TRADISI NGAROT SEBAGAI KONTROL PERGAULAN REMAJA DI DESA LELEA, INDRAMAYU Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Disusun Oleh : SHOLIHUL HADY NIM: 1111015000018 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 ABSTRAK Sholihul Hady (NIM: 1111015000018). Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Pergaulan Remaja Di Desa Lelea, Indramayu Tradisi Ngarot merupakan tradisi yang ada di Desa Lelea, Indramayu sebagai ucapan syukur terhadap datangnya musim tanam. Masyarakat Lelea memiliki ungkapan syukur yang khas dalam menyambut datangnya musim tanam. Syukur ini termanifestasi dalam Tradisi Ngarot yang bertujuan untuk menciptakan kondisi sosial yang harmonis terutama dari segi pergaulan antar pemuda di dalam masyarakat, karena dalam tradisi Ngarot terdapat niai-nilai budaya yang sangat penting dalam membina pergaulan yang sehat seperti, saling mengenal, saling menyesuaikan sikap, kehendak, dan tingkah laku yang sesuai dengan adat budaya. Tradisi ini diikuti oleh para remaja desa yang masih perjaka dan perawan. Dalam pelaksanaan tradisi Ngarot, terdapat mitos dan petuah yang berkembang di kalangan masyarakat desa tersebut. Berbagai mitos terkandung dalam tradisi Ngarot yang kemudian menjadi suatu kontrol dalam pergaulan remaja Desa Lelea. Penelitian ini mengunakan metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk membuat gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang sebenarnya, serta mengetahui hubungan antar fenomena yang ada. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan quisioner, wawancara, observasi, dan dokumentasi. hal tersebut guna memperoleh jawaban mengenai kekuatan tradisi sebagai kontrol dalam pergaulan di masyarakat. Fokus penelitian adalah para pemuda di Desa Lelea, diperkuat dengan keterangan anggota masyarakat terkait. Hasil penelitian diperoleh jawaban bahwa tradisi Ngarot dengan berbagai nilai budaya yang terkandung didalamnya dapat memberi kontrol dalam pergaulan remaja di Desa Lelea, Indramayu. Kata kunci: Tradisi Ngarot, Kontrol, Pergaulan Remaja i ABSTRACT Sholihul Hady (NIM: 1111015000018). Ngarot Tradition As Youth Interaction Control In Lelea Village, Indramayu Ngarot tradition is a tradition which comes from Lelea village, Indramayu as a gratefull to God toward welcomes the growing season. Lelea people has it’s own way to welcome the growing season. This gratitude manifestated in Ngarot tradition to create harmonic social condition, especially between it’s youth interction in society, because in Ngarot tradition contain the important culture values to build the healty interaction like to know each other, and adjust the attitude, desire, and behavior that appropriate with its’ culture. This tradition is followed by virgin men and women. There are a lot of myths and religious advices that had been spreading in society about Ngarot tradition. Those things had become a control for the origin citizen especially for youths to behave in society. This research used descriptive analysis method which is aimed to make a systematic, factual, and accurate description about some acual facts, and also to know the relationship about those phenomena. The data collection proses in this reseach use the quisioner, interview, observation, and documentation. The process done in order to get the answer about power of tradition as a control towards youths’ interaction. this research’s focus is Lelea village youth people, combine with information from related community member. The result were obtained answer that Ngarot tradition with different cultural values contained in it have control toward youth interaction in Lelea village, Indramayu. Keywords : Ngarot tradition, Control, Youth Interaction ii KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat, iman, dan Islam. Atas karunia-Nya juga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta Salawat serta Salam saya haturkan untuk Rasulullah SAW beserta keluarganya. Dalam menyelesaikan penelitian ini tentunya melibatkan banyak pihak yang sudah membantu, baik moril maupun materil. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa selama penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bimbingan, dukungan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya penulis sangat mengucapkan terimakasih atas semua bantuan yang telah diberikan. untuk itu penulis ucapkan terimakasih kepada : 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Iwan Purwanto, M.Pd, Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah, Bapak Syaripulloh, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah. 3. Ibu Dr. Ulfah Fajarini, M.Si selaku pembimbing skripsi penulis yang senantiasa membimbing, memotifasi dan menginspirasi penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini. 4. Segenap dosen civitas akademika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Khususnya Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala ilmu dan pengetahuan selama penulis menempuh studi di kampus tercinta ini, baik di dalam maupun di luar kelas perkuliahan. 5. Ayahanda dan Ibunda penulis tercinta atas bimbingan moral dan spiritual, dukungan, do’a, dan restunya, matur suwun sanged. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat, keselamatan, dan kesehata. Serta adik iii tercinta, Dwi Putri Anna Fadhillah, Insyirohati Alfian, dan Aaulia Izzatunnisa. 6. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Indramayu. 7. Kepala Desa Lelea dan staff, Tokoh Masyarakat, para informan serta, para remaja Desa Lelea atas segala informasi yang diberikan. 8. Kawan-kawan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2011, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas semangat perjuangan yang dikorbankan dan banyolan yang dimainkan. 9. Sugawan-sugawati Keluarga Besar Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung Djati (KMSGD) Jabodetabek, baik alumni, pengurus maupun anggota yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas segala bantuan do’a dan dukungannya. 10. Teman-teman yang selalu memberikan waktunya dalam membantu proses pencarian data, dan proses penulisan. Khususnya Puspita Wulandari, Abdurrohim Amin, Teguh Haryono, Hilman Faturrahman, Nurkholis Sofwan, Muthia Hanifah, dan Deden Suhendri. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas bantuan dan dukungannya dalam pengerjaan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Aamin. Jakarta, 10 September 2015 Penulis Sholihul Hady iv DAFTAR ISI ABSTRAK ........................................................................................................ i ABSTRACT ..................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................... v DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 4 C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 5 D. Perumusan Masalah ........................................................................ 5 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................... 6 F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6 1. Manfaat Teoritis ........................................................................ 6 2. Manfaat Praktis ......................................................................... 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori .................................................................................... 8 1. Konsep Tradisi .......................................................................... 8 2. Konsep Kontrol Sosial ............................................................ 11 3. Konsep Pergaulan.................................................................... 15 4. Konsep Remaja ....................................................................... 21 B. Penelitian yang Relevan ................................................................ 26 v C. Kerangka Konseptual .................................................................... 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ........................................................................ 31 B. Metodologi Penelitian ................................................................... 31 C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 32 1. Observasi ................................................................................. 32 2. Wawancara .............................................................................. 32 3. Dokumentasi ........................................................................... 33 4. Quisioner ................................................................................. 33 D. Instrumen Penelitian...................................................................... 34 E. Sumber Data .................................................................................. 36 F. Populasi Data dan Sampling ......................................................... 36 G. Pemeriksaan Keabsahan Data ....................................................... 36 H. Analisis Data ................................................................................. 37 I. Refeksi Penelitian.......................................................................... 38 BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Tradisi Ngarot ............................................................................... 40 1. Sejarah Tradisi Ngarot ............................................................ 40 2. Asal Mula Tradisi Ngarot ....................................................... 41 3. Tujuan Tradisi Ngarot ............................................................. 42 4. Waktu dan Pelaksanaan Tradisi Ngarot .................................. 43 5. Acara Pelaksanaan Ngarot ...................................................... 44 6. Mitos Dalam Tradisi Ngarot .................................................. 46 7. Nilai-Nilai Luhur Desa Lelea Dalam Tradisi Ngarot ............. 47 B. Kondisi Sosial Masyarakat Desa Lelea ......................................... 49 vi 1. Demografi dan Letak Geografis Desa Lelea ........................... 49 2. Kondisi Penduduk Masyarakat Desa Lelea............................. 49 3. Keagamaan Masayarakat Desa Lelea...................................... 51 4. Pendidikan Masyarakat Desa Lelea ........................................ 52 5. Matapencaharian Masayarakat Lelea ...................................... 54 C. Implikasi Tradisi Ngarot Terhadap Pergaulan Remaja di Desa Lelea, Indramayu........................................................................... 56 1. Pergaulan Remaja di Desa Lelea, Indramayu ......................... 56 2. Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Pergaulan Remaja ................ 58 3. Bentuk Kontrol Dalam Tradisi Ngarot ................................... 81 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 87 A. Kesimpulan ................................................................................... 87 B. Saran .............................................................................................. 87 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Pergaulan Remaja........................................................................................................... 34 Tabel 4.1 Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 50 Tabel 4.2 Data Remaja Berdasarkan Usia..................................................... 50 Tabel 4.3 Data Penduduk Berdasarkan Agama............................................. 51 Tabel 4.4 Data Penduduk Berdasarkan Pendidikan. .................................... 53 Tabel 4.5 Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ........................... 54 Tabel 4.6 Tradisi Ngarot Merupakan Tradisi yang Sakral dan Penting ....... 62 Tabel 4.7 Tradisi Ngarot Merupakan Tradisi yang Wajib diikuti Remaja ... 62 Tabel 4.8 Remaja yang Menjadi Peserta Ngarot .......................................... 63 Tabel 4.9 Tradisi Ngarot Positif Dalam Pergaulan Remaja .......................... 63 Tabel 4.10 Tradisi Ngarot Menjadi Patokan Remaja Dalam Bersikap ......... 64 Tabel 4.11 Tradisi Ngarot Merupakan Budaya yang Harus Dilestarikan ..... 64 Tabel 4.12 Tradisi Ngarot Merupakan Tradisi Untuk Menjalin Silaturahmi 65 Tabel 4.13 Tradisi Ngarot Dapat Membentuk Sikap dan Perilaku Remaja . 66 Tabel 4.14 Tradisi Ngarot Merupakan Kontrol Sosial bagi Remaja ........... 66 Tabel 4.15 Kepercayaan Masyarakat terhadap Mitos ................................... 67 Tabel 4.16 Mitos Merupakan Kontrol Sosial Bagi Remaja .......................... 67 Tabel 4.17 Mitos Dalam Tradisi Ngarot dapat Menimbulkan Rasa Malu.... 68 Tabel 4.18 Mitos Dalam Tradisi Ngarot dapat Menimbulkan Rasa Takut ... 69 Tabel 4.19 Petuah Merupakan Kontrol Sosial Bagi Remaja......................... 69 Tabel 4.20 Petuah Dalam Tradisi Ngarot dapat Menimbulkan Rasa Takut . 71 Tabel 4.21 Kebiasaan Gotong Royong Dalam Bermasyarakat .................... 71 Tabel 4.22 Kebiasaan Tolong Menolong Dalam Bermasyarakat ................. 71 Tabel 4.23 Pertentangan Atau Pertikaian Remaja Desa Lelea ...................... 72 Tabel 4.24 Interaksi dengan Masyarakat Desa Lelea.................................... 73 Tabel 4 25 Tegur Sapa Dalam Bermasyarakat .............................................. 73 Tabel 4.26 Bersikap Simpati Kepada Teman, Saudara, dan Tetangga ......... 74 Tabel 4.27 Bersikap Empati Kepada Teman, Saudara, dan Tetangga ......... 75 Tabel 4.24 Remaja yang Melakukan Hubungan Pranikah (Seks Bebas) ...... 75 viii Tabel 4.25 Remaja yang Minum Minuman Keras ........................................ 76 Tabel 4.26 Remaja yang Mengkonsumsi Obat Terlarang............................. 77 Tabel 4.29 Adat (Tradisi) Menjadi Kontrol Sikap dan Perilaku Remaja ...... 77 Tabel 4.27 Remaja yang Pernah Melanggar Aturan Hukum ........................ 78 Tabel 4.28 Remaja yang Pernah Melanggar Aturan Agama ........................ 78 Tabel 4.30 Remaja yang Pernah Melanggar Aturan Masyarakat ................. 79 Tabel 4.31 Remaja yang Pernah Melanggar Norma Kesopanan ................. 79 Tabel 4.36 Korelasi Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Pergaulan Remaja .... 80 ix DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ...................................................................... 30 Gambar 3.1 Teknik Triangulasi Data .................................................................. 37 Gambar 4.1 Kontrol dalam Tradisi Ngarot ......................................................... 86 x DAFTAR LAMPIRAN Lampiran. 1 Profil Desa Lelea Lampiran. 2 Intrumen Quisioner Lampiran. 3 Hasil Wawancara Lampiran. 4 Nara Sumber Wawancara Lampiran. 5 Instrumen Observasi Lampiran. 6 Hasil Observasi Lampiran. 7 Hasil Analisis Quisioner Variabel (X) Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Lampiran. 8 Hasil Analisis Quisioner Variabel (Y) Pergaulan Remaja di Desa Lelea, Indramayu Lampiran. 9 Surat Izin Penelitian Lampiran. 10 Surat Penelitian dari Desa Lelea Lampiran. 11 Dokumentasi Lampiran. 12 Uji Referensi xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergaulan merupakan proses interaksi antara individu yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Pergaulan memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian dan tingkah laku individu, baik pengaruh yang positif atau pun pengaruh negatif, seperti pergaulan bebas, dan kenakalan remaja.1 Pergaulan terbentuk ketika intensitas dalam berinteraksi relatif sering, bukan sebatas pada interaksi yang dilakukan saat itu saja. Terdapat “nilai” yang dipakai oleh masing-masing individu hingga membentuk suatu “kenyamanan” dalam bergaul. “Kenyamanan” inilah yang kemudian membawa banyak pengaruh terhadap kehidupan remaja. Pergaulan bebas dan kenakalan remaja adalah dua contoh “kenyamanan” yang membawa pengaruh negatif. Lain halnya dengan kelompok belajar yang membawa pengaruh positif untuk remaja. Hal ini berdasarkan pada kecenderungan remaja untuk berkumpul, bergaul dan merasa nyaman ketika berada bersama dengan individu lain yang merupakan representasi dari dirinya sendiri, karena dalam suatu pergaulan terdapat pola mempengaruhi, dan dipengaruhi. Pergaulan yang salah (perilaku menyimpang) sering terjadi pada kalangan remaja, hal tersebut karena remaja mempunyai banyak idealisme, angan-angan, atau keinginan yang hendak diwujudkan di masa depan, selain itu mereka ingin mendapatkan pengalaman sebanyak-banyaknya untuk menambah pengetahuan2. Aktualisasi diri dalam upaya merealisasikan idealisme masa depan yang dilakukan remaja dilakukan dengan banyak cara, hingga terkadang cara yang dilakukan tersebut tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungannya. Sebagaimana menurut Erikson pada masa remaja sering dikenal 1 Masyudi, Kemampuan, Kecerdasan, dan Kecakapan Bergaul. (Jakarta: Restu Agung), h. 51 2 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. (Jakarta: Bumi Aksara. 2010), h. 16. 1 2 sebagai masa mencari jati diri, karena pada masa ini kemampuan emosional remaja belum stabil berbeda pada saat masa dewasa. 3 Dewasa ini masalah penyimpangan sosial di kalangan remaja marak terjadi. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan media kompas tahun 2013, terungkap bahwa 62,7 % remaja SMP/SMA mengaku sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah, alias sudah tidak perawan. Yang lebih mencengangkan lagi adalah bahwa 21,2 % dari siswi-siswi tersebut mengaku pernah melakukan aborsi secara illegal4. Selain itu data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2014 menunjukkan, setengah dari jumlah gadis muda perkotaan dan 62,7 persen pelajar putri SMP tidak perawan. Sementara 21,2 persen dari para siswi SMP tersebut mengaku pernah melakukan aborsi ilegal. Dari survei yang diselenggarakan KOMNAS-PA tersebut terungkap bahwa tren perilaku seks bebas pada remaja Indonesia tersebar secara merata di seluruh kota dan desa, dan terjadi pada berbagai golongan status ekonomi dan sosial, baik kaya maupun miskin.5 Hal tersebut terjadi karena kurangnya kontrol dan bimbingan dari keluarga sebagai agen sosial pertama, selain itu juga jika dilihat dari perkembangan psikologi pada masa remaja, mereka belum memahami dampakdampak dari perbuatan yang mereka lakukan. Dalam proses peralihan tersebut, terdapat pencarian jati diri. Tidak semua remaja paham akan cara mereka dalam mengaktualisasikan diri. Hal ini yang kemudian membuat remaja melakukan perilaku menyimpang dari nilai dan norma, sebagai contoh pergaulan bebas, dan hamil sebelum menikah (maried by acsident). Salah satu perilaku menyimpang remaja yang telah dianggap “biasa” adalah pacaran. Pacaran sebagai gerbang awal yang dapat menimbulkan penyimpangan sosial yang mengarah kepada prilaku seksualitas, dan pergaulan bebas (freesex). Dalam pacaran terdapat perilaku- 3 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (Edisi Kelima). (Jakarta: Erlangga, 1991), h. 208 4 Http://Muda.Kompasiana.Com/2013/05/04/62-Remaja-Smp-Sma-Tidak-PerawanCukupkah-Sekedar-Ucapan-Prihatin-Dari-Kita-552754.Html Diakses Tanggal 9 November 2014 Hari Minggu Pukul 19.30 5 http://beritakaltara.com/?p=2053. Diakses tanggal 9 November 2015 Hari kamis pukul15.28 3 perilaku yang seharusnya tidak dilakukan oleh remaja, seperti pegangan tangan, memeluk, mencium, dan puncaknya melakukan hubungan seks di luar nikah. Dari gambaran di atas, ada beberapa faktor yang dapat mengontrol (kontrol) perilaku-perilaku tersebut, yaitu dengan menerapkannya norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, norma tersebut dapat dikontrol oleh lembaga-lembaga pengendali sosial yang ada dalam masyarakat, dan mendapatkan sanksi sosial yang tegas dalam masyarakat. Penerapan tersebut dilakukan oleh adat istiadat, tradisi, tokoh masyarakat, yang ada di dalam masyarakat. Karena adat istiadat atau tradisi memliki kekuatan mengikat anggotanya, sehingga yang melanggar adat istiadat akan mendapatkan sanksi yang sanksinya keras6, di mana kaidah-kaidah yang berlaku dalam adat dan tradisi secara turun temurun sama dari satu generasi ke generasi berikutnya, tanpa mengalami perubahan7. Hal tersebut diharapkan dapat meredam adanya penyimpangan yang ada dalam masyarakat. Maka dalam masyarakat tradisional atau sederhana, tradisi merupakan salah satu norma sosial yang dapat mengontrol pola tindak, perilaku, dan sikap masyarakat yang ada di dalam masyarakat tersebut, sebagai contoh adalah Tradisi Ngarot yang ada di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu. Tradisi Ngarot adalah tradisi yang ada pada masyarakat Desa Lelea, Indramayu. Tradisi ini hanya diikuti oleh pemuda-pemudi yang masih perawan dan perjaka. Berdasarkan buku sejarah Desa Lelea, Tradisi Ngarot bermaksud untuk mengumpulkan para pemuda pemudi yang akan diserahi tugas bertani. Inti dari pertemuan ini adalah mempertemukan para pemuda pemudi agar dapat bekerja sama, gotong royong, dan saling bahu-membahu dalam mengolah sawah. Tradisi Ngarot bertujuan untuk membina pergaulan yang sehat, agar mereka saling mengenal, saling menyesuaikan sikap, kehendak, tingkah laku, yang sesuai dengan adat budaya8. 6 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya (Jakarta: Prenada, 2011) h. 137-138 7 Soerjono Soekanto, Sosiologi Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Garfindo Persada, 2006), h. 190 8 Samian, Buku Sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea (Lelea: 2005), h. 54 4 Peserta dalam Tradisi Ngarot adalah pemuda-pemudi yang diharuskan perawan dan perjaka. Para perawan memakai kebaya, selendang, perhiasan emas, dan penutup kepala dihiasi berbagai jenis bunga-bungaan seperti kenanga, melati, cempaka, dan kembang kertas. Sedangkan jejaka memakai baju kombor hitam dengan celana pangsit.9 Tetapi berdasarkan pengamatan (observasi) yang dilakukan oleh peneliti terdapat perubahan dalam tradisi Ngarot, khususnya pada busana dan perlengkapan yang dipakai pada pelaksanaan tradisi tersebut. Dalam pelaksanaannya, para pemuda-pemudi diiring mengelilingi Desa Lelea. Konon menurut kepercayaan masyarakat setempat, jika peserta yang tidak suci (perawan) mengikuti Ngarot, maka bunga yang terdapat di atas kepalanya akan layu. Tradisi Ngarot tersebut bertujuan untuk menciptakan hubungan yang harmonis antar pemuda dan pemudi yang ada di Desa Lelea. Dengan demikian tradisi ini diharapkan agar para remaja Desa Lelea dapat mengontrol pergaulan mereka dalam kehidupan bermasyarakat serta menjadikan tradisi Ngarot sebagai kontrol sosial dalam masyarakat. Melihat hubungan konsep antara tradisi dan pergaulan remaja seperti yang diuraikan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti pengaruh kontrol atau pencegahan yang dilakukan masyarakat dalam tradisi Ngarot terhadap pergaulan remaja. Oleh karna itu, penulis merumuskannya dalam sebuah judul penelitian yaitu, “Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Pergaulan Remaja Di Desa Lelea, Indramayu”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi beberapa masalah yang menjadi kajian dalam penelitian mengenai Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Pergaulan Remaja di Desa Lelea, Indramayu, yaitu sebagai berikut: 1. Pergaulan remaja di Desa Lelea, Indramayu. 2. Kematangan diri dan penyimpangan sosial remaja di Desa Lelea, Indramayu. 9 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Indramayu, Sejarah Desa Lelea (Indramayu: 2004), h. 49 5 3. Kontrol dan bimbingan keluarga dalam pergaulan remaja di Desa Lelea, Indramayu. 4. Norma sosial dalam masyarakat Desa Lelea, Indramayu. 5. Peran masyarakat sebagai agen kontrol sosial Desa Lelea, Indramayu. 6. Tradisi Ngarot masyarakat Desa Lelea, Indramayu. 7. Kekuatan tradisi Ngarot sebagai kontrol pergaulan remaja Desa Lelea, Indramayu. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dirumuskan agar penelitian lebih terarah, fokus dan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Berikut adalah batasan masalah yang dirumuskan dalam penelitian mengenai Tradisi Ngarot sebagai Kontrol Pergaulan Remaja di Desa Lelea, Indramayu, yaitu sebagai berikut. 1. Tradisi Ngarot masyarakat Desa Lelea, Indramayu. 2. Kekuatan tradisi Ngarot sebagai kontrol sosial pergaulan remaja Desa Lelea, Indramayu. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, penulis mendapatkan rumusan masalah utama dalam penelitian yaitu: Bagaimana tradisi Ngarot berperan sebagai kontrol dalam pergaulan remaja di Desa Lelea, Indramayu? Rumusan masalah utama tersebut akan dielaborasi ke dalam pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut. 1. Bagaimana pelaksanaan tradisi Ngarot dalam masyarakat Desa Lelea, Indramayu? 2. Bagaimana tradisi Ngarot berperan sebagai kontrol pergaulan remaja Desa Lelea, Indramayu? 6 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan dan penerapan tradisi Ngarot dalam masyarakat Desa Lelea, Indramayu. 