Sinergisitas efek sitotoksik kombinasi arekolin dan doxorubicin pada

advertisement
Majalah Farmasi Indonesia, 22(4), 265 – 272, 2011
Sinergisitas efek sitotoksik kombinasi arekolin
dan doxorubicin pada sel kanker serviks HeLa
Sinergisitas efek sitotoksik kombinasi
doxorubicin pada sel kanker serviks HeLa
arekolin
dan
Astrid Ayu Maruti, Rahmi Khamsita, Suven, Dyaningtyas Dewi Pamungkas Putri dan Edy
Meiyanto*
Cancer Chemoprevention Research Center Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Abstrak
Arekolin, alkaloid utama tumbuhan pinang (Areca cathecu L) telah terbukti
memiliki aktivitas sitotoksik pada berbagai jenis sel kanker. Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari aktivitas sitotoksik arekolin tunggal dan kombinasi
arekolin dengan doxorubicin pada sel kanker serviks HeLa. Pada perlakuan
tunggal, arekolin di inkubasi pada kultur sel HeLa dalam berbagai konsentrasi,
diikuti dengan pemaparan kombinasi arekolin dengan doxorubicin. Viabilitas sel
sebagai parameter diukur dengan metode MTT (3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5difeniltetrazolium bromide) assay. Efek induksi apoptosis diamati dengan
metode pengecatan double staining menggunakan etidium bromida-akridin
oranye. Arekolin tidak menunjukkan aktivitas sitotoksik yang poten terhadap sel
HeLa karena memiliki nilai IC50 sebesar 462µM. Kombinasi arekolin dan
doxorubicin menunjukkan sinergisitas dengan nilai IK optimum 0,48 yaitu pada
pemberian 30µM arekolin dikombinasikan dengan doxorubicin 125nM. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa arekolin berpotensi untuk dikembangkan
sebagai agen ko-kemoterapi pada kanker serviks. Walaupun demikian,
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme molekularnya.
Kata kunci: arekolin, sinergisitas, doxorubicin, metode MTT, sel HeLa
Abstract
Arecoline, the main alcaloid of Areca cathecu L has been proven to posses
cytotoxic activity against various cancer cell lines. The research conducted to
examine the cytotoxic activity of arecoline alone and its combination with
doxorubicin against HeLa cervical cancer cell line. Single treatment of
arecoline in various concentration on HeLa cancer cell were done followed by
the combinational treatment with doxorubicin. The cell viability as the
parameter of cytotoxicity was measured using MTT (3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)2,5-difeniltetrazolium bromide) assay. The apoptotic effect was examined by
double staining assay using etidium bromide – acridin orange. Arecoline did not
show potent cytotoxicity effect against HeLa since the value of IC50 is 462µM.
The combinational treatment of arecoline and doxorubicin showed synergicity
with the optimum CI value is 0,48 given by the treatment of 30mM arecoline
combined with 125 nM doxorubicin. The result of this study shows that arecoline
has potential to be proposed as co-chemotherapeutic agent for cervical cancer.
However, further study on its molecular mechanism needs to be conducted.
Key words : arecoline, synergicity, doxorubicin, MTT assay, HeLa cell line
Pendahuluan
Arekolin dengan rumus molekul
C8H13NO2 merupakan alkaloid utama dari
buah pinang (Areca catechu L). Beberapa
penelitian in vitro menunjukkan arekolin
Majalah Farmasi Indonesia, 22(4)
memiliki aktivitas sitotoksik pada sel kanker
oral dan sel kanker hati serta merangsang
apoptosis pada sel kanker basal (Chang, et al.,
2001 and Cheng, et al., 2007). Berdasarkan
penelitian tersebut, arekolin menunjukkan
265
Sinergisitas efek sitotoksik kombinasi…………
prospek yang menjanji-kan untuk dalam terapi
kanker.
Salah satu jenis kanker dengan prevalensi
terbesar adalah kanker serviks atau kanker leher
rahim. Kanker leher rahim merupakan
penyebab kematian yang terbesar pada wanita
di negara-negara berkembang, bahkan tiap
tahunnya sekitar seperempat juta wanita
meninggal karena penyakit ini (Gracia, 2007).
