PEMODELAN SEBARAN SUHU AIR PANAS DI SEPANJANG

advertisement
PEMODELAN SEBARAN SUHU AIR PANAS DI SEPANJANG PESISIR
PELABUHAN BIRINGKASSI DESA BULU CINDEA KEC. BUNGORO
KAB. PANGKEP
(Study kasus PLTU Semen Tonasa)
Irfan1, Dr. Sri Suryani, DEA2, Dr. Sakka, M.Si3
e-mail : [email protected]
Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin
2017
ABSTRAK
Telah dilakukan simulasi sebaran suhu air panas dan memprediksi pola sebaran suhu
air panas yang dibuang ke laut oleh PLTU. Penelitian ini dilakukan di perairan
Biringkassi, Kec. Bungoro Kab. Pangkep. Data parameter suhu yang digunakan adalah
data hasil laporan pemantuan kualitas air PLTU. Data pasang surut yang diterapkan
pada syarat batas terbuka dengan menggunakan program model pasut global TDH
0.25˚ serta batimetri dari Etopo 15. Simulasi numeris dilakukan selama 31 hari dan
hanya menggunakan pasang surut sebagai satu-satunya gaya pembangkit arus laut
Predeksi seberan suhu air panas dilakukan dengan menggunakan model hidrodinamik
untuk mensimulasikan arus pasang surut dan digabungkan dengan model dispersi
untuk penyebaran temperatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara spasial, dari
ketiga skenario prediksi sebaran suhu pola penyebaran suhu air panas bergerak ke arah
barat, selatan dan utara outlet dengan jarak sebaran maksimum 2.5 km. Diprediksikan
terjadi peningkatan suhu sebesar 0.5˚C setelah 24 jam, kemudian pada rentang waktu
1 - 7 hari peningkatan suhu sebesar 1.595˚C.
Kata kunci : Pltu, Hidrodinamic, Arus pasang surut, Simulasi numeric dan Laut
Pangkep.
ABSTRACT
There has been done simulation of hot water temperature distribution and predict the
pattern of hot water temperature distribution discharged into the sea by PLTU. This
research was conducted in the waters of Biringkassi, Bungoro district Pangkep
regency. Temperature parameter data was taken from data of monitoring result of
water quality of steam power plant. Tidal data was applied to open boundary condition
by using global tide model and bathymetry of Etopo15. The numerical simulation was
conducted for 31 days and tide was used as the only force that generates sea current.
Predictions of hot water temperatures were carried out using a hydrodynamic model
to simulate tidal currents and combined with the dispersion model for temperature
deployment. The results showed that spatially, from the three prediction scenarios, the
temperature distribution of the hot water temperature spread pattern moved west,
south and north outlets with a maximum spacing of 2.5 km. It is predicted that there
will be a temperature increase of 0.5˚C after 24 hours, then in the period of 1 - 7 days
the temperature increase is 1,595˚C.
Keywords : PLTU, Hydrodynamics model, tide-driven current ,numerical simulation,
and Pangkep waters.
PENDAHULUAN
METODOLOGI PENELITIAN
Pembangkit listrik merupakan salah satu
teknologi untuk pemenuhan kebutuhan
energi bagi manusia. Energi listrik yang
dihasilkan berasal dari bermacam sumber
energi salah satunya adalah pembangkit
listrik tenaga uap. Salah satu contoh
pembangkit listrik tenaga uap di Sulewesiselatan adalah Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) PT. Semen Tonasa yang mulai
beroperasi pada tahun 1997.
Penelitian ini dilaksanakan di pesisir
pelabuhan biringkassi dengan buangan air
panas yang berasal dari Industri Semen Unit
Utilitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) 2 x 25 MW dan 2 x 35 MW yang
berlokasi di Bulu Cindea Bungoro, Pangkep
Sulawesi Selatan
Pengoperasian suatu instalasi pembangkit
listrik, umumnya menggunakan air laut
sebagai pendingin. Air laut yang telah
digunakan sebagai pendingin ini dibuang
kembali ke laut. Untuk menurunkan
temperatur, sebelum dibuang kembali ke laut
air pendingin dialirkan melalui suatu kanal
pendingin (cooling channel). Namun, air
pendingin yang masuk kembali ke laut tetap
memiliki temperatur di atas temperatur
ambien air laut.
