1 POTENSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN IDENTIFIKASI

advertisement
POTENSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN IDENTIFIKASI SENYAWA
AKTIF EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica Papaya L) MENGGUNAKAN
LIQUID CHROMATOGRAPHY-MASS SPECTROMETRY (LC-MS)
Rinrin Andriani, Husain Nashrianto, Tri Aminingsih
Program Studi Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan
ABSTRAK
Tubuh secara alami memiliki sistem kekebalan yang mampu menangkal paparan
radikal bebas, namun untuk membantu menangkal paparan tersebut perlu adanya asupan
antioksidan tambahan dari luar tubuh. Daun pepaya merupakan salah satu bagian
tumbuhan yang diketahui memiliki kandungan antioksidan. Metode penelitian yang
dilakukan meliputi pembuatan simplisia daun pepaya, dan ekstraksi menggunakan
metode maserasi dengan 3 jenis pelarut, yaitu etanol, metanol, dan air. Perbandingan
simplisia dengan pelarut 1:10, diekstraksi selama 24 jam dengan 2 kali pengulangan.
Hasil ekstraksi dipekatkan dengan rotary evaporator dan dihitung kadar rendemen
ekstrak kentalnya. Ekstrak kental diidentifikasi senyawa fitokimia dan diukur aktivitas
antioksidan dengan DPPH. Senyawa dalam ekstrak kental daun pepaya diidentifikasi
dengan menggunakan LC-MS. Hasil penelitian menunjukkan pelarut terbaik yang dapat
mengekstraksi secara optimal zat aktif dalam daun papaya adalah pelarut air, dengan
nilai aktivitas antioksidan tertinggi, yaitu IC50 sebesar 41,34 ppm dan persentase
rendeman ekstrak kental tertinggi, yaitu sebesar 33,57 %. Hasil identifikasi
menggunakan LC-MS menunjukkan bahwa pada ekstrak daun pepaya dengan pelarut
air mengandung L-asam glutamat, vitamin C, asam folat, dan senyawa golongan
polifenol, yaitu Dihydro-p-coumaric acid, resveratrol, peonidin, p-Coumaric acid 4-Oglucoside, esculin, resveratrol 3-O-glucoside, 3-sinapoyluinic acid, polargonidin 3-Oglucoside, 6”-O-malonylgenistin, malvin 3-O-(6”-acetyl-galactoside), dan malvin 3-O(6”-acetyl-glucoside). Vitamin C, asam folat, dan senyawa golongan polifenol,
merupakan senyawa aktif antioksidan.
Kata Kunci: Daun papaya, Antioksidan, Maserasi, Ekstraksi, LC-MS
dapat merusak struktur serta fungsi sel
dan memicu munculnya berbagai
penyakit degeneratif (Subiyandono,
2011). Tubuh manusia secara alami
memiliki sistem kekebalan yang mampu
menangkal paparan radikal bebas,
namun untuk membantu meredam
dampak negatif dari paparan radikal
bebas tersebut, perlu adanya asupan
antioksidan tambahan dari luar tubuh
(Sudirman, 2011).
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dewasa ini, dunia kedokteran dan
kesehatan banyak membahas mengenai
radikal bebas dan antioksidan. Hal ini
terjadi karena sebagian besar penyakit
disebabkan oleh adanya radikal bebas
yang merupakan hasil reaksi oksidasi
yang berlebihan di dalam tubuh. Radikal
bebas bersifat sangat aktif sehingga
1
Sumber antioksidan dapat berasal
dari hasil ekstraksi bahan-bahan alami
maupun dari hasil sintesa reaksi kimia.
Beberapa
penelitian
menunjukkan
senyawa antioksidan yang terkandung
pada tanaman umumnya merupakan
senyawa-senyawa fitokimia golongan
alkaloid, flavonoid, kuinon, tannin,
polifenol,
saponin,
steroid
dan
triterpenoid (Sudirman, 2011).
Indonesia memiliki kekayaan
keanekaragaman hayati yang luar biasa,
yaitu sekitar 40.000 jenis tumbuhan,
sehingga potensi pengembangan dan
penelitian antioksidan alami dalam
berbagai jenis tumbuhan sangatlah besar
(Rustam et al, 2007). Salah satu
tumbuhan yang memiliki potensi sebagai
sumber antioksidan alami adalah pepaya.