Di Indonesia, insidensi kanker serviks mencapai
13.762 kasus atau 8,8% dari total penderita
kanker (IARC, 2008). Kondisi ini menunjukkan
bahwa diperlukan pengembangan terhadap
terapi kanker serviks.
Arekolin merupakan salah satu senyawa
yang menjanjikan untuk diteliti lebih lanjut
dalam usaha pencarian agen terapi bagi kanker
serviks. Senyawa ini menghambat daur sel pada
KB cell line, sel kanker epitelial mulut, melalui
pembentukan reactive oxygen species dan
perubahan potensial membran mitokondria.
Pada penelitian lain, arekolin dilaporkan
menurunkan produksi interleukin-6 dan
menghambat fosforilasi STAT3 sehingga
produksi protein Bcl-XL dan Bcl-2 menurun
(Chang, et al., 2004). Selain itu, arekolin juga
terbukti menginduksi apoptosis dengan
meningkatkan ekspresi p53, meningkatkan
aktivitas caspase 3, dan menginduksi pelepasan
sitokrom c oleh mitokondria pada sel hepatoma
HA22T/VGH (Cheng, et al., 2007). Sehingga
dimungkinkan arekolin juga bersifat sitotoksik
dan mampu menginduksi apoptosis pada sel
kanker serviks HeLa.
Pada penelitian ini dilakukan pengamatan
dampak pemberian arekolin terhadap sel kanker
serviks HeLa. Selain sitotoksisitas arekolin
terhadap sel kanker HeLa, juga dilakukan
pengamatan dampak pemberian arekolin
terhadap aktivitas doxorubicin, suatu agen
kemoterapi yang digunakan pada pengobatan
kanker serviks. Perlakuan kombinasi ini
merupakan suatu usaha untuk mencari agen kokemoterapi yang sesuai bagi doxorubicin sebab
penggunaan doxorubicin tunggal sebagai agen
terapi menimbulkan efek samping yang besar
bagi pasien, antara lain nausea, kerontokan
rambut, serta kerusakan jaringan tubuh.
Penggunaan agen ko-kemoterapi mampu
menurunkan resistensi terhadap doxorubicin
dan meningkatkan aktivitasnya sehingga dosis
266
doxorubicin yang diperlukan dapat diturunkan
dan efek samping tersebut dapat ditekan. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar
pengembangan arekolin sebagai agen kokemoterapi dalam pengobatan kanker leher
rahim.
Metodologi
Bahan
Bahan uji utama yaitu Arekolin hidrobromida
(VETRANAL® Sigma Aldrich No. Katalog 46063)
diperoleh dari Warista, Yogyakarta. Agen
kemoterapi doxorubicin dalam bentuk injeksi
dengan konsentrasi 50 mg/25 mL (Kalbe Farma)
diperoleh dari Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta.
Sel kanker serviks HeLa koleksi Cancer
Chemoprevention Research Center (CCRC) UGM
diperoleh dari Prof. Takeya, Nara Institute of Science
and Technology (NAIST), Jepang. Sel dikultur dalam
media kultur DMEM (Dulbecco’s Modified Eagle
Medium) (Gibco) yang mengandung Fungison 0,5%
(Gibco), Fetal Bovine Serum (FBS) 10% (Gibco),
penisilin-streptomisin 1% (Gibco), dan Tripsin
EDTA 2,5% (Gibco). DMSO (Dimethyl Sulfoxide)
(Sigma) digunakan untuk melarutkan senyawa uji.
Reagen MTT [3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2, 5-difeniltetrazolium bromida] (Sigma), dengan konsentrasi 5
mg/mL. Reagen stopper yang digunakan adalah SDS
10% dalam 0,1N HCl. Etidium bromida-akridin
oranye untuk mewarnai sel pada uji double staining.
Selain bahan-bahan di atas juga digunakan 2,5%
tripsin-EDTA (Gibco) untuk melepas sel yang
melekat pada flask maupun plate dan PBS yang
digunakan untuk mencuci sel. Bahan–bahan yang
digunakan selama penelitian apabila tidak dikatakan
lain berarti berderajat proanalisis.