Masuknya limbah air panas dari kanal
pendingin ke laut (thermal pollution) dalam
jumlah besar dapat memberikan dampak
negatif bagi kehidupan biota laut di
sekitarnya. Hanya ikan, krustasea dan
moluska yang dapat bertahan terhadap
temperatur yang tinggi dan dapat hidup
dalam lingkungan yang panas. Temperatur
tertinggi yang dapat ditoleransi oleh ikan
adalah 38,1℃, krustasea 37,9℃ dan moluska
36,7℃ (Mihardja dkk.,1999).
Pesisir di daerah Pelabuhan Biring Kassi
banyak terdapat karang yang umumnya
menjadi rumah mahluk hidup di laut,
termasuk terumbuh karang, ikan dan udang.
Terjaganya
kelangsungan
kehidupan
ekosistem pesisir sangat dibutuhkan
Masyarakat Biring Kassi yang sehari-harinya
berprofesi
sebagai
nelayan,
yang
menggantungkan kehidupan mereka dari
hasil tangkapan di laut. Kegiatan operasional
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PT.
Semen Tonasa menghasilkan limbah air
panas yang dibuang ke Selat Makassar
sehingga
diprakirakan
berpotensi
menimbulkan
pencemaran
dan/atau
kerusakan lingkungan. Hasil buangan limbah
air panas ini tentunya perlu didapatkan
gambaran tentang pola sebaran suhu air
panas yang dilepas ke laut agar dapat
digunakan dalam pengkajian dampak
lingkungan dari PLTU. Sehubungan dengan
hal tersebut, maka penelitian tentang pola
sebaran suhu air panas dengan pemodelan
numerik ini dilakukan.
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Data yang digunakan sebagai input simulasi
model adalah data batimetri, data citra garis
pantai dan data elevasi pasang surut prediksi
serta data parameter suhu. Data pasang surut
pengukuran akan digunakan untuk validasi
dengan data pasang surut model.
1. Model
1.1 Model Hidrodinamika (Pola Arus)
Menurut Istiarto (2011) dalam integrase
persamaan-persamaan
kontinuitas
dan
momentum untuk mencari persamaan 2DH,
dipakai anggapan dan penyederhanaan
sebagai berikut ini :
✓ Nilai rata-rata kedalaman dianggap
cukup representatif untuk mewakili
nilai-nilai besaran yang berubah
sepanjang kedalaman aliran
✓ Kecepatan dan percepatan arah
vertikal dianggap sangat kecil,
sehingga diabaikan
✓ Berlaku
distribusi
tekanan
hidrostatik diseluruh kedalaman
✓ Kemiringan dasar ke kedua arah
horizontal kecil
Dengan
penyederhanaan
tersebut
,
persamaan kontinuitas dan momentum untuk
model 2DH adalah sebagai berikut ( Mike by
DHI, 2012 )
Persamaan Kontinuitas dan Momentum
• Persamaan kontinuitas
