan Susu Batita, yaitu:
a. Meningkatkan konsentrasi anak dalam berpikir.
b. Mendukung perkembangan dan melindungi tubuh anak setiap hari.
3. Apabila anak mengkonsumsi susu Batita, maka:
a. Anak akan menjadi aktif dan tanggap
b. Anak akan menjadi sembuh dari penyakit
4. Pada narasi iklannya diterangkan bahwa susu Batita merupakan produk olahan dari:
a. “Nestle Ideal”
b. “Nestle Dancow”
47
5. Pada narasi iklannya diinformasikan bahwa susu Batita mengandung:
a. Nutrisi terpadu
b. Nutrisi pelengkap pertumbuhan
6. Susu Batita tersedia dalam rasa yang unik, yaitu:
a. Rasa madu alami
b. Rasa Blueberry
Elemen video pesan iklan susu Batita
1. Bentuk kemasan produk susu Batita yang diiklankan di televisi:
a. Kotak
b. Kaleng
2. Warna dominan pada kemasan produk susu Batita yang di iklankan di televisi:
a. Hijau
b. Kuning
3. Tampilan kemasan depan produk susu Batita berupa:
a. Foto anak kecil menghiasi kemasan depan susu Batita.
b. Gambar anak kecil menghiasi kemasan depan susu Batita.
4. Informasi yang tercantum pada kemasan depan produk susu Batita, adalah:
a. Keunggulan produk susu Batita.
b. Keterangan nutrisi terpadu susu Batita.
5. Pada kemasannya diterangkan bahwa susu Batita digunakan untuk pertumbuhan anak
pada usia :
a. Dibawah 1 tahun
b. 1-3 tahun
6. Pada kemasan susu Batita tercetak:
a. Label tulisan “produk olahan”
b. Label tulisan “baru”
7. Pada kemasannya diterangkan bahwa susu Batita merupakan produk:
a. Olahan susu “Nestle Dancow”
b. Olahan susu “Nestle Ideal”
8. Salah satu kandungan nutrisi terpadu produk susu Batita yang ditunjukkan pada
iklannya, adalah:
a. Mengandung DHA, LA, ALA, Lisin dan prebiotik
b. Mengandung Lactobacillus Protectus
9. Kandungan vitamin dan mineral pada produk susu Batita yang ditunjukkan pada
iklannya, adalah:
a. Mengandung 22 macam vitamin dan mineral
b. Mengandung 26 macam vitamin dan mineral
10. Manfaat yang ditawarkan susu Batita yang terlihat pada gambar-gambar pada iklan
tersebut, adalah:
a. Membuat anak tumbuh, aktif dan tanggap
b.
Menyembuhkan anak dari penyakit.
48
BAGIAN III: SIKAP AWAL TERHADAP PRODUK SUSU “NESTLE
BATITA”. (pre test)
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda silang (X) pada kolom yang mewakili jawaban anda.
Keterangan :
STS
= Sangat Tidak Setuju
TS
= Tidak Setuju
S
= Setuju
SS
= Sangat Setuju
Domain kognitif/kepercayaan
No.
Pernyataan
STS
TS
S
SS
1. Jika anak saya mulai mengkonsumsi susu Batita, maka
kemampuan
berpikir
anak
saya
akan
semakin
meningkat.
2. Manfaat yang ditawarkan oleh susu Batita yaitu dapat
membuat anak menjadi lebih aktif.
3. Susu Batita merangsang anak yang mengkonsumsinya
untuk menjadi lebih tanggap.
4. Salah satu manfaat nyata bila anak mengkonsumsi
susu Batita adalah anak dapat mengembangkan
pemikiran untuk mencoba hal-hal yang baru.
5. Keuntungan bila anak mengkonsumsi susu Batita yaitu
dapat melindungi anak dari berbagai macam penyakit.
6. Nutrisi terpadu yang terkandung di dalam susu Batita
tidak dapat menyamai kandungan ASI
49
Domain afektif/perasaan
No.
Pernyataan
STS
TS
S
SS
STS
TS
S
SS
1. Nutrisi terpadu yang terkandung di dalam susu Batita
menarik.
2. Iklan susu Batita membuat saya yakin tentang
kebaikan susu Batita
3. Manfaat yang ditawarkan susu Batita menarik.
4. Setelah saya menyaksikan iklan susu Batita, saya
tertarik pada kemasan produk susu Batita.
Domain Konatif/kecenderungan perilaku
No.
