Setya Ardhi - STTS - Sekolah Tinggi Teknik Surabaya

advertisement
DINAMIKA TEKNOLOGI Oktober 2015 Vol. 7; No. 1; Hal. 36-42
PENGENDALIAN SINKRONISASI GENERATOR DENGAN SUMBER
PEMBANGKIT LISTRIK SECARA OTOMATIS BERBASIS
MIKROKONTROLLER
Setya Ardhi
Dosen Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Surabaya
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Sinkronisasi secara otomatis dua sumber pembangkit listrik dimana dilakukan dengan memparalel
antara sumber listrik PLN dengan sebuah Alternator. Proses ini dilakukan bukan hanya sekedar
menghubungkan kabel tetapi proses ini dilakukan dengan menghubungkan kedua sumber pembangkit
listrik harus dalam kondisi polaritas dan jumlah fase yang sama, tegangan sama, dan frekuensi sama.
Tujuan dari proses sinkronisasi ini untuk menjamin kontinyuitas aliran daya listrik khususnya penyediaan
sumber daya listrik, maka dari itu dibutuhkan waktu dalam proses sinkronisasi tersebut. Proses paralel
antara sumber listrik PLN dengan sebuah Alternator bisa dikendalikan dengan beberapa alat yang
dibutuhkan seperti pendeteksi tegangan, arus dan frekuensi seperti zero crossing detector baik dari
alternator atau sumber listrik PLN, kemudian pengendali alternator dan kontaktor sinkron, serta motor
sebagai fungsi penggerak alternator.
Pada penelitian ini dikembangkanlah sebuah alat sinkronisasi secara otomatis dimana kerja paralel dua
unit pembangkit listrik bolak balik tersebut dibuat dan dikontrol oleh sebuah perangkat PLC dan sebuah
mikrokontroller dimana dan dihubungkan dengan penyediaan sumber daya listrik supaya bisa memenuhi
keuntungan teknis dan ekonomis. Hasil yang didapatkan setelah proses percobaan didapatkan kecepatan
waktu proses sinkronisasi antara sumber listrik PLN dengan Alternator yang dicoba dimana
membutuhkan waktu dibawah dua menit, dimana pada umumnya membutuhkan lebih lama dalam proses
sinkronisasi.
Kata kunci: Sinkronisasi, alternator, PLC
ABSTRACT
Automatic synchronization of two sources of power generation is done by paralleingl between the
source of the electricity with an alternator. This process carried out is not just a connecting cable but this
process is done by connecting the two sources of power generation to be in a state of polarity and the
amount of the same phase, same voltage and same frequency.
The goal of this synchronization process is to ensure the continuity of the flow of electric power
resources, especially the provision of electricity, and therefore it takes time in the synchronization
process. Parallel process between the source of the electricity with an alternator can be controlled with a
few tools needed such as detection voltage, current and frequency such as zero crossing detector either
from alternator or the source of the electricity, then controllers and contactors synchronous alternators,
as well as a function of the motor driving the alternator.
In this study, it is developing an automatic synchronization tool in which two parallel working
alternating power generation unit was created and controlled by a PLC device and a microcontroller
which is connected with the supply and power resources in order to meet the technical and economic
advantages. The results obtained after the trial shows speed processing time synchronization between the
source of the electricity to the alternator attempted takes under two minutes, which generally takes
longer in the synchronization process.
Keywords: Synchronization, alternator, PLC.
36
Dinamika Teknologi
DINAMIKA TEKNOLOGI Oktober 2015 Vol. 7; No. 1; Hal. 36-42
PENDAHULUAN
Guna menjamin kontinyuitas aliran daya listrik
khususnya dalam kegiatan dunia induksi; maka
penyediaan sumber daya listrik adalah persoalan
utama yang harus direncanakan sejak awal secara
cermat dan teliti sehingga dalam operasionalnya
dapat memberikan keuntungan teknis dan
ekonomis atau dengan kata lain penggunaan daya
listrik harus memenuhi kriteria efisien dan efektif.