2. Menganalisis peran tradisi Ngarot sebagai kontrol pergaulan remaja Desa Lelea, Indramayu. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, manfaat hasil penelitian ini adalah: a. Secara teoretis penelitian ini berguna sebagai pengembangan dalam memahami tradisi Ngarot serta perannya sebagai kontrol pergaulan remaja Desa Lelea, Indramayu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan bagi peneliti sejenis di masa yang akan datang dan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kajian sosial dan budaya. b. Menjadi bahan referensi bagi para ilmuwan dan peneliti dalam pengembangan bidang sosial dan budaya, khususnya tradisi sebagai kontrol sosial bagi remaja. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, manfaat hasil penelitian ini adalah: a. Peneliti, sebagai wahana menambah ilmu pengetahuan dan konsep keilmuwan mengenai ilmu sosial dan budaya khususnya mengenai kekuatan tradisi sebagai kontrol sosial masyarakat terutama Desa Lelea, Indramayu. b. Pendidik, sebagai media informasi mengenai ilmu sosial budaya khususnya mengenai kekuatan tradisi sebagai kontrol sosial 7 masyarakat Desa Lelea, Indramayu, sehingga dapat menjadi referensi dalam pengkajian lebih lanjut. c. Masyarakat, sebagai media informasi dalam memahami pentingnya tradisi Ngarot dan perannya dalam mengontrol pergaulan remaja Desa Lelea, Indramayu d. Pemerintah Desa Lelea, Indramayu, sebagai media informasi dalam memahami pentingnya tradisi Ngarot serta pelestarian tradisi itu sendiri sebagai identitas budaya lokal. e. Departemen Kebudayaan dan Sosial, sebagai media informasi dalam memahami tradisi Ngarot dan kaitannya dengan kontrol sosial masyarakat. BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Konsep Tradisi a. Pengertian Tradisi Tradisi dapat berarti sebagai berikut: “Tradisi adalah objek kultural – sistem makna atau ide – yang diteruskan dari masa lalu ke generasi berikutnya. Tradisi sebagai makna, dipertahankan oleh setiap anggota masyarakat dan dikomunikasikan dari satu generasi kepada yang lain dalam rantai makna yang meliputi kenangan kolektif, representasi kolektif, kebiasaan-kebiasaan untuk melakukan sesuatu. Kebiasaan semacam itu dibangun sebagai lembaga sosial yang mempengaruhi perilaku yang kemudian menjadi kebiasaan untuk bertindak yang diikuti (seakan) tanpa dipikirkan terlebih dahulu secara rasional. Pelembagaan kebiasaan yang didasarkan pada tradisi tersebut menjadi rujukan bagi cara tindak anggota masyarakat secara umum. Kebiasaan dalam cara bertindak cenderung diterima secara otoritatif sebagai suatu yang tidak perlu dipertentangkan oleh individuindividu yang menganggapnya sebagai fakta sosial yang ada begitu saja. Ketika otoritas tersebut menjadi tindakan yang sadar dan orang berusaha mencari pembenaran kebiasaan tersebut dan cara bertindak tersebut sebagai “cara bertindak yang biasa kita lakukan”, mereka melegitimasi tradisi dengan jalan membangun penalaran sehingga setiap orang diharapkan dapat bertindak sesuai dengan hal tersebut”.1 Tradisi diartikan sebagai adat, kepercayaan, kebiasaan atau ajaran yang turun-temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakat. Dengan kata lain, tradisi adalah kebiasaan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara turun temurun. Sumber lain juga mengungkapkan bahwa tradisi adalah keseluruhan benda material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun benarbenar masih ada kini, belum dihancurkan, dirusak, dibuang, atau dilupakan. Tradisi hanya berarti warisan yang benar-benar tersisa pada 1 John Scott; Tim Penerjemah Labsos Fisip Unsoed (Ed). Sosiologi The Key Concepts (Jakarta: Rajawali Perss. 2011), h 294 8 9 masa lalu. Senada dengan pengertian di atas, menurut Shils tradisi adalah segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari masa lalu ke masa kini.2 Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi adalah suatu materi dan gagasan seperti, kebiasaan, pola tindak, pola perilaku, adat, kepercayaan, kebiasaan, serta ajaran yang ada di dalam suatu masyarakat yang diturunkan (diwariskan) dari generasi sebelumnya ke generasi berikutnya, agar masyarakat dalam kelompok tersebut bertindak sesuai dengan nilai – niai dan norma – norma budaya yang berlaku hingga saat ini. b. Fungsi Tradisi Menurut Shils, manusia tidak mampu hidup tanpa tradisi, meski mereka sering merasa tidak puas terhadap tradisi mereka. Maka dari pernyataan tersebut, terdapat beberapa fungsi tradisi, antara lain:3 1) Tradisi merupakan warisan historis yang dipandang sebagai sesuatu yang memiliki manfaat bagi masyarakat. Seperti tradisi Ngarot yang memiliki fungsi selain menyatukan para kaum muda, Ngarot juga sebagai wadah untuk saling mengenal dan memahami di antara semua warga masyarakat. Hal tersebut merupakan makna yang terkandung di dalam tradisi 2) Tradisi memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup, keyakinan, pranata, dan aturan yang sudah ada. Hal tersebut memerlukan pembenaran agar bisa mengikat anggotanya. Salah satu bentuk legitimasi adalah adanya ucapan “selalu seperti itu” atau “orang selalu mempunyai keyakinan demikian”. 3) Tradisi menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan, memperkuat loyalitas primordial terhadap bangsa, komunitas, dan kelompok. 2 3 Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada. 2011), h. 70 Piotr Sztompka, h. 75 10 4) Tradisi membantu menyediakan tempat pelarian dan keluhan, ketidak puasan, dan kekecewaan pada kehidupan modern. Selain itu tradisi juga memiliki fungsi sebagai suatu kebiasaan kolektif dan kesadaran kolektif sebuah masyarakat. Tradisi merupakan mekanisme yang dapat membantu memperlancar perkembangan pribadi anggota masyarakat, misalnya dalam membimbing anak menuju kedewasaaan. Tradisi juga penting sebagai pembimbing pergaulan bersama di dalam masyarakat W. S. Rendra menekankan pentingnya tradisi dengan mengatakan bahwa tanpa tradisi, pergaluan bersama akan menjadi kacau, dan hidup menusia akan biadab.4 c. Kepercayaan masyarakat Kepercayaan atau keyakinan memang dimiliki oleh semua kelompok masyarakat dan suku bangsa yang pada awalnya bersumber dari sistem kepercayaan dalam kebudayaan. Daniel E. Hebding dan Leonard Glick mengemukakan bahwa kepercayaan merupakan gagasan yang dimiliki oleh orang atau kelompok tentang sebagian atau keseluruhan realitas dunia yang mengelilingi seseorang tersebut. Subjek dari pengertian tersebut adalah manusia dan semua aspek seperti biologis, fisik, sosial, maupun dunia spiritual. Kebaikan dari kepercayaan adalah sebagai nilai yang dijadikan standar untuk menentukan sesuatu itu baik atau buruk, sesuatu yang boleh atau tidak boleh. Serta kepercayaan memberikan langkah atau cara untuk menginterpretasikan dan menjelaskan dunia.5 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan yang terdapat pada masyarakat tertentu dapat menjadi sebuah standar terhadap perilaku, dan sikap masyarakat agar tidak melangar nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat tersebut. 4 5 Johaner Mardimin, Jangan Tangisi Tradisi (Yogyakarta: Kanisius. 1994), h. 12-13 Alo Liliweri, Makna Budaya Dalam Komunitas Antarbudaya (Jakarta: Lkis), h. 55-56 11 2. Konsep Kontrol Sosial a. Pengertian Kontrol Sosial (Pengendalian Sosial) Menurut Peter L. Berger, pengendalian sosial adalah berbagai cara yang dilakukan masyarakat untuk menertibkan anggota-anggotanya yang berbuat menyimpang. Adapun Bruce J. Cohen mengemukakan pengendalian sosial sebagai cara-cara yang digunakan untuk mendorong seseorang agar berperilaku selaras dengan kehendak kelompok atau masyarakat luas tertentu. Robert M. Lawang membatasi hal tersebut dengan menyatakan bahwa pengendalian sosial merupakan semua cara yang digunakan masyarakat untuk mengendalikan si penyimpang pada garis yang normal atau yang sebenarnya. 6 Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian sosial adalah segala cara dan proses pengawasan yang direncanakan atau tidak direncanakan oleh masyarakat terhadap berbagai hal atau tindakan yang ada di dalam masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah – kaidah dan nilai sosial yang berlaku.7 b. Cara Pengendalian Sosial Terdapat beberapa pengendalian yang dapat mengatasi perilaku menyimpang, khususnya remaja, yaitu dengan dua pendekatan:8 1) Tindakan preventif. Preventif yaitu tindakan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu seperti tokoh masyarakat sebelum penyimpangan sosial terjadi agar suatu tindak pelanggaran dapat di atasi, diredam atau dicegah. Pengendalian yang bersifat preventif umumnya dilakukan dengan cara melalui bimbingan, pengarahan dan ajakan. Contohnya kegiatan penyuluhan seperti pengajian, sosialisasi terkait tentang bahaya yang ditimbulkan sebagai akibat dari 6 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya (Jakarta: Prenada, 2011) h. 252 7 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h. 253 8 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h. 256 12 merokok. 2) Tindakan represif. Refresif yaitu suatu tindakan aktif yang dilakukan berupa sanksi hukuman pada saat penyimpangan sosial terjadi agar penyimpangan yang sedang terjadi dapat dihentikan. Penyimpangan yang sedang terjadi dapat segera dikendalikan dengan berupa sanksi yang tegas. Contohnya Ustad memberi sanksi hukuman berupa mencukur habis rambut santrinya yang ketahuan pacaran di pondok pesantren. Hukuman ini dimaksudkan agar tindakan penyimpangan santri tidak berulang lagi. c. Fungsi Pengendalian Sosial Koentjaraningrat menyebut sekurang-kurangnya lima macam alat-alat atau fungsi pengendalian sosial, yaitu:9 1) Mempertebal keyakinan masyarakat tentang kebaikan norma-norma kemasyarakatan. 2) Memberikan penghargaan kepada warga yang menaati norma. 3) Mengembangkan rasa malu dalam diri atau jiwa warganya 4) Mengembangkan rasa takut 5) Menciptakan sistem hukum (sanksi yang tegas bagi pelanggarnya) Macam-macam sanksi 1) Sanksi ekonomi, yaitu pembebanan penderitaan ekonomi. Seperti: denda, ganti rugi. 2) Sanksi fisik, yaitu pembebanan penderitaan fisik. Seperti: dipukul, dijemur dipanas matahari, dicambuk, diikat, dipenjara. 3) Sanksi psikologis, yaitu pembebanan penderitaan kejiwaan. Seperti: dicemooh, diejek, dikucilkan, dicopot tanda kepangkatannya di dalam suatu upacara, dipermalukan di depan umum.10 9 Narwoko J.Dwi, Bagong Suyanto (Ed.), Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan (Edisi Pertama) (Jakarta: Prenada Media Group. 2004), h. 105 10 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 257 13 d. Agen–agen Kontrol Sosial Di dalam masyarakat, terdapat lembaga sosial yang berperan penting dalam melaksanakan pengendalian sosial (kontrol sosial), di antara lembaga agen kontrol tersebut adalah:11 1) Aparat Kepolisian Pihak paling utama yang mempunyai mandat sebagai penegak hukum dan bertugas untuk mengatur ketertiban, keamanan, dan keselamatan masyarakat di berbagai tempat dan waktu. 2) Peradilan Lembaga peradilan berfungsi memberikan putusan hukum secara adil kepada warga masyarakat yang melakukan pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku. 3) Tokoh Masyarakat Tokoh masyarakat yaitu seseorang yang dianggap mempunyai pengaruh atau wibawa tertentu oleh warga masyarakat lain. Orang tersebut biasanya disegani dan dihormati. Dia diharapkan mampu mencegah terjadinya berbagai perilaku menyimpang di masyarakat. 4) Adat Istiadat Adat istiadat merupakan tindakan sosial yang ada di dalam masyarakat yang masih memegang teguh tradisi budaya yang berlangsung. Warga masyarakat yang melanggar adat atau tradisi akan dikenakan sanksi, sanksi tersebut bisa pengucilan dari warga masyarakat sekitar. e. Teori Kontrol Dalam teori kontrol, yang melatarbelakangi perilaku menyimpang adalah karena kekosongan kontrol atau pengendalian sosial. Teori ini dibangun atas dasar pandangan bahwa setiap manusia cenderung untuk tidak patuh pada aturan atau memiliki dorongan untuk melakukan pelanggaran aturan. Dari hal tersebut maka para ahli sosial menilai 11 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h.272-278 14 bahwa perilaku menyimpang adalah konsekuensi logis dari kegagalan seseorang untuk menaati hukum. Ahli yang mengembangkan teori ini adalah Hirschi, beberapa proposisi teorinya yaitu:12 1) Bahwa dalam setiap bentuk pelanggaran aturan sosial yang dilakukan adalah akibat dari kegagalan mensosialisasikan kepada individu warga masyarakat untuk bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku atau konform. 2) Penyimpangan dan perilaku kriminal, merupakan bukti kegagalan kelompok sosial untuk mengikat individu agar taat kepada peraturan atau konform, seperti keluarga, sekolah, atau institusi pendidikan dan kelompok dominan lainnya. 3) Seharusnya setiap individu belajar untuk berperilaku sesuai dengan aturan yang ada, baik dalam masyarakat ataupun negara dan tidak melakukan tindakan menyimpang. 4) Kontrol internal lebih berpengaruh daripada kontrol eksternal Menurut Hirscih terdapat empat unsur utama dalam kontrol internal yang dapat mengendalikan perilaku individu, yaitu: 13 1) Attachment atau kasih sayang adalah sumber kekuatan yang muncul dari hasil sosialisasi kelompok primer (keluarga), sehingga dengan adanya hal tersebut individu punya komitmen kuat untuk patuh pada aturan. 2) Commitment atau tanggung jawab yang kuat pada aturan dapat memberikan kesadaran akan masa depan. Bentuk komitmennya adalah berupa kesadaran bahwa jika individu melakukan perilaku menyimpang maka masa depannya akan suram. 3) Involvement, artinya individu menyadari akan perbuatannya, hal tersebut akan mendorong perilaku partisipatif individu terhadap ketentuan yang berlaku dalam masyarakat. Dengan adanya hal tersebut maka intensitas pelanggaran hukum akan berkurang. 4) Believe atau kepercayaan, kesetiaan dan kepatuhan kepada normanorma sosial atau aturan masyarakat pada akhirnya akan tertanam kuat dalam diri individu dan itu berarti aturan sosial telah selfenforming dan eksitensinya kukuh dalam diri individu. Peneliti mengambil teori di atas karena peneliti beranggapan bahwa terdapat keterkaitan antara kontrol dengan pergaulan remaja, karena hal tersebut dapat menjadi kontrol bagi remaja dalam bertindak dan 12 13 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h. 243 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h. 242-243 15 berperilaku dalam bermasyarakat. Maka, teori yang telah diuraikan di atas, diharapkan dapat mewakili penelitian yang akan peneliti lakukan. 3. Konsep Pergaulan a. Pengertian Pergaulan Pergaulan adalah bercampurnya individu dengan individu atau kelompok individu untuk menghasilkan suatu aktivitas. Sedangkan pergaulan sendiri bermula dari interaksi sosial antar individu, antar kelompok, antar individu denga kelompok, dan kelompok dengan kelompok lain agar terjalin hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Interaksi sosial adalah pokok utama dari timbulnya suatu pergaulan sehingga tanpa interaksi sosial, tidak akan terjadi pergaulan antar individu atau kelompok.14 Orang yang berhubungan secara jasmaniah saja tidak mungkin akan mendapatkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup akan dihasilkan oleh seseorang atau kelompok apabila dia atau mereka melakukan hubungan kerjasama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan lain sebagainya. Oleh karena itu, interaksi sosial merupakan dasar dari proses sosial untuk mencapai pergaulan yang dinamis antar individu atau kelompok. Pergaulan merupakan proses dari interaksi sosial. Apabila terdapat dua orang yang saling bertemu, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan saling berkelahi, hal itu sudah dikategorikan sebagai interaksi sosial. Begitu pula bila terdapat orang-orang yang bertemu muka namun tidak saling berbicara atau tidak menukar tanda-tanda. Dalam hal ini interaksi sosial telah terjadi, sebab masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menimbulkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan yang disebabkan oleh misalnya bau 14 Masyudi, Kemampuan, Kecerdasan, dan Kecakapan Bergaul. (Jakarta: Restu Agung.2006), h. 51 16 keringat, minyak wangi, suara berjalan dan lain sebagainya. Semua hal tersebut dapat menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukan.15 Dengan demikian terdapat tiga macam interaksi sosial yaitu: 1) Interaksi sosial antara individu dengan individu 2) Interaksi sosial antara individu dengan kelompok 3) Interaksi sosial antara kelompok dengan kelompok b. Pengertian Pergaulan Remaja Pergaulan sangat erat sekali hubungannya dengan proses interksi dan sosialisasi. Dua hal tersebut adalah syarat utama terjainya akivitas-aktivitas sosial dalam masyarakat. Menurut Gilin and Gilin interasi sosial adalah hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok. Seperti dua orang yang saling tegur sapa, atau bersalaman. Dalam interaksi terjadi proses kontak dan komunikasi antara dua orang atau lebih.16 Sedangkan sosialisasi, terdapat beberapa definisi menurut para ahli. Menurut Charlotte Buehler sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaiman cara hidup dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.17 Senada dengan Buehler, Bruce J. Cohen18 mendefinisikan sosialisasi sebagai proses-proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat, untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok. Berdasarkan dua konsep yang telah paparkan oleh para ahli-ahli sosiologi tadi, maka dapat disimpulkan bahwa pergaulan adalah suatu proses hubungan yang dilakukan antar individu yang terjadi di dalam 15 Soerjono Soekanto, Sosiolagi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Garfindo Persada.2006), h. 54-55 16 Soerjono Soekanto, h. 67 17 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 155 18 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h 155 17 masyarakat, sebagai proses belajar agar individu dapat menyesuaikan dan mempelajari tatacara hidup dalam masyarakat. Pergaulan dapat berdampak pada pembentukan kepribadian dan pola perilaku individu. Maka pengaruh pergaulan dapat berupa sifat positif ataupun negatif tergantung individu itu sendiri dalam menginternalisasikan nilai dan norma yang berada dalam masyarakat dan tergantung pada proses individu belajar serta memahami suatu rangsangan yang ada dalam masyarakat. Jika individu tidak dapat memfilter atau membentengi dirinya sendiri maka yang terjadi adalah perilaku menyimpang, contohnya seperti pacaran, pergaulan bebas, dan bahkan mungkin hamil di luar nikah. c. Bentuk Pergaulan Remaja 1) Kerjasama Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorang atau kelompok manusia untuk mencapai suatu tujuan. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia banyak melakukan kerjasama, karena manusia tidak bisa hidup sendirian. Menurut Carles H. Cooley kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat yang sama mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian diri sendiri.19 Untuk menghasilkan kerjasama yang baik, maka setiap individu harus memiliki kesadaran, pengetahuan, dan pengendalian diri. Hal tersebut agar terjadi saling pengertian terhadap orang-orang yang saling bekerjasama agar tujuannya tercapai. 19 Masyudi, Kemampuan, Kecerdasan, dan Kecakapan Bergaul, h. 61 18 2) Pertentangan Pertentangan atau pertikaian merupakan suatu masalah sosial disebabkan karena adanya perbedaan tertentu antara pihak-pihak tertentu dan di antara pihak tersebut ada yang merasa paling benar. Petentangan dapat bersumber dari perbedaan antara individu, budaya, kepentingan, bahkan dari perubahan sosial yang terjadi. Pertentangan merupakan proses sosial dalam kehidupan, karena di dalam masyarakat selain kerja sama antar masyarakat, ada juga pertentangan karena manusia tidak semuanya satu pemahaman dan satu pemikiran dengan manusia lainnya. 20 3) Perilaku Pacaran Pacaran merupakan aktivitas yang bermula dari pandang memandang dengan lawan jenis kemudian timbul rasa cinta, setelah itu, terjadilah saling bertemu dan bertatap muka, menyepi, dan saling bersentuhan sambil mengungkapkan rasa cinta dan sayang. Kemudian berusaha ingin memilikinya. Semua perbuatan tersebut dilarang dalam Islam karena merupakan jembatan dan sarana menuju perbuatan yang lebih keji, yaitu zina. Bahkan, boleh dikatakan, perbuatan itu seluruhnya tidak lepas dari zina.21 4) Pergaulan Bebas (hubungan seks pranikah) Remaja memasuki usia subur dan produktif. Artinya secara fisiologi, mereka telah mencapai kematangan organ-oragan reproduksi, baik remaja laki-laki maupun remaja perempuan. Kematangan organ reproduksi tersebut, mendorong individu untuk melakukan hubungan sosial baik dengan sesama jenis maupun lawan jenis. Mereka berupaya mengembangkan diri melalui pergaulan, dengan membentuk teman 20 21 Masyudi, Kemampuan, Kecerdasan, dan Kecakapan Bergaul, h. 78-79 Buletin Al Furqon Tahun Ke-3 Volume 9 No. 1 Terbit: Muharram 1430H 19 sebayanya (peer-group). Pergaulan bebas yang tak terkendali secara normatif dan etika-moral antar remaja yang berlainan jenis, akan berakibat adanya hubungan seksual di luar nikah (sex per-marital). Hal-hal yang mendorong remaja melakukan hubungan seks di luar pernikahan, menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Keluarga Kaiser (Caiser Family Foundation) adalah (a) faktor mispersepsi terhadap pacaran: bentuk penyaluran kasih-sayang yang salah di masa pacaran, (b) faktor religiusitas: kehidupan iman yang tidak baik, dan (c) faktor kematangan biologis.22 a) Hubungan seks: bentuk penyaluran kasih-sayang yang salah dalam masa pacaran. Seringkali remaja mempunyai pandangan yang salah bahwa masa pacaran merupakan masa di mana seseorang boleh mencintai maupun dicintai oleh kekasihnya. Dalah hal ini, bentuk ungkapan rasa cinta (kasih sayang) dapat dinyatttakan dengan berbagai cara, misalnya, pemberian hadiah bunga, berpelukan, berciuman, dan bahkan berhubungan seksual pranikah. Dengan anggapan yang salah ini, maka juga akan menyebabkan tindakan yang salah. b) Kehidupan iman yang rapuh. Kehidupan beragama yang baik dan benar ditandai dengan pengertian, pemahaman dan ketaatan dalam menjalankan ajaran-ajaran agama dengan baik, tanpa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi apapun. Dalam keadaan apa saja, orang yang taat beragama, selalu dapat menempatkan diri dan mengendalikan diri agar tidak berbuah hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama. Dalam hatinya dia selalu ingat terhadap Tuhan, sebab mata Tuhan selalu mengawasi setiap perbuatan manusia. Oleh karena itu, ia tidak akan melakukan hubungan seksual dengan pacarnya, agar terhindar dari tindakan nafsu seksual sesaat. Untuk individu yang mempunyai iman yang kokoh, ia akan melakukan hal yang tidak melanggar ajaran agamanya, 22 Agoes Dario, Psikologi Perkembangan Remaja (Bogor: 2004. Ghalia Idonesia), h. 89 20 sebaliknya bagi individu yang rapuh imannya, ia akan cenderung melakukan hal-hal yang melanggar agama. c) Faktor kematangan biologis. Dapat diketahui dengan tanda-tanda kematangan biologis, seorang remaja sudah dapat melakukan fungsi reproduksi sebagai mana layaknya orang dewasa, sebab fungsi organ seksualnya telah bekerja secara normal. Hal ini membawa konsekuensi bahwa seorang remaja akan mudah terpengaruh oleh stimulasi yang merangsang gairah seksualnya, misalnya, dengan melihat film porno, dan cerita cabul. Kematangan biologis yang tidak disertai dengan kemampuan mengendalikan diri, cenderung berakibat negatif, yakni terjadinya hubungan seksual pranikah di masa pacaran remaja. Sebaliknya, kematangan biologis yang disertai pengendalian diri maka akan berakibat baik di masa depan. “Berdasarkan penelitian (YKB di 12 kota besar di Indonesia pada tahun 1992 menunjukkan pelaku seks pranikah 10-31%. Hasil penelitian Komisi Nasional Perlindungan Anak (KPA) di 33 provinsi pada tahun 2008 menunjukkan bahwa pelaku seks pranikah bertambah jumlahnya menjadi 62,7% atau 26,23 juta remaja. Jumlah angka aborsi sebagai akibat seks pranikah pun meningkat tajam. Jika tahun 2002 ada 3 juta aborsi, maka survey KPA pada tahun 2008 menunjukkan angka 7 juta. Merebaknya seks bebas juga menyebabkan banyaknya penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. Diperkirakan 10-20 juta jiwa penduduk Indonesia rawan tertular HIV. Sebanyak 81,87 % penderita AIDS tersebut adalah remaja. Angka penyalahgunaan narkoba menurut BNN pada tahun 2004 adalah 2,3juta. ( Indonesia, HTI, 2009)”23 Selain itu dari hasil analisis yang dilakukan Ayu Khairunnisa dalam penelitiannya mengatakan bahwa: “Diketahui beta = - 0.235, t = -2.170, dan p = 0.033 bahwa religiusitas terbukti memiliki hubungan yang signifikan 23 M. Alias, Fatmawati, dan Mochtaria, “Kontrol Sosial Tokoh Masyarakat (Ustad) Dalam Mengatasi Penyimpangan Perilaku Remaja di Desa Limbung Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya”. Jurnal Tesis. Magister Ilmu Sosial. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak. 2013. 21 terhadap perilaku seksual pranikah dengan p<0.05. Hal ini berarti semakin tinggi religiusitas yang dimiliki seorang remaja maka semakin rendah perilaku seksual pranikah remaja yang muncul. Sebaliknya, semakin rendah religiusitas yang dimiliki seorang remaja maka semakin tinggi perilaku seksual pranikah yang muncul. Hal ini juga berarti semakin tinggi kontrol diri yang dimiliki seorang remaja, maka semakin rendah perilaku seksual pranikah remaja yang muncul. Sebaliknya, semakin rendah kontrol diri yang dimiliki seorang remaja maka semakin tinggi perilaku seksual pranikah yang muncul”.24 4. Konsep Remaja a. Pengertian Remaja Remaja dalam bahasa aslinya disebut andolescance, berasal dari bahasa Latin andolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan atau dewasa”25. Seorang anak dikatakan telah dewasa ketika organ reproduksinya telah berfungsi, artinya ia sudah dapat dibuahi atau membuahi. Perkembangan selanjutnya, istilah andolescance sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, sosial, dan fisik Pandangan ini didukung oleh Pieget yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usai di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Sekurang-kurangnya dalam masalah hak.26 Masa remaja, menurut Tornburg (1982) terbagi 3 tahap, yaitu (a) remaja awal (usia 13-14 tahun), (b) remaja tengah (usia 15-17 tahun), (c) remaja akhir (usia 18-21 tahun).27 Masa remaja awal, umumnya individu telah memasuki pendidikan di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), sedangkan masa remaja tengah, individu sudah duduk di Sekolah Menengah Atas (SMA). Kemudian, mereka yang tergolong remaja akhir, 24 Ayu Khairunnisa, “Hubungan Religiusitas dan Kontrol Diri Dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja di Man 1 Samarinda”. Fakultas Ilmi Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Psikologi. Universitas Mulawarman. (eJournal Psikologi, 2013, 220-229 ISSN 0000-0000). 25 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (Edisi Kelima) (Jakarta: Erlangga, 1991), h. 206 26 Elizabeth B. Hurlock, h. 206 27 Agoes Dario, Psikologi Perkembangan Remaja, h. 14 22 umumnya sudah memasuki dunia Perguruan Tinggi atau lulus SMA dan mungkin sudah bekerja. Sedangkan menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, bukan usia 21 tahun. Pada saat ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah.28 Menurut WHO, mendefinisikan remaja dari sudut konseptual, yaitu: 1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tandatanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. 2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. 3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.29. b. Sikap, Nilai, dan Moral Remaja 1) Sikap Allport mengemukan bahwa sikap adalah sesuatu kesiapan mental dan syaraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respon individu terhadap suatu objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu.30 Definisi ini menunjukan bahwa sikap itu tidak muncul seketika atau bawaan lahir, tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respon seseorang. Sedangkan Herlen mengemukakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk bertindak dalam menghadapi suatu objek atau situasi tertentu.31 28 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (Edisi Kelima), h. 206 Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: Rajawili Perss, 2002), h. 9. 30 Djalali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara. 2008), h. 114 31 Djalali, h. 114 29 23 Sikap bukan bawaan sejak lahir, sikap dibentuk sepanjang perkembangan manusia. Sikap sangat berperan penting dalam kehidupan manusia, sebab apabila sikap sudah dibentuk pada diri manusia, maka sikap tersebut akan turut menentukan tingkah laku manusia. Selain itu sikap merupakan kecenderungan untuk bereaksi terhadap orang, lembaga, atau peristiwa, baik secara positif maupun negatif. Berkaitan dengan remaja, maka tidak heran jika seorang remaja menyukai suatu kelomok tertentu, mereka akan cenderung akan menimbulkan reaksi menguntungkan terhadap suatu kelompok tersebut tanpa memandang karakteristik khas mereka selaku individu. Sebaliknya, jika seseorang memiliki sikap tidak menyenangkan terhadap orang, lembaga, kelompok tertentu, mereka cenderung akan bereaksi secara tidak menguntungkan kelompok tersebut tanpa memandang karakteristik khas mereka selaku individu. a) Ciri –ciri sikap (1) Sikap tidak dibawa orang sejak lahir, tetapi dibentuk atau dipelajarainya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. (2) Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari orang; atau sebaliknya, sikap-sikap dapat dipelajari sehingga sikap-sikap dapat berubah pada seseorang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-sayarat tertentu yang mempermudah perubahannya. (3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkaitan dengan suatu objek tertentu . (4) Objek sikap dapat merupakan suatu hal tertentu atau dari dalam hal-hal tersebut. Seperti si X merupakan orang yang 24 rajin, maka hal tersebut menunjukan bahwa bangsa si X juga merupakan bangsa yang rajin. (5) Sikap mempunyai segi-segi motiv dan segi-segi perasaan. Sifat ini yang membedakan dari kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki orang tersebut. Seperti orang yang memiliki pengetahuan bahwa kebersihan di rumah bermanfaat bagi kesehantannya, tetapi belum tentu pengetahuan tersebut merupakan sikap baginya terhadap kebersihan rumah, apalagi orang tersebut senang dengan kehidupan yang kotor.32 b) Pembentukan dan Perubahan Sikap Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada hal-hal tertentu yang mempengaruhi sikap tersebut, seperti interaksi sosial di dalam atau di luar. Interaksi di luar kelompok adalah interaksi dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai kepada orang tersebut melalui media komunikasi (radio, TV, internet, surat kabar, dan buku), dan interaksi di dalam kelompok (hubungan timbal balik antar manusia). Selain itu pembentukan sikap juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat individu tinggal dan bagaimana lingkungan memperlakukan individu tersebut. Sedangkan faktor dari dalam adalah faktor yang ada dalam diri manusia itu, seperti selektivitasnya sendiri, daya pilihnya sendiri, atau minat perhatiannya untuk menerima dan mengolah pengaruhpengaruh dari luar dirinya. Dua faktor tadi memiliki perannya masing masing dalam pembentukan sikap manusia. Dapat disimpulkan bahwa sikap bukan bawaan sejak lahir tetapi sikap terbentuk dari pengaruh dari luar dan dalam. 32 W. A. Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung: Refika Aditama), h. 163-164 25 2) Nilai, Norma dan Moral pada Remaja Di dalam kehidupan, terdapat aturan-aturan sosial yang berlaku untuk mengatur perilaku anggota masyarakat yang terdapat di lingkungan tersebut, seperti perbuatan yang dilarang, diperbolehkan, atau diperintah. Aturan tersebut didasarkan pada sesuatu yang dianggap baik, layak, pantas, dan patut. Tetapi setiap masyarakat memiliki kebiasaan yang berbeda dalam berperilaku untuk mengatur anggota masyarakat. Anggapan masyarakat tersebut biasanya dijadikan sebagai pedoman bagi tata kelakuan masyarakat. Tetapi tidak semua anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan tata kelakuan yang ada. Yang pasti terdapat dua hal dalam masyarakat, yaitu antara pihak yang berpedoman pada tata kelakuan dan pihak yang tidak patuh dengan tata kelakuan yang ada. Hal tersebut mendorong adanya nilai dan norma yang ada di dalam masyarakat sebagai pengendali terhadap sikap dan perilaku masyarakat agar tercipta masyarakat yang rukun dan kondusif. Nilai dan norma tersebut tercipta dari kesepakatan bersama di dalam kehidupan sosial. Menurut Horton dan Hunt, nilai adalah gagasan mengenai apakah sesuatu itu berarti ataukah tidak. Nilai hakikatnya adalah untuk mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang. Suatu tindakan seseorang dianggap sah jika sesuai dengan nilai yang telah disepakati dan dijunjung oleh masyarakat tertentu.33 Menurut Adrian, nilai memiliki empat ciri atau karakteristik, yaitu: 1) Umum dan abstrak, karena nilai-nilai berupa patokan umum tentang sesuatu yang dicita-citakan atau yang dianggap baik. 2) Konsepsional, artinya nilai hanya diketahui dari ucapan, tulisan, dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang. 3) Mengandung kualitas moral, karena nilai selalu berupa petunjuk tentang sikap dan perilaku yang sebaiknya atau seharusnya dilakukan. 33 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. h. 119 26 4) Tidak selamanya realistik, artinya nilai tidak akan terlalu dapat direalisasikan secara penuh di dalam realitas sosial. 5) Dalam situasi kehidupan masyarakat yang nyata, nilai-nilai itu akan bersifat campuran. 6) Cenderung bersifat stabil, sukar berubah, karena nilai yang dihayati telah melembaga atau mendarah daging dalam masyarakat.34 Sedangkan moral merupakan tata cara atau kaidah dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan yang mengatur perilaku dalam hubungan kelompok sosial masyarakat. Moral sangat berkaitan dengan norma. Norma merupakan petunjuk, kaidah, atau aturan untuk berbuat atau berperilaku yang dibenarkan untuk mewujudkan nilai atau tujuan tersebut.35 Berdasarkan norma yang berlaku dalam masyarat terbagi menjadi empat, seperti berikut ini: a. Norma agama, yaitu ketentuan-ketentuan yang bersumber dari ajaran-ajaran yang dianggap sebagai wahyu dari Tuhan yang keberadaannya tidak boleh ditawar-tawar lagi. b. Norma kesopanan, yaitu ketentuan hidup yang bersumbernya adalah pola-pola perilaku sebagai hasil interaksi sosial dalam kehidupan kelompok. c. Norma kesusilaan, yaitu ketentuan-ketentuan kehidupan yang bersumber dari hati nurani, yang produk dari norma susila ini adalah moral. d. Norma hukum, yaitu ketentuan-ketentuan hidup yang berlaku dalam kehidupan sosial yang bersumber dari undang-undang yang dibuat oleh lembaga formal kenegaraan.36 B. Penelitian yang Relevan 1. Pengaruh Pendidikan Agama dalam Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja, oleh Tri Sutari Dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam. UIN Syarif hidayatullah Jakarta, tahun 2010. Dalam skripsi tersebut Tri Sutari menjelaskan bahwa pendidikan dalam lingkungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi dan dapat mengontrol kenakalan remaja, karena selain 34 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h. 120-122 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h. 125 36 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h. 132-134 35 27 keluarga merupakan agen kontrol yang pertama, pendidikan agama dalam keluarga juga menjadi dasar anak tersebut dalam menyaring pengaruh dari luar baik di sekolah atau diluar sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan sebenarnya, dan jenis penelitian dalam skripsinya menggunakan penelitian lapangan dengan menyebarkan angket dan wawancara dengan pihak-pihak terkait.37 2. Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Krisis Akhak Siswa (Studi Kasus di SMA Darusalam Ciputat), Oleh Abdul Aziz Dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif hidayatullah Jakarta, tahun 2010. Dalam skripsi tersebut, Abdul aziz menjelaskan mengenai peran pendidikan agama dalam mengatasi krisis akhlak siswa bahwa agama sangat berperan dalam mengontrol perilaku siswa, dan agama dapat menjadi pembimbing untuk meraih keselamatan dunia dan akhirat.38 Penelitiannya tersebut menggunakan metode deskripsi analisis, yaitu memberikan gambaran tentang peranan pendidikan agama dalam mengatasi krisis akhlak siswa SMA Darusalam Ciputat dengan melakukan penelitian lapangan dan menyebarkan quisioner kepada siswa agar dapat mengetahui peran agama dalam mengatasi krisis akhlak siswa. 3. Kontribusi Tradisi Lokal Terhadap Solidaritas Masyarakat (Studi Kasus Tradisi Ngarot di Desa Lelea Indramayu), oleh Hammidah dari Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik UIN Syarif hidayatullah Jakarta, tahun 2011.39 37 Tri Sutari. “Pengaruh Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja” (Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif hidayatullah Jakarta, 2010). 38 Abdul Aziz, “Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Krisis Akhak Siswa (Studi Kasusu di SMA Darusalam Ciputat)”. (Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif hidayatullah Jakarta, 2010). 39 Hammidah, “Kontribusi Tradisi Lokal Terhadap Solidaritas Masyarakat (Studi Kasus Tradisi Ngarot di Desa Lelea Indramayu)”. ( Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UIN Syarifhidayatullah Jakarta, 2011). 28 Dalam skripsi tersebut, Hammidah membahas mengenai Kontribusi Tradisi Ngarot Terhadap Masyarakat di Desa Lelea Indramayu. Tradisi Ngarot diadakan tiap tahun, sekitar triwulan terakhir pada satu tahunnya. Tradisi ini merupakan penghormatan kepada Leluhur Desa yang sudah memberikan jasa-jasanya terhadap desa, sehingga dalam skripsinya tersebut dijelaskan bahwa terdapat kontribusi dari tradisi Ngarot, seperti terbentuknya rasa solidaritas, persatuan, gotong royong, dan rasa saling menghargai di antara warga Desa Lelea. Namun, dalam skripsi tersebut ia tidak terlalu mengangkat banyak mengenai aspek-aspek yang lain, ia hanya menggunakan teori solidaritas mekanik Emil Durkheim saja. Padahal masih banyak sekali cakupan mengenai kontribusi tradisi Ngarot di Desa Lelea. 4. Kontrol Sosial Tokoh Masyarakat (Ustad) Dalam Mengatasi Penyimpangan Perilaku Remaja di Desa Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, oleh M. Alias, Fatmawati, Mochtaria. Magister Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak, tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan kontrol sosial tokoh masyakat dalam mengendalikan kenakalan sosial remaja, dan untuk mengidentifikasi jenis kenakalan remaja serta mengetahui faktor penyebab kenakalan sosial remaja di Desa Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, tahun 2012. Hasil penelitian penunjukkan jenis kenakalan remaja yang paling dominan dilakukan remaja adalah merokok, judi billiar dan pergaulan bebas. penyebab kenakalan tersebut faktor diri sendiri, keluarga yang kurang harmonis, kurang komunikatif, kurang teladan dari kedua orang tua atau keluarga lainnya, tidak tegas dalam setiap penyimpangan dan faktor dari lingkungan pergaulan remaja serta media massa yang dapat di akses dimana saja. Keterlibatan ustaz dalam mengendalikan kenakalan tersebut dengan pendekatan preventif dengan memberikan penyuluhan, nasehat agama kepada remaja, warga 29 baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pengajian yang diselenggarakan setiap seminggu sekali atau kesempatan lainnya. Dalam pendekatan refresif dengan menegur, memberikan sanksi pada pelaku tidak dilaksanakan. Dalam penelitian juga ditemukan pendekatan kuratif berupa melakukan pembinaan yang terlibat dalam kenakalan sosial tidak pernah dilakukan oleh para ustazd. Penelitian ini mengginakan metode kualitatif karena itu metode penelitian kualitatif dipandang cocok untuk dapat mengungkap faktor penyebab kenakalan remaja dan bentuk kontrol sosial tokoh masyarakat dalam mengatasi penyimpngan perilaku remaja 30 C. Kerangka Konseptual Tradisi Ngarot Mitos Membentuk Kontrol Pergaulan Remaja Gambar 2.1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan terhitung sejak bulan Maret sampai dengan Agustus 2015. Sedangkan tempat penelitian adalah di Desa Lelea Kec. Lelea, Kab. Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Tempat dimana tradisi Ngarot diadakan. Tempat ini dipilih berdasarkan pada fokus penelitian, yaitu mengenai tradisi sebagai Kontrol pergaulan remaja. Mengingat bahwa di Desa Lelea memiliki suatu tradisi dengan budaya yang menarik dan hanya remaja asli keturunan Desa Lelea yang masih perjaka dan perawan yang dapat mengikuti tradisi tersebut, maka desa inilah yang tepat untuk dijadikan sebagai tempat penelitian. B. Metodologi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana kontrol sosial dalam tradisi Ngarot terhadap pergaulan remaja. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode deskriptif menurut Whitney1 adalah metode dengan mencari fakta-fakta dalam interpretasi yang tepat, artinya penelitian ini mempelajari masalah-masalah yang terjadi dalam masyarakat, serta cara berlaku dalam masyarakat dan situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pangaruh-pengaruh, dari suatu fenomena. Tujuannya penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat gambaran, deskripsi, atau lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Untuk memperoleh data, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research), hal tersebut bertujuan agar data yang didapatkan akurat dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya. 1 Moh. Nazir, Metode Penelitian. (Jakarta: Ghalia Indonesia. 1983), h.54-55 31 32 C. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi merupakan cara pengumpulan data lewat pengunaan alat indra alami dengan pengunaan yang luas, komplit, kompleks, terhadap suatu yang akan diteliti.2 Pengumpulan data dalam metode ini dilaksanakan melalui pengamatan langsung yaitu melihat langsung kondisi di lapangan. Hal ini untuk mengetahui kehidupan sosial masyarakat Desa Lelea Indramayu, seperti aspek sosial dan budaya, pendidikan, agama dan aktivitas remaja di desa tersebut. Metode Observasi ini digunakan untuk mengetahui keadaan remaja dan tradisi Ngarot, serta pandangan masyarakat tentang kontrol dan pengaruh tradisi Ngarot terhadap remaja Desa Lelea, Indramayu. 2. Wawancara Wawancara adalah tanya jawab secara langsung untuk memperoleh keterangan atau data penelitian. Adapun teknisnya yaitu bertatap muka secara langsung dengan menggunakan alat perekam suara dan panduan wawancara.3 Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dengan format terbuka. wawancara terstruktur adalah wawancara yang telah ditetapkan oleh pewawancara baik permasalahan, maupun pertanyaan yang akan diajukan.4 Sedangkan format wawancara jenis ini adalah wawancara terbuka artinya wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku.5 Wawancara ini bermaksud untuk mengurangi kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam proses pengambilan sumber data. wawancara ini lebih bersifat formal, kurang luwes dan terbatas dalam mengadakan pertanyaan yang lebih mendalam.6 Namun tetap menggali pokok permasalahan yang sesuai dengan 2 Kumpulan Makalah Kuliah Metodologi Penelitian. Prof. Rusmin Tumanggor. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3 Moh. Nazir, Metode Penelitian, h. 193-194 4 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), (Jakarta: Rosdakarya, 2011), h. 190 5 Lexy J. Moleong, h. 188 6 Lexy J. Moleong, h. 188 33 tujuan penelitian. Sedangkan instrumen yang digunakan pada proses wawancara ini adalah pedoman wawancara dan recorder (alat perekam suara). Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui secara detail tentang pokok permasalahan mengenai tradisi Ngarot dalam kaitannya dengan pergaulan remaja sekarang yang peneliti ambil sebagai tema dalam penulisan skripsi. Sehingga didapat data-data yang valid dari para informan. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data pendukung dalam penelitian, seperti catatan-catatan, transkrip, buku, surat kabar, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.7 Dokumen dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu dokumen resmi dan dokumen pribadi. Dokumen resmi merupakan dokumen yang berasal dari suatu lembaga atau organisasi. Dokumen resmi terbagi atas dokumen internal (berupa memo, pengumuman, intruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tetapi digunakan dikalangan sendiri) dan dokumen eksternal (yang berupa majalah, buletin, pernyataan dan berita yang disiarkan di media massa). Dokumen pribadi merupakan catatan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman dan kepecayaan. Dokumen pribadi dapat berupa buku harian, surat pribadi dan autobiografi. Sumber dokumentasi dipergunakan berdasarkan dokumen resmi dan dokumen internal yang ada di Departemen Budaya dan Pariwisata Indramayu, dan Pemerintah Desa Lelea. 4. Quisioner Quisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan tertulis, dan terstruktur dengan pilihan jawaban yang sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih 7 Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1985), h. 132 34 jawaban sesuai dengan aspirasi, pendapat, dan persepsi pribadinya. Teknik ini efisien bila jumlah responden cukup besar dan wilayah yang luas.8 D. Instrumen Penelitian 1. Kisi – Kisi Instrumen Penelitian Untuk memudahkan analisis data, peneliti menggunakan kisi-kisi instrumen yang mencakup variabel X (Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol) dan variabel Y (Pergaulan Remaja di Desa Lelea, Indramayu) yang digambarkan pada tabel berikut: Tabel 3.1 Kisi Kisi Instrumen Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Sosial Variabel Tradisi Ngarot sebagai kontrol sosial 8 Dimensi Indikator Fungsi dan makna 1. Sebagai suatu yang sakral dan penting untuk tradisi dalam remaja Desa Lelea masyarakat 2. Sebagai tradisi wajib yang harus diikuti oleh remaja Desa Lelea 3. Sebagai pembimbing pergaulan remaja 4. Sebagai patokan berperilaku dalam masyarakat (tata nilai) 5. Sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan 6. Sebagai ajang berkumpul dan bersosialisasi dengan masyarakat 7. Sebagai pembentukan sikap remaja 8. Sebagai kontrol sosial masyarakat Item 1 2, 3 4 5 6 7 8 9 Sugiyono, Metodologi Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 142 35 Kepercayaan masyarakat Pergaulan remaja Faktor Sikap Remaja Faktor Nilai dan Moral Remaja 1. Kepercayaan masyarakat terhadap mitos yang ada dalam tradisi Ngarot 2. Kepercayaan masyarakat terhadap petuah yang ada dalam tradisi Ngarot 1. Gotong royong (kerjasama) 2. Tolong menolong (solidaritas) 3. Pertentangan 4. Berkumpul(interaksi) dengan masyarakat sekitar 5. Saling tegur sapa pada orang yang dikenal 6. Bersifat simpati 7. Bersikap empati 8. Hubungan Pranikah 9. Mabuk-mabukan 10. Mengkonsumsi Obat terlarang 11. Adat adalah faktor yang dapat mengontrol (pengendalian) penyimpangan 1. Melanggar aturan aturan 10,11,12 13, 14, 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 hukum 2. Melanggar aturan agama 3. Melanggar aturan yang 28 29 ada dalam masyarakat 4. Melanggar norma kesopanan 30 36 E. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini menggunakan dua macam sumber, yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini berupa buku-buku sejarah tradisi Ngarot yang ada di Indramayu serta hasil wawancara penelitian. Adapun wawancara penelitian ini di tujukan kepada para Sesepuh Desa, Kepala Desa beserta staf-stafnya, para remaja yang ada di Desa Lelea, serta Tokoh Budayawan yang ada di Indramayu. Sedangkan data sekunder pada penelitian ini merupakan data pendukung penelitian yang berupa foto-foto atau gambar-gambar, buku arsip desa, observasi langsung dan lain sebagainya. F. Populasi Data dan Sampling Pengambilan data penelitian ini dilakukan selama 60 hari. Untuk proses wawancara peneliti mengambil sampel sebanyak 8 Informan, pemilihan jumlah responden tersebut menurut peneliti sudah cukup untuk dapat menjelaskan permasalahan yang ingin diteliti, karena responden merupakan orang-orang yang mampu memberikan informasi yang peneliti butuhkan. Sedangkan untuk menentukan besarnya sampel yang akan disebarkan melalui angket atau quisioner pada remaja yang ada di Desa Lelea, maka peneliti menggunakan teori L. R. Gay dalam bukunya yang berjudul Educational Reserch menyatakan bahwa jumlah sampel untuk penelitian deskriptif sebesar 10% dari populasi, penelitian korelasi sebanyak 30 subjek, penelitian kausal komparatif 30 subjek per kelompok, dan penelitian eksperimental 50 subjek perkelompok.9 Berdasarkan teori L.R. Gay, maka peneliti mengambil sekitar 55 sampel, karena menurut peneliti untuk penelitian deskriptif membutuhkan sekitar 10% subjek atau sampel dari populasi remaja Desa Lelea sebanyak 550 orang. G. Pemeriksaan Keabsahan Data untuk mengabsahkan data observasi, wawancara, dan dokumentasi di dalam penelitian ini, maka maka peneliti meggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi 9 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Tindakan, (Bandung: Refika Aditama, 2014), h. 119 37 adalah teknik pengumpulan data berupa penggabungan dengan cara yang berbedabeda dari sumber data yang sama. 1. Triangulasi Untuk mengabsahkan data daam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi data, triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, dengan berbagai cara dan berbagai waktu .10 Tujuan pengumpulan data dengan teknik triangulasi adalah agar data yang diperoleh konsisten, tuntas, dan pasti, serta dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.11 Teknik triangulasi dapat dilihat pada gambar berikut ini: Wawancara dan quisioner terkait dengan kontrol tradisi Ngarot terhadap pergaulan remaja di Desa Lelea Observasi mengenai kontrol tradisi Ngarot terhadap pergaulan remaja di Desa Lelea Dokumentasi, sebagai bukti untuk memeperkuat hasil penelitian Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Pergaulan Remaja Gambar 3.1 H. Analisis Data Analisis data ini bertujuan untuk menggambarkan, menguraikan, dan mengiterpretasikan data-data yang terkumpul dengan memerhatikan dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti. Kemudian menata dan menelaah secara sistematis semua data yang diperoleh untuk menarik sebuah kesimpulan dan verifikasi hasil. 