𝜕𝑢 𝜕𝑣 𝜕𝑤
+
+
=0
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
• Persamaan Momentum
Pada sumbu x :
𝜕ℎ𝑈
+
𝜕ℎ𝑈 2
𝜕𝑡
ℎ 𝜕𝑝𝑎
+
𝜕ℎ𝑈𝑉
𝜕𝜂
= 𝑓𝑉ℎ − 𝑔ℎ 𝜕𝑥 −
𝜕𝑥
𝜕𝑦
𝑔ℎ2 𝜕𝜌
𝜏
𝜏
− 2𝜌 𝜕𝑥 + 𝜌𝑠𝑥 − 𝜌𝑏𝑥 −
𝜌0 𝜕𝑥
0
0
0
𝜕𝑠𝑥𝑦
1 𝜕𝑠𝑥𝑥
𝜕
[
+ 𝜕𝑦 ] + 𝜕𝑥 [ℎ𝑇𝑥𝑥 ]
𝜌
𝜕𝑥
𝜕
0
+
[ℎ𝑇𝑥𝑦 ]. …………………......(1.1)
𝜕𝑦
Pada sumbu y :
𝜕ℎ𝑉
+
𝜕𝑡
𝜕ℎ𝑈𝑉
𝜕𝜂
+
[
𝜌0
𝜕
𝜕𝑠𝑦𝑥
𝜕𝑥
= −𝑓𝑈ℎ −
𝜕𝑥
𝜕𝑦
ℎ 𝜕𝑝𝑎
𝑔ℎ 2 𝜕𝜌
𝑔ℎ 𝜕𝑦 − 𝜌
1
𝜕ℎ𝑉 2
0 𝜕𝑦
𝜕𝑠𝑦𝑦
+
𝜕𝑦
−
2𝜌0 𝜕𝑦
𝜕
]+
𝜕𝑥
+
𝜏𝑠𝑦
𝜌0
–
𝜏𝑏𝑦
𝜌0
: koefisien difusi dalam arah x dan y
: koefisien atenuasi
: sumber lokal
: presipitasi atau penguapan
1.3 Syarat Batas Model
Simulasi model dilakukan untuk kasus arus
yang dibangkitkan oleh pasang surut saja
(tidal force). Syarat batas untuk model
hidrodinamika dapat dikelompokkan dalam
dua kategori, yaitu:
1. Syarat batas tertutup
−
[ℎ𝑇𝑥𝑦 ] +
[ℎ𝑇𝑦𝑦 ]…………...…………..(1.2)
𝜕𝑦
𝐷𝑥 𝐷𝑦
k
𝜎
R(c)
Dimana :
h (x,y,t) :kedalaman air bervarisasi terhadap
waktu (m)
𝜂 (x,y,t : elevasi muka air laut (m)
U(x,y,t) : kecepatan rata-rata terhadap
kedalaman pada sumbu x ( m/s)
V(x,y,t): kecepatan rata-rata terhadap
kedalaman pada sumbu y ( m/s)
F
:2Ω sin 𝜙, parameter Coriolis
Ω
:angular rate of revolution
𝜙
:geografis latitude (°)
G
:percepatangravitasi (𝑚2 ⁄𝑠)
𝜌
:densitas air laut (kg/𝑚3 )
𝜌0
:referensidensitas air (kg/𝑚3 )
𝑝𝑎
:tekanan permukaan
𝜏𝑠𝑥
:tegangan permukaan arah sumbu x
𝜏𝑠𝑦
:tegangan permukaan arah sumbu y
𝜏𝑏𝑥
: tegangan dasar arah sumbu x
𝜏𝑏𝑦
: tegangan dasar arah sumbu y
𝑠𝑥𝑥 ,𝑠𝑥𝑦 , 𝑠𝑦𝑥 , 𝑠𝑦𝑦 : komponen tensor tegangan
radiasi
𝑇𝑥𝑥 : tegangan geser arah sumbu x
𝑇𝑥𝑦 :tegangan normal arah y terhadap
sumbu x
𝑇𝑦𝑦 :tegangan geser arah sumbu y
1.2 Model Dispersi Panas
Syarat batas tertutup mengikuti persamaan :
U,V,𝜂 = 0.......................................... ( 1.4 )
Domain area model dispersi termal ini hanya
memiliki sebuah syarat batas tertutup yaitu
batas bagian Timur. Batas Timur tersebut
merupakan garis pantai sepanjang Pelabuhan
Biringkassi.
2. Syarat batas terbuka
Elevasi pasang surut diberikan pada setiap
syarat batas terbuka dengan asumsi terdapat
perbedaan gaya pembangkit pasang surut
pada setiap syarat batas. Nilai elevasi pasang
surut sebagai data input model diperoleh dari
hasil peramalan pasang surut global oleh
MIKE21 pada tanggal 1-31 Desember 2016.
Pada titik buangan air panas (Outlet)
diberikan sumber air panas secara konstan
berdasarkan hasil pengukuran suhu air panas
di saluran pembuangan.
