Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2016: 23-36 PENGARUH FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL DI KOTA BANDA ACEH DENGAN PERSEPSI MEREK MEWAH SEBAGAI VARIABEL MEDIASI AYU MENTARI1 , SAED ARMIA2 1,2) Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala e-mail: [email protected] ABSTRACT The study aims to examine the influence of demographic factors on purchase decisions that mediated by the perception of luxury brand. The owners and users of luxury cars in Banda Aceh is taken as a sample for this study. This study employed questionnaire as a research instrument. Purposive sampling is applied as the sampling technique. Hierarchical Linear Modelling methods of analysis are used to determine the influence of the involved variables. The result of this study indicatesthat demographic factors have positive effect on purchase decisions and luxury brand perception have positive effect on purchase decisions. The study shows that demographic factors significantly influence the luxury brand perception or purchase decisions and also luxury brand perception significantly influence the purchase decisions. In addition, the result shows that luxury brand perception is perfectly mediated the effect of demographic factors to purchase decisions. Keyword: Demographic Factors, Luxury Brand Perception, Purchase Decisions. PENDAHULUAN Globalisasi ekonomi adalah kegiatan ekonomi dan perdagangan yang menjadikan negara-negara didunia sebagai suatu kekuatan pasar yang lebih terintegrasi tanpa ada halangan teritorial negara. Globalisasi ekonomi mewajibkan penghapusan batasan dan halangan terhadap aliran modal, barang, dan jasa, maka dari itu batas-batas negara menjadi kabur dan membuat keterkaitan antara ekonomi nasional dengan internasional akan semakin erat. Globalisasi ekonomi yang terjadi saat ini membuat persaingan yang ketat antara produk dalam negeri dengan produk luar negeri. Lalu, persaingan global pada saat sekarang ini menuntut perusahaan untuk saling bersaing dalam memasarkan dan menjual produknya. Melihat kenyataan dunia bisnis yang terus berkembang, maka tuntutan akan produk semakin 23 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2016: 23-36 beragam dan terus-menerus berkembang sesuai dengan perubahan zaman. Di dalam hidupnya manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan, mulai dari kebutuhan dasar sampai pada tingkat kebutuhan yang lebih tinggi. Salah satu kebutuhan manusia adalah tampil mewah, percaya diri dan nyaman. Perusahaan harus menggunakan strategi yang tepat untuk mempertahankan produknya agar tetap dikonsumsi oleh konsumen secara terus menerus. Oleh karena itu, hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah menciptakan pelangganpalanggan baru dan mempertahankan pelanggan lama. Pemasaran secara umum hanya dipandang sebagai kegiatan menjual barang atau jasa. Namun pemasaran lebih pada suatu proses dimana kegiatan penciptaan produk atau jasa, menawarkan dan menyerahkannya kepada konsumen. Untuk sampai ke tangan konsumen, maka produk atau jasa harus diperkenalkan terlebih dahulu kepada konsumen. Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan individu,kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan (Swastha, 2003). Pengambilan keputusan pembelian pada dasarnya merupakan proses pemecahan masalah. Roslina (2009) mengemukakan bahwa keputusan membeli seringkali digunakan sebagai sarana dalam menganalisis perilaku konsumen. Sebelum melakukan suatu pembelian, konsumen pada umumnya akan mengumpulkan informasi, baik mengenai produk yang didasarkan pada pengalaman pribadi maupun yang berasal dari lingkungan sekitar. Setelah informasi terkumpul, konsumen akan memulai penilaian terhadap produk tersebut, mengevaluasi serta membuat suatu keputusan pembelian setelah membandingkan produk dan mempertimbangkannya. Menurut Swastha dan Irawan (2008) keputusan pembelian adalah pemahaman konsumen tentang keinginan dan kebutuhan akan suatu produk dengan menilai dari sumbersumber