Pada umumnya untuk suatu aktivitas yang seluruh
kegiatannya tergantung kepada sumber listrik
(dunia industri), penyediaan sumber daya listrik
diklasifikasikan sebagai sumber pembangkit utama
(main power) sekaligus sumber pembangkit listrik
cadangan (standby power). Keduanya harus ada,
guna menjamin/ mendukung kontinyuitas aliran
listrik yang diperlukan yang dapat dioperasikan
menurut kebutuhan dimana dibahas oleh [5]
Nicholas C. Seeley (September-2012), dalam
prosiding dengan judul Advances in Generator
Control and Automatic Synchronization .
Dalam pembahasan ini sumber pembangkit listrik
cadangan dipilih generator sinkron 3 phase yang
digerakkan oleh motor DC (Direct Current) dengan
operasi/ kerja sinkronisasi secara otomatis.
KERJA PARALEL 2 (DUA) UNIT
PEMBANGKIT LISTRIK ARUS BOLAKBALIK
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai teori–
teori yang menjadi landasan dalam pembuatan
parallel 2 unit pembangkit listrik arus bolak balik.
Guna menjamin kontinyuitas aliran daya listrik
khususnya dalam kegiatan dunia induksi
diperlukan yang dapat dioperasikan menurut
kebutuhan :



Dioperasikan secara bergantian; kondisi ini
dilakukan atas pertimbangan ekonomi atau
teknis (perbaikan).
Dioperasikan
bersama-sama;
namun
masing-masing sumber pembangkit listrik
menanggung beban listrik sendiri-sendiri
yang saling berbeda baik karakteristiknya
maupun kapasitasnya.
Kedua
sumber
pembangkit
listrik
dioperasikan paralel (sinkron); baik secara
manual maupun secara otomatis.
Syarat-syarat operasi paralel yang dibahas oleh
Michael J. Thompson [4] pada halaman 3 dimana
berikut ini harus dipenuhi sebelum sebuah “in
coming” alternator dapat dihubungkan secara
paralel dengan bus-bar :
1. Tegangan “in coming” alternator harus
sama dengan tegangan bus-bar (jala-jala).
2. Frekuensi ‘in coming” harus sama dengan
frekuensi bus-bar (jala-jala).
3. Fase (phase) tegangan dari “in coming”
alternator harus sama dengan fase
tegangan bus-bar yang berhubungan.
4. Urutan dan jumlah fase tegangan dari “in
coming” alternator harus sama dengan
urutan dan jumlah fase tegangan bus-bar
(jala-jala).
Pada pembahasan Theraja, B.L. dalam buku A
Textbook of Electrical Technology dimana [3],
pada halaman 140-160 Tegangan “in coming”
alternator harus sama dengan tegangan bus-bar
(jala-jala). Jika kedua tegangan sumber listrik pada
kondisi :
1. E1  E 2 atau
E  E1  E 2  0
maka proses sinkronisasi/ starting operasi
paralel berhasil/ berlanjut.
2. E1  E 2 atau
E  E1  E 2  0
maka proses sinkronisasi/ starting operasi
parelel akan gagal (tidak berhasil).
Frekuensi ‘in coming” harus sama dengan
frekuensi bus-bar (jala-jala).
1. f 1  f 2
maka proses sinkronisasi/ starting operasi
parelel berhasil dan berlanjut dengan kondisi
sistem operasi paralel stabil.
2. f 1  f 2
maka proses sinkronisasi/ starting operasi
paralel berhasil dan berlanjut dengan kondisi
sistem operasi paralel kedua sumber
pembangkit saling membebani (induksi).
dimana :
f 1 = frekuensi pada busbar(Main Power (Hertz))
f 2 = frekuensi “incoming” alternator (Hertz)
Fase (phase) tegangan dari “in coming” alternator
harus sama dengan fase tegangan bus-bar yang
berhubungan. Jika kondisi phase tegangan dari 2
(dua) sumber pembangkit yang berbeda pada
posisi:
1. Phase tegangan V J  Phase tegangan V A
Dinamika Teknologi
37
DINAMIKA TEKNOLOGI Oktober 2015 Vol. 7; No. 1; Hal. 36-42
maka proses sinkronisasi/ starting operasi
parelel berhasil dan berlanjut.