Prosedur penelitian
Kultur Sel
Sel HeLa (koleksi Cancer Chemoprevention
Research
Center,
Fakultas
Farmasi
UGM)
ditumbuhkan dalam media DMEM 1640 (Gibco)
yang mengandung 10% v/v Fetal Bovine Serum (FBS)
(Gibco) dan penisillin-streptomisin 100 μg/mL
(Gibco) diinkubasi dalam inkubator CO2 (Herceus)
pada suhu 37C dengan aliran 5% CO2.
Uji Sitotoksisitas terhadap Sel HeLa
Uji sitotoksisitas menggunakan MTT assay.
Sel HeLa didistribusikan ke dalam 96 well plate
(Nunc) dengan jumlah 5000 sel per sumuran dan
diinkubasi bersama arekolin baik aplikasi tunggal
dan kombinasi menggunakan pelarut DMSO selama
24 jam pada inkubator CO2 (Herceus). Pada akhir
inkubasi sel HeLa, ke dalam masing-masing
Majalah Farmasi Indonesia, 22(4)
Astrid Ayu Maruti
Tabel I. Interpretasi nilai IK (Indeks kombinasi)
IK
<0,1
0,1–0,3
0,3–0,7
0,7–0,9
Interpretasi
sinergis sangat kuat
sinergis kuat
sinergis
sinergis ringan-sedang
sumuran ditambahkan 100 µL MTT (Sigma) dalam
media DMEM (Gibco). Kemudian, plate diinkubasi
selama 4 jam pada suhu 37°C hingga terbentuk
kristal formazan (dilihat di bawah mikroskop
inverted (Olympus CH-2)). Setelah 4 jam, reaksi
MTT dihentikan dengan menambahkan reagen
stopper SDS 10%, 100 µL pada masing-masing
sumuran, lalu diinkubasi selama semalam pada suhu
kamar dengan ditutup oleh aluminium foil.
Intensitas absorbansi warna ungu yang terbentuk
dibaca dengan ELISA reader (Bio-Rad microplate
reader Benchmark serial no. 11565, Jepang) pada
panjang gelombang 595 nm.
Pengamatan
Apoptosis
Metode Double Staining
Interpretasi
mendekati additif
antagonis ringan-sedang
antagonis
antagonis kuat-sangat kuat
Kemudian dicari persamaan regresi linearnya dan
dihitung konsentrasi IC50 yaitu konsentrasi yang
menyebabkan kematian 50% populasi sel sehingga
dapat diketahui potensi sitotoksisitasnya (Doyle, and
Griffiths, 2000)
Uji Kombinasi
Sitotoksisitas sinergistik ditetapkan dengan
menghitung indeks interaksi antara agen kemoterapi
doxorubicin dan arekolin, dengan menggunakan
persamaan:
Menggunakan
Kultur sel HeLa yang telah konfluen
dipanen dan didistribusikan dengan konsentrasi
5 x 104 sel/sumuran dalam 1000 μL ke dalam
24 well plate (Nunc) yang telah diberi cover slip
(Nunc). Setelah itu sel diinkubasi selama 24 jam
dalam inkubator CO2 agar sel teradaptasi dan
normal kembali. Selanjutnya sel diberi
perlakuan kontrol sel,
IC50 arekolin,
IC50
arekolin,
IC50 doxorubicin, kombinasi
IC50 arekolin dengan
IC50 doxorubicin, serta
kombinasi
IC50 arekolin dengan
IC50
doxorubicin, lalu diinkubasi kembali selama 24
jam. Pada akhir inkubasi media kultur DMEM
dicuci dengan PBS dan cover slip diangkat dari
sumuran serta diletakkan di atas obyek gelas
lalu ditetesi dengan pereaksi etidium bromidaakridin oranye sebanyak 10 μL. Pengamatan
morfologi sel dilakukan dengan mikroskop
fluoresens (Zeiss MC 80).
Analisis hasil
Uji Sitotoksisitas
Data yang diperoleh berupa absorbansi
masing-masing sumuran dikonversi ke dalam persen
viabilitas sel. Persen viabilitas sel dihitung
menggunakan rumus:
Majalah Farmasi Indonesia (22)4
IK
0,9–1,1
1,1–1,45
1,45–3,3
>3,3
Dx1 dan Dx2 adalah konsentrasi dari satu
senyawa tunggal yang dibutuhkan untuk
memberikan efek (dalam hal ini adalah IC50 terhadap
pertumbuhan sel kanker leher rahim), sedangkan D1,
dan D2 adalah besarnya konsentrasi kedua senyawa
untuk memberikan efek yang sama. Indeks
kombinasi (IK) yang diperoleh diinterpretasikan
seperti pada tabel I (Reynolds and Maurer, 2005).