Pernyataan
1. Saya berani bilang “Ya!” jika ada teman saya yang
menawarkan susu Batita.
2. Iklan susu Batita membuat saya ingin menganjurkan
orang lain untuk ikut mengkonsumsi susu Batita.
50
BAGIAN IV: PENGETAHUAN AKHIR TENTANG PRODUK SUSU
“NESTLE BATITA” (post test)
Petunjuk pengisian :
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan memberikan tanda silang (X)
Elemen audio pesan iklan susu Batita
1. Susu Batita adalah susu untuk:
a. Pertumbuhan anak pada usia satu hingga tiga tahun.
b. Penyembuhan anak dari berbagai penyakit.
2. Apabila anak mengkonsumsi susu Batita, maka:
a. Anak akan menjadi aktif dan tanggap
b. Anak akan menjadi sembuh dari penyakit
3. Pada narasi iklannya diterangkan bahwa susu Batita merupakan produk olahan dari:
a. “Nestle Ideal”
b. “Nestle Dancow”
4. Salah satu manfaat yang ditawarkan Susu Batita, yaitu:
a. Meningkatkan konsentrasi anak dalam berpikir.
b. Mendukung perkembangan dan melindungi tubuh anak setiap hari.
5. Susu Batita tersedia dalam rasa yang unik, yaitu:
a. Rasa madu alami
b. Rasa Blueberry
6. Pada narasi iklannya diinformasikan bahwa susu Batita mengandung:
a. Nutrisi terpadu
b. Nutrisi pelengkap pertumbuhan
Elemen video pesan iklan susu Batita
1. Warna dominan pada kemasan produk susu Batita yang di iklankan di televisi:
a. Hijau
b. Kuning
2. Tampilan kemasan depan produk susu Batita berupa:
a. Foto anak kecil menghiasi kemasan depan susu Batita.
b. Gambar anak kecil menghiasi kemasan depan susu Batita.
3. Informasi yang tercantum pada kemasan depan produk susu Batita, adalah:
a. Keunggulan produk susu Batita.
b. Keterangan nutrisi terpadu susu Batita.
4. Pada kemasannya diterangkan bahwa susu Batita merupakan produk:
a. Olahan susu “Nestle Dancow”
b. Olahan susu “Nestle Ideal”
51
5. Pada kemasan susu Batita tercetak:
a. Label tulisan “produk olahan”
b. Label tulisan “baru”
6. Bentuk kemasan produk susu Batita yang diiklankan di televisi:
a. Kotak
b. Kaleng
7. Pada kemasannya diterangkan bahwa susu Batita digunakan untuk pertumbuhan anak
pada usia :
a. Dibawah 1 tahun
b. 1-3 tahun
8. Manfaat yang ditawarkan susu Batita yang terlihat pada gambar-gambar pada iklan
tersebut, adalah:
a. Membuat anak tumbuh, aktif dan tanggap
b. Menyembuhkan anak dari penyakit.
9. Kandungan vitamin dan mineral pada produk susu Batita yang ditunjukkan pada
iklannya, adalah:
a. Mengandung 22 macam vitamin dan mineral.
b. Mengandung 26 macam vitamin dan mineral.
10. Salah satu kandungan nutrisi terpadu produk susu Batita yang ditunjukkan pada
iklannya, adalah:
a. Mengandung DHA, LA, ALA, Lisin dan prebiotik
b. Mengandung Lactobacillus Protectus
52
BAGIAN V: SIKAP AKHIR TENTANG PRODUK SUSU “NESTLE
BATITA” (post test)
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda silang (X) pada kolom yang mewakili jawaban anda.
Keterangan :
STS
= Sangat Tidak Setuju
TS
= Tidak Setuju
S
= Setuju
SS
= Sangat Setuju
Domain kognitif/kepercayaan
No.
Pernyataan
STS
TS
S
SS
1. Jika anak saya mulai mengkonsumsi susu Batita, maka
kemampuan
berpikir
anak
saya
akan
semakin
meningkat.
2. Manfaat yang ditawarkan oleh susu Batita yaitu dapat
membuat anak menjadi lebih aktif.
3. Salah satu manfaat nyata bila anak mengkonsumsi
susu Batita adalah anak dapat mengembangkan
pemikiran untuk mencoba hal-hal yang baru.
4. Susu Batita merangsang anak yang mengkonsumsinya
untuk menjadi lebih tanggap.
5. Nutrisi terpadu yang terkandung di dalam susu Batita
tidak dapat menyamai kandungan ASI
6. Keuntungan bila anak mengkonsumsi susu Batita yaitu
dapat melindungi anak dari berbagai macam penyakit.