yang ada dengan menetapkan tujuan pembelian serta mengidentifikasi alternatif sehingga pengambil keputusan untuk membeli yang disertai dengan perilaku setelah melakukan pembelian. Perkembangan industri yang maju dengan mengikuti perkembangan teknologi salah satunya adalah industri otomotif. Pengaruh dari globalisasi terhadap bisnis 24 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2016: 23-36 industri otomotif adalah semakin banyaknya jenis-jenis otomotif yang dirancang dengan varian harga dari berbagai jenis merek. Pada umumnya industri otomotif dirancang serta di produksi dengan melihat selera dari para penggunanya (konsumen), dengan begitu perusahaan industri otomotif akan lebih mudah mengetahui produk yang bagaimana yang diinginkan oleh konsumennya. Pasar otomotif berpotensi naik 12 persen karena siklus tahunan rata-rata otomotif naik dua kali lipat dari target pertumbuhan ekonomi (Zulkifli, 2009).Dapat dilihat bahwa pada kondisi sekarang ini yang dikatakan mobil mewah sangat sedikit penggunanya karena faktor harga yang terbilang relatif lebih mahal dibandingkan dengan mobil bertaraf kelas menengah kebawah. Disini peneliti mengkatagorikan mobil mewah berdasarkan klasifikasi harga diatas > Rp. 500.000.000. Faktor demografi merupakan salah satu faktor yang dapat dijadikan acuan dalam mengklasifikasikan suatu pasar. Kotler, Philip (2000) menyatakan bahwa: In demographic segmentation, the market is divided into groups on the basis of variables such as age, family life cycle, gender, income, occupations, education, religion, race generation, nationally, social class“. Faktor kelompok ini merupakan dasar yang paling populer dalam mensegmentasi kelompok pelanggan. Alasan penggunaan faktor ini, salah satunya karena faktor demografi lebih mudah diukur dibandingkan kebanyakan jenis faktor/variabel lain.Faktor demografi sendiri memiliki dampak secara tidak langsung dimana dapat mempengaruhi dalam keputusan pembelian. Salah satu cara untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen melalui karakteristik demografi konsumen, selain aspek lingkungan seperti budaya, kelas sosial, proses komunikasi, keluarga dan lain-lain yang semuanya bisa mempengaruhi perilaku konsumen (Sumarwan, 2002). Konsumen memiliki keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda dapat terlihat dari karakteristik sosial demografinya (Sumarwan, 2002). Karakteristik sosial demografi adalah ciri yang menggambarkan perbedaan masyarakat berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga, status pernikahan, lokasi geografi, dan kelas sosial (Kotler dan Armstrong, 2001). 25 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2016: 23-36 Dari hal diatas timbul persepsi konsumen terhadap merek mewah, istilah mewah sering digunakan di setiap kehidupan sehari-hari untuk merujuk ke produk. Setiap orang mendifinisikan kata mewah secara berbeda-beda dimana persepsi dari mewah itu dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk demografi, gaya hidup, kebiasaan, lingkungan sosial dan tentunya oleh surveyor dari kemewahan dan pemasar (Dubois & Laurent 1994; Tidwell & Dubois, 1996). Barang mewah adalah bagian dari protokol sosial baru dimana identitas seseorang dan harga dirinya ditentukan oleh merek terlihat yang dikenakan pada tubuh (Husic dan Cicic 2009). Konsumen lebih cenderung untuk membeli dan membayar suatu harga dengan tingkat perbedaan yang sangat besar “hanya” untuk suatu produk merek-merek mewah karena didalam produk ini memiliki seperangkat kepuasan yang unik yang hanya diinginkan oleh sekelompok konsumen kalangan-kalangan tertentu. Dewasa ini keberadaan produk-produk mewah kemudian menjadi tren tersendiri dalam dunia pergaulan, Untuk menghadapi persaingan yang sangat ketat ini, ditambah pengetahuan masyarakat yang beragam dari berbagai informasi, pelaku industri otomotif harus lebih cermat lagi dalam mengamati perkembangan pasar.Barang-barang mewah seringkali dikaitkan dengan status sosial seseorang. Para pemakainya seringkali