Pepaya (Carica papaya L.) merupakan
tanaman yang memiliki pertumbuhan
yang cepat, masa hidup yang pendek,
dan mudah dibudidaya di iklim
Indonesia, sehingga keberadaannya
sangat melimpah di Indonesia.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya, daun pepaya
memiliki kandungan komponen alkaloid,
triterpenoid, steroid, flavonoid, saponin,
dan tannin (A’yun, 2015), memiliki
aktivitas anti-tumor (Rahmi, 2012), anti
malaria dan antidiabetik (Ayoola dan
Adeyeye, 2010), aktivitas anti bakteri
(Mahmood, et al, 2005), serta aktivitas
antioksidan (Maisarah et al, 2013).
Dalam suatu penelitian, perlu
adanya pertimbangan mengenai efisiensi
biaya penelitian karena telah diketahui
secara umum problem terbesar dalam
suatu proyek penelitian khususnya di
negara-negara
berkembang
seperti
Indonesia adalah masalah biaya, maka
dalam penelitian potensi antioksidan
dalam daun pepaya ini menggunakan
proses ekstraksi sederhana seperti
maserasi dengan 3 jenis pelarut yang
relatif rendah harganya, yaitu air,
metanol, dan etanol. Identifikasi
senyawa dalam ekstrak daun pepaya
menggunakan LC-MS juga dilakukan
untuk mengetahui jenis senyawa yang
berpotensi sebagai zat antioksidan dalam
ekstrak daun pepaya.
2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk :
1. Menentukan pelarut terbaik dari 3
jenis pelarut yang digunakan pada
proses ekstraksi daun pepaya, serta
menentukan potensi antioksidan
ekstrak daun pepaya masing-masing
pelarut
menggunakan
metode
Spektrofotometri dengan pereaksi
DPPH (1,1-difenil-2-fikrilhidrazil)
2. Mengidentifikasi senyawa aktif
yang berpotensi antioksidan dalam
ekstrak daun pepaya dengan
menggunakan
Liquid
Chromatography
Mass
Spectrometry (LCMS)
BAHAN DAN METODE
A. Alat
Alat yang digunakan pada
penelitian ini adalah oven, timbangan
analitik, gelas ukur 100 mL dan 1000
mL, piala gelas 100 mL, 500 mL, dan
1000 mL, kotak timbang, desikator, hot
plate stirrer, penguap putar, lumpang /
blender, spektrofotometer UV-VIS, labu
ukur yang telah ditutupi aluminium foil
ukuran 10 mL, 25 mL, dan 50 mL, pipet
volumetrik 2 mL, stopwatch, inkubator,
labu ekstraksi 100 mL, tabung reaksi,
corong, labu Erlenmeyer 500 mL, pipet
ukur 5 mL.
B. Bahan
Bahan uji yang digunakan dalam
penellitian ini adalah daun papaya,
metanol teknis, metanol p.a, 1,1-difenil2-pikril-hidrazil (DPPH), vitamin C, HCl
2 N, 2% dan 10% dan ammonia encer,
2
kloroform, pereaksi Mayer, pereaksi
Dragendorff, serbuk Mg, HCl pekat,
amil alkohol, dietil eter, pereaksi
Lieberman-Burchard, etanol,dan FeCl3
1%.
teknis, dan air. Ekstraksi dilakukan
sebanyak 2x24 jam secara maserasi.
Hasil maserasi disaring, selanjutnya
diuapkan dengan rotary evaporator pada
suhu 50oC. Selanjutnya dilakukan
perhitungan kadar rendemen dari ekstrak
yang diperoleh (Farmakope Herbal,
2009).
Kadar rendemen ekstrak (%) =
C. Lokasi dan Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian di lakukan di PT
Saraswanti Indo Genetech, Pusat
Penelitian Biologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) CibinongBogor, dan Laboratorium Kimia Analisis
Fakultas
Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Pakuan
Bogor.
6. Uji Fitokimia
a.
Alkaloid
Sebanyak 100 mg ekstrak daun
pepaya, ditambahkan 5 mL HCl 10%
dan ammonia encer hingga pH 8,
kemudian diekstrasi dengan 20 mL
kloroform, kemudian ekstrak diuapkan.
Ekstrak dilarutkan dengan 2 mL HCl 2%
dan dibagi menjadi 3 tabung. Tabung
pertama digunakan sebagai pembanding,
tabung kedua ditambahkan pereaksi
Mayer dan tabung ketiga ditambahkan
pereaksi Dragendorff. Apabila terdapat
endapan putih dengan pereaksi Mayer,
endapan merah jingga dengan pereaksi
Dragendorf di sampel tersebut (Edeoga
et al., 2005).