53
Domain afektif/perasaan
No.
Pernyataan
STS
TS
S
SS
STS
TS
S
SS
1. Iklan susu Batita membuat saya yakin tentang
kebaikan susu Batita.
2. Setelah saya menyaksikan iklan susu Batita, saya
tertarik pada kemasan produk susu Batita.
3. Manfaat yang ditawarkan susu Batita menarik.
4.
Nutrisi yang terkandung di dalam susu Batita
menarik.
Domain Konatif/kecenderungan perilaku
No.
Pernyataan
1. Iklan susu Batita membuat saya ingin menganjurkan
orang lain untuk ikut mengkonsumsi susu Batita.
2. Saya berani bilang “Ya!” jika ada teman saya yang
menawarkan susu Batita.
54
BAGIAN VI: KARAKTERISTIK RESPONDEN
Petunjuk pengisian:
•
Untuk pilihan yang menggunakan kotak sebagai alat pengisian, ibu dipersilahkan
mengisi kotak dengan tanda (X).
•
Untuk pertanyaan berbentuk tabel ibu dipersilahkan untuk mengisi tabel yang
tersedia dengan singkat.
•
Untuk pertanyaan isian mohon diisi dengan huruf cetak dan diisi dengan singkat.
•
Untuk pertanyaan atau pernyataan dengan pilihan berganda ibu dipersilahkan
untuk memberi tanda silang (X) pada salah satu pilihan.
1. Nama ibu
:..........................................................................
2. Usia
:.................th
3. Pendidikan formal terakhir (pilihan hanya satu)
SD
SMA
S1
SMP
D3
S2
Lain-lain,
sebutkan...................
4. Pekerjaan ibu
Pegawai Negeri Sipil/ABRI
Tidak bekerja/ibu rumah tangga
Pegawai Swasta
Lain-lain, sebutkan.....................
Pedagang/Wiraswasta
5. Pendapatan keluarga perbulan sebesar?
Di bawah Rp. 1.500.000,00
Rp. 1.500.000,00-Rp.3.500.000,00
Di atas Rp. 3.500.000,00
6. Anggota keluarga yang tinggal bersama ibu
Umur
No
Nama
(th)
Hubungan Keluarga
Pekerjaan
Pendidikan
1.
2.
3.
4.
5.
55
7. Kapan biasanya ibu melakukan kegiatan menonton televisi? (Pilihan jawaban bisa
lebih dari satu)
Pagi hari antara pukul 08.00-10.00
Siang hari antara pukul 10.00-16.00
Sore hari antara pukul 16.00-18.00
Malam hari antara pukul 18.00-24.00
8. Berapa lama biasanya ibu menonton televisi dalam sehari?
a. < 3 jam
b. 3-8 jam
c. > 8 jam
9. Sebutkan dua stasiun televisi yang paling sering ibu tonton.
a. ...................................
b. ...................................
10. Sebutkan tiga nama program acara televisi yang paling sering ibu tonton.
a. .......................... kategori program acara :
Infotaintment
Sinetron
Musik
Talkshow
Religius
Reality Show
Lain –lain, sebutkan........................
b. ...........................kategori program acara :
Infotaintment
Sinetron
Musik
Talkshow
Religius
Reality Show
Lain –lain, sebutkan..........................
c. .......................... kategori program acara :
Infotaintment
Sinetron
Musik
Talkshow
Religius
Reality Show
Lain –lain, sebutkan..........................