dipersepsikan sebagai pribadi kelas atas, elegan, dan terpandang (Elvira, 2012). Menurut Solihin M Juhro (Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter) pertumbuhan perekonomian di Indonesia saat ini kian membaik dan mengalami kenaikan yaitu dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5% - 5,9% pada tahun 2013. Sedangkan pada tahun 2014 diperkirakan mencapai 5,8%6,2%, pertumbuhan ekonomi 2014 meningkat karena didorong kondisi global yang kondusif dan permintaan domestik yang baik. Dengan semakin membaiknya pertumbuhan ekonomi di Indonesia menyebabkan terjadinya perubahan kelas ekonomi masyarakat yang beranjak menjadi masyarakat dengan pendapatan menengah ke atas dan masyarakat dengan pendapatan menengah kebawah. Fenomena ini menyebabkan perubahan konsumsi masyarakat Indonesia dari produk yang dikategorikan produk biasa menjadi produk mewah. Banyaknya masyarakat Kota Banda Aceh yang menggunakan produk-produk mewah yangbermerek akhir- 26 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2016: 23-36 akhir ini merupakan salah satu bukti dari meningkatnya daya beli dan hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kota Banda Aceh sudah mulai sadar akan hal itu. KAJIAN KEPUSTAKAAN Keputusan Pembelian Perilaku konsumen akan menentukan pengambilan keputusan dalam pembelian mereka. Proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri atas enam tahap yaitu: menganalisa keinginan dan kebutuhan, menilai beberapa sumber yang ada, menetapkan tujuan pembelian, mengidentifikasikan alternatif pembelian, mengambil keputusan untuk membeli dan perilaku sesudah pembelian. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan pembelian barang maupun jasa (Kotler, 2002 : 183). Menurut Swastha dan Irawan (2008:118) keputusan pembelian adalah pemahaman konsumen tentang keinginan dan kebutuhan akan suatu produk dengan menilai dari sumbersumber yang ada dengan menetapkan tujuan pembelian serta mengidentifikasi alternatif sehingga pengambil keputusan untuk membeli yang disertai dengan perilaku setelah melakukan pembelian. Sedangkan Irawan dan Farid (2000:41) mengemukakan keputusan pembelian adalah tahap penilaian keputusan yang menyebabkan pembeli membentuk pilihan di antara beberapa merek yang tergabung dalam perangkat pilihan dan membentuk maksud untuk membeli. Tujuan keputusan pembelian yang dilakukan oleh individu dalam menentukan suatu barang atau jasa ditandai dengan banyaknya pilihan-pilihan produk yang ditawarkan. Faktor Demografi Faktor demografi merupakan salah satu faktor yang dapat dijadikan acuan dalam mengklasifikasikan suatu pasar. Kotler, Philip(2000) menyatakan bahwa: In demographic segmentation, the market is divided into groups on the basis of variables such as age, family life cycle, gender, income, occupations, education, religion, race generation, nationally, social class“.Faktor kelompok ini merupakan dasar yang paling populer dalam mensegmentasi kelompok pelanggan. 27 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2016: 23-36 Konsumen memiliki keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda dapat terlihat dari karakteristik sosial demografinya (Sumarwan, 2002). Karakteristik sosial demografi adalah ciri yang menggambarkan perbedaan masyarakat berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga, status pernikahan, lokasi geografi, dan kelas sosial (Kotler dan Armstrong, 2001).Menurut Wahyuni (2008) proses pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian akan diwarnai oleh ciri kepribadiannya, yaitu pendapatan, usia, dan gaya hidup. Persepsi Merek Mewah Konsep mewah berarti ''kenikmatan halus, elegan, hal-hal yang diinginkan tetapi tidak penting '' (Goody, 2006, hal. 341), yang menarik lebih banyak orang di seluruh dunia.Konsep mewah sangat subjektif, situasional bergantung dan tergantung pada pengalaman dan kebutuhan individu konsumen (Wiedmann et al, 2007; Kapferer dan Bastien, 2012). Kapferer dan Bastien (2008) menunjukkan bahwa mewah memiliki peran penting