PEMBAHASAN
1. Simulasi Model Seberan Air Panas
Seberan air panas merupakan proses
penyebaran air bahang secara horizontal di
perairan akibat adanya suatu sumber buangan
panas (thermal point) yang masuk ke
perairan secara adveksi dan difusi. Difusi
disebabkan karena adanya gradien suhu
antara yang dibuang dengan suhu ambien air
laut.
[m]
9470500
Model adveksi-dispersi diselesaikan dengan
persamaan adveksi-dispersi dua dimensi
Persamaan adveksi – difusi dua dimensi
untuk model sebaran suhu pada permukaan
laut adalah sebagai berikut :
𝜕𝑐
𝜕𝑐
𝜕𝑐
𝜕
𝜕𝑐
𝜕
𝜕𝑐
ℎ( + 𝑢 + 𝑣 − 𝐷𝑥 − 𝐷𝑦 −
𝜕𝑡
𝜕𝑥
𝑅(𝑐)
𝜎 + 𝑘𝑐 +
Dimana:
ℎ
𝜕𝑦
𝜕𝑥
𝜕𝑥
𝜕𝑦
𝜕𝑦
) = 0...............................( 1.3 )
9470000
9469500
9469000
9468500
9468000
9467500
9467000
Concentration Temperatur [(Degree)]
9466500
Above 39.0
38.4 - 39.0
37.8 - 38.4
37.2 - 37.8
36.6 - 37.2
36.0 - 36.6
35.4 - 36.0
34.8 - 35.4
34.2 - 34.8
33.6 - 34.2
33.0 - 33.6
32.4 - 33.0
31.8 - 32.4
31.2 - 31.8
30.6 - 31.2
Below 30.6
Undefined Value
9466000
9465500
9465000
9464500
9464000
9463500
h
: kedalamanan air
u, v : kecepatan lokal dalam koordinat
Caretesian x, y
t
: waktu
c
: konsentrasi polutan
772000
773000
774000
775000
776000
777000
[m]
Scale 1:51480
00:00
12-17
00:00
12-18
12/16/2016 14:20:00
Elevasi [m]
Arah
[rad]
0.5
0.0
-0.5
-1.0
00:00
2016-12-13
00:00
12-14
00:00
12-15
00:00
12-16
00:00
12-19
00:00
12-20
Gambar 2. Hasil Simulasi Sebaran Panas
Skenario pada Kondisi Menuju Pasang
Dispersi termal yang keluar dari outlet
pembuangan air hasil proses cooling water
system disalurkan melalui pipa pembuangan
dengan lebar 2.40 m. Kondisi menuju pasang
(Gambar.) arah sebaran air panas bergerak
menuju utara dan selatan. Arah sebaran suhu
dominan bergerak kearah utara pada suhu 32̊
sejauh 1 km dan 0.85 km ke arah selatan.
Sedangkan pada kondisi pasang tertinggi
(Gambar IV.11) arah seberan suhu air panas
masih didominasi bergerak kearah utara pada
suhu 32 sejauh 1.2 km dan 0.7 km ke arah
selatan
Hasil cuplikan model dispersi pada kondisi
menuju surut menunjukan pola seberan
buangan air panas dari outlet perlahan mulai
bergerak ke arah selatan dan sebagian
bergerak ke arah barat. Pada suhu 32˚ air laut
bergerak sejauh 1 km dari outlet sedangkan
ke arah barat sejauh 1.1 km. Sedangkan pada
kondisi surut terendah pola seberan buangan
air panas jarak maksimum pada suhu 32˚ ini
mencapai 1.2 km ke arah selatan dan ke arah
barat sejauh 1.3 km.