56
Lampiran 2. Skor Pretest, Posttest dan Peningkatan Pengetahuan Tiap
Individu
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Kelompok
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Pretest
31.25
43.75
50.00
50.00
56.25
62.50
50.00
56.25
56.25
37.50
50.00
62.50
62.50
62.50
56.25
68.75
50.00
50.00
56.25
56.25
62.50
50.00
56.25
62.50
62.50
56.25
43.75
50.00
62.50
56.25
37.50
50.00
50.00
56.25
62.50
56.25
50.00
56.25
43.75
68.75
Posttest
75.00
56.25
93.75
81.25
87.50
87.50
81.25
81.25
81.25
68.75
68.75
56.25
93.75
87.50
81.25
93.75
81.25
75.00
81.25
75.00
75.00
50.00
68.75
68.75
75.00
62.50
56.25
62.50
75.00
81.25
56.25
68.75
50.00
56.25
62.50
62.50
68.75
75.00
50.00
81.25
Peningkatan
43.75
12.50
43.75
31.25
31.25
25.00
31.25
25.00
25.00
31.25
18.75
-6.25
31.25
25.00
25.00
25.00
31.25
25.00
25.00
18.75
12.50
0.00
12.50
6.25
12.50
6.25
12.50
12.50
12.50
25.00
18.75
18.75
0.00
0.00
0.00
6.25
18.75
18.75
6.25
12.50
57
Lampiran 3. Skor Pretest, Posttest dan Perubahan Sikap Tiap
Individu
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Kelompok
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Pretest
2.333333
2.333333
2.500000
1.833333
2.416667
1.583333
2.083333
2.083333
2.000000
2.083333
2.416667
2.333333
2.500000
2.166667
2.166667
2.416667
2.250000
2.250000
2.500000
2.166667
2.250000
1.666667
2.166667
1.666667
2.250000
2.083333
2.000000
2.250000
2.333333
2.000000
1.833333
2.083333
2.416667
2.083333
2.083333
2.166667
2.250000
2.250000
2.250000
2.250000
Posttest
2.833333
3.166666
3.333333
2.750000
2.916667
3.083333
3.000000
3.000000
3.000000
3.083333
3.250000
3.083333
3.083333
2.916667
2.916667
3.000000
2.916667
2.833333
3.166667
3.083334
2.333333
1.750000
2.583334
1.833334
2.416667
2.083333
2.250000
2.416667
2.500000
2.083333
2.000000
2.250000
2.500000
2.250000
2.500000
2.166667
2.500000
2.416667
2.500000
2.500000
Peningkatan
0.500000
0.833333
0.833333
0.916667
0.500000
1.500000
0.916667
0.916667
1.000000
1.000000
0.833333
0.750000
0.583333
0.750000
0.750000
0.583333
0.666667
0.583333
0.666667
0.916667
0.083333
0.083333
0.416667
0.166667
0.166667
0.000000
0.250000
0.166667
0.166667
0.083333
0.166667
0.166667
0.083333
0.166667
0.416667
0.000000
0.250000
0.166667
0.250000
0.250000
58
Lampiran 4. Hasil Uji t-student untuk Pengetahuan Awal dan
Peningkatan Pengetahuan antara Kedua Kelompok
T-Student
[DataSet1] F:\new_tommi\data baru.sav
Group Statistics
20
Mean
53.44
Std. Deviation
8.949
Std. Error
Mean
2.001
Pretest
Kode
Kelompok1
Kelompok2
N
20
54.69
7.821
1.749
peningkatan
Kelompok1
20
25.94
10.590
2.368
Kelompok2
20
10.62
7.339
1.641
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances
peningkatan
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Sig. (2-tailed)
.139
.712
-.470
38
.641
-.01250
.02657
-.06630
.04130
-.470
37.331
.641
-.01250
.02657
-.06633
.04133
.140
.710
5.315
38
.000
.15313
.02881
.09480
.21145
5.315
33.830
.000
.15313
.02881
.09456
.21169
Sig.
t
df
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
Mean
Difference
F
Pretest
t-test for Equality of Means
Pengetahuan Awal
Uji Levene untuk pemeriksaan asumsi ragam sama atau tidak.
H0 :
H1 :
(Ragam sama)
(Ragam tidak sama)
Sig = Pvalue = 0.71 > α = 0.05 maka Terima H0 sehingga pada uji t digunakan
nilai Sig (Pvalue) untuk asumsi ragam sama.
Uji t
H0 : pengaruh Kelompok1 = pengaruh Kelompok2
H1 : pengaruh Kelompok1 ≠ pengaruh Kelompok2
Diperoleh Pvalue = 0.64 > maka α = 0.05 Terima H0 yang berarti bahwa tidak ada
perbedaan nyata (homogen) antara kelompok1 dengan kelompok2 untuk kasus
pengetahuan awal pada taraf nyata 5%.
59
Peningkatan Pengetahuan
Uji Levene untuk pemeriksaan asumsi ragam sama atau tidak.
H0 :
H1 :
(Ragam sama)
(Ragam tidak sama)
Sig = Pvalue = 0.71 > α = 0.05 maka Terima H0 sehingga pada uji t digunakan
nilai Sig (Pvalue) untuk asumsi ragam sama.
Uji t
H0 : pengaruh Kelompok1 = pengaruh Kelompok2
H1 : pengaruh Kelompok1 ≠ pengaruh Kelompok2
Diperoleh Pvalue = 0.00 < α = 0.05 maka Tolak H0 yang berarti bahwa ada
perbedaan nyata antara kelompok1 dengan kelompok2 untuk kasus peningkatan
pengetahuan pada taraf nyata 5%.