Pengamatan poptosis
Sel hidup akan berfluorosensi hijau terang
(dengan akridin oranye), sel yang mengalami
apoptosis tahap awal akan mengalami kondensasi
kromatin dan masih berwarna hijau, sel yang
mengalami apoptosis pada tahap akhir akan
terpecah-pecah menjadi bagian yang lebih kecil dan
berwarna oranye (dengan etidium bromida)
(Renvoize, et al., 1998).
Hasil dan Pembahasan
Hasil Percobaan
Uji Sitotoksik Arekolin terhadap Sel HeLa
Uji
sitotoksik
dilakukan
untuk
mengetahui potensi ketoksikan dari bahan uji
berupa arekolin yang dinyatakan dalam
parameter IC50. Perlakuan arekolin dengan seri
kadar 1 µM, 10 µM, 50 µM, 100 µM, 250 µM,
267
Sinergisitas efek sitotoksik kombinasi…………
Gambar 1. Efek perlakuan arekolin terhadap pertumbuhan sel HeLa. Sel HeLa diinkubasi sebanyak
5000 sel/sumuran dalam plate 96 sumuran, kemudian diberi perlakuan arekolin (1-1000
µM).
500 µM, 750 µM, dan 1000 µM terhadap sel
HeLa menunjukkan pertumbuhan sel menurun
seiring peningkatan dosis. Nilai IC50 perlakuan
tunggal arekolin pada sel HeLa diperoleh
sebesar 462 µg/mL (Gambar 1). Pengamatan
terhadap morfologi sel setelah perlakuan
arekolin tunggal menunjukkan jumlah sel yang
mengalami kematian (sel berbentuk bulat dan
melayang) meningkat seiring meningkatnya
konsentrasi arekolin yang diberikan (Gambar
2). Doxorubicin telah diketahui memiliki efek
sitotoksik pada sel HeLa dengan IC50 sebesar
1000nM (Larasati, 2010). Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengamatan terhadap aktivitas
sitotoksik kombinasi kedua senyawa tersebut.
Uji Kombinasi Arekolin dan Doxorubicin pada Sel
HeLa
Untuk mengetahui potensi penggunaaan
arekolin sebagai agen ko-kemotrapi bagi
doxorubicin pada sel kanker serviks HeLa
dilakukan pemaparan kombinasi arekolin
konsentrasi
IC50,
IC50,
IC50
IC50
dengan
IC50,
IC50,
IC50
IC50
doxorubicin. Hasil perlakuan berupa viabilitas
sel (Gambar 3) dikuantifikasi menggunakan
metode perhitungan indeks kombinasi (IK).
Berdasarkan tabel III, nilai IK yang diperoleh
optimum pada kombinasi
IC50 arekolin
dengan
IC50 doxorubicin yaitu IK = 0,48,
IC50 arekolin dengan
serta kombinasi
IC50 doxorubicin yaitu IK = 0,52 (Tabel II).
Sinergisitas efek doxorubicin dengan arekolin
ini diduga melalui mekanisme induksi apoptosis
268
sehingga perlu dilakukan pengamatan induksi
apoptosis oleh kedua senyawa tersebut.
Untuk mengetahui efek pemacuan
apotosis
kombinasi
arekolin
dengan
doxorubicin pada sel HeLa dilakukan uji
apoptosis dengan metode double staining. Hasil
uji apoptosis menunjukkan kombinasi arekolin
dengan doxorubicin dapat menginduksi
apoptosis lebih baik daripada perlakuan tunggal
masing – masing senyawa. Efek apoptosis
tersebut terlihat dari adanya beberapa sel
berfluoresensi oranye yang menandakan
mulai hilangnya permeabilitas membran sel.
Beberapa sel mulai mengalami fragmentasi inti
sel dan membentuk badan-badan apoptosis
(Gambar 4).
Melalui hasil penelitian ini, dapat dikaji
diketahui pengaruh pemberian arekolin
terhadap pertumbuhan sel kanker serviks HeLa.