2. Determinsi Tanaman
Sampel yang diperoleh dari
daerah Sentul, Kabupaten Bogor
dideterminasi di Pusat Penelitian Biologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Cibinong-Bogor.
3. Pembuatan Simplisia
Daun
pepaya
yang
telah
disampling, disortasi, dan ditimbang
sebanyak 2000 gram. Daun pepaya
dicuci, ditiriskan, dikeringkan dengan
sinar matahari langsung selama 4 jam,
kemudian diserbukkan dengan lumpang.
Simplisia kering disimpan dalam wadah
bersih dan tertutup rapat.
b. Flavonoid
Sebanyak 100 mg ekstrak daun
pepaya dilarutkan dalam 100 ml air
panas, kemudian dididihkan selama 5
menit lalu disaring. Sebanyak 5 ml
filtrate ditambahkan 0,1 mg serbuk Mg,
1 ml HCL pekat dan 1 ml amil alkohol
lalu
dikocok
kuat-kuat.
Adanya
flavonoid
ditunjukan
dengan
terbentuknya warna merah, kuning atau
jingga pada lapisan amil alkohol
(Edeoga et al., 2005).
4. Uji Kualitas Simplisia
Uji kualitas simplisia daun pepaya
meliputi parameter kadar air dan
kadar abu.
c.
Triterpenoid dan Steroid
Sebanyak 100 mg ekstrak daun
pepaya ditambahkan 25 ml dietil eter
lalu dikocok. Lapisan dietil eter
dipisahkan dan ditambahkan pereaksi
Lieberman-Burchard sebanyak 2-3 tetes.
5. Ekstraksi Daun Pepaya
Sejumlah 50 gram simplisia daun
pepaya diekstrak dengan perbandingan
pelarut 1:10 (b/v). Pelarut yang
digunakan adalah metanol teknis, etanol
3
Triterpenoid ada bila terbentuk larutan
berwarna biru dan steroid ada apabila
terbentuk larutan berwarna hijau.
(Edeoga et al., 2005)
c.
Penentuan
Waktu
Inkubasi
Optimum
Dipipet 2 mL larutan DPPH 1
mM, dan diencerkan dalam 50 mL
metanol p.a. Diinkubasi pada suhu 37 oC
selama 60 menit. Pengukuran serapan
larutan menggunakan Spektrofotometer
UV-VIS pada panjang gelombang
maksimum setiap 10, 20, 30, 40, 50, dan
60 menit. Ditentukan waktu inkubasi
optimum, yaitu waktu inkubasi yang
memberikan serapan yang cukup stabil.
d. Saponin
Sebanyak 100 mg ekstrak daun
pepaya ditambahkan 10 mL akuades
panas, didinginkan, dan dikocok kuat
selama 10 menit. Saponin ada bila
terbentuk busa yang mantap dan pada
penambahan 1 tetes HCl 2 N busa tetap
stabil.
d. Pembuatan Larutan Blanko
Dipipet 0,5 mL larutan DPPH 1
mM, diencerkan dalam 10 mL metanol
p.a dan dihomogenkan.
e.
Tanin
Sebanyak 100 mg ekstrak daun
papaya di ekstrak menggunakan 1 ml
etanol dan 1 ml aquadest. Filtrat yang
didapat kemudian ditambahkan beberapa
tetes FeCl3 1%. Adanya senyawa tanin
ditunjukan dengan terbentuknya warna
hjau, biru atau ungu (Edeoga et al.,
2005).
e.
Pembuatan
Deret
Standar
Vitamin C (Kontrol Positif)
Ditimbang 25 mg vitamin C,
dilarutkan 25 mL metanol p.a
(konsentrasi larutan induk = 1000 ppm).
Dibuat deret standar vitamin C, dengan
konsentrasi 5, 10, 15, 20, dan 25 ppm,
dengan cara memipet 50, 100, 150, 200,
dan 250 µL larutan induk vitamin C, dan
dimasukkan dalam labu ukur 10 mL,
ditambahkan 0,5 mL larutan DPPH 1
mM. Diencerkan hingga tanda tera
dengan metanol p.a.
7. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Daun Pepaya
Uji
aktivitas
antioksidan
dilakukan dengan metode Penangkapan
Radikal Bebas menggunakan pereaksi
DPPH dan vitamin C sebagai kontrol
positif.
f.