10 Sugiyono, Metodologi Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 273-274 11 Sugiyono, h. 241-242 38 Untuk data quisioner, peneliti menggunakan teknik analisis data, dengan cara mengumpulkan, menyusun, dan mengolah data berdasarkan hasil angket yang telah disebarkan kepada para remaja yang ada di Desa Lelea Indramayu, dengan menggunakan rumus distribusi fariabel untuk mengetahui berapa persentasenya, adapun rumus adalah sebagai berikut: Keterangan: f : Frekuensi yang Sedang Dicari Persentasenya N : Number Of Cases (Jumlah Remaja di Desa Lelea) p : Angka Persentase I. Refeksi Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan dari bulan Maret sampai dengan bulan Agustus, selama proses penelitian, peneliti mengumpulkan berbagai data dan informasi mengenai tema yang menjadi pembahasan. Proses saat awal adalah obeservasi yang dilakukan sekaligus proses mendapatkan data dan informasi. Observasi dilakukan untuk mengamati pergaulan remaja dan mengamati asal usul tradisi Ngarot kepada Bapak H. Edi12 dan Bapak Darsono13. Proses tersebut dilakukan pada tanggal 9 Maret sampai dengan 12 Maret 2015, data yang pertama didapat adalah sejarah tradisi Ngarot yang di dapat dari buku sejarah Desa Lelea, yang berasa dari arsip Desa Lelea dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Proses selanjutnya adalah melakukan wawancara, wawancara dilakukan pada tanggal 2 Juli sampai dengan 28 Juli. Wawancara tersebut dilakukan dengan pihak-pihak terkait seperti, Kepala Desa Lelea karena beliau mengetahui kondisi masyarakat dan sejarah desa, Tokoh Hukum, karena beliau mengetahui perilaku 12 13 Bapak H. Edi adalah sekertaris Desa Lelea. Bapak Darsono adalah warga Desa Lelea. 39 remaja desa, Tokoh Masyarakat karena mengerti dan paham seluk beluk sejarah tradisi Ngarot, Tokoh Agama, karena tokoh agama yang selalu memperhatikan aktivitas remaja dalam sudut pandang keagamaan, dan beberapa remaja Desa Lelea. Dalam proses pencarian data mengalami beberapa kesulitan yang dialami oleh peneliti, seperti dalam proses wawancara terjadi ketidaksesuaian waktu antara informan dengan peneliti karena bertepatan dengan bulan ramadhan. Selain itu juga, karena kurangnya data penelitian pada saat proses awal. Maka peneliti melakukan penelitian ulang dengan menambahkan data menggunakan quisioner. Proses menyebarkan quisioner dilakukan pada tanggal 20 Agustus sampai dengan 27 Agustus. Metode tersebut dipilih karena diharapkan dengan menyebarkan quisioner kepada para remaja, maka data yang didapat akurat, dan sesuai dengan fakta yang ada. Kendala juga terjadi pada saat menyebarkan quisioner, karena jumlah remaja yang sangat banyak dan menyebar, maka peneliti kesulitan untuk menyebarkannya. Dalam proses penyebaran quisioner peneliti dibantu oleh saudara Tulus (remaja Desa Lelea), karena peneliti tidak begitu mengenal secara detail mengenai remaja di Desa Lelea. Angket tersebut disebarkan di Musolah tempat remaja berkumpul, di sekolah (SMP), dan di lingkungan RT 06 dekat dengan Kantor Kelurahan karena peneliti mengunakan teknik random sampling artinya setiap remaja yang ada di Desa Lelea berhak menjadi responden atau dapat mengisi quisioner. Pada saat mengolah data quisioner pun terjadi kesulitan, dalam proses pengolahan data, peneliti banyak dibantu oleh Dwi Putri Anna Fadhillah dan Insyirohati Alfiani, mereka membantu pemenginput data yang telah didapatkan dari hasil quisioner yang disebarkan. Namun semua kendala tersebut dapat diatasi karena peneliti selalu mendapatkan bimbingan dari dosen pembimbing dan keluarga yang selalu membantu. Peneliti sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, tetapi semoga skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk penelitian-penelitian selanjutnya. BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Tradisi Ngarot 1. Sejarah Tradisi Ngarot Tradisi Ngarot muncul karena adanya gagasan dari leluhur masyarakat Lelela, yaitu Ki Buyut Kapol. Ki Buyut Kapol merupakan seorang tokoh yang sangat berpengaruh di Desa Lelea, beliau merupakan orang yang kaya dan sangat loyal terhadap desa, tidak jarang masyarakat dari generasi muda hingga generasi tua sering berkumpul di kediaman beliau. Dengan adanya hal tersebut, beliau mempunyai gagasan untuk mempersatukan para pemuda. Gagasan tersebut direalisasikan dengan memberikan lahan seluas 26.100m2 yang ia miliki, tujuannya adalah untuk membangun pola hidup gotong royong di kalangan pemuda yang ada di Desa Lelea. Gagasan tersebut disambut baik oleh para pemuda dan seluruh masyarakat. “……… Berdasarkan ucapan orang tua, karna Ki Kapol tidak punya anak dan bukti rasa cintanya kepada anak-anak (pemuda Desa), maka ia wakafkan sebidang tanah untuk digarap oleh para pemuda-pemudi. Dari pada berbuat yang tidak benar maka ia mengusulkan untuk mengumpulkan anak-anak di rumahnya untuk makan-makan dan nanti diberikan perintah untuk menggarap sawah wakaf tersebut”.1 Ketika musim tanam tiba, sang tokoh mengumpulkan para pemuda di kediamannya dan mengadakan pesta minum-minum dan makan-makan. Setelah musim pengolahan sawah tiba para pemuda bergotong royong untuk mengolah lahan sawah tersebut. Kegiatan ini dilakukan terus menerus setiap tahun. Kegiatan pesta tersebut kemudian dikenal dengan istilah tradisi Ngarot dan menjadi asal mula tradisi Ngarot. 1 Hasil wawancara dengan Bapak RDI pada tanggal (6, Juli 2015) di Kantor Desa Lelea, pukul (10.28) 40 41 2. Asal Mula Tradisi Ngarot Kata “Ngarot” ada yang mengatakan berasal dari bahasa sunda yang artinya minum atau ngeleueut, ada pula yang mengatakan berasal dari bahasa sansekerta “ngaruat” yang artinya dibebaskan dari kutukan dewa.2 Sedangkan menurut Samian “ngaruat”, dia artikan sebagai membersihkan diri dari segala noda dan dosa akibat kesalahan tingkah laku seseorang atau kelompok pada masa lalu. Sedangkan kata ngalĕĕt menurut bahasa sunda disama artikan dengan Ngarot yang bermakana minum. Peserta yang mengikuti Ngarot dalam masyarakat biasa menyebutnya kasinoman. Hal tersebut karena para peserta Ngarot adalah para pemuda dan pemudi (enom artinya anak muda). Adapun Kasinoman asal kata sinom yaitu asam muda yang diartikan sebagai sekelomok muda-mudi yang dinamis dan kreatif. Jadi menurut Samian Ngarot adalah pesta minum-minum atau kasinoman sebagai pesta anak muda3 Orang pertama yang menggagas tradisi Ngarot adalah salah seorang Tokoh masyarakat yang bernama Ki Kapol yang selanjutnya menjadi Kuwu Desa (Kepala Desa) Lelea ke-2.4 Peninggalan Ki Kapol yang masih terpelihara sampai sekarang yaitu Sawah Kasinoman, yakni sawah yang digarap oleh para muda-mudi dengan tujuan hasil dari sawah tersebut dijadikan sebagai biaya tradisi Ngarot. Tradisi Ngarot telah ada sejak abad ke 17 Masehi sekitar tahun 1646 Masehi. Tradisi Ngarot baru terbentuk setelah Indramayu berdiri sekitar tahun 1527, tetapi Desa Lelea masuk ke wilayah kekuasaan Indramayu pada tahun 1681 atau pada saat pangeran darma naik tahta menjadi bupati Indramayu yang bergelar Wiralodra II menggantikan ayahnya Wiralodra I. 5 Upacara Ngarot sangat unik, diawali dengan berkumpulnya para remaja atau muda-mudi di rumah Kuwu (Kepala Desa). Remaja di sini ialah muda mudi yang belum menikah (muda-mudi). Dalam pelaksanaannya, para 2 H. A. Dasuki, J. P. Sarjono, Sumarjo, Djamara. 1977. Sejarah Indramayu (Cetakan Ke3). (Team Peneliti Sejarah Indramayu: Depatertemen Pendidikan dan Kebudayaan), h. 323 3 Samian. Buku Sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea (Lelea, Indramayu: 2005), h. 54 4 Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Kebupaten Indramayu. Sejarah Desa Lelea. (Indramayu: 2004), h.49 5 Samian. Buku Sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea (Lelea, Indramayu: 2005), h. 66 42 pemuda berpakaian harian petani. Hanya ada sedikit perbedaan, para peserta ada yang membawa keris pusaka yang tidak dipakai sebagai lazimnya orang memakai keris, tetapi hanya dijinjing saja. Konon di masa lalu, pemuda dan pemudinya berpakaian hitam dengan celana longgar di bawah lutut, ikat kepala, dan kain sarung tenun yang hanya diselendangkan atau dililitkan pada pinggang. Mereka yang membawa keris itu adalah kepala rombongan, yang sangat unik adalah pakaian anak gadisnya. Anak gadis menggunakan batik dan kebaya dermayon (batik khas Indramayu), serta menggunakan tutup kepala yang dibuat dari aneka bunga seperti kenanga, mawar, melati dan sebagainya. Hingga rambut mereka tertutup oleh bunga warna warni. Ada yang memakai semacam cunduk – terbuat dari janur kelapa – yang jumlahnya tidak sama, ada yang hanya dua, ada yang tiga, empat, lima, dan enam. Warna bajunya pun beraneka ragam, yakni merah, kuning, biru, hijau, dan lain-lain. Warna tersebut sebagai tanda kelompok, yang dimaksud kelompok adalah blok tempat tinggal masing-masing.6 3. Tujuan Tradisi Ngarot Tradisi Ngarot merupakan salah satu upacara adat yang ada di Desa Lelea Indaramayu. Tradisi Ngarot bermaksud untuk mengumpulkan para mudamudi yang akan diberi pekerjaan tentang program pembangunan di bidang pertanian. Selain itu, tradisi Ngarot juga bertujuan untuk membina pergaulan yang sehat di antara muda – mudi (remaja), agar para muda-mudi dapat saling mengenal, saling menyesuaikan sikap, kehendak dan tingkah laku yang luhur sesuai dengan nila-nilai budaya nenek moyang. Tradisi Ngarot adalah suatu metode untuk menggalang dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan di kalangan para muda-mudi khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Tradisi Ngarot juga merupakan suatu upaya untuk mengembangkan dan melestarikan budaya warisan leluhur nenek moyang. Oleh karena itu, tradisi Ngarot merupakan tradisi yang sangat bermanfaat. 6 Samian. Buku Sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea (Lelea, Indramayu: 2005), h. 54 43 Dalam bidang ekonomi tradisi Ngarot dapat meningkatkan pertanian dan ketahanan pangan, karena pada dasarnya tradisi Ngarot mempersiapkan para muda-mudi untuk menggarap sawah yang telah disediakan oleh leluhur yaitu sawah kasinoman. Dalam bidang budaya tradisi Ngarot dapat menjadi sarana hiburan dan pelestarian kebudayaan tradisional masyarakat setempat. Seperti, tari topeng, dan ronggeng ketuk. Dalam bidang sosial, dalam tradisi Ngarot pada dasarnya terdapat suatu proses sosialisasi antara generasi tua dengan generasi muda yang merupakan sarana berkumpul dan membaur dalam masyarakat. Tradisi Ngarot sebagai upaya generasi muda untuk mempertebal ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, mempertinggi budi pekerti, berkarya, berpartisipasi kepada pembangunan desa, kerjasama antar masyarakat desa, menciptakan rasa gotong royong, dan saling menghargai orang lain, serta meningkatkan persatuan dan kesatuan.7 Selain itu, menurut Hammidah dalam skripsinya berjudul Kontribusi Tradisi Lokal Terhadap Solidaritas Masyarakat (Studi Kasus Tradisi Ngarot di Desa Lelea Indramayu). Tradisi Ngarot dapat menciptakan ikatan sosial yang terjalin di dalam masyarakat Lelea. Tradisi tersebut akan membangun solidaritas masyarakat, baik dalam bidang ekonomi, sosia, maupun budaya.8 4. Waktu dan Pelaksanaan Tradisi Ngarot Tradisi Ngarot dilaksanakan pada saat para petani hendak memulai tebar sawah (menabur bibit padi atau mengairi sawah). Sedangkan pengumuman tanggal dan bulan pelaksanaan tradisi Ngarot ditentukan setelah upacara sedekah bumi. Meskipun tanggal dan bulannya tidak ditentukan secara pasti, tetapi hal ini tidak jauh dari triwulan terakhir, yaitu bulan Oktober, November, dan Desember. Pada bulan – bulan tersebut, para petani mulai menggarap 7 Samian. Buku Sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea (Lelea, Indramayu: 2005), h.52 Hammidah, “Kontribusi Tradisi Lokal Terhadap Solidaritas Masyarakat (Studi Kasus Tradisi Ngarot di Desa Lelea Indramayu)” ( Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UIN Syarifhidayatullah Jakarta, 2011). 8 44 sawahnya karena sudah masuk musim hujan. Mengenai hari pelaksanaan tradisi Ngarot, biasanya jatuh pada hari rabu.9 Sebelum menentukan pelaksanaan tradisi Ngarot, sedikitnya terdapat dua kali mengadakan rembuk desa yang dipimpin oleh Kepala Desa, guna mempersiapan pelaksanaan upacara tradisi tersebut. Rembuk desa pertama, yakni mengumpulkan para pamong desa, lembaga desa (LSD, LKMD, PPK, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda). Hal tersebut dilakukan untuk menentukan hari, tanggal, bulan dan pelaksanaan tradisi Ngarot. Setelah ada keputusan, barulah Kepala Desa mengumumkan pelaksanaan tradisi Ngarot. Pengumuman tersebut bertepatan dengan acara sedekah bumi. Rembuk desa kedua adalah mengumpulkan muda-mudi calon peserta tradisi Ngarot untuk menetapkan corak dan warna pakaian yang digunakan dan ketentuan-ketentuan lainnya.10 5. Acara Pelaksanaan Ngarot Pelaksanaan tradisi Ngarot dimulai pada pukul 09.00 WIB, dan para peserta saat itu sudah berkumpul di rumah Kepala Desa (Kuwu). Setelah berkumpul, para peserta dan pamong desa bersiap memulai pawai keliling desa. Selesai mengadakan pawai selama 1 jam, paserta kemudian berkumpul di balai desa, di mana telah tersedia hiburan tradisional berupa “Topeng” lakilaki untuk menghibur para gadis dan “Ronggeng Ketuk” untuk para jejaka11. Gadis-gadis menyawer Topeng, sedangkan jejaka menari “Ketuk Tilu”, setelah itu Kepala Desa membagikan nasi kuning, dan istirahat sejenak pukul 14.00 WIB, kemudian upacara Ngarot dilanjutkan kembali pada pukul 16.00 WIB sampai malam. Adapun susunan pelaksanaan peserta pawai adalah sebagai berikut: a) Di barisan depan adalah Ibu Kuwu (Istri Kepala Desa) dan diikuti oleh Pamong Desa (Staf Desa). 9 Samian, Buku Sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea (Lelea, Indramayu: 2005), h. 56 Samian, h. 56 11 Samian, h. 56 10 45 b) Barisan selanjutnya adalah para pemudi, yang sudah berhias dengan bunga-bungaan di kepalanya. c) Barisan ketiga adalah kesenian musik lokal yaitu reog. d) Barisan keempat adalah kuwu (Kepala Desa) di apit oleh seorang Lebe (tokoh agama yang ada di setiap desa) dan seorang Tetua Desa (Kaur pemerintahan), serta diiringi oleh seorang petugas pembawa payung. e) Barisan kelima adalah para peserta Ngarot (pemuda pemudi). f) Barisan terkhir adalah musik lokal rebana untuk mengiringi para pemuda. Sepanjang rute pawai, masyarakat memenuhi jalan untuk menonton dan mengiring peserta Ngarot. Setelah pawai sampai pada tujuan yaitu balai desa, sambutan para penabuh gamelan mengiringi peserta dengan lagu jipang keraton dan taburan beras kuning sebagai penghormatan kepada sang raja desa yaitu Kuwu dan istrinya. Setelah para peserta Ngarot berada di balai desa, acara pucak Ngarot dimuai. Diawali dengan laporan panitia atas terselenggaranya tradisi Ngarot, lalu dilanjutkan dengan sambutan Kuwu, sekaligus Kuwu dan pamong desa menyerahkan secara simbolis seperangkat alat-alat pertanian kepada perwakilan pemuda pemudi Desa Lelea. Adapun susunan acara penyerahannya sebagai berikut: a. Kuwu (Kepala Desa) menyerahkan benih unggul kepada perwakilan pemuda maksudnya benih tersebut agar ditanam dan disebar. b. Ibu kuwu (Istri Kepala Desa) menyerahkan kendi berisi air putih, maksudnya adalah untuk mengobati tanaman padi yang telah ditanam sebagai lambang pengairan. c. Tetua desa menyerahkan pupuk, maksudnya adalah agar tanaman tetap subur d. Raksa bumi menyerahkan alat pertanian, maksudnya adalah untuk mengolah tanah pertanian dengan baik e. Lebe (tokoh agama yang ada di setiap desa) menyerahkan sepotong ruas bambu kuning, daun androng, dan daun pisang yang akan di tancapkan di 46 sawah, maksudnya adalah agar tanaman padi terhindar dari serangan hama. Setelah acara inti selesai, secara simbolis Kepala Desa memukul gong sebagai bukti acara Ngarot telah diresmikan. Setelah itu acara dilanjutkan dengan hiburan Ronggeng Ketuk dan Tanjidor. Semua perseta Ngarot (pemuda pemudi) dipersilahkan untuk bersama-sama menari sampai sore. Pada pukul 19.30 WIB, peserta Ngarot peserta Ngarot berkumpul di desa untuk melaksanakan penutupan disertai hiburan gamelan jipang dan hiburanhiburan lainnya.12 6. Mitos Dalam Tradisi Ngarot Mitos merupakan kisah yang dirasakan masyarakat sebagai peristiwa yang sesungguhnya terjadi di masa lalu, meskipun tidak didukung oleh pembuktian kritis.13 Begitu pula yang ada pada tradisi Ngarot di Desa Lelea. Walaupun belum terbukti kebenaranya, tetapi berdasarkan informasi dari berbagai sumber mengatakan bahwa, terdapat syarat dalam tradisi Ngarot yaitu perjaka dan perawan. Peserta yang tidak suci (tidak perawan) tidak diperkenankan ikut, jika pada saat pelaksanaan arak-arakan (pawai) tradisi Ngarot ada peserta yang tidak suci (tidak perawan) mengikuti tradisi Ngarot maka bunga yang ada di atas kepala itu layu. Begitu pula yang disampaikan oleh Bpk. AR bahwa: ……karena mungkin di Lelea ada sebuah peristwa budaya Ngarot dan ketika seorang kasinoman (pemuda pemudi) atau ketika remaja putri menjadi peserta Ngarot harus mengenakan bunga, bunga itu konon katanya terdapat mistik jika perempuan Lelea yang tidak suci mengikuti tradisi Ngarot, maka bunga tersebut akan layu. Mungkin dari mitos itu atau dari sugesti seperti itu ada rambu-rambu atau kontrol, minimal untuk para perempuan dan para remaja, walaupun mereka yang sudah tidak melaksanakan tradisi Ngarot.14 12 Samian, Buku Sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea (Lelea, Indramayu: 2005), h. 56 Ja’cuba Karepesina, Muh. Shaleh Buchari BM, dkk. Mitos, Kewibawaan, dan Perilaku Budaya. (Jakarta: Pustaka Grafika Kita, 1988), h. 6-7 14 Hasil wawancara dengan Bapak AR pada tanggal (6, Juli 2015) di Dinas Kebudayaan dan Periwisata, pukul (14.47) 13 47 Walaupun mitos tersebut tidak bisa dibuktikan kebenarannya, tetapi mitos yang ada pada masyarakat Desa Lelea tersebut sangat melekat, karena mereka memegang teguh kepercayaan para pendahulunya (sesepuh-sesepuh mereka). 7. Nilai-Nilai Luhur Desa Lelea Dalam Tradisi Ngarot Ngarot merupakan tradisi yang sudah ada sejak abad ke 17, tradisi tersebut merupakan tradisi yang diwariskan oleh sesepuh Desa Lelea. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat petuah-petuah yang disampaikan oleh sesepuh Lelea dalam pelaksanaan tradisi Ngarot, yakni sebagai berikut: “Mikirun budak engkena kuma’a Senajan boga arta kudu usa’a Kur ngora ula poya poya Kamberan kolota ula sengsara Jlema laki kerja ewena usa’a Neangan pekaya rukun runtut Aturan agama kudu di turut Selamet dunya jung akhiratna”15 Artinya: Memikikan anak (generasi penerus) nantinya bagaimana Walaupunnya sudah memiliki uang harus tetap usaha Waktu muda jangan berfoya foya Agar tua nanti tidak sengsara Laki-laki bekerja sedangkan perempuan harus tetap berusaha Melihat kekayaan harus rukun dan damai Aturan agama harus diikuti Agar selamat dunia dan akhirat Petuah tersebut mengandung nilai – nilai dari berbagai perspektif, yaitu dari sisi ekonomi, sosial dan budaya. Namun penulis hanya mengambil perspektif sosial yang berkaitan dengan permasalahan remaja. Berkaitan dengan pergaulan remaja, para orang tua zaman dulu sudah memikirkan tentang bagaimana kehidupan generasi selanjutnya. Hal tersebut sama dengan apa yang tertulis dalam pesan dari sesepuh Lelea di atas 15 Hasil wawancara dengan Bapak RDI pada tanggal (6, Juli 2015) di Kantor Desa Lelea, pukul (10.28) 48 kemudian sejalan dengan apa yang disampaikan dari wawancara dengan Bapak AR, yang mengatakan bahwa: “Yang jelas gini, mungkin sesepuh Lelea atau kolot Lelea mengamatkan kepada orang tua agar memegang perkataan sesepuh Lelea “boga budak engkena kumaha” artinya ketika orang Lelea memiliki anak dia harus memperhatikan dan membimbing tidakannya, perilakunya, pendidikannya. Bukan “kumaha engke, tetapi engke kumaha” dua hal tersebut sangat berbeda.”16 Dia juga menyambung dengan jawaban selanjutnya:. “Ki Kapol (sesepuh atau kolot Lelea) sangat cerdas, karena dia tidak memberikan suatu yang sudah jadi, tetapi mewakafkan tanah kepada generasi muda supaya bisa diolah dan dimanfaatkan yang hasilnya bisa dinikmati bersama-sama. Selain itu memberikan contoh kepada generasi muda untuk mengingatkan agar kita harus bekerja keras, harus hidup bergotong royong, kemudian sesuai dengan kata-kata sesepuh Lelea “irup rukun runtut ka agama kudu diturut” tetapi jangan salah kita tidak boleh lupa dengan agama.”17 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sesepuh Lelea dulu sudah memikirkan tentang generasi – generasi selanjutnya. Hal tersebut maka petuah dalam tradisi dapat menjadi sebuah pedoman atau kontrol bagi setiap perbuatan menyimpang yang terjadi, baik di dalam masyarakat ataupun pergaulan remaja yang ada di Desa Lelea, Indramayu. 16 Hasil wawancara dengan Bapak AR pada tanggal (6, Juli 2015) di Dinas Kebudayaan dan Periwisata, pukul (14.47) 17 Hasil wawancara dengan Bapak AR pada tanggal (6, Juli 2015) di Dinas Kebudayaan dan Periwisata, pukul (14.47) 49 B. Kondisi Sosial Masyarakat Desa Lelea 1. Demografi dan Letak Geografis Desa Lelea Desa Lelea berada di kecamatan Lelea yang terdiri atas beberapa desa antara lain adalah Desa Lelea, Desa Tempel Wetan, Desa Tempel Kulon, Desa Pengauban, Desa Telaga Sari, Desa Taman Sari, Desa Langgeng Sari, Desa Nunuk, Desa Tugu, Desa Tunggul Payung, dan Desa Cempeh Secara geografis, Desa Lelea terletak pada koordinat bujur 108,239269 dan koordinat lintang -6,431965 dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Desa Larangan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pengauban, sebelah timur berbatasan dengan Desa Taman Sari, sebelah barat berbatasan dengan Desa Cempeh. Rata-rata curah hujan setiap enam bulan adalah 1678 mm, suhu rata-rata harian sekitar 32 °C. 18 Berdasarkan data administratif, Desa Lelea terdiri dari 2 rukun warga (RW) dan 15 rukun tetangga (RT), dengan luas wilayah 422,5200 Ha. Berdasarkan data luas wiayah tersebut, terdiri dari sawah tada hujan 358,52 Ha, permukiman 39,039 Ha, dan pekarangan 15,359 Ha.19 Pada tahun 2014 berdasarkan survey jumlah penduduk Desa Lelea tercatat sebanyak 4.765 jiwa, terdiri dari laki-laki 2.386 jiwa dan perempuan 2.429 jiwa, dengan 1643 jumlah kepala keluarga (KK). Desa Lelea merupakan daerah yang sangat subur. Dari luas wilayah sekitar 358,52 Ha, sebagian besar merupakan persawahan, dan Desa Lelea termasuk lumbung padi Indramayu. berdasarkan data desa tahun 2014, setiap musim panen desa Lelea dapat menghasilkan padi sebanyak 2100 ton. 2. Kondisi Penduduk Masyarakat Desa Lelea Pada tahun 2014 data jumah penduduk Desa Lelea adalah 4.765 jiwa, yang terdiri dari 2386 Jiwa laki-laki, dan 2429 Jiwa perempuan. Sedangkan jumlah kepala keluarga pada tahun 2014 adalah 1643 Kepaa Keluarga. Lebih rinci mengenai kondisi penduduk Desa Lelea dapat dilihat pada table berikut: 18 19 Profil Desa dan Kelurahan Lelea Tahun 2014, h. 2 Profil Desa dan Kelurahan Lelea Tahun 2014, h. 4 50 Tabel 4.1. Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014 No 1 2 3 4 Keterangan Jumlah penduduk laki-laki Jumlah penduduk Perempuan Jumlah kepala keluarga Jumlah Total Penduduk Sumber Dari Profil Desa Lelea 2014 Jumlah 2386 Jiwa 2429 Jiwa 1643 KK 4765 Jiwa Gambaran data remaja di Desa Lelea dapat dilihat pada table berikut ini: Tabel 4.2 Data Remaja Berdasarkan Usia Tahun 2014 No Usia 12 13 14 15 16 17 18 19 laki-laki 30 31 35 33 27 28 29 30 Perempuan 35 30 36 37 28 29 30 31 jumah 65 61 71 70 55 57 59 61 20 25 29 54 Jumlah total 553 Sumber Dari Profil Desa Lelea 2014 Dari table data penduduk berdasarkan usia tahun 2014 dapat dijelaskan bahwa, pada tahun 2014 data penduduk usia 12 tahun sebanyak 65, usia 13 tahun sebanyak 61, usia 14 tahun sebanyak 71, usia 15 tahun sebanyak 70, usia 16 tahun sebanyak 55, usia 17 tahun sebanyak 57, usia 18 tahun sebanyak 59, usia 19 tahun sebanyak 61, dan usia 20 tahun sebanyak 54. 