yang merekonstruksi stratifikasisosial. Artinya, orang menganggap mewah sebagai komponen kunci untuk mendefinisikan diri mereka sesuai dengan keinginan mereka secara sosial ditentukan oleh merek yang terlihat dan dikenakan pada tubuh (Husic dan Cicic 2009). Konsumen cenderung untuk membayar perbedaan harga yang sangat besar untuk merek-merek mewah karena produk ini memiliki seperangkat keunikan dan karakteristik seperti kualitas premium, pengerjaan, recognisability, eksklusivitas dan reputasi (Monash University Bisnis dan Ekonomi, 2007). Konsumen sangat dipengaruhi oleh drive internal untuk menciptakan citra sosial yang menguntungkan dari hasil perilaku pembelian mereka (Mandrik 1996; Sallot 2002). Mengenai motif mengkonsumsi merek-merek mewah, itu menyatakan bahwa gagasan membeli untuk mengesankan orang lain, masih lebih atau kurang pelayanan sebagai prinsip strategis untuk manajemen pemasaran merek mewah (Dittmar 1994; Corneo & Jeanne 1997; Vigneron & Johnson tahun 1999, 2004; O'Cass & Frost 2002). 28 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2016: 23-36 Pengaruh Faktor Demografi terhadap Persepsi Merek Mewah Variabel yang digunakan untuk segmentasi demografi membantu membagi populasi besar menjadi kelompok-kelompok pelanggan tertentu. Pada masingmasing dan setiap individu memiliki usia, jenis kelamin, pendapatan dll. Dalam industri mewah, ini menjadi salah satu cara terbaik untuk diversifikasi individu. Hal ini juga membantu dalam menganalisis banyak data dalam waktu yang lebih singkat untuk riset pasar yang bisa menjadi penting untuk strategi promosi. Persepsi mewah pasti dipengaruhi oleh demografi karakteristik pasar. Dubois dan Laurent (1993) meneliti hubungan antara karakteristik demografi dan persepsi merek mewah, kesadaran dan pembelian di lima negara Eropa. Mereka menemukan bahwa pendapatan, pendidikan dan pekerjaan yang paling konsisten dikaitkan dengan persepsi merek mewah, kesadaran dan pembelian di lima negara.Oleh karena itu dapat disimpulkan hipotesisnya sebagai berikut: H1: Faktor Demografi berpengaruh terhadap Persepsi Merek Mewah Pengaruh Faktor Demografi terhadap Keputusan Pembelian Faktor-faktor demografi secara tidak langsung mempengaruhi keputusan dalam membeli sebuah produk (Hyun, 2010). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Hyun, 2010) tentang variabel demografi dapat dinyatakan bahwa usia, jenis kelamin, pendapatan dan pendidikan memiliki pengaruh penting dalam keputusan pembelian. (Girard, 2013) menyatakan variabel pendapatan merupakan variabel yang memiliki nilai tertinggi di dalam keputusan pembelian sampel produk. Dapat disimpulkan bahwa sebuah variabel demografi (yaitu: jenis kelamin, usia, dan pendapatan) sangat berpengaruh terhadap sebuah keputusan untuk memakai maupun membeli suatu produk. Hal tersebut disebabkan karena setiap demografi seseorang yang berbeda-beda memiliki tingkat kebutuhan dan pemahaman akan sebuah produk yang berbeda-beda pada setiap individu. Oleh karena itu dapat disimpulkan hipotesisnya sebagai berikut : H2: Faktor Demografi berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian 29 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2016: 23-36 Pengaruh Persepsi Merek Mewah terhadap Keputusan Pembelian Merek mewah dapat memiliki banyak pengaruh atas bagaimana merek mereka dilihat. Persepsi merek mewah yang dibangun oleh variabel seperti nilai menyolok, nilai keunikan, nilai sosial, nilai hedonis dan nilai kualitas harus hatihati dipelihara dan diamati secara berkala untuk mencegah kerugian akibat perubahan tren. Dengan mengetahui faktor-faktor dominan yang membangun perspektif pasar tertentu terhadap produk mewah, sebuah perusahaan dapat menciptakan usaha yang efektif dan efisien untuk mendapatkan keputusan pembelian oleh konsumen dan memenuhi kebutuhan pelanggan mereka dan keinginan berdasarkan karakteristik Hung, Chen, Peng, Hackley, Chou, Hackley, & Tiwsakul (2011). Oleh karena itu dapat disimpulkan hipotesisnya sebagai berikut: H3: Persepsi