Pembuatan Larutan Uji
Ditimbang 50 mg ekstrak kental
daun pepaya, dilarutkan dalam metanol
p.a (konsentrasi larutan induk = 1000
ppm). Larutan uji dibuat dalam beberapa
konsentrasi, yaitu 10, 20, 30, 40, dan 50
ppm, dengan cara memipet 100, 200,
300, 400, dan 500 µL larutan induk
ekstrak daun pepaya, dimasukkan dalam
labu ukur 10 mL, dan ditambahkan 0,5
mL larutan DPPH 1 mM. Diencerkan
hingga tanda tera dengan metanol p.a.
a.
Pembuatan Larutan DPPH 1 mM
Ditimbang 19,716 mg serbuk
DPPH (BM = 394,32), dilarutkan
dengan
50
mL
metanol
p.a,
dihomogenkan.
b. Penentuan Panjang Gelombang
Maksimum
Dipipet 2 mL larutan DPPH 1
mM dan diencerkan dalam 50 mL
metanol p.a. Diukur absorbansi larutan
menggunakan Spektrofotometer UV-VIS
pada panjang gelombang 500 – 600 nm.
Ditentukan
panjang
gelombang
maksimumnya, yaitu panjang gelombang
yang memiliki nilai serapan maksimum.
g. Pengukuran
dan
Perhitungan
Aktivitas Antioksidan
Segera
setelah
dipreparasi,
larutan blanko, larutan uji, dan larutan
vitamin C (kontrol positif), diinkubasi
4
pada suhu 37 oC selama waktu optimum.
Serapan masing-masing larutan diukur
pada panjang gelombang maksimum
menggunakan Spektrofotometer UVVIS, kemudian dihitung nilai aktivitas
antioksidannya. Penentuan antioksidan
dilakukan secara duplo.
Dalam
menghitung
nilai
aktivitas antioksidan larutan uji dan
larutan vitamin C (kontrol positif) mulamula dihitung konsentrasi larutan uji dan
larutan vitamin C, kemudian dihitung
persentase inhibisi/hambatan masing masing konsentrasi larutan, dengan
rumus berikut :
Tabel 1 Kondisi Kromatografi LC-MS
Kondisi Kromatografi
1 Volume injeksi
2
Kolom
3
Fase gerak
4
5
Laju alir
Tekanan maksimum
6 Pencuci jarum injektor
Selanjutnya ditentukan garis
regresi larutan uji dan larutan vitamin C
dengan memasukkan nilai konsentrasi
masing - masing larutan (dalam ppm)
sebagai sumbu X dan persentase
hambatan sebagai sumbu Y, sehingga
akan didapatkan persamaan garis : y =
bx + a.
Persamaan garis regresi yang
didapat digunakan untuk menghitung
nilai IC50 (Inhibition Concentration 50).
y = bx + a,
dimana y = 50 ; x = nilai persentase IC50.
Pengaturan
20 µL
C18, Ukuran 2,5 mm x 25 mm,
diameter partikel 1,8µm
Asetonitril : Air = 80 : 20
1,5 mL/menit
400 bar
metanol dan air ( 3 : 1)
7 Temperatur
kompartemen kolom
8 Temperatur gas
nitrogen
350 oC
9
Laju alir gas Nitrogen
6 L/m
10
11
12
13
14
15
16
17
Tekanan nebulizer
25 psi
Tegangan kapiler
3500 volt
Massa minimum
50
Massa maksimum
600
Waktu pemindaian
250
Tegangan fragmentor 20, 40, 80, 120, 160 (dioptimasi)
Tegangan akselerator
7
Polaritas
Positif (+)
25 oC
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil Uji Determinasi Tanaman
Hasil
determinasi
tanaman
menunjukkan bahwa tanaman yang
digunakan dalam penelitian adalah
pepaya dengan nama latin Carica
papaya L dari suku Caricaceae. Hasil uji
dapat dilihat pada Gambar 1
8. Identifikasi Senyawa Aktif Ekstrak
Daun Pepaya dengan LC-MS
Identifikasi
senyawa
menggunakan Liquid ChromatographyMass Spectrometry (LC-MS) dilakukan
pada ekstraksi daun pepaya dari pelarut
yang memiliki nilai aktivitas antioksidan
tertinggi. Sebanyak 0,5 gram ekstrak
daun pepaya dilarutkan dalam 50 mL
metanol
p.a.