51 3. Keagamaan Masayarakat Desa Lelea Gambaran penduduk berdasakan agama dapat dilihat lebih rinci pada table berikut ini: Tabel 4.3 Data Penduduk Berdasarkan Agama Tahun 2014 No 1 2 3 4 5 6 7 Agama Laki-laki (orang) 2336 Islam Kristen Katolik Hindu Budha Khonhucu Aliran kepercayaan Jumlah 2336 Sumber Dari Profil Desa Lelea 2014 Perempuan (orang) 2429 2429 Berdasarkan tabel di atas, masyarakat Desa Lelea seluruhnya memeluk agama Islam, tetapi masyarakat khususnya remaja masih sangat kurang dalam mengikuti kegiatan keagamaan. Hal ini sama dengan yang disampaikan oleh Bpk.HER: “……..Kita punya majlis ta’lim di masjid setiap minggu, bebas terbuka malah Fatus Sudur ini mengarah pada remaja untuk ikut di sini setiap malam jum’at. Di sana malam rabu, di sana jumat pagi.” “……Yang sudah lama itu Fatus Sudur sudah lima tahun, terus ini baru dua tahun, disini satu tahun. Ya itu karna dalam rangka kiai mengatur pergaulan remaja bahwa hal-hal yang berdosa dan yang tidak berdosa.”20 Dapat dilihat bahwa dari wawancara di atas, pembentukan majlis talim baru ada dan dibentuk lima tahun yang lalu. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan keagamaan masyarakat Desa Lelea kurang. Walaupun kegiatan-kegiatan keagamaan remaja kurang, namun tokoh agama memiliki pengaruh penting dalam mencegah perbuatan-perbuatan menyimpang yang dilakukan oleh para remaja. 20 Hasil wawancara dengan Bapak HEI pada tanggal (2, Juli 2015) di Kantor Desa Lelea Indramayu, pukul (11.49) 52 Selain itu Bapak RID, mengatakan bahwa peran tokoh agama sangat besar: “Mereka juga sama sebetulnya selalu mencegah jangan sampai kebablasan. dan peran tokoh sangat besar dan sangat terasa mungkin ada beberapa anak saja yang melanggar mungkin karna kecelakaan, karna tidak bisa menahan kemudian lepas kontrol, tapi untuk hal-hal seperti itu 1-2% mungkin ada. Diharapkan dengan adanya tradisi Ngarot ada semacam rem atau pengendalian jangan sampai berbuat kearah sana.”21 Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa aktifitas keagamaan masyarakat sangat kurang, tetapi peran dari agama Islam dan tokoh agama sangat besar dalam membentuk dan membimbing masyarakat. Menurut Emile Durkheim, agama dapat mengantar individu-individu anggota masyarakat menjadi makhluk sosial. Agama melestarikan masyarakat, memeliharanya di hadapan manusia, dalam arti memberikan nilai bagi manusia.22 Selain itu agama juga memiliki fungsi menyucikan norma-norma dan nilai dalam masyarakat yang sudah terbentuk, mempertahankan dominasi tujuan kelompok di atas keinginan individu, dan disiplin kelompok di atas dorongan hati Individu. Agama juga menangani keterasingan dan kesalahan individu yang menyimpang.23 4. Pendidikan Masyarakat Desa Lelea Berdasarkan data statistik tahun 2014 pada tingkat pendidikan dapat dilihat dari table berikut: 21 Hasil wawancara dengan Bapak RDI pada tanggal (6, Juli 2015) di Kantor Desa Lelea, pukul (10.28) 22 Elly M Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya. h. 331 23 Elly M Setiadi dan Usman Kolip, h. 333 53 Tabel 4.4 Data Penduduk Berdasarkan Tingkatan Pendidikan Tahun 2014 No Tingkat pendidikan Laki-laki Perempuan (Orang) (Orang) 1 Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 85 95 2 Usia 3-6 tahun sedang TK/play group 235 246 3 Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah 1 1 4 Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 490 503 5 Usia 18-56 tahun yang tidak pernah sekolah 267 266 6 Usia 18-56 tahun tidak tamat SD 124 137 7 Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTP 89 105 8 Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA 92 100 9 Tamat SD/sederajat 348 384 10 Tamat SMP/sederajat 278 281 11 Tamat SMA/sederajat 194 194 12 Tamat D-1/sederajat 38 37 13 Tamat D-2/sederajat 31 30 14 Tamat D-3/sederajat 34 32 15 Tamat S-1/sederajat 23 14 16 Tamat S-2/sederajat 4 3 17 Tamat S-3/sederajat 3 1 18 Tamat SLB A - - 19 Tamat SLB B - - 20 Tamat SLB C Jumlah 2336 Jumlah total 2429 4765 Sumber Dari Profil Desa Lelea 2014 Berdasarkan data di atas, jika dibandingkan antara jumlah yang tamat sekolah dan tidak tamat sekolah sangat terlihat perbandingannya. 54 Perbandingan yang tidak tamat sekolah sebanyak 647 sedangkan yang tamat sekolah 1929. Bahwa jumlah masyarakat Desa Lelea sebagian besar dalam taraf pendidikan yang layak. Tetapi jika dilihat dari setiap tingkat pendidikan, masih didominasi Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama sekitar 1291, sedangkan pendidikan tingkat atas (SMA, D1, D2, D3, S1, S2, dan S3) hanya sebanyak 638 Dari data tingkat pendidikan pada tahun 2014 di atas dapat disimpukan, bahwa masyarakat di Desa Lelea masih dalam tingkat pendidikan yang masih di bawah standar. 5. Matapencaharian Masayarakat Lelea Mata pencaharian masyarakat Lelea dapat dilihat pada table berikut: Tabel 4.5 Data Penduduk Berdasarkan Matapencaharian Tahun 2014 No 1 2 3 4 5 6 7 Jenis pekerjaan Laki-laki (Orang) 187 324 42 190 12 529 1354 Perempuan (Orang) Petani 187 Buruh Tani 319 Pegawai Negeri Sispil 39 Pedagang Keliling 160 Pensiunan TNI/POLRI Wiraswasta 531 Mengurus Rumah Tangga 792 Jumlah 2103 Jumlah total 3457 Sumber Dari Profil Desa Lelea 2014 Desa Lelea merupakan daerah yang didominasi oleh persawahan, tetapi berdasarkan tabel di atas, pola perekonomian tertinggi yang tergambar adalah wiraswasta, sebanyak 1600 orang, sedangkan jumlah pemilik tanah atau petani hanya sebasar 347. Jika dianalisa, dengan di dominasi persawahan maka mata pencaharian utama masyarakat Desa Lelea adalah Petani dan Buruh Tani. 55 Sedangkan banyaknya pekerja wiraswasta tersebut dipengeruhi oleh kemajuan zama. Matapencaharian masyarakat yang dulunya sebagai petani berubah menjadi wiraswasta. Selain itu, informasi yang masuk ke dalam Desa Lelea juga mempengaruhi matapencaharian masyarakat, karena kebutuhan yang dihasilkan dari bertani masih belum dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Maka masyarakat beralih dan mencari matapencaharian yang lebih baik. 56 C. Implikasi Tradisi Ngarot Terhadap Pergaulan Remaja di Desa Lelea, Indramayu 1. Pergaulan Remaja di Desa Lelea, Indramayu Pergaulan merupakan proses yang berkaitan dengan internalisasi pengaruh dari luar, yang dapat membuat perubahan-perubahan dalam diri seseorang, baik yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif. Pergaulan merupakan salah satu cara manusia untuk berhubungan dengan manusia lainnya. Pergaulan memiiki pengaruh positif dan juga pengaruh negatif. Begitupun yang terjadi pada remaja di Desa Lelea Indramayu, seperti yang disampaikan oleh KASI (Kepala Seksi) Kebudayaan Indramayu Bpk. ASR dalam menyikapi pergaulan remaja, bahwa: “Saya fikir kalau masalah pergaulan normatif tidak jauh berbeda dengan desa-desa yang lainnya, sama lah, dimana-mana yang namanya remaja pergaulannya seperti itu……”24 Sejalan dengan jawaban di atas, saudara DD sebagai ketua karang taruna berpendapat bahwa: “Kalo pergaulan remaja, ada yang baik ada yang buruk juga, susah dikira-kiranya mas. Kalo pergaulan yang menyimpang ya paling mabukmabukan, dan nongkrong-nongkrong, kadang juga ada yang hamil di luar nikah tapi ya tersembunyi. tapi kalau menurut saya dari tahun ke tahun sudah makin lebih baik.”25 Tetapi berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Bapak RDI, beliau mengatakan bahwa: “Agak miris dengan pergaulan remaja, dengan masuknya era globalisasi dan moderenisasi, hal tersebut menjadi penghalang istilahnya mengganggu, jangankan anak SMA anak SD pun sudah bisa membuka internet disitu yang membuat khawatir, tapi dari segi agama mudah- 24 Hasil wawancara dengan Bapak AR pada tanggal (6, Juli 2015) di Dinas Kebudayaan dan Periwisata, pukul (14.47) 25 Hasil wawancara dengan Bapak DD pada tanggal (6, Juli 2015) di Kediaman Beliau, pukul (11.53) 57 mudahan dengan adanya pengajian rutin anak-anak bisa membedakan yang boleh dan yang tidak boleh, yang baik dan yang buruk.”26 Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa masa remaja adalah masa di mana seseorang sedang mengalami masa-masa peralihan dan perubahan sikap dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi karena ada pengaruh dari faktor luar, apalagi pada zaman modernisasi dan globalisasi sekarang ini. Pengaruh – pengaruh luar tersebut telah masuk ke pelosok – pelosok daerah seperti, internet. Selain itu, pengaruh luar lain adalah teman sebaya. Sedangkan fondasi agama para remaja sangatlah minim, yang mengakibatkan mereka tidak dapat membedakan hal-hal yang baik dan buruk terhadap nila dan norma dalam masyarakat. Dari hal tersebut, dapat dilihat bahwa remaja di Desa Lelea masih terjadi penyimpangan yang yang melanggar norma – norma dalam masyarakat. Pengaruh tersebut dapat memicu terjadinya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para remaja. Dorongan perilaku meyimpang tersebut banyak macamnya, selain faktor dari dalam diri pribadi, terdapat pula dari faktor luar. Faktor dari dalam diri pribadi yaitu tidak adanya dasar agama pada diri remaja, sedangkan faktor luar adalah pengaruh teman sebaya, media masa dan lingkungan. Berdasarkan wawancara dengan Beberapa narasumber, mereka menyampaikan bahwa: “Kemajuan teknologi, melelui HP, Internet sangat berpengaruh dalam pergauan remaja. Tetep ning wongtua ning umah mah di jaga-jaga tapi tetep bae gagal. (kemajuan teknologi, melelui HP, Internet sangat berpengaruh dalam pergauan remaja. Tetap saja orang tua di rumah menjaga-jaga tetapi tetap gagal karena internet dan HP yang dimiliki masing-masing remaja)”27 26 Hasil wawancara dengan Bapak RDI pada tanggal (6, Juli 2015) di Kantor Desa Lelea, pukul (10.28) 27 Hasil wawancara dengan Bapak SKD pada tanggal (6, Juli 2015) di Rumah Beliau, pukul (11.05) 58 “Ya mungkin karna ada pengaruh dari teman, pengaruh dari lingkungan, pengaruh media. Sekarangkan banyak facebook, internet.”28 “Karna era globalisasi, anak muda sekarang gampang sekali dipengaruhi oleh media-media elektronik, seperti internet. Hal tersebut ada positifnegatifnya, positifnya kita bias mengerjakan tugas lewat internet, negatifenya banyak situs-situs yang tidak baik yang dapat diakses oleh remaja.”29 Faktor-faktor tersebut merupakan sumber dari penyimpangan yang dilakukan oleh remaja, karena masa remaja merupakan masa mencari jati diri. Jika seorang remaja tidak dapat memfilter dan membentengi diri dari pengaruh luar, maka yang terjadi adalah akan terjerumus pada perilakuperilaku yang menyimpang. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi pergaulan remaja khususnya di Desa Lelea Indramayu adalah faktor dari luar, seperti teman sebaya, internet, televisi, dan gadget. Menurut Edwin H. Sutherland bahwa perilaku menyimpang adalah hasil dari proses belajar atau yang dipelajari, hal tersebut berarti perilaku menyimpang remaja bukan diwariskan atau diturunkan, dan perilaku menyimpang terjadi dari proses belajar dalam kelompok-kelompok personal yang intim atau akrab, pengaruh teman sebaya dan media massa seperti TV, Internet, gadget, dan media massa lainya dapat menjadi pengaruh yang besar pada pembentukan perilaku remaja. 30 2. Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Pergaulan Remaja Tradisi sangat erat kaitannya dengan budaya dan masyarakat, karena tradisi merupakan hasil budaya yang tercipta di dalam suatu masyarakat. Menurut Selo Soemarjan masyarakat merupakan orang-orang yang hidup 28 Hasil wawancara dengan Bapak SS pada tanggal (28, Juli 2015) di Rumah, pukul (15.26) 29 Hasil wawancara dengan Bapak DNS pada tanggal (28, Juli 2015) di Rumah, pukul (15.05) 30 Elly M Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. h. 238-239 59 bersama dan menghasilkan kebudayaan.31 Selain itu, dalam setiap masyarakat terdapat pula sistem dan nilai-nilai, seperti yang di jelaskan oleh Max Weber bahwa masyarakat sebagai struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh nilai-nilai yang dominan pada warganya.32 Dapat disimpulkan bahwa antara tradisi, budaya dan masyarakat, terdapat struktur dan nilai merupakan satu komponen yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap masyarakat memiliki budaya, setiap budaya akan menciptakan tradisi, setiap tradisi akan membentuk suatu sistem yang berisi nilai – niai yang dianut oleh masyarakat itu sendiri. Fungsi setiap tradisi tergantung pada masyarakat yang berada di dalam suatu wilayah tertentu. Seperti yang peneliti uraikan pada bab sebelumnya bahwa fungsi tradisi adalah memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup, keyakinan, pranata, dan aturan yang sudah ada. Hal tersebut memerlukan pembenaran agar bisa mengikat anggotanya. Salah satu bentuk legitimasi yang terjadi pada masyarakat adalah dengan adanya ucapan “selalu seperti itu” atau “orang selalu mempunyai keyakinan demikian”. Hal tersebut merupakan gambaran dari fungsi tradisi yang terjadi dalam masyarakat. Dalam kaitannya dengan pergaulan, pergaulan merupakan proses internalisasi pengaruh dari luar yang dapat membentuk kepribadian. Kepribadian terbentuk dari proses interaksi dan sosialisasi dengan manusia yang berada di dalam masyarakat. Pergaluan dapat membawa pengaruh yang dampak positif ataupun negatif, apalagi pergaluan yang diakukan pada masa remaja, karena pada masa remaja diidentikkan dengan masa peralihan dan masa-masa mencari jati diri, pada masa mencari jati diri ini remaja mulai mendapatkan pengaruh-pengaruh dari luar seperti teman sebaya, lingkungan sosial, dan dari media sosial. Terdapat beberapa agen kontrol yang ada di dalam masyarakat di antaranya adalah tokoh masyarakat, adat istiadat, aparat, kepolisian, dan peradilan. Agen – agen kontrol tersebut memiliki fungsi kontrolnya masing31 Elly M Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. h. 36 32 Elly M Setiadi dan Usman Kolip, h. 36 60 masing, seperti adat istiadat atau tradisi. Tradisi dapat menjadi suatu kontrol sosial dalam masyarakat yang dapat mengatur ketertiban dalam masyarakat. Begitu juga dengan tradisi Ngarot yang ada di Desa Lelea Indramayu, memiliki fungsinya masing-masing. Tradisi Ngarot memiliki fungsi sebagai suatu proses sosialisasi antara generasi tua dengan generasi muda, dan merupakan sarana berkumpul dan membaur dalam masyarakat. Tradisi Ngarot juga berfungsi untuk mempertebal ketakwaan generasi muda kepada Tuhan yang Maha Esa, mempertinggi budi pekerti, berkarya, berpartisipasi kepada pembangunan desa, kerjasama antar masyarakat desa, menciptakan rasa gotong royong, dan saling menghargai orang lain, menigkatkan persatuan dan kesatuan. Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh Bapak RDI selaku Kepala Desa Lelea: Mempersatukan, mengikat dari beberapa blok agar terjalin silaturahmi setelah di satukan kemudian diperkenalkan, selain itu tradisi ngarot juga berfungsi untuk mempererat, mengontrol, mengendalikan hubungan di masyarakat agar anak (remaja) jangan sampai berbuat asusila atau jangan sampai berbuat sebelum menikah.33 Tradisi Ngarot sangat berperan dalam membentuk kepribadian remajaremaja desa. Seperti yang disampaikan oleh W.S Rendra bahwa tradisi merupakan kebiasaan kolektif dan kesadaran kolektif sebuah masyarakat. Tradisi, merupakan mekanisme yang dapat membantu memperlancar perkembangan pribadi anggota masyarakat, misalnya dalam membimbing anak menuju kedewasaaan. Tradisi juga penting sebagai pembimbing pergaulan bersama di dalam masyarakat. W. S Rendra menekankan pentingnya tradisi dengan mengatakan bahwa tanpa tradisi, pergaluan bersama akan menjadi kacau, dan hidup manusia akan biadab.34 33 Hasil wawancara dengan Bapak RDI pada tanggal (6, Juli 2015) di Kantor Desa Lelea, pukul (10.28) 34 Johaner Mardimin, Jangan Tangisi Tradisi (Yogyakarta: Kanisius. 1994), h. 12-13 61 Hampir semua informan berpendapat bahwa tradisi Ngarot dapat mengendalikan pergaulan remaja. Dalam wawancara, Bapak RDI sebagai Kepala Desa menyampaikan bahwa: Tradisi Ngarot sangat positif sekali untuk pergaulan tapi yang paling utama adalah pribadi untuk selalu menjaga diri masing-masing, baik yang perjaka maupun yang perawan.35 Seperti yang kita ketahui sekarang bahwa pergaulan di kalangan remaja sangat miris dan jauh sekali jika dibandingkan dengan pergaulan remaja pada zaman dulu. Ada hal-hal yang berubah dari pergaulan remaja yang dulu dan remaja sekarang. Terbukti dengan adanya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh remaja seperti, hubungan pranikah, hal tersebut disebabkan karena faktor luar yang mendorong faktor dalam atau pribadi remaja itu sendri. Jika dasar akidah dan agama remaja lemah maka akan gampang terjerumus ke arah pergaulan yang menyimpang. Dari uraian tersebut, terdapat beberapa unsur yang dapat mengendalikan pergaulan remaja yaitu tradisi (adat istiadat), dan tokoh masyarakat. Dua hal tersebut merupakan komponen yang harus ada dalam setiap tatanan masyarakat, artinya keduanya merupakan pengendali sosial yang ada dalam masyarakat. a. Analisis Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Setelah peneliti menyebarkan angket kepada 55 remaja yang ada di Desa Lelea, dan wawancara dengan jajaran pemerintah desa dan beberapa remaja Desa Lelea, data tersebut diolah dan digambarkan dengan persentase. Dari data yang diperoleh tentang tradisi Ngarot sebagai kontrol sosial, penulis menganalisis dan menginpretasikannya dalam bentuk tabel, dan setiap tabel 35 Hasil wawancara dengan Bapak RDI pada tanggal (6, Juli 2015) di Kantor Desa Lelea, pukul (10.28) 62 berisi satu pertanyaan beserta persentasenya. Adapun tabelnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.6 Tradisi Ngarot Merupakan Tradisi yang Sakral dan Penting Pernyataan Frekuensi Persentase Sangat Setuju 27 45% Setuju 25 47% Ragu-Ragu 1 2% Tidak Setuju 2 5% Sangat Tidak Setuju 0 0% N 55 100% Dari tabel di atas, sebanyak 45% mengatakan sangat setuju bahwa Ngarot merupakan tradisi yang sangat sakral dan harus ada setiap tahunnya, sedangkan 47% mengatakan setuju, 2% ragu-ragu, 5% sisanya mengatakan tidak setuju, dan 0% sangat tidak setuju. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar remaja megatakan tradisi Ngarot merupakan tradisi sakra, penting, dan harus ada setiap tahunnya. Tabel 4.7 Tradisi Ngarot Merupakan Tradisi yang Wajib Diikuti Oleh Ramaja Desa Lelea Pernyataan Frekuensi Persentase Sangat Setuju 38 65% Setuju 16 33% Ragu-Ragu 1 2% Tidak Setuju 0 0% Sangat Tidak Setuju 0 0% N 55 100% 63 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 65% mengatakan sangat setuju bahwa tradisi Ngarot merupakan tradisi yang wajib diikuti oleh remaja Desa Lelea, 33% setuju, 2% ragu-ragu, 0% tidak setuju, dan 0% sangat tidak setuju. Hal tersebut menunjukkan bahwa tradisi Ngarot merupakan tradisi yang wajib diikuti oleh setiap remaja yang ada di Desa Lelea. Tabel 4.8 Remaja yang Menjadi Peserta Tradisi Ngarot Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 11 22% Sering 17 24% Kadang-Kadang 3 5% Jarang 3 5% Tidak Pernah 21 44% N 55 100% Dari tabe di atas dapat dilihat bahwa remaja yang selalu menjadi peserta tradisi Ngarot sebanyak 22%, sedangkan yang sering menjadi peserta sebanyak 24%, remaja yang kadang-kadang menjadi peserta tradisi Ngarot sebanyak 5%, remaja yang jarang menjadi peserta Ngarot sebanyak 5% dan yang tidak pernah menjadi peserta tradisi Ngarot sebanyak 44%. Dapat disimpulkan bahwa dari 55 remaja, terdapat 34 orang yang pernah menjadi peserta Ngarot, sedangkan 21 remaja belum pernah menjadi peserta tradisi Ngarot. Tabel 4.9 Tradisi Ngarot Positif Dalam Pergaulan Remaja Pernyataan Frekuensi Persentase Sangat Setuju 11 20% Setuju 29 53% Ragu-Ragu 12 22% Tidak Setuju 2 4% 64 Sangat Tidak Setuju 1 2% N 55 100% Berdasarkan tabel di atas, remaja yang sangat setuju tradisi Ngarot sebagai tradisi yang positif dalam pergaulan sebanyak 20%, yang menjawab setuju seabanyak 53%, yang menjawab ragu-ragu sebanyak 22%, dan menjawab tidak setuju sebanyak 4%, dan 2% menjawab sangat tidak setuju. Dapat disimpulkan bahwa tradisi Ngarot adalah tradisi yang positif dalam membina pergaulan remaja, karena terdapat tujuan dan nilai – nilai yang baik dalam tradisi tersebut. Tabel 4.10 Tradisi Ngarot Menjadi Patokan Remaja Dalam Bersikap di Masyarakat Pernyataan Frekuensi Persentase Sangat Setuju 20 36% Setuju 24 44% Ragu-Ragu 11 20% Tidak Setuju 0 0% Sangat Tidak Setuju 0 0% N 55 100% Dari tabel di atas diketahui bahwa tradisi Ngarot sangat berperan sebagai patokan remaja dalam bersikap. Hal tersebut dibuktikan dengan 36% remaja menjawab sangat setuju, 44% menjawab setuju , 20% menjawab ragu-ragu, sedangkan yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 0%. Jadi tradisi ngarot dapat menjadi patokan perilaku dan sikap remaja dalam masyarakat. Tabel 4.11 Tradisi Ngarot Merupakan Budaya yang Harus Dilestarikan Pernyataan Frekuensi Persentase Sangat Setuju 36 65% 65 Setuju 18 33% Ragu-Ragu 1 2% Tidak Setuju 0 0% Sangat Tidak Setuju 0 0% N 55 100% Tabel di atas menunjukkan tradisi Ngarot merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan oleh seluruh masyarakat Desa Lelea. Dapat dilihat bahwa yang menjawab sangat setuju sebanyak 65%, yang menjawab setuju sebanyak 33%, sedangkan yang menjawab ragu-ragu bahwa tradisi Ngarot sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan sebanyak 2%, dan remaja yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 0%. Maka dari tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tradisi Ngarot merupakan tradisi yang harus dilestarikan oleh masyarakat Desa Lelea. Tabel 4.12 Tradisi Ngarot Merupakan Tradisi Untuk Menjalin Silaturahmi Pernyataan Frekuensi Persentase Sangat Setuju 32 58% Setuju 22 40% Ragu-Ragu 1 2% Tidak Setuju 0 0% Sangat Tidak Setuju 0 0% N 55 100% Tabel diatas menunjukkan bahwa tradisi Ngarot merupakan tradisi yang baik dalam menjalin hubungan silaturahmi. Sebanyak 58% menjawab sangat setuju, 40% menjawab setuju, sedangkan yang menjawab ragu-ragu sebanyak 2%, dan sebanyak 0% menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dapat disimpulkan bahwa tradisi Ngarot dapat menjadi media silaturahmi bagi remaja dan warga Desa Lelea, Indramayu. 66 Tabel 4.13 Tradisi Ngarot Dapat Membentuk Sikap dan Perilaku Remaja Pernyataan Frekuensi Persentase Sangat Setuju 27 49% Setuju 15 27% Ragu-Ragu 12 22% Tidak Setuju 0 0% Sangat Tidak Setuju 1 2% N 55 100% Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebanyak 49% menjawab sangat setuju bahwa tradisi Ngarot dapat membentuk sikap dan perilaku masyarakat, khususnya remaja yang ada di Desa Lelea, sedangkan yang menjawab setuju sebanyak 27%, yang menjawab ragu-ragu sebanyak 22%, yang menjawab tidak setuju sebanyak 0%, dan sebanyak 2% menjawab sangat tidak setuju. Dapat disimpulkan bahwa tradisi Ngarot dapat membentuk sikap dan perilaku remaja yang ada di Desa Lelea. Tabel 4.14 Tradisi Ngarot Merupakan Kontrol Sosial Bagi Remaja Pernyataan Frekuensi Persentase Sangat Setuju 27 49% Setuju 20 36% Ragu-Ragu 8 15% Tidak Setuju 0 0% Sangat Tidak Setuju 0 0% N 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa tradisi Ngarot merupakan tradisi yang dapat mengontrol pergaulan remaja Desa Lelea. Dapat dilihat dari tabel tersebut bahwa yang menjawab sangat setuju sebanyak 49%, yang menjawab 67 setuju sebanyak 36%, sedangkan yang menjawab ragu-ragu bahwa tradisi Ngarot sebagai kontrol sosial remaja sebanyak 15%, dan remaja yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 0%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tradisi Ngarot merupakan tradisi yang dapat mengontrol pergaulan remaja Desa Lelea. Tabel 4.15 Kepercayaan Masyarakat Terhadap Mitos Dalam Tradisi Ngarot Pernyataan Frekuensi Persentase Sangat Percaya 5 9% Percaya 30 55% Ragu-Ragu 18 33% Tidak Percaya 1 2% Sangat Tidak Percaya 1 2% N 55 100% Dari tabel di atas diketahui bahwa dalam tradisi Ngarot terdapat mitos yang berkembang di masyarakat. Dari tabel tersebut di dapat jawaban bahwa yang menjawab sangat percaya sebanyak 9% , remaja yang menjawab percaya sebanyak 55%, remaja yang meragukan mitos tersebut sebanyak 33%, remaja yang tidak mempercayai sebanyak 2%, dan remaja yang sangat tidak percaya sebanyak 2%. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat mempercayai mitos yang ada dalam tradisi Ngarot Tabel 4.16 Mitos Merupakan Kontrol Sosial Bagi Remaja Pernyataan Frekuensi Persentase 3 5% Setuju 30 55% Ragu-Ragu 19 35% Sangat Setuju 68 Tidak Setuju 3 5% Sangat Tidak Setuju 0 0% N 55 100% Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa yang mitos dalam tradisi Ngarot mejadi kontrol bagi remaja. sebanyak 5% remaja menjawab sangat setuju, sebanyak 55% remaja menjawab setuju, remaja yang menjawab ragu-ragu sebanyak 35%, remaja yang menjawab tidak setuju sebanyak 5% dan remaja yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0%. Dapat disimpulkan bahwa sebagian remaja menganggap bahwa mitos dalam tradisi Ngarot dapat menjadi kontrol bagi remaja Desa Lelea. Tabel 4.17 Mitos Dalam Tradisi Ngarot dapat Menimbukan Rasa Malu Pernyataan Frekuensi Persentase Sangat Setuju 42 80% Setuju 12 18% Ragu-Ragu 1 2% Tidak Setuju 0 0% Sangat Tidak Setuju 0 0% N 55 100% Dari tabel di atas diketahui bahwa mitos dalam tradisi Ngarot dapat menimbulkan perasaan malu, terlihat bahwa 80% remaja menjawab sangat setuju, sedangkan 18% mejawab setuju, 2% menjawab ragu – ragu, 0% menjawab tidak setuju, dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0%. Hal ini membuktikan bahwa mitos dalam tradisi Ngarot dapat menimbulkan rasa malu bagi remaja yang melanggar nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. 