Uji sitotoksik tunggal arekolin pada sel HeLa
menunjukkan bahwa aktivitas sitotoksik
arekolin terhadap sel HeLa meningkat seiring
peningkatan dosis. Uji ini menghasilkan IC50
yang besar yaitu sebesar 462 μM. Nilai IC50 ini
menunjukkan bahwa arekolin tidak memiliki
efek sitotoksik yang kuat terhadap sel HeLa
seperti alkaloid lain skimmianin, flindersin, dan
haplopin (Jansen, et al., 2006). Walaupun
memiliki efek sitotoksik yang rendah, tidak
menutup
kemungkinan
arekolin
dapat
digunakan sebagai agen ko-kemoterapi untuk
doxorubicin.
Majalah Farmasi Indonesia, 22(4)
Astrid Ayu Maruti
Gambar 2. Efek perlakuan tunggal arekolin pada morfologi sel HeLa. Masing-masing sel diinkubasi
sebanyak 5000 sel/sumuran dalam plate 96 sumuran. Pengamatan dilakukan dengan
mikroskop inverted perbesaran 100x. kontrol sel HeLa (A), sel HeLa setelah perlakuan
arekolin konsentrasi 1 µM (B), 10 µM (C), 50 µM (D), 100 µM (E), 250 µM (F), 500 µM
(G) ,750 µM (H), dan 1000 µM (I). Sel hidup
sel mati
Sel HeLa diketahui mengekspresikan 2
onkogen, yaitu E6 dan E7. E6 berikatan dengan
p53 yang terfosforilasi sedangkan E7 berikatan
dengan protein pRb (Jansen, et al., 2006).
Pengikatan p53 oleh E6 mengakibatkan
degradasi peningkatan kecepatan degradasi
protein
tersebut.
Arekolin
mampu
meningkatkan ekspresi p53 serta meningkatkan
ekspresi gen pengkode p21WAF1(Chou, et al.,
2009). Selain itu, arekolin juga dapat
menginduksi peningkatan ekspresi Bax, protein
proapoptosis, dan menghambat Bcl-2, suatu
protein antiapoptosis pada sel hepatoma
HA22T/VGH (Cheng, et al., 2010). Pada sel
epitelial dan endometrial, arekolin juga
menginduksi anoikis kematian sel akibat
terlepas dari matriks ekstraselular dengan
adanya penurunan ekspresi protein Z0-1 yang
berfungsi menjaga integritas sel (Giri, et al.,
2011). Hasil uji sitotoksisitas menunjukkan
penurunan viabilitas sel setelah pemaparan
arekolin tunggal. Pada pengamatan apoptosis
menggunakan pengecatan double staining,
arekolin menunjuk-kan kemampuan untuk
Majalah Farmasi Indonesia (22)4
menginduksi apoptosis terlihat dengan adanya
sel yang berfluoresensi oranye (Gambar 4C dan
4D). Dimungkinkan induksi apoptosis oleh
arekolin pada sel HeLa terjadi melalui
mekanisme p53 dependent dan mekanisme fisik
yaitu anoikis.
Sel HeLa memiliki kurang sensitif
terhadap agen kemoterapi doxorubicin. Hal ini
terlihat pada nilai IC50 doxorubicin terhadap
HeLa yang relatif tinggi yaitu 1000 nM. Nilai
IC50 tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan
nilai IC50 doxorubicin pada sel kanker yang
sensitif terhadap doxorubicin yaitu T47D yang
memiliki IC50 sebesar 43 nM (Larasati, 2010,
Jenie and Meiyanto, 2006) Resistensi ini
disebabkan
adanya
ekspresi
protein
antiapoptosis pada sel HeLa, ARC (apoptosis
repressor with caspase recruitment domain) dan efflux
doxorubicin dari sel HeLa (Wang, et al., 2009,
Bravo-Cuellar, et al., 2009). Oleh karena itu,
diperlukan alternatif agen ko-kemoterapi untuk
meningkatkan sensitivitas sel HeLa terhadap
doxorubicin.