[m]
9470500
9470000
9469500
9469000
9468500
[m]
9468000
9470500
9467500
9470000
9467000
9469500
Concentration Temperatur [(Degree)]
9466500
9469000
Above 39.0
38.4 - 39.0
37.8 - 38.4
37.2 - 37.8
36.6 - 37.2
36.0 - 36.6
35.4 - 36.0
34.8 - 35.4
34.2 - 34.8
33.6 - 34.2
33.0 - 33.6
32.4 - 33.0
31.8 - 32.4
31.2 - 31.8
30.6 - 31.2
Below 30.6
Undefined Value
9466000
9468500
9465500
9468000
9465000
9467500
9464500
9467000
9466500
Concentration Temperatur [(Degree)]
9464000
Above 39.0
38.4 - 39.0
37.8 - 38.4
37.2 - 37.8
36.6 - 37.2
36.0 - 36.6
35.4 - 36.0
34.8 - 35.4
34.2 - 34.8
33.6 - 34.2
33.0 - 33.6
32.4 - 33.0
31.8 - 32.4
31.2 - 31.8
30.6 - 31.2
Below 30.6
Undefined Value
9463500
9466000
9465500
9465000
9464500
9464000
9463500
772000
773000
774000
775000
776000
773000
774000
775000
776000
777000
[m]
Scale 1:51480
00:00
12-17
00:00
12-18
Elevasi [m]
Arah [rad]
0.5
0.0
-0.5
777000
[m]
Scale 1:51480
12/16/2016 17:00:00
772000
12/17/2016 10:00:00
-1.0
00:00
2016-12-13
Elevasi [m]
Arah [rad]
00:00
12-14
00:00
12-15
00:00
12-16
00:00
12-19
00:00
12-20
0.5
Gambar 5. Simulasi Sebaran Air Panas Pada
Kondisi Surut Terendah
0.0
-0.5
-1.0
00:00
2016-12-13
00:00
12-14
00:00
12-15
00:00
12-16
00:00
12-17
00:00
12-18
00:00
12-19
00:00
12-20
Gambar 3. Hasil Simulasi Sebaran Panas
Skenario pada Kondisi Pasang Tertinggi
Pada kedua kondisi saat menuju pasang dan
pada saat pasang tertinggi konsentrasi air laut
pada suhu 32-39˚ dominan berada di sekitar
pelabuhan 0-700 m dari outlet buangan.
Pada kedua kondisi saat menuju surut dan
saat surut terendah konsentrasi air laut pada
suhu 32-39˚ dominan berada di sekitar
pelabuhan 0-700 m dari outlet buangan.
2. Perbandingan Suhu Air Panas hasil
model dengan pengukuran
[m]
35
9470500
9470000
34
9469500
33
9469000
9468500
32
9468000
31
9467500
9467000
Concentration Temperatur [(Degree)]
9466500
Above 39.0
38.4 - 39.0
37.8 - 38.4
37.2 - 37.8
36.6 - 37.2
36.0 - 36.6
35.4 - 36.0
34.8 - 35.4
34.2 - 34.8
33.6 - 34.2
33.0 - 33.6
32.4 - 33.0
31.8 - 32.4
31.2 - 31.8
30.6 - 31.2
Below 30.6
Undefined Value
9466000
9465500
9465000
9464500
9464000
9463500
772000
773000
774000
775000
776000
29
s1
s2
s3
s4
s5
s6
s7
Titik sampel
Model
Pengukuran
777000
[m]
Scale 1:51350
12/17/2016 06:40:00
Elevasi [m]
Arah
[rad]
Grafik 1. Perbandingan Suhu Hasil Model
dengan Pengukuran pada Tiap Titik
Koordinat
0.5
0.0
-0.5
-1.0
00:00
2016-12-13
30
00:00
12-14
00:00
12-15
00:00
12-16
00:00
12-17
00:00
12-18
00:00
12-19
00:00
12-20
Gambar 4. Hasil Simulasi Sebaran Panas
pada Kondisi Menuju Surut
Untuk melihat perbandingan antara hasil
model dengan data pengukuran lapangan
sampel suhu air panas, maka di beberapa titik
dipomedelan dibuatkan titik kontrol untuk
membandingkan hasil pengukuran dengan
hasil pemodelan pada titik kontrol
pemodelan. Perbandingkan data hasil
lapangan dan hasil model diperlihatkan pada
Grafik 4.6 diatas. Dimana pada titik sampel
s1 terjadi perbedaan suhu sebesar 1.09 ˚C.
Pada titik s2 perbedan model dengan
pengukuran sebesar 0.31˚C. untuk titik
sampel s3 perbedaan hasil model dengan
pengukuran sebesar 0.54˚C. Sedangkan pada
titik s4-s7 perbedaannya sebesar 0.32- 0.5 ˚C.