69 Tabel 4.18 Mitos Dalam Tradisi Ngarot dapat Menimbulkan Rasa Takut Pernyataan Frekuensi Persentase Sangat Setuju 18 33% Setuju 28 51% Ragu-Ragu 8 15% Tidak Setuju 1 2% Sangat Tidak Setuju 0 0% N 55 100% Berdasarkan tabel di atas, bahwa tradisi Ngarot dapat mitos dalam tradisi Ngarot dapat menimbulkan perasaan takut pada remaja, jika remaja melanggar aturan yang ada dalam masyarakat. sebanyak 33% remaja menjawab sangat setuju, sebanyak 51% remaja menjawab setuju, sebanyak 15% remaja menjawab ragu-ragu, sebanyak 2% remaja tidak setuju, dan sebanyak 2% remaja menjawab sangat tidak setuju. Jika dilihat dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa mitos dalam tradisi Ngarot dapat menimbulkan perasaan takut, jika seorang remaja melanggar aturan yang ada dalam masyarakat. Tabel 4.19 Petuah Tradisi Ngarot Merupakan Kontrol Sosial Bagi Remaja Pernyataan Frekuensi Persentase Sangat Setuju 7 13% Setuju 31 56% Ragu-Ragu 15 27% Tidak Setuju 2 4% Sangat Tidak Setuju 0 0% N 55 100% Dari tabe di atas dapat dilihat bahwa petuah dalam tradisi Ngarot dapat menjadi kontrol bagi remaja. Sebanyak 13% menjawab sangat setuju, 70 sedangkan yang menjawab setuju sebanyak 56%, remaja yang menjawab ragu-ragu sebanyak 27%, remaja yang menjawab tidak setuju sebanyak 4% dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0%. Dapat disimpulkan bahwa sebagian remaja menganggap bahwa petuah dalam tradisi Ngarot dapat menjadi kontrol bagi remaja Desa Lelea. Tabel 4.20 Petuah Dalam Tradisi Ngarot dapat Menimbulkan Rasa Takut Pernyataan Frekuensi Persentase Sangat Setuju 15 27% Setuju 26 47% Ragu-Ragu 14 25% Tidak Setuju 0 0% Sangat Tidak Setuju 0 0% N 55 100% Dari tabel di atas diketahui bahwa dalam tradisi Ngarot terdapat petuah yang berkembang di dalam masyarakat yang dapat menimbulkan rasa takut kepada remaja yang melanggar aturan – aturan masyarakat. Dari tabel tersebut didapat jawaban bahwa remaja yang sangat setuju sebanyak 27%, remaja yang setuju sebanyak 47%, yang meragukan sebanyak 25% yang menjawab tidak setuju sebanyak 0%, sedangkan yang sangat tidak setuju sebanyak 0%. Dapat disimpulkan bahwa petuah dalam tradisi Ngarot dapat menjadi kontrol berupa rasa malu bagi remaja yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku dalam masyarakat, karena petuah merupakan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat Desa Lelea. b. Analisis Pergaulan Remaja Dari data yang diperoleh mengenai pergaulan remaja, penulis menganalisis dan menginterpretasikannya dalam bentuk tabel dan setiap tabel 71 berisi satu pertanyaan beserta persentasenya. Adapun tabelnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.21 Kebiasaan Gotong Royong Dalam Masyarakat Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 9 16% Sering 15 27% Kadang-Kadang 23 42% Jarang 6 11% Tidak Pernah 2 4% N 55 100% Dari tabel di atas remaja yang selalu mengikuti kegiatan gotong royong dalam masyarakat sebanyak 16%, remaja yang sering mengikuti kegiatan gotong royong sebanyak 27%, sedangkan yang kadang-kadang mengikuti gotong royong sebanyak 42%, yang jarang melakukan gotong royong sebanyak 11% dan 4% remaja tidak pernah melakukan gotong royong. Dapat disimpulkan bahwa sebagian remaja sering melakukan kegiatan gotong royong walaupun masih banyak yang jarang mengikuti kegiatan gotong royong. Tabel 4.22 Kebiasaan Tolong Menolong Dalam Bermasyarakat Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 20 36% Sering 23 42% Kadang-Kadang 9 16% Jarang 3 5% Tidak Pernah 0 0% 72 N 55 100% Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa remaja yang selalu menolong teman/saudara/tetangga sebanyak 36%, sedangkan yang sering menolong teman/saudara/tetangga sebanyak 42%, remaja yang kadang-kadang menolong teman/saudara/tetangga sebanyak 16%, remaja yang jarang menolong teman/saudara/tetangga sebanyak 5% dan yang tidak pernah menolong teman/saudara/tetangga sebanyak 0%. Dapat disimpukan bahwa remaja di Desa Lela saling tolong menolong jika ada saudara, tema atau tetangga yang sedang mengalami kesulitan. Tabel 4.23 Pertentangan atau Pertikaian Remaja Desa Lelea Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 1 2% Sering 10 18% Kadang-Kadang 29 53% Jarang 12 22% Tidak Pernah 3 5% N 55 100% Dari tabel di atas menunjukkan pertentangan yang pernah dialami oleh remaja. Remaja yang selalu mengalami pertentangan di sekitar lingkungan sebanyak 2%, remaja yang sering mengalami pertentangan sebanyak 18%, sedangkan yang kadang-kadang mengalami pertentangan sebanyak 53%, yang jarang mengalami pertentangan sebanyak 22% dan 5% tidak pernah mengalami pertentangan di sekitar lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa sebagian remaja pernah mengalami pertentangan di lingkungan sekitar baik pertentangan pendapa maupun pertentangan lainnya. 73 Tabel 4.24 Interaksi dengan Masyarakat Desa Lelea Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 25 45% Sering 16 29% Kadang-Kadang 3 5% Jarang 8 15% Tidak Pernah 3 5% N 55 100% Berdasarkan tabel di atas remaja yang selalu berinteraksi dengan warga dan masyarakat Desa Lelea sebanyak 45%, remaja yang sering berinteraksi dengan warga dan masyarakat Desa Lelea sebanyak 29%, remaja yang kadang-kadang berinteraksi dengan warga dan masyarakat Desa Lelea sebanyak 5%, sedangkan yang jarang berinteraksi dengan warga dan masyarakat Desa Lelea sebanyak 15%, dan yang tidak pernah berinteraksi dengan warga dan masyarakat Desa Lelea sebanyak 5%. Dapat disimpulkan bahwa hubungan kekerabatan dan kebiasaan (adat istiadat) masyarakat sangat baik, hal ini terbukti dari hubungan interaksi yang baik antara remaja dan masyarakat di Desa Lelea, Indramayu. Tabel 4.25 Kebiasaan Tegur Sapa Dalam Bermasyarakat Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 26 47% Sering 13 24% Kadang-Kadang 8 15% Jarang 4 7% Tidak Pernah 4 7% N 55 100% 74 Berdasarkan tabel di atas remaja yang selalu tegur sapa dengan teman, saudara, dan masyarakat sebanyak 47%, remaja yang sering tegur sapa dengan teman, saudara, dan masyarakat sebanyak 24%, remaja yang kadang-kadang tegur sapa dengan teman, saudara, dan masyarakat sebanyak 15%, sedangkan remaja yang jarang tegur sapa dengan teman, saudara, dan masyarakat sebanyak 7%, dan remaja yang tidak pernah teman, saudara, dan masyarakat sebanyak 7%. Dapat disimpulkan bahwa hubungan kekerabatan yang baik antara remaja dan masyarakat di Desa Lelea, Indramayu sangat baik. Tabel 4.26 Bersikap Simpati Kepada Teman atau Saudara (satu daerah) Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 4 7% Sering 20 36% Kadang-Kadang 14 25% Jarang 15 27% Tidak Pernah 2 4% N 55 100% Berdasarkan tabel di atas remaja yang selalu bersimpati kepada teman dan saudara sebanyak 7%, remaja yang sering bersimpati kepada teman dan saudara sebanyak 36%, remaja yang kadang-kadang bersimpati kepada teman dan saudara sebanyak 25%, sedangkan remaja yang jarang bersimpati kepada teman dan saudara sebanyak 27%, dan remaja yang tidak pernah bersimpati kepada teman dan saudara sebanyak 4%. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa, terdapat rasa simpati yang baik ketika ada saudara atau teman mengalami kesulitan, hal tersebut disebabkan karena kedekatan hubungan antar warga dan masyarakat yang ada di Desa Lelea. 75 Tabel 4.27 Sikap Empati Kepada Teman atau Saudara (satu daerah) Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 18 33% Sering 19 35% Kadang-Kadang 7 13% Jarang 9 16% Tidak Pernah 2 4% N 55 100% Berdasarkan tabel di atas remaja yang selalu berempati kepada teman dan saudaranya sebanyak 33%, remaja yang sering berempati kepada teman dan saudaranya sebanyak 35%, remaja yang kadang-kadang berempati kepada teman dan saudaranya sebanyak 13%, sedangkan remaja yang jarang berempati kepada teman dan saudaranya sebanyak 16%, dan remaja yang tidak pernah berempati kepada teman dan saudaranya sebanyak 4%. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa, terdapat rasa empati yang baik ketika ada saudara atau teman mengalami kesulitan, hal tersebut disebabkan karena kedekatan hubungan antar warga dan masyarakat yang ada di Desa Lelea. Tabel 4.28 Remaja yang Melakukan Hubungan Pranikah (Seks Bebas) Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 0 0% Sering 2 4% Kadang-Kadang 0 0% Jarang 0 0% Tidak Pernah 53 96% N 55 100% Tabel di atas menunjukkan sikap remaja yang pernah melakukan hubungan pranikah (seks bebas). Remaja yang selalu sebanyak 0%, remaja 76 yang sering melakukan hubungan pranikah sebanyak 4%, remaja yang kadang-kadang melakukan hubungan pranikah sebanyak 0%, remaja yang jarang melakukan hubungan pranikah sebanyak 0%, dan remaja yang tidak pernah melakukan hubungan pranikah sebanyak 96%. Dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh remaja Desa Lelea tidak pernah melakukan hubungan seks di luar nikah. Tabel 4.25 Remaja yang Minum Minuman Keras Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 0 0% Sering 1 2% Kadang-Kadang 1 2% Jarang 1 2% Tidak Pernah 52 94% N 55 100% Tabel di atas menunjukan remaja yang pernah mengkonsumsi minuman keras. remaja yang selalu mengkonsumsi minuman keras sebanyak 0%, remaja yang sering mengkonsumsi minuman keras sebanyak 2%, remaja kadang-kadang mengkonsumsi minuman keras sebanyak 2%, sedangkan remaja yang jarang mengkonsumsi minuman keras sebanyak 2%, dan remaja yang tidak mengkonsumsi minuman keras pernah sebanyak 96%. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar remaja Desa Lelea Indramayu, tidak pernah mengkonsumsi minuman keras. 77 Tabel 4.26 Remaja yang Mengkonsumsi Obat Obatan Terlarang Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 0 0% Sering 1 2% Kadang-Kadang 0 0% Jarang 0 0% Tidak Pernah 54 98% N 55 100% Tabel di atas menunjukan remaja yang pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang. remaja yang menjawab selalu mengkonsumsi obat-obatan terlarang sebanyak 0%, remaja yang sering mengkonsumsi obat-obatan terlarang sebanyak 2%, remaja yang kadang-kadang mengkonsumsi obat-obatan terlarang sebanyak 0%, remaja yang jarang mengkonsumsi obat-obatan terlarang sebanyak 0%, dan remaja yang tidak pernah mengkonsumsi obatobatan terlarang sebanyak 98%. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar remaja Desa Lelea Indramayu, tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Tabel 4.29 Adat Istiadat (Tradisi) Menjadi Pengendali Sikap dan Perilaku Remaja Pernyataan Frekuensi Persentase Sangat Setuju 20 37% Setuju 9 16% Ragu-Ragu 9 16% Tidak Setuju 9 16% Sangat Tidak Setuju 8 15% N 55 100% Tabel di atas menunjukan bahwa adat istiadat dan tradisi masyarakat dapat mengendaikan sikap dan perilaku remaja. Remaja yang menjawab sangat setuju 78 sebanyak 37%, remaja yang menjawab setuju sebanyak 16%, remaja yang menjawab ragu – ragu sebanyak 16%, remaja yang menjawab tidak setuju sebanyak 16%, dan remaja yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 15%. Dapat disimpulkan bahwa adat istiadat, dan tradisi masyarakat dapat menjadi pengendali bagi remaja. Tabel 4.27 Remaja yang Pernah Melanggar Aturan Hukum Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 0 0% Sering 1 2% Kadang-Kadang 0 0% Jarang 7 13% Tidak Pernah 47 85% N 55 100% Tabel di atas menunjukan sikap remaja yang pernah melanggar aturan hukum. remaja yang menjawab selalu melanggar aturan hukum sebanyak 0%, remaja yang sering melanggar aturan hukum sebanyak 2%, remaja yang kadang-kadang melanggar aturan hukum sebanyak 0%, remaja yang jarang melanggar aturan hukum sebanyak 13%, dan remaja yang tidak pernah melanggar aturan hukum sebanyak 85%. Tabel 4.28 Remaja yang Pernah Melanggar Aturan Agama Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 0 0% Sering 2 4% Kadang-Kadang 1 2% Jarang 2 4% 79 Tidak Pernah 50 90% N 55 100% Tabel di atas menunjukan sikap remaja yang pernah melanggar aturan agama. remaja yang menjawab selalu melanggar aturan agama sebanyak 0%, remaja yang sering melanggar aturan agama sebanyak 4%, remaja yang kadang-kadang melanggar aturan agama sebanyak 2%, remaja yang jarang melanggar aturan agama sebanyak 4%, dan remaja yang tidak pernah melanggar aturan agama sebanyak 90%. Tabel 4.30 Remaja yang Pernah Melanggar Aturan Masyarakat Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 0 0% Sering 2 4% Kadang-Kadang 6 11% Jarang 6 11% Tidak Pernah 41 74% N 55 100% Berdasarkan tabel di atas remaja yang selalu melanggar aturan masyarakat sebanyak 0%, remaja yang sering melanggar aturan masyarakat sebanyak 4%, remaja yang kadang-kadang melanggar aturan masyarakat sebanyak 11%, sedangkan remaja yang jarang melanggar aturan masyarakat sebanyak 11%, dan remaja yang tidak pernah melanggar aturan masyarakat sebanyak 74%. Tabel 4.31 Remaja yang Pernah Melanggar Norma Kesopanan Pernyataan Frekuensi Persentase Selalu 3 5% Sering 3 5% 80 Kadang-Kadang 6 11% Jarang 4 7% Tidak Pernah 39 71% N 55 100% Berdasarkan tabel di atas menunjukan remaja yang selalu melanggar norma kesopanan sebanyak 5%, remaja yang sering melanggar norma kesopanan sebanyak 5%, remaja yang kadang-kadang melanggar norma kesopanan sebanyak 11%, sedangkan remaja yang jarang melanggar norma kesopanan sebanyak 7%, dan remaja yang tidak pernah melanggar norma kesopanan sebanyak 71%. 81 3. Bentuk Kontrol Dalam Tradisi Ngarot a) Kontrol yang Ada dalam Tradisi Ngarot Terdapat bentuk-bentuk kontrol atau pengendalaian sosial yang ada dalam masyarakat. Bentuk tersebut terbagi menjadi beberapa bentuk dan salah satunya adalah kontrol preventif. Kontrol preventif merupakan bentuk kontrol sosial berupa pencegahan atas penyimpang (deviation) yang diakukan oleh masyarakat, kontrol tersebut bertujuan agar tercipta masyarakat yang kondusif dan aman (konformis).36 Selain pengertian tersebut terdapat pengertian lain bahwa kontrol preventif adalah bentuk kontrol sosial yang dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran atau dalam versi “mengancam sanksi”.37 Cara yang diterapkan dalam kontrol preventif adalah berupa ancaman dan membebankan sanksi kepada para pelanggar norma dan nilai yang ada dalam masyarakat tertentu, ancaman dan sanksi tersebut mempunyai efek psikologik yang kuat terhadap para pelanggar norma. Maka kontrol preventife merupakan salah satu tindakan yang tepat untuk meminimalisir atau membendung terjadinya perilaku menyimpang, karena dalam kontrol preventif sanksi yang diancamkan adalah sanksi psikologis, artinya sanksi tersebut akan selamanya dirasakan sebagai suatu yang tidak mengenakkan, berat, dan menyakitkan hati pelanggar norma tersebut selama hidupnya. Berkaitan dengan hal di atas, tradisi Ngarot salah satu yang menerapkan kontrol preventif, karena dalam tradisi Ngarot terdapat mitos. Mitos tersebut sangat dipegang oleh masyarakat Desa Lelea agar menjadi alat kontrol preventif terhadap para remaja, karena pada pelaksanaan tradisi Ngarot jika bunganya layu maka seorang perempuan tersebut dikatakan tidak suci. 36 Elly M Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. h. 255-256 37 Narwoko J.Dwi, Bagong Suyanto (Ed.), Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan (Edisi Pertama), h. 134-135 82 Hal tersebut sejalan dengan pernyataan dari bapak RG, bahwa: “Iya pasti bisa, dengan adanya bunga yang layu (mitos) tersebut ada efek sosial seperti malu karena dia tidak perawan. dan sangat bagus seperti yang saya jelaskan tadi, istilahnya efek dari (mitos) bungabunga yang digunakan sebagai kontrol tradisi Ngarot.”38 Dari wawancara tersebut bahwa mitos merupakan salah satu kontrol yang ada dalam tradisi Ngarot, mitos tersebut sangat melekat pada masyarakat Lelea. Jika seorang yang tidak suci mengikuti tradisi Ngarot, maka bunga yang menjadi penghias di atas kepalanya akan layu. Sama dengan apa yang disampaikan oleh bapak SKD mengenai peran tradisi Ngarot dalam mengontrol pergaulan remaja, beliau mengatakan bahwa: “Mungkin bisa dadi kontrol, karena konon jaman bengen baka remaja sing ora perawan meluan ko kembange bisa layu. Dadi mitos jaman bengene kuh masih kuat. (mungkin dapat menjadi kontrol, karena konon pada zaman dahulu kalau remaja yang sudah tidak perawan mengikuti tradisi Ngarot maka bunga di atas kepala akan layu. Jadi mitos zaman dulu masih kuat)”39 Mitos tersebut merupakan alat yang dapat menjadi kontrol sosial dalam membimbing pergaulan remaja, karena mitos merupakan kisah yang dirasakan masyarakat sebagai peristiwa yang sesungguhnya terjadi di masa lalu. Meskipun mitos tidak didukung oleh pembuktian kritis, tetapi mitos ingin memberi pelajaran moral. Mitos bukan hanya sekedar alat penyampaian nilai yang semestinya berlaku, atau hanya sebagai perantara dari nilai dengan kecenderungan perilaku yang kadang-kadang tak terelakan- sebagai akibat keharusan yang ditimpa oleh struktur lingkungan 38 Hasil wawancara dengan Bapak RG pada tanggal (7, Juli 2015) di Kapolsek Lelea, pukul (11.00) 39 Hasil wawancara dengan Bapak SKD pada tanggal (6, Juli 2015) di Rumah Beliau, pukul (11.05) 83 hidup. Mitos juga pemberi jawaban terhadap ketidaksesuaian logika dengan tata dan nilai yang berlaku.40 Selain mitos yang berkembang di masyarakat Desa Lelea, terdapat juga Petuah Kolot (Sesepuh) Lelea. Pada petuah tersebut disampaikan bahwa: “Mikirun budak engkena kuma’a (memikirkan anak atau generasi penerus nanti akan seperti apa); Aturan agama kudu diturut (aturan agama harus diikuti); Selamet dunya jung akhiratna (agar selamat dunia dan akhirat)” Petuah tersebut menjadi kontol pergaulan remaja Desa Lelea Indramayu. Karena terdapat pesan yang bermakna sebagai proteksi yang ditujukan kepada para orang tua, pemerintah desa, remaja, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan masyarakat Lelea pada umumnya. Hal tersebut seperti apa yang dituturkan oleh SIE kebudayaan Indramayu Bpk AR, bahwa: “Ki kapol (kolot atau sesepuh Lelea) sangat cerdas, karena dia tidak memberikan suatu yang sudah jadi, tetapi mewakafkan tanah kepada generasi muda supaya bisa diolah dan dimanfaatkan yang hasilnya bisa dinikmati bareng bareng. Selain itu memberikan contoh kepada generasi muda untuk mengingatkan agar kita harus bekerja keras, harus hidup bergotong royong, kemudian sesuai dengan kata-kata sesepuh lelea “irup rukun runtut ka agama kudu diturut” tetapi jangan salah kita tidak boleh lupa dengan agama karena para tokoh kan berasal dari Banten”41 “………………..mungkin kontrolnya dalam keluarga dalam hal ini adalah orang tua karena orang tua telah diamanatkan oleh sesepuh desa Lelea tadi “boga budak engkena kumaha” artinya hal tersebut memiliki penuh makna, orang tua harus memperhatikan anak semuanya seperti membimbing tindakannya, perilakunya, pendidikannya, termasuk mengontrol semua hal tersebut. dan 40 Ja’cuba Karepesina, Muh. Shaleh Buchari BM, dkk. Mitos, Kewibawaan, dan Perilaku Budaya. (Jakarta: Pustaka Grafika Kita, 1988), h. 6-7 41 Hasil wawancara dengan Bapak AR pada tanggal (6, Juli 2015) di Dinas Kebudayaan dan Periwisata, pukul (14.47) 84 perkataan sesepuh “ka agama kudu diturut supaya salamat dunya aherat”.42 dua hal tersebut (mitos dan petuah sesepuh Lelea) akan menjadi suatu kontrol sosial dalam masyarakat karena dengan adanya petuah kolot Lelea dan mitos seperti itu akan menimbulkan sugesti pada masing-masing individu, bahwa seorang laki-laki atau perempuan harus menjaga diri jangan sampai berperilaku menyimpang terutama untuk remaja putri. Dengan adanya sugesti tersebut, maka akan menimbulkan rasa takut dan malu yang mendorong para remaja khususnya remaja putri dalam membina pergaulannya. Maka kontrol kedua dalam tradisi ngarot adalah terciptanya rasa malu akan hal-hal yang tidak sesuai dengan tradisi tersebut. Menurut bapak RG, terdapat kontrol yang ada dalam tradisi Ngarot berupa salah satu sanksinya adalah sanksi sosial, seperti rasa malu yang akan membuat jera para remaja yang akan melanggar dan berbuat tidak sesuai dengan norma yang ada dalam masyarakat, yaitu berhubungan badan luar nikah. Karena menurut beliau, pergaulan remaja saat ini sudah terlampau di luar batas. Maka dengan adanya tradisi Ngarot diharapkan dapat mencegah perbuatan remaja yang menyimpang. Menurut Koentjaraningrat43, fungsi pengendalian sosial, yaitu: (1) mempertebal keyakinan masyarakat tentang kebaikan norma-norma kemasyarakatan. (2) memberikan penghargaan kepada warga yang menaati norma.(3) mengembangkan rasa malu dalam diri atau jiwa warganya (4)Mengembangkan rasa takut. (5) menciptakan sistem hukum (sanksi yang tegas bagi pelanggarnya). Dalam tradisi Ngarot juga, terdapat fungsi untuk mengendalikan pergaulan remaja, yaitu adanya rasa takut dan malu jika seseorang melakukan hal-hal yang melanggar norma. Maka hal tersebut akan dapat mempertebal keyakinan masyarakat tentang kebaikan norma42 Hasil wawancara dengan Bapak AR pada tanggal (6, Juli 2015) di Dinas Kebudayaan dan Periwisata, pukul (14.47) 43 Narwoko J.Dwi, Bagong Suyanto (Ed.), Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan (Edisi Pertama), h. 105 85 norma kemasyarakatan dan menciptakan kondisi yang aman dan sejalan dengan norma sosial. Selain itu, hampir semua informan menyampaikan bahwa tradisi Ngarot memiliki fungsi sebagai berikut: “……. berkomunkasi dan mengontrol pergaulan pemuda-pemudi (Bpk. RG)” “Mempererat, mengontrol, mengendalikan hubungan di masyarakat agar anak jangan sampai berbuat asusila atau jangan sampai berbuat sebelum menikah.(Bpk. RDI)” “Persatuan remaja desa antar blok, dan megontrol pergaulan mereka…..Serta sebagai kontrol sosial bagi remaja, khususnya remaja perempuan.(Bpk. HEI)” DD Ketua Karang Taruna menyampaikan, bahwa: “Bisa mengontrol pergaulan yang menyimpang, selama ini efektif dalam mengontrol penyimpangan yang dilakukan pemuda. Bisa menekan pergaulan bebas dan mengontrol mereka para pemuda dalam membina pergaulan.”44 Jadi dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam tradisi Ngarot terdapat kontrol sosial seperti Petuah Kolot Lelea (Leluhur Lelea), dan mitos yang dapat menimbulkan rasa malu dan takut yang memiliki fungsi sebagai alat kontrol dalam pergaulan remaja desa lelea. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1. 44 Hasil wawancara dengan Bapak DD pada tanggal (6, Juli 2015) di Kediaman Beliau, pukul (11.53) 86 Kontrol Dalam Tradisi Ngarot Tradisi Ngarot Petuah kolot Lelea Mitos Membentuk Kontrol Rasa Malu Rasa Takut Pergaulan Remaja Gambar 4.1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan temuan dilapangan dan analiss dari beberapa uraian pada bab di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Pelaksanaan tradisi Ngarot memiliki syarat tertentu, seperti peserta yang diharuskan berasal dari keturunan Lelea, serta masih perjaka dan perawan. Para peserta kemudian diarak mengeilingi desa dengan memakai pakaian tertentu yang sudah dianjurkan, dan untuk perempuan mengenakan bunga di atas kepalanya. 2. Kontrol dalam tradisi Ngarot dapat dilihat dari adanya mitos yang mengatakan “jika seorang yang tidak suci mengikuti tradisi Ngarot maka bunga yang ada di atas kepalanya akan layu”. Mitos tersebut akan menimbulkan rasa takut dan rasa malu yang kemudian membentuk sugesti pada setiap individu di masyarak Desa Lelea agar tidak melakukan hal-hal yang menyimpang dan dilarang oleh norma yang ada di dalam masyarakat. Selain itu terdapat petuah sesepuh Desa Lelea yang mengatakan bahwa, “Mikirun budak engkena kuma’a (memikirkan anak atau generasi penerus nanti akan seperti apa); Aturan agama kudu di turut (atiuran agama harus diikuti); Selamet dunya jung akhiratna (agar selamat dunia dan akhirat)”. hal tersebut juga dapat menjadi kontrol sosial terutama bagi keluarga karena keluarga merupakan agen sosial yang pertama dan petuah tersebut bertujuan agar dapat meciptakan pergaulan yang baik dikalangan masyarakat terutama remaja. B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan , akhirnya peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi para mahasiswa, diharapkan dapat melakukan penelitian lebih menyeluruh. Karena peneliti sadar bahwa masih terdapat banyak 87 kekurangan baik dalam hal penulisan maupun dalam hal data. Namun setidaknya peneliti dapat memberikan kontribusi terhadap daerah dan sebagai pengetahuan baru mahasiswa. 2. Bagi Kepala Desa dan masyarakat Desa Lelea hendaknya Tradisi Ngarot harus dipertahankan dan dilestarikan, karena memiliki fungsi positif terutama dalam bidang sosial yaitu sebagai suatu tolok ukur dan sebagai kontrol bagi perilaku masyarakat, sehingga norma-norma yang ada dalam masyarakat berjalan dengan semestinya. 