Larutan
disaring
menggunakan filter syringe 0,22 mikron,
dimasukkan ke dalam vial 2 mL, dan
diinjeksikan ke sistem LC-MS. Kondisi
kromatografi pada instrumen LC-MS
tercantum pada Tabel 1.
Gambar 1. Hasil Uji Determinasi Pepaya
5
menandakan bahwa bahan baku tersebut
memiliki peluang untuk dimanfaatkan
lebih besar dibandingkan bahan baku
yang memiliki nilai rendemen rendah
atau kecil.
2.
Hasil Uji Kualitas Simplisia dan
Rendemen Ekstrak Daun Pepaya
Parameter uji kualitas simplisia
daun pepaya yang dilakukan meliputi
kadar air dan kadar abu.
Nilai rata-rata kadar air yang
diperoleh sebesar 2,55 %, sedangkan
nilai rata-rata kadar abu sebesar 3,26 %.
Hasil yang diperoleh dari ke dua
parameter uji ini masih dalam rentang
penerimaan uji kualitas simplisia, yaitu
tidak lebih dari 10 % untuk kadar air dan
tidak lebih dari 4 % untuk kadar abu
(Depkes RI, 1977). Hasil tersebut
menunjukkan kualitas simplisia yang
dihasilkan cukup baik, karena semakin
kecil nilai kadar air maka kemungkinan
pertumbuhan mikroorganisme semakin
kecil, sehingga akan memperpanjang
waktu penyimpanan, sedangkan semakin
kecil nilai kadar abu maka semakin kecil
adanya kandungan mineral atau logam
yang
mungkin
berbahaya
bila
dikonsumsi.
Hasil rendemen ekstrak masing-masing
pelarut pada Gambar 2.
3. Uji Fitokimia Ekstrak Daun
Pepaya
Hasil uji fitokimia dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Senyawa Fitokimia
Senyawa Uji
Standar
Ekstrak Daun Pepaya
Air
Etanol Metanol
Alkaloid
a.Dragendorf
b.Mayer
Flavonoid
Triterpenoid –
Steroid
Saponin
Tanin
Endapan
Jingga
-
-
+
Endapan Putih
-
-
+
+
+
+
-
-
-
+
+
+
+
+
+
Larutan
merah/kuning/
jingga
Larutan biru /
Hijau
Terbentuk
busa yang
stabil
Larutan biru
tua / hijau
kehitaman
Hasil uji fitokimia ekstrak daun
pepaya
masing-masing
pelarut
menunjukkan positif seluruhnya pada
golongan flavonoid, tanin, dan saponin
karena senyawa - senyawa ini dapat
larut dalam pelarut polar. Pembentukan
busa pada identifikasi saponin dalam
pelarut
metanol
lebih
banyak
dibandingkan pelarut lainnya. Hal ini
karena kelarutan saponin pada metanol
lebih tinggi dibandingkan pelarut etanol
dan air. Golongan alkaloid hanya
menunjukkan nilai yang positif pada
ekstrak pelarut metanol karena golongan
alkaloid umumnya merupakan senyawa
yang larut dalam pelarut non polar,
hanya
beberapa
kelompok
pseudoalkaloid dan protoalkaloid larut
dalam air (polar). Golongan senyawa
alkaloid yang berpotensi sebagai
antioksidan
merupakan
senyawasenyawa polar, yang akan terekstraksi
Gambar 2 Grafik Rendemen Ekstrak Daun
Pepaya Pada Beberapa Pelarut
Gambar 2 menunjukkan bahwa
pelarut air memiliki nilai rendemen
ekstrak tertinggi dibandingkan pelarutpelarut lainnya, berarti pelarut air
memiliki kemampuan lebih baik dalam
mengekstrak senyawa-senyawa yang
terkandung
pada
daun
pepaya.
Rendemen adalah perbandingan antara
ekstrak yang diperoleh dengan simplisia
awal. Rendemen yang semakin besar
6
pada pelarut metanol yang bersifat polar.
Golongan triterpenoid dan steroid tidak
teridentifikasi pada ekstrak daun pepaya
semua pelarut karena senyawa-senyawa
golongan ini larut dalam pelarut non
polar seperti n-heksan.
4. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Daun Pepaya
Uji aktivitas antioksidan pada
ekstrak daun papaya pada masingmasing pelarut dilakukan dengan
menggunakan metode uji DPPH.