269
Sinergisitas efek sitotoksik kombinasi…………
Gambar 3. Efek Perlakuan Kombinasi Arekolin dengan Doxorubicin terhadap viabilitas Sel
Kanker Serviks HeLa. Sel diinkubasi selama 24 jam kemudian diberi perlakuan
kombinasi arekolin dan doxorubicin masing - masing
IC50,
IC50, IC50
IC50. Grafik menunjukkan viabilitas sel HeLa perlakuan kombinasi arekolin dengan
doxorubicin (p<0,05)
Gambar 4. Efek Arekolin dan Doxorubicin dalam Penghambatan Apoptosis sel HeLa. Kontrol sel
(A), Doxorubicin 125 nM (B), Arekolin 175 μM (C), dan kombinasi 175 μM arekolin
dengan 125 nM doxorubicin (D). sel hidup berfluoresensi hijau
sel mati
berfluoresensi oranye
Hasil uji kombinasi arekolin dan
doxorubicin menunjukkan sinergisitas dengan
nilai IK terbaik 0,48 (Tabel II). Berdasarkan
tabel 1, nilai IK antara 0-0,9 menunjukkan
aktivitas yang sinergis. Nilai IK tersebut
diberikan oleh dosis 125 nM doxorubicin
dengan 30µM arekolin. Hasil pengecatan
dengan akridin orange dan etidium bromida
menunjukkan efek induksi apotosis kombinasi
arekolin dengan doxorubicin lebih kuat
dibandingkan masing-masing senyawa tunggal.
Penggunaan doxorubicin pada kanker serviks
memerlukan dosis tinggi dan menimbulkan efek
samping seperti nauesea, kerontokan rambut,
270
serta ketoksikan pada jantung. Sinergisitas
arekolin dengan doxorubicin menyebabkan
penggunaan dosis doxorubicin dapat diturunkan untuk memperoleh potensi yang sama.
Sehingga dosis penggunaan lebih kecil dan efek
samping dapt ditekan. Doxorubicin dapat
menginduksi DNA strand break atau pemecahan
untai ganda DNA pada sel sehingga memicu terjadinya apotosis (Drummond, 2007).
Arekolin juga dapat menginduksi DNA strand
break pada sel mammalian (Chang, et al., 2009).
Kombinasi Sehingga dimungkin-kan sinergisitas
doxorubicin dan arekolin pada sel HeLa terjadi
melalui mekanisme DNA strand break.
Majalah Farmasi Indonesia, 22(4)
Astrid Ayu Maruti
Tabel II. Nilai Indeks Kombinasi (IK) Arekolin dengan Doxorubicin pada Sel HeLa
Konsentrasi
Arekolin
30
60
120
175
6,25
0,76
0,79
0,62
0,56
Konsentrasi Doxorubicin (nM)
125
250
0,72
0,48
1,17
0,84
1,72
0,81
1,06
0,52
Data yang dihasilkan melalui penelitian
ini menunjukkan aktivitas sitotoksik dari
arekolin dan sinergisitas aksi arekolin dengan
doxorubicin di sel HeLa. Perlu adanya
penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan
mekanisme molekular yang memperantarai
aktivitas sitotoksik arekolin pada sel HeLa dan
sinergisitasnya dengan doxorubicin.
375
0,88
1,83
1,77
1,39
Hasil penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa arekolin berpotensi
sebagai agen ko-kemoterapi bagi doxorubicin
pada sel kanker serviks HeLa. Mekanisme antikanker arekolin adalah melalui induksi apoptosis. Namun masih diperlukan penelusuran
mekanisme molekular lebih lanjut untuk
mengembangkan arekolin sebagai agen kokemoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
Bravo-Cuellar A, Ortiz-Lazareno PC, Lerma-Diaz, JM, Dominguez-Rodriguez, JR, Jave-Suarez LF,
Aguilar-Lemarroy A, del Toro-Arreola S, Celis-Carrillo R, Sahagun-Flores JE, de AlbaGarcia JE, Hernandez-Flores G. Sensitization of cervix cancer cells to Adriamycin by
Pentoxifylline induces an increase in apoptosis and decrease senescence. Molecular
Cancer 2010; 9:114.
Chang MC, Ho YS, Lee PH, Chan CP, Lee JJ, Hahn LJ, Wang YJ, Jeng JH. Areca Nut Extract and
Arecoline Induced The Cell Cycle Arrest But Not Apoptosis of Cultured Oral KB
Epithelial Cells : Association of Glutathione, reactive Oxygen Species and
Mitochondrial Membrane Potential. Carcinogenesis 2001; 22(9):1527-1535.