2. Phase tegangan V J  Phase tegangan V A
maka proses sinkronisasi/ starting operasi
paralel tidak berhasil (gagal).
Urutan dan jumlah fase tegangan yang dibahas
oleh Helfrick, Albert D., dan William D. Cooper.,
[2] dari “in coming” alternator harus sama dengan
urutan dan jumlah fase tegangan bus-bar (jala-jala)
dapat dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :
1.Polaritas Meter (Phase Sequence)
Alat ini dapat mendeteksi arah putaran/ polaritas
daripada urutan phase yang berdasarkan arah
putaran dari sebuah motor induksi 3 phase terlihat
pada gambar 2
Gambar 2. Pengukuran Urutan Phase dari sistem 3
phase
2.Lampu Gelap Terang
Untuk mengetahui urutan phase dalam sistem 3
(tiga) phase dalam kaitannya degan operasi paralel
(sinkron) 2 sumber pembangkit dapat juga
digunakan prinsip pengukuran lampu gelap-terang
seperti rangkaian yang terlihat pada gambar 3
Gambar 3. Diagram Phase tegangan guna
menentukan urutan phase
38
Dinamika Teknologi
SPESIFIKASI ALAT
Pada penelitian ini adapun komponen atau
pendukung yang dibutuhkan adalah sumber
pembangkit tenaga utamanya adalah PT PLN. Dan
sebagai sumber pembangkit cadangannya adalah
alternator/generator sinkron 3 phase yang
digerakkan oleh motor DC, dimana diambil dari
Buku Petunjuk Praktikum Lab Mesin Listrik
Politeknik Perkapalan ITS, P.17- 25.
Spesifikasi (Data teknik) Sumber Listrik PT PLN
 Jumlah Phase : 3 Fase
 Tegangan
: 220/380 Volt
 Frekuensi
: 50 Hz
 Pemutus Utama: 8 A
Spesifikasi (Data teknik) Sumber Listrik Dari
Alternator
 Alternator :
 Jenis
: 3 Phase Synchronous
Generator
 Tipe
: DL 1026
 No
: 098809
 Jumlah Phase : 3 Phase
 Kapasitas Daya : 1100 VA
 Tegangan
: 380 Volt
 Arus
: 1.67A
 Frekuensi
: 50 Hz
 Putaran
: 3000 Rpm
 Power Factor : 0.8
 Isolasi
: F
 Eksitasi
o Tegangan
: 200 Volt
o Arus
:
 0.173 pada cos  = 1
 0.23 pada cos  = 0.8
Penggerak Utama : Motor DC
 Jenis
:
DC Motor Excitation
Compound
 Kapasitas Daya : 1100
W
 V Supply
: 220
Volt
 Arus
: 6.9
A
 Putaran
: 3000
Rpm
 Eksitasi
: 0.67
A
 Isolasi
: F
Dalam pembuatan penelitian ini perlu diperhatikan
tentang batasan-batasan tegangan yang dapat
diterima baik oleh motor ataupun oleh generator.
Tegangan maksimum yang dapat diterima oleh
motor adalah 220 Volt DC. Tegangan eksitasi
motor adalah 100 Volt, 0,4 Ampere. Untuk arus
DINAMIKA TEKNOLOGI Oktober 2015 Vol. 7; No. 1; Hal. 36-42
motor maksimum adalah hal ini tegangan yang
mampu diterima oleh motor adalah 220 Volt DC.