60
Lampiran 5. Hasil Uji t-student untuk Peningkatan Pengetahuan
pada Kelompok Kontrol.
T-Student
Group
St ti ti
Kontro
l
Kode
Pretes
N
Posttes
20
Mea
54.69
20
65.31
7.821
Std.
Mea
1.749
1.003
2.243
Std.
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances
F
Kontrol
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
2.092
t-test for Equality of Means
Sig.
.156
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
-3.736
38
.001
-.10625
.02844
-.16383
-.04867
-3.736
35.865
.001
-.10625
.02844
-.16394
-.04856
Uji Levene untuk pemeriksaan asumsi ragam sama atau tidak.
H0 :
H1 :
(Ragam sama)
(Ragam tidak sama)
Sig = Pvalue = 0.16 > α = 0.05 maka Terima H0 sehingga pada uji t digunakan
nilai Sig (Pvalue) untuk asumsi ragam sama.
Uji t
H0 : pengaruh Kelompok1 = pengaruh Kelompok2
H1 : pengaruh Kelompok1 ≠ pengaruh Kelompok2
Diperoleh Pvalue = 0.00 < α = 0.05 maka Tolak H0 yang berarti bahwa ada
perbedaan nyata antara posttest dengan pretest untuk kasus peningkatan
pengetahuan pada taraf nyata 5%.
61
Lampiran 6. Hasil Uji t-student untuk Sikap Awal antara
Kedua Kelompok
T-Student
Group Statistics
Sikap Pre
Kode
Kelompok1
Kelompok2
N
Mean
2.220833
2.116667
20
20
Std. Deviation
.236128310
.203046965
Std. Error
Mean
********
********
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances
F
Sikap PreEqual variance
assumed
Equal variance
not assumed
.399
Sig.
.532
t-test for Equality of Means
t
95% Confidence
Interval of the
Difference
Mean Std. Error
Sig. (2-tailed)Difference Difference Lower
Upper
df
1.496
38
.143 10416667 06963643
********
********
1.496
37.166
.143 10416667 06963643
********
********
Uji Levene untuk pemeriksaan asumsi ragam sama atau tidak.
H0 :
H1 :
(Ragam sama)
(Ragam tidak sama)
Sig = Pvalue = 0.53 > α = 0.05 maka Terima H0 sehingga pada uji t
digunakan nilai Sig (Pvalue) untuk asumsi ragam sama.
Uji t
H0 : pengaruh Kelompok1 = pengaruh Kelompok2
H1 : pengaruh Kelompok1 ≠ pengaruh Kelompok2
Diperoleh Pvalue = 0.14 > α = 0.05 maka Terima H0 yang berarti bahwa
tidak ada perbedaan nyata (homogen) antara kelompok1 dengan
kelompok2 untuk kasus sikap awal pada taraf nyata 5%.
62
Lampiran 7. Hasil Uji t-student untuk Perubahan Sikap antara
Kedua Kelompok
T-Student
Group Statistics
Peningkatan
Kode
Kelompok1
Kelompok2
N
20
20
Mean
.80000000
.17500000
Std. Deviation
.228457835
.111147655
Std. Error
Mean
********
********
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances
F
Peningkata Equal variance
5.410
assumed
Equal variance
not assumed
Sig.
.025
t-test for Equality of Means
t
95% Confidence
Interval of the
Difference
Mean Std. Error
Sig. (2-tailed)Difference Difference Lower
Upper
df
11.002
38
.000 62500000 05680968
********
********
11.002
27.517
.000 62500000 05680968
********
********
Uji Levene untuk pemeriksaan asumsi ragam sama atau tidak.
H0 :
H1 :
(Ragam sama)
(Ragam tidak sama)
Sig = Pvalue = 0.01 < α = 0.05 maka Tolak H0 sehingga pada uji t
digunakan nilai Sig (Pvalue) untuk asumsi ragam tidak sama.
Uji t
H0 : pengaruh Kelompok1 = pengaruh Kelompok2
H1 : pengaruh Kelompok1 ≠ pengaruh Kelompok2
Diperoleh Pvalue = 0.00 < α = 0.05 maka Tolak H0 yang berarti bahwa
ada perbedaan nyata antara kelompok1 dengan kelompok2 untuk kasus
perubahan sikap pada taraf nyata 5%.
63
Download