88 DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara, 2010 Alias, M., Fatmawati, Mochtaria.”Kontrol Sosial Tokoh Masyarakat (Ustad) Dalam Mengatasi Penyimpangan Perilaku Remaja di Desa Limbung Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya”. Jurnal Tesis: PMISUNTAN-PSs-2013. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, Yogyakarta: Bina Aksara, 1985 Aziz, Abdul. “Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Krisis Akhak Siswa (Studi Kasusu di SMA Darusalam Ciputat)”. Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif hidayatullah Jakarta, 2010. Buletin Al Furqon Tahun Ke3 Volume 9 No. 1 Terbit: Muharrom 1430 Dario, Agoes. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Idonesia, 2004 Dasuki, H. A. Sarjono J. P, Djamara Sumarjo. 1977. Sejarah Indramayu Cetakan Ke-3. Team Peneliti Sejarah Indramayu: Depatertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kebupaten Indramayu. Sejarah Desa Lelea. Indramayu: 2004 Hammidah, “Kontribusi Tradisi Lokal Terhadap Solidaritas Masyarakat Studi Kasus Tradisi Ngarot di Desa Lelea Indramayu” Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UIN Syarifhidayatullah Jakarta, 2011. http://muda.kompasiana.com/2013/05/04/62-remaja-smp-sma-tidak-perawancukupkah-sekedar-ucapan-prihatin-dari-kita-552754.html diakses tanggal 89 9 November 2014 hari minggu pukul 19.30 http://beritakaltara.com/?p=2053. Diakses tanggal 9 November 2015 Hari kamis pukul15.28 Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga, 1991. Karepesina, Ja’cuba. Muh. Shaleh Buchari BM, dkk. Mitos, Kewibawaan, dan Perilaku Budaya. Jakarta: Pustaka Grafika Kita, 1988 Khairunnisa, Ayu. “Hubungan Religiusitas dan Kontrol Diri Dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja di Man 1 Samarinda”. Fakultas Ilmi Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Psikologi. Universitas Mulawarman. eJournal Psikologi, 2013, 220-229 ISSN 0000-0000. Kumpulan Makalah Kuliah Metodologi Penelitian. Prof. Rusmin Tumanggor. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Liliweri, Alo, Makna Budaya Dalam Komunitas Antarbudaya. (Jakarta: Lkis.) Mardimin, Johaner. Jangan Tangisi Tradisi. Yogyakarta: Kanisius, 1994 Masyudi. Kemampuan, Kecerdasan, dan Kecakapan Bergaul. Jakarta: Restu Agung Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Jakarta: Rosdakarya, 2011 Narwoko, J.Dwi dan Bagong Suyanto ed. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan EdisiPertama. Jakarta: Prenada Madia Group, 2004. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983. Profil Desa dan Kelurahan Lelea Tahun 2014. 90 Samian. Buku sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea Lelea, Indramayu: 2005. Sarwono, Sarlito W. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawili Perss, 2002. Scott; John dan Tim Penerjemah Labsos Fisip Unsoed Ed. Sosiologi The Key Concepts. Jakarta: Rajawali Perss, 2011. Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta: Prenada, 2011. Soekanto, Soerjono. Sosiolagi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Garfindo Persada, 2006 Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakulats Ekonomi Universitas Indonesia, 2004. Sugiyono. Metodologi Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta, 2014 Sztompka, Piotr. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada, 2011. Sutari, Tri. “Pengaruh Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja” Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif hidayatullah Jakarta, 2010. 91 Lampiraan 1 Lampiraan 2 LEMBAR ANGKET PENELITIAN “TRADISI NGAROT SEBAGAI KONTROL TERHADAP PERGAULAN REMAJA DI DESA LELEA INDRAMAYU)”TAHUN 2015 Assalamu Alaikum. Wr. Wb Dalam rangka penelitian, bersama ini saya mohon kesediaan saudara/saudari untuk menjawab daftar pertanyaan atau kuesioner yang saya ajukan . maksud adan tujuan pengumpulan data, sebagai bahan penyusunan tugas akhir (skripsi) yaitu untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Guru dengan Konsentrasi Pendidikan Sosiologi pada Program Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. untuk kelancaran tugas ini, dengan kerendahan hati saya mohon kesediaan saudara/saudari untuk membantu mengisi pertanyaan-pertanyaan secara lengkap dan sejujur-jujurnya dengan penuh keikhlasan serta sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kerahasiaan data saudara/saudari sangat dijamin, karena kuesioner ini hanya ditunjukann untuk kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian ini berjudul “Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Terhadap Pergaulan Remaja Desa Lelea, Indramayu”. Atas kesediaan dan dukungan saudara/saudari berikan dalam mengisi pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner ini, saya ucapkan banyak terimakasih. Karakteristik Responden Nama/ Inisial : Jenis Kelamin : Usia : 1. Apakah menurut anda tradisi Ngarot merupakan tradisi sakra dan penting bagi masyarakat Desa Lelea ? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 2. Apakah tradisi Ngarot merupakan tradisi wajib yang harus iikuti oleh remaja Desa Lelea? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 3. Sudah berapa kali anda mengikuti tradisi Ngarot? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah 4. A p a k a h tradisi Ngarot merupakan tradisi yang sangat positif dalam membimbing pergaulan remaja? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 5. Apakah tradisi Ngarot menjadi patokan anda dalam bersikap agar tidak melanggar norma? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 6. A p a k a h tradisi Ngarot merupakan tradisi yang harus dilestarikan? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 7. A p a k a h tradisi Ngarot memiliki peran yang sangat baik dalam menjalin silaturahmi antar warga dan para pemuda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 8. Apakah tradisi Ngarot dapat membentuk sikap atau perilaku remaja menjadi lebih taat terhadap norma dan aturan yang berlaku di Desa Lelea? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 9. A p a k a h tradisi Ngarot merupakan pengendali bagi remaja dalam berperilaku di masyarakat? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 10. Sejauh mana anda mempercayai mitos yang ada dalam Taradisi Ngarot? a. Sangat percaya percaya b. Percaya c. Ragu-ragu d. Tidak percaya e. Sangat tidak percaya 11. A p a k a h mitos yang ada dalam tradisi Ngarot merupakan pengendali sosial bagi masyarakat? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 12. Apakah mitos dalam tradisi Ngarot membuat anda merasa malu, jika anda melanggar aturan yang beraku dalam masyarakat Desa Lelea? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 13. Apakah mitos dalam tradisi Ngarot membuat anda merasa takut, jika anda melanggar aturan yang beraku dalam masyarakat Desa Lelea? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 14. A p a k a h petuah kolot Lele yang ada dalam tradisi Ngarot merupakan pengendali sosial bagi masyarakat? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 15. Apakah petuah dalam tradisi Ngarot membuat anda merasa takut, jika anda melanggar aturan-aturan yang beraku dalam masyarakat Desa Lelea? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 16. Dalam bermasyarakat terdapat hal-hal yang menjadi lumrah dan dijadikan kebiasaan masyarakat, seperti gotong royong. Pernah anda mengikuti kegiatan gotong royong dengan remaja lain di Desa Lelea? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah 17. Dalam bermasyarakat terdapat hal-hal yang dijadikan kebiasaan dan adat istiadat di masyarakat, seperti saling tolong menolong. Pernah anda melakukannya terhadap teman atau saudara satu Desa Lelea yang mengalami kesulitan? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah 18. Dalam bermasyarakat terdapat hal-hal yang dijadikan kebiasaan dan atar istiadat di masyarakat, seperti pertentangan. Pernahkah anda mengalami pertentangan dengan dengan teman atau remaja yang ada di Desa Lelea, seperti pertentangan kepentingan, pertentangan pendapat, dll? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah 19. Dalam bermasyarakat terdapat hal-hal yang dijadikan kebiasaan yang sudah menjadi adat istiadat di masyarakat, seperti berinteraksi antar masyarakat. Pernahkah anda bebincang-bincang dan berkumpul dengan tetangga/teman/saudara yang ada di wilayah anda (Desa Lelea) ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah 20. Dalam bermasyarakat terdapat hal-hal yang menjadi adat sitiadat, tradisi , dan ketetapan yang ada dalam masyarakat, seperti saling sapa antar masyarakat. Pernahkah anda saling tegur sapa dengan remaja lain di wilayah anda (Desa Lelea)? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah 21. Pernahkah anda merasa sedih ketika teman/tetangga/saudara yang satu daerah (Desa Lelea) sedang mengalami kesulitan? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah 22. Pernahkah anda mejenguk teman/tetangga/saudara satu daerah (Desa Lelea) ketika sedang sakit? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah 23. Hubungan pranikah merupakan perilaku yang dilarang oleh adat istiadat, hukum, dan agama yang berlaku di masyarakat Desa Lelea, pernahkah anda melakukannya? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah 24. Minum minuman keras merupakan merupakan perilaku yang dilarang oleh adat, hukum, dan agama yang berlaku di masyarakat Desa Lelea, pernahkah anda melakukannya? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah 25. Mengkonsumsi obat-obatan terlarang merupakan merupakan perilaku yang dilarang oleh adat, hukum, dan agama yang berlaku di masyarakat Desa Lelea, pernahkah anda melakukannya? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah 26. Apa adat istiadat, dan tradisi yang ada di dalam masyarakat Desa Lelea membuat anda dapat mengontrol (mengendalikan) sikap dan perilaku remaja? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 27. Pernahkah anda melanggar aturan hukum yang berlaku di masyarakat Desa Lelea, seperti mencuri dan berbuat kriminal? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah 28. Pernahkah anda melanggar aturan agama yang berlaku di masyarakat Desa Lelea, seperti berzinah? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah 29. Pernahkah anda melanggar aturan yang berlaku di masyarakat Desa Lelea, seperti berduaan dengan lawan jenis ditengah malam (dengan pacar)? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah 30. Pernahkah anda melanggar norma kesopanan yang berlaku di masyarakat Desa Lelea, seperti memakai pakaian yang transparan,pendek, mengumbar aurat untuk bepergian, tidak sopan dan tidak wajar dalam masyarat di desa anda? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah Lampiran 3 Nama/Inisial Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat 1 2 : RG : Usia 28 : SMA : Pembina Desa Lelea dan Brigadir Posles Lelea : Lelea Indramayu Menurut anda bagaimana kondisi lingkungan di Desa Lelea? - Secara ekonomi berasal dari pertanian,secara kriminalitas pada saat musim panen banyak terjadi pencurian,tetapi pada saat belum musim panen situasi masih aman terkendali,karena masih punya uang - Aman–aman saja, sosialnya juga bagus - SDM orang Lelea bagus di bandingkan desa-desa lain Menurut anda bagaimana pergaulan remaja di wilayah ini ? - Kejadian hamil di luar nikah pernah terjadi,tetepi jarang di banding kan desa-desa di luar Lelea karena mungkin SDM nya masih kurang - pergaulan masih terkontrol di Lelea ikatan adat masih positif terbukti pada budaya Ngarot yang masih berjalan satu tahun sekali 3 Menurut anda bagaimana pengaruh tokoh masyarakat terhadap masalah pergaulan remaja? - masih kadang-kadang kalo malam istilahnya, masih ada peduli kalo jelajah malam. Sering lapor ke kita biasanya,seperti ada orang-orang nongkrong atau muda-mudi yang masih berkeliaran disitu kaya di daerah weluntas. 4 Apa saja yang dilakukan tokoh masyarakat dalam mengontrol pergaulan remaja? 5 6 Sudah berapa lama tradisi Ngarot dilaksanakan? - Kalo masalah adat kurang memahami udah berapa lamanya tuh. - Kalo untuk masalah itu mah lebih tanya sama orang desanya. cuman bagi saya mah disitukan para perawan dikasih bunga, kalo bunganya layu dia engga perawan, itu mungkin kontrolnya. Siapa saja yang menjadi peserta dalam tradisi Ngarot? - 7 saya kalo piket biasanya kontrol, biasanya saya antisipasi. Kalo sayakan istilahnya bukan aparat saja tetapi pembina Desa Lelea juga. Para muda mudi keturunan dari Desa Lelea asli Apakah tradis Ngarot mengontrol tentang masalah pergaulan remaja? - Iya, pasti bisa dengan adanya bunga yang layu (mitos) tersebut ada efek sosial seperti malu karena dia tidak perawan. dan sangat bagus seperti yang saya jelaskan tadi, istilahnya efek dari (mitos) bunga-bunga yang digunakan sebagai kontrol tradisi Ngarot. 8 Apakah terdapat sanksi untuk orang yang melanggar tradisi? - 9 Kalo sanksi dibuktikannya dengan tradisi budaya Ngarot dengan bunga tersebut, sanksinya sanksi sosial. Kalo dari kita penegak hukum, yang namanya perzinaan hukumannya kurang, soalnya hukum dibuat oleh belanda. Apa tujuan dari dilaksanakannya tradisi ngarot di Desa Lelea? - kita (masyarakat) setiap tahun berkomunikasi, berorganisasi dengan pemuda-pemudi di Desa Lelea. 10 Apa fungsi dari tradisi Ngarot, khususnya untuk para remaja? - Ya sama seperti tadi, berkomunkasi dan mengontrol pergaulan pemudapemudi 11 Penyimpangan apa saja yang pernah dilakukan remaja di desa Lelea? - Penyimpangan seperti hubungan pranikah, selain itu dalam pelaksanaan Ngarot banyak ditemukan orang-orang yang kehilangan dompet, anakanak muda yang mabuk-mabukan 12 Menurut anda bagaimana pengaruh tradisi ngarot terhadap masalah pergaulan remaja? - Sangat berpengaruh, karena diLelea adatnya sangat kuat sekali jadi adat mengontrol masyarakat. Nama/inisial Umur Jenis kelamin Pendidikan Pekerjaan Alamat : AR : 54 : Laki-laki : S1 : Kepala seksi kebudayaan : Indramayu Kota 1. Menurut anda bagaimana kondisi lingkungan di desa Lelea? - Sebenernya kalo dilihat dari hal tersebut, mereka adalah masyaratak yang mayoritas bertani, apalagi etos kerja sudah diterapkan sudah dari dulu dan menjadi sebuah amana seperti yang disampaikan oleh para sesepuh Lelea harus bekerja keras dan bergotong royong. dan juga mereka memegang moto “lelakina kerja ewena usaha” artinya lelakinya kerja dan perempuannya juga usaha jadi dua-duanya usaha. jadi secara ekonomi mereka sudah tergolong sejahterah karena mereka sudah ditanamkan etos kerjanya, sehingga kehidupan dalam bertani serta kehidupan masyarakat Lelea kelihatan lebih makmur. 2. Menurut anda bagaimana pergaulan remaja di wilayah ini ? - Saya fikir kalau masalah pergaulan normatof tidak jauh berbeda dengan desa-desa yang lainnya, sama lah, dimana-mana yang namanya remaja pergaulannya seperti itu. cuman mungkin karena mungkin di Lelea ada sebuah peristwa budaya Ngarot dan ketika seorang kasinoman (pemuda pemudi) atau ketika remaja putri menjadi peserta Ngarot harus mengenakan bungan, bunga itu konon katanya terdapat mistik jika perempuan Lelea yang tidak suci mengikuti tradisi Ngarot maka bunga tersebut akan layu. Mungkin dari mitos itu atau dari sugesti seperti itu ada rambu-rambu atau kontrol, minimal untuk para perempuan dan para remaja, walaupun mereka yang sudah tidak melaksanakan tradisi Ngarot 3. Menurut anda bagaimana pengaruh tokoh masyarakat terhadap masalah pergaulan remaja? - Yang jelas gini, mungkin sesepuh Lelea atau kolot Lelea mengamatkan kepada orang tua agar memegang perkataan sesepuh Lelea “boga budak engkena kumaha” artinya ketika orang Lelea memiliki anak dia harus memperhatikan dan membimbing tidakannya, perilakunya, pendidikannya. Bukan “kumaha engke, tetapi engke kumaha” dua hal tersebut sangat berbeda. 4. Apa saja yang dilakukan tokoh masyarakat dalam mengontrol pergaulan remaja? - Ki kapol (sesepuh atau koot Lelea) sangat cerdas, karena dia tidak memberikan suatu yang sudah jadi, tetapi mewakafkan tanah kepada generasi muda supaya bisa diolah dan dimanfaatkan yang hasilnya bisa dinikmati bersama-sama. Selain itu memberikan contoh kepada generasi muda untuk mengingatkan agar kita harus bekerja keras, harus hidup bergotong royong, kemudian sesuai dengan kata-kata sesepuh Lelea “irup rukun runtut ka agama kudu diturut” tetapi jangan salah kita tidak boleh lupa dengan agama karena para tokoh kan berasa dari Banten 5. Sudah berapa lama tradisi Ngarot dilaksanakan? - Sudah lama sekali, sekitar 1660 6. Siapa saja yang menjadi peserta dalam tradisi Ngarot? - Jejaka dan perawan asli Desa Lelea. 7. Apa tujuan dari dilaksanakannya tradisi Ngarot di Desa Lelea? - Sebernya gini, upacara adat Ngarot sendiri ini adalah perstanya para kasinoman (pemuda dan pemudi) sebagai hadiah untuk para pemuda yang sudah bekerja membantu menggarap sawahnya ki kapol. Sedangkan yang menggarap sawahnya adalah para pemuda Lelea, jadi yang ikut tradisi ngarot adalah muda mudi desa Lelea. - Esensi dari tradisi Ngarot sendiri adalah sebagai hadiah untuk hiburan para pemuda dan pemudi yang sudah bekerja. itu saja, tatapi banyak esensi lainnya seperti mengontrol pergaulan para pemuda. 8. Apa fungsi dari tradisi Ngarot, khususnya untuk para remaja? - Jelas ada kalau itu mah, sekarang gini pertama menanamkan rasa cinta terhadap seni budaya. Anak anak dikenalkan pada tradisi karena tradisi merupakan kekayaan yang tidak dimiliki oleh desa-desa lain. 9. Apakah tradis Ngarot mengontrol tentang masalah pergaulan remaja? - Mudah-mudahan dengan adanya tradisi ini walaupun kondisi zaman seperti apa pun, kalau kita menanamkan etika, budaya, pokoknya yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya yang kita miliki maka insya Allah dapat mencegah hal tersebut. karena memang dengan adanya globalisasi perubahan perilaku mungkin terjadi,tetapi minimalkan kita punya ramburambu dengan adanya tradisi tersebut. 10. Apakah ada sanksi untuk orang yang melakukan perilaku menyimpang? - Nah kebetulan kalu di Lelea merupakan desa adat, jadi tatan pemerintahannya tidak mengacuh pada tata pemerintahan yang umum, ada hukum adatnya dan tradisi masih dipakai. 11. Menurut anda bagaimana pengaruh tradisi Ngarot terhadap masalah pergaulan remaja? - Andaikata ada hal tersebut, mungkin kontrolnya dalam keluarga dalam hal ini adalah orang tua karena orang tua telah diamanatkan oleh sesepuh Desa Lelea tadi “boga budak engkena kumaha” artinya hal tersebut memiliki penuh makana, orang tua harus memperhatikan anak semuanya seperti membimbing tidakannya, perilakunya, pendidikannya, termasuk mengontrol semua hal tersebut. dan perkataan sesepuh “ka agama kudu di turut supaya salamat dunya aherat”. Nama/Inisial Umur Pendidikan Jenis kelamin Pekerjaan Alamat 1. Menurut anda bagaimana kondisi lingkungan di Desa Lelea? - 2. Pertama untuk menangani hal tersebut mungkin dari karangtaruna menegur atau memberi pengarahan kalo ada anak yang bertamu sampai jam batas dan diwajibkan untuk pulang. Apakah ada sanksi untuk orang yang melakukan perilaku menyimpang? - 7. Ada, tapi kembali lagi ke pribadinya masing-masing. Karena sekarang mah susah, apalagi internet dan modernisasi udah masuk. Dijaga sama orang tua juga kalo pribadinya ga sadar mah susah. Apa saja yang dilakukan tokoh masyarakat dalam mengontrol pergaulan remaja? - 6. Ada Cuma ya terselubung. Kalo itu sih mungkin menurut saya mungkin ada, tetapi terselubung atau tersembunyi Menurut anda bagaimana pengaruh tokoh masyarakat terhadap masalah pergaulan remaja? - 5. Kalo pergaulan remaja, ada yang baik ada yang buruk juga, susah dikirakiranya mas. Kalo pergaulan yang menyimpang ya paling mabukmabukan, dan nongkrong-nongkrong, kadang juga ada yang hamil di luar nikah tapi ya tersembunyi. tapi kalau menurut saya dari tahun ke tahun sudah makin lebih baik. Menurut anda adakah pergaulan menyimpang seperti pranikah di wilayah ini? - 4. Kalo dilihat dari ekonomi masyarakatnya dari kalangan menengah, kalo untuk lingkungan sosial termasuk sosialisasi antar masyarakat bagus. Menurut anda bagaimana pergaulan remaja di wilayah ini ? - 3. : DD : 28 : SMP : Laki-laki : Ketua Karangtaruna : Ds. Lelea Kalo sanksi khusus tidak ada paling ada persetujuan dari masyarakat, pemudan dan para pamong desa. Menurut anda apa solusi dari perilaku menyimpang remaja seperti itu? - Ya harus dari diri sendiri dulu dan tapi semuanya (komponen masyarakat) ikut berperan, untuk menanggulangi yang tadi(hubungan pranikah) semua unsur ikut berperan terutama masyarakat. Kita karangtaruna selalu standby terus yang pentingkan peran masyarakatnya. 8. Sudah berapa lama tradisi Ngarot dilaksanakan? - 9. Siapa saja yang menjadi peserta dalam tradisi Ngarot? - 10. Ya bias, kan peserta Ngarot harus perjaka dan perawan. Jadi kalo ga suci ya ngerasa malu sendiri. Penyimpangan apa saja yang pernah dilakukan remaja di desa Lelea? - 14. Ya sama kaya tadi, intinya sih ngumpulin anak muda supaya saling mengenal. Apakah tradis Ngarot mengontrol tentang masalah pergaulan remaja? - 13. Mengumpulkan para muda mudi dan sebagai pestanya anak muda. Istilahnya hadiah lah. Karena sudah bekerja untuk desa. Apa fungsi dari tradisi Ngarot, khususnya untuk para remaja? - 12. Para remaja yang masih perawan dan jejaka keturunan Lelea, kalo dari desa lain ga boleh. Apa tujuan dari dilaksanakannya tradisi Ngarot di desa Lelea? - 11. Sudah lama, dah dari sesepuh dulu. Kalo tahunnya sih saya tidak tahu mas. Mabuk-mabukan, nongkrong, kadang juga ada yang hamil di luar nikah tapi ya tersembunyi Menurut anda bagaimana pengaruh tradisi Ngarot terhadap masalah pergaulan remaja? - Bisa mengontrol pergaulan yang menyimpang selama ini efektif dalam mengontrol penyimpangan yang dilakukan pemuda. Bisa menekan pergaulan bebas dan mengontrol mereka para pemuda dalam membina pergaulan. Nama/Inisial : SKD Umur : 43 Tahun Pendidikan : SMA Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Lebe Desa Lelea Alamat : Ds. Lelea 12. Menurut anda bagaimana kondisi lingkungan di Desa Lelea? - Lamon secara anu mah manjing tarap-tarap sedeng atau menengah (kalau secara umum kondisilingkungan Desa Lelea masuk pada taraf sedang dan menengah) 13. Menurut anda bagaimana pergaulan remaja di wilayah ini ? - Ya masih mengikuti adat bengen, walaupun ana sing ora gah. Akhire mengikuti perkembangan jaman dadi kan kadang-kadang pergaulan bebas. (Ya, Masih mengikuti adat pada zaman dulu, walaupun ada beberapa yang tidak mengikuti, tetapi pada akhirnya remaja lebih mengikuti perkembangan zama jadi terkadang banyak juga yang sampai mengarah ke pergaulan bebas) 14. Menurut anda bagaimana pengaruh tokoh masyarakat terhadap masalah pergaulan remaja? - Ya, akhire tokoh masyarakat masih tetep ngupai pengarahan-pengarahan tapi kembali maning meng pribadine, karena penyebabe manjinge tekhnologi sih. (Tokoh masyarakat masih tetap memberikan pengarahan-pengarahan tetapi kembali kepada pribadi individunya masing masing, karena penyebabnya adalah masuknya teknologi). 15. Apa saja yang dilakukan tokoh masyarakat dalam mengontrol pergaulan remaja? - Ulama membuat suasana yang religius agamaan, dan budaya. 16. Sudah berapa lama tradisi Ngarot dilaksanakan? - Ngrot kuh dari abad 17 17. Siapa saja yang menjadi peserta dalam tradisi Ngarot? - dadi secara aturan mah di utama kena pribumi, sing melu iki ya bocah enom sing durung pernah kawin toli ya mengikuti aturan-aturan kepala desa misale nganggo seragam kien karo cunduk kembang sing sakral. dadi kuen mah mitos, cuma kan ya mbuh bengen mitose masih parek, anak muda mudi terutama perawan. kalo ngga perawan katanya layu kembange (jadi secara aturan diutamakan pribumi, yang mengikuti itu anak muda yang belum pernah nikah dan harus mengikuti aturan-aturan Kepala Desa, misalnya menggunakan seragam dan memakai cunduk bunga yang sacral. Walaupun mitos, tetapi sudah ada sejak dulu dan masih melekat, kalau ada anak perawan yang ikut tradisi Ngarot katanya nanti bunganya akan akan layu). 18. Apa tujuan dari dilaksanakannya tradisi Ngarot di desa Lelea? - tujuane mah siji, dengan adanya budaya adat kita dapat mempererat antara muda mudi dan umumnya masyarakat. Terutamakan kudu hidup rukun, karena wong bengen kuh selalu jaga kerukunan. (tujuannya satu, dengan adanya budaya dan adat, kita dapat mempererat remaja dan umumnyamasyarakat. Terutama harus hidup rukun, karena orang zaman dulu selalu menjaga kerukunan ) - Jelas karna wong bengen sing di arani komunikasi antara pihak dalam teradisi Ngarot adalah kebersamaan ,ari saling komunikasi kan mending enak garep apa-apa kuh. (jelas karena orang zaman dulu selalu berkomunikasi antar pihak dalamm tradisi Ngarot, kalau saling berkomunikasi mudah dalam melakukan sesuatu) 19. Apa fungsi dari tradisi Ngarot, khususnya untuk para remaja? - Lamun secara anu mah fungsine kuh saling mengenal akhire kan kadangkadang bisa jadi jodone, sekalian amber aja ana perilaku bli bener keding. (fungsinya saling mengenal, bahkan kadang-kadang bisa jadi jodoh dan untuk menjaga perilaku yang menyimpang juga) 20. Apakah tradis Ngarot mengontrol tentang masalah pergaulan remaja? - Ya, sebenere mah efektif, wong tua bengen kuh, kan sebenere mah pengen beneraken masyarakate tapi, kembali maning meng pribadine, bengen mah bener-bener dijaga tradisi Ngarot kuh. (sebenarnya efektif, orang tua zaman dulu menginginkan perilaku yang benar di masyarakat, tetapi kembali lagi ke pribadi masing-masing. Dulu tradisi Ngarot sangat dijaga kesakraannya) 21. Penyimpangan apa saja yang pernah dilakukan remaja di desa Lelea? - Mabuk-mabukan, nogkrong, hamil luar nikah. 