Yang dimaksud Sedangkan tegangan maksimum
yang dapat diterima oleh eksitasi generator juga
220 Volt DC.
Dalam pembuatan Alat Automatic Sinkronisasi
Generator dengan menggunakan Programmable
Logic Controller (PLC) ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan. Hal pertama yang perlu
diperhatikan adalah tegangan. Tegangan dalam hal
ini perlu diperhatikan karena ada batas-batas
maksimum tegangan yang masuk pada tegangan
suplai untuk motor juga tegangan maksimum yang
dapat ditanggung oleh eksitasi generator. Tidak
kalah pentingnya juga arus yang mengalir ke suplai
motor dan eksitasi generator, karena motor serta
generator juga mempunyai arus maksimum yang
diperbolehkan. Kemampuan tegangan maksimal
motor adalah 220 Volt serta arus maksimal yang
dapat lewat adalah 6,7 Ampere, informasi ini
diperoleh dari name plate pada motor.
Arus pengaman juga sangat penting untuk
diperhatikan untuk mencegah terjadinya kerusakan
pada generator karena arus berlebih. Dalam
pengaman arus lebih disini digunakan 2
pengamanan. Yang pertama pengaman dengan
MCB yang dilengkapi dengan deteksi arus lebih.
Arus minimum yang terdeteksi adalah 2,4 A.
Karena dirasa arus yang mengalir ini terlalu besar
maka pengamana kedua dilakukan yaitu dengan
menggunakan fuse kaca sebesar 500mA.
Untuk spesifikasi dari motor dan generator telah
dijelaskan pada bab sebelumnya. Lebih lanjut
motor yang digunakan adalah sebuah motor DC
dengan kapasitas 1,1 KW yang kemudian dikopel
dengan generator yang mempunyai kapasitas 1,1
KVA. Motor diberi tegangan suplai yang diatur
oleh rangkaian mikrokontroller melalui sebuah
MOSFET.
Juga dengan tegangan eksitasi generator, yang
diatur juga oleh sebuah mikrokontroller. Untuk
starting awal motor, terutama motor DC, tegangan
suplai tidak boleh langsung tinggi, melainkan
diatur secara perlahan-lahan sehingga mencapai
putaran yang diinginkan.
PERANCANGAN ALAT
Pembuatan alat Automatic Sinkronisasi Generator
dengan menggunakan Programmable Logic
Controller (PLC) ini adalah pertama kalinya
dibuat. Konsep secara keseluruhan dari alat
automatic sinkronisasi ini adalah untuk
mensinkronkan antara 2 generator (pembangkit
listrik). Untuk mensinkronkan antar 2 generator,
perlu diperhatikan adanya syarat-syarat. Karena di
dalam penelitian ini terkendala oleh peralatan,
maka generator yang satu digantikan fungsinya
dengan sumber dari PLN.
Gambar 4. Blok Diagram Perancangan Alat
Tidak hanya pada generator saja, namun pada
PLCnya juga terkendala. Dalam hal ini
terkendalanya adalah PLC yang digunakan
memiliki output relay, jadi tidak bisa mengatur
kecepatan motor melalui PWM. Fungsi PLC yang
seharusnya mengatur PWM diambil alih oleh
rangkaian mikrokontroller. IC mikrokontroller
yang dipergunakan adalah ATMEGA32.
Untuk menggerakkan sebuah motor DC tentunya
kita memerlukan sebuah sumber tegangan sebagai
suplai motor yang mana tegangannya adalah
tegangan DC. Untuk itu pelu adanya sebuah
penyearah untuk tegangan tinggi. Penyearah
tersebut dibuat dari 4 diode atau dikenal dengan
nama system full brigde atau penyearah penuh.