Metode DPPH dipilih karena
metode ini sederhana, mudah, cepat,
peka dan hanya memerlukan sedikit
sampel. Metanol dipilih sebagai pelarut
karena metanol dapat melarutkan kristal
DPPH. Suatu senyawa dikatakan
memiliki aktivitas antioksidan apabila
senyawa tersebut mampu mendonorkan
atom hidrogennya pada radikal bebas
DPPH. Hal ini ditandai dengan
terjadinya perubahan warna ungu
menjadi kuning pucat. Perubahan warna
tesebut terjadi pada larutan vitamin C
dan juga pada larutan uji yang diberi
larutan DPPH 1mM dan diinkubasi
selama 30 menit pada suhu 37 oC.
Nilai IC50 dapat didefinisikan
sebagai besarnya konsentrasi yang dapat
menghambat aktivitas radikal bebas,
yaitu menghambat aktivitas radikal
bebas DPPH sebanyak 50%. Nilai IC50
yang semakin kecil menunjukkan
aktivitas antioksidan pada bahan yang
diuji semakin besar.
Uji pendahuluan dilakukan untuk
menentukan
panjang
gelombang
maksimum
dan
waktu
inkubasi
optimum. Hasil penelitian menunjukkan
panjang gelombang maksimum sebesar
510 nm dan waktu inkubasi optimum
pada menit ke 30 karena pada kondisi
tersebut memiliki nilai absorbansi
tertinggi. Data hasil uji penentuan
panjang gelombang dan waktu inkubasi
tercantum pada Gambar 3 dan 4.
Gambar 3. Penentuan Panjang Gelombang
maksimum
Gambar 4 Penentuan Waktu Inkubasi Optimum
Pada pengujian aktivitas antioksidan,
masing-masing
larutan
direaksikan
dengan larutan DPPH dan diinkubasi
pada suhu 37 oC selama 30 menit (waktu
inkubasi optimum) untuk mendapatkan
reaksi yang optimal antara DPPH dengan
senyawa antioksidan yang terkandung
dalam larutan sampel. Selama proses
inkubasi terjadi perubahan warna dari
ungu ke kuning karena adanya reaksi
DPPH dengan sampel. Semakin tinggi
konsentrasi larutan, maka warna larutan
akhir akan semakin kuning karena
kandungan antioksidan yang semakin
tinggi pula. Masing-masing larutan
diukur
absorbansi
pada
panjang
gelombang 510 nm (panjang gelombang
maksimum).
Hasil
uji
aktivitas
antioksidan ekstrak daun pepaya dapat
dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 5.
7
Tabel 3. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Daun Pepaya
Sampel
Blanko
Ekstrak
air
Ekstrak
etanol
Ekstrak
metanol
Kontrol
positif
(vitamin
C)
Bobot
Konsentrasi
Hambatan Persamaan
Absorbansi
R
ekstrak
(ppm)
(%)
Regresi
(mg)
0,243
10,66
0,202
16,87
21,32
0,173
28,81
y = 1,077x
53,3
0,999
31,98
0,147
39,51
+ 5,437
42,64
0,118
51,44
53,3
0,09
62,96
10,44
0,237
2,47
20,88
0,227
6,58
y = 0,402x 52,2
0,999
31,32
0,216
11,11
1,728
41,76
0,207
14,81
52,2
0,196
19,34
10,2
0,231
4,94
20,4
0,215
11,52
y = 0,722x 51
0,999
30,6
0,197
18,93
2,839
40,8
0,178
26,75
51
0,16
34,16
5,012
0,178
26,75
10,024
0,134
44,86
y = 3,604x
25,1
0,999
15,036
0,088
63,79
+ 9,012
20,048
0,043
82,3
25,06
0,004
98,35
5.
IC50
(ppm)
Hasil
Identifikasi
Senyawa
Ekstrak Daun Pepaya Dengan
LC-MS
Ekstrak
yang
diidentifikasi
menggunakan LC-MS adalah ekstrak
daun pepaya dengan pelarut air karena
memiliki aktivitas antioksidan tertinggi
dibandingkan
ekstrak
lainnya.
Interpretasi hasil identifikasi senyawa
dalam ekstrak daun pepaya dilakukan
dengan menggunakan database pada
aplikasi Chemspider. Hasil identifikasi
LC-MS ekstrak daun pepaya dapat
dilihat pada Gambar 6.