Merek Mewah berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Pengaruh Faktor Demografi terhadap Keputusan Pembelian Dimediasikan oleh Persepsi Merek Mewah Salah satu cara untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen melalui karakteristik demografi konsumen, selain aspek lingkungan seperti budaya, kelas sosial, proses komunikasi, keluarga dan lain-lain yang semuanya bisa mempengaruhi perilaku konsumen (Sumarwan, 2002). Faktor-faktor demografi secara tidak langsung mempengaruhi keputusan dalam membeli dan menggunakan sebuah produk (Hyun et al., 2010).Sehingga, faktor demografi yang meliputi pendapatan,usia dan jenis kelamin dapat mempengaruhi seorang individu yang akan melakukan pembelian merek mewah yang di pengaruhi langsung oleh persepsi seorang individu tersebut tentang merek mewah yang akan dibeli. Oleh karena itu dapat disimpulkan hipotesisnya sebagai berikut: H4: Lingkungan Toko berpengaruh terhadap Emosi Positif METODE PENELITIAN 30 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2016: 23-36 Populasi Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan mapun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas (Husaini Usman, 2006). Populasi penelitian adalah konsumen pemilik dan pengguna mobil mewah di kota Banda Aceh. Penarikan Sampel Teknik pengambilan sampel penelitian ini dilakukan secara non probability sampling. Jenis non probability sampling yang dipilih adalah purposive sampling dimana peneliti berusaha menarik anggota populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu (Jogiyanto, 2007). Menurut MacKinnon (2007), ukuran sampel yang tepat untuk penelitian berkisar antara 20 sampai > 1.500, dimana penentuan sampel yang baik didukung dengan jumlah frekuensi yang tinggi. Dengan demikian, sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 orang, karena jumlah tersebut dianggap telah mewakili populasi yang jumlahnya tidak dapat diketahui secara pasti. Teknik Pengumpulan Data Dalam memperoleh data dan informasi yang sesuai dengan objek penelitian ini, penulis melakukan kegiatan metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner (angket). Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006). HASIL DAN PEMBAHASAN Validitas Variabel endogen dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian, dimana untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah dikembangkan menjadi 5 item pertanyaan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel endogen memiliki 5 item pertanyaan yang menunjukkan korelasi yang baik. Hal ini dilihat dari nilai eigen 3,131 dengan muatan faktor yang memiliki interval 0,717 hingga 0,8220. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor sebesar 62,618%. Nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Samplig Adequency pada variabel endogen 31 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2016: 23-36 sebesar 0,818 dan hasil uji Barlett’sTest of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,00 (p<0,01). Variabel mediasi dalam penelitian ini adalah persepsi merek mewah, dimana untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah dikembangkan menjadi 5 item pertanyaan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel mediasi (persepsi merek mewah) memiliki 5 item pertanyaan yang menunjukkan korelasi yang baik, artinya semua item pertanyaan menunjukkan korelasi yang baik. Hal ini dilihat dari nilai eigen 3,013 dengan muatan faktor yang memiliki interval 0,739 hingga 0,801. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor sebesar 60,263%. Nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Samplig Adequency pada variabel mediasi sebesar 0,779 dan hasil uji Barlett’sTest of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,00 (p<0,01). Variabel eksogen dalam penelitian ini adalah faktor demografi. Untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah dikembangkan dengan 4 item pertanyaan, yang mana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 4 item pertanyaan berkorelasi dengan baik terhadap konstruk. Hasil uji menunjukkan semua item yang terlibat dalam muatan faktor tersebut memiliki korelasi terhadap konstruk sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Hal ini dilihat dari nilai Eigen 2,239 yang lebih besar dari pada dengan muatan faktor loading (loading factor) yang memiliki interval 0,727 hingga 0,761. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor adalah 55,985%. Nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequency pada variabel sebesar 0,754 dan hasil uji Barlett’s Test of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,00 (p<0,01). Reliabilitas Reliabilitas untuk mengukur apakah instrument (kuisioner) dari penelitian ini dapat dipercaya/handal atau tidak sebagai hasil penelitian yang baik maka perlu dilakukan uji reliabilitas. Suatu konstruk atau variabel dikatakan handal apabila nilai Cronbach Alphanya > 0,60 menurut Malhotra (2003). Berikut hasil pengujian reliabilitas. Dari hasi uji reliabilitas yang ditunjukkan pada Tabel 1, diperoleh nilai Cronbach’s alpha masing-masing sebesar 0,850, 0,738 dan 0,835. Dengan 32 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2016: 23-36 demikian seluruhpertanyaan yang digunakan dalam variabel penelitian ini reliabel (handal), karena telahmemenuhi Cronbanch’s Alpha dengan nilai alpha yang lebih dari 0,60. Menurut Hair, et. al., (2006) jika dalam penskalaan digunakan skala likert, maka untuk koefisien korelasi digunakan nilai standardized coefficients, di mana nilai konstantanya tidak perlu diinterpretasikan. Dari hasil output SPSS tersebut dapat dibuat garis persamaan linear adalah sebagai berikut: Z = 0,644 X Maka dari persamaan tersebut dapat menjelaskan bahwa koefesien regresi Faktor Demografi (X) bernilai positif (0,644) artinya semakin tinggi tingkatfaktor demografi, maka akan meningkatkan pesepsi konsumen terhadap merek mewah. Dari tabel 1 tersebut (model 2) dapat dibuat garis persamaan linear adalah sebagai berikut: Y = 0,614 X Maka dari persamaan tersebut dapat menjelaskan bahwa berdasarkan hasil nilai standardized coefficients tidak terdapat nilai konstanta, hanya terdapat nilai koefesien regresi faktor demografi (X) yaitu sebesar 0,614. Koefesien regresi faktor demografi (X) bernilai positif (0,614) artinya semakin tinggi pengaruh faktor demografi maka akan semakin meningkatkankeputusan konsumen dalam membeli. Sedangkan pada tabel selanjutnya (model 3), dapat dibuat garis persamaan linear sebagai berikut: Y =0,222 X + 0,610 Z Maka dari persamaan regresi tersebut dapat menjelaskan bahwa koefesien regresi persepsi merek mewah (Z) bernilai positif (0,610) artinya semakin baik persepsi konsumen terhadap merek mewah, maka semakin tinggikeputusan konsumen dalam membeli. PENUTUP Berdasarkan analisis hasil yang telah dilakukan pada penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 33 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2016: 23-36 1. Faktor demografi berpengaruh signifikan terhadap persepsi merek mewah. 2. Faktor demografi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. 3. Persepsi merek mewah berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. 4. Persepsi Merek Mewah memediasi secara penuh (full mediation) pengaruh faktor demografi terhadap keputusan pembelian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor demografi memberikan pengaruh yang signifikan positif terhadap keputusan pembelian yang dimediasi oleh persepsi merek mewah. Diharapkan kepada perusahaan otomotif menggunakan strategi yang tepat untuk mempertahankan produknya agar tetap digunakan oleh konsumen secara berkelanjutan. Oleh karena itu, hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan olehperusahaan otomotif adalah menciptakan pelanggan-palanggan baru dan mempertahankan pelanggan lama, mengingat hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pendapatan, usia, jenis kelamin dan pekerjaan merupakan variabel yang dominan dalam pengambilan keputusan pembelian produk. REFERENSI Aaker, D.A (1991) Managing