Karena sistem yang akan dibuat diatur secara
otomatis, maka tegangan suplai motor tersebut
diatur secara otomatis pula. Untuk itulah tegangan
motor ini diatur oleh sebuah MOSFET IRFP460
tipe N-channel, yang mana dikendalikan oleh
sebuah mikrokontroller ATMEGA32. Untuk
mendapatkan putaran motor yang tepat dan stabil
sehingga nantinya akan menghasilkan sebuah
sinkronisasi yang bagus, maka perlu adanya
feedback untuk membuat putaran motor bisa
mencapai putaran yang diinginkan. Feedback
tersebut diambil dari generator dengan sebuah
rangkaian Zero Crossing Detector atau pendeteksi
fase nol yang mana akan memberikan lebar pulsa
yang nantinya akan dihitung oleh mikrokontroller.
Dinamika Teknologi
39
DINAMIKA TEKNOLOGI Oktober 2015 Vol. 7; No. 1; Hal. 36-42
Rangkaian pendeteksi fase nol ini juga terdapat
pada sumber listrik dari PLN, yang mana nantinya
akan dibandingkan lebar pulsanya dengan PLN,
sehingga lebar pulsa atau frekuensi generator sama
dengan frekuensi dari PLN.
Setelah frekuensi disamakan, tegangan perlu
disamakan juga. Hal ini disensor oleh sebuah trafo
step-down yang akan disearahkan terlebih dahulu.
Dan selanjutnya menunggu syarat ketiga yaitu fase
dari PLN dan dari generator harus sama.
PLC disini digunakan untuk mendeteksi tegangan
dari PLN dan dari generator yang tentunya sudah
diturunkan dengan menggunakan Step-down
transformer.
Tegangan
yang
dideteksi
menggunakan modul analog dari PLC. Tegangan
yang yang telah diturunkan juga akan dideteksi
oleh mikrokontroller, hal ini Untuk MOSFET yang
kedua adalah mengatur tegangan yang nantinya
dihasilkan oleh sebuah generator sehingga
tegangan tersebut sama dengan tegangan PLN.
Tegangan yang diatur tersebut adalah tegangan
eksitasi generator. Sensor agar tegangan sama
adalah dengan menggunakan trafo step-down yang
kemudian disearahkan, sehingga dapat dibaca oleh
ADC dari mikrokontroller tersebut.
Setelah hal ini terjadi semua, maka PLC akan
memberikan sinyal kepada kontaktor untuk segera
menyala, dan sinkronisasi berjalan seperti yang
diharapkan. Program yang dipergunakan untuk
PLC pada pembuatan Penelitian ini adalah dengan
menggunakan Cx-Programmer dimana dibahas
cara pembuatan perangkat lunak pada Bolton
William [1], Programmable Logic Controller
(PLC) edisi 3.Jakarta, Erlangga, 2004. Secara
sederhana programmnya dapat ditulis di bawah ini.
Setelah data diolah sedemikian rupa, maka
mikrokontroller nantinya akan memberi sinyal
kepada PLC untuk menyalakan sebuah kontaktor
sinkron. Dimana sebelum menyalakan kontaktor
tersebut harus memenuhi syarat sinkron terlebih
dahulu yaitu tegangan sama, frekuensi sama dan
sefase. Setelah semua syarat tersebut diatas
terpenuhi, maka kontaktor sinkron akan menyala
dan akan mensinkronkan antara PLN dan
generator. Selama tidak terjadi hal yang sangat
riskan, sinkron akan tetap berjalan terus. Sinkron
akan mati secara otomatis jika batasan-batasan
sinkron sudah terlampaui. Contohnya adalah
apabila tegangan suplai dari PLN mendadak mati.
Atau dapat kita matikan secara manual melalui
tombol stop sinkron.
Prinsip kerja dari alat Automatic Sinkronisasi
Generator dengan menggunakan Programmable
Logic Controller (PLC) dimulai dengan starting
sebuah motor DC yang dikopel dengan generator.
Dilanjutkan dengan pembacaan sensor yang telah
terpasang pada kedua sumber listrik.