41,34
128,68
73,18
11,37
Gambar 5.Grafik Nilai IC50 Ekstrak Daun Pepaya
dan Vitamin C
Gambar 6 Spektrum LC-MS Ekstrak Daun
Gambar 3 menunjukkan nilai
IC50 terendah pada ekstrak daun pepaya
diperoleh dari pelarut air, sedangkan
yang tertinggi diperoleh dari pelarut
etanol. Hubungan antara nilai IC50
dengan keaktifan senyawa antioksidan
berbanding terbaik, semakin tinggi nilai
IC50
maka
keaktifan
senyawa
antioksidan semakin rendah, begitu pula
sebaliknya. Tingkatan sifat keaktifan
senyawa antioksidan berdasarkan nilai
IC50 pada ekstrak daun pepaya yaitu :
sangat aktif untuk pelarut air, aktif untuk
pelarut metanol, dan kurang aktif untuk
pelarut etanol. Secara keseluruhan
aktivitas antioksidan ekstrak daun
pepaya masing-masing pelarut lebih
rendah
dibandingkan
aktivitas
antioksidan vitamin C sebagai kontrol
positif, yaitu sebesar 11,37 ppm.
Tabel 4. Identifikasi Senyawa pada Ekstrak Daun
Pepaya
8
No.
Bobot Molekul
Hasil Uji
1
2
3
4
5
(gMol-1)
147,1
166,27
176,53
228,9
301,15
6
326,89
7
8
9
340,78
390,79
398,69
10
433,22
11
12
445,6
518,27
13
535,73
14
535,99
Nama Senyawa
Golongan
L-glutamic acid
Asam amino
Dihydro-p-coumaric acid
Asam fenolat
ascorbic acid
Vitamin
Resveratrol
Stilbenes
Peonidin
Flavonoids (Antosianin)
p-Coumaric acid 4-OAsam fenolat
glucoside
Esculin
Hydroxycoumarins
Resveratrol 3-O-glucoside
Stilbenes
3-Sinapoylquinic acid
Asam fenolat
Pelargonidin 3-OFlavonoids (Antosianin)
glucoside
Folic acid
Vitamin
6''-O-Malonylgenistin
Flavonoids (Isoflavonoid)
Malvidin 3-O-(6''-acetylFlavonoids (Antosianin)
galactoside)
Malvidin 3-O-(6''-acetylFlavonoids (Antosianin)
glucoside)
Tabel 4 dalam ekstrak daun
pepaya mengandung L-asam glutamat,
vitamin C, asam folat, dan senyawa
golongan polifenol, dimana ke empat
jenis senyawa tersebut merupakan
senyawa yang larut dalam air. Lglutamic acid (asam glutamat) termasuk
dalam asam amino non esensial, yaitu
asam amino yang dapat dibentuk oleh
tubuh manusia sehingga tidak harus
memperoleh asupan dari makanan. Asam
glutamat teridentifikasi pada ekstrak
daun pepaya karena sifat kelarutannya
yang dapat larut dalam pelarut air.
Polifenol adalah kelompok zat
kimia pada tumbuhan yang memiliki
banyak gugus phenol dalam molekulnya.
Polifenol sering terdapat dalam bentuk
glikosida polar dan mudah larut dalam
pelarut polar. Beberapa golongan
senyawa dalam tumbuhan seperti
flavonoid, lignin, melanin dan tanin
adalah
senyawa
polifenol.
Sifat
antioksidan senyawa ini berkaitan
dengan keberadaan gugus fenolik yang
dapat mendonorkan atom hidogen pada
suatu radikal bebas sehingga radikal
tersebut menjadi tidak reaktif lagi. Ratarata manusia mengkonsumsi polifenol
dalam sehari sampai 23 mg (Fany,
2012).
Vitamin C dan asam folat
(vitamin B9) adalah nutrien dan vitamin
yang larut dalam air dan berperan dalam
regenerasi vitamin E. Vitamin-vitamin
ini memiliki aktivitas antioksidan yang
mampu mengikat radikal peroksil dalam
fase berair pada plasma atau sitosol.
Vitamin C merupakan antioksidan kuat
yang bekerja pada sitosol secara
ekstrasel untuk menjaga integritas
membran sel dan dapat langsung
bereaksi dengan anion superoksida,
radikal hidroksil, oksigen singlet dan
lipid peroksida. Sifat reduktor asam
askorbat mampu mendonorkan satu
elektron
membentuk
semidehidroaskorbat yang tidak bersifat
reaktif dan selanjutnya mengalami reaksi
disproporsionasi
membentuk
dehidroaskorbat yang bersifat tidak
stabil.