Brand Equity: Capitalizing on The e Value of A Brand Name. New York: The Free Press. Braun OL, Wicklund RA (1989) Psychological Antecedents of Conspicuous Consumption. Journal Econ. Psychol. Vol. 10, 161-186. Cherepanov, Dasha., Palta, Mari., Fryback, Dennis G., and Robert, Stephanie A (2010) Erratum To: Gender Differencesin Health-Related Quality-Of-Life Are Partly Explained By Socio-Demographic Andsocio- Economic Variation Between Adultmen And Women In The US: Evidence Fromfour US Nationally Representative Datasets. Journal Quality of Life Research. Vol.19 (8), 1125-1140. Czinkota, M. R. and Ronkainen, I. A (2001) International Marketing. Fort Worth/Philadelphia: Harcourt Colleg e Publishers. Dittmar, Helga. 1994. Material Possessionsas Stereotypes: Material Images of Different Socio Economic Groups. Journal of Economic Psychology,. Dr. Etta, Mamang, Sangdji, M.Si dan Dr. Sopiah, MM, S.pd (2010) Metode Penelitian: Pendekatan Praktis Dalam Penelitian. 34 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2016: 23-36 Dubois, Bernard., & Gilles, Laurent 1993. Attitudes Towards the Concept of Luxury: An Exploratory Analysis, in Siew Leng Leong and Joe Cole (Eds), Asia-Pacific. Advances in Consumer Research, Vol. 1 Durianto, D., Sugiartodan Sitinjak, T (2001) Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Erwin (2007) The Impact of Inferential Beliefs on Product Evaluation. Journal of Marketing Researchhal. Vol. 12, 57-98 Groth J, McDaniel SW (1993) The Exclusive Value Principle: The Basis For Prestige Pricing. Journal Consum Mark. Vol. 10, 10-16. Hirschman, Elizabeth C (1985) Primitive Aspects of Consumption in Modern American Society. Journal of Consumer Research, Vol. 12 Hung, K., Chen , A. H., Peng , N., Hackley, C., Chou, & Tiwsakul, A. R (2011) Antecedents of Luxury Brand Purchase Intention. Journal Of Product and Brand Management. Vol. 20 (6), 456-467 Imam, F (2013) Gender difference in impulsive buying behavior and post purchasing dissonance: under incentive consitions. Journal of business strategies, Vol. 1, 23-29. Irani N, Heidarzadeh KH (2011) The Mediating Role of Hedonic Value in Apparel Shopping Satisfaction. World Appl. Sci. J. Vol. 12 (10), 1715-1729. Kacen, Jacqueline J. and Julie A. Lee (2002) The Influence of Culture on Consumer Impulsive Buying Behavior. Journal of Consumer Psycholog, Vol. 12, 163-176 Kotler, Philip (2000) Marketing Management. New Jersey: Prentice Hall International Edition. Kotler, Philip (2001) Marketing Management. The Milinium Edition, Consumer Behavior and Marketing Action. Australia. South Western: College Publishing. Kotler, Philip (2002) Manajemen Prenallindo. Pemasaran Edisi Milenium. Jakarta: PT Lamb, Charles W, Josep F, Hair Jr and Carl Mc Daniel (2001) Pemasaran Buku 1. Terjemahan David Octarevia. Jakarta: Salemba Empat. Lamb, Charles W, Josep F, Hair Jr and Carl McDaniel (2002) Segmentasi Pasar Dan Perilaku Konsumen. Jakarta: Salemba Empat. MacKinnon, David P and S. Fritz, Matthew (2007) Required sample size to detect the mediated effect. Author Manuscript 35 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2016: 23-36 Mai, Nguyen Thi Tuyet, and Kwon Jung, and Garold Lantz, and Sandra G. Loeb (2003) An Exploratory Investigation intoImpulse Buying Behavior in a Transitional Economy : A Study Of Urban Consumers in Vietnam. Journal of International Marketing. Vol. 11 (2), 13-35. N Hyun, Joo Lee, Hyeon Jeong Cho, Wenwen Xu, Ann Fairhurst (2010) The Influence of Consumer Traits and Demographics on Intention to Use Selfservice Checkouts. Journal of Marketing Intelligence and Planning. Vol. 28 (1), 251-720. Pisharodi, R. Mohan, dan Ravi Parameswaran (1992) Confirmatory Factory Analysis of a Country of Origin Scale : Initial Results. Advances in Consumer Research Vol.19, 706-713. Roxana-Mihaela, Ifrim;Cho, Yoon C, PhD (2010) Analyzing The Effects Of Product label Message On Consumers’ Attitude And Intention. Journal of Business & Economics Research, Vol. 8, (11) 125-140. 36