Sensor tersebut adalah sensor tegangan dan sensor
fase nol. Sensor fase nol dari PLN dibandingkan
dengan sensor fase nol dari generator. Hal ini yang
nantinya akan menghasilkan sebuah putaran motor
sehingga mencapai putaran 3000rpm. Sebab
dengan menghasilkan putaran sebesar 3000rpm,
generator mengeluarkan frekuensi 50 Hz. Hal ini
didapat dari pembacaan name plate pada generator.
40
Dinamika Teknologi
Gambar 5. Coding PLC
Program diatas adalah program sederhana dari
PLC. Program diatas dapat diterjemahkan sebagai
berikut. Input 0.00 didapat dari input tegangan
yang diumpankan oleh mikrokontroller untuk
menyalakan output 1.00. Lalu input 0.01 untuk
mendapatkan sinyal dari mikrokontroller bahwa
frekuensi sudah sama. Dan diteruskan ke output
1.01. Input 0.02 didapat apabila fase sudah sama
dan diteeruskan ke output 1.02.
Beberapa informasi ini kemudian diolah oleh PLC.
Output 1.00, 1.01, 1.02 di-AND kan oleh PLC dan
di-OR kan dengan 1.03 setelah itu digabungkan
dengan input 0.03 yang berfungsi sebagai manual
stop dan input 0.04 automatic stop apabila terjadi
kegagalan sinkron. Baru setelah ketiga input yang
didapat dari mikrokontroller tersebut bersamasama memberikan sinyal, bahwa sinkron sudah
siap dimasukkan, baru menggerakkan kontaktor
yang terhubung pada 1.03.
Pada program diatas selama tidak terjadi
gangguan, maka kalau sudah terjadi sinkron,
sinkron akan berjalan secara terus menerus sampai
tombol manual stop sinkron ditekan atau terjadi
DINAMIKA TEKNOLOGI Oktober 2015 Vol. 7; No. 1; Hal. 36-42
kegagalan salah satu fase lepas, atau tidak adanya
sumber tegangan yang mengalir, maka proses
sinkronisasi akan lepas. Informasi ini diperoleh
dari 0.04 yang berfungsi sebagai auto stop.
Starting
Ukur Periode
PLN &GEN
YES
Tpln=Tgen
NO
Samakan Periode
PLN &GEN
Hitung Time Delay
Ambil Waktu Aktual
Kontaktor ON
NO
YES
Tdpln=Tdgen
YES
Sama 100x
Pada alur program diatas dapat dilihat bahwa
terdapat 2 bagian yang sangat penting yaitu proses
meyamakan periode antara PLN dan generator dan
mengubah orientasi fase generator. Pada waktu
motor starting, mikrokontroller akan mengukur
periode dan tegangan dari PLN dan generator. Jika
periode generator berbeda dengan PLN,
mikrokontroller akan terus berusaha untuk
menyesuaikan periode generator terhadap PLN
dengan cara mengatur PWM.
Jika periode generator sama dengan PLN,
mikrokontroller akan mengukur beda waktu atau
selisih fase antara PLN dan generator. Apabila
terdapat perbedaan fase antara generator dan PLN,
mikrokontroller akan mengatur lagi PWM dan
kembali mengukur periode PLN dan generator.
Apabila fase generator sama dengan PLN,
mikrokontroller akan menghitung sebanyak 100
kali periode untuk menentukan bahwa generator
dan PLN telah sinkron. Kondisi sinkron dianggap
gagal jika sebelum 100 kali periode terdapat beda
fase antara PLN dan generator. Apabila hal ini
terjadi, mikrokontroler akan mengukur beda fase
antara PLN dan generator.
NO
Ubah Orientasi
Phase GEN
Gambar 6. Alur Program
Program untuk mikrokontroller ini mencakup
pengaturan motor pada waktu starting sampai
dengan fase tegangan PLN dan generator sama.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan
proses sinkronisasi tegangan PLN dengan
generator dapat digambarkan dalam alur program
pada gambar 6.
PENGUJIAN ALAT
Tegangan supply yang diberikan untuk pengujian
diatas yaitu untuk motor DC diberi batas tegangan
200 Volt sampai dengan 300 Volt DC untuk dapat
mencapai putaran 3000 RPM.