Dehidroaskorbat
akan
terdegradasi membentuk asam oksalat
dan asam treonat. Vitamin C berfungsi
sebagai koantioksidan pada regenerasi
bentuk radikal vitamin E menjadi
vitamin E tereduksi (Iswara, 2009).
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pelarut
terbaik
yang
dapat
mengekstraksi secara optimal zat
aktif dalam daun papaya adalah
pelarut air, dengan nilai aktivitas
antioksidan tertinggi, yaitu IC50
sebesar 41,34 ppm dan persentase
rendeman ekstrak kental tertinggi,
yaitu sebesar 33,57 %.
2. Hasil identifikasi menggunakan LCMS menunjukkan bahwa pada
ekstrak daun pepaya dengan pelarut
air mengandung L-asam glutamat,
vitamin C, asam folat, dan senyawa
golongan polifenol, yaitu Dihydrop-coumaric
acid,
resveratrol,
peonidin, p-Coumaric acid 4-Oglucoside, esculin, resveratrol 3-Oglucoside, 3-sinapoyluinic acid,
polargonidin 3-O-glucoside, 6”-Omalonylgenistin, malvin 3-O-(6”acetyl-galactoside), dan malvin 3-O(6”-acetyl-glucoside). Vitamin C,
asam folat, dan senyawa golongan
polifenol, merupakan senyawa aktif
antioksidan.
2.
Saran
Perlu adanya penelitian lanjutan
seperti isolasi senyawa aktif yang
terkandung dalam daun pepaya dan
penentuan kadar senyawa aktifnya
secara kuantitatif.
9
Rahmi, Fardina. 2012. Potensi Perasan
Daun Pepaya (Carica Papaya L)
Terhadap Jumlah Makrofag
Pasca Gingivektomi Pada Tikus
Wistar Jantan. Bagian Biomedik
Fakultas
Kedokteran
Gigi
Universitas Jember. Jember.
Rustam, Atmasari, Yanwirasti. 2007.
Efek
Antiinflamasi
Ekstrak
Etanol
Kunyit
(Curcuma
domestica Val.). Jurnal Sains dan
Teknologi Farmasi Vol 12 (2) :
112-115.
Subiyandono. 2011. Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Camellia
sinensis Hibiscus sabdariffa, dan
Phaleria Macrocarpa (Scheff.)
Boerl. POLTEKKES DEPKES
Palembang. Palembang.
Sudirman, Sabri. 2011. Aktivitas
Antioksidan Dan Komponen
Bioaktif Kangkung Air (Ipomoea
aquatica
Forsk.).
Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
A’yun, et al. 2015. Analisis Fitokimia
Daun Pepaya (Carica papaya L.).
Universitas
Islam
Negeri
Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Ayoola, P.B. & Adeyeye, A. 2010.
Effect of Heating on the
Chemical
Composition
and
Physico - Chemical Properties of
Arachis hypogea (Groundnut)
Seed Flour and Oil. Pakistan
Journal of Nutrition Vol 9 (8) :
751-754.
Departemen Kesehatan RI. 1977. Materi
Medika Indonesia Jilid 1.
Departemen
Kesehatan
RI.
Jakarta.
Edeoga,
H.O.,
D.E.Okwu
and
B.O.Mbaebre.
2005.
Phytochemical Constituent of
Some Nigerian Medicinal Plants.
Afr Journal of Biotechnology 4 :
685 - 688.
Fany, Mitra. 2012. Esterifikasi Senyawa
Polifenol dari Ekstrak Kulit Biji
Kopi
dengan
Asam
pHidroksibenzoat
dengan
menggunakan Katalis SiO2H2SO4. Universitas Indonesia.
Depok.
Farmakope Herbal Indonesia. 2009.
Farmakope Herbal Indonesia
Edisi Pertama. Kemenkes RI.
Jakarta. Halaman 21-25.
Iswara,
Arya.
2009.
Pengaruh
Pemberian Antioksidan Vitamin
C dan E terhadap Kualitas
Spermatozoa
Tikus
Putih
Terpapar Allethrin. Universitas
Negeri Semarang. Semarang
Maisarah, et al. 2013. Antioxidant
analysis of different parts of
Carica papaya. International
Food Research Journal 20(3):
1043-1048 (2013).
10
Download