Chang MC, Wu, HL, Lee JJ, Lee PH, Chang HH, Hahn LJ, Lin BR, Chen YJ, Jeng JH. The
Induction of Prostaglandin E2 Production, Interleukin-6 Production, Cell Cycle
Arrest, and Cytotoxicity in Primary Oral Keratinocytes and KB Cancer Cells by Areca
Nut Ingredients is Differentially Regulated by MEK/ERK Activation. J Biol Chem
2004; 279:50676-50683
Cheng HL, Shu JS, Huang LW, Hsieh BS, Hu YC, Hung TC, Chang KL. Arecoline Induces
HA22T/VGH Hepatoma Cells to Undergo Anoikis-Involvement of STAT3 and
RhoA Activation. Molecular Cancer 2010; 9:126.
Chou WW, Guh JY, Tsai JF, Hwang CC, Chiou SJ, Chuang LY. Arecoline-induced phosphorylated
p53 and p21WAF1 protein expression is dependent on ATM/ATR and
phosphatidylinositol-3-kinase in clone-9 cells. Journal of Cellular Biochemistry 2009;
107(3):408–417.
DeFillippis RA, Goodwin EC, Wu L, DiMaio D. Endogenous Human Papillomavirus E6 and E7
Proteins Differentially Regulate Proliferation, Senescence, and Apoptosis in Hela
Cervical Carcinoma Cells. Journal of Virology 2003; 77(2):1551-1563.
Doyle A, and Griffiths JB. Cell and Tissue Culture for Medical Research. New York: John Willey and
Sons Ltd. 2000.
Majalah Farmasi Indonesia (22)4
271
Sinergisitas efek sitotoksik kombinasi…………
Drummond C. The Mechanism of Anti-tumour Activity of the DNA Binding Agent SN 28049.
Thesis. University of Auckland. New Zealand. 2007;
Giri S, Poindexter KM, Sundar SN, Firestone GL. Arecoline Induced Disruption of Expression
and Localization of The Tight Junctional Protein ZO-1 is Dependent on The HER 2
Expression in Human Endometrial Ishikawa Cells. BMC Cell Biology 2010; 11:53.
Gracia.
2007.
Periksa
Dini!
Cegah
Kanker
Mulut
Rahim!.
Tersedia
di:
http://www.tanyadokteranda.com. Diakses pada tanggal 27 Desember 2010.
IARC. 2008. Cancer Incidence and Mortality Worldwide. Tersedia di: http://globocan.iarc.fr/.
Diakses pada tanggal 27 Desember 2010.
Jansen O, Akhmedjanova V, Angenot L, Balansard G, Chariot A, Ollivier E, Tits M, and Frédérich
M. Screening of 14 alkaloids isolated from Haplophyllum A. Juss. for their cytotoxic
properties. Journal of Ethnopharmacology 2006; 105(1-2):241-245 .
Jenie RI, Meiyanto E. Efek antiangiogenik ekstrak etanolik daun sambung nyawa (Gynura
procumbens (Lour.) Merr.) pada membran korio alantois (CAM) embrio ayam. Indon.
J. Pharm (MFI) 2006; 17(1):50-55.
Larasati, Naringenin Enhances The Antitumor Effect of Doxorubicin on Hela Cervical Cancer Cell Through
Cytotoxic Activity and Apoptosis Induction. Cancer Chemoprevention Research Center
Yogyakarta. 2010;. unpublished data.
Renvoize, C., Biola, A., Pallardy, M., and Breard, J., Apoptosis: Identification of Dying Cells. Cell
Biology and Toxicology 1998; 14:111-120.
Reynolds CP and Maurer BJ. Evaluating Response to Antineoplastic Drug Combinations in Tissue
Culture Models. Methods in Molecular Medicine 2005; 110:173-183.
Wang JX, Li Q, Li PF. Apoptosis repressor with caspase recruitment domain contributes to
chemotherapy resistance by abolishing mitochondrial fission mediated by dynaminrelated protein-1. J. Cancer Res 2009; 69(2):492-500.
*Korespodensi :Edy Meiyanto
Fakultas Farmasi UGM /CCRC Fakultas Farmasi UGM
e-mail: [email protected]
272
Majalah Farmasi Indonesia, 22(4)
Download