Tegangan tersebut diberikan untuk menghindari
apabila terjadi kegagalan, MOSFET rusak tidak
sampai merusak motor DC. Berikut ini tabel dari
alat pada table uji coba alat yang telah diujikan
serta grafik hasil uji coba pada gambar 7
Dinamika Teknologi
41
DINAMIKA TEKNOLOGI Oktober 2015 Vol. 7; No. 1; Hal. 36-42
Tabel Uji Coba Alat
KESIMPULAN
Arus Sesaat
pada waktu
sinkron (mA)
Arus setelah
sinkron berhasil
(mA)
Waktu
untuk
mencapai
sinkron (det)
1
1000
600
70
2
1000
500
50
3
800
500
32
4
500
300
71
5
700
500
54
6
300
200
36
7
600
500
38
8
1400
1200
40
9
1000
500
39
No
10
220
200
51
11
1600
1500
59
12
1100
1300
60
13
800
500
80
14
1600
1500
75
15
700
400
58
16
370
270
50
17
1000
800
57
18
200
100
45
19
70
40
55
20
80
50
43
Berikut ini gambaran dari hasil pengujian yang
dilakukan pada saat kondisi suplai PLN normal.
Hal ini bisa dilihat dari data tegangan dan
frekuensi PLN pada LCD, pada gambar 8 dalam
waktu kurang lebih dibawah 2 menit.
Gambar 8. Tegangan Output Dan Uji Coba Resistif
42
Dinamika Teknologi
Adapun beberapa kesimpulan yang didapatkan
antara lain:
1. Sinkronsisi
secara
otomatis
berhasil
memerintahkan Genset untuk starting dan
memindahkan posisi suplai ke Genset ketika
suplai PLN diputus dengan jeda waktu kurang
dari 75 detik. Kemudian berhasil menstop
genset secara otomatis dan kembali
memindahkan posisi suplai ke PLN ketika
tegangan PLN kembali dimasukkan. Dimana
waktu jeda antara suplai PLN kembali normal
sampai dan suplai kembali diambil alih oleh
PLN adalah selama 10 detik.
2. Sinkronisasi
secara
otomatis
berhasil
memerintahkan Genset untuk starting secara
otomatis ketika Tegangan suplai utama sebesar
200 VAC – 300 VAC dengan frekuensi
sebesar 46,23 Hz. Dimana nilai referensi yang
ditetapkan pada program adalah berdasarkan
SPLN yaitu, 198 VAC - 280 VAC untuk
tegangan dan 49.5 Hz- 50.5 Hz untuk frekuensi
dan kecepatan 3000 RPM.
3. Karena keterbatasan PLC yang dipakai, ada
fungsi lain yang diambil alih oleh
mikrokontroller ATMEGA32, dimana fungsi
itu adalah untuk membangkitkan sinyal PWM
yang masuk ke MOSFET untuk mengatur
kecepatan. Keterbatasan itu adalah PLC yang
dipakai hanya mempunyai output relay.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bolton William,
Programmable
Logic
Controller (PLC) edisi 3.Jakarta, Erlangga,
2004
2. Helfrick, Albert D., dan William D. Cooper.,
Modern Electronic Instrumentation And
Measurement Techniques, Englewood Ciffs:
Prentice Hall, 2010.
3. Theraja, B.L. A Textbook of Electrical
Technology. New delhi, S,Chand & Company,
VOL –II, 2005
4. Michael J. Thompson (March 2012),
Fundamentals and Advancements in Generator
Synchronizing Systems, SEL Journal of
Reliable Power, Volume 3, Number 1.
5. Nicholas C. Seeley (September-2012),
Advances in Generator Control and Automatic
Synchronization – Eliminating the Need for
Standalone Synchronization Systems, 59th
Annual Petroleum and Chemical Industry
Technical Conference.
Download