22. Menurut anda bagaimana pengaruh tradisi Ngarot terhadap masalah pergaulan remaja? - Mungkin bisa dadi kontrol, karena konon jaman bengen baka remaja sing ora perawan meluan ko kembange bisa layu. Dadi mitos jaman bengene kuh masih kuat. (mungkin dapat menjadi kontrol, karena konon pada zaman dahulu kalau remaja yang sudah tidak perawan mengikuti tradisi Ngrot maka bunga di atas kepala akan layu. Jadi mitos zama dulu masih kuat) 23. Apakah hubungan pranikah merupakan hal yang melanggar norma? - Ya kuen kuh penyakit masyarakat kuh, akeh kejadian-kejadian hamil diluar nikah, tapi bli ning baerah lelea baelah. (ya itu adalah penyakit masyarakat, banyak kejadian tetapi bukan hanya di daerah ea saja ) - Kemajuan teknologi, melelui HP, Internet sangat berpengaruh dalam pergauan remaja. Tetep ning wongtua ning umah mah di jaga-jaga tapi tetep bae gagal. (kemajuan teknologi, melelui HP, Internet sangat berpengaruh dalam pergauan remaja. Tetap saja orang tua di rumah menjaga-jaga tetapi tetap gagal karena internet dan HP yang dimiliki masing-masing remaja) 24. Apakah ada sanksi untuk orang yang melakukan perilaku menyimpang tersebut? - Laka, lamun anu mah aturan-aturan hamil di luar nikah mah laka. Lamun Negara agama ya mungkin ana. (tidak ada, kalaupun ada mungkin aturan hamil di luar nikah ga ada. Kalau Negara agama mungkin ada) - Paling ya ana sanksi sosial. biasane bocane kuh keisinen. Ari sangsi hukum didera, dicambuk, ditelanjangikan laka. Secara anukan wis melekat kita kih ngerasa isin dewek. (paling yang ada hanya sanksi sosial. Biasanya anak akan merasa malu sendiri. Kalau sanksi hukum didera, dicambuk, ditelanjangi tidak ada, secara otomatis sudah merasa malu sendiri) Nama/ Inisial Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan : RDI : 45 Tahun : Laki-laki : S1 : Kepala Desa Lelea 1. Menurut anda bagaimana kondisi lingkungan di Desa Lelea? - Pendidikan kita tidak terlalu bawah berada di level tengah karna dilihat dari kelulusan SD, SMP, dan SMA itu tetap karena tahun ini diusahakan 100% melanjutkan sd,smp,sma. Target pengennya dari dinas UPTD 100%, untuk saat ini baru dua yang dianggap belum jelas keputusannya. Sebagian anak pengennya.jalur tidak mampu tetapi pihak sekolah dan DIKNAS ada kontrol dan ada ricek pada saat mendaftarkan SKTM ada tim untuk mengontrol keadaan rumahnya dan ekonomi. Untuk tingkat tidak melanjutkan sma atau smk 10%. - Kalo untuk pangan di kita sudah cukup sejahtera karna panen dikita dua kali, tidak semuanya di desa lain bisa panen dua kali - Dilihat dari sosialnya tinggi juga punya beberapa majlistalim, dari himpunan zakat alhamdulilah dari tingkat sosialnya bagus karena yang bapak peratiin sudah cukup baik dan tertata. 2. Menurut anda bagaimana pergaulan remaja di wilayah ini ? - Agak miris dengan pergaulan remaja, dengan masuknya era globalisasi dan moderenisasi hal tersebut menjadi penghalang istilahnya mengganggu, jangankan anak SMA anak SD pun sudah bisa membuka internet di situ yang membuat khawati, tapi dari segi agama mudahmudahan dengan adanya pengajian rutin anak-anak bisa membedakan yang boleh dan yang tidak boleh , yang baik dan yang buruk. 3. Menurut anda bagaimana pengaruh tokoh masyarakat terhadap masalah pergaulan remaja? - Mereka juga sama sebetulnya selalu mencegah jangan sampai kebablasan. - Dengan tradisi Ngarot ada semacam rem atau pengendalian jangan sampai berbuat kearah sana. - Diwajibkan siapapun anak yang sudah berbuat tidak suci tidak boleh mengikuti ngarot. Hal tersebut sudah diketahui oleh mereka bahwa itu adalah larangan tujuannya adalah agar si anak selalu suci - Sangat besar dan sangat terasa mungkin ada bebeapa anak saja yang melanggar mungkin karna kecelakaan, karna tidak bisa menahan kemudian lepaskontrol tapi untuk hal-hal seperti itu 1-2% mungkin ada 4. Apa saja yang dilakukan tokoh masyarakat dalam mengontrol pergaulan remaja? - Hanya sebatas penyampaian, omongan-omongan,ajakan-ajakan aja kaya wong ora bener kudu bener. 5. Sudah berapa lama tradisi Ngarot dilaksanakan? - Sudah dari 1646 karna konon katanya pada saat kuwu kedua yang membuat tradsi Ngarot yaitu Ki Kapol. Berdasarkan ucapan orang tua, karna Ki Kapol tidak punya anak dan cintanya kepada anak-anak (pemuda), maka dia wakafkan sebidang tanah untuk digarap oleh para pemuda-pemudi. Dari pada yang berbuat tidak benar maka dia mengusulkan untuk mengumpulkan anak-anak di rumahnya untuk makanmakan dan nanti diberikan perintah untuk menggarap sawah wakaf tersebut. Upahnya adalah ngarot tersebut atau ngumpul-ngumpul bareng atau makan-makan karena mereka tidak dibayar. 6. Siapa saja yang menjadi peserta dalam tradisi Ngarot? - Untuk perempuan, tidak boleh yang sudah berumah tangga atau yang tidak suci, itu pantangan yang paling utama dan untuk yang laki-laki yang masih perjaka. 7. Apa tujuan dari dilaksanakannya tradisi Ngarot di Desa Lelea? - Mempersatukan, mengikat dari beberapa blok agar terjalin silaturahmi setelah di satukan kemudian diperkenalkan 8. Apa fungsi dari tradisi Ngarot, khususnya untuk para remaja? - mempererat, mengontrol, mengendalikan hubungan di masyarakat agar anak (remaja) jangan sampai berbuat asusila atau jangan sampai berbuat sebelum menikah. 9. Penyimpangan apa saja yang pernah dilakukan remaja di Desa Lelea? - Penyimpangan diluar nikah terus mabuk-mabukan tetapi sedikit dilingkup balai desa tidak ada itu biasanya diluar. 10. Menurut anda bagaimana pengaruh tradisi ngarot terhadap masalah pergaulan remaja? - Tradisi Ngarot sangat positif sekali untuk pergaulan tapi yang paling utama adalah pribadi untuk selalu menjaga diri masing-masing, baik yang perjaka maupun yang perawan. 11. Menurut anda bagaimana solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut? - Solusinya adalah misalkan ada anggaran, kita pengen membuat kegiatankegiatan baik di bidang kesenian maupun bidang yang lainnya hal itu bertujuan untuk mengalihkan perhatian remaja, supaya ada kegiatan. 12. Apakah tradisi Ngarot mendapat dukungan penuh dari semua lapisan masyarakat? - Dari DIKNAS selalu suport untuk kegiatan Ngarot - Dukungan dari masyarakat sangat bagus dan sangat penuh sudah tertanam dalam masyarakat bahkan partisipasinya lebih dari hari raya. Nama/Inisial Umur Pendidikan Jenis kelamin Pekerjaan Alamat 1. Menurut anda bagaimana kondisi lingkungan di Desa Lelea? - 2. 3. 4. : HEI : 52 Tahun : SMA : Laki-laki : Sekertaris Desa Lelea : Ds. Lelea Sudah cukup memadai untuk pergaulan remajanya Menurut anda bagaimana pergaulan remaja di wilayah ini ? - Sudah agak menginjak modern, karna internet sudah masuk - untuk pergaulan remaja nya karna sekarang kan sudah ada internet, teknologi sudah masuk sudah cukup memadai untuk pergaulan remaja nya - Karna semua sudah masuk sehingga akses apapun mudah dibandingkan dengan desa lain, karna Desa Lelea ini yang terletak di ibu kota kecamatan berarti internet yang ada di Desa Lelea ini sudah ada 3 kalo di desa lain belum tentu ada, paling ada juga sama hal nya dengan Desa Lelea. Menurut anda bagaimana pengaruh tokoh masyarakat terhadap masalah pergaulan remaja? - Sudah mulai, karna di Desa Lelea ini sudah ada majlis ta’li. Kita punya majlis ta’lim itu di masjid setiap minggu, bebas terbuka malah Fatus Sudur ini mengarah pada remaja untuk ikut disini setiap malam jum’at. Disana malam rabu, disana jumat pagi - Sangat berperan sekali dalam menyikapi pergaulan remaja, contoh berdirinya majlis ta’lim. Yang sudah lama itu Fatus Sudur sudah lima tahun, terus ini baru dua tahun, disini satu tahun. Ya itu karna dalam rangka kiai mengatur pergaulan remaja bahwa hal-hal yang berdosa yang tidak berdosa. Apa saja peran yang dilakukan tokoh masyarakat dalam mengontrol pergaulan remaja? - Mengadakan sosialisasi dampak HIV AIDS, pesertanya remaja cuman kita sudah mengantisipasi disini, terus di tempat perbatasan Desa Lelea dan larangan. yaitu penjual minuman keras di perbatasan Desa Lelea dan larangan. Kami arahkan kesana penyuluhan HIV AIDS dua bulan yang lalu, ya akhirnya sampai ada uji klinis yang ikut dirahasiakan siapa yang terkena HIV AIDS karna pribadi. 5. Sudah berapa lama tradisi Ngarot dilaksanakan? - 6. Siapa saja yang menjadi peserta dalam tradisi Ngarot? - 7. Ya, sangat mengotrol. Karena menimbulkan rasa malu bagi remaja jika mereka tidak suci dan tidah bias menjaga diri. Penyimpangan apa saja yang pernah dilakukan remaja di Desa Lelea ? - 11. kontrol social bagi remaja, khususnya remaja perempuan. Apakah tradisi Ngarot mengontrol tentangmasalah pergaulan remaja? - 10. Persatuan remaja desa antar blok, dan megontrol pergaulan mereka. Apa fungsi dari tradisi Ngarot, khususnya untuk para remaja? - 9. Bujangan, perawan, pamong desa, dan lembaga. Apa tujuan dari dilaksanakannya tradisi Ngarot di Desa Lelea? - 8. Sudah lama jadi sejak Kuwu ke dua Hubungan diluar nikah sampai hamil dan minuman. Menurut anda bagaimana pengaruh tradisi Ngarot terhadap masalah pergaulan remaja? - Sangat berpengaruh terhadap kelangsungan adat tradisi ngarot. - Semakin banyak peserta ngarot (perempuan) berarti masysrakat desa elea secara keseluruhan semakin bias menekan angka tindak asusila. Nama/inisial Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat :DNS : 16 tahun : SMA : Pelajar : Desa Lelea Indramayu 1. Apakah anda pernah mengikuti tradisi Ngarot? Berapa kali? - Sudah, telung balen (tiga kali), singet kelas 1 SMP sampe kelas 3 SMP. (sudah tiga kali mengikuti Ngarot, sejak kelas1 SMP sampai kelas 3 SMP) 2. Menurut anda apa tradisi Ngarot itu? - Budaya dari leluhur-leluhur Desa Lelea. 3. Menurut anda apa tujuan tradisi Ngarot? - Ya katanya buat menyambut musim tanam baru. 4. Menurut anda apa tujuan tradisi Ngarot untuk anak muda? - Ya untuk menjaga silaturahmi, melestarikan budaya leluhur, bias kumpul bareng. 5. Mengapa anda ingin mengikuti tradisi Ngarot ? - Karna memang sudah budayanya juga, dan kita sebagai anak muda wajib melestarikannya. 6. Apakah ada aturan-aturan dalam tradisi Ngarot ? - Ada 7. Apakah benar jika pada saat ada gadis yang tidak perawan mengikuti tradisi Ngarot, bunga yang dipakai akan layu? - Iya itu mitosnya. Tapi saya juga tidak tahu itu mitos atau bukan kalo iya kan itu pasti ada pengaruhnya. 8. Menurut anda apakah mitos tersebut mengikat para remaja agar berperilaku tidak menyimpang? - Iya tradisi Ngarot itu mempengaruhi remaja karena pergaulan remaja sekarang udah rusak. 9. Apakah ada sanksi sosial untuk remaja yang tidak mengikuti Ngarot? - Engga sih, katanya sih ada dari desa tapi cuma nakut-nakitin, mungkin jaman dulu mah malu sama temen-temen terus jadi omongan orang tua karna tidak ikut Ngarot. 10. Apakah pernah terjadi bunga layu pada saat pelaksanaan tradisi Ngarot? - Engga ada, kalo ada ya pasti malu. 11. Bagaimana pergaulan remaja di Desa Lelea? - jaman sekarang udah mengiku bangsa Barat kaya pergaulan bebas gitugitulah. 12. Apakah ada peran dari tokoh masyarakat terhadap tradisi Ngarot? - Kan sekarang sudah ada PIKER (perkumpulan remaja) 13. Penyimpangan apa saja yang sudah terjadi? - Belum tau juga, tapi ya mungkin ada kadang-kadang temen saya juga ada yang mabuk-mabukan.. 14. Apa pendapat anda ketika melihat penyimpangan seperti itu? - Ya perihati dengan keadaan ini, merusak masa depan. 15. Menurut anda apa penyebab dari penyimpangan yang diakukan remaja? - Karna era globalisasi, anak muda sekarang gampang sekali dipengaruhi oleh media-media elektronik, seperti internet. Hal tersebut ada positifnegatifnya, positifnya kita bias mengerjakan tugas lewat internet, negatifenya banyak situs-situs yang tidak baik yang dapat diakses oleh remaja. 16. Menurut anda solusi yang terbaik untuk pergaulan di Desa Lelea itu apa? - Ya menurut saya, mempertahankan ke imanan, terus juga kalau melakukan apa-apa harus ada batasnya jangan berlebihan. Kalau temen yang tidak baik jangan ditemenin dan jangan diikut perilakunya. 17. Apa anda sudah mempunyai pacar sebelumnya? - Belum pernah, karna belum mau. 18. Apakah tradisi Ngarot bisa mencegah penyimpangan hubungan pranikah? - Ya mungkin iya 19. Menurut anda bagaimana pengaruh tradisi Ngarot terhadap masalah pergaulan? - Ya ada, sama kaya tadi 20. Apakah ada kontrol berupa rasa malu yang dirasakan remaja? - Ada, karena kalau tidak perawan kan malu. Nama/Inisial Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat :SS : 17 tahun : SMK : Pelajar : Desa Lelea Indramayu 1. Sudah pernah mengikuti Ngarot? - Sudah patang balen (empat kali) (sudah empat kali menikuti tradisi Ngarot) 2. Menurut anda apa tradisi Ngarot itu? - Tradisi yang sudah ada, dan tradisi khusus untuk orang lelea. 3. Menurut anda apa tujuan tradisi Ngarot bagi remaja? - Tujuane sih kanggo ngakuraken lanang wadon, amberan aja tukar atau priwen, menjaga silaturahmi perempuan dengan laki-laki. - (Tujuannya adalah merukunkan antara ramaja laki-laki dan perempuan, agar bisa saling tukar pikiran, dan menjaga silaturahmi) 4. Ada syarat khusus tidak jika tidak melakukan tradisi Ngarot? - Kari syarat mah langka, paling syarate wis cukup umur bae.karo asli lea lan masih perawan - (kalau syarat tertentu tidak ada, paling syaratnya sudah cukup umur, asli orang Lelea, dan masih perawan) 5. Apa keinginan anda untuk mengikuti tradisi Ngarot ini? - Ya pengene mah cuman cari pengalaman bae sih, cari batur. - (ya inginnya sih untuk mencari pengalaman) 6. Apakah benar ada mitos jika bunga nya layu maka dikatakan sudah tidak perawan? Apakah mitos itu dipegang oleh masyarakat Lelea? - Masih memegang. dan emang iya mitose mah ana tapi kan ora weruh sih masih anu belie mah. - (masih memegang, dan memang itu mitosnya tetapikan tidak tahu kebenarannya) 7. Menurut anda mitos itu positif atau gimana buat para remaja, khususnya bagi remaja putri? - Ya positif sih emang ya. Intie mah lamunan kejadian ya emang ana, tapi ya mbuh sih kita mah ora weru. - (ya positif, intinya penyimpangan pasti ada tetapi lebih jelasnya saya tidak tahu) 8. Adakah kejadian bunga layu pada saat melaksanakan tradisi Ngarot? - Lamon kembang layu sih emang ana. (kalau kejadian bunga layu sih ada) 9. Mitos yang seperti itu bisa menimbulkan ketakutan tidak terhadap anda untuk mengikuti tradisi Ngarot? - Ya tergantung orang nya sih, kalo yang udah ngelakuin (hubungan) bunga nya layu, tapi kalo yang engga ngelakuin (hubungan) mah ya biasa aja. - (tergantung orangnya, kalau sudah melakukan penyimpangan bunganya layu, tapi kalau yang tidak melakukan penyimpangan biasa saja) 10. Ada sanksi khusus tidak jika tidak mengikuti tradisi Ngarot? - Sanksi sih ada tapi engga benar, cuman nakut-nakutin aja supaya ikut. - (sanksi ada tapi berfugsi untuk menakuti saja agar ikut tradisi Ngarot) 11. Jadi Ngarot itu wajib? - Kalo kata orang tua sih iya wajib, minimal sekali juga engga apa-apa. - (kata orang wajib, minimal harus ikut satu kali) 12. Menurut anda pergaulan remaja di Desa Lelea itu bagaimana? - Tergantung orangnya, ada yang masih takut, dan nurut sama orang tuanya. Tapi ada juga yang kurang baik, biasa minum-minuman, sering keluar malam. 13. Ada penyimpangan-penyimpangan yang pernah terjadi tidak di Desa Lelea? - Ya kalo penyimpanganpasti ada, tapi bukan urusan kita. Itu urusannya dia sama Yang Maha Kuasa. 14. Ada peran tokoh masyarakat tidak untuk mengntrol pergaulan remaja di Desa Lelea? - Ya ada, ya contohnya ustad, kuwu (Kepala Desa). Tapi tergantung anaknya juga, kalau yang bandel agak susah dibilangin. 15. Apakah ada faktor luar yang mempengaruhi pergaulan remaja menurut anda? - Ya mungkin karna ada pengaruh dari teman, pengaruh dari lingkungan, pengaruh media. Sekarangkan banyak facebook, dan internet. 16. Solusi apa yang paling tepat untuk pergaulan remaja? - Lebih mendekatkan diri kepeda Yang Maha Kuasa, dan nurut sama orang tua. Lampiran 4 Karakteristik Narasumber Pada Proses Wawancara No Inisial Jenis Kelamin Status Tanggal Wawancara 1 AR Lk Kepala Seksie 06 Juli 2015 Kebudayaan Indramayu 2 RDI Lk Kepala Desa Lelea 06 Juli 2015 3 HEI Lk Sekertaris Desa 02 Juli 2015 Lelea 4 SKD Lk Tokoh Agama Desa 06 Juli 2015 Lelea 5 RG Lk Tokoh Hukum Desa 07 Juli 2015 Lelea 6 DD Lk Ketua Karang 06 Juli 2015 Taruna 7 DNS Pr Remaja Desa Lele 28 Juli 2015 8 SS Pr Remaja Desa Lelea 28 Juli 2015 Lampiran 5 PEDOMAN OBSERVASI Dalam proses observasi, semua indra peneliti harus menjadi alat penelitian yang peka dan terintegrasi secara aktif serta dapat diandalkan. Variabel atau dimensi yang akan diamati yaitu: 1. Pergaulan remaja Desa Lelea mengamati secara mendalam dan seksama tentang tentang pergaulan remaja Desa Lelea, Indramayu mengenai: Mengamati lingkungan pergaulan remaja Desa Lelea Mengamati faktor yang menyebabkan pergaulan yang menyimpang remaja 2. Sejarah tradisi Ngarot Mengamati sejarah tradisi Ngarot Mengamati perkembangan tradisi Ngarot Peran tradisi Ngarot terhadap remaja Desa Lelea Setelah selesai melakukan pengamatan, kroscek kembali data pengamatan yang telah dilakukan dan catat secara jelas. Akhiri dengan berfikir positif dan hamdalah. Lampiran 6 HASIL OBSERVASI Beberapa variabel dan sub variabel atau dimensi dalam penelitian ini peneliti mengamati mengenai, yaitu: 1. Pergaulan remaja Desa Lelea mengamati secara mendalam dan seksama tentang tentang pergaulan remaja Desa Lelea, Indramayu mengenai: Mengamati lingkungan pergaulan remaja Desa Lelea Hasil: Dari hasil observasi yang peneliti lakukan bahwasanya lingkungan pergaulan remaja di Desa Lelea cukup baik, tetapi diakui bahwa masih terdapat lingkungan yang berdampak negatif bagi remaja, sehingga hal tersebut mengakibatkan perilaku menyimpangan yang dilakukan oleh remaja desa. Disi lain juga terdapat kondisi lingkungan yang berdampak positif bagi remaja, seperti majelis ta’lim remaja, karang taruna, dan perkumpulan remaja yang dibuat oleh remaja bernama PIKER. Mengamati faktor yang menyebabkan pergaulan yang menyimpang remaja Hasil: Terdapat faktor yang mempengaruhi kerilaku yang menyimpang dikaangan ramaja Desa Lelea, penyimpangan tersebut disebabkan oleh kurangnya pengawasan dari orang tua, selain itu remaja belum dapat menyerap norma atau aturan yang ada di dalam masyarakat. 2. Sejarah terbentuknya Tradisi Ngarot Sejarah tradisi Ngarot Hasil: Dari hasil observasi yang dilakukan mengenai sejarah Tradisi Ngarot, maka di dapat data bahwa tradisi ini ada sejak abad ke 17 sekitar tahun 1646 Masehi, tokoh yang menggagas tradisi ngarot adalah Ki Kapol. Beliau adalah orang yang sangat kaya serta peduli dengan anak muda dan Desanya. Ki Kapol, lantas menghadiahkan kepada anak muda berupa pesta, dengan tujuan ajar anak muda desa dapat saling mengenal, dan saling menyesuaikan sikap dengan budaya atau adat istiadat yang berlaku di dalam masyarakat. Jadi tradisi Ngarot dibentuk oleh Ki Kapol, hal tersebut dapat dilihat dari gambar di atas yang menunjukkan nama-nama Kepala Desa yang menjabat pada saat itu. (penelitian awal dengan Kepala Desa Lelea Bapak Raidi, Bapak Edi, dan Bapak Darsono) Selain itu terdapat perubahan dalam tradisi Ngarot, seperti pada pakaiannya dan aksesoris pakaian yang dikenakan. Tradisi Ngarot juga memiliki fungisi sebagai kontrol yang terdapat pada masyarak Desa Lelea, Indramayu, karena di dalam tradisi ini terdapat nilai-nilai budaya yang masih dipercaya dapat membina hubungan baik antar masyarakt dan remaja yang ada di Desa Lelea, Indramayu, seperti saling mengenal, saling berinteraksi, dan berbaur dengan masyarakat. Lampiran 7 Hasil Analisis Quisioner Variabel (X) Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 1 4 5 4 4 5 3 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 2 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 3 3 1 3 4 2 4 1 4 1 1 4 1 1 5 1 4 5 1 1 5 1 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 3 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 3 4 3 6 4 5 3 4 4 5 5 5 5 5 5 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 5 7 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 Item soal no 8 5 5 3 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 3 10 4 4 3 3 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 11 5 4 4 4 5 3 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 12 4 4 4 4 4 4 3 3 4 5 3 4 4 4 4 5 4 4 3 3 3 3 13 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 2 4 4 3 3 3 3 14 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 15 4 5 4 4 5 5 5 5 3 4 4 4 3 4 4 5 4 4 3 3 3 4 Total Skor 63 64 57 61 65 63 64 66 61 65 63 62 60 67 61 64 66 63 58 59 58 59 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 4 2 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 3 3 5 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 3 5 5 4 4 5 5 4 4 3 5 4 5 4 5 4 5 4 4 1 5 1 5 4 4 1 4 2 4 4 5 5 1 4 1 4 2 1 4 1 1 5 1 1 5 5 5 5 5 4 3 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 2 4 3 4 3 4 5 2 5 4 4 4 4 4 5 2 3 3 4 3 4 3 4 2 3 2 4 4 4 3 4 4 2 5 3 5 5 5 5 5 3 3 3 3 5 4 5 3 3 4 3 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 3 4 5 4 5 4 3 5 4 4 4 3 2 3 5 3 3 4 4 1 3 3 4 5 5 3 4 4 3 4 5 4 4 5 5 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 4 3 4 5 3 5 2 5 3 2 4 4 4 4 3 5 1 5 4 4 3 3 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 5 3 1 4 4 3 3 4 4 3 3 4 5 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 2 5 3 2 3 5 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 2 61 63 60 61 59 67 43 68 64 63 63 64 64 62 54 47 56 62 59 60 58 54 63 51 42 48 49 50 51 52 53 54 55 5 4 4 5 4 2 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 3 1 4 5 4 1 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 3 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 3 4 4 5 4 5 3 4 5 3 5 5 3 5 4 3 4 5 5 3 3 3 4 1 4 4 4 5 3 3 4 2 4 4 4 3 4 5 5 3 5 3 5 4 4 4 4 3 3 3 4 67 59 66 62 57 60 61 64 Lampiran 8 Hasil Analisis Quisioner Variabel (Y) Pergaulan Remaja di Desa Lelea, Indramayu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Total Skor Item soal no: Responden 16 3 3 4 5 3 3 3 4 5 5 4 4 5 5 4 2 4 2 3 3 3 3 5 4 4 17 5 3 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 18 3 3 5 1 4 3 3 4 2 4 2 4 2 5 3 3 5 2 3 3 3 5 3 4 4 19 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 1 4 4 5 4 5 2 4 2 3 5 5 5 2 20 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 1 5 4 5 5 4 5 4 2 1 3 5 5 1 21 5 4 4 5 4 4 5 5 3 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3 2 3 5 5 5 4 22 2 4 4 5 4 4 5 3 3 4 5 4 4 4 2 3 4 2 3 2 3 4 4 5 4 23 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 24 5 5 3 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 26 5 5 5 1 5 3 3 3 5 5 4 5 5 4 5 5 4 1 3 2 2 1 5 1 5 27 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 28 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 29 5 5 4 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 5 5 3 4 5 5 5 5 5 30 5 5 4 5 2 4 3 3 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 68 66 64 63 66 60 66 63 67 70 70 63 69 67 67 65 70 57 60 53 57 65 72 69 64 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 3 3 3 4 5 4 5 3 3 4 3 2 2 2 1 3 4 1 4 5 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 4 5 4 3 4 5 4 2 5 5 3 5 4 2 5 3 5 4 3 4 3 2 4 3 3 4 5 5 4 4 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 5 5 4 4 4 4 5 5 3 2 3 2 4 5 5 4 4 4 4 5 2 2 4 4 5 5 2 1 5 5 5 5 5 4 5 4 3 5 3 2 3 4 4 4 2 4 5 5 4 5 2 1 5 3 5 4 3 5 5 4 5 2 4 4 4 1 5 5 5 5 3 2 2 2 2 3 1 5 3 5 2 1 4 4 5 5 3 3 4 4 4 2 5 4 4 4 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 5 3 1 3 4 4 4 4 4 4 4 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 3 3 4 3 2 3 2 2 1 5 1 4 4 4 5 2 4 5 3 2 5 5 1 2 2 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 4 5 4 4 3 5 5 4 2 5 5 5 5 5 5 5 3 2 4 5 5 5 5 5 5 2 5 5 1 5 5 5 5 3 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 3 1 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 68 42 68 64 70 63 63 62 62 60 59 54 58 55 59 58 63 64 60 66 51 44 66 63 64 68 63 60 60 64 Lampiraan 9 Lampiraan 10 Lampiran 11 DOKUMENTASI PENELITIAN Wawancara dengan Bapak AR Wawancara dengan Bapak SKD Wawancara dengan Bapak HEI Wawancara dengan Bapak RG Wawancara dengan Bapak RDI Wawancara dengan Saudari DNS Wawancara dengan Saudari SS Pengisian Quisioner oleh para remaja Desa Lelea Pengisian Quisioner oleh para remaja Desa Lelea Peserta Tradisi Ngarot Pelaksanaan Tradisi Ngarot Pelaksanaan Arak-Arakan Dalam Tradisi Ngarot Penyerahan Tugas Bertani Kepada Pemuda Penyerahan Tugas Bibit Padi Lampiraan 12