3. Pola sebaran Suhu Air Panas secara
Kuantitatif
Selanjutnya untuk menganilisis pola seberan
air panas secara secara kuantitatif maka
dilakukan analisis sebaran pola seberan arus
ke arah barat , selatan dan utara. Besarnya
penambahan suhu rata-rata pada titik-titik
tinjau ini disajikan dalam bentuk grafik suhu
terhadap jarak dengan titik nol diambil pada
outlet kanal seperti yang diperlihatkan pada
Grafik 2 dibawah ini.
4. Sebaran Suhu Air Panas Secara
Temporal
Seberan suhu secara temporal dapat dilihat
pada Grafik IV.7, grafik tersebut
memperlihatkan bahwa pada titik sampel s3
dengan rentang waktu 0 – 24 jam , terjadi
penambahan suhu sebesar 0.5˚C kemudian
pada rentang waktu 1 - 7 hari peningkatan
suhu sebesar 1.595˚C. Pada rentang waktu 7
hari sampai 30 hari peningkatan suhu yang
terjadi sangat kecil yakni 0.334˚C. Pada titil
sampel s1 dengan rentang waktu 0 – 12 jam,
terjadi peningkatan suhu sebesar 0.735˚C
kemudian mengalami penurunan suhu pada
12 – 24 jam sebesar 0.089˚C. Kemudian
setelah rentang waktu 24 jam sampai 30 hari
terjadi peningkatan suhu sebesar 1.444˚C.
Pada titik sampel S2, S4, S5 dan S6 dengan
rentang waktu 0 – 24 jam, terjadi
penambahan suhu sebesar 0.046 – 0.077˚C.
Selanjutnya pada pada rentang waktu 24 jam
– 30 hari terjadi peningkatan suhu sebesar
0.647 – 1.588˚C.
Sedangkan pada titik sampel S7 dengan
rentang waktu 0 – 24 jam tidak terjadi
perubahan suhu (konstan atau bersifat
stasioner). Hal ini disebabkan karena terjadi
kesetimbangan antara antara seberan suhu
oleh proses difusi dan sebaran suhu oleh
proses adveksi. Kemudian setelah rentang
waktu 24 jam sampai 30 hari terjadi
peningkatan suhu sebesar 0.326˚C.
41
39
37
Suhu (̊C)
akibat adanya faktor perbedaan gradien
temperatur, sehingga temperatur bergerak
dari temperatur tinggi ke temperatur rendah.
35
33
50
100
150
200
250
300
350
450
600
800
1000
1500
2000
2500
3000
31
34
Jarak (M)
Barat
Selatan
Grafik 2. Seberan Suhu ke arah Utara,
Selatan dan Barat
Shu (̊C)
Utara
33.5
33
32.5
32
31.5
31
0
6
12
24
7hari 15hari 30hari
Waktu
Grafik IV.5 menunjukan bahwa arah seberan
suhu air panas pada jarak 0-300 m menuju ke
barat lebih besar jika dibandingkan dengan
penyebaran suhu air panas menuju selatan
dan utara. Hal ini depengaruhi oleh adanya
badan pelabuhan dari PLTU yang menjulang
ke arah barat menghambat pergerakkan arus
ke arah selatan.
KESIMPULAN
Kemudian pada jarak 800 m – 3 km
perbedaan suhu di antara arah utara , selatan
dan barat mulai tidak begitu besar seiring
dengan bertambah jauhnya jarak sumber
buangan air panas. Hal ini disebabkan karena
persebaran air panas merupakan proses difusi
dimana persebaran yang terjadi berlangsung
Model simulasi arus yang dihasilkan
menunjukkan bahwa dinamika pola arus
pasang surut didominasi oleh aliran arus
kearah selatan ketika surut dan kearah utara
ketika kondisi pasang. Berdasarkan hasil
simulasi sebaran panas (dispersi termal)
umumnya mengikuti pola arus yang keluar
s1
s2
s3
s5
s6
s7
s4
Grafik 3. Sebaran suhu secara temporal
masuk di wilayah domain pemodelan yaitu
dominan mengarah ke utara dan selatan.
Secara spasial, dari skenario pemodelan
sebaran suhu air panas bergerak ke arah barat
outlet hingga ke selatan dan utara dengan
jarak sebaran maksimum 2.5 km. Secara
temporal sebaran suhu air panas akan
mencapai kondisi tunak setelah tercapai
kesetimbangan antara pengaruh adveksi dan
difusi.
DAFTAR PUSTAKA
A.Yuningsih, Masduki dan Rahmat. (2010).
Penelitian Potensi Energi Arus Laut
sebagai Sumber Energi Laut
terbarukan Di Perairan Toyapakeh
Nusa Penida Bali.
Defrimilsa. (2003). Studi Perbandingan
Profil Batimetri Perairan Utara
Belitung Hasil Deteksi Sistem
Akustik Bim Terbagi SIMRAD EY500 Dengan Profil Batimetri Peta
Dishidros TNI-AL. Skripsi.
Djunarsjah, E. (2005). Survey Hidrografi.
Bandung: PT Refika Aditama.
Hutabarat, S. dan S. H Evans. (1985).
Pengantar Oseanografi. Jakarta: UI
press.
Hutabarat, S. dan S. H Evans. (2008).
pengantar oseanografi. jakarta:
Universitas indonesia pres.
Hutagalung, Horas P. (1988). Pengaruh suhu
air terhadap Kehidupan organisme
laut. Jurnal oseana volume XIII, No,
4 : 153-164.
Istiarto. (2011). CFD di Bidang Hidraulika
Saluran Terbuka, JTSL FTUGM.
Yogyakarta.
Muara Karang Coastal Waters.
Jakarta : Proceeding ITB, Vol. 31,
No. 1.
MIKE by DHI. (2012). Mike 21 & Mike 3
Flow Model Fm, hydrodynamic and
transport
modul,
scientific
documentation, . DHI Software.
Muhammad,
hamid.
(2005).
Ilmu
Pengetahuan
Sosial-Geografi.
Direktorat Pendidikan Lanjutan
Pertama,
Direktorat
Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Departemen Pendidikan Nasional.
Mukhtasor. (2007). Pencemaran Pesisir dan
Laut. Jakarta: PT. Pradnya Paramita:.
Nurjaya, I.W dan H. Surbakti. (2010). Model
Dispersi Bahang Hasil Buangan Air
Proses Pendinginan PLTGU Cilegon
CCPP ke Perairan Pantai Margasari di
Sisi Barat Teluk Banten. Jurnal Ilmu
dan Teknologi Kelautan Tropis Vol.2,
No. 1, Hal. 31-49, Juni 2010.
Pickard. (2004). Descriptive Physical
Oceanography. Pergamon Press.
Oxford.
Pipkin, W. dan Bernard. (1999). Laboratory
Exercises in Oceanography Fourth
Ed. Macmillan Publishing Company.
New York.
Pokale. (2012). Pengaruh pembangkit listrik
pada lingkungan ulasan ilmiah dan
komunikasi kimia. Shri Saraswati
Collage of Social Work, WASHM
(M.S). India. 212 – 215 p.
Pond,
S. dan Pickard, G.L. (1983).
intruductory
dnynmical
oceanography. canada: Departement
of Oceanography. University of
Columbia.
Kahar, Joenil. (2008). Geodesi. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Roth, E. (2002). Why Thermal Power Plants
Have a Relatively Low Efficiency.
www.sealnet.org.
Kennish, M. (2001). Practical Handbook of
Marine Science. Third Edition. New
Jersey: Institute of Marine and
Coastal Sciences, Rutgers University.
Triadmodjo, Bambang. (1999). Teknik
Pantai. Yogyakarta: Beta Offset.
Majewski, W., Miller, D. C. (1979).
Predicting Effect of Power Plant
Once-Through Cooling on Aquatic
System. Paris: United Nations
Educational, Scientific and Cultural
Organization.
Mihardja, D. K., et al. (1999). Modelling of
the Heated Water Spreading in
Wyrtki, K. (1961). Physical Oceanography
of the Southeast Asian Water.
California.: Naga Report Vol.2
University of California, Scripps
Institution